Indonesisches Kultur Festival

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Indonesisches Kultur Festival Indonesisches Kultur Festival in Burgdorf am 16.11.2013 PROGRAMM 12:00-12:15 - Eröffnung mit Tari Panyembrama ( Made, Candra, Agung Dewi, Rini, Henny) 12:15-12:45 Begrüßung - Benny Oekasah (I.K.G Präsident) ca. 5 Minuten - Dagobert Strecker ( Vorsitzender BMGH ) ca. 5 Minuten - Marina Estella Anwarbey (Indonesische Konsulat Hamburg ) ca.10 Min 12:45-13:00 - Live Tapanuli Musik aus Hamburg (Musa Sitompul) 13:00-13:15 - Tari Jaipong (Jaipong Tanz Citra und Marsien aus Hannover und Braunschweig) 13.15-13:45 - Vortrag über Unterwegs in Indonesien von ANNELI SARTINO, Frau das Vizepräsident D.I.G-Braunschweig : Dr. Ridwan Sartiono 13:45-14:00 - Kendang aus Hamburg (zylinderische Doppelmembrantrommeln aus Holz) 14:00-14:15 Höhepunkt - Lieder von Sri Handley aus Denua (DSDS Kandidat 2010) 14:15-14:30 - Tari Tenun (Tenun Tanz von Candra aus Hannover) 14:30-14:45 - Tari Topeng (Maske Tanz von Dania Goerner aus Bösingfeld) 14:45-15:00 - Jugend Hip Hop mit Indonesische Musik von Joschka and Friends aus Sarstedt 15:00-15:30 - Pause 15:30-16:00 Begrüßung - Benny Oekasah (I.K.G Präsident ) ca. 5 Minuten - Ursula Wieker (Koordinatorin BMGH) ca. 5 Minuten - Alfred Baxmann (Bürgermeister Burgdorf ) ca. 10 Minute 16:00-16:15 - Live Band NAWARUMI und Marcella Viany (aus Braunschweig) 16:15-16:30 - Pencak Silat von Popeye S. Satjadiguna ( aus Hannover ) 16:30-16:45 - Tari Cendrawasih ( Vogel Tanz von Henny / vicky aus Hamburg /Burgdorf ) 16:45-17:00 - Musik und Tanz Dangdut aus Göttingen 17:00-17:15 Höhepunkt - Tari Gandrung von Asih Mujiasih ( Javanischen Tanz aus Braunschweig ) 17:15-17:30 - Poco-Poco Tanz von I.K.G ( Gäste können mittanzen ) 17:30-18:00 - Pause Begrüßung - Benny Oekasah (I.K.G Präsident ) ca. 5 Minuten - Dieter Rohles (Präsident BMGH) ca. 5 Minuten - N.n. (Indonesische Gesellschaft ) ca. 10 Minute 18:00-18:15 - Angklung Musik mit Henny Sudradjat ( ein traditionalles Musikinstrument aus Bambus, aus Braunschweig ) 18:15-18:30 - Teruna jaya Tanz (Buleleng Tanz Agung Dewi aus Berlin) 18:30-18:45 - Live Musik Musa + Sri aus Hamburg + Denua und Band aus Göttingen 18:45-19:00 - Tari Bali Joged (Vergnügen Tanz von Made aus Burgdorf ) 19:15-19:30 - Tai Chi ( von Gunawan Wibisono, aus Hannover ) 19:30-19:45 HöhePunkt - Tari Legong Keraton (Balinesche Tanz von Agung Dewi aus Berlin) 19:45-20:00 - Duett Sri and Friends (aus Deuna und Göttingen) 20:00-20:15 - Salsa mit Indonesische Musik (Radi aus Hannover ) 20:15-20:30 - Poco-Poco von I.K.G (Gäste können mittanzen ) 20:30-20:45 - Tari Bali ( Made und Rini aus Hannover) 20:45-21:15 - Musik von Musa + Boy + Sri and Friends + Band Göttingen 21:15-21:30 - Die Gesamte Team singt * INDONESIA PUSAKA* 21:30-22:00 - Acara Bebas ( Ende des Programs) Änderungen vorbehalten .
Recommended publications
  • LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
    LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah direktorat jenderal pemasaran pariwisata kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif KATA PENGANTAR Dalam rangka transparansi atas kepada masyarakat membantu perwujudan pencapaian visi dan misi yang telah good corporate governance. Sedangkan dari dilaksanakan, Direktorat Jenderal Pemasaran fungsi pemacu peningkatan kinerja, laporan ini Pariwisata sebagai pelaksana tugas Menteri membantu internal Direktorat Jenderal Pariwisata di bidang pemasaran membuat Pemasaran Pariwisata melaksanakan self laporan sebagai pertanggungjawaban tertulis assesment atas kinerjanya selama ini guna berupa LAKIP (Laporan Akuntabillitas Kinerja perbaikan di masa mendatang. Instansi Pemerintah). LAKIP Direktorat Visi Direktorat Jenderal Pemasaran Jenderal Pemasaran Pariwisata disusun Pariwisata untuk “Terwujudnya Pemasaran berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun Pariwisata Yang Efisien dan Efektif Untuk 1999 tentang Akuntabilitas Instansi Mendukung Citra Indonesia” harus mampu Pemerintah (AKIP) serta mengacu pada dipahami oleh seluruh pegawai di lingkungan pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Dalam visi tersebut terkandung makna bahwa Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 beban yang diemban merupakan tantangan Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan yang harus ditaklukan demi terwujudnya Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas profesionalisme, kredibilitas, tranparansi, dan Kinerja Instansi Pemerintah. akuntabilitas.
    [Show full text]
  • REPO-16033480687958244.Pdf
    1 EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI OLEH DR. A. A. GDE PUTRA PEMAYUN, M.Si UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR 2018 2 KATA PENGANTAR Industri pariwisata sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara. Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks. Quick Yielding Industry berarti cepat menghasilkan. Dengan pengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank. Dalam industri pariwisata di Bali berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tersebut, bertugas mengatur dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainability tourism). Kepariwisataan yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Permintaan dalam industri pariwisata yakni banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang.
    [Show full text]
  • Pengetahuan Seni Teater Bali
    PENGETAHUAN SENI TEATER BALI Penulis: Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd I Kadek Widnyana,SSP.,M.Si Ni Luh Armini. S.Pd Ni Nyoman Sukasih. S.Pd Dra Ni Nyoman Suci������, M.Pd PENGETAHUAN SENI TEATER BALI Penulis : Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd I Kadek Widnyana,SSP.,M.Si Ni Luh Armini. S.Pd Ni Nyoman Sukasih. S.Pd Dra Ni Nyoman Suci������, M.Pd Tata letak : SutaGiri Penerbit : PT. Empat Warna Komunikasi Jl. Pluto No. 2 Denpasar 80113 - Bali Telp. 62-361-232172, 263804, Fax. 62-361-233896 E-mail : [email protected] Cetakan Pertama : Mei 2011 xi + 188 hlm : 14.5 x 21 cm ISBN : 978-979-1108-41-6 Hak Cipta pada Penulis, Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang : Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Telah dikoreksi oleh Penyusun/Penulis, Isi diluar tanggungjawab Penerbit/Percetakan ii Pengetahuan Seni Teater Bali Kata Pengantar Om Swastiastu, Segenap puja dan puji dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir dan bathin kepada Tim Penyusun sehingga buku ini dapat tersusun dan terbit tepat pada waktunya. Buku ini diberi judul Pengetahuan Seni Teater, pada dasarnya disusun dan diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan para guru seni dan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang sedang mempelajari mata pelajaran seni budaya khususnya seni teater. Dari hasil diskusi antara dosen teater Institut Seni Indonesia Denpasar dengan guru-guru seni teater di Bali, disepekati untuk menyusun sebuah buku yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran seni tari. Tim Penyusun telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyajikan karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran buku ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan.
    [Show full text]
  • “SALAM NAMASTE” SEBAGAI PENGUATAN IDENTITAS SOSIAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL Yovita Arie Mangesti1
    Mimbar Keadilan Volume 14 Nomor 1 Februari 2021 Yovita Arie Mangesti PERLINDUNGAN HUKUM PEMBERIAN HAK CIPTA ATAS “SALAM NAMASTE” SEBAGAI PENGUATAN IDENTITAS SOSIAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL Yovita Arie Mangesti1 Abstract "Salam Namaste" is a gesture of placing your palms together on your chest and bending your body slightly, which is commonly practiced by Indonesians as a symbol of respect for someone they meet. This body gesture is a safe way of interacting during a pandemic, because it can minimize virus transmission through body contact without losing the noble meaning of human interaction with each other. "Salam Namaste" is a means of communication that unites the diversity of Indonesian cultures. This paper uses a conceptual, statutory and eclectic approach to "Salam Namaste" which is a form of traditional cultural expression. Indonesian culture is full of wisdom, so that "Salam Namaste" deserves legal protection in the form of State-owned Intellectual Property Rights as regulated in Article 38 of Law of the Republic of Indonesia Number 28 of 2014 concerning Copyright. Keywords: copyright; local wisdom "Salam Namaste"; strengthening of social identity Abstrak “Salam Namaste” merupakan gestur tubuh mengatupkan kedua telapak tangan di dada dan sedikit membungkukkan badan, yang lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia sebagai simbol penghormatan terhadap seseorang yang dijumpai. Gestur tubuh ini menjadi cara berinteraksi yang aman di masa pandemi, karena dapat meminimalisir penularan virus lewat kontak tubuh tanpa kehilangan makna luhur interaksi manusia dengan sesamanya. “Salam Namaste” menjadi sarana komunikasi yang menyatukan keragaman budaya Indonesia. Tulisan ini menggunakan pendekatan konseptua, perundang-undangan serta eklektik terhadap “Salam Namaste” yang merupakan suatu bentuk ekspresi budaya tradisional.
    [Show full text]
  • Performing Indonesia a Conference and Festival of Music, Dance, and Drama
    Performing Indonesia a conference and festival of music, dance, and drama October 31−November 3, 2013 Freer Gallery of Art, Arthur M. Sackler Gallery, and S. Dillon Ripley Center, Smithsonian Institution A joint presentation of the Embassy of the Republic of Indonesia in Washington, D.C., and the Freer and Sackler Galleries, Smithsonian Institution Embassy of the Republic of Indonesia in Washington, D.C. H.E. Dr. Dino Patti Djalal, Ambassador of the Republic of Indonesia to the United States of America Freer Gallery of Art and Arthur M. Sackler Gallery Smithsonian Institution Julian Raby, The Dame Jillian Sackler Director of the Arthur M. Sackler Gallery and Freer Gallery of Art Performing Indonesia: A Conference and Festival of Music, Dance, and Drama steering committee Sumarsam, University Professor of Music, Wesleyan University Andrew McGraw, Associate Professor of Music, University of Richmond Haryo Winarso, Attaché for National Education, Embassy of the Republic of Indonesia Michael Wilpers, Manager of Public Programs, Freer and Sackler Galleries Ministry of The Embassy of the Education and Culture Republic of Indonesia, Republic of Indonesia Washington, D.C. Performing Indonesia a conference and festival of music, dance, and drama October 31−November 3, 2013 Schedule evening concerts conference International Gallery, S. Dillon Ripley Center Indonesian Music: Past and Present Javanese Shadow-Play: Hanoman on Fire* Keynote Address Thursday, October 31, 7:30 pm Traditional Performing Arts of Indonesia Javanese Dance and Gamelan from Yogyakarta* in a Globalizing World Friday, November 1, 7:30 pm Sumarsam Saturday, November 2, 11 am Musicians and Dancers of Bali* Freer, Meyer Auditorium Saturday, November 2, 7:30 pm Session 1 Traditional Theater and Dance from Sumatra* Perspectives on Traditional Repertoires Sunday, November 3, 7:30 pm Friday, November 1, 2–5:30 pm gamelan marathon S.
    [Show full text]
  • LAPORAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Periode 1 Juli – 17 September 2014
    LAPORAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Periode 1 Juli – 17 September 2014 Lokasi : SMA NEGERI 8 PURWOREJO Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo Dosen Pembimbing Lapangan : EndangSutyati, M.Hum DisusunOleh SERLY SAFITRI 11209241007 \ JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kegiatan KKN - PPL di SMA Negeri 8 Purworejo dapat terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan KKN - PPL ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan selesainya laporan ini penyusun ingin berterima kasih kepada: 1. Dr. Rochmat Wahab, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan KKN-PPL 2. Drs. Suhartono, M.M, Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Purworejo 3. Heriyanto, S.Pd, Koordinator PPL di SMA Negeri 8 Purworejo 4. Endang Sutyati, M.Hum Dosen Pembimbing Lapangan PPL UNY 5. Eni Wahyuti, S.pd, Guru Pembimbing di SMA Negeri 8 Purworejo 6. Seluruh Guru, Staff dan karyawan di SMA Negeri 8 Purworejo 7. Papa, Mama dan segenap keluarga yang selalu bersabar, memberikan doa, dukungan, bantuan serta pengertiannya 8. Rena, Jessi, Nobi,dan Zahrina atas kebersamaannya yang hampir 24 jam bersama 9. Siswa-siswi kelas X MIA 1, X MIA 3, XI MIA 2, dan XI MIA 4 SMA Negeri 8 Purworejo yang telah berpartisipasi dalam kegiatan PPL UNY 2014 10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu terlaksananya kegiatan PPL di SMA Negeri 8 Purworejo Penyusun menyadari bahwa dalam pelaksanaan PPL ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mohon maaf kepada semua pihak bila terdapat kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
    [Show full text]
  • Seni Pertunjukan Pariwisata Bali Dalam Perspektif Kajian Budaya 072146 ©Kanisiuslolo
    1 2 Seni Pertunjukan Pariwisata Bali dalam Perspektif Kajian Budaya 072146 ©KanisiuslOlO PENERBIT KANISIUS Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 Telepon (0274) 588783, 565996, Fax (0274) 563349, 520549 E-Mail : [email protected] Website: www.kanisiusmedia.com Cetakan ke- 3 2 1 Tahun 12 11 10 ISBN 978-979-21-2708-9 Halt cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak oleh Percctakan Kanisius Yogyakarta 3 SAMBUTAN Pariwisata Bali sudah mendunia. Bali, dengan pariwisatanya yang demikian eksotis, telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata kelas dunia. Kekayaan bu-daya yang didukung dengan konsep industri modern telah menciptakan pertunjukan kemasan baru. Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan sebuah kajian ilmiah. Fokusnya adalah seni pertunjukan pariwisata Bali yang dikemas secara baru. Penulis mengambil perspektif budaya dalam kajian ilmiah ini dengan memper- gunakan metode kualitatif dan pendekatan interdisipliner. Penulis menunjukkan bahwa telah terjadi komodifikasi dalam seni pertun- jukan. Seni pertunjukan kini dijadikan sebagai komoditas yang ditawarkan ke- pada wisatawan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Ada berbagai keistimewaan yang terkandung dalam buku ini. Salah satu di antaranya adalah ketajaman nalar intelektual penulis yang menunjukkan betapa seni budaya akan tetap terpelihara justru ketika ada keberanian untuk berkreasi dengan memberikan kemasan baru. Jika tidak, seni budaya [tradisional] tersebut secara perlahan-lahan akan tergerus oleh arus globalisasi yang sering tidak ramah pada apa yang disebut seni budaya tradisional.
    [Show full text]
  • Gamelan Gong Kebyar: a Traditional Balinese Music
    UNIVERZITA PALACKÉHO V OLOMOUCI FILOZOFICKÁ FAKULTA Katedra muzikologie GAMELAN GONG KEBYAR: A TRADITIONAL BALINESE MUSIC THE BACHELOR DIPLOMA THESIS Gamelan Gong Kebyar: tradi ční balijská hudba Bakalá řská diplomová práce Kate řina Nová The leader of the thesis: Ph.D. Greg Hurworth Olomouc 2008 6 Index 1. Chapter One: The Introduction to the Project ………………………………….. 4 2. Chapter Two: Background to Bali: 2.1 Geography ……………………………………………………………..11 2.2 Economy …………………………………………………………..…12 2.3 History ………………………………………………………………..12 2.4 Culture and Arts : ……………………………………………………15 2.4.1 Society …………………………………………………………....15 2.4.2 Religion …………………………………………………………..16 2.4.3 Arts ……………………………………………………………….16 3. Chapter Three: Music in Bali: 3.1 Balinese Tuning Systems ………………………………………….22 3.2 The Balinese Tonal System ……………………………………….23 3.3 Notation of Balinese Music ……………………….........................24 3.4 Musical Instruments ………………………………………………...25 3.5 The History and Development of Balinese Gamelans ………..25 3.5.1 Gamelan tua group ………………………………………………26 3.5.2 Gamelan madya group ………………………………………… 29 3.5.3 Gamelan baru group ……….………………….………… ..……..32 4. Chapter Four: Gamelan Gong Kebyar 4.1 General Characteristic ……………………………………………35 7 4.2 History of Gamelan Gong Kebyar …………...…………………36 4.3 Musical Instruments: …………………………………...................40 3.4.1 Idiophones ………………………………………………………40 3.4.2 Aerophones ……………………………………………………..45 3.4.3 Chordophones …………………………………………………..46 3.4.4 Metalophones …………………………………………………...47 4.4 What Is a Structure of Balinese Gamelan
    [Show full text]
  • Music As Episteme, Text, Sign & Tool: Comparative Approaches To
    I would like to dedicate this work firstly to Sue Achimovich, my mother, without whose constant support I wouldn’t have been able to have jumped across the abyss and onto the path; I would also like to dedicate the work to Dr Saskia Kersenboom who gave me the light and showed me the way; Finally I would like to dedicate the work to both Patrick Eecloo and Guy De Mey who supported me when I could have fallen over the edge … This edition is also dedicated to Jaak Van Schoor who supported me throughout the creative process of this work. Foreword This work has been produced thanks to more than four years of work. The first years involved a great deal of self- questioning; moving from being an active creative artist—a composer and performer of experimental music- theatre—to being a theoretician has been a long journey. Suffice to say, on the gradual process which led to the ‘composition’ of this work, I went through many stages of looking back at my own creative work to discover that I had already begun to answer many of the questions posed by my new research into Balinese culture, communicating remarkable information about myself and the way I’ve attempted to confront my world in a physically embodied fashion. My early academic experiments, attending conferences and writing papers, involved at first largely my own compositional work. What I realise now is that I was on a journey towards developing a system of analysis which would be based on both artistic and scientific information, where ‘subjective’ experience would form an equally valid ‘product’ for analysis: it is, after all, only through our own personal experience that we can interface with the world.
    [Show full text]
  • Embodying Topeng: Gender, Training and Intercultural Encounters
    University of Plymouth PEARL https://pearl.plymouth.ac.uk 04 University of Plymouth Research Theses 01 Research Theses Main Collection 2016 Embodying Topeng: Gender, Training and Intercultural Encounters Strawson, Tiffany http://hdl.handle.net/10026.1/8168 University of Plymouth All content in PEARL is protected by copyright law. Author manuscripts are made available in accordance with publisher policies. Please cite only the published version using the details provided on the item record or document. In the absence of an open licence (e.g. Creative Commons), permissions for further reuse of content should be sought from the publisher or author. Embodying Topeng: Gender, Training and Intercultural Encounters Tiffany Strawson A thesis submitted to Plymouth University in partial fulfilment for the degree of DOCTOR OF PHILOSOPHY Arts & Humanities Doctoral Training Centre September 2016 1 This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with its author and that no quotation from the thesis and no information derived from it may be published without the author's prior consent. 2 Acknowledgements I would like to sincerely thank all of my teachers, both in Bali and in the UK for their efforts and time they have given me over the many years of this research; it is a real privilege to have created a document that in a small way honours all their hard work and their love and knowledge of performance which they have shared and gifted to me so patiently and generously. I would like to acknowledge the warm hospitality that I have always been welcomed with by Ida Bagus Alit and his wife Ibu Agung whilst in Bali.
    [Show full text]
  • Jenis Dan Jumlah Serta Eksistensi Seni Pertunjukan Di Desa Abang Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
    Jenis dan Jumlah serta Eksistensi Seni Pertunjukan di Desa Abang Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli I Dewa Ketut Wicaksana, I Gusti Ngurah Ardana, I Wayan Mudra, I Komang Sudirga, I Gede Arya Sugiartha, I Ketut Garwa dan I Wayan Suharta Email: [email protected] Abstrak Salah satu desa di Kecamatan Kintamani, yang dianggap memilik potensi dalam upaya pengembangan seni pertunjukan adalah Abang Songan. Sebagai daerah yang berada di lingkungan masyarakat relijius berlandasakan ajaran Agama Hindu, bagian dari wilayah yang dikenal dengan objek pariwisatanya dan perkembangan kehidupan masyarakat yang dinamis karena adanya pengaruh globalisasi tentu menantang mereka agar tetap menjaga warisan leluhur berupa seni pertunjukan. Agar diketahui jenis dan jumlah serta eksistensi seni pertunjukan di Desa Abang Songan, maka dilakukan pengumpulan data memakai metode kepustakaan dan wawancara serta observasi maupun dokumentasi. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatitf untuk menentukan jumlah, jenis termasuk eksistensi seni pertunjukan tersebut. Analisis kuantitatif menetapkan Desa Abang Songan terdiri atas 6 Banjar Dinas dan 1 Desa Adat (Pekraman), yang memiliki 3 jenis seni pertunjukan yaitu: (1) Seni Tari; (2) Seni Karawitan; dan (3) Seni Metembang. Jenis seni tari yang memang sudah berkembang terdiri atas: Tari Sanghyang Deling, Rejang Pendet, Rejang Renteng, Baris Jojor, Baris Tombak Barak, Baris Tombak Selem, Baris Presi dan Tari Lepas yaitu Legong Kraton, Panyembrama, Puspa Wresti dan Blibis. Seni karawitan yang ada adalah: Gong Bonang, Gong Kebyar, Angklung, Dewa Saron dan Keklentingan. Sedangkan seni metembang yang eksis berupa pesantian saja. Seni pertunjukan di Desa Abang Songan ini masih eksis semua, ada yang memiliki perlengkapan jangkep, dikelola oleh Banjar Dinas dan Desa Adat (Pekraman) maupun skaa truna truni.
    [Show full text]
  • In Bali During 1981 and 1982
    "C u l t u r a l T o u r ism " in B a l i: C u l t u r a l P erformances a s T o urist A t t r a c t io n * Michel Picard "In the temple we ask for a blessing, and at a hotel we ask for money" "It's a ritual dance to ask the gods for a lot of tourists" Culture is Bali's defining feature, and Balinese culture is renowned for its dynamic resilience. The Balinese have been readily praised for their ability to borrow whatever foreign influence suits them while nevertheless maintaining their identity over the centuries. Today, there is no dearth of observers to claim that the Balinese have adjusted to the tourist invasion of their island just as in the past—taking advantage of the appeal of their cultural traditions to foreign visitors without sacrificing their own values on the altar of monetary profit. The following quotation should suffice as an example of such an established conviction: The Balinese seem to be coping with the tourist invasion as well as they have coped with others, that is they are taking what they want, but they are not allowing them­ *This article is a revised version of a paper given at the International Workshop on Indonesian Studies, Bali­ nese State and Society: Historical, Textual and Anthropological Approaches, held at the Royal Institute of Linguistics and Anthropology (KITLV), Leiden, April 21-24, 1986. It is based on research undertaken in Bali during 1981 and 1982.
    [Show full text]