THE ANALYSIS OF FISHING EFFORT BY SCRAPING NET IN SUNGAI NYAMUK, SINABOI SUB DISTRICT, OF PROVINCE

By Fitriani1), EniYulinda2), Hamdi Hamid3) Email :[email protected]

ABSTRACT

Research on the analysis of fishing effort by fishing scraping net, held in April 2015 in Sungai Nyamuk, Sinaboi Sub District, Rokan Hilir Regency Of Riau Province. The research of aims to analyze large venture capital investments, and how large gross income and net income of using fishing scraping net. The method used is a survey method. Determination respondents stratification of random sampling performed using a method that is done by looking at the motor boat scraping levels at the study site consisting of a motor boat with a cargo scraping net 0,7 GT and GT 1. Respondents were drawn consists of a fishing effort using the tool catches scraping net to charge 1 GT by 3 fishermen and fishermen scraping net 0,7 GT by 3 people. The total investments invested in doing scraping net fishermen fishing effort is Rp 29.647.000, for a motor boat fishermen 0,7 GT and Rp 44.295.000 for boat motors 1 GT. Gross income of scraping net fishermen for season of motor boat 0,7 GT Rp. 305.000 of day and Rp. 109.000 for not season of day. For motor boat 1 GT Rp. 385.000 for season of day and Rp. 183.000. Net income scraping net fishermen of 0,7 GT Rp. 196.000 for season of day and not net income for not season of day. As for fishermen of motor boat 1 GT is Rp. 220.000 for season of day and Rp. 18.000 for not season of day.

Keywords: Scraping Net, worthiness of business investment, Rokan Hilir. 1). Students Of The Faculty Fisheries and Marine Science, University Of Riau 2). Lecturer Of The Faculty Of Fisheries and Marine Science, University Of Riau.

PENDAHULUAN Riau juga memiliki laut yang kaya akan Latar Belakang ikan. Provinsi Riau merupakan salah satu Kabupaten Rokan Hilir terletak provinsi penghasil ikan yang sangat pada 00 25' 20 derajat LU - 010 25' 41” LU potensial, baik ikan sungai maupun ikan dan 1000 02' 56” - 1000 56' 59” BT. Luas laut. Karena Provinsi Riau memilki 7.449.85 km. Kabupaten Rokan Hilir di beberapa sungai besar yang memiliki aliri beberapa sungai, dua diantaranya beragam jenis ikan, selain itu Provinsi adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Rokan Kanan dan Sungai Rokan Penduduk di kepenghuluan ini Kiri. sebagian besar berprofesi sebagai nelayan Wilayah Kabupaten Rokan Hilir yang mengantungkan hidupnya dari bagian teritorial Selat Malaka. melaut. Pendapatan nelayan sering tidak Berdasarkan letak geografis dan kondisi menentu, hal ini disebabkan oleh besar perairan, Kabupaten Rokan Hilir atau kecilnya ukuran kapal motor dan merupakan daerah yang potensial besar kecilnya daya mesin sehingga penghasil ikan. Dimana terdapat 4 (empat) nelayan di kepenghuluan ini tergolong ke Kecamatan yang merupakan daerah dalam ekonomi menengah kebawah. Hal pesisir yang potensial dalam perikanan tersebut disebabkan pola pikir nelayan tangkap yaitu Kecamatan Bangko, yang hanya melaut untuk mencukupi Sinaboi, Kubu dan Pasir Limau kebutuhan hari ini dan besok serta kurang Kapas.(Diskanlut Rokan Hilir, 2012). pandai dalam mengatur keuangan mereka Alat tangkap ikan yang ada di ditambah semakin hari pengahsilan Kabupaten Rokan Hilir jika dilihat dari semakin berkurang dan harga BBM pun cara beroperasinya alat tersebut dapat semakin naik. dibedakan menjadi dua golongan yaitu Pendapatan nelayan di alat tangkap statis dan alat tangkap kepenghuluan ini dipengaruhi oleh hasil dinamis. Alat Tangkap statis adalah alat tangkapan. Namun hasil tangkapan tangkap yang sifatnya tetap atau tidak nelayan selalu tidak tetap, hal ini berpindah-pindah dalam rentang waktu dipengaruhi oleh kecepatan sampan yang lamay, alat tangkap jenis ini yang motor, karena semakin cepat sampan ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir motor maka semakin kecil peluang udang adalah bubu tiang. Alat tangkap dinamis dan organisme lainnya untuk menghindar memiliki sifat yang berlawan dengan alat dari alat tangkap tersebut, Adapun alat tangkap statis, bila alat tangkap statis tangkap yang dipengaruhi oleh kecepatan sifatnya tetap atau tidak berpindah-pindah kapal motor dalam pengoperasiannya maka alat tangkap dinamis sifatnya adalah sondong dan bubu tarik. Namun bergerak atau berpindah-pindah salah penulis tertarik melakukan penelitian satunya adalah sondong (Dinas Perikanan terhadap alat tangkap sondong karena alat dan Kelautan Rokan Hilir, 2012). tangkap ini merupakan alat tangkap aktif Kepenghuluan Sungai Nyamuk yang tinggi produktifitasnya, dioperasikan merupakan salah satu kepenghuluan yang di perairan pesisir pantai yang merupakan berada di Kecamatan Sinaboi Kabupaten daerah potensial perikanan. Tujuan utama Rokan Hilir. Potensi perikanan tangkap di penangkapan adalah jenis udang, pada kepenghuluan ini merupakan perikanan waktu dan musim tertentu pendapatan tangkap yang sebagian besar berasal dari mencapai Rp 500.000 perharinya. laut. Alat tangkap yang digunakan Menurut salah satu Nelayan nelayan untuk melakukan penangkapan sondong pada tahun 1998 Usaha ikan di laut meliputi Sondong, Bubu penangkapan sondong di Kepenghuluan Tarik, Jaring. Sungai Nyamuk Kecamatan Sinaboi mengoperasikan alat tangkap sondong dilakukan Tanpa menggunakan sampan 1). Berapa besar investasi dan Modal motor yaitu dengan cara mendorong alat yang dibutuhkan usaha alat tangkap tersebut ke perairan di pinggir pantai sondong di Kepenghuluan Sungai tanpa menggunakan alat bantu perahu. Nyamuk Namun pada tahun 2004 usaha 2). Berapa besar pendapatan kotor dan penangkapan sondong di Kepenghuluan pendapatan bersih usaha alat Sungai Nyamuk Kecamatan Sinaboi telah sondong di Kepenghuluan Sungai mengalami kemajuan sehingga Nyamuk dimodifikasi dalam teknologi Tujuan dan Manfaat Penelitian penangkapanya sudah menggunakan alat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk bantu yaitu dengan cara didorong oleh 1. Untuk mengetahui berapa besar sampan motor. Pengoperasian alat investasi usaha alat tangkap tangkap ini nelayan hanya Sondong di Kepenghuluan Sungai mengoperasikan secara sendiri atau tidak Nyamuk . memiliki ABK. Nelayan sondong di 2. Untuk mengetahui berapa besar daerah ini sudah memiliki sampan motor pendapatan kotor dan pendapatan sendiri dengan daerah pengoperasian alat bersih usaha alat tangkap Sondong tangkap ini di perairan pesisir pantai pada di Kepenghuluan Sungai Nyamuk. kedalaman 1-3 meter. Selanjutnya manfaat yang diharapkan dari Nelayan di daerah penelitian ini penelitian ini adalah : melakukan penangkapan 14-24 hari dalam 1. Bagi peneliti, penelitian ini sekali pengoperasian rata-rata hasil bermanfaat sebagai suatu penerapan tangkapan yang dihasilkan oleh alat teori yang telah diperoleh penulis tangkap sondong ini mencapai 7-30 Kg dan penelitian ini diharapkan merupakan hasil rata-rata tangkapan bermanfaat untuk menambah udang dan ikan, adapun jenis hasil pengatahuan tentang usaha tangkapan udang solo (Panaeus penangkapan menggunakan alat marguensis), udang putih besar (Panaeus tangkap sondong. indicus), udang harimau (Paneus 2. Bagi Pemerintah Daerah, hasil monodon), dan ikan belanak (Mugil penelitian ini diharapkan dapat cephalus) ikan gulama (Otolithoides menjadi sumbangan pemikiran dan pama). bahan pertimbangan dalam Berdasarkan uraian diatas penulis penyusunan kebijakan terutama tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Usaha Penangkapan dalam pengembangan perikanan Ikan dengan Alat Tangkap Sondong tangkap. (Scraping Net) di Kepenghuluan Sungai 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini Nyamuk Kecamatan Sinaboi Kabupaten diharapkan dapat dijadikan sebagai Rokan Hilir Provinsi Riau. tambahan referensi dalam Rumusan masalah penyusunan penelitian selanjutnya Dari latar belakang yang telah atau penelitian-penelitian sejenis. dikemukakan, maka diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut; METODELOGI PENELITIAN tangkapan sondong dengan muatan 1 GT Waktu dan Tempat sebanyak 3 orang nelayan dan nelayan Penelitian ini telah dilaksanakan sondong 0,7 GT sebanyak 3 orang. pada bulan Maret-April 2015. Tempat Pengumpulan Data pelaksanaan penelitian ini adalah Data yang dikumpulkan dalam Kepenghuluan Sungai Nyamuk penelitian ini adalah data primer dan data Kecamatan Sinaboi Kabupaten Rokan sekunder. Data primer diperoleh dari Hilir Propinsi Riau, dimana usaha responden (nelayan pemilik sondong) penangkapan dan nelayan sondong dengan melakukan wawancara yang dijadikan sebagai objek penelitian ini. berpedoman dengan kuisioner yang telah Prosedur Penelitian disiapkan. Adapun data primer yang Metode Penelitian meliputi identitas responden (nama, umur, Metode yang digunakan dalam tanggungan keluarga, pengalaman penelitian ini adalah metode survey. berusaha, dll), modal usaha, biaya Metode survey digunakan untuk operasional yang terdiri dari biaya tetap mendapatkan data yang diperlukan dan biaya tidak tetap, jumlah hasil langsung dari lokasi penelitian. Metode tangkapan, harga ikan, jumlah hari kerja, survey merupakan pengamatan secara jenis ikan yang tertangkap, pendapatan langsung terhadap objek di lapangan dan kotor, pendapatan bersih, keuntungan mengumpulkan data melalui wawancara serta hal-hal lain yang dapat menunjang langsung dengan responden yang kelengkapan data penelitian ini. Untuk berpedoman pada kuisioner yang telah melengkapi data tersebut diperlukan data disediakan. sekunder yang diperoleh dari literatur dan instansi terkait. Penentuan Responden Dalam penelitian ini yang menjadi Defenisi Operasional responden adalah nelayan sondong Berikut ini beberapa konsep dengan jumlah populasi sebanyak 22 operasional yang dicapai dalam penelitian orang, 22 unit alat tangkap sondong yang untuk memudahkan dalam pengambilan terdiri dari 13 unit alat tangkap sondong 1 data dan tujuan penelitian ini: GT dan 9 unit alat tangkap sondong 0,7 1. Nelayan pemilik adalah nelayan yang GT. Penentuan responden dilakukan memiliki alat tangkap sondong yang dengan menggunakan metode stratifkasi secara langsung ikut dalam operasi random sampling yaitu metode yang penangkapan tersebut. dilakukan dengan melihat tingkatan dari 2. Sondong adalah alat tangkap yang populasi sampan motor sondong yang ada tujuan utama penangkapan adalah di lokasi penelitian. Populasi dari udang. tingkatan sampan motor sondong di likasi 3. Investasi adalah penanaman modal penelitian yang terdiri dari sampan motor dalam bentuk harta kekayaan yang sondong dengan muatan 0,7 GT dan 1 GT. terdiri dari Modal tetap (MT) dan Responden yang diambil terdiri dari satu modal kerja (MK). usaha penangkapan menggunakan alat 4. Modal kerja adalah biaya yang sondong di daerah penelitian ini digunakan dalam menjalankan usaha beralasan bahwa dalam melakukan yang diharapkan memberikan manfaat pengoperasian usaha penangkapan dalam usaha penangkapan dengan Sondong milik mereka membutuhkan menggunakan alat tangkap Sondong, modal yang cukup besar sehingga bahan bakar sampan motor, biaya mereka lebih memilih melakukan perawatan sampan dan mesin sampan pengoperasian sendiri mengingat hasil motor, persedian dan biaya lain-lain. tangkapan tidak menentu serta biaya 5. Hasil tangkapan adalah jumlah seluruh yang digunakan dalam pengoperasian ikan hasil tangkapan nelayan sondong semakin tinggi dikarenakan naiknya yang diperoleh selama satu tahun. harga BBM. 6. Modal tetap adalah sejumlah uang Analisa Data yang dikeluarkan untuk pembelian: Data yang diperoleh dikumpulkan pembelian kapal sondong, mesin dan dan disusun dalam bentuk tabel peralatan lainnya, alat tangkap selanjutnya dianalisis secara deskriptif. sondong, biaya pembelian BBM dan Untuk mengetahui besarnya biaya yang oli mesin per trip. dikeluarkan dan usaha nelayan sondong 7. Pendapatan bersih adalah pendapatan dilakukan perhitungan analisis usaha yang diperoleh nelayan dari sebagai berikut : pengurangan antara pendapatan kotor dengan total biaya produksi. Total Investasi (TI) 8. Pendapatan kotor (gross income) Untuk menghitung total investasi adalaah pendapatan yang diterima dari digunakan rumus: hasil penjualan udang dan runcah. TI = MT+MK 9. Penyusutan adalah pengurangan nilai Dimana: suatu barang seperti yang terdapat TI = Total Investasi pada alat tangkap sondong dan kapal MT = Modal Tetap karena umur dan penggunaannya. MK = Modal Kerja 10. Analisis usaha dalam bidang Biaya Produksi (TC) perikanan merupakan pemeriksaan Biaya produksi adalah biaya yang keuangan untuk mengetahui sampai terdiri dari biaya tetap (FC) dan biaya dimana keberhasilan yang telah tetap (VC), (Suratiah, 2006). dicapai selama usaha tersebut TC = FC + VC berlangsung. Dimana: 11. Hasil tangkapan adalah jumlah ikan TC = Total Cos dan udang yang berhasil ditangkap FC = Biaya Tetap nelayan per hari. VC = Biaya Tidak Tetap 12. Hasil tangkapan yang diperoleh tidak Biaya Penyusutan ada pembagian hasil, karena nelayan Biaya penyusutan adalah pemilik sondong tidak memerlukan biaya pembelian peralatan yang dipakai buruh dalam pengoperasian alat nelayan, di bagi dengan umur ekonomis tangkap sondong ini, karena nelayan alat tangkap (Bambang, 1992). Dengan rumus: D = C/n Benefit Cost Of Ratio (BCR) Dimana: Untuk mengetahui usaha tersebut D = Penyusutan Peralatan mengalami keuntungan atau kerugian C = Harga Beli Peralatan serta layak atau tidak layaknya usaha N = Umur Ekonomis Peralatan tersebut untuk diteruskan dapat diketahui Pendapatan Kotor (GI) dengan cara membandingkan pendapatan Pendapatan kotor adalah seluruh kotor (GI) dengan total biaya (TC) yang pendapatan yang di peroleh dari penjualan disebut juga dengan Benefit Cpst Of Ratio produksi (hasil tangkapan) dengan harga (Kadariah, 1999). jual ikan yang dihitung dalam satu BCR = GI tahun/periode (Suratiah, 2006). TC Dengan rumus GI = Y X Pʏ Dimana: Dimana: BCR = Benefit Cost Of Ratio GI = Gross Income GI = Grpss Income (Pendapatan Kotor Y = Quantity (jumlah produksi nelayan Nelayan Sondong per tahun) Sondong per tahun) TC = Total Cost (Seluruh biaya produksi Pʏ = Price (Harga jual ikan Rp/Kg) yang dikeluarkan dalam operasi Pendapatan Bersih (NI) penangkapan yaitu jumlah biaya Pendapatan bersih (NI), adalah tetap (FC) dan biaya tetap (VC) selisih dari pendapatan kotor (GI) dengan per tahun). total biaya yang dikeluarkan (TC), Dengan criteria: (Suratiyah, 2006). BCR > 1, maka usaha tersebut NI = GI – TC menguntungkan dan dapat = (Y. Pʏ)-(FC+(X.Pᵪ) dilanjutkan Dimana: BCR = 1, maka usaha tersebut tidak NI = Net Income (Pendapatan Bersih mengalami untung dan rugi. Nelayan Sondong Per tahun) BCR < 1, maka usaha tersebut tidak GI = Gros Income (Hasil Produksi menguntungkan atau rugi. dikalikan dengan harga masing- Untuk mengetahui modal yang masing golongan produksi pada dimiliki tersebut lebih menguntungkan penelitian (qxp). jika ditanamkan di bank dengan tingkat TC = Total Cost, (Seluruh biaya yang bungayang berlaku pada waktu itu atau keluarkan dalam setiap usaha lebih menguntungkan jika modal tersebut penangkapan meliputi biaya tetap ditanamkan pada usaha penangkapan (FC) dan biaya tidak tetap(VC). dengan menggunakan jarring kurau. Y = Output (produksi) FRR (Financial Rate of Return) Pʏ = Harga Output FRR (Financial Rate of FC = Biaya tetap (dianggap konstan) Return) merupakan persentase X = Input (jumlah modal yang digunakan) perbandingan antara pendapatan bersih Pᵪ = Harga Input (Net Income) dengan investasi (Riyanto, 1995). FRR = NI / I x 100% Dimana : kapasitas muatan sampan motor 0,7 GT FRR = Financial Rate of Return dan 1 GT . NI = Net Income (Pendapatan Bersih) Armada penangkapan yang umum I = Investasi digunakan oleh nelayan Kepenghuluan Kriterianya : Sungai Nyamuk adalah sampan motor a. Apabila FRR > tingkat bunga berlaku, yang berukuran 7.5 meter, lebar 1.5 meter maka proyek dinyatakan layak dengan kedalaman 1 meter. Mesin yang b. Apabila FRR < tingkat bunga berlaku, digunakan adalah mesin merek Dong maka proyek dinyatakan tidak layak Feng 16 HP (Horse Power) untuk ukuran Dengan mengetahui FRR maka sampan motor 1 GT, sedangkan untuk alat dapat ditentukan apakah modal sebaiknya tangkapnya terdiri dari panjang songkang diinvestasikan pada usaha atau di Bank. 8 meter, pelampung, pemberat, ukuran Apabila FRR (Finensial Rate of Return) Mesh size jaring bagian pangkal (mulut) lebih besar dari suku bunga di Bank 15 mm, tengah (tubuh) 12 mm dan bagian maka hal ini menunjukkan bahwa modal bucu 10 mm dengan lebar bukaan mulut sebaiknya diinvestasikan pada usaha. 4.5 meter. Sampan motor 0,7 GT adalah sampan motor 6 meter, lebar 1 meter HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kedalaman ½ meter. Mesin yang Gambaran Umum Daerah Penelitian digunakan adalah mesin merek Dong Kondisi Geografis dan Letak Wilayah Feng 8 hp, sedangkan panjang songkang 6 Kepenghuluan Sungai Nyamuk memiliki luas 174 Km2 dan terletak pada meter, lebar bukaan mulut 3 meter. posisi 100052’0”-100054’0” LU dan 0 0 Alat Penangkapan 3 13’0”- 2 17’0” BT. Kepenguluan Alat tangkap yang dioperasikan di Sungai Nyamuk mempunyai wilayah sebagai berikut: sebelah Utara dengan Kepenghuluan Sungai Nyamuk adalah Bukit Kapur , sebelah Selatan alat tangkap sondong (Scraping net). Alat dengan Selat Melaka, sebelah Barat tangkap sondong di beberapa daerah dengan Kepenghuluan Raja Bejamu dan disebut juga sungkur. Alat tangkap sebelah Timur dengan Kepenghuluan sondong terdiri 4 bagian yaitu bagian Serusa. songkang atau kaki sondong, badan jaring, Keadaan Umum Nelayan Sondong tapak sondong, pelampung dan pemberat. Distribusi nelayan Sondong Songkang atau kaki sondong kisaran umur nelayan di terbuat dari kayu yang berbentuk bulat Kepenghuluan Sungai Nyamuk adalah 29- dengan ukuran Panjang kaki sondong 38 tahun. Hal ini berarti seluruh Nelayan untuk ukuran sampan motor 1 GT 8-9 adalah usia produktif. Tingkat pendidikan meter dengan diameter 5-6 cm yang Nelayan di Kepenghuluan Sungai berjumlah 2 batang yang dihubungkan Nyamuk rata-rata tamatan SD. secara menyilang dan hampir menyerupai Keadaan Usaha Perikanan Nelayan huruf A terbalik atau lebih menyerupai Armada Penangkapan gunting. Alat tangkap sondong di Sondong yang digunakan oleh Kepenghuluan Sungai Nyamuk nelayan di Kepenghuluan Sungai Nyamuk menggunakan sampan motor dengan memiliki panjang 9 meter, ukuran bukaan mulut 4-5 meter untuk ukuran sampan Proses pengoperasian alat tangkap motor 1 GT dan 3 meter untuk ukuran sondong di kepenghuluan ini tergolong sampan motor di bawah 1 GT, bagian mudah karena tali ris sisi kiri dan kanan tubuh memiliki mesh size 12 mm dan jaring sondong sudah di ikat pada tapak bucu 10 mm. sondong sehingga mempermudah proses Tapak sondong terbuat dari kayu penurunan alat tangkap tersebut. Proses yang di bentuk seperti tapak kaki dengan penurunan alat tangkap sondong ukuran 50-60 cm, lebar 25-30 cm dan dilakukan dengan menurunkan songkang tebal ½-1 cm. (kaki sondong) kemudian menurunkan Pelampung yang digunakan untuk jaring sondong ke laut dengan posisi kaki menjaga keseimbangan kaki sondong sondong di pasang sesuai pada haluan terhadap keadaan dasar perairan dan sampan motor yang telah disediakan. gelombang. Pemberat yang digunakan Produksi adalah seperti rantai yang diikat pada tali Nelayan sondong melakukan ris bukaan mulut berfungsi untuk memberi operasi penangkapan selama 14 sampai 24 daya berat sehingga pada saat arus deras hari per bulan, dengan rata-rata 19 hari dan melawan arus kaki sondong tidak per bulan. Nelayan sondong di terangkat kepermukaan perairan. kepenghuluan ini ketika musim udang Operasi Penangkapan mereka melaut sebanyak 24 hari dan Sondong di Kepenghuluan Sungai mereka hanya tidak melaut 6 hari untuk Nyamuk dioperasikan pada perairan yang istirahat dan memperbaiki sampan motor keruh jika terjadi hujan maka kondisi dan alat tangkapnya jika ada yang rusak. perairan bercampur dengan lumpur Namun jika pada musim pacelik nelayan dengan kondisi pantainya landai dan hanya melaut 14 hari. berlumpur yang ditumbuhi oleh Hasil tangkapan nelayan sondong mangrove. dengan ukuran sampan motor 0,7 GT pada Musim penangkapan nelayan waktu operasinya sama dan jumlah hari sondong di Kepenghuluan Sungai melaut sama dengan sampan motor 1 GT, Nyamuk ini terdiri dari musim timur yaitu rata-rata hasil tangkapannya dalam satu area penangkapannya di sepanjang kali operasi ketika musim yaitu udang perairan pesisir pantai Kepenghuluan Raja harimau 7,33 kg, udang solo 2,33 kg, Bejamu yang terjadi pada bulan juli udang putih besar 4 kg, udang putih kecil sampai bulan september sedangkan 5,33 kg dan Runcah 9,33 kg sedangkan musim barat terletak pada area ketika tidak musim udang nelayan hanya penangkapannya di sepanjang perairan memperoleh rata-rata hasil tangkapan pesisir pantai Kepenghuluan Serusa dan lebih kecil dari musim udang. Rata-rata Parit Aman yang terjadi pada bulan maret hasil tangkapan per 5 bulan ketika musim sampai bulan april. Musim paceklik atau adalah udang harimau 960 kg, udang solo tidak musim udang terjadi pada bulan 440 kg, udang putih besar 720 kg, udang oktober sampai bulan februari dan pada putih kecil 640 kg dan Runcah sebanyak bulan mei sampai bulan juni. 760 kg sedangkan rata-rata hasil tangkapan nelayan pada 7 bulan tidak musim adalah udang harimau nelayan nelayan hanya melaut sebanyak 98 hari. hanya memperoleh 588 kg, udang solo Rata-rata hasil tangkapan ketika tidak 130,667, udang putih besar 98 kg, udang musim udang selama 7 bulan adalah putih kecil 294 kg dan runcah 1.274 kg. udang merah 816,7 kg, udang solo Jumlah hasil tangkapan 1 kali 130,667 kg, udang putih besar 98 kg, operasi ketika musim berbeda dari setiap udang putih kecil 359,33 kg dan Runcah nelayan sondong. Jumlah hasil tangkapan 1.568 kg. nelayan sondong 1 GT sebanyak 150 kg Pemasaran per 3 orang nelayan responden dengan Udang hasil tangkapan nelayan rata-rata hasil tangkapan 16,3 kg untuk biasanya menjual langsung ke pedagang udang harimau, udang solo 6,7 kg, udang pengumpul yang ada di sungai Nyamuk. putih besar seabnyak 6,7; udang putih Hasil tangkapan berupa udang harimau kecil 9,3 kg, hasil tangkapan lainnya (Penaeus monodon) udang Solo (penaeus (sampingan) yang merupakan sisa dari merguiensis), udang Putih Besar (Penaeus hasil tangkapan yang yang telah disortir indicus) dan udang Putih Kecil (Runcah) 33 Kg dengan rata-rata hasil (Litopenaeus vannamei) disortir sesuai tangkapan 11 kg. Hasil tangkapan yang jenis udang tersebut serta beberapa hasil terbanyak pada musim udang adalah tangkapan lain seperti ikan kecil dan udang harimau yang di ikuti oleh runcah berbagai organisme lainnya kecuali sedangkan hasil tangkapan terkecil adalah moluska dan. udang putih besar dan udang solo. Hasil Hasil Analisis tangkapan ketika tidak musim udang jauh Investasi berbeda dengan hasil tangkapan ketika Total investasi terbesar yang musimudang. Rata-rata hasil tangkapan ditanamkan nelayan sondong dalam ketika tidak musim untuk udang harimau melakukan usaha penangkapan yaitu Rp 8,3 kg, udang solo 1,333 kg, udang putih 29.647.000, untuk nelayan sampan motor besar 1 kg, udang putih kecil 3,667 kg dan 0,7 GT dan Rp 44.295.000 untuk sampan 16 kg. Musim udang terjadi 5 bulan yaitu motor 1GT. bulan maret dan april serta pada bulan juli Modal Tetap sampai September. Nelayan melaut dalam Rata-rata modal tetap yang satu bulan sebanyak 24 hari, jadi dalam 5 dikeluarkan oleh nelayan sondong adalah bulan nelayan melaut sebanyak 120 hari. sebesar Rp 6.375.000 untuk sampan motor Hasil tangkapan dalam 120 hari ini 0,7 GT dan Rp. 8.815.000 untuk sampan dengan rata-rata hasil tangkapan 1.960 kg motor 1 GT. untuk udang harimau, udang solo 800 kg, Biaya Operasional udang putih besar 800 kg, udang putih Biaya operasional penangkapan kecil 1,120 dan runcah sebanyak 1.360 kg. menggunakan alat tangkap sondong pada Tidak musim udang terjadi selama sampan motor 0,7 GT dan 1 GT hanya 7 bulan, yaitu pada bulan januari, februari, berbeda pada biaya operasional untuk mei, juni dan pada bulan oktober sampai bahan bakar solar, baik ketika musim desember. Nelayan melaut dalam satu udang dan ketika tidak musin udang, bulan hanya 14 hari, jadi dalam 7 bulan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1, berikut. No Nelayan Solar/Rp Oli/Rp Es/Rp Konsumsi/Rp Total 1 0,7 GT 7.680.000 1.200.000 1.200.000 3.000.000 13.080.000 2 1 GT 14.400.000 1.200.000 1.200.000 3.000.000 19.800.000 1 0,7 GT 6.272.000 980.000 490.000 2.450.000 10.192.000 2 1 GT 11.760.000 980.000 490.000 2.450.000 15.680.000

Nelayan melakukan penangkapan Biaya operasional untuk oli, es, satu kali operasi pada musim selama 5-7 dan konsumsi untuk sampan motor 1 GT jam. Ketika musim udang mereka sama dengan sampan motor 0,7GT. Biaya melakukan penangkapan selama 24 hari untuk oli perhari peroperasi adalah dan ketika tidak musim udang mereka sebanyak ½ kg dengan harga Rp.20.000 hanya melaut 14 hari. per kg, jadi biaya operasionalnya sebesar Biaya operasional untuk sampan Rp.10.000 perhari. Biaya untuk satu bulan motor 0,7 GT memerlukan solar sebanyak ketika musim udang sebesar Rp.240.000 8 liter peroperasi perhari dengan harga sehingga didapat biaya operasional untuk Rp.8.000, sehingga nelayan membutuhkan oli ketika musim sebesar Rp.1.200.000 biaya peroperasi perhari sebesar dan ketika tidak musim perbulannya Rp.64.000 dan ketika waktu musim sebesar Rp.140.000 dan untuk jumlah sebesar Rp.7.680.000. Biaya operasional bulan tidak musimnya sebesar solar ketika tidak musim sebesar Rp.980.000. Rp.6.272.0000. Sedangkan biaya Biaya es ketika musim perhari per operasional pada waktu musim udang satu kali operasi sebanyak 5 buah. Harga untuk sampan motor 1 GT adalah biaya es perbuah Rp.10.000 jadi nelayan untuk solar sebesar Rp. 19.800.000 pada memerlukan biaya operasional untuk es musim udang. Satu kali operasi selama satu bulan (24 hari) sebesar memerlukan solar sebesar 15 liter perhari Rp.240.000 dan selama musim (5 bulan) dengan harga Rp.8.000 perliternya memerlukan biaya sebesar Rp.1.200.000 sehinga biaya operasional per satu kali dan ketika tidak musim memerlukan biaya operasi perhari sebesar 120.000 sebesar Rp.5.000 dikalikan dengan jumlah sedangkan untuk satu bulan mencapai hari melaut dalam sebulan (14 hari) Rp.3.240.000 ini di peroleh hasil dari sebesar Rp.70.000 dan selama tidak pengalian antara jumlah hari melaut dalam musim (7 bulan) memrlukan biaya satu bulan (24 hari) dengan jumlah biaya Rp.490.000. Biaya konsumsi untuk biaya perharinya dan pada waktu tidak musim rokok, nasi, dll dalam satu kali operasi udang sebesar Rp. 15.680.000. Biaya untuk satu orang Rp.25.000, dikarenakan untuk solar sebesar Rp. 11.760.000. Biaya nelayan hanya pergi sendiri tidak ada oerasional perharinya adalah 120.000 ABK maka biaya operasi untuk konsumsi dikalikan dengan 14 hari jumlah melaut sebesar Rp.25.000 untuk satu kali operasi dalam satu bulan dikalikan dengan jumlah dan Rp. 600.000 perbulannya ketika bulan tidak musim yaitu selama 7 bulan. musim dan Rp. 3.000.000 untuk permusim sedangkan untuk tidak musim Melihat nilai BCR yang bernilai biaya konsumsi perbulan Rp. 350.00, dan lebih besar dari pada 1 (BCR>1), maka Rp. 2.450.000 untuk tidak musim, usaha penangkapan menggunakan alat sedangkan untuk pertahunnya sebesar tangkap sondong ini dapat diteruskan Rp.3.000.000 + 2.450.000 = Rp. karena menghasilkan keuntungan yang 5.450.000. besar. Biaya Tetap Financial Rate Of Return (FRR) Biaya tetap untuk sampan motor Nilai FRR pada usaha alat tangkap yang 0,7 GT adalah sebesar Rp.1.337.000 sondong 0,7 GT adalah sebesar 10,3 dan untuk biaya penyusutan adalah sebesar sampan motor 1 GT 9,1. besar kecilnya Rp.725.000 dan biaya perawatan nilai FRR dipengaruhi oleh nilai Rp.503.000. Biaya tetap untuk sampan pendapatan bersih dan jumlah total motor 1 GT sebesar Rp.1.547.500, untuk investasi yang ditanamkan pada usaha biaya penyusutan adalah Rp. 994.500 dan penangkapan sondong. biaya perawatan adalah 553.000. KESIMPULAN DAN SARAN Biaya Tidak Tetap Kesimpulan Rata-rata biaya tidak tetap yang Berdasarkan pengamatan selama dikeluarkan nelayan sampan motor 0,7 penelitian serta melalui analisis yang telah GT sebesar Rp.109.000 sedangkan untuk dilakukan dapat disimpulakn: nelayan sampan motor 1 GT adalah 1) Total investasi terbesar yang Sebesar Rp. 165.000. ditanamkan nelayan sondong Pendapatan Kotor dalam melakukan usaha Penapatan kotor (gross incom) penangkapan yaitu Rp 29.647.000, usaha penangkapan sondong sampan untuk nelayan sampan motor 0,7 motor 0,7 GT perhari adalah sebesar Rp. GT dan Rp 44.295.000 untuk 414.000 Sedangkan untuk nelayan sampan sampan motor 1 GT. motor 1 GT adalah Rp. 568.000. 2) Pendapatan kotor usaha penangkapan sondong sampan Pendapatan Bersih Pendapatan yang diterima oleh motor 0,7 GT perhari adalah sebesar Rp. 414.000 Sedangkan nelayan adalah pendapatan bersih (net untuk nelayan sampan motor 1 GT income) nelayan sondong 0,7 GT perhari adalah Rp. 568.000. adalah sebesar Rp. 305.000. Sedangkan untuk nelayan 1 GT adalah sebesar Rp. 3) Pendapatan bersih nelayan 403.000 sondong 0,7 GT perhari adalah sebesar Rp. 305.000. Sedangkan Benefit Cost Of Ratio (BCR) Nilai rata-rata BCR pada usaha untuk nelayan 1 GT adalah sebesar Rp. 403.000. nelayan sondong di Kepenghuluan Sungai Nyamuk sebesar 3,8 untuk nelayan Saran Penulis menyarankan agar usaha sondong sampan motor 0,7 GT dan 3,4 penangkapan dengan menggunakan alat untuk sampan motor 1 GT. tangkap Sondong dapat diteruskan dan dapat dikembangkan karena secara Husnan, Suad dan Suwarsono. 2003. Studi ekonomis berdasarkan analisis kelayakan kelayakan proyek. LJPP AMP usaha yang dilaksanakan di Kepenghuluan YKPN. Yogyakarta Sungai Nyamuk ukuran 1 GT dan Isnaniah. 2008. Pengembangan Perikanan nelayan Sondong 0,7 GT yang dianalisis Tangkap Berbasis Sumberdaya menguntungkan dan layak untuk Ikan Demersal Di Perairan Kota dilanjutkan karena dilihat criteria investasi Dumai Provinsi Riau. FPIK tingkat BCR lebih besar dari satu dan universitas Riau. . FRR lebih besar dari suku bunga bank Juniawan, R. 2012. Studi Konstruksi Alat artinya dari segi ekonomis usaha tersebut Tangkap Sondong di Desa Perigi dapat dilanjutkan. Raja Kecamatan Kualu Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir DAFTAR PUSTAKA Propinsi Riau. Skripsi. Fakultas Ayodhyoa AU. 1981. Metode Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penangkapan Ikan. Bogor. Pekanbaru. Yayasan Dewi Sri. 97 hlm. Novalina, S.P. 2006. Analisis Daerah Bambang, S. 1992. Kalkulus Pengoperasian Alat Tangkap Pengendalian Biaya Produksi. Sondong Di Perairan Panatai Rineka cipta. Jakarta 238 hal. Selatan Melaka Kelurahan Batu Dianto, F. X. 2003. Aspek Bisnis Usaha Teritip Kecamatan Sungai Perikanan Tangkap Pada Seminar Sembilan Kota Dumai Propinsi Prospek Bisnis Perikanan di Era Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan Peradapan Bebas. Bengkalis 15 Dan Ilmu Kelautan Universitas Januari 2003.Hal (tidak Riau. Pekanbaru. 67 Hal. diterbitkan). Pudjosumarto, M. 2001. Evaluasi Proyek Dinas Perikanan dan Kelautan. Perikanan Liberty. Yogyakarta. 200 hal. Tangkap, 2012. Rokan Hilir. Riyanto, B., 1995. Dasar-dasar . Produksi Perikanan Tangkap, Pembelanjaan Perusahaan. 2013. Rokan Hilir. Yayasan Penerbit Gajah Mada FAO. 1995. Code of Conduct for Yogyakarta. 365 hal. Responsible Fisheries. FAO Syarifuddin., Rengi, P., Brown, A. 2014. Fisheries Departement.24p. Studi teknologi penangkapan (online) (Http://fao//fisheries sondong di Desa Tanjung Pasir /code). Kecamatan Tanah Merah Hendrik. 2012. Analisis Usaha Alat Kabupaten Indragiri Hilir Tangkap Gillnet Di Pandan Provinsi Riau. Pekanbaru. Kabupaten Tapanuli Tengah Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Sumatera Utara. Fakultas tan.penebar Swadaya. Jakarta Peikanan dan Kelautan 123 hal. Universitas Riau. Jurnal Perikan dan Kelautan. Pekanbaru.