KAJIAN PENDAHULUAN TEMUAN STRUKTUR BATA DI SAMBIMAYA, INDRAMAYU The Introduction Study of Brick Structural Found in Sambimaya, Indramayu

Nanang Saptono,1 Endang Widyastuti,1 dan Pandu Radea2 1 Balai Arkeologi Jawa Barat, 2 Yayasan Tapak Karuhun Nusantara 1Jalan Raya Cinunuk Km. 17, Cileunyi, Bandung 40623 1Surel: [email protected]

Naskah diterima: 24/08/2020; direvisi: 28/11/2020; disetujui: 28/11/2020 publikasi ejurnal: 18/12/2020

Abstract Brick has been used for buildings for a long time. In the area of Sambimaya Village, Juntinyuat District, Indramayu, a brick structure has been found. Based on these findings, a preliminary study is needed for identification. The problem discussed is regarding the type of building, function, and timeframe. The brick structure in Sambimaya is located in several dunes which are located in a southwest-northeastern line. The technique of laying bricks in a stack without using an adhesive layer. Through the method of comparison with other objects that have been found, it was concluded that the brick structure in Sambimaya was a former profane building dating from the early days of the spread of Islam in Indramayu around the 13th - 14th century AD.

Keywords: Brick, structure, orientation, profane

Abstrak Bata sudah digunakan untuk bangunan sejak lama. Sebaran struktur bata telah ditemukan di kawasan Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu. Berdasarkan temuan itu perlu kajian pendahuluan untuk identifikasi. Permasalahan yang dibahas adalah mengenai jenis bangunan, fungsi, dan kurun waktu. Struktur bata di Sambimaya berada pada beberapa gumuk yang keletakannya berada pada satu garis berorientasi barat daya – timur laut. Teknik pemasangan bata secara ditumpuk tanpa menggunakan lapisan perekat. Melalui metode perbandingan dengan objek-objek lain yang pernah ditemukan disimpulkan bahwa struktur bata di Sambimaya merupakan bekas bangunan profan yang berasal dari awal masa penyebaran Islam di Indramayu sekitar abad ke-13 – 14 M.

Kata kunci: Bata, struktur, orientasi, profan

PENDAHULUAN kebutuhan ruang untuk aktivitas individu Arsitektur merupakan salah satu bentuk maupun kelompok. Pembicaraan arsitektur budaya yang termasuk di dalam unsur kesenian. pada aspek geografi dan sejarah diantaranya Berbicara tentang arsitektur dapat menyangkut menyangkut ungkapan fisik tinggalan budaya berbagai hal seperti misalnya seni, teknik, dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan ruang, serta geografi dan sejarah. Ditinjau dari waktu tertentu (Sumalyo, 2005). Melalui aspek seni, arsitektur merupakan seni tinggalan sisa-sisa bangunan dapat terlacak bangunan termasuk di dalamnya bentuk dan keadaan masyarakat pada waktu bangunan ragam hias. Ditinjau dari sisi teknik, arsitektur berdiri dan difungsikan. menyangkut sistem mendirikan bangunan yang Arsitektur muncul sejak manusia ada. meliputi proses perancangan, konstruksi, Salah satu aktivitas sederhana manusia dalam struktur, dan hal lain termasuk aspek dekorasi melindungi diri menghasilkan budaya dan keindahan. Pada aspek ruang menyangkut arsitektur. Tempat untuk berlindung yang

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 66 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al semula sekedar kecocokan sesuai kebutuhan Tiga atau empat junk (perahu besar) dan selanjutnya berkembang dengan modifikasi beberapa lancharas (perahu kecil) terdapat di menghasilkan karya arsitektur. Salah satu pelabuhan ini. Istana penguasa berada sekitar bentuk arsitektur paling sederhana yang masih tiga league dari muara sungai (Cortesao, 1967). ada hingga kini adalah bentuk gundukan. Kata Chemano mengalami perubahan Kegiatan menciptakan bentuk gundukan berupa pengucapan hingga menjadi Cimanuk. Nama aktivitas menumpuk material tertentu misalnya Cimanuk pada masa sekarang ini tidak lagi pasir, tanah, batu, batang kayu, hingga material merujuk pada nama kawasan melainkan yang sudah mengalami proses pembuatan merujuk pada sungai terbesar yang berhulu di seperti bata dan batu yang sudah dibentuk daerah Garut dan bermuara di Indramayu. sehingga mendapatkan ketinggian tertentu. Menurut Babad Dermayu, perubahan nama dari Seringkali menciptakan bentuk gundukan tidak Cimanuk menjadi Indramayu berkaitan erat sekedar menumpuk tetapi juga menggali untuk dengan cerita wakil Kerajaan Sunda (Galuh) mendapatkan material di tempat tertentu untuk bernama Wiralodra yang menjadi penguasa di menambah volume material di tempat lain Indramayu. Pada tanggal 7 Oktober 1527, (Sopandi, 2013). Bentuk gundukan kemudian Cimanuk melepaskan diri dari kekuasaan berkembang hingga menghasilkan karya Kerajaan Sunda dan namanya diubah menjadi arsitektur yang sangat kompleks. Bahan untuk Indramayu (Dasuki, 1977). menghasilkan karya arsitektur bermacam- Permukiman di Indramayu berkembang macam mulai dari bahan alam seperti batu dan pada masa Islam. Bukti-bukti adanya kayu, hingga bahan hasil olahan seperti bata. masyarakat yang bermukim di Indramayu pada Hasil budaya arsitektural masa lampau masa sebelumnya hanya sedikit. Artefak dari seringkali hanya berupa sisa-sisa atau masa pra-Islam yang tercatat di dalam laporan reruntuhan. Dinas Purbakala hanya menyebut adanya arca Reruntuhan bangunan berbahan bata Laksmi yang sekarang tersimpan di Museum banyak ditemukan di kawasan pantai utara Jawa Leiden (Krom, 1915). Penelitian di Indramayu Barat dari Karawang hingga . Beberapa yang dilakukan Balai Arkeologi Bandung pada temuan reruntuhan struktur bata kuna belum 1994 banyak mencatat tinggalan-tinggalan teridentifikasi kecuali yang berada di kawasan purbakala dari masa Islam (Saptono, 1994). situs , Karawang. Reruntuhan Penelitian yang difokuskan pada aspek bangunan berbahan bata pada akhir tahun 2019 permukiman ini telah mengungkap jejak-jejak telah ditemukan di Indramayu. permukiman lama di Indramayu yang banyak Indramayu merupakan kawasan yang dijumpai di sepanjang Ci Manuk. Toponimi sudah lama dikenal masyarakat internasional. Pabean berada di ujung utara berdekatan Perdagangan dunia yang pernah berlangsung di dengan bekas muara Ci Manuk. Pabean Indramayu disebut dalam berbagai sumber merupakan lokasi bekas tempat pemungutan sejarah. Armando Cortesao dalam Suma pajak bagi para pedagang yang memasuki Oriental of Tomé Pires menyebutkan bahwa Indramayu. Petilasan salah satu tokoh penyebar Kerajaan Sunda memiliki enam pelabuhan Islam di Indramayu yaitu Syekh Datuk Khapi dagang di pantai utara Laut Jawa. Pelabuhan juga ditemukan di Kampung Pabean ini. Jejak- yang berada di ujung paling timur wilayah jejak kejayaan masa lalu Indramayu seperti Kerajaan Sunda yaitu pelabuhan Chemano. toponimi Kampung Paomahan yang sekarang Tomé Pires memberikan gambaran kondisi menjadi sentra pengrajin batik berada di pusat pelabuhan Chemano bahwa kapal besar tidak kota. dapat berlabuh di bibir pantai pelabuhan karena Bangunan-bangunan lama yang dangkal, meskipun demikian, aktivitas didominasi bangunan berarsitektur Cina masih perdagangan yang berlangsung cukup ramai. banyak dapat dijumpai di Karang Anyar dan Warga yang beragama Islam sudah banyak Karang . Vihara Dharma Rahayu atau dijumpai di kota ini. Cherimon berada di Vihara An Tjeng Bio masih aktif digunakan sebelah timur Chemano. Penguasa Cherimon hingga sekarang. Bangunan bekas gedung disebut Lebe Uca yang merupakan vasal Pate Asisten Residen di Desa Penganjang juga masih Rodim, penguasa Demak yang menganut Islam. kokoh berdiri (Saptono, 1995). Cherimon merupakan pelabuhan yang bagus.

67 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77

Tinggalan arkeologis di Indramayu tidak Luas wilayah Desa Sambimaya adalah 314 ha hanya terpusat di kawasan pusat kota saja, terdiri lahan darat 50,9 ha dan lahan sawah namun juga ditemukan di wilayah sekitarnya. 263,1 ha. Sungai yang mengalir di Desa Tinggalan-tinggalan arkeologis di kawasan Sambimaya merupakan sungai-sungai kecil. timur Indramayu pada akhir 2019 ditemukan Sungai Gunda yang berada di bagian selatan kembali di Desa Sambimaya, Kecamatan desa bermuara di Sungai Gabus di tenggara desa Juntinyuat. Yayasan Tapak Karuhun Nusantara dan selanjutnya mengalir ke utara hingga menindaklanjuti informasi dari Brigadir bermuara di Laut Jawa. Muara Sungai Gabus Rusmanto, pada 25-27 Oktober 2019 telah dinamakan muara Limbangan. Sungai lain yang menemukan sebaran struktur bata kuno. mengalir di wilayah ini adalah Sungai Menindaklanjuti penemuan itu, pada tanggal 9- Genggong dan Sungai Glayem yang berada di 10 November Yayasan Tapak Karuhun sebelah timur Sungai Gabus. Kedua sungai ini Nusantara dan Balai Arkeologi Jawa Barat juga bermuara di Laut Jawa. melakukan eksplorasi pada kawasan yang lebih Lahan di kawasan Desa Sambimaya luas lagi. pada umumnya dimanfaatkan untuk pertanian Eksplorasi tinggalan arkeologis di Desa sawah, yang sudah dilengkapi irigasi teknis. Sambimaya bertujuan untuk melakukan Lahan kering yang digunakan untuk kebun identifikasi awal. Berdasarkan hasil identifikasi mangga juga dijumpai di antara lahan sawah. awal tersebut diharapkan dapat mengungkap Permukiman berpola mengelompok dikelilingi permasalahan mengenai jenis, fungsi serta lahan sawah. Tinggalan arkeologis yang kapan struktur bata tersebut difungsikan. terdapat di Desa Sambimaya pada umumnya berada di area pesawahan (Gambar 1).

METODE Metode pengumpulan data berupa observasi langsung di lapangan yang terdiri dari pendeskripsian, pengukuran, dan perekaman melalui foto. Untuk melengkapi data juga dilakukan wawancara dengan para tokoh dan masyarakat setempat yang mengetahui latar belakang temuan sebaran bata. Pengungkapan permasalahan dilakukan melalui kajian dari aspek keletakan, teknologi, dan kontekstual.

Gambar 1. Peta topografi kawasan Juntinyuwat HASIL DAN PEMBAHASAN (Sumber: Peta topografi Blad Ia. A en 47 B . Gambaran Umum Lokasi Res. Cheribon. Opgenomen in de jaren 1914-1915). Desa Sambimaya secara administratif Topographische Inrichting. Batavia 1920. Dutch termasuk wilayah Kecamatan Juntinyuat, Colonial maps. Leiden University Library). berada di sebelah tenggara Indramayu berjarak Berdasarkan jejak tinggalan arkeologis, lurus sekitar 14 km. Lokasi ini dapat dicapai kawasan Indramayu bagian pantai timur pesisir dari Indramayu melalui Balongan kemudian utara Laut Jawa merupakan kawasan yang melewati jalan alternatif menuju Segeran. Desa sudah dihuni sejak lama. Salah satu buktinya Sambimaya berada di sebelah barat Juntinyuat adalah adanya temuan bangkai perahu di Desa berjarak lurus sekitar 6 km. Lombang, Kecamatan Juntinyuat pada sekitar Secara geologis, batuan di kawasan bulan November 1991. Ekskavasi Juntinyuat merupakan endapan dataran banjir penyelamatan yang dilakukan oleh Suaka (flood plain deposits) yang terbentuk dari Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang batuan lempung pasiran-humusan, pasir Balai Pelestarian Cagar Budaya ) lempungan, dan sebagian tufan (Achdan dan berhasil menampakkan secara keseluruhan Sudana, 1992). Topografi kawasan Juntinyuat bangkai perahu. Perahu yang ditemukan merupakan pedataran pantai dengan kemiringan menunjukkan fungsinya sebagai sarana angkut 1-3 %, dengan ketinggian berkisar 3 – 12 m dpl.

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 68 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al pada jarak yang tidak begitu jauh, dalam arti Mawur, Dingkel, Randu, dan Sambilawang tidak untuk mengarungi samudra (Michrob, (Gambar 2). Struktur bata berada pada gumuk 1992). (gundukan tanah) di tengah sawah atau pada Jejak struktur bata dan beberapa bata ujung lahan perkampungan. Keletakan masing- utuh pernah ditemukan di Blok Tamanan, Desa masing gumuk berjajar berorientasi barat daya – Dadap (Saptono, 2008). Jejak struktur yang timur laut. Sawah di sekitar gumuk ditanami teramati sepanjang sekitar 12 m dengan padi atau palawija, dan ada juga yang berupa ketebalan 5 – 6 cm. Jejak struktur bata juga kebun dengan tanaman keras seperti mangga dijumpai pada dinding sumur pada lahan kebun dan turi. sebelah selatan bibir pantai. Bata dijumpai pada kedalaman sekitar 1,5 m dari permukaan tanah Blok Buyut Mawur sekitar. Bata utuh dari situs Tamanan berukuran Blok Buyut Mawur berada di ujung barat 30 cm x 18 cm x 6 cm. daya pada posisi 6° 26' 34.49" LS dan 108° 22' Jejak kepurbakalaan lain di daerah 56.92" BT. Sebuah sungai kecil mengalir di Juntinyuat adalah Sambi Watu (Tim Penelitian, sebelah barat lahan. Sisa struktur yang terdapat 2011; Saptono, 2013). Sambi Watu merupakan pada gumuk tidak begitu tampak karena tertutup istilah yang umum di masyarakat Desa Benda tanah yang ditumbuhi pisang (Musaceae). untuk menyebut tinggalan arkeologis berupa Beberapa bata tersingkap akibat aktivitas batu yang tersimpan di rumah Awiyah, Blok masyarakat dalam mengolah lahan pertanian. Karang Taruna, Desa Benda. Sambi Watu Bata yang terlihat dalam kondisi bertumpukan merupakan dua buah batu andesit yang tidak beraturan, berjumlah lima ada yang masih bentuknya hampir sama, yaitu segi empat pipih utuh ada pula yang berupa patahan. berukuran panjang 130 cm, lebar 66 cm, dan tebal 66 cm. Pada bagian bawah terdapat

Gambar 2. Persebaran struktur bata di Desa Sambimaya (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun Nusantara, 2019).

takikan dengan lebar 16 cm. Di atas takikan Blok Dingkel terdapat dua lubang tembus berdiameter 8 cm. Blok Dingkel berada di sebelah timur laut Dilihat dari bentuknya, batu ini merupakan Blok Buyut Mawur berjarak lurus sekitar 485 bagian dari ambang pintu. Kedua lubang m. Objek yang diamati di Blok Dingkel ini merupakan tempat meletakkan kayu penyangga adalah dua gumuk yang berdekatan dengan daun pintu. Selain dua buah batu tersebut juga jarak sekitar 30 m. Gumuk Dingkel I (D I) terdapat beberapa batu polos yang dulunya tepatnya berada pada posisi 6° 26' 28.97" LS berada di bawah batu yang berlobang tersebut. dan 108° 23' 01.67" BT. Gumuk D I berukuran panjang sisi utara 10,5 m, sisi timur 9,5 m, sisi Struktur Bata di Desa Sambimaya selatan 10,5 m dan panjang sisi barat 7,5 m. Struktur bata di Desa Sambimaya Tinggi lahan dari permukaan sawah adalah tersebar di beberapa lokasi yaitu di Blok Buyut 0,5 m. Lahan gumuk D I merupakan milik

69 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77

Tayim, warga RT. 02, RW. 03, Blok Dingkel, sisi pematang dan pada lahan sawah. Singkapan Desa Sambimaya (Gambar 3). bata juga terlihat di bagian barat daya gumuk, masih dalam kondisi terstruktur terdiri dari dua jajar dan lima lapis. Bata yang masih utuh berukuran panjang 36 cm, lebar 20 cm dan tebal 6 cm. Antara lapisan bata tidak terdapat bahan perekat (spesi). Struktur ini berorientasi barat- timur. Struktur bata berorientasi utara-selatan juga ditemukan pada lahan sawah di sebelah barat struktur yang berorientasi barat-timur ini. Struktur ini terdiri dua jajar dan dua lapis. Jarak Gambar 3: Sebaran singkapan bata di Blok antar bata sangat rapat dan tidak terdapat Dingkel lapisan spesi. Struktur bata ini pada sisi luar (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun (barat) terdapat bagian yang berprofil persegi Nusantara, 2019). berundak. Berdasarkan dua singkapan struktur Objek pada gumuk D I dan sekitarnya yang tampak, bagian ini (b3) merupakan sudut berupa beberapa sebaran singkapan struktur barat daya (Gambar 5). Singkapan bata bata. Pengamatan pada permukaan gumuk ditemukan lagi di sebelah selatan struktur sudut. terdapat beberapa sebaran bata baik utuh Struktur lain terdapat di sisi sebelah utara maupun pecahan. Bata utuh berukuran panjang gumuk berupa dua singkapan di bagian barat 36 cm, lebar 20 cm, dan tebal 6 cm. Salah satu (b2) dan bagian timur (b5). Singkapan ini bata kuno yang ditemukan di permukaanya menunjukkan orientasi barat-timur, dengan terdapat jejak kaki anjing (Gambar 4). demikian kedua singkapan ini merupakan bagian sisi utara.

Gambar 5: Struktur bata yang terdapat di gumuk D

Gambar 4: Situasi gumuk D I dan salah satu bata (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun utuh yang ditemukan di gumuk D I. Pada Nusantara, 2019). permukaan bata terdapat jejak kaki anjing Gumuk D II berada di sebelah timur laut (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun gumuk D I berjarak sekitar 16 m, tepatnya Nusantara, 2019). berada pada posisi 6° 26' 28.50" LS dan 108° 23' 12.68" BT. Lahan gumuk D II seluas sekitar Singkapan struktur bata (b1 dan b6) 2 terdapat di sebelah utara gumuk pada parit di 140 m (10 bata) dimanfaatkan untuk makam keluarga, antara lain terdapat makam Buyut

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 70 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al

Bakri, Buyut Aswen, dan Buyut Waslim. Buyut Aswen adalah istri Buyut Bakri sedangkan Buyut Waslim adalah kerabat Buyut Bakri. Makam Buyut Bakri dan Buyut Aswen berada dalam satu komplek pemakaman yang telah ditembok dan dikelilingi pagar besi, sedangkan makam Buyut Waslim berada di bagian timur laut dari makam Buyut Bakri. Lahan di sekeliling Gumuk D II merupakan area persawahan. Tumbuhan yang terdapat di lahan D II adalah asam jawa (Tamarindus indica) di Gambar 6: Pecahan keramik yang ditemukan di bagian sudut timur laut dan barat daya serta Blok Randu pohon mangga cengkir (Mangifera indika) di (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun bagian selatan. Lahan milik Tayim yang berada Nusantara, 2019). di dekat gumuk D II ditanami oyong (Luffa Blok Sambilawang acutangula). Lahan lain di sekitar gumuk D II Blok Sambilawang berada di sebelah ditanami semangka (Citrullus lanatus). timur laut Blok Randu berjarak sekitar 140 m. Jejak kekunoan di gumuk D II berupa Lokasi ini secara geografis berada pada posisi sebaran bata berukuran sama dengan bata yang 6° 26' 19.19" LS dan 108° 23' 22.77" BT. Lahan ditemukan di gumuk D I maupun di area sawah situs berupa gumuk berukuran 8 x 10 m yang sekitarnya. Pecahan bata-bata kuno tersebut berada di area persawahan. Tinggi gumuk dari menumpuk di bawah pohon asem yang sengaja permukaan sawah sekitar 1 – 1,5 m. Pohon disimpan masyarakat akibat terkena cangkul asam jawa (Tamarindus indica) yang cukup atau traktor petani. Demikian pula saat warga besar tumbuh di tengah gumuk. Pecahan bata membuat parit-parit penampung air sering banyak ditemukan di permukaan lahan gumuk. menemukan struktur bata. Benda arkeologis Struktur bata terdapat pada dinding sisi timur lain yang ditemukan adalah bata berbentuk gumuk. Struktur terdiri 2 jajar masing-masing 6 persegi berukuran 20 x 20 cm dengan ketebalan lapis bata, berorientasi barat – timur. Lapisan- 6 cm. Bata-bata ini ditemukan sudah terkumpul lapisan di antara bata tidak terlihat adanya di pekarangan penduduk. Menurut keterangan lapisan spesi (Gambar 7). Ukuran bata yang Tayim, warga setempat, bata-bata itu diambil dapat diketahui yaitu lebar 19 cm dan tebal 6 dari lahan di sekitar gumuk. cm.

Blok Randu Blok Randu berada di sebelah timur laut Blok Dingkel berjarak lurus sekitar 315 m, tepatnya berada pada posisi 6° 26' 21.15" LS dan 108° 23' 18.87" BT. Penyebutan Blok Randu merupakan penyebutan masyarakat karena di lokasi itu terdapat tumbuhan kapuk randu (Ceiba pentandra). Lahan di Blok Randu berupa lahan datar di ujung perkampungan yang dimanfaatkan untuk menanam turi (Sesbania grandiflora). Sejumlah potongan bata Gambar 7: Singkapan struktur bata yang ditemukan tersebar di permukaan lahan. Selain ditemukan di Blok Sambilawang potongan bata terdapat sebaran pecahan (Sumber: Dokumen Yayasan Tapak Karuhun keramik asing (Gambar 6). Salah satu pecahan Nusantara, 2019). keramik merupakan mangkuk berwarna biru putih berhias motif flora. Berdasarkan ciri Struktur bata memanjang berorientasi permukaan keramik ini berasal dari Thailand utara – selatan juga ditemukan di sisi barat yang diproduksi pada sekitar abad ke-13 – 14. lahan yang ditanami mangga di sebelah timur gumuk berjarak sekitar 80 m. Singkapan

71 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77 struktur berukuran lebar 56 cm panjang 5,10 m. Kompleks percandian Batujaya, berada Struktur yang teramati terdiri 4 lapis tanpa pada area pedataran pantai. Beberapa bangunan spesi. Menurut keterangan masyarakat di candi tersebar di beberapa lokasi. Salah satu sebelah utara gumuk berjarak sekitar 60 m, alasan pemilihan lokasi adalah unsur air. dahulu terdapat kubangan seperti sumur. Kawasan kompleks percandian Batujaya juga Kondisi yang terlihat sekarang berupa lahan merupakan hulu sungai kecil yang dinamakan sawah. Kali Asin, yang bermuara di Laut Jawa. Kawasan percandian dari masa klasik awal juga Identifikasi Struktur Bata dapat dijumpai di pantai utara Kabupaten Bata dalam berbagai ukuran, warna, Kendal, Jawa Tengah. Beberapa situs yang kualitas dan tekstur sudah digunakan untuk terdapat di daerah ini antara lain Situs Grumbul, komponen bangunan sejak sekitar 6000 tahun Boto Tumpang, Kalioso, Pojok Sari, Watu yang lalu. Material ini tahan lama, tahan cuaca Tapak, dan Kebon Sari. Seluruh objek pada dan merupakan bahan untuk struktur pembatas situs-situs tersebut berupa sisa struktur bata, yang baik misalnya untuk dinding dan talud. kecuali di situs Watu Tapak juga ditemukan Selain untuk material struktur yang bersifat lingga batu setinggi 60 cm. Kawasan ini diapit konstruktif, bata juga dapat digunakan untuk oleh dua aliran sungai yaitu Kali Kuto dan Kali fungsi dekoratif (Yarwood, 1986). Struktur bata Blukar (Indradjaja, 2020). pernah ditemukan di beberapa lokasi di Candi berupa struktur bata juga sepanjang kawasan pantai utara Jawa Barat. ditemukan di daerah Pati, Jawa Tengah. Candi Selain di kawasan percandian Batujaya dan ini dikenal dengan nama Candi Kayen karena Cibuaya, Karawang, struktur bata antara lain berada di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, pernah ditemukan di Subang dan Indramayu. Kabupaten Pati. Sebagaimana kawasan Struktur bata yang ditemukan di Batujaya percandian Batujaya dan kawasan percandian di dan Cibuaya, Karawang diketahui merupakan Kendal, situs Candi Kayen berada di dekat peninggalan masyarakat berlatarkan Hindu- aliran sungai yaitu Sungai Sombron. Aliran Buddhis, sedangkan temuan struktur bata sungai ini berhulu di Pegunungan Kendeng lainnya belum dapat dipastikan peninggalan kemudian menyatu dengan aliran Sungai masyarakat mana dan apa latar belakang Tanjung Pati dan selanjutnya bermuara di Laut budayanya. Beberapa monumen berbahan bata Jawa (Priswanto, 2012). Temuan struktur bata banyak ditemukan di Cirebon yang merupakan di Sambimaya berada pada lahan pesawahan tinggalan dari masa lebih muda. Berdasarkan yang terletak agak jauh dari aliran sungai. beberapa tinggalan tersebut dapat diperoleh Sungai di daerah itu adalah Kali Glayem yang keterangan bahwa struktur bata merupakan mengalir di sebelah timur. tinggalan dari masa klasik (Hindu-Buddha) Secara tata letak, candi-candi di Batujaya hingga masa Islam. Berdasarkan watak fungsi tersebar pada area yang sangat luas. Reruntuhan bangunannya dapat berupa bangunan sakral bangunan bata di daerah Batujaya berjumlah maupun profan. Identifikasi struktur bata di lebih dari 36 titik yang tersebar di kawasan Sambimaya akan dibahas berdasarkan lahan persawahan seluas 5 km2. Seluruh parameter keletakan, material dan teknik reruntuhan bangunan tersebut pada mulanya pemasangan, serta aspek kontekstualnya. ditemukan dalam kondisi tertimbun tanah dan sebagian tampak berbentuk gundukan seperti Keletakan bukit kecil yang disebut unur (Djafar, 2010). Struktur bata di kawasan Sambimaya Objek runtuhan struktur bata di daerah Kendal ditemukan di beberapa lokasi. Mengingat keletakannya juga dalam posisi tersebar Sambimaya berada di kawasan pantai utara (Indradjaja, 2020). Struktur candi bata di situs Jawa Barat, maka keletakan beberapa struktur Kayen hanya berada di satu lokasi. Namun bata di Sambimaya akan diperbandingkan demikian, Candi Kayen terdiri dua unit yaitu dengan keletakan sebaran struktur bata di candi induk dan candi perwara. Candi induk Kompleks percandian Batujaya, Karawang dan berdenah bujursangkar berukuran 5.9 m x 5,9 beberapa objek bangunan suci di tempat m, dan candi perwara berdenah persegi panjang lainnya. berukuran 4,6 m x 2,7 m. Candi induk berada di bagian timur menghadap ke barat. Candi

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 72 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al perwara berada di depan candi induk. Kedua belum diketahui bentuknya. Bata utuh bangunan ini hanya tersisa bagian kaki, berukuran panjang 31 cm, lebar 22 cm, dan sedangkan tubuh dan atapnya sudah runtuh tebal 8 cm. Teknik pemasangan secara sehingga bentuk secara vertikal tidak dapat ditumpuk tanpa lapisan perekat. Posisi bata ada diketahui (Istari, 2012). yang mendatar ada juga yang tegak (Saptono, Tata letak struktur bata di Sambimaya 2007). terlihat teratur yaitu berorientasi relatif ke arah Kawasan yang banyak mengandung barat daya – timur laut. Keteraturan keletakan tinggalan arkeologi berupa bangunan bata bangunan suci mengandung makna tertentu. adalah kompleks percandian Batujaya. Konstelasi bangunan suci berupa candi dapat Beberapa bangunan di Batujaya hanya dilihat pada posisi antara Candi , menyisakan bagian kaki. Denah candi-candi di , dan di Jawa Tengah. Ketiga Batujaya ada yang bujur sangkar ada pula yang candi tersebut berada pada satu garis lurus empat persegi panjang. Beberapa candi yang dengan orientasi barat – timur, membentuk berdenah bujur sangkar adalah Candi Jiwa kesatuan rangkaian perlambang yang mengacu berukuran 19x19 m, Candi Blandongan pada makna simbolis berdasarkan konsep berukuran 25x25 m, Candi SEG IV berukuran ajaran agama Buddha pada masa Mataram 6,5x6,5 m, dan Candi TLJ V (unur asem) Kuna abad ke-9 Masehi (Wirasanti, Haryono, & berukuran 10x10 m. Bata yang digunakan untuk Sutikno, 2015). membangun candi di Batujaya berukuran tidak sama. Bata Candi Jiwa berukuran panjang 36 Material dan Teknik Pemasangan cm, lebar 21 cm dan tebal 9 cm. Bata Candi Bahan atau material bangunan candi Blandongan berukuran panjang 45 cm, lebar 22 berupa bata ternyata banyak dijumpai di cm, dan tebal 10 cm. Bata Candi Serut sepanjang pantai utara Jawa. Bahan bata tidak berukuran panjang 46 cm, lebar 22 cm, dan hanya digunakan pada bangunan candi tetapi tebal 9 cm. Teknik pemasangan yang terlihat juga pada bangunan-bangunan lain baik yang pada Candi Jiwa dengan menggunakan lapisan bersifat sakral, semi sakral, maupun profan. perekat sangat tipis, sedangkan pada Candi Material bata yang ditemukan di Sambimaya Serut hanya ditumpuk tanpa lapisan perekat terdiri dua macam yaitu bata berbentuk segi (Djafar, 2010; Saptono, 2007). empat panjang dan bujur sangkar. Bata segi Struktur bangunan dengan menggunakan empat panjang yang ditemukan di Blok Dingkel material bata banyak terdapat di , berukuran panjang 36 cm, lebar 20 cm, tebal 6 bekas kota . Situs Candi Kedaton cm dan di Blok Sambilawang berukuran lebar yang berada di pusat dikelilingi kanal-kanal 19 cm dan tebal 6 cm. Bata bujur sangkar yang kuno yang berpotongan. Lahan seluas 700x500 berasal dari Blok Dingkel berukuran panjang 20 m yang dikelilingi kanal-kanal kuno tersebut di cm, lebar 20 cm, dan tebal 6 cm. Teknik dalamnya terdapat peninggalan-peninggalan pemasangan pada struktur bata di Sambimaya arkeologis beraneka ragam. Selain Candi secara menumpuk tanpa menggunakan lapisan Kedaton banyak terdapat struktur bangunan perekat (spesi). bata, lantai bata segi enam, lantai bata segi Material bata pernah ditemukan di empat, dan sumur-sumur kuno (Rangkuti, beberapa lokasi di kawasan pantai utara. 2012). Beberapa objek seperti Candi Brahu, Tinggalan struktur bata terdapat di situs Wringin Lawang, Bajang Ratu, dan Candi Tamanan yang berlokasi di pinggir pantai Desa Tikus juga dibangun dengan menggunakan Dadap sebelah timur Sambilawang, berjarak material bata. Teknik pemasangan dengan cara lurus sekitar 9 km. Bata utuh dari situs Tamanan teknik kosod, yaitu bata ditumpuk dengan berukuran 30x18x6 cm (Saptono, 2008). digosokkan hingga memperoleh posisi melekat Struktur bata juga ditemukan di situs Talun, antar bata. Selain di pusat Kerajaan Majapahit, Desa Telaga Sari, Kecamatan Sagalaherang, bangunan candi pada masa Majapahit yang Kabupaten Subang. Struktur bata yang menggunakan material bata ditemukan di situs ditemukan di lokasi ini terdiri dua bagian. Semarum, Desa Semarum, Kecamatan Bagian pertama berupa lantai bangunan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Objek berupa semacam batur berukuran 7x7 m dan di sebelah bangunan candi yang dilengkapi dengan pagar timur bangunan ini terdapat struktur lagi yang keliling. Struktur menggunakan material bata

73 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77 dengan teknik pemasangan secara kosod material bata. Cungkup dan makam Pangeran sehingga tidak memerlukan lapisan perekat Pasarean, keramat Ki Buyut Tambak, keramat (Priswanto, 2015). Ki Buyut Sena, keramat Ki Buyut Timbang, Material bata untuk bangunan juga keramat Ki Buyut Srana, keramat Ki Buyut banyak diterapkan pada beberapa macam Truna, dan keramat Ki Buyut Klaya yang bangunan pada masa Islam. Pembangunan berada di Desa Gegunung, Kecamatan Sumber, Keraton Plered pada masa Mataram Islam juga Kabupaten Cirebon menggunakan material banyak menggunakan material bata. Dalam bata. Teknik pemasangan bata pada jirat hanya Serat Kanda disebutkan Sunan Amangkurat ditumpuk tanpa menggunakan lapisan perekat memerintahkan kepada rakyatnya untuk (Saptono & Widyastuti, 2019). membakar bata dalam jumlah banyak sekali. Perintah ini juga disebutkan dalam Babad Kontekstual Meinsma. Rakyat diperintahkan membuat bata Objek arkeologis seringkali dapat karena Sunan Amangkurat akan memindahkan diungkap karena adanya temuan atau keraton dari Kerta ke Plered (Graaf, 1987). keterangan lain yang berada pada objek Sesuai dengan apa yang diceritakan di dalam tersebut. Kaitan antara objek dengan objek Serat Kanda dan Babad Meinsma, ekskavasi lainnya dapat dijadikan petunjuk mengenai yang dilakukan di Situs Kedaton telah berbagai hal tentang objek utama itu sendiri. menemukan struktur tembok pagar dan struktur Seringkali dalam satu temuan objek arkeologis bangunan berbahan bata (Pratama & Priswanto, ditemukan objek lain seperti misalnya artefak 2013). atau jejak-jejak lainnya Selain pada bangunan-bangunan di Salah satu temuan penting yaitu berupa Keraton Mataram, penggunaan material bata pecahan keramik asing yang terdapat di Blok juga banyak dipakai pada bangunan-bangunan Randu. Temuan keramik asing yang menyertai Kesultanan Kasepuhan, Kanoman, dan objek berupa struktur bata juga terdapat di Situs Kacirebonan di Cirebon. Beberapa bangunan di Talun, Subang. Pecahan keramik asing kompleks menggunakan ditemukan pada kedalaman 60 cm di bawah material bata. Bangunan-bangunan tersebut struktur bata. Keramik dengan bahan berwarna adalah Dalem Agung Pakungwati, tembok putih, butiran halus padat. Hiasan berwarna biru pagar Siti Hinggil, Mande Pandawa Lima, di bawah glasir tipis. Ciri demikian Mande Malang Sumirang, Mande Semar menunjukkan bahwa keramik tersebut berasal Tinandu, dan beberapa bangunan lagi (Dewi & dari Cina masa Dinasti Ming abad 14–17 M. Anisa, 2009). Penggunaan material bata juga Selain itu juga pada kedalaman 77 cm banyak dijumpai pada bangunan yang berada di ditemukan pecahan keramik dengan bahan luar kompleks keraton. Masjid merah Panjunan berwarna putih kecoklatan, butiran agak kasar yang dibangun pada abad ke-14 menampilkan dan rapuh. Warna dasar putih kecoklatan ciri gaya arsitektur gabungan Jawa-Hindu. dengan glasir mudah lepas. Keramik ini berasal Gaya arsitektur Jawa terlihat pada bangunan dari Cina masa Dinasti T’ang abad 7–10 M masjid yang terbuat dari kayu dan beratapkan (Saptono, 2007). Temuan keramik asing yang tumpang, sedangkan gaya arsitektur Hindu berasosiasi dengan struktur bata di Sambimaya terlihat pada dinding keliling masjid, pintu berasal dari Thailand abad 13 – 14 M. gerbang, dan pintu yang terdapat di dalam Temuan struktur bata yang berada satu bangunan masjid. Desain dinding dan pagar konteks dengan pecahan keramik juga luar membentuk semacam benteng, dibuat dari ditemukan di situs Tamanan. Fragmen keramik batu bata merah, pintu gerbang menyerupai asing yang ditemukan berupa keramik biru Wringin Lawang di Trowulan dan putih dengan hiasan bermotif flora. Keramik- gerbang pura di . Teknik penyusunan keramik tersebut berasal dari bentuk mangkuk material bata dengan cara digosokkan tanpa dan piring. Keramik yang ditemukan antara lain lapisan perekat yang dikenal dengan sebutan berasal dari Cina yang diproduksi pada masa kosod (Murdhihastomo & Bauty, 2020; Dinasti Ming (abad ke-14 – 17 M) dan Dinasti Hermana, 2012). Beberapa bangunan kuno Qing (abad ke-17 – 20 M), Thailand (sekitar berupa cungkup makam dan jirat yang berada di abad ke-13 – 18 M), dan Eropa (sekitar abad ke- luar kota juga banyak yang menggunakan 19 – 20 M).

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 74 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al

Salah satu temuan yang cukup menarik Tabel 1. Ukuran bata yang ditemukan di kawasan yaitu adanya bata yang pada permukaannya pantai utara Jawa Barat P L T Situs terdapat jejak kaki anjing. Temuan seperti ini (cm) (cm) (cm) juga pernah ditemukan pada bangunan suci lain Blok Dingkel 36 20 6 misalnya di Candi Bojongmenje, Desa 20 20 6 , Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Situs Tamanan 30 18 6 Situs Talun 31 22 8 Bandung dan di Candi 1 Bumiayu, di Desa Unur Jiwa 36 21 9 Bumiayu, Kecamatan Tanahabang, Kabupaten Unur Blandongan 45 22 10 Muaraenim, Propinsi Sumatera Selatan. Jejak Unur Serut 46 22 9 kaki binatang yang tertera pada bata di Candi Bojongmenje hanya jejak kaki anjing, sedang di Konteks struktur bata dengan temuan Candi 1 Bumiayu selain jejak anjing juga ada keramik asing di Sambimaya khususnya di Blok jejak ayam dan kucing. Jejak anjing bukan Randu temuan bata berasosiasi dengan keramik merupakan simbol dalam agama melainkan dari Thailand abad 13–14 M. Sementara, tanda bahwa anjing pada waktu itu sudah struktur bata di situs Talun berasosiasi dengan didomestikasi (Saptono, 2012; Purwanti, 2014). keramik Cina masa dinasti Tang dan Ming (abad 7–10 dan abad 14–17 M). Struktur bata di Diskusi Situs Tamanan, berasosiasi dengan keramik Berdasarkan perbandingan dengan objek Cina masa Dinasti Ming (abad 14–17 M) dan lain dari berbagai lokasi dan masa, terlihat Dinasti Qing (abad 17–20 M), Thailand (sekitar bahwa secara keletakan objek struktur bata di abad 13–18 M), dan Eropa (sekitar abad 19–20 daerah Sambimaya tidak berada di dekat aliran M). Dengan demikian terdapat gambaran sungai, meskipun di sebelah selatan kawasan bahwa struktur bata di Sambimaya berada pada Sambimaya terdapat aliran Sungai Gabus. era yang sama dengan bata di Situs Tamanan. Keletakan masing-masing objek struktur bata di Secara historis, kawasan pantai utara Sambimaya berada pada satu garis dengan Indramayu lebih dikaitkan dengan masa Islam orientasi baratdaya – timurlaut. Dengan dan kolonial. Tinggalan arkeologis dari masa demikian keletakan dan orientasi sebaran klasik awal (abad 4–8 M) dan klasik struktur bata di Sambimaya tidak menunjukkan pertengahan (abad 9–12 M) hingga sekarang sebagai bangunan suci. belum ditemukan. Sumber sejarah mengenai Pengkajian pada parameter ukuran, bata kawasan itu terdapat pada naskah berupa babad. dari Sambimaya hampir sama dengan bata dari Cerita yang berkembang di masyarakat Candi Jiwa hanya ketebalannya lebih tipis. Jika mengenai awal mula kawasan Juntinyuat dibandingkan dengan bata yang dipakai pada cenderung bersifat legenda yang bercampur bangunan di kawasan percandian Batujaya dengan cerita sejarah. Babad Cirebon, lainnya yaitu Candi Blandongan dan Serut, bata menceritakan seputar tokoh Dampu Awang dari Sambimaya lebih kecil. Demikian juga bila yang ingin mempersunting putri Ki Gedeng dibandingkan dengan bata yang ditemukan di Junti (Dasuki, 1977). Ki Gedeng Junti Situs Talun, Subang, bata dari Sambimaya lebih mempersilahkan tetapi dengan syarat Dampu kecil. Jika dibandingkan dengan bata dari situs Awang harus sanggup membongkar benteng Tamanan, Desa Dadap maka ukurannya hampir pekarangan Ki Gedeng Junti yang tersusun dari sama (Tabel 1). Teknik penyusunan terlihat pohon bambu duri selebar 1,5 m dalam waktu hanya ditumpuk tanpa menggunakan lapisan semalam. perekat (spesi). Teknik demikian juga dipakai Strategi Dampu Awang dalam pada beberapa bangunan lama di Cirebon. membongkar benteng bambu berduri adalah dengan mengadakan “tawur mas picis raja- brana”. Penduduk Desa Junti berbondong- bondong menuju alun-alun di depan rumah Ki

Gedeng Junti. Dampu Awang kemudian

menabur emas pada rumpun bambu yang memagari pekarangan Ki Gedeng Junti. Rakyat berebut emas dengan cara membongkar benteng bambu. Ki Gedeng Junti dan puterinya

75 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77 melarikan diri menuju Gunung Sembung Sambimaya, Toto, Tarka Sutarahardja dan menemui Syekh Bentong untuk mohon Kardono (Sanggar Aksara Jawa Cikedung), perlindungan dari kecurangan Dampu Awang. serta Dedy Mushasi dan Agustinus (TACB Dampu Awang mengejar keduanya hingga di Kabupaten Indramayu) yang telah membantu Gunung Sembung dan bertemu dengan Syekh dalam pengumpulan data. Bentong, sehingga terjadi perselisihan yang dimenangkan Syekh Bentong. Akhirnya Syekh Bentong memperisteri puteri Ki Gedeng Junti. DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan cerita di dalam Babad Achdan, A., & Sudana, D. (1992). Peta Geologi Cirebon tergambarkan bahwa di kawasan Lembar Indramayu, Jawa. Bandung: Pusat Juntinyuat pada masa awal masuknya Islam Penelitian dan Pengembangan Geologi. sudah menjadi permukiman. Kondisi sosial Cortesao, A. (1967). The Suma Oriental of Tomé masyarakat sudah berada pada stratified society Pires. London: The Hakluyt Society. Dasuki. (1977). Sejarah Indramayu. Indramayu: yang ditunjukkan dengan adanya tokoh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II pemimpin Ki Gedeng Junti. Adanya temuan Indramayu. perahu niaga di daerah Lombang juga Dewi, H. I., & Anisa. (2009). Akulturasi Budaya menunjukkan kawasan tersebut sudah menjadi Pada Perkembangan Kasepuhan. In area aktivitas perdagangan. Aliran Sungai Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Gabus mungkin berperan sebagai prasarana Sastra, Arsitektur, dan Sipil) (pp. 55–66). transportasi dari wilayah hulu di Sambimaya ke Depok: Universitas Gunadarma. wilayah hilir di Lombang. Djafar, H. (2010). Kompleks Percandian Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebudayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat. Bandung: Kiblat Buku Utama. KESIMPULAN Graaf, H. J. de. (1987). Disintegrasi Mataram di Bata merupakan material bangunan yang Bawah Mangkurat I. : Pustaka sudah digunakan sejak sekitar 6000 tahun yang Grafitipers dan KITLV. lalu. Bangunan dan struktur kuno di Hermana. (2012). Arsitektur Masjid Merah sejak sekitar abad ke-2 M sudah ada yang Panjunan Kota Cirebon. Patanjala, Vol. 4 (2), menggunakan bata. Bata antara lain digunakan 151–167. pada pembangunan candi, keraton, gapura, Indradjaja, A. (2020). Awal Pengaruh Hindu- pagar, dan jirat makam. Struktur bata di Buddha di Pantai Utara Jawa Tengah. Sambimaya berdasarkan keletakan, material, Purbawidya: Jurnal Penelitian Dan teknik pemasangan, dan aspek kontektual Pengembangan Arkeologi, Vol. 9 (1), 79–94. https://doi.org/10.24164/pw.v9i1.333 menunjukkan merupakan bekas bangunan yang Istari, T. M. R. (2012). Penemuan Sebuah Candi bersifat profan. Struktur bata tersebut secara Bata di Daerah Pantura Jawa Tengah. Berkala relatif diperkirakan berasal dari masa awal Arkeologi, Vol. 32 (1, 27–38. pernyebaran Islam di wilayah Sambimaya Krom, N. J. (1915). Rapporten van de sekitar abad ke-13–14 M. Adanya struktur bata Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch- dan cerita sejarah menunjukkan bahwa kawasan Indie (ROD) 1914. Uitgegeven door het Sambimaya khususnya dan Indramayu pada Bataviasch Genootschap van Kunsten en umumnya pernah menjadi pusat aktivitas Wetenschappen. Batavia: Albrecht & Co. perdagangan. Michrob, H. (1992). Temuan Perahu Kuno Tradisi Jawa Barat di Kabupaten Indramayu. Serang: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Barat, DKI Jaya, dan Lampung. Ucapan Terima Kasih: Murdhihastomo, A., & Bauty, I. (2020). Konstruksi Terima kasih kami haturkan kepada Sosial Masyarakat Terhadap Keramik Asing Bapak Brigadir Rusmanto (anggota Polsek di Bangunan Masjid Panjunan, Cirebon. Lelea, Indramayu) yang telah memberi PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan dukungan dan fasilitas selama penelitian di Pengembangan Arkeologi, Vol. 9 (1), 63–78. lapangan, Bapak Deni Sutrisno (Kepala Balai https://doi.org/10.24164/pw.v9i1.334 Arkeologi Jawa Barat) yang telah memberi Pratama, H. R., & Priswanto, H. (2013). Sebuah kesempatan dan pendampingan dalam Informasi Mutakhir Hasil Penelitian Tahun penelitian, Kepala Desa dan Masyarakat 2013 di Situs Kedaton Pleret, Kabupaten

Kajian Pendahuluan Temuan Struktur Bata di 76 Sambimaya, Indramayu - Nanang Saptono et al

Bantul, D.I. . Berkala Arkeologi, Saptono, N. (2012). Peranan Anjing Pada Vol. 33 (2, 239–252. Masyarakat Yang Bermukim di Sekitar Candi Priswanto, H. (2012). Situs Candi Kayen: Data Baru Bojongmenje Abad VIII-IX. In H. O. Untoro Candi Berbahan Bata di Pantai Utara Jawa. In (Ed.), Arkeologi Ruang: Lintas Waktu Sejak Irmayanti Meliono (Ed.), Prosiding The 4th Prasejarah Hingga Kolonial di Situs-situs International Conference on Indonesian Jawa Barat dan Lampung (pp. 93–112). Studies: “Unity, Diversity, and Future” (pp. Jatinangor: Alqaprint. 381–392). Sanur, Bali. Saptono, N. (2013). Perubahan Budaya Masyarakat Priswanto, H. (2015). Hasil Penelitian Terbaru: Pesisir Indramayu. In E. Saringendyanti & Y. Bentuk dan Karakter Situs Semarum. Berkala I. Syarief (Eds.), Potensi Arkeologi dan Arkeologi, Vol. 35 (2, 95–115. Pemanfaatannya Untuk Masyarakat Luas. Purwanti, R. (2014). Bata Bertanda di Candi 1 Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Bumiayu. Siddhayatra, Vo. 19 (1). 100 Tahun Purbakala (pp. 163–180). Rangkuti, N. (2012). Batas Kota Majapahit. In I. Jatinangor: Alqaprint. Adrisijanti (Ed.), Majapahit: Batas Kota dan Saptono, N., & Widyastuti, E. (2019). Situs-Situs Jejak Kejayaan di Luar Kota (pp. 4–21). Arkeologi Di Daerah Gegunung Sebagai Jejak Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. Permukiman Awal Di Cirebon. Panalungtik, Saptono, N. (1994). Laporan Hasil Penelitian Vol. 2 (2), 109–126. Arkeologi di Kabupaten Indramayu, Jawa https://doi.org/10.24164/pnk.v2i2.22 Barat. Bandung. Sopandi, S. (2013). Sejarah Arsitektur: Sebuah Saptono, N. (1995). Perkembangan Pemukiman di Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Daerah Indramayu. Berkala Arkeologi, Edisi Sumalyo, Y. (2005). Arsitektur Modern Akhir Abad Khus(Manusia Dalam Ruang: Studi Kawasan XIX dan Abad XX (2nd ed.). Yogyakarta: Dalam Arkeologi), 60–64. Gadjah Mada University Press. Saptono, N. (2007). Struktur Bata di Situs Talun, Tim Penelitian. (2011). Persebaran Tinggalan Data Permukiman di Kawasan Subang. In S. Arkeologis di Indramayu. Jakarta. Admosudiro (Ed.), Selisik Masa Lalu (pp. 17– Wirasanti, N., Haryono, T., & Sutikno. (2015). The 26). Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi Significance of Sacred Places from “The Indonesia. Triad” of Mendut Temple – Pawon Temple – Saptono, N. (2008). Situs Tamanan di Indramayu: Borobudurtemple : Perspective of Permasalahan dan Penanganannya. In Hari Environmental Semiotic. Jurnal Bumi Lestari, Untoro Drajat (Ed.), Kumpulan Makalah Vol. 15 (1, 71–78. Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI (pp. 352– Yarwood, D. (1986). Encyclopedia of Architecture. 358). Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Great Britain: Fact File Publications. Indonesia.

77 Tumotowa Volume 3 No. 2, Desember 2020: 66 - 77