Musik Bandar Dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Musik Bandar Dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara Vol. 18 No. 1, April 2017: 27-42 Musik Bandar dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara Martarosa1 Prodi Seni Musik, Institut Seni Indonesia Padang Panjang ABSTRAK Musik bandar merupakan salah satu jenis musik yang dikategorikan sebagai hasil dari proses apropriasi musikal, yaitu penyesuaian dan penerimaan antara budaya yang datang dengan budaya lokal. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan proses pembentukan musik bandar dalam aspek- aspek apropriasi musikal. Penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap berbagai jenis music yang berkembang di pelabuhan di Nusantara. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa kehadiran musik bandar diwujudkan dari sebuah peradaban pluralistis yaitu, proses penyebaran dan interaksi dari berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke dalam proses pembentukan budaya. Jenis musik bandar tersebut meliputi: musik gamat, musik ronggeng, musik ghazal, musik dondang sayang, musik keroncong, dan musik gambang kromong. Kata kunci: musik bandar; apropriasi budaya; seni pesisir ABSTRACT Bandar Music in the Perspective of Nusantara Cultural Arts. Bandar music is a type of music which is categorized as the result of the appropriation of musical process and is the intercultural adjustment and acceptance of the coming culture and the local culture of each region. This article aims to describe the formation process of bandar music in the aspects of musical appropriation. The research was conducted by observing various types of music that were developed in ports of Nusantara. The research result shows that the presence of bandar music is manifested from a pluralistic civilization, i.e. the process of dissemination and interaction of various outside elements which are able to be accepted and included in the process of cultural formation. The types ofbandar music such as: gamat, ronggeng, ghazal, dondang sayang, keroncong, and gambang kromong. Keywords: bandar music; cultural appropriation; coastal arts Pendahuluan orang pribumi dalam bentuk apropriasi musikal sebagai perwujudan bentuk musik baru. Dalam Tumbuh dan berkembangnya musik bandar waktu singkat, musik ini berkembang menjadi di berbagai Pesisir Nusantara sangat dipengaruhi budaya masyarakat pesisir dengan menonjolkan oleh sekelompok orang (masyarakat) pribumi seni musik tradisi ‘kelokalannya’ di berbagai bandar (lokal) melalui ajang kreatifitas baik secara di Nusantara. langsung maupun tidak langsung dipengaruhi Menurut Schneider (2006: 21) apropriasi oleh sekelompok orang pendatang. Sebelumnya, berarti “menjadikannya sebagai milik sendiri”. kehadiran seni budaya yang dibawa oleh Istilah ini merupakan akar dari penerapan secara sekelompok orang pendatang ini dijadikan terus-menerus yang muncul dalam berbagai diskusi sebagai ajang apresiasi oleh masyarakat pribumi. oleh para ahli antropologi tentang pengembalian Selanjutnya peristiwa ini menjadi motivasi untuk “hak kekayaan budaya” yang dijadikan sebagai mendorong munculnya kreatifitas oleh sekelompok implikasi politis dari apropriasi budaya. 1 Alamat korespondensi: Prodi Seni Musik, ISI Padang Panjang. Jln. Bahder Johan, Guguk Malintang, Padang Panjang, Sumatra Barat 27118. HP. +628126729103. Email: [email protected]. Naskah diterima: 10 Desember 2016 | Revisi akhir: 15 Januari 2017 27 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara Kehadiran musik bandar sebagai seni budaya aktif heterogenitas yang dapat diringkas dalam masyarakat Pesisir Nusantara dapat dikatagorikan istilah peradaban pesisir (pasisir) atau peradaban sebagai salah satu bentuk apropriasi yaitu, penye- “daerah pantai” (Vickers, 2009:1). suaian dan penerimaan antara budaya yang datang Peradaban pesisir pluralistis yang dimaksud (objek) dengan budaya lokal masing-masing daerah adalah proses penyebaran dan interaksi dari sebagai penunggu (subjek) yang menjadikannya berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke milik sendiri. Tidak mengherankan bahwa, jenis dalam proses pembentukan budaya. Dalam artian musik bandar adalah sebuah hasil dari kreatifitas bahwa peradaban pesisir itu tidak hanya didukung sekelompok orang pribumi yang menonjolkan oleh penganut satu agama saja, namun ikut serta budaya kelokalannya yang secara tidak langsung dalam proses dan pertunjukan budaya (Vickers, dipengaruhi oleh sekelompok orang pendatang de- 2009: viii). ngan berbagai seni budaya yang dibawanya. Hal ini Secara musikal dapat diamati bahwa jenis sesuai dengan pernyataan Alexander dan Sharma musik bandar sebagai kota pelabuhan di Pesisir (2013: 89) yang menyatakan bahwa peningkatan Nusantara memiliki bentuk dan struktur musikal globalisasi dan pergerakan manusia, objek, dan relatif sama. Berikut dipaparkan jenis musik bandar ide menyebabkan hibriditas muncul dan menjadi yang berkembang sebagai seni budaya masyarakat identitas, baik pribadi atau komunal seperti halnya Pesisir Nusantara meliputi: gamat, ronggeng, ghazal, bahasa, musik, budaya visual/material, budaya pop dondang sayang, keroncong dan gambang kromong. dan seni. Sementara itu, prinsip hibriditas menu- rut Mayall (2016: 31) adalah mengombinasikan Musik Gamat genre yang mungkin melalui penjajaran dan sintesis dalam komposisi musiknya. Musik gamat adalah salah satu bentuk seni Bandar adalah sebuah tempat berlabuhnya pertunjukan musik genre Melayu yang berkembang kapal, perahu atau disebut juga sebagai kota di daerah Pesisir Sumatera Barat, yang nyanyiannya pelabuhan atau kota perdagangan di berbagai berbentuk pantun kadang-kadang diselingi dengan wilayah Pesisir (KBBI, 2015: 130). Melalui laut, gerak tari secara bebas. Awalnya formasi instrumen berbagai peradaban dan kebudayaan dari berbagai yang digunakan adalah sejenis instrumen akustik bangsa, seperti: India, Cina, Arab, dan Eropa meliputi: biola, akordion, gitar, tambourin, masuk ke Indonesia (Asnan, 2007: 3). Tidak gendang bermuka dua dan vokal (Gambar 1). mengherankan dengan fase persentuhan yang Sejak tahun 80an formasi instrumen ini terjadi dari berbagai peradaban dan kebudayaan mengalami perubahann yang jumlahnya bertambah luar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk combo band seperti: gitar melodi aspek-aspek persentuhan tersebut telah menjadi elektrik, gitar bas elektrik, organ, saxophon dan bagian dari kehidupan mereka sehingga melekat drum set (Gambar 2). dan dijadikan sebagai budaya masyarakat Bandar, Seiring berkembangnya teknologi digital, termasuk jenis seni musik yang tumbuh dan instrumen musik sebagai pengiring lagu daerah berkembang di seluruh wilayah Pesisir Nusantara. seperti keyboard (organ) mampu melahirkan Ditilik dari sudut perspektif modern berbagai macam jenis bunyi bagaikan band lengkap kelompok etnis (kedaerahan) di Asia Tenggara, (Ardipal, 2015: 17). Hal yang sama juga terjadi pada telah terdefinisikan bahwa masing-masing etnis musik gamat yaitu menggunakan organ melalui yang pluralis itu memunculkan hubungan saling program midi mampu melahirkan bunyi sebagai terkait secara longgar melalui perdagangan, hingga pengganti beberapa instrumen musik seperti: kolonialisme serta bangkitnya rasa nasionalisme drum-set, bass electric, dan gitar melodi elektrik. membentuk peta mutakhir kawasan ini. Berbagai Selanjutnya formasi instrumen musik ini ditambah aneka ragam budaya yang terpisah-pisah dan dengan beberapa instrumen akustik seperti: biola, pluralistis tersebut bersemayam suatu prinsip akordion, saxophon, gendang bermuka dua dan interaksi yang dinamis dalam pergerakan kreasi vokal (Gambar 3). 28 Vol. 18 No. 1, April 2017 Sungguhpun demikian, ketiga bentuk formasi lain, secara musikal dapat dicermati dari lagu- instrumen musik gamat yang digunakan masih lagu sebagai materi pertunjukannya. Musik gamat dapat dilestarikan dan dapat dijumpai sampai saat sangat menonjolkan idiom-idiom musik tradisi ini (Martarosa, 2017: 251-279). Pesisir Minangkabau sebagai pengaruh dari budaya Proses apropriasi musik gamat terjadi lokal. Idiom-idiom musik lokal yang ditonjolkan dalam bentuk multikultural secara kompleks diduga bersumber dari musik rabab pasisie dalam dalam perwujudan budaya masyarakat Pesisir bentuk bakaba (resitasi) dan dendang pauah. Minangkabau Sumatera Barat, sebagai pengaruh Idiom-idiom musik lokal tersebut diolah dalam dan pewaris budaya dari penjajahan kolonial bentuk penggarapan melodi baik untuk musik (Martarosa, 2016: 20). Perbedaan dan kemiripan instrumental maupun musik vokal. Untuk musik musik gamat dengan jenis musik bandar yang instrumental teknik permainan disajikan dalam Gambar 1. Suasana latihan kelompok musik gamat Gambar 4. Penyanyi musik gamat perempuan Linasti asal Gurindam Pasisie. (Foto: Martarosa, 2016) Minang. (Foto: Martarosa, 2016) Gambar 5. Susunan penari langgam sekaligus sebagai pe- Gambar 2. Formasi instrumen musik gamat kelompok nyanyi secara bergiliran dengan gerak bebas dalam musik Gurindam Lamo Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2015) gamat di Berok Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2016) Gambar 3. Formasi instrumen kelompok musik gamat Gambar 6. Dua orang penyanyi musik gamat sedang “Lourys Music” Kota Padang di Kec. Kota XI Tarusan. berbalas pantun Tawanto Karim dan Tembi di Lubuak (Foto: Martarosa, 2015) Bagaluang Padang. (Foto: Martarosa, 2015) 29 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara bentuk melodi disebut garitiak, sedangkan untuk bandar di Pesisir Sumatera Barat seperti dikatakan musik vokal disebut gayo. Kedua bentuk teknik Navis (1984: 276) bahwa, musik gamat yang permainan melodi tersebut diduga mengandung berkarakteristik Portugis tersebut diperkenalkan estetika yang berbeda dengan yang dimiliki oleh oleh para pelaut Melayu yang berlabuh di kota musik-musik bandar yang lain,
Recommended publications
  • Gaining Insight Into Cultural Geography Through the Study of Musical Instruments
    UC Irvine Journal for Learning through the Arts Title Gaining Insight into Cultural Geography through the Study of Musical Instruments Permalink https://escholarship.org/uc/item/10c4v90c Journal Journal for Learning through the Arts, 6(1) Author Khalil, Alexander K Publication Date 2010 DOI 10.21977/D96110016 eScholarship.org Powered by the California Digital Library University of California Khalil: Gaining Insight into Cultural Geography through the Study of Musical Instruments Geographic literacy enables students to comprehend the delicate balance between the human and physical elements that bind people to this planet. Knowledge of geography is a key component in understanding—and acting effectively in—our increasingly interconnected world. Yet, American youth struggle with basic geographic facts. Confronted with an unlabeled world map, 58 percent of 18 to 24-year-olds living in the United States cannot locate Japan; 65 percent cannot find France; 29 percent cannot locate the Pacific Ocean (Roper, 2006). Complaints about the lack of geographic literacy among American students are not new. Lucy Sprague Mitchell (1991) described the children of the 1930’s as living in a world of disconnected “end products.” This “disconnect” has become more apparent in our own era, when students routinely arrive at school wearing clothes stitched by workers who live in countries the students cannot find on a map. This level of ignorance takes on a special poignancy at the present time: young Americans have been fighting in Iraq since 2003, yet only 37% of their peers in the U.S. can even find Iraq on a map (Roper, 2006). In an era when high-stakes testing has fixed the media spotlight on student achievement in language arts and math, finding time to teach geography takes ingenuity.
    [Show full text]
  • UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta GENDERAN GENDING SLEDRENG LARAS SLENDRO PATHET SANGA KENDANGAN JANGGA KENDANG SETUNGGAL
    JURNAL GENDERAN GENDING SLEDRENG LARAS SLENDRO PATHET SANGA KENDANGAN JANGGA KENDANG SETUNGGAL Oleh: Ayu Cipta Ningrum 1410539012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2019 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta GENDERAN GENDING SLEDRENG LARAS SLENDRO PATHET SANGA KENDANGAN JANGGA KENDANG SETUNGGAL Ayu Cipta Ningrum1 Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK “Genderan Gending Sledreng Laras Slendro Pathet Sanga Kendangan Jangga Kendang Setunggal” adalah gending gaya Yogyakarta, gending yang termuat dalam buku Gending-gending mataraman gaya Yogyakarta jilid I, Gending Sledreng ini termasuk gending Soran. Gending berpathet sanga ini gending yang menarik untuk digarap, meskipun gending ini pathet sanga namun di dalamnya terdapat garap slendro Nem dan manyura. Gending ini dibedah dengan Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa (Sri Hastanto). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Proses penggarapan penyusunan skripsi ini menggunakan tahapan sebagai berikut: Persiapan penulisan balungan gending, analisis balungan gending, analisis ambah- ambahan, analisis pathet, analisis padhang dan ulihan, deskripsi analisis tafsir cengkok gender, dan aplikasi garap dalam bentuk penyajian. Kata kunci: Genderan Gending Sledreng Pendahuluan Gending Sledreng termuat dalam buku Gending-gending Mataraman gaya Yogyakarta dan cara menabuh jilid I yang disusun oleh Raden Bekel Wulan Karahinan dan diterbitkan oleh K. H. P. Kridha Mardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Gending Sledreng laras slendro pathet sanga merupakan salah satu gending karawitan gaya Yogyakarta. Di samping itu Gending Sledreng laras slendro pathet sanga juga dapat diketemukan dalam buku Titi Laras Gending Ageng Jilid I, Kahimpun dening Ki Wedono Laras Sumbogo, R. Sutedjo dan Adissoendjojo yang diterbitkan oleh Noordhofp-Kolft NV Djakarta. Berdasarkan buku Gending-gending 1Alamat korespondensi: Prodi Seni Karawitan ISI Yogyakarta, Jalan Parangtritis KM 6,5 Sewon, Yogyakarta 55001.
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 271 2nd International Conference on Arts and Culture (ICONARC 2018) Gambang Semarang Music as A Cultural Identity Of Semarang’s Community E Raharjo*, U Arsih Drama, Dance, and Music Department Faculty of Languages and Arts Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia *[email protected] Abstract—As a performing art “Gambang Semarang law, broadcasting program, performance form, and culture music” is part of gambang Semarang art that was created in [3]–[12]. However, the researches that exclusively discuss form of complex performing arts consisting of Drama, Dance, about gambang Semarang are form and function of and Music. Several efforts have been done by Semarang’s performance [12] and the process of cultural hybridization society to make it a cultural identity of Semarang. The purpose [6]. Therefore, the researches discuss about the form of of this research was to know, to describe and to analyze the Semarang society’s participation in making Gambang Semarang societies’ participation in supporting the process Semarang music as a cultural identity of Semarang. The data of making gambang Semarang music as one of cultural obtained were qualitative that were from observations, identity of this city. document studies, and deep interviews with the informants. The results showed that Semarang society’s effort in realizing II. METHODOLOGY Gambang Semarang music as Semarang’s cultural identity was This research was done by mix method approach. The manifested in both formal and non formal education, festivals or competitions, workshop, discussions, and performances. combination between qualitative and participatory approach was needed because the both approaches can complete each Keywords—gambang semarang, music, cultural identity other in the process of research’s data taking and data collecting.
    [Show full text]
  • Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance
    Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance Part II of II: Appendices Thesis submitted in partial fulfilment of requirements for the degree of Ph. D. Charles Michael Matthews School of Arts Middlesex University May 2014 Table of contents – part II Table of figures ....................................................................................................................... 121 Table of tables ......................................................................................................................... 124 Appendix 1: Composition process and framework development ..................... 125 1.1 Framework .............................................................................................................................. 126 1.2 Aesthetic development ........................................................................................................ 127 1.3 Idiomatic reference .............................................................................................................. 128 1.3.1 Electroacoustic music references .......................................................................................... 129 1.3.2 Musical time .................................................................................................................................... 130 1.3.3 Electronic cengkok and envelopes ........................................................................................ 132 1.4 Instruments and interfaces ..............................................................................................
    [Show full text]
  • Analisa Gaya Lagu Klasik Gambang Kromong “Pobin
    JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 6 Edisi 3 Desember 2019 ANALISA GAYA LAGU KLASIK GAMBANG KROMONG “POBIN KONG JI LOK’ Oleh: Imam Firmansyah Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana [email protected] ABSTRAK Keberadaan repertoar lagu klasik gambang kromong pada masa kini sangat memprihatinkan. Puluhan lagu klasik gambang kromong banyak berkembang pada akhir abad ke-18, akan tetapi di masa kini hanya tersisa satu lagu yang masih mungkin untuk dimainkan, yaitu Pobin Kong Ji Lok”. Ini pun hanya pemain-pemain sepuh saja yang bisa memainkannya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pendokumentasian yang disertai dengan analisa gaya musik terhadap lagu “Pobin Kong Ji Lok”. Analisa gaya musik dilakukan dengan mendokumentasikannya dalam bentuk audio visual, mentranskripsicannya dalam bentuk notasi, kemudian dianalisa gaya musiknya melalui elemen musik yang paling menonjol, yaitu tangga nada, harmoni, sistem penalaan, ritem, dan warna suara alat musik. Kata kunci: gambang kromong, lagu dalem, Betawi. ABSTRACT Nowadays, the existing repertoire of the classic songs of gambang kromong is very apprehensive. Dozens of gambang kromong's classical songs developed comprehensively at the end of the 18th century, but in the present, there is only one song that is still possible to play, namely "Pobin Kong Ji Lok". Even, as a matter of fact, this song can only be played by an old music player. Based on the aforementioned problems, it is necessary to conduct a documentation of "Pobin Kong Ji Lok" song, associated with an analysis of its musical style. "Pobin Kong Ji Lok" will be documented in the form of audiovisual, transcribed in the form of notation, then analyzed its style of music through the most prominent musical elements, including the musical scale, harmony, tuning system, rhythm, and the timbre of musical instruments.
    [Show full text]
  • Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
    HUBUNGAN SOSIAL MASYARAKAT MULTIKULTUR DALAM PERAYAAN SHEJIT KONGCO TJO SOE KONG DI KLENTENG TANJUNG KAIT DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN MAUK KABUPATEN TANGERANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag) Disusun oleh: Haikal Adriansyah (11160321000008) JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN SOSIAL MASYARAKAT MULTIKULTUR DALAM PERAYAAN SHEJIT KONGCO TJO SOE KONG DI KLENTENG TANJUNG KAIT DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN MAUK KABUPATEN TANGERANG Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Haikal Adriansyah NIM: 11160321000008 Pembimbing, Prof.Dr.M.Ikhsan Tanggok, M.Si NIP: 19651129 199403 1 002 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 I LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Haikal Adriansyah NIM : 11160321000008 Fakultas : Ushuluddin Jurusan/Prodi : Studi Agama-agama Judul Skripsi : Hubungan Sosial Masyarakat Multikultur Dalam Perayaan Shejit Kongco Tjo Soe Kong di Kelenteng Tanjung Kait Desa Tanjung Anom Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang diajukan sebagai syarat wajib dalam memperoleh gelar sarjana agama (S.Ag). 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya
    [Show full text]
  • Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 397
    Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 397 SEJARAH SOSIAL KOTA BEKASI SOCIAL HISTORY OF BEKASI CITY Adeng Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung. e-mail: [email protected] Naskah Diterima:21 Mei 2014 Naskah Direvisi: 23 Juni 2014 Naskah Disetujui:25 Juli 2014 Abstrak Kegiatan penelitian dan penulisan sejarah sosial baru dilakukan sekitar tahun 1950-an, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kegiatan penelitian dan penulisan Sejarah Sosial masih sedikit dilakukan terutama yang bercorak sejarah sosial daerah. Penelitian dan penulisan sejarah yang sering dilakukan bercorak Sejarah Politik dan Sejarah Militer. Sejarah politik isinya menguraikan tentang pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada masa pemerintahan Belanda, dan pendudukan Jepang. Sejarah Militer isinya tentang pertempuran-pertempuran baik melawan agresi Belanda maupun facisme Jepang. Dengan tersusunnya Sejarah Sosial Kota Bekasi diharapkan dapat diperoleh gambaran atau potret seluruh aspek kehidupan sosial daerah Kota Bekasi pada masa kini, dengan latar belakang masa lampau untuk memberikan proyeksi pada masa yang akan datang. Untuk merekontruksi digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Kota Bekasi sebelumnya sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi. Pada tahun 1982 Kecamatan Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi kota administrasi. Pada tahun 1996 kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya. Dalam perkembangannya Kota Bekasi menjadi kawasan industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban. Kota yang berada dalam lingkungan megapolitan ini merupakan salah satu kota besar urutan keempat di Indonesia yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kata kunci: Bekasi, sosial, budaya. Abstract The Research and writing of the new social history made around the 1950s, both in developed countries and in emerging countries.
    [Show full text]
  • I KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Institut Seni Indonesia Surakarta KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S2 Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Minat Studi Pengkajian Musik Nusantara diajukan oleh: Sigit Setiawan 439/S2/K2/2010 Kepada PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA 2015 i Disetujui dan disahkan oleh pembimbing Surakarta, …… Maret 2015 Pembimbing Prof. Dr. Soetarno, D.E.A NIP 194403071965061001 ii TESIS KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA Dipersiapkan dan disusun oleh Sigit Setiawan 439/S2/K2/2010 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 Maret 2015 Susunan Dewan Penguji Pembimbing Ketua Dewan Penguji Prof. Dr. Soetarno, D.E.A Dr. Aton Rustandi Mulyana, M. Sn NIP 194403071965061001 NIP 197106301998021001 Penguji Utama Prof. Dr. Sri Hastanto, S. Kar. NIP 194612221966061001 Tesis ini telah diterima Sebagai salah satu persyaratan Memperoleh gelar Magister Seni (M. Sn.) Pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Surakarta, …. Maret 2015 Direktur Pascasarjana Dr. Aton Rustandi Mulyana, M. Sn NIP 197106301998021001 iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN GAYA SURAKARTA” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
    [Show full text]
  • Konsep Multikultural Dan Etnisitas Pribumi Dalam Penelitian Seni
    Humaniora, Vol. 24, No. 2 Juni 2012: 156 - 167 HUMANIORA VOLUME 24 No. 2 Juni 2012 Halaman 156 - 167 KONSEP MULTIKULTURAL DAN ETNISITAS PRIBUMI DALAM PENELITIAN SENI Victor Ganap* ABSTRACT Traditional arts are essentially public cultural expressions, not individual expressions. They are bound by the characteristics of their respective cultures which bring with them their local wisdom. While multiculturalism acknowledges the equality of all oral traditions that have been embedded in every indigenous ethnicity, any research conducted on traditional arts should appropriately be carried out by researchers who belong to the corresponding cultural groups and have a life time experience within their own primordiality. Therefore, new concepts introduced in research into traditional arts based on multiculturalism and indigenous ethnicity play an important role in maintaining truthful corroboration of the research outcome. Keywords: multiculturalism, indigenous ethnicity, traditional arts ABSTRAK Pada hakikatnya seni tradisi merupakan sebuah ekspresi kultural sebagai subjek kolektif yang terikat oleh karakteristik ranah budaya masing-masing sehingga identitas dan nilai kearifan lokalnya turut terbawa serta. Pandangan multikultural yang menjunjung tinggi kesetaraan budaya mengakui eksistensi tradisi lisan yang melekat pada setiap etnisitas pribumi sehingga penelitian terhadap seni tradisi selayaknya dilakukan oleh peneliti pribumi yang memiliki pengalaman seumur hidup terhadap ikatan primordial budayanya. Untuk itu, konsep baru dalam penelitian seni
    [Show full text]
  • Indo 20 0 1107105566 161
    GENDER BARUNG, ITS TECHNIQUE AND FUNCTION IN THE CONTEXT OF JAVANESE GAMELAN* Sumarsam In the gamelan of Central Java there are three types of gender: gender panembung, 1 gender barung and gendfer panerus. The construction of these three instruments is similar. They are metallophones with bronze, iron, or brass keys suspended by cords over tube resonators. Gender panembung has six or seven keys and a range the same as the lowest section of the gender barung* 1s. Gendfcr barung usually consists of two and one-half octaves. Gender panerus has the same number of keys as gender barung but is pitched one octave higher. As a result, it overlaps gender barung by one and a half octaves. Here we are going to discuss only gender barung (hereafter referred to as gender), its technique and function in the context of the gamelan.2 Gender is generally accepted as an important instrument in the gam elan.3 45 Gending (gamelan compositions) with buka (introduction) by gender are named gending gender. In other gending, except gending bonang, 4 i f the rebab is absent from the ensemble, gender is called upon to play buka. Either the bonang barung or the gender has the right to play buka fo r gending lanearan. 5 The pitch of genddr is in the low and medium range. It produces full yet soft sounds. If gender is ab­ sent from the gamelan, the sound of the ensemble is not as full and sonorous. Thus barung (verbs, ambarung, binarung) , the second half of the full name for gender, means playing or singing together in order to create a full sound.
    [Show full text]
  • Analisis Pengaruh Gambang Kromong Terhadap Masyarakat Di Pasar Perumpung Di Tinjau Dari Aspek Sosiokultural
    ANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL Yulia, Metta Dewi, Andyni Khosasih BINUS UNIVERSITY, JL. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRACT Gambang Kromong is a kind of art music which is a mixture of cultural elements between Betawi and Tionghoa. The mixture of cultural elements are clearly visible from its song and musical instruments. The author see the majority of people in Perumpung market are using gambang kromong for its variety of events, especially weddings. The author feels that gambang kromong is a unique art, that is why we choose "analysis the influence of gambang kromong in Perumpung market in term sosiocultural aspects" as thesis topic. To obtain actual data and information, the authors are interviewing the leader of gambang kromong orchestra. In addition, on april 28 until june 30, 2012, the author are spreading the questionnaire to the gambang kromong players and the people in Perumpung market. This thesis analyzes the origins of gambang kromong and condition of the Tionghoa Betawi society in Perumpung market, in terms of culture, economic and social aspects, its also analyzes the benefit gambang kromong players and people in Perumpung market and the impact of using gambang kromong in Perumpung market society. Through the analysis, the author find out that gambang kromong bringing a positive and negative impact to the society in Perumpung market and its players, and also brings many benefits for them. Keywords : Gambang Kromong, Perumpung Market, Sosiocultural, Benefits, Influence ABSTRAK Gambang kromong adalah jenis seni musik yang merupakan perpaduan unsur budaya Tionghoa dan Betawi.
    [Show full text]
  • Pembinaan Musik Gambang Kromong Sebagai Seni Pertunjukan Wisata Budaya Di Perkampungan Budaya Betawi
    PEMBINAAN MUSIK GAMBANG KROMONG SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN WISATA BUDAYA DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI Didin Supriyadi Jurusan Seni Musik Universitas Negeri jakarta Email: [email protected] Abstrak: Pene;litian ini untuk mengetahui bagaimana Pembinaan Musik Gambang Kromong Untuk Seni Pertunjukan Wisata Budaya Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat kualitatif sebab menghasilkan data deskriftif yang memaparkan data kata-kata dan kegiatan yang diamati sesuai fakta yang akurat secara sistematis. Data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Analisis dilakukan dengan model interaktif dari Miles dan Guberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perkampungan Budaya Betawi dibangun oleh Pemda DKI atas usulan masyarakat betawi yang digagas oleh para tokoh-tokoh yang peduli pada seni budya mulai dari budayawan, seniman, dan tokoh masyarakat Betawi yang mempunyai multi fungsi yaitu sebagai permukiman, pembinaan dan pelestarian seni budaya, dan tempat sarana wisata. Ada beberapa Kesenian Betawi yang dibina di Perkampungan Budaya Betawi seperti : seni musiK tradisi, seni tari, dan penca silat. Kegiatan pembinaan musik gambang kromong ditempat Perkampungan Budaya Betawi ini adalah salah satu usaha pemerintah dan masyarakat DKI Jakarta yang sangat baik. Dengan kegiatan pembinaan musik. Kunci: Gambang Kromong, Budaya betawi, wisata budaya PENDAHULUAN Perkampungan Budaya Betawi (PBB) adalah salah satu kawasan daerah Perkembangan kesenian tradisional Jakarta Selatan menumbuh kembangkan khususnya seni pertunjukan ditentukan budaya yang meliputi seluruh hasil gagasan oleh sumber daya manusia dan dan karya, baik fisik yaitu, membangun pendukungnya, misalnya; pendidik seni, fasilitas sarana dan prasarana sebagai pusat seniman, penikmat, dan managemen seni. budaya Betawi dan sebagai tempat Objek Dengan dukungan dari semua pihak Wisata.
    [Show full text]