BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada Bagian BAB IV
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada bagian BAB IV peneliti akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian yang meliputi : (1) Profile Rumah Produksi Film Nyai (A Woman From Java), (2) Pendistribusian Film Nyai (A Woman From Java), (3) Profile Sutradara Film Nyai (A Woman From Java), (4) Profile Pemain Film Nyai (A Woman From Java) 4.1 Profile Rumah Produksi Film Nyai (A Woman From Java) Nyai diproduksi pada tahun 2016 oleh Treewater Production dalam Garin Nugroho Workshop yang bekerjasama dengan super 8mm studio serta Yogya Arisan Production. Garin Nugroho Workshop sendiri adalah sebuah organsasi yang berusaha merawat proses kreatif kreator sekaligus pementas seni di Indonesia. Garin Workshop juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation fokus pada industri kreatif seni pertunjukan karena mereka menganggap bahwa seni tersebut membawa investasi yang sangat besar seperti di New York, dan London. Mulai tahun 2015 hingga 2017, Treewater Production telah memproduksi lima film pendek yakni, Aach... Aku jatuh Cinta (2015), Nyai (2016), Memoria (2016), Sekala Niskala : The Seen and Unseen (2017), dan Mooncake Story (2017). 55 4.2 Pendistribusian Film Nyai (A Woman From Java) Seperti yang kita ketahui film Nyai pertama kali di produksi pada tahun 2016. Film ini terinspirasi dari lima novel yakni , “Nyai Isah” (1904) karya F. Wiggers; “Seitang Koening” (1906) karya R.M. Tirto Adhisoerjo ; “Boenga Roos dari Tjikembang” (1927) karya Kwee Tek Hoay; “Nyai Dasima” (1960) karya S.M Ardan dan “Bumi Manusia” (1980) karya Pramoedya Ananta Toer. Berlatar belakang setting tahun 1927 dengan menggunakan kerangka utama “bumi manusia” ini pertama kali ditayangkan di Busan International Film Festival pada bulan Oktober tahun 2016. Kemudian kembali tayang di beberapa layar festival film diantaranya, Torino International Film Festival pada tahun 2016, Singapore International Film Festival pada 2016, Rotterdam International Film Festival pada tahun 2017, serta Goteborg International Film Festival pada tahun 2017. Tim produksi yang kecil serta independen, film Nyai pun dianggap film independen. Hal tersebut yang membuat pendistribusian film ini juga independen. Melalui Garin Workshop, Garin serta tim membuat beberapa layar pemutaran secara independen di beberapa kota seperti Jakarta dan Surabaya dengan menghadirkan komunitas-komunitas film yang ada pada kota-kota tersebut. 56 4.3 Profil Sutradara Film Nyai (A Woman From Java) Garin Nugroho Riyanto atau yang lebih dikenal sebagai Garin Nugroho, lahir di Yogyakarta 6 Juni 1961. Bapak tiga orang anak ini merupakan seorang produser dan sutradara ternama di Indonesia. Namanya mulai populer melalui produksi filmnya yang berjudul “Cinta dalam Sepotong Roti”, serta film “Surat Untuk Bidadari” yang telah berhasil membawa nama Garin ke panggung film Internasional. Garin memulai karirnya dalam dunia film yakni sebagai kritikus dilm dan pembuat film dokumenter. Hingga saat ini, Garin telah menyelesaikan kurang lebih duapuluh film yang meliputi film dokumenter, film pendek hingga film panjang. Banyak eksperimen-eksperimen yang dilakukan Garin untuk menciptakan sebuah karya baru. Hingga pada perayaan 250 tahun Mozart, Garin terpilih sebagai salah satu dari enam sutradara inovatif dunia untuk membuat film. Kemampuan dalam membuat sebuah karya film agaknya menurun pada putri pertamanya, Kamila Andini. Melalui Treewater Productions, Kamila telah berhasil membuat sebuah karya film yang berjudul “Sekala Niskala : The Seen and Unseen” (2017). Tentu saja ada sedikit campur tangan Garin yang membantu Kamila dalam prosesnya sebagai sutradara film. Banyaknya film serta eksperimen dan eksekusi pada setiap karyanya, Garin mampu mengikuti berbagai festival film Internasional. Karya-karya Garin memang dikenal akan topik yang variatif dan 57 berintensi untuk merespon situasi pada zamannya. Selain tema politis, film- filmnya juga kerap bermain dalam segi tata tutur. Hal tersebut terlihat dalam karya filmnya yang berjudul Opera Jawa (2006), film yang terinspirasi dari epos Ramayana. Banyak para kritikus menganggap karya tersebut sebagai bentuk karya seni baru, sebab di dalam karya tersebut terdapat unsur tarian modern, musik, serta drama yang menyatu dengan gaya tradisional. Salah satu kurator film festival Rotterdam Gertjan Zuilhof mengatakan bahwa Garin juga mampu menyentuh permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi pada masa pra-kolonial. Dibuktikan dengan hadirnya karya film Garin yang berjudul Nyai : A Woman From Java. Eksperimen kembali dihadirkan oleh Garin memalui film ini, dengan teknik pengambilan gambar one take one shot mampu memberi tantangan baru bagi Garin. “Film saya yang ini memang tidak akan beredar di bioskop-bioskop reguler, tapi layak untuk ditonton karena bisa menjadi pengantar sejarah film Indonesia. Maka, kami akan memperbanyak pemutaran dengan komunitas-komunitas dan melengkapinya dengan rankaian masterclass,” ucap Garin dalam pemutaran Nyai di CGV Cinemas Pasific Place Mall, Jakarta pada awal Oktober 2018. 58 4.4 Profile Pemain Film Nyai (A Woman From Java) Nyai (A Woman From Java), sebuah film pendek menceritakan tentang kisah seorang perempuan pribumi yang terpaksa menikah dengan seorang Tuan Eropa. Sosok Nyai pada Era Kolonial selalu dinilai buruk oleh sebagian besar masyarakat, dianggap sebagai gundik, pelacur, wanita simpanan para lelaki Eropa. Namun tidak bagi Nyai Asih, meski diawal kehidupannya dengan tuan Eropa dianggap menyiksanya namun lambat laun Nyai Asih mulai belajar, mulai menerima takdirnya sebagai seorang Nyai dan berusaha memposisikan dirinya sederajat dengan orang-orang Eropa lainnya, dengan kata lain berusaha mengangkat derajatnya agar tidak lagi dianggap buruk oleh masyarakat pribumi lainnya. 59 1. Annisa Hertami Kusumastuti atau yang sering dikenal sebagai Annisa Hertami lahir pada 7 Oktober 1988 yang saat ini berusia 31 tahun. Annisa mengawali karirnya di dunia film saat membintangi film Soegija yang di produksi pada tahun 2012. Melalui film tersebut namanya juga mulai dikenal. Sebelumnya Annisa juga sudah cukup banyak terlibat pada produksi film pendek, baik di depan layar maupun dibalik layar. Mulai tahun 2012 hingga 2018 kurang lebih delapan judul film yang sudah dibintangi oleh Annisa, antara lain Soegija (2012), Jokowi (2013), Jendral Soedirman (2015), Aach... Aku Jatuh Cinta (2015), Nyai (2016), Pesantren Impian (2016), Promise (2017), serta The Gift (2018). Pada film Nyai, Annisa sendiri berperan sebagai Nyai Asih. Ia adalah seorang perempuan pribumi yang dengan sengaja dijual oleh ayahnya sendiri pada Tuan Eropa untuk dijadikan gundik atau Nyai saat ia masih berumur 14 tahun. Annisa dalam Nyai Asih memiliki sifat tegas, berwibawa, memiliki wawasan yang luas. 2. Rudi Corens pria berumur 78 tahun asal Belgia ini adalah seorang kurator, seniman, kolektor serta juga pernah menjadi dosen di Universitas Gajah Mada. Sejak tahun 1991 Rudi emmutuskan untuk tinggal dan menetap di Jogja, dengan tujuan awal yakni menggali budaya dari jaman kolonial yang pada akhirnya mengantarkan 60 dirinya lebih jauh mencintai warisan budaya nusantara. Dari kecintaannya tersebut, Rudi memutuskan untuk mendirikan Museum Anak Kolong Tangga yang resmi dibuka pada 2 februari 2008. Pada film Nyai, Rudi berperan sebagai Mr.Willem van Erk seorang Tuan Eropa Nyai Asih. Perannya pada film ini, peran beliau sangat menggabarkan laki-laki Eropa pada masa Kolonial yang genit pada perempuan-perempuan pribumi meski telah memiliki Nyai. Sedikit angkuh juga menjadi karakter Rudi dalam film tersebut. 3. Cahwati berperan sebagai si mbok atau pembantu rumah tangga di rumah Tuan Willem dan Nyai Asih. Sebelunya Cahwati memang sudah familiar dengan dunia seni peran dimana ia pernah memainkan peran dalam pentas teater. Tidak hanya seni peran, ia juga seorang penari dan penembang Jawa yang mahir. Pada film Nyai, Cahwati memiliki karakter pembantu yang patuh pada tuannya. Si mbok selalu ada dan selalu membantu apapun yang dibutuhkan Nyai Asih. Hanya si mbok yang mau mendengar keluh kesah Nyai dan berada di belakang Nyai serta tuan Willem. 61 4. Gunawan Maryanto, lahir di Yogjakarta 10 April 1976 dan tepat berusia 43 tahun. Selain Cahwati atau si mbok, ada satu lagi pembantu dalam rumah Tuan Willem yakni Gunawan Maryanto sebagai jongos atau sebutan pembantu laki-laki pada era Kolonial. Gunawan dan Cahwati adalah dua orang pribumi yang senantiasa melindungi dan membantu segala keperluan Nyai serta Tuan Willem. Ia pun memiliki sifat patuh pada Tuan Willem. Sebelum berperan sebagai jongos pada film Nyai, Gunawan sudah berkarir sebagai penulis dan sutradara teater. Ia juga pernah memerankan sosok Widji Thukul dalam film berjudul “Istirahatlah Kata-Kata” dan berhasil membawa penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Usmar Ismail Award pada tahun 2017. 5. Kedung Darma Romansha berperan sebagai seorang penulis terkenal di Hindia Belanda yang ingin membuat sebuah buku yang terinspirasi oleh kisah cerita Nyai Asih. Diceritakan sang penulis dan Nyai telah lama berbalas surat untuk sekedar menceritakan kisah hidupnya, hingga pada suatu hari sang penulis datang menemui Nyai di kediamannya. Banyak drama yang dihadirkan dalam babak ini, hingga keerotisan Nyai di tampilkan dalam babak ini. Nama Kedung Darma Romansha memang sudah dikenal sejak lama dalam dunia kesenian 62 sebagai pemain teater, sastrawan, dan pemain film. Beberapa film yang telah diperankan Kedung Darma sebagai pemeran pendukung dalam film “Soekarno” sebagai Soebadio. Selain itu sebagai Ustadz Juki dalam film “Mata Tertutup” karya Garin Nugroho (2011), dan pemeran pendukung dalam film “Soegija”, “Sang Kyai”, “Jokowi” dan “Ainun Habibi”. 63 .