1. PT ANGKASA PURA 1 Sejarah PT Angkasa Pura I (Persero) – atau dikenal juga dengan Angkasa Pura Airports - sebagai pelopor pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di Indonesia bermula sejak tahun 1962. Ketika itu Presiden RI Soekarno baru kembali dari Amerika Serikat.
Beliau menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan
Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan lapangan terbang di negara maju.
Tanggal 15 November 1962 terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang
Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya adalah untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran di Jakarta yang saat itu merupakan satu-satunya bandar udara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke luar negeri selain penerbangan domestik.
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN
Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional
Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta dari Pemerintah RI. Tanggal 20 Februari 1964 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi perusahaan. Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1965 tentang Perubahan dan
Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa Pura, dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola bandar udara lain di wilayah Indonesia.
Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai (Denpasar), Pelabuhan Udara Halim Perdanakusumah (Jakarta), Pelabuhan Udara Polonia (Medan), Pelabuhan Udara Juanda
(Surabaya), Pelabuhan Udara Sepinggan (Balikpapan), dan Pelabuhan Udara Hasanuddin
(Ujungpandang) kemudian berada dalam pengelolaan PN Angkasa Pura. Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1974, status badan hukum perusahaan diubah menjadi
Perusahaan Umum (Perum).
Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara, berdasarkan PP Nomor 25
Tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986, nama Perum Angkasa Pura diubah menjadi Perusahaan
Umum Angkasa Pura I. Hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II yang sebelumnya bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng, secara khusus bertugas untuk mengelola Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
Kemudian, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perum diubah menjadi Perseroan
Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero). Saat ini, Angkasa Pura Airports mengelola
13 tiga belas) bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, yaitu:
1.Bandara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar
Bandara Ngurah Rai Bali merupakan Bandara terbesar yang dikelola oleh Angkasa Pura Airport. Amgkasa Pura Airport atau PT Angkasa Pura I (Persero) adalah BUMN yang bergerak dibidang Pengelolaan Jasa Kebandarudaraan. Angkasa Pura Airport mengelola 13 Bandar Udara yang tersebar di kawasan Tengah dan Timur Indonesia. Sebagai satu-satunya Bandara di Pulau Bali, menjadikan Bandara Ngurah Rai sebagai Pintu Gerbang utama menuju Wilayah Tengah dan Timur Indonesia.Bandara Ngurah Rai dibangun pada tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700m dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di Desa tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan Udara Tuban.
Bidang Usaha Bandara Ngurah Rai
PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah perusahaan penyedia jasa kebandarudaraan (airports services). Terbagi atas 2 bidang usaha yaitu Jasa Aeronautika dan Jasa Non-Aeronautika.
Jasa Aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan penumpang, yang terdiri dari:
Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara. Pelayanan yang diberikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir pesawat (apron). Apron di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Apron Utara, seluas 300.200 M2. Memiliki daya tampung 37 parking stand yang diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight). Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body) dengan type terbesar B747 seri 400; Apron Selatan, seluas 74.125 M2. Memiliki daya tampung 16 parking stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body). Passenger Processing, adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang diberikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang berserta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit, boarding dan trolley. Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2, yaitu: o Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata o Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.
Jasa Non-Aeronautika, adalah jasa layanan pendukung kebutuhan perusahaan penerbangan dan penumpang. Dalam pemenuhannya PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali bekerja sama dengan mitra usaha. Bidang usaha ini dapat dibagi menjadi 6 bagian, antara lain:
Food and Beverages, jasa layanan penyedia makanan dan minuman, baik di dalam maupun di luar terminal penumpang. Retail, layanan jasa penyedia perbelanjaan untuk kebutuhan penumpang (souvenir, buku, dll), termasuk di dalamnya duty free shops. Advertising, layanan jasa penyedia ruang iklan sebagai media promosi dan publikasi. Property, layanan jasa penyedia sewa ruang usaha (space), di lingkungan Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai. Parkir Kendaraan, layanan jasa penyedia area parkir kendaraan penumpang maupun penjemput dan pengantar. Terdiri dari gedung parkir 5 lantai dengan kapasitas 1.600 unit kendaraan roda 4 dan lahan parkir yang mampu penampung 1.963 unit. Cargo Service, layanan pengelolaan pengiriman barang.
Fasilitas Bandara Ngurah Rai
Landasan Pacu Berukuran 45 M x 3.000 M dengan konstruksi perkerasan beton dan aspal, PCN 83/F/C/X/T, dapat digunakan pesawat kelas B 747-400 untuk menempuh jarak setara Denpasar – Tokyo tanpa pembatasan beban.
Fasilitas Sisi Udara
Aerodome Refference Code : 4E Runway Operation Category : Cat I Dimensi Runway : (3.000 x 45) M Runway Strip : (3.120 x 300) M Taxiway
–Perpendicular : 5 – Dimensi : 3 x (148,5 x 23) M (600 x 23) M (600 x 23) M –Rapid Exit : 2 – Dimensi : 2 x (237,62 x 23) M
Apron
F1 : 9 ( F1 = B-747, A-300, A-330, A-340, B-777) F2 : 4 ( F2 = DC-10, A-310, A-320, A-319, MD-11, B-767) F3 : 25 ( F3 = B-737, DC-9, Fokker-100, MD-82, MD-90) F4 : – ( F4 = Fokker-50, Fokker-28, Fokker 27, Cassa-212, ATR-42, ATR-72)
Luas Apron : 269.367 M² Apron Cargo : Gabungan dengan pesawat penumpang Fire Fighting Category : Cat – IX Helipad : 675 M² Lahan GSE : 24.490 M²
Fasilitas Sisi Darat
Terminal Penumpang Internasional : 65.898,5 M² Terminal Penumpang Domestik : 14.791,86 M² Parkir Kendaraan : 51.348 M² VIP I : 633 M² VIP II : 400 M² Cargo International Area : 3.708 M² Cargo Domestik Area : 2.574 M² Inflight Catering : 5.720 M² (PT. Angkasa Citra Sarana / ACS) Inflight Catering II : 3.040 M² (PT. Jasapura Angkasa Boga) Aircraft Refueling Capacity : (PT. Pertamina (Persero)) 3 Buah Tangki Pendam : 6.481.000 liter 3 Buah Tangki Pendam : 13.528.000 liter Fasilitas Search&Rescue (SAR) : Tersedia Trolley : Tersedia
Landasan – taxi Beberapa “landasan – taxi – keluar” dan “landasan – taxi – sejajar” dengan konstruksi aspal dan beton meningkatkan kapasitas landasan pacu.
Pelataran Parkir Pesawat Kapasitas Pelataran Parkir Pesawat adalah 7 posisi pesawat kelas B 747-400,6 posisi pesawat kelas A 320, dan 25 posisi untuk kelas B 737, (dalam waktu bersamaan).
Helipad Untuk pendaratan helikopter, tersedia tiga buah helipad. Depot Pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara (DPPU). Tersedia fasilitas DPPU dengan kapasitas simpan 6.540 kiloliter yang dioperasikan oleh Pertamina untuk pelayanan pengisian BBM bagi pesawat udara, baik dengan menggunakan hidran maupun kendaraan tanki, jenis bahan bakar avtur dan avigas.
Unit Pertolongan Kecelakaan Tersedia Unit Pertolongan Kecelaka-an Penerbangan & Pemadam Kebakaran (PKP&PK) dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan Katagori 9 menurut persyaratan ICAO.
Penghargaan Yang Diperoleh Bandara Ngurah Rai :
Penghargaan pelayanan publik dari departemen perhubungan tanggal 6 september 2005 Bumn terbaik 2005 kategori infrastruktur, konstruksi, perhubungan dan kawasan industri oleh investor (media investasi & keuangan) Bandara internasional terbaik di indonesia dari aspek keamanan & keselamatan tahun 2007 yang diberikan oleh departemen perhubungan republik indonesia. Peringkat satu dalam penyediaan dan pengelolaan toilet umum bersih tahun 2007 yang diberikan oleh menteri kebudayaan dan pariwisata sebagai bandar udara internasional terbersih. Penilaian unit pelayanan publik di lingkungan departemen perhubungan tahun 2007 Wajib pajak terbaik kabupaten badung tahun 2007 (best region tax-payer of badung regency year 2007) Penghargaan kecelakan nihil (zero accident) dalam melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja tahun 2008 yang diberikan oleh departemen tenaga kerja & transmigrasi. Bandara berkinerja terbaik 2007 kategori Bandara Growth dan Take Off yang diberikan oleh Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura I. Penghargaan citra pelayanan prima pada tahun 2008 diberikan oleh MENPAN.
2. Bandara Juanda - Surabaya
Bandara Internasional Juanda, adalah bandar udara internasional yang melayani kota Surabaya, Jawa Timur dan sekitarnya. Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno- Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang.
Bandara yang baru ini memiliki 11 airbridge atau garbarata. Bandara Juanda yang baru sudah dioperasikan mulai dari tanggal 07 November 2006, walaupun baru diresmikan pada tanggal 11 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Bandara Juanda baru terdiri dari tiga lantai.
Mulain tanggal 14 Pebruari 2014 Terminal 2 (T2) Bandara Juanda Surabaya mulai dioperasikan. Terminal 2 atau T2 Juanda adalah terminal lama Bandara Juanda yang telah direnovasi. T2 Bandara Juanda dipakai untuk semua penerbangan internasional dan sebagian domestik yaitu untuk maskapai Garuda Indonesia, AirAsia dan Mandala Tiger.
Untuk lebih detilnya berikut ini letak dari beberapa maskapai penerbangan yang menempati T2 Juanda :
T2 Internasional
Lion Air (Singapore) China Airlines Singapore Airlines Eva Air Cathay Pasific Jetstar / Value Air Garuda Indonesia
T2 Domestik
Garuda Indonesia AirAsia Mandala Tiger
Sedangkan maskapai penerbangan yang masih menempati Terminal 1 atau T1 Bandara Juanda adalah :
Citilink Domestik Sriwijaya Domestik Batik Air Domestik Lion Air Domestik
Spesifikasi Bandara Juanda
Name : Juanda International Airport Coordinates : 7° 22? 53? South, 112° 46? 34? East Distance from City : 20 Km Location Indicator : WARR / SUB Operating Hours : 06:00 – 24:00 Local Time (24 Hour on Request) Navigational Aids : NDB, ILS, DVOR/DME, Outer Marker, REXISTr (ASR & SSR), RVR Rescue & Fire Fighting Service : CAT – 8 and Salvage equipment for Disabled Aircraft Runway Name : R10 / R28 Magnetic Angle 279 – 099 Dimension 3000 m x 45 m Strengths PCN 83 F/D/X/T Surface ASPHALT Concrete Runway Strip, Surface Rumput bergradasi, Wide 3200 x 300 m Nav Aid VOR/DME/NDB/ILS-Localizer/ILS-Glidepath/Middle Marker/ATIS. Vis. App. Aid PALS cat. 1 RWY 10, PALS & MALS RWY 28, PAPI Stand by Power 6000 KVA Apron Strengths : PCN 73 F/C/J Surface Concrete Rigid 124 M x 1036.5 M Taxiway Strengths : PCN 73 R/C/X/Y Surface BETON Wide N1 : 192 X 30 M N2 : 358 X 30 M N3 : 522 X 30 M N4 : 360 X 30 M N5 : 315 X 30 M N6 : 641 X 30 M N7 : 207 X 30 M NP1 : 633 X 30 M NP2 : 2848 X 30 M Stopway dan RESA, Surface Asphalt Concrete, Strength 83 F/D/X/T Parking Stand Kondisi Parking stand Temporary Bandara Juanda (Narrow Body Priority) o 1,2,3,4,5A,5B,6,7,8,9,10,10A,11,12,T13,T14,T15,T16,T17,T18,18,19,20,21,22,2 3,24 Total 27 PS o 25,26,27 untuk H1,H2,H3,H4 Total 4 Heli o Yang terdiri dari 7 Aviobridge, 20 manual (remote), 4 Heli, 2 Wide body, 25 Narrow Body, 4 Heli Kondisi Parking stand Temporary Bandara Juanda (Wide Body Priority) o 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,T16,T17,T18,18,19,20,21,22,23,24 Total 24 PS o 25,26,27 untuk H1,H2,H3,H4 Total 4 Heli o Yang terdiri dari 9 Aviobridge, 15 manual (remote) 4 Heli o 7 Wide Body , 17 Narrow Body, 4 Heli Terminal Terminal Domestik : 31.200 M2 Terminal Internasional : 22.400 M2 Terminal Cargo : 16.900 M2 Check-in Counter International : 25 (MUCS) Domestic : 39 (MUCS) Lounges Cek in Counter International : 1255 M² (615 PAX) Domestic : 1606 M² (787 PAX) Boarding / waiting International : 2005 M² (983 PAX) Domestic : 4525 M² (2218 PAX) Arrival International : 2008 M² (984 PAX) Domestic : 2130 M² (1044 PAX) Parking Area Car : 27600 M² (1332 Car) Motorbike : 2500 M² (900 Motorbike) Immigration Counters Departure : 6 Units Arrival : VOA 2 Units Non VOA 10 Units
3. Bandara Sultan Hasanuddin - Makassar
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (bahasa Inggris: Sultan Hasanuddin International Airport) (IATA: UPG, ICAO: WAAA) bandara ini bernama Lapangan Terbang Kadieng terletak 30 km dari Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan. Bandara ini mempunyai dua landasan pacu, yang pertama sepanjang 3.100 m x 45 m dan yang kedua 2.500 m x 45 m. Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I.
Meskipun berstatus bandara internasional, sejak 28 Oktober 2006 hingga Juli 2008 sempat tidak ada rute internasional kecuali penerbangan haji setelah rute internasional terakhir Hasanuddin, Makassar-Singapura ditutup Garuda Indonesia karena merugi. Sebelumnya, Silk Air dan Malaysia Airlines telah terlebih dahulu menutup jalur internasional mereka ke Hasanuddin.[1][2] Air Asia membuka kembali rute Makassar-Kuala Lumpur mulai 25 Juli 2008. Disusul kemudian Garuda Indonesia membuka kembali penerbangan langsung Makassar-Singapura mulai 1 Juni 2011.
Bandara ini mengalami proses perluasan dan pengembangan yang dimulai tahun 2004 dan direncanakan selesai pada tahun 2009. Antara bagian dari pengembangan adalah terminal penumpang baru berkapasitas 7 juta penumpang per tahun, apron (lapangan parkir pesawat) yang berkapasitas tujuh pesawat berbadan lebar, landas pacu baru sepanjang 3.100 meter x 45 meter, serta taxiway. Pengoperasian terminal baru dimulai pada 4 Agustus 2008 dengan menggunakan landas pacu lama karena landas pacu baru masih sedang dikerjakan.
Sekarang, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Sudah Mengoperasikan Apron baru, landas pacu terbaru serta 1 buah taxiway.[3]. Perpanjangan landasan tahap 2 dari 3,100 meter menjadi 3,500 meter akan mulai dilaksanakan antara akhir tahun 2011 atau awal 2012, setelah pembebasan lahan terlaksanakan. Perpanjangan landasan ini ditujukan agar kedepannya dapat didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 secara maksimal.
4. Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan - Balikpapan
Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (IATA: BPN, ICAO: WALL), dikenal juga dengan Bandar Udara Sepinggan, adalah bandar udara yang melayani penerbangan untuk Kota Balikpapan, Kalimantan Timur dan diproyeksikan menjadi gerbang utama menuju ibu kota negara yang baru.[1] Bandar udara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I dan dibuka pada tanggal 6 Agustus 1997.
Bandara ini memiliki luas 300 hektar dan merupakan bandar udara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Rencana pengembangan pada lahan-lahan yang tersedia di sekitar bandara ini terus dilaksanakan, antara lain hotel transit meeting room, restoran dan mini. Sejarah
Terminal baru bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang sedang dalam tahap konstruksi, namun masih selalu terendam banjir.[2][3]
Pesawat melintas di atas lalu lintas Jalan Mulawarman ketika akan mendarat.
Lion Air melintas di atas rumah warga.
Pembangunan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sebelum waktu kemerdekaan Indonesia. Itu digunakan terutama untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda di daerah Balikpapan. Bandar udara ini menjadi bandara sipil setelah pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Republik Indonesia pada tahun 1960. Bandar udara ini akhirnya dikelola oleh Perum Angkasa Pura I (sekarang PT Angkasa Pura I) sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.1 pada tanggal 9 Januari 1987.
Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan telah direnovasi dua kali selama 1991 sampai 1997. Fase pertama dimulai pada tahun 1991 dan berakhir pada tahun 1994, untuk merenovasi taxiway, terminal penumpang dan kargo dan juga memperpanjang landasan pacu. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia mengumumkan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sebagai bandara kelima di Indonesia yang melayani embarkasi haji untuk wilayah Kalimantan yang terdiri dari provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Fase kedua renovasi terjadi pada tahun 1996 untuk merenovasi hanggar, depot bahan bakar, dan gedung administrasi. Fase kedua selesai dan bandara akhirnya mulai era baru operasionalnya dengan bangunan dan fasilitas baru pada tahun 1997.
Maskapai dan tujuan
Beberapa maskapai yang dilayani bandara ini adalah:
Maskapai Tujuan
Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno— Batik Air Hatta, Tarakan
Citilink Banyuwangi, Denpasar/Bali, Makassar, Surabaya, Yogyakarta–Adisutjipto
Banjarmasin, Berau, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Maratua, Garuda Indonesia Palangkaraya, Pontianak, Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto Musiman: Jeddah, Madinah.
Banjarmasin, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Makassar, Manado, Lion Air Palu, Pontianak, Semarang, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto Musiman: Jeddah, Madinah
NAM Air Banjarmasin, Berau, Malinau, Tanjung Selor
Pelita Air Service Bontang
RB Fly dioperasikan oleh Bandar Seri Begawan Malindo Air
SilkAir Singapura
Sriwijaya Air Banjarmasin, Berau, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Palu, Surabaya, Maskapai Tujuan
Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto
TransNusa Banjarmasin, Berau, Makassar, Palangkaraya, Palu, Tarakan
Wings Air Banjarmasin, Berau, Malinau, Mamuju, Palangkaraya, Tanjung Selor
XpressAir Melak
Kargo Maskapai Tujuan
Cardig Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Singapura
My Indo Airlines Jakarta—Soekarno—Hatta, Singapura
Tri-MG Intra Asia Airlines Jakarta—Halim Perdanakusuma, Singapura
Transportasi Darat
Jalan Tol
Jalan Tol Balikpapan-Samarinda tersambung ke bandara.
Kecelakaan dan insiden
Pada tanggal 25 Mei 2017, Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan berhenti beroperasi karena landasan pacu amblas dan retak. Pada tanggal 30 Maret 2017, salah satu pesawat kehilangan kontak visual dengan bandar udara saat akan mendarat. Seluruh penumpang dikabarkan mendarat dengan selamat di Bandara Tarakan. Pada tanggal 5 Februari 2017, pesawat Sriwijaya Air yang sudah akan lepas landas spontan membatalkan penerbangannya. Sebagian penumpang merasa mual. Pada tanggal 11 Januari 2017, pesawat Lion Air yang sudah melaju lepas landas tersendat hingga dua kali dan terhenti di landasan pacu. Banyak penumpang yang mengumpat karena gagal terbang. Pada tanggal 18 November 2016, pesawat Sriwijaya Air diterjang truk bandar udara hingga badan pesawat bolong dan robek. Pada tanggal 1 November 2016, kru Garuda Indonesia kehilangan kontak visual dengan bandar udara saat berupaya mendarat, pesawat Garuda Indonesia berputar-putar hingga 1 jam lamanya. Sedangkan landasan pacu dan bandar udara terendam banjir serta lumpur secara merata. Untungnya pesawat mampu mendarat ke Bandara Internasional Hasanuddin Makassar satu jam berikutnya, seluruh penumpang dikabarkan selamat. Pesawat lain yang sudah mengudara tidak jadi mendarat dan kembali lagi, penerbangan bandar udara lantas ditutup selama 3 jam. Pada tanggal 14 Juli 2016, pesawat Sriwijaya Air yang baru saja lepas landas nyaris kecelakaan. Terjadi kerusakan pada kabin, gangguan indikator mesin diperparah dengan tergoncangnya pesawat, lantas meminta izin pendaratan darurat. Sebagian penumpang cedera, juga hidung berdarah (mimisan) bahkan hingga jatuh pingsan. Selain itu penumpang lainnya menderita telinga berdengung sehingga segera dirawat dan dilaksanakan pemeriksaan lanjutan. Tatkala musibah terjadi seluruh penumpang panik, dokter pelabuhan mengatakan sebenarnya masih banyak penumpang yang menjadi korban. Apalagi peristiwa naas ini menimbulkan trauma, namun para penumpang lainnya tidak diarahkan dan tidak dipedulikan. Pada tanggal 7 November 2014, pesawat Lion Air ditabrak tangga bandar udara hingga ekor pesawat terpotong. Pada tanggal 7 Agustus 2013, cuaca di Kota Balikpapan yang buruk memaksa helikopter PT Intan Angkasa Airline Servis tujuan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman berputar-putar cukup lama di atas rumah warga. Warga setempat mengira helikopter bakal jatuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pilot mengaku bingung harus mendarat di mana, karena jarak pandang sangat minim. Pada jam 12 siang, helikopter mendarat darurat di sebuah lapangan kecil di tengah permukiman warga. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Pada tanggal 12 Maret 2012, keempat ban belakang dari pesawat Batavia Air nomor penerbangan Y6-883 yang transit ke Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan terperosok sedalam setengah meter karena amblasnya aspal landasan pacu ketika mendarat. Akibatnya, bandar udara ini ditutup hingga 2 jam. Empat penerbangan kemudian beralih mendarat menuju Bandara Banjarmasin, beberapa penerbangan lainnya batal mendarat dan menunda keberangkatan. Pesawat baru dievakuasi keesokan harinya. Pada tanggal 23 Oktober 2011, Lion Air nomor penerbangan JT-673 transit ke bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, keluar dari landasan pacu menuju semak-semak sejauh 15 meter ketika mendarat. Sebelum keluar dari landasan pacu, pesawat sudah mengerem sebanyak tiga kali. Keempat ban belakang pesawat juga terperosok ke dalam tanah sedalam setengah meter. Akibatnya bandar udara ini sepenuhnya ditutup hingga 8 jam lebih. Penerbangan dari Jakarta, Surabaya dan Manado beralih mendarat ke Bandara Banjarmasin dan Bandara Internasional Hasanuddin Makassar, beberapa penerbangan lainnya batal mendarat dan menunda keberangkatan. Pesawat baru dievakuasi keesokan harinya. Petugas maskapai Lion Air di Surabaya menjelaskan insiden ini bukan disebabkan karena maskapainya, melainkan bandaranya sehingga percuma berganti maskapai.[23] Beberapa tahun sebelumnya maskapai Garuda Indonesia dan Batavia Air juga keluar dari landasan pacu masing-masing sejauh 90 meter dan 45 meter. Pada tanggal 13 November 2007, sesaat dari bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, helikopter PT Asko jatuh terhempas di kawasan perbukitan Kota Balikpapan. Helikopter rusak parah yakni baling-baling dan ekor patah, sementara pilot dan co-pilot mengalami luka-luka dan shok. Helikopter tersebut baru dievakuasi 2 hari kemudian.[28] Pada tanggal 19 Februari 2006, pesawat Batavia Air nomor penerbangan P-7261 terjerembab keluar dari landasan pacu sejauh 20 meter mendekati pagar pembatas bandara ketika mendarat. Menurut berbagai saksi, pesawat tersebut tidak mengalami kerusakan mesin ataupun human error, dan mendarat secara sempurna. Namun beberapa saat setelah mendarat, pesawat kehilangan kendali, langsung miring dan bablas masuk zona hijau. Kecelakaan ini dinyatakan oleh PT Angkasa Pura I nyaris mengulangi tragedi Lion Air di Solo akhir 2004 silam. Akibatnya Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan ditutup hingga 3 jam dan semua penerbangan beralih mendarat ke Bandara Banjarmasin. Pesawat Adam Air yang sudah terbang setengah jam menuju bandar udara ini kembali lagi ke Jakarta. Hingga keesokan harinya pesawat belum dievakuasi.
Kebisingan
Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dituntut warga Sepinggan karena tingkat kebisingan yang tinggi.[34] Studi Universitas Indonesia menyatakan kebisingan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan mengakibatkan 9% penduduk Sepinggan dan Gunung Bahagia menderita ketulian dan sulit berkomunikasi. Mayoritas mengalami sulit tidur, berkomunikasi dan pendengaran. Seluruh responden warga Sepinggan dan Gunung Bahagia merasa terganggu dan tidak nyaman.[35] Kebisingan juga mengakibatkan warga di sekitar bandar udara mengeluarkan biaya kesehatan hingga Rp 500.000,00 per tahunnya yang mana biayanya akan meningkat lagi saat musim haji.
Studi Institut Teknologi Sepuluh Nopember juga menegaskan, kebisingan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sudah kelewat batas (bertentangan dengan Peraturan Pemerintah 40/2012) serta merugikan penduduk Balikpapan di wilayah Sepinggan, Balikpapan Selatan karena kawasan pemukiman penduduk menjadi tidak layak ditinggali dalam jangka pendek maupun panjang.
5. Bandara Frans Kaisiepo - Biak
Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo adalah Bandar udara internasional yang terletak di Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada masa penjajahan Belanda di Indonesia dan pada masa Pembebasan Irian Barat.
Landasan pacu yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan Belanda yang dibangun pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandar udara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura I.
Bandar udara ini menempati posisi keempat sebagai bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Hang Nadim di Batam, Bandar Udara Internasional Kualanamu di Medan, dan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Garuda Indonesia Jayapura, Makassar, Nabire, Timika
Lion Air Makassar, Surabaya
Sriwijaya Air Jayapura, Makassar
Susi Air Manokwari, Nabire, Serui
Trigana Air Service Jayapura, Serui
6. Bandara Sam Ratulangi - Manado
Triton Tours - Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado adalah bandar udara yang terletak di Kecamatan Mapanget, Kota Manado. Awalnya bandara ini dibangun oleh Jepang pada tahun 1942 dengan panjang runway 700 m dan lebar 23 m. Dizaman Jepang, bandara ini diberi nama Lapangan Udara Mapanget. Sebagai bentuk penghargaan terhadap salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Minahasa yaitu Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, bandara ini oleh pemerintah Indonesia dinamakan Bandar Udara Sam Ratulangi. Di bandara ini terdapat berbagai fasilitas yang lengkap mulai dari restoran, toko souvenir, kafetaria, perbankan, pos, toilet umum dan lainnya. Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi merupakan bandara kelas IB yang difungsikan sebagai bandara pengumpul skala sekunder. Bandara ini dapat didarati oleh pesawat jenis A300 dan Boeing 737. Maskapai domestik yang masih aktif beroperasi di bandara ini diantaranya adalah Batik Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Wings Air dan Xpress Air, sedangkan maskapai internasional yang masih aktif beroperasi adalah Silk Air.
Informasi Umum IATA : MDC ICAO : WAMM Provinsi : Sulawesi Utara Alamat : Jl. A. A. Maramis, Kel. Paniki Bawah, Kec. Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95256 Telepon : (0431) 8111449 Fax : (0431) 811595 Email : [email protected] Jarak : 13 KM From : Kota Manado 10,60 KM From Provincial : Kota Manado Capital From Country 2.184,48 KM : Jakarta Capital Ketinggian : 265,70 mdpl Kategori : Bandara Internasional Kelas : IB Pengelola : PT. Angkasa Pura I Jam Operasional : 07:00 – 18:00 WITA Jenis pesawat yang : A-300, B-737 dioperasikan Layanan LLU : - Layanan Meteorologi : Ada Layanan DPPU : Tidak Ada Layanan Internet : Tidak Ada Sistem Bandara Hirarki : PS (Pengumpul Kelas Sekunder) Klasifikasi : 4D Peran Utama Bandara : 1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya 2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara Fungsi Bandara : 1. Sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan Sumber: http://www.hubud.dephub.go.id
7. Bandara Syamsudin Noor - Banjarmasin
Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor (Inggris: Syamsuddin Noor International Airport) (IATA: BDJ, ICAO: WAOO) adalah bandar udara yang melayani Banjarmasin di Kalimantan Selatan, Indonesia. Letaknya di Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan atau 25 km sebelah tenggara dari pusat Kota Banjarmasin, kota terbesar di Kalimantan, dan terletak 10 kilometer selatan-barat dari pusat Kota Banjarbaru. Memiliki luas area 257 hektare. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1936 dengan nama Lapangan Terbang Ulin. Pada tahun 1975 bandara ini resmi ditetapkan sebagai bandara sipil dan diubah namanya menjadi bandara Syamsudin Noor. Pada tahun 2011, Bandara Syamsudin Noor mempunyai terminal domestik dengan luas 9.943 m² dan dapat menangani 3.013.191 penumpang. Salah satu di depan terminal yang mampu menangani pesawat berukuran sedang yaitu Boeing 737-400 dan satu di terminal yang baru mampu menampung Airbus A330-300, dan Boeing 747-400. Baru-baru ini, pada saat selesainya ekspansi pada tahun 2004, bandara telah berurusan dengan tuduhan mark up. Aspal yang lebih besar dihentikan sampai Angkasa Pura telah membayar utang bandara kepada pemerintah. Secara historis, Boeing 767-300ER merupakan pesawat berbadan lebar pertama yang mendarat di bandara ini pada tahun 2004. Pada awal 2013, bandara ini melayani 5,5 juta penumpang, padahal kapasitasnya hanya untuk 4,0 juta penumpang. Otoritas telah mengalokasikan dana sebesar Rp5,1 triliun ($2,2 miliar) untuk pengembangan dan diprediksi akan selesai dalam akhir tahun 2014.
Sejarah
25 Desember 1941, Jepang mengebom Lapangan Terbang Ulin.
Bandara ini dibangun kembali pada mulanya oleh pemerintahan pendudukan Jepang pada tahun 1944 dan terletak disebelah utara Jalan Jend. Ahmad Yani Km 25 Kecamatan Landasan Ulin,Banjarbaru. Tepatnya pada posisi koordinat 03 270 S 114 450 E, serta pada masa itu hanya memiliki ukuran landasan panjang 2.220 meter dan lebar 45 meter.
Berakhirnya masa pendudukan Jepang di tandai serangan Belanda yang kiat meningkat sehingga bandar udara yang dibuat Jepang hancur luluh lantak di bombardir oleh tentara sekutu, kemudian pada tahun 1948 landasan tersebut di renovasi oleh pemerintahan pendudukan Belanda (NICA) dengan Pengerasan landasan udara dengan fondasi batu setebal 10 cm.
Setelah sekian lama di pakai Belanda dalam perkuatan armada udaranya akhirnya pada tanggal 1961 Belanda Jatuh ke tangan Indonesia itu terbukti Saat pengakuan Belanda dan Dunia Internasional kepada kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat) , pengelolaan lapangan terbang Ulin kemudian dilakukan oleh Pemerintah Daerah / Dinas Pekerjaan Umum, dan pada Pemerintahan RI (khususnya Departemen Pertahanan Udara dalam hal ini TNI AU) kemudian pada akhirnya pengelolaan ini dilimpahkan sepenuhnya kepada Kementrian Perhubungan Jawatan Penerbangan Sipil.
Dalam masa pembangunan mengisi kemerdekaan maka pada tahun 1974 landasan pacunya telah mampu didarati oleh pesawat udara jenis Fokker F-28, dan pada tahun 1977 diresmikan landasan pacu yang baru terletak sekitar 80 meter sebelah utara landasan pacu yang lama dengan kemampuan DC-9 terbatas.
Peranan Lapangan Terbang Ulin sudah cukup banyak dalam mendukung kegiatan operasi, baik operasi Udara maupun operasi darat, tentu dengan kiprah Lapangan Terbang tersebut telah membawa harum bagi daerah Kalimantan Selatan, namun keharuman itu belumlah lengkap apabila sederetan Pahlawan Nasional Putra Kalimantan Selatan tidak diabadikan seperti mencantumkan nama pahlawan melalui nama jalan, lambang satuan, nama gedung atau sarana umum lainnya.
Guna mengenang kembali jasa para Pahlawan Nasional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan, maka Pemerintah Daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan mengusulkan agar Lapangan Terbang Ulin dapat digantikan dengan nama Pahlawan Nasional asal Putra Daerah Kalimantan Selatan.
Sederetan nama Pahlawan Nasional baik dari kalangan militer maupun sipil mulai diusulkan, semula diusulkan untuk mengganti nama Lapangan Terbang Ulin dengan Lapangan Terbang Supadio mengingat Komodor Udara Supadio adalah Panglima Komando Lapangan Terbang Kalimantan yang pertama namun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum menyetujuinya, kemudian diusulkan kembali nama putera daerah yang banyak andil dalam menegakkan negeri ini seperti Pangeran Antasari dan Sjamsudin Noor. Dari kedua nama Pahlawan Nasional tersebut mulai diperdebatkan, mengingat nama satuan yang akan diberikan merupakan unsur dari penerbangan, maka untuk mengenang kembali jasanya yang banyak dalam menegakkan dan memajukan penerbangan Nasional di mana pengabdian dan pengorbanan tanpa pamrih dari almarhum Letnan Udara Satu Anumerta Syamsudin Noor, maka Pimpinan Pangkalan Udara Banjarmasin saat itu mengusulkan penggunaan nama Syamsudin Noor yang telah gugur dalam menunaikan tugas negara, patut menjadi contoh suri tauladan bagi segenap putra Indonesia dan warga AURI pada khususnya.
Atas pengorbanan dan jasa-jasa Letnan Udara Satu Anumerta Syamsudin Noor maka pimpinan Lapangan Terbang Ulin mengusulkan nama Syamsudin Noor sebagai pengganti nama Lapangan Terbang Ulin. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan pembicaraan antara Pimpinan Lapangan Terbang Ulin dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan, setelah tercapai kesepakatan dengan pemerintah daerah Kalimantan selatan yang tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan Nomor 4 / DPRD / KPT / 1970 Tanggal 13 Januari 1970 tentang Perubahan Nama Lapangan Terbang Ulin menjadi Bandara Syamsudin Noor, maka diusulkan oleh Lapanga Terbang Ulin kepada pimpinan Angkatan Udara di Jakarta untuk mengganti namanya menjadi Bandara Syamsudin Noor, maka berdasarkan surat keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No 29 Tanggal 21 Maret 1970 nama Lapangan Terbang Ulin secara resmi diganti dengan nama Bandara Syamsudin Noor, berlaku mulai tanggal 9 April 1970.
Dengan perkembangan yang begitu pesat maka pada tahun 1975 telah ditetapkan bahwa Lapangan Terbang Ulin sebagai lapangan terbang sipil yang dikuasai sepenuhnya oleh Departemen Perhubungan melalui keputusan bersama Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Menteri Perhubungan RI dan Menteri Keuangan RI Nomor : Kep / 30 / IX / 1975, No KM / 598 / 5 / Phb-75 dan No Kep. 927.a / MK / IV / 8 / 1975.
Pada masa pemerintahan Gubernur Syahriel Darham, Bandara Syamsudin Noor sudah mampu didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti jenis Boeing 767, sehingga pengembangan kedepan Bandara Syamsudin Noor akan ditingkatkan menjadi Bandara Internasional.
Maskapai dan tujuan Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Citilink Semarang, Surabaya, Yogyakarta–Internasional Maskapai Tujuan
Garuda Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda
Indonesia Haji: Jeddah
Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Kupang,
Lion Air Makassar, Mataram—Lombok, Samarinda, Semarang, Surabaya, Yogyakarta– Adisutjipto
Balikpapan, Batulicin, Kotabaru, Pontianak, Samarinda, Sampit, Surabaya,
NAM Air Surakarta/Solo
Sriwijaya Air Balikpapan, Makassar, Surabaya
Susi Air Muara Teweh, Kotabaru
TransNusa Balikpapan
Wings Air Balikpapan, Batulicin, Kotabaru, Makassar, Palangkaraya, Samarinda
Xpress Air Banyuwangi, Yogyakarta—Adisutjipto
Statistik
Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi
Frekuensi Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan (Mingguan)
1 Jakarta 98 Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air
2 Surabaya 84 Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air
3 Balikpapan 35 Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi
Frekuensi Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan (Mingguan)
Wings Air
Kalstar Aviation, Johnlin Air Transport, Wings 4 Kotabaru 28 Air
5 Yogyakarta 21 Garuda Indonesia, Lion Air
6 Makassar 18 Sriwijaya Air, Wings Air
7 Pangkalan Bun 11 Kalstar, Trigana Air
8 Bandung 7 Lion Air
9 Semarang 7 Lion Air
10 Tanjung 7 Airfast Indonesia
11 Muara Teweh 7 Susi Air
12 Sampit 7 Kalstar Aviation
13 Palangkaraya 3 Susi Air
14 Hong Kong 4 Cathay Pasific
15 Kuala Lumpur 3 Malaysia Airlines Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi
Frekuensi Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan (Mingguan)
Bandar Seri 16 2 Royal Brunei Airlines Begawan
17 Singapura 2 Silk Air
18 Taipe-Taoyuan 2 China Airlines
19 Guangzhou 2 China Southern Airlines
20 Kaohsiung 2 China Airlines
21 Jeddah 2 Saudi
Haji
Embarkasi Haji Banjarmasin dibuka pada tahun 2003. Selama musim haji, bandara ini melayani jamaah haji dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah untuk penerbangan langsung ke Jeddah dengan berhenti sebentar di Batam. Terminal haji dibangun dalam rangka untuk mengkoordinasikan peziarah dan terletak di seberang bandara. Juga, bandara ini sejak 2010 adalah bandara haji tersibuk di Indonesia dengan jumlah wisatawan Haji terbesar daripada provinsi lainnya di Indonesia.
Perluasan
Pada bulan Desember 2012, pembebasan lahan sudah mencapai sekitar 82 hektare dari 102 hektare atau 85 persen dari pembukaan lahan yang diperlukan untuk perluasan bandara telah diperoleh Sementara itu, Humas PT Angkasa Pura I, Awaludin mengatakan dana yang sudah dikeluarkan PT Angkasa Pura untuk membayar ganti rugi lahan sebesar Rp237,7 miliar dari Rp290 miliar dana yang disiapkan. Artinya masih tersisa sebesar Rp57 miliar. Dana itulah yang dititipkan ke pengadilan.[6]. hingga saat ini masih belum tuntas 100% baik pembebasan lahan dan perbaikan terminal sehingga proyek dihentikan sementara waktu. 12 Maret 2014 mendatang, peletakan groundbreaking perluasan bangunan Bandara Syamsudin Noor.
Tahapan Proyek Bandara Syamsudin Noor
Tahap Tahun Deskripsi Status
Pembangunan Terminal seluas 36.000 m2 yang dapat I 2014 Ditunda menangani 5 juta penumpang per tahun
Perluasan areal parkir 2014 Ditunda seluas 36.153 m2
Pembangunan Terminal seluas 50.000 m2 yang dapat II 2016 Ditunda menangani 7 juta penumpang per tahun
Perluasan areal parkir 2016 Ditunda seluas 54.000 m2
Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Dari Bandara 2013 Diproses Syamsudin Noor Ke Kota Banjarmasin atau Sebaliknya
I 2015 Pembuatan Taxi Way Pararel Ditunda
Perpanjangan Runway sepanjang 700 Meter arah timur 2014 Ditunda menjadi 3.200 Meter
Transportasi Darat
Taksi
Biasanya taksi ada sampai penerbangan terakhir. dan Perusahaan penyedia Jasa Taksi Yakni : - Arya Taxi - Kojatas Taxi - Kopatas Taxi - Banua Taxi - Banjar Taxi - Borneo Taxi - Angkutan Kota dengan tujuan : Banjarmasin KM 6, Gambut, Banjarbaru, dan Martapura. Dan rencana pada tahun 2015, Damri akan membuka rute bus dari Bandara menuju Kota Banjarmasin dengan mengoperasikan 6 bus sedang.
Permasalahan
Pada terminal keberangkatan sudah penuh sesak dengan dengan penumpang lain, dan saat bersamaan banyak pula jamaah umroh kembali ke tanah air sehingga membuat tempat parkir bandara sesak dan di terminal kedatangan menjadi padat karena kecilnya luas bangunan teminal kedatangan. Sementara lalu lintas pada ruas jalan di depan bandara tersebut terlihat padat merayap. Bandara Syamsuddin Noor dinilai sebagai bandara terburuk se-Indonesia. Yakni menduduki posisi terakhir dari 40 bandara yang terdapat di Indonesia. Alasan utamanya, kondisi terminal penumpang domestik serta kualitas pelayanan di bandara tersebut sangatlah buruk. Bahkan fasilitas yang tersedia di dalamnya juga belum cukup memadai. Termasuk pula kondisi landasan pacunya yang sering mengalami kerusakan. Rencana pengembangan Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sebagai bandara internasional terkatung- katung akibat tidak kunjung selesainya proses pembebasan lahan milik masyarakat di sekitar bandara.
Kecelakaan
Pada tanggal 13 Januari 1980 pesawat DC-9 Garuda yang rusak berat akibat mendarat keras. Pada tanggal 26 Agustus 1980 di 06.29 WITA, sebuah Viscount Vickers dari Far Eastern Air Transport (registrasi PK-IVS) jatuh di dekat Jakarta selama penerbangan penumpang terjadwal dari Banjarmasin yang dioperasikan atas nama Bouraq, menewaskan 31 penumpang dan enam awak on board. Para pilot telah kehilangan kendali atas pesawat sementara mendekati Soekarno-Hatta International Airport ketika lift yang benar terputus. Ia kemudian ditentukan bahwa ikat telah melampaui masa hidup mereka dengan faktor tiga tanpa pernah diganti selama pemeriksaan pemeliharaan. Pada tanggal 4 Januari 1989, HS Bouraq 748 menderita kerusakan parah ketika pilot harus melakukan pendaratan perut di Bandara Syamsudin Noor, menyusul kegagalan gigi pendaratan dengan 47 penumpang dan lima awak. Pada tanggal 28 Agustus 1992, sebuah Bouraq Vickers Viscount PK-IVX Terbakar dalam kebakaran mesin di Bandara Syamsudin Noor. Api dimulai selama menjalankan take-off, tetapi pilot melihat itu saat lepas landas dan mengevakuasi 64 penumpang (ditambah enam awak), sebelum pesawat itu ditelan oleh api, 23 orang cedera. Pada tanggal 16 Agustus 2013, Garuda Indonesia Boeing 737-800 NG PK-GMH dengan nomor penerbangan GA 532 menderita kondisi Nose wheel US Ketika mengalami masalah, pilot menginformasikan ke menara Air Traffic Control (ATC). Pesawat memang sempat holding (berputar-putar) tetapi kemudian mendarat dengan selamat. Semua penumpang selamat. Pesawat karena digerakkan secara manual sehingga rodanya tidak bisa dibelokkan karena itu ditarik dengan towing menuju apron.
8. Bandara Ahmad Yani - Semarang
Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani (bahasa Inggris: General Ahmad Yani International Airport) (IATA: SRG, ICAO: WAHS) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama bandara ini diambil dari salah satu nama pahlawan revolusi Indonesia, Achmad Yani. Peresmian menjadi bandara internasional berlangsung dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Singapura bulan Maret 2004.
Pesawat Fokker di lapangan terbang Simongan pada tahun 1930-an Data bandara
Landasan utama: 2.560 x 45 m [1][2] Jumlah penumpang setiap hari: 1.600 sampai 2.000 (2006)
Sejarah
Pada awalnya Bandara Achmad Yani adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih dikenal dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal 31 Agustus 1966, maka Pangkalan Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Bersama Kalibanteng Semarang. Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka pada tanggal 1 Oktober 1995, Bandar Udara Achmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar Udara di bawah PT Angkasa Pura. Bandara Achmad Yani berubah menjadi bandara internasional pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia membuka rute Semarang-Singapura.
Sekarang
Bandara Internasional Achmad Yani memiliki satu terminal di sebelah selatan landasan pacu, dengan satu pintu masuk dan keberangkatan masing-masing untuk penerbangan domestik dan internasional. Terminal ini memiliki luas 2.657 m2 dan kapasitas dalam negeri 180 penumpang. Fasilitasnya meliputi toko cinderamata, gerai makanan, bank, money changer, hotel dan travel booking, layanan taksi dan penyewaan mobil. Ini juga memiliki landasan 2.560 x 45 meter.
Maskapai dan Tujuan
Penumpang Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Citilink Banjarmasin, Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta— Maskapai Tujuan
Soekarno—Hatta, Palembang, Surabaya
Garuda Indonesia Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Explore Pangkalan Bun, Surabaya dan Explore Jet
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Johor Bahru, Singapura, Indonesia AirAsia Penang
Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala Lion Air Lumpur—Internasional, Padang, Palembang, Pontianak, Surabaya
Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Ketapang, Nam Air Pangkalan Bun, Sampit, Surabaya
Malaysia Airlines Kuala Lumpur—Internasional
SilkAir Singapura
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
TransNusa Jakarta—Halim Perdanakusuma, Kertajati
Trigana Air Service Pangkalan Bun
Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Wings Air Karimunjawa, Pangkalan Bun, Surabaya
Kargo Maskapai Tujuan Maskapai Tujuan
My Indo Airlines Jakarta–Soekarno–Hatta
Rencana masa depan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memulai proyek ini tahun 2005. Bandar Udara Internasional Achmad Yani nanti akan memiliki fasilitas berikut ini:
1. Perpanjangan landasan — Landasan sepanjang 2.680 m yang mampu menampung Boeing 767, Airbus A320, dan Airbus A330 baru-baru ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah.[3][4][5][6][7] 2. Terminal baru yang lebih besar — Terminal baru ini akan dibangun di sebelah utara runway, seluas 27.500 m2 yang akan mampu menampung 3.000.000 penumpang. Akan dilengkapi dengan 25 counter check-in dan 3 garbarata. 3. Apron seluas 61.344 m2 yang mampu menampung 10 pesawat berbadan lebar. Perluasan ini dijadwalkan selesai bulan Juli 2013. 4. Pembangunan akses jalan tol seperti Jalan Tol Bandara Achmad Yani dari Kaliwungu, Kendal & Mangkang, Semarang terhubung dengan Tol Semarang-Batang dengan panjang 14 km.
Transportasi Halte Bandara Achmad Yani adalah sebuah halte di Tambakharjo, Semarang Barat, Semarang yang melayani koridor 4 TransSemarang.
9. Bandara Adisutjipto - Yogyakarta
Bandar Udara Internasional Adisutjipto (atau Adisucipto) (bahasa Inggris: Adisutjipto International Airport) (bahasa Jawa: ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ, translit. Papan Anggegana Internasional Adisutjipto) (IATA: JOG, ICAO: WAHH) adalah bandar udara utama yang melayani daerah Yogyakarta di Jawa, Indonesia. Bandar udara ini berjarak sekitar 9 KM dari Stasiun Yogyakarta, dan dapat dicapai dalam kurang lebih 20 - 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.
Sejarah
Bandar Udara Internasional Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.
Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto. Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota C-47 dengan registrasi VT-CLA yang dikemudikan oleh pilot berkebangsaan Australia, matan perwira RAAF, Noel Constantine dengan kopilot berkebangsaan Inggris, yang juga mantan perwira RAF, Roy Hazelhurst. Dalam pesawat tersebut turut pula Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, seorang operator radio Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Arifin dan seorang teknisi berkebangsaan India, Bidha Ram ditembak jatuh oleh pesawat Belanda, P-40 KittyHawk dan jatuh di Dusun Ngoto, Bantul dekat Yogyakarta, Indonesia.
Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto.
Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya diubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I.
Penerbangan internasional
Bandar Udara Internasional Adisutjipto menjelma menjadi bandar udara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional. Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan menghadirkan AirAsia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan mengoperasikan Boeing 737-400.
Bulan April 2008, AirAsia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari.
Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta - Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Maskapai
Jumlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, sepanjang 2016 meningkat sekitar 13 persen dibanding 2015. Penumpang yang tercatat pada penghujung tahun 2016 berjumlah 7.208.557 orang. Sedangkan tahun 2015, tercatat 6.380.336 orang. Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan langsung dari Yogyakarta:
Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda
Balikpapan, Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—
Citilink Soekarno—Hatta, Makassar, Malang, Medan, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya
Garuda Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—
Indonesia Hatta, Makassar, Malang, Samarinda, Surabaya
Indonesia Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Singapura
AirAsia
Lion Air Balikpapan, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Jakarta— Maskapai Tujuan
Soekarno—Hatta, Kertajati, Kupang, Makassar, Mataram—Lombok, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palangkaraya, Palembang, Pangkal
NAM Air Pinang, Pontianak, Tanjung Pinang
SilkAir Singapura
Sriwijaya Balikpapan, Bandar Lampung, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Malang,
Air Surabaya
Wings Air Bandung, Cirebon, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Kertajati, Malang, Surabaya
XpressAir Banjarmasin, Palembang, Pontianak, Samarinda, Tanjung Pinang
Angkutan umum
Trans Jogja 1A Prambanan (Klaten)-Adisucipto-JEC Trans Jogja 1B Adisucipto-JEC-Condong Catur Trans Jogja 3A Giwangan-Adisucipto-Jokteng Kulon Trans Jogja 3B Giwangan-Adisucipto-Kotagede DAMRI Adisucipto-Kebumen DAMRI Adisucipto-Magelang DAMRI Adisucipto-Purworejo Kereta api Prambanan Ekspres Kutoarjo-Yogyakarta-Lempuyangan-Maguwo-Klaten- Solo
10. Bandara Adi Soemarmo - Surakarta
Bandar Udara Internasional Adisumarmo (bahasa Jawa: ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ, translit. Papan Anggegana Internasional Adisumarmo), (bahasa Inggris: Adisumarmo International Airport), (IATA: SOC, ICAO: WAHQ) adalah bandar udara yang terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Bandar udara ini berlokasi sekitar 14 km di utara Kota Surakarta[1]
Sejarah
Tempat parkir Adi Sumarmo yang berbentuk Gunungan.
Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat. Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946.
Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer.
Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta- Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.
Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).
Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.
Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.
Data bandara
Jarak dari Surakarta: 14 kilometer Koordinat: 07°30´58"S, 110°45´25"E Ketinggian: 12m8 meter Jumlah terminal: 3 Terminal penumpang, 2 terminal kargo, 11 tempat parkir pesawat Data lapangan
Runway 1: Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI Fire Category VIII, Rescue and fire fighting Navigational Aids: VOR-DME, NDB Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway Runway 2: Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI Fire Category XIII, Rescue and fire fighting Navigational Aids: VOR-DME, NDB Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
Fasilitas kargo
Kapasitas 48tonnes (105.000 lbs), gudang seluas 574m² (6,178sq ft), kawasan berikat, hanya kargo domestik, karantina hewan, fasilitas kesehatan, peralatan X-ray, bahan berbahaya, GPU, sabuk berjalan kargo, dan kursi roda.
Maskapai penerbangan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur–Internasional
Airfast Charter: Timika Indonesia
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Madinah
Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Citilink Kunming, Madinah, Tasikmalaya Musiman: Jeddah
Garuda Jakarta—Soekarno—Hatta Indonesia Musiman: Jeddah[Note 1], Madinah[Note 2] Maskapai Tujuan
Indonesia
Denpasar/Bali AirAsia
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta Lion Air Musiman: Jeddah[Note 3]
Malaysia
Kuala Lumpur–Internasional Airlines
Nam Air Banjarmasin, Jakarta—Soekarno—Hatta
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Wings Air Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Surabaya
Transportasi
Bus
Bus Tujuan Tarif
Damri Terminal Tirtonadi Rp20.000,00
Batik Solo Trans (BST) Koridor 1 (Bandara - Palur) Rp20.000,00
Taksi Bandara Kereta Bandara
Insiden
30 November 2004,Lion Air Penerbangan 538 dengan pesawat berjenis MD-82 tergelincir saat melakukan pendaratan di landasan pacu hingga keluar dari landasan. Sebagai pusat pendidikan TNI Angkatan Udara
Lanud Adi Soemarmo yang terletak 11 km sebelah barat Kota Surakarta pada awalnya merupakan lapangan terbang darurat yang dibangun tahun 1940.[2] Dengan datangnya tentara Jepang tahun 1942 landasan tersebut digunakan sebagai basis militer penerbangan tentara Jepang, maka dibangunlah landasan, bangunan-bangunan untuk kantor, asrama, gudang, dapur, menara dan hanggar. Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Komite Nasional Indonesia (KNI) Colomadu dan Badan Perjuangan mengadakan perundingan dengan Komandan Butai Panasan. Hasil dari perundingan tersebut menghasilkan keputusan berupa pengosongan oleh tentara jepang. Dengan penyerahan lapangan terbang panasan kepada pihak Badan Perjuangan Panasan merupakan beban yang tidak ringan. Kegiatan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk organisasi yang dinamakan penerbangan Surakarta yang dibentuk tanggal 6 Pebruari 1946.
Peresmian tersebut diramaikan dengan demonstrasi penerbangan dan Joy Flight dengan pesawat- pesawat yang didatangkan dari Yogyakarta. Organisasi ini merupakan cikal bakal lahirnya pangkalan udara panasan. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi organisasi ketentaraan di Indonesia menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), jawatan penerbangan lebur menjadi satu yaitu TRI Angkatan Udara. Pada bulan Mei 1946 telah datang pesawat Cureng dari markas tertinggi TRI Angkatan Udara di Yogyakarta yang membawa rombongan KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadarma, Wakil KSAU Komodor Udara R. Sukarnaen Martodisumo dan Prof. DR. Abdul Rachman Saleh. Maksud kedatangan rombongan tersebut untuk menerima penyerahan penerbangan Surakarta dari Divisi IV Surakarta yang terdiri dari Kolonel Sutarto, Letkol Mursito dan Letkol Sudibyo. Secara resmi Penerbangan Surakarta menjadi Pangkalan Udara Panasan yang merupakan integral dari Angkatan Udara. Sebagai Komandan Pangkalan Udara Panasan dijabat oleh Opsir Muda Udara I Soeyono, Opsir Muda Udara II Ali Sutopo sebagai wakil dan Opsir Muda Udara III Sartolo sebagai Kegartier Master.
Tanggal 16 Maret 1959 merupakan lembaran baru bagi Pangkalan Angkatan Udara Panasan (Detasemen AU Panasan) yang telah ikut aktif mendukung pembangunan dalam pendidikan anggota TNI AU. Detasemen AU Panasan membuka pendidkan Depot Batalyon Calon Prajurit (Caper) angkatan pertama. Berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor: 306 tanggal 19 September 1959 terhitung mulai 1 September 1959 Depot Batalyon Calon Prajurit ditetapkan menjadi Pusat Pendidikan Kemiliteran Angkatan Udara (PPKAU) yang berkedudukan di Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Pendidikan Calon Prajurit Angkatan ke-2 dibuka tanggal 28 September 1959, selanjutnya Pendidikan Sekolah Dasar Perwira (SEDASPA) dibuka tanggal 18 Januari 1960. Tempat pendidikan tersebut mempunyai motto “Mendidik dan membangun atau membangun dan mendidik” yang bermakna untuk menggembleng personel Angkatan Udara yang berkualitas, bermental baja dan berdisiplin tinggi. Salah satu Alumnus PPKAU adalah Marsekal TNI Rilo Pambudi (mantan KSAU).
PPKAU yang merupakan pusat pendidikan Angkatan Udara, pada tanggal 27 Juni 1965 diresmikan oleh Menteri/Panglima Angkatan Udara menjadi Wing Pendidikan (Wingdik) Pangkalan Angkatan Udara Panasan dijabat oleh Kolonel Udara Suyoto sebagai Komandan Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Wingdik 4 membawahi 3 Kesatuan Pendidikan yaitu: Kesatuan Pendidikan 010, Kesatuan Pendidikan 011 dan Kesatuan Pendidikan 004. Wing Pendidikan 4 tidak hanya mendidik anggota-anggota TNI AU, tetapi juga tempat penggemblengan para sarjana untuk menjadi militer. Sejalan dengan kemajuan sistem manajemen dan penyempurnaan Organisasi TNI AU, maka mutlak diperlukan adanya pemisahan wewenang, fungsi, tugas dan tanggung jawab antara Wing Pendidikan 4 dengan Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Berdasarkan radiogram No:165 tanggal 11 Juni 1966 dilaksanakan pemisahan dan sekaligus diadakan penggantian Komandan dari Kolonel Udara Suyoto kepada Mayor Udara Parjaman berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Pangau No:54/Pers-MP/1966 tanggal 17 Mei 1966. Wing Pendidikan 4 hanya mempunyai wewenang fungsi, tugas dan tanggung jawab dibidang pendidikan, sedangkan tugas mengurus pemeliharaan/perawatan kesatuan menjadi tugas dan tanggung jawab Pangkalan.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan KASAU No: Skep/07/VIII/1977 tanggal 25 Juli 1977 Wing Pendidikan 4 Pangkalan Angkatan Udara Panasan berubah nama menjadi Wing Pendidikan 4 Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi Soemarmo. Sebagai Komandan Lanuma Adi Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Suharjo. Nama Adi Soemarmo diambil dari nama seorang tokoh TNI AU yang gugur dalam peristiwa 29 Juli 1947. Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan dari palang merah internasional telah ditembak oleh pesawat pemburu Belanda Kitty Hawk. Pesawat tersebut jatuh didaerah Ngoto Yogyakarta. Tewas dalam pesawat tersebut selain Adi Soemarmo juga Komodor Muda Udara Adi Sutjipto dan Komodor Udara Abdul Rachman Saleh. Pada tahun 1985 Wing Pendidikan 4 Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi Soemarmo dilikuidasi menjadi Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo. Tugas pokoknya sebagai penyelenggara pendidikan calon prajurit TNI AU maupun Sekolah Pembentukan dan Kejuruan. Disamping penyelenggara pendidikan Prajurit dan calon Prajurit TNI AU Lanud Adi Soemarmo juga melaksanakan tugas-tugas operasi dan Pertahanan Pangkalan.
Sebagai pusat pendidikan bagi Prajurit TNI Angkatan Udara
Lanud Adi Soemarmo melaksanakan fungsi dan kegiatannya sebagai tempat pendidikan TNI Angkatan Udara yang mewakili lembaga pendidikan, antara lain:
Skadron Pendidikan 401 Skadron Pendidikan 402 Skadron Pendidikan 403 Skadron Pendidikan 404 Skadron Pendidikan 405
Pada waktu Komandan Lanud Adi Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Surya Dharma S.IP (1999) terdapat perubahan nama dan tambahan pada lembaga-lembaga pendidikan. Berdasarkan Surat Keputusan KSAU No: Skep/4/III/1999 Lanud Adi Soemarmo membawahi 5 Skadron Pendidikan (Skadik), yaitu Skaron Pendidikan 401, Skadron Pendidikan 402, Skadron Pendidikan 403, Skadron Pendidikan 404 dan Skadron Pendidikan 405.
Dengan kekalahan Jepang oleh sekutu dan diikuti lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sangat ditunggu-tunggu oleh bangsa Indonesia telah membawa semangat baru bagi bangsa Indonesia, yaitu semangat sebagai bangsa yang merdeka dan berhak menentukan nasib sendiri. Pangkalan-pangkalan di bawah kekuasaan Jepang secara berangsur dapat direbut oleh para pejuang bangsa Indonesia, baik melalui pertempuran maupun secara diplomasi. Pangkalan Udara Panasan dapat diambil alih oleh para pejuang bangsa Indonesia melalui diplomasi di bawah kekuasaan Divisi IV Surakarta. Selanjutnya sebagai Komandan Devisi IV Surakarta Kolonel Inf. Soetarto menyerahkan Pangkalan Udara Panasan kepada panitia yang diketuai oleh Soejono. Dalam perkembangan berikutnya Pangkalan Udara Panasan dimanifestasikan dalam sebuah organisasi yaitu Penerbangan Surakarta yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946, dihadiri oleh pembesar-pembesar militer dan sipil serta tokoh masyarakat sekitar Surakarta.[3]
Sejalan dengan perkembangan organisasi ketentaraan di Indonesia seperti halnya Jawatan Penerbangan telah berubah menjadi Tentara Republik Indonesia, maka jawatan-jawatan yang menyelenggarakan penerbangan meleburkan diri menjadi Angkatan Udara. Pada bulan Mei 1946 telah datang empat buah pesawat jenis cureng ke Pangkalan Udara Panasan dari Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta dengan membawa Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara S. Suryadarma, Wakil Kepala Staf Komodor Udara R. Soekarnaen Martokusumo Dan Prof Dr. Abdulrachman Saleh. Adapun maksud kedatangan rombongan tersebut adalah menerima secara resmi organisasi penerbangan dari Devisi IV Surakarta, maka Pangkalan Udara Panasan resmi menjadi bagian integral dari Angkatan Udara Indonesia yang selanjutnya bertugas menjaga kedaulatan wilayah udara nusantara. sebagai Komandan Pangkalan Udara Panasan ditetapkan Opsir Muda I Soejono dan wakilnya Opsir Udara II Ali Soetopo. Setelah terjadinya pergantian beberapa kali komandan dan selesainya perang revolusi fisik, maka tibalah saatnya masa pengisian kemerdekaan RI, demikian juga Pangkalan Panasan turut aktif mendukung pembangunan dalam bidang pendidikan di TNI AU. Pada tanggal 16 Maret 1959 merupakan lembaran baru bagi Pangkalan Udara Panasan, diawali dengan pembukaan Pendidikan Depot Bataliyon Caper Angkatan I yang diikuti oleh 350 anggota, terdiri dari tamtama PPP, bintara sandi dan PLLU, bertindak sebagai inspektur upacara dalam pembukaan pendidikan tersebut adalah Letkol Udara Soejono Mewakili Kasau, selanjutnya Pangkalan Udara Panasan terhitung mulai 1 September 1959 ditetapkan menjadi pusat pendidikan militer angkatan udara. Sesuai dengan perkembangan serta tuntutan tugas dan organisasi, maka berdasarkan Surat Keputusan Ksau Nomor Skep 07/VII/1977 tanggal 25 Juli 1977 Pangkalan Udara Panasan diubah namanya menjadi Pangkalan Udara Adi Sumarmo. Sebagai pangkalan pendidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan Sepa Milwa Abri, Secapa, Secaba, Secata, Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum berkedudukan di bawah Wing Pendidikan 4. Dalam perjalanannya sejak tahun 1999 lembaga pendidikan di Lanuma Adisumarmo bertambah, dan lembaga-lembaga yang sudah ada mengalami perubahan nama yaitu: 1. Secapa berubah menjadi Skadik 401 yang tugas dan fungsinya mendidik Calon Perwira Dan Siswa Ikatan Dinas Pendek (IDP). 2. Skadik 402 adalah lembaga pendidikan yang tugas dan fungsinya untuk mendidik siswa sekolah dasar kecabangan Paskhas dan Pom AU. 3. Secaba berubah menjadi skadik 403 yang tugas dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan pertama siswa calon bintara pria dan Wanita Angkatan Udara (WARA) dari masyarakat umum (dikum) dan bintara pria dari tamtama (reguler). 4. Secata berubah menjadi Skadik 404 yang tugas dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan sekolah pertama siswa calon tamtama. 5. Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum digabung menjadi Skadik 405 yang tugas dan fungsinya mengelola pendidikan sekolah dasar tamtama Paskhas dan Pom AU, sekolah jurusan bintara Paskhas dan Pom AU sekolah dan kejuruan jasmani militer, sekolah radar umum dan darat, kursus bintara manjemen kejuruan jasmani militer dan kursus bintara manajemen kejuruan pom.
Komandan 1985-sekarang
Kolonel Pnb Poernomo (1985-1985) Kolonel Pnb Darmadji (1985-1988) Kolonel Pnb Jogyanto (1988-1990) Kolonel Pnb Mursabdo (1990-1991) Kolonel Pnb Sudiarto (1991-1992) Kolonel Pnb Iskak Karmanto (1992-1994) Kolonel Pnb Suparno Muanam (1994-1995) Kolonel Pnb Mulyanto Djojoadikusumo (1995-1997) Kolonel Pnb Herman Prayitno (1997-1997) Kolonel Pnb Sholeh Tridjoko (1997-1999) Kolonel Pnb Surya Dharma (1999-2000) Kolonel Pnb Boy Syahril Qomar (2001-2003) Kolonel Pnb Potler Gultom (2003-2005) Kolonel Nav Muhammad Safi'i (2005-2007) Kolonel Pnb Dedy Nitakomara (2007-2009) Kolonel Pnb Herry Irsal (2009-2010) Kolonel Pnb Hadi Tjahjanto (2010-2011) Kolonel Pnb Kusworo, S.E., M.M. (2011-2013) Kolonel Pnb Agus Radar Sucahyo (2013-2014) Kolonel Pnb Hendrikus Haris Haryanto, S.I.P. (2014-2015) Kolonel Nav Agus Priyanto (2015-2016) Kolonel Pnb Mohamad Tony Harjono (2016-2018) Kolonel Pnb Indan Gilang Buldansyah, S.Sos., (2018-2019) Kolonel Pnb Adrian P. Damanik (2019-Sekarang)
11. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah
Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid[1] (bahasa Inggris: Zainuddin Abdul Madjid International Airport) (IATA: LOP, ICAO: WADL) sebelumnya juga dikenal dengan Bandar Udara Internasional Lombok, adalah Bandara domestik dan internasional yang berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I.[2][3] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang Mataram. Terletak persis di jantung pulau "eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu. Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk Air dan AirAsia. Pada tanggal 20 Oktober 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara ini.[4] Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun tentu saja menggunakan bahan-bahan modern baja galvanis.
Penamaan bandara
Bandara Internasional Lombok, NTB.
Bandara Udara Internasional Lombok atau disingkat sebagai BIL, mempunyai beberapa nama yang diusulkan. Pada bulan Januari 2009 hasil jajak pendapat publik yang dilakukan di Lombok menunjukkan bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) dipilih oleh 40,4% responden, Bandara Internasional Sasak (BIS) 20%, Bandara Internasional Rinjani (BIR) 46 16,7%, Bandara Internasional Mandalika (BIM) 10,9%, Bandara Internasional Selaparang (SIA) 8%, Bandara Internasional Pejanggik (PIA) 2,9%, dan Bandara Internasional Arya Banjar Getas (ABGIA) tetapi kini, Bandara Internasional Selaparang sudah tidak lagi berfungsi sebagai bandar udara, oleh karena itu jajak pendapat tidak lagi didapatkan dari Bandara Internasional Selaparang (SIA). Pada tanggal 5 September 2018, Bandara Internasional Lombok (BIL) digantikan nama menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM).
Lokasi
Lokasi Bandara Internasional Lombok di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, pulau Lombok, Indonesia. Bandara ini terletak sebelah tenggara Kota Mataram ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat dan ± 8 kilometer selatan dari kota kecil Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah. Bandara ini dibangun di atas lahan seluas 550 hektare yang menelan biaya Rp.625 miliar (US$73.100.000).
Tujuan
Ketika Bandara Internasional Lombok beroperasi, semua jadwal penerbangan yang ada di Bandara Selaparang Lombok dipindahkan ke bandara baru.
Dikarenakan Bandara Selaparang tidak bisa didarati pesawat berbadan lebar maka diharapkan bahwa pelayanan internasional dan domestik akan segera melengkapi rute untuk pesawat berbadan lebar yang tidak bisa mendarat di Mataram.
Tahap-tahap pembangunan
Apron area Bandara internasional Lombok.
Landasan pacu, taxiway dan apron berada dalam tahap akhir instalasi konstruksi dan fasilitas di kuartal 3 tahun 2010. Terminal dan fasilitas pendukung lainnya dalam tahap akhir penyelesaian pada akhir September 2011. Tanggal pembukaan bandara sudah di jadwalkan dan kemudian ditunda berkali-kali. Dan diumumkan untuk pembukaan resmi pada tanggal 1 Oktober ini sebagian menanggapi kebutuhan mendesak untuk beroperasi sebelum dimulainya penerbangan Haji pada akhir tahun 2011.
Tahap I (2006-2009)
Runway: 45m x 2500m Apron: 52.074 m² Taxiway: 2 exit taxiway Terminal: 12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo) Parkir: 17.500 m²
Tahap II (2013-2015)
Runway: 45m x 2750m Apron: 63.294 m² Taxiway: 2 exit taxiway Terminal: 16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun) Parkir: 29.100 m²
Tahap-III (2028)
Runway: 45m x 3500m Apron: 74.514 m² Taxiway: taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway Terminal: 28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun) Parkir: 29.100 m²
Maskapai Penerbangan dan Tujuan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta
Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta, Citilink Surabaya
Garuda Bima, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Semarang, Sumbawa Indonesia Besar, Surabaya
Lion Air Bandung, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Maskapai Tujuan
Surabaya, Yogyakarta
Nam Air Bima, Denpasar/Bali
SilkAir Singapura
Wings Air Bima, Denpasar/Bali, Labuan Bajo, Semarang, Sumbawa Besar
12. Bandara Pattimura - Ambon
Bandara Internasional Pattimura adalah Bandara internasional yang terletak di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Indonesia. Bandara ini juga melayani kedatangan dalam negeri dengan luas landasan 2.500 m² dan luar negeri dengan luas landasan 400 m2. Bandara ini berjarak 38 kilometer dari kota Ambon. Pada bandara ini terdapat fasilitas imigrasi, karantina, bea cukai, gedung kargo, restoran, telepon umum dan kantor pos. Bandar Udara Internasional Pattimura Ambon yang terdapat pada salah satu pulau di kepulauan Maluku merupakan daerah yang sangat strategis. Kepulauan Maluku mempunyai banyak pulau yang terbagi dalam 2 (dua) Provinsi yaitu Maluku Utara dengan ibu kota Sofifi dan Maluku dengan ibu kota Makarikil.
Bandar Udara Internasional Pattimura Ambon berada di pulau Ambon Provinsi Maluku terletak pada posisi koordinat 03° 42’ 25’’ S dan 128° 05’ 23’’ T yang dikelilingi oleh lautan disebelah Utara laut Seram, Selatan laut Banda dan Timur laut Arafura. Bandar Udara Pattimura yang dahulu bernama Lapangan Terbang Laha Ambon dibangun pada tahun 1939 oleh Pemerintah Penjajah Belanda. Pada tahun 1942 Lapangan Terbang Laha dikuasai oleh pendudukan Jepang untuk melawan pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II. setelah kemerdekaan RI tahun 1945 Lapangan Terbang Laha dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Tahun 1975 berdasarkan surat keputusan bersama Menhankam/Pangab, Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan. Pelabuhan Udara Pattimura ditetapkan sebagai Lapangan terbang sipil dan sepenuhnya dikuasai oleh Departemen Perhubungan. Sejak tahun 1975 Pelabuhan Udara Pattimura telah didarati pesawat asing Air North dari Darwin sampai tahun 1998. Pada tanggal 11 Oktober 1995 Pengelolaan bandar udara Pattimura Ambon dialihkan sepenuhnya kepada PT. Angkasa Pura I (Persero) dan berstatus sebagai bandar Udara Kelas I. Pada tanggal 3 Maret 2004 Proyek Pengembangan Bandar Udara Internasional Pattimura diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia.
Maskapai Maskapai Tujuan
Aviastar Banda, Kaisar, Kufar, Namlea, Namrole, Wahai
Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Batik Air Makassar, Surabaya
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Explore dan Langgur, Samulaki, Sorong, Ternate Explore Jet
Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
NAM Air Manado, Sorong
Sriwijaya Air Ternate
Susi Air Banda, Kufar, Namlea, Wahai Maskapai Tujuan
Trigana Air Service Dobo, Langgur, Namrole, Saumlaki
Dobo, Langgur, Fak—Fak, Kaimana, Langgur, Manokwari, Wings Air Nabire, Saumlaki, Sorong
XpressAir Saumlaki
13. Bandara El Tari – Kupang
Bandar Udara Internasional El Tari (bahasa Inggris: El Tari International Airport) (IATA: KOE, ICAO: WATT) adalah bandar udara yang terletak di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kode ICAO bandara diubah dari WRKK menjadi WATT pada tahun 2004.[1] Bandara ini dinamai sesuai nama El Tari, Gubernur Nusa Tenggara Timur Ke 2 periode 1966-1978.
Maskapai Penerbangan Maskapai Tujuan
Air Timor Dili dioperasikan oleh Maskapai Tujuan
TransNusa
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Denpasar/Bali, Ende, Jakarta—Soekarno—Hatta, Labuan Bajo, Makassar,
Garuda Indonesia Surabaya, Tambolaka
Indonesia AirAsia Perth
Bandung, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta,
Lion Air Makassar, Surabaya, Yogyakarta
Nam Air Denpasar/Bali, Makassar, Maumere, Tambolaka, Waingapu
Nam Air dioperasikan oleh Alor, Bajawa, Ende, Larantuka, Ruteng TransNusa
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Susi Air Kisar, Lewoleba, Sabu
Bajawa, Denpasar/Bali, Larantuka, Labuan Bajo, Lewoleba, Maumere,
TransNusa Ruteng, Waingapu
Alor, Atambua, Bajawa, Denpasar/Bali, Ende, Labuan Bajo, Larantuka,
Wings Air Mataram—Lombok, Maumere, Rote, Tambolaka, Waingapu
Pengembangan
Dibangun Runway baru dengan panjang 3250 x 45 m. Digunakan untuk penerbangan kusus Internasional.[butuh rujukan] Kecelakaan dan insiden
Pada 27 November 2009, Batavia Air Penerbangan 711, yang dioperasikan oleh Boeing 737-400 melakukan pendaratan darurat setelah terjadi masalah dengan roda di pesawat.[2] Pada 2 Desember 2009, Merpati Nusantara Airlines Fokker 100 PK-MJD melakukan pendaratan darurat karena roda belakang sebelah kiri pesawat mengalami gangguan sehingga tidak keluar sempurna. Tidak ada penumpang dan awak yang terluka dalam kejadian ini.[3] Pada 9 September 2011, Susi Air dari Kisar, yang dioperasikan Grand Caravan melakukan pendaratan darurat setelah roda bagian belakang pecah. Akibat kejadian ini bandara sempat ditutup satu jam.[4] Pada 10 Juni 2013, Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 6517 mengalami hard landing. 20 orang luka ringan, 5 orang lainnya mengalami luka serius. Pada 21 Desember 2015, Kalstar Penerbangan 676 tergelincir keluar runway. Semua penmpang dinyatakan selamat
2. PT ANGKASA PURA II
PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat.
Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara Halim
Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.
Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan
Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum
Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor
38 resmi berubah menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat.
Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya.
Angkasa Pura II telah mengelola 16 Bandara, antara lain yaitu
1.Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta)
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar di Indonesia. Bandara Soekarno Hatta merupakan gerbang utama Indonesia dari dunia Internasional sehingga memiliki peran yang sangat penting bagi cermin Negara Indonesia. Nama Bandara Soekarno Hatta diambil dari dua tokoh pahlawan nasional sekaligus Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Pertama, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.
Di dunia penerbangan Bandara Soekarno Hatta sering juga disebut Bandara Cengkareng karena letaknya berada di daerah Cengkareng. Bandara Soekarno-Hatta adalah salah satu bandara dengan jumlah penumpang terbanyak di Indonesia. Hampir 2/3 total penumpang pesawat Indonesia atau sekitar 32 juta orang/ tahun melewati bandara ini.
Data Umum Bandara Soekarno Hatta
Kelas : Internasional Luas : 1740 Ha Alamat : Bandara Soekarno – Hatta, Tangerang Telepon : (021) 5507300 Faksimili : (021) 5506823 E-mail : [email protected]
Runway : 3,600 m x 60 m dan 3,600 m x 60 m Garbarata : 67 Apron : A-B-C-Remote 299,704 m2
A. 18 a/c B. 15 a/c C. 16 a/c
D-E-F-Remote 472,853 m2
D. 16 a/c E. 8 a/c F. 19 a/c
o Strength : PCN 120 o Resa : 120 o Stand : 106 o Checkin Counter : 120 dan 24 Dom + 72 Int o Parking : luas 64,129 m2 kapasitas 2,400 dan 51,330 m2 untuk 2,400 o Koordinat/Elevasi : 06?07’49,1080?LS dan 106?40’27,7680?BT o Kode ICAO/IATA : WIII/CGK o Jam Operasi : 24 Jam o Jarak dari kota : ± 20 km di sebelah barat DKI Jakarta
Spesifikasi Bandara Soekarno Hatta
Landasan
Arah : Timur – Barat (07 – 05) (07R – 25L) (07C – 25C)
Dimensi : (3,660 x 60) m² (3,600 x 60 ) m² PCN : PCN 120/R/D/W/T PCN 120/R/D/W/T Taxiway
N1 posisi Paralel dengan luas (3.897×23)m² 89631 dan (1.999×23)m² 45977 N2 posisi Paralel dengan luas (3.757×23)m² 86411 dan (3.211×23)m² 73853 N3 posisi Cross (Sejajar Barat) dengan luas (2.008×23)m² 46184 dan 2.008×23)m² 46184
Terminal 1 luas 312,522 m² Terminal 2 luas 564,000 m² Terminal Kargo : Luas Internasional : 36417m² 464,340,080 kg/th, Domestik : 12421m² Tersedia Hanggar
Fasilitas Penerbangan
Telekomunikasi : VHF/HF,D-ATIS,AMSC,RECORDING SYSTEM,RADIO LINK,ATC AUTOMATION Navigasi Udara : VOR/DME,NDB,PSR/SSR,MSSR Model A,C PKP – PK : CAT. IX Airfield Lightening PALS CAT. I, PAPI
Fasilitas Bandara
Power Supply : PLN, MPS/Genset Water Supply : PDAM Peralatan Mekanikal : Timbangan, Conveyor belt, Trolley, Garbarata, Escalator, Elevator, AC Keamanan : X-Ray,Walk Through Metal Detector,Hand Held Metal Detector,Security CCTV,Explosive Detector Parkir Kendaraan
Terminal 1 : 64.129 m² 2.400 Kendaraan Terminal 2 : 51.330m² 2.700 Kendaraan
Meteo tersedia untuk Pengamatan dan Prakiraan Tersedia Bea Cukai, Imigrasi, Karantina Transportasi Darat : Taxi, Damri, Car Rental,Travel Pelayanan Umum : Bank, Telepon Umum, Restaurant & Kafetaria, Duty Free shop, Drugs Store Penunjang Lain : Perkantoran/Administrasi,GD. VIP/VVIP, Airport Maintenance Building, Aircraft Maintenance Hanggar, IPAL, GSE, Gd. Operasi, Gedung – gedung lain
Informasi Terminal
Bandara Soekarno Hatta terletak di Cengkareng dan memiliki 3 terminal yaitu Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3.
Terminal 1
Terminal 1 adalah terminal untuk penerbangan domestik yang terbagi atas tiga sub terminal yaitu Sub Terminal 1A, Sub Terminal 1B dan Sub Terminal 1C.
Terminal 1A = Lion Air dan Wings Air Terminal 1B = Sriwijaya Air, Kartika Airlines, Batavia Air, Express Air Terminal 1C = Garuda Citylink, Airfast Indonesia, Loreva Air
Terminal 2
Terminal 2 terbagi atas tiga sub terminal yaitu Sub Terminal 2D, Sub Terminal 2E dan Sub Terminal 2F. Terminal 2D dan 2E adalah sub terminal khusus untuk penerbangan international, sedangkan Sub Terminal 2F di gunakan untuk penerbangan domestik Garuda dan Merpati.
Terminal 2D
Quantast Airways Qatar Airways Air Asia Value Air Phillipine Airlines Singapore Airlines Thai Airlines China Airlines Cathay Airlines Malaysia Airlines Kuwait Airlines Japan Airlines Yemen Airlines Saudi Arabia Airlines Emirates Airlines China Southern Airlines Lufthansa Airlines Air India Eva Air
Terminal 2E
Garuda Indonesia Lion Airlines Korean Air KLM Royal Dutch Airlines Gulf Air
Terminal 2F
Garuda Indonesia Merpati Airlines
Terminal 3
Saat ini baru dibangun Terminal 3 pier 1 yang diperuntukan bagi penerbangan domestik AirAsia dan Mandala. Terminal 3 Pier 1 adalah terminal yang bebas rokok. 2.Halim Perdanakusuma (Jakarta)
Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (bahasa Inggris: Halim Perdanakusuma International Airport) (IATA: HLP, ICAO: WIHH) adalah sebuah bandar udara di Jakarta, Indonesia. Bandar udara ini juga digunakan sebagai markas Komando Oara menjadi bandara komersial mulai tanggal 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta yang dinilai telah penuh sesak.[1]
Sejarah
Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan). Pada tahun yang sama, lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran yaitu dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja diresmikan.
Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan pangkalan udara militer. Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran. Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan disana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat. Namun hasilnya justru tertuju kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng. Kelak bandar udara tersebut dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan militer. Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal domestik maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi padatnya jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.
Maskapai penerbangan dan tujuan
Domestik Maskapai Tujuan
Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi, Kupang, Makassar, Malang, Mataram—Lombok, Medan, Batik Air Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda, Semarang, Silangit, Surabaya, Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta– Internasional
Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Batam, Denpasar/Bali, Malang, Mataram—Lombok, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Citilink Silangit, Surabaya, Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Way Kanan, Yogyakarta– Adisutjipto, Yogyakarta—Internasional
Balikpapan, Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Makassar, Garuda Malang, Medan, Padang, Palembang, Samarinda, Semarang, Sibolga, Silangit, Indonesia Surabaya, Surakarta/Solo, Tasikmalaya, Yogyakarta–Adisutjipto
Pelita Air Charter: Cilacap, Dumai, Matak
Susi Air Cilacap, Pangandaran
TransNusa Charter: Cilacap, Matak Maskapai Tujuan
Bandar Lampung, Bandung, Banyuwangi, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi, Mataram–Lombok, Palembang, Pangkal Pinang, Pangkalan Bun, Pontianak, Wings Air Semarang, Surabaya, Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Tasikmalaya, Yogyakarta– Adisutjipto
Internasional Maskapai Tujuan
Singapura Garuda Indonesia Haji: Jeddah, Madinah
Lion Air Haji: Jeddah, Madinah
Saudia Haji: Jeddah, Madinah
Kargo Maskapai Tujuan
Cardig Air Balikpapan, Singapura
Tri-MG Intra Asia Airlines Balikpapan, Singapura
Bandar Udara Express Train
Studi kelayakan Bandar Udara ke Bandar Udara Express Train telah selesai dan siap untuk prakualifikasi korban . The Express Train rencana awal adalah dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta ( SHIA ) ke Manggarai, tetapi untuk menyadari kebutuhan transportasi dari Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma ( HPIA ), sehingga rute tersebut memutuskan untuk sejauh dari Manggarai ke HPIA . Rute ini akan 33 kilometer dari Halim - Cawang - Manggarai - Tanah Abang - Sudirman - Pluit Terminal 2 & 3 SHIA di permukaan tanah, bawah tanah dan ditinggikan, telah disepakati oleh Peraturan Menteri Nomor 1264 Tahun 2013 tentang Kementerian Perhubungan . The Express Train memakan waktu 30 menit hanya antara dua bandara bukannya 1-3 jam perjalanan.
3. Kualanamu (Medan)
Bandar Udara Internasional Kualanamu (bahasa Inggris: Kualanamu International Airport) (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang melayani Kota Medan, Sumatra Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari pusat kota Medan.[1] Bandara ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno– Hatta Jakarta dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka, Jawa Barat.[2] Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Sejarah
Latar belakang pembangunan
Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi pada 5 September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan permukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1 Juli 2006, baru 1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.
Perkembangan Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.
Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.
Pada awal tahun 2013, perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis. Bandara ini dibuka pada 25 Juli 2013.[5] Pada 27 Maret 2014, bandara ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian pembangunan beberapa bandara di Pulau Sumatra.
Fasilitas dan infrastruktur Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.
Interior ruang tunggu Bandara Kualanamu
Tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun,[7] sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang per tahun. Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree. Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati pesawat sebesar Boeing 777 & mempunyai 8 garbarata. Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini sanggup didarati oleh pesawat penumpang Airbus A380, Antonov An-225, dan Boeing 747-8. Bandara ini juga adalah bandara keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain Surabaya, Jakarta, dan Batam.
Maskapai penerbangan
Terminal penumpang Maskapai Tujuan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional, Penang
Chennai, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala
Batik Air Lumpur—Internasional, Madinah
Cathay Hong Kong
Dragon
Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Gunung Sitoli, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala Lumpur–Internasional, Kuala
Citilink Lumpur–Subang, Lhokseumawe, Madinah, Padang Sidempuan, Pekanbaru, Penang, Sibolga, Yogyakarta–Adisutjipto Musiman: Jeddah
Flynas Charter: Jeddah
Amsterdam, Banda Aceh, Bandar Lampung, Gunung Sitoli, Jakarta—Soekarno— Garuda Hatta, London–Heathrow, Palembang, Warsawa–Chopin
Indonesia Musiman: Jeddah, Madinah
Indonesia Bangkok—Don Mueang, Kuala Lumpur—Internasional, Penang, Phuket,
AirAsia Yogyakarta–Adisutjipto
Jetstar Asia Singapura
Airways
KLM Amsterdam
Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati,
Lion Air Padang, Palembang, Pekanbaru, Penang, Phuket, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta–Internasional Maskapai Tujuan
Malaysia Kuala Lumpur—Internasional
Airlines
Saudia Jeddah, Madinah
SilkAir Singapura
SriLankan Kolombo
Airlines
Sriwijaya Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Padang, Penang, Phuket, Surabaya
Air Musiman: Kolombo
Susi Air Blangkejeren, Blangpidie, Silangit, Tapaktuan
Thai AirAsia Phuket
Bengkulu, Dumai, Gunung Sitoli, Jambi, Lhokseumawe, Meulaboh, Padang
Wings Air Sidempuan, Sibolga, Silangit, Simeulue, Takengon
Terminal kargo Maskapai Tujuan
Cardig Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Transportasi darat
Kereta api Artikel utama: Kereta api Airport Railink Services
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Araskabu di kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Araskabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96 kilometer. Jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu berkisar 30-47 menit (kereta menuju bandara diprioritaskan dalam penggunaan rel tunggal Medan-Kualanamu). Stasiun di bandara sudah selesai dan telah dioperasikan sejak 25 Juli 2013. Harga tiket kereta api Kualanamu-Medan PP adalah Rp80.000.00. Frekuensi perjalanan terus ditingkatkan, dari awalnya 13 kali per arah pada awal pengoperasian, meningkat menjadi 17-18 perjalanan, dan mulai Mei 2014, 20 kali per arah. Pada awalnya kereta api yang dipakai adalah KRDE buatan INKA, lalu pada November 2013 kereta baru dari Korea Selatan yang dilengkapi Wi-Fi mulai digunakan menggantikan KRDE INKA. Layanan kereta api ini dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan perusahaan patungan PT Angkasa Pura II dan PT Kereta Api Indonesia. Kereta api ini merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia.
Bus
Bandara ini terhubung melalui angkutan bus dengan kota Medan, Binjai, Pematangsiantar, Kabanjahe, dan Gunung Sitoli.
Operator Rute Lokasi
Damri Terminal Amplas Medan
Damri Plaza Medan Fair Medan
Almasar Jalan Cemara Medan
ALS Jalan Ring Road Medan
ALS Binjai Super Mall Binjai
Paradep Jalan Sutomo Pematangsiantar
Almasar Kabanjahe Kabanjahe
Trans Medan Jalan Pisang Raya Gunung Sitoli Jalan Raya dan Jalan Tol
Bandara Kualanamu terkoneksi dengan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi menuju ke Medan.
Bandara ini juga menghubungkan dengan Jalan Raya Sultan Serdang untuk ke Medan dan Jalan Bakaran Batu ke Deli Serdang.
Insiden
Pada 18 Mei 2013, sebuah pesawat Boeing 737-400 Malaysia Airlines yang seharusnya mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia, nyaris mendarat di Bandar Udara Internasional Kualanamu. Pesawat ini belum sempat mendarat akan tetapi roda pesawat sudah dikeluarkan. Begitu pilot sadar bahwa bandaranya salah ia langsung menerbangkan pesawat kembali. Pesawat ini mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia dengan selamat. Pada tanggal 24 April 2015 Pesawat Lion Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT 303 dengan kode registrasi PK-LFT tujuan Jakarta gagal terbang diakibatkan mesin pesawat meledak dan berasap. Penumpang lansung dievakuasi melalui pintu darurat. Tiga orang dilaporkan patah tulang akibat melompat dari pintu darurat bagian tengah dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Penumpang diganti pesawat lain dengan nomor penerbangan yang sama pada pukul 16.30. Pada 3 Agustus 2017, terjadi kecelakaan senggolan sayap antara pesawat Lion Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT 197 dengan kode registrasi PK-LJZ dari Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh dengan pesawat Wings Air ATR 72-500 dengan nomor penerbangan IW 1252 dengan kode registrasi PK-WFF menuju Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Meulaboh, Aceh. Pesawat Lion Air berusaha menghindar ke kanan runway, tetapi karena jarak terlalu dekat dan terbatasnya ruang di runway akhirnya terjadilah tabrakan antar sayap tersebut. Akibatnya,bagian sayap kedua pesawat ini mengalami kerusakan. Aktivitas penerbangan sempat ditutup selama 20 menit.
4.Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang)
Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (bahasa Inggris: Sultan Mahmud Badarudin II International Airport) (IATA: PLM, ICAO: WIPP) adalah Landas Pacu aspal ukuran landas pacu 9.843ft dan 3.000m Dari bandar udara internasional yang melayani kota Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya. Bandara ini terletak di wilayah KM.10 Kecamatan Sukarame. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh PT Angkasa Pura 2. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767- 1862), seorang Pahlawan Nasional Indonesia melawan VOC-Belanda yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819). Panjang landasan pacu (runway) Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sehingga menjadi 11/29 berukuran 3571 oleh 45 meter (11716 ft × 148 ft), lebar 45 meter di atas permukaan Aspal sejak September 2014
Sejarah Singkat
Pada tanggal 1 Januari 1920, karena suatu hal konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada Palembang Maatschappij (Palembang MIJ) atau NV Palembang Maskapai. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda dikepalai oleh Jan Pieterszoon Coen akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang. Maka Palembang MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Kota Palembang.
Pada tanggal 1 Januari 1950, bandara ini menjadi lapangan udara bersama baik untuk kegunaan sipil status bandara ini menjadi Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pada tanggal 1 Januari , bandara ini resmi dikelola oleh Manajemen PT (Persero) Angkasa Pura II.
Pada saat Provinsi Sumatera Selatan resmi terpilih sebagai tuan rumah PON XVI tahun 2004, pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas bandara sekaligus mengubah status bandara ini menjadi bandara internasional. Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya berhasil rampung dan diresmikan pada 1 Januari 1990.
Peristiwa Woyla Artikel utama: Garuda Indonesia Penerbangan 206
Pada tanggal 28 Maret 1981, lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad", membajak pesawat Penerbangan 206 Garuda Indonesia setelah lepas landas dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ke Bandara Polonia, Medan. Pembajakan yang terjadi di Pelud Talang Betutu ini dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla. Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla yang berangkat dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia. Pengembangan
Suasana lobi check-in.
Bandara ini telah resmi menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh pesawat yang berbadan besar pada 1 Januari 1970. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada 1 Januari 1990 dengan total biaya Rp366,7 miliar yang berasal dari ';'Japan International Bank Corporation';' Rp251,9 miliar dan dana pendamping dari APBN sebesar Rp114,8 miliar Dengan 12 Kota Dengan Penerbangan Domestik Langsung Dan 3 Kota Dengan Penerbangan Internasional Langsung.
Antara perkembangan yang dilaksanakan adalah perpanjangan landas pacu sepanjang 300 meter x 60 meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, pembangunan tempat parkir kendaraan seluas 20.000 meter yang dapat menampung 1.000 kendaraan serta pembangunan gedung terminal penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter persegi yang dapat menampung 1250 penumpang, dilengkapi garbarata (aerobridge) dan terminal kargo dan bangunan penunjang lainnya seluas 1.900 meter persegi.
Hasil pengembangan ini membuat Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dapat didarati pesawat Airbus A330, Boeing 747, Boeing 777, dan sejenisnya. Selain itu, arus penumpang diproyeksikan akan naik dari 7.720 penumpang menjadi 16.560 penumpang. Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badarudin II untuk mempermudah akses ke Bandara. Maskapai penerbangan dan tujuan
Maskapai yang saat ini beroperasi di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang :
Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—
Batik Air Hatta
Bandung, Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—
Citilink Soekarno—Hatta, Semarang, Surabaya
Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Haji: Jeddah
Garuda Indonesia Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi, Medan, dioperasikan oleh Explore Padang, Pangkal Pinang, Pekanbaru dan Explore Jet
Jetstar Asia Airways Singapura
Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Padang, Pangkal
Lion Air Pinang, Semarang, Surabaya, Yogyakarta Musiman: Jeddah[Catatan 1]
Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang, Yogyakarta
Scoot Singapura
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Wings Air Bandar Lampung, Bengkulu, Jambi, Lubuklinggau, Muara Bungo, Maskapai Tujuan
Padang, Pagar Alam, Pangkal Pinang, Pekanbaru
XpressAir Bandung, Yogyakarta
Transportasi Darat
Kereta Api
Saat ini tengah dibangun Palembang LRT (kereta api ringan) yang akan menghubungkan bandar udara ini dengan Jakabaring Sport City. Pembangunan ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2018, di mana pada tahun tersebut akan diselenggarakan pesta olahraga antarnegara Asia Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Jalan Tol
Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II untuk mempermudah akses ke Bandara.
5.Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)
Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (IATA: PKU, ICAO: WIBB) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Dalam rangka menyambut PON XVII pada tahun 2012, bandara ini diperluas sehingga nantinya dapat menampung pesawat yang lebih besar. Bandara ini juga menjadi home-base bagi Skuadron Udara 12 TNI AU. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Syarif Kasim II, seorang pahlawan Nasional Indonesia dari Riau.
Sejarah
Bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK. II) Pekanbaru adalah bandara peninggalan Sejarah dari zaman kemerdekaan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Saat itu di sebut “Landasan Udara” di mana landasan tersebut masih terdiri dari tanah yang di keraskan dan di gunakan sebagai Pangkalan Militer. Awalnya Landasan pacunya adalah dari Timur menuju Barat dengan nomor runway 14 dan 32. Pada awal kemerdekaan di bangun landasan pacu baru yang terbentang dari arah utara menuju selatan dengan nomor runway 18 dan 36. Panjang landasan lebih kurang 800 meter dengan permukaan landasan berupa kerikil yang di padatkan. Pada tahun 1950 landasan pacu di perpanjang menjadi 1.500 meter, dan pada tahun 1967 landasan di mulai proses pengaspalan Runway, Taxi, dan Apron setebal 7 cm serta pertambahan panjang landasan sepanjang 500 meter.
Pada tahun 1960 Pemerintah mengoperasikan bandara ini menjadi bandara Perintis dan mengubah nama dari Landasan Udara menjadi “Pelabuhan Udara Simpang Tiga”. Nama Simpang Tiga diambil karena lokasinya berada tiga jalan persimpangan yaitu jalan menuju Kota Madya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Rapat Kepala Kantor Perwakilan Departemen Perhubungan tanggal 23 Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Simpang Tiga terhitung tanggal 1 September 1985.
Pada 1 April 1994 Bandar Udara Simpang Tiga bergabung dengan Manejemen yang di kelolah oleh PT. Angkasa Pura II (Persero). Dan di sebut dengan Kantor Cabang Bandar Udara Simpang Tiga Yang kelak berubah nama menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang di tetapkan melalui keputusan Presiden No.Kep.473/OM.00/1988-AP II tgl. 4 April 1998 dan di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid tgl 29 April 2000. Pada tahun 2009 lalu, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II telah dimulai peluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II oleh pihak Angkasa Pura II yang bekerja sama dengan pemerintah provinsi Riau. Peluasan ini direncanakan akan diselesaikan pada akhir 2011 dan dibangun sebagai persiapan menghadapi Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang akan digelar pada 2012. Peluasan ini dilakukan karena dinilai tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang melalui menggunakan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang setiap tahunnya semakin meningkat.
Maskapai Penerbangan dan tujuan
Penumpang Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala Citilink Lumpur–Internasional, Medan, Palembang, Yogyakarta–Adisutjipto
EastIndo Charter: Dumai, Jakarta—Pondok Cabe, Pangkalan Kerinci, Singapura
Garuda Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta Indonesia
Indonesia Kertajati AirAsia
Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Medan, Surabaya, Yogyakarta– Lion Air Adisutjipto, Yogyakarta–Internasional Musiman: Jeddah[Catatan 1], Madinah[Catatan 2]
Malaysia Kuala Lumpur–Internasional Airlines Maskapai Tujuan
Malindo Air Kuala Lumpur–Subang, Melaka
Scoot Singapura
Sriwijaya Air Musiman: Kolombo
Susi Air Dabo, Pasaman Barat, Tanjung Balai Karimun, Tembilahan
Wings Air Bengkulu, Dabo, Dumai, Jambi, Padang, Palembang
1. ^ Transit ke Thiruvananthapuram 2. ^ Transit ke Thiruvananthapuram
Kargo Maskapai Tujuan
Asialink Batam
Cardig Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Republic Express Airlines Batam
Statistik
Penerbangan tersibuk keluar dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berdasarkan frekuensi[butuh rujukan][2][3]
Frekuensi Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan (Mingguan)
Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink, 1 133 Jakarta Batik Air Penerbangan tersibuk keluar dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berdasarkan frekuensi[butuh rujukan][2][3]
Frekuensi Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan (Mingguan)
2 35 Lion Air, Citilink Batam
3 14 Lion Air Medan
Kuala Lumpur- 4 10 AirAsia KLIA
5 14 Pelita Air Service, Wings Air[4] Dumai
6 Singapore 3 SilkAir
7 7 Indonesia Air Asia Bandung
8 Melaka 5 Malindo Air
Kecelakaan dan insiden
Pada tanggal 28 April 1981, Douglas C-47A PK-OBK milik Airfast Indonesia jatuh pada saat melakukan pendekatan merupakan penerbangan penumpang tidak berjadwal. Sembilan dari 17 orang dalam pesawat tewas.[5] Pada tanggal 14 Januari 2002, Lion Air Penerbangan 386 jatuh di hutan riau. Pada 14 Februari 2011, penerbangan Lion Air 392 keluar landasan di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Tidak ada korban jiwa atau cedera.[6][7] Pesawat itu mencoba mendarat tiga kali namun gagal.[8] Pada 15 Februari 2011 pesawat Lion Air yang lain keluar landasan.
Mengenai dua insiden diatas, kemenhub telah melarang semua pesawat Boeing 737-900 ER mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II ketika landasan pacu yang basah. Lion air akan menaati larangan tersebut dan akan menggantinya dengan pesawat Boeing 737-400 yang lebih kecil.
Pada tanggal 17 Juli 2012 pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 174, tergelincir keluar landasan.
Galeri
Terminal lama sebelum dihancurkan pada tahun 2013
Gerbang Bandara International Sultan Syarif Kasim II
Check in Counter
Ruang tunggu
Ruang tunggu domestik
Crown Lounge
Gedung VVIP & VIP Lancang Kuning
Interior terminal keberangkatan
6.Husein Sastranegara (Bandung)
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara (bahasa Inggris: Husein Sastranegara International Airport) (IATA: BDO, ICAO: WICC)[1] adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Jalan Pajajaran Nomor. 156, kelurahan Husen Sastranegara, kecamatan Cicendo, kota Bandung (ibu kota provinsi Jawa Barat).
Sejarah Pesawat bomber Martin B-10 milik Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda di Lapangan Terbang Andir (1937)
Pada awalnya Bandar Udara Husein Sastranegara merupakan sebuah peninggalan Pemerintah Hindia Belanda dengan sebutan Lapangan Terbang Andir, yaitu suatu nama lokasi di mana lapangan terbang tersebut berada. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946. Pada masa penjajahan Jepang daerah tersebut dijadikan basis Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Pada tahun 1920 Belanda mendirikan sebuah lapangan terbang yang diberi nama Luchtvaart Afdeling atau Vliegveld Andir. Setelah tahun 1942, lapangan terbang tersebut kemudian di ambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945. Ketika Indonesia telah merdeka, keadaan lapangan udara pada saat itu sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949. Setelah itu, lapangan terbang tersebut di ambil alih oleh AURI sebagai pangkalan militer pada tahun 1969 sampai 1973. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh dipergunakan untuk penerbangan komersial.
Pada tahun 1974 mulai dilakukan kegiatan pelayanan lalu lintas dan angkutan udara komersial secara resmi yaitu dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan nama Stasiun Udara Husein sastranegara Bandung untuk kepentingan kegiatan penerbangan komersial sipil. Selanjutnya pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 68/HK 207/PHB-83 tanggal 19 Februari 1983, klasifikasi Pelabuhan Udara ditingkatkan dari kelas III mejadi kelas II. Pada Tahun 1994 dilaksanakan Pengalihan Pengelolaan Bandar Udara dari Departemen Perhubungan kepada PT. Angkasa Pura II sesuai PP RI Nomor 26 Thn 1994 tanggal 30 Agustus 1994 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara RI ke dalam Modal sahan PT. Angkasa Pura II. Maskapai Penerbangan Maskapai Destinasi
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Denpasar/Bali, Kuala Lumpur—Internasional, Palembang
Balikpapan, Denpasar/Bali, Makassar, Medan, Palembang, Pekanbaru,
Citilink Pontianak, Silangit, Surabaya
Garuda Indonesia Batam, Denpasar/Bali, Singapura, Surabaya
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Bandar Lampung Explore
Indonesia AirAsia Denpasar/Bali, Kuala Lumpur—Internasional, Singapura
Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar,
Lion Air Mataram–Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Pontianak, Surabaya, Tanjung Pinang, Yogyakarta
Malindo Air Kuala Lumpur—Internasional
NAM Air Palangkaraya, Pangkal Pinang, Semarang, Surabaya
SilkAir Singapura
Thai Lion Air Bangkok—Don Mueang
Bandar Lampung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Malang, Semarang,
Wings Air Surakarta/Solo, Yogyakarta
XpressAir Padang, Palembang, Pontianak, Tanjung Pinang Transportasi Darat
Taksi
Taksi Primkopau Husein Sastranegara memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Bandung dan daerah sekitarnya termasuk Cimahi. Berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia, hanya Taksi Primkopau Husein Sastranegara yang diperbolehkan untuk mengantarkan penumpang. Tiket taksi dapat dibeli di loket di pintu keluar bandara baik domestik atau internasional. Bagaimana pun juga, seluruh taksi diperbolehkan untuk mengantarkan penumpang menuju bandara.
Angkutan kota
Angkutan kota yang dikenal juga dengan angkot , tersedia setiap saat menuju ke terminal umum. Angkot merupakan alternatif transportasi paling ekonomis. Angkutan kota (angkot) yang melintasi kawasan Husein Sastranegara ini menuju ke Terminal Cicaheum, Ciroyom, Cibeureum dan Cijerah.
Angkot dari bandara ini sangat mudah didapat karena lokasi bandara yang sangat dekat dengan pusat kota. Bahkan dengan berjalan kaki, hanya dibutuhkan waktu 10-menit untuk menuju jalan utama yang terlayani oleh angkot.
Sewa mobil
Bandara ini juga menyediakan sewa mobil dari operator lokal dan internasional meliputi: TRAC, Avis, Thrifty dan Hertz.
Kereta api
Dengan berjalan dengan jarak 200-meter, anda akan mendapatkan Stasiun Andir.
7.Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh)
Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, (Inggris: Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh: Bandar Udara Antar Nanggroë Sultan Iskandar Muda), dikenal juga dengan Bandar Udara Internasional Banda Aceh (Inggris: Banda Aceh International Airport) (IATA: BTJ, ICAO: WITT) adalah sebuah bandar udara yang melayani Kota Banda Aceh dan sekitarnya, yang terletak di wilayah Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Iskandar Muda, seorang Raja dari Aceh. Bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura II, untuk melayani rute domestik dan internasional. Saat ini sudah ada tiga penerbangan internasional, yaitu Air Asia ke Kuala Lumpur dan Firefly ke Penang dan Malindo Air ke Penang
Bandara ini juga pernah difungsikan sebagai basis pengiriman obat-obatan sesudah Gempa bumi Samudera Hindia 2004, yang hilir mudik dari berbagai wilayah di Dunia, kepada para pengungsi yang terisolir di berbagai wilayah yang dihantam Tsunami di Aceh. Setelah dilanda Tsunami pada 26 Desember 2004, bandara ini telah direnovasi dan memiliki landasan pacu sepanjang 3.000 meter yang mampu menampung pesawat berbadan lebar. Pada 9 Oktober 2011 sebuah Boeing 747-400 berhasil melakukan take off dan landing, yang membuktikan bahwa bandara ini bisa dijadikan tempat transit bagi perusahaan penerbangan internasional.
Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda mendapatkan Bandara Terbaik Dunia untuk Wisatawan Halal di Dunia Halal Tourism Awards 2016. Sejarah
Bandara Sultan Iskandar Muda dibangun oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1943. Saat itu, bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 1400 meter dan lebar 30 meter berupa huruf T dari ujung selatan memanjang dari timur ke barat.
Pada tahun 1953 Bandara Sultan Iskandar Muda (pada waktu itu bernama Bandara Blang Bintang) dibuka kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk tujuan pendaratan pesawat. Landasan pacu hanya menggunakan landasan pacu dari Utara ke Utara sepanjang 1400 meter. Pesawat pertama yang mendarat setelah dibuka kembali adalah DC-3 Dakota, dan beberapa tahun kemudian, Convair 240.
Pada tahun 1968, bandara ini telah mengembangkan perluasan landasan pacu hingga 1.850 meter dengan lebar 45 meter, dan celemek 90 x 120 meter, sehingga bisa menampung pesawat yang lebih besar seperti Fokker F28.
Pada tahun 1993 dan 1994, Bandara Sultan Iskandar Muda kembali mengalami perkembangan yang terkait dengan MTQ Nasional yang diadakan di Banda Aceh, dengan perluasan landasan pacu 2250 x 45 meter, yang dapat menampung pesawat DC-9 dan B-737 dan didukung dengan pemasangannya. Dari Radar yang terletak di Gunung Linteung sekitar 14 & nbsp; km dari bandara.
Pada tanggal 9 April 1994, Bandara Sultan Iskandar Muda bergabung dengan PT (Persero) Angkasa Pura II, berdasarkan surat Menteri Keuangan No. 533 / MK.016 / 1994 dan Surat Menteri Perhubungan A. 278 / AU.002 / SKJ / 1994
Perubahan nama Bandara Blang Bintang ke Bandara Sultan Iskandar Muda adalah:
1. Surat Legislatif Daerah Istimewa Aceh Nomor 553.2 / 661 tanggal 4 April 1995 2. Surat Gubernur Daerah Khusus Aceh Nomor 553.2 / 8424 tanggal 11 April 1995 3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 1995 tanggal 11 Mei 1995 tentang Perubahan nama Bandara Blang Bintang menjadi Bandara Sultan Iskandar Muda. Pada tahun 1999, Bandara Sultan Iskandar Muda melanjutkan pengembangan dengan menambahkan landasan pacu sepanjang 2.500 meter untuk dapat menampung pesawat A330, untuk melayani keberangkatan para peziarah sehubungan dengan pemilihan Bandara Sultan Iskandar Muda sebagai salah satu ziarah embarkasi / pelayaran .
Perkembangan terakhir dari bandara ini adalah pada tahun 2009 dimana panjang landasan pacu kembali meningkat menjadi 3000 meter dengan lebar 45 meter, bangunan terminal baru menggantikan bangunan terminal lama. Bandara ini diresmikan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 Agustus 2009, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke Aceh secara resmi untuk membuka Pekan Budaya Aceh tahunan kelima (Pekan Kebudayaan Aceh).
Bandar udara ini pernah dilayani oleh Garuda Indonesia sebanyak 4 (empat) kali.
Pemegang kendali
Bandar udara ini kendali operasionalnya dipegang PT. Angkasa Pura II yang juga menaungi 11 Bandar udara lainnya.
Maskapai dan destinasi
Maskapai penerbangan penumpang Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Bangkok Airways Phuket
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Citilink Medan
Firefly Penang
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta Maskapai Tujuan
Musiman: Jeddah, Madinah
Indonesia AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Medan
Lion Air Musiman: Jeddah[Catatan 1]
Malindo Air Penang
Susi Air Blangkejeren, Blangpidie, Kutacane, Meulaboh
Wings Air Phuket
Statistik Tahun 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000
Peningkat an 465.8 462.0 486.0 568.6 550.0 523.9 465.9 287.0 214.8 150.1 103.6 63.01 penumpa 65 89 96 53 42 58 00 91 66 25 46 4 ng
Kargo (dalam 9.876 7.978 8.674 3.256 2.391 2.170 2.086 1.084 923 1.463 1.148 1.307 satuan ton)
Peningkat an 654 546 487 1.000 930 908 673 431 219 172 154 98 pesawat
8.Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang)
Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah (IATA: TNJ, ICAO: WIDN), Sebelumnya Bandar Udara Kijang, adalah Bandar udara internasional yang terletak di Kota Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Bandara ini dikelola PT. Angkasa Pura II.
Statusnya dari dulu adalah internasional, tetapi dikarenakan Kepulauan Riau belum pisah dari Riau Daratan maka bandara ini jarang dipergunakan. Setelah tahun 2001 Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi baru di Indonesia, maka terjadilah pembangunan yang pesat di kota Tanjung Pinang dan bandara ini diramaikan lagi oleh beberapa maskapai penerbangan yaitu Merpati pada tanggal 19 Desember 2007, Sriwijaya Air pada awal bulan Februari 2008 dan Riau Airlines pada pertengahan tahun 2005.
Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengucurkan dana untuk pengembangan Bandara ini. Proyek mulai berjalan pada bulan Juni. Pengembangan bandara meliputi penambahan fasilitas seperti radar dan landasan pacu ditambah sekitar 400 meter dari awalnya yang hanya 1.856 meter menjadi 2.256 meter. Selain itu, gedung terminal bandara juga diperluas dari 2.118 meter persegi menjadi 8.348 meter persegi. Dengan perluasan itu diharapkan dalam satu tahun mampu melayani 600 ribu orang. Pada April 2008 bandara ini resmi berganti nama dari Bandar Udara Kijang menjadi Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Nama bandara diambil dari nama Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga memperoleh Bintang Maha Putra Adi Pradana. Perpanjangan landas pacu hingga 3578 oleh 45 meter (11739 ft × 148 ft), dan sejak September 2014 sudah dipergunakan.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur–Internasional
China Southern Charter: Guiyang
Airlines Maskapai Tujuan
China Eastern Charter: Guiyang
Airlines
Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta
Indonesia AirAsia Kuala Lumpur–Internasional
Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Semarang, Surabaya,
Lion Air Yogyakarta–Internasional
NAM Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta–Adisutjipto
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Susi Air Dabo, Letung
Wings Air Dabo
XpressAir Matak, Natuna, Yogyakarta–Adisutjipto
Sejarah Singkat Lanud RHF
Pembuatan Lapangan Terbang Kijang dalam masa peralihan Pemerintahan Hindia Belanda ke Pemerintahan Republik Indonesia sekitar tahun 1950-1952, Garuda (GIA) masih meneruskan penerbangan KNILM dengan pesawat Catalina dimana agen Garuda ini sejak awal ditangani oleh Rachmat Kadir. Tentara Jepang pernah merintis untuk mencari lokasi pembuatan Lapangan Terbang Kijang (Bandara Raja Haji Fisabilillah) yang sekarang ada, tetapi maksud Jepang tersebut tidak jadi terlaksana secara sempurna karena keburu kalah perang.
Tahun 1951-1952 tim survei dari Jakarta tiba di Tanjungpinang, dimana survei ini segera dilanjutkan dengan pembangunan Lapangan Terbang oleh PU dan beberapa kontraktor terkemuka pada saat itu. Tahun 1953 Lapangan Terbang Kijang diresmikan oleh Menteri Perhubungan RI Adnan Kapau Gani, dalam bentuk lapangan terbang yang sederhana dengan runway bouksit yang diperkeras serta fasilitas penerbangan lainnya yang masih sangat minim. Tercatat pesawat yang melakukan pendaratan pertama kali di Lapangan Terbang Kijang adalah pesawat Garuda (GIA) jenis Heron.
Dengan Surat Keputusan Kasau Nomor: 179 Tanggal 16 Juli 1958, terhitung 1 Juli 1958 Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang dinyatakan resmi berdiri. Dalam rangka pembinaan tradisi dan memupuk "Sense of Bilongings" dari para anggota Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang secara pasti dan otentik tanggal 1 Juli 1958 dapat dijadikan patokan sebagai "Hari Jadi Pangkalan Udara Tanjung Pinang (Lanud Rhf)" yang mulanya berstatus Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang.
Komandan Lanud RHF
Komandan Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) dari masa ke masa[6]:
1. Kapten Udara Intarso (1964-1967) 2. Kapten Pnb Hendro Sunarto (1967-1972) 3. Mayor Pnb M. Isnain Mahmud (1972-1974) 4. Kapten Pom Ngadijo (1974-1977) 5. Mayor Pnb Daniel Boroh (1977-1979) 6. Mayor Pnb Gandhy NS (1979-1982) 7. Mayor Pnb Djaja Subagdja (1982-1984) 8. Letkol Nav Atmadji (1984-1987) 9. Letkol Nav Giantono BS (1987-1989) 10. Letkol Pnb Slamet Widodo (1989-1991) 11. Letkol Pnb Sodik Sukarno (1991-1993) 12. Letkol Pnb Haryantoyo (1993-1996) 13. Letkol Pnb Sukanto Haryono (1996-1998) 14. Letkol Pnb Ilyanus Sanusi (1998-2000) 15. Letkol Pnb Emir Panji (2000-2002) 16. Letkol Pnb A. Rasyid Jauhari (2002-2004) 17. Letkol Pnb Irawan Nurhadi (2004-2005) 18. Letkol Pnb Sugiharto (2005-2006) 19. Letkol Sus M. Tawakal S. Sidik (2006-2008) 20. Letkol Pnb Nandang Sukarna, M.Si. (2008-2010) 21. Letkol Pnb Amran Rasjid (2010-2011) 22. Letkol Pnb M. J. Hanafie (2011-2013) 23. Letkol Pnb Hendrayansyah, S.Sos. (2013-2014) 24. Letkol Pnb I Ketut Sadewa Wahyu Wijaya (2014-2015) 25. Letkol Pnb Andy Ferdinand Picaulima, S.Sos. (2015-2016)[7] 26. Kolonel Pnb Ignatius Wahyu Anggono, S.E., M.M. (2016-2017)[2] 27. Kolonel Pnb M. Dadan Gunawan, S.T. (2017-2019)[8] 28. Kolonel Pnb Elistar Silaen, S.T. (2019)[9] 29. Kolonel Pnb. Andi Wijanarko (2019-sekarang)
9.Sultan Thaha (Jambi)
Bandar Udara Sultan Thaha (bahasa Inggris: Sultan Thaha Airport) (IATA: DJB, ICAO: WIJJ), adalah bandar udara internasional yang terletak di Kota Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Bandara ini mulai bulan April 2007 dikelola oleh PT. Angkasa Pura II, yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jambi. Saat ini ada 8 maskapai penerbangan yang setiap harinya melakukan penerbangan sebanyak 23 kali, di antaranya Batik Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, Nam Air, Sriwijaya Air, Susi Air, dan Wings Air. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Thaha Syaifuddin, seorang pahlawan Nasional Indonesia dari Jambi.[3]
Sejarah
Bandara ini dibangun pada masa penjajahan dengan nama Lapangan Terbang Paalmerah. Mulai tahun 2011 ini. Bandara Sultan Thaha akan ditingkatkan kemampuannya untuk melayani penumpang pesawat yang terus meningkat serta peningkatan panjang dan lebar landasan (Panjang dan lebar saat ini 2.220 meter dan 30 meter dan akan ditambah menjadi 2.600 meter dan 45 meter). Peningkatan landasan ini dilakukan untuk melayani pesawat-pesawat berbadan lebar, terutama dari Garuda Indonesia. Pihak Angkasa Pura juga akan menambahkan peralatan Instrument Landing System (ILS) yang dapat membantu pesawat mendarat dalam cuaca buruk. ILS adalah peralatan yang wajib dipasang di bandar udara berstandar internasional, sama seperti tujuan peningkatan bandar udara ini, yaitu menjadikan Sultan Thaha Syaifuddin sebagai bandara internasional pada tahun 2012[4].
Pengembangan
Terminal baru Bandar Udara Sultan Thaha yang sedang dalam tahap pembangunan.
Terminal baru Bandara Sultan Thaha dibuka pada tanggal 27 Desember 2015. Terminal ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Juli 2016. Landasan pacu akan dilebarkan menjadi 3000 meter x 45 meter yang akan bisa didarati pesawat berbadan lebar. Fasilitas
Bandara Sultan Thaha menyediakan berbagai fasilitas untuk pengunjung. Tersedia Wi-Fi dan kiosk untuk melihat status penerbangan. Terdapat beberapa toko yang menjual berbagai macam makanan dan cinderamata, seperti Pempek Selamat, Rotiboy, dan AlfaExpress.
Maskapai Penerbangan Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta
Citilink Jakarta–Soekarno–Hatta
Garuda Jakarta–Soekarno–Hatta, Palembang Indonesia
Lion Air Batam, Jakarta–Soekarno–Hatta, Medan
Sriwijaya Air Batam, Jakarta–Soekarno–Hatta
Susi Air Dabo
Bandar Lampung, Bengkulu, Lubuklinggau, Medan, Muara Bungo, Padang, Wings Air Palembang, Pekanbaru
10.Depati Amir (Pangkal Pinang)
Bandar Udara Depati Amir (bahasa Inggris: Depati Amir Airport) (IATA: PGK, ICAO: WIPK) dikenal juga Bandar Udara Pangkal Pinang, adalah bandar udara yang terletak di Kota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II sejak bulan Januari 2007. Pada awalnya bernama Pelabuhan Udara Pangkal Pinang yang dibangun sejak penjajahan Jepang tahun 1942 sebagai pertahanan dari serangan tentara sekutu. Sesuai dengan surat Sekjen Dephub No. 378/TLK/DEPHUB/VIII/85 tanggal 22 Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara diubah menjadi Bandar Udara. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. SK.1/AU.106/PHB-99 tanggal 25 Agustus 1999, nama Bandar Udara Pangkalpinang diubah menjadi Bandar Udara Depati Amir, yang merupakan UPT dari Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan.
Sejak 1 Januari 2007, Bandara ini diserahkan pengelolaannya kepada sebuah BUMN yang membidangi pengelolaan beberapa bandara di wilayah barat Indonesia, yaitu PT. Angkasa Pura II (Persero).
Bandara ini telah sekian kali mengalami perubahan fisik, baik wilayah Terminal penumpang, fasilitas Landasan pacu, apron, maupun ruang udara. Terminal penumpang terus mengalami perluasan. Landasan pacu, pada awalnya berupa hamparan rumput, kemudian tanah keras atau biasa disebut runway strip. Seiring dengan bertambahnya kapasitas dan ukuran pesawat yang semakin besar, landasan pacu dikembangkan dengan konstruksi aspal. Pada tahun 1978, landasan tersebut dipindah bergeser ke arah barat sejauh sekitar 75 meter, dengan panjang 1200m. Kemudian secara bertahap terus diperpanjang 1600 m, 1800m, 2000m dan selanjutnya tahun 2013 runway telah mencapai panjang 2250m x 45m. Dalam sejarah perpanjangan landasan pacu ini, pernah juga memotong sebuah jalan raya, hingga pada akhirnya jalan raya tersebut dialihkan ke arah jalur yang lebih sesuai. Hingga saat ini runway bandara ini telah mampu didarati pesawat tipe Boeing 737-800NG/900ER, & Airbus A320, walaupun dalam kapasitas yang terbatas.
Tempat parkir pesawat (apron) juga telah beberapa kali mengalami overlay (penebalan aspal). Hingga saat ini apron bandara ini telah mampu menampung 4 pesawat berbadan lebar sekaligus, seperti tipe Boeing 737-800NG/900ER, & Airbus A320.
Untuk ruang udara yang dikendalikan oleh unit Pelayanan Lalu Lintas Udara Bandara Depati Amir pada awalnya hanya melayani sebatas wilayah sekitar bandara hingga ketinggian 2500 kaki. Pada tahun 1992, batas wilayah berkembang, dengan batas horizontal hingga 30 Nm, dan batas vertikal 15.000 kaki. Pada tahun 2008 setelah dikelola oleh PT. Angkasa Pura II, batas horizontal diperlebar hingga jarak variatif 80 Nm, sedangkan batas vertikal hingga 24.500 kaki.
Sejak 1 Januari 2013 pengelolaan ruang udara pada Bandara Depati Amir beralih kepada Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau yang juga dikenal dengan AirNav Indonesia.
PT Angkasa Pura II akan melakukan Review Rencana Induk Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Hal ini dilakukan untuk merespon peningkatan jumlah penumpang yang melebihi estimasi KP 623 tahun 2012 dan perubahan layout dalam pengembangan. Selain itu pihak PT Angkasa Pura II mendukung rencana Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menjadikan Bandara Depati Amir Pangkal Pinang menjadi Bandara Internasional.
Rencananya pengembangan Bandara Depati Amir Pangkal Pinang akan dilakukan dalam tiga tahap. Beberapa diantaranya, pada tahap pertama runway yang sekarang 2250 meter x 45 meter akan diperpanjang menjadi 2600 mter x 45 meter. Sedangkan untuk apron dari 410 meter x 92 m menjadi apron 420 meter x 123 meter. Dijelaskan oleh General Manager Bandara Depati Amir Pangkal Pinang Chuanda, sampai dengan 2017, pergerakan penumpang mencapai 2.053.947 Pax/tahun. Diproyeksikan pergerakan penumpang akan mencapai 5.205.583 Pax/tahun.
Pada tanggal 14 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Maskapai Penerbangan Maskapai Tujuan
Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Garuda Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang, Tanjung Pandan
Indonesia
Lion Air Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang, Surabaya
Palembang, Tanjung Pandan, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta–
Nam Air Internasional
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang
Susi Air Dabo
Wings Air Bandung, Dabo, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Palembang, Tanjung Pandan
11.Silangit (Tapanuli Utara)
Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja XII (bahasa Inggris: Sisingamangaraja XII International Airport) (IATA: DTB, ICAO: WIMN), sebelumnya Bandar Udara Internasional Silangit, adalah bandar udara yang terletak di Siborong-borong, Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Bandar udara ini memiliki ukuran landas pacu 2.400 m x 30 m. Jarak dari pusat kota sekitar 7 km.
Sejarah
Bandar Udara Silangit dibangun pada masa penjajahan Jepang. Pembangunan kembali bandara ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter sehingga menjadi 1.400 meter. Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara pun mulai dilakukan dengan gencar. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas pacu sepanjang 2.400 meter dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali menjadi 3800 oleh 45 meter (12467 ft × 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar secara reguler. Pada tanggal 18 Januari 2011, Bandara Silangit didatangi oleh Presiden RI beserta rombongan yang menggunakan pesawat Boeing 737-500. Dengan kedatangan Presiden tersebut, dinyatakanlah bahwa Bandara Silangit telah sanggup melayani pesawat sekelas A320, A320neo, A330, & B737 Next Generation, & MAX.
Luas Terminal saat ini = 100 m2 (Terminal A) & 700 m2 (Terminal B), Fasilitas Navigasi = NDB, AFIS, PAPI & DVOR/DME, Fasilitas Keamanan Penerbangan = X-Ray Baggage, X-Ray Cabin, Walk-through Metal Detector & Handheld Metal Detector, Fasilitas Keselamatan Penerbangan = PKP-PK Type V, Gunebo & Ambulance, Fasilitas Listrik = Generator Set 25 & 125 KVA, Airfield Lighting System (AFL), Apron Light & Apron Flood Light, Fasiitas Terminal = Conveyor Belt, Timbangan Digital, Running Text, LCD Information, Fasilitas Peralatan = Wheel Tractor Rotary Mower, Hand Mower, .
Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Bandara Silangit adalah satu-satunya bandara kelas IV yang memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di Indonesia. Pada 14 Desember 2012, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT Angkasa Pura II (Persero). Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara UPT menjadi bandara komersial.
Sebagai Bandara ke 13 PT. Angkasa Pura II (Persero), pembenahan fasilitas pelanan terus dilakukan hingga saat ini, renovasi toilet untuk pemenuhan standar toilet juara, renovasi Musholla dan Tempat Wudhu yang layak, pembuatan Kid Zone, pengadaan Free Charging, penguatan sinyal wifi, perbaikan area counter check in dan pembenahan Nursery Room, adalah sebagian dari pembenahan tersebut.
Bandar Udara Silangit juga sedang mengupayakan kesempurnaan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, demi mewujudkan program zero incident, zero accident & zero workplace accident.
Saat ini Penerbangan silangit dilayani operator Wings Air untuk Rute Batam - Silangit, dan Susi Air untuk Rute Medan - Silangit dan Gunung Sitoli - SIlangit. Program penerbangan langsung Jakarta - Silangit terus diupayakan dengan optimal melalui pembenahan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan.
Progress penumpang dari dan ke Bandara SIlangit mencapai rata-rata 100% setiap tahunnya. Pada Tahun ini penumpang dari dan ke Bandara SIlangit ditargetkan mencapai 25.000 pax, meningkat 120 % dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 12.009 pax.
Bandara Silangit juga sedang dipersiapkan untuk melayani peningkatan wisatawan ke Danau Toba dan area Tapanuli lainnya. Fasilitas Pendukung
Ruang VIP Mushola & Perangkat Sholat Wi-Fi Charger Ponsel Tempat Bermain anak Ruang Menyusui - Fasilitas air mineral, Tissue Basah, Diapers TV Informasi Surat Kabar dan majalah Toilet Kursi Roda Area Merokok
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur–Internasional
Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Citilink Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno–Hatta
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Susi Air Gunung Sitoli, Medan
Wings Air Gunung Sitoli, Medan, Padang
12.Banyuwangi (Jawa Timur)
Bandar Udara Internasional Banyuwangi (bahasa Inggris: Banyuwangi International Airport) (IATA: BWX, ICAO: WADY (sebelumnya WARB)) terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Bandara dengan landas pacu 2.500 meter dan lebar 45 meter ini dibuka pada 29 Desember 2010. Bandara ini diklaim sebagai bandara hijau pertama di Indonesia[3].
Sejarah
Keberadaan Bandar udara Internasional Banyuwangi saat ini adalah merupakan buah gagasan dari Bupati Banyuwangi Purnomo Sidik (1991-2000) diperiode akhir masa jabatanya pada saat itu. Sebenarnya rencana awal lokasi pembangunan bandara Banyuwangi ini adalah di kecamatan Glenmore dibekas lokasi Lapangan terbang Blambangan. Lapangan terbang Blambangan itu sendiri adalah sebuah lapangan terbang pertanian yang dibangun pada dekade 1970an yang hanya digunakan untuk kegiatan pertanian yang salah satunya adalah digunakan sebagai landasan pesawat capung untuk menyemprot pestisida guna memberantas serangan hama wereng yang terjadi pada waktu itu.
Pada saat itu anggaran untuk proyek pembangunan bandara baru tersebut sudah disiapkan bahkan material bangunan sudah sempat dikirim menuju lokasi di Glenmore namun proyek itu urung terlaksana karena bupati Purnomo Sidik mengundurkan dari jabatannya karena dianggap tidak mampu menyelesaikan peristiwa pembunuhan orang-orang yang diduga dukun santet pada pertengahan tahun 1998 yang dikenal dengan peristiwa Pembantaian Banyuwangi 1998 yang terjadi waktu itu. Rencana pembangunan seterusnya dilanjutkan pada masa kepemimpinan Bupati penggantinya yaitu Samsul Hadi. Namun setelah melalui tahap kajian lebih lanjut ternyata lokasi bekas lapangan terbang Blambangan di Kecamatan Glenmore tersebut tidak layak untuk dijadikan bandar udara karena topografi wilayah kecamatan Glenmore yang bergunung- gunung. Kemudian, melalui keputusan menteri (Kepmen) nomor 49 tahun 2003, ditentukanlah lahan untuk pembangunan bandara yang baru yaitu berada di wilayah Desa Blimbingsari yang pada saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Rogojampi.
Pembangunan bandara dilokasi baru ini memakan waktu bertahun-tahun karena proses pembebasan lahan yang tak kunjung selesai. Dalam perihal pembebasan lahan ini dua bupati Banyuwangi terjerat dalam kasus korupsi penggelembungan harga tanah pembebasan lahan yang merugikan negara sejumlah Rp 40,99 miliar. Dua bupati tersebut adalah Bupati Samsul Hadi yang merugikan negara sejumlah Rp 21,23 miliar dan Bupati Ratna Ani Lestari senilai Rp 19,76 miliar.[5] Meski diiringi oleh dua kasus korupsi yang terjadi tetapi pembangunan bandara baru ini tetap berlanjut secara bertahap dalam kurun waktu 2004 hingga 2008 dengan pendanaan yang berasal dari APBN.
Pada tanggal 29 Desember 2008, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal melakukan kunjungan singkat ke Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi dengan didampingi oleh Bupati Ratna Ani Lestari beserta rombongan. Dalam kunjungan ini Menteri Perhubungan merasa optimis bahwa penerbangan di Kabupaten Banyuwangi dapat berkembang pesat dengan adanya bandar udara yang menurutnya cukup bagus dan ideal. Pada 23 Januari 2009, tim dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi. Beberapa waktu kemudian, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengeluarkan surat nomor 167/DBU/II/2009 tertanggal 9 Februari 2009 tentang pemanfaatan Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi yang garis besar isinya adalah bahwa bandara dapat digunakan untuk lepas landas dan mendarat pesawat jenis CASA. Tanggal 26 Desember 2010 dilakukan proving flight ( uji kelayakan terbang ) pesawat milik PT Sky Aviation oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagai salah satu syarat akan diadakannya penerbangan komersial dengan pesawat tersebut. Pada tanggal 21 April 2009 bandara ini mulai digunakan oleh Bali International Flight Academy (BIFA) untuk keperluan pelatihan lepas landas dan mendarat bagi para calon pilot. Untuk penerbangan komersil, mulai dibuka pada 29 Desember 2010 oleh maskapai Sky Aviation setelah sebelumnya diadakan uji kelayakan terbang pada 26 Desember 2010 menggunakan pesawat C208 Grand Caravan. Penerbangan ini sekaligus menjadi tanda diresmikannya Bandara Blimbingsari sebagai bandara komersil. Penandatanganan prasasti peresmian dilakukan oleh Wakil Menteri Perhubungan saat itu Bambang Susantono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pada tahun 2017 bandara ini berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi, melalui surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 830 tahun 2017. Dan pada 22 Desember 2017, bandara ini dialihkan pengelolaannya ke Angkasa Pura II.
Perkembangan
Hanggar Sekolah Pilot Banyuwangi (BP3B)
Selain berfungsi sebagai bandara komersial, Bandar Udara Banyuwangi juga digunakan untuk keperluan pendidikan penerbangan. Setelah sebelumnya Bali International Flight Academy (BIFA) menggunakan bandara ini, Kementerian Perhubungan mendirikan Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (LP3B) yang diresmikan pada 23 Desember 2013[7] yang kemudian berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi (BP3B) melalui Permenhub RI PM/123/2015. Selain dua sekolah penerbangan di atas itu terdapat Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).
Perkembangan fasilitas
Pada awal pembangunannya, Bandara Banyuwangi (saat itu masih bernama Bandara Blimbingsari) memiliki panjang landasan 900 m dan lebar 23 m. Kemudian agar dapat dijadikan bandara komersil, landasan diperpanjang hingga 1.400 m dan lebar 30 m di mana pembangunannya dimulai tahun 2008. Dua tahun setelah beroperasi, landasan kembali diperpanjang menjadi 1.800 m dengan ketebalan 27 PCN[8]. Tahun 2015, untuk pengembangan menuju bandara internasional dan agar mampu mengakomodasi pesawat yang lebih besar, landasan kembali diperpanjang menjadi 2.250 meter dengan ketebalan 40 PCN[9].
Pembangunan terminal hijau
Pada tahun 2015, Pemerintah mulai membangun terminal baru yang lebih besar. Pembangunan terminal baru ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Timur senilai Rp 22,5 miliar dan APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp 10,5 miliar. Anggaran ini dipergunakan untuk pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir[10].
Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami di siang hari. Selain itu terminal baru ini mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Osing. Terminal yang didesain oleh Andra Matin ini diresmikan pada 2017.[11].
Salah satu ruangan dalam terminal baru
Konservasi air terminal baru
Ruang tunggu
Pintu kedatangan
Perkembangan rute
Baliho Penerbangan Garuda Indonesia ke Bandara Banyuwangi
Bandara ini membuka layanan penerbangan komersil dari maskapai Sky Aviation pada tanggal 29 Desember 2010. Pesawat yang digunakan adalah jenis Grand Caravan berkapasitas 9-10 orang dengan rute Banyuwangi-Surabaya[12]. Pada tanggal 25 April 2011, Sky Aviation menambah armada di Bandara Banyuwangi dengan Fokker F50 berkapasitas 48 tempat duduk dan beroperasi di rute yang sama[12]. Sky Aviation lalu menghentikan operasional rute ini pada 20 Oktober 2011 karena kalah bersaing dengan maskapai lain yang ada di Bandara Banyuwang.
Merpati Nusantara Airlines sempat membuka rute Bandung-Semarang-Surabaya-Banyuwangi menggunakan pesawat MA60 berkapasitas 56 penumpang. Rute pulang pergi ini diresmikan 24 Agustus 2011, dihadiri oleh Bupati Abdullah Azwar Anas, Direktur Niaga PT. Merpati Nusantara Airlines Tonny Aulia Achmad, perwakilan Kemenhub dan Forkopimda Banyuwangi[14]. Rute ini ditutup 9 April 2013 karena masalah keuangan yang membelit perusahaan tersebut .
Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya- Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600 dan Bombardier CRJ1000 NextGen
Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya- Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600
Mulai tahun 2017, diusahakan pembukaan rute langsung Jakarta Soekarno-Hatta ke Banyuwangi. Rute ini pertama kali diisi oleh maskapai NAM Air pada 16 Juni 2017 menggunakan pesawat Boeing 737-500 berkapasitas 150 tempat duduk. Dalam persemian ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Presiden Direktur Sriwijaya Group Chandra Lie[18]. Lalu, Garuda Indonesia juga mengisi rute ini pada 8 September 2017 menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen[19]. Maskapai Citilink membuka penerbangan rute ini pada 15 Februari 2018 yang melayani penerbangan 2 kali sehari menggunakan Boeing 737-500[20] dan kemudian menggunakan Airbus A320 pada 9 Agustus 2018
Pada Desember 2018, Bandar Udara Banyuwangi secara resmi melakukan penerbangan perdana rute internasional yakni Banyuwangi - Kuala Lumpur (Malaysia) dan sebaliknya.
Dalam perjalanannya hingga saat ini, dalam catatan PT Angkasa Pura II (Persero) jumlah penumpang yang datang dan pergi dari bandara ini selama 2018 mencapai 366.155 penumpang, lebih banyak dari tahun 2017 sebanyak 190.369 penumpang. Sementara maskapai yang melayani penerbangan antara lain Batik Air, Citilink, Nam Air, Garuda Indonesia dan Wings Air
Transportasi dari dan ke Bandara
Bus DAMRI tersedia dari bandara menuju Kota Banyuwangi atau menuju ke Pelabuhan Ketapang dan Stasiun Banyuwangi Baru. Selain itu terdapat Taksi Bosowa dan Taksi Ramayana untuk transportasi dari dan ke bandara. Insiden
Pada 16 Januari 2017, pesawat Cessna 172 bernomor registrasi PK-MUA milik Mandiri Utama Flight School (MUFA) yang diawaki seorang siswi penerbang bernama Regina Marthalia, terbakar setelah sayap pesawat membentur landasan pacu. Regina selamat setelah berhasil keluar sebelum api menghanguskan seluruh badan pesawat
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Kuala Lumpur–
Citilink Internasional, Malang, Manado, Samarinda, Surabaya
Garuda
Jakarta–Soekarno–Hatta
Indonesia
Nam Air Jakarta–Soekarno–Hatta
Wings Air Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Malang, Surabaya
Xpress Air Banjarmasin
Galeri
ATC tower Bandara Blimbingsari lama
Apron Bandara Blimbingsari (2011)
13.Kertajati (Jawa Barat)
Bandar Udara Internasional Kertajati (bahasa Inggris: Kertajati International Airport, Sunda: ᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ), adalah bandar udara yang berada di bagian timur laut dari Jawa Barat, Indonesia.[3] Bandar udara ini merupakan bandar udara terbesar kedua di Indonesia berdasarkan luas setelah Bandar Udara Internasional Soekarno- Hatta[4], yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, kira-kira 68 kilometer di timur Bandung. Bandar udara ini dibangun untuk melayani sebagai bandar udara internasional kedua di wilayah metropolitan Bandung dan juga melayani Cirebon, bagian dari Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah.
Bandar udara ini diresmikan operasinya pada tanggal 24 Mei 2018, dengan Pesawat Kepresidenan Indonesia mendarat sebagai yang pertama di bandar udara ini. Bandar udara ini memiliki landasan pacu tunggal sepanjang 3.000 meter dan dapat menapung pesawat berbandan lebar seperti boeing 777.[5] Bandar udara baru ini berfungsi sebagai penyangga untuk membantu memudahkan lalu lintas udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Setelah selesai, Bandar udara ini akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun, dengan banyak ruang untuk ekspansi.[6] Bandar udara ini juga akan mengoperasikan terminal kargo dengan perkiraan resmi pada 1,5 juta ton kargo pada tahun 2020. Upaya memaksimalkan operasi bandara Kertajati, Pemprov Jabar pun akan merealisasikan pindahnya rute penerbangan bandara Husein ke bandara Kertajati dengan pertimbangan kendala transportasi.[7]
Sejarah
Pembangunan Bandara Kertajati sendiri sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Studi kelayakan Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, izin penetapan lokasi pun dilakukan sejak 2005. Saat itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup mendanai sendiri pembangunan bandara dengan APBD.
Namun, Pemprov Jawa Barat tak kunjung merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga 2011. Setelah dilakukan peninjauan ulang, pembangunan bandara ternyata membutuhkan alokasi APBN.
Ia menyebut selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus akibat pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014 untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi.
Tidak hanya itu saja, Bandara Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN). Pembangunan sejak 2015 hingga 2017 kemudian dilakukan dengan menggunakan anggaran Kementerian Perhubungan.
Adapun guna mengoperasionalkan bandara tersebut, Kementerian Perhubunga kemudian pada 22 Januari 2018 memfasilitasi penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT BIJB dan PT Angkasa Pura 2.
Bandara ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp2,6 triliun. Saat ini, pembangunan bandara sudah mencapai 98 persen, karena masih terdapat beberapa tahap pembangunan yang masih harus diselesaikan.
Maskapai Penerbangan Maskapai Tujuan Maskapai Tujuan
Indonesia Denpasar/Bali, Pekanbaru, Surabaya AirAsia
Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar, Mataram– Lion Air Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya, Yogyakarta– Adisutjipto
Transportasi Darat
Shuttle
Shuttle sudah tersedia dari dan ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati antara lain: Lintas Shuttle, CTU, PTrans dan Elang Cakra Ekspress dimulai sejak November 2018
Bus
Bus DAMRI siap melayani rute dari Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Kabupaten Majalengka ke Bandung dimulai sejak Oktober 2018.
14.Tjilik Riwut (Palangkaraya).
Bandar Udara Tjilik Riwut (IATA: PKY, ICAO: WAGG), sebelumnya Bandar Udara Panarung, merupakan sebuah bandara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Bandara ini adalah bandara terbesar di Kalimantan Tengah. Bandara ini juga merupakan Embarkasi Calon Jemaah Haji Kalimantan Tengah. Kini Bandar Udara Tjilik Riwut sedang dalam pembangunan Hangar Lion Air dan Sekolah Penerbangan Lion Air yang dikelola oleh Lion Air. Tahun depan landasan pacu di bandar udara ini akan di perpanjang menjadi 3,000 oleh 45 meter (10 ft × 148 ft). Saat ini juga telah dibangun dan diresmikan terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut dengan luas 29.124 meter persegi dengan tingkat dua dan dapat menampung penumpang sebanyak 2.200 orang. Selain itu Bandar Udara Tjilik Riwut juga diusulkan menjadi bandara internasional.
Sejarah
Sebelumnya Bandar Udara Tjilik Riwut mempunyai nama Pelabuhan Udara Panarung berdiri pada tanggal 1 Mei 1958 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Residen Kalimantan Tengah yaitu Bapak Tjilik Riwut. Pada saat itu dapat difungsikan dan didarati Pesawat Terbang jenis Twin Otter (dari TNI-AU) Pada Tanggal 24 September 1973 Pelabuhan Udara Panarung oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah di serah terimakan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Sejak itu tanggung jawab Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah beralih sepenuhnya kepada pemerintah pusat, sebagai tindak lanjut dari serah terima tersebut oleh Menteri Perhubungan Bapak Prof. Dr. Emil Salim dinyatakan Pelabuhan Udara Panarung Palangka Raya sebagai Pelabuhan Udara untuk lalu lintas udara dalam negeri (Domestik) dengan menggunakan pesawat jenis Fokker 27.
Pelabuhan Udara Panarung Menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 Nopember 1988 nama Tjilik Riwut (mantan Gubernur Kalimantan Tengah), diabadikan untuk nama Bandar Udara Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah Palangka Raya yang sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Panarung. Penggantian nama menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut serta penandatanganan prasastinya dilakukan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia Bapak Ir. Azwar Anas. Penggantian nama tersebut sesuai dengan usul Gubernur Kalimantan Tengah, DPRD Kalimantan Tengah dan rekomendasi/tanggapan Menteri Dalam Negeri. Pengabadian nama tersebut karena Tjilik Riwut adalah seorang Pahlawan Nasional (Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 6 November 1988 No.108/TK/1988). Pada tanggal 28 Maret 2019 terminal baru bandara ini mulai dioperasikan, semua aktivitas penerbangan di terminal lama bandara dipindahkan ke terminal baru bandara.
Lalu pada tanggal 8 April 2019 terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Maskapai
Maskapai Tujuan
Buntok, Kuala Kurun, Kuala Pembuang, Muara Teweh, Pangkalan Bun, Puruk Aviastar Cahu, Tumbang Samba
Batik Air Surabaya, Yogyakarta–Internasional
Citilink Surabaya
Garuda Jakarta–Soekarno–Hatta Indonesia
Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Surabaya
Susi Air Muara Teweh
TransNusa Balikpapan, Pangkalan Bun
Wings Air Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Makassar, Samarinda, Sampit
Tragedi/kecelakaan
29 Agustus 2011: Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 500 dengan nomor penerbangan GA 551 gagal melakukan penerbangan dari Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah menuju Jakarta dikarenakan mengalami gangguan udara pada kabin pesawat.Gangguan udara pada kabin pesawat itu baru diketahui ketika pesawat yang ditumpangi 96 orang itu sudah lepas landas dari Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya, pukul 08.04 WIB. Setelah berada di udara kurang lebih 10 menit pilot memutuskan kembali ke Bandar Udara Tjilik Riwut dengan alasan gangguan teknis. 30 September 2011: Garuda Indonesia Boeing 737 500 Dengan Tujuan Jakarta ke Palangka Raya, gagal mendarat karena Cuaca Kabut asap di Palangka Raya. insiden ini di akibatkan karena Cuaca Berasap dan Jarak Pandang Pilot pun Sangat Sedikit. Pilot Pun Akhirnya memutuskan untuk mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor di Banjarmasin. 22 April 2012: Garuda Indonesia Boeing 737 800NG Dengan No. penerbangan GA 550 Menabrak Burung Elang ketika Hendak Mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya. Tidak ada korban Jiwa dalam Insiden ini, Namun Moncong Pesawat yang tertabrak Elang itu Rusak. Dan penerbangan ke Jakarta tertunda, dan Penumpang tujuan Jakarta Diberangkatkan Pukul 20.00 Wib, Dengan Pesawat Pengganti Dari Jakarta. 22 September 2012: Lion Air Boeing 737 900ER yang di Carter oleh rombongan kontingen Kalteng pada PON XVIII sempat gagal mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya, Sabtu (22/9) pukul 00.15 dinihari. Kejadian ini terjadi ketika pesawat sudah menyentuh landasan, namun Pesawat kembali terbang dan Berputar-putar di udara selama 45 Menit, dan kemudian pesawat kembali mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya. Insiden ini terjadi karena ini Pesawat Carteran dan Pilot Belum pernah Mendarat di Palangka Raya bahkan di Malam Hari.
Transportasi dari dan ke bandara
Taksi Bandara
Taksi Bandara sekarang merupakan harapan mutlak untuk Kamu yang mendarat di Bandara Tjilik Riwut bila mengangkat tak sedikit barang bawaan dan tak dijemput oleh keluarga alias rekanan kerja. Tarif taksi di Bandara Tjilik Riwut bervariasi tergantung dari tujuan dan juga negosiasi, kisarannya merupakan kurang lebih Rp 50.000 – Rp 80.000 per penumpang untuk menuju ke pusat kota Palangkaraya. Angkot Taksi
Angkot alias Angkutan Kota di Palangkaraya di sebut dengan panggilan Taksi, sehingga jangan bimbang ya kalau berkunjung ke Palangkaraya dan disuruh naik Taksi itu berarti Angkot, sedangkan Taksi yang beneran taksi hanya melayani rute dari dan ke Bandara saja dan tak keliling di dalam kota. Untuk naik Angkot Taksi ini Kamu wajib berlangsung terlebih dahulu ke luar are Bandara, tarifnya kurang lebih Rp. 3000 per penumpang (tarif saat tulisan ini dibangun dan bisa berubah sewaktu-waktu).
Ojek Sepeda Motor
Untuk Kamu yang merasa tarif taksi terlalu mahal maka Kamu bisa memakai jasa Ojek Sepeda Motor. Tetapi ini pasti saja bila Kamu berangkat sendiri dan tak mengangkat barang bawaan terlalu tak sedikit. Untuk naik ojek sepeda motor ini Kamu wajib berlangsung dahulu ke arah belakang Bandara. Tarif merupakan sesuai negosiasi, tetapi umumnya merupakan kisaran kurang lebih Rp. 10.000 untuk jarak tempuh tak lebih lebih 1-2 kilometer.
Mobil Sewa / Travel
Untuk Kamu yang bakal melanjutkan perjalanan ke luar kota Palangkaraya, semacam Sampit, maka bisa meperbuat pemesanan mobil sewa alias travel sebelumnya. Kamu bakal dijemput langsung ke Bandara dan diantarkan langsung ke kota tujuan Anda.
Bus Damri
Sampai saat tulisan ini dibangun bus Damri belum beroperasi di Bandara Tjilik Riwut, tetapi telah masuk dalam rencana Perum Damri untuk mengoperasikan bus Damri di Bandara ini pada tahun 2015.
Grab Car
Grab Car beroperasi di Bandara Tjilik Riwut sejak Agustus 2019.
15.Supadio (Pontianak)
Bandar Udara Internasional Supadio (Inggris: Supadio International Airport) (IATA: PNK, ICAO: WIOO), sebelumnya bernama Bandar Udara Sei Durian atau Bandar Udara Sungai Durian, adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Jaraknya dari Kota Pontianak adalah 17 km sebelah selatan. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Luas Bandar Udara Internasional Supadio adalah 528 ha.
Sejarah
Bandar udara ini awalnya dibangun pada awal tahun 1940-an sebagai Bandar Udara Sungai Durian. Pada tahun 1980-an, bandar udara ini dinamai kembali sebagai Bandar Udara Supadio. Sejak 1989, rute internasional dibuka dari Bandar Udara Supadio ke Bandar Udara Internasional Kuching.
Perluasan
Bandar Udara Internasional Supadio sudah memiliki bangunan terminal baru dengan landasan pacunya yang lebih panjang dan lebar, agar menjadi bandara kelas dunia. Pada 2012 tender untuk pelapisan landasan pacu sepanjang 2.250 meter telah dilakukan dan pada awal 2013 pelapisan akan dilakukan. Proyek tahun jamak untuk memperluas landasan pacu menjadi 2.500 meter juga mulai pada tahun 2013. Sebelumnya, pada 2010-2011 landasan pacu telah diperlebar dari 30 meter menjadi 45 meter dan penambahan landasan pacu baru dengan panjang 3.500 meter x 60 Meter.[1]
Maskapai Penerbangan dan Tujuan Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional, Kuching
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta
Bandung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Citilink Charter: Guiyang
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Balikpapan, Ketapang, Palangkaraya, Putussibau, Sintang Explore
Balikpapan, Bandung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar,
Lion Air Semarang, Surabaya
Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Ketapang, Putussibau, Sintang, Yogyakarta
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Wings Air Ketapang, Kuching, Putussibau, Sintang
XpressAir Bandung, Yogyakarta
16.Minangkabau (Padang)
Bandar Udara Internasional Minangkabau (bahasa Inggris: Minangkabau International Airport) (IATA: PDG, ICAO: WIPT) atau biasa disingkat BIM adalah bandar udara bertaraf internasional utama di provinsi Sumatra Barat yang melayani penerbangan untuk Kota Padang. Bandara ini berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman.[3]
Bandar Udara Internasional Minangkabau mulai dibangun pada tahun 2002 dan dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing.[4] BIM merupakan bandara satu-satunya di dunia yang memakai nama etnis.[5]
Pada tahun 2006, bandar udara ini ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai tempat embarkasi dan debarkasi haji untuk wilayah provinsi Sumatra Barat, Bengkulu dan sebagian Jambi. Sejak 1 Januari 2012, jam operasional bandara ini diperpanjang oleh PT Angkasa Pura II hingga pukul 00.00 WIB, yang sebelumnya hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB.
Pembangunan
Bandar Udara Internasional Minangkabau dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan setelah 34 tahun lamanya digunakan.[3] Pembangunan bandara ini mulai dilakukan pada tahun 2001 dengan menghabiskan biaya sekitar 9,4 miliar Yen, dengan 10% di antaranya (sekitar 97,6 miliar Rupiah) merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB). Konstruksinya melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya dari Indonesia.[4]
Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter.[7] Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap tahunnya.[8] Pada tahun 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 m². Dengan pengembangan itu nantinya akan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per tahun.[8]
Bandar udara ini adalah bandara kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta yang pembangunannya dilakukan dari awal. Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap keduanya dimulai pada tahun 2010. Setelah semua tahap selesai pengerjaannya, panjang landasan bandara ini akan diperpanjang menjadi 3.600 meter, yang juga dilengkapi dengan landasan penghubung (taxiway) paralel di sepanjang landasan.[9]
Transportasi Darat
Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat diakses baik menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum seperti bus dan taksi yang beroperasi setiap hari dari Kota Padang dan kota-kota lain di sekitarnya.[4] Selama tahun 2015, jumlah penumpang di bandara ini telah mencapai 3,1 juta penumpang.[8] Sejalan dengan perkembangan bandara, pemerintah daerah telah membangun jalan layang di perempatan jalan masuk menuju bandara, yang disusul dengan pelebaran ruas jalan Tabing—Duku sepanjang 10 km yang merupakan bagian dari ruas jalan Padang—Bukittinggi.[4]
Bus
Bandara ini terhubung melalui angkutan bus dengan Kota Padang. Operator Rute Lokasi
Damri Pasar Raya Padang
Tranex Mandiri Lubuk Begalung Padang
Kereta api Artikel utama: Kereta api Minangkabau Ekspres
Untuk menuju Kota Padang, PT (Persero) Kereta Api telah membangun jalur kereta api baru sepanjang 4,2 km dari Stasiun Duku menuju Bandara Internasional Minangkabau.[10] Proyek ini menjadikan Bandar Udara Internasional Minangkabau tercatat sebagai bandara kedua di Indonesia yang dapat diakses melalui jalur kereta api.[11] Tertunda dari rencana semula, angkutan kereta api yang akan menghubungkan Stasiun Simpang Haru, Padang ini ditargetkan selesai pada Agustus 2016.[12] Kereta Bandara Minangkabau akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Mei 2018,[13] dengan tarif dari Stasiun Padang ke Stasiun Bandara Internasional Minangkabau hanya Rp10.000,00.
Maskapai dan tujuan
Sejumlah penerbangan yang dilayani bandara ini sama seperti bandara sebelumnya, yaitu Bandar Udara Tabing. Untuk penerbangan domestik, antara lain dengan Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Sipora, Yogyakarta, Palembang, Pekanbaru, Jambi, Gunung Sitoli, Surabaya, dan Bandung. Sementara untuk penerbangan internasional yaitu dengan Kuala Lumpur. Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat menampung Pesawat Airbus A300, Airbus A319, Airbus A320, Airbus A320neo, Airbus A330, Airbus A330neo, Airbus A340, Airbus A350, ATR 72, Boeing 747, Boeing 777, dan McDonnell Douglas MD-11. Kelengkapan fasilitas yang jauh berbeda dengan Bandar Udara Tabing, terbukti menggairahkan aktivitas penerbangan di bandara ini. Hingga saat ini tercatat sebanyak lima maskapai penerbangan nasional dan satu maskapai penerbangan asing yang telah beroperasi di bandara ini, antara lain adalah sebagai berikut. Penerbangan ke Singapura yang dilayani oleh Tigerair Mandala ditutup setelah beberapa bulan beroperasi karena rendahnya tingkat isian penumpang.
Statistik
Rute penerbangan terbanyak adalah rute bandara ini dari dan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.[16] Jadwal penerbangan tersibuk terjadi pada pukul 14:10 WIB. Jadwal penerbangan terbanyak terjadi pada hari Minggu. Jadwal penerbangan terbanyak terjadi pada bulan Desember.
Penumpang
Berikut daftar penerbangan langsung melalui Bandara Internasional Minangkabau:
Maskapai Tujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno–Hatta
Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno–Hatta, Palembang,
Citilink Surabaya
Batam, Gunung Sitoli, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno– Garuda Hatta, Palembang
Indonesia Musiman: Jeddah
Batam, Jakarta—Soekarno–Hatta, Kertajati, Medan, Semarang, Surabaya,
Lion Air Yogyakarta–Adisutjipto Musiman: Jeddah, Madinah
NAM Air Jakarta—Soekarno–Hatta Maskapai Tujuan
Saudia Musiman: Jeddah
Sriwijaya Air Jakarta–Soekarno—Hatta, Medan
Susi Air Kepulauan Batu, Mukomuko, Sipora
Bengkulu, Gunung Sitoli, Jambi, Padang Sidempuan, Palembang, Pekanbaru,
Wings Air Silangit
Kargo Maskapai Tujuan
Cardig Air Jakarta—Halim Perdanakusuma
Fasilitas
Bandara ini memiliki empat garbarata (pada tahap pembangunan terminal baru direncanakan menjadi tujuh) yang menghubungkan terminal dengan pesawat. Fasilitas pendukung yang dimiliki bandara ini adalah area bermain anak, toko yang menjual aneka suvenir, serta makanan seperti California Fried Chicken, Kiosk, Roti O dan Minang Mart, Soto Kriuk, dan masih banyak lagi.
Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi.
Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best I in Good
Corporate Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN Non-
Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good
Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize ‘INACRAFT Award 2010’ in category natural fibers, GCG Award 2011 as Trusted Company Based on Corporate
Governance Perception Index (CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia
Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara
Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel
& Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru, serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori
Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk
Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3
(Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional
Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng)
Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social Responsibility.
3.BANDAR UDARA SWASTA Sepuluh bandara itu adalah: 10 bandara yang dikelola pihak swastanisasi adalah
1.Raden Intan II (Lampung)
Bandar Udara Internasional Radin Inten II (bahasa Inggris: Radin Inten II International Airport), (IATA: TKG, ICAO: WILL), sebelumnya WICT, adalah bandar udara internasional yang melayani Kota Bandar Lampung di Provinsi Lampung, Indonesia. Nama bandar udara ini diambil dari nama tokoh yaitu Radin Inten II yang merupakan Kesultanan Lampung terakhir yang juga salah seorang Pahlawan Nasional asal Lampung. Bandar udara ini berlokasi di Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara di Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan berada di barat laut Kota Bandar Lampung.
Bandara ini mengadopsi gaya futuristik dan memiliki gedung parkir berlantai empat di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura II. Pembangunan gedung parkir berkapasitas 800 hingga 1000 kendaraan ini bertujuan untuk mengantisipasi peningakatan arus wisatawan menuju destinasi utama Lampung. Di antaranya arena berselancar Pantai Tanjung Setia, Taman Nasional Way Kambas (ASEAN Heritage Park Way Kambas), habitat alam lumba-lumba Teluk Kiluan, dan pesona bawah laut di Pulau Pahawang. Bandar Udara Internasional Radin Inten II di Provinsi Lampung merupakan bandar udara umum yang sudah di serah terimakan kepada PT Angkasa Pura II pada 14 Oktober 2019.
Bandara Radin Inten II Bandar Lampung resmi ditetapkan sebagai bandar udara bertaraf internasional. Keputusan Bandara Radin Inten II sebagai bandar udara internasional sesuai keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2044 Tahun 2018 tentang Penetapan Bandar Udara Radin Inten di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung sebagai Bandar Udara Internasional.
Sejarah Bandar Udara
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Branti adalah peninggalan Pemerintahan Jepang yang dibangun pada tahun 1943. Pada Tahun 1946 diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia Cq. Detasemen Angkatan Udara / AURI. Dari tahun 1946 s.d 1955 Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Detasemen Angkatan Udara / AURI dan pada saat itu belum ada penerbangan komersial/ reguler.
Pada tahun 1955, pengelolaan Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) karena pada tahun tersebut Detasemen Angkatan Udara / AURI memiliki pangkalan udara di Menggala Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 1956 Garuda Indonesian Airways merintis membuka jalur penerbangan yang pertama kali dengan rute Jakarta – Tanjung Karang PP, dengan menggunakan pesawat jenis Barron dan pada tahun itu juga penerbangan komersil dimulai dengan frekuensi penerbangan tiga kali/minggu (jenis pesawat Barron diganti Dakota) dengan panjang landasan pacu ± 900 M. Pada tahun 1963 secara resmi Bandar Udara Branti dari AURI diserahterimakan kepada Residen Lampung dan pada tahun 1964 diserahkan pengelolaannya kepada Djawatan Penerbangan Sipil (DPS).
Pada tahun 1975 (Pelita II Tahun I) dimulai pembangunan landasan baru yang terletak disamping/sejajar dengan landasan lama. Pembangunan landasan baru dengan maksud untuk dapat didarati pesawat jenis F -28 dan sejenisnya. Secara bertahap landasan dibangun dan pada saat itu panjangnya mencapai ± 1.850 M. Pada tahun 1976 pembangunan landasan beserta Apron yang baru telah selesai dan diresmikan penggunaannya pada bulan Juni 1976 oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Bapak Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat F - 28 MK 3.000.
Pada tanggal 1 September 1985 istilah Pelabuhan Udara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Branti dengan singkatan Bandara Branti, sesuai dengan Telex Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan No. 378/TLX/DEPHUB/VIII/85 Tanggal 22 Agustus 1985.
Sejak tanggal 11 Agustus 1989 PT. GIA tidak melayani jalur penerbangan Jakarta – Tanjung Karang PP dialihkan kepada PT. MNA diterbangi 7 Flight/hari dengan pesawat CN-235, disamping itu juga ada insidentil Flight / Penerbangan Carter. Selain untuk Jakarta – Bandar Lampung PP, dilayani juga rute Palembang – Bandar Lampung PP.
Terminal baru yang selesai dibangun tahun 1995 diresmikan dalam pengoperasian oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 22 Mei 1995. Bandara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Radin Intan II berdasarkan SK. Menteri Perhubungan No. KM. 10 Tahun 1997, tanggal 10 April 1997 diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 21 April 1997. Terhitung mulai tanggal 29 April 2004 PT. MNA yang tadinya mengoperasikan pesawat jenis Fokker F28 diganti dengan pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737-200 (MZ – 202 / Flight II).
Pada Tahun Anggaran 2004 landasan pacu diperpanjang dari 1.850 M’ x 30 M’ menjadi 2.000 M’ x 30 M’. Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mulai membuka jalur penerbangan pada tanggal 3 Mei 2005 dan Adam Air pada tanggal 5 September 2005 dengan jenis pesawat yang sama yaitu Boeing 737 Series 200, sedangkan Riau Airlines pada tanggal 06 Nopember 2006 dengan jenis pesawat Fokker F50.
Pada Tahun Anggaran 2007 landasan pacu diperpanjang dari 2.000 M’ x 30 M’ menjadi 2.250 M’ x 30 M’. Pada Tahun 2008 Maskapai penerbangan Adam Air (1 Maret 2008) dan Riau Airlines (2 Juni 2008) tidak melayani lagi jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II. Maskapai penerbangan Batavia Air mulai membuka jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II pada tanggal 8 Agustus 2008. Pada awal tahun 2009 Garuda Indonesia kembali membuka jalur penerbangan ke bandara ini dengan pesawat Boeing 737-500. Selanjutnya landasan pacu kembali diperpanjang dan diperlebar dari 2.250 M’ x 30 M’ menjadi 2.500 M’ x 45 M’ sehingga pada tahun yang sama bandara ini bisa dimasuki pesawat Boeing 737-300 dan Boeing 737-400 secara penuh.
Selanjutnya pada 2010-2011 dimulai perluasan apron agar bandara ini dapat dimasuki pesawat Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh.Apron Bandara Radin Intan II yang pada saat itu hanya bisa menampung 3 pesawat Boeing 737 klasik,diperluas kapasitasnya untuk menampung 5 pesawat secara bersamaan.Pada saat bersamaan dimulai juga konstruksi taxiway B untuk mempercepat arus keluar-masuk pesawat dari apron nomor 4 dan 5.Pada tahun yang sama pula,Lion Air pun membuka rute penerbangan ke Lampung.
Sejak tahun 2013 dimulailah renovasi tahap pertama dari Bandar Udara Radin Intan II.Renovasi ini dianggap kurang sempurna karena hanya mengubah sedikit saja dari bentuk asli bandara ini. Pada tahun 2014 kembali diadakan perluasan apron sehingga Bandara Radin Intan II dapat menampung 6 pesawat secara bersamaan.
Lalu pada 2015 dilanjutkan lagi dengan konstruksi taxiway C dan perluasan apron,sehingga apron dapat menampung 7 pesawat secara bersamaan. Disaat Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan kunjungan kerja ke Lampung,Jonan mengatakan bahwa Bandara Radin Intan II harus dibenahi dan dibongkar total. Pada akhir 2015,maskapai Wings Air kembali membuka rute penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2016,akhirnya dilakukan renovasi besar-besaran di bandara ini (Selengkapnya lihat: Perluasan bandara).Salah satu bagian dari perluasan pada tahun 2016 ini adalah kembali diadakannya perluasan apron dan konstruksi taxiway D,sehingga kapasitas apron meningkat dari 7 pesawat menjadi 8 pesawat,bahkan bisa menampung 10 pesawat dalam kondisi darurat.Selain itu landasan pacu kembali diperpanjan dari 2.500 M’ x 45 M’ menjadi 3.000 M’ x 45 M’ agar dapat dimasuki pesawat berbadan lebar. Ketika perluasan sudah selesai, beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia dan Lion Air mulai menambah frekuensi penerbangan ke Lampung. Pada tahun 2017,maskapai penerbangan Batik Air mulai membuka penerbengan ke Lampung dengan pesawat Airbus A320,di mana ini merupakan debut perdana A320 di bandara ini sejak perluasan pertama pada tahun 2004.
Pada akhir tahun 2018 Bandara ini ditingkatkan menjadi bandara internasional, pemerintah memberi waktu selama 6 bulan sejak diterbitkanya surat resmi peningkatan untuk otoritas bandara mempersiapkan segala keperluan untuk penerbangan internasional seperti imigrasi, bea dan cukai serta penambahan terminal 2 internasional yang akan dibangun tahun ini.
Pada tanggal 8 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjadi bandara internasional, dengan menandatangani prasasti berbarengan dengan peresmian Bandar Udara Silampari di Lubuk Linggau.
Pada 14 Oktober 2019 Pengelolaan Bandara Radin Inten II oleh AP II diresmikan. Dalam perjanjian kerjasama. Tepatnya antara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura II (Persero). Perjanjian itu tentang Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Barang Milik Negara pada Bandara Kelas I Radin Inten II Lampung.
Maskapai penerbangan dan tujuan
Pesawat A320 milik Batik Air disambut dengan water salute ketika baru mendarat untuk pertama kali di Bandara Internasional Radin Inten II
Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Citilink Bandung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jeddah, Palembang Maskapai Tujuan
Garuda Indonesia Bandung, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang
Lion Air Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta
Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta–Adisutjipto
Wings Air Bandung, Bengkulu, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jambi, Krui, Palembang
Pajak Pelayanan Bandara Maskapai Tujuan
Pajak Internasional Rp 100.000
Pajak Domestik Rp 30.000
Haji & Umrah
Bandara Internasional Radin Inten II Lampung juga telah 6 tahun berturut-turut melayani embarkasi haji antara sejak 2010 hingga sekarang dengan kuota jumlah jamaah yang diberangkatkan sebanyak 6.282 orang per tahun, sedangkan untuk calon jamaah haji Lampung yang masuk dalam daftar tunggu saat ini lebih dari 80 ribu orang. Sehingga diperlukan waktu 16 tahun lagi untuk memberangkatkan haji yang saat ini masuk di dalam daftar tunggu (waiting list). Dapat di jelaskan juga bahwa Lampung memiliki potensi umrah yang sangat cukup besar dengan jumlah jamaah yang diberangkatkan setiap tahunnya sekitar sepuluh ribu orang. Perluasan Bandara
Pemerintah Provinsi Lampung dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak Juni 2012 telah menandatangani MoU tentang pengembangan dan pembangunan Bandar Udara Internasional Radin Intan II Lampung.
MoU bernomor G/454/III.06/HK/2012 dan HK.201/1/14/DRJU-2012 itu dijadikan dasar kedua belah pihak untuk mengembangkan bandara terbesar di Provinsi Lampung tersebut menjadi bandara bertaraf internasional. Targetnya, rencana pengembangan ini rampung pada Tahun 2017.[3]
Tahapan Proyek Bandara Internasional Radin Intan II
Tahap Tahun Deskripsi Status
2016 Pembangunan Terminal kedatangan dan keberangkatan di gedung lama Selesai I 2016 Pemindahan areal parkir ke sebelah Terminal lama Selesai
2016 Pembangunan Terminal penumpang 3 lantai Selesai II 2016 Pembangun areal parkir 4 lantai Selesai
Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Dari Bandara Internasional Raden 2016 Selesai Inten II Ke Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar atau Sebaliknya
Pembangun Jaringan Rel Kereta Api dari Stasiun Tanjung Karang ke 2016 Proses Bandara III 2016 Pembuatan Taxi Way Pararel Proses
2016 Perpanjangan Runway bandara menjadi 3.000 Meter Selesai
2019 Pembangunan Terminal 2 Rencana Tahun 2016, terminal bandara ditingkatkan menjadi tiga lantai yang diproyeksikan dapat memuat lebih dari 3 juta penumpang per tahunnya dengan gedung parkir empat lantai hingga bisa memuat 1000 kendaraan. Selain itu, sesuai rencana Kementerian Perhubungan, landasan pacu diperpanjang menjadi 3.200 meter dari sebelumnya 2.500 meter.[4]
Bandara Internasional Radin Intan II mampu melayani 3.350 penumpang setiap hari. Ketika beroperasi penuh pada 2017, jumlah penumpang yang mampu dilayani mencapai 8.000 per hari atau tiga juta penumpang per tahun. Adapun apron mampu menampung 10 pesawat dengan 50 pergerakan pesawat per hari.
Jumlah pergerakan itu hanya berbeda tipis dengan Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang yang mencapai 60 pergerakan per hari.[5]
Karena itu, dibutuhkan lahan seluas 78 hektare dan pembebasannya dilakukan dalam dua tahap.
Penambahan landasan pacu tersebut merupakan prasyarat mutlak, agar dapat didarati pesawat jenis Airbus yang banyak digunakan sebagai armada haji.[6]
Transportasi Darat
Taksi
Biasanya taksi ada sampai penerbangan terakhir. dan Perusahaan penyedia Jasa Taksi Yakni:
Puspa Jaya Taxi
Bus Rapid Transit (BRT)
Trans Lampung
Kereta Api
Untuk mendukung pembangunan Bandara Internasional Radin Intan II sebagai bandara internasional tahun 2019, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga akan membangun jalur kereta api (KA) Tanjungkarang – Bandara Internasional Radin Intan II Branti Lampung Selatan guna mengurai kemacetan dan menata moda transportasi lebih baik.[7] Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara intensif akan mengoptimalkan moda transportasi kereta api menjadi pilihan angkutan massal di Bandar Lampung. Mulai dari pembangunan kereta bandara hingga kereta komuter di dalam kota dan antar kota.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Kementerian Perhubungan akan membangun stasiun KA Bandara dan Skybridge yang mempermudah akses kereta menuju Bandara Radin Inten II.
Pembangunan tersebut ditargetkan akan selesai akhir 2020. Secara biaya, proses pengerjaannya membutuhkan Anggara sekitar Rp 50-100 miliar.
Dalam pembangunan tersebut akan berkolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan PT Kereta Api Indonesia. Saat ini jalur rel kereta dan jaringannya sudah ada, jadi tinggal melakukan penyelesaian tanah serta pengadaan-pengadaan lainnya seperti, gerbong keretanya.
Pembangunan kereta bandara di Lampung sangat dibutuhkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas jalan, terutama di Bandar Lampung. Dengan adanya angkutan massal kereta api, akan dapat memangkas perjalanan dari Bandar Lampung menuju Bandara Radin Inten II.[8]
Data Bandara terminal penumpang Bandara Radin Inten II saat ini memiliki luas 9 ribu meter persergi. Bandara tersebut juga dilengkapi landasan pacu berdimensi 3.000 x 45 m, dengan luas apron mencapai 59.950 meter persegi untuk mengakomodir 8 parking stand pesawat dan gedung parkir yang mampu menampung 1000 kendaraan.
Saat ini kapasitas terminal Bandara Raden Inten II mencapai 3,7 juta penumpang per tahun dengan pergerakan penumpang sudah di atas 2 juta penumpang per tahun.
2.Mutiara (Palu)
Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (bahasa Inggris: Mutiara SIS Al-Jufrie Airport) (IATA: PLW, ICAO: WAFF), sebelumnya Bandar Udara Masovu, adalah bandar udara yang terletak di Jl. Abd. Rahman Saleh, Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.[1][2]
Nama
Nama ini diberikan oleh Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Palu pada 10 Oktober 1957, sebagai bentuk keprihatinan. Soekarno saat itu menanyakan nama lapangan terbang ini kepada Bupati Rajawali Pusadan. Ketika itu, lapangan terbang ini bernama Masovu yang artinya "Tanah berdebu".
Menurut Soekarno, Palu merupakan salah satu kota rangkaian mutiara khatulistiwa.
"Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan Mutiara."[3]
Bandara Mutiara pada pagi hari. Rencananya nama bandara ini akan diganti setelah selesai dipugar dari bandara yang yang hanya menerima penerbangan domestik menjadi bandara internasional. Nama bandara ini diusulkan untuk diganti menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk menghormati pahlawan nasional asal Sulawesi Tengah, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie.
Fasilitas
Bandar udara ini berada di ketinggian 86 meter (282 ft) di atas permukaan laut, memiliki dua landas pacu permukaan beraspal dan beton nomor designasi 15R/33L berukuran 2.500 x 45 meter dan 15L/33R berukuran 3.450 x 60 merer. Landasan pacu ini bisa di darati pesawat jet berbadan lebar.[1][4]
Pemerintah Sulawesi Tengah, sedang merombak bandar udara ini menjadi Bandar Udara internasional mengingat tingginya minat penduduk Sulawesi Tengah terhadap transportasi udara.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
Citilink Makassar
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Luwuk, Makassar
Lion Air Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Samarinda, Surabaya
SMAC Buol, Masamba, Toli—Toli
Sriwijaya Air Balikpapan, Makassar
Susi Air Rampi, Seko
TransNusa Balikpapan, Makassar
Wings Air Ampana, Gorontalo, Luwuk, Makassar, Morowali, Toli—Toli Maskapai Tujuan
XpressAir Buol, Luwuk, Poso, Toli—Toli
3.Sultan Baabullah (Ternate)
Bandar Udara Internasional Sultan Babullah (kode IATA: TTE; kode ICAO: WAEE) adalah bandar udara yang terletak di Kota Ternate, Maluku Utara.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta,
Batik Air Makassar
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta Maskapai Tujuan
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Explore dan Ambon, Manado Explore Jet
Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta
NAM Air Manado
Ambon, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manado,
Sriwijaya Air Surabaya
Wings Air Buli—Halmahera Timur, Manado, Morotai
XpressAir Labuha, Sanana
Kerusuhan Agustus 2007
Pada tanggal 22 Agustus 2007, bandar udara ini menjadi tempat dilakukannya demonstrasi yang berujung pada kerusuhan oleh lebih dari 1.000 orang mengenai pemilihan gubernur. Beberapa polisi dan pengunjuk rasa terluka, termasuk empat ditembak oleh polisi.[1]
4.Komodo (Labuhan Bajo)
Bandar Udara Komodo yang sebelumnya bernama Bandar Udara Mutiara II adalah Bandar udara internasional yang terletak di, Kota Labuan Bajo, provinsi Kepulauan Flores, Indonesia. Bandara ini terletak di Pulau Flores. Panjang landasan pacu (run way) Bandara Internasional Komodo sehingga menjadi 13/31 berukuran 3300 oleh 45 meter (10827 ft × 148 ft), lebar 45 meter.
Pengembangan
Pengembangan lebih lanjut bandar udara ini akan di tingkatkan menjadi bandar udara internasional. Fasilitas yang akan di tambah :
Imigrasi Bea dan Cukai Fasilitas Kesehatan Fasilitas Landasan Pacu penambahan lampu di keliling landasan.
Maskapai Penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Aviastat Mandiri Denpasar/Bali, Selayar
Garuda Indonesia Denpasar/Bali, Ende, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kupang
NAM Air Denpasar/Bali
Susi Air Bima, Waingapu
TransNusa Aviation Mandiri Denpasar/Bali
Trigana Air Service Ruteng
Wings Air Denpasar/Bali, Ende, Kupang, Maumere
5.Sentani (Jayapura)
Bandar Udara Internasional Sentani (bahasa Inggris: Sentani International Airport) (IATA: DJJ, ICAO: WAJJ) bandara yang sebelumnya merupakan Bandara Kelas 1 Khusus. Bandara yang terletak di kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Berjarak kurang lebih 40 km dari pusat Kota Jayapura. Merupakan bandara terbesar di Papua dan hub utama untuk menuju wilayah pedalaman Papua sejak tanggal 14 Oktober 2019 dikelola PT Angkasa Pura I (Persero)
Frekuensi radio komunikasi
TWR: 118.1 JAYAPURA INFO: 2956 5580 6631 8834 11309 ATIS: 128.8 JAYAPURA APP: 119.1
Maskapai dan Tujuan
Penumpang Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar
Citilink Makassar, Merauke Maskapai Tujuan
Biak, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manokwari, Merauke, Nabire, Garuda Indonesia Sorong, Timika
Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Merauke, Sorong
Nam Air Dili, Nabire, Sorong
PNG Air Mount Hagen
Biak, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manokwari, Merauke, Surabaya, Sriwijaya Air Timika
Trigana Air Dekai, Nabire, Oksibil, Wamena Service
Wings Air Dekai, Kaimana, Wamena
XpressAir Manokwari, Sorong
Kargo Maskapai Tujuan
Cardig Air Wamena
Tri-MG Intra Asia Airlines Wamena
Budaya kebersihan
Di Bandar Udara Sentani, anda bisa menemukan tanda larangan khas disamping tanda larangan merokok, yaitu "Dilarang makan buah pinang" atau tanda larangan memakan buah pinang. Ini dikarenakan seringnya orang Papua mengunyah buah pinang dan langsung membuang sari buahnya sembarangan. Sehingga sari buahnya muncrat di mana-mana. Hal ini sering disebut "meludah merah-merah". Angkutan umum Bandara Selain terdapat 4 angkutan taksi Bandara resmi yakni: (KPN PELUT, KOANGDARA, EMBUN CYCLOP, DAN MUTIARA DAFON) terdapat juga bus DAMRI yang melayani hingga ke arah kota Jayapura dengan tarif 50.000 rupiah.
6.Tjilik Riwut (Palangkaraya)
Bandar Udara Tjilik Riwut (IATA: PKY, ICAO: WAGG), sebelumnya Bandar Udara Panarung, merupakan sebuah bandara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Bandara ini adalah bandara terbesar di Kalimantan Tengah. Bandara ini juga merupakan Embarkasi Calon Jemaah Haji Kalimantan Tengah. Kini Bandar Udara Tjilik Riwut sedang dalam pembangunan Hangar Lion Air dan Sekolah Penerbangan Lion Air yang dikelola oleh Lion Air. Tahun depan landasan pacu di bandar udara ini akan di perpanjang menjadi 3,000 oleh 45 meter (10 ft × 148 ft). Saat ini juga telah dibangun dan diresmikan terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut dengan luas 29.124 meter persegi dengan tingkat dua dan dapat menampung penumpang sebanyak 2.200 orang. Selain itu Bandar Udara Tjilik Riwut juga diusulkan menjadi bandara internasional.
Sejarah
Sebelumnya Bandar Udara Tjilik Riwut mempunyai nama Pelabuhan Udara Panarung berdiri pada tanggal 1 Mei 1958 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Residen Kalimantan Tengah yaitu Bapak Tjilik Riwut. Pada saat itu dapat difungsikan dan didarati Pesawat Terbang jenis Twin Otter (dari TNI-AU) Pada Tanggal 24 September 1973 Pelabuhan Udara Panarung oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah di serah terimakan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Sejak itu tanggung jawab Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah beralih sepenuhnya kepada pemerintah pusat, sebagai tindak lanjut dari serah terima tersebut oleh Menteri Perhubungan Bapak Prof. Dr. Emil Salim dinyatakan Pelabuhan Udara Panarung Palangka Raya sebagai Pelabuhan Udara untuk lalu lintas udara dalam negeri (Domestik) dengan menggunakan pesawat jenis Fokker 27.
Pelabuhan Udara Panarung Menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 Nopember 1988 nama Tjilik Riwut (mantan Gubernur Kalimantan Tengah), diabadikan untuk nama Bandar Udara Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah Palangka Raya yang sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Panarung. Penggantian nama menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut serta penandatanganan prasastinya dilakukan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia Bapak Ir. Azwar Anas. Penggantian nama tersebut sesuai dengan usul Gubernur Kalimantan Tengah, DPRD Kalimantan Tengah dan rekomendasi/tanggapan Menteri Dalam Negeri. Pengabadian nama tersebut karena Tjilik Riwut adalah seorang Pahlawan Nasional (Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 6 November 1988 No.108/TK/1988).
Pada tanggal 28 Maret 2019 terminal baru bandara ini mulai dioperasikan, semua aktivitas penerbangan di terminal lama bandara dipindahkan ke terminal baru bandara.
Lalu pada tanggal 8 April 2019 terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Maskapai
Maskapai Tujuan
Buntok, Kuala Kurun, Kuala Pembuang, Muara Teweh, Pangkalan Bun, Puruk Aviastar Cahu, Tumbang Samba
Batik Air Surabaya, Yogyakarta–Internasional Maskapai Tujuan
Citilink Surabaya
Garuda Jakarta–Soekarno–Hatta Indonesia
Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Surabaya
Susi Air Muara Teweh
TransNusa Balikpapan, Pangkalan Bun
Wings Air Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Makassar, Samarinda, Sampit
Tragedi/kecelakaan
29 Agustus 2011: Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 500 dengan nomor penerbangan GA 551 gagal melakukan penerbangan dari Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah menuju Jakarta dikarenakan mengalami gangguan udara pada kabin pesawat.Gangguan udara pada kabin pesawat itu baru diketahui ketika pesawat yang ditumpangi 96 orang itu sudah lepas landas dari Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya, pukul 08.04 WIB. Setelah berada di udara kurang lebih 10 menit pilot memutuskan kembali ke Bandar Udara Tjilik Riwut dengan alasan gangguan teknis. 30 September 2011: Garuda Indonesia Boeing 737 500 Dengan Tujuan Jakarta ke Palangka Raya, gagal mendarat karena Cuaca Kabut asap di Palangka Raya. insiden ini di akibatkan karena Cuaca Berasap dan Jarak Pandang Pilot pun Sangat Sedikit. Pilot Pun Akhirnya memutuskan untuk mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor di Banjarmasin. 22 April 2012: Garuda Indonesia Boeing 737 800NG Dengan No. penerbangan GA 550 Menabrak Burung Elang ketika Hendak Mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya. Tidak ada korban Jiwa dalam Insiden ini, Namun Moncong Pesawat yang tertabrak Elang itu Rusak. Dan penerbangan ke Jakarta tertunda, dan Penumpang tujuan Jakarta Diberangkatkan Pukul 20.00 Wib, Dengan Pesawat Pengganti Dari Jakarta. 22 September 2012: Lion Air Boeing 737 900ER yang di Carter oleh rombongan kontingen Kalteng pada PON XVIII sempat gagal mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya, Sabtu (22/9) pukul 00.15 dinihari. Kejadian ini terjadi ketika pesawat sudah menyentuh landasan, namun Pesawat kembali terbang dan Berputar-putar di udara selama 45 Menit, dan kemudian pesawat kembali mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya. Insiden ini terjadi karena ini Pesawat Carteran dan Pilot Belum pernah Mendarat di Palangka Raya bahkan di Malam Hari.
Transportasi dari dan ke bandara
Taksi Bandara
Taksi Bandara sekarang merupakan harapan mutlak untuk Kamu yang mendarat di Bandara Tjilik Riwut bila mengangkat tak sedikit barang bawaan dan tak dijemput oleh keluarga alias rekanan kerja. Tarif taksi di Bandara Tjilik Riwut bervariasi tergantung dari tujuan dan juga negosiasi, kisarannya merupakan kurang lebih Rp 50.000 – Rp 80.000 per penumpang untuk menuju ke pusat kota Palangkaraya.
Angkot Taksi
Angkot alias Angkutan Kota di Palangkaraya di sebut dengan panggilan Taksi, sehingga jangan bimbang ya kalau berkunjung ke Palangkaraya dan disuruh naik Taksi itu berarti Angkot, sedangkan Taksi yang beneran taksi hanya melayani rute dari dan ke Bandara saja dan tak keliling di dalam kota. Untuk naik Angkot Taksi ini Kamu wajib berlangsung terlebih dahulu ke luar are Bandara, tarifnya kurang lebih Rp. 3000 per penumpang (tarif saat tulisan ini dibangun dan bisa berubah sewaktu-waktu).
Ojek Sepeda Motor
Untuk Kamu yang merasa tarif taksi terlalu mahal maka Kamu bisa memakai jasa Ojek Sepeda Motor. Tetapi ini pasti saja bila Kamu berangkat sendiri dan tak mengangkat barang bawaan terlalu tak sedikit. Untuk naik ojek sepeda motor ini Kamu wajib berlangsung dahulu ke arah belakang Bandara. Tarif merupakan sesuai negosiasi, tetapi umumnya merupakan kisaran kurang lebih Rp. 10.000 untuk jarak tempuh tak lebih lebih 1-2 kilometer. Mobil Sewa / Travel
Untuk Kamu yang bakal melanjutkan perjalanan ke luar kota Palangkaraya, semacam Sampit, maka bisa meperbuat pemesanan mobil sewa alias travel sebelumnya. Kamu bakal dijemput langsung ke Bandara dan diantarkan langsung ke kota tujuan Anda.
Bus Damri
Sampai saat tulisan ini dibangun bus Damri belum beroperasi di Bandara Tjilik Riwut, tetapi telah masuk dalam rencana Perum Damri untuk mengoperasikan bus Damri di Bandara ini pada tahun 2015.
Grab Car Grab Car beroperasi di Bandara Tjilik Riwut sejak Agustus 2019.
7.Juwata (Tarakan)
Bandar Udara Internasional Juwata (bahasa Inggris: Juwata International Airport) (IATA: TRK, ICAO: WAQQ)[1] adalah bandar udara yang terletak di Kota Tarakan, provinsi Kalimantan Utara. Bandara ini terletak hanya sekitar 3 km dari pusat kota. Bandar Udara Internasional Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, dengan panjang runway 2500 meter x 45 meter, saat ini sudah didarati oleh pesawat jenis Boeing dan Airbus, serta pesawat – pesawat perintis. Dari catatan statistik bandara, penumpang yang naik dan turun melalui Bandara Juwata, setiap harinya sekitar 3000 penumpang. Saat ini Bandara Juwata sedang dilakukan pembangunan untuk menjadikan sebagai bandar udara provinsi dan pintu gerbang bagi Kalimantan Utara. Bandara ini merupakan penghubung bagi semua bandara domestik dan perintis yang ada di Kalimantan Utara. Bandara Juwata adalah bandar udara pertama di Indonesia yang menerapkan sistem Green Aiport pada apron pada saat pengisian bahan bakar avtur.
Sejarah
Bandara Juwata pertama kali dibangun pada masa penjajahan Belanda dan menjadi pangkalan militer bagi pesawat-pesawat tempur milik Belanda. Pada tanggal 11 Januari 1942 pesawat tempur milik Jepang mendarat pertama kalinya di Indonesia di Bandara Juwata untuk merebut Hindia Belanda. Setelah merdeka, bandara ini awalnya beroperasi sebagai bandara perintis dengan hanya menggunakan pesawat kecil dan pada awal tahun 2000, Bandara Juwata ditingkatkan statusnya menjadi bandara domestik dengan panjang runway 1.850 meter yang dilayani maskapai Bouraq Indonesia, Dirgantara Air Service, Citilink, Kartika Airlines, Mandala Airlines, Merpati Nusantara Airlines dan Pelita Air Service. Pada tahun 1997, penerbangan internasional pertama dilayani oleh Bouraq Indonesia untuk rute Tarakan-Tawau, tahun 2006 Malaysia Airlines juga membuka rute Tarakan-Tawau, penerbangan dari Tarakan-Tawau ditutup pada tahun 2000 oleh Bouraq Indonesia dan 2010 oleh Malaysia Airlines. Dibulan Februari tahun 2012 maskapai penerbangan Malaysia Airlines yang dioperasikan MASwings kembali membuka rute Tarakan-Tawau setiap hari Senin, Rabu dan Kamis. Sejak 1 Juli 2012 MASwings terbang setiap hari dengan rute Tarakan-Tawau dan Tarakan-Kota Kinabalu[2].
Pangkalan Udara Militer
Pembentukan Lanud Tarakan berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/ 05 / IV /2006 tanggal 21 April 2006 tentang Peningkatan Status Pos TNI AU Tarakan menjadi Lanud Tipe C Tarakan yang sebelumnya didahului dengan keluarnya Surat Panglima TNI Nomor B/880-09/27/31/2006 tanggal 22 Maret 2006 tentang Persetujuan peningkatan status Pos TNI AU menjadi Pangkalan TNI AU Tipe C Tarakan, pembentukan Lanud Tarakan pada dasarnya bagian dari strategi dan upaya mewujudkan pertahanan Negara Indonesia dari potensi dan perkembangan ancaman yang akan mengancam Negara Indonesia serta tuntutan organisasi dari Komando Operasi TNI Angkatan Udara II yang ada di Makassar untuk memudahkan pengendalian tugasnya. Lanud Tarakan adalah salah satu jajaran Koopsau II yang berada di Wilayah Kalimantan Timur, Sebelum menjadi Lanud Tarakan , pada awalnya terlebih dahulu terbentuk Pos TNI AU Perwakilan dari Lanud Balikpapan tetapi karena perkembangan situasi dan memanasnya wilayah ambalat maka pimpinan TNI AU memutuskan untuk membentuk sebuah Lanud baru yang kemudian bernama Lanud Tarakan yang berlokasi di samping Bandara Juwata Kelurahan Karanganyar Pantai Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan Kalimantan Timur.[3]
Lanud Tarakan resmi berdiri pada tanggal 27 Juli 2009 yang diresmikan oleh Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II saat itu dijabat oleh Marsekal Muda Yushan Sayuti sebagai Komandan yang pertama dijabat oleh Letkol Pnb Erwan Andrian, berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor Kep/11-PKS/VI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Angkatan Udara dan Surat Perintah Pangkoopsau II Nomor Sprin/373/VII/2009 tentang Pelaksanaan tugas jabatan Komandan Lanud Tarakan, diawal berdirinya Lanud Tarakan hanya diawaki oleh beberapa personil yakni berjumlah 18 orang dengan rincian Perwira 6 orang ( Mayor Psk Agustinus Tangi Bali, Kapten Adm Winarno, S.Sos., M.Sc., Kapten Kal Ryan Lukmasyah, ST, Lettu Pom Andri Sandhya, Lettu Sus Hadi Prayitno ), Bintara 6 orang ( Sertu Aep Saepudin, Sertu Sugeng Pramono, Sertu Leo Setyo Nugroho, Serda Trya Rahardi, Serda Hendri Agusaputra, Serda Darwanto dan Tamtama 5 orang (Kopka Sugeng Haryanto, Praka Adi Palang, Pratu Dwi Cahyo, Pratu Ismono, Pratu Semi Yusuf) dari 216 yang seharusnya mengawaki Lanud Tarakan.
Pada 6 Maret 2012, untuk mengenang jasa Almarhum, Lanud Tarakan dinamakan Lanud Marsda TNI Suharnoko Harbani, berdasarkan Telegram Asrena KASAU NO B/301- 09/12/02/SRENAAU Tentang Penggantian Nama Pangkalan Udara TNI AU Koopsau II.
Kota-kota yang terhubung langsung dengan Tarakan
Landasan pacu Tarakan di bulan Mei 1945
Runway Bandara Juwata
Koridor bagian depan terminal bandara
Maskapai & Destinasi
Beroperasi Maskapai Tujuan
Batik Air Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda
Garuda Indonesia Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda
Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Samarinda,
Lion Air Surabaya
Malaysia Airlines dioperasikan oleh Tawau MASwings
Sriwijaya Air Balikpapan
Bunyu, Long Apung, Long Bawan, Malinau, Nunukan, Tanjung
Susi Air Selor
Wings Air Berau, Gorontalo, Malinau, Palu Statistik
Rute penerbangan tersibuk berdasarkan frekuensi mingguan
Ferkuensi Peringkat Tujuan Maskapai Penerbangan (Mingguan)
Batik Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion 1 Balikpapan 49 Air, Sriwijaya Air, Wings Air
2 Nunukan Kalstar Aviation, Susi Air 35
3 Malinau Kalstar Aviation, Susi Air 30
4 Tanjung Selor Kalstar Aviation, Susi Air 21
5 Makassar Kalstar Aviation, Lion Air 14
6 Tawau, Sabah MASwings 10
7 Long Bawan, Krayan MAF Indonesia, Susi Air 10
8 Long Apung, Kayan MAF Indonesia, Susi Air 10
Jakarta-Halim 9 Batik Air 7 Perdanakusuma
Jakarta-Soekarno- 10 Lion Air 7 Hatta
11 Surabaya Citilink, Lion Air 7
12 Tanjung Redeb Kalstar Aviation 7 Rute penerbangan tersibuk berdasarkan frekuensi mingguan
Ferkuensi Peringkat Tujuan Maskapai Penerbangan (Mingguan)
Kota Kinabalu, 13 MASwings 5 Sabah
14 Pulau Bunyu Susi Air 4
15 Sandakan, Sabah MASwings 2
8.Fatmawati (Bengkulu)
Bandar Udara Internasional Fatmawati Soekarno (IATA: BKS, ICAO: WIGG), sebelumnya Bandar Udara Padangkemiling, adalah bandar udara internasional di yang terletak di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, tepatnya di Jl. Raya Padang kemiling - Slebar - Bengkulu.
Sebuah pesawat Mandala Airlines parkir di Bandara Udara Fatmawati
Bandar udara dengan panjang landas pacu 2.239 m x 150 m[3] dengan permukaan aspal merupakan bandar udara kelas I yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud.[3] Jenis pesawat terbesar yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah Airbus A320 dan Boeing 737.[3] Jarak dari kota terdekat ke bandar udara ini adalah 14 KM.
Penerbangan Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Tangerang—Soekarno—Hatta
Citilink Tangerang—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Jakarta—Halim Perdanakusuma, Tangerang—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia dioperasikan oleh Batam, Palembang Explore
Lion Air Batam, Tangerang—Soekarno—Hatta, Medan
Nam Air Tangerang—Soekarno—Hatta
Sriwijaya Air Tangerang—Soekarno—Hatta
Susi Air Enggano, Muko—Muko Maskapai Tujuan
Bandar Lampung, Batam, Medan, Muara Bungo, Muko—Muko, Padang,
Wings Air Palembang, Pekanbaru
9.Hananjoeddin (Tanjung Pandan)
Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin (bahasa Inggris: H.A.S. Hanandjoeddin International Airport) atau sebelumnya dikenal juga dengan nama Bandar Udara Buluh Tumbang (IATA: TJQ, ICAO: WIKT, sebelumnya WIKD dan WIOD) adalah sebuah Bandar udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Bandar Udara ini telah melayani penerbangan domestik dan internasional dari Belitung menuju Jakarta, Pangkal Pinang, Kuala Lumpur, Singapura, Bandar Lampung dan Palembang. mengingat Belitung sebagai destinasi wisata baru, Bandara ini semakin membenahi infrastruktur dan pelayanannya.
Pengembangan
Perpanjangan landas pacu hingga 3.660 m, dan Tahun 2016 sudah dipergunakan.
Diakhir tahun 2014 bandara ini sudah bisa didarati pesawat sekelas Boeing 737-800NG, 737- 900ER dan Airbus A320.
Pada tahun 2015, Bandara ini dibangun dengan dana Kabupaten Belitung,Renovasi Bandara H.A.S Hanandjoedin ini Bertujuan untuk membenahi Infrastruktur Di kabupaten Belitung,Karena Pulau Belitung termasuk dari proyek strategis nasional,Renovasi Bandara Ini selesai Pada 2017. Dan resmi menjadi Bandar Udara Internasional.
Bandar Udara ini akan di fungsikan sebagai bandar udara transit Karena letaknya yang strategis memiliki Landasan pacu yang panjang dan apron yang luas Dan pengembangan sebagai Bandar Udara Internasional untuk mendongkrak Pariwisata Kususnya Di Pulau Belitung. Maskapai Penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Citilink Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang, Singapura
Indonesia AirAsia Jakarta–Soekarno–Hatta, Kuala Lumpur–Internasional
Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang
Jakarta—Soekarno—Hatta Sriwijaya Air Charter: Kuala Lumpur–Internasional
Wings Air Bandung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Pangkal Pinang
10.Matahora (Wakatobi).
Bandar Udara Matahora adalah bandar udara yang terletak di Pulau Wangi-wangi, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 2.000 × 30 m. Jarak dari kota Wangi-wangi sekitar 17 km. Sehingga menjadi 13/31 berukuran 2450 oleh 45 meter (8038 ft × 148 ft).
Bandara ini mulai dibangun pada tahun 2007 dengan investasi sebesar 100 miliar rupiah dari pemerintah Sulawesi Tenggara.[2] Pada tanggal 21 Mei 2009, akhirnya bandara ini pun diresmikan oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal sekaligus untuk meresmikan penerbangan pertama Susi Air dengan jalur Wakatobi-Kendari.[3]. Pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Wakatobi bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam pengembangan sisi udara dan sisi darat Bandar Udara Matahora agar dapat didarati pesawat Airbus A320 dan Boeing 737. Ekspansi
Penerbangan, Hijau Penerbangan Langsung, Kuning Transit
Pada 2012, landasan pacu yang sebelumnya 2.000 meter diperpanjang menjadi 2.500 meter bersamaan dengan penambahan trotoar dari 5 cm sampai 12 cm untuk memfasilitasi Boeing 737, MJ 900 dan PR 900.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Wings Air Kendari
Wings Air Makassar
4. Bandar udara yang di kelola oleh kementrian perhubungan udara
Adapun 10 bandara yang telah selesai dibangun dan beroperasi yakni :
1.Bandar Udara Letung – Anambas, Kepulauan Riau.
Bandar Udara Letung (IATA: LMU, ICAO: WIDL) adalah bandar udara domestik yang terletak di Desa Bukit Padi, Kecamatan Jemaja Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Bandar udara ini dibangun pada tahun 2014[1] dan mulai beroperasi tahun 2016[2]. Pembangunan bandara ini selesai dan diresmikan pada Oktober 2019[3].
Fasilitas
Bandar udara ini memiliki luas landasan pacu 1.400x30 meter dan apron seluas 125x70 meter yang dapat menampung pesawat seperti ATR dan Cassa. Serta memiliki luas gedung terminal penumpang 600 meter persegi.
Maskapai penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Wings Air Tanjung Pinang, Batam
2.Bandar Udara Namniwel di Maluku Utara.
Bandar Udara Namlea adalah bandar udara yang terletak di Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru, Maluku. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 750 × 23 m. Jarak dari kota Namlea sekitar 6 km.
Pada Mei 2012 tidak ada penerbangan reguler komersial berjadwal yang terbang ke atau dari bandara ini. Sebelumnya bandara ini dilayani oleh Nusantara Buana Air.
3.Bandar Udara Miangas, Sulawesi Utara.
Bandar Udara Miangas (IATA: MKF, ICAO: -) adalah bandar udara yang terletak di pulau Miangas, Sulawesi Utara. Bandar udara ini termasuk yang terpencil di Indonesia, dan mulai dioperasikan pada 12 Maret 2017. Bandar udara ini dibangun pada tahun 2012 dengan investasi pembangunan sebesar Rp275 miliar[1][2]. Wings Air membuka penerbangan perdananya dari Manado menuju Miangas, dan transit di Bandar Udara Melonguane.
Fasilitas
Bandar udara ini memiliki luas landasan pacu 1,400 per 30 meter yang dapat menampung pesawat seperti ATR-72 dan apron dengan luas 130 x 65 meter yang cukup untuk mengoperasikan tiga pesawat pada saat yang sama.[1] Bandara ini juga memiliki gudang terminal yang berukuran 356 meter persegi.[2]
Maskapai dan tujuan Maskapai Tujuan
Wings Air Manado, Melangguane
4.Bandar Udara Morowali, Sulawesi Tengah.
MOROWALI (BeritaTrans.com) – Bandara Morowali, Sulawesi Tengah sebentar lagi akan beroperasi penuh. Presiden Joko Widodo direncanakan akan meresmikan Bandara yang akan merangkai wilayah Sulawesi bagian tengah itu untuk meningkatkan konektivitas dan memudahkan mobilitas masyarakat.
Bandara Morowali dibangun sejak tahun 2012 hingga 2017. Perencanaan keterwujudannya telah dirintis sejak tahun 2007 diawali dengan pembebasan lahan dan tambak masyarakat setempat.
Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Udara sedikitnya telah menggelontorkan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Rp35 miliar.
Lahan yang tersedia untuk pembangunan Bandara Morowali seluas 158 hektar. Saat ini landasan 30×1.050 meter dengan target panjang 1.500 m.
BeritaTrans berkesempatan untuk datang dan menjelajah Bandara Morowali bersama Ditjen Perhubungan Udara. Meski baru akan diresmikan, namun secara operasional, bandara ini sudah mulai melayani penerbangan charter dan terbatas.Untuk charter menurutnya, dilakukan dengan pesawat jenis Caravan. Sedangkan penerbangan terbatas sempat dilayani selama satu tahun kemarin untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat Morowali yang dilayani 3x dalam satu minggu dengan pesawat TransNusa.
Bandara Morowali bisa dibilang memiliki fasilitas yang sudah memadai dan lengkap. Saat menjelajah area bandara, selain landasan dan apron untuk sisi airside, sisi darat juga sudah dibangun secara maksimal, walau masih ada kekurangan yang masih dipernuhi.
“Di sini pelayanan bandara disiapkan dari pukul 06.00 hingga 17.00, hal itu mengingat navigasi penerbangannya masih menggunakan Avis,” ungkapnya.
Fasilitas pelengkap lainnya untuk sisi darat di terminal, telah dipasang dua Xray, terminal keberangkatan dan kedatangan dengan kapasitas 100 orang, konter chek in, dan enam konter untuk area komersil. Area perkantoran juga telah tersedia dan perumahan karyawan Bandara Morowali tengah dipersiapkan penyelesaiannya.
Area parkir kendaraan saat ini masih diselesaikan untuk persiapan saat diresmikan diproyeksikan lahannya sudah rampung.
Untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan, di Bandara juga telah siap Pemadam Kebakaran dan untuk penanggulangan kondisi darurat serta disiapkan satu mobil ambulance.
Iskandar optimistis dengan sumber daya manusia sebanyak 27 personel, pihaknya dapat maksimal melayani pengguna jasa penerbangan selama di bandara.
5.Bandar Udara Werur, Papua Barat.
Bandar Udara Werur adalah bandar udara yang terletak di Werur, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.200 × 23 m. Jarak dari Kota Fef sekitar 47 km. Bandar Udara Werur adalah salah satu dari bandar udara di Indonesia yang telah ada sejak masa Perang dunia ke 2. Bandara ini menjadi pintu gerbang udara bagi Kabupaten Tambrauw.
Inilah Suasana Runway Bandara Werur
Maskapai Penerbangan dan tujuan Maskapai Tujuan
Susi Air Kota Sorong
6.Bandar Udara Maratua, Kalimantan Timur.
Bandar Udara Maratua (bahasa Inggris: Maratua Airport) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Pulau Maratua, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, Indonesia. Bandar udara tersebut dibangun untuk mengembangkan pariwisata dan juga memberikan strategi pertahanan karena Pulau Maratua berada di dekat perbatasan dengan Malaysia dan Filipina.[1]
Persiapan dan pembiayaan untuk Bandar Udara Maratua dimulai pada 2008. Tiga tahun kemudian, pembersihan lahan dimulai. Pada September 2015, peletakan batu pertama dari bandar udara tersebut dilakukan dan dibangun dan pada 13 Februari 2017, sebuah pesawat ATR 72 sukses mendarat di Bandar Udara Maratua.[2] Bandar Udara Maratua sekarang melayani beberapa maskapai penerbangan sejak akhir 2017. Selain melayani transportasi masyarakat lokal, maskapai penerbangan juga mentransportasikan para wisatawan dalam dan luar negeri untuk mengunjungi Kepulauan Derawan yang memiliki tempat-tempat wisata.[3] Presiden Indonesia Joko Widodo secara resmi membuka bandar udara tersebut pada 25 Oktober 2018.[4]
Maskapai penerbangan dan destinasi Maskapai Tujuan
Garuda Indonesia Balikpapan
Susi Air Berau
7.Bandar Udara Koroway Batu, Papua.
Bandar Udara Koroway Batu terletak di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Pengelolaannya ditangani oleh satuan kerja (Satker) Bandara, Kementerian Perhubungan, Tanah Merah. Saat ini bandara tersebut tengah dibenahi. Panjang landasan pacunya ditambah, dengan demikian bandara ini akan mampu didarati pesawat-pesawat berbadan besar, seperti jenis ATR. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya bisa didarati oleh pesawat kargo berukuran kecil.
Pengerjaannya sendiri ditargetkan rampung akhir tahun ini. Pengembangan Bandara Koroway Batu ini diharapkan memantik perkembangan positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Selain kian memudahkan distribusi barang dan jasa dari daerah lain melalui jalur udara, juga mengangkat potensi kunjungan wisata ke Kabupaten Boven Digoel.
Terdapat beberapa kawasan menarik yang layak disambangi. Antara lain, lokasi bersejarah di daerah Tanah Tinggi distrik Mandopo, yakni penjara tempat Bung Hatta dan para tokoh pergerakan nasional lain pernah ditahan. Tempat yang dibangun Pemerintah Belanda 1927 tersebut, hingga kini masih kokoh berdiri.
8.Bandar Udara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.
Bandar Udara Internasional Kertajati (bahasa Inggris: Kertajati International Airport, Sunda: ᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ), adalah bandar udara yang berada di bagian timur laut dari Jawa Barat, Indonesia.[3] Bandar udara ini merupakan bandar udara terbesar kedua di Indonesia berdasarkan luas setelah Bandar Udara Internasional Soekarno- Hatta[4], yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, kira-kira 68 kilometer di timur Bandung. Bandar udara ini dibangun untuk melayani sebagai bandar udara internasional kedua di wilayah metropolitan Bandung dan juga melayani Cirebon, bagian dari Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah.
Bandar udara ini diresmikan operasinya pada tanggal 24 Mei 2018, dengan Pesawat Kepresidenan Indonesia mendarat sebagai yang pertama di bandar udara ini. Bandar udara ini memiliki landasan pacu tunggal sepanjang 3.000 meter dan dapat menapung pesawat berbandan lebar seperti boeing 777.[5] Bandar udara baru ini berfungsi sebagai penyangga untuk membantu memudahkan lalu lintas udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Setelah selesai, Bandar udara ini akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun, dengan banyak ruang untuk ekspansi.[6] Bandar udara ini juga akan mengoperasikan terminal kargo dengan perkiraan resmi pada 1,5 juta ton kargo pada tahun 2020. Upaya memaksimalkan operasi bandara Kertajati, Pemprov Jabar pun akan merealisasikan pindahnya rute penerbangan bandara Husein ke bandara Kertajati dengan pertimbangan kendala transportasi.[7]
Sejarah
Pembangunan Bandara Kertajati sendiri sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Studi kelayakan Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, izin penetapan lokasi pun dilakukan sejak 2005. Saat itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup mendanai sendiri pembangunan bandara dengan APBD.
Namun, Pemprov Jawa Barat tak kunjung merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga 2011. Setelah dilakukan peninjauan ulang, pembangunan bandara ternyata membutuhkan alokasi APBN.
Ia menyebut selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus akibat pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014 untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi.
Tidak hanya itu saja, Bandara Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN). Pembangunan sejak 2015 hingga 2017 kemudian dilakukan dengan menggunakan anggaran Kementerian Perhubungan.
Adapun guna mengoperasionalkan bandara tersebut, Kementerian Perhubunga kemudian pada 22 Januari 2018 memfasilitasi penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT BIJB dan PT Angkasa Pura 2. Bandara ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp2,6 triliun. Saat ini, pembangunan bandara sudah mencapai 98 persen, karena masih terdapat beberapa tahap pembangunan yang masih harus diselesaikan.
Maskapai Penerbangan Maskapai Tujuan
Indonesia Denpasar/Bali, Pekanbaru, Surabaya AirAsia
Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar, Mataram– Lion Air Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya, Yogyakarta– Adisutjipto
Transportasi Darat
Shuttle
Shuttle sudah tersedia dari dan ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati antara lain: Lintas Shuttle, CTU, PTrans dan Elang Cakra Ekspress dimulai sejak November 2018
Bus
Bus DAMRI siap melayani rute dari Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Kabupaten Majalengka ke Bandung dimulai sejak Oktober 2018.
9.Bandar Udara Samarinda Baru, Samarinda.
Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (IATA: SRI, ICAO: WALS), adalah sebuah bandar udara di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Bandara yang berlokasi di kawasan Sungai Siring ini beroperasi pada 24 Mei 2018 dan diresmikan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak[1] menggantikan bandara sebelumnya, yakni Bandar Udara Temindung yang sudah tidak dapat dikembangkan.[2] Nama bandara ini diambil dari Gubernur Kalimantan Timur yang pertama, APT Pranoto.
Meskipun belum ada bukti dan pengakuan tertulis bahwa bandara ini internasional, namun secara lisan sudah ada kesepakatan antara Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dengan Kementerian Perhubungan tentang status bandara ini sebagai bandara internasional.[3]
Bandara APT Pranoto sendiri memiliki luas area 13 hektare, terdiri dari sarana berupa gedung administrasi, runway 2.250 kali 45 meter, apron, taxiway 173 kali 23 meter, hanggar luas 36.342,4 meter persegi, gedung ATC serta perumahan karyawan bandara.[4]
Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda atau Bandara APT. Pranoto, direncanakan untuk menggantikan Bandara Temindung Samarinda yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi dengan panjang runway 1040x23 dan ditengah pemukiman warga dan sering tergenang banjir ketika hujan deras melanda. Selain itu Bandara Temindung berada dilokasi padat penduduk sehingga rawan akan bahaya kemanan dan keselamatan penerbangan. Oleh karenanya diperlukan bandara pengganti yang lebih memenuhi standar keamanan dan keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat samarinda dan sekitarnya pada khususnya dan Kalimantan timur pada umumnya. Selain itu juga diharapkan dengan dibangunnya Bandara APT. Pranoto Samarinda ini akan mempercepat perkembangan dan konsep pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur dengan konsep multiply airport.
Bandara APT. Pranoto Samarinda merupakan Bandar udara yang direncanakan melayani angkutan udara niaga dan non niaga, berjadwal dan tak berjadwal dengan rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Tipe pesawat yang dilayani terkritis adalah Boeing 737-900ER. Namun untuk tahap awal dioperasikan untuk ATR 72/500 dan sejenisnya. Dengan letak geografis yang memiliki daerah cakupan yang luas yaitu samarinda, tenggarong, bontang, sangata dan kutai kartanegara.
Sejarah
Pada tahun 1987, survei untuk mencari lokasi bandara pengganti Temindung mulai dilakukan. Ada empat pilihan lokasi, yakni Makroman, Loa Bakung, Pulau Atas, dan Sungai Siring. Pemprov Kaltim yang kala itu dipimpin Gubernur Muhammad Ardans akhirnya menjatuhkan pilihan pada Sungai Siring. Sejumlah persiapan pun mulai dilakukan, mulai dari melengkapi perizinan sampai mengurus pematangan lahan.[5] Pemprov Kaltim bersama Pemerintah Kota Samarinda pada tahun 1992 menyiapkan 300 hektare lahan di Sungai Siring.[6] Pada tahun anggaran 1995/1996 Pemprov Kaltim mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk pembebasan lahan seluas 300 hektare. Kemudian pada 1996 dilakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), RKL, dan RPL. Dilanjutkan dengan pembuatan rencana induk Bandara Sungai Siring oleh Ditjen Perhubungan Udara.[7]
Proyek ini sempat tersendat akibat sengketa antara Pemkot Samarinda dan kontraktor bandara waktu itu, PT NCR. Kemudian proyek bandara diambil alih oleh Pemprov Kaltim.[8][9][10]
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menerbitkan Sertifikat Bandar Udara (SBU) pada 15 Mei 2018. SBU nomor 145/SBU-DBU/V/2018 itu ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso. Dengan ditandatanganinya SBU itu, maka Bandara APT Pranoto resmi dapat melayani penerbangan publik secara domestik. Meskipun sementara Bandara APT Pranoto masih melayani penerbangan layaknya pelayanan penerbangan Bandara Temindung.[11] Pada 25 Oktober 2018, Bandara APT Pranoto diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo[12] bersama dengan Bandara Maratua di Kabupaten Berau.[13]
Maskapai
Maskapai penerbangan yang akan melayani menurut tujuannya (berserta cargo) disusun sebagai berikut:
Maskapai Tujuan
Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno—Hatta, Makassar
Citilink Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Jakarta–Soekarno—Hatta
Susi Air Long Pahangai, Kayan Selatan
Wings Air Berau
XpressAir Balikpapan, Berau, Sendawar, Tanjungselor, Yogyakarta
10.Bandar Udara Tebelian, Kalimantan Barat.
Bandar Udara Tebelian (bahasa Inggris: Tebelian Airport) merupakan bandara internasional yang terletak di Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang, Kapuas Raya. Bandara ini diharapkan dapat diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan ditargetkan beroperasi pada 2017 mendatang akan menggantikan fungsi utama Bandara Susilo yang melayani penerbangan untuk Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia. Bandara dengan luas 500 ha dan direncanakan memiliki pacuan landas (runway) sepanjang 3.500 meter ini berjarak sekitar 15 km dari Kota Sintang. Sejarah
Bandar Udara Internasional Tebelian dihadirkan sebagai alternative bagi penduduk Sintang dan wilayah sekitarnya, termasuk Kabupaten Sekadau, Sanggau, Melawi, dan Putussibau untuk mendapatkan akses jalur udara yang lebih mudah. Sementara ini terdapat beberapa bandara rintisan di beberapa daerah tersebut namun hanya melayani rute penerbangan lokal. Sehingga untuk menjangkau penerbangan rute domestic atau international harus melalui Bandara Internasional Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie di Kuburaya yang harus ditempuh beberapa jam.
Pemberian nama Bandar Udara Internasional Tebelian diambil dari nama lokasi bandara yang terletak di Kecamatan Sungai Tebelian. Sehingga, nama Bandara Susilo yang terletak di Kota Sintang tidak lagi digunakan untuk bandara yang baru tersebut. Sampai saat ini, Bandara Internasional Tebelian Sintang belum mendapatkan kode penerbangan IATA hingga dioperasikan secara penuh mendatang.
First Flight dan Perluasan
Pada tanggal 18 Agustus 2015 telah dilakukan first flight test (penerbangan perdana) untuk mencoba penggunaan landasan pacu. Proses test flight yang dilakukan oleh pesawat jenis Twin Otter dari maskapai AviaStar berjalan sukses hingga pesawat berhenti sempurna di depan bangunan terminal utama.
Bandar Udara Tebelian menempati lahan seluas 500 Ha yang mulai dibangun pada tahun 2013 dan ditargetkan selesai pada 2017 lalu. Saat ini landasan pacu Bandara Tebelian sepanjang 1.650 meter dan masih akan dilakukan perluasan hingga 3.500 meter. Dengan demikian, diharapkan bandara tebelian dapat didarati oleh pesawat dengan bodi besar, seperti jenis Boeing 737 Series atau Airbus A320 series serta diharapkan mampu melayani embarkasi haji hingga rute Internasional secara umum.
Maskapai Penerbangan
Berikut ini daftar maskapai yang saat ini telah beroperasi di Bandara Tebelian Sintang. Maskapai Tujuan
Garuda Indonesia Pontianak
Nam Air Pontianak
Susi Air Ketapang, Putussibau
Wings Air Pontianak