perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

A. Kondisi Geografis Kabupaten Klaten

Secara geografis, Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30’-110°45’

Bujur Timur dan 7°30’-7°45’ Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup

strategis, yaitu berada pada jalur jalan utama dua kota besar, Surakarta yang

berjarak ± 35 km dan Yogyakarta yang berjarak sekitar ± 28 km. Namun

demikian, jarak yang relative jauh tersebut didukung dengan sarana dan prasarana

jalan yang memadai dengan tingkat aksesibilitas tinggi. Dukungan dan

kelengkapan sarana dan prasarana transportasi tersebut sangat menguntungkan

bagi pertumbuhan wilayah di Kabupaten Klaten, terutama bidang pariwisata.1

Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

2. Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa

Yogyakarta)

4. Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi menjadi 26 kecamatan yang

terdiri atas 401 desa/kelurahan, dengan luas keseluruhan 65.556 ha atau 2,014%

dari luas Propinsi Jawa Tengah.2 iklim di wilayah Kabupaten Klaten termasuk

iklim tropis, dengan temperatur udara harian rata-rata berkisar antara 26,6° sampai

1 Kantor Pariwisata Kabupaten Klaten, Profil Kepariwisataan Kabupaten Klaten Tahun 2003, 2005, Hlm. 6. 2 Kantor Pariwisata Kabupatencommit to user Klaten, Studi Pemetaan Kawasan Pariwisata Kabupaten Klaten, 2006, Hlm. III-1.

15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16

28,8° Celcius. Kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya, dengan

kelembaban udara rata-rata berkisar antara 28°C, kelembaban minimum 21,5°C

dan kelembaban maksimum 33,1°C. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada

bulan Januari (350 mm) sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli (8 mm).3

Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi

dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76 – 1.60 m dpl (di atas

permukaan air laut). Kabupaten Klaten, secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga)

wilayah, yaitu:

1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi

Kecamatan Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung.

2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan-

kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten

Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno,

Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas,

Karanganom, Polanharjo.

3. Wilayah berbukit/gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi

sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno.

Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirincikan sebagai

berikut:

1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl)

meliputi sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan

Cawas.

3 Pemerintahan Kabupatencommit Klaten, to userToto Titi Tentreming Kerto Raharjo Klaten 2007 Annual Report, Hlm. 5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17

2. Wilayah dengan ketinggian antara 100-200 m dpl meliputi kecamatan-

kecamatan: Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di

bagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten

Utara, Kebonarum (di bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur),

Ceper, Pedan, Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (di bagian timur),

Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan Wonosari (di bagian barat).

3. Wilayah dengan ketinggian antara 200-400 m dpl meliputi kecamatan-

kecamatan: Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko,

kebonarum (di bagian utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom

(di bagian barat), Tulung (sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat).

4. Wilayah dengan ketinggian antara 400-1000 m dpl meliputi kecamatan-

kecamatan: Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar),

Jatinom (sebagian kecil) dan Tulung (sebagian kecil)

5. Wilayah dengan ketinggian 1.000-2.000 m dpl berada di Kecamatan

Kemalang.

Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasarkan Kecamatan dan

Ketinggian dari Permukaan laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18

Tabel. 1

Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasarkan Kecamatan dan Ketinggian Dari Permukaan Laut (Dalam Ha dan Meter Dpl)

Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun 2010 (BPS Klaten)

Berdasarkan tabel di atas luas daerah di Kabupaten Klaten berdasarkan

kecamatan dan ketinggian dari permukaan laut kecamatan Kemalang memiliki

daerah paling luas sebesar 5.166 Ha dan Meter Dpl, kecamatan Klaten Tenggah

memiliki wilayah terkecil dengan luas 892 Ha dan Meter Dpl.

1. Kondisi Struktur Geologi/Jenis Tanah

Klasifikasi Tanah Di Kabupaten Klaten, terdiri dari 5 (lima) macam, yaitu:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19

a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah

kecamatan Bayat.

b. Regosol Kelabu: Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier terdapat

di kecamatan Cawas, Trucuk, Klatren Tengah, Kalikotes, Kebonarum,

Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan,

Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom,

Tulung dan Jatinom.

c. Grumusol Kelabu Tua: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan

intermedier terdapat di kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Keabu Tua: Bahan induk berupa batu

kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes

sebelah selatan.

e. Regosol Coklat Kekelabuan: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan

intermedier terdapat di daerah kecamatan Kemalang, Manisrenggo,

Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.

B. Kependudukan

Keberadaan dan keadaan penduduk merupakan salah satu aspek yang

terpenting dari penyusunan rencana pembangunan suatu wilayah, karena potensi

dan jumlah penduduklah yang kemudian menjadi acuan terbesar untuk proses

kemajuan dan kesejahteraan dalam suatu wilayah. Jumlah penduduk Kabupaten

Klaten pada tahun 1998 sebesar 1.234.113 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 0,44% dan kepadatan penduduk sebesar 1.883 jiwa/km2.

Jumlah penduduk Kabupaten Klaten setiap tahunnya mengalami pertumbuhan

penduduk, pertumbuhan pendudukcommit paling to banyak user pada tahun 2000 dengan jumlah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20

pertumbuhan penduduk sebanyak 14.971 jiwa dengan presentasi sebesar 1,19%

dan total jumlah penduduk sebesar 1.257.682 jiwa. Seiring dengan jumlah

penduduk yang terus bertambah, maka kepadatan penduduk juga menunjukan

kecenderungan naik. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Klaten

sebesar 1.307.562 jiwa, naik sebesar 3.652 jiwa atau 0,28% bila dibandingkan

tahun 2009. Kenaikan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di

Kabupaten Klaten sebesar 1.995 jiwa/km2.4

C. Kondisi Sosial Budaya

Keberadaan agama dalam sistem sosial budaya adalah obyek yang menjadi

perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama punya pengaruh

terhadap aspek yang lain. Ekspresi religius ditemukan dalam budaya material,

perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi, hukum, politik,

pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan lain sebagainya.

Dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan, maka kehidupan

beragama harus semakin diamalkan, baik di kehidupan pribadi maupun

bermasyarakat. Tempat peribadatan menunjukkan kecenderungan adanya

peningkatan dari tahun ke tahun.

Karakteristik budaya penduduk Kabupaten Klaten banyak di pengaruhi

oleh unsur tradisi yang secara turun-temurun, serta yang banyak terjadi di

masyarakat , meyakini bahwa hubungan masyarakat di masa kini dan

nenek moyang mereka masih terikat kuat. Hal tersebut menjadi pemicu masih

banyaknya kegiatan dan upacara yang dipersembahkan untuk menghormati

4 Badan Pusat Statistik, Klatencommit Dalamto user Angka 1999, 2002, 2006, 2011. (Klaten: BPS). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21

penduduk mereka dan menimbulkan nilai yang memiliki heirarki supranaturalistik

dan unsur-unsur kejawen yang kental. Salah satu contoh kearifan lokal yaitu

Sebaran Apem yang mana diperingati setiap bulan Sapar, acara yang digelar

berdasarkan tradisi, tujuannya untuk mengenang Ki Ageng Gribig, salah satu

tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa.

Faktor lain yang mempengaruhi budaya masyarakat Klaten adalah dari sis

religiusitas. Di Kabupaten Klaten terdapat beberapa makam tokoh sejarah,

cendekiaan serta tokoh agama Islam seperti makam Pujangga Jawa

Ronggowarsito, Makam Sunan Pandanaran dan makam Ki Ageng Gribig.

Meskipun banyak di temukan makam-makam tokoh sejarawan Islam, bukan

berarti penduduk Kabupaten Klaten menganut agama yang homogen, yakni Islam.

Agama-agama lain seperti agama Kristen, Katholik, Hindu dan Budha juga

banyak dianut oleh penduduk Kabupaten Klaten, berikut data sebaran jumlah

penduduk berdasarkan agama yang dianut:

Kehidupan keagamaan yang harmonis, sangat didambakan oleh seluruh

umat beragama di Kabupaten Klaten. 93,19% penduduk Kabupaten Klaten

memeluk agama Islam, 3,17% memeluk agama Katholik, 2,83% beragama

Kristen Protestan, 0,75% beragama Hindu dan sebanyak 0,05% beragama Budha.

Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Klaten, yang bertambah hanya masjid, naik

sebesar 2,53% bila dibandingkan dengan tahun 2009, sedang jumlah sarana

ibadah yang lain tidak mengalami perubahan.5 Jumlah penduduk menurut

Kecamatan dan pemeluk agama di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari table

berikut:

5 Badan Pusat Statistik, Klatencommit Dalam to user Angka 2011. (Klaten: BPS, 2011), hlm. 123. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22

Tabel. 2

Penduduk Menurut Kecamatan Dan Pemeluk Agama Di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Sumber : Departemen Agama Kabupaten Klaten

Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah penduduk di Kabupaten Klaten

menurut Kecamatan dan pemeluk agama tahun 2010 sebesar 1.307.562 Jiwa

dengan pemeluk agama Islam sebesar 1.218.582 Jiwa, pemeluk agama Katholok

sebesar 41.513 Jiwa, pemeluk agama Protestan sebesar 37.044 Jiwa, pemeluk

agama Hindu sebesar 9.807 dan pemeluk agama Budha sebesar 616 Jiwa.

Jumlah sarana ibadah menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten tahun

2010 dapat dilihat dari table berikut ini:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23

Tabel. 3

Sarana Ibadah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Sumber : Departemen Agama Kabupaten Klaten

Berdasarkan tabel di atas jumlah sarana ibadah menurut Kecamatan di

Kabupaten Klaten tahun 2010, antara lain jumlah Masjid sebesar 2.598,

Surau/Mushola sebanyak 1.915, Gereja Katholik sebanyak 98, Gereja Kristen

sebanyak 69 dan pure dan vihara sebanyak 44. Hal ini dapat terlihat antara tahun

2006 jumlah sarana ibadah menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten mengalami

peningkatan tiap tahunnya, kecuali Gereja Kristen dan Pure dan Vihara yang

mengalami penurunan tiap tahunnya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24

D. Kepariwisataan

Kabupaten Klaten berada di daerah dengan ketinggian yang bervariasi

sehingga beberapa obyek dan daya tarik wisata yang berada di daerah pegunungan

maupun di daratan rendah. Pariwisata di Kabupaten Klaten dikelompokkan

kedalam obyek wisata alam, obyek wisata budaya dan obyek wisata buatan.

Obyek wisata alam di Kabupaten Klaten antara lain; perkebunan Tembakau

Vorstenlanden, Jombor Permai, Sumber Air Ingas, Pemandian Lumban Tirto,

Sendang Goan, Deles Indah dan sendang Kaliseno. Obyek wisata budaya

merupakan obyek dan daya tarik yang berhubungan dengan aktivitas manusia,

atraksi-atraksi yang termasuk di dalamnya adalah situs arkeologis, sejarah dan

fasilitas budaya lainnya.6 Banyaknya jumlah obyek wisata di Kabupaten Klaten

menunjukkan bahwa perkembangan Kabupaten Klaten tidak terlepas dari sejarah

masa lalu. Namun demikian, dalam perkembangan kepariwisataan di Kabupaten

Klaten, hal tersebut malah menguntungkan dan mempunyai nilai sejarah yang

tinggi. Seperti Candi Brubah, Candi Sewu, dan Candi Plaosan. Selain itu juga ada

makam Ageng Pandanaran, Ronggo Warsito dan masih banyak lagi obyek

wisata budaya yang ada di Kabupaten Klaten. Obyek wisata buatan yang ada di

Kabupaten Klaten yaitu Kerajinan Wayang Kayu, Desa Wisata, Pemancingan

Janti, Desa Kerajinan Keramik Melikan dan sebagainya.

Daya tarik obyek wisata yang ada di Kabupaten Klaten selain obyek

wisata alam, budaya dan buatan juga terdapat kesenian tradisional yang

berkembang di Kabupaten Klaten. Kelompok kesenian tradisional yang ada di

Kabupaten Klaten diantaranya; kesenian Jatilan, Wayang Klithik, Srandul, Tari

6 Dinas Kebudayaan Pariwisatacommit Pemuda to user Dan Olahraga Kabupaten Klaten, Statistik Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 2004, hlm. 1. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25

Topeng, Sendra Tari Roro Jonggrang, Sruntul, Kethoprak, Wayang Babad,

7 Wayang Sadat, Musik Bambu, dan Gejog Lesung.

Selain kesenian tradisional di Kabupaten Klaten juga terdapat Kalender

Event Kesenian yang rutin diadakan setiap tahunnya. Adapun kalender event

tradisional yang ada di Kabupaten Klaten meliputi Yaqowiyu, Maleman,

Syawalan/Kupatan, Sendang Srinongko, bersih Desa Tanjungsari, Ruwahan dan

Padusan. Kesenian event tersebut rata-rata diikuti oleh ribuan masyarakat maupun

wisatawan baik lokal maupun regional dengan melibatkan berbagai atraksi

menarik lainnya. Sehingga hal ini merupakan salah satu daya tarik bagi para

wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Klaten.

D. Sejarah Singkat Kabupaten Klaten.

Bukti sejarah bagi daerah Klaten sulit ditemukan, namun karena rasa cinta

kepada tempat tinggal kemudian digubahlah cerita legenda. Untuk menelusuri asal

usul daerah Klaten dapat di dilihat dari legenda yang berkembang. Di Kampung

Klaten (sekarang masuk Kalurahan Klaten) terdapat sebuah kuburan kuna.

Kuburan itu oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai makam Kyai dan Nyai

Mlathi. Keduanya dianggap sebagai cikal bakal desa Klaten. Kampung tersebut

berdekatan dengan kampung Sekolekan (dari kata Marschalk, pembesar militer

Belanda di Benteng (loji) Klaten) di sebelah Barat; Kampung Blateran (dari kata

Pangeran Blater/tempat pemondokan orang-orangnya Pangeran Blateran yang

commit to user 7 Ibid., hlm. 5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26

bekerja mendirikan benteng (loji) Klaten) di sebelah utara dan kampung Tegal

8 Anom di sebelah selatan. Adapun sebelah timur berupa sawah.

Nama Klaten diambilkan dari nama Kyai Melati tersebut. Kyai dan Nyai

Melati adalah seorang abdi dalem kerajaan Mataram yang ditugaskan untuk

menyerahkan bunga melati dan buah Joho untuk keputren (menghitamkan gigi) ke

istana. Namun, tidak terdapat data yang memadai mengenai siapa sebenarnya

Kyai dan Nyai Malati tersebut. Sebagai daerah Panekar, Klaten diberi tugas oleh

istana untuk mencari tukang gending, mencari gadis cantik untuk dayang-dayang

di istana, bunga-bungaan untuk kepentingan para putri di istana, menghaturkan

dedaunan untuk pembungkus membuat makanan tradisional, seperti jadah,

jenang, wajik, dan sebagainya. Hal ini terjadi sejak masa Sunan Paku Buwana II,

dan diatur kembali pada jaman Paku Buwana IV (Narpawadawa, 1919; 1921).

Silsilah Kyai dan Nyai Melati juga tidak diketahui. Bahkan penduduk daerah

Klaten tidak ada yang menganggap dirinya sebagai keturunan Kyai dan Nyai

Melati. 9

Sebagai abdi dalem, Kyai Melati memiliki sawah yang luas. Sebagian

sawah itu ditanami bungan melati untuk kepentingan istana. Kekurangannya

diambilkan dari desa-desa di sekitarnya, di mana masyarakatnya juga

diperintahkan menanam bungan melati, misalnya desa Tegal Anom dan

Sekolekan. Di samping mengerjakan sawah sendiri, Kyai Melati juga

mengerjakan sawah milik R. Ayu Mangunkusuma, istri Wakil Patih Kraton

8 Studi Penelitian Hari Jadi Kabupaten Klaten, Kantor Pariwisata Kabupaten Klaten Dan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitan Sebelas Maretcommit Surakarta, to user 2005, hlm. 8. 9 Ibid., hlm. 8-9. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27

Surakarta. RT. Mangunkusuma semula menjadi Bupati Polisi Klaten, kemudian

dipindah masuk istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta.

Menurut buku catatan Ng Jayasantika, Panewu Pamajegan Klate benteng

(loji) Klaten dikosongkan pada 27 Desember 1892, dan Dipindah ke Ngawi.

Benteng (loji) dan tanahnya diserahkan kepada JR Couperus, Asisten Residen

Afdeling Klaten. Dalam catatan tersebut dijelaskan pembangunan Benteng (loji)

Klaten dilakukan pada tahun 1768 Jawa (1892 Masehi) waktu pembangunan

gedung rumah, tembok pagar dan tembok yang mengelilingi Benteng (loji).

Diriwayatkan Benteng (loji) yang sebelum dibuat tembok dan rumah gedong

hanya dipagari dengan pohon kelapa yang dijejer rapat. Tetapi tahun yang ditulis

di bagian belakang gapura dipintu gerbang belakang Benteng (loji) adalah 1806.

Angka tahun ini diduga sebagai tahun berdirinya Benteng (loji) Klaten tersebut.

Pembangunan Benteng (loji) tersebut ditangani oleh wakil-wakil dari Surakarta

dan Yogyakarta. Wakil Surakarta adalah RMTH Jayadiningrat dan Panewu

Gunung Delanggu Martanagara. Wakil Yogyakarta RT Harung Binang dan Ng

Mantawijaya di Glodogan (daerah Klaten). Benteng (loji) tersebut diberi nama

Benteng (loji) Engelanburg. Tahun 1825-1850 Bupati Klaten (disebut Bupati

10 Tanjung Pajang Kidul) dijabat RT Mangunnagara.

Daerah-daerah di sekitar Klaten sering disebut dalam panggung sejarah.

sekitar 12 km arah selatan desa Klaten, tepatnya di desa Bayat terdapat makam Ki

Ageng Pandanaran atau Suanan Tembayat. Semasa hidupnya beliau adalah tokoh

ulama yang mempunyai banyak . Sehingga pengaruhnya terhadap kerajaan

amat besar. Tidaklah mengherankan apabila setelah wafat makamnya pernah

commit to user 10 Ibid., Hlm. 10. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28

diziarai Sultan Pajang Hadiwijaya. Di samping itu Sultan Agung raja terbesar

Kerajaan Mataram juga pernah melakukan perjalanan ziarah ke makam Sunan

Tembayat. Bahkan raja memerintahkan untuk mendirikan beberapa bangunan di

tempat keramat yang baru di kunjungi itu. Dalam Babat Kartasura disebutkan

bahwa ketika Kangjeng Susuhunan Amangkurat Mas (Amangkurat III) lari

mengungsi, maka Pangeran Ngabei juga ikut mengungsi. Tetapi menempuh jalan

menyimpang kearah Wedi Klaten.11

Klaten pada awal sejarahnya merupakan bagian dari Kerajaan Pajang.

Wilayah Kabupaten Klaten pada masa kerajaan Pajang merupakan daerah inti

kerajaan, Karena wilayah ini sebelumnya dikenal dengan sebutan bumi Pajang-

Pengging. Daerah Klaten pada masa kerajaan Pajang dapat dikatagorikan pada

wilayah Negaragung (negara agung), yaitu wilayah inti kerajaan tempat tanah

apanage atau tanah lungguh berada. Meskipun pada masa kerajaan Pajang, sistem

pembagian wilayah administrasi belum serumit jaman kerajaan Mataram, namun

sistem pembagian wilayah yang konsentris telah Nampak. Kerajaan Pajang

membagi wilayahnya sebagai daerah inti (Kuthagara dan Negaragung) serta

daerah atau wilayah Mancanegara dan Pesisiran. Posisi Klaten termasuk dalam

wilayah kekuasaan Bupati Pajang.

Pada masa pemerintahan Paku Buwana VII (1830-1858) banyak terjadi

perubahan, baik tentang pemerintahan, pengadilan maupun tentang status daerah-

daerah pedesaan. Pada tanggal 27 September 1830 dibuatlah kontak yang

terpenting sesudah tahun 1755. Kontrak ini mengakibatkan keempat Swapraja

11 Ineke Badiniwiningdyah, 1998, Satu Abad Pemerintahan Di Klaten (Suatu Tinjauan Perkembanghan Pemerintahan Di Klaten 1840-1939), Skripsi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dancommit Seni to Rupa user Universitas Sebelas Maret, 1998, hlm. 16. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29

Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta, Kasultanan dan Paku Alaman di

Yogyakarta, di Surakarta dan Yogyakarta memiliki wilayah yang sekarang

(sampai tahun 1946) yang saling terpisah dengan daerah lain oleh garis batas M.

Hal ini dikarenakan setelah perjanjian Gianti 1755 wilayah Kasunan dan

Kasultanan campur aduk, sehingga sering terjadi perang antar desa. Kontrak

perjanjian yang bertempat di Klaten ini (27 September 1830) menghasilkan suatu

keputusan, bahwa Pajang dan Sukowati jatuh ke tangan Sunan, Sedang Mataram

dan Gunung Kidul ke tangan Sultan. Sungai Opak, Puncak Gunung Merapi dan

kaki utara dari gunung Kidul akan merupakan garis batas. kemudian pada tahun

1840 untuk menjaga keamanan daerah, Belanda atas ijin Paku Buwana VII,

menyempurnakan bangunan benteng di Klaten yang telah berdiri pada tahun 1806.

Sebenarnya benteng ini bernama benteng Engelanberg. Tetapi banyak orang

menyebut benteng Klaten. Karena secara geografis benteng tersebut terletak di

desa Klaten. Kegunaan benteng ini selain untuk kepentingan pertahanan, juga

untuk peristirahatan pasukan Belanda dalam perjalanan dari Surakarta ke

12 Yogyakarta atau sebaliknya.

Dalam bidang pemerintahan dan status wilayah terjadi perubahan sangat

menyolok pada 12 Oktober 1840. Dalam tahun ini Sunan Paku Buwana VII

mengeluarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pengadilan bagi penduduk desa.

Secara garis besar isi Undang-Undang ini adalah pembentukan Pos Tundha yang

merupakan tempat pemberhentian barang-barang dan atau surat-surat dari

Surakarta ke Yogyakarta atau ke Semarang atau sebaliknya. Daerah-daerah Pos

Tundhan meliputi Ampel, Boyolali, Krapyak, Tangkisan, Delanggu, Klaten,

commit to user 12 Ibid., hlm. 21-22. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30

Jagamasan, Mangkung, Kebonromo dan Kedung Banteng. Oleh Sunan hal ini

dianggap perlu guna menjaga kelancaran perjalanan barang-barang atau surat-

surat tersebut.

Dalam menjalankan tugasnya para Abdi Dalem Gunung mendapatkan gaji

sebesar satu jung yang diambilkan dari bumi desa dalam setengah tahun. Adapun

pengertian Abdi Dalem Gunung ialah Abdi Dalem yang bertugas di daerah, di luar

Kuthagara dan berada di Negara Agung. Abdi Dalem ini diadakan akibat

timbulnya banyak kerusuhan di daerah-daerah, sehingga mengakibatkan tidak

amannya barang atau surat yang dikirim dari Surakarta ke Yogyakarta atau

sebaliknya. Dari ketentuan tersebut baik Tumenggung maupun Kliwon Gunung

belum memiliki wilayah. Tetapi bila ditinjau dari segi kepangkatan, jabatan

Tumenggung Gunung setingkat dengan jabatan Bupati. Dengan demikian daerah

pos dapat disejajarkan dengan daerah Kabupaten.13

Perkembangan selanjutnya seiring dengan masalah kedaerahan yang

semakin kompleks, Pos-pos Tundha yang telah diganti dengan Kabupaten Gunung

Polisi. Hal ini didasarkan pada kontrak perjanjian pada tanggal 5 Juni 1847 yang

dimuat dalam Staatsblad 1847 No. 30.

Melihat sejarah-sejarah yang terjadi di Kabupaten Klaten seperti di atas, maka

tim penggali hari jadi Kabupaten Klaten memilih tanggal pendirian benteng

Klaten sebagai hari dan tanggal kelahiran Kabupaten Klaten. Hal ini didasarkan

pada peristiwa awal munculnya nama Klaten dalam sumber sejarah (dasar

nomenklatur) dan asas kontinuitas peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di Klaten.

Di samping itu dukungan sumber sejarah tertulis tentang pendirian Benteng

commit to user 13 Ibid., hlm. 25. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31

Klaten juga menjadi dasar dipilihnya tanggal 28 Juli 1804 sebagai hari lahirnya

Kabupaten Klaten dan telah ditetapkan dengan Perda No.12 tahun 2007 tentang

14 hari jadi Kabupaten Klaten.

14 Kantor Pariwisata Kabupaten Klaten dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNS, Studi Penelitian Penelusuran Hari Jadi Kabupaten Klaten, 2005, hlm.commit 104. to user