Penelusuran Keberadaan Kerajaan Dharmasraya Di Kabupaten Sawah Lunto Sumatera Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 Penelusuran Keberadaan Kerajaan Dharmasraya Di Kabupaten Sawah Lunto Sumatera Barat (Penelitian Unggulan Udayana) Oleh : Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, S.S.M.Si Rochtri Agung Bawono, S.S.M.Si Zuraidah, S.S.M.Si Kristiawan, S.S. Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana 2011 2 Kata Pengantar Berkat Rahmat TuhanYang Maha Esa dan dodorong oleh keinginan yang tinggi, maka penulis dapat menyusun Laporan Penelitian dengan judul Penelusuran Kerajaan Dharmasraya di Kabupaten Sawah Lunto Sumatra Barat. Dikarenakan kepentingan publikasi penulis merampungkan hasul penelitian ini. Penelitian ini tidaklah sempurna, menyadari akan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang ada pada diri penulis, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun melengkapi tulisan ini. Tanpa mengurangi jasa manapun yang telah rela dan ikhlas membantu penulis, melalui tulisan ini mengucapkan terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bapak Prof Dr. I Wayan Cika, M.S., Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana yang telah membantu menyediakan fasilitas pendidikan dan kesempatan membuat tulisan ini. 2. Bapak Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Arkeologi fakultas Sastra Universitas Udayana. 3. Kepada Panitia Seminar Nasional Seri Sastra, sosial, dan Budaya Fakultas Sastra Universitas Udayana yang telah menyediakan fasilitas ruang seminar untuk mempublikasikan hasil karya tulis ini. 4. Lembaga Penelitian Universitas Udayana yang memberikan fasilitas menyusun laporan penelitian Unggulan Universitas Udayana. 5. Staf Dosen Jurusan Arkeologi yang banyak memberikan masukan dan kritisi dalam penyusunan karya buku ajar ini. 3 6. Para ahli arkeologi dan sejarah, khususnya penyusun sejarah kerajaan Dharmasraya. Mudah-mudahan atas semua jasanya yang telah diberikan kepada penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya sesuai dengan amal perbuatannya. Akhirnya semoga karya tulis yang sederhana ini dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca sebagai sumbangan kecil dalam ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu Arkeologi pada khususnya. Penulis Denpasar, 20 September 2011 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….1 KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..5 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN……………………………………………5 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………….7 TUJUAN PENELITIAN……………………………………………………………………….9 MANFAAT PENELITIAN…………………………………………………………………….10 METODE PENELITIAN………………………………………………………………………11 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………13 SEJARAH KERAJAAN DHARMASRAYA………………………………………………….13 UPAYA PELESTARIAN KERAJAN DHARMASRAYA……………………………………17 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….....19 DAFTAR PUSTAKA 5 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala, merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala dapat dijadikan sebagai panduan kehidupan di masa sekarang dan di masa-masa yang akan dating. Warisan budaya tersebut dapat digunakan sebagai salah satu penunjang untuk merekontruksi sejarah kehidupan manusia di masa lampau, didalamnya terkandung tingkat kehidupan dari masyarakat pendukungnya (Uka Tjandrasasmita, 1980 : 95). Studi arkeologi berusaha mengungkap sejarah kebudayaan masa lampau melalui benda- benda yang ditinggalkan. Pernyataan singkat ini sebenarnya mengandung pengertian yang cukup luas dan dapat diambil dari dua unsure pokoknya yaitu : sasaran atau tujuan studi arkeologi yaitu kehidupan atau kebudayaan masa lampau. Sedangkan sumber data untuk mengetahui sejarah kebudayaan melalui benda-benda yang ditinggalkan (Timbul Haryono, 1984 : 5). Telah disepakati oleh para ahli bahwa ada tiga gejala kebudayaan melalui benda-benda yang meliputi wujud ide, aktifitas dan wujud hasil karya (Koentjaraningrat, 1980 : 200-201). Ilmu arkeologi berusaha merekontruksi kebudayaan manusia dimasa lampau melalui wujud-wujud hasil karyanya. Artefak yang merupakan hasil kegiatan manusia di masa lampau tidak pernah sampai kepada kita secara keseluruhannya, oleh sebab itu tidak semua jenis kegiatan manusia dapat terekam dengan dalam bentuk benda. Dari semua rekaman yang berupa benda hanya sebagian saja yang dapat diamati, dan pada akhirnya sedikit diketahui serta dipahami. Dalam penelitian ini 6 hanya sebagian kecil dari aspek masa lalu yang dapat diungkap mengingat unsure-unsur kebudayaan manusia itu sangat luas. Dalam usaha merekontruksi sejarah Indonesia kuna, kita sering dihadapakan dengan berbagai masalah, yang pada pokoknya muncul akibat adanya data yang berupa peninggalan- peninggalan purbakala yang kurang lengkap. Keberadaan data arkeologi yang serba terbatas, baik kualitas, kuantitas, dan validitasnya, disebabkan oleh adanya jumlah dan mutu data yang sampai pada kita cukup sedikit dibandingkan peninggalan purbakala yang semestinya ada. Inilah sebab utama mengapa pemahaman mengenai kebudayaan masa lampau tersebut juga sangat terbatas (Timbul Haryono, 1984 : 16). Latar belakang usaha merekontruksi sejarah Indonesia masa kuna, dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks, terutama data-data yang serba terbatas dan hilang ditelan zaman masa lalu. Permasalahan yang paling utama peninggalan purbakala tersebut sering rusak diakibatkan bencana alam, ulah manusia seperti misalanya pencurian, penjarahan, pelelangan, komersialisasi, pemalsuan benda-benda kuna. Permasalahan yang beragam inilah menyebabkan para ahli purbakala pemahamannya sagat terbatas sehingga diperlukanya mengadakan penelitian peninggalan purbakala untuk dapat merekontrusi dan menyusun sejarah kuna. Peninggalan purbakala yang diteliti yaitu Peninggalan Kerajaan Dharmasraya di Kabupaten Sawah Lunto Sumatera Barat. Peninggalan kerajaan ini seperti yang dilansir di media internet mengalami permasalahan yaitu peninggalan purbakala kerajaan ini banyak yang dijarah, dicuri, dan dikomersialisasikan untuk kepentingan ekonomi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itulah diperlukannya diadakan penelitian di daerah ini. 7 Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelusuran keberadaan Kerajaan Dharmasraya adalah : 1. Bagaimanakah sejarah dan latar belakang keagamaan Kerajaan Malayu Dharmasraya di Kabupaten Sawah Lunto, Sumatera Barat ? 2. Upaya-upaya apa yang harus ditempuh untuk melestarikan peninggalan kerajaan Dharmasraya tersebut ? III.Tinjauan Pustaka Ayatrohaedi, dkk 1978, dalam buku “Kamus Istilah Arkeologi”, menjelaskan istilah umum candi digunakan untuk menamakan semua bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Jadi baik bangunan itu berupa pemandian kuna, gapura atau gerbang kuna, maupun bangunan suci keagamaan, semuanya disebut candi. Dalam bahasa Jawa Kuna istilah “cinandi” berarti dimakamkan padahal arti harfiahnya adalah pemakaman, ada pula yang menafsirkan bahwa kata candi itu berasal dari bahasa Sanskerta Candika, yaitu nama Dewi Durga dalam kedudukannya sebagai dewa maut (Ayatrohaedi, 1978 : 19-20). Dalam arkeologi pengertian istilah candi adalah berupa bangunan, baik untuk pemakaman menurut teori lama maupun pemujaan menurut teori baru. Bahkan lebih luas lagi kata candi dipakai untuk menyebut bangunan Petirtaan seperti misalnya Jalatunda, Belahan, candi Tikus, candi Padas Gunung Kawi, serta Gapura-gapura antara lain Bajang Ratu, Wringin, dan lain sebagainya. Slamet Mulyana, 1979, dalam bukunya “Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahya”, menjelaskan tentang arca perwujudan. Duraikan dalam membahas arca perwujudan perlu juga diketahui kapan pengarcaan terhadaptokoh-tokoh itu sudah ada sehingga sampai menjadi tradisi. 8 Adanya suatu tradisi pada lingkungan keluarga raja untuk membuatkan tokoh penting itu dalam wujud arca adalah akibat dari adanya akuloturasi antara kepercayaan asli Indonesia di dalam aspek kepercayaan dengan agama Hindu (Slamet Mulyana, 1979 : 222). Konsepsi yang mendasari pemujaan arca perwujudan ialah adanya kepercayaan terhadap roh leluhur. Pemujaan maupun penghormatan terhadap roh leluhur ini sudah dikenal sejak zaman prasejarah, yang dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan sarana pemujaan berupa menhir, punden berundak-undak dan arca-arca yang bentuknya sederhana. Arca termasuk salah satu benda peninggalan purbakala adalah benda warisan budaya nenek moyang yang memungkinkan untuk mengetahui tingkat kebudayaan masyarakat pendukungnya. Berhadap dengan peninggalan purbakala khususnya yang berwujud arca, kita akan berusaha mengetahui kembali kebiasaan kehidupan pendukungnya, sehingga dapat diketahui latar belakang serta fungsi dari arca tersebut dahulunya di masyarakat. Sedangkan peninggalan yang berhubungan dengan kerajaan Dharmasraya yaitu ditemukannya arca Amoghapasa dan arca Bhairawa yang dinalisis periodesasi dari arcanya. Uka Tjandrasasmita, 1980 tulisannya mengenai “Fungsi Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional”, disajikan dalam Majalah Analisis Kebudayaan menjelaskan peninggalan benda-benda purbakala, merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala dapat dijadikan sebagai panduan kehidupan dimasa sekarang di masa-masa yang akan dating. Warisan budaya tersebut dapat digunakan sebagai salah satu penunjang merekontruksi sejarah kehidupan manusia di masa lampau, didalamnya terkandung tingkat kehidupan dari masyarakat pendukungnya (Uka Tjandrasasmita, 1980 : 95). Pengertian yang luas dan kompleks dari pentingnya melestarikan peninggalan purbakala