Laporan Kinerja Badan Geologi Tahun 2014

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Laporan Kinerja Badan Geologi Tahun 2014 LAPORAN KINERJA BADAN GEOLOGI TAHUN 2014 BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Tim Penyusun: Oman Abdurahman - Priatna - Sofyan Suwardi (Ivan) - Rian Koswara - Nana Suwarna - Rusmanto - Bunyamin - Fera Damayanti - Gunawan - Riantini - Rima Dwijayanti - Wiguna - Budi Kurnia - Atep Kurnia - Willy Adibrata - Fatmah Ughi - Intan Indriasari - Ahmad Nugraha - Nukyferi - Nia Kurnia - M. Iqbal - Ivan Verdian - Dedy Hadiyat - Ari Astuti - Sri Kadarilah - Agus Sayekti - Wawan Bayu S - Irwana Yudianto - Ayi Wahyu P - Triyono - Wawan Irawan - Wuri Darmawati - Ceme - Titik Wulandari - Nungky Dwi Hapsari - Tri Swarno Hadi Diterbitkan Tahun 2015 Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122 www.bgl.esdm.go.id Pengantar Geologi merupakan salah satu pendukung penting dalam program pembangunan nasional. Untuk program tersebut, geologi menyediakan informasi hulu di bidang En- ergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Di samping itu, kegiatan bidang geologi juga menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh berbagai sektor, seperti mitigasi bencana gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan tsunami; penataan ruang, pemba- ngunan infrastruktur, pengembangan wilayah, pengelolaan air tanah, dan penyediaan air bersih dari air tanah. Pada praktiknya, pembangunan kegeologian di tahun 2014 masih menghadapi beber- apa isu strategis berupa peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia mencapai ke- hidupan yang sejahtera, aman, dan nyaman mencakup ketahanan energi, lingkungan dan perubahan iklim, bencana alam, tata ruang dan pengembangan wilayah, industri mineral, pengembangan informasi geologi, air dan lingkungan, pangan, dan batas wilayah NKRI (kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar). Ketahanan energi menjadi isu utama yang dihadapi sektor ESDM, sekaligus menjadi yang dihadapi oleh Badan Geologi yang mer- upakan salah satu pendukung utama bagi upaya-upaya sektor ESDM. Dengan demikian, pada tahun 2014 Badan Geologi melaksanakan program dan kegiatan guna mencapai sasaran strategis dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang muncul dari isu-isu strategis, baik di tingkat nasional dan global, maupun internal KESDM sesuai dengan visi dan misi, serta strategi dan kebijakannya. Pada gilirannya, sebagai salah satu lembaga kepemerintahan yang juga aktif di dalam akselerasi perwujudan reformasi birokrasi, Badan Geologi menyusun Laporan Kinerja (LKj) Badan Geologi tahun 2014 sebagai pertanggungjawaban atas kinerja instansi pe- merintah selama melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Atas tersusunnya LKj ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh karyawan Badan Geologi yang telah menjalankan tugas dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Surono Kepala Badan Geologi Prakata Laporan Kinerja (LKj) berfungsi sebagai sarana pengendalian dan penilaian ki- nerja guna mewujudkan tata kelola institusi kepemerintahan yang baik. Selain itu, LKj juga dapat berperan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan institusi pada tahun-tahun berikutnya. Badan Geologi sebagai institusi pemerintah berkewajiban melaporkan berbagai kegiatan yang dijalankannya. Oleh karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Badan Geologi sepanjang tahun 2014 maka disusun LKj yang sesuai dengan tugas dan fungsi serta visi misi Badan Geologi. LKj Badan Geologi ini terdiri dari rencana kinerja, realisasi pelaksanaan, dan pen- capaian kinerja tersebut beserta evaluasinya. LKj ini berusaha memberikan penilaian dan penyampaian akuntabilitas berikut penjelasannya terhadap pencapaian sasaran kinerja dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Geologi pada tahun 2014. Tingkat pencapaian sasaran tersebut dan faktor-faktor yang mendukung atau meng- hambat keberhasilan pencapaiannya akan bermanfaat untuk peningkatan kinerja Badan Geologi di masa mendatang. Pada praktiknya, LKj Badan Geologi disusun oleh Tim Penyusun LKj Badan Geologi yang melibatkan anggota tim dari unit-unit di lingkungan Badan Geologi. Penyusunannya ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010-2014, Renstra KESDM Tahun 2010-2014, Renstra Badan Geologi 2010-2014, Rencana Aksi Bidang Geologi Tahun 2010-2014, dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Geologi 2014. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah beker- ja sama dan membantu dalam penyusunan LKj Badan Geologi tahun 2014. RINGKASAN EKSEKUTIF vii Ringkasan Eksekutif aporan Kinerja Badan Geologi tahun 2014 me- Geologi yang bersumber dari sejumlah peraturan perun- nyampaikan hasil kinerja program kegiatan yang telah dang-undangan (PUU). Isu yang dihadapi Badan Geologi ta- dilaksanakan Badan Geologi berikut evaluasinya pada hun 2014 adalah bagian dari isu strategis nasional dan tanta- Ltahun 2014. Laporan ini dengan demikian dapat digunakan ngan global untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk mengukur akuntabilitas kinerja Badan Geologi tahun Indonesia mencapai kehidupan yang sejahtera, aman, dan 2014. nyaman mencakup ketahanan energi, lingkungan dan peru- Laporan Kinerja Badan Geologi 2014 adalah wujud per- bahan iklim, bencana alam, tata ruang dan pengembangan tanggungjawaban atas pelaksanaan program dan kegiatan da- wilayah, industri mineral, pengembangan informasi geologi, lam rangka pencapaian sasaran Badan Geologi tahun 2014. air dan lingkungan, pangan, dan batas wilayah NKRI (ka- Dokumen-dokumen yang dijadikan acuan dalam penyu- wasan perbatasan dan pulau-pulau terluar). Isu energi meru- sunan Laporan Kinerja ini adalah: Rencana Pembangunan pakan isu utama yang dihadapi sektor ESDM. Upaya-upaya Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010-2014, Renstra kegeologian yang dilakukan Badan Geologi merupakan salah KESDM Tahun 2010-2014, Renstra Badan Geologi 2010- satu dukungan utama bagi upaya-upaya sektor ESDM. 2014, Rencana Aksi Bidang Geologi Tahun 2010-2014 dan Isu-isu yang dihadapi bidang kegeologian tersebut secara Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Geologi 2014. lebih rinci meliputi: (1) kecenderungan produksi minyak Pencapaian sasaran Badan Geologi pada 2014 merupa- bumi menurun; (2) kebutuhan energi dalam negeri akan ber- kan langkah antara guna pencapaian tujuan strategis, misi, tumpu pada energi batubara dan energi terbarukan (panas dan visi Badan Geologi. Penyusunan Laporan Kinerja ini bumi); (3) keberlanjutan industri mineral, (4) air bersih di telah mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendaya- daerah sulit air, (5) degradasi lingkungan akibat pengambi- gunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor lan air tanah yang berlebihan dan pembangunan yang mele- 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, bih i daya dukung fisik; (6) wilayah Indonesia rawan bencana Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja geologi; (7) sektor lain di luar ESDM membutuhkan dan Instansi Pemerintah. menunggu informasi geologi; (8) kecenderungan Pemerin- Geologi merupakan salah satu subsektor atau bidang tah Daerah enggan atau lambat melakukan kegiatan survei yang mendukung program pembangunan nasional sektor geologi; dan (9) mandat berbagai UU yang membutuhkan energi dan sumber daya mineral (ESDM). Namun, ber- respons Badan Geologi. dasarkan mandat sejumlah undang-undang lainnya, kegiatan Tugas dan fungsi Badan Geologi berdasarkan Permen bidang geologi juga menyediakan data dan informasi yang ESDM Nomor 18 Tanggal 22 November 2010 tentang Or- diperlukan oleh berbagai sektor, seperti mitigasi bencana ganisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM, Badan Geologi gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan tsunami; pe- adalah unit Eselon I di bawah KESDM yang mempunyai nataan ruang, pembangunan infrastruktur, pengembangan tugas melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang geolo- wilayah, pengelolaan air tanah, dan penyediaan air bersih gi dengan fungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dari air tanah. dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi; b. Pembangunan kegeologian di tahun 2014 masih meng- Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi; c. hadapi beberapa isu strategis. Di dalam isu-isu strategis terse- Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian but tercakup pula beberapa mandat yang dihadapi Badan dan pelayanan di bidang geologi; dan d. Pelaksanaan urusan viii LAPORAN KINERJA BADAN GEOLOGI TAHUN 2014 administrasi Badan Geologi. Badan Geologi yang dikembangkan kompetensinya; (7) Dengan 5 unit Eselon II dan 4 Unit Pelaksana Teknis Jumlah laporan penyusunan program rencana kerja dan (UPT), Badan Geologi sejak berdirinya di akhir tahun 2005 anggaran, laporan dan valuasi Badan Geologi; Kegiatan hingga akhir tahun 2014 telah mencapai beberapa hasil ke- koordinasi, sinkronisasi, dan konsolidasi Badan Geolo- giatan yang cukup menggembirakan. Pencapaian tersebut gi. meliput: 1) status sumber daya energi fosil (minyak bumi dan 2. Sasaran nomor 2 memiliki satu IKU dan tiga IKA. IKU gas, batubara, gambut, bitumen padat) dan potensi panas tersebut adalah jumlah peta geologi yang dihasilkan. Se- bumi berikut sejumlah WKP yang siap ditindaklanjuti oleh dangkan IKA-nya adalah (1) jumlah data hasil peneli- sektor lainnya di lingkungan KESDM; 2) data dan infor- tian geosains, (2) jumlah perolehan/pendaftaran HaKI, masi tentang hidrogeologi dan air tanah, geologi teknik dan dan (3) jumlah perolehan atau pendaftaran sistem mutu. geologi lingkungan untuk pengembangan wilayah, pemba- 3. Sasaran nomor 3 memiliki satu IKU dan dua IKA. IKU ngunan infrastruktur fisik, penataan ruang; juga penyediaan tersebut adalah jumlah pengunjung museum kegeolo- air bersih bersumber
Recommended publications
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi Merupakan
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi yang menawarkan dan mengenalkan produk atau jasa kepada khalayak. Promosi salah satu kegiatan kehumasan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan lembaga dan untuk meningkatkan citra perusahaan. Promosi dapat menjadikan suatu usaha lebih dikenal dan diketahui oleh khalayak, dalam promosi pariwisata produk yang ditawarkan ialah berupa keindahan alam serta keunikan dari tempat wisata itu sendiri. Keuntungan yang didapat dalam melakukan kegiatan promosi diantaranya meningkatkan penjualan, mendapatkan pelanggan baru, menjaga kesetiaan pelanggan, bahkan membantu mengubah tingkah laku dan pendapat konsumen, maka dengan adanya promosi pariwisata dapat menjadikan salah satu penunjang majunya suatu daerah, secara ekonomi pariwisata dapat memberikan potensi untuk membuka lapangan pekerjaan, bahkan dapat meningkatkan devisa negara. Peningkatan devisa negara dapat diperoleh dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, terutama dalam kegiatan berwisata, maka dari itu Badan Pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhanratu sebagai instansi pemerintah yang mempunyai tugas untuk mengelola Geopark Nasional Ciletuh- Palabuhanratu, dalam meningkatkan daya saing kepariwisataan dengan 1 2 memperbaiki sarana dan infrastruktur daerah, meningkatkan kualitas pelayanan serta memaksimalkan promosi dan pemasaran melalui berbagai media seperti iklan, website resmi, social media dan event , mengingat persaingan dalam kepariwisataan yang semakin tajam. Promosi dan pemasaran yang
    [Show full text]
  • Parental Expectations and Young People's Migratory
    Jurnal Psikologi Volume 44, Nomor 1, 2017: 66 - 79 DOI: 10.22146/jpsi.26898 Parental Expectations and Young People’s Migratory Experiences in Indonesia Wenty Marina Minza1 Center for Indigenous and Cultural Psychology Faculty of Psychology Universitas Gadjah Mada Abstract. Based on a one-year qualitative study, this paper examines the migratory aspirations and experiences of non-Chinese young people in Pontianak, West Kalimantan, Indonesia. It is based on two main questions of migration in the context of young people’s education to work transition: 1) How do young people in provincial cities perceive processes of migration? 2) What is the role of intergenerational relations in realizing these aspirations? This paper will describe the various strategies young people employ to realize their dreams of obtaining education in Java, the decisions made by those who fail to do so, and the choices made by migrants after the completion of their education in Java. It will contribute to a body of knowledge on young people’s education to work transitions and how inter-generational dynamics play out in that process. Keywords: intergenerational relation; migratory aspiration; youth Internal1 migration plays a key role in older generation in Pontianak generally mapping mobility patterns among young associate Java with ideas of progress, people, as many young people continue to opportunities for social mobility, and the migrate within their home country (Argent success of inter-generational reproduction & Walmsley, 2008). Indonesia is no excep- or regeneration. Yet, migration involves tion. The highest participation of rural various negotiation processes that go urban migration in Indonesia is among beyond an analysis of push and pull young people under the age of 29, mostly factors.
    [Show full text]
  • Captures Asean
    CARI CAPTURES • ISSUE 236 14 SEPTEMBER 2015 CARI ASEAN CAPTURES REGIONAL 01 INDONESIAN SMOG IMPACTS AIRPORTS INDONESIA Airports Significantly Impacted by Smog DELAYED DELAYED DELAYED DELAYED DELAYED Kalimantan 1. Melalan Melak Airport in Kutai, 2. Syansyudin Noor Airport in Banjarmasin, 3. Beringin Airport in Muara Teweh, 4. Iskandar Airport in Pangkalan Bun 13 11 5. Haji Asan Airport in Sampit, 12 18 6. Supadio Airport in Kubu Raya, 14 8 7. Pangsuma Airport in Putussibau, 7 1 8. Susilo Airport in Sintang, 15 16 6 3 10 9. Rahadi Usman Airport in Ketapang, 17 9 5 10. Tjilik Riwut Airport in Pontianak, 4 2 11. Atty Besing Airport in Malinau. Sumatra 12. Ferdinand Lumban Tobing in Sibolga, 13. Silangit Airport in North Tapanuli, 14. Sultan Thaha Airport in Jambi, 15. Sultan Syarif Kasim II Airport in Pekanbaru, 16. Depati Amir Airport in Pangkal Pinang, 17. Bangka Belitung Sarawak 18. Kuching International Airport in Sarawak Antara News Heavy smog caused by forest fires in Indonesia has caused delays peat bogs to clear land in Indonesia, has seen some 400 wildfire and even forced the temporary closure two regional of airports in hotspots over the course of the past month alone according to the Indonesia and Malaysia. NOAA-18 satellite; furthermore, severe and unhealthy Air Pollutant Index (API) recordings were observed at several locations as far With visibility levels reduced below 800 meters in certain areas away as East Malaysia and Singapore of Indonesia over the course of a week, flight schedules across 16 Whilst Changi Airport in Singapore
    [Show full text]
  • 6 Intersecting Spheres of Legality and Illegality | Considered Legitimate by Border Communities Back in Control of Their Traditional Forests
    6 Intersecting spheres of legality and illegality For those living in the borderland, it is a zone unto itself, neither wholly subject to the laws of states nor completely independent of them. Their autonomous practices make border residents and their cross-border cul- tures a zone of suspicion and surveillance; the visibility of the military and border forces an index of official anxiety (Abraham 2006:4). Borderland lawlessness, or the ‘twilight zone’ between state law and au- thority, often provides fertile ground for activities deemed illicit by one or both states – smuggling, for example. Donnan and Wilson (1999) note how borders can be both ‘used’ (by trade) and ‘abused’ (by smuggling) concur with Van Schendel’s claim that ‘[t]he very existence of smuggling undermines the image of the state as a unitary organization enforcing law and order within clearly defined territory’ (1993:189). This is espe- cially true along the remote, rugged and porous borders of Southeast Asia where the smuggling of cross-border contraband has a deep-rooted history (Tagliacozzo 2001, 2002, 2005). As noted in Chapters 3, 4 and 5, illegal trade or smuggling (semukil) of various contraband items back and forth across the West Kalimantan- Sarawak border has been a continuous concern of Dutch and Indonesian central governments ever since the establishment of the border. Drawn by the peculiar economic and social geography, several scholars men- tion how borderlands often attract opportunistic entrepreneurs. They also mention how such border zones may promote the growth of local leadership built on illegal activities and maintained through patronage, violence and collusion.1 Alfred McCoy asserts that the presence of such local leadership at the edges of Southeast Asian states is a significant 1 Gallant 1999; McCoy 1999; Van Schendel 2005; Sturgeon 2005; Walker 1999.
    [Show full text]
  • Traditional Knowledge, Perceptions and Forest Conditions in a Dayak Mentebah Community, West Kalimantan, Indonesia
    WORKING PAPER Traditional knowledge, perceptions and forest conditions in a Dayak Mentebah community, West Kalimantan, Indonesia Edith Weihreter Working Paper 146 Traditional knowledge, perceptions and forest conditions in a Dayak Mentebah community, West Kalimantan, Indonesia Edith Weihreter Center for International Forestry Research (CIFOR) Working Paper 146 © 2014 Center for International Forestry Research Content in this publication is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0), http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Weihreter E. 2014. Traditional knowledge, perceptions and forest conditions in a Dayak Mentebah community, West Kalimantan, Indonesia. Working Paper 146. Bogor, Indonesia: CIFOR. Photo by Edith Weihreter/CIFOR Nanga Dua Village on Penungun River with canoes and a gold digging boat CIFOR Jl. CIFOR, Situ Gede Bogor Barat 16115 Indonesia T +62 (251) 8622-622 F +62 (251) 8622-100 E [email protected] cifor.org We would like to thank all donors who supported this research through their contributions to the CGIAR Fund. For a list of Fund donors please see: https://www.cgiarfund.org/FundDonors Any views expressed in this publication are those of the authors. They do not necessarily represent the views of CIFOR, the editors, the authors’ institutions, the financial sponsors or the reviewers. You have your way. I have my way. As for the right way, the correct way, and the only way, it does not exist. FRIEDRICH NIETZSCHE Table of content List of abbreviations vi Acknowledgments vii 1 Introduction
    [Show full text]
  • A Case Study in Gunung Sewu Unesco Global Geopark, Indonesia
    GeoJournal of Tourism and Geosites Year XII, vol. 25, no. 2, 2019, p.509-523 ISSN 2065-1198, E-ISSN 2065-0817 DOI 10.30892/gtg.25219-377 THE IMPACT OF SITE ATTRACTION AND SERVICE QUALITY ON LOYALTY THROUGH SATISFACTION: A CASE STUDY IN GUNUNG SEWU UNESCO GLOBAL GEOPARK, INDONESIA Budiono SULISTYADI* Technologi University of Yogyakarta, Kampus I UTY, Ring Road Utara, Sleman, Yogyakarta 55285, Indonesia, e-mail: [email protected] Nur WENING Technologi University of Yogyakarta, Kampus I UTY, Ring Road Utara, Sleman, Yogyakarta 55285, Indonesia, e-mail: [email protected] Tutut HERAWAN AMCS Research Center, Griya Perwita Wisata B-14, Jl. Kaliurang KM 12.5, Sleman, Yogyakarta 55581, Indonesia, e-mail: [email protected] Citation: Sulistyadi, B., Wening, N., & Herawan, T. (2019). THE IMPACT OF SITE ATTRACTION AND SERVICE QUALITY ON LOYALTY THROUGH SATISFACTION: A CASE STUDY IN GUNUNG SEWU UNESCO GLOBAL GEOPARK, INDONESIA. GeoJournal of Tourism and Geosites, 25(2), 509–523. https://doi.org/10.30892/gtg.25219-377 Abstract: This study aims to provide information for management to increase the number of tourist visits of Nglanggeran in Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Indonesia. Questionnaire using a Likert scale is the research instrument. The respondents are visitors of Nglanggeran tourist destination. The analysis technique is path analysis implemented on SmartPLS 3.0. This study examined the impact of site attraction and service quality on loyalty through satisfaction. The results found that site attraction has direct effect on satisfaction and loyalty but not significant, meanwhile service quality has direct and significant effect on satisfaction and loyalty, and satisfaction has direct effect on loyalty but not significant.
    [Show full text]
  • Melirik Migas Di Mesozoik Indonesia Barat
    www.iagi.or.id BERITA IAGIEDISI: IX/OKTOBER 2016 Ikatan Ahli Geologi Indonesia Melirik Migas di Mesozoik Indonesia Barat 6 Quick Win Pertambangan Geowisata Gua Gunung Kidul REDAKSI 1 Dari PP IAGI ekan-rekan IAGI yang budiman… Berita-berita terkait dengan reorganisasi Kementerian ESDM RI menjadi topik hangat media massa pada rentang tiga-empat bulan terakhir, sampai akhirnya Forum Komunikasi pemerintah mengangkat Menteri ESDM yang baru di bulan Oktober. Informasi Antar & RIni tentunya tak lepas dari isu-isu hangat tentang energi dan pertambangan Anggota dan yang menjadi domain ESDM. Pengurus Berita IAGI edisi kali ini juga mengangkat topik tentang pentingnya pengembangan eksplorasi migas di cekungan Pre-Tersier --masih terkait PENASEHAT Andang Bachtiar, R. Sukhyar, dengan isu energi nasional. Sudah waktunya target-target eksplorasi Yanto Sumantri, Lambok dikembangkan lebih intensif ke tipe-tipe cekungan un-conventional yang Hutasoit, Rovicky Dwi Putrohari, selama ini belum intensif digarap. Tak hanya untuk migas, di bidang Wahyu Sunyoto pertambangan minerbapun, eksplorasi harus terus digalakkan termasuk untuk target-target deposit un-conventional. Isu ini juga diangkat pada edisi ini terkait PEMIMPIN UMUM dengan siaran pers yang dikeluarkan IAGI di awal Oktober 2016. Sukmandaru Prihatmoko Bulan Oktober adalah bulan puncak kegiatan IAGI tahun ini, dimana perhelatan akbar GEOSEA Congress XIV and 45th IAGI Annual Convention (GIC PEMIMPIN REDAKSI 2016) diselenggarakan di Bandung. Rangkaian program kegiatan GIC 2016 telah Anif Punto Utomo sukses dilaksanakan meliputi beberapa pre-convention events (termasuk MGEI Annual Convention), gowes bareng geolog, dipuncaki dengan pertemuan PEMIMPIN USAHA ilmiah, kontes poster mahasiswa, kontes geofoto. Singgih Widagdo Selain itu juga kegiatan Kongres GEOSEA yang diikuti oleh 6 negara: Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Philippines, dan Vietnam.
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    This first edition published in 2007 by Tourism Working Group Kapuas Hulu District COPYRIGHT © 2007 TOURISM WORKING GROUP KAPUAS HULU DISTRICT All Rights Reserved, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted to any form or by any means, electronic, mecanical, photo-copying, recording, or otherwise without the prior permission of the copyright owners. CO-PUBLISHING MANAGER : Hermayani Putera, Darmawan Isnaini HEAD OF PRODUCTION : Jimmy WRITER : Anas Nasrullah PICTURES TITLE : Jean-Philippe Denruyter ILUSTRATOR : Sugeng Hendratno EDITOR : Syamsuni Arman, Caroline Kugel LAYOUT AND DESIGN : Jimmy TEAM OF RESEARCHER : Hermas Rintik Maring, Anas Nasrullah, Rudi Zapariza, Jimmy, Ade Kasiani, Sugeng Hendratno. PHOTOGRAPHIC CREDITS Sugeng Hendratno: 1, 2BL, 2BR, 4B, 5L, 6, 7, 14A, 14BR, 21R, 21BL, 22B, 26L, 27T, 27A, 30, 33, 35, 40AL, 40AR, 43A, 43BR, 46T, 51, 54BL, 55B, 58BL, 58BR, 64BR, 66A, 67A, 68, 72B, 75A, 76L, 77BL, 77BR, 78, 79BL, 80L, 83B, 84B, 85B, 90B, 94L, 94B, 94A, 99L, 102BL, 103M1, 103M3, 103M5, 103R3, 103R6, 104L1, 104M2, 105L3, 105L4, 105M3, 105R1, 105R3, 105R4, Jimmy: 2A, 3A, 3L, 4T, 5B, 13L, 14R, 14BL, 15, 16 AL, 16 AR, 16B, 17A, 18T, 18R, 18BL, 18BR, 19, 20, 21T, 21BR, 22T, 22A, 23AL, 24, 25, 32BL, 32BR, 40T, 40L, 42, 43BL, 44 All, 45 All, 47, 48, 49, 50 All, 52, 53L, 54BR, 55T, 57TR, 57B, 59 All, 61AL, 62, 64BL, 66R, 69A, 69BL, 69BR, 70 All, 71AL, 71AR, 71BL, 71BR, 72A, 74, 75B, 76B, 79A, 79BR, 80B, 81, 83, 84L, 85AL, 85AR, 87 All, 88, 89, 90AL, 90AR, 90M, 92, 93 All, 98B, 99B,
    [Show full text]
  • Cross-Border Correlation of Geological Formations in Sarawak and Kalimantan
    Geol. Soc. Malaysia, Bulletin 28, November 1991; pp. 63 - 95 Cross-border correlation of geological formations in Sarawak and Kalimantan ROBERT B. TATE Dept. of Geology University of Malaya 59100 Kuala Lumpur. Abstract: Recent geological mapping by an AustralianlIndonesian team in West and Central Kalimantan has resulted in a revised stratigraphy for the Paleozoic-Tertiary igneous and sedimentary successions in terms of (1) Continental Basement and Platform (ShelO Sedimentary rocks, (2) Continental Arc intrusives and volcanics, (3) Oceanic Basement and overlying sedimentary rocks and (4) Foreland Rocks (Post-tectonic igneous rocks and sedimentary basins, (5) Tectonic melange and (6) Surficial deposits. Correlation charts are presented to reconcile the stratigraphy across the international border between Sarawak, East Malaysia, and Kalimantan, Indonesia. INTRODUCTION The stratigraphy of Central and West Kalimantan has been described recently by Pieters et al. (1987), Pieters & Supriatna (1989a) and Williams et al. (1988), and for West Sarawak by Tan (1986). All authors have correlated certain individual stratigraphic formations, particularly where they are common to both Sarawak and Kalimantan but no detailed cross-border correlation has been presented to date. This paper attempts to provide a regional correlation between Central and Northwest Kalimantan and South and West Sarawak (Table 1) and, as a result of the new data, to indicate fundamental changes to the interpretation of the geology of this part of Borneo. The completed Indonesian-Australian Geological Mapping Project (IAGMP) covers an area of some 850 km long and 250-300 km wide in Central and West Kalimantan (Pieters & Supriatna, 1989b); twelve preliminary geological maps at 1: 250,000 scale (see key to Fig.l) and a 1:1 million compilation map are published and one 1:250,000 map is in preparation.
    [Show full text]
  • 00-Program-And-Abstracs-EACEF5
    2 CONTENT Welcome Message Conference Chairman ·····················································4 Welcome Message Founding Chairman of EACEF ··········································5 COMMITTEES ································································································6 GENERAL INFORMATION ···············································································8 VENUE INFORMATIONS ··············································································· 10 PROGRAM AT A GLANCE ············································································· 13 KEYNOTE SPEAKERS····················································································· 15 INVITED SPEAKERS ······················································································ 19 KEYNOTE AND INVITED SPEECHES ······························································· 21 PARALLEL SESSIONS····················································································· 23 INSTRUCTION FOR SPEAKERS ······································································ 39 SOCIAL PROGRAM ······················································································· 40 INFORMATION ABOUT SURABAYA ······························································ 49 ABSTRACTS ·································································································· 51 Construction Project and Safety Management ····································· 51 Environmental Engineering ··································································
    [Show full text]
  • Air Tanah Merupakan Salah Satu Sumberdaya Alam Yang Berfungsi Untuk Mendukung Kehidupan Maupun Aktivitas Pembangunan. Sampai
    Air tanah merupakan salah satu sumberdaya alam yang berfungsi untuk mendukung kehidupan maupun aktivitas pembangunan. Sampai saat ini air Daerah Resapan tanah masih merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhanair baku bagi Daerah Resapan penduduk, baik untuk air minum, rumah tangga, air irigasi maupun air untuk industri, sehingga air tanah merupakan kekayaan alam yang memenuhi hajat Mata Air r hidup orang banyak. Mengingat bahwa peran air tanah yang cukup vital, a s e S Batuan sehingga eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu dilakukan sesuai dengan a Beku n o Batuan kondisi ekonomi. Peran air tanah yang cukup penting tersebut, jika tidak Mata Air Z Beku terpenuhimaka akan menimbulkan berbagaimasalah. Geometri dari cekunganair tanah, secara alamiah dibatasi oleh batas-batas Daerah Resapan hidraulika yang dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah setempat. Hubungan struktur geologi baik kekar, sesar maupun lipatan terhadap kondisi hidrogeologisangan berkaitan erat. Mata Air Buku ini membahas hubunganstruktur geologi terhadap sistem air tanah di Mata Air suatu daerah yang diharapkan dapat menjadi suatu metode pencarianair tanah di daerah-daerah dengan karakteristik air tanah yang langka, dan diharapkan menjadi suatu rancangan dasar dalam pembuatan rencana eksplorasi dan eksploitasiyang memungkinkandalam pemanfaatanairtanah yang maksimal. Tanah (Koluvial) Tanah Daerah Resapan (Koluvial) Batuan Beku Mata Air Tanah Tanah (Koluvial) (Aluvial) Sungai Batuan Kristalin Batuan Dasar HUBUNGAN STRUKTUR GEOLOGI DAN SISTEM AIR TANAH Tim Penyusun : Bambang Prastistho, Puji Pratiknyo, Achmad Rodhi C. Prasetyadi, M. Ridwan Massora, Yulian Kurnia Munandar KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2018 Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan Bambang Prastistho, Puji Pratiknyo, Achmad Rodhi, C.
    [Show full text]
  • Parental Expectations and Young People's Migratory
    Jurnal Psikologi Volume 44, Nomor 1, 2017: 66 - 79 DOI: 10.22146/jpsi.26898 /®π¨®≥1$¡∑¨™ª®1®µ18∂º1/¨∂∑≥¨1,∞Æπ®¢1 Experiences in Indonesia Wenty Marina Minza1 Center for Indigenous and Cultural Psychology Faculty of Psychology Universitas Gadjah Mada Abstract. Based on a one year qualitative study, this paper examines the migratory aspirations and experiences of non-Chinese young people in Pontianak, West Kalimantan, Indonesia. It is based on two main questions of migration i1¨1™∂¨¡11¿∂º1¨≥¨1 education to work transition: 1) How do young people in provincial cities perceive processes of migration? 2) What is the role of intergenerational relations in realizing these aspirations? This paper will describe the various strategies young people employ to realize their dreams of obtaining education in Java, the decisions made by those who fail to do so, and the choices made by migrants after finishing their education in Java. It will contribute to a body of knowledge on ¢º1¨∂≥¨1¨´º™®ª∞11 ≤1®µ1®µ1 how inter-generational dynamics play out in that process. Keywords: intergenerational relation, migratory aspiration, youth Internal1 migration plays a key role in Java. Both the younger and older gene- mapping mobility patterns among young ration in Pontianak generally associate people, as many young people continue to Java with ideas of progress, opportunities migrate within their home country (Argent for social mobility, and the success of & Walmsley, 2008). Indonesia is no excep- inter-generational reproduction or regene- tion. The highest participation of rural ration. Yet, migration involves various urban migration in Indonesia is among negotiation processes that go beyond an young people under the age of 29, mostly analysis of push and pull factors.
    [Show full text]