Parlemen Bahrain Ke Bahrain 5
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAPORAN DELEGASI GRUP KERJASAMA BILATERAL (GKSB) DPR RI – PARLEMEN BAHRAIN KE BAHRAIN 5 – 11 MARET 2016 JAKARTA, 15 MARET 2016 0 LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI GRUP KERJASAMA BILATERAL (GKSB) DPR-RI – PARLEMEN BAHRAIN KE BAHRAIN 5 – 11 MARET 2016 I. PENDAHULUAN A. Dasar Pengiriman Delegasi : Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) sebagai salah satu alat kelengkapan Dewan yang bersifat tetap, mempunyai tugas antara lain membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama antara DPR RI dengan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. Dalam kerangka pelaksanaan tugas tersebut, maka BKSAP DPR RI membentuk Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) yang juga bertujuan untuk lebih mengoptimalkan hubungan kerjasama antara dua negara di segala bidang. Berdasarkan tujuan tersebut, BKSAP DPR RI mengirimkan Delegasi Grup Kerjasama Bilateral DPR RI – Parlemen Bahrain untuk melakukan kunjungan ke Bahrain pada tanggal 5 – 11 Maret 2016. Kunjungan Delegasi Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI – Parlemen Bahrain ke Bahrain dilaksanakan atas dasar Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 73/PIMP/III/2015-2016 tanggal 10 Februari 2016 tentang Penugasan Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam Kunjungan Grup Kerjasama Bilateral Badan Kerja Sama Antar Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan Parlemen Bahrain ke Bahrain dari tanggal 5 sampai dengan 11 Maret 2016. 1 B. Susunan Delegasi Susunan Delegasi Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI – Parlemen Bahrain adalah : 1. Asep Amad Maoshul Afandy Ketua Delegasi/F.PPP/Kom. II 2. Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz Wakil Ketua Delegasi/F.PKB/Kom. VI 3. Itet Tridjajati Sumarijanto Anggota Delegasi/F.PDIP/Kom. VIII 4. Agati Sulie Mahyudin Anggota Delegasi/F.P. Golkar/Kom. V 5. Dr. Azikin Solthan Angota Delegasi/F.P. Gerindra/Kom. II 6. Muhammad Nasyit Umar Anggota Delegasi/F.P. Demokrat/Kom. IV 7. Iis Muldiyanti Sekretaris Delegasi 8. Martrisa Canda Chaniago Sekretaris Delegasi C. Maksud dan Tujuan Pengiriman Delegasi Maksud dan tujuan kunjungan Delegasi Grup Kerjasama Bilateral ke Bahrain, adalah : a. Meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral dengan Parlemen Bahrain. b. Mempererat tali persahabatan serta saling meningkatkan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan khususnya di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya dan bidang lain yang dapat dikembangkan antara kedua negara. c. Melakukan pertukaran pandangan dan mencari solusi mengenai permasalahan- permasalahan dalam hubungan kedua negara, peningkatan investasi dan kerjasama di bidang perdagangan Bahrain di Indonesia maupun sebaliknya, peningkatan kerjasama dalam bidang-bidang lain dan penyamaan visi terhadap beberapa masalah bilateral, regional maupun internasional yang dihadapi oleh kedua negara. D. Misi Delegasi Kunjungan Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI ke Bahrain menjadi vocal point dalam peningkatan hubungan kedua Parlemen secara lebih khusus dan kunjungan GKSB ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama kedua Negara secara umum baik dalam bidang ekonomi, politik, perdagangan, investasi, sosial budaya dan untuk menjembatani hal-hal yang masih menjadi pending matters bagi kedua Negara. Melalui kegiatan kunjungan GKSB ini, DPR RI dapat menyampaikan kepentingannya kepada Negara sahabat yang dikunjunginya. 2 E. Persiapan Pelaksanaan Tugas/Kunjungan Sebelum melaksanakan tugasnya melakukan kunjungan GKSB ke Negara Sahabat, Delegasi melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak Kementerian Luar Negeri R.I., khususnya dengan Direktorat Timur Tengah dengan tujuan untuk mendapatkan informasi/masukan mengenai isu-isu penting/pending matters terkait hubungan bilateral Indonesia – Bahrain. II. ISI LAPORAN A. Uraian Tentang Negara BAHRAIN a. Hubungan Bilateral Indonesia – BAHRAIN Hubungan bilateral antara Indonesia – Bahrain telah terjalin dengan baik sejak dibukanya hubungan diplomatik pada tahun 1976. Kedutaan Besar RI dibuka di Manama, Bahrain pada tanggal 29 Desember 2010 serta kedatangan Duta Besar RI pertama yang berkedudukan di Bahrain pada tanggal 20 Oktober 2012. Pada tanggal 19 Februari 2013, Dubes RI untuk Bahrain, Chilman Arisman, telah menyerahkan credential letters dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Raja Bahrain, YM King Hamad bin Isa Al Khalifa di Istana Al Sakhir, Kerajaan Bahrain dan menandai secara resmi adanya Dubes RI pertama kali di Bahrain. Kerajaan Bahrain telah membuka Kedutaan Besarnya di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2013 namun belum menunjuk Duta Besar. Charge de Affairs Kerajaan Bahrain, Mr. Ahmad Al Hajeri berkantor di Kedutaan Besar Kuwait di Jakarta. Di fora-fora internasional, saling pengertian dan saling dukung atas dasar resiprositas sangat menonjol. Serta kegiatan pertemuan dan saling kunjung antar Pejabat Tinggi kedua negara juga telah dilakukan. Kedua Menteri Luar Negeri telah melakukan pertemuan di sela-sela Sidang Umum ke-68 PBB, di New York tgl. 24 September 2013. Kedua Menteri Luar Negeri juga melakukan pertemuan di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) 12th ACD Ministerial Meeting di Manama tanggal 25 november 2013 dan Pertemuan 3rd ASEAN- GCC Retreat di Manama tanggal 26 November 2013. Delegasi Parlemen kedua negara juga telah melakukan saling kunjung. Pada bulan Maret 2013, Delegasi Parlemen Bahrain yang dipimpin oleh Mr. Abdulrahman Rashid Bumjaid berkunjung ke Indonesia. Kunjungan balasan Delegasi Parlemen Indonesia ke Bahrain dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI, Mohamad Sohibul Iman pada bulan Desember 2013. 3 Di bidang perdagangan, Pemerintah Indonesia berhasil mendorong kalangan bisnis untuk meningkatkan perdagangan bilateral sebagaimana tercermin dalam peningkatan nilai total perdagangan Indonesia – Bahrain pada 2013 – 2014, yang mencapai kenaikan dari US 28,51 ribu menjadi US 42,05 ribu pada periode Januari – September. Komoditi utama ekspor Indonesia ke Bahrain yang memiliki nilai cukup signifkan yakni kendaraan bermotor dan suku cadangnya, stationery, peralatan elektronik, tekstil, produk makanan dan furniture. Peluang untuk peningkatan komoditas perdagangan antara lain komoditas kertas, besi baja dan minyak goreng, serta industri produk halal. Selain itu terdapat peluang dalam bidang jasa konstruksi mengingat Bahrain sedang giat membangun saat ini. Komoditi impor utama Indonesia dari Bahrain yaitu confectioneries, biji besi, sodium sulphites, metal scalp seperti besi, aluminium, tembaga, seng, dan produk-produk aluminium. Pemerintah juga terus mendorong pelaku bisnis sektor keuangan dan perbankan di kedua negara untuk terus mencari kemungkinan terjalinnya kerja sama di bidang keuangan dan perbankan syariah yang merupakan salah satu sektor unggulan di Bahrain. b. Sistem Politik dan Pemerintahan BAHRAIN Sistem Pemerintahan Bahrain merupakan negara monarki konstitusional demokrasi yang dipimpin oleh keluarga Al-Khalifa sejak tahun 1783. Kepala Negara Kerajaan Bahrain saat ini yaitu H.M. King Hamad bin Isa al Khalifa diangkat menjadi Raja pada tahun 1999 dan lalu mengangkat H.R.H. Khalifa bin Salman al-Khalifa sebagai Perdana Menteri. Konstitusi Bahrain disahkan oleh Amir Shaikh Isa bin Salman Al Khalifa pada tanggal 26 Mei 1973. Pada tanggal 14 – 15 Februari 2001 dilaksanakan referendum untuk mengamandemen beberapa pasal dalam Konstitusi. Konstitusi yang terdiri dari lima Bab dan 109 Pasal pada intinya menekankan asas konsultasi, keadilan, partisipasi penuh warga dalam kehidupan bernegara, menjamin kebebasan dan persamaan, memperkuat ikatan persaudaraan dan solidaritas sosial, mewujudkan tanggung jawab sebagai anggota keluarga Arab dan masyarakat internasional, menghormati nilai-nilai kemanusiaan, keingingan berpartisipasi secara aktif dalam upaya-upaya regional dan internasional demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia dan memelihara perdamaian dunia. Sistem Parlemen Bahrain menganut sistem Parlemen Bikameral (al-Kamiyh al-Watani) yang tediri dari Dewan Syuro (Majlis Al Syuro ) dan Dewan Perwakilan (Majlis Al- 4 Nuwab). Sebanyak 40 orang perwakilan Dewan Syuro dipilih oleh Kerajaan sementara 40 anggota Dewan Perwakilan/Parlemen dipilih berdasarkan suara terbanyak pada pemilu yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Pemilihan Parlemen pertama kali dilakukan pada tahun 2002. Pemilu terakhir diselenggarakan pada tahun 2014. Setelah melakukan boikot Pemilu pada tahun 2002, Kelompok Politik Syi’ah ikut berpartisipasi pada pemilihan legislatif dan dewan kota pada tahun 2006 dan 2010. Al-Wefaq National Islamic Society, yang merupakan kelompok partai politik Syi’ah terbesar memenangkan sebagian besar kursi pada dua kali pemilihan legislatif tersebut namun tidak ikut serta pada Pemilu tahun 2014. Kaum wanita di Bahrain relatif memiliki kebebasan sosial politik yang lebih besar dibanding dengan kaum wanita di negara-negara Teluk lainnya. Hal ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Bahrain. Melalui dekrit Raja Bahrain pada bulan Agustus 2001, telah dibentuk Dewan Kewanitaan beranggotakan 14 orang, yang diketuai oleh Shaikha Sabika binti Ibrahim al Khalifa, isteri Raja Bahrain. Salah satu perjuangan yang berhasil diperoleh adalah dengan disetujuinya para wanita untuk ikut pemilihan anggota Majelis Rendah/DPR, baik sebagai pemilih maupun calon anggota. c. Sekilas Perkembangan Dalam Negeri BAHRAIN Pasca proses reformasi di bidang politik, Perdana Menteri Sheikh Khalifa bin Salman Al Khalifa menggarisbawahi bahwa pemerintahan dalam era Raja Hamad bin Isa Al Khalifa akan tetap melanjutkan kebijakan yang selama ini tengah dijalankan, seperti penghormatan dan perlindungan terhadap