MENGHAFAL QUR’AN DAN PRESTASI BELAJAR Di Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan

DISERTASI

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Pengkajian Islam

Oleh : Sakinah Assegaf NIM : 31151200100088

Promotor : 1. Prof. Dr. Suwito, M. 2. Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si

Konsentrasi Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sakinah Assegaf NIM : 31151200100088 No. Kontak : 081213720234 Menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “Menghafal Quran dan Prestasi Belajar Studi Kasus di Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan” adalah hasil karya sendiri. Ide/gagasan orang lain yang ada dalam karya ini saya sebutkan sumber pengambilannya. Apabila di kemudian hari terdapat hasil plagiarisme maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan sanggup mengembalikan gelar dan ijazah yang saya peroleh sebagaimana peraturan yang berlaku.

Jakarta, Yang Menyatakan,

Materai 6000

Sakinah Assegaf

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN

Disertasi yang berjudul: Menghafal Quran dan Prestasi Belajar (Studi Kasus di Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan) ditulis oleh Sakinah Assegaf. NIM 31151200100088 telah dinyatakan lulus Ujian Pendahuluan yang diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 2019. Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji sehingga disetujui untuk diajukan ke Ujian Promosi

Jakarta, 16 Maret 2020

Tim Penguji:

No. Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal

1 Prof. Dr. Didin Saepudin, MA

2 Prof. Dr. Husni Rahim

3 Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag.

4 Prof. Dr. Sutjipto

5 Prof. Dr. Suwito, MA.

6 Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Disertasi ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin ALA-LC Romanization Tables, berikut penjelasannya:

A. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin sebagai berikut: Huruf Arab Nama Huruf Latin Alif Tidak dilambangkan ا Ba B ة Ta T ت Ṡa Ṡ ث Jim J ج Ḥa Ḥ ح Kh خ Dal D د Żal Ż ذ Ra R ز Zay Z ز Sin S س Syin Sy ش Ṣad Ṣ ص Ḍad Ḍ ض Ṭa Ṭ ط Ẓa Ẓ ظ Ayn ‘A‘ ع Gh غ Fa ف Qaf Q ق Kaf K ك Lam L ل Mim M م Nun N ن Waw W و Ha, Ta marbuṭa H ة، ه Y ي

vii

B. Vokal 1. Vokal Tunggal kataba كت ت a = َ su’ila ُسئ ل i= َ yażhabu ي ْر ه ُت = َُ 2. Mad atau Vokal Panjang qaala قب ل a = ـب qiila ق ْي ل i = ـي yaquulu ي قُ ْو ُل u = ـو 3. Vokal Rangkap atau Dipotong Kayfa ك ْي ف ay= ا ْي Hawla ح ْو ل aw = ا ْو

C. Kata Sandang al-Hadiṡ = الحديج asy-Syams = الشمس

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam. Yang dengan nikmat, taufiq dan hidayah-Nya, sempurnalah segala kebaikan, anugerah dan tergapailah segala tujuan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, tabi’-tabi’in dan seluruh pengikutnya hingga yaumul qiyamah. Setelah mengerahkan segala daya dan upaya dengan segenap kemampuan, penulis dapat menyelesaikan buku yang merupakan tugas akhir karya ilmiah Disertasi dengan legalisasi standar nasional (ISBN). Sebagaimana buku ini adalah hasil karya ilmiah selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Meraih Prestasi Belajar Dengan Tahfidz Al-Qur‟an”. Dengan selesainya disertasi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah ikut andil, baik secara materiil dan spiritual. Untuk itu kiranya tidak terlalu berlebihan bila penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Amani Lubis, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Phil. Asep Saipudin Jahar, MA selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Hamka Hasan, MA selaku Wakil Direktur; Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, ketua program Doktor SPs UIN Jakarta serta seluruh dosen di lingkungan akademik SPs UIN Jakarta. Tim Penguji Ujian Pendahuluan, Prof. Dr. Didin Saepudin, MA; Prof. Dr. Husni Rahim; Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag.; Prof. Dr. Sutjipto; Prof. Dr. Suwito, MA.; Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si. Promotor I dan II, Prof. Dr. Suwito, M.A dan Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si atas bimbingan dan arahannya selama menyelesaikan proses penulisan disertasi. Kepada keluarga besar Yayasan Cakrawala Insan Qurani, Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan, Bapak Ust. Irawansyah Putra, LC., MA., HUM., Bapak dan Ibu guru AIS khususnya Guru Tahfidz serta seluruh sivitas akademik AIS, yaang telah memberikan data yang penulis perlukan selama fase pengumpulan data dalam penyelesaian disertasi ini. Tahniah syukur takzim kasih penulis kepada ayahanda HB Ahmad Assegaf (almarhum) dan Ibunda Hj. Suaibah yang telah mewariskan pondasi utama yang sangat penting dalam pembentukan karakter pada penulis serta motivasi yang kuat khususnya Ibunda Hj. Suaibah, beliau merupakan guru besar penulis, yang setiap saat pesan-pesan tuturan dan wejangannya senantiasa penulis ingat dan penulis ucap lanjutkan dalam mengisi dharma bakti kepada masyarakat dan lingkungan keseharian. Begitu juga kepada pihak mertua ayahanda Hasan Ashari (almarhum) dan ibunda Hafsah yang senantiasa memberikan nasehat, dorongan, doa kepada penulis sekeluarga dalam kesempatan ini penulis iringkan dan lafazkan doa kepada beliau. “Robbighfirlii waliwaalidaiya warkhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo.” Teristimewa secara syahdu turut pula disampaikan ucapan terimakasih kepada suami tercinta dan tersayang Drs. H. Muhammad Sidik, M.Si. Juga anak-anak penulis yang terkasih Ananda Ahmad Sina, S.Hi, Ananda Ahmad Hasan, Ananda

i

Ahmad Husain, Menantu Uci Fadillah, S,Pd. dengan karakter dan keceriaan, cinta dan doa yang tulus, serta kelucuan khasnya masing-masing mendorong penulis secepatnya menyelesaikan penyusunan disertasi ini. Yang paling penting dan berharga melalui keluarga inilah penulis terus belajar dan mendapat pelajaran khususnya pemaknaan kekuatan kata syukur, sabar dan ikhlas. Melalui keluarga inilah penulis mendapatkan dasar pijakan pembelajaran dan pentingnya terus dihidup suburkan peran dan fungsi institusi keluarga, yang akhir-akhir ini dikenal dengan istilah Home Schooling, sebagai rasa syukur dalam kesempatan ini penulis panjatkan doa: “Robbi auzi‟ni an asykuro ni‟matakallatii an‟amta „alaiya wa‟alaa waalidaiya wa an „akmala shoolikhan tardhoohu wa ashlikhlii fii dzurriyyatii ini tubtu ilaika wa innii minalmuslimiina” Aamin Ya Robbal Alamin. Saudara-saudara penulis, HB Agil Assegaf beserta keluarga, HB Abdurrahman Assegaf, LC.beserta keluarga, HB Ali Assegaf beserta keluarga, Ustadz Rafi, S.Pd beserta keluarga, HB Hamid beserta keluarga, Lulu beserta keluarga, HB Bagir beserta keluarga, Fitria beserta keluarga, Ibu Cila beserta keluarga, Bunda, Mami dan Tanti, Saudara-saudara dari suami Iskandar beserta keluarga, Agus beserta keluarga, Irwan beserta keluarga, Sofyan beserta keluarga, Ahmad beserta keluarga, Ahmadi beserta keluarga, Sapta Agustina/ Ayi beserta keluarga, dan semua handai taulan yang tidak dapat penulis sebutkan nama mereka satu persatu yang ikut andil memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung yakni memberikan dorongan moril maupun materiel, sehingga penyusunan penulisan buku disertasi ini rampung dan dapat terwujud. Kepada Ketua Yayasan Uswatun Hasanah Bapak Drs. H. Muhammad Sidik, M.Si. beserta Pembina, Pengawas, Pengelola Yayasan Uswatun Hasanah. Kepala Sekolah MI, SMP Uswatun Hasanah, Kepala Sekolah SMA Nasional Nusantara, Bapak dan Ibu Guru yang berada di lingkungan Yayasan Uswatun Hasanah. Majelis Taklim Uswatun Hasanah yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Teman- teman angkatan, terimakasih atas motivasinya serta saling memberi kabar dan dorongan terhadap kemajuan dan terselesaikannya studi Doktoral ini. Demikian, tentunya dalam penyusunan buku disertasi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran konstruktif senantiasa penulis harapkan dalam perbaikan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Jakarta, ...... Penulis

Sakinah Assegaf

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Pedoman Transliterasi ...... vii Daftar Isi ...... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Perspektif Pendidikan Kompetitif Berkualitas ...... 1 B. Identifikasi Problem Menghafal Dan Prestasi Belajar……… 14 C. Relevansi Pendidikan Dasar Berbasis Islam Dalam Isu Pendidikan Nasional ...... 16 D. Metode Dan Sistematika Pembahasan ...... 22

BAB II KONSEP PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGHAFAL AL-QURAN ...... 44 A. Prestasi Belajar ...... 44 B. Metode Memori ...... 67 C. Hafalan Quran ...... 77

BAB III POTRET DAN DESKRIPSI HASIL PRESTASI BELAJAR SERTA HAFALAN SISWA SD AZHARI ISLAMIC SCHOOL (AIS)LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN ...... 87 A. Potret SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 87 B. Deskripsi Hasil Prestasi Belajar Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 140 C. Analisis Hasil Responden Proses Menghafal al-Quran Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 141 D. Hasil Analisis Statistik melalui Program SPSS V.24 ...... 146

BAB IV PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MENGHAFAL AL-QURAN DI SD AZHARI ISLAMIC SCHOOL (AIS) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN ...... 154 A. Strategi Metode Memori ...... 155 B. Penerapan MetodeTahfizhul Quran di SDAzhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 162 C. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Kemampuan Menghafal al-Quran Anak Usia Sekolah Dasar (SD) ...... 173 D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal al-Quran ...... 175 . Strategi Setoran dalam Pembelajaran Tahfizhul Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 180 F. Hasil Kemampuan dan Ketuntasan Menghafal al-Quran

ix

Murid SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta ...... 182

BAB V Kesimpulan ...... 204 A. Kesimpulan ...... 204 B. Saran ...... 205

DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM DAFTAR INDEKS BIOGRAFI PENULIS

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Perspektif Pendidikan Kompetitif Berkualitas Sebagian murid beranggapan bahwa mata pelajaran eksakta adalah mata pelajaran yang sangat sulit dan rumit.1 Seperti halnya pada mata pelajaran Matematika, peserta didik cenderung malas untuk mempelajarinya, sehingga nilai yang diperoleh peserta didik menjadi tidak maksimal.2 Materi Matematika sangat berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran yang deduktif, perhitungan hanyalah alat dalam matematika, yang sesungguhnya pemecahan soal matematika dengan pemahaman struktur dan pola dalam Matematika.3 Begitu juga dengan mata pelajaran Science, pengamatan yang cermat, mengorganisir dan menganalisa data, mengukur, membuat grafik, dan memahami hubungan spesial, memperhatikan dan menata pemikiran mereka sendiri, dan tahu kapan dan bagaimana cara mengaplikasikan pengetahuan mereka untuk memecahkan problem.4 Keahlian tersebut yang penting bagi sains, akan tetapi tidak diajarkan secara rutin di sekolah, terutama di Sekolah Dasar (SD). Akibatnya murid kurang menguasai dalam bidang pelajaran tersebut. Banyak ilmuwan dan pendidik mempercayai bahwa sekolah perlu lebih membimbing murid untuk mempelajari keahlian sains ini.5 Barometer prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil rapor (Ujian Sekolah) dan Ujian Nasional, sehingga orang tua mencari tambahan les

1Hasil wawancara dengan siswa Kelas V dan VI sebanyak 120 orang terdiri dari tiga sekolah, yaitu: SDIT Fajrul Islam Pegadungan Jakarta Barat, MI Uswatun Hasanah Cengkareng Jakarta Barat, dan MI Safinatul Husna Kalideres Jakarta Barat, pada tanggal 8 Mei 2019, tentang mapel eksakta (Matematika dan Science). 2Tambunan, S.M, dkk., Hubungan Antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Makara, Social Humaniora 10 (1), 2006, h. 27- 32. 3National ReasearchCouncil, How People Learn, (Washington, DC: National Academic Press, 1999). 4Chapman, Learning Science Involves Languange, Experience, and Modeling. Journal of Applied Development Psychology, 21, 97-108, dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011),h. 445-446. 5Cocking, R, dkk, New Developments in use of Science Learning: Using Research to Help Students Learn Science, and Mathematics. Journal of Applied Development Psychology, 21, 1-11, dalam John W. Santrock,Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 446.

1

2

(private) diluar sekolah, terutama mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (Matematika, Bahasa Indonesia, dan Science) untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik.6 Berdasarkan pengamatan penulis, di National High Jakarta School Kebon Jeruk dan Raffles Christian School Kebon Jeruk Jakarta diketahui bahwa di sekolah tersebut terdapat murid yang beragama Islam. Berikut ini adalah table murid muslim yang sekolah di National High Jakarta School Kebon Jeruk dan Raffles Christian School Kebon Jeruk Jakarta.

Tabel. 1.1. Persentase Murid Muslim Tahun Persentase No. Nama Sekolah Ajaran Murid Muslim 1. National High Jakarta School 2016 10% Kebon Jeruk 2017 10% 2018 10% 2019 10% 2. Raffles Christian School 2016 10% Kebon Jeruk Jakarta 2017 10% 2018 10% 2019 10%

Mereka yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini dengan alasan bahwa sekolah yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi agar anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik.7 Dan mereka mempunyai alasan yaitu menginginkan anak-anaknya membangun karakter disiplin dimulai usia dini, tidak ada budaya nyontek dan prestasi belajar yang mereka harapkan yaitu output-nya teruji, nilai pun menempati ranking tertinggi,

6Hasil wawancara dengan 50 wali murid di tiga sekolah, yaitu: SDIT Fajrul Islam Pegadungan Jakarta Barat, MI Uswatun Hasanah Cengkareng Jakarta Barat, dan MI Safinatul Husna Kalideres Jakarta Barat, pada tanggal 9 Mei 2019, tentang barometer prestasi belajar siswa. 7Hasil wawancara dengan Titik Suryani selaku Kepala Sekolah Singapore School (2017-2018), sekarang berganti nama menjadi Reffles Christian School Kebon Jeruk Jakarta, pada tanggal 8 April 2019, tentang alasan orangtua menyekolahkan anaknya di sekolah Katholik tersebut.

2

sehingga memudahkan untuk memilih jenjang pendidikan selanjutnya di sekolah favorit.8 Dalam perspektif pendidikan, ranah kognitif bukanlah merupakan satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Dua aspek lainnya, yakni afektif dan psikomotorik pada intinya memiliki peran yang tak kalah penting dengan aspek yang pertama. Ketiga aspek ini memiliki fungsi esensial yang saling terkait dan tidak mungkin dapat dipisahkan. Tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.9 Tugas pokok pendidikan Islam adalah membantu pembinaan peserta didik pada ketakwaan dan berakhlak karimah yang dijabarkan dalam pembinaan kompetensi enam aspek keimanan.10 Lima aspek keislaman,11 dan multi-aspek keihsanan.12 Selain itu, tugas pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, beserta manfaat dan aplikasinya dan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan memelihara, mengembangkan, serta meningkatkan budaya dan lingkungan, dan memperluas pandangan hidup sebagai manusia yang berkomunikatif terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan sesama manusia serta sesama makhluk lain.13

8Hasil wawancara dengan Ust. Rizki selaku guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah National High Jakarta School Kebon Jeruk, pada tanggal 8 April 2019, tentang membentuk karakter disiplin sejak usia Sekolah Dasar (SD). 9Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 10Kompetensi ini melahirkan kepribadian rabbani, kepribadian malaki, kepribadian qurani, kepribadian rasudi, kepribadian yawm akhir, dan kepribadian taqdari. Uraian lebih lanjut, baca: Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 185-248. Dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 67-68. 11Kompetensi ini melahirkan kepribadian syahidatain, kepribadian mushalli, kepribadian shaim, kepribadian muzakki, dan kepribadian hajji. Uraian lebih lanjut, baca: Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 249-304, dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 67-68. 12Kompetensi ini melahirkan kepribadian taib, zahid, wari‟, khaif, raji, mukhlis, mustaqim, shabir, mutawakkil, qani‟, syakir, haya‟, shadiq, mu‟tsir, mutawadhi‟, muri‟, muhibb, dan puncaknya adalah muttaqi. Uraian lebih lanjut, baca: Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 308-350, dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 67-68. 13Abdul Mujib dan JusufMudzakkir,dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 68. 3

4

Winkel mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang harus dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.14 Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk insan kamil dengan pola taqwa.15 Ada lima kecerdasan dalam Islam menurut Abdul Mujib dan Mudzakir,16 yaitu: 1. Kecerdasan Intelektual Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan, dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Atau juga kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.17 2. Kecerdasan Moral Coles secara tegas tidak pernah mendefinisikan term moral18 secara khusus dalam karyanya. Namun ia mengemukakan bahwa kercerdasan

14Winkel, W.S,Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 2007),h. 226. 15Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islsm, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 31. 16Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, dkk, Nuansa-nusansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2001), h. 317. 17Danah Zohar and Ian Marshall, SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence, (Soho Square, London: Vloomsbury Publishing, 2000), h. 3. 18Moral adalah menunjukkan arti “akhlak, tingkah laku yang susila; ciri-ciri khas seseorang atau kelompok orang dengan perilaku pantas dan baik; dan hukum atau adat istiadat yang mengatur tingkah laku.” Moral, menurut Johannesen, merupakan istilah yang sering dipertukarkan dengan etika. Menurut Bourke, moral merupakan sinonim dari etika. Moral (moral) berasal dari bahasa Latin, sedang etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani. Kedua term ini memiliki makna kebiasaan (costum). Poedjawiyatna tidak mempersoalkan apakah term moral dan etika berbeda atau tidak. Ia mendefinisikan moral dengan “sikap dan tindakan yang mengatur pada baik buruk. Normanya adalah menentukan benar salah sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya.” “Sementara Bourke mendefinisikan moral (sebagai padanan etika) dengan studi sistematis tentang tidakan manusia dari sudut pandang benar-salah, yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan puncak. Objek material moral adalah tindakan manusia, sedang objek formalnya adalah kualitas kebenaran dan kesalahan dalam perilaku. Bagi filosof yang membedakan, etika dinyatakan sebagai kajian umum dan sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi prinsip benar dan salah dari perilaku manusia. Atau dalam bahasa yang sederhana, Suseno mengungkapkan bahwa etika merupakan ilmu atau refleksi sistematis mengenai pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral. Sementara moral merupakan standar benar dan salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama, dan dialihkan secara kultural. Richard L. Johannesen, Etika Komunikasi,

4

moral merupakan bidang ketiga dari kegiatan otak (setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional) yang berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia.19 3. Kecerdasan Emosional Goleman mendefinisikan emosi dengan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.20 4. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual,21 adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan

terj. Dedy Djamaluddin Malik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 1-2. Vernon J. Bourke, Ethics: A Texbook in Moral Philosophy, (New York: The Macmillan Company, 1996), h. 4. Poedjawiyatna, Etika: Filsafat Tingkah Laku, (Jakarta: Rinake Cipta, 1990), h. 6. Franz Magnis-Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 6. 19Robert Coles,Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak, terj, T. Hermaya, judul asli, The Moral Intelligence of Children: How to Raise a Moral Child, (Jakarta: Gramedia Utama, 2000), h. x, 3. 20Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 411. 21Spirit dalam pandangan Islam memiliki makna yang sama dengan al-ruh, walaupun dalam tinjauan Psikologi Barat Kontemporer berbeda. Dalam Islam, pemahaman al-ruh tidak terlepas dari Q.S. Al-Isra‟ ayat 85; “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:”Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” dan Q.S. Sajdah ayat 9; “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya. Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.” Ayat kedua tersebut menurut al-Ghazali memliki tiga proses, yaitu: (1) Taswiyah, yaitu aktivitas di dalam tempat penerimaan ruh, yaitu tanah (at-thin) bagi Adam dan air mani (al-nuthfah) bagi anak cucunya. Kondisi taswiyah ini bersih dan suci segala kotoran, (2) Nafkh, yaitu menyulutnya cahaya ruh oada syaraf air mani. Nafkh merupakan citra dan hasil. Citranya adalah seperti mengeluarkan angin dari lambung zat yang meniupkan pada lambung orang yang diberi, sehingga syaraf- syarafnya menyalakan nur cahayanya; dan (3) Ruh, yaitu seubstansi yang bukan baru datang („aradh), sebab ia mampu mengenal dirinya sendiri dan Penciptanya, serta mampu memahami hal-hal yang masuk akal. Dengan demikian, ruh (spirit) yang dimaksudkan di sini adalah substansi ruhanlah manusia yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi esensi kehidupannya. Kebutuhan ruh ketika menyatu dengan jasad adalah ingin kembali ke Tuhan, sebab ia diciptakan secara langsung oleh-Nya. Ruh yang baik adalah ruh yang tidak melupakan asalnya. Indikator kebaikannya adalah kegiatan-kegiatan ibadah yang dilakukan. Dengan demikian, kecerdasan spiritual dalam Islam adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan memenuhi 5

6

seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia. 5. Kecerdasan Agama Kecerdasan beragama,22 adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas beragama dan ketuhanan. Kecerdasan in mengarahkan pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan ketakwaan secara mendalam, dengan dilandasi oleh enam kompetensi keimanan, lima kompetensi keislaman, dan multi kompetensi keihsanan. Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek kognitif yang terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.23 Menurut Muhibin Syah prestasi belajar adalah keberhasilan murid yang mempelajari materi pelajaran disekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan Taulus Tu‟u prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.24 Prestasi belajar (achievment) dalam penulisan ini diartikan sebagai hasil dari suatu program pengajaran, terutama dalam aspek kognitif, affektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dalam dunia pendidikan sering dipandang sebagai indikator kemajuan belajar murid dalam bidang studi kebutuhan ruh manusia, berupa ibadah, agar ia dapat kembali kepada Penciptanya dalam keadaan suci. Baca: Abu Hamid Muhammad al-Ghazally, Majmu‟at Rasadi al-Imam al-Ghazally, al-Ajwabiyah al-Ghazallyah fi al-Masail al-Ukhrawiyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyat, 1994), jilid IV, h. 118. 22Agama (al-din) secara teologi adalah peraturan Tuhan yang membimbing orang berakal dengan jalan memilihnya untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat, yang di dalam tercakup unsur-unsur keimanan dan amal perbuatan. Al-Din mencakup semua agama; mencakup semua agama, tetapi maksud agama di sini secara khusus adalah agama Islam, yaitu agama Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi-Nya yang terakhir. Islam adalah agama yang diridhai oleh Allah, karena ajarannya telah sempurna (Q.S. Al-Maidah : 3; Ali Imran : 19). Dengan demikian, kecerdasan beragama Islam adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam, yang meliputi sistem keimanan, peribadatan, dan norma-norma moral. Baca: H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill, 1974), h. 78. 23Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 2007),h. 26. 24MuhibbinSyah, Psikologi Belajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2014), h. 91.

6

atau ilmu pengetahuan tertentu yang dilakukan pada rentang waktu tertentu yang berlaku pada sistem sekolah yang bersangkutan.25 Istilah prestasi belajar (achievment) adalah ukuran hasil belajar dalam suatu program pengajaran tertentu dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu, jadi selalu terkait dengan kurikulum. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam: faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. 1. Faktor Inrternal Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Salah satu aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa diantaranya faktor intelligence. Intelligence merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Dan tidak bisa diukur secara langsung, kita hanya bisa mengevaluasi intelligence murid secara tak langsung dengan cara mempelajari tindakan-tindakan murid.26 Intelligece bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi peran otak dalam hubungannya dengan intelligence manusia lebih menonjol daripada peran organ- organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Motivasi adalah sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.27 Pendidik bukanlah meningkatkan motivasi pada siswa melainkan menemukan, menyalakan, dan mempertahankan motivasi siswa untuk mempelajari pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan demi keberhasilan di sekolah dan dalam kehidupan.28 Dan menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.29 Penulisan yang dilakukan oleh Ari Riswanto dan Sri Aryani tentang motivasi belajar murid, prestasi murid, dan juga hubungan antara

25Ebel, R.L,Essential of Educational Measurement, (Englewood Clifs, Prentice & Hall N.J., 1979), h. 67-86. 26John W. Santrock, EducationalPsychology, 5th ed., (New York: McGraw- Hill, 2011), h. 134. 27Murphy & Alexander, Pintrich, Schunk, dkk., dalam Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, ed. 9, (Jakarta: Indeks, 2007), h. 99. 28Robert E. Slavin, Pskikologi Pendidikan Teori dan Praktik, ed. 9, (Jakarta: Indeks, 2007), h. 99. 29John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 510. 7

8

keduanya menyimpulkan bahwa motivasi belajar murid pada dua mata pelajaran yang digunakan sebagai referensi, yaitu pengenalan mata kuliah Mikro Ekonomi dan mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki kecenderungan tanda yang baik, dan cukup sedikit yang tergolong sangat baik terhadap nilai prestasi belajar murid pada dua mata pelajaran tersebut. Dari hasil penulisan bahwa hasil uji korelasi sederhana menunjukkan bahwa motivasi belajar dimata kuliah Pengantar Mikro Ekonomi memiliki hubungan dengan yang lebih tinggi dibandingkan dengan uji korelasi yang dihitung pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena motivasi dibangun dan dikembangkan dalam perkuliahan, kompetensi dosen, minat mahasiswa, lingkungan belajar juga memiliki hubungan yang erat dalam memaksimalkan prestasi balajar murid.30 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti guru, tenaga kependidikan, teman-teman kelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Dan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di lingkungan rumah. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semua dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.31 Penulisan dalam jurnal Effect of Invironmental Factors on Intelligence Quotient of Children menemukan bahwa sebagian faktor lingkungan seperti tempat tinggal mempengaruhi IQ seorang anak dan keberhasilan/prestasi belajar. 3. Faktor Pendekatan Belajar Disamping faktor-faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi terhadap taraf keberhasilan proses belajar/prestasi siswa. Siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Seperti menghafal

30Ari Riswanto, Sri Aryani, Learning Motivation and Student Achievement: Description Analysis and Relationships Both, The International Journal of Counseling and Education, March 2017, Vol. 2, No. 1, pp. 42-47, Publish by STKIP PGRI Sukabumi, West Java. 31Petterson dan Loeber dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 135.

8

al-Quran, dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama 5 hari akan lebih efektif daripada menghafal al-Quran dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti ini cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau keterampilan berbahasa asing (Pendekatan Hukum Jost).32 Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik dalam menentukan taraf kemampuan peserta didik setelah proses dan pengalaman belajar dalam waktu tertentu berupa perubahan tingkah laku dan penguasaan pengetahuan tentang objek belajar ditunjukkan dengan nilai dan angka. Prestasi belajar yang tinggi merupakan harapan yang ingin dicapai dari murid sendiri, orang tua, sekolah maupun pemerintah. Dalam penulisan buku ini penulis mengambil hafalan al-Quran sebagai faktor pendukung prestasi belajar murid. Pada penulisan yang dilakukan sebelumnya oleh Nazia Nawaz dan Syeda Farhana Jahangir diperoleh hasil bahwa efek memorizing quran (hifzh) dalam kaitannya dengan prestasi akademik dan kehidupan sosial-budaya huffazh. Sampel purposive dari 3G (huffazh), (N-36) dari berbagai sekolah. Hasil dari kompilasi dan dinilai melalui SPSS, teknik analisis konten dan dalam persentase hasil penulisan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar akademik huffadz sebelum dan sesudah hifzh. Selain itu analisis konten menunjukkan dampak positif secara keseluruhan pada pendidikan dan kehidupan sosial-budaya huffazh.33 Menghafal al-Quran selama ini dianggap menjadi beban dan hambatan. Banyak orang yang masih ragu untuk menghafal al-Quran karena mereka menganggap menghafal al-Quran adalah hal yang sangat berat dan banyak menyita waktu belajar.34

بَ ْل ُ َو آٌَا ٌت بَ ٌٍَِّا ٌت فًِ ُصذُو ِر ا ال ِذٌ َي أُوتُوا ا ْل ِع ْل َن ۚ َو َها ٌَ ْج َحذُ بِآٌَاتٌَِا إِ اَّل ال اظا ِل ُوو َى

“Sebenarnya, al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang

32Reber dalam Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 125. 33Nazia Nawaz, Syeda Farhana Jahangir, “Effects of Memorizing Quran by Heart (Hifz) on Later Academic Achievement:Journal of Islamic Studies and Culture”. June 2015, Vol. 3,No. 1, pp. 58-64 , Published by American Research Institute for Policy Development. 34Hasil wawancara dengan 50 wali murid di tiga sekolah, yaitu: SDIT Fajrul Islam Pegadungan Jakarta Barat, MI Uswatun Hasanah Cengkareng Jakarta Barat, dan MI Safinatul Husna Kalideres Jakarta Barat, pada tanggal 9 Mei 2019, tentang program hafalan dan manfaat hafalan quran. 9

10

mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dholim.” (Q.S. Al-Ankabut [29]:49)

Al Hasan menyatakan bahwa umat ini telah diberikan kemampuan untuk menjaga dan menghafal al-Quran dan orang-orang yang sebelumnya tidak menghafal kitab mereka kecuali Nabi-Nabi mereka.35 ‟ab mengatakan tentang sifat-sifat umat ini, bahwa mereka adalah orang yang bijaksana dan ulama, “di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu,” maksudnya, al-Quran bukanlah seperti yang dikatakan orang-orang yang tidak beriman kalau al-Quran adalah sihir atau syair, akan tetapi petunjuk dan dalil untuk mengetahui agama dan hukum-hukum Allah SWT. Begitu juga orang-orang yang telah diberikan ilmu, yaitu sahabat- sahabat Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman yang membaca dan menghafalnya, merekalah orang-orang yang berilmu. Dan mereka telah membedakan atau memahami antara firman Allah SWT, dengan perkataan manusia atau syaitan.36 Al-Quran merupakan wahyu dan diturunkan oleh Allah SWT, al- Quran adalah cahaya, petunjuk dan teman hidup dari sisi Allah SWT.37 Al- Quran adalah firman Allah SWT yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawattir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari surah al-Fatihah dan diakhiri surah an-Naas.38 Cara untuk memelihara dan menjaga al-Quran antara lain dengan menyimpannya dalam sanubari (menghafal serta mengingat) dengan sungguh-sungguh membacanya dalam shalat atau diluar shalat, mempelajari, menjelaskan dan menafsirkannya.39

َحافِ ُظوا َع َلى ال اصلَ َوا ِت َوال اص ََلةِ ا ْل ُو ْس َط ى َوقُو ُهوا ِ اّلِلِ َقاًِتٍِ َي

35Atsar ini dari Al Hasan, disebutkan oleh an-Nuhas dalam Ma‟ani al-Quran (5/232) dan al Mawardi dalam tafsirnya (3/249), dalamSyaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi al-Jami‟li al-Akhkam al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),h. 900. 36Ka‟ab dalam Tafsir al-Qurthubial-Jami‟li al-Akhkam al-Quran, Syaikh Imam al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),h. 901. 37Al-Ghazali, Ilya‟ Ulumiddiin 2: Rahasia Ibadah al-Imam al-Ghazali, (Jakarta: Republika Penerbit, 2011), h. 232. 38Muhammad Ali ash-Shaburi, Pengantar Studi al-Quran, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1999), h. 17. 39Al-Ghazali, Ilya‟ Ulumiddiin 2: Rahasia Ibadah al-Imam al-Ghazali, (Jakarta: Republika Penerbit, 2011), h. 233.

10

“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah SWT (dalam shalatmu) dengan khusyuk”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 238)40

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Kalau al-Quran terjaga di dalam tubuh, maka api neraka tidak akan mendekatinya dan menyentuhnya.”41 Usaha-usaha untuk menghafal al-Quran sebagian umat Islam terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara kemurnian al-Quran. Meskipun dalam satu ayat Allah SWT telah menegaskan dan memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya.

إًِاا ًَ ح ُي ًَ از ل ٌَا ٱل ِذّ ك َز َوإًِاا َل ۥَ ُ َل َ ح ِف ُظو َى

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr [15]: 9)

Namun secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga an memeliharanya, salah satunya adalah dengan menghafalkannya. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus bahwa salah satu didirikannya lembaga pendidikan ini dilatarbelakangi minimnya sekolah yang mengajarkan al- Quran pada saat itu. Salah satu program unggulan di sekolah Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus adalah pogram menghafal al-Quran di tingkat SD 18 juz. Pentingnya pembinaan tahfizhul quran bagi siswa sekolah Azhari Islamic School (AIS) adalah dapat membentuk generasi yang qurani, menanamkan kecintaan generasi muda Islam terhadap al- Quran, dan untuk menjawab tantangan zaman, mencetak generasi rabbani yang taat dan patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dan menghafal al-

40Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi-al-Jami‟li al-Ahkam al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 445. 41Diriwayatkan oleh Imam at-Thabrani dan Imam Ibnu Hibban dalam al-Dhu‟afa dari hadist Sahal bin Sa‟ad RA. Diriwayatka pula oleh Imam Ahmad, Imam al-Darimi dan Imam al-Thabrani dari hadist „Uqbah bin „Amir RA‟, dan di dalam sanad-nya terdapat Ibnu Luhai‟ah. Diriwayatkan pula oleh Imam Ibnu „Adi, Imam al-Thabrani, dan Imam al-Baihaqi dalam al-Syu‟aib dari hadist „Ishmah bin Malik dengan isnad yang lemah (dha‟if) dalam Ilya‟ Ulumiddiin 2: Rahasia Ibadah al-Imam al-Ghazali, al-Ghazali, (Jakarta: Republika Penerbit, 2011), h. 233.

11

12

Quran menjadi bagian dari kewajiban seorang muslim terhadap al-Quran (Q.S. Al-Baqarah [2]: 121).42

ا ْق َزأْ بِا ْس ِن َربِّ َك الا ِذي َخ َل َق ◌ َخ َل َق ا ْ ِْل ًْ َسا َى ِه ْي َع َل ٍق ◌ ْ ا ْق َزأ َو َربُّ َك ا ْْلَ ْك َز ُم ◌ الا ِذي َعلا َن بِا ْل َق لَ ِن ◌ َعلا َن ا ْ ِْل ًْ َسا َى َها َل ْن ٌَ ْع َل ْن

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq [96]: 1-5)

Dengan kaitannya isi dan kandungan ayat, Rabi‟ bin Anas menyatakan “Barang siapa yang tidak takut kepada Allah SWT, maka dia bukanlah orang alim.43 Menurut Mujahid “Orang alim (berilmu) adalah orang yang takut kepada Allah SWT.” (Q.S. Al-Fathir ayat 28).44

إًا َوا ٌَ ْخ َشى هللا َ ِه ْي ِعبَا ِد ٍِ ا ْلعُ َل َوا ُء

“Hanya saja orang yang takut kepada Allah SWT diantara hamba- hamba-Nya itu adalah para ulama.” (Q.S. Al-Fathir [35]: 28)

Menghafal al-Quran tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, akan tetapi remaja, bahkan anak-anak pun melakukannya. Bagi orang tua, mempunyai anak seorang penghafal al-Quran adalah kebanggaan yang luar biasa. Bahkan, tak hanya satu saluran televisi yang menayangkan ajang unjuk kebolehan–untuk tidak menyebut kompetisibagi para anak usia dini dalam menunjukkan hasil dari hafalan al-Quran mereka. Bagi penulis, ini menjadi salah satu faktor penunjang maraknya orang tua yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam. Realita tersebut tentu saja menuai pro dan kontra. Anak usia dini bersekolah saja, sudah menjadi perdebatan. Bagi kelompok yang kontra, menyekolahkan anak dalam usia dini adalah mematikan keceriaan dan

42Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islami School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang latar belakang pentingnya program unggulan tahfizhul quran di sekolah AIS Lebak Bulus. 43Rabi‟ bin Anas dalam Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi al-Jami‟li al-Ahkam al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 823. 44Mujahid dalam Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi al-Jami‟li al-Ahkam al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 832.

12

kebahagiaan anak. Seharusnya anak pada usia tersebut bermain dengan sepuas hati mereka. Bagi kelompok yang pro, tentu saja mempunyai argumen sendiri. Bagi para orang tua baik ayah maupun ibu–yang memiliki aktifitas di luar rumah, tentu saja menyekolahkan anak adalah suatu kebutuhan. Aktivitas di luar rumah bisa jadi bukan karena faktor ekonomi saja, tapi juga untuk aktualisasi diri, atau bisa jadi karena mereka berpikir bahwa membiarkan anak bersekolah adalah cara untuk menghidupkan peran sosial mereka, agar tidak selalu bergantung pada keluarga. Kemunculan sekolah Islam yang dalam penulisan ini, khusus menyoroti SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus telah memberikan paradigma baru dalam pendidikan Islam. Kiprah lembaga Islam ini telah mengubah citra pendidikan Islam dari yang semula diorientasikan hanya pada kepentingan ukhrawi atau pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman semata, kini mulai menyentuh aspek duniawi dan mulai mereposisikan bidang sains dan teknologi pada tataran yang strategis. Lebih dari itu, lembaga pendidikan Islam ini sangat menonjolkan orientasi pendidikan yang visible, yakni peningkatan prestasi belajar dan program menghafal 18 juz al-Quran. Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam sebagai pedoman hidup, karena itu tidak sedikit umat Islam berusaha untuk dapat membaca, menghafal, dan memahami isi kandungan al-Quran. Pendidikan al-Quran dinilai penting untuk diajarkan sejak usia dini. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berdirikarena kebutuhan umat Islam didaerah tersebut. SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus berdiri pada tahun 2004, latar belakangnya karena minimnya sekolah yang mengajarkan al-Quran pada saat itu. Selain itu didirikannya lembaga ini guna mengimbangi sekolah umum yang berbasis agama, dengan begitu diharapkan murid tidak hanya sukses secara akademik, tapi dalam hal moral, pengetahuan agama, dan spiritual. Secara konsepsional dapat dipahami bahwa SD Azhari Islamic School (AIS) merupakan lembaga pendidikan yang membina anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual yang diberikan oleh Allah SWT dengan mengajarkan atau melaksanakan program menghafal al-Quran 18 juz. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) selain kurikulum nasional, juga menggunakan dari al-Azhar Cairo Mesir. Kerjasama antara al-Azhar dan SD Azhari sudah terjalin dengan baik. Sekolah Dasar AzhariIslamic School (AIS) Lebak Bulus mendapatkan legalitas dari al- Azhar untuk mengajarkan tiga bidang studi yang sesuai dengan al-Azhar, yaitu Arabic, Islamic, dan Tahfizh Quran. Hal ini menarik untuk diungkap sejauhmana yang diberikan lembaga SD Azhari Islamic School(AIS) terhadap para muridnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan yang baik 13

14

ini sudah pasti membutuhkan pelayanan pendidikan yang bersifat khusus agar kemampuannya dapat berkembang sampai pada tahap yang diinginkan. Pada sisi lain, harus diakui pula bahwa kecerdasan anak dapat berkembang secara optimal bilamana didukung oleh sarana pendidikan. Sarana dan fasilitas pendidikan memiliki peran yang sangat dominan dalam pengembangan berbagai kemampuan intelektual. Sejalan dengan dua aspek ini, yakni pengembangan potensi anak berbakat dan misi pencapaian prestasi belajar, maka menarik pula mengungkap sejauh mana strategi sekolah ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih dari itu, model SD Azhari Islamic School (AIS) ternyata juga mampu menarik minat masyarakat. Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan lembaga pendidikan ini pantas dijuluki sebagai sekolah favorit yang banyak menyimpan harapan bagi umat terutama bila melihat kiprahnya dalam persaingan kualitas. Dari beberapa isu yang muncul sebagai latar belakang ini, penulis yakin banyak hal yang menarik dan perlu terungkap serta memerlukan eksplorasi secara holistik akan terejawantah dalam pembahasan di dalam buku ini.

B. Identifikasi Problem Menghafal Dan Prestasi Belajar Untuk memudahkan penulisan akan dilakukan upaya identifikasi masalah tentang apa saja yang dianggap penting untuk diidentifikasi dalam penulisan, upaya identifikasi masalah yang dimaksudkan dengan melakukan upaya inventarisir masalah yang menjadi fokus penulisan dengan merujuk pada pembacaan dan observasi melihat objek yang diteliti secara empiris di lapangan supaya masalah yang diajukan penulisan dapat benar-benar sesuai dengan apa yang menjadi masalah utama penulisan. Untuk menggali secara mendalam korelasi menghafal quran dalam meningkatkan prestasi belajar murid di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus dibutuhkan upaya identifikasi masalah: 1. Kurikulum yang dikembangkan di SD Azhari Islamic School (AIS). 2. Sistem rekrutmen. 3. Hubungan menghafal al-Quran dengan prestasi belajar siswa di SD Azhari Islamic School (AIS). 4. Penerapan model pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS). 5. Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) mampu menghafal al-Quran sebanyak 18 juz tingkat SD.

14

a. Perumusan Masalah Perumusan masalah merujuk pada masalah utama penulisan ini, yaitu tentang prestasi belajar dan menghafal quran, sebab sekolah-sekolah Islam belum semua menerapkan program menghafal al-Quran sebagai metode dalam peningkatan prestasi belajar, sehingga sekolah-sekolah islam tersebut belum memberikan harapan kepada masyarakat, untuk itu perumusan masalah yang diajukan secara khusus kesatu, apakah ada pengaruh menghafal al-Quran terhadap prestasi belajar siswa? Kedua, bagaimana penerapan model pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan? b. Batasan Masalah Pembatasan masalah disini untuk menjelaskan konsep operasional digunakan supaya memiliki pembatasan yang jelas dan tegas sebagaimana mestinya. Secara teknis pembatasan ini mencakup variabel utama penulisan: 1. Penerapan model pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan dengan menggunakan kolaborasi metode dari kurikulum Cairo Mesir dan Indonesia. 2. Hubungan kemampuan menghafal al-Quran dengan prestasi belajar siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan. Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penulisan ini adalah prestasi akademik dan nonakademik siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. c. Tujuan Penulisan Secara spesifik, penulisan ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis penerapan model pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 2. Menganalisis hubungan antara kemampuan menghafal al-Quran dengan peningkatan prestasi belajar siswa di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. d. Signifikasi dan Manfaat Penulisan Signifikasi dan manfaat dari penulisan berjudul “Menghafal Quran dan Prestasi Belajar (Studi Kasus di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan)” ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan kostribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu dan kajian-kajian kependidikan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan proses pembelajaran dan tahfizh yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan Islam di 15

16

Indonesia dalam meningkatkan prestasi belajar murid baik secara akademik maupun non akademik. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi bahan pertimbangan pihak yang berwenang dalam merumuskan kebijakan pendidikan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan penyelenggaraan dan prestasi belajar murid melalui metode menghafal al-Quran. b. Mengetahui hubungan prestasi belajar murid baik secara akademik maupun nonakademik dengan kemampuan menghafal al-Quran murid. c. Menjadi konsederasi bagi pengambil kebijakan, dalam menetapkan langkah-langkah program dan kebijakan yang diperlukan dalam rangka mewujudkan institusi pendidikan Islam yang lebih perprestasi dimasa yang akan datang.

C. Relevansi Pendidikan Dasar Berbasis Islam Dalam Isu Pendidikan Nasional Beberapa penulisan yang relevan yang bisa disebut sebagai kajian rintisan yang secara khusus mengkaji prestasi belajar dan menghafal al- Quran sudah cukup banyak dilakukan oleh penulis Indonesia, dan penulis luar Indonesia. Salah satunya penulisan yang dilakukan Mohammad Heidari Shahrekord University of Medical Sciences, Iran dalam jurnal yang berjudul Comparison of Intelligence test Results among Hafizh and Non-Hafizh of Holy Quran Students at Their Entrance to Schools.45 Hasil penulisan menunjukkan bahwa nilai tes kecerdasan siswa yang hafal al- Quran lebih tinggi daripada siswa yang tidak menghafal al-Quran. Dan dapat memperbaiki pendidikan anak-anak yang tepat, efektif dalam mengembangkan bakat dan meningkatkan ingatan mereka. Dengan menggunakan ayat-ayat suci al-Quran dapat mengakrabkan anak-anak dengan kitab sucinya. Menghafal al-Quran dapat mempengaruhi peningkatan memori siswa, dan penulisan ini mengungkapkan peran efisiensi pendidikan yang berpusat pada al-Quran dan melatih metode baru dalam meningkatkan pertumbuhan sosial, penilaian etis, penguatan memori, dan keterampilan siswa. Penulisan lainnya dilakukan oleh Sri Slamet dalam jurnal yang berjudul The Effect of Memorizing Quran on the Children Cognitive

45Mohammad Heidari, “ Comparison of Intelligence test Results among Hafizh and Non-Hafizh of Holy Quran Students at Their Entrance to Schools”, https://www.researchgate.net/publication/308633071_ComparisonofIntelligencetestR esultsamongHafizandNonHafizofHolyQuranStudentsatTheirEntrancetoSchoolsdiakse s pada tanggal 18 September 2019.

16

Intelligence.46 Hasil penulisan bahwa menghafal surah-surah dalam al- Quran bukanlah tugas yang sulit tetapi sangat menarik dengan menghafal al-Quran dapat meningkatkan kecerdasan kognitif anak-anak. Skor peningkatan mencapai 15,63% semua anak dalam penulisan ini mencapai kecerdasan kognitif yang lebih tinggi. Ditemukan bahwa menghafal al- Quran memiliki pengaruh positif pada kemampuan kognitif anak-anak, pengamatan hasil kecerasan kognitif diukur sebelum dan setelah program menghafal. Hasil penulisan menunjukkan bahwa menghafal al-Quran meningkatkan kecerdasan kognitif anak. Judul dalam jurnal Effect of Environmental Factors on Intelligence Quotient of Children, penulisan ini dilakukan oleh Archita Makharia, Abhishek Nagarajan, Aakanksha Mishra, Sandeep Peddisetty, Deepak Chahal, dan Yashpal Singh.47 Kecerdasan seseorang melibatkan kemampuan untuk berpikir, merencanakan, menyelesaikan masalah, berpikir secara abstrak, memahami ide-ide kompleks, belajar dengan cepat, dan belajar dari pengalaman. Kecerdasan bervariasi dari orang ke orang. Individu berbeda dalam kecerdasan karena perbedaan dalam lingkungan dan keturunan genetika. Anak-anak yang berada dalam kemiskinan tidak dapat mengembangkan potensi genetik mereka sepenuhnya. Faktor lingkungan mempengaruhi kecerdasan. Pengaruh besar lainnya pada kecerdasan adalah tingkat stimulasi kognitif yang diterima anak di rumah. Latihan fisik juga memiliki peran dalam menciptakan dan mengkonsolidasikan memori. Penulisan ini menemukan bahwa berbagai faktor lingkungan seperti tempat tinggal, latihan fisik, pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan orang tua mempengaruhi IQ (Intelligence Quotient) seorang anak untuk sebagian besar. Oleh karena itu seorang anak harus diberi lingkungan yang optimal untuk dapat mengembangkan potensi genetik sepenuhnya. Penulisan yang dilakukan oleh Hidayatullah Ismail dan Ali Akbar berjudul Pengaruh Hafalan al-Quran pada Prestasi Akademik Santri

46Sri Slamet, “The Effect of Memorizing Quran on the Children Cognitive Intelligence”,http://giapjournals.com/index.php/hssr/article/view/hssr.2019.7384 diakses pada tanggal 18 September 2019. 47Archita Makharia, Abhishek Nagarajan, Aakanksha Mishra, dkk., “Effect of Environmental Factors on Intelligence Quotient of Children”, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5479093/ diakses pada tanggal 18 September 2019. 17

18

Pondok Pesantren di Kabupaten Kampar.48 Penulisan ini mengeksplorasi “Pengaruh Hafalan terhadap Prestasi Akademik Santri di Pondok Pesantren Kampar” dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan setting penulisan di beberapa pesantren di kabupaten Kampar: Pesantren Daarun Nahdhah, al-Badar, Anshar al-Sunnah, Daar al-Salafi, Sabil as- Salam, dan al-Taufiq. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Penemuan penulisan menunjukkan bahwa pengaruh hafalan al-Quran terhadap prestasi akademik santri Pondok Pesantren di Kabupaten Kampar berada pada level positif dengan skor 72,94%. Dalam buku yang ditulis oleh Nurcholis Madjid dalam kata pengantar yang ditulis dalam bukunya Malik Fadjar yang berjudul “Reorientasi pendidikan unggulan atau sekolah elit Islam”.49 Sekolah- sekolah elit ini dipandang sangat positif walaupun dipandang bersifat elit dan kurang populis. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang fardhu kifayah, yakni setidaknya ada segelintir umat Islam yang telah mengupayakan. Jika tidak sama, maka seluruh umat Islam terbebani pertangung jawaban. Salah satu penulisan tentang sekolah elit Islam di Indonesia pernah dilakukan oleh Nurlena dengan judul “The Emergence of Elite Islamic School in Contemporary Indonesia: Case Study of al-Azhar Islamic School” dengan menggunakan pendekatan sosiologis, Nurlela menguraikan tentang perlunya peran agama dalam perubahan masayakat dan perlunya penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan murid, penulisan yang mengangkat studi kasus pada perguruan Islam al-Azhar Jakarta merepukan representasi dari kelas menengah Islam di Indonesia pada era kontemporer.50 Beberapa penulisan yang berkaitan dengan bacaan atau hafalan al- Quran yaitu penulisan yang dilakukan oleh Nurhayati51 dari Malaysia mengemukakan hasil penulisannya tentang pengaruh bacaan al-Quran dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar

48Hidayatulla Ismail dan Ali Akbar, “Pengaruh Hafalan al-Quran pada Prestasi Akademik Santri Pondok Pesantren di Kabupaten Kampar”, http://ejournal.uin- suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/view/4019 diakses pada 18 September 2019. 49Nurkholis Majid, dalam A Malik Fadjar, Reorientasi,h. 22. 50Nurlena, The Emergence of Elit Islamic School in Contemporery Indonesia: Case Study of al-Azhar Islamic School, (Disertasi Faculty of Education Mcgill University, 2006). 51Nurhayati, “Meningkatkan IQ Anak dengan al-Quran”, http://justopo.blogspot.com/2010/07/meningkatkan–iq–anak-dengan.html?m=1, diakses pada tanggal 2 November 2018.

18

Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu. Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder. Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan al-Quran, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, bila bacaan al-Quran diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat. Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata al-Quran pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, al-Quran mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak. Ingat, neuron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak disket kosong siap pakai. Berarti siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neuron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neuron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar. Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensi anak. Memang bila orang tua tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan jalan membantu dari belakang, maka tetap tidak akan mempengaruhi kemampuan otak anak dalam menganyam neuron, karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik bila orang tua pun ikut aktif membantu. Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi 19

20

perkembangan otaknya. Hilangnya lingkungan ini hanya akan membuat otak menderita dan menganggur yang gilirannya mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan al-Quran sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca al- Quran menjelang bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu, termasuk lagunya, makin baik hasilnya. Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami substansi atau makna kandungan ayat-ayat al-Quran, tetapi memperkuat daya tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat al-Quran beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar. Judul dalam jurnal Pengaruh Pelaksanaan Program Menghafal al-Quran terhadap Prestasi Belajar Siswa oleh Mustofa Kamal dengan hasil penulisannya terdapat korelasi yang signifikan antara menghafal al-Quran dengan prestasi belajar siswa MA Sunan Giri. Program menghafal al-Quran yang dilakukan sebagian siswa MA Sunan Giri dapat dikatakan menjadi faktor yang penting dalam prestasi belajar siswa. Sebab dari menghafal, otak anak secara tidak langsung belajar mengasah kemampuan untuk menghafal dari yang dilihat dan dibaca. Dengan demikian si anak akan terbiasa menghafal sesuatu yang dibaca dan didengar. Ini juga mempengaruhi kecepatan otak anak dalam memproses mata pelajaran yang diterimanya. Berdasarkan hasil analisis dari penulisan tersebut yang dilaksanakan di MA Sunan Giri Wonosari Tegal Surabaya, bahwa ada korelasi yang signifikan antara menghafal al-Quran dengan prestasi belajar siswa.52 Dan penulisan yang dilakukan di Riyadh, hasil penulisan ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa‟ud al-Islamiyyah membuktikan ketika kadar hafalan al-Quran murid meningkat maka akan meningkat pula kesehatan jiwanya. Penulisan yang dilakukan oleh Shalih, ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, para mahasiswa- mahasiswi Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Jumlah mereka 170 orang. Kelompok kedua, Para mahasiswa-mahasiswi Ma‟had al-Imam asy- Syatibi li ad-Dirasah Al-Quraniyyah, filial Universitas al-Khairiyah Litahfidzil Quran al Karim di Jeddah. Jumlah mereka sama, yaitu 170 orang. Para mahasiswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi. Ada 70 penulisan umum dan Islam, seluruhnya menguatkan pentingnya untuk meningkatkan kesehatan dan

52Mustofa Kamal, “Pengaruh Pelaksanaan Program Menghafal al-Quran terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Journal of Islamic Studies, Vol. 6, No. 2, 2017

20

ketentraman jiwa. Sebuah penulisan di Saudi juga menunjukkan peran al- Quran dalam meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan pengaruh positif hafalan al-Quran bagi kesuksesan akademik para mahasiswa. Penulisan ini sebagai bukti nyata adanya hubungan antara beragama dengan berbagai fenomena hidup. Diantaranya yang paling urgent adalah menghafal al-Quran. Murid yang memiliki hafalan al-Quran memiliki kesehatan jiwa yang lebih baik dibandingkan dengan murid-murid yang tidak beragama dengan baik atau tidak menghafalkan al-Quran sedikitpun atau hafalan mereka hanya surah-surah dan ayat-ayat pendek. Penulisan tersebut berpesan agar menghafalkan al-Quran dengan sempurna bagi para murid- murid di tingkat universitas, untuk menghasilkan nilai positif bagi kehidupan dan akademik mereka. Mendorong mereka melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dan hal itu merupakan sarana terpenting untuk memperoleh kesehatan jiwa yang tinggi. Penulisan itu juga menasihatkan kepada para guru agar meningkatkan standar hafalan bagi murid-murid mereka, walau dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, karena memiliki manfaat dan pengaruh yang bagus untuk kesuksesan belajar dan kesehatan jiwa mereka.53 Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Ahmad al-Qadhiy (United States of America). Penulisan dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok orang meliputi muslimin yang bisa berbahasa Arab, muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab, dan non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab. Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat al-Quran dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris. Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang al-Quran, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara spontanitas. Dan benar-benar terlihat pada penulisan permulaan bahwa dampak al-Quran yang terlihat pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan kepada para pekerja. Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat al-Quran dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal ayat al-Quran yang sudah dibacakan sebelumnya, walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan al-Quran dalam bahasa

53Shalih, “Penulisan Ilmiah: Menghafal al-Quran Melindungi dari Stress”, http://m.voa-islam.com/news/sehat-nabawi/2009/09/07/1018/penulisan–ilmiah- menghafal–alquran-melindungi-dari-stress/, diakses pada tanggal 2 November 2018. 21

22

Arabnya. Adapun tahapan kedua adalah penulisan kami pada pengulangan kata “akbar” untuk membandingkan apakah terdapat dampak al-Quran terhadap perubahan-perubahan fisiologis akibat bacaan al-Quran, dan bukan karena hal-hal lain selain al-Quran semisal suara atau lirik bacaan al-Quran atau karena pengetahun responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab suci atau pun yang lainnya. Dan tujuan penulisan komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang menyatakan bahwa kata-kata dalam al-Quran itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami al-Quran. Dan penulisan ini semakin menambah kejelasan dan rincinya hasil penulisan tersebut. Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Universitas Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal, yaitu perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan pengawasan melalui alat evaluasi perubahan- perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi.54 Berdasarkan tinjauan pustaka, khususnya tentang peningkatan prestasi belajar dan program menghafal 18 juz tingkat sekolah seperti diuraikan di atas, penulisan ini menyoroti lembaga SD Azhari Islamic School (AIS) khususnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD) pada hafalan quran.

D. Metode Dan Sistematika Pembahasan 1. Jenis dan Pendekatan Penulisan Buku Penulisan buku ini menggunakan mixed methods yaitu gabungan antara penulisan kuantitatif dan kualitatif. Penulisan kuantitatif menggunakan teknik kuesioner terhadap 148 sampel untuk menjawab pertanyaan penulisan apakah ada pengaruhnya hafalan al-Quran terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap subjek penulisan yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua untuk menjawab pertanyaan bagaimana penerapan metode

54Ahmad al-Qadhiy dalam Nurhayati, “Meningkatkan IQ Anak dengan al-Quran”, http://justopo.blogspot.com/2010/07/meningkatkaniqanak.html?m=1, diakses pada tanggal 2 November 2018.

22

pembelajaran tahfizhul quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Penulisan ini juga dilakukan dengan menggunakan field reseacrh (penulisan lapangan) yaitu penulisan yang dilaksanakan dikancah atau tempat terjadinya gejala-gejala yang akan diselidiki.55 Penulisan ini dilakukan secara langsung ke objeknya melalui teknik angket atau kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun untuk memperoleh data nyata dari lapangan, maka penulis terjun langsung ke SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan dalam memperoleh data yang akurat dan jelas. Adapun jenis pendekatannya adalah menggunakan pendekatan kuantitatif karena data penulisan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Dalam metode kuantitatif realitas di lapangan dipandang sebagai suatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indra dan dapat dikategorikan menurut jenis bentuk, warna, perilaku, tidak berubah dan dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari objek yang diteliti dan kemudian dapat membuat instrumen untuk mengukurnya.56 Dengan menggunakan metode ini, informasi dari responden dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik yang bertujuan untuk mengetahui pendapat dari responden terhadap objek yang diteliti. Dalam kajian ini mempertimbangkan pula pendekatan sejarah, pendekatan ini dianggap relevan sebab objek kajian yang sedang penulis kaji berkaitan erat dengan sejarah berdirinya SD Azhari Islamic School (AIS). Sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur, tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.57 Menurut Kuntowijoyo sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Jangan dibayangkan bahwa membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan masa lalu sendiri, itu antikuarianisme dan bukan sejarah. Juga jangan dibayangkan masa lalu yang jauh. Kata seorang sejarahwan Amerika, sejarah itu ibarat orang naik kereta menghadap ke belakang,

55Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), h. 10. 56Sugiyono, Statistika untuk Penulisan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 5. 57Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 46-47. 23

24

Ia dapat melihat ke belakang, kesamping kanan dan kiri. Satu-satunya kendala ialah ia tidak bisa melihat ke depan.58 Disamping pendekatan tersebut penulisan ini menggunakan pendekatan antropologis. Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara terminologi, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau.59 James L. Peacock, antropologi itu menitik beratkan pada aspek pemahaman kemanusiaan dalam bentuk keanekaragaman secara menyeluruh.60 Pada dasarnya antropologi itu adalah suatu cabang ilmu yang membahas dan mempelajari tentang eksistensi manusia di bumi yang menjadi sasaran dan subjek pendidikan Islam.61 Psikologi diartikan sebagai sebuah bidag ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perulaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Sedangkan sosial merupakan segala perilaku yang berhubungan dengan hubungan antar individu. Perilaku seseorang yang tampak secara lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan agama yang dianutnya. Seperti halnya seseorang bila berjumpa dengan sesama muslim yang lain saling mengucapkan salam, menghormati kedua orang tua, menghormati guru, menutup aurat dan lain sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama.62 Pendekatan psikologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk menanamkan ajaran agama Islam kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan berbekal pengetahuan psikologi, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien dalam menanamkan ajaran agama Islam baik untuk masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu pendekatan psikologi banyak digunakan sebagai alat untuk dapat menjelaskan sikap keberagamaan seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki tingkat kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agamanya.63

58Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995), h. 17. 59Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 50. 60James. L. Peacock, The Antrophological Lens, Harsh Ligh, Soft Focus (Cambridge: UniversityPress, 1998), h. 10. 61Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi,(Jakarta: UI Pres, 1982), h. 1. 62ZakiahDaradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). 63ZakiahDaradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

24

Psikologi terdiri dari kata “psyche”, yang berarti jiwa dan kata „logos” yang berarti ilmu pengetahuan, akar kata ini berasal dari bahasa Yunani. Secara harfiah psikologi diartikan dengan ilmu jiwa.64Sedangkan pengertian psikologi secara istilah adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.65 Lahey memberikan definisi “psychology is the scientific study of behavior and mental processes” psikologi adalah kajian ilmiah tentang tingkah laku dan proses mental.66 Kajian psikologi yang secara khusus membahas tentang pengaruh agama terhadap tingkah laku manusia dibahas dalam psikologi agama. Psikologi Agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya.67

2. Populasi dan Sampel Penulisan a. Populasi Sugiyono menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yagn diterapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.68 Populasi dalam penulisan ini adalah SD Azhari Islamic School (AIS) di Lebak Bulus Jakarta Selatan. b. Sampel Untuk menentukan sampel dari populasi dapat dipergunakan formula dan tabel yang dikembangkan oleh para pakar. Secara garis besar, Sudman mengumpulkan ukuran sampel dalam penulisan korelasional minimum 30.69 Menurut Sugiyono, berdasarkan tabel Isha dan Michael untuk populasi 314 orang mendekati angka 300, dengan taraf kesalahan 5% maka jumlah ukuran sampelnya 161 orang.70 Teknik pengambilan sampel dalam penulisan ini menggunakan Proportional Random Sampling (PRS) dan mengikuti

64Wirawan, S, Pengantar Ilmu Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982). 65Lahey, B. B, Psychology an Introduction,(New York: McGraw-Hill, 2003). 66Lahey, B. B, Psychology an Introduction,(New York: McGraw-Hill, 2003). 67Jalaluddin, Psikologi Agama; Memahami Perilaku Kegamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008). 68Sugiyono,Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods),(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), h. 297. 69Conselo G. Sevilla et.al,Pengantar Metodolgi Peneltian, terj. Aluddin Tuwu,(Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h. 161. 70Waltar R. Borg dan Meredith D. Oll, Educaional Research; an Intrduction, (New York: Longman, 1991). 25

26

hukum probabilitas, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan unit sekolah secara proporsional atau seimbang dan pengambilannya dilakukan secara random atau acak sehinggga memeungkinkan setiap populasi mempunyai kesempatn yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Berdasarkan keadaan populasi penulisan yang relatif homogen penulis menentukan jumlah sampel yang akan digunakan berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut:71

Keterangan: n = besaran sampel N = besaran populasi E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan penarikan sampel)

3. Tempat dan Waktu Penulisan Tempat penulisan ini dilaksanakan di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Penulisan ini dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai dengan bulan Desember 2019, meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan penulisan, tahap pelaksanaan penulisan dan tahap penyelesaian penulisan.

4. Tata Variabel Penulisan Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penulisan.72 Dalam penulisan ini, penulis menetapkan dua bagian variabel yang perlu dikaji, diantaranya yaitu:73 a. Variabel independen (bebas) Variabel bebas (independen variable) yaitu suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Pada variabel bebas ini yaitu hafalan al-Quran. b. Variabel dependen (terikat) Variabel terikat (dependen variable) yang penulis angkat disini adalah prestasi belajar.

71Slovin mengembangkan rumus untuk menarik sampel dari populasi. 72Masrukhin, Metode Penulisan Pendidikan dan Kebijakan, (Kudus: Media Ilmu Press, 2010), h. 145. 73Sugiyono,Metode Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 61.

26

5. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai macam penafsiran judul di atas, maka terlebih dahulu penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Menghafal al-Quran Menghafal al-Quran adalah proses menghafal al-Quran secara keseluruhan, baik hafalan maupun ketelitian bacaannya serta menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiannya untuk melindungi hafalannya dari kelupaan. b. Prestasi belajar Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melaksanakan serangkaian proses belajar mengajar di sekolah. Pengukuran prestasi belajar ini diperoleh dari hasil dokumentasi nilai ulangan harian dan nilai akhir semester murid.

6. Objek Penulisan Objek penulisan merupakan sesuatu yang mejadi perhatian dalam sebuah penulisan karena objek penulisan merupakan sasaran yang hendak dicapai untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Objek penulisan yang penulis teliti adalah siswa SD Azhari Islamic School (AIS) di Lebak Bulus Jakarta Selatan. Dalam melakukan penulisan, yang menjadi sasaran adalah prestasi belajar dan menghafal al-Quran. Hal ini dimaksudkan untuk melihat langkah- langkah dan dalam strategi yang dikembangkan untuk kemudian dianalisis secara kritis. Untuk lebih mempertegas sasaran yang dimaksud, penulisan ini juga memfokuskan pada substansi kurikulum yang dikembangkan di SD Azhari Islamic School (AIS), implementasi konsep manajemen mutu, sistem rekrutmen murid dan tenaga pengajar, metodologi pembelajaran yang diimplementasikan serta pemanfaatan sarana dan prasarana dan fasilitas pendidikan.

7. Pengumpulan Data Melaksanakan kegiatan pengumpulan data dilapangan dengan menggunakan Instrumen Pengumpulan Data (IPD) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan pengumpulan data dilapangan mulai tanggal 2 Oktober sampai dengan 26 Oktober 2019 di SD Azhari Islamic School (AIS). Adapun kegiatan pengumpulan data tersebut terdiri dari: a. Teknik Pengumpulan Data 1) Metode Tes

27

28

Untuk mengukur variabel tingkat penguasaan murid dalam ilmu pengetahuan dipergunakan metode tes prestasi belajar (achievment test). Tes merupakan salah satu teknik pengukuran yang banyak dipergunakan dalam penulisan pendidikan.Tes disini, diartikan sebagai seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Skor yang didasarkan pada sampel yang representatif tentang tingkah laku peserta tes itu merupakan indikator sejauhmana orang yang dites itu memiliki karakterisitik yang sedang diukur.74 Menurut Thorndike achievment test dilakukan dengan maksud untuk mengukur apa yang telah dipelajari oleh individu pada masa lampau, yaitu setelah pengajaran selesai dilaksanakan.75 Sementara itu, Anastasi mengartikan achievement test dilakukan untuk mengukur pengaruh (effect) dari satu program pengajaran tertentu.76 Variebel tertentu dalam kebanyakan penulisan tentang keefektifan pendidikan dan pengajaran adalah prestasi belajar. Oleh karena itu, tes hasil belajar atau tes prestasi belajar sangat banyak dipakat dalam penulisan penidikan maupun di sekolah. Tes hasil belajar tersebut mengukur penguasaan dan kecakapan individu di berbagai bidang pengetahuan. Metode tes ini diambil dari prestasi hasil siswa yang diolah oleh guru yaitu daftar nilai Ujian Akhir Semester Ganjil tahun ajaran 2018/2019.

2) Metode Kuesioner Kuesioner adalah salah satu metode ataupun teknik pengumpulan data, informasi dimana sipenulis mengajukan pertanyaan secara tertulis tentang objek yang ditelitinya dan responden diminta kesediaan untuk memberikan pendapatnya tentang suatu hal sebagaimana yang terkandung dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Dilihat dari segi tekniknya dibedakan antara kuesioner terbuka (open ended quesioner) dan

74Sheila, Marion dan Nasrin, Pengantar Penulisan dalam Pendidikan, terj. Arief Furalhanan,(Surabaya: Usaha Nasional,1982), h. 256. 75Robert L. Thorndike and Elizabeth Hagan, Measurement and Evolution in Psychology and Education, Second Edition,(New York: INC., 1967), 22. 76Anne Anastasi, Psychologycal Testing and Measurement, Fifth Edition, (New York: INC., 1982), h. 392.

28

kuesioner tertutup (close ended quesioner). Dalam kuesioner terbuka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dapat dijawab secara bebas oleh responden. Sementara itu, dalam kuesioner tertutup jawaban untuk pertanyaan yang diajukan sudah disediakan dengan satu atau lebih alternatif jawaban. Responden dalam menjawab pertanyan-pertanyaan kuesioner tersebut diminta untuk memilih satu diantara alternatif jawaban yang ada yang dianggap paling tepat, sesuai ataupun paling cocok menurut pendapatnya.77 Proses dan prosedur penggunaan kuesioner dalam penulisan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Responden yang harus menjawab kuesioner penulisan adalah 148 murid SD Azhari Islamic School (AIS) yang telah ditetapkan menjadi sampel penulisan yang berjumlah 148 murid yang telah mengikuti achievement mapel umum dan agama dan dilaksanakan setelah achievement selesai dikerjakan oleh responden. b) Format kuesioner bersifat tertutup dengan menggunakan model skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert, dimana setiap pertanyaan disediakan 4 alternatif jawaban yang menggambarkan pendapat, sikap atau penilaian dari yang paling positif sampai yang paling negatif. c) Jawaban yang diberikan responden terhadap masing-masing butir pertanyaan kuesioner diberikan skor berturut-turut 4-3-2 dan 1, mulai dari jawaban yang paling positif sampai yang paling negatif. Dalam hal pertanyaan kuesioner bertbentuk negatif maka pemberian skor dibalik, mulai jawaban yang paling negatif sampai yang paling positif berturut-turut skornya adalah 1,2,3, dan 4. d) Berdasarkan sistem skoring sebagaimana dikemukakan diatas, maka total skor yang dapat dicapai oleh setiap responden untuk masing-masing variabel penulisan bergerak dalam skala antara 0-75. e) Dengan menggunakan sistem pengklasifikasian berdasarkan kriteria patokan maka skor masing-masing lima variabel penulisan diklsifikasikan kedalam lima kategori, yaitu amat baik (60-75), baik (45-59), kurang (30-44), buruk (16-29) dan amat buruk (0-15).

77Donal Ary, Lucy Cheser Yacob, dan Asghar Razafieh, dkk.,Pengantar Penulisan dalam Pendidikan, terj. Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 248-251. 29

30

f) Seluruh jawaban masing masing responden terhadap seluruh butir pertanyaan diproses untuk ditabulasi dengan komputer dengan menggunakan SPSS. g) Berdasarkan hasil tabulasi terhadap data yang telah berhasil dihimpun melalui kuesioner penulisan selanjutnya dapat dilakukan berbagai tabel data, klasifikasi data dan hitungan statistik (deskriptif, korelasi, regresi dan sebagainya) yang dapat dipergunakan sebagai masukan untuk menganalisa berbagai aspek yang berkenaan dengan prestasi belajar di SD Azhari Islamic School (AIS). h) Disamping kuesioner yang ditujukan kepada responden yang terdiri dari 148 murid SD (Sekolah Dasar), guru yang terpilih sebagai responden diminta kesediaan mereka untuk memberikan jawaban pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner yang dibuat secara khusus untuk guru tahfizh. Kuesioner ini dipergunakan untuk menghimpun data guna mengetahui antara lain: a) Karakteristik ataupun profil guru tahfizh. b) Pendidikan. c) Pengalaman kerja. d) Pandangan, penilaian dan persepsi mereka mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tahfizh quran di SD Azhari Islamic School (AIS) yang mereka alami. e) Tingkat kepuasan kerja (job statis faction) berkarir sebagai guru tahfizh. Kuesioner ini seluruhnya memuat 35 item pertanyaan, dengan sistem gabungan antara sistem terbuka (open ended) dan tertutup (close ended). Kegunaan data yang dihimpun dengan kuesioner ini adalah sebagai masukan guna menganalisis berbagai permasalahan yang secara faktual yang dihadapi guru tahfizh dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran tahfizh dimana mereka ditugaskan.

3) Instrumen Penulisan Pengembangan instrumen penulisan ini mengacu pada kajian teori dan kerangka pikir yang telah ditulis serta pengembangan instrumen dari penulisan yang relevan. Menurut Suraharsimi Arikunto dalam Iqbal Hasan, instrumen penulisan adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistimatis

30

sehingga lebih mudah diolah.78 Berikut langkah-langkah dalam pembuatan instrumen yang isinya mengungkap korelasi hafalan al-Quran terhadap prestasi murid. a) Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi instrumen penulisan disusun berdasarkan indikator dari variabel penulisan, dimana indikator tersebut dijabarkan menjadi item-item pertanyaan. Berikut kisi-kisi instrumen penulisan yang dibuat.

Tabel. 1.2. Kisi-kisi Instrumen Menghafal al-Quran No. No. Variabel Indikator Kisi-kisi Kriteria Soal 1. Hafalan Keikhlasan 1. Ikhlas dalam menghafal al-Quran 1 & 2 al-Quran Dalam 2. Tidak bosan menghafal al-Quran 3 menghafal 3. Tidak mudah tergoda dalam menghafal al-Quran 4 al-Quran 4. Merasakan kenikmatan dan kenyamanan 5 & 6 hati ketika hafalan Motivasi 1. Senang menghafal al-Quran 7 & 8

menghafal 2. Bersemangat mengafal al-Quran 9 al-Quran 3. Menambah hafalan al-Quran sendiri (selain 10 yang diwajibkan dalam sekolah)

4. Betekad menjadi hafizh Quran 11

Menjadwal 1. Hafalan al-Quran setelah sholat subuh 12 & 13 waktu 2. Hafalan al-Quran setelahsholat maghrib 14 & 15 menghafal 3. Menambah waktuhafalan al-Quran ketika 16 al-Quran ujian tahfizh 4. Memaksimalkan waktu khusus untuk 17 mengulang hafalan al-Quran Menjadwal 1. Memiliki waktu khusus untuk mengulang 18 waktu hafalan al-Quran menghafal 2. Mengulang hafalan al-Quran dalam sholat 19 dan 3. Mengulang hafalan lama sebelum 20 & 21 muraja'ah menambah hafalan yang baru Kiat-kiat 1. Meminimalisir pandangan maksiat 22 menjaga 2. Menjaga pandangan mata dari hal-hal 23 hafalan yangdiharamkan al-Quran 3. Berdoa agar dipermudah dalam hafalan dan 24 & 25 menjaga hafalan al-Quran

Peran 1. Orang tua selalu mengontrol tugas hafalan 26

78Iqbal Hasan, Metodologi Penulisan dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 76. 31

32

orang tua murid terhadap 2. Orang tua mendampingi murid hafalan 27 murid ketikahafalanal-Quran di rumah 3. Orang tua mendoakan murid 28 Menggunakan 1. Mendengarkan mp3 sebelum menghafal 29 media ayat yang akan dihafalkan yang 2. Penggunaan mushaf hafalan al-Quran memudahkan 30 hafalan quran

b) Menetapkan Skor Penulisan kuesioner atau angket menggunakan skala Likert.Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penulisan seperti: sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau kelompok.79 Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penulisan, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh penulis, yang selanjutnya disebut variabel penulisan.80 Untuk menetapkan skor pada pilihan pernyataan dengan memilih 1 jawaban dari 4 alternatif jawaban yaitu; Selalu (S), Sering (SR), Kadang-kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 1.3.Penetapan Skor Pernyataan Skor N Alternatif Jawaban No. Pernyataan Pernyataan Positif Negatif 1. Selalu (S) 4 4 2. Sering (SR) 3 3 3. Kadang-kadang (KK) 2 2 4. Tidak Pernah (TP) 1 1

c) Uji Instrumen

79Iqbal Hasan, Metodologi Penulisan dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 72. 80Sugiyono, Metode Penulisan Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 107.

32

Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu sahih dan dapat diandalkan.81 Semua instumen yang digunakan dalam penulisan ini seharusnya terlebih dahulu diuji cobakan sebelum dipakai sebagai alat untuk mendapatkan data penulisan yang sesungguhnya. 1) Validitas Isi Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran suatu instrumen.82 Sedangkan uji validitas adalah pengujian untuk membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diteliti.83 Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur.84 Dapat disimpulkan, uji validitas merupakan suatu alat ukur dalam menentukan valid atau tidaknya suatu instrumen penulisan. Adapun fokus uji validitas yang penulis gunakan dalam penulisan ini yaitu tentang validitas isi. Validitas isi merupakan tingkat dimana suatu tes mengukur lingkup isi yang dimaksudkan, yang bertitik tolak dari item-item yang ada. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi instrumen terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari inikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka penguji validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.85 Untuk menguji validitas isi dilakukan dengan uji coba instrumen. Analisis butir pada instrumen penulisan ini diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson. Teknik ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir (X) terhadap skor total instrument

81Suharsimi Arikunto, Prosedur PenulisanSuatu Pendekatan Praktik,(Jakarta:Rineka Cipta, 2002), h. 144. 82Margono, Metodologi Penulisan Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 329. 83Mahmud, Metode Penulisan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 167. 84Masrukin, Statistik Inferensial Aplikasi Program SPSS, (Kudus: Media Ilmu Press, 2010), h. 20. 85Sugiyono, Statistika untuk Penulisan, (Bandung: Al-Fabeta, 2013), h. 353. 33

34

(Y). Rumus korelasi product moment dari Pearson yang digunakan untuk menganalisa masing-masing butir pertanyaan adalah sebagai berikut:86

Keterangan: = Koefisiean korelasi Product Moment = Jumlah skor variabel Y = Jumlah skor variabel X N = Jumlah sampel = Jumlah skor kuadrat variabel Y = Jumlah skor kuadrat variabel X = Jumlah perkalian antara skor variabel X Denganskor variabel Y

Kemudian hasil perhitungan dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Jika rhitunglebih besar atau sama dengan rtabel maka dapat dikatakan butir pertanyaan tersebut valid. Sebaliknya bila rhitung lebih kecil dari rtabel maka dapat dikatakan butir tersebut tidak valid atau gugur. d) Uji Reabilitas Instrumen Uji reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal, jika jawaban seseorang terhadap kenyataan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk melakukan uji reabilitas dapat digunakan program SPSS dengan menggunakan uji statistic Cronbach Alpha. Adapun kriteria bahwa instrumen itu dikatakan reliabel, apabila nilai yang didapat dalam proses pengujian dengan uji statistic Cronbach Alpha> 0,60. Dan sebaliknya jika Cronbach Alpha diketemukan angka koefisien lebih kecil (<0,60), maka dikatakan tidak reliabel.87

86Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta:Rineka Cipta, 2002), h. 170. 87Masrukin, Statistik Inferensial Aplikasi Program SPSS, (Kudus: Media Ilmu Press, 2010), h. 15.

34

Uji keandalan atau reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui keajegan instrumen dalam mengumpulkan data penulisan. Suatu instrumen dikatakan reliabel bila instrumen itu dalam mengukur gejala pada suatu waktu yang berlainan menunjukan hasil yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus alpha Cronbarch.Rumus ini digunakan dalam penulisan ini karena dalam jawaban angket tidak terdapat jawaban yang bernilai salah. Rumus alpha Cronbarch yang digunakan adalah sebagai berikut:88

Keterangan: = Reabilitas instrumen K =Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir = Varian total

Untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen penulisan maka digunakan pedoman berdasarkan nilai koefisien reliabilitas korelasi menurut Sugiyono, adalah sebagai berikut:89

Tabel. 1.4.Nilai Koefisien Reliabilitas Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 – 0,199 Sangat rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Cukup 0,600 – 0,799 Tinggi 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

88Suharsimi Arikunto, Prosedur PenulisanSuatu Pendekatan Praktik,(Jakarta:Rineka Cipta, 2002), h. 196. 89Sugiyono, Statistika Untuk Penulisan,(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231. 35

36

Instrumen dikatakan reliabel jika hasil hitungnya mencapai tingkat reliabilitas “tinggi” atau “sangat tinggi” atau koefisien reliabilitas yaitu 0,600-1,000. 4) Metode Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan secara langsyng ke objek penulisan untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.90 Pada dasarnya, teknik observasidigunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat objek momen tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.91 Metode observasi dalam studi ini dipergunakan untuk mengamati secara langsung proses jalannya pengajaran materi dikelas, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual sebagaimana sesungguhnya berlangsungnya proses pembelajaran dikelas. Mengingat data yang diperoleh dari observasi kelas tersebut hanya merupakan data komplementer untuk memperkuat dan memperkaya bahan deskripsi tentang pelaksanaan proses KBM tahfizh/umum, maka observasi kelas hanya dilakukan terhadap guru tahfizh/umum. Untuk tujuan ini disusun semacam pedoman observasi dengan sistem checklist, yang memuat berbagai kegiatan belajar- mengajar yang mungkin terjadi dalam kelas selama pelajaran tahfizh berlangsung, terutama kegiatan belajar yang bersifat verbal. Data yang dihasilkan dari penggunaan teknik observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk mempelajari pola interaksi dalam proses belajar-mengajar tahfizh. Disamping itu, selama observasi kelas dilakukan perekaman dengan menggunakan taperecorder untuk merekam verbal bevior guru dan murid. Melalui transkip rekaman tersebut diperoleh informasi dan data yang dapat dipergunakan untuk menganalisa muatan (content analisys pelajaran tahfizh yang dikomunikasikan oleh guru kepada murid selama pelajaran berlangsung dan bagaimana respon murid terhadap proses pembelajaran tahfizh dikelas yang diobservasi.

90Riduwan, Metode Riset, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 104. 91Margono S, Metologi Penulisan Pendidikan Komponen MKDK,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 159.

36

5) Wawancara (Interview) Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penulisan yang berlangsung secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individu dan kadang kala dilakukan secara kelompok.92 Dapat disimpulkan bahwa metode wawancara merupakan suatu metode dalam mengumpulkan data dalam melakukan interaksi secara langsung dengan dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan Adapun subyek dalam wawancara ini diantaranya Kepala Sekolah Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, hal ini dilakukan untuk menggali data atau informasi tentang keadaan guru, murid, dan wali murid. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada guru mata pelajaran tahfizh dan materi umum lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menggali data atau informasi tentang bagaimana kemampuan hafalan quran yang telah diprogramkan dalam setiap jenjang kelas dan prestasi belajar murid SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus.

8. Proses Analisis Data a. Deskrispsi Data Setelah memperoleh data dari lapangan, kemudian data disajikan dalam bentuk deskripsi data dati variabel bebas dan variabel terikat.Analisis data yang dimaksud meliputi penyajian skor tertinggi (Maks), skorterendah (Min), mean (M), dan Standar deviasi (SD), tabel distribusifrekuensi dan diagram batang.Langkah- langkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusifrekuensi adalah sebagai berikut: 1) Tabel Kecenderungan Variabel Setelah melakukan menghitung skor tertinggi (Maks), skor terendah (Min), mean(M), dan Standar deviasi (SD), kemudian mengkategorikan skor pada masing-masing variabel. Pengkategorian dilakukan berdasarkan Mean ideal (Mi) dan Simpangan Baku ideal (Sbi) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

1 Mean ideal (M) = /2(Skor tertinggi – Skor terendah) 1 Simpangan Baku Ideal (Sbi) = /6 (Skor tertinggi – Skor terendah)

92Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 216. 37

38

Menurut Purwanto untuk mendeskripsikan kategori setiap variabel menggunakan bantuan kurva normal. Dengan membagi menjadi 3 kriteria penilaian ideal.93

Tabel. 1.5.Kriteria Penilaian No. Rentang Skor Kategori 1 Mi +SBi < X (M+1SD) Tinggi 2 Mi + SBi < X ≤ Mi + SBi Sedang 3 X ≤ Mi + Sbi (M-1SD) Rendah

Keterangan: X = Skor akhir rata-rata Mi = Mean ideal SBi = Simpangan Baku ideal 1SD = Standar Deviasi

2) Tabel Distribusi Frekuensi a) Menghitung Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Strugees yaitu:

K = 1 + 3,3 log n

Keterangan: K = jumlah kelas interval n = jumlah data observasi atau responden log n = logaritma

b) Menghitung Rentang Data Untuk menghitung rentang data menggunakan rumus:

Rentang = Skor Tertinggi – Skor Terendah

c) Menentukan Panjang Kelas Untuk menentukan panjang kelas dengan cara membagi rentang kelas dengan jumlah kelas.

b. Uji Persyaratan Analisis

93Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 211.

38

1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengkaji apakah sampel random yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data yang diperoleh baik variabel bebas maupun variabel terikat digunakan rumus:94

Keterangan: = Chi kuadrat fo = Frekuensi yang diperoleh dari sampel fh = Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai permintaan dari frekuensi yangdiharapkan dalam populasi

Hasil perhitungan Chi kuadrat ( ) selanjutnya dikonsultasikan dengan Chi kuadrat ( ) tabel yaitu dengan dk = k – 1 dan taraf signifikansi 5%. Apabila Chi kuadrat ( ) hitung lebih kecil dari Chi kuadrat ( ) tabel maka data tersebut berdistribusi normal, dan jika sebaliknya Chi kuadrat ( ) hitung lebih besar dari Chi kuadrat ( ) tabel maka data tersebut distribusinya tidak normal. 2) Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) memiliki hubungan linier atau tidak dengan variable terikat (Y). Untuk mengetahuinya kedua variabel tersebut di uji dengan menggunakan uji F pada taraf signifikasi 5%, adapun rumusnya adalah:95

Keterangan: Freg = Harga F garis regresi RKreg = Rerata kuadrat regresi RKres = Rerata kuadrat residui

Bila diperoleh harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel

94Sugiyono, Statistika untuk Penulisan, (Bandung: Al-Fabeta, 2013), h. 107 95Sutrisno Hadi, Statistik Jilid 2,(Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 259. 39

40

terikat adalah linier. Sedang apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah tidak linier.

c. Uji Hipotesis 1) Analisis Regresi Penghitungan analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis yaitu hubungan hafalan quran terhadap prestasi belajar siswa. Adapun rumusnya menggunakan rumus regresi, yaitu:96

Keterangan: = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan = Nilai Y ketika nilai X = 0 (nilai konstan) = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang diadasarkan pada perubahan variabel Independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. = Subjek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Secara teknis nilai b merupakan tangen dari (perbandingan) antara panjang garis variabel dependen, setelah persamaan regresi ditentukan. Lihat gambar di bawah ini.

Dimana: = Koefisien korelasi product moment antara variabel X dengan variabel Y = Simpangan baku variabel Y = Simpangan baku variabel X

96Suharsimi Arikunto, Prosedur PenulisanSuatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 170.

40

Untuk menyimpulkan hipotesis pada penulisan ini menggunakan perbandingan antara rhitung dan rtabel, apabila rhitung lebih kecil dari rtabel (rh < rt), maka koefisien korelasi yang diuji tidak signifikan. Sebaliknya bila rhitung sama atau lebih besar dari rtabel (rh ≥ rt), maka koefisien korelasinya signifikan. Setelah diperoleh harga r kemudian menguji signifikannya dengan menggunakan rumus t, yaitu:97

Keterangan: t = Koefisien signifikansi r = Koefisiensi korelasi n = Jumlah subjek uji coba

Apabila t hitung ≥ t tabel dengan taraf signifikansi 5% maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha), sebaliknya apabila t hitung < t tabel dengan taraf signifikansi 5% maka Ho diterima dan menolak Ha. d. Tahapan Kegaiatan Penulisan 1) Membangun Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan peta mental yang dijadikan pedoman untuk memasuki lapangan penulisan. Peta mental ini dibangun berdasarkan elemen-elemen yang ada didalam suatu situasi sosial yaitu adanya pelaku, adanya tempat melakukan kegiatan sosial, dan adanya kegiatan sosial serta carayang dilakukan oleh para pelaku dalam melakukan kegiatan sosial. 2) Memilih Situasi Sosial Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus adalah situasi sosial yang dijadikan latar penulisan ini, alasan-alasan yeng mendasari pemilihan tersebut adalah karena sekolah ini memenuhi persyaratan pokok sebagai latar penulisan yaitu: a) Adanya tempat untuk melaksanakan proses kegiatan. b) Adanya para pelaku proses kegiatan.

97Sugiyono, Statistika untuk Penulisan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 184. 41

42

c) Adanya kegiatan pemebelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang. Syarat-syaratlain yang mendukung pemilihan sekolah tersebut sebagai latar penulisan adalah: a) Mudah dijangkau. b) Kesederhanaan. c) Dapat dimasuki. d) Mempunyai izin penulisan. e) Tidak mengganggu kegiatan yang ada. Selanjutnya, pemilihan tersebut berdasarkan minat dan keinginan penulis.

9. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi buku ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan buku sebagai berikut: Bab I. Merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang, permasalahan penulisan, penulisan terdahulu yang relevan, tujuan dan kegunaan penulisan, metodologi penulisan dan skala pengukuran, menentukan objek penulisan, populasi dan sampel penulisan, validitas dan reabilitas instrumen pengumpulan data, pengumpulan data, pengelolaan dan analisis data, tempat dan waktu penulisan, tahapan kegiatan penulisan dan sistematika pembahasan. Bab II. Merupakan bab pembahasan tentang kerangka teori yang berisi perdebatan akademika yang berkaitan dengan prestasi belajar dan program menghafal al-Quran. Dan menganalisis teoritis temuan penulisan. Pada bab ini juga akan dibahas tentang kesesuaian konsep teori dengan penerapan yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar dan menghafal al-Quran yang khususnya yang didasarkan pada hasil penulisan. Bab III. Membahas tentang potret objek di SD Azhari Islamic School (AIS) dan deskripsi hasil belajar serta hasil hafalan siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Bab IV. Membahas tentang penerapan metode pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta. Bab V. Menguraikan kesimpuan dan rekomendasi/saran.

42

BAB II KONSEP PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGHAFAL AL-QURAN

A. Prestasi Belajar Prestasi belajar perlu dimaknai secara komprehensif dan menyeluruh. Prestasi belajar tidak hanya diukur dari sisi keberhasilan dibidang kognitif belaka, namun perubahan sikap dan tingkah laku merupakan sasaran yang tidak boleh diabaikan. Harus diyakini bahwa media Ujian Nasional (UN) bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan suatu sekolah. Aspek lain seperti pembentukan sikap kemandirian, kejujuran, percaya diri, kreatif dan lain sebagainya juga harus dijadikan barometer sekolah. Dalam perspektif pendidikan, ranah kognitif bukanlah merupakan satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Dua aspek lainnya, yakni efektif dan psikomotorik pada intinya memiliki peran yang tak kalah penting dengan aspek yang pertama. Ketiga ranah ini memiliki fungsi esensial yang saling terkait dan tidak mungkin dapat dipisahkan. Berbicara tentang prestasi belajar, beberapa teori yang berkembang sangat bersifat parsial. Untuk memudahkan pembahasan ini akan terlebih dahulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan belajar dan prestasi belajar. 1. Belajar Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan,1 diantara kemampuan itu adalah mengidentifikasi objek, merancang tujuan, menyusun rencana, mengorganisasikan sumberdaya, dan memonitor konsekuensi. Aktivitas kognitif ini terkait dengan tiga aspek unik dari kecerdasan manusia. Pertama, manusia mampu mempelajari penemuan, pencipataan dan ide-ide dari pemikir besar dan ilmuwan besar dimasa lampau, kedua individu mampu mengembangkan pengetahuan tentang tempat dan kejadian yang belum mereka alami secara personal melalui pengalaman orang lain. Ketiga, manusia menyesuaikan lingkungan dengan diri mereka, bukan sekedar

1Goldberg, E., The Executive Brain: Frontal Lobes and the Civilized Mind, (New York: Oxford University Press, 2001), h. 11. 44

beradaptasi dengan lingkungan. Usaha ini dicapai dengan perencanaan strategi atau membuat sesuatu.2 Cronbach mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman).3 Sedangkan menurut Geoch mengatakan learning as a change in performance as a result of practice (belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.4 Beberapa gaya belajar menurut para ahli diantaranya: a. Gaya belajar menurut Kagan adalah gaya impulsif atau reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakn lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban murid yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif.5 b. Gaya mendalam atau dangkal adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) atau sekedar mencari apa apa yang perlu untuk dipelajar (gaya dangkal).6 Murid yang belajar dengan menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara konseptual yang lebih luas dan secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi. Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajaridan memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar lebih mungkin akan termotivasi

2Vygotsky, L, S., Consciousness as A problem in the Psychology of Behavior, Soviet Psychology, 174 (4), 3-35. (Original Work Published 1924), h. 13-14. 3Cronbach dalam Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2011), cet. 18, h. 22. 4Geoch dalam Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2011), cet. 18, h. 22. 5Kagan, S., Cooperative Learning. San juan Capistrano, Ca: Resources for teachers, dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2003), h. 129. 6Marton, F . Haunsell, D. J. & Entwistle, N, J., the Experience of Learning. (Edinburgh: Scottish Academic Press, 1984), dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 130. 45

belajar jika ada penghargaan dari luar, pujian, tanggapan positif dari guru.7 Peran belajar dalam kehidupan sehari-hari, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademi, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Pertama, bagi individu, studi tentang “belajar” dapat menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan, tentang strategi untuk menjalankan peran di dunia, serta tentang sikap nilai yang memandu tidakan seseorang. Kapasitas untuk belajar terus-menerus dapat memperkaya dan meragamkan gaya hidup.8 Kedua, belajar adalah penting bagi masyarakat salah satunya, seperti dicatat Vygotsky adalah mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur pengalaman yang diwariskan.9 Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, penulis akan melengkapi sebagian definisi dengan komentar dan interpretasi. Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap dan nilai-nilai manusia, umumnya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar bergantung pada peristiwa yang disebut dengan belajar.10 Tiga variasi belajar yang diidentifikais oleh Gagne adalah kapabilitas kognitif: a. Varian itu adalah informasi verbal yang dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa.11 b. Keterampilan intelektual adalah menbedakan, mengkombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, menganalisis, mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol simbol lain.12 c. Strategi kognitif adalah belajar bagaimana cara belajar, cara mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analisis kita yang melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi.13

7Snow, R, E. Como, L. N Jackson, D., Individual Differences in Affective and Conative Functions. 1996. C. Berliner NR-C, Carfee (Eds) Handbook of Educational Psychology, (Newyork: Macmillion). 8Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 3. 9Vygotsky, L.S, Consciousness as a Problem in the Psychology of Behavior. Soviet Psychology, 176 (4), Original Work Published 1934 h. 3-33. 10Gagne, R. M. The Conditions of Learning (4th Ed), 1985, dalam Margaret, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1. 11Gagne, R. M. The Conditions of Learning (3th Ed), 1977, dalam Margaret, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 182. 12Gagne, R. M. The Conditions of Learning (3th Ed), 1977, dalam Margaret, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27. 46

Skinner, seperti yang dikutip Barlov,14 dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah a proses of progressive behavior adaptation: berdasarkan eksperimennya, B.F Skinner Percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce). Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie,15 adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan process conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respon. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menentang. Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.16 Rumusan pertama acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat paraktik dan pengalaman. Rumusan keduanya process of aquiringresponses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus. Thorndike menyimpulkan belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.17 Bahwa motivasi merupakan hal yang sangat vital dalam belajar adan law of effect, artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin kuat.

13Gagne, R. M. The Conditions of Learning (4th Ed), 1977, dalam Margaret, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 167. 14Barlow, Daniel Lenox, Eductional Psychology: The Teaching Learning Process, (Chicago: The Moody Bible Institute, 1985), dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 88. 15Skinner, dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 88. 16Chaplin, Dicionary of Psychology, dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 88. 17Thordike dalam Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 88. 47

2. Prestasi Belajar Winkel mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.18 Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.19 Menurut Muhibin Syah prestasi belajar adalah keberhasilan murid yang mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan Taulus Tu’u prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes, angka yang diberikan guru.20 Kemampuan intelektual murid sangat menentukan keberhasilan murid dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh murid setelah proses belajr mengajar berlangsung. Evaluasi atau penilaian merujuk ke semua sarana yang digunakan di sekolah untuk secara resmi mengukur kinerja murid. 21 Sarana ini meliputi ulangan harian dan ujian, evaluasi tertulis, dan nilai. Evaluasi murid biasanya terfokus pada pencapaian akademis, tetapi banyak sekolah juga menilai perilaku dan sikap. Evaluasi murid mempunyai enam tujuan utama:22 a. Umpan balik bagi murid, murid perlu mengetahui hasil upaya mereka.23 Evaluasi teratur memberi mereka umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan mereka.24

18Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 226. 19Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 26. 20Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 91. 21McMillan dan Popham, dalam Robert, E., Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2017), h. 267. 22Gronlund dalam Robert, E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2017), h. 268. 23Hattie & Timperley dalam Robert, E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2017), h. 268. 24Sato & Atkin dalam Robert, E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2017), h. 268. 48

b. Umpan balik bagi guru. Evaluasi pembelajaran murid adalah memberikan umpan balik kepada guru tentang keefektipan pengajaran guru. Guru tidak dapat berharap sangat efektif jika guru tidak mengetahui apakah murid atelah memahami gagasan utama pelajaran mereka. c. Informasi bagi orangtua, pertama banyak jenis evaluasi rutin sekolah (angka ujian, bintang dan sertifikat, dan juga nilai buku rapor) memungkinkan orangtua tetap memperoleh informasi tentang pekerjaan sekolah anak-anak mereka. Kedua, nilai dan evaluasi lain menyediakan sistem penguatan berbasis keluarga tidak resmi.Tanpa banyak mendorong, kebanyak orangtua secara alami menguatkan anak mereka karena membawa pulang nilai yang baik, dengan demikian menjadikan nilai penting dan efektif sebagai insentif. d. Informasi untuk pemilihan, terkait erat dengan pemilihan adalah sertifikasi, penggunaan ujian untuk menyaring murid dalam rangka kelulusan atau memasuku berbagai pekerjaan. e. Informasi untuk akuntabilitas, seiring evaluasi berperan sebagai data untuk evaluasi, guru, sekolah, atau bahkan negara bagian. Setiap negara bagian mempunyai bentuk program pengujian untuk seluruh negara bagian yang memungkinkan bagian itu memberi peringkat setiap sekolah berdasar kinerja murid. Nilai ujian ini juga sering digunakan untuk mengevaluasi kepala sekolah, guru dan pemilik sekolah. f. Evaluasi sebagai insentif untuk memotivasi murid guna mengerahkan upaya terbaik mereka. Pada dasarnya, nilai yang tinggi, bintang, dan hadiah diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan yang baik. Murid menghargai nilai dan hadiah terutama karena orangtua mereka menghargainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh murid selama proses belajarnya. Keberhasilan ditentukan oleh faktor yang saling berkaitan. Menurut Muhibbin Syah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar murid terbagi tiga macam,25 yakni: a. Faktor internal (faktor dari dalam murid) Faktor internal murid meliputi keadaan jasmani dan rohani murid yang mencakup 2 (dua) aspek, yaitu:

25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 129. 49

1) Aspek fisiologis Aspek fisiologis adalah kondisi organ-organ murid, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan murid dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Daya pendengaran dalam penglihatan murid yang rendah, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan echonic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori murid. Keletihan fisik pada murid berpengaruh juga dalam prestasi belajarnya. Menurut Cross dalam bukunya The Psychology of Learning,26 keletihan murid dapat dikategorikan menjadi tiga macam faktor, yaitu: a) Keletihan indera murid. Keletihan indera dalam hal ini, lebih mudah dihilangkan dengan cara istirahat yang cukup, tidur dengan nyenyak. b) Keletihan fisik murid berkesinambungan dengan keletihan indera murid. Yakni cara menghilangkannya relatif lebih mudah, salah satunya dengan cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merileksasikan otot-otot yang tegang. c) Keletihan mental murid ini dipandang sebagai faktor utama penyebab adanya kejenuhan dalam belajar, sehingga cara mengatasi keletihannyapun cukup sulit.Penyebab timbulnya keletihan mental ini diakibatkan karena kecemasan murid terhadap dampak yang ditimbulakan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan murid terhadap standar nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi, kecemasan murid ketika berada pada keadaan yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat, kecemasan akan konsep akademis yang optimum sedangkan murid menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (Self-imposed). 2) Aspek psikologis Aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar murid, meliputi: a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingungan dengan cara yang

26Muhibbin Syah, Cross the Psychology of Learning dalam Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014) h. 130. 50

tepat.27 Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Santrock,28 menyatakan bahwa intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Sedangkan Robert J. Stenberg,29 intelegensi muncul dalam bentuk analitis, kreatif, dan praktis. intelegensi analitis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membadingkan dan mempertentangkan. Intelegensi kreatif adalah kemempuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan. Intelegensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan. Beberapa murid yang tinggi untuk ketiga area tersebut, ada yang tinggi dalam satu atau dua area.30 Menyatakan bahwa murid dengan pola triarkis yang berbeda akan “tampak berbeda” disekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih disukai dalam sekolah umum (konvensional), mereka seringkali mudah menyerap pelajaran dan murid diberi ujian. Mereka biasanya dianggap anak pintar yang dapat ranking bagus, nilainya selalu bagus, nilai baik dalam tes intelegensi. Murid yang punya intelegensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas. Stenberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru. Sedangkan murid dengan intelegensi praktis mempunyai keahlian sosial yang bagus dan pemahaman umum yang

27Reber dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 131. 28John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw- Hill, 2011), h. 112. 29Robert J. Stenberg dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 112. 30Stenberg, Torff, Grigorenko, dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 112. 51

baik. Dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga type intelegensi itu. Artinya murid harus diberikan kesempatan untuk belajar menggunakan pemikiran analitis, kreatif, dan praktis, meski juga meski juga tetap diberi pengajaran gaya konvensional yang hanya fokus pada belajar dan mengingat informasi. b) Minat murid Secara secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.31 Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian, seorang murid yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada murid lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yangb memungkinkan murid tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. c) Motivasi murid Pendekatan utama untuk analisis motivasi memiliki tiga asumsi, pertama motivai individual adalah hasil dari interaksi anatar faktor lingkungan dengan karakterisktit tertentu dari anak, dianataranya adalah norma sosial, catatan kinerja orang lain reaksi afektif dari guru terhadap kesuksesan dan kegagalan murid,32 jenis tujuan dan struktur kelas sejarah prestasi dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan. Kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif, pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas sesorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlihat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi. Ketiga, bahwa motif kebutuhan/tujuan murid adalah pengetahuan eksplisit, murid dapat

31Rebber, Arthur S. The penguin Dictionary of Psychology, (Ringwood Victoria: Penguin Books Australia, 1988), dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 133. 32Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 525. 52

memikirkan keyakinan ini dan mengkomunikasikannya kepada orang lain.33 Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar yang berkaitan dengan prestasi adalah: pertama, model ekspektasi nilai. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan murid dan nilai yang mereka berikan pada kesuksesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakukan perilaku yang terkait prestasi.34 Model ekspektasi nilai mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional; pilihan, kegigihan, tingkat usaha, katerlibatan kognitif, dan kinerja aktual. Kedua, model berorientasi tujuan. Orientasi tujuan adalah seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana murid akan mendekati dan melakukan aktivitas belajar.35 Ketiga, teori atribusi, yaitu membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dan pencapaiandalam situasi yang berkaitan dengan prestasi, teori ini didasarkan pada tiga asumsi, yakni: pertama, pencarian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan; kedua, atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasian merupakan sumber informasi yang kompleks; dan ketiga perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.36 Teori atribusi mendeskripsikan; pertama proses yang terlibat dalam menentukan sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan (atribusi), dan kedua emosi dan ekspektasi yang mempengaruhi perialku selanjutnya. Misalnya, murid mungkin mengatribusikan/menisbahkan kegagalan ujian matematika pada kurangnya kemampuan, yang menyebabkan emosi negatif. Juga, karena kurangnya kemampuan adalah atribusi internal yang stabil (tidak mungkin berubah), maka murid akan memperkirakan kegagalan dujian matematika dimasa mendatang. Bangunan

33Murphy, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 523. 34Wigfield, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 525. 35Meece, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 522. 36Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 524. 53

dasar dari perumusan sebab atau atribusi kesuksesan atau kegagalan dam prestasi adalah: (1) Atribusi tipikal dan sifatnya. Beragam penyebab hasil dalam kawasan prestasi dapat diidentifikasi.37 Kegagalan misalnya mungkin diatribusikan pada kurangnya usaha, tidak ada kemampuan, strategi yang buruk, nasib sial, prasangka guru, hambatan dari teman, namun atribusi khusus untuk kesuksesan dan kegagalan adalah kemampuan, usaha kesulitan tugas, dan keberangan.38 Terkadang disebutkan atribusi lain, seperti suasana hati, sakit atau bantuan dari orang lain. Namun atribusi paling dominan untuk kesuksesan dan kegagalan39 adalah kemampuan dan usaha. Yakni, kesuksesan diatribusikan pada kemampuan tinggi/kerja keras, dan kegagalan diatribusikan pada kekurangan kemampuan/ kekurangan usaha. (2) Reaksi emosi. Emosi adalah penting dalam perspektif atribusional karena merupakan motivator dari perilaku selanjutnya. Atribusi memberitahu kita apa perasaan kita, dan perasaan memberitahu apa yang mesti dilakukan,40 individu yang mengalami apati, pengunduran diri, dan perasaan tidak kompeten akan berhenti mencoba menghadapi situasi yang berkaitan dengan pencapaian tertentu. Disisi lain, orang yang merasa bersyukur dan lapang dada akan termotivasi untuk mengekspresikan rasa syukurnya individu yang merasakan perasaan kompetensi akan mendekati situasi prestasi dengan percaya diri.Sikap yang berkaitang dengan rasa malu (ejekan, mempermalukan, penghinaan) diasosiasikan dengan kemampuan yang rendah, dan reaksi yang berkaitan dengan rasa bersalah diasosiasikan dengan kurangnya usaha. Munculnya rasa malu, emosi yang lebih negatif ketimbang rasa bersalah, mungkin terkait stabilitas dan ketidakmampuan yang tidak dikontrol.

37Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 488. 38Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 488. 39Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 488. 40Weiner, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 484. 54

Sebaliknya, kurangnya upaya, yang dapat dikontrol, mungkin cenderung menimbulkan rasa bersalah tetapi tidak menimbulkan reaksi yang lebih kuat, yakni malu.41 (3) Bakat murid,42 menyatakan bahwa bakat (attitude) adalah kemempuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Menurut Ngalim Purwanto, bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan, dan bakat adalah kecakapan yaitu mengenai kesanggupan tertentu.43 Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang- bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.44 Merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. b. Faktor Eksternal Murid 1) lingkungan sosial lingkungan sosial sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang murid. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, rajin

41Brown, Nicholls, dalam Margaret E., Gredler, Learning and Instruction, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 490. 42Chaplin, J.P, Dictionary of Psychology, Fifth Printing, (New York: Dell Publishing Co. Inc., 1972). 43Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 28. 44Sadirman, Interaksi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2011), h. 20. 55

membaca, dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar murid, masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan atau lingkungan rumah. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga sendiri, sifat-sifat orang, praktis pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh murid. Kebiasaan yang diterapkan orangtua murid dalam mengelola keluarga (family management practices) yang salah, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang terutama perilaku anti sosial.45 2) Lingkungan non-sosial Lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga murid dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu menentukan tingkat keberhasilan belajar murid. Kondisi rumah dan perkampungan berpengaruh terhadap kegiatan belajar murid. Waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, J. Biggers berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.46 Dunn berpendapat menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan murid. Diantara murid ada yang siap belajar pada pagi hari, adapula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam. Bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori murid dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari murid. Strategi penciptaan prestasi belajar, beberapa teori yang berkembang sangat bersifat parsial. Ada yang menunjukan kemampuan dan kompetisi guru, ada yang berpijak pada

45Patterson & Loeber, dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 135. 46Biggers, J, Body Rhytms, Tahe School day and Academic Achievement, Journal of Experimental Education, dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014). h. 45-47, 56

potensi murid, ada yang mengandalkan proses pembelajaran, ada juga yang berpandangan pada kelengkapan sarana dan fasilitas pembelajaran. Dalam bidang kompetensi guru, teori M. Saleh Muntasir menyatakan bahwa tutor atau tenaga pengajar yang cakap ternyata lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar murid, dan lebih baik pengaruhnya dalam meningkatkan prestasi belajar dibanding dengan pengajar dalam sistem tradisional. Hal ini bermakna semakin profesional seorang guru dalam aktivitas pembelajaran, semakin besar pengaruhnya terhadap prestasi murid.47 Terkait dengan profesionalisme keguruan ini, seorang guru dipersyaratkan agar mampu dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Hal ini meliputi beberapa kompetensi, diantaranya memahami prinsip-prinsip perencangan, pemebelajaran yang menididik, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dikelas dan dilapangan dengan memeperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan, penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakterisitk peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. Selain itu seorang guru juga diharuskan memiliki kompetensi profesional meliputi penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, dan pengembangan materi pemeblajaran secara kreatif. Aspek yang disebut terakhir ini meliputi kompetensi memilih materi pemebelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, dan mengolah materi pembelajaran secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.48 Salah satu bidang penting dalam administrasi atau manajemen pendidikan adalah personil atau sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu pendidik seperti guru maupun tenaga kependidikan. Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan atau organisasi sekolah dengan organisasi lainnya, ini sejalan dengan pernyataan Sergiovanni “Perhaps the most critical difference between the school and most other

47Muntasir, M. Saleh, Pengajaran Terprogram, Teknologi Pendidikan dengan Pengandalan Tutor, (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 3. 48Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 57

organization is the human intensity that characterize its work. School are human organization in the sense that their products are human an their process require the sosializing of human”.49 Hal ini menunjukan bahwa masalah sumber daya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan atau pembelajaran, hal ini juga berarti bahwa pengelola sumber daya manusia merupakan bidag yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidik atau pembelajaran di sekolah. Teori ini dapat dikatakan berlaku pada SD Azhari Islamic School (AIS) dan dapat dibuktikan dari sistem rekrutmen dan pembinaan terhadap tenaga pengajar. Guru-guru diterima disekolah SD Azhari Islamic School (AIS) ini adalah tenaga pengajar yang berpengalaman dan direkrut melalui sistem seleksi yang cukup ketat, baik menyangkut penguasaan materi, kemampuan metodelogis, wawasan keislaman, bacaan dan hafalan al-Quran, bahkan komitmennya dalam pelaksanaan tugas. Sistem rekrutmen yang diterapkan ini dimaksudkan untuk menjaring guru yang profesional. Selain itu, SD Azhari Islamic School (AIS) secara berkala terus melakukan pembinaan kepada guru-guru melalui kegiatan training yang dilaksanakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru agar terwujud kualitas pembelajaran. Teori lain memandang bahwa prestasi belajar sangat ditentukan oleh potensi murid. Salah seorang pakar yang sangat dikenal dengan teori ini adalah Andi Hakim Nasution. Beliau berkeyakinan bahwa di Indonesia anak-anak berbakat dengan kemampuan intelektual yang luar biasa jumlahnya sangat banyak. Bilamana mereka diberikan layanan pendidikan yang unggul pastilah mereka akan menunjukan prestasi yang cemerlang. Teori ini juga menjadi acuan dalam sistem pelaksanaan pendidikan di SD Azhari Islamic School (AIS), yaitu melakukan sistem seleksi yang ketat guna menjaring murid yang berbakat. Sistem seleksi yang diterapkan oleh SD Azhari Islamic School (AIS) meliputi seleksi administrasi,50 tes

49Sergiovanni dalam Suhar Saputra, Uhar, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, diakses pada tanggal 7 November 2018. 50Seleksi administrasi dilakukan dengan melihat rapor Taman Kanak-kanak TK dari sekolah asal. 58

akademik,51 wawancara keislaman,52 tes kesehatan,53 dan tes bacaan al-Quran.54 Sekolah Azhari Islamic School (AIS) juga menerapkan teori yang mengawasi bahwa anak didik bukan sebagai objek, melainkan sebgai subjek pembelajaran, teori belajar yang dikenal sebagai Student Active Learning (SAL) ini banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Teori ini memandang pentingnya aktivitas murid dalam kegiatan pembelajaran artinya, murid itu sendiri yang berperan sebagai aktor dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan kata lain murid itu sendiri yang menentukan pengalaman belajarnya. Kegiatan belajar yang dilakukan sendiri oleh murid memberikan pengaruh yang lebih berbekas dalam dirinya. Setiap anak memiliki keunggulan sendiri tentang cara belajarnya. Ada anak yang lebih mudah memahami materi pembelajaran melalui pengamatan, ada yang lebih mengandalkan kemampuanpendengaran, ada anak yang lebih senang dengan cara berdiskusi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Peran guru adalah untuk merangsang anak agar termotivasi untuk belajar dengan cara memfungsikan potensi yang dimilikinya. Hakekat teori ini adalah menjadikan anak belajar, bukan membuat guru mengajar. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator, yakni memfasilitasi agar anak dapat melakukan sendiri kegiatan belajarnya. Student Active Learning (SAL) merupakan salah satu kriteria proses pembelajaran yang berkualitas. Proses pembelajaran yang memenuhi standar, meliputi; pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berparsitipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik oleh karenanya, setiap sekolah harus melakukan langkah-langkah proses pembelajaran yang meliputi; perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan

51Seleksi akademik meliputi tes mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan keterampilan. 52Wawancara Agama. 53Tes kesehatan. Keterangan kesehatan dari dokter. 54Tes kemampuan membaca al-Quran. 59

pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.55 Teori lain yang juga sangat populer memandang bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus didukung oleh sarana dan fasilitas pendidikan yang memadai. Dengan kata lain, hakekat dari teori ini bahwa semakin lengkap sarana yang tersedia, semakin besar kemungkinan terselengaranya sistem pendidikan yang berkualitas. Sebagaimana yang dinyatakan Christopher Colclough “School facilities do effect learning outcomes in develovin countries,” yakni di negara-negara berkembang ketersediaan sarana pendidikan sangat mempengaruhi prestasi belajar murid di sekolah.56 Keterlibatan orangtua disemua tingkatan kelas, sebagai indikator lain dari kualitas sekolah, merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan.57 Dan keterlibatan orangtua dalam kegiatan kelas atau sekolah yang sedang berlangsung. Selanjutnya keterlibatan orangtua dalam kegiatan belajar dirumah.58 Untuk memastikan kualitas sekolah, orangtua harus terlibat di semua tingkatan disekolah.59 Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) juga dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak hanya didasarkan pada prestasi akademis namun juga meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual merupakan keunggulan tersendiri yang tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual. Kebanggaan orangtua lebih utama didasarkan pada kematangan emosional anak-anak mereka setelah menapatkan pendidikan dan pembinaan di SD Azhari Islamic School (AIS). Selain menjadi taat dalam melaksanakan ibadah agama, mereka juga mampu menunjukan perilaku akhlak al-karimah dalam kehidupan sehari hari, baik di sekolah, di rumah, dan didalam masyarakat.

55Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat 1, (Jakarta: Lekdis, 2005), h. 23-24. 56Christopher Colclough, et, all, Education for All, the Qualitymperative, Summary, (Paris: Unesco Publishing, 2004), h. 11. 57Flaxman, E. & Inger, M, Parents and Schooling in the 1990’s Eric Review, 1,2-6 Fuller, B, (1986) Raising School Quality in Developing Countries:What Investments Boost Learning? World Bank Discussion Paper 2. (Washington, DC, 1991). 58Epstein, J.L, Parents Reactions to Teacher Practices of Parents involment. Elementary School Journal, 86, (1986), h. 277-294. 59Handerson, A, ANew Generation of Evidence the Family is Crucial to Student Achievment National Committee for Citizens in Education, (Washington, DC, 1994). 60

Sekolah Azhari Islamic School (AIS) konsen dalam mengembangkan perpaduan tiga kecerdasan utama, yakni kecerdasan intelektual atau Intellegence Quotient (IQ), kecedasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), dan kecerdasan jiwa atau Spiritual Quotient (SQ). Pendidikan adalah usaha sadar dari terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.60 Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan nasional, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.61 Tugas pendidikan Islam adalah persentase yang jelas tentang nilai-nilai tinggi dan terus terpapar pada daya tarik kebaikan, kebenaran dan kejujuran sampai mereka terjalin kedalam bentuk kepribadian.62 Dalam pandangan dunia tauhid (kesatuan ilahi), pengetahuan adalah suatu kesatuan dan tidak dapat dibagimenjadi divisi sekuler dan religius.63 Pendidikan Islam berfokus baik pada pelatihan pikiran dan ilmu pengetahuan (ta’lim) kepada orang lain, serta mendidik orang secara keseluruhan. Guru bukan hanya guru (mu’alim) tapi juga seorang murrabi atau pelatihan jiwa dan kepribadian. Ta’dib berasal dari kata ad-daba, yang berarti berbudaya, santun, halus, atau disiplin. Ini menggambarkan perilaku yang baik. Ini adalah proses yang diperoleh dengan kualitas dan atribut baik dari pikiran dan jiwa dalam hal perilaku atau perilaku etis yang tepat.64 Fungsi pendidikan Islm adalah menghasilkan manusia yang memiliki karakteristik dan tata krama yang menyerupai Nabi Muhammad SAW. Dalam Islam,

60UU Sidiknas 2003 pasal 1 ayat (1). 61UU Sidiknas 2003 pasal 1 ayat (2). 62Hajalton, B, Islamic Moral Education: an Introduction, (Makkah, SA: Umm Al-Quran University Press, 1982), h. 59. 63Thomas, J, Excellence in Islamic Education: Key Issue for Present Times2002. (Retrieved, 2005), diakses pada 15 Desember http://www.org/education. 64Bin Omar, A, In Quest of an Islamic Ideal of Education: A Study of the Role of Traditional Pondok Institution of Malayla, (Unpublished Doctoral Dissertation Temp, 1993), h. 5-10. 61

pendidikan tidak bisa lepas dari adab dalam arti pendidikan yang meliputi tingkat spiritual kesadaran manusia. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa proses pendidikan. Pendidikan harus dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki karakter mulia, disamping memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang memadai. Salah satu cara untuk mewujudkan manusia yang berkarakter adalah dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pemebelajaran. Nilai-nilai karakter utama yang harus terwujud dalam sikap dan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan. Karakter adalah jujur (olah hati), cerdas (olah pikir), tangguh (olah raga), dan peduli (olah rasa dan karsa). Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran kegiatan pembelajaran. Guru mempersiapkan pendidikan karakter dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya. Pelaksaan pendidikan karakter disekolah perlu didukung; keteladanan guru, orangtua murid serta budaya yang berkarakter. Hasim Amir sebagaimana yang dilansir oleh A. Malik Fajar menyebutkan bahwa hakekat pendidikan Islam adalah pendidikan yang idealistic, yakni pendidikan yang integralistik, humanistic, pragmatic dan berakar budaya kuat.65 Pendidik yang integralistik diharapakan bisa menghasilkan manusia yang memiliki integritas tinggi, yang bisa bersyukur dan menyatu dengan kehendak Tuhan-nya, yang bisa menyatu dengan dirinya sendiri (sehingga tidak memiliki kepribadian belah), manyatu dengan masyarakat (sehingga menhilangkan disintegrasi social) dan bisa menyatu dengan alam (sehingga tidak membuat kerusakan). Pendidikan karakter mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).66 Secara etimologis, kata karakter (Inggris Character) berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu Charasseing yang berarti “to

65Fajar, A. Malik, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 37. 66Ryan, Kevin & Bohlin, K.E, Building Character in School: Practical Ways to bring Moral Instruction to life, (San Fransisco: Jossey Bass, 1999), h. 5. 62

engrave”.67 Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.68 Dalam kamus bahasa Indonesia kata Karakter diartikan dengan tabiat, sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.69 Secara Terminologis, makna karakter “A. Reliable inner disposition to respionds to situations in morally good way”, Character so conceived has tree interrelated parts: moral knowing , moral feeling, and moral behavior.70 Kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang, jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilaku. Dari karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education).71 Karakter adalah “anational movement creating schoolthat faster Ethical, responsible, and caring young people by modeling and teaching good character through an emphasis on universal values that all share”.72 Jadi pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang menjadikan sekolah sebagai agen untuk membangun karakter peserta didik melalui pembelajaran dan pemodalan. Melalui pendidikan karakter sekolah harus berpretensi untuk membawa peserta didik memiliki nilai-nilai karakter mulia: hormat, peduli pada orang lain, jujur, memiliki integritas dan disiplin. Indikator kecerdasan rohaniyah adalah takwa secara lengkap adalah sikap dan tindakan seseorang didalam menerima sesuatu sebagai amanah dengan penuh rasa cinta ingin memilikinya dalam bentuk pilihan amal sholeh.73

67Lickona, Thomas, Educating for Character How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantan Books, 1999), h. 51. 68Echols, M. John & Sadily,H, Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesia Dictionary, cet. XXI, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h. 214. 69Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 682. 70Lickona, Thomas, Educating for Character How Our School can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantan Books, 1991), h. 51. 71Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, cet. VIII, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 62. 72Frye, Mike at all. (Ed), Character Education: Informational Handbook and Guide for Support and Omplementation of the Student Citizent act of 2001, (North Carolina: Public Schools of North Carolina, 2002), h. 2. 73Tasmara, K.H. Toto, Kecerdasan Rohaniyah (Transcendental Intelligence), (Jakarta: Gema Insane, 2001), h. 2-3. 63

Ary Ginanjar Agustian dengan penelitian ESQ-nya menggunakan istilah kecerdasan spiritual, tetapi yang dimaksudkan sama dengan kecerdasan rohaniyah (religius) karena memiliki muatan ajaran agama. Kecakapan emosi dan spiritual yang digali dari Islam adalah konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadhu), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawarun), integritas dan penyempurnaan (ihsan).74 Kecerdasan emosi dan spiritual tidak dijelaskan secara terpisah, tetapi disinergikan menjadi ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), EQ (Emotional Quotient) menyangkut hubungan antar manusia dengan Tuhan.75 Kecerdasan kultural, yakni yang terkait dengan kebudayaan sangat kompleks meliputi tiga wilayah. Wujud kebudayaan sekurang-kurangnya ada tiga: gagasan/ konsep/pemikiran; kegiatan; barang.76 Kecerdasan kultural yang terkait dengan gagasan, konsep, dan pemikiran tidak mungkin dipisahkan dengan kecerdasan intelektual. Kecerdasan kultural yang terkait denga kegiatan, tidak lain adalah kecerdasan menerapkan wujud kebudayaan yang pertama. Yang terkait dengan barang sebenarnya juga kecerdasan dalam memproduksi berbagai kebutuhan hidup, yang seharusnya selaras denga apa yang telah dicapai dalam wujud yang pertama.77 Kecakapan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat mengendalikan diri, memiliki kontrol. Moral, memiliki kemampuan yang baik, dapat berempati (mampu membaca perasaan orang lain), serta peka terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain sehingga memiliki karakter (watak) terpuji dan membangun hubungan antar pribadi yang lebih harmonis.78

74Agutina, A.G, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga, 2001),h. 199. 75Agutina, A.G, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,(Jakarta: Arga, 2001), h.38. 76Kuentjoroningrat dalam Alfian, Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan, (Jakarta: Gramedia, 1885), h. 99. 77Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 111. 78Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 14. 64

Kecakapan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional dapat diajarkan dan akan memberikan peluang yang lebih baik dalam memanfaatkan potensi intelektual, sangat diperlukan untuk menanggulangi tumbuhnya sifat mementingkan diri sendiri, mengutamakan tindak kekerasan, dan sifat-sifat jahat lainnya.79 c. Pendekatan Belajar Pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representatif (mewakili) yang klasik dan modern menurut Muhibbin Syah yaitu: 1) Pendekatan Hukum Jost Menurut Reber,80 salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya, berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. Maksudnya, mempelajari sebuah materi atau bidang studi, seperti bahasa Inggris, dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperto contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau pembiasaan keterampilan tertentu misalnya keterampilan berbahasa Inggris.81 2) Pendekatan Ballard & Clanchy Menurut Ballard & Clanchy,82 pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengarhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving), dan sikap memperluas materi (extending).

79Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 112. 80Reber dalam Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 125. 81Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 125 82Ballard & Clanchy dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 125. 65

Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya. 3) Pendekatan Biggs Menurut hasil penelitian Biggs,83 pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). John B. Biggs, seorang profesor kognitif (cognitivist) yang berpengalaman mengepalai Jurusan Pendidikan Universitas Hongkong itu menyimpulkan bahwa prototipe-prototipe pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun, agaknya patut diduga bahwa antara motif siswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan. Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik itu penting, tetapi yang lebih penting memiliki pengetahuan yang banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya. Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enchancement” yaitu ambisi

83John B. Biggs dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 126. 66

pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. baginya, berkompetensi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan (plans ahead).

B. Metode Memori Dalam menghafal al-Quran setiap orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari tiga proses yaitu proses memasukan data-data informasi kedalam ingatan (encoding), penyimpanan informasi yang masuk dalam gudang ingatan (storage), dan terakhir adalah pengungkapan kembali informasi yang telah disimpan di gudang memori (retrieval).84 1. Encoding Encoding (penyandian) adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat murid mendengarkan guru bicara, menonton film dan mendengarkan memori. Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji) dan penataan (organisasi). Untuk mengawali proses encoding, anak harus memperhatikan informasi.85 2. Storage Storage (penyimpanan) adalah retensi informasi dari waktu ke waktu. Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga simpanan utama, yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda: memori sensoris, working memory (atau memori jangka pendek), dan memori jangka panjang.86

84Sa’adullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 46-50. 85Ornstein, Coffman & Grammer, Ornstein & Light, in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 263. 86John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw- Hill, 2011), h. 266. 67

Memori sensoris atau sensory memory mempertahankan informasi dari dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tiak lebih lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual, suara dan sensasi lainnya. Murid punya memori sensoris untuk suara selama beberapa detik, kurang lebih seperti lamanya suatu gema suara. Akan tetapi, memori sensori untuk gambar visual bertahan hanya sekitar seperempat detik. Karena informasi sensoris bertahan hanya sesaat, adalah penting bagi murid untuk memperhatikan informasi sensoris yang penting bagi pembelajaran mereka.87 Memori jangka pendek adalah sistem memori berkapasitas terbatas di mana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulangi atau diproses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan memori sensoris, memori jangka pendek kapasitasnya terbatas tapi durasinya relatif lebih panjang.88 Working memory memiliki tiga komponen: phonological loop, visual-spatial memory, dan central executive. Ini bisa dianalogikan satu eksekutif (central executive) dengan dua sistem (phonological loop dan visual-spatial memory) yang membantu murid mengerjakan tugas, yaitu:89

87John W. Santrock, Educational Psyhology, 5th ed., (New York: McGraw- Hill, 2011), h. 266. 88George Miller, in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 266. 89Alan Baddeley, in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 266 68

Gambar 2.1.Working Memory

Visual-patial Working memory

Input via Central Long memori executive term sensoris memory

Visual-patial Working memory

a. Phonological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari informasi pembicaraan. Bagian ini membuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara) yang meghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal), yang membuat individu dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini. b. Visual-spatial working memory menyimpan informasi visual dan spasial, termasuk imaji visual seperti phonological loop, memori visual-spatial ini berkapasitas terbatas. Kedua memori ini berfungsi secara terpisah (independen). Kita bisa mengulang-ulang angka dalam phonological loop sembari membuat susunan spasial dari angka-angka itu dalam visual-spatial working memory. c. Central executive bukan hanya mengintegerasikan informasi dari phonological loop dan visual-spatial working memory, tapi juga dari memori jangka panjang. Menurut Baddeley,90 central executive memainkan peran penting dalam atensi, perencanaan dan pengorganisasian perilaku. Central executive bertindak seperti penyelia (supervisor), yang memonitor informasi dan isu mana yang layak mendapat perhatian dan mana yang sebaiknya diabaikan. Ia juga memlilih strategi mana yang dipakai untuk

90Alan Baddeley, Working memory and Conscious Awareness. In A. F. Collins, S. E. Gatherhole, M. A. Conway & P. E. Morris (Esd.), Theory of Memory. (Mahwah, NJ: Erlbaum), dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 267. 69

memproses informasi dan memecahkan problem, sebagaimana halnya dengan dua komponen lainnya, phonological loop dan visual-spatial working memory, central executive punya kemampuan terbatas. Dalam satu studi, verbal working memory diganggu oleh emosi negatif.91 Dengan kata lain, saat murid sedang tak enak hati terhadap sesuatu, working memory murid mungkin menjadi tidak efisien. Dalam studi lainnya, murid yang menulis tentang emosi negatifnya menunjukkan peningkatan dalam working memory ketimbang murid yang menulis emosi positif dan mereka yang berada dalam kelompok kontrol yang menulis jawal hariannya.92 Efek kegiatan menulis terhadap working memory diasosiasikan dengan nilai rata-rata yang lebih tinggi. Implikasi penting dari studi ini adalah studi ini menunjukkan bahwa working memory itu dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh pengalaman seperti menulis pengalaman seseorang.93 Misalnya, murid yang “takut” dengan matematika acap kali mengalami defisiensi dalam working memory-nya saat mengerjakan soal matematika karena adanya pikiran buruk yang masuk dan kecemasan terhadap soal matematika.94 Murid tersebut mungkin dapat dibantu dengan cara menyuruhnya menuliskan kecemasannya terhadap matematika. Murid ketika melihat hafalan ayat yang panjang, murid merasa perasaan takut tidak bisa menghafal terlalu panjang, namun dengan bantuan orang tua atau guru menuntun dan membantu ternyata murid dapat menghafal ayat yang panjang. Guru menghilangkan rasa negatif dengan cara memotivasi dan memberikan cara agar mudah menghafal. Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kapasitas memori jangka panjang manusia sungguh mengherankan. Ilmuwan komputer John von Neuman95 menyebutkan

91Gray, J. R, Emotional Modulation of Cognitive Control: Approach-with DrawStates of Double-dissociate Spatial from Verbal Two-bavk Task Performance, (Journal of Experimental Psychology: General, 2001), h. 436-452. 92Klein, K, and Boals, A, Expressive Writting Can Increase Working Memory Capacity, (Journal of Experimental Psyhology: General, 130,2001), h. 520-533. 93Miyake, A, Commentary, in S. Carpenter, A New Reason for Keeping a Diary, (Monitor on Psychology, 32, 2001), h. 68-70. 94Ashcraft, M. H. & Krik, E. P, The Relationships Among Working Memory, Math Anxiety, and Performance, (Journal of Experimental Psyhology: General, 2001), h. 224-237. 95John von Neuman, in W. Santrock, ter. Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 268. 70

ukuran 2,8 x 10 (280 kuintiliun) bit, yang berarti bahwa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang pada dasarnya tak terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan adalah efisiensi yang dilakukan seseorang untuk mengambil informasinya. Sering kali tidak dibutuhkan waktu lama untuk mencari informasi yang kita inginkan dari gudang penyimpanan yang amat luas ini. Siapa guru pertama Kita? Di mana Kita lahir? Di mana Kita tinggal? Kita bisa menjawab ribuan pertanyaan seperti itu dengan cepat. Tentu saja, tidak semua informasi dapat diambil kembali dari memori jangka panjang dengan begitu mudah. Dalam model ini input sensoris masuk ke memori sensoris. Melalui proses atensi informasi pindah ke memori jangka pendek dan berada di sana selama 30 detik atau kurang, kecuali ia diulang-ulang. Kemudian, informasi mauk ke penyimpanan memori jangka panjang; dari sini informasi dapat diambil kembali.96 Model tiga simpanan memori. Konsep memori tiga tahap yang telah kita deskripsikan di atas dikembangkan oleh Richard Atkinson dan Richard Shiffrin.97 Menurut model Atkinson-Shiffrin, memori melibatkan sekuensi tahap memori senoris, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Seperti telah kita lihat, banyak informasi hanya berada pada tahap memori sensoris, seperti suara dan penglihatan. Informasi ini hanya disimpan sebentar. Akan tetapi, ada beberapa informasi, terutama yang kita perhatikan, ditransfer ke memori jangka pendek, di mana ia bisa dipertahankan selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan). Atkinson dan Shiffrin mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang. Perhatikan di Gambar berikut, bahwa informasi di memori jangka panjang bisa juga ditarik kembali ke memori jangka pendek.

96George Miller in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 266. 97Atkinson, R. T. & Shiffrin, R.B, Making a difference: Teacher’s Sense of Efficacy and Student Achievement,White Plainns, (NY: Longman), in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 268. 71

Gambar 2.2. Teori Memori Atkinson dan Shiffrin

Memori Sensori Memori Jangka Pendek Memori Jangka Panjang

Sensoris Latihan Penyimpanan

Input Atensi Pengambilan

Dalam model ini input sensoris masuk ke memori sensoris. Melalui proses atensi informasi pindah ke memori jangka pendek dan berada di sana selama 30 detik atau kurang, kecuali ia diulang-ulang. Kemudian, informasi mauk ke penyimpanan memori jangka panjang; dari sini informasi dapat diambil kembali. Isi memori jangka panjang. Sebagaimana tipe memori dapat dibedakan berdasarkan berapa lama memori itu disimpan, demikian pula memori dapat dibedaka berdasarkan isinya. Banyak psikologi kontemporer sependapat bahwa ada hierarki isi memori jangka panjang, seperti ditunjukkan dalam gambar.98 Dalam hierarki ini, memori jangka panjang dibagi menjadi subtipe memori dekaratif dan memori prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan memori semantik.

98Bartlett, J. & Squire, dkk., Personal Conversation, (Richardson, TX: Department of Psychology, University of Texas at Dallas), in John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 269. 72

Gambar 2.3. Klasifikasi Isi Memori Jangka Panjang

Memori Jangka Panjang

Deklaratif (Eksplisit) Prosedural (Implisit)

Memori Memori Episodik Semantik

Memori deklaratif adalah rekoleksi atau peningkatan kembali informasi secara sadar, seperti fakta spesifik atau kejadian yang dapat dikomunikasikan secara verbal. Memori deklaratif pernah disebut sebagai “ mengetahui bahwa”, dan belakangan ini diberi label “memori eksplisit”. Bentuk memori deklaratif murid misalnya penjelasan ulang atas dasar matematika. Akan tetapi, murid tidak perlu bicara untuk menggunakan memori deklaratif. Apabila murid duduk dan merenungkan pengalamannya, maka memori deklaratif mereka sudah bekerja. Memori prosedural adalah pengetahuan nondeklaratif dalam bentuk keterampilan dan operasi kognitif. Memori prosedural tidak dapat secara sadar diingat kembali, setidaknya dalam bentuk fakta atau kejadian spesifik. Ini membuat memoti prosedural menjadi sulit, jika bukannya mustahil, untuk dikomunikasikan. Memori prosedural terkadang dinamakan mengetahui bagaimana, dan belakangan ini juga disebut sebagai “memori implisit”.99 Ketika murid mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari, naik sepeda, atau mengetik di komputer, maka mereka menggunakan memori prosedural. Memori ini juga bekerja ketika mereka berbicara dengan tata bahasa yang benar tanpa memikirkan bagaimana cara melakukannya.

99Schacter, D. L, Memory System, in A. Kazdin (Ed), Encyclopia of Psychology. (Washington: American Psychological Association and Oxford University Press, 2000). 73

Memori episodik dan semantik. Psikolog kognitif Endel Tulving membedakan dua subtipe memori dekaratif: episodik dan semantik.100 Memori episodik adalah retensi informasi tentang di mana dan kapan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah, dengan siapa mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka seminggu yang lalu, merupakan memori episodik. Memori semantik adalah pengetahuan umum murid tentang dunia. Memori ini mencakup: Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri); pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur dari pemain catur berumur 15 tahun); pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempat penting, dan hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa itu Nelson Mandela). Memori semantik itu independen dari identitas seseorang dengan masa lalu. Misalnya, murid mungkin mengakses fakta˗seperti Jakarta adalah ibu kota Indonesia˗tetapi tidak tahu kapan dan di mana mereka mempelajarinya. Murid merepresentasikan informasi dalam memori: a. Teori jaringan Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagaimana informasi di memori diorganisir dan dihubungkan. b. Teori skema Memori jangka panjang telah lama dibandingkan dengan perpustakaan. Idenya menyatakan bahwa memori kita menyimpan informasi seperti halnya perpstakaan atau toko buku. Dalam analog ini, cara murid mengambil informasi dikatakan sama dengan proses saat mereka mencari dan memeriksa buku. Akan tetapi, proses pengambilan informasi dari memori jangka panjang tidak sama persis dengan analogi perpustakaan ini. Saat kita mencari sesuatu di gudang memori jangka panjan kita, kita tidak selalu menemukan “buku” tepat seperti yang kita inginkan, atau mungkin kita menemukan “buku” itu tetapi hanya menemukan “beberapa halaman” saja yang utuh-kita harus merekonstruksi halaman lainnya. Teori skema menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi informasi, kita menyesuaikannya dengan informasi yang sudah ada di benak kita. Sebuah skema adalah informasi˗konsep, pengetahuan, informasi tentang kejadian˗yang sudah eksis dalam pikiran seseorang. Ingat kembali deskripsi skema dalam teori Pieget. Skema dari pengetahuan sebelumnya memengaruhi cara

100Tulving, E, Episodic and Semantic Memory, in E. Tulving & W. Donaldson (Eds.), Origins of Memory, (San Diego: Academic Press, 1972). 74

kita menyandikan, membuat informasi, dan mengambil informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang berasumsi bahwa pengambilan informasi melibatkan fakta spesifik, teori skema menyatakan bahwa pencarian di memori jangka panjang tidak melibatkan fakta yang sangat tepat. Kita sering tak menemukan secara tepat apa yang kita inginkan, dan kita harus mengkonstruksi fakta lainnya. Ketika diminta mengambil informasi dari memori, kita sering kali mengisi gap antara memori kita yang terfragmentasi dengan bermacam-macam fakta yang akurat dan tidak akurat. Teori skema muncul dalam studi Frederick Bartlett tentang bagaimana orang mengingat cerita. Bartlett memperhatikan tentang bagaimana latar belakang seseorang, yang disandikan dalam skema, akan mengungkapkan dirinya dala rekonstruksi seseorang (modifikasi dan distorsi) atas isi cerita. Kita punya skema untuk segala jenis informasi.101 Ringkasan teori skema secara akurat memprediksi bahwa orang tidak selalu menyimpan dan mengambil data seperti komputer mengambil data.102 Pikiran juga dapat mendistorsi kejadian saat ia menyandikan dan menyimpan kesan dari realitas. Script adalah skema untuk suatu kejadian. Script sering kali mengandung informasi tentang ciri fisik, orang, dan kejadian tertentu. Jenis informasi ini amat membantu ketika guru dan murid perlu mencari tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk aktivitas seni, murid mungkin mengingat bahwa Anda akan menyuruh mereka untuk menggambar, bahwa mereka harus menghiasi baju mereka, bahwa mereka harus mencari kertas gambar dan melukis dengan kuas, bahwa mereka harus membersihkan kuas setelah selesai, dan seterusnya. Misalnya, murid yang datang terlambat mungkin akan tetap tahu apa yang harus mereka lakukan karena dia punya script aktvitas seni. Setelah murid menyandikan atau menyimpan informasi dan merepresentasikannya dalam memori, mereka mungkin mampu mengambil kembali beberapa informasi tetapi mungkin juga melupakan beberapa di antaranya.

101Bartlett, F.C, Remembering, (England: Cambridge University Press, 1932). 102Scharter, D.L, The Seventh Deadly Sins of Memori, (Boston: Houghton Mifflin, 2001). 75

3. Retrival Santrock dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology, retrival yaitu pengambilan suatu data/informasi dalam memori, pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Posisi item dalam suatu daftar memori mempengaruhi tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mengingat. Seperti efek posisi serial orang akan lebih mudah mengingat item yang ada di awal dan akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada di tengah. Dan primacy effect item yang ada di awal suatu daftar cenderung akan lebih diingat, sedangkan recency effect berarti bahwa item yang berada di akhir daftar juga cenderung diingat.

Gambar 2.4. Efek Posisi Serial

1 Efek posisi serial, ketika seseorang diminta untuk 0,8 mengingat serangkaian

0,6 kata, kata yang terakhir biasanya paling diingat, 0,4 kemudian kata diurutan pertama juga mudah 0,2 diingat, sedangkan kata 0 di tengah-tengah kurang bisa diingat secara Probabilitas Ingatan 1 efisien .

Po sis i se ria l da ri ite m - ite m

Grafik di atas menunjukkan satu efek posisi serial khas dengan Efek posisi serial, ketika recency effect yang lebih kuat ketimbang primary effect. Efek posisi seseorang diminta untuk serial bukan hanya berlaku untuk datar, tetapi juga pada mengingat serangkaian kata, kata yang terakhir kejadian-kejadian. Jika kita memeberikan pelajaran sejarah selama biasanya paling diingat, seminggu, dan kemudian menanyakannya kepada murid pada hari kemudian kata diurutan Senin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat apa pertama juga mudah diingat, sedangkan kata di yang kita katakan pada hari Jumat minggu sebelumnya dan kurang tengah-tengah kurang bisa bisa mengingat apa yang kita katakan pada hari Rabu minggu diingat secara efisien. sebelumnya. 103 Konsiderasi lain dalam memahami pengambilan informasi adalah prinsip spesifikasi penyandian (encoding specificity principle), yaitu bahwa asosiasi yang dibentuk saat penyandian atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk yang efektif untuk

103John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 272. 76

pengambilan kembali.104 Murid dapat menyebutkan kisah-kisah yang ada dalam surah hafalan. Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri.105 Mengingat (recall) adalah tugas memori di mana murid harus mengambil informasi yang telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal atau menjawab pertanyaan. Rekognisi atau pengenalan (recognition) adalah tugas memori di mana murid hanya harus mengidentifikasi atau mengenali informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian pilihan berganda. Banyak murid lebih suka pilihan berganda sebab soal seperti itu memberi mereka petunjuk, sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk apapun. Ulangan tahriri, murid dapat menyebutkan atau melanjutkan ayat yang tersedia pilihan atau menjodohkan. Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue) yang baru saja kita diskusikan. Cue-dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif.106 Gagasan cue-dependent forgetting ini dapat menjelaskan mengapa murid mungkin gagal untuk mengambil fakta yang dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia merasa yakin “mengetahui” informasi tersebut.107 Misalnya, jika murid belajar untuk menghadapi tes tahriri dan diberi pertanyaan tentang perbedaan nama surah antara mengingat dan mengenali dalam pengambilan informasi, murid mungkin akan bisa mengingat perbedaan itu dengan baik apabila murid punya petunjuk “isilah titik-titik” dan “pilihan berganda”.

C. Hafalan Quran 1. Rote Learning (Hafalan) Menurut C. Van Parreren, hafalan; orang menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli,

104Hannon, B. & Craik, F. I, Encoding Specificity Revisited: The Role of Semantincs, (Canadian Journal of Experimental Psychology, 2001), h. 231-243. 105Nobel, P. A. & Shiffrin, R. M, Retrieval Processes in Recognition and Cued Recall,(Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, 27, (2001), h. 384-413. 106Nairne, Forgetting, in A. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of Psychology, (Washington, DC. and New York: American Psychological Association and Oxford University Press, 2000). 107Williams, Zakcs, Is Retrieval-induced Forgetting an Inhibitory Process? (American Journal of Psychology, 114, 2001), h. 329-354. 77

misalnya bila anak menghafal lagu kebangsaan.108 Dan pendapat ini sangat sesuai dengan menghafal al-Quran. Ciri khas dari hasil belajar atau kemampuan yang diperoleh ialah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Adanya skema kognitif berarti, bahwa dalam ingatan orang tersimpan semacam program informasi yang diputar kembali pada waktu dibutuhkan, seperti terjadi pada komputer. Program itu terdiri atas serangkaian komponen yang telah digabung menjadi satu. Ausubel membahas perbedaan antara pembelajaran hafalan dan pembelajaran bermakna. Pembelajaran hafalan (rote learning) merujuk ke mengingat fakta atau hubungan, seperti tabel perkalian, simbol kimia unsur-unsur, kata-kata dalam bahasa asing, atau nama-nama tulang dan otot dalam tubuh manusia. Banyak pembelajaran hafalan melibatkan hubungan yang pada dasarnya sembarangan. Misalnya, simbol kimia untuk emas (Au) dapat saja .109 Kita kadang-kadang memperoleh kesan bahwa pembelajaran hafalan adalah sesuatu yang “buruk” dan pembelajaran bermakna adalah sesuatu yang “baik”. Ini tidak selalu benar. Contohnya, ketika dokter memberitahukan kepada kita bahwa kita menderita tibia (tulang kering) yang retak, kita berharap dokter tersebut telah menguasai hubungan hafalan antara kata tibia dan tulang kaki yagn disebutnya. Penguasaan perbendaharaan kata bahasa asing adalah contoh penting pembelajaran hafalan. Al-Quran adalah sumber hukum umat Islam yang utama, jika seseorang menetapkan suatu keputusan maka diperlukan hafalan ayat yang bersangkutan dengan keputusan tersebut apakah bertentangan dengan ayat atau tidak. Di sinilah salah satu metode hafalan al-Quran ini sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh umat Islam yang mengimani al-Quran sebagai pedoman hidup. Guru dapat membantu murid mempelajari informasi dengan cara yang akan memungkinkan informasi tersebut dan juga bermakna bagi mereka. Pengajaran yang efektif memerlukan pemahaman tentang cara membuat informasi agar dapat diakses oleh murid sehingga mereka dapat menghubungkannya dengan informasi lain, memikirkannya, dan menerapkannya di luar ruang kelas.110

108Van Parreren, C., dalam Winkel W.S., Teaching Psychology and Learning Evaluation, 6th ed., (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 84. 109Ausubel dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed., Jilid I, (New York: University of York, 2003), h. 248. 110Williangham, dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. Jilid I, (New York: University of York, 2003), h. 250. 78

Metode rote learning atau hafalan adalah merupakan suatu teknik serta cara yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata atau kalimat maupun kaidah-kaidah.111Di dalam proses menghafal ini, seseorang telah menghadapi materi (baik materi tersebut berupa suatu syair, definisi ataupun rumus, dapat pula yang tidak mengandung arti), yang biasanya disajikan dalam bentuk verbal (bentuk bahasa), entah materi itu dibaca, atau hanya didengarkan.112 Dari teori belajar menurut Psikologi Daya, ilmu jiwa daya yang dipelopori oleh Salz dan Wolff, teori ini menyatakan bahwa:

Jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, baik daya berpikir, perasaan mengingat, mencipta, tanggapan serta kemauan dan lain sebagainya. Daya-daya tersebut akan dapat berfungsi apabila telah terbentuk dan berkembang. Maka daya-daya itu harus dilatih, sehingga dayanya akan bertambah baik.113

Metode rote learniang termasuk bagian dari belajar bermakna114 yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih bermakna dengan menghafal atau mengingatkan belajar lebih bermakna dengan menghafal atau mengingat informasi atau fakta-fakta secara teratur yang telah diperoleh oleh murid secara keseluruhan di medan baru. Namun belajar menghafal tidaklah selalu efektif tergantung pada bagaimana caranya seorang guru mengelola metode tersebut serta bisa menyampaikan kepada murid. Karena belajar mengingat itu tidaklah mudah bagi seseorang, khususnya terlebih mengingat sesuatu yang sulit ketika dihafalkannya, seperti mengingat nama-nama dalam sejarah, rumus-rumus dan simbol-simbol atau detail-detail dalam pelajaran umum lainnya. Tanpa aktivitas mengingat, maka tak mungkin orang mampu mengingat kembali, apabila tidak ada asosiasi (proses

111Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 209. 112Ws, Wingkel, Psikologi Pengajaran, Cet. IV, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 88. 113Cholil Uman, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Duta Aksara, 1998), h. 18. 114Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2010) h. 23. 79

menghubungkan), tak ada lintasan pikiran, tak ada refleksi, tak ada diskriminasi (proses membedakan).115 Menurut Dacid P. Ausebel, belajar dapat diklarifikasikan kedalam dua dimensi, yaitu: dimensi menerima (receiption learning) dan menemukan (discovery learning); dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning),116 Hafalan (rote learning) adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli117 dan yang baik. Begitu juga untuk memudahkan dalam belajar, murid harus membuat rangkuman terhadap materi pelajaran yang dianggap penting. Tugas-tugas, baik yang diberikan guru maupun soal-soal yang ada dalam buku pelajaran harus dikerjakan secara baik. Kata “menghafal” berasal dari kata”hafal”yang memiliki dua arti yaitu telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku, atau catatan lain). Adapun arti “menghafal” adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.118 Kata menghafal dalam Bahasa Arab adalah “hifzh”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja): hafizha– yahfazhu–hifzhan. Jika dikatakan, hafizha asysyai’a, artinya menjaga (jangan sampai rusak); memelihara dan melindungi, namun jika dikatakan, hafizha as-sirra, artinya katamahu (menyimpan). Dan jika dikatakan, hafizha ad-darsa artinya istazhharahu (menghafal).119 Jadi kata hafizha–yahfazhu–hifzhan dalam bahasa Indonesia artinya menghafal merupakan suatu proses “belajar atau mempelajari sesuatu dan mencoba menyimpannya diingatkan”.120 Hafalan juga dapat diartikan sebagai “usaha yang dilakukan oleh pikiran agar selalu ingat terhadap materi pelajaran yang diterima”.121

115Suparlan, Metode mengingat dan menghafal, http: // downloads. yahoo.com /id/firefox. /25/2009 diakses pada 10 November 2018. 116Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, h. 23. 117Syaiful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 29. 118Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Duta Rakyat, 2002), h. 381. 119Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h. 279. 120Badudu, J.S., Zain Sutan Muhammad, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 483. 121Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 604. 80

Hafalan adalah kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterima.122 Tahfizh yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal.123 Kegiatan muraja’ah merupakan salah satu metode untuk tetap memelihara hafalan supaya tetap terjaga. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 238 menjelaskan bahwa salah satu cara di dalam melancarkan hafalan al-Quran adalah dengan cara mengulang hafalan dalam shalat, dengan cara tersebut hafalan kita akan terjaga dengan baik, karena dipastikan seseorang yang sudah hafal al-Quran yang sudah disetorkan kepada seorang guru maka dijamin kebenerannya baik dari segi tajwid maupun maknanya.124 Salah satu penjagaan adalah terhadap para penghafal dan pengamal al-Quran serta memelihara orang-orang yang menyampaikannya hingga hari kiamat. Yakni Allah SWT memilih orang-orang tertentu diantara hamba-Nya di dalam dada mereka, mengucapkannya, serta membacanya secara tartil dan teliti sebagaimana ketika al-Quran itu diturunkan.125 Allah SWT menciptakan orang-orang terpilih diantara hamba-hambaNya untuk menghafal kitab-Nya, mulai dari kalangan sahabat Nabi SAW, para tabi’in, dan seterusnya, pada setiap masa dan tempat.126

التَّعَلُّ ُم فِي ال ِ ّص َغ ِر َكالنَّ ْق ِش فِي ا ْل َح َج ِر

“Hafalan anak kecil bagaikan mengukir di atas batu.”127

122Sobar, dan Alex, dkk., Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 260. 123Mohaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal al-Quran dan Petunjuk-petunjukNya, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985), h. 248. 124 artinya َح ِف ُظواْ َعلَى ٱل َّص َل َو ِت َو ٱل َّص َل و ةِ ٱ ل ُو س َط ى َوقُو ُمواْ ِ َّّلِلِ َ قنِتِي َن “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 238) dalam Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), h. 484. 125Sirajuddin, Abdullah, Hadyul Quran al-Karim Ilal Hujjah wal Burba, Muthba’al al-Ashil-halb. cet. I (1408 H), h. 143-144. 126Al-Ghautsani, Yahya bin Abdurrazzaq, Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim, cet. V, (Damaskus: Maktabah Daar Al-Ghautsan, 1424 H/2003 M), h. 32. 127Abu Said Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-Basri dalam kitab “Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhailihi”, karya Ibnu Abdil Barr Jilid 1, h. 357. 81

Pemikiran anak yang masih kecil lebih jernih dibandingkan orangtua, karena permasalahan dan kesibukannya lebih sedikit. Oleh karena itu, mengambil kesempatan emas di usia muda untuk menghafal al-Quran merupakan faktor penting untuk mengekalkan hafalan Quran di dalam ingatan.128 Apabila kita mengarahkan anak-anak untuk menghafal al-Quran sejak usia dini, berarti kita telah menyibukan ingatannya dengan suatu hal yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya sendiri, kemahiran dalam membaca, kefasihan dalam mengucapkan, dan merangsang perkembangan daya nalar otaknya semenjak dini. 129 Keterpaparan anak terhadap pendidikan dini membantu kemampuan komunikasi mereka yang lebih tinggi, keterampilan somatik yang vital harmon komunal dan peningkatan keseimbangan pendidikan intelektual dan emosional.130 Keterampilan yang dimiliki anak pada saat mengaku ke sekolah mungkin memainkan peran fasilitas untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dikemudian hari. Jika pencapaian diusia lanjut adalah hasil dari kemajuan keterampilan yang berurutan, keterampilan konsolidasi awal untuk masuk sekolah dapat menyebabkan anak-anak untuk menerapkan keterampilan inovatif lebih banyak diusia lebih dini dan bahkan meningkatkan kesuksesan tertinggi mereka.131 Pelatihan masa kecil adalah kekuatan nilai besar sepanjang perjalanan akademis yang pada akhirnya mendukung dan memudahkan pembelajaran anak. Tujuan utama lembaga anak untuk meningkatkan kemungkinan intelektual dan emosional pada usia dini.132 Setiap Nabi menerima wahyu selalu dihafalnya, kemudian beliau menyampaikan kepada para sahabat dan diperintahkannya untuk menghafalnya dan menulisnya di batu-batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk menulisnya.133 Al-Quran layaknya sebuah permata yang

128Sirajuddin, Abdullah, Hadyul Quran al-Karim Ilal Hujjah wal Burban Muthba’al al-Ashil-halb. cet. I. (1408 H), h. 55. 129Al-Ghautsani, Cara Mudah & Cepat Menghafal.., h. 57. 130Anderson, R.H., Shane, H.G, Implications of Early Children Education for Life Long Learning, (Chicago: National Society for the study of education year book, 2002). 131Duncan, G.J.D. et.all., School Readiness and Later Achievment, (2006), h. 3- 4. 132Feeney, S., et.all., Who am I in the Lives of Children, (New York: Colombus Ohio Merill Publishing Company, 1987). 133Muhaimin Zen,Tata Cara atau Problematika Menghafal al-Quran dan Petunjuk-petunjuknya, (Jakarta: Maha Grafindo, 1985), h. 5-6. 82

memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.134 Surah al-Hijr ayat 9 merupakan garansi dari Allah SWT bahwa Allah-lah yang akan menjaganya. Allah SWT mempersiapkan manusia-manusia pilihan yang akan menjadi penghafal al-Quran dan penjaga kemurnian kalimat serta bacaan. Sehingga, jika ada musuh Islam yang berusaha mengubah atau mengganti satu kalimat atau satu kata saja, pasti akan diketahui, sebelum semua itu beredar secara luas ditengah masyarakat Islam.135 Hafalan al-Quran hukumnya fardhu kifayah, artinya tidak semua orang Islam diwajibkan menghafal al-Quran. Kewajiban ini sudah cukup terwakili dengan adanya beberapa orang yang mampu menghafalkannya.136 Allah SWT menciptakan orang-orang terpilih diantara hamba-Nya untuk menghafal kitab-Nya, mulai dari kalangan sahabat Nabi SAW, para tabi’in, dan seterusnya, pada setiap masa dan tempat.137 Nazia Nawaz dan Syeda Farhana Jahangir hasil penelitiannya yang berjudul Effect of Memorizing Quran by Heart (Hizh) on Later Academic Achievment adalah bahwa menghafal al-Quran menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam prestasi akademik, kehidupan sosial, dan budaya bagi diri penghafal.138 Anderson139 pendidikan awal membentuk kemampuan mereka yang lebih tinggi, kemampuan semantik yang vital, peningkatan intelektual dan keseimbangan emosional.

134M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2003), h. 3. 135Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal al-Quran, (Surakarta: al-Qudwah, 2013), h. 13-14. 136Mukhlisoh Zawawie, al-Quran Pedoman Membaca, Mendengar dan Menghafal al-Quran, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2011), h. 34. 137al-Ghautsani, Yahya bin Abdurrazzaq, Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim, cet. V, (Damaskus: Maktabah Daar al-Ghautsan, 1424 H/2003 M), h. 32. 138Nazia Nawaz, Syeda Farhana Jahangir, “Effect of Memorizing Quran by Heart (Hifz) on Later Academic Achievment”, dalam International Journal of Islamic Studies and Culture, Vol. 3, No.1, Autumn 2015, pp. 58-64. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/282467544 Effects of Memorizing Quran by Heart Hifz On Later Academic Achievement, diakses pada 23 November 2018. 139Anderson, dalam Nazia Nawaz, Syeda Farhana Jahangir, “Effect of Memorizing Quran by Heart (Hifz) on Later Academic Achievment”, dalam International Journal of Islamic Studies and Culture, Vol. 3, No.1, Autumn 2015, pp. 58-64. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/282467544 Effects of Memorizing Quran by Heart Hifz On Later Academic Achievement, diakses pada 23 November 2018. 83

Flavell, Miller dan Miller, Wertsch140 menyatakan bahwa kompetensi yang lebih kognitif ada pada kalangan anak-anak dan ada lebih banyak kekurangan kognitif di kalangan remaja dan dewasa. Bjorklund, Case, dan Goswami141 menyatakan bahwa teorititsi developmental kontemporer sepakat bahwa perkembangan kognitif anak-anak tidak bertahap seperti diyakini oleh Pieget (memandang tahapan perkembangan kognitif anak) dan anak bisa dilatih untuk menalar pada level yang lebih tinggi. Menurut peneliti, menghafal al-Quran pun dapat dilakukan pada usia anak. Dan Vygotsky berpendapat dengan teori Zone of Proximal Development (ZPD) bahwa bantuan dari orang dewasa atau guru serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari oleh orang dewasa atau guru.142 Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-masing taap berhubungan dengan usia tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju.143 a. Tahap Sensorimotor Dari kelahiran sampai usia dua tahun, bayi membangun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indrawi dan tindakan fisik. Bayi melangkah maju dari tindakan instingtual dan refleksif saat baru saja lahir ke pemikiran simbolis menjelang akhir tahap ini. b. Tahap Pra-operasional Usia dua tahun sampai tujuh tahun anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata dan gambar ini merefleksikan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui koneksi informasi indrawi dan tindakan fisik. Lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.

140Flavell, Miller dan Miller, Wertsch, dkk., Developmental Changes in Memorization Proccesses, dalam John W., Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h.50. 141Bjorklund, Case, Goswami, dkk., Middle Childhood: Cognitive Development, in A Kazdin (Ed), Encyclopedia of Pshychology, (Washington, DC and New York: American Pshychological Association and Oxford University Press, 2000), dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 50. 142Vygotsky, Hidden Curriculum: Educational Pshychologist, dalam John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 50. 143John W. Santrock, Educational Psychology, 5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 40. 84

c. Tahap Operasional Konkret Usia tujuh tahun sampai sebelas tahun anak bisa bernalar secara logis tentang kejadian-kejadian konkret dan mampu mengklasifikasi objek kedalam kelompok yang berbeda-beda. d. Tahap Operasional Formal Usia sebelas tahun sampai dewasa, remaja berfikir secara lebih abstrak, idealistis, dan logis. Klaim kontra intuitif kedua Piaget adalah bahwa mengetahui pengetahuan dan tindakan kecerdasan adalah proses yang satu dan sama yang berubah melalui interaksi dengan lingkungan. Peran psikologi adalah menentukan sifat dan perubahan itu. Proses mengetahui diciptakan dalam interkasi seseorang dengan lingkungan. Mengetahui adalah bertindak, dan jika tidak ada tindkana, persoalan pengetahuan (mengetahui) menjadi hilang dalam sistem Piaget.144 Tahapan-tahapan perkembangan menurut teori Piaget, meliputi: 1) Tahapan perkembangan Piaget memandang tahapan sebagai struktur pemikiran yang seragam. Jadi teorinya mengasumsikan perkembangan yang singkron yakni, berbagai aspek dari satu tahap akan muncul pada saat yang sama. Akan tetapi beberapa konsep operasional konkret tidak muncul secara sinkron atau serempak. Jadi kebanyakan teoritisi development kontemporer sepakat bahwa perkembangan kognitif anak-anak tidak bertahap seperti diyakini oleh Piaget.145 2) Tahapan pelatihan anak untuk melakukan penalaran pada level yang lebih tinggi Melatih anak untuk menalar pada level yang lebih tinggi. Beberapa anak yang pada tahap kognitif (seperti pra-operasional) dapat dilatih untuk bernalar seperti pada tahap kognitif yang lebih tinggi (misalnya operasional konkret). Ini menimbulkan problem bagi Piaget. Dia mengatakan bahwa training seperti itu tidak efektif dan dangkal, kecuali si anak berada dalam titik transisi kedewasaan diantara tahapan tersebut.146

144Pufall, P.B. Function in Piaget’s System: Some Notes for Constructors of Microworlds. In G. Forman &P. B. Pufall (Eds),Construktivism in the Computer Age, (New York: Erlbaum), h. 15-35. 145Gelman, R. & Williams., E.M, Enabling Constraist for Cognitive Develooment and Learning, in. W. Damon. (ed). Handbook of child psychology (5th ed vol 14), (New York: Wiley, 1998). 146Gelman, R. & Brennerman, K, Domain Specivicity and Cultural Specipicityare Not Inconsistent,in L.A. Hirschfield & S Gelman (eds), Moping out 85

3) Tahapan kultur dan pendidikan Kultur dan pendidikan lebih banyak mempengaruhi perkembangan anak ketimbang yang dipikirkan Piaget. Usia anak mendapat konservasi terkait dengan sejauh mana kultur mereka memberikan praktik yang relevan.147 Guru dan pengajar yang hebat dalam logika matematika dan sains dapat meningkatkan kemampuan pemikiran operasional formal dan konkret si anak. Beberapa psikologi perkembangan percaya bahwa kita tidak boleh meninggalkan semua teori Piaget. Mereka ini yang dinamakan aliran Neo-Piagetian, mengatakan bahwa teori Piaget ada yang benar, tapi teorinya perlu banyak revisi. Dalam merevisi teori Piaget, banyak ahli menekankan pada bagaimana anak, memproses informasi melalui perhatian, memori, dan strateg.148 Mereka terutama percaya bahwa pengamatan yang lebih akurat tentang pemikiran anak akan lebih membutuhkan lebih banyak pengetahuan tentang strategi, secara cepat, secerapa otomatiskahanak memproses informasi, kegiatan kognitif tertentu yang dilakukan. Pengamatan ini juga mesti membagi problem kognitif menjadi langkah-langkah yang lebih kecil namun tepat. Vygotsky menganggap anak punya konsep yang kaya tapi tidak sistematis, tidak teratur, dan spontan. Anak akan bertemu dengan konsep yang lebih sistematis, logis, dan rasional yang dimiliki oleh orang yang lebih ahli yang membantunya. Sebagai hasil dari pertemuan dengan dialog antara anak dengan penolongnya yang lebih ahli ini konsep anak akan menjadi lebih sistematis, logis, dan rasional.149

Domain Specipicityin Cognition and Culture, (New York: Camberidge University Press, 1994). 147Cole, M, Culture in Development, in M. H. Borstein & M.E. Lomb (ed). Development Psychology (4th ed), (Mahwah, NJ: Erlbaum, 1999). 148Case, R. Conceptual Structures, in M. Bennet (ed), Development Psychology, (Philadejphia: Psychology Press, 2000). 149John W. Santrock, Educational Psychology, 5tth ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 52. 86

BAB III DESKRIPSI DAN INDIKATOR HASIL PRESTASI BELAJAR SERTA HAFALAN SISWA SD AZHARI ISLAMIC SCHOOL (AIS) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

A. SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Secara Administratif 1. Sejarah SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan dengan masuknya Islam di Indonesia.1 Pijnapel, mengaitkan asal muasal Islam di Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar, orang-orang Arab bermazhab Syafi‟i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.2 Ketika kata Islam dimasukkan dalam pendidikan ia memiliki makna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam al-Quran dan Hadist. Kata Islam berasal dari Bahasa Arab; aslama, yuslimu, islaman, yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk.3 Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam sebagai pedoman hidup. Karena itu, tidak sedikit mereka yang berusaha mengahafal al-Quran sampai memahaminya. Pendidikan al-Quran dinilai penting untuk diajarkan sejak usia dini.

Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta, merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kepala sekolah mengatakan, didirikannya lembaga tersebut salah satunya diawali karena kebutuhan di daerah tersebut. Latar belakang berdirinya SD

1Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidayah Agung, 1995), h. 6. 2Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama, (Jakarta: CV. Darmaga, 1980), h. 15. 3Muqhotob Hamzah dan M. Imam Aziz, Tafsir Maudhu’i al-Muntaha, (Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2004), h. 82. 87

Azhari Islamic School (AIS) ini utamanya karena minimnya sekolah yang mengajarkan al-Quran pada saat itu.4

Selain itu didirikannya lembaga pendidikan ini guna mengimbangi sekolah umum dengan berbasis agama. Dengan begitu, diharapkan murid tidak hanya sukses secara akademik, tapi dalam hal moral, pengetahuan agama, dan spiritual. SD Azhari Islamic School (AIS) mempunyai program tahfizh dan target dimana lulusan setidaknya mampu menghafal 18 juz al-Quran untuk tingkatan SD (Sekolah Dasar) dan 12 juz al-Quran untuk tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun sekolah tidak menjadikan hafalan al-Quran sebagai syarat kelulusan. Sekolah tetap melakukan upaya maksimal agar target yang ditetapkan bisa tercapai.5

Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) didirikan pada tahun ajaran baru 2004-2005, sekolah berstandar internasional baru membuka dua cabang, yakni di Masjid Ni‟matul Ijttihad, Pondok Pinang, Jakarta Selatan dan di Gedung Arua Gondangdia, Jakarta Pusat. Di Pondok Pinang, Azhari hanya membuat tingkat SD (Sekolah Dasar) dan pindahan kelas II dan III. Sedang di Gondangdia, disamping SD dan pindahan kelas II dan III, juga dibuka tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan pindahan kelas II.6

Menurut Eri Sudewo,7 SD Azhari Islamic School (AIS), pendirian Azhari dilatari oleh kengerian melihat dunia pendidikan Indonesia. Disatu sisi, konsep pendidikan nasional kesulitan membentuk puluhan juta murid mandiri, apalagi terjun di era globalisasi, disisi lain, kesulitan itu dimanfaatkan sejumlah pihak hanya untuk bisnis. Mereka tawarkan konsep pendidikan

4Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang latar belakang berdirinya SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 5Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang program hafalan al-Quran. 6Dokumen SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 7Hasil wawancara dengan Ust. Eri Sudewo selaku Direktur Utama di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang latar belakang pendirian SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 88

dengan biaya amat mahal tak rasional. Pendidikan berkualitas bukan hanya milik segenlintir murid dan keluarga sangat mampu. Pendidikan adalah hak setiap warga.

Eri mengatakan bahwa kekeliruan paradigma pendidikan ini harus diubah. Itulah sebabnya Azhari didirikan dengan tujuan; Pertama, mengantar murid belajar mandiri dengan menjadikan Islam sebagai Way of Life. Murid bukan hanya dibekali pelajaran agama saja, tetapi diupayakan tahfizh (hafal) al-Quran 18 juz di tingkatan SD (Sekolah Dasar) dan diselesaikan 12 juz sisanya.8

Kedua, murid juga dibiasakan bicara dalam bahasa Arab dengan 2000 kosa kata. Ketiga, murid pun harus dibiasakan bicara Bahasa Inggris juga dengan 2000 kosa kata. Dan keempat biaya Azhari diproporsionalkan seminimal mungkin.

Jika gedung sekolah sudah ada, alhamdulillah wakaf, Azhari tak mengutip uang gedung. Yang diambil hanya biaya pemeliharaan, yang relatif jauh sangat minimal. Uang pangkal, hanya untuk kesejahteraan guru dan fasilitas dasar sekolah. Bukan jor-joran fasilitas yang mewah, dipatok antara dua dan lima juta, agar bisa konsentrasi dalam mendorong murid didiknya. Dalam proses belajar mengajar, kelas Azhari diisi maksimal 24 murid, suasana dikondisikan menyenangkan. Murid dibangkitkan keaktifannya, kekritisan, kemandirian, sifat kesatria, memupuk kepedulian dan berani bertanggungjawab bila sikap dan pendapatnya keliru. Dan dalam rangka menyiapkan murid yang berkarakter Azhari menyiapkan lima hal yang menjadi tolak ukur berhasil tidaknya pendidikan, yaitu visi sekolah, konsep pendidikan, manjemen pendidikan, kualitas guru dan metode pendidikannya.9

Selain itu, metode tahfizh al-Quran dan pengajaran Bahasa Arab, diadopsi langsung dari lembaga al-Azhar Assyarif, Cairo, Mesir.

8Hasil wawancara dengan Ust. Eri Sudewo selaku Direktur Utama di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018 tentang tujuan pendirian SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 9Hasil wawancara dengan Ust. Eri Sudewo selaku Direktur Utama di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang tolak ukur keberhasilan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 89

Lembaga pendidikan al-Azhar yang telah berdiri sejak tahun 1034 ini, terbukti menghasilkan beribu sarjana andal diseluruh dunia. Karena itu, Azhari menandatangani nota kesepahaman langsung dengan Syekh Al-Azhar, di Cairo mesir pada 12 Januari 2004. Dan kini SD Azhari Islamic School (AIS) resmi menjadi cabang al-Azhar di Indonesia. Irwansyah menjelaskan bahwa SD Azhari Islamic School (AIS) yang memadukan konsep ilmu pengetahuan serta keimanan dan ketakwaan. Sesungguhnya konsep ini adalah merupakan pemahaman konsep manusia secara utuh dalam pandangan ajaran Islam. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) dalam memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan dan tujuan pendidikan adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah SWT, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang.10

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil’alamin, untuk mengenanalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW, membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang menghantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang yang berilmu, ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang diinginkan oleh SD Azhari Islamic School (AIS).11 2. Pengorganisasian dalam Perspektif SD Azhari Islamic School (AIS) Karena begitu pentingnya langkah pengorganisasian, Allah SWT berfirman dalam al-Quran dengan memberikan contoh kepada manusia, Allah SWT melakukan langkah pengorganisasian setelah Dia melakukan perencanaan yang matang dalam proses penciptaan langit dan bumi. Dalam surah as-Sajdah ayat 4-5, Allah SWT berfirman:

10Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang tujuan pendidikan penyerahan mutlak kepada Allah SWT. 11Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang tujuan pendidikan. 90

هَّللاُ اله ِرٌ َخ َل َق ال هض َوا َوا ِت َوا ْْلَ ْز َض َو َها بَ ٌَُْ ُه َوا فٍِ ِصحه ِة أََها ٍم ثُ هن ا ْصحَ َىي ْ َع َلً العَ ْس ِط َها َل ُكن ِّهي دُوًِ َِ ِهي َو ِل ٍّ َو ََل َش ِفُعٍ أَ َف ََل جَحَرَ هك ُسوى َُدَبِّ ُس ا ْْلَ ْه َس ِه َي ال هض َواء إِ َلً ا ْْلَ ْز ِض ثُ هن َ ْع ُس ُج إِ َل ُْ َِ فٍِ َ ْى ٍم َكا َى ِه ْقدَا ُزٍُ أَ ْل َف َصٌَ ٍة ِّه هوا جَعُدُّوى

“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (kemudian) Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Q.S. As-Sajdah [32]:4-5).

Dalam ayat ini sangat jelas terkandung pesan, bahwa ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi melalui perencanaan yang matang (selama enam hari), kemudian Allah SWT melakukan pengaturan dan pengorganisasian (organizing), agar segala urusan yang ada di langit dan bumi dapat berjalan dengan teratur dan lancar. Dalam pandangan M. Quraish Shihab, penggunaan kata yudabbiru untuk menjelaskan pemikiran dan pengaturan sedemikian rupa tentang sesuatu yang akan terjadi di belakang. Artinya, segala urusan sudah harus diperhitungkan dampak atau akibatnya dengan matang, sehingga hasilnya bisa sesuai dengan yang dikehendaki,12 atau dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bahkan, Allah SWT telah mengingatkan umat manusia agar segala pekerjaan yang akan dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan saling bekerja sama agar bisa terbangun sistem kerja yang kokoh dan tidak goyah oleh berbagai macam rintangan yang akan dihadapi, laksana bangunan yang tersusun dengan kokoh dan rapi.

12M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Ouran (Volume 11), (Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV, 2006), h. 180. 91

Dalam surah ash-Shaf ayat 4, Allah SWT memberikan gambaran sebagai berikut:

إِ هى هَّللاَ َُ ِح ُّب اله ِرَ َي َُ َقاجِلُى َى فٍِ َصبُِ ِل َِ َصفًّا َكأًَه ُهن بٌَُُا ٌى ه ْس ُصى

“Sesungsuhnya Allah menyukai orang yang berperang (berjuang dijalan-Nya dalams barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash Shaff [61]:4).

Kata shafan (barisan) adalah sekelompok dari sekian banyak anggotanya yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur. Sedangkan kata marshushun berarti berdempet dan tersusun dengan rapi.13 Yang dimaksud ayat ini adalah tentang pentingnya kekompakan barisan, kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan kerja sama dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu. Maksud dari shaff disitu menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan.14 Dalam sebuah hadits diterangkan yang artinya:

“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah dan tuntas.”15

Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik, proses juga dilakukan secara terarah dan teratur atau itqan. Menurut al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah manusia seyogyanya tetap pada tempatnya dan tidak bergoyah dari tempat tersebut.16 Disamping

13M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Volume 14), h. 191. 14Samsyu al-Din al-Qurtubi, Jami' al-Bayan li al-ahkam al-Quran,juz 1, (Mauqi'u Tafasir: Maktabah Samilah, 2005), h. 5594. 15Al-Thabrani, Mujam al-Ausath, juz 2, (Mauqi'u al-Islam: Maktabah Syamilah, 2005), h. 408. 16Abu Muhammad Hasan ibn Mas'ud al-Baghawi, Mau'alim al Tanzih juz 8, (Dar Tayyibalh lin Nasr: Maktabah Samilah, 2005), h. 108. 92

itu, dalam ayat tersebut banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat tersebut adalah barisan dalam perang.17 Maka ayat tersebut mengindikasikan adanya tujuan dari barisan perang yaitu berupaya untuk melaksanakan kewajiban yaitu jihad allah dan memperoleh kemenangan. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) menjalankan bentuk organisasi fungsional yang diciptakan oleh F. W. Taylor memiliki ciri yang memungkinkan beberapa orang pimpinan untuk memiliki wewenang masing-masing dalam memberikan perintah kerja atau mengomandoi para bawahan. Menurut Irine struktur organisasi yang penyusunannya didasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti pemasaran, keuangan, produksi dan administrasi.18

Organisasi kepemimpinan beranggapan bahwa berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan tergantung sampai seberapa jauh seorang pemimpin mampu mempengaruhi para bawahan sehingga mereka mampu bekerja dengan semangat yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien dan efektif.19

Keberadaan organisasi sangat penting bagi manusia karena merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan melalui organisasi para manusia akan bekerja dan menunjukkan eksistensinya agar bisa mencapai kepuasan terhadap apa yang telah menjadi tujuannya. Untuk mencapai produktivitas dan kepuasan dalam bekerja itulah, maka sebuah organisasi membutuhkan manajemen sebagai alat atau Seni mengelola organisasi agar bisa berjalan dengan efisien (berdaya guna), efektif (berhasil guna) dan bisa mencapai tujuan yang kita harapkan.20

17Ibn Jarir al-Thabari, Tafsir Jami'al Bayan fi ta wil al-Qur 'an, juz 23, (Mauqjiu Majma al-Mulk: Maktabah Samilah, 2005), h. 357. 18Husnaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 126. 19Hasil wawancara dengan Bpk. M. Sidik selaku wali murid Husain kelas IV-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 23 November 2018, tentang tujuan organisasi. 20Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang pengelolaan organisasi. 93

Oleh karena itu, manajemen sering didefinisikan oleh para pakar seperti Richard L Daft, sebagai proses pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi.21 Hal senada juga diungkapkan oleh James A. F. Stoner yang mengatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota serta penggabungan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.22 Meskipun banyak sekali ragam perhatian tentang manajemen yang dikemukakan para ahli terdapat aspek yang sama dari berbagai Pengertian tersebut, yaitu bahwa di dalam manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen,23 namun pada intinya terdapat bagian yang mengandung kesamaan. Menurut Irine, bahwa pengorganisasian adalah penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggung jawab tertentu dan delegasi wewenang. Adapun pengorganisasian merupakan suatu fungsi manajemen yang dipakai oleh orang-orang atau anggota untuk mencapai tujuan bersama secara efektif. Dengan pengorganisasian anggota organisasi dipersatukan melalui pekerjaan masing-masing yang pekerjaan pekerjaan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya.24

Agar sukses dalam menerapkan aktivitas dan program sekolah kepala sekolah harus tegas dan bertujuan, mengadopsi pendekatan partisipatif dan beroperasi secara profesional. Sebenarnya pemimpin yang efektif cenderung mencari

21Daft, R.L. Menejemen (Jilid I edisi kelima), terj. Emil Salim, dkk, (Jakarta: Erlangga, 2002), buku aslinya diterbitkan pada tahun 1988 oleh Van Derbi Internasional Inc., h. 9 22Nanang Fatah, Landasan Menejemen Pendidikan. Cet.VII, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), h. 71. 23Pendapat para tokoh tentang fungsi-fungsi menejemen tersebut merupakan kesimpulan yang diambil dari beberapa sumber: (1) Hani Handoko, Menejemen (edisi kedua), (Yogyakarta: BPPE, 1986), h. 2. (2) Benyamin Liputo, Pengantar Menejemen, (Jakarta: Depdikbud-Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, 1998), h. 16-17. (3) Nanang Fatah, Landasan Menejemen Pendidikan. Cet. VII, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), h. 13. 24Irine Diana Sari Wijayanti, Manajemen, (Yogyakarta: Mitra Cendikia, 2008), h. 102. 94

keseimbangan antara gaya manajemen yang otokratis dan demokratis. Mereka mempunyai sebuah versi tetapi mereka memahami bahwa layak untuk melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan.25

Saya tidak punya rencana untuk menjadi seorang kepala sekolah, itu terjadi begitu saja, yang terpenting adalah Saya bekerja berdasarkan gambaran pekerjaan saya apapun dan di manapun tempat itu saya hanya percaya kepada Tuhan dan yayasan sekolah memberikan kami posisi ini Ini adalah sebuah mandat. Saya melakukannya dengan baik dan bertanggung jawab untuk hiasan sekolah dan terutama karena Tuhan saya merasa bebas untuk bekerja dimana saja jadi itu tidak terasa seperti saya mengatur kembali misalnya jangan mendapatkan promosi dari yayasan sekolah. Tetapi setidaknya sebagai kepala sekolah saya mempunyai kesempatan untuk melaksanakan ide ide dan konsep sendiri.26

Penulisan tentang sekolah yang efektif telah melaksanakan pentingnya kepemimpinan dalam peranan kepala sekolah. Kepala Sekolah Azhari bertanggung jawab atas manajemen keuangan, kedisiplinan, kepemimpinan instruksional, pengawasan, perekrutan murid dan perekrutan guru. Kepala sekolah juga harus menjaga keramahtamahan hubungan dengan YPI Azhari, sekolah tetangga, masyarakat Islam dan non Islam. Sebuah penggambaran singkat tentang hari kerja yang dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) yang menyinari keragaman ini dan juga peran yang menantang. Beliau melakukan harinya dengan salat subuh jam 05.00 WIB di masjid dekat rumahnya. Setelah sarapan singkat dan 30 menit berkendara, beliau tiba jam 06.15 WIB, segera menyapa stafnya, Kemudian untuk melihat wakil kepala sekolah, lalu selama 30 menit kemudian melihat kembali kedisiplinan sekolah. Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) melibatkan dirinya sendiri dalam kegiatan ini, karena beliau melihat tanggapan sekolah mengenai kedisiplinan adalah sebuah

25Hasil wawancara dengan M. Sidik selaku wali murid Husain kelas IV-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 23 November 2018, tentang 26Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang kepemimpinan. 95

fungsi panduan. Melalui tindakan sendiri ia mendorong murid untuk sadar akan tanggung jawab mereka untuk diri mereka sendiri dan lingkungan sekolah, Meskipun banyak masalah mengenai kedisiplinan kelas seperti keterlambatan masuk sekolah. Bagi Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS), peristiwa ini mengancam tatanan dasar sekolah dan membutuhkan pertimbangan yang hati-hati. Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) mengambil beberapa menit waktu luang di pagi hari ia habiskan untuk keluar dari kantor dan melihat-lihat keliling sekolah. Beliau menyapa guru dan murid yang bertemu di koridor, ia berhenti di beberapa kelas untuk beberapa menit, dan tinggal lebih lama di salah satu kelas yang sangat berisik untuk temukan masalah tersebut. Beliau memanggil seorang guru untuk masuk ke dalam kantor untuk menggantikan guru yang dapat masuk kelas. Sebagaimana salah seorang murid mengatakan kepada peneliti bahwa:

Kepala sekolah Saya selalu memeriksa untuk melihat jika kelas tersebut berjalan dengan baik. Jika tidak ada guru di kelas, ia akan memanggil guru yang lain untuk memperhatikan kelas tersebut. lalu kemudian Ia pun berpindah, selama sholat dzuhur berjamaah Iya pun ikut sholat berjamaah berdo'a bersama dengan murid dan guru.27

Kedisiplinan, kewibawaan dan tanggung jawab telah menjadi fokus dalam perencanaan untuk perubahan. Komitmennya untuk sekolah adalah tulus dan bersemangat, ia menyarankan bahwa sekolah terbukti efektif dalam upaya mempersiapkan murid untuk peran produktif dalam masyarakat. Ia yakin bahwa sekolah tersebut untuk banyak murid memberikan disiplin nilai moral dan sumber lain yang kurang didapatkan di rumah. Ia mengatakan; kita mencoba untuk mengembangkan kualitas kehidupan untuk murid-murid kita, kita juga seperti sedang mempersiapkan mereka dengan baik untuk karir masa depan mereka”.28

Menurut keyakinan kepala sekolah "Sebuah kedisiplinan dan ketertiban lingkungan sekolah adalah suatu yang sangat penting bagi

27Hasil wawancara dengan Husain selaku murid di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang aktivitas kepala sekolah. 28Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang kedisiplinan. 96

pertumbuhan kebaikan murid-murid kita" sebagai sebagai hasil dari kayakinan ini, penekanan di tempat pada peraturan, penataan dan pada standar perilaku. Wakil kepala sekolah mengamati aula dan kelas untuk mengelola kegiatan pembelajaran dan untuk menjaga ketertiban. Ketaatan pada peraturan dan penataan adalah jelas dalam perilaku sebagian besar murid, pada kenyataannya, tempramen dan perilaku di sekolah adalah disiplin dan sopan santun.” Irwansyah juga melayani sebagai sistem kepala sekolah dalam kurikulum, supervise, penjadwalan dan kegiatan murid kedisiplinan, penyuluhan yang dikumpulkan untuk pertemuan mingguan mereka. Setelah Pak Irwansyah meringkas secara singkat pertemuan itu, ia pun bergegas pergi, ia dan para administrasi berekreasi; meninjau murid pada percobaan akademis dan disiplin; mengatur pertemuan bersama orang tua untuk membicarakan tentang program studi dan program tahfizh dan mendiskusikan peraturan seragam sekolah yang akan digunakan dan kepala sekolah juga menjadwalkan pertemuan orang tua, guru, kepala sekolah dengan ketua Yayasan Azhari dalam rangka silaturahmi dan yayasan menguraikan atau gambaran Yayasan Azhari.29 3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Azhari Islamic School (AIS) Berdasarkan keimanan inilah, maka pendiri Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus menetapkan visi berikut, yaitu “To Become On Education Institution And Reputable Missionary Endeaver That Make The Holy Quran As The Base Of People’s Live” menjadi lenbaga pendidikan dan dakwah terkemuka yang menjadikan quran yang mulia sebagai basis utama. Pada akhir zaman seperti ini, pengelola, praktisi hingga orang tua mencari format dan bentuk lembaga pendidikan yang ideal untuk menyiapkan generasi penerusnya agar bisa selamat didunia dan akhirat.Kesuksesan dan kemajuan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh salah satu faktornya yaitu pendidikan, sebab dengan pendidikan pola pikir, sikap, wawasan anak didik akan diubah dan berubah. Sejarah peradaban dunia telah membuktikan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa erat kaitannya dengan pendidikan bangsa tersebut.

29Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang kegiatan awal tahun pembelajaran. 97

Semangat Kaizen,30 kemajuan barat, teruama Eropa, dengan Renaisance31 dan lebih-lebih jauh sebelum itu adalah Islam dengan Iqra,32 semangat belajar dan membaca. Iqra yang merupakan ajaran di dalam al-Quran menjadikan manusia terdorong untuk membaca, mempelajari, mengeksplorasi, menulis hingga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi seluas-luasnya. Syaikh al-Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa dalam Quran Surah al-„Alaq ini hendaklah memulai membaca dan menulis kita sebut terlebih dahulu menyebut nama Allah SWT. Setelah Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dan menuliskan di dalam kitab-Nya yang diletakkan di sisi-Nya di atas Arsy, kitab itu bertuliskan:

30Kaizen adalah konsep tunggal dalam manajemen Jepang yang paling penting dan merupakan kunci sukses Jepang dalam persaingan. Jepang selalu berpikir bahwa tidak ada satu hari pun berlalu tanpa adanya suatu tindakan penyempurnaan (Takizakigroup: 2000). Kaizen merupakan alat pemersatu filsafat, system dan alat untuk memecahkan masalah yang dikembangkan di Jepang selama 30 tahun pada suatu perusahaan utnuk berbuat baik lagi. Kaizen dapat dimulai dengan menyadari bahwa setiap perusahaan mempunyai masalah. Kaizen memecahkan masalah dengan membentuk kebudayaan perusahaan di mana setiap orang dapat mengajukan masalahnya dengan bebas. Masing-masing dalam Tazakigroup, Budaya Kaizen yang Unik, (Jakarta: Gramedia dan Masaaki Imai, 2005), Budaya Kaizen, (Jakarta: Pustaka Utama, 2000). 31Renaisan merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki gagasan serta sikap yang secara umum bertujuan untuk menyusun standar dunia baru yang modern. Ciri yang mencolok pada masa ini adalah sikap optimisme, hedonisme, naturalisme, individualisme, tetapi yang paling menonjol adalah humanisme. Dalam visi yang lebih luas, humanisme dapat didefinisikan sebagai pemujaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan naturalisme serta pengingkaran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan. Gaya atau mode inilah yang menjadi inti atau jiwa renaisan. Humanisme juga memiliki makna yang lebih terbatas, yaitu sekadar semangat kandungan tulisan-tulisan klasik bagi tujuan-tujuan kemanusiaan. Perasaan kemanusiaan inilah yang sering diungkapkan oleh para penulis di masa-masa awal lahirnya renaisan, dalam Edward McNall Burn, Western Civilization: Their History and Their Culture,(New York: W.W. Norton & Company Inc., 1954), 315. 32Yang bermakna “Allah memasukkan ilmu ke dalam kalbu setiap manusia yang ingin membaca dan menulis dengan menggunakan alat tulis, karena manusia tidak mungkin mengetahui ilmu penulisan itu kecuali dengan pengajaran Allah SWT dengan mengajari mereka ilmu penulisan itu maka lengkaplah nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Kemudian pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa ilmu penulisan itu adalah nikmat darinya, sebagai penyempurnaan segala nikmat yang telah diberikan. Dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi.Al-Jami’, Al-Ahkam Al-Quran, terj., Dudi Rosyadi dan Fatur Rahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 546-555. 98

“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku”.33 “Allah memberikan penghargaan tinggi bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan, tapi yang beriman.” (Q.S. al-Mujadalah [58]: 11)34

َاََُّ َها اله ِر َْ َي ا َهٌُ ْ ىا ِاذَا قِ ُْ َل َل ُك ْن جَ َف هض ُح ْىا فًِ ا ْل َو ج ِل ِش َفا ْف َض ُح ْىا َ ْف َضحِ ٰ َّللاُ َل ُك ْ ن ه ه َو ِاذَا قِ ُْ َل ا ًْ ُش ُز ْوا َفا ًْ ُش ُز ْوا َ ْسفَعِ َّٰللا ُ ال ِر َْ َي ا َهٌُ ْىا ِه ٌْ ُك ْن َوال ِر َْ َي اُ ْوجُىا ا ْل ِع ْل َن دَ َز ج ٍث َو َّٰللا ُ بِ َوا جَ ْع َولُ ْى َى َخبِ ُْ ٌس

“Setelah itu, berkembanglah ilmu pengetahuan, dengan tetap berbasiskan iman kepada Allah, sehingga ilmu itu digunakan untuk kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan manusia serta alam lingkungan (prinsip Islam rahmatan lil’alamin) sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri yang bertujuan memberikan kesejahteraan bagi segenap alam”.

33H.R. Al-Bukhari pada pembahasan tentang awal mula penciptaan, bab: Hadits Tentang Firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ruum ayat 27 yang artinya “Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh muslim pada pembahasan tentang taubat, bab: Keluasan Rahmat Allah dan Rahmat Allah itu lebih didahulukan daripaa murka-Nya. Diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi pada pembahasan tentang doa-doa, bab: Nomor 99. Diriwayatkan pula oleh Ahmad dalam al-Musnad. 34Tulis Ayat (Arab) artinya “Barangsiapa yang lebih dahulu sampai (majelis) daripada yang lainnya maka ia lebih berhak mendapatkannya”. “Siapa yang lebih menempati tempat yang belum didahului oleh muslim yang lain maka ia lebih berhak atas tempat tersebut.” (H.R. Abu Daud dalam pembahasan tentang paak pembangunan dan fa‟i bab: Hasil Bumi, No:3071. As-Suyuti menyebutkannya dalam al-Jami‟ al-Kabir dari riwayat Abu Daud, Ibnu Sa‟ad dalam ath-Thabaqat al-Baghawi dan al-Bawardi, ath-Thabrani dalam al-Kabir, al-Baihaqi dalam sunannya dalam pembahasan tentang menghidupkan lahan yang mati, bab: Orang yang Memberdayakan Tanah yang Mati. Adh-Dhiya, al-Maqdisi dari Ummu Jundab binti Numallah dari ibunya Suwaidah binti Jabir dari ibunya Uqailah binti Asman binti Mudharris dari bapaknya, al-Baghawi berkata: “Aku tidak mengetahui sebuah riwayat selain dengan sanad ini dan hadits ini terdapat dalam al-Jami‟ ash-Shaghir, No. 8739, dari riwayat Abu Daud dan Dhiy dari Ummu Jundab dan ia menilai bahwa riwayat ini shahih. Dalam Kitab Tafsir al-Qurthubi al-Jami’, al-Ahkam al-Quran, terj. Dudi Rosyadi dan Fatur Rahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009). 99

َو َها أَ ْز َص ْل ٌَ َك إِ هَل َز ْح َوةً ِلّ ْل عَ َل ِوُ َي

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya [21]:107) Sebaliknya, yang terjadi kemudian perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) tanpa iman, tanpa ruh al-Quran, maka hanya akan mengakibatkan kerusakan saja dipermukaan bumi ini. Allah menyebutkan di dalam al-Quran tentang kerusakan di bumi ini adalah akibat ulah tangan manusia yang tidak melandaskan kegiatannya pada ibadah kepada Allah SWT dalam surah Ruum ayat 41 berikut.

َظ َه َس ا ْل َف َضادُ فٍِ ا ْلبَ ِّس َوا ْلبَ ْح ِس بِ َوا َك َضبَ ْث أَ َْ ِدٌ الٌها ِس ِل ُ ِرَ َق ُه ْن بَ ْع َض اله ِرٌ َع ِولُىا َلعَله ُه ْن َ ْس ِجعُى َى

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah SWT merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum [30]:41)

Dijadikan al-Quran sebagai basis pendidikan adalah pedoman hidup, petunjuk kebenaran, rahmat dan obat bagi segala problematika hidup, yang mampu membimbing umat manusia selamat, bahagia dan sejahtera dunia akhirat. Dalam menjalankan prinsip, nilai-nilai yang diajarkan adalah bersumber dari al-Quran. Proses kurikulum oleh para pembuat kebijakan, dan prakteknya oleh lembaga-lembaga pendidikan termasuk guru-gurunya. UU No. 20 tahuun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)35 dan ini merupakan hak warga negara Indonesia, yang mayoritas muslim yang kitab sucinya adalah al-Quran. Mereka pelajar-pelajar muslim berhak mendapatkan pendidikan berbasiskan al-Quran. Tidak ada lagi dikotomi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Sebabnya seringkali disebut ilmu-ilmu umum pun, seperti matematika, science, ilmu bahasa dan lainnya adalah bagian juga dari ilmu-ilmu agama Islam dan semua itu prinsip-prinsip dasarnya, ada didalam al-Quran. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

35UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional. 100

Nasional. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan: peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan agama. a. Visi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan Visi Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) merupakan arah dan gambaran masa depan yang akan dituju oleh segenap sivitas akademika dalam upaya mewujudkan akan lahirnya sumberdaya manusia Indonesia yang ideal. Iman dan taqwa merupakan landasan hidup yang harus dipegang oleh seluruh sumberdaya manusia, baik sebagai subjek atau pendidik maupun murid sebagai pesertadidik. Keimanan dan ketaqwaan harus melekat pada pribadi-pribadi alumni SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, sehingga kelak menjadi pemimpin-pemimpin yang kreatif, inovatif, ikhlas, adil, jujur, syukur, tawakal, dan sabar. Pada akhir zaman seperti ini, pengelola praktisi hingga orangtua mencari format, dan bentuk lembaga pendidikan, yang ideal untuk menyiapkan generasi penerus agar bisa selamat di dunia dan akhirat. Kesuksesan dan kemajuan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh salah satu faktornya yaitu pendidikan, sebab dengan pendidikan pola pikir, sikap dan wawasan anak didik akan diubah dan merubah sejarah peradaban dunia telah membuktikan bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa erat kaitannya dengan pendidikan bangsa tersebut. b. Misi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan Bertolak dari konsep visi Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan tersebut di atas, maka ditetapkan 3 misi sebagai berikut: 1) To create an Islamic Educational System which has the international standards (menjadikan pendidikan Islam yang memiliki sistem dengan standar internasional). 2) To deliever individual who memorizes Quran and love Islam as way of life (menghantarkan pribadi-pribadi penghafal al-Quran dan mencintai Islam sebagai pandangan hidup. 3) To genarate moslem scientist that truly cares and beneficial to others (menciptakan ilmuwan Islam yang peduli kepada umat dan bermanfaat bagi sesama).

101

Ketiga misi SD Azhari Islamic School (AIS) di atas merupakan kegiatan pokok yang akan dan harus dilaksanakan oleh seluruh civitas akademika SD Azhari Islamic School (AIS) demi untuk mewujudkan misinya. Dengan demikian misi tersebut telah menjadi komitmen bersama seluruh civitas akademika dan stakeholders lainnya. Agar misi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus dapat dioperasionalkan, kinerja dan hasil pelaksanaanya dapat dievaluasi, maka masing-masing misi dijabarkan kedalam tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat diukur. Misi kesatu, menjadikan pendidikan Islam yang memiliki sistem dengan standar Internasional. Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) merupakan kemajuan didunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan. Pada dasarnya yang dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan melakukan rintisan sekolah bertaraf internasional. Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional dilatarbelakangi oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi manajemen dan sumberdaya manusia, upaya peningkatan mutu, efisien, relevan dan memiliki daya saing secara nasional dan sekaligus internasional ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional. Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal. Pendidikan bertaraf internasional harus relevan, yaitu penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, kemampuan pemerintah daerah (kabupaten/kota dan provinsi). Pendidikan bertaraf internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional.

102

Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) yang memadukan konsep ilmu pengetahuan serta keimanan dan ketakwaan. Sesungguhnya konsep ini adalah merupakan pemahaman. Konsep manusia secara utuh dalam pandangan ajaran islam. Sekolah Azhari dalam memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan dan tujuan pendidikannya adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah SWT pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. Dalam rangka mencapai pendidikan Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Islam diturunkan sebagai rahmatan lilalamin, untuk mengenalkan Islam ini di atas Rasulullah SAW tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, selama kurang lebih 23 tahun membina dan memperbaiki akhlak dan aqidah manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu manusia yang berilmu, ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang diinginkan oleh SD Azhari Islamic School (AIS). Sebagaimana yang dinyatakan di dalam dokumen sekolah ini visi dari SD Azhari Islamic School (AIS) adalah „to become on education institution and a reputation missionary endeavor that make the holly qur’an as the base of people’s live’. Menjadi lembaga pendidikan dan dakwah terkemuka yang menjadikan quran yang mulia sebagai basis utama kehidupan umat. Misi pertama sekolah Azhari ini dengan tujuan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan sekolah bertaraf internasional dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris pelajaran Matematika, IPA, untuk kelas bawah dan pengajaran bahasa Inggris memakaikan kurikulum Inggris, dan pelajaran bahasa Arab dan Pendidikan Agama Islam (PAI) memakai kurikulum Mesir untuk semua kelas. sebagaimana diketahui secara umum bahwa seseorang dalam merintis arah kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, di mana sampai saat ini untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi dibutuhkan kemampuan lebih atau bahkan untuk memasuki dunia kerja nantinya diutamakan seseorang yang mempunyai berbagai keahlian dan kemampuan berbahasa internasional. Penyelenggara pendidikan yang berstandar internasional dilatarbelakangi oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumber daya 103

manusia. upaya meningkatkan mutu, efisien, relevan dan memiliki daya saing kuat. Upaya meningkatkan daya saing yang kuat secara nasional dan sekaligus internasional ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan berstandar internasional. Misi kedua SD Azhari Islamic School (AIS) bertujuan untuk mengantarkan pribadi-pribadi penghafal al-Quran dan mencintai Islam sebagai pandangan hidup. Menghafal al-Quran bukanlah hal yang impossible alias mustahil karena dorongan untuk menghafal al-Quran telah dijelaskan dalam Q.S. al-Qamar ayat 17, sebagai berikut:

”Dan sungguh, telah Kami mudahkan al-Quran untuk peningkatan atau belajar. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"

Ayat ini mengidentifikasi kemudahan dalam menghafal al-Quran. Hidup di bawah naungan al-Quran adalah nikmat yang tak dapat diketahui kecuali oleh orang yang merasakan tiada bacaan seperti al-Quran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungan yang tersurah, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Al-Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Tujuan kedua dari misi ini adalah lulusan SD Azhari Islamic School (AIS) wajib mencintai Islam sebagai pandangan hidup. Setiap manusia mempunyai pandangan hidup pandangan hidup itu bersifat kudrati, karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.36 Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup ini bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terus menerima, sehingga hasil pikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar inilah manusia

36Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang visi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta. 104

menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan atau petunjuk yang disebut inilah pandangan hidup. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya yang menjadi misi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Sekolah Dasar (SD) Azhari berusaha sekuat tenaga dalam merealisasikan misi kedua ini, untuk memahami ajaran Islam membutuhkan rujukan aslinya. Dari sumber itu baru dapat dipahami secara koleratif, integratif dan berkesinambungan. Dengan melibatkan berbagai pendekatan (interdisipliner). Secara utuh Islam dapat dipahami lebih terbuka dan kontektual sesuai dengan tingkat peradaban umat manusia. Islam tampil sebagai kekuatan penggerak spiritual, moral, sosial, emosional, ilmu dan amal shaleh.37

Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) memandang bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan Islam sebagai sumber kekuatan dan keyakinan spiritual Islam sebagai wawasan dan pandangan hidup (world view) dan Islam sebagai komitmen hidup dan perjuangan, pemahaman seperti inilah akan memberikan jawaban terhadap persoalan.38

Misi ketiga SD Azhari Islamic School (AIS) bertujuan adalah menciptakan ilmuwan islam yang peduli kepada umat dan bermanfaat kepada sesama. Misi ketiga ini menyiapkan pribadi muslim yang ideal dan menyiapkan masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif, mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat, sehingga dapat menjalankan kehidupan yang peduli pada umat dan bermanfaat kepada sesama. c. Tujuan didirikannya SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan

37Hasil wawancara dengan Ust. Zainal selaku guru tahfizh kelas VI-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 14 Desember 2018, tentang misi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta. 38Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang persepsi Islam sebagai sumber keyakinan spiritual. 105

Berdirinya Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus dilatarbelakangi oleh cita-cita luhur yaitu menciptakan manusia-manusia yang memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan pemahaman dan penguasaan iman, takwa dan hafal al-Quran. Dari luhurnya cita-cita tersebut, maka pelaksanaannya memerlukan kesepahaman dan keterpaduan dari para pengelolanya. Oleh karena itu dalam menjabarkan visi dan misi ke dalam bentuk tujuan pendidikan disusun dengan cara musyawarah di antara sumberdaya manusianya agar diperoleh kesamaan paham, pandangan dan kesepakatan. Tujuan dari penetapan tujuan secara musyawarah tersebut adalah agar dalam pelaksanaannya diperoleh sikap dan perilaku yang konsisten, konsekuen dan bertanggung jawab dari semua unsur yang terlihat. Berdasarkan hasil dari kebersamaan musyawarah secara terbuka tersebut dirumuskan tujuan didirikannya SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan adalah terciptanya atmosfer organisasi sekolah yang aman, nyaman dan harmonis dan terjadinya komunikasi efektif di antara personalnya. d. Tingkat Ketercapaian Tujuan Tujuan dikatakan baik apabila mudah dipahami, dikembangkan dan diukur. Mudah dipahami artinya tuuan tersebut bisa dipahami oleh semua guru dan pegawainya dan mampu melaksanakan. Mudah dikembangkan artinya tujuan itu bisa dilaksanakan berdasarkan potensi yang ada baik potensi fasilitas penunjangnya maupun potensi sumberdaya manusianya. Mudah diukur artinya tujuan pendidikan itu hasilnya bisa dirasakan oleh murid sebagai subyek utamanya. Bertolak dari kriteria tersebut tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh SD Azhari Islamic School (AIS) sangat memenuhi kriteria di atas. Hal itu dibuktikan dengan hasil prestasi murid atau mutu pendidikan yang diperoleh para lulusannya sangat membanggakan. Secara statistik 95% lulusannya diteriman di sekolah sesuai dengan keinginan murid. e. Orientasi Tujuan Orientasi pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS) adalah pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dikarenakan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan komoditas ekonomi yang tinggi dan bernilai ekspor. Penguasan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan indikator keberhasilan yang dapat berkiprah pada tataran internasional (global).

106

Disamping hal tersebut di atas salah atu tujuan paling luas dan jauh ke depan adalah terwujudnya sistem endidikan berstandar internasional dan programnya meliputi: peningkatan kualitas pendidikan berstandar internasional. Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa berdirinya SD Azhari Islamic School (AIS) tidak hanya menciptakan lulusan-lulusan yang paham dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan iman dan taqwa tetapi lebih jauh lagi adalah terbentuknya manusia-manusia yang mampu menghafal al-Quran dan berkkompetisi secara komparatif pada kancah internsional. 4. Kurikulum SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh murid. Pandangan ini menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dalam pandangan yang muncul kemudian, penekanan terletak pada pengalaman belajar. Dengan titik tekan tersebut, kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang disajikan kepada para murid di bawah pengawasan atau pengarahan sekolah.39 Kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah jadi selain kegiatan kurikulum yang formal jika kegiatan kurikulum yang tidak formal. Kegiatan kurikulum yagn tidak formal ini sering disebut kurikuler dan ekstra kurikuler.40 Fungsi kurikulum selain sebagai alat untuk mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang diinginkan juga sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.41 Dan kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada sejumlah mata pelaaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar ijazah.42

39Hery Noen Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 162. 40Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet.IV, h. 5. 41Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 122. 42Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: Raja Grafinda, 2010), h. 123. 107

Selain itu kurikulum juga diartikan sebagai rencana pelajaran terurai bagi tiap bidang studi untuk tiap kelas.43

a. Al-Quran Dasar Kurikulum Dalam sejarah keilmuan terutama dalambidang ilmu pendidikan dan pengajaran, baik pada zaman dulu maupun sekarang, baik dilembaga pendidikan pesntran, atau dilembaga pendidikan sekolah ataupun madrasah moderen, al-Quran menempati posisi yang sangat sentral dan penting. Seluruh aspek keilmuan, pendidikan dan pengajaran bersumber dan bermuara kepada nilai dan spirit al-Quran. Kalau mencermati sejarah para sahabat Rasulullah SAW serta tabi’in, pejuang, ulama, dan tokoh-tokohyang sangat terkenal baik ditingkat nasional, maupun internasional. Karena mereka telah menjadikan al-Quran sebagai basis utama pendidikan. Mereka mempelajari terlebih dahulu al-Quran sebelum mempelajari ilmu yang lain, ataupun mereka kemudian mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan tetap melandaskannya pada quran. Maka lahirlah pakar-pakar IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Ibnu Kholdun dalam hal sosial budaya, Imam al-Ghazali dalam psikologi, al-Jabbar pakar matematika. Kalau demikian, maka kaitannya dengan orang-orang muslim yang terkait dengan pembentukan kurikulum pendidikan nasional adalah bagaimana nilai-nilai al-Quran dapat terkandung dan mewarnai pendidikan generasi. Apalagi jika dikaitkan dengan pendidikan karakter kepribadian, moral (akhlak), etika (adab), interaksi sosial (jama’ah), hingga membangun suatu bangsa. Maka, itu semua ada didalam al-Quran. Sekolah Azhari menjalankan dua kurikulum dan memakai Bahasa Inggris untuk kelas bawah 1-3 dalam pelajaran matematika, sains pada saat penulisan ini. Pertama kurikulum yang telah di buat oleh Menteri Pendidikan Nasional, Kurikulum 1994 dan ditambah menjadi garis besar pendidikan dan pengajaran dan kurikulum berbasis kompetensi untuk mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, Olahraga, Seni, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan Pendidikan Lingkungan

43M. Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), h. 478. 108

Budaya Jakarta (PLBJ). Selama pembelajaran, mata pelajaran ini telah ditetapkan menjadi 41 jam seminggu. Kedua kurikulum yang telah ditentukan oleh SD Azhari Islamic School (AIS) yang disebut dengan kurikulum al-Azhar, hanya untuk pendidikan agama, yaitu Bahasa Arab, Pendidikan Agama Islam (PAI), dan program tahfizh yang keseluruhannya dilaksanakan menjadi 8 jam dalam seminggu. Jadi total jam dikhususkan untuk kegiatan belajar menjadi 48 jam seminggu. Kedua kurikulum itu disatukan dengan berusaha keras untuk kolerasi antara mata pelajaran agama, pelajaran umum, tahfizh al-Quran dimana semua pelajaran terinspirasi berdasarkan pengajaran Islam, al-Quran dan hadist (kepala sekolah). Oleh karena itu SD Azhari Islamic School (AIS) memerlukan waktu yang lebih panjang untuk melaksanakan kedua kurikulum tersebut. Sebagaimana beberapa guru mengatakan:

Dalam sejarah keilmuan terutama dalam bidang ilmu, pendidikan dan pengajaran, baik pada zaman dulu maupun sekarang, baik di lembaga pendidikan pesantren atau dilembaga pendidikan sekolah maupun madrasah modern, al-Quran menempati posisi yang sangat sentral dan penting. Seluruh aspek keilmuan, pendidikan dan pengajaran bersumber dan bermuara kepada nilai spirit al-Quran.44

Di sekolah umum, sekolah negeri, pendidikan agama dibagikan hanya 3 jam seminggu, „mungkin ini adalah salah satu alasan mengapa banyak sekali orangtua murid mengirim anak-anak mereka ke sekolah Azhari, meskipun pendaftaran ditutup pada bulan Oktober.‟45

Jika mencermati sejarah para sahabat Rasulullah SAW serta para tabiin, pejuang, ulama dan tokoh muslim terpandang pada masa lalu dan pada masa berikutnya. Mereka mampu menjadi tokoh–tokoh yang terkenal baik ditingkat nasional

44Hasil wawancara dengan para guru tahfizh kelas III, IV, V, dan VI di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang al-Quran sebagai muara keilmuan. 45Hasil wawancara dengan beberapa wali murid kelas I, II, dan III di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang alasan memilih SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 109

maupun internasional, karena mereka telah menjadikan al-Quran sebagai basis utama pendidikan. Mereka mempelajari terlebih dahulu al-Quran sebelum mempelajari ilmu yang lain, ataupun mereka kemudian mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap melandaskannya pada al-Quran, maka lahirlah pakar–pakar IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Ibnu Kholdun dalam ilmu sosial budaya, Imam Ghazali dalam Psikologi, al-Jabbar pakar matematika.46

Mengenai kurikulum terpadu, dia mengatakan bahwa komitmen guru adalah selalu mengkoneksikan ilmu pengetahuan umum seperti, matematika, sains, ilmu sosial, seni musik, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan olahraga dengan pengajaran agama, al-Quran, hadist dan hafalan al-Quran. Ini artinya bahwa guru mencoba menjelaskan pelajaran-pelajaran tersebut dengan menggunakan pengajaran dan nilai-nilai Islam dengan merajuk pada quran dan Hadist sebagai sumber utama.47

Sebagai contoh dalam pelajaran sains dengan dorongan dan semangat, tujuan tersebut memungkinkan apakah dorongan dan semangat itu. Dalam penjelasannya, guru akan mengacu pada quran dan hadist, sehingga peserta didik memahami bahwa langit dan bumi telah diciptakan oleh Allah SWT untuk kebaikan dan kita akan menerima ganjaran dari apa yang telah kita lakukan.48

Dan para guru di Azhari menguasai bahan mata pelajaran mereka begitu juga dengan pengajaran agama itu adalah

46Hasil wawancara dengan Ibu. Nina selaku wali murid kelas VI-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 23 November 2018, tentang sejarah sahabat. 47Hasil wawancara dengan Ms. Fatma selaku guru tahfizh kelas I-B di Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 14 desember 2018, tentang kurikulum terpadu. 48Hasil wawancara dengan Ust. Habibi selaku guru tahfizh kelas II-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 7 Desember 2018, tentang kompetensi guru dalam mengajar. 110

sebuah syarat yang kuat untuk setiap guru ysng mengajar di Azhari dan guru didorong untuk fasih dalam bahasa Inggris.49 b. Konsep Pendidikan Konsep pendidikan yang diterapkan oleh SD Azhari Islamic School (AIS) terintegrasi dengan al-Quran dan sunnah, mengacu kepada kurikulum al-Azhar Cairo dan kurikulum berbasis kompetensi (Diknas) serta referensi metodologi pendidik Internasional menuju International Baccalaurate (IB). Melalui konsep ini, SD Azhari Islamic School (AIS) berhadap dapat meluluskan murid berkualitas dengan cara: 1) Menanam sejak dini nilai-nilai Islam yang bersifat universal. 2) Menjadikan al-Quran hidup di dalam pribadi anak dengan program tahfizh (penguasaan) 18 juz dalam 6 tahun tingkatan SD (Sekolah Dasar) dengan metode al-Azhar Mesir, 12 juz dalam 3 tahun tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama). 3) Menjadikan anak akrab dengan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris standar (penguasaan 2000 kosa kata). c. Target Lulusan 1) Best output (murid lulusan) dengan prestasi cemerlang dari anak didik dalam bidang ilmu pengetahuan. 2) Memiliki kemampuan akademis yang tinggi. 3) Memiliki jiwa enterpreneurship dan leadership. 4) Berjiwa sosial dan peduli. d. Metode Pengajaran Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) menggunakan metode prestasi cemerlang ilmu pengatahuan yang telah diterapkan oleh sekolah-sekolah internasional, yaitu: 1) Fun Learning (pembelajaran yang menyenangkan). 2) Active Learning (pembelajaran murid aktif). 3) How the Children Learn (mengajarkan anak bagaimana cara belajar). 4) Integrated Learning (pembelajaran terpadu). 5) Multiple Intelegences (menyentuh 5 kecerdasan yaitu: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan agama). e. Metode Hafalan

49Hasil wawancara dengan Ms. Yeti selaku guru Bahasa Inggris kelas I, II, dan III di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang kompetensi guru. 111

Al-Quran salah satu keunggulan SD Azhari Islamic School (AIS) adalah menarapkan hafalan al-Quran dengan target menguasai 18 juz untuk tingkatan SD (Sekolah Dasar) dan 12 juz untuk tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama) menggunakan metode al-Azhar Cairo yaitu: 1) Metode Tanzih 2) Metode Talqin. 3) Metode Talaqqi. 4) Metode Muraja’ah. 5) Metode Setoran.

Tabel 3.1. Kurikulum SD Azhari Islamic School (AIS) Subect Curricullum Test Book Languange Islamic Studies Al-Azhar Cairo Arabic Arabic Arabic Al-Azhar Cairo Arabic Arabic English Cambridge English English Science Singapore English English Math Singapore English English Social Studies Diknas B. Indonesia B. Indonesia Bahasa Indonesia Diknas B. Indonesia B. Indonesia Physical Diknas B. Indonesia B. Indonesia Education Computer Diknas B. Indonesia B. Indonesia PKN Diknas B. Indonesia B. Indonesia

f. Srtuktur Kurikulum Kurikulum SD Azhari Islamic School (AIS) tidak seperti kurikulum SD (Sekolah Dasar) pada umumnya, tetapi lebih seperti kurikulum sekolah agama, dan ciri khasnya program hafalan al-Quran 18 juz untuk tingkatan SD (Sekolah Dasar) dan 12 juz untuk tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Menurut penjelasan Kepala Sekolah Azhari Islamic School (AIS), sebelum menyusun kurikulum, terlebih dahulu dilakukan penulisan oleh yayasan tentang kondisi umat Islam Indonesia berkaitan dengan pendidikan. Kesimpulan hasil penulisan yayasan menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia masih tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, materi keagamaan dan masih langka umat Islam yang bermiat untuk menghafal al-Quran, 112

sehingga perlu adanya model sekolah khususnya yang dirancang untuk mengajar ketertinggalan itu. Murid SD Azhari Islamic School (AIS) berasal dari para murid yang diseleksi dari taman kanak-kanak yang ada, yang masih perlu dan membutuhkan bimbingan akademik.

Tabel 3.2. Struktur Kurikulum Nasional Kelas No. Mata Pelajaran I II III IV V VI 1. Pend. Agama 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2. Kewarganegaraan 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 3. Bahasa Indonesia 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 4. Bahasa Inggris 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 5. Science 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6. Matematika 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 6 jam 7. Pend. Jasmani 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 8. Tahfizh 13 jam 13 jam 13 jam 13 jam 13 jam 13 jam 9. Bahasa Arab 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 10. Kesenian 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam

Tabel 3.3. Struktur Kurikulum Menghafal Quran Cairo Mesir No. Kls. Smtr. Standar Kompetensi (SK) 1. I 1 Hafal al-Quran dari surah An-Naas sampai Al-Fajr; Gemar mengulang hafalan surah An-Naas sampai Al-Fajr; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah An-Naas sampai Al-Fajr. 2 Hafal al-Quran dari surah An-Naas sampai An-Naba‟; Gemar mengulang hafalan surah An-Naas sampai An-Naba‟; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah An-Naas sampai An-Naba‟. 2. II 1 Hafal al-Quran dari surah Al-Mursalat sampai Al-Mulk ditambah materi menghafal kelas I; Dapat mengulang hafalan surah Al-Mursalat sampai Al- Mulk ditambah materi menghafal kelas I; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Al-Mursalat sampai Al-Mulk ditambah materi menghafal kelas I. 2 Hafal al-Quran dari surah Al-Mursalat sampai Al-Mujadalah ditambah materi menghafal kelas I; Dapat mengulang hafalan surah Al-Mursalat sampai Al-Mursalat sampai Al-Mujadalah ditambah materi menghafal kelas I; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Al- 113

Mursalat sampai Al-Mujadalah ditambah materi menghafal kelas I. 3. II 1 Hafal al-Quran dari surah surah Al-Hadiid sampai Muhammad ditambah materi menghafal kelas I dan II; Dapat mengulang hafalan surah surah Al-Hadiid sampai Muhammad ditambah materi menghafal kelas I dan II; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah surah Al-Hadiid sampai Muhammad ditambah materi menghafal kelas I dan II. 2 Hafal al-Quran dari surah surah Al-Hadiid sampai Asy-Syura ditambah materi menghafal kelas I dan II; Dapat mengulang hafalan surah Al-Hadiid sampai Asy-Syura ditambah materi menghafal kelas I dan II; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah surah Al-Hadiid sampai Asy-Syura ditambah materi menghafal kelas I dan II. 4. IV 1 Hafal al-Quran dari surah Fushilat sampai surah Faathir ditambah materi menghafal kelas I, II dan III; Dapat mengulang hafalan surah Fushilat sampai surah Faathir ditambah materi menghafal kelas I, II dan III; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Fushilat sampai surah Faathir ditambah materi menghafal kelas I, II dan III. 2 Hafal Al-Quran dari surah Fushilat sampai surah Al-Ankabuut ditambah materi menghafal kelas I, II dan III; Dapat mengulang hafalan surah Fushilat sampai surah Al-Ankabuut ditambah materi menghafal kelas I, II dan III; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Fushilat sampai surah Al-Ankabuut ditambah materi menghafal kelas I, II dan III; Mampu mengenal baca tulis dan juga mampu memahami kandungan isi ayat yang dihafal. 5. V 1 Hafal al-Quran dari surah Al-Qashas sampai surah Al-Furqaan ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV; Dapat mengulang hafalan surah Al-Qashas sampai surah Al-Furqaan ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Al-Qashas sampai surah Al-Furqaan ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV. 2 Hafal al-Quran dari surah Al-Qashas sampai surah Al-Anbiya‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV; Dapat mengulang hafalan surah Al-Qashas sampai surah Al-Anbiya‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Al-Qashas sampai surah Al-Anbiya‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III dan IV 6. VI 1 Hafal al-Quran dari surah Thaha sampai surah Al-Isra‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III, IV dan V; Dapat mengulang hafalan surah Thaha sampai surah Al-Isra‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III, IV dan V; Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari surah Thaha sampai surah Al-Isra‟ ditambah materi menghafal kelas I, II, III, IV dan V; Mampu menguasai bahagian kandungan al-Quran. Hafal al-Quran dari Thaha sampai surah Yusuf ditambah materi menghafal 2 kelas I, II, III, IV dan V; Dapat mengulang hafalan Thaha sampai surah Yusuf ditambah materi menghafal kelas I, II, III, IV dan V; Mampu 114

membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik dari Thaha sampai surah Yusuf ditambah materi menghafal kelas I, II, III, IV dan V.

g. Pengembangan Silabus Pembelajaran Pembuatan silabus mengacu pada kurikulum 2004. Satu silabus dapat terdiri dari satu atau lebih kompetensi dasar. Setiap guru bidang studi wajib mengembangkan silabus. Pengembangan memperhatikan hal-hal berikut:50 1) Penambahan kompetensi dasar, dengan mengaitkan dengan ajaran Islam. 2) Pengayaan materi/uraian rinci. 3) Memperkaya pengalaman belajar murid. 4) Penambahan indikator, mengkaji dan mencari ayat al-Quran yang sesuai dengan konsep tertentu. 5) Memperkaya jenis tagihan; penugasan, pekerjaan rumah (pr), latihan, hafalan. 6) Penambahan alokasi waktu; khususnya mata pelajaran Matematika, Science dan Bahasa Inggris rata-rata dua jam pelajaran per minggu dalam bentuk responsi. 7) Penambahan sumber dan alat belajar; buku perpustakaan, alat laboratorium. Pengembangan kurikulum dilakukan melalui kegiatan responsi adalah penguatan konsep dan pengayaan materi pelajaran tertentu yang terintegrasi dalam jam regular. Bidang studi matematika, science, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam penguasaan materinya menuntut sikap pemahaman yang lebih. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus didesain sedemikian rupa agar mampu mengoptimalkan tingkat pengertian dan pemahaman. Sebagai upaya tersebut SD Azhari Islamic School (AIS) menerapkan program respon, yakni kegiatan tersruktur dalam jam kurikuler dengan silabus responsi tersendiri guna meningkatkan penguasaan konsep dan melatih keterampilan murid memecahkan permasalahan. Responsi sebagai pioneer program keterampilan murid memecahkan permasalahan. Responsi sebagai pioneer program penunjang KBM, yang melekat langsung dan berorientasi jangka panjang menghasilkan murid-murid yang mempunyai

50Hasil wawancara dengan Wakil Kurikulum SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 7 Desember 2018, tentang pengembangan silabus. 115

kemampuan dan kemauan penguasaan IPTEK atau keilmuan yang tinggi.51 Kegiatan responsi bertujuan agar murid mendapat kesempatan lebih, memahami dan menguasai suatu kompetensi, meningkatkan, penguasaan konsep, meningkatkan keterampilan untuk menyelesaikan masalah/soal secara cepat, tepat dan benar yang akhirnya prestasinya meningkat. Responsi merupakan program wajib dan terstruktur dalam jam regular, sehingga semua murid wajib mengikutinya. Upaya meningkatkan penguasaan konsep dengan cara: 1) Murid yang penguasaan konsep sudah baik, diberikan soal-soal pengayaan. 2) Murid yang penguasaan konsep masih kurang, dilatih dengan soal-soal standar. 3) Pada kompetensi dasar tertentu, dimungkinkan penguatan konsep dengan cara memberikan lembar kerja atau eksplorasi permasalahan dengan mengamati ataupun menonton CD pembelajaran. Target dari kegiatan responsi adalah tertanamnya pemahaman dan penguasaan konsep/kompetensi dasar yang tinggi, tercermin dengan hasil yang baik terutama pada: 1) Tes Blok. 2) Ulangan Akhir Semester (UAS). 3) Ujuan Nasional (UN). 4) Ujian masuk sekolah jenjang lebih tinggi. Jam regular responsi ditempatkan setelah jam pelajaran pokok, yakni setelah istirahan sholat ashar. Pelaksanaan didisain sedemikian rupa sehingga murid tidak merasa terbebani. Oleh karena itu perlu peran aktif guru mendampingi murid. Secara umum murid diberi latihan soal-soal untuk dikerjakan terlebih dahulu, guna mendampingi dan mengamati pekerjaan murid. Soal sudah disusun sedemikian rupa dari soal mudah, sedang, dan sulit. Berikutnya pembahasan, baik oleh guru langsung atau murid menunjukkan hasil pekerjaannuya dengan cara mengerjakan di papan tulis. Pada kompetensi dasar tertentu kegiatan ini dapat diisi dengan lembar kegiatan murid untuk mengeksplorasi suatu permasalahan dengan

51Hasil wawancara dengan Wakil Kurikulum SD Azhari Islamic School (AIS), Lebak Bulus, pada tanggal 7 Desember 2018, tentang pengembangan kurikuluum. 116

alat bantu/alat peraga, misal pembelajaran tentang tata surya melalui compact disc. Pengembangan kurikulum yang lainnya berupa program tutorial, yaitu rancangan pembelajaran tambahan oleh seorang guru kepada seseorang atau sejumlah kecil murid. Program tutorial yang dilaksanakan di SD Azhari Islamic School (AIS) adalah rancangan pengajaran tambahan oleh guru kepada seorang atau sejumlah kecil murid. Tutorial bertujuan untuk membantu murid untuk memahami konsep pada mata pelajaran yang menurut murid belum atau kurang dikuasai. Murid yang dalam pembelajaran di kelas kurang mamahami konsep yang diberikan, atas inisiatif sendiri atau direkomendasikan oleh guru bidang studi target dari kegiatan ini murid yang belum memenuhi ketuntasan yang ditentukan oleh SD Azhari Islamic School (AIS). Bentuk kegiatan tutorial berupa diskusi antara peserta didik dengan guru tentang materi pokok yang belum dikuasai, latihan soal yang berkaitan dengan materi pokok yang belum dikuasai di kelas. Waktu pelaksanaannya dalam situasi informal, tepatnya setelah jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Kegiatan lainnya berupa Program Intensif, yang merupakan program SD Azhari Islamic School (AIS) yang diberikan kepada murid kelas VI. Istilah intensif dapat diartikan melaksanakan dengan sungguh-sungguh, menggerakkan terus-menerus sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) sebagai sekolah umum, mempersiapkan para murid untuk dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama yang berkualitas, sehingga program ini dapat diartikan; program persiapan ujian akhir sekolah dan masuk ke sekolah mengengah pertama yang berkualitas yang dilaksanakan secara rutin dan sungguh-sungguh, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2004/2005 (angkatan I) sampai sekarang. Dalam perjalanannya terjadi beberapa perubahan menuju perbaikan juga dalam rangka menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan. Tujuan program intensif mempersiapkan murid mengikuti ujian akhir sekolah, mempersiapkan murid mengikuti seleksi masuk sekolah menengah pertama yang berkualitas. Sasaran program intensif tahap I wajib diikuti oleh semua murid kelas VI. Sedangkan program intensif II wajib diikuti oleh semua murid kelas VI. Target 117

kegiatan program intensif yaitu berhasilnya 100% murid lulus dalam menempuh ujian akhir sekolah dengan predikat terbaik di tingkat nasional dan berhasilnya 100% murid masuk sekolah menegah pertama terbaik dan berkualitas. Materi program intensif yaitu; Program intensif 1, materi yang diberikan adalah materi yang diperlukan untuk persiapan menempuh ujian akhir sekolah. Sedangkan program intensif II, materi yang diberikan adalah materi yang diperlukan untuk mengikuti seleksi masuk sekolah menengah pertama yang diinginkan murid. Teknis pelaksanaan program intensif berada di bawah tanggung jawab wakil kepala seolah bidang kurikulum. Untuk menunjang kelancaran program instensif ini, maka SD Azhari Islamic School (AIS) menetapkan beberapa aturan, yaitu adanya koordinator program, penyusunan jadwal, mengadakan Try Out (TO). Jadwal kegiatan intensif disusun berdasarkan koordinasi dengan wakasek bidang kurkulum. Pada saat berlangsung Tes Blok atau Ulangan Semester, maka program intensif ditiadakan. Pelaksanaan intensif adalah 3 kali dalam seminggu. Kegiatan Try Out dilaksanakan minimal 2 kali untuk masing-masing tahap. Soal Try Out dibuat sedemikian rupa sehingga sebanding dengan soal-soal UN. Sesuai dengan sistem penilaian pada UN, maka dalam pelaksanaan Try Out diberlakukan sistem yang sama yaitu jika jawaban benar mendapat skor +4 jika benar, jika jawabannya alah skornya -1, dan jika tidak menjawab skor 0. Dengan komputerisasi maka nilai Try Out dapat dengan cepat diolah dan diinformasikan. Selanjutnya dilakukan palaporan hasil Try Out diinformasikan kepada semua murid dan orang tua murid, sebagai bahan pertimbangan pemilihan sekolah di sekolah menengah pertama. Selain hal di atas program ini berkaitan erat dengan bimbingan konseling terutama dalam hal pemilihan sekolah. Data tes murid sudah dibagikan kepada murid masing-masing pada semester I. Data ini kemudian digunakan untuk bahan pertimbangan murid. Data pendukung lainnya adalah hasil Try Out. Indikator yang dipakai untuk mengukur keberhasilan adalah jika sudah diterima di sekolah menengah pertama minimal 90%. Berdasarkan informasi dari Wakil Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) dan Ketua BP (Bimbingan dan Penyuluhan) setiap tahun murid yang lulus dari sekolah 100%.

118

5. Keadaan Murid a. Penerimaan Murid Baru atau Rekrutmen Sasaran SD Azhari Islamic School (AIS) diantaranya yaitu meningkatnya kualitas sistem Penerimaan Murid Baru (PSB) yang jujur, transparan dan berstandar tinggi. Sasaran tersebut dicapai melalui program adalah peningkatan kualitas murid baru melalui sistem seleksi mandiri. Bentuk seleksi ini meliputi kemampuan akademik, tes bahasa Arab dan bahasa Inggris serta psikotes. Tujuan diadakannya seleksi adalah untuk menyaring calon-calon berkualitas agar memenuhi kriteria seperti yang telah digariskan dalam visi dan misi sekolah. Sejak berdirinya SD Azhari Islamic School (AIS) animo masyarakat terhadap sekolah Islam positif sekali hal ini dibuktikan dengan banyaknya calon murid yang menaftar, berhubung jumlah murid dibatasi baik jumlah murid dalam tiap rombongan belajar (rombel) maupun tingkat kecerdasan yang rata-rata tinggi maka tidak banyak yang diterima. b. Status Sosial Ekonomi Murid Dari latar belakang status sosial ekonomi, murid SD Azhari Islamic School (AIS) pada umumnya berasal dari keluarga kelas menengah ke atas. Hal tersebut sangatlah beralasan karena biaya pendidikan di SD Azhari Islamic School (AIS) terbilang mahal karena memakai sistem belajar full day school dan menggunakan kurikulum al-Azhar Cairo untuk pelajaran Bahasa Arab, Islamic Studies dan Tahfizh al-Quran serta kurikulum Diknas yang berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan diperkaya dengan kurikulum sekolah-sekolah unggulan bertaraf internasional seperti materi matemarika, Science menggunakan buku atau kurikulum Singapura. c. Pembinaan Kesiswaan Tujuan pendidikan di SD Azhari Islamic School (AIS) adalah menyiapkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengaktualisasikannya dalam masyarakat, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik serta kepribadian yang

119

mantap, mandiri dan bertanggungjawab kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.52 Pengembangan sumber daya manusia (murid) merupakan isu strategis dalam pengembangan sumber daya manusia yang mengglobal adalah mencakup: 1) SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) SDM yang memiliki etika moral dengan iman dan takwa yang tinggi. 3) SDM yang berprestasi dalam Olimpiade Sains. 4) SDM yang memiliki kemampuan dalam menghafal al-Quran.53 Pembinaan kesiswaan adalah usaha, tindakan atau kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah secara efektif dan efisien untuk mengoptimalkan potensi murid agar tumbuh dan berkembang secara utuh dalam berbagai aspek kehidupannya baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga terbentuk individu murid yang sesuai dengan tujuan pendidikan di SD Azhari Islamic School (AIS) khususnya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.54 Pembinaan kesiswaan SD Azhari Islamic School (AIS) ditata secara formal dan didesain secara kelembagaan sehingga segala bentuk kebijakan baik dalam tahap perencanaan pelaksanaan, pengawasan, maupun pengevaluasian selalu dirumuskan secara kelembagaan dan resmi di bawah tanggungjawab kepala sekolah. Pembinaan kesiswaan secara umum adalah untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS) pada umumnya dan menunjang keberhasilan belajar murid pada khususnya. Tujuan khusus pembinaan kesiswaan meliputi 9 poin: 1) Memantapkan kemampuan intelektual murid dalam menunjang keberhasilan mengikuti program kurikulum. 2) Menumbuhkan sikap positif pada diri murid untuk ikut serta dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di lingkungan pendidikan guna meningkatkan pengalaman teori yang telah dimiliki murid.

52Hasil wawancara dengan Ms. Imas selaku guru tahfizh kelas V-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tangal 7 Desember 2018, tentang pembinaan siswa. 53Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang tujuan pendidikan nasional. 54Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS, pada tanggal 16 November 2018, tentang penataan kesiswaan. 120

3) Memperluas wawasan keilmuan pada murid melalui kegiatan ekstrakurikuler. 4) Meningkan keterampilan berbahasa murid melalui kegiatan ekstrakurikuler. 5) Meningkatkan apresiasi seni dan budaya murid melalui kegiatan ekstrakurikuler. 6) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani murid melalui kegiatan ekstrakurikuler. 7) Memperluas wawasan keagamaan, membina sikap beragama, serta meningkatkan keterampilan dakwah keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler. 8) Membina kehidupan murid di lingkungan pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS). Sarana dan subyek pembinaan kesiswaan adalah seluruh murid dimana semua perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pembinaan kesiswaan bertolak pada bakat, minat murid, serta sepenuhnya diarahkan untuk menunjang peningkatan kemampuan dan pencapaian tujuan belajar murid. Pembinaan kesiswaan merupakan pembinaan terpadu dengan ruang lingkup pembinaan mencakup seluruh aspek kehidupan murid di lingkungan pendidikan. Dengan demikian pembinaan tersebut secara khusus meliputi pembinaan murid baik dalam kehidupan di SD Azhari Islamic School (AIS) di masjid, maupun kehidupan murid di luar SD Azhari Islamic School (AIS). Pembinaan kesiswaan bersifat terpadu, artinya pembinaan kesiswaan pada setiap aspek kehidupan di setiap lingkungan sekolah Azhari Islamic School (AIS) dirancang, dikendalikan dan dievaluasi dalam satu sistem, yaitu sistem pembinaan kesiswaan sekolah Azhari Islamic School (AIS). Pembinaan kesiswaan dilakukan dengan penekanan dari, oleh dan untuk murid. Dengan demikian seluruh tahapan dari setiap bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan selalu melibatkan murid baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memperhatikan aspirasi positif yang dimiliki murid serta tujuan pendidikan sekolah SD Azhari Islamic School (AIS). 55 d. Sumber Daya Manusia (Tenaga Pendidik dan Kependidikan)

55Hasil wawancara dengan Wakamad bidang Kesiswaan di SDAzhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018. 121

Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah tenaga pendidik dan kependidikan dan non kependidikan. Tenaga pendidik terdapat dua unsur yaitu kepala sekolah Azhari Islamic School dan guru. Sedangkan tenaga kependidikan terdiri dari para pegawai tata usaha dan unsur lainnya.56 1) Kepala Sekolah Baik tidaknya lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh pimpinannya. Kalau diibaratkan dengan rangkaian kereta api, maka keberadaan pimpinan adalah seperti lokomotif. Jika ia bisa memerankan tugasnya dengan baik, maka rangkaian gerbong dibelakangnya akan berjalan dengan baik juga. Jika pimpinan tidak punya visi untuk meningkatkan mutu pendidikan, hampir bisa dipastikan sekolahnya tidak akan pernah maju dan bermutu. Begitulah rangkuman hasil wawanara dengan Kepala SD Azhari Islamic School (AIS).57 Di Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) sudah melakanakan fungsinya dengan baik. Pertama, terbuka untuk mendengarkan gagasan inovatif. Forum-forum diskusi (misalnya rapat mingguan antar guru) dipakai sebagai forum dialog untuk meningkatkan mutu sekolah. Guru dihargai jika menyampaikan gagasan inovatif untuk mengembangkan mutu pendidikan. Dengan memanfaatkan forum dialog menjadi langkah awal kesepakatan bersama (pimpinan dan staf pengajar) untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.58 Kedua, pimpinan sekolah yang baik memiliki agenda besar ke depan. Ia tidak hanya menjalankan tugas rutin dan mengikuti kebijakan pemerintah. Ia mampu mencari alternatif untuk mengembangkan mutu, misalnya: melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan di sekitar SD Azhari Islamic School (AIS) yang ada di DKI Jakarta melihat peluang belajar di masyarakat. Ketiga, mampu menanamkan visi yang sama kepada semua guru menuju ke arah peningkatan mutu, forum dialog dimanfaatkan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif semua guru menuju penyelenggaraan pendidikan bermutu. Jika ada guru

56Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018. 57Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018. 58Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal16 November 2018. 122

yang tidak mendukung visi yang disepakati bersama, pimpinan berani memperingatkan sampai pada tindakan yang paling ujung yaitu mengusulkan untuk diberi sangsi dari yang ringan hingga yang paing berat yaitu mencatatnya. Dalam benaknya ada keyakinan lebih baik mengorbankan satu orang guru tidak bermutu dengan mengeluarkan dari sekolah, dari pada mengorbankan kepentingan murid yang merupakan aset bangsa.59

2) Guru a) Rekrutmen Tenaga Baru Tenaga kependidikan/guru merupakan tenaga utama dalam proses pendidikan. Guru SD Azhari Islamic School (AIS) telah memiliki standar kualifikasi yang baik, baik dilihat dari kualifikasi pendidikan, usia, maupun kompetensi. Seluruh guru diseleksi dengan ketat sesuai standar kompetensi “Yayasan Cakrawala Insan Qurani”. Lembaga pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS) memiliki kebebasan dalam menentukan karakteristik calon tenaga baik kependidikan maupun non kependidikan. Dimilikinya kebebasan atau hak otonomi tersebut karena awal lahirnya SD Azhari Islamic School (AIS) berasal dari Sekolah Dasar (SD) merupakan sekolah swasta di bawah pembinaan Diknas, oleh karena itu segala aktifitas yang berlangsung di lembaga sekolah tersebut berlaku sampai sekarang. Jumlah guru, termasuk kepala sekolah sebanyak 38 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki, 20 perempuan. Dilihat dari status kepegawaian, pegawai tetap yayasan sebanyak 18 orang, Guru tidak tetap sebanyak 20 orang. Kemudian guru Tahfidz sebanyak 13 orang, terdiri dari 8 orang guru laki-laki, dan 5 orang guru perempuan. Sementara Satpam (security) ada 5 orang, dan office boy (OB) ada 2 orang.60 Adapun keadaan guru mata pelajaran berdasarkan usia dapat digolongkan dalam masa-masa produktif dan secara

59Hasil wawancara dengan Ust. Irwansya selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018. 60Pedoman SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta. 123

psikologi tergolong usia matang. Mereka terdiri dari: 23 orang berusia antara 20-30 tahun, 15 orang usia antara 30-40 tahun.. Kemudian masa kerja mereka di SD Azhari Islamic School (AIS) sebagian besar sekitar 10 tahun atau lebih. Mereka adalah generasi awal pendirian lembaga SD Azhari Islamic School (AIS).61 Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga guru pada SD Azhari Islamic School (AIS) saat ini, berada dalam usia produktivitas yang tinggi dan kejiwaan yang mapan. Masa dimana idealisme dan semangat yang baik untuk membangun bangsa melalui pendidikan sangat penting. Terdapat tiga kategori dan non kependidikan lainnya. b) Pengembangan Karir Salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai adalah adanya peluang karir. Karena faktor tersebut merupakan reward dari pegawai yang berkinerja baik. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) sangat memperhatikan permbinaan karir dan peluangnya. Peluang tersebut terbuka untuk semua guru dan pegawai yang ada di sekolah, tidak memilah-milah terhadap golongan tertentu hanya yang menjadi syarat utama adalah guru dan atau pegawai tersebut harus memiliki kompetensi baik potensi akademik maupun kepemimpinan dan sosial di atas rata-rata. Hal ini mutlak diberlakukan karena pemimpin adalah faktor utam dalam mengemudikan dinamika lembaga pendidikan. Agar tetap eksis dan lebih maju dari pada sebelumnya. 3) Pengelola Pengelola Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) terdiri dari pimpinan sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Pimpinan sekolah meliputi kepala sekolah (kepsek), wakil kepala sekolah (wakasek) dan kepala urusan Tata Usaha (TU). Tenaga pendidik dan kependidikan lainnya meliputi: guru mata pelajaran, karyawan baik administrasi, perpustakaan, laboran dan teknisi. Berikut jabaran tugas dan fungsi masing-masing penglola SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus yaitu: a) Kepala Sekolah

61Pedoman SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta. 124

Kepala Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) dipilih oleh guru yang kemudian diusulkan kepada yayasan untuk pengangkatannya. Kepala sekolah bertanggungjawab penuh terhadap seluruh aktivitas pelaksanaan pendidikan pada unit instansi atau lembaga yang dipimpinnya. Dalam penyusunan program sekolah, kepala sekolah selalu berkonsultasi dengan Komite Sekolah selaku mitra kerja, sebagai wujud pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kepala sekolah sebagai executive di sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor. Sebagai edukator mempunyai tugas: merencanakan penerapan kurikulum yang disesuaikan dengan kepentingan visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai di sekolah; mengatur penempatan guru sesuai dengan potensi yang dimilikinya; membimbing guru, karyawan dan murid dalam melaksanakan tugas masing-masing; menyiapkan sarana pembelajaran dan pembinaan keagamaan yang memadai; menyiapkan pembinaan amaliah ubudiah dan muamalah (tata pergaulan). Sebagai manager mempunyai tugas: menyusun perencanaan; mengorganisasikan kegiatan; melakukan evaluasi terhadap kegiatan; menentukan kebijaksanaan; mengadakan rapat; mengambil keputusan; mengatur proses belajar mengajar; mengatur administrasi keuangan, kantor, murid, pegawai, perlengkapan dan merencanakan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (APBS); mengatur organisasi murid; mengatur hubungan sekolah dengan orangtua, masyarakat dan stakeholders lainnya; dan mengatur pembinaan amaliah, ubudiah, dan muamalah (tata pergaulan). Sebagai administrator mempunyai tugas menyelenggarakan admisnistrasi: perencanaan; pengorganisasian; pengarahan; pengawasan; kurikulum; kantor; kepegawaian; perlengkapan; keuangan; perpustakaan; laboratorium; kesenian; dan amaliah ubudiah dan muamalah (tata pergaulan). Selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai kegiatan: belajar mengajar; bimbingan dan konseling; organisasi murid; ekstrakurikuler; ketatausahaan; perpustakaan; kerjasama dengan orangtua dan

125

masyarakat; perpustakaan; kehidupan bersasrama; dan amaliyah ubudiyah dan muamalah (tata pergaulan). b) Wakil Kepala Sekolah Wakil kepala sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) berjumlah dua orang yang membidangi: kurikulum dan sarana prasarann dan kesiswaan dan humas; dan dalam perkembangannya dimungkinkan dapat bertambah sebanyak-banyaknya lima orang. Tugas masing-masing wakil kepala sekolah adalah sebagai berikut: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Sarana Prasarana mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan menyusun: program pengajaran; pembagian tugas guru; jadwal pelajaran; jadwal evaluasi belajar; jadwal pelaksanaan ujian akhir; penerapan kriteria persyaratan naik kelas/tidak naik kelas; koordinasi dan mengarahkan perencanaan proses pembelajaran; perlengkapan sarana dan prasarana pembelajaran; perangkat administrasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar seperti, agenda kelas, leger, kemajuan kelas, raport dan lain-lain; rencana kebutuhan sarana dan prasarana sakolah; laporan pelaksanaan pelajaran dan sarana prasarana secara berkala. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan dan Hubungan dengan Masyarakat mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan: menyusun program pembinaan kesiswaan; melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan murid dalam rangka mengegakkan disiplin dan tata tertib sekolah; memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus organisasi murid; melakukan pembinaan murid dalam berorganisasi; menyusun program dan jadwal pembinaan ekstrakurikuler; menyusun program dan pembinaan murid dalam kegiatan olimpiade sains, karya tulis remaja, dan kegiatan murid di luar sekolah; mengatur dan melaksanakan hubungan dengan orangtua murid; membina hubungan kerjasama dengan komite sekolah; menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan dan hubungan dengan komite sekolah secara teratur. c) Guru Mata Pelajaran Guru mata pelajaran bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung

126

jawab tersebut meliputi: membuat dan mengembangkan silabus; membuat program pengajaran; melaksanakan kegiatan belajar mengajar; melaksanakan evaluasi pembelajaran; melaksanakan analisis hasil evaluasi; melaksanakan remedial teaching (perbaikan dan pengayaan); melaksanakan kegiatan membimbing guru dalam kegiatan proses belajar mengajar; membuat alat pelajaran/alat program; membuat alat peraga; menciptakan karya seni; mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum; melaksanakan tugas tertentu di sekolah; mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggungjawabnya; membuat Lembaran Kerja Murid (LKS); membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing murid; meneliti daftar hadir murid; mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum; melaksanakan bimbingan intensif dalam menghadapi ujian akhir dan seleksi penerimaan murid baru. d) Guru Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Karir Guru bimbingan penyuluhan dan bimbingan karir membantu kepala sekolah dalamkegiatan-kegiatan sebagai berikut: menyusun rogram dan melaksanakan bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir; koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi murid tentang kesulitan belajar; memberikan layanan bimbingan penyuluhan kepada murid agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar; memberikan saran dan pertimbangan kepada murid dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan; mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir; menyuun statistik hasil penilaian bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir; melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar praktik atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. e) Kepala Tata Usaha Kepala tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggungjawab kepada kepala sekolah, yang meliputi kegiatan-kegiatan; menyusun program tata usaha; pengelolaan keuangan; pengurusan administrasi pegawai, guru dan murid; pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha; penyusunan administrasi perlengkapan; penyusunan dan penyajian data atau statistik; menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan 127

alat tulis kantor, sarana prasarana; penyusunan laporan pelaksanaan dan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi SD Azhari Islamic School (AIS) berikut digambarkan dalam bentuk skema.

Bagan 3.1. Struktur Organisasi Azhari Islamic School (AIS)

Penyelenggara

Komite Sekolah Kepala Sekolah

Tata Usaha

Wk. Bid. Kurikulum & Sarana Wk. Bid Kesiswaan & Humas Prasarana

Guru Mata Pelajaran Guru Kelas Guru BP

Siswa

6. Proses Pembelajaran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Belajar (learning) adalah proses multi segi yang biasanya dianggap suatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan.62 Di antara kemampuan itu adalah mengidentifikasi objek, merancang tujuan,

62Gold Berg. E, The Executive Brain: Fontal Lobes and The Civilized Mind, (New York: Oxford University Press, 2001). 128

menyusun rencana, mengorganisasikan sumber daya dan memonitor konsekuensi. Kaitan antara apa yang diinginkan guru untuk dipelajari murid dan pembelajaran murid yang sesungguhnya disebut pengajaran (instruction) atau pedagogi. Pengajaran yang efektif bukanlah masalah sederhana berupa orang yang mempunyai pengetahuan yang lebih banyak memindahkan pengetahuan itu kepada orang lain. Pengajaran yang efektif menuntut penggunaan banyak strategi.63 Apa yang membuat seseorang menjadi guru yang baik adalah kemampuan mengajarkan semua tugas yang terdapat dalam pengajaran yang efektif.64 Kehangatan, antusiasme dan kepedulian sangat berperan penting. Demikian pula pengetahuan tentang pokok mata pelajaran dan pengetahuan tentang cara murid belajar. Tetapi keberhasilan penyelesaian semua tugas mengajar itulah yang menghasilkan keefektifan pengajaran. Mengajar adalah hal yang kompleks dan murid-murid itu bervariasi. Maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua.65 Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini dibutuhkan dua hal utama yakni pengetahuan dan keahlian profesional dan komitmen dan motivasi. Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen kelas. Mereka tahu cara motivasi, berkomunikasi dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang kultural. Mereka juga memahami cara menggunakan teknologi yang tepat digunakan di kelas. Strategi pengajaran prinsip konstruktivisme adalah inti dari filsafat pendidikan William James dan Jhon Dewey. Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan mengembangkan (la construct) pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan

63Robert E, Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, (New York: University of New York, 2011), h. 5. 64Burden and Byrd, (2003), Kennedy, (2006), dalam Educational Psychology: Theory and Practice, Robert E, Slavin, (New York: University of New York, 2011), h. 6. 65Diaz, dalam Unpublished Review of Educational Psychology, J. W Santrock, (New York: Mc Graw-Hill, 1997), h. 7. 129

konstruktivistik, guru bahkan Sekedar memberi informasi kepikiran anak-anak akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis.66 Reformasi pendidikan dewasa ini semakin mengarah ke pengajaran berdasarkan perspektif konstruktivis.67 Guru yang efektif tidak sekedar mengajar di kelas, entah itu dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivis. Mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka menghasilkan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa menantang sekaligus menarik. Keahlian manajemen kelas juga sangat dituntut dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang aktif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring dan mengaktifkan kelas serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas.68 Dalam mengajar guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar.69 Motivasi memberikan kesempatan murid untuk belajar di dunia nyata agar setiap murid berkesempatan menemui sesuatu yang baru dan sulit. Dan guru tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang

66Brooks and Brooks, Search of Under Standing: The Case for Contructivist Class Room, Upper Saddle River, (New York: Merril, 2001), h. 8. 67Hickey, D. T., Moore, A. L. & Pellegrine, J. W, The Motivational and Academic Consequences of Elementary Mathematics Environmments: Da Contructivist Innovations and Reform Make Environment: Da Contructivist Innovations and Reform Make Environment Difference?, (American Educational Reaserch Journal, 38), h. 611-652. 68Algazzine, B. & Kay, P, Preventing Problem Behavior, (CA: Corwin Press, 2002), h. 9. 69Bookalers, Pintrick & Zaiden, Handbook of self regulation, (San Diego: Academic Oress, 2002), h. 9. 130

sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek.70 Keahlian komunikasi juga amat diperlukan untuk mengajar yaitu keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan orang tua murid. Guru menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka berbicara dengan murid, orangtua, administrator dan yang lainnya, dan tidak terlalu banyak mengkritik, serta memiliki gaya komunikasi yang asertif, bahkan agresif, manipulatif atau pasif.71 Pentingnya guru yang efektif yang digambarkan di atas adalah nyata dari komentar yang dibuat oleh murid ketika mereka menggambarkan apa yang membuat seseorang itu baik dan sebuah kelas yang menyenangkan. Para guru di SD Azhari bukan hanya mengajar, mereka suka menolong, peduli dan memberikan perhatian kepada murid secara individual. Murid dapat berbicara tentang masalah akademik kepada salah satu guru di sekolah dan para guru sangat bersemangat dalam mengajari murid yang tidak memahami pelajaran, mereka bahkan memberikan penjelasan secara individual dengan mendekati murid.72 Para guru di SD Azhari menguasai mata pelajaran yang mereka ajarkan. Mereka selalu dapat menjawab pertanyaan murid mereka seperti sebuah buku, kita akan mendapatkan jawaban ketika kita membukanya.73 Guru bahasa Inggris mengajar mencakup subjek secara mendalam, di membuat kuis, tes, dialog, menulis dan banyak melakukan latihan latihan. Dia menjelaskan kepada saya bahwa ada empat keahlian yang dicapai dalam subjek ini, yakni berbicara, mendengar, menulis dan membaca. Kemampuan dari para guru SD Azhari Islamic School (AIS) dalam hal ini adalah berbicara, karena mereka telah terbiasa dari kelas bawah (kelas I, II dan III) sudah terlatih

70Runch, M. Critical Thinking. In M. A. Runch & S. Pritzker (Eds) Encyclopedia of Creativity, (San Diego: Academic Press, 1999), h. 9. 71Alberti & Emmons, Your Perfect Right (8th ed), (Sant Louis: Impact, 1995), h. 9. 72Hasil wawancara dengan Husain selaku murid SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 12 November 2018. 73Hasil wawancara dengan Husain selaku murid SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 12 November 2018. 131

dengan materi yang menggunakan bahasa Inggris yaitu mata pelajaran Sains, Matematika dan Bahasa Inggris itu sendiri.74 Karakter dari pengajaran di SD Azhari ini masih relatif tradisional dalam bentuk pengaturan, penggunaan bahan dan pedagogi. Saya mengamati beberapa contoh dari pengajaran yang sangat baik, namun rata-rata, aspek teknik dan pengajaran di SD Azhari Islamic School (AIS) dapat dijelaskan sebagaimana biasanya. Meskipun saya melihat lebih banyak penekanan pada penghafalan dan latihan latihan soal. Teknik mengajar yang digunakan di sekolah Islam ini tampak sangat mirip dengan sistem pendek santri dalam materi tahfizh. Ruang kelas di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta tidak ramai, mereka hanya diisi dengan 24 murid. Para murid ini memeriahkan kelas hanya 35 menit dari waktu yang ada. Bahkan ketika mereka memperhatikan apa yang sedang terjadi dan dalam pekerjaan rumah (pr) mereka. Ada kemungkinan yang cukup di antara guru dan para murid serta diantara sesama murid untuk membuat waktu yang menarik dan membebaskan para murid dan para guru untuk menyenangkan diri mereka sendiri. Sebagai contoh, selama pelajaran bahasa Inggris di pusat pembelajaran atau perpustakaan, guru itu membagi para murid ke dalam beberapa kelompok, laki-laki dan perempuan dipisahkan dan diberikan pada setiap kelompok tugas menghafal dan menulis sebuah susunan. Penulis melihat bahwa murid berpartisipasi dan menyambungkan ide-idenya dalam kelompok kecil tersebut. Salah seorang murid mengatakan "Kami suka melakukan tugas berkelompok, semua orang bertanggung jawab untuk tugas mereka dan menghargai pendapat orang lain itu tidak membuat kami mengantuk". Sekolah membagi kelas-kelas SD Azhari Islamic School (AIS) masing-masing 35 menit dengan 8 kelas pada waktu yang dijadwalkan pagi hari. Para murid menerima ke empat sampai lima mata pelajaran dan meninggalkan sekolah sore hari, kelas bawah (I sampai III) 14.30 WIB dan kelas atas (IV sampai VI) 15.30 WIB. Sebagai tambahan, sekolah tersebut menyediakan remedial dan pengayaan program di mana semua murid memiliki masalah-masalah dalam beberapa mata pelajaran. Sekolah juga menyadari bahwa empat sampai lima pelajaran merupakan jadwal yang terlalu intens bagi murid. Para murid

74Hasil wawancara dengan Husain selaku murid SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 12 November 2018. 132

membutuhkan waktu bebas, beberapa ruang selama hari sekolah, sebelum kunjungan penulis, Sebuah upaya dilakukan untuk memungkinkan murid meningkatkan bakat mereka dalam bidang olahraga, panahan, beladiri, futsal, Sains, Bahasa Arab, al-Quran, itu semua sebagai kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana kepala sekolah mengatakan “kita harus menyimbangkan antara otak kanan dan otak kiri artinya bahwa kita harus memberikan perhatian yang sama untuk persoalan akademik dan non-akademik”.75 Strategi kegiatan belajar dan mengajar, seorang guru menunjukkan bahwa:

Kami harus melihat kemampuan murid, untuk para murid yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata kami harus menjelaskan dengan jelas dan tepat serta memberikan murid-murid tersebut lebih banyak latihan dan praktek. Untuk para murid yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata strategi Kami adalah fokus pada pemahaman dan penguatan dari konsep untuk melakukannya kami memberikan mereka pertanyaan yang menantang dan sulit seperti mengajak dan membolak-balik pertanyaan.76

Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan ini mempunyai program Menghafal Quran. Secara tidak langsung dengan tahfizh ini para murid SD Azhari Islamic School (AIS) lebih mudah dan lebih cerdas dan pintar, di mana secara umum mereka diatas nilai rata-rata. Kami para guru dapat menyimpulkan bahwa murid yang hafalannya kuat/banyak menghafal rata-rata murid tersebut mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Kami sangat bersyukur sekali dengan Program tahfizh ini, karena lebih memudahkan kami sebagai guru umum, yang mana mata pelajaran seperti Science dan Matematika itu memakai kurikulum luar negeri dengan berbahasa Inggris. Menurut kami sangat sulit mengajarkan pada anak SD, namun ternyata dengan bantuan dari para guru tahfizh murid lebih

75Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018. 76Hasil wawancara dengan Ust. Zainal selaku guru tahfizh kelas VI-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 14 Desember 2018. 133

cerdas alhamdulillah kami merasa lebih ringan dan semangat dalam mengajar yang mana materi pelajaran susah.”77

Program tahfizh di SD Azhari Islamic School (AIS) ini sangat menantang kami sebagai guru tahfizh, karena selain membimbing, mengarahkan dan mengajar tahfizhul quran ini kami tidak hanya fokus terhadap hafalannya saja, namun juga mengarahkan dan menjaga dari gangguan yang menghambat hafalan murid, seperti murid tidak boleh berkata bohong, tidak tersentuh dengan lawan jenis dan hatinya harus bersih dan dalam keadaan senang, karena menghafal kitab suci harus suci lahir batin. 7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan murid. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan-kegiatan untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian, seperti; kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, olahraga, palang merah, kesenian dan kegiatan lainnya diselenggarakan juga dengan menggunakan waktu di luar jam pelajaran.78

Kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas dimaksudkan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Di samping memberikan penguatan terhadap kemampuan dan minat murid. 8. Metode Pembelajaran dan Sarana Prasarana SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan a. Metode Pembelajaran Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujun, maka di samping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan

77Hasil wawancara dengan para guru tahfizh kelas III, IV, V, dan V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, program tahfizh. 78Hasil wawancara dengan Wakil Kesiswaan di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 18 Januari 2019, tentang kegiatan ekstrakurikuler. 134

alat untuk menapai tujuan untuk menentukan apakah metode dapat disebut baik atau tidak diperlukan patokan yang bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang ingin dicapai. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran seperti metode ceramah, metode diskusi, kelompok, cara belajar murid aktif dan tanya jawab. Sedangkan bentuk pendekatannya adalah dengan menggunakan pendekatan proses. b. Fasilitas Pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Tujuan berikutnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana sekolah dan lingkungan sekolah. Sasaran dari tujuan tersebut adalah tersedianya/meningkatnya kuantitas sarana dan prasarana sekolah (tanah, gedung dan inventaris lainnya). Kebijakan yang digunakannya KMA No. 166 Tahun 1999, No. 169 Tahun 1999, No. 169. A Tahun 1999, No. 492 Tahun 2000. Programnya; Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah; Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana gedung pendidikan, masjid, gedung pelatihan, polliklinik dan pagar; Peningkatan kualitas dan kuantitas barang inventaris (bergerak). c. Situasi Lingkungan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Situasi lingkungan adalah situasi lingkungan yang menunjang kelancaran kegiatan kependidikan yaitu iklim sekolah dan hubungan sekolah dengan masyarakat (stakeholders). 1) Iklim Sekolah Programnya meliputi: Peningkatan kualitas layanan administrasi kesiswaan, kurikulum, keuangan, inventaris (perlengkapan) dan tata laksana; Perwujudan dan/atau peningkatan kualitas Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIMS); Peningkatan derajat kesehatan civitas akademika Azhari Islamic School (AIS); Peningkatan sanitasi lingkungan; Peningkatan partisipasi civitas akademika dan stakeholders SD Azhari Islamic School (AIS) dalam pengembangan sekolah; Peningkatan transparans dan akuntabilitas kinerja sekolah; Peningkatan kualitas layanan kantin, koperasi dan usaha lain; Peningkatan kualitas kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan, kesehatan dan kerindangan (6K), lingkungan sekolah.

135

Iklim merupakan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi yang dapat diamati dan dirasakan. Oleh karena sifatnya yang abstrak pengamatan terhadap karakteristik tersebut mengarah pada tingkah laku yang ditunjukkan oleh masing-masing individu dan kelompok pengamatan terhadap tingkah laku dikarenakan oleh tingkah laku sendiri yang muncul, salah satunya disebabkan oleh perlakuan atau peristiwa yang dialami individu di lingkungan kerjanya. Perlakuan atau peristiwa ini berasal dari kegiatan yang dilakukan baik sadar ataupun tidak sadar dan dalam hal ini terkait dengan pimpinan, sebagai pengendali utama kegiatan.79

Terkait dengan masalah produktivitas, di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, bahwa iklim yang menunjang produktivitas individu dalam menjalankan pelayanan sangat tergantung pada nilai dan tujuan organisasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa iklim organisasi adalah suasana di dalam lembaga pendidikan yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan pekerjaan yang terkait, seperti keterbukaan, kepercayaan, sistem pengambilan keputusan, sistem pengendalian terhadap pekerjaan yang dihadapi.80

Keterbukaan yang dimaksud adalah bentuk sikap dan perilaku pemimpin atau kepala sekolah dalam mengelola manajemen sekolah dan bersikap terbuka dalam bentuk keramahan dan kesantunan kepada semua unsur atau tenaga kependidikan di sekolah. Sikap ramah dan santun yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada tenaga kependidikan (guru dan karyawan) mengandung suatu ajakan atau harapan seorang pemimpin kepada tenaga kependidikan (guru atau karyawan) untuk mengadakan komunikasi secara imbal balik atau dua arah.

79Wawancara dengan Pengurus Komite di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 15 November 2018. 80Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), 16 November 2018, produktivitas penunjang sekolah. 136

Keramahan dan kesantunan merupakan dasar untuk melakukan proses komunikasi. Karena proses komunikasi bisa berlangsung secara lancar apabila terjadi kesejajaran antara kedua belah pihak karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga kekurangan yang satu dapat ditutupi oleh kelebihan yang lain. Demikian juga hubungan kepala sekolah dengan guru dan karyawan dilandasi sikap ramah, santun dan kesejajaran antara kedua belah pihak karena guru dan karyawan bukan bawahannya melainkan rekan kerja (partner) mereka. Kepercayaan yang dimaksud adalah seorang pimpinan atau kepala sekolah mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh para guru dan karyawan dalam menjalankan tugas. Sedangkan sistem pengambilan keputusan yang dimaksud adalah keputusan dalam penyusunan program kegiatan lembaga. Dalam konteks SD Azhari Islamic School (AIS) dalam menetapkan program kegiatan selalu diambil berdasarkan asas musyawarah melalui rapat kerja tenaga kependidikan.81

Beberapa bentuk program kegiatan yang mendukung iklim organisasi SD Azhari Islamic School (AIS) cukup baik adalah sebagai berikut:Peningkatan kualitas layanan administrasi kesiswaan, kurikulum, keuangan, inventaris (perlengkapan) dan tata laksana; Perwujudan dan peningkatan kualitas Sistem Informasi Menejemen Sekolah (SIMS); Peningkatan derajat kesehatan sivitas akademika SD Azhari Islamic School (AIS); Peningkatan snitasi lingkungan; Peningkatan pertisipasi svitas akademika dan stakeholders SD Azhari Islamic School (AIS) dalam pengembangan sekolah; Peningkatan transparansi dan akuntabilitas kinerja sekolah; Peningkatan efektivitas Lembaga Penulisan dan Pengembangan (Litbang) sekolah; Peningkatan kualitas layanan kantin, koperasi dan usaha lain: peningkatan kualitas kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan, kesehatan dan kerindangan (6k) lingkungan sekolah. 2) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat/Stakeholders

81Hasil wawancara dengan Ms. Imas selaku guru tahfizh kelas V-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang keramahan dan kepercayaan kepala sekolah terhadap guru. 137

Sekolah sebagai lembaga akademik-sosial tidak dapat berkembang tanpa dukungan dan kerja sama dengan orang tua murid atau masyarakat. Hal ini disebabkan berdirinya sekolah adalah untuk melayani dan membantu masyarakat di bidang pendidikan, yang tidak lain adalah lembaga pelayanan masyarakat dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa. Adapun sasaran dari hubungan antara sekolah dengan masyarakat (stakeholders) adalah terwujudnya promosi dan kerjasama antara lembaga dengan orang tua, masyarakat, pemerintah, LSM dan dunia usaha; kebijakan yang digunakannya yaitu menyelenggarakan kerjasama dengan stakeholders, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dunia usaha; programnya meliputi: Peningkatan kualitas kerjasama dengan Komite Sekolah; Pemerintah pusat/daerah, masyarakat, Peningkatan kualitas kehumasan (public relations); Peningkatan kualitas dan kuantitas prestasi lomba-lomba (akademik dan non-ademik) pada tingkat lokal atau nasional. Kerjasama antara sekolah dan masyarakat ini terjadi secara sinergi, sekolah menyediakan fasillitas belajar lengkap beserta perangkat pembelajarannya untuk mendidik, mengajar dan melatih anak didik. Sedangkan orang tua membantu pengadaannya dan ikut memotivasi murid agar belajar secara tekun dan serius, melengkapi alat belajar anak seperti buku-buku pelajaran.

Dalam rangka menjalin hubungan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat banyak cara yang dilakukan seperti: Mengundang orang tua murid setiap awal tahun ajaran baru untuk memusyawarahkan berbagai program yang dilakukan oleh sekolah; Mengundang orang tua pada acara halal bihalal hari raya Idul Fitri; Mengundang orang tua pada waktu pengambilan rapor yaitu tiap akhir semester; Mengadakan bazar bersama masyarakat sekitar sekolah; Lomba peringatan hari besar baik nasional maupun keagamaan yang melibatkan msyarakat sekitar sekolah.82

82Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang hubungan sekolah dengan masyarakat/stakeholders. 138

Terjadinya kerjasama yang harmonis antara kedua belah pihak tersebut menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap sekolah sungguh besar. Hal ini menjadi modal pokok sekolah untuk mensiarkan perkembangan sekolahnya baik secara akademik maupun non-akademik. Untuk perkembangan kelanjutan ke depan dasar untuk mempromosikan lembaga sekolah kepada masyarakat luas. Di samping itu dapat menjadi media untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan keselamatan keberlangsungan kegiatan kependidikan sekolah. Dari paparan data tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu yang berupa kekuatan dan kelemahan dari SD Azhari Islamic School (AIS), yaitu: (1) Kekuatan (Stranghts) Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi lingkungan internal dapat diidentifikasi 4 (empat) faktor yang merupakan potensi kekuatan utama SD Azhari Islamic School (AIS), yaitu: posisi lokasi sekolah yang strategis, berada di lingkungan yang mudah dijangkau dari seluruh privinsi di Indonesia. Sumber daya manusia kependidikan yang terpilih. Tenaga guru, guru bina dan staf admministrasi, mayoritas, hasil saringan yang ketat dari ribuan pendaftar yang dilakukan oleh Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tenaga SDM berikutnya juga hasil seleksi dengan standar kualitas yang sama dengan sebelumnya. Usia tenaga pendidik dan kependidikan yang masih muda, enerjik dan memiliki idealisme yang tinggi, dengan rentang usia 25 s/d 45 tahun. Sistem menejemen yang demokratis, transparan dan akuntabel. Manajemen sekolah dilakukan dengan tingkat partisipasi stakeholders yang tinggi, dengan kebebasan berekspresi, kreativitas, inovasi yang baik dan hubungan antar personal yang ramah, bersahabat dan terbuka. Input murid yang berkualitas. Murid yang masuk di SD Azhari Islamic School (AIS) merupakan murid pilihan, hasil seleksi dengan ketat, transparan, jujur dan berstandar tinggi. Tingkat kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) murid rata-rata berada pada “rata-rata batas atas”, bebas dari narkkoba dan zat adiktif lainnya. Berasal dari keluarga menengah sampai menengah atas. (2) Kelemahan (Weakness) 139

Adapun hasil analisis terhadap kondisi lingkungan internal dapat diidentifikasi 4 (empat) buah faktor yang merupakan potensi kelemahan SD Azhari Islamic School (AIS), yaitu: murid cenderung bersikap manja, kurang memiliki kemandirian dalam kehidupan sebagian besar murid berasal dari keluarga menengah sampai menengah ke atas. Kebiasaan hidup di rumah yang biasa diladeni pembantu. Kurang optimal dalam public relations, promosi dan marketing keunggulan sekolah. Telah menjadi rahasia umum bagi beberapa kalangan tertentu, bahwa SD Azhari Islamic School (AIS) merupakan salah satu sekolah yang memberikan keunggulan yang kompetitif di antara sekolah-sekolah di sekitar wilayah Jakarta. Namun, baru sekian persen saja dari sekian masyarakat muslim kelas menengah atau menengah atas yang mendaftarkan putra-putrinya. Lembaga penerbit media publikasi belum dibentuk. Daya tampung murid dan jumlah fasilitas kelas yang dimiliki oleh SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan terbatas. Sejak awal telah disetting sebagai sekolah dengan rombongan belajar kelas kecil (24 orang). Dengan sistem ini, setting bangunan dan perlengkapan lainnya di laboratorium, lembaga bahasa dan lainnya disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar tersebut, sehingga kapasitas sekolah terbatas. Anggapan sebagian masyarakat sebagai sekolah mah. Tidak dapat dihindari lagi, bahwa dengan setting rombongan belajar yang kecil, fasilitas sarana yang lengkap, berimplikasi pada dana operasional yang cukup besar. Pada gilirannya, bagi sebagian besar masyarakat bawah lahirlah suatu anggapan sebagai sekolah “mahal”.

B. Deskripsi Hasil Prestasi Belajar Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Prestasi belajar murid diambil dari daftar nilai murid pada buku daftar nilai (legger), prestasi belajar yang diambil oleh peneliti adalah nilai raport murid pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 sebagai berikut:

Tabel 3.4. Rekapitulasi Nilai Akademik Semester Ganjil Tahun 2018/2019

140

Frekuensi Frekuensi No. Kelas Kategori Persentase

Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah 1. III 10 15 1 38,4% 58% 3,6% 2. IV 8 28 12 16,7% 58,3% 25% 3. V 10 28 11 20,4% 57,2% 22,4% 4 VI 2 20 3 8% 80% 12% C. Analisis Hasil Responden Proses Menghafal al-Quran Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta 1. Metode Analisis Hasil Responden Proses Menghafal al-Quran Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan Metode analisis hasil responden Proses Menghafal al-Quran siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan adalah sebagai berikut: a. Editing (Pengolahan Data) Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. b. Scoring (Pemberian Skor) Setelah melalui tahapan editing, selanjutnya peneliti memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor adalah.

Tabel 3.5. Skor Jawaban Angket Hafalan al-Quran Positif (+) Negatif (-) Jawaban Skor Jawaban Skor Selalu 4 Tidak Pernah 1 Sering 3 Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 2 Sering 3 Tidak Pernah 1 Selalu 4

Setelah itu, untuk mengetahui besar persentase jawaban angket dari responden, dengan rumus berikut ini:

141

Keterangan: F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number of Cass (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase

Ketentuan skala persentase yang digunakan adalah: 100% = Seluruhnya 85% − 99% = Hampir seluruhnya 68% − 84% = Sebagian besar 51% − 67% = Lebih dari setengah 50% = Setengah 34% − 49% = Hampir setengah 17% − 33% = Sebagian kecil 0% = Tidak ada

Kemudian hasil seluruh jawaban murid dengan melihat rata- rata jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.6. Klasifikasi Skor Angket Hafalan al-Quran Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban 40 – 75 Rendah 76 – 91 Sedang 92 – 99 Tinggi

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Karena penulisan ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara hafalan al-Quran dengan prestasi belajar murid, maka yang dipakai adalah rumus “r” product moment.

Keterangan: 142

= Angka indeks korelasi “r” product moment N = Number of Cases = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y = Jumlah seluruh skor X = Jumlah seluruh skor Y product moment

Setelah diperoleh angka indeks product moment korelasi “r”, maka dilakukan interpretasi secara sederhana dengan mencocokan hasil penulisan dengan angka indeks korelasi “r” prosduct moment seperti di bawah ini: Tabel 3.7. Interpretasi Data Besarnya “r” Interpretasi product moment 0,000 – 0,199 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y) 0,200 – 0399 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah 0,400 – 0,599 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang atau cukup 0,600 – 0,799 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi 0,800 – 1,000 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Rumus selanjutnya adalah untuk mencai kontribusi variabel X terhadap variabel Y denga menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100 %

Keterangan: KD = Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y) r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

2. Analisis Hasil Responden Proses Menghafal al-Quran Siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan

143

Sebelum masuk pada analasis prestasi hasil belajar murid SD Azhari Islamic School (AIS), perlu penulis jelaskan terkait sumber data di dalam penulisan ini. Sumber data di dalam penulisan merupakan faktor sangat penting, karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penulisan. Oleh karenanya, sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penulisan, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan instrument-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penulisan. Pengumpulan data primer merupakan bagian internal dari proses penulisan dan yang seringkali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputuan. Data primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan secara terperinci. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk. Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam statistic biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan penggunaan data. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penulisan ini data sekunder didapat dari lembaga pendidikan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. Beberapa hal yang diperhatikan peneliti berkaitan dengan data sekunder, terutama berkaitan dengan keakurasian data. Langkah yang ditempuh peneliti adalah: a. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah atau pertanyaan (kesesuaian dengan pertanyaan penulisan). b. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang diinginkan dalam penulisan. c. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti. Relevansi dan konsistensi unit pengukur yang digunakan. d. Biaya dan konsistensi untuk mengumpulkan data sekunder. e. Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder. f. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi pengumpulan data.

144

Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus presentase. Berikut ini peneliti sajikan hasil persentase jawaban.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Jawaban Kuesioner No. Pertanyaan dan Pernyataan S SR KK TP TOTAL 1. Apakah kegiatan menghafal al-Quran dapat menggangu pembelajaran anda yang lain? 0 6 49 93 148 2. Apakah tujuan atau niat anda untuk menghafal al-Quran selalu ikhlas? 44 38 66 0 148 3. Apakah anda merasa beribadah ketika hafalan al-Quran? 54 66 27 1 148 4. Apakah dengan menghafal al-Quran anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela? 46 31 58 13 148 5. Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal al-Quran setelah shalat 5 waktu? 15 27 97 9 148 6. Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal al-Quran? 3 21 86 38 148 7. Apakah anda merasa menghafal al-Quran itu penting? 98 27 23 0 148 8. Apakah anda sering mengulang hafalan al-Quran di rumah? 31 32 78 7 148 9. Apakah orang tua anda mengetahui perkembangan hafalan al-Quran anda? 62 35 44 7 148 10. Apakah dengan menghafal al-Quran, anda merasa mempunyai pedoman hidup? 67 41 39 1 148 11. Apakah anda pernah merasa iri melihat hafalan teman anda bertambah? 42 32 52 22 148 12. Apakah motivasi belajar anda meningkat setelah mengikuti kegiatan menghafal al-Quran? 25 39 75 9 148 13. Dalam menghafal al-Quran, apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan dengan ingatan? 38 34 71 5 148 14. Apakah anda selalu hafal bila dikasih hafalan dari sekolah? 43 40 59 6 148 15. Sebelum memulai hafalan al-Quran, apakah anda memilah-milih metode yang cocok terlebih dahulu? 51 45 35 17 148 16. Apakah guru/ustadz tahfidz quran anda selalu memberi motivasi ketika menyetorkan hafalan? 62 36 47 3 148 17. Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan al-Quran yang guru/ustadz tahfidz quran anda berikan ketika hafalan? 40 22 78 8 148 18. Apakah guru/ustadz tahfidz quran anda mengevaluasi hafalan al-Quran anda di sekolah? 65 40 42 1 148 145

19. Apakah kegiatan menghafal al-quran membantu anda dalam kegiatan proses belajar di kelas? 34 44 64 6 148 20. Apakah anda selalu mendapatkan atau memperoleh nilai yang baik dalam mata pelajaran? 24 61 60 3 148 21. Apakah guru/ustadz tahfidz quran anda selalu menggunakan beberapa metode ketika mengajar hafalan? 35 59 47 7 148 22. Apakah anda merasa berdosa ketika tidak menghafalkan ketika guru/ustadz memberikan tugas untuk menghafal di rumah? 49 41 49 9 148 23. Apakah nilai-nilai anda selalu diatas 80 dalam semua pelajaran? 13 40 86 9 148 24. Dalam menghafal apakah tujuan anda untuk mendapatkan nilai tahfidz quran yang tinggi? 68 31 41 8 148 25. Nilai pelajaran yag tinggi yang anda dapatkan apakah ada pengaruhnya dengan tugas hafalan anda? 19 33 77 19 148 26. Apakah orang tua selalu menegur jika anda tidak menghafal di rumah? 38 34 68 8 148 27. Orang tua saya selalu mendampingi jika saya menghafal di rumah? 44 26 68 10 148 28. Ibu selalu meminta setoran kepada saya, untuk mengecek apakah saya sudah siap untuk tugas hafalan di sekolah? 48 27 60 13 148 29. Saya selalu berdoa dan berwudhu ketika ingin memulai untuk menghafal? 43 36 64 5 148 30. Saya harus konsentrasi dan fokus ketika saya harus menghafal dan bermain dan melupakan handphone saya dahulu dan meminta orang tua saya agar 58 32 52 6 148 menyimpannya? 31. Apakah anda pernah tidak mendapatkan waktu ketika harus menyetor hafalan (waktu sudah selesai)? 41 85 15 7 148 32. Apakah guru/ustadz pernah meminta orang tua anda untuk membimbing anda di rumah? 56 34 40 18 148 33. Apakah guru/ustadz pernah meminta orang tua anda untuk membimbing anda di rumah? 57 46 40 5 148 34. Apakah anda pernah merasa bosan dalam menghafal al-Quran? 13 20 86 29 148 35. Apakah anda selalu mendapatkan solusi dalam menghadapi kendala menghafal al-Quran? 23 71 48 6 148 Jumlah 1449 1332 1991 408 5180 Total Skor 5796 3996 3982 408 14182 Presentase 40,9% 28,2% 28,1% 2,9% 100%

Berdasarkan hasil rekapitulasi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa sebanyak 68,4% menyatakan tidak tertanggu dan tidak merasa terbebani dalam menjalankan program hafalan al-Quran.

D. Hasil Analisis Statistik melalui Program SPSS V.24 1. Variabel Nilai Tahfizh al-Quran Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS V.24 for Windows diperoleh deskripsi statistik variabel nilai tafizh dengan jumlah responden sebanyak 148 murid, diketahui nilai rata-rata (mean) 83,76, 146

nilai tengah (median) 83,00, nilai modus (mode) 77, standar deviasi 8,576, variance 73,546, nilai range 59, nilai minimum 40 dan nilai maksimum 99. Adapun gambaran statistik variabel nilai tahfizh al-Quran sebagai berikut.

Tabel 3.9. Statistik Deskriptif Variabel Nilai Tahfizh Statistik Tahfizh al-Quran N Valid 148 Missing 0 Mean 83,76 Median 83,00 Mode 77a Std. Deviation 8,576 Variance 73,546 Range 59 Minimum 40 Maximum 99 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

Berdasarkan Tabel 3.9. Statistik Deskriptif Variabel Nilai Tahfizh di atas, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.10. Klasifikasi Nilai Tahfizh Siswa Kelas III, IV, V, dan VI Semester Ganjil Tahun 208/2019 Keterangan Jumlah Skor Klasifikasi Jumlah Murid Jawaban 40 – 75 14 Rendah 76 – 91 108 Sedang 92 – 99 26 Tinggi Jumlah Total 148

Berdasarkan hasil klasifikasi nilai tahfizh untuk jumlah siswa yang mendapatkan nilai rendah sebanyak 14 siswa dengan rentangan nilai 40 – 75, siswa yang mendapatkan nilai sedang sebanyak 108 siswa dengan rentangan nilai 76 – 91, dan siswa yang mendapatkan nilai tinggi sebanyak 26 siswa dengan rentangan nilai 92 – 99. a. Variabel Nilai Prestasi Akademik 147

Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS V.24 for Windows diperoleh deskripsi statistik variabel nilai prestasi akademik dengan jumlah responden sebanyak 148 murid, diketahui nilai rata-rata (mean) 86,320, nilai tengah (median) 87,750, nilai modus (mode) 80,2, standar deviasi 6,9583, variance 48,418, nilai range 30,1, nilai minimum 67,7 dan nilai maksimum 97,8. Adapun gambaran statistik variabel nilai prestasi akademik sebagai berikut:

Tabel 3.11. Variabel Nilai Prestasi Akademik Statistik Prestasi Akademik N Valid 148 Missing 0 Mean 86,320 Median 87,750 Mode 80,2 Std. Deviation 6,9583 Variance 48,418 Range 30,1 Minimum 67,7 Maximum 97,8 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

Berdasarkan Tabel 3.11. Variabel Nilai Prestasi Akademik di atas, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.12. Klasifikasi Nilai Prestasi Akademik Siswa Kelas III, IV, V, dan VI Semester Ganjil Tahun 208/2019 Keterangan Jumlah Skor Klasifikasi Jumlah Murid Jawaban 68 – 79 27 Rendah 80 – 92 90 Sedang 93 – 99 31 Tinggi Jumlah Total 148

Berdasarkan hasil klasifikasi nilai prestasi akademik untuk jumlah siswa yang mendapatkan nilai rendah sebanyak 27 siswa dengan rentangan nilai 68 – 79, siswa yang mendapatkan nilai sedang sebanyak 90 siswa dengan rentangan nilai 80 – 92, dan siswa yang mendapatkan nilai tinggi sebanyak 31 siswa dengan rentangan nilai 93 – 99. 148

b. Uji Instrumen Penulisan 1) Uji Validitas Uji validitas adalah uji untuk mengetahui ketepatan instrumen/alat pengumpulan data. Pada uji validitas alat analisis yang digunakan adalah analisis Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner penulisan yang diujikan kepada 148 responden (n=148) dengan 35 butir instrumen/pernyataan pada kuesioner, maka diperoleh koefisien korelasi (r-hitung) dari masing-masing instrumen/pernyataan. Apabila r-hitung > r-tabel (n;α), maka butir instrumen tersebut dikatakan valid atau sebaliknya, jika r-hitung< r-tabel (n;α), maka butir instrumen tersebut dikatakan tidak valid. Dalam analisis ini besarnya r-tabel untuk α 0,05 dengan n=148 atau r-tabel (148; 0,05) adalah 0,161. Pada tabel dia atas, menunjukkan bahwa hasil uji validitas masing-masing butir pernyataan dari 35 pernyataan terdapat 4 butir yang tidak valid, yaitu butir pernyataan No. 15, 23, 26 dan 34. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali. Instrumen dinyatakan andal, apabila memiliki nilai Alpha Cronbach> 0,60.

Tabel 3.13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen/Kuesioner Penulisan Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items ,827 31

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel di atas, nilai Alpha Cronbach dalam dalam penulisan keseluruhan variabel > 0,60. Hal ini berarti seluruh item pernyataan dinyatakan reliabel sebagai alat pengumpul data. c. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas dengan interval kepercayaan 95%, maka tingkat signifikansi (α) 5%. Uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan melihat nilai Sig. Apabila nilai Sig > α, maka distribusinya normal. Dari hasil penulisan diperoleh gambaran, bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z Testse tiap variabel> 0,05, sehingga 149

dapat dikatakan sebaran data setiap variabel adalah normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh seperti dimuat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.14. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N 148 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 5,58245284 Most Extreme Absolute ,061 Differences Positive ,039 Negative -,061 Test Statistic ,061 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel di atas, kedua variabel tersebut mempunyai nilai Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 > 0,05. Dengan demikian sebaran data masing-masing variabel yang diteliti berdistribusi normal, sehingga memenuhi persyaratan penggunaan model regresi linear. 2) Uji Linearitas Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak. Hubungan yang linear antar variabel dapat diartikan bahwa setiap terjadi perubahan pada satu variabel akan diikuti pula dengan terjadinya perubahan pada variabel lain dengan besaran yang sejajar. Uji linearitas perlu dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis regresi linear. Dari hasil penulisan dapat diperoleh gambaran, bahwa nilai linearity Sig. sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan kedua variabel berhubungan linear.

150

Tabel 3.15. Hasil Uji Linearitas Variabel X dan Y ANOVA Table Sum of Mean df F Sig. Squares Square Prestasi Between (Combined) 3621,735 30 120,725 4,041 ,000 Akademik Groups * Tahfizh Linearity 2536,364 1 2536,364 84,891 ,000 Deviation from 1085,371 29 37,427 1,253 ,200 Linearity Within Groups 3495,704 117 29,878 Total 7117,439 147 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

3) Analisis Uji Koefisien Korelasi

Tabel 3.16. Hasil Uji Koefisien Korelasi Correlations Prestasi Tahfizh Akademik Tahfizh Pearson Correlation 1 ,597** Sig. (2-tailed) ,000 N 148 148 Prestasi Akademik Pearson Correlation ,597** 1 Sig. (2-tailed) ,000 N 148 148 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24hgv

Dari hasil uji koefisien korelasi di atas, diperoleh angka 0,597 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukupkuat antara tahfizh dengan prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r (korelasi) positif, 151

berarti semakin baik tingkat tahfizh murid maka semakin meningkatkan prestasi akademik di sekolah SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Selatan.

d. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan program SPSS V.24 for Windows, diperoleh hasil perhitungan pengujian hipotesis sebagai berikut.

Tabel 3.17. Pengujian Hipotesis ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2536,364 1 2536,364 80,835 ,000b Residual 4581,076 146 31,377 Total 7117,439 147 a. Dependent Variable: Prestasi Akademik b. Predictors: (Constant), Tahfidz

1) Uji F Berdasarkan hasil analisis diperoleh F hitung 80,835 dan nilai F tabel adalah 3,057 dengan nilai signifikansi probabilitas 0,000. Berarti F hitung (80,835) > F tabel (3,057) dengan nilai signifikansi probabilitas 0,000 (< 0,050), berarti Ho ditolak dan menerima Ha. Hal ini berarti nilai tahfizh berpengaruh secara nyata terhadap variabel nilai prestasi akademik. 2) Analisis Koefisien Determinasi (KD) Untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh antara tahfizh terhadap prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta, dilakukan perhitungan determinasi (R2), hasil olah data dengan menggunakan program SPSS Versi 24.0 sebagai berikut.

Tabel 3.18. Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 ,597a ,356 ,352 5,6015 a. Predictors: (Constant), Tahfizh 152

b. Dependent Variable: Prestasi Akademik

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,356 atau (35,60%). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi tahfizh dengan prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta cukup besar yaitu sebesar 35,60%. Sisanya sebesar 64,40% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penulisan ini. 3) Persamaan Regresi

Tabel 3.19. Hasil Perhitungan Persamaan Regresi Sederhana Coefficientsa Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 45,752 4,536 10,087 ,000 Tahfizh ,484 ,054 ,597 8,991 ,000 a. Dependent Variable: Prestasi Akademik Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan regresi linear sederhana dari variabel nilai tahfizh (X) terhadap prestasi akademik (Y), yaitu:

Ŷ= 45,752 + 0,484 X

a) Nilai konstanta 45,752, menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel nilai tahfizh, maka nilai variabel prestasi akademik 45,752. b) Nilai koefisien regresi 0,484 menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor variabel nilai tahfizh 1 poin, maka akan meningkatkan skor variabel nilaiprestasi akademik 0,484 poin dengan asumsi variabel lainnya konstan. c) Arah hubungan positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hafalan al-Quran maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar siswa. 153

BAB IV PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN HAFALAN AL-QURAN DI SD AZHARI ISLAMIC SCHOOL (AIS) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

Pendidikan anak usia sekolah dasar merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya adalah mencetak generasi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan al-Quran pada anak sejak usia Sekolah Dasar (SD). Setiap orang yang beragama Islam harus dapat menghafal ayat-ayat al-Quran, sekurang- kurangnya sebagian dari surah-surah pendek al-Quran yang terhimpun dalam juz „amma yaitu juz ke-30 dalam al-Quran karena surah-surah tersebut merupakan bacaan yang akan digunakan dalam sholat.1

Hafalan al-Quran merupakan aktivitas yang kaitannya sangat erat dengan kerja memori dalam otak. Peran guru dan orang tua sangat penting ketika melakukan pendampingan pada murid dalam proses hafalan al-Quran karena sebagian besar anak-anak belum mempunyai tanggung jawab penuh terhadap hafalannya, murid juga belum mempunyai metode/strategi sendiri untuk melakukan pengulangan terhadap informasi yang sudah diterimanya dalam hal ini adalah bacaan al-Quran yang sudah dihafalnya.2

Pada bab IV ini, penulis akan menganalisis penerapan metode pembelajaran menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

1Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang Tujuan Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, mencetak generasi beriman dan bertaqwa. 2Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9 November 2018, tentang peran guru dan orangtua terhadap hafalan al-Quran murid. 154

A. Strategi Metode Memori Penting untuk tidak memandang memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka.3 Proses memori yaitu memasukkan, menyimpan, dan pengungkapan kembali informasi.

Informasi diletakkan atau disimpan dalam memori, dipertahankan atau disimpan setelah disandikan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari.4 Tanpa memori manusia tidak mampu menghubungkan apa yang terjadi kemarin dengan apa yang dialami sekarang.

1. Encoding (penyandian), merupakan proses dalam memasukkan informasi/hafalan ke dalam memori.

Saat guru memberikan instruksi untuk mengerjakan suatu tugas, murid perlu memperhatikan apa yang dikatakan guru dan tidak diganggu oleh murid lain yang bicara. Saat murid belajar untuk menghadapi ujian, mereka harus fokus secara selektif pada buku yang mereka baca dan menghindari atau menghilangkan stimulan lain seperti suara gaduh di dalam kelas.5

Sedangkan atensi adalah mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas.6

3Schacter, D.L, The Seventh Deadly Sins of Memory, (Boston: Houghton Mifflin, (2001). 4Hasil wawancara dengan Mrs. Helma selaku wali kelas III-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang encoding (penyandian). 5Hasil wawancara dengan Mrs. Yeti selaku guru Bahasa Inggris kelas I, II, dan III di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang encoding (penyandian). 6Mangels, J.A., Piction, T.W.,& Craik, F.I, dkk., Attention and Successful Episodic Encoding: An Event-related Potential StudyBrain Reasearch, 11, (2001), h. 77-95. 155

Metode/strategi pengajaran yang ditempuh oleh guru SD Azhari Islamic School(AIS) Lebak Bulus dalam menghafal al-Quran adalah dengan cara membantu murid memberi perhatian, seperti:7 a. Kami mengajak murid untuk memberi perhatian dan meminimalkan gangguan, menjelaskan kepada murid tentang betapa pentingnya memberi perhatian ketika mereka harus mengingat sesuatu. Murid latihan di mana mereka bisa memperhatikan sesuatu tanpa ada gangguan. b. Guru menggunakan isyarat atau petunjuk bahwa ada sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan memperhatikansuara, mengulangi sesuatu dengan penekanan, dan menulis konsep di papan tulis. c. Kami memberikan murid untuk membuat isyarat atau petunjuk sendiri memahami satu kalimat yang perlu murid perhatikan. Guru juga memberi variasi dari bulan ke bulan. Selain itu, guru memberikan beberapa opsi, seperti “Perhatikan,” “Fokus,” dan “Ingatan”. Biarkan murid mengatakan kata itu atau mengucapkannya dalam hati pada diri mereka untuk memfokuskan kembali pikiran mereka yang mungkin tidak perhatian. d. Guru menggunakan komentar instruksional.Misalnya, “Baik, mari kita muraja‟ah”, “Sekarang perhatikan” atau “Kalian akan menghafal tentang surah ini pada ujian minggu depan.” e. Guru membuat pembelajaran menjadi menarik. Kejemuan mudah muncul dalam diri anak, dan kejemuan akan mengurangi perhatian mereka. Menghubungkan suatu gagasan dengna minat murid akan meningkatkan atensi mereka. Guru membawa murid-siswi keluar kelas untuk menghafal di lapangan sekolah, ini dilakukan karena guru melihat kejenuhan pada muridnya. f. Guru fokus pada pembelajaran aktif untuk membuat proses belajar menjadi menyenangkan. Menggunakan media dan teknologi secara efektif bukan satu-satunya cara. Latihan yang berbeda-beda, perjalanan ke luar (seperti menghafal di tengah lapangan di waktu sore hari), dan banyak aktivitas lainnya dapat dipakai untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, mengurangi kejemuan, dan meningkatkan perhatian murid. g. Guru memperhatikan perbedaan individual dalam kemampuan atensi murid. Beberapa murid bermasalah dalam memperhatikan, guru perlu mempertimbangkan ini saat menyajikan materinya. Sebelum guru memberi latihan, cari hal-hal yang mungkin bisa

7Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang metode/strategi pengajaran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta. 156

mengganggu, seperti jendela terbuka yang membuat suara ribut dari luar bisa masuk. Tutup jendela itu untuk menghilangkan gangguan. 2. Storage, yaitu penyimpanan/retensi informasi dari waktu ke waktu.

Cara murid mempertahankan hafalan al-Quran atau menyimpan informasi, penulis mewawancarai para guru tahfizh dan guru lain untuk mengetahui apakah para guru menguasai dan memahami.8

Murid mempunyai memori sensoris untuk mendengarkan guru memberikan contoh bacaan al-Quran yang ingin dihafal yang beberapa detik selama guru membacakan bacaan ayat, maka kami selaku guru tahfizh dibantu dengan satu guru yaitu wali kelas bekerjasama untuk memperhatikan setiap murid agar fokus dan serius dalam mendengarkan ayat-ayat yang kami bacakan.9

Kami mengulang tiga kali dalam memberikan contoh bacaan ayat-ayat yang akan dihafal, dengan pengulangan itulah murid lebih cepat dan dapat mempertahankan informasi bacaan ayat- ayat yang didengarkan setelah murid mendengarkan dengan baik. Maka kami (guru tahfizh) menyuruh murid untuk membacakan ayat-ayat yang telah kami bacakan.10

SD Azhari Islamic School (AIS) menggunakan metode pengulangan agar murid dapat mempertahankan hafalannya dengan baik dan kami (orang tua) mendapatkan informasi setiap hari melalui buku komunikasi agar setiap murid mengulang ayat- ayat yang telah dihafal maupun yang belum dipahami di sekolah untuk dihafal dan diulang-ulang di rumah. Kami orang tua sangat mendukung program menghafal al-Quran, dan kami juga wajib membantu anak-anak kami dalam menghafal atau mengulang- ulang hafalan yang ditugaskan dari sekolah.11

8Hasil wawancara dengan selaku di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 9Hasil wawancara dengan Ust. Habibi guru tahfizh kelas II-A di SD Azhari School (AIS), pada tanggal 23 November 2018, tentang pentingnya bagi murid untuk memperhatikan informasi sensoris pembelajaran hafalan mereka. 10Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang working memory dengan pengulangan. 11Hasil wawancara dengan Bpk. M. Sidik selaku wali murid Husain kelas IV-A di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 23 November 2018, tentang pengulangan, metode agar informasi masuk ke penyimpanan memori jangka panjang. 157

3. Retrival, yaitu pengambilan suatu data atau informasi dalam memori. Prinsip cue-dependent forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan bahwa murid lupa bukan karena murid kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya murid untuk mengingat informasi yang murid inginkan. Bagi murid yang menghafal surah tertentu, kemudian untuk ujian surah tersebut, dan kemudian dia menempuh ujian terlebih dahulu, maka informasi tentang surah tersebut akan mencampuri ingatan tentang surah lain. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan bahwa strategi belajar yang baik adalah mempelajari lebih dahulu ujian yang akan diberikan terakhir. Murid akan lebih baik belajar surah terlebih dahulu dan kemudian belajar surah yang diujikan. Strategi ini juga sesuai dengan recency effect yang telah penulis tulis di muka. Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut Decay Theory, pembelajaran baru akan melibatkan pembentukan “jejak memori” neurokimiawi, yang akan terpecah. Jadi teori ini menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Penulis memori Daniel Scharter menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu transience.12

Kecenderungan murid lebih cepat menghafal al-Quran pada ayat awal dan ayat akhir. Ayat tengah lebih banyak diulang-ulang agar tersimpan dan mudah diambil kembali. Oleh karena itu, jika muridada yang lupa dalam menghafal, maka guru menyebutkan awal ayat dan murid dengan cepat akan menyebut ayat selanjutnya.13

Faktor lain yang mempengaruhi pengambilan ini adalah sifat dari petunjuk yang digunakan orang untuk mendongkrak memori mereka.14 Murid dapat menciptakan petunjuk yang efektif.

Misalnya, apabila murid menghadapi “hambatan” untuk mengingat nama ayat guru menyebutkan dengan awal ayat.

12Scharter,The Seventh Deadly Sins of Memori, (Boston: Houghton Mifflin, 2001). 13Hasil wawancara dengan Mrs. Imas, guru tahfizh kelas V di Sekolah Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 16 November 2018, tentang primacy effect and recency effect dalam menghafal ayat-ayat al-Quran. 14Allan,Wolf, dkk., M. D, The Effects of Retieval Cues on Post-retrieval Monitoring in Episodic Memory, Anelectrophysiological Study, (Brain Reasearch, 12,2001),h. 289-299. 158

Apabila dia berhasil “tersandung” pada nama yang benar, kemungkinan dia akan mengenalinya.15

Banyak murid lebih suka pilihan ganda, sebab soal seperti itu memberikan mereka petunjuk, sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk apapun. Ulangan tahriri, murid dapat menyebutkan atau melanjutkan ayat yang tersedia pilihan dan menjodohkan, dan bila murid menghadapi tes tahriri dan diberi pertanyaan tentang perbedaan nama surah antara mengingat dan mengenali dalam mengambil informasi murid akan bisa mengingat perbedaan itu dengan baik apabila murid punya petunjuk “isilah titik-titik” dan “pilihan berganda”.16

Murid menyetor ulangan tahfizh setiap satu minggu sekali dalam satu surah untuk beberapa ayat, karena murid lebih cepat dan dapat menghafal dengan baik jika menghafal surah atau ayat yang dihafal dan dalam minggu itu langsung ulangan harian.17

Imas menyatakan, bahwa menghafal al-Quran mudah karena Allah telah menerangkan dalam surah al-Qomar ayat 17 dan bisa dilakukan oleh siapapun baik itu masyarakat Arab maupun non Arab dan tidak terbatas dengan usia terutama di usia anak Sekolah Dasar (SD).18 Dalam Q.S. al-Qomarayat 17 Allah SWT berfirman: َو َل َق ْد يَ َّس ْسوَا ا ْلقُ ْس ا َن ِلل ِرّ ْك ِس َف َه ْل ِم ْه ُّمدَّ ِكس

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qomar [54]: 17)

15Hasil wawancara dengan Mrs. Imas, guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 7 Desember 2018, tentang ketika murid mengalami kendala dalam menghafal pada pertengahan ayat. 16Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 7 Desember 2018, tentang recognition, bagaimana murid meneliti informasi yang telah dipelajari. 17Hasil wawancara dengan Mrs. Khosi selaku guru tahfidz kelas I-B di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 14 Desember 2018, tentang recency effect. 18Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang usia anak Sekolah Dasar (SD) menghafal quran”. 159

Menurut Hazim19 usia yang paling ideal untuk menghafal al-Quran adalah dimulai sejak usia 4 sampai 23 tahun, maka masa-masa seperti ini harus digunakan sebaik-baiknya, karena menghafal pada usia dini jauh lebih cepat dan kuat hafalannya dibanding menghafal ketika usia dewasa. Sedangkan menurut Muhammad Ratib An-Nalbisi:20

Hafalan al-Quran pada usia ideal adalah salah satu faktor yang pengaruhnya sangatsignifikan terhadap keberhasilan dalam menghafal al-Quran, karena pada usia ini seseorang belum banyak melakukan dosa danbeban pikiran.21

Tahfizh quran terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfizh dan quran, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda, yaitu tahfizh berarti menghafal. Hafalan dari kata dasar hafal yang dari bahasa Arab “tahfizha- yahfazhu-hifzhan”, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.22Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf, definisi menghafal adalah “proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal.23 Tujuan paling tinggi yang hendak diraih oleh seorang mukmin adalah mendapatkan kemuliaan dan keutamaan di sisi Robbnya serta memperoleh pahala yang besar agar kelak ia termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Allah SWT telah menunjukkan kepada kita jalan-jalan kebaikan, dan memotivasi kita agar berlomba-lomba dalam ketaatan. Salah satu sarana terbesar untuk meraih tujuan itu adalah dalam mengambil bagian yang banyak dari al-Quran, baik dalam membaca, menghafal, menghayati, maupun mengamalkannya („Abdullah „Ali Bashfar).24

19Hazim, Abu bin Muhammad Bashori,Cara Mudah Menghafal al-Quran dan Ayat-ayatMutasyabihat,(Sidorejo: Maktabah Daarul Atsar al-Islamiyah, 2008), h. 21. 20Sa‟ad Riyadh,Langkah Mudah Menggairahkan Anak Hafal al-Quran, (Solo: ArafahGrup, 2009), h. 68. 21Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 2 November 2018, tentang hafalan al-Quran. 22Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 105. 23Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafzh Quran, (Yogyakarta Press, 1999), h. 86. 24Kata sambutan „Abdullah „Ali Bashfar (Pembimbing Program Studi Tahfidzul Quran al-Karim dan Imam sekaligus Khatib Masjid Asy-Syu‟aibi, Jeddah. 10 Dzul ‟dah 1414 H) dalam Kitab Kaifa Tahfazhul Quran al-Karimkarya Abdurrahman al-Ghautsani. Maktabah Daar al-Ghautsani, (Damaskus: Cet.V 1424 H/2003 M), h. 7. 160

Penjagaan ini meliputi tiga hal: penjagaan terhadap huruf-huruf dan kata-katanya secara sempurna berikut tulisannya sebagaimana yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, serta penukilannya dengan jalur yang mutawatir qath‟i (meyakinkan) hingga hari Kiamat;25 penjagaan terhadap penjelasan al-Quran, yaitu hadist Nabi Muhammad SAW yang Mulia;26 penjagaan terhadap para penghafal dan pengamal al-Quran serta tetap memelihara orang-orang yang menyampaikannya hingga hari Kiamat. Yakni, Allah SWT memilih orang-orang tertentu di antaran hamba-Nya untuk membawa Kitab-Nya. Maksudnya, menghafalnya di dalam dada mereka, mengucapkannya, serta membacanya secara tartil dan teliti sebagaimana ketika al-Quran itu diturunkan.27 Penghafal al-Quran dalam sehari harus menyediakan waktu khusus untuk menghafal atau mengulang hafalannya. Misalnya bagi pemula, minimal harus menyediakan waktu kurang lebih satu jam dalam sehari untuk menambah atau mengulang hafalannya dan dapat memilih waktu yang luang (baik pagi, siang, sore atau malam). Apabila hafalannya semakin bertambah, maka harus ditambah pula waktu yang disediakan untuk mengulang-ulang hafalannya. Semakin banyak hafalannya, semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan.28 Hafalan al-Quran bukanlah perkara yang mudah dan ringan yang dilakukan oleh manusia jika tidak meluangkan waktu, usaha, dan segenap kemampuan. Jika segala sesuatu dimulai dengan niat yang sungguh- sungguh maka akan membuahkan hasil yang maksimal. Karena perkara yang sulit akan menjadi mudah bagi orang yang Allah SWT mudahkan. Karena menghafal al-Quran bukanlah hal yang mudah maka harus ada metode atau cara supaya dalam menghafal al-Quran bisa cepat dan tidak ada problematika. Strategi pembelajaran dalam meningkatkan memori murid yang dilakukan oleh guru tahfizh SD Azhari Islamic School (AIS) antara lain sebagai berikut:

25 (Artinya: “Bahkan (yang didustakan it فِي َل ْوحٍ َّم ْح ُفوظ)2(ٍ .بَ ْل ُه َو قُ ْرآ ٌن َّم ِجي ٌد )1( ialah Al-Quran yang Mulia, yang (tersimpan dalam (tempat) terjaga (Lauh Mahfuzh).” (Q.S. Al-Buruuj: 21-22). 26 Artinya: “Wahai إِ ّوِي أُ ِزيدُ أَن تَبُى َء بِإِثْ ِمي َوإِثْ ِم َك َفتَ ُكى َن ِم ْه أَ ْص َحا ِب ال َّىا ِز َوذَ ِل َك َج َزا ُء ال َّظا ِل ِمي َه Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Rabbmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya ...”. (Q.S. Al-Maaidah: 67). 27Lihat Hadyul Quran al-Karim ilal Hujjah wal Burhan, karya Syaikh Abdullah Sirajuddin, h. 143-144. 28M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya al-Quran, (Malang: UINMalang Press, 2007), h. 135. 161

1. Memotivasi murid untuk mengingat materi dengan pemahaman, bukan dengan mengingatnya begitu saja. murid akan mengingat informasi dengan lebih baik dalam jangka panjang, mereka akan memahami informasi, bukan sekedar mengingatnya tanpa pemahaman. 2. Membantu murid menata apa yang mereka masukkan kedalam memori. Murid akan mengingat informasi dengan lebih baik jika mereka menatanya secara hierarkis. Guru memberi mereka latihan menata dengan mengelola materi yang membutuhkan penstrukturan. 3. Mengajari strategi mnemonic (atau cara menghafal atau metode “jembatan keledai”), yakni bantuan memori untuk mengingat informasi. Mnemonic juga dapat menggunakan imaji dan kata. Berikut ini beberapa tipe mnemonic: a. Metode loci, dalam metode loci, murid menyusun imaji/citra suatu item yang akan diingat dan membayangkan dia menyimpannya dalam lokasi yang dikenali. Kamar di rumah atau toko atau jalan adalah lokasi umum yang biasa dipakai dalam strategi memori ini. Misalnya, jika murid harus mengingat sederetan konsep, murid bisa secara mental (membayangkannya) meletakkannya dalam ruang di rumah murid, seperti di sebelah pintu masuk, ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan sebagainya. Saat murid perlu mengambil kembali informasi itu, murid bisa membayangkan rumahnya, lalu membayangkan dirinya berjalan di kamar-kamar, lalu mengambil kembali konsep tersebut. b. Rima, contohnya, “mejikuhibiniu” untuk mengingat warna pelangi (merah, jingga, kuning, hijau,biru, nila, ungu). c. Akronim, strategi ini adalah menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat. Misalnya, HOMES dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengingat lima danau besar: Huron, Ontario, Michigan, Erie, dan Superior.

B. Penerapan Metode Tahfizhul Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) dalam menjalankan program menghafal al-Quran dengan mengkolaborasi metode, yaitu metode yang diadopsi dari Cairo, Mesir dan Indonesia, yaitu: metode tanzih (tanpa mushaf); metode talqin, yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengan membaca satu ayat, lalu ditiru murid secara berulang-ulang sehingga tersimpan di hatinya; metode talaqqi, ialah presentasi hafalan murid kepada guru; metode muraja‟ah atau pengulangan. Salah satu keunggulan SD Azhari Islamic School (AIS) adalah menerapkan hafalan al-Quran dengan target menguasai 18 juz pada tingkatan SD (Sekolah Dasar) dan dilanjutkan 12 juz ditingkat SMP 162

(Sekolah Menengah Pertama). Dengan menggunakan metode al-Azhar Cairo, Mesir.29 1. Metode Tanzih (tanpa mushaf) [Kelas 1, 2 dan 3]

Suatu metode pembelajaran tahfizh yang memposisikan guru sebagai sumber dari materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi menghafal dengan sistematis, ayat demi ayat tanpa diloncat dan tanpa mengurangi satu hurufpun sesuai dengan sumberaslinya sebagaimana diwahyukan. Dalam metode ini guru maupun murid tidak diperbolehkan melihat mushaf. Metode ini cenderung bersifat vertikal, dimana guru berperan seperti langit yang mencurahkan tiap tetesan materi menghafal dan menjatuhkannya di bumi hati para murid. Tiap-tiap ayat disampaikan guru dengan fasih. Di sini guru berperan aktif dalam menyampaikan materi menghafal dengan bacaan yang benar dan baik agar diikuti dengan baik juga oleh para murid.30

تَى ِزي ُل ا ْل ِكتَا ِب ِم َه ََّّللاِ ا ْلعَ ِزي ِز ا ْل َح ِكي ِم

“Kitab (al-Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Az-Zumar[39]:1)

Agar metode ini lebih mendekati pada sistem active learning dan tidak membosankan maka diperlukan cara: multimedia, murid dapat menghafal ayat melalui program tahfizh di CD (Compact Disk) dengan menggunakan komputer, kelebihan program ini murid dapat mengulang ayat yang belum dihafal beberapa kali saja; melalui kaset, murid menghafal ayat melalui kaset murottal al-Quran. Teori ini penekanannya pada perbaikan hafalan muridbaik secara urutan ayat maupun tajwidnya; bisik, guru membisikkan materi menghafal kepada salah satu murid kemudian ayat itu dibisikkan kepada murid lain secara bergantian. Setelah selesai para murid disuruh membacakan apa yang mereka dengar; beregu, dalam teori ini guru membagi murid menjadi berapa kelompok, lalu guru menyampaikan materi menghafal satu atau dua kali kemudian murid disuruh berembuk

29Hasil wawancara dengan Irwansyah selaku Kepala Sekolah dan dokumen SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang metode yang diadopsi dari al-Azhar Cairo, Mesir. 30Hasil wawancara dengan Ust. Habibi selaku guru tahfizh kelas II-A di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 23 November 2018, tentang metode tanzih untuk kelas bawah. 163

bersama dan saling memperbaiki hafalan diantara regu masing- masing. Terakhir, guru mengevaluasi bacaan tiap regu. Berantai, dimana guru membaca ayat (materi menghafal) diulang sampai tiga kali sementara murid disuruh menghafal dalam hatinya, setelah itu murid disuruh membaca secara bersama kemudian dibaca secara bergantian/berantai satu-persatu; kompetisi, cara ini bisa dipraktikkan secara beregu atau perorangan. Guru menginformasikan kepada murid akan memberi hadiah kepada murid yang paling cepat menghafalkan ayat yang disampaikan oleh guru; menempelkan kertas, guru memotong kertas kecil- kecil, murid yang mampu menghafal ayat yang dibacakan guru akan menempel satu potongan kertas. Hal ini akan terus berjalan sampai membentuk sebuah gambar sempurna. Misal surah an- Naas murid akan membentuk gambar manusia.31

Dalam tahapan metode (tanzih) ini guru menyelingi dengan game, seperti: lembar bola secara berantai sambil mengalunkan hafalan al-Quran yang telah dihafal. Juga bisa dengan main koboy-koboyan, yang tertembak harus membaca surah tertentu. Terutama sekali game ini sangat efektif di saat takrir (mengulang hafalan) karena takrir dan muraja‟ah di SD Azhari Islamic School (AIS) dilaksanakan di siang hari sebelum pulang dan saat itu otak murid biasanya sudah lelah.32 2. MetodeTalqin Metode talqin secara harfiah, kata talqin (at-talqin) merupakan bentuk mashdar dari laqqana–yulaqqin–talqinan. Memiliki arti “mendiktekan atau mencontohkan untuk ditirukan. Dalam al-Mu‟jam al-Wasid disebutkan ungkapan laqqana al-kalam (mentalqinkan ucapan), artinya: alqahu ilaihi liyu‟idahu (menyampaikan ucapan itu kepadanya agar ia dapat mengulang atau menirukannya). Orang yang melakukan talqin disebut multaqqin, sedangkan yang ditalqin disebut mulaqqan. Talqin merupakan sebuah metode yang telah digunakan dalam mengajarkan al-Quran oleh setiap guru kepada murid.

Metode talqin merupakan metode yang digunakan dalam pengajaran hafalan al-Quran di kelas IV, V, dan VI. Pengajaran

31Hasil wawancara dengan Mrs. Khosi selaku guru tahfizh kelas I-B di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 14 Desember 2018, tentang metode tanzih dengan multimedia. 32Hasil wawancara dengan Mrs. Khosi selaku guru tahfizh kelas I-B di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 14 Desember 2018, tentang metode tanzih dengan game. 164

metode ini terlebih dahulu diterapkan pengajaran baca tulis. Seperti malaikat Jibril mentalqinkan al-Quran kepada Rasulullah SAW lalu beliau membacakannya kembali (setor hafalan) kepada malaikat Jibril AS, kemudian Rasulullah SAW mentalqinkan kepada para sahabat beliau maka seperti itu yang terjadi dalam pengajaran al-Quran dari generasi ke generasi.33

Talqin merupakan bentuk mendasar dari talaqqi (menimba atau menerima). Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya kamu benar-benar menerima (talaqqi) al-Quran dari sisi (Allah SWT) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(QS. an-Naml [27]:6)

Syekh Abdurrahman as-Sadi menjelaskan maksud ayat di atas; “Sesungguhnya yang diturunkan kepadamu (Muhammad), yang engkau terima dan ditalqinkan kepadamu, benar-benar turun dari Dzat Yang Maha Bijaksana.” Metode talqin memiliki beberapa unsur penting yaitu: pentalqin (mulaqqin), orang yang ditalqin (mulaqqan) dan bacaan (ayat atau surah) yang ditalqinkan.34

Hafalan sebanyak 30 juz bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Semua pekerjaan atau program akan berjalan lancar dan berhasil dalam mencapai target yang telah ditetapkan, jika menggunakan suatu cara atau metode yang tepat. Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan juga tergantung kepada pemilihan dan penerapan suatu metode, sistem atau cara yang tepat dan semua akan berjalan secara efektif dan efisien.Metode talqin lebih menekankan kepada peniruan murid kepada guru yang melafadzkan bacaan al-Quran lalu murid menirukan. Apabila murid salah dalam pengucapannya maka guru wajib memperbaiki bacaan murid tersebut. Metode talqin merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki perpaduan antara perbaikan bacaan al-Quran dengan hafalan sekaligus. Maka disini guru mencontohkan bacaan al-Quran secara sistematika dan ditirukan oleh murid dengan pengulangan tertentu. Metode talqin dapat digunakan untuk semua usia dan

33Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 2 November 2018, tentang metode talqin. 34Salaffudin AS,Ngaji Metal (Metode Talqin), (Jakarta: Jagakarsa Wali Pustaka, 2018) h. 142. 165

efektif digunakan dalam keseharian agar memudahkan dalam menghafal.35

Alwizar mengatakan dalam jurnal pemikiran Islam, metode talqin adalah sebuah metode dalam pengajaran yang perlu digunakan dalam mengajarkan membaca al-Quran yang dimulai dengan cara mendengarkan bacaan al-Quran kepada anak didik, sebagian demi sebagian. Setelah itu murid agar mendengarkan dan mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan hingga menimbulkan bacaan yang sempurna. Metode talqin dalam keseharian dapat disamakan dengan metode pembiasaan, cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan yang disesuaikan dengan kondisi murid. Ibnu Sina mengakui bahwa terdapat pengaruh dalam mengikuti atau meniru dalam pembelajaran. Karena secara thabiiyah anak cenderung mengikuti atau meniru kebiasaan apa yang didengar dan apa yang telah dilihatnya.36Adapun keunggulan dan kelemahan dalam penggunaan metode talqin menurut penulis, yaitu: a. Keunggulan: mudah digunakan untuk semua jenis umur; memudahkan dalam melafadzkan bacaan al-Quran; melancarkan bacaan al-Quran. b. Kelemahan: dalam mengaplikasikan metode talqin membutuhkan waktu yang cukup lama. 3. MetodeTalaqqi Metode talaqqi merupakan metode yang dianggap paling sesuai untuk anak usia Sekolah Dasar (SD). Sehingga dalam pelaksanaannya, para pendidik diharapkan dapat menerapkan metode tersebut pada saat menyampaikan materi menghafalal-Quran pada murid. Menurut Muhammad,37talaqqi adalah belajar ilmu agama secara langsung kepada guru yang mempunyai kompetensi ilmu, tsiqah, dhabit dan mempunyai sanad keilmuan yang muttashil sampai ke Rasulullah SAW melalui para ulama aalimin aarifin.

Cara guru menyampaikan bacaan al-Quran secara musyafahah (murid melihat gerak bibir guru secara tepat) yaitu berhadapan

35Hasil wawancara dengan Ust. Hardian selaku guru tahfizh kelas VI di SD Azhari Islamic School (AIS), pada tanggal 22 Januari 2019, tentang pelaksanaan metode talqin yang memiliki perpaduan antara perbaikan bacaan dan hafalan. 36Alwizar, PemikiranIbnuSina. (an-Nida: Jurnal PemkiranIslam. Vol.40 No.1, 2015), h. 18. 37Muhammad, “Pentingnya Belajar Ilmu Agama Secara Talaqqi”, https://jundumuhammad.wordpress.com/2011/04/30/pentingnyabelajarilmuagamaseca ratalaqqi/, diakses pada 15 November 2018. 166

langsung dengan murid dalam posisi duduk dengan tenang dan nyaman, kemudian guru membimbing murid untuk mengulang- ulang ayat yang dibacakan dan diperdengarkan kepada murid sampai muridbenar-benar hafal, maka cara yang demikian itu dikenal dengan istilah talaqqi. Cara seperti ini dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam menyampaikan materi menghafal al-Quran pada anak usia sekolah dasar dan dipandang sebagai salah satu metode yang sesuai dengan perkembangan usia anak sekolah.38

Menurut Husaini, metode talaqqi merupakan cara yang lebih sering di pakai orang untuk menghafal al-Quran, karena metode ini mencakup dua faktor yang sangat menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan murid.39 Keunggulan dan kelemahan metode talaqqi menurut penulis,yaitu: a. Keunggulan: menciptakan hubungan yang harmonis; guru juga membimbing murid secara berkesinambungan, sehingga guru memahami betul karakteristik masing-masing murid; guru dapat langsung mengoreksi bacaan murid agar tidak keliru dalam membuyikan huruf; murid dapat melihat langsung gerakan bibir guru dalam mengucapkan makhorijul huruf karena berhadapan secara langsung; kelas IV, V, dan VI di SD Azhari Islamic School (AIS) guru membimbing paling banyak 5 murid dalam metode talaqqi sehingga guru dapat memantau perkembangan hafalan murid dengan baik. b. Kelemahan: metode talaqqi tidak dapat digunakan secara klasikal pada kelas yang muridnya berjumlah banyak karena dirasa kurang efektif; guru akan menguji hafalan masing-masing murid secara sendiri-sendiri sehingga murid yang belum mendapat giliran akan merasa bosan menunggu; perbandingan guru dan murid yaitu satu orang guru berbanding lima murid, maka apabila murid lebih banyak sekolah akan kesulitan dalam perekrutan guru tahfizh Quran yang masih sangat terbatas dan dari segi pembiayaan untuk menggaji guru memerlukan biaya lebih besar.

38Hasil wawancara dengan Ust. Zainal selaku guru tahfizh kelas VI di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 14 Deseember 2018, tentang cara yang efektif dalam menggunakan metode talaqqi. 39Husaini, F,“Metodologi Menghafal al-Quran”, http://hidupsemangat.blogspot.co.id/2008/09/metodologimenghafalal-quran.html, diakses pada tanggal 19 Oktober 2018. 167

Strategi yang digunakan dalam proses menghafal al-Quran dengan metode talaqqi dijelaskan oleh Imana, bahwa metode talaqqi dilaksanakan melalui pendekatan 5M, yaitu menerangkan (menjelaskan), mencontohkan, menirukan, menyimak dan mengevaluasi”.40

Metode talaqqi adalah cara yang digunakan dalam mengajarkan tahfizhquran dimana guru dan murid berhadapan langsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan dalam mengucapkan huruf-huruf al-Quran. Dengan cara talaqqi, guru dapat menjelaskan bagaimana cara mengucapkan makhroj atau tempat keluarnya huruf, kemudian mencontohkan bunyi huruf sehingga murid dapat langsung menirukan huruf-huruf atau ayat- ayat al-Quran yang dibacakan serta dapat dilakukan berulang- ulang sampai hafalan tersebut tersimpan dalam memori ingatan murid. Dengan cara seperti ini, gurujuga dapat memperhatikan bagaimana murid mengucapkan huruf-huruf al-Quran secara fasih dengan kaidah tajwid yang benar. Guru dapat memantau sejauh mana hafalan murid terhadap ayat-ayat al-Quran yang sudah dihafalnya.41

Metode talaqqi yang diterapkan di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus mengacu pada pendekatan 5M sebagaimana pembahasan di atas,42 yaitu: a. Menerangkan (menjelaskan) Ketika hendak memulai pelajaran hafalan al-Quran, guru sebaiknya mengkondisikan murid dengan duduk melingkar saling berhadapan dengan guru dan teman-teman yang lain sehingga perhatian murid tertuju dalam wilayah lingkaran. Di alam lingkaran guru dapat memberikan penjelasan tentang materi yang akan disampaikan dengan perencanaan pembelajaran yang sudah disiapkan. Guru menjelaskan isi kandungan al-Quran sesuai dengan ayat yang disampaikan untuk menarik minat murid, sehingga

40Imana, Y, Sudah Baik dan Benarkah Bacaan al-Quranku? Panduan Tahsin/Tajwid Sistematis Metode Asyarah, (2009), h. 7. 41Hasil wawancara dengan Mrs. Imas selaku guru tahfizh kelas V di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 7 Desember 2018, tentang penerapan metode talaqqi , yaitu guru dan murid saling berhadapan. 42Hasil wawancara dengan Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang metode talaqqi mengacu pendekatan 5M (Menerangkan, Mencontohkan, Meniru, Menyimak, Mengevaluasi). 168

muridterkesan. Dalam menyampaikan penjelasan materi, guru menyampaikan dengan suara yang cukup terdengar oleh guru dan murid dalam lingkaran. b. Mencontohkan Sebaiknya guru bertanya pada murid, apakah mereka telah siap untuk menghafal al-Quran atau belum. Pijakan ini perlu dilakukan agar pada saat kegiatan menghafal berlangsung tidak ada murid yang tidak konsentrasi. Setelah murid siap mengikuti pelajaran, guru memberi contoh terlebih dahulu ayat al-Quran yang akan dihafal, kemudian murid diajak untuk menirukan bacaan tersebut secara berulang-ulang sampai makhorijul huruf dan tajwidnya benar-benar fasih. Guru akan menyuruh murid membacakan ayat-ayat al-Quran atau penggalan bacaan al-Quran yang dicontohkan tadi secara bergantian dengan waktu yang tidak terlalu lama untuk menghilangkan kejenuhan saat hafalan al-Quran. c. Menirukan Murid harus menirukan bacaan persis yang dicontohkan oleh guru, dari lagu, makhorijul huruf, sifat huruf, panjang dan pendek bacaan dengan kaidah tajwid yang benar. Guru hendaknya membimbing murid dengan penuh kesabaran dan ketelitian agar bacaan yang ditiru oleh murid sesuai dengan bacaan yang dicontohkan guru. d. Menyimak Murid yang menunggu giliran dianjurkan untuk menyimak bacaan temannya sehingga tidak ada murid yang mengobrol atau bermain sendiri apalagi sampai mengganggu temannya. e. Mengevaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat guru mentalaqqimurid satu persatu, dengan demikian guru dapat mengetahui bagaimana kulaitas bacaan murid baik dari segi pengucapan makhorijul huruf maupun kaidah tajwid, serta guru dapat memantau perkembangan hafalan murid, apakah hafalannya dapat dilanjutkan pada ayat berikutnya atau hafalan tersebut diulang kembali hingga benar-benar hafal.

Adab membaca al-Quran yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa mempelajari al-Quran tidak sama dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena itu, metode apapun yang digunakan pendidik dalam menyampaikan ilmu al-Quran, terlebih dalam mengajarkan tahfizh quran, harus mengacu pada tata cara atau adab membaca al-Quran. Namun demikian, adab membaca al-Quran bagi anak usia Sekolah Dasar (SD) harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Guru dan orang tua 169

dapat bekerjasama dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi murid dalam kegiatan belajar maupun hafalan al-Quran.43 4. Metode Muraja‟ah Dalam buku “Educational Psychology” John Santrock menjelaskan pengulangan (rehearsal) adalah repetensi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang singkat. Saat mereka harus mempertahankan informasi untuk jangka waktu yang panjang, seperti saat murid belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi, maka lebih dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan tidak bisa bekerja baik untuk mempertahankan informasi dalam jangka panjang adalah karena pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang informasi tanpa memberikan makna informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi memori mereka dengan cara yang bermakna,mereka akan bisa mengingat dengan lebih baik.44 Dalam buku Abdurrazaq al-Ghautsani yang berjudul “Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim” bahwa mengulang hafalan tidak kalah penting dari menghafalnya. Sebagaimana kita menekankan betapa pentingnya menghafal, maka kita pun harus memberikan bagian yang sama, bakan lebih, untuk mengulangnya. Bahkan, menurutnya, tahap muraja‟ah itu juh lebih penting dari pada fase penghafalan. Sebab, penghafalan lebih mudah dan ringan bagi jiwa. Manusia mampu menghafal dan mudah tergerak untuk melakukannya dengan sedikit motivasi, sementara mengulang hafalan itu amat terasa berat bagi jiwa. Semoga Allah SWT merahmati seseorang yang berkata:

“Katakanlah ilmu dengan mengulang pelajaran sebab kekalnya ilmu terletak pada pengulangan pelajarannya.”

43Hasil wawancara dengan Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang adab menghhafal al-Quran. 44John Santrock, W., Educational Psychology,5th ed., (New York: McGraw- Hill, 2011),h. 342. 170

Imam Ja‟far ash-Shadiq berkata:

“Hati bagaikan tanah, ilmu bagaikan tanamannya, dan mudzakarah (belajar) adalah airnya. Apabila aliran air untuk menyirami tanah terhenti, maka tanaman akan segera kering.45

Yang dimaksud muraja‟ah disini adalah mengecek hafalan murid secara menyeluruh baik itu perorangan ataupun klasikal sebelum menyetor kepada guru tahfizh murid diwajibkan mengulang- ulang bacaan ayat-ayat yang dihafalnya minimal tiga kali mengulang. Selain di kelas, di rumah pun murid diwajibkan untuk muraja‟ah hafalannya, tugas ini ditulis dalam buku komunikasi harian murid. Metode muraja‟ah dilakukan pada seluruh kelas (kelas I, II, III, IV, V, dan VI). Dan metode ini dilakukan juga oleh Rasulullah SAW di depan malaikat Jibril AS setiap tahun, yaitu pada bulan Ramadhan. Dan ini juga menjadi tradisi yang turun-temurun di kalangan sahabat. Dalam hal ini muraja‟ah yang dilakukan murid adalah mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada ustadz yang fungsinya adalah untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak lupa. Mengulang kembali hafalan sebelumnya agar lebih lancar dan hafalan semakin baik. Pengulangan hafalan bisa dilakukan dalam bentuk sorogan maupun setoran kepada guru yang telah dipercaya.46

Menurut Habibillah Muhammad asy-Syinqithi47 ada beberapa prinsip muraja‟ah, yaitu: jangan mengeluh karena sering muraja‟ah, jumlah muraja‟ah dibatasi oleh jumlah hafalan, macam-macam muraja‟ah, beberapa cara muraja‟ah, dan faktor-faktor yang mendukung muraja‟ah.

Murid SD Azhari Islamic School (AIS) menghafal al-Quran sangat cepat dalam hafalannya. Karena muraja‟ah yang intensif akan membuat penghafalnya memiliki keterkaitan yang

45Imam al-Khathib al-Baghdadi, al-Jami‟li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami,(II/334) dalam kitab Abdurrazaq al-Ghautsani, Kaifa Tahfazhul Quran al- Karim, (Damaskus: Maktabah Daar al-Ghautsani, 2003), h. 187. 46Hasil wawancara dengan Ust. Zainal selaku guru tahfizh kelas VI di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 22 November 2018, tentang metode muraja‟ah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 47Muhammad Habibillah Muhammad asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Qur‟an), h. 81-83. 171

berkelanjutan dengan al-Quran dan merupakan nikmat yang besar. Karena hafalan, murid akan mendapat banyak tambahan hasanah dan pahala yang besar, serta meraih keberkahan al- Quran yang hanya diketahui Allah SWT. Bisa jadi hikmah begitu cepatnya hafalan al-Quran terlepas adalah karena Allah SWT menginginkan kita untuk membaca al-Quran terus-menerus dan tidak menjauhinya. Seringnya muraja‟ah berarti sering membaca al-Quran. Dalam muraja‟ah tidak cukup dengan membaca satu atau dua ayat dalam sehari. Hal ini tidak akan membantumurid dalam menguatkan hafalannya, bila murid hafal minimal satual- Quran, yang harus dilakukan adalah mengkhatamkan seluruh surah tersebut dalam waktu seminggu.48

Pelajaran hafalan baru, lembaran-lembaran al-Quran yang baru dihafalkan perlu diulangi lebih sering daripada lembaran- lembaran lama, dengan asumsi murid sudah sering mengulangi hafalan lembaran-lembaran lama, sampai mengakar kuat dalam otak. Karena itu, lembaran yang baru dihafalkan hari ini, mengulangi dengan baik dan bacakanlagi kepada orang lain, dengan terus menambah pelajaran hafalan esok hari, lantas muridmelakukan di hari berikutnya. Dan pelajaran hafalan lama, murid harus mengulanginya sekali seminggu. Beberapa cara dalam muraja‟ah diantanya yaitu: murid membacakan hafalan kepada orang tua di rumah dan teman kelasnya; ketika shalat berjama‟ah di kelas (bagi murid kelas I, II, dan III) yang menjadi imam adalah murid laki-laki secara bergantian dan imam membaca surah hafalan dalam shalat; dan murid membaca untuk didengar sendiri dengan perlahan; membaca mushaf sambil melihat.49

SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus setiap satu semester mengadakan Tahfizh Competition untuk seluruh kelas yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI dengan tujuan agar setiap murid dapat muraja‟ah hafalannya untuk beberapa surah yang telah ditetapkan oleh sekolah dan setiap kelas dengan surah yang berbeda disesuaikan dengan program tahfizh persemester atau

48Hasil wawancara dengan Mrs. Khosi selaku guru tahfizh kelas I-B di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 14 Desember 2018, tentang muraja‟ah menguatkan hafalan. 49Hasil wawancara dengan Mrs. Helma selaku wali kelas III-A dan Mrs. Yeti selaku guru Bahasa Inggris kelas I, II, dan III di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 23 November 2018, tentang beberapa cara muraja‟ah. 172

tahunan. Program ini berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yaitu murid termotivasi untuk mengulang/muraja‟ah hafalannya selama satu semester. Dan kami sebagai orang tua sangat mendukung dengan Tahfizh Competition yang diadakan oleh sekolah dengan secara tidak langsung anak-anak kami mengikuti Tahfizh Competition ini dengan senang dan semangat dan alhamdulillah kegiatan ini salah satu cara untuk menjaga hafalan anak-anak kami.50 5. Metode Sorogan Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus dalam menjalankan program menghafal al-Quran salah satunya menggunakan metode sorogan yang diterapkan oleh guru dalam membantu murid untuk menghafal dan meningkatkan kualitas pembelajaran tahfidzul quran. Dan metode sorogan dilaksanakan pada kelas atas yaitu kelas IV, V, dan VI dengan metode ini murid lebih mudah dalam menghafal dan gurupun membantu serta mengoreksi bacaan ayat-ayat al-Quran. Keutamaan dari metode sorogan disini antara lain adalah bisa mengetahui perkembangan hafalan para murid dari hari ke hari sesuai target yang diberikan, menambah semangat para murid dalam menghafal al-Quran karena strategi sorogan ini mudah dan bisa diterapkan ke semua kelas IV, V, dan VI. Di SD Azhari Islamic School (AIS), para murid bersemangat dalam menghafal al-Quran karena seluruh guru sangat mendukung dan membimbing mereka dengan baik. Guru selalu menumbuhkan semangat para murid dalam menghafal dan megembangkan potensi mereka sesuai dengan kondisi dan dikelompokkan supaya lebih mudah dalam mengatur para murid.

C. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Kemampuan Hafalanal- Quran Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Aktivitas hafalan al-Quran bagi anak usia Sekolah Dasar (SD) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sugianto mencatat beberapa faktor yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal al-Quran di antaranya adalah faktor latihan, motivasi, pribadi, keadaan keluarga, guru dan cara mengajukan, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan faktor motivasi sosial.51

50Hasil wawancara dengan Ibu. Nina selaku wali murid kelas VI-A di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang Tahfizh Competition. 51Sugianto, I.A,Kiat Praktis Menghafal al-Quran,(Bandung: Mujahid Press, 2006), h. 122. 173

Berdasarkan pandangan tersebut serta hasil observasi yang dilakukan penulis pada SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, maka penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan menghafal al-Quran bagi anak usia Sekolah Dasar (SD), yaitu: 1. Bimbingan Guru Guru berkewajiban membimbing para murid di sekolah. Bimbingan yang berkesinambungan, penuh cinta dan kasih sayang serta penuh kesabaran, akan ikut berperan dalam meningkatkan kemampuan hafalan al-Quran murid. 2. Metode Hafalan Cara-cara yang menyenangkan dalam kegiatan menghafal akan menarik perhatian dan minat murid untuk terus mengikuti kegiatan dengan perasaan senang. 3. Kehadiran di Sekolah Kehadiran murid di sekolah akan sangat berpengaruh terhadap hafalan al-Quran. Murid yang rajin sekolah tentu akan berbeda dengan murid yang sering membolos. Di sekolah ada kegiatan apresiasi sebelum masuk pada pelajaran inti dan materi-materi yang diberikan pada hari yang lalu akan diulang-ulang pada hari ini untuk melatih dan memperkuat hafalan murid sehingga guru dapat menentukan apakah hafalan al-Quran murid dapat dilakukan penambahan atau tidak. 4. Pendampingan orang tua Pendampingan orang tua terhadap murid dalam menghafal al- Quran di rumah akan sangat menentukan kemampuan murid dalam menghafal. Semakin hafalannya diulang-ulang, maka semakin melekat hafalan tersebut. Akan tetapi orang tua perlu dibekali pengetahuan tentang perkembangan murid agar pendampingan yang dilakukan di rumah sesuai dengan porsi menghafal anak usia Sekolah Dasar (SD) dan murid tetap diberi waktu yang cukup untuk aktivitas bermain dan Komite Sekolah SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus membuat program kajian Islam setiap seminggu sekali pada hari jumat yang diadakan di aula sekolah yang mana anggotanya adalah orang tua murid dan mendatangkan narasumber dari luar sekolah dengan materi yang berkaitan dengan bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam. Sebagian besar narasumber yaitu pakar dalam psikologi pendidikan. 5. Motivasi Anak perlu diberi motivasi dalam hafalan al-Quran. Karena setiap harinya murid dikondisikan dengan aktivitas menghafal, bukan hal yang tidak mungkin jika muridmerasa jenuh dengan aktivitas tersebut, maka dari itu guru maupun orang tua harus bisa memberikan

174

motivasi dan dorongan yang dapat membangkitkan semangat untuk terus hafalan al-Quran. 6. Lingkungan Lingkungan meupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat anak terhadap tahfizhal-Quran. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tahfizhal-Quran harus dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dengan suasana yang dapat membangkitkan keinginan anak untuk tetap menghafal al-Quran dalam situasi apapun. 7. Teman Sebaya Murid juga dipengaruhi oleh hubungan sosialnya. Jika ia berada di lingkungan teman-teman sebayanya yang juga gemar menghafal al- Quran, maka murid juga akan gemar menghafal al-Quran.

D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal al-Quran Sama halnya dengan menghafal materi pelajaran, menghafal al- Quran juga ditemukan banyak hambatan dan kendala. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghafal al-Quran pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor-faktor pendukung dalam menghafal al-Quran dan faktor-faktor penghambat dalam menghafal al- Quran. Menghafal sangat terkait dengan daya ingat (potensi ingatan) manusia. Daya ingat yang dimiliki manusia satu dengan manusia yang lain sangat bervariasi. Setiap manusia, memiliki kelemahan berkaitan dalam hal hafalan, yaitu berkaitan dengan aspek lupa. Ingatan sangat terkait dengan apa yang dipelajari manusia, informasi yang didapat serta pengalaman yang memungkinkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 1. Faktor-faktor Pendukung Menghafal al-Quran

Faktor-faktor pendukung dalam menghafal al-Quran yaitu: persiapan yang matang pada dari murid;faktor usia murid; motivasi dan stimulus dari guru dan orang tua; intelegensi murid; menejemen waktu dalam menghafal, murid yang menghafal al- Quran harus dapat memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan sebaik-baiknya; tempat menghafal murid; panjang dan pendek suatu ayat/surah sangat berpengaruh terhadap kecepatan menghafal al-Quran, surah atau ayat yang panjang lebih sulit untuk dihafalkan daripada surah/ayat yang pendek; dan fakor lingkungan, antara lain: pertama, kondisi sekolah yang kondusif yang mampu menunjang pelaksanaan menghafal para murid yang belajar di sekolah SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus rata-rata sudah cukup menyenangkan dan mendukung pelaksanaan aktivitas menghafal. Hal ini karena posisi letaknya 175

cukup jauh dari keramaian. Kedua, kondisi tempat menghafal, yaitu tempat berlangsungnya kegiatan menghafal bagi murid karena yang menjadi objek materi adalah penghafalan al-Quran, maka tempat yang digunakan haruslah suci sesuai dengan kondisi al-Quran yang suci. Tentang masalah tempat untuk menghafal murid cenderung memilih kelas yang dikondisikan suci. Dan terkadang guru mengajak murid ke lapangan dan/atau aula untuk pembelajaran menghafal al-Quran karena melihat kondisi dan waktu menghafal. Yang dimaksudkan disini adalah faktor-faktor yang keberadaannya turut membantu dalam meningkatkan hasil menghafal baik dalam segi kualitatif maupun kuantitatif.52

Persiapan yang matang merupakan syarat penting bagi murid penghafal al-Quran. Faktor persiapan sangat berkaitan dengan minat seseorang dalam menghafal al-Quran. Minat yang tinggi sebagai usaha menghafal al-Quran adalah modal awal seseorang mempersiapkan diri secara matang.Persiapan personal ditunjang dengan minat yang tinggi secara tidak langsung akan mewujudkan konsentrasi, sehingga dapat memperlancar proses menghafal al-Quran secara cepat. Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) merupakan lembaga pendidikan yang berusia (6 sampai 12 tahun). Karena materi yang diberikan salah satunya adalah menghafal, maka usia murid sangat berpengaruh, sebab pada usia anak-anak tersebut daya ingat masih tinggi dan belum terlalu dipengaruhi dengan pengalaman-pengalaman dari lingkungannya, dengan pertimbangan hal tersebut diharapkan kemampuan menghafal bisa lancar dan terus berkembang.Selain minat, motivasi dan stimulus juga harus diperharikan bagi seseorang yang menghafal al-Quran. Menghafal al-Quran dituntut kesungguhan khusus, pekerjaan yang berkesinambungan dan kemauan keras tanpa mengenal bosan dan putus asa. Karena itulah motivasi yang tinggi untuk menghafal al-Quran harus selalu dipupuk.53

52Hasil wawancara dengan para guru tahfizh kelas III, IV, V, dan VI di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 2 November 2018, tentang faktor-faktor pendukung hafalan al-Quran. 53Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang faktor-faktor pendukung hafalan al-Quran. 176

Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White, yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.54

Pada intinya aktifitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk mampu menangkap dan menyimpan stimulus dengan kuat sehingga kecerdasan otak mempunyai peran yang besar untuk cepat lambatnya menghantarkan seorang murid menjadi hafizh. Karena kecerdasan otak mempunyai peran yang besar maka untuk mengetahui kapasitas kecerdasan murid, SD Azhari Islamic School (AIS) dalam penerimaan murid baru selalu mengadakan seleksi atau tes kecerdasan bagi calon murid. Hal ini sebagaimana tercantum dalam persyaratan untuk menjadi muridSD Azhari Islamic School (AIS).55

John Santrok memaparkan dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa beberapa pakar mendeskripsikan intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving).56

Tes psikologi dapat dipakai dengan baik atau buruk, SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus setiap tahun megadakan tes IQ tetapi murid tidak diwajibkan namun bagi orang tua yang ingin anaknya untuk dites IQ-nya. Untuk mengetahui tinggi rendahnya IQ, namun para guru tidak terpengaruh dengan hasil tes IQ, karena tes IQ bukan penggunaan potensi tetap. Perubahan kedewasaan dan pengalaman yang semakin banyak dapat menaikkan kecerdasan murid, IQ tinggi bukanlah puncak nilai kemanusiaan dan penting bagi kami seorang guru untuk tidak hanya mempertimbangkan kompetensi intelektual murid karena setiap individu mempunyai kelebihan dan kekurangan dan alhamdulillah dengan adanya program menghafal al-Quran di

54R. W. White, Motivation reconsidered: The Concept of Confidence. (Psychological Review,1959), h. 297-333. 55Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang rekrutmen murid baru SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 56John W. Santrock, Educational Psychology,5th ed., (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 213. 177

SD Azhari Islamic School (AIS) sangat membantu kami (para guru) dalam meningkatkan prestasi belajar murid, Karena dalam proses menghafal murid dengan sendirinya terlatih dan terbiasa untuk fokus dan konsentrasi ketika proses menghafal.57

Menurut penulis, faktor intelegensi dan potensi ingatan lebih menyangkut faktor psikologis. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan daya ingat yang tinggi akan lebih cepat menghafal al-Quran daripada seseroang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Namun demikian, bukan berarti berarti kecerdasan satu-satunya faktor menentukan kemampuan seseorang menghafal al-Quran. Realitas menunjukkan, bahwa banyak orang yang memiliki kecerdasan cukup tinggi tidak dapat menghafal al-Quran, sedangkan banyak orang yang memiliki kecerdasan rata-rata berhasil menghafalal-Quran dengan baik karena motivasi yang tinggi dan bersungguh-sungguh.

Tujuan pendidikan harus didukung dan ditopang oleh semua komponen yang lainnya, karena tujuan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu proses, hal ini karena tujuan itu akan mampu mengarahkan semua aktifitas dalam proses dan bentik aktifitas yang perlu dilakukan sehingga pencapaian tujuan adalah buah dari aktifitas. Sedangkan tujuan utama SD Azhari Islamic School (AIS), disamping menciptakan pendidikan di sekolah yang bersifat formal juga akan mencetak seorang hafidzh quran yang berpengetahuan luas. Karena pentingnya tujuan menghafal al-Quran tersebut maka hendaknya penanaman kecintaan terhadap al-Quran dilakukan sejak dini.Dengan penanaman al-Quran sejak dini maka diharapkan akan mendapatkan nilai keimanan dari al-Quran sampai anak tersebut menjadi dewasa. Dengan adanya tujuan yang harus dicapai maka materi, metode, dan sarana harus dapat mendukung dan mengantarkan tujuan tersebut sesuai dengan harapan.58

57Hasil wawancara dengan Mrs. Helma selaku wali kelas III-A di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 2 November 2018, tentang intelegensi dan tes IQ di sekolah. 58Hasil wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 9 November 2018, tentang tujuan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. 178

Faktor tujuan dan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu baik berupa benda maupun aktifitas, minat ini sering disebut dengan gairah atau keinginan dan yang dimaksud dalam disertasi ini adalah minat murid SD Azhari Islamic School(AIS) untuk selalu rajin menghafal al-Quran. Dalam aktifitas menghafal ataupun dalam aktifitas proses belajar mengajar pada umumnya faktor minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil yang akan dicapai sebab kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian murid dalam belajar, karena minat itu sifatnya kejiwaan maka posisi guru diharapkan dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan minat murid agar murid atau murid mau melaksankan suatu aktifitas yang diharapkan. minat murid SD Azhari Islamic School (AIS) dalam menghafal al-Quran secara umum adalah sama dengan balajar pada umumnya. 2. Faktor-faktor Penghambat Menghafal al-Quran Faktor ini datangnya bisa dalam diri murid ataupun dari luar murid. Adapun faktor-faktor yang dirasakan sering mengganjal murid dalam menghafal yaitu: munculnya sifat malas pada diri murid; jarak sekolah dan rumah yang jauh; waktu yang terbatas; ayat-ayat yang panjang; keinginan bermain yang berlebihan; dan kebosanan murid dalam menghafal. Hasil wawancara dengan para guru dan observasi di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. a. Munculnya sifat malas pada murid kadang berasal dari dirinya disinilah peran orang tua agar selalu mengontrol anaknya ketika di rumah memeriksa tugas-tugas terutama tugas hafalan dari sekolah dengan kompetensi orantua, anak dapat terbantu untuk lebih semangat lagi karena motivasi orang tua dapat mengatasi salah satu faktor penghambat hafalan. Bila di sekolah guru berkewajiban memberikan motivasi dan stimulus terhadap setiap kali memulai pembelajaran baik materi umum, agama, maupun tahfizh. b. Penyetoran menghafal dengan waktu yang terbatas dengan jam pelajaran sehingga murid yang kurang aktif akan menunggu teman- teman menghafal sehingga waktu jam tahfizh selesai, solusinya guru tahfizh memanggil murid dengan urutan abjad absen dan memberikan waktu untuk setoran hafalan jika waktu tidak cukup maka guru tahfizh menerima setoran hafalan al-Quran diluar jam pelajaran. c. Jarak antara sekolah dan rumah murid yang jauh adalah salah satu faktor penghambat menghafal al-Quran. Untuk mengatasi masalah ini pihak sekolah mengadakan pemberian CD/kaset murattal pada murid untuk panduan menghafal diluar sekolah, 90% murid SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus pergi ke sekolah dengan menggunakan transportasi mobil pribadi. Perjalanan jauh murid 179

dapat menghafal dengan CD/kaset murattal tersebut dalam mobilnya. d. Murid merasa malas jika menghafal ayat-ayat panjang, peran orang tua sangat membantu anaknya dengan cara memberikan motivasi dan orang tua mendampingi anaknya. Ayat-ayat panjang tersebut dapat dibagi menjadi beberapa hafalan setoran kepada orang tuanya (misalnya, dalam satu ayat panjang murid setoran kepada orang tua sebanyak tiga kali) sehingga murid tidak merasa berat dan tidak merasa malas untuk menghadapi ayat-ayat yang panjang. e. Bermain/game adalah salah satu penghambat menghafal al-Quran di masa kini karena menghafal al-Quran memerlukan pengulangan/muraja‟ah di rumah maka orang tua berperan dalam hal ini. Pengaturan waktu di rumah dan pendampingan orang tua pada usia anak Sekolah Dasar (SD) dan meluangkan waktu untuk anak adalah salah satu cara mengatasi faktor penghambat hafalan al- Quran. f. Murid terkadang merasa bosan dalam menghafal al-Quran, pendampingan orang tua adalah salah satu cara mengatasi masalah ini yaitu dengan cara memberikan waktu dan mendampingi ketika anak menghafal dan orang tua untuk memberikan waktu istirahat/bermain ketika anak jenuh/sedang bosan untuk belajar. Dan menciptakan belajar/menghafal al-Quran dengan situasi yang menyenangkan, santai, relax, dan tidak ada perasaan terpaksa. Dengan pendampingan anak merasa tidak sendiri dan pendampingan orang tua sangat diperlukan.

E. Strategi Setoran dalam Pembelajaran Tahfizhul Qurandi SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta

Di sekolah kami, SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus salah satu menggungakan strategi dalam pembelajaran tahfidzhul quran, setoran ini adalah aktivitas menghafal al-Quran yaitu memperdengarkan hafalan-hafalan kepada guru. Kegiatan setoran ini wajib dilakukan oleh semua murid (kelas I, II, III, IV, V, dan VI). Hafalan murid disimak oleh guru sehingga dengan setor hafalan murid akan terus bertambah disamping itu bacaan dan hafalan murid juga dapat terpelihara kebenarannya. Setoran yang dilakukan oleh murid secara individu sebanyak ayat yang telah ditentukan oleh program semester/program tahunan dari sekolah. Setiap hari murid pada jam tahfizh diwajibkan menyetor tugas hafalannya dan setiap seminggu sekali seluruh kelas yaitu kelas I sampai kelas VI mengadakan ulangan harian ujian tahfizh yaitu setiap murid setoran hafalan dengan target

180

beberapa ayat dalam satu surah dan untuk menentukan berapa ayat guru mempertimbangkan pendek panjangnya suatu ayat.59

Kegiatan para murid untuk menghafal dan setoran hafalan kepada guru tahfizh yaitu pukul 07.00-09.00 WIB pagi dikarenakan waktu di pagi hari sangat efektif dan bagus untuk meghafal al-Quran karena badan dan pikiran murid yang masih sangat fresh. Menurut Badwilan, umur yang tepat untuk menghafal yang benar-benar telah disepakati, yaitu dari usia 5 hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya, manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini merupakan tahun-tahun menghafal cepat. Menghafal pada usia ini sangat cepat, dan kelupaan masih lambat. Dalam meyetorkan hafalan baru, biasanya murid menyetorkan hafalan sebanyak lima ayat atau lebih tergantung pada kemampuan murid dan target yang ditetapkan oleh program hafalan quran yang dilaksanakan sebelum dan setelah pelajaran al-Quran memiliki banyak fadhillah yang tidak terhingga sehingga al-Quran bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum murid menghadap guru untuk menyetor hafalannya yaitu: 1. Murid diwajibkan berwudhu terlebih dahulu dan berusaha untuk menjaga air wudhunya. 2. Murid memperhatikan ayat-ayat yang akan disetor sebelum menghadap guru mereka membaca berulang-ulang di dalam kelas dengan suara perlahan sambil menghafal sendiri-sendiri. Di sini murid terlatih dan terbiasa bahwa sebelum menyetor hafalannya mereka menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, murid terlatih untuk fokus dan konsentrasi dalam mempersiapkan diri sebelum setoran hafalannya kepada guru. Penulis berpendapat disinilah letak kenapa mereka itu mempunyai prestasi belajar yang tinggi. 3. Menghafalkan dengan keadaan tenang dan tartil. 4. Mampu membaca dengan baik sebelum murid mulai menghafal al- Quran dari segi tajwid maupun makhorijul huruf. 5. Diketahui orang tua atau wali murid. Walaupun hal ini tidak merupakan keharusan secara mutlak, namun harus ada kejelasan, karena hal demikian akan menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara murid dan orang tua, dan antara wali murid dan orang tua.

59Hasil wawancara dengan para guru tahfizh kelas III, IV, V, dan VI di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, pada tanggal 2 November 2018, tentang strategi setoran di sekolah. 181

F. Hasil Kemampuan dan Ketuntasan Menghafal al-Quran Murid SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak BulusJakarta Berikut akan dijabarkan persentase data tentang kemampuan dan ketuntasan dalam mencapai target program menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Adapun persentase hafalan dari setiap tes adalah sebagai berikut. 1. Murid kelas III semester I diharuskan menghafal al-Quran dengan tartilmulai dari surah al-Hadiid sampai surah Muhammad serta materi menghafal kelas I dan II dengan standar kompetensi antara lain: a. Menghafal al-Quran mulai dari surah al-Hadiid sampai surah Muhammad sertamateri menghafal kelas I dan II. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surah al-Hadiid sampai surah Muhammad serta materi menghafal kelas I dan II. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah al-Hadiid sampai surah Muhammad serta materi menghafal kelas I dan II.

Tabel 4.1.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surahal- Murid hafal Murid dapat: Surah: Hadiid sampai surah: Hafal surahal- al-Hadiid, surah al-Hadiid, Hadiid sampai al-Waaqi‟ah, Muhammad al-Waaqi‟ah, surah Muhammad ar-Rahmaan, serta materi ar-Rahmaan, serta materi al-Qamar, menghafal kelas al-Qamar, menghafal kelas I an-Najm, I dan II. an-Najm, dan II, ath-Thuur, ath-Thuur, demonstarsi hafalan az-Zaariyat, az-Zaariyat, surah al-Hadiid Qaaf, Qaaf, sampai surah al-Hujuraat, al-Hujuraat, Muhammad serta al-Fath, al-Fath, materi menghafal Muhammad, Muhammad, kelas I dan II. serta materi serta materi menghafal kelas I menghafal dan II kelas I dan II.

Tabel 4.2.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah al-Hadiid No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 85% 2. Tidak Tuntas 4 15% Jumlah 26 100%

182

Tabel 4.2 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Hadiid. Dari 26 orang murid, 85% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Hadiid, sementara 15% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Hadiid. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 85% murid dapat menuntaskan menghafal surah al- Hadiid.

Tabel 4.3. Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I Dalam Menghafal Surah Al-Waaqi‟ah No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 23 88% 2. Tidak Tuntas 3 12% Jumlah 26 100%

Tabel 4.3 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Waaqi‟ah. Dari 26 orang murid, 88% atau 23 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Waaqi‟ah, sementara 12% atau 3 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Waaqi‟ah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah al- Waaqi‟ah.

Tabel 4.4.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah ar-Rahmaan No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 24 92% 2. Tidak Tuntas 2 8% Jumlah 26 100%

Tabel 4.4 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal dan tuntas surah ar-Rahmaan. Dari 26 orang murid, 92% atau 24 murid dapat menghafal dan tuntas surah ar-Rahmaan sementara 8% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah ar-Rahmaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 92% murid dapat menuntaskan surah ar- Rahmaan.

Tabel 4.5.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah al-Qamar No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 25 96% 2. Tidak Tuntas 1 4% Jumlah 26 100%

183

Tabel 4.5 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Qamar. Dari 26 orang murid, 96% atau 25 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Qamar, sementara 4% atau 1 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Qamar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah al-Qamar.

Tabel 4.6.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah an-Najm No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 24 92% 2. Tidak Tuntas 2 8% Jumlah 26 100%

Tabel 4.6 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah an-Najm. Dari 26 orang murid, 92% atau 24 murid dapat menghafal dan tuntas surah an-Najm, sementara 8% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah an-Najm. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 92% murid dapat menuntaskan surah an-Najm.

Tabel 4.7.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah ath-Thuur No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 85% 2. Tidak Tuntas 4 15% Jumlah 26 100%

Tabel 4.7 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah ath-Thuur. Dari 26 orang murid, 85% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah ath-Thuur, sementara 15% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah ath-Thuur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 85% murid dapat menuntaskan surah ath-Thuur.

Tabel 4.8.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah az-Zaariyat No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 23 88% 2. Tidak Tuntas 3 2% Jumlah 26 100%

Tabel 4.8 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah az-Zaariyat. Dari 26 orang murid, 88% atau 23 murid dapat menghafal dan tuntas surah az-Zaariyat, sementara 2% atau 3 184

muridyang tidak dapat menuntaskan surah az-Zaariyat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah az-Zaariyat.

Tabel 4.9.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah Qaaf No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 85% 2. Tidak Tuntas 4 15% Jumlah 26 100%

Tabel 4.9 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Qaaf. Dari 26 orang murid, 85% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah Qaaf, sementara 15% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Qaaf. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 85% murid dapat menuntaskan surah Qaaf.

Tabel 4.10.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah al-Hujuraat No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 85% 2. Tidak Tuntas 4 15% Jumlah 26 100%

Tabel 4.10 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Hujuraat. Dari 26 orang murid, 85% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntassurah al-Hujuraat, sementara 15%atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Hujuraat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 85% murid dapat menuntaskan surah al-Hujuraat.

Tabel 4.11.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah al-Fath No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 25 96% 2. Tidak Tuntas 1 4% Jumlah 26 100%

Tabel 4.11 di atas menjelaskan kemampuan murid menghafal surah al-Fath. Dari 26 orang murid, 96% atau 25 murid dapat menghafal surah al-Fath, sementara 4% atau 1 murid yang tidak dapat menghafal surah al- Fath. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah al-Fath.

185

Tabel 4.12.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester I dalam Menghafal Surah Muhammad No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 23 88% 2. Tidak Tuntas 3 12% Jumlah 26 100%

Tabel 4.12 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Muhammad. Dari 26 orang murid, 88% atau 23 murid dapat menghafal dan tuntas surah Muhammad, sementara 12% atau 3 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Muhammad. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah Muhammad. 2. Murid kelas III semester II diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surahal-Hadiid sampai surah asy-Syura serta materi menghafal kelas I dan II dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah al-Hadiid sampai surah asy-Syura serta materi menghafal kelas I dan II. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surahal-Hadiid sampai surah asy-Syura ditambah materi menghafal kelas I dan II. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah al-Hadiid sampai surah asy-Syura serta materi menghafal kelas I dan II.

Tabel 4.13.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surahal- Murid hafal Murid dapat: Surah: Hadiid sampai surah: Hafal surahal- Materi pada surah sy-Syura Materi pada Hadiid sampai asy- semester I, serta materi semester I, Syura serta materi al-Ahqaaf, menghafal al-Ahqaaf, menghafal kelas I al-Jaatsiyah, kelas I dan II. al-Jaatsiyah, dan II, ad-Dukhaan, ad-Dukhaan, demonstrasi hafalan az-Zukhruf, az-Zukhruf, surahal-Hadiid asy-Syura, asy-Syura, sampai surah asy- serta materi serta materi Syura serta materi menghafal kelas I menghafal kelas menghafal kelas I dan II. I dan II. dan II.

186

Tabel 4.14.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester II dalam Menghafal Surah al-Ahqaaf No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 85% 2. Tidak Tuntas 4 15% Jumlah 26 100%

Tabel 4.14 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Ahqaaf. Dari 26 orang murid, 85% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Ahqaaf, sementara 15% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Ahqaaf. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 85% murid dapat menuntaskan surah al-Ahqaaf.

Tabel 4.15.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester II dalam Menghafal Surah al-Jaatsiyah No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 24 92% 2. Tidak Tuntas 2 8% Jumlah 26 100%

Tabel 4.15 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Jaatsiyah. Dari 26 orang murid, 92% atau 24 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Jaatsiyah, sementara 8% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Jaatsiyah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 92% murid dapat menuntaskan surah al-Jaatsiyah.

Tabel 4.16.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester II dalam Menghafal Surah ad-Dukhaan No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 24 98% 2. Tidak Tuntas 2 2% Jumlah 26 100%

Tabel 4.16 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah ad-Dukhaan. Dari 26 orang murid, 98% atau 24 murid dapat menghafal dan tuntas surah ad-Dukhaan, sementara 2% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah ad-Dukhaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 98% murid dapat menuntaskan surah ad-Dukhaan.

187

Tabel 4.17.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester II Menghafal Surah az-Zukhruf No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 23 88% 2. Tidak Tuntas 3 12% Jumlah 26 100%

Tabel 4.17 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah az-Zukhruf. Dari 26 orang murid, 88% atau 23 murid dapat menghafal dan tuntas surah az-Zukhruf, sementara 12% atau 3 murid yang tidak dapat menuntaskan surah az-Zukhruf. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah az-Zukhruf.

Tabel 4.18.Kemampuan Murid Kelas 3 Semester II dalam Menghafal Surah asy-Syura No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 25 96% 2. Tidak Tuntas 1 4% Jumlah 26 100%

Tabel 4.18 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah asy-Syura. Dari 26 orang murid, 96% atau 25 murid dapat menghafal dan tuntas surah asy-Syura, sementara 4% atau 1 murid yang tidak dapat menuntaskan surah asy-Syura. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah asy-Syura. 3. Murid kelas IV semester I diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surah Fushilat sampai surah Faathir serta materi menghafal kelas I, II, dan III dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah Fushilat sampai surah Faathir serta materi menghafal kelas I, II, dan III. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surah Fushilat sampai surah Faathir serta materi menghafal kelas I, II, dan III. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah Fushilat sampai surah Faathir serta materi menghafal kelas I, II, dan III.

188

Tabel 4.19.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surah Murid hafal Murid dapat : Surah: Fushilat sampai surah: Hafal surah Fushilat Fushilat, surah Faathir Fushilat, sampai surah Ghaafir, serta materi Ghaafir, Faathir serta materi az-Zumar, menghafal kelas az-Zumar, menghafal kelas I, Shaad, I, II, dan III. Shaad, II, dan III dengan ash-Shaaffaat, ash-Shaaffaat, baik, Yaasiin, Yaasiin, demonstrasi Faathir, Faathir, hafalan surah serta materi serta materi Fushilat sampai menghafal kelas I, menghafal surat Faathir serta II, dan III. kelas I, II, dan materi menghafal III. kelas I, II, dan III.

Tabel 4.20. Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah Fushilat No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 41 84% 2. Tidak Tuntas 8 16% Jumlah 49 100%

Tabel 4.20 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Fushilat. Dari 49 orang murid, 84% atau 41 murid dapat menghafal dan tuntas surah Fushilat, sementara 16% atau 8 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Fushilat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84% murid dapat menuntaskan surah Fushilat.

Tabel 4.21.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah Ghaafir No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 39 80% 2. Tidak Tuntas 10 20% Jumlah 49 100%

Tabel 4.21 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Ghaafir. Dari 49 orang murid, 80% atau 39 murid dapat menghafal dan tuntas surah Ghaafir, sementara 20% atau 10 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Ghaafir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 80% murid dapat menuntaskan surah Ghaafir.

189

Tabel 4.22.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah az-Zumar No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 39 80% 2. Tidak Tuntas 10 20% Jumlah 49 100%

Tabel 4.22 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah az-Zumar. Dari 49 orang murid, 80% atau 39 murid dapat menghafal dan tuntas surah az-Zumar, sementara 20% atau 10 murid yang tidak dapat menuntaskan surah az-Zumar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 80% murid dapat menuntaskan surah az-Zumar.

Tabel 4.23.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah Shaad No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 41 84% 2. Tidak Tuntas 8 16% Jumlah 49 100%

Tabel 4.23 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Shaad. Dari 49 orang murid, 84% atau 41 murid dapat menghafal dan tuntas surah Shaad, sementara 16% atau 8 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Shaad. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84% murid dapat menuntaskan surah Shaad.

Tabel 4.24.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah ash-Shaaffaat No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 43 88% 2. Tidak Tuntas 6 12% Jumlah 49 100%

Tabel 4.24 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah ash-Shaaffaat. Dari 49 orang murid, 88% atau 43 murid dapat menghafal dan tuntas surah ash-Shaaffaat, sementara 12% atau 6 murid yang tidak dapat menuntaskan surah ash-Shaaffaat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah ash-Shaaffaat.

190

Tabel 4.25.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah Yaasiin No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 49 100% 2. Tidak Tuntas − − Jumlah 49 100%

Tabel 4.25 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Yaasiin. Dari 49 orang murid, 100% atau seluruh murid dapat menghafal dan tuntas surah Yaasiin, sementara tidak ada murid yang tidak dapat menuntaskan surah Yaasiin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh murid dapat menghafal surah Yaasiin.

Tabel 4.26.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester I dalam Menghafal Surah Faathir No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 41 84% 2. Tidak Tuntas 8 16% Jumlah 49 100%

Tabel 4.26 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Faathir. Dari 49 orang murid, 84% atau 41 murid dapat menghafal dan tuntas surah Faathir, sementara 16% atau 8 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Faathir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84% murid dapat menuntaskan surah Faathir. 4. Murid kelas IV semester II diharuskan menghafal al-Quran dengan tartilmulai dari surah Fushilat sampai surahal-Ankabuut serta materi menghafal kelas I, II, dan III dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah Fushilat sampai surahal-Ankabuut serta materi menghafal kelas I, II, dan III. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surah Fushilat sampai surahal- Ankabuut serta materi menghafal kelas I, II, dan III. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah Fushilat sampai surahal-Ankabuut serta materi menghafal kelas I, II, dan III, serta mampu memahami kandungan/isi ayat hafalan.

191

Tabel 4.27.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surah Murid hafal Murid dapat: Surah: Fushilat sampai surah: Hafal surah Fushilat Materi pada surahal- Meteri pada sampai surahal- semester I, Ankabuut serta semester I, Ankabuut serta Saba‟, materi Saba‟, materi menghafal al-Ahzaab, menghafal kelas al-Ahzaab, kelas I, II dan III, as-Sajadah, I, II, dan III. as-Sajadah, demonstrasi hafalan Lukman, Lukman, surat Fushilat ar-Ruum, ar-Ruum, sampai surat Al- al-Ankabuut, serta al-Ankabuut, Ankabuut ditambah materi menghafal serta materi materi menghafal kelas I, II, dan III. menghafal kelas I, II dan III. kelas I, II, dan III.

Tabel 4.28.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah Saba‟ No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 40 82% 2. Tidak Tuntas 9 12% Jumlah 49 100%

Tabel 4.28 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Saba‟. Dari 49 orang murid, 82% atau 40 murid dapat menghafal dan tuntas surah Saba‟, sementara 12% atau 9 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Saba‟. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 82% murid dapat menuntaskan surah Saba‟.

Tabel 4.29.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah al-Ahzaab No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 40 82% 2. Tidak Tuntas 9 12% Jumlah 49 100%

Tabel 4.29 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Ahzaab. Dari 49 orang murid, 82% atau 40 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Ahzaab, sementara 12% atau 9 murid

192

yang tidak dapat menuntaskan surah al-Ahzaab. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 82% murid dapat menuntaskan surah al-Ahzaab.

Tabel 4.30.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah as-Sajadah No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 47 96% 2. Tidak Tuntas 2 14% Jumlah 49 100%

Tabel 4.30 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah as-Sajadah. Dari 49 orang murid, 96% atau 47 murid dapat menghafal dan tuntas surah as-Sajadah, sementara 14% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah as-Sajadah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah as-Sajadah.

Tabel 4.31.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah Lukman No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 44 90% 2. Tidak Tuntas 5 10% Jumlah 49 100%

Tabel 4.31 menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Lukman. Dari 49 orang murid, 90% atau 44 murid dapat menghafal dan tuntas surah Lukman, sementara 10% atau 5 murid yang tidak dapat menghafal surah Lukman. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 90% murid dapat menuntaskan surah Lukman.

Tabel 4.32.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah ar-Ruum No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 42 86% 2. Tidak Tuntas 7 14% Jumlah 49 100%

Tabel 4.32 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah ar-Ruum. Dari 49 orang murid, 86% atau 42 murid dapat menghafal dan tuntas surah ar-Ruum, sementara 14% atau 7 murid yang tidak dapat menuntaskan surah ar-Ruum. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 86% murid dapat menuntaskan surah ar-Ruum.

193

Tabel 4.33.Kemampuan Murid Kelas 4 Semester II dalam Menghafal Surah al-Ankabuut No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 47 96% 2. Tidak Tuntas 2 14% Jumlah 49 100%

Tabel 4.33 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Ankabuut. Dari 49 orang murid, 96% atau 47 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Ankabuut, sementara 14% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Ankabuut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah al- Ankabuut. 5. Murid kelas V semester I diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surah al-Qashas sampai surah al-Furqaan serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surahal-Qashas sampai surah al-Furqaan serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surahal-Qashas sampai surahal- Furqaan serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surahal-Qashas sampai surahal-Furqaan serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV.

Tabel 4.34.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surahal- Murid hafal Murid dapat: Surah: Qashas sampai surah: Hafal surah al-Qashas al-Qashas, surahal- al-Qashas, sampai surahal- an-Naml, Furqaan serta an-Naml, Furqaan serta materi asy-Syu‟aara‟, materi asy-Syu‟aara‟, menghafal kelas I, II, al-Furqaan, serta menghafal al-Furqaan, III, dan IV, materi hafalan kelas I, II, III, serta materi demonstrasi hafalan kelas I, II, III, dan dan IV. menghafal surah al-Qashas IV. kelas I, II, III sampai surahal- dan IV. Furqaan serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV.

194

Tabel 4.35.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester I dalam Menghafal Surah al-Qashas No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 50 100% 2. Tidak Tuntas − − Jumlah 50 100%

Tabel 4.35 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Qashas. Dari 50 orang murid, 100% atau seluruh murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Qashas, sementara tidak ada murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Qashas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh murid dapat menuntaskan surah al-Qashas.

Tabel 4.36.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester I dalam Menghafal Surah an-Naml No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 48 96% 2. Tidak Tuntas 2 14% Jumlah 50 100%

Tabel 4.36 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah an-Naml. Dari 50 orang murid, 96% atau 48 murid dapat menuntaskan surah an-Naml, sementara 14% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah an-Naml. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surah an-Naml.

Tabel 4.37.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester I dalam Menghafal Surah asy-Syu‟aara‟ No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 44 88% 2. Tidak Tuntas 6 12% Jumlah 50 100%

Tabel 4.37 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal dan tuntas surah asy-Syu‟aara‟. Dari 50 orang murid, 88% atau 44 murid dapat menuntaskan surah asy-Syu‟aara‟, sementara 12% atau 6 murid yang tidak dapat menuntaskan surah asy-Syu‟aara‟. Dengan

195 demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah asy-Syu‟aara‟.

Tabel 4.38.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester I dalam Menghafal Surah al-Furqaan No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 50 100% 2. Tidak Tuntas − − Jumlah 50 100%

Tabel 4.38 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Furqaan. Dari 50 orang murid, 100% atau seluruh murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Furqaan, sementara tidak ada murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Furqaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh murid dapat menuntaskan surahal-Furqaan. 6. Murid kelas V semester II diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surahal-Qashas sampai surahal-Anbiya‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah al-Qashas sampai surah al-Anbiya‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV. b. Dapat mengulang hafalan mulai darisurah al-Qashas sampai surah al-Anbiya‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah al-Qashas sampai surah al-Anbiya‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, dan IV.

Tabel 4.39.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surah al- Murid hafal Murid dapat : Surah: Qashas sampai surah : Menghafal surah al- Materi pada surah al- Materi pada Qashas sampai semester I, Anbiya‟ serta semester I, surahal-Anbiya‟ serta an-Nuur materi an-Nuur, materi menghafal al-Mukminuun menghafal kelas al- kelas I, II, III, dan IV, al-Hajj I, II, III, dan IV. Mukminuun, demonstrasi hafalan al-Anbiya‟, al-Hajj, surahal-Qashas serta materi al-Anbiya‟, sampai surah al- menghafal kelas serta materi Anbiya‟ serta materi I, II, III, dan IV. menghafal menghafal kelas I, II, kelas I, II, III, III, dan IV. 196

dan IV.

Tabel 4.40.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester II dalam Menghafal Surah an-Nuur No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 45 90% 2. Tidak Tuntas 5 10% Jumlah 50 100%

Tabel 4.40 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah an-Nuur. Dari 50 orang murid, 90% atau 45 murid dapat menghafal dan tuntas surah an-Nuur, sementara 10% atau 5 murid yang tidak dapat menuntaskan surah an-Nuur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 90% murid dapat menuntaskan surah an-Nuur.

Tabel 4.41.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester II dalam Menghafal Surah al-Mukminuun No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 48 96% 2. Tidak Tuntas 2 4% Jumlah 50 100%

Tabel 4.41 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Mukminuun. Dari 50 orang murid, 96% atau 48 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Mukminuun, sementara 4% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Mukminuun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 96% murid dapat menuntaskan surahal- Mukminuun.

Tabel 4.42.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester II dalam Menghafal Surah al-Hajj No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 45 90% 2. Tidak Tuntas 5 10% Jumlah 50 100%

Tabel 4.42 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Hajj. Dari 50 orang murid, 90% atau 45 murid dapat 197 menghafal dan tuntas surah al-Hajj, sementara 10% atau 5 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Hajj. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 90% murid dapat menuntaskan surah al-Hajj.

Tabel 4.43.Kemampuan Murid Kelas 5 Semester II dalam Menghafal Surah al-Anbiya‟ No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 45 90% 2. Tidak Tuntas 5 10% Jumlah 50 100%

Tabel 4.43 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Anbiya‟. Dari 50 orang murid, 90% atau 45 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Anbiya‟, sementara 10% atau 5 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Anbiya‟. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 90% murid dapat menuntaskan surah al-Anbiya‟. 7. Murid kelasVI semesterI diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surah Thaha sampai surahal-Isra‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah Thaha sampai surahal-Isra‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surah Thaha sampai surahal- Isra‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah Thaha sampai surah al-Isra‟ serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. d. Mampu memahami kandungan/isi ayat hafalan.

Tabel 4.44. Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surah Murid hafal Murid dapat : Surah: Thaha sampai surah: Menghafal surah Thaha, surahal-Isra‟ Thaha, Thaha sampai Maryam, serta materi Maryam, surahal-Isra‟ serta Kahfi, menghafal kelas Kahfi, materi menghafal al-Isra‟ I, II, III, dan IV. al-Isra‟, kelas I, II, III, IV serta materi serta materi dan V. menghafal kelas I, menghafal demonstrasi hafalan II, III, IV, dan V. kelas I, II, III, surah Thaha sampai IV, dan V. surah al-Isra‟ serta

198

materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V.

Tabel 4.45.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester I dalam Menghafal Surah Thaha No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 20 80% 2. Tidak Tuntas 5 20% Jumlah 25 100%

Tabel 4.45 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Thaha. Dari 25 orang murid, 80% atau 20 murid dapat menghafal dan tuntas surah Thaha, sementara 20% atau 5 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Thaha. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 80%murid dapat menuntaskan surah Thaha.

Tabel 4.46.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester I dalam Menghafal Surah Maryam No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 21 84% 2. Tidak Tuntas 4 16% Jumlah 25 100%

Tabel 4.46 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Maryam. Dari 25 orang murid, 84% atau 21 murid dapat menghafal dan tuntas surah Maryam, sementara 16% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Maryam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84% murid dapat menuntaskan surah Maryam.

Tabel 4.47.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester I dalam Menghafal Surah Kahfi No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 20 80% 2. Tidak Tuntas 5 20% Jumlah 25 100%

199

Tabel 4.47 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Kahfi. Dari 25 orang murid, 80% atau 20 murid dapat menghafal dan tuntas surah Kahfi, sementara 20% atau 5 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Kahfi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 80%murid dapat menuntaskan surah Kahfi.

Tabel 4.48.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester I dalam Menghafal Surah al-Isra‟ No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 19 76% 2. Tidak Tuntas 6 14% Jumlah 25 100%

Tabel 4.48 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Isra‟. Dari 25 orang murid, 76% atau 19 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Isra‟, sementara 14% atau 6 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Isra‟. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 76%murid dapat menuntaskan surah al-Isra‟. 8. Murid kelas VI semester II diharuskan menghafal al-Quran dengan tartil mulai dari surah Thaha sampai surah Yusuf serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V dengan standar kompetensi antara lain: a. Hafal al-Quran mulai dari surah Thaha sampai surah Yusuf serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. b. Dapat mengulang hafalan mulai dari surah Thaha sampai surah Yusuf serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. c. Mampu membaca dengan makhraj dan tajwid yang baik mulai dari surah Thaha sampai surah Yusuf serta materi menghafal kelas I, II, III, IV, dan V.

Tabel 4.49.Aspek al-Quran Kompetensi Hasil Belajar Indikator Materi Pokok Dasar Hafal surah Murid hafal Murid dapat: Surah: Thaha sampai surat : Hafal surah Thaha Materi pada surat Yusuf Materi pada sampai surah Yusuf semester I, serta materi semester I, serta materi an-Nahl, kelas I, II, III, an-Nahl, menghafal kelas I, al-Hijr, IV, dan V. al-Hijr, II, III, IV, dan V. Ibrahim, Ibrahim, Demonstarsi ar-Ra‟d, 200

ar-Ra‟d, hafalan surah Thaha Yusuf Yusuf, sampai surah Yusuf serta materi serta materi serta materi menghafal kelas I, menghafal menghafal kelas I, II, III, IV, dan V. kelas I, II, III, II, III, IV, dan V. IV, dan V.

Tabel 4.50.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester II dalam Menghafal Surah an-Nahl No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 21 84% 2. Tidak Tuntas 4 16% Jumlah 25 100%

Tabel 4.50 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah an-Nahl. Dari 25 orang murid, 84% atau 21 murid dapat menghafal dan tuntas surah an-Nahl, sementara 16% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah an-Nahl. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84% murid dapat menuntaskan surah an-Nahl.

Tabel 4.51.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester II dalam Menghafal Surah al-Hijr No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 21 84% 2. Tidak Tuntas 4 16% Jumlah 25 100%

Tabel 4.51 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah al-Hijr. Dari 25 orang murid, 84% atau 21 murid dapat menghafal dan tuntas surah al-Hijr, sementara 16% atau 4 murid yang tidak dapat menuntaskan surah al-Hijr. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 84%murid dapat menuntaskan surah al-Hijr.

Tabel 4.52.Kemampuan Murid Kelas 6 Semester II dalam Menghafal Surah Ibrahim No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 23 92% 2. Tidak Tuntas 2 8%

201

Jumlah 25 100%

Tabel 4.52 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Ibrahim. Dari 25 orang murid, 92% atau 23 murid dapat menghafal dan tuntas surah Ibrahim, sementara 8% atau 2 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Ibrahim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 92%murid dapat menuntaskan surah Ibrahim.

Tabel 4.53. Kemampuan Murid Kelas 6 Semester II dalam Menghafal Surah ar-Ra‟d No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 88% 2. Tidak Tuntas 3 22% Jumlah 25 100%

Tabel 4.53 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah ar-Ra‟d. Dari 25 orang murid, 88% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah ar-Ra‟d, sementara 22% atau 3 murid yang tidak dapat meuntaskan surah ar-Ra‟d. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah ar-Ra‟d.

Tabel 4.54. Kemampuan Murid Kelas 6 Semester II dalam Menghafal Surah Yusuf No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Tuntas 22 88% 2. Tidak Tuntas 3 22% Jumlah 25 100%

Tabel 4.54 di atas menjelaskan kemampuan dan ketuntasan murid menghafal surah Yusuf. Dari 25 orang murid, 88% atau 22 murid dapat menghafal dan tuntas surah Yusuf, sementara 22% atau 3 murid yang tidak dapat menuntaskan surah Yusuf. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 88% murid dapat menuntaskan surah Yusuf.

Tabel 4.55.Rekapitulasi Nilai Tahfizh Semester GanjilTahun 2018/2019 Frekuensi Frekuensi No. Kelas Kategori Persentase

202

Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah 1. III 2 21 3 7,7% 80,8% 11,5% 2. IV 11 28 9 23% 58,3% 18,7% 3. V 10 37 2 20,4% 75,5% 4,1% 4 VI 3 22 ─ 12% 88% ─

Menurut penulis tuntas dengan maksud adalah bahwa siswa menyelesaikan hafalannya secara menyeluruh ayat yang dalam surah dan hafal sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan atau program semester. Bila siswa tidak menyelesaikan hafalan sesuai dengan jadwal program semester maka penulis menetapkan siswa tidak tuntas. Dan siswa diberikan waktu tambahan oleh guru tahfizh untuk menyelesaikan hafalan yang belum tuntas.

203

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan pengelolaan program tahfizh. Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui hafalan al-Quran, semakin tinggi tingkat hafalan al-Quran semakin tinggi pula prestasi akademik siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan atas temuan penelusuran tulisan sebagai berikut: hafalan al-Quran memengaruhi nilai prestasi belajar sebesar 35,6%. Hal ini didukung oleh hasil statistik menghafal al-Quran dan peningkatan prestasi belajar siswa, yaitu: a. Persentase ketuntasan menghafal al-Quran siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus (kelas III, IV, V, dan VI) adalah yang memiliki prestasi menghafal al-Quran kategori rendah sebanyak 0%, sedangkan yang memiliki prestasi menghafal al-Quran kategori sedang sebanyak 10%, dan yang memiliki prestasi menghafal al- Quran kategori tinggi sebanyak 90%. b. Persentase prestasi hasil belajar (nilai rapor) siswa SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus (kelas III, IV, V, dan V) adalah 2,77% siswa memiliki prestasi belajar yang rendah, untuk kriteria cukup 14% siswa, sedangkan untuk kriteria tinggi terdapat persentase 83,33%, sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar siswa di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus sangat tinggi. c. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS V.24 for windows diperoleh deskripsi statistik sebagai berikut: 1) Dari hasil uji koefisien korelasi, diperoleh angka 0,597 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara tahfizh dengan prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r (korelasi) positif, berarti semakin baik tingkat tahfizh siswa maka semakin meningkatkan prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta. 2) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan program SPSS V.24 for Windows, diperoleh hasil perhitungan pengujian hipotesis sebagai berikut: a) Uji F Berdasarkan hasil analisis diperoleh F hitung 80,835 dan nilai F tabel adalah 3,057 dengan nilai signifikansi probabilitas 0,000. Berarti F hitung (80,835) > F tabel (3,057) dengan nilai signifikansi probabilitas 0,000 (< 0,050), berarti Ho ditolak dan menerima Ha. Hal ini berarti nilai tahfizh 204

berpengaruh secara nyata terhadap variabel nilai prestasi akademik. b) Analisis Koefisien Determinasi (KD), untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh antara tahfizh terhadap prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta, dilakukan perhitungan determinasi (R2), hasil olah data dengan menggunakan program SPSS Versi 24.0. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,356 atau (35,60%). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi tahfizh dengan prestasi akademik di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta cukup besar yaitu sebesar 35,60%. Sisanya sebesar 64,40% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelusuran ini. c) Persamaan regresi yang berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan regresi linear sederhana dari variabel nilai tahfizh (X) terhadap prestasi akademik (Y), yaitu: Ŷ= 45,752 + 0,484 X, yang berarti: a. Nilai konstanta 45,752, menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel nilai tahfizh, maka nilai variabel prestasiak ademik 45,752. b. Nilai koefisien regresi 0,484 menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor variabel nilai tahfizh 1 poin, maka akan meningkatkan skor variabel nilai prestasi akademik 0,484 poin dengan asumsi variabel lainnya konstan. c. Arah hubungan positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hafalan al-Quran maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar siswa.

Selanjutnya penulis berkesimpulan dalam program tahfizh dapat berhasil baik dengan menggunakan metode gabungan (collaboration) antara metode Al-Azhar Cairo (metode tanzih [tanpa mushaf untuk kelas I, II, dan III], metode talqin [mencontohkan untuk ditiru], dan metode talaqqi [siswa berhadapan langsung dengan guru], metode muraja’ah [mengulang hafalan], dan metode Indonesia [sorogan, muraja’ah, dan setoran]. Kemampuan menghafal al-Quran siswa dapat meningkatkan prestasi belajar .( حفظ القرأن يحسه التحصيل العلمي )

B. Saran Saran dari hasil penelusuran tulisan ini, adalah bahwa menghafal al- Quran di usia Sekolah Dasar (SD) sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu sangat penting untuk didukung dan dikembangkan oleh banyak pihak:

205

1. Bagi Pembuat Kebijakan/Pemerintah a. Perlu diperbanyak sekolah penyelenggara program menghafal al- Quran di Sekolah Dasar (SD) khususnya pada lembaga pendidikan Islam, karena melihat kenyataan bahwa umat Islam masih ada yang belum dapat membaca kitab sucinya. b. Perlu adanya keseriusan dalam penyelengraan pendidikan menghafal al-Quran, khususnya di Sekolah Dasar Islam (SDI), yaitu dari Dinas Pendidikan terkait dalam memberikan sarana dan prasaran, peatihan-pelatihan, penerimaan tenaga pendidik di sekolah yang menyelenggarakan program menghafal al-Quran agar tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu mecerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri. c. Bagi pemerintah sebaiknya perlu mengadakan perlatihan-pelatihan atau diklat mengenai sekolah yang mempunyai program menghafal al-Quran, baik untuk kepala sekolah maupun guru sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar serta guru dapat mengetahui bagaimana menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. 2. Bagi Sekolah Dasar Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta: a. Hafalan al-Quran Seperti yang sudah dijelaskan dalam BAB V bahwa nilai menghafal al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus sangat tinggi/bagus, maka perlu diperhatikan selalu hafalan siswa dengan seminggu sekali mengadakan muraja’ah materi/hafalan surah. Meski nilai sudah sangat baik, namun untuk menjaga hafalan dan tidak menutup kemungkinan jika perhatian sekolah berkurang terhadap hafalan al-Quran bisa jadi nilai/hafalan akan turun dari sebelumnya. b. Prestasi Belajar Pihak sekolah sebaiknya menjaga prestasi belajar siswa yang setiap tahunnya mendapatkan nilai Ujian Nasional (UN) sangat tinggi, agar bertambah baik prestasi akademik yang dicapai. c. Bagi Peneliti Lain Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelusuran menghafal al-Quran di usia Taman Kanak-kanak (TK) yang memiliki program hafalan al-Quran, dengan sekolah yang tidak ada program hafalan al-Quran. Terdapatkan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa di jenjang sekolah yang lebih tingi, untuk menjelaskan nilai signifikasi pengaruh hafalan al-Quran terhadap prestasi belajar dan agar terlihat lebih jelas perbedaan pengaruh hafalan al-Quran. 206

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Abbas, M. Ziyad, Metode Praktis Menghafal al-Qur‟an, Jakarta: Firdaus, 1993. Abdillah, Ummu & Ummu Maryam, Bagaimana Menghapal al-Quran al- Karim?, dikutip dari kitab: "Kaifa Tataatstsar bil Quran wa KaifaTahfadzuhu?" karyaAbi Abdirrahman. Abdurrahman Abdul, Khaliq, al-Qawaid al-Dzahabiyat li al-Hifz al-Quran al- Karim, terj.Shiddiq, Abdul Rosyad .“Bagaimana Menghafal al-Qur‟an”, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1991. Agustian, A.G, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Jakarta: Arga, 2001. Ahsin, W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. AlGhautsani, Abdurrazzaq, Kaifa Tahfadzul Quran Al-Karim. Maktabah Daar Al Ghautsan, Damaskus, 2003. Al Hafidz, Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur‟an, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Al Qardhawi, Yusuf, (Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, terj.), (Jakarta: Bulan Bintang, t.t). AlQurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Utama, 2007. Al Sirjani, Raghib,Cara Cerdas Menghafal al-Qur‟an, Aqwam: Solo, 2007. Al Thabrani, Ibn Jarir, Mu jam al-Ausath, juz 2, Mauqi'u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005. ______. 2005.Tafsir Jami'al Bayan fi ta wil al-Qur 'an, juz 23, (Mauqjiu Majma al Mulk: dalam Software Maktabah Samilah). Allan, K.,Wolf,H.A.Rosenthal, C. R. & Rugg, M. D,The effects of Retieval Cues on Post-retrieval Monitoring in Episodic Memory.: Anelectrophysiological study.Brain Reasearch, 12, 2001. Allan Paivio, Mental Representations: A Dual Coding Approach, New York: Oxford University Press, 1986. Allan Paivio, Imagery and Verbal Process. Fort Worth, TX: Harcourt Brace, 1971. Alberti & Emmons, Your Perfect Right (8th ed). San Luis Obispo, CA: Impact, 1995. Alex, Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003. Alfian, ed,Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia, 1986. Algazzine, B. & Kay, P, Preventing Problem Behavior.Thausand aks,CA:Corwin Press, 2002.

Ali Bashfar, Abdullah,Kaifa Tahfadzul Qur-an al-Karim, Abdurrahman al- Ghautsani,Maktabah Daar Al-Ghautsani, Damaskus.Cet.V, 1424 H/2003. Amtu, Misimus,Manajemen Pendidikan diera Otonomi Daerah. Bandung, 2011. Anastasi, Anne, Psychologycal Testing and Measurement, Fifth Edition, Macmillon publishing Co, New York: INC. 1982. Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.),A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing,New York: Longman, 2001. Anderson, R.H. Shane, Implications Of Early Children Education for Life Long Learning, Chicago: National Society For The study of Education Year Book, 2002. Arikunta, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Paragotama Jaya, 2013. ______. 2012. Prosedur Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. ______.2002.Prosedur Penelitian Satu Pendekatan praktik. Jakarta:Rineka Cipta. Artikel http://artikata.com,, diakses pada tanggal 15 Pebruari 2018. Ary, Donal, & Asghar Razafieh, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, terjemahan Arief Furchan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Ashraf, A. Muhammad and Ibrahim Yusnidah, Quality Education Management at Private. Universitas in Bangladesh. An Exploratory Study.Universitas Malaysia, 2003. Ashcraft, M. H. & Krik, E. P, The Relationships Among Working Memory, Math Anxiety, and Performance. Journal of Experimental Psychology: General, 130, 2001. Atkinson, R. T. & Shiffrin, R. B,Making a difference: Teacher‟s Sense of Efficacy and Student Achievement,White Plainns, NY: Longman, 1968. Ausubel, Dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. Jilid 2009.Johns Hopkins University, University of York, 1963. Alwizar, Pemikiran Ibnu Sina. Vol.40 No.1. An-Nida: Jurnal PemkiranIslam, 2015. Aly, Hery Noen, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Badan Penelitian dan Pengembangan, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Vol. 21. No. 3, 2015. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Badwilan, Ahmad Salim, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟an..., Badudu, J.S. & Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Baddeley, Alan, Working Memory and Conscious Awarenes. In A. F. Collins, S. E. Gatherhole, M. A. Conway & P. E. Morris (Eds.), Theories of Memory, Mahwah, NJ: Erlbaum, 1993. ______.1998.Human Memory (rev. Ed.), Boston: Allyn & Bacon. ______.2000.Short-term and Working Memory, In E. Tulving & F, I. M. Craik (Eds.), The Oxford Handbook of Memory. New York: Oxford University Press. ______.2001.Is Working Memory Still Working? Paper presented at the meeting of the American Psychological Association, San Francisco. Bahreisj, Salim,Terjemah Riadhus Sholihin, Bandung: Al-Ma’arif, 1987. Bandura,Self-eficacy Mechanism in Human Regency. American Psychologist, 37, 1982. Berg. E, Gold, The Executive Brain:Fontal Lobes and The Civilized Mind. New York:Oxford University Press, 2001. Bartlett, F.C, Remembering Cambridge, England: Cambridge University Press, 1932. Bartlett, J,Personal Conversation. Richardson, TX: Department of Psychology, University of Texas at Dallas, 2001. Bjorklund, dkk., Middle Childhood: Cognitive Development, in A Kazdin (Ed), Encyclopedia of Pshychology, Washington, DC and New York: American Pshychological Association and Oxford University Press, 2000. Bloom Kaaren and Mayers David, Quality Indicators in Vocational Education and Training International Perspectives. Australian National Training Authority, 2003. Brooks & Brooks,In search of Under Standing: The Case for Contructivist Class Room, upper saddle river, NJ:Merril, 2001. Boeree, George, Metode Pembelaaran dan Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2008. Borg, Waltar R. dan Meredith D. Oll, Educaional Research; An Intrduction, New York: Logman, 1991. Bransford, Burns, Delclos, dan Vye, Dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. Jilid I, 2009.Johns Hopkins University, University of York, 1986. Brophy, J, Motivating Students to Learn. New York: McGraw-Hill, 1998. Bryk, A. S., Lee, V. E. & Smith, J. B, High School Organization and its Effects on Teachers and Students: An Interpretive Summary of the Research. Paper presented at theconference on Choice and Control in American Education, University of Wisconsin, Madison, .1989. C., Diaz, Unpublished Review of J. W Santrock's Educational Psychology. New York: Mc Graw-Hill, 1997. Cahill, L., Haier, R. J., White, N. S., Fallon, J., Kilparaick, L., Lawrence, C., Potkin, S. G. & Alkire, M. T,Sex-related Differences in Amygdala Activity During Emotionally Influenced Emory Storage. Neurolobiology of Learning and Memory, 75, 2001. Cameron, J, Negative effects of Reward on Intrinsic Motivation-a limited phenomenon. Review of Educational Reaseacrh, 71, 2001. Case, Harry R. & Richard O. Nichoff, Educational Alternatives in National Developement, Michigan: Michigan University Press, 1976. Chairani, Lisya, & Subandi, Psikologi Santri Penghafal al-Quran: Peanan Regulasi Diri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Cohens, J,Social, Emotional, Ethical, and Academic Education: Creating a Climate for Learning, Participation in Democrazy and Well-bein. Harvard Educational Review. 76, 2006. Cole, M. & Scribner, S.1977. Cross-cultural Studies of Memory and Cognition. In R. V. Kail & W. Hagen (Eds.), Perspectives on the Development of Memory and Cognition. Mahwah, NJ:Erlbaum. ______. & Cole, S. 2001. The Development of Children (4th Ed.). New York: Worth. Covey, Stephen R,The Seven Habits of Hight Effective People.New York: Simon and Schuster, 1989. Craik, Fergus. I. & Lokhart, Robert. S, Levels of Proccessing: A Framework for Memory Research. Journal of Verbal Learning and Verbal Behavior, 11,1972. Csikzentmihalyi, Mihaly,Flow. NY: Harper & Row, 1990. ______.1993.The Evolving Self. NY: Harper & Collins. ______.2000.Creativity: An overview. In A. Kazdim (Ed.), Encyclopedia of Psychology. Washington, DC. and New York: American PsyhologcalAssociation and Oxford University Press. Daft, R.L, Menejemen (Jilid I edisi kelima). Terjemahan Emil Salim, dkk. Jakarta: Erlangga, Buku Aslinya diterbitkan pada tahun 1988 oleh Van Derbi Internasional inc, 2002. Danim, Sudarman, Manajemen Kepemimpinan Transformasional Kepada Sekolahan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Daradjat, Zakiah. 2014.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. ______.2004.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. ______.1978. Kepribadian Guru.Jakarta: PT. Bulan Bintang. ______. 1979. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang. ______. Dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Bumi Aksara. ______.1999.Perkembangan Psikologis Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Darmiyati Zuchdi,Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Decharms, R, Motivation Enhancement in Educational Setting. In R. Ames & C. Ames (Eds.), Reaseearch on Motivation in Education (Vol. 1). Orlandor: Academic Press, 1984. Deci, E. L, Intrinsic Motivation, NY: Plenum, 1975. ______,& Ryan, R. M, Promoting Self-determined Education. Scandinavian Journal of Educational Reaseacrh, 1994. ______, Koestner, R., & Ryan, R. M, Extrinsic Reward and Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again. Review of Educational Reaseacrh, 2001. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, Surabaya: Mahkota, 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Dewantara, Ki Hajar, Masalah Kebudayaan: Kenang-kenangan Promosi Doktor Honoris Causa, Yogyakarta, 1967. Djaelani, H.A.Timur,Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama, Jakarta: CV. Darmaga, 1980. Djamaroh, Syiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rinake Cipta, 2002. Dokumen Sekolah Azhari Islamic School(AIS) Lebak Bulus, Jakarta. Ebel, R. L, Essential of Educational Measurement, Englewood Clifs, Prentice & - Hall N.J. 1979, 67-86. Eccles, J. S., & Midgley, C,Stage-envronment fit: Developmentally Appropriate Classrooms for Young Adolescents. In C. Ames & R. Ames (Ed.,) Reaseacrh on Motivation in Education (Vol. 3). Orlando: Academic Press, 1989. ______.1993. School and Family Effects on the Ontogeny of Children‟s Interests, Self-perceptions, and Activity Choice. In J. Jacobs (Ed.), Nebraska Symposium on Motivation. Lincoln: University of Nebraska Press, 1989 ______,Wigfield, A., & Schiefele, U.1998.Motivation to Success. In W. Damon (Ed.), Handbook of Child Psychology (5th ed., Vol. 3). New York: Willey. ______,& Wigfiels, A.2002. Motivational Beliefes, Values and Goals. Annual Review of Psychology (Vol.53), Palo Alto, CA: Annual Reviews. Efendi, Nur dan Muhammad Fathurrohman, Studi al-Qur‟an: Memahami Wahyu Allah secara Lebih Integral dan Komprehensif,Yogyakarta: Teras, 2014. Ellis, H. C, Recent Developments in Human Memor,In V. P. Makosky (Ed.), The G Stanley Hall Lecture Series,Washington, DC: American Psychological Association, 1987. Engle, R. W, Working Memory Capacity as Executive Attention. Current Directions in Psychological Science. 11, 2002. Epsteins, J, L, Parent‟s Relations to Teacher Practices of Parent Involvement, Elementary School Journal. 86, 1986. Fatah, Nanang, Landasan Menejemen Pendidikan. Cet.VII. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996. Flavell, dkk., Developmental Changes in Memorization Proccesses, Cognitive Pshychology I, 1970. Flaxman, E, P Inger, M, Parents and Schooling in the 1990‟s,Eric, Review, 1,2,6 Fuller, B (1986). Raising School Quality in Developing Countries : What in Nestment‟s Boost, 1991. Feriyanto, Andri, dan Endang Shyta Triyana, Pengantar Manajemen (3 in 1) Untik Mahasiswa dan Umum, Yogyakarta: Mediatera, 2015. Fransisca, Chandra, “Peran Partisipasi Kegiatan di Alam Masa anak, Pendidikan dan Jenis Kelamin sebagai Moderasi Terhadap Perilaku Ramah Lingkungan,” (Disertasi S3 Fakultas Psikologi, Unversita Gadjah Mada Yogyakarta, 2009. Furchan, Arif, Pengantar Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Goldberg, E., The Executive Brain : Frontal Lobes and the Civilized Mind, H XI. New York: Oxford University Press, 2001. Goldman, S,Unpublished Review of J. W. Santrock‟s Educational Psychology,New York: McGraw-Hill, 1998. Goleman, Daniel, Emotional Intelligence,Alih Bahasa T. Hermayana,Kecerdasan Emosional,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997. Gredler, Margaret, Learning and Instruction, Jakarta: Kencana, 2011. Gray, J. R,Emotional Modulation of Cognitive Control: Approach-withdrawal States of Double-dissociate Spatial from Verbal Two-back Task Performance. Journal of Experimental Psychology: General, 130, 2001. Grolnick, W. S., Gurland, S. T., Jacob, K. F. & Decourcey, W,The development of Self-determination in middle childhood and adolescence. In A. Wigfield & J. S. Eccles (Eds.), Development of Achievement Motivation. San Diego: Academic Press, 2002. Habibillah, Muhammad Asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Quran, Solo: Gazza Media, 2011. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Halpern, J,Sex Difference Reaseacrh: Cognitive Abilities. In J. Worell (Ed.), Encyclopedia of Women. San Diego: Academic Press, 2002. Hamzah, Muqhotob dan M. Imam Aziz, Tafsir Maudhu‟i Al-Muntaha, Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2004. Handoko, T. Hani,Menejemen (edisi kedua), Yogyakarta: BPPE, 1986. Hannon, B. & Craik, F. I,Encoding Specificity Revisited: The Role of Semantincs. Canadian Journal of Experimental Psychology.55, 2001.

Harter, S, A New Self-Report Scale of Intrinsic Versus Extrinsic Orientation in the Classroom Motivational and Informational Components. Developmental Psychology, 17, 1981. ______.1996.Teacher and Classmate Influences on Scholastic Motivation, Self-esteem, and Level of Voice in Adolescents,In J. Juvonen & K. R. Wentzel (Ed.,) Social Motivation,NY: Cambridge University Press, 1981. Harun, Salman, Mutiara Al-Quran: Aktualisasi Pesan Al-Quran dalam Kehidupan,Jakarta: Logos, 1999. Hasan, Abu Muhammad ibn Mas'ud al-Baghawi,Mau'alim al Tanzil juz 8, Dar Tayyibalh lin Nasr: Dalam Software Maktabah Samilah, 2005. Hasan, Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Hasan, Iqbal, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Hazim, Abu bin Muhammad Bashori,Cara Mudah Menghafal Al-Quran dan AyatayatMutasyabihat, Sidorejo: Maktabah Daarul Atsar Al-Islamiyah, 2008. Henderson, A,A New Generations of Evidences: National Committe for Citizens in Education,Washington, DC, 1994. Hennesey, B. A. & Amabile, T. M,Reward Intrinsic Motivation and Creativity. American Psychologist. 53, 1998.. Hickey, D. T., Moore, A. L. & Pellegrine, J. W. The Motivational and Academic Consequences of Elementary Mathematics Environmments: Da Contructivist Inovations and Reform Make Environment Difference?, American Educational Reaserch Journal. Hunt, R. R., & Kelly, R. E. S, Accessing the Partcular from the General: The Power of Distinctiveness in the Context of Organization. Memory and Cognition, 24, 1996. Husaini, F, Metodologi Menghafal Al-Quran. Diakses hari senin tanggal 19 Oktober 2015 dari http://hidupsemangat.blogspot.co.id/2008/09/metodologi-menghafal-al- quran.html , 2008. Ichwan, Nor Muhammad, Memasuki Dunia Al-Quran, Semarang: Effhar Offset Semarang, 2000. Imana, Y,Sudah Baik dan Benarkah Bacaan Al-Quranku? Panduan Tahsin atu Tajwid Sistematis Metode Asyarah, 2009. Jalaluddin, Psikologi Agama; Memahami Perilaku Kegamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Jalil, Abdul, “Metode Menghafal al-Quran” dalam Suryadi, dkk, Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam bekerjasama dengan Penerbit PD Pontren Kemenag RI, 2011. Khalafallah, Muhammad Ahmad, Masyarakat Muslim Ideal: Tafsir Ayat-ayat Sosial terj. Hasbullah Syamsuddin, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Klein, K. & Boals, A,Expressive Writting Can Increase Working Memory Capacity, Journal of Experimental Psyhology: General, 130, 2001. Khon, A.M,Praktikum Qira‟at Keanehan Bacaan Al-Quran Qira‟at Ashim dari Hafash, Jakarta: Amzah, 2013. Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI Pres, 1982. Kohn, A,By all Available Means: Cameron and Pierce‟s Defense of Extrinsic Motivators. Review of Educational Reaseacrh, 66,1996. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995. Lahey, B. B, Psychology An Intriduction, New York: Mc Graw Hill, 2003. Lepper, M., Greene, D., & Nisbetter, R,Undermining Children‟s Interest with Intrinsic Rewards: A test of the Over Justification Hypothesis,Journal of Personality and Social Psychology, 28. Levin, J,The Mnemonics „80s: Keywords in the Classroom. Theorical paper No. 86. Wisconsin Research and Developement Centre for Idividualized Schooling, Madison, 1980. Liputo, Benyami, Pengantar Menejemen, Jakarta: Depdikbud-Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, 1998. Madjid, Nurcholis. A Malik Fadjar: Reorientasi. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011. Mahmud, Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990. Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Maleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, . 2013. Mandler, G, Recognizing: the Judgment of Previous Occurrence. Psychological Review, 87,1980. Mangels, J. A., Piction, T. W. & Craik, F. I,Attention and Successful Episodic Encoding: an Event-related Potential Study. Brain Reasearch, 11, 2001. Marion, Sheila, & Nasrin, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, terj. Arief Furalhanan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Miller, G. A,The magical number seven, plus or minus two: Some limits on our capaity for information proccessing, Psychologycal Review 48, 1956. Margono S,Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK,Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.

Masrukhi, 2010, Metode Penelitian Pendidikan dan Kebijakan, Kudus: Meia Ilmu Press. ______, 2010, Statistik Inferensial Aplikasi Program SPSS, Kudus: Media Ilmu Press. Masyhud, Fathin dan Ida Husnur Rahmawati, The Amazing of Kampung al- Qur‟an: Rahasisa Sukses Menciptakan Kampung al-Qur‟an, Jakarta: Zikrul Hakim, 2016. Mayer D. P. Mullens, I. E. P, M. T, Monitoring School Quality: an Indicators Raport. Mathematical Policy research. Ing. U. S Department Of Educations, 2000. Mistry, J. & Rogoff, B,Remembering in the Cultural Context. In W. J. Lonner & R. Milpass (Eds.), Psychology and Culture, Boston: Allyn & Bacon, .1994. Miyake, A, Commentary in S. Carpenter, A new reason for keeping a diary. Monitor on Psychology, 32, 2001. Muhammad, J,Pentingnya Belajar Ilmu Agama Secara talaqqi.2011. Muhith, Nurfaizin,Semua Bisa Hafal Al-Quran, Surakarta: Al-Qudwah, 2013. Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006. Mulyadi, Mohammad, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yoyakarta: Public Institution, 2011. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. ______. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasana, Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997. Munir, M. & Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006. Mustaqim, Abdul, Kedudukan dan Hak-hak Anak dalam Perspektif Al-Quran: Sebuah Kajian dengan Metode Tafsir Tematik dalam Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. 4, No. 2, 2006. Nairne, J. S, Forgetting. In A. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of Psychology, Washington, DC. and New York: American Psychological Association and Oxford University Press, 2000. Nakamura, J. & Csikzentmihalyi, M,the Concept of Flow. In C. R. Snyder & S. J. Lopex (Eds.), Handbook of Psyhology,New York: Oxford University Press, 2002. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet.IV. Nata, Abudin.1997.Fislafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos wacana Ilmu. ______.2010. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafinda. ______. 2010. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press. Natsir, M., Kapita Selekta, Bandung: s’Gravenhage, 1954. Nawabuddin, Abdulrab,Kaifa Tahfadzul Qur‟an, terj. Bambang Saiful Ma’arif, “Teknik, ,. 1996. ______. Teknik Menghafal Al-Qur‟an Kaifa Tahfazhul Qu‟an, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005. Nazir, Moh,Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Nobel, P. A. & Shiffrin, R. M, Retrieval Processes in Recognition and Cued Recall. Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition. 27, . 2001. Noeng, Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000. Norma Permata, Ahmad, Metodologi Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000. Nurlena, The Emergency of Elit Islamic School in Contemporery Indoesia: Cose Study of Al-Azhar Islamic School. Faculty of Education Megill University, 2006. Paris, S. G. & Lindauer, B. K, The Developement of Cognitive Skills During Childhood. In B. B Wolman (Ed.), Handbook of Developemental Psychology. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1982. Parwanta, Ngalim, Administrasi dan Suoervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. ______.1990.Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ______.2014.Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Ditengah Tantangan Milenium III, Jakarta:Kencana Prenada Media. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Peacock, James. L, The Antrophological Lens, Harsh Ligh, Soft Focus, Cambridge: University Press, 1998. Pena, Prima Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gita Media Press, 1999. Perefetto, Bransford, dan Franks, Dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. Jilid I, 2009. Johns Hopkins University, University of York, 1983. Pidata, Made, Manajamen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Pintrich, P. R., Bookalers & Zaiden, Handbook of self regulation.San Diego: Academic Oress, 2002. ______. & Schunk, D. H, Motivation in Education (2nd ed.). Uper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2002 Pedoman Sekolah Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Duta Rakyat, 2002.

Pressley, M., Cariligia-Bull, T., Deane, S. & Schneider, W, Short-term Memory, Verbal Competence, and Age as Predictors of Imagery Instructional Effectiveness. Journal of Experimental Child Psychology, 43, 1987. ______, Levin, J. R. & McCormick, C. B, Young Children‟s learning of a Foreign Languange Vocabulary: A Sentence Variaton of the Keyword. Contemporary Educational Psychology, 5, 1980. Putra, Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007. Qomar, Mujamil,Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002. Rahman, Abdul bin Abdul Kholik, Kaidah Emas Menghafal Al-Quran, Bandung: Assy Syamil Press & Grafika, 2000. Rainey, R, The Effects of Directed vs. Non-directed Laboratory Work on High School Chemistry Achievement. Journal of Reaseacrh in Science Teaching, 3, 1965. Rauf, Aziz Abdul,Kiat Sukses Menjadi Hafidz Quran, Yogykarta: Yogyakarta Press, 1999. Reichtmuth, Stefan, Tren Baru dalam Pendidikan Islam di Negara Nigeria. Universitas Beyrut, 1989. Riduwan, Metode Riset, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Rivai, Zainal, Veithzal, Islamic Education Management,Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2011. Rofi’ul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Quran, Yogyakarta:Semesta Hikmah, 2000. Rosyadi, Dudi dan Fatur Rahman, Tafsir Al-QurthubiAl-Jami‟, Al-Ahkam Al- Qur‟an. Terjemahan, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009. Runch, M, Critical Thinking, In M. A. Runch & S. Pritzker (Eds) Encyclopedia of Creativity, San Diego: Academic Press, 1999. Ryan, R. M. & Deci, E. L, Self-determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-being, american Psychologist, 55, 2000. Sa’ad, Riayadh, Langkah Mudah Menggairahkan Anak Hafal Al-Quran, Solo: ArafahGroup, 2009. Sa’adullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran, Jakarta: Gema Insani, 2008. Sa’diyah, Rika, Melatih Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini dalam Insania: Jurnal Kependidikan, Vol. 18, No. 1, 2013. Salaffudin A. S, Ngaji Metal (Metode Talqin), Jakarta: Jagakarsa Wali Pustaka, 2018. Samsyu al-Din al-Qurtubi,Jami' al-Bayan li al-Ahkam al-Our 'an, juz 1.Mauqi'u Tafasir: Dalam Software Maktabah Samilah, 2005. Sanjaya, Laras, Aplikasi Menyusun Ayat sebagai Metode Menghafal al-Qur‟an (Juz.30). Jurnal vol.1 no2, .2016. Santrock, W. John, Educational Psychology, 5th ed., New York: McGraw-Hill, 2011. Schacter, D. L, Memory System.In A. Kazdin (Ed), Encyclopia of Psychology. Washington, DC. and New York: American Psychological Association and Oxford University Press, 2000. ______.2001.The Seven Deadly Sins of Memory, Boston: Houghton Mifflin. Schneider, W.& Pressley, M, Memory Development Between 2 and 20 (2nd Ed.). Mahwah, NJ: Erlbaum 1997. ______& Bjorklund, D. F, Memory, In W. Damon (Ed.), Handbook of Child Psychology. (5th ed., Vol. 2). New York: Wiley, .1998. Schunk, D. H, Learning Theories: An Educational Perspective (3rd Ed.). Upper Saddle River, NJ: Prectice Hall, 2000. ______. & Ertner, P. A, Self-regularation and Academic Learning:Self- Efficacy Enhancing Intervantion. In M. Boekarts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-regulation, San Diego: Arcademic Press, 2000. ______.2001.Social Cognitive Theory and Self-regulated Learning. In B. J. Zimmerman & D. H, Schunk (Ed.)., Self-regulated Learning and Achievement (2nd Ed.), Mahwah, NJ: Erlbum, 2000. ______.2000.Learning Theories: An Educational Perspective (3rd Ed.). Upper Saddle River, NJ: Prectice Hall. Sevilla, Conselo G. et.al, Pengantar Metodolgu Peneltian. Penerjemah Aluddin Tuwu, Jakarta: Universitas Indonesia, 1993. Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Shihab, M. Quraish,Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 2003. ______.2006.Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Our 'an Volume 11, Cet. IV, Jakarta: Lentera Hati Sirajuddin, Syaikh Abdullah, Hadyul Quran al-Karim ilal Hujjah wal Burhan. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Slavin, Robert E, Educational Psychology:Theory and Practice,9th Ed. Jilid I, terj.Marianato Samosir, John Hopkins University, New York: University of New York, 2011. ______. 2011. Educational Psychology: Theory and Practice. John Hopkins University. University of New York, Burden & Byrd, 2003; Kennedy, 2006 Dalam Robert E. Slavin. Educational Psychology : Theory and Practice. University of York, 2011. Soediyarto, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: PT. Grasindo, 1991.

Soyomurti, Nurani, Teori-teori Pendidikan,Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013. Squire, L,Memory and Brain, New York: McGraw-Hill, 1987. Stipek, D. J, Motivation and Instruction. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of Educational Psychology, New York: Macmillan, 1996. ______.2002.Motivation to Learn (4th Ed.), Boston: Allyn & Bacon. ______.1996.Motivation and Instruction. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of Educational Psychology. New York: Macmillan. Stenberg, R. J,Intelligence Applied, Fort Worth, TX: Harcourt Brace, 1986. Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996. Sugianto, I.A, Kiat Praktis Menghafal Al-Quran, Bandung: Mujahid Press, 2006. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Al-Fabeta, 2013. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Stenberg, R. J, Looking Back and Looking Forward on Intelligence: Toward a Theory of Successful Intelligence. In M. Bennett (Ed.), Developemental Psychology, Philadelphia: Psychology Press, 2000. ______, Torff, B & Grigorenko, E.1998.Teaching for Successful Intelligence Raises School Achievement. Phi Delta Kappan. Sugiyono. 2013.Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta. ______.2013.Metode penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta. ______.2013.Metode penelitian administrasi.Bandung: Alfabeta. Suparlan, Metode mengingat dan menghafal,dalam alamathttp://downloads.yahoo.com/id/firefox.25/2009, 2009. Susianti, Cucu,Efektifitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Anak Usia Dini. Vol.2 No.1, 2016. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Syamsudin, Sahiron, Metodelogi Living Quran dan Hadis,Yogyakarta: Teras, 2001. Syukur, Abdul Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, Ujung Pandang: Persadi, 1987. Tasmara, K.H. Toto, Kecerdasaan Rohaniah Transcendental Intelligence, Jakarta: Gema Insani, 2001. Tazakigroup, Budaya Kaizen yang Unik, Jakarta: Gramedia dan Masaaki Imai, 2005,Budaya Kaizen, Jakarta: Pustaka Utama, 2000. Taneri, Pervin Oya & Cennet Engin-Demir, Kualitas Pendidikan di Sekolah Pedesaan: Sebuah Kebutuhan Studi Assesment, Turki, 2009. Terry, W. S, Learning and Memory (2nd Ed.), Boston: Allyn & Bacon, 2003. Thorndike, Robert L. & Elizabeth Hagan, Measurement and Evolution in Psychology and Education, Second Edition. John Wiley & Son, New York: INC, 1967. Tulving, E, Episodic and Semantic Memory.In E.Tulving & W.Donaldson (Eds.), Origins of Memory, San Diego: Academic Press, 1972. ______. 2000.Concepts of Memory.In E. Tulving & F.I.M.Craick (Eds.), The Oxford Handbook of Memory.New York: Oxford University Press. Ulum, M. Samsul, Menangkap Cahaya Al-Quran, Malang: UIN-Malang Press, 2007. Ulumuddin, Ilya’. Al-Quran dan Tafsinya. Uman, Cholil, Psikologi Pendidikan, Surabaya: Duta Aksara, 1998. Undang-Undang dan peraturan Pemerintah RI Tahun 2006 Tentang pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Van Parreren, C., dalam Winkel S.J, W.S.,Teaching Psychology and Learning Evaluation 6th Ed, Yogyakarta: Media Abadi, 2004. ______. 2004. Leren op School, Wolters-Noordhoff, Groningen, 1982. dalam Winkel S.J, W.S., Teaching Psychology and Learning Evaluation 6th Ed, Yogyakarta: Media Abadi. Vygotsky, Consciousness as A problem in the Psychology of Behavior. Soviet Psychology, Original Work Published 1924. Vygotsky, Hidden Curriculum: Educational Pshychologist.1998. Wahyudi, Rofi’ul & Wahidi, Ridhoul. Sukses Menghafal Al-Qur‟an, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016. Wehlage, G.1989.Dropping Out: Can School Expected to Prevent it?. In L.Weis, E. Farrar & H. Petrie (Eds.), Dropouts from School, Albany: State University of New York Press. White, R. W, Motivation reconsidered: The concept of Confidence. Psychological Review, 66,1959. Wigfield, A., Eccles, J. S., & Pintrinch, P. R,Development Between the Ages of 11 and 25. In D C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.,), Handbok of Educational Psychology, NY: Macmillan, 1996. ______,& Eccles, J. S,Developement of Achievement Motivation, San Diego: Academic Press, .2002. Wijayanti, Irine Diana Sari, Manajemen, Jogjakarta: Mitra Cendikia, 2008. Williams , C. C. & Zakcs, R. T, Is Rretrieval-induced Forgetting an Inhibitory Process?American Journal of Psychology, 114, 2001. William James, Dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. Jilid I, 2009.Johns Hopkins University, University of York, 1912.

Williangham, Dalam Robert E. Slavin, Educational Psychology : Theory and Practice, 9th ed. Jilid I, 2009, Johns Hopkins University, University of York, 2003.

Wingkel, W. SJ.2004.Psikologi Pengajaran, Cet. IV, Yogyakarta: Media Abadi. ______.2007.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Wirawan, S, Pengantar Ilmu Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Wiyoto,Penerapan Metode Tasmur pada Pembelajaran Tahfizul Quran, Skripsi, 2009. Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidayah Agung, . 1995. Zahorik, J, A, Reducing Class Size Leads to Individualized Instruction. Educational Leadership, 1999. Zawawie, Mukhlisoh, Al-Quran Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-Quran, Solo: Tiga Serangkai, 2013. Zen, Muhaimin. Tata Cara at auProblematika Menghafal Al-Quran dan petunjuk-Petunjuknya, Jakarta:PustakaAl-Husna,1985. Zimmerman, B. J. & Schunk, D. H, Self-regulated Learning and Academic Achievement,Mahwah, NJ: Erlbaum, 2001.

B. Jurnal-jurnal A’yun, Qurotul, Azhar Haq, Mustafida, Hubungan antara Menghafal al- Quran dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMPI 01 Singosari Malang, http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/3061 Ali, Faisal & Carl Bagley,Islamic Education and Multiculturalism: Engaging with the Canadian Experience. Iqra Islamic School, Surrey, BC & University of Durham, . Arifin, Sadek, Musthafa Abdullah, et all., Effective Techniques of Memorizing the Quran: A Study at Madrasah Tahfizh al-Quran, Terrengganu, Malaysia, Journal of Scientific Reasearch 13 (1), 2013 https://www.researchgate.net/publication/292012653_Effective_technique s_of_memorizing_the_quran_A_study_at_Madrasah_tahfiz_Alquran_Tere ngganu_Malaysia?_sg=zVZokGGkSU0QIZuVAAAb6s_YYgYYK6HXSk DL0hmEDy3oZtv63hqgfDn5XLfZClcgQd1Bagt6cN2bYL4. Ashraf, Mohammad A. and Yusnidah Ibrahim, Quality Education Management atPrivate Universities In Bangladesh: An Exploratory Study. College of Business, Universiti UtaraMalaysia, 06010, UUM Sintok, Kedah E-mail: [email protected], [email protected] Bob and Shaun, Understanding Quality and Equity of Schooling in Scotland: Locating Educational Traditions Globallyof Education, University of Queensland, Brisbane St Lucia, QLD 4072, Australia email [email protected] Bloom, Kaaren, Perspectives Quality Indicators Vocational Education International Training Quality Indicators International Quality Perspectives VocationalEducation Training”. Daulay, Nurussakinah, Islamic Education In The Study Of Islamic Psychology.Faculty of Tarbiyah and Teaching Institut Agama Islam Negeri (IAIN) North Sumatera, Medan, Indonesia email: [email protected] Gtani, Esam, et. all., Internation with the Qoran and Self-Regulated Learning Vis-a-vis Academic Achievement of Undergraduated Students, International Journal of Current Research and Academic Review, Vol. 2, No. 9, 2015. Fifi, Lutfiah, Hubungan antara hafalan al-Quran dengan Prestasi Belajar al- Quran Hadist siswa MTS Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1719 Ginanjar, M. Hidayat, Aktivitas Menghafal al-Quran dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Beasiswa di Ma‟had Huda Islami, Tamansari Bogor), http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/94/95 Halstead, J. Mark. An Islamic Concept of Education. Source: Comparative Education, Vol. 40, No. 4, Special Issue (29): Philosophy, Education and Comparative Education (Nov., 2004), pp. 517-529 Published by: Taylor &Francis, Ltd. Hashim, Azmil Ab. Halim Tamuri, Mohd Aderi Noh. The Relationships Between Etiquettes of Tahfiz (Memorization Al-Quran) and Tahfiz Achievement. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 8(23)Special 2014, Pages: 212-218 Journal home page: www.ajbasweb.com Heidari, Mohammad, Comparison of Intelligence test Results among Hafizh and Non-Hafizh of Holy Quran Students at Their Entrance to Schools.https://www.researchgate.net/publication/308633071_Comparison ofIntelligencetestResultsamongHafizandNonHafizofHolyQuranStudentsat TheirEntrancetoSchools Husna Mutamminal, Hubungan Kemampuan Membaca al-Quran dengan Prestasi Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kela VII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa http://repositori.uin- alauddin.ac.id/1662/1/full.pdf

Ilmia, Mazidatul, Hubungan antara Hafalan al-Quran dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam As-Salam, Malang http://etheses.uin- malang.ac.id/4090/ Ismail, Hidayatullah dan Ali Akbar, Pengaruh Hafalan terhadap Prestasi Akademik Santri di Pondok Pesantren Kampar, http://ejournal.uin- suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/view/4019 Ivanatul, Yulita Fadilah, Pengaruh Program Baca Tulis Quran terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran al-Quran Hadist Kelas III di MIN Sukosewu Blitar, https://core.ac.uk/download/pdf/79435901.pdf Jannah, Fathul. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional,Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013 Jauharul Islam, Ana. Saleh Soeaidy, Ainul Hayat, Evaluasi dampak Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar: Studi tentangProgramDesentralized Basic Education. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. E-mail: [email protected] Kamal, Mustofa, Pengaruh Pelaksanaan Program Menghafal al-Quran terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di MA Sunan Giri Wonosari, Tegal Semampir, Surabaya), Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, 2017. http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Tadarus/article/download/pdf Makharia, Archita Abhishek Nagarajan, Aakanksha Mishra, Sandeep Peddisetty, Deepak Chahal,Yashpal Singh, Effect of Environmental Factors on Intelligence Quotient of Children,https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5479093/ Muthalib, Abdul.2012. Islamic Education Research Problem: Journal of Education and Learning. Vol.6 (2) pp. 81-86. [email protected] Nawaz, Nazia &Syeda Farhana Jahangir, Effects of Memorizing Quranby Heart (Hifz) on Later Academic Achievement: Journal of Islamic Studies and Culture. June 2015, Vol. 3,No. 1, pp. 58-64 , Published by American Research Institute for Policy Development, URL: http://www.dx.doi.org/10.15640/jisc.v3n1a8 Omer, Faisa.Neural Correlates of Rote Memory: Gangguan Pendengaran dan Efek Kapasitas Memori Kerja Ingat Al-Quran pada Anak dan Orang Dewasa Muda MenggunakanElektroencephalografi. Puwanto, Setiyo, Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan dengan Kecepatan Menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/903 Ramli, F.M. Zulfikar, Inung Wiyanto, Sugondo Hadiyoso, Deteksi Kondisi Konsentrasi berdasarkan Sinyal Eeg dengan Stimulasi Menghafal al- Quran,https://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/enginee ring/article/view/7693 Rayan, Sobhi. Islamic Philosophy of Education: International Journal of Humanities and Social Science.” Vol. 2 No. 19 [Special Issue – October 2012], Senior Lecturer Department of Education Alqasemi Academy College Baka al-Qarbiyh, Israel.

Rofi, Sofyan, Aanalisis Perbedaan Hasil Belajar Siswa Mengikuti Program Tahfizhul Quran (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 9 Watukebo Jember)http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al fikra/article/view/4019/2501 Saari, Nur Hannah. Cila Umat, Kamarul Shukri Mat Teh, Factors Affecting the Learning of the Holy Quran among Severely and Profoundly Hearing- Impaired Children with a Cochlear Implant: Journal of Humanities and Social Science (JHSS)” Issue 1 (Sep-Oct. 2012), PP 85-92. http://www.iosrjournals.org Stable URL: http://www.jstor.org/stable/4134624 Slamet, Sri, The Effect of Memorizing Quran on the Children Cognitive Intelligence,http://giapjournals.com/index.php/hssr/article/view/hssr.2019. 7384 Syukri Salleh, Muhammad. Strategizing Islamic Education.International Journal of Education and Research Vol. 1 No. 6 June 2013Centre for Islamic Development Management Studies (ISEKOLAHEV) School of Social Sciences, Universiti Sains Malaysia 11800 Penang, Malaysia [email protected]

Lampiran 5

Daftar Nilai Ujian AkhirSemester Ganjil Kelas 3 Tahun 2018/2019 No. Nama Murid Math Science B. Indonesia English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata 1. Abiyu Ghaisan Altamis 88 70 93 72 84 90 77 82 2. Ahmad Husain Assidqy 97 86 93 96 94 88 86 92 3. Akbar Muhammad Fauzan 93 85 94 100 95 95 79 92 4. Aleena Azka Kayyisa 100 91 92 100 94 88 83 93 5. Arjuna Ataya Rivai 93 90 82 92 78 91 79 87 6. Arsyifa Ilmi Syahadina R. 70 70 75 68 86 85 76 76 7. Divo Syariffullah 84 86 84 92 95 90 77 87 8. Ghaisani Firzanah Hana Astyard 100 87 94 98 86 90 85 92 9. Junio Salahuddin Siradj 70 70 80 88 77 94 74 79 10. Kayyisah Hana Saniyyah 100 90 94 92 98 87 85 93 11. Khadeja Audrina Akhmad 91 84 89 100 89 90 81 90 12. Kirana Daffa Aydin 97 97 87 98 93 95 82 93 13. Lareina Ghina Syakura 96 73 89 96 83 88 77 86 14. Maysha Latifah Nuraini 96 88 80 92 81 88 83 87 15. Muhammad Azzam H. 70 90 70 90 82 89 75 81 16. Muhammad Zaidan Oktaviano 100 95 90 98 92 95 80 93 17. Nabila Ainun Jamilah 100 98 100 100 98 90 88 97 18. Nadhifa Ayra Wibisono 98 100 92 100 82 85 81 92 19. Prabu Arkhea Putra Yudhistira 75 70 84 76 88 88 76 80 20. Raden Mikail Hafizh Goenawan 85 100 100 94 88 94 77 92 21. Ravendra Padantya Hakim H. 100 100 91 90 86 84 94 93 22. Tengku Ammar Tsakib 70 70 82 86 86 87 74 80 23. Yara Utoh Banja 87 86 85 94 100 90 78 89 24. Zahra Sabrina 100 100 100 100 70 94 99 95 25. Zainab Asy-Syarif\h Zurfikar 70 70 81 82 87 89 80 80 26. Zeva Kenrikova Raden Anditya 98 100 92 100 96 90 83 95

Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 4 Tahun 2018/2019 No. Nama Murid Math Science B. Indonesia English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata 1. Alfian Alif Hakim 75 60 86 74 70 70 71 71 2. Ailsa Ziya Qudsy 70 86 90 97 75 78 85 83 3. Aisyah Inaya Kirana 74 80 90 81 86 86 80 83 4. Aslam Zuhudi Ahmad 93 100 94 100 100 100 98 98 5. Hawnan Aulia 70 86 86 81 80 70 78 79 6. Keneisya Reyqa Azaria 80 83 70 90 80 88 73 81 7. Keyari Nubi 65 76 93 81 70 70 75 81 8. Malika Puteri Hanun 70 70 96 81 70 70 78 81 9. Muhammad Akhtar 70 80 70 86 95 95 79 83 10. Muhammad Al Baihaqi Idrus 97 100 93 91 93 98 87 95 11. Muhammad Ibrahim Musa 88 93 86 94 93 92 75 89 12. Muhammad Iqbal Rasyid 70 80 93 96 70 70 77 80 13. Muhammad Rafi Musyaffa 70 86 93 93 90 95 92 89 14. Muhammad Rakha Zafran 70 76 96 84 70 87 77 80 15. Muhammad Rangga Maheswara 88 100 100 100 80 98 86 94 16. Nadaura Kayyisah 94 93 80 98 93 94 80 91 17. Putri Najwa Humaira 82 96 86 84 94 98 90 90 18. Qadri Ulya Rasyad Nafi Ridarto 77 96 96 94 84 99 93 92 19. Raizel Nirvana Kusuma 90 92 83 100 99 100 85 93 20. Salma Sofia Khan 70 70 93 86 70 70 82 81 21. Sofa Nafiesa Gularso 79 90 86 90 88 96 83 88 22. Sultan Pasha Aqila 83 96 96 90 99 96 93 94 23. Zahra Thalita Zakira 60 70 83 59 70 70 78 81 24. Queen Noura Khanza Haniyah 70 90 93 83 92 87 83 86 25. Abdullah Azzam Al Ghifari 70 76 92 78 35 74 40 67 26. Adinda Kartika Putri 70 88 96 97 90 95 94 90 27. Akhtar Rafif Suryadinanto 70 90 96 91 55 77 68 79 28. Annisa Zahra Putri Herinaldi 70 70 96 90 95 91 95 89 29. Bagors Satrio Rinenggo 67 100 92 95 93 92 83 89 30. Danish Rafa Hidayat 91 100 100 96 100 99 99 98 31. Fikri Aulia 74 90 80 95 85 92 87 86 32. Hania Isykarima 70 70 100 96 95 85 90 87 33. Hanif Arsyad Rahadian 79 90 88 97 95 98 94 92 34. Ibadurrahman Azfar 65 86 96 78 85 71 85 81 35. Muhammad Al Muzaffar Zulfakar 50 70 88 76 75 73 89 75 36. Nashita Tabina 65 96 84 86 45 75 89 78 37. Nur Fathimah Makarim 71 98 100 91 100 100 95 94 38. R. M. Rafie Rabbani Suryo H. 70 86 92 97 100 80 90 88 39. Rahman Hafizh 85 98 100 97 95 96 98 96 40. RasyAnda Hafeeza Siregar 70 78 96 95 90 90 81 86 41. Rivaldy Ihsan Habibie 70 96 92 90 100 87 85 89 42. Sahla Aisyah Salsabila Pohan 70 70 96 81 90 74 89 82 43. Sajidah Ariqoh 70 96 92 90 95 97 95 91 44. Shane Fahlevi 71 84 88 90 70 83 83 82 45. Faishal 85 92 88 86 95 90 85 89 46. Razam 70 78 84 61 60 77 40 68 47. Fathma Syarifah Zahra 80 85 80 83 70 70 75 86

Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 5 Tahun 2018/2019 No. Nama Murid Math Science B. Indonesia English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata 1. Abdullah Ammar Rantisi 80 97 94 89 88 90 87 89 2. Annisa Putri Depirianto 83 93 99 95 93 95 86 92 3. Aquene Aziz Djorghi 72 80 77 78 76 79 76 77 4. Aysha Azarin Elhat 83 96 94 85 86 84 82 87 5. Azka Aidan Pujolaksono 79 89 94 83 90 94 84 88 6. Briana Cherisa Nareswari 77 93 97 90 89 95 83 89 7. Catania Nugroho 89 96 100 88 90 91 89 92 8. Fazle Mawla Muhammad 90 96 100 94 86 99 90 94 9. Ghifari Khalifa Hakim 87 92 100 84 83 92 82 89 10. Jundia Ulayya 82 87 94 93 85 97 81 88 11. Launa Aqila Moefti 75 92 100 91 77 86 77 85 12. Mahira Khadijah 70 79 94 84 80 74 77 80 13. Muhammad Hamzah Al Rasyid 90 96 94 76 86 94 84 89 14. Muhammad Nadhif Akbar 79 96 99 89 88 84 78 88 15. Muhammad Rafi Akmal 86 95 99 87 87 90 85 90 16. Naila 72 95 90 81 86 87 86 85 17. Naufal Aditya Arief 63 84 89 72 80 84 80 79 18. Panji Hamizan Al Hakim 75 91 97 81 98 98 86 89 19. Raden Roro Siti Amirah Rasyidah 86 90 94 80 72 94 91 87 20. Rafeyfa Asyla Dharmawan 72 90 99 75 86 87 84 85 21. Rakha Wicaksono 85 96 100 94 100 100 97 96 22. Raras Muyassarah Harjaya H. 82 97 99 91 96 98 96 94 23. Razan Rahman Adiguna 77 93 95 78 88 91 86 87 24. Sekar Cahaya Kamulyan 92 98 100 97 97 100 96 97 25. Syakira Shifi Umairah 62 92 97 84 90 89 87 86 26. Alexander Khan 82 94 100 100 84 73 89 89 27. Athalla Muhammad 75 100 91 100 64 96 95 89 28. Cendikia Putra 75 100 81 92 53 70 79 79 29. Fathiyyah Azkah 72 100 94 90 87 96 86 90 30. Fina Amalia 86 97 75 94 88 94 92 90 31. Hafsah Qurratu 71 94 75 74 50 74 82 75 32. Hasnah Azzahra 98 100 88 98 98 99 98 97 33. Humam Miqdad 73 100 88 92 75 70 90 84 34. Ibrahim Khalila 81 100 88 98 84 99 98 93 35. Ihsan Mubarok 75 88 75 96 71 70 88 81 36. Lathifa 75 84 78 85 35 70 75 72 37. Muhammad Rafi 76 91 75 86 87 83 82 83 38. Muhammad Rais 81 100 88 99 97 99 88 94 39. Naadiya 85 88 88 98 79 70 85 85 40. Najwa Akhtar 81 100 91 93 77 90 80 88 41. Nawaaya Shofwa 79 100 94 96 99 100 96 95 42. Pasha Rafii Ramadhanuputra 85 97 97 99 82 95 86 92 43. Qonitah Humaira Dearni S. 72 100 72 82 77 70 97 82 44. Rafaifa Asyillah Ramadhani 70 94 75 67 30 70 75 69 45. Rafanda 71 97 81 87 53 72 80 78 46. Reisya 83 94 100 100 100 99 92 96 47. Salsabila 71 91 72 81 59 88 80 78 48. Wardah Ahmad 78 75 88 92 81 95 85 85 49. Yazid Akbar 70 94 75 97 32 70 76 74 50. Zahroh Hadijah 80 82 88 85 94 80 87 86

Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 6 Tahun 2018/2019 No. Nama Murid Math Science B. Indonesia English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata 1. Abdullah Saad Firmansyah 72 78 85 87 78 96 78 82 2. Ahmad Nafia Ridho 79 92 82 86 84 87 77 84 3. Amaliyah Muthma'innah 73 77 80 80 76 89 83 80 4. Arikato Mitsaq Naufal Arsya 74 86 84 85 93 94 88 86 5. Athalia Aqil Hisyam 77 80 78 83 80 83 78 80 6. Balqish Nur Ramadhani 75 90 85 85 80 96 82 85 7. Diaz Haitham Rafhardi 83 96 87 86 89 94 82 89 8. Farah Hanifah Suryaputri G. 79 94 89 90 86 91 85 88 9. Farthiah Uzma Hippy 74 89 81 88 83 82 79 83 10. Hana Hafizhah Khairunnisa 72 94 92 93 81 94 83 87 11. Kibria Davi Kenjiro 78 79 83 84 75 90 82 82 12. Maura Argya Putri Purwono 86 94 92 86 85 95 82 89 13. Melina Shafa Yahya 90 97 96 93 96 100 91 95 14. Meutia Keumala Inseun 82 94 95 88 87 96 84 90 15. Misyka Hafidzah 88 93 85 87 88 100 91 91 16. Muhammad Abyan Hafidz 83 96 86 88 95 98 94 92 17. Muhammad Afaf Kafabillah 70 81 78 83 72 80 77 78 18. Muhammad Danendra Heryo N. 88 93 88 95 90 98 89 92 19. Muhammad Fauzan Hidayat 96 96 92 96 97 100 87 95 20. Pasha Haris Akhir 78 90 83 85 90 90 80 85 21. Sayyid Adurrahman 76 79 78 80 71 77 77 77 22. Soraya Naqia Gularso 76 89 87 83 82 91 79 84 23. Thalitha Mufliha El Hubb 78 94 94 88 91 100 92 91 24. Yumna Aliya Rahmah 82 93 90 89 90 100 91 90 25. Zevida Masya Fahrani 86 91 88 91 80 100 95 90

Lampiran 6

Hasil Skor Responden Res pon Butir Pertanyaan den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1. 4 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2. 3 4 4 4 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 4 2 2 4 4 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 3. 4 4 4 2 2 2 4 2 4 4 2 3 2 4 3 2 3 4 4 2 2 1 2 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 2 2 4. 4 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 5. 4 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 6. 3 3 4 3 1 2 4 1 3 3 1 1 4 3 4 3 2 2 1 2 2 2 2 3 1 4 2 2 2 2 4 1 1 2 1 7 3 4 4 3 2 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 2 3 4 4 2 2 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 4 1 1 8. 3 3 3 1 4 3 4 4 3 2 1 3 2 3 3 3 1 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 9. 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 1 2 3 2 4 2 4 4 4 3 1 3 3 4 3 4 2 4 2 4 3 2 3 1 2 10. 4 2 4 3 2 3 3 2 4 2 1 2 2 2 2 1 2 4 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 4 4 2 1 2 2 11. 4 2 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 1 3 4 4 3 2 4 3 3 4 4 1 1 1 2 2 2 2 4 1 4 2 12. 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 2 2 3 1 4 2 1 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 2 4 13. 4 2 3 2 2 3 4 `1 3 2 1 2 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 1 2 2 4 2 2 2 4 3 1 1 1 1 14. 4 4 2 4 2 3 4 2 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 2 4 3 2 3 2 3 4 1 1 4 2 3 15. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 4 3 3 4 1 4 16. 3 3 2 4 1 3 4 1 4 3 4 2 1 2 3 4 2 3 2 2 1 3 2 1 3 4 2 4 1 2 3 1 2 2 2 17. 4 2 4 1 1 3 4 2 4 4 1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 2 3 18. 4 2 4 2 4 2 4 1 2 2 2 3 4 4 3 4 1 2 3 2 4 2 1 3 2 4 3 1 3 2 1 4 2 1 3 19. 3 4 3 3 2 3 4 3 2 4 1 1 3 2 2 4 3 3 1 3 3 3 1 4 2 4 4 4 2 2 3 3 4 1 2 20. 4 3 2 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 1 4 3 4 4 2 3 2 2 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 2 4 21. 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 1 4 2 3 2 2 4 4 2 1 3 1 2 3 3 3 3 4 3 2 3 22. 2 2 4 3 1 4 4 2 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 23. 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 2 2 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 4 4 3 3 4 1 2 24. 4 4 4 1 2 4 4 2 2 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 1 4 2 2 4 2 4 1 4 1 4

25. 3 4 4 1 2 4 4 2 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 2 4 1 4 2 2 2 2 4 1 4 1 4 26. 4 4 4 1 2 4 4 3 3 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 1 1 4 2 3 4 4 3 1 4 1 4 27. 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 3 4 3 1 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 1 4 28. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 2 4 1 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 29. 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 30. 4 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 4 3 2 3 4 3 31. 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 32. 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 3 4 2 1 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 2 4 4 4 4 4 1 4 1 3 33. 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 34. 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 35. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 4 1 3 2 4 3 3 4 4 3 2 2 1 2 2 3 3 4 3 2 1 3 36. 4 3 3 1 2 2 4 2 2 3 1 4 2 2 1 4 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 3 37. 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 38.. 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 4 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 1 4 39. 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 40. 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 41. 3 4 3 4 3 2 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 1 2 3 4 2 3 2 3 2 2 4 2 4 2 3 3 4 1 4 42. 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 3 43. 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 1 3 44. 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 1 2 2 2 2 4 4 4 3 3 4 1 3 3 3 4 1 2 2 2 4 1 1 1 2 45. 3 2 3 4 2 3 2 2 2 4 3 4 2 2 1 4 2 2 3 2 3 4 3 4 3 2 2 1 3 2 3 2 2 1 2 46. 4 3 4 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 47. 4 2 3 2 2 1 4 2 4 4 2 4 4 2 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 2 3 2 4 2 2 1 3 48. 4 4 2 2 2 4 4 2 1 4 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 49. 4 2 3 3 2 4 4 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 3 2 4 1 3 2 2 2 3 2 2 1 1 1 4 3 2 2 50. 3 2 3 2 2 3 4 2 2 4 3 1 2 2 1 2 3 2 3 3 1 3 4 1 2 3 1 2 2 3 4 2 2 2 2 51. 4 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 52. 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 53. 4 2 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 54. 3 2 3 2 2 4 4 2 2 3 3 1 2 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 4 4 2 3 3 55. 3 4 4 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 3 4 4 2 2 2 3 2 4 3 2 2 3 4 3 2 2

56. 3 4 4 4 2 1 4 2 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 3 4 3 1 2 57. 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 2 2 4 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 58. 4 2 3 2 1 3 4 2 1 4 3 2 2 2 2 3 1 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 59. 3 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 60. 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 1 4 3 2 2 61. 4 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 62. 4 2 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 63. 4 2 2 2 2 3 4 2 1 3 2 2 2 2 4 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 1 4 1 3 64. 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 4 2 4 4 3 2 3 1 2 2 1 4 2 2 2 4 4 2 2 3 4 65. 3 3 4 3 2 3 4 3 2 3 1 3 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 4 3 2 5 66. 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 3 1 2 2 4 2 1 2 2 2 3 3 2 4 2 4 4 4 2 3 1 2 3 2 4 67. 3 3 2 2 1 3 2 1 1 2 1 2 2 4 4 2 1 2 3 4 4 3 2 1 1 4 2 3 4 3 3 1 4 3 3 68. 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 69. 4 3 3 4 2 3 4 2 2 4 2 4 4 3 1 2 4 4 3 2 3 1 2 2 1 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 70. 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 71. 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 3 4 2 3 3 4 2 1 1 3 4 3 2 1 4 3 4 2 3 1 2 72. 4 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 73. 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 74. 3 3 1 1 1 2 3 1 1 3 4 1 1 4 4 4 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 4 2 4 2 75. 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 3 1 4 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 76. 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 1 3 3 2 3 3 77. 4 2 4 2 2 4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 2 1 1 3 3 2 3 3 3 4 3 1 2 78. 3 2 4 4 3 4 2 2 4 3 1 4 1 1 4 3 3 1 2 3 3 2 1 3 1 1 3 2 2 3 2 4 2 2 4 79. 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 4 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2 80. 3 3 4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 81. 4 2 3 4 2 2 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 3 2 4 4 2 3 4 4 1 4 82. 3 3 4 4 2 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 83. 4 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 4 2 3 84. 4 2 3 2 2 3 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 85. 3 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 2 3 3 3 2 3 86. 4 2 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 4 2 3

87. 3 2 3 4 2 3 3 4 4 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 4 2 4 2 2 2 4 3 2 3 3 4 2 3 88. 4 2 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 3 2 3 89. 3 3 3 4 2 4 4 2 3 4 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 4 90. 3 2 4 2 2 3 4 2 3 2 4 2 2 1 3 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 3 3 2 91. 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 4 2 2 4 1 3 3 2 92. 4 2 4 1 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 1 4 2 4 3 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 1 2 4 4 3 93. 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 94. 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 4 3 1 4 2 4 2 2 4 3 4 4 2 2 2 1 2 2 3 4 4 2 2 95. 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 4 2 2 2 2 1 96. 4 2 3 2 3 3 4 2 2 1 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 1 2 2 3 97. 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 2 4 4 2 3 2 4 3 4 2 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 1 3 98. 3 4 3 1 2 3 4 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 4 3 2 3 3 3 99. 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 2 2 4 3 3 2 3 2 3 100 3 2 3 1 1 3 3 2 3 2 1 2 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 101 3 2 4 2 3 3 4 3 4 2 4 4 2 2 1 2 2 4 2 2 4 4 2 3 2 3 2 2 1 1 3 1 2 2 1 102 3 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 1 4 2 3 2 3 4 3 2 1 2 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 103 3 3 3 3 2 3 4 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 104 4 3 4 3 2 3 3 1 2 3 2 3 4 2 4 3 4 2 2 2 2 4 3 3 2 1 4 2 2 4 3 2 4 2 4 105 4 2 3 2 2 3 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 106 3 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 2 3 3 3 2 3 107 4 2 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 4 2 3 108 4 2 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 109 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 110 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 111 4 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 3 2 2 3 112 4 2 3 4 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 2 3 4 2 2 3 113 4 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 114 4 4 2 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 4 2 115 4 4 2 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 116 4 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 117 4 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2

118 4 4 2 3 4 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 119 4 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 2 4 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 4 3 2 3 120 4 2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 2 4 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 3 3 121 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 2 3 4 3 122 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 2 3 123 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 4 4 3 3 124 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 4 4 3 4 4 2 2 2 4 3 2 3 125 2 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 126 4 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 4 3 2 3 4 3 127 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 3 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 2 3 128 4 2 3 2 2 3 4 2 2 2 4 3 4 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 129 4 2 3 4 2 3 2 4 4 2 3 2 4 2 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 2 4 2 2 3 4 4 3 2 4 2 130 4 2 3 2 2 3 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 3 4 2 4 2 4 3 4 4 3 2 2 4 4 2 4 2 131 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 2 2 3 3 3 4 2 4 2 2 4 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 132 3 2 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 2 3 3 4 2 2 4 3 2 2 2 2 3 133 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 2 3 3 2 3 3 4 2 4 134 4 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 2 4 2 2 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 135 4 3 3 2 3 3 4 4 4 2 1 3 4 4 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 1 3 4 4 2 4 2 3 136 3 2 3 2 2 4 4 4 3 2 2 2 2 2 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 1 4 1 1 2 2 4 2 4 2 3 137 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 138 3 2 2 1 1 3 3 1 2 3 4 1 2 1 3 4 2 4 1 2 4 2 2 4 1 1 2 4 2 1 4 4 2 2 1 139 4 2 3 3 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 4 4 1 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 140 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 4 2 1 2 2 4 4 4 3 3 3 1 2 2 2 141 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 142 4 4 2 2 3 4 2 2 4 2 3 3 3 3 4 2 4 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 143 4 2 3 2 2 3 4 2 2 2 4 3 4 2 2 4 2 2 3 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 144 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 2 145 4 4 3 2 3 2 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 2 2 4 2 2 3 4 4 4 3 4 2 4 2 146 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 2 2 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 4 4 3 3 4 1 2 147 4 4 4 1 2 4 4 2 2 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 1 4 2 2 4 2 4 1 4 1 4 148 3 4 4 1 2 4 4 2 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 2 4 1 4 2 2 2 2 4 1 4 1 4

Lapiran 1 INSTRUMEN WAWANCARA

A. Model Pembelajaran 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran hafalan al-Quran?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran hafalan al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

3. Termasuk dalam kegiatan ekstrakulikkuler atau intrakurikuler?

4. Bagaimana proses pembelajaran hafalan al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

5. Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran hafalan al-Quran?

6. Kapan pembelajaran hafalan al-Quran dilaksanakan?

7. Siapa saja yang berperan dalam mendukung program hafalan al-Quran?

B. Hasil Pembelajaran 1. Berapa target hafalan al-Quran dalam satu minggu di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

2. Bagaimana kegiatan evaluasi hasil hafalan al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

3. Upaya apa yang dilakukan agar murid tidak bosan pada waktu pembelajaran?

4. Bagaimana hasil pencapaian dari program hafalan al-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

C. Faktor Penghambat dan Pendukung 1. Apa faktor yang mendukung dalam proses pembelajran hafalanal-Quran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

2. Apa saja faktor penghambat dalam proses pembelajaran di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta?

3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran al-Quran?

4. Bagaimana dampak program hafalan al-Quran bagi murid?

Lapiran 2

Nama : No. Responden : Kelas : Jenis Kelamin :

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tandachecklist (√) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat Anda. Alternatif jawaban dan skor yang disesuaikan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah sebagai berkut: Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (KK) : 2 Sering (SR) : 3 Tidak Pernah (TP) : 1 Adapun skor jawaban petanyaan negatif adalah sebagai berikut: Selalu (S) : 1 Kadang-kadang (KK) : 3 Sering (SR) : 2 Tidak Pernah (TP) : 4

No. Pertanyaan dan Pernyataan S SR KK TP 1. Apakah kegiatan hafalan al-Quran dapat menggangu pembelajaran Anda yang lain? 2. Apakah tujuan atau niat Anda untuk menghafal al-Quran selalu ikhlas? 3. Apakah Anda merasa beribadah ketika hafalan al-Quran? 4. Apakah dengan menghafal al-Quran Anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela? 5. Apakah Anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal al-Quran setelah shalat 5 waktu? 6. Apakah Anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal al-Quran? 7. Apakah Anda merasa menghafal al-Quran itu penting? 8. Apakah Anda sering mengulang hafalan al-Quran di rumah? 9. Apakah orangtua Anda mengetahui perkembangan hafalan al-Quran Anda? 10. Apakah dengan menghafal al-Quran, Anda merasa mempunyai pedoman hidup? 11. Apakah Anda pernah merasa iri melihat hafalan teman Anda bertambah? 12. Apakah motivasi belajar Anda meningkat setelah mengikuti kegiatan hafalan al-Quran? 13. Dalam menghafal al-Quran, apakah Anda selalu melisankan dan menghafalkan dengan ingatan? 14. Apakah Anda selalu hafal bila dikasih hafalan dari sekolah? 15. Sebelum memulai hafalan al-Quran, apakah Anda memilah-milih metode yang cocok terlebih dahulu? 16. Apakah guru/ustadz tahfizh quran Anda selalu memberi motivasi ketika menyetorkan hafalan? 17. Apakah Anda selalu mengikuti metode hafalan al-Quran yang guru/ustadz tahfidzh quran Anda berikan ketika hafalan?

18. Apakah guru/ustadz tahfizh quranAnda mengevaluasi hafalan al-Quran Anda di sekolah? 19. Apakah kegiatan hafalan al-quran membantu Anda dalam kegiatan proses belajar di kelas? 20. Apakah Anda selalu mendapatkan atau memperoleh nilai yang baik dalam mata pelajaran? 21. Apakah guru/ustadz tahfizh quranAnda selalu menggunakan beberapa metode ketika mengajar hafalan? 22. Apakah Anda merasa berdosa ketika tidak menghafalkan ketika guru/ustadztahfizh quran memberikan tugas untuk menghafal di rumah? 23. Apakah nilai-nilai Anda selalu diatas 80 dalam semua pelajaran? 24. Dalam menghafal apakah tujuan Anda untuk mendapatkan nilai tahfizh quran yang tinggi? 25. Nilai pelajaran yag tinggi yang Anda dapatkan apakah ada pengaruhnya dengan tugas hafalan Anda? 26. Apakah orangtua selalu menegur jika Anda tidak menghafal di rumah? 27. Orangtua Saya selalu mendampingi jika Saya menghafal di rumah? 28. Ibu selalu meminta setoran kepada Saya, untuk mengecek apakah Saya sudah siap untuk tugas hafalan di sekolah? 29. Saya selalu berdoa dan berwudhu ketika ingin memulai untuk menghafal? 30. Saya harus konsentrasi dan fokus ketika Saya harus menghafal dan bermain dan melupakan handphone Saya dahulu dan meminta orangtua Saya agar menyimpannya? 31. Apakah Anda pernah tidak mendapatkan waktu ketika harus menyetor hafalan (waktu sudah selesai)? 32. Apakah guru/ustadztahfizh quran pernah meminta orangtua Anda untuk mendampingi hafalan di rumah? 33. Apakah guru/ustadz tahfizh quran pernah meminta orangtua Anda untuk membimbing Anda di rumah? 34. Apakah Anda pernah merasa bosan dalam menghafal al-Quran? 35. Apakah Anda selalu mendapatkan solusi dalam menghadapi kendala menghafal al-Quran?

Lapiran 3

Nama : No. Responden : Kelas : Jenis Kelamin :

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tandachecklist (√) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu. Alternatif jawaban dan skor yang disesuaikan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah sebagai berkut: Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (KK) : 2 Sering (SR) : 3 Tidak Pernah (TP) : 1 Adapun skor jawaban petanyaan negatif adalah sebagai berikut: Selalu (S) : 1 Kadang-kadang (KK) : 3 Sering (SR) : 2 Tidak Pernah (TP) : 4

No. Pertanyaan dan pernyataan S SR KK TP 1. Apakah murid yang hafal setiap tugas tahfizhselalu baik dalam pelajaran lain? 2. Apakah hafal al-Quran mengganggu pelajaran lain ? 3. Apakah murid yang nilai tahfizh-nya tinggi juga mendapatkan nilai yang tinggi pada pelajaran yang lain? 4. Apakah di kelas ibu/bapak muridnya selalu hafal semua (sesuai tugas dan program hafalan al-Quran? 5. Apakah murid yang mendapat nilai tahfizhyang tinggi selalu berakhlak mulia/terpuji? 6. Apakah ketika murid ibu/bapak menghafal selalu dalam keadaan terpaksa saat menjalankan tugasnya? 7. Apakah orangtuamurid selalu mengontrol hasil tahfizhmurid? 8. Apakah guru selalu memberikan motivasi sebelum memulai mengajar tahfizh? 9. Apakah setiap tahunmurid selalu tuntas dalam menghafal 18 juz? 10. Apakah murid yang ingin sekolah di SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus ini dengan persyaratan selalu harus sudah dapat membaca al-Quran ?

Lampiran 4

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode : 01 Bentuk : Gambar Isi Dokumen : Foto Kegiatan Wawancara Tanggal Dokumentasi : 02 Oktober 2018 Tempat : 1. SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta 2. National High Jakarta School Kebon Jeruk, Jakarta 3. Christian SchoolKebon Jeruk, Jakarta Topik Wawancara : Pembiasaan Hafalan al-Quran di sekolah

Bukti Dokumentasi Wawancara dengan Ust. Irwansyah selaku Kepala Sekolah Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Wawancara dengan Ust. Rizki selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, National High Jakarta School Kebon Jeruk, Jakarta.

Wawancara dengan Mrs. Titi selaku kepala sekolah Christian SchoolKebon Jeruk Jakarta.

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode : 02 Bentuk : Gambar Isi Dokumen : Foto Kegiatan Wawancara Tanggal Dokumentasi : 02Nopember 2018 Tempat : SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Topik Wawancara : Pembiasaan Hafalan al-Quran di Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta

Bukti Dokumentasi

Wawancara dengan guru tahfizhkelas IV, V, dan VI SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode : 03 Bentuk : Gambar Isi Dokumen : Foto Gedung Sekolah Tanggal Dokumentasi : 09 Oktober 2018 Tempat : SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta

Bukti Dokumentasi

Suasanaparkir kendaraan bermotor SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana di halaman dapan, belakang, dan dalam SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana di halaman dalam SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana ruang tamu SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana perpustakaan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana kamar mandi murid laki- laki SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

Suasana kamar mandi murid perempuan SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta.

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode : 04 Bentuk : Gambar Isi Dokumen : Foto Kegiatan Tanggal Dokumentasi : 16 Pebruari 2019 Tempat : SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta Topik Wawancara : Pembiasaan Hafalan Al-Qur’an di Azhari Islamic School (AIS)

Bukti Dokumentasi Kegiatan

Kegiatan Tahfizh Competition (LombaTahfizh) SD Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus Jakarta dengan kisi-kisi surah yang dilombakan sebagai berikut: 1. al-Hadiid : 1-6 2. al-Waqi’ah : 1-16 3. ar-Rahman : 1-16 4. al-Qamar : 1-6 5. an-Najm : 1-22 6. at-Thur : 1-14 7. az-Zaariyat : 1-16 8. Qaaf : 1-6 9. al-Hujurat : 1-4 10. al-Fath : 1-5 11. Muhammad : 1-4 12. al-Ahqaf : 1-5 13. al-Jatsiyah : 1-7 14. ad-Dukhaan : 1-9

Kegiatan murid sedang mentalqinkan hafalan al-Quran kepada guru tahfizh.

Kegiatan guru tahfizh sedang mentalqinkan hafalan al-Quran kepada Syekh dari Kairo, Mesir.

Tabel Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 3 Tahun 2018/2019 Bahasa Murid Math Science English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata Indonesia 1. 88 70 93 72 84 90 77 82 2. 97 86 93 96 94 88 86 92 3. 93 85 94 100 95 95 79 92 4. 100 91 92 100 94 88 83 93 5. 93 90 82 92 78 91 79 87 6. 70 70 75 68 86 85 76 76 7. 84 86 84 92 95 90 77 87 8. 100 87 94 98 86 90 85 92 9. 70 70 80 88 77 94 74 79 10. 100 90 94 92 98 87 85 93 11. 91 84 89 100 89 90 81 90 12. 97 97 87 98 93 95 82 93 13. 96 73 89 96 83 88 77 86 14. 96 88 80 92 81 88 83 87 15. 70 90 70 90 82 89 75 81 16. 100 95 90 98 92 95 80 93 17. 100 98 100 100 98 90 88 97 18. 98 100 92 100 82 85 81 92 19. 75 70 84 76 88 88 76 80 20. 85 100 100 94 88 94 77 92 21. 100 100 91 90 86 84 94 93 22. 70 70 82 86 86 87 74 80 23. 87 86 85 94 100 90 78 89 24. 100 100 100 100 70 94 99 95 25. 70 70 81 82 87 89 80 80 26. 98 100 92 100 96 90 83 95

Tabel Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 4 Tahun 2018/2019 Bahasa Murid Math Science English Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata Indonesia 1. 75 60 86 74 70 70 71 71 2. 70 86 90 97 75 78 85 83 3. 74 80 90 81 86 86 80 83 4. 93 100 94 100 100 100 98 98 5. 70 86 86 81 80 70 78 79 6. 80 83 70 90 80 88 73 81 7. 65 76 93 81 70 70 75 81 8. 70 70 96 81 70 70 78 81 9. 70 80 70 86 95 95 79 83 10. 97 100 93 91 93 98 87 95 11. 88 93 86 94 93 92 75 89 12. 70 80 93 96 70 70 77 80 13. 70 86 93 93 90 95 92 89 14. 70 76 96 84 70 87 77 80 15. 88 100 100 100 80 98 86 94 16. 94 93 80 98 93 94 80 91 17. 82 96 86 84 94 98 90 90 18. 77 96 96 94 84 99 93 92 19. 90 92 83 100 99 100 85 93 20. 70 70 93 86 70 70 82 81 21. 79 90 86 90 88 96 83 88 22. 83 96 96 90 99 96 93 94 23. 60 70 83 59 70 70 78 81 24. 70 90 93 83 92 87 83 86 25. 70 76 92 78 35 74 40 67 26. 70 88 96 97 90 95 94 90 27. 70 90 96 91 55 77 68 79 28. 70 70 96 90 95 91 95 89 29. 67 100 92 95 93 92 83 89 30 91 100 100 96 100 99 99 98 31. 74 90 80 95 85 92 87 86 32. 70 70 100 96 95 85 90 87 33. 79 90 88 97 95 98 94 92 34. 65 86 96 78 85 71 85 81

35. 50 70 88 76 75 73 89 75 36. 65 96 84 86 45 75 89 78 37. 71 98 100 91 100 100 95 94 38. 70 86 92 97 100 80 90 88 39. 85 98 100 97 95 96 98 96 40. 70 78 96 95 90 90 81 86 41. 70 96 92 90 100 87 85 89 42. 70 70 96 81 90 74 89 82 43. 70 96 92 90 95 97 95 91 44. 71 84 88 90 70 83 83 82 45. 85 92 88 86 95 90 85 89 46. 70 78 84 61 60 77 40 68 47. 80 85 80 83 70 70 75 86

Tabel Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 5 Tahun 2018/2019 Bahasa Scienc Englis Murid Math Indonesi Islamic Arabic Tahfizh Rata-Rata e h a 1. 80 97 94 89 88 90 87 89 2. 83 93 99 95 93 95 86 92 3. 72 80 77 78 76 79 76 77 4. 83 96 94 85 86 84 82 87 5. 79 89 94 83 90 94 84 88 6. 77 93 97 90 89 95 83 89 7. 89 96 100 88 90 91 89 92 8. 90 96 100 94 86 99 90 94 9. 87 92 100 84 83 92 82 89 10. 82 87 94 93 85 97 81 88 11. 75 92 100 91 77 86 77 85 12. 70 79 94 84 80 74 77 80 13. 90 96 94 76 86 94 84 89 14. 79 96 99 89 88 84 78 88 15. 86 95 99 87 87 90 85 90 16. 72 95 90 81 86 87 86 85 17. 63 84 89 72 80 84 80 79 18. 75 91 97 81 98 98 86 89 19. 86 90 94 80 72 94 91 87 20. 72 90 99 75 86 87 84 85 21. 85 96 100 94 100 100 97 96 22. 82 97 99 91 96 98 96 94 23. 77 93 95 78 88 91 86 87 24. 92 98 100 97 97 100 96 97 25. 62 92 97 84 90 89 87 86 26 82 94 100 100 84 73 89 89 27 75 100 91 100 64 96 95 89 28 75 100 81 92 53 70 79 79 29 72 100 94 90 87 96 86 90 30 86 97 75 94 88 94 92 90 31 71 94 75 74 50 74 82 75 32 98 100 88 98 98 99 98 97 33 73 100 88 92 75 70 90 84

34 81 100 88 98 84 99 98 93 35 75 88 75 96 71 70 88 81 36 75 84 78 85 35 70 75 72 37 76 91 75 86 87 83 82 83 38 81 100 88 99 97 99 88 94 39 85 88 88 98 79 70 85 85 40 81 100 91 93 77 90 80 88 41 79 100 94 96 99 100 96 95 42 85 97 97 99 82 95 86 92 43 72 100 72 82 77 70 97 82 44 70 94 75 67 30 70 75 69 45 71 97 81 87 53 72 80 78 46 83 94 100 100 100 99 92 96 47 71 91 72 81 59 88 80 78 48 78 75 88 92 81 95 85 85 49 70 94 75 97 32 70 76 74 50 80 82 88 85 94 80 87 86

Tabel Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas 6 Tahun 2018/2019 Bahasa Murid Math Science English Islamic Arabic Tahfizh Indonesia Rata-Rata 1. 72 78 85 87 78 96 78 82 2. 79 92 82 86 84 87 77 84 3. 73 77 80 80 76 89 83 80 4. 74 86 84 85 93 94 88 86 5. 77 80 78 83 80 83 78 80 6. 75 90 85 85 80 96 82 85 7. 83 96 87 86 89 94 82 89 8. 79 94 89 90 86 91 85 88 9. 74 89 81 88 83 82 79 83 10. 72 94 92 93 81 94 83 87 11. 78 79 83 84 75 90 82 82 12. 86 94 92 86 85 95 82 89 13. 90 97 96 93 96 100 91 95 14. 82 94 95 88 87 96 84 90 15. 88 93 85 87 88 100 91 91 16. 83 96 86 88 95 98 94 92 17. 70 81 78 83 72 80 77 78 18. 88 93 88 95 90 98 89 92 19. 96 96 92 96 97 100 87 95 20. 78 90 83 85 90 90 80 85 21. 76 79 78 80 71 77 77 77 22. 76 89 87 83 82 91 79 84 23. 78 94 94 88 91 100 92 91 24. 82 93 90 89 90 100 91 90 25. 86 91 88 91 80 100 95 90

Lampiran 7

Apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka distribusi frekuensi variabelnilaitahfizh dapat dilihatsebagai berikut:

DistribusiFrekuensiVariabel Nilai Tahfizh Tahfizh Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 40 2 1,4 1,4 1,4 68 1 ,7 ,7 2,0 71 1 ,7 ,7 2,7 72 1 ,7 ,7 3,4 73 2 1,4 1,4 4,7 74 2 1,4 1,4 6,1 75 5 3,4 3,4 9,5 76 4 2,7 2,7 12,2 77 11 7,4 7,4 19,6 78 7 4,7 4,7 24,3 79 6 4,1 4,1 28,4 80 9 6,1 6,1 34,5 81 4 2,7 2,7 37,2 82 10 6,8 6,8 43,9 83 10 6,8 6,8 50,7 84 4 2,7 2,7 53,4 85 11 7,4 7,4 60,8 86 8 5,4 5,4 66,2 87 5 3,4 3,4 69,6 88 4 2,7 2,7 72,3 89 6 4,1 4,1 76,4 90 5 3,4 3,4 79,7 91 4 2,7 2,7 82,4 92 4 2,7 2,7 85,1 93 2 1,4 1,4 86,5 94 4 2,7 2,7 89,2 95 5 3,4 3,4 92,6 96 3 2,0 2,0 94,6 97 2 1,4 1,4 95,9 98 4 2,7 2,7 98,6 99 2 1,4 1,4 100,0 Total 148 100,0 100,0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

Apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka distribusi frekuensi nilaivariabelprestasiakademikdapatdilihat pada tabel sebagai berikut:

DistribusiFrekuensiVariabel Nilai PrestasiAkademik Prestasi Akademik Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 67,7 1 ,7 ,7 ,7 68,7 1 ,7 ,7 1,4 70,8 1 ,7 ,7 2,0 71,2 1 ,7 ,7 2,7 71,7 1 ,7 ,7 3,4 72,0 1 ,7 ,7 4,1 72,5 1 ,7 ,7 4,7 73,0 2 1,4 1,4 6,1 75,2 1 ,7 ,7 6,8 75,7 1 ,7 ,7 7,4 75,8 1 ,7 ,7 8,1 76,2 1 ,7 ,7 8,8 76,5 1 ,7 ,7 9,5 76,8 2 1,4 1,4 10,8 77,0 2 1,4 1,4 12,2 77,3 1 ,7 ,7 12,8 77,7 1 ,7 ,7 13,5 77,8 1 ,7 ,7 14,2 78,5 1 ,7 ,7 14,9 78,6 1 ,7 ,7 15,5 78,8 2 1,4 1,4 16,9 79,2 2 1,4 1,4 18,2 79,8 4 2,7 2,7 20,9 80,1 1 ,7 ,7 21,6 80,2 5 3,4 3,4 25,0 80,5 1 ,7 ,7 25,7 81,0 1 ,7 ,7 26,4 81,5 1 ,7 ,7 27,0 81,8 2 1,4 1,4 28,4 82,7 3 2,0 2,0 30,4 82,8 3 2,0 2,0 32,4 83,0 2 1,4 1,4 33,8 84,7 2 1,4 1,4 35,1 84,8 2 1,4 1,4 36,5 85,0 1 ,7 ,7 37,2 85,2 2 1,4 1,4 38,5 85,3 1 ,7 ,7 39,2

Prestasi Akademik Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 85,6 1 ,7 ,7 39,9 85,8 1 ,7 ,7 40,5 85,9 1 ,7 ,7 41,2 86,0 4 2,7 2,7 43,9 86,5 1 ,7 ,7 44,6 86,8 1 ,7 ,7 45,3 87,0 1 ,7 ,7 45,9 87,5 3 2,0 2,0 48,0 87,7 3 2,0 2,0 50,0 87,8 1 ,7 ,7 50,7 87,9 1 ,7 ,7 51,4 88,1 1 ,7 ,7 52,0 88,2 2 1,4 1,4 53,4 88,5 1 ,7 ,7 54,1 88,7 1 ,7 ,7 54,7 88,8 1 ,7 ,7 55,4 89,0 1 ,7 ,7 56,1 89,1 1 ,7 ,7 56,8 89,2 2 1,4 1,4 58,1 89,3 4 2,7 2,7 60,8 89,6 2 1,4 1,4 62,2 89,7 2 1,4 1,4 63,5 89,8 2 1,4 1,4 64,9 89,9 1 ,7 ,7 65,5 90,0 2 1,4 1,4 66,9 90,1 1 ,7 ,7 67,6 90,2 1 ,7 ,7 68,2 90,3 2 1,4 1,4 69,6 90,5 1 ,7 ,7 70,3 90,6 1 ,7 ,7 70,9 90,7 1 ,7 ,7 71,6 90,8 1 ,7 ,7 72,3 91,0 3 2,0 2,0 74,3 91,2 1 ,7 ,7 75,0 91,7 1 ,7 ,7 75,7 91,8 1 ,7 ,7 76,4 92,0 2 1,4 1,4 77,7 92,3 2 1,4 1,4 79,1 92,5 2 1,4 1,4 80,4 92,8 1 ,7 ,7 81,1 92,9 1 ,7 ,7 81,8

Prestasi Akademik Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 93,3 2 1,4 1,4 83,1 93,5 2 1,4 1,4 84,5 93,7 1 ,7 ,7 85,1 93,8 1 ,7 ,7 85,8 94,0 3 2,0 2,0 87,8 94,2 2 1,4 1,4 89,2 94,3 1 ,7 ,7 89,9 94,5 1 ,7 ,7 90,5 94,7 1 ,7 ,7 91,2 95,0 1 ,7 ,7 91,9 95,2 1 ,7 ,7 92,6 95,3 2 1,4 1,4 93,9 95,8 1 ,7 ,7 94,6 96,0 2 1,4 1,4 95,9 96,2 1 ,7 ,7 96,6 96,8 1 ,7 ,7 97,3 97,3 1 ,7 ,7 98,0 97,7 2 1,4 1,4 99,3 97,8 1 ,7 ,7 100,0 Total 148 100,0 100,0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

Hasil Uji ValiditasMenurutButirPernyataan Butir Pernyataan r-hitung r-tabel Kesimpulan P1 Apakah kegiatan hafalan al-Quran dapat menggangu pembelajaran Anda ,375** 0,161 Valid yang lain? P2 Apakah tujuan atau niat Anda untuk ,193* 0,161 Valid menghafal al-Quran selalu ikhlas? P3 Apakah Anda merasa beribadah ,284** 0,161 Valid ketika hafalan al-Quran? P4 Apakah dengan menghafal al-Quran Anda merasa terjauh dari sifat ,428** 0,161 Valid madzmumah atau tercela? P5 Apakah Anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal al-Quran ,224** 0,161 Valid setelah shalat 5 waktu? P6 Apakah Anda tidak pernah merasa ,164* 0,161 Valid jenuh dalam menghafal al-Quran? P7 Apakah Anda merasa menghafal ,254** 0,161 Valid al-Quran itu penting? P8 Apakah Anda sering mengulang ,486** 0,161 Valid hafalan al-Quran di rumah? P9 Apakah orangtuaAnda mengetahui perkembangan hafalan al-Quran ,562** 0,161 Valid Anda? P10 Apakah dengan menghafal al-Quran, Anda merasa mempunyai pedoman ,479** 0,161 Valid hidup? P11 Apakah Anda pernah merasa iri melihat hafalan teman Anda ,211* 0,161 Valid bertambah? P12 Apakah motivasi belajar Anda meningkat setelah mengikuti kegiatan ,352** 0,161 Valid hafalan al-Quran? P13 Dalam menghafal al-Quran, apakah Anda selalu melisankan dan ,343** 0,161 Valid menghafalkan dengan ingatan? P14 Apakah Anda selalu hafal bila dikasih ,496** 0,161 Valid hafalan dari sekolah? P15 Sebelum memulai hafalan al-Quran, apakah Anda memilah-milih metode 0,028 0,161 Tidak Valid yang cocok terlebih dahulu? P16 Apakah guru/ustadz tahfizh quranAnda selalu memberi motivasi ,334** 0,161 Valid ketika menyetorkan hafalan?

Butir Pernyataan r-hitung r-tabel Kesimpulan P17 Apakah Anda selalu mengikuti metode hafalan al-Quran yang ,356** 0,161 Valid guru/ustadz tahfizh quranAnda berikan ketika hafalan? P18 Apakah guru/ustadz tahfizh quranAnda mengevaluasi hafalan al- ,433** 0,161 Valid Quran Anda di sekolah? P19 Apakah kegiatan hafalan al-quran membantu Anda dalam kegiatan ,250** 0,161 Valid proses belajar di kelas? P20 Apakah Anda selalu mendapatkan atau memperoleh nilai yang baik ,264** 0,161 Valid dalam mata pelajaran? P21 Apakah guru/ustadz tahfizh quranAnda selalu menggunakan ,407** 0,161 Valid beberapa metode ketika mengajar hafalan? P22 Apakah Anda merasa berdosa ketika tidak menghafalkan ketika ,483** 0,161 Valid guru/ustadz tahfizh quranmemberikan tugas untuk menghafal di rumah? P23 Apakah nilai-nilai Anda selalu diatas 0,142 0,161 Tidak Valid 80 dalam semua pelajaran? P24 Dalam menghafal apakah tujuan Anda untuk mendapatkan nilai tahfizh ,496** 0,161 Valid quranyang tinggi? P25 Nilai pelajaran yag tinggi yang Anda dapatkan apakah ada pengaruhnya ,294** 0,161 Valid dengan tugas hafalan Anda? P26 Apakah orangtua selalu menegur jika 0,145 0,161 Tidak Valid Anda tidak menghafal di rumah? P27 OrangtuaSaya selalu mendampingi ,512** 0,161 Valid jika Saya menghafal di rumah? P28 Ibu selalu meminta setoran kepada Saya, untuk mengecek apakah Saya ,580** 0,161 Valid sudah siap untuk tugas hafalan di sekolah? P29 Saya selalu berdoa dan berwudhu ketika ingin memulai untuk ,643** 0,161 Valid menghafal?

Butir Pernyataan r-hitung r-tabel Kesimpulan P30 Saya harus konsentrasi dan fokus ketika Saya harus menghafal dan bermain dan melupakan ,528** 0,161 Valid handphoneSaya dahulu dan meminta orangtuaSaya agar menyimpannya? P31 Apakah Anda pernah tidak mendapatkan waktu ketika harus ,235** 0,161 Valid menyetor hafalan (waktu sudah selesai)? P32 Apakah guru/ustadz tahfizh quranpernah meminta orangtuaAnda ,401** 0,161 Valid untuk mendampingi ketika hafalan di rumah? P33 Apakah guru/ustadz tahfizh quranpernah meminta orangtuaAnda ,608** 0,161 Valid untuk membimbing Anda di rumah? P34 Apakah Anda pernah merasa bosan -0,017 0,161 Tidak Valid dalam menghafal al-Quran? P35 Apakah Anda selalu mendapatkan solusi dalam menghadapi kendala ,490** 0,161 Valid menghafal al-Quran? **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach’s Alpha

Item Deleted if Item Deleted Total Correlation if Item Deleted P1 85,49 115,054 ,319 ,823 P2 86,23 116,559 ,109 ,829 P3 85,91 115,128 ,227 ,825 P4 86,34 110,511 ,371 ,821 P5 86,76 116,267 ,155 ,827 P6 86,01 117,150 ,111 ,828 P7 85,57 115,253 ,215 ,826 P8 86,49 110,306 ,449 ,818 P9 86,05 108,283 ,508 ,815 P10 85,91 110,794 ,436 ,819 P11 86,45 115,759 ,107 ,831 P12 86,54 113,148 ,302 ,823 P13 86,37 113,745 ,250 ,825 P14 86,27 110,226 ,433 ,818 P16 86,02 112,673 ,301 ,823 P17 86,45 113,813 ,228 ,826 P18 85,94 110,983 ,419 ,819 P19 86,36 115,471 ,165 ,828 P20 86,36 115,648 ,188 ,826 P21 86,26 112,124 ,359 ,821 P22 86,20 109,673 ,439 ,818 P24 86,01 109,707 ,422 ,819 P25 86,73 114,716 ,207 ,826 P27 86,38 108,917 ,464 ,817 P28 86,34 107,191 ,529 ,814 P29 86,29 106,983 ,613 ,812 P30 86,12 109,373 ,451 ,818 P31 86,00 116,163 ,158 ,827 P32 86,22 111,422 ,301 ,824 P33 86,03 107,978 ,568 ,814 P35 86,33 112,114 ,407 ,820 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS V.24

GLOSARIUM

Afektif : Ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Agresif : Keinginan mendominasi sesuatu dengan cara yang kurang baik. Akademik : Disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu yang mencakup program Pendidikan dasar, menengah, atas, sarjana, magister dan doktor. Aktivitas : Kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu yang dilakukan atau keinginan-keinginan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Aktualisasi Diri : Keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. Akuntabel : Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Analisis Jalur : Teknik pengembangan dari regesi linear ganda yang digunakan untuk mrnguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variable. Animo Masyarakat : Hasrat dan keinginan yang kuat oleh sekelompok orang dalam golongan tertentu untuk melakukan atau mengikuti sesuatu. Asertif : Suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Aspek Fisiologis : Kondisi orga-organ siswa, seperti tingkat Kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap infromasi dan pengetahuan. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan echonic (gema dan citra). Aspek Keihsanan : Tingkat agama seseorang yang rajin berbuat kebaikan kerena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya. Aspek Keislaman : Segala sesuatu yang menyangkut agama islam, baik itu hukum, rukun, dan lainnya. Aspek Psikologi : Pengintretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya berlandaskan ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dari kegiatan Jiwa. Atribusi Tipikal : Cara seseorang dalam membuat keputusan tentang sesuatu dengan merasakannya dan atau men- deskripsikan hal tersebut. Bakat Murid : Kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Belajar : Perubahan yang relative permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau Latihan yang kuat. Efektivitas : Pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan. Efisiensi Ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Ego Enhancement : Ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Eksakta : Bidang ilmu tentang hal-hal yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan serta dapat dbuktikan dengan pasti. Ekspektasi Nilai : Ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai mereka berikan pada kesuksesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakukan perilaku yang terkait prestasi. Ekstrakurikuler : Kegiatan non pelajaran formal yang dilakukan peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar. Ekstrinsik : Berasal dari luar dan bukan merupakan bagian yang termasuk pada isinya. Emosi : Keadaab dan reaksi psikologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif. Esensial : Sesuatu yang langsung mengarah pada pokok pentingnya atau sesuatu yang mendasar. Evaluasi : Kemampuan untuk berfikir dan memberikan penilaian serta pertimbangan nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Ex Post Facto : Penelitian yang dilakukan setelah apa yang akan diteliti itu terjadi. Faktor Internal : Faktor dari dalamdiri siswa yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani. Faktor Eksternal : Faktor lingkungan social dan lingkungan non-sosial. Faktor Pendukung : Semua faktor yang sifatnya turut mendorong, menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat dan sebagainya terjadinya sesuatu. Faktor Penghambat : Semua jenis faktor yang sifatnya menghambat (menjadikan lambat) atau bahkan menghalangi dan menahan terjadinya sesuatu. Faktor-faktor yang : Penyebab yang ikut terkait dalam hubungannya dengan Mempengaruhi keberhasilan, pencapaian individu dalam berbagai Prestasi Belajar macam disiplin ilmu. Golden Age : Usia masa keemasan anak yang merupakan masa paling penting untuk mengoptimalkan pertumbuh-an dan perkembangannya. Hal ini terjadi pada usia lima tahun pertama. Hafalan : Kegiatan mengingat, mengulang beberapa kata/kalimat tanpa melihat teks. Inovatif : Kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru. Integratif : Penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Interdisipliner : Pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Intrinsik : Berasal dari dalam dan merupakan bagian yang termasuk pada isinya. Itqan : Kokoh, sempurna, arsitektur indah pada tiap-tiap sesuatunya. Kaizen : Konsep tunggal dalam manajemen Jepang yang paling penting dan merupakan kunci sukses Jepang dalam persaingan. Karakter : Tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Kecerdasan kultural : Segala yang terkait dengan kebudayaan sangat kompleks meliputi tiga wilayah. Keimanan : Usaha-usaha memahami, meyakini kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini. Kemampuan : kecakapan memelihara atau menjaga al-Quran sebagai Menghafal wahyu allah melalui proses meresapkan lafaz-lafaz ayat al-Quran al-quran sesuai dengan kaidah-kaidah membaca al- Quran ke dalam pikiran agar bisa mengingat dan melafalkannya kembali tanpa melihat mushaf atau tulisan. Kognitif : Kemampuan yang mencakup kegiatan mental (otak menyangkut aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional Konsep Diri : Cara pandang dan sikap terhadap dirinya sendiri. Konsep diri sangat erat hubungannya dengan dimensi fisik, karakter individu dan motivasi diri. Pandangan diri atau konsep diri ini mencakup berbagai kekuatan individual dan juga kelemahannya bahkan termasuk kegagalannya. Konstruktivisme : Pembelajaran yang bersifat generatfi, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivistik : Metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Korelasi : Salah satu tehnik analisis dalam statistic yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable yang bersifat kuantitatif Kuesioner : Alat riset atau survey yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau daftar pertanyaan Kurikulum : Perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Leger : Daftar nilai asli siswa sebelum dipindahkan ke dalam buku laporan pendidikan (rapor). Manipulatif : Penampilan kebohongan dalam pesan yang tidak sesuai dengan kenyataan Metode Muraja’ah : Salah satu solusi untuk selalu mengingat hafalan kita atau melestarikan dan menjaga kelancaran hafapaln al- Qur’an Metode Talaqqi : Presentasi hafalan sang murid kepada gurunya. Metode Talqin : Pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengna membaca satu ayat, lalu ditirukan sang murid secara berulang-ulang sehingga menempel di hatinya. Metode Tanzih : Metode pembelajaran yang memosisikan guru sumber dari materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi hafalan dengan sistematis, ayat demi ayat tanpa diloncat dan tanpa mengurangi satu huruf pun sesuai dengan sumber aslinya sebagaimana diwahyukan. Metode Setoran : Suatu strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan hafalan anak secara individu Metode Sorogan : Kegiatan yang dilakukan lembaga pendidikan agar bisa mengetahui perkembangan hafalan para murid dari hari ke hari sesuai target yang diberikan, menambah semangat para murid dalam menghafal al-Qur’an karena strategi sorogan ini mudah dan bisa diterpkan ke semua murid Mufassir : Seorang yang mengartikan atau melakukan penafsiran sebuah ayat sesuai arti dalam bahasa setempat secara tekstual dan kontekstual Mushaf : Lembaran naskah lama (di sini mushaf berisi tulisan ayat- ayat al-Qur’an. Neuron : Satuan kerja utama dari sistem syaraf yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu rangsangan Paradigma : Sebuah cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan. Parsial : Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan. Pedagogi : Ilmu, seni atau strategi dalam menjadi seorang guru atau pendidik Pendekatan : Pendekatan dengan berlandaskan prestasi siswa atau Achieving terdidik. Pendekatan : Menggunakan cara-cara yang digunakan oleh disiplin Anthropogis ilmu Antropologi dalam melihat suatu masalah dalam upaya memahami suatu gejala sosial Pendekatan : Penelitian secara ilmu yang berkaitan dengan proses Psikologi mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku. Diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Prestasi Akademik : Hasil pelajaran yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Privilese : Hak istimewa yang diberikan apabila telah mencapai target, tujuan, atau pencapaian tertentu. Psikomotorik : Ranah yang berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Renaisance : Kumpulan orang-orang yang memiliki gagasan serta sikap yang secara umum bertujuan untuk menyusun standar dunia baru yang modern. Responden : Penjawab, atas pertanyaan yang diajukan untuk Penelitian kepentingan penelitian. Retensi Informasi : Penyimpanan, penahanan informasi (dalam hal ini terdapat pada memori otak manusia) Sampel : Bagian terkecil dai populasi yang merupakan objek penelitian pada sebuah karya ilmiah. Sertifikasi : Suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional atau institusi pemerintah terhadap seseorang atau lembaga untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik. Shakeholders : Bagian penting sebuah organisasi yang memiliki peran secara aktif maupun pasif untuk mengembangkan tujuannya. Strategi Kognitif : Belajar bagaimana cara belajar, cara mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analisis kita yang melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi. Supervise : Rangkaian kegiatan untuk membantu pimpinan untuk mengembangkan proses pengolahan suatu kegiatan untuk mencapai target dari kegiatan tersebut. Tahfiz : Kegiatan menghafal, dan memahami isi kandungan al- Qur’an Tahrin : Ujian tahfidz dalam bentuk tulisan Taksonomi : Ilmu yang khusus mempelajari mengenai klasifikasi makhluk hidup. Teknik Analisis : Tata cara penyelidikan yang berusaha menguraikan Konten secara objektif, sistematik dan kuantitatif. Teori Atribusi : Membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dan pencapaian dalam situasi yang berkaitan dengan prestasi. Uji Hipotesis : Menganalisa sesuatu yang dianggap benar untuk alas an atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar. Uji Linearitas : Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahuo apakah variable bebas memiliki hubungan linier atau tidak dengan variable terikat. Uji Normalitas : Kegiatan mengkaji apakah sampel random yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Reabilitas : Alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variable atau konstruk. Uji Validitas : Pengujian untuk membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur data itu valid. Ukhrawi : Sebuah pemahaman seseorang tentang alam akhirat. Variable Bebas : Variable yang mempengaruhi. Variabel Terikat : Variable yang terpengaruhi. Visibel : Sesuatu yang dapat dilihat dan diteliti. Wawancara : Proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individu dan kadang kala dilakukan secara kelompok. Zone of Proximal : Jenis tugas yang sulit untuk dipelajari sendiri oleh anak- Development anak, namun dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Notula Ujian PendahuluanDisertasi Senin, 16 Desember 2019

Nama : Sakinah Assegaf NIM : 31151200100088 Program Studi : Pengkajian Islam Konsentrasi : Pendidikan Islam JudulDisertasi : Hafalan Quran dan Prestasi Belajar: Studi Kasus di Sekolah Dasar (SD) Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan Penguji : Prof. Dr. Didin Saepudin, MA(Ketua Sidang/merangkapPenguji) Prof. Dr. Husni Rahim(Penguji) Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag(Penguji) Prof. Dr. Sutjipto(Penguji) Prof. Dr. Suwito, MA(Pembimbing/merangkapPenguji) Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si(Pembimbing/merangkapPenguji) SekretarisSidang : Arief Mahmudi

Pertanyaan, Saran dan Komentar dari Para Penguji:

Prof. Dr. Didin Saepudin, MA (tidak mengajukan pertanyaan, saran dan komentar)

Prof. Dr. Husni Rahim 1. Judul disertasi Anda menarik jika dikaitkan dengan pernyataan Mendiknas Nadiem Makarim baru-baru ini. Saya berharap rumusan masalah yang Anda buat dan jawabannya dapat berkontribusi terhadap diskursus hafalan dalam dunia pendidikan. 2. Apakah Anda memiliki data per kelas yang menunjukkan semakin banyak hafalan maka semakin tinggi kecerdasan siswa? 3. Anda menyatakan di halaman 103 bahwa Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan menggunakan kurikulum Inggris dan Mesir. Menurut saya ini terlalu abstrak. Mohon perjelas nama kurikulumnya agar pembaca menjadi jelas. 4. Saya membaca bahwa siswa di Azhari Islamic School (AIS) Lebak Bulus, Jakarta Selatan adalah anak-anak pilihan, baik dari segi akademik maupun kemampuan finansial orang tuanya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sekolah ini menggunakan best input. Coba Anda melakukan pembandingan dengan sekolah yang siswanya tidak menggunakan best input. 5. Apa penjelasan Anda terhadap jawaban-jawaban responden (siswa) yang menyatakan jenuh dalam menghafal Al-Qur’an? Bagaimana perlakuan sekolah terhadap kejenuhan ini? 6. Mengapa sekolah yang Anda teliti melakukan langkah-langkah yang sejalan dalam mensukseskan Ujian Nasional (UN) berupa try out, padahal sekolah ini menggunakan kurikulum Inggris dan Mesir? 7. Halaman 128: apakah memang di sekolah yang Anda teliti tidak ada guru kelas? Mengapa tidak tercantum guru kelas di dalam struktur sekolah? Mohon ditambahkan. 8. Halaman 124, angka 3). tidak ada penjelasan apa-apa. Mengapa demikian?

Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag 1. Mohon dalami lagi buku Metodologi Penelitian Kombinasikarya Prof. Sugiyono. 2. Analisis Anda mengenai hafalan ada di halaman berapa? 3. Ada berapa macam metode menghafal Al-Qur’an? Dari semua metode tersebut, metode yang manakah yang Anda gunakan? 4. Mohon fokus saja pada kelas 3. Kelas 1 dan 2 tidak perlu. 5. Menghafal Al-Qur’an di sekolah yang Anda teliti apakah hanya sekadar menghafal ataukah juga untuk mempelajari ilmu tajwid-nya? 6. Tujuan penelitian: apakah iya siswa SD dituntut untuk mengamalkan isi Al- Qur’an? Mengenai hal ini, mohon lebih terukur. 7. Apakah Anda melakukan tes sendiri terhadap mata-mata pelajaran di sekolah ini? 8. Apakah Anda meyakini bahwa nilai rapor siswa di sekolah yang Anda teliti itu benar-benar murni? 9. Abstrak: saya tidak melihat adanya perdebatan akademik. Sistematika abstrak Anda juga tidak sesuai dengan Pedoman Akademik yang berlaku di SPs UIN Jakarta. Mohon dicek kembali dan perbaiki.

Prof. Dr. Sutjipto 1. Sebenarnya saya agak bingung membaca disertasi Anda. Apa sebenarnya yang ingin Anda ketahui melalui penelitian? “Hafalan” atau “menghafal”? 2. Anda menggunakan mix method sehingga harus jelas dulu mana yang kuantitatif dan mana yang kualitatif, dan penelitian mana menjawab pertanyaan yang mana? 3. Apakah yang Anda maksud dengan “prestasi belajar”? Pelajaran tertentukah atau seluruh pelajaran? Bagaimana cara mengukurnya? 4. Jika Anda hanya ingin mengetahui tapi tidak termasuk dalam tujuan penelitian Anda sebaiknya Anda buang saja. 5. Pada penelitian kuantitatif, karena Anda ingin melakukan konfirmasi, maka teori belajar, term dan data prestasi belajar serta instrumen penelitian harus jelas. 6. Metodologi penelitian: Anda tidak menjelaskan objek penelitian. Mohon Anda jelaskan di dalam disertasi ini. 7. “Purposive sample” di sini siswa ataukah sekolah?

Prof. Dr. Suwito, MA 1. Perumusan masalah: pertanyaan pertama itu karena Anda tahu atau karena Anda tidak tahu? 2. Pertanyaan yang berawal dari ketidaktahuan Anda jawabannya ada di bab-bab. 3. Pertanyaan untuk kesimpulan ada di halaman berapa? 4. Apa kesimpulan disertasi Anda? 5. Apa kalimat di akhir bab III? 6. Halaman 163: apakah benar bahwa itu adalah jawaban dari pertanyaan Anda? Agar dicek kembali 7. Bab II dan III semestinya mayoritas namun yang Anda buat justru minim. Agar ditambahkan. 8. Saran saya, buatlah pertanyaan yang untuk dijawab di kesimpulan. 9. Saran saya, kesimpulan disertasi jangan berupa laporan, ringkasan, penilaian, atau uraian melainkan pernyataan yang berisi kaidah atau teori. 10. Kesimpulan jangan mengulang redaksi judul.

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si 1. Metodologi kuantitatif agar dicek kembali. 2. Judul disertasi agar dipertimbangkan untuk diubah. Jika bisa, hilangkan “Studi Kasus”. 3. Logika yang dibangun dalam disertasi harus berlandaskan pada teori-teori dari sumber yang otoritatif.