Fungsi Rebab Dalam Penyajian Karawitan Sunda

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Load more

JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol.4, No.1, April 2019 c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 FUNGSI REBAB DALAM PENYAJIAN KARAWITAN SUNDA Rian Permana FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email : [email protected] Abstract : This research and study aims to determine the extent of the role of the fiddle in the presentation of Sundanese musicians, both the function of the fiddle with sekar or sekar gending. It is hoped that this research and study can provide useful information about how a rebab interpreter should work when performing Sundanese musical performances. This needs to be understood as a basis for understanding, especially for a trigger, so that the appearance of his performance can be enjoyed in harmony, in rhythm, one taste, and one accord in one Sundanese musical dish. Keywords : Rebab Function, Sundanese Karawitan Abstrak : Penelitian dan kajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peranan rebab dalam penyajian karawitan Sunda, baik secara fungsi rebab dengan sekar maupun sekar gending. Diharapkan penelitian dan pengkajian ini dapat memberikan manfaat informasi tentang bagaimana semestinya garap seorang juru rebab ketika melakukan sajian karawitan Sunda. Hal ini perlu dipahami sebagai dasar pemahamn khususnya bagi seorang juru rebab agar sajian penampilannya dapat terasa dinikmati selaras, seirama, satu rasa, dan sehati pada satu garapan sajian karawitan Sunda. Kata Kunci : Fungsi Rebab, Karawitan Sunda 74 Fungsi Rebab dalam Penyajian Karawitan Sunda (Rian Permana) 75 PENDAHULUAN sekar gending. Penelitian ini Dalam sajian karawitan menggunakan metode kualitatif. Sunda ada banyak hal yang harus Kajian yang digunakan untuk dipahami oleh para wiyaga terlebih mengeksplanasi penelitian ini, oleh seorang juru rebab. diperoleh dengan menggunakan Kedudukan rebab mempunyai pengumpulan data-data. peran penting sebagai pembawa Adapun teknik kajian yang melodi yang berkaitan dengan digunakan adalah: fungsi dan kedudukan rebab dalam 1. Studi kepustakaan, sebagai data mengiringi sajian karawitan Sunda, sumber-sumber tertulis, baik baik secara konsep Sekar, Gending, berupa buku laporan penelitian, maupun Sekar Gending. Maka makalah ataupun sumber- fungsi dan kedudukan rebab pada sumber tulisan lain yang karawitan Sunda diantaranya dapat berkaitan dengan topik dilihat dari kesenian wayang golek, penelitian; kiliningan, ketuk tilu, dan tembang 2. Observasi langsung dengan cara sunda cianjuran. Peranan penting mengamati langsung terhadap rebab tersebut dapat dirasakan objek yang diteliti, dan ketika bergabung dengan melakukan perekaman, dalam seperangkat waditra pengiringnya bentuk audio dan visual. atau pada saat pertunjukan Observasi merupakan salah satu berlangsung dengan interaksi sekar cara pengumpulan data yang gending. dilakukan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti di METODE lapangan. Dalam hal ini, Penelitian ini bertujuan observasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana dengan cara mendengarkan hasil peranan rebab dalam penyajian rekaman kaset dari objek yang karawitan Sunda, baik secara diteliti. Tujuan dilakukannya fungsi rebab dengan sekar maupun observasi tersebut adalah untuk mengumpulkan data yang tidak c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 76 JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni), Vol.4, No.1, April 2019 : 74 - 88 mungkin ditemukan pada PEMBAHASAN sumber pustaka lainnya; Rebab merupakan salah 3. Wawancara, untuk memperoleh satu instrumen penting yang sangat data yang akurat dan mendalam, berpengaruh besar terhadap dilakukan wawancara berkali- jalannya sajian seni tradisional kali sesuai dengan keperluan karawitan Sunda. Dalam setiap penelitian, sehingga diperoleh pertunjukan karawitan Sunda. kejelasan masalah terhadap Tidak hanya berperan sebagai objek yang diteliti. Pengolahan pengiring jalannya melodi dari data yang meliputi evaluasi dan sebuah lagu, tetapi juga berperan analisis data, atau sebagai pemberi aba-aba mengelompokkan dan mangkatan, merean, nungguan, menganalisis data yang sudah nganteur, marengan, dan ada. Data-data yang berkaitan mapaesan. Waditra rebab dengan garap rebab dianalisis dipergunakan pada waditra berdasarkan pada teori garap pengiringnya dan bertugas sebagai karawitan. Wawancara pembawa melodi. Jika waditra dilakukan dengan cara pengiring hanya membawakan wawancara terbuka, jawaban posisi lagu saja dan tanpa ada unsur dijawab dengan secara melodi yang dilakukan maka sajian mendetail terhadap pertanyaan garapan tersebut akan terkesan yang diajukan. monoton dan kurang terasa karakter lagu apa yang sedang dibawakan, Penelitian dan kajian ini dengan kata lain rebab bukan hanya diharapkan bisa untuk menjawab sebagai pembawa lagu melainkan sejauhmana peranan rebab dalam sebagai penguat karakter dari sajian penyajian karawitan Sunda, baik karawitan Sunda yang ditampilkan. secara fungsi rebab dengan sekar Memainkan rebab pada sajian maupun sekar gending. karawitan Sunda itu cukup sulit karena ada beberapa hal yang harus dikuasai difahami dan c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 Fungsi Rebab dalam Penyajian Karawitan Sunda (Rian Permana) 77 diaplikasikan. Dikatakan sulit penampilan saat ini, waditra karena dalam sajian pertunjukan kilining tersebut tidak digunakan karawitan Sunda bukan hanya lagi. Sajian kiliningan saat ini hapal materi lagu, pangkat, menggunakan seperangkat gamelan surupan dan laras nadanya saja, pelog salendro sebagai pengiring akan tetapi faktor penyelarasan lagu-lagu yang dibawakannya, hal penyatuan antara rebab, dengan ini dikarenakan semakin jarangnya para wiyaga (gending) dan juru orang yang dapat memainkan sinden (sekar) juga harus selaras waditra kilining tersebut. Selain seirama, satu rasa satu hati agar diambil dari nama sebuah waditra, terjalin harmoni dan keutuhan istilah kiliningan ini juga sebagai sajian yang indah. Beriku beberapa pembeda dengan iringan lagu sajian kesenian Sunda yang dalam pertunjukan wayang golek menggunakan rebab di dalamnya. (Ajip Rosidi dkk, 2000). Pada garapan pertunjukan 1. Kiliningan kesenian kiliningan umumnya, Dalam permainan gamelan pangkat dibawakan oleh saron, laras salendro, rebab tidak hanya namun pada lagu-lagu tertentu ada memainkan nada-nada laras beberapa waditra yang bisa salendro, tetapi memainkan pula menjadi pamangkat lagu seperti: laras degung (pelog), dan laras gambang, rebab, dan sekar yang madenda, dalam berbagai surupan bisa disebut juga dengan bawa (Lili Suparli, 2010:46). Kata sekar. Pangkat lagu yang Kiliningan berasal dari nama dibawakan oleh rebab, bisa pada waditra kilining, yang memiliki semua sajian lagu-lagu yang bentuk seperti saron, namun jumlah mempunyai laras salendro, bilahnya lebih banyak, yakni antara madenda, pelog, degung, maupun 9-14 bilah. Waditra ini merupakan kobongan. Pangkat yang bagian dari seperangkat gamelan dibawakan oleh rebab mempunyai yang hampir menyerupai gender fungsi untuk menyelaraskan laras dalam gamelan Jawa. Pada dan surupan lagu yang dibawakan c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 78 JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni), Vol.4, No.1, April 2019 : 74 - 88 oleh juru sinden, karena dari sekian tilu diambil dari salah satu waditra banyak waditra yang ada, rebab pengiringnya, yaitu tiga buah ketuk. mempunyai keluasaan dan Ketiga buah ketuk tersebut memiliki ambahan nada-nada yang berfungsi sebagai kerangka lagu lengkap apabila dibandingkan dan penjaga irama, sedangkan dengan waditra lain. Ketika rebab rebab berfungsi sebagai pembawa membawakan pangkat, maka melodi, kendang sebagai pengatur seorang juru rebab akan langsung irama, dan goong sebagai penutup memberikan ukuran awalan tempo, lagu (Soepandi, 1977:7). Apabila pemberi arahan posisi lagu dan dilihat dari waditra yang sebagai tanda untuk informasi digunakan, ketuk tilu termasuk ke kepada juru sinden mengenai laras dalam kesenian ensambel kecil, di dan surupan lagu yang akan mana alat yang digunakan pada dibawakan sebagai patokan nada kesenian ini, terdiri dari: tiga buah dasar lagu tersebut. ketuk (bonang penclon), kendang, Pangkat yang dibawakan goong, rebab, dan kecrek. Ketuk oleh rebab biasanya untuk garap tilu merupakan embrio untuk pertunjukan lagu-lagu yang lahirnya berbagai jenis kesenian mempunyai embat opat wilet dan rakyat di berbagai daerah di Jawa dua wilet, seperti lagu: Renggong Barat (Saepudin, 2010:201). Bandung, Kastawa, Golewang, Kesenian ketuk tilu sangat Udan Mas, Tablo Kasmaran, erat kaitannya dengan kehidupan Sinyur, Senggot, Banjaran, dan masyarakat pedesaan. sebagainnya. Pangkat pada embat Keberlangsungan kesenian ketuk sawilet biasanya dibawakan oleh tilu di kalangan masyarakat saron dan sekar atau juru sinden pedesaan dapat pula dilihat di seperti pada lagu Gendu. sebuah kawasan Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang, 2. Ketuk Tilu di mana sajian kesenian ketuk tilu Dalam buku Khasanah dijadikan sebagai bentuk kesenian Kesenian Jawa Barat, istilah ketuk yang berfungsi untuk kebutuhan c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 Fungsi Rebab dalam Penyajian Karawitan Sunda (Rian Permana) 79 upacara ritual seperti: hajat lembur, di Jawa Barat sangat berbeda-beda, buku taun, ngarot, ngarumat jagat, perbedaan tersebut dapat terlihat dan sebagainnya. Hal tersebut yang dari tata cara pergelaran yang secara jelas sangat erat sekali dipengaruhi oleh keadaan kaitannya dengan masyarakat Jawa lingkungan sekitarnya, seperti: Barat yang mayoritas penduduknya pegunungan, perkebunan, bermata pencaharian sebagai petani pesawahan, dan daerah pesisir (agraris). pantai. Lingkungan alam tersebut Kesenian ketuk tilu sangat berpengaruh terhadap mempunyai fungsi dalam bentuk garap,
Recommended publications
  • Downloaded from Brill.Com09/26/2021 01:14:48PM Via Free Access Wim Van Zanten - 9789004261778 Downloaded from Brill.Com09/26/2021 01:14:48PM Via Free Access

    Downloaded from Brill.Com09/26/2021 01:14:48PM Via Free Access Wim Van Zanten - 9789004261778 Downloaded from Brill.Com09/26/2021 01:14:48PM Via Free Access

    PART FIVE THE ETHNIC MODERN Wim van Zanten - 9789004261778 Downloaded from Brill.com09/26/2021 01:14:48PM via free access Wim van Zanten - 9789004261778 Downloaded from Brill.com09/26/2021 01:14:48PM via free access <UN> <UN> CHAPTER ELEVEN MUSICAL ASPECTS OF POPULAR MUSIC AND POP SUNDA IN WEST JAVA Wim van Zanten Introduction: Sundanese Music and the Technology of Enchantment Research on popular music, particularly in the field of cultural studies, has tended to focus on political and sociological aspects, to the exclusion of musical structures and actual sounds. Whereas in most societies musi- cal genres are in the first place classified by social criteria, it is undeniable that also the technicalities of the music play a role: audiences hear the differences between, for instance, jaipongan and degung kawih perfor- mances. This is because these musics are produced in different ways, using different instruments, tone material, musical structure, etc. Alfred Gell made an important contribution to the anthropological study of art by pointing out that the production of art is a technological process. He mentions that there are ‘beautiful’ things, like beautiful women, beautiful horses and a beautiful sunset. However, art objects are made ‘beautiful’ by human beings and this requires technology. He criti- cizes sociologists like Pierre Bourdieu, who do not really look at an art object as a concrete product of human ingenuity, but only elaborately look at the represented symbolic meanings (Gell 1999:162). In contrast, Gell proposes that anthropologists should look at art as a ‘component of technology.’ We call something an object of art if it is the outcome of a technological process, the kind of processes in which artists are skilled.
  • Budaya Sunda Pada Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado: Suatu Kajian Antropologi Sastra

    Budaya Sunda Pada Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado: Suatu Kajian Antropologi Sastra

    KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Vol. 5, No. 1, Oktober, 2019, Hlm: 157-167 Sastra, dan Pengajarannya ISSN : 2442-7632 print | 2442-9287 online 157 BUDAYA SUNDA PADA NOVEL PEREMPUAN BERNAMA ARJUNA KARYA REMY SYLADO: SUATU KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Chintya Bayu Lestari, Zuriyati, Nuruddin Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Jalan Raya Rawamangun Muka Jakarta Timur, Indonesia *Corresponding author: [email protected] INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Sejarah Artikel Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan budaya Sunda pada novel Diterima: 21/5/2019 Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Jenis penelitian ini ialah Direvisi: 25/11/2019 penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi. Sumber data Diterima: 26/11/2019 penelitian ini yakni novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tersedia Daring: 28/11/2019 Adapun data penelitian ini berupa kutipan kata, kalimat, wacana, atau paragraf yang menunjukan unsur budaya Sunda. Model analisis data Kata Kunci menggunakan analisis data Philip Mayring. Hasil penelitian menunjukan Novel bahwa bentuk budaya Sunda pada novel Perempuan Bernama Arjuna karya Antropologi Sastra Remy Sylado dikemas melalui unsur-unsur kebudayaan. Unsur budaya Budaya Sunda tersebut mencakup (1) sistem pengetahuan sejarah dan kesenian Sunda. (2) Seni tembang. (3) Seni musik. (4) Organisasi sosial berkenaan dengan perkawinan adat Sunda. (5) Bahasa yang diungkapkan mengenai bahasa tulisan. ABSTRACT Keywords This article describes the Sundanese culture in literary works in terms of the Novel anthropological approach to literature. The purpose of this research is to Literary Anthropology reveal about Sundanese culture in the novel Perempuan Bernama Arjuna by Sundanese Culture Remy Sylado. This type of research is qualitative research using content analysis methods.
  • Percussion Ensemble

    Percussion Ensemble

    Indonesian Video Tape (9) Music from Bali 9-1 “Selar jupun” - Gamelan from Bali – percussion ensemble; shows bonang, kenong, then gender barung, gong, kendang (horizontal drum); shows whole gamelan orchestra 9-2 ”Pendet” – devotional dance accompanied by gamelan; stylized dancing; more prominent use of wind instruments in this example 9-3 – “Baris” – warrior’s dance drill; notice how music follows dance movements (increase in activity, change in dynamics, accents dancer’s movements); use of ostinato; notice change of tempo; listen to drummer signal transitions to new musical sections; 9-4 “Lelong keraton” – court dance; stylized dance with expressive eye movements (female); listen for suling (flute) and sudden change of tempo 9-5 “Kebyar Trompong” – seated dance with gong set; notice hand gestures, facial expressions; performer also plays instrument; listen to easily identifiable phrase lengths; 9-6 “Calonarang” – dance drama; introduction by gamelan; then entrance of dancers (maidservants); entrance of Matah Gedé (Calonarang); story told through words/singing/dancing (similar to western opera); story revolves around an epidemic in the land and the battle between good and evil. Indonesian Video Tape (10) Bali 10-1 Kecak- kecak is a style of men’s chorus that involves theatrics. It is a relatively new art form, having been developed in the 1930’s. They use their voices to imitate the gamelan ensemble. Originally developed for exorcising demons, now more a tourist entertainment. The story line is from the Ramayana (a mythical text). Java 10-2 Wayang – shadow puppet play. Often used to celebrate weddings; accompanied by full gamelan; wayang is a nine-hour performance; puppets on the puppeteer’s right represent “good” and those on the left represent “evil”.
  • Musik Kacapi Suling Sebagai Musik Terapi

    Musik Kacapi Suling Sebagai Musik Terapi

    JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol.5, No.1, April 2020 c-ISSN : 2503-4626 e-ISSN : 2528-2387 MUSIK KACAPI SULING SEBAGAI MUSIK TERAPI Asep Wasta1, Neni Sholihat2 Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya [email protected], [email protected] Abstract : Kacapi Suling Art is Sunda traditional art risen from Cianjur, West Java. Waditra Sunda equipments are able to be found in almost Tatar Sunda region, it consists of Kacapi and Suling performed instrumentally or with vocal. Slow rhytmic melodius produced by strumming strings composition could give result of soft music while compiled with melody notes of melismatistic Suling or vocal. According to these musical construction, the article and research purposed to identify and describe potential of Kecapi Suling music implication as music teraphy ability for stimulating brain and neuro system for another health effect of human. Analyzhing method used interdicipline approach of musicology adjusment and music phsycology. The analyses obtained Kecapi Suling musical elements is potential as therapy music by its relaxation effect. Keyword : Kacapi Suling, Music Therapy, Color Music, Melismatic, Psychiatric Effects Abstrak : Seni Kacapi Suling adalah sebuah seni tradisional Sunda yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat. Perangkat waditra Sunda yang terdapat haMpir di setiap daerah di Tatar Sunda, terdiri dari Kacapi dan Suling yang disajikan secara instruMental Maupun bersama vocal. Alunan ritMik kecapi yang bertempo lambat, dihasilkan oleh petikan dawai yang Menyatu Menjadi Musik yang lembut ketika bersatu dengan Melodi dari suling atau vocal yang bersifat MelisMatis. Dari kontruksi Musikal tersebut, artikel dan penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi dan Menjelaskan tentang iMplikasi potensi Musik kecapi suling sebagai musik terapi yang dapat menstimulan kerja otak dan syaraf untuk efek kesehatan lainnya pada Manusia.
  • Ragam Langgam Aksara Jawa Dari Manuskrip Hingga Buku Cetak Konsepsi Raja Melayu Dalam Hikayat Petualangan Ajaib Hikayat Kemala B

    Ragam Langgam Aksara Jawa Dari Manuskrip Hingga Buku Cetak Konsepsi Raja Melayu Dalam Hikayat Petualangan Ajaib Hikayat Kemala B

    Aditya Bayu Perdana Ragam Langgam Aksara Jawa dari Manuskrip hingga Buku Cetak Rizqi Handayani Konsepsi Raja Melayu dalam Hikayat Petualangan Ajaib Hikayat Kemala Bahrain Novarina Pandhawa Gubah sebagai Representasi Interaksi Metafisik Manusia Jawa dan Perbandingannya dengan Cheritera Pandawa Lima | Ilham Nurwansah Penelusuran Jejak Musik Instrumental dalam Naskah Sunda Kuna | Muhammad Masrofiqi Maulana Penafsiran Sufistik-Kejawen atas Surah Al-Fatihah: Studi Analisis atas Manuskrip Kiai Mustojo | Anggita Anjani Bhīma Svarga: Cerita Tiada Akhir. Vol. 10, No. 1, 2020 ISSN: 2252-5343 e-ISSN: 2355-7605 Jurnal Manassa Volume 10, Nomor 1, 2020 PIMPINAN REDAKSI Oman Fathurahman DEWAN PENYUNTING INTERNASIONAL Achadiati Ikram, Al Azhar, Annabel Teh Gallop, Dick van der Meij, Ding Choo Ming, Edwin Wieringa, Henri Chambert-Loir, Jan van der Putten, Mujizah, Lili Manus, Munawar Holil, Nabilah Lubis, Roger Tol, Siti Chamamah Soeratno, Sudibyo, Titik Pudjiastuti, Tjiptaningrum Fuad Hasan, Yumi Sugahara, Willem van der Molen REDAKTUR PELAKSANA Muhammad Nida’ Fadlan Aditia Gunawan PENYUNTING Ali Akbar, Asep Saefullah, Agus Iswanto, Dewaki Kramadibrata, M. Adib Misbachul Islam, Priscila Fitriasih Limbong, Yulianetta ASISTEN PENYUNTING Abdullah Maulani DESAIN SAMPUL Muhammad Nida’ Fadlan ALAMAT REDAKSI Sekretariat Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) Gedung VIII, Lantai 1, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424 Website. http://journal.perpusnas.go.id/index.php/manuskripta Email. [email protected] MANUSKRIPTA (P-ISSN: 2252-5343; E-ISSN: 2355-7605) adalah jurnal ilmiah yang dikelola oleh Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), asosiasi profesi pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperhatikan pengkajian dan pelestarian naskah Nusantara. Jurnal ini dimaksudkan sebagai media pembahasan ilmiah dan penyebarluasan hasil penelitian di bidang filologi, kodikologi, dan paleografi.
  • Siaran Radio Citra 99.4 Fm Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar

    Siaran Radio Citra 99.4 Fm Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar

    p-ISSN 2355-5343 Article Received: 18/11/2014; Accepted: 10/02/2015 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(1) 2015, 99-117 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i1.1336 SIARAN RADIO CITRA 99.4 FM SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN TEMBANG SUNDA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR Maylan Sofian Program Studi PGSD STKIP Sebelas April Sumedang Jl. Anggrek Situ No. 19 Sumedang Email: [email protected] ABSTRACT ABSTRAK This research inspect about preservation of Penelitian ini mengkaji mengenai pelestarian traditional art through tembang sunda cianjuran seni tradisi melalui model seni tembang sunda on Citra radio 99, 4 FM Sumedang. The problems cianjuran di Radio Citra 99,4 FM Sumedang. inspected in this research as follow, First, how Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini does the preservation of tembang sunda sebagai berikut. Pertama, Bagaimana cianjuran present on Citra Radio 99, 4 FM pelestarian tembang sunda cianjuran yang broadcast program ? Second, how does the dikemas dalam program siaran Radio Citra 99.4 contribution of electronic media Citra radio FM? Kedua Bagaimana kontribusi program broadcast programme for tembang sunda siaran media elektronik Radio Citra bagi seni cianjuran and the artist in Sumedang? In order to tembang sunda cianjuran dan senimannya di get the answer of the problems, the qualitative Kabupaten Sumedang? Untuk mendapatkan research done, that is content analysis. Content jawaban atas permasalahan – permasalahan analysis is one of research method to produce itu, dilakukan penelitian kualitatif, yaitu analisis objective and systematic description. The result konten. Analisis konten adalah suatu metode of this research show that Citra Radio 99, 4 FM penelitian untuk menghasilkan deskripsi objektif Sumedang broadcast program can be a system dan sistematik.
  • Sonic Liminalities of Faith in Sundanese Vocal Music Sean Williams Evergreen State College

    Sonic Liminalities of Faith in Sundanese Vocal Music Sean Williams Evergreen State College

    Yale Journal of Music & Religion Volume 4 Number 1 Voice, Media, and Technologies of the Article 4 Sacred 2018 Sonic Liminalities of Faith in Sundanese Vocal Music Sean Williams Evergreen State College Follow this and additional works at: https://elischolar.library.yale.edu/yjmr Part of the Ethnomusicology Commons, and the South and Southeast Asian Languages and Societies Commons Recommended Citation Williams, Sean (2018) "Sonic Liminalities of Faith in Sundanese Vocal Music," Yale Journal of Music & Religion: Vol. 4: No. 1, Article 4. DOI: https://doi.org/10.17132/2377-231X.1091 This Article is brought to you for free and open access by EliScholar – A Digital Platform for Scholarly Publishing at Yale. It has been accepted for inclusion in Yale Journal of Music & Religion by an authorized editor of EliScholar – A Digital Platform for Scholarly Publishing at Yale. For more information, please contact [email protected]. Sonic Liminalities of Faith in Sundanese Vocal Music Sean Williams Sundanese sung poetry of West Java, Indo- markers, it is no surprise that the national nesia, has long represented a rich set of elite motto “Bhinneka Tunggal Ika” (Unity in values that often reflect Hindu, Buddhist, and diversity) is based on the lived experience of its animist ways of understanding the world. In a citizens. In their introduction to Divine region known for its current adherence to Inspirations: Music and Islam in Indonesia, Islam, the continuing presence of songs that coauthors/editors Anne K. Rasmussen and directly reference Hindu deities and narratives David D. Harnish note that “[some com- from hundreds of years ago seems like both a munities] embrace unique mixes of select startling anachronism and a commentary on Islamic principles with Hindu-Buddhist or the ways in which song can transcend con- indigenous animist practices.”2 Though Islam temporary religious and political identities.
  • Recollecting Resonances Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land En Volkenkunde

    Recollecting Resonances Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land En Volkenkunde

    Recollecting Resonances Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 288 Southeast Asia Mediated Edited by Bart Barendregt (KITLV) Ariel Heryanto (Australian National University) VOLUME 4 The titles published in this series are listed at brill.com/vki Recollecting Resonances Indonesian–Dutch Musical Encounters Edited by Bart Barendregt and Els Bogaerts LEIDEN • BOSTON 2014 This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution‐Noncommercial 3.0 Unported (CC‐BY‐NC 3.0) License, which permits any non‐commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) Cover illustration: The photo on the cover is taken around 1915 and depicts a Eurasian man seated in a Batavian living room while plucking the strings of his instrument (courtesy of KITLV Collec- tions, image 13352). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Recollecting resonances : Indonesian-Dutch musical encounters / edited by Bart Barendregt and Els Bogaerts. pages cm. — (Verhandelingen van het koninklijk instituut voor taal-, land en volkenkunde ; 288) (Southeast Asia mediated ; 4) Includes index. ISBN 978-90-04-25609-5 (hardback : alk. paper) — ISBN 978-90-04-25859-4 (e-book) 1. Music— Indonesia—Dutch influences. 2. Music—Indonesia—History and criticism. 3. Music— Netherlands—Indonesian influences.
  • 3 Deni Hermawan.Indd

    3 Deni Hermawan.Indd

    Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-Lagu Tembang Sunda Cianjuran1 Deni Hermawan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung Jl. Buah Batu No. 212 Bandung 40265 ABSTRACT This article,“Gender Fenomena in Dongkari of Tembang sunda cianjuran Songs,” is a small part of my dissertation entitled “Gender dalam Tembang sunda cianjuran,” which is then elaborated in accordance with the theme of this article. This article is intended to study gender fenomena in one of a number of aspects of Tembang sunda cianjuran, dongkari. How far gender ideology in social life aff ects the performance of Tembang sunda cianjuran, especially in using dongkari in Tembang sunda cianjuran songs, and vise versa.From this study, it is obtained a conclusion asserting that gender fenomena can be found in dongkari. This are shown by the existence of masculine and feminine or- nament/dongkari which are each usually used by men and women singers in singing the Tembang sunda cianjuran songs. However, this can not be free from cross-gender fenomena which always par- ticipate in it so that in certain cases, masculine ornamnet/dongkari can be used by women singers, and vise versa. The relationship between gender fenomena found in ornament/dongkari and its using by men and women singers in performance of Tembang sunda cianjuran shows mutual relationship and infl uence between both the gender ideology which is embedded in the Sundanese life and the perfomance of music—Tembang sunda cianjuran. Keywords: gender, Tembang sunda cianjuran, ornamen/dongkari ABSTRAK Tulisan ini, “Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-lagu Tembang Sunda Cainjuran,” merupakan bagian kecil dari disertasi penulis berjudul “Gender dalam Tembang Sunda Cianjuran,” yang kemudian diolah kembali sesuai dengan tema tulisan ini.
  • Kakawihan Barudak Sunda: Sundanese Children’S Songs of West Java

    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by D-Scholarship@Pitt KAKAWIHAN BARUDAK SUNDA: SUNDANESE CHILDREN’S SONGS OF WEST JAVA by Indra Ridwan Drs. of Communication, Padjadjaran University, 1993 Magister Seni, Indonesian Institute of Art in Yogyakarta, 2004 Submitted to the Graduate Faculty of School of Arts and Sciences in partial fulfillment of the requirements for the degree of Masters of Arts in Ethnomusicology University of Pittsburgh 2010 UNIVERSITY OF PITTSBURGH SCHOOL OF ARTS AND SCIENCES This thesis was presented by Indra Ridwan It was defended on April 14, 2010 and approved by Bell Yung, Professor of Music, Department of Music Adriana Helbig, Assistant Professor of Music, Department of Music Thesis Director: Andrew Weintraub, Professor of Music, Department of Music ii Copyright © by Indra Ridwan 2010 iii KAKAWIHAN BARUDAK SUNDA: SUNDANESE CHILDREN’S SONGS OF WEST JAVA Indra Ridwan, M.A. University of Pittsburgh, 2010 This thesis explores the musical characteristics of Sundanese children’s songs (kakawihan barudak Sunda) and interprets the meanings embedded in these songs. Kakawihan barudak Sunda are sung throughout the province of West Java. Kakawihan barudak Sunda refer to: (1) a repertoire of songs, and (2) the social context of singing these songs. The lyrics of kakawihan barudak Sunda contain deep meanings and reflect particular Sundanese historical, social, and cultural/religious values. Kakawihan barudak Sunda are disseminated orally from one generation to the next. Sundanese people believe that these songs have existed for hundreds of years. In the 1950s, the context of performance of kakawihan barudak Sunda shifted from village contexts to entertainment, music competitions, and festivals.
  • Peranan Kacapi Indung Dalam Kesenian Tembang Sunda Cianjuran

    PERANAN KACAPI INDUNG DALAM KESENIAN TEMBANG SUNDA CIANJURAN Risky Fatah Setiawan 2815086696 Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016 ABSTRAK RISKY FATAH SETIAWAN, 2016. Peranan Kacapi Indung Dalam Kesenian Tembang Sunda Cianjuran. Program studi Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Kacapi Indung dalam kesenian Tembang Sunda Cianjuran. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode bersifat deskriptif dengan tipe kualitatif. Tempat penelitian dilakukan di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Desember 2015. Objek penelitian adalah instrument peranan Kacapi Indung dalam kesenian Tembang Sunda Cianjuran. Data yang dikumpulkan dan diambil dari hasil penelitiannya didapat dari kajian pustaka, observasi, dan wawancara. Keabsahan data menggunakan trianggulasi. Hasil Penelitian ini adalah bahwa peranan Kacapi Indung dalam kesenian Tembang Sunda Cianjuran dilandasi oleh beberapa unsur pembentuk kesenian Tembang Sunda Cianjuran. Diantaranya; seni Pantun, seni Degung, Seni Tembang, seni Beluk, Seni Wayang. Kesenian yang menjadi unsur Tembang Sunda Cianjuran dibedakan ke dalam kelompok wanda (papantunan, jejemplangan, rarancagan, dedegungan, panambih) yang nantinya menjadi ciri dari seni pembentuknya. Tembang Sunda Cianjuran disajikan dalam beberapa
  • Tembang Tradisional Angklung Untuk Mengatasi Permasalahan Psikologis Khususnya Masalah Kesepian (Loneliness) Lansia Ditinjau Dari Analisis Spektrum Frekuensi

    TEMBANG TRADISIONAL ANGKLUNG UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN PSIKOLOGIS KHUSUSNYA MASALAH KESEPIAN (LONELINESS) LANSIA DITINJAU DARI ANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI Yudi Yudistira, Asep Abdul Syukur, dan Samsul Feri Apriyadi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta Abstract So far angklung traditional songs have been used as entertainment. Those who enjoyed those songs do not realize that they can be useful for elderly people when listening to the songs. These songs have soft music that can soothe hearts. This research was aimed at fnding out how angklung traditional songs could overcome the loneliness problem among elderly people. The sample was one music sample, and the title of the angklung song was O ina ni keke composed by Suwandi. This choice was based on the instrumental similarities. In this research angklung traditional song was used as a variable. The data collection to find out the frequency spectrum started from the sample of angklung songs. The obtained data were 1) initial, middle, and final frequency, 2) average frequency of the song, 3) duration of the frequency. The result of the research showed the angklung traditional songs could decrease the level of loneliness among elderly people were those with the dominant frequency spectrum of bandwith 4‐5 kHz in the middle duration and 3.33‐5 kHz in the initial and final duration. Key words: angklung traditional song, music sample, frequency spectrum PENDAHULUAN Tembang tradisional Indonesia merupakan salah satu wujud seni yang diciptakan oleh masyarakat Indonesia. Seni adalah sumber dari rasa keindahan dan bagian dari pendidikan. Seni fotografi, lukis, patung, dan tembang adalah sebagai sumber keindahan dan pendidikan itu sendiri.