Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Risalah
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM DENGAN Dr. AGUS HARYONO, ASEP SOFYAN, KEPALA DINAS ESDM PROVINSI JAWA BARAT, DAN DIREKTUR PUSAT TEKNOLOGI SUMBER DAYA MINERAL BPPT ------------------------------------------------------------------------------------- Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : I (satu) Rapat ke- : Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Hari, Tanggal : Kamis, 7 September 2017 Waktu : 14.00 WIB – 16.00 WIB Tempat : R. Rapat Komisi VII Ketua Rapat : H. HADI MULYADI, S,Si. M.Si (Ketua Rapat/F-PKS) Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi Sekretaris Rapat : VII) Acara : Mendapatkan masukan terkait pembahasan RUU tentang pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Mercuri) Hadir : 20 Anggota Dengan rincian: Fraksi PDI-P 1 orang dari 10 Anggota Fraksi Partai Gerindra 2 orang dari 7 Anggota Fraksi Partai Golkar 4 orang dari 8 Anggota Fraksi PAN 2 orang dari 5 Anggota Fraksi Partai Demokrat 4 orang dari 6 Anggota Fraksi PKB 0 orang dari 4 Anggota Fraksi PKS 2 orang dari 4 Anggota Fraksi PPP 2 orang dari 3 Anggota Fraksi Partai Hanura 1 orang dari 2 Anggota Fraksi Partai Nasdem 2 orang dari 3 Anggota KETUA RAPAT (H. HADI MULYADI, S.Si., M.Si.): Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Yang kami hormati Bapak/Ibu sekalian Anggota Komisi VII DPR RI; Yang kami hormati Bapak Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral BPPT; Yang kami hormati Bapak Asep Sofyan Pakar Teknologi Lingkungan dari ITB selamat datang pak. Saya dari SD itu kalau dengar nama ITB sudah luar biasa Pak, seperti Pak Tjatur juga dari ITB, sayangnya saya dari UNHAS Pak tetapi tidak apa-apalah, akreditasinya A juga. Yang kami hormati Achmad Fadillah Kepala Bidang Dinas Pertambangan Prov. Jawa Barat; serta Seluruh Hadirin yang berbahagia. Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat bertemu guna melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian serta kehadiran Bapak/Ibu Anggota Komisi VII DPR RI serta undangan yang hadir dalam Rapat Dengar Pendapat Umum atau RDPU Komisi VII DPR RI. Sesuai undangan yang telah kami sampaikan dan berdasarkan jadwal Rapat Komisi VII DPR RI pada Masa Persidangan I Tahun Sidang 2017-2018, pada hari ini Komisi VII DPR RI akan melaksanakan Rapat Dengar Pendapat Umum atau RDPU dengan Narasumber diantara Bapak Dr. Agus Haryono. Betul Pak? Pak Agus Haryono tidak hadir ya? Oh izin. Bapak Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral BPPT, Bapak Asep Sofyan Pakar Teknologi Lingkungan ITB, dan Bapak Ir. Edi Iskandar M. Nasution, S.E., M.T., tidak hadir juga? Oh Bapak menggantikan? Oh iya-ya, konsepnya diubah, untuk mendapatkan masukan atas RUU tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury, Konfensi Minamata mengenai Merkuri. Sesuai dengan Pasal 246 ayat (1) Tata Tertib DPR RI menyatakan bahwa setiap Rapat DPR bersifat terbuka kecuali dinyatakan tertutup. Kami mengusulkan agar Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi VII DPR RI pada hari ini bersifat terbuka dan terbuka untuk umum. Bisa disetujui? (RAPAT DIBUKA PUKUL 15.14 WIB) Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati, Merkuri dikenal sebagai suatu bahan yang menyebabkan dampak negative yang signifikan terhadap syarat dan dampak kesehatan lainnya terutama dampak yang membahayakan terhadap janin dan balita. Emisi dan lepasan merkuri ke lingkungan hidup pada akhirnya akan masuk ke dalam rantai makanan dan nantinya terakomodasi di dalam tubuh manusia. Bila kondisi tersebut berlangsung terus menerus, maka dapat menyebabkan terancamnya derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Penggunaan merkuri di Indonesia banyak ditemukan pada kegiatan pertambangan, industry dan kesehatan. Sedangkan pengaturan masalah perdagangan dan peredaran merkuri di Indonesia telah diatur sejak Tahun 2000 melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 254 Tahun 2000 tentang Tata Niaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya Tertentu yang memasukan merkuri ke dalam daftar bahan kimia yang berbahaya. Peraturan tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75/M/Data BAG/Per/10/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/MDAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan distribusi dan pengawasan bahan berbahaya yang secara tegas melarang penggunaan merkuri di pertambangan emas. Namun meskipun penggunaan merkuri ini sudah dibatasi, fakta di lapangan menunjukan bahwa merkuri masih banyak digunakan terutama di kegiatan pertambangan emas skala kecil atau PESK. Selain berasal dari impor, merkuri juga ditengarai didapatkan dari pertambangan Sinabar atau batuan sumber utama penghasil merkuri. Pada laporan The Label Mercury Assesment yang dikeluarkan oleh Unit pada Tahun 2013, PESK diidentifikasi sebagai sumber emisi merkuri terbesar dari penggunaan merkuri yang disengaja, sedangkan data Tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM menyatakan adanya kegiatan PESK yang tersebar di 32 provinsi, 197 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Bapak dan Ibu yang kami hormati, Terkait dengan hal tersebut, Presiden telah menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury melalui surat Nomor R-42/Pres/08/2017 pada tanggal 22 Agustus 2017 dan pada hari Rabu 30 Agustus 2017 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI telah menyampaikan penjelasannya menyangkut manfaat dan pentingnya bagi Indonesia untuk segera meratifikasi Minamata Convention on Mercury ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Komisi VII DPR RI pada hari ini telah mengundang beberapa narasumber untuk memberikan masukan dan pemaparan mengenai RUU yang dimaksud. Untuk efektifnya, kita akan meminta kepada Bapak/Ibu sekalian untuk menyampaikan pemaparannya tetapi sebelum pemaparan izinkan saya untuk memperkenalkan teman-teman yang hadir. Kami persilakan dari kanan untuk memperkenalkan diri. F-PG (Drs. KH. NAWAFIE SALEH, SE., MM.): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Nama saya Nawafie Saleh, Fraksi Partai Golongan Karya, Dapil V Jawa Barat Kabupaten Bogor. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Lanjut. F-PG (IVAN DOLY GULTOM): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Nama saya Ivan Doly Gultom. Bapak-bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati, Saya dari Fraksi Partai Golkar Pak, Ibu, dan saya itu dari Dapil III DKI Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan Pak. F-P.HANURA (FERRY KASE, S.H.): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat Siang. Perkenalkan saya Ferry Kase dari Fraksi Partai Hanura, dari Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur II. Terima kasih. F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, M.T.): Bismillahirrahmanirrahim. Saya Tjatur Sapto Edy dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Daerah Pemilihan Jawa Tengah VI, Borobudur dan sekitarnya. KETUA RAPAT: Terima kasih. Saya Hadi Mulyadi Pak dari Fraksi PKS, Daerah Pemilihan Kalimantan Timur- Kalimantan Utara, 2 provinsi sekaligus. Baik. Bapak/Ibu sekalian, Untuk efektifnya waktu kita, kami persilakan tanpa urutan yang mau lebih dahulu kami persilakan. Kabarnya Pak Kepala Dinas ingin meminta bagian pertama karena ada urusan, kami persilakan Pak. KABID DINAS PERTAMBANGAN PROV. JAWA BARAT (ACHMAD FADILLAH): Terima kasih Bapak Ketua. Bapak-bapak yang terhormat dari DPR RI, dari Anggota Komisi VII. Dalam kesempatan ini, kami hanya ingin memberikan informasi bahwa di Jawa Barat memang kami mendapat informasi justru pada saat kami dipanggil oleh Mabes Polri terkait dengan hasil penyelidikan mereka di lapangan. Jadi karena secara historical geology bahwa di Jawa Barat ini hampir bisa dipastikan kemungkinannya kecil sekali ditemukan bahan galian Sinabar. Sedangkan peran Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu baru menangani urusan pertambangan ini pasca dilakukannya apa diberlakukannya Undang-Undang 32 tentang Pemerintahan Daerah di Tahun 2014 itu. Jadi kami mohon maaf apabila dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat belum banyak memonitor diawalnya waktu itu, memonitor kegiatan-kegiatan pengolahan Sinabar yang ada, yang banyak ditemukan oleh pihak Kepolisian itu paling banyak itu adanya di daerah Bogor. Jadi kami akhirnya juga mulai menindaklanjuti bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup karena ini terkait bagaimana limbahnya, tetapi sebelumnya saya juga mohon maaf mau memperkenalkan diri. Nama saya Achmad Fadillah, saya Kepala Bidang Pertambangan di Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat. Kebetulan kami mohon maaf Kepala Dinas ESDM Jawa Barat sekarang sedang kosong karena Beliau berahli tugas, baru 2 minggu yang lalu. Jadi kami mohon maaf, saya harus mewakili Beliau. F-PG (IVAN DOLY GULTOM): Interupsi Pimpinan. Saya ingin tanya Bapak sebagai Plt. atau sebagai apa ya, sehingga …. KABID DINAS PERTAMBANGAN PROV. JAWA BARAT (ACHMAD FADILLAH): Sebagai Kepala Bidang Pertambangan. F-PG (IVAN DOLY GULTOM): Kepala Bidang. Dan Kepala Dinas-nya kosong Pak ya? Berarti Bapak tetap sebagai Kepala Bidang ya. Terima kasih Pak. Terima kasih Pimpinan. KABID DINAS PERTAMBANGAN PROV. JAWA BARAT (ACHMAD FADILLAH): Tetapi saya kan atas perintah Beliau, hadir disini atas perintah Beliau Pak. Oke. Nah terkait dengan kegiatan yang berkaitan dengan sektor ESDM, di Jawa Barat itu tidak ada kegiatan penambangan rakyat lagi sekarang ini. Jadi hampir bisa dipastikan kegiatan yang