1

EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI

OLEH

DR. A. A. GDE PUTRA PEMAYUN, M.Si

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR 2018

2

KATA PENGANTAR

Industri pariwisata sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara. Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks. Quick Yielding Industry berarti cepat menghasilkan. Dengan pengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank. Dalam industri pariwisata di Bali berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tersebut, bertugas mengatur dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainability tourism). Kepariwisataan yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Permintaan dalam industri pariwisata yakni banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang. Meningkatnya jumlah pengunjung pada suatu areal wisata khusus wisata dapat disebabkan karena areal wisata tersebut mempunyai potensi yang menarik, kebutuhan rekreasi meningkat, dan tersedianya sarana dan prasarana yang ditunjang oleh fasilitas akomodasi. Penawaran suatu objek wisata merupakan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang ada untuk digunakan pada waktu luang.

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENULIS DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Ekonomi Kreatif 1.2 Industri Kreatif

BAB II INDUSTRI KREATIF DI 2.1 Sub Sektor Industri Kreatif di Indonesia 2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif 2.3 Konsep Ekonomi Kreatif 2.4 Setrategi Mewujudkan Ekonomi Kreatif 2.5 Pengelolaan Ekonomi Kreatif

BAB III BUDAYA DAN KEARIFAN LOCAL (LOCAL GENIUS) 3. 1 Pengertian Budaya 3.2 Wujud 3.3 Pengertian Kearifan Lokal (Local Genius) 3.4 Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu 3.5 Tat Twam Asi

BAB IV DINAMIKA MASYARAKAT BALI 4.1 Religi dan Upacara Keagamaan 4.2 Organisasi Kemasyarakatan 4.3 Kesenian 4.4 Mata Pencaharian Hidup 4.5 Sistem Pengetahuan 4.6

BAB V BAB VI BAB VII

4

BAB I PENDAHULUAN

Luas pulau Bali yakni 5.632,86 km2 dengan jumlah penduduk kurang lebih 3,5 juta jiwa. Secara administratif Pulau Bali yaitu Provinsi yang dibagi dalam 8 Kabupaten dan satu Kota, dengan ibu kota Denpasar, terdiri dari : 51 Kecamatan, 579 Desa Dinas, 79 Kelurahan dan 3.945 Banjar Adat, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur dengan selat Bali di sebelah barat dan Provisnsi Nusa Tenggara barat dengan selat Lombok di sebelah timur, sedangkan disebelah utara yaitu Laut Jawa dan disebelah selatan ykni samudra Indonesia. Bali adalah salah satu dari 17.805 pulau gugusan kepulauan di Indonesia yang sampai saat ini masih menyiratkan citra magis. Pulau kecil dikawasan tropis dengan pepohonan hijau disepanjang lereng gunung vulkanis, berpasir putih, terumbu karang dan deburan ombak lautnya sangat mengasikkan para peselancar bermain surfing. Lanskipnya mencerminkan ukiran tangan trampil selama berabad-abad yang tervisualisasikan pada terasering persawahan dengan sistem pengelolaan airnya yang sangat canggih dikenal dengan subak. Kedamaian pedesaan, penduduk yang ramah, senyum dan ceria, upacara keagamaan yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari yang menyiratkan budaya yang adiluhung.

Proses Bali menjadi daerah tujuan wisata tidak terjadi secara cepat, namun tahap demi tahap. Secara umum pengembangan pariwisata di Bali dibagi menjadi 6 fase yakni : (1) Masa kedatangan pelaut Eropa, (2) Masa Kolonial Hindia Belanda, (3) Masa pendudukan Jepang, (4) Masa Kemerdekaan, (5) Masa Orde Baru dan (6) Masa Reformasi sampai sekarang. Pesatnya pengaruh globalisasi saat ini menyebabkan semua sektor dalam kehidupan manusia mengalami perubahan yang sangat drastis baik dibidang sosial, ekonomi, politik, hukum dan teknologi informasi menjadi komunitas satu dunia. Sebagai bangsa Indonesia yang dalam kehidupannya pluralisme saling menghargai satu sama lainnya, menatap masa depan yang penuh tantangan dan cobaan silih berganti harus terlewatkan. Pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan perlu memperhatikan dampak serta aspiratif dengan adat istiadat masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata. Masyarakat setempat, wisatawan, pengusaha (investor), biro perjalanan serta Pemerintah Daerah harus saling terpadu untuk berupaya secara maksimal mengembangkan potensi wisata yang memperhitungkan keuntungan dan manfaat rakyat banyak.

5

Secara langsung dengan dibangunnya sarana dan prasarana kepariwisataan di daerah tujuan wisata tersebut maka akan banyak tenaga kerja yang diperlukan. Perputaran uang akan meningkat dengan adanya kunjungan para wisatawan baik domestik maupun non domestik, hal ini tentu akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan penerimaan devisa negara, pendapatan nasional serta pendapatan daerah. Walaupun demikian ada beberapa alasan di luar faktor ekonomis yaitu yang bersifat non ekonomis dalam pengembangan pariwisata. Pembangunan pariwisata perlu direncanakan secara matang dan terpadu dengan memperhatikan segala sudut pandang serta persepsi yang saling mempengaruhi. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah setempat, adat istiadat kebiasaan hidup masyarakat sekitar lokasi pariwisata, kepercayaan yang dianutnya, sampai kepada kebiasaan dan tingkah laku wisatawan yang direncanakan akan tertarik untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata yang siap dikembangkan.Dengan kebijakan yang memperhatikan kompleksitas permasalahan tersebut diharapkan akan tercipta suasana lokasi daerah tujuan wisata yang harmonis, aman, nyaman, bersih, bebas polusi dan memiliki lingkungan yang terpelihara, sehingga menyenangkan semua pihak khususnya para wisatawan.

Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang “perjalanan dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan yang biasa mereka selama lebih dari 24 jam dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan yang dibayar dari dalam tempat yang dikunjungi.Turisme merupakan industri terbesar di dunia, dan merupakan industri yang bergerak dalam bidang jasa. Jasa-jasa yang terkait dengan industri pariwisata adalah transportasi, hotel dan restoran, bank, asuransi, keamanan, dan jasa-jasa yang terkait lainnya.Pariwisata telah menjadi aktivitas rekreasi global. Pada tahun 2008, kedatangan wisatawan internasional 922 juta, meningkat 1,9% dibandingkan tahun 2007. penerimaan pariwisata internasional tumbuh menjadi 944 juta dolar AS (euro 642 juta) pada tahun 2008, mencerminkan peningkatan secara riil sebesar 1,8%.

Adapun pengertian pariwisata yang berkelanjutan adalah industri pariwisata yang berkomitmen untuk membuat dampak yang rendah pada lingkungan dan budaya lokal, sambil membantu menciptakan lapangan kerja di masa depan bagi masyarakat lokal. Tujuan dari pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah untuk membawa pengalaman positif bagi masyarakat setempat, perusahaan pariwisata dan wisatawan sendiri.Para

6 ekonom global memperkirakan pertumbuhan pariwisata internasional, berkisar antara tiga dan enam persen per tahun, tergantung pada lokasinya. Sebagai salah satu industri terbesar dan yang berkembang cepat di dunia, pertumbuhan ini (pariwisata) akan memberikan dampak yang besar pada habitat biologis yang beragam dan budaya masyarakat asli, yang sering digunakan untuk mendukung pariwisata massal.

1.1Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif dan industri kreatif adalah satu kesatuan, di masyarakat modern dua istilah ini sudah tidak asing lagi. Keberadaan ekonomi kreatif mampu menopang kehidupan masyarakat dengan berlandaskan kemandirian, artinya orang tak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja. Dengan mereka paham akan konsep ekonomi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang seperti di luar negeri. Memang di Indonesia sendiri Industri kreatif masih belum maksimal perkembangannya, hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang pola pikirnya masih berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa untuk bekerja pada orang lain, ketergantungan inilah yang membuat orang tidak mampu menciptakan ide-ide baru untuk memandirikan diri sendiri.

Saat ini sering dilihat fenomena dimana banyak sekali kaum terpelajar dalam artian mereka yang mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik, tetapi justru sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah mindset yang harus dirubah ketika orang seharusnya sudah tidak lagi berpegang pada konsep itu, menciptakan lapangan kerja secara mandiri walau masih disebut self employ bukanlah sebuah persoalan.Agar lebih paham pengertian ekonomi kreatif dan industri kreatif diuraiakan berikut ini.Teori ini membagi peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif (Alvin Toffler,1980).

Ekonomi kreatif yaitu ide berupa barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecillah yang membuat ekonomi tetap tumbuh (Paul Romer, 1993). Juga ada para akhli lain memberikan pernyataan bahwa “The Creative Economy” menemukan kehadiran

7 gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat ( Howkins, 2001). Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Dos Santos, 2007)

1.2 Industri Kreatif

Industri Kreatif diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain industri budaya (culture industry). Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif yakni industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.Industri kreatif yakni industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual(Simatupang, 2007). Menurut Howkins, industrikreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video). Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa "kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama" dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi.

Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif. Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif.

8

BAB II

INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA

2.1 Sub Sektor Industri Kreatif di Indonesia

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

 Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha).  Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha).  Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.  Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,

9

tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).  Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.  Fashion : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.  Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik, tata suara, penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film.  Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.  Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.  Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.  Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,

10

reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.  Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan peranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur peranti lunak, desain prasarana peranti lunak dan peranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.  Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.  Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.  Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir

11

cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan

2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif

Kreatifitas merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk- bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan “pasar”nya sendiri, dan berhasil menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007). Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara-negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya. Negara - negara membangun potensi ekonomi kreatif dengan caranya masing - masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut. Indonesia menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video & fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio serta riset & pengembangan

Pada tahun 2006 Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu membentuk program Indonesia Design Power yaitu suatu program pemerintah yang yang tujuannya menempatkan produk Indonesia berstandar internasional dan memiliki karakteristik nasional yang dapat bersaing dan diterima pasar dunia. Industri kreatif di Indonesia bahkan mampu bertahan di tengah ancaman krisis global.

2.3 Konsep Ekonomi Kreatif

Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam

12 kegiatan ekonominya. Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Ide adalah barang ekonomi yang sangat penting (Paul Romer , 1993). Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Romer juga berpendapat bahwa suatu negara miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan nilai ekonomi. Jadi ide adalah factor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Disamping itu perlu dipaparkan tentang industry kreatif berikut ini.

2.4 Setrategi Mewujudkan Ekonomi Kreatif

Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan presiden, harus membuat beberapa strategi besar dan melaksanakan pembangunan secara terintegrasi antara masyarakat, swasta dan pemerintah. Di antaranya sebagai berikut :

 Menyiapkan insentif untuk memacu pertumbuhan 13ad aide kreatif berbasis budaya. Insentif itu mencakup perlindungan produk budaya, pajak, kemudahan memperoleh dana pengembangan, fasilitas pemasaran dan promosi, hingga pertumbuhan pasar domestik dan internasional.  Membuat roadmap 13ad aide kreatif  Membuat program komprehensif untuk menggerakkan 13ad aide kreatif melalui pendidikan, pengembangan SDM, desain, mutu dan pengembangan pasar.  Memberikan perlindungan 13ad a dan insentif bagi karya 13ad aide kreatif. Beberapa contoh produk 13ad aide kreatif yang dilindungi HKI-nya, di antaranya buku, tulisan, drama, tari, koreografi, karya seni rupa, lagu atau music, dll  Pemerintah akan membentuk Indonesian Creative Council yang akan menjadi jembatan untuk menyediakan fasilitas bagi para pelaku 13ad aide kreatif.

13

 Pemerintah akan menyelenggarakan lomba Indonesia Creative Idol (ICI) 2008, yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan 14ad aide kreatif.

Dengan menggenjot perkembangan 14ad aide kreatif di Bali, banyak manfaat yang bisa diraih apabila semua pihak yang terlibat di dalamnya serius untuk mebangun ekonommi kreatif, di antaranya:

 Bisnis Usaha Kecil Menengah makin berkembang sebagian besar bergerak di 14ad aide kreatif. Beberapa masalah Usaha Kecil Menengah di Bali, seperti pemasaran, promosi, manajerial, informasi, Sumber Daya Manusia, teknologi, desain, jejaring (networking), dan pembiayaan diharapkan bisa segera teratasi. Diharapkan Usaha Kecil Menengah menjadi penggerak utama perekonomian nasional dengan kontribusi 54% kepada PendapatanDomestik Bruto dan pertumbuhan rata-rata 12,2% per tahun pada 2025 bisa terwujud.  Mengurangi tingkat kemiskinan.  Mengurangi tingkat pengangguran.

Ekonomi kreatif bagi Bali sudah bukan hal yang asing, oleh karena itu harus memaksimalisasikan fungsi dari ekonomi kreatif itu agar Negara mendapat pendapatan yang maksimal sehingga dapat membatu pertumbuhan ekonomi di Bali dan Indonesia umumnya. Perkembangan ekonomi kreatif yang positif adalah langkah yang tepat dalam memksimalkan kreatifitas masyarakat untuk membantu membangun prekonomian Bali sehingga bisa menggali potensi dari budaya dan lingkungan sekitar, agar hasil kreatifitas untuk membangun prekonomian Bali dapat di perhitungkan tingkat Nasional dan internasional.

Ekonomi kreatif yakni sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Konsep ini akan didukung dengan keberadaanindustri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi.

John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from Ideas “ pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins menyadari

14 lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di Amerika Serikat.

John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea. Dijelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang”. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.”

United Nations Conference on Trade and Development mendefinisikan ekonomi kreatif “An evolving concept based on creative assets potentially generating economic growth and development.”

Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) mendefisinikan ekonomi kreatif sebagai Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content.

Dalam cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai “Era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, danekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.”

Karakteristik dari ekonomi kreatif:  Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar.  Berbasis 15ad aide atau gagasan.

 Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.

 Konsep yang dibangun bersifat relatif.

15

2.5 Pengelolaan Ekonomi Kreatif

Padatahun 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Proses pengembangan ini diwujudkan pertama kali dengan pembentukan Indonesian Design Power oleh Departemen Perdagangan untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Pada tahun 2007 dilakukan peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007 pada Trade Expo Indonesia.

Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat pemerintah untuk dikelola hingga tingkat kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di kementerian dan hanya tersebar di kementerian terkait. Bersumber dari Laporan Kinerja Kemenparekraf Tahun 2012, sektor ekonomi kreatif tersebut diangkat ke tingkat kementerian karena memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Nilai tersebut yakni kontribusi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif. Adanya pengelolaan ekonomi kreatif di tingkat kementerian tentu makin membantu insan kreatif Indonesia untuk berkembang. Kemenparekraf pun terus melakukan peningkatan kinerja, melakukan penelitian dan pengembangan, serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Beberapa upaya yang telah dilakukan, misalnya pembebasan visa untuk wisatawan, kerjasama dengan pemerintah luar negeri maupun sektor industri seperti Microsoft, Singapore Airlines, Ducati, dan sebagainya.Keberadaan kementerian yang fokus pada pengembangan ekonomi kreatif diharapkan juga dapat mewujudkan visi bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia. Industri kreatif Indonesia akan memiliki masa depan cerah bila ditilik dari perkiraan Alvin Toffler, keberadaan pemerintah, serta potensi kreativitas generasi muda.

16

BAB III BUDAYA DAN KEARIFAN LOCAL (LOCAL GENIUS)

3. 1 Pengertian Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan kebudayaan yakni sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

17

3.2 Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

 Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan yaitu kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai‐nilai, norma‐norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

 Aktivitas (tindakan)

Aktivitas yakni wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

 Artefak (karya)

Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.

18

 Nilai-nilai Budaya

Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkahlakunya.

 Sistem Budaya

Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem- sistem tertentu.

 Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.

 Kebudayaan Fisik

Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain

3.3Pengertian Kearifan Lokal (Local Genius)

Pulau Bali merupakan daerah yang sangat terkenal di dunia sejak sebelum kemerdekaan baik karena pariwisata maupun kearifan lokal dan budayanya. Bali yang masih sangat memegang teguh budaya dan kearifan lokalnya menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang berkungjung. Bali merupakan daerah dengan mayoritas penduduk pemeluk Hindu ini mampu mempertahankan kebudayaan yang ada sejak jaman kerajaaan Hindu-Budha dan satu satunya daerah di indonesia bahkan didunia yang memiliki budaya hindu-budha yang sangat kental dalam segala aspek kehiduan. Kearifan lokal dan budaya yang masih sangat kental ini menyebabkan segala perbuatan yang di lakukan tidak lepas dari kearifan lokal dan kebudayaan. Toleransi yang ditunjukan

19 oleh masyrakat Bali menunjukan tingkat kebudayaannya. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibu kota provinsinya yaitu Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh para orang tua kepada anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana,(Sibarani, 2012). Disamping itu ada akhli lain menyatakan kearifan lokal yaitu semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis ( Keraf, 2002). Berikut dijabarkan beberapa hal pokok tentang kearifan lokal yang telah mengakar di Bali.

3.6 Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu

Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang artinya tiga, “Hita” yang artinya kebahagian, dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana tiga penyebab terciptanya kebahagian.Konsef kosmologi Tri Hita Karana merupakan palsafah tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat keunikan ragam budaya dan lingkungan, ditengah hantaman globalisasi dan homogenosasi. Pada dasarnya hakekat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan kehidupan dengan manusia di dunia ini. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekitarnya.Ketiga itu meliputi hubungan manusia dengan sesama, manusia dengan alam sekitarnya, manusia dengan Tuhan. Hakekat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian 3 (tiga) penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam sekitarnya, manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan

20 falsafah itu tersebut, diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan Individualisme dan materialism. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat mengapus pandangan yang mendorong komsumsirisme, pertikain, radikalisme dan gejolak.

Ketiga penyebab kebahagian itu yakni : 1. Manusia dengan Tuhan Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan atman ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan, yang menyababkan manusia bisa hidup. Manusia berhutang nyawa pada Tuhan, oleh karena itu setiap manusia wajib berterimakasih, berbakti, dan selalu sujud. Itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesarannya  Perlunya beribadah dan melaksanakan perintahNya  Perlunya melaksanakan tirta yatra atau dharma yatra (kunjungan ketempat-tempat suci)  Yoga semadi  Mengikuti, mempelajari, dan melaksanakan ajaran-ajaran dharma

2. Manusia dengan lingkungan Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu, manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungan, dengan demikian manusia sangat tergantung pada lingkungan. oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan lingkungannya, lingkungan harus terjaga dan terpelihara, tidak boleh dirusak, hutan tidak boleh ditebang semuanya karena dapat

21 merusak keseimbangan alam. Hutan yang rapi, tenang akan menyebabkan rasa tenang, tentram dalam diri manusia. 3. Manusia dengan sesamanya Sebagai makhluk sosial,manusia tidak bisa hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dari kerjasama orang lain, karena itu hubungan dengan sesama harus baik dan harmonis. Hubungan antara sesama harus berlandaskan saling asah, asuh, asihartinya saling menghargai, mengasihi, dan melindungi. hubungan antara keluarga dirumah harmonis, dengan masyarakat juga harmonis. Hubungan baik ini menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batindan masyarakat yang aman akan tercipta tujuan yang tentram dan sejahtera. Unsur-unsur Tri Hita Karana antara lain :  Sangyang Jagat Karana  Buana  Manusia Unsur-unsur Tri Hita Karana terdapat dalam kitab Begawad Gita III 10 berbunyi “Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih mena prasawisya dhiwan esa wostiwistah kamaduk” artinya : Pada jaman dulu prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda. Dengan ini lingkungan akan berkembang dan akan menjadi kamaduk dari kehidupan. Penerapan Tri Hita Karana.

1. Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu sebagai berikut o Hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan Dewa yadnya. o Hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diwujudkan dengan Bhuta yadnya. o Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra, Resi, Manusiayadnya. 2. Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu di Bali dapat dijumpai dalam perwujudan:

 Parhyangan: Parahyangan untuk di tingkat daerah berupa Kahyangan Jagat Di tingkat desa adat berupa Kahyangan desa atau Kahyangan Tiga Di tingkat keluarga berupa pemerajan atau sanggah

22

 Pelemahan : Pelemahan di tingkat daerah meliputi wilayah Propinsi Bali Di tingkat desa adat meliputi "asengken" bale agung Di tingkat keluarga meliputi pekarangan perumahan  Pawongan : Pawongan untuk di tingkat daerah meliputi umat Hindu di Bali Untuk di desa adat meliputi krama desa adat Tingkat keluarga meliputi seluruh anggota keluarga

3.7 Tat Twam Asi

Tat Twam Asi mempunyai arti engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Makna mendasar yang dapat dipetik dari Tat Twam Asi tersebut adalah bagaimana menyayangi diri sendiri demikian juga menyayangi orang lain bahkan lingkungan sekalipun. Atas dasar itu maka tindakan hormat menghormati sesama umat beragama adalah sangat diperlukan bahkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ajaran Tat Twam Asi sangat selaras dengan ideology Negara yaitu pancasila. Dengan demikian setiap warga Negara mempunyai hak untuk mengaktualisasikan ajarannya ditengah- tengah masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan yang berlaku di masyarakat tersebut serta tetap mengutamakan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Dari uraian di atas simpulannya bahwa ajaran agama merupakan pedoman dan tuntunan bagi umatnya dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai umat beragama dan warga NegaraIndonesia, harus memahami empat ( 4 ) pilar utama yaitu :

1. Pancasila sebagai ideology Negara 2. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) 3. Undang-Undang Dasar 1945 4. Bhineka Tunggal Ika

Dengan empat pilar utama diatas maka setiap warga Negara yang sekaligus umat beragama hendaknya tetap mempertahankan NKRI yang berideologi pancasila dengan mengembangkan wawasan nasionalnya bahwaIndonesiaadalah Negara yang multi kultural atau pluralisme yang perlu dijaga ditumbuh kembangkan dan dipertahankan sampai kapanpun. Semoga Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ) menganugerahkan kekuatan dan

23 sinar sucinya kepada seluruh warga bangsa khususnya warga Bali agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik, sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada Negara dan daerah Bali guna ketertiban, kesejahteraan, kemajuan dan kejayaan Indonesia pada umumnya dan Bali khususnya. Berbakti kepada agama dan Negara sesuai dengan konsep dalam agama Hindu yang di sebut dengan Dharma Agama dan Dharma Negara.

Sebagai umat Hindu perlu menanamkan pemahaman yang mendalam untuk berbuat kebenaran berdasarkan Dharma selama hidup ini sebagai bentuk persembahan atau pengabdian (Yasa Kerthi) guna kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara. Untuk meyakini hal tersebut dapat direnungkan dengan mendalam apa yang disabdakan dalam Yajurveda XIX. 30 berbunyi sebagai berikut :

Vratena diksam apnoti, Diksoya apnoti daksinam, Daksina sraddham apnoti, Sraddhaya satiam apjate.Artinya :

Dengan persembahan diperoleh kesucian, Dengan kesucian didapat kemuliaan, Dari kemuliaan didapat kehormatan, Dari kehormatan didapat keyakinan dan, Dari keyakinan diperoleh kebenaran yang sejati.

24

BAB IV DINAMIKA MASYARAKAT BALI

4.7 Religi dan Upacara Keagamaan

Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu. Walaupun demikian, ada pula suatu golongan kecil di Bali yang menganut non Hindu. Agama Hindu mengandung banyak unsur lokal yang telah terjalin ke dalam sejak dahulu kala. Di berbagai daerah di Bali tertentu terdapat juga berbagai variasi lokal dari agama Hindu-Bali itu walaupun dalam masa yang akan datang, variasi itu akan berkurang adanya proses modernisasi yang dialami oleh agama Hindu, dan karena ada pengaturan dari atas yang dilaksanakan oleh Dirjen Bimas Hindu, serta oleh majelis agama yang disebut Parisada Hindu Dharma Indonesia. Di dalam kehidupan keagamaannya, orang Hindu percaya tentang ada satu Tuhan, dalam bentuk konsep trimurti, Yang Esa. Trimurti ini mempunyai tiga wujud atau manifestasi, yaitu wujud Brahmana, yang menciptakan, wujud Wisnu yang melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa yang melebur segala yang ada. Di samping itu pemeluk Hindu di Bali juga percaya kepada berbagai dewa dan roh yang lebih rendah dari pada trimurti dan yang dihormati dalam berbagai upacara bersaji.

Agama Hindu juga menganggap penting konsepsi mengenai roh abadi (atman), adanya buah dari setiap perbuatan (karma-pala), kelahiran kembali dari jiwa (punarbawa) dan kebebasan jiwa dari lingkaran kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran itu termasuk dalam sekumpulan kitab suci Weda. Terdapat pula buku-buku dalam bentuk lontar (dibuat dari daun lontar berhuruf Bali) yang banyak mengandung tuntunan mengenai pelaksanaan agama, berbagai kumpulan mantra keterangan mengenai berbagai undang-undang, bentuk prosa dan puisi yang diambil dari epos Hindu Mahabarata dan Ramayana, bahasa JawaKuno, tetapi ada pula yang tercampur dengan bahasa Sanskerta. Tempat melakukan ibadat agama di Bali pada umumnya disebut pura. Tempat ibadat ini berupa sekompleks bangunan suci yang bersifat berbeda-beda. Ada yang bersifat umum, artinya untuk semua golongan seperti pura Besakih, ada yang berhubungan dengan kelompok sosial setempat seperti pura desa (kayangan tiga), ada yang berhubungan dengan organisasi dan kumpulan khusus seperti subak dan sekaa, kumpulan tarian, dan ada yang merupakan tempat pemujaan terakhir leluhur dari klan-klan besar. Adapun tempat-tempat pemujaan leluhur dan klan kecil serta keluargaluas, adalah tempat-tempat sajian rumah yang disebut mrajan/sanggah. Di Bali ada beribu-ribu puradan mrajan/sanggah masing-masing dengan

25 hari-hari perayaan sendiri-sendiri, yang telah ditentukan oleh sistem tanggalannya sendiri- sendiri. Di Bali dipakai dua macam tanggalan, yaitu tanggalan Hindu-Bali dan tanggalan Jawa-Bali. Sistem tanggalan Hindu-Bali terdiri dari dua belas bulan yang lamanya 355 hari, tetapi juga kadang-kadang 354 atau 356.

Orang menghitung dengan kedua bagian dari bulan, yaitu bagian bulan terbit yang disebut penanggal dan bagian bulan mengecil yang disebut panglong. Sistem perhitungan ini sesuai dengan sistem Hindu, yaitu perhitungan syuklapaksa (paroterang) dan kresnapaksa (parogelap). Tiap-tiap bulan penuh (purnama) dan bulan mati (tilem) ada pula upacara kecil di tiap-tiap keluarga orang Ubud. Kalau upacara tadi jatuh bersamaan dengan perayaan kuil atau hari raya tertentu, maka diadakan upacara yang agak besar. Sistem kalender Hindu-Bali yang berdasarkan purnama-tilem ini, dipakai pada perayaan pura-pura di berbagai desa di Bali, tetapi di seluruh Bali dirayakan tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal satu dari bulan kesepuluh (kedasa) dan perayaan itu disebut Nyepi. Sehari sebelum hari tahun lama berakhir, pada bulan kesembilan (tilem kesanga) diadakanlah upacara korban (pecaruan)yang disebut buta yadnya. Pada hari tahun barunya orang pantang melakukan segala kegiatan (Nyepi) dan malamnya pantang menyalakan api. Hari berikutnya, hari tahun baru kedua, disebut ngembak geni. Orang boleh menyalakan api, tetapi masih pantang bekerja.

Sistem tanggalan Jawa-Bali terdiri atas 30 suku, masing-masing tujuh hari lamanya, sehingga seluruhnya berjumlah 210 hari. Banyak perayaan di pura berdasarkan perhitungan ini, terutama di daerah tanah datar yang mendapat lebih banyak pengaruh Majapahit daripada daerah-daerah lainnya. Perayaan umum terpenting yang berdasarkan perhitungan ini adalah hari raya Galungan dan Kuningan, yang jatuh pada hariRabu dan Sabtu dari uku Galungan dan uku Kuningan. Berdasarkan atas sistem tanggalan ini, ada banyak lagi upacara-upacara yang bersifat lebih kecil. Dilihat dari keseluruhannya di Bali terdapat lima macam upacara/panca yadnya (Sudarsana, 2012:63) yang masing-masing berdasarkan salah satu dari dua sistem tanggalan tersebut.

Pertama, Dewa Yadnya, adalah kewajiban umat Hindu untuk membayar utang ke hadapan Sang Hyang Widhi karena atas yadnya Sang Hyang Widhi terciptanya alam semesta beserta seisi alamnya termasuk manusia itu sendiri. Sang Hyang Widhi telah menurunkan wahyu agar lahir agama di dunia untuk menuntun umatnya. Tujuannya adalah supaya

26 umatnya makin percaya dan meyakini keberadaan Sang Hyang Widhi beserta manifestasi- Nya.

Kedua, Rsi Yadnya,adalah kewajiban umat Hindu untuk membayar utang kehadapan Maha Rsi karena Maha Rsi sangat berjasa terhadap umatnya dalam hal menerima wahyu Sang Hyang Widhi. Kemudian wahyu tersebut ditulis serta telah diuji kebenarannya, sehingga umat Hindu memiliki keyakinan dan kepercayaan kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya. Pelaksanaan upacara rsi yadnya yang lebih nyata, yaitu pelaksanaan upacara mediksa, yakni menjadi seorang pendeta. Dengan berkembangnya zaman, pendeta diangkat tidak saja dari wangsa brahmana. Seiring perkembangan jaman bahkan sekarang semua wangsa boleh mengangkat salah seorang dari satu klannya untuk mediksa menjadi seorang pendeta, sepanjang orang tersebut siap melaksanakan darma agama dan tidak terikat dengan duniawi.

Ketiga, Pitra Yadnya,yaitu kewajiban umat Hindu untuk membayar utang ke hadapan para leluhur yang telah meninggal, yaitu cara menunjukkan rasa bakti yang tulus dan ikhlas melalui pelaksanaan upacara piodalan di pemerajan dan dengan jalan membuatkan stana berupa pelinggih untuk para Dewata. Selain itu, juga merupakan upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur dan yang meliputi upacara kematian yang dilanjutkan dengan ngaben/pembakaran mayat.

Upacara ngaben, merupakan prosesi upacara pembakaran jenazah. Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah, upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-unsur/zat pembentuk raga/wadah/badan kasar manusia. Ada empat lontar utama yang memberikan petunjuk tentang adanya upacara pitra yadnya, yaitu Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen yang digunakan), Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan atau pencarian atma dan hari baik-buruk melaksanakan upacara). Yama PurwanaTatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang), dan Yama Tatwa (mengenai bentuk-bentuk bangunan atau sarana upacara). Upacara ngaben (pelebon) di beberapa puri di Bali hususnya keluarga raja kaya akan merencanakan ngaben (pelebon) dengan tenggang waktu satu sampai dengan tiga bulan mempersiapkan sarana upacara dengan mewah membuat bade, lembuireng dan naga banda yang memerlukan biaya milyaran rupiah. Dengan biaya yang besar itu keluarga raja di Bali mengundang beberapa duta besar asing, konsul, pejabat istana, politisi di Jakarta juga stasiun televisi asing, baik yang ada di Eropa, Australia, maupun Amerika untuk

27 meliput semua event yang bergengsi ini saat pelebon dilaksanakan sampai berakhir, tentunya semua undangan akan dikenakan fee atas peliputannya yang nantinya disebarluaskan ke seantero dunia. Di sini terlihat bersemayamkan komodikasi dan konsumerisme di kalangan kaum elite penguasa yang modal ekonominya kuat (Bourdieu, 1984:201) dengan gampangnya memeroleh pengakuan baik internal masyarakat Indonesia maupun masyarakat Bali, bahkan wisatawan asing yang sehari-harinya berkeliaran di kawasan destinasi pariwisata. Setelah upacara ngaben (pelebon) dilanjutkan dengan peroras/memukur dan berakhir dengan ngelinggiyang betara/betari di pemerajan. Dalam rangka proses peroras atau memukur itu terjadilah kontestasi gaya hidup fashion dan gaya hidup hedonis dengan memamerkan alsesoris yang berlebihan dan konvoi mobil-mobil mewah pertanda modernitas dan konsumerisme sebagai suatu kekuatan.

Akan tetapi, di tatanan masyarakat di luar puri, upacara ngaben dilaksanakan secara kolektif (ngerombong) atau sering disebut ngaben massal agar biaya dikeluarkan dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang ekonominya menengah kebawah.

Upacara ngaben massal diawali dengan bergotong royong untuk mempersiapkan proses upacara di balai masyarakat atau tempat khusus yang digunakan untuk upacara. Hal itu dilakukan supaya masyarakat yang berkemampuan rendah bisa ikut serta membayar kewajibannya kepada leluhur sampai pada upacara memukur dan ngelinggihang. Terlihat gambar bade digunakan untuk mengusung mayat dalam perjalanan ke kuburan, seperti dibawah ini.

Gambar : Upacara Kremasi di Ubud (Dok: Pribadi)

Keempat, Manusa Yadnya,adalah pengorbanan yang dilakukan masyarakat di Bali agar hidupnya aman dan sejahtera, sebagai berikut. (a) Otonan/wetonan adalah upacara yang

28 dilakukan pada hari lahir, seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari. Akan tetapi upacara otonan ini wajib dilaksanakan umat Hindu bilamana usia anak-anak balita. Jika sudah di atas balita otonan tidak wajib, tetapi hanya diingatkan untuk selalu memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberikan kesehatan dan kekutan untuk menghadapi tantangan hidup ke depan dengan bersembahyang dan menghaturkan canang di pemerajan/sanggah masing-masing. (b) Upacara potong gigi, yakni upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan bagi umat Hindu yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita, yaitu yang telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki akil balig. Dalam tatanan masyarakat yang modern, upacara ini dilaksanakan secara mewah dengan mengundang kerabat, teman sejawat dengan selfimage bahwa mereka mengikuti era modern bahkan hedonis. Upacara potong gigi bagi masyarakat menengah kebawah dilaksanakan bersama keluarga klan/dadia dengan mengecek anggota keluarga yang telah memenuhi ketentuan di atas. Peserta diharapkan jumlahnya genap tidak boleh ganjil sepertia, dua, empat, enam, delapan dan seterusnya, tujuannya efisiensi biaya yang dikeluarkan terjangkau dengan mengambil tingkatan upacara nistaning madya sesuai dengan kemampuan anggotanya.

Sesungguhnya tujuan upacara potong gigi sesuai dengan sastra agama adalah untuk menghilangkan rajas dan tamas yang melekat pada bagian gigi manusia yang harus diubah agar kelakuannya manusiawi.Pada umumnya apabila masyarakat Bali menyelenggarakan upacara ibadat dan keagamaan terutama yang besar-besar, maka penuntun dan penyelesaian upacara itu dilakukan oleh seorang pemimpin agama atau pendeta. Orang-orang yang bertugas melaksanakan upacara itu adalah orang-orang yang telah mediksa menjadi pendeta dan pada umumnya disebut sulinggih. Mereka juga disebut dengan istilah-istilah khusus yang tergantung dari klan atau warna mereka. Misalnya istilah Pedanda adalah untuk pendeta dari wangsa Brahmana, baik yang beraliran Siwa maupun Buda, istilah Rsiadalah untuk pendeta wangsa Ksatria. Mpu untuk wangsa Pande, dan sebagainya. Walaupun semua pelaku upacara agama tadi sebagai sulinggih menjadi anggota Majelis Parisada Hindu Darma, masih banyak masyarakat mempunyai pandangan tradisional yang membeda-bedakan mereka itu berdasarkan klan atau wangsa. Tiap masyarakat bisa minta pertolongan dari berbagai macam pelaku upacara agama tersebut untuk keperluan pelaksanaan suatu upacara tertentu bagi dirinya sendiri serta kelurganya dalam rumah. Dalam hal itu dikatakan bahwa ia bresiwa kepada seorang pendeta, misalnya kepada seorang Pedanda Siwa atau Pedanda Buda atau kepada seorang Rsi dan

29 sebagainya. Hubungan antara dia dan pendeta tadi dikatakan hubungan sisia-siwa. Dalam hal itu seseorang sering di berikan air suci (tirta) oleh pendeta yang bersangkutan. Tetangga atau orang lain di luar keluarga yang bersangkutan dapat juga minta air suci (tirta) dari upacara-upacara dalam rumah tadi. Biasanya air suci dapat diminta dari pura. Dengan air itu orang dapat melakukan upacara kecil di kalangan rumah tangganya tanpa bantuan seorang pendeta.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sistem religi dan upacara keagamaan bahwa umat Hindu percaya dengan adanya satu Tuhan, dalam bentuk konsep Trimurti, Yang Esa, Trimurti ini mempunyai tiga wujud atau manifestasi yaitu wujud Brahma (yang menciptakan), wujud Wisnu (yang melindungi serta memelihara), dan wujud Siwa (yang melebur segala yang ada). Umat Hindu juga menganggap penting konsepsi mengenai roh abadi (atman), adanya buah dari setiap perbuatan (karma-pala), kelahiran kembali dari jiwa (punarbawa) dan kebebasan jiwa dari lingkaran kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran itu tersurat dalam kitab suci Weda.

4.8 Organisasi Kemasyarakatan

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu yang dianut sejak beberapa abad yang lalu. Keunikan masyarakat Bali khususnya bisa dilihat lewat bagaimana melakukan pembinaan kekerabatan secara lahir dan batin. Masyarakat Bali begitu taat untuk tetap ingat dengan asal muasal darimana dirinya berasal. Hal inilah kemudian melahirkan berbagai golongan di masyarakat yang kini dikenal dengan wangsa atau soroh. Begitu banyak soroh yang berkembang di Kelurahan Ubud dan mereka memiliki tempat pemujaan keluarga secara tersendiri. Tatanan masyarakat berdasarkan soroh ini begitu kuat menyelimuti aktivitas kehidupan di Bali. Keluarga masyarakat di Bali tetap mempertahankan untuk melestarikan silsilah yang dimiliki. Setiap keluarga dengan seksama dan teliti tetap menyimpan berbagai prasasti yang berisi bagaimana silsilah sebuah keluarga dibuat sesuai dengan wangsa. Beberapa soroh yang selama ini dikenal misalnya wangsa Brahmana, wangsa Satrya Dalem, Warga Pande, Sangging, Bhujangga Wesnawa, Pasek, Dalem Tarukan, Tegeh Kori, Pulasari, Arya, dan lainnya. Semuanya memiliki sejarah turun-temurun yang berbeda. Meskipun begitu, akhirnya mereka bertemu dalam siklus keturunan yang disebut Hyang Pasupati. Begitu unik dan menarik memahami kehidupan masyarakat dalam kaitan

30 mempertahankan garis leluhurnya tersebut. Identifikasi masyarakat Bali merupakan masyarakat yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budayanya. Kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran tersebut, kebudayaan mewujudkan banyak variasi serta perbedaan setempat. Agama Hindu yang telah lama terintegrasikan ke dalam masyarakat, dirasakan juga sebagai unsur yang memperkuat adanya kesadaran kesatuan tersebut. Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindu di berbagai daerah di Bali pada zaman Majapahit. Menurut anggapan adat lama yang amat dipengaruhi oleh sistem klan-klan (dadia) dan sistem wangsa, maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga seklan, atau setidak-tidaknya antara orang yang dianggap sederajat dalam wangsa.

 Banjar

Banjar merupakan bentuk kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Tiap-tiap banjar dipimpin oleh kelian banjar. Kesatuan sosial atau banjar itu diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagaman yang keramat. Pusat dari pertemuan diadakan di bale banjar. Warga banjar bertemu pada hari tertentu yakni setiap Buda Keliwon. Banjar di Bali biasanya digunakan ganda, paginya dimanfaatkan untuk sekolah taman kanak-kanak sedangkan, sorenya untuk pedagang kerajinan. Kelian banjar dipilih dengan masa jabatan tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut segala urusan dalam kehidupan sosial banjar, tetapi juga mengurus hal-hal tentang administrasi pemerintahan.

Berdasarakan uraian di atas bahwa dapat disimpulkan di Bali terdapat banyak warna sehingga terbentuk kelompok-kelompok kekeluargaan (klan). Keturunan mengikuti garis keturunan ayah, permukiman bersifat menumpang di rumah orang tua suami (patrilokal) dan kesatuan berbentuk semi endogami memainkan peranan penting dalam kehidupan desa di banjar-banjar tertentu dan sering berbentuk rangka dasar usaha-usaha ekonomi. Dalam suatu dusun empat kelompok bersaing membentuk alat-alat musik yang terutama merupakan pekerjaan tempa besi, di banjar-banjar lain pertenunan dan garment, membentuk koperasi serta kegiatan-kegiatan lain diselenggarakan dalam hubungan kekeluargaan.

31

 Subak

Perkembangan subak di Bali masih tetap eksis. Walaupun pariwisata bergerak cepat, tanah pertanian masih terhampar luas, terutama tanah-tanah yang dimiliki oleh keluarga Puri dan orang kaya lainnya. Subak di Bali seolah-olah lepas dari banjar dan mempunyai kepala sendiri. Subak dipimpin oleh kepala subak atau kelihan subak. Orang yang menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang yang menjadi anggota banjar. Warga subak adalah pemilik atau para penggarap sawah yang menerima air irigasi dari bendungan-bendungan yang diurus oleh suatu subak. Sudah tentu tidak semua warga subak tadi hidup dalam suatu banjar. Sebaliknyaada seorang warga banjar yang mempunyai banyak sawah yang terpencar dan mendapat air irigasi dari bendungan yang diurus oleh beberapa subak. Jadi, warga banjar tersebut akan menggabungkan diri dengan semua subak di mana ia mempunyai sebidang tanah. Berhubung hamparan sawah milik seseorang tersebar letaknya, satu orang mungkin jadi anggota dari berbagai perkumpulan sejenis. Anggota-anggota perkumpulan demikian bisa berasal dari dua atau tiga dusun. Tugas utama dari suatu perkumpulan perairan (subak) adalah pengaturan pemakaian air, koordinasi penanaman bibit, serta pelaksanaan upacara-upacara pertanian. Dalam perkumpulan perairan suatu sekaa perairan menjaga keutuhan bendungan- bendungan serta kebersihan saluran-saluran atas dasar pemberian imbalan. Dalam hal-hal khusus, sekaa-sekaa yang sama sekali bersifat dagang dengan anggota-anggotanya yang hampir seluruhnya terdiri atas petani-petani yang tak memiliki tanah dan tidak termasuk perkumpulan pengairan mana pun memberikan jasa kepada tiga atau lima perkumpulan pengairan atas dasar upah. Persawahan yang masih asri terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar : Persawahan Subak di Tegallantang Ubud (Dok pribadi)

32

 Sekaa

Dalam kehidupan kemasyarakatan di Bali, ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam lapangan kehidupan yang khusus, yaitu sekaa. Organisasi ini bersifat turun- temurun, tetapi ada pula yang bersifat sementara. Sekaa Tari dan sekaa Gong telah dikenal di mancanegara sejak pariwisata masuk wilayah Bali. Sekaa tersebut sampai saat ini dipertahankan secara turun- temurun baik untuk kepentingan sosial (ngayah di pura) maupun untuk komersial bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang umumnya di pergelarkan di hotel-hotel dan juga di areal terbuka dipergelarkan saban hari atau sesuai dengan permintaan, baik hotel maupun museum yang ada di wilayah Bali. Sekaa juga berfungsi menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang berkenaan dengan desa, misalnya sekaa baris (perkumpulan tari baris), sekaa teruna-teruni. Sekaa tersebut sifatnya permanen, tapi ada juga sekaa yang sifatnya sementara, yaitu sekaa yang didirikan berdasarkan atas suatu kebutuhan tertentu, misalnya sekaa memula (perkumpulan menanam), sekaa manyi (perkumpulan memanen padi) dan lain-lain. sekaa- sekaa ini biasanya merupakan perkumpulan yang terlepas dari organisasi, baik banjar maupun desa.

 Gotong royong

Dalam kehidupan komunitas Bali dikenal sistem gotong royong (ngoopin), yang meliputi lapangan-lapangan aktivitas di sawah, seperti menanam padi, mencabut rumput di sela-sela padi, membuat taring untuk upacara, ngelawar untuk upacara di pura maupun upacara perkawinan dan sebagainya, sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding rumah, dan sebagainya), dalam perayaan-perayaan atau upacara-upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian. Ngoopin antara individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga, kecuali ngoopin masih ada acara gotong royong antara sekaa dan sekaa. Cara serupa ini disebut ngedeng (menarik). Misalnya, suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut serta dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan. Bentuk terakhir adalah kerja bakti (ngayah) untuk keperluan upacara agama, masyarakat, dan pemerintah. Bagi keluarga di Bali semua hal di atas tidak efisien dan diperlukan waktu panjang. Namun, ada jenis gotong royong membuat penusangan untuk hajatan duka semua anggotamasyarakatsiap hadir tepat waktu mulai

33 dari bunyi kentongan banjar sampai ke rumah duka mereka hadir tanpa kecuali karena pada akhirnya semua yang hidup akan ke sana. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekaa tradisional di Bali masih eksis sampai sekarang. Namun demikian telah terbentuk sekaa baru seperti sekaa arisan keluarga seklan dan seiring dengan perkembangan zaman terbentuk juga sekaa arisan golongan kaya serta sekaa arisan acak yang anggotanya dari berbagai banjar di Bali. Saat anggota banjar setempat mengalami duka maka anggota masyarakat hadir di mana pun berada tanpa kecuali menghadiri prosesi upacara dari awal sampaiusai.

4.9 Kesenian

Keindahan (rasa indah) sangat diperlukan bagi kehidupan keluarga pemilik tanah sewa di Kelurahan Ubud untuk santapan rohani dan pengatur emosi. Kehidupan manusia di seluruh jagat raya digerakkan oleh dorongan rasa indah, baik untuk memperlihatkan maupun untuk menikmatinya. Oleh sebab itu pelatihan (pendidikan) estetika (seni) dianggap sangat esensial bagi upaya peningkatan kualitas masyarakat Bali. Pendidikan seni pada dasarnya adalah pelatihan olah rasa - education offeelings (Smith-Autard, 2000:32). Pendidikan seni yang benar dilaksanakan tidak saja untuk menghasilkan produk- produk atau pekerja-pekerja seni, tetapi yang lebih penting lagi untuk membentuk kelompok pemilik tanah sewa di Kelurahan Ubud yang memiliki kepekaan rasa (kehalusan/keluhuran budi). Pada zaman kerajaan Bali, hampir setiap istana memiliki gamelan semar pegulingan yang bersuara lembut. Di pihak lain keluarga raja-raja di eropa (Perancis) diajarkan social court dance untuk menata perilaku sosial dan tata krama (manner) mereka tatkala tampil di depan publik sehingga tetap tampil penuh wibawa dan dihormati rakyat.

Karya seni, apa pun media ungkap pada umumnya mengandung trilogi nilai yaitu estetika (keindahan), etika (moral) dan logika (kaidah berpikir yang benar). Dalam konsep estetika Hindu (Bali), seni merupakan akumulasi dari nilai-nilai satyam (kebenaran), shiwam (kesucian), dan sundharam (keindahan). Aktivitas seni yang utuh (lengkap) adalah yang mencakup ketiga nilai-nilai di atas. Ketika trilogi estetika, etika, logika, atau satyam, shiwam, shundaram masih berfungsi, penilaian masyarakat terhadap perwujudan ekspresi estetik cenderung menubornisasi nilai-nilai artistik (keindahan) karena adanya kecenderungan untuk lebih mengedepankan nilai-nilai etika (moral) dan logika (pikiran yang benar) yang tercakup dalam sebuah karya atau sajian seni. Seni yang baik sering kali

34 diukur dari sudut etika dan logika yang terkandung di dalamnya. Pandangan/penilaian estetik suatu masyarakat atau wilayah budaya selalu berubah sejalan dengan dinamika perubahan budaya (nilai-nilai) masyarakat yang bersangkutan.

Pandangan estetika masyarakat Bali (Hindu) yang didasarkan atas konsep satyam, shiwam dan shundaram juga telah berubah sejalan dengan perubahan nilai-nilai sosiokultural dan spiritual masyarakat Bali. Contohnya bentuk arsitektur tradisional Bali (kuri agung atau candi bentar suatu pura), seni pertunjukan (drama tari, topeng, , calonarang, wayang kulit, joged bumbung), atau tata busana adat Bali (busana pengantin Bali), dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan budaya, estetika dilihat sebagai kompleksitas konsep yang digunakan oleh suatu masyarakat atau kumpulan orang-orang untuk menikmati/menghargai (apresiasi), membahas dan memahami (menjelaskan), dan menilai (evaluasi) objek-objek keindahan.

Tiap-tiap daerah dan wilayah budaya di Indonesia memiliki persepsi tentang keindahan yang berbeda-beda. Luhung (Bali), apik (Jawa), rancak (Minang), dan lain- lainnya adalah beberapa contoh istilah yang digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang baik, menarik, enak, dan lain-lainnya yang di dalamnya tercakup nilai-nilai keindahan. Kondisi dalam keadaan hanyut oleh nikmat keindahan, ketika menyaksikan karya seni yang metaksu, sering kali disebut lango atau kelangen. Rasa lango atau kelangen tidak pernah terjadi dari sajian karya seni yang kurang sempurna – matah atau tanpa taksu. Bali mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan India setelah datangnya agama Hindu ke Bali pada zaman prasejarah dulu. Kebudayaan Bali merupakan campuran dari Bali lokal dengan Hindu Jawa yg melahirkan kebudayaan Bali tradisional.

Seni lukis seniman Bali terpengaruh besar dari seniman Eropa yang jenuh pada kehidupan negara asalnya untuk menetap di daerah yang dianggap romantis dan lebih langgeng untuk hidup menjadi seorang seniman. Bali muncul dalam daftar daerah romantis yang santai dan bebas dalam kehidupan sehari hari, maka seniman-seniman Eropa berdatangan ke Bali. Walter Spies seniman Jerman yang pada awalnya datang ke Jawa kemudian pindah ke Bali pada tahun 1929. Di sanalah ia bisa menjadi salah satu seniman yang berpengaruh. Ia dan seniman Belanda yang kemudiaan menetap di Bali kemudian menjadi pembaru teknik seni rupa khususnya di daerah Ubud.

Sebelum kedatangan seniman Eropa ini seniman-seniman Ubud hanya berkutat pada seni lukis wayang kamasan. Setelah masuknya pengaruh seniman Eropa ini barulah seni

35 lukis Ubud mengalami perkembangan. Dari wujud visual seni lukis Ubud saat itu sudah mulai mengenal anatomi, volume, dan perspektif. Ini merupakan pembaruan yang di bawa oleh seniman Eropa, baik dalam pengetahuan bentuk, plastisitas, pengolahan ruang, dan teknik melukis secara lebih efisien. Dari segi penggarapan objeknya seniman Ubud saat itu sudah mulai menggarap kehidupan sosial di Ubud dan alam sekitarnya, baik itu aktivitas masyarakat, pemandangan alam sawah, maupun yang lainnya.Selain itu, objek yang dilukiskan tidak lagi tentang wayang yang hanya mengisahkan cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi mereka lebih cenderung pada sesuatu yang ada di sekitarnya. Seniman Eropa membentuk sebuah kelompok yang dikenal dengan kelompok Pitha Maha, yaitu semacam koperasi seniman Ubud yang mendukung kegiatan seni mereka, antara lain dengan pendidikan dan penjualan karya seni mereka inilah yang membuat seni lukis Ubud sampai terkenal di luar negeri.

Mereka mengadakan promosi lewat jaringan seniman-seniman Eropa. Karya para pelukis dan pemahat masyarakat Ubud menjadi bagian koleksi seni berbagai negara di mancanegara, seperti museum di Italia, Swis, Jerman, Belanda, dan Skandinavia. Dalam perjalanan waktu seni lukis Ubud yang terus berkembang kemudian memuncukan suatu aliran baru yang bernama aliran young artists. Aliran ini muncul karena seniman Belanda yang bernama Arie Smith saat itu mengambil inisiatif mengajak anak-anak seniman masyarakat Ubud melukis dengan gaya naif, yang melahirkan karya baru yang dilakoni oleh anak-anak. Kemudian kelompok ini dikenal dengan seniman muda (young artists).

Seperti dipaparka Ni Wayan Rinu, seniman lukis sekaligus akademisi bahwa seniman lain yang berasal dari Eropa adalah Antonio Blanco. Seniman ini mengenalkan seni lukis impresionist pada seniman masyarakat Ubud. Selain Antonio Blanco juga ada W. G. Hoofker yang mengenalkan seni lukis dari krayon atau pastel dan masih banyak seniman luar yang memberikan pengaruh pada seni lukis tradisional Ubud. Pengaruh seniman Eropa ini memberikan perubahan yang sangat signifikan khususnya dalam perkembangan seni lukis tradisional Ubud tumbuh menjadi satu gaya mewakili daerahnya. Hal itu terjadi karena banyaknya seniman Eropa yang datang ke Ubud dan berkarya di Ubud dengan mengangkat wajah kehidupan sosial masyarakat Ubud seperti wanita-wanita yang telanjang dada. Keindahan panorama alam daerah Ubud sanggup memberikan inspirasi kepada seniman untuk menciptakan seni lukis. Kemudian mulai dikenalkan tentang seni lukis modern sehingga pada saat itu seni rupa modern sedikit demi sedikit dikenalkan agar sedikit masuk ke ruang penciptaan seniman Ubud. Sebut saja I Gusti

36

Nyoman Lempad yang menggambar dengan teknik tinta dengan kekuatan garis untuk membentuk suatu anatomi yang sudah berani mendistorsi proporsi manusia. Misalnya, ia berani menggambar kesatria yang berkaki panjang ataupun bertangan panjang yang proporsinya sudah tidak riil. Ini merupakan bukti nyata bahwa seniman Ubud saat itu sudah beranjak menuju modernitas.

Seni lukis gaya masyarakat Ubud memperlihatkan ciri khasnya dari segi komposisi yang terlihat dinamis, bebas, dan inovatif, cerah, dan memiliki volume keruangan dari segi bahan atau warna mereka sudah mulai menggunakan tempra, cat air dan acrilyc. Kebudayaan Bali tradisional ini sebuah refleksi dari budaya ekpresif, dominannya nilai religius, nilai estetis, dan solidaritas sebagai inti kebudayaan Bali. Perbedaan antara bagian inti suatu kebudayaan dan bagian perwujudan lahirnya dapat dilihat dari beberapa ciri seperti yang ada pada inti kebudayaan, misalnya (1) sistem nilai, (2) keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, (3) adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu masyarakat Bali, (4) adat mempunyai fungsi sebagaijejaring dalam masyarakat, sedangkan bagian akhir dari suatu kebudayaan fisik, alat-alat, benda-benda yang berguna, ilmu pengetahuan, tata cara dengan segala tekniknya untuk memberikan kenyamanan.

Bali adalah salah satu pulau di nusantara yang didiami oleh berbagai suku bangsa yang terdapat di Indonesia dan mancanegara. Bali memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Bali tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga dikenal sampai ke mancanegara bahkan orang-orang awam dari luar negeri mengira bahwa Indonesia terletak dimananya Pulau Bali. Salah satu kebudayaan Bali yang kaya yaitu seni tari yang merupakan tari tradisional, yaitu tari yang telah melampaui perjalanan perkembangan cukup lama dan senantiasa berpikir pada pola-pola yang mentradisi. Seni merupakan hasil oleh cipta, rasa, serta karsa masyarakat Bali dan seniman Bali diikat oleh nilai-nilai budaya Hindu. Seni tari di Bali khususnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) wali atau seni tari pertunjukan sakral, (2) bebali atau seni pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan (3) Balih-balihan atau seni tari untuk hiburan masyarakat umum dan wisatawan, baik asing maupun domestik.

Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Atas dasar fungsinya yang demikian, kesenian merupakan satu fokus kebudayaan di Bali. Tampak lukisan hasil karya seniman Ubud – Bali berikut ini.

37

Gambar : Lukisan klasik seniman Ubud (Dok. Pribadi)

Masyarakat Bali sangat kaya dalam bidang kesenian. Seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang meliputi seni rupa/seni lukis, seni tari, seni sastra. Seni tari sudah menjadi tradisi turun menurun karena diturunkan atas dasar kepercayaan masyarakat Bali. Kesenian dalam perspektif Hindu di Bali yang universal identik dengan kehidupan religi masyarakatnya sehingga mempunyai kedudukan yang sangat mendasar. Para penganutnya dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Ida Widhi /Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu, muncul banyak seni yang dikaitkan dengan pemujaan tertentu atau sebagai pelengkap pemujaan tersebut. Upacara di pura (tempat suci) tidak lepas dari seni tari dan seni lainnya. Pregina (penari) dalam semangat ngayah (bekerja tanpa pamrih) mempersembahkan tarian sebagai wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), bakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri. Tari Bali diciptakan penciptanya berdasarkan insting atau naluri dalam berkesenian. Apakah dengan meniru gerakan manusia, air, burung, pohon, dan sebagainya, sehingga terangkum dalam gerakan yang memiliki nilai seni. Para seniman Bali berkebudayaan tinggi dan menjujung nilai-nilai religius agraris dan mistis. Gerakan tari disertai aksen-aksen tertentu yang berkekuatan gaib. Selain tu, juga disertai banten-banten dan mantra-mantra tertentu untuk mengundang kekuatan sekala dan niskala sehingga mendukung dan menunjang kesakralan tarian tersebut.

Tari sakral dipersembahkan dengan ritual tertentu pada hari tertentu untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Ida Sanghyang Widhi ) agar berkenan

38 memberikan berkah berupa kesejahteraan sekala dan niskala (jasmani dan rohani). Misalnya yang ada di pura diberikan persembahan puja wali dan disolahkan atau ditarikan pada saat odalan (hari jadi pura kahyangan tiga) atau karya tertentu merupakan hal yang sakral. Kesakralan akan terkait dengan ritual tertentu sesuai dengan keyakinan masyarakat Bali. Di Bali juga terdapat tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari panyembrama. Pada zaman kejayaan kerajaan Bali abad XV--XIX, tarian-tarian Bali mengalami masa keemasan dengan terciptanya beberapa drama tari, di antaranya drama tari yang dinilai sebagai sumber tari Bali yang berkembang sesudahnya. Tari Bali sebagai hasil oleh cipta, rasa, serta karsa masyarakat dan seniman Bali yang sangat diikat oleh nilai-nilai budaya Hindu. Tari Bali sekarang sudah menjadi kebiasaan, dan bahkan kebudayaan yang bersumber dari ritual sakral. Sekarang suara gamelan selalu terdengar dan ada di setiap upacara keagamaan, upacara adat, tampil dalam peristiwa sosial sekuler, dan digelar sebagai tontonan para wisatawan. Menari tidak hanya dilakoni oleh gadis cantik dan pejaka tampan, namun dalam ritual agama Hindu yang dianut masyarakat Bali, anak-anak hingga orang tua tampil menari. Menari bagi masyarakat Bali merupakan kesukacitaan yang menghasilkan sebuah persembahan dan sekaligus ekspresi estetik. Seni dalam perspektif Hindu dalam masyarakat Bali identik dengan kehidupan religi masyarakatnya sehingga mempunyai kedudukan yang sangat mendasar.

Para penganutnya dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Ida Sanghyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu muncul kesenian yang dikaitkan dengan pemujaan tertentu atau sebagai pelengkap pemujaan tersebut. Kebudayaan tidak bersifat statis dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dan lainnya. Berbagai peristiwa keagamaan penting yang selalu menghadirkan seni pertunjukan adalah upacara piodalan, Galungan dan Kuningan, dan sebagainya. Adapun peristiwa-peristiwa adat yang selalu dimeriahkan dengan seni pertunjukan adalah kelahiran bayi, potong gigi, pernikahan, ruwatan sampai kepada upacara kematian atau ngaben. Sehubungan dengan itu, tidak mengherankan apabila setiap detik bisa didengarkan atau disaksikan seni pertunjukan sehingga Mantle Hood mengomentari Bali sebagai “Paradise inthe world of art “ ,

Disebut demikian karena sebagian seni pertunjukan berfungsi ritual yang penyelenggaraannya selalu jatuh pada waktu terpilih yang sakral serta diselenggarakan di tempat yang terpilih pula. Terkait dengan itu, diperlukan pemahaman sistem kalender Bali yang sangat rumit. Bahkan, ada pula pertunjukan yang hanya diselenggarakan apabila di

39 salah sebuah desa atau dusun sedang diserang wabah penyakit. Dalam mengemas pertunjukan wisata, para seniman Bali sangat peka terhadap selera para wisatawan dengan mengacu pada dua ciri seni pertunjukan wisata, yaitu tiruan dari aslinya serta ditanggalkannya nilai-nilai sakral, magis, dan simbolisnya. Para wisatawan ingin menyaksikan yang asli yang selalu dinilai sebagai sesuatu yang eksotik, seperti tari calonarang dan tari barong yang berfungsi sebagai pelindung masyarakat Hindu harus menunggu peristiwa-peristiwa ritual yang sangat sakral. Untuk maksud itu, mereka harus menunggu sebuah desa atau banjar yang menyelenggaraka upacara odalan yang mempergelarkan tari calonarang pada hari kajeng keliwon, tumpek Kuningan, tari barong pada bulan purnama, dan sebagainya. Pendeknya mereka ingin menyaksikan pertunjukan- pertunjukan yang terkesan asli dan eksotik. Karena lama tinggal (length of stay) para wisatawan mancanegara hanya beberapa hari, sudah barang tentu mereka akan cukup puas apabila bisa menyaksikan tokoh mitologi itu dalam wujud tiruannya saja. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan mereka yang hanya untuk mendapatkan kenangan dalam berekreasi, tidak untuk menghayati. Mereka sama sekali tidak mengharapkan percikan perlindungan seperti halnya masyarakat Bali. Memang di antara jutaan wisatawan yang berkunjung ke Bali, pasti ada yang ingin menyaksikan langsung pertunjukan yang asli dan sakral. Mereka biasanya para peneliti. Hal ini bisa diamati di beberapa banjar yang sedang menyelenggarakan odalan. Di sana selalu ada beberapa wisatawan mancanegara yang mengenakan busana khas Bali berada di tengah-tengah khikmatnya umat Hindu yang sedang melakukan upacara.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian di Bali merupakan potensi keragaman para seniman yang mampu bertahan hingga saat ini. Globalisasi dan persemayaan gaya hidup serta konsumerisme bagi masyarakat modern selalu diwaspadai agar tidak mengubah pakem berkesenian yang telah diwariskan oleh maestro seni untuk keseimbangan lahir dan batin di setiap individu masyarakat. Perubahan zaman tidak dapat dikendalikan oleh negara di mana pun, tetapi tetap dipertahankan keharifan lokal (local genius) sebagai penyeimbang serta suatu kekayaan yang tak ternilai. Berikut ini dipaparkan tari-tarian Bali yang tersohor di mancanegara :

40

Lima Belas Tarian Tradisional Bali sebagai berikut :

 Tari Cendrawasih

Tari Cendrawasih Bali menggambarkan keindahan burung Cendrawasih yang bertebangan di angkasa. Tari Cendrawasih ditarikan oleh 2 orang wanita dewasa. Satu memerankan burung Cendrawasih jantan dan satunya lagi cendrawasih betina

Gambar : Tari Burung cenrawasih (Dok: Pribadi)

Burung Cendrawasih yang dikenal sebagai Manuk Dewata di Bali memang memiliki karakter yang meliuk-liuk seperti sedang menari dan juga menyanyi ketika menjelang perkawinan. Hal ini digambarkan dalam tarian tradisional Bali ini. Tari Cendrawasih adalah hasil karya oleh I Gde Manik dan pertama kali ditampilkan di subdistrik Sawan di Kabupaten Buleleng pada 1920an. Tapi tari Cendrawasih yang sering dipertunjukan pada masa kini adalah hasil olahan koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang diaransemenkan pada penampilan pertamanya pada 1988.

 Tari Trunajaya

Tari Trunajaya adalah tari tradisional Bali yang menggambarkan gerakan-gerakan seorang pemuda (Taruna) Bali yang sedang meninjak usia dewasa, penuh emosi serta berulah untuk memikat hati seorang wanita. Tari Trunajaya termasuk tari putra dengan gerakan yang keras yang biasanya ditarikan oleh seorang penari putri. Tari ini semula ciptaan Pan Wandres dalam bentuk kebyar dan kemudian disempurnakan oleh I Gde Manik.

41

Kreasi tarian Trunajaya ini diciptakan untuk sebuah tari hiburan yang bisa dinikmati saat- saat perayaan tertentu.

Gambar : Tari Trunajaya (Dok: Pribadi)

 Tari Barong

Tari Barong adalah tarian tradisional Bali yang cukup terkenal. Tari Barong ini merupakan warisan kebudayaan sebelum munculnya agama Hindu di tanah dewata. Tarian Tradisional Bali ini ditarikan oleh 2 orang laki-laki, satu bagian kepala dan satunya lagi dibagian ekor, sehingga kelihatanya seperti binatang berkaki empat. Kata barong sendiri berasal dari kata bahruang yang berarti juga beruang, sehingga penampilan badannya besar seperti binatang beruang. Ada bermacam-macam barong seperti barong macan, barong bangkal, barong gajah, barong asu, barong landung, barong blasblasan, barong ket (keket). Tari Barong yang sering ditampilkan pada saat ini adalah barong ket, jenis tari barong ini memiliki kostum dan gerak tari yang lengkap, bentuknya merupakan perpaduan antara binatang singa, macan, sapi atau boma.

Gambar : Tari Barong (Dok : Pribadi)

42

Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, dengan potongan kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari serat daun perasok , ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak, topeng muka barong dibuat dari kayu dengan sumber tempat yang angker dan keramat.Tari Barong dipentaskan menggambarkan pertarungan yang sengit antara kebajikan yang disimbolkan denan barong dengan kebatilan yaitu rangda, dan dipentaskan dengan penuh sajian humor.

 Tari Legong

Gambar : Tari Legong (Dok : Pribadi)

Tari Legong yaitu merupakan tari klasik Bali yang pada awal mulanya merupakan tarian kraton yang hanya dipertunjukan di lingkungan keraton pada masa kerajaan Bali. Dari asal katanya legong berasal dari kata “leg” yang artinya luwes dan elastis, dihubungkan dengan tarian berarti gerakan yang lemah gemulai, kemudian “gong” yang artinya gamelan, sehingga legong berarti tarian yang terikat dengan gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang mengiringinya di kenal dengan nama Semar Pegulingan. Ciri khas lainnya penarinya memakai kipas, kecuali penari dengan tokoh . Tari Legong ditarikan oleh 2-3 orang penari yang menghadirkan tokoh “Condong”, sebagai pembuka tarian ini, tapi adakalanya tari legong ini tidak menghadirkan tokoh tersebut, tergantung jumlah penarinya. Dikenal beberapa macam tari Legong di Bali yang berkembang seiring waktu Legong Lasem (Kraton), Legong Jobog, Legong Legod Bawa, Legong Kuntul, Legong Smaradahana dan Legong Sudarsana.

43

 Tari

Gambar : Tari Kecak (Dok : Pribadi)

Tari Kecak adalah pertunjukan tarian seni khas Bali yang lebih utama menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Tari Kecak adalah hasil karya Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies pada tahun 1930an.

 Tari Pendet

Gambar : Tari Pendek (Dok : Pribadi)

44

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Namun seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Tari Pendet menjadi "ucapan selamat datang". Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

 Tari Baris

Tari Baris merupakan tarian ritual tradisional Bali. Tarian yang menunjukkan keberanian para ksatria Bali dan merepresentasikan para pejuang yang bertempur bagi raja Bali. Tarian ini biasanya dilakukan oleh 8 sampai 40 pria yang mengenakan pakaian tradisional para pejuang lengkap dengan ornamen pada kepala, dada dan punggung. Kostum yang dipergunakan berbeda di setiap kabupaten karena semua kabupaten di Bali memiliki Tari Baris Khas masing-masing. Mula-mula gerakan penari Baris sangat hati-hati, seperti seseorang yang mencari musuhnya di daerah yang belum ia kenal. Saat ia sampai di tengah panggung, ia mulai berjinjit, dan dengan cepat berputar diatas satu kaki dan wajahnya menunjukkan wajah seorang pejuang yang tengah berada di medan perang.

Gambar : Tari baris (Dok : Pribadi)

45

Tari baris adalah tarian keramat yang dipertunjukan tidak hanya untuk upacara kremasi tapi juga saat upacara peringatan Pura dan upacara suci lainya karena dipercaya saat upacara tersebut para dewa dewi dan leluhur turun ke dunia untuk memberi berkat. Jadi tarian ini dipersembahkan untuk mereka sebagai pertunjukan dan juga rasa syukur.

 Tari Tari Panji Semirang

Tari Panji Semirang merupakan sebuah tarian yang diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tarian ini menceritakan tentang seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana yang pergi mengembara dengan menyamar menjadi laki-laki bernama Raden Panji.

Gambar : Tari Panji Semirang (Dok : Pribadi)

Pengembaraan ini dilakukan setelah putri tersebut kehilangan suaminya. Namun, dalam Babad Bali tarian ini menggambarkan putri bernama Galuh Candrakirana yang melakukan pengembaraan untuk mencari kekasihnya yang bernama Raden Panji Inu Kertapati, dengan menyamar sebagai laki-laki. Tarian ini ditarikan oleh perempuan dengan penampilan seperti laki-laki, dan tentu saja tidak memiliki gerakan perempuan sama sekali dalam tarian ini.

 Tari Puspanjali

Tari Puspanjali merupakan sebuah tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri dengan jumlah penari antara 5-7 orang. Tari Puspanjalai menampilkan gerak- gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian upacara Rejang, dan

46 menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka.

Gambar : Tari Puspanjali (Dok : Pribadi)

Puspanjali diambil dari kata puspa yang berarti bunga dan anjali yang berarti menghormat / penghormatan. Tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989.

 Tari Margapati

Tari Margapati merupakan tari tradisional Bali yang diciptakan oleh Nyoman Kaler pada tahun 1942. Kata Margapati berasal dari kata Marga yang berarti Jalan dan Pati yang berarti kematian. Tarian Margapati ini menggambarkan kesalahan perjalanan kehidupan bagi seseorang perempuan, karena tarian ini lebih banyak gerakan seorang laki-laki tapi ditarikan oleh wanita.

Gambar : Tari Margapati (Dok : Pribadi)

47

Tari Margapati memang ditarikan oleh seorang wanita. Tarian ini banyak ditampilkan pada acara-acara selamatan seperti acara ulang tahun perusahaan.

 Tari Wirayudha

Tari Wirayudha merupakan tari perang yang ditarikan oleh antara 2 sampai 4 pasang penari pria bersenjatakan tombak. Tari ini menggambarkan sekelompok prajurit Bali Dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan perang.

Gambar : Tari Wirayudha (Dok : Pribadi )

Para penari mengenakan hiasan kepala berbentuk udeng-udengan, tarian yang merupakan produksi Sanggar Tari Bali Waturenggong ini adalah ciptaan I Wayan Dibia pada tahun 1979

 Tari Gopala

Tari Gopala merupakan tari tradisi Bali yang menggambarkan tingkah laku sekelompok penggamba sapi di suatu ladang / tempat penggembalaan. Gopala diambil dari kata kawi yang berarti penggembala sapi.

48

Gambar : Tari Gopala (Dok : Pribadi)

Tari Gopala ini ditarikan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Tarian ini adalah ciptaan bersama antara I Nyoman Suarsa (penata tari) dan I Ketut Gede Asnawa (sebagai penata iringan) dengan gerakan tari yang humoris dengan materi gerak yang merupakan perpaduan antara gerak-gerik tari Bali yang sudah ada yang telah dikembangkan dengan gerak-gerak baru.

 Tari Topeng

Topeng telah ada di dunia sejak jaman prasejarah. Aksesoris yang digunakan dimuka ini dipergunakan pula pada sebuah tarian yang dikenal dengan nama tari topeng. Topeng yang digunakan bisa menggambarkan banyak karakter, baik karakter orang pada masa kini maupun tokoh - tokoh fiktif atau orang jaman dahulu. Indonesia memiliki beberapa tari topeng, antara lain topeng cirebon dari Jawa Barat, Topeng Malang, Topeng , Topeng Ireng dan Topeng Bali.

Gambar : Tari Topeng (Dok : Pribadi)

49

Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat. Tari Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.

 Tari Condong

Tari condong adalah tari tradisional yang berasal dari istana di Bali pada pertengahan abad ke-19. Penciptanya tidak diketahui, akan tetapi kepercayaan masyarakat yang berkembang mengacu bahwa ada pangeran dari Sukawati sakit parah mendapat penglihatan dua gadis cantik menari dengan anggun ditemani musik gamelan. Setelah pengeran tersebut sehat kembali, pangeran ini mereka ulang tarian yang dia pernah lihat. Tarian ini awalnya menceritakan kisah dua bidadari bernama Supraba dan Wilotama. Semenjak dekade 1930- an, cerita diubah menjadi seorang raja atau ratu.

Gambar : Tari Condong (Dok : Pribadi)

Tari Condong umumnya digunakan sebagai pendahuluan dari tari legong, tarian ini dibawakan dengan diiringi oleh gamelan pangulingan.

50

 Tari Janger

Gambar : Tari Janger (Dok ; Pribadi)

Tari Janger adalah tari pergaulan anak remaja Bali, yang diciptakan pada tahun 1930 an. Ditarikan oleh 10 hingga 16 orang penari secara berpasangan, yaitu kelompok putri yang dinamakan janger dan kelompok putra yang dinamakan kecak. Mereka menari sambil menyanyikan Lagu Janger secara bersahut-sahutan.Awal mula munculnya tari janger ini berawal dari nyanyian bersaut-sautan dari orang-orang yang memetik kopi,dimana untuk menghapuskan kelelahannya meraka menyanyi bersaut-sautan antara kelompok perempuan dari bentuk yang sangat sederhana ini kemudian berkembang dan menjadilah Tari janger. Lirik lagunya diadaptasikan dari nyanyian Sanghyang, sebuah tarian ritual. Jika dikategorikan dalam Tari Bali, Janger termasuk Tari Balih-balihan, tarian yang memeriahkan upacara maupun untuk hiburan.

4.4 Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian hidup masyarkat Bali terdiri atas pertanian, industri, dan jasa. Pola perkampungan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tata nilai ritual yang menempatkan zona sakral di bagian kangin (timur) sebagai arah terbitnya matahari sebagai zona yang diutamakan. Faktor kondisi dan potensi alam menempatkan nilia utama ke arah kaja(gunung) dan sebaliknya menganggap rendah arah kelod (laut). Menurut pendapat beberapa masyarakat bahwa faktor ekonomi menempatkan nilai utama pada tempat bekerja seperti desa nelayan menghadap ke laut, desa pertanian menghadap ke arah sawah atau perkebunan. Sumber mata pencaharian hidup masyarakat Bali sebagian besar dari sektor jasa pariwisata, seniman, pertanian, dan perkebunan. Pada abad 21 ini

51 kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memudahkan orang bepergian ke mana-mana, sehingga sektor pariwisata mulai menjadi salah satu sektor unggulan yang menjadi mata pencaharian beberapa keluarga di destinasi pariwisata di Bali. Pada awal tahun 1980-an banyak bermunculan destinasi kunjungan wisatawan, seperti Ubud, Sanur, Nusa Dua, Kuta, dan sebagainya. Sektor ini menjadi andalan penyumbang devisa terbesar di daerah ini sehingga banyak masyarakat di tujuan wisata ini beralih profesi dari petani ke sektor pariwisata sebagai tumpuan untuk menggantungkan biaya penghidupannya. Mata pencaharian hidup masyarakat Bali yakni sebagai berikut.

 Bertani

Luas wilayah Bali 5.632,86 Km2 terdiri dari tanah perkebunan dan tanah persawahan terkenal dengan organisasi yang disebut subak, yaitu organisasi yang mengatur pengairan di sawah. Dalam melakukan aktivitas di sawah petani memanfaatkan alat-alat tradisional yang paling populer disebut bajak. Pengolahan tanah dibagi dalam tahapan-tahapan kegiatan, yaitu untuk menggemburkan tanah memakai bajak tenggala, untuk membersihkan tanah dari gulma-gulma memakai bajak jangkar, untuk melumatkan tanah menjadi lumpur memakai bajak lampit slau, dan terakhir untuk menghaluskan tanah memakai bajak plasah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan modernitas serta meningkatnya pendapatan masyarakat Bali digunakan traktor untuk mengolah tanah pertanian di samping lebih cepat proses pelaksanaan mengolah tanah persawahan juga lebih efisien. Akan tetapi, petani yang memelihara sapi masih membajak sawahnya secara tradisional dengan alasan sapi-sapi yang dipelihara dapat dimanfaatkan menghaluskan tanah memakai bajak plasah.

Setelah permukaan tanah lumpur tersebut halus baru ditanami padi bulih (tanaman batang pohon padi yang masih muda). Dalam proses aktivitas pertanian di sawah ini masyarakat menerapkan sistem kerja ngajakan (kerja gotong royong/bekerja saling membantu tanpa imbalan jasa). Selain menanam padi petani yang khususnya tinggal di daerah dataran tinggi menanam jagung, umbi-umbian, dan kedelai.

 Berkebun

Selain bertani masyarakat Bali juga membuka lahan untuk berkebun. Tanaman perkebunan yang menjadi mata pencahariannya meliputi tanaman buah nangka, kates,

52 jeruk bali, vanili, kelapa, dan bambu. Biasanya yang mengerjakan proses penanaman di kebun adalah orang tua sedangkan kaum remajanya enggan berkebun karena mereka memilih bekerja di restoran, artshop dan tempat wisata lainnya. Orang tua berkebun di samping hobi juga dimanfaatkan sebagai hiburan yang bermanfaat walaupun tidak merupakan penghasilan pokok keluarga. Di sisi lain pelestarian alam perlu dijaga agar para remaja dapat melanjutkan hal-hal yang baik supaya lingkungan sekitarnya tetap asri dan berdaya guna. Jika para remaja telah tertarik berkebun diharapkan kedepan apa pun pengaruh budaya dapat diantisipasi dengan baik.

 Perdagangan

Karena menyandang sebutan sebagai Ibu Kota Seni dan Budaya Asia, Bali memang merupakan tempat di mana hasil karya seni berbagai bentuk diciptakan dan dijual, mulai yang berupa cendera mata yang dijual di pasar sampai dengan mahakarya seniman terkenal yang dipajang di gallery‐gallery papan atas. Pulau Bali terkenal memiliki pemandangan alam yang sangat indah sehingga dapat menginspirasi seniman untuk berkarya secara maksimal. Hasil karya seniman Bali tampak seperti gambar dibawah ini.

Gambar : Kios Barang Hadiah (Dok: Pribadi)

Bukan hanya seniman-seniman Bali, melainkan sejumlah seniman mancanegara memilih Balisebagai rumah tempat berkarya. Mereka adalah pelukis, pematung, bahkan penulis buku dan koreografer. Sebagian karya seni tersebut dipajang di berbagai tempat di Bali sendiri, mulai dari pasar, kios-kios di sepanjang jalan dan lorong, dan di sejumlah galerry seni papan atas yang memajang karya-karya seniman terkenal. Menurut Ibu Desak Sarmi yang menjual hasil karya seniman Bali, sekarang keindahan alam Bali hanya bisa dinikmati di kawasan pinggiran, sementara pusat kota sendiri sudah menjadi kawasan

53 yang hiruk pikuk dengan wisatawan dan berbagai fasilitas penunjang pariwisata lain, mulai dari artshop, restaurant, cafe, spa, dan sebagainya.

Meskipun demikian, bahkan ketika berada di pusat kota Bali yang ramai, tetap dapat merasakan suasana yang berbeda. Beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi di Bali di antaranya adalah istana kerajaan Ubud. Meskipun tidak lagi memiliki kewenangan administratif, secara adat dan budaya kerajaan Ubud masih eksis. Istana Ubud masih merupakan tempat kediaman keluarga kerajaan. Kunjungan ke istana Ubud terasa seperti melongokkan kepala melalui jendela ke dalam kehidupan kerajaan masa lampau. Selain istana yang indah yang kental dengan elemen arsitektur Bali, setiap hari di sini juga digelar pementasan seni. Selain itu, dekat dengan istana terdapat pasar Ubud. Ada banyak hal yang bisa ditemukan di pasar ini, dari makanan khas Bali sampai dengan berbagai cendera mata dan karya seni.

Selain di pasar, juga dapat dilihat berbagai cendera mata menarik hasil karya seni lainnya di jajaran kios-kios yang menghiasi sepanjang kiri-kanan jalan-jalan dan lorong- lorong di Ubud, bersisipan dengan banyak restaurant dan hotel. Karya seni dalam berbagai bentuk dan ukuran bisa ditemukan di mana-mana, yaitu bisa memilih pasar, kios, atau gallery. Untuk memanjakan diri, Ubud menawarkan banyak spa, mulai dari yang murah meriah di pinggir jalan-jalan kecil, sampai spa-spa papan atas baik yang berdiri khusus sebagai spa maupun yang menjadi bagian dari resor-resor mewah. Banyak di antaranya mengantongi predikat spa terbaik dunia.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian keluarga masyarakat Bali meningkat pesat. Mata pencaharian dari petani penggarap sawah dan ladang beralih ke sektor jasa, seperti usaha kios barang hadiah, rent car, art shop untuk wisatawan sehingga kemajuan dicapai sangat membanggakan. Aktivitas pasar desa di Bali yang dulu hanya pada pagi hari, tetapi sekarang telah berkembang hingga sore hari, bahkan beberapa toko yang ada di pasar itu tetap melayani transaksi sampai malam hari. Hal tersebut menyebabkan wajah Bali pada malam hari tidak jauh berbeda dengan kota lainnya.

4.5 Sistem Pengetahuan

Kriteria ilmu pengetahuan merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya. Ketika orang merenung tentang apa artinya menjadi seorang

54 manusia, lambat laun mereka sampai pada simpulan bahwa mengetahui kebenaran adalah tujuan yang paling utama manusia. Perkembangan ilmu pada waktu lampau dan sekarang merupakan jawaban dari rasa keinginan manusia untuk mengetahui kebenaran. Ilmu dapat dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran seperti juga sistem-sistem yang lainnya mempunyai komponen-komponen yang berhubungan satu sama lainnya. Komponen utama sistem ilmu yakni (1) perumusan masalah, (2) pengamatan dan diskripsi, (3) penjelasan, (4) ramalan dan kontrol. Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu aposteriori dan kelompok ilmu apriori. Kebenaran ilmu tidak dapat ditemukan dan dikembalikan kepada data empiris, tetapi dikembalikan kepada akal. Semua ilmu yang tidak tergantung kepada pengalaman dan eksperimen termasuk kepada kelompok ini, begitu juga logika. Filsafat membedakan dua sumber pengetahuan, yaitu indra dan budi.

Sehubungan dengan itu pengetahuan yang mungkin dimiliki oleh manusia, yakni pengetahuan indrawi dan pengetahuan intelektif. Kriteria kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu antara suatu kepercayaan dan suatu fakta atau lebih di luar kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada, maka kepercayaan itu salah. Suatu kalimat dapat disebut “benar” atau “salah” meskipun tak seorang pun memercayainnya, asalkan kalimat itu dipercaya, benar atau salah kepercayaan itu terletak pada masalahnya. Ada dua cara berpikir yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi. Metode induksi adalah cara berpikir untuk menarik simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan. Pertama, dapat berpikir secara ekonomis. Meskipun eksperimen terbatas pada beberapa kasus individual, bisa mendapat pengetahuan yang lebih umum tidak sekadar kasus yang menjadi dasar pemikiran.

Kedua, pernyataan yang dihasilkan melalui cara berpikir induksi memungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun deduktif. Deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju simpulan yang bersifat khusus. Usaha untuk mendefinisikan atau memberikan batasan kebenaran mengalami banyak kesulitan untuk menghindari proyeksi posisi seorang filsuf kedalam suatu definisi prasangka seorang filsuf dapat dialekkan pencerminan bahwa kebenaran adalah suatu

55 pertimbangan yang sesuai dengan realitas pengetahuan mengenai realitas dan kenyataan sejajar secara harmonis sehingga sistem-sistem pendapat yang diintegrasikan dalam benak secara terperinci tepat dengan dunia realitas.

Kepercayaan tentang apa yang tidak pernah dialami, tidak berkenaan dengan manusia yang selalu dirangsang tentang kebenaran dan tidak berkenaan dengan individu yang tidak pernah mengalami, tetapi berkenaan dengan kelas di mana tidak seorang pun dari anggotanya pernah mengalami. Suatu kepercayaan harus selalu sanggup untuk dianalisis ke dalam unsur-unsur di mana pengalaman membuatnya dapat dipahami. Akan tetapi bila suatu kepercayaan diuraikan dalam bentuk logis, ia sering membawa pada analisis yang berbeda, yang agaknya akan menyangkut komponen-komponen yang tidak diketahui dari pengalaman.

Bila analisis psikologis yang menyesatkan dihindari, dapat dikatakan secara umum bahwa setiap kepercayaan yang tidak semata-mata merupakan dorongan untuk bertindak pada hakikatnya merupakan gambaran digabung dengan suatu perasaan yang mengiyakan atau meniadakan. Dalam perasaan yang mengiyakan hal ini benar bila terdapat fakta yang menggambarkan kesamaan dengan yang diberikan sebuah prototipe terhadap bayangan, sedangkan dalam perasaan yang meniadakan, ia benar bila tak terdapat fakta seperti itu. Suatu kepercayaaan yang tidak benar disebut salah. Inilah suatu definisi tentang kebenaran. Manusia selalu dirangsang berbagai masalah tentang kebenaran. Tiga penafsiran utama telah timbul, yaitu (1) kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak, (2) kebenaran sebagai sesuatu yang subyektif, sebagai masalah pendapat pribadi, dan (3) kebenaran sebagai sesuatu kesatuan yang tidak bisa dicapai, sesuatu yang tidak mungkin (ketidakmungkinan).

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman indrawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila masyarakat Bali dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi masyarakat Bali terjadi berulang-ulang. Misalnya, individu yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang

56 didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori yaitu tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya, pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika hasil 3 x 3 = 9 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, tetapi melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman masyarakat Bali tantang keadaan sehat dan sakit seseorang yang menyebabkan masyarakat tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya, bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan keluarga di Bali bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki masyarakat Bali tentang dunia dan segala isinya, termasuk orang itu sendiri dan kehidupannya. Knowledge is power (Francis Bacon). Jika generasi muda tidak dibekali pengetahuan pada zaman modern ini, pada suatu saat mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa, kecuali sebagai penonton bagi saudaranya yang sukses meraih pengetahuan. Sementara sumber-sumber pengetahuan berasal dari tahu akan suatu peristiwa dan realitas objektif di alam semesta ini. Tahu adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan terletak pada konsep dari keduanya. Pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif, sesuai dengan pengertiannya bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan masyarakat yang telah dibakukan secara sistematis.Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, telekomunikasi dan informasi pada era globalisasi ini telah terjadi pergeseran gaya hidup yang signifikan di Bali, yakni sebagian besar telah menggunakan sarana teknologi modern, seperti internet, computer, lap top, iPad, iPhone, camera digital, hand phone unroid, cctv, dan sebagainya. Bahkan semua kelihan banjar di Bali telah menggunakan handphone, bahkan e-mail. Jika ada undangan rapat, pemimpin tidak perlu mengirim surat kepada para kelihan banjar, tetapi cukup kirim sms (short message system), para kelihan banjar akan datang tepat waktu. Selain itu, waktu rapat juga dibatasi dalam satu sampai dua jam maksimal karena para kelihan mempunyai bisnis sampingan untuk menopang kehidupannya, terutama yang berhubungan dengan kegiatan industri pariwisata.

57

4.6 Bahasa

Bahasa sebagai komponen paham kebangsaan, tercantum dalam trilogi sumpah pemuda yang telah diinterpretasikan, antara lain dengan “satu bahasa”. Unsur bahasa dijadikan komponen yang penting di dalam trilogi tersebut sebab kedudukan dan peran bahasa sangat strategis untuk pembentukan bangsa Indonesia sebagaimana hal tersebut tampak dalam peran bahasa dalam konsep kebangsaan yang muncul pada abad ke -19 di Eropa. Pengaitan ini sangat penting dilihat, karena konsep kebangsaan yang muncul di Eropa Barat memiliki pengaruh di dalam konsep kebangsaan Indonesia, yaitu sebagai produk dari modernisasi (Ahmed dalam Tuner, 2000:201). Dalam kaitan dengan pelacakan inilah dapat dipahami bahwa penafsiran teks pada trilogi tentang bahasa itu terjadi sehingga tercermin juga di dalam politik bahasa yang pada dasarnya mengacu pada uniformitas. Jadi, konsep kebangsaan yang mengacu kepada makna “persatuan” yang ditafsirkan seperti itu telah menyebabkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memosisikan bahasa daerah sebagai bahasa pelengkap yang bersifat periferi. Reaksi terhadap keadaan seperti ini bukannya tidak ada yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan termasuk para sarjana bahasa untuk memberikan kedudukan bahasa daerah sebagai lambang kebudayaan daerah atau budaya etnik. Banyak sarjana yang membicakan masalah ketimpangan yang menyinggung persoalan perkembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai akibat dari dominannya pengaruh kekuatan bahasa Indonesia (Latif dan Subandy, 2001 : 27).

Namun, dalam kenyataannya tak seorang pun mampu mengubah posisi tersebut, bahkan kemudian muncul tulisan-tulisan dari pelbagai kelompok kritis yang banyak diantaranya ahli bahasa telah mampu memberikan suatu cakrawala pemikiran tentang posisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dengan adanya reformasi maka terjadilah pula gugatan terhadap ketimpangan kedudukan serta pengembangan bahasa Indonesia dan pengembangan bahasa daerah. Hal tersebut telah diuraikan oleh Foulcher (2000:36) yang telah menggambarkan bagaimana hubungan posisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang terkait dengan penafsiran trilogi sumpah pemuda, termasuk pula gugatan yang ditujukan tentang perubahan yang harus dilakukan.

Apabila dilacak secara historis, terutama perkembangan paham nasionalisme yang antara lain tersimpul di dalam trilogi sumpah pemuda sudah jelas dapat ditafsirkan keinginan para pemuda pada waktu itu untuk memiliki indentitas nasional dengan

58 menyatakan menjungjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Selain itu, pengakuan oleh para pemuda seperti itu sudah disadari bahwa betapa besar dan penting bahasa persatuan sebagai simbol identitas bersama yang harus diciptakan. Hal itu diperlukan sesudah identitas oleh suatu bangsa yang baru lahir merupakan suatu kewajaran, karena keberadaan bahasa Indonesia sebagai suatu perekat untuk seluruh suku bangsa. Pepatah menyatakan “bahasa menunjukkan bangsa”. Sebagaiman telah dijelaskan di atas bahwa konsep semacam ini telah mengalami perubahan ke arah pluralisme yang diakibatkan oleh arus pemikiran reformasi yang dialami oleh konsep pemikiran kritis, yakni postmodernitas.

Dalam konteks keindonesiaan pengkajiulangan terhadap “butir mutiara” itu akan tetap penting dan selalu relevan, terutama sehubungan dengan ciri keindonesiaan yang multietnis, multicultural dan berakibat pada multi-lingual (Alwi, 2001:38).Bahasa Bali termasuk keluarga bahasa Indonesia. Dilihat dari sudut perbendaharaan kata dan strukturnya, bahasa Bali tak jauh berbeda dari bahasa Indonesia lainnya. Peninggalan prasasti zaman kuno menunjukkan adanya bahasa Bali Kuno yang berbeda dari bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno tersebut di samping banyak mengandung bahasa Sanskerta, pada masa perkembangannya juga terpengaruh oleh bahasa Jawa Kuno dari jaman Majapahit, yaitu jaman pada waktu pengaruh Jawa besar sekali kepada kebudayaan Bali.

Bahasa Bali mengenal juga apa yang disebut "perbendaharaan kata-kata hormat", walaupun tidak sebanyak perbendaharaan dalam bahasa Jawa. Bahasa hormat (bahasa halus) dipakai kalau berbicara dengan orang-orang tua atau tinggi. Di Bali juga berkembang kesusasteraan lisan dan tertulis baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Di samping itu sampai saat ini di Bali didapati juga sejumlah hasil kesusasteraan Jawa Kuno (kawi) baik dalam bentuk prosa maupun puisi yang dibawa ke Bali tatkala Bali di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Kedudukan politik bahasa daerah akan dikira memunculkan sifat kedaerahan atau kesukuan yang meretakkan rasa persatuan yang dibentuk oleh paham nasionalisme. Sehubungan dengan itu, bahasa daerah dikaitkan dengan paham kedaerahan yang mengacu pada suatu keadaan politik yang pernah terjadi di Indonesia, yakni gerakan federalisme, separatism, dan sebagainya yang didalangi oleh politik kolonial Belanda. Berdasarkan hal tersebut, maka paham kedaerahan bertentangan dengan paham persatuan yang dalam politik masa lalu dikatakan sebagai paham unitarisme. Zaman telah berubah, maka kini hal semacam itu tidak lagi menjadi persoalan

59 yang krusial. Dalam hal ini Aceh dan Riau sangat jelas mencantumkan bahasa daerahnya agar menjadi bahasa yang memiliki peran yang lebih besar, betul-betul sebagai lambang identitas daerahnya atau etniknya (LIPI, 2001:3).

Dengan digulirkannya otonomi daerah, maka pembicaraan mengenai bahasa daerah bukanlah hal yang dianggap tabu, seperti sebelum terjadi reformasi. Apabila pemahaman kebangsaan dalam asal usulnya tertera mendapat pengaruh dari modernisme, maka adanya multikulturalisme ini terkait juga dengan postmodernisme yang memang berseberangan dengan paham modernisme. Agaknya sejarawan, seperti Taufik Abdullah, belum sepenuhnya menaruh perhatian terhadap perubahan nasionalisme di Indonesia yang mengacu pada ideologi modernisme dan postmodernisme. Dari uraian tersebut, munculah permasalahan yaitu penyelesaian seperti apakah yang harus dicari dengan adanya perubahan tersebut di atas dikaitkan dengan apa yang dimaksud tentang keanekaan budaya. Jalan keluar yang harus dicari adalah bagaimana agar dapat memberikan kedudukan dan peran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Di samping itu, memberikan ruang gerak untuk hidup berdampingan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah secara harmonis. Seperti yang pernah dikemukakan atau pernah diangankan bahwa keberagaman dalam petumbuhan beraneka ragam kaitannya dengan kebudayaan nasional dapat hidup berdampingan selaras dan saling menguntungkan. Pencapaian seperti ini memang ideal, tetapi harus diakui bahwa adanya lebih dari satu bahasa yang dipakai oleh daerah akan tetap memperlihatkan hubungan kekuatan yang memiliki akses yang paling kuat. Jika dikaitkan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, maka bahasa seperti itulah yang akan berpengaruh dibandingkan dengan bahasa yang lainnya. Hal ini sangat jelas dengan adanya konsep ekologi bahasa yang dipolopori Haugen (1998:21).

Berdasarkan konsep multikulturalisme, harus dimaknai sebagai sesuatu yang tidak diartikan semata-mata sebagai pluralisme antara ras, keanekaan ras saja, tetapi juga seperti reaksi di atas meliputi budaya, bahasa yang ditinjau secara lebih terperinci, terutama yang berkaitan dengan munculnya kekuatan dominasi antara satu bahasa dan bahasa lainnya. Sebagaimana yang ditegaskan di atas akan terdapat dalam bahasa yang dipakai dalam masyarakat multikultural dengan adanya kontak yang menyebabkan sebagaimana dikatakan, yaitu kompetisi bahasa atau persaingan pemakaian bahasa. Bahasa sebagai komoditas dalam pasar bahasa dan hanya hidup sepanjang bahasa tersebut ada pelanggannya atau pemakainya. Inilah salah satu ciri ekologi bahasa yang memandang

60 bahasa yang memiliki kekuatan pasar akan mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat sehingga bahasa tersebut kebertahanannya dapat dijamin.

Masyarakat Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia sebagai interaksi sosial antarmasyarakat Bali. Bahasa Bali dibagi menjadi dua, yaitu bahasa Bali Aga adalah bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar dan bahasa Bali Mojopahit adalah bahasa Bali yang pengucapannya lebih halus. Dapat disimak pada beberapa contoh berikut ini. Wěwangsalan, (1) Suba bawang buhin tambusin, suba tawang buin tandruhin (artinya sudah tahu tetapi pura-pura tidak kenal). (2) Celebingkah batan biyu, gumilinggah ajak liu (artinya bumi yang luas ini adalah untuk aneka kehidupan). Bahasa Bali juga banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuno dan lewat bahasa Jawa ini, juga bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa, terutama terlihat dari tingkat- tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Sehubungan dengan itu, tidak mengherankan jika bahasa Bali alus yang disebut basa Bali alus mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Digunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia sebagai rasa nasionalisme juga dilestarikannya bahasa ibu, tetapi kaum remaja Bali banyak juga menggunakan bahasa asing (Inggris, Perancis dan Itali) atau trilingual karena dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Namun, masih terdapat di kalangan kaum remaja Bali yang tidak bisa berbahasa Bali Mojopahit (alus) karena situasi pergaulan dan lingkungan mereka terbatas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan masyarakat Bali sekarang terjadi pergeseran. Penggunaaan bahasa Bali, baik bahasa Bali alus maupun bahasa Bali pasaran (biasa), telah mengakar dari usia dini, anak sekolah, remaja, maupun dewasa merupakan alat untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Akibat imbas pariwisata maka masih ada segelintir keluarga di Bali tidak bisa menggunaka sor singgih bahasa Bali sepantasnya karena gaya hidup mereka telah meniru wisatawan mancanegara akibat sentuhan pergaulan dan modernitas yang tak terbendung. Globalisasi dan gaya hidup telah melanda semua sektor kehidupan keluarga di Bali tanpa disadari khususnya kaum remaja telah dapat berkomunikasi dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris, Francis, Itali, Spanol dengan harapan dapat beriteraksi dengan turis mancanegara di tempat mereka bekerja. Akan tetapi eksistensi bahasa Indonesia dan bahasa Bali masih dominan menjadi kekayaan tersendiri bagi keluarga di Bali secara keseluruhan.

61

4.7 Teknologi dan Peralatan

Teknologi pada era modernisasi informasi semakin menunjukkan kemajuan dalam hal kemudahan akses informasi oleh setiap elemen masyarakat. Otomatis disebabkan oleh teknologi semakin sistematis dan terorganisasi. Apabila teknologi sudah baik maka tidak dipungkiri lagi bahwa karya berupa hasil olahan yang merupakan teknologi juga baik dalam segi bentuk real di lapangan. Bagaimanapun terdapat fenomena yang dapat diamati bersama sebagai bagian dari hasil olahan kemajuan sistem teknologi di Bali. Memang benar adanya bahwa kemajuan teknologi telah banyak mengurangi tingkat kesulitan hidup masyarakat.

Teknologi yang semakin canggih menyebabkan adanya beberapa kemudahan, tetapi dalam perkembangannya yang terlihat mencolok kemudahan dalam akses informasi dalam hal pengetahuan dan komunikasi, kemudahan akses masyarakat dalam beraktivitas. Kemajuan teknologi tidak terhenti pada aspek fisik saja. Namun, hal-hal yang perlu diketahui lebih dalam lagi adalah kaitannya dengan kebudayaan yang disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi tersebut.Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul, dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, mengekspresikan rasa keindahan, atau diproduksinya hasil-hasil kesenian. Masyarakat Bali yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional yang disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik.

Beberapa sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan untuk memudahkan dalam proses produksi adalah sebagai berikut. Pertama, bidang pertanian, pada zaman dahulu masyarakat Bali mengolah sawah atau ladang menggunakan tenaga hewan, seperti sapi atau kerbau. Ketika memasuki masa perundagian mulai digunakan cangkul untuk bercocok tanam. Setelah memasuki masa modern mulai dibuat mesin berupa traktor yang memudahkan proses produksi lebih efisien dibandingkan dengan cara lama menggunakan sapi atau kerbau untuk membajak sawah sehingga hasil yang dicapai petani lebih maksimal. Kedua, bidang industri, sebelum revolusi industri, kegiatan industri digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi mulai dikembangkan alat-alat atau mesin yang dapat memudahkan kegiatan masyarakat Balipemilik sehingga pemanfaatan tenaga manusia menjadi berkurang dan dialihkan pada

62 pemanfaatan tenaga mesin. Ketiga, senjata, senjata adalah semua jenis benda yang digunakan untuk berkelahi atau berperang, berburu, membela diri, atau melukai (membunuh). Perkembangan senjata dimulai dari masa prasejarah.

Pada zaman itu digunakan batu dan tulang untuk berburu. Setelah itu mulai ditemukan teknologi logam dan mulai dikembangkan menjadi senjata berupa keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Revolusi senjata terjadi setelah ditemukannya bubuk mesiu di Cina. Berdasarkan penemuan itu, diciptakanlah berlomba-lomba berbagai macam senjata, seperti senjata api dan peledak. Setelah berkembangnya ilmu pengetahuan tercipta senjata nuklir, bahkan virus yang mampu memusnahkan umat manusia atau yang dikenal dengan senjata pemusnah massal. Semua senjata yang diproduksi mempunyai dampak baik positif maupun negatif, tetapi dampak negatifnya agar dapat diminimalisasi. Keempat, wadah, secara umum wadah merupakan tempat untuk menaruh, menyimpan sesuatu. Bahannya bisa terbuat dari apa pun. Wadah paling banyak digunakan untuk peralatan dapur. Dahulu wadah dibuat dari tanah liat (gerabah) dan kayu. Setelah ditemukan logam, mulai beralih menggunakan logam sebagai wadah karena lebih kuat dan cepat panas bila digunakan untuk memasak. Dengan berbagai macam penelitian mampu mengolah logam untuk menciptakan wadah yang kuat, ringan, tahan panas, anti lengket, higienis, kedap udara, ramah lingkungan, dan serba guna. Kelima, alat-alat menyalakan api, pada masa prasejarah batu dan kayu digunakan sebagai pemantik api, yaitu dengan cara menggesekkan kedua batu atau kayu tersebut di dedaunan kering untuk menghasilkan percik api sehingga tercipta api. Setelah itu digunakan minyak hewan sebagai bahan bakar, kemudian mulai dilakukan penggalian barang tambang dan ditemukan serbuk belerang.

Dari serbuk belerang tercipta korek api. Pada perkembangannya, pemantik dapat dibuat dari berbagai macam bahan, seperti minyak, gas alam, bahkan listrik. Keenam, makanan, pada zaman prasejarah hanya dikumpulkan bahan makanan tanpa diolah terlebih dahulu. Setelah ditemukan api makanan tersebut mulai diolah dengan menggunakan rempah- rempah untuk menambah rasa.

Sekarang masyarakat Bali mulai mengolah berbagai macam bahan makanan dengan teknologi modern. Selain itu, dikembangkan berbagai macam olahan makanan dalam bentuk junk food ataupun fast food. Makanan di Bali dijual dengan beraneka macam harga, yaitu mulai dari Rp 8.000,00, Rp 15.000,00, sampai dengan Rp 150.000,00. Selalu saja

63 ada lokasi makanan enak didapat di wilayah Bali. Misalnya, jika makan pagi tidak memungkinkan sehubungan dengan harus berangkat pagi-pagi ke kantor, sekolah, atau kuliah, solusinya makanan dibawa dari rumah atau dibeli di lokasi kegiatan. Untuk penghematan makan bisa dilakukan selalu di rumah sebelum dan sesudah melakukan kegiatan atau membawa makanan masak dari rumah. Ketujuh, pakaian, pakaian merupakan kebutuhan pokok masuyarakat Bali selain makanan dan tempat tinggal. Mereka membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun, seiring dengan perkembangan kehidupan keluarga masyarakat Bali, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya, seperti hiking dan memasak dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga toksin dari badan, dan membatasi penularan kuman. Dengan adanya perkembangan zaman, pakaian di Bali sudah mengikuti trend mode ala barat, banyak designer menciptakan busana yang berbeda dari tahun ke tahun. Kedelapan, tempat berlindung dan perumahan, dahulu saat masih hidup berpindah-pindah, membuka hutan untuk mencari sumber makanan dan akhirnya membangun permukiman di sana. Ketika sumber makanan telah habis, mereka pergi ke tempat lain untuk membuka hutan dan membangun kehidupan baru di sana. Setelah ditemukan tempat yang dianggap cocok untuk membangun peradaban tetap, mulai diciptakan permukiman yang teratur dengan sebuah sistem pemerintahan. Dalam menunjang kehidupan modern diperlukan alat transportasi untuk menjangkau dari satu tempat ke tempat tujuan. Kesembilan, alat transportasi, transportasi memegang peranan penting dalam kehidupan keluarga masyarakat Bali.

Transportasi digunakan sebagai sarana penghubung antara satu tempat dan tempat lainnya. Warga Bali membutuhkan alat transportasi untuk mempermudah kegiatannya karena semakin banyak kegiatan masyarakat semakin luas pula wilayahnya dan semakin jauh jarak untuk berinteraksi. Alat transportasi umumnya ada tiga seperti berikut ini. Pertama, transportasi darat, dahulu binatang liar dijinakkan dan digunakan sebagai alat transportasi. Setelah ditemukan roda dan dikembangkan menjadi pedati (kereta yang ditarik oleh hewan). Setelah revolusi industri, dikembangkan mesin uap sebagai sarana transportasi jarak jauh, berupa kereta uap.

64

Teknologi dan ilmu pengetahuan semakin berkembang sehingga mulai diciptakan mesin diesel pada mobil. Pada perkembangannya, saat ini masyarakat Bali telah memiliki kendaraan yang ramah lingkungan, efisien, dan cepat, seperti kendaraan Suzuki, Toyota, Daihatsu, Nissan, Mazda, KIA, Merci, BMW, Ford, dan lain sebagainya.Dengan meningkatnya pendapatan keluarga masyarakat Bali akan mengubah gaya hidup dari tradisional menuju gaya hidup hedonis (Kotler, 2002:192). Perubahan terjadi mulai dari peralatan rumah tangga serba mewah, seperti mesin cuci yang dulunya mencuci di selokan sekitar sawah, membeli mobil keluaran terbaru sebagai simbol konsumerisme atau difference dari masyarakat lainnya serta mengikuti trend zaman.Kedua, transportasi air, bahan-bahan yang dapat mengambang di air disusun, seperti batang pohon bambu, kemudian dibuat menjadi rakit atau perahu sederhana dan digerakkan dengan dayung atau layar. Setelah ditemukan mesin uap, mulai dibuat perahu berukuran besar dengan mesin uap yang mampu menjelajah lautan. Setelah berkembang teknologi tinggi, dibuat mesin bermotor pada kapal yang semakin canggih dengan daya jelajah yang semakin jauh serta tingkat keamanan dan kenyamanan yang semakin baik, seperti kapal-kapal pesiar (cruise) bagaikan hotel mengapung yang bebas bergerak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Ketiga, transportasi udara, pertama kali bermula dari ditemukan balon udara. Setelah itu, diciptakan baling-baling dan mulai merancangnya menjadi pesawat sederhana. Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju, diciptakan berbagai macam transportasi udara, seperti pesawat terbang, roket, helikopter, dan lain lainnya. Bahkan, sekarang telah diciptakan sarana transportasi yang dapat digunakan, baik di darat, air, maupun udara, yaitu kendaraan amfibi.

Namun, dalam perkembangannya, alat transportasi juga digunakan dalam kancah peperangan, kendaraan dimodifikasi dengan berbagai persenjataan modern. Transportasi merupakan bagian terpenting bagi kehidupan masyarakat Bali dapat dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya peralatan hidup dan teknologi dimulai dari yang paling sederhana dan berasal dari alam hingga yang paling canggih hasil olahan tenaga ahli. Faktor yang paling berpengaruh terhadap proses perkembangan itu adalah ilmu pengetahuan dan pola pikir manusia semakin maju dari masa ke masa. Tingkat peradaban dan kebudayaan dapat dilihat pula dari peralatan hidup dan teknologi yang dimiliki. Semakin maju pola pikir dan tingkat ilmu pengetahuan, semakin tinggi tingkat peradaban dan kekayaan budaya mereka, khususnya kebudayaan fisik.

65

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi dan peralatan dapat dilihat dari angkutan darat yang kebanyakan sudah menggunakan sepeda motor dan mobil untuk tranportasi dan berinteraksi dengan komunitas lainnya untuk menjangkau tempat satu dengan lainnya. Akan tetapi, masih ada segelintir individu yang masih bertahan dengan gaya hidup sederhana bukan tidak mengikuti zaman. Namun, yang terpenting bagi mereka adalah generasi mudanya memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi persaingan dan tantangan hidup pada masa mendatang yang semakin ketat.

Di pihak lain, untuk bepergian, baik ke luar daerah maupun luar negeri, sebagian besar masyarakat Bali menggunakan pesawat udara agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Akan tetapi bagi mereka mempunyai waktu panjang memilih kapal laut dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak mendesak dan biayanya jauh lebih murah. Berkembangnya alat transportasi di Bali menyebabkan pilihan masyarakat semakin luas untuk menentukan jenis transportasi yang diinginkan.

66

BAB V PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI

5.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisatadiidentikkan dengan travel, yakni sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata di Bali dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Sinaga, 2010:12). Pariwisata fenomenazaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan masyarakat Bali akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam, dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan (Guyer dalam Irawan, 2010:11). Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata di Kelurahan Ubud termasuk perusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990).Berikut ini terlihat wisatawan menuju puri Ubud melihat keindahan istana yang terpelihara dengan baik.

Gambar : Aktivitas Wisatawan di Depan Puri Ubud (Dok pribadi)

67

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata di destinasi pariwisata termasuk perusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata ke Bali, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke tempat asal, melihat daya tarik atau atraksi wisata seperti pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah, pegelaran seni budaya. Usaha dan sarana wisata daerah tujuan wisata berupa usaha jasa, biro perjalanan (travel agent), pramuwisata, spa, akomodasi di destinasi pariwisata, dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata. Atraksi wisata dipertunjukkan untuk wisatawan sebagai seni hiburan (tourist arts).

Aspek ekonomi mengarah pada pariwisata sebagai suatu industri jasa. Seni budaya merupakan salah satu faktor penting sebagai bagian dari industri budaya dalam pembangunan pariwisata suatu destinasi. Atraksi wisata melalui berbagai macam kesenian menambah kualitas dan keanekaragaman suatu daerah tujuan wisata, selain objek atraksi dengan kebutuhan untuk dikonsumsi penduduk asli dan kebudayaan-kebudayaan mereka sebagai suatu trend global yang sedang berkembang saat ini. Dengan banyaknya orang asing menetap di Bali menyebabkan Bali menjadi tujuan utama destinasi pariwisata oleh karena masih kuat memegang teguh adat dan budaya yang adiluhung dahulu maupun sekarang. Walaupun tidak dimungkiri alkuturasi antara budaya lokal dan asing tak terbendung oleh siapa pun karena zaman dan globalisasi melanda semua bidang kehidupan baik pola hidup dan konsumsi individu telah meniru budaya Barat.

Orang asing telah lama mengenal Desa Ubud. Hal tersebut terbukti banyak seniman asing, seperti Walter Spies (seniman asal Jerman) diberikan tempat (sebidang tanah) oleh Puri Ubud di daerah barat dekat Tjampuhan dan di sebelah timur Puri Ubud juga diberi tempat untuk pelukis Antonio Blanco. Selain dua pelukis itu juga ada Rudolf Bonnet pelukis dari Belanda yang juga dekat dengan puri dan masyarakat seni di Desa Ubud. Interaksi seniman barat dan puri bersama seniman-seniman Ubud menghasilkan berdirinya organisasi seni pertama di Bali yang diberikan nama "Pita Maha". Mulai saat itu, Ubud terus melaju maju, seni dan budayanya berkembang dan Kelurahan Ubud semakin dikenal dunia internasional. Kondisi ini praktis menjadikan Kelurahan Ubud sebagai kawasan turisme yang unik dan Desa Ubud merupakan harga mati yang harus dikunjungi oleh para wisatawan yang datang ke Bali. Mereka lalu merasa tidak lengkap bila datang ke Bali

68

tanpa sempat melihat Ubud. Ubud sebagai desa agraris dengan kesadaran spiritual masyarakatnya yang tinggi dan potensi alamnya yang indah menjadikan tradisi dan budaya Bali dapat berjalan seimbang. Masyarakat Bali cenderung kreatif dan terus ingin membangun daerahnya. Mereka peduli pada kemajuan dan perkembangan Bali dan selalu berusaha mengikatkan diri terlibat pada segala hal (kejadian) yang menyangkut daerahnya.

Kendati orang Bali berkarya di luar Bali (di daerah lain baik masih di Indonesia, maupun ke luar negeri) biasanya mereka tetap akan kembali untuk membangun daerahnya. Inilah bukti luar biasataksuyang dimiliki Bali yang juga melekat mendarah daging pada seluruh generasi muda Bali.

5.2 Pengertian Industri dan Industri pariwisata Istilah “industri” selalu dihubungkan dengan pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu “proses produksi” yang menghasilkan suatu produk, baik dalam kaitan perubahan bentuk, peningkatan nilai maupun kegunaannya.Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.Namun dalam beberapa hal, istilah “industri” diartikan juga dalam unsur Industri Pariwisata. Pengertian lebih modern, industri merupakan sekumpulan usaha bidang produksi yang menghasilkan produk (barang atau jasa) yang sejenis. Misalnya industri ban, industri kimia, industri pharmasi, industri kertas, industri textil, industri perhotelan, industri catering (hidangan makan/minum), dan sebagainya.Di samping itu, istilah “industri” juga dapat diterapkan sebagai sebutan terhadap kelompok usaha produksi dengan proses yang sama, seperti industri batik, industri tenun, industri rekaman, industri tata busana (fashion), dsb. yang dewasa ini mendapat tempat dalam “industri kreatif”. Pengertian industri pariwisata yakni semua kegiatan usaha baik berupa barang dan jasa yang diperuntukkan untuk para wisatawan. Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya.Menurut pandangan para ahli pengertian industri pariwisata adalah

69 sebagai berikut : Menurut W. Hunzieker dalam Yoeti,1994), “ Tourism enterprises are all business entities wich, by combining various means of production, provide goods and services of a specially tourist nature ”. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan. Sedangkan menurut GA. Schmoll dalam (Yoeti, 1985), dalam bukunya TourismPromotion, Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisa cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.Menurut Damarji dalam Yoeti, 1996), Industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa industri dengan industri pariwisata sangat berbeda sekali, industri merupkan pengolahan barang yang belum jadi menjadi barang yang sudah jadi dan siap untuk digunakan. Sedangkan Industri Pariwisata merupakan suatu industri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa yang diperuntukkan pada para wisatawan agar terpenuhi kesenangannya dalam berwisata.

5.3 Konsep Industri dan Industri Pariwisata  Konsep Industri Enam konsep yang berkaitan dengan industri adalah sebagai berikut :  Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk inddustri tekstil, batu kapur untuk industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja.  Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri, misalnya lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan, seng, tiang telpon, benang

70

adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil), minyak kelapa, bahan baku industri margarine.  Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, misalnya kain dibuat untuk industri pakaian, kayu olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barang-barang cetakan.  Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar.  Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya.  Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya.  Konsep Industri Pariwisata Pariwisata merupakan kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Adapun konsep industri pariwisata yaitu sebagai berikut:  Sumberdaya alam, maksud sumberdaya alam bisa dikatakan konsep dalam industri pariwisata disini adalah fasilitas alam atau sumberdaya alam yang diciptakan maha kuasa untuk dijaga dan dilestarikan yang dapat menarik para wisatawan untuk datang ke tempat wisata tersebut.  Sumberdaya Manusia, sumberdaya manusia merupakan kualitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam tadi agar dikenal oleh banyak orang serta mengembangkan wisatanya dan pengelolaannya yang baik.  Sumberdaya ciptaan manusia , sumberdaya ciptaan manusia merupakan wujud dari kualitas manusia dan kepandaian manusia dalam membuat atau menciptakan tempat wisata buatan yang mempunyai daya tarik sendiri dari hasil karya manusia yang dapat menarik para wisatawan.  Wisatawanmerupakan aktor dalam kegiatan wisata.Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan.Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, seperti berikut ini.

71

 Daerah Asal Wisatawan (DAW), Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika ia melakukan aktivitias keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasarlain. Rutinitas itu sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang dapat mencari informasi tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati, membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.  Daerah Transit (DT), Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wisata.  Daerah Tujuan Wisata (DTW), Daerah ini sering dikatakan sebagai ujung tombak pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.

5.4 Produk Industri Pariwisata Produk Pariwisata dibandingkan dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lainnya memiliki ciri-ciri berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata, maka berikut ini pengertian produk pariwisata yang dikemukanan oleh :  Burkat dan Medlik, produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada konsumen (wisatawan/tourist).  Medlik dan Middleton, produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya.

72

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat 3(tiga) unsur yang membentuk suatu

Produk Pariwisata, yaitu :a) Daya Tarik dari Destinasi b) Fasilitas dari Destinasi c) Kemudahan dari Destinasi. Selanjutnya ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu destinasi, apakah baik atau buruk. Terdapat 6(enam) unsur produk pariwisata yang membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan wisatawan, antara lain:  Objek dan Daya Tarik Wisata  Jasa Travel Agent & Tour Operator  Jasa Perusahaan Angkutan  Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan  jasa Souvenir (Cinderamata)  Jasa Perusahaan Pendukung.Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami ciri-ciri

produk pariwisata, antara lain:a) Tidak dapat dipindahkan b) Tidak

memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan c) Tidak

dapat ditimbun atau disimpand) Sangat dipengaruhi oleh faktor non

ekonomis e) Tidak dapat dicoba atau dicicipi f) Sangat tergantung pada faktor manusia g).Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi

h) Tidak memiliki standart atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat mutu produk. Pada hakekatnya produk wisata “merupakan keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula”Suswantoro (2007:75). Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :  Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan.  Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.  Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.

73

Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) membuat rumusan tentang komponen- komponen produk wisata yaitu : . Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni. . Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan wisata seperti organisasi kepariwisataan (travel agent). . Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan. . Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.

5.5 Peran Industri Pariwisata dalam Pembangunan Pariwisata Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti; transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal. Industri-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga didukung oleh industri-industri pendukung pariwisata lainnya. Biro perjalanan wisata merupakan jembatan penghubung antara wisatawan dengan penyedia jasa akomodasi, restoran, operator adventure tour, operator pariwisata dan lain- lain. Umumnya wisatawan menggunakan jasa biro perjalanan wisata dalam menentukan rencana perjalannya (tour itinerary), namun tidak tertutup kemungkinan wisatawan mengatur rencana perjalanannya sendiri. Dalam konteks pengembangan pariwisata, Biro Perjalanan Wisata memiliki beberapa tugas penting antara lain:  Mendatangkan wisatawan. Ketidaktahuan wisatawan terhadap destinasi yang akan dikunjungi merupakan faktor pendorong utama untuk menggunakan jasa biro perjalanan wisata sebagai pemandunya.(Yoeti, 1985),

74

 Meminimalisasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh wisatawan. Biro perjalanan wisata harus memberikan informasi pra perjalanan (pre-tour information), literatur, atau buku panduan lainnya tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di destinasi pariwisata untuk menghindari munculnya dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan sosial- budaya masyarakat. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan sistem pengaturan jumlah kunjungan wisatawan dalam skala kecil sehingga bisa mengurangi intensitas sentuhan langsung wisatawan dengan alam dan tidak melebihi daya tampung (over-visited) destinasi pariwisata.  Meminimalisasi dampak-dampak yang disebabkan oleh operator penjual produk pariwisata. Ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para manajer, staf dan karyawan lainnya terhadap pentingnya pelestarian lingkungan dan sosial-budaya masyarakat.  Menyediakan program pelatihan kepada para manajer, staf dan karyawan lainnya tentang cara berkomunikasi dan menangani wisatawan yang ketika mereka berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sosial-budaya masyarakat.  Memberikan bantuan dana untuk konservasi alam yang dijadikan sebagai salah satu pruduk atau paket wisata.  Memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk bekerja sesuai dengan kompetensinya.  Menyediakan paket-paket wisata yang ramah lingkungan.

Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 disebutkan : Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia yaitu :  Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan- kegiatan industri sampingan lainnya.

75

 Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.  Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional. Dengan pernyataan di atas bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat comercial. Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelayanannya.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata, yaitu : o Travel Agent o Perusahaan Angkutan (Transportasi). o Akomodasi perhotelan o Bar dan Restoran o Souvenir dan Handicraf

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwaindustri pariwisata dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal harus menjalankan perannya untuk mengembangkan pariwisata yang didukung oleh industri-industri lainnya.Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Secara teknis pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa atau pelayanan dan faktor-faktor penunjang serta kemudahan-kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.Industri dengan industri pariwisata sangat berbeda sekali, industri merupkan pengolahan barang yang belum jadi menjadi barang yang sudah jadi dan siap untuk digunakan. Sedangkan, industri pariwisata merupakan suatu industri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa yang diperuntukkan pada para wisatawan agar terpenuhi kesenangannya dalam berwisata.

76

Produk wisata yaitu keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula. Industri pariwisata dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal harus menjalankan peran nya untuk mengembangkan pariwisata yang didukung oleh industri-industri lain.

77

BAB VI PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUSTAINABALITY TOURISM)

6.1 Pengertian Pariwisata Berkelanjutan (Sustainability Tourism) Pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan perlu memperhatikan dampak serta aspiratif dengan adat istiadat masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata. Masyarakat setempat, wisatawan, pengusaha (investor), biro perjalanan serta Pemerintah Daerah harus saling terpadu untuk berupaya secara maksimal mengembangkan potensi wisata yang memperhitungkan keuntungan dan manfaat rakyat banyak.Dengan dibangunnya sarana dan prasarana kepariwisataan di daerah tujuan wisata tersebut maka akan banyak tenaga kerja yang diperlukan. Perputaran uang akan meningkat dengan adanya kunjungan para wisatawan baik domestik maupun non domestik, hal ini tentu akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan penerimaan devisa negara, pendapatan nasional serta pendapatan daerah. Adapun pengertian pariwisata yang berkelanjutan yaitu industri pariwisata yang berkomitmen untuk membuat dampak yang rendah pada lingkungan dan budaya lokal, sambil membantu menciptakan lapangan kerja di masa depan bagi masyarakat lokal. Tujuan dari pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah untuk membawa pengalaman positif bagi masyarakat setempat, perusahaan pariwisata dan wisatawan sendiri.Para ekonom global memperkirakan pertumbuhan pariwisata internasional, berkisar antara tiga dan enam persen per tahun, tergantung pada lokasinya. Sebagai salah satu industri terbesar dan yang berkembang cepat di dunia, pertumbuhan ini (pariwisata) akan memberikan dampak yang besar pada habitat biologis yang beragam dan budaya masyarakat asli, yang sering digunakan untuk mendukung pariwisata massal.Meskipun terdapat beberapa alasan di luar faktor ekonomis yaitu yang bersifat non ekonomis dalam pengembangan pariwisata. Pembangunan pariwisata perlu direncanakan secara matang dan terpadu dengan memperhatikan segala sudut pandang serta persepsi yang saling mempengaruhi. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah setempat, adat istiadat kebiasaan hidup masyarakat sekitar lokasi pariwisata, kepercayaan yang dianutnya, sampai kepada kebiasaan dan tingkah laku wisatawan yang direncanakan akan tertarik untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata yang siap dikembangkan. Kebijakan yang memperhatikan kompleksitas permasalahan tersebut diharapkan akan tercipta suasana lokasi daerah tujuan wisata yang harmonis, aman, nyaman, bersih, bebas polusi dan memiliki lingkungan yang terpelihara, sehingga menyenangkan semua pihak

78 khususnya para wisatawan.Pariwisata berkelanjutan yakni pengembangan pariwisata yang dijalankan tanpa merusak lingkungan, tatanan sosial & budaya setempat yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.Pada tahun 1992, dalam United Nation Conference on Environment and Development –the Earth Summit– di Rio de Janeiro, dirumuskan program tindak yang menyeluruh hingga abad ke-21 yang disebut Agenda 21, yang kemudian diadopsi oleh 182 negara peserta konferensi termasuk Indonesia. Agenda 21 merupakan blueprint untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan dari planet bumi dan merupakan dokumen yang mendapatkan kesepakatan internasional yang sangat luas, menyiratkan konsensus dunia dan komitmen politik di tingkat yang paling tinggi.Dalam tataran kepariwisataan internasional, pertemuan Rio ditindaklanjuti dengan Konferensi Dunia tentang Pariwisata Berkelanjutan pada tahun 1995 yang merekomendasikan pemerintah negara dan daerah untuk segera menyusun rencana tindak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata serta merumuskan dan mempromosikan serta mengusulkan Piagam Pariwisata Berkelanjutan.Prinsip-prinsip dan sasaran-sasaran dari piagam antara lain :

 Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat.  Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia.  Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk mengintegrasikan perencanaan pariwisata sebagai kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan.  Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan, langsung atau tidak langsung, kepada projek-projek pariwisata yang berkontribusi kepada perbaikan kualitas lingkungan.  Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan harus diberi prioritas khusus dalam hal kerja sama teknis dan bantuan keuangan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan.  Promosi dan dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

79

 Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk penelitian, diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan teknologi pariwisata berkelanjutan.  Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan pengembangan program kerjasama internasional.

6.2 Contoh Produk Sustainable Tourism

Gambar : Bali Treetop Adventure Park Bedugul (Dok: Pribadi)

Saat ini wisatawan yang berlibur ke pulau Bali, tidak hanya berlibur ke tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi. Tapi telah terjadi perubahan trend di kalangan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata petualangan atau yang sering disebut dengan nama Bali adventure. Tentunya dengan perubahan dan minat wisatawan akan wisata petualangan, membuat beberapa perusahaan menginvestasikan modal usaha mereka, untuk menyediakan fasilitas Bali adventure. Salah satu dari wisata petualangan yang terdapat di tempat wisata kebun raya Bali di Bedugul adalah Bali Treetop Adventure Park Tour Bedugul.

Bali Treetop merupakan aktivitas petualangan di alam terbuka dengan berbagai jenis tantangan di atas pohon. Wisatawan akan ditantang dengan 7 buah sirkuit dari satu pohon ke pepohonan yang lain dengan ketinggian 2 hingga 20 meter yang terdiri dari 72 tantangan untuk segala level dan umur diantaranya : Suspended bridges, Spider Nets, Tarzan-Jumps, Flying-Fox, Flying-Swings,dan banyak lagi tantangan yang lain.Jadi

80 pengunjung bisa melakukan aktifitas Bali Treetop sekalian melihat keindahan alam Kebun Raya yang berisi berbagai jenis tumbuhan langka. Juga sangat dekat dengan kawasan wisata Danau Beratan Bedugul. Bali Treetop Adventure Park bisa diikuti berbagai level dan berbagai kalangan. Dengan beberapa sirkuit berbeda yang ditawarkan menjadikan Bali Treetop bisa diikuti dari umur 4 – 70 tahun dengan berat badan maximun 120 Kg.

6.3Brand Image Tourism

Gambar : Four Seasons Resorts Bali at Sayan Ubud (Dok : Pribadi)

Pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan kearifan lokal membutuhkan manajemen wisata yang dapat menselaraskan antara tujuan dan prinsip-prinsip dari sustainable tourism. Untuk mewujudkannya, perlu adanya peningkatan branded image dari produk pariwisata yang ditawarkan. Wisatawan tidak hanya membeli produk wisata tersebut, tetapi juga special experienceand prestise.Peningkatan brand image pariwisata dilakukan dengan cara mengenalkan merk, iklan, dan promosi yang bagus. Dalam pariwisata yang berwawasan kearifan lokal, brand ini diciptakan untuk mengenalkan identitas daerah tujuan wisata kepada para wisatawan.Brand image umumnya ialah kata-kata pertama yang muncul ketika merek tertentu disebutkan. Contohnya, ketika disebutkan kata: Bali, maka brand image yang timbul adalah Pulau Dewata atau Paradise Island.

Four Seasons Bali at SayanUbud, sebuah resort yang mewah di Bali, menggunakan brand image Bali sebagai Pulau Dewata, yang indah dengan segala kekayaan budayanya. Manajemen FourSeasons Bali at Sayan pun mengemas resortnya menjadi resort yang dibangun dengan konsep tradisional yang menyatu dengan alam Bali yang indah ditambah

81 dengan promosi yang menarik para wisatawan.Indonesia yang dianugerahi oleh Tuhan dengan keindahan alamnya yang melimpah serta keragaman budayanya yang kaya harus mampu mengambil peluang dari industri pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan kearifan lokal. Industri pariwisata dapat dijadikan sebagai media untuk menjaga anugerah Tuhan tersebut.Kekayaan alam berupa hutan, laut, sungai, danau, flora dan fauna, keanekaragaman budaya, dan lain-lain dapat menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat Bali dan Indonesia umumnya.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip sustainable tourism yang dijalankan dengan benar, bukan hal yang mustahil Bali menjadi daerah tujuan utama wisata nomor satu di dunia.Kenyataan di lapangan masih menunjukkan sebaliknya. Banyak hutan yang sudah rusak, sungai dan danau yang tercemar, serta nilai-nilai budaya yang sudah luntur. Hal ini harus segera dibenahi agar hal-hal tersebut tidak menjadi penghambat serta dapat menjadi modal bagi industri pariwisata di Indonesia.Untuk mewujudkan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata utama di dunia, terutama dalam hal pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan kearifan lokal, masih banyak yang perlu dibenahi. Contoh, analisis mengenai dampak terhadap lingkungan di tempat-tempat wisata. Sebagaimana pembangunan Skyrail di Australia yang diperhitungkan agar dampak negatif yang ditimbulkan kecil, pembangunan-pembangunan tempat wisata di Bali pun harus dilakukan analisis yang mendalam agar meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan. Selama ini, banyak tempat-tempat wisata yang “asal bangun” sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.Penguatan brand image pariwisata juga perlu untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung. Selama ini, Bali memang masih menjadi primadona destinasi wisata Indonesia di mata internasional, tetapi Indonesia masih memiliki ribuan tempat menarik lainnya yang belum memiliki brand yang kuat.

Oleh karena itu, promosi yang baik akan sangat mendukung pariwisata Indonesia.Pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifitas pariwisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk pariwisata massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbanganantar 3 dimensi tersebut harus dibangun dengan baik.

82

6.4 Aspek dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

 Aspek Lingkungan

Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan pariwisata, mempertahankan proses ekologi dan turut andil dalam melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.

 Aspek Ekonomi

Memastikan kegiatan ekonomi jangka panjang yang layak memberikan manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder dengan adil seperti pekerjaan tetap, kesempatan mendapatkan penghasilan (membuka usaha) dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal serta membantu mengurangi kemiskinan.

 Aspek Sosial-Budaya

Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat, melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun dan berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleranssi serta pemahaman antar-budaya.Pengembangan pariwisata berkelanjutan memerlukan pastisipasi dari para stakeholder terkait serta kepemimpinan politik yang kuat untuk memastikan adanya partisipasi yang aktif dan kesepakatan antar stakeholder.Pencapaian pariwisata berkelanjutan merupakan proses yang berkesinambungan dan membutuhkan pemantauan yang konstan, inovasi mengenai langkah-langkah pencegahan dan perbaikan yang diperlukan terhadap dampak dari kegiatan pariwisata juga harus terus dilakukan.Pariwisata berkelanjuatan juga harus menjaga tingkat kepuasan dan memastikan pengalaman yang berarti untuk para wisatawan meningkatkan kesadaran mereka tentang isu-isu berkelanjutan dan mengajak wisatawan untuk turut serta mempromosikan praktik pengelolaan lingkungan di sekitar mereka.

Pulau Bali yang dianugerahi oleh Tuhan dengan keindahan alamnya yang melimpah serta keragaman budayanya yang kaya harus mampu mengambil peluang dari industri pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan kearifan lokal. Industri pariwisata dapat dijadikan sebagai media untuk menjaga anugerah Tuhan tersebut.Kekayaan alam berupa hutan, laut, sungai, danau, flora dan fauna, keanekaragaman budaya, dan lain-lain dapat menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat Bali. Dengan menggunakan prinsip-prinsip

83 sustainable tourism yang dijalankan dengan benar, bukan hal yang mustahil Indonesia menjadi daerah tujuan utama wisata nomor satu di dunia.

Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa pada kenyataan di lapangan masih menunjukkan sebaliknya. Banyak hutan yang sudah rusak, sungai dan danau yang tercemar, serta nilai-nilai budaya yang sudah luntur. Hal ini harus segera dibenahi agar hal-hal tersebut tidak menjadi penghambat serta dapat menjadi modal bagi industri pariwisata di Indonesia.Untuk mewujudkan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata utama di dunia, terutama dalam hal pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan kearifan lokal, masih banyak yang perlu dibenahi. Pembangunan tempat wisata di Bali dan Indonesia pun harus dilakukan analisis yang mendalam agar meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan. Selama ini, banyak tempat-tempat wisata yang “asal bangun” sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.Penguatan brand image pariwisata juga perlu untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung. Selama ini, Bali memang masih menjadi primadona destinasi wisata Indonesia di mata internasional, tetapi Indonesia masih memiliki ribuan tempat menarik lainnya yang belum memiliki brand yang kuat. Oleh karena itu, promosi yang baik akan sangat mendukung pariwisata Indonesia.Ketertinggalan Indonesia dalam industri manufaktur dan teknologi dapat dikejar dengan memajukan industri pariwisata Indonesia. Pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lokal diharapkan dapat menjadi andalan bagi perekonomian Bali khususnya dan Indonesia umumnya menjadi salah satu cara untuk membuat anugerah Tuhan kepada Indonesia tetap indah dan abadi selamanya.

6.5 Prinsip-prinsip Pariwisata Berkelanjutan Prinsip pariwisata berkelanjutan antara lain :  Menjamin pemerataan dan keadilan sosial  Menghargai keanekaragaman (diversity)  Memberikan manfaat ganda pada sektor lainnya  Meminta perspektif jangka panjang  Pembangunan pariwisata melibatkan masyarakat lokal  Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan & masyarakat  Melakukan program peningkatan sumber daya manusia.

84

Upaya-upaya untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan

 Tidak melakukan eksploitasi alam yang berlebihan  Melakukan reboisasi  Tidak membuang sampah sembarangan  Berpartisipasi dalam pengendalian pembangunan  Melakukan pemantauan terhadap kegiatan pariwisata yang berpotensi menimbulkandampak buruk terhadap lingkungan alam & sosbud  Menggunakan produk ramah lingkungan

 Pemerintah  Membuat kebijakan pelanggaran terhadap eksploitasi alam yang berlebihan  Membangun sarana pembuangan secara maksimal  Gencar mempromosikan dalam upaya mengenalkan pariwisata lestari  Membangun suaka margasatwa dan cagar alam  Masyarakat o Tidak membuang sampah di tempat pariwisata o Menjaga kelestarian pariwisata o Menanam pohon bakau untuk mencegah terjadinya abrasi Kriteria pembangunan pariwisata berkelanjutan  Pembangunan pariwisata didukung secara ekologis dalam waktu yang lama serta adil bagi masyarakat setempat  Pariwisata berkelanjutan harus bersatu dengan alam , budaya dan manusia  Masyarakat mengambil peran dalam usaha pariwisata yang berkelanjutan  Pemerintah memperioritaskan bantuan untuk perbaikan kualitas lingkungan  Pemerintah harus berpartisipasi dalam usaha pariwisata yang berkelanjutan  Menetapkan pengelolahan pariwiata yang ramah lingkungan. Hambatan dalam upaya Pengembanga Pariwisata Berkelajutan  Kurangnya kesadaran dalam pelestarian alam  Daya saing yang kurang  Kurang menyadari prinsip – prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan  Kurangnya koordinasi antara pemerintah dengan daerah

85

Indikator untuk mengukur tingkat keberlanjutan suatu destinasi wisata Kesejahteraan masyarakat setempat Terlindungnya aset aset budaya Partisipasi masyarakat Kepuasan masyarakat Jaminan masyarakat Pengelolahan sumber daya alam yang langka. 6.6 Permintaan dan Penawaran Pariwisata Permintaan suatu wisata adalah banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang.Meningkatnya jumlah pengunjung pada suatu areal wisata khusus wisata dapat disebabkan karena :  Areal wisata tersebut mempunyai potensi yang menarik  Kebutuhan rekreasi meningkat  Tersedianya sarana dan prasarana yang ditunjang oleh fasilitas akomodasi Penawaran suatu objek wisata adalah kualitas dan kuantitas sumberdaya yang ada untuk digunakan pada waktu luang.Sumberdaya alam yang terdiri dari unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara serta atribut lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai-nilai tertentu seperti keindahan, kelangkaan, keunikan, kekhasan, keanekaragaman, bentang alam, serta keutuhan sumberdaya alam. Dalam menilai penawaran objek wisata (khusus wisata alam) dan pengembangannya ada beberapa faktor penting yang dinilai ( Dirjen PHPA, 1993), yaitu :

 Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari objek wisata tersebut : o Daya tarikmerupakan suatu factor yang dapat membuat orang berkeinginan untuk berkunjung dan melihat secara langsung keindahan alam, banyaknya sunbberdaya alam yang menonjol, kebersihan udara dan lokasi, ruang gerak pengunjung dan kepekaan sumberdaya alam o Pengelolaan Penawaran dan Pelayanan; merupakan suatu kegiatan untuk memanfaatkan objek wisata sehingga pengunjung mendapatkan kepuasan dalam kunjungannya juga untuk pelestarian dari objek itu sendiri. Unsur – unsurnya adalah status pengelolaan, jumlah pegawai, pendapatan perbulan, dana anggaran, sumber dana, status pegawai, mutu pelayanan, kemampuan bahasa dan sarana perawatan dan pelayanan

86

o Tersedianya air bersih, adanya air bersih merupakan faktor yang penting dalam pengembangan suatu objek wisata. Unsur – unsurnya adalah dapat tidaknya air dialirkan ke objek wisata, jarak sumber air dengan lokasi objek o Kondisi perhubungan, merupakan suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu objek wisata dijangkau dengan melihat unsur-unsur seperti kondisi jalan, jumlah kendaraan dikabupaten objek wisata tersebut berada, frekuensi kendaraan umum dari unsur penyebaran wisata ke objek wisata tersebut dan jumlah alat transportasi umum menuju lokasi tersebut dan lain – lain o Kondisi Lingkungan, yaitu keadaan lingkungan alam maupun masyarakt setempat. Unsur – unsurnya adalah tata guna tanah atau perencanaan, status pemilikan tanah, kepadatan penduduk, sikap masyarakat, tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, pendidikan, media yang masuk, dampak sumberdaya biologis dan sumber daya fisik o Kondisi Iklim, merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi jumlah kunjungan dengan melihat unsur –unsurnya yaitu pengeruh iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara musim kemarau, jumlah bulan kering dan kelembaban rata – rata pertahun, rata – rata penyinaran matahari pada musim hujan, kecepatan angina pada musim kemarau dan rata- rata kelembaban udara pertahun. o Akomodasimerupakan faktor penunjang dalam kegiatan wisata khususnya bagi pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh. Unsurnya adlah jumlah hotel , kamar, penginapan yang paling tidak dipusat kota yang terdekat dengan objek wisata.  Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar objek wisata antara lain :  Potensi pasarmerupakan suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek wisata, menyangkut peluang dan kunjungan yang berhubungan dengan jumlah penduduk sebagai konsumen. Unsur – unsur yang menjadi potensi pasar adalah jumlah penduduk berdasarkan zonasi, kepadatan penduduk, lokasi berdasarkan zonasi per kilometer persegi dan jarak objek wisata tersebut ke pusat kota  Hubungan dengan objek wisata lain, dalam pengembangan objek wisata, disuatu pihak perlu juga memperhatikan objek wisata lain (sejenis maupun tidak sejenis) yang disekitarnya agar dapat menunjang jumlah kunjungan, tetapi dlain ipihak merupakan saingan baginya objek yang akan dikembangkan

87

 Prasarana dan sarana penunjang, Prasarana dan sarana penunjang yang berada dikecamatan tempat objek wisata tersebut berada sangat penting. Unsur-unsurnya yaitu pasarana, sarana penunjang, fasilitas khusus dan fasilitas kegiatan wisata.

6.7 Tenaga Kerja dan Infrastruktur Penunjang Industri Pariwisata Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan berencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi social dan kultural. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastuktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur poemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negeri.Tidak dapat disangkal bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana angkutan, keadaan infrastruktur, dan sarana – sarana pariwisata yang menuju ke dan terdapat di daerah – daerah tersebut.Hal-hal inilah yang sesungguhnya menjadi pokok persoalan. Mengembangkan kesemuanya secara simultantidak mungkin karena untuk itu dibutuhkan biaya yang besar, padahal dana yang tersedia terbatas, karena itu pengembangan pariwisata haruslah berdasarkan skala prioritas. Dalam pengembangan selanjutnya pemerintah harus menitikberatkan pada peranan periwisata terhadap kesejahteraan social, penggunaan tanah, perlindungan terhadap lingkungan social dan alam, serta pada pelestarian tradisi dan kebudayaan.Bukan hanya terbatas pada perencanaan dan pengembangan proyek-proyak pariwisata saja, melainkan secara lebih menyeluruh dan terpadu.Seperti yang lebih berkali-kali dikemukakan, pariwisata menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Pemerintah Provinsi Bali sadar akan pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:  Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh, sehingga seluruh segi pengembangan pariwisata diperhitungkan dengan memperhatikan pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan sector lain.  Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan, karena pengembangan pariwisata saling terkait dengan sector lain dan dapat mempengaruhi sector lain  Pengembangan pariwisata harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas Dalam masyarakat

88

 Pengembangan periwisata harus sadar lingkungan sehingga mencerminkan ciri –ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu Negara, bukannya justru merusak lingkungan alam dan budaya yang khas itu.  Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga sedapat mungkin harus menampakan perubahan – [erubahan social yang positif  Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas – jelasnya berdasar pertimbangan – pertimbangan yang masak sesuai dengan kemampuan.  Pencataatan ( monitoring )secara terus menerus mangenai pariwisata terhadap sesuatu masyarakat dan lingkungan, akan merupakan bahan yang baik untuk diluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang merugikan, sehingga merupakan sarana pengendalian pengembangan yang terarah. (Prajogo dalam Spilane, 1985)

Apabila pengembangan ditinjau dari sudut pelaksanaannya yang lebih bersifat teknis operasional, maka yang harus diperhatikan adalah :  Pembinaan produk wisata, merupakan usaha terus menerus untuk meningkatkan mutu maupun palayanan.Pembinaan tersebut dapat berupa berbagai kombinasi usaha – usaha seperti pendidikan dan pelatihan. Pengaturan atau pengerahan pemerintah, memberi rangsangan, ataupun terciptanya kondisi iklim persaingan sehat yang mendorong peningkatan atau mutu produk dan pelayanan  Pemasaran, secara umum pemasaran yakni sebagai kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapatkan kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sekecil – kecilnya.Pengembangan daerah pariwisata pasti menimbulkan perubahn – perubahan social dikalangan masyarakat setempat. Untuk mencegah perubahan itu menuju kearah yang negative perencanan yang mencakup aspek social merupakan satu –satunya cara yang efektif. Dua hal yang perlu dilakukan oleh pihak pemerintah dan para perencana.  Melakukan penelitian dampak sosial yang mungkin ditimbulkan sehingga dampak positif bisa dimaksimalkan dan dampak negative diperkecil  Sejauh mungkin mengikutsertakan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengembangan. Penduduk setempat harus diusahaan agar sadar bahwa mereka mempunyai kepentingan terhadap keberhasilan daerah pariwisata yang bersangkutan.

89

BAB VII KREDIT DAN INVESTASI PENUNJANG PARIWISATA

7.1 Pengertian Investasi Suatu kegiatan investasi yaitu kegiatan dimana digunakan sejumlah uang dengan harapan memperoleh manfaat dan dapat merencanakan pembiayaannya serta pelaksanaannya sebagai satu satuan kegiatan dalam suatu jangka waktu tertentu. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian (Kuntjjoro, 1982). Investasi dibutuhkan bagi pengembangan sektor pariwisata dan hal ini memerlukan system informasi yang baik mengenai supplay dari sector tersebut yang terdiri dari unsur –unsur daya tarik alam, hasil ciptaan manusia dan juga demand yaitu permintaan dalam kepariwisataan seperti pemandangan alam yang indah, udara yang segar, cahaya matahari dan lainnya ( Yahya, 1985).Para wisatawan yang datang ke Bali dibagi dalam tiga katagori, yaitu :  wisatawan internasional pengeluaran tinggi  wisatawan internasional pengeluaran rendah  wisatawan domestik Para wisatawan internasinal pengeluaran tinggi sering disebut dalam studi pariwisata. Khususnya dinegara berkembang para wisatawan yang bersangkutan datang dari Negara maju, termasuk Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Belanda, Inggris, Prancis dan Eropa Barat. Mereka selalu datang dengan menggunakan pesawat dan tinggal dengan waktu yang relative singkat, akomodasi dihotel-hotel dengan standar kelas tinggi. Perjalanan di Bali dilakukan dengan pesawat, taksi, bus.Para wisatawan internasional pengeluaran rendah sering kali terdiri dari pelajar, (khusus mahasiswa) untuk akomodasinya mereka mencari penginapan yang murah.Turis domestik masih sedikit jumlahnya di Indonesia. Sebagian besar hanya untuk mengunjungi teman - teman atau sahabat- sahabat .Namun demikian karena di Negara yang sedang berkembang ada kecerundrungan yang tinggi untuk menghabiskan tambahan penghasilanuntuk rekreasi diharapkan bahwa katagori turis ini semakin lama semakin penting. Turis-turis domestik dan kelas rendah menggunakan fasilitas-fasilitas yang ditujukan bagi rakyat.Pada umumnya tidak ada bentuk - bentuk investasi khusus yang diperlukan untuk melayani mereka.Namun, kalau diukur pengaruh perkapita turis domestik dan kelas rendah mungkin sekali mempunyai suatu akibat ekonomis yang lebih kuat daripada turis kelas tinggi. Bali dijelajahi oleh banyak Turis semacam ini. Strategi

90

yang dikembangkan yakni dengan membangun fasilitas-fasilitas apa saja yang diperlukan bagi turisme domestik seperti membangun prasarana penunjang, tersediaanya jaringan trasportasi jalan beraspal agar mempermudah perjalanan, membangun berbagai usaha jasa seperti biro-biro jasa perjalanan, penginapan, restoran-restoran atau warung-warung makan, cinderamata dan jasa pariwisata lainnya dan kemudian untuk menyambut kedatangan orang yang ingin mengunjungi Bali sesuai dengan fasilitas yang diinginkan.

7.2 Kedudukan Pariwisata Sebagai Penghasil Devisa Periwisata sebagai “Quick Yielding Industry”Dengan mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank.( Oka A.Yoeti, 2008) Pariwisata sebagai Insible Export, artinya eksport yang tidak nyata, karena memang tidak ada barang atau komoditi yang dikirim keluar negeri. Devisa diperoleh dengan menarik wisatawan datang berkunjung disuatu Negara. Bila wisatawan datang kenegara atau daerah tujuan wisata maka mereka akan membelanjakan uangnya untuk semua kebutuhan dan keinginananya selama tinggal didaerah atau suatu kota tertentu. Jadi dalam insible export devisa diperoleh secara langsung dari wisatawan ketika mereka membayar bermacam-macam kebutuhan yang umumnya terdiri dari : . Biaya menginap dihotel (accommodation) . Biaya makan dan minum selama berkunjung ( food and beverages) . Biaya menyaksikan hiburan (entertainment) . Biaya belanja cinderamata dan oleh – oleh lainnya (purchases) . Biaya sightseeing dan tours disetiap kota / DTW yang dikunjungi . Biaya transportasi local . Biaya keperluan lain – lain (others)

Pada dasarnya, masuknya devisa sektor pariwisata bukan saja dari pengeluaran wisatawan (tourist expenditure) akan tetapi berasal dari beberapa transaksi sebagai berikut :

91

 Menerima visa fee sewaktu calon wisatawan meminta visa dikedutaan besar Indonesia diluar negeri (Negara asal wisatawan)  Hasil penjualan tiket maskapai penerbangan ( bila wisatawan menggunakan Garuda)  Biaya taksi dari bandara ke hotel  Biaya penginapan dihotel atau yang lainnya  Biaya taksi atau angkutan lain untuk shopping dan sebagainya  Fee perpanjangan visa bila diperlukan.

Dariuraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pertama Aspek aspek ekonomi pariwisata terdiri dari permintaan dan penawaran pariwisata, pentingnya tenaga kerja, infrasruktur, kredit dan investasi dalam menunjang kegiatan pariwisata serta pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu penghasil devisa Negara. Kedua, permintaan suatu wisata yaitu banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang sedangkan penawaran suatu objek wisata adalah kualitas dan kuantitas sumberdaya yang ada untuk digunakan pada waktu luang, hal tersebut dinilai dari Sumberdaya alam yang terdiri dari unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara serta atribut lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai-nilai tertentu seperti keindahan, kelangkaan, keunikan, kekhasan, keanekaragaman, bentang alam, serta keutuhan sumberdaya alam. Ketiga, pentingnya tenaga kerja yang professional dalam menunjang pariwisata, selain itu infrastruktur juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengembangan pariwisata, karena dengan adanya fasilitas- fasilitas yang tersedia akan membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Untuk itu dibutuhkan iklim investasi serta kredit yang baik atas kerjasama pemerintah dengan pengusaha agar pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu yang dapat menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat, terutama yang dekat dengan tempat wisata tersebut.

7.3 Ciri-Ciri Industri Pariwisata Pariwisata memiliki ciri-ciri antara lain:  Service Industry Perusahaan yang membentuk industri pariwisata adalah perusahaan jasa (service industry) yang masing-masing bekerja sama menghasilkan produk (good and services) yang dibutuhkan wisatawan selama

92

dalam perjalanan wisata pada daerah tujuan wisata. Pengertian-pengertian yang terkandung dalam services industry antara lain:

 Penyediaan jasa-jasa pariwisata (tourist supply) berlaku pula hukum ekonomi dan tidak terlepas dari permasalahan permintaan (demand) dan penawaran (supply).  Penawaran (supply) dalam industri pariwisata tidak tersedia bebas akan tetapi diperlukan pengolahan dan pengorbanan (biaya) untuk memperolehnya.

 Labor Intensiveartinya pariwisata sebagai suatu industri yakni banyak menyerap tenaga kerja. Dalam suatu penelitian mengatakan beberapa persen dari belanja wisatawan pada suatu daerah wisata digunakan untuk membayar upah dan gaji (wages and salaries).  Capital Intensiveyaitu untuk membangun sarana dan prasarana industri pariwisata diperlukan modal yang besar untuk investasi, akan tetapi dilain pihak pengembalian modal yang diinvestasikan itu relatif lama dibandingkan dengan industri manufaktur lainnya.  Sensitive yaitu industri pariwisata sangat peka terhadap keamanan (security) dan kenyamanan (comfortably). Dalam melakukan perjalanan wisata tidak seorang pun wisatawan yang mau mengambil resiko dalam perjalanan yang dilakukan. Sebagai contoh ketika terjadi ledakan bom di Bali kunjungan wisatawan mancanegara ke Bai turun merosot hingga hotel, restoran dan toko cenderamata menutup usahanya.  Seasonal artinya industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim, bila pada masa musim liburan (peak season) semua kapasitas akan terjual habis dan sebaliknya pada masa musim libur selesai (off-season) semua kapasitas terbengkalai (idle) karena sepi pengunjung.

7.4Orientasi Pembangunan Kepariwisataan

Di satu sisi sektor pariwisata dipandang sebagai sektor andalan yang akan menjadi penghasil devisa utama, di sisi lain sektor ini juga diharapkan untuk dapat berfungsi sebagai wacana pemerataan melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Kedua misi tadiakan menentukan sosok wisatawan yang akan menjadi prioritas utama, dan implikasinya pada strategi promosi, pengembangan produk dan attraksi, pembangunan akomodasi dan prasarana, kebijakan pemanfaatan sumber, impor dan sebagainya.

93

Kebijakan pembangunan pariwisata yang berorientasi pada peningkatan perolehan devisa cenderung menempatkan wisatawan nusantara pada posisi sekunder serta memberi prioritas yang tinggi pada wisata-mancanegara yang bersifat wisata massal. Sifat-sifatnya seperti :

 Program perjalananannya distandardisasikan, dikemas secara tegas, dan tidak lentur;  program perjalanannya disusun berdasarkan peniruan massal dari unit-unit yang sama yang mengandalkan skala ekonomi sebagai pendorong utamanya;  program perjalanannya dipasarkan secara massal pada seluruh lapisan masyarakat;  program perjalannya dikonsumsi secara massal dan kurang memperhatikan norma, budaya, masyarakat dan lingkungan setempat di daerah tujuan wisata.

Hal ini mempunyai potensi yang lebih besar untuk menghasilkan devisa. Namun karena wisata massal ini cenderung memanfaatkan teknologi canggih yang padat modal serta menggantungkan berbagai inputnya pada komoditi yang diimpor, maka peluang kerja yang ditimbulkan cenderung terbatas, karena sosok pariwisata yang demikian terutama menyerap tenaga kerja professional yang berpendidikan dan berketrampilan tinggi. Obsesi untuk meningkatkan perolehan devisa dan manfaat ekonomi menyebabkan wisata massal tadi berwawasan jangka pendek, karena mekanisme pembentukan harga di pasar dan proses ekonomi cenderung kurang memperhatikan pengorbanan sosial yang ditimbulkan pariwisata, seperti sempitnya akses pada peluang kerja.

Apabila industri kepariwisataan ingin berhasil dalam mengemban misinya sebagai wacana pemerataan pendapatan melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, maka pembangunan kepariwisataan harus memberi perhatian pada pariwisata alternatif. Secara umum pariwisata alternatif ini dapat didefinisikan sebagai:Berbagai bentuk pariwisata yang sesuai dengan nilai-nilai alami, sosial dan komunitas dan yang memungkinkan baik wisatawan maupun masyarakat setempat menikmati interaksi yang positif dan bermanfaat dan bertukar pengalaman. Karena sifatnya yang demikian, maka berbagai variant dari pariwisata alternatif ini seperti pariwisata minat khusus dan pariwisata yang berbasis komunitas dan sebagainya, lebih memberi kemungkinan bagi perwujudan misi pariwisata sebagai wacana pemerataan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Sifat-sifat spesifik yang menjadi esensi pariwisata yang berbasis komunitas, seperti:

94

o Berskala kecil sehingga bersahabat dengan lingkungan, secara ekologis aman, dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang berskala massif; o Memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan atraksi- atraksi wisata berskala kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal serta menimbulkan dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan demikian mempunyai peluang yang lebih besar untuk diterima masyarakat; o Memberi peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan dan di dalam menikmatikeuntungan yang dihasilkan oleh industri pariwisata dan karenanya lebih memberdayakan masyarakat; dan o Mendorong keberlanjutan budaya dan membangkitkan penghormatan para wisatawan pada kebudayaan lokal.

Secara formal pengembangan pariwisata yang berbasis komunitas ini merupakan kebijakan resmi pemerintah sebagaimana tersirat dalam prinsip kepariwisataan Indonesia yang dirumuskan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang mencakup prinsip:

7 Masyarakat sebagai kekuatan dasar; 8 Pariwisata: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat; serta 9 Pariwisata adalah kegiatan seluruh lapisan masyarakat, sedang pemerintah hanya merupakan fasilitator dari kegiatan pariwisata.

Sedangkan realisasi dari prinsip ini tertuang di dalam tujuhprogram pokok dalam kaitannya dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat di sektor pariwisata yang terdiri dari:

 Pengembangan Ekowisata;  Desa Wisata;  Pariwisata Inti Rakyat;  Kemitraan;  Pengembangan usaha rakyat kecil & rumah makan;  Pemberdayaan masyarakat sekitar obyek wisata; dan  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata.

95

Didalam perspektif jangka pendek, pilihan itu menuntut kesediaan pemerintah yang sulit dilakukan untuk mengkompromikan menurunnya penurunan devisa dari sektor pariwisata untuk memperoleh efek distributif yang lebih besar, namun di dalam jangka panjang perubahan segmentasi psikografi akan mengarahkan pembangunan pariwisata kearah perwujudan pariwisata alternatif tadi.

7.5Pemanfaatan, Konservasi dan Pelestarian

Misi untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama sebagai penopang pertumbuhan ekonomi seringkali membawa pemikiran perumus kebijakan pada aspek- aspek kwantitatif pariwisata. Pembangunan pariwisata diartikan sebagai bagaimana memfasilitasi kedatangan wisatawan sebanyak mungkin, dengan lama tinggal selama mungkin dan membelanjakan uangnya sebanyak mungkin. Proyeksi-proyeksi dilakukan untuk mengestimasi efek penggandapariwisata. Obsesi untuk memfasilitasi datangnya wisatawan ini seringkali melupakan pertimbangan daya-dukung daerah tujuan wisata, yaitu jumlah maksimum wisata yang dapat memanfaatkan kawasan wisata tanpa merubah lingkungan fisik dalam intensitas yang tidak dapat diterima dan tanpa menurunkan kualitas pengalaman wisata dalam intensitas yang tidak dapat diterima, serta tanpa menimbulkan efek negatif pada masyarakat, ekonomi dan budaya di sekitar kawasan wisata di dalam intensitas yang tidak dapat diterima.Disini timbul dilema antara pemanfaatan dan pelestarian obyek dan daya tarik wisata (warisan alam, cagar budaya, dan sebagainya). Pada hakekatnya warisan alam dan cagar budaya hanya dapat mempunyai makna apabila dimanfaatkan melalui interpretasi-interpretasi, dan interpretasi ini dilakukan melalui pengalaman wisatawan yang seringkali dibantu oleh para pemandu wisata. Akan tetapi di sisi lain pemanfaatan yang melampaui daya-dukung cenderung berdampak negatif dan karenanya perlu upaya konservasi dan pelestarian. Untuk mengatasi hal ini timbullah konsep pariwisata berkelanjutan.

 Konsep pariwisata yang berkelanjutan ini sebenarnya merupakan derivasi dari konsep sustainable development atau pembangunan yang berkelanjutan yang oleh United Nations Environmental Programme (UNEP) didefinisikan sebagai:  “. . . pembangunan yang memperbaiki kualitas hidup manusia dalam kisi-kisi daya dukung yang mendukungnya.”

96

Dari apa yang dirumuskan oleh UNEP tersebut di atas, World Tourism Organization (WTO) kemudian merumuskan konsep pariwisata yang berkelanjutan tadi sebagai berikut

 “. . . pariwisata yang memuaskan kebutuhan wisatawan dan kawasan wisata pasa saat ini seraya melindungi dan meningkatkan peluang di masa datang. Hal ini diartikan sebagai sesuatu yang mengarah pada manajemen berbagai sumber sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat terpenuhi seraya mempertahankan integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem penopang hidup.”

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah meletakkan rambu-rambu menuju terciptanya pariwisata yang berkelanjutan ini, antara lain sebagaimana dirumuskan dalam berbagai perundang-undangan seperti UU no. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya: dan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Adalah menjadi tanggung-jawab mereka yang bergerak di dalam bidang industri wisata yang harus dapat merekonsiliasikan antara pemanfaatan dan penafsiran di satu pihak, dan pelestarian dan konservasi di lain pihak. Namun, lebih dari itu, untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan tadi diperlukan visi yang luas yang mencakup kerangka waktu dan kerangka ruang yang lebih luas dari apa yang biasanya berlaku di dalam perencanaan pembangunan pariwisata yang konvensional. Tidaklah cukup untuk sekedar menerapkan prinsip-prinsip perencanaan pembangunan pariwisata yang konvensional seperti pengaturan tata-ruang, pengelompokan, pengintegrasian antara atraksi dan fasilitas, interdependensi antara atraksi dan fasilitas, interdependensi antara atraksi alam dan atraksi budaya, berbagai cara untuk memperluas akses, elastisitas, diversitas dan komplementaritas, analisis biaya dan manfaat, serta analisis daya dukung, dan lain sebagainya.

Disamping itu, beberapa acuan perlu diikuti, seperti:

 Adanya kebijakan kepariwisataan umum yang mencantumkan tujuan pariwisata yang berkelanjutan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal;  Parameter-parameter yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan industri pariwisata haruslah terintegrasi dan bersifat lintas sektoral yang mengikutsertakan berbagai departemen, pemerintah dan swasta, para pakar, masyarakat sehinggamenjamin kesuksesan;

97

 Didalam merencanakan proyek-proyek pembangunan kepariwisatan perlu penekanan pada perlindungan aset alam dan budaya dengan mempertimbangkan pemanfaatan sosio-ekonomis yang layak dari lingkungan fisik-alami dan lingkungan buatan serta dampak kegiatan manusia atas dampak tadi;  Perlu ada upaya-upaya agar para wisatawan serta mereka yang terkait dengan industri pariwisata mengikuti etika dan aturan-aturan yang mengatur perilaku yang sehat dan konservatif yang menyangkut alam, budaya, ekonomi, sistim nilai masyarakat, sistem politik, pengelompokan sosial dan kepemimpinan;  Distribusi proyek pembangunan pariwisata haruslah mengacu pada nilai-nilai keadilan, yang mendistribusikan secara adil manfaatpariwisata di antara berbagai kelompok dan regional;  Kesadaran masyarakat akan manfaat pariwisata serta bagaimana memitigasikan dampak negatif pariwisata haruslah selalu ditingkatkan; dan  Masyarakat setempat perlu didorong untuk memainkan peranan kepemimpinan dalam pembangunan pariwisata dengan bantuan pemerintah, swasta, lembaga- lembaga keuangan serta universitas.

7.6Peranan Negara dan Swasta dalam Industri Pariwisata.

Hal penting lain yang mewarnai pembangunan pariwisata adalah pilihan antara industri pariwisata yang didorong oleh kekuatan-kekuatan pasardan pembangunan pariwisata yang dipimpin oleh negara. Pilihan di antara kedua kutub tadi akan dipengaruhi oleh paradigma pembangunan yang diadopsi oleh suatu negara, akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh konfigurasi yang melingkupinya, khususnya kecenderungan globalisasi dan liberalisasi yang agaknya menjadi alur pikir yang dominan pada saat ini. Namun agaknya pilihan di antara kedua kutub alternatif peranan negara dan swasta ini tidaklah bersifat statis.Meskipun kecenderungan di banyak negara pada umumnya adalah mengacu pada pemikiran konvensional yang menyerahkan pembangunan pariwisata pada mekanisme pasar dan dengan demikian memberi peranan yang lebih besar pada sektor swasta, namun bergeraknya pendulum ke kutub pemberian peranan yang lebih besar pada negara juga dapat dicermati. Dalam hubungan ini Butler menegaskan bahwa “sifat pariwisata dalam batas-batas tertentu menentukan sifat dan pola pertumbuhan suatu negara dan, apabila tidak dikendalikan dan dikuasai, industri pariwisata akan dapat menimbulkan berbagai

98 permasalahan.” Interaksi yang tidak terkendali di dalam mekanisme pasar pada akhirnya akan dapat melampaui batas daya dukung kawasan wisata, dan karenanya akan mengganggu keberlanjutan wisata. Oleh karenanya, banyak pakar yang menganjurkan perlunya kesadaran para pengambil keputusan akan ketidak-sempurnaan pasar dan melalui kebijakan pemerintah ketidak-sempurnaan pasar tadi akan dapat dikoreksi sehingga kecenderungan terjadinya ketidakseimbangan dan timbulnya posisi monopolistik swasta maupun pemerintah dapat dicegah.Disamping itu mempercayakan sepenuhnya industri pariwisata pada interaksi antara pelaku ekonomi di dalam mekanisme pasar mungkin dapat meningkatkan efisiensi, akan tetapi efisiensi di dalam konotasi Pareto optimum dan di samping itu dapat pula memperlebar kesenjangan. Oleh karena itu perlu diciptakan keseimbangan antara kedua sistem tadi. Oleh karena itu di dalam batas-batas tertentu perlu upaya yang oleh Robert Wade diistilahkan sebagai “mengendalikan pasar”.

Bentuk kebijakan pemerintah dalam industri pariwisata tadi dapat bermacam-macam, mulai dari menetapkan syarat-syarat dan mengarahkan investasi, mengatur akses terhadap tanah, misalnya hanya memperbolehkan sewa-tanah untuk jangka panjang, membangun infrastruktur, mempengaruhi nilai-tukar, dan sebagainya.Keikutsertaan pemerintah dalam orientasi, pengaturan, dan pengawasan industri pariwisata mungkin masih diperlukan di dalam konteks ketidaksempurnan pasar, upaya untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, maupun pemeratan pendapatan.

7.7 Wisatawan Mancanegara dan Nusantara

Didalam berbagai ketentuan formal maupun di dalam berbagai fora pemerintah selalu menegaskan bahwa industri pariwisata diharapkan akan menjadi sumber devisa utama. Implikasi dari kebijakan ini adalah bahwa segmen pasar utama yang menjadi fokus perhatian pemerintah adalah wisatawan mancanegara. Kebijakan ini menimbulkan dilema bagaimana posisi wisatawan Nusantara versus wisatawan mancanegara. Persoalan ini timbul karena menurut hasil penelitian Myra P. Gunawan Wisatawan Nusantara mempunyai potensi yang cukup besar untuk memberikan kontribusinya pada pembangunan nasional.Memang Efek pengganda pengeluaran wisatawan mancanegara lebih besar dibandingkan dengan wisatawan nusantara, yaitu 2,99 berbanding 1, karena mata rantai transaksi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan mancanegara lebih panjang dibandingkan wisatawan nusantara.

99

Akan tetapi karena jumlah wisatawan nusantara jauh lebih banyak, maka kontribusinya terhadap penciptaan peluang kerja tidak dapat diabaikan. Memang pengeluaran wisatawan nusantara ini mungkin lebih sederhana jika dibandingkan dengan pengeluaran wisatawan mancanegara, akan tetapi pengeluaran tadi lebih langsung diterima oleh masyarakat penghasil barang konsumsi dan melalui mata rantai yang lebih pendek. Memang di antara kedua pilihan tadi ada plus dan minusnya. Komoditi yang dikonsumsi wisatawan mancanegara merupakan komditi berteknologi tinggi dan menyentuh kepentingan kelompok atas serta mempunyai kaitan yang panjang, sedangkan komoditi yang dikonsumsi wisatawan nusantara merupakan komoditi yang sederhana, akan tetapi lebih terkait dengan pendapatan masyarakat kecil. Karena bulan-bulan puncak kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara tumpang-tindih atau berkoinsidensi, yaitu pada bulan Juni-Juli dan Desember, dan karena distribusi parsialwisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sama, maka akan terjadi kompetisi pemanfaatan kapasitas fasilitas maupun sarana dan prasarana wisata. Hal ini merupakan isu yang harus dipecahkan oleh perumus kebijakan.

Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang “perjalanan dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan yang biasa mereka selama lebih dari dua puluh empat (24) jam dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan yang dibayar dari dalam tempat yang dikunjungi. Turisme merupakan industri terbesar di dunia, dan merupakan industri yang bergerak dalam bidang jasa. Jasa-jasa yang terkait dengan industri pariwisata adalah transportasi, hotel dan restoran, bank, asuransi, keamanan, dan jasa-jasa yang terkait lainnya. Pariwisata telah menjadi aktivitas rekreasi global. Pada tahun 2008, kedatangan wisatawan internasional 922 juta, meningkat 1,9% dibandingkan tahun 2007. penerimaan pariwisata internasional tumbuh menjadi 944 juta dolar AS (euro 642 juta) pada tahun 2008, mencerminkan peningkatan secara riil sebesar 1,8%. Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda.

 Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti

100

“perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).  Menurut Komisi Liga Bangsa-bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “…wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.”  Wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain. ( Smith dalam Kusumaningrum, 2009:16).  U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan, 2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori : o Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang– senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan. o Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam.  Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan, 2010:12), “…setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”.  Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan, 2010:13) dijelaskan bahwa “…wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri

101 dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009: 17).

Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):

. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual. . Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok.

. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi. . Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

102

BAB VIII KEPARIWISATAAN BALI

8.1 Pengertian Kepariwisataan

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kepariwisataan adalah sebagai berikut: Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisataan adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnyaorang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

Herman V. Schulalard dalam Adnyana (2004 : 49) menyatakan kepariwisataan yakni sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, ada pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota, daerah dan negara.

Hubert Gulden dalam adnyana (2004:53) mengemukakan kepariwisataan yaitu suatu seni dari lalu lintas orang, dalam mana manusia-manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh dimaksudkan akan tinggal menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan.

Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar negeri).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kepariwisataan adalah gejala- gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya.

Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:

103

o Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik. o Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia. o Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana santai. o Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

8.2 Empat Pilar Pembangunan Kepariwisataan Bali

Pembangunan kepariwisataan di Bali mencakup 4 pilar pembangunan kepariwisataan yakni: (1)destinasi; (2)pemasaran; (3)industri, dan (4)kelembagaan. Keempat pilar tersebut merupakan upaya perwujudan azas pembangunan dengan memerhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

Pengembangan pariwisata harus dilihat dalam satu kesatuan upaya untuk memajukan pariwisata. Keempat pilar tak dapat berdiri sendiri-sendiri karena satu dan lainnya saling berpengaruh. Aspek kelembagaan dapat memengaruhi semua aspek lain. Pengembangan destinasi dan industri tentu akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pemasaran. Dalam hal ini pembangunan pariwisata Bali diharapkan antara lain :

 Menjadikannya sebagai destinasi wisata nasional/internasional yang berkelanjutan;  Meningkatkan posisi Bali di pasar internasional maupun nasional sehingga jumlah kunjungan akan meningkat;  Memberikan kesempatan bagi industri kepariwisataan sebagai penopang aktivitas wisata untuk berkembang menjadi industri yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi pengusaha/pemilik usaha, tetapi juga bagi pekerja dan masyarakat luas.  Menumbuhkembangkan suatu sistem kelembagaan yang ditopang oleh sumber daya manusia yang kompeten melalui regulasi yang ditegakkan secara efektif.

104

Keempat pilar tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak terpisahkan. Pada tingkat nasional, pemerintah masih memakai jumlah kunjungan sebagai sasaran untuk mewakili tolok ukur keberhasilan. Meskipun demikian jumlah kunjungan tersebut tergantung kepada bukan hanya keberhasilan pemasaran (promosi) melainkan juga keberhasilan upaya pengembangan destinasi, industri, serta kelembagaannya (manusia, aturan, dan organisasinya).

Untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan secara nasional, keempat pilar harus dikembangkan secara terpadu. Meski sampai dengan saat ini jumlah wisatawan masih menjadi ukuran keberhasilan, perlu disadari bahwa keberhasilan pemasaran selain tergantung kepada program pemasarannya sendiri, akan sangat tergantung kepada keberhasilan pengembangan program lain yang menyangkut aspek-aspek yang disebutkan di atas.

Melihat kondisi saat ini, maka rangkaian strategi umum yang diusulkan adalah penertiban – penataan – pengembangan, dengan penjelasan sebagai berikut:

 Penyelarasan fisikmerupakan suatu upaya untuk menangani terlebih dahulu prasarana fisik. Prasarana setempat yang mulai/sudah rusak, sampah, beberapa jalan menuju daya tarik yang belum bertanda (arah), sarana akomodasi yang tersedia namun dengan kondisi yang mulai menurun, pelanggaran tata bangunan atau tata lingkungan serta tata pelayanan.

 Penataanyaitu memanfaatkan apa yang sudah ada (sudah dibangun), namun belum atau kurang berfungsi. Maksud kegiatan penataan adalah untuk mengembangkan dan mengelola hasil pembangunan yang lalu atau meningkatkan kemanfaatan dan fungsi suatu area/kawasan untuk berbagai kepentingan masyarakat maupun wisatawan. Prinsipnya adalah sedikit mungkin melakukan pembongkaran, bila tidak menimbukan ancaman atau dampak yang serius. Kegiatan penataan ini dapat pula mengandung unsur penertiban dan sebaliknya, hanya fokusnya yang berbeda. Penataan dilakukan di lokasi yang dianggap strategis dan dapat berfungsi dengan lebih baik memenuhi kebutuhan masyarakat dan/atau wisatawan melalui penataan. Penataan dalam konteks non-fisik dapat diartikan sebagai pemberlakuan standar operasional akomodasi, daya tarik wisata, rumah makan, maupun bahan promosi.

105

 Pengembangan yang berarti meningkat lebih lanjut untuk menambah elemen baru, fungsi baru, cara atau strategi pemasaran yang baru, pengembangan jumlah sarana pariwisata/investasi baru, pengembangan jenis usaha baru, dan bahkan juga pengembangan regulasi baru. Pengembangan dilakukan sambil membaca perkembangan kepariwisataan dan permasalahan (issues) yang berkembang dalam beberapa tahun ke depan, seraya terus melakukan penertiban dan penataan.

Terlepas dari arah kebijakan dengan memperhatikan karakteristik objek dan daya tarik wisata, tradisi masyarakat, dan tuntutan pasar wisatawan yang dihadapi, maka dalam pengembangan pariwisata Bali harus tetap memperhatikan beberapa prinsip yakni prinsip keberlajutan (sustainability) dari pariwisata itu sendiri dan prinsip partisipasi masyarakat atau community based tourism development.Prinsip terhadap daya dukung lingkungan pariwisata (environmental carrying capacity) agar pengembangan pariwisata di Bali tetap dapat dijaga kelestariannya.

8.3Pengaruh Positif dan Negatif Pembangunan Pariwisata

Pembangunan sektor pariwisata di Bali berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya bahkan lingkungan fisik. Pengaruh terhadap berbagai dimensi tersebut tidak hanya bersifat positif, tetapi juga berdampak negatif. Pengaruh positif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi, antara lain dampak terhadap penciptaan lapangan kerja, sumber devisa negara dan distribusi pembangunan secara spiritual (Spillane, 1994:33). Sebaliknya, pengaruh negatif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi, antara lain vulnerability ekonomi, kebocoran pendapatan, polarisasi spasial, sifat pekerjaan yang musiman, dan alokasi sumber daya ekonomi. Pengaruh terhadap lingkungan fisik bahwa pariwisata dapat menimbulkan pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan, dan pengalihan fungsi tanah, terutama tanah pertanian yang dijadikan sebagai tempat pengembangan fasilitas dan sarana pariwisata, seperti hotel, restoran, objek wisata, dan lain-lain. Pengembangan pariwisata telah berkontribusi banyak terhadap kerusakan dan keseimbangan lingkungan, khususnya pembangunan pariwisata yang memanfaatkan tanah pertanian, baik tanah basah maupun kering (Spillane 1996:73).

106

Di kawasan wisata banyak tanah pertanian telah dialih fungsikan untuk pembangunan fasilitas pariwisata, seperti hotel, villa, bungalow, café, artshop, dan lain-lain. Masyarakat Bali sangat tertarik untuk menyewakan tanah kepada investor, baik asing maupun domestik, dengan harapan agar dapat mengikuti pola hidup modern dan mereka prihatin dengan kehidupan sebelumnya yang serba kekurangan. Jika kebutuhan masyarakat Bali ini tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim (misalnya kelaparan),maka kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (Maslow,2006:175). Dengan pembangunan fasilitas tersebut maka secara otomatis sistem penyaluran atau distribusi air terhalangi oleh beton-beton yang melintang dengan kokoh di wilayah tersebut yang mengakibatkan air tidak bisa mengalir dengan baik ke seluruh areal persawahan. Terhambatnya saluran air di daerah tersebut juga telah mengakibatkan masalah baru “banjir” khususnya pada musim hujan. Air meluap ke permukaan saluran-saluran air yang kecil dan tidak lancar dan tumpah ke jalan. Sistem distribusi air yang dikenal sebagai “subak” dan sawah yang dahulu merupakan sumber penghasilan utama masyarakat setempat akan punah ditelan zaman dan derasnya laju pembangunan pariwisata. Berdasarkan fakta ini, mungkinkah lingkungan, sawah, dan subak, bisa lestari? Dengan kerusakan ini pula, mungkinkah budaya luhur masyarakat Bali, khususnya pertanian bisa Ajeg. Peningkatan sistem teknologi, ilmu pengetahuan, dan ekonomi, terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki, juga menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat konsumerisme, terjadi kompetisi yang saling menghancurkan.

Oleh karena itu, diperlukan perencanaan untuk menekan sekecil mungkin pengaruh negatif yang ditimbulkan.Kemajuan teknologi dan informasi berpengaruh terhadap mudahnya promosi pariwisata dilakukan melalui internet ke berbagai negara calon wisatawan di seluruh dunia, untuk berkunjung ke Bali lewat slide-slide objek wisata terkenal. Hal itu juga dilampiri fasilitas hotel-hotel, harga kamar, makanan dan minuman yang dikemas elegant menarik wisatawan.

Pengaruh positif pariwisata, yakni pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi

107 wisatawan selama berwisata. Pengembangkan sektor pariwisata, membuktikan bahwa sektor pariwisata berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait dengan pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, pub, taksi, dan usaha kerajinan seni suvenir. Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.

Sebaliknya, kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang diimport dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung, seperti visa on arrival. Pembangunan destinasi pariwisata agar diantisipasi pengaruh negatif yang ditimbulkan sebelum merembet ke hal lainnya seperti tour operator lokal memberikan sumbangan kepada petani yang mau memelihara sawah terasering agar tetap terjaga pemandangan alami sebagai tujuan tambahan kunjungan wisata di samping objek wisata yang telah ada lainnya. Terasering sawah penduduk dijadikan sebagai objek wisata.

Gambar : Terasering Sawah Ceking (Dok pribadi )

Sawah warga yang elok dan indah dijadikan pemandangan bagi sejumlah restoran, kafé dan hotel, tetapi petani yang memiliki sawah indah tersebut mestinya mendapatkan keuntungan sehubungan dengan pemanfaatan sawah dan aktivitas pertaniannya sebagai atraksi wisata. Timbul enclave tourism, yakni sebuah destinasi wisata dianggap hanya sebagai tempat persinggahan, sebagai contoh sebuah perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar, yaitu mereka hanya singgah pada sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang telah disediakan industri lokal. Akibatnya dalam

108 kedatangan wisatawan kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah, atau bahkan tidak memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya. Kenyataan lain yang menyebabkan “enclave” adalah kedatangan wisatawan yang melakukan perjalan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan wisata asing dari “origin country” sebagai contohnya.

Mereka menggunakan maskapai penerbangan milik perusahaan mereka sendiri.Kemudian mereka menginap di sebuah hotel yang dimiliki oleh manajemen chain dari negara mereka sendiri, berwisata dengan armada dari perusahaan chain milik pengusaha mereka sendiri, dan dipramuwisatakan oleh pramuwisata dari negerinya sendiri, dan sebagai akibatnya masyarakat lokal tidak memeroleh manfaat ekonomi secara optimal. Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflasi” yang pasti akan berdampak negatif bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya, jika pendapatan masyarakat lokal meningkat, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan harga-harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi rendah. Pembangunan pariwisata juga berhubungan dengan meningkatnya harga sewa rumah, harga tanah, dan harga-harga property lainnya sehingga sangat dimungkinkan masyarakat lokal tidak mampu membeli dan cenderung akan tergusur ke daerah pinggiran yang harganya masih terjangkau. Sebagai konsukuensi logis, pembangunan pariwisata juga berdampak pada meningkatnya harga-harga barang konsumtif, biaya pendidikan, dan harga-harga kebutuhan pokok lainnya sehingga pemenuhan akan kebutuhan pokok justru akan menjadi sulit bagi penduduk lokal. Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam arti untuk membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak ditingkatkan.

Pungutan pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan. Pembangunan pariwisata juga mengharuskan pemerintah untuk meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan infrastruktur pendukungnya, dan tentunya semua hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sangat dimungkinkan pemerintah akan melakukan realokasi pada anggaran sektor lainnya, seperti pengurangan anggaran pendidikan dan kesehatan. Kenyataan di atas menguatkan pendapat bahwa analisis terhadap dampak pariwisata

109 seharusnya menyertakan faktor standar klasifikasi industri untuk tiap aktivitas pada industri pariwisata yang sering dilupakan pada analisis dampak pariwisata (Harris, 1994:231).

World Tourism Organization telah menggariskan kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menitikberatkan pada tiga hal, yaitu keberlanjutan alam, sosial dan budaya, serta ekonomi. Konsep ini secara jelas menjabarkan bahwa pengembangan pariwisata tidak boleh merusak alam, lingkungan, dan tanah terutama tanah pertanian. Agrotourism merupakan model pengembangan pariwisata memiliki keterkaitan yang erat antara pertanian dan pariwisata. Upaya mensinergikan pertanian dengan pariwisata. Pengembangan agrotourism merupakan model pengembangan yang tepat dan melengkapi model pengembagan pariwisata budaya yang dikembangkan sekarang ini. Agrowisata merupakan pengembangan pariwisata yang berbasis pertanian, baik pemanfaatan aktivitas pertanian seperti membajak, menanam padi, dan memanen sebagai objek wisata, daya tarik wisata dan atraksi wisata, maupun pemanfaatan hasil-hasil pertanian, seperti beras, sayur, dan buah untuk keperluan industri pariwisata, seperti hotel dan restoran di suatu daerah tujuan wisata. Bagus Agrowisata di Plaga, Kabupaten Badung merupakan salah satu contoh objek agrowisata yang memanfaatkan kegiatan pertanian organik sebagai daya tarik wisata. Wisatawan secara langsung bisa melihat beraneka ragam tanaman, seperti sayuran, buah, dan aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat lokal di tempat tersebut. Selain itu, wisatawan juga bisa memetik buah-buahan secara langsung di sekitar areal Bagus Agrowisata sambil melihat pemandangan perbukitan yang indah dan menakjubkan.

Di pihak lain hasil pertanian digunakan untuk kepentingan hotel dan restoran yang secara khusus menjual makanan organik yang merupakan makanan sehat dan menjadi trend bagi kalangan wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Masyarakat Bali memiliki nilai seni tinggi dan adat istiadat yang unik. Disamping itu, restoran-restoran di kawasan ini menyajikan menu beraneka ragam dengan harga bervariasi. Makanan khas Bali misalnya warung babi guling ibu Oka disebelah Puri Ubud, nasi ayam Kedewatan ibu Mangku, dan restoran Bebek Bengil dengan menu andalan bebek goreng crispy.

110

8.4Kunjungan Wisatawan ke Bali

Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2012 sampai dengan 2016, seperti tampak dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Tahun 2012‐2016

No Tahun Jumlah (orang) Kenaikan % 1 2012 2 826 709 0 0 2 2013 3 278 598 451 889 16 3 2014 3 766 638 488 040 15 4 2015 4 001 835 235 197 6 5 2016 4 927 937 926 102 23

Sumber : BPS Provinsi Bali (data diolah)

Dari tabel di atas dapat diformolasikan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali terus mengalami kenaikan terlihat tahun 2013 sejumlah 451.889 orang, tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 488.040 orang , tahun 2015 sejumlah 235.197 orang dan melonjak di tahun 2016 sebesar 926.102 orang. Hal ini terindifikasi bahwa pengembangan pariwisata di Bali masih menjadi destinasi terbaik di dunia walaupun terjadi kelesuan perekonomian global.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif pembangunan pariwisata di Baliterhadap pembangunan ekonomi, antara lain penciptaan lapangan kerja, sumber devisa negara dan distribusi pembangunan secara spiritual. Sebaliknya, pengaruh negatif pariwisata, yaitu mudah kena serangan (vulnerability) ekonomi, sifat pekerjaan yang musiman terhadap alokasi sumber daya ekonomi. pengaruh negatif terhadap lingkungan fisik, yaitu pariwisata dapat menimbulkan pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan, dan pengalihan fungsi tanah terutama tanah pertanian yang dijadikan sebagai tempat pengembangan fasilitas dan sarana pariwisata yang memanfaatkan tanah pertanian, baik tanah basah maupun kering untuk pembangunan, seperti hotel, restoran, objek wisata dan lain-lain.

Sektor pertanian sangat memungkinkan untuk disinergikan dengan pariwisata yang diwujudkan dalam pengembangan agrowisata. Perlu adanya komitmen dari seluruh

111 stakeholder pariwisata untuk bersama-sama menerapkan kosep pembangunan berkelanjutan (sustainabledevelopment) atau sering disebut sebagai Ajeg Bali yaitu keberlanjutan sumber daya alam, sosial budaya, dan pemberian manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan keamanan dan kebersihan demi kenyamanan para wisatawan.

8.5Pengaruh Pariwisata terhadap Perubahan Struktur Sosial

MasyarakatBali telah terbuka terhadap dunia luar sejak sebelum kemerdekaan. Keunikan ini mempunyai daya tarik baik bagi para peneliti, wisatawan, maupun kalangan birokrat. Sejak tahun 1970 kunjungan wisatawan ke Bali makin meningkat. Saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung tiap harinya mencapai 300 sampai 600 Orang. Kunjungan wisatawan umumnya berlangsung beberapa jam, yaitu pukul 08.00 sampai dengan pukul 19.00. Dalam proses interaksi saat ini telah tampak adanya dua golongan yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Golongan pertama, yaitu masyarakat yang melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri atau untuk kepentingan masyarakat setempat, misalnya melakukan upacara, mengadakan kesenian, dan melaksanakan kebiasaan hidup sehari-hari yang ditonton oleh wisatawan. Golongan ini tidak tergantung pada wisatawan. Golongan kedua, yakni mereka yang melakukan sesuatu (menjual jasa dan barang-barang kerajinan) untuk kepentingan wisatawan, artinya mereka mempunyai ketergantungan pada wisatawan. Intensitas interaksi golongan kedua dengan wisatawan lebih tinggi dibandingkan dengan golongan yang pertama. Proses interaksi sebagaimana yang digambarkam di atas jauh berbeda dengan keadaan yang sekarang. Pesatnya kunjungan wisatawan ke Bali berdampak terhadap ekonomi dan sosial masyarakat di daerah tujuan wisata karena langsung tersentuh kegiatan wisatawan.

Perkembangan pariwisata di mana saja termasuk di Bali tentu memperluas kesempatan kerja bagi kaum remaja juga warga lainnya, kesempatan berusaha semakin luas, pajak yang disumbangkan kepada pemerintah cukup besar. Di sisi lain, banyak remaja meniru pola hidup kebarat-baratan, dan maraknya peredaran narkoba perusak masa depan generasi muda.Pengaruh pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu dampak terhadap penerimaan devisa, pendapatan masyarakat, kesempatan peluang kerja, harga-harga, kepemilikan dan kontrol, pembangunan pada umumnya dan pendapatan pemerintah (Cohen dalam Pitana, 2006:72). Dampak terhadap budaya, yaitu dampak pariwisata yang paling banyak

112 mendapat perhatian dan perbincangan berbagai kalangan adalah komodifikasi yang mengarah pada komersialisasi budaya. Menjamurnya kios-kios barang hadiah, travel agency, money changer, loundry yang dibuka di pekarangan rumah masyarakat telah berubah menjadi beberapa kios, restaurant, pub (tempat minum), guest house, beauty salon, dan spa.

Bertambah banyaknya masyarakat bekerja di bidang kepariwisataan, interaksi wisatawan dengan masyarakat semakin meluas, yang terlibat di dalamnya bukan saja kaum laki-laki melainkan juga kaum perempuan. Selain itu, jika diperhatikan saat ini di samping pintu masuk pekarangan rumah tertulis guest house, restaurantopen, we services you excelent, available room here. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pesatnya perkembangan di bebraapa destinasi pariwisata telah memperluas komunikasi masyarakat dengan dunia luar, baik pada level kabupaten, provinsi, nasional, internasinal, maupun di tingkat global. Relasi pemilik usaha kepariwisataan semakin melebar, bukan saja pada relasi persahabatan dan bisnis, melainkan juga perjodohan. Relasi persahabatan, antara lain terjadi antara orang per orang dari luar desa yang bersama-sama mengikuti pendidikan di suatu sekolah atau suatu perguruan tinggi. Selain itu ada juga yang terjadi antarmereka yang sama-sama bekerja di suatu perusahaan. Relasi bisnis, antara lain terjadi antara perajin dan pedagang, pengepul, pelanggan, dan pemberi modal. Meluasnya hubungan dengan dunia luar, khususnya terkait dengan pariwisata, keluarga ini secara langsung berkomunikasi dengan berbagai sistem budaya yang diperkenalkan oleh wisatawan yang berasal dari berbagai daerah dan negara.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak pariwisata terhadap struktur sosial, yakni pariwisata menyebabkan terjadinya interaksi antara sistem budaya lokal dan sistem budaya asing di tatanan masyarakat, telah menimbulkan dampak positif maupun negatif. Adanya dampak positif dapat dilihat dari berkembangnya nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai ekonomi, meningkatnya kemandirian, yang semuanya menyebabkan sistem budaya menjadi lebih maju. Dampak negatifnya, yakni adanya kecenderungan orientasi masyarakat ke arah individual dan komersialisasi, semakin semrawutnya fungsi-fungsi bangunan di dalam pekarangan rumah, dan terjadinya persaingan ketat dalam dunia bisnis. Terjadinya komodifikasi budaya yang mengarah pada komersialisasi budaya secara luas dengan keterlibatkan insan pariwisata.

113

BAB IX GLOBALISASI, GLOKALISASI DAN KONSUMERISME

9.1 Pengertian Globalisasi

Globalisasi yaitu kondisi dunia yang mengglobal, dimana terjadi peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia diseluruh dunia (melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer dan bentuk-bentuk interaksi yang lain) sehingga menembus batas-batas antarnegara (Borderless World). Globalisasi merupakan sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial-budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran orang (Malcolm Waters). Globalisasi yaknijaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia(Emmanuel Ritcher). Globalisasi memiliki Dimensi Ideologi dan Teknologi. Dimensi Ideologi, yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan Dimensi Teknologi merupakan teknologi informasi yang telah menyatukan dunia (Thomas L. Friedman). The American Heritage Dictionary : the act of process or policy making something worldwide in scope or application (Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan sesuatu yang mendunia (universal) baik dalam lingkungannya atau aplikasinya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Globalisasi merupakan sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture). Globalisasi menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat dan individu sebagai anggota masyarakat. Globalisasi menyangkut kesadaran baru mengenai dunia sebagai satu kesatuan.Globalisasi sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil di lihat dari segi interaksi antarmanusia karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Globalisasi sebagai suatu proses mendunia yang ditandai dengan semakin hilangnya batas-batas dunia (a borderlles world: one world, different but neverdivide), tidak lepas dari perkembangan pemikiran manusia. Perubahan duniadan kebudayaannya, lebih banyak disebabkan oleh pemikiran dari gerakan demonstrasi (Barbara Ward dalam Warsono, 2007:36). Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, yaitu negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara (Abeng, 2010:81). Globalisasi perekonomian

114 mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.

Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif. Sebaliknya, juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Industrialisasi menimbulkan kolonialisasi, nasionalisme, dan globalisasi. Perjalanan antarwilayah di belahan dunia dapat ditempuh dengan teknologi pesawat terbang dalam waktu yang sangat cepat. Akibatnya hampir seluruh wilayah di belahan dunia ini terjangkau dalam waktu yang singkat. Terlihat wisatawan lalu lalang di kawasan wisata Ubud di bawah ini.

Gambar : Wisatawan lalu lalang didepan puri Ubud (Dok: Pribadi )

Globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Berbagai ciri globalisasi kebudayaan dapat diamati dengan berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional, berkembangnya turisme dan pariwisata serta semakin banyak orang melakukan imigrasi dari suatu negara ke negara lain. Gaung globalisasi telah membuat masyarakat dunia, bahkan masyarakat Bali bersiap- siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.

115

Terkait dengan itu kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan, serta hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional (Koentjaraningrat, 1996:63). Sehubungan dengan itu, baik nilai-nilai maupun persepsi, berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikirannya. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Bagi masyarakat Bali aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memeroleh akses komunikasi dan berita. Namun, hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai elemen kebudayaan, budaya Barat dianggap sebagai budaya pusat yang ditiru oleh masyarakat Timur, khususnya di negara- negara berkembang. Di sisi lain, masyarakat Barat, juga selalu berusaha melakukan penetrasi budayanya kepada masyarakat di negara lain, seperti Mcdonalisasi. Masyarakat Bali tidak kuasa menahan arus globalisasi saat ini dengan berbagai gebrakan bersifat memikat para konsumen, baik barang maupun jasa, dikemas sangat elegant yang dipropagandakan media pemikat calon konsumennya. Dampak globalisasi ekonomi

116 terhadap masyarakat, semakin terbukanya pasar ekspor seharusnya kualitas produk ditingkatkan dalam persaingan global. Secara natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinvasi muncul dan pada giliranya akan menghasilkan produk dalam negeri yang andal dan berkualitas.

Globalisasi ekonomi dari segi permodalan dan ketersediaan akses dana akan semakin mudah memeroleh investasi dari luar negeri. Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan kerja. Globalisasi ekonomi semakin mudahnya diperoleh barang impor yang dibutuhkan dan alih teknologi juga bisa terbuka sangat lebar. Meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi penyumbang devisa dan ajang promosi produk dalam negeri. Perkembangan globalisasi yang terus berlangsung menimbulkan kontak budaya antarnegara. Globalisasi ekonomi mengakibatkan produk luar negeri seperti Mc Donald's, CocaCola, dan Pizza Hut membanjiri Bali. Hal ini dapat menghilangkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat terhadap bangsa.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa globalisasi merupakan suatu fenomena dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses global. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang dijawab dan dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Dalam globalisasi tersebut terkandung suatu pengertian akan hilangnya satu situasi, yaitu berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Globalisasi ekonomi dari segi permodalan dan ketersediaan akses dana akan semakin mudah memeroleh investasi dari luar negeri. Globalisasi ekonomi mengakibatkan produk luar negeri seperti Mc Donald's, CocaCola, dan Pizza Hut, Hoka-Hoka Bento.

Terbukanya satu negara dengan negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, melainkan juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya, dan lain-lain. Konsep akan globalisasi mengacu pada penyempitan dunia secara intensif dan

117 peningkatan kesadaran akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman tentang koneksi tersebut.Megatrends (1982), oleh John Naisbitt dan Patricia Aburdance : meramalkan bahwa negara-negara industri akan mengalami 10 macam perubahan yaitu :

 Masyarakat industri ke masyarakat informasi.  Teknologi paksa (tenaga) ke High Technology  Ekonomi nasional ekonomi dunia (global ekonomi)  Jangka pendek ke jangka panjang  Sentralisasi ke desentralisasi  Bantuan lembaga (institusional) ke bantuan diri sendiri  Demokrasi representatif ke demokrasi partisipatif  Sistem hierarki ke jaringan kerja sama (network)  Perubahan dari wilayah utara ke selatan  Memilih salah satu ke banyak pilihan.

Megatrends (1990), oleh John Naisbitt dan PatriciaAburdance, kembali mengemukakan pendapatnya bahwa ada 10 macam perubahan di era global :

 Abad biologi  Bangunnya sosialisme pasar bebas  Cara hidup global dan nasionalisme budaya  Dasarwarsa kepemimpinan wanita  Kebangkitan agama dan milenium baru  Kebangkitan (renaisans) dalam kesenian  Kemenangan (kejayaan) individu  Pertumbuhan ekonomi dunia (boom ekonomi global)  Berkembangnya wilayah Pasifik  Privatisasi atau swatanisasi atas negara kesejahteraan

Disamping itu Alvin Toffler dalam bukunya “The Third Wave“: peradaban manusia sampai saat ini telah mengalami 3 gelombang perubahan antara lain :

1. Teknologi Pertanian (8000 SM-1500 M  Gelombang I (the first wave) : revolusi hijau

118

 Teknologi masih terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan manusia sendiri.

2. Teknologi Industri (1500 M-1970 M)  Gel II : revolusi industri di negara2 Barat (zaman Renaissance atau abad pertengahan). Ini ditandai adanya revolusi industri di Inggris.  Mulai ditemukan teknologi mesin dengan tenaga di luar manusia. Contoh : mesin uap, mesin pemintal dan lain lain.

3. Informasi (1970 – sekarang)  Gelombang III : berkembang pesatnya teknologi informasi memudahkan manusia berkomunikasi di berbagai bidang.  Ditemukannya perangkat TIK (Telepon, Telegraf,TV,HP, Komputer, Internet dan lain lain. Melahirkan masyarakat Dunia : The global village (desa global).

9.2Fenomena Proses Globalisasi

 Adanya evolusi dalam sistem komunikasi dan transportasi global.  Meningkatnya intensitas interaksi antara masyarakat yang menciptakan budaya global sebagai paduan dari budaya lokal, regional, dan rasional yang beragam.  Munculnya sistem internasional yang mengikis batas tradisi politik internasional dan politik nasional.  Meningkatnya dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem bumi.  Meningkatnya kesadaran global yang menumbuhkan kesadaran akan kedudukan manusia di bumi sebagai anggota dari sesama manusia dan makhluk lainnya sebagai penduduk bumi dalam sistem global. Faktor-faktor pendorong Globalisasi . Kemajuan Iptek . Terbentuknya Sistem Perekonomian Negara di dunia . Liberalisme Keuangan Internasional . Semakin Besarnya Keinginan Orang Untuk Melakukan Treveling Antarnegara atau pindah dari negara satu ke negara lain.

119

Respon bangsa Indonesia terhadap globalisasi adalah sebagai peluang dan tantangan

o Peluang : setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan situasi ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

o Tantangan: setiap orang diberi kesempatan untuk berkompetisi dan menunjukkan kemampuannya.

Beberapa peluang dan tantangan yang diakibatkan oleh globalisasi

 Pasar Bebas

Peluang: Suatu kesempatan untuk mengekspor hasil produksi ke luar negeri.

Tantangan : Produk yang dipasarkan harus berkualitas dan kompetitif dengan harga dijangkau oleh pasal global.

 Iptek

Peluang : Dalam perkembangannya iptek menjadi mudah dan cepat diterima.

Tantangan : Dampak dari iptek bisa menimbulkan pengangguran yang besar.

 Budaya

Peluang : Aktivitas sosial dan adaptasi budaya asing ke dalam budaya bangsa mudah berinteraksi

dan terintegrasi.

Tantangan : Harus mampu menciptakan filter terhadap budaya yang berdampak negatif.  Bisnis dan Pemerintah

Peluang : Membuka selebar-lebarnya agar investor dapat menanamkan investasinya.

Tantangan : Bisnis menjadi terbuka (transparan) dan profesional, banyak wisatawan mancanegara yang datang sehingga menambah pendapatan perkapita.

 Lapangan Kerja

Peluang : Membuka selebar-lebarnya agar investor dapat menanamkan investasinya.

Tantangan : Bisnis menjadi terbuka (transparan) dan profesional, banyak wisatawan mancanegara yang datang sehingga menambah devisa dan pendapatan perkapita.

120

 Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa dan Negara Indonesia

Pengaruh positif

 Perubahan sistem pengetahuan

 Perubahan nilai budaya

 Perubahan etos budaya

 Perubahan kepercayaan

 Perubahan pandangan hidup

Pengaruh negatif

 Keguncangan budaya (cultural scock) : ada sistem baru --- tertekan/frustasi.

 Ketimpangan budaya (cultural lag) : tidak disiplin --- adaptasi budaya lain.

 Pergeseran nilai-nilai budaya (anomi) : masy. Menjadi kebingungan---menentukan nilai budaya mana yang harus diambil dan mana yang harus dikembangkan.

Aspek-aspek positif dari globalisasi

 Pola hidup yang serba cepat  Pesatnya Perkembangan Informasi dan transportasi  Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah

Aspek-aspek Negatif dari globalisasi

 Beralihnya masyarakat Agraris menjadi masyarakat Industri

 Perubahan dari kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualitas.

 Masuknya pola hidup budaya barat.

Hal yang perlu dipersiapkan agar mampu terhidar dari aspek negatif globalisasi.

 Pembangunan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan.

121

 Pemberian keterampilan hidup (life skill) agar mampu menciptakan kreativitas dan kemandirian.

 Menumbuhkan budaya dan sikap hidup global.

 Menumbuhkan wawasan kebangsaan dan identitas nasional.

 Menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis.

9.3 Pola Tingkah Laku Pengaruhi Globalisasi

1. Gaya Hidup Gaya hidup yaitu pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat. Gaya hidup menyangkut pekerjaan, kesenangan, dan lain-lain. Gaya hidup di era global telah banyak menggeser bentuk-bentuk tradisional kepada gaya hidup global yang berorientasi Barat. Kesenangan bergaya hidup global yang berorientasi Barat mulai melanda seluruh masyarakat, terutama Negara berkembang, seperti Indonesia. 2. Makanan Pada era global, masyarakat cenderung mengonsumsi makanan yang lebih praktis, seperti makanan cepat saji (fast food). Makanan cepat saji umumnya berasal dari Negara maju. Negara-negara maju memasarkan produknya ke seluruh dunia. Masyarakat semakin mudah mendapatkan makanan dari luar negeri, asalkan mereka memiliki banyak uang. Dengan mengonsumsi makanan dari luar negeri, maka masyarakat merasa lebih modern. 3. Pakaian Model pakaian dari dalam dan luar negeri di kenakan masyarakat. Ada pula sekelompok masyarakat yang meniru mode pakaian wisatawan asing atau mengikuti mode pakaian artis-artis barat dan lokal yang dilihat melalui sinema atau sinetron. Hal ini terjadi karena pada era global setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan cara berpakaian. Di era global, mode pakaian tradisional sudah banyak ditinggalkan, terutama oleh kalangan muda. Pada saat ini, masyarakat justru cenderung memilih pakaian praktis. Pakaian praktis adalah pakaian yang tidak rumit, sederhana, namun berkualitas. 4. Komunikasi dan Informasi Komunikasi dan informasi berperan penting dalam globalisasi di masyarakat. Teknologi komunikasi dan informasi yang di dukung sarana dan prasarana yang canggih mampu mempercepat globalisasi. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju, maka arus globalisasi semakin merambah ke seluruh dunia.

122

Penggunaan perangkat teknologi tersebut ternyata membawa dampak bagi perubahan perilaku masyarakat. Bahkan, ada di antara mereka yang berubah menjadi individualistis, sombong, kurang peduli sosial, dan perilaku-perilaku lainnya. 5. Perjalanan Pada era global sekarang ini, masyarakat mengutamakan perjalanan yang mudah, murah, cepat, praktis, dan aman. Masyarakat melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang, kendaraan darat, dan kapal laut. Pada masa lalu, perjalanan jarak jauh memakan waktu berhari-hari. Namun, perjalanan pada masa sekarang jauh lebih baik. Perjalanan jarak jauh dapat ditempuh dalam beberapa menit atau jam saja. 6. Bahasa Bahasa asing ikut merambah masyarakat di era global ini. Memang bahasa inggris sejak lama menjadi bahasa internasional dan bahkan menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Akan tetapi, di era global ini penggunaan bahasa inggris semakin intensif dalam beberapa hal. Bahasa inggris semakin mempengaruhi bahasa Indonesia dan perilaku masyarakat, khususnya kota-kota besar. Terdapat sebagian kelompok orang yang menganggap pemakaian bahasa inggris lebih bergengsi, maka bahasa Indonesia sering di dicampuradukan dengan bahasa Inggris. 7. Kesenian Di era global ini, pengaruh kesenian bangsa Barat (terutama seni music) sangat besar. Larisnya kaset maupun compast disc (CD), banyak stasiun televisi menayangkan lagu-lagu barat, begitu juga seni tari barat yang sering kali tampil melarati lantunan lagu seorang penyanyi terkenal. Akibat pengaruh itu, muncullah beberapa koreografer muda Indonesia. Seni peran dan seni drama juga banyak memengaruhi budaya Indonesia. Film-film Barat, Amerika Latin, dan India yang banyak di putar di berbagai stasiun televisi, merupakan hal yang sulit untuk dikendalikan. Film-film itu tidak hanya berpengaruh pada unsur seni, tetapi juga pada perilaku masyarakat Indonesia.  Pengaruh Globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara  Adanya hubungan saling pengaruh antarbangsa  Perlunya kesadaran Global  Membangun Global Civil Society

Usaha yang harus dilakukan dalam menghadapi globalisasi

 Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter budaya asing yang bersifat negatif.

123

 Meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.  Mengintensifkan pemahaman nilai-nilai budaya tradisonal baik melalui pembalejaran maupun pengenalan di masyarakat agar budaya asing tidak menggeser budaya luhur bangsa.  Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memilih mana yang baik dan benar bagi masy.  Meningkatkan pendidikan (kualitas SDM) bangsa agar mampu bersaing dengan bangsa lain.  Meningkatkan kualitas produk dalam negeri agar dapat bersaing merebut pasar lokal, nasional, dan internasional.  Meningkatkan penguasan teknologi di segala bidang agar kita tidak dapat mandiri.  Menumbuhkan kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi.  Menumbuhkan dinamika yang terbuka dan tanggap terhadap unsur-unsur perubahan.

Tanda-Tanda Globalisasi

• Meningkatnya perdagangan global

• Meningkatnya aliran modal internasional, diantaranya investasi langsung luar negeri.

• Meningkatnya aliran data lintas batas, seperti penggunaan internet, satelit komunikasi dan telepon.

• Adanya desakan berbagai pihak untuk mengadili para penjahat perang di Mahkamah Kejahatan Internasional (International Criminal Court), dan adanya gerakan untuk menyerukan keadilan internasional.

• Meningkatnya pertukaran budaya (cultural exchange) internasional, misalnya melalui ekspor film-film Hollywood and Bollywood.

• Menyebarluasnya paham multikulturalisme dan semakin besarnya akses individu terhadap berbagai macam budaya.

• Meningkatnya perjalanan dan Turisme Lintas Negara

124

• Berkembangnya infrastruktur telekomunikasi global

• Meningkatnya aktifitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan- perusahaan multinasional

• Meningkatnya peran organisasi-organisasi internasional, seperti WTO, WIPO, IMF, yang berurusan dengan transaksi-transaksi Internasional.

9.4 Pengaruh Globalisasi terhadap Ekonomi, Ideologi, Politik, Hankam dan Sosial

 Ekonomi,yaitu terbentuknya masyarakat global yang tidak lagi tergantung batas- batas wilayah. Dalam globalisasi bidang ekonomi telah terjadi perdagangan internasional pasar bebas, dibentuknya kerjasama regional, bilateral, maupun multilateral. Berdirinya organisasi World Bank, World Trade Organization, Asian Free Trade Area dan lain-lain.  Ideologi, adalah timbulnya dua Ideologi besar yang menguasai dunia (Liberal dan Sosialis), di mana keduanya saling bertentangan. Ideologi Liberal menganut paham kebebasan untuk tiap individu merupakan jalan mencapai kebahagiaan, sementara ideologi Sosialis mengekang kebebasan rakyat untuk mencapai masyarakat yang makmur. Dengan globalisasi ideologi, berdampak luas terhadap upaya-upaya suatu negara dalam mewujudkan sistem politik, ekonomi maupun sosial budayanya  Politik, yakni pengaruh globalisasi pada sistem politik di berbagai negara yang berkembang seperti sistem politik demokrasi Liberal, demokrasi Pancasila, Sosialis dan sebagainya. Salah contohnya di Indonesia, yaitu terjadinya dinamika ketatanegaraan sistem politik yang mula-mula berbentuk demokrasi liberal, kemudian menjadi demokrasi terpimpin dan akhirnya menjadi demokrasi pancasila yang dianut hingga sekarang ini.  Hamkam, yaitu adanya upaya-upaya setiap negara dalam mempertahankan kedaulatan negaranya melalui pembuatan sistem persenjataan maupun pemberdayaan rakyat dan tentaranya. Globalisasi bidang hankam yang pernah dirasakan masyarakat dunia, yaitu dengan dibentuknya pakta pertahanan NATO, SEATO, WARSAWA, dan sebagainya. Dalam bidang hankam, negara Indonesia selain memperkuat berbagai sistem persenjataan di darat, udara dan laut juga melakukan upaya-upaya keamanan rakyat semesta dan kedaulatan nasional. Negara Indonesia dalam partisipasi menjaga keaman internasional, juga pernah mengirim Pasukan Garuda kebeberapa negara atas mandat Dewan Keamanan PBB.

125

 Sosial, yakni banyaknya nilai-nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara meniru atau menerapkannya secara selektif . Salah satu contoh perubahan di bidang sosial yaitu dengan hadirnya modernisasi di segala bidang kehidupan, terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya syarat dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual. Selain itu juga timbulnya sifat ingin serba mudah dan gampang (instan) pada diri seseorang. Pada sebagian masyarakat, juga sudah banyak yang mengikuti nilai-nilai budaya luar yang dapat berpengaruh negatif maupun positif.

9.5Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya dan Kesenian

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan dampak terhadap perkembangan budaya Bali. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah kepada memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan tiga T (Teknologi, Transportasi,Telekomunikasi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri. Budaya masyarakat Bali yang dulunya ramah-tamah, gotong royong, dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Dahulu anak-anak remaja masih banyak yang berminat untuk belajar beberapa jenis tari Bali.

Saat ini ketika teknologi semakin maju, banyak remaja belajar tari modern. Jika tidak diantisipasi kebudayaan daerah ini akan lenyap di masyarakat, tetapi bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi yakni dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda masyarakat Bali lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta, seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu, sering didengar anak muda menggunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa Inggris, seperti ok, no problem sure, dan yes, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering didengar di film-film barat sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media televisi dalam film-film, iklan, dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja masyarakat bali sebelumnya menjunjung tinggi norma kesopanan, sekarang telah berubah mengikuti mode masa kini. Ada kecenderungan bagi remaja putri memakai pakaian minim dan ketat yang

126 memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya berpakaian minim ini dianut dari film dan majalah luar negeri yang ditransformasikan ke dalam sinetron televise. Kemajuan teknologi dapat diproduksi kesenian melalui kaset, vcd, dan dvd hadir di tengah-tengah masyarakat modern. Peristiwa transkultural akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian lokal. Saat ini masyarakat disuguhi beragam tawaran alternatif yang lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional. Kehadiran parabola menyebabkan masyarakat Bali dapat menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional dari kehidupan masyarakat Bali yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis, baik yang merakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar juga globalisasi informasi, menyebabkan kesenian pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, tidak berarti bahwa semua kesenian tradisional lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya, masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang kulit, yang tampak sepi penonton seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral. Selain itu, juga merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik. Hal itu merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian tradisional, tetapi juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat. Sekalipun demikian, tidak berarti bahwa semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan

127 teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional wayang kulit Cenk Blonk yang dipopulerkan di layar kaca oleh dalang Wayan Nardayana. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kesenian wayang Cenk Blonk sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama disajikan dalam bentuk siaran televisi. Keberanian stasiun Dewata Televisi dan Bali Televisi yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam purnama cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khazanah kebudayaan lokal.

Pada sisi inilah globalisasi telah memasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya timur (termasuk Bali) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran. Peran kebijakan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan- pertimbangan ekonomi daripada kultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Kebijakan kultural saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan tanpa arah, maupun tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural (Jennifer 1995:243). Dilihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha mengubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.

Berdasarkan kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam, bukan sekadar hanya dijadikan model dalam pembangunan. Kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural. Oleh karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan

128 bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (originalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu, pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tanpa harus mengubah dan menyesuaikan dengan kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi dalam milenium baru seperti saat ini merupakan sesuatu yang tak dapat dielakkan.

Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah satu produk modernisasi yang bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara massal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai- nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan- pengembangan nilai-nilai dan persepsi di kalangan masyarakat Bali yang terlibat dalam proses ini. Sehubungan dengan itu, untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan diperlukan pengembangan yang bersifat global, tetapi tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan lokal masyarakat Bali.

Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan Bali jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijakan, khususnya pemerintah dalam rangka keperluan turisme dan politik. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, tetapi justru semakin dijauhi masyarakat. Tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop (Piliang, 2011:112). Untuk menghadapi hal-hal tersebut ada beberapa alternatif untuk

129 mengatasinya, yaitu meningkatkan sumber daya manusia bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung. Bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana proyek atau dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan Bali. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan lokal perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai intrinsik yang diberlakukan di dalamnya telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan, entah suka atau tidak, timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya, antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan.

Kebudayaan lokal dilebur dengan kebudayaan asing. Sehubungan dengan itu, perlu dipertahankan aspek sosial budaya sebagai identitas dengan cara penyaringan budaya yang masuk dan pelestarian budaya daerah. Bagi masyarakat Bali dicoba dikembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditas yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang milenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Seni itu indah dan mahal. Kesenian rakyat merupakan kekayaan daerah yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki daerah lainnya. Kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional wayang kulit Cenk Blonk yang dipopulerkan di layar kaca oleh dalang Wayan Nardayana.

9.6Glokalisasi

Suatu konsep glokalisasi, yaitu penggabungkan antara yang global dan lokal, antara yang universal dan yang partikular (Roberstone, 1992). Bagaimanapun juga kebudayaan tidak mungkin diseragamkan karena merupakan hasil respons keluarga pemilik tanah sewa di Kelurahan Ubud terhadap lingkungan mereka masing-masing, yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai suatu sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya (Koentjaraningrat, 1996:89), atau sebagai suatu sistem konsepsi dan diekspresikan

130 dalam bentuk simbol, kebudayaan akan beraneka ragam (Geertz, 1964). Setiap masyarakat akan mengembangkan suatu budaya sebagai respons terhadap lingkungan sesuai dengan sistem pengetahuan mereka masing-masing. Sudah barang tentu tiap-tiap budaya mempunyai keunggulan yang juga harus ditawarkan ke masyarakat global. Pada era global percampuran antara berbagai budaya tampaknya sulit dihindari, sebagai akibat dari interaksi masyarakat antarbangsa yang berbeda budaya. Dalam interaksi tersebut, masing- masing akan berusaha mempertahankan budayanya dan berusaha memenetrasikan kepada bangsa lain. Hal ini bisa dimaklumi karena budaya merupakan suatu sistem nilai yang memperngaruhi cara bertindak dan berpikir masyarakat. Oleh karena itu, glokalisasi dipandang sebagai proses hibridisasi (Pieterse dalam Bahagijo, 2013:27). Dampak glokalisasi bagi masyarakat Bali sangat signifikan karena mereka telah terbius alusinasi tanpa batas. Selain itu, juga pengaruhnya sangat memprihatinkan.

Globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antara negara kaya dan negara berkembang dan miskin. Penguasaan kapital yang lebih besar dengan menciptakan pasar global, terutama di dunia ketiga yang diyakini tidak akan mampu memenuhi standar tinggi produk global akan membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Hibridisasi sebagai suatu cara, di mana suatu bentuk dipisahkan dari kesatuannya (keberadaannya) untuk kemudian digabungkan dengan bentuk lain yang baru. Dalam konsep ini, berarti ada unsur yang dianggap unggul, yang dipindahkan atau diambil dari asalnya, untuk kemudian digabungkan dengan unsur lain yang juga dianggap unggul. Konsep hibridisasi Pieterse mengandung dua dimensi. Pertama, tentang percampuran atau penggabungan, baik yang berkaitan dengan ruang maupun waktu. Kedua, dimensi peningkatan (increasing). Dalam proses penggabungan pertama, disertai perubahan, sedangkan ada proses peningkatan, terutama peningkatan kualitas dan kuantitas. Percampuran ini bisa terjadi dalam berbagai bidang dengan memadukan keunggulan tiap- tiap dimensi ruang dan waktu. Dari dimensi ruang bisa dlihat bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai keunggulan yang bisa diambil dan kemudian dipadukan dengan keunggulan bangsa lain.

Dari dimensi waktu, budaya masa lalu pun tidak sepenuhnya buruk, masih ada nilai-nilai yang bisa dibawa ke depan. Sehubungan dengan itu, dalam kaitannya dengan dimensi waktu, perlu dilakukan evaluasi terhadap budaya, nilai-nilai apa yang bisa diambil untuk

131 dibawa ke depan dan nilai-nilai mana yang memang sudah tidak lagi relevan untuk menghadapi masa depan. Evaluasi itu juga terkait dengan konsep yang dipegang. Sebagai contoh, pada masyarakat Bali tradisional, power diidentikkan dengan laki-laki, sedangkan pada era modern diidentikkan dengan kekuatan produksi. Kemodernan suatu masyarakat diukur dari jumlah energi yang dikonsumsi karena energi merupakan sarana produksi. Sebaliknya pada era global power diidentikkan dengan informasi. Siapa yang menguasai informasi, merekalah yang berkuasa. Di pihak lain informasi berkaitan dengan waktu. Oleh karena itu, transformasi peradaban ditandai dengan pergeseran dari ruang ke waktu (Haris, 2012:17). Glokalisasi dimaknai sebagai munculnya interpretasi produk-produk global dalam konteks yang dilakukan masyarakat dalam berbagai wilayah budaya, interpretasi masyarakat lokal tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai budaya.

Glokalisasi muncul ketika budaya lokal yang dipegang oleh kelompok masyarakat dengan budaya global yang dibawa oleh sapuan arus globalisasi. Budaya lokal merupakan identitas yang sangat dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat, suatu tempat sesuai dengan nilai-nilai dan konteks yang berlaku di tempat itu dapat dikaji bahwa tidak dapat dimodifikasi dengan adat yang tidak ada di sekitar mereka. Mereka dipengaruhi oleh keadaan sekelilingnya sehingga budaya tersebut menjadi entitas dalam diri mereka. Glokalisasi sebagai kemampuan sebuah budaya lokal ketika bertemu dengan budaya global, akan menyerap pengaruh-pengaruh tersebut dan secara alami masuk dan memperkaya budaya lokal tersebut, menolak hal-hal yang bersifat sangat asing, menyaring budaya tersebut, dan dinikmati dalam perayaan perbedaan (Yudistira, 2000:93). Konsep globalisasi dan glokalisasi erat kaitannya dengan percampuran pengaruh global yang masuk ke budaya lokal sehingga menjadi sesuatu yang baru, entah merugikan ataupun menguntungkan tergantung dari lokal itu sendiri untuk menyikapinya. Glokalisasi juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan budaya global, karena banyak budaya global menggunakan strategi glokalisasi dengan memanfaatkan potensi budaya lokal untuk mendapat simpati masyarakat lokal (Yudistira, 2000:96).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa glokalisasi merupakan penggabungkan antara yang global dan lokal, antara yang universal dan yang partikular. Glokalisasi merupakan kemampuan sebuah budaya lokal ketika bertemu dengan budaya global, akan menyerap pengaruh-pengaruh tersebut dan secara alami masuk dan

132 memperkaya budaya lokal, menolak hal-hal yang bersifat sangat asing, menyaring budaya tersebut, dan dinikmati dalam perayaan perbedaan. Bagaimanapun juga kebudayaan tidak mungkin diseragamkan karena merupakan hasil respon masyarakat Bali terhadap lingkungan mereka masing-masing, yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Karena budaya merupakan suatu sistem nilai yang memperngaruhi cara bertindak dan berpikir masyarakat, maka glokalisasi dipandang sebagai proses hibridisasi. Dari dimensi ruang bisa dilihat tiap-tiap bangsa mempunyai keunggulan yang bisa diambil dan kemudian dipadukan dengan keunggulan bangsa lain. Dari dimensi waktu, budaya masa lalu pun tidak sepenuhnya buruk, masih ada nilai-nilai yang bisa dibawa ke depan.

Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan dimensi waktu, perlu dilakukan evaluasi terhadap budaya, nilai-nilai apa yang bisa diambil untuk dibawa ke depan dan nilai-nilai mana yang memang sudah tidak lagi relevan untuk menghadapi masa depan. Banyak budaya global menggunakan strategi glokalisasi dengan memanfaatkan potensi budaya lokal untuk mendapat simpati masyarakat lokal.

9.7Konsumerisme

Konsumerisme diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha, dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer (Salim, 1996:72). Konsumerisme (consumerism) juga merupakan cara melindungi publik dengan memberitahukan kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak mau dipakai, dan sebagainya. Konsumerisme bukan suatu hal yang baru, sebab pada dasarnya isme ini telah mengakar kuat di dalam masyarakat bali. Hal ini terlihat dari ekspresinya yang paling primitife hingga yang paling modern pada zaman global ini. Tendensi yang ada dalam masyarakat untuk selalu tak pernah puas (never-ending-discontentment) “mau ini-mau itu” dengan hal-hal yang telah dimiliki, ditambah dengan dorongan kuat ambisi pribadi dan semangat kompetisi untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada lingkungan sekitarnya. Hal itu membuat pola hidup konsumerisme semakin subur dan berkembang amat cepat dilingkungan masyarakat Bali. Mengonsumsi barang dan jasa untuk kebutuhan hidup wajar dilaksanakan, tetapi jika telah terpengaruh konsumerisme dengan menggunakan produk berlebihan karena gengsi, perlu dipertimbangkan sebelum terlanjur.

133

Komoditas diproduksi tidak didasarkan pada kebutuhan masyarakat Bali. Akan tetapi, kebutuhanlah yang diciptakan agar masyarakat merasa butuh untuk mengonsumsi komoditas, seperti makanan cepat saji Mc.Donald dikonsumsi tidak berdasarkan kebutuhan, tetapi masyarakat dipaksa untuk merasa butuh untuk mengonsumsinya. Media sebagai alat untuk mengubah pencitraan, pola hidup, dan menjadi masyarakat konsumeris dan akumulasi kapitalisme tetap berlangsung. Komoditas barang dan jasa diproduksi dalam ranah masyarakat konsumer, sedangkan hasrat diproduksi lewat ide-ide yang terbentuk lewat proses sosial. Struktur nilai yang tercipta secara diskursif menentukan kehadiran hasrat. Struktur nilai dalam realitas masyarakat konsumer ini mengejawantahkan dalam kode-kode (Baudrillard, 1998). Produksi tidak lagi menciptakan materi sebagai objek eksternal, tetapi produksi materi sebagai kode-kode yang menstimulasi kebutuhan atau hasrat sebagai objek internal konsumsi. Dalam nalar Freudian hasrat untuk mengonsumsi secara mendasar, yakni sesuatu yang bersifat instingtual. Ia berada dalam fase perkembangan struktur psikis manusia. Pada fase ini semua tindakan mengacu atau didasarkan pada prinsip kesenangan yang bersifat spontan. Tindakan untuk mencapai kepuasan dan kesenangan spontan ini disebut fase ide bersifat irasional.

Upaya mengonsumsi pada awalnya terkait dengan tindakan menggapai kepuasan secara irasional, spontan, dan temporal adalah fase ide struktur psikis masyarakat Bali, sebagai masyarakat konsumer dan masyarakat kapitalis modern dengan masyarakat komoditas. Ada empat aksioma penting yang menandai masyarakat komoditas atau masyarakat konsumer, yaitu sebagi berikut. Pertama, masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi barang-barang, bukan terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan melainkan demi keuntungan. Kedua, dalam masyarakat komoditas, muncul kecenderungan umum ke arah konsentrasi kapital yang masif dan luar biasa yang memungkinkan penyelubungan operasi pasar bebas demi keuntungan produksi massa dan monopoli dari barang-barang yang distandarisasi. Kecenderungan ini akan benar-benar terjadi, terutama terhadap industri komunikasi. Ketiga, hal yang lebih sulit dihadapi oleh masyarakat modern adalah meningkatnya tuntutan terus-menerus, sebagai kecenderungan dari kelompok yang lebih kuat untuk memelihara, melalui semua sarana yang tersedia, kondisi-kondisi relasi kekuasaan, dan kekayaan yang ada dalam menghadapi ancaman- ancaman yang sebenarnya disebarkan sendiri. Keempat, karena dalam masyarakat kekuatan produksi sangat maju, dan pada saat yang sama, hubungan produksi terus

134 membelenggu kekuatan produksi yang ada, hal ini membuat kelompok komoditas sarat dengan antagonisme (Adorno dalam Ibrahim, 1997:24). Antagonisme ini tentu saja tidak terbatas pada wilayah ekonomi (economic sphere) tetapi juga ke wilayah budaya (cultural sphere).

Dalam proses gaya hidup masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup. Hal ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi dan radio, yang banyak menekankan peningkatan diri, pengembangan diri, transformasi personal, bagaimana mengelola kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta bagaimana membangun gaya hidup. Mereka yang bekerja di media, desain, mode dan periklanan serta para intelektual informasi yang pekerjaannya memberikan pelayanan serta memproduksi, memasarkan, dan menyebarkan barang-barang simbolik sebagai perantara budaya baru (Bourdieu, 1984). Praktik konsumsi menjadi pola hidup masyarakat Bali. Konsumsi menjadi cara pandang baru masyarakat seiring dengan terus beroperasinya industri lintas negara dan tumbuhnya supermarket, hipermarket, dan mall. Bahkan, dengan strateginya yang jitu, barang konsumsi disesuaikan dengan pengalaman dan pandangan filosofis masyarakat setempat (fordisme). Munculnya strategi fordisme tersebut terus-menerus menempatkan masyarakat dalam kubangan konsumerisme.Dalam praktik konsumsi, gejala sosial yang signifikan adalah makin umum dan meluasnya penataan ulang (reorganisasi) aneka macam kebutuhan dari levelnya yang mendasar menjadi sebuah sistem tanda. Sistem tanda ini telah menjadi cara atau moda yang spesifik dalam transisi dari alam ke budaya (from nature to culture) pada era ini.

Dengan segala liturgi pemujaan objeknya, perilaku konsumen terfokus dan berorientasi pada objek dan penikmatan (enjoyment, jouissance). Walaupun demikian, konsumsi sendiri bukan fungsi turunan dari penikmatan, melainkan dari produksi. Dikatakan demikian karena masalah dalam masyarakat kapitalis modern ini bukan lagi kontradiksi antara pemaksimalan keuntungan dengan rasionalisasi produksi, melainkan antara produktivitas yang potensinya tak terbatas dan kebutuhan untuk membuang produknya (Baudrillard, 1998). Masyarakat konsumen berputar di sekitar simbol dan tanda. Tak heran jika media massa, kenikmatan, dan sensualitas merupakan kata kunci dalam segala jenis analisis sosial budaya masa kini. Media massa menjadi mukjizat dalam liturgi objek, kenikmatan (leisure) dipahami sebagai penjelmaan kebebasan,dan tubuh manusia adalah

135 objek konsumen yang utama.Dalam peredaran simbol, tanda, dan mitologi masyarakat masa kini teralienasi dari dirinya. Alienasi terjadi tidak hanya ketika kehilangan atau menjual citra, imaji, dan bayangan diri, tetapi juga sebuah hasil kerja selesai diproduksi dan mulai diobjektivikasi. Yang terakhir, alienasi sosial, terjadi dalam ruang lingkup komoditas. Demikian pula proses terjadinya fetisisme komoditas, hasil kerja atau produksi tak lagi tergapai, alienasi tidak dapat diatasi, itulah struktur utama masyarakat pasar.

Era konsumsi ini tak lain dari era alienasi radikal. Logika komoditas telah menjadi logika umum dan mengatur tak hanya proses kerja dan produk-produk material, tetapi juga seluruh kebudayaan dan hubungan antarmanusia termasuk fantasi dan dorongan-dorongan individual. Dengan logika ini, tak hanya semua fungsi dan kebutuhan terobjektivikasi dan termanipulasi demi laba, tetapi juga segala sesuatu dibuat menjadi spektakuler, dibangkitkan, diprovokasi, dan ditata menjadi citra, imaji, tanda, dan model-model yang dapat dikonsumsi. Konsumsi bukan lagi hal yang melibatkan kerja dan usaha, melainkan hedonistik dan regresif, suatu proses penyerapan (absorbsi) tanda oleh tanda.Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi oleh kapitalisme pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya berdasarkan hukum kemajuan dan kebaruan. Karena dukungan media, realitas diproduksi mengikuti model yang ditawarkan oleh media (Storey, 2008:225).

Budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa industrialisasi ketika barang-barang mulai diproduksi secara massal sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media dalam hal ini menempati posisi strategis sekaligus menentukan yakni sebagai medium yang menjembatani produsen dengan masyarakat Bali, sebagai calon konsumen. Secara umum media berperan sebagai agen yang menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas. Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak benar-benar dipengaruhi oleh kekuatan imaji. Motivasi untuk membeli tidak lagi berangkat dari dalam diri individu berdasarkan kebutuhannya yang riil, tetapi lebih karena adanya otoritas lain di luar dirinya yang dipaksa untuk membeli. Hasrat berbelanja masyarakat Bali merupakan hasil konstruksi yang disengaja. Jauh hari sebelum hari-hari besar itu, media terutama televisi telah memole-moles dirinya untuk bersiap bergumul dalam kancah persaingan merebut hati para pemirsa. Berbagai program, mulai dari sinetron, kuis, , komedi, sampai musik disediakan sebagai persembahan spesial untuk menyambut hari spesial. Semakin cantik

136 acara yang disajikan akan semakin mengundang banyak penonton. Berikut rating pun tinggi sehingga merangsang kalangan produsen untuk memasang iklan. Iklan merupakan proses persuasi yang sangat efektif dalam memengaruhi keputusan masyarakat Bali dalam mengonsumsi. Sebenarnya mengonsumsi merupakan kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini disadari bahwa masyarakat ini tidak hanya mengonsumsi, tetapi terjebak ke dalam budaya konsumerisme (Piliang, 2011:91). Budaya ini berbahaya karena berekses negatif terhadap lingkungan hidup, juga meluluhkan hubungan sosial dan bertaktanya kesadaran palsu di benak masyarakat. Sekarang sudah saatnya menjadi konsumen yang cerdas dan kritis, bukan lagi saatnya menjadi konsumen yang gampang dibodohi.

Kebudayaan konsumer yang dikendalikan sepenuhnya oleh hukum komoditias menjadikan konsumer sebagai raja, yang menghormati setinggi-tingginya nilai-nilai individu, yang memenuhi selengkap dan sebaik mungkin kebutuhan-kebutuhan, aspirasi, keinginan dan nafsu telah memberikan peluang bagi setiap orang untuk dengan sendirinya. Masyarakat yang hidup dalam budaya konsumer memiliki tiga perspektif utama mengenai budaya consumer.

Pertama, budaya konsumer didasari pada premis ekspansi produksi komoditas kapitalis yang telah menyebabkan peningkatan akumulasi budaya material secara luas dalam bentuk barang-barang konsumsi dan tempat-tempat untuk pembelanjaan dan konsumsi. Hal ini mnyebabkan tumbuhnya aktivitas konsumsi serta menonjolnya pemanfaatan waktu luang (leisure) pada masyarakat modern Barat. Kedua, perspektif budaya konsumer berdasarkan perspektif sosiologis yang lebih ketat, yaitu bahwa kepuasan masyarakat Bali yang diperoleh dari barang-barang yang dikonsumsi berkaitan dengan aksesnya yang terstruktur secara sosial. Fokus dari perspektif ini terletak pada berbagai cara orang memanfaatkan barang untuk menciptakan ikatan sosial atau perbedaan sosial. Ketiga, perspektif yang berangkat dari kesenangan (kenikmatan) emosioanal dari aktivitas konsumsi, impian, dan hasrat yang menonjol dalam khayalan budaya konsumer, khususnya tempat-tempat kegiatan konsumsi yang secara beragam menimbulkan kegairahan dan kenikmatan estetis langsung terhadap tubuh. Budaya konsumerisme merupakan jantung kapitalisme, yaitu sebuah budaya yang di dalamnya berbagai bentuk dusta, halusinasi, mimpi, kesemuan, artifisialitas, pendangkalan, kemasan wujud komoditas melalui strategi hipersemiotika dan imagologi, yang kemudian dikonstruksi secara sosial melalui komunikasi ekonomi

137

(iklan,show,media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme (Featherstone, 1991:201).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsumerisme merupakan gerakan yang memperjuangkan kedudukan masyarakat yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produksi harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer. Dalam masyarakat konsumer, dunia terbentuk dari hubungan berbagai tanda (sign) dan kode acak tanpa referensi relasional yang jelas. Sebuah sign bukan lagi representasi dari realitas karena realitas itu dibentuk dan diatur sedemikian rupa jadi bukan realitas yang sebenarnya. Sign yang fakta digabungkan dengan yang semu lewat produksi pencitraan sehingga saling tumpang tindih dan bergabung menjadi satu kesatuan yang sulit lagi dibedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata atau mana kenyataan yang benar sebenar-benarnya. Konsumerisme sebagai representasi identitas masyarakat Bali merupakan suatu cara memaknai barang-barang atau komoditas secara simbolik. Artinya, sebuah sikap konsumsi yang merujuk pada cara masyarakat berusaha menampilkan individualitas dan cita rasa melalui individu secara aktif menggunakan barang-barang konsumsi, pakaian, rumah, furniture, dekorasi interior, mobil, liburan, makanan, dan minuman. Selain itu, juga benda-benda budaya seperti musik, film dan seni dengan cara-cara yang menunjukkan selera atau cita rasa pribadi. Konsumerisme di sini mengekspresikan keinginan untuk menjadi orang lain, keinginan menempati strata sosial yang lebih tinggi, dan keinginan menjadi ‘berbeda’. Keinginan-keinginan tersebut diwujudkan dengan aksi konsumsi. Pada saat itulah terjadi proses pelabelan identitas.

Proses pelabelan identitas diri suatu proyek yang diwujudkan yang dipahami oleh para individu dengan cara-cara pendirian mereka sendiri dan cara-cara menceritakan identitas personal dan biografi. Proses tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi diri dan membedakan diri dengan kelompok lainnya. Praktik-praktik konsumsi kemudian dipahami sebagai sebuah perjuangan memeroleh posisi sosial. Individu-individu berjuang meningkatkan posisi sosial dengan cara memanipulasi representasi budaya situasi dalam lapangan sosial. Pencarian identitas dan aktualisasi diri membuat individu berlomba- lomba untuk mencari pahlawan-pahlawan yang ditiru dan diikuti. Sampai pada tataran itulah akhirnya sebuah perilaku konsumsi menjadi sebuah proses membentuk gaya hidup (life style).

138

BAB X

PERATURAN PEMERINTAH

10.1 Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang -Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025; Mengingat : o Pasal 5 ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; o Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); Memutuskan : Menetapkan : Peraturan Pemerintah Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2015. Bab I .Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 - 2025; Mengingat: 1.Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;2.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); Memutuskan : Menetapkan Peraturan Pemerintah Tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:  Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

139

 Pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik yang didalamnya meliputi Upaya - upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki.  Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang selanjutnya disebut dengan IPPARNAS adalah dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode 15 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.  Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.  Destinasi : Destinasi Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat DPN adalah Destinasi Pariwisata yang berskala nasional.  Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.  Perwilayahan Pembangunan DPN adalah hasil perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk DPN, dan KSPN.  Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.  Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.  Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.

140

 Fasilitas . . .Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.  Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.  Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.  Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya.  Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha Pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.  Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.  Organisasi Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan Pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan.  Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan Kepariwisataan.  Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.  Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan dan pengelolaan Kepariwisataan.

141

 Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.  Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Bab II Pembangunan Kepariwisataan Nasional Pasal 2  Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi: a.Destinasi Pariwisata;b.Pemasaran Pariwisata; c.Industri Pariwisata; dan d.Kelembagaan Kepariwisataan.  Pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan RIPPARNAS.  RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat: a.visi; b.misi; c.tujuan; d.sasaran; dan e.arah pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.  Visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia , berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.  Dalam mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pengembangan : a.Destinasi . -a.Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat; b.Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; c.Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan d.Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan. (6) Tujuan

142

pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah: a.meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata; b.mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab; c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional; dan d.mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata , dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien. (7) Sasaran . . .Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah peningkatan: a.jumlah kunjungan wisatawan mancanegara; b.jumlah pergerakan wisatawan nusantara; c.jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara; d.jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan. (8) Arah pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e Meliputi pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan: a.dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan; b.dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan; c.dengan tata kelola yang baik; d.secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku; dan e.dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat. Pasal 3

 Pelaksanaan RIPPARNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, dunia usaha, dan masyarakat.

10.2Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali

Kebijakan pemerintah, yaitu keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk memecahkan permasalahan negara, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. kebijakan ini terkadang juga membuat sebagian pihak merasa dirugikan karena menghambat jalan mereka (Willian Dunn, 1998:89). Tahap-tahap pembuatan kebijakan pemerintah, yaitu (1) kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri. (2) kebijakan eksternal (publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum sehingga kebijakan harus

143 tertulis. Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan peraturan daerah untuk menjabarkan kepariwisataan yang berkembang pesat. Melalui peraturan daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009, tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali ditetapkan wilayah-wilayah yang dijadikan sebagai kawasan pariwisata, di antaranya tiga kawasan, yaitu Nusa Dua, Kuta, dan Ubud. Sentra wisata Nusa Dua dan Kuta.

Di kawasan inilah terkonsentrasi puluhan hotel berbintang dan hotel nonbintang serta bentuk akomodasi lainnya. Kawasan wisata Sanur, Nusa Dua dan Ubud yang sudah terkenal itu ditandai dengan bermunculan hotel-hotel mewah bertaraf internasional. Ciri umum fasilitas akomodasi tersebut adalah memanfaatkan tanah berundak, tebing, sungai berpemandangan indah sebagai lokasi hotel. Fasilitas akomodasi ini melengkapi citra Ubud sebagai desa wisata yang khas dari segi struktur, alam dan selera modern. Sebagai perpaduan high touch dan high tech secara serentak menawarkan pesona yang khas dan citra sebagai desa internasional. Masyarakat Bali sudah mengalami masa penemuan (discovery) tahun 1920-an dan dilanjutkan dengan masa pelembagaan (institusionalized). Desa Ubud merupakan pusat kesenian di Bali dan sudah terkenal sejak tahun 1920-an ketika seniman dan sarjana barat menetap sambil menikmati hidup.

Desa Ubud terkenal lewat seni lukis, seni patung, seni tabuh dan seni tari. Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa. Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari peran serta pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama, yaitu perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata harus melihat langsung ke lapangan tentang semua peraturan untuk meminimalisasi masalah yang mungkin timbul.Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas. Kebijakan dalam usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Kebijakan pemerintah merupakan suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.Kebijakan pemerintah dalam mengatur kawasan daya tarik wisata sebagai kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu wilayah administrasi desa/kelurahan atau lebih yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata secara terbatas. Di samping itu,

144 aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan. Namun, pengembangannya hanya dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup. Perencanaan pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-kriteria khusus mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk memenuhi kriteria khusus tersebut diperlukan upaya memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. Sehubungan dengan pengembangan pariwisata, diperlukan perencanaan pariwisata yang matang. Kesalahan dalam perencanaan akan mengakibatkan munculnya berbagai macam permasalahan dan konflik kepentingan di antara para stakeholders. Tiap-tiap daerah tujuan wisata memiliki permasalahan yang berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda pula.

Perencanaan pariwisata bertujuan untuk mencapai cita-cita atau tujuan pengembangan pariwisata. Secara garis besar perencanaan pariwisata mencakup beberapa hal penting, yaitu sebagai berikut. Pertama, perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan berbagai jenis industri yang berkaitan dengan pariwisata. Kedua, perencanaan penggunaan tanah. Ketiga, perencanaan infrastruktur yang berhubungan dengan jalan, bandar udara, dan keperluan lainnya, seperti listrik, air, pembuangan sampah, dan lain-lain. Keempat, perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan penyediaan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kesejahtraan sosial. Kelima, perencanaan keamanan yang mencakup keamanan internal untuk daerah tujuan wisata dan para wisatawan. Pembangunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor swasta terutama pembangunan fasilitas dan jasa pariwisata.

Pengadaaan infrastruktur umum, seperti jalan, listrik, dan air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana yang sangat besar, seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk transportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan proyek pembuangan limbah merupakan tanggung jawab pemerintah. Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam bidang pembangunan pariwisata. Investor di bidang kepariwisataan harus diarahkan oleh Pemerintah Daerah agar pembangunan pariwisata berkelanjutan diupayakan pada masa mendatang. Perencanaan jangka panjang yang mencakup tujuan pembangunan pariwisata dan cara atau prosedur pencapaian tujuan yang dibuat dalam pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-dokumen resmi lainnya. Kebijakan dibuat permerintah sepenuhnya

145 dijadikan panduan dan ditaati oleh para stakeholders. Kebijakan yang dibuat dalam pariwisata, yakni kebijakan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, dan hubungan politik, terutama politik luar negeri bagi daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan mancanegara. Kebijakan pariwisata dimasukkan ke dalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan. Kebijakannya mencakup struktur dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan ekonomi yang dibuat dengan pembangunan pariwisata adalah kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan, industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata, dan perdagangan barang dan jasa. Kebijakan pariwisata merupakan pola aktivitas yang berurutan mulai dari penanaman modal dan keuangan sampai dengan kebutuhan tenaga kerja.

Evaluasi kebijakan tidak hanya membahas pelaksanaan, tetapi juga membahas perencanaan, substansi, implementasi, serta pengaruh kebijakan itu sendiri. Evaluasi kebijakan pemerintah merupakan hal yang paling menentukan dalam keseluruhan proses kebijakan karena dalam evaluasi kebijakan pemerintah akan terlihat apakah hasil kebijakan tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Dalam hal ini posisi evaluasi kebijakan pemerintah diibaratkan sebagai hakim yang menentukan apakah kebijakan yang diterapkan telah sesuai dengan tujuannya atau tidak serta apa dampak- dampaknya. Evaluasi kebijakan pemerintah juga sebagai dasar untuk menentukan apakah kebijakan yang sudah diterapkan layak untuk diteruskan, direvisi atau dihentikan sama sekali.

Dalam suatu kebijakan pemerintah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, pembentukan unit dan staf pelaksana dengan legalitas yang jelas. Kedua, penetapan aturan pelaksana yang lebih dikenal dengan istilah petunjuk teknis atau petunjuk pelaksana. Ketiga, koordinasi dan pembagian tugas antarlembaga yang ada karena sangat sulit apabila institusi pelaksana kebijakan tersebut hanya satu. Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Bali disahkan pada 25 Agustus 2009 sehingga baru berlaku dan diterapkan selanjutnya. Di samping itu, ada juga kebijakan pemerintah di bidang fiskal. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan

146 fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel permintaan agregat, tingkat aktivitas ekonomi dan pola persebaran sumber daya serta distribusi pendapatan.Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah merupakan keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk memecahkan permasalahan di daerah, baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Melalui peraturan daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali ditetapkan wilayah-wilayah yang dijadikan sebagai kawasan pariwisata di antaranya tiga kawasan, yaitu Nusa Dua, Kuta, dan Ubud. Sentra wisata Nusa Dua dan Kuta.

Di kawasan inilah terkonsentrasi puluhan hotel berbintang dan hotel nonbintang serta bentuk akomodasi lainnya. Kebijakan pariwisata merupakan pola aktivitas yang berurutan mulai dari penanaman modal dan keuangan sampai dengan kebutuhan tenaga kerja. Evaluasi kebijakan tidak hanya membahas pelaksanaan, tetapi juga membahas perencanaan, substansi, implementasi, serta pengaruh kebijakan itu sendiri. Evaluasi kebijakan pemerintah merupakan hal yang paling menentukan dalam keseluruhan proses kebijakan karena dalam evaluasi kebijakan pemerintah akan terlihat apakah hasil kebijakan tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Dalam hal ini posisi evaluasi kebijakan pemerintah diibaratkan sebagai hakim yang menentukan apakah kebijakan yang diterapkan telah sesuai dengan tujuannya atau tidak serta apa dampak- dampaknya.Tiap-tiap daerah tujuan wisata memiliki permasalahan yang berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda pula.Evaluasi kebijakan pemerintah juga sebagai dasar untuk menentukan apakah kebijakan yang sudah diterapkan layak untuk diteruskan, direvisi, atau dihentikan sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Appadurai, Arjun.1996. Modernity at Large Cultural Dimentions of Globalization. Minneapolis and London.University of Minnesorta Press.

147

Ahimsa Putra, H.S. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan KaryaSastra. Yogyakarta: Kepel Press. Abdullah, Irwan. 2008. Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM. ------.2009. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: TICI Publication. ------.2009. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ------.2010. Paradigma Nasional Pembangunan Indonesia Baru. Yogyakarta: TICI Publications. Akhyar, Yusuf Lubis.2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern, Dari Posmodernisme, Teori Kritis, Poskolonialisme hingga Cultural Studies. Jakarta:Pustaka Indonesia satu. Althusser, Louis. 2006. The Detour of Theor. Leiden:Brill.

Agung I.B. dan Sudarsana I.B. 2010. Pemahaman Sikap Adil Gender Dalm Hindu. Denpasar

Agustino, Leo, 2006, Kebijakan Publik, Bandung:Alfabeta.

Baudrillard, Jean. 1998. The Consumer Society : Myth and Structures. London: Sage Publisher. Hal, 69.

Barker, Chris. 2006. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Cetakan ketiga.Yogyakarta:Kreasi Wacana.

Ben Agger. 2007. Teori Sosial Kritis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Beilharz, Peter. 2003. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Burkart, Medlik. 1974. Tourism Past, Present, and Future. Departement of Hotel and Catering Management University of Surrey.

Bianchini, Charles, 2005.The Creative City, Demos

Compte Le. 1999. Designing & conduducting Ethnographic Researc. USA: Altamira Press.

Dupa Putu Bandem, 2012. Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi sebagai Konsep Keharmonisan dan Kerukunan. Djam’an, Satori. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA.

DCMS, 2001. Creative Industries Mapping Document (2 ed.), London, UK: Department of Culture, Media and Sport.

148

Dolina Gitapati, 2012. Analisis Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Nglimut Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Universitas Diponegoro.

Evers, HD, Cchrader, H. 1994. The Moral Economy of Trade. London : Routledge.

Fay Brian. 2002. Filsafat Ilmu Sosial Kotemporer. Yogyakarta: Jendela.

Fauzi Fashri. 2007. Pengungkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxta Pose.

Featherstone. Mike. 1995. Lash, Scott; and Robertson. Rolan (ed)”Global Modernit. London >>AGE Publication.

------.2005. Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Florida, Richard, 2004. The Rise of the Creative Class. And How It's Transforming Work, Leisure and Everyday Life, Basic Books Geriya I Wayan. 2000. Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI. Denpasar: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Giddens, Anthony. 2003. Beyond Left and Right: The Future of Radical Politics (Penerjemah Imam Khoiri). Yogyakarta: IRCiSoD. Goode, William J. 2006. Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara Gamal Suwantoro, 2004. Dasar- Dasar Pariwisata Yokjakarta : Andi 2004 Hardyatmoko. 2003. Membaca Pikiran Boerdieu. Cetakan ketiga. Yogyakarta : Jalasutra. Habermas, Jurgen. 2007. Teori Tindakan Komunikatif I: Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Hesmondhalgh, David 2002) The Cultural Industries, SAGE

Howkins,John, 2006). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, Penguin

Hall, Stuart (ed). 2003. Representation, Cultural Representations and Signifying Practices: Culture, Media and Identities. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications Ltd.in Association with The Open University.

Harun Rochajat, 2008. Konsep Pariwisata Berkelanjutan, yang dimuat di Koran Online kabarindonesia.com, 8 November

149

Hadinoto K, 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape Di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra. ………………….. 2011. Lifestyle Ecstasy, Yogyakarta: Jalasutra.

Irawan, Koko, 2010. Potensi Objek Wisata Air Terjun Serdang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Program Pendidikan Non Gelar Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.

Jenkins, Richard. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata Di Kota Palembang. Universitas Gadjah Mada.

Marpaung, Fernando. 2009. Strategi Pengembangan Kawasan Sebagai Sebuah Tujuan Wisata. Universitas Gadjah Mada.

Pendit. Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Perdana. Jakarta

Rifki Amelia, 2014. Ekonomi Kreatif dan Industri kreatif suatu Studi Kasus

Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah. Universitas Sumatera Utara.

Spillane J, 1987, Ekonomi Pariwisata Sejarah Dan Prospeknya. Cetakan kanesius, Yokjakarta. Thesalonica Ivone Octryani, 2014Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan.

UNCTAD,2008. Creative Economy Report, UNCTAD

UNWTO, 2009. World Tourism Barometer, Volume 7 No.2 June

………….., 2011. Pelatihan Fasilitator PNPM Pariwisata, Manajemen Konsultan Stupa

150

151