TEKS AGENG GRIBIG SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIK

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu Kependidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Oleh:

DHUTA KRISNA MURTI

1611100016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN

2020

MOTTO

Ketika kamu sedang bermalas-malasan, ingatlah ribuan pesaingmu sedang

berusaha keras untuk megalahkanmu.

(Fildza Hasnamudia)

Jangan hanya bermimpi. Tapi, tetapkan tujuan kamu.

Mimpi adalah kemungkinan yang mustahil, tetapi tujuan itu nyata.

(Penulis)

v

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua tercinta papah Supriyono, M.Pd., dan mamah Sri Hartami

yang memberikan motivasi dan doa restu sampai selesainya studi ini.

2. Saudaraku tercinta Citra Ayu Mukti dan Fena Chefriyana, Amd.Keb.,

yang selalu memberikan tauladan yang baik pada adiknya.

3. Keponakanku tersayang Bara Nugraheni yang selalu menjadi penghibur

dengan tingkah lakunya yang lucu.

4. Dr. D. B. Putut Setiyadi, M.Hum., dan Drs. Danang Susena, M.Hum., selaku dosen pembimbing, yang selalu sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. 5. Teman-teman PBSI seperjuangan yang selalu memberikan hiburan dan

dorongan.

6. Karyawan dan staf Perpustakaan Universitas Widya Dharma Klaten yang

selalu sabar membantu melengkapi referensi.

7. Almameter kebanggaan Universitas Widya Dharma Klaten.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Teks Kyai Ageng Gribig Sebuah Tinjauan

Semiotik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Kependidikan Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Widya Dharma Klaten.

Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Triyono, M.Pd., selaku Rektor Universitas Widya

Dharma Klaten.

2. Bapak Dr. H. Ronggo Warsito, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Widya Dharma Klaten.

3. Bapak Wisnu Nugroho Aji, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Widya Dharma

Klaten.

4. Bapak Dr. D. B. Putut Setiyadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

vii

5. Bapak Drs. Danang Susena, M.Hum., selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

6. Karyawan dan staf Perpustakaan Pusat Universitas Widya Dharma

Klaten yang selalu membantu melengkapi sumber referensi.

7. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi keluarga besar Universitas Widya Dharma Klaten.

Klaten, 30 Juni 2020

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

PERSETUJUAN ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

SURAT PERNYATAAN ...... iv

MOTTO ...... v

PERSEMBAHAN ...... vi

KATA PENGANTAR ...... vii

DAFTAR ISI ...... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...... xi

ABSTRAK ...... xii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….....……. 1

A. Latar Belakang ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 4 C. Pembatasan Masalah ...... 5 D. Rumusan Masalah ……………………………………………………...... 5 E. Tujuan Penelitian ...……………………………………………………… 6 F. Manfaat Penelitian …...………………………………………………….. 6 G. Penegasan Judul ………………………………………………………..... 7 H. Sistematika Penulisan ………………………………………………..….. 7

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………….………………... 9

A. Pengertian Karya Sastra ...... 9 B. Pengertian Folklor ...... 11

ix

C. Pengertian Legenda ...... 14 D. Pengertian Semiotik ……………………………………………………. 16 1. Pembacaan Heuristik ……..………………………………………... 18 2. Pembacaan Hermeneutik ……..……………………………………. 19 E. Pengertian Nilai Kearifan Lokal …...…………………………………... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………...…….. 24

A. Metodologi Penelitian ...... 24 B. Objek Penelitian ...... 25 C. Data Penelitian ...... 25 D. Sumber Data…………………………………………………….………. 26 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………… 26 F. Teknik Analisis Data……………………………………………………. 27

BAB IV ANALISIS ……………………………...…………….………………. 29

A. Pembacaan Heuristik dalam teks Kyai Ageng Gribig ...... 29 B. Pembacaan Hermeneutik dalam teks Kyai Ageng Gribig ...... 40 C. Analisis Nilai Kearifan Lokal ...... 47

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLEMENTASI ……………………... 56

A. Simpulan ...... 56 B. Saran ...... 57 C. Implementasi ...... 58

DAFTAR PUSTAKA ...... 60

LAMPIRAN ...... 61

x

DAFTAR LAMPIRAN

Cover Buku Kyai Ageng Gribig ...... 62

Identitas buku dan Sinopsis Kyai Ageng Gribig ...... 63

xi

ABSTRAK

Dhuta Krisna Murti. 1611100016. Teks Kyai Ageng Gribig Sebuah Tinjauan Semiotik. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Widya Dharma Klaten. Pembimbing I Dr. D. B. Putut Setiyadi, M.Hum., Pembimbing II Drs. Danang Susena, M.Hum.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui deskripsi dari pembacaan heuristik, hermeneutik, dan nilai kearifan lokal terhadap tanda budaya teks Kyai Ageng Gribig. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik baca, teknik catat, dan teknik pustaka. Objek penelitian ini yaitu teks Kyai Ageng Gribig. Data dalam penelitian ini berupa kata dan kalimat-kalimat dalam teks Kyai Ageng Gribig. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teks Kyai Ageng Gribig. Berdasarkan kajian semiotik dan nilai kearifan lokal terhadap tanda budaya dalam teks Kyai Ageng Gribig, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pembacaan heuristik dapat disimpulkan teks Kyai Ageng Gribig memiliki arti seorang ulama yang mengumpulkan masyarakat untuk mengajarkan agama Islam. Dalam proses analisis, sebelum memaknai teks Kyai Ageng Gribig ditemukan creating, displacing, dan distorting pada kata-kata adzan, timur, dan tumbal. Selain itu ditemukan pula matriks pada teks Kyai Ageng Gribig berupa sebuah pernyataan atau kalimat “Jangan sampai hukuman itu jatuh kepada orang yang tidak bersalah”. Dari pembacaan hermeneutik teks Kyai Ageng Gribig dapat di maknai bahwa seorang ulama yang mencari fakta pada jalan kebenaran. Secara semiosis ditandai dengan judul Kyai Ageng Gribig. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam teks Kyai Ageng Gribig sebagai nilai moral diantaranya adalah nilai pendidikan, nilai tolong menolong, nilai kehati-hatian, nilai bersyukur, nilai kerukunan, nilai religi, dan nilai sosial budaya. Dari ketujuh nilai kearifan lokal yang telah ditemukan dapat digunakan sebagai pengajaran bagi peserta didik dan masyarakat luas.

Kata Kunci: Teks Kyai Ageng Gribig, Semiotik, Nilai Kearifan Lokal

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah hasil angan-angan atau ide dan buah pemikiran manusia

yang direfleksikan menjadi sebuah imajinasi yang nantinya dituangkan

menjadi suatu karya sastra, baik dalam bentuk lisan maupun tulis (naskah),

melalui kata lain sastra merupakan karya seni. Sastra merupakan bagian

dari budaya, karena kebudayaan juga merupakan hasil dari perasaan, ide

dan buah pemikiran manusia, maka sastra merupakan karya seni dari hasil

kreatifitas manusia. Sastra adalah suatu aktivitas kreatif, berbentuk karya

seni (Wellek & Warren, 1989: 3).

Sastra lisan yaitu sastra yang berkembang dalam masyarakat

menggunakan media bahasa dan disebarkan secara turun temurun.

Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaja: 19) di setiap daerah

memiliki cerita lisan yang sampai hari ini masih hidup. Cerita itu memiliki

fungsi sebagai sistem proyeksi yakni sebagai alat pencerminan angan-

angan suatu kolektif, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan

lembaga-lembaga kebudayaan, sebagai alat pendidik anak, dan alat

pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu

dipatuhi anggota kolektifnya. Sastra lisan bertahan secara tradisional dan

bersifat tetap dengan waktu yang cukup lama. Penelitian terhadap sastra

1

2

lisan biasanya tidak terbatas pada cerita saja tetapi juga mengenai - istiadat, kebudayaan, dialek-dialek, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa karena sastra lisan termasuk folklor.

Di Indonesia istilah folklor belum lama dikenal orang dan cabang ilmu pengetahuan yang masih baru. Folklor merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1984: 2).

Kebudayaan dan karya sastra memiliki hubungan yang saling terkait. Karya sastra merupakan hasil budaya, sehingga ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa untuk menyadari kebudayaan dalam masyarakat maka harus dipahami melewati karya sastranya (Ratna, 2011:174).

Cerita rakyat merupakan salah satu warisan tradisi leluhur sebagai upaya untuk memberikan pesan moral yang sangat tinggi nilainya.

Biasanya cerita rakyat di suatu tempat mempunyai hubungan yang kental dengan masyarakatnya. Hal itu disebabkan karena karya sastra produk dari masyarakat atau karya kolektif yang biasanya bercerita tentang pemiliknya. Corak suatu daerah dicerminkan dalam cerita rakyat atau cerita lisan. Salah satu cerita rakyat yang berkembang di wilayah Jatinom,

Kabupaten Klaten yaitu cerita asal-usul nama Kyai Ageng Gribig.

3

Suatu karya sastra mempunyai identitas khas tersendiri untuk membedakan antara karya sastra satu dengan karya sastra yang lainnya.

Hal itu membuat pembaca tertarik untuk membaca karya sastra tersebut, termasuk cerita rakyat. Menurut Danandjaja (1984: 3) karya sastra lisan memiliki ciri khas diantaranya adalah penyebaran dan pewarisannya biasanya secara turun temurun, bersifat tradisional, bersifat kolektif, bersifat anonim yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi, bersifat pralogis yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, dan pada umumnya bersifat apa adanya atau polos. Teks folklor merupakan fenomena budaya yang lahir dari sebuah kolektif budaya. Fenomena budaya teks folklor ditandai dengan pemilihan kata- kata.

Teks Kyai Ageng Gribig banyak menggunakan diksi-diksi kata yang menunjukkan fenomena budaya. Salah satu contohnya Yaqowiyu.

Dalam konteks kesusastraan terutama untuk mencari kata Yaqowiyu harus dianalisis secara tataran bahasa dan dianalisis dengan menggunakan tataran sastra untuk mencari signifikansinya, karena teks Kyai Ageng

Gribig adalah tanda budaya. Teks Kyai Ageng Gribig merupakan tanda budaya maka pendekatan yang digunakan untuk menganalisisnya adalah pendeketan semiotik. Oleh karena itu, pemaknaan terhadap teks Kyai

Ageng Gribig dilakukan dengan pendekatan semiotik yaitu pendekatan dengan analisis sistem tanda. Menurut Riffatere (dalam Susena 2015: 7) pendekatan semiotik dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah

4

pembacaan heuristik disebut sebagai tataran pertama dalam memahami teks karya sastra. Tahap kedua adalah pembacaan hermeneutik pembacaan ini dilakukan untuk memahami signifikansi (makna) karya sastra yaitu makna yang sesungguhnya yang muncul dari bahasa semiotik karya sastra.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Teks

Kyai Ageng Gribig Sebuah Tinjauan Semiotik”. Adapun alasannya adalah beberapa pertimbangan yang mendorong penulis tertarik pada teks sastra tulisKyai Ageng Gribig sebagai bahan penelitian. Pertama, teks sastra lisan

Kyai Ageng Gribig belum diteliti oleh peneliti lain. Kedua, di dalam teks sastra lisan Kyai Ageng Gribig terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang dapat bermanfaat untuk menanamkan nilai pendidikan pada masyarakat.

Kandungan teks yang berupa kearifan lokal menjadi alasan utama mengapa peneliti tertarik menganalisis teks Kyai Ageng Gribig. Alasannya bahwa kearifan lokal merupakan pewarisan kandungan tradisi dengan cara turun-temurun yang didapatkan dari tradisi lisan serta budaya dan dapat dimanfaatkan untuk mengatur kehidupan dalam cakupan berbagai bidang

(Inriani, 2017: 168). Kearifan lokal yang terkandung dalam sastra lisan juga bermanfaat untuk penanaman pendidikan berkarakter. Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik peserta didik agar dapat menentukan keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya (Warsito, 2017: 24).

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan di atas, maka

dapat diklasifikasikan beberapa masalah, di antaranya adalah:

1. Pembacaan heuristik terhadap teks Kyai Ageng Gribig dengan

menggunakan konvensi bahasa.

2. Pembacaan hermeneutik terhadap teks Kyai Ageng Gribig untuk

mencari makna atau signifikansi dengan konvensi sastra

3. Nilai kearifan lokal dalam teks Kyai Ageng Gribig.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, peneliti

memberikan batasan masalah dan fokus pada kajian semiotik dan nilai

kearifan lokal terhadap teks Kyai Ageng Gribig berdasarkan teori semiotik

Riffaterre.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta pembatasan

masalah dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana pembacaan heuristik atau konvensi bahasa terhadap tanda

budaya dalam teks Kyai Ageng Gribig?

6

2. Bagaimana pembacaan hermeneutik atau konvensi sastra terhadap

tanda budaya dalam teks Kyai Ageng Gribig?

3. Bagaimana nilai kearifan lokal dalam cerita teks Kyai Ageng Gribig?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pembacaan heuristik secara referensial teks Kyai

Ageng Gribig.

2. Mendiskripsikan pemaknaan hermeneutik terhadap tanda budaya teks

Kyai Ageng Gribig.

3. Mendeskripsikan nilai kearifan lokal teks Kyai Ageng Gribig yang

dapat digunakan untuk menanamkan nilai pendidikan masyarakat.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi bagi peneliti lain yang juga berminat meneliti sastra dalam

bidang sastra lisan dengan menggunakan pendekatan serupa.

7

2. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjembatani pemaknaan

dan pemahaman pembaca dalam bidang kesusastraan, khususnya

penelitian semiotik terhadap sastra lisan.

G. Penegasan Judul

Agar tidak terjadi salah paham mengenai judul, maka peneliti

memberikan penjelasan antara lain:

1. Teks Kyai Ageng Gribig

Teks Kyai Ageng Gribig merupakan salah satu cerita rakyat

yang berupa legenda berasal dari Kecamatan Jatinom Kabupaten

Klaten.

2. Semiotik

Semiotik (kadang-kadang juga dipakai istilah semiologi) adalah

ilmu yang sistematik untuk mempelajari tanda-tanda dan lambang-

lambang (semion, bahasa Yunani = tanda), sistem-sistem lambang dan

proses-proses perlambangan. Dengan demikian ilmu kebahasaan dapat

dinamakan ilmu semiotik (Luxembrug, 1984:44).

8

H. Sistematika Penulisan

Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman mengenai isi dari

penelitian ini, maka peneliti memberikan sistematika penulisan.

Sistematika dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

BAB I. Pendahuluan berisi Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Penegasan Judul, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Landasan Teori berisi Pengertian Karya Sastra, Pengertian

Folklor, Pengertian Legenda, Pengertian Semiotik dan Pengertian Nilai

Kearifan Lokal.

BAB III. Metodologi Penelitian, berisi Metodologi Penelitian, Objek

Penelitian, Data Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan

Teknik Analisis Data.

BAB IV. Pembahasan, Analisis Heuristik, Analisis Hermeneutik, dan Nilai

Kearifan Lokal dalam Cerita Kyai Ageng Gribig.

BAB V. Penutup, berisi Kesimpulan, Saran, dan Implementasi.

BAB V

SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLEMENTASI

A. Simpulan

Dari hasil pembacaan heuristik dapat disimpulkan bahwa teks Kyai

Ageng Gribig memiliki arti seseorang yang mempertahankan kekuasaannya dalam mempertahankan keutuhan kerajaan untuk menyebarkan agama Islam.

Dari pembacaan hermeneutik teks Kyai Ageng Gribig dapat dimaknai bahwa seorang ulama yang membuktikan adanya jalan kebenaran. Secara semiosis ditandai dengan judul Kyai Ageng Gribig. Dalam proses analisis, sebelumnya memaknai teks Kyai Ageng Gribig ditemukan creating, displacing, dan distorting pada kata kyai, syeh, adzan, ramuan, tumbal, dan pasar malam. Selain itu ditemukan matriks teks Kyai Ageng Gribig berupa

“Jangan sampai hukuman itu jatuh kepada orang yang tidak bersalah.”

Selain analisis semiosis peneliti juga menemukan nilai kearifan lokal.

Nilai kearifan lokal dalam teks Kyai Ageng Gribig terdapat nilai yang beragam, tetapi banyak ditujukan kepada nilai-nilai moral. Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam teks Kyai Ageng Gribig antara lain adalah nilai pendidikan, nilai tolong menolong, nilai kehati-hatian, nilai bersyukur, nilai kerukunan, nilai religi, dan nilai sosial budaya.

55

56

B. Saran

Penelitian ini jauh dari kata sempurna, perlu tindak lanjut yang lebih mendalam. Penulis berharap adanya tindak lanjut dari peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan mengungkapkan makna semiotik lain dari teks ini. Teks Kyai Ageng Gribig ini masih memiliki potensi untuk diteliti secara semiotik. Penulis juga berharap penelitian ini menjadi sumber wawasan dalam memahami karya sastra khususnya teks Kyai Ageng Gribig. Penelitian ini juga dapat memberikan motivasi dan masukkan dalam meneliti karya sastra lain sehingga dapat memunculkan penelitian-penelitian baru khususnya bagi peneliti lainnya.

C. Implementasi

Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Pengamalan syariat agama (Islam) berdasarkan hasil penelitian

menjadi dasar dan bahan untuk pengajaran di sekolah atau pengajaran bagi

masyarakat banyak. Menyebar apem maknanya Allah menyebar ampunan.

Oleh karena itu, permohonan ampunan kepada Allah kapanpun dan di

manapun. Ajaran semacam ini harus ditanamkan kepada masyarakat

semenjak usia dini. Di dunia pendidikan ajaran ini harus disampaikan pada

peserta didik. Dalam dunia pendidikan banyak tanda semiosis yang

merupakan gejala budaya yang harus dijelaskan maknanya pada para

peserta didik. Contohnya kata guru secara heuristik pendidik sedangkan

57

secara signifikansinya guru adalah digugu lan ditiru (filosofi Jawa) menjadi teladan sesuai dengan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara, bahwa guru itu ing ngarso sung tulodo (bahwa guru harus di depan dan diteladani). Kata buku secara heuristik kumpulan kertas yang ada tulisannya dan dapat dibaca. Secara hermeneutik buku adalah jendela dunia. Sementara itu nilai-nilai yang lain seperti nilai pendidikan, nilai tolong menolong, nilai kehati-hatian, nilai bersyukur, nilai kerukunan, nilai religi, dan nilai sosial budaya, dapat menjadi bahan ajar dan dapat menjadi bahan pengajian bagi masyarakat. Utamanya nilai-nilai itu harus diaplikasikan dalam kehidupan dan harus dilakukan dengan keteladanan.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia. Jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Daniah. 2016. “Kearifan Lokal (Lokal Wisdom) Sebagai Basis Pendidikan Karakter”. Jurnal Pendidikan. Vol.5 No.2 (2016).

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: University Press

Fauziah, Windy Putri, Soedjijono. 2018. “Nilai Kearifan Lokal dan Budaya dalam Legenda Prigen”. Jurnal Insprirasi Pendidikan. 8 (1), 84-93, 2018.

Inriani, Kethy. 2017. “Nilai Kearifan Lokal Dalam Legenda Cerita Rakyat Muntok: Sebuah Kajian Pendidikan Karakter”, in Seminar Bahasa dan Sastra, 2017, pp. 167-177.

Ismawati, Esti dan Warsito. 2019. Kearifan Lokal Jawa dalam Wedhatama. Yogyakarta: Gambang Buku Budaya.

Luxemburg, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia

Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi (Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

58

59

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Bebebrapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rafiek. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rudito, Bambang, Danang Susena dan Wasana. 2009. Folklor Transmisi Nilai Budaya. Jakarta: Indonesia Center Sustainable Development.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Susena, Danang. 2015. Hikayat Sultan Ibrahim Ibn Adham. Padang: SURI Institute for Conservation.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Remaja

______. 1991. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Warsito, Ronggo, Sri Anitah Wiryawan, Mulyoto, Asrowi dan Isnaini Nurrahmah. 2017. Pendidikan Karakter. Klaten: UNWIDHA Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh

Melani Budianta). Jakarta: PT Gramedia.