Musik Bandar Dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Vol. 18 No. 1, April 2017: 27-42 Musik Bandar dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara Martarosa1 Prodi Seni Musik, Institut Seni Indonesia Padang Panjang ABSTRAK Musik bandar merupakan salah satu jenis musik yang dikategorikan sebagai hasil dari proses apropriasi musikal, yaitu penyesuaian dan penerimaan antara budaya yang datang dengan budaya lokal. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan proses pembentukan musik bandar dalam aspek- aspek apropriasi musikal. Penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap berbagai jenis music yang berkembang di pelabuhan di Nusantara. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa kehadiran musik bandar diwujudkan dari sebuah peradaban pluralistis yaitu, proses penyebaran dan interaksi dari berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke dalam proses pembentukan budaya. Jenis musik bandar tersebut meliputi: musik gamat, musik ronggeng, musik ghazal, musik dondang sayang, musik keroncong, dan musik gambang kromong. Kata kunci: musik bandar; apropriasi budaya; seni pesisir ABSTRACT Bandar Music in the Perspective of Nusantara Cultural Arts. Bandar music is a type of music which is categorized as the result of the appropriation of musical process and is the intercultural adjustment and acceptance of the coming culture and the local culture of each region. This article aims to describe the formation process of bandar music in the aspects of musical appropriation. The research was conducted by observing various types of music that were developed in ports of Nusantara. The research result shows that the presence of bandar music is manifested from a pluralistic civilization, i.e. the process of dissemination and interaction of various outside elements which are able to be accepted and included in the process of cultural formation. The types ofbandar music such as: gamat, ronggeng, ghazal, dondang sayang, keroncong, and gambang kromong. Keywords: bandar music; cultural appropriation; coastal arts Pendahuluan orang pribumi dalam bentuk apropriasi musikal sebagai perwujudan bentuk musik baru. Dalam Tumbuh dan berkembangnya musik bandar waktu singkat, musik ini berkembang menjadi di berbagai Pesisir Nusantara sangat dipengaruhi budaya masyarakat pesisir dengan menonjolkan oleh sekelompok orang (masyarakat) pribumi seni musik tradisi ‘kelokalannya’ di berbagai bandar (lokal) melalui ajang kreatifitas baik secara di Nusantara. langsung maupun tidak langsung dipengaruhi Menurut Schneider (2006: 21) apropriasi oleh sekelompok orang pendatang. Sebelumnya, berarti “menjadikannya sebagai milik sendiri”. kehadiran seni budaya yang dibawa oleh Istilah ini merupakan akar dari penerapan secara sekelompok orang pendatang ini dijadikan terus-menerus yang muncul dalam berbagai diskusi sebagai ajang apresiasi oleh masyarakat pribumi. oleh para ahli antropologi tentang pengembalian Selanjutnya peristiwa ini menjadi motivasi untuk “hak kekayaan budaya” yang dijadikan sebagai mendorong munculnya kreatifitas oleh sekelompok implikasi politis dari apropriasi budaya. 1 Alamat korespondensi: Prodi Seni Musik, ISI Padang Panjang. Jln. Bahder Johan, Guguk Malintang, Padang Panjang, Sumatra Barat 27118. HP. +628126729103. Email: [email protected]. Naskah diterima: 10 Desember 2016 | Revisi akhir: 15 Januari 2017 27 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara Kehadiran musik bandar sebagai seni budaya aktif heterogenitas yang dapat diringkas dalam masyarakat Pesisir Nusantara dapat dikatagorikan istilah peradaban pesisir (pasisir) atau peradaban sebagai salah satu bentuk apropriasi yaitu, penye- “daerah pantai” (Vickers, 2009:1). suaian dan penerimaan antara budaya yang datang Peradaban pesisir pluralistis yang dimaksud (objek) dengan budaya lokal masing-masing daerah adalah proses penyebaran dan interaksi dari sebagai penunggu (subjek) yang menjadikannya berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke milik sendiri. Tidak mengherankan bahwa, jenis dalam proses pembentukan budaya. Dalam artian musik bandar adalah sebuah hasil dari kreatifitas bahwa peradaban pesisir itu tidak hanya didukung sekelompok orang pribumi yang menonjolkan oleh penganut satu agama saja, namun ikut serta budaya kelokalannya yang secara tidak langsung dalam proses dan pertunjukan budaya (Vickers, dipengaruhi oleh sekelompok orang pendatang de- 2009: viii). ngan berbagai seni budaya yang dibawanya. Hal ini Secara musikal dapat diamati bahwa jenis sesuai dengan pernyataan Alexander dan Sharma musik bandar sebagai kota pelabuhan di Pesisir (2013: 89) yang menyatakan bahwa peningkatan Nusantara memiliki bentuk dan struktur musikal globalisasi dan pergerakan manusia, objek, dan relatif sama. Berikut dipaparkan jenis musik bandar ide menyebabkan hibriditas muncul dan menjadi yang berkembang sebagai seni budaya masyarakat identitas, baik pribadi atau komunal seperti halnya Pesisir Nusantara meliputi: gamat, ronggeng, ghazal, bahasa, musik, budaya visual/material, budaya pop dondang sayang, keroncong dan gambang kromong. dan seni. Sementara itu, prinsip hibriditas menu- rut Mayall (2016: 31) adalah mengombinasikan Musik Gamat genre yang mungkin melalui penjajaran dan sintesis dalam komposisi musiknya. Musik gamat adalah salah satu bentuk seni Bandar adalah sebuah tempat berlabuhnya pertunjukan musik genre Melayu yang berkembang kapal, perahu atau disebut juga sebagai kota di daerah Pesisir Sumatera Barat, yang nyanyiannya pelabuhan atau kota perdagangan di berbagai berbentuk pantun kadang-kadang diselingi dengan wilayah Pesisir (KBBI, 2015: 130). Melalui laut, gerak tari secara bebas. Awalnya formasi instrumen berbagai peradaban dan kebudayaan dari berbagai yang digunakan adalah sejenis instrumen akustik bangsa, seperti: India, Cina, Arab, dan Eropa meliputi: biola, akordion, gitar, tambourin, masuk ke Indonesia (Asnan, 2007: 3). Tidak gendang bermuka dua dan vokal (Gambar 1). mengherankan dengan fase persentuhan yang Sejak tahun 80an formasi instrumen ini terjadi dari berbagai peradaban dan kebudayaan mengalami perubahann yang jumlahnya bertambah luar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk combo band seperti: gitar melodi aspek-aspek persentuhan tersebut telah menjadi elektrik, gitar bas elektrik, organ, saxophon dan bagian dari kehidupan mereka sehingga melekat drum set (Gambar 2). dan dijadikan sebagai budaya masyarakat Bandar, Seiring berkembangnya teknologi digital, termasuk jenis seni musik yang tumbuh dan instrumen musik sebagai pengiring lagu daerah berkembang di seluruh wilayah Pesisir Nusantara. seperti keyboard (organ) mampu melahirkan Ditilik dari sudut perspektif modern berbagai macam jenis bunyi bagaikan band lengkap kelompok etnis (kedaerahan) di Asia Tenggara, (Ardipal, 2015: 17). Hal yang sama juga terjadi pada telah terdefinisikan bahwa masing-masing etnis musik gamat yaitu menggunakan organ melalui yang pluralis itu memunculkan hubungan saling program midi mampu melahirkan bunyi sebagai terkait secara longgar melalui perdagangan, hingga pengganti beberapa instrumen musik seperti: kolonialisme serta bangkitnya rasa nasionalisme drum-set, bass electric, dan gitar melodi elektrik. membentuk peta mutakhir kawasan ini. Berbagai Selanjutnya formasi instrumen musik ini ditambah aneka ragam budaya yang terpisah-pisah dan dengan beberapa instrumen akustik seperti: biola, pluralistis tersebut bersemayam suatu prinsip akordion, saxophon, gendang bermuka dua dan interaksi yang dinamis dalam pergerakan kreasi vokal (Gambar 3). 28 Vol. 18 No. 1, April 2017 Sungguhpun demikian, ketiga bentuk formasi lain, secara musikal dapat dicermati dari lagu- instrumen musik gamat yang digunakan masih lagu sebagai materi pertunjukannya. Musik gamat dapat dilestarikan dan dapat dijumpai sampai saat sangat menonjolkan idiom-idiom musik tradisi ini (Martarosa, 2017: 251-279). Pesisir Minangkabau sebagai pengaruh dari budaya Proses apropriasi musik gamat terjadi lokal. Idiom-idiom musik lokal yang ditonjolkan dalam bentuk multikultural secara kompleks diduga bersumber dari musik rabab pasisie dalam dalam perwujudan budaya masyarakat Pesisir bentuk bakaba (resitasi) dan dendang pauah. Minangkabau Sumatera Barat, sebagai pengaruh Idiom-idiom musik lokal tersebut diolah dalam dan pewaris budaya dari penjajahan kolonial bentuk penggarapan melodi baik untuk musik (Martarosa, 2016: 20). Perbedaan dan kemiripan instrumental maupun musik vokal. Untuk musik musik gamat dengan jenis musik bandar yang instrumental teknik permainan disajikan dalam Gambar 1. Suasana latihan kelompok musik gamat Gambar 4. Penyanyi musik gamat perempuan Linasti asal Gurindam Pasisie. (Foto: Martarosa, 2016) Minang. (Foto: Martarosa, 2016) Gambar 5. Susunan penari langgam sekaligus sebagai pe- Gambar 2. Formasi instrumen musik gamat kelompok nyanyi secara bergiliran dengan gerak bebas dalam musik Gurindam Lamo Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2015) gamat di Berok Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2016) Gambar 3. Formasi instrumen kelompok musik gamat Gambar 6. Dua orang penyanyi musik gamat sedang “Lourys Music” Kota Padang di Kec. Kota XI Tarusan. berbalas pantun Tawanto Karim dan Tembi di Lubuak (Foto: Martarosa, 2015) Bagaluang Padang. (Foto: Martarosa, 2015) 29 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara bentuk melodi disebut garitiak, sedangkan untuk bandar di Pesisir Sumatera Barat seperti dikatakan musik vokal disebut gayo. Kedua bentuk teknik Navis (1984: 276) bahwa, musik gamat yang permainan melodi tersebut diduga mengandung berkarakteristik Portugis tersebut diperkenalkan estetika yang berbeda dengan yang dimiliki oleh oleh para pelaut Melayu yang berlabuh di kota musik-musik bandar yang lain,