Sejarah Budaya Kabupaten Klaten
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sejarah Budaya Kabupaten Klaten Purwadi 2020 SEJARAH BUDAYA KABUPATEN KLATEN Penulis: Purwadi Cover & isi: Omahdesign ISBN: 978-623-94193-7-0 Cetakan I, Desember 2020 Penerbit: Bangun Bangsa Jl. Kakap Raya 36 Minomartani, Yogyakarta Email: [email protected] | ii KATA PENGANTAR Masyarakat Klaten selalu mewarnai perjalanan sejarah kebudayaan Jawa. Telah muncul tokoh terkemuka yang berpengaruh dalam bidang pemikiran. Ambil contoh pujangga kraton Surakarta Hadiningrat, yakni Raden Ngabehi Ranggawarsita. Lewat karya-karyanya peradaban Jawa dianyam menjadi lebih agung dan anggun. Dalam bidang kesenian Ki Nartasabda menjadi pelaku utama. Pembaharuan dalam seni pedalangan mendapat sambutan hangat dikalangan masyarakat. Lagu- lagu ciptaan Ki Nartasabda mengandung unsur pembinaan mental spiritual. Pada umumnya lagu karya Nartasabda selaras dengan irama musik gamelan. Pembinaan seni budaya di Kabupaten Klaten berhu- bungan dengan faktor kesejarahan yang telah berkembang. Kesadaran sejarah budaya ini membuat masyarakat Klaten giat dalam mewujudkan kesenian yang bermutu. Klaten, 21 Desember 2020 Purwadi iii | DAFTAR ISI Kata Pengantar iii Daftar Isi iv BAB I Perkembangan Tradisi Ritual di Jatinom Klaten 1 BAB II Apresiasi Sejarah Sastra di Palar, Trucuk, Klaten 11 BAB III Warisan Ajaran Leluhur Masyarakat Klaten 27 BAB IV Pelestarian Upacara Wilujengan Masyarakat Klaten 43 BAB V Kegiatan Sejarah Ekonomi di Klaten Dengan Sentuhan Budaya 63 BAB VI Pengembangan Sejarah Kerajinan di Klaten Demi Melestarikan Budaya 81 BAB VII Pembahasan Kesenian Klaten Dari Masa Ke Masa 95 BAB VIII Pembinaan Seni Budaya Rakyat di Kabupaten Klaten 111 Daftar Pustaka 116 Biodata 120 | iv BAB I PERKEMBANGAN TRADISI RITUAL DI JATINOM KLATEN A. Kepercayaan Masyarakat Tradisional Upacara tradisional yang diselenggarakan di daerah Jatinom Klaten selalu diikuti oleh segenap lapisan masya- rakat. Bagi masyarakat umum dilaksanakannya upacara adat itu memiliki nilai filosofis kultural yang luhur. Masyarakat Jawa tradisional menganggap bahwa tokoh yang punya karisma tinggi memiliki aura yang dapat mendatangkan keberuntungan. Dengan mengikuti upacara adat ini masyarakat akan mendapatkan berkah. Keyakinan itu berlangsung secara turun temurun. Setiap tahun masyarakat Jatinom Kabupaten Klaten menyelenggarakan upacara adat Yaqowiyu. Upacara ini di- selenggarakan dalam rangka untuk menghormati jasa serta perjuangan Ki Ageng Gribig. Sebagai guru spiritual Ki Ageng Gribig mewariskan nilai keutamaan dan kebajikan. 1 | Upacara adat istiadat tradisional di Kabupaten Klaten sesungguhnya mempunyai akar historis, sosiologis dan filosofis. Masyarakat sebagai suatu organisme yang hidup bersifat dinamik, karena ia terdiri atas manusia- manusia yang dinamik. Karena itu masyarakat sesuai dengan dinamikanya, mempunyai gerak dan arah menuju ke cita-citanya. Masyarakat Jawa mengidam-idamkan adanya kehidupan yang aman-tenteram dan sejahtera, penuh kebahagiaan lahir dan batin. Sultan Agung di Mataram sedang merasa susah hati karena mendengar laporan dari telik sandinya bahwa Raja Palembang di Pulau Sumatra hendak memberontak. Pe- nguasa negeri yang dibelah Sungai Musi itu menghentikan upeti persembahan kepada Mataram dan malah di- kabarkan hendak merebut tahta Mataram di Jawa. Sultan Agung kemudian mengheningkan cipta untuk memohon kepada Allah agar Mataram terhindar dari malapetaka. Sekalipun bala tentara Mataram jauh lebih banyak, namun jika terjadi perang, tidak urung akan terjadi banyak korban di kedua belah pihak. Dalam puja semedi ini, muncul ilham dari ruh Sunan Kalijaga. Ruh Sunan Kalijaga menyarankan agar Sultan Agung pergi ke daerah hutan Merbabu. Di daerah ini, Sultan Agung akan menemukan seorang ulama yang akan mampu meredam niat raja Palembang. Peninggalan Ki Ageng Gribig ada tiga jenis, | 2 yakni kebudayaan, bangunan dan dongeng (Soerjanto Poespowardojo, 1993: 17). Upacara Tradisional Yaqowiyu. Peninggalan yang bersifat kebudayaan yakni rangkaian upacara Yaqowiyu. Upacara ini mula pertamanya adalah majlis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom (Abdul Hakim, 1982: 30). Ara-ara Tarwiyah, Ara- ara ini merupakan tanah lapang yang letaknya di ujung barat kota Jatinom. Tempat ini terdapat mihrab yang digunakan untuk shalagt id setiap tahun. Di bawah mihrab dalam ara-ara ini ditanam segenggam tanah yang asalnya dari Padang Arafah Arab Saudi. Tanah ini diambil oleh Kyai Ageng ketika sedang mengumpulkan air untuk bekal wukuf di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijah di mana para jama’ah haji mengumpulkan air sebanyak-banyaknya untuk persedian ketika melakukan wukuf. Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi, maka rakyat tidak saja dapat menentukan sendiri melalui pemberdayaan masyarakat, melainkan yang utama adalah berupaya untuk memperbaiki nasibnya, sesuai dengan kepentingan dan potensi daerah melalui berbagai aktivitas pembangunan (Dewantoro, 2001: 23). Masjid Alit dan Masjid Ageng, Peninggalan berupa masjid ada dua, yakni masjid alit dan masjid besar. 3 | Peninggalan berupa sendang ada beberapa buah, seperti Sendang Plampeyan, Sendang Caruwet, Sendang Suran, Sendang Soka, dan Sendang Brunyah. Selain itu pening- galan Ki Ageng Gribig yang lain adalah gua dan makam. Makam beliau sampai saat ini masih banyak sekali yang mengunjungi untuk berziarah. Peninggalan Ki Ageng Gribig lain yang sampai saat ini adalah dongeng. Banyak dongeng rakyat yang berasal atau dihubungkan dengan Ki Ageng Gribig. Dongeng Bedug Jatinom. Raden Ngabehi Ranggawarsita menceritakan juga pertemuan antara Ki Ageng Gribig dengan Sultan Agung sebagai berikut: Ki Ageng Gribig pada suatu siang sedang mencoba bedug yang baru saja selesai dibuat (Anjar Any, 1983: 33). Pada waktu itu siang hari saatnya Shalat Dhuhur. Suara bedug yang dipukul di Jatinom tersebut terdengar di Mataram yang jaraknya 40 km. Sultan segera mengutus seorang abdi untuk mencari suara tabuh itu. Suara itu akhirnya ditemukan di Jatinom. Pada waktu itu Ki Ageng Gribig sedang mengimami Shalat Dhuhur. Abdi itu kemudian menyampaikan undangan kepada beliau untuk menghadap Sultan Agung. Nilai tersebut sampai sekarang masih dipertahankan oleh segenap elemen pesantren pada khususnya dan masyarakat Klaten pada umumnya (Nadjamuddin, 2017: 109). | 4 Upacara tradisional adat Jawa dilakukan demi men- capai ketenteraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang Jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa daksina. Kehidupan ruhani orang Jawa itu memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan keberagamaan orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya. Di samping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa dengan tujuan untuk memperoleh solidaritas sosial, lila lan legawa kanggo mulyaning negara. Upacara tradisional juga menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong-royong nyambut gawe. Dalam berbagai kesempatan, upacara tradisional itu memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang. Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh para sesepuh dan pinisepuh masyarakat. Upacara tradisional juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Klaten mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. Menurut kepercayaan masyarakat Ki Ageng Gribig masih keturunan kerajaan Majapahit. Oleh karena itu segenap pengikutnya menganggap bahwa trah Majapahit 5 | yang sudah melakukan penyebaran agama itu dimuliakan upacara yaqowiyu. Bentuknya berupa pembagian apem pada masyarakat umum. B. Nilai Luhur Upacara Adat Nilai luhur upacara adat tradisional dihayati oleh masyarakat Klaten yang berada di Jatinom. Tata cara tradisi yaqowiyu yang diselenggarakan untuk memuliakan Ki Ageng Gribig mengandung nilai filosofis yang dapat digunakan sebagai bahan renungan. Oleh karena itu paparan ini menguraikan tata laksana upacara tradisional yaqowiyu secara sistematis, integral dan komprehensif. Masyarakat yang berbondong- bondong untuk ngalap berkah percaya bahwa keberadaan upacara tradisional ini akan membawa ketentraman. Nilai luhur upacara adat hendaknya tetap dilestari- kan. Oleh karena upacara adat itu dapat meningkatkan jati diri serta kepribadian bangsa. Bagi generasi muda pe- laksanaan upacara adat merupakan sarana untuk membina karakter. Pembinaan karakter masyarakat pada umumnya serta generasi muda pada khususnya menjadi wahana efektif untuk menjaga kualitas mental spiritual bangsa. Melalui media adat istiadat tradisional nilai luhur warisan | 6 nenek moyang akan menjadi mengokoh kepribadian tiap warga negara. Pembangunan manusia seutuhnya merupakan ke- giatan menyeluruh yang meliputi aspek lahir batin jasmani dan rohani. Nilai kearifan lokal yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merupakan anyaman yang dapat di- gunakan untuk menunjukkan identitas nasional. Upacara yang dilakukan di kawasan makam Ki Ageng Gribig merupakan sumbangan yang berharga buat penanaman budi pekerti luhur. Ki Ageng Gribig segera menyanggupi dan akan datang pada pukul 21.00. Pada waktu malam harinya, Ki Ageng Gribig benar-benar berkunjung ke Mataram. Ketika itu Sultan Agung sedang tahlilan di Masjid Panepen. Keduanya berbincang-bincang tentang kenegaraan dan keislaman sampai pukul 03.00 dinihari. Ada lagi dongeng lain yang dihubungkan dengan tempat seperti cerita Asal Mula Sendang Plampeyan. Suatu hari Ki Ageng Gribig sedang membicarakan tentang hukum Islam dengan ustadz Ibrahim (Soejadi, 1999: 15). Tetapi sulit