LITERASI
Volume 1 No. 2, Desember 2011 Halaman 141 - 154
Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX
Chinese in the East Frontier of Java: From Contract Handlers to Regent in the Late of XVIII Century until the Early of XIX Century
Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin Fakultas Sastra Universitas Jember Pos-el: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Orang Cina dianggap sebagai orang asing di Karesidenan Besuki, terlepas bahwa mereka telah bermukim di pesisir utara Jawa, bahkan beberapa dari mereka menjadi penguasa di lahan swasta di wilayah ini. Artikel ini mengidentifikasi dan mendeskripsikan mengapa mereka mampu menjadi penguasa di wilayah ini dari akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Masalah yang dibahas adalah hubungan antara penguasa Cina dan pemerintah pribumi serta hubungan mereka dengan masyarakat. Kajian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara pemegang kontrak Cina (tuan tanah) dan penguasa Cina. Mereka dibedakan oleh cara memperoleh lahan luas dan memperoleh kekuasaan. Tuan tanah memiliki hak untuk mengelola lahan luas dengan menyewa atau membeli dari pemerintah kolonial. Sementara, penguasa Cina dipromosikan sebagai kepala wilayah karena jasa mereka kepada pemerintah kolonial. Namun, dalam mengelola distrik sewaan, keduanya memiliki kecenderungan yang sama; memerintah dengan perilaku feodal.
Kata kunci: Cina, penguasa, pemerintah, tuan tanah, kolonial.
Abstract
The Chinese was considered the foreign people in Besuki Residency, despite of they had settled in Java northeast coast, even some had become administrators in the private land of the area. This article identifies and describes why they were able to be the administrators in the area from the end of 18th to the beginning of 19th century. The problems to discuss are the relationship between Chinese administrators and the indigenous government and their relationship to the people. This study shows that there were differences and similarities between Chinese contract handlers (Chinese landlords) and Chinese as administrators. They were differentiated by the way of earning wide land and the way of getting power. The landlords had the right to manage wide land by renting or buying from the colonial government. Meanwhile, Chinese administrators were promoted as the head of area because their merit for colonial government. However, in managing the rented district both of them had similiar tendency; governing by feudal manner from which they considered themselves the owners of the land.
Keywords : Chinese, administrator, government, landlord, colonial
A. Pendahuluan penting sepanjang pantai utara Jawa mulai Etnis Cina yang telah menetap lama di Batavia, Banten, Cirebon, Semarang, Gresik, Jawa mendiami beberapa kota pelabuhan Tuban, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo,
141 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 dan Besuki (Ujung Timur Jawa) (de dengan panggilan Cina Tumenggung. Se Jong, 1870:214). Di wilayah Ujung Timur benarnya masih banyak contoh tentang Jawa ini orang-orang Cina tidak hanya orang-orang Cina yang berkecimpung beraktivitas dalam bidang ekonomi dan dalam dunia politik dan pemerintahan. perdagangan, tetapi juga bidang politik Artikel ini bertujuan menjawab pertanyaan dan pemerintahan. Mereka ikut ambil mengapa orang-orang Cina berhasil men bagian dalam pengembangan wilayah jadi penguasa di tanah-tanah partikelir di Ujung Timur Jawa sebagai penguasa. wilayah Ujung Timur Jawa pada akhir abad Orang-orang Cina terkadang menempati ke-18 sampai awal abad ke-19 dan berperan kedudukan-kedudukan yang mempunyai besar dalam ranah pemerintahan. tanggung jawab besar di dalam peme rintahan kerajaan-kerajaan Jawa, sehingga membentuk perhubungan-perhubungan B. Cina, Tanah, dan Kuasa: Kerangka dengan puncak tertinggi kaum ningrat Teoretis dan Metode Analisis penduduk asli. Kasus keluarga Jayaningrat Seperti ditunjukkan Bloch (1976:281), di Pekalongan pada pertengahan pertama penguasaan atas sebidang tanah berarti abad kedelapan belas bisa dijadikan acuan. juga menguasai segala isinya, termasuk Sultan Agung juga telah mengangkat penduduk yang tinggal di atas tanahnya. seorang pedagang Cina sekaligus seorang Di sini berlangsung proses menguasai abdi dalem di Lasem bernama Cik Go dan dikuasai, proses penghambaan Ing untuk menggan tikan kedudukan dan pengabdian yang sangat intensif. majikannya, Bupati Lasem Singawijaya Penguasaan tanah sebagai unit sosial (Cina-Jawa). Hal ini dilakukan sebagai khas terdapat dalam kehidupan agraris hadiah atas jasa-jasanya selama peperangan pada Abad Pertengahan. Dalam hal ini yang dilakukan Mataram terhadap Sura terdapat hubungan penguasa tanah dan baya (1620-1625). Oleh karena itu, ia diberi petani penggarap. Pola hubungan itu di gelar Jawa, yaitu Tumenggung Mertaguna. Asia Tenggara termasuk di Indonesia oleh Bupati-bupati Lasem yang berikut nya ser Geertz (1963) dikatakan telah menunjukkan ta daerah-daerah pantai utara yang berde kecenderungan eksploitatif; salah satu ciri katan, seperti Tuban, Kudus, Blora, dan utama dari pemerintah kolonial. Inti dari Bojanegara (Rajegwesi), juga berasal dari pengertian eksploitasi adalah terdapat keturunannya. Mereka belakangan ini teri sementara individu, kelompok, atau kat persekutuan, melalui perkawinan de kelas yang secara tidak adil atau secara ngan keluarga-keluarga Cina peranakan tidak wajar mengambil keuntungan atas dari daerah pesisir, di samping perkawinan- kerja atau hasil atas kerugian pihak lain perkawinan yang mereka lakukan dengan (Lorwin, 1931:141). Hubungan eksploitatif keluarga-keluarga istana para pangeran yang berlangsung di tanah partikelir Jawa (Pigeud, 1932:124). memengaruhi lembaga tradisional yang Fenomena tersebut ternyata tidak ha disebut ikatan feodal. nya terjadi di keraton Mataram, tetapi juga Sekalipun ikatan feodal awalnya di terjadi di wilayah Ujung Timur Jawa, yaitu dasarkan pada kedudukan sosial an di Kabupaten Besuki dan Kabupaten Pro tara kepala dan rakyat, tidak menutup bolinggo. Di dua daerah ini orang-orang kemungkinan terjadi pemindahan kekuasa Cina keturunan tidak hanya bertindak an feodal atas penduduk dengan jalan kon sebagai penguasa tanah partikelir, tetapi juga trak sebagaimana kajian Burger (1977:93- sebagai penguasa daerah dan berperilaku 97). Penjualan tanah oleh Pemerintah layaknya para penguasa Jawa. Misalnya, Daendels kepada orang Cina menimbulkan bupati Cina di Kabupaten Besuki bernama hubungan kontrak di antara kedua pihak Han Mi Joen yang kemudian bergelar tersebut. Akan tetapi, hubungan antara Kyai Tumenggung Suroadiwikrama. Di orang Cina (penguasa tanah) dengan Kabupaten Probolinggo, Han Kit Ko juga penduduk di atas tanah yang dibeli tetap berpangkat tumenggung dan terkenal merupakan hubungan feodal. Perubahan
142 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin dalam hubungan sosial di pedesaan tidak penyimpangan dari tradisi yang sudah lagi bersifat paternalistik yang memberi berlaku, karena pada saat itu orang-orang perlindungan kepada kliennya. Di atas Cina keturunan berhasil menduduki jaba segala-galanya, kekuatan historis yang tan puncak di Karesidenan Besuki, yaitu di besar telah melewati batas-batas subsistensi Besuki dan Probolinggo. Mengapa bisa ter dan hubungan sosial yang tradisional serta jadi penyimpangan? Apakah ada sumber menggantinya dengan bentuk kontrak. Pe kekuasaan lain yang bisa mengantarkan ngaruhnya seperti dikemukakan oleh Wolf etnis Cina keturunan menduduki jabatan (1983, 1971:50-66) adalah merampas dari dalam birokrasi pemerintahan tersebut? petani konteks kelembagaan tradisional, se Menurut Nagtegaal (1994:78-79), pe hingga mendorong tumbuhnya ketegangan misahan antara politik, militer, ekonomi, yang dapat menuju pemberontakan. dan jenis kekuasaan lain hanya cocok Dalam sistem pemerintahan tradisional untuk realitas dalam masyarakat modern berlaku sistem birokrasi tradisional. Biro yang kompleks. Di kerajaan-kerajaan krasi tradisional ini hidup dalam sua Jawa pada abad XVII dan XVIII, tidak sana feodalisme. Dalam suasana feo dijumpai pemisahan antara elit politik dal ini berlaku orientasi ascriptive yang dan elit ekonomi, hierarki sosial paling mendambakan faktor keturunan sebagai atas memegang kekuasaan hampir semua sentral aktivitas bagi dunianya. Hanya aspek kehidupan. Pada kenyataannya, keturunan dari satu trah saja yang berhak kekuasaan politik dan ekonomi mereka be mendapatkan kedudukan dan peranan nar-benar ada, melembaga, dan tidak ada dalam kerajaan, karena trah mereka di istilah elit ekonomi atau borjuis, sesuai de anggap sebagai kelompok terpilih di an ngan dasar tingkatan yang spesial dalam tara trah yang lain. Mereka lebih meng masyarakat Jawa. Elit politik adalah juga utamakan keberlangsungan genealoginya, elit ekonomi. Oleh karenanya, peneliti mo yaitu kemurnian keturunan dibanding dern memandang bahwa kebanyakan bu kan kemampuan menjalankan tugas pati Jawa memiliki komponen kekuasaan (Suhartono, 2001:57). ekonomi. Dengan demikian, kekayaan eko Dalam sistem feodal ada ketentuan nomi mempunyai akses yang besar dalam bahwa putera bupati yang diangkat memperoleh kekuasaan. Beberapa bupati menjadi bupati diprioritaskan anak laki- kaya dapat mendominasi sumber-sumber laki keturunan dari garwa padmi (istri kekuasaan politik. Mereka memiliki posisi resmi). Apabila syarat terse but tidak penting dalam negara yang sebagian besar bisa dipenuhi, ada pertim bangan lain diperoleh karena kekayaan mereka yang (Tjokrowinoto, 1952:34). Penun jukan calon melimpah. Mereka bisa disebut political en pengganti bupati dapat juga dilakukan atas trepeneurs. Perlu diingat bahwa ini bukan permintaan atau saran dari bupati yang ciri khas semua bupati Jawa, sebab banyak akan digantikan sewaktu masih hidup. dari mereka yang memiliki sumber-sumber Penunjukan calon pengganti, anak atau kekuasaan yang lain. Hal ini bukan berarti mungkin saudara itu dilaporkan kepada kekayaan tidak penting bagi mereka. Untuk pemerintah pusat kerajaan, tetapi pada jelasnya tidak ada keseragaman model bagi masa kolonial hal tersebut dilaporkan bupati Jawa. Political entrepeneurs hanya kepada VOC, pemerintah Inggris, atau salah satu kategori (Nagtegaal, 1994:79- kemudian pemeritah Hindia Belanda di 80). Melalui kekayaan, jabatan-jabatan Batavia. Selama calon tersebut tidak me politik dapat diperoleh. Pada umumnya nentang pemerintah pusat, pengusulan jalan ini yang mengantarkan orang-orang itu pada umumnya disetujui. Namun de Cina menduduki jabatan-jabatan politik di mikian, ada kalanya terjadi bahwa pe dalam lingkungan kekuasaan orang-orang merintah menghendaki calon yang lain pribumi. (Tjiptoatmodjo, 1983:344-345). Akan Untuk mengetahui bagaimana proses tetapi, pada akhir abad XVIII terjadi orang-orang Cina di Ujung Timur Jawa bisa
143 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 menjadi tuan tanah dan penguasa politik akhir C. Ujung Timur Jawa dan Penataan abad XVIII hingga awal abad XIX, penelitian Administrasinya yang menjadi basis tulisan ini menempatkan Ujung Timur Jawa adalah kawasan ti wilayah Ujung Timur Jawa –yang di ke mur dari Jawa Timur. Istilah ini muncul mudian hari menjadi Karesidenan Besuki– pertama kali di masa VOC khususnya da sebagai objek kajian dengan menggunakan lam surat (missive) Spelman tahun 1677 metode sejarah. Wilayah yang dimaksud dan Camphuys tahun 1687. Istilah itu juga adalah Besuki, Panarukan, dan Probolinggo dipakai oleh Gubernur Jawa Timur Laut dengan pertimbangan di daerah-daerah itu pada surat 26 Oktober 1761 (Encyclopaedie lah orang-orang Cina berhasil menduduki ja van Nederlandsch-Indie, 1919:40). Ujung batan puncak dalam birokrasi pemerintahan Timur Jawa ini memiliki akses ke arah laut pribumi. di tiga tempat. Ke arah utara Selat Madura, Prosedur dalam metode sejarah ke arah timur Selat Bali, kearah selatan meliputi empat tahap, yaitu (1) heuristik Samudra Hindia, sedangkan sebelah Barat (pengumpulan sumber); (2) verifikasi berbatasan dengan Karesidenan Pasuruan. (kritik); (3) interpretasi: analisis dan Bersama-sama dengan Karesidenan sintesis; dan, (4) penulisan hasil penelitian Pasuruan, daerah Ujung Timur Jawa pada (historiografi). Adapun data-data yang masa pemerintahan raja-raja Blambangan digunakan berupa data primer dan da menjadi incaran para penguasa baik dari ta sekunder. Sumber-sumber primer Jawa Tengah maupun dari Bali. Wilayah yang digunakan adalah dokumen yang ini juga disebut Oosthoek selama periode diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Be Kolonial Belanda (Gonggrijp, 1934:1047). landa, Koloniaal Verslaag, Regeering Al Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, manak, Indisch Plakaatbook, Staatsblad, wilayah Ujung Timur Jawa yang pada wak Daagregister, dan autobiografi. Sumber- tu itu berada di bawah kekuasaan Blam sumber tersebut diperoleh dari Arsip bangan, menjadi incaran kerajaan Islam De Nasional Jakarta, Perpustakaan Nasional mak. Seperti halnya Majapahit, Demak juga Jakarta, Perpustakaan Sanata Dharma, bermaksud meluaskan wilayahnya dan me Perpustakaan Daerah Istimewa Yogya nempatkan wilayah ujung timur ini di ba karta, Hatta Corner, dan Perpustakaan wah kekuasaannya. Demak mengirimkan Sono Budoyo. Sumber sekunder berupa ekspedisi ke Blambangan tahun 1546 (de karya cetak dan telah dipublikasikan, baik Graaf dan Pigeaud, 1985:234-236). Ekspedisi karya penulis asing maupun dalam negeri Sultan Demak Bintoro ke Blambangan di yang banyak jumlahnya, yang menyangkut Ujung Timur Jawa bekerjasama dengan Pa masalah politik, ekonomi, sosial, dan suruan berhasil mengepung Panarukan. budaya yang sangat erat hubungannya Blambangan jatuh 1546. Prajurit Demak dan dengan tema yang dipilih. Tahap verifikasi Pasuruan pada waktu itu memang telah meliputi dua kegiatan yang dilakukan, yaitu berhasil menduduki sebagian besar Ujung meneliti autentisitas atau keaslian sumber Timur Jawa. Dengan demikian, Demak dan kredibilitasnya. Ketiga, interpretasi berhasil mena namkan kekuasaan untuk atau penafsiran sumber sejarah, meliputi waktu yang lama, tetapi ketika memimpin dua kegiatan, yaitu analisis dan sintesis. ekspedisi ke Panarukan ini Sultan Trenggono Analisis adalah mencari fakta-fakta meninggal dunia, akibatnya kerajaan- sejarah, sedang sintesis berarti menyatukan kerajaan di Ujung Timur Jawa selama lebih fakta-fakta yang telah diperoleh. Tahap dari tiga perempat abad bebas dari ancaman terakhir, yaitu historiografi (penulisan kerajaan-kerajaan Islam dari sebelah laporan penelitian sejarah). Artikel ini barat. Hal ini disebabkan Sultan Pajang memperhatikan aspek kronologis dan di yang meneruskan pemerintahan Sultan akronis dalam peristiwa sejarah, sehingga Trenggono tidak bernafsu untuk meluaskan diperoleh tulisan berbasis penelitian yang wilayah jajahan seperti pendahulunya. bersifat deskriptif-analitis.
144 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin
Pada masa pemerintahannya di yang dilakukan oleh Amangkurat I, raja Mataram (1575-1601), Panembahan Seno Mataram berikutnya disebabkan raja-raja pati berambisi menguasai Ujung Timur Blambangan tidak memenuhi kewajibannya Jawa. Dalam serangan yang dilakukan, menyerahkan upeti dan mengirimkan Panembahan Senopati sebenarnya ber tenaga kerja ke Kerajaan Mataram. hasil menaklukkan Blambangan, tetapi Amangkurat I mengirim ekspedisi per Blambangan tetap diberi kebebasan dalam tama tahun 1646 di bawah pimpinan Pa berbagai hal. Karena Blambangan terlibat ngeran Selarong dan Padurekso. Mataram dalam pemberontakan yang dilakukan berhasil mengalahkan Blambangan dan Adipati Kaninten, Bupati Pasuruan, pada waktu itu sekitar 5.000 orang Blam Mataram menarik simpatinya kepada bangan diangkut ke Mataram. Pada Blambangan. Peperangan tidak terhin tahun 1647, ekspedisi Mataram di bawah darkan. Ketika Mataram berhasil mengu Tumenggung Wiraguna menyerang rung pertahanan Blambangan, Raja Blam Blambangan lagi dan merencanakan bangan (pengganti Sontoguno, tidak mengangkut 1.500 orang Blambangan ke diketahui namanya) bersama keluarga dan Mataram (Suprapto, 1984:65). Rencana beberapa pejabat, serta sepasukan pra Mataram yang terakhir ini gagal setelah jurit terpaksa menyingkir ke Bali untuk Tumenggung Wiraguna meninggal dunia mengatur siasat (Oetomo, 1987:28). Cucu (de Graaf dan Pigeaud, 1985:234-236). Na Panembahan Senopati, Sultan Agung mun demikian, wilayah-wilayah Ujung (1613-1645) juga mengirimkan ekspedisi ke Timur Jawa tetap dianggap oleh Mataram Blambangan. Ekspedisi tersebut dilakukan sebagai daerah taklukannya. Hal ini dapat sampai empat kali, yaitu pada tahun 1625, dilacak dalam catatan Rouffaer yang me 1636, 1639, dan 1645. Usaha ini tidak ngemukakan bahwa pada rentang wak sepenuhnya berhasil, tetapi beberapa tu terakhir penyusunan Serat Pustaka Raja wilayah telah dikuasai oleh Sultan Agung Puwara tahun 1744, nama-nama daerah (Oetomo, 1987:29). Dalam struktur wi di Ujung Timur Jawa beserta dengan luas layah kerajaan Mataram, beberapa daerahnya masih disebutkan di dalamnya. wilayah yang berhasil dikuasai oleh Sultan Daerah-daerah tersebut adalah Dringu, Be Agung di daerah Ujung Timur Jawa ini suki, Blambangan, Banyuwangi (10.080), dimasukkan wilayah Pesisir Wetan (pesisir dan Madura (18.000) (Rouffaer, tt:285). timur). Karena termasuk dalam daftar Pada tahun 1743, karena daerah Ujung wilayah yang tunduk kepada kerajaan Timur Jawa merupakan wilayah Blam Mataram, Blambangan diwajibkan bangan dan Blambangan sendiri adalah menghadap pada waktu yang telah di vazal Mataram, VOC merasa berhak un tentukan, membayar upeti dan melakukan tuk mengambil alih daerah ini dengan ber kerja wajib untuk Mataram. Beberapa pedoman pada kontrak antara Gubernur wilayah Blambangan yang telah dikuasai Jendral van Imhoff dengan Susuhunan Mataram antara lain Probolinggo (1000), Pakubuwana II (Nawiyanto, 2007:40). Na Pokang (2000), Lumajang (7000), Puger mun demikian, VOC tidak bisa secara oto (2000), Gembong (1000), Blambangan matis menguasai wilayah Blambangan ka (2000), Banyuwangi (1500) (Babad Momana, rena para penguasa daerah yang bernaung Yogyakarta, S.E. PBE 100:173). Namun di bawah kerajaan Blambangan tidak me demikian, belum ditemukan sumber untuk nyerah begitu saja. Baru setelah melalui mengetahui apakah raja-raja Blambangan serangkaian peperangan VOC dapat memenuhi syarat-syarat yang ditentukan menguasai Ujung Timur Jawa. Mataram. Kemungkinan besar motivasi Sebelum pembentukan distrik-distrik Sultan Agung melakukan serangan ke baru oleh VOC, di Blambangan Barat sudah Blambangan berulang kali disebabkan ada unit-unit pemerintahan lokal, yang se pihak Blambangan tidak mengindahkan belumnya tunduk di bawah kekuasaan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Raja Blambangan. Unit-unit pemerintahan kerajaan taklukan. Demikian juga serangan lokal tersebut terletak di bagian utara dari
145 Vol. 1, No. 2, Desember 2011
wilayah Blambangan, yakni Panarukan mengirimkan pajak dari Puger kepada dengan Demang Tisman yang diangkat VOC di Desa Puger, Bangle, atau Cireme VOC pada tahun 1743 sebagai penguasa (Margana, 2007:163). wilayah Panarukan. Pada tahun 1768 ia diberhentikan dan diangkat seorang patih keturunan Bupati Lasem Purbonegoro D. Tuan Tanah Cina, Bupati Cina, dan yang bernama Patih Mertoyudo (Mashoed, Perlawanan Rakyat (Peristiwa 13 Mei 2004:52). Di bagian Selatan adalah Kabu 1813 di Probolinggo) paten Puger. Kabupaten Puger dihapus Di samping daerah-daerah yang sudah pada tahun 1757. Penghapusan Kabupaten tercakup dalam wilayah Kabupaten Puger, Puger ini setelah terbunuhnya Ario Wirio masih ada daerah-daerah lain, yaitu Besuki diningrat, seorang pangeran dari Mataram yang pada waktu itu berada di bawah yang memerintah Puger, dan dibunuh ka kekuasaan Tumenggung Joyolelono, Bupati rena menentang Blambangan. Setelah Ka Banger (Probolinggo), dan Panarukan yang bupaten Puger dihapus, daerah ini dipe ditempatkan langsung di bawah kekuasaan rintah oleh para bekel yang langsung Panembahan Sumolo Natakusuma, Sultan berada di bawah kekuasaan Blambangan. Sumenep. Besuki semula merupakan sebuah Bekas Kabupaten Puger ini dibagi menjadi desa bernama Desa Demung Maduran. Di empat kabekelan yang masing-masing di dalam memori kolektif masyarakat lokal, tempatkan di Puger, Jember, Sentong, dan Besuki pertama kali dibuka oleh Wirabrata Prajekan. VOC pada saat itu belum bisa me yang berasal dari Pamekasan. Karena nguasai daerah ini (Hageman, 1860:265) jasanya mengajak migrasi orang-orang Ma Setelah berhasil menundukkan para dura ke Besuki dan membuka tanah Be bekel di Blambangan Barat ini, VOC kemu suki, Wirabrata oleh Bupati Joyolelono dian membentuk distrik baru yang pada diangkat menjadi Demang Besuki. Pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan wi tahun 1764, Wirabrata digantikan oleh layah kabekelan sebelumnya, yaitu Jem anaknya yang bernama Bagus Kasim. Pada ber, Prajekan, Sentong, dan Sabrang atau masa pemerintahan Bagus Kasim ini Ka Renes. Di distrik-distrik baru ini diang demangan Besuki dinaikkan statusnya oleh kat kepala daerah yang diberi gelar man Bupati Banger menjadi kepatihan dan Bagus tri. Pada tahun 1774, mantri-mantri baru Kasim diangkat sebagai patih. Bagus Kasim telah dipilih. Sadita dipercaya untuk kemudian menggunakan nama Abiseka memerintah Jember, Unan memerintah Wiradipura (Pusat Bahasa Depdiknas, distrik Prajekan, Sutatering memerintah di 2002:11). Meskipun ayah Patih Wiradipuro Sentong (sekarang: Bondowoso), dan Ro diyakini sebagai pembuka daerah Besuki, man memerintah di Sabrang atau Renes tetapi yang diangkat sebagai Ronggo Besuki (Margana, 2007:162). Selain itu, masih bukan keluarganya, tetapi anak Suropernala, ada distrik-distrik lain di Blambangan Ba seorang Cina penguasa di Panarukan. rat, yaitu distrik Puger, Plindo, Batu Ulu, Han Tjin Kong atau Suropernala diang Dempok, dan Gitem, tetapi pada tahun kat menjadi kepala distrik di Panarukan 1774, distrik-distrik tersebut kecuali dan dihadiahi gelar Ngabehi pada tahun Puger, dimasukkan ke dalam cakupan 1768. Hal ini dilakukan sebagai balas jasa wilayah Kabupaten Lumajang dan Pulau karena selama terjadi peperangan antara Nusabarong diletakkan di bawah peng Blambangan dengan VOC, Suropernala awasan Tumenggung Joyolelono, Bupati memainkan peranan sangat penting seba Banger. Selanjutnya di Puger diangkat se gai informan VOC. Pada tahun 1772, anak orang bupati dengan gelar tumenggung. laki-lakinya, Han Sam Kong, secara populer Bupati pertama Puger tersebut adalah dipanggil Baba Sam, dilantik juga sebagai Raden Tumenggung Prawiradining Ronggo Besuki dengan nama Sumadiwirya. rat, anak laki-laki bupati Pasuruan, Ia memerintah Besuki hingga 1776 dan Nitidiningrat. Bupati ini diharuskan digantikan oleh adiknya, bernama Han
146 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin
Mie Joen alias Baba Midun, yang juga Puger dengan gelar Kyai Tumenggung dikenal dengan nama Sura Adiwikrama Sura Adiwikrama (Mashoed, 2001:60), (Sutherland, 1975:75) dengan syarat-syarat yang sama dalam Pada tahun 1779, untuk meningkatkan hal penyerahan hasil bumi kepada pendapatan, pemerintah Belanda di Sura Kompeni seperti pendahulunya. Pada baya memutuskan menyewakan sebagian masa pemerintahan bupati inilah ibukota wilayah Besuki kepada Kapten Cina Sura Kabupaten Puger dipindahkan ke Bondo baya Han Bwee Kong (Kan Boeijko). Pada woso (Wijayanti, 2001:56). Pada tahun 1798, tahun 1784, Panarukan juga disewakan Distrik Besuki dipersatukan secara ad kepada orang yang sama. Besuki disewa ministratif dengan Distrik Bondowoso dan 1.250 Rds per tahun, plus 10 koyang beras, Kabupaten Puger (Boomgaard, 2004:38-39). sedangkan Panarukan 625 Rds per tahun. Hawa Bondowoso tampaknya tidak cocok Bahkan, ia memperluas tanah sewaannya. bagi Kyai Tumenggung Suro Adiwikromo, Ia menyewa lagi dua distrik lain yang sehingga ia sering sakit. Tahun 1798 tercakup dalam wilayah pemerintahan ia pindah ke Besuki dan menyerahkan Besuki, yaitu Paiton dan Pajarakan, yang pengawasan tidak langsung atas daerah terletak di sebelah Barat Besuki dan sebelah itu kepada Mantri Wedana Kertonegoro, timur Banger atau Probolinggo. Tanah ini Wedono Tirtowongso, dan Rekso Negoro. juga disewa seharga 2.000 Rds per tahun Pada tahun 1801 Bupati Puger, Kyai (Margana, 2007:215). Tumenggung Suro Adiwikrama wafat. Sepeninggal Han Boey Ko, VOC masih Menantunya, Prawiro Adiwijoyo yang meneruskan cara yang dianggap efektif pada saat itu menjadi Ronggo Besuki meng untuk menarik pajak melalui penyewaan gantikannya sebagai Bupati Puger pada ta tanah. Keturunan Han Boey Ko pun tertarik hun 1802 dengan gelar Kyai Tumenggung untuk menyewa tanah di kedua distrik Surio Adiningrat dan bertempat tinggal di pantai tersebut. Ini terlihat bahwa pada Bondowoso. Pada tahun 1806 Pusat peme tahun 1781 Han Tjan Pit meneruskan usaha rintahan dipindah lagi dari Puger ke Besuki yang telah dirintis ayahnya, Han Boey (Wijayanti, 2001:118-119). Ko. Ia diizinkan untuk menyewa tanah Pada tahun 1795 hak oktroi (izin) perkebunan Besuki dan Panarukan. Harga dari VOC dicabut dan pada tahun 1799 sewa disepakati sebesar 1.600 Ringgit dibubarkan. Sejak saat itu pemerintahan Spanyol dalam bentuk uang, 10 koyang di Jawa berpindah dari VOC kepada beras, 3.750 Ringgit Spanyol sebagai ganti Pemerintah Belanda. Pada waktu Belanda nila, serta sejumlah tenaga, perahu, dan di bawah pemerintahan Kekaisaran Napo bambu (Wijayanti, 2001:49). Dua distrik di leon, Daendels mendapat mandat untuk bawah penyewa Cina dari Surabaya ini memerintah Jawa, dengan pangkat Guber diperlakukan secara feodal, yaitu penyewa nur Jenderal. Ia mengambil tindakan-tin tanah sering bertindak mirip dengan pe dakan yang tegas dan keras, terutama di nguasa daerah. Jadi sulit untuk membe bidang administrasi pemerintahan (Burger, dakan antara seorang bupati Cina dan 1962:125). Pada masa pemerintahannya ka seorang penyewa keturunan Cina. Satu-sa rena sangat kekurangan uang tunai, Daen tunya perbedaan bagi VOC adalah bahwa dels (1810) mengambil keputusan untuk penyewa tanah harus membayar sekaligus memakai tanah-tanah yang sudah dise sewa tanahnya, sedangkan bupati wajib wakan sebelumnya oleh VOC itu seba menyetorkan pajak yang sudah ditentukan gai jaminan untuk memperoleh uang. jumlahnya serta sumbangan paksa dan Diserahkannya untuk seterusnya hak milik sumbangan wajib (Boomgaard, 2004:38-39). atas tanah-tanah di Besuki dan Panarukan Pada tahun 1795 Bupati Puger Raden kepada Han Tjan Pit. Ia juga menjual tanah- Tumenggung Prawirodiningrat wafat. tanah yang lain kepada saudara-saudara VOC mengangkat Ronggo Besuki, Kyai Han Tjan Pit, yaitu Han Kit Ko (sumber Ronggo Suro Adiwikrama, sebagai Bupati lain menyebut Han Ti Ko) yang kira-kira
147 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 sama luasnya dengan daerah Besuki dan suki. Ia kemudian bersama para wakilnya Panarukan dan terletak di daerah Pro dalam beberapa tahun mengembangkan se bolinggo (Lombaard, 1996:107). buah daerah pertanian yang penduduknya Besuki dan Panarukan yang sebe kira-kira 80.000 orang. Kesaksian orang- lumnya disewakan oleh Daendels dijual orang Eropa, pada umumnya, sepakat bah kepada Han Tjan Pit 30 Juni 1810 seharga wa daerah itu dikembangkan dengan isti 400.000 dolar Spanyol. Nilai ini seperempat mewa sehingga menjadi lahan produktif, lebih banyak dari penafsiran Komite yang sumber kesejahteraan, dan kemakmuran, dibentuk oleh Pemerintah Daendels. tulis Kolonel Mackenzie pada tahun 1812. Sebelum Besuki dan Panarukan dijual, Hopkins pada tahun 1813 menilai mutu beberapa orang atas nama pemerintah pengairan dan perbaikan model irigasi te telah meminjam uang kepada Han Tjan Pit. lah dikenalkan di berbagai tempat untuk Sisa pinjaman sebesar 216.337 Rixdollar meningkatkan produksi beras dan sayur- atau 157.336. Sisa pinjaman yang belum sayuran. Penjualan melon saja pada suatu dibayarkan kepada Han Tjan Pit digu saat mencapai 4.000 piaster, sedangkan uang nakan sebagai pembayaran pada saat pem sewa tanah tahunan kepada Kompeni hanya belian tanah Besuki dan Panarukan dari sebanyak 1.000 piaster (Lombaard, 1996:81). Pemerintah. Kekurangannya dilakukan Tertarik oleh keuntungan keuangan dengan mengeluarkan surat pinjaman yang mengalir pada pemerintah dari hasil melalui angsuran atau bunga (Bastin, penjualan tanah Besuki dan Panarukan, 1953:432). Dengan dibelinya kedua daerah Daendels bermaksud melepaskan tanah- ini, Han Tjan Pit kemudian menghapuskan tanah di sebelah timur Surabaya kepada segala bentuk penyerahan wajib dan kerja orang-orang Cina. Perhatiannya ditujukan wajib. Penduduk diminta sumbangan te pada Kabupaten Probolinggo, karena hasil naga untuk memelihara jalan-jalan dan tahunannya hanya senilai 2.000 ringgit mengangkut barang-barang pemerintah Spanyol, 70 3/4 kojang beras, dan 140 dollar ketika melewati daerah ini. Sejak Han Spanyol. Yang tidak terlihat oleh Daendels Tjan Pit menjadi pemilik tanah Besuki dan ialah masih terdapatnya tanaman kopi dan Panarukan ia diberi pangkat mayor oleh kayu jati yang belum diusahakan secara pemerintah (Rapport van Landschappen). maksimal di daerah ini. Menurut Daendels Para pemimpin utama yang diangkat penghasilan yang diterima pemerintah oleh pemilik tanah untuk memerintah da saat itu tidak seimbang dengan tingkat erah-daerah itu adalah orang-orang Cina, kesuburan dan luas tanah. Dalam laporan di antaranya terdapat beberapa Cina Pe tahun 1811 disebutkan bahwa Probolinggo ranakan. Satu di Distrik Besuki, diangkat memiliki luas tanah 10.253 bahu, terdiri atas sebagai ronggo bernama Bapa Panderman sawah seluas 4.675 bahu dan 5.578 bahu bergelar Tumenggung Surio Adiningrat berupa tegalan, belum terhitung tanah liar (Hageman, 1860:263). Di Panarukan diberi atau semak belukar yang belum dikelola gelar Ronggo Djojo Wikromo (ANRI, A.D. secara cermat, maupun tanah kosong yang Besuki, Kode Inv, 23/24 No. bundel 10/2). ditinggalkan oleh pemiliknya (Wijayanti, Kedua orang ini tunduk kepada tokoh 2001:78). Akhirnya daerah ini dijual oleh Cina utama ini. Han Tjan Pit juga memiliki Daendels dengan harga yang sulit, satu tenaga Eropa, tetapi jumlahnya hanya satu juta Rixdolar (Boomgaard, 2004:39). atau dua orang dan mereka bekerja sebagai Akibat pembelian tanah Probolinggo juru tulis, sedangkan semua jabatan kepala tersebut, pada awal tahun 1811 Han Kit Ko rendahan diberikan kepada orang pribumi. telah secara sah memiliki Probolinggo yang Di Distrik Besuki dan Panarukan ini, ditandai dengan sebuah upacara resmi. Han Tjan Pit mengembangkan pertanian dan Pada kesempatan ini ia menerima gelar perdagangan dengan baik. Kemakmuran dan Mayor Cina dan tuan tanah Probolinggo. ketenteraman di daerah ini menyebabkan Tampaknya penjualan tanah negara kepada orang-orang dari daerah lain pindah ke Be orang Cina di Pasuruan yang bergelar
148 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin
Kapitan ini, tidak hanya merupakan kerumunan lain dalam suasana yang ber beralihnya kepemilikan hak atas tanah, beda. Satu bulan sebelumnya, desa ini telah tetapi juga warisan kebesaran seorang dibanjiri penduduk dari sekitar daerah itu. penguasa tradisional Jawa, berupa titel dan Pada waktu itu didiami oleh orang-orang hak-hak istimewa lainnya seperti yang me Tengger (Orang Jawa Hindu dari Pegu lekat pada bupati pribumi. Dalam hal ini, nungan Tengger), tetapi juga sudah ada se penduduk Probolinggo menyebut Han Kit dikit muslim. Di antara kerumunan orang- Ko dengan panggilan Tumenggung atau Ci orang tersebut, terdapat seorang pemuda na Tumenggung. Han Kit Ko menghendaki muslim dari masjid Kyai Ampel Surabaya. penghormatan yang sama dari penduduk Masyarakat memanggilnya Kyai Mas. Ia sebagai mana yang dilakukan penduduk ter mengadakan kunjungan melalui Pasuruan, hadap Bupati Probolinggo, Djojodiningrat. Probolinggo, Panarukan, Besuki, dan akhir Karena Kabupaten Probolinggo telah nya mendapat persinggahan di desa ini. menjadi milik Han Kit Ko, Bupati Ia memproklamirkan dirinya menguasai Probolinggo ini dipindahkan ke Kabupaten dan menyebarkan agama Islam ke seluruh Sedayu, dan tuan tanah Cina kemudian distrik di ujung timur, menghapus pajak, menempati dalem Kabupaten Probolinggo dan mengusir orang-orang Cina dan Eropa (Ong Hokham, 1983:378). keluar dari wilayah ini. Seorang kepala Merasa telah menjadi pemilik mutlak daerah lokal, bernama Demang Muneng atas tanah dan penghuninya, tindakan dan penduduk dari Desa Kedompo, yang dilakukan oleh Han Kit Ko dapat Pohsangit, dan Ketapang yang pertama sesuka hatinya, seperti memberhentikan maju ke depan dan memberi kesetiaan atau memindahkan beberapa kepala mereka pada proklamasi “juru selamat” pribumi, dan memungut pajak sesuai ini. Dalam waktu yang tidak lama ribuan dengan kehendaknya. Dapat dipastikan penduduk bergabung pada gerakan baru beberapa wewenang di atas sangat tidak tersebut (Margana, 2007:220-222). Sebelum menguntungkan penduduk Probolinggo kegemparan pertama dari gerakan Kyai (Wijayanti, 2001:90). Akibat dari tindak Mas, masyarakat Probolinggo telah digun an ini muncul ketidakpuasan rakyat. cang oleh perlambang dan secara mental Ketidakpuasan ini kemudian diman disiapkan oleh ramalan dalam bentuk se faatkan oleh beberapa orang yang telah buah kematian kerbau dan seorang ge tersingkir karena tindakan politisnya un landangan. Akhirnya, masyarakat lokal tuk mengadakan gerakan perlawanan ter menyatakan bahwa gangguan diinisiatifi hadap Han Kit Ko. Gerakan ini dipimpin oleh Bupati Probolinggo sebelumnya, Jaya oleh Kiai Maas yang oleh P.J.Veth disebut diningrat. Kematian kerbau ditafsirkan Demang Wonosari dan oleh Van Deventer sebagai hilangnya kekuasaan bupati Jawa disebut Demang Tengger Adas. Peristiwa yang telah dipaksa keluar dari wilayahnya itu terjadi ketika Han Kit Ko sedang berse oleh Cina tuan tanah (Margana, 2007:222). nang-senang dan beramah tamah dengan Akhirnya Desa Moeneng yang digu na beberapa pegawai Inggris. Unda ngan da kan sebagai tempat pertemuan penduduk lam pesta yang diselenggarakan Han Kit yang akan mengadakan gerakan perlawanan. Ko kebanyakan pegawai Eropa dari Pa Desa ini terletak pada km 9 di barat daya suruan dan Surabaya, seperti Kolonel Fra Probolinggo ke arah Sukapura. Lebih kurang ser dari Regimen 78 Surabaya dan Let 2.300 orang berkumpul di bawah perintah nan Robertson. Tiba-tiba datang berita Demang Tengger Adas dan Demang Moeneng. bahwa telah terjadi pemberontakan yang Pada sore hari tanggal 18 Mei 1813, Fraser, Mc diperkirakan dipimpin oleh orang yang Pherson, Robertson Cameron, Felix Dupre, tidak senang dan dimungkinkan berasal Han Kit Ko, dan Ong Tiong-Tiong menuju dari keluarga bekas bupati (Sutherland, distrik Moeneng. Mereka merasa bahwa kasus 1983:147). itu merupakan ungkapan semangat agama, Sekitar 30 pal ke arah Barat Laut di ibu sehingga bertekad memeriksa secara pribadi kota Probolinggo, di desa Wonosari, ada dan mengetahui maksud pemberontak. Para
149 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 pemberontak tidak mau diajak kompromi lama (Kartodirdjo, 1977:44). Para kurir dan malah menyerang dengan kekerasan. dikirim ke Surabaya dan Pasuruan untuk Dalam peristiwa Moeneng, Frasser, Mc minta bantuan. Residen Inggris di Pasu Pherson, Felix Dupre, Han Kit Ko, dan Ong ruan, H.G. Yourdan memerintahkan orang- Tiong-Tiong terbunuh oleh serangan agresif orang Belanda dipimpin Kolonel Aren kaum pemberontak (Lekkerkerker, 1931:502). child dan pasukan Jayen Sekar di bawah Hanya Robertson Cameron yang masih bisa pimpinan Letnan Droeyer ke Probolinggo. menyelamatkan diri dan berusaha kembali ke Pada sore hari tanggal 19 Mei 1813, pasu dalem kabupaten. Dalam situasi sulit, opsir kan ini membentuk pertahanan di Tongas. itu tetap bertahan di dalam kabupaten. Pada Di tempat ini Komandan Surabaya, Mayor malam itu juga beberapa budak diperintahkan Forbes beserta 300 orang tentara Skotlan ke luar untuk mengumpulkan orang-orang dia dan 500 serdadu Benggala dari Resi Han Kit Ko. Menjelang pagi tanggal 19 Mei men ke-78 bergabung dengan pasukan 1813 berhasil dikumpulkan sekitar 150 orang. Pasuruan. Menjelang fajar tanggal 20 Mei Kekuatan ini dibagi dua, sebagian berjaga- 1813 pasukan gabungan ini menghadapi jaga mempertahankan dalem kabupaten para pemberontak. Pada jarak 3 paal dari dan sisanya dikirim keluar untuk mencari Tongas pasukan gabungan dihadang ka informasi mengenai situasi pemberontakan. um pemberontak yang membawa ben Ternyata orang-orang yang dikirim keluar dera kuning. Gerakan ini dipimpin sen tidak kembali. Ada dugaan mereka bergabung diri oleh Demang Tengger Adas. Para dengan pihak pemberontak. pemberontak menghadapi musuh secara Cara yang ditempuh Cameron agar me frontal, karena semangat yang berkobar- reka yang di dalam kabupaten tidak ikut kobar yang dipompakan oleh Demang menyeberang pada kaum pemberontak ada Tengger Adas. Mereka mendesak ke te lah menahannya di kompleks kabupaten ser ngah-tengah barisan pasukan gabungan ta menempatkan budak-budak yang dapat yang dilengkapi senjata lebih modern. dipercaya di seluruh gerbang dan pintu Demang Tengger Adas terluka parah dan keluar. Kekuatan yang ada tidak mampu ditinggalkan oleh pengikutnya. Demang membendung agresivitas pemberontak. De Tengger Adas ditangkap dan Demang mang Tengger Adas dan Demang Moeneng Moeneng terbunuh. Sekitar pukul 12.00, beserta pengikutnya mengibarkan bendera balai Probolinggo dapat diambil alih oleh warna kuning sebagai simbol keberanian. pasukan Inggris yang sebelumnya telah di Para pengikutnya mengenakan sepotong rampok harta bendanya. kain diikatkan pada seputar leher (ANRI, A.D. Probolinggo, No. bundel 10/2, No. 155). Pertahanan yang lemah memudahkan E. Pembelian Kembali Tanah Besuki, pemberontak merampok dan membakar har Panarukan, dan Probolinggo ta benda milik Han Kit Ko. Dalam gerakan ini Penyelidikan yang dilakukan Komisaris Demang Tengger Adas berhasil mengambil Crawfurd dalam menelusuri sebab-sebab alih balai Probolinggo dan mengangkat di pemberontakan memberikan hasil kurang rinya sebagai pangeran di istana Kabupaten menguntungkan bagi metode penguasaan Probolinggo. dan pengaturan oleh tuan tanah Cina (Lek Seperti halnya gerakan sosial di pe kerkerker, 1931:504). Perkembangan di desaan Jawa lainnya, gerakan petani wilayah ini diawali ketika pemerintah me ini dengan mudah dapat diatasi oleh nerima petisi dari Han Tjan Pit, Tuan Tanah kekuatan militer Inggris. Gerakan protes Cina di Besuki dan Panarukan pada tan yang berakhir pada perlawanan dari pihak ggal 24 Mei 1813 (Bastin, 1954:139). Dalam penguasa, tidak lain karena secara langsung petisinya dinyatakan bahwa dia tidak terancam otoritasnya (Kartodirdjo, lagi dapat memenuhi angsuran untuk 1990:154-155). Penguasaan oleh penduduk pembelian tanah perkebunannya. Han pribumi di Probolinggo tidak bertahan Tjan Pit minta agar tanah itu diambil alih
150 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin oleh pemerintah. Tawaran ini diterima oleh secara teknis mengarah pada hipotik untuk Raffles dan sebagai realisasinya tanggal ditutup menurut persyaratan kontrak 13 Juni 1813 dikeluarkan perintah kepada asli. Hal itu terjadi karena angsuran ke Crawfurd untuk menyusun kontrak pem lima yang seharusnya dibayarkan pa belian kembali seluruh perkebunan Cina di da bulan Juni 1813 oleh Han Kit Ko ke Karesidenan Besuki. Dua bulan berikutnya pada pemerintah tidak dilaksanakan. Hopkins ditugasi melaksanakan kontrak Penyebabnya adalah terbunuhnya tuan yang dibuat oleh Crawfurd dengan Han tanah Cina ini 18 Mei 1813. Cara yang Tjan Pit. Dalam suratnya Han Tjan Pit minta dilakukan oleh keluarga Han Kit Ko untuk agar pemerintah tidak merugikan dirinya menghindari beberapa kesulitan, yaitu terkait pengembalian tanah perkebunan. Se menyatakan kesanggupannya melepaskan suai kontrak yang disepakati kedua pihak, hak atas tanah perkebunan Probolinggo pemerintah bersedia membayar 400.000 (Lekkerkerker, 1931:505). Kompensasi dari Ringgit Perak (jumlah pembelian asli) dalam semua itu, mereka mengajukan syarat- empat angsuran (ANRI A.D. Besuki, Kode syarat. Pertama, minta dibebaskan dari Inv. 23/24, No. bundel 10/2). pembayaran angsuran pada masa-masa Penundaan sarana pembayaran dila berikutnya. Kedua, minta diberi ganti rugi kukan karena pemerintah menghindari uang sehubungan dengan pengambilan penge luaran uang tunai yang disebabkan tanah oleh pemerintah (ANRI, A. D. Probo kelangkaan uang logam di pasaran (ANRI, linggo, Kode Inv. 23/24. No. bundel 10/1). A. D. Besuki, Kode Inv. 23/24, No. bundel Di Probolinggo, almarhum Han Kit Ko 10/2). Apabila dilakukan pembayaran tunai meninggalkan banyak hutang. Keluarga menggunakan uang kertas justru akan me yang ditinggalkan ikut memikul beban itu. nambah kesulitan keuangan yang pada masa Sebelum Han Kit Ko menjadi Mayor Cina itu kacau. Pertimbangan ini dijadikan dasar dan tuan tanah Cina di Probolinggo, saat dalam cara membayar kembali Han Tjan Pit. masih menyandang pangkat Kapitan dan Pembayaran dilaksanakan melalui saham tinggal di Pasuruan, ia telah membuat surat pemerintah sebesar 100.000 Ringgit Perak warisan (de Graaf, 1949:377). Surat warisan dengan tingkat suku bunga 6% setahun dalam bahasa Cina diajukan kepada Opsir dan dibayarkan selama empat tahun. Militer yang menjadi penguasa Pasuruan, Angsuran pertama dimulai 15 September D. Basse (Hageman,1860). Isi surat warisan 1814, angsuran ke dua 15 September 1815, di antaranya mengangkat 6 orang anaknya angsuran ketiga 15 September 1816, dan dan kemenakannya Suro Adinegoro men angsuran keempat 15 September 1817. jadi pewaris kekayaannya. Letnan Cina Pemerintah juga harus melunasi 3 pos lain Han Soosik yang tinggal di Surabaya men kepada bekas penguasa tanah Besuki dan jadi pelaksana maksud pewarisan itu. Sehu Panarukan. Pertama, sebesar 8.000 Ringgit bungan dengan kematian Han Kit Ko, surat Perak sebagai ganti pengeluaran yang warisan itu justru secara ekonomis mem dilakukan Han Tjan Pit untuk membangun bebani ahli warisnya. Keluarga bekas tuan kantor dan rumah dinas di Besuki. Kedua, tanah Cina Probolinggo kehilangan keka sebesar 7.000 Ringgit Perak untuk biaya yaan yang sangat besar nilainya berupa pembuatan benteng di Panarukan. Ketiga, tanah perkebunan di Probolinggo (Elson, membayar bunga dari 400.000 Ringgit 1984). Dewan lelang di Surabaya telah me Perak selama 2 bulan 20 hari, terhitung sejak nerima terjemahan surat warisan dalam ba 25 juni hingga 15 September 1813 sejumlah hasa Belanda. Mengingat hutang Han Kit 5.333,22 Ringgit Perak. Ko belum dilunasi, kekayaan yang dijual Dalam menyelesaikan masalah Probo melalui lelang umum tidak diberikan agar linggo Hopkins diberi tugas oleh Raffles bisa membayar seperempat hutangnya. untuk membuat kontrak pembelian kem Demikian pula pemerintah juga berusaha bali dengan keluarga bekas Tuan Tanah memikul sejumlah hutang Han Kit Ko Probolinggo. Kontrak Probolinggo tampak sebagai akibat pengambilalihan perkebunan
151 Vol. 1, No. 2, Desember 2011
Probolinggo (ANRI, A.D. Probolinggo, Kode alih pemerintah, yang diangkat sebagai Inv. 23/24, No. bundel 10/2). residen Besuki, Panarukan, dan Probolinggo Untuk pembelian kembali perkebunan adalah William Cotes. Bupati Besuki, Probolinggo pemerintah kolonial Inggris ha Raden Tumenggung Surio Adiningrat juga rus menyediakan dana sebesar 93.974 dolar merangkap sebagai Bupati Probolinggo. Spanyol (Bastin, 1953:438). Dana itu dialo Pada sisi lain, dalam bidang keuangan, kasus kasikan untuk beberapa kepentingan. Perta pemberontakan 18 Mei 1813 dan pemulihan ma, memikul hutang Han Kit Ko seperti jum kekuasaan peme rintah atas daerah Probo lah di atas. Kedua, membeli penggilingan linggo menjadi pukulan bagi keluarga Han gula di Pasuruan yang diperkirakan seharga Kit Ko. Hanya subsidi dan pemberian tanah 20.000 dolar Spanyol ditambah 30 junk ta negara bagi kehidupan keturunan Han Kit Ko nah sebagai lahan penanamannya untuk di Pasuruan yang membantu keluarga itu lolos penghidupan keluarga bekas tuan tanah ini. dari krisis. Sumber dukungan lain berasal dari Tanah ini disewa oleh Bupati Pasuruan se keluarga bupati setempat, Raden Tumenggung nilai 1.200 dolar Spanyol selama 10 tahun Adipati Notoadiningrat. Bupa ti ini membantu (ANRI, A.D. Probolinggo No. bundel 10/2). keluarga Han Kit Ko memulai usaha gula yang Guna memenuhi kepentingan ini, pe sebelumnya telah ditekuni keluarga Han Kit merintah Inggris harus menyediakan dana Ko di Pasuruan sejak tahun 1799. sebesar 12.000 dolar Spanyol. Ketiga, pe merintah menyiap kan pensiun bulanan se besar 50 dolar Spanyol diberikan kepada F. simpulan 6 orang anak Han Kit Ko selama 7 tahun. Terdapat perbedaan antara orang-orang Nilai yang dikeluarkan pemerintah Inggris Cina sebagai tuan tanah dan orang-orang Cina untuk kepentingan ini 300 dolar Spanyol sebagai penguasa. Orang-orang Cina sebagai setiap bulan. Dalam jangka waktu 7 tahun tuan tanah memperoleh tanah-tanah luas pemerintah Inggris mengeluarkan sejumlah dengan cara menyewa tanah dari bupati atau 25.200 dolar Spanyol. Di samping itu masih pemerintah kolonial. Dalam hal ini penyewa ada tunjangan bagi anak-anak bekas tuan tanah berhak menggunakan atau menguasai tanah Cina yang diberikan saat pernikahan tanah-tanah luas atas dasar hubungan sewa- sebesar 4.000 dolar Spanyol. Pada 16 menyewa atau kontrak yang disebut dengan November 1813 Rafles setuju dengan per istilah penguasaan tanah. Namun, penguasa syaratan tersebut (Bastin, 1953:439). Oleh tanah tidak memiliki hak untuk menjual karena itu, pemerintah Inggris sejak itu me kepada orang lain atau mewariskan kepada nguasai seluruh perkebunan Cina. Namun keturunannya. Sementara, Cina penguasa demikian, sebesar 93.974 dolar Spanyol adalah orang-orang Cina yang diangkat baru diberikan 61.200 dolar Spanyol se sebagai penguasa oleh pemerintah kolonial bagai pertimbangan sementara. Sejumlah karena berjasa terhadap pemerintah kolonial. 32.774 dolar Spanyol belum dibayar oleh Penguasa Cina punya kesempatan untuk pemerintah Inggris. Akibatnya, para kre mewariskan jabatannya kepada ketu ru nan ditur yang namanya disebut di atas men nya sepanjang masih dikehendaki oleh VOC. desak pengelola perkebunan keluarga Han Orang-orang Cina bisa menjadi pe Kit Ko di Pasuruan, Suro Adinegoro, agar nguasa di daerah Ujung Timur Jawa, karena secepat mungkin melunasi hutang beserta jasanya kepada pemerintah kolonial mau bunganya. Besar bunga mencapai 750 dolar pun karena kekayaannya. Han Tik Ko (Han Spanyol sebulan setelah hampir setahun Kit Ko), menjadi penguasa di Kabupaten kematian Han Kit Ko. Hutang yang belum Probolinggo karena telah membeli Ka dibayar sebesar 32.774 dolar Spanyol dalam bupaten Probolinggo dari Gubernur Jen kurun waktu 16 bulan, mencapai 45.065 deral Daendels. Semula kedudukan Han dolar Spanyol (ANRI, A.D. Probolinggo, Kit Ko sebagai tuan tanah, namun setelah No. bundel 10/1:245). berhasil membeli Probolinggo dari VOC Setelah penguasaan atas tanah perke dan membeli serta menduduki dalem ka bunan Cina di Ujung Timur Jawa diambil bupaten Probolinggo, dia menuntut agar
152 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin penduduk memperlakukan dia seperti penguasa-penguasa sebelumnya, sehingga penduduk bersikap kepada bupati lama, ia dibunuh dalam perlawanan 13 Mei 1813. dengan segala adat dan aturan feodal. Hal Dalam perjalanan historis bangsa ini, ini berbeda dengan yang di Panarukan dan etnis Cina memainkan peran politiknya. Besuki. Meskipun Han Tan Pit, yang masih Dalam konteks pascareformasi, ketika saudara Han Kit Ko, juga menjadi tuan tanah demokrasi dan otonomi menjadi semangat Cina bahkan menjadi pemilik distrik Besuki dominan, etnis Cina, pada dasarnya, dan Panarukan, ia tetap sebagai tuan tanah. mempunyai hak politik yang sama untuk Sebagai tuan tanah ia mempunyai kekuasaan menjadi pemimpin daerah. Mereka harus yang besar layaknya penguasa-penguasa belajar dari sejarah agar tidak terjebak ke feodal, tetapi VOC tidak mengangkat Han dalam kekuasaan tradisional, seperti yang Tjan Pit sebagai penguasa dengan gelar dan dilakukan Han Kit Ko di Probolinggo. simbol-simbol kekuasaan. Keberhasilan-keberhasilan penguasa Cina di Terkait proses penyewaan tanah di Besuki, Panarukan, dan Puger bisa menjadi distrik Ujung Timur Jawa (Besuki, Pana contoh bagaimana etnis Cina memimpin rukan, dan Probolinggo) lebih disebabkan kekuasaan politik tanpa harus merugikan VOC diilhami oleh praktik-praktik serupa kepentingan rakyat keba nya kan. yang telah dilakukan sebelumnya. Tuan tanah Cina berhasil meningkatkan daerah tersebut menjadi daerah pertanian yang Daftar Pustaka makmur dan bisa menjalin hubungan yang ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. 23/24, baik dengan penduduk pribumi. Berbekal No. bundel. 6 d, ”Hopkins to Raffles, keberhasilan tersebut, VOC meyakini bah September, 19, 1813.” wa hanya orang-orang Cina kaya bisa di percaya untuk mengelola distrik-distrik ANRI, A.D. Besuki, Kode Inv 23/24, No. bundel 10/2, “Extract of letter D. di Ujung Timur Jawa yang pada saat itu Hopkins to Lieut. Gouv. Raffles, masih merupakan tanah-tanah luas yang October 16, 1813.” belum tergali potensinya karena membu tuhkan modal besar. ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. Dampak ekonomi tergantung pada 23/24. No. bundel 10/1, “Stukken bagaimana orang-orang Cina mengelola Aangaande Je Particulier Landen, September, 1813.” daerah di bawah kekuasaannya. Di Ujung Timur Jawa, dampaknya berbeda-beda an ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. 23/24, tara satu daerah dengan daerah lain. Di No. bundle 10/2, “Extract of letter Besuki dan Panarukan, tuan tanah Cina from Mayor Han Kit Ko.” mengelola distrik-distrik tersebut dengan ANRI, A.D. Probolinggo No. bundel 10/2, baik, meskipun mereka juga menarik pajak “Extract of letter from D. Hopkins Com dan tenaga kerja. Mereka meningkatkan misioner of Probolinggo, October 1813.” pertanian dengan irigasi yang baik, infra ANRI, A.D. Probolinggo, No. bundel 10/1, struktur, keamanan, dan penghapusan ker “Suro Adinegoro to Raffles, March ja wajib di daerah sewaannya, sehingga ba 20, 1814.” nyak penduduk dari distrik di sekitarnya Bastin, J.S. 1953. ”The Chinese Estate khususnya Banyuwangi yang pindah ke in East Java During The British Besuki atau Panarukan. Tindakan Han Kit Administration,” dalam Indonesia. Ko setelah membeli Kabupaten Probolinggo ‘SGravenhage: W. van Hoeve. kurang simpatik dengan memecat para ba wahannya yang tidak ia sukai, menarik pajak Bloch, Marc. 1976. Feudal Society: Social Classes and Political Organisation. London: sesukanya, dan menuntut dihormati seperti Routledge & Kegan Paul Ltd. Vol II.
153 Vol. 1, No. 2, Desember 2011
Boomgaard, Peter. 2004. Anak Jajahan Nagtegaal, Luc. 1996. Riding The Dutch Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Tiger: The Dutch East Indies Company Jawa 1795-1880. Jakarta: KITLV. and the Northeast Coast of Java 1680– Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis 1743. Leiden: KITLV Press. Indonesia, jilid I. Jakarta: Pradnya Nawiyanto. 2007. “Environmental Change Paramita. In A Frontier Region of Java: Besuki. de Graaf, H.J. dkk. 1997. Cina Muslim di Jawa 1870-1970.” Thesis. Canberra: The Abad XV dan XVI: Antara Historis dan Australian National University. Mitos. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Nijhoff, Martinus. 1919. Encyclopaedie van de Graaf, H.J. dan Th. G. Th. Pigeud. 1989. Nederlandsch-Indie, Tweede druk Derde Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di deel. Gravenhage: Martinus Nijhoff. Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad XV Oetomo, Sri Adi. 1987. Kisah Perjuangan dan ke XVI. Jakarta: Grafiti Press. Menegakkan Kerajaan Blambangan. de Jong, JKJ. 1987. de Opkomst van het Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya. Nederlandsch gezag over Java. Uitgeven Ong Hok Ham. 1983. Rakyat dan Negara. door M L. Van Deventer. deel X. Jakarta: Sinar Harapan. Elson, R.E. 1984. Javanese Peasant and The Petition of Han Tan Pit, May 26, 1913, Colonial Sugar Industry: Impact and Change Bengal Civil Colonial Consultations, in an East Java Residency, 1830-1940. March 19, 1814, dalam J.S. Bastin. Singapore: Oxford University Press. 1954. The Development of Raffles Idea on Gonggrijp, G.F.E. 1934. Gellustreerde The Land System in Java and The Work of Encyclopaedie van Nederlandsch- The Mackenzie Land Tenure Commission. Indie. Leiden: Leidsche Uitgevers- Gravenhage: H.L. Smiths. maatschapij. Pigeud. Th. G. Th. 1932. “Aanteekeningen Hageman, Jcz. 1860. “Geschied en Betreffende den Javaanschen Aardrijkundig Overzigt van Java op Oosthoek,” dalam TBG, LXXII. het Eiende der Achttiende Eeuw,” Pusat Bahasa Depdiknas, 2002. Babad dalam TBG. Vol. IX. Besuki: Suntingan Teks dan Terjemahan. Kartodirdjo, Sartono. 1987. Perkembangan Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gadjah Rapport van het Regentschap Poeger, MS- Mada University Press. AN, Kode Besoeki. Lekkerkerker, J. G. W. 1931.”Probolinggo, Reis Van G.G. 1853. “van Imhoff over Java Geshiedenis en Overlevering,” dalam in het Jaar 1746,” Bijdragen Tot de Tall-, de Indische Gids. Land–en Volkenkunde van Nederlandsch Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa Silang Indie, No.1, 1853. Budaya, jilid 1. Jakarta: Penerbit PT Rouffaer. 1931. ”Vorstenlanden,” Adatrechbundel, Gramedia Pustaka Utama. 34. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Sutjipto, FA. 1983. “Kota-Kota Pantai di Budaya (Jaringan Asia), jilid 2. Jakarta: Sekitar Selat Madura (Abad XVII Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. sampai Medio Abad XIX).” Disertasi. Lorwin, Lewis L. 1931. Exploitation Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Encyclopedia of The Social Science. New Budaya. York: Mac Millan. Vol. I. Wijayanti, Putri Agus. 2001. Tanah dan Sistem Perpajakan Masa Kolonial Inggris. Margana, Sri. 2007. “Java’s Last Frontier: Yogyakarta: Tarawang. The Struggle for Hegemony of Blambangan c.1763-1813,” Thesis. Wolf, Eric. 1983. Petani Suatu Tinjauan Leiden: Universiteit Leiden. Antropologis. Jakarta: CV Rajawali.Re- Mashoed, Mohammad. 2004. Sejarah dan Budaya Bondowoso. Surabaya: Papyrus.
154