JURNAL WIDYA CITRA P-ISSN 2721-369X WIDYA Vol. 1, No 2, Hal 69- 85, September 2020 E-ISSN 2722-8320 CITRA

SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI LIBERAL DAN TERCAPAINYA PEMILIHAN UMUM I PADA TAHUN 1955 DI

Ketut Sedana Arta

Universitas Pendidikan Ganesha [email protected]

Abstrak Penulisan Artikel ini bertujuan untuk (1) mengetahui sistem pemerintahan Demokrasi Liberal di Indonesia dan (2) mengetahui pelaksanaan pemilihan umum I pada tahun 1955. Metode yang digunakan pada penulisan artikel ini adalah metode studi pustaka, yaitu dengan mencari sumber melalui literatur-literatur yang relevan dengan tulisan ini. Dari hasil pencarian data, terungkap bahwa Indonesia pernah melaksanakan Demokrasi Liberal yang berlangsung pada tahun 1950-1959, dengan cirinya yaitu sistem pemerintahan berbentuk sistem parlementer dan menganut sistem multi partai. Dalam pelaksanaan demokrasi liberal, Indonesia mengalami tujuh kali pergantian kabinet. Pencapaian terbesar setelah proklamasi diperoleh pada tahun 1955 yaitu dengan tercapainya program pemilihan umum I yang membawa pengaruh cukup besar dalam berjalannya pemerintahan pada waktu itu.

Kata Kunci : Demokrasi Liberal, Pemilihan Umum 1955.

Abstract The writing of this article aims to (1) find out the Liberal Democracy government system in Indonesia and (2) find out the implementation of the general election I in 1955. The method used in writing this article is the method of literature study, namely by finding sources through relevant literature with this writing. From the results of the search for data, it was revealed that Indonesia had implemented Liberal Democracy which took place in 1950-1959, with its characteristic of being a parliamentary system and adopting a multi-party system. In the implementation of liberal democracy, Indonesia experienced seven cabinet changes. The greatest achievement after the proclamation was obtained in 1955, namely the achievement of the electoral program I which brought considerable influence in the running of the government at that time.

Keywords: Liberal Democracy, General Election 1955.

Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020 69

70 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

Pendahuluan yang dimana banyak partai yang Proses kembalinya bentuk mencoba silih berganti untuk negara dari RIS menuju NKRI tidak mencoba memegang tampuk bisa dilepaskan dari dinamika dua kekuasaan eksekutif dan legislatif. pendapat pada triwulan kedua di Dalam perjalanan panjangnya tahun 1950, yakni pendapat demokrasi liberal yang diterapkan di SoesantoTirtoprojo dari PNI yang Indonesia telah mengalami tujuh kali menganjurkan agar negara-negara pergantian kabinet, tentu saja sering RISbergabung dengan Republik terjadinya pergantian kabinet ini Indonesia, sedangkan pendapat mengakibatkan terjadinya kedua dari Moh. Natsiryang dikenal kegoncangan atau ketidak stabilan dengan Mosi Integral Natsir yang dalam perjalanan politik Indonesia memberikan pendapat pembentukan saat itu. Adapun kabinet yang pernah negara kesatuan hendaklah memerintah pada saat Demokrasi dilaksanakan tanpa menimbulkan Liberal, yaiyu : Kabinet Natsir (6 konflik baik antara negara-negara September 1950-21 Maret 1951), bagian maupun antara golongan kabinet Sukiman (27 April 1951-3 masyarakat kita padaumumnya April 1952), Kabinet (3 (Waluyo, 2009), yang pada akhirnya April 1952-3 Juni 1953), Kabinet Ali pendapat Natsir dipakai sebagai opsi I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955), Kembali ke NKRI Kabinet Burharuddin Harahap (12 Pada tahun 1950 Indonesia Agustus 1955-3 Maret 1956), menerapkan sistem demokrasi liberal Kabinet Ali II (20 Maret 1956-4 yang sesuai dengan Undang-undang Maret 1957), dan terakhir Kabinet Dasar Sementara 1950. Demokrasi Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959). liberal berlangsung cukup lama di Meskipun mengalami silih Indonesia, yaitu pada tahun 1950 bergantinya kabinet, namun hingga Juli 1959. Sistem politik pada pencapaian terbesar ke dua setelah demokrasi liberal mendorong untuk Proklamasi Kemerdekaan terlaksana lahirnya partai-partai politik.hal ini pada demokrasi Liberal, yaitu dikarenakan sistem yang dianut pada mengenai Pemilihan Umum pertama masa itu adalah sistem multi partai,

71 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

yang dilakukan oleh Negara Langsung, Umum, Bebas dan Indonesia. Rahasia (LUBER) (Dzulfikriddin, Pemilihan umum merupakan 2010:106). sebuah sarana demokrasi, yang Lamanya proses pelaksanaan dimana kekuasaan lahir berdasarkan pemilu disebabkan adanya hati nurani dan kehendak rakyat, perselisihan politik antara kabinet oleh rakyat serta untuk rakyat. yang memerintah dengan pihak Pemilihan umum memiliki tujuan oposisi, seperti yang dikemukakan dalam menegakan prinsip kedaulatan oleh Deliar Noer (1987) yang bahwa rakyat (Waridah, dkk, 2003: 7). lamanya proses terjadinya pemilu Pemilihan umum di Indonesia untuk karena kentalnya faktor politik pertama kalinya disiapkan dan seperti adanya pergantian ketua diselenggarakan oleh tiga kabinet Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) yang berbeda. Persiapannya dari Assaat yang digantikan oleh dilakukan oleh Kabinet Wilopo, Hadikusumo dari PNI serta tidak sedangkan pelaksanaannya diikutkannya Masyumi dalam PPI, dilakukan oleh Kabinet Ali sementara NU, PSII, dan Perti yang Sastroamijoyo I dan Kabinet merupakan partai politik Islam tidak Burharuddin Harahap. Pemilu tahun melakukan Tindakan protes. 1955 menggunakan UU Nomor 7 Kebijakan tersebut berlanjut dengan Tahun 1953 tentang pemilihan pergantian secara besar-besaran anggota Konstituante dan Anggota terhadap pejabat-pejabat penting DPR, dan dipersiapkan serta baik pusat maupun daerah. dilaksanakan oleh suatu badan Faktor pertentangan politik Pemilihan umum yaitu Panitia terutama pada masa Burhanuddin Pemilihan Indonesia (PPI). Badan Harahap kerap terjadi, PNI sebagai pemilu ini bersifat independen partai oposisi terbesar terus karena semua perwakilan politik melancarkan kritik terhadap mempunyai wakilnya di PPI. pemerintah, yang mencurigai segala Pemilihan umum diselenggarakan persiapan untuk terselenggaranya berdasarkan sistem demokrasi pemilu dituding oposisi sebagai Pancasila dan berlangsung secara upaya pemerintah memenangkan

72 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

pemilu secara tidak demokratis, serta kostituante (Arta & Margi, 2014: dianggap sebagai suatu ancaman 133) terhadap partai-partai di luar partai Pada pelaksanaan pemilihan Islam. Hal tersebut dapat dimaklumi umum 1955 Indonesia dibagi karena Masyumi adalah salah satu menjadi 16 daerah pemilihan yang partai Islam terbesar di Indonesia. meliputi sebanyak 208 daerah Tugas menyelenggarakan kabupaten, 2139 kecamatan dan pemilu memang merupakan tugas 42429 desa. Pemilihan pertama ini yang dibebankan kepada Kabinet berjalan dengan demokratis (Arta Burhanuddin Harahap mengacu pada &Margi, 2014: 133) diikuti oleh UU Nomor 7 Tahun 1953 yang ultra banyak partai karena pada saat itu demokratis, sehingga Indonesia sedang menganut kabinet konsekwensinya adalah menjamin Multipartai. semua golongan, partai, organisasi Berdasarkan Latar Belakang bahkan perseorangan untuk menjadi di atas, maka rumusan masalah peserta pemilihan umum, Daerah dalam penulisan artikel ini adalah pemilihan terbesar seperti Jawa bagaimana sistem politik pada saat Tengah, pemilihan umum bahkan Demokrasi Liberal hingga diikuti oleh 45 partai politik. terciptanya pemilihan umum I tahun Dengan mengacu pada asas 1955?. Tujuan dari penulisan ini kebersamaan, setiap individu diakui adalah mengetahui sistem politik memiliki kesamaan hak dan pada saat Demokrasi Liberal hingga kedudukannya di hadapan hukum. terciptanya pemilihan umum I pada oleh karena itu pemilihan umum I tahun 1955. tahun 1955 semua wakil rakyat dipilih melalui pemilihan umum `dan METODE tidak ada yang diangkat. Pemilihan Metode yang digunakan umum 1955 diselenggarakan dua adalah metode studi Pustaka yang kali yaitu Pada tanggal 29 September diperoleh melalui Jurnal Penelititian, 1955 untuk memilih anggota DPR Buku, Skripsi, Artikel Ilmiah, dan sedangkan tanggal 15 Desember Internet sebagai sumber dalam 1955 untuk memilih anggota penghimpunan informasi untuk

73 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

menghimpun fakta-fakta agar memimpin kabinet yang telah menjadi suatu rangkaian tulisan yang disetujui oleh presiden. Akibat dari menyeluruh. sistem kepartaian yang menganut sistem multipartai maka partai- PEMBAHASAN partailah yang menjalankan Demokrasi Liberal di Indonesia kekuasaannya melalui parlemen. dan Sistem Pemerintahannya Pada demokrasi Liberal yang Demokrasi liberal atau terjadi di Indonesia sering (demokrasi konstitusional)adalah mengalami pergantian kabinet. sistem politik yang melindungi Pergantian ini hampir terjadi setiap secara konstitusional hak-hak tahunnya yang menandakan bahwa individu dari kekuasan pemerintah lemahnya kekuatan kabinet sehingga (Arta & Margi, 2014: 130). Ciri dapat dijatuhkan oleh partai ataupun utama dari demokrasi liberal adalah orang lain. sering bergantinya kabinet. Hal ini Berikut kabinet-kabinet pada masa disebabkan oleh jumlah partai yang demokrasi liberal: cukup banyak namun meskipun jumlah partai banyak tidak ada yang Kabinet Natsir memiliki mayoritas mutlak. Sistem Kabinet Natsir merupakan pemerintahan yang dianut dan kabinet pertama yang berlangsung diterapkan pada masa demokrasi pada 6 September 1950- 21 Maret liberal adalah sistem parlementer. 1951. Adapun program kerja dari Sistem parlementer pada demokrasi kabinet Natsir : menggiatkan usaha liberal, Presiden dan wakil Presiden keamanan dan ketentraman, hanyalah sebagai simbol yang tidak mencapai konsolidasi dan memiliki fungsi pemerintahan penyempurnaan susunan sehari-hari. Menurut UUDS 1950, pemerintahan, menyempurnakan kekuasaan legislatif dipegang oleh organisasi angkatan perang, presiden, kabinet dan DPR mengembangkan dan memperkuat (Zulkarnain, 2012: 103). Perdana ekonomi rakyat dan menyelesaikan menteri menjalankan roda masalah Irian Barat (Arta & Margi, pemerintahan sehari-hari serta 2014: 130). Adapun hasil yang

74 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

diperoleh pada masa kabinet ini lebih condong kepada Amerika adalah berlangsungnya perundingan Serikat. antara Indonesia-Belanda pertama kalinya mengenai masalah Irian Kabinet Wilopo Barat. Kabinet ini jatuh karena Kabinet ini berlangsung mendapat mosi tidak percaya, dan pada3 April 1952-3 Juni 1953. Natsir harus mengembalikan Adapun program kerja dari kabinet mandatnya kepada Presiden. Wilopo adalah: program dalam negeri menyelenggarakan pemilihan Kabinet Sukiman umum (konstituante, DPR, dam Kabinet Sukiman merupakan DPRD), meningkatkan kemakmuran kabinet kedua yang berlangsung rakyat, meningkatkan pendidikan pada 27 April 1951 - 3 April 1952. rakyat, dan pemuliahan keamanan Adapun program kerja dari Kabinet dan program laur negeri Sukiman : menjamin keamanan dan penyelesaian masalah hubungan ketentraman, mengusahakan Indonesia-Belanda, pengembalian kemakmuran rakyat dan Irian Barat ke pangkuan Indonesia memperbaharui hukum agrarian agar serta menjalankan politik luar negeri sesuai dengan kepentingan partai, yang bebas aktif (Arta & Margi, mempercepat persiapan pemilihan 2014:131-132). Kabinet Wilopo umum, menjalankan politik luar menjalankan politik luar negeri yang negeri secara bebas aktif serta bebas dan aktif, namun kabinet ini memasukan Irian Barat ke dalam juga bertugas menghapuskan wilayah RI secepatnya (Arta & persetujuan dengan Amerika Serikat Margi, 2014:131). Hasil yang yang terjadi masa Kabinet Sukiman, diperoleh pada masa kabinet ini tidak dengan cara berusaha memperoleh terlalu signifikan, hal ini dikarenakan bantuan dengan syarat-syarat yang kabinet ini meneruskan program kurang mengikat (Ricklefs, 2009: kerja dari kabinet sebelumnya. 508). Kabinet ini jatuh karena Kabinet ini jatuh karena dianggap mendapat mosi tidak percaya yang melanggar politik bebas aktif dan diajukan kepada parlemen adalah karena Kabinet Wilopo dianggap

75 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

gagal dalam menangani pergolakan merosot pada Kabinet Ali I di daerah. (Poesponegoro, dkk, 2008: 314).

Kabinet Ali Sastroamijoyo I Kabinet Burharuddin Harahap Kabinet ini berlangsung pada Kabinet ini berlangsung pada 31 Juli 1953-12 Agustus 1955. 12 Agustus 1955-3 Maret 1956. Adapun program kerja dari Kabinet Adapun Program Kerja dari kabinet Ali I adalah: meningkatkan ini adalah: mengembalikan keamanan dan kemakmuran serta kewibawaan pemerintah, yaitu segara menyelenggarakan pemilu, mengembalikan kepercayaan pembebasan Irian Barat secepatnya, angkatan darat dan masyarakat pelaksanaan politik bebas aktif dan kepada pemerintah, melaksanakan peninjauan kembali persetujuan pemilihan umum menurut rencana KMB, penyelesaian pertikaian yang sudah di tetapkan dan politik hasil yang di proleh dari mempercepat terbentuknya parlemen kabinet ini adalah persiapan baru, masalah desentralisasi, inflasi, pemilihan umum untuk memilh pemberantasan korupsi, perjuangan anggota parlemen yang akan di pengembalian Irian Barat, politik selenggarakan pada 29 September kerja sama Asia Afrika berdasarkan 1955, dan menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif (Arta Konfrensi Asia-Afrika atau KAA & Margi, 2014:133). tahun 1955 (Arta &Margi, Hasil yang diperoleh pada 2014:133). Pada masa Kabinet Ali I masa kabinet ini yaitu, berhasil ini peristiwa besar Konferensi Asia menyelenggarakan pemilihan umum Afrika atau (KAA) berhasil untuk anggota DPR dan berhasil diselenggarakan di kota Bandung. mengembalikan wibawa pemerintah Kabinet Ali jatuh karena NU Republik Indonesia di mata angkatan menarik diri dari kabinet, karena darat. Kabinet ini jatuh karena perseteruan dengan PNI. Selain itu Banyak partai yang menarik menteri- dikarenakan keadaan ekonomi yang menterinya untuk keluar dari kabinet semakin buruk dan korupsi yang dan akhirnya Burharuddin mengakibatkan kepercayaan rakyat

76 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

mengembalikan mandat kepada ini jatuh karena berkobarnya presiden. semangat anti China di masyarakat, munculnya pergolakan di daerah Kabinet Ali Sastroamijoyo II yang semakin menguat dan Kabinet ini berlangsung pada mengarah pada gerakan sparatisme. 20 Maret 1956-4 Maret 1957. Adapun program kerja pada kabinet Kabinet Djuanda ini adalah: perjuangan pengembalian Kabinet ini berlangsung 9 Irian Barat, pembentukan daerah – April 1957 - 5 Juli 1959. Adapun daerah otonomi dan mempercepat program kerja kabinet ini adalah: terbentuknya anggota – anggota lain membentuk dewan nasional, DPRD, mengusahakan perbaikan normalisasi keadaan RI, nasib kaum buruh dan pegawai, melancarkan pelaksanaa pembatalan menyehatkan perimbangan keuangan KBM, perjuangan pengembalian Negara, mewujudkan perubahan Irian jaya, mempercepat proses ekonomi colonial menjadi nasional pembangunan. Hasil yang di proleh berdasarkan kepentingan rakyat. dari Kabinet Djuanda adalah Selain itu program pokoknya adalah mengatur batas perairan nasional pembatalan Konfrensi Meja Bundar, Indonesia melalui deklarasi Djuanda, pemulihan keamanan dan ketertiban, yang mengatur mengenai laut pembangunan lima tahun, pedalaman dan laut territorial. menjalankan politik luar negeri Melalui deklarasi Djuanda ini bebas aktif, melaksankan keputusan menunjukan telah terciptanya Konfrensi Asia-Afrika atau KAA. kesatuan wilayah Indonesia di mana Hasil yang di proleh dari kabinet ini lautan dan daratan merupakan satu adalah mendapat dukungan penuh kesatuan yang utuh dan bulat, dari Presiden dan dianggap sebagai terbentuknya dewan nasional sebagai titik tolak dari periode planning and badan yang bertujuan menampung Investment, hasilnya adalah dan menyalurkan pertumbuhan pembatalan seluruh perjanjian kekuatan yang ada dalam masyarakat Konfrensi Meja Bundar atau KBM dengan Presiden sebagai ketuanya (Arta & Margi, 2014:134). Kabinet (Arta & Margi, 2014:135). Kabinet

77 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

ini jatuh ketika Presiden Pemili tahun 1955 adalah UUD S merencanakan dekrit pada bulan Juli 1950, khususnya pasal 1 ayat 2 dan 1959. Dekrit Presiden akhirnya pasal 35 (Badruzzaman Busyairi, dikeluarkan karena konstituante 1984 : 87) dianggap gagal dan belum mampu Setiap partai yang ikut dalam membentuk UUD baru sebagai pemilu 1955 berusaha meraih pengganti UUDS terjadi pada simpati masyarakat dengan berbagai tanggal 9 Juli 1959 yang mengakhiri cara sehingga menimbulkan demokrasi liberal di Indonesia. pertentangan politik diantara partai- Berdasarkan paparan di atas partai besar. Beberapa metode sistem demokrasi liberal berakhir kampanye yang dipergunakan adalah pada tahun 1959 yaitu setelah melalui pemuteran film, aktif dalam dikeluarkannya Dekrit Presiden. berbagai perayaan hari besar Meskipun dalam pemerintahan keagamaan, perayaan ulang tahun, demokrasi liberal mengalami banyak pawai, pemasangan pamphlet partai, kegoncangan politik yang kampanye dari tingkat nasional disebabkan oleh sering bergantinya sampai tingkat desa untuk kabinet karena penerapan sistem memenangkan pemilu (Ajeng multipartai, pada masa ini juga Kusumaning Ayu dan Muryadi berhasil melahirkan peristiwa besar (2017) kedua yaitu Terciptanya pemilihan Pemilihan umum merupakan Umum petama pada tahun 1955. sarana untuk melaksanakan demokrasi agar rakyat bisa Pelaksanaan Pemilihan Umum merasakan dalam kehidupan 1955 bernegara. Dalam perjalanan sejarah Pemilu tahun 1955 bangsa Indonesia, selama dipimpin merupakan pemili pertama dalam oleh bapak proklamator (Ir. sejarah Republik Indonesia. Pemilu Soekarno) yang melewati beberapa tahun 1955 dimaksudkan untuk era, mulai dari revolusi fisik, memilih wakil-wakil rakyat untuk menjalankan sistem demokrasi duduk di DPR dan Konstituante. parlementerdan juga sistem Dasar hukum penyelenggaraan demokrasi terpimpin, hanya sekali

78 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

diselenggarakannya pemilu, yaitu 3. Belum adanya Undang-undang pemilihan tahun 1955. Pemilihan pemilu yang mengatur tentang umum I didorong oleh situasi yang pelaksanaan pemilu. Undang- ada pada saat itu, yaitu terjadinya undang pemilu baru disahkan pergantian kabinet secara terus- pada 4 April 1953. menerus dan menimbulkan Pemilihan umum tahun 1955 instabilitas politik Indonesia. merupakan pemilihan umum yang Kabinet yang memerintah pada saat disiapkan dan diselenggarakan oleh itu memiliki umur yang pendek hal tiga kabinet yang berbeda. ini didasari oleh asas multipartai Perancangannya dilaukan oleh yang berlaku pada saat itu. Dengan kabinet Wilopo, Persiapan untuk melihat kejadian tersebut akhirnya pemilihan umum mulai diadakan pemerintah mengambil tindakan oleh kabinet Ali Sastroamijoyo I, dengan mengeluarkan UU No. 7 yaitu dengan membentuk panitia Tahun1953 tentang pemilihan umum pemilihan umum, baik untuk pusat anggota DPR, keberadaan pemilihan maupun daerah. Pada tanggal 16 umum dalam usaha penyederhanaan April 1955 Hadikusumo selaku ketua partai politik mempunyai dua tujuan, panitia pemilihan umum pusat yaitu : untuk melaksanakan prinsip mengumumkan bahwa pemilihan demokrasi dan mencapai stabilitas umum I di Indonesia akan politik. Terlaksananya pemilihan dilaksanakan pada tanggal 29 umum tahun 1955 didasari atas latar September 1955 untuk memilih belakang sebagai berikut : anggota DPR dan tanggal 15 1. Revolusi fisik atau perang Desember 1955 untuk memilih kemerdekaan, menuntut semua anggota konstituante (Poesponegoro, potensi bangsa untuk dkk, 2008: 314). Dengan adanya memfokuskan diri pada usaha pengumuman mengenai tanggal mempertahankan kemerdekaan. pemilihan maka partai-partai politik 2. Pertikaian internal, baik dalam politik mulai meningkatkan lembaga politik maupun kampanyedengan berusaha pemerintah cukup menguras mendapatkan suara terbanyak. energi dan perhatian. Kabinet Ali Sastroamijoyo I

79 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

merupakan kabinet yang bertahan tenang dibandingkan pada saat paling lama diantara kabinet-kabinet pemilihan DPR, rupanya rakyat sebelumnya, namun pada tanggal 24 sudah memiliki pengalaman yang Juli 1955 Ali Sastroamijoyo I cukup dan ketegangan dapat diatasi mengembalikan mandatnya. dengan baik. Hasil dari pemilihan Meskipun kabinet Ali I jatuh, waktu anggota dewan konstituante bahwa yang telah ditetapkan oleh kabinet dukungan terhadap PNI, NU dan Ali Sastroamijoyo I tidak mengalami PKI meningkat, sementara masyumi perubahan dan direalisasi oleh yang menjadi pemenang kedua pada kabinet Burharuddin Harahap. saat pemilihan DPR mengalami Pemilihan umum tahun 1955 kemerosotan perolehan suara. menggunakan sistem proposional, Melalui berbagai perdebatan, yaitu setiap daerah pemilihan pergantian beberapa kabinet dan mendapat sejumlah kursi pembahasan terhadap naskah berdasarkan jumlah penduduknya. perundang-undang pemilu, lahirnya Pemilihan umum pertama pemilihan umum dapat dilaksanakan. dilaksanakan pada tanggal 29 Peserta dalam pemilihan September 1955 untuk memilih umum 1955 dapat digolongkan anggota DPR, lebih dari 39 juta berdasarkan ideologinya antara lain : rakyat Indonesia memberikan (1). partai politik yang beraliran suaranya di kotak-kotak suara. Hasil nasionalis antara lain: PNI, IPKI pemilihan umum tahap I ini ternyata (Ikatan Pendukung Kemerdekaan dimenangkan oleh empat partai Indonesia), Partai Rakyat Nasional, yaitu, PNI, Masyumi, NU, dan PKI PPRI, PERMAI, Partai persatuan sedangkan partai-partai lain Daya, dan lain-lain. (2). Partai mendapatkan suara lebih kecil Politik Beralirkan Islam, antara lain: daripada keempat partai tersebut NU, PSII, Partai Islam Perti, PPTI. (Poesponegoro, dkk, 2008: 317). (3). Partai Politik beraliran komunis, Pemilihan umum untuk konstituante antara lain : PKI dan ACOMA. (4). dilaksanakan pada tanggal 15 Partai Politik beraliran sosialis, Desember 1955. Suasana dalam antara lain: PSI, Partai Murba, Partai menghadapi pemilihan ini jauh lebih Rakyat Desa dan Baperki. (5). Partai

80 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

yang beraliran Kristen/Nasrani sembilan anggota di tiap-tiap daerah antara lain: Partai Kristen Indonesia dalam enambelas daerah pemilihan, dan Partai Katol ditunjuk oleh Menteri Pemilu 1955 diikuti oleh 118 Kehakiman;(3) Panitia Pemilihan peserta untuk DPR dan 91peserta Kabupaten, terdiri dari li,a sampai untuk konstituante. Para peserta itu Sembilan anggota, ditunjuk oleh ada yang berbentuk partai, golongan gubernur atas nama Menteri Dalam atau kelompok, bahkan ada peserta Negeri, diketahui oleh Bupati; (4) perseorangan dan gabungan Panitia Pemilihan Kecamatan, perseorangan yang memang sedikitnya terdiri dari lima orang diperbolehkan pada masa itu. Dalam ditunjuk oleh Panitia Kabupaten, atas pemilu ini, wilayah ini, wilayah nama Menteri Dalam Negeri diketuai Indonesia dibagi dalam 15 daerah Camat; (5) Panitia Pemilihan Desa, pemilihan, namun tidak semua sedikitnya tiga anggota ditunjuk oleh peserta pemilu yang banyak itu ikut camat, diketuai oleh Kepala Desa. di semua daerah pemilihan, Hanya Jumlah Penduduk Indonesia Masyumi, PNI, PKI, PSII dan PSI 77.987.979 dan yang mempunyai yang ikut setiap daerah pemilihan hak pilih berjumlah 43.104.464. (Alfian, 1971: 4). Dari sisi persiapan Suara yang sah berjumlah pemili 1955 telah mempunyai 37.787.569 suara untuk DPR dan struktur yang baik hal ini dapat 37.837.111 suara untuk konstituante. dikaji dari dokumen Boyd R. Tidak semua kontestan pemilu Compton (1993) yang mendapatakan kurdi di DPR atau di mendeskripsikan bahwa pemilu Konstituante. Hanya 28 kontestan diselenggarakan oleh suatu jenjang pemilu yang mendapatkan kursi di panitia-panitia pemilihan di lima DPR, sedangkan di konstituante ada tingkat, meliputi: (1) Panitia 34 kontestan yang mampu meraih Pemilihan Indonesia, terdiri dari lima kursi (Soebagio, 1980) sampai Sembilan anggota-anggota Dunia internasional yang ditunju oleh presiden; (2) mengakui kelebihan dan kekurangan Panitia Pemilihan Daerah, panitia pemilihan Umum tahun yang terdiri dari lima sampai 1955merupakan pemilihan umum

81 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

pertama yang terselenggara di kekurangan sepert: (1) Adanya krisis Indonesia, melihat dari hal tersebut ketatanegaraan, (2) Tidak adanya ada beberapa kelebihan dan partai politik yang memperoleh suara kekurangan dari pelaksanaan pemilu mayoritas mutlak. (3)Banyak tahun 1955, Adapun kelebihan dan menimbulkan kekecewaan di partai kekurangan dari pemilu ini adalah politik. sebagai berikut:Kelebihan : Hasil pemilihan umum 1955 (1)Tingkat partisipasi rakyat sangat menunjukkan persaingan sengit besar. (2) Presentase suara sah yang antara empat partai seperti PNI, besar, padahal 70% penduduk Masyumi, NU dan PKI.. Tidak ada Indonesia buta huruf. (3) Pemilu kontestan yang mampu meraih berjalan aman, tertib, dan disiplin kemenangan dengan mutlak atau serta jauh dari unsur kekerasan dan secara mayoritas. Perolehan suara kecurangan.Namun Pemilu tersebut empat besar dalam Pemilu 1955 juga memiliki kekurangan- adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perolehan suara, prosentase, dan Jumlah Kursi DPR Pemilu 1955 Nama Partai Jumlah Suara yang Persentase Jumlah Kursi di Diperoleh Parelemen (DPR) PNI 8.434.653 22,3 % 57 Masyumi 7.903.886 20.9 % 57 NU 6.955.141 18,4 % 45 PKI 6.176.914 16,4 % 39 Lain-lain 8.314.705 22,0 % 59 Sumber: Dikutif dari Kacung Marijan, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, : Erlangga, 1992: 74

Dari Pemilu 1955, Roem (Masyumi) sebagai Wakil PM dibentuklah partai koalisi antara 1, K.H. Idham Chalid (NU) sebagai PNI, Masyumi, dan NU tanpa Wakil PM II. Oleh karena itu, melibatkan PKI. Kabinet ini cabinet ini dikenal dengan nama dipimpin oleh Mr. Ali Kabinet ALI II atau Kabinet Ali- Sastroamidjojo (PNI) sebagai Roem-Idham. Perdana Menteri, Mr. Mohammad

82 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

Hasil Pemilu 1955 dibandingkan dengan jumlah wakil menunjukkan bahwa meskipun partai-partai Islam di DPR mayoritas penduduk Indonesia sementara (sebelum pemilu) yang beragama Islam (88%), tidak semua hanya berjumlah 57 orang di DPR penduduk Indonesia menyalurkan sementara sementara (sebelum aspirasinya pada partai atau pemilu), maka sebenarnya hasil itu golongan Islam. Pada pemilu ini, mengalami kenaikan yang cukup partai dan kelompok Islam hanya besar. Perolehan suara dan kursi di memperoleh 116 kursi (45,2%) dari DPR (Parlemen) bagi setiap partai 257 kursi parlemen yang atau kelompok Islam adalah sebagai diperebutkan. Namun jika berikut:

Tabel 2. Jumlah Suara, Prosentase, dan Kursi DPR dari Partai Islam Nama Partai Jumlah Suara Persentase Jumlah Kursi di yang Diperoleh Parelemen (DPR) Masyumi 7.903.886 20.9 % 57 NU 6.955.141 18,4 % 45 PSII 1.091.160 2,9 % 8 Perti 483.014 1,3 % 4 PPTI 85.131 0,3 % 1 AKU 81.454 0,2 % 1 Sumber: Diolah dari Miriam Budirdjo. Demokrasi di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 : 74

Sedangkan untuk anggoya suara mutlak. Harapan tersebut Konstituante, perolehan suara dianalisis dari keanggotaan partai-partai Islam mengalami Masyumi berjumlah 40 juta. penurunan yakni 16.464.008 suara Menurut Zulfikriddin (2010: 109) dan memperoleh 228 kursi dari 514 analisis tersebut berlebihan kursi yang diperebutkan mengingat jumlah penduduk yang Dalam Pemilu 1955 ini, Masyumi memiliki hak suara berjumlah paling kecewa karena sebelumnya 43.104.463 jiwa. Hal lain yang berharap besar akan menang dengan menyebabkan melesetnya perkiraan

83 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

tersebut karena tersebarnya pemilih 1955 perolehan suara partai-partai ke berbagai peserta pemilu, Islam berjumlah 45% dari seluruh khususnya PNI dan NU. Adapun suara yang masuk. Hal tersebut partai yang paling puas terhadap sangat mempengaruhi kelancaran hasil pemilu adalah PKI karena dalam memperjuangkan cita-cita berhasil membuat kejutan dengan partai tersebut dalam parlemen menambah jumlah kursi di maupun dalam majelis konstituante, parlemen, NU dari 8 menjadi 45, realitas tersebut segera terlihat pada sedangkan PKI dari 17 menjadi 39. perdebatan tentang negara dalam Masyumi mendapat kursi konstituante (Maarif, 1987 : 124) sama banyak dengan PNI di DPR, meskipun PNI mendapatkan suara KESIMPULAN yang lebih banyak karena Demokrasi Liberal di keunggulan masyumi lebih merata. Indonesia berlangsung pada tahun PNI hanya menang di daerah 1950 sampai dengan 1959, dalam pemilihan Jawa Tengah, sedangkan pelaksanaannya sistem Masyumi menang di 10 daerah pemerintahannya menganut sistem pemilihan. Adapun NU menang di parlementer. Demokrasi ini daerah pemilihan Jawa Timur dan memiliki ciri yang sangat kental NTB. Berdasarkan hal ini, berarti mengenai sistem multi partai yang Masyumi merupakan partai yang dianut namu tidak adanya partai lebih didukung secara luas dan politik yang memiliki mayoritas merata di seluruh Indonesia. mutlak. Pada sistem ini juga usia Keberhasilan tersebut menurut kabinet dalam setiap Abdul Munir dan Boyd R. Compton pemerintahannya sangat pendek disebakan kepemimpinan Natsir, menyebabkan sering terjadinya sehingga Masyumi berada pada pergantian kabinet. posisi teratas dari seluruh perolehan Pada masa ini pencapaian suara partai-partai Islam sepanjang besar ke dua setelah proklamasi sejarah pemilu di Indonesia (Abdul berhasil diperoleh yaitu dengan Munir Mulkhan, 1994: 141).Namun tercapainya Pemilihan Umum pada secara keseluruhan pada pemilu tahun 1955 yang pesertanya berasal

84 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

dari berbagai partai yang ada pada tanggal 15 Desember 1955 saat itu di Indonesia. Pemilihan ini melangsungkan pemilihan Anggota berhasil terlaksana melalui dua Dewan Konstituante. Adapun empat tahap, yaitu tahap pertama pada besar pemenang pemilu 1955 tanggal 29 September 1955 meliputi : PNI, Masyumi, NU dan melangsungkan pemilihan DPR dan PKI

DAFTAR PUSTAKA Dzulfikiddin, M. 2010. Mohammad Sumber buku: Natsir Dalam Sejarah Politik Abdul Munir Mulkhan. 1994. Indonesia. Bandung : Midzan Runtuhnya Politik Santri: Kacung Marijan. 1992. Quo Vadis NU Strategi Kebudayaan dalam Setelah Kembali ke Khittah Islam. : Sipress 1926. Jakarta : Erlangga, Ahmad Syafii Maarif. 1987. Studi Miriam Budiardjo. 1996. Demokrasi di tentang Percaturan dalam Indonesia: Demokrasi Konstituante 1956-1959. Parlementer dan Demokrasi Jakarta : LP3ES Pancasila. Jakarta : Gramedia Alpian. 1971. Pemilihan Umum 1955 Pustaka Utama Untuk Dewan Perwakilan Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Rakyat. Jakarta : Leknas Penelitian Sejarah Anwar Harjono. 1997. Perjalanan Kontemporer (suatu Politik Bangsa: Menoleh pengalaman). Jakarta: Yayasan Kebelakang Menatap Masa Penerbit UI Depan. Jakarta : Gema Insani Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Press Notosusanto. 2008. Sejarah Arta, Sedana dan Margi. 2014. Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Indonesia Dari Proklamasi Jepang dan Zaman Republik Sampai Orde Indonesia (1942-1998). Baru.Yogyakarta:GrahaIlmu Jakarta:Balai Pustaka. Baduzzaman Busyairi. 1989. Ricklefs, M. C. 2009. Sejarah Boerhanuddin Harahap: Pilar Indonesia Modern 1200-2008. Demokrasi. Jakarta : Bulan Jakarta: Serambi Ilmu Bintang Soebagio,I.N.1980. Jusup Wibisono: Boyd R. Compton. 1993. Kemelut Karang di Tengah Gelombang. Demokrasi Liberal Surat-surat Jakarta : Gunung Agung Rahasia Boyd R. Compton. Waluyo. 2009. Dari Pemberontak Jakarta : LP3ES menjadi Pahlawan Nasional Deliar Noer. 1987. Partai Islam di Mohamad Natsir dan Pentas Nasional. Jakarta : Perjuangan Politik di Indonesia Grafiti Waridah, Siti, dkk. 2003. Sejarah Nasional dan Umum. Yogyakarta: Bumi Aksara

85 Vol. 1, No 2, Hal 69-85, September 2020

Zulkarnain. 2012. Jalan Meneguhkan Nomor 2, Tahun 2018. ISSN Negara Sejarah Tata Negara 2337-4713 Indonesia.Yogyakarta: Winda Rizky Nur Lutfiana. 2017. Punjangga Perss Usaha-usaha penggagalan Pemilihan Umum Pertama Tahun 1955. Dalam Jurnal Jurnal: AVATARA Volume 5, Nomorr Ajeng Kusumaning Ayu dan Muryadi. 1, Tahun 2017. 2017. PNI dalam Pemilu 1955 di Jakarta. Dalam Jurnal Internet: VERLEDEN Jurnal Serafica Gischa. 2020. Sejarah Pemilu Kesejarahan, Vol. 10 No.1, Juni 1955 di Indonesia. Dalam 2017 https://www.google.com/amp/s/ Johan Setiawan, dkk. 2018. SISTEM amp.kompas.co/skola/read/2020 KETATANEGARAAN /02/06/170000669/sejarah- INDONESIA PADA MASA pemilu-1955-di-indonesia. DEMOKRASI LIBERAL Diunduh pada tanggal 1 Juli TAHUN 1950-1959. Dalam 2020, pukul 23.45 WITA Jurnal HISTORIA Volume 6,