Penyelesaian Konflik Kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Penyelesaian Konflik Kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/ PENYELESAIAN KONFLIK KEPENGURUSAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK Muhammad Abi Dzar Al Ghifari*, R.B. Untung Dwi Hananto, Ratna Herawati Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail : [email protected] Abstrak Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan- kebijakan mereka. Salah satu fungsi partai politik adalah manajemen konflik. Namun, dalam konteks partai politik Indonesia fungsi ini tidak bisa dijalankan dengan baik oleh hampir semua partai politik. Partai Persatuan Pembangunan salah satu partai yang mengalami konflik internal pada tahun 2014. Konflik dimulai sejak mendekati momentum pemilihan presiden tahun 2014 karena pandangan arah dukungan yang berbeda antar pengurus yang berdampak adanya dualisme kepengurusan. Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dituangkan dalam penulisan hukum ini, maka dapat diketahui bahwa: Pertama, faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya konflik PPP adalah: 1) Faktor Internal, yakni: a. Perbedaan Pandangan Arah kebijakan dukungan partai, b. Pengurus DPP PPP saling melakukan pemecatan, c. Dualisme Muktamar, 2) Faktor Eksternal, yakni: a. Momentum Pemilihan Presiden, b. Pengaruh Partai Koalisi, c. Pemerintah yang kurang tegas, kedua, dalam pengaturan mengenai penyelesaian konflik internal partai, UU Nomor 2 Tahun 2011 telah mengatur mekanisme penyelesaianya, yakni berdasarkan AD/ART Partai sendiri, Mahkamah Partai, dan Pengadilan Negeri. PPP sendiri telah melalui semua mekanisme yang ditetapkan oleh UU tersebut. Keyword : Partai Politik, Partai Persatuan Pembangunan, Penyelesaian Konflik Abstract Political party is an organized group whose members have a member orientation, values, and ideals in common with the aim of obtaining political power and seize political position, by constitutional means to implement their policies. One of the functions of political parties is a conflict management. However, in the context of Indonesia's political parties this function can not be executed properly by almost all political parties. Partai Persatuan Pembangunan one of the parties in conflict in 2014. The conflict began approaching the momentum of the presidential election in 2014 because of the view direction different support across the board which affects the dualism of stewardship. Based on the results of research which was then poured in the writing of this law, it can be seen that: First, the factors underlying the emergence of conflict PPP are: 1) The Internal factors, namely: a. Differences view policy directions of party support, b. Board PPP mutual dismissal, c. Dualism Conference, 2) External factors, namely: a. Momentum Presidential Election, b. Influence Coalition Party, c. The government is less strict, secondly, in setting the party's internal conflict resolution, Act No. 2 of 2011 has been set repairing mechanism, which is based on AD / ART's own party, the Party Court and District Court. PPP itself has gone through all the mechanisms established by the Act. Keywords : Political Party, Partai Persatuan Pembangunan, Conflict Resolution 1 DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/ I. PENDAHULUAN masyarakatnya terdiri dari berbagai Hukum Tata Negara sebagai macam agama, ras dan suku. Sistem ilmu pengetahuan merupakan salah multipartai ini berimbas pada satu cabang dari ilmu hukum yang banyaknya jumlah partai politik yang secara khusus mengkaji persoalan ada di Indonesia dengan membawa hukum dalam konteks kenegaraan1. ideologinya masing-masing. Salah Hukum Tata Negara mengatur satunya adalah Partai Perstuan mekanisme hubungan masyarakat Pembangunan (PPP). Partai dengan negara sesuai dengan Persatuan Pembangunan didirikan konstitusi yang berlaku, dalam hal ini pada tanggal 5 januari 1973 meliputi juga hubungan antara bertepatan dengan tanggal 30 negara atau penguasa dengan dzulqaidah 1392 H. Partai Persatuan masyarakat dalam berbagai Pembangunan merupakan aktivitasnya, termasuk aktivitas penggabungan atau hasil fusi dari masyarakat yang mewujudkan empat partai islam yakni; Partai keberadaanya sebagai partai politik. Nahdlatul Ulama (NU), Partai Partai politik merupakan salah satu Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai komponen politik dalam negara, Syarikat Islam Indonesia (PSII), begitupula di Indonesia. Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Politik adalah suatu kelompok yang yang berasaskan Islam, berwawasan terorganisir yang anggota nasional, berorientasi keumatan, anggotanya mempunyai orientasi, kerakyatan, dan keadilan, serta nilai-nilai, dan cita-cita yang sama berupaya untuk mengembangkan dengan tujuan memperoleh tatanan, budaya, dan perilaku politik kekuasaan politik dan merebut Islami dalam wadah Negara kesatuan kedudukan politik, dengan cara Republik Indonesia.4 Deklarasi konstitusional guna melaksanakan berdirinya Partai Persatuan kebijakan-kebijakan mereka.2 Pembangunan ditandatangani tokoh- Partai politik menggunakan tokoh partai islam yakni; KH. Dr. berbagai macam jenis sistem. Idham Khalid, HMS. Mintaredja, Adapun sistem partai politik yaitu SH., H. Anwar Cokroaminoto, Rusli sistem satu partai, sistem dua partai, Halil, KH. Masykur. Kelahiran Partai dan sistem multipartai.3 Indonesia Persatuan Pembangunan merupakan adalah negara yang menganut sistem wadah penyelamat aspirasi umat multipartai yaitu sistem kepartaian Islam dan cermin kesadaran serta yang jumlah partai politik dalam tanggung jawab tokoh-tokoh umat penyelenggaran pemilihan umum dan pimpinan partai untuk bersatu, terdapat lebih dari dua partai politik. membina masyarakat agar lebih Sistem ini cocok dengan meningkatkan keimanan dan kondisi bangsa Indonesia yang ketaqwaan kepada Allah SWT melalui perjuangan Partai Politik.5 Suatu kelompok atau 1 Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakata: PT Rajagrafindo organisasi, pasti saat-saat tertentu Persada, 2011), hal 12-13. 2 Miriam budiarjo, Pengantar Ilmu Poltik, 4 Ahmad tubagus Fahmi, Pasang surut PPP, (Jakarta: Gramedia, 2000), hal 163-164. (Jakarta: Grasindo, 2002), hal 16. 3 Ibid, hal 179. 5 Ibid, hal 17. 2 DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/ pernah mengalami konflik, baik mengambil keputusan secara sepihak konflik antar sesama anggota untuk mendukung Prabowo Subianto kelompok maupu konflik dengan sebagai calon presiden Indonesia kelompok lain termasuk juga dalam 2014 lalu. Akibat kejadian ini partai politik, meskipun dalam visi pengurus Partai Persatuan misi maupun tujuan partai Pembangunan Menjatuhkan Sanksi disertakan nilai-nilai kesatuan tetap pada Suryadarma Ali. Mendapat saja konflik dapat terjadi karena itu perlakuan tersebut Suryadarma Ali merupakan dinamika sosial dalam tak terima karena tidak merasa suatu kelompok, flluktuasi pasti bersalah yang berimbas melakukan terjadi. Partai Persatuan pemecatan terhadap wakil ketua Pembangunan dalam sejarahnya juga umum Dewan Pimpinan Pusat Partai tidak jarang mengalami konflik Persatuan Pembangunan Suharso internal, apalagi Partai Persatuan Monoarfa, konflik pun semakin Pembangunan merupakan Partai rumit. politik yang berdiri dari hasil Puncak konflik terjadi saat gabungan beberapa partai islam yang hasil rapat harian 10 september 2014 dahulunya punya pandangan dan menyatakan pemecatan kepada ketua ideologi yang belum tentu sama Umum Suryadarma Ali karena meskipun sama-sama berasaskan dianggap melanggar Anggaran dasar Islam. dan anggaran rumah tangga partai Pada era 1980-an juga sering dan dinyatakan sebagai tersangka terjadi konflik seperti konflik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi anggota yang berlatarbelakang (KPK) terkait dengan dana ibadah Nahdlatul Ulama dengan anggota Haji. Sebagai pengganti Suryadarma yang berlatarbelakang Partai Ali, maka Emron Pangkapi yang saat Muslimin Indonesia, biasanya itu menjabat sebagai wakil ketua konflik disebabkan oleh pandangan Dewan Pimpinan Pusat Partai yang berbeda dalam menyikapi Persatuan Pembangunan ditunjuk kebijakan pemerintah. Konflik sebagai pelaksana tugas Ketua perebutan kekuasaan di pimpinan Umum Partai Persatuan DPR juga kerap terjadi, petinggi- Pembangunan. Melihat kejadian petinggi partai seperti KH. Idam tersebut Suryadarma Ali justru malah Kholid, J. Naro, soeradji, ridwan balik memecat semua anggota yang Saidi, Syaifudin zuhri juga sering mengikuti rapat harian tersebut, mengalami gesekan, itu lah salah karena dianggap mendahului satu konsekuensi dalam suatu wewenang ketua umum dan kelompok atau organisasi termasuk mengadakan rapat ilegal sehingga partai politik. melanggar ketentuan dalam Konflik dalam internal Partai Anggaran dasar dan anggaran rumah Persatuan Pembangunan kembali tangga. terjadi menjelang pemilihan presiden Kejadian tersebut berdampak 2014 lalu. Konflik ini diawali oleh pada munculnya dualisme sikap ketua umum Partai Persatuan kepengurusan yang dihasilkan dari Pembangunan pada waktu itu yakni dua muktamar yang berbeda. Suryadarma Ali yang dianggap telah Romahurmuzy menggelar muktamar 3 DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
Recommended publications
  • SURVEI NASIONAL DAN KAJIAN OPINI PUBLIK; REFLEKSI PENANGANAN PANDEMI DAN DAMPAK KONSTELASI POLITIK 2024 Pengantar
    INDONESIA POLITICAL OPINION SURVEI NASIONAL DAN KAJIAN OPINI PUBLIK; REFLEKSI PENANGANAN PANDEMI DAN DAMPAK KONSTELASI POLITIK 2024 Pengantar Lembaga riset sosial dan opini berbasis kajian akademik. Telah melakukan penelitian dalam bidang media, demokrasi, isu gender dan politik sejak tahun 2013. Indonesia Political Opinion (IPO) dalam kemajuannya fokus pada riset sosial terkait politik dan opini publik. IPO berkantor pusat di Jl. Tebet Raya, No. 2D, Jakarta. dan telah memiliki perwakilan tetap di Kota Bandung, Yogyakarta, Kota Batam dan Kota Mataram. Visi dan Misi IPO, menjadi lembaga kajian berbasis riset yang INDONESIA menguatkan relasi civil society, dan meneguhkan Demokrasi POLITICAL OPINION sebagai sistem politik berkeadaban, serta menjunjung tinggi keterbukaan. Direktur Eksekutif Dr. Dedi Kurnia Syah Putra INDONESIA Metodologi POLITICAL OPINION Multistage random sampling (MRS) IPO terlebih dulu menentukan sejumlah Desa untuk menjadi sample, pada setiap desa terpilih akan dipilih secara acak –menggunakan random kish NASIONAL grid paper– sejumlah 5 rukun tetangga (RT), pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih 1 responden dengan pembagian PROP 1 PROP K laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor genap, sehingga total responden laki-laki dan perempuan. Pada tiap-tiap proses pemilihan selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak. DS 1 … DS N DS 1 … DS M Metode ini memiliki pengukuran uji kesalahan (sampling error) 2.50 RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 persen, dengan tingkat akurasi data 97 persen. Setting pengambilan sample menggunakan teknik multistage random sampling (MRS), atau pengambilan sample bertingkat. Survei ini mengambil representasi sample sejumlah 1200 responden yang tersebar proporsional secara nasional. KK KK KK KK KK Dengan teknik tersebut memungkinkan setiap anggota populasi (responden) mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden.
    [Show full text]
  • 30 Bab Ii Idham Chalid
    BAB II IDHAM CHALID: RIWAYAT HIDUP DAN GAYA KEPEMIMPINANNYA A. Kelahiran Idham Chalid Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan, dan merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya H Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 kilometer dari Banjarmasin. Saat usia Idham enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur ayahnya.1 Ahmad Muhajir menyatakan bahwa menurut cerita, kepindahan tersebut didahului oleh suatu kejadian di mana Idham dan orang tuanya diserang oleh sekelompok orang. Walaupun mereka selamat, tak pelak kejadian tersebut 1 Lihat Rusman Effendi dalam Kiai Idham Chalid, Pemimpin Besar dari Amuntai, http://dunia-fortal.blogspot.com/2012/09/kiai-idham-chalid-pemimpin-besar-dari.html, diakses tanggal 4 April 2013. Lihat juga Ahmad Muhajir, Idham Chalid: Guru Politik Orang NU. Cet.Ke- 1. (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007), h. 13. Dari sedikit publikasi yang ada tentang Idham antara lain dalam Tim Penulis Tempo, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982 (Jakarta: Grafiti, 1981), h. 99; Martin van Bruinessen, NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (Yogyakarta: LKiS, 1994), h. 290-291; serta semacam Curriculum Vitae yang ditanda tangani Idham yang dilampirkan dalam kumpulan pidatonya, Mendajung dalam Taufan. (Djakarta: Endang-Api Islam, 1966), h. 133-135. Selebihnya kisah Idham Chalid disajikan secara sepenggal-sepenggal di berbagai tulisan baik ilmiah maupun berita di media massa dan biasanya berkaitan dengan sejarah NU. Idham Chalid, Mendajung…, h. 133. Berbeda dengan yang dimuat Tempo, Idham disebutkan lahir 5 Januari 1921. Lih. Tim Penulis Tempo, Apa dan Siapa, h.
    [Show full text]
  • Strategi Komunikasi Politik Partai Persatuan Pembangunan Dalam Mendiseminasi Nilai-Nilai Islam Di Kabupaten Banjarnegara
    STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DALAM MENDISEMINASI NILAI-NILAI ISLAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA TESIS Disusun dan Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosial MUKHAMMAD WAKHIDDIN NIM. 1617641008 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2021 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO PASCASARJANA Alamat : Jl. Jend. A. Yani No. 40 A Purwokerto 53126 Telp : 0281-635624, 628250, Fax : 0281-636553 Website : www.pps.iainpurwokerto.ac.id Email : [email protected] \ PENGESAHAN Nomor: 070/In.17/D.Ps/PP.009/2/2021 Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto mengesahkan Tesis mahasiswa: Nama : Mukhammad Wakhidin NIM : 1617641008 Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam Judul : Strategi Komunikasi Politik Partai Persatuan Pembangunan dalam Mendiseminasi Nilai-Nilai Islam di Kabupaten Banjarnegara Telah disidangkan pada tanggal 12 Januari 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos.) oleh Sidang Dewan Penguji Tesis. Purwokerto, 26 Februari 2021 Direktur, Prof. Dr. H. Sunhaji, M.Ag. NIP. 19681008 199403 1 001 STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DALAM MENDISEMINASI NILAI-NILAI ISLAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Mukhammad Wakhiddin NIM. 1617641008 ABSTRAK Di Kabupaten Banjarnegara peredaran minuman beralkohol dinilai cukup tinggi dan oleh sebagian masyarakat menganggap hal tersebut dikhawatirkan akan dapat memicu tindak kejahatan. Sedangkan dalam Peraturan Daerah Banjarnegara Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Khamr atau Minuman Beralkohol, sanksi untuk pengedar masih dianggap ringan dan tidak membuat efek jera. Untuk itu, diperlukan adanya perubahan dalam regulasi tersebut melalui sistem politik yang di dalamnya terdapat infrastruktur politik dan suprastruktur politik.
    [Show full text]
  • Indonesia's Ulama and Politics
    Indonesia's ulama and politics Martin van Bruinessen, "Indonesia's ulama and politics: caught between legitimising the status quo and searching for alternatives", Prisma — The Indonesian Indicator (Jakarta), No. 49 (1990), 52-69. Indonesia’s Ulama and Politics: Caught Between Legitimising the Status Quo And Searching for Alternatives The relationship between ulama, ‘men of Islamic learning,’ and umara, ‘holders of political power,’ has always been ambivalent. On the one hand, ulama at least in the Sunni tradition have always provided religious legitimation for the de facto power holders. On the other hand, there is also a general awareness that power corrupts and that proximity to those in power impairs the ulama’s moral authority and the integrity of their learning. There is a well-known hadith to that effect, often quoted in popular sermons: “the worst among the ulama are those who go and see the umara, while the best among the umara are those who come and see the ulama.” It has been pointed out that this hadith is actually ‘weak’ (da`if), meaning that its attribution to the Prophet is considered very dubious.[1] The fact that it is frequently quoted by ulama and popular preachers in Indonesia nevertheless indicates that the saying expresses something about which they have strong feelings. In a recent research project on the Indonesian ulama’s worldview, about half the ulama interviewed volunteered this hadith when asked what was the correct form of Islam-state relations.[2] Moral, economic and political independence (kemandirian) vis-à-vis the government is a quality that almost all respondents considered essential.
    [Show full text]
  • 14 BERT 014 Newsletter-2014 05 DE 140811.Indd
    Der Sieg Jokowis: Das Ende der Neuen Ordnung in Indonesien? Andreas Ufen* August 2014 Asia Policy Brief 2014 | 05 Indonesien ist mit etwa einer Viertelmilliarde Einwohnern das bevölkerungs- reichste mehr heit lich muslimische Land der Erde und von enormer sicherheits- und wirt schafts politischer Bedeutung im asiatisch-pazifischen Raum. Politische Ereignisse dort beeinflussen die gesamte Lage in Südostasien. Weitgehend unbeachtet von der deutschen Öffentlichkeit fanden dieses Jahr Parlaments- und Präsident schaftswahlen statt. Besonders die Präsidentschafts wahlen erwiesen sich als Nagel probe für die junge indonesische Demokratie. Die junge Demokratie und die Das Militär besetzte zentrale Schalt stellen in der Ver- Altlasten der Neuen Ordnung waltung und hatte zuletzt gemäß der Doktrin der Doppel- Indonesien befand sich lange unter nieder ländischer funktion (dwifungsi) die Verantwortung nicht nur für die Kolonial herrschaft und erkämpfte sich in einem mehr- äußere, sondern auch für die breit defi nierte innere Si- jährigen, verlust reichen Krieg die 1949 schließlich auch cherheit. Erst im Mai 1998 trat Präsident Suharto während international anerkannte Unabhängigkeit. Die folgende der großen Finanz- und Wirtschafts krise („Asien krise“) demo kratische Phase endete schon nach wenigen Jahren, zurück. Danach wurde das politische System unter Präsi- weil Kommunisten, Islamisten und Anhänger von Präsi- dent B. J. Habibie komplett reformiert. Im Juni 1999 fanden dent Sukarno, dem Helden des anti kolonialen Kampfes, die ersten im Wesent lichen freien und fairen Parlaments- jeweils eigene Staats- und Gesell schafts modelle durch- wahlen seit 1955 statt. Auch die folgenden Parlaments- zusetzen trachteten. Das sich anschließende Chaos der wahlen (2004, 2009 und 2014) und die seit 2004 direkten so genannten „Gelenkten Demokratie“, ein autoritäres, Präsident schafts wahlen verliefen unproblematisch.
    [Show full text]
  • ADVISORY October 2019
    ADVISORY October 2019 Second Term Cabinet Members Announced: New and Old Faces Today (Wednesday, 23 October 2019), President Joko Widodo officially announced the members of his new “Indonesia Maju/Onwards Indonesia” Cabinet that will work with him in the second term of his presidency. Along with the announcement of the new members, in the new Cabinet some of the titles have changed, such as ‘The Coordinating Minister of Maritime Affairs and Resources’ which has been changed to ‘The Coordinating Minister of Maritime Affairs and Investment’ and ‘The Minister of Tourism’ which has been changed to ‘The Minister of Tourism and the Creative Economy’. Several ministers who served during President Joko Widodo’s first term such as Sri Mulyani Indrawati and Yasonna Laoly also made a comeback along with many new faces. The new faces include prominent youth and professional figures who are pioneers and leading individuals in their respective fields. The announcement of such names as Nadiem Makarim, Erick Thohir and Wishnutama Kusubandio as new Cabinet members has been received positively by the general public. Below is a complete list of the newly appointed Cabinet members. 1. Coordinating Minister in the Field : Mohammad Mahfud of Law, Politics and Security (Mahfud MD) 2. Coordinating Minister in the Field : Airlangga Hartarto of the Economy 3. Coordinating Minister of Maritime : Luhut Binsar Pandjaitan Makarim & Taira S. Affairs and Investment Summitmas I, 16th & 17th Fls. 4. Coordinating Minister in the Field : Muhajir Effendy Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190 of Human Development and Culture Indonesia 5. Minister of Defense : Prabowo Subianto P: (62-21) 5080 8300, 252 1272 F: (62-21) 252 2750, 252 2751 6.
    [Show full text]
  • Regime Change, Democracy and Islam the Case of Indonesia
    REGIME CHANGE, DEMOCRACY AND ISLAM THE CASE OF INDONESIA Final Report Islam Research Programme Jakarta March 2013 Disclaimer: The authors gratefully acknowledge financial support from the Islam Research Programme – Jakarta, funded by the Ministry of Foreign Affairs of the Kingdom of the Netherlands. The views presented in this report represent those of the authors and are in no way attributable to the IRP Office or the Ministry CONTENTS INTRODUCTION 1 Kees van Dijk PART 1: SHARIA-BASED LAWS AND REGULATIONS 7 Kees van Dijk SHARIA-BASED LAWS: THE LEGAL POSITION OF WOMEN AND CHILDREN IN BANTEN AND WEST JAVA 11 Euis Nurlaelawati THE ISLAMIC COURT OF BULUKUMBA AND WOMEN’S ACCESS TO DIVORCE AND POST-DIVORCE RIGHTS 82 Stijn Cornelis van Huis WOMEN IN LOCAL POLITICS: THE BYLAW ON PROSTITUTION IN BANTUL 110 Muhammad Latif Fauzi PART 2: THE INTRODUCTION OF ISLAMIC LAW IN ACEH 133 Kees van Dijk ALTERNATIVES TO SHARIATISM: PROGRESSIVE MUSLIM INTELLECTUALS, FEMINISTS, QUEEERS AND SUFIS IN CONTEMPORARY ACEH 137 Moch Nur Ichwan CULTURAL RESISTANCE TO SHARIATISM IN ACEH 180 Reza Idria STRENGTHENING LOCAL LEADERSHIP. SHARIA, CUSTOMS, AND THE DYNAMICS OF VIGILANTE VIOLENCE IN ACEH 202 David Kloos PART 3: ISLAMIC POLITICAL PARTIES AND SOCIO-RELIGIOUS ORGANIZATIONS 237 Kees van Dijk A STUDY ON THE INTERNAL DYNAMICS OF THE JUSTICE AND WELFARE PARTY (PKS) AND JAMA’AH TARBIYAH 241 Ahmad-Norma Permata THE MOSQUE AS RELIGIOUS SPHERE: LOOKING AT THE CONFLICT OVER AL MUTTAQUN MOSQUE 295 Syaifudin Zuhri ENFORCING RELIGIOUS FREEDOM IN INDONESIA: MUSLIM ELITES AND THE AHMADIYAH CONTROVERSY AFTER THE 2001 CIKEUSIK CLASH 322 Bastiaan Scherpen INTRODUCTION Kees van Dijk Islam in Indonesia has long been praised for its tolerance, locally and abroad, by the general public and in academic circles, and by politicians and heads of state.
    [Show full text]
  • In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia
    In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia LUQMAN NUL HAKIM This thesis is submitted for the degree of Doctor of Philosophy The University of Melbourne February 2019 Declaration I certify that this thesis is the product of my own research, fewer than the maximum word limit in length, and contains no material which has been accepted as part of the requirements of any other degree at any tertiary education institution, or any material previously published by another person except where due reference is made. Luqman Nul Hakim i Abstract In post-authoritarian Indonesia, but particularly following the 9/11 terrorist attacks, Islamism has become a contentious matter of scholarly debate. The prominent accounts emerging from security and democratisation studies place much analytical weight on ideology and culture by often portraying the relationship between Islam and politics in essentialist fashion, associating the dynamics of Islamism with interpretations of Islamic doctrine or the contest between moderate and radical Muslims. The institutionalist literature, on the contrary, explains the rise of Islamism as the result of the weak capacity of the state following the fall of the centralised New Order authoritarian regime. Another variant draws attention to the moderation of Islamic politics as the result of participation in democratic processes, especially electoral politics. Yet, such linear and teleological explanations obscure the complex circumstances that establish the different trajectories of Islamism. They also fail to comprehend how the prevalence of Islamist discourse on power struggles in the current democracy can produce a more conservative and illiberal form of Islamism. In contrast, this thesis utilises the politics of hegemony approach as developed in the traditions of political discourse theory.
    [Show full text]
  • Keputusan Presiden No. 84/P Tahun 2009
    www.bpkp.go.id KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/P TAHUN 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Komisi Pemilihan Umum dengan Keputusan Nomor 373/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 18 Agustus 2009 telah menetapkan Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih hasil Pemilu Tahun 2009 periode 2009-2014, dan Presiden dan Wakil Presiden telah mengucapkan sumpah dan dilantik di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tanggal 20 Oktober 2009; b. bahwa untuk melaksanakan sebaik-baiknya tugas Presiden di dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, dipandang perlu membentuk dan mengangkat Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009- 2014; c. bahwa mereka yang namanya tercantum dalam diktum PERTAMA Keputusan Presiden ini, dipandang mampu dan cakap untuk diangkat sebagai Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu II; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA : Membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 dan mengangkat sebagai Menteri Negara terhitung mulai saat pelantikan, masing- masing: 1. Sdr. Marsekal TNI (Purn) Djoko - Menteri Koordinator Bidang Suyanto Politik, Hukum, dan Keamanan; 2. Sdr. Ir. M. Hatta Rajasa - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Sdr. dr. H. R. Agung Laksono - Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; 4. Sdr. Sudi Silalahi - Menteri Sekretaris Negara; 5. Sdr. Gamawan Fauzi, S.H., M.M. - Menteri Dalam Negeri; 6.
    [Show full text]
  • Ade Hikmatul Fauziah.Pdf
    SIKAP POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUAN DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA PADA PEMILU 2014* Ade Hikmatul Fauziah1 Permalink: https://www.academia.edu/15117505 Abstract: Unity Development Party in Succession of National Leadership in 2014’s Election. Unity Development Party has a strategic role in canalizing the inspiration and the interest of Muslim people and nation as a whole, especially in ensuring that the Act promulgated will not against Islamic values. To win the 2014’s election, the Party has launched the strategic champagne “go back to its khittah”, and also to struggle to realize the democratic nation. In Addition, the Unity Development Party also highlighted the importance to adhere Islamic values in national level embodied in Five Principle of the State (Pancasila) Key Words: 2014’s Election, Unity Development Party, Succession of National leadership Abstrak: Partai Persatuan Pembangunan Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014. Partai Persatuan Pembangunan memiliki peran membawa aspirasi dan kepentingan umat dan bangsa, terutama dalam menjaga agar produk-produk peraturan perundang-undangan tetap berada dalam nafas dan tidak bertentangan dengan asas Islam. Untuk memenangkan pemilu 2014, PPP memiliki strategi mengedepankan isu bahwa PPP telah kembali ke fitrah dan berjuang untuk mengisi kehidupan bangsa dengan nilai-nilai akhlakul karimah, serta memperjuangkan kehidupan bangsa yang demokratis. Bagi PPP pemilu 2014 memiliki makna yang lebih strategis, tidak hanya sekedar memenuhi persyaratan demokrasi yang telah menjadi pilihan pemerintahan yang ditegakkan, tetapi mengandung nilai perspektif bagi peran PPP guna menegakkan kepemimpinan bangsa, menuju terwujudnya nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Kata Kunci: Pemilu 2014, PPP, Suksesi Kepemimpinan Negara * Diterima tanggal naskah diterima: 30 Maret 2015, direvisi: 02 April 2015, disetujui untuk terbit: 15 April 2015.
    [Show full text]
  • Yusri Wahyuni Nim: 16160480000004
    URGENSI LEMBAGA DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: YUSRI WAHYUNI NIM: 16160480000004 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439 H / 2018 M LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Yusri Wahyuni Nim : 16160480000004 Tempat, Tanggal Lahir : Batusangkar, 13 Mei 1996 Program Studi : Ilmu Hukum Fakultas : Syariah dan Hukum Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Juli 2018 YUSRI WAHYUNI NIM:16160480000004 iv ABSTRAK Yusri Wahyuni, NIM 16160480000004,“Urgensi Lembaga Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia”, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1439 H/2018 M. x + 72 halaman 5 lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui urgensi lembaga Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia dengan melihat perbandingan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dengan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, komposisi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) serta melihat urgensi nasihat dan pertimbangan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.
    [Show full text]
  • 144 Bab Iv Pemikiran Politik Idham Chalid Tentang Islam
    BAB IV PEMIKIRAN POLITIK IDHAM CHALID TENTANG ISLAM DAN NEGARA K.H. Idham Chalid adalah seorang praktisi politik yang berlatar belakang Islam Nasionalis, sehingga beliau bisa berdaptasi dengan suasana perpolitikan di Indonesia. Dilihat dari latar belakang pendidikannya di masa muda, beliau adalah alumni Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, di sana tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja, tetapi juga ilmu-ilmu umum sebagai bekal nantinya untuk terjun ke masyarakat Mungkin ini salah satu penyebab beliau bisa menyesuaikan diri dengan perpolitikan di tanah air Indonesia ditambah lagi kepribadian beliau yang ramah dan santun sehingga semakin memantapkan kedudukan beliau di panggung perpolitikan Indonesia. Idham Chalid tidak banyak meninggalkan pemikiran-pemikiran di bidang politik, akan tetapi dari gerak langkah beliau semasa berkecimpung di dalam dunia politik dapat dibaca bahwa tingkah laku beliau dalam berpolitik adalah pencerminan dari pemikiran politik kaum tradisionalis atau Nahdhatul Ulama, jadi bisa dikatakan bahwa pemikiran politik beliau adalah juga pemikiran politik Nahdhatul Ulama, karena beliau selama beberapa dekade adalah repsentasi dari politik Nahdhatul Ulama di panggung perpolitikan nasional. 144 145 A. Pandangan Idham Chalid tentang Relasi Agama dan Negara Pandangan beliau tentang relasi Agama dan Negara, digambarkan pada pernyataan beliau: ―…NU menginginkan agar dalam perjuangan, ulama harus mempunyai kewenangan. Suatu keputusan DPR bertentangan dengan akidah, ulama bisa bicara bahwa keputusan itu harus ditinjau kembali…‖1 Hampir selama dua puluh tahun, gagasan untuk mengembalikan NU menjadi jam‘iyyah diniyyah belum berhasil mendapatkan bentuk yang konkret. Begitu pula dalam muktamar ke-26 di Semarang pada tahun 1979. Meski sudah sangat jelas, namun ternyata gagasan kembali ke Khittah 1926 baru sampai pada tingkat konsepsional.
    [Show full text]