LITERASI

Volume 1 No. 2, Desember 2011 Halaman 141 - 154

Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX

Chinese in the East Frontier of : From Contract Handlers to Regent in the Late of XVIII Century until the Early of XIX Century

Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin Fakultas Sastra Universitas Jember Pos-el: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Orang Cina dianggap sebagai orang asing di Karesidenan Besuki, terlepas bahwa mereka telah bermukim di pesisir utara Jawa, bahkan beberapa dari mereka menjadi penguasa di lahan swasta di wilayah ini. Artikel ini mengidentifikasi dan mendeskripsikan mengapa mereka mampu menjadi penguasa di wilayah ini dari akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Masalah yang dibahas adalah hubungan antara penguasa Cina dan pemerintah pribumi serta hubungan mereka dengan masyarakat. Kajian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara pemegang kontrak Cina (tuan tanah) dan penguasa Cina. Mereka dibedakan oleh cara memperoleh lahan luas dan memperoleh kekuasaan. Tuan tanah memiliki hak untuk mengelola lahan luas dengan menyewa atau membeli dari pemerintah kolonial. Sementara, penguasa Cina dipromosikan sebagai kepala wilayah karena jasa mereka kepada pemerintah kolonial. Namun, dalam mengelola distrik sewaan, keduanya memiliki kecenderungan yang sama; memerintah dengan perilaku feodal.

Kata kunci: Cina, penguasa, pemerintah, tuan tanah, kolonial.

Abstract

The Chinese was considered the foreign people in Besuki Residency, despite of they had settled in Java northeast coast, even some had become administrators in the private land of the area. This article identifies and describes why they were able to be the administrators in the area from the end of 18th to the beginning of 19th century. The problems to discuss are the relationship between Chinese administrators and the indigenous government and their relationship to the people. This study shows that there were differences and similarities between Chinese contract handlers (Chinese landlords) and Chinese as administrators. They were differentiated by the way of earning wide land and the way of getting power. The landlords had the right to manage wide land by renting or buying from the colonial government. Meanwhile, Chinese administrators were promoted as the head of area because their merit for colonial government. However, in managing the rented district both of them had similiar tendency; governing by feudal manner from which they considered themselves the owners of the land.

Keywords : Chinese, administrator, government, landlord, colonial

A. Pendahuluan pen­ting sepanjang pantai utara Jawa mulai Etnis Cina yang telah menetap lama di Batavia, Banten, Cirebon, Semarang, Gresik, Jawa mendiami beberapa kota pelabuhan Tuban, , , ,

141 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 dan Besuki (Ujung Timur Jawa) (de dengan panggilan Cina Tumenggung. Se­ Jong, 1870:214). Di wilayah Ujung Timur benarnya masih banyak contoh tentang Jawa ini orang-orang Cina tidak hanya orang-orang Cina yang berkecimpung beraktivitas dalam bidang ekonomi dan dalam du­nia politik dan pemerintahan. perdagangan, tetapi juga bidang politik Ar­tikel ini bertujuan menjawab pertanyaan dan pemerintahan. Mereka ikut ambil mengapa orang-orang Cina berhasil men­ bagian dalam pengem­ba­ngan wilayah jadi penguasa di tanah-tanah partikelir di Ujung Timur Jawa sebagai penguasa. wila­yah Ujung Ti­mur Jawa pada akhir abad Orang-orang Cina terkadang­ me­nem­­pati ke-18 sampai awal abad ke-19 dan berperan kedudukan-kedu­dukan yang mem­pu­nyai besar dalam ra­nah pemerintahan. tanggung jawab besar di dalam pe­me­ rintahan kerajaan-kerajaan Jawa, sehingga­ mem­­bentuk perhubungan-per­hu­bungan B. Cina, Tanah, dan Kuasa: Kerangka de­­ngan puncak tertinggi kaum ningrat Teoretis dan Metode Analisis pen­du­duk asli. Kasus keluarga Jayaningrat Seperti ditunjukkan Bloch (1976:281), di Pekalongan pada pertengahan pertama pe­nguasaan atas sebidang tanah berarti abad kedelapan belas bisa dijadikan acuan. juga me­nguasai segala isinya, termasuk Sultan Agung juga telah mengangkat penduduk yang tinggal di atas tanahnya. seorang peda­gang Cina sekaligus seorang Di sini ber­lang­sung proses menguasai abdi dalem di La­sem bernama Cik Go dan dikuasai, proses penghambaan Ing untuk menggan­ ­tikan kedudukan dan pengabdian yang sangat intensif. majikannya, Bupati La­­sem Singawijaya Penguasaan tanah sebagai unit sosial (Cina-Jawa). Hal ini dila­kukan sebagai khas terdapat dalam kehidupan agraris hadiah atas jasa-jasanya selama peperangan pada Abad Pertengahan. Dalam hal ini yang dilakukan Mataram terhadap Sura­ terdapat hubungan penguasa tanah dan ba­ya (1620-1625). Oleh karena itu, ia diberi petani penggarap. Pola hubungan itu di gelar Jawa, yaitu Tumenggung Mer­taguna. Asia Tenggara termasuk di oleh Bupati-bupati Lasem yang berikut­ ­nya ser­ Geertz (1963) dikatakan telah menunjukkan ta daerah-daerah pantai utara yang ber­de­ kecenderungan eksploitatif; salah satu ciri katan, seperti Tuban, Kudus, Blora, dan utama dari pemerintah kolonial. Inti dari Bojanegara (Rajegwesi), juga berasal da­ri pengertian eksploitasi adalah terdapat keturunannya. Mereka belakangan ini teri­ se­men­tara individu, kelompok, atau kat persekutuan, melalui perkawinan de­ kelas yang secara tidak adil atau secara ngan keluarga-keluarga Cina peranakan tidak wajar me­ngambil keuntungan atas dari daerah pesisir, di samping perkawinan- kerja atau hasil atas kerugian pihak lain per­kawinan yang mereka lakukan dengan (Lorwin, 1931:141). Hubungan eksploitatif keluarga-keluarga istana para pangeran yang berlangsung di tanah partikelir Jawa (Pigeud, 1932:124). memengaruhi lembaga tra­di­sional yang Fenomena tersebut ternyata tidak ha­ disebut ikatan feodal. nya terjadi di keraton Mataram, tetapi ju­ga Sekalipun ikatan feodal awalnya di­ terjadi di wilayah Ujung Timur Jawa, yaitu da­sarkan pada kedudukan sosial an­ di Kabupaten Besuki dan Kabupaten Pro­ ta­ra kepala dan rakyat, tidak menutup bolinggo. Di dua daerah ini orang-orang k­emungkinan ter­jadi pemindahan kekua­sa­ Cina ke­turunan tidak hanya bertindak an feodal atas pen­du­duk dengan jalan kon­ sebagai pe­ngu­asa tanah partikelir, tetapi juga trak sebagaimana kajian Burger (1977:93- sebagai penguasa daerah dan berperilaku 97). Penjualan tanah oleh Pemerintah layaknya para penguasa Jawa. Misalnya, Daendels kepada orang Cina menimbulkan bupati Cina di Kabupaten Besuki bernama hubungan kontrak di antara­ kedua pihak Han Mi Joen yang kemudian bergelar tersebut. Akan tetapi, hubungan­ antara Kyai Tumenggung Suroadiwikrama. Di orang Cina (penguasa ta­nah) dengan Kabupaten Probolinggo, Han Kit Ko juga penduduk di atas tanah yang dibeli­ tetap berpangkat tumenggung dan terkenal merupakan hubungan feodal. Perubahan

142 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin dalam hubungan sosial di pe­de­sa­an tidak penyimpangan dari tradisi yang su­dah lagi bersifat paternalistik yang memberi ber­laku, karena pada saat itu orang-orang perlindungan kepada kliennya. Di atas Cina keturunan berhasil menduduki ja­ba­ segala-galanya, kekuatan historis yang tan puncak di Karesidenan Besuki, yaitu di besar telah melewati batas-batas subsistensi Be­suki dan Probolinggo. Mengapa bisa ter­ dan hubungan sosial yang tradisional serta jadi penyimpangan? Apakah ada sumber menggantinya dengan bentuk kontrak. Pe­ ke­kua­saan lain yang bisa mengantarkan nga­ruhnya seperti dikemukakan oleh Wolf etnis Cina keturunan menduduki jabatan (1983, 1971:50-66) adalah merampas dari dalam bi­rokrasi pemerintahan tersebut? petani konteks kelembagaan tradisional, se­ Menurut Nagtegaal (1994:78-79), pe­ hing­ga mendorong tumbuhnya ketegangan mi­sahan antara politik, militer, ekonomi, yang dapat menuju pemberontakan. dan jenis kekuasaan lain hanya cocok Dalam sistem pemerintahan tradisional untuk realitas da­lam masyarakat modern berlaku sistem birokrasi tradisional. Biro­ yang kompleks. Di kerajaan-kerajaan kra­­si tradisional ini hidup dalam sua­ Jawa pada abad XVII dan XVIII, tidak sa­na feo­da­lisme. Dalam suasana feo­ dijumpai pemisahan antara elit politik dal ini berlaku orientasi ascriptive yang dan elit ekonomi, hierarki sosial paling mendambakan­­ faktor keturunan sebagai atas memegang kekuasaan hampir semua sentral aktivitas bagi dunianya.­ Hanya aspek kehidupan. Pada kenyataannya, keturunan dari satu trah saja yang berhak kekuasaan politik dan ekonomi mereka be­ mendapatkan kedudukan dan pe­ra­n­an nar-benar ada, melembaga, dan tidak ada dalam kerajaan, karena trah me­re­ka di­ is­tilah elit ekonomi atau borjuis, sesuai de­ anggap sebagai kelompok ter­pi­lih di an­ ngan dasar tingkatan yang spesial dalam tara trah yang lain. Mereka lebih meng­ ma­sya­rakat Jawa. Elit politik adalah juga uta­­makan keberlangsungan genealoginya,­ elit ekonomi. Oleh karenanya, peneliti mo­ yaitu kemur­nian keturunan diban­ding­ dern memandang bahwa kebanyakan bu­ kan kemampuan­ men­jalankan tugas pa­ti Jawa memiliki komponen kekuasaan (Suhartono, 2001:57). eko­nomi. Dengan demikian, kekayaan eko­ Dalam sistem feodal ada ketentuan no­mi mempunyai akses yang besar dalam bahwa putera bupati yang diangkat mem­peroleh kekuasaan. Beberapa bupati menjadi bupati diprioritaskan anak laki- kaya dapat mendominasi sumber-sumber laki keturunan da­ri garwa padmi (istri ke­kuasaan politik. Mereka memiliki posisi resmi). Apabila syarat­ terse­ ­but tidak pen­ting dalam negara yang sebagian besar bisa dipenuhi, ada pertim­ ­bangan lain diperoleh karena kekayaan mereka yang (Tjokrowinoto, 1952:34). Penun­ ­jukan calon me­limpah. Mereka bisa disebut political en­ pengganti bupati dapat juga di­lakukan atas tre­peneurs. Perlu diingat bahwa ini bukan permintaan atau saran dari bupati yang ciri khas semua bupati Jawa, sebab banyak akan digantikan sewaktu masih hidup. dari mereka yang memiliki sumber-sumber Pe­nunjukan calon pengganti, anak atau ke­kuasaan yang lain. Hal ini bukan berarti mung­kin saudara itu dilaporkan kepada kekayaan tidak penting bagi mereka. Untuk pe­me­rin­tah pusat kerajaan, tetapi pada jelasnya tidak ada keseragaman model bagi masa ko­lonial hal tersebut dilaporkan bupati Jawa. Political entrepeneurs hanya kepada VOC, pemerintah Inggris, atau salah satu kategori (Nagtegaal, 1994:79- ke­mudian pe­­meritah Hindia Belanda di 80). Melalui kekayaan, jabatan-jabatan Batavia. Selama calon tersebut tidak me­ politik dapat di­pe­roleh. Pada umumnya nentang pemerintah pusat, pengusulan jalan ini yang me­ngan­tarkan orang-orang itu pada umumnya di­se­tujui. Namun de­ Cina menduduki jabatan-jabatan­ politik di mikian, ada kalanya ter­ja­di bahwa pe­ dalam lingkungan kekuasaan orang-orang merintah menghendaki ca­lon yang lain pribumi. (Tjiptoatmodjo, 1983:344-345). Akan Untuk mengetahui bagaimana proses teta­pi, pada akhir abad XVIII terjadi orang-orang Cina di Ujung Timur Jawa bisa

143 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 menjadi tuan tanah dan penguasa politik akhir C. Ujung Timur Jawa dan Penataan abad XVIII hingga awal abad XIX, penelitian Administrasinya yang menjadi basis tulisan ini menempatkan Ujung Timur Jawa adalah kawasan ti­ wilayah Ujung Timur Jawa –yang di ke­ mur dari Jawa Timur. Istilah ini muncul mudian­ hari menjadi Karesidenan Besuki– per­tama kali di masa VOC khususnya da­ sebagai objek kajian dengan menggunakan lam surat (missive) Spelman tahun 1677 metode sejarah. Wilayah yang dimaksud dan Camphuys tahun 1687. Istilah itu juga adalah Besuki, Panarukan, dan Probolinggo di­pakai oleh Gubernur Jawa Timur Laut dengan pertimbangan di daerah-daerah itu­ pada surat 26 Oktober 1761 (Encyclopaedie lah orang-orang Cina berhasil menduduki ja­ van Ne­derlandsch-Indie, 1919:40). Ujung batan puncak dalam birokrasi pemerintahan Timur Ja­wa ini memiliki akses ke arah laut pribumi. di tiga tem­pat. Ke arah utara Selat Madura, Prosedur dalam metode sejarah ke arah timur­ Selat Bali, kearah selatan meliputi empat tahap, yaitu (1) heuristik Samudra Hin­dia, sedangkan sebelah Barat (pengumpulan sumber); (2) verifikasi berbatasan de­ngan Karesidenan Pasuruan. (kritik); (3) interpretasi: analisis dan Bersama-sa­ma dengan Karesidenan sintesis; dan, (4) penulisan hasil penelitian Pasuruan, daerah Ujung Timur Jawa pada (historiografi). Adapun data-data yang masa pemerintahan raja-raja Blambangan digunakan berupa data primer dan da­ menjadi incaran para penguasa­ baik dari ta sekunder. Sumber-sumber primer Jawa Tengah maupun dari Bali. Wilayah yang digunakan adalah dokumen yang ini juga disebut Oosthoek selama periode diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Be­ Kolonial Belanda (Gonggrijp, 1934:1047). lan­da, Koloniaal Verslaag, Regeering Al­ Sejak runtuhnya kerajaan , ma­nak, Indisch Plakaatbook, Staatsblad, wilayah Ujung Timur Jawa yang pada wak­ Daa­gregister,­ dan autobiografi. Sumber- tu itu berada di bawah kekuasaan Blam­ sumber ter­sebut diperoleh dari Arsip bangan, menjadi incaran kerajaan Islam De­ Nasional , Perpustakaan Na­­sional mak. Seperti halnya Majapahit, Demak juga Jakarta, Perpustakaan Sanata Dhar­ma, bermaksud meluaskan wilayahnya dan me­ Perpustakaan Daerah Istimewa Yog­ya­ nempatkan wilayah ujung timur ini di ba­ karta, Hatta Corner, dan Perpustakaan wah kekuasaannya. Demak mengirimkan Sono Budoyo. Sumber sekunder berupa ekspedisi ke Blambangan tahun 1546 (de kar­ya cetak dan telah dipublikasikan, baik Graaf dan Pigeaud, 1985:234-236). Ekspedisi kar­ya penulis asing maupun dalam negeri Sultan Demak Bintoro ke Blambangan di yang banyak jumlahnya, yang menyangkut Ujung Timur Jawa bekerjasama dengan Pa­ masalah politik, ekonomi, sosial, dan su­ruan berhasil mengepung Panarukan. budaya yang sangat erat hubungannya Blambangan­ jatuh­ 1546. Prajurit Demak dan dengan tema yang dipilih. Tahap verifikasi Pasuruan pa­da waktu itu memang telah meliputi dua kegiatan yang dilakukan, yaitu berhasil­ menduduki­ sebagian besar Ujung meneliti au­ten­tisitas atau keaslian sumber Timur Jawa. Dengan demikian, Demak dan kre­di­bilitasnya. Ketiga, interpretasi berhasil mena­ namkan­ kekuasaan untuk atau pe­naf­siran sumber sejarah, meliputi waktu yang lama, tetapi ketika memimpin dua kegiatan, yaitu analisis dan sintesis. ekspedisi ke Pa­narukan ini Sultan Trenggono Analisis adalah men­cari fakta-fakta meninggal dunia, akibatnya kerajaan- sejarah, sedang sintesis berarti menyatukan kerajaan di Ujung Timur Jawa selama lebih fakta-fakta yang telah diperoleh. Tahap dari tiga per­em­pat abad bebas dari ancaman terakhir, yaitu historiografi (pe­nulisan kerajaan-ke­ra­jaan Islam dari sebelah laporan penelitian sejarah). Artikel ini barat. Hal ini di­sebabkan Sultan Pajang memperhatikan aspek kronologis dan di­ yang meneruskan pemerintahan Sultan a­kronis dalam peristiwa sejarah, sehingga Trenggono tidak ber­naf­su untuk meluaskan di­peroleh tulisan berbasis penelitian yang wilayah jajahan se­per­ti pendahulunya. bersifat deskriptif-analitis.

144 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin

Pada masa pemerintahannya di yang dilakukan oleh Amangkurat I, raja Mataram (1575-1601), Panembahan Seno­ Ma­taram berikutnya disebabkan raja-raja pati berambisi menguasai Ujung Timur Blam­bangan tidak memenuhi kewajibannya Jawa. Dalam se­ra­ngan yang dilakukan, menyerahkan upeti dan mengirimkan Panem­bahan Se­no­pati sebenarnya ber­ tenaga kerja ke Kerajaan Mataram. hasil menaklukkan Blambangan, tetapi Amangkurat I mengirim ekspedisi per­ Blam­bangan tetap diberi kebebasan dalam tama tahun 1646 di bawah pimpinan Pa­ berbagai hal. Karena Blam­bangan terlibat ngeran Selarong dan Padurekso. Mataram dalam pemberontakan yang dilakukan berhasil mengalahkan Blambangan dan Adipati Kaninten, Bupati Pa­suruan, pa­da waktu itu sekitar 5.000 orang Blam­ Mataram menarik sim­pa­tinya ke­pa­­da bangan diangkut ke Mataram. Pada Blambangan. Peperangan tidak ter­­hin­ tahun 1647, eks­pedisi Mataram di bawah darkan. Ketika Mataram berhasil me­­ngu­ Tumenggung Wi­raguna menyerang rung pertahanan Blambangan, Raja Blam­­ Blambangan lagi dan merencanakan bangan (pengganti Sontoguno, tidak mengangkut 1.500 orang Blam­bangan ke di­ketahui namanya) bersama keluarga dan Mataram (Suprapto, 1984:65). Rencana be­berapa pejabat, serta sepasukan pra­ Mataram yang terakhir ini gagal setelah jurit terpaksa menyingkir ke Bali untuk Tumenggung Wiraguna me­­ninggal dunia me­ngatur siasat (Oetomo, 1987:28). Cucu (de Graaf dan Pigeaud, 1985:234-236). Na­ Panembahan Se­nopati, Sultan Agung mun demikian, wilayah-wilayah Ujung (1613-1645) juga mengirimkan ekspedisi ke Ti­mur Jawa tetap dianggap oleh Ma­taram Blambangan. Eks­pedisi tersebut dilakukan se­bagai daerah taklukannya. Hal ini dapat sampai empat kali, yaitu pada tahun 1625, dilacak dalam catatan Rouffaer yang me­ 1636, 1639, dan 1645. Usaha ini tidak nge­mukakan bahwa pada rentang wak­ sepenuhnya berhasil, tetapi beberapa tu terakhir penyusunan Serat Pustaka Raja wila­­yah telah dikuasai oleh Sultan Agung Pu­wara tahun 1744, nama-nama daerah (Oetomo, 1987:29). Dalam struktur wi­ di Ujung Timur Jawa beserta dengan luas layah kerajaan Mataram, beberapa daerahnya masih disebutkan di dalamnya. wilayah yang berhasil dikuasai oleh Sultan Daerah-daerah tersebut adalah Dringu, Be­ Agung di daerah Ujung Timur Jawa ini suki, Blambangan, Banyuwangi (10.080), dimasukkan wilayah Pesisir Wetan (pesisir dan Madura (18.000) (Rouffaer, tt:285). timur). Karena termasuk dalam daftar Pada tahun 1743, karena daerah Ujung wilayah yang tunduk kepada kerajaan Timur Jawa merupakan wilayah Blam­ Mataram, Blambangan diwajibkan­ bangan dan Blam­­bangan sendiri ada­lah menghadap pada waktu yang telah di­ vazal Mataram, VOC merasa berhak un­ tentukan, membayar upeti dan melakukan tuk mengambil alih daerah ini dengan ber­ kerja wajib untuk Mataram. Beberapa pe­­doman pada kontrak antara Gubernur wilayah Blambangan yang telah dikuasai Jendral van Imhoff dengan Susuhunan Mataram antara lain Probolinggo (1000), Pakubuwana II (Nawiyanto, 2007:40). Na­ Pokang (2000), Lumajang (7000), Puger mun demikian, VOC tidak bisa secara oto­ (2000), Gembong (1000), Blambangan matis menguasai wilayah Blambangan ka­ (2000), Banyuwangi (1500) (Babad Momana, rena para penguasa daerah yang bernaung Yogyakarta, S.E. PBE 100:173). Namun di bawah kerajaan Blambangan tidak me­ demikian, belum ditemukan sumber untuk nye­rah begitu saja. Ba­ru setelah melalui mengetahui apakah raja-raja Blam­bangan se­rangkaian peperangan VOC dapat memenuhi syarat-syarat yang di­tentukan menguasai Ujung Timur Jawa. Mataram. Kemungkinan besar motivasi Sebelum pembentukan distrik-distrik Sultan Agung melakukan serangan ke ba­ru oleh VOC, di Blambangan Barat sudah Blambangan berulang kali disebabkan ada unit-unit pemerintahan lokal, yang se­ pihak Blambangan tidak mengindahkan be­lumnya tunduk di bawah kekuasaan sya­rat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Raja Blambangan. Unit-unit pemerintahan kerajaan taklukan. Demikian juga serangan lokal tersebut terletak di bagian utara dari

145 Vol. 1, No. 2, Desember 2011

wilayah Blambangan, yakni Panarukan mengirimkan pajak dari Pu­ger kepada de­ngan Demang Tisman yang diangkat VOC di Desa Puger, Bangle, atau Cireme VOC pa­da tahun 1743 sebagai penguasa (Margana, 2007:163). wilayah Panarukan. Pada tahun 1768 ia diberhentikan dan diangkat seorang patih keturunan Bupati Lasem Purbonegoro D. Tuan Tanah Cina, Bupati Cina, dan yang bernama Patih Mertoyudo­ (Mashoed, Perlawanan Rakyat (Peristiwa 13 Mei 2004:52). Di bagian Selatan adalah Kabu­ 1813 di Probolinggo) paten Puger. Kabupaten Puger dihapus Di samping daerah-daerah yang sudah pada tahun 1757. Penghapusan Kabupaten ter­cakup dalam wilayah Kabupaten Puger, Puger ini setelah terbunuhnya Ario Wirio­ masih ada daerah-daerah lain, yaitu Besuki diningrat, seorang pangeran dari­ Mataram yang pada waktu itu berada di bawah yang memerintah Puger, dan di­bunuh ka­ kekuasaan Tumenggung Joyolelono, Bu­pa­ti rena menentang Blambangan. Setelah Ka­ Banger (Probolinggo), dan Pana­ru­kan yang bupaten Puger dihapus, daerah ini dipe­ ditempatkan langsung di ba­wah kekuasaan rintah oleh para bekel yang langsung Panembahan Sumolo Na­­ta­kusuma, Sultan ber­a­da di bawah kekuasaan Blambangan. Sumenep. Besuki se­­­mula merupakan sebuah Be­kas Kabupaten Puger ini dibagi menjadi desa ber­na­ma Desa Demung Maduran. Di empat kabekelan yang masing-masing di­ dalam me­­mori kolektif masyarakat lokal, tem­patkan di Puger, Jember, Sentong, dan Besuki per­­tama kali dibuka oleh Wirabrata Prajekan. VOC pada saat itu belum bisa me­ yang berasal dari Pamekasan. Karena ngu­asai daerah ini (Hageman, 1860:265) jasanya mengajak migrasi orang-orang Ma­ Setelah berhasil menundukkan para dura­ ke Besuki dan membuka tanah Be­ bekel di Blambangan Barat ini, VOC ke­mu­ suki,­ Wirabrata oleh Bupati Joyolelono dian membentuk distrik baru yang pada di­angkat menjadi Demang Besuki. Pada prin­sipnya tidak jauh berbeda dengan wi­ tahun 1764, Wirabrata digantikan oleh layah kabekelan sebelumnya, yaitu Jem­ anaknya­­ yang bernama Bagus Kasim. Pada­ ber, Pra­jekan, Sentong, dan Sabrang atau masa pemerintahan Bagus Kasim ini Ka­­ Re­nes. Di distrik-distrik baru ini diang­ demangan Besuki dinaikkan statusnya oleh kat kepala­ daerah yang diberi gelar man­ Bupati Banger menjadi ke­pa­tihan dan Bagus tri. Pa­da tahun 1774, mantri-mantri baru Kasim diangkat sebagai patih. Bagus Kasim telah dipilih. Sadita dipercaya untuk kemudian menggunakan na­ma Abiseka me­merintah Jem­ber, Unan memerintah Wiradipura (Pusat Bahasa Dep­­diknas, distrik Prajekan, Sutatering memerintah di 2002:11). Meskipun ayah Patih Wira­dipuro Sentong (sekarang: Bondowoso), dan Ro­ diyakini sebagai pembuka dae­rah Besuki, man memerintah di Sa­brang atau Renes tetapi yang diangkat sebagai Ronggo Besuki (Margana, 2007:162). Se­lain itu, masih bukan keluarganya, tetapi anak Suropernala, ada distrik-distrik lain di Blambangan Ba­ seorang Cina penguasa di Panarukan. rat, yaitu distrik Puger, Plindo,­ Batu Ulu, Han Tjin Kong atau Suropernala diang­ Dempok, dan Gitem, tetapi pada tahun kat menjadi kepala distrik di Panarukan 1774, distrik-distrik tersebut kecuali­ dan dihadiahi gelar Ngabehi pada tahun Puger, dimasukkan ke dalam ca­kup­an 1768. Hal ini dilakukan sebagai balas jasa wilayah Kabupaten Lumajang dan Pu­lau karena selama terjadi peperangan antara Nusabarong diletakkan di bawah peng­ Blambangan dengan VOC, Suropernala awasan Tumenggung Joyolelono, Bu­­pa­ti me­­mainkan peranan sangat penting seba­ Banger. Selanjutnya di Puger diang­kat se­ gai informan VOC. Pada tahun 1772, anak orang bupati dengan gelar tu­menggung. laki-lakinya, Han Sam Kong, secara populer Bupati pertama Puger tersebut adalah di­panggil Baba Sam, dilantik juga sebagai Raden Tumenggung Pra­wira­di­ning­ Ronggo Besuki dengan nama Sumadiwirya. rat, anak laki-laki bupati Pasuruan, Ia memerintah Besuki hingga 1776 dan Ni­ti­diningrat. Bupati ini diharuskan di­gan­tikan oleh adiknya, bernama Han

146 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin

Mie Joen alias Baba Midun, yang juga Puger dengan gelar­ Kyai Tumenggung dike­nal de­ngan nama Sura Adiwikrama Sura Adiwikrama (Mashoed, 2001:60), (Sutherland, 1975:75) dengan syarat-syarat yang sama dalam Pada tahun 1779, untuk meningkatkan hal penyerahan hasil bumi kepada pendapatan, pemerintah Belanda di Sura­ Kompeni seperti pendahulunya. Pa­da baya memutuskan menyewakan sebagian masa pemerintahan bupati inilah ibu­kota wilayah Besuki kepada Kapten Cina Sura­ Kabupaten Puger dipindahkan ke Bon­do­ baya Han Bwee Kong (Kan Boeijko). Pada woso (Wijayanti, 2001:56). Pada tahun 1798, tahun 1784, Panarukan juga disewakan Distrik Besuki dipersatukan secara ad­ kepa­da orang yang sama. Besuki disewa ministratif dengan Distrik Bondowoso dan 1.250 Rds per tahun, plus 10 koyang beras, Ka­bupaten Puger (Boomgaard, 2004:38-39). sedangkan Pa­narukan 625 Rds per tahun. Hawa Bondowoso tampaknya tidak cocok Bahkan, ia memperluas tanah sewaannya. ba­gi Kyai Tumenggung Suro Adiwikromo, Ia menyewa la­gi dua distrik lain yang se­hingga ia sering sakit. Tahun 1798 tercakup dalam wi­layah pemerintahan ia pindah ke Besuki dan menyerahkan Be­suki, yaitu Paiton dan Pajarakan, yang pengawasan ti­dak langsung atas daerah terletak di sebelah Ba­rat Besuki dan sebelah itu kepada Mantri Wedana Kertonegoro, timur Banger atau Probolinggo. Tanah ini Wedono Tirtowongso, dan Rekso Negoro. juga disewa seharga 2.000 Rds per tahun Pada tahun 1801 Bupati Puger, Kyai (Margana, 2007:215). Tumenggung Suro Adiwikrama wafat. Sepeninggal Han Boey Ko, VOC masih Menantunya, Prawiro Adiwijoyo yang mene­ruskan cara yang dianggap efektif pada saat itu menjadi Ronggo Besuki meng­ untuk menarik pajak melalui penyewaan gantikannya sebagai Bupati Puger pada ta­ ta­nah. Keturunan Han Boey Ko pun tertarik hun 1802 dengan gelar Kyai Tumenggung un­tuk menyewa tanah di kedua distrik Surio Adiningrat dan bertempat tinggal di pantai tersebut. Ini terlihat bahwa pada Bondowoso. Pada tahun 1806 Pusat pe­me­ tahun 1781 Han Tjan Pit meneruskan usaha rin­tahan dipindah lagi dari Puger ke Besuki yang telah dirintis ayahnya, Han Boey (Wijayanti, 2001:118-119). Ko. Ia diizinkan untuk menyewa tanah Pada tahun 1795 hak oktroi (izin) perkebunan Besuki dan Panarukan. Harga dari VOC dicabut dan pada tahun 1799 sewa disepakati sebe­sar 1.600 Ringgit dibubarkan. Sejak saat itu pemerintahan Spa­nyol dalam bentuk uang, 10 koyang di Jawa berpindah dari VOC kepada beras, 3.750 Ringgit Spanyol sebagai­ ganti Pemerintah Belanda. Pada waktu Belanda nila, serta sejumlah tenaga, pe­rahu, dan di bawah pemerintahan Kekaisaran Napo­ bambu (Wijayanti, 2001:49). Dua distrik di leon, Daendels mendapat mandat un­tuk bawah penyewa Cina dari Surabaya­ ini me­merintah Jawa, dengan pangkat Gu­ber­ diperlakukan secara feo­dal, yaitu penyewa nur Jenderal. Ia mengambil tindakan-tin­ tanah sering bertindak mirip de­ngan pe­ dakan yang tegas dan keras, terutama di nguasa daerah. Jadi sulit untuk membe­­ ­ bi­dang administrasi pemerintahan (Burger, da­kan antara seorang bupati Cina dan 1962:125). Pada masa pemerintahannya ka­ se­orang penyewa keturunan Cina. Satu-sa­ rena sangat kekurangan uang tunai, Daen­ tunya per­be­daan bagi VOC adalah bahwa dels (1810) mengambil keputusan untuk pe­nyewa ta­nah harus membayar sekaligus me­ma­kai tanah-tanah yang sudah dise­ sewa tanahnya, sedangkan bupati wajib wakan sebelumnya oleh VOC itu seba­ me­nyetorkan pajak yang sudah ditentukan gai jaminan untuk memperoleh uang. ju­mlahnya serta sumbangan paksa dan Diserahkannya un­tuk seterusnya hak milik sum­ba­ngan wajib (Boomgaard, 2004:38-39). atas tanah-tanah di Be­suki dan Panarukan Pada tahun 1795 Bupati Puger Raden kepada Han Tjan Pit. Ia juga menjual tanah- Tumenggung Prawirodiningrat wafat. tanah yang lain kepada saudara-saudara VOC mengangkat Ronggo Besuki, Kyai Han Tjan Pit, yaitu Han Kit Ko (sumber Ronggo Suro Adiwikrama, sebagai Bupati lain menyebut Han Ti Ko) yang kira-kira

147 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 sama luasnya dengan daerah Be­suki dan suki. Ia kemudian bersama para wakilnya Panarukan dan terletak di daerah Pro­ dalam beberapa tahun mengembangkan se­ bolinggo (Lombaard, 1996:107). buah­ daerah pertanian yang penduduknya Besuki dan Panarukan yang se­be­ kira-kira 80.000 orang. Kesaksian orang- lum­nya disewakan oleh Daendels dijual orang Eropa, pada umumnya, sepakat bah­ kepada Han Tjan Pit 30 Juni 1810 seharga wa daerah itu dikembangkan dengan isti­ 400.000 dolar Spanyol. Nilai ini seperempat mewa­ sehingga menjadi lahan produktif, lebih banyak da­ri penafsiran Komite yang sum­ber kesejahteraan, dan kemakmuran, dibentuk oleh Pe­merintah Daendels. tulis Kolonel Mackenzie pada tahun 1812. Sebelum Besuki dan Panarukan dijual, Hop­kins pada tahun 1813 menilai mutu beberapa orang atas nama pemerintah pengairan­ dan perbaikan model irigasi te­ telah meminjam uang kepada Han Tjan Pit. lah dikenalkan di berbagai tempat untuk Sisa pinjaman sebesar 216.337 Rixdollar meningkatkan­ produksi beras dan sayur- atau 157.336. Sisa pinjaman yang belum sayuran. Penjualan melon saja pada suatu dibayarkan kepada Han Tjan Pit di­gu­ saat mencapai 4.000 piaster, sedangkan uang nakan sebagai pembayaran pada saat pem­ sewa tanah tahunan kepada Kompeni hanya belian tanah Besuki dan Panarukan dari sebanyak 1.000 piaster (Lombaard, 1996:81). Pemerintah. Kekurangannya dilakukan Tertarik oleh keuntungan keuangan de­­ngan mengeluarkan surat pinjaman yang mengalir pada pemerintah dari hasil me­lalui angsuran atau bunga (Bastin, pen­jualan tanah Besuki dan Panarukan, 1953:432). De­ngan dibelinya kedua daerah Daen­dels bermaksud melepaskan tanah- ini, Han Tjan Pit kemudian menghapuskan ta­nah di sebelah timur Surabaya kepada segala bentuk pe­nyerahan wajib dan kerja orang-orang Cina. Perhatiannya ditujukan wajib. Penduduk di­minta sumbangan te­ pada Kabupaten Probolinggo, karena hasil na­ga untuk memelihara jalan-jalan dan ta­hu­nan­nya hanya senilai 2.000 ringgit mengangkut barang-barang pemerintah Spanyol, 70 3/4 kojang beras, dan 140 dollar ketika melewati daerah ini. Sejak Han Spanyol. Yang tidak terlihat oleh Daendels Tjan Pit menjadi pemilik tanah Besuki dan ialah masih terdapatnya tanaman kopi dan Panarukan ia diberi pangkat mayor oleh kayu jati yang belum diusahakan secara pe­merintah (Rapport van Landschappen). maksimal di daerah ini. Menurut Daendels Para pemimpin utama yang diangkat penghasilan yang di­te­rima pemerintah oleh pemilik tanah untuk memerintah da­ saat itu tidak seimbang de­ngan tingkat e­rah-daerah itu adalah orang-orang Cina, kesuburan dan luas tanah. Dalam laporan di antaranya terdapat beberapa Cina Pe­ tahun 1811 disebutkan bahwa Probolinggo ranakan. Satu di Distrik Besuki, diangkat memiliki luas tanah 10.253 bahu, terdiri atas se­bagai rong­go bernama Bapa Panderman sawah seluas 4.675 bahu dan 5.578 bahu bergelar Tu­menggung Surio Adiningrat berupa tegalan, belum terhitung tanah liar (Ha­ge­­man, 1860:263). Di Panarukan diberi atau semak belukar yang belum dikelola gelar Ronggo Djojo Wikromo (ANRI, A.D. secara cermat, maupun tanah kosong yang Besuki, Kode Inv, 23/24 No. bundel 10/2). ditinggalkan oleh pemiliknya (Wijayanti, Kedua orang ini tunduk kepada tokoh 2001:78). Akhirnya daerah ini dijual oleh Cina utama ini. Han Tjan Pit juga memiliki Daen­dels dengan harga yang sulit, satu tenaga Eropa, tetapi jumlahnya hanya satu juta Rixdolar (Boomgaard, 2004:39). atau dua orang dan mereka bekerja sebagai Akibat pembelian tanah Probolinggo juru tulis, sedangkan semua jabatan kepala tersebut,­ pada awal tahun 1811 Han Kit Ko rendahan diberikan ke­pada orang pribumi. telah secara sah memiliki Probolinggo yang Di Distrik Besuki dan Panarukan ini, ditandai dengan sebuah upacara resmi. Han Tjan Pit mengembangkan pertanian dan Pada kesempatan ini ia menerima gelar perdagangan dengan baik. Kemakmuran dan Mayor Cina dan tuan tanah Probolinggo. ketenteraman di daerah ini menyebabkan Tampaknya pen­jualan tanah negara kepada orang-orang dari daerah lain pindah ke Be­ orang Cina di Pasuruan yang bergelar

148 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin

Kapitan ini, tidak ha­nya merupakan ke­rumunan lain dalam suasana yang ber­ beralihnya kepemilikan hak atas tanah, be­da. Satu bulan sebelumnya, desa ini telah tetapi juga warisan kebesaran se­orang dibanjiri penduduk dari sekitar daerah itu. penguasa tradisional Jawa, berupa titel dan Pada waktu itu didiami oleh orang-orang hak-hak istimewa lainnya seperti yang me­ Tengger (Orang Jawa Hindu dari Pe­gu­ lekat pada bupati pribumi. Dalam hal ini, nung­an Tengger), tetapi juga sudah ada se­ penduduk Probolinggo me­nyebut Han Kit dikit muslim. Di antara kerumunan orang- Ko dengan panggilan Tumenggung atau Ci­ orang tersebut, terdapat seorang pemuda na Tumenggung. Han Kit Ko menghendaki mu­slim dari masjid Kyai Ampel Surabaya. peng­hormatan yang sama dari penduduk Ma­syarakat memanggilnya Kyai Mas. Ia sebagai­ mana­ yang dilakukan penduduk ter­ me­ngadakan kunjungan melalui Pasuruan, hadap­ Bupati Pro­bolinggo, Djojodiningrat. Probolinggo, Panarukan, Besuki, dan akhir­ Ka­rena Kabu­paten Probolinggo telah nya mendapat persinggahan di desa ini. menjadi milik Han Kit Ko, Bu­pati Ia memproklamirkan dirinya menguasai Probolinggo ini di­pindahkan ke Kabupaten dan menyebarkan agama Islam ke seluruh Sedayu, dan tuan tanah Cina kemudian distrik di ujung timur, menghapus pajak, menempati dalem Ka­bupaten Probolinggo dan me­ngu­sir orang-orang Cina dan Eropa (Ong Hokham, 1983:378). keluar dari wilayah ini. Seorang kepala Merasa telah menjadi pemilik mutlak daerah lokal, ber­nama Demang Muneng atas tanah dan penghuninya, tindakan dan penduduk dari Desa Kedompo, yang dilakukan oleh Han Kit Ko dapat Pohsangit, dan Keta­pang yang pertama sesuka ha­tinya, seperti memberhentikan maju ke depan dan mem­­beri kesetiaan atau me­mindahkan­ beberapa kepala mereka pada proklamasi “juru selamat” pribumi, dan me­mungut pajak sesuai ini. Dalam waktu yang tidak lama ribuan dengan kehendaknya. Dapat dipastikan penduduk bergabung pada ge­ra­kan baru beberapa wewenang di atas sa­ngat tidak tersebut (Margana, 2007:220-222). Sebelum menguntungkan penduduk Probolinggo kegemparan pertama dari gerakan Kyai (Wijayanti, 2001:90). Akibat dari tin­dak­ Mas, masyarakat Probolinggo telah digun­ an ini muncul ketidakpuasan rak­yat. cang oleh perlambang dan se­ca­ra mental Ketidakpuasan ini kemudian diman­ disiap­kan oleh ramalan dalam ben­tuk se­ faat­kan oleh beberapa orang yang telah buah kematian kerbau dan seorang ge­ tersingkir karena­ tindakan politisnya un­ landangan. Akhirnya, masyarakat lokal tuk mengadakan gerakan­ perlawanan ter­ me­­nyatakan bahwa gangguan diinisiatifi ha­dap Han Kit Ko. Gerakan­ ini dipimpin oleh Bupati Probolinggo sebelumnya, Jaya­ oleh Kiai Maas yang oleh P.J.Veth disebut diningrat. Kematian kerbau ditafsirkan De­mang Wonosari dan oleh Van Deventer se­­bagai hilangnya kekuasaan bupati Jawa disebut Demang Tengger Adas. Peristiwa yang telah dipaksa keluar dari wilayahnya itu terjadi ketika Han Kit Ko sedang ber­se­ oleh Cina tuan tanah (Margana, 2007:222). nang-senang dan beramah tamah dengan Akhirnya Desa Moeneng yang digu­ na­­­ ­ beberapa pegawai Inggris. Unda­ ­ngan da­ kan sebagai tempat pertemuan pendu­duk lam pesta yang diselenggarakan Han Kit yang akan mengadakan gerakan perla­wanan. Ko kebanyakan pegawai Eropa da­ri Pa­ Desa ini terletak pada km 9 di ba­rat daya suruan dan Surabaya, seperti Kolonel Fra­ Probolinggo ke arah Sukapura. Lebih kurang ser dari Regimen 78 Surabaya dan Let­ 2.300 orang berkumpul di ba­wah perintah nan Robertson. Tiba-tiba datang berita Demang Tengger Adas dan De­mang Moeneng. bah­wa telah terjadi pemberontakan yang Pada sore hari tanggal 18 Mei 1813, Fraser, Mc diperkirakan dipimpin oleh orang yang Pherson, Robertson Cameron, Felix Dupre, tidak senang dan dimungkinkan berasal Han Kit Ko, dan Ong Tiong-Tiong menuju dari keluarga bekas bupati (Sutherland, distrik Moeneng. Mereka merasa bahwa kasus 1983:147). itu merupakan ungkapan semangat agama, Sekitar 30 pal ke arah Barat Laut di ibu sehingga ber­tekad memeriksa secara pribadi kota Probolinggo, di desa Wonosari, ada dan menge­tahui maksud pemberontak. Para

149 Vol. 1, No. 2, Desember 2011 pem­be­rontak tidak mau diajak kompromi lama (Kar­todirdjo, 1977:44). Para kurir dan ma­lah menyerang dengan kekerasan. dikirim ke Surabaya dan Pasuruan untuk Dalam peristiwa Moeneng, Frasser, Mc minta ban­tuan. Residen Inggris di Pa­su­ Pherson, Felix Dupre, Han Kit Ko, dan Ong ruan, H.G. Yourdan memerintahkan orang- Tiong-Tiong terbunuh oleh serangan agresif orang Be­landa dipimpin Kolonel Aren­ kaum pemberontak (Lekkerkerker, 1931:502). child dan pa­sukan Jayen Sekar di bawah Ha­nya Robertson Cameron yang masih bisa pim­pinan Letnan Droeyer ke Pro­bo­ling­go. menyelamatkan diri dan berusaha kembali ke Pada sore hari tanggal 19 Mei 1813, pasu­ dalem kabupaten. Dalam situasi sulit, op­sir kan ini membentuk pertahanan di To­ngas. itu tetap bertahan di dalam kabupaten. Pa­da Di tempat ini Komandan Surabaya, Ma­yor malam itu juga beberapa budak dipe­rintahkan Forbes beserta 300 orang tentara Skot­lan­ ke luar untuk mengumpulkan orang-orang dia dan 500 serdadu Benggala dari Resi­ ­ Han Kit Ko. Menjelang pagi tang­gal 19 Mei men ke-78 bergabung dengan pasukan 1813 berhasil dikumpulkan sekitar 150 orang. Pa­suruan. Menjelang fajar tanggal 20 Mei Kekuatan ini dibagi dua, sebagian berjaga- 1813 pasukan gabungan ini menghadapi jaga mempertahankan da­lem kabupaten pa­ra pemberontak. Pada jarak 3 paal dari dan sisanya dikirim keluar un­tuk mencari Tongas pasukan gabungan dihadang ka­ informasi mengenai situasi pemberontakan. um pemberontak yang membawa ben­ Ternyata orang-orang yang dikirim keluar dera ku­ning. Gerakan ini dipimpin sen­ tidak kembali. Ada du­gaan mereka bergabung diri oleh De­mang Tengger Adas. Para dengan pihak pem­berontak. pem­­berontak menghadapi musuh secara Cara yang ditempuh Cameron agar me­ fron­tal, karena semangat yang berkobar- reka yang di dalam kabupaten tidak ikut kobar yang di­pom­pakan oleh Demang menyeberang pada kaum pemberontak ada­ Tengger Adas. Mereka men­desak ke te­ lah menahannya di kompleks kabupaten ser­ ngah-tengah barisan pasukan gabungan ta menempatkan budak-budak yang dapat yang dilengkapi senjata lebih modern. di­percaya di seluruh gerbang dan pintu De­­mang Tengger Adas terluka pa­rah dan keluar. Kekuatan yang ada tidak mampu di­tinggalkan oleh pengikutnya. De­mang membendung agresivitas pemberontak. De­ Teng­ger Adas ditangkap dan Demang mang Tengger Adas dan Demang Moeneng Moe­­neng terbunuh. Sekitar pukul 12.00, be­serta pengikutnya mengibarkan bendera ba­lai Probolinggo dapat diambil alih oleh warna kuning sebagai simbol keberanian. pa­sukan Inggris yang sebelumnya telah di­ Para pengikutnya mengenakan sepotong ram­pok harta bendanya. kain­ diikatkan pada seputar leher (ANRI, A.D. Probolinggo, No. bundel 10/2, No. 155). Pertahanan yang lemah memudahkan E. Pembelian Kembali Tanah Besuki, pemberontak merampok dan membakar har­ Panarukan, dan Probolinggo ta benda milik Han Kit Ko. Dalam gerakan ini Penyelidikan yang dilakukan Komisaris De­mang Tengger Adas berhasil mengambil Craw­furd dalam menelusuri sebab-sebab alih balai Probolinggo dan mengangkat di­ pem­berontakan memberikan hasil kurang ri­nya sebagai pangeran di istana Kabupaten me­ngun­tung­kan bagi metode penguasaan Probolinggo. dan pengaturan oleh tuan tanah Cina (Lek­ Seperti halnya gerakan sosial di pe­ ker­kerker, 1931:504). Per­kembangan di de­saan Jawa lainnya, gerakan petani wilayah ini diawali ketika pemerintah me­ ini dengan mudah­ dapat diatasi oleh nerima pe­tisi dari Han Tjan Pit, Tuan Tanah kekuatan militer Inggris. Gerakan protes Cina di Besuki dan Panarukan pada tan­ yang berakhir pada perlawanan­ dari pihak ggal 24 Mei 1813 (Bastin, 1954:139). Dalam penguasa, tidak lain karena secara langsung petisinya di­nyatakan bahwa dia tidak terancam otoritasnya (Kartodirdjo, lagi dapat me­me­nuhi angsuran untuk 1990:154-155). Pe­­­­ngu­a­saan oleh penduduk pembelian tanah per­kebunannya.­ Han pribumi di Pro­bolinggo tidak bertahan Tjan Pit minta agar tanah itu diambil alih

150 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin oleh pemerintah. Tawaran ini diterima oleh se­cara teknis mengarah pada hipotik untuk Raffles dan sebagai realisasinya tanggal ditutup menurut persyaratan kontrak 13 Juni 1813 dikeluarkan perintah kepada asli. Hal itu terjadi karena angsuran ke­ Crawfurd­ untuk menyusun kontrak pem­ li­ma yang seharusnya dibayarkan pa­ belian kembali seluruh perkebunan Cina di da bulan Juni 1813 oleh Han Kit Ko ke­ Karesidenan Besuki. Dua bulan berikutnya pa­da pemerintah tidak dilaksanakan. Hopkins ditugasi melaksanakan kontrak Pe­nye­babnya adalah ter­bu­nuhnya tuan yang dibuat oleh Crawfurd dengan Han tanah Cina ini 18 Mei 1813. Cara yang Tjan Pit. Dalam suratnya Han Tjan Pit minta dilakukan oleh keluarga Han Kit Ko untuk agar pemerintah tidak merugikan dirinya menghindari beberapa kesulitan, yaitu terkait pengembalian tanah perkebunan. Se­ menyatakan kesanggupannya melepaskan suai­ kontrak yang disepakati kedua pihak, hak atas tanah perkebunan Probolinggo pe­merintah bersedia membayar 400.000 (Lekkerkerker, 1931:505). Kompensasi dari Ringgit Pe­rak (jumlah pembelian asli) dalam se­mua itu, mereka mengajukan syarat- empat angsuran­ (ANRI A.D. Besuki, Kode sya­rat. Pertama, minta dibebaskan dari Inv. 23/24, No. bundel 10/2). pem­bayaran angsuran pada masa-masa Penundaan sarana pembayaran dila­ berikutnya. Kedua, minta diberi ganti rugi kukan karena pemerintah menghindari uang sehubungan de­ngan pengambilan penge­­ luaran­ uang tunai yang disebabkan tanah oleh pemerintah (ANRI, A. D. Pro­bo­ ke­langkaan uang logam di pasaran (ANRI, linggo, Kode Inv. 23/24. No. bundel 10/1). A. D. Besuki, Kode Inv. 23/24, No. bundel Di Probolinggo, almarhum Han Kit Ko 10/2). Apabila dilakukan pembayaran tunai­ meninggalkan banyak hutang. Keluarga menggunakan uang kertas justru akan me­­ yang ditinggalkan ikut memikul beban itu. nambah kesulitan keuangan yang pada masa Se­belum Han Kit Ko menjadi Mayor Cina itu kacau. Pertimbangan ini dijadikan dasar dan tuan tanah Cina di Probolinggo, saat dalam cara membayar kembali Han Tjan Pit. masih menyandang pangkat Kapitan dan Pembayaran dilaksanakan me­lalui saham tinggal di Pasuruan, ia telah membuat surat pemerintah sebesar 100.000 Ringgit Perak warisan (de Graaf, 1949:377). Surat warisan dengan tingkat suku bunga 6% setahun dalam bahasa Cina diajukan kepada Opsir dan dibayarkan selama em­pat tahun. Militer yang menjadi penguasa Pasuruan, Angsuran pertama dimulai 15 September D. Basse (Hageman,1860). Isi surat warisan 1814, angsuran ke dua 15 September 1815, di antaranya mengangkat 6 orang anaknya angsuran ketiga 15 September 1816, dan dan kemenakannya Suro Adinegoro men­ angsuran keempat 15 September 1817. jadi pewaris kekayaannya. Letnan Cina Pemerintah juga harus melunasi­ 3 pos lain Han Soosik yang tinggal di Surabaya men­ kepada bekas penguasa tanah Besuki dan jadi­ pelaksana maksud pewarisan itu. Sehu­ ­ Panarukan. Pertama, se­be­sar 8.000 Ringgit bungan dengan kematian Han Kit Ko, su­rat Perak sebagai ganti pe­nge­luaran yang warisan itu justru secara ekonomis mem­ dilakukan Han Tjan Pit un­tuk membangun bebani ahli warisnya. Keluarga bekas tuan kantor dan rumah dinas di Besuki. Kedua, tanah Cina Probolinggo kehilangan keka­ ­ sebesar 7.000 Ringgit Pe­rak untuk biaya yaan yang sangat besar nilainya berupa­ pembuatan benteng di Pa­na­rukan. Ketiga, tanah perkebunan di Probolinggo (Elson, membayar bunga dari­ 400.000 Ringgit 1984). Dewan lelang di Surabaya telah me­ Perak selama 2 bulan 20 hari, terhitung sejak nerima­ terjemahan surat warisan dalam ba­ 25 juni hingga 15 September­ 1813 sejumlah hasa Belanda. Mengingat hutang Han Kit 5.333,22 Ringgit Perak. Ko belum dilunasi, kekayaan yang dijual Dalam menyelesaikan masalah Probo­ melalui lelang umum tidak di­be­rikan agar linggo Hopkins diberi tugas oleh Raffles bisa membayar seperempat hu­tangnya. un­tuk membuat kontrak pembelian kem­ Demikian pula pemerintah juga ber­usaha bali dengan keluarga bekas Tuan Tanah memikul sejumlah hutang Han Kit Ko Pro­bolinggo. Kontrak Probolinggo tampak sebagai akibat pengambilalihan per­kebunan

151 Vol. 1, No. 2, Desember 2011

Probolinggo (ANRI, A.D. Pro­bolinggo, Kode alih pemerintah, yang diangkat sebagai­ Inv. 23/24, No. bundel 10/2). residen Besuki, Panarukan, dan Probolinggo Untuk pembelian kembali perkebunan adalah William Cotes. Bupati­ Besuki, Probolinggo pemerintah kolonial Inggris ha­ Raden Tumenggung Surio Adi­­ningrat juga rus menyediakan dana sebesar 93.974 dolar­ merangkap sebagai Bu­pati Probolinggo. Spanyol (Bastin, 1953:438). Dana itu dialo­ ­ Pada sisi lain, dalam bi­dang keuangan, kasus kasikan untuk beberapa kepentingan. Perta­ ­ pemberontakan 18 Mei 1813 dan pemulihan ma, memikul hutang Han Kit Ko seperti jum­­ kekuasaan peme­ rintah­ atas daerah Probo­ lah di atas. Kedua, membeli penggilingan linggo menjadi pu­kulan bagi keluarga Han gula di Pasuruan yang diperkirakan seharga Kit Ko. Hanya subsidi dan pemberian tanah 20.000 dolar Spanyol ditambah 30 junk ta­ negara ba­gi kehidupan keturunan Han Kit Ko nah sebagai lahan penanamannya untuk di Pasuruan yang membantu keluarga itu lolos peng­hidupan keluarga bekas tuan tanah ini. dari krisis. Sumber dukungan lain berasal dari Tanah ini disewa oleh Bupati Pasuruan se­ keluarga bupati setempat, Raden Tumenggung nilai­ 1.200 dolar Spanyol selama 10 tahun Adipati Notoadiningrat. Bupa­ ti­ ini membantu (ANRI, A.D. Probolinggo No. bundel 10/2). keluarga Han Kit Ko me­mulai­ usaha gula yang Guna memenuhi kepentingan ini, pe­­ sebelumnya telah ditekuni keluarga Han Kit merintah Inggris harus menyediakan da­na Ko di Pasuruan sejak tahun 1799. sebesar 12.000 dolar Spanyol. Ketiga, pe­ merintah menyiap­ kan­ pensiun bulanan se­ besar 50 dolar Spanyol diberikan kepada F. simpulan 6 orang anak Han Kit Ko selama 7 tahun. Terdapat perbedaan antara orang-orang Nilai­ yang dikeluarkan pemerintah­ Inggris Cina­ sebagai tuan tanah dan orang-orang Cina untuk kepentingan ini 300 dolar Spanyol se­ba­gai penguasa. Orang-orang Cina sebagai setiap bulan. Dalam jang­ka waktu 7 tahun tuan ta­­nah memperoleh ta­nah-tanah luas pemerintah Inggris menge­luarkan sejumlah dengan cara menyewa ta­nah dari bupati atau 25.200 dolar Spanyol. Di samping itu masih pemerintah kolo­nial. Dalam hal ini penyewa ada tunjangan bagi anak-anak bekas tuan tanah berhak meng­­gu­nakan atau menguasai tanah Cina yang diberikan saat pernikahan tanah-tanah luas atas dasar­ hubungan sewa- sebesar 4.000 dolar Spanyol. Pada 16 menyewa atau kontrak yang disebut dengan November 1813 Rafles setuju dengan per­ istilah pe­nguasaan tanah. Namun, penguasa sya­ratan tersebut (Bastin, 1953:439). Oleh tanah tidak memiliki hak untuk menjual karena itu, pemerintah Inggris sejak itu me­ kepada orang lain atau mewariskan kepada nguasai seluruh perkebunan Cina. Namun ketu­ru­nan­­­nya. Sementara, Cina penguasa demikian, sebesar 93.974 dolar Spanyol adalah o­rang-orang Cina yang diangkat baru diberikan 61.200 dolar Spanyol se­ sebagai pe­nguasa oleh pemerintah kolonial bagai­ pertimbangan sementara. Sejumlah karena berjasa terhadap pe­merintah kolonial. 32.774 dolar Spanyol belum dibayar oleh Penguasa Cina punya kesem­pa­tan untuk pemerintah Inggris. Akibatnya, para kre­ mewariskan jabatannya kepada ketu­ ru­­ nan­ ­ ditur yang namanya disebut di atas men­ nya sepanjang masih dikehendaki oleh VOC. de­sak pengelola perkebunan keluarga Han Orang-orang Cina bisa menjadi pe­ Kit Ko di Pasuruan, Suro Adinegoro, agar nguasa di daerah Ujung Timur Jawa, ka­rena secepat mungkin melunasi hutang beserta jasanya kepada pemerintah kolonial mau­ bunganya. Besar bunga mencapai 750 dolar pun karena kekayaannya. Han Tik Ko (Han Spanyol sebulan setelah hampir setahun Kit Ko), menjadi penguasa di Kabupaten kematian Han Kit Ko. Hutang yang belum Probolinggo karena telah membeli Ka­ dibayar sebesar 32.774 dolar Spanyol dalam bupaten Probolinggo dari Gubernur Jen­ kurun waktu 16 bulan, mencapai 45.065 deral Daendels. Semula kedudukan Han dolar Spanyol (ANRI, A.D. Probolinggo, Kit Ko sebagai tuan tanah, namun setelah No. bundel 10/1:245). ber­hasil membeli Probolinggo dari VOC Setelah penguasaan atas tanah perke­ ­ dan membeli serta menduduki dalem ka­ bunan Cina di Ujung Timur Jawa di­ambil bupaten­ Probolinggo, dia menuntut agar

152 Cina di Ujung Timur Jawa: Dari Pemegang Kontrak sampai Bupati pada Akhir Abad XVIII hingga Awal Abad XIX Retno Winarni, Bambang Samsu Badriyanto, dan Edy Burhan Arifin penduduk memperlakukan dia seperti penguasa-penguasa sebelumnya, sehingga­ pen­duduk bersikap kepada bupati lama, ia dibunuh dalam perlawanan 13 Mei 1813. dengan segala adat dan aturan feodal. Hal Dalam perjalanan historis bangsa ini, ini berbeda dengan yang di Panarukan dan etnis Cina memainkan peran politiknya. Besuki. Meskipun Han Tan Pit, yang masih Dalam konteks pascareformasi, ketika saudara Han Kit Ko, juga menjadi tuan tanah demokrasi dan otonomi menjadi semangat Cina bahkan menjadi pemilik distrik Besuki dominan,­ etnis Cina, pada dasarnya, dan Panarukan, ia tetap sebagai tuan tanah. mem­punyai hak politik yang sama untuk Sebagai tuan tanah ia mempunyai kekuasaan menjadi pemimpin daerah. Mereka harus yang besar layaknya penguasa-penguasa belajar dari sejarah agar tidak terjebak ke feodal, teta­pi VOC tidak mengangkat Han dalam kekuasaan tradisional, seperti yang Tjan Pit se­bagai penguasa dengan gelar dan dilakukan Han Kit Ko di Probolinggo. simbol-simbol kekuasaan. Keberhasilan-keberhasilan penguasa Cina di Terkait proses penyewaan tanah di Besuki, Panarukan, dan Puger bisa menjadi distrik Ujung Timur Jawa (Besuki, Pana­ contoh bagaimana etnis Cina memimpin ru­kan, dan Probolinggo) lebih disebabkan kekuasaan politik tanpa harus merugikan VOC diilhami oleh praktik-praktik serupa kepentingan rakyat keba­ nya­ kan.­ yang telah dilakukan sebelumnya. Tuan tanah Cina berhasil meningkatkan daerah tersebut menjadi daerah pertanian yang Daftar Pustaka makmur dan bisa menjalin hubungan yang ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. 23/24, baik dengan penduduk pribumi. Berbekal No. bundel. 6 d, ”Hopkins to Raffles, keberhasilan tersebut, VOC meyakini bah­ September, 19, 1813.” wa hanya orang-orang Cina kaya bi­sa di­ per­caya untuk mengelola distrik-dis­trik ANRI, A.D. Besuki, Kode Inv 23/24, No. bundel 10/2, “Extract of letter D. di Ujung Timur Jawa yang pada saat itu Hopkins to Lieut. Gouv. Raffles, ma­sih merupakan tanah-tanah luas yang October 16, 1813.” belum tergali potensinya karena mem­bu­ tuh­kan modal besar. ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. Dampak ekonomi tergantung pada 23/24. No. bundel 10/1, “Stukken ba­gaimana orang-orang Cina mengelola Aangaande Je Particulier Landen, September, 1813.” daerah di bawah kekuasaannya. Di Ujung Timur Jawa, dampaknya berbeda-beda an­ ANRI, A.D. Probolinggo, Kode Inv. 23/24, tara satu daerah dengan daerah lain. Di No. bundle 10/2, “Extract of letter Be­suki dan Panarukan, tuan tanah Cina from Mayor Han Kit Ko.” mengelola distrik-distrik tersebut dengan ANRI, A.D. Probolinggo No. bundel 10/2, baik, meskipun mereka juga menarik pajak “Extract of letter from D. Hopkins Com­ dan tenaga kerja. Mereka meningkatkan misioner of Probolinggo, Octo­ber 1813.” pertanian dengan irigasi yang baik, infra­ ANRI, A.D. Probolinggo, No. bundel 10/1, struktur, keamanan, dan penghapusan ker­ “Suro Adinegoro to Raffles, March ja wajib di daerah sewaannya, sehingga ba­ 20, 1814.” nyak penduduk dari distrik di sekitarnya Bastin, J.S. 1953. ”The Chinese Estate khususnya Banyuwangi yang pindah ke in During The British Be­suki atau Panarukan. Tindakan Han Kit Administration,” dalam Indonesia. Ko setelah membeli Kabupaten Probolinggo ‘SGravenhage: W. van Hoeve. kurang simpatik dengan memecat para ba­­ wahannya yang tidak ia sukai, menarik pajak Bloch, Marc. 1976. Feudal Society: Social Classes and Political Organisation. London: sesukanya, dan menuntut dihormati seperti Routledge & Kegan Paul Ltd. Vol II.

153 Vol. 1, No. 2, Desember 2011

Boomgaard, Peter. 2004. Anak Jajahan Nagtegaal, Luc. 1996. Riding The Dutch Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Tiger: The Company Jawa 1795-1880. Jakarta: KITLV. and the Northeast Coast of Java 1680– Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis 1743. Leiden: KITLV Press. Indonesia, jilid I. Jakarta: Pradnya Nawiyanto. 2007. “Environmental Change Paramita. In A Frontier Region of Java: Besuki. de Graaf, H.J. dkk. 1997. Cina Muslim di Jawa 1870-1970.” Thesis. Canberra: The Abad XV dan XVI: Antara Historis dan Australian National University. Mitos. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Nijhoff, Martinus. 1919. Encyclopaedie van de Graaf, H.J. dan Th. G. Th. Pigeud. 1989. Neder­landsch-Indie, Tweede druk Derde Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di deel. Graven­ha­ge: Martinus Nijhoff. Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad XV Oetomo, Sri Adi. 1987. Kisah Perjuangan dan ke XVI. Jakarta: Grafiti Press. Menegakkan Kerajaan Blambangan. de Jong, JKJ. 1987. de Opkomst van het Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya. Nederlandsch gezag over Java. Uitgeven Ong Hok Ham. 1983. Rakyat dan Negara. door M L. Van Deventer. deel X. Jakarta: Sinar Harapan. Elson, R.E. 1984. Javanese Peasant and The Petition of Han Tan Pit, May 26, 1913, Colonial Sugar Industry: Impact and Change Bengal Civil Colonial Consultations, in an East Java Residency, 1830-1940. March 19, 1814, dalam J.S. Bastin. Singapore: Oxford University Press. 1954. The Development of Raffles Idea on Gonggrijp, G.F.E. 1934. Gellustreerde The Land System in Java and The Work of Encyclopaedie van Nederlandsch- The Mackenzie Land Tenure Commission. Indie. Leiden: Leidsche Uitgevers- Gravenhage: H.L. Smiths. maatschapij. Pigeud. Th. G. Th. 1932. “Aanteekeningen Hageman, Jcz. 1860. “Geschied en Betreffende den Javaanschen Aardrijkundig Overzigt van Java op Oosthoek,” dalam TBG, LXXII. het Eiende der Achttiende Eeuw,” Pusat Bahasa Depdiknas, 2002. Babad dalam TBG. Vol. IX. Besuki: Suntingan Teks dan Terjemahan. Kartodirdjo, Sartono. 1987. Perkembangan Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gadjah Rapport van het Regentschap Poeger, MS- Mada University Press. AN, Kode Besoeki. Lekkerkerker, J. G. W. 1931.”Probolinggo, Reis Van G.G. 1853. “van Imhoff over Java Geshiedenis en Overlevering,” dalam in het Jaar 1746,” Bijdragen Tot de Tall-, de Indische Gids. Land–en Volkenkunde van Nederlandsch Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa Silang Indie, No.1, 1853. Budaya, jilid 1. Jakarta: Penerbit PT Rouffaer. 1931. ”Vorstenlanden,” Adatrechbundel, Gramedia Pustaka Utama. 34. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Sutjipto, FA. 1983. “Kota-Kota Pantai di Budaya (Jaringan Asia), jilid 2. Jakarta: Sekitar Selat Madura (Abad XVII Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. sampai Medio Abad XIX).” Disertasi. Lorwin, Lewis L. 1931. Exploitation Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Encyclopedia of The Social Science. New Budaya. York: Mac Millan. Vol. I. Wijayanti, Putri Agus. 2001. Tanah dan Sistem Perpajakan Masa Kolonial Inggris. Margana, Sri. 2007. “Java’s Last Frontier: Yogyakarta: Tarawang. The Struggle for Hegemony of Blambangan c.1763-1813,” Thesis. Wolf, Eric. 1983. Petani Suatu Tinjauan Leiden: Universiteit Leiden. Antropologis. Jakarta: CV Rajawali.Re- Mashoed, Mohammad. 2004. Sejarah dan Budaya Bondowoso. Surabaya: Papyrus.

154