KEPEMIMPINAN STRATEGIS JENDERAL DALAM PENGABDIANNYA SEBAGAI PRAJURIT TENTARA NASIONAL

SUDIRMAN'S GENERAL STRATEGIC LEADERSHIP IN ITS SERVICE AS A SOLDIER INDONESIAN NATIONAL MILITARY

Juli Suspurwanto 1

Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan [email protected]

Abstrak - Pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada tanggal 17 Agustus 1945, situasi negara mulai tidak aman karena datangnya pasukan sekutu ke Indonesia yang diboncengi oleh NICA (Nederlands Indies Civil Administration), yaitu organisasi semi militer yang bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda pasca kekalahan pasukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) seusai Perang Dunia II. Sebagai bentuk antisipasi, pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah RI membentuk Tentara Keselamatan Rakyat (TKR). Kemudian disempurnakan menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selanjutnya Jenderal Sudirman ditetapkan oleh Presiden sebagai TRI. Pada masa revolusi fisik, di kalangan masyarakat juga terbentuk badan-badan perjuangan bersenjata. Diantara kekuatan bersenjata yang ada, tidak jarang terjadi bentrok secara fisik, sehingga dikhawatirkan bisa terjadi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia yang dapat melemahkan kekuatan pertahanan Negara. Kepemimpinan Sudirman dalam menyelesaikan permasalahan tersebut membuahkan hasil yang sangat berarti, yakni terintegrasikannya seluruh kekuatan bersenjata menjadi organisasi TNI. Selain itu, kepemimpinan Sudirman dalam mengatur strategi perang melawan tentara sekutu- Belanda juga membuat pasukan musuh terdesak dan mengalami kekalahan. Penelitian ini untuk menganalisis kepemimpinan Jenderal Sudirman dalam masa pengabdiannya sebagai prajurit, khususnya saat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI yang penuh dengan dinamika ancaman. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa Jenderal Sudirman telah melaksanakan kepemimpinan strategis dalam mengintegrasikan seluruh kekuatan bersenjata yang ada, serta memiliki strategi maupun taktik yang sangat lihai dalam perang melawan, yaitu “perang gerilya” dengan taktik serangan “supit urang” yang membuat pihak musuh mengalami kesulitan dalam menghadapinya, sehingga akhirnya membawa negara RI mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Kata Kunci: Kepemimpinan Strategis, Pengabdian, Prajurit Tentara Nasional Indonesia

Abstract - Abstract - After the Proclamation of Independence of the Republic of Indonesia (RI) on August 17, 1945, the situation of the country began to be unsafe due to the arrival of allied forces to Indonesia, which was accompanied by NICA (Nederlands Indies Civil Administration), which is a semi- military organization tasked with returning civilian government and government law the after the defeat of Japanese troops in the Dutch East Indies (Indonesia) after World War II. As a form of anticipation, on October 5, 1945 the Indonesian Government formed the People's Safety Army (TKR). Then perfected into the Indonesian People's Army (TRI). Furthermore General Sudirman was

1 Program Studi Strategi Perang Semesta, Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 27 appointed by President Sukarno as Commander in Chief of the TRI. During the physical revolution, armed struggle bodies were also formed. Among the existing armed forces, physical clashes are not uncommon, so it is feared that there may be divisions within the Indonesian nation which can weaken the country's defense power. Sudirman's leadership in resolving these problems bore significant results, namely the integration of all armed forces into a TNI organization. In addition, Sudirman's leadership in managing the war strategy against allied Dutch troops also forced enemy forces into defeat. This research is to analyze the leadership of General Sudirman in his service as a soldier, especially during the struggle to defend Indonesia's independence which is full of threat dynamics. In this study the method used is descriptive qualitative approach to the study of literature. The results of the research have proven that General Sudirman has carried out strategic leadership in integrating all existing armed forces, and has a very clever strategy and tactics in the fight against, namely "guerrilla warfare" with "shrimp clip" attack tactics that make the enemy experience difficulties in to face it, so that in the end it will bring the Indonesian state to international recognition. Keywords: Dedication, Indonesian National Military Soldier, Strategic Leadership

Pendahuluan dihadapi, yaitu dengan membentuk etelah Proklamasi Kemerdekaan tentara kebangsaan yang diberi nama RI, kondisi keamanan negara Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) pada S mulai mengkhawatirkan. Hal tanggal 5 Oktober 19452. Kemudian pada tersebut disebabkan oleh masuknya tanggal 26 Januari 1946 TKR tentara sekutu ke Indonesia yang disempurnakan menjadi Tentara Rakyat diboncengi oleh NICA, yang diberi tugas Indonesia (TRI) 3, yang selanjutnya pada untuk mengembalikan pemerintahan sipil tanggal 25 Mei 1946 Presiden RI melantik dan hukum pemerintah kolonial Hindia Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar Belanda (Indonesia) pasca kekalahan TRI berdasarkan hasil Konferensi TKR di pasukan Jepang di wilayah Indonesia Yogjakarta.4 seusai Perang Dunia II. Tentu saja bangsa Perkembangan berikutnya, karena Indonesia yang baru saja merdeka negara RI dalam masa revolusi fisik, maka memiliki kekhawatiran, serta merasakan di kalangan masyarakat juga terbentuk adanya suatu ancaman yang dapat badan-badan perjuangan bersenjata, mengganggu bahkan merongrong seperti laskar-laskar pejuang rakyat dan kemerdekaan. Oleh karena itu Tentara Pelajar yang memiliki andil dalam pemerintah Indonesia berupaya untuk perjuangan mempertahankan mengantisipasi ancaman yang akan kemerdekaan RI. Kondisi demikian, sering

2 Pusjarah Tentara Nasional Indonesia, Sejarah TNI Jilid I, (): PT SIDISI, 2000), hlm. 17. 3 Ibid, hlm. 32. 4 Ibid, hlm. 35.

28 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020 kali terjadi bentrokan fisik di berkedudukan di kota untuk kekuatan-kekuatan bersenjata yang ada, mengatur strategi dalam menghadapi karena dilatarbelakangi kepentingan konsentrasi pertahanan Sekutu-NICA masing-masing golongan, baik dari induk yang kekuatannya atau Center of Grafity organisasi maupun partai/golongannya (CoG) terpusat di kota . MPKP masing-masing. Hal ini berpotensi terjadi memobilisasi kekuatan TKR dan para perpecahan di kalangan bangsa laskar pejuang termasuk Tentara Pelajar Indonesia, sehingga dapat melemahkan hingga berkekuatan kurang lebih 20 persatuan dan kesatuan bangsa batalyon pasukan. Indonesia. Terlebih lagi saat itu alat Dengan strategi pengepungan dan maupun media komunikasi sangat dibantu oleh rakyat, serta taktik “Supit terbatas, sehingga informasi maupun Urang”, pasukan Sudirman berhasil instruksi dari Pemerintah pusat tidak memukul Sekutu-NICA dari Ambarawa dapat dengan mudah bisa sampai ke dan mendesak mundur sampai ke kota seluruh wilayah RI. . Hal ini membawa dampak Maka dari itu diperlukan kehadiran terhadap meningkatnya moril pasukan sosok pemimpin Angkatan Perang yang TKR dan para pejuang lainnya yang dapat mengintegrasikan seluruh berada di daerah-daerah. Sudirman dalam kekuatan bersenjata yang ada di seluruh perjuangannya melawan penjajah, wilayah RI, baik dari tentara reguler dikenal sebagai seorang prajurit yang seperti TRI maupun dari badan-badan tidak kenal menyerah. Sudirman perjuangan/laskar yang ada di kalangan menerapkan strategi “Perang Gerilya”, masyarakat. Sudirman juga dikenal dengan taktik perang wilayah yang sebagai sosok pimpinan angkatan perang membuat Belanda menjadi kalang kabut yang cerdas, cakap, tegas dan bijak, hal menghadapi kekuatan pasukan tersebut terbukti pada saat Ambarawa Indonesia. Sehingga bisa meyakinkan diduduki pasukan Sekutu-NICA yang kepada dunia internasional bahwa RI memiliki kekuatan militer jauh lebih masih eksis. lengkap dan modern, Kolonel Soedirman Menurut pendapat Christensen, yang saat itu sebagai Komandan TKR bahwa kepemimpinan strategis: “A V/Purwokerto membentuk Markas Pusat person’s ability to anticipate, envision, Koordinasi Pertempuran (MPKP) yang maintain flexibility, think strategically and

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 29 work with others to initiate changes that internasioanal, bahwa keberadaannya will create a viable future for the masih eksis. organization”, yang berarti “Kemampuan Metodologi seseorang untuk mengantisipasi, Metodologi penelitian yang digunakan, membayangkan, mempertahankan yaitu metode kualitatif dengan fleksibilitas, berpikir secara strategis dan melakukan penelitian dari buku-buku bekerja dengan orang lain untuk memulai literatur sejarah tentang TNI, khususnya perubahan yang akan menciptakan masa kiprah perjuangan prajurit Sudirman pada depan yang layak bagi organisasi.” masa pasca Kemerdekaan RI yang Dengan pengabdiannya yang diwujudkan diungkap secara deskriptif analitik. dalam membangun kekuatan guna Bungin (2007: h. 69), mengemukakan mempertahankan Kemerdekaan RI dari bahwa penelitian kualitatif berawal dari rongrongan kaum penjajah, maka asumsi, pemahaman yang luas, melihat Jenderal Sudirman telah membuktikan dari sudut pandang teori dan kepemimpinannya sebagai Panglima TNI pembahasan masalah yang menyangkut yang dapat digunakan sebagai teladan individu atau kelompok untuk bagi generasi penerusnya. menjelaskan masalah atau fenomena Selanjutnya bagaimana sosial. kepemimpinan Jenderal Sudirman dalam pengabdiannya sebagai Prajurit Tentara Hasil dan Pembahasan Nasional Indonesia pada saat perjuangan Pengertian Kepemimpinan Strategis mempertahankan kemerdekaan Menurut pendapat Drukcer dalam Indonesia pasca Proklamasi Moeljono, menyatakan bahwa pemimpin Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yakni adalah individu manusianya, sementara pada saat revolusi fisik antara tahun 1945 kepemimpinan adalah sifat yang melekat sampai dengan 1949, yang pada akhirnya kepadanya sebagai pemimpin.5 membawa Bangsa dan Negara RI Kemudian Danim (2010), berpendapat mendapatkan pengakuan dari dunia bahwa “Kepemimpinan adalah seluruh tindakan yang dilakukan oleh individu

5 Moeljono, Djoko Santoso, 13 Konsep Beyond Leadership, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), hlm. 40.

30 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020 atau kelompok untuk mengkoordinasi seseorang.”8 Kepemimpinan lebih dan memberi arahan kepada individu atau cenderung pada proses dari kemampuan kelompok lain yang tergabung dalam seseorang untuk mempengaruhi, suatu wadah tertentu untuk mencapai memotivasi, dan membuat orang lain tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersedia mengikuti perintah dalam sebelumnya.”6 Sedangkan menurut mencapai sebuah tujuan dari lembaga pendapat Christensen (2010), bahwa atau lembaga tertentu. kepemimpinan startegis: “A person’s Dari beberapa pengertian mengenai ability to anticipate, envision, maintain kepemimpinan strategis yang diuraikan di flexibility, think strategically and work atas, dapat disintesakan bahwa with others to initiate changes that will kepemimpinan strategis adalah suatu create a viable future for the kemampuan dari seorang individu dalam organization” 7, yang berarti proses memimpin individu atau kelompok “Kemampuan seseorang untuk yang di dalamnya memuat pemberian mengantisipasi, membayangkan, perintah, petunjuk, ataupun mempertahankan fleksibilitas, berpikir mempengaruhi, dan memotivasi untuk secara strategis dan bekerja dengan melakukan sebuah perubahan dalam orang lain untuk memulai perubahan upaya mencapai tujuan organisasi ke arah yang akan menciptakan masa depan yang yang lebih menguntungkan. Dalam paper layak bagi organisasi. ini teori Kepemimpinan strategik Kepemimpinan strategik (strategic (strategic leadership) digunakan untuk leadership) terdiri dari rangkaian dua menganalisis tentang kepemimpinan kata, yaitu kepemimpinan dan strategi. Sudirman pada masa pengabdiannya Menurut Hadari Nawawi (1987), bahwa sebagai prajurit TNI, baik dalam “Kepemimpinan adalah proses menyelesaikan permasalahan internal mengarahkan, membimbing, Angkatan Perang maupun saat mempengaruhi, menguasai pikiran, perjuangan melawan kekuatan asing perasaan atau tindakan dan tingkah laku

6 Danim, Sudarman, Kepemimpinan Pendidikan: 7 Christensen, Strategic Leadership. (C.M in US Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Army War College Core Curriculum, AY, 2010), Perilaku Motivasional, dan Mitos, (Bandung: page. 1 Alfabeta, 2010), hlm. 6. 8 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1987), hlm. 79.

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 31 yang berusaha untuk menduduki dan yang cerdas, cakap, tegas dan bijak, hal menguasai kembali Indonesia. tersebut terbukti pada saat Ambarawa diduduki pasukan Sekutu-NICA yang Kepemimpinan Sudirman Dalam memiliki kekuatan militer jauh lebih Melawan Pasukan Penjajah lengkap dan modern, Kolonel Soedirman Selain sebagai seorang guru, yang saat itu sebagai Komandan TKR Sudirman adalah seorang muslim yang V/Purwokerto membentuk Markas Pusat taat, serta aktif sebagai juru dakwah di Koordinasi Pertempuran (MPKP) yang bidang keagamaan. Pada saat telah berkedudukan di Magelang untuk menjadi Panglima Sudirman aktif mengatur strategi dalam menghadapi melakukan kegiatan pengajian di Gedung konsentrasi pertahanan Sekutu-NICA di Pesantren Kauman Jogjakarta setiap Ambarawa.11 MPKP memobilisasi Selasa Malam 9. Karier kemiliterannya kekuatan TKR dan para laskar pejuang dimulai dari menjadi anggota Pembela termasuk Tentara Pelajar. Dengan Tanah Air (PETA), yaitu kesatuan militer strategi pengepungan dan taktik “Supit bangsa Indonesia yang dibentuk dan Urang”, pasukan Sudirman berhasil dilatih oleh Jepang. Sudirman punya memukul Sekutu-NICA dari Ambarawa peran penting dalam PETA, yaitu sebagai dan mendesak mundur sampai ke Daidanco PETA di Kroya, Sudirman selalu Semarang. Hal ini membawa dampak menanamkan jiwa patriotisme kepada terhadap meningkatnya moril pasukan para anak buahnya di PETA dan pada TKR dan para pejuang lainnya yang masyarakat melalui pengajian- berada di daerah-daerah 12. Prestasi inilah pengajiannya 10. yang akhirnya membawa Sudirman Pada saat Jepang dikalahkan oleh terpilih menjadi Panglima Angkatan Sekutu, kedudukan Jepang di Indonesia Perang Republik Indonesia. mulai melemah, kesempatan ini Perjanjian Renville sangat digunakan oleh rakyat Indonesia untuk merugikan bagi NKRI, karena wilayah RI melucuti dan melawan Jepang. Sudirman hanya tinggal DIY, Sumbar dan Aceh. dikenal sebagai pimpinan kesatuan TKR Dengan didudukinya Jogjakarta oleh

9 Sardiman, Guru Bangsa Sebuah Biografi 11 Tjondronegoro Purnawan, Pertempuran Jendral Sudirman, (Jogjakarta: Ombak, 2008), Ambarawa, (Jakarta: CV. Nugraha, Cetakan hlm. 9. Pertama, 1982), hlm. 87. 10 Ibid, hlm. 12. 12 Ibid, hlm. 123.

32 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020

NICA, maka Sudirman lebih memilih Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI, berjuang dan tidak mau menyerah. situasi keamanan negara Indonesia mulai Sudirman kemudian membuat strategi tidak aman. Hal ini dikarenakan oleh “Perang Gerilya”, dengan taktik perang masuknya pasukan sekutu ke Indonesia wilayah yang terorganisasikan oleh pusat yang di dalamnya diboncengi oleh NICA, komando yang tersembunyi. Perang yaitu organisasi semi militer yang gerilya inilah yang membuat Belanda bertugas mengembalikan pemerintahan menjadi kalangkabut menghadapi sipil dan hukum pemerintah kolonial kekuatan pasukan Indonesia. Kemudian, Hindia Belanda setelah kekalahan Jepang atas komunikasi dan koordinasi antara di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) Sultan Hamengkubuwono IX (yang saat seusai Perang Dunia II. Tentu saja bangsa itu sebagai Menteri Pertahanan) dengan Indonesia yang baru saja Panglima Sudirman di pedalaman, maka memproklamirkan kemerdekaannya kota Jogjakarta berhasil dikuasai RI, yang merasakan adanya suatu ancaman yang terkenal dengan peristiwa “enam jam di bisa merongrong kemerdekaan Jogja”, pada 1 Maret 1949. Hal inilah yang Indonesia. Untuk mengantisipasi akhirnya meyakinkan kepada dunia ancaman yang akan dihadapi, maka internasional bahwa RI masih eksis, yang Pemerintah RI pada tanggal 5 Oktober kemudian ditindaklanjuti dengan 1945 mengeluarkan maklumat perundingan Roem-Royen (April 1949) pembentukan tentara kebangsaan yang dengan hasil antara lain Belanda dinamakan Tentara Keselamatan Rakyat mengakui keberadaan RI, melepaskan (TKR).13 Selanjutnya pada tanggal 26 Pimpinan RI yang ditahan Belanda Januari 1946 organisasi TKR (Sukarno, Hatta dll.), dan mengembalikan disempurnakan menjadi Tentara Rakyat Jogjakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia (TRI)14. Kemudian pada tanggal Indonesia. 25 Mei 1946 Presiden RI saat itu Ir. Soekarno melantik Jendral Sudirman Kepemimpinan Sudirman dalam sebagai Panglima Besar TRI berdasarkan menyatukan kekuatan bersenjata yang hasil Konferensi TKR di Yogjakarta.15 ada di Indonesia

13 Pusjarah Tentara Nasional Indonesia, Sejarah 14 Ibid, hlm. 32. TNI Jilid I, (Jakarta: PT SIDISI, 2000), hlm. 17. 15 Ibid, hlm. 35.

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 33

Perkembangan selanjutnya, karena Berfikir strategis dibangun di negara RI masih dalam masa revolusi fisik, atas dasar pandangan maka di kalangan masyarakat juga sistem. Pemikir strategis terbentuk badan-badan perjuangan mempunyai jenis mental bersenjata, seperti laskar-laskar pejuang yang berkreasi secara rakyat yang memiliki andil dalam sistem yang leng-kap dan perjuangan mempertahankan memahami hubungan- kemerdekaan RI. Dalam kondisi demikian, hubungannya. sering kali terjadi bentrokan fisik di antara 2. Intent-focused. Berfikir strategis kekuatan bersenjata yang ada, karena adalah dengan dorongan tujuan. dilatarbelakangi kepentingan masing- Dengan didorong oleh tujuan, masing golongan (induk organisasi maka adanya energi fisik. maupun partai). Hal ini berpotensi terjadi 3. Intelligent Opportunism. Harus perpecahan di kalangan bangsa Indonesia ada kesempatan untuk dan dapat melemahkan persatuan dan oportunisme kecerdasan yang kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena tidak hanya melanjutkan itu diperlukan kehadiran sosok pemimpin strategi yang diinginkan tetapi Angkatan Perang yang dapat juga mencoba strategi-strategi mengintegrasikan seluruh kekuatan baru. bersenjata yang ada di seluruh wilayah RI, 4. Thinking in Time. Befikir baik dari TRI maupun badan-badan strategis menghubungkan masa perjuangan/laskar dari kalangan lalu, sekarang dan masa depan. masyarakat. Berfikir dalam waktu, Menurut Jeanne M. Liedtka, bahwa menggunakan ingatan dan terdapat beberapa elemen berfikir konteks sejarah untuk berfikir strategis: “The Elements of Strategic tentang menciptakan masa Thinking” 16, yaitu meliputi: depan. 1. Systems Perspective 5. Hypothesis-driven. Berfikir strategis adalah proses yang

16 Liedtka. J, Linking strategic thinking with strategic planning, Strategy and Leadership (October, (1), 1998), page 120-129.

34 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020

didorong oleh hipotesa. Berfikir bersenjata rakyat. Badan-badan strategis bersifat kritis dan perjuangan, seperti laskar-laskar kreatif. dari partai politik, mempunyai haluan yang didasari oleh Kepemimpinan Sudirman ditinjau dari kepentingan dari masing- aspek strategis masing partai politik tempat Menurut pendapat Christensen, organisasi itu bernaung. bahwa kepemimpinan strategis adalah Diantara kekuatan bersenjata “kemampuan seseorang untuk itu sering terjadi mengantisipasi, membayangkan, kesalahpahaman dan bahkan mempertahankan fleksibilitas, berpikir terjadi bentrok secara fisik. secara strategis dan bekerja dengan Kondisi ini kurang orang lain untuk memulai perubahan menguntungkan bagi jalannya yang akan menciptakan masa depan yang perjuangan fisik. Untuk layak bagi organisasi”. Kepemimpinan mencegah meluasnya hal-hal Sudirman ditinjau dari aspek strategis negatif seperti itu, kemudian dapat dianalogikan sebagai pemerintah berusaha kepemimpinan yang didasari dengan menyatukan kekuatan berfikir strategis. Selanjutnya menurut bersenjata yang ada dalam satu teori Jeanne M. Liedtka (1998), wadah. Kemudian Presiden kepemimpinan Sudirman dapat diuraikan mengeluarkan penetapan pada pemmbahasan berikut: tentang penyatuan TRI dengan 1. Systems Perspective (berfikir laskar-laskar menjadi satu strategis dibangun di atas dasar organisasi tentara, selanjutnya pandangan sistem). Pada saat dibentuk panitia yang dipimpin pasca Kemerdekaan RI terdapat langsung oleh Presiden17. beberapa kekuatan bersenjata, Namun penyatuan itu sulit yaitu TRI sebagai tentara reguler diwujudkan, terutama dan ada juga badan-badan disebabkan oleh karena partai- perjuangan sebagai kekuatan partai atau golongan-golongan

17 Pusjarah Tentara Nasional Indonesia, Sejarah TNI Jilid I, (Jakarta: PT SIDISI, 2000), hlm. 47.

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 35

politik yang membawahi laskar- berbagai entitas yang ada dapat laskar tidak rela menyerahkan segera terwujud. Hal ini sejalan pasukannya begitu saja kepada dengan pendapat yang pemerintah. Untuk mengatasi dikemukakan oleh Liedtka dari hal itu diperlukan pribadi-pribadi aspek Systems Perspective. nonpartai, antara lain Panglima 2. Intent-focused (berfikir strategis Besar Jenderal Sudirman. dengan dorongan tujuan) Panglima Sudirman tampil Sebagai seorang pemimpin sebagai penggagas konsep lapangan di saat perang gerilya, penyatuan. Apa yang tidak Sudirman mengetahui secara mungkin dicapai melalui detail keberadaan maupun prosedur tata negara, ternyata eksistensi dari berbagai dapat diselesaikan oleh pribadi kekuatan bersenjata selain TRI, Sudirman yang memiliki seperti laskar-laskar pejuang kebersahajaan dalam dari latar belakang partai politik menyampaikan gagasan dan lain-lainnya. Oleh karena itu pemikiran tentang integrasi Sudirman yang ditunjuk sebagai kekuatan bersenjata RI. Dari panitia penyatuan telah semua golongan dalam membuktikann bahwa cara komponen Negara Republik berfikir yang mendasari konsep Indonesia dapat menerima dan atau gagasan yang diajukan dan mendukung konsep penyatuan disampaikan kepada masing- yang digagas oleh Jenderal masing golongan/entitas Sudirman tersebut. Dalam kekuatan bersenjata tersebut konteks ini Sudirman telah adalah semata-mata bertujuan menerapkan cara berfikir demi mewujudkan TNI yang strategis yang dibangun di atas solid untuk mempertahankan dasar pandangan sistem, yaitu Kemerdekaan RI, sekaligus bagaimana menerapkan menunjukkan di mata dunia metode yang paling tepat agar internasional bahwa RI memiliki bisa diterima oleh berbagai angkatan perang yang kokoh. pihak, sehingga integrasi dari Hal ini memiliki ekuivalensi

36 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020

dengan teori Liedtka dari sisi seluruh badan kelaskaran dan Intent-focused (berfikir strategis akhirnya tercapai kesepakatan dengan dorongan tujuan). bahwa TNI akan dipimpin secara 3. Intelligent Opportunism (ada bersama (kolektif) dalam wadah kesempatan untuk oportunisme Pucuk Pimpinan TNI, yang kecerdasan yang tidak hanya akhirnya pada tanggal 7 Juni melanjutkan strategi yang 1947 Presiden RI mengeluarkan diinginkan tetapi juga mencoba Ketetapan resmi berdirinya TNI. strategi-strategi baru) Dalam Disisi lain pada saat Sudirman rangka pencapaian tujuan untuk menjabat sebagai Komandan mengintegrasikan segenap TKR V/Purwokerto, telah kekuatan bersenjata yang ada, membentuk MPKP di Magelang Jenderal Sudirman secara untuk mengatur strategi dalam prosedural melalui Menteri menghadapi konsentrasi Pertahanan menyodorkan pertahanan Sekutu-NICA di konsep pelaksanaan penyatuan Ambarawa.19 MPKP secara bertahap. Pada tahap memobilisasi kekuatan TKR dan pertama, laskar dalam daerah para laskar pejuang termasuk divisi diperbolehkan mempunyai Tentara Pelajar. Dengan strategi satu resimen dari masing- pengepungan dan taktik “Supit masing partai politik. Resimen- Urang”, pasukan Sudirman resimen itu kemudian berhasil memukul Sekutu-NICA digabungkan menjadi satu dari Ambarawa dan mendesak brigade laskar. Pada tahap mundur sampai ke Semarang. kedua, brigade laskar Hal ini membawa dampak menggabungkan diri kepada terhadap meningkatnya moril TRI, kemudian dilebur menjadi pasukan TKR dan para pejuang TNI 18. Konsep ini kemudian lainnya yang berada di daerah- mendapat persetujuan dari daerah 20. Termasuk juga saat

18 Ibid, hlm. 48. 20 Ibid, hlm. 123. 19 Tjondronegoro Purnawan, Pertempuran Ambarawa, (Jakarta: CV. Nugraha, Cetakan Pertama, 1982), hlm. 87.

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 37

Belanda menduduki Jogjakarta, menjadi TNI dan diangkat Sudirman memilih berjuang dan sebagai Kepala Pucuk Pimpinan tidak mau menyerah, kemudian TNI. Seiring dengan berjalannya membuat strategi “Perang waktu, dilakukan Gerilya”, dengan taktik perang penyempurnaan doktrin TNI, wilayah yang terorganisasikan guna menghindari adanya oleh pusat komando yang pengelompokan yang beresiko tersembunyi. Perang gerilya terjadi perpecahan di organisasi inilah yang membuat Belanda TNI. Maka Panglima Sudirman menjadi kalangkabut telah menetapkan doktrin yang menghadapi kekuatan pasukan harus dipatuhi dan dilaksanakan Indonesia. Dari kedua peristiwa oleh setiap prajurit TNI, antara sejarah yang dikemukakan, lain yaitu semua satuan Sudirman membuktikan telah Angkatan Perang dan satuan menerapkan strategi-strategi laskar yang menjelma menjadi baru dalam berfikir dan TNI, diwajibkan taat tunduk penentuan suatu keputusan pada segala perintah dan yang akan diambilnya. Hal ini intruksi yang dikeluarkan oleh sejalan dengan pendapat Pucuk Pimpinan TNI 21. Dari Liedtka dari aspek Intelligent langkah-langkah yang diambil Opportunism oleh Sudirman dalam membaca 4. Thinking in Time, (befikir suatu keadaan hingga strategis menghubungkan masa pengambilan suatu keputusan lalu, sekarang, dan telah menunjukkan bahwa menggunakan ingatan dan Sudirman telah menerapkan konteks sejarah untuk Thinking in Time agar ke depan menciptakan masa depan) Hal tidak timbul adanya gap yang ini dapat dilihat dari sikap tidak diinginkan dalam Sudirman setelah peleburan organisasi TNI. Hal tersebut kekuatan angkatan perang

21 Pusjarah Tentara Nasional Indonesia, Sejarah TNI Jilid I, (Jakarta: PT SIDISI, 2000), hlm. 48.

38 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020

sejalan dengan teori Liedtka dari mempunyai keyakinan bahwa aspek Thinking in Time. dengan dapat direbut dan 5. Hypothesis-driven (berfikir dikuasainya kota Jogjakarta strategis adalah proses yang sebagai ibukota RI, maka didorong oleh hipotesa) Dalam eksistensi bangsa Indonesia proses berikutnya, setelah akan dapat diakui oleh dunia Sudirman bergerilya masuk- internasional. keluar hutan, dengan taktik Dari analisis pembahasan di atas, perang wilayah, yang membuat dapat dibuktikan bahwa Panglima Besar Belanda mengalami kesulitan Jenderal Sudirman telah memenuhi dalam menghadapi kekuatan kriteria kepemimpinan strategis, yang pasukan Indonesia dan akhirnya sejalan dengan teori Jeanne M. Liedtka, Jogjakarta berhasil dikuasai RI, yaitu seorang pemimpin harus dapat yang dikenal dengan peristiwa berfikir strategis, yaitu meliputi: 1) “enam jam di Jogja”, pada 1 Systems Perspective; 2) Intent-focused, 3) Maret 1949. Hal ini dapat Intelligent Opportunism, 4) Thinking in meyakinkan kepada dunia Time, 5) Hypothesis-driven. internasional bahwa RI masih Kesimpulan Rekomendasi dan eksis, dan kemudian Pembatasan ditindaklanjuti dengan Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman perundingan Roem- Royen dalam pengabdiannya kepada bangsa (April 1949) yang menghasilkan dan negara Indonesia sebagai Prajurit pengakuan Belanda kepada RI, TNI, dalam kepemimpinannya telah serta melepaskan Pimpinan RI menerapkan kepemimpinan strategis, yang ditahan Belanda (Sukarno, yakni mampu mengantisipasi suatu Hatta dll.), dan mengembalikan keadaan, sikap maupun tindakannya Jogjakarta sebagai Ibukota RI. senantiasa didasari dengan pola berpikir Dari langkah-langkah yang secara strategis untuk membuat suatu diambil oleh Jenderal Sudirman perubahan yang dapat menciptakan tersebut, sejalan dengan teori masa depan lebih baik bagi negara dan Liedtka dari aspek hypothesis- driven, yang mana Sudirman

Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 39 bangsa Indonesia, maupun bagi Moeljono, Djoko Santoso. 2012. 13 Konsep Beyond Leadership. Jakarta: PT Elex organisasi TNI. Media Komputindo. Kepemimpinan strategis Jenderal Pusat Sejarah Tentara Nasional Indonesia. Sudirman dapat digunakan sebagai 2000. Sejarah TNI Jilid I. Jakarta: PT SIDISI. teladan bagi generasi muda Indonesia, Sardiman. 2008. Guru Bangsa Sebuah khususnya bagi setiap Prajurit TNI strata Biografi Jendral Sudirman. Perwira, karena pada prinsipnya Perwira Jogjakarta. Ombak. Tjondronegoro, Purnawan. 1982. adalah manajer. Sehubungan dengan hal Pertempuran Ambarawa. CV. ini direkomendasikan kepada Pemerintah Nugraha Jakarta, Cetakan Pertama. RI untuk memasukkan materi

“Kepemimpinan dan Pengabdian Jenderal Sudirman” dalam mata kuliah dasar wajib di setiap jenjang pendidikan Perwira TNI, mulai dari tingkat calon Perwira, maupun di tingkat pendidikan pengembangan umum.

Daftar Pustaka Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Christensen. 2010. Strategic Leadership. C.M in US Army War College Core Curriculum, AY. Danim, Sudarman. 2010. Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta. Hadari Nawawi. 1987. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Haji Masagung. Liedtka, J. 1998. Linking strategic thinking with strategic planning, Strategy andLeadership. October, (1).

40 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020