<<

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Idealisasi TVRI sebagai TV Publik: Studi —Critical Political Economy“

Lisa Adhrianti

ABSTRACT

In the beginning, media was established as an integral part of public sphere. As the world changed, media turned to be commercialized as commodity by mass distribution operation. Media was also sold to advertisers which use media facilities to reach their customers. This turnover had moved media more and more far away from the ideal of public sphere. It amounted when contents of media were dominated by less educated and less morality program. In order to implement public broadcasting media, an effort to create public sphere was badly needed. One of such effort was transformation of TVRI status to Public Broadcasting Organization by UU No. 32/Th. 2002. But, in reality, the operationalization of TVRI as Public TV still face some obstacles. This paper examines several regulation barriers faced by TVRI that prevent an ideal public sphere.

Kata kunci: TV publik, Undang-Undang Penyiaran, —Critical Political Economy“

1. Pendahuluan televisi jauh lebih mahal daripada modal untuk bisnis media cetak atau penyiaran radio. Tingkat 1.1 Latar Belakang persaingan antarstasiun televisi juga jauh lebih Televisi sebagai media komunikasi adalah alat keras, baik dalam memperbutkan kue iklan, pemirsa, komunikasi yang dalam perkembangannya menjadi tayangan-tayangan impor atau lokal terbaik kebutuhan primer bagi manusia, khususnya di era (Kurniati dalam Sudibyo, 2004:54). informasi saat ini. Kelebihannya sebagai media Di sendiri, pada awal pandang-dengar (audiovisual) dan sifat perkembangannya hanya memiliki satu stasiun aktualitasnya menjadikan televisi sebagai media televisi nasional, yakni TVRI yang berperan sentral favorit keluarga. dalam setiap kegiatan komunikasi politik pemerintah. Industri televisi kemudian berkembang Latar sejarah ini membuat TVRI selaku lembaga menjadi industri padat modal yang dikelola dengan penyiaran publik tidak bisa berfungsi optimal dan dukungan teknologi canggih sebagai implikasi terjadilah monopoli informasi karena TVRI menjadi globalisasi industri media. Dalam perjalanannya, TV ideologis yang melulu mengagung-agungkan industri televisi di setiap negara memiliki karakter pemerintah, khususnya presiden dan keluarganya serta perkembangan yang khas pada setiap melalui peliputan seremonial para pejabat, terutama tahapannya. Uang yang ditanamkan untuk bisnis presiden yang memang bertujuan untuk

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 281 melanggengkan kekuasaan rezim saat itu. khususnya dalam media massa sebagai akibat dari Dominasi TVRI berakhir pada 1988, ketika perpindahan keterlibatan orang-orang dalam RCTI (Rajawali Citra Televisi) lahir sebagai televisi masyarakat sebagai warga negara dari negara- swasta pertama di Indonesia, kemudian berturut- nagara bangsa menuju pada keterlibatan mereka turut disusul SCTV (Surya Citra Televisi), TPI sebagai unit-unit konsumsi dalam dunia korporasi (Televisi Pendidikan Indonesia), ANTEVE media massa. Media menjadi sulit tampil sebagai (Andalas Televisi), (PT Indosiar Visual wadah bagi berkembangnya ranah publik (public Mandiri), Metro TV (PT Media Televisi Indone- sphere), di mana setiap warga negara bisa sia), Lativi (PT Pasaraya Mediakarya), Global TV melibatkan diri dalam diskursus tentang masalah (PT. Global Informasi Bermutu), TV7 (PT Duta Vi- sosial dan untuk melakukan kontrol terhadap sual Nusantara), , JakTV, dan . negara dan pasar (market), orang betul-betul Kehadiran industri televisi swasta di Indone- bebas untuk berbicara, mempunyai akses sama sia muncul dalam konteks kebijkan top down lebih untuk berbicara dan distribusi kekuasaan daripada kebutuhan daripada kebutuhan dari berlangsung secara simetris dalam media massa masyarakat atau publik. Wacana yang berkembang (ideal speech situation). dari pertumbuhan industri televisi tersebut lebih Di tengah dilema pertelevisian tersebut, mengarah ke kepentingan ekonomi politik elit pemerintah melalui Undang-Undang Penyiaran penguasa, dan oleh karenanya kepentingan dan Nomor 32 Tahun 2002, membuat regulasi baru bagi kebutuhan publik untuk membangun ruang diskusi lalu-lintas penyiaran di tanah air. Regulasi dan publik sekaligus melakukan perkembangan pengawasan adalah sebuah kemutlakan untuk peradabannya belum menjadi kebutuhan yang media massa, peraturan, dan pengawasan, justru signifikan. diperlukan untuk melidungi hak-hak publik karena Televisi sendiri sudah dipahami sebagai alat efek mediasi yang luar biasa atas media tersebut. kapitalis yang digunakan untuk melanggengkan Regulasi bukan membatasi isi, melainkan menata dominasi kelas yang berkuasa. Beberapa faktor sistem supaya ada keadilan. Demokrasi memberi menjelaskan hal ini, antara lain, pertama pendirian kebebasan dan mekanisme pasar agar muncul televisi swasta, lebih banyak didorong oleh yang terbaik. Namun, demokrasi juga menjunjung kepentingan ekonomi politik domestik tinggi regulasi untuk menjamin terjadinya keadilan. internasional daripada inisiatif publik. Kedua, Tanpa regulasi, keadilan akan mudah dimanipulasi dengan sendirinya isi muatan dari televisi tersebut oleh kelompok kekuatan tertentu yang mempunyai dapat dipastikan lebih memenuhi kepentingan kekuasaan dan kapital (Winadono, 2006:113). ekonomi politik penggagas dan pemilik. Ketiga, Menurut Feintuck (1998:51), dewasa ini industri televisi muncul tanpa dilandasi wacana regulasi penyiaran mengatur tiga hal, yakni publik dan tidak memiliki landasan hukum dan struktur, tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur filosofi pendiriannya. Keempat, industri televisi (structural regulation) berisi pola-pola swasta muncul dengan membangun segmen- kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku segmen khalayak melalui pemrograman acaranya, (behavioral regulation), dimaksudkan untuk lebih untuk kepentingan ekonomis, yaitu iklan mengatur tata laksana penggunaan properti dalam daripada kepentingan yang bersifat mendasar, yaitu kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi (con- pengembangan masyarakat atau publik, sehingga tent regulation) berisi bahasan material siaran saat ini benar-benar telah terjadi apa yang yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Dalam dikhawatirkan oleh Habermas bahwa saat ini telah konteks diversitas politis dan kultural, regulasi terjadi ‘depolitisasi public sphere‘ akibat penyiaran juga mesti berisi peraturan yang kapitalisme lanjut. mencegah terjadinya monopoli atau penyimpangan Public Sphere sekarang telah mengalami erosi kekuatan pasar, proteksi terhadap nilai-nilai di mana kehidupan mulai dikomodifikasikan, pelayanan publik (public service values) dan pada

282 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

titik tertentu berisi pula aplikasi sensor yang tegas meneliti hubungan timbal balik antara bersifat paternalistik (Mufid, 2007: 73). ekonomi dan politik (King, 1998:33-41). Demi jalan bagi terwujudnya media penyiaran Dalam perkembangannya, istilah ekonomi- publik, pemerintah melalui regulasi tersebut politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara sekaligus berupaya menampilkan indentitas baru aspek ekonomi dan aspek politik. Ditegaskan TVRI sebagai televisi yang mampu mengakomodasi Mosco (1996:25) bahwa ekonomi politik kebutuhan publik sebagai wadah ruang publik komunikasi pada dasarnya merupakan —studi (public sphere) dengan mengubah status TVRI tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP). hubungan-hubungan kekuasaan yang secara Tujuannya agar TVRI dapat menjadi TV publik bersama-sama membentuk atau memengaruhi yang netral dan independen dalam segala hal. produksi, distribusi, dan konsumsi sumber-sumber Namun dalam penerapannya saat ini, masih daya, termasuk di dalamnya sumber-sumber terlihat ketimpangan antara regulasi dan konsepsi komunikasi (suart kabar, buku-buku, video, film, ideal dari public sphere mengenai lembaga dan khalayak yang merupakan sumber utama penyiaran publik seperti TVRI. Beberapa pasal komunikasi). Dengan bahasa yang lebih tajam dianggap masih belum mencerminkan konsepsi Mosco mendefinisikan ekonomi-politik sebagai ideal tersebut seperti pada pasal 14 ayat (1) dan (2) —the study of control and survival in social life“ Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 (Mosco, 1996:26). yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini. Mosco juga mengemukakan, paling tidak ada tiga hal yang mendasar terkait dengan kajian 1.2 Tujuan ekonomi-politik. Pertama, ekonomi-politik Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, merupakan bagian yang sangat penting dalam maka tulisan ini berupaya mengkritisi Undang- studi tentang perubahan sosial dan transformasi Undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 tentang historis. Kedua, ekonomi-politik menaruh Lembaga Penyiaran Publik pada Pasal 14 ayat (1) perhatian besar dalam mengkaji hubungan sosial dan (2) dalam hal ini TVRI sebagai upaya untuk secara menyeluruh termasuk di dalamnya mengkaji membongkar ketimpangan antara regulasi tersebut masalah-masalah ekonomi, politik, sosial dan dengan konsep ideal dari public sphere yang kebudayaan. Ketiga, ekonomi-politik commited dikembangakan oleh Habermas berdasarkan dengan filosofi moral. Artinya, kajian ekonomi- pendekatan kritikal political ekonomi agar dapat politik punya kepentingan dengan nilai-nilai sosial menghasilkan suatu alternatif pemikiran bagi dan prinsip-prinsip moral (Boyd-Barret, 1995:186). idealisasi TV publik. Golding dan Murdock (1991) menambah poin keempat, yaitu bahwa perhatian utama kajian 2. Kerangka Pemikiran ekonomi politik terkait dengan masalah 2.1Perspektif Ekonomi Politik —keseimbangan antara perusahaan kapitalis dan intervensi publik“. Pendekatan ekonomi politik merupakan sintesis yang mencoba memadukan ilmu politik dan 2.2 —Critical Political Economy“ ilmu ekonomi ke dalam suatu kerangka analisis yang lebih menyeluruh/komprehensif ( Sudarsono, 1989). Pendekatan ini merupakan pendekatan Dengan kata lain, ekonomi politik merupakan suatu ekonomi politik yang lain dalam bidang komunikasi usaha untuk memadukan antara rasionalisme yang dikembangkan Golding dan Murdock dan ekonomi dan kelayakan politik. Istilah ekonomi- dikenal dengan pendekatan ekonomi politik kritis politik sendiri tidak dimaksudkan untuk menunjuk (Critical Political Economy). Pendekatan ini suatu teori tertentu, melainkan untuk berbeda dengan mahzab ekonomi mainstream menggolongkan segala pendekatan yang dengan karena sifatnya yang holistik, historis, lebih

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 283 menekankan keseimbangan antara institusi dia dan masyarakat, karena pada dasarnya public kapitalis dan intervensi publik, serta yang sphere dapat merefleksikan bahwa media massa terpenting adalah bahwa ekonomi politik kritis memang benar menjadi a social institution yang menjangkau isu-isu teknis tentang efisiensi dalam mampu memfasilitasi pembentukan opini dengan kaitannya dengan persoalan mendasar mengenai menempatkan dirinya sebagai wadah independent moral, khususnya menyangkut keadilan, untuk perdebatan public œ di mana media tidak persamaan, dan public good. terkontrol oleh sensorship negara dan pasar (capi- Ekonomi politik kritis bermula dari hubungan tal owner). sosial dan permainan kekuasaan. Perhatian utama Konsep public sphere berasal dari hasil kerja ekonomi politik kritis terletak pada bagaimana Jurgen Habermas pada tahun 1962. Public sphere menciptakan dan memanfaatkan makna yang merupakan sebuah formasi pengertian ”publik‘, dibentuk pada masing-masing level oleh hubungan bukan sebagai prinsip yang abstrak, tetapi sebagai sosial yang terjalin secara sistematis dan suatu penanaman praktek social secara budaya dan terstruktur. Hubungan sosial bisa muncul dari ini membicarakan analisis media secara historis. hubungan yang terjadi antara pers dan editor atau Menurut Garnham, public sphere yaitu antara wartawan dan nara sumbernya. Ekonomi kebebasan yang ada pada gereja dan negara serta politik kritis juga menaruh perhatian pada cara-cara prinsip-prinsipnya. Pada abad ke 18, cofffee house dimana aktivitas komunikasi terbangun melalui dianggap sebagai ”public sphere‘ bagi kaum distribusi material dan sumber-sumber simbolik borjuis, suatu forum di mana surat kabar dan jurnal yang timpang (Golding & Murdock, 1991:18). dibacakan dan didiskusikan secara bersama-sama Untuk memberikan gambaran tentang (face to face). Ini dapat membantu dalam perhatian dan prioritas dari pendekatan ekonomi memfasilitasi hubungan antara kaum aristocrat dan politik komunikasi, Golding, dan Murdock (1991:22) para pengusaha. Karena pada dasarnya, media menyebutkan ada tiga bidang analisis. Pertama, pertama (pada abad ke-18) merupakan bagian inte- fokus pada produksi karya seni budaya, di mana gral dari public sphere, tetapi ketika media ekonomi politik komunikasi menjadi bagian yang dipasarkan melalui distribusi massa, di mana penting untuk membatasi dampak dari produksi audiens media dijual kepada pengiklan, maka me- budaya terhadap banyaknya konsumsi budaya. dia menjadi jauh dari peran tersebut. Pada abad ke Kedua, teks ekonomi-politik komunikasi -20, media mengutamakan berita-berita politik dalam menggambarkan cara-cara menghadirkan public sphere borjuis, yang Habermas sebut cor- representasi produk media dikaitkan dengan ruption of commercialization pada media massa. realitas materi produksi dan konsumsi. Ketiga, Sejak periode Glasnot, pada tahun 1980-an, di mana konsumsi budaya ekonomi-politik menggambarkan runtuhnya Uni Soviet dan Komunisme di Eropa hubungan antara materi dan ketimpangan budaya Timur, muncullah kebutuhan yang mendesak, di di mana ekonomi politik itu hadir. Kontribusi utama negara-negara Eropa untuk melakukan privatisasi ekonomi-politik adalah menganalisis bagaimana media public dan komersialisasi yang lebih dan dengan cara apa hubungan antara media dan intensif atas media swasta, dengan tujuan negara mengakibatkan kesenjangan antara meningkatkan public sphere. Ini memicu terjadinya ekspresi dan gagasan dalam arena publik. perkembangan ekonomi kapitalis media yang luar biasa, tetapi akhirnya mengakibatkan penurunan 2.3 Konsepsi —Public Sphere“ public sphere, karena adanya, yang menurut Habrmas, yaitu commodification of media dan 2.3.1 Konsep Ideal bahkan Elliot menyatakan telah terjadinya commer- Dalam kajian public sphere, liberty of the press cialization of society. dapat dijadikan sebagai starting point untuk Pada tahun 1980-an, dengan kebangkitan kritisme dan diskusi lebih mendalam tentang me- kapitalisme dapat dengan cepat memfasilitasi

284 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

pertumbuhan komupter dan alat komunikasi reorganisasi rasional kekuatan politik dan sosial elektronik, sehingga mentransformasikan dan di bawah kontrol bersama dari organisasi rival melemahnya pasar buruh, tetapi sebaliknya yang tetap berkomitmen pada public sphere dalam menaikkan informasi barang dan jasa (terciptanya struktur internal serta hubungannya dengan budaya hedonistik dan memarjinalkan berita/isi negara dan yang lainnya (Habermas, 1979:201). politik) dan mengakibatkan juga lemahnya kontrol Kekuatan konsep public sphere yaitu terkait atas monopoli kapital atas mass market atau adanya dengan pengertian pelayanan publik yang bersifat the free operation of the market. (lihat tulisan universalisme, di mana lingkup struktur keputusan Nicholas Garnham, The Media and The Public politik atau kekuasaan harus dapat dikontrol. Ini Sphere dan Approaches to The Media : A Reader, biasanya berada dalam batasan negara-negara Boyd Barret:1995) bangsa (the nation-state) yang kemudian Dalam industri media, cara proteksi yang pal- kewarganegaraan dari negara tersebut ing efektif adalah monopoli publik yang dilindungi didefinisikan dalam terminologi hak dan kewajiban oleh negara dan dioperasikan sesuai dengan universal secara nasional œ adanya hak prinsip public good. Ini menunjukkan harus berpartisipasi dalam pembuiatan keputusan. adanya positive re-evaluation atas ekspansi pihak Struktur media sebagai sentral atas swasta yang bebas, sebab mulai terlihat secara pemerintahan demokratis dan universalisme, maka nyata adanya manfaat bagi publik. kontrol media nasional tertuju pada kekuasaan Habermas melihat masyarakat sebagai the ekonomi pada level internasional atau perlu adanya bourgeuis moment of capitalism, karena pengawas (controller) untuk modal multinasional masyarakat massa berkembang berdasarkan pada (melalui pasar di mana arus modal bersifat sangat tingkat perilaku yang akseptabel, kesenangan bebas dan tidak dibatasi oleh peraturan dan (pleasure), dan kontrol, sebab orang berpartisipasi batasan negara) dalam rangka melindungi negara karena sebagai anggota. bangsa dan warganya, tetapi modal tersebut juga Daniel Bell (1976&1980) juga menyatakan memiliki kebaikan, yaitu dapat mengembangkan bahwa masyarakat sedang terkena sihir (a sleight jaringan komunikasi privat (swasta). ( Barret : 1995) of hand). Adanya ledakan informasi dan Jadi, untuk sekarang ini, kita akan menghadapi komunikasi yang akhirnya menciptakan informa- tantangan pengembangan public sphere bukan tion-based society. Ini hanya sebuah sihir yang hanya pada level nasional, tetapi juga pada level terletak pada teknologi baru yang menciptakan internasional œ adanya kejahatan institusi dalam akses informasi dan membuka kesempatan baru bentuk ”politicization‘. two-way communication, tetapi sebenarnya ini Konsep public sphere pada awalnya merujuk bermasalah, yaitu pada level akses dan informasi pada gagasan yang dikembangkan oleh Habermas serta komunikasi. terhadap penggambaran bourgeois public sphere Media sangat mendukung konsep public di Inggris pada abad ke-17. Public sphere dapat sphere karena memberikan arena untuk perdebatan dipahami sebagai sebuah arena bagi kaum borjuis (diskusi) politik, sehingga diskusi tentang free saat itu untuk berdiskusi secara bebas dan rasional press masih tetap berlangsung, agar dapat tanpa tekanan negara dan pasar. Semua peserta mensuplai informasi dan merefleksikan opini yang diskusi ditempatkan secara sejajar untuk secara sebenarnya dan diharapkan dapat membantu bebas mengemukakan opini mereka untuk perkembangan demikrasi. (Elliot, 1995) melakukan pengawasan terhadap kebijakan Habermas sendiri menyatakan bahwa public negara. Konsepsi public sphere pada intinya sphere saat ini membutuhkan public body dari menunjuk pada suatu kawasan atau ruang yang individu yang terorganisasi untuk menggantikan netral di mana public diberikan kesamaan akses yang tak terorganisasi (defunct), karena public dan berpartisipasi dalam wacana public dalam sphere hanya dapat direalisasikan ketika adanya kedudukan yang sama pula (Curran, dalam Hidayat

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 285 2002:15) harapan membangun public sphere paling yang Dalam kebebasan seperti sekarang ini, di mana ideal bila media hanya bertindak secara sepihak orang sudah diberikan bahkan dijamin haknya oleh melibatkan publik tanpa memberikan akses yang undang-undang untuk menyampaikan luas bagi publik untuk menentukan sendiri pilihan pendapatnya secara bebas tentu secara tidak materi pemberitaannya. Keterlibatan publik ini bisa langsung telah memberi kontribusi bagi dilihat dari mulai keikutsertaan publik dalam terwujudnya public sphere. Hanya saja, untuk merencanakan kebijakan, membuat, melaksanakan mengorganisasi, memobilisasi dan mensosialisasi sekaligus memantau program yang disajikan me- opini tersebut menjadi sebuah opini kolektif dan dia. memiliki kekuatan real untuk memonitor sekaligus Untuk melindungi kepentingan publik oleh mengkritisi kebijakan negara membutuhkan media- media, menurut Murdock (lihat dalam Oliver Boyd- tor yang juga dapat dijamin independensinya dari Barret, 1995) dalam public sphere memuat tiga himpitan pasar dan negara. Mediator tersebut prinsip, yaitu: secara strategis akan menempatkan media, baik (1) Kebutuhan masyarakat demokratis (warga cetak maupun elektronik menjadi pilihan bagi negara) untuk memiliki akses terhadap proses pembentukan opini kolektif tersebut. informasi, sarana (device), dan analisis yang Televisi, misalnya, diharapkan mampu akan membuat mereka mampu mengetahui dan menempatkan diri sebagai salah satu elemen utama berusaha memeroleh hak-hak pribadi mereka. bagi tegaknya public sphere dalam proses (2) Adanya akses informasi yang luas dan penyelenggaraan wacana publik. Namun, di tengah kebebasan berdiskusi (berdebat) dalam arus neoliberalisme yang mengarah pada wilayah yang terkait pada pilihan politik publik. pemusatan modal dan kepemilikan media, berbagai (3) Fasilitas bagi masyarakat untuk mengenali diri kalangan mulai pesimis terhadap potensi dan mereka sendiri dan aspirasinya yang prospek media massa komersial sebagai public terepresentasi di media, serta dapat sphere (Hidayat, 2002:16). memberikan kontribusi atas pengembangan masyarakat (Boyd-Barret, Conceptualizing of 2.3.2 Kritik terhadap —Public Sphere“ The Public Sphere, 1995). Perkembangan selanjutnya, teori Habermas tersebut mendapat kritik karena adanya kenyataan 2.4 Lembaga Penyiaran Publik bahwa sejumlah media pada saat tertentu masih Effendi Gazali dan Victor Menayang (2002:41) menjadi media dialog bagi publik tentang isu-isu memberikan batasan definisi penyiaran publik yang menarik perhatian publik antarorang-orang sebagai berikut: yang berpengetahuan, tertarik, mampu untuk Lembaga penyiaran publik adalah lembaga berbicara atas nama kepentingan sosial yang lebih penyiaran yang mempunyai visi untuk luas. Bahkan, ada media yang berpotensi memperbaiki kualitas kehidupan publik, kualitas menyebarkan pandangan dan pengaruh politik kehidupan suatu bangsa, dan juga kualitas tertentu. hubungan antarbangsa pada umumnya, serta Di masa modern seperti sekarang ini, media mempunyai misi untuk menjadi forum diskusi, telah mampu menciptakan publi mereka sendiri, artikulasi, dan pelayanan kebutuhan publik. juga menciptakan forum diskusi bagi publiknya Lembaga penyiaran ini memberikan pengakuan sendiri. Dalam kondisi demikian, cita-cita media secara signifikan terhadap peran suvervisi dan sebagai katalisator penyebarluasan informasi dan evaluasi oleh publik dalam posisinya sebagai fasilitator bagi perdebatan publik dalam kerangka kalayak dan partisipan aktif. Karena itu, lembaga membangun public sphere paling tidak dapat penyiaran publik bukanlah lembaga penyiaran merepresntasikan pilihan publik yang beragam. pemerintah, serta bukan pula lembaga penyiaran Namun, tentu saja kondisi tersebut masih jauh dari yang semata-mata mendasarkan dirinya pada

286 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

hukum pasar. penyiran publik didefinisikan sebagai Oleh karena sifat-sifatnya pada definisi di atas, —lembaga penyiaran yang berbentuk badan terdapat empat implikasi utama bagi hadirnya hukum yang didirikan oleh negara, bersifat lembaga penyiaran publik: independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk (1) Akses publik kepentingan masyarakat“. Lembaga penyiaran publik bersedia mendirikan stasiun atau bersiaran di daerah-daerah yang Menurut Harmens Tahir (2002:154, 159), umumnya tidak ingin didatangi atau dijadikan televisi publik mengacu kepada sisitem benefolent, wilayah siaran dari lembaga penyiaran dalam arti merupakan suatu organisasi nirlaba yang komersial, karena di daerah tersebut dianggap dibentuk oleh publik, dimiliki oleh publik dan juga tidak ada potensi keuntungan ekonomis. dikontrol public. Ketentuan siaran TV publik (2) Dana publik bervariasi dari satu negara ke negara lain, misalnya Lembaga penyiaran publik terutama beroperasi Hermens mengambil Resolusi Eropa 1996: dengan dukungan dana publik. Misalnya (1) TV publik mendukung terwujudnya masyrakat melalui dana publik yang dikelola oleh informasi, sebagai agen pemersatu pluralisme pemerintah misal APBN/APBD. Dana publik berbagai kelompok dalam masyarakat untuk juga bisa berasal dari aneka ragam kegiatan pembentukan opini publik. pencarian dana oleh lembaga penyiaran publik (2) TV publik menyiarakan program siaran yang bersama publiknya (fund rising) termasuk bermutu untuk segala lapisan masyarakat. menggunakan kesempatan-kesempatan di (3) TV publik mampu menciptakan standar dalam program atau penyiarannya, seperti kualitas program sebagai tuntutan bagi program iklan atau sponsor; asalkan kriteria khalayak. iklan dan sponsor, etika penempatannya, atau (4) TV publik mampu melayani kepentingan secara makro mengenai pemasukan dan kelompok penduduk minoritas. pengeluaran, telah mendapat semacam (5) TV publik menyiarkan informasi yang kegiatan untuk mendapatkan supervisi dari independen dan objektif, sehingga menjadi publik; lalu ditindaklanjuti dengan referensi bagi publik dalam mengantisipasi akuntabilitas publik. perubahan yang sangat cepat. (3) Akuntabilitas publik (6) TV publik berperan penting untuk mendorong Ada dua poin utama, pertama lembaga pelaksanaan debat publik dalam rangka penyiaran publik harus mempertanggung- mewujudkan demokrasi. jawabkan segala programnya dengan ukuran (7) TV publik menjamin bahwa masyarakat moral dan tata nilai publik yang dilayaninya memeroleh akses layanan yang menjadi (moral accountability). Kedua diwajibkan kegemaran sebagain besar masyarakat. membuat laporan kebutuhan maupun proses Menyikapi munculnya Lembaga Penyiaran penggunaan uang kepada publik (financial Publik, Victor Menayang (dalan Gazali, 2002:iv) Accountability). mengingatkan agar tidak terjebak pilihan yang (4) Keterlibatan publik semu antara dua model —the falacy of the two model Lembaga penyiaran publik diharapkan bekerja choice“: sistem yang dirancang untuk sama seluas-luasnya, mengundang serta memaksimalkan keuntungan dan sistem yang menyambut keterlibatan publik, khususnya terang-terangan berisi propaganda pemerintah. melalui sebuah lembaga supervisi penyiaran Memang banyak contoh Lembaga Penyiaran publik pada tingkat-tingkat yang relevan Publik di dunia yang memiliki kekhasan masing- dengan keberadaan lembaga tersebut (misal masing. Di antaranya, BBC (Inggris), PBS (AS), nasional atau daerah). ABC (Australia) dan NHK (Jepang). Namun, Dalam UU No. 32 pasal 14 ayat (1) lembaga umumnya satu pola yang mesti ada adalah

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 287 keterlibatan publik secara optimal. Menurut Effendi ming transmitted in the interent of the public. It Ghazali (Kompas, 5 April 2003 dalam Heryanto, might be educational, or cultural, or informational 2003:38), Lembaga Penyiaran Publik hakekatnya programming. It is programming that provides some adalah diakuinya supervisi dan evaluasi publik sort of service to the public, to help people in their daily lives.“ pada level yang signifikan. Karena adanya keterlibatan publik itu, maka umumnya stasiun Bila kita merujuk pada pengertian dan definisi publik tidak dapat bermanuver mencari keuntungan yang diajukan Leonard tersebut dan kemudian sebebas stasiun komersial. Namun juga tidak menariknya pada Undang-Undang Penyiaran berarti stasiun publik tidak boleh untung. Nomor 32 Tahun 2002, maka akan ditemukan Terdapat dua istilah yang mirip berkaitan banyak persoalan yang menjadi perdebatan, dengan diskusi tentang penyiaran publik, yaitu terutama pada otoritas siapa yang berhak penyiaran publik (public broadcasting) dan mendirikan lembaga penyiaran publik sebagaimana penyiaran pelayanan publik (public service yang disebutkan dalam pasal 14 ayat (1) dan (2). broadcasting). Penyiaran publik (public broadcasting) dan 3. Pembahasan penyiaran pelayanan publik (public service broad- casting) dapat dibedakan berdasarkan institusi Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan dan fungsinya. Penyiaran publik lebih dikaitkan beroperasi tepat pada tanggal 17 Agustus 1962. pada institusinya sebagai lembaga penyiaran yang Dengan pemancar berkekuatan 100 watt, siaran di dalamnya terkandung masalah hukum, yang pertama dilakukan terhadap peringatan hari kepemilikan, dan status lembaga. Sedangkan ulang tahun ke 17 Proklamasi Republik Indonesia penyiaran pelayanan publik akan dikaitkan dengan dari halaman Istana Merdeka . Inilah mo- fungsi yang dijalankan oleh lembaga penyiaran. mentum di mana Indonesia mengukuhkan diri Perbedaan tersebut muncul karena pada praktiknya sebagai negara Asia ke empat yang memiliki media sulit mewujudkan lembaga penyiaran publik sesuai penyiaran televisi setelah Jepang, Philipina, dan dengan definisi, semangat, visi, dan tujuannya. Thailand. Akibatnya, banyak lembaga penyiaran yang Pada awalnya, TVRI adalah —proyek khusus“ mengklaim dirinya sebagai penyiaran publik, tetapi untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian secara substansial justru mengomersilkan Games IV di Jakarta. TVRI adalah bagian dari proyek kepentingan publik. Terhadap lembaga penyiaran —mercusuar“ pemerintahan Soekarno. Sebuah yang menampilkan beberapa agenda publik, tetapi proyek yang menempatakan gengsi bangsa di mata tidak melibatkan publik dapat ditempatkan sebagai dunia luar sebagai prioritas utama, melebihi lembaga penyiaran pelayanan publik, belum masuk kebutuhan-kebutuhan riil bangsa yang lain. dalam definisi lembaga penyiaran publik. Sebab, Dalam latar belakang seperti ini, TVRI untuk menjadi sebuah lembaga penyiaran publik kemudian berperan sentral dalam proses bukan hanya saja melayani publik, tetapi lebih jauh komunikasi politik pemerintah. Dari sekadar me- juga melibatkan publik dalam kepemilikan, dium untuk mendokumentasikan sejarah, TVRI penyusunan program dan evaluasi. pada akhirnya lebih berperan sebagai perangkat Secara dikotomis, pembedaan tersebut dapat ideologis rezim berkuasa. Dalam praktiknya, TVRI dilihat dari definisi yang diberikan Leonard (1999) lebih banyak diperlukan sebagai alat propaganda dalam Efendy dkk (2000) : pemerintah. Fakta sejarah inilah yang menjadi kendala serius pada saat ingin mentransformasikan —….Public broadcasting is broadcasting that is publicly owned. That is, owned by the state or the TVRI menjadi —lembaga penyiaran publik“, karena government or a public corporation. As apposed sejak awal TVRI memang tidak diorientasikan to broadcasting that is privately owned. Public sebagai media untuk memenuhi kepentingan- service broadcasting on the other hand is program- kepentingan publik. TVRI adalah medium propa-

288 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

ganda politik ke luar dan dalam negeri, serta me- kekuasaan negara dan pada saat yang bersamaan dium konsolidasi kekuasaan dan monopoli ia juga tidak bisa diperdagangkan (Gazali dkk, informasi oleh pemegang kekuasaan (Sudibyo, 2002:27-28). 2004:280). Terlepas dari perdebatan tersebut, televisi Namun pada akhirnya melalui UU No. 32 tahun sebagai media yang dalam siarannya menggunakan 2002 tentang penyiaran yang resmi berlaku pada fasilitas publik, tidak dapat semena-mena tanggal 28 Desember 2002, TVRI berubah statusnya melalaikan kepentingann publik. Bahkan idealnya, dari Perusahaan Jawatan (Perjan, sejak Orde televisi dapat menjadi promotor untuk menstimulus Reformasi) menjadi Lembaga Penyiaran Publik penciptaan ruang publik (public sphere) yang (LPP). sehat. Bila televisi merealisasikan gagasan public Urgensi media penyiaran publik adalah untuk sphere yang ideal, sekurang-kurangnya konsep menjunjung nilai-nilai yang banyak ditinggalkan public sphere itu relevan untuk ditempatkan oleh media komersial, seperti independensi, sebagai sebuah konsepsi normatif atau ideal solidaritas, keanekaragaman (opini dan akses), speech situation yang dapat dijadikan acuan objektivitas, dan kualitas informasi. Ranah publik kriteria sejauh mana masyarakat telah mampu diharapkan dapat menjadi zona bebas dan netral memenuhi salah satu dimensi kehidupan bernegara yang di dalamnya berlangsung dinamika kehidupan yang demokratis. yang bersih dari kekuasaan dan pasar (Senjaja, Lembaga Penyiaran Publik menjadi bahasan 2001:3 dalam Mufid, 2007:80). Ranah publik yang penting untuk masuk dalam permasalahan TVRI secara relatif memiliki otonomi dan independensi, saat ini. Hal ini berkaitan dengan legitimasi formal yang di dalamnya berlangsung kegiatan kultural dalam UU No.32 tahun 2002 tentang penyiaran dalam berbagai aspek kehidupan fungsional. yang menyebutkan TVRI sebagai lembaga Civil society sebagai format baru kehidupan penyiaran publik (pasal 14 ayat 1 dan 2). publik diharapkan dapat menjadi visi bersama Pada bagian IV, pasal 14 ayat (1) disebutkan: penyelenggaraan media massa, terutama televisi. Bahwa lembaga penyiaran public sebagaimana Membangun civil society pada dasarnya adalah dimaksud pada pasal 13 ayat (2) huruf a adalah membalik arus utama yang tadinya ‘dari kekuasaan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum negara dan pasar ke warga‘, menjadi ‘dari warga yang didirikan oleh Negara, bersifat independent, kekekuasaan negara dan pasar‘ (Mufid, 2007:81). netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan Dari visi yang semacam itu dapat dibayangkan layanan untuk kepentingan masyarakat. misi yang perlu dijalankan, sesuai dengan fungsi Secara tegas, undang-undang tersebut media penyiaran dalam ranah publik. Dalam hal ini, menyatakan bahwa lembaga penyiaran publik fungsi dan posisi pemerintah dan Komisi Penyiaran didirikan oleh negara. Kendati dijamin bersifat Indonesia (KPI) sebagai badan regulasi penyiaran independen, netral, dan tidak komersial, namun juga harus netral tanpa ada kepentingan politis siapa yang dapat menjamin hal tersebut dapat bagi kekuasaan tertentu dalam menjalankan misi terlaksana, mengingat yang mendirikan lembaga mewujudkan visi media penyiaran TV publik. penyiaran publik adalah negara? Ditunjang oleh Kata publik, ketika membicarakan lembaga sejarah yang menunjukkan bahwa TVRI juga penyiaran publik, umumnya akan dilekatkan dalam identik dengan problem kemandirian karena watak konteks warga negara (citizen) dengan hak-hak paternalistik yang menunjukkan fakta bahwa TVRI yang melekat pada dirinya. Menjadi warga negara didirikan oleh Presiden Soekarno untuk tujuan- dengan mendapatkan hak-haknya adalah tujuan yang juga sangat kental dengan konsekuensi logis secara hukum dari kontrak sosial subjektivitas Soekarno. Bukan sebagaimana bersama yang melahirkan negara. Jika penyiaran lazimnya penyiaran publik yang lahir atas inisiatif- publik dikatkan dengan ide tentang warga negara, inisiatif dari bawah, dan berangkat dari kebutuhan- maka secara logis ia harus dipisahkan dari kebutuhan berbasis publik atau komunitas,

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 289 sebagaimana yang termaktub dalam konsep ideal menempatkan RRI dan TVRI sebagai Lembaga public sphere. Dalam kajian public sphere, Penyiaran Publik. Pasal 14 ayat 2, Undang-undang independensi dan netralitas dapat dijadikan acuan, Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 menyebutkan: karena pada dasarnya public sphere dapat Lembaga penyiaran public sebagaimana dimaksud merefleksikan bahwa media massa memang benar pada ayat (1) terdiri atas Radio Republik Indone- menjadi a social institution yang mampu sia dan Televisi Republik Indonesia yang stasiun memfasilitasi pembentukan opini dengan pusat penyiarannya berada di Ibu Kota Negara menempatkan dirinya sebagai wadah independen Republik Indonesia. untuk perdebatan publik œ di mana media tidak Dengan demikian, tertutuplah sudah pintu terkontrol oleh sensorship negara dan pasar (capi- hukum bagi pengadaan penyiaran publik yang tal owner). benar-benar muncul dan diprakarsai serta dikelola Dalam faktanya, perubahan-perubahan oleh publik sendiri secara independen, terutama penting TVRI seluruhnya merupakan produk dari pada daerah lain di luar ibu kota negara Republik proses politik yang bersifat top down. TVRI Indonesia. Padahal, Indonesia bukan hanya Jakarta sepanjang sejarahnya sangat tergantung pada saja dan yang menjadi dasar dari keberadaaan garis kebijakan pemegang kekuasaan, sehingga sebuah lembaga penyiaran publik adalah basis TVRI tidak pernah mendapat kemandirian dan kultural dari keberadaan media penyiaran publik independensi karena harus selalu menyesuaikan sebagai institusi publik ditentukan oleh nilai dengan orientasi dan kebutuhan praktis bersama (shared value), yang bisa jadi berasal dari pemerintah. berbagai publik di luar ibu kota. Kita bisa melihat pada contoh lembaga Pada awalnya, TVRI memulai siaran dengan penyiaran pubik, seperti ABC di Australia, BBC di tujuan pelayanan masyarakat. Namun TVRI bukan Inggris, dan NHK di Jepang yang memang lahir penyiaran publik yang lahir dari bawah. dengan diktum —melayani seluruh masyarakat Karakteristik kepemimpinan Soekarno kemudian melalui program-program yang utuh, mendidik, menjadi acuan Presiden Soeharto di masa Orde informatif, tepat, dan tanggap secara budaya, Baru, dengan paham pemerintahan yang menghibur, dan bermutu tinggi“. Seperti dikatakan sentaralistik,hegemonic dan otoritarian. Akibatnya, Ang (1991 dalam Sudibyo, 2004:289), sistem berbagai lembaga Negara dan lembaga masyarakat penyiaran publik memiliki ciri adanya kesadaran dikendalikan oleh kekuatan tunggal untuk tujuan tentang pentingnya tanggung jawab moral dan imajinasi kekuasaan semata (Winardono, terhadap publik yang tentunya berbeda dengan 2006:5) prinsip penyiaran swasta yang cenderung melihat TVRI yang tidak disiapkan secara sempurna, publik sebagai konsumen yang harus digarap dalam prosesnya kemudian digunakan oleh dengan prinsip-prinsip pasar. Soeharto bukan sebagai media massa, melainkan Dalam konteks inilah, rumusan yang diajukan lembaga penyiaran yang sangat berkepentingan Leonard tentang lembaga penyiaran publik yang untuk melanggengkan kekuasaaan yang memberikan kesempatan pada lembaga lain selain hegemonik. TVRI menjadi media pemerintah, bukan negara dapat mendirikan lembaga penyiaran publik media massa. Dan karena itu, tidak mengabdi pada menjadi relevan. Memang, untuk menuju ke arah kepentingan masyarakat, melainkan mengabdi pembentukan lembaga penyiaran publik yang pada penguasa. benar-benar independent tanpa campur tangan dari Sekalipun dalam hal manajemen pengelolaan negara dan pasar, sulit dicapai, bahkan terkesan mengalami perubahan dan perkembangan, TVRI utopis. Namun, sebagai acuan normatif yang ideal, seolah tetap memosisikan masyarakat sebagai semangat lembaga penyiaran publik secara objek yang hanya diminta duduk tenang, melihat substantif harus terus dipelihara. dan mendengarkan saja. Tidak ada proses Lebih lanjut, undang-undang tersebut telah interaksi, sehingga masyarakat tidak mendapatkan

290 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

akses untuk terlibat. mendapatkan keragaman isi dan kemasan, serta Pemberitaan TVRI sudah sedemikan identik untuk menikmati produk-produk yang berkualitas dengan ritual-ritual pembangunan khas Orde Baru, dan tidak membahayakan konsumen dalam pasar tanpa terkecuali hingga lahirnya televisi-televisi bebas informasi, serta kebebasan pers yang swasta pada tahun 1990-an. Program —Berita memfasilitasi publik untuk memperoleh akses Nasional“ menjadi wahana utama representasi memadai ke forum-forum pembentukan pendapat simbolik dari ideologi pembangunan Orde Baru dan umum. TVRI saat ini juga masih —terikat“ pada bagaimana media televisi dilibatkan. sistem sentralistik (terpusat) yang dikendalikan Namun, penyiaran publik sebagai wacana dan oleh kekuatan tunggal dari pemerintah pusat yang diskursus harus tetap digelorakan untuk berkedudukan di ibu kota Jakarta. membangun kerangka ideal yang bersifat normatif Sebagai saran, dapat dikemukakan bahwa bagi institusi penyiaran. Karena itu, pendapat untuk mencapai idealisasi TVRI sebagai TV publik beberapa kalangan akademisi yang terlibat dalam sejatinya mampu mendekati konsep ideal dari pub- diskursus penyiaran publik tetap relevan untuk lic sphere yang menuntut adanya ideal speech direnungkan seperti yang dikemukakan oleh situation dalam media melalui liberty of the press Effendi Gazali dan Victor Menayang (2002:41) di demi pencapaian media sebagai institusi sosial bab sebelumnya tentang batasan definisi yang terlepas dari campur tangan negara dan pasar penyiaran publik yang mengandung implikasi dengan konsisten mengimplementasikan ciri, bahwa lembaga penyiaran publik memberikan akses fungsi, dan prinsip dari lembaga penyiaran publik yang sama pada publik, beroperasi dengan itu sendiri yang mengacu kepada sistem dukungan dana publik, memilki akuntabilitas publik benefolent, dalam arti merupakan suatu organisasi dan melibatkan publik seluas-luasnya. nirlaba yang dibentuk oleh publik, dimiliki oleh publik dan juga dikontrol publik dengan 4. Kesimpulan dan Saran memberikan akses yang sama pada publik, beroperasi dengan dukungan dana publik, memilki Berdasarkan uraian pada bab-bab akuntabilitas publik dan melibatkan publik seluas- sebelumnya, maka dapat disimpulkan berdasarkan luasnya. pemikiran critical political economy bahwa sta- TVRI diharapkan dapat menjadi medium bagi tus TVRI saat ini sebagai lembaga penyiaran publik pewarisan nilai-nilai yang bermanfaat dari satu yang idealnya merupakan lembaga yang generasi ke generasi lainnya atau dari satu independen, netral, tidak komersial dan berfungsi kelompok ke kelompok lainnya dengan lebih memberikan layanan untuk masyarakat serta terbuka dan akomodatif terhadap respons-respons seharusnya mampu melibatkan publik di luar dari publik, sehingga mampu mengeleminasi prob- konteks ibu kota negara dalam pendiriannya belum lem-problem struktural, profesionalisme, dan etika seutuhnya terpenuhi, hal ini dapat terlihat pada dalam realitas pertelevisian saat ini. uraian UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 dalam pasal 14 ayat (1) dan (2). Masih terdapat kesenjangan antara regulasi Daftar Pustaka penyiaran tentang lembaga penyiaran publik dengan konsep ideal dari public sphere dan TV Boyd-Barret, Oliver dan Cgris Newbold. 1995. Ap- publik itu sendiri karena terbukti memang TVRI proach to Media A Reader. J.W. London: saat ini belum sepenuhnya netral/terlepas dari Arrowsmith. dominasi aparatus (pemerintah) serta independen melalui kebebasan pers yang benar-benar Dokumen UU Penyiaran No. 32 tahun 2002. fungsional bagi demokratisasi, yakni kebebasan Tahir, Harmens. 2002. TVRI sebagai TV Publik pers yang mendorong kebebasan publik untuk Sumbagan Pemikiran terhadap Keberadaan

Lisa Adhrianti. Idealisasi TVRI sebagai TV Publik 291 TVRI, dalam 40 tahun TVRI Dari Pembebasan Golding, Peter dan Graham Murdock. 1991. Cul- Menuju Pencerahan. Jakarta: FSP-TVRI. tural Communication and Political Economy, dalam James Curran dan Michael Habermas. 1989. Institution of The Public Sphere. Gurevith (Eds) Mass Media and Society. Ed- ______. 1993. Jurgen, The Structural Trans- ward Arnold, p.15-32. London. formation of The Public Sphere An Inquiry Mosco, L.J. 2002. The Political Economy of Com- into a Category of Bourgeois Society, Trans- munication: Rethinking and Renewal. Lon- lated by Thomas Burger. Cambridge Massa- don: Sage Publication. chusetts: MIT Press. Mufid, Muhammad. 2007. Komunikasi dan Garnham. 1990. The Media and The Public Sphere. Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Gazali, Effendi. 2000. Penyiaran Alternatif tapi Prenada Media & UIN Press. Mutlak. Jakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi Mulyana, Deddy. 2001. —Membangun TV Publik.“ Fisip UI. Jurnal Mediator Volume 2 Nomor 2. Bandung: ______. dkk. 2003. Konstruksi Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba. Industri Penyiaran. Jakarta: Jurusan Ilmu Sudibyo, Agus. 2003. Ekonomi Politik Media Komunikasi Fisip UI. Penyiaran. Yogyakarta: LKiS

292 MEDIATOR, Vol. 9 No.2 Desember 2008