Jurnal Sastra Indonesia 10(1) (2021) 1-8
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Sastra Indonesia 10(1) (2021) 1-8 Jurnal Sastra Indonesia https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi Transformasi Kehebatan Tokoh Salya dalam Teks Cerita Pewayangan di Internet Saroni*1 Teguh Supriyanto2, dan M. Doyin3 1,2,3 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Kelud Utara III, Kota Semarang 50237, Indonesia Info Artikel Abstrak Article History Tokoh Salya dalam wiracarita Mahabharata (MBh) merupakan salah seorang tokoh yang Disubmit 3 Maret 2020 mengalami transformasi di dalam teks cerita pewayangan. Salah satu aspek yang mengalami Diterima 20 Februari 2021 perubahan adalah kehebatannya di dalam peperangan. Penelitian ini mengungkap transfor- Diterbitkan 25 Maret 2021 masi kehebatan tokoh Salya ke dalam teks cerita pewayangan yang dipublikasikan di situs- situs internet. Hasil penelitian menunjukkan (1) gambaran kehebatan Salya dalam peper- angan dalam teks transformasi merupakan penerusan konvensi dari teks MBh, akan tetapi Kata Kunci detail dan motifnya merupakan penyimpangan; (2) senjata yang dikuasai Salya di dalam teks transformasi; salya; transformasi merupakan penyimpangan dari teks MBh, akan tetapi merupakan penerusan mahabharata; cerita pewayangan konvensi dari teks kakawin; dan (3) kehebatan Salya sebagai kusir kereta (sarathy) dalam teks tranformasi merupakan penerusan konvensi dari teks MBh, tetapi motif pemanfaatan kemampuannya merupakan penyimpangan. Abstract One of Salya’s tranformation from the Mahabharata (MBh) to the wayang texts is his power. This research is held to reveal such transformations as published in the websites as wayang stories. The result show that (1) Salya’s power in the warfare described in the transformastion texts is a conventional continuation from the MBh text, but its detail and motif show some deviations; (2) weapons belongs to Salya in the transformation texts is a deviation from MBh text, but a continuation from kakawin text; and (3) Salya as powerful sarathy in the trans- formation texts is a conventional continuation from the MBh text, but the motif of its usage show a deviation. © 2021 The Authors. Published by UNNES. This is an open access article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/) PENDAHULUAN Menurut Boonstra (2014:16) dari semua teks yang berasal dari India, wiracarita Mahabharata dan Ramayana menja- Teks cerita pewayangan di Indonesia secara umum di teks yang paling banyak ditransformasi pada sepanjang bersumber dari teks-teks yang ada di India. Hal itu tidak sejarahnya, bahkan hingga ke zaman milenial. Zoetmulder terlepas dari keikutsertaan kaum terpelajar, baik yang be- (1983:80) dengan tegas mengatakan bahwa pengaruh Sans- ragama Hindu maupun Buddha, dalam penjelajahan para kerta terhadap sejumlah karya sastra Jawa tidak diragukan pengelana dan pedagang dari India ke wilayah-wilayah di lagi, terutama sastra parwa yang berbentuk prosa. Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Orang-orang terpelajar Di Jawa, teks-teks cerita yang bersumber pada kedua itulah yang menjadi agen utama persemaian kebudayaan wiracarita selanjutnya dikenal sebagai cerita wayang ver- Sanskerta atau India sejak sekitar Abad ke-3 M. Bersama si Jawa. Poerbatjaraka (1964:ix-x) menyebutnya wayang mereka pula, teks-teks cerita dari dua epik atau wiracari- purwa yang menunjukkan berbagai perubahan dari teks ta legendaris, yaitu Mahabharata dan Ramayana, beserta sumbernya. Perubaan-perubahan tersebut memunculkan teks-teks Purana disebarkan (Soepomo dalam Bellwood beragam variasi teks. Bandyopadhyay (2007) mencatat va- et.al 2006:309-310). riasi-variasi Mahabharata di Indonesia tak hanya dalam hal Teks-teks dari India tersebut pada akhirnya menjadi nama-nama tokoh dan tempat tapi juga narasinya. Sebagai inspirasi bagi suatu tradisi yang selanjutnya dikenal sebagai contoh, dalam tradisi pewayangan Jawa tokoh Nakula dan tradisi pewayangan, khususnya pewayangan Jawa dan Bali. Sahadewa dikenal juga dengan nama kecil Pinten dan Tang- sen; kerajaan milik Salya yang bernama Madra lebih dike- * E-mail: [email protected] nal sebagai Mandaraka. Dari sisi narasi, ada penyimpangan Address: Gunungpati, Semarang, Indonesia, 50229 mengenai status Drupadi, yaitu dari istri lima Pandawa di DOI 10.15294/jsi.v10i1.45399 P ISSN : 2252-6315 E-ISSN : 2685-9599 2 Saroni, Teguh Supriyanto, & M. Doyin, Transformasi Kehebatan Tokoh Salya dalam Teks Cerita Pewayangan di Internet India menjadi istri satu orang, yaitu sulung Pandawa yang adalah menantu Salya karena menikahi kedua anak perem- bernama Yudistira. puannya, Surtikanthi dan Banowati. Salya merupakan salah tokoh Mahabharata (selan- Kehebatan tokoh Salya juga mengalami transforma- jutnya disebut MBh)yang mengalami perubahan. Gamba- si. Kehebatannya yang bersifat fisikal di dalam teksMBh ran tentang dirinya bersifat lebih dinamis di dalam teks bertransformasi menjadi sosok yang sangat sakti atau sosok transformasinya. Dia digambarkan sebagai seorang lelaki manusia super. Kesaktiannya karena memiliki ajian Can- romantis, bukan lelaki tegas dan cenderung kaku seperti drabirawa yang dikenal di dalam teks pewayangan tidak yang ada dalam teks MBh. Selain itu, hubungan kekeluar- dijumpai di dalam teks India. gaannya juga mengalami transformasi yang sangat besar. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap Teks MBh sama sekali tidak menyebut nama istri Salya, transformasi tokoh Salya yang merupakan salah seorang tetapi teks transformasinya menyebutkan nama Satyawati tokoh penting di dalam teks MBh, terutama karena keter- sebagai istrinya. Nama itu kali pertama muncul dalam teks libatannya di dalam perang besar antara Kurawa dan Pan- Kakawin Bharatayuddha karya Empu Sedah dan Empu Pa- dawa beserta sekutu mereka masing-masing. Akan tetapi, nuluh pada tahun 1157 yang berbahasa Jawa Kuno, yaitu aspek yang berkaitan dengan transformasi terhadap tokoh pada Pupuh XXXVIII.1 melalui ucapan Salya, seperti da- tersebut tidak akan diungkap semuanya. Penelitian hanya lam kutipan berikut ini. akan berfokus kepada transformasi mengenai kehebatan tokoh Salya di dalam peperangan. “Hebat” menurut KBBI ling dewi mayat angrêgêp curiga Çalya mam- versi aplikasi luring adalah “terlampau, amat sangat (dah- rih amékul./ddûh dyan Satyawatingku mâsku syat, ramai, kuat, seru, bagus, menakutkan, dsb). Dengan jiwitangku hinaris./hâh ndi n tuhwa wuwusk- demikian, yang dimaksud kehebatan Salya adalah kekuatan wi sang Nakula jâyaningwang asêgêh./kintwi- yang dimiliki dan dipergunakan olehnya dalam suatu kon- kin wênangângluddânga ri huripkwasambha- flik, pertarungan, adu fisik, atau peperangan; peperangan wa dahat. (Demikianlah kata sang permaisuri yang dimaksud adalah perang besar di antara orang-orang jang telah memegang keris jang telah diarah- satu keturunan, yaitu Kurawa dan Pandawa. Udyoga Par- kan (kedadanja), tetapi radja Çalya mentjoba wa, parwa kelima Mahabharata menyebutkan bahwa pada untuk memeluknja : “Aduhai, Satyawatiku, peperangan tersebut Salya berpihak ke kubu Kurawa akibat adinda ; kamu adalah djiwaku: tenanglah ! tipu daya Duryudana karena sebenarnya dia dan seluruh Ah, benarkah saja telah memberitahukan se- pasukannya akan berpihak ke kubu Pandawa. gaala rahasia kepada Nakula ? Itulah hanja Variasi teks cerita yang menjadi karakteristik trans- sekedar djamuan sadja. Begitu pula, bagai- formasi tidak dapat dikatakan sebagai perusakan terhadap manakah saja dapat mengachiri hidup saja ? teks sumber. Dalam teori kesusastraan, variasi atau perbe- Itulah tidak masuk akal sama sekali !)(Wir- daan-perbedaan antara teks lama dan teks baru tersebut josuparto, 1968:144). biasa terjadi yang dikenal dengan sebutan resepsi sastra. Pada hakikatnya, sebuah karya sastra selalu berubah ber- Transformasi mengenai tokoh Salya memang me- dasarkan kondisi waktu, tempat, masyarakat, atau bahkan narik bila dilihat pada adanya perubahan mengenai di- individu karena ia memang tidak lahir dari kekosongan bu- rinya yang berkelanjutan. Disebut berkelanjutkan karena daya. Riffaterre (dalam Nurgiyantoro, 2002:50) mengata- muncul lagi perubahan mengenai jumlah anak Salya dan kan bahwa setiap teks adalah mozaik kutipan;, sebuah teks hubungannya dengan tokoh-tokoh lain. MBh menyebut merupakan hasil penyerapan dan transformasi dari teks- Salya mempunyai dua anak lelaki, yaitu Rukmangada dan teks lain yang ada sebelumnya. Dengan demikian, variasi Rukmarata, sedangkan Kakawin Bharatayuddha hanya me- yang ada merupakan resepsi atas teks yang telah ada lebih nyebut nama Rukmarata yang tewas dalam pertempuran dahulu dan diwujudkan di dalam penciptaan teks baru. Re- melawan Çweta; di dalam MBh Rukmarata tewas oleh se- sepsi sastra adalah aliran yang meneliti teks sastra dengan pupunya sendiri, Sahadewa. bertitik tolak kepada pembaca yang menanggapi teks yang Perubahan berlanjut dalam teks-teks yang lahir se- telah ada. Dengan begitu, pembaca yang menjadi pembe- telah Kakawin Bharatayuddha, terutama yang diciptakan ri makna merupakan variabel menurut ruang, waktu, dan dengan bahasa Jawa Baru. Di dalam teks-teks yang lebih golongan sosial-budaya. Hal tersebut berarti bahwa seo- baru itu, pasangan Salya-Setyawati memiliki lima anak. rang pembaca karya sastra tidak memiliki kesamaan dalam Rukmarata, satu-satunya anak yang disebut dalam kakawin pembacaan, pemahaman, dan penilaian (Abdullah dalam merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Empat ka- Jabrohim, 2003: 108-109). kaknya adalah Erawati, Surtikanthi, Banowati, dan Burisra- Hans Robert Jauss yang diakui sebagai orang per- wa. Tidak hanya itu, dari kelima anak tersebut, dua di an- tama yang membuat sistematisasi terhadap teori