<<

Vol. 21 No. 3, Desember 2020: 127-137

Repertoar Musik Keroncong dengan Menggunakan Idiom Musik Sunda: Implementasi Model Pembelajaran Kolaborasi pada Mata Kuliah Sejarah Analisis Musik di Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI Bandung

Hery Supiarza1 dan Harry Tjahjodiningrat Prodi Film dan Televisi, FPSD, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

ABSTRACT Keroncong Music Repertoire by Using Sundanese Music Idioms: Implementation of Collaborative Learning Models in the History Course of Indonesian Music Analysis at the Department of Music Education of FPSD UPI Bandung. This study discusses the implementation of collaborative learning models in the history course of Indonesian music analysis at the Department of Music Education, UPI Bandung. As a lecturer in this course, the researcher intends to add to the repertoire of keroncong songs, for which since the 1980s, keroncong song production has stalled due to the competition in the Indonesian music industry. The Action Research method was used in this study to develop students’ abilities in creating keroncong songs. There were seven (7) stages used in the research, starting from the initial observation, analysis, combining ideas and thought into big themes, evaluation exercises 1, recording and mastering. There are ten keroncong music recordings as the results of this study. They become a repertoire product of student’s collaboration by using the Sundanese traditional approach as the basis for creation. Future research will improve the ten products into a more professional recording result. This research can be a reference for applying collaborative learning models to create students’ works and creations in arts. Keywords: keroncong music; song repertoire; learning model

ABSTRAK Penelitian ini mendiskusikan implementasi model pembelajaran kolaborasi pada mata kuliah Sejarah analisis musik Indonesia di Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI Bandung. Peneliti sebagai pengampu mata kuliah ini bermaksud untuk menambah repertoar lagu keroncong yang sejak tahun 1980-an produksi lagu keroncong mengalami kemandekan karena persaingan industri musik Indonesia. Metode Action Research digunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menciptakan lagu keroncong. Digunakan 7 tahap, mulai dari observasi awal, analisis, penyatuan ide dan gagasan menjadi tema besar, latihan evaluasi 1, perekaman dan mastering. Hasil penelitian ini tercipta 10 rekaman musik keroncong sebagai produk repertoar yang murni hasil kolaborasi mahasiswa dengan pendekatan tradisi Sunda sebagai dasar penciptaan. Penelitian selanjutnya akan menyempurnakan 10 produk tadi menjadi hasil rekaman yang lebih professional. Penelitian ini dapat menjadi rujukan penerapan model pembelajaran kolaborasi untuk menciptakan karya dan kreasi mahasiswa dalam bidang seni. Kata kunci: musik keroncong; repertoar lagu; model pembelajaran

Pendahuluan dihasilkan dari kolaborasi ide antara beberapa budaya, sehingga disimpulkan musik keroncong Musik keroncong merupakan salah satu merupakan produk musik hybrid (Ganap, 2000). kekayaan seni yang menjadi representasi sejarah, Sebagai bukti musik keroncong adalah hasil budaya dan keragaman bangsa Indonesia. persilangan budaya terkandung pada alat music Keroncong identik dengan produk seni yang yang menjadi sumber dari musik keroncong, yakni 1 Alamat korespondensi: Program Studi Film dan Televisi, FPSD, Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudi 229, Bandung, Jawa Barat. E-mail: [email protected]; HP.: 081321063919. Naskah diterima: 10 Agustus 2020 | Revisi akhir: 12 November 2020 127 Supiarza dan Tjahjodiningrat, Keroncong Menggunakan Idiom Musik Sunda dengan adanya alat musik yang bernama cuk dan penelitian ini memberikan tawaran satu konsep lagu cak (dalam jenis keroncong Solo) dan Frunga, keroncong yang digali dari akar lagu tradisi Sunda, machina (jenis ke-roncong Tugu). Alat musik sehingga peneliti berharap dapat memperkaya jenis ini merupakan transformasi dari ukulele sebagai baru dalam musik keroncong, yakni keroncong gaya alat musik pendatang dari Portugis (Supiarza & Sunda. Dalam proses penciptaan lagu keroncong Sarbeni, 2021). dibutuhkan kerjasama tim yang solid, karena musik Perkembangan musik keroncong telah dimulai keroncong adalah jenis musik ensambel yang sejak abad ke-19 dan mengalami puncaknya awal membutuhkan konstruksi berfikir bersama. Hal ini abad ke-20, tepatnya sekitar tahun 1920-an berkaitan dengan komposisi alat musik yang identik sampai 1970-an (Suadi, 2017). Sejak tahun 1980- dengan bentuk musik keroncong, yakni adanya alat an, musik keroncong mengalami kemunduran musik yang bernama: cuk, cak, cello, bas dan alat produksi (Yampolsky, 2013). Kemunduran musik melodi flute atau biolin. Dalam praktiknya produksi musik keroncong ini disebabkan karena penciptaan lagu keroncong sangat berhubungan produksi lagu keroncong mengalami hambatan. dengan kemampuan bermain alat musik sebagai Sejak tahun 1980-an sampai sekarang musik bagian yang tak terpisahkan, sehingga kolaborasi keroncong adalah satu jenis musik klangenan, antara pemain akan sangat membantu untuk yang dimaksud klangenan adalah repertoar lagu mendapatkan hasil lagu keroncong yang lebih baik. yang ada hanyalah lagu ciptaan masa lalu yang Dalam penelitian ini musik keroncong terus direproduksi dalam bentuk aransemen semata ditempatkan sebagai objek kajian, bertitik tolak (Supiarza & Sarbeni, 2021). Tidak terdapat lagi dari fakta empiris bahwa musik keroncong produksi lagu keroncong baru. sebagai ekspresi simbolik. Sebagai objek kajian, Berdasarkan alasan tersebut, melalui penelitian musik keroncong ditempatkan dalam perspektif ini diharapkan dapat memberikan semangat baru estetik dan sosio-budaya. Pada perspektif estetik, bagi generasi muda terutama dikalangan kampus musik keroncong menjadi objek yang dipahami untuk menambah repertoar lagu keroncong melalui berdasarkan dimensi intraestetik. Pada perspektif implemetasi model pembelajaran kolaborasi pada sosio-budaya, musik keroncong menjadi objek mata kuliah analisis musik Indonesia di Departemen yang dipahami berdasarkan dimensi ekstraestetik, Pendidikan Musik FPSD Universitas Pendidikan lihat (Rohidi, 2011). Penelitian ini mengeksplorasi Indonesia. Peneliti meyakini bahwa hasil penelitian musik keroncong sebagai objek kajian yang ini memberikan wacana baru bagi perkembangan didasarkan pada dimensi intraestetik dan ekstra- musik keroncong di Indonesia dengan tawaran estetik. Analisis dimensi intraestetik dijadikan titik repertoar musik keroncong yang diproduksi sebagai tolak pembanding dalam konteks analisis nilai hasil implementasi model pembelajaran kolaborasi seni. Dimensi ekstraestetik diarahkan dalam upaya di mata kuliah Sejarah Analisis Musik Indonesia. untuk memahami proses pemaknaan seni dalam Penerapan Model pembelajaran kolaboratif dalam mengkaji faktor non-estetik. Dalam implementasi mata kuliah Sejarah Analisis Musik Indonesia model pembelajaran kolaboratif, hal utama yang dirasa sangat sesuai untuk untuk mencapai dapat dipahami oleh mahasiswa sebagai peserta tujuan penelitian ini, sebab model pembelajaran didik adalah nilai estetik sebagai pemaknaan awal kolaboratif adalah filsafat interaksi dan gaya hidup sebagai dasar analisis musik keroncong. yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna 1. Musik Keroncong memudahkan usaha kolektif untuk mencapai Apa itu musik?, pertanyaan ini penting tujuan bersama (Panitz, 1997). untuk mencari tahu pengertian musik secara Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah komprehensif. Musik sebagai suara-suara dan repertoar lagu keroncong yang dirasa mengalami kesunyian-kesunyian yang terorganisir (Elliott, kemunduran sejak tahun 1980-an. Tidak hanya 1995: 20). Akan tetapi, pendapat tersebut menambah repertoar lagu keroncong, tapi belum memadai untuk mendefinisikan apa

128 Vol. 21 No. 3, Desember 2020 itu musik, sanggahan ini diungkapkan oleh Catherine Falk, 1978: 146) membagi menjadi Levinson (Elliott, 1995: 20). Pendapat lain empat jenis, yaitu: (1) keroncong asli, (2) mengenai musik, dikatakan Suka Hardjana, stambul, (3) langgam keroncong, dan (4) yakni:”tentu saja semua akan setuju, suka atau dan keroncong beat. Sementara tidak suka, bila dikatakan lagu “Bengawan (Yampolsky, 2013: 266) membagi menjadi (1) Solo” itu musik”. Akan tetapi selangkah kita keroncong asli, (2) stambul, (3) langgam, dan (4) munculkan lagi pertanyaan, mengapa karya langgam Jawa. Sedangkan (Harmunah, 1996: Gesang itu disebut musik? (Hardjana, 2003: 4). 17) membagi menjadi empat bagian, yaitu: (1) Tentu tidak mudah menjawabnya. Ada syarat- keroncong asli, (2) stambul, (3) langgam, dan syarat yang harus dipenuhi sehingga kita bisa (4) keroncong ekstra. Pembagian berdasarkan menyebutnya musik, syarat-syarat ini sangat periodesasi keroncong dikemukakan oleh mendasar dan harus dipenuhi dalam berbagai (Lisbijanto, 2013: 13) membagi menjadi: (1) rekayasa komposisi bunyi, syarat itu terkandung masa keroncong tempo doeloe (1880-1920), dalam “Bengawan Solo” seperti: bentuk (form), (2) masa keroncong abadi (1920-1959), (3) Kerangka dasar (struktur), nada-nada (kepastian masa keroncong modern (1959-2000), dan tinggi-rendahnya suara atau sound pitch yang (4) keroncong milenium (2000-sekarang). selalu dapat diulang dan dipindah suarakan Repertoar keroncong yang dikemukan di atas (transposisi) dalam ketepatan yang sama, ritme menjadi pakem atau pegangan bagi pemain dan (irama), melodi (lagu), dan suasana dan watak penggemar hingga saat ini. bunyi (tone color). Dari penjelasan tersebut di Setiap orkes keroncong wajib memahami atas, keroncong adalah musik, karena prasyarat- pakem tersebut, termasuk mahasiswa mata prasyarat musik ada dan lengkap di dalam kuliah sejarah analisis musik Indonesia di keroncong, maka inilah suatu jenis musik lain Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI. dari berbagai macam jenis musik, yaitu: musik Diharapkan setiap mahasiswa yang menjadi keroncong. peserta mata kuliah ini paham betul dengan Terciptanya jenis musik keroncong, tidak pakem keroncong. Sebab, diawal terbentuknya dapat dipisahkan dari keberadaan bangsa Barat suatu kelompok keroncong selalu dimulai (Portugis dan Belanda) di Indonesia. Dikatakan dengan berlatih dengan salah satu genre yang oleh Victor Ganap: “musik keroncong berasal menjadi pakem. Biasanya mereka memulai dari musik Portugis abad ke-16 yang disebut fado, dengan langgam keroncong, hal ini disebabkan berasal dari istilah Latin berarti ‘nasib’ (Ganap, banyak judul lagu langgam keroncong yang 2006: 2). Akan tetapi dalam perkembangannya, popular di telinga para anak muda, selain itu Belanda memiliki peran yang sangat penting bentuk kerangka harmoninya seperti lagu-lagu atas keberadaan musik keroncong dan pop yang sehari-hari sangat lekat dengan anak perkembangan musik hubungannya dengan muda (Supiarza & Sarbeni, 2021). silang budaya. Meski akarnya bukan dari Belanda dan bukan pula Indonesia, di bumi 2. Repertoar Musik Keroncong Indonesia di bawah kekuasaan Belandalah Repertoar berasal dari bahasa Perancis keroncong mengkompromikan wilayah tengah yaitu repertoire. Menurut Latifah: “repertoar antara estetika Eropa dan Asia dan praktik- merupakan bekalan komposisi yang ada pada praktik sosial (Barendregt, Bart. Bogaerts, 2016). seorang seniman penyelenggara pagelaran Berdasarkan berbagai konsep musik keroncong musik’’ (Latifah, 1983: 62). Repertoar memiliki yang berkembang, dapat dikenali gaya-gaya pengertian kumpulan lagu-lagu (Joan, 1989: permainan yang berdasarkan pada pluralisme 134). Menurut Suharto: ”repertoar berarti repertoar musik keroncong. Ada beberapa sejumlah komposisi yang harus disiapkan untuk pendapat mengenai repertoar musik keroncong sebuah acara atau program tertentu” (Suharto, ini (Margaret J. Kartomi, David Goldsworthy, 1982: 114). Dalam konteks penelitian ini,

129 Supiarza dan Tjahjodiningrat, Keroncong Menggunakan Idiom Musik Sunda

merujuk kutipan di atas disimpulkan repertoar dasar peserta didik/siswa. Strategi pembelajaran keroncong merupakan kumpulan lagu-lagu yang tepat akan membina mahasiswa untuk keroncong sebagai bekalan dalam pertunjukan, berpikir mandiri dan menumbuhkan daya latihan, lomba dan sebagainya. Repertoar musik kreativitas, dan sekaligus adaptif terhadap keroncong telah mengalami kemunduran berbagai situasi. Hasil kegiatan pembelajaran produksi lagu keroncong sejak tahun 1980-an, harus mampu mengembangkan diri mahasiswa yang ditunjukkan pada tabel 1. sebagai individu yang utuh, sebagai anggota Berdasarkan tabel tersebut terbukti di tahun masyarakat, sabagai warga bangsanya (Suryani, 1980-an sampai hari ini keroncong mengalami 2010). Berkenaan dengan model pembelajaran kemunduran dalam produksi lagu, bahkan kolaboratif dari berbagai macam teori dapat tidak terdengar sama sekali ada lagu baru yang disimpulkan bahwa: suatu filsafat pengajaran, diproduksi. Adapun pertunjukan atau rekaman bukan serangkaian teknik untuk mengurangi keroncong masa kini hanyalah pengulangan- tugas dosen dan mengalihkan tugas-tugasnya pengulangan repertoar lagu keroncong sebelum kepada para mahasiswa (Suryani, 2010). tahun 1980-an, dan hanya semacam klangenan Minat belajar mahasiswa masa kini sangat seakan representasi ketidak berdayaan musik dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan keroncong bersaing dengan musik jenis lainnya yang tengah berlangsung, oleh karena itu di kancah industri musik (Supiarza, 2019). berbagai model pembelajaran harus terus diuji Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk cobakan untuk menemukan suatu formulasi mencari formulasi yang tepat dalam menambah yang paling tepat terhadap perubahan tersebut. repertoar lagu keroncong, yakni melalui ide dan Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para gagasan mahasiswa generasi masa kini yang mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok tahu dan mengerti bentuk keroncong yang kecil. Antar anggota kelompok saling belajar dan dapat diterima oleh kalangan generasi muda membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Indonesia, sebab mereka adalah pelakunya. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya. Kerja 3. Model Pembelajaran Kolaboratif kolaborasi adalah suatu proses kerjasama yang Mengajar tidak lagi dipahami sebagai proses dilakukan oleh baik antar individu maupun menyampaikan ilmu pengetahuan dari dosen antar kelompok, yang saling penuh perhatian ke mahasiswa sebagai peserta didik, melainkan dan penghargaan sesama anggota untuk lebih sebagai tugas mengatur aktivitas-aktivitas mencapai tujuan bersama (penulis) pembelajaran dan lingkungan yang bersifat kompleks dari kolaborasi diartikan sebagai berikut: peserta didik dalam usahanya mencapai tujuan “Collaborative learning is an educational pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang approach to teaching and learning that berpusat pada dosen, dimana peserta didik involves groups of students working together terbiasa menerima ilmu pengetahuan secara to solve a problem, complete a task, or create instan, menjadikannya kurang aktif dalam a product“ (Gerlach, 1994). menggali ilmu pengetahuan dari berbagai Tinzmann memberikan batasan tentang sumber belajar. Sehingga untuk menyiasati perlu pembelajaran kolaborasi sebagai berikut: membuat strategi pembelajaran yang disesuaikan “Collaborative learning affords students dengan materi pembelajaran dan kemampuan enormous advantages not available from Tabel 1: Kemunduran produksi lagu keroncong. more traditional instruction because a group– (Sumber: Supiarza, 2019) whether it be the whole class or a learning Keroncong Langgam Stambul group within the class–can accomplish Periode Jumlah (Kr) (Lgm) (Stb) meaningful learning and solve problems better 1920 s.d. 1942 1424 - 226 1650 1950 s.d. 1970 157 95 15 267 than any individual can alone” (Tinzmann 1980 s.d. sekarang - - - - et al., 1990).

130 Vol. 21 No. 3, Desember 2020

Berdasarkan batasan ini, pembelajaran menciptakan kelompok-kelompok kecil ber- kolaborasi menekankan pentingnya pengem- jumlah 5 orang, jumlah ini berdasarkan syarat bangan belajar secara bermakna dan pemecahan dasar dalam bermain ensambel musik keroncong masalah secara intelektual serta pengembangan dengan tugas utama bagi setiap orang memilih aspek sosial. Oleh karena itu peneliti merasa yakin sebagai pemain cuk, cak, cello, bas dan satu bahwa model pembelajaran kolaboratif mampu penyanyi. memberikan hasil yang baik pada penelitian ini. d. Tahap 4: Setiap kelompok disepakati untuk Selain itu, sebagai argumentasi yang menjadi diberikan kemerdekaan menciptakan nama landasan peneliti mengimplementasikan model kelompoknya dan materi lagu yang akan pembelajaran kolaboratif adalah karena musik diciptakan berdasarkan lokalitas musik tradisi keroncong merupakan jenis musik ensambel Sunda. yang memiliki syarat utama kerja tim. e. Tahap 5: Diskusi dan uji coba pertama, masing- masing kelompok mempresentasikan serta Metode Penelitian memainkan lagu keroncong ciptaannya dalam format mentah, artinya masih berupa kerangka Metode kualitatif dengan model action research ciptaan, Lagu bias bersifat melodi utama tanpa yang digunakan dalam penelitian ini, lebih tepatnya iringan atau diiringi oleh satu atau dua alat peneliti menggunakan salah satu nama lain dari musik. model action research yakni: partisipatory action f. Tahap 6: Evaluasi pertama dilakukan perbaikan- research agar terasa lebih tepat karena keterlibatan perbaikan berdasarkan masukan dari kelompok langsung peneliti. Richard Winter (dalam O’Brien, lain dan hasil perbaikan ini dijadikan karya 1998) memberikan enam ringkasan komprehensif lagu keroncong yang utuh. Sebab hasil tahap dari prinsip-prinsip utama action research yaitu: ini dapat diketahui kelemahan dan kelebihan (1) reflexive critique,(2) dialectical critique, (3) dari konstruksi ide-ide setiap kelompok. collaborative resource, (4) risk, (5) plural structure, dan g. Tahap 7: Finalisasi, setiap kelompok merekam (6) theory, practice, transformation. Dalam konteks dalam bentuk audio visual dan hasilnya penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada ditayangkan di channel youtube yang telah prinsip poin (3) di mana partisipan dalam proyek disediakan berdasarkan kesepakatan. actions research merupakan anggota peneliti. Prinsip h. Tahap 8: Peluncuran repertoar lagu keroncong kolaborasi sumberdaya menganggap bahwa tiap hasil implementasi pembelajaran kolaboratif ide individu merupakan sumberdaya yang sama- dalam bentuk video klip di media sosial. sama signifikan dalam membuat pengelompokan pemaknaan analisis, yang dinegosiasikan di antara Hasil dan Pembahasan para partisipan (Hasan, 2009). Secara kongkrit tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kolaborasi merupakan suatu metode yang sebagai berikut: paling tepat dilakukan ketika mata kuliah tersebut a. Tahap 1: Observasi dan analisis di lapangan, memiliki tujuan untuk menciptakan suatu produk, dalam hal ini di ruang perkuliahan untuk dalam hal ini produk seni (Suryati, Widodo, menstimulus ide dan gagasan secara kolaboratif W, 2020). Dengan kolaborasi dimungkinkan berkenaan topik music keroncong. mahasiswa dapat mengkonstruksi ide individual b. Tahap 2: Hasil ide dan gagasan disimpulkan menjadi ide kelompok sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk perencanaan yang dihasilkan dari menjadi karya kolektif dan secara teknis lebih kesepakatan bersama hasil analisis keberagaman mudah dilakukan. teori dan tafsir mengenai musik keroncong Penelitian ini telah dilakukan di awal dihubungkan dengan musik tradisi Sunda semester genap, yakni sekitar bulan Maret 2020. sebagai bahan kolaborasi musikal. Melalui observasi awal dihasilkan analisis yang di- c. Tahap 3: Implementasi dilakukan dengan implementasikan dalam bentuk perencanaan untuk

131 Supiarza dan Tjahjodiningrat, Keroncong Menggunakan Idiom Musik Sunda tahapan selanjutnya (Suryati, Widodo, W, 2020). 3. Kasamat Hate, (80) Tahapan selanjutnya adalah melakukan diskusi https://drive.google.com/file/d/1U0brdm kelas untuk merancang dan menyepakati program VkOiNLYZRjVNxZpbegDF7Rut46/view? yang harus dilakukan pada mata kuliah sejarah usp=sharing analisis musik Indonesia untuk menciptakan 4. Jawara keroncong Sunda, Mp3 (70) karya musik keroncong. Bersamaan denga ini pula https://drive.google.com/file/d/13b0CyYsJxYL dikumpulkan berbagai ide dan gagasan mahasiswa l5iYNMd1cavsx956PoOZA/view?usp=sharing merujuk kesepakatan bersama yakni melalui 5. Serba Salah, Mp3 (70) pendekatan music tradisi Sunda sebagai dasar https://drive.google.com/file/d/1WJtok8eBp1O utama penciptaan musik keroncong. Hasilnya pada __8TLXzgFrJHhRUpQix6P/view?usp=sharing awal penelitian ini ditentukan perencanaan untuk 6. Ngantosan, Mp3 (83) membuat kelompok kecil, peminjaman alat musik https://drive.google.com/file/d/12KzUTU keroncong, pembagian tugas dalam kelompok, gLSgrQ_oisLFj3GnD3XRJfGxRn/view? evaluasi 1, perekaman dan mastering. usp=sharing Observasi merupakan suatu proses pengamatan 7. Ngudak Kahayang, MIDI File (60) yang dilakukan oleh kami awal pertemuan, selama https://drive.google.com/file/d/1YzicXbGvWO dua kali pertemuan, peneliti sekaligus sebagai dosen blp0Xluu_1uBRi22bBrCie/view?usp=sharing pengampu dalam mata kuliah Sejarah Analisis 8. Subaya Cinta (format Choir), Mp3 (90) Musik Nusantara menerangkan berdasarkan silabus https://drive.google.com/file/d/1xd4SKdYXxxG inti sari perkuliahan, tujuan, media dan jenis NvqpxRNPxsP0Pi3MuraHF/view?usp=sharing musik yang digunakan untuk mencapai tujuan Dari 8 karya musik keroncong yang telah akhir perkuliahan yakni sebuah produk musik. dihasilkan, tidak semua dari ke 8 karya tersebut Hasil dari observasi ini kemudian diaplikasikan berhasil melalui proses perancangan seperti yang dalam perencanaan mendalam kemudian dibuat telah kami tetapkan. Hal ini terjadi karena dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 6 sampai 7 prosesnya tiba-tiba muncul pandemi corona yang orang berdasarkan format musik keroncong yang kemudian menghambat pertemuan atau kolaborasi terdiri dari cuk, cak, cello, bas, gitar satu pemain mahasiswa. Akan tetapi dengan dihasilkannya 8 alat musik melodi dan penyanyi. Setelah terbentuk karya ini, peneliti dapat melihat bahwa implemen- kelompok musik keroncong berikutnya dipilih tasi pembelajaran kolaborasi dalam mata kuliah topik yakni penciptaan lagu keroncong dengan sejarah analisis musik Indonesia, telah berhasil unsur musik tradisi Sunda sebagai elemen utama. menciptakan repertoar musik keroncong dengan Dari proses penelitian tersebut telah dihasilkan sentuhan anak muda dimana ide penciptaanya repertoar musik keroncong baru hasil kolaborasi mengambil unsur musik tradisi Sunda. Selanjut- mahasiswa melalui kelompok kelompok kecil, nya dari 8 karya ini, kami ambil 3 karya terbaik melalui proses latihan kemudian perekaman dan untuk ditindak lanjuti dengan proses perekaman terakhir mastering penelitian ini telah menghasilkan dan mastering semi professional, sehingga dapat karya musik keroncong berdasarkan musik tradisi menjadi bahan yang menjadi contoh sebuah proses Sunda sebanyak 8 karya, karya tersebut seperti pembelajaran kolaborasi bagi angkatan selanjutnya. berikut: Berdasarkan hasil evaluasi tahap akhir, 3 karya ke- 1. Sangkuriang, Mp3 (90) roncong terbaik tersebut sebagai berikut: https://drive.google.com/file/d/1DlQfiGs 1. Subaya Cinta (format Choir), Mp3 Emo23gD1UI1fM3ISa_wuSOM08/view? https://drive.google.com/file/d/1xd4SKdYXxxG usp=sharing NvqpxRNPxsP0Pi3MuraHF/view?usp=sharing 2. Sono, Video (90) 2. Sangkuriang, Mp3 https://drive.google.com/file/d/1Fg_WUe https://drive.google.com/file/d/1DlQfiGs EYtBIvhMaHkr9SYODTSF008IRu/view? Emo23gD1UI1fM3ISa_wuSOM08/view? usp=sharing usp=sharing

132 Vol. 21 No. 3, Desember 2020

3. Sono, Video Adopsi Permainan Alat Musik Terhadap Musik https://drive.google.com/file/d/1Fg_WUe Tradisi Sunda EYtBIvhMaHkr9SYODTSF008IRu/view? usp=sharing Walaupun kelompok ini tidak menggunakan Pemilihan ke tiga kelompok ini ditetapkan alat musik cello, namun pola permainan bas berdasarkan: (1) hasil evaluasi bersama mahasiswa, dimainkan dalam format cello yang berperan (2) pertimbangan unsur musik, dan (3) kesesuaian sebagai dan kendangan. Jadi pada pola dengan tema besar, yaitu ide dasar penciptaan dari permainan bas terdapat dua pola permainan, yakni musik tradisi Sunda. sebagai kendangan dan gong. Dalam konteks pembahasan, peneliti memilih 2 lagu karena ke-2 lagu tersebut merepresentasikan unsur musik Sunda yang terkandung dalam musik Notasi 1: Pola permainan bas mengadopsi permainan keroncong hasil konstruksi ide dan gagasan ritmik cello. mahasiswa, yakni lagu yang berjudul ‘Sono’ dan Pada notasi 1, terlihat pola permainan bas lagu ‘Subaya Cinta’. Pertama lagu ‘sono’, Lagu ini merangkap pola yang biasa dimainkan oleh cello disajikan dengan alat musik format keroncong, keroncong sebagai kendangan, pola tersebut format tersebut terdiri dari bas, gitar, (alat biasanya selalu mengambil ketukan di atas setelah melodi) serta cuk dan cak, kemudian 1 penyanyi bunyi bas yang berperan sebagai gong di ketukan disertai oleh 2 orang yang berperan sebagai backing pertama (tesis). Secara normal jika ada cello, maka vocal (penyanyi latar). Tampilan tersebut seperti bentuk permainan bass seperti gambar 3. gambar 1. Gambar tersebut memperlihatkan format alat musik yang digunakan dalam lagu Sono, format Notasi 2: Permainan bas secara normal. tersebut sebetulnya sudah cukup mewakili format Bas dalam permainan keroncong berperan alat musik keroncong standar yakni terdiri dari cello, sebagai goong yakni memberi penegasan di ketukan bas, gitar, cuk, cak dan flute (suling) atau biolin. pertama dan umumnya bernilai dua ketukan. Walaupun kelompok ini tidak menggunakan cello Namun dalam kasus kelompok ini, permainan namun unsur penting dalam alat music keroncong bas dilakukan menjadi lebih padat, yakni berperan cuk dan cak sudah cukup menjadi sarat utama sebagai kendangan (memainkan pola cello) dan dalam permaianan alat musik keroncong. Sebab juga memainkan pola bas itu sendiri yang berperan kedua alat ini, yakni cuk dan cak merupakan alat sebagai goong (fondasi). Hal ini disebabkan musik utama dalam keroncong, di mana kedua dalam kelompok tidak terdapat orang lain yang alat ini merupakan sumber dari nama keroncong bermain cello sehingga mau tidak mau bas harus itu sendiri (Supiarza, Setiawan, & Sobarna, 2019). memainkan dua pola. Hal ini dimungkinkan, tetapi menurut peneliti tetap kurang tepat, sebab terdapat perbedaan warna suara dalam kedua instrument itu, dan warna suara ini merupakan salah satu unsur penting yang menjadi karakteristik tersendiri dalam musik keroncong. Selain itu, cello juga merupakan satu khasanah keroncong sebagai budaya hybrid yakni terdapat modifikasi yang terjadi hasil kreativitas masyarakat Indonesia masa lalu yang menjadikan cello sebagai alat musik Barat dimainkan dengan digesek kemudian dipindah alihkan memiliki peran sebagai kendangan dengan memodifikasinya menjadi 3 senar, perbedaan tuning Gambar 1: Video virtual. dan cara memainkannya di petik bahkan dipukul

133 Supiarza dan Tjahjodiningrat, Keroncong Menggunakan Idiom Musik Sunda

(Mintargo, 2017), (Wuryanto, R, L. Rohidi, R, adopsi dari Jawa dan Sunda hanya saja T. Tarwiyah, 2016), (Rachman & Utomo, 2017). orang-orang Solo lebih dahulu menemukan dan Sebagai adopsi dari gaya Sunda, ada yang mempakemkan gaya ‘trulungan’ menjadi khas menarik dari bentuk permainan alat musik bas daerah mereka. Mengenai alat musik yang mencoba pada kelompok ini, yaitu pola-pola irama pop untuk mengadopsi tradisi Sunda sangat menonjol Sunda dimainkan pada bagian–bagian tertentu, pada permainan Bas, Cuk, Cak pada lagu ini. semisal seperti gambar 4. Unsur Tradisi Sunda pada Melodi Vokal Lagu Subaya Cinta Notasi 3: Adopsi gaya bas pop Sunda. Pola adopsi bas terhadap gaya lagu pop Sun- Untuk hasil analisis musikologi tentang da sangat jelas terlihat pada partitur di atas, yang pendekatan tradisi Sunda dalam konteks melodi menurut peneliti mahasiswa secara spontan terbawa dan gaya bernyanyi, peneliti memilih 1 lagu, dalam pola irama tersebut karena kebiasaan men- yaitu lagu ‘Subaya Cinta’. Lagu Subaya Cinta, dengar lagu irama pop Sunda yang telah terstan- lagu ini menariknya dari sisi pengolahan vokal, darisasi. Selain itu, pada saat pertemuan pertama yakni bersifat koor atau vokal grup yang dalam untuk menentukan tema unsur tradisi Sunda ma- istilah musik tradisi Sunda berkaitan dengan istilah hasiswa dalam hal ini pemain bas sudah memiliki layeutan suara. Sebelum membahas mengenai bayangan pola irama yang dia mainkan. Hal ini unsur musik Sunda yang terkandung dalam menurut peneliti sebagai suatu yang wajar, karena komposisi musik Subaya Cinta, kiranya peneliti melodi utama dalam hal ini penyanyi memberikan perlu membahas teks lagu terlebih dahulu. Berikut rasa dan citra yang identik dengan apa yang selama teks lagu Subaya Cinta: ini dialami oleh pemain bas itu sendiri. SUBAYA CINTA Untuk pola permainan cuk dan cak pada lagu Timimiti babarengan ini terdapat pola permainan ‘call and respond’ lazim- Sempal Guyon gogonjakan nya gaya Soloan, terdapat dua pola yakni dobel Nyacapkeun kasono dan engkel. Pola ini dalam istilah tradisi gamelan Anjeun salawasna aya Jawa disebut ‘carukan’ atau ‘trulungan’ sementara Anjeun anu sok someah dalam tradisi gamelan Sunda istilah ini lebih ke- Tetempoan tara salah pada pemadatan irama yang sering disebut ‘wiletan’. Pamadegan anu pancen Pola permainan ini dapat dilihat pada notasi 4. Ngijing sila bengkok sinembah Sanajan abdi uninga, anjeun bakal miang Lamun bisa tetep ngareng genak Tong gampil mutuskeun Notasi 4: Pola permainan cuk dan cak. Sanajan taya tangan pangawasa Anjeun anus ok someah Pola permainan cuk dan cak dalam lagu Tetempoan tara salah ini merupakan adopsi gaya trulungan pada Pamadegan anu pancen pola permainan gaya Solo. Sebetulnya pola ini Ngijing sila bengkok sinembah adalah adopsi dari tradisi gamelan Jawa, dan jika Sanajan abdi uninga dihubungan dengan pola permainan pada gamelan Anjeun bakal miang, lamun bisa mah tetep Sunda sangat identik dengan dialog antara alat Ngareng genak, tong gampil mustuskeun music saron, yakni antara saron 1 dan saron 2 di Sanajan taya tangan pangawasa mana dalam permainan gamelan Sunda kedua alat Timimiti barengan music ini saling bersautan, saron 1 lebih ke tesis dan Sempal guyon gogonjakan saron 2 lebih ke arsis, sifat kedua alat tersebut ‘call Nyacapkeun kasono, anjeun salawasna aya and respond’. Sehingga pola ini dalam pengamatan Lagu ini dimulai dengan koor sebagai peneliti sangat identik dengan pola permainan pengantar sebanyak 4 birama setelah 4 birama

134 Vol. 21 No. 3, Desember 2020 sebelumnya diisi oleh intro yang dimainkan oleh Notasi 7 menjadi bukti bahwa mahasiswa alat musik flute, 4 birama intro vokal dengan telah berhasil mendekatkan pola musik tradisi bentuk 2 suara seperti notasi 5. Sunda yakni dengan berupaya menggunakan notasi tangga nada madenda, yaitu urutan nada D-E-F- A-Bb sebagai urutan 5 nada pokok dalam tangga nada Sunda. Nada ini menjadi nada utama pada Notasi 5: Melodi vokal 2 suara. lagu ini, meskipun ada nada-nada di luar urutan ini Secara bentuk kalimat, 4 birama yang seperti terdapatnya nada G, namun kemudian nada digunakan sebagai intro vokal dengan teks di luar urutan ini kemudian menjadi tidak berarti konsonan dimaksudkan sebagai jawaban dari 4 karena bersifat not lintas semata. Mengenai adanya birama sebelumnya yang dimainkan oleh alat musik not lintas dalam musik tradisi Sunda merupakan flute. Mungkin mahasiswa yang menciptakan hal yang wajar. Dalam karawitan Sunda, bisa terjadi komposisi ini tidak menyadari bahwa bagian awal satu lagu yang disajikan memiliki multi-laras, ini kemudian membentuk gaya lagu ini bersifat artinya terdiri dari laras campuran dari berbagai tanya jawab. Menurut peneliti, pencipta lagu laras yang ada dalam karawitan Sunda (Saepudin, ini dipengaruhi oleh bentuk musik keroncong 2017). yang sangat terasa call and respon terutama pada Dalam gaya vokal Sunda, terdapat ornamentasi permainan cuk dan cak, sehingga secara psikologis yang sangat perlu diperhatikan, istilah ornamentasi hal tersebut membentuk pola dalam pikiran dalam musik tradisi Sunda disebut dongkari. Ada mahasiswa. Pola pikiran itu dapat kita lihat pada jenis vokal dalam musik tradisi Sunda, yaitu: perjalanan melodi selanjutnya. tembang Cianjuran, tembang Cigawiran, kawih kapasindenan dan kawih Wanda anyar. Masing- masing jenis tersebut terdapat berbagai macam dongkari/ornamentasi, ornamen diartikan sebagai Notasi 6: Pola tanya jawab pada motif melodi lagu. hiasan lagu, atau lebih tepatnya lagi, hiasan melodi Notasi pada notasi 6 membuktikan bagaimana lagu. Dalam karawitan Sunda, selain istilah motif awal mempengaruhi pola Tanya jawab ornamen dikenal pula istilah senggol atau dongkari selanjutnya. Birama 9 dimulai dengan nada dalam Cianjuran, yaitu motif D kemudian pada birama 10 diakhiri naik ke hiasan lagu. Ornamen pada dasarnya merupakan nada F, kemudian birama 11 sampai 12 nadanya komposisi yang terdiri dari gabungan motif-motif sama namun nada akhir diturunkan ke nada E. hiasan lagu (Hermawan, 2014). Berdasarkan Selanjutnya lagu ini memiliki pola yang sama keterangan mengenai aturan-aturan vokal dalam sampai bagian refrain. Bagian ini terdapat sampai tradisi Sunda, penelitian ini bukan bertujuan birama 24, kemudian berubah pada bagian refrain untuk menggiring mahasiswa menjadi ahli dalam dengan mencoba untuk menggunakan tangga nada suatu konsep musik secara khusus, namun peneliti minor natural yang bertujuan untuk memberikan ingin mencoba suatu inovasi tentang penambahan kesan puncak dan lagu ini dalam bentuk refrain, repertoar musik keroncong dengan menstimulus notasi dapat dilihat pada notasi 7. ide dan gagasan mahasiswa untuk mencari dengan bebas dan mempraktikannya dalam berkreatifitas. Unsur tradisi Sunda sebagai wahana mahasiswa melakukan kreativitas atas ide dan gagasannya tersebut. Dalam konteks tujuan penelitian ini, peneliti merasa telah berhasil untuk menciptakan inovasi pembelajaran kolaborasi dengan memerdekaan ide dan gagasan mahasiswa untuk menciptakan sesuatu. Notasi 7: Notasi lengkap bagian 1. Sebagai penelitian awal, hasil penelitian ini telah

135 Supiarza dan Tjahjodiningrat, Keroncong Menggunakan Idiom Musik Sunda berhasil membuat produk kreativitas mahasiswa sebuah partisipasi akademisi dalam pengembangan secara kolaboratif, dan esensi penelitian ini secara dan pelestarian musik keroncong. garis besar telah berhasil, walaupun perlu adanya penyempurnaan pada produk yang dihasilkan. Kepustakaan Maksud dari penyempurnaan tersebut adalah dilakukannya penelitian lanjutan untuk lebih Barendregt, Bart. Bogaerts, E. (2016). Merenungkan dalam melakukan observasi dan analisis musik gema, Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda. tradisi Sunda, kemudian hasilnya diharapkan dapat Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV. menciptakan produk rekaman lagu dari ciptaan Elliott, J. D. (1995). Music Matters: A New mahasiswa melalui proses mixing dan editing Philosophy of Music Education. Newyork: secara professional. Oleh karena itu penelitian ini Oxford University Press. perlu ada kelanjutan untuk mencapai hasil yang Ganap, V. (2000). Tugu Keroncong Music: sempurna. Hybrid Genre of Portuguese Sojourn. Jurnal Pengetahuan Dan Penciptaan Seni Seni, 2(4), Kesimpulan 213–228. Ganap, V. (2006). Pengaruh Portugis pada Musik Musik keroncong sebagai jenis musik hybrid Keroncong. Harmonia, 02(4), 1–14. seharusnya dapat direkonstruksikan dimana ruang Gerlach, J. M. (1994). Is this Collaboration? New dan waktu itu berada. Setiap era menciptakan Directions for Teaching and Learning, 5(14). generasi baru, yang memiliki ide dan gagasan baru https://doi.org/10.1002/tl.37219945903 dalam memperlakukan musik keroncong. Dengan Hardjana, S. (2003). Corat-coret Musik Kontemporer memberikan kesempatan kepada generasi muda, Dulu dan Kini. Jakarta: Kerjasama Ford dalam hal ini mahasiswa, maka musik keroncong Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan akan terus tumbuh dan berkembang sesuai Indonesia. dengan kondisi dan situasi lingkungan generasi Harmunah. (1996). Musik Keroncong Sejarah, Gaya tersebut. Konstruksi musik keroncong masa lalu dan Perkembangan. Yogyakarta: Pusat Musik tidak akan pernah punah, akan selalu menjadi Liturgi. pegangan sebagai artefak estetis. Dengan berbagai Hasan. (2009). Action Research: Desain Penelitian strategi pembelajaran, dan metode pengembangan Integratif untuk Mengatasi Permasalahan di dunia akademis, musik keroncong sebagai Masyarakat. AKSES: Jurnal Ekonomi khasanah kebudayaan Indonesia akan selalu dapat Dan Bisnis, 4(8), 177–188. https://doi. bersaing terhadap kemajuan teknologi dan ilmu org/10.31942/akses.v4i8.523 pengetahuan. Era disrupsi adalah keniscayaan yang Hermawan, D. (2014). Fenomena Gender dalam terjadi pada masa kini, untuk dapat menyesuaikan Dongkari. Panggung, 24 No.1(212), 25–38. diri salah satu cara adalah memberikan ruang Joan, L. (1989). Pianis Remaja, Buku Pegangan pada mahasiswa sebagai representasi dunia ilmu untuk Guru dan Murid. Jakarta: PT. Gramedia pengetahuan untuk kreatif dan berkreasi dengan Pustaka Utama. ikut serta mengembangkan dan melestarikan musik Latifah, K. (1983). Istilah-Istilah Musik. Jakarta: keroncong. Djambatan. Penelitian ini membuktikan bahwa kalangan Lisbijanto, H. (2013). Musik Keroncong. Jakarta: mahasiswa sebagai generasi muda, dapat secara Graha Ilmu. sungguh-sungguh menuangkan ide dan gagasan Margaret J. Kartomi, David Goldsworthy, Catherine musikal, turut serta mengembangkan musik Falk, B. K. (1978). Studies in Indonesian music. keroncong berdasarkan musik tradisi Sunda. Centre of Southeast Asian Studies, Monash Persoalan kualitas hasil musik yang mereka UniversityMonash University. kerjakan dapat didiskusikan diruang yang lain, Mintargo, W. (2017). Akulturasi Budaya dalam akan tetapi setidaknya proyek ini adalah bukti Musik Keroncong di Indonesia. Nuansa

136 Vol. 21 No. 3, Desember 2020

Journal of Arts and Design, 1(1), 10–22. Learning Music in Digital Era: Creating O’Brien, R. (1998). An Overview of the Keroncong Music for Gen Z Students Through Methodological Approach of Action Research. Interpreting Poetry. Harmonia: Journal of Arts Faculty of Information Studies. USA: University Research and Education, 21(1), 123–139. of Toronto. Supiarza, H., Setiawan, D., & Sobarna, C. (2019). Panitz, T. (1997). Collaborative versus Cooperative Pola Permainan Alat Musik Keroncong dan Learning: A Comparison of the Two Concepts Tenor di Orkes Keroncong Irama Jakarta. Which Will Help Us Understand the Under- Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 20(2), lying Nature of Interactive Learning. Coopera- 108–120. https://doi.org/10.24821/resital. tive Learning and College Teaching, 8(2), 13. v20i2.2459 https://doi.org/Akses 17 Januari 2015 Suryani, N. (2010). Implementasi Model Rachman, A., & Utomo, U. (2017). “Sing Penting Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkat- Keroncong” Sebuah Inovasi Pertunjukkan kan Ketrampilan Sosial Siswa. Majalah Ilmiah Musik Keroncong di Semarang. Jurnal Pembelajaran, 8(2). Pendidikan dan Kajian Seni, 3(1). https:// Suryati, Widodo, W, T. (2020). Sight Singing doi.org/10.30870/jpks.v3i1.4066 sebagai Strategi Pembelajaran Instrumen Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Piano di Prodi Pendidikan Musik ISI Semarang: Cipta Prima Nusantara. Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, Saepudin, A. (2017). Laras, Surupan, dan Patet 21(2), 99–112. dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro Tinzmann, M. B., Jones, B. F., Fennimore, T. Alamat Laras, Surupan, dan Patet dalam F., Bakker, J., Fine, C., & Pierce, J. (1990). Praktik Menabuh Gamelan Salendro. Resital, What Is the Collaborative Classroom? Ncrel, 16(1), 52–64. (January), 1–26. Retrieved from http:// Suadi, H. (2017). Djiwa Manis Indoeng Disajang, methodenpool.uni-koeln.de/koopunterricht/ Musik Dan Dunia Hiburan Tempo Dulu. The Collaborative Classroom.htm Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Wuryanto, R, L. Rohidi, R, T. Tarwiyah, T. (2016). Suharto, M. (1982). Membina Paduan Suara dan Yen Ing Tawang Ana Lintang: Kasus Bentuk Grup Vokal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Musik Keroncong Group Congrock 17 di Utama. Semarang Lucky. Catharsis : Journal of Arts Supiarza, H. (2019). Rekonstruksi Musik Keroncong Education, 5(2), 79–83. Anak Muda di Kota Bandung (Universitas Yampolsky, P. B. (2013). Music and media in the Padjadjaran). Retrieved from http:// Dutch East Indies: Gramophone records and repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/ radio in the late colonial era, 1903--1942. index/docId/24652 Retrieved from http://search.proquest.com/ Supiarza, H., & Sarbeni, I. (2021). Teaching and docview/1428745765?accountid=13771

137