Sejarah Budaya Kabupaten Klaten

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sejarah Budaya Kabupaten Klaten Sejarah Budaya Kabupaten Klaten Purwadi 2020 SEJARAH BUDAYA KABUPATEN KLATEN Penulis: Purwadi Cover & isi: Omahdesign ISBN: 978-623-94193-7-0 Cetakan I, Desember 2020 Penerbit: Bangun Bangsa Jl. Kakap Raya 36 Minomartani, Yogyakarta Email: [email protected] | ii KATA PENGANTAR Masyarakat Klaten selalu mewarnai perjalanan sejarah kebudayaan Jawa. Telah muncul tokoh terkemuka yang berpengaruh dalam bidang pemikiran. Ambil contoh pujangga kraton Surakarta Hadiningrat, yakni Raden Ngabehi Ranggawarsita. Lewat karya-karyanya peradaban Jawa dianyam menjadi lebih agung dan anggun. Dalam bidang kesenian Ki Nartasabda menjadi pelaku utama. Pembaharuan dalam seni pedalangan mendapat sambutan hangat dikalangan masyarakat. Lagu- lagu ciptaan Ki Nartasabda mengandung unsur pembinaan mental spiritual. Pada umumnya lagu karya Nartasabda selaras dengan irama musik gamelan. Pembinaan seni budaya di Kabupaten Klaten berhu- bungan dengan faktor kesejarahan yang telah berkembang. Kesadaran sejarah budaya ini membuat masyarakat Klaten giat dalam mewujudkan kesenian yang bermutu. Klaten, 21 Desember 2020 Purwadi iii | DAFTAR ISI Kata Pengantar iii Daftar Isi iv BAB I Perkembangan Tradisi Ritual di Jatinom Klaten 1 BAB II Apresiasi Sejarah Sastra di Palar, Trucuk, Klaten 11 BAB III Warisan Ajaran Leluhur Masyarakat Klaten 27 BAB IV Pelestarian Upacara Wilujengan Masyarakat Klaten 43 BAB V Kegiatan Sejarah Ekonomi di Klaten Dengan Sentuhan Budaya 63 BAB VI Pengembangan Sejarah Kerajinan di Klaten Demi Melestarikan Budaya 81 BAB VII Pembahasan Kesenian Klaten Dari Masa Ke Masa 95 BAB VIII Pembinaan Seni Budaya Rakyat di Kabupaten Klaten 111 Daftar Pustaka 116 Biodata 120 | iv BAB I PERKEMBANGAN TRADISI RITUAL DI JATINOM KLATEN A. Kepercayaan Masyarakat Tradisional Upacara tradisional yang diselenggarakan di daerah Jatinom Klaten selalu diikuti oleh segenap lapisan masya- rakat. Bagi masyarakat umum dilaksanakannya upacara adat itu memiliki nilai filosofis kultural yang luhur. Masyarakat Jawa tradisional menganggap bahwa tokoh yang punya karisma tinggi memiliki aura yang dapat mendatangkan keberuntungan. Dengan mengikuti upacara adat ini masyarakat akan mendapatkan berkah. Keyakinan itu berlangsung secara turun temurun. Setiap tahun masyarakat Jatinom Kabupaten Klaten menyelenggarakan upacara adat Yaqowiyu. Upacara ini di- selenggarakan dalam rangka untuk menghormati jasa serta perjuangan Ki Ageng Gribig. Sebagai guru spiritual Ki Ageng Gribig mewariskan nilai keutamaan dan kebajikan. 1 | Upacara adat istiadat tradisional di Kabupaten Klaten sesungguhnya mempunyai akar historis, sosiologis dan filosofis. Masyarakat sebagai suatu organisme yang hidup bersifat dinamik, karena ia terdiri atas manusia- manusia yang dinamik. Karena itu masyarakat sesuai dengan dinamikanya, mempunyai gerak dan arah menuju ke cita-citanya. Masyarakat Jawa mengidam-idamkan adanya kehidupan yang aman-tenteram dan sejahtera, penuh kebahagiaan lahir dan batin. Sultan Agung di Mataram sedang merasa susah hati karena mendengar laporan dari telik sandinya bahwa Raja Palembang di Pulau Sumatra hendak memberontak. Pe- nguasa negeri yang dibelah Sungai Musi itu menghentikan upeti persembahan kepada Mataram dan malah di- kabarkan hendak merebut tahta Mataram di Jawa. Sultan Agung kemudian mengheningkan cipta untuk memohon kepada Allah agar Mataram terhindar dari malapetaka. Sekalipun bala tentara Mataram jauh lebih banyak, namun jika terjadi perang, tidak urung akan terjadi banyak korban di kedua belah pihak. Dalam puja semedi ini, muncul ilham dari ruh Sunan Kalijaga. Ruh Sunan Kalijaga menyarankan agar Sultan Agung pergi ke daerah hutan Merbabu. Di daerah ini, Sultan Agung akan menemukan seorang ulama yang akan mampu meredam niat raja Palembang. Peninggalan Ki Ageng Gribig ada tiga jenis, | 2 yakni kebudayaan, bangunan dan dongeng (Soerjanto Poespowardojo, 1993: 17). Upacara Tradisional Yaqowiyu. Peninggalan yang bersifat kebudayaan yakni rangkaian upacara Yaqowiyu. Upacara ini mula pertamanya adalah majlis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom (Abdul Hakim, 1982: 30). Ara-ara Tarwiyah, Ara- ara ini merupakan tanah lapang yang letaknya di ujung barat kota Jatinom. Tempat ini terdapat mihrab yang digunakan untuk shalagt id setiap tahun. Di bawah mihrab dalam ara-ara ini ditanam segenggam tanah yang asalnya dari Padang Arafah Arab Saudi. Tanah ini diambil oleh Kyai Ageng ketika sedang mengumpulkan air untuk bekal wukuf di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijah di mana para jama’ah haji mengumpulkan air sebanyak-banyaknya untuk persedian ketika melakukan wukuf. Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi, maka rakyat tidak saja dapat menentukan sendiri melalui pemberdayaan masyarakat, melainkan yang utama adalah berupaya untuk memperbaiki nasibnya, sesuai dengan kepentingan dan potensi daerah melalui berbagai aktivitas pembangunan (Dewantoro, 2001: 23). Masjid Alit dan Masjid Ageng, Peninggalan berupa masjid ada dua, yakni masjid alit dan masjid besar. 3 | Peninggalan berupa sendang ada beberapa buah, seperti Sendang Plampeyan, Sendang Caruwet, Sendang Suran, Sendang Soka, dan Sendang Brunyah. Selain itu pening- galan Ki Ageng Gribig yang lain adalah gua dan makam. Makam beliau sampai saat ini masih banyak sekali yang mengunjungi untuk berziarah. Peninggalan Ki Ageng Gribig lain yang sampai saat ini adalah dongeng. Banyak dongeng rakyat yang berasal atau dihubungkan dengan Ki Ageng Gribig. Dongeng Bedug Jatinom. Raden Ngabehi Ranggawarsita menceritakan juga pertemuan antara Ki Ageng Gribig dengan Sultan Agung sebagai berikut: Ki Ageng Gribig pada suatu siang sedang mencoba bedug yang baru saja selesai dibuat (Anjar Any, 1983: 33). Pada waktu itu siang hari saatnya Shalat Dhuhur. Suara bedug yang dipukul di Jatinom tersebut terdengar di Mataram yang jaraknya 40 km. Sultan segera mengutus seorang abdi untuk mencari suara tabuh itu. Suara itu akhirnya ditemukan di Jatinom. Pada waktu itu Ki Ageng Gribig sedang mengimami Shalat Dhuhur. Abdi itu kemudian menyampaikan undangan kepada beliau untuk menghadap Sultan Agung. Nilai tersebut sampai sekarang masih dipertahankan oleh segenap elemen pesantren pada khususnya dan masyarakat Klaten pada umumnya (Nadjamuddin, 2017: 109). | 4 Upacara tradisional adat Jawa dilakukan demi men- capai ketenteraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang Jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa daksina. Kehidupan ruhani orang Jawa itu memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan keberagamaan orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya. Di samping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa dengan tujuan untuk memperoleh solidaritas sosial, lila lan legawa kanggo mulyaning negara. Upacara tradisional juga menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong-royong nyambut gawe. Dalam berbagai kesempatan, upacara tradisional itu memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang. Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh para sesepuh dan pinisepuh masyarakat. Upacara tradisional juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Klaten mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. Menurut kepercayaan masyarakat Ki Ageng Gribig masih keturunan kerajaan Majapahit. Oleh karena itu segenap pengikutnya menganggap bahwa trah Majapahit 5 | yang sudah melakukan penyebaran agama itu dimuliakan upacara yaqowiyu. Bentuknya berupa pembagian apem pada masyarakat umum. B. Nilai Luhur Upacara Adat Nilai luhur upacara adat tradisional dihayati oleh masyarakat Klaten yang berada di Jatinom. Tata cara tradisi yaqowiyu yang diselenggarakan untuk memuliakan Ki Ageng Gribig mengandung nilai filosofis yang dapat digunakan sebagai bahan renungan. Oleh karena itu paparan ini menguraikan tata laksana upacara tradisional yaqowiyu secara sistematis, integral dan komprehensif. Masyarakat yang berbondong- bondong untuk ngalap berkah percaya bahwa keberadaan upacara tradisional ini akan membawa ketentraman. Nilai luhur upacara adat hendaknya tetap dilestari- kan. Oleh karena upacara adat itu dapat meningkatkan jati diri serta kepribadian bangsa. Bagi generasi muda pe- laksanaan upacara adat merupakan sarana untuk membina karakter. Pembinaan karakter masyarakat pada umumnya serta generasi muda pada khususnya menjadi wahana efektif untuk menjaga kualitas mental spiritual bangsa. Melalui media adat istiadat tradisional nilai luhur warisan | 6 nenek moyang akan menjadi mengokoh kepribadian tiap warga negara. Pembangunan manusia seutuhnya merupakan ke- giatan menyeluruh yang meliputi aspek lahir batin jasmani dan rohani. Nilai kearifan lokal yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merupakan anyaman yang dapat di- gunakan untuk menunjukkan identitas nasional. Upacara yang dilakukan di kawasan makam Ki Ageng Gribig merupakan sumbangan yang berharga buat penanaman budi pekerti luhur. Ki Ageng Gribig segera menyanggupi dan akan datang pada pukul 21.00. Pada waktu malam harinya, Ki Ageng Gribig benar-benar berkunjung ke Mataram. Ketika itu Sultan Agung sedang tahlilan di Masjid Panepen. Keduanya berbincang-bincang tentang kenegaraan dan keislaman sampai pukul 03.00 dinihari. Ada lagi dongeng lain yang dihubungkan dengan tempat seperti cerita Asal Mula Sendang Plampeyan. Suatu hari Ki Ageng Gribig sedang membicarakan tentang hukum Islam dengan ustadz Ibrahim (Soejadi, 1999: 15). Tetapi sulit
Recommended publications
  • The Role of Traditional Festival in Islamic Historic District to Achieve Local Community Wellbeing
    Traditional Architecture: The Role of Traditional Festival in Islamic Historic District to Achieve Local Community Wellbeing Arif Budi Sholihah1*, Putu Ayu Agustiananda2, Junanah3, Wisnu Setiawan4 1,2,3 Department of Architecture, Universitas Islam Indonesia 4 Department of Architecture, Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected]* , [email protected] , [email protected] , [email protected] Received: 20th June 2019 Final version received: 24th December 2019 The current studies demonstrate how tourism activities have incorporated the role of festival and heritage to address socio-cultural, economic, political, and environmental issues. In the context of Indonesia, the cultural festival has been used to be one medium of Islamic preaching, since the era of Walisongo in the sixteenth century. Several local level festival appears to attract a large number of visitors which later influences the sustainability of the place, including Ya Qowiyyu Festival in Jatinom, Klaten, Central Java. Preserving the tradition for hundreds of years, the local community in Jatinom maintains this cultural practice until the present day. This research aims to explore the dynamics between the festivals of Islamic culture in Indonesia in achieving the local community wellbeing in the context of sustainable development. It utilizes qualitative inquiry that sees there are multiple, socially constructed realities. The technique used was observation and in-depth interviews with open-ended questions. The study demonstrates the success of Ya Qowiyyu Festival in addressing social, economic, and environmental issues in the area. For example, it generates community contentment and provides a financial contribution to stakeholders and local communities that enhance their wellbeing. Keywords: Community Wellbeing, Traditional Festival, Islamic Historic District 1.
    [Show full text]
  • Local Wisdom
    Accounting Research Journal of Sutaatmadja (ACCRUALS) Volume 4 Nomor 01 Tahun 2020 (Hal :18-34) DOI : 10.35310/accruals.v4i01.382 https://ojs.stiesa.ac.id/index.php/accruals/index ISSN 2614-5286 (Print) ISSN 2615-0409 (Online) LOCAL WISDOM: CAN IT MITIGATE THE RISK OF FRAUD? Yosua Febrian Putra Aditya1, Aprina Nugrahesthy Sulistya Hapsari2 1 Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga - Indonesia 2 Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga - Indonesia [email protected] INFO ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACT Histori Artikel : The risk of fraud in managing village funds is increasingly Tgl. Masuk : 27-02-2020 proportional to the increasing amount of funds provided by Tgl. Diterima : 10-03-2020 the central government every year. One of the ways that the Tersedia Online : 20-04-2020 government can use to mitigate the risk of fraud is to Keywords: implement local wisdom. This research was conducted to Village Fund, Fraud Risk, Local identify the fraud risk that occurs in managing village funds Wisdom in Kebonan Village and analyze local wisdom as one of the media to mitigate fraud in the management of village funds in the village. This research uses descriptive qualitative data method with primary data sources. The instrument used in the study was a semi-structured interview. The result of this study shows that even though there is already control to reduce and manage every fraud risk, local wisdom also can be used as a means of mitigating the fraud risk if it is properly imbued. PENDAHULUAN Korupsi menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi oleh pemerintah di berbagai negara. Survei tahunan yang dilakukan oleh Transparency International (TI) tahun 2018 pada 180 negara dunia menyatakan bahwa masih banyak negara yang terlibat kasus korupsi dan negara di Asia Pasifik dinilai rentan terjadi kasus ini (Muliana, 2018).
    [Show full text]
  • Makna Saparan Sebagai Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Dusun Sleker Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
    Makna Saparan Sebagai Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Dusun Sleker Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Oleh: Evi Nurrohmah 3401412064 PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. There is no friend as loyal as a book. (Ernest Hemingway) 2. Jawabannya untuk menjawab setiap kemunduran, setiap masalah, adalah “aku akan bekerja lebih keras”. (George Orwell) PERSEMBAHAN 1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan, Ibu Jumiyati dan Bapak Muhammad Su’udi. 2. Adik tersayang yang telah memberikan dukungan, Muhammad Yunus. 3. Shinta Dewi N, Diana Noviana, dan Natasha Lyyanalul N S, Ratna Siti Anisah, Eri Apriliyanto dan Umar Hidayatullah yang telah memberikan motivasi dan dukungan. 4. Teman-teman fungsionaris HIMA periode 2014 yang banyak memberikan ilmu. 5. Keluarga besar Jurusan Sosiologi dan Antropologi v SARI Nurrohmah, Evi. 2016. Makna Saparan Sebagai Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Dusun Sleker Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant., M.A. dan Drs. Totok Rochana, M.A. 94 halaman. Kata kunci: Makna, Ritual, Saparan, Tolak Bala. Saparan merupakan sebuah ritual pada bulan sapar yang dilakukan oleh masyarakat jawa yang berada di Jawa Tengah. Salah satu daerah yang masyarakatnya masih melakukan ritual Saparan adalah Dusun Sleker, Desa Kopeng, Kabupaten Semarang. Ritual Saparan sebagai ritual tolak bala bermula dari adanya wabah penyakit atau pagebluk di Dusun Sleker. Untuk menghindari bencana pagebluk tersebut, masyarakat mengadakan ritual untuk menolak bala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui proses pelaksanaan ritual Saparan (2) Mengetahui makna Saparan sebagai ritual tolak bala bagi masyarakat.
    [Show full text]
  • Kajian Strukturalisme Dan Nilai Edukatif Dalam Cerita Rakyat Kyai Ageng Gribig Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
    KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF DALAM CERITA RAKYAT KYAI AGENG GRIBIG DI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Daerah Konsentrasi Pendidikan Bahasa Jawa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Oleh: Eni Sayekti 1111300866 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN 2015 i KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF DALAM CERITA RAKYAT KYAI AGENG GRIBIG DI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN Oleh: Eni Sayekti 1111 300 866 Telah Disetujui oleh Pembimbing : Jabatan Pembimbing I : Tanggal Tanda Tangan Dra. Nanik Herawati, M.Hum ……………… ……………… NIK : 690 906 286 Pembimbing II : Bayu Indrayanto,S.S.M.Hum ……………… ..……………… NIK : 690 208 289 Mengetahui, Ketua Program Studi PBSD Drs. LUWIYANTO, M. Hum. NIK : 690 909 300 ii PENGESAHAN Kajian Strukturalisme Dan Nilai Edukatif Dalam Cerita Rakyat Kyai Ageng Gribig Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Oleh: ENI SAYEKTI 1111300866 Telah disahkan oleh Tim Penguji: Jabatan Nama Tanggal Tanda tangan Ketua Drs. H. Udiyono, M.Pd ................... ........................ NIK. 19541124 198212 1 001 Sekretaris Drs. Luwiyanto, M.Hum .................... ........................ NIK. 690 909 300 Penguji I Dra. Nanik Herawati, M.Hum .................... ....................... NIK.690 906 286 Penguji II Bayu Indrayanto, S.S, M.Hum ..................... ....................... NIK.690 208 289 Mengetahui Dekan FKIP Drs. H. Udiyono, M. Pd. NIP.19541124 198212 1 001 iii PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Eni Sayekti NIM :1111300866 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Konsentrasi Pendidikan Bahasa Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi : Judul : Kajian Strukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kyai Ageng Gribig Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Adalah sebenar-benarnya karya saya sendiri dan bebas dari plagiat.
    [Show full text]
  • Vol.1 No.6 Nopember 2020 1185 Jurnal Inovasi Penelitian MODEL
    Vol.1 No.6 Nopember 2020 1185 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. MODEL PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA DI KAWASAN PABRIK GULA GONDANG WINANGOEN, KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH Oleh Yusana Sasanti Dadtun1), Tiwuk Kusuma Hastuti2),Umi Yuliati3) & Amad Saeroji4) 1,2,3,4Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] & [email protected] Abstrak Kawasan Pabrik Gula Gondang Winangoen, Kabupaten Klaten, memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW). Potensi yang dimiliki di antaranya adalah pada sektor budaya. Peluang pengembangan wisata dapat dilakukan secara terpadu antara wisata budaya dan wisata hiburan. Salah satu usaha yang dilakukan dalam upaya pengembangan peluang tersebut adalah membuat model pengembangan wisata budaya di kawasan Pabrik Gula Gondang Winangoen, Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah mengemas komponen potensi wisata di kawasan Pabrik Gula Gondang Winangoen agar dapat menarik wisatawan sehingga dapat dikembangkan menjadi wisata budaya, apa sajakah wisata budaya yang ada di kawasan tersebut, dan bagaimanakah model pengembangan wisata budaya di Pabrik Gula Gondang Winangoen, Kabupaten Klaten. Lokasi pabrik gula ini berada di Jalan Yogyakarta-Solo, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah paduan antara dua metode, yakni metode sejarah untuk mengkaji sisi historis, meliputi: heuristik (pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen,
    [Show full text]
  • Deskripsi Masjid Alit Ki Ageng Gribig Dan Dakwah Kultural Awal Di Klaten
    Deskripsi Masjid Alit Ki Ageng Gribig dan Dakwah Kultural Awal di Klaten, Jawa Tengah Retno Kartini Savitaningrum Imansyah Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagaman, Balitbang Kemenag RI Email: [email protected] Abstrak Masjid Alit Ki Ageng Gribig merupakan masjid tertua di Jatinom, Klaten. Masjid ini dibangun oleh Ki Ageng Gribig pada abad 17 Masehi atau pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M). Namun tahun pasti pendiriannya tidak diketahui karena tidak ada catatan atau inskripsi yang memuat tahun pendiriannya. Inskripsi yang ada hanyalah bertutur tentang tahun pemugaran oleh masyarakat yang dilakukan pada tahun 1862 M. Masjid Alit didirikan oleh Ki Ageng Gribig atau semasa mudanya dikenal dengan nama Syekh WasibagnoTimur. Ia berperan besar dalam penyebaran agama Islam di daerah Klaten dan sekitarnya. Kegiatan penyebaran Islam di masyarakat terpusat di masjid ini. Selain masjid peninggalannya, Ki Ageng Gribig meninggalkan warisan budaya bernafaskan Islam yaitu tradisi Yakowiyu, atau penyebaran apem yang masih dirayakan oleh masyarakat Jatinom tiap bulan Safar. Pada masanya, upacara ini dilakukan sebagai sarana dakwah Islam bagi masyarakat seputar Jatinom. Walaupun sudah dibangun masjid baru yang lebih besar, yaitu Masjid Ageng Jatinom, namun keberadaan Masjid Alit ini tetap dijaga kelestariaanya. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memelihara warisan para ulama baik yang berbentuk bangunan maupun tradisi keagamaan. Di samping itu masjid ini juga masih memegang peran penting dalam menyatukan tradisi masa lalu, yaitu tradisi Yaqowiyu dalam proses dakwah Islam, baik pada masa awal pembangunannya sampai masa sekarang. Kata kunci: Masjid Alit; Tipe Masjid Kuno; Ki Ageng Gribig; Tradisi Yaqowiyu, preservasi budaya lokal Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 13, No.
    [Show full text]
  • Motivasi Pengunjung Upacara Yaqawiyyu Di Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2008
    MOTIVASI PENGUNJUNG UPACARA YAQAWIYYU DI JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Pada Fakultas Agama Islam Jurusan Perbandingan Agama (Ushuludin) Oleh: Arfi Hamidah H 000 040 009 JURUSAN USHULUDIN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan sebuah kegiatan yang bertujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan suatu kegiatan yang bertujuan ini disebut dengan motivasi. Motivasi yang merupakan dorongan individu untuk melakukan kegiatan yang bertujuan ini tidak terlepas dari dalam maupun dari luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan yang bertujuan atau motivasi ini menjadi sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, massif dan melibatkan banyak massa. Hal ini terjadi dalam sebuah komunitas yang mempunyai kesamaan tujuan dan alasan. Sebagai contoh adalah organisasi kemahasiswaan, organisasi keagamaan, perusahaan dan lain sebagainya. Kajian mengenai motivasi telah banyak dilakukan sebagai contoh yang dilakukan oleh para filosof Yunani. Filosof-filosof Yunani abad 19 telah menelaah mengenai motivasi bahwasanya perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh fisik dan spiritual. Pada filosof juga berpendapat bahwa perilaku merupakan sumbangan terhadap dorongan untuk manusia bertindak, dimana pikiran adalah motivasi primer bagi manusia (Dewi, 2000). Pengaruh spiritual yang mendasari perilaku manusia yang akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak sesungguhnya adalah sebuah naluri dasar yang dimilki oleh setiap manusia. Hamka (1973) menyatakan bahwa kalau terjadi manusia membantah adanya Yang Maha Ada, bukanlah itu 1 2 sebuah permulaan. Tetapi itu adalah kemudian, karena keragaman yang timbul disaat dia mempergunakan akal fikiran. Sebab itu maka perasaan akan adanya Yang Maha Kuasa adalah fitrah manusia. Pengakuan akan eksistensi Tuhan inilah yang melahirkan berbagai macam ritual-ritual yang merupakan manivestasi dari penyembahan.
    [Show full text]
  • Analisa Potensi Dan Daya Tarik Obyek Wisata Ziarah Makam Kyai Ageng Gribig Di Jatinom Kabupaten Klaten
    ANALISA POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA ZIARAH MAKAM KYAI AGENG GRIBIG DI JATINOM KABUPATEN KLATEN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Eko Wahyu Apriyoko C. 9405088 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING Judul Laporan Tugas Akhir : ANALISA POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA ZIARAH MAKAM KYAI AGENG GRIBIG DI JATINOM KABUPATEN KLATEN Nama Mahasiswa : Eko Wahyu Apriyoko NIM : C. 9405088 MENYETUJUI Disetujui Tanggal : Disetujui Tanggal : Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum Joedojono M.S, SE ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN Judul Laporan Tugas Akhir : ANALISA POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA ZIARAH MAKAM KYAI AGENG GRIBIG DI JATINOM KABUPATEN KLATEN Nama Mahasiswa : Eko Wahyu Apriyoko NIM : C. 9405088 Tanggal Ujian : 6 Juli 2009 DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI TUGAS AKHIR D III USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA Dra. Isnaini W.W, M.Pd Ketua ( …………………………) Umi Yuliati S.S, M.Hum Sekretaris ( ………………………… ) Dra.SriWahyuningsih,M.Hum Penguji Utama ( ………………………… ) Joedojono M.S, SE Penguji Pembantu ( ………………………… ) Dekan Drs. Sudarno, MA NIP. 131472202 iii MOTTO Jangan menyerah sebelum berjuang Jangan putus asa sebelum berusaha (Penulis) iv HALAMAN PERSEMBAHAN Penulisan Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada : Ø Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa, nasehat serta dukungannya semoga Allah selalu melindungi mereka. v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dalam menyelesaikan penulisan laporan ini. Tujuan dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
    [Show full text]
  • Upacara Yaqowiyyu Masyarakat Jatinom Klaten
    Relasi AgamaAksiologi dan IlmuwanBudaya Lokal: Modal Upacara Bagi Generasi Yaqowiyyu Berjati Masyarakat Diri: Belajar Jatinom dari Sejarah Klaten FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 3, No.1, Juni 2015 RELASI AGAMA DAN BUDAYA LOKAL: Upacara Yaqowiyyu Masyarakat Jatinom Klaten Efa Ida Amaliyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus Email: [email protected] ABSTRACT Yaqowiyu celebration in Jatinom village has become a ritual held every Friday, the second week in the month of Safar in Javanese calendar. The ritual lasts up to the present time as an expression of respect for the Ki Ageng Gribig by spreading cake “apem” to people already waiting on the field that has been provided. This study specifically addresses the meaning of all the elements that exist in the ritual, such as visitors, vendors, and communities around the Jatinom village. In addition, the presence of modernity that cannot be inevitable. To know the topic, the approach of this research is the functionalist approach. Functionalist approach sees that a society is seen as a network of groups that work together in an organized way, working in a relatively orderly manner according to a set of rules and values adopted by some particular community. Behavioral or social actions can be justified because the community considered it as functional. Meaning that appears very diverse depending on the expectations of those who come in the ritual. Meaning of blessing is the most dominant. They believe that by getting a cake “apem” of thrown by the committee, their intentions will be quickly granted. For example, farmers hope to have abundant harvest by spreading apem Yaqowiyyu in their fields.
    [Show full text]
  • CULTURE ACCULTURATION in INDONESIA: the Tradition Ceremony of Sebaran Apem in Jatinom Klaten, Central Java
    CULTURE ACCULTURATION IN INDONESIA: The Tradition Ceremony of Sebaran Apem In Jatinom Klaten, Central Java Sutiyah, Herimanto Lecturer of History Education Department, Sebelas Maret University Surakarta Email: [email protected] ABSTRACT This study aimed to observe: the openess and discernment of Jatinom soceity in accepting Islamic culture and religion, 2) the ingenuity of Da'i (Islamic preacher) in Islamization, so the Islamization process run peacefully, 3) the cultural acculturation in the tradition ceremony of sebaran apem. This study was historical-ethnographic research. The data were collected by observation, interviews, and documents analysis. The data source of this study were place and event, informants and documents. The data validation conducted by triangulation of sources, methods, and theories. The data were analyzed by interactive models, namely the interaction between data collection with three components of analysis (data reduction, data presentation, and drawing conclusion). This study was analyzed by history and anthropology theories, specifically the theory of Islamization, traditional ceremony and culture acculturation. The result of this study showed that (1) the tradition ceremony of sebaran apem in Jatinom Klaten was a series of religious activities that show the culture acculturation between indigenous culture (Javanese), Hindu, and Islam, with the domination of Islamic element that seen from the background of ceremonies, the name and role of the figure, site name, visitor activities, pilgrimage traditions, facilities, and sequence of ceremony; (2) Culture acculturation occurs because of the contact and the character of open society, so they were willing to accept the immigrant cultural element and tolerance from both parties (recipients and bearers of culture); (3) the tradition ceremony of sebaran apem occurs because there was contact between the wise and intelligent Islamic figures and Jatinom society which were close to religion, so the society do not feel that the outside cultural elements (Islam) are dominant.
    [Show full text]
  • Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User 15
    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN A. Kondisi Geografis Kabupaten Klaten Secara geografis, Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30’-110°45’ Bujur Timur dan 7°30’-7°45’ Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis, yaitu berada pada jalur jalan utama dua kota besar, Surakarta yang berjarak ± 35 km dan Yogyakarta yang berjarak sekitar ± 28 km. Namun demikian, jarak yang relative jauh tersebut didukung dengan sarana dan prasarana jalan yang memadai dengan tingkat aksesibilitas tinggi. Dukungan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi tersebut sangat menguntungkan bagi pertumbuhan wilayah di Kabupaten Klaten, terutama bidang pariwisata.1 Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten: 1. Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali 2. Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta) 4. Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi menjadi 26 kecamatan yang terdiri atas 401 desa/kelurahan, dengan luas keseluruhan 65.556 ha atau 2,014% dari luas Propinsi Jawa Tengah.2 iklim di wilayah Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis, dengan temperatur udara harian rata-rata berkisar antara 26,6° sampai 1 Kantor Pariwisata Kabupaten Klaten, Profil Kepariwisataan Kabupaten Klaten Tahun 2003, 2005, Hlm. 6. 2 Kantor Pariwisata Kabupatencommit to userKlaten, Studi Pemetaan Kawasan Pariwisata Kabupaten Klaten, 2006, Hlm. III-1. 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 28,8° Celcius. Kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya, dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 28°C, kelembaban minimum 21,5°C dan kelembaban maksimum 33,1°C. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada bulan Januari (350 mm) sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli (8 mm).3 Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76 – 1.60 m dpl (di atas permukaan air laut).
    [Show full text]
  • Manajemen Objek Dan Daya Tarik Wisata Upacara Tradisional Yaqowiyu Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Sebelas Maret Institutional Repository Manajemen objek dan daya tarik wisata upacara tradisional Yaqowiyu di kecamatan Jatinom kabupaten Klaten Oleh Yull Yana Indah Yani C.9406043 Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010 39 40 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di desa Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terdapat suatu upacara tradisional yang sifatnya unik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "unik" mempunyai arti tersendiri dalam bentuk dan jenisnya atau lain dari pada yang lain. Dapat saya katakan unik karena hanya di Jatinom yang terdapat upacara seperti ini. Upacara tradisional ini terkenal dengan nama "Yaqowiyu". Kata "Yaqowiyu" berasal dan doa penutup yang diucapkan Ki Ageng Gribig setiap selesai menjalankan dakwah pengajiannya. Ki Ageng Gribig adalah seoraug ulama besar yang hidup sejaman dengan para Wali Sembilan. Ki Ageng Gribig menyebarkan agama Islam di daerah Jatinom dan sekitarnya. Sebagai seorang ulama beliau sangat dihonnati dan dituruti segala tindak-tanduknya. Tidak hanya dakwah- dakwah tentang ajaran kerohanian saja yang diterima oleh para pengikutnya, tetapi benda-benda yang diberikan oleh Ki Ageng Gribig dianggap memiliki tuah. Adapun doa yang diucapkan oleh Ki Ageng Gribig setiap selesai berdakwah berbunyi : "Ya Qowiyu ya azziz qowwina wal muslimin. Ya qowiyu ya rozazagwarzugna wal muslimin", yang artinya : Ya Tuhan Yang Maha Kuat. Ya Tuhan yang memberi rizqi berikanlah rizqi kepada kita kaum muslimin (Buku Potensi Pariwisata Kabupaten Klaten, 2007). Upacara tradisional Yaqowiyu pada intinya merupakan upacara permohonan kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan kemudahan mencari rizqi dan dilindungi dan diberkahi dalam kehidupan sehari-hari.
    [Show full text]