Simbol Bangunan pada Komplek Gapura, Masjid dan Makam Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Rachma Fairuza Rizka Fitri [email protected] Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

ABSTRACT The symbol of the building on the complex gate, Mosque and the tomb of the cultural heritage of different building Sendang Duwur cultural heritage in General, because of the variety of ornamental fields as well as the unique shape and interesting. Cultural heritage Sendang Duwur has opened the cultural elements of Hinduism and Islam. The building is located on top of Mount Amitunon Sendang Duwur Subdistrict, Village Paciran, Lamongan. From the results of research conducted by researchers about the symbol of the building on the complex Gate, Mosque and Tomb and Sendang Duwur can be obtained the conclusion that the building has the meaning of a symbol that is associated with the presence of culture in the form of trust. Meaning of symbol building motif arch is a symbolic value that is contained in the plane of the building entrance place a sacred or holy, then the meaning of the symbol mosque R. Nur Rahmat is the definition that contains the spiritual values that are associated with view of life that it is according to the rules of culture of local people. While the meaning of the symbol Tomb R. Nur Rahmat is a form of homage to a man who had died and around the Tomb R. Nur Rahmat these motifs and decoration that is full of meaning. Keywords: Building Symbols, Sendang Duwur, gate, Mosque, Tomb, Cultural Heritage.

ABSTRAK Simbol bangunan pada komplek gapura, masjid dan makam dari Cagar Budaya Sendang Duwur berbeda dengan bangunan cagar budaya pada umumnya, karena dari ragam hias bidang maupun bentuknya yang unik dan menarik. Cagar Budaya Sendang Duwur ini mempunyai akulturasi unsur budaya Hindu dan Islam. Bangunan ini berada pada puncak Gunung Amitunon Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Simbol Bangunan pada Komplek Gapura, Masjid dan Makam Sendang Duwur dapat diperoleh kesimpulan bahwa bangunan tersebut mempunyai makna simbol yang terkait dengan adanya kebudayaan dalam bentuk kepercayaan. Makna simbol bangunan ragam hias gapura adalah nilai simbolik yang terdapat di bidang bangunan pintu masuk tempat yang sakral atau suci, kemudian makna simbol bangunan masjid R. Nur Rahmat adalah pemaknaan yang berisi nilai-nilai spiritual yang terkait dengan pandangan hidup yang hal ini sesuai pada aturan budaya masyarakat setempat. Sedangkan makna simbol bangunan makam R. Nur Rahmat adalah suatu bentuk penghormatan kepada seorang yang telah meninggal dunia dan di sekitar makam R. Nur Rahmat tersebut terdapat motif dan bentuk hiasan yang penuh makna.

Kata Kunci: Simbol Bangunan, Sendang Duwur, Gapura, Masjid, Makam, Cagar Budaya.

1

PENDAHULUAN seperti bangunan sebuah masjid (Tjandrasasmita, dalam Anom. 1999, p. 3-4 ). Pulau Jawa ialah termasuk dalam Keunikan Masjid Sendang Duwur kategori pulau yang terbesar penduduknya di dapat dilihat bahwa masjid ini beratap wilayah secara keseluruhan dan sebagaian tumpang, terdapat ruang bujur sangkar seperti besar penduduknya memeluk agama Islam. . Memiliki banyak tiang penyangga, Mengenai hal tersebut maka tidak heran jika tempat mimbar yang bercorak terkait budaya di pulau Jawa ini terkenal dengan adanya Hindu yang sudah di samarkan dalam Islam, Wali Songo maksudnya ialah Sembilan Orang pintu masjid dengan gaya ukiran Jawa dan Waliyullah. Mereka mendapat julukan “Wali” Arab. Di sekitar komplek Masjid Sendang karena di anggap sebagai penyiar agama Duwur tersebut terdapat bangunan yang Islam, mereka sengaja dengan ketangguhan berarsitektur tinggi yang menggambarkan yang tinggi serta kesabarannya menyebarkan akulturasi unsur budaya Hindu dan Islam dan mengajarkan pokok-pokok agama Islam yang masih kental, yang hal itu ditandai di wilayah yang mereka tempati. dengan adanya sebuah bangunan berupa Wali Songo tersebut mempunyai gapura bentar, gapura , masjid dan gelar sebagai Sunan yang antara lain : (1) makam yang dinding penyangga cungkupnya Sunan Gunung Jati yang berada di Jawa Barat dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni (2) Sunan Kalijaga yang berada di Kadilangu, tinggi dan sangat indah, di dalamnya terdapat Demak (3) Sunan Kudus yang berada di nisan dengan hiasan “Sinar Matahari” dan ada Kudus (4) Sunan Muria yang berada di juga nisan dengan keterangan kalimat sungai Muria, Kudus (5) Sunan Ampel yang syahadat tersebut menandakan bahwa tempat berada di Surabaya (6) Sunan Gresik yang tersebut ialah makam Sunan Sendang atau R. berada di Gresik (7) yang berada Nur Rahmat. di bukit Giri, Gresik (8) Sunan Drajat di Drajat, dekat Sedayu wilayah Lamongan (9) Adanya bangunan gapura, masjid dan Sunan Bonang yang berada di Bonang, Tuban makam di sebuah komplek tempatnya berada (Soekmono, 1973, p. 51). pada bukit gunung amitunon ini ialah salah Selain sunan yang berjumlah satu bentuk bangunan-bangunan yang sembilan orang tersebut, ada juga berbagai bersejarah dan menjadi suatu kebudayaan tokoh penyiar agama Islam di Jawa. Mereka tersendiri di Desa Sendang Duwur. Kemudian dianggap sebagai Sunan, hanya saja mereka dikategorisasikan sebagai bangunan cagar menyebarkan Islam disuatu daerah terpencil budaya yang di lindungi oleh cagar budaya yang hal itu diakui oleh masyarakat sekitar yang tercantum UUD No. 11 Tahun 2010 daerah sunan tersebut, yang salah satunya pasal 3 tujuannya ialah: (a) melestarikan ialah R. Nur Rahmat atau terkenal dengan warisan budaya bangsa dan warisan umat julukan Sunan Sendang yang berada di Desa manusia; (b) meningkatkan harkat dan Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, martabat bangsa melalui cagar budaya; (c) Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. memperkuat cagar budaya; (d) meningkatkan Islam masuk ke membawa kesejahteraan rakyat; (e) mempromosikan pengaruh yang sangat besar bagi warisan budaya bangsa kepada masyarakat masyarakatnya. Perubahan itu tidak hanya internasional. dalam pola pemikiran saja, namun juga dalam pola tata perilaku dan tindakan keseharian Terdapat penelitian yang pernah dalam kehidupan secara keseluruhan. dilakukan mengenai makna simbol bangunan Pengaruh yang di bawa itu tidak hanya dalam pada kompek gapura, masjid dan makam di hal spiritual tetapi mencakup dalam tatanan Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, sosial dan kreativitas budaya yang di lakukan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yaitu: oleh masyarakat setempat. Hal itu bisa kita penelitian yang dilakukan oleh Iqra Alina lihat hasil dari akulturasi Islam dengan lokal Zaki (2016) dengan judul “Peninggalan 2

Purbakala Islam Komplek Sunan Sendang Ornamen atau sebuah motif-motif tertentu Duwur di Desa Sendang Duwur Kecamatan ialah hiasan yang dibuat dengan berbagai cara Paciran Kabupaten Lamongan”. Dalam seperti digambar, dipahat, dicetak, dilukis penelitian tersebut didapat kesimpulan yaitu dengan ini bertujuan untuk meningkatkan dan adanya bangunan gapura, masjid dan makam mendukung adanya hasil sebagai kualitas nilai yang mempunyai makna simbol selain itu yang dimiliki oleh karya seni suatu benda juga terdapat unsur budaya Hindu dan Islam. (Susanto, dalam Yuniana. 2016, p. 76). Disini masyarakat setempat beragama Islam, Dengan penjabaran diatas maka dapat terkait itu masyarakat menjadikan masjid disimpulkan bahwa pengertian ornamen sebagai tempat beribadah, tempat sebagai merupakan motif atau relief gambar yang sarana mempertahankan tradisi yang ada dan memiliki nilai seni dan itu digunakan untuk tempat pendidikan dalam keagamaan. Bahwa hiasan suatu benda atau karya seni untuk dengan adanya simbol yang ada dalam suatu menambahkan kesan keindahan dalam suatu lingkup wilayah dan waktu tertentu, maka benda atau karya seni dalam suatu objek setiap individu bisa menjadikan pandangan, bangunan atau benda-benda tertentu. Pesan membuat pedoman untuk perilakunya yang atau makna yang disampaikan melalui simbol itu maka akhirnya timbulah suatu nilai atau ornamen yang menghiasi bangunan tertentu. tersebut. Hal ini biasanya bahwa ornamen itu dibuat sesuai dengan kegunaan fungsi suatu Teori yang digunakan dala penelitian benda. ini adalah teori wujud kebudayaan dan teori Manusia sangat membutuhkan simbol makna simbol. Dalam teori wujud untuk menemukan pegangan-pegangannya di kebudayaan dijelaskan adanya “tiga gejala dalam dunia karena simbol-simbol tersebut itu kebudayaan” yaitu : (1) Wujud kebudayaan nanti akan dijadikan manusia sebagai arah sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, tujuan hidupnya untuk mencapai apa yang nilai-nilai, norma-norma dan aturan. (2) diinginkan sesuai dengan kepercayaan yang di Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks milikinya. Seperti simbol-simbol yang aktivitas serta tindakan berpola dari manusia terdapat di Komplek cagar budaya Sendang dalam masyarakat. (3) Wujud kebudayaan Duwur (Geertz, 1992, p. 56). sebagai benda-benda hasil karya manusia “artefak” (Koentjaraningrat, dalam Haryono. METODE 2012, p. 95-96). Penelitian menggunakan metode Sedangkan teori makna simbol ialah etnografi dengan menggunakan metode pada intinya terdiri dari tiga hal utama, yaitu kualitatif secara deskripstif. Metode kualitatif sistem pengetahuan (kognitif), sistem nilai adalah sebuah prospek penelitian yang (evaluatif) dan sistem simbol yang ini dengan menghasilkan data secara deskriptif yang adanya sebuah pemaknaan atau interpretasi. disini berupa kata-kata yang tertulis atau lisan Adapun titik pertemuan antara pengetahuan dari orang-orang di amati oleh peneliti. dan nilai yang di mungkinkan oleh simbol Peneliti berusaha mendeskripsikan secara ialah yang di namakan (system of meaning). mendalam tentang suatu konsep yang ada di Melalui suatu sistem makna sebagai komplek cagar budaya Sendang Duwur perantara, sebuah simbol dapat dengan data yang diperoleh dari informan- menerjemahkan pengetahuan menjadi nilai informan yang dipercaya penuh oleh peneliti. dan menerjemahkan nilai menjadi Disini Peneliti akan berusaha menjelaskan pengetahuan (Syam, 2007, p. 92-93). dan mendekripsikan suatu hasil penelitian dengan menggunakan bahasa alamiah untuk Dalam suatu unsur budaya tentunya menjadikan penelitian ini mencapai hasil yang mengandung simbol nilai-nilai keindahan semaksimal mungkin. secara objektif maupun subjektif yang dapat terlihat jelas pada bidang suatu bangunan. 3

4) Waktu yang cukup, seorang informan a) Lokasi Penelitian memiliki waktu yang cukup dalam memberikan informasi yang di sini Penelitian dilakukan di salah satu mencakup berpartisipasi dengan baik, bangunan yang terletak di Desa Sendang seperti sikap meluangkan waktu, memberi Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten tempat atau mempersilahkan ketika Lamongan, Provinsi Jawa Timur yaitu berjalannya wawancara secara langsung, komplek cagar budaya Sendang Duwur. bersedia dan terbuka dengan keadaan yang Peneliti memilih komplek cagar budaya ada di tempat penelitian tersebut. Sendang Duwur ini sebagai objek penelitian karena salah satu bangunan di Lamongan 5) Non-analitis, informan menggunakan yang memiliki keistimewaan (unik) dari segi bahasa mereka dalam menggambarkan arsitekturnya yang ada di sebuah komplek dan mendeskripsikan berbagai kejadian lokasi makam Sunan Sendang yaitu adanya tanpa menganalisis mengenai arti dalam masjid kuno yang bangunannya sangat terkait kejadian dan tindakan tersebut. dengan kebudayaan Hindu dan Islam, kemudian juga terdapat dua macam jenis Dari kesimpulan pemilihan informan gapura yaitu tiga gapura bentar dan tiga yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang gapura paduraksa. sudah di jelaskan di atas tersebut, yang melalui pendapat Spradley (1997:61-70) diantaranya ialah: b) Teknik Penentuan Informan R.M. Saifulloh, S.Pd. I Informan dalam kegiatan penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar Juru kunci komplek cagar budaya tahu dan menguasai masalah, serta terlibat Sendang Duwur, berusia 41 tahun. Pada langsung dengan masalah penelitian. Maka saat ini beliau juga seorang sebagai terkait itu untuk pemilihan Informan yang Pegawai Kementerian Pendidikan dan baik Menurut Spradley (1997:61-70) terdapat Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar lima kriteria yang harus terpenuhi agar Budaya (BPCB) Jawa Timur. menjadikan data lapangan tersebut konkrit, antara lain yaitu : Bapak Barrur Rohim, S. Pd

1) Enkulturasi penuh, dimana seorang Kepala Desa Sendang Duwur, berusia informan harus secara langsung dapat 40 tahun. Sebagai Kepala Desa beliau mengetahui, memahami dan mengerti mempunyai kewenangan dan penentu budaya yang di teliti. dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan di Desa Sendang Duwur, kemudian beliau 2) Keterlibatan langsung, bahwa disini juga masih keluarga dekat dengan Bapak informan sangat terlibat dalam proses R.M. Saifulloh, S.Pd. I (juru kunci). secara langsung dalam suasana lingkungan baik budaya maupun secara sosial pada Syaiful Hadi yang diteliti. Ketua RT di wilayah Desa Sendang 3) Suasana budaya yang tidak di kenal, peran Duwur RT 01 RW 01, beliau berusia 48 peneliti harus secara sempurna dan penuh tahun. Beliau juga sebagai Pokja wisata meyakinkan informan bahwa ketidak religi. Selain itu, terkadang bapak Syaiful kenalan suasana budaya di lingkungan juga ikut turut serta menjadi panitia dalam tersebut, karena dalam hal itu dapat acara-acara rutin di komplek cagar budaya mempermudah untuk menggali data Sendang Duwur. sebanyak-banyaknya dari informan.

4

Ahmad Idzom Ubaidillah, S.Pd.I. Observasi

Beliau adalah penduduk Merupakan teknik pengumpulan setempat yang bekerja sebagai guru, data dengan cara observasi secara beliau berusia 27 yahun pak Idzhom langsung dilakukan oleh peneliti selama hampir setiap minggu selalu turun lapangan. Peneliti ketika sampai di berkunjung ke makam R. Nur Rahmat lapangan langsung segera menyatu untuk tujuan berziarah Pak Idzhom dengan masyarakat setempat, melalui juga sangat aktif dalam organisasi pendekatan yang bertujuan mudahnya “REMAS” masjid R. Nur Rahmat. terjalin ikatan yang harmonis dengan begitu peneliti dapat menanyakan Hj. Munawaroh berbagai hal yang di perlukan untuk di jadikan data. Peneliti secara langsung Seorang pengrajin batik, beliau melakukan pengamatan antara lain berusia 63 tahun. Beliau selalu seperti melihat dan mengamati berbagai mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masjid R. Nur Rahmat Sendang macam simbol-simbol dan berbagai macam motif yang ada pada bangunan Duwur. Beliau sangat mengetahui kondisi sosial dan budaya yang ada di komplek cagar budaya Sendang Duwur, Peneliti ikut turut serta mengikuti Desa Sendang kemudian rumah berbagai hal kegiatan ketika berada di beliau sangat dekat di lingkungan komplek gapura, masjid dan makam Desa Sendang Duwur baik di lingkup masyarakatnya maupun di lingkup Sendang Duwur ini. komplek cagar budaya Sendang Duwur. Abdul Nashir M.T. Wawancara Seorang pengunjung yang berprofesi sebagai guru di SMAN 2 Peneliti melakukan wawancara Lamongan. Beliau ketika itu telah secara mendalam dan berulang-ulang berkunjung ke Desa Sendang Duwur kepada informan yang terpilih, dalam hal berserta rombongan dari sekolah ini proses wawancara dilakukan secara tempat beliau mengajar, yang itu mendalam dan berulang-ulang dengan untuk keperluan pendidikan sekolah. menanyakan data secara keseluruhan yang diharapkan memperkaya rujukan c) Teknik Pengumpulan Data dan data bagi peneliti untuk menjadikan penelitian ini mempunyai nilai yang Pengumpulan data dalam kegiatan baik. penelitian ini bersumber dari dua data, yakni Bentuk wawancara ada bermacam- data primer dan data sekunder. macam, tetapi dalam penelitian ini terkait “Simbol Bangunan pada Komplek 1) Data Primer Gapura, Masjid dan Makam Sendang Data primer adalah data yang Duwur” peneliti menggunakan diperoleh peneliti secara langsung melalui wawancara yang terarah (directed) dan objek penelitian, bahwa perolehan data ini yang tidak terarah (non directed). dari tangan pertama yang langsung Wawancara yang terarah ialah sifatnya didapatkan oleh peneliti. Data primer terstruktur yang ini pertanyaan- dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu : pertanyaanya harus sesuai dengan daftar pertanyaan yang sudah di buat oleh peneliti, disini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang sudah di buat dan disiapkan oleh peneliti secara 5

terstruktur terkait pertanyaan-pertanyaan d) Teknik Analisis Data yang akan di berikan kepada informan dalam hal ini tentunya berkaitan dengan Dalam penelitian ini, peneliti fokus penelitian. Sedangkan wawancara menggunakan catatan yang terjadi di lapangan yang tidak terarah adalah wawancara (field note) dan catatan harian (personal yang besifat bebas santai dan diary), observasi, wawancara, transkip, foto, memberikan informan kesempatan yang skripsi, artikel, jurnal, buku dan data profil sebesar-besarnya untuk memberikan lokasi penelitian guna melengkapi data untuk keterangan atau menceritakan apapun hal dimasukan ke dalam hasil penelitian. Peneliti yang ditanyakan peneliti (Danandjaja, menggunakan data dengan deskriptif 1994, p. 195). kualitatif. Disini peneliti dalam menganalisis data menggunakan teori simbolik dari Clifford Geertz, dalam hal ini terkait dengan Dokumentasi penjelasan adanya makna-makna yang terdapat pada simbol-simbol di komplek Dalam penelitian ini sangat cagar budaya Sendang Duwur Kecamatan diperlukan dokumentasi yang tentunya Paciran. Selain itu, juga digunakan konsep untuk dapat menguatkan dari hasil tiga wujud kebudayaan. Sebuah kebudayaan penelitian. Ketika observasi berlangsung di seluruh tatanan masyarakat selalu berkaitan peneliti membuat catatan kecil terkait dengan simbol. Sehingga dari simbol-simbol catatan yang terjadi di lapangan (field tersebut setiap individu mampu berhubungan note) dan catatan harian (personal diary) dengan objek di sekitar lingkupnya yang untuk laporan dari hasil penelitian. Jadi, tentunya dengan perantara media komunikasi peneliti menggunakan alat tulis yaitu: yang mereka miliki melalui pemahaman dan buku catatan, pena, pensil dan penghapus. pengetahuan dalam kehidupannya. Menggunakan alat perekam suara (recorder) yang ada pada “Handphone” HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan peneliti ketika proses wawancara berlangsung. Penggunaan Arsitektur merupakan hasil karya kamera oleh peneliti untuk pengambilan manusia, dipengaruhi oleh keadaan georafis, berbagai objek yang di rasa perlu untuk geologis dan iklim. Ketiga hal ini membantu keperluan data yang diperlukan terkait secara fisik dari adanya bentuk arsitektur. penelitian ini. Dokumentasi bertujuan Kemudian keadaan keagamaan dan untuk memudahkan peneliti dalam proses kemasyarakatan, turut serta menentukan mengolah data, sehingga dokumentasi ini kondisi dalam ingkup tersebut. Setelah digunakan oleh peneliti dari awal ketika berakhirnya kejayaan kemudian observasi hingga akhir yaitu ketika proses digantikan oleh kerajaan-kerajaan Islam, wawancara berlangsung. memunculkan akulturasi kebudayaaan di Indonesia yaitu Hindu dan Islam. 2) Data Sekunder Perpaduan budaya Islam dan Hindu Data sekunder adalah data yang menjadi satu hingga membentuk kesatuan diperoleh dari penelitian sebelumnya, yang saling melengkapi yang di wujudkan dalam artian sebagai data yang sudah jadi dalam bentuk bangunannya yaitu gapura dan tersedia, yang didapatkan oleh bentar, gapura paduraksa, masjid dan makam peneliti baik dari buku, jurnal dan R. Nur Rahmat. Hal ini membuktikan bahwa informasi dari hasil penelitian orang lain akuturasi budaya tidak akan merusak budaya baik secara lisan maupun tertulis dan yang telah ada sebelumnya, akan tetapi lebih bukan dokumentasi pribadi. menjadikan adanya kekayaaan budaya. Ragam hias dalam konteks Gapura Bentar dan Paduraksa di Jawa Timur 6

berfungsi sebagai elemen penghias bangunan, simbol-simbol yang didalamnya terdapat selain itu juga sebagai penanda dan simbol makna-makna tertentu, seperti berikut ini: masuk tempat yang sakral dan dianggap suci. a) Hiasan sayap pada paduraksa Ragam hias merupakan komponen di dalam merupakan hubungan dengan seni yang tujuannya ialah sebagai hisan, baik kepercayaan Hindu. Terkait dengan untuk tujuan spriritual maupun material. cerita Garudeya bahwa tentang Ragam hias memuat nilai simbolik yang ada kebaktian kepada orang tua dan hubungannya dengan pandangan hidup pelepasan dalam perbudakan. kedepan dan kepercayaan dari seorang b) Terdapat motif pohon kalpataru dalam seniman sehingga bangunan yang terdapat Hindu menyebutnya sebagai pohon ragam hias itu lebih mempunyai makna lebih hayat, sedangkan dalam Islam disebut tinggi. Gapura merupakan bangunan berupa pohon “Syajarotul khuldi” yang berada pintu gerbang terdiri dari sepasang bangunan di Sidrotul Muntaha. Bahwa pohon dengan bentuk yang sama dan berada di tersebut mempunyai makna pohon yang kanan dan kiri pintu masuk suatu wilayah atau dapat memberikan segala keinginan. daerah. c) Hiasan motif burung merak yang Gapura berasal dari bahasa merupakan sebuah pendarmaan raja sansekerta, yaitu “Gopuram” yang berarti peratama Majapahit kertarajasa dewa pintu gerbang menuju kota. Gapura juga dapat perang skanda atau kartikeya, putera diartikan sebagai pintu pertaubatan, berasal Siwa dan Parwati. dari bahasa Arab yang maknanya d) Motif Kala-Makara “pengampunan” (Muyasyaroh, 2015, p. 155). Kala memiliki arti raksasa yang menakutkan. Kala tersebut berada Makna Simbol Gapura Bentar pada bagian atas pintu masuk Gapura di Sendang Duwur ini berbentuk tangga bangunan gapura yang berukuran dengan 3,85 cm Paduraksa, berbentuk mulut dan tinggi sisi kanan-kirinya 1,60 cm. Gapura raksasa terbuka tanpa rahang bentar tidak mempunyai atap penghubung bawah. pada bagian atas, sehingga kedua sisi terpisah Makara memiliki arti wujud dan terhubungnya hanya dari bagian bawah binatang yang di gambarkan yaitu di bagian anak tangga. dengan berbagai macam campuran bentuk gajah, buaya, naga dan Makna Simbol Gapura Paduraksa ikan. Makara ini terdapat di kanan Gapura paduraksa memiliki atap dan dan kiri tangga pada pintu masuk gapura ini ialah gapura yang paling bagus dan gapura paduraksa. Makara unik di komplek cagar budaya Sendang mempunyai makna keselamatan. Duwur, bahkan mungkin gapura yang terbaik Untuk Makara yang berada di di antara gapura-gapura kekunoan Islam komplek cagar budaya Sendang dalam segi hiasan dan arsitekturya. Tinggi Duwur ini ialah berbentuk buaya. gapura 5,125 cm, lebar 0,75 cm, panjang/tebal Hiasan Kala-Makara merupakan dua 3,75 cm, lebar sayap 5 cm, tinggi pintu masuk kekuatan yang ada di alam. Kala 1,80 cm. Gapura Paduraksa berfungsi sebagai sebagai kekuatan atas (kekuatan pembatas sekaligus gerbang masuk ke suatu matahari) dan makara sebagai kekuatan wilayah dalam komplek bangunan-bangunan di bawah (bumi). Kala-makara pada kuno yang penting seperti tempat suci. umumnya sengaja digunakan sebagai Paduraksa atau koriagung adalah gapura penjaga kesucian komplek bangunan itu beratap yang sudah ada pada abad ke-8 M. sendiri. Karena bentuknya yang Di bangunan gapura paduraksa yang ada menyeramkan yaitu yang berupa kepala di Sendang Duwur ini terdapat berbagai raksasa yang sedang menyeringai, maka ornamen atau motif yang tentunya memiliki diharapkan dapat menakuti roh-roh 7

jahat yang akan memasuki komplek masjid bujur sangkar berukuran 15×15 cm, bangunan tersebut. tinggi 1,35 cm dari halaman masjid, e) Motif bersayap pada umumnya sedangkan dari halaman makam 2,5 cm melambangkan sebagai matahari, dan dari halaman depan masjid hampir keperkasaan, pelindung terhadap mencapai 7 cm. Simbol-simbol yang ada pengaruh jahat dan pembebasan. Dalam pada masjid R. Nur Rahmat ialah: peradaban kuno singa digunakan a) Atap tumpang bersusun tiga pada sebagai lambang kemaharajaan dan masjid merupakan pengaruh hindu dalam kesenian Islam singa dikenal yang dapat dilihat pada atap meru sebagai pelindung terhadap bahaya da bangunan suci hindu. roh jahat. b) Pintu untuk keluar dan masuk orang f) Motif kepala kijang dengan disertai ke dalam masjid ini mempunyai adanya lengkungan garis yang ukuran rendah sekali, agar setiap menandakan penghormatan bagi orang membungkuk ketika masuk. pahlawan atau orang besar yang berada Jadi, dibuat untuk mendidik orang di wilayah tersebut. supaya menghormati tempat suci. g) Motif ular naga mengandung makna Pintu sebelah kiri masjid terdapat sebagai kekuasaan, kesaktian, inskripsi angka Jawa yang berarti pelindung dan kesejahteraan bumi. 1581 saka atau 1929 M. Tahun ini Dalam kepercayaan Hindu bentuk naga menunjukan bangunan pertama sudah ada sejak zaman kejayaan dengan dinding kayu. Majapahit. Pintu tengah masjid terdapat h) Motif alam disini terdapat bentuk flora inskripsi huruf arab 1339 Hijriah atau sulur-suluran yang sagat rumit tapi yang menandakan bahwa ajaran luwes, indah dan laras antar satu bagian agama Islam mulai tersebar baik dengan bagian yang lan tidak sama tapi dalam bentuk tidak tertulis saling berhubung sehingga napa maupun tertulis. menghias dan memperindah bidang. Pintu sebelah kanan masjid Kemudian selain itu jugaterdapat motif terdapat inskripsi angka tahun lingkup pepohonan yang rindang, 1920 M, tahun rehap pertama dan hiasan lingkungan tempat tinggal sampai dengan yang ada sekarang (rumah) dan gunung. ini. i) Motif karang bintulu adalah sebuah c) Mimbar pada masjid kuno kombinasi hiasan berupa mata tunggal mengingatkan pada “asana” tempat yang ini sebagai pemusatan pikiran. duduk dewa. Kemudian dengan adanya pra Islam di d) Motif teratai yang terdapat di beberapa tempat tersebut sedemikian rupa dengan bagian masjid merupakan dari Hindu, berjalannya waktu sehingga Nampak seperti pada hiasan pintu terdapat motif seperti hiasan bungga dan daun-daunan. teratai. e) Letak komplek yang berada pada Makna Simbol Bangunan Masjid R. puncak gunung amitunon ini, Nur Rahmat merupakan dahulu sebagai tempat suci Masjid merupakan bangunan untuk pra Islam. beribadah sholat kepada Allah SWT, arah f) Panil-panil segi enam yang luwes hadap masjid ialah ke kiblat (kiblat seperti diukir yang menghiasi relief Mekkah). Masjid Sendang Duwur yang pintu merupakan budaya dari Islam. ada saaat ini hampir tidak menyisakan Sebagai wujud akulturasi budaya bangunan yang berasal dari awal maka masjid R. Nur Rahmat ini di gunakan bangunannya, namun hanya beberapa saja sebagai tempat ibadah, sebagai tempat dari sisi yang lama di gunakan. Denah belajar menuntut ilmu, sebagai wadah 8

kerukunan sesama masyarakat terkait menyebarkan Islam pertama kalinya di ukhwah islamiyah, sebagai pusat wilayah tersebut yaitu bernama R. Nur pelestarian kebudayaan dan sebagai tempat Rahmat atau masyarakat pada umumnya pelaksanaan tradisi selamatan. menyebut sebagai sunan Sendang Duwur. Bangunan yang ada di komplek Sendang Makna Simbol Bangunan Makam R. Nur Duwur mempunyai simbol-simbol yang dapat Rahmat di maknai. Jadi, pemaknaan simbol yang Makam merupakan suatu benda berupa bangunan gapura ialah sebagai tanda penghormatan kepada seseorang yang telah masuk ke tempat sakral atau suci yang terdiri meninggal dunia. Ditinjau dari segi nilai dan dari gapura bentar dan paduraksa. Di setiap ragam hiasannya, makam ini terlihat sangat bidang gapura tersebut terdapat ragam hias menarik, unik dan diagungkan oleh yang berfungsi sebagai hiasan dan memiliki masyarakat Desa Sendang Duwur. Makna tujuan untuk spiritual ataupun material. simbol-simbol antara lain yaitu: Simbol-simbol pada bangunan masjid R. Nur a) Nisan relief motif simbol motif Rahmat ini bisa dilihat pada bidang dan Matahari yang melambangkan kerajaan bentuk masjid tersebut, salah satunya ialah Majapahit. bentuk atap tumpang bersusun tiga pada b) Pada pondasi makam terdapat motif masjid ialah pengaruh Hindu, dapat di lihat kala yang di gayakan dalam rangkaian seperti atap meru bangunan suci Hindu. pohon dan bunga, serta di sampingnya Sedangkan pada bangunan makam R. Nur terdapat hiasan sayap yang Rahmat di sekitarnya terdapat berbagai motif mengembang. dan bentuk benda yang mempunyai makna c) Nisan yang berisi sifat-sifat yang ada di tertentu, salah satunya ialah motif bulan sabit dalam Al Qur’an, terkadang ada juga yang berada di dinding makam R. Nur yang berisi nama dengan menggunakan Rahmat yang memiliki nilai religious dan huruf arab. Hal ini pengaruh unsur sakral. Perpaduan budaya Islam dan Hindu budaya dari Islam menjadi satu terkait dengan bangunan- d) Hiasan yang terbuat dari pahatan kayu bangunan yang ada ini sehingga mewujudkan berbentuk bulan sabit dengan ukiran bukti bahwa akulturasi budaya tidak akan angka tahun berhuruf aksara jawa di merusak atau menghancurkan budaya yang tengahnya yang terbaca 7051 atau telah ada sebelumnya, akan tetapi lebih menunjukan angka tahun 1507 saka menjadikan adanya keragaman dalam (1585 masehi) yaitu tahun kekayaan budaya. meninggalnya R. Nur Rahmat. SARAN e) Motif keris yang terdapat di dinding makam R. Nur Rahmat yang memiliki Berdasarkan penelitian yang telah di makna simbol budaya dengan kekuatan lakukan ini, maka peneliti akan magis sehingga dapat digunakan menyampaikan saran sebagai berikut: sebagai benda pelengkap sesajian. Keris 1) Untuk Pemerintah juga dianggap sebagai pustaka, a) Diharapkan dapat meningkatkan khususnya di masyarakat Jawa. Keris infrastruktur pembangunan dalam tersebar pada wilayah lingkup pengembangan yang ada di komplek masyarakat yang pernah terpengaruh cagar budaya Sendang Duwur. Hal ini oleh kerajaan Majapahit. terkait dengan perbaikan jalan, melengkapi sarana-prasarana yang ada SIMPULAN seperti di lengkapi dengan tempat parkir dan dibangun tempat Bangunan yang ada terdiri dari peristirahatan untuk para pengunjung. gapura bentar, gapura paduraksa, masjid R. b) Memperkenalkan komplek cagar Nur Rahmat dan makam seorang yang budaya Sendang Duwur ini kepada

9

masyarakat umum. Hal ini dapat Surabaya. Vol. 03; No.02; Juli 2015; hal 153- dengan cara memberi sebuah petunjuk 161. (poster) yang ditempatkan pada arah lokasi Desa Sendang Duwur. Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah 2) Untuk Masyarakat Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: a) Turut serta mengawasi dan Kanisius. memelihara dalam melestarikan komplek cagar budaya Sendang Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Duwur. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. b) Mengajarkan nilai-nilai luhur yang sangat penting kepada generasi Syam, Nur. (2007). Mahdzab-mahdzab penerus bangsa yang hal ini seperti Antropologi. Yogyakarta: LKiS. sifat toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan menjaga Yuniana, Enggrita Rosa. (2016). Makna tradisi sesuai dengan adanya Simbol pada Bangunan Pagoda Tian Ti di pemaknaan dalam bangunan- Kenpark. Surabaya: Skripsi Program Studi bangunan yang ada di komplek Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu cagar budaya Sendang Duwur. Politik, Universitas Airlangga. 3) Untuk Pengunjung Turut serta melestarikan, memelihara, Zaki , Iqra Alina. (2016). Peninggalan menjalankan tata tertib yang sudah ada Purbakala Islam Komplek Sunan Sendang di di komplek cagar budaya Sendang Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran Duwur. Kabupaten Lamongan. Surabaya: Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Negeri Sunan Ampel. DAFTAR PUSTAKA Anom, I.G.N. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah Dan Kepurbakalaan Pusat.

Danandjaja, James. (1994). Folklor Indonesia ilmu gossip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Haryono, Tri Joko Sri. (2012). Pengantar antropologi. Surabaya: PT Revka Petra Media.

Kemenpar RI. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tentang Cagar Budaya.

Muyasyaroh, Umi. (2015). Perkembangan Makna Candi Bentar di Jawa Timur Abad 14- 15. Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri 10