BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada Bagian BAB IV

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada Bagian BAB IV BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada bagian BAB IV peneliti akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian yang meliputi : (1) Profile Rumah Produksi Film Nyai (A Woman From Java), (2) Pendistribusian Film Nyai (A Woman From Java), (3) Profile Sutradara Film Nyai (A Woman From Java), (4) Profile Pemain Film Nyai (A Woman From Java) 4.1 Profile Rumah Produksi Film Nyai (A Woman From Java) Nyai diproduksi pada tahun 2016 oleh Treewater Production dalam Garin Nugroho Workshop yang bekerjasama dengan super 8mm studio serta Yogya Arisan Production. Garin Nugroho Workshop sendiri adalah sebuah organsasi yang berusaha merawat proses kreatif kreator sekaligus pementas seni di Indonesia. Garin Workshop juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation fokus pada industri kreatif seni pertunjukan karena mereka menganggap bahwa seni tersebut membawa investasi yang sangat besar seperti di New York, dan London. Mulai tahun 2015 hingga 2017, Treewater Production telah memproduksi lima film pendek yakni, Aach... Aku jatuh Cinta (2015), Nyai (2016), Memoria (2016), Sekala Niskala : The Seen and Unseen (2017), dan Mooncake Story (2017). 55 4.2 Pendistribusian Film Nyai (A Woman From Java) Seperti yang kita ketahui film Nyai pertama kali di produksi pada tahun 2016. Film ini terinspirasi dari lima novel yakni , “Nyai Isah” (1904) karya F. Wiggers; “Seitang Koening” (1906) karya R.M. Tirto Adhisoerjo ; “Boenga Roos dari Tjikembang” (1927) karya Kwee Tek Hoay; “Nyai Dasima” (1960) karya S.M Ardan dan “Bumi Manusia” (1980) karya Pramoedya Ananta Toer. Berlatar belakang setting tahun 1927 dengan menggunakan kerangka utama “bumi manusia” ini pertama kali ditayangkan di Busan International Film Festival pada bulan Oktober tahun 2016. Kemudian kembali tayang di beberapa layar festival film diantaranya, Torino International Film Festival pada tahun 2016, Singapore International Film Festival pada 2016, Rotterdam International Film Festival pada tahun 2017, serta Goteborg International Film Festival pada tahun 2017. Tim produksi yang kecil serta independen, film Nyai pun dianggap film independen. Hal tersebut yang membuat pendistribusian film ini juga independen. Melalui Garin Workshop, Garin serta tim membuat beberapa layar pemutaran secara independen di beberapa kota seperti Jakarta dan Surabaya dengan menghadirkan komunitas-komunitas film yang ada pada kota-kota tersebut. 56 4.3 Profil Sutradara Film Nyai (A Woman From Java) Garin Nugroho Riyanto atau yang lebih dikenal sebagai Garin Nugroho, lahir di Yogyakarta 6 Juni 1961. Bapak tiga orang anak ini merupakan seorang produser dan sutradara ternama di Indonesia. Namanya mulai populer melalui produksi filmnya yang berjudul “Cinta dalam Sepotong Roti”, serta film “Surat Untuk Bidadari” yang telah berhasil membawa nama Garin ke panggung film Internasional. Garin memulai karirnya dalam dunia film yakni sebagai kritikus dilm dan pembuat film dokumenter. Hingga saat ini, Garin telah menyelesaikan kurang lebih duapuluh film yang meliputi film dokumenter, film pendek hingga film panjang. Banyak eksperimen-eksperimen yang dilakukan Garin untuk menciptakan sebuah karya baru. Hingga pada perayaan 250 tahun Mozart, Garin terpilih sebagai salah satu dari enam sutradara inovatif dunia untuk membuat film. Kemampuan dalam membuat sebuah karya film agaknya menurun pada putri pertamanya, Kamila Andini. Melalui Treewater Productions, Kamila telah berhasil membuat sebuah karya film yang berjudul “Sekala Niskala : The Seen and Unseen” (2017). Tentu saja ada sedikit campur tangan Garin yang membantu Kamila dalam prosesnya sebagai sutradara film. Banyaknya film serta eksperimen dan eksekusi pada setiap karyanya, Garin mampu mengikuti berbagai festival film Internasional. Karya-karya Garin memang dikenal akan topik yang variatif dan 57 berintensi untuk merespon situasi pada zamannya. Selain tema politis, film- filmnya juga kerap bermain dalam segi tata tutur. Hal tersebut terlihat dalam karya filmnya yang berjudul Opera Jawa (2006), film yang terinspirasi dari epos Ramayana. Banyak para kritikus menganggap karya tersebut sebagai bentuk karya seni baru, sebab di dalam karya tersebut terdapat unsur tarian modern, musik, serta drama yang menyatu dengan gaya tradisional. Salah satu kurator film festival Rotterdam Gertjan Zuilhof mengatakan bahwa Garin juga mampu menyentuh permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi pada masa pra-kolonial. Dibuktikan dengan hadirnya karya film Garin yang berjudul Nyai : A Woman From Java. Eksperimen kembali dihadirkan oleh Garin memalui film ini, dengan teknik pengambilan gambar one take one shot mampu memberi tantangan baru bagi Garin. “Film saya yang ini memang tidak akan beredar di bioskop-bioskop reguler, tapi layak untuk ditonton karena bisa menjadi pengantar sejarah film Indonesia. Maka, kami akan memperbanyak pemutaran dengan komunitas-komunitas dan melengkapinya dengan rankaian masterclass,” ucap Garin dalam pemutaran Nyai di CGV Cinemas Pasific Place Mall, Jakarta pada awal Oktober 2018. 58 4.4 Profile Pemain Film Nyai (A Woman From Java) Nyai (A Woman From Java), sebuah film pendek menceritakan tentang kisah seorang perempuan pribumi yang terpaksa menikah dengan seorang Tuan Eropa. Sosok Nyai pada Era Kolonial selalu dinilai buruk oleh sebagian besar masyarakat, dianggap sebagai gundik, pelacur, wanita simpanan para lelaki Eropa. Namun tidak bagi Nyai Asih, meski diawal kehidupannya dengan tuan Eropa dianggap menyiksanya namun lambat laun Nyai Asih mulai belajar, mulai menerima takdirnya sebagai seorang Nyai dan berusaha memposisikan dirinya sederajat dengan orang-orang Eropa lainnya, dengan kata lain berusaha mengangkat derajatnya agar tidak lagi dianggap buruk oleh masyarakat pribumi lainnya. 59 1. Annisa Hertami Kusumastuti atau yang sering dikenal sebagai Annisa Hertami lahir pada 7 Oktober 1988 yang saat ini berusia 31 tahun. Annisa mengawali karirnya di dunia film saat membintangi film Soegija yang di produksi pada tahun 2012. Melalui film tersebut namanya juga mulai dikenal. Sebelumnya Annisa juga sudah cukup banyak terlibat pada produksi film pendek, baik di depan layar maupun dibalik layar. Mulai tahun 2012 hingga 2018 kurang lebih delapan judul film yang sudah dibintangi oleh Annisa, antara lain Soegija (2012), Jokowi (2013), Jendral Soedirman (2015), Aach... Aku Jatuh Cinta (2015), Nyai (2016), Pesantren Impian (2016), Promise (2017), serta The Gift (2018). Pada film Nyai, Annisa sendiri berperan sebagai Nyai Asih. Ia adalah seorang perempuan pribumi yang dengan sengaja dijual oleh ayahnya sendiri pada Tuan Eropa untuk dijadikan gundik atau Nyai saat ia masih berumur 14 tahun. Annisa dalam Nyai Asih memiliki sifat tegas, berwibawa, memiliki wawasan yang luas. 2. Rudi Corens pria berumur 78 tahun asal Belgia ini adalah seorang kurator, seniman, kolektor serta juga pernah menjadi dosen di Universitas Gajah Mada. Sejak tahun 1991 Rudi emmutuskan untuk tinggal dan menetap di Jogja, dengan tujuan awal yakni menggali budaya dari jaman kolonial yang pada akhirnya mengantarkan 60 dirinya lebih jauh mencintai warisan budaya nusantara. Dari kecintaannya tersebut, Rudi memutuskan untuk mendirikan Museum Anak Kolong Tangga yang resmi dibuka pada 2 februari 2008. Pada film Nyai, Rudi berperan sebagai Mr.Willem van Erk seorang Tuan Eropa Nyai Asih. Perannya pada film ini, peran beliau sangat menggabarkan laki-laki Eropa pada masa Kolonial yang genit pada perempuan-perempuan pribumi meski telah memiliki Nyai. Sedikit angkuh juga menjadi karakter Rudi dalam film tersebut. 3. Cahwati berperan sebagai si mbok atau pembantu rumah tangga di rumah Tuan Willem dan Nyai Asih. Sebelunya Cahwati memang sudah familiar dengan dunia seni peran dimana ia pernah memainkan peran dalam pentas teater. Tidak hanya seni peran, ia juga seorang penari dan penembang Jawa yang mahir. Pada film Nyai, Cahwati memiliki karakter pembantu yang patuh pada tuannya. Si mbok selalu ada dan selalu membantu apapun yang dibutuhkan Nyai Asih. Hanya si mbok yang mau mendengar keluh kesah Nyai dan berada di belakang Nyai serta tuan Willem. 61 4. Gunawan Maryanto, lahir di Yogjakarta 10 April 1976 dan tepat berusia 43 tahun. Selain Cahwati atau si mbok, ada satu lagi pembantu dalam rumah Tuan Willem yakni Gunawan Maryanto sebagai jongos atau sebutan pembantu laki-laki pada era Kolonial. Gunawan dan Cahwati adalah dua orang pribumi yang senantiasa melindungi dan membantu segala keperluan Nyai serta Tuan Willem. Ia pun memiliki sifat patuh pada Tuan Willem. Sebelum berperan sebagai jongos pada film Nyai, Gunawan sudah berkarir sebagai penulis dan sutradara teater. Ia juga pernah memerankan sosok Widji Thukul dalam film berjudul “Istirahatlah Kata-Kata” dan berhasil membawa penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Usmar Ismail Award pada tahun 2017. 5. Kedung Darma Romansha berperan sebagai seorang penulis terkenal di Hindia Belanda yang ingin membuat sebuah buku yang terinspirasi oleh kisah cerita Nyai Asih. Diceritakan sang penulis dan Nyai telah lama berbalas surat untuk sekedar menceritakan kisah hidupnya, hingga pada suatu hari sang penulis datang menemui Nyai di kediamannya. Banyak drama yang dihadirkan dalam babak ini, hingga keerotisan Nyai di tampilkan dalam babak ini. Nama Kedung Darma Romansha memang sudah dikenal sejak lama dalam dunia kesenian 62 sebagai pemain teater, sastrawan, dan pemain film. Beberapa film yang telah diperankan Kedung Darma sebagai pemeran pendukung dalam film “Soekarno” sebagai Soebadio. Selain itu sebagai Ustadz Juki dalam film “Mata Tertutup” karya Garin Nugroho (2011), dan pemeran pendukung dalam film “Soegija”, “Sang Kyai”, “Jokowi” dan “Ainun Habibi”. 63 .
Recommended publications
  • Hubert Bals Fund
    HUBERT BALS FUND COMPLETE RESULTS 1988-2016 • Script and Project Development support SELECTION 2016 • Post-production support Almost in Love Brzezicki, Leonardo (Argentina) • The Bridge Lotfy, Hala (Egypt) • Death Will Come and Will Have Your Eyes Torres Leiva, José Luis (Chile) • A Land Imagined Yeo Siew Hua (Singapore)• The Load Glavonic, Ognjen (Serbia) • Men in the Sun Fleifel, Mahdi (Greece) • Narges Rasoulof, Mohammad (Iran) • Octopus Skin Barragán, Ana Cristina (Ecuador) • The Orphanage Sadat, Shahrbanoo (Afghanistan) • The Reports on Sarah and Saleem Alayan, Muayad (Palestine) • Trenque Lauquen Citarella, Laura (Argentina) • White Widow Hermanus, Oliver (South Africa) • The Load, Glavonic, Ognjen (Serbia) During the NATO bombing of Serbia in 1999, Vlada is driving a freezer truck across the country. He does not want to know what the load is, but his cargo slowly becomes his burden. • Script and Project Development support SELECTION 2015 • Post-production support Alba Barragan, Ana Cristina (Ecuador) 2016 • Antigone González-Rubio, Pedro (Mexico) • Arnold Is a Model Student Prapapan, Sorayos (Thailand) • Barzagh Ismailova, Saodat (Uzbekistan) • Beauty and the Dogs Ben Hania, Kaouther (Tunisia) • Brief Story from the Green Planet Loza, Santiago (Argentina) • Burning Birds Pushpakumara, Sanjeewa (Sri Lanka) 2016 • Era o Hotel Cambridge Caffé, Eliane (Brazil) 2016 • The Fever Da-Rin, Maya (Brazil) • La flor Llinás, Mariano (Argentina) 2016 • Hedi Ben Attia, Mohamed (Tunisia) 2016 • Kékszakállú Solnicki, Gastón (Argentina) 2016 • Killing
    [Show full text]
  • LOVE of RELIGION, LOVE of NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Repository Universitas Sanata Dharma Laksana / Love of Religion, Love of Nation 91 LOVE OF RELIGION, LOVE OF NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism Albertus Bagus Laksana Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia [email protected] Abstract The relationship between nationalism and religion is very complicated. In the context of colonialism, Christianity has surely been perceived as a foreign religion that poses a menace to native nationalism. This essay presents a different picture, taking the case of colonial Java (the Netherlands East Indies) to illustrate the complex historical relationship between Catholicism and Indonesian nationalism. Perhaps it is rather ironic that it was chiefly through their connection with the Dutch Church and their mission enterprise that the Javanese Catholic intelligentsia were made deeply aware of their own dignity as a particular people and the limitations of European colonialism. In this case, Catholic Christianity as a world religion with supranational connection and identity has been able to help the birth of an intense nationalism that was prevented from being too narrow, chauvinistic, or simply “racialist,” precisely because it is connected with its larger ecumenism or network. More specifically, this ecumenism is also founded on the idea of “catholicity,” that is, universalism, that lies at the heart of Catholic Christianity. In the post-colonial Indonesia, however, this Catholic view needs to be translated into common platforms with the views and concerns of Indonesian Muslims, who face the same new challenges as they play their role in the formation of an authentic Indonesian nationalism.
    [Show full text]
  • Guru Bangsa Tjokroaminoto”
    ANALISIS SEMIOTIK NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM FILM “GURU BANGSA TJOKROAMINOTO” Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Egy Giana Setyaningsih NIM : 1111051000141 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Juli 2016 EGY GIANA SETYANINGSIH ii ABSTRAK Egy Giana Setyaningsih 1111051000141 Analisis Semiotik Nilai-Nilai NasionAalisme Dalam Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” adalah salah satu film tokoh pahlawan nasional yang jejaknya hampir hilang di mata anak-anak bangsa. Ia adalah salah seorang tokoh pencetus generasi muda bangsa berbakat, dan juga berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Semaoen, Kartosoewiryo dan Musso. Berbagai konflik yang muncul dari film
    [Show full text]
  • Ideologi Film Garin Nugroho
    Ideologi Film Garin Nugroho Ahmad Toni Prodi S3 Pascasarjana Fikom Universitas Padjajaran Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Jatinangor 45363 Fikom Universitas Budi Luhur Jalan Raya Ciledug Petukangan Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12260 ABSTRACT This study is based on qualitative research with critical discourse analysis approach. The study presents the text of the fi lm as micro level of semiotic analysis. The purpose of the study is to uncover the ideology of Garin Nugroho fi lms which apply high aesthetic and anthropology construction of an exotic Indonesian culture. The result shows that the ideology resistance manifested in the fi lm of “Daun di Atas Bantal” is the philosophy reconstruction of art democratization as the power to sup- press the regime of Suharto and the new order. “Opera jawa” fi lm is the reconstruction of gender philosophy and Java femininity as well as the philosophy of the nature cosmology in the perspective of moderate Hindu Islam in presenting the greediness of human in the system of the nature ecology. The fi lm of ‘Mata tertutup’ is the philosophy reconstruction of moderate Islam to counter the power of radicalism and terrorism as the concept developed and related to the tenacity of nationalism system of the young generation in Indonesia. “Soegija” fi lm is the reconstruction of Christology philosophy and the values of minority leadership in the nationhood and statehood. The fi lm of “Tjokroaminoto Guru Bangsa” is the reconstruction of Islam philosophy to view the humanism values in the estab- lishment of the foundation of the nation as a moderate view.
    [Show full text]
  • Bambang AK Prosiding ISBN 978
    PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL@2015 Diterbitkan bersama oleh Jurusan Sastra Indonesia-Fakultas Sastra Universitas Jember Dengan Penerbit Buku Pustaka Radja, Desember 2015 Jl. Tales II No. 1 Surabaya Telp. (Lini Penerbitan CV. Salsabila ANGGOTA IKAPI NO. Editor: Agustina Dewi S., S.S., M.Hum. Layout dan Design Sampul: Salsabila Creative Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal PROSIDING SEMINAR NASIONAL FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal DAFTAR ISI 1. FOLKLOR INDONESIA: DUA MANFAAT YANG TERABAIKAN - Ayu Sutarto-1 2. REKONSTRUKSI/ DEKOSNTRUKSI KEARIFAN LOKAL DALAM BEBERAPA NOVEL INDONESIA - Pujiharto-9 3. RITUAL DAN SENI TRADISI USING, MEMBACA IDENTITAS SUARA-SUARA LOKAL - Novi Anoegrajekti-17 4. RAGAM BAHASA FOLKLOR NUSANTARA SEBAGAI WADAH KEARIFAN MASYARAKAT - Tri Mastoyo Jati Kesuma-37 5. SEBLANG, MANTRA DAN RITUAL DALAM KONTEKS STRUKTUR SOSIAL - Heru S.P. Saputra dan Edy Hariyadi-46 6. HATI SINDEN, DARI REKONSTRUKSI KE REFLEKSI: APRESIASI DENGAN KAJIAN HERMENEUTIK - Sri Mariati-76 7. BAHASA REGISTER DOA DALAM RITUS KARO DAN KASADA (COLLECTIVE MIND MASYARAKAT TENGGER JAWA TIMUR) - Sri Ningsih-90 8. CERITA DARI KARANGSOGA: GENETIKA, IDEOLOGI, DAN LIMINALITAS - Teguh Supriyanto dan Esti Sudi Utami-107 9. REPRESENTASI TOKOH DRAMA MANGIR KARYA PRAMUDYA ANANTA TOER - Titik Maslikatin-121 Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal 10. KEKERASAN DAN PENDERITAAN DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SAADAWI DALAM PERSPEKTIF HUMANIORA - Sunarti Mustamar-134 11. LINGUISTIK LINTAS SUKU BANGSA - Sudartomo Macaryus-148 12. TOKOH KRESNA DALAM WIRACARITA MAHABHARATA SEBAGAI TOKOH IDENTIFIKASI ETIK MORAL - Asri Sundari-163 13. KONSEPSI (COLLECTIVE MIND) WONG JAWA YANG TERCERMIN DALAM PITUDUH JAWA - Sri Ningsih dan Ali Badrudin-201 14.
    [Show full text]
  • MD Opera Jawa Deutsch
    Mediendossier trigon-film von Garin Nugroho, Indonesien 2006 VERLEIH trigon-film Limmatauweg 9 5408 Ennetbaden Tel: 056 430 12 30 Fax: 056 430 12 31 [email protected] www.trigon-film.org MEDIENKONTAKT Tel: 056 430 12 35 [email protected] BILDMATERIAL www.trigon-film.org MITWIRKENDE Regie: Garin Nugroho Drehbuch: Garin Nugroho, Armantono Kamera: Teoh Gay Hian Schnitt: Andhy Pulung Ton: Pahlevi Indra C. Santoso Musik: Rahayu Supanggah Produktion: Set Film Workshop, New Crowned Hope Dauer: 120 Minuten Sprache/UT: Indonesisch/f/d DARSTELLENDE Miroto, Eko Supriyanto, O Nyoman Sura, Retno Maruti, Artika Sari Devi SYNOPSIS Ein Seh- und Hörerlebnis der besonderen Art: Der indonesische Regisseur Garin Nugroho, der bereits für die Vielfalt seiner erzählerischen Stile und die mutige Bewältigung umstrittener Themen bekannt ist, hat mit Opera Jawa seinen vielleicht klarsichtigsten Film geschaffen. Er feiert darin Formen von Gamelan-Musik, traditionelle javanische Gesänge und javanischen Tanz sowie zeitgenössische Choreografien und Rauminstallationen. Dabei hat er eine neue Form des Musicals ins Leben gerufen, eine «Oper für das 21. Jahrhundert». Opera Jawa adaptiert eine der berühmtesten Geschichten des grossen Klassikers der indischen und südostasiatischen Literatur, des «Ramayana». Es ist die Geschichte eines leidenschaftlichen Liebesdreiecks: Die schöne Siti und ihr Ehemann betreiben eine Töpferei, aber die Dinge laufen nicht so, wie sie sollten, und als ihr Mann Setio fort ist, versucht der mächtige und skrupellose Händler Ludiro sie zu verführen. Siti verfängt sich in den Stricken eines Konflikts, der sich unausweichlich zu Gewalt entwickelt. Die Erzählung ist von Musik beseelt. Gefühle der Figuren oder Kommentare des Chors werden durch den Gesang zum Ausdruck gebracht und zeugen von den durchlebten Prüfungen.
    [Show full text]
  • We're a Proud Sponsor of the San Diego Asian Film Festival
    21ST ANNUAL SAN DIEGO SAN ASIAN SAN DIEGO FILM DIEGO ASIAN FILM FESTIVAL 2020 FESTIVAL ASIAN PRESENTED BY: / OCT FILM 23—31 WWW.PACARTS.ORG @PACARTSMOVEMENT 2020 FESTIVAL SDAFF.ORG 23—31 23—31 22020020 FESTIVAL OCTOBER OCTOBER FILM PRESENTED ASIAN DIEGO BY PACIFIC SAN ARTS 125 FILMS 50 Q&AS MOVEMENT 34 LANGUAGES 24 COUNTRIES About the design: 2020 is the year of eyes. That’s all we see of anybody, whether peering over masks. Or from the protests in HK and US, masses of people looking back hard at our leaders. Or staring at screens for school, work, and now, the worlds of The Boat People 42 Inches From Covid 45 Providence 42 film. This year’s kinetic graphics are inspired by the “dazzle [email protected] [email protected] [email protected] camouflage” used on boats in WWI to create visual confusion A Bright Summer Diary 42 Junipero Serra 45 Radical Care: The Auntie Sewing Squad 9 through hypervisibility, a strategy later adopted by modern [email protected] [email protected] [email protected] day activists to deter facial recognition. Lastly, on our print publications is ZXX, an anti-surveillance typeface designed Can't judge~Corona and the Japanese Kama'āina (Child of the Land) 41 Red Aninsri; Or, Tiptoeing on by Sang Mun as a call-to-action to raise questions about our government 20XX version~ 47 [email protected] The Still Trembling Berlin Wall 44 [email protected] [email protected] online privacy. This typeface purposefully misdirects information Kapaemahu 41 and confuses text scanning software.
    [Show full text]
  • Jaarverslag 2007-2008 (PDF)
    1 Het International Film Festival Rotterdam (IFFR) toont de nieuwste onafhankelijke en vernieuwende films uit de wereld en is een platform voor actuele filmkunst, opkomend en gevestigd filmtalent en filmgerelateerde kunst. Naast de vertoning van films steunt het filmfestival actief de totstandkoming van auteurscinema en de deskundigheid van filmtalent, de onafhankelijke filmindustrie en filmkritiek. Een internationale coproductiemarkt (CineMart), een fonds voor filmmakers in ontwikkelingslanden (Hubert Bals Fonds), trainingprojecten (Rotterdam Lab, Trainee Project for Young Film Critics) en debatten voor filmprofessionals maken deel uit van het filmfestival. Behalve via het filmfestival en de internationale activiteiten van Hubert Bals Fonds en CineMart, zorgt de Stichting Filmfestival Rotterdam ervoor dat de kunstzinnige film in Nederland op andere wijzen te zien blijft: via de filmtheaters (Rotterdam en route), op dvd (Tiger Releases) en televisie (NPS Wereldcinema). Op landelijk, regionaal en lokaal niveau brengt IFFR studenten en scholieren in contact met onafhankelijke filmkunst via de Rotterdam Film Course, Meet the Maestro, Filmblik Rotterdam en schoolvoorstellingen. WOORD VOORAF Het was in een aantal opzichten een vrij radicaal Tegelijk was ook de 37ste editie een feest van jaar voor het International Film Festival Rot- diversiteit met 244 lange, 383 korte films en terdam (IFFR). In de eerste plaats letterlijk: ruim 100 performances en installaties. Daarbij het festival legde dit jaar de nadruk op het is gestreefd naar een overzichtelijker opzet thema Free Radicals. Door dit accent op een door het aantal programmaonderdelen terug te specifieke esthetische traditie van filmmakers brengen. De reacties, in de (internationale) pers, en kunstenaars die geen technische perfectie en van de gasten en professionals die onder nastreven, maar kiezen voor een puur en direct andere de 25 jaar jonge CineMart bezochten, werk, maakten we nog eens duidelijk waar het maakten het weer een festival om trots op te IFFR voor stond én staat: het werk van film- zijn.
    [Show full text]
  • Solo Rites: Seven Breaths Program Information and Translations
    Jen Shyu’s solo performance — that of a woman living simultaneously in multiple cultures and "projecting her ancestry" through contemporary monologue — reveals a personal journey of loss and redemption made universal through the exploration of losses that plagues our modern world: loss of tradition, habitat, and public spaces. Sonic, visual, and visceral rites and reflections are discovered by pilgrimage through Taiwan, East Timor, Indonesia, Vietnam, and South Korea. Renowned Indonesian film and stage director Garin Nugroho (Opera Jawa, Under the Tree, Daun di Atas Bantal) directs Solo Rites: Seven Breaths, infusing his distinctive vision for celebrating the exhilarating and sacred into the work. This document complements the live performance of Solo Rites: Seven Breaths at Asia Society Texas Center on Friday, September 26, 2014. It includes artistic information, production credits, text translations, and biographies. ARTIST STATEMENT Thank you for embarking on this journey with me. Although some of these sounds and languages may be unfamiliar to you, I hope they take you on a voyage to discovering the many sources of inspiration for Solo Rites: Seven Breaths. As I traveled to the “cornerest of corners” as I like to say—from the remote mountains of East Timor to the river communities of East Kalimantan, Indonesia—I had the privilege of meeting the most beautiful and sincere people. They claimed to be simple farmers, but they truly were master singers. My first reaction was humility. Next was wanting to lead others to experience the power of the human voice through these masters and to see tradition in a new light. Seven Breaths’ director Garin Nugroho often mused that the lines between tradition and modernity are so blurry that we’d do best if we did not define ancient versus modern, but rather, unite them.
    [Show full text]
  • LUMIÈRE. 01 Número 1 / 2009
    LUMIÈRE. 01 número 1 / 2009 STAFF SUMARIO Dirección: Francisco Algarín Navarro, Fernando CARTA DESDE... Ganzo, Moisés Granda Buenos Aires, por Diego Lerer > 04 AVENTURAS > 06 Redactor jefe: Stefan Ivančić Cinéma en Numérique 2 > 06 Zinebi 50: Jean-Claude Rousseau > 09 Consejo de redacción: Miguel Blanco, Miguel Especial Gijón 2008 > 10 Calero, Alfonso Crespo, Alejandro Díaz, Mariam El Querer ver: crónica del 46.º Festival Internacional Kharbachi, Santiago Gallego, Miguel García, Félix de Cine de Gijón / A zona / A zona. Agujeros de García de Villegas, Jorge D. González, Manuel J. sueño, constelaciones mortales / Un barco fantas- Lombardo, Jaime Natche, Manuel Praena Segovia ma a la deriva: entrevista con Sandro Aguilar / El cine de Sandro Aguilar / Rapace / Wendy and Lucy Han colaborado en este número: Violeta Kovacsics, / 35 rhums / La aterradora verdad: entrevista con Diego Lerer, Clara Sanz, Arnau Vilaró Moncasí Peter Tscherkassky / Cameron Jamie / Afterschool / Z32 / Waltz with Bashir / Joana Hadjithomas y Agradecimientos: Sandro Aguilar, Álvaro Arroba, Khalil Joreige / La utopía yanqui Bertrand Bonello, Emmanuel Burdeau, Alex G. GRITOS > 46 y 73 Calvo, Arnaud Desplechin, Fran Gayo, Pierre Cuadro Gijón 2008 > 46 Léon, Christelle Lheureux, Miguel Marías, Lucrecia Top Ten 2008 (incluye el 'World Poll 2008' de Miguel Martel, Cyril Neyrat, Jorge Oter, Ana Sanz, Antoine Marías) > 73 Thirion, Peter Tscherkassky, Daniel V. Villamediana, Sergio Wolf NOCHES > 47 La Frontière de l'aube / Guardarse y entregarse Diseño y maquetación: Laura Bernal
    [Show full text]
  • Cronologia Delle Attività Dal 1976
    CCB - Cronologia delle attività dal 1976 CCB Circolo del cinema di Bellinzona c/o Michele Dell'Ambrogio Via San Gottardo 105A CH-6517 ARBEDO www.cicibi.ch [email protected] Cronologia delle attività dal 1976 pag 1/213 CCB - Cronologia delle attività dal 1976 Sommario 1976.....................................................................................................................................4 1977.....................................................................................................................................6 1978.....................................................................................................................................8 1979...................................................................................................................................11 1980 - 1981........................................................................................................................14 1982...................................................................................................................................15 1983...................................................................................................................................18 1984...................................................................................................................................21 1985...................................................................................................................................24 1986...................................................................................................................................28
    [Show full text]
  • Studi Aktivitas Pemasaran Film Independen: Kasus Di Indonesia
    Vol.02, No. 2, 2019 Studi Aktivitas Pemasaran Film Independen: Kasus di Indonesia Achmad Eriansyah Utama Putra, Agnes Juliarti, Dimas Mohammad Wibowo, Figra Ardham, Vera Julianti School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya JL. RA. Kartini (TB Simatupang), Cilandak Barat Jakarta Selatan, Jakarta 12430 Indonesia. *. Corresponding Author: [email protected] Abstract ARTICLE INFO The independent film industry in Indonesia is both interesting and unique sector because it has different characteristics from the commercial film Keywords: independent industry. The study was conducted to identify independent film film, marketing activities, marketing activities through a marketing mix and the factors that can marketing mix, influence the marketing activities of independent films in Indonesia. This qualitative research is a qualitative research using in-depth interview as the main method. Interviews were conducted to nine participants in the film industry representing three chains of production, distribution and exhibition that forms the synergies in the film industry. The main research finding is eight factors influenced independent film marketing activities: idealism, story line, expressions, aspirations, actualization, film distribution channels, promotional activities, and regulation. Abstrak Industri film independen di Indonesia merupakan sektor yang menarik Kata kunci: film dan unik karena memiliki karakteristiknya yang berbeda dari industri independen, aktivitas film komersial. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi
    [Show full text]