Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia Pratik Islam Nusantara i PRAKTIK ISLAM NUSANTARA DI BEBERAPA KELENTENG DI INDONESIA (Studi Atas Pemujaan Terhadap Cheng Ho (Muslim Tionghoa) di Kelenteng Ancol, Sam Poo Kong, dan Ritual Islam di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban) Oleh: M. Ikhsan Tanggok ii Dalam Kelenteng-Kelenteng USHUL PRESS FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Cetakan Pertama: Desember 2015 Diterbitkan Dalam versi Indonesia oleh: Ushul Press Fakultas Ushuluddin UIN “Syarif Hidayatullah” Jakarta Jl. Ir.H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang Selatan 15412 Tel +62.21.7493677 Fax. +62.21.7493677 E-mail: [email protected] Penulis: M. Ikhsan Tanggok ISBN: 978-602-8700-12-2 Editor: Nawiruddin Desain Sampul: Ikhsan Gambar Sampul: Kelenteng Sam Poo Kong Semarang Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit Pratik Islam Nusantara iii KATA PENGANTAR Penulisan buku dengan judul: “Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia (Studi Atas Pemujaan Terhadap Cheng Ho (Muslim Tionghoa) di Kelenteng Ancol, Sam Poo Kong, dan Ritual Islam di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban) dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dana dari Diktis (Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam) Kementerian Agama RI. Penulisan buku ini didasarkan atas penelitian di lapangan dan kepustakaan di kelenteng Ancol, Sam Poo Kong Semarang, Sam Po Kong Singkawang dan Kwan Sing Bio di Tuban Jawa Timur. Penelitian dan penulisan buku ini dilakukan pada tahun 2015 dan didanahi melalui anggaran Diktis Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2015. Islam Nusantara yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Islam yang dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan sukubangsa yang ada di Indonesia. Para penganut Islam mengaku diri mereka sebagai umat Islam dan juga disisi lain mereka meyakini berbagai kekuatan supernatural yang dapat membantu menyelesaikanberbagai persoalan dalam hidup mereka. Salah satu contohnya adalah praktik-praktik beberapa umat Islam dalam berbagai kelenteng milik orang Tionghoa non Islam di Indonesia. iv Dalam Kelenteng-Kelenteng Atas dasar itu, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: Kementerian Agama Republik Indonesia, khususnya kepada Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA (Direktur Diktis), Dr. Muhammad Zein, dan para stafnya yang menangani buku Islam Nusantara ini di Kementerian Agama RI. Atas jasa- jasa mereka, penulisan buku tentang Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia dapat diselesaikan dengan baik. Jakarta, 25 Desember 2015 Penulis Pratik Islam Nusantara v DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN __ 1 1.1. Masalah Penulisan __13 1.2. Sumber Data dan Fokus Penulisan__16 2. CHENG HO DAN NEGARA-NEGARA DI LUAR TIONGKOK __17 2.1. Mengenal Cheng Ho __18 2.2. Perjalanan Cheng Ho ke Nusantara __36 2.2.1. Perjalanan Pertama __43 2.2.2. Perjalanan Kedua __45 2.2.3. Perjalanan Ketiga __46 2.2.4. Perjalanan Keempat __50 2.2.5. Perjalanan Kelima __54 2.2.6. Perjalanan Keenam __58 2.2.7. Perjalanan Ketujuh __60 3. RITUAL UMAT ISLAM DALAM KELENTENG SAM POO KONG__63 3.1. Kunjungan Cheng Ho di Semarang __63 3.2. Pemujaan Terhadap Sam Poo Tay Kam __78 3.3. Pemujaan Juru Mudi Dampo Awang __96 3.4. Pemujaan Dewa Bumi __111 3.5. Pemujaan Kiyai Jangkar __115 3.6. Mitos Akar Kayu __118 3.7. Sembahyang Rebutan __120 3.8. Selamatan Gua Sam Poo Kong __133 vi Dalam Kelenteng-Kelenteng 4. RITUAL UMAT ISLAM DALAM KELENTENG ANCOL __151 4.1. Asal Usul Kelenteng Ancol __151 4.2. Makam Melayu Islam di Kelenteng Ancol__159 5. RITUAL UMAT ISLAM DI KELENTENG KWAN SING BIO __189 5.1. Kelenteng Kwan Sing Bio Sebagai Wadah Persatuan __189 5.2. Istri Presiden RI ke–4 Sahur Bersama di Kelenteng __210 6. PENUTUP __207 Bahan Bacaan __213 Riwayat Hidup__218 Pratik Islam Nusantara 1 1 PENDAHULUAN Jika kita berkunjung ke kota Semarang, maka belumlah lengkap jika kita tidak berkunjung ke kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Sama sama artinya dengan jika kita berkunjung ke Jakarta, maka belumlah dianggap lengkap jika kita belum berkunjung ke Monumen Nasional (Monas). Demikian juga, jika kita berkunjung ke tempat wisata Ancol, maka belum lengkap jika kita tidak berkunjung ke kelenteng bersejarah yaitu kelenteng Ancol. Jika kita berkunjung ke Kalimantan Barat, maka belumlah lengkap jika kita belum mengunjungi kelenteng Sam Po Kong di wilayah Pantai Samudera Indah, Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kecamatan Sei Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Demikian juga jika kita berkunjung ke Melaka Malaysia, maka belumlah lengkap jika kita belum berkunjung ke Musium 2 Dalam Kelenteng-Kelenteng Cheng Ho di Bandar Melaka dan jika kita berkunjung ke Tuban, maka belumlah terasa lengkap jika kita belum berkunjung ke kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang merupakan salah satu objek wisata dari beberapa objek wisata di kota Semarang yang cukup terkenal. Banyak orang berkunjung ke Semarang menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong ini, karena kelenteng ini adalah salah satu objek wisata terkenal di kota Semarang. Para pengunjungnya tidak hanya dari kalangan orang Tionghoa, namun juga orang-orang non Tionghoa yang beragama Islam ikut meramaikan suasana di kelenteng ini. Salah satu kelenteng yang terkenal di Semarang adalah kelenteng Sam Poo Kong atau lebih dikenal dengan kelenteng Gedung Batu. Disebut kelenteng Gedung Batu karena kelenteng tersebut menyerupai gua batu dan dalam kompleks kelenteng itu juga terdapat gua batu yang diyakini tempat bersemedinya Cheng Ho. Kelenteng Gedung Batu atau dikenal dengan kelenteng Sam Po Kong di Semarang adalah sebuah peninggalan sejarah masa lalu yang usianya sudah ratusan tahun dan sudah mengalami beberapa kali perombakan atau perbaikan. Banyak orang menduga bahwa tempat ini merupakan tempat persinggahan dan pendaratan pertama Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok yang beragama Islam. Berdasarkan sejarah dia datang ke Semarang dengan membawa ribuan anak buah, ratusan kapal dan terdiri dari berbagai sukubangsa dan agama. Berdasarkan catatan sejarah, Cheng Ho pernah datang ke Nusantara tujuh kali. Setiap berkunjung ke Nusantara, dia dan anak buahnya selalu menyempatkan diri untuk mampir ke Semarang. Di sana dia dan anak buahnya menjalin hubungan persahabatan dengan penduduk setempat, membawa dan memasukkan barang rempah-rempah dan Pratik Islam Nusantara 3 barang-barang makanan lainnya ke Semarang. Di masa lalu, Semarang adalah kota paporitnya Cheng Ho dan anak buahnya, ini terbukti bahwa kota ini tidak hanya sekali ia kunjungi, tapi beberapa kali. Selain kelenteng Sam Poo Kong, Semarang juga memiliki Kelenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok kota Semarang. Lokasi kelenteng ini di tengah-tengah kota Semarang dan mudah untuk dijangkau oleh para pengunjung. Di dalam kelenteng ini disimpan duplikat patung Cheng Ho dan kapal Cheng Ho. Kelenteng ini memiliki sejarah yang berhubungan dengan kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Kelenteng ini juga dianggap kelenteng yang sudah cukup tua di kota semarang. Karena usianya sudah ratusan tahun, maka kelenteng ini juga menjadi tempat wisata bagi orang-orang yang berkunjung ke kota Semarang. Setiap tahunnya kelenteng ini ramai dikunjungi orang Islam dan non Islam, karena di tempat ini—pada saat diadakannya perayaan ulang tahun Cheng Ho, maka duplikat patung Cheng Ho yang ada di kelenteng ini di bawa (diarak) oleh banyak orang ke kelenteng Sam Poo Kong atau kelenteng Gedung Batu di Semarang. Duplikat patung Cheng Ho itu diinapkan satu malam di kelenteng Sam Poo Kong dan keesokan paginya dibawa kembali ke kelenteng Tai Kak Sie. Ritual semacam ini tidak hanya melibatkan orang-orang Tionghoa, tapi juga beberapa orang muslim yang ikut di dalamya. Ini artinya kedua agama yang berbeda saling bersatu dan saling membantu dalam mewujudkan uapacara untuk merayakan hari lahirnya Cheng Ho yang setiap tahun diadakan. Setelah menyoroti dua kelenteng di Semarang, kita alihkan perhatian kita untuk melihat kelenteng Ancol di Jakarta. Sama dengan dengan kelenteng Sam Poo Kong dan kelenteng Tai Kak Sie di Semarang, Kelenteng Ancol di 4 Dalam Kelenteng-Kelenteng Jakarta Utara juga banyak dikunjungi orang Islam dan non Islam, karena di dalamnya terdapat kuburan seorang muslim yang diduga adalah kuburan juru masaknya Cheng Ho. Ini artinya bahwa tidak hanya Cheng Ho yang menjadi pusat perhatian umat Islam dan non Islam, tapi juru masaknya juga menjadi pusat perhatian masyarakat. Ini menunjukkan bahwa orang Indonesia (Islam maupun non Islam) sangat menghormati Cheng Ho dan anak buahnya. Dalam kompleks kelenteng Ancol ini terdapat empat orang muslim yang dimakamkan di sini. Mereka itu adalah: Embah Said Arelly Dato Kembang dan ibu Enneng, Sam Po Soe Soe (juru masaknya Cheng Ho dan ibu Sittiwati). Dari empat orang Islam yang dikuburkan di kompleks kelenteng ini, tiga di antaranya berasal dari Indonesia dan satu dari Tiongkok. Sam Po Soe Soe berasal dari Tiongkok dan memiliki seorang istri yang bernama ibu Sitiwati. Ibu Sitiwati adalah anak dari Embah Said Arelly Dato Kembang dan ibu Enneng. Jadi, keempat orang muslim yang dimakamkan di kompleks kelenteng Ancol ini masih ada ikatan kekerabatan di antara mereka. Kelenteng Ancol ini sama dengan kelenteng Sam Poo kong di Semarang, yaitu juga menjadi pusat kunjungan umat Islam dan non Islam. Salah satu alasan beberapa umat Islam datang ke tempat ini karena ingin mengunjungi makam muslim di sana. Tujuan mereka datang ke sana ada yang hanya untuk berziarah dan ada juga yang berziarah dan sekaligus memohon pertolongan dari mereka (orang-orang yang dikuburkan di tempat itu) untuk mewujudkan
Recommended publications
  • The Two Kronik Tionghua of Semarang and Cirebon: a Note on Provenance and Reliability
    179 Journal of Southeast Asian Studies, 48(2), pp 179–195 June 2017. © The National University of Singapore, 2017 doi:10.1017/S0022463417000030 The two Kronik Tionghua of Semarang and Cirebon: A note on provenance and reliability Alexander Wain This article is the first comprehensive evaluation of the provenance and reliability of the two enigmatic Kronik Tionghua texts of Semarang and Cirebon (the ‘Malay Annals of Semarang and Cerbon’). Initially published by M.O. Parlindungan in 1964, historians have increasingly begun to use these documents when reconstructing Java’s early Islamic history. This article is a long overdue attempt to positively identify the Dutch colonial official (Cornelis Poortman) whom Parlindungan claims to have received the texts from. Although the article establishes that Parlindungan almost cer- tainly knew this individual, discrepancies between his version of Poortman’s career and official Dutch records raise questions about whether Poortman could have found the two Kronik Tionghua, at least in the manner described. The article then ends with a close textual analysis of both Kronik Tionghua which demonstrates the possibility that both texts were written by a modern, Dutch-educated author. The art- icle therefore concludes that both texts are probable fabrications, albeit ones based on authentic texts. In 1964, the Indonesian Batak historian, Mangaradja Onggang Parlindungan, published a book entitled Tuanku Rao. This text, designed to glorify a nineteenth- century Minangkabau teacher of the same name (and who had been active in the Batak lands), included as an appendix an edited version of two reputedly peranakan (Sino-Malay) Javanese manuscripts. Parlindungan collectively called these texts Peranan orang2 Tionghwa/Islam/Hanafi didalam perkembangan agama Islam di pulau Djawa, 1411–1564 (The role of Chinese H.
    [Show full text]
  • Scenes of Southeast Asia C
    JUNE 2016 SEE ASIA AND BEYOND WITH SILKAIR TIPS FOR 7 TRAVELLING WITH A CHILD IN A WHEELCHAIR INSIDE FUJIAN’S FORTRESS HOMES COOL 5 EXPERIENCES IN LOMBOK SCENES OF SOUTHEAST ASIA C M Y CM MY CY CMY K 06.2016 22 COMING FULL CIRCLE 42 FLEETING MOMENTS Life in a Fujian tulou Tableaus of Asian life 30 THE GREAT FRONTIER 50 一碗河粉的传奇 Best of the Top End 被誉为“河内之汤”的越南河 粉 ,以 清 、甜 、香 的 独 特 风 味 36 WAY OF THE SHAN 俘虏世界,渗透灵魂 Ancient skills of Myanmar’s SO PHO, SO GOOD largest indigenous tribe Slurp up a hearty bowl of Vietnam’s favourite noodles GETTY IMAGES GETTY 20 FOLLOW US ON SOCIAL MEDIA facebook.com/SilkAir twitter.com/SilkAir instagram.com/SilkAir Take home this copy of Silkwinds and share it with your friends and family! Past issues are also available online at silkair.com LATEST AWARDS Travel Media of the Year (Merit), Media Publishers Association Singapore (MPAS) Awards 2014 Best Feature on Asian 18 Travel (Excellence) Best Wellness Feature (Excellence), Asian Publishing Awards 2014 Silkwinds is published exclusively for SilkAir by Publicitas Publishing E-mail: [email protected] publicitas.com/publishingasia REGIONAL MANAGING DIRECTOR Lee Walsh GENERAL MANAGER Betty Liswanty 16 RELATIONSHIP MANAGER Serene Lee 4 THE BIG PICTURE EDITORIAL Tug of war, Sabah EXECUTIVE CONTENT DIRECTOR Rod Mackenzie 6 HOT PICKS MANAGING EDITOR Ming Rodrigues Trends and items to covet DEPUTY EDITOR Nelissa Hernandez DESIGN DIRECTOR Fredrik Dittlau 12 4 QUESTIONS WITH... ADVERTISING Fazal Bahardeen, HalalTrip MEDIA SPECIALIST Mey Leong Tel: +65 6735 8681 ext 331 14 WHAT’S ON E-mail: [email protected] Things to do this month MATERIALS Doreen Lau E-mail: [email protected] 16 2 PERFECT DAYS IN LOMBOK Catch Bau Nyale, visit a secret Gili, and enjoy waterfall walks 68 The views and opinions expressed or 18 FOOD SNAPSHOT WELCOME ABOARD implied in Silkwinds do not necessarily Dok fak thong tod 54 SILKAIR EXPERIENCE reflect those of SilkAir or Publicitas Publishing.
    [Show full text]
  • Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims
    In Search of New Social and Spiritual Space: Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims (Op Zoek naar Nieuwe Plek, Maatschappelijk en Geestelijk: Erfgoed, Bekering en Identiteit van Chinese Moslims in Indonesië) (met een samenvatting in het Nederlands) PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof.dr. G.J. van der Zwaan, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op vrijdag 24 februari 2012 des ochtends te 12.45 uur door Syuan-Yuan Chiou geboren op 24 september 1967 te Pingtung, Taiwan Promotor: Prof.dr. M.M. van Bruinessen This thesis was accomplished with financial support from the International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM), the Netherlands, the Chiang Ching-kuo Foundation for International Scholarly Exchange (CCKF), Taiwan, and the Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS), RCHSS, Academia Sinica, Taiwan. About the author: CHIOU Syuan-yuan (邱炫元) is a sociologist, who is interested in exploring contemporary Indonesian Muslim society and Chinese-Indonesians. He obtains his PhD degree in Utrecht University, the Netherlands. He was involved in the International Institute for the Study of Islam in the Modern World at Leiden, the Netherlands, where he joined interdisciplinary projects, working on various issues of contemporary Islam in Africa, Middle East, Southeast Asia, and West Europe during 2001-2007. He has published several works about Chinese-Indonesian Muslims.
    [Show full text]
  • Bentuk, Fungsi, Dan Makna Bangunan Klenteng Sam Poo
    BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA BANGUNAN KLENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG 三宝垄三保洞庙堂形式建筑与功能分析 (sānbǎo lǒng sān bǎo dòng miàotáng xíngshì jiànzhú yǔ gōngnéng fēnxī) SKRIPSI SUCI MENTARI 130710007 PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA BANGUNAN KLENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG 三宝垄三保洞庙堂形式建筑与功能分析 (sānbǎo lǒng sān bǎo dòng miàotáng xíngshì jiànzhú yǔ gōngnéng fēnxī) SKRIPSI Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Cina SUCI MENTARI 130710007 PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA BANGUNAN KLENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG 三宝垄三保洞庙堂形式建筑与功能分析 (sānbǎo lǒng sān bǎo dòng miàotáng xíngshì jiànzhú yǔ gōngnéng fēnxī) SKRIPSI Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Cina SUCI MENTARI 130710007 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dra. Nur Cahaya Bangun, M. Si T. Kasa Rullah Adha, S. S., MTCSOL NIP: 196007111989032001 NIK: 90062514111001 PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Disetujui oleh UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi Sastra Cina Ketua Program Studi, Mhd. Pujiono, M. Hum., Ph. D NIP: 196910112002121001 Medan, 14 Juni 2017 PENGESAHAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diterima Oleh: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina. Pada Hari/ Tanggal : Pukul : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan Dr.
    [Show full text]
  • Charisma in Buddhism?
    CharismaCharisma inin BuddhismBuddhism By Ven. Piyasilo HAN DD ET U 'S B B O RY eOK LIBRA E-mail: [email protected] Web site: www.buddhanet.net Buddha Dharma Education Association Inc. Charisma in Buddhism? sociological and doctrinal study of charisma, this book discusses three A past Buddhist workers — Father Sumaṅgalo, Ānanda Maṅgala Mahā. nāyaka Thera, Dr. Wong Phui Weng — and a living master, the charis­ matic Ajahn Yantra Amaro of Siam. Among other topics discussed are • Types of charisma • Genius, leadership and charisma • The Buddha as a charismatic leader • The Sangha and the routinization of charisma • Exploiting charisma • The disadvantages of charisma • Buddhist Suttas relating to charisma The Buddhist Currents series deals with topics of current interest relating to Buddhism in society today. Each title, a preprint from Buddhism, History and Society, gives a balanced treatment between academic views and Bud­ dhist doctrine to help understand the tension that exists today between religion (especially Buddhism) and society. Titles in the series (available where year is mentioned): • Buddhism, History and Society: Towards a postmodern perspective • Buddhist Currents: A brief social analysis of Buddhism in Sri Lanka and Siam (1992a) • Buddhism, Merit and Ideology • Charisma in Buddhism (1992h) Dharmafarer Enterprises P.O. Box 388, Jalan Sultan, 46740 Petaling Jaya, Malaysia ISBN 983 9030 10 8 Commemorating the Venerable Piyasīlo’s 20 Years of Monkhood A study of the work of Father Sumaṅgalo, Ānanda Maṅgala Mahā.nāyaka Thera and Dr. Wong Phui Weng in Malaysia and Singapore & Phra Ajahn Yantra Amaro [being a preprint of Buddhism, Society and History: towards a postmodern perspective] by Piyasīlo Dharmafarer Enterprises for The Community Of Dharmafarers 1992h [II:6.3–6.8] The Buddhist Currents Series This title forms part of the main work, Buddhism, History and Society (1992g) by Piyasīlo.
    [Show full text]
  • Studi Kasus Di Klenteng Sam Po Kong, Gedung Batu, Simongan, Semarang
    PEMUJAAN TERHADAP LAKSAMANA CHENG HO (Studi Kasus di Klenteng Sam Po Kong, Gedung Batu, Simongan, Semarang) Skripsi Oleh MUHAMAD USMAN NIM : 101032121624 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H / 2006 M KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, para sahabat dan semua orang yang mengikuti petunjuk-Nya, sampai hari kemudian. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengakui bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun dengan bantuan dan motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, beserta segenap stafnya. 2. Ibu Dra. Hj. Hermawati, M.A., selaku ketua Jurusan Perbandingan Agama dan bapak Syaiful Azmi, S. Ag., selaku sekretaris Jurusan Perbandingan Agama, yang telah memberikan nasehat kepada penulis dan telah membantu dalam penyelesaian kebutuhan administrasi. 3. Bapak Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si., selaku pembimbing yang senan tiasa memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala didikan, bimbingan, dorongan dan motivasinya kepada penulis dalam mengenyam pendidikan di Fakultas ini. 5. Pimpinan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, perpustakaan LIPI, perpustakaan Umum Daerah Semarang Jawa Tengah, beserta segenap stafnya yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
    [Show full text]
  • Malaysia, Singapore & Brunei
    © Lonely Planet 175 Penang Think of the term ‘Southeast Asia’. South and east of what? Essentially, Asia’s most influential countries : China and India. And for all the impact these titans have on the continent, there aren’t many places where their societies meet in unfiltered, immediate cultural contact. Then along comes Malaysia’s smallest state: Penang. In a teak townhouse, an Indian man places joss sticks in front of a family altar studded with pictures of the Hindu god Rama, the Chinese bodhisattva Kuan Yin and black-and-white photos of his Chinese wife’s departed ancestors. Later the couple may eat a curry of cinnamon bark, shallots, tamarind, coriander and chillies – ingredients sourced from Malaysia’s mother cultures of Indian, Chinese and Malay. Local food, by the way, is one of the top draws of the ‘Pearl of the Orient,’ but the living cultures those dishes stem from are the real reason to visit. Penang is the only one of Malay- sia’s 13 states to have a Chinese majority population, but rather than feeling mono-ethnic, it exemplifies Asia-as-entrepôt that is this nation at its best. Physical vestiges of the colonial era – low slung townhouses, narrow alleyways, tea shops, temples, Chinese mansions and Little India districts – make a visit to Georgetown eminently rewarding, while beyond lies a landscape of jungle, lakes, beaches, a cosy national park and, yes, a cool hill station. South of one Asia, east of another, and Asia condensed. This state is about experiencing the continent’s culture and history at its oldest and most evolving.
    [Show full text]
  • The Sacred Borderland a Buddhist Saint, the State, and Transnational Religion in Southern Thailand
    THE SACRED BORDERLAND A BUDDHIST SAINT, THE STATE, AND TRANSNATIONAL RELIGION IN SOUTHERN THAILAND Jovan Maud, BA(Hons.) This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy Department of Anthropology Division of Society, Culture Media & Philosophy Macquarie University December 2007 Table of Contents Abstract ..................................................................................................................... ix Acknowledgements ............................................................................................. xiii On Language and Transliteration .................................................................... xvii Preface ..................................................................................................................... xix Introduction ............................................................................................................... 1 Thailand in the 1990s ............................................................................................ 2 The South, Chineseness and State Formation ................................................... 5 Tracking the Venerable Ancestor ........................................................................ 7 Enchanting Economies ....................................................................................... 11 Structure of the Thesis ........................................................................................ 13 Part I: The Saint, the State, and the South ...................................................
    [Show full text]
  • Majapahit and the Contemporary Kingdoms: Interactions and Views
    Berkala Arkeologi Volume 40 No. 1, May 2020, 1-22 DOI: 10.30883/jba.v40i1.522 https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id MAJAPAHIT AND THE CONTEMPORARY KINGDOMS: INTERACTIONS AND VIEWS MAJAPAHIT DAN NEGERI-NEGERI SEZAMAN: INTERAKSI DAN PANDANGAN Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia [email protected] ABSTRACT This study discusses the interactions between Majapahit and other kingdoms from a contemporary time in Nusantara, Southeast Asia, India, and China and vice versa. The aim is to formulate the interaction between Majapahit and contemporary kingdoms and vice versa based on existing data. This is an ancient historical study that was conducted in three stages, namely: collecting data contained in written sources such as inscriptions, literary works, and Chinese chronicles, and archaeological data. The second stage was a data analysis by linking data from written sources with other data, to look for elements that support each other, and always refer to the phenomenon of the study framework. The third stage included an interpretation to gain conclusions. According to the data analysis by examining Majapahit's contemporary regions and kingdoms, it turned out that the kingdom applied the basic concept of Tri Angga which refers to the macrocosm concept of Tri Loka. Majapahit's relationship with India is not as dynamic as that of China, instead, there is a view that India is religiously no longer a reference to Hinduism and Buddhism. Keywords: Nagarakrtagama; Nusantara; views; inscription; Chinese Chronicle; India ABSTRAK Kajian ini dilakukan berkenaan interaksi antara Majapahit dengan negeri-negeri lain pada masa yang sama di kepulauan Nusantara, Asia Tenggara, India, dan Cina dan sebaliknya.
    [Show full text]
  • SBL IM 2011 Contextual Reading Temple in Corinthians
    Paul’s Use of Temple Imagery in the Corinthian Correspondence and the Formation of Christian Identity: A Contextual Reading from the Perspectives of A Chinese Malaysian By Kar Yong Lim Seminari Theoloji Malaysia, Seremban Society of Biblical Literature International Meeting, London July 3-7, 2011 1.0 Living under the Shadow of the Temples in Malaysia Taking a tour within the heritage enclave of the UNESCO World Heritage Site in George Town, the capital of the northern island state of Penang, one can easily be enveloped up in the smell of sweet incense offered to numerous deities by the devotees in many magnificent ancient temples that dotted the historic city centre and its surrounding areas. The Kuan Yin Teng, the oldest Chinese temple in Penang, is dedicated to the worship of Kuan Yin, the Goddess of Mercy. The Tua Pek Kong, the God of Prosperity, is worshipped in the Cantonese Tua Pek Kong and Hock Teik Cheng Sin temples. Seng Ong Beow, the temple of dedicated to the worship of the City Protector and Chief Magistrate of Hades, can also be found in the historic centre. Thean Hock Keong, a temple intricately and ornately embellished with exquisite stone carvings built by the Hainanese clan, is dedicated to the worship of Ma Poh Chor, the Patron Deity of the Seafarers. Wat Chayamangkalaram, a Thai temple that is a stone’s throw away from the historic centre, houses the largest reclining Buddha in the world. Apart from the worship of diverse Chinese deities, the worship of one’s ancestors as an expression of filial piety also constitutes an indispensable part of Chinese custom.
    [Show full text]
  • The Traditions and Rituals of the Muslim People in Sam Poo Kong Temple (Kelenteng) in Semarang, Central Java, Indonesia
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 408 2nd International Conference on Islam, Science and Technology (ICONIST 2019) The Traditions and Rituals of the Muslim People in Sam Poo Kong Temple (Kelenteng) in Semarang, Central Java, Indonesia M. Ikhsan Tanggok Faculty of Ushuluddin, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia [email protected] Abstract—Sam Poo Kong Temple is a place where or tourist destination; it is also a sacred place for those Tridharma adherents (Taoists, Confucians and who believe in it. Although against Islamic teachings, Buddhists) are believed to have met with Cheng Ho (a such as the prohibition of requesting for something Chinese Muslim from China) who arrived on the from someone other than God, the Muslim community Indonesian archipelago, especially Semarang, in the who already believed in Cheng Ho and the statue of fifteenth century. The temple is not only a place of the gods inside the temple ignored the prohibition and worship for Tridharma adherents, but also frequently continued to perform the rituals in it and entreaty Sam visited by Muslims who perform rituals in which they Poo Kong. For the members of the Muslim plead for something to Sam Poo Kong manifested in the community who came to Sam Poo Kong Temple, form of a statue in the temple. This paper explains the Cheng Ho was not only considered as a Muslim figure practices and traditions carried out by some Muslims in in the Chinese emperor's envoy, but also as a god who Java, especially in Sam Poo Kong Temple in Semarang in Central Java, which aim to solve the personal could grant assistance to people who required it.
    [Show full text]
  • Places to Visit Along the Way Java
    Places to visit along the way Java Happy Trails! Asia Version 119 Creation date: 11-10-18 Places to visit along the way Java PLACES TO VISIT ALONG THE WAY Selamat Datang di Indonesia! Welcome to Indonesia! We would like you to have a great experience on one or multiple of the amazing and unique islands of this archipelago. Therefore, please find some suggestions for places to visit whilst you drive between the various locations on each island. Below you will find some general information on how this works with your pre-booked services. Is my driver able to stop whilst driving to and from locations? Depending on what has been booked for you, you have either a transfer or a chartered car planned (this will be clearly mentioned on your voucher; if nothing is mentioned, it’s always a transfer). If you have a transfer planned, your driver is not able to stop on the way, as this is excluded. However, please see below if you would like to upgrade to a transfer. If you have a charter planned, your driver will be happy to stop for you any place you prefer as long as the route is possible within the amount of hours mentioned on your voucher. If your tour/route does not include a chartered car, no worries, give us a call, email, WhatsApp, sms on the numbers mentioned on your vouchers, and we will be happy to arrange an upgrade (fees apply and subject to availability) to a chartered car so you can visit some amazing places on the way.
    [Show full text]