Pratik Islam Nusantara i PRAKTIK ISLAM NUSANTARA DI BEBERAPA KELENTENG DI INDONESIA (Studi Atas Pemujaan Terhadap Cheng Ho (Muslim Tionghoa) di Kelenteng Ancol, Sam Poo Kong, dan Ritual Islam di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban) Oleh: M. Ikhsan Tanggok ii Dalam Kelenteng-Kelenteng USHUL PRESS FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Cetakan Pertama: Desember 2015 Diterbitkan Dalam versi Indonesia oleh: Ushul Press Fakultas Ushuluddin UIN “Syarif Hidayatullah” Jakarta Jl. Ir.H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang Selatan 15412 Tel +62.21.7493677 Fax. +62.21.7493677 E-mail: [email protected] Penulis: M. Ikhsan Tanggok ISBN: 978-602-8700-12-2 Editor: Nawiruddin Desain Sampul: Ikhsan Gambar Sampul: Kelenteng Sam Poo Kong Semarang Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit Pratik Islam Nusantara iii KATA PENGANTAR Penulisan buku dengan judul: “Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia (Studi Atas Pemujaan Terhadap Cheng Ho (Muslim Tionghoa) di Kelenteng Ancol, Sam Poo Kong, dan Ritual Islam di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban) dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dana dari Diktis (Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam) Kementerian Agama RI. Penulisan buku ini didasarkan atas penelitian di lapangan dan kepustakaan di kelenteng Ancol, Sam Poo Kong Semarang, Sam Po Kong Singkawang dan Kwan Sing Bio di Tuban Jawa Timur. Penelitian dan penulisan buku ini dilakukan pada tahun 2015 dan didanahi melalui anggaran Diktis Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2015. Islam Nusantara yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Islam yang dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan sukubangsa yang ada di Indonesia. Para penganut Islam mengaku diri mereka sebagai umat Islam dan juga disisi lain mereka meyakini berbagai kekuatan supernatural yang dapat membantu menyelesaikanberbagai persoalan dalam hidup mereka. Salah satu contohnya adalah praktik-praktik beberapa umat Islam dalam berbagai kelenteng milik orang Tionghoa non Islam di Indonesia. iv Dalam Kelenteng-Kelenteng Atas dasar itu, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: Kementerian Agama Republik Indonesia, khususnya kepada Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA (Direktur Diktis), Dr. Muhammad Zein, dan para stafnya yang menangani buku Islam Nusantara ini di Kementerian Agama RI. Atas jasa- jasa mereka, penulisan buku tentang Praktik Islam Nusantara Di Beberapa Kelenteng Di Indonesia dapat diselesaikan dengan baik. Jakarta, 25 Desember 2015 Penulis Pratik Islam Nusantara v DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN __ 1 1.1. Masalah Penulisan __13 1.2. Sumber Data dan Fokus Penulisan__16 2. CHENG HO DAN NEGARA-NEGARA DI LUAR TIONGKOK __17 2.1. Mengenal Cheng Ho __18 2.2. Perjalanan Cheng Ho ke Nusantara __36 2.2.1. Perjalanan Pertama __43 2.2.2. Perjalanan Kedua __45 2.2.3. Perjalanan Ketiga __46 2.2.4. Perjalanan Keempat __50 2.2.5. Perjalanan Kelima __54 2.2.6. Perjalanan Keenam __58 2.2.7. Perjalanan Ketujuh __60 3. RITUAL UMAT ISLAM DALAM KELENTENG SAM POO KONG__63 3.1. Kunjungan Cheng Ho di Semarang __63 3.2. Pemujaan Terhadap Sam Poo Tay Kam __78 3.3. Pemujaan Juru Mudi Dampo Awang __96 3.4. Pemujaan Dewa Bumi __111 3.5. Pemujaan Kiyai Jangkar __115 3.6. Mitos Akar Kayu __118 3.7. Sembahyang Rebutan __120 3.8. Selamatan Gua Sam Poo Kong __133 vi Dalam Kelenteng-Kelenteng 4. RITUAL UMAT ISLAM DALAM KELENTENG ANCOL __151 4.1. Asal Usul Kelenteng Ancol __151 4.2. Makam Melayu Islam di Kelenteng Ancol__159 5. RITUAL UMAT ISLAM DI KELENTENG KWAN SING BIO __189 5.1. Kelenteng Kwan Sing Bio Sebagai Wadah Persatuan __189 5.2. Istri Presiden RI ke–4 Sahur Bersama di Kelenteng __210 6. PENUTUP __207 Bahan Bacaan __213 Riwayat Hidup__218 Pratik Islam Nusantara 1 1 PENDAHULUAN Jika kita berkunjung ke kota Semarang, maka belumlah lengkap jika kita tidak berkunjung ke kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Sama sama artinya dengan jika kita berkunjung ke Jakarta, maka belumlah dianggap lengkap jika kita belum berkunjung ke Monumen Nasional (Monas). Demikian juga, jika kita berkunjung ke tempat wisata Ancol, maka belum lengkap jika kita tidak berkunjung ke kelenteng bersejarah yaitu kelenteng Ancol. Jika kita berkunjung ke Kalimantan Barat, maka belumlah lengkap jika kita belum mengunjungi kelenteng Sam Po Kong di wilayah Pantai Samudera Indah, Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kecamatan Sei Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Demikian juga jika kita berkunjung ke Melaka Malaysia, maka belumlah lengkap jika kita belum berkunjung ke Musium 2 Dalam Kelenteng-Kelenteng Cheng Ho di Bandar Melaka dan jika kita berkunjung ke Tuban, maka belumlah terasa lengkap jika kita belum berkunjung ke kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang merupakan salah satu objek wisata dari beberapa objek wisata di kota Semarang yang cukup terkenal. Banyak orang berkunjung ke Semarang menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong ini, karena kelenteng ini adalah salah satu objek wisata terkenal di kota Semarang. Para pengunjungnya tidak hanya dari kalangan orang Tionghoa, namun juga orang-orang non Tionghoa yang beragama Islam ikut meramaikan suasana di kelenteng ini. Salah satu kelenteng yang terkenal di Semarang adalah kelenteng Sam Poo Kong atau lebih dikenal dengan kelenteng Gedung Batu. Disebut kelenteng Gedung Batu karena kelenteng tersebut menyerupai gua batu dan dalam kompleks kelenteng itu juga terdapat gua batu yang diyakini tempat bersemedinya Cheng Ho. Kelenteng Gedung Batu atau dikenal dengan kelenteng Sam Po Kong di Semarang adalah sebuah peninggalan sejarah masa lalu yang usianya sudah ratusan tahun dan sudah mengalami beberapa kali perombakan atau perbaikan. Banyak orang menduga bahwa tempat ini merupakan tempat persinggahan dan pendaratan pertama Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok yang beragama Islam. Berdasarkan sejarah dia datang ke Semarang dengan membawa ribuan anak buah, ratusan kapal dan terdiri dari berbagai sukubangsa dan agama. Berdasarkan catatan sejarah, Cheng Ho pernah datang ke Nusantara tujuh kali. Setiap berkunjung ke Nusantara, dia dan anak buahnya selalu menyempatkan diri untuk mampir ke Semarang. Di sana dia dan anak buahnya menjalin hubungan persahabatan dengan penduduk setempat, membawa dan memasukkan barang rempah-rempah dan Pratik Islam Nusantara 3 barang-barang makanan lainnya ke Semarang. Di masa lalu, Semarang adalah kota paporitnya Cheng Ho dan anak buahnya, ini terbukti bahwa kota ini tidak hanya sekali ia kunjungi, tapi beberapa kali. Selain kelenteng Sam Poo Kong, Semarang juga memiliki Kelenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok kota Semarang. Lokasi kelenteng ini di tengah-tengah kota Semarang dan mudah untuk dijangkau oleh para pengunjung. Di dalam kelenteng ini disimpan duplikat patung Cheng Ho dan kapal Cheng Ho. Kelenteng ini memiliki sejarah yang berhubungan dengan kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Kelenteng ini juga dianggap kelenteng yang sudah cukup tua di kota semarang. Karena usianya sudah ratusan tahun, maka kelenteng ini juga menjadi tempat wisata bagi orang-orang yang berkunjung ke kota Semarang. Setiap tahunnya kelenteng ini ramai dikunjungi orang Islam dan non Islam, karena di tempat ini—pada saat diadakannya perayaan ulang tahun Cheng Ho, maka duplikat patung Cheng Ho yang ada di kelenteng ini di bawa (diarak) oleh banyak orang ke kelenteng Sam Poo Kong atau kelenteng Gedung Batu di Semarang. Duplikat patung Cheng Ho itu diinapkan satu malam di kelenteng Sam Poo Kong dan keesokan paginya dibawa kembali ke kelenteng Tai Kak Sie. Ritual semacam ini tidak hanya melibatkan orang-orang Tionghoa, tapi juga beberapa orang muslim yang ikut di dalamya. Ini artinya kedua agama yang berbeda saling bersatu dan saling membantu dalam mewujudkan uapacara untuk merayakan hari lahirnya Cheng Ho yang setiap tahun diadakan. Setelah menyoroti dua kelenteng di Semarang, kita alihkan perhatian kita untuk melihat kelenteng Ancol di Jakarta. Sama dengan dengan kelenteng Sam Poo Kong dan kelenteng Tai Kak Sie di Semarang, Kelenteng Ancol di 4 Dalam Kelenteng-Kelenteng Jakarta Utara juga banyak dikunjungi orang Islam dan non Islam, karena di dalamnya terdapat kuburan seorang muslim yang diduga adalah kuburan juru masaknya Cheng Ho. Ini artinya bahwa tidak hanya Cheng Ho yang menjadi pusat perhatian umat Islam dan non Islam, tapi juru masaknya juga menjadi pusat perhatian masyarakat. Ini menunjukkan bahwa orang Indonesia (Islam maupun non Islam) sangat menghormati Cheng Ho dan anak buahnya. Dalam kompleks kelenteng Ancol ini terdapat empat orang muslim yang dimakamkan di sini. Mereka itu adalah: Embah Said Arelly Dato Kembang dan ibu Enneng, Sam Po Soe Soe (juru masaknya Cheng Ho dan ibu Sittiwati). Dari empat orang Islam yang dikuburkan di kompleks kelenteng ini, tiga di antaranya berasal dari Indonesia dan satu dari Tiongkok. Sam Po Soe Soe berasal dari Tiongkok dan memiliki seorang istri yang bernama ibu Sitiwati. Ibu Sitiwati adalah anak dari Embah Said Arelly Dato Kembang dan ibu Enneng. Jadi, keempat orang muslim yang dimakamkan di kompleks kelenteng Ancol ini masih ada ikatan kekerabatan di antara mereka. Kelenteng Ancol ini sama dengan kelenteng Sam Poo kong di Semarang, yaitu juga menjadi pusat kunjungan umat Islam dan non Islam. Salah satu alasan beberapa umat Islam datang ke tempat ini karena ingin mengunjungi makam muslim di sana. Tujuan mereka datang ke sana ada yang hanya untuk berziarah dan ada juga yang berziarah dan sekaligus memohon pertolongan dari mereka (orang-orang yang dikuburkan di tempat itu) untuk mewujudkan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages147 Page
-
File Size-