Peran Jenderal Soedirman Dalam Pertempuran Ambarawa Tahun 1945

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peran Jenderal Soedirman Dalam Pertempuran Ambarawa Tahun 1945 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman Pada tahun 1914 Karsid Kartawiraji menikah dengan Siyem. Selanjutnya karsid bekerja sebagai pengawas perkebunan tebu milik pabrik gula di desa Kalibagor. Perkebunan ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda di sebelah tenggara Purwokerto. Menginjak tahun 1915 Siyem mengandung. Pada waktu yang bersamaan keluarga Kartawiraji meninggalkan Kalibagor menuju Rembang, kabupaten Purbalingga. Kepergian Karsid dan Siyem adalah untuk bertemu kakak perempuan Siyem yaitu Turidawati. Pada waktu itu Turidawati telah diperistri oleh R. Cokrosunaryo, yaitu seorang pejabat asisten wedana atau camat di Bodaskarangjati. Setelah beberapa bulan Karsid dan Siyem tinggal di Rembang, maka pada tanggal 24 Januari 1916 yang bertepatan dengan Maulud Nabi, Soedirman dilahirkan. Kemudian Soedirman diangkat sebagai anak oleh R. Cokrosunaryo, sehingga di depan namanya diberi gelar raden menjadi Raden Soedirman. Pengambilan anak angkat itu memang sudah lama dirundingkan bersama Karsid dan Siyem. Hal itu dilakukan karena R, Cokrosunaryo memang tidak dikaruniai anak (Gamal Komandoko, 2000:315) . Soedirman kecil tidak lama tinggal di Purbalingga. Pada waktu ia berusia setengah tahun, keluarga R. Cokrosunaryo pindah ke Cilacap. Hal ini dilakukan karena R. Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat. Beliau kemudian diangkat menjadi penasihat Pengadilan Negeri di Cilacap. Pada saat di Cilacap keluarga R. Cokrosunaryo tinggal di kampung Manggisan. Di kampung inilah Soedirman dididik dan dibesarkan oleh keluarga R. Cokrosunaryo. Sejak masa kanak-kanak penampilan dan kepribadian Soedirman tidak lepas dari lingkungan keluarga tempat ia dibesarkan. Di lingkungan keluarga besarnya ia berkembang dalam dua subkultur, yakni kultur priyayi dan kultur wong cilik. Soedirman keturunan wong cilik dan kemudian diangkat dan dibesarkan oleh priyayi. Dari orang tua kandungnya telah mewariskan dan mangajarkan nilai kesederhanaan, laku prihatin dan kerja keras. Soedirman kecil juga sering diajarkan pekerjaan yang melatih kekuatan fisik seperti ngangsu atau mengambil air. Sementara dari ibu angkatnya, yaitu Turidawati ia diajarkan berbagai budaya adiluhung. Soedirman diajarkan tentang adat istiadat, sopan-santun, dan berakhlak luhur. Soedirman tumbuh menjadi anak yang sangat santun, ramah dan tidak pernah menyakiti (Sardiman, 2008: 12-13). Dari sisi lain, peran ayah angkatnya juga sangat penting dalam pembentukan kepribadian Soedirman. Dengan melalui kisah-kisah kesatriaan dan pewayangan, telah banyak andil dalam menumbuhkan sikap kesatria, disiplin, dan pemberani. Selain itu Soedirman juga tumbuh menjadi seorang yang mempunyai jiwa pengabdi. Dalam segi agama, Soedirman tumbuh menjadi anak yang saleh. Ia rajin mengaji dan menunaikan sholat. Soedirman menjadi anak yang lurus, menjaga nilai-nilai moral dan spiritualitasnya. Dalam kehidupan beragama, Soedirman kecil memang menjadi contoh bagi kawan-kawannya yang lebih dewasa. Tentunya maklum bahwa pada masa penjajahan Belanda, tidak semua bumiputera dapat bersekolah. Hanya anak-anak priyayi yang dapat mengenyam pendidikan. Soedirman dapat masuk ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) karena telah diangkat anak oleh R. Cokrosunaryo. Waktu itu usianya menginjak 7 tahun. Dalam mengikuti pelajaran di HIS Gubernemen prestasi Soedirman tidak terlalu menonjol. Pada saat naik ke kelas VII ia pindah ke HIS Taman Siswa. Sekolah ini memang disediakan untuk bumiputera. Belum genap Soedirman bersekolah di sini, sekolah tersebut ditutup karena kekurangan dana. Kemudian Soedirman pindah ke sekolah Wiworotomo di Cilacap. Setelah lulus dari HIS Wiworotomo, Soedirman masuk ke Taman Dewasa (SLTP di Taman Siswa). Namun pada saat masih duduk di kelas II, ia harus pindah ke Meer Uitgebreid Large Onderwijs (MULO) Wiworotomo. Kepindahan Soedirman ke Wiworotomo tidak lepas dari saran gurunya yang bernama R. Sumirat Danudiprojo. Selama bersekolah di Wiworotomo, Soedirman dikenal sebagai murid yang tekun. Ia menonjol dalam ilmu aljabar, tata negara, sejarah, dan bahasa Belanda. Soedirman sering membimbing teman-temannya. Ia dikenal sebagai “pembantu guru”. Bagi teman-temannya dia dipanggil “guru kecil” (Hamid Hasan, 1976: 5-6). Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah yang diadakan para siswa. Ia ikut dalam organisasi Ikatan Pelajar Wiworotomo. Di sekolah itu ia dididik berdisiplin, diajarkan tentang paham dan gerakan nasional, jiwa kemiliteran dan kepanduan. Soedirman sangat menyenangi baris-berbaris. Tidak jarang ia diminta untuk menjadi komandan baris-berbaris. Dari sini tampak jelas bahwa ada bakat pemimpin dalam diri Soedirman (Sardiman, 2008: 22-23). Bakat kepanduan Soedirman bisa tersalurkan setelah ia aktif dalam organisasi kepanduan Muhammadyah yang dikenal dengan Hizboel Wathan (HW). Aktifnya Soedirman dalam HW bukan kerena kebetulan. Ia ingin mengembangkan bakat, minat, dan keyakinannya terhadap ajaran Islam. Wawasan dan pengalaman Islam, kedisiplinan, kematangan dia, kejujuran, dan jiwa pengabdian Soedirman sebagai anggota HW membuat ia disegani teman-temannya. Pada waktu diadakan pemilihan pimpinan HW di Banyumas, ia terpilih sebagai ketua HW atau Menteri Daerah Hizboel Wathan. Selama ia menjadi pemimpin HW, ia dikenal pemimpin yang tekun berlatih, berdisiplin dan penuh tanggung jawab. Dia meningkatkan kegiatan jambore dan perkemahan. Melalui jambore ini, ia ingin benar-benar membina fisik, mental, serta uji ketakwaan bagi setiap anggota HW. Dalam rangkaian kegiatan jambore, ia sering memberikan ceramah-ceramah, pengajian, dan nasihat-nasihat yang sesuai dengan ajaran Islam dan etika kepanduan. B. Perjalanan Karir Jenderal Soedirman Setelah lulus dari MULO, Soedirman sempat melanjutkan ke HIK Muhammadyah Surakarta. Tidak sampai dari satu tahun Soedirman keluar. Ia kembali ke Cilacap dan menjadi guru dan aktif di gerakan Muhammadyah. Ia berdakwah dan mengajarkan tentang Islam. Pada tahun 1933-1937, Soedirman sangat aktif di dalam organisasi pergerakan Muhammadyah di Cilacap. Ia memulai aktivitasnya di organisasi Pemuda Muhammadyah. Selain itu, Soedirman juga pandai berpidato. Ia selalu menggunakan bahasa-bahasa yang santun dan sederhana. Cara bicaranya jelas dan perlahan. Isi dari pidato Soedirman tidak muluk-muluk. Pidato adalah salah satu kelebihan lain dari Soedirman. Pada tahun 1937 diadakan pemilihan Pimpinan Pemuda Muhammadyah. Soedirman terpilih sebagai Wakil Majelis Pemuda Muhammadyah (WMPM) wilayah Banyumas. Dengan jabatan itu, maka Soedirman memiliki posisi tertinggi di dalam organisasi Pemuda Muhammadyah di Banyumas. Soedirman sangat paham apa yang menjadi keinginan dari para anggota. Keinginan itu misalnya kegiatan olahraga, kesenian, dan kegiatan kepanduan. Tidak hanya itu, kegiatan kursus-kursus untuk menambah wawasan, keterampilan, dan pengetahuan para anggota pun juga diperhatikan. Dengan kegiatan itu, maka di bawah kepemimpinan Soedirman organisasi Pemuda Muhammadyah Banyumas berkembang pesat. Tahun 1934 Soedirman lulus dari MULO Wiworotomo. Sebagai lulusan MULO ia belum berkompeten untuk menjadi guru. Padahal Soedirman sangat ingin menjadi seorang pendidik. Pada saat itu memang tidak banyak guru yang memiliki kualifikasi ijazah sekolah guru. Guru biasa pun boleh asal yang bersangkutan mau belajar dan menyempurnakan pengetahuan dalam bidang keguruan. Kebijakan ini memang tepat diambil sesuai dengan kondisi wilayah Cilacap, mengingat waktu itu sedang dalam perjuangan melawan kolonial. Kebetulan HIS Muhammadyah Cilacap sedang membutuhkan guru. Soedirman memberanikan diri untuk mengikuti les privat kepada guru-guru yang pernah mengajar di Wiworotomo. Semua itu dilakukan agar keinginannya untuk menjadi pendidik. Usaha Soedirman didukung olehn R. Moh. Kholil sebagai pihak pimpinan Muhammadyah. Dengan keseriusan dan ketekunannya, ia menguasai teori-teori dan praktek sebagai layaknya seorang guru . bahkan tanpa ragu-ragu pimpinan Muhammadyah Cilacap menetapkan secara resmi dan mengangkat Soedirman sebagai guru di HIS Muhammadyah. Selain sebagai guru di HIS Muhammadyah, Soedirman juga bekerja di Koperasi Wijayakusuma Cilacap. Bahkan dia juga pernah menjadi Ketua Perkoperasian Bangsa Indonesia. Meskipun begitu, Soedirman tetap memiliki komitmen yang tinggi sebagai guru. Dia pandai membagai waktu, meskipun dia juga sibuk sebagai pimpinan HW dan anggota Pemuda Muhammadyah. Soedirman dikenal sebagai guru yang tertib, disiplin, dan bertanggung jawab. Mengingat prestasi, penampilan, wawasan, dan kepemimpinannya maka Soedirman dipilih sebagai Kepala Sekolah di HIS Muhammadyah. Soedirman menjadi Kepala Sekolah yang moderat, demokratis, dan akomodatif. Inilah Soedirman sebagai guru yang teladan. Ia selalu memegang prinsip kepemimpinannya yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani . Arti dari prinsip itu adalah “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan” (Sardiman, 2008: 83). Pada tahun 1936, Soedirman mulai melakukan kegiatan dakwah. Soedirman banyak minta bimbingan dengan R. Moh. Kholil seorang perintis perkembangan Muhammadyah di Cilacap. Mereka bertukar pikiran seputar dakwah . Selain itu, Soedirman juga belajar dari Kiai Markhum, yaitu seorang Imam Besar Masjid Cilacap saat itu. Dalam dakwahnya Soedirman sangat memperhatikan keadaan kehidupan masyarakat. Ia menekankan pentingnya kehidupan beragama bagi masyarakat. Untuk itu para anggota masyarakat perlu berpedoman pada tali agama. Soedirman selalu memberikan contoh tentang
Recommended publications
  • INDONESIAN JOURNAL on GEOSCIENCE Risk Assessment Of
    Indonesian Journal on Geoscience Vol. 7 No. 2 August 2020: 215-224 INDONESIAN JOURNAL ON GEOSCIENCE Geological Agency Ministry of Energy and Mineral Resources Journal homepage: hp://ijog.geologi.esdm.go.id ISSN 2355-9314, e-ISSN 2355-9306 Risk Assessment of Groundwater Abstraction Vulnerability Using Spatial Analysis: Case Study at Salatiga Groundwater Basin, Indonesia Thomas Triadi Putranto, Tri Winarno, and Axel Prima Agita Susanta Department of Geological Engineering, Diponegoro University Jln. Prof. H. Soedharto,S.H., Tembalang - Semarang, Indonesia 50275 Corresponding author: [email protected] Manuscript received: April, 4, 2019; revised: September, 19, 2019; approved: January, 23, 2020; available online: July, 16, 2020 Abstract - Salatiga Groundwater Basin (SGB) is located in Java Island, Indonesia. Administratively, it covers Se- marang Regency, Salatiga City, and Boyolali Regency. Industry and community use groundwater to fulfil their daily need. Increasing number of deep wells that extract groundwater will cause some environmental problems, such as lowering groundwater level and subsidence at SGB. Thus, there is a need to assess the adverse impacts of groundwater abstraction. Risk assessment of groundwater vulnerability due to abstraction is the goal of this study. The research method was taking account of weighting of geological parameters, such as response characteristics of the aquifers, characteristics of aquifer storage, aquifer thickness, piezometric depth, and distance from the shoreline to conduct the groundwater vulnerability mapping. It was then overlaid on a map of regional spatial plan to develop the map of vulnerability risk due to abstraction. The groundwater vulnerability due to abstraction is categorized in the medium level. After being overlaid by the land use map, the risk of groundwater vulnerability due to abstraction is classified into three kinds, which are low, medium, and high.
    [Show full text]
  • The Implementation of Agrarian Reform in Semarang Regency
    Journal of Strategic and Global Studies Volume 1 Number 2 July Article 3 7-30-2018 The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency Bayu Dwi Anggono Lecturer Faculty of Law Universitas Jember., [email protected] Rofi ahanisaW Lecturer at the Faculty of Law Universitas Negeri Semarang, [email protected] Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jsgs Recommended Citation Anggono, Bayu Dwi and Wahanisa, Rofi (2018) "The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency," Journal of Strategic and Global Studies: Vol. 1 : No. 2 , Article 3. DOI: 10.7454/jsgs.v1i2.1008 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jsgs/vol1/iss2/3 This Article is brought to you for free and open access by the School of Strategic and Global Studies at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Journal of Strategic and Global Studies by an authorized editor of UI Scholars Hub. Journal of Strategic and Global Studies | Volume 1, Number 2, May 2018 28 The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency Bayu Dwi Anggono1, Rofi Wahanisa2 1 Lecturer Faculty of Law Universitas Jember. Email: [email protected] 2 Student of Undip Doctoral Programme in Law; Lecturer at the Faculty of Law Universitas Negeri Semarang (UNNES). E-mail. [email protected] ABSTRACT The principle of national agrarian reform (Agrarian Reform) basically refers to the 1960 Basic Agrarian Law (UUPA), especially Articles 1 to Article 15 and Article 4 of the MPR Decree No. IX of 2001. Agrarian reform is needed to restructure the control, ownership, use and utilization of agrarian resources.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Christen J. Grorud 1979-2016
    CHRISTEN J. GRORUD 1979-2016 Memories of Chris Compiled by the Southeast Asia Center in the Henry M. Jackson School of International Studies at the University of Washington Remembering Chris Grorud 1979-2016 Laurie J. Sears Introduction. I first met Chris Grorud in person when he came out to visit the... 4 Micaela Campbell Pamit dulu. From 2014 to 2015, Chris worked on a pilot project for rural... 7 Celia Lowe Appreciation. Chris was a wonderful student, incredibly dedicated to his study... 8 Allan Lumba Bread and Sasquatch. There’s a somewhat long story behind this piece of bread... 9 Cristoph Giebel Quiet confidence. I have many precious memories of Chris, but want to focus on... 11 Evi Sutrisno Grateful for a good buddy. Chris Grorud was one of my best friends both in... 12 Christina Sunardi In a nutshell. Chris, in a nutshell, was a very special person--a gift. He was... 14 Desiana Pauli Sandjaja Docendo discimus. Students come and go and they leave behind memories. Chris... 16 Joseph Bernardo Chris “Brorud.” Chris Grorud was the first person I met at UW back in 2007... 17 James Pangilinan Heartfelt welcome. Chris will be missed deeply by those whom he graced with... 20 Vince Rafael A philosopher of area studies. Chris Chris’s mother, Caryl, designed wanted to write about the Indonesian... 21 the quilt on the cover for him in 2014. She made it using textiles Chris Grorud he collected from each of the An untitled essay. At first glance, Chris’s islands he visited in Indonesia. untitled essay has a seemingly modest..
    [Show full text]
  • Bab Ii Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Sidang Bpupki A
    BAB II KONDISI BANGSA INDONESIA SEBELUM SIDANG BPUPKI A.Masa Sebelum Sidang BPUPKI Setiap negara memiliki konstitusi. Demikian halnya bangsa Indonesia sebagai suatu negara juga memiliki konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Pembentukan atau perumusan Undang-Undang Dasar 1945 ini menjadi konstitusi Indonesia melalui beberapa tahap.Pembuatan konstitusi ini diawali dengan proses perumusan Pancasila. Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima, dan sila yang berarti dasar. Jadi, Pancasila memiliki arti lima dasar. Maksudnya, Pancasila memuat lima hal pokok yang diwujudkan dalam kelima silanya.1 Menjelang kemerdekaan Indonesia, tokoh-tokoh pendiri bangsa merumuskan dasar negara untuk pijakan dalam penyelenggaraan negara. Awal kelahiran Pancasila dimulai pada saat penjajahan Jepang di Indonesia hampir berakhir.Jepang yang mulai terdesak saat Perang Pasifik menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk memenuhi janji tersebut, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 28 Mei 1945. Badan ini beranggotakan 63 orang dan diketuai oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. BPUPKI bertugas untuk mempersiapkan dan merumuskan hal-hal mengenai tata pemerintahan Indonesia jika merdeka. Untuk memperlancar tugasnya, BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja, di antaranya sebagai berikut: 1. Panitia sembilan yang diketuai oleh Ir. Sukarno. Tugas panitia ini adalah merumuskan naskah rancangan pembukaan undang-undang dasar. 2. Panitia perancang UUD, juga diketuai oleh Ir. Sukarno. Di dalam panitia tersebut dibentuk lagi panitia kecil yang diketuai Prof. Dr. Supomo. 3. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai Drs. Moh. Hatta. 4. Panitia Pembela Tanah Air, yang diketuai Abikusno Tjokrosuyoso. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama BPUPKI terselenggara pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
    [Show full text]
  • Perencanaan Reaktivasi Jalan Rel Kereta Api Koridor Magelang – Ambarawa
    JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 87 – 93 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 87 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN REAKTIVASI JALAN REL KERETA API KORIDOR MAGELANG – AMBARAWA Rizqi Nugroho, Giovanny Natasha F. P., Moga Narayudha*), Bambang Pudjianto*) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Lalu lintas jalan raya pada lintas Semarang – Magelang mengalami kenaikan arus lalu lintas yang signifikan, derajat kejenuhan jalan raya dan waktu tempuh, dan penurunan kecepatan kendaraan. Diperlukan alternatif untuk mengatasi kondisi tersebut. Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi Jawa Tengah, untuk lintas Semarang – Magelang, jalur kereta api koridor Magelang – Ambarawa merupakan bagian dari bentuk reaktivasi jalan rel kereta api nonaktif. Studi kelayakan reaktivasi jalan kereta api lintas Semarang – Magelang tahun 2013, menunjukkan potensi penumpang kereta api sebesar 2038 pnp/hari, potensi angkutan barang sebesar 7,7 ton/hari dan didukung oleh jalan rel eksisting yang dapat direaktivasi. Berdasarkan kondisi topografi dengan kelandaian rata- o rata 20 /oo, dikembangkan 3 alternatif trase dengan pemanfaatan jalur eksisting sepanjang 21,9 km dan trase alternatif terpilih sepanjang 13,1 km. Dari hasil analisis potensi penumpang dan kondisi eksisting adalah digunakan kelas 4 untuk kelas jalan rel dengan keseluruhan perencanaan tersebut didasarkan pada ketentuan PM No. 60 tahun 2012, KM No. 52 tahun 2000, dan PD PJKA No. 10 tahun 1986. kata kunci : Lalu Lintas, Alternatif Trase, Reaktivasi, Rancangan Geometri, Rancangan Struktur ABSTRACT Highway Traffic on Semarang – Magelang track was having a significant increased of traffic flow, the degree saturation of highways and travel time, and decreased of vehicle speed.
    [Show full text]
  • Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Bpupk) 29 Mei—17 Juli 1945
    PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI—17 JULI 1945 WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 1 PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI–17 JULI 1945 Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 Program Studi Ilmu Sejarah FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang sungguh hanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ditengah berbagai kendala yang dihadapi. Ucapan terima kasih dan salam takzim penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang telah dengan sabar tetap mendukung putrinya, walaupun putrinya ini sempat melalaikan amanah yang diberikan dalam menyelesaikan masa studinya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang jauh lebih baik. Kepada bapak Abdurrakhman M. Hum selaku pembimbing, yang tetap sabar membimbing penulis dan memberikan semangat di saat penulis mendapatkan kendala dalam penulisan. Kepada Ibu Dwi Mulyatari M. A., sebagai pembaca yang telah memberikan banyak saran untuk penulis, sehingga kekurangan-kekurangan dalam penulisan dapat diperbaiki. Kepada Ibu Siswantari M. Hum selaku koordinator skripsi dan bapak Muhammad Iskandar M. Hum selaku ketua Program Studi Sejarah yang juga telah memberikan banyak saran untuk penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pengajar Program Studi Sejarah, penulis ucapakan terima kasih untuk bimbingan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Kepada Bapak RM. A. B.
    [Show full text]
  • Pemanfaatan Monumen Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Dan Minat Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun Ajaran 2012/2013
    PEMANFAATAN MONUMEN PALAGAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Eko Sulistiyanto NIM. 3101408106 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi, pada : Hari : Tanggal : Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd. Insan Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum. 195809201985031003 197301272006041001 Mengetahui, Ketua Jurusan Sejarah Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd. NIP. 197301311999031002 ii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan siding panitia ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, pada : Hari : Tanggal : Penguji, NIP. Penguji I Penguji II Dr. Suwito Eko Pramono M.Pd. Insan Fahmi Siregar S.Ag., M.Hum NIP. 195809201985031003 NIP. 197301272006041001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dr. Subagyo, M. Pd NIP. 19510808198003 1 003 iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau ahli yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juli 2013 Eko Sulistiyanto NIM. 3101408106 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto dan Persembahan “Tunjuk satu bintang sebagai pedoman langkahmu Dan menentukan Arah hidupmu. Lihat, dengar, rasakan apa yang terjadi disekitarmu dan ulurkan tanganmu kepada mereka yang membutuhkan. Jangan takut akan gelap karena ada cahaya terang sebagai bingkisan Tuhan untuk menuntunmu menuju jalan keluar. Boleh saja kita kalah sesaat, ambil hikmah untuk menang seterusnya.
    [Show full text]
  • Relation Between Pancasila and Islamic Values on Religious Freedom
    Al-Ulum Volume 14 Number 2 December 2014 Page 325-342 RELATION BETWEEN PANCASILA AND ISLAMIC VALUES ON RELIGIOUS FREEDOM Sulasman & Eki Kania Dewi State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung ([email protected]) Abstrak The discourse of religious harmony and freedom is still a current study and much studied through various approaches, including in the perspective of history, sociology, and culture. In Indonesia, normatively, the practices of religious harmony and freedom are referred to both Islamic religion and Pancasila values. The two normative references are positioned in line. Thus, even for the people, Pancasila has a spirit of Islam, because the framers of Pancasila (and Konstitution UUD 1945) are Moslem like Muhammad Yamin and Sukarno. Consciously or not, the Islamic teaching viewed by those framers of Pancasila absorbed into the values of Pancasila. Therefore, it is fair enough that Pancasila and Islam have harmony and conformity, including the concepts of religious harmony and freedom. Wacana kerukunan dan kebebasan beragama masih menjadi kajian aktual dan banyak dikaji melalui berbagai pendekatan, diantaranya dalam perspektif sejarah, sosiologi, dan budaya. Di Indonesia, secara normatif, praktik kerukunan dan kebebasan beragama mengacu pada nilai agama Islam dan Pancasila sekaligus. Kedua acuan normative tersebut diposisikan sejalan. Bahkan bagi sebagian kalangan Pancasila memiliki ruh ajaran Islam, karena para perumus Pancasila (dan UUD 1945) adalah umat Islam, seperti Muhammad Yamin dan Soekarno. Disadari atau tidak, ajaran Islam yang dipersepsi para perumus Pancasila tersebut meresap kedalam Pancasila. Oleh karena itu, wajar apabila antara Pancasila dan Islam memiliki keselarasan dan kesesuaian, termasuk dalam hal konsep kerukunan dan kebebasan beragama.
    [Show full text]
  • An Analysis of Recount Text Writing Composition of Tenth Grade Senior High School Students
    An Analysis Of Recount Text Writing Composition An Analysis of Recount Text Writing Composition of Tenth Grade Senior High School Students Putri Rahayu English Education, Faculty of Languages and Arts, State University of Surabaya [email protected] Abstrak Ketika menyusun sebuah karya tulis, ada beberapa elemen yang harus dipenuhi dengan tujuan supaya dapat menghasilkan sebuah esai yang baik. Hal inipun juga berlaku dalam penulisan teks recount. Oleh karena itu, siswa harus memerhatikan seluruh elemen tersebut karena mereka dapat membantu penulis dalam menyusun sebuah teks yang baik dan dapat dimengerti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai metode penelitian. Data diambil dari sepuluh teks recount yang disusun oleh siswa kelas sepuluh sekolah menengah atas. Untuk menganalisi teks, rubrik penilaian untuk teks recount digunakan untuk mengidentifikasi elemen-elemen penulisan yang terdapat didalam teks. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan menyusun ide-ide didalam isi teks recount yang mereka susun. Hasil lain menunjukkan bahwa beberapa siswa gagal dalam meletakkan penjelasan yang sesuai untuk setiap struktur dalam teks recount. Misalnya, siswa meletakkan event sebagai orientation. Tetapi sebagian lainnya telah mengetahui fungsi dari setiap struktur teks recount. Bagaimanapun kebanyakan dari siswa berhasil menggunakan unsur kebahasaan dengan tepat. Kesimpulannya, pekerjaan siswa masih perlu untuk dikembangkan agar dapat menghasilkan karya tulis yang baik terutama untuk teks recount. Oleh karena itu, guru perlu memberikan perhatian lebih pada kelemahan siswa ketika menulis teks recount. Siswa juga perlu untuk mengembangkan pengetahuan mereka dan lebih banyak berlatih dalam menulis khususnya untuk teks recount. Kata Kunci: elemen-elemen menulis, teks recount, kemampuan menulis Abstract While composing a written work, there are some elements that should be fulfilled in order to produce a good essay.
    [Show full text]
  • H. Bachtiar Bureaucracy and Nation Formation in Indonesia In
    H. Bachtiar Bureaucracy and nation formation in Indonesia In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 128 (1972), no: 4, Leiden, 430-446 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/26/2021 09:13:37AM via free access BUREAUCRACY AND NATION FORMATION IN INDONESIA* ^^^tudents of society engaged in the study of the 'new states' in V J Asia and Africa have often observed, not infrequently with a note of dismay, tihe seeming omnipresence of the government bureau- cracy in these newly independent states. In Indonesia, for example, the range of activities of government functionaries, the pegawai negeri in local parlance, seems to be un- limited. There are, first of all and certainly most obvious, the large number of people occupying official positions in the various ministries located in the captital city of Djakarta, ranging in each ministry from the authoritative Secretary General to the nearly powerless floor sweepers. There are the territorial administrative authorities, all under the Minister of Interna! Affairs, from provincial Governors down to the village chiefs who are electecl by their fellow villagers but who after their election receive their official appointments from the Govern- ment through their superiors in the administrative hierarchy. These territorial administrative authorities constitute the civil service who are frequently idenitified as memibers of the government bureaucracy par excellence. There are, furthermore, as in many another country, the members of the judiciary, personnel of the medical service, diplomats and consular officials of the foreign service, taxation officials, technicians engaged in the construction and maintenance of public works, employees of state enterprises, research •scientists, and a great number of instruc- tors, ranging from teachers of Kindergarten schools to university professors at the innumerable institutions of education operated by the Government in the service of the youthful sectors of the population.
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melaksanakan pengelolaan arsip statis berskala nasional yang diterima dari lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, kemasyarakatan dan perseorangan. Pengelolaan arsip statis bertujuan menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip statis yang dikelola oleh ANRI merupakan memori kolektif, identitas bangsa, bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan sumber informasi publik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pengolahan arsip statis, maka khazanah arsip statis yang tersimpan di ANRI harus diolah dengan benar berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sehingga arsip statis dapat ditemukan dengan cepat, tepat dan lengkap. Pada tahun anggaran 2016 ini, salah satu program kerja Sub Bidang Pengolahan Arsip Pengolahan I yang berada di bawah Direktorat Pengolahan adalah menyusun Guide Arsip Presiden RI: Sukarno 1945-1967. Guide arsip ini merupakan sarana bantu penemuan kembali arsip statis bertema Sukarno sebagai Presiden dengan kurun waktu 1945-1967 yang arsipnya tersimpan dan dapat diakses di ANRI. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, maka guide arsip ini tentunya belum sempurna dan masih ada kekurangan. Namun demikian guide arsip ini sudah dapat digunakan sebagai finding aid untuk mengakses dan menemukan arsip statis mengenai Presiden Sukarno yang tersimpan di ANRI dalam rangka pelayanan arsip statis kepada pengguna arsip (user). Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan ANRI, anggota tim, Museum Kepresidenan, Yayasan Bung Karno dan semua pihak yang telah membantu penyusunan guide arsip ini hingga selesai. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan.
    [Show full text]