Penyusun: Penanggungjawab: Muhdi | Ketua Tim : Riyadi I Editor : Muslikhin | Grafis & Layout: Frangky Pasuhuk | Kontributor : M. Hatta Hasanuddin | Muslikhin | Frangky Pasuhuk | Cliff Sangi | Anisa Y. Endrasari | KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAY AH OIREKTORAT JENOERAL PERBENOAHARAAN PROVINS! UTARA ClDUMOlNBl:rttfSW.NOIMANAOO Ttl(POII(0')1106802<11 FMStll.U: (0011803713 E"""...,,....,,._oCJ_,,,_IIO,.

NOTADINAS NOMOR: ND- 741 IWPB.30/2019

Ylh Direktur Pelaksanaan Anggaran Dari Pih Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara Sifat Segera Lampiran : 1 (satu) buku Hal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional Triwulan I Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019 Tanggal : It Mei 2019 ------

Sehubungan dengan Surat Edaran Oirjen Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 tanggal 04 Agustus 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional, bersama ini kami sampaikan Kajian Fiskal Regional Triwulan I Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019. Softcopy Kajian Fiskal Regional Triwulan I Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019 telah kami sampaikan melalui email: !'J d1tpa@gma. corT' dan dt.pa@kL � 1� eu go id . Demikian disampaikan. alas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pih. �pala Kantor KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I Tahun 2019 dengan baik. Kajian Fiskal Regional diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 30/PB/2013 dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/Triwulan I 2019 sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal Dengan demikian, diharapkan para pemangku kepentingan dalam hal ini Pemerintah Daerah, Satuan Kerja Pemerintah Pusat, pelaku usaha, serta akademisi di ngkup Provinsi Sulawesi Utara dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah, sehingga bisa memberikan manfaat untuk pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang Adapun beberapa aspek yang menjadi bahasan utama dalam kajian adalah perkembangan ekonomi regional, perkembangan keuangan pemerintah pusat dan aerah, keunggulan dan potensi daerah, serta tantangan fiskal yang dihadapi daerah. Dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I Tahun 2019 ini kami banyak memperoleh dukungan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, dan Seluruh Pemerintah Daerah Lingkup Provinsi Sulawesi Utara. Oleh karena itu, kami menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan dimasa yang akan datang. Kami menyadari penyusunan Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas Kajian Fiskal Regional ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama untuk kemakmuran masyarakat Sulawesi Utara.

Manado,10 Mei 2019

i

TIM PENYUSUN

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2019 KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Penanggungjawab: Kepala Kanwil DJPB Prov. Sulawesi Utara Muhdi

Ketua Plt. Kepala Bidang PPA II Riyadi

Editor: Muslikhin

Kontributor: Moh. Hatta Hasanuddin Muslikhin Frangky Pasuhuk Cliff Pandeyate Sangi Anisa Yulianti Endrasari

Desain Cover & Layout: Frangky Pasuhuk

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………. i Tim Penyusun …………………………………………………………………………... ii Daftar Isi …………………………………………………………………………………. iii

BAB I Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional ……………….. 1 A. Produk Domestik Regional Bruto ………………………………... 1 B. Inflasi ………………………………...……………………………... 3 C. Indikator Kesejahteraan ………………………………...... 3

BAB II Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN ………………. 7 A. Pendapatan Negara ………………………………...... 8 B. Belanja Negara …………………………………………………… 11

BAB III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD ……………… 14 A. Pendapatan Daerah ………………………………...... 15 B. Belanja Daerah ………………………………...... 20 C. Prognosis Realisasi APBD ………………………………...... 21

BAB IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran …………. 23 Konsolidasian (APBN & APBD) A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ……………….. 23 B. Pendapatan Konsolidasian ………………………………...... 23 C. Belanja Konsolidasian ………………………………...... 25 D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB ………………… 28

BAB V Analisis Tematik ………………………………...... 30

iii

BAB I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Sampai dengan Triwulan I 2019, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,58 Ekonomi Sulut Q I persen (YoY), persentase penduduk miskin 7.59 persen, tingkat pengangguran 2019 Tumbuh 6.58 Persen berada terbuka sebesar 5.37 persen (Februari 2018), dan inflasi -0.14 persen. Hampir diatas nasional (5.07), dibwah Q1 semua indikator pembangunan masih sesuai target namun terdapat beberapa 2018 (6.68) catatan penting yang perlu mendapat perhatian yaitu Struktur ekspor Sulut masih bergantung pada minyak dan lemak nabati (61.6%), terdapat kendala di sektor pertanian yang berupa alih fungsi lahan dan stagnansi produksi utama pertanian sulut terutama produksi kelapa, pertumbuhan wisatawan yang tidak diikuti dengan average spending, Pertumbuhan angkatan kerja tidak diikuti dengan peningkatan kualifikasi pekerja sehingga terdapat labor mismatch, juga masih terdapat disparitas komponen IPM antar daerah

A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

pertumbuhan Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) berdasarkan besaran Produk tertinggi dicapai Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan I tahun Lapangan Usaha 2019 mencapai Rp.29. 41 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Pengadaan Air, mencapai Rp.20.49 triliun. Ekonomi bertumbuh 6.58 persen, (YoY) dan Pengelolaan memenuhi target RKP tahun 2019 (6.4 persen) lebih tinggi dari Sampah, yang tumbuh 12,27 pertumbuhan ekonomi nasional (5.07 persen) namun lebih rendah dari persen. pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2018 (6.68 persen). Dari sisi Pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dengan Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Pengadaan Air, dicapai oleh Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yang tumbuh 12,27 persen. Pengeluaran Konsumsi LNPRT Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen yang tumbuh Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 18,69 persen. sebesar 18,69 persen.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 1

Struktur Pertumbuhan perekonomian ekonomi Sulut Triwulan Sulut masih tetap didominasi oleh I-2019 tumbuh sebesar - Pertanian, (20,95 11,50 persen (QTQ). persen); menurut Lapangan Usaha Dari sisi produksi hal ini dan Konsumsi Rumah Tangga disebabkan oleh efek (46.22 persen) musiman perekonomian menurut sisi pengeluaran Sulut, diantaranya berakhirnya perayaan keagamaan dan menyambut tahun baru di Triwulan IV-2018, aktivitas belanja pemerintah serta kegiatan konstruksi. Selain itu, kenaikan tarif angkutan udara yang terus melonjak sejak akhir tahun 2018 juga mengakibatkan aktivitas jasa penjualan tiket pesawat domestik serta kegiatan transportasi udara lebih rendah dari triwulan sebelumnya Sementara dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 9,13 persen.

Struktur perekonomian Sulut menurut lapangan usaha tahun 2019 masih tetap didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (20,49 persen); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (12,42 persen) dan Konstruksi (11,03 persen). Sementara struktur ekonomi menurut pengeluaran masih

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 2

didominasi oleh Pengeluaran konsumsi rumah tangga (46.22 persen), PMTB (33.85 persen) dan ekspor barang dan jasa (26.37 persen)

B. INFLASI Inflasi Sulut pada tahun 2018 terjaga pada level yang rendah dan inflasi Sulut sebesar 2.46 terkendali. Kota pada bulan Maret 2019 mengalami Deflasi persen (yoy, sebesar 0,69 persen, inflasi tahun kalender sebesar -0,16 persen dan inflasi dibawah s inflasi nasional (2.48 “year on year” sebesar 2,46 persen dibawah inflasi nasional sebesar 2.48 persen) tomat persen. Deflasi Kota Manado pada bulan Maret 2019 disebabkan adanya sayur menjadi penyumbang penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3.85 persen. deflasi tertinggi sementara cabai Kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau rawit sebesar 0.81 menyumbang inflasi tertinggi persen. Penyumbang Deflasi terbesar di Kota Manado pada bulan Maret 2019 yaitu tomat sayur sebesar 0,6144 persen, sedangkan penyumbang Inflasi terbesar adalah cabai rawit sebesar 0,1817 persen.

C. INDIKATOR KESEJAHTERAAN 1. Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Sulut telah berkurang sebanyak Angka kemiskinan 15.230 orang sejak tahun 2015. Jumlah penduduk miskin pada Sulut sebesar 7.59 persen atau September 2018 berkisar 189.050 ribu jiwa atau 7.59 persen dari total 189.050 jiwa, Kemiskinan penduduk, berkurang sebesar 5.800 orang dibanding tahun 2017. pedesaan menurun Berdasarkan data BPS, sebaran penduduk miskin terbesar berada di sementara Perkotaan perdesaan dibanding wilayah perkotaan. Di perdesaan 126,93 ribu jiwa Meningkat sedangkan perkotaan sebesar 62,11 ribu jiwa. Tingkat kemiskinan di perdesaan turun sebesar 7,97 ribu jiwa sementara kemiskinan di perkotaan justru meningkat sebesar 2,92 ribu jiwa. Secara jumlah kota Manado menjadi daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak sebesar 23,21 ribu jiwa sementara Bolaang Mongondow Timur menjadi yang terendah dengan jumlah 4,3 ribu jiwa.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 3

Secara persentase terdapat empat daerah dengan persentase kemiskinan diatas nasional (9.84) yaitu Bolaang Mongondow Selatan (13.60), Minahasa Tenggara (13.29), Kepulauan Sangihe (11.82) dan Sitaro (9.87) dengan Bolaang Mongondow Selatan menjadi daerah dengan persentase penduduk miskin Empat daerah tertinggi dengan persentase sebesar 13.60 persen sementara dengan persentase kemiskinan diatas persentase terendah dicapai Kota Manado dengan persentase sebesar nasional (9.84) 5.38 persen. Selain jumlah penduduk miskin, kebijakan yaitu Bolsel (13.60), Minahasa penanggulangan Tenggara (13.29), kemiskinan juga Kepulauan Sangihe diarahkan untuk (11.82)dan Sitaro (9.87) mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selama periode 2016- 2017, tingkat kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) sedikit mengalami penurunan (Tabel 1.4). Turunnya indeks P1 selama periode September 2017-September 2018 mengindikasikan bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan

konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan relatif menurun dibandingkan periode yang lalu. Penurunan pada indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi antar penduduk

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 4

miskin relatif berkurang dibandingkan dengan periode lalu. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin di Sulut mengecil dan lebih merata.

2. Ketenagakerjaan Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah TPT Sulut feb 2019 Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah menetapkan target (5.37 persen) turun 6,86 persen penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulut pada tahun dibandingkan periode 2019 dikisaran sebelumnya 6,7%. TPT sebesar 6,09 persen periode Februari 2019 sebesar

5.37 persen. Jumlah angkatan kerja Sulut pada Februari 2019 tercatat sebanyak 1,19 juta orang dan yang bekerja ada 1,13 juta orang. Pada Februari 2019, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 63,52 persen, turun 4,11 persen poin dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Masih terdapat diskrepansi TPAK laki-laki dan perempuan. Persentase penduduk yang bekerja di kegiatan informal ada sebanyak 650,50 ribu orang (57,63 persen). Jika dibandingkan dengan Februari 2018, persentasenya menurun sebesar 4,45 persen poin Tingkat Pengangguran Terbuka Februari 2019 sebesar 5,37 persen, turun 0,72 persen poin dibandingkan Februari 2018. Dari 1,13 juta orang yang bekerja, 7,85 persen di antaranya termasuk kategori setengah penganggur dan 19,91 persen termasuk kategori pekerja paruh waktu.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 5

3. Gini Ratio Rasio Gini di Provinsi Sulut pada tahun 2018 yaitu sebesar 0,372, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,394. Angka ini Rasio Gini Sulut lebih baik jika dibandingkan dengan Rasio Gini Nasional yang sebesar 0.372, turun dari tahun sebelumnya 0,384. Hal ini sebesar 0.394. menunjukkan lebih baik dari Gini Nasional yang bahwa meskipun sebesar 0,384 dalam angka PDRB per kapita Sulut masih dibawah rata-rata nasional, namun lebih baik dalam hal pemerataan pendapatan. Diharapkan upaya pemerintah untuk terus melakukan berbagai kebijakan dalam peningkatan distribusi pendapatan, misalnya dengan lebih concern pada penyaluran kredit program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit Ultra Mikro (UMi). Karena dengan bergeraknya sektor UMKM, ekonomi dapat terbangun melalui hilir sehingga kesempatan membangun usaha untuk masyarakat kecil akan lebih besar. Selain itu, kebijakan penyaluran Dana Desa juga diharapkan mampu mengurangi ketimpangan pembangunan yang terjadi selama ini.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 6

BAB II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Upaya Pemerintah Pusat untuk mencapai target pembangunan nasional di Provinsi Sulawesi Utara melalui pelaksanaan APBN sampai dengan triwulan I Tahun 2019 menunjukkan kinerja positif, seiring dengan pelaksanaan strategi fiskal yang tepat dan terarah. Pada triwulan I tahun 2019, target pendapatan maupun anggaran belanja Pemerintah Pusat di wilayah Sulawesi Utara mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan target pada periode yang sama sebelumnya. Secara rinci, pelaksanaan APBN di daerah ini adalah sebagai berikut:

Sampai dengan akhir triwulan I 2019, realisasi Pendapatan Negara di Sulawesi Utara turun sebesar 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pada realisasi belanja, komitmen Pemerintah Pusat untuk melaksanakan percapatan pembangunan infrastruktur, merupakan faktor utama meningkatnya realisasi belanja modal Kementerian/Lembaga. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah faktor kesiapan Pemda terhadap kabijakan perbaikan tata kelola Transfer Ke Daerah dan Dana Desa yang lebih terencana pada setiap tahapan menyebabkan realisasi Dana Transfer Daerah khususnya DAK Fisik dan Non Fisik di daerah belum optimal.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 7

A. PENDAPATAN NEGARA Salah satu fungsi APBN dalam kerangka ekonomi makro adalah sebagai stabilisator. Dari sisi pendapatan pemerintah dapat mempengaruhi perekonomian melalui perubahan besaran pada penerimaan perpajakan. Hal ini dikarenakan, penerimaan perpajakan merupaja variable yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap perkembangan variable pembentuk aggregate demand, yaitu variabel konsumsi masyarakat (C) dan investasi (I). Pada tahun 2019, target penerimaan pajak adalah sebesar Rp4.2 Triliun. Target tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan target 2017 sebesar Rp4.3 Triliun.

1. Penerimaan Perpajakan Penerimaan perpajakan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Pajak Dalam Negeri terdiri atas lima jenis pajak yaitu pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Cukai dan Pajak Lainnya sedangkan Pajak Perdagangan Internasional terdiri atas Bea Masuk dan Bea Keluar. Sampai dengan Triwulan I ini realisasi Pendapatan Pajak baru mencapai Rp512.7 Miliar atau 12% dari target 2019.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 8

a) Pajak Penghasilan (PPH) Sebagian besar penerimaan PPh terkonsentrasi di wilayah Kota Manado. Hal ini disebabkan selain karena Kota Manado sebagai pusat bisnis di Sulut sehingga sebagian besar pengusaha terdaftar di Kota Manado. b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Realisasi PPN dipengaruhi antara lain: mulai meningkatnya kegiatan proyek pemerintah, terjaganya konsumsi rumah tangga dan impor serta dukungan kebijakan pembayaran pajak melalui MPN G2 yang online dengan administrasi perpajakan. Proporsi peneirmaan PPN berdasarkan wilayah tidak jauh berbeda dengan penerimaan PPh. c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pendapatan PBB di Sulut tergolong kecil karena bukan daerah pertambangan. Dari 15 Kab/Kota, hanya 3 daerah yang memiliki realisasi penerimaan. Berdasarkan konfirmasi ke Pemda terkait, perlu perubahan NJOP di beberapa daerah, karena terdapat daerah yang cukup ramai dengan nilai transaksi penjualan tanah cukup tinggi, namun memiliki NJOP yang sangat rendah. Sektor perdagangan dan jasa keuangan merupakan tantangan yg cukup menjanjikan, sebab di kedua sektor tersebut masih banyak potensi perpajakan yang dapat digali lagi sehubungan dengan banyaknya arus dagang dan pariwisata yang ada di Kota Manado dan daerah sekitarnya.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 9

d) Pajak Perdagangan Internasional (Bea Masuk & Bea Keluar) dan Pendapatan Cukai

Sampai dengan triwulan I tahun 2019, baik realisasi pendapatan bea masuk maupun bea keuar mengalami penurunan dibandingan dengan realisasi tahun 2018. Sebagaimana diketahui bahwa potensi penerimaan Bea Keluar di Provinsi Sulut bersumber pada ekspor produk (CPO). Potensi penerimaan Bea Masuk di provinsi Sulawesi Utara sebagian besar dari impor barang modal yang masuk dari Bitung dan Manado. Sebagian lainnya juga berasal dari impor keramik rutin yang masuk dari bitung. Penerimaan Bea Masuk hingga periode triwulan I berjalan dengan baik. Pada pendapatan cukai, realisasi penerimaan pada triwulan I tahun 2019 mengalami kenaikan 18% dari realisasi tahun 2018. Potensi penerimaan Cukai di Provinsi Sulawesi Utara bersumber pada cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) di Manado. Penerbitan MMEA ilegal saat ini masih mempengaruhi penawaran MMEA di pasar.

e) Pendapatan Pajak Lainnya Sampai dengan triwulan I 2019, realisasi Pajak Lainnya mencapai Rp 10,6 miliar. Sebesar 16% dari nilai tersebut (18,55 Miliar) bersumber dari Kota Manado yang disebabkan aktivitas ekonomi terbesar berpusat di Kota Manado. Sumber pendapatan Pajak Lainnya berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak langsung lainnya dan pendapatan Bunga penagihan pajak.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh penerimaan pemerintah pusat yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP adalah salah satu komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai bagian dari pendapatan/penerimaan negara.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 10

Sampai dengan Triwulan I 2019, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Sulawesi Utara khususnya di daerah sudah mencapai 322.80 Miliar atau 37% dari target 878.45 Miliar untuk tahun 2019. Realisasi PNBP Fungsional triwulan I 2019 mengalami pertumbuhan yang positif. Rincian penerimaan PNBP di Sulawesi Utara, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

B. BELANJA NEGARA Belanja negara berperan sebagai stimulus fiskal dalam mendukung sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pagu belanja pemerintah setiap tahunnya, harus disertai dengan optimalisasi pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga. Sebaliknya efisiensi belanja harus tetap dilakukan agar belanja negara lebih berkualitas melalui penghematan belanja barang dan belanja yang tidak prioritas, subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong pembangunan infrastruktur daerah melalui anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

1. Belanja Pemerintah Pusat Penyerapan belanja APBN di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tren kenaikan yang proporsional setiap bulannya, dengan capaian 1.282,11 Triliun pada akhir triwulan I 2019. Belanja pegawai masih mendominasi realisasi belanja pemerintah pusat hingga triwulan I sebesar 582.81 miliar.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 11

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa Sampai dengan akhir Triwulan I tahun 2019, realisasi DAK Fisik masih belum ada.Tingginya realisasi DAU pada bulan Januari 2019 disebabkan adanya akumulasi DAU Kota Manado tahun sebelumnya yang tersalur pada tahun 2019.

3. Pengelolaan BLU Instansi Pemerintah yang telah ditetapkan statusnya menjadi instansi BLU di wilayah Sulawesi Utara adalah RSU Prof. DR.R.D.Kandou, Universitas Samratulangi dan RS. Bhayangkara Manado. Pada triwulan I tahun 2019 realisasi BLU satker RSUP. Prof. Kandou baru mencapai 1.9%. Realisasi belanja Universitas telah mencapai 33.3%. Sementara itu, realisasi belanja Rumah Sakit Bhayangkara Manado yang ditetapkan sebagai satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU sudah mencapai 48.4%, hal tersebut menandakan kontrak/kegiatan BLU telah berjalan efektif sehingga dapat memberikan stimulus yang lebih baik untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kedepannya, satker tersebut masih perlu pembinaan yang intensif sehingga dalam masa trasnsisi, pelaksanaan kegiatan operasionalnya tidak mengalami kendala yang akan berdampak terhadap kualitas layanan kepada masyarakat.

4. Manajemen Investasi Pusat a) Berdasarkan hasil rekonsiliasi outstanding pinjaman oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara dengan debitur Pemda dan PDAM diketahui bahwa secara umum permasalahan outstanding pinjaman di Provinsi Sulawesi Utara telah dapat diselesaikan sesuai kebijakan Pemerintah Pusat baik melalui restrukturisasi dan debt swap untuk pinjaman Pemda dan melalui skema Hibah-PMD Pemda untuk penyelesaian pinjaman PDAM. Sisa Pinjaman yang masih ada pada

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 12

Pemda Kota Bitung dan Pemda Kota Manado, serta PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe akan diselesaikan melalui mekanisme ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176 tahun 2016. b) Hasil monitoring laporan penyaluran KUR wilayah Kanwil Ditjen PBN Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jumlah realisasi kredit program kepada seluruh Kabupaten/Kota berjumlah 252,94 Miliar dengan Outstanding Pinjaman sebesar 88,07 Miliar dan Total Debitur sampai dengan triwulan I 2019 sebanyak 8.754 Debitur.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 13

BAB III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

APBD berdasarkan klasifikasi ekonomi pemerintah daerah pada wilayah lingkup Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Perkembangan APBD Lingkup Provinsi Sulut s.d Triwulan I TA 2019 (dalam miliar rupiah)

Triwulan I 2018 Triwulan I 2019 Growth Uraian Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Pendapatan Daerah 16.736,0 3.965,1 17.418,9 3.832,7 4,1% PAD 2.135,5 504,7 2.330,9 473,4 9,2% Pajak daerah 1.455,2 323,4 1.622,7 301,1 11,5% Retribusi daerah 351,8 44,0 359,0 45,4 2,0% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 56,2 69,1 66,5 83,5 18,4% dipisahkan Lain-lain PAD yang sah 272,3 68,2 282,6 43,4 3,8% Pendapatan Transfer 14.148,4 3.338,3 14.704,8 3.334,3 3,9% Transfer Pemerintah Pusat 13.758,2 3.275,5 14.232,2 3.269,7 3,4% DBH 568,3 88,1 543,2 85,0 -4,4% DAU 8.518,5 2.770,0 8.914,4 2.766,6 4,6% DAK 3.527,4 227,5 3.375,4 126,0 -4,3% Dana penyesuaian 1.144,0 189,9 1.399,2 292,0 22,3% Transfer Pemerintah Daerah Lainnya 390,2 62,8 472,6 64,7 21,1% Lain-lain Pendapatan yang Sah 452,1 122,1 383,2 25,0 -15,2% Hibah 146,7 4,4 260,2 2,6 77,4% Dana darurat 8,0 6,0 - - -100,0% Lain-lain 297,4 111,7 123,0 22,4 -58,7% Belanja Daerah 17.906,8 1.995,7 18.504,2 1.785,5 3,3% Belanja 15.724,7 1.799,5 16.148,0 1.584,3 2,7% Belanja Pegawai 6.280,1 1.080,2 6.456,1 1.068,4 2,8% Belanja Barang 4.353,0 369,2 4.780,2 393,2 9,8% Belanja Modal 4.187,0 117,5 4.136,5 71,4 -1,2% Belanja Bunga 20,8 - 37,2 - Belanja Subsidi 2,8 - 4,6 - 62,6% Belanja Hibah 787,1 223,8 602,2 39,7 -23,5% Belanja Bantuan sosial 68,1 7,1 99,4 10,8 46,1% Belanja Takk Terduga 25,9 1,8 31,8 0,9 23,1% Transfer 2.182,1 196,2 2.356,2 201,2 8,0% Bagi Hasil Pendapatan 966,1 117,2 489,2 80,1 -49,4% Bantuan Keuangan 1.216,0 79,0 1.867,0 121,1 53,5% (1.170,83 Surplus/Defisit 1.969,34 (1.085,33) 2.047,19 -7,3% ) Sumber: LRA Pemda, data sementara

Sebagaimana tahun sebelumnya, APBD lingkup Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2019 disusun dengan kebijakan fiskal ekspansif, dimana pengeluaran daerah dianggarkan lebih besar dari pendapatan daerah sehingga terjadi defisit. Peningkatan belanja yang lebih besar dari pendapatan tersebut, selain untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia di daerah ini, juga diharapkan akan menggerakkan perekonomian masyarakat yang akhirnya

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 14

bermuara pada pengentasan kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara.

A. Pendapatan Daerah Untuk mendanai berbagai program pembangunan dan jalannya Grafik Proporsi Pagu Pendapatan Daerah pemerintahan daerah, pemda lingkup Sulut Agregat TA 2019 2.7% 2.2% Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan 2.7% Lain-lain 2.3% Pendapatan pendapatan daerah sebesar Rp18,504.2 yang Sah Transfer Pemda miliar, meningkat 4,1 persen dari APBD 82.2% 81.7% Lainnya Dana 2018. Proporsi sumber pendapatan Transfer Pusat daerah tidak banyak berubah PAD 12.8% 13.4% dibandingkan tahun sebelumnya, dimana

TA 2018 TA 2019

Sumber: LRA Pemda, diolah Grafik Kontribusi Pemda thd Total Realisasi PAD Sulut s.d Triwulan I 2019 sumber penerimaan terbesar berasal Prov. Sulawesi Utara Kab.Bolmong Kab. Minut, Kab. Minahasa dari dana transfer pemerintah pusat 6.5% Kab. Sangihe yang mencapai 81,7 persen. Kota Bitung Kota Manado Kota Prov. Kab. Talaud Manado, Meskipun demikian, target pagu PAD Sulawesi Kab. Minsel 17.4% Utara, 59.8% Kota Tomohon agregat tercatat tumbuh 9 persen Kab. Minut Kota Kota Kotamobagu dari tahun 2018, sejalan dengan Bitung, Kab. Kab. Mitra 3.4% Minahasa, Kab. Bolmut KUA-PPAS Prov. Sulut yang 3.9% Kab. Sitaro Kab. Boltim Kab. Bolsel

mengupayakan adanya peningkatan Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah kemandirian fiskal daerah.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sampai dengan Triwulan I 2019, realisasi PAD pemda lingkup Prov. Sulut sebesar Rp473,4 miliar, atau 20,3 persen dari target. Dari total realisasi tersebut, kontribusi terbesar disumbang oleh Prov. Sulut yang mencapai 59,8 persen. Sementara pada tingkat kabupaten/kota, realisasi terbesar berturut-turut disumbang oleh Kota Manado, Kab. Minahasa Utara, Kab. Minahasa dan Kota Bitung. Dominasi penerimaan PAD keempat daerah tersebut terhadap total PAD tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Utara tak terlepas dari faktor geografis yang strategis sebagai pusat perekonomian selain topangan SDA penghasil PAD. Hasil Analisa Metode Klassen, LQ dan Shift Share menunjukkan sektor unggulan masing-masing daerah, yaitu Kota Manado: Penyediaan Akomodasi, Makan dan Minum, Kota

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 15

Bitung: Transportasi dan Pergudangan, Kabupaten Minahasa: Konstruksi dan Sektor Unggulan dan Kab. Minahasa Utara: Pertambangan dan Penggalian.

a. Penerimaan Pajak Daerah Realisasi Pajak Daerah agregat sampai dengan triwulan I 2019 lingkup Provinsi Sulut sebesar Rp301,1 miliar atau 11,5 persen dari target. Pemprov Sulut dan Pemkot Manado tercatat sebagai daerah penyumbang pajak daerah terbesar, yaitu sebesar Rp187,8 miliar dan Rp56,7 miliar. Sumber penerimaan Pajak Daerah Pemkot Manado terutama berasal Pajak Restoran dan Rumah Makan sebagai dampak lanjutan lonjakan kunjungan wisatawan asal Tiongkok di Sulawesi Utara. Kondisi tersebut ditopang oleh kebijakan pemerintah provinsi pada sektor pariwisata yang tertuang pada KUA-PPAS 2019.

b. Penerimaan Retribusi Daerah Realisasi Retribusi Daerah lingkup Provinsi Sulut hingga triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp45,4 miliar, tumbuh 3 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Proporsi terbesar disumbang oleh Pemprov Sulut yang mencapai Rp20.8 miliar dan Pemkot Manado sebesar Rp6,4 miliar. Grafik Perbandingan Realisasi Pajak Daerah (Rp Miliar) 62% 60.00 70% 50.00 60% 40.00 50% 40% 30.00 20% 21% 20% 19% 17% 17% 15% 14% 14% 30% 9% 12% 20.00 7% 6% 20% 0.01% 10.00 10% - 0%

Realisasi s.d Tw I 2018 Realisasi s.d Tw I 2019 % Realisasi s.d Tw I 2019

Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah

Pada tingkat kabupaten/kota, Pemkot Manado mencatatkan peningkatan nominal sebesar Rp1,61 miliar dibanding triwulan 1 tahun

2018. Hal tersebut tak lepas dari program penegakan perda tentang pengelolaan persampahan di Kota Manado sejak tahun 2018. Retibusi Daerah terbesar Pemkot Manado berasal dari Retribusi Pelayanan

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 16

Persampahan dan Retribusi IMB.

Grafik Perbandingan Realisasi Retribusi Daerah (Rp Miliar)

7.00 49% 60% 6.00 50% 5.00 30% 40% 4.00 27% 20% 30% 3.00 16% 16% 18% 13% 11% 20% 2.00 9% 10% 9% 8% 5% 1.00 1% 10% - 0%

Realisasi s.d Tw I 2018 Realisasi s.d Tw I 2019 % Realisasi s.d Tw I 2019

Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah

c. Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan Secara agregat, realisasi pos Penerimaan Hasil Kekayaan yang

Grafik Perbandingan Realisasi Kekayaan Yang Dipisahkan (Rp Miliar) 354% 344% 6.00 400% 5.00 187% 300% 4.00 130% 125% 3.00 121% 125% 200% 2.00 29% 0% 0% 0% 0% 0% 1.00 100% - 0%

Realisasi s.d Tw I 2018 Realisasi s.d Tw I 2019 % Realisasi s.d Tw I 2019

Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah

dipisahkan di Sulut tercatat di triwulan I sebesar 83,5 miliar rupiah, atau 125,6 persen dari target yang telah ditetapkan. Capaian tersebut mengindikasikan bahwa penentuan target pendapatan dari pos Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan kurang menjadi fokus. Terbukti dengan banyaknya capaian yang melebihi 100 persen pada awal triwulan 2019, bahkan terdapat realisasi yang cukup besar meski tidak dianggarkan seperti pada Kab. Bolmut dan Kab. Boltim, sementara terdapat pemda yang realisasi masih 0 persen. Pos Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan mencakup bagian laba

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 17

atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.

d. Lain-Lain PAD Yang Sah Sumber pada pos ini berasal dari penerimaan Jasa Giro Kas Daerah. Pada tingkat Kab/Kota, Kota Manado merupakan daerah dengan realisasi tertinggi karena penerimaan PAD yang memang terbesar di Sulawesi Utara. Selain itu, kinerja belanja daerahnya yang rendah pada periode sebelumnya serta angka SiLPA yang relatif besar memungkinkan sebagian besar dana daerah masih tersimpan di perbankan.

2. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Realisasi pendapatan transfer pemerintah pusat pada triwulan 1 tahun

Grafik Realisasi Pendapatan Transfer s.d Triwulan I 2019 (Rp Miliar)

28% 600.00 27% 27% 26% 27% 30% 24% 25% 25% 25% 23% 23% 24% 24% 500.00 25% 18% 19% 400.00 20% 300.00 10% 15% 200.00 10% 100.00 5% - 0%

DBH DAU DAK Dana penyesuaian % Realisasi s.d Tw I 2019

Sumber : LRA Pemda

2019 ke pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp3.269 miliar, atau 23 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian realisasi pada periode laporan ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Realisasi pendapatan transfer tersebut sebagian besar berasal dari transfer Dana Alokasi Umum (DAU) yang telah mencapai 31 persen dari total pagu. Selanjutnya transfer Dana Penyesuaian sebesar 21 persen dari pagu, sehubungan dengan realisasi transfer Dana Insentif Daerah dan Dana Desa Tahap I.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 18

DAU merupakan dana perimbangan yang dialokasikan untuk meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan daerah sebagai wujud dari desentralisasi fiskal. Dengan keleluasaan Pemda dalam mengalokasikan desentralisasi fiskal tersebut, Pemda semestinya dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi belanja daerah untuk menggerakkan perekonomian di daerah. Sementara itu,pengaturan penyaluran DAK Fisik melalui penyaluran per bidang dengan pembatasan waktu penyampaian laporan dan penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan oleh Kemenkeu diharapkan mampu mendorong kegiatan infrastruktur di daerah.

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Capaian realisasi pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada triwulan 1 2019 baru terealisasi sebesar 6,5 persen dari target yang telah ditetapkan. Hanya beberapa pemda yang memasang target untuk pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Grafik Proporsi Pagu Belanja dan Persenatase Realisasi s.d Triwulan III 2018 17.0% 400,000 18.0% 350,000 13.4% 16.0% 12.0% 300,000 10.7% 11.0% 14.0% 10.5% 10.3% 10.0% 9.3% 9.5% 12.0% 250,000 8.7% 9.0% 8.7% 8.8% 8.6% 8.5% 10.0% 200,000 8.0% 150,000 6.0% 100,000 4.0% 50,000 2.0% - 0.0%

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Lainnya % Realisasi

Sumber : LRA Pemda, diolah

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 19

B. Belanja Daerah 1. APBD Berdasarkan Jenis Belanja Penyerapan belanja daerah oleh Pemda lingkup Sulut secara agregat per Triwulan I 2019 masih sangat rendah. Berdasarkan data LRA pemda tercatat bahwa total belanja yang telah direalisasikan baru mencapai 9,8 persen dari total pagu sebesar Rp18,504 miliar. Bahkan dari enam belas

Grafik Perbandingan Realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah (Rp Miliar) 25.0 51% 60% 50% 20.0 28% 15.0 40% 15%17%14% 30% 10.0 9% 12%10% 10% 6% 2% 2% 5% 6% 20% 5.0 0.09% 10% - 0%

Realisasi s.d Tw I 2018 Realisasi s.d Tw I 2019 % Realisasi s.d Tw I 2019

Sumber: LRA Pemda

pemerintah daerah yang ada pada wilayah ini, tidak ada satupun yang penyerapan belanjanya mencapai 20 persen. Proporsi realisasi belanja daerah per triwulan I 2019 terdiri dari belanja pegawai sebesar 67 persen, Belanja Barang sebesar 25 persen, Belanja Modal sebesar 5 persen dan Belanja Lainnya sebesar 3 persen. Data belanja tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemda pada triwulan I 2019 lebih pada kegiatan rutin perkantoran sehingga praktis belum ada pelaksanaan pembangunan insratruktur. Pemerintah Daerah kemungkinan masih terfokus pada sukesnya pelaksanaan Pemilu 2019 di daerah masing-masing.

2. Rasio Belanja Salah satu arah kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta untuk menjamin ketersediaan kuantitas dan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat adalah dengan meningkatkan rasio belanja modal dan mengurangi rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah. Untuk itu dalam sasaran sebagaimana RPJMN tahun 2015-2019 diharapkan rata-rata belanja

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 20

modal seluruh pemda telah mencapai 30 persen dan rata-rata belanja pegawai mencapai 35 persen untuk kab/kota dan 13 persen untuk provinsi pada tahun 2019. Pada APBD TA 2019, hanya Pemda Kab Bolaang Mongondow Timur yang menganggarkan belanja pegawai dibawah target 35 persen RPJMN 2015- 2019. Sementara itu, Pemda Kab. Bolaang Mongondow Utara dan Pemda Kab. Kep. Sangihe adalah pemda yang proporsi anggaran belanja modalnya diatas 30 persen. Rendahnya rasio belanja modal di sebagian besar pemda di Sulawesi Utara tahun 2019 disebabkan rata-rata pemda yang sangat bergantung pada anggaran DAK Fisik untuk kegiatan belanja modal.

C.

Grafik Rasio Belanja Pegawai dan Rasio Belanja Modal (Pagu) APDB Tahun 2019

25% 21% 21% 20% 15% 32% 23% 29% 27% 24% 26% 26% 16% 30% 32% 30% 21%

51% 48% 45% 50% 50% 51% 40% 39% 42% 42% 37% 42% 38% 40% 31% 37% 34%

Belanja Pegawai Belanja Modal

Sumber: LRA Pemda , diolah

D. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV Proyeksi realisasi APBD Semester II dilakukan secara empiris sama dengan proyeksi APBN, yakni dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan menggunakan aplikasi Minitab Versi 16.2.4. Variabel yang digunakan dalam melakukan proyeksi Pendapatan dan Belanja adalah realisasi triwulanan tahun 2014-2018 yang bersumber LRA Pemda. Untuk pendapatan, yang digunakan adalah angka realisasi untuk 20 periode (n=20), sedangkan untuk Belanja (Barang dan Modal) menggunakan data persentase realisasi triwulan III dan IV (n=10). Hasil ringkas dapat dilihat di bawah,

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 21

Prognosis Pendapatan (Angka dalam miliar) Prognosis Belanja Pegawai (Angka dalam persen)

ARIMA (1,1,1) –Signifikan dengan konstanta ARIMA (0,1,2) – Signifikan tanpa Konstanta Type Coef SE Coef T P Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.5488 0.2226 -2.47 0.025 MA 1 1.7380 0.1316 13.21 0.000 MA 1 0.9297 0.2725 3.41 0.004 MA 2 -0.8715 0.1551 -5.62 0.000 Constant 157.13 13.71 11.46 0.000 Differencing: 1 regular difference Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 20, after Number of observations: Original series 20, differencing 19 after differencing 19 Residuals: SS = 216.809 (backforecasts excluded) Residuals: SS = 3849819 (backforecasts MS = 12.753 DF = 17 excluded) MS = 240614 DF = 16 Period Forecast Lower Upper Actual Period Forecast Lower Upper Actual 21 20.1764 13.1755 27.1774 21 4278.98 3317.36 5240.60 22 24.1168 15.4158 32.8178 22 4695.75 3629.71 5761.79 23 24.1168 15.3657 32.8679 23 4624.15 3511.07 5737.23 24 24.1168 15.3159 32.9176 24 4820.58 3702.27 5938.89 Total Proyeksi Semester II 2019 = Total Proyeksi Semester II 2019 = 48.2336% dari total Pagu Belanja Pegawai Rp 12.444,73 Miliar

Prognosis Belanja Barang (Angka dalam persen) Prognosis Belanja Modal (Angka dalam persen)

ARIMA (0,0,1) – Signifikan dengan Konstanta ARIMA (1,0,0) – Signifikan dengan Konstanta Type Coef SE Coef T P Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.9982 0.1172 -8.52 0.000 AR 1 -0.9990 0.0596 -16.77 0.000 MA 1 0.8626 0.3176 2.72 0.030 Constant 66.0009 0.8735 75.56 0.000 Constant 55.8706 0.1121 498.44 0.000 Mean 33.0172 0.4370 Mean 27.9602 0.0561 Number of observations: 10 Number of observations: 10 Residuals: SS = 61.0266 (backforecasts excluded) Residuals: SS = 29.8336 (backforecasts MS = 7.6283 DF = 8 excluded) MS = 4.2619 DF = 7 Period Forecast Lower Upper Actual Period Forecast Lower Upper 11 19.4082 13.9937 24.8227 11 21.9794 17.9322 26.0265 12 46.6123 38.9590 54.2657 12 33.9305 25.3808 42.4801

Total Proyeksi Semester II 2019 = Total Proyeksi Semester II 2019 = 55,91% dari total Pagu Belanja Barang 66.02% dari total Pagu Belanja Modal

Realisasi Pendapatan Daerah diperkirakan terealisasi 98.05% berada pada level 16.409,83 miliar, namun berpotensi fluktuatif dikisaran 95.59% sampai

Prognosis Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019 (dalam miliar)

dengan 105.01% disisi lain belanja diperkirakan akan terealisasi di kisaran 92% sampai dengan 95%.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 22

BAB IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Kanwil DJPb Prov. Sulut merupakan laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Prov Sulut Konsolidasian dalam periode triwulan I tahun 2019. Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Sulawesi Utara Triwulan I 2019 Uraian 2018 Pusat Daerah Konsolidasi Growth Pendapatan Negara 942,76 3.832,73 4.775,50 -2% 4.855,49 Penerimaan Perpajakan 619,97 301,14 921,10 -5% 966,30 Penerimaan Negara Bukan Pajak 322,80 208,39 531,19 -2% 541,52 Penerimaan Hibah - - -100% 4,42 Pendapatan Transfer - 3.323,20 3.323,20 -1% 3.343,25 Belanja Negara 4.857,54 1.705,70 6.563,24 0% 6.559,00 Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 1.286,48 1.605,66 2.892,14 -3% 2.986,46 Transfer ke Daerah 3.571,06 100,04 3.671,10 3% 3.572,54 Surplus (defisit) Anggaran (3.914,78) 2.127,03 (1.787,74) 5% (1.703,51) Pembiayaan 371,07 371,07 9085% 4,04 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 375,07 375,07 2733% 13,24 Pengeluaran Pembiyaan Daerah - 4,00 4,00 -57% 9,20 Sisa lebih (kurang) Pembiayaan Anggaran (3.914,78) 2.498,11 (1.416,67) -17% (1.699,47) 2019 (miliar) rupiah) Sumber : GFS Sulut

B. Pendapatan Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan Grafik disamping menegaskan bahwa proporsi pembentuk pendapatan konsolidasian masih sama antara tahun 2018 dan 2019. Penerimaan dari sisi perpajakan masih menjadi sumber utama penerimaan konsolidasian, baik di Pusat maupun Daerah. Dari sisi penerimaan pusat, perpajakan sangat sumber: GFS Sulut mendominasi jika dibandingkan PNBP. Peningkatan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang maupun Mikro dan Kecil serta peningkatan industri pariwisata, yang tercermin pada tingginya jumlah kunjungan wisman dibandingkan Triwulan yang sama tahun 2018,

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 23

mampu menjaga kesinambungan penerimaan perpajakan. Sedangkan, porsi PNBP sebagian besar bersumber dari penerimaan BLU dengan berubah statusnya RS Kandou menajdi Tipe A serta terdapatnya BLU baru di sektor pendidikan Sulut, yakni Universitas Negeri Manado, selain Universitas Sam Ratulangi. Sedangkan penerimaan daerah relatif berimbang antara penerimaan perpajakan dibandingkan PNBP. Pajak kendaraan bermotor dan sektor akomodasi dan tempat makan masih menjadi andalan penerimaan pajak daerah. Sedangkan PNBP Daerah disokong dari retribusi daerah maupun hasil kekayaan daerah yang dipisahkan seperti deviden dan Jasa Giro Kas Daerah.

2. Analisis Perubahan Kenaikan pendapatan pemerintah pusat pada triwulan I 2019 lebih disebabkan oleh pendapatan Badan Grafik Perubahan Total Pendapatan Pusat & Daerah Selain Dana Transfer (miliar rupiah) Layanan Umum yang mengalami peningkatan hingga 65 persen dibanding tahun

sebelumnya, seiring Pusat Daerah perkembangan positif Tw1 2018 890.44 621.80 Tw1 2019 942.76 509.53 kinerja BLU RSUP Prof. Perubahan 5.88% -18.06%

Kandou Manado dan Sumber : GFS Sulut Unsrat Manado. Hal sebaliknya terjadi pada Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Sulut realisasi pendapatan daerah Periode Tw I 2018/2019 (dalam miliar)

yang tumbuh negatif Realisasi Realisasi Uraian Growth Tw I 2018 Tw I 2019 sebesar 18 persen.

Turunnya total pendapatan Perpajakan 966,3 921,10 -4,68%

daerah pada periode PNBP 541,52 531,19 -1,91%

laporan ini terutama berasal PDRB 6,68% 6,58% -0,10% dari penerimaan pajak Sumber : GFS & BPS daerah Pemprov Sulawesi Utara yang mengalami penurunan hingga 24

persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kesadaran masyarakat

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 24

membayar pajak kendaraan bermotor sebagai sumber utama PAD pemprov perlu kembali didorong sebagaimana tahun sebelumnya.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian Perlambatan ekonomi pada periode triwulan 1 2019 tampak berkorelasi positif dengan penurunan pendapatan konsolidasi daerah di Sulawesi Utara, baik pada komponen perpajakan maupun komponen PNBP. Rendahnya realisasi belanja operasi dan belanja modal pemerintah pada kuartal 1 tahun 2019 dibanding tahun 2018 berdampak pada penerimaan perpajakan Sulawesi Utara yang masih mengandalkan penerimaan dari kegiatan pemerintahan. Demikian halnya pada pos PNBP yang berasal dari pelayanan BLU.

C. Belanja Konsolidasian

1. Analisa Proporsi dan Perbandingan Grafik Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah Prov Sulut Triwulan I 2019 Proporsi realisasi belanja antara pusat 0.1% 2.5% 2.0% 12.7% 4.4% dan daerah untuk triwulan I tahun 2018 24.8% relatif sama, yakni didominasi oleh 41.9% Belanja Pegawai, Barang dan Modal. 66.2% Belanja pegawai mengambil porsi 45.3%

Grafik Komposisi Belanja Konsolidasian Prov. Sulut Triwulan I Tahun 2018 dan 2019 Pusat Daerah Bel Pegawai Bel Barang Bel Modal 2 Bel BanSos Belanja Lainnya 0 Bel Pegawai 1 2019 Sumber : GFS 8.1%1.1% 8 Bel Barang 0.3% terbesar baik di pusat 11.5% 2018 Bel Modal maupun daerah. Belanja operasional 32.4% 54.1% Bel BanSos 26.6% 56.9% daerah tampak sangat dominan Bel lain-lain dengan porsi sebesar 91 persen dengan rincian 66,2 persen belanja

pegawai dan 24,8 persen belanja Sumber : GFS barang. Total nilai belanja operasional daerah triwulan I sudah mencapai Rp1,46 triliun. Sedangkan belanja modal daerah porsi realisasi hanya 4,4 persen dengan nilai Rp71 miliar. Hal tersebut cukup normal mengingat pada triwulan I sebagian

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 25

besar kegiatan yang melibatkan Belanja Modal masih dalam tahap lelang tender. Seperti halnya belanja daerah, proporsi realisasi belanja pemerintah pusat didominasi oleh belanja operasional yang mencapai 87,2 persen, yang terdiri dari belanja pegawai 45,3 persen dan belanja barang 41,9 perseb. Sementara porsi realisasi belanja modal pemerintah pusat jauh lebih besar jika dibandingkan daerah yang mencapai 12,7 persen dengan nilai Rp163,5 miliar. Hal tersebut menunjukkan, perencanaan kegiatan pembangunan fisik satuan kerja pusat jauh lebih baik dibandingkan satuan kerja daerah (SKPD).

2. Analisis Perubahan Realisasi konsolidasian Sulut kuartal I 2019 tercatat sebesar Rp2.892,14 Miliar, dengan struktur belanja relatif sama dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dominannya belanja pegawai menunjukkan belanja yang dialokasikan lebih bersifat operasional rutin pemerintahan. Sementara realisasi belanja modal yang memiliki multiplier effect terhadap perekonomian, proporsinya justru berkurang 3,4 persen pada tahun 2019. Sedangkan proporsi belanja pegawai dan belanja barang terjadi peningkatan diatas 2,8 persen dan 5,9 persen. Dominannya kedua jenis belanja tersebut mengindikasikan bahwa pada periode ini belanja negara lebih besar digunakan untuk membiayai belanja yang bersifat mengikat dan wajib.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan

Korelasi Belanja Pemerintah terhadap beberapa Indikator Ekonomi Regional Realisasi Tw Realisasi Tw 1 Indikator/Variabel Growth 1 2018 2019

Belanja Pemerintah 2.986,46 2.892,14 -3,2% Pertumbuhan Ekonomi 6,62% 6,58% -0,6% Inflasi (per Maret) 1,18 -0,16 -113,6% Jumlah Pengangguran 76.389 64.107 -16,1% Angkatan Kerja yang bekerja (per Feb) 1.177.498 1.128.677 -4,1% Sumber : GF & BPS, diolah

mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 26

peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan berbagai indikator ekonomi regional. Belum opooptimalnya realisasi belanja pemerintah per triwulan 1 2019 berdampak pada capaian indikator ekonomi regional. Turunnya realisasi belanja pemerintah di Sulut sebesar 3,2% berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh melambat 0,6 persen. Sementera inflasi Sulut sebesar yang tertekan sampai 113,6 persen lebih disebabkan siklus inflasi tahunan yang pada kuartal awal selalu berada diangka yang relatif rendah. Di sisi lain, belanja pemerintah sekilas menunjukkan dampak positif terhadap angka pengangguran yang menunjukkan korelasi negatif, turunnya jumlah pengangguran sebesar hingga 16,1 persen dibandingkan data pengangguran per Februai 2018. Namun ternyata berdasar indikator jumlah angkatan kerja yang bekerja juga mengalami penurunan sebesar 4,1 persen. Dari total angkatan kerja per Februari 2019 menunjukkan penurunan baik dari dari sisi jumlah pengangguran maupun jumlah yang bekerja. Jumlah pengangguran memang berkurang 12.282 orang, namun penduduk yang bekerja juga berkurang sebanyak 48.821 orang. Hal tersebut mengindikasikan peran kebijakan fiskal di daerah kurang menyentuh usaha yang mampu meningkatkan indikator-indikator ekonomi regional terutama tingkat pengangguran. Badan Pusat Statistik Sulut menyebutkan bahwa TPT pada periode kuartal I lebih disebabkan antara lain berakhirnya masa panen beberapa komoditas pertanian, yang berimbas pada penurunan penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor Pertanian. Pemerintah daerah perlu memetakan kembali sektor-sektor yang perlu menjadi perhatian yang berdampak langsung terhadap perubahan struktur angkatan kerja. Penyediaan lapangan kerja yang bersifat sementara atau informal perlu dipertimbangkan dan dipacu sebagai antisipasi penambahan pengangguran sementara, seperti yang terjadi pada sektor pertanian. Hal tersebut tentunya untuk menstabilkan tingkat pendapatan masyarakat maupun daya beli masyarakat.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 27

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Meskipun mampu tumbuh diatas capaian nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2019 tumbuh melambat dibanding periode yang sama Grafik Proporsi PDRB Menurut Pengeluaran tahun sebelumnya. Perlambatan tersebut C G I X-M sejalan dengan realisasi belanja 1.25% 1.53% 1.49% pemerintah konsolidasian. 32.96% 33.14% 33.69% Grafik disamping menunjukkan proporsi 17.17% 17.25% 15.75% Konsumsi Pemerintah (G) terhadap PDRB untuk Triwulan I 2019 yakni 48.62% 48.08% 49.07% sebesar 15,75 persen, berkurang 1,50%

persen dibanding periode yang sama 2017 2018 2019

tahun 2018. Sumber : BPS

Tabel disamping Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Sektor menunjukkan korelasi Growth Sektor/Variabel pertumbuhan realisasi 2018 2019 Belanja Pemerintah Konsolidasian 10,54% -3,16% belanja pemerintah per Pertanian, Kehutanan, dan 4,83% 11,75% triwulan I 2019 (YoY) dengan Perikanan Pertambangan dan Penggalian 6,49% 9,31% laju pertumbuhan berbagai Industri Pengolahan 3,80% 2,90% sektor lapangan usaha di Pengadaan Listrik dan Gas 5,11% 6,05% Sulut. Pertumbuhan realisasi Pengadaan Air, Pengelolaan -0,81% 12,28% Sampah, Limbah dan Daur Ulang belanja pemerintah di Sulut Konstruksi 6,11% 7,20% secara umum berkorelasi Perdagangan Besar dan Eceran; 5,83% 8,13% Reparasi Mobil dan Motor positif terhadap pertumbuhan Transportasi dan Pergudangan 9,10% 0,77% Penyediaan Akomodasi dan Makan di hampir semua sektor 13,20% 6,78% Minum lapangan usaha. Informasi dan Komunikasi 7,31% 9,63% Jasa Keuangan dan Asuransi 4,87% 0,05% Namun demikian, perlu Real Estate 7,30% 6,67% menjadi perhatian bahwa jika Jasa Perusahaan 9,49% 5,24% dibandingkan dengan Adm Pemerintahan, Pertahanan 7,62% -0,29% dan Jaminan Sosial Wajib periode yang sama tahun Jasa Pendidikan 7,79% 5,31% 2018, perlambatan realisasi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,17% 8,10% belanja pemerintah Jasa lainnya 15,63% 9,89% PDRB 6,62% 6,58% konsolidasian juga Sumber : GFS & BPS

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 28

berkorelasi positif dengan perlambatan ekonomi Sulut pada triwulan I 2019 (YoY). Kondisi tersebut mengindikasikan peran belanja pemerintah yang cukup besar terhadap roda perekonomian di daerah ini.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 29

BAB V. LANGKAH AWAL UNTUK VISI MENJADIKAN SULUT PUSAT JASA KEUANGAN DAN PERDAGANGAN DUNIA

Adalah fakta fakta bahwa Sulawesi Utara merupakan kota asal beberapa tokoh level nasional yang cukup dikenal, Greysia Polii, Rocky Gerung, Evert Erens Mangindaan dan lali-lain, sejarah di Indonesia membuktikan bahwa tidak sedikit putra-putri terbaik Sulawesi Utara turut berperan mendirikan NKRI, berperan dan berjuang di tingkat nasional melalui berbagai perjuangan mereka di bidang keahliannya. Mereka berhasil, dan tercatat dalam sejarah nasional, misalnya Maria W. Maramis (pahlawan nasional, pelopor hak asasi wanita), Dr. Sam Ratulangi (pahlawan nasional, tokoh pendidikan), Alexander A Maramis (Menteri Keuangan Pertama Indonesia), Annie A Manopo (wanita Indonesia pertama menjadi sarjana hukum), Marie Thomas (dokter wanita dan dokter kandungan pertama di Indonesia), dan masih banyak lagi,

Dengan melihat kemampuan SDM dari para founding father asal Sulawesi Utara, tidak berlebihan jika mencetuskan visi agar regional ini dapat menjadi seperti Singapura atau Caymand Islands. Mengada-ada dan terlalu melangit? mungkin, tapi sebenarnya ketika contoh telah ada kita dapat melakukan metode sederhana paling dasar yaitu dengan Amati, Tiru, Modifikasi permasalahan dan solusinya, where there's a will, there's a way yang artinya jika ada kemauan pasti ada solusinya.

Mungkin kita kurang memperhatikan “Cayman Islands”, suatu kepulauan terdiri dari 3 pulau kecil yaitu Cayman Besar, Cayman Brac, Cayman Kecil. Luasnya hanya sekitar 264 km2, dengan penduduk sekitar 60,000 jiwa, dengan ibu kotanya George Town. Sebagai teritori Kerajaan Inggris Raya, letaknya di Laut Karabia bagian barat, berdekatan dengan negara Kuba, Honduras Utara, Jamaika. Kepulauan ini kira-kira ada kemiripan kalau kita melihat Kabupaten Sitaro, terdiri dari 3 pulau sebut saja “Sitaro Islands” (Siau, Tagulandang, and Biaro) luasnya hampir sama, sekira 275 km persegi. Dengan jumlah penduduk sekira 75 ribu jiwa,

Cayman Islands, Sitaro Islands, sekilas data di atas antara kedua kepulauan ini hampir sama. Tapi kalau kita amati lebih cermat lagi dan bertanya mana yang lebih terkenal di dunia, lebih maju, dan rakyatnya lebih makmur? Jawabannya Cayman Islands sangat jauh lebih maju, makmur dan

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 30

sejahtera. Sekalipun dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Utara yang luasnya sekira 60 kali lebih besar. Yaitu 13.851 km persegi. Bahkan dibandingkan dengan negara Indonesia sekalipun, Cayman Island jauh lebih maju dan sejahterah. Lihat saja income per kapita Cayman Islands, ukuran tingkat kesejahteraan penduduknya.

Pendapatan per kapita Cayman Islands sekira USD 58.000 sedangkan Indonesia memiliki pendapatan per kapita hanya sekira USD 4.000. Di mana Sitaro Islands sudah termasuk didalam income per kapita tersebut. Kenapa? karena Cayman Island, teritori di bawah pemerintahan Britania Raya (UK) meletakkan kebijakan ekonominya secara otonomi terbatas, yaitu pada Industri jasa keuangan, perbankan internasional. Sir Vassel Johnson, adalah pemimpin awal di Cayman Island yang mempunyai ide besar, yaitu Cayman Island harus dirubah secara fundamental, melebihi dari pulau, kepulauan yang ada di belahan bumi ini secara alamiah dan merubahnya dengan memberikan value tinggi berupa menjadikan Kota George Town, Cayman Islands menjadi pusat industri jasa keuangan dan perbankan internasional. Di Sulut potensi SDM-SDM seperti Sir Vassel Johnson saya kira tidak kekurangan.

Kepulauan Cayman kemudian dikenal dengan Tax Haven, pajak korporasi, personal, pajak keuntungan dibebaskan, dan berbagai aset, real estate siapapun pemiliknya yang ditempatkan atau berada di Cayman Islands, tidak dikenakan pajak. Tidak ada pajak langsung yang ditetapkan kepada setiap penduduk maupun perusahan-perusahaan yang ada. Lalu pendapatannya dimana?, Pendapatan pemerintah hanya berasal dari pajak tidak langsung seperti impor barang, produk sekitar 22-25 persen, turis, akomodasi, airport tax, fee perusahaan di dunia yang membuka kantornya di Cayman Islands. Tanpa ide besar dari berbagai jasa dan insentif yang ditawarkan ini maka Caymand Island hanyalah kepulauan biasa seperti lainnya yang tidak berarti apa-apa tanpa memberikan nilai (value) di atasnya.

Efek positif dari ide besar ini, di ibukota Cayman Islands George Town memiliki 158 bank, tersebar di wilayah perkotaan, termasuk 11 bank yang hanya melayani kegiatan perbankan lokal, yang jumlah penduduknya hanya sekira 30 ribu jiwa. Dari 50 bank-bank terbesar di dunia, ada sekira 40 bank berada di kota ini termasuk 80 perusahan jasa akuntan dunia, jasa hukum internasional seperti Maples & Calder, perusahan-perusahaan konsultan

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 31

keuangan. Kota George Town, Cayman Islands adalah pusat industri keuangan internasional terbesar ke-5 di dunia, di mana Bank BUMN, Bank BRI dan Bank Mandiri juga ikut tertarik membuka kantor cabang di Cayman Islands. Melihat kemajuan industri jasa keuangan dari pada Cayman Islands, maka kini saatnya di era teknologi digital-internet, Kota Manado, Sulawesi Utara mengadakan perubahan besar platform kebijakan pengembangan ekonominya di mana menjadikan Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara sebagai pusat kota “Industri Jasa Keuangan, dan Perdagangan dunia”.

Sulut memiliki modal infrastruktur awal yang sudah ada secara alami (endowment) seperti Pelabuhan Samudera Bitung, Manado, Likupang, Kema, Amurang, Bolmong, Sitaro, Sangihe dan Talaud yang tidak dimiliki oleh Caymand Islands. Belum lagi, keindahan laut di Bunaken, Lembeh, Nusa Utara dan lainnya. Dijaman kolonialisme Portugis, Spanyol dan Belanda terakhir bertengger di Indonesia sekira 350-400 tahun, dan khususnya Sulawesi Utara, karena perdagangan rempah-rempahnya (spices), Pala, Merica, Cengkih, Pala dan Kopra dan lainnya.

Sulut juga memiliki kekayaan alam yang berlimpah, memiliki ikan tuna terbesar di dunia di perairan utara, memiliki berbagai hasil tambang, seperti emas, biji besi, dan lahan pertanian yang subur. Letak geografis Kota Manado sangat strategis di bibir Pacific Ocean, dimana pusat perdagangan dunia telah bergeser dari Samudra Alantic (Eropa, Amerika), ke Samudra Pacific (Asia Timur, Cina, & Jepang) di mana Kota Manado terletak di lingkaran wilayah Samudra Pasifik. (Dr Sam Ratulangi, menulis dalam bukunya berjudul "Indonesia in de Pacific", tahun 1937, menjelaskan perdagangan dunia akan bergeser melewati Samudra Pasifik, dan hal ini sekarang terbukti).

Manado juga dilewati oleh dua jalur (ALKI) pelayaran Internasional yang dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan singgah untuk berbagai kapal dagang, dan juga perbaikan kapal internasional (dok). Kemajuan Singapura, adalah karena dua hal ini yaitu memanfaatkan industri jasa keuangan dan perdagangan (tidak memiliki sumber daya alam) dan selat malaka, alur pelayaran internasional. Demikian juga Hongkong, dan lebih menakjubkan lagi pulau kecil atau Cayman Island.

Dengan perkembangan dunia teknologi informasi dan digital-internet saat ini, sudah tidak membedakan lagi antara jarak (distance), ruang (space)

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 32

dan waktu (time). Sudah saatnya Manado memanfaatkan bisnis dunia maya ini (Virtual Business) untuk menjual kelebihan, kekuatan yang dimiliki melalui jasa tehnologi informasi-digital-internet. Dengan adanya pasar elektronik “komoditi berjangka” (commodity futures trading), seseorang bisa berusaha, berdagang berbagai komoditi misalnya kelapa, kopra, cengkih, kelapa sawit, karet, coklat, kopi, gula, gandum, kedelai, minyak, emas, batubara, alumunium dan lainnya. Walaupun komoditi yang akan diperdagangkan tidak diproduksi di Sulawesi Utara.

Kota Jasa Keuangan dan Perdagangan

Manado bisa memanfaatkan kesempatan ini melalui pendirian Institusi Perdagangan komoditi berjangka daerah (di sudah ada). Membangun infrastruktur jasa keuangan, dan perdagangan, (kawasan bisnis area), seperti Manado Trade Center, Manado Stock Exchange, ciptakan insentif bagi perusahaan-perusahaan global agar tertarik membuka kantornya di Manado, perkuat modal Bank Sulutgo sebagai bank daerah, bangun BUMD yang menunjang industri jasa keuangan, perbankan dan perdagangan, serta manfaatkan secara maksimal UU No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, dan perkuat SDM bidang jasa keuangan, perbankan dan perdagangan, melalui pembangunan pusat pendidikan praktis (skill certified). Manado kedepan dapat disatukan menjadi suatu Kawasan Megapolitan (seperti Jabotabek) meliputi Bitung, Minut, Manado, Tomohon, dan Tondano (lingkaran BM2T2) kereta api dibangun meliuk-liuk dikawasan ini dengan berbagai kereta gantung menghiasi perbukitan di sekitar Tomohon, Tinoor, Warembungan dan Manado, seperti di pegunungan Alpen, Swiss, Austria, Eropa dan Colorado, US, Canada dan lainnya.

Agar tidak terlalu dianggap melangit dan fiksi maka kita dapat melakukan usulan nyata berupa langkah awal yang dapat dilakukan untuk menuju hal tersebut yakni dengan menjadikan Sulawesi Utara sebagai “Hub Utara”. Fenomena Silk Air sebagai anak perusahaan dari Singapore Airlines baru-baru ini yang merayakan ulang tahun perak (25 tahun) menerbangi rute Manado Singapura, Fenomena Maskapai Wings Air selaku anak perusahaan Lion Air Airlines yang pada Januari 2010 memindahkan kantor pusatnya dari Jakarta ke Manado, Sulawesi Utara. Pemindahan ini untuk lebih meningkatkan konsentrasi Wings Air dalam melayani wilayah remote area,

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 33

baik di Indonesia Barat, Tengah dan Timur. Menado dipilih karena dianggap dekat dengan remote area seperti Kalimantan, Maluku hingga Papua. Daerah yang akan dikembangkan dalam tahap pertama adalah Ambon, Ternate, Langgur, Fakfak, Kaimana, Nabire dan Sorong. Tahap selanjutnya adalah Manokwari hingga Wamena. Fenomena Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Sulawesi Utara yang signifikan khususnya dari China terjadi dalam 3 tahun terakhir. Sebanyak 106 ribu wisman China (5% dari total wisman China ke Indonesia) berkunjung ke Sulut pada taun 2018. Hal ini didukung oleh penerbangan charter langsung yang dibuka oleh sejumlah maskapai dari 8 kota di Tiongkok. Selain China, Jerman, Amerika dan Singapura,

Keberadaan charter flight dari China, Singapura, bahkan Guam, & Honolulu menjadi potensi bagi Sulut untuk menjadi hub masuknya wisman ke destinasi pariwisata lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) seperti ke Morotai (Maluku Utara), Raja Ampat (Papua barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Toraja dan Selayar (Sulawesi Selatan), Togean (Sulawesi Tengah), Pulo Cinta (Gorontalo) dan lain lain. Letak geografis Sulut yang relatif dekat dengan destinasi lainnya di KTI menjadi potensi untuk membuat paket perjalanan meskipun untuk menjadi Hub Pariwisata dibutuhkan fasilitas pendukung khususnya infrastruktur yang memadai

Infrastruktur untuk mewujudkan visi tersebut dapat dimulai dengan melakukan perluasan kapasitas Bandar Udara sebagai langkah awal mengantisipasi tumbuhnya jumlah wistawan yang melalui Bandar Udara Sulut (grafik 5.1 & 5.2). Saat ini kapasitas Bandar Udara Sam Ratulangi telah melewati kapasitas maksimalnya. Disamping itu, panjang runway juga masih terbatas untuk pesawat berukuran menengah kebawah. Klasifikasi Bandara Sam Ratulangi 4D9 saat ini yang berarti landasan bandara hanya bisa digunakan pesawat berbadan menengah ke bawah, sehingga perlu diperlebar dan diperpanjang. Dengan kapasitas 1,2 jt orang/tahun dan arus penumpang di tahun 2018 sebesar 2,8 jt orang, saat ini bandara Sam Ratulangi mengalami kondisi overload

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 34

Strategi Pengembangan Aksesibilitas dilakukan dengan Peningkatan Kapasitas Bandara, Creating Demand & Koordinasi Antar Daerah. Peningkatan Kapasitas Bandara Sam Ratulangi & Direct Flight dilakukan dengan Melalui Permenhub No. 69 Tahun 2013 Kemenhub menargetkan Sam Ratulangi Akan Menjadi Bandar Udara Hub Primer, dan Berklasifikasi 4E pada tahun 2020 RPJMD Prov Sulut 2016-2021 Perpanjangan Runway dan perluasan Terminal direncanakan dimulai pada akhir tahun 2019.

Creating Demand for Travel to Sulawesi Utara dilakukan dengan Direct Flight ke Negara Selain China, Menjalin kerjasama dengan Travel Agent dan negara yang berjarak relatif dekat dengan Sulawesi Utara yakni Jepang dan Korea dengan membuka charter flight. Sementara Koordinasi Antar Daerah Pariwisata Terintegrasi dapat dilakukan dengan Koordinasi kalender event, Penetapan retribusi antar daerah, Penyediaan fasilitas konektivitas, Bagi hasil retribusi, Koordinasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pariwisata.

Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2019 35