Sejarah, Keberadaan, Aktivitas, Dan Dinamikanya Di Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
HINDU ALUKTA: Sejarah, Keberadaan, Aktivitas, dan Dinamikanya di Tana Toraja, Sulawesi Selatan Penyusun : I Nyoman Yoga Segara I Ketut Gunarta I Nyoman Alit Putrawan I Made Adi Brahman PELAWA SARI 2020 239 HINDU ALUKTA: Sejarah, Keberadaan, Aktivitas, dan Dinamikanya di Tana Toraja, Sulawesi Selatan Penyusun : I Nyoman Yoga Segara I Ketut Gunarta I Nyoman Alit Putrawan I Made Adi Brahman PELAWA SARI 2020 239 KATA PENGANTAR yang sangat kurang, ketersediaan tenaga guru dan penyuluh yang sangat terbatas, sarana dan prasarana untuk mendukung kehidupan keagamaan Prof. Dr. Drs. I Putu Sudarma, M.Hum. sangat minimal, serta aksesnya kepada pemerintah daerah juga sangat (Guru Besar Antropologi UHN IBG Sugriwa Denpasar) lemah. Kondisi ini tentu memprihatinkan. Penelitian ini telah memberikan rekomendasi yang sangat tegas agar penganut agama seperti Hindu Alukta Dalam kajian antropologi, lapangan penelitian yang relatif “kuno” harus mendapatkan prioritas utama. akan selalu menjadi menarik. Bukan saja karena lokasi dan orang- Keempat, meskipun sudah resmi sebagai penganut Hindu, agaknya orangnya, tetapi juga norma dan budayanya. Peneliti akan merasakan posisi mereka perlu diperkuat secara politik. Karena itu pembangunan dan menemukan “harta karun” yang seolah diburu banyak orang. Yang fisik dan non fisik hendaknya menjadi perhatian yang serius dari semua karena kebaruannya itu, lapangan penelitian menjadi terlihat mempesona. pihak, baik dari pemerintah daerah maupun Kementerian Agama, Itulah yang banyak dikerjakan para antropolog di masa lalu. Kini, meskipun khususnya Ditjen Bimas Hindu. Harapan ini tentu saja bukan hanya lapangan penelitian seperti itu sulit dicari, bukan berarti tidak ada. Tana semata menyelamatkan penganut Hindu Alukta, tetapi juga Toraja di Sulawesi Selatan salah satunya. keberlangsungannya di tengah-tengah masyarakat yang sampai saat ini Tana Toraja, bukan saja relatif “kuno” tetapi juga menawarkan hal mengalami stigma. Melalui keputusan politik pula, mereka diharapkan baru berdasarkan “kekunoannya” itu. Ia tetap dan akan selalu tampak tetap nyaman dan bebas mengekspresikan dirinya sebagai Hindu. asing, mengingat beberapa hal. Pertama, Hindu Alukta yang menjadi Empat persoalan di atas menjadi pelenting agar penelitian sejenis focus kajian ini mengalami pasang surut yang luar biasa. Bukan saja lebih banyak dilakukan sehingga keberadaan penganut Hindu Alukta tetap jumlah populasi penganut Hindu yang makin menyusut tajam. Penyusutan dapat digambarkan dari waktu ke waktu. Tentu saja, perspektifnya bisa ini bukan saja karena Tana Toraja mengalami pemekaran menjadi dua dilakukan dengan banyak sudut pandang, seperti hukum adat, teologi kabupaten, yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Tana Toraja Hindu, filsafat Hindu, dlsb. Dengan demikian, keberadaan Hindu Alukta akan semakin kaya jika dibaca dan didiskusikan. Apa yang dihasilkan Utara. Akibatnya, jumlah penganut Hindu Alukta di Tana Toraja yang oleh Tim Peneliti ini memiliki sumbangan yang besar ke arah penelitian awalnya sangat banyak, lalu terbelah dan berkurang. Namun berdasarkan selanjutnya. penelitian ini, penyusutan itu juga karena penganut kepercayaan Aluk To Sebagai penelitian awal dan pertama tentang Hindu Alukta, penelitian Dolo juga berafiliasi kepada agama-agama lain yang perkembangannya ini cukup menarik karena sanggup menjelaskan sejarahnya, sangat pesat, terutama Kristen, Katolik dan Islam. keberadaannya, aktivitas dan peninggalan-peninggalan bermakna yang Kedua, Hindu Alukta yang bertahan saat ini, seolah menyisakan sampai saat ini masih dipertahankan. Yang cukup mengejutkan, dua kaum tua saja, terutama yang pada 1960an berjuang gigih untuk peninggalan itu sangat erat kaitannya dengan Hindu mainstream di berintegrasi dengan Hindu mainstream di Indonesia. Saat ini, selain kaum Indonesia, yaitu Lingga Yoni dan Burung Garuda. Namun demikian, meski tua, Hindu Alukta bertahan dengan mereka yang terutama pernah secara akademik penelitian ini masih menyisakan celah kosong, penelitian mengenyam pendidikan di Bali. Kondisi ini menjadi ringkih karena selain ini layak dibaca dan dijadikan rujukan jika ingin mengetahui apa yang agresivitas agama misionaris, juga pengaruh eksternal di tingkat nasional dimaksud Hindu Alukta di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Selamat saat penganut kepercayaan secara sah diakui melalui keputusan membaca. Mahkamah Konstitusi. Akibatnya, mulai dari “serangan” agar penganut Hindu Alukta memilih aliran kepercayaan. Ketiga, meskipun Hindu Alukta secara resmi diakui sebagai Hindu, Denpasar, 10 Mei 2020 tetap terdapat masalah yang cukup serius, terutama dalam hal pembinaan iii iv KATA PENGANTAR yang sangat kurang, ketersediaan tenaga guru dan penyuluh yang sangat terbatas, sarana dan prasarana untuk mendukung kehidupan keagamaan Prof. Dr. Drs. I Putu Sudarma, M.Hum. sangat minimal, serta aksesnya kepada pemerintah daerah juga sangat (Guru Besar Antropologi UHN IBG Sugriwa Denpasar) lemah. Kondisi ini tentu memprihatinkan. Penelitian ini telah memberikan rekomendasi yang sangat tegas agar penganut agama seperti Hindu Alukta Dalam kajian antropologi, lapangan penelitian yang relatif “kuno” harus mendapatkan prioritas utama. akan selalu menjadi menarik. Bukan saja karena lokasi dan orang- Keempat, meskipun sudah resmi sebagai penganut Hindu, agaknya orangnya, tetapi juga norma dan budayanya. Peneliti akan merasakan posisi mereka perlu diperkuat secara politik. Karena itu pembangunan dan menemukan “harta karun” yang seolah diburu banyak orang. Yang fisik dan non fisik hendaknya menjadi perhatian yang serius dari semua karena kebaruannya itu, lapangan penelitian menjadi terlihat mempesona. pihak, baik dari pemerintah daerah maupun Kementerian Agama, Itulah yang banyak dikerjakan para antropolog di masa lalu. Kini, meskipun khususnya Ditjen Bimas Hindu. Harapan ini tentu saja bukan hanya lapangan penelitian seperti itu sulit dicari, bukan berarti tidak ada. Tana semata menyelamatkan penganut Hindu Alukta, tetapi juga Toraja di Sulawesi Selatan salah satunya. keberlangsungannya di tengah-tengah masyarakat yang sampai saat ini Tana Toraja, bukan saja relatif “kuno” tetapi juga menawarkan hal mengalami stigma. Melalui keputusan politik pula, mereka diharapkan baru berdasarkan “kekunoannya” itu. Ia tetap dan akan selalu tampak tetap nyaman dan bebas mengekspresikan dirinya sebagai Hindu. asing, mengingat beberapa hal. Pertama, Hindu Alukta yang menjadi Empat persoalan di atas menjadi pelenting agar penelitian sejenis focus kajian ini mengalami pasang surut yang luar biasa. Bukan saja lebih banyak dilakukan sehingga keberadaan penganut Hindu Alukta tetap jumlah populasi penganut Hindu yang makin menyusut tajam. Penyusutan dapat digambarkan dari waktu ke waktu. Tentu saja, perspektifnya bisa ini bukan saja karena Tana Toraja mengalami pemekaran menjadi dua dilakukan dengan banyak sudut pandang, seperti hukum adat, teologi kabupaten, yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Tana Toraja Hindu, filsafat Hindu, dlsb. Dengan demikian, keberadaan Hindu Alukta akan semakin kaya jika dibaca dan didiskusikan. Apa yang dihasilkan Utara. Akibatnya, jumlah penganut Hindu Alukta di Tana Toraja yang oleh Tim Peneliti ini memiliki sumbangan yang besar ke arah penelitian awalnya sangat banyak, lalu terbelah dan berkurang. Namun berdasarkan selanjutnya. penelitian ini, penyusutan itu juga karena penganut kepercayaan Aluk To Sebagai penelitian awal dan pertama tentang Hindu Alukta, penelitian Dolo juga berafiliasi kepada agama-agama lain yang perkembangannya ini cukup menarik karena sanggup menjelaskan sejarahnya, sangat pesat, terutama Kristen, Katolik dan Islam. keberadaannya, aktivitas dan peninggalan-peninggalan bermakna yang Kedua, Hindu Alukta yang bertahan saat ini, seolah menyisakan sampai saat ini masih dipertahankan. Yang cukup mengejutkan, dua kaum tua saja, terutama yang pada 1960an berjuang gigih untuk peninggalan itu sangat erat kaitannya dengan Hindu mainstream di berintegrasi dengan Hindu mainstream di Indonesia. Saat ini, selain kaum Indonesia, yaitu Lingga Yoni dan Burung Garuda. Namun demikian, meski tua, Hindu Alukta bertahan dengan mereka yang terutama pernah secara akademik penelitian ini masih menyisakan celah kosong, penelitian mengenyam pendidikan di Bali. Kondisi ini menjadi ringkih karena selain ini layak dibaca dan dijadikan rujukan jika ingin mengetahui apa yang agresivitas agama misionaris, juga pengaruh eksternal di tingkat nasional dimaksud Hindu Alukta di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Selamat saat penganut kepercayaan secara sah diakui melalui keputusan membaca. Mahkamah Konstitusi. Akibatnya, mulai dari “serangan” agar penganut Hindu Alukta memilih aliran kepercayaan. Ketiga, meskipun Hindu Alukta secara resmi diakui sebagai Hindu, Denpasar, 10 Mei 2020 tetap terdapat masalah yang cukup serius, terutama dalam hal pembinaan iii iv UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI Menentukan Tana Toraja sebagai lapangan penelitian, bukanlah keputusan yang mudah. Bukan saja letaknya yang sangat jauh dari ibukota Halaman Judul ...................................................................................... i provinsi, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, tetapi juga sumber tulisan Kata Pengantar .................................................................................. iii yang cukup sulit didapat. Terlebih penelitian ini menggunakan sudut Ucapan Terima Kasih ..........................................................................v pandang Hindu yang karena belum ada sebelumnya, telah menempatkan Daftar Isi............................................................................................