Vol. 18 No. 1, April 2017: 27-42

Musik Bandar dalam Perspektif Seni Budaya Nusantara

Martarosa1 Prodi Seni Musik, Institut Seni Padang Panjang

ABSTRAK Musik bandar merupakan salah satu jenis musik yang dikategorikan sebagai hasil dari proses apropriasi musikal, yaitu penyesuaian dan penerimaan antara budaya yang datang dengan budaya lokal. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan proses pembentukan musik bandar dalam aspek- aspek apropriasi musikal. Penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap berbagai jenis music yang berkembang di pelabuhan di Nusantara. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa kehadiran musik bandar diwujudkan dari sebuah peradaban pluralistis yaitu, proses penyebaran dan interaksi dari berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke dalam proses pembentukan budaya. Jenis musik bandar tersebut meliputi: musik gamat, musik ronggeng, musik ghazal, musik dondang sayang, musik keroncong, dan musik kromong. Kata kunci: musik bandar; apropriasi budaya; seni pesisir

ABSTRACT Bandar Music in the Perspective of Nusantara Cultural Arts. Bandar music is a type of music which is categorized as the result of the appropriation of musical process and is the intercultural adjustment and acceptance of the coming culture and the local culture of each region. This article aims to describe the formation process of bandar music in the aspects of musical appropriation. The research was conducted by observing various types of music that were developed in ports of Nusantara. The research result shows that the presence of bandar music is manifested from a pluralistic civilization, i.e. the process of dissemination and interaction of various outside elements which are able to be accepted and included in the process of cultural formation. The types ofbandar music such as: gamat, ronggeng, ghazal, dondang sayang, keroncong, and gambang kromong. Keywords: bandar music; cultural appropriation; coastal arts

Pendahuluan orang pribumi dalam bentuk apropriasi musikal sebagai perwujudan bentuk musik baru. Dalam Tumbuh dan berkembangnya musik bandar waktu singkat, musik ini berkembang menjadi di berbagai Pesisir Nusantara sangat dipengaruhi budaya masyarakat pesisir dengan menonjolkan oleh sekelompok orang (masyarakat) pribumi seni musik tradisi ‘kelokalannya’ di berbagai bandar (lokal) melalui ajang kreatifitas baik secara di Nusantara. langsung maupun tidak langsung dipengaruhi Menurut Schneider (2006: 21) apropriasi oleh sekelompok orang pendatang. Sebelumnya, berarti “menjadikannya sebagai milik sendiri”. kehadiran seni budaya yang dibawa oleh Istilah ini merupakan akar dari penerapan secara sekelompok orang pendatang ini dijadikan terus-menerus yang muncul dalam berbagai diskusi sebagai ajang apresiasi oleh masyarakat pribumi. oleh para ahli antropologi tentang pengembalian Selanjutnya peristiwa ini menjadi motivasi untuk “hak kekayaan budaya” yang dijadikan sebagai mendorong munculnya kreatifitas oleh sekelompok implikasi politis dari apropriasi budaya.

1 Alamat korespondensi: Prodi Seni Musik, ISI Padang Panjang. Jln. Bahder Johan, Guguk Malintang, Padang Panjang, Sumatra Barat 27118. HP. +628126729103. Email: [email protected].

Naskah diterima: 10 Desember 2016 | Revisi akhir: 15 Januari 2017 27 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara

Kehadiran musik bandar sebagai seni budaya aktif heterogenitas yang dapat diringkas dalam masyarakat Pesisir Nusantara dapat dikatagorikan istilah peradaban pesisir (pasisir) atau peradaban sebagai salah satu bentuk apropriasi yaitu, penye- “daerah pantai” (Vickers, 2009:1). suaian dan penerimaan antara budaya yang datang Peradaban pesisir pluralistis yang dimaksud (objek) dengan budaya lokal masing-masing daerah adalah proses penyebaran dan interaksi dari sebagai penunggu (subjek) yang menjadikannya berbagai unsur dapat diterima dan dimasukkan ke milik sendiri. Tidak mengherankan bahwa, jenis dalam proses pembentukan budaya. Dalam artian musik bandar adalah sebuah hasil dari kreatifitas bahwa peradaban pesisir itu tidak hanya didukung sekelompok orang pribumi yang menonjolkan oleh penganut satu agama saja, namun ikut serta budaya kelokalannya yang secara tidak langsung dalam proses dan pertunjukan budaya (Vickers, dipengaruhi oleh sekelompok orang pendatang de- 2009: viii). ngan berbagai seni budaya yang dibawanya. Hal ini Secara musikal dapat diamati bahwa jenis sesuai dengan pernyataan Alexander dan Sharma musik bandar sebagai kota pelabuhan di Pesisir (2013: 89) yang menyatakan bahwa peningkatan Nusantara memiliki bentuk dan struktur musikal globalisasi dan pergerakan manusia, objek, dan relatif sama. Berikut dipaparkan jenis musik bandar ide menyebabkan hibriditas muncul dan menjadi yang berkembang sebagai seni budaya masyarakat identitas, baik pribadi atau komunal seperti halnya Pesisir Nusantara meliputi: gamat, ronggeng, ghazal, bahasa, musik, budaya visual/material, budaya pop dondang sayang, keroncong dan gambang kromong. dan seni. Sementara itu, prinsip hibriditas menu- rut Mayall (2016: 31) adalah mengombinasikan Musik Gamat genre yang mungkin melalui penjajaran dan sintesis dalam komposisi musiknya. Musik gamat adalah salah satu bentuk seni Bandar adalah sebuah tempat berlabuhnya pertunjukan musik genre Melayu yang berkembang kapal, perahu atau disebut juga sebagai kota di daerah Pesisir Sumatera Barat, yang nyanyiannya pelabuhan atau kota perdagangan di berbagai berbentuk pantun kadang-kadang diselingi dengan wilayah Pesisir (KBBI, 2015: 130). Melalui laut, gerak tari secara bebas. Awalnya formasi instrumen berbagai peradaban dan kebudayaan dari berbagai yang digunakan adalah sejenis instrumen akustik bangsa, seperti: India, Cina, Arab, dan Eropa meliputi: biola, akordion, gitar, tambourin, masuk ke Indonesia (Asnan, 2007: 3). Tidak gendang bermuka dua dan vokal (Gambar 1). mengherankan dengan fase persentuhan yang Sejak tahun 80an formasi instrumen ini terjadi dari berbagai peradaban dan kebudayaan mengalami perubahann yang jumlahnya bertambah luar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk combo band seperti: gitar melodi aspek-aspek persentuhan tersebut telah menjadi elektrik, gitar bas elektrik, organ, saxophon dan bagian dari kehidupan mereka sehingga melekat drum set (Gambar 2). dan dijadikan sebagai budaya masyarakat Bandar, Seiring berkembangnya teknologi digital, termasuk jenis seni musik yang tumbuh dan instrumen musik sebagai pengiring lagu daerah berkembang di seluruh wilayah Pesisir Nusantara. seperti keyboard (organ) mampu melahirkan Ditilik dari sudut perspektif modern berbagai macam jenis bunyi bagaikan band lengkap kelompok etnis (kedaerahan) di Asia Tenggara, (Ardipal, 2015: 17). Hal yang sama juga terjadi pada telah terdefinisikan bahwa masing-masing etnis musik gamat yaitu menggunakan organ melalui yang pluralis itu memunculkan hubungan saling program midi mampu melahirkan bunyi sebagai terkait secara longgar melalui perdagangan, hingga pengganti beberapa instrumen musik seperti: kolonialisme serta bangkitnya rasa nasionalisme drum-set, bass electric, dan gitar melodi elektrik. membentuk peta mutakhir kawasan ini. Berbagai Selanjutnya formasi instrumen musik ini ditambah aneka ragam budaya yang terpisah-pisah dan dengan beberapa instrumen akustik seperti: biola, pluralistis tersebut bersemayam suatu prinsip akordion, saxophon, gendang bermuka dua dan interaksi yang dinamis dalam pergerakan kreasi vokal (Gambar 3).

28 Vol. 18 No. 1, April 2017

Sungguhpun demikian, ketiga bentuk formasi lain, secara musikal dapat dicermati dari lagu- instrumen musik gamat yang digunakan masih lagu sebagai materi pertunjukannya. Musik gamat dapat dilestarikan dan dapat dijumpai sampai saat sangat menonjolkan idiom-idiom musik tradisi ini (Martarosa, 2017: 251-279). Pesisir Minangkabau sebagai pengaruh dari budaya Proses apropriasi musik gamat terjadi lokal. Idiom-idiom musik lokal yang ditonjolkan dalam bentuk multikultural secara kompleks diduga bersumber dari musik rabab pasisie dalam dalam perwujudan budaya masyarakat Pesisir bentuk bakaba (resitasi) dan dendang pauah. Minangkabau Sumatera Barat, sebagai pengaruh Idiom-idiom musik lokal tersebut diolah dalam dan pewaris budaya dari penjajahan kolonial bentuk penggarapan melodi baik untuk musik (Martarosa, 2016: 20). Perbedaan dan kemiripan instrumental maupun musik vokal. Untuk musik musik gamat dengan jenis musik bandar yang instrumental teknik permainan disajikan dalam

Gambar 1. Suasana latihan kelompok musik gamat Gambar 4. Penyanyi musik gamat perempuan Linasti asal Gurindam Pasisie. (Foto: Martarosa, 2016) Minang. (Foto: Martarosa, 2016)

Gambar 5. Susunan penari langgam sekaligus sebagai pe- Gambar 2. Formasi instrumen musik gamat kelompok nyanyi secara bergiliran dengan gerak bebas dalam musik Gurindam Lamo Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2015) gamat di Berok Kota Padang. (Foto: Martarosa, 2016)

Gambar 3. Formasi instrumen kelompok musik gamat Gambar 6. Dua orang penyanyi musik gamat sedang “Lourys Music” Kota Padang di Kec. Kota XI Tarusan. berbalas pantun Tawanto Karim dan Tembi di Lubuak (Foto: Martarosa, 2015) Bagaluang Padang. (Foto: Martarosa, 2015)

29 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara bentuk melodi disebut garitiak, sedangkan untuk bandar di Pesisir Sumatera Barat seperti dikatakan musik vokal disebut gayo. Kedua bentuk teknik Navis (1984: 276) bahwa, musik gamat yang permainan melodi tersebut diduga mengandung berkarakteristik Portugis tersebut diperkenalkan estetika yang berbeda dengan yang dimiliki oleh oleh para pelaut Melayu yang berlabuh di kota musik-musik bandar yang lain, seperti dondang bandar Pesisir Sumatera Barat pada masa lalu. sayang (Malaka), ghazal (Melayu Riau), dan Dengan demikian perbedaan yang terdapat di ronggeng (Melayu Deli Sumatera Utara). antara jenis musik gamat di masing-masing daerah Tumbuh dan berkembangnya musik gamat memunculkan dugaan bahwa tradisi sajian musik sebagai seni budaya masyarakat bandar di Pesisir gamat yang dipengaruhi Eropa (Portugis, Belanda) Sumatera Barat dan begitu juga dengan jenis musik tersebut tidak sekadar diterima apa adanya di yang lain, diasumsikan terjadinya apropriasi yaitu masing-masing daerah budaya. Perbedaan musikal penyesuaian dan penerimaan antara budaya yang di masing-masing daerah mengarahkan pada datang (objek) dengan budaya lokal masing-masing dugaan adanya proses penyesuaian unsur budaya daerah sebagai penunggu yang menjadikannya milik yang diterima dari luar ke dalam budaya lokal sendiri. Berbagai interaksi yang mempengaruhi masing-masing sehingga dapat dipandang sebagai tumbuh dan berkembangnya musik gamat unsur budaya milik sendiri. meliputi: Portugis, Belanda (Barat), Melayu, dan Ditilik secara musikal bahwa musik gamat Minangkabau (Martarosa, 2008: 27-31). memiliki satu jalur benang merah dengan ben- Sebaliknya hal yang sama juga terjadi di tuk musik sejenisnya seperti: keroncong, gambang masing-masing wilayah tetangga seperti, di Melayu kromong, dondang sayang, ronggeng, dan gazal. Semenanjung Malaka (musik dondang sayang), Dalam penyajiannya jenis musik ini sama-sama di Melayu Kepulauan Riau (musik gazal), dan menggunakan biola, kecuali musik gambang kro- di Melayu Sumatera Utara (musik ronggeng). mong dengan menggunakan . Kesamaan juga Beberapa peneliti yang lain menafsir keserupaan terjadi dalam konteks adanya pengaruh Portugis dan perbedaan gejala musik gamat adalah sebagai dan Belanda (Eropa). Hal yang sama juga terlihat hasil proses saling mempengaruhi antarbudaya, dalam bentuk dan struktur lagu yang disajikan, utamanya wilayah Minangkabau di Sumatera yaitu sama-sama memiliki intro, lagu pokok, in- Barat adalah budaya masyarakat Pesisir. Kehadiran terlud, dan coda. Pada setiap bagian kalimat lagu instrumen musik Barat (biola, akordion, dan gitar) yang dinyanyikan, juga sama-sama memiliki se- dalam gejala musik gamat tersebut memunculkan buah counter melodi pengantar (Martarosa, 2017: dugaan bahwa salah satu sumber pengaruhnya 216-217). Berikut dipaparkan salah satu contoh adalah budaya Eropa yang awalnya diperkenalkan bentuk syair lagu gamat berjudul: Sarunai Aceh: oleh bangsa Portugis melalui pelaut Melayu sebagai kesenian “Bandar.” Bungolah sarunai manyarunai Franca (1985: 17-18) menjelaskan bahwa, Ondeh dunsanak karakteristik Portugis yang melekat dalam musik Bungolah sarunai manyarunai Ronggeng Melayu di Deli Sumatera Utara sangat Ondeh dunsanak tampak jelas adanya pengaruh Portugis dalam musik [Bungalah serunai menyerunai dan sebagai tari-tarian daerah. Karakteristik Portugis Duhai dunsanak yang ada dalam seni-seni Melayu tersebut Franca Bungalah serunai menyerunai katakan sebagai hasil pengaruh tidak langsung yang Duhai dunsanak] diberikan di kemudian hari oleh Semenanjung Melayu, bukan pengaruh langsung dari Portugis Jatuah malah ka lubuak bagalombang seperti di Malaka pada abad ke-17. Dalam artian Sarunai Aceh ada pihak lain yang memperkenalkannya kepada Jatuah malah ka lubuak bagalombang penduduk setempat. Pengaruh tidak langsung Lahlamo lah bana kami marasai itu kemungkinan juga terjadi dalam masyarakat Ondeh dunsanak

30 Vol. 18 No. 1, April 2017

Lahlamo lah bana kami marasai Sikunalambak biduak tiagan biduak tiagan Ondeh dunsanak Siapuik malah namo nan kodonyo [Jatuh ke lubuk yang bergalombang Saruani Aceh Sarunai Aceh Si Apuik banamo nangkodonyo Jatuh ke lubuk yang bergalombang [Sikulambak samapn tiagan sampan tiagan Sudah lama sekali kami melarat Sikulambak samapn tiagan sampan tiagan Duhai sanak keluarga Si Apuik sepertinya nama nahkodanya Sudah lama sekali kami melarat serunai Aceh Duhai sanak keluarga] Si Apuik sepertinya nama nahkodanya]

Bilo malah masonyo badan kasanang Kok kitolah kalah bana untuangnyo badan Sarunai Aceh Kok kitolah kalah bana untuangnyo badan Bilo malah masonyo badan kasanang Ondeh diak sayang Ikolah baru gadangnyo badan Disabuik lah apo kagunonyo Ondeh lah malang Ondeh dunsanak Ikolah baru gadangnyo badan Disabuik lah apo kagunonyo Ondeh lah malang [Kapan masanya badan berbahagia [Seandainya kita kalah benar untungnya Serunai Aceh badan Kapan masanya badan berbahagia Seandainya kita kalah benar untungnya Inilah baru besarnya badan badan Duhai sudah melarat Duhai adek sayang Inilah baru besarnya badan] Disebut apalah gunanya Duhai sanak kelarga Badannyo bajalan nan di gaduang kasam Disebut apalah gunanya] Sarunainyo Aceh Badannyo bajalan nan digaduang kasam Pajalah ketek pandai mambaliak Sarunai nyo malang Ondeh dunsanak [Duhai sudah melarat Pajalah ketek pandai mambaliak Bandannya berjalan di gedung Kasam Ondeh lah malang Serunainya Aceh Lah ditimpo lai nan malang Bandannya berjalan di gedung Kasam Saruanai nyo malang serunainya melarat] Saruanai nyo malang [Anak kecil pandai membalik Ikonyo baru gadangnyo badan Duhai sanak keluarga Ondeh lah malang Sansarolah badan nan Anak kecil pandai membalik ditangguang Duhai sudah melarat Sarunainyo Aceh Sudah ditimpa lagi yang malang Sansarolah bana yo nan batangguang serunainya melarat Sarunainyo malang serunainya melarat] [Ini baru besarnya badan Duhai sudah melarat sensaralah badan yang Musik Ronggeng ditanggung) Serunainya Aceh Musik ronggeng adalah sejenis ensambel musik Sensaralah benar yang ditanggung (akustik) di samping nyanyiannya berbentuk Serunainya melarat] pantun sampiran dan isi juga digunakan untuk Sikunalambak biduak tiagan biduak tiagan mengiringi tari dengan melibatkan penari laki-

31 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara laki dan perempuan. Dalam budaya masyarakat akordion, harmonium, dan lain-lain. Namun Melayu musik ronggeng selalu tampil pada acara- yang dimaksud dengan adanya unsur pengaruh acara seperti resepsi perkawinan, panggung terbuka Portugis tentu bukan saja yang aslinya, tetapi juga pesta rakyat (pasar malam), dan acara-acara hiburan pengaruh yang diperoleh dari unsur-unsur Afrika, lainnya (Musmal, 2010: 81). Genre kesenian ini India, dan lain-lain. Kebanyakan orang Portugis itu termasuk salah satu seni pertunjukan hiburan datang ke tanah Melayu berasal dari sekitar Lisbon yang melibatkan penonton aktif menari bersama dan provinsi-provinsi di utara, seperti Minho dan penari ronggeng, yang biasanya dibayar melalui Dauro serta kepulauan di Samudera Atlantik: kupon atau tiket dengan harga tertentu. Lazimnya Madeira dan Azores. penyanyi ronggeng dalam pertunjukannya selalu Menurut Sinar (1990), kebanyakan lagu-lagu berbalas pantun sambil menari bersama mitranya, Portugis yang dinyanyikan dan juga musik-musik kemudian disahuti dengan penari laki-laki lainnya Melayu yang dimainkan bersifat kegembiraan, secara berpasangan (Gambar 7). Tari dan musik halus, dan melankolis dalam skala nada dalam ronggeng termasuk ke dalam tari sosial yang lebih bentuk kunci-kunci minor dan mayor. Bentuk banyak melibatkan perkenalan antara berbagai pantun yang dinyanyikan berbentuk pantun bangsa. Menariknya kesenian ronggeng juga terdapat kuatrain terbagi dalam pasangan bait, sajak yang unsur berbagai budaya yang mampu mewujudkan dinyanyikan terdiri atas dua baris atau lebih sebuah kesatuan melalui seni pertunjukan. Dalam (kuplet). Hal ini terlihat dalam salah satu pantun hal ini dapat ditunjukkan dengan tumbuh dan lagu Melayu, seperti pantun lagu “Makan Sirih” berkembanganya musik ronggeng dengan kuat oleh yang mirip dengan pantun nasib lagu “Saudade” masyarakat Melayu Sumatera Utara, walau awalnya dari orang Portugis sebagai berikut. dipandang rendah (Takari, 2006: 194). Sinar (1990: 56-66) menjelaskan bahwa Makanlah sirih ujung-ujungan beberapa kelompok musik dan tari Melayu adalah Kuranglah kapur tambahkan ludah termasuk kesenian rakyat (folklore), juga merupakan Nasibku ini untung-untungan peralihan antara sesuatu yang tradisional dengan Sehari senang sebulan sudah yang modern. Sebagaimana sebelumnya sebagian Nao ha cousa qu mais cheire kesenian tersebut banyak dipengaruhi Islam yang Do que a flor da alfazema bersifat semireligius, yaitu umumnya syairnya Nao ha gooto naste mundo banyak berisikan pemujaan terhadap Allah SWT Que nao renha dar epana dan Nabi Muhammad SAW (biasanya dipakai [Tidak ada yang lebih harum untuk mengiringi ratib). Kelompok ini menjadi Baunya dari pada bunga lavender kelompok peralihan karena ada beberapa alat Tidak ada kesenangan di dunia ini musik serta gerak tarinya yang diambil dari Barat Yang tak berakhir dengan kesakitan] (Portugis) dan alat musik asing, seperti biola, (Sinar, 1990: 60-66)

Gambar 7. Seni Pertunjukan musik ronggeng Sumatera Gambar 8. Pertunjukan musik ronggeng Sumatera Utara Utara dalam bentuk nyanyain dan tari. dalam persembahan berbalas pantun. (Foto: Martarosa, 2016) (Foto: Martarosa, 2016)

32 Vol. 18 No. 1, April 2017

Menyanyikan lagu-lagu Melayu menghendaki Alat-alat musik yang lazim digunakan dalam ciri khas tersendiri (patah dan gerenek). Jenis ensambel musik ronggeng terdiri dari satu buah seperti ini disebut juga “Lagu Berayun” atau “Lagu biola, satu buah akordion, dan dua buah gendang Berhanyut” karena mengingatkan desau angin laut Melayu (satu buah gendang anak dan satu buah yang dinyanyikan nelayan tatkala membiarkan gendang induk). Secara musikal pada dasarnya sampannya dibawa arus air laut/sungai. Beberapa musik ronggeng merupakan perpaduan cengkok lagu yang terkenal dalam bentuk jenis tersebut ialah (grenek) Melayu dalam tonalitas diatonis. Grenek lagu Dondang Sayang (Gunung Sayang), Kuala Deli, dalam ekspresi vokal merupakan kebebasan Makan Sirih, dan Damak. Untuk pembukaan tari bernyanyi dalam bentuk improvisasi dan sesuai hiburan dalam kesenian, ronggeng biasa dimulai dengan karakter masing-masing individu para dengan lagu Dondang Sayang disebut “Bismillah penyanyi (Musmal, 2010: 81). Lagu” atau lagu pembuka (Sinar, 1990: 60). Bentuk pertunjukan seni ronggeng selain Musik Ghazal menampilkan seni tari, juga menampilkan seni sastra tradisi Melayu dalam bentuk seni berbalas Secara umum musik Melayu Riau ditinjau pantun. Selain berbentuk kuatrain, juga disajikan dari unsur-unsur serta variasi-variasi musikal secara melodis dengan menggunakan teknik yang menyertainya merupakan adanya pengaruh “strophe” (menyajikan melodi yang sama atau kebudayaan Arab, Persia, India, dan Barat. hampir sama dengan teks yang berbeda). Peninggalan budaya tersebut dapat dicermati atau rentak yang digunakan ada beberapa jenis, dengan berkembangnya seni suara yang dikenal meliputi senandung, lagu dua, dan patam-patam. dengan berzikir, bersenandung, berdendang, Sebagaimana biasanya rentak dalam lagu-lagu berkaba, berhikayat, bersyair, berpantun, berandai, ronggeng dikaitkan dengan permainan pola-pola bergenggong, dan bersuling. Irama dalam nyanyian ritmik yang terdapat dalam gendang ronggeng. ini terdiri dari rentak joget, rentak mak inang, rentak Awalnya, bentuk formasi alat-alat musik yang Melayu, rentak nobat, rentak ghazal, dan sebagainya. dimainkan terdiri dari biola, gendang ronggeng, Jenis dan judul lagu yang disajikan terdiri dari Pulut dan tetawak (Takari dan Dewi, 2008: 184). Hitam, Tudung Periuk, Dondang Sayang, Cik Siti, Selnjutnya music berkembang dengan penambahan Lancang Kuning, dan sebagainya. Sebagai pertanda harmonium, akordion, dan beberapa alat musik adanya pengaruh Barat (Portugis), terlihat dari lain, seperti gitar dan contra bass petik. berbagai jenis musik Melayu yang disajikannya, Secara historis jelas bahwa tumbuh dan selalu ada ditemukan penggunaan alat musik biola berkembangnya musik ronggeng sebagai kesenian dalam pertunjukannya (DP&K, 1982: 177-178). Melayu Sumatera Utara tidak luput dari Hamid (1991: 164), sebagaimana juga hasil proses akulturasi antara musik Portugis dikutip oleh Asri (2015: 115) menulis bahwa dengan musik Melayu (Takari, 2006: 194). ghazal adalah sejenis puisi Arab yang berisikan Seiring perjalanan waktu, musik tersebut juga mengalami proses transformasi dari berbagai musik sejenis, seperti musik gambus dan musik ghazal (Musmal, 2010: 81). Dalam artian tumbuh dan berkembangnya musik ronggeng di Sumatera Utara tidak dapat dihindari dari terjadinya proses saling mempengaruhi antarbudaya, seperti Hindu (Karnatak dan Hindustan), Islam (Persia, Arab, dan Gujarat India), Barat (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris), China, dan berbagai suku di sekitarnya Gambar 9. Pertunjukan Musik Ghazal. (Foto repro dari (Siam, Aceh, Batak, Minangkabau, dan Jawa) video: Grup Musik Ghazal “Dendang Serumpun”, (Hajizar, 2001: .20). https://www.youtube.com/watch?v=dm338qB96PY)

33 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara kisah-kisah percintaan. Begitu kuatnya pengaruh musik ghazal kepada masyarakat setempat. Begitu Persia dan Romawi, maka pada zaman Umaiyah, juga para pembesar lain turut memperkenalkan ghazal ini berkembang dari bentuk puisi menjadi musik tersebut, seperti Ungku Ahmad Bin Mohd. nyanyian-nyanyian serta ditambah dengan musik Khalid (Ungku Chik), Ungku Muhammed Bin pengiring. Tokoh ghazal yang terkenal pada masa Mohd Khalid, Ungku Sulaiman Bin Daud, dan itu bernama Umar bin Ruba’ah. Sebelumnya, di Ungku Abdul Aziz Bin Abdul Majid. Tidak kalah samping nyanyian-nyanyian ghazal ini berkembang menarik juga adalah dengan munculnya Haji Musa di Persia dan India, dari India ini pulalah nyanyian- Bin Yusof, yang lebih dikenal dipanggil dengan nyanyian ghazal dibawa ke alam Melayu dan Pak Lomak. diterima sebagai salah satu rentak lagu-lagu asli Pak Lomak adalah cucu dari Datok Bentara dalam budaya masyarakat Melayu. Luar, juga dikenal sebagai seorang yang mencintai Rohaya (2016), seorang pecinta seni ghazal seni musik ghazal. Pak Lomak dikenal sebagai Melayu Johor Malaysia, mengungkapkan bahwa Bapak ghazal kesenian Melayu Johor. Pada masanya, kesenian ghazal berasal dari tanah Arab yang beliau di samping terkenal sebagai pemain alat disebut musik “gamat” yang artinya riuh-rendah. musik harmonium juga sangat pandai bernyanyi Pada akhir abad ke-19 Kerajaan Johor sudah mulai lagu-lagu ghazal. Ia bernyanyi dalam bahasa Urdu, menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Riau yaitu bahasa resmi orang-orang kawasan Timur Lingga. Beberapa orang dari golongan bangsawan India. Berhubung bahasa Urdu kurang populer tersebut sering berulang-alik ke Riau Lingga. Oleh dalam masyarakat Melayu Johor, mulailah Pak karena beberapa di antara mereka di Riau Lingga Lomak menerjemahkan lagu-lagu ghazal dari sudah mendahului mempelajari alat-alat musik bahasa Urdu ke bahasa Melayu. Pada saat itu ghazal, para pengunjung yang datang dari Johor pulalah musik ghazal mulai berkembang dalam tersebut sering disuguhkan dengan musik tersebut masyarakat Melayu Johor. Lagu ciptaannya yang sebagai hiburannya. Tidak lama kemudian musik terkenal sampai saat ini adalah Sri Mersing. Lagu ini juga diperkenalkan oleh pemusik Riau Lingga ini pertama kali dinyanyikan pada tahun 1925 di kepada pembesar-pembesar Istana Sultan Johor Singapura. Lagu ini diciptakan sebagai kenangan yang ketika itu berada di Teluk Belanga, Singapura. ketika tinggal di daerah Mersing selama satu tahun Pada akhirnya kesenian ini mendapat perhatian (1923-1924) (Rohaya, 2016). pula dari Sultan Johor sehingga menjadi budaya Musik ghazal Melayu Johor terus berkembang di istana dan berkembang pula di kalangan rakyat dengan beberapa perubahan yang dilakukan seperti jelata dengan cepat dan pesat. penambahan alat-alat musik serta banyaknya Meskipun pada saat ini musik ghazal Melayu penyanyi baru yang muncul dari hasil didikan Pak lebih dikenal sebagai musik ghazal Johor, perlu Lomak. Lagu-lagu baru sudah banyak bermunculan diketahui bahwa irama ghazal mulanya berkembang pada tahun 30-an, dan pengaruh India sudah mulai di istana-istana Riau-Lingga. Adapun beberapa alat berkurang, kecuali penggunaan alat musik seperti musik yang digunakan terdiri dari harmonium, harmonium dan tabla tetap dimainkan. Begitu satu set tabla, gambus, violin, gitar, maracas, dan juga lagu-lagu yang biasa dinyanyikan hanya tamborin (Laman Resmi Jabatan Kebudayaan tinggal beberapa lagu tertentu saja yang masih Kesenian Malaysia, 2010). Pertunjukan musik ada pengaruh unsur India. Musik ghazal Melayu ghazal ini di samping disajikan di istana juga Johor terus diminati oleh masyarakat pecintanya dimainkan di rumah-rumah penghulu pada hari- hingga tahun 60-an dan berkembang sampai ke hari keramaian tertentu (Rohaya, 2010). Singapura. Tidak hanya itu, beberapa grup ghazal Perkembangan seni musik ghazal di Negeri juga banyak bermunculan termasuk penyanyi- Johor sering dikaitkan dengan nama Allahyarham penyanyi terkenal, seperti Ahmad Jusoh, Hamzah Datuak Bentara Luar dan Mohd. Salleh Bin Perang. Dolmat, Rosian Chik, dan Kamariah Noor. Pak Pada saat membuka daerah-daerah baru di Johor, Lomak meninggal tahun 1960. Sebagai tanda jasa Datuk Bentara turut juga memperkenalkan seni dan sumbangannya dalam mengembangkan musik

34 Vol. 18 No. 1, April 2017 ghazal, sejak tahun 1998 pemerintah Kerajaan dilupakan oleh masyarakat Malaka. Musik Dondang Negeri Johor Darul Ta’zim melalui Yayasan Warisan Sayang merupakan musik kebanggaan masyarakat Johor mewujudkan piala Pak Lomak sebagai piala Malaka, selalu disajikan dalam acara-acara bergilir dalam ajang pertandingan musik ghazal seremonial adat masyarakatnya, termasuk dalam (Rohaya, 2016). memperkenalkan Malaka sebagai kota bandar Asri (2015: 104) menjelaskan bahwa musik yang bersejarah kepada masyarakat yang datang Ghazal Melayu yang bergaya Hindustan itu juga mengunjunginya. Begitu juga dengan nyanyian disebut musik gamat. Adapun alat musik yang joget lambak yang disajikannya, kedua jenis musik dipakai terdiri dari syarenggi, sitar, harmonium, ini hubungannya sangat kuat, seperti kapur dengan dan tabla. Awalnya orang Melayu tertarik dengan sirih yang sudah lama menjadi budaya masyarakat musik ini karena adanya syair-syair lagu yang Malaka (Usop, 2000: 8). Kedua jenis musik ini berhubungan dengan unsur keagamaan yang isinya tidak dapat dipisahkan, sebagaimana lazimnya memuji kebesaran Nabi Muhammad dan nasihat- bentuk irama musik Melayu yang selalu disajikan nasihat. bercirikan langgam dan joget. Pada saat ini musik ghazal di daerah Kepulauan Dondang Sayang juga disebut sebuah Riau mengalami perubahan bentuk menjadi nyanyian perantaraan (pembuka), di mana bentuk musik populer. Proses ini terjadi dengan cara pertunjukannya diiringi oleh permainan alat-alat menggantikan alat musik Hindustan yang awalnya musik Melayu asli dan modern. Nyanyian Dondang dimainkan melalui alat musik syarenggi dan sitar, Sayang akan didengar dengan penuh minat oleh diganti dengan biola dan gambus. Alat musik yang penikmatnya, tentu tidak luput dari kemampuan lain seperti harmonium dan tabla tetap bertahan atau kebolehan serta kecakapan para penyanyinya bahkan ditambahkan dengan gitar. Kemauan dalam berpantun spontan dalam suasana pertun- untuk melakukan perubahan tersebut muncul dari jukan yang sedang berlangsung. Alat-alat musik para pelaku seni Istana Raja masyarakat Melayu yang mengiringi nyanyian Dondang Sayang terdiri Riau, baik pada tingkat kabupaten kota maupun dari sebuah biola, sebuah gong, dan dua atau tiga tingkat desa termasuk para pelaku seni Pulau buah , yaitu rebana kompang atau rebana Penyengat. Dalam bentuk kreativitas yang lain, keras. Beberapa irama yang disajikan melalui sebagaimana materi sajian musik Melayu ghazal gesekan biola dapat dianggap sebagai pembuka dan yang biasanya hanya memainkan lagu-lagu Melayu pengiring utama lagu atau nyanyian. Sementara asli saja, sekarang lagu-lagu tersebut sudah mulai tingkah pukulan rebana yang diselingi dengan diaransemen dalam bentuk baru, termasuk berbagai pukulan gong merupakan variasi musik iringan lagu rakyat yang selama ini belum dijadikan materi dalam menentukan aksentuasi dalam berbagai jenis dalam iringan musik tersebut (Asri, 2015: 105). tempo irama lagu yang akan dimainkan (Laman Musmal (2010:2) menjelaskan bahwa musik Resmi Jabatan Kebudayaan Kesenian Malaysia, 19 ghazal adalah sejenis musik yang mengiringi April 2016). nyanyian-nyanyian sebagai melodi pokok utama vokal, berbentuk pantun yang terdiri dari sampiran dan isi dengan ciri temanya bernuansa cinta kasih (love song). Instrumen musik tersebut terdiri dari biola, harmonium, gambus, gitar akustik, tabla, gendang Melayu, dan vokal sebagai pembawa melodi utama.

Musik Dondang Sayang Gambar 10. Pertunjukan Musik Dondang Sayang. (Foto repro dari video: Persatuan Dondang Sayang Musik Dondang Sayang adalah bentuk Negeri Malaka, https://www.youtube.com/ nyanyian berbalas pantun yang tidak pernah watch?v=huShYzkrLgw)

35 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara

Berikut salah satu contoh pantun Dondang yang berubah dari gaya asalnya, malah boleh diubah Sayang yang dinyanyikan oleh ibu-ibu di Malaka sesuai dengan gaya pertunjukannya. Termasuk ketika menidurkan anak-anak mereka. perkembangan alat-alat musik dan bentuk-bentuk irama atau rentak-rentak yang lain yang mampu Kalau nak gugur gugurlah nangka mengubah suasana pertunjukan Dodang Sayang, Jangan terhempas si putik pauh; seperti rentak ghazal cepat, rentak inang, dan rentak Kalau nak tidur tidurlah mata, zapin (Usop, 2000: 12). Penambahan alat musik Jangan dikenang orang yang jauh. pada Dondang Sayang merupakan sebuah simbolis yang mencernakan satu sejarah kegemilangan Sorong papan tarik papan Negeri Malaka pada masa dahulu. Buah kuranji dalam perahu; Suruh makan engkau makan Musik Keroncong Suruh mengaji engkau tak tahu. Musik keroncong adalah sebuah ensambel Rumah keci tiang seribu musik kota bandar dengan ciri musikal yang unik Rumah besar tiang sebatang; dalam menonjolkan permainan alat musik ukulele, Masa kecil ditimang ibu secara seksional terdiri dari dan . Menurut Sudah besar ditimang gelombang Ganap (2006), tumbuh dan berkembangnya musik (Usop, 2000: 9-10). keroncong di tanah air tidak dapat dihindari dari pengaruh musik Portugis yang dimulai semenjak Jelaslah bahwa lagu dan pantun itu sudah abad ke-16. Musik tersebut masih melekat didendangkan kepada anak-anak sejak kecil hingga kini ditandai dengan penggunaan waditra bahkan dari bayi. Pantun yang dinyanyikan itu ukulele dan ekspresi vokalis. Musik keroncong juga sudah merupakan pembentukan jiwa dan akhlak dikatakan sebuah musikal hibrid, sebuah genre semenjak kecil. Msyarakat Melayu Melaka begitu musikal dari hasil akumulasi berbagai elemen fanatik dengan Dondang Sayang, dari golongan apa musikal Barat (Portugis dan Belanda) dan non- pun baik anak-anak maupun orang dewasa, baik Barat (Arab, Afrika, India, China, Occaniasa, masyarakat bandar maupun desa, baik golongan Betawi, dan Jawa). orang berada maupun orang biasa di Malaka Ernst Heins menegaskan bahwa terjadinya penduduknya boleh menyanyikan patun dan pengaruh berbagai elemen musikal dalam musik mengetahui melodi dan iramanya, sungguhpun keroncong dari berbagai bangsa juga didorong mereka tidak terlalu pandai bernyanyi (Usop, oleh kedatangan kapal Portugis ke Nusantara. 2000: 9). Kapal-kapal tersebut tidak hanya membawa Musik Dondang Sayang dipercayai muncul di Portugis Kulit Putih, tetapi juga diikuti oleh ras Malaka pada zaman Kesultanan Melayu Malaka lain, seperti Afrika, India, Ceylon, dan Melayu. pada kurun abad ke-15 Masehi. Musik ini sudah Awalnya mereka diambil sebagai budak, tetapi membudaya dalam masyarakat Melayu lebih lama-kelamaan menjadi keluarga dalam berumah kurang 500 tahun lamanya. Jarak waktu yang tangga. Mereka menetap di lingkungan berbagai sekian lama itu, dari berbagai hal yang telah dilalui, pos perdagangan tempat mereka mendirikan wajar jika perkembangan yang terjadi sepanjang keluarga baru. Mereka menjadi dikenal sebagai usianya menjadikannya mempunyai nilai-nilai Merdeques, Mardicas yang kemudian berubah keklasikan. Musik ini sangat dinamis dan liberal, menjadi Mardykers Belanda, yaitu sebuah istilah masyarakat dan para pelaku seninya siap menerima yang berasal dari bahasa Sanskerta (mahardika) perubahan yang mempengaruhinya sepanjang (Heins, 1975: 21-22). tidak bertentangan dengan bentuk-bentuk lagu- Meskipun masyarakat Portugis bermukim lagu Melayu asli yang telah mentradisi sebelumnya. di Tugu Jakarta, mereka tidak dapat cukup Musik ini tidak saja mampu menerima nyanyian bukti mengklaim sepenuhnya sekelompok

36 Vol. 18 No. 1, April 2017 dengan keturunan Eropa Portugis. Setidaknya ritmenya. Bentuk lagu tersebut disusun kembali dapat dikatakan bahwa nenek moyang mereka oleh Kusbini dan dikenal dengan nama Keroncong adalah budak layanan Portugis dalam waktu Moresco (Destiana, 2012: 154). yang relatif tidak lama karena digantikan oleh Secara historis, beberapa peneliti menafsirkan penjajah Belanda. Hal ini ditandai dengan adanya bahwa musik Kerocong Tugu termasuk salah satu seni pemukiman Mardika, yang sampai saat ini masih musik tradisi Betawi (Jakarta) yang mengesankan dikenal di Ambon (Maluku) dan Tugu (sebuah desa dan memiliki unsur irama musik yang kuat pesisir di timur laut Jakarta). Secara musikal orang pengaruh Portugisnya. Pengaruh tersebut diperoleh berdarah Portugis dari Tugu-Mardika itu sangat dan dibawa oleh orang-orang yang kini merupakan ditunjukkan dalam musik mereka, yaitu musik penduduk Tugu keturunan Portugis. Orang-orang keroncong yang sampai sekarang masih disajikan tersebut merupakan tawanan-tawanan perang dari oleh penduduk keturunan Mardyker asli. Sudah daerah-daerah yang diduduki Portugis pada masa tertanam bagi mereka dengan bermain musik lalu, seperti Goa, Malabar, Coromandel, Bengal, keroncong singer, sudah berarti mereka melakukan Arakan, Malaka, dan sebagainya (Arumsari, 2012: berbagai pertemuan sosial termasuk agama, bahasa, 185). dan musik. Sudah menjadi tradisi dan kebanggaan Pada abad ke-17 unsur-unsur musik Portugis bagi mereka dengan melakukan pertunjukan musik itu dibawa dari Pulau Bandar ke kampung Tugu keroncong singer yang disajikan pada malam hari Jakarta dan berkembang melahirkan musik dan berkumpul di teras depan salah satu rumah keroncong. Pengaruh Belanda selama tiga abad milik mereka (Heins, 1975: 22). menyebabkan repertoar keroncong berbahasa Secara musikal cikal bakal tumbuhnya musik Portugis Cristao lenyap, digantikan dengan keroncong adalah berasal dari sejenis musik Portugis repertoar Hindia Belanda dalam bentuk langgam. yang dikenal dengan nyanyian fado. Fado adalah Pengaruh Jawa pada abad ke-20 melahirkan beberpa lagu rakyat Portugis dengan sistem nada-nada bentuk meliputi: keroncong asli, langgam Melayu Arab dengan kecenderungan memakai tangga dan Jawa. Pengaruh komedi bangsawan melahirkan nada minor. Nuansa tangga nada minor yang bentuk stambul sebagai antr’acte instrumental diperolehnya juga dipengaruhi oleh orang-orang yang menjembatani adegan demi adegan. Dalam Moor Arab yang pernah menjajah Portugis/Spanyol berbagai ragam bentuk musik keroncong saat ini, kurun 711 – 1492. Genre musik ini diperkenalkan pengaruh musik Portugis abad ke-16 dalam bentuk oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa Moresco dapat dikatakan hanya merupakan sebuah Portugis ke Nusantara sejak abad ke-16. Mereka mitos, yang di Portugal saat ini juga sudah tidak dari daratan India (Goa) menuju Malaka. Seiring ditemukan lagi (Ganap, 2006). perjalanan waktu, musik tersebut berkembang kali Di wilayah Tugu Jakarta sudah sejak lama, pertama di Malaka dan kemudian juga dimainkan hampir tiga setengah abad lamanya, orang-orang oleh para budak dari Maluku. Bentuk awal musik keturunan Portugis bercampur dan bersosialisasi ini disebut moresco, yaitu sebuah tarian asal dengan suku bangsa lain dan pribumi, seperti Spanyol, seperti polka namun agak sedikit lambat Belanda, Tionghoa, dan Sunda. Keturunan mereka

Gambar 11. Pertunjukan Musik Keroncong Tugu. Gambar 12. Pertunjukan Grup “Keroncong Cafrinho”. (https://www.youtube.com/watch?v=qci3HE75NLs) (Dokumentasi: Grup “Keroncong Cafrinho” Jakarta)

37 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara disebut orang “Mestizo”. Di Tugu, tempat orang- dengan menonjolkan kelokalannya (misalnya: di orang tersebut bermukim, lahirlah musik keroncong beberapa wilayah di Jawa pada umumnya banyak yang kemudian dikenal dengan Keroncong Tugu. dipengaruhi oleh musik tradisi ). Keroncong Tugu yang awalnya bersifat hiburan semata, mulai terorganisasi dengan baik terhitung Musik Gambang Kromong sejak dibentuknya Orkes Krontjong Poesaka Moresco Toegoe pada tahun 1920. Orkes ini bubar pada masa Musik gambang kromong adalah termasuk pendudukan Jepang akibat pelarangan Jepang yang salah satu seni pertunjukan masyarakat Betawi yang menganggap irama musik keroncong tugu yang indah sampai saat ini masih terus dilestarikan. Musik ini (cepat dan bersemangat), dapat membangkitkan sering disajikan dalam acara-acara resmi dan pesta semangat pemuda dan memicu pemberontakan. rakyat. Menurut Ganap (2012: 164), pada tahun Namun, kondisi yang demikian relatif berlangsung 1880 kesenian ini sudah diperkenalkan kepada tidak lama. Kelompok-kelompok musik tersebut masyarakat lokal dalam bentuk acara seremonial dibentuk kembali setelah masa penjajahan sebagai musik penanti tamu kehormatan oleh Jepang berakhir. Mereka menamainya sebagai seorang tokoh China yang bernama Bek (Lurah), kelompok keroncong penerus, yaitu Krontjong di daerah Senen bernama Teng Tjoe. Toegoe dan Keroncong Tugu Cafrinho. Perbedaan Sukotjo (2012: 2) menjelaskan bahwa kedua kelompok ini hanya terletak pada keluarga tumbuh dan berkembangnya musik gambang yang menjadi pimpinan kelompoknya. Krontjong kromong dalam masyarakat Betawi juga tidak Toegoe dipimpin oleh keluarga Michiels, sedangkan luput ditopang dari berbagai proses interaksi yang Krotjong Toegoe Caprinho dipimpin oleh keluarga terjadi dalam bentuk akulturasi dengan budaya Quiko. Pada masa ini penyebutan Krontjong Toegoe yang datang. Hal ini dapat ditandai dan ditemui dan Keroncong Tugu Caprinho disamakan menjadi dari berbagai alat musik yang digunakan dalam Keroncong Tugu saja. Kenyataannya sampai saat ini, ensambel tersebut, seperti: (1) alat musik gesek dan kedua kelompok tersebut berjalan beriringan dalam tiup dari China dan (2) alat musik perkusi, gendang melestarikan musik Keroncong Tugu di Indonesia dari Sunda, gambang, kromong, , kecrek, serta (Arumsari, 2012: 186-187). gong dari Jawa. Ensambel musik gambang kromong Dengan demikian, keberadaan genre musik ini terdiri dari berbagai alat musik, meliputi tersebut sebagai musik bandar dapat memicu gambang, kromong, sukong, tehyan, kongahyan, tumbuh dan berkembangnya berbagai kelompok basing/, ningnong, jutao, kecrek, kempul, dan musik keroncong di tanah air, seperti: musik gong. Bentuk-bentuk perpaduan atas kesenian Keroncong Tugu (Betawi Jakarta), musik Keroncong ini dipergunakan sebagai sarana berintegrasi oleh Yogyakarta, musik Keroncong Semarang, musik masyarakat Tionghoa khususnya kelas menengah Keroncong Solo (Surakarta), musik Keroncong ke bawah agar dapat diterima oleh masyarakat Surabaya, musik Langgam Keroncong Bentara (Bali), setempat (Rokhani, 2015: 145). musik Keroncong Banjarmasin, musik Keroncong Para pemain dan penonton kesenian Makasar, dan musik Keroncong Ambon, Ternate gambang kromong adalah penduduk masyarakat di Maluku. Dari pengamatan penulis, beberapa pinggiran Jakarta seperti Bekasi dan Tangerang kelompok musik keroncong juga tumbuh dan (Yampolsky, 1990: 1). Mereka terdiri dari dua berkembang sampai ke Pulau Sumatera, meliputi kelompok masyarakat, yaitu peranakan China Aceh, Medan, Padang dan Palembang. Secara dan pribumi Betawi. Masyarakat peranakan China umum genre musik tersebut juga populer pada adalah kelompok masyarakat yang berdomisili di masa lalu, sungguhpun sekarang sedikit kurang Jakarta dan sudah sejak lama menjadi bagian dari diminati oleh para anak muda. Namun, di luar penduduk Jakarta. Kelompok ini dinamakan orang Tugu Jakarta secara musikal jenis musik genre China Benteng. Masyarakat ini mempunyai mata ini banyak dipengaruhi pula oleh musik-musik pencaharian sebagai pedagang dan memiliki tingkat tradisi di masing-masing wilayah budaya tempatan kehidupan yang baik sehingga dapat memenuhi

38 Vol. 18 No. 1, April 2017 kebutuhan hidupnya dengan layak. Sebagian besar cara transmisi dari para pemain musik senior yang orang China Benteng tinggal di dekat pusat kota berpengalaman kepada para pemain musik yang dan memiliki taraf kehidupan yang baik sehingga baru. Kesenian tersebut menjadi identitas genre kerapkali mempergunakan musik gambang kromong musik masyarakat Betawi sampai saat ini (Sukotjo, untuk menghibur para tamunya (Sukotjo, 2012: 2012: 3). 3). Pada akhir tahun 1960-an muncullah gambang Selain kelompok masyarakat asli Betawi, kromong modern atau disebut juga dengan gambang juga ada kelompok masyarakat yang disebut kromong pop yang dirintis oleh Benyamin Sueb., sebagai imigran campuran, yaitu masyarakat yang penyanyi asli Betawi yang kemudian terkenal datang dari berbagai daerah di Indonesia. Selama sebagai aktor film sepanjang akhir hayatnya. periode kolonial, mereka dibawa sebagai budak ke Kebanyakan syair lagu yang dinyanyikan bernuansa Jakarta sehingga dari waktu ke waktu kehilangan gembira (riang jenaka), humor, sindiran, sehingga hubungan ke tanah air mereka. Kelompok memunculkan warna baru yang kadang-kadang masyarakat pribumi tersebut hidup di lingkungan dalam sajian lagunya seakan-akan dialog yang yang sama atau saling berdekatan dan berbicara dinyanyikan dalam dialek Betawi. Warna dengan menggunakan dialek Betawi sebagai bahasa baru musik gambang kromong seperti ini juga utamanya. Pada masa-masa tersebut sebagian besar dipergelarkan dalam acara pernikahan pengantin taraf hidup mereka masih termasuk dalam tingkat sebelum dilakukan seni tari dan sebagainya. Begitu ekonomi yang relatif rendah. Mereka bekerja juga dengan berbagai upacara atau bentuk-bentuk sebagai nelayan, pedagang asongan, pekerja pabrik, perayaan masyarakat Betawi dalam bentuk teater buruh, driver opelet, dan sebagainya (Yampolsky: lenong. Sebelum teater lenong dimulai, sebagai acara 1990: 1). Kepemilikan musik gambang kromong pembuka juga diawali dengan musik gambang dalam masyarakat China Benteng memberikan kromomg dengan menyajikan lagu-lagu lain, seperti warna baru sebagai budaya masyarakat Betawi. pop, dangdut, dan sejenisnya (Yampolsky: 1990: Proses awal ketertarikan masyarakat Betawi dengan 2). musik gambang kromong adalah dengan masuknya Adapun perkembangan alat-alat musik lagu phobin dan alat-alat musik dalam sentuhan ensambel gambang kromong modern yang sajiannya. Proses demikian memberikan nuansa digunakan pada saat ini di samping adanya tersendiri oleh masyarakatnya sehingga orang- campuran alat-alat musik dari China dan Indonesia, orang Betawi sebagai pemain gambang kromong juga menggunakan alat-alat musik Eropa, seperti mulai tertarik dan mengembangkannya. Begitu gitar melodi elektrik, gitar bass elektrik, gitar juga dengan kelestarian musik tersebut, untuk Hawaii, keyboard, dan beberapa alat musik tiup, pembinaan sebagai pemain musik gambang kromong seperti terompet, klarinet, dan saxaphone. Termasuk untuk regenerasi penerus dapat dilakukan dengan xylophone (gambang) terdiri dari 18 bilah, sistem

Gambar 13. Pertunjukan Musik Gambang Kromong. (https://www.youtube.com/watch?v=Y-L9du9lguE)

39 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara laras pentatonik, dengan wilayah nada 3 ½ oktaf, dan China). Sebagaimana sebelumnya, ketibaan dan 10 set ketel atau gong kecil (kromong), sistem seni budaya yang dibawa oleh sekelompok orang laras pentatonik lebih dari 2 oktaf. Ditambah pendatang tersebut, dijadikan sebagai ajang apresiasi dengan penyanyi laki-laki dan perempuan, dengan oleh masyarakat pribumi. Peristiwa ini menjadi jumlah yang optimal (Yampolsky: 1990: 2). pendorong munculnya kreatifitas oleh sekelompok Beberapa contoh bentuk syair lagu gambang orang pribumi dalam bentuk apropriasi musikal kromong yang dinyanyikan dalam pesta pernikahan sebagai perwujudan bentuk musik baru. Seiring peranakan adalah mengikuti pola klasik yang perjalanan waktu, musik ini berkembang menjadi dinyanyikan oleh penyanyi dalam bentuk pantun. budaya masyarakat pesisir dengan menonjolkan Adapun beberapa syair lagu dalam bentuk pantun- seni musik tradisi ‘kelokalannya’ di berbagai bandar pantun tersebut dapat terlihat sebagai berikut. di Nusantara. Secara musikal teramati bahwa jenis musik Gunung Sinur pasirnya kuning bandar memiliki satu jalur benang merah dari Tangguk udang airnya dalam berbagai bentuk musik yang tumbuh dan Bangun tidur kepala pusing berkembang sebagai seni budaya masyarakat Habis begadang sehari semalam Pesisir di Nusantara meliputi: musik gamat, musik ronggeng, musik ghazal, musik dondang sayang, Saya heran kereta api musik keroncong dan musik gambang kromong. Begitu panjang tidak kudanya Dalam penyajiannya jenis musik ini sama-sama Saya heran si jantung hati menggunakan alat gesek biola dalam sistem nada Kalau madang tidak sudahnya ditonis kecuali musik gambang kromong dengan menggunakan rebab. Kesamaan juga terjadi dalam Anak ikan beranak ikan konteks adanya pengaruh Portugis dan Belanda Ikan di laut panjang durinya (Eropa), Arab, India dan China. Hal yang sama Sanak bukan beraya bukan juga terlihat dalam bentuk dan struktur lagu yang Kenapa baik manis budinya disajikan, yaitu sama-sama memiliki intro, lagu (Yampolsky: 1990: 2). pokok, interlud, dan coda. Pada setiap bagian kalimat lagu yang dinyanyikan, juga sama-sama Penutup memiliki sebuah counter melodi pengantar.

Berdasarkan paparan dan pembahasan Kepustakaan terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa lahirnya musik bandar di Pesisir Nusantara cenderung Alexander, Amanda dan Manisha Sharma. (2013). dalam bentuk apropriasi musik. Bandar merupakan (Pre)determined Occupations: The Post- sebuah tempat berlabuhnya kapal, perahu, atau Colonial Hybridizing of Identity and Art pelabuhan menjadi kota perdagangan diberbagai Forms in Third World Spaces.The Journal of wilayah Pesisir di Nusantara. Proses munculnya Social Theory in Art Education (33)(K.Staikidis, musik bandar di berbagai Pesisir Nusantara, Ed.).86-104. oleh karena dahulunya bandar adalah sebuah Ardipal. (2015). Peran Partisipan sebagai kota perdagangan (rempah, lada dan emas) yang Bagian Infrastruktur di Sumatera Barat: diburu dan didatangi oleh berbagai bangsa di Perkembangan Seni Musik Kreasi. RESITAL: dunia. Tumbuh dan berkembangnya musik bandar JURNAL SENI PERTUNJUKAN, 16(1), 15- keberadaannya diperankan oleh sekelompok orang 24. (masyarakat) pribumi tempatan (lokal) melalui Arumsari, Chysanti. (2012). Keroncong Tugu: ajang kreatifitas baik secara langsung maupun tidak The Beat Nationalism from Betawi, Jakarta langsung yang dipengaruhi oleh sekelompok orang Indonesia. Prosiding The 4th International pendatang (Portugis, Belanda (Eropa), Arab, India Conference on Indonesia Studies; “Unity,

40 Vol. 18 No. 1, April 2017

Diversity and Future” Jakarta: Ilmu Martarosa. (2016). Apropriasi Musikal dan Estetika Pengetahuan Budaya-Universitas Indonesia: Musik Gamat. RESITAL: JURNAL SENI 185-202. PERTUNJUKAN, 17(1), 19-29. Asnan, Gusti. (2007). Dunia Maritim Pantai Martarosa. (2008). Musik Gamat dari Pertunjukan Sumatera. Jogjakarta: Ombak. Pentas ke Seni Pertunjukan Prosesi (Sebuah Asri. (2015). Musik Melayu Ghazal Riau dalam Tinjauan Historis. EKSPRESI SENI, 10(1), Kajian Estetika. EKSPRESI SENI, 17(1), 26-44. 103-114. Mayall, Jeremy. (2016.) Cross-genre Hybridity in Franca, Antonio Pinto. (1985). Portuguese Influence Composition: A Systematic Method Organised in Indonesia. Jakarta: Calouste Gulbenkian Sound, 21(1), 30–39 Foundation. Musmal. (2010). Gambus Citra Budaya Bangsa. Departemen Pendidikan Nasional. (2015). Kamus Yogyakarta: Media Kreativa. Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Utama. PT Temprint. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Rokhani, Umilia, Aprinus Salam, dan Ida Rochani- Sejarah Daerah Riau. Jakarta: Departemen Adi. (2015). Konstruksi Identitas Tionghoa Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek melalui Difusi Budaya Gambang Kromong: Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Studi Kasus Film Dikumenter Anak Naga Daerah. Beranak Naga. RESITAL: JURNAL SENI Destiana, Evie. (2012). Keroncong Stamboel PERTUNJUKAN, 16 (3), 141-152. Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Urban. Sinar, Tengku Lukman. (1990). Pengantar JURNAL PEDAGOGIA, PENDIDIKAN, Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: 1(2), 153-159. Perwira. Ganap, Victor. (2012). Konsep Multikultural Soetomo. (2015). Pemberdayaan Masyarakat: dan Etnisitas Pribumi dalam Penelitian Seni. Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta: HUMANIORA, 24(2), 156-167. Pustaka Pelajar. Ganap, Victor, (2006). Pengaruh Portugis pada Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat Musik Keroncong (Portuguese Influence Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis to Kroncong Music). HARMONIA Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI, Sosial. Bandung: Refika Aditama. 7(2). Sukotjo. (2012). Musik Gambang Kromong Hajizar. (2001). Karakter Musikal Lagu-Lagu dalam Masyarakat Betawi Jakarta. Melayu Deli dalam Rentak Senandung di ETNOMUSIKOLOGI INDONESIA. 1(1). Pesisir Timur Sumatera Utara. JURNAL Takari, Muhammad dan Heristina Dewi. (2008). PENELITIAN, 1(1), 27-37. Budaya Musik dan Tari Melayu. Medan: USU Hamid, Ismail. (1991). Masyarakat dan Budaya Press. Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Takari, Muhammad. (2006). Musik Melayu: Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Akar Budaya, Akulturasi, Perubahan, dan Heins, Ernst. (1975). Keroncong and Tanjidor- Kontinuitas.” EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Two Cases of Urban Folk Music in Jakarta. Pengetahuan dan Karya Seni, 8(2), 185-212. Asian Music, 7(1), 21-22. Usop, Ahmad. (2008). “Dondang Sayang Seni Martarosa. (2017). Musik Gamat: Apropriasi Musik Tradisi Melaka.” MEDIA DAN SENI Oleh Masyarakat Bandar Pesisir Sumatera WARISAN MELAYU SERUMPUN DALAM Barat. [Disertasi] Program Studi Pengkajian GENDANG NUSANTARA. Kuala Lumpur: Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Jabatan Pengkajian Media Universitas Malaya. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Vickers, Adrian. Peradaban Pesisir Menuju Sejarah

41 Martarosa, Musik Bandar di Nusantara

Budaya Asia Tenggara. Denpasar: Pustaka Salim Tanjung Batu KEPRI, 2015) https:// Larasan, Bekerja Sama dengan Udayana www.youtube.com/watch?v= dm338qB96PY. University Press. Diakses pada tanggal 16 April 2016. Yampolsky, Phillip. (1990). Music of Indonesia (Foto: Grup “Keroncong Tugu” Jakarta, 2014). 3 (Music from the Outskirts of Jakarta: https://www.youtube.com/watch?v=qci Gambang Kromong”, Dokumentasi Teks 3HE75NLs. Diakses pada tanggal 15 April dan Rekaman Audio CD (Tangerang, Jakarta 2016. Barat: Recorded, Smithsonian/Folkway cd/c, (Foto repro dari video: Group Sinar Betawi SF 40057. Entertainment, 2015). https://www. youtube. com/watch?v=Y-L9du9lguE. Diakses pada Webtografi tanggal 15 April 2016. Laman Resmi Jabatan Kebudayaan Kesenian Foto repro dari video: Persatuan Dondang Sayang Malaysia, http://www.jkkn.gov.my/ms/ghazal Negeri Malaka, 21 Sep 2013). https://www. -0. Diakses pada tanggal 19 April 2016. youtube.com/watch?v=huShYzkrLgw. Diakses Rohaya, Siti. (2010). Musik Ghazal Johor. http:// pada tanggal16 April 2016. ghazal-smp2252.blogspot.co.id/2010/09/ Foto repro dari video: Grup Musik Ghazal ghazal-johor.html. Diakses pada tanggal 15 “Dendang Serumpun” Pimpinan Bpk. Agus April 2016.

42