Download (8MB)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Download (8MB) Lembaga Penerbitan UNAS Lembaga Penerbitan UNAS Lembaga Penerbitan UNAS Lembaga Penerbitan UNAS YUMETRI ABIDIN PENGANTAR POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA LEMBAGA PENERBITAN UNAS PENGANTAR POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA Penulis : YUMETRI ABIDIN Editor : Zikri Neni Iska Ilustrator : Syauqi, Yuzi Filzi Diterbitkan : UNAS PRESS- Universitas Nasional, Jakarta. Cetakan Pertama. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Abidin, Yumetri Pengantar Politik Luar Negeri Indonesia, Editor: Neni Iska, Zikri . Cet. 1 – Jakarta: Lembaga Penerbitan UNAS, 2019 Vi + 285 hlm; 150 X 230 mm ISBN : 978-623-7376-19-4 I. Buku II. Judul III. Zikri Neni Iska KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan pada Allah SWT, yang telah memeberikan rahmat dan Hidayah, sehingga dapat diterbitkan Buku Pengantar Politik Luar Negeri Indonesia. Semoga bermanfaat bagi masyarakat dan negara, khususnya bagi diri penulis. Aamin. Kajian Pengantar Politik luar negeri Indonesia dimulai dari pengertian politik luar negeri dan dilanjutkan dengan pendekatan teori-teori politik luar negeri. Prinsip dasar Politik Luar Negeri Indonesia sebagai acuan dalam kebijakan yang diambil pemerintah, dalam hal ini Presiden sebagai kepala negara memperjuangkan kepentingan nasional di dunia internasional yang dimulai dari zaman kemerdekaan hingga sekarang. Untuk mengkaji lebih dalam buku ini akan membahas kebijakan yang diambil dari periodesasi presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintah. Dimulai dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo. Masing-masing Presiden mempunyai ciri khas dalam mengambil kebijakan luar negeri Indonesia sesuai dengan sosok kepribadian dan kepentingan nasional Indonesia pada kurun waktu itu. Kebijakan luar negeri suatu negara sangat dipengaruhi oleh karakter dari kepala negara pada saat itu, yaitu presiden. Dalam hal ini melihat profil dari masing-masing Presiden mulai dari kelahiran, keluarga, pendidikan, pekerjaan, karier politik sampai dengan kebijakan domestik yang telah diambil. Kebijakan domestik ini sangat mempengaruhi atas kebijakan luar negeri yang akan diambil. Dalam kata lain kondisi dalam iii negeri sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri yang akan dikeluarkan oleh Presiden pada kurun waktu tertentu. Dari pendekatan perspektif sejarah akan menjadi study komperatif tentang pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri. Hal ini akan menjadi dasar analisis tentang prospek politik luar negeri Indonesia ke depan. Demikianlah buku ini disusun sebagai bahan referensi mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan hubungan internasional pada mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyusun buku ini sampai dapat diterbitkan. Penulis menyadari bahwa ada kekurangan dalam penyusunan buku ini. Penulis menerima kritik dan saran agar buku ini dapat disempurnakan. Jakarta, 25 Nopember 2019 Wasalam, Penulis. Yumetri Abidin iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I : PENDAHULUAN 1 BAB II : Prinsip Dasar Politik Luar Negeri Indonesia. 23 BAB III : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Soekarno. 35 BAB IV : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Soeharto. 91 BAB V : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden BJ. Habibie. 118 BAB VI : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Abdurrahman Wahid. 142 BAB VII : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Megawati. 179 BAB VIII : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 200 v BAB IX : Politik Luar Negeri Indonesia Masa Presiden Joko Widodo. 234 DAFTAR PUSTAKA 271 vi BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Politik Luar Negeri Pengertian politik luar negeri secara umum adalah arah kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lain dengan tujuan untuk kepentingan nasional negara tersebut dalam lingkup dunia internasional. Hal ini merupakan seperangkat pedoman untuk memilih tindakan yang ditujukan keluar wilayah suatu negara atau sistem tindakan-tindakan dari suatu pemerintah terhadap pemerintahan lainnya. Politik luar negeri yang dijalankan oleh setiap negara pada dasarnya merupakan suatu komitmen berupa strategi dasar dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya. Politik luar negeri juga menjadi cerminan dari keinginan dan aspirasi seluruh rakyat suatu negara yang harus diperjuangkan pemerintahnya di luar negeri. Definisi lain politik luar negeri (foreign policy) yaitu merupakan strategi suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain berdasarkan nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan dan memajukan kepentingan nasional negara tersebut di dalam kancah dunia internasional. Oleh karena itu, setiap negara mempunyai kebijakan dan strategi politik luar negeri sendiri tergantung pada tujuan nasional masing masing negara. 1 Kebijakan politik luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor dalam negeri dan faktor luar negeri. Hal ini dikarenakan bentuk strategi politik luar negeri merupakan 1 Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochammad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal 48 1 cerminan dari aspirasi seluruh rakyat sebuah negara yang harus diperjuangkan pemerintah di hadapan dunia internasional. Politik luar negeri mempunyai definisi yang berbeda- beda dari para ahli. Namun, dalam masyarakat secara umum, politik luar negeri adalah sebuah hubungan atau kerjasama antar negara dalam lingkup internasional atau dengan negara tetangga. Definisi politik luar negeri menurut para ahli, yaitu : Menurut J.R Childs J.R Childs mendefinisikan politik luar negeri secara singkat, yaitu sebagai popok-pokok yang menjadi dasar hubungan luar negeri suatu negara. Hubungan tersebut dapat bersifat regional; dengan negara tetangga atau dengan negara yang berada dalam satu wilayah, dan hubungan internasional ; negara-negara seluruh dunia dan organisasi-organisasi yang ada. Menurut Riza Sihbudi Menurut Riza Sihbudi, seorang pakar ilmu politik dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), politik luar negeri adalah kelanjutan atau perpanjangan tangan dari politik dalam negeri suatu negara. Politik luar negeri adalah sebuah kebijakan politik yang berhubungan dengan tujuan pembangunan dalam suatu negara. Ada juga beberapa ahli yang mendefinisikan politik luar negeri berdasarkan teori hubungan internasional. Politik luar negeri menurut teori ini adalah sebuah dasar pemahaman tentang ideologi-ideolodgi negara di dunia dan hubungan kerjasama dengan negara-negara tersebut dalam rangka mencapai tujuan nasional. Goldstein 2 Menurut Goldstein, politik luar negeri mencakup pada kebijakan atau strategi yang diterapkan pemeirntah suatu negara yang menjadi pedoman hubungannya dengan negara lain di dunia internasional. Plano dan Olton Menurut Plano dan Olton, politik luar negeri adalah serangkaian kebijakan, strategi, dan rencana tindakan yang akan dibuat oleh para petinggi negara sebagai pembuat keputusan dan kebijakan. Politik luar negeri ini nantinya akan menentukan sikap bagaimana jika menghadapi negara lain dan atau unit politik secara internasional. Hudson : Menurut definisi Hudson yang menyatakan bahwa pengertian politik luar negeri adalah sub-disiplin dari hubungan internasional tentang politik luar negeri untuk menjadi panduan bagi negara-negara lain yang ingin bersahabat dan bermusuhan dengan negara tersebut. Crabb Jr. dalam Couloumbis & Wolfe. Politik luar negeri terdiri dari dua elemen, yaitu tujuan nasional yang akan dicapai dan alat-alat untuk mencapainya. Interaksi antara tujuan nasional dengan sumber-sumber untuk mencapainya merupakan subjek kenegaraan yang abadi. Dua sisi ini saling terkait yang alatnya adalah kekuatan nasional dan kepentingan nasional pada kurun waktu tertentu yang dirumuskan oleh elite politik.2 2 Couloumbis, Theodore A. & John H. Wolfe, 1985. Introduction to International Relations, Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Hal 234. 3 Perwita & Yani. Politik luar negeri adalah suatu perangkat yang digunakan untuk mempertahankan atau memajukan kepentingan nasional dalam percaturan dunia internasional, melalui suatu strategi atau rencana yang dibuat oleh para pengambil keputusan yang disebut kebijakan luar negeri.3 Dari semua pengertian tentang politik luar negeri akhirnya kita dapat menyimpulkan tujuan dilakukan Politik Luar Negeri. Secara singkat bisa kita katakan bahwa tujuan politik luar negeri adalah untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan politik luar negeri tersebut menggambarkan tentang masa depan suatu negara yang diawali dari penetapan kebijakan dan keputusan yang didasarkan kepada kepentingan nasional. Politik luar negeri merupakan suatu kebijakan, sikap, dan langkah – langkah yang dilakukan oleh suatu Negara dalam melakukan hubungan luar negerinya dengan Negara lain, baik dengan organisasi internasional, dan subjek hukum internasional lainnya, dengan tujuan untuk mencapai kepentingan Negara yang melakukan politik luar negeri tersebut. Politik luar negeri dapat menjadi pedoman bagi sebuah Negara dalam menjalankan tindakan yang akan dilakukannya jika berhubungan dengan Negara lain, agar tujuan nasional negaranya dapat tercapai. Formulasi politik luar negeri dapat berarti komponen komponen yang diperlukan untuk melahirkan politik luar negeri, dalam formulasi dan rumusan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa formulasi politik luar negeri adalah hal hal yang diperlukan sehingga terwujud sebuah politik luar negeri untuk tujuan
Recommended publications
  • The Role of Indonesia in Asean Under Jokowi's Pro-People Diplomacy
    Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Universitas Bakrie, Jakarta. 2-3 Mei 2016 THE ROLE OF INDONESIA IN ASEAN UNDER JOKOWI’S PRO-PEOPLE DIPLOMACY Muhammad Tri Andika1 Abstract 2016 is the very important moment for ASEAN, particularly ASEAN will be economically integrated under ASEAN Economic Community framework. Certainly this would be a challenge for all ASEAN members, including Indonesia. In making AEC could produce more benefit for the members, inevitably it needs more active role from state in the region. However, it seems interesting case for Indonesia when this situation linked with the current foreign policy. Under Jokowi’s administration, he promoted “down to earth diplomacy” or also known as “pro-people diplomacy”. It seems this policy will mostly be inward-looking paradigm compared with his predecessor who emphasized strengthened role of Indonesia in the region. Against this background, this article explores the role of Indonesia in ASEAN under a new and inward-looking president. How Indonesia should take significant presence in ASEAN under Jokowi’s “down to earth diplomacy”? What are the most likely challenges for Indonesia in dealing with ASEAN that would arise under this new situation? This article suggests that Jokowi’s administration should take careful action in defining pro-people diplomacy in order to avoid signaling a wrong message to other ASEAN members, otherwise the Jokowi’s new paradigm will easily misunderstood in the region. Keywords : Jokowi, Foreign Policy, Pro-People Diplomacy Introduction Indonesia foreign policy direction under Jokowi’s administration invites serious attention from regional and global level. Arrived in power with lack of international experiences, Jokowi made surprise with his new inward looking foreign policy direction.
    [Show full text]
  • PEACE Info (February 19, 2021)
    PEACE Info (February 19, 2021) − PUTSCHIST IN UNCHARTED POLITICAL WATERS: Is disciplined guided democracy the real way out for junta? − Myanmar Military Targets Striking Civil Servants − Myanmar Medics in Hiding as Regime Targets Hospital-Led Disobedience Movement − Myanmar Disability Groups Condemn Beating of Disabled Man at Protest − Authorities arrest Myitkyina CDM participants − Police Free 14 Detained During Violent Breakup of Anti-Coup Protest in N. Myanmar − Chairman of Myanmar’s Buddhist Authority Urges Negotiations to End Post-Coup Crisis − Myanmar Student Dies 10 Days After Being Shot by Police at Anti-Coup Protest − UK and Canada Sanction Myanmar’s Coup Leader and His Subordinates − Myanmar's coup opponents welcome new British, Canadian sanctions as protests continue − Singapore, Indonesia express 'grave concern' over Myanmar, support informal Asean meet − SAC seeks ‘pragmatic results’ with new peace process committees: military spox − Police Beat and Arrest Teachers in Myitkyina- KIO/ KIA Pledges to ‘Stand with the People’ − An explosion occurs in front of RCSS liaison office in Kyaukme − Villagers Displaced by Violence Between Multiple Armed Groups − �င�မ��ခ�မ���ရ� လ�ပ�ငန��စ�� ဆက�လက�အ�က�င�အထည��ဖ��သင�� မ�ဖ��သင�� အပစ�ရပ�အဖ���မ���အ�က�� �ဆ�������န − အပစ�ရပ�အဖ���မ��� �ခ�င���ဆ�င�က စစ�အစ���ရ လ�ပ�ရပ�မ���အ�� ��တ�ခ� − စစ�အစ���ရ၏ ဥပ�ဒဆင��က�ထ�တ��ပန�မ�မ��� အ�ဏ�ရ�င�စနစ� အသက�သ�င���ဆ�င�ရ�က�ခ�က�မ����ဖစ�ဟ� PPST �ခ�င���ဆ�င�ဆ�� − �မစ��က��န��တ�င� သတင���ထ�က�မ���က�� ပစ�မ�တ�ထ��တ��က�ခ��က�မ�မ��� �ပ�လ�ပ��န − �မစ��က��န��တ�င� ဆ���ပမည�� ဆရ�/ဆရ�မမ���က��
    [Show full text]
  • Center for Strategic and International Studies Conference Call
    Center for Strategic and International Studies Conference Call “The 2017 G20 Hamburg Summit” Featuring: Jeffrey Rathke, Senior Fellow and Deputy Director, Europe Program, CSIS Matthew P. Goodman, William E. Simon Chair in Political Economy and Senior Adviser for Asian Economics, CSIS Sarah Ladislaw, Director and Senior Fellow, Energy and National Security Program, CSIS Moderator: Colm Quinn, Deputy Director, Strategic Communications, CSIS Time: 9:15 a.m. EDT Date: Thursday, June 29, 2017 Transcript By Superior Transcriptions LLC www.superiortranscriptions.com COLM QUINN: OK. Thank you, Cynthia (sp). Hi there. Welcome to this call. Thanks, everyone, for joining us. I know it’s a very busy week, going into the holiday as well. Just brief introduction. I’m Colm Quinn. I’m the deputy director for strategic communications here. I will be handing over to my colleagues who are with me here: Jeff Rathke, who’s our deputy director of our Europe Program; Matthew Goodman, who is the Simon Chair in Political Economy; and Sarah Ladislaw, who’s the director of our Energy Program here. We’re going to begin with Jeff Rathke, who will provide brief remarks. Following everyone’s remarks, we will go into the Q&A. Jeff? JEFFREY RATHKE: All right. Thanks. Colm. It’s great to be here with everyone this morning, and I’m happy to give a bit of an overview. The president is embarking on his second overseas trip. And I think one of the big questions on the minds of our friends, allies and adversaries around the world is how – whether it will mirror his first trip, which, as you will recall, was marked by a contrast between the stop in Saudi Arabia and the stop in Israel, that appeared successful initially – at least in the Saudi Arabia case – and the friction with NATO allies, the European Union, and leaders of the G7 advanced industrial democracies.
    [Show full text]
  • Dari Redaksi Marsma TNI Jemi Trisonjaya, M
    Edisi Majalah Oktober SUARA ANGKASA 2017 Penanggung Jawab Dari Redaksi Marsma TNI Jemi Trisonjaya, M. Tr (Han) Salam Angkasa Wakil Penanggung Jawab Kolonel Sus Poltak S. Siagian, S.I.Kom. ada bulan Oktober 2017, tepatnya tanggal 5 Oktober Dewan Redaksi P ini, Tentara Nasional Indonesia genap berusia 72 Kolonel Pnb. Hendrayansah S. S.Sos tahun. Berbagai penugasan, baik Operasi Militer Perang Kolonel Sus Dra. Maylina Saragih Kolonel Adm Agus Setyo Hartono, S.AP (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) terlaksana dengan lancar. Pemimpin Redaksi Demikian pula dengan TNI Angkatan Udara yang Kolonel Sus Drs. Bintang Yudianta merupakan bagian dari TNI dan menjadi alat pertahanan Staf Redaksi negara di udara, memiliki kontribusi dalam dinamika Letkol Sus Yuto Nugroho, S.S kehidupan berbangsa dan bernegara. Letkol Sus Eko Setio Wibowo, S.S TNI Angkatan Udara dengan personel profesional Kapten Sus Ida Hidayah dan alutsista yang modern adalah suatu harapan dan Pelda Luhur Suprapto Sertu Rineu Oktaviani kebanggaan bagi kita semua. Hal ini tentunya sebagai upaya untuk menjawab berbagai tantangan tugas yang Redaktur Pelaksana makin berat ke depan. PNS IV/a Dra. Sri Hatmini Pemikiran dari para pengamat militer yang bersifat Desain Grafis obyektif akan memberi warna dan nuansa terhadap DDS keberadaan TNI Angkatan Udara di masa kini dan di masa depan. Pencerahan ini akan menjadi energi bagi pemimpin Fotografer dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan Sertu Wahyu Nugroho Sertu Hendra kekuatan alutsista TNI Angkatan Udara, dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Distribusi Kekuatan udara suatu negara adalah “deterrent effect” Letkol Sus Suharto, S.H. bagi negara lain. Oleh karena itu sebagai alat pertahanan Mayor Adm Ubay Sobari PNS III/C Tiwi Apriani negara, kekuatan udara menjadi condition sin quanon PNS III/A MB Pontjo Priyono (syarat mutlak) dalam mengamankan dan menjaga wilayah Prada Wendi pertahanan udara nasional.
    [Show full text]
  • Joint Letter on Cambodia Re: Paris Peace
    Mr. António Guterres, Secretary General, United Nations Mr. Joko Widodo, President, Republic of Indonesia (Co-Chair of the 1991 Paris Conference on Cambodia) Mr. Emmanuel Macron, President, The French Republic (Co-Chair of the 1991 Paris Conference on Cambodia) 23 October 2017 Re: Request to reconvene the Paris Conference on Cambodia, in light of the Cambodian government dismantling of democracy Dear Secretary General Guterres, President Widodo, and President Macron, We, the undersigned international and regional organizations, write to you on the occasion of the 26th anniversary of the 1991 Paris Peace Conference on Cambodia, which was co-chaired by France and Indonesia. The Paris Conference led to the signing of the historic Paris Peace Agreements, and aimed at ending Twenty-six years later, there is an urgent need for decisive action from the international community, to ensure that the democratic vision for Cambodia outlined in the Paris Peace Agreements is not completely foresaken. The Paris Peace Agreements created clear legal obligations upon the signatories including the obligation to immediately undertake appropriate consultations with the members of the Paris Conference in the event of the agreements being violated.1 These obligations exist to this day, despite Cambodian Prime the Paris Peace agreement is like a ghost 2 We respectfully submit that your obligation to take concrete action under the Paris Peace Agreements has now been triggered as a result of the severe deterioration in the state of human rights and democracy in
    [Show full text]
  • AKTUAL Edisi 35
    AKTUAL Edisi 35 / 7 - 21 Mei 2015 1 2 AKTUAL Edisi 35 / 7 - 21 Mei 2015 AKTUAL PENDIRI M Danial Nafis KOMISARIS Yudi Latif PEMIMPIN REDAKSI Faizal Rizki Arief Kualitas Tiongkok SEKRETARIS REDAKSI Hanny Haniffa REDAKTUR SENIOR Dhia Prekasha Yoedha, Satrio Arismunandar, Hendrajit, Eko Maryadi onferensi Asia-Afrika ke-60 Bank Dunia. SIDANG REDAKSI Faizal Rizki Arief, Satrio Ksukses digelar oleh Indonesia Disela konferensi Jinping Arismunandar, Hendrajit, Dhia Prekasha Yoedha, Eko Maryadi, Wahyu Romadhony pekan lalu. Momen bersejarah melalui AIIB sepakat DIREKTUR MAJALAH Wahyu Romadhony kembali tercipta dalam hajatan menggelontorkan dana REDAKTUR Andy Abdul Hamid, Nebby yang digelar di Jakarta dan sebesar US$ 50 Miliar untuk Mahbubirrahman, Tino Oktaviano (Foto), Sukardjito, Ismed Eka Kusuma Bandung tersebut. Terbangunnya pembangunan infrastruktur di ASISTEN REDAKTUR Zaenal Arifin, M Vidia hubungan erat antara Indonesia Indonesia. Jokowi menerima Wirawan, Karel Stefanus Ratulangi, Wisnu dengan Republik Rakyat pinjaman tersebut. Bahkan Yusep, Ferro Maulana, Tri Harningsih STAF REDAKSI Soemitro-Deddy Kusnaedi- Tiongkok (RRT) salah satunya. Dengan cepat Indonesia sudah Moh Sahlan (Majalah), Fahrul Anwar, Fadlan Sukar membantah anggapan memutuskan apa saja yang akan Syam Butho, Maulana Khamal Macharani, bahwa dalam kongres tersebut dibangun melalui pinjaman Nailin In Saroh, Mochammad Zaky Kusumo, Novrizal Sikumbang, Nicha Muslimawati, Presiden Joko Widodo tersebut. Munzir (Foto), Junaidi Mahbub (Foto), memberikan ruang khusus Jalan raya sepanjang 1000 Warnoto (TV) untuk Presiden RRT Xi Jinping. kilometer, dua pelabuhan, IT Radius Rasmangun Sejumlah momen merekam sampai kereta cepat akan dimiliki DESAIN GRAFIS Shofrul Hadi, Nelson Nafis keduanya tampak sebagai magnet Indonesia dalam waktu tak lama konferensi kali ini. Semua bukan lagi. Namun kita punya ingatan KONTRIBUTOR LUAR NEGERI Fitra Ismu (Meksiko) tanpa sebab.
    [Show full text]
  • G20: Shaping an Interconnected World
    G20 GERMANY 2017 HAMBURG The Indo-German mag with swag ! ISSUE 2 | 2017 G20: SHAPING AN INTERCONNECTED WORLD www.whatsupgermany.de WHAT’S UP, AMBASSADOR? DR MARTIN NEY We live in an interconnected world that is responsibility to address these issues, undergoing enormous changes—changes because their concerted efforts can bring that touch the lives of virtually everyone. about change. They work together in the These changes can bring us closer G20—the Group of Twenty—a platform for together or create new rifts. Our societies dialogue and close collaboration. are transformed by new networks and an increasing exchange of ideas which, thanks Germany currently holds the presidency of to modern technologies, flow across borders. the G20. Having already organised a series People are also on the move in real terms, of ministerial meetings, we will host the looking for opportunities around the world or leaders’ summit on 7–8 July in Hamburg. Our fleeing from conflicts. presidency centres on the triad of stability, responsibility and sustainability, which we New opportunities have not only driven deem essential to secure the prosperity innovation and economic growth, but have and security of everyone. helped to lift millions of people out of dire poverty. At the same time, we have Together with India and other partners had to overcome unprecedented we strive to increase the resilience of our challenges which emanated economies and financial institutions. We from the very institutions that aim to translate the commitments to a underpin our global economic sustainable development path and to the system. We are facing protection of our climate into concrete even more challenges measures.
    [Show full text]
  • Indonesia's Image from China's Perspective On
    Global: Jurnal Politik Internasional Vol. 21 No. 2. Page 176-197. DOI: 10.7454/global.v21i2.404 © Global: Jurnal Politik Internasional 2019 E-ISSN: 2579-8251 INDONESIA’S IMAGE FROM CHINA’S PERSPECTIVE ON SOUTH CHINA SEA DISPUTE (A PRELIMINARY STUDY ON CHINA’S PERCEPTION ON INDONESIA) Ardina Kartikasari Department of International Relations Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Tulisan ini membahas mengenai citra Indonesia di mata Cina dalam isu sengketa Laut Cina Selatan (LCS). Sejak pertama kali Cina merilis klaim nine dash line pada tahun 1993 hingga insiden di perairan Natuna pada tahun 2016, Cina berperilaku ambigu terhadap Indonesia, di mana Cina bersikeras menyebut kedua negara memiliki tumpang tindih kepentingan di perairan Natuna. Namun di sisi lain Cina selalu berhati-hati dalam merespon Indonesia terkait sengketa ini dan menyatakan mengakui kedaulatan Indonesia atas kepulauan Natuna. Terkait hal ini, meski sudah banyak penelitian mengenai kebijakan Cina terhadap Indonesia, namun hanya sedikit kajian yang menulis secara spesifik mengenai persepsi Cina terhadap Indonesia dalam sengketa LCS. Dengan menggunakan pendekatan teori image, tulisan ini berusaha mencari tahu tentang bagaimana citra Indonesia di mata Cina, yang kemudian membentuk persepsi Cina atas Indonesia dalam isu sengketa LCS. Argumen utama dalam tulisan ini yaitu image atau stereotip yang ditangkap Cina dari Indonesia, adalah ally image, dimana Indonesia dipandang sebagai aktor yang dapat bekerja sama, serta memiliki kapabilitas dan dimensi kultural yang setara. Kata kunci: Laut Cina Selatan, Indonesia, Natuna, Teori Image Abstract This paper discusses the image of Indonesia in the eyes of China on the South China Sea (SCS) dispute. China circulated the map of Nine-dotted lines in 1993 and since then China has behaved ambiguously toward Indonesia as the dotted lines encompasses some part of Indonesia’s North Natuna waters.
    [Show full text]
  • MINDING the GRASSROOTS Celebrating 70 Years of Sino-Indonesia Relations Amid the Coronavirus Pandemic
    MINDING THE GRASSROOTS Celebrating 70 Years of Sino-Indonesia Relations amid the Coronavirus Pandemic Ardhitya Eduard Yeremia and Klaus Heinrich Raditio TRENDS IN SOUTHEAST ASIA ISSN 0219-3213 TRS16/20s ISSUE ISBN 978-981-4881-98-2 30 Heng Mui Keng Terrace 16 Singapore 119614 http://bookshop.iseas.edu.sg 9 7 8 9 8 1 4 8 8 1 9 8 2 2020 TRENDS IN SOUTHEAST ASIA 20-J07295 01 Trends_2020-16.indd 1 26/11/20 10:58 AM The ISEAS – Yusof Ishak Institute (formerly Institute of Southeast Asian Studies) is an autonomous organization established in 1968. It is a regional centre dedicated to the study of socio-political, security, and economic trends and developments in Southeast Asia and its wider geostrategic and economic environment. The Institute’s research programmes are grouped under Regional Economic Studies (RES), Regional Strategic and Political Studies (RSPS), and Regional Social and Cultural Studies (RSCS). The Institute is also home to the ASEAN Studies Centre (ASC), the Singapore APEC Study Centre and the Temasek History Research Centre (THRC). ISEAS Publishing, an established academic press, has issued more than 2,000 books and journals. It is the largest scholarly publisher of research about Southeast Asia from within the region. ISEAS Publishing works with many other academic and trade publishers and distributors to disseminate important research and analyses from and about Southeast Asia to the rest of the world. 20-J07295 01 Trends_2020-16.indd 2 26/11/20 10:58 AM MINDING THE GRASSROOTS Celebrating 70 Years of Sino-Indonesia Relations amid the Coronavirus Pandemic Ardhitya Eduard Yeremia and Klaus Heinrich Raditio ISSUE 16 2020 20-J07295 01 Trends_2020-16.indd 3 26/11/20 10:58 AM Published by: ISEAS Publishing 30 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119614 [email protected] http://bookshop.iseas.edu.sg © 2020 ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapore All rights reserved.
    [Show full text]
  • The Thickening Web of Asian Security Cooperation: Deepening Defense
    The Thickening Web of Asian Security Cooperation Deepening Defense Ties Among U.S. Allies and Partners in the Indo-Pacific Scott W. Harold, Derek Grossman, Brian Harding, Jeffrey W. Hornung, Gregory Poling, Jeffrey Smith, Meagan L. Smith C O R P O R A T I O N For more information on this publication, visit www.rand.org/t/RR3125 Library of Congress Cataloging-in-Publication Data is available for this publication. ISBN: 978-1-9774-0333-9 Published by the RAND Corporation, Santa Monica, Calif. © Copyright 2019 RAND Corporation R® is a registered trademark. Cover photo by Japan Maritime Self Defense Force. Limited Print and Electronic Distribution Rights This document and trademark(s) contained herein are protected by law. This representation of RAND intellectual property is provided for noncommercial use only. Unauthorized posting of this publication online is prohibited. Permission is given to duplicate this document for personal use only, as long as it is unaltered and complete. Permission is required from RAND to reproduce, or reuse in another form, any of its research documents for commercial use. For information on reprint and linking permissions, please visit www.rand.org/pubs/permissions. The RAND Corporation is a research organization that develops solutions to public policy challenges to help make communities throughout the world safer and more secure, healthier and more prosperous. RAND is nonprofit, nonpartisan, and committed to the public interest. RAND’s publications do not necessarily reflect the opinions of its research clients and sponsors. Support RAND Make a tax-deductible charitable contribution at www.rand.org/giving/contribute www.rand.org Preface Since the turn of the century, an important trend toward new or expanded defense cooperation among U.S.
    [Show full text]
  • How the G20 Can Help Sustainably Reshape the Global Trade System a Compilation of Analysis
    How the G20 Can Help Sustainably Reshape the Global Trade System A Compilation of Analysis October 2018 How the G20 Can Help Sustainably Reshape the Global Trade System A Compilation of Analysis October 2018 Published by International Centre for Trade and Sustainable Development (ICTSD) International Environment House 2 7 Chemin de Balexert, 1219 Geneva, Switzerland Tel: +41 22 917 8492 Fax: +41 22 917 8093 [email protected] www.ictsd.org Publisher and Chief Executive: Ricardo Meléndez-Ortiz Director Global Economic Governance Initiatives: Wallace S. Cheng Junior Programme Officer, Global Governance Emanuel Boscardin Acknowledgments ICTSD gratefully acknowledges the contribution of the authors whose work is included in this compilation. Both ICTSD and the authors would like to thank all those who provided comments and feedback on earlier drafts of the papers presented in this publication. ICTSD would also like to thank Emanuel Boscardin and Emily Bloom for their great editorial coordination. As is the case with other ICTSD undertakings, this publication builds on many years and various forms of collaboration with policymakers, analysts, and other stakeholders, including most recently the Chinese, German, and Argentine G20 presidencies in 2016, 2017, and 2018. ICTSD is grateful for the generous support from its core donors, including the UK Department for International Development (DFID); the Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA); the Ministry of Foreign Affairs of Denmark (Danida); and the Netherlands Directorate- General of Development Cooperation (DGIS). ICTSD welcomes feedback on this publication. These can be sent to Wallace S. Cheng ([email protected]) or Fabrice Lehmann, ICTSD Executive Editor ([email protected]).
    [Show full text]
  • Msc Thesis Oumaima Majiti
    Taking Development into the Shadows A critical political economy perspective on the G20’s decision to revive shadow banking to close the development funding gap Thesis Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master in Political Science (MSc). Name: Oumaima Majiti Student number: S1030990 Supervisor: Dr. A. Wigger University: Radboud University, Nijmegen, The Netherlands Faculty: Nijmegen School of Management Specialization: International Political Economy Date of Submission: 17 August 2020 Abstract This thesis critically analyzes and explains the G20s decision to reframe shadow banking, by means of its support for the MFD agenda. The analysis has an agential, material and ideational dimension to determine the forces pushing for the agenda and to determine the structure facilitating the agency of these forces. Theoretically, this thesis employs a historical materialist framework that draws mainly on French Regulation Theory and the Amsterdam Approach and is premised upon a critical realist philosophy of science. The thesis shows that the financial and productive capital fraction have been the drivers of this agenda. Furthermore, it is shown that the MFD agenda acts as a mode of regulation to stabilize the crisis prone nature of the financialized regime of accumulation. Combined, this indicates a hegemony of the neoliberal ideology. Key words: Development; Shadow Banking; Financialization; G20; World Bank; Regulation Theory; Amsterdam Approach; Global South. Cover image: Bretton Woods Project (2017). “Development to the rescue of finance – the Bank’s ‘cascade’ approach”, 3 Juli 2017 https://www.brettonwoodsproject.org/2017/07/development-rescue-finance-banks-cascade- approach/ II “ If it looks like a duck, quacks like a duck, and acts like a duck, then it is a duck – or so the saying goes.
    [Show full text]