Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman Dalam Pengabdiannya Sebagai Prajurit Tentara Nasional Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEPEMIMPINAN STRATEGIS JENDERAL SUDIRMAN DALAM PENGABDIANNYA SEBAGAI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA SUDIRMAN'S GENERAL STRATEGIC LEADERSHIP IN ITS SERVICE AS A SOLDIER INDONESIAN NATIONAL MILITARY Juli Suspurwanto 1 Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan [email protected] Abstrak - Pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada tanggal 17 Agustus 1945, situasi negara mulai tidak aman karena datangnya pasukan sekutu ke Indonesia yang diboncengi oleh NICA (Nederlands Indies Civil Administration), yaitu organisasi semi militer yang bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda pasca kekalahan pasukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) seusai Perang Dunia II. Sebagai bentuk antisipasi, pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah RI membentuk Tentara Keselamatan Rakyat (TKR). Kemudian disempurnakan menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selanjutnya Jenderal Sudirman ditetapkan oleh Presiden Sukarno sebagai Panglima TRI. Pada masa revolusi fisik, di kalangan masyarakat juga terbentuk badan-badan perjuangan bersenjata. Diantara kekuatan bersenjata yang ada, tidak jarang terjadi bentrok secara fisik, sehingga dikhawatirkan bisa terjadi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia yang dapat melemahkan kekuatan pertahanan Negara. Kepemimpinan Sudirman dalam menyelesaikan permasalahan tersebut membuahkan hasil yang sangat berarti, yakni terintegrasikannya seluruh kekuatan bersenjata menjadi organisasi TNI. Selain itu, kepemimpinan Sudirman dalam mengatur strategi perang melawan tentara sekutu- Belanda juga membuat pasukan musuh terdesak dan mengalami kekalahan. Penelitian ini untuk menganalisis kepemimpinan Jenderal Sudirman dalam masa pengabdiannya sebagai prajurit, khususnya saat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI yang penuh dengan dinamika ancaman. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa Jenderal Sudirman telah melaksanakan kepemimpinan strategis dalam mengintegrasikan seluruh kekuatan bersenjata yang ada, serta memiliki strategi maupun taktik yang sangat lihai dalam perang melawan, yaitu “perang gerilya” dengan taktik serangan “supit urang” yang membuat pihak musuh mengalami kesulitan dalam menghadapinya, sehingga akhirnya membawa negara RI mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Kata Kunci: Kepemimpinan Strategis, Pengabdian, Prajurit Tentara Nasional Indonesia Abstract - Abstract - After the Proclamation of Independence of the Republic of Indonesia (RI) on August 17, 1945, the situation of the country began to be unsafe due to the arrival of allied forces to Indonesia, which was accompanied by NICA (Nederlands Indies Civil Administration), which is a semi- military organization tasked with returning civilian government and government law the Dutch East Indies after the defeat of Japanese troops in the Dutch East Indies (Indonesia) after World War II. As a form of anticipation, on October 5, 1945 the Indonesian Government formed the People's Safety Army (TKR). Then perfected into the Indonesian People's Army (TRI). Furthermore General Sudirman was 1 Program Studi Strategi Perang Semesta, Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 27 appointed by President Sukarno as Commander in Chief of the TRI. During the physical revolution, armed struggle bodies were also formed. Among the existing armed forces, physical clashes are not uncommon, so it is feared that there may be divisions within the Indonesian nation which can weaken the country's defense power. Sudirman's leadership in resolving these problems bore significant results, namely the integration of all armed forces into a TNI organization. In addition, Sudirman's leadership in managing the war strategy against allied Dutch troops also forced enemy forces into defeat. This research is to analyze the leadership of General Sudirman in his service as a soldier, especially during the struggle to defend Indonesia's independence which is full of threat dynamics. In this study the method used is descriptive qualitative approach to the study of literature. The results of the research have proven that General Sudirman has carried out strategic leadership in integrating all existing armed forces, and has a very clever strategy and tactics in the fight against, namely "guerrilla warfare" with "shrimp clip" attack tactics that make the enemy experience difficulties in to face it, so that in the end it will bring the Indonesian state to international recognition. Keywords: Dedication, Indonesian National Military Soldier, Strategic Leadership Pendahuluan dihadapi, yaitu dengan membentuk etelah Proklamasi Kemerdekaan tentara kebangsaan yang diberi nama RI, kondisi keamanan negara Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) pada S mulai mengkhawatirkan. Hal tanggal 5 Oktober 19452. Kemudian pada tersebut disebabkan oleh masuknya tanggal 26 Januari 1946 TKR tentara sekutu ke Indonesia yang disempurnakan menjadi Tentara Rakyat diboncengi oleh NICA, yang diberi tugas Indonesia (TRI) 3, yang selanjutnya pada untuk mengembalikan pemerintahan sipil tanggal 25 Mei 1946 Presiden RI melantik dan hukum pemerintah kolonial Hindia Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar Belanda (Indonesia) pasca kekalahan TRI berdasarkan hasil Konferensi TKR di pasukan Jepang di wilayah Indonesia Yogjakarta.4 seusai Perang Dunia II. Tentu saja bangsa Perkembangan berikutnya, karena Indonesia yang baru saja merdeka negara RI dalam masa revolusi fisik, maka memiliki kekhawatiran, serta merasakan di kalangan masyarakat juga terbentuk adanya suatu ancaman yang dapat badan-badan perjuangan bersenjata, mengganggu bahkan merongrong seperti laskar-laskar pejuang rakyat dan kemerdekaan. Oleh karena itu Tentara Pelajar yang memiliki andil dalam pemerintah Indonesia berupaya untuk perjuangan mempertahankan mengantisipasi ancaman yang akan kemerdekaan RI. Kondisi demikian, sering 2 Pusjarah Tentara Nasional Indonesia, Sejarah TNI Jilid I, (Jakarta): PT SIDISI, 2000), hlm. 17. 3 Ibid, hlm. 32. 4 Ibid, hlm. 35. 28 | Jurnal Strategi Pertahanan Semesta | Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020 kali terjadi bentrokan fisik di antara berkedudukan di kota Magelang untuk kekuatan-kekuatan bersenjata yang ada, mengatur strategi dalam menghadapi karena dilatarbelakangi kepentingan konsentrasi pertahanan Sekutu-NICA masing-masing golongan, baik dari induk yang kekuatannya atau Center of Grafity organisasi maupun partai/golongannya (CoG) terpusat di kota Ambarawa. MPKP masing-masing. Hal ini berpotensi terjadi memobilisasi kekuatan TKR dan para perpecahan di kalangan bangsa laskar pejuang termasuk Tentara Pelajar Indonesia, sehingga dapat melemahkan hingga berkekuatan kurang lebih 20 persatuan dan kesatuan bangsa batalyon pasukan. Indonesia. Terlebih lagi saat itu alat Dengan strategi pengepungan dan maupun media komunikasi sangat dibantu oleh rakyat, serta taktik “Supit terbatas, sehingga informasi maupun Urang”, pasukan Sudirman berhasil instruksi dari Pemerintah pusat tidak memukul Sekutu-NICA dari Ambarawa dapat dengan mudah bisa sampai ke dan mendesak mundur sampai ke kota seluruh wilayah RI. Semarang. Hal ini membawa dampak Maka dari itu diperlukan kehadiran terhadap meningkatnya moril pasukan sosok pemimpin Angkatan Perang yang TKR dan para pejuang lainnya yang dapat mengintegrasikan seluruh berada di daerah-daerah. Sudirman dalam kekuatan bersenjata yang ada di seluruh perjuangannya melawan penjajah, wilayah RI, baik dari tentara reguler dikenal sebagai seorang prajurit yang seperti TRI maupun dari badan-badan tidak kenal menyerah. Sudirman perjuangan/laskar yang ada di kalangan menerapkan strategi “Perang Gerilya”, masyarakat. Sudirman juga dikenal dengan taktik perang wilayah yang sebagai sosok pimpinan angkatan perang membuat Belanda menjadi kalang kabut yang cerdas, cakap, tegas dan bijak, hal menghadapi kekuatan pasukan tersebut terbukti pada saat Ambarawa Indonesia. Sehingga bisa meyakinkan diduduki pasukan Sekutu-NICA yang kepada dunia internasional bahwa RI memiliki kekuatan militer jauh lebih masih eksis. lengkap dan modern, Kolonel Soedirman Menurut pendapat Christensen, yang saat itu sebagai Komandan TKR bahwa kepemimpinan strategis: “A V/Purwokerto membentuk Markas Pusat person’s ability to anticipate, envision, Koordinasi Pertempuran (MPKP) yang maintain flexibility, think strategically and Kepemimpinan Strategis Jenderal Sudirman… | Suspurwanto | 29 work with others to initiate changes that internasioanal, bahwa keberadaannya will create a viable future for the masih eksis. organization”, yang berarti “Kemampuan Metodologi seseorang untuk mengantisipasi, Metodologi penelitian yang digunakan, membayangkan, mempertahankan yaitu metode kualitatif dengan fleksibilitas, berpikir secara strategis dan melakukan penelitian dari buku-buku bekerja dengan orang lain untuk memulai literatur sejarah tentang TNI, khususnya perubahan yang akan menciptakan masa kiprah perjuangan prajurit Sudirman pada depan yang layak bagi organisasi.” masa pasca Kemerdekaan RI yang Dengan pengabdiannya yang diwujudkan diungkap secara deskriptif analitik. dalam membangun kekuatan guna Bungin (2007: h. 69), mengemukakan mempertahankan Kemerdekaan RI dari bahwa penelitian kualitatif berawal dari rongrongan kaum penjajah, maka asumsi, pemahaman yang luas, melihat Jenderal Sudirman telah membuktikan dari sudut pandang teori dan kepemimpinannya sebagai Panglima TNI pembahasan