View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by Jurnal-el Badan Bahasa (e-Jurnal Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa -...

K A N D A I

Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 17—37

PERAN SEMANTIS VERBA BAHASA ABUN (Semantical Role of the Verb of )

Antonius Maturbongs Balai Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Jalan Yoka, Waena, Distrik Heram, Kotamadya Jayapura, Papua, Pos-el: [email protected] (Diterima 14 Oktober 2015; Direvisi 6 Februari 2016; Disetujui 18 Maret 2016)

Abstract Abun Language is one of language in Tambrauw Regency, Province, which has middle category in speakers. This researh examine and describe about semantical role of verb ini Abun Language, these are, semantical role of the verb of condition in Abun Language, semantical role of the verb of action in Abun Language, and semantical role of the verb of process in BA. Data of this research is analyzed using descriptive qualitative method. The result shows that semantical role of the verb of condition in Abun Language tends to show physical condition and mind condition. Semantical role of the verb of action in Abun Language is a representation of natural meaning of an action, an occurence, and movement. Semantical role of the verb of process in Abun Language has either movement order or event order. Semantical role of the verb of condition, verb of action, and verb of process shows an interesting implication, that is, correlation between valency of the verb of condition, verb of action, and verb of process, especially inherent, to first exponent. Keywords: Abun language, role, semantical, verb.

Abstrak Bahasa Abun merupakan salah satu bahasa di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat, yang jumlah penuturnya termasuk kategori sedang. Penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan peran semantis verba bahasa Abun (BA), yakni peran semantis verba keadaan dalam BA, peran semantis verba tindakan dalam BA, dan peran semantis verba proses dalam BA. Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peran semantis verba keadaan dalam BA memiliki kecenderungan menonjolkan keadaan fisik, keadaan pikiran. Peran semantis verba tindakan dalam BA merupakan representasi makna alamiah perbuatan, terjadi, dan perpindahan/pergerakan. Peran semantis verba proses dalam BA memiliki keteraturan pergerakan maupun keteraturan peristiwa. Peran semantis verba keadaan, verba tindakan, dan verba proses memperlihatkan implikasi yang menarik yaitu adanya korelasi antara valensi verba keadaan, tindakan, dan proses yang inheren terutama pada eksponen pertama. Kata-kata kunci: bahasa Abun, peran, semantis, verba.

PENDAHULUAN daerah di Provinsi Papua berguna pula sebagai: (1) usaha pengembangan Penelitian bahasa-bahasa daerah, bahasa nasional, yakni bahasa termasuk di Papua, merupakan bagian Indonesia serta pengajarannya, (2) dari satu pola pelestarian nilai-nilai sumbangan untuk pengembangan budaya bangsa secara keseluruhan. linguistik Nusantara sebagai bagian Selain itu, penelitian bahasa-bahasa dari ilmu pengetahuan dunia, (3)

17 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

sumbangan dalam pemberdayaan kampung Wau, kampung Warmandi, manusia lokal untuk pengembangan kampung Saubeba, kampung Weyat sumber daya manusia melalui dan kampung Waibem, Distrik Abun, pendidikan, dan keperluan praktis Kabupaten (sekarang masuk lainnya.Khusus untuk kelompok wilayah pemerintah Kabupaten bahasa-bahasa yang penuturnya relatif Tambrauw), Provinsi Papua Barat. kecil di tanah Papua cukup banyak Sementara itu, mengidentifikasi bahasa jumlahnya. Sesuai sumber kepustakaan Abun di Provinsi Papua Barat dengan yang ada, bahasa daerah di Papua yang nama bahasa Abun yang memiliki tiga penuturnya terbanyak ialah bahasa dialek, yaitu Abun Tat (Pantai Karon), Dani Barat (129.000 orang), bahasa Abun Ji (Madik), dan Abun Je. SIL Dani Lembah (100.000 orang), dan mengelompokkan bahasa Abun dalam bahasa Ekari (100.000 orang) (Silzer & kelas Papua Barat.Kondisi BA setakat Clouse, 1991, hlm. 19). Bahasa-bahasa ini sangat mengkhawatirkan karena yang penuturnya sangat kurang ialah sebagian besar penuturnya cenderung bahasa Foya dan Sopani (10 orang), menggunakan bahasa Indonesia bahasa Dusner (6 orang), dan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari Tandia (2 orang). Sembilan bahasa daripada menggunakan BA. Gejala ini belum diketahui jumlah penuturnya, berkaitan dengan kebutuhan dalam hal ini apakah bahasa-bahasa itu pendidikan anak-anak pada berbagai sudah punah atau masih ada. Bahasa- jenjang pendidikan. Kondisi seperti ini bahasa tersebut adalah bahasa perlu diwaspadai agar tidak Legenyem, Bapu, Dabe, Murkim, menyebabkan matinya bahasa tersebut. Meoswar, Taworta, Walak, Wares, dan Berdasarkan pandangan- Waritai (Silzer & Clouse,1991, hlm. pandangan di atas, kajian ini dilakukan 22). dengan mendasarkan pemahaman pada Secara teoretis dikatakan bahwa asumsi bahwa BA memiliki verba yang bahasa-bahasa yang penuturnya kurang juga dimiliki oleh bahasa-bahasa yang dari 1000 orang memiliki peluang lain di dunia. Verba merupakan salah untuk punah. Artinya, sebanyak 131 satu ciri keuniversalan bahasa-bahasa bahasa daerah di Papua memiliki di dunia.Dari sudut ontologis, verba peluang untuk punah, karena ada dalam setiap bahasa dan jumlahnya kurang dari seribu. merupakan objek kajian linguistik, Perhitungan ini belum termasuk khususnya aspek semantik dan sembilan bahasa yang belum diketahui sintaksis. Kajian ini membutuhkan jumlah penuturnya. Berdasarkan pemecahan berdasarkan teori semantik kenyataan di atas, semua orang yang relevan dengan perilaku memiliki bahasa. verbanya. Hal ini dimaksudkan untuk Bahasa Abun, selanjutnya mendapatkan kebenaran ilmiah agar disingkat BA, merupakan salah satu dapat menjawab pertanyaan bahasa di Nusantara yang jumlah “Bagaimanakah peran semantis penutur termasuk kategori sedang. Hal verba?” Yang dimaksud dengan peran ini ditinjau dari klasifikasi jumlah semantis dalam kajian ini ialah peran- penuturnya yang berisiko bertahan peran inti ‘macro-roles‘ yang hidup, jika dibandingkan dengan dihadirkan sebuah verba dalam bahasa yang jumlah penuturnya di atas konstruksi klausa. Kajian terhadap 100.000 orang (Kaswanti 2000, hlm. peran semantis verba dalam BA 13). BA dituturkan oleh masyarakat membutuhkan sebuah konsep teoretis

18 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

yang memadai untuk mengidentifikasi Actor adalah argumen predikat yang argumen-argumen yang menduduki menyatakan pelibat (participant) peran tertentu dalam konstruksi klausa melakukan, memengaruhi, menghasut BA.Dengan demikian, konsep teoretis (striger), atau mengontrol situasi yang dijadikan acuan utama dalam tindakan yang dinyatakan pada verba. kajian ini ialah teori peran inti ‘Macro- Sedangkan undergoer adalah pelibat Role‘. Disamping dasar pertanyaan yang dipengaruhi oleh actor, atau yang epistemologi ini, juga berdasarkan dikenai tindakan actor. survei terhadap sumber-sumber tertulis Kridalaksana (2002, hlm. 59) yang berkaitan dengan BA maupun mengatakan bahwa argumen bahasa-bahasa serumpun, belum ada merupakan benda atau yang kajian terhadap aspek semantik, dibendakan, dan secara konkret khususnya peran semantis verba BA, berkategori nomina. Hubungan sehingga kajian dianggap ini perlu diantara tiap-tiap argumen dan dilakukan. Kajian terhadap peran predikator disebut peran. Kridalaksana semantis verba dalam BA tidak menambahkan kata ’’semantis’’ dimaksudkan untuk mengungkapkan tetapi maksudnya mengarah pada dan memberikan informasi ilmiah peran semantis verba dengan unsur- tentang hierarki peran semantis sebuah unsur lain dalam suatu konstruksi verba berdasarkan bahasa yang klausa atau kalimat.Dengan demikian, dipergunakan oleh masyarakat peran semantis yang dimaksudkan penuturnya. dalam kajian ini ialah argumen yang dihadirkan oleh sebuah verba untuk LANDASAN TEORI menduduki peran-peran inti dalam konstruksi sebauah kalimat. Peran- Berbicara mengenai hubungan peran inti yang dimaksudkan ialah semantik, yang di dalamnya mencakup Aktor dan Pengalam. Kedua peran ini peran semantik, didasarkan pada memiliki ciri memengaruhi, pendapat bahwa verba merupakan inti menghasut, dipengaruhi, dan tidak (head) suatu klausa (Cullicover, ed., mengendalikan situasi.Sebelum 1997, hlm. 16-17). Pandangan ini dipaparkan lebih jauh tentang konsep berkaitan dengan peran verba dalam verba dan jenis-jenisnya, pada bagian menghadirkan suatu argumen pada awal ini perlu dipaparkan klasifikasi klausa. Karena itu, peran argumen, verba secara semantis. Klasifikasi seperti agent, patient, dan lain-lain, verba secara semantis dapat dilihat sesungguhnya adalah peran semantis pada uraian berikut. verba karena peran argumen tersebut ditentukan oleh hubungan antara 1) Keadaan predikat (verba) dengan argumen- Verba kognisi: memercayai, argumennya (Foley & Van Valin, menduga, dan merenumg, 1984, hlm. 27). Dengan demikian, Verba pengetahuan: mengetahui, karakteristik verba sangat menentukan mengerti, dan mengenai jumlah, ciri dan jenis argumen yang Verba emosi: kecewa, malu, dan diperlukannya.Foley dan Van Valin bingung (1984, hlm. 30) mengatakan bahwa 2) Proses peran semantik dalam struktur klausa Verba kejadian: retak, patah, hancur merupakan hierarki antara actor Verba proses badaniah: sakit, (pelaku) dan undergoer (pengalam). mabuk, dan hamil

19 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

Verba gerakan (bukan agentif): menganalisis makna, yaitu makna tumbang, terpelanting, dan asali, polisemi takkomposisi, dan menggelinding sintaksis universal. 3) Tindakan Kombinasi elemen-elemen ini Verba gerakan (agentif): pergi, akan membentuk sintaksis universal melompat, dan mencebur yang menurut teori MSA, disebut Verba ujaran: menyuruh, memuji, dengan “kalimat kanonis” (canonical dan menuduh sentence), yaitu konteks tempat Verba perpindahan: memberi, leksikon asali diperkirakan muncul menendang, dan memotong secara universal (Beratha dalam (Mulyadi, 1998, hlm. 62-63). Kaswanti 2000, hlm. 247).Pelaku (Actor) dan Pengalam (Undergoer) Sintaksis universal yang merupakan dua peran utama dikembangkan oleh Wierzbicka pada dalam yang dikembangkan dalam akhir tahun 1980-an (Wierzbicka 1996, analisis makna alamiah metabahasa. hlm. 19). Wierzbicka (1996) Foley dan Van Valin (1994) menyatakan makna asali memiliki mengembangkan dua peran semantik, struktur yang sangat kompleks dan yaitu pelaku dan pengalam. Penentuan tidak hanya dibentuk dari elemen peran ini bukan merupakan hal yang sederhana seperti seseorang, ingin, mudah, sebab analisis makna tahu, tetapi dari komponen struktur cenderung bersifat intuitif sehingga kompleks. Sintaksis universal terdiri akan memungkinkan apabila sebuah atas kombinasi leksikon butir makna argumen yang sama akan memiliki asali universal yang membentuk peran semantis yang berbeda. proposisi sederhana sesuai dengan Pelaku ‘actor’ adalah argumen perangkat morfosintaksis. Misalnya: yang mengekspresikan partisipan yang ingin akan mempunyai kaidah membentuk ‘performs’, memengaruhi universal tertentu dalam konteks: saya ‘effects’, menghasut ‘instigates’, atau ingin melakukan ini. Unit dasar mengendalikan situasi yang dinyatakan sintaksis universal dapat disamakan oleh predikatnya. Sementara itu, dengan sebuah klausa yang dibentuk pengalam ‘undergoer’ adalah argumen oleh substantif, predikat, dan beberapa yang mengekspresikan partisipan yang elemen tambahan yang dibutuhkan tidak membentuk, tidak oleh predikatnya (hlm. 171). mengendalikan situasi, tetapi Teori MSA yang dikembangkan dipengaruhi oleh tindakan dinyatakan oleh Wierzbicka (1996) dirancang di dalam verbanya. Kedua peran ini untuk mengeksplikasikan semua tidak berubah meskipun manifestasi makna, baik makna leksikal, makna sintaksisnya berbeda. Pelaku dan gramatikal, maupun makna ilokusi. pengalam selain bisa dipetakan sebagai Asumsi dasar teori MSA menyatakan argumen predikat transitif, juga pada bahwa analisis makna akan menjadi argumen predikat intransitif. Ini lebih sederhana dan tuntas. Akan mengindikasikan bahwa keduanya tetapi, agar analisis makna sederhana berbeda ‘differ‘ dengan relasi sintaksis dan tuntas,digunakan perangkat makna seperti subjek dan objek ataupun peran asali (semantic primitives) sebagai kasus ‘case role‘ seperti agen dan elemen akhir dalamanalisis makna. pasien. Realisasinya pada sebuah Teori MSA menggunakan konsep argumen verba akan memunculkan teoretis yang relevan dalam berbagai peran yang berbeda sesuai

20 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

dengan ciri semantis predikatnya ini, Foley & Van Valin (1994, hlm. 59) (Foley & Van Valin, 1994, hlm. 29; mengusulkan hierarki tematis untuk Van Valin & Lapola, 1997, hlm. 39; memudahkan penafsiran pelbagai Beratha dalam Kaswanti, 2000). peran semantis derivasi serta Kedua peran yang dijelaskan di menerangkan peran semantis yang atas merupakan peran umum yang di mungkin dilibatkan dalam pemetaan dalamnya terdapat peran-peran khusus (mapping) argumenya. Hierarki seperti agen, pemengaruh, lokatif, tersebut dapat dilihat pada bagan tema, dan pasien. Berkaitan dengan berikut.

Bagan 1 Aktor dan Pengalam

ACTOR: Agent : Effector : Locative : Theme : UNDERGOER: Patient

Hierarki pelaku ‘actor‘ dimulai dari intuisi kebahasaan peneliti. Data lisan atas ke bawah, sedangkan pengalam diperoleh melalui penerapan metode ‘undergoer‘ dari bawah ke atas simak dan metode cakap. Data tulis (perhatikan arah tanda panah). Ini BA dikumpulkan melalui daftar mengisyaratkan bahwa pilihan pertama tanyaan. Data intuisi dibangkitkan pelaku ‘actor‘ adalah agen, sedangkan secara introspektif untuk melengkapi pilihan pertama pengalam ‘undergoer‘ kekurangan yang ada. Dalam analisis adalah pasien. Pilihan peran-peran data,digunakan metode padan dan semantis lainnya berada di antara metode agih(lihat Sudaryanto, 1993; keduanya. Lebih lanjut dikatakan Mahsun, 2005; Djajasudarma,2006). bahwa hierarki di atas Metode padan berguna dalam mempresentasikan suatu kesatuan penentuan tipe-tipe semantic verba ‘continuum‘ relasi semantis. Perbedaan BA.Metode agih diterapkan untuk semantis pada bahasa-bahasa tertentu mengidentifikasi peransemantis verba terletak pada kesatuan ‘continuum‘ BA.Beberapa teknikanalisis yang dan mengikuti hierarki di atas. digunakan ialah teknik ganti, teknik ubah wujud,teknik parafrase,teknik METODE PENELITIAN sisip, dan teknik perluas. Melalui penerapan teknik perluas dan teknik Tiga tahapan dalam penelitian ini ubah wujud, misalnya, dimungkinkan ialah pengumpulan data, analisis data, untuk menunjukkan perbedaan peran dan penyajian hasil analisis data. Data semantis sebuah argumen verba. penelitian berupa pola-polatuturan dan Tidak semua teknik itu diterapkan kalimat, terutama yang sekaligus. Penggunaannyadisesuaikan mengekspresikan berbagai perilaku dengan kebutuhan. verba BA. Data juga bersumber dari

21 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

Hasil analisisdata disajikan struktur semantis verba BA karena dengan teknik urai, yaitu teknik untuk mendapatkan struktur makna memilah atau mengurai suatu harus dilakukan melalui parafrasa. konstruksi tertentu (morfologis dan sintaksis) atas unsur-unsur langsung. PEMBAHASAN Unsur langsung ialah unsur yang secara langsung membentuk konstruksi Verba Keadaan yang lebih besar atau konstruksi yang dianalisis.Teknik ini digunakan untuk Verba-verba kognisi dalam menganalisis data yang berkaitan bahasa Abun teridentifikasi beberapa dengan peran semantis,sedangkan bentuk, yakni bentuk onyarkemmo teknik yang kedua, yaitu teknik ’mem-(percaya)-i’, imnyotdo parafrasa, digunakan untuk data yang ’menduga’, dan nutbot ’merenung’. berkaitan dengan struktur semantis Bentuk-bentuk ini tampak dalam verba bahasa BA ini. Teknik ini kalimat 1 – 3 berikut ini. dianggap relevan untuk menganalisis

Tabel 1 Verba Keadaan

No Data . 1. a. anonyarkemmo dia percaya Dia percaya (Undergoer) (Undergoer) b. an onyarkemmo tat dia percaya saya- PART Dia mempercayai saya. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) c. aon onyarkemmo tat mereka percaya saya Mereka memercayai saya. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) d. men onyarkem-mo an kami percaya-PART dia-PART Kami percaya dia. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) e. aon onyerkemmo tat mereka percaya-PART saya-PART Mereka percaya saya. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema)

2. a. tat imnyotdo an. saya kira dia. Saya kira dia. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) b. tat imnyotdo an i saya kira dia sakit Saya kira dia sakit. (Undergoer – Tema) c. an imnyotdo tat i dia kira saya sakit Dia kira saya sakit. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) d. an imnyotdo tat i mereka kira saya sakit Mereka kira saya sakit. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema) e. menimnyotdoani kami kira dia sakit Kami kira dia sakit. (Undergoer-Tema) (Undergoer – Tema)

22 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

3. a. annutbot dia merenung Dia merenung. (Undergoer) (Undergoer) b. annutbotkamsarinema dia merenungkan nasibnya Dia merenungkan nasibnya. (Agen-Tema) (Agen-Tema) c. tat nutbot sukibit ne saya merenungkanmasalah itu Saya merenungkan masalah itu. (Agen-Tema) (Agen-Tema) d. mennutbotsukibit ne kita renungkan masalah itu Kita renungkan masalah itu. (Agen-Tema)

Dalam tabel 1, kalimat 1a oleh bentuk persona yang merupakan kalimat tunggal yang sesungguhnya memiliki peran yang verbanya menghadirkan satu peran sama dengan persona yang ada dalam semantis, yakni peran Pengalam (dia). masing-masing kalimat. Disamping itu, Berbeda dengan kalimat 1b–1e yang terjadi penempatan verba serial yang menghadirkan masing-masing dua berada dalam domain yang sama yakni kalimat peran semantis. Peran-peran verba kognisi. Misalnya penempatan yang dimaksud, yakni peran Pengalam verba (imnyotdo)’kira’ dan i ’sakit’. dan Tema. Peran-peran ini muncul Kedua verba ini berada dalam domain sebagai bagian dari verba yang makna verba kognisi dan secara menghadirkannya, yakni dari verba semantis memiliki peran Pengalam. intransitif verba transitif yang Verba kelompok ini lebih banyak mengalami derivasi secara sintaksis. menghadirkan peran Pengalam dan Derivasi terjadi karena konteks kalimat peran Tema. Peran-peran tersebut berdasarkan bahasa ini. Bahasa ini tampak dalam kalimat-kalimat 3a–3d. tidak memiliki bentuk afiksasi seperti Kalimat-kalimat nomor 3dalam dalam bahasa Indonesia. Hal ini tabel 1 secara semantis menampakkan tampak pada bentuk verba peran-peran yang sama dengan sebagaimana dalam kalimat-kalimat di kalimat-kalimat sebelumnya (lihat atas.Satu catatan penting bahwa verba kalimat 1 dan 2). Hanya saja, dalam onyarkemmo ’percaya’ dapat kalimat 3 ini tindakan agen mencakup bentuk verba intransintif mengandung unsur kesengajaan. dan transitif. Kedua bentuk ini tampak Tindakan tersebut sengaja dilakukan dalam kalimat 1a dan 1b–1e. Berbeda untuk suatu tujuan, yakni mendalami dengan verba imnyotdo ’meng-/kira’ sesuatu meskipun dalam pikiran. dalam kalimat 1a–1e. Tindakan yang dimaksud di sini adalah Kalimat 2a mengandung dua yang menggunakan tindakan berpikir. peran semantis yakni peran Pengalam Verba kognisi dalam BA dan Tema. Peran Pengalam hadir berbasis pada perangkat makna asli, karena dalam kalimat (2a) ada sesuatu yaitu makna leksikal dasar yang tidak yang dirasakan yang disebut sebagai bisa diparafrase lebih jauh dengan peran Tema. Berbeda dengan kalimat istilah-istilah sederhana (Wierzbicka, 2b–2e yang hanya menghadirkan satu 1996, hlm. 35-37). Dalam perspektif peran inti yakni peran Pengalam. Hal MSA, verba kognisi merupakan bagian ini terjadi karena dalam konstruksi dari predikat mental dan anggota- kalimat-kalimat tersebut hanya disisipi anggotanya diturunkan dari sejumlah

23 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

elemen, seperti memercayai,menduga, semantis yang tidak berbeda jauh dan merenung. Berdasarkan konsep di dengan verba dalam domain makna atas, verba kognisi dalam BA kognisi. Peran yang dihadirkan oleh mempresentasikan elemen makna kedua verba ini pilihan pertama pada merasakan/memikirkan. peran Pengalam ‘Undergoer‘. Perhatikan kalimat-kalimat 4a — 4c; Verba Pengetahuan 5a — 5c; dan 6a — 6d dalam tabel 2 berikut ini. Verba-verba dalam domain makna pengetahuan ini memiliki peran

Tabel 2 Verba Pengetahuan

No. Data 4. a. tat jam saya tahu Saya tahu. (Undergoer) (Undergoer) b. tat jam sukibit ne saya tahu masalah itu Saya tahu masalah itu. (Undergoer-Tema) (Undergoer-Tema) c. an jam tat dia tahu(isi hati) saya Saya mengetahui (isi hati) saya. (Undergoer-Tema) 5. a. tatjamre saya mengerti Saya mengerti. (Undergoer) (Undergoer) b. tatjamresukibit ne saya mengerti masalah itu Saya mengerti masalah itu. (Undergoer-Tema) (Undergoer-Tema) c. tatjamrebisuk ne saya mengerti perasaan di Saya mengerti perasaan dia.(Undergoer-Tema) 6. a. tatjam sukibit ne saya menguasai masalah itu Saya menguasai masalah itu. (Undergoer-Tema) (Undergoer-Tema) b. ansukibit ne jam dia masalah itu menguasai Dia menguasai masalah itu. (Undergoer-Tema) c. menjamsukibit ne kami menguasai masalah itu Kami menguasai masalah itu. (Undergoer-Tema) (Undergoer-Tema) d. anjam Fisikahererre dia menguasai Fisika Dia menguasai matematika. (Undergoer-Tema)

Dalam kalimat 4a verba jam karena verba jam ’tahu’ berubah ’tahu’ hanya menghadirkan sebuah bentuk karena kebutuhan sintaksis. peran, yakni peran Pengalam (tat Misalnya jam’mengetahui’. Peran yang ’saya’). Berbeda dengan kalimat 4b terdapat dalam kalimat 4a–4c sama dan 4c yang menghadirkan dua peran dengan peran yang terdapat dalam yang sama yakni peran Tema dan kalimat 5a–5c. Pengalam. Kehadiran terna lain dalam Dalam kalimat 5 a di atas, kedua kalimat tersebut disebabkan tampak jelas verba jamre

24 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

menghadirkan satu peran inti, yakni mempresentasikan elemen makna peran Pengalam yang ditempati oleh mengetahui/merasakan yang pronomina tat ’saya’. Berbeda dengan diturunkan dari makna alamiah: kalimat 5b dan 5c yang menghadirkan Mental Predikat (mental predicate). peran Pengalam (tat) dan Tema Predikat mental dan anggota- (sukibit). Peran-peran ini juga terdapat anggotanya diturunkan dari sejumlah dalam klausa 6a—6d. elemen, seperti rasa, pikir, tahu, ingin, Peran-peran inti dalam klausa- dan terjadi. klausa di atas, sama yakni peran Pengalam dan Tema. Perbedaan hanya Verba Emosi terdapat pada bentuk persona yang menempati peran-peran tersebut. Verba emosi masih merupakan Dalam klausa 5a—5c, peran Pengalam bagian dari verba keadaan. Peran ditempati oleh persona pertama semantis dalam kelompok verba ini tunggal tat ’saya’ dan peran tema dapat ditentukan dengan dua cara, dalam kalimat 5b dan 5c ditempati yakni berdasarkan struktur kalimat dan oleh sukibit ’masalah’ dan an ’dia’. berdasarkan pemahaman terhadap Sedangkan peran Tema ditempati oleh struktur semantis verba domain. sukibit ’masalah’, dan men ’kami’. Meskipun demikian, yang menjadi Verba pengetahuan dalam BA sorotan utama dalam kajian ini ialah berdasarkan pada perangkat makna peran semantis verba dalam konteks asali, yaitu makna leksikal dasar yang kalimat. Selanjutnya, jika terdapat tidak bisa diparafrase lebih jauh kesulitan untuk menentukan peran, dengan istilah-istilah sederhana akan dibantu dengan cara yang kedua, (Wierzbicka, 1996, hlm. 35-37). yakni berdasarkan interpretasi terhadap Dalam perspektif MSA, verba struktur makna verba. pengetahuan dalam BA

Tabel 3 Verba Emosi

No. Data 7. a. tatmitga 1 T kecewa PART Saya kecewa. (Undergoer) (Undergoer) b. tatsyemitga 1 T sangat kecewa Saya sangat kecewa. (Undergoer) (Undergoer) c. tatmitga an 3 T mengecewakan dia Saya mengecewakan dia. (Efektor-Undergoer) (Efektor-Undergoer) d. anben tatmitga 3 T bikin saya kecewa Dia bikin saya kecewa. (Efektor-Undergoer) 8. a. tatmeen 1 T malu Saya malu. (Undergoer) (Undergoer) b. anmeentat 3 T malu saya Dia malu saya. (Undergoer-Lokatif) (Undergoer- Lokatif) c. an ben sukmeen tat 3 T 1 T mempermalukan saya Dia mempermalukan saya.(Efektor-Undergoer)

25 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

d. anben tatmeen 3 T 1 T saya malu Dia membuat saya malu. (Efektor-Undergoer) (Efektor-Undergoer) e. tat meen an 1 T mempermalukan 3 T Saya mempermalukan dia. (Efektor-Undergoer) (Agen-Undergoer) f. aanbeen meen an 3 J membuat mempermalukan dia Mereka mempermalukandia. (Agen-Undergoer) 9. a. anmaskwa 3 T marah Dia marah. (Undergoer) (Undergoer) b. anmaskwa tat 3 T 1 T memarahi saya Dia memarahi saya. (Agen-Undergoer) (Agen-Undergoer) c. SimonAgustina maskwa Nama Nama PART memarahi Markus memarahi Lina. (Agen-Undergoer) (Agen-Undergoer) 10 a. tatnarar 1 T bingung Saya bingung. (Pengalam) (Pengalam) b. tatnararsukjiman 1T bingung (tidak mengerti) dengan dia Saya bingung dengan dia. (Pengalam) (Pengalam) c. tatbenan narar 1 T 2 T dia bingung Saya membuat dia bingung. (Pengalam-Tema) (Pengalam-Tema)

Dalam klausa 7a—7d, terdapat pada kalimat 8c dan 8d yang sama- peran-peran yang sama yakni pada sama menghadirkan dua peran kalimat 7a—7b. Dalam kedua kalimat semantis yang sama yakni Efektor dan tersebut ditemukan peran Pengalam Pengalam. Variasi peran yang lain (tat’saya’). Perbedaannya hanya pada ialah peran Agen dan Pengalam. Di bentuk verba. Sementara itu, dalam sini yang menjadi catatan penting ialah kalimat 7c dan 7d terdapat peran yang karena kalimatnya sudah kompleks, sama yakni efektor (ga) dan pengalam. maka memberikan peluang untuk Variasi peran semantis seperti pada terjadinya variasi peran semantis yang kalimat 7a—7d ini juga tampak pada dihadirkan oleh verba tersebut. Variasi kalimat 8a—8f dengan verba meen peran semantis kelompok verba emosi ’malu’. juga diperlihatkan melalui kontruksi Tampak dalam kalimat-kalimat kalimat 9—10. nomor 8, bahwa unsur meen ’malu’ Dalam klausa 9a hanya ada satu menghadirkan beberapa peran semantis peran semantis yang dihadirkan oleh berdasarkan unsur-unsur verba maskwa ’marah’ yakni peran pembentukannya. Dalam kalimat 8a, Pengalam. Peran ini hadir karena verba verba masih berkategori intransitif. tersebut berkategori verba keadaan. Karena itu hanya menghadirkan satu Berbeda dengan verba dalam klausa peran inti yakni tat ’saya’. Berbeda 9b—9c yang menghadirkan dua peran dengan kalimat 8b yang menghadirkan semantis. Dalam klausa 9b peran dua peran semantis, yakni Pengalam semantis ditempati oleh pronomina dan lokatif (an). Hal itu terjadi karena peran pertama dan ketiga yakni kebutuhan kalimat. Variasi lain yang maskwa dan kalimat 9c diduduki oleh ditemukan dengan verba ne adalah pronomina nama Markus dan Lina.

26 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

Verba dalam domain makna keadaan verba dalam domain ini ini memiliki peran inti yang dipilih merupakanrepresentasi dari elemen pertama pada peran Undergoer. makna merasakan/memikirkan. Verba- Perhatikan kalimat 10 a—c. verba dalam domain ini pada Tampak dalam kalimat 10a dan umumnya didasarkan pada pengaruh 10b bahwa verba bingung aspek psikologi. menghadirkan satu peran Pengalam (tat ’saya’), sedangkan pada kalimat Verba Proses 10c menghadirkan dua peran semantis yakni Pengalam dan Tema (tat dan Verba dalam domain makna ini ben). Peran Tema dimunculkan karena merepresentasikan makna proses tuntutan properti sintaksis. Verba- keadaan yang dialami sesuatu benda, verba dalam domain makna keadaan peristiwa, hal, maupun manusia. pada umumnya menghadirkan peran Karena itu, peran semantis yang inti dengan pilihan pertama peran dihadirkan oleh verba-verba tersebut Pengalam. Peran pengalam sebagai akan bervariasi pula berdasarkan pilihan pertama karena ciri semantis konstruksi kalimat bahasa ini. yang dikandung oleh verba ini, yakni Beberapa tipologi verba yang keadaan. Ciri ini seperti yang diturunkan dari domain ini, yakni (1) dikemukakan oleh Van Valin dan La verba proses kejadian, (2) verba proses Pola (1999, hlm. 153), yakni If theverb badaniah, dan (3) verba proses has no activity predicate its LS gerakan. Masing-masing verba ini akan (Logical Structure) the macrorole is dipresentasikan dalam konstruksi undergoer ’pengalam’. Jika sebuah kalimat-kalimat dalam uraian berikut kalimat tidak memiliki aktivitas dalam ini. struktur logisnya, verba tersebut mempunyai peran inti Undergoer atau Verba Proses Kejadian pengalam. Identifikasi verba emosi dalam Verba dalam subdomain ini BA berdasarkan pada perangkat makna merepresentasikan makna proses asali, makna leksikal dasar yang tidak kejadian-keadaan yang terjadi atau bisa diparafrase lebih jauh dengan yang dialami sesuatu (benda). Ciri ini istilah-istilah yang lebih sederhana akan memunculkan peran semantis (Wierzbicka, 1996, hlm. 35-37). yang pilihan pertama pada Pengalam. Dalam perspektif MSA, verba emosi Peran lain akan dihadirkan oleh verba- merupakan bagian dari predikat mental verba dalam subdomain ini jika terjadi dan anggota-anggotanya diturunkan perubahan valensi karena tuntutan dari sejumlah elemen, seperti rasa, sintaktik. Perhatikan contoh dalam pikir, tahu, ingin, dan terjadi. Verba- tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Verba Keadaan

No. Data 11. a. nu im pet dinding itu retak Dinding itu retak. (Undergoer) b. suy benpet nu im gempa meretakan dinding PART itu Gempa itu meretakan dinding. (Efektor-Undergoer)

27 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

12. a. ne kwedi vot itu tiang patah Tiang itu patah. (Undergoer) b. ne boge basmi itu ikan membusuk Ikan itu membusuk. (Undergoer) 13. aanbey mu 3J sagu mengolah Mereka mengolah sagu. (Agen–Tema)

Kalimat 11a hanya memiliki satu objek langsung direct object. Berbeda peran semantis. Peran tunggal atau dengan kalimat 11a dan 11b, kalimat Pengalam ini muncul karena ciri verba 13 menghadirkan dua peran semantis dalam kalimat tersebut ialah verba yakni peran Agen (aan) dan Tema intransitif. Berbeda dengan kalimat (mu). Agen muncul karena proses ini 11b yang sudah menghadirkan dua merupakan tindakan yang dilakukan peran semantis yakni peran Efektor secara sengaja oleh manusia yang (suy) dan Pengalam (nu). Peran disebut volitional action. Peran juga Efektor hadir dalam kalimat 11b dihadirkan dalam konstruksi kalimat karena memiliki ciri kausatif yang ini karena sesuatu dilakukan itu sedang menyatakan sebab dan akibat. Hal lain menjadi pembicaraan orang atau yang memengaruhi munculnya peran sedang dilakukan orang. ini ialah karena munculnya unsur- Verba dalam subdomain ini unsur sintaksis yang lain seperti merepresentasikan makna proses partikel uwnga dan pronomina benda kejadian-keadaan yang terjadi atau suy. Suatu cacatan penting dalam yang dialami sesuatu (benda). Ciri ini kalimat dan juga untuk kalimat yang akan memunculkan peran semantis menghadirkan kekuatan alam atau yang pilihan pertama pada Pengalam. nature force, umumnya hanya sebagai Peran lain akan dihadirkan oleh verba- efektor. Peran yang dihadirkan dalam verba dalam subdomain ini jika terjadi kalimat 11a dan 11b, tidak berbeda perubahan valensi karena tuntutan jauh dengan peran yang dihadirkan sintaktik. dalam kalimat 12 dan 13. Dalam kalimat 12a dan 12b Verba Proses Badaniah hanya menghadirkan satu peran semantis yakni peran Pengalam (kwedi Verba dalam domain ini pada dan boge). Peran semantis ini umumnya tidak berbeda dengan verba merupakan representasi dari ciri verba dalam subdomain kejadian di atas, dalam kalimat-kalimat tersebut yaitu yakni menempatkan peran pengalam verba intransintif. Ciri ini sering sebagai pilihan utama. Peran tersebut disebut juga sebagai kalimat intransitif, direalisasikan dalam konstruksi yaitu kalimat yang tidak menghadirkan kalimat dalam tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Verba Proses Badaniah

No. Data 14. a. tati khare 1 T sakit badan Saya sakit. (Pasien) b. tat ben ani

28 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

1 T membuat dia sakit Saya membuat dia sakit. (Efektor-Pasien) 15. a. anyenauw 3 T mabuk Dia mabuk. (Undergoer) b. antatsyonauw 3 T saya memabukkan Dia memabukkan saya. (Efektor-Pasien)

16. Dorthea ann Dortea hamil PART Dorthea hamil. (Undergoer)

17. Alfons on gun nama perut bengkak Perut Alfons membengkak. (Pasien)

Kalimat 14a menghadirkan satu keadaan yang mengandung makna peran semantis yakni peran Pasien keadaan yang dialami oleh manusia. (tat’saya’). Peran tunggal ini hadir Proses keadaan dalam kalimat 16 sebagai representasi ciri verba dalam berbeda dengan proses keadaan dalam konstruksi kalimat 14a yakni verba kalimat 17 yang dapat digunakan untuk intransitif. Ciri lain diperlihatkan oleh manusia maupun makhluk lain. Hal ini verba i ’sakit’ dalam kalimat 14a ialah dipengaruhi oleh rasa yang terkandung kejadian yang dialami tidak dapat oleh kedua verba. Perhatikan kedua dikontrol oleh Pasien. Berbeda dengan konstruksi berikut ini. Kalimat 17 kalimat 14b yang mempunyai dua menghadirkan satu peran semantis, peran semantis (Efektor dan Pasien) yakni peran Pasien. Kalimat ini hanya yang disebabkan oleh kejadian itu memiliki satu peran semantis karena dapat dikontrol oleh efektor. Peristiwa yang mengalami keadaan ini adalah ini dapat dikontrol karena Efektor manusia (Alfons) bukan perut sebagai melakukannya secara sengaja terhadap yang merasakan. pasien. Tindakan yang disengaja juga Struktur semantis verba proses diperlihatkan oleh verba syonauw badaniah dalam BA dapat dijelaskan ’memabukkan’ dalam konstruksi berdasarkan makna asali yang kalimat 15 berikut ini. membangunnya. Dengan teori MSA, Tampak dalam kalimat 15b verba proses badaniah dalam BA dapat bahwa verba syonauw menghadirkan diklasifikasikan. Verba-verba dalam dua peran inti yakni peran Efektor dan proses badaniah merupakan Pasien. Berbeda dengan kalimat 15a reprensentasi elemen makna alamiah yang hanya menghadirkan satu peran “Mental Pradicate”, khususnya elemen utama yakni peran Pengalam. Peran “merasakan“ dan berkombinasi dengan Pengalam juga dihadirkan oleh verba elemen makna alamiah: happen keadaan seperti dalam kalimat 16 di ‘terjadi‘ (Wierzbicka, 1996, hlm. 35- bawah ini. 37; Goddard,1996, hlm. 26). Verba dalam kalimat 16 di atas hanya menghadirkan satu peran Verba Gerakan (Bukan Agentif) semantis yakni peran Pengalam (Dorthea). Peran ini dihadirkan sebagai Verba dalam domain ini memiliki representasi jenis verba yakni verba ciri sesuatu terjadi pada benda atau

29 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

orang. Perhatikan kalimat-kalimat Perhatikan kalimat-kalimat (18,19, dan dalam tabel 6 berikut ini dengan verba- 20) berikut ini dengan verba-verba verba yang menghadirkan peran yang menghadirkan peran semantis semantis masing-masing. masing-masing.

Tabel 6 Verba Gerakan

No. Data 18. a. ne mangga waike tik itu mangga pohon tumbang Pohon mangga itu tumbang. (Undergoer) b. wai ai ewa pohon bapak menebang Bapak menebang pohon. c . nofuf e benwaimangga angin itu menumbangkan mangga Angin menumbangkan pohon mangga itu.(Efektor-Pengalam) 19. a. ne jok kokwop itu batu berguling Batu itu berguling.(Undergoer) b. ne jok mumous kokwop itu batu ke dataran berguling. Batu itu berguling ke dataran. (Undergoer- Lokatif) 20. a. Agustina ges nama terjatuh Agustina terjatuh. (Undergoer) b. Alberth mangga mobur sumbok nama mangga bawah menjatuhkan Alberth menjatuhan mangga ke bawah. (Agen – Lokatif) c. Betty mangga bi nama mangga kejatuhan. Betty kejatuhan mangga. (Pasien-Tema)

Kalimat 18a dan 18b dengan peran Undergoer dan Lokatif. Perilaku verba brisake dan tese hanya seperti kalimat 19a dan 19b ini juga menghadirkan satu peran (wai tampak pada kalimat 20a, 20b, dan ’pohon’) semantis karena verba ini 20c. termasuk verba intransitif. Kalimat 18c Kalimat 20a hanya memiliki satu sudah terjadi penambahan peran peran semantis, yakni peran semantis, yakni peran Efektor dan Undergoer. Peran hadir karena Pengalam (mangga dan nofuf). Verba Agustina tidak dapat mengontrol brisake menjadi verba transitif karena dirinya terhadap kejadian yang terjadi penambahan properti sintaksis dialaminya. Kalimat 20a memiliki satu yang menempati peran efektor. peran semantis karena verbanya adalah Verba kokwop dalam kalimat 19a verba intransitif. Valensi verba ges menghadirkan satu peran semantis naik dalam kalimat 20b karena adanya yakni peran Undergoer yang ditempati kebutuhan sintaksis yakni penambahan oleh jok ’batu’. Perubahan valensi argumen untuk menempati peran Agen verba kokwop terjadi pada kalimat 19b dan Tema. Demikian juga kalimat 20c karena terjadi penambahan properti yang menghadirkan dua peran inti sintaksis mumous’daratan’. Perubahan yakni peran Pasien dan Tema. Perilaku ini mengakibatkan dua peran, yakni peran semantis yang ditunjukkan

30 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

dalam kalimat-kalimat 20a—20c move ‘bergerak’ (Wierzbicka, 1996, menggambarkan adanya penambahan hlm. 35-37). peran semantis dalam kalimat BA, Verba-verba yang termasuk dalam bukan karena perubahan pada verba kelompok ini juga memiliki pola dari intransitif menjadi transitif, pergerakan yang b/erbeda-beda. melainkan karena adanya penambahan properti sintaksis dalam konstruksi Verba Tindakan kalimat. Struktur semantis verba proses Verba Gerakan (Agentif) gerakan dalam BA dapat dijelaskan berdasarkan makna asali yang Verba-verba dalam domain membangunnya. Dengan teori MSA, makna ini pada umumnya memiliki ciri verba proses gerakan dalam BA dapat tindakan bergerak dari satu arah ke diklasifikasikan. Verba-verba dalam arah yang lain. Perilaku tindakan ini proses gerakan ini merupakan yang sering disebut pergerakan agentif. representasi dari elemen-elemen Perhatikan kalimat-kalimat dalam makna alamiah: happen ‘terjadi’, dan tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Verba Tindakan

No. Data 21. a. anmure 3 T sudah pergi Dia sudah pergi. (Agen) b. menmu mo pasar 1 J pergi ke pasar Kami pergi ke pasar. (Agen-Lokatif)

22. a. ansor 3 T melompat Dia melompat. b. ansor bo ne 3 T melompat pagar itu Dia melompat pagar itu. (Agen)

23. an ngowa syur mo krom 3 T badan air dalam ke menceburkan Dia menceburkan badannya ke dalam air. (Agen-Lokatif)

24 a. anbrekoton 3 T membuang sampah Dia membuang sampah.. (Agen-Tema) b. an bre koton mo syur 3 T membuang sampah ke sungai Dia membuang sampah ke sungai. (Agen-Lokatif)

Kalimat 21a hanya menghadirkan kalimat disebabkan karena adanya satu peran semantis, yakni peran Agen. kebutuhan properti sintaksis dengan Peran ini muncul karena verba mu maksud agar tujuan komunikasi dapat ’pergi’ beridentitas intransitif. Verba tercapai.Kenyataan ini tampak pada menghadirkan peran lain, dalam kalimat 21b,penambahan peran

31 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

semantis, yakni peran Lokatif yang Tampak jelas bahwa kalimat- sesuai dengan ciri verba yakni kalimat di atas, menempatkan peran pergerakan atau bersifat agentif. Peran Agen sebagai pilihan pertama dalam agentif juga diperlihatkan oleh verba kalimat 24a dan 24b. Pilihan kedua sor ’melompat’ seperti tampak dalam jatuh pada peran Tema dan Lokatif. kalimat 22a dan 22b. Peran tema dalam kalimat 24a Tampak dalam kalimat 22a menjadi pilihan kedua karena verba ini bahwa peran semantis agen masih memiliki ciri transitif. Hubungan ini menjadi pilihan pertama dalam domain disebut juga sebagai hubungan makna verba agentif. Peran ini langsung atau struktur dalam ditempati oleh pronomina an ’dia’. konstruksi kalimat. Peran Agen juga diperlihatkan oleh Struktur semantis verba proses kalimat 22b yang diikuti oleh peran tindakan dalam BA dapat dijelaskan Tema (bo’pagar’). Bo menempati berdasarkan makna asali yang peran tema karena dihadirkan sebagai membangunnya. Dengan teori MSA, sesuatu dibicarakan atau menjadi verba proses tindakan dalam BA dapat sorotan. Berbeda dengan kalimat 23 diklasifikasikan.Verba-verba dalam yang menghadirkan Peran Lokatif domain maknadi atas pada umumnya sebagai pilihan kedua. memiliki ciri tindakan bergerak dari Tampak jelas dalam kalimat 23, satu arah ke arah yang lain. bahwa pilihan peran utama pertama pada peran Agen karena ciri verba Verba Ujaran yang menduduki fungsi predikatif. Peran kedua yang dimunculkan oleh Verba dalam domain ini verba krom ’menceburkan’ ialah peran menempatkan peran semantis yang Lokatif. Peran ini teridentifikasi dalam didasarkan pada tindakan yang konstruksi kalimat 23 karena ditunjang dilakukan dengan ujaran. Karena itu oleh properti sintaksis yang lain, yakni peran semantis yang dihadirkan pun mo ’ke’. Properti ini (mo ’ke’) akan mengambil ciri verba tindakan memiliki ciri lokatif atau tujuan. Peran yang bersifat agentif. Perhatikan Agen dan Lokatif juga dihadirkan oleh kalimat-kalimat 25—27 berikut. verba bre dalam kalimat 24.

Tabel 8 Verba Ujaran

No. Data 25 a. Petrus, Amir syogat nama nama menyuruh Petrus menyuruh Simon. (Agen – Lokatif) b. Petrus, Simon syogats oboge nama nama menyuruh membeli ikan Petrus menyuruh Simon membeli ikan. (Agen – Tema)

26. a. an un 3 T memuji Dia memuji. (Agen) b. an un tat 3 T memuji saya- PART Dia memuji saya. (Agen-Lokatif) 27. a. an kido tat

32 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

3 T menuduh saya Dia menuduh saya.(Agen) b. an kido tat buku sumsi ne. 1 T menuduh saya buku itu. Dia menuduh saya mencuri buku itu. (Agen-Undergoer)

Verba syogat ’menyuruh’ dalam dihadirkan oleh verba dalam domain kalimat 25a dan 25b menghadirkan makna tindak ujar ini. Peran ini dua peran inti yang berbeda. Perbedaan muncul karena ciri verba dalam ini disebabkan karena penempatan domain ini ialah agentif properti dalam konstruksi kalimat- memperpindahkan. Perbuatan yang kalimat tersebut. Kalimat 25a memiliki dilakukan oleh agen hanya dengan peran semantis agen dan lokatif ujaran. Dalam kedua kalimat di atas, (Petrus—Simon). Peran lokatif terlihat ada penambahan dalam berubah dalam kalimat 25b karena konstruksi kalimat 28b tetapi kedua adanya properti yang dihadirkan peran inti yang dihadirkan tetap saja, memiliki ciri tematis atau sesuatu yang yakni peran Agen dan Undergoer. Hal menjadi pembicaraan. Peran semantis ini disebabkan karena perbuatan agen lain yang menyertai peran Agen berdampak pada mental predikat, yakni tampak pada kalimat-kalimat 26 dan feel ’merasakan’. Karena itu peran 27. yang dihadirkan ialah peran Undergoer Kalimat 26a hanya memiliki satu sebagai pilihan kedua dalam konstruksi peran semantic, yakni peran Agen kalimat di atas. (an’dia’). Peran ini dihadirkan oleh Verba dalam domain ini verba un ’memuji’ yang dalam kalimat menempatkan peran semantis yang BA dapat berciri intansitif dan transitif. didasarkan pada tindakan yang Karena itu, dalam kalimat 26b dilakukan dengan ujaran. Karena itu memiliki dua peran semantis dengan peran semantis yang dihadirkan pun menambahkan properti yang dapat akan mengambil ciri verba tindakan fungsi objek yang sekaligus yang bersifat agentif. menempati peran semantis lokatif. Kedua peran semantis yang dihadirkan Verba Perpindahan oleh verba un ’memuji’ yakni agen dan lokatif. Peran lokatif yang dihadirkan Verba-verba dalam domain ini dalam kalimat 26b agen melakukan pada umumnya menghadirkan peran sesuatu ditujukan kepada tat’saya’ semantis agentif sebagai pilihan sebagai sasaran atau tujuan. Variasi pertama dalam konstruksi kalimat. peran semantis dalam domain verba Sedangkan peran yang berikutnya tindakan ini diperlihatkan melalui didasarkan pada jumlah properti yang kalimat-kalimat 27a dan 27b. menempati konstruksi kalimat. Tampak dalam kalimat-kalimat Perhatikan kalimat 28—30 dalam tabel di atas, bahwa dominasi peran Agen 9 berikut. menjadi pilihan pertama yang

Tabel 9 Verba Perpindahan

No. Data 28. a. Budi gum ne to rok Nama nama yang memberi

33 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

Budi yang memberi nama. (Agen-Tema) b. Yakob gum rak gum wa Anita nama nama-PART memberi nama untuk Yakob memberi nama untuk Anita. (Agen-Lokatif) 29. a. anbar sukop 3 T bola-PART menendang Dia menendang bola. (Agen-Tema) b. anbarmogol musukop 3 T bola-PART gawang ke menendang Dia menendang bola ke gawang. (Agen-Lokatif) 30. a. an kwe tot 3T kayu memotong Dia memotong kayu . (Agen) b. ne nggwe mo kwe tot 3T kebun PART di kayu memotong Dia memotong kayu di kebun. (Aktor-Lokatif)

Verba rak ’memberi’ dalam peran Lokatif sebagai pilihan kedua kalimat 28 a menghadirkan dua peran sesuai dengan pronomina yang semantis, yakni peran Agen dan Tema menempati konstruksi kalimat-kalimat (Budi-gum). Berbeda dengan kalimat tersebut. 28b yang secara leksikal verbanya Data BA seperti dipaparkan berbeda dengan kalimat 28a dalam dalam bentuk identifikasi peran kalimat 28b menggunakan verba rak semantis di atas memperlihatkan yang bermakna ’memberi’. Tindakan beberapa keunikan yang perlu dikaji yang dapat dilihat secara kasat mata lebih jauh. Bahasa Abun memiliki diperlihatkan melalui kalimat-kalimat stuktur kalimat yang berpola SP, SOP, 29 dan 30 dalam tabel 9 . SO, dan SKP. Keunikan ini tidak Verba sukop dalam kalimat 29a seperti lazimnya dalam bahasa-bahasa menghadirkan dua peran semantis, Austronesia yang ada di wilayah yakni peran agen dan tema. Pronomina nusantara.Pertama, verba-verba dalam bola menduduki peran tema, karena domain makna keadaan cenderung dalam konstruksi ini menjadi sesuatu menempatkan peran Undergoer yang sedang dibicarakan atau sebagai peran yang utama. Peran ini dikatakan. Meskipun dalam konstruksi identik dengan ciri verba dalam ini terindikasi tidak menyakiti tetapi domain ini yakni menyatakan makna karena bola tidak dapat disamakan keadaan atau sesuatu dialami oleh dengan makhluk bernyawa yang partisipan dalam konstruksi kalimat. merasakan sesuatu.Ciri yang sama Kedua, verba-verba dalam domain diperlihatkan dalam kalimat 29b yang makna proses menempatkan peran menghadirkan dua peran semantis, undergoer, efektor, dan agen sebagai yakni agen dan lokatif (mogol- peran inti yang pertama. Peran gawang). Peran semantis yang undergoer disebut sebagai peran diperlihatkan oleh kalimat 29a dan 29b pertama dalam domain makna ini di atas sama dengan kalimat 30a dan karena verba-verba dalam domain ini 30b berikut. cenderung memiliki identitas proses Kalimat-kalimat 30a dan 30b di yang menyatakan keadaan yang atas memperlihatkan verba-verba dialami oleh partisipan yang dalam domain makna perpindahan ditempatkan dalam kalimat-kalimat. menempatkan peran aktor dan agen Ketiga, analisis terhadap verba sebagai pilihan pertama. Sedangkan tindakan dalam BA ditemukan peran

34 Antonius Maturbongs: Peran Semantis Verba Bahasa Abun

semantis yang tidak berbeda jauh dari perpindahan/pergerakan.Peransemantis prinsip-prinsip teoretis yang digunakan verba proses dalam Bahasa Abun dalam kajian ini. Prinsip teoretis yang memiliki keteraturan pergerakan dimaksudkan disini ialah seperti yang maupun keteraturan peristiwa. dikemukakan oleh Van Valin dan La Penelitian terhadap peran Pola bahwa jika suatu verba memiliki semantis verba Bahasa Abun aktivitas pada struktur logikanya, maka merupakan langkah awal untuk macrorole-nya adalah aktor, misalnya mengungkapkan struktur makna suatu dalam kalimat Samuel minum air. verba berdasarkan pemakaian bahasa Struktur logis yang dimaksudkan oleh oleh masyarakat penuturnya. Oleh pernyataan di atas, terimplikasi dalam karena itu, perlu ditindaklanjuti dengan kalimat ini ialah yang melakukan penelitian yang lebih mendalam sesuatu, memengaruhi sesuatu atau tentang struktur semantis verba Bahasa yang mengontrol suatu tindakan, Abun. penyusunan kamus yang perbuatan, maupun suatu situasi. berkaitan dengan bahasa ini sebaiknya Keempat, verba yang secara leksikal memperhatikan prototipe makna suatu menyatakan makna tindakan dan kata yang menurunkan sejumlah berciri peran pelaku tetapi makna. Hal ini disebabkan karena menggunakan properti kejadian alam ditemukan sebuah kata yang memiliki ‘nature force‘ umumnya beralih peran makna yang berbeda. menjadi peran efektor. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa peran yang DAFTAR PUSTAKA argumen-argumen yang diduduki oleh peristiwa itu bukan melakukan, tetapi Culicover, P.W. (Ed.). (1997). terjadi secara tidak sengaja. Kelima, Principle and parameters: An secara aplikatif teoretis, teori Macro introduction to syntax theory. role dapat diterapkan dalam BA, dan Oxford: Oxford University mungkin juga akan berlaku dalam Press. bahasa-bahasa lain di Papua. Teori ini memiliki keunggulan pada kemudahan Djajasudarma,T.F. (2006) . Metode untuk menentukan peran-peran inti linguistik: Ancangan metode sebuah verba dalam konstruksi penelitian dan kajian. Bandung: kalimat. Refika Aditama.

PENUTUP Folley, W & Robert D. V.V. (1994). Functional syntax and Berdasarkan hasil analisis struktur universal grammar. semantis verba dalam Bahasa Abun Cambridge: Cambridge dapat disimpulkan bahwa peran University Press. semantis verba keadaan dalam bahasa ini memiliki kecenderungan Kaswanti, B. (2000). Bangkitnya menonjolkan keadaan fisik, keadaan kebhinekaan dunia linguistik pikiran (berpikir) yang berdasarkan dan pendidikan. Jakarta: Mega makna alamiah Media Abadi. memikirkan/merasakan. Peran semantis verba tindakan dalam Bahasa Kridalaksana, H. (2002). Struktur , Abun merupakan representasi makna kategori, dan fungsi dalam alamiah perbuatan, terjadi, dan

35 Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 17—37

sintaksis. Jakarta : Universitas BULETIN OF IRIAN JAYA. Katolik Indonesia Atma Jaya. Jayapura : Program Kerja Sama Uncen dengan SIL. Mahsun. (2005. Metode penelitian bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Sudaryanto. (1993). Metode dan teknik Persada. analisis bahasa: Pengantar penelitian wahana kebudayaan Mulyadi. 1998. ’’Struktur semantis secara linguistis. Yogyakarta: verba bahasa Indonesia’’ DutaWacanaUniversity Press. (Tesis Magister). Denpasar : Program Studi Linguistik Van Valin, R. D., Randy J. L. (1997). Pascasarjana Universitas Syntax, structure, meaning and Udayana. function. Cambridge: Combridge University Press. Silzer, P.J. & Clouse, H.H. (1991). “Indekx of Irian Jaya Wierzbicka, A. (1996). Semantics, Languages” Second Edition. A primes and universals. New Special Publication of IRIAN York : Oxford University Press.

36