Bab Iv Hasil Penelitian

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab Iv Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN A. MASUKNYA KATOLIK DI NUSANTARA Agama Katolik adalah salah satu agama resmi yang diakui oleh pemerintah Indonesia dari enam agama resmi yang ada. Berbicara tentang agama satu ini tidak terlepas dari pastur, susunan gereja beserta kepengurusannya. Ketiga hal tersebut adalah hal yang sangat vital dalam tubuh tiap-tiap paroki/gereja dalam agama katolik tersebut. Agama katolik sendiri hadir di tanah air dengan membawa Susunan hirarki. Agama katolik masuk dan diajarkan oleh kaum-kaum misionaris yang kebanyakan berasal dari belanda. Misionari-misionari tersebut hadir dengan rombongan masing-masing. Rombongan-rombongan tersebut terbentuk dalam suatu kelompok-kelompok yang disebut ordo/konggregasi/tarekat. Ordo/konggregasi/tarekat yang dimaksud adalah suatu perkumpulan rahib/guru yang dipercayai untuk mewartakan Kerajaan Allah. Siapapun yang ingin menjadi rahib/guru pewarta Kerajaan Allah mereka harus terdidik dan terlatih dengan menempuh pendidikan yang tidak singkat (Wawancara Romo Surya). Sebelum diajarkan oleh kaum-kaum missionaris Belanda, Katolik masuk ke Nusantara tepatnya abad 16 oleh Pater Fransiskus Xaverius, seorang sekretaris organisasi Kerahiban Yesuit (SJ) yang dipimpin oleh Santo Ignatius Loyola sekaligus juga seorang sahabat dari Santo Fransiskus Xaverius. Tahun 1539 raja Juan III dari Portugal meminta penyertaan tahta suci untuk Portugal, sebenarnya Ignatius Loyola menugaskan Pater S. Rodriguez dan Pater N. Bobadilla namun kedunaya jatuh sakit. “Pues sus! Heme aquil”(baiklah aku siap) begitulah jawaban Fransiskus setelah mendapat tugas dari sahabat sekaligus pemimpinnya Ignatius Loyola (Heuken,SJ ;2009; 15). Dalam tugasnya kali ini Fransiskus Xaverius menuju daerah koloni Portugis yang berada di Hindia (Heuken, 2009; 16-17). Tahun 1545 Fransiskus berlayar ke Malaka. Tanggal 14 Februari 1546, Fransiskus mendarat di pantai Hatiwi Ambon. Tahun 1534 Fransiskus berkarya di pulau Moro, Maluku. Pulau Moro terkenal akan keganasan penduduknya yang 15 menurut Fransiskus dalam surat yang ditulis olehnya diceritakan bahwa masyarakatnya gemar menipu dan suka membunuh (perang), ini menjadi tantangan tersendiri bagi Fransiskus untuk menobatkan orang-orang dan bersyar tentang agama Katolik. Fransiskus kembali ke Malaka pada tahun 1547. Fransiskus meninggal pada tahun 1553, tercatat sebagai seorang Yesuit pertama yang berkarya di nusantara bagian timur tepatnya Kepulauan Maluku. Selama di bumi nusantara Santo Fransiskus Xaverius dapat mengkristenkan beberapa kampung di Kepulauan Maluku. Fransiskus juga mewariskan surat-surat yang dituliskan selama ia berkarya dimanapun tempatnya. Surat karya Fransiskus ini berguna karena dapat dinikmati oleh ilmu pendidikan terutama bidang sejarah khususnya sejarah gereja hingga seterusnya. Semangat Fransiskus tidak berhenti setelah dia mati saja, namun dilanjutkan oleh penerus-penerusnya. Penerus- penerus Fransisikus Xaverius di Maluku ada yang diterima namun ada juga yang ditolak secara frontal bahkan dibunuh, seperti halnya Pater Afonso de Castro, SJ. Pater Afonso dibunuh ditengah laut oleh lima orang lokal yang memegangi kedua tangan dan kakinya. Masing-masing membawa senjata tajam untuk menusuknya. Setelah mati jenazahnya dibuang ke laut (Heuken, 2009; 18-26). Memasuki abad 17, gerakan Yesuit ini datang ke Nusantara seiring dengan kedatangan VOC di Hindia. Sebenarnya VOC sendiri melarang secara tegas adanya kaum imam Katolik untuk masuk dan berkarya di wilayah kekuasaannya. Bahkan ada sebuah peraturan jika ada imam Katolik yang menyebarkan agama di wilayah kekuasaan VOC maka akan mendapat hukuman mati. Peraturan ini dilakukan karena saat itu agama Protestan di dalam tubuh VOC sangat kuat. Kristen Protestan saat itu menjadi agama utama di Belanda. Protestan menolak katolik karena masih trauma dengan abad gelap yang telah berlangsung. Namun dalam penerapanya, beberapa pejabat VOC tidak memperlakukan larangan ini dengan tegas (Kurris, 1992: 4). Pada tahun 1800an penyebaran agama Katolik di Nusantara kembali secara resmi, setelah dilarang oleh VOC. Hal yang melatarbelakangi kembalinya penyebaran agama Katolik secara resmi ini adalah ditunjuknya Lodewijk atau Louis Napoleon oleh kakaknya sendiri Napoleon Bonaparte untuk menjadi raja 16 Belanda pada tahun 1806. Lodewijk sendiri memeluk agama Katolik (Kurris, 1992: 4-5). Penyebar agama Katolik seringnya dimulai oleh Sarikat Jesus, begitu pula ketika penyebaran secara resmi ini dimulai di Nusantara. Ketika itu rombongan SJ berlabuh di Batavia (Jakarta). Rombongan Yesuit pertama yang melakukan misi di kawasan Hindia Belanda secara terbuka. Martinus van den Elsen beserta Joannes Baptista Palinckx mendarat di Batavia yang sebenarnya hanya untuk singgah sementara. Rombongan Yesuit ini singgah di Batavia untuk menyesuaikan keadaan fisik terhadap keadaan iklim yang berbeda antara Eropa dan Hindia Belanda, bisa dikatakan sebagai aklimatisasi. Batavia kala itu menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara. Setelah satu bulan di Batavia, kemudian mereka menuju Surabaya untuk berkarya di paroki Surabaya. Surabaya menjadi sebuah daerah misi dengan berbagai masalah mulai dengan semangat iman yang kurang karena dari seribuan umat di Surabaya hanya sekitar 100 orang yang datang ikut misa kudus pada hari minggu, masalah lain adalah perkawinan umat yang tidak sesuai aturan Katolik. Pastur van den Elsen mencurahkan tenaga untuk mengumpulkan domba-domba yang hilang sedangkan Pastur J.B. Palinckx melakukan perjalanan dinas (Heuken, 2009:52-53.) Pada pertengahan abad 19 di Jawa Timur atau tepatnya tahun 1859 ketika van den Elsen datang, kota-kota yang memiliki paroki hanya ada tiga yaitu di kota Surabaya, Madiun dan Malang dengan stasi-stasi yang harus dikunjungi oleh pastur-pastur paroki ini sampai ke Banyuwangi di paling timur dan yang paling utara adalah Banjarmasin. Pater Palinckx lah yang paling senang menulis tentang perjalanan dan tantangan dalam kunjungan misi ke stasi-stasi yang berada jauh dari Surabaya ini (Heuken, 2009:54). Tahun dimana kedatangan van den Elsen dan J.B Palinckx ini juga sama dengan pembentukan paroki baru di Madiun yang sebelumnya merupakan bagian dari paroki Ambarawa. Umat paroki Surabaya, Malang serta Madiun bersama semua stasi di Jawa Timur, yang didirikan dan digembalakan oleh para pastor Jesuit sejak 1859, diserahkan satu per satu sampai tahun 1923 kepada para Imam Lazaris (CM) atau Karmelit (Ocarm) (Heuken, 2009:56). 17 Memasuki akhir 1800an di Batavia dibentuk suatu Vikaris Apostolik. Vikaris Apostolik Batavia pertama ini dipimpin oleh seorang pastur Belanda W.J. Staal, SJ pada tahun 1893 (Heuken, 2009:124). Tahun 1900 mayoritas terbesar orang Katolik di Pulau Jawa adalah orang- orang Eropa atau Eurasia. Di Batavia orang-orang Katolik pribumi dan China cuma berjumlah 159 jiwa, sementara ada 6895 orang Katolik Eropa. Jumlah ini menjadi 1859 versus 15803 jiwa untuk tahun 1941. Ini berarti kurang dari 10% orang Katolik di Batavia yang keturunan Cina dan pribumi Indonesia (Steenbrink, 2006: 591). Ketika tahun 1800an sampai memasuki tahun 1900 awal belum ada seorang pastur yang berasal dari orang pribumi. Pastur-pastur saat itu masih berasal dari orang-orang Belanda. Adapun pastur pertama pribumi nantinya sering disebut dengan sebutan romo. Baik romo ataupun pastur maknanya sama yaitu bapak/bapa. Imam Indonesia Pertama adalah Romo Fransiskus Xaverius Satiman SJ yang ditahbiiskan pada tanggal 15 Agustus 1926 (Kantor Wali Gereja, 1974: 878). Agama Katolik sendiri masuk ke Jawa Tengah lebih dikenal diajarkan oleh seorang misionaris bernama Romo Fransiscus van Lith, SJ walaupun pada tahun 1859 Pater Palinckx pernah singgah di Jawa Tengah (Kantor Wali Gereja, 1974: 844). Pada tahun 1896, sebelum berkarya di Muntilan Romo Fransiskus van Lith sempat berkarya di paroki Ambarawa. Romo van Lith juga belajar bahasa Jawa dan Ambarawa menjadi tempat belajar bahasa Jawa selain di Muntilan. Romo van Lith ini juga sukses menyesuaikan Katolik dengan kebudayaan Jawa sehingga mudah diterima masyarakat Jawa. Pada tahun 1896, Salatiga saat itu masih merupakan bagian dari paroki Ambarawa karena saat itu Salatiga memiliki jumlah umat yang masih sedikit (Supervisi KAS, 2012: 1). Setelah menetap di Muntilan Romo van Lith tetap mengunjungi Ambarawa (Kantor Wali Gereja, 1974: 848). Sebenarnya, Pastur van Lith tidak sendirian dalam karyanya di Jawa Tengah. Selain Pastur van Lith ada juga Pastur Hoevenars. Kedua romo Belanda ini dikenal dengan sistim kerja yang berbeda. Pastur Hoevenars belum setengah 18 tahun sudah mengajar, berkhotbah dan membabtis orang di Semarang dan Jogjakarta, sedangkan Pastur van Lith berusaha mati-matian mempelajari bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jawa (Kantor Wali Gereja, 1974: 847). Pastor van Lith adalah seorang yang mengusahakan Katolik dapat bercampur dengan kebudayaan Jawa. Dalam menterjemahkan doa Bapa Kami dan doa-doa lain, Pastor van Lith mempelajari berbagai kamus, paramasatera, terjemahan kitab suci, buku ngelmu dan sebagainya. Ia berbicara dengan orang-orang tani dan pamong praja. Lebih dari 30 kali ia pergi ke Yogya dan Solo menemui beberapa pangeran untuk memperdalam pengertiannya tentang cara orang Jawa menghadap pencipta langit dan bumi. Romo Hoevenar menganggap bahwa mempergunakan krama inggil dalam doa sama saja mempraktekan semangat budak belian. Sedangkan Romo van Lith mencapai kesimpulan bahwa kata-kata krama inggil sama sekali tidak meniadakan hubungan cinta kasih dan kepercayaan ayah dan anak (Kantor Wali Gereja, 1974: 852). Memasuki tahun 1900an perkembangan Katolik di Jawa Tengah
Recommended publications
  • INDONESIAN JOURNAL on GEOSCIENCE Risk Assessment Of
    Indonesian Journal on Geoscience Vol. 7 No. 2 August 2020: 215-224 INDONESIAN JOURNAL ON GEOSCIENCE Geological Agency Ministry of Energy and Mineral Resources Journal homepage: hp://ijog.geologi.esdm.go.id ISSN 2355-9314, e-ISSN 2355-9306 Risk Assessment of Groundwater Abstraction Vulnerability Using Spatial Analysis: Case Study at Salatiga Groundwater Basin, Indonesia Thomas Triadi Putranto, Tri Winarno, and Axel Prima Agita Susanta Department of Geological Engineering, Diponegoro University Jln. Prof. H. Soedharto,S.H., Tembalang - Semarang, Indonesia 50275 Corresponding author: [email protected] Manuscript received: April, 4, 2019; revised: September, 19, 2019; approved: January, 23, 2020; available online: July, 16, 2020 Abstract - Salatiga Groundwater Basin (SGB) is located in Java Island, Indonesia. Administratively, it covers Se- marang Regency, Salatiga City, and Boyolali Regency. Industry and community use groundwater to fulfil their daily need. Increasing number of deep wells that extract groundwater will cause some environmental problems, such as lowering groundwater level and subsidence at SGB. Thus, there is a need to assess the adverse impacts of groundwater abstraction. Risk assessment of groundwater vulnerability due to abstraction is the goal of this study. The research method was taking account of weighting of geological parameters, such as response characteristics of the aquifers, characteristics of aquifer storage, aquifer thickness, piezometric depth, and distance from the shoreline to conduct the groundwater vulnerability mapping. It was then overlaid on a map of regional spatial plan to develop the map of vulnerability risk due to abstraction. The groundwater vulnerability due to abstraction is categorized in the medium level. After being overlaid by the land use map, the risk of groundwater vulnerability due to abstraction is classified into three kinds, which are low, medium, and high.
    [Show full text]
  • The Implementation of Agrarian Reform in Semarang Regency
    Journal of Strategic and Global Studies Volume 1 Number 2 July Article 3 7-30-2018 The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency Bayu Dwi Anggono Lecturer Faculty of Law Universitas Jember., [email protected] Rofi ahanisaW Lecturer at the Faculty of Law Universitas Negeri Semarang, [email protected] Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jsgs Recommended Citation Anggono, Bayu Dwi and Wahanisa, Rofi (2018) "The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency," Journal of Strategic and Global Studies: Vol. 1 : No. 2 , Article 3. DOI: 10.7454/jsgs.v1i2.1008 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jsgs/vol1/iss2/3 This Article is brought to you for free and open access by the School of Strategic and Global Studies at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Journal of Strategic and Global Studies by an authorized editor of UI Scholars Hub. Journal of Strategic and Global Studies | Volume 1, Number 2, May 2018 28 The Implementation Of Agrarian Reform In Semarang Regency Bayu Dwi Anggono1, Rofi Wahanisa2 1 Lecturer Faculty of Law Universitas Jember. Email: [email protected] 2 Student of Undip Doctoral Programme in Law; Lecturer at the Faculty of Law Universitas Negeri Semarang (UNNES). E-mail. [email protected] ABSTRACT The principle of national agrarian reform (Agrarian Reform) basically refers to the 1960 Basic Agrarian Law (UUPA), especially Articles 1 to Article 15 and Article 4 of the MPR Decree No. IX of 2001. Agrarian reform is needed to restructure the control, ownership, use and utilization of agrarian resources.
    [Show full text]
  • Christen J. Grorud 1979-2016
    CHRISTEN J. GRORUD 1979-2016 Memories of Chris Compiled by the Southeast Asia Center in the Henry M. Jackson School of International Studies at the University of Washington Remembering Chris Grorud 1979-2016 Laurie J. Sears Introduction. I first met Chris Grorud in person when he came out to visit the... 4 Micaela Campbell Pamit dulu. From 2014 to 2015, Chris worked on a pilot project for rural... 7 Celia Lowe Appreciation. Chris was a wonderful student, incredibly dedicated to his study... 8 Allan Lumba Bread and Sasquatch. There’s a somewhat long story behind this piece of bread... 9 Cristoph Giebel Quiet confidence. I have many precious memories of Chris, but want to focus on... 11 Evi Sutrisno Grateful for a good buddy. Chris Grorud was one of my best friends both in... 12 Christina Sunardi In a nutshell. Chris, in a nutshell, was a very special person--a gift. He was... 14 Desiana Pauli Sandjaja Docendo discimus. Students come and go and they leave behind memories. Chris... 16 Joseph Bernardo Chris “Brorud.” Chris Grorud was the first person I met at UW back in 2007... 17 James Pangilinan Heartfelt welcome. Chris will be missed deeply by those whom he graced with... 20 Vince Rafael A philosopher of area studies. Chris Chris’s mother, Caryl, designed wanted to write about the Indonesian... 21 the quilt on the cover for him in 2014. She made it using textiles Chris Grorud he collected from each of the An untitled essay. At first glance, Chris’s islands he visited in Indonesia. untitled essay has a seemingly modest..
    [Show full text]
  • Perencanaan Reaktivasi Jalan Rel Kereta Api Koridor Magelang – Ambarawa
    JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 87 – 93 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 87 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN REAKTIVASI JALAN REL KERETA API KORIDOR MAGELANG – AMBARAWA Rizqi Nugroho, Giovanny Natasha F. P., Moga Narayudha*), Bambang Pudjianto*) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Lalu lintas jalan raya pada lintas Semarang – Magelang mengalami kenaikan arus lalu lintas yang signifikan, derajat kejenuhan jalan raya dan waktu tempuh, dan penurunan kecepatan kendaraan. Diperlukan alternatif untuk mengatasi kondisi tersebut. Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi Jawa Tengah, untuk lintas Semarang – Magelang, jalur kereta api koridor Magelang – Ambarawa merupakan bagian dari bentuk reaktivasi jalan rel kereta api nonaktif. Studi kelayakan reaktivasi jalan kereta api lintas Semarang – Magelang tahun 2013, menunjukkan potensi penumpang kereta api sebesar 2038 pnp/hari, potensi angkutan barang sebesar 7,7 ton/hari dan didukung oleh jalan rel eksisting yang dapat direaktivasi. Berdasarkan kondisi topografi dengan kelandaian rata- o rata 20 /oo, dikembangkan 3 alternatif trase dengan pemanfaatan jalur eksisting sepanjang 21,9 km dan trase alternatif terpilih sepanjang 13,1 km. Dari hasil analisis potensi penumpang dan kondisi eksisting adalah digunakan kelas 4 untuk kelas jalan rel dengan keseluruhan perencanaan tersebut didasarkan pada ketentuan PM No. 60 tahun 2012, KM No. 52 tahun 2000, dan PD PJKA No. 10 tahun 1986. kata kunci : Lalu Lintas, Alternatif Trase, Reaktivasi, Rancangan Geometri, Rancangan Struktur ABSTRACT Highway Traffic on Semarang – Magelang track was having a significant increased of traffic flow, the degree saturation of highways and travel time, and decreased of vehicle speed.
    [Show full text]
  • Pemanfaatan Monumen Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Dan Minat Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun Ajaran 2012/2013
    PEMANFAATAN MONUMEN PALAGAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Eko Sulistiyanto NIM. 3101408106 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi, pada : Hari : Tanggal : Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd. Insan Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum. 195809201985031003 197301272006041001 Mengetahui, Ketua Jurusan Sejarah Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd. NIP. 197301311999031002 ii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan siding panitia ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, pada : Hari : Tanggal : Penguji, NIP. Penguji I Penguji II Dr. Suwito Eko Pramono M.Pd. Insan Fahmi Siregar S.Ag., M.Hum NIP. 195809201985031003 NIP. 197301272006041001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dr. Subagyo, M. Pd NIP. 19510808198003 1 003 iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau ahli yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juli 2013 Eko Sulistiyanto NIM. 3101408106 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto dan Persembahan “Tunjuk satu bintang sebagai pedoman langkahmu Dan menentukan Arah hidupmu. Lihat, dengar, rasakan apa yang terjadi disekitarmu dan ulurkan tanganmu kepada mereka yang membutuhkan. Jangan takut akan gelap karena ada cahaya terang sebagai bingkisan Tuhan untuk menuntunmu menuju jalan keluar. Boleh saja kita kalah sesaat, ambil hikmah untuk menang seterusnya.
    [Show full text]
  • An Analysis of Recount Text Writing Composition of Tenth Grade Senior High School Students
    An Analysis Of Recount Text Writing Composition An Analysis of Recount Text Writing Composition of Tenth Grade Senior High School Students Putri Rahayu English Education, Faculty of Languages and Arts, State University of Surabaya [email protected] Abstrak Ketika menyusun sebuah karya tulis, ada beberapa elemen yang harus dipenuhi dengan tujuan supaya dapat menghasilkan sebuah esai yang baik. Hal inipun juga berlaku dalam penulisan teks recount. Oleh karena itu, siswa harus memerhatikan seluruh elemen tersebut karena mereka dapat membantu penulis dalam menyusun sebuah teks yang baik dan dapat dimengerti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai metode penelitian. Data diambil dari sepuluh teks recount yang disusun oleh siswa kelas sepuluh sekolah menengah atas. Untuk menganalisi teks, rubrik penilaian untuk teks recount digunakan untuk mengidentifikasi elemen-elemen penulisan yang terdapat didalam teks. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan menyusun ide-ide didalam isi teks recount yang mereka susun. Hasil lain menunjukkan bahwa beberapa siswa gagal dalam meletakkan penjelasan yang sesuai untuk setiap struktur dalam teks recount. Misalnya, siswa meletakkan event sebagai orientation. Tetapi sebagian lainnya telah mengetahui fungsi dari setiap struktur teks recount. Bagaimanapun kebanyakan dari siswa berhasil menggunakan unsur kebahasaan dengan tepat. Kesimpulannya, pekerjaan siswa masih perlu untuk dikembangkan agar dapat menghasilkan karya tulis yang baik terutama untuk teks recount. Oleh karena itu, guru perlu memberikan perhatian lebih pada kelemahan siswa ketika menulis teks recount. Siswa juga perlu untuk mengembangkan pengetahuan mereka dan lebih banyak berlatih dalam menulis khususnya untuk teks recount. Kata Kunci: elemen-elemen menulis, teks recount, kemampuan menulis Abstract While composing a written work, there are some elements that should be fulfilled in order to produce a good essay.
    [Show full text]
  • Perjuangan Laskar Rakyat Pemberontak
    PAWIYATAN XXVIII (1) (2021) 62 - 73 Pawiyatan Universitas IVET http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/pawiyatan Perjuangan Laskar Rakyat Pemberontak Rakyat Indonesia Mataram (PRI MATARAM) Dalam Penyerangan Kota Ambarawa Bintang Adi Kuncoro1), Emy Wuryani2), Sunardi3) Universitas Kristen Satya Wacana E-mail: [email protected]), [email protected]), [email protected]) Diterima: November 2020, Di publikasikan: Januari 2021 ABSTRAK Penyerangan kota Ambarawa adalah suatu peristiwa kemenangan yang memberikan banyak pengaruh bagi pertempuran lainnya pada masa Revolusi Indonesia. Dalam penyerangan kota Ambarawa banyak terlibat badan kelaskaran yang mengangkat senjata serta tidak kalah berani dengan pasukan TKR. Salah satu badan kelaskaran yang terlibat dalam Penyerangan kota Ambarawa adalah Laskar Pemberontak Rakyat Mataram yang merupakan cikal bakal dari Tentara Rakyat Mataram (TRM) dari Yogyakarta.Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perjuangan PRI Mataram dalam penyerangan kota Ambarawa sebagai upaya untuk berperan serta mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan sumber-sumber sejarah yang diperoleh dari surat kabar Kedaulatan Rakyat tahun 1945, studi kepustakaan, dan wawancara kepada para pelaku sejarah. Hasil penelitian adalah Laskar Rakyat PRI Mataram berdiri di Yogyakarta 12 Oktober 1945 yang dibentuk oleh Soetardjo Reksokario, Salim, dan Turmudzi. Laskar ini terlibat dalam penyerangan kota Ambarawa didorong karena semangat juang rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Keterlibatannya dalam penyerangan kota Ambarawa yakni bergabung dengan pasukan M. Sarbini saat melakukan serangan terhadap pasukan Sekutu dari Bedono sampai kota Ambarawa. Senjata yang dipergunakan Laskar PRI Mataram dalam penyerangan di kota Ambarawa berupa senapan C96, bren carrier MK2, dan bambu runcing. Kata Kunci: PRI Mataram, Revolusi Indonesia, Ambarawa 62 PENDAHULUAN.
    [Show full text]
  • The Potential of Energy Efficiency in Senior High School of Semarang Regency, Central Java, Indonesia
    E3S Web of Conferences 31, 01010 (2018) https://doi.org/10.1051/e3sconf/20183101010 ICENIS 2017 A Case Study: The Potential of Energy Efficiency in Senior High School of Semarang Regency, Central Java, Indonesia Ana Yustika1,*, P Purwanto2, and H Hermawan3 1Master Program of Environmental Science, School of Postgraduate Studies, Diponegoro University, Semarang - Indonesia 2Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Diponegoro University, Semarang – Indonesia 3Electrical Engineering Department, Faculty of Engineering, Diponegoro University, Semarang – Indonesia Abstract. The increasing of energy supply trend in Indonesia seems to be a serious problem in the implementation of sustainable development. This study case research aimed to determine the potential of energy efficiency in school environment. The subject of this research was SMA N 1 Ambarawa, located on Semarang Regency of Central Java, Indonesia. The data collection was done by used documentation, observation and interview method. The results showed that the average of electrical energy consumption in this school reached 11022.008 kWh/month, which resulted in the emergence of secondary emissions of CO2 by 9644.257 kg CO2/month. Overall, the consumption of electrical energy in this school was very efficient, with an Intensity of Energy Consumption (IEC) average 1.7957 kWh/m2/month. In this case, the implementation of short-term no cost, long-term no cost, middle-cost, short-term high cost and long-term high-cost recommendation could save electricity energy sequent by 3.159%; 7.536%; 9.499%; 35.278% - 36.626%; and 42.084%. In conclus ion, the school environment had a big potential of energy efficiency that could reduce the energy consumption and CO2 gas emissions.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 323 International Conference on Social Science and Character Educations (ICoSSCE 2018) International Conference on Social Studies, Moral, and Character Education (ICSMC 2018) A Humble and Meaningful Life of Commander in Chief, General Soedirman Sardiman Danu Eko Agustinova Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia Yogyakarta, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract—This research aimed to: (1) identify the I. INTRODUCTION short biography of Soedirman, (2) describe the details about the humble life of General Soedirman, and (3) It may be uncommon for some military generals to analyze the important meaning of humbleness value that have a modest lifestyle in these times. It is because had been lived by Soedirman for the civil and nation life military generals in Indonesia are usually live of Indonesia. The method used in this research was prosperously. This study aims to depict the life of a critical history, which consists of five steps: topic military general, General Soedirman, who lived a selection, source collection, source criticism, simple, humble life. He is well known as the founding interpretation, and historical writing. The topic selected father of the National Army of Indonesia (Tentara was the humble life of Soedirman. It was interesting to Nasional Indonesia/TNI), whose humble life even got study, because it presents solutive -contextual meaning. The collected sources were divided into two categories to the point of a poverty-stricken condition/mlarat. namely primary and secondary sources. The source This article intentionally provides some notes and criticisms, on the other hand, were done in two ways, lessons for Indonesia, as the country is often reported namely the external criticism (to analyze the authenticity having problems with character issues [29] and social and integrity of the source) and internal criticism (to inequity.
    [Show full text]
  • Chapter 4 Analyses on Present Railway Facility and Operation
    Chapter 4 Analyses on Present Railway Facility and Operation Chapter 4 Analyses on Present Railway Facility and Operation 4.1 Present Condition of Railway System in Central Java Region 4.1.1 Railway Infrastructure (1) Railway Network The network layout is shown in the map below consists of the following segments: • North Line (Jakarta - Semarang - Surabaya) • South Line (Bandung - Yogyakarta - Surabaya) • Kroya - Cirebon Line • Solo - Gundih - Semarang Line • Solo - Wonogiri Line Gundih Wonogiri Kroya Yogyakarta Source: Based on Each DAOP Report Figure 4.1.1 Railway Network in Java Island The operated network (shown in Figure 4.1.2) is 894 km (58.9%) and non-operated network (also shown in Figure 4.1.2) is 624 km (41.1%). (2) Operating Route and Railway Station There are a total of 127 stations in the Central Java Region, of which 16 are large stations (class 1) and 7 (class 2). They are controlled and maintained by three Railway Management Bureaus, or DAOP (or Daerah Operasi), which are under the control of PT. Kerata Api (Persero). 4 - 1 The Study on Development of Regional Railway System of Central Java Region Final Report N Tayu Java Sea Rembang Cirebon Bakalan Pati Kudas Juwana Tegal Brebes Pemalang Pekalongan Demak Batang Kendal SEMARANG West Java Slawi Brumbung Puruwodadi Blora Province DAOP 4 Prupuk Cepu Kedungjati Central Java Province Gundih Ambarawa Parakan DAOP 5 Wonosobo Tuntang Magelang Purwokerto Sragen SuraKarta(Solo) Madiun Kroya Purworejo Sukoharjo Cilacap Kebumen Klaten Kutoarjo Wonogiri YOGYAKARTA Wates Baturetno Indian Ocean Sea Bantul DAOP 6 Legend East Java Province : Operated Line Yogyakarta Province : Non-operated Line : Boundary of Province Figure 4.1.2 Segmentation of DAOP Regions (3) Track 1) Rail There are seven types of rails depending on its unit weight (54 kg, 50.4 kg, 42.59 kg, 41.5 9 kg, 38kg, 33.4 kg, 25.7 kg).
    [Show full text]
  • Peran Jenderal Soedirman Dalam Pertempuran Ambarawa Tahun 1945 Skripsi
    PERAN JENDERAL SOEDIRMAN DALAM PERTEMPURAN AMBARAWA TAHUN 1945 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : MUNDING RIYANI NIM : 152008018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012 i ii iii iv MOTTO “Usaha disertai dengan kesungguhan doa adalah kunci utama menuju kesuksesan” “Menjadi luar biasa bukan karena siapa diri kita. Namun apa yang bisa kita lakukan dan dikorbankan untuk orang lain” “Tak ada manusia yang dilahirkan sempurna. Tetapi tolong menolong menjadikan manusia hidup sempurna” Karya Tulis ini kupersembahkan kepada: - Ayah dan ibu tercinta - Kakak-kakak saya - Orang Terkasih v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kenikmatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjanan Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Kristen Satya Wacana. Penulis menyadari keterbatasan kemampuan, segala daya dan upaya telah dikorbankan baik waktu, pikiran, perasaan, tenaga, serta biaya demi terselesaikannya skripsi ini. Penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras dan partisipasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Bambang S. Sulasmono, M.Si, selaku Dekan FKIP yang telah memberikan kesempatan untuk studi dan menyelesaikan skripsi ini. 2. Sunardi, S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 3. Dra. Emy Wuryani, M.Hum selaku Wali studi sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi saran, nasihat, dan bimbingan bagi penulis. 4. Wahyu Purwiyastuti, S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi kepada penulis.
    [Show full text]
  • The Life of the First and Second Generations of a Chinese Immigrant Family in Central Java, Indonesia (Mid-19Th Century to Mid-20Th Century)
    Southeast Asian Studies. Vol. 35, No.1, June 1997 The Life of the First and Second Generations of a Chinese Immigrant Family in Central Java, Indonesia (Mid-19th Century to Mid-20th Century) Johannes W IDODO * Introduction In 1990 a big family reunion of the The (Zheng) family was held in Ambarawa, a small town in Central Java (Indonesia). The reunion was attended by a great number of family members of the third, fourth, and fifth generations of descendants of a migrant who landed in Java on 26 December 1875. To commemorate this event, a family tree listing and a family history book of the first generation (The Kim-san) was prepared by Mr. The Ngo-Iun, the eldest male descendant of the third generation.1) The family history book was based on his first-hand recollection and a hand-written manuscript drafted by Mr. The Kong-liang, his father. Later, a book on the history of the second generation (The Kong-liang) was also prepared. This paper will analyze the story of The Kim-san, a poor Chinese boy from Fujian (Southern China), who tried to improve his fortune by simply jumping aboard a ship leaving for Java. He landed at Semarang without any belongings. His struggle for a better life was fulfilled years later, when his son became a Chinese community leader (under the Dutch colonial system) in Grabag, a small village in the hinterland of Central Java. I am the youngest member of the fourth generation and have the privilege of keeping the original family manuscripts and photographs.
    [Show full text]