KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT HAJI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

M. FADEL PREMELDY NIM: 11140450000023

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1440 H/2019 M KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT HAЛ AGUSSALIM

Skripsi

Dttukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untulc inemenuhi salah satu syarat mcmperoleh Gelar Sγ jana Hukum(S.H)

01ch:

■/1.FADEL PREPIELDY NIPI:11140450000023

Pembimbing

1995031001

PROGRAⅣ ISTUDI HUKUⅣ ITATA NEGARA

FAKULTASSYARIAH DAN ⅡUKUM UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAⅡ JAKARTA 1440H/2018M

〕 PENGESAHAN PANITIA UЛ AN

Skripsi bく 珂udul “KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT Ho AGUS SALIM"telah dttikan ddaln Sidang Mllnaqasyah Fakultas Syariah dan Hulem Universitas lslam Negeri(UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta pada hり i Kallnisj tangga1 17 Januari 2019 M/1l Jllmadil Awal 1440 H. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolch gelar Sttana Hukum(SH)pada Prograln Studi Hukurn Tata Negara(SiyaSah)

Jrakarta,17 Januari 2019 M/ 1 l Jullladil A、 val 1440 11

2161996031001

PANITIA UЛ AN MUNAQASYAH

1.Ketua Dr.Hi.Maskufa、 MA NI]P.196807031994032002

ヽ 2. Sekretaris Sri Hidavatis M.Ag NIP。 197102151997032002 3. Pembimbing Dro Ho M[uiar lbnu Svarit SH..lⅥ .Ag NIP。 197112121995031001 4. PenguJl l Dr.KhalnaFni Zada,SH.MA NIIP。 197501022003121001 5. PenguJ1 2 Atep Abdurroflqぅ M.Si NIP。 19770317200501 1010 LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang saya

ajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu, yakni Sarjana

Hukum (SH) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber referensi yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan karya saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,18 Dcsernber 2018

/ /

:

ABSTRAK

M. Fadel Premeldy NIM 11140450000023. KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT HAJI AGUS SALIM. Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 1440 H/ 2018 M. 71 Halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Kebangsaan dan Kenegaraan dalam perspektif H .Agus Salim. Sehingga nantinya akan di simpulkan apa itu konsep kebangsaan dan kenegaraan dalam perspektif pemikiran H. Agus Salim.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan dilakukan dengan penelitian studi pustaka. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada dua macam. Pertama, data primer dalam penelitian ini adalah 100 Tahun Haji Agus Salim dan Pesan-pesan Islam. Kedua, data sekunder, segala jenis bentuk publikasi H. Agus Salim, baik itu buku-buku, artikel-artikel maupun jurnal-jurnal. Analisis data menggunakan analisis isi (Conten analysis). Dengan mengkategorisasikan data-data, dan dideskripsikan.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep Negara Islam menurut Haji Agus Salim adalah berfokus pada Pan-Islamisme, dan Konsep kebangsaan menurut Haji Agus Salim adalah Nasionalisme Islam.

Kata Kunci: Kebangsaan, Kenegaraan, pan Islamisme.

Pembimbing :Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, SH,MA

Daftar Pustaka :1952-2017.

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, karunia dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT H.AGUS SALIM” Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis telah mendapatkan banyak motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu sudah sepantasnya, jika penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.H Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta staf dan jajaran. 2. Ibu Dr. Hj Maskufa, MA, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara. 3. Bapak Dr. H Mujar Ibnu Syarif, SH, MA, yang telah membimbing penulis dengan kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Pempinan dan seluruh Karyawan perpustakaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Teman-teman KKN AKBK 131 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi kepada penulis 7. Kedua orang tua yang telah mendorong penulis supaya penulis cepat menyelesaikan skripsi. 8. Rekan-rekan Mahasiswa Hukum Tata Negara angkatan 2014.

ii

Semoga segala amal baik dan jasa yang telah diberikan kepada penulis mendapat ganjaran dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Semoga kita semua berada dalam kasih sayang Allah SWT. Amin.

Ciputat, 17 Januari 2019

M. Fadel Premeldy

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Studi Terdahulu ...... 7 E. Metode Penelitian...... 8 F. Sistematika Penulisan ...... 10 BAB II KERANGKA TEORI ...... 11 A. Konsep Kebangsaan ...... 11 B. Konsep Kenegaraan ...... 13 C. Konsep Negara Islam ...... 17 BAB III TINJAUAN UMUM BIOGRAFI DAN KIPRAH H AGUS SALIM DALAM PARTAI ...... 20 A. Tinjauan Umum Biografi H Agus Salim ...... 20 a) Latar Belakang Keluarga...... 20 b) Latar Belakang Pendidikan ...... 22 c) Karir Politik Agus Salim ...... 25 d) Karir Agus Salim Sebagai Diplomat ...... 30 e) Karya-Karya Agus Salim ...... 31 B. Kiprah H Agus Salim Dalam Partai Sarekat Islam ...... 33 a) Perkembangan Partai Sarekat Islam ...... 33 b) Bergabungnya Agus Salim Dalam Sarekat Islam ...... 41 c) Kiprah Agus Salim Dalam Sarekat Islam ...... 42 d) Perpecahan Dalam Sarekat Islam ...... 45

iv

BAB IV KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT HAJI AGUS SALIM ...... 52 A. Konsep Kebangsaan ...... 52 B. Konsep Kenegaraan ...... 56 BAB V PENUTUP ...... 65 A. Kesimpulan ...... 65 B. Saran ...... 66 DAFTAR PUSTAKA ...... 67

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara faktual, usia kemerdekaan telah mencapai lebih dari enam dekade. Dengan usia kemerdekaan yang demikian panjang, Nasionalisme Indonesia yang menjadi modal penggerak menuju kemerdekaan hingga hari ini belum juga sepenuhnya terbangun dengan kokoh. Tantangan yang dihadapi indonesia sebagai sebuah negara bangsa ( nation-state) dari waktu ke waktu semakin kuat dan kompleks.1

Bangsa Indonesia yang merdeka sebenarnya juga menghadapi krisis kebangsaan yang sangat serius karena persoalan kenegaraan dan kebangsaan tidak terkelola dengan baik sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu untuk mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia.2

Sejarah lahirnya gagasan bangsa dan nasionalisme yang diambil dari kesadaran akan bahasa seperti di Jerman pada awal abad ke-16 dan kesamaan nasib seperti yang terjadi di Indonesia adalah gagasan yang diambil dari ide- ide dan peristiwa yang sepenuhnya bersifat keduniawian atau sekuler. Dengan begitu, konsekuensi dari hal ini semestinya loyalitas suatu bangsa disandarkan kepada otoritas sekuler dalam hal ini adalah negara. Tetapi, di Indonesia konsep bangsa dan nasionalisme ini sudah mendapatkan perlawanan yang berarti. Ini dimulai dari perdebatan di sidang BPUPKI antara kelompok Islam dan nasionalis.3

Tahun 1945-1950 merupakan fase dimana bangsa indonesia berada pada tahap awal. yaitu tahap bagaimana indonesia harus mempertahankan kemerdekaan serta mampu menjadi sebuah negara yang mandiri tebebas dari

1 Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan , Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia sebuah tantangan (Jakarta : LIPI Press, 2011), h.1 2 http://www.nabilfoundation.org/artikel/20/negara-bangsa-dan-globalisasi-, diakses pada tanggal 16 maret 2018 3 Dalam koran sindo edisi 23 november 2016

1

2

penjajahan bangsa asing. Bangsa indonesia menempuh jalan dengan dua cara dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu perjuangan diplomasi dan perjuangan bersenjata.4

Penjajahan Belanda menyebabkan kehidupan rakyat Indonesia porak- poranda. Penjajahan juga mencekik serta menyumbat vitalitas dan sumber kesejahteraan bangsa Indonesia. Struktur rohani bangsa berubah, dan keperibadiannya hancur. Belanda secara sengaja membodohi rakyat, dan persaudaraan bangsa di pecah dengan politik.

Salah satu yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia untuk mensejahterakan pribumi adalah melalui politik etis. Pemerintah Belanda berpedoman pada tiga aspek : edukasi, irigasi dan emigrasi. Dengan menerapkan tiga prinsip ini diharapkan orang indonesia dapat menjalankan peran aktif dalam masa depan politik, ekonomi dan sosial.5

Didorong oleh pengaruh yang datang dari dalam dan luar Belanda serta akibat dari perkembangan di Indonesia, akhirnya Belanda memainkan politik etis yang secara resmi dimulai pada tahun 1901.6

Pembaharuan politik adalah kata kunci politik etis. Belanda sangat mengharapkan adanya suatu perubahan masyarakat indonesia yang cepat dan memberi dampak pada kesejahteraan pribumi. Di bidang pendidikan, belanda dengan politik etisnya banyak mendirikan sekolah formal bagi bumi putera. Pendidikan formal ini banyak memberi pengaruh terhadap nilai budaya indonesia terutama dipelopori oleh kalangan terpelajar.

Para pelajar dan tokoh masyarakat yang sadar serta mengetahui nasib masyarakat mulai berpikir untuk melepaskan diri dari penjajahan bangsa

4 Sudyo, Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2002), h.112 5 Robert Van Niel, Munculnya Elite Modern Indonesia, Terj. Zahara Deliar Noer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), h.102 6 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit,(Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), h.55 3

asing, inilah untuk pertama kalinya benih-benih Nasionalisme mulai tumbuh dikalangan kaum intelektual indonesia.7

Namun bentuk Nasionalisme Indonesia pada mulanya masih merupakan Nasionalisme kultural dan masih terbatasnya perhatian pada usaha peningkatan kesejahteraan rakyat serta belum mengangkat masalah politik.8

Dengan adanya gerakan Nasional pada dekade pertama abad 20-an, para pribumi mulai berjuang menentang kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia. Dalam upaya nasionalistik ini, islam memainkan peran yang amat menentukan. Sebagaimana dicatat oleh para pengkaji nasionalisme Indonesia, islam berfungsi sebagai mata rantai yang menyatukan rasa persatuan Nasional menentang kolonialisme Belanda.9

Di saat-saat rakyat indonesia bahu membahu merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah dengan mengangkat senjata, ada juga para pahlawan Indonesia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi sebuah seni dan praktik bernegosiasi dengan seseorang.

Diantara Tokoh yang berjuang melalui jalan diplomasi adalah Haji Agus Salim. Agus Salim adalah pemimpin Sarekat Islam (SI) yang berasal dari Sumatera Barat. Seperti telah diketahui secara umum, bahwa setiap keluarga di Sumatera Barat sejak kecil telah menanamkan dasar-dasar ke Islaman yang kuat bagi putra-putrinya, termasuk H. Agus Salim sendiri.

Agus Salim merupakan tokoh sebelum kemerdekaan yang memainkan peranan penting dan ikut dalam perjuangan melawan penjajah dengan politik. Setelah Indonesia merdeka, Agus Salim menunjukan eksistensinya dengan masuk ke pemerintahan. Sebelumnya beliau banyak menghabiskan waktu di

7 Badri Yatim, Soekarno Islam Dan Nasionalisme (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 17-18 8 Anthony Reid “jejak Nasionalis Indonesia Mencari Masa Lampaunya” Dalam Anthony Reid dan David Marr,Dari Hingga (Indonesia dan masa Lampaunya), (Jakarta, Grafitty pers, 1983) t.h 9 Bahtiar Effendy, Islam Dan Negara Transformasi Gagasan Dan Praktik Politik Islam Di Indonesia, (Jakarta : Democracy Project, 2011), h. 69 4

luar Negeri. Setelah proklamasi kemerdekaan dibentuklah kabinet oleh Presiden Soekarno, namun Agus Salim tidak duduk sebagai anggota.10

Agus salim adalah seorang tokoh nasionalis-Islamis yang telah banyak membantu Negara Indonesia untuk merebut kemerdekaan bangsa ini dari bangsa asing. Agus salim di anugerahi kecerdasan yang mumpuni. Beliau dikenal dengan pemikiran Islam nya.ada beberapa pikiran Agus Salim yang dia sampaikan di universitas cornell, New York tentang Islam kepada mahasiswa non-muslim. Diantaranya konsep negara islam. Menurut Agus Salim yang saat itu yang menjadi khalifah adalah Negara Turki, dimulai dari pemberontakan golongan Turki muda yang disusul oleh pempinan dari gerakan persatuan. Gagasan khalifah yang menguasai seluruh dunia islam, menurut Agus Salim itu hanya fiksi atau khayalan belaka, dia berpandangan bahwa terlepas dari gerakan kekhalifahan yang fiktif itu dengan tujuan lebih mengakrabkan hubungan sesama muslim di Negara Islam.11

Di tahun 1924, terjadi pergantian kekuasaan di Turki. Kaum nasionalis di bawah pimpinan Mustafa Kemal Attaurk selanjutnya memegang tampuk pemerintahan. Dan, kebijakan baru yang dijalankan adalah penghapusan sistem pemerintahan berdasar Islam serta menghapus sistem Kekhalifahan.12

Dalam pemikiran ideologi, Agus Salim menolak konsep-konsep kapitalisme, komunisme (sosialisme marxis) dan nasionalisme sekuler (duniawi). Menurut beliau semua itu dasarnya bersumber dari paham materialisme yang dikembangkan oleh dunia Barat dalam rangka mengganti kesetiaan tertinggi bukan pada ajaran agama, melainkan pada bangsa. Sebagai alternatif ia menyodorkan paham sosialisme Islam yang mengajarkan bahwa semua pihak akan menikmati kebahagiannya, yaitu bagi yang bemodal besar

10 Solichin Salam, Haji Agus Salim: Hidup dan perjuangannya, (Jakarta: Djaja Murni, 1961, h.135-136 11 Hadji Agus Salim,pesan-pesan Islam Rangkaian Kuliah Musim Semi 1953 di Amerika Serikat (Jakarta: Mizan, 2011), h.288-289 12 Hadji Agus Salim,pesan-pesan Islam Rangkaian Kuliah Musim Semi 1953 di Cornell University Amerika Serikat ( Jakarta: Mizan, 2011),, h.291 5

harus membantu yang lemah atau tidak mampu. Beliau mengatakan tujuan Islam yaitu persamaan manusia, keadilan, yang sempurna dan ikhtiar serta usaha bersama, kebajikan orang bersama.

Pemikiran Agus Salim tentang perjuangan untuk mencapai pemerintahan sendiri atau memperoleh kemerdekaan, menurutnya kemerdekaan itu tergantung kepada usaha rakyat bumiputera. Agus Salim menolak pendapat yang statis yaitu menunggu saja kemerdekaan yang akan diberikan oleh bangsa kolonial Belanda. Bangsa yang hendal mencapai kemerdekaannya yang hendak menurut kekuatan dan kecakapan akan berdiri sendiri, tak harus senantiasa menadahkan tangan menantikan pemberian orang saja, melainkan harus menggerakkan segala tenaganya dan berusaha dengan sekuat-kuatnya. Sebelum kita membuktikan bahwa kita kuat dan pandai mengihtiarkan segala keperluan kita sendiri, tidaklah layak kita peroleh kemerdekaan akan berdiri sebagai bangsa sendiri.13

Dalam Hindia Baroe No.258 menjelaskan tentang “Jong Java dan Islam” terlihat bahwa anak-anak Belanda menaruh perhatian kepada agama islam. Perhatian itu searah dengan tujuan berdirinya organisasi pemuda itu, sebab semangat para pemuda itu berdirinya suatu bangsa bergantung kepada keteguhan dan keikhlasan manusia.14

Mengenai konsep kebangsaan menurut Agus Salim, dalam harian Fadjar Asia, 18 agustus 1928 mengatakan bahwa cinta tanah air beliau berkaca pada masa lampau, bahwa rasa cinta bangsa dan tanah air di eropa disebabkan oleh nasionalisme yang tidak agresif dan agus salim mengatakan bahwa nasionalisme timur itu tidak serang-menyerang. Dalam kontek indonesia, nasionalisme indonesia menurut agus salim yang hidup dan bertuhan dan mereka itu hidup tujuannya adalah berbakti kepada tuhan.

13 , Djedjak Langkah Haji Agus Salim, (Jakarta: Tinta Mas, 1995), h. 18 14 Harian Hindia Baroe 9 januari 1925 dalam 100 Tahun Haji Agus Salim, (Jakarta: PT .Sinar Agape Press, 1984), h. 292 6

Bagi Agus Salim hal ini mutlak karena Nasionalisme yang hanya sebatas tanah, air dan Negara adalah nasionalisme sempit dan Islam sangat kecil kalau hanya untuk membela yang demikian. Islam bagi Agus Salim adalah pembebasan dari semua bentuk penjajahan akal dan jasad yang dia yakini hanya dengan Islam kita akan mengenal dunia yang penuh dengan kedamaian. Pertemuannya dengan Tokoh-tokoh Islam Mesir, Palestina, Irak, dan lainnya menjadikan Agus Salim tahu bagaimana meletakkan nasionalisme yang begitu luas menjangkau seluruh Negara. Nasionalisme pada intinya adalah membela hak-hak kehidupan bumi yang adil demi menggapai cita-cita akhirat yang kekal. Sehingga Agus Salim memahami jika di bumi lain ada manusia yang ditindas sebagaimana Indonesia pernah ditindas maka membela Negara lain yang tertindas adalah bentuk Nasionalisme. Dan Mesir, Irak, Palestina sudah membela Indonesia kala menuju kemerdekaan dan hal tersebut sebagai bentuk Nasionalisme mereka.15

B. Pembatasan dan Perumusan masalah

Untuk lebih mefokuskan pembahasan, maka penulis hanya membatasi penulisan ini mengenai konsep kebangsaan dan kenegaraan menurut Haji Agus Salim.

Mengacu pada pembatasan permasalahan diatas, maka permasalahan yang akan menjadi objek penelitian penulis merimuskannya sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Negara Islam menurut Haji Agus Salim? 2. Bagaimana Konsep Kebangsaan menurut Haji Agus Salim?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui pemikiran Negara Islam menurut Haji Agus Salim. b. Mengetahui Konsep Kebangsaan menurut Haji Agus Salim..

15 Panitia Peringatan buku, 100 Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: PT .Sinar Agape Press,1984), h.292 7

2. Manfaat Penelitian a. Menambah khazanah keilmuan tentang pemikiran Haji Agus Salim. b. Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa yang ingin mengkaji tentang pemikiran tokoh.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan kepustakaan terdahulu, penulis mendata beberapa penelitian terhadap skripsi yang mempunyai kaitan dengan judul skripsi ini :

Pertama, karya Nur Iman yang berjudul Pemikiran Agus Salim Tentang Islam, karya ini adalah karya mahasiswa program studi S1 program studi pendidikan sejarah universitas Negeri Semarang tahun 2006. Fokus kajian ini adalah membahas mengenai latar belakang kehidupan H. Agus Salim dan kondisi umat islam Indonesia pada paruh abad 20 dan kondisi pendidikan umat islam di abad 20 dan juga membahas tentang masa muda dan masa pergaulan H.Agus Salim selain itu membahas juga tentang pandangan H.Agus Salim tentang politik, jihad, sosialisme, pan Islamisme dan beberapa pemikiran yang lain.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa sajakah yang melatar belakangi pemikiran Haji Agus Salim tentang Islam ? Bagaimana pemikiran Haji Agus Salim tentang Islam ? Bagaimanakah upaya Haji Agus Salim dalam mewariskan gagasan Islam-nya ? Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk berusaha membaca kembali sosok seorang aktor sejarah pada dimensi pemikirannya yang telah secara langsung ikut berperan dalam panggung sejarah bangasa Indonesia, terutama fenomena pemikirannya tentang Islam.

Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa Haji Agus Salim adalah pemikir dan intelektual Islam yang reflektif dan progresif. Dia dihadapkan pada suatu pilihan yang relatif dilematis untuk menampilkan Islam di jamannya. 8

Kolonialisasi di Indonesia yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, telah secara politis menciptakan jurang pemisah nilai-nilai universal Islam dengan nilai- nilai modernitas yang berkembang di Barat. Di lain pihak sikap para ulama tradisional yang kaku dan diliputi alam pikiran sempit dirasakan kurang berarti dalam mengimbangi kemajuan jaman.

Kedua, skripsi karya Rahmat Baniam yang berjudul kiprah politik Haji Agus Salim dalam sarekat islam (1915-1940). Karya ini adalah karya mahasiswa S1 jurusan sejarah dan kebudayaan Islam UIN . skripsi ini membahas tentang kiprah politik H.Agus Salim di sarekat islam, dimulai dari sejarah berdirinya sarekat islam, bergabungnya H.Agus Salim di sarekat islam dan politik apa saja yang diperankan agus salim dalam sarekat islam.

Pokok dari penelitian skripsi ini adalah menitik beratkan kepada upaya Agus Salim dalam meredam kolonialisme Belanda seta sikap politik kepada instansi ataupun organisasi yang berbeda ideologinya serta dampak dari sikap politik itu.

Penelitian-penelitian yang dilakukan diatas membahas lebih dominan kepada upaya H Agus Salim dengan langkah politiknya dapat meredam kolonialisme Belanda.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Sebab penelitian- penelitian sebelumnya tidak focus pada konsep kebangsaan dan kenegaraan dalqm perspektif H Agus Salim. Penelitian ini menampilkan konsep kebangsaan dan kenegaraan dalam perspektif H Agus Salim untuk kemudian didapati analisis konsepnya.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data 9

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Untuk mengetahui pengertian penelitian kualitatif ini perlu kiranya mengemukakan teori menurut Bogdan dan taylor, yang mendefenisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari perilaku orang yang dapat diamati.16

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan Data dilakukan menggunakan cara Library Research atau studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau permasalahan yang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, thesis dan disertasi, peraturan- peraturan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik pengumpulan data di skripsi ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumber pertama atau pokok. Data Primer yang penulis gunakan adalah karya tulis Haji Agus Salim.

b. Data Sekunder

Adalah data penunjang yang digunakan untuk mendukung atau menguatkan data primer, meliputi buku, jurnal, Koran, majalah dan lain-lain yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3. Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian dalam analisa data adalah deskriptif, historis dan analisis. Deskriptif adalah pemaparan atau

16 Lexi J.Maleong,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT Remaja iskadarya, 2000),h.3 10

penggambaran atas data secara jelas. Historis adalah menguraikan sejarah hidup tokoh mulai dari sosial-budaya kehidupan, karakter, pemikiran, sehingga dapat diketahui secara jelas tujuan dan latar belakang terciptanya sebuah karya dari tokoh tersebut. Analisa adalah menyelidiki terhadap suatu peristiwa baik berupa karangan, perbuatan maupun pemikiran untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini adalah Haji Agus Salim.

4. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku panduan penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh fakultas syariah dan hukum tahun 2017. F. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini, penulis membagi menjadi V BAB. Yang masing- masing bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud penelitian ini. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :

Bab I, Pendahuluan. Pada bab ini dibahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Tinjauan Umum Biografi H Agus Salim. Bagian ini berisi latar belakang keluarga H Agus Salim, latar belakang pendidikan H Agus Salim, karir H Agus Salim dan karya H Agus Salim.

Bab III, berisi tentang kiprah politik H Agus Salim di sarekat islam.yaitu perkembangan partai Sarekat Islam sampai tahun 1930-an, bergabungnya H Agus Salim dalam partai Sarekat Islam, kiprah H Agus Salim dalam Partai Sarekat Islam, perpecahan di tubuh Sarekat Islam

Bab IV, Berisi tentang analisis pemikiran Haji Agus Salim yang terdiri dari konsep negara islam, kensep kebangsaan dan konsep kenegaraan

Bab V, P enutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran. BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Kebangsaan

Kata bangsa dapat disandingkan dengan kata bahasa Inggris nation yang berasal dari bahasa latin nation yang berarti kelahiran. Asal, kelompok manusia dari keturunan yang sama. Konsep bangsa dan Negara berkembang secara intens terjadi di Eropa pada abad ke-19.

Proses perkembangan bangsa dan Negara di Eropa dimulai setelah perjanjian perdamaian Westphalia pada tahun 1648, Revolusi perancis dan unifikasi Negara-negara feodal. Perancis sebagai sebuah Negara kerajaan berkembang menjadi rezim imperium absolutistic yang menimbulkan Revolusi Perancis pada tahun 1789. Dampak Revolusi Perancis memunculkan liberalisme, demokrasi, parlementarisme dan gerakan unifikasi kearah pembentukan suatu Negara kesatuan.

Wawasan kebangsaan yang dimanifestasikan dalam Negara bangsa mempunyai rumusan yang spesifik sesuai dengan latar belakang historis bangsa itu. Setelah revolusi, Perancis dianggap manifestasi kehendak bersama. Negara dianggap pula sebagai lembaga perjuangan cita-cita yang terungkap sebelum revolusi.

Ernest Renan mendefenisikan bangsa sebagai satu jiwa semangat persamaan dan persaudaraan , satu kehendak untuk bersatu. Perkembangan di Jerman juga mendukung konsep kebangsaan di Jerman memakai ide tentang roh bangsa, roh rakyat. Konsep bangsa merujuk kepada adanya kesamaan unsur karakteristik demografis seperti ras, bahasa dan wilayah.

11

12

Bangsa merupakan fenomena yang kompleks bersifat multidimensional, menyangkutr adanya kesamaan aspek psikologis untuk hidup sebagai satu bangsa.1

Dalam perkembangan suatu bangsa terdapat berbagai macam teori yang merupakan bahan perbandingan bagi para pendiri negara untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Bangsa pada hakikat nya adalah merupakan penjelmaan dari sifatkodrat manusia tersebut dalam merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaan. Manusia memebentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi kodrat nya yaitu sebagia individu dan makhluk social. Teori kebangsaan itu adalah :

1. Encyclopedia Britannica

Nasionalisme adalah keadaan jiwa dimana individu merasa bahwa setiap orang memiliki kesetiaan dalam keduniaan (sekuler) tertinggi kepada Negara kebangsaan.2

2. L. Stopoddard

Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan yang dianut oleh semua manusia sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan3

3. Hans Kohn

Hans Kohn sebagai seorang ahli antropologi etnis mengemukakan teorinya tentang bangsa bahwa bangsa itu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir-anasir serta akar-akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah. Dewasa ini nampaknya teori kebangsaan yang mendasarkan ras, bahasa,

1 Midian Sirait, Paham Kebangsaan Indonesia ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h.1-2 2 Encyclopedia Britannica, The University Of Chicago, h. 851 3 L.Stoddard, Dunia Baru Islam, h.137 13

serta unsur-unsur lain yang sifatnya primordial ini sudah tidak mendapat tempat di kalangan bangsa-bangsa di dunia.4

4. Ernest Renand

Perasaan butuh akan sesama manusia atau suatu kesamaan perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu. Ernest Renan menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa adalah kejayaan dan kemuliaan di masa lampau, suatu keinginan hidup bersama baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang, serta penderitaan-penderitaan bersama.5

5. Teori Geopolitik Frederich Ratzel

Dikembangkan oleh Frederich Ratzel dalam bukunya Political Geograpy, teori ini mengungkapkan antara wilayah geografis dengan bangsa itu adalah suatu organisme yang hidup.6

B. Teori Kenegaraan

Negara merupakan konsep yang paling penting dalam ilmu politik. Negara selalu menjadi wilayah kajian karena di sana terdapat pergulatan politik dan kekuasaan yang paling mudah untuk dilihat dan dikenali. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik.7

Negara adalah suatu badan atau organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan untuk kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi, menyejahterakan masyarakat yang dinaunginya. Sedangkan menurut istilah negara atau "state" berasal dari bahasa Latin status (stato dalam bahasa Itali, estat

4 Badri Yatim, Soekarno Islam Dan Nasionalisme,(Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h.60 5 Badri Yatim, Soekarno Islam Dan Nasionalisme,(Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h.61 6 Badri Yatim, Soekarno Islam Dan Nasionalisme,(Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h 62 7 Abu Bakar Abyhara, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm. 229. 14

dalam bahasa Perancis dan state dalam bahasa Inggris).8 Miriam Budiardjo mendefinisikan negara sebagai suatu organisasi yang dalam suatu wilayah yang dapat memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.9

Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang diberi kekuasaan yang bersifat memaksa.10

1. Unsur-Unsur Negara a. Rakyat

Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

b. Wilayah

Secara mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan (wilayah darat), perairan (wilayah laut) dan udara (wilayah udara).11

c. Pemerintahan yang berdaulat

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan Negara. Pemerintah mengenakan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Pemerintah

8 Ahmad Syafi'i Maarif, Islam dan Cita-cita dan Masalah Kenegaraan, Jakarta: LP3ES, 1985,h.12 9 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1984, hlm. 38. 10 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1984, hlm 40 11 Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, hlm. 45 15

yang menetapkan, menyatakan dan menjalankan kemauan individu- individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut Negara.12

2. Macam-Macam Bentuk Negara a. Negara Monarki

Istilah monarki berasal dari bahasa Yunani, monos yang berarti satu, dan archein yang berarti pemerintahan. Monarki merupakan jenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pengusaha atau raja. Suatu negara disebut dengan negara monarki/ kerajaan, jika dalam sebuah negara tersebut kepala negaranya dipimpin oleh seorang raja/sultan/kaisar yang berasal sari garis keturunan keluarga penguasa. Raja tersebut akan berkuasa seumur hidup kecuali atas keinginan sendiri mengundurkan dirinya sendiri. Raja diangkat dan diturunkan atas kehendak diri dan keluarganya saja. Rakyat sama sekali tidak dilibatkan dalam penentuan pemimpinya.13 Sistem monarki dapat dibagi menjadi dua. Monarki mutlak dan monarki konstitusional. Monarki mutlak adalah suatu negara yang mempunyai raja dan raja tersebut memegang kekuasaan penuh dalam memerintah negaranya.14

b. Negara Otoriter

Negara otoriter adalah negara yang kekuasaan politiknya terkonsentrasi oleh satu orang/ golongan ideologi tertentu secara terus menerus. Otoritarianisme biasa disebut sebagai bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya kepada negara atau pribadi tertentu, tanoa mengahrgai derajat dan hak orang banyak. Sistem ini biasanya menetang bentuk-bentuk demokrasi, karena secara umum, kekuasaan politiknya diperoleh juga bukan melalui mekanisme demokrasi dan pemilihan umum, namun umumnya melalui kudeta.

12 Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, hlm.47 13 Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekularisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015, h.73 14 Hotma P. Sibuea, Ilmu Negara, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014 ,h.182 16

negara otoriter mereka menghindari komunikasi dua arah saling berdiskusi dan menanggapi dalam model demokrasi akan dihindarkan.15

c. Negara Demokrasi

Secara etimologi kata demokrasi berasal dari bahaya yunani (demokratia), demos artinya rakyat dan cratos yang berarti kekuasaan. Jadi demokrasi berarti kekuasaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Artinya kedaulatan tertinggi dalam suatu negara demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat memiliki hak, suara dan kesempatan yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintah.16

Banyak tokoh mendefinisikan demokrasi, di antaranya Abraham Lincoln demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, L. Esposito menerangkan demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsure eksekutif, legislative maupun yudikatif.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi secara umum terdapat dua bentuk dasar. pertama, demokrasi langsung yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Kedua, demokrasi perwakilan, yaitu rakyat yang memiliki hak politiknya namun dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan yang ditunjuk.17

15 Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekularisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015 , h.78 16 Rapung Samuddin, Fikih Demokrasi, Jakarta: Gozian Press, 2014, h.163 17 Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekularisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015 , h.79 17

C. Teori Negara Islam

Dalam sejarah perkembangan ilmu politik, Negara merupakan konsep yang dominan. Dan apabila berbicara tentang politik maka membicarakan negara dan segala sesuatu yang berhubungan denganya. Pada awalnya ilmu politik mempelajari masalah negara. Dengan itu, pendekatan yang muncul dalam ilmu politik adalah pendekatan legal-formal, yaitu suatu pendekatan yang memahami ilmu politik dari sudut formal legalistic dengan melihat lembaga-lembaga politik sebagai obyek studinya, termasuk didalamnya masalah negara.

Berbicara tentang Negara, maka telah banyak para filusuf menyampaikan konsep Negara seperti para pemikir yunani kuno, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles dalam karya-karyanya membicarakan tentang konsep Negara.18 Dalam ranah pemikiran politik Islam mengenai dasar negara maupun politik sudah muncul sejak abad klasik, abad pertengahan dan sampai modern. Seperti Al- Farabi, Al Mawardi, Al Ghazali yang mampu menjadi pemikir politik di abad klasik dan pertengahan, sedangkan di abad modern yang terkenal seperti, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal dan tokoh- tokoh yang lain.

Rasyid Ridha, seorang ulama terkemuka Islam, yang dianggap paling bertanggung jawab dalam merumuskan konsep negara Islam modern, menyatakan bahwa premis pokok dari konsep negara Islam adalah syari‟ah, menurut beliau syari‟ah merupakan sumber hukum paling tinggi. Dalam pandangan Rasyid Ridho, syari‟ah harus membutuhkan bantuan kekuasaan untuk tujuan mengimplementasinya, dan mustahil untuk menerapkan hukum Islam tanpa adanya Negara Islam. Karena itu, dapat dikatakan bahwa penerapan hukum Islam merupakan satu-satunya kriteria utama yang sangat menentukan untuk membedakan antara suatu negara Islam dengan negara non-Islam.19

18 Lili Romli, Islam Yes Partai Islam Yes Sejarah Perkembangan Partai-partai Islam di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2006, h.16 19 Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, h.168 18

Pemahaman bahwa mustahil menerapkan hukum Islam tanpa adanya negara Islam ini secara otomatis timbul juga perdebatan mengenai hubungan antara agama (dalam hal ini Islam) dan negara oleh para sarjana Muslim. Perbedaan pemahaman tentang hubungan ini sesuai dengan setting sosiologis, historis, antropologis, dan intelektual para sarjana tersebut. Hal itu juga dicampur dengan berbagai corak penafsiran terhadap teks Al-Qur‟an dan al-Hadits yang dijadikan rujukan utama.

Negara Islam mempunyai tujuan yaitu mempertahankan keselamatan dan integritas negara, memelihara terlaksananya undang-undang dan ketertiban serta membangun Negara.20

Dalam konsep Negara Islam ada 3 perspektif yaitu Islam dan demokrasi, pemerintahan Islam dan pemikiran politik Islam. Khusus tentang teori Negara Islam ada 3 paradigma pemikiran

Pertama, paradigma integral yakni agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Paradigma ini didasarkan atas pandangan bahwa Islam merupakan agama yang serba lengkap bagi seluruh aspek tatanan kehidupan, sehingga legitimasi politik negara harus didasarkan atas syari’ah.21 Kelompok ini masih mengharapkan adanya negara universal yang menyatukan seluruh politik dunia Islam melalui sistem khalifah. Karena menganggap Islam itu segalanya, kelompok ini sangat anti Barat.

Kedua, paradigma sekularistik, yaitu agama dan negara merupakan sesuatu yang harus dipisahakan. Paradigma ini didasarkan atas pandangan bahwa Islam itu murni sebagai agama yang hanya mengatur masalah ibadah ritual saja.22

Ketiga, paradigma simbiotik, yakni agama dan negara merupakan sesuatu yang saling terkait dan berhubungan, bahwa agama membutuhkan negara agar

20 Fazlurrahman, Cita-cita Islam, Bandung: Pustaka Pelajar, 1988,h.131 21 Mohammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2010, h.26 22 Mohammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2010, h.27 19

agama dapat berkembang dan negara membutuhkan agama agar meraih kemajuan dalam masalah etika dan moral.23

Menurut paradigma ini, Islam hanya meletakan prinsip-prinsip bagi peradaban manusia, termasuk masalah kenegaraan. Karenanya, Islam tidak memeliki sistem pemerintah yang baku.

23 Mohammad Fauzi, Islamis vs Sekularis Pertarungan Ideologi di Indonesia, Semarang: Walisongo Press, 2009, h.19 BAB III

BIOGRAFI DAN KIPRAH H AGUS SALIM DALAM PARTAI SAREKAT ISLAM

A. Tinjauan Umum Biografi H Agus Salim a) Latar Belakang Keluarga

Di Indonesia banyak tempat yang indah dan menarik. Salah satu diantaranya adalah keindahan alam Minangkabau. di wilayah ini terdapat sebuah lembah yang terkenal dengan nama ngarai sianok, yaitu sebuah ngarai yang indah dengan hawanya yang sejuk dan nyaman.1 Di dekat Ngarai sianok itu ada Nagari2 kecil yang bernama Koto Gadang.

Koto Gadang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang berlainan dari desa-desa di Sumatera Barat. Kebanyakan penduduk desa yang ada di Sumatera Barat hidup dari pertanian. Tetapi penduduk koto gadang banyak yang menjadi Pegawai Negeri atau ulama agama Islam.3 Banyak orang orang intelek yang berasal dari Koto Gadang. Karena kehidupan masyarakat yang sudah jauh lebih maju dan pola pikir masyarakatnya sudah demikian modern.

Di samping Koto Gadang yang terkenal dengan kaum inteleknya, masyarakatnya juga dikenal mempunyai kegiatan dalam kerajinan emas dan perak, seperti halnya dengan Kota Gede di daerah Yogyakarta.4

Dari Nagari ini persada bumi Indonesia banyak memperoleh kaum cendikiawan yang kemudian menjadi pemimpin bangsa. Sudah menjadi barang tentu kehadiran para cendikiawan itu selain disebabkan adanya bibit-bibit unggul, juga karena dorongan dari masyarakatnya. Sikap yang menonjol antara lain adalah

1 Mukayat,Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985) h.1-2 2 Nagari adalah sebutan untuk desa di Minangkabau 3 Sutrisno Kutojo, Riwayat Hidup dan Perjuangan Haji Agus Salim (Bandung: Angkasa Bandung), h.5-6 4 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni Djakarta), h.60

20

21

ketaatan kepada agama serta sifat gotong royong dan musyawarah. Kegotong royongan ini diwujudkan dengan sikap ingin membantu dengan berbagai dana bagi pelajar yang cerdas namun kurang mampu. Walaupun masyarakat berada dibawah naungan agama yang ketat dan yang mengikat, tetapi dengan hadirnya orang terpelajar tadi membuka alam fikiran masyarakat serta menjadi tuntutan ke arah kehidupan yang lebih maju.5

Salah satu tokoh yang lahir di Koto Gadang adalah Haji Agus Salim. Dilahirkan di Koto Gadang, Bukit Tinggi Sumatera Barat tanggal 8 oktober 1884. Ayahnya, Angku Sutan Muhammad Salim adalah Hoofd Djaksa pada Landraat di en Onderhorigheden atau jaksa kepala pada pengadilan Negeri Riau dan daerah bawahannya. Kedudukan Hoofd di jaksa ketika itu termasuk tinggi dan sangat terhormat. Dengan kedudukan ayah nya, Agus Salim belajar pada sekolah Belanda dan ibunya Siti Zainab.6

H Agus Salim terlahir dengan nama kecil Masyudul Haq, yang bermakna pembela kebenaran, nama ini rupanya tidak cocok, karena Mashudul Haq sering sakit-sakitan. Kemudian ayahnya menukar namanya menjadi Agus Salim. Nama ini terus dipakai sampai wafatnya..agus salim dahulunya diasuh oleh seorang babu yang berasal dari pulau jawa. Sekalipun masih anak-anak dia disapa dengan sebutan “Den Bagus”.7 Ternyata nama itu populrer di sekolahnya, sedangkan salim berasal dari nama ayahnya. Pada waktu itu, penonjolan nama melalui garis keturunan ayah bertentangan dengan adat. Di Minangkabau masih berlaku hukum garis keturunan dari ibu, karenanya penggunaan sebutan dari keturunan ayah merupakan bukti keteguhan hati dan keberanian menentang arus adat.8

5 Mukayat,Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1985), h.1-2 6 Suradi.SS,Grand Old Man of the Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam ( Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.36 7 Salman Iskandar,55 Tokoh Muslim Indonesia Paling Berpengaruh (Solo: Tinta Medina,Creative Imprint of Tiga Serangkai,2011), h.147 8 Kustiniyati Mochtar Agus Salim Manusia Bebas dalam 100 Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h.29 22

Agus Salim bersaudara 15 orang dari tiga orang ibu, Ayahnya empat kali menikah dan tiga kali mendudua. Istri pertama Sutan Muhammad Salim meninggal tanpa memberi keturunan.9

b) Latar Belakang Pendidikan

Setelah mencapai umur sekolah dan ayahnya diangkat menjadi hakim di wilayah Riau dan daerah bawahannya. Kedudukan Ayahnya sebagai Hoofdjaksa bagi penduduk pribumi termasuk berkelas dan terhormat. Inilah sebabnya H. Agus Salim bisa menempuh pendiidikan di ELS (Europeesche Lagere School), yang menurut kebiasaan hanya menerima anak-anak keturunan Eropa saja10.

Berbicara tentang kecerdasan Agus Salim, memang luar biasa. karena dialah satu-satunya putra Indonesia yang lulus dari HBS dengan sempurna dan diakui oleh sarjana Belanda.11 Sejak di ELS, salim telah menunjukan kecerdasannya. Sehingga seorang guru bernama Brower memohon kepada Ayah Salim agar dapat tinggal dan dididik.

Semenjak kecil Agus Salim gemar sekali membaca buku terutama yang berisi pengetahuan. Dia menyadari, bahwa pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah saja tidak cukup untuk memperluas pengetahuan.12

Salim memulai pendidikan modern nya di ELS Riau, dan melanjutkan studinya ke HBS Jakarta, di kota ini dia tinggal di sebuah keluarga Belanda.13

Pendidikan pertama yang dimasuki salim adalah Europeesche Lagere School (ELS) DI Riau pada tahun 1891 dan tamat tahun 1897. ELS adalah sekolah rendah dengan sistem pendidikan barat, yang lama masa belajarnya tujuh tahun dan menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Adapun yang dapat memasuki

9 Untung.S,H Agus Salim Dalam Tiga Zaman (Jakarta: PT Rosda Jaya Putra, 1987), h.1 10 Hazil Tanzil, Seratus Tahun Haji Agus Salim.(Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 36 11 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional(Jakarta: Djajamurni, 1963), h.66 12 Mukayat, Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h.3 13 Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad 20 (Jakarta: Democracy Project, 2012), h.110 23

ELS adalah anak-anak keturunan Eropa dan Timur asing. Bagi penduduk bumiputra, hanya anak-anak pegawai tinggi dan anak bangsawan yang diperbolehkan masuk sekolah ELS.14 Dalam usia muda, dia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman maka Agus Salim merupakan seorang Polygot , yaitu pintar dalam berbagai bahasa.

Setelah lulus dari ELS,Salim meninggalkan Riau untuk melanjutkan sekolah ke Hogere Burger Scool (HBS) DI Batavia. HBS adalah sekolah lanjutan yang juga merupakan sekolah dengan sistem pendidikan Barat yang lama masa belajarnya lima tahun.

Selama lima tahun menempuh pendidikan di HBS, salim tinggal kost pada keluarga Belanda itu. pendidikan dan pergaulan dengan orang Belanda telah memberi pengaruh besar pada diri Salim. Di HBS,Salim mulai tertarik kepada paham Sosial Demokrat yang kemudian dikembangkan menjadi sosialisme islam15

Setelah tamat dari HBS, ayahnya Agus Salim mengajukan permohonan beasiswa kepada pemerintah Belanda, dan ayahnya berharab akan di bantu oleh pemerintah Belanda.16 Setelah pengajuan beasiswa itu, Agus Salim berangkat ke Jakarta dan sesampainya di jakarta Agus Salim masuk ke Gymnasium Willem III. Selama sekolah di Jakarta Agus Salim kost bersama Prof T.H Koks yang ditunjuk sebagai wali oleh ayahnya. Setelah beberapa waktu belajar di Gymnasium Willem III Agus Salim kembali keluar sebagai juara.

Cita-cita Agus Salim untuk masuk ke perguruan tinggi di Belanda sudah di ambang pintu, berkat sokongan dari guru-gurunya di Gymnasium. Tetapi beasiswa itu tidak kunjung tiba. Kemudian seorang putri Bupati jepara yaitu R.A

14Suradi.SS, Grand Old Man of the Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.36 15 Suradi.SS, Grand Old Man of the Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.37 16 Untung S, Mengikuti Jejak H.Agus Salim Dalam Tiga Zaman (Jakarta:PT.Rosda Jayaputra, 1987), h.4 24

Kartini yang mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke Belanda menulis surat ke Mrs. Abendanon untuk memintanya mengalihkan pemberian beasiswanya kepada Salim. Agus Salim sediri telah berusaha mendapatkan Gelijkgesteld (status hukum yang sama dengan orang Belanda)17 untuk memudahkannya belajar ke Belanda, namun upayanya gagal dan juga tidak bersedia bekerja sebagai pegawai pemerintah colonial.18

Isi surat dari R.A kepada Mrs Abendanon yang ditulis pada Tahun 1903 :

Saya mempunyai suatu permintaan yang penting sekali untuk Nyonya, tetapi sesungguhnya permintaan itu ditujukan kepada Tuan (Abendanon) maukah Nyonya meneruskan kepadanya ? Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda, kami ingin melihat dia dikaruniai bahagia. Anak mud itu namanya Salim, dia orang Sumatera yang dalam tahun ini mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS,dan keluar sebagai juara. Anak muda itu sangat ingin pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali keadaan keuangan tidak memungkinkan, Gaji ayahnya Cuma F.150 sebulan. Ketika kamu mendengar tentang dia dan cita-citanya kemudian muncul keinginan yang tak terbendung untuk melakukan sesuatu demi meringankan bebannya. Surat keputusan gubernemen tanggal 7 juni 1903 menyediakan untuk kami berdua uang sebesar 4800 Gulden guna menyelesaikan pendidikan kami. Apakah tidak bisa uang itu dipindahkan kepada orang lain yang juga perlu dibantu...kami berterima kasih seandainya Salim dapat menerima 4800 Gulden yang disediakan untuk kami itu. 19 Usaha yang dilakukan ayah Salim dan imbauan yang diusahakan R.A Kartini agar Salim mendapat beasiswa kandas, pemerintah tidak juga memberikan beasiswa kepada Salim. Dengan demikian pendidikan formal salim hanya sampai di HBS, untuk selajutnya Salim belajar otodidak. Setamat

17 Bendera Islam,2 Mei 1927 18 Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad 20 (Jakarta: Democracy Project, 2012), h.109-110 19 Lihat Sitisoemandari. Kartini Sebuah Biografi (Jakarta : Gunung Agung, 1982), h.344- 345 25

dari HBS Salim kembali ke Riau. Disana Salim bekerja Sebagai penterjemah dan pembantu notaris.20

Tahun 1906 Salim kembali ke Jakarta, disini dia bertemu Snouck Hurgronje, seorang penasehat urusan pribumi dan islam yang terkenal. Snouck Hurgronje mengetahu cita-cita salim, tetapi tidak disarankan untuk ke Belanda.

Snouck Hurgronje lalu menawarkan kepadanya sebuah alternatif yang menjanjikan. Kementerian Luar Negeri Belanda sedang merencanakan untuk membuka sebuah konsulat baru di , dan Salim ditawari untuk menjadi staf disana sebagai seorang penerjemah. Salaim menerima tawaran itu dan tiba di Jeddah pada tahun 1906. Konflik yang kerap terjadi dengan atasannya (orang Belanda), mendorongnya untuk bergabung pada komunitas epistemic Islam di Mekkah. Di sana, dia bertemu dengan pamannya, Syeikh Achmad Khatib, seorang ulama besar dari Hindia yang menetap di Haramain.21

Tugas Salim sebagai konsul berakhir tahun 1911. Setelah kembali ke tanah air, Salim kemudian bekerja pada Commisariaat Burgelijke Openbore Werken di Jakarta.22

c) Karir Politik Agus Salim

Dengan bangkitnya Nasionalisme pada dekade pertama abad ke 20, gerakan-gerakan masyarakat pribumi mulai bermunculan, berjuang menentang kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia.23 Hal ini disebabkan karena pemerintah Belanda mengubah kebijakan politiknya di Hindia Belanda, politik ini dikenal dengan nama politik etis. Dalam

20 Suradi.SS, Grand Old Man of the Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 41 21 Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad 20 (Jakarta:Democracy Project, 2012), h.110-111 22 Suradi.SS,Grand Old Man of the Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam ( Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.45 23 Bahtiar Effendy,Islam Dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Democracy Project, 2011), h.69 26

pelaksanaan politik etis pemerintah Belanda berpedoman kepada pendidikan, irigasi dan emigrasi.

Tujuan dari tiga prinsip ini adalah supaya masyarakat di Hindia Belanda terangkat harkat dan martabatnya. Dan khusus kepada pendidikan, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memajukan kehidupan sosial, ekonomi dan politik.24

Berabad-abad bangsa Indonesia hidup dibawah telapak tangan penjajah dan menderita. Akibat penjajahan menyebabkan bangsa Indonesia mengalami kemunduran dalam berbagai bidang baik di bidang politik, sosial-ekonomi, pendidikan maupun kultural. Di lapangan pemerintahan semua dipegang oleh orang asing dan rakyat Indonesia sendiri sebagai pegawai rendah.

Di lapangan ekonomi, keadaan bangsa Indonesia juga menyedihkan, perekonomian berada pada tangan orang asing. Di lapangan pendidikan umumnya rakyat tidak bisa membaca dan menulis.sehingga buta huruf merajalela dimana-mana.

Di lapangan kebudayaan dengan licik sekali Belanda menanamkan benih kebencian di kalangan rakyat terhadap kebudayaan nasionalnya dan sebaliknya menanam kebudayaan kolonial di tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan rakyat Indonesia tidak mengenal lagi kebudayaan Nasional nya sendiri.

Dengan demikian maka bangsa Indonesia merasa kehilangan dan mengalami kerusakan tidak saja di lapangan politik, sosial-ekonomi dan pendidikan, melainkan juga di kultural, mental dan spiritual. Keadaan masyarakat kolonial inilah yang dihadapi serta dialami Agus Salim.25

24 Robert Van Niel,Munculnya Elite Modern Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), h. 102 25 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1963), h.72 27

Pembaharuan politik adalah kunci dari politik etis. Belanda sangat mengharapkan adanya suatu masa peralihan masyarakat Indonesia yang cepat, dari suatu pola yang statis kepada pola yang dinamis, hal ini tentunya membawa perubahan kedalam bidang politik,administrasi, pendidikan dan kesejahteraan.

Di bidang pendidikan, Belanda dengan politik etisnya banyak mendirikan sekolah formal bagi bumi putra, terutama dari kalangan dan bangsawan pendidikan formal ini banyak membawa perubahan nilai budaya Indonesia yang terutama dipelopori oleh kaum terpelajar. Dengan adanya perkembangan ini maka muncul golongan terpelajar. Mereka mulai sadar akan bangsa Indonesia terbelenggu oleh penjajahan, maka timbullah semangat Nasionalisme.26

Pada awal-awal pergerakan Nasionalis ini, satu-satunya perwujudan dalam politik adalah Sarekat Islam (SI). Dikembangkan dari sebuah organisasi dagang, Sarekat Dagang Islam (SDI), Yang didirikan oleh H.Samanhoedi di solo pada tahun 1911.27 Pada awalnya organisasi ini diterima di kalangan masyarakat yang didirikan oleh seorang pengusaha batik dari Laweyan solo.

Sarekat Dagang Islam (SDI) memakai dasar Islam yang bertujuan untuk mengganti tatanan pemerintahan Belanda yang diskriminatif, selain itu Islam juga sebagai pembanding dengan sistem pemerintahan Hindia Belanda. Dengan hal ini maka Sarekat Dagang Islam (SDI) mampu menyebar di Indonesia.28

Organisasi ini bersifat nasionalis, religius, dan ekonomis. Sifat nasionalis nya terletak pada angota-anggotanya berasal dari mana saja dan jelas sekali selain nasionalis, organisasi ini juga bersifat agamis. Sifat

26 Badri Yatim, Soekarno Islam Dan Nasionalisme (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999)h.17-18 27 Bahtiar Effendy, Islam Dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Democracy Project, 2011), h.70 28 Nasihin, Sarekat Islam Mencari Idiologi 1924-1945 (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h.2 28

ekonomisnya terletak pada tujuannya untuk memajukan perdagangan bangsa Indonesia dibawah panji Islam serta jawaban atas tantangan kaum pedagang cina. Dengan sifat nasinalis yang ada di sarekat islam, maka di Sarekat Dagang Islam pun adanya orang cina, jumlah anggota Sarekat Dagang Islam (SDI) semakin meningkat sehingga pemerintah menjadi khawatir atas perluasan ini ditambah lagi adanya kericuhan yang terjadi antara pedagang china dan pedagang pribumi.29

Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, dan kata “Dagang” dihapuskan sehingga nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto dari Surabaya menggantikan H Samanhoedi dari solo.30

Empat bulan kemudian, tepatnya tanggal 26 januari 1913 diadakan kongres Sarekat Islam pertama bertempat di kota Surabaya di bawah pimpinan Tjokroaminoto. Diterangkan bahwa Sarekat Islam bukanlah organisasi politik dan tidak pula menentang pemerintahan Belanda. Bahkan dinyatakan bahwa dengan agama Islam sebagai lambang persatuan, maka timbullah keinginan rakyat untuk memakmurkan hidupnya.

Dalam waktu yang singkat diselenggarakan lagi kongres yang kedua di solo pada bulan maret 1913. Di putuskan dalam kongres ini bahwa keanggotaan Sarekat Islam hanya boleh berasal dari Indonesia.

Dalam kongres nasional di madiun pad tahun 1923, didirikan Sentral Sarekat Islam dengan tujuan utamanya adalah untuk memajukan Sarekat Islam daerah. Pada saat itulah, Agus Salim mulai terjun ke gelanggang politik

29 Mukayat,Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1985), h.25 30 Nasihin, Sarekat Islam Mencari Idiologi 1924-1945 (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h.2 29

dengan menjadi anggota pengurus sentral Sarekat Islam bersama , wondoamiseno, sosrokardono dan lain-lain.31

Kongres ini juga membicarakan tentang perubahan politik partai terhadap pemerintah yang dinamakan dengan sikap non koorperatif yaitu organisasi tidak bekerjasama dengan pemerintah kolonial.32

Haji Agus Salim masuk ke kancah perpolitikan di bawah pimpinan H.O.S Tcokroaminoto, dalam suatu pemilihan, H Agus Salim terpilih menjadi anggota pengurus besar. Sarekat Islam muncul di tengah-tengah bangsa Indonesia sedang krisis kepercayaan diri dalam lapangan ekonomi, politik dan agama.33

Sarekat Islam berhasil memberikan arah dan tujuan kepada perjuangan rakyat Indonesia. Sarekat Islam mempunyai cita-cita kebangsaan yang bercorak islam, Agus Salim berkata :

“untuk menyebarluaskan cita-cita perjuangan SI kita memerlukan alat, yaitu surat kabar,supaya rakyat mengetahui tujuan dan cita-cita Sarekat Islam.” Pada tahun 1917 diterbitkan “Harian Neraca”. H Agus Salim menjadi pimpinannya. Melalui harian itu rakyat dapat mengetahui pergerakan kebangsaan untuk merebut kemerdekaan, selain itu Agus Salim juga memimpin redaksi bahasa melayu pada komisi bacaan rakyat balai pustaka.

Dalam waktu yang singkat, Sarekat Islam berkembang dengan pesat, pada tahun 1919 Agus Salim menjadi ketua redaksi surat kabar “Bataviaasch Nieuwsblad” di jakarta.34

31 Mukayat,Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h.26-27 32 Tebba, Islam Orde Baru Perubahan Politik dan Keagamaan (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), h 291 33 Untung S, Mengikuti Jejak H Agus Salim Dalam Tiga Zaman (Jakarta : PT Rosda Jaya Putra, 1887), h.10 34 Sutrisno Kutojo, Riwayat Hidup dan Perjuangan Haji Agus Salim (Bandung: Angkasa Bandung, t.t), h.31 30

Ketika Indonesia merdeka H. Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kepandaiannya dalam berdiplomasi membuatnya dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam kabinet Syahrir II dan kabinet Syahrir III. Selanjutnya Ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam kabinet Amir Sjarifudin I, II dan kabinet Hatta I, II. Sesudah pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda H. Agus Salim ditunjuk sebagai penasihat Menteri Luar Negeri. Ketika para pejuang lainnya sedang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman kembalinya Belanda, Agus Salim pergi keluar negeri, berjuang ke negara lain agar negara lain mengakui kedaulatan Indonesia. Dengan tekad membara, Agus Salim bertekad agar kemerdekaan Indonesia dipertahankan dan diakui dunia.

d) Karir Agus Salim Sebagai Diplomat

Lapangan diplomasi mulai dikenal H Agus Salim saat bekerja pada konsulat Belanda di Jeddah pada tahun 1906-1911. Pengalamannya selama 5 tahun sangat berharga dalam menjalankan tugas perjuangan yang besar. Tahun 1930 beliau memperoleh kesempatan untuk menghadiri “International Labour Conference” di janewa, mewakili sarekat sekerja N.V.V (Nederlandsch Verbond van Venveerenigien) di Belanda. Pengalaman tersebut merupakan semacam praktek diplomasi.

Sesudah proklamasi kemerdekaan, Agus Salim aktif lagi dlam dunia diplomasi. Pada tanggal 23 maret 1947 beliau menjadi wakil ketua delegasi Indonesia menghadiri Inter Asian Relation Conference di . Kemudian pada tanggal 4 april 1947, beliau menjadi ketua misi Indonesia untuk mengunjungi Negara Timur Tengah.

Setelah tugas misi nya selesai di negara-negara Timur Tengah, Agus Salim kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat. Pada tanggal 6 Agustus 1947 Agus Salim tiba di Lisbon dari Kairo .

Pemerintah Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1947 dengan perantaraan RRI Yogyakarta telah mengajukan permintaan kepada ketua 31

dewan keamanan PBB supaya delegasi Indonesia diterima di PBB. Agus Salim yang telah mendapat kekuasaan penuh pemerintah Indonesia untuk memberikan keterangan tentang pertikaian Indonesia dan Belanda.

Berdasarkan mandat dari pemerintah Indonesia, dan berkat kegiatan diplomatik Agus Salim akhirnya wakil Indonesia hadir di sidang dewan keamanan PBB. Selama sidang Dewan Keamanan PBB Agus Salim sebagai Menteri luar Negeri maupun anggota tidak mengambil kesempatan untuk berpidato.,

Pada tanggal 27 Agustus 1947 Agus Salim kembali ke Indonesia. dalam perjalanan pulang Agus Salim singgah ke London sebagai tamu kehormatan Kedubes India, Tanggal 20 oktober 1947 Agus Salim tiba di Singapura, Sembilan hari kemudian beliau kembali ke Indonesia. Pada tanggal 4 November 1947 Agus Salim memberikan laporan kepada pemerintah Indonesia pada sidang Kabinet mengenai hasil dari misi diplomatik.

Tidak hanya itu, Agus Salim menjadi anggota delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda yang diadakan diatas kapal Renville di Tanjung Priok.

Agus Salim tidak saja seorang diplomat yang ulung, tetapi juga seorang diplomat Indonesia yang pertama. Dilihat dari jasa-jasanya dalam berdiplomasi beliau sebagai Diplomat.35

e) Karya-Karya Agus Salim

Agus Salim merupakan penulis produktif. Banyak buku dan karangan yang ditulisnya. Buku-buku itu ditulis dalam berbagai bahasa, banyak pula yang dicetak di luar Negeri. Tulisan karya agus salim yang terbitan luar Negeri susah untuk di bawa ke Indonesia kembali.

35 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1963)h.137-147 32

Tulisan Agus Salim meliputi berbagai bidang kehidupan seperi filsafat, ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan agama. Karya itu terbagi atas beberapa segi : a. Poitik 1. Kemajuan yang diperoleh karena usaha (dimuat dalam surat kabar Neraca, sabtu 15 september 1917, No.53 th.1) 2. Kemajuan perkara harta (dimuat dalam surat kabar Neraca, selasa 4 september1917, No.45 th.1) 3. Kemajuan perempuan bumi putra (dimuat dalam surat kabar Neraca, selasa 4 september 19 17, No. 45 th.1) 4. Mana yang harus didahulukan ? (dimuat dalam surat kabar Neraca, kamis 24 januari 1918, No. 17 th II) 5. Lahirnya tipis isinya dalam (dimuat dalam surat kabar Neraca, kamis 4 oktober 1917 No.66 th I) 6. Benih percederaan ( dimuat dalam surat kabar Neraca, selasa 7 januari 1919, No.4 th III) 7. Herziening van het regeeringsreglement ( H.V.R. 1922 4e vergadering, maandag 13 november 1922 ) 8. Eerste algemeene aanvullingsbegrooting (1923) 9. Wijzigining en aanvulling van de koeliordonantie sumateras ooskunst (1923) 10. ( 1925 ) 11. Derajat kemanusiaan ( 1925 ) 12. Indonesia merdeka ( 1925 ) 13. Huru hara di sumatera barat ( 1927 ) 14. Apakah harga wet ( 1928 ) 15. Hakim bersikap musuh ( 1928 ) 16. Cinta bangsa dan tanah air ( 1928 ) 17. Rakyat dan polisi ( 1928 ) 18. Ekonomi sosial dan politik ( 1929 ) 33

19. Rasa kebangsaan dan asas ekonomi ( 1929 ) b. Pendidikan 1. Tukang ajar atau guru ( 1925 ) 2. Pemerintah, pengajaran dan rakyat ( 1931 )

B. Kiprah H Agus Salim Dalam Partai Sarekat Islam a) Perkembangan Partai Sarekat Islam

Pergerakan Nasional lahir disebabkan karena beberapa hal, antara lain pemerintah Hindia Belanda membuat perubahan di bidang sosial, ekonomi dan politik.36

Dalam bidang politik, Sarekat Islam menuntut berdirinya dewan daerah, perluasan hak-hak Volksraad (Dewan Rakyat) dengan tujuan untuk mentransformasikan menjadi lembaga perwakilan untuk legislatif.

Dalam bidang pendidikan, partai menuntut penghapusan yang mendeskriminasikan penerimaan murid di sekolah-sekolah.dan mewajibkan belajar sampai umur 15 tahun.

Dalam bidang agama, partai menuntut dihapuskannya segala macam peraturan yang menghambat tersebarnya Islam.

Bermula dari berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini lahir dari sebuah ajang diskusi yang sering digelar di STOVIA.37 Oleh beberapa mahasiswa. Pada awalnya, Boedi Oetomo merupakan organisasi anti politik, sebab hanya berfokus kepada perbaikan pendidikan dan kebudayaan. Kehadiran Boedi Oetomo di kancah Nasional menjadi tonggak perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi organisasi lainnya di tanah air.38

36 Yus Pramudya Jati, Menjadi Merah Gerakan Sarekat Islam Semarang 1916-1920, (Temanggung: Kendi, 2017), h.9 37 Sebuah singkatan dari Scool tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau sekolah untuk mendidik pribumi 38 Yus Pramudya Jati,Menjadi Merah Gerakan Sarekat Islam Semarang 1916-1920, (Temanggung: kendi, 2017), h. 17-18 34

Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik di kalangan muslimin di Indonesia identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat Islam, terutama pada 20 tahun pertama sejak didirikan.39 Sarekat Islam dapat dipandang sebagai salah satu gerakan politik yang menonjol sebelum perang dunia ke II, karena perkembangannya pesat dan dinamis.40 Di kembangkan dari sebuah organisasi dagang, Sarekat Dagang Islam (SDI), yang didirikan oleh H.Samanhoedi di Solo tahun 1911, SI merupakan “organisasi nasionalis Indonesia berlandaskan politik pertama” yang berkembang pesat di bawah kepemimpinan H.O.S Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Muis.41

Sarekat Islam (SI) berdiri 3 tahun setelah Budi Utomo. Latar belakang ekonomis dari organisasi ini adalah tanggapan (perlawanan) terhadap perdagangan (penyalur) oleh orang cina. Peristiwa ini merupakan isyarat bagi orang muslim bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan eksistensi. Oleh sebab itu para pendiri Sarekat Islam (SI) mendirikan organisasi ini untuk membuat front untuk melawan semua penghinaan terhadap kaum bumiputra. Organisasi ini merupakan reaksi terhadap rencana Kristenings Politik (politik pengkristenan) dan kaum Zending, perlawanan terhadap kecurangan dari pihak ambtenar bumiputra dan Eropa.42 Sarekat Dagang Islam (SDI) ini berdiri sebagai jawaban atas tantangan para pedagang asing di solo, yang lama kelamaan menekan serta bersaing dengan pedagang Indonesia. Namun dengan kelahiran SDI, itu menunjukan mulai timbulnya kesadaran berbangsa (Nasionalisme) dan tidak hanya sekedar soal komersial. Dalam perkembangannya, SDI mendapat sambutan

39 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta:LP3ES, 1980), h.114 40 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo sampai proklamasi 1908- 1945 ( 1994), h.32 41 Bahtiar Effendy, Islam Dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam Di Indonesia (Jakarta:Democracy Project, 2011), h.70 42 Ahmad Syukani,Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam (solo:pustaka setia, 1997), h.127-128 35

baik dari masyarakat, apalagi setelah menjadi Sarekat Islam (SI) yang merupakan gerakan kaum Borjuis-kapitalis.43

Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan satu-satunya kelembagaan yang dapat menampung seluruh strata sosial bumiputra. Sarekat Dagang Islam sebagai perkumpulan yang disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda, telah menarik perhatian banyak kalangan.44

Pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang merupakan cikal bakal dari Sarekat Islam (SI) ini tidak ada kepastian.45 Sarekat dagang Islam (SDI) yang memakai asas Islam diharapkan mampu mengubah metode pemerintahan Hindia- Belanda yang waktu itu deskriminatif, dan selain itu Sarekat Dagang Islam (SDI) mampu memposisikan sebagai pembanding antar metode pemerintahan Hindia- Belanda dengan Islam.46

Adapun tujuan Sarekat Islam (SI) itu adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat berdasarkan persaudaraan muslim. Untuk mencapai tujuan ini, H Samanhoedi, pendiri dan pemimpin sarekat islam, berusaha mencari orang-orang potensial untuk bergabung dan mengembangkan organisasi yang mulai dikenal di masyarakat,

Salah seorang yang turut memperkuat dan akhirnya menjadi pimpinan utama Sarekat Islam (SI) hingga wafat adalah HOS Tjokroaminoto. Kepemimpinan Sarekat Islam (SI) makin kokoh dengan bergabungnya Abdul Muis dan H Agus Salim. Yang dalam waktu singkat turut menentukan arah dan tujuan Sarekat Islam (SI).47

43 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1961), h. 75-76 44 Nasihin, Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924-1945 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 38 45 Deliar Noer,Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), h. 115 46 Nasihin,Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924-1945 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 2 47 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 46-47 36

Oleh karena itu HOS Tjokroaminoto menerima panggilan untuk datang ke Solo guna menyelesaikan soal Sarekat Dagang Islam (SDI) .Dalam pertemuan yang terdiri dari anggota dan simpatisan, soal Sarekat Dagang Islam (SDI) ini diserahkan kepada HOS Tjokroaminoto. Tanggal 12 Agustus 1912 keluar Besluit (surat ketetapan) dari Residen Wijch (Residen ) yang menschors Sarekat Dagang Islam (SDI) karena dipandang membahayakan ketertiban umum.

Pada tanggal 10 September 1912 dihadapan Notaris B.Ter Kuile dibuatlah sebuah statue perhimpunan Sarekat Islam (SI) yang baru yang berisi tentang memperkuat usaha dilapangan sosial, pendidikan dan agama.48

Pada tanggal 12 September 1912 setelah sampai di Surabaya, TJokroaminoto menyampaikan Statuen Sarekat Islam (SI) yang pada intinya memajukan semangat dagang bangsa Indonesia dan meningkatkan kecerdasan rakyat serta patuh kepada aturan agama. Di dalam anggaran yang baru ini politik tidak dicantumkan karena bertentangan dengan Undang-Undang kolonial dalam peraturan pemerintah pasal 111.49

Periode pertama dari Sarekat Islam (SI) ditandai oleh perhatian terhadap masalah organisasi, termasuk penyusunan anggaran dasar dan hubungan antara organisasi pusat dan organisasi daerah. Anggaran dasar Sarekat islam dirumuskan oleh Raden Mas Tirtoadisurjo. Isi dari anggaran dasar SI adalah :

Akan berikhtiar, supaya anggota-anggotanya satu sama lain bergaul seperti saudara,dan supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara kaum muslimin, dan lagi dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet Negeri (Surakarta) dan wet wet Government,…berikhtiar mengangkatderajat rakyat, agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan 50 kebesarannya Negeri. Kongres Sarekat Islam (SI) pertama dilaksanakan pada tanggal 26 januari 1913 di Surabaya dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Kongres Sarekat Islam (SI)

48 Solichin Salam,Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1961), h. 76-77 49 Mukayat, Haji Agus Salim (Jakarta: Departemen pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1985), h. 25-26 50 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES,1973), h. 116-117 37

yang kedua pada bulan maret 1913 di Solo.51 Sejak kongres ini,organisasi Sarekat Islam (SI) terus disempurnakan. Struktur organisasinya adalah : 1. Perhimpunan Sarekat Islam (SI) adalah suatu organisasi yang mempunyai daerah segenap Hindia Timur (Indonesia) yang boleh menjadi anggotanya adalah segenap orang Islam. 2. Tiap tempat yang dianggap cukup banyak anggota, boleh mendirikan suatu cabang dan memilih pengurusnya sendiri. 3. Tiap cabang dibagi menjadi beberapa anak cabang dan grup. 4. Semua cabang di jawa barat dan pulau Sumatra dan pulau-pulau kecil dekat Sumatera, mendirikan Departemen Sarekat Islam (SI) Jawa Barat. 5. Semua cabang di Jawa Tengah dan pulau Kalimantan mendirikan suatu Departemen Sarekat Islam (SI) Jawa Tengah. 6. Semua cabang di Jawa Timur dan pulau Sulawesi, Lombok, bali, Sumbawa dan seterusnya kearah timur mendirikan suatu Departemen Sarekat Islam (SI) J awa Timur.52

Dalam usaha mengangkat derajat rakyat, SaREKAT Islam (SI) mengambil tiga arah sebagai dasar perjuangannya yang berlandaskan Islam yaitu dasar sosial ekonomi, politik dan kultural. Dalam Sarekat Islam (SI) terdapat anggota yang memiliki berbagai macam ideologi bercampur aduk.meskipun Cokroaminoto telah mempersatukan umat, setelah beberapa tahun anggota Sarekat Islam (SI) terdiri atas bermacam ideologi dan memisahkan diri menurut paham masing-masing. Hingga akhirnya di tubuh Sarekat Islam (SI) terjadi perpecahan. Pada tahun 1923 lahirlah Sarekat Islam Merah (kiri) dan Sarekat Islam Putih. Sarekat Islam (SI) merah dipimpin oleh dan yang beridiologi Marxisme. Sarekat Islam (SI) putih menjelma sebagai Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).53

51 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1961), h. 78 52 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 47-48 53 Ahmad Syaukani,Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, (Solo: Pustaka Setia, 1997), h. 127-129 38

Kongres Sarekat Islam (SI) yang kedua diadakan di Solo. Dalam kongres itu diputuskan bahwa Sarekat Islam (SI) hanya terbuka untuk bangsa Indonesia dan pegawai pangreh praja tidak akan diterima. Kongres ketiga diadakan di Bandung dan dinamakan kongres Nasional Sarekat Islam (SI) pertama dan dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto.

Kongres Nasional Sarekat Islam (SI) yang kedua dilangsungkan di Jakarta pada tanggal 20-27 oktober 1917. Kongres ini lebih menonjolkan kepada usaha Semaun agar Sarekat Islam (SI) jangan ambil bagian di Volksraad dan usahanya sia-sia.

Kongres Nasional Sarekat Islam (SI) yang ketiga dilangsungkan di Surabaya pada tanggal 29 September -6 oktober 1918.memutuskan menentang pemerintah sepanjang tindakannya “melindungi kapitalisme” kongres ini juga memutuskan mengorganisasikan kaum buruh.

Tahun 1919, bagi Sarekat Islam (SI) adalah tahun propaganda capital asing yang meningkat sampai 2 juta orang. Maka timbulnya keraguan terhadap Sarekat Islam (SI) disebabkan oleh kegaduhan di Sulawesi Tengah dimana Abdul Muis melakukan propaganda dan terdapatnya suatu aksi rahasia di Garut. Kongres Nasional Sarekat Islam (SI) yang keempat diadakan di Surabaya tanggal 26 Oktober- 2 November 1919, membicarakan tentang serikat sekerja, diputuskan bahwa serikat sekerja mengadakan Eerstekamer yang akan memimpin perlawan strata politik.54

Dalam kongres Nasional Sarekat Islam (SI) ke lima di Yogyakarta tanggal 2-6 maret 1921, ditetapkan keterangan baru tentang konsep dasar Sarekat Islam (SI). Keterangan ini adalah hasil kesepakatan dengan pihak komunis. Dalam keterangan tersebut yang dirancang oleh 2 komisaris, Agus Salim dan Semaun, disebutkan bahwa kapitalisme hanya dapat dikalahkan oleh persatuan kaum buruh.

54 A.K Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat, 1978), h. 5-8 39

Di kongres ini, percobaan beberapa cabang yang berhaluan merah untuk mendapatkan supaya disiplin partai tidak dijalankan terhadap PKI. Kaum komunis tetap ditolak pleh Sarekat Islam (SI) dan adanya hal yang mengatakan bahwa Dewan Rakyat itu suatu pertunjukan komedi. Pada tanggal 8-11 Agustus 1924 kongres yang diadakan di Surabaya membicarakan tentang pengiriman wakil Indonesia ke kongres khalifah yang diadakan di kairo.

Menurut keputusan kongres itu, Khalifah harus dipegang oleh Dewan Ulama di Makkah, tetapi kongres khalifah itu tidak jadi dilaksanakan. Di kongres Sarekat Islam (SI) tanggal 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta, Tjokroaminoto menerangkan bahwa agama Islam adalah anasir kebudayaan. Untuk mencapai tujuan itu, Sarekat Islam (SI) akan memperbanyak sekolah dan organisasi keagamaan. Hal ini dilakukan Sarekat Islam (SI) karena Sarekat Islam (SI) akan memperbarui diri melalui jalan Pan-Islamisme, Nasionalisme Islam dan non koperasi.

Pada bulan November 1926, timbul pemberontakan komunis, pemberontakan ini menyebabkan seluruh pergerakan di Indonesia terkejut, hal ini disebabkan karena melemahnya kaum komunis, dan menjadi kesempatan bagi Sarekat Islam (SI) untuk bangkit.

Pada bulan Desember 1927 Sarekat Islam (SI) cabang Surabaya menentang keras Dr. karena tidak menyetujui komunisme. Dari pihak Sarekat Islam (SI) bahwa kaum Nasionalis hanya mendapatkan pangkat dan gaji besar. Pada kongres 28 September-2 Oktober 1927 di Pekalongan, pengurus besar Sarekat Islam (SI) membicarakan perlawanan terhadap pemerintah. Kongres yang dipimpin Agus Salim ini, bukan bermaksud melawan pemerintah secara nyata tetapi mengirim kabar tentang Sarekat Islam (SI) sendiri keluar Negeri. Agus Salim juga menjelaskan tentang kongres di Makkah yang tidak ada dan perlunya suatu “Majelis Ulama” yang dapat mengadili perselisihan dalam hal pengajaran agama islam. 40

Kongres Sarekat Islam (SI) tanggal 26-28 januari 1928 di yoyakarta, membicarakan tentang hari lahir Sarekat Islam (SI) yang ke-15, di kongres itu dibicarakan juga tentang Tafsir Quran yang dikerjakan oleh Tjokroaminoto. Dari penerbitan bagian pertama ternyata Tafsir itu didasarkan atas Tafsir ahmadiyah Lahore. Agus Salim menjelaskan, bahwa Tafsir ahmadiyyah yang paling baik untuk kaum terpelajar.

Dalam rapat Majelis ulama di Kediri tanggal 27-30 september 1928, memutuskan bahwa tafsir itu boleh diteruskan dibawah pengawasan Majelis Ulama. Di rapat itu, Tjokroaminoto dibantu oleh utusan ahmadiyyah, Mirza Wali Ahmad Beig.

PSI berganti nama pada tahun 1929 menjadi PSII.Diakibatkan karena banyaknya aliran cita-cita . Kongres yang diadakan oleh PSII di Surabaya pada tanggal 25-27 April 1929 membicarakan tentang ekonomi, politik, pergerakan wanita dan serekat sekerja. Pemimpin studieclub, DR.Sutomo mengadakan perlawanan terhadap SI, yang membicarakan sudah terpecahnya rasa Kebangsaan , sehingga cita-cita akan Pan-Islamisme tidak berharga sama sekali. Sarekat Islam (SI) hanya mementingkan Islam dan mengesampingkan Nasionalisme.

Terhadap soal wanita, Dr Sutomo mengharamkan beristri banyak. Di kongres itu, Sarekat Islam (SI) diserang bukan oleh studieclub saja, tetapi juga PPII (Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia), Sarekat Madura dan PNI. Tentang soal poligami ini Sarekat Islam (SI) juga memberikan kesempatan kepada kaum Nasionalis.

Pada tanggal 2-6 agustus 1929 di Jawa Tengah membicarakan tentang non koperasi, hubungan luar negeri dan organisasi dalam negeri. Kongres PSII pada tanggal 16-19 Agustus 1929 di Garut membicarakan tentang Kapitalisme dan Imprealisme dan menunjukan keperluan adanya persatuan yang kokoh, untuk merebut kemerdekaan. 41

Kongres PSII tanggal 24-27 januari 1930 di Yogyakarta, kehilangan sebagian besar anggota. Membicarakan tentang anggaran dasar PSII yaitu membangun suatu persatuan yang kokoh antar sesama muslim menurut peraturan agama Islam. Pada tanggal 5 mei 1930, diadakan rapat besar Sarekat Islam (SI) membicarakan tentang penghapusan kerja paksa.55

Sementara itu dalam tahun 1930-1931, krisis kepemimpinan mulai melanda PSII, setelah HOS Tjokroaminoto tahun 1934, persatuan tidak bisa dibangun kembali. Akibat hal ini PSII terpecah menjadi beberapa partai.56

Pada tahun 1930-an, mulai tampak perubahan-perubahan dalam kepemimpinan umat.timbulnya partai lain antara lain meliputi : Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) yang bekerja sama dengan kelompok Nasionalis, Persatuan Islam () melawan bidah dalam soal politik dan terkena peraturan disiplin Sarekat Islam (SI).57

b) Bergabungnya Agus Salim Dalam Sarekat Islam

Selain sebagai anggota dan tokoh penting dalam Sarekat Islam, Agus Salim pernah bergabung di organisasi lain: Perkumpulan Teosofie, Nederlands Indische Virijzinningen (NIV), tetapi ditinggalkan karena tidak sefaham dengan Agus Salim. Tjokroaminoto menerima Salim dengan terbuka. Pada diri Salim terdapat kombinasi antar islam dan pandangan progresif.

Dalam periode pertama Salim di Sarekat Islam (SI) ia masih diliputi rasa bimbang dalam menghadapi perkembangan Sarekat Islam (SI) di bawah pimpinan Tjokroaminoto. Keraguan Salim mulai berkurang karena adanya pengaruh Tjokroaminoto dalam Sarekat Islam (SI).

Merasa hubungan sudah akrab, Tjokroaminoto mengundang Salim menghadiri kongres Sarekat Islam (SI) tahun 1915 di Surabaya. Tidak hanya itu, Salim juga di

55 A.K Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat, 1980), h. 35-44 56 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.57 57 Deliar Noer, Membincangkan Tokoh Tokoh Bangsa ( Bandung: Mizan, 2001), h. 20 42

undang dalam berbagai rapat Sarekat Islam (SI) baik dikota besar maupun dikota kecil. Di Sarekat Islam (SI) berkembang suatu anggapan bahwa telah datang Ratu Adil yang selama ini dinantikan oleh rakyat Jawa untuk membebaskan segala penderitaan.

Setahun berikutnya, dalam kongres Sarekat Islam (SI) tahun 1916 di Bandung, Tjokroaminoto berpidato dan menyinggung masalah Ratu Adil. Pada awal aktivitas Agus Salim di Sarekat Islam (SI) dia mengamati adanya elit dalam Sarekat Islam (SI) yang ingin mempengaruhi asas Islam dari Sarekat Islam (SI) dengan komunisme.58

c) Kiprah Agus Salim Dalam Sarekat Islam 1. Masuknya Pengaruh Komunis Di Sarekat Islam

Tidak lama setelah bergabung dengan Sarekat Islam (SI) pada tahun 1915 Agus Salim menjadi tokoh penting dan berpengaruh dalam mengambil kebijakan dan strategi perjuangan Sarekat Islam (SI) Peran Agus Salim sangat dominan dan sangat menentukan adalah dalam hal membersihkan golongan komunis dari Sarekat Islam (SI) masalah ini sangat prinsipil. Dan Agus Salim berusaha mengeluarkan kaum komunis dari Sarekat Islam (SI) Menurut Salim:

Adapun suatu kaum yang harus kita jauhkan daripada pergerakan kita, suatu kaum yang hendak menerbitkan perceraian antar bangsa kita, atas “kaum pekerja” dan “kaum bermodal”. Kaum itu ialah kaumnya yang ingin membatalkan hak milik, yang memakai nama “Socialist” yang dibangunkan dan dikembangkan dalam Negeri ini oleh tuan-tuan Sneevliet, Baars dan 59 lainnya.. Perselisihan antara golongan Islam dan Komunis dalam Sarekat Islam (SI) mulai terjadi pada tahun 1917. Dengan diadakannya debat terbuka tanggal 12 september 1917 di Surabaya membicarakan persoalan Indie Weerbar. Dalam debat ini, kaum komunis menolak karena suara yang terkumpul 120

58 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 60-61 59 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 64 43

berbanding 3. Pertikaian ini secara resmi dihentikan pada kongres Nasional ke 3 tahun1918.60

Masalah disiplin partai mulai dibicarakan pada kongres CSI tahun 1919. Tjokroaminoto memimpin kongres itu. membicarakan tentang disiplin partai. Kongres berikutnya juga membahas masalah disiplin partai, tetapi tidak dihadiri Tjokroaminoto, dan menjadi arena debat antara kelompok komunis dibawah pimpinan semaun, dan kelompok bukan komunis dibawah pimpinan Agus Salim dan Moeis.61

Dalam kongres Nasional Sarekat Islam (SI) yang berlangsung di Surabaya, terjadi perdebatan antara Agus Salim dan Semaun mengenai Sosialisme Marxisme dan Sosialisme Islam. Dalam kongres tersebut, Agus Salim dan Moeis mengusulkan diadakannya disiplin partai.sedangkan Semaun hendak membawa SI condong ke kiri, tetapi Agus Salim dan Tjokroaminoto tidak setuju. Sejakm itu terjadilah perpecahan di SI, Semaun membentuk Sarekat Rakyat yang kemudian menjadi PKI, sedangkan Tjokroaminoto dan Agus Salim tetap dalam Sarekat Islam (SI)..62

Dalam kongres Sarekat Islam (SI) yang ke 6 yang dipimpin oleh Agus Salim dan Abdul Moeis yang diadakan di Surabaya membicarakan tentang disiplin partai dan penyusunan asas Sarekat Islam (SI). Untuk meyakinkan kongres, Agus Salim mengemukakan alasan perlunya disiplin partai:

Tiap-tiap diluar SI telah membentuk disiplin partai lebih dulu untuk partainya. Daripada hal itu ternyatalah, bahwa memang segala partai telah mengerti, keberhasilan asas menjadi syarat yang penting bagi tiap-tiap pergerakan. Selain dari itu, asas perhimpunan yang satu tidak bisa sejalan betul asas itu serupa tentu tidak aka nada dua atau lebih perhimpunan.

60 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), h.134 61 Suradi SS,Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.65 62 Solichin Salam, Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional (Jakarta: Djajamurni, 1961), h. 60-61 44

selain itu Salim mengemukakan bahwa partai tidak boleh diambil alih oleh PKI. Salim mengatakan :

Tidak perlu mencari Isme-Isme lain yang akan mengobati penyakit pergerakan. Obatnya ada dalam asasnya sendiri, asas yang lama dan kekal, yang tidak dapat dimubahkan orang, sungguhpun dunia telah memusuhi dengan permusuhan lain atau taadzim. Asas itu adalah Islam. Menanggapi putusan kongres luar biasa ini, golongan komunis dibawah pimpinan Semaun, menolak disiplin partai dia mengatakan :

Adapun pergerakan rakyat hendak membela hak rakyat yang terinjak- injak, selain dari yang mengutamakan hal perasaan, harus pula mengutamakan taktik, SI telah nyata hanya bisa dikumpulkan orang Islam saja buat bekerja bersama membela rakyat. Tapi selamanya dari hak rakyat Islam, masih banyak lagi orang lain, yang tidak beragama Islam yaitu PKI, yang sudah nyata bisa membawa orang Ambon, Manado dan lainnya rakyat Hindia yang tidak beragama islam. Bilangan mereka tidak sedikit, pengaruhnya juga harus dihargai. Disini PKI sudah membuktikan taktiknya, bekerja dengan orang Islam dan Kristen untuk rakyat. Argumentasi Semaun dipatahkan oleh Agus Salim dan Moeis. Kongres pun akhirnya memutuskan disiplin partai.63

Semaun menambahkan,” atas usaha-usaha orang komunis lah sifat kapitalis dalam Sarekat Islam (SI) telah hilang sehingga Sarekat Islam (SI) menjadi partai rakyat. Semaun menambahkan :

Kalau SI menguatkan disiplin partai, baiklah, hanya kecuali kanlah disiplin partai itu terhadap kaum komunis dan PKI, karena kaum PKI bisa bekerja sama dengan SI dengan keperluan pihak yang tertindas.

2. Usaha- Usaha Agus Salim Dalam Sarekat Islam

Peranan Agus Salim dalam Sarekat Islam (SI) memberikan warna Islam dalam tubuh Sarekat Islam (SI). Usaha yang dilakukan Salim dilakukan sejak bergabung dalam Sarekat Islam (SI). tahun 1919, Salim merumuskan

63 Suradi SS, Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam, (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 61-68 45

asas dan tujuan Sarekat Islam (SI) dengan menyusun rancangan keterangan asas ( Beginsal Verklaring ) dan disahkan pada kongres luar biasa CSI tahun 1921.

Keterangan asas pemikiran Salim dimuat oleh Tjokroaminoto. Salim menjelaskan, Islam merupakan satu-satunya bagi perubahan masyarakat Hindia. Bagian keempat dari keterangan asas ini menyebutkan :

Syahdan pada keyakinan kaum Sarekat Islam, kemerdekaan rakyat Hindia ini sejatinya, yaitu yang sesungguhnya melepaskan segala rakyat dari perhambaan dari macam apapun juga, ialah dengan jalan kemerdekaan yang berasaskan ke Islaman…64 Setelah menyusun asas organisasi Sarekat Islam (SI) dengan asas ke Islaman, Agus Salim pada tahun 1922 memulai orientasi Pan-Islamisme dengan memimpin kongres Al-Islam di Cirebon pada tahun 1922.65

Tahun 1924, terjadi pergantian kekuasaan di Turki, kaum Nasionalis dibawah pimpinan Mustafa Kemal Attaturk memegang pemerintahan, pada masa pemerintahan beliau, adanya penghapusan hukum Islam dari segala aspek kehidupan serta menghapus sistem kekhalifahan, dan ini menimbulkan pro dan kontra dalam pemberitaan dunia kala itu.

Agus Salim sebagai pelopor gerakan Pan Islamisme, memimpin Mukhtamar Alam Islamy Farul Hindis Syarqiyah (MAIHS) yang berkedudukan di Surabaya.

Masalah Pan Islamisme kemudian tidak mendapat perhatian yang serius dikemudian hari oleh partai Sarekat Islam (SI). Karena berkurangnya perhatian Negeri Islam lainnya terhadap masalah ini.66 Kunjungan Agus Salim ke Makkah pada tahun 1927 sebagai perwakilan Sarekat Islam (SI) pada kongres Al-Islam II tidak menghasilkan apapun.

64 , 18 Oktober 1921 65 St.Rais Alamsyah, 10 Orang Terbesar Indonesia Sekarang, (Jakarta: Mutiara, 1952), h. 122 66 Suradi SS, Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam , (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h. 68-72 46

Tahun 1927 masalah tentang asas Sarekat Islam (SI) dianggap selesai, awal perpecahan terlihat dalam lingkungan Sarekat Islam (SI) adalah ketika Sarekat Islam (SI) memutuskan mengeluarkan semua anggota Muhammaddiyah dari kepengurusan, dan perpecahan ini tidak dapat dihentikan.67

d) Perpecahan Dalam Sarekat Islam 1. Memudarnya Gerakan Sarekat Islam

Perang Dunia pertama yang berlangsung dari tahun 1914-1918, secara tidak langsung mempengaruhi pergerakan politik di Indonesia. Saat itu, pemerintah Belanda yang hubungannya renggang dengan Hindia Belanda mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh keadaan setempat. Gubernur Jendral Van Limburg Stirum mengucapkan pemerintahan sendiri terhadap bangsa Indonesia dalam sidang Dewan Rakyat dengan tujuan untuk merendahkan pergerakan. Tindakan Van Limburg dinilai oleh Belanda memberi hati kepada kaum pergerakan. Inilah yang menyebabkan Van Limburg dipulangkan ke Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jendral De Fock, dengan tugas untuk menindas kaum pergerakan.68

Pada tahun 1917, kaum komunis dibawah pimpinan Semaun melancarkan aksi terhadap Sarekat Islam (SI) Semaun ingin mengembalikan kedudukan rakyat. Pecahnya Sarekat Islam (SI) terjadi setelah Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres Sarekat Islam (SI) yang ke enam pada 6-10 Oktober 1912 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota Sarekat Islam (SI) harus memilih antara Sarekat Islam (SI) atau organisasi lain, dengan tujuan agar Sarekat Islam (SI) bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga meminta pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak berhasil

67 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), h. 153-154 68 Mukayat, Haji Agus Salim ( Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1985), h. 32 47

karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota Partai Sarekat Islam (PSI) dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, karena disiplin partai tidak memperbolehkannya.

Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres Sarekat Islam (SI) pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader Sarekat Islam (SI) dalam memperkuat organisasi dan mengubah nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan Sarekat Islam (SI) Merah untuk menandingi Sarekat Islam (SI) Putih. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”.

Pada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI diambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Akibat keragaman cara pandang di antara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di antaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 kursi parlemen. Kemudian pada pemilu 1971 pada zaman orde baru, PSII di bawah pimpinan Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama Sembilan partai politik lainnya dan berhasil mendudukkan wakilnya di DPRRI sejumlah 12 orang.69

Perpecahan Sarekat Islam (SI) menjadi kelompok islam nasionalistik dan kelompok komunis tidak menyisakan kesempatan untuk bekerja secara

69 Yus Pramudya Jati, Menjadi Merah Gerakan Sarekat Islam Semarang 1916-1920, (Temanggung: kendi, 2017), h. 80-85 48

diam-diam untuk memperbaiki Sarekat Islam (SI) itu. adanya perebutan cabang-cabang Sarekat Islam (SI) provinsi menjadi salah satu titik perpecahan dalam Sarekat Islam. Maka terjadilah kongres PKI di Semarang pada tanggal 25 Desember 1921, ketika organisasi ini membentuk “persatuan Sarekat Islam” atau lebih dikenal dengan Sarekat Islam Merah.

Tumbuhnya faham komunisme terhadap Sarekat Islam (SI) maka terpecahlah organisasi Sarekat Islam (SI). Maka para pemimpin Sarekat Islam (SI) berinisiatif untuk memperkokoh persatuan antar umat Islam. Atas prakarsa CSI, diadakanlah kongres Al-Islam 1 di Cirebon pada tanggal 21 Oktober- 2 November 1922. Dalam kongres itu, Agus Salim mengemukakan pentingnya persatuan diantara umat Islam untuk menghindari berkecamuknya pihak lain. Ide Agus Salim tentang Pan-Islamisme yang akan mengusahakan tercapainya persatuan semua aliran dan kerja sama antar kaum muslimin.

Dengan bekerja sama dengan Muhammadiyah, dinukalah kongres Al- Islam II di Garut pada 19-21 mei 1924, Agus Salim bertindak sebagai pimpinan kongres itu dibantu oleh pengurus besar Muhammadiyah. Kongres itu membicarakan tentang fungsi agama dan ilmu pengetahuan dan hubungan Islam dan Sosialisme. Agus Salim juga mengecam konsep kapitalisme yang semata mata mengejar keuntungan. Agus Salim mengatakan, agama Islam menolak gejala tersebut dengan adanya larangan riba. Selain itu Agus Salim juga merumuskan tujuan kongres. Tujuannya adalah perlunya kesatuan antar kaum muslimin dan aktif dalam penyelesaian soal khalifah yang menyangkut kaum muslimin.

Pada tanggal 21-27 Agustus 1925, sentral Sarekat Islam mengadakan kongres bersama Al-Islam di Yogyakarta. Agus Salim mempertegas sifat Sarekat Islam yaitu menyatakan sikap kooperasi, tetapi cara itu tidak bisa dipertahankan oleh anggota lain yang menginginkan sikap non-kooperasi. Selain itu, Agus Salim juga mengemukakan tentang Nasionalisme Islam. 49

Agus Salim dalam memperjuangkan Sarekat Islam juga menyokong Muhammadiyah untuk membantu dalam perubahan Sarekat Islam, terbukti dengan rapat pertama Majelis Ulama di Kediri yang bernaung dibawah Sarekat Islam.70

Sementara itu, terjadi perpecahan gerakan politik pribumi yang terpecah kedalam 2 aliran yaitu religious-nasionalistik. Konsekuensi tidak langsung dari perpecahan Sarekat Islam (SI) ini adalah berkembangnya Nasionalisme sekuler pribumi, yang disemangati oleh propaganda untuk mereformasi konstitusi.

Suasana konflik Sarekat Islam (SI) dan PKI, mendorong upaya pencarian untuk menemukan pola organisasi politik yang baik, terutama setelah Tjokroaminoto dibebaskan pada Agustus 1922.71 Dengan demikian, Sarekat Islam (SI) tersingkir dari seluruh dunia pergerakan serikat pekerja. Dunia ini sepenuhnya dikuasai oleh PKI yang bebas menyebarkan doktrinnya tentang perjuangan kelas dan mempersiapkan aksi keras.72

2. Tranformasi SI Menjadi Partai Politik

Setelah mendapat pukulan dari PKI, Sarekat Islam (SI) meningkatkan upaya untuk menemukan cara dan sarana untuk mempertahankan eksistensi partai. Sosialisme Marxisme telah merusak jati diri Sarekat Islam (SI). Dalam keadaan yang demikian, Sarekat Islam (SI) harus membagi pasukan pada dua front, front yang pertama “untuk membidik cita-cita Nasional”, dan front yang lain “memperjuangkan kesatuan pandangan dan kerjasama dengan umat Islam dalam berbagai masalah yang muncul. Dengan melakukan rencana ini, Sarekat Islam (SI) membuat suatu komando di seluruh pulau di Indonesia ketika itu.

70 Mukayat, Haji Agus Salim ( Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1985), h. 32-38 71 Anton Timur Djaelani, Gerakan Sarekat Islam Kontribusinya Pada Nasionalisme Indonesia, ( Jakarta:LP3ES, 2017), h. 93-95 72 Anton Timur Djaelani, Gerakan Sarekat Islam Kontribusinya Pada Nasionalisme Indonesia, ( Jakarta:LP3ES, 2017), h. 97 50

Pembelaan tentang pentingnya mempertahankan integritas dan prinsip- prinsip religius Sarekat Islam (SI), dilaksanakan atas dasar paham Nasionalisme pribumi. Pada tahun 1922, kegiatan ini diambil alih oleh Muhammadiyah, sebagai salah satu gerakan murni Islam tanpa ada campur tangan pada politik. Dengan demikian, adanya suatu kecenderungan untuk menjadi partai politik secara penuh.

Bukan berarti berjalan mulus begitu saja, setelah disiplin partai diberlakukan, PKI menghalangi pemurnian kembali Sarekat Islam (SI). Usaha yang dilakukan PKI adalah menggunakan Sarekat Islam (SI) cabang Madiun yang membelot untuk mempengaruhi CSI dengan cara menahan uang hasil sumbangan anggota secara umum untuk cabangnya sendiri.

Pada tanggal 16 Juli 1922, terjadi konflik antara Sarekat Islam (SI) merah dan Sarekat Islam (SI) putih berkonflik yang merugikan Sarekat Islam (SI) putih. Sarekat Islam (SI) merah menjadi besar di Madiun. Sarekat Islam (SI) merah ini bergabung dengan koalisinya dari Semarang, Kendal, Wirosari, ungaran, Salatiga, Purwokerto, Yogyakarta, Nganjuk, Bandung dan Sumedang.

Berbicara tentang disiplin partai, Tjokroaminoto menyebutkan bahwa Sarekat Islam (SI) tidak hancur, justru Sarekat Islam (SI) lebih memperdalam Islam dengan mengadakan kongres Al-Islam II di Cirebon pada akhir oktober 1922. Dengan melakukan hal ini, Sarekat Islam (SI) mengubah organisasinya menjadi organisasi politik

Pada kongres ketujuh yang dilaksanakan di Madiun, tanggal 17- 20 Februari 1923, Tjokrominoto dan kolega membicarakan tentang transformasi Sarekat Islam (SI) menjadi partai politik, masalah ini dikemukakan oleh Agus Salim. Agus Salim menjelaskan bahwa Sarekat Islam (SI) dahulunya adalah 51

perkumpulan lokal yang diikat oleh badan sentral. Hasil dari kongres ini adalah berubahnya Sarekat Islam (SI) menjadi Partai Sarekat Islam.73

73 Anton Timur Jaelani, Gerakan Sarekat Islam Kontribusinya Terhadap Nasionalisme Indonesia ,(Jakarta: LP3ES, 2017), h. 97-105 BAB IV

KONSEP KEBANGSAAN DAN KENEGARAAN MENURUT

H. AGUS SALIM

A. Konsep Kebangsaan Menurut Agus Salim

Haji Agus Salim merupakan satu-satunya tokoh pergerakan kemerdekaan yang lantaran kecemerlangan berpikir dan sikapnya dapat memberi kuliah kepada para mahasiswa di Universitas Cornell, Amerika Serikat, bahkan beliau jadi satu-satunya yang mengajar di luar negeri.

Tahun 1953 beliau menguraikan aspek-aspek keislaman di kampus terkemuka tersebut, dan lalu kuliah lisannya itu didokumentasikan secara tertulis. Dari dokumentasi tertulis ini, tergambar bahwa beliau telah menguraikan secara sistematik makna Islam, rukun iman, rukun Islam, sejarah Nabi Muhammad dan sejarah turunnya Al Qur‟an, penulisan hadits, kelengkapan aturan Islam, pencapaian kemerdekaan negara-negara Islam, dan keadaan negara-negara Islam kontemporer, kepada para mahasiswa Amerika yang mayoritas non-muslim. Haji Agus Salim layak disebut sebagai figur pembaharuan Islam pada zaman pergerakan.

Sebagai seorang pemikir, Agus Salim banyak melahirkan pemikiran yang progresif dan liberal. Diantara pemikirannya adalah tentang nasionalisme. Nasionalisme menurut Agus Salim harus dikaitkan dengan islam, dalam hal ini beliau berbeda pandangan dengan Ir. Soekarno, yang pemikirannya lebih sekuler.

Berkaitan dengan dalam sejarah perjalanan nasionalisme Islam yang diterapkan Agus Salim, hubungan semangat nasionalisme islam menjadi dasar negara menimbulkan polemik tersendiri antara tokoh politik pada waktu itu. Yaitu antara Agus Salim dan Soekarno. Polemik hubungan agama dan negara antara Agus Salim dan Soekarno, memiliki makna

52

53

historis sangat penting. Pertama, secara substansial, polemik Agus Salim dan Soekarno ini mewakili perbedaan pandangan dua golongan terkemuka di Indonesia, yaitu golongan nasionalis Islami dan nasionalis sekuler.

Polemik mereka juga mereflesikan pertarungan ideologis kedua golongan yang tak terujukkan sekitar tahun 1920 sampai akhir pengujung 1930. Gagasan-gagasan yang dipolemikkan itu mendasar dan aktual, seperti masalah apakah agama harus disatukan atau dipisahkan dari politik, masalah prinsip kenegaraan yang harus dijadikan dasar negara dan sekulerisasi politik dalam masyarakat berpenduduk mayoritas muslim. Masalah-masalah ini menjadi perdebatan sengit antara golongan nasionalis islam dan nasionalis sekuler.

Satu letupan pertarungan-pertarungan ideologis yang terjadi sekitar tahun 1940an, yaitu pertarungan antara golongan nasionalis Islami dengan nasionalis sekuler. Golongan nasionalis sekuler adalah mereka yang ber prinsip bahwa dalam kehidupan politik kenegaraan harus ada pemisahan tegas antara agama dan politik. Pada umumnya, golongan ini menyakini bahwa agama hanyalah merupakan ajaran-ajaran yang menyangkut masalah akhirat dan urusan pribadi, sedangkan politik kenegaraan merupakan masalah duniawi. Sedangkan golongan nasionalis Islam berprinsip bahwa agama Islam tidak dapat dipisah dari urusan kenegaraan. Golongan ini yakin dan mempunyai komitmen pada pandangan bahwa negara dan masyarakat harus diatur oleh Islam sebagai agama, yang dalam arti luas, yaitu agama yang bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan saja, melainkan juga hubungan antara sesama manusia, sikap manusia terhadap lingkungannya, alam, dan lain sebagainya.

Indikasi pertarungan ideologis antara kedua golongan yang menganut prinsip berbeda ini dapat dilihat dari kasus retaknya hubungan Sarekat Islam dengan Partai Nasionalis Indonesia PNI, bermula dari terbitnya artikel Soekarno, “Memudahkan Pengertian Islam”, yang isinya 54

mencerminkan agar dalam Islam ada keharusan pembaharuan pemikiran dan melakukan “reorientasi ajaran-ajaran Islam”. Menurut Soekarno, dasar pembaharuan ini melandasi setiap perubahan dalam sejarah. Ini merupakan keharusan sejarah yang pasti dialami setiap kepercayaan, ideologi atau agama, termasuk Islam. Dengan demikian, hendaknya dalam Islam ada usaha rasionalisasi, misalnya dalam menafsirkan Al-Quran dan Hadis, agar kedua sumber hukum Islam itu lebih rasional dan mampu menjamah realitas.

Dengan munculnya pemikiran sekuler Soekarno, maka Agus Salim yang berada di pihak islamis mengkritik dengan tajam, dia mengatakan bahwa pemikiran sekuler mengandung kesesatan terhadap agama. Menurut Agus Salim, nasionalisme seperti itu dapat melupakan lingkungan sosial. Menurut Agus Salim, nasionalisme itu harus dilandasi niat kepada Allah SWT. Sebagaimana tercantum dalam surah Ibrahim ayat 37 :

.           .

           

   

Berbeda dengan Soekarno, yang mengatakan bahwa nasionalisme itu . yang lebih utama dari apapun. Beliau mengatakan bahwa ide Soekarno yang memuliakan tanah air di atas segalanya,akan mencairkan keyakinan Tauhid seseorang dan akan mungkin mengurangi bakti seseorang kepada Tuhan. Beliau juga setuju dengan dipentingkannya ide persatuan dan cinta tanah air, tetapi hendaklah cinta ini jangan sekedar slogan kosong yang tidak akan berarti bagi rakyat. Selanjutnya Agus Salim mengatakan bahwa cinta tanah air yang berlebihan dapat membahayakan rakyat sendiri dan rakyat lain diluar negeri. 55

Agus Salim menganjurkan dan mengajak kepada seluruh bangsa Indonesia, terutama di kalangan tokoh-tokoh pergerakan nasionalis sekuler, agar di dalam mencintai tanah air itu hendaklah dirinya menempatkan cinta rohaniahnya diatas tujuan kebendaan. Cinta tanah air mestinya menunjukkan cita-cita yang lebih tinggi daripada segala benda dan rupa dunia, yaitu kepada hak keadilan dan keutamaan yang batasnya dan ukurannya dalam pengabdian kepada Allah sebagai cermin iman kita kepadaNya. Akan tetapi bagi Soekarno, gagasan pemikiran mengenai nasionalisme lain baginya. Nasionalisme yang ia perjuangkan dan kemukakan tidak sama dengan yang berkembang di Barat.

Soekarno menegaskan :

“Nasionalisme ketimuran ini telah memberi inspirasi kepada berbagai pemimpin Asia, seperti Mahatma Gandhi, CR Das dan Arabindo Ghose dari India, Mustofa Kamil dari Mesir, dan Sun Yat Sen dari Cina. Bahwa nasionalisme kita ini membuat kita jadi perkakas Tuhan dan membuat kita hidup dalam roh. ” Lebih lanjut Agus Salim mengatakan :

“Tidak ada perbedaan dalam hal maksud, tujuan dan bidang kerja, hanya saja berbeda dalam dasar dan niat masing-masing. Asas kita agama, yaitu Islam. Niat kita Lillahi Ta‟ala. Rela menerima tewas pada jalan Allah perintahNya, syukur jika mendapat kemenangan di jalan itu. Tetapi tetap dalam kalah menang, menyerahkan nasib bagaimanapun akan jatuh keputusannya Subhanahu wa Ta‟ala.” Agus Salim sangat menyakini kebenaran Islam sebagai suatu ideology kenegaraan. Sebagai suatu ideology, Islam dalam pandangan Agus Salim mempunyai cakupan pengertian yang sangat luas. Cakupan kehidupan ini tidak hanya meliputi kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan akhirat. Segala aspek yang terdapat dalam kehidupan dunia dan akhirat itu diatur oleh ajaran- ajaran Islam. Oleh karena itu Islam merupakan suatu ajaran yang serba mencakup. Dalam hal ini, Agus Salim mengikuti prinsip 56

Al-Quran agar setiap orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaknya mengatur seluruh aspek kehidupannya secara Islami1.

Dalam Pemikiran Haji Agus Salim, Agus Salim lebih mengambil pengertian Nasionalisme dalam dua arah yaitu Agus Salim menolak Nasionalisme, karena para nasionalis dapat mengurangi baktinya kepada Tuhan. Dan di sisi lain Agus Salim menerima Nasionalisme sebagai rasa cinta tanah air tetapi harus dilandasi dengan niat karena Allah SWT.

B. Konsep Kenegaraan Menurut Agus Salim

Negara Islam

Pemikiran Agus Salim mengenai agama Islam terutama dikaitkan dengan posisi Islam dalam kehidupan bernagara dipercayai bersifat progresif dan liberal yang didapatnya terutama ketika ia banyak mempelajari Islam langsung dari sumber berbahasa Arab dan Guru Besar di Masjidil Haram pada saat ia bertugas menjadi penerjemah pada konsulat Belanda di Jeddah. Agus Salim sering disebutkan sebagai perintis pemikiran neomodernisme di Indonesia yang mana pola pemikirannya tentang Islam yang bersifat progresif dan liberal. Pola pemikiran tersebut sangat erat kaitannya dengan caranya memberi pemahaman dan mengenalkan Islam dengan cara menaikkan Islam itu sendiri tanapa menjatuhkan agama lain dan juga membanding- bandingkannya.

Pemikiran H Agus Salim tentang Pan Islamisme tertuang dalam artikel tentang Yahudi dan Palestina.

Memang seharusnyalah umat Islam Indonesia mempersatukan pula suaranya berkenaan dengan hal itu dan menyebuahkan usaha dan daya-upaya, jika ada yang dapat dilakukan, untuk membuktikan persatuan hatinya dan pengakuannya akan perhatiannya dengan umat Islam tiap-tiap bangsa dalam seluruh dunia, seperti yang sudah terdengar suaranya di dalam kongres Pan Islam di Mesir belum lama ini dan terdengar pula suara dari

1 Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 346-358 57

tiap-tiap negeri Islam. Akan tetapi Indonesia belum lagi menghimpunkan suaranya menyekutu sikap dan gerak alam dan umat Islam sedunia.2

Di dalam pembahasan lebih lanjut Haji Agus Salim seperti hendak mengungkapkan (dengan menampilkan sejarah persolan tersebut) bahwa konflik Yahudi dengan Arab (Islam) di Palestina adalah bermula dari masalah politik kekusaaan semata. Karena perang Inggris dan sekutu melawan Turki hingga menguasai Palestina dan tahun 1918 itu, tidaklah bisa dianggap perang atas nama agama. Haji Agus Salim beralasan bahwa Turki dalam perang tersebut bersekutu dengan Jerman dan Austria (yang notabene negara-negara non Islam) sedang dari pihak tentara Inggris pun terdapat orang-orang Senegal, Sudan, Maghribi dan India yang beragama Islam. Demikianlah, kenyataan-kenyataan tersebut berpangkal pada pertarungan kebangsaan, karena andaikan perang tersebut atas dasar agama, maka Turki tidak akan bersekutu dengan Jerman dan Austria (dalam Perang Dunia I) dan raja Husein sebagai penguasa Hijaz (Arab Saudi) tidak akan melepaskan diri dari kekuasaan Turki

Menurut Haji Agus Salim walaupun kenyataan sejarah seperti itu, bukan berarti umat Islam Indonesia hanya berpangku tangan saja. Justru karena persoalan ketidakadilan Ingris bersikap semena-mena terhadap warga muslim Palestina dengan mendatangkan kaum zionis, maka umat Islam di seluruh dunia harus bangkit menentang, karena umat Islam tidaklah terbatasi oleh bangsa dan negara sebagaimana penuturan beliau pada saat berceramah di pertemuan The Indonesia Pakistan Culural Association (Asosiasi Kebudayaan Indonesia Pakistan) tanggal 9 Desember 1953 sebagai berikut: “Karena menurut paham saya agama tidaklah terhenti pada tapal batas negara, atau perbatasan kebangsaan”3

Dalam tatanan politik Islam, Agus Salim mengenal konsep Pan- Islamisme, (persatuan negara-negara Islam). Dalam konsep ini, Agus Salim

2 Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984),341 3 Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984),447 58

lebih menekankan pada aspek non politis daripada aspek politis. Bagi Agus Salim, Pan Islamisme itu tidak harus berbentuk khilafah tetapi juga bisa pendekatan emosional sebagai faktor pemersatu dunia Islam.

Pemikiran H Agus Salim mengenai konsep Negara Islam sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, perjalanan karir serta lingkungan pembentuk pola pikir Agus Salim, baik tokoh yang berpengaruh dalam hidupnya maupun dinamika ilmu pengetahuan

Pada tahun 1925, Agus Salim membentuk suatu organisasi yang berna,a Jong Isla mieten Bon (JIB), dengan tujuan membendung arus pembaratan (western) yang kala itu melanda kaum muda terpelajar. JIB kemudian tumbuh menjadi organisasi yang secara politik amat penting dalam mengisi pemahaman Islam bagi kaum terpelajar berpendidikan Barat, serta menjadi tempat persemaian bagi tumbuhnya generasi kepemimpinan Islam.4

pada tahun 1921 Agus Salim memulai orientasi Pan Islamisme, dengan memimpin Kongres Al-Islam yang pertama di Cirebon pada tahun 1921. Pengertian Pan Islam ini sendiri adalah usaha untuk menyatukan seluruh Umat Islam dalam satu ikatan di bawah kepemimpinan satu Khalifah (penguasa).

Tiga organisasi islam yang berpartisipasi dalam kongres Al-Islam adalah Sarekat Islam, Muhammadiyah dan Al-Irsyad. Kongres Al-Islam membicarakan tentang masalah agama.5

Menurut Agus Salim, gerakan pan-islamisme untuk menguasai dunia islam adalah fiktif belaka. Terlepas dari gerakan kekhalifahan yang fiktif itu, Agus Salim lebih menitik beratkan kepada mengakrabkan hubungan sesame muslim di berbagai negara islam. Agus Salim mencontohkan kasus

4 Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h.283-284 5 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980), h.152-153 59

Jamaluddin Al- Afgani dan Muhammad Abduh sebagai orang pertama yang melakukan gerakan pembaharuan.6

Sejak saat itu, sultan Abdul Hamid dengan sungguh-sungguh memperalat gerakan pan islamime untuk keperluan politik dengan menegakkan kekuasaan Turki di Dunia Islam.7

Pada masa itu yang dianggap sebagai Khalifah adalah negeri Turki di bawah Pemerintahan Salim I, yang berhasil merebut dan menggulingkan Khalifah Abbasiyah terakhir, kemudian mengangkat dirinya sebagai Khalifah serta pelindung kota Makkah dan Madinah, dua kota suci umat Islam di Arab. Dan, ibukota Turki, Istambul, merupakan lembaga kekuatan pollitik bagi dunia Timur.

Di tahun 1924, terjadi pergantian kekuasaan di Turki. Kaum nasionalis di bawah pimpinan Mustafa Kemal Attaurk selanjutnya memegang tampuk pemerintahan. Dan, kebijakan baru yang dijalankan adalah penghapusan sistem pemerintahan berdasar Islam serta menghapus sistem Kekhalifahan.

Kebijakan itu selain menimbulkan kegoncangan di Turki sendiri juga menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Islam sedunia. Kemudian, untuk menegaskan kembali sistem Kekhalifahan, Raja Saud dari Saudi Arabia mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan suatu Kongres Islam sedunia di Makkah pada tahun 1926.

Kongres tersebut dimaksudkan untuk membicarakan masalah Kekhalifahan. Wakil dari Indonesia (waktu itu masih bernama India Belanda) yang hadir adalah H.O.S. Tjokroaminoto (Partai Sarekat Islam) dan K.H. (Muhammadiyah).

6 Hadji Agus Salim, Pesan-Pesan Islam Rangkaian Kuliah Musim Semi 1953 Di Coenell University Amerika Serikat, (Jakarta:Mizan, 2011), h.289 7 Hadji Agus Salim, Pesan-Pesan Islam Rangkaian Kuliah Musim Semi 1953 di Cornell University Amerika Serikat, (Bandung: Mizan, 2011), h.289-290 60

H. Agus Salim sebagai pelopor gerakan Pan Islamisme kemudian juga memimpin Muktamar Alam Islamy Far‟ul Hindis Syarqiyah (MAIHS) sebagai cabang dari Muktamar Alam Islamy di Makkah. Kantor MAISH ini berkedudukan di Surabaya.

Kongres Al Islam Sedunia yang kedua selanjutnya diadakan di Makkah pada tahun 1927, namun kongres ini dianggap gagal karena tidak tegas menentukan apakah organisasi yang didirikan setahun sebelumnya akan dilanjutkan atau tidak. Dan, Agus Salim sebagai wakil Indonesia datang terlambat ke kongres tersebut, dimana ia kemudian mengadakan pertemuan dengan tokoh- tokoh Islam yang masih berada di Saudi Arabia.

Sebagian hasil dari pendekatan yang dilakukan oleh Salim, berdirilah suatu organisasi bernama Al Ansar Al-Haramain. Dan, Sarekat Islam dipercayakan untuk menyusun program serta peraturan penyebarannya ke seluruh dunia Islam. Namun, menurut H. Aqib Suminto, ”…bahwa Al Ansar Al-Haramain yang didirikan sesudah kongres ini, meniliki namanya bertujuan untuk membela Makkah dan Madinah,.. di sini Nampak jelas tidak ada kaitannya dengan Khalifah atau Pan Islam”.

Pendapat Haji Agus Salim tentang Pan Islam yang berkaitan erat dengan sistem kekhalifahan dipaparkan dengan panjang lebar dalam artikel majalah Pedoman Masyarakat edisi Rabu 4 Januari 1939 hal.102, yang berjudul “Khalifah dan „Alam Islam”. Di antara butir pokok tulisan tersebut terdapat bahwa sistem kekhalifahan Islam sudah merupakan cerita lama. Adapun fakta historis keberadaan khalifah dalam dunia Islam, itu merupakan sebuah pilihan dari masalah khilafiah (perbedaan faham). Di antara perbedaan tersebut adalah karena ada alasan bahwa kedudukan Muhammad SAW tidak dapat diganti karena dalam Al-Qur‟an posisi Muhammad SAW adalah sebagai Nabi dan Rasul penutup. Alasan kedua adalah bahwa di jaman Rasulullah SAW, beberapa kerajaan yang sudah tunduk dan masuk Islam tidak secara 61

otomatis berada di bawah kekuasaan Rasul, (dalam hal kewenangan pemerintahan dan urusan politik) raja tersebut yakni pemimpin bagi rakyat.

Ketiga, Haji Agus Salim menyatakan bahwa pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah dikarenakan ada kepentingan praktis, berkaitan dengan persatuan bangsa Arab (yang semula terpecah-pecah), kemudian setelah rasul meninggal, keadaan tersebut harus teruskan oleh suatu kepemimpinan lanjutan, bagi bangsa Arab yang telah bersatu tersebut. Maksud Haji Agus Salim bahwa persatuan umat Islam di seluruh dunia yang utama adalah persatuan dalam ikatan keyakinan yang sama-sama tunduk pada perintah Allah dan Rasul yang satu, sebagaimana yang ditulis :

.... tidak ada sesuatu apa di dalam segala kejadian (pergantian khalifah Islam dalam sejarah) itu, yang boleh dikatakan dengan tegas menghubungkan agama dengan urusan khalifah, melainkan nyata sekali urusan khalifah itu semata-mata urusan negara dan urusan kekuasaan semata-mata. Maka umat Islam harus tumbuh dan diperteguh antara bangsa-bangsa Islam satu dengan lain, dan tidak bergantung kepada persatuan kerajaan Islam di bawah perintah seorang khalifah... Islam membawa perintah : “Tunduk kepada perintah Allah dan tunduk kepada perintah pesuruh-Nya dan orang-orang yang beroleh kekuasaan pemerintahan dari pada kamu” ... Perintah inilah yang mengandung hikmah persatuan hukum dan aturan untuk umat Islam dalam seluruh dunia, inilah tujuan yang dicari dan harus dicapai. Itulah azas persatuan yang teguh, yang tidak disangkutkan kepada raja-raja berebut kekuasan dan kemegahan.8 Masalah Pan Islamisme ini kemudian tidak diperhatikan lagi oleh partai, seiring dengan berkurangnya perhatian dari negeri-negeri Islam lain tentang masalah tersebut.9

A. Memperjuangkan Konsep Kenegaraan Dalam BPUPKI

Ketika kekuatan Jepang melemah dalam menghadapi sekutu dalam perang dunia ke II, maka Jepang menjajikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu yang dekat, sehingga Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha

8 Nur Iman, Pemikiran Haji Agus Salim Tentang Islam, (Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang,2006), h.111-114 9 Suradi SS, Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam, (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2014), h.70-72

62

persiapan kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dalam bahasa Jepang disebut Dokuritzu Zyumbi Kosakai. Dalam BPUPKI dikaji masalah dasar negara, hubungan antar kepala negara, kabinet dan parlemen.

Di BPUPKI ini terjadi perdebatan ideologis dalam tatanan praktis terjadi ketika akan menyusun dasar negara tahun 1945. Dalam sidangnya, para pengusung Islam sebagai dasar negara berhadapan dengan kaum nasionalis sekuler dan kelompok kebudayaan Jawa yang berasal dari Jawa Tengah, termasuk 2 kerajaan yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

Tokoh-tokoh yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara antara lain K.H.A. Sanusi, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Ms Mansur, K.H.A. Wachid Hasyim, Moh, Natsir, sukiman Wirdjosandjojo, dan Haji Agus Salim. Sedangkan tokoh-tokoh pendukung nasionalis sekuler adalah Soekarno, , Radjiman Widiodinigrat, Mohamad Yamin, , dan .10

Dalam kesepakatan bersama antara golongan Nasionalis dan golongan Islam, maka di tandatanganilah Piagam Jakarta (The Jakarta Carter). Nama ini pertama kalinya diajukan oleh Muhammad Yamin, dan disepakati secara bulat oleh BPUPKI untuk menyebut pembukaan UUD 1945.

Piagam Jakarta ini menurut Soekarno, merupakan hasil kompromi yang dicapai dengan susah payah antara golongan Nasionalis dan golongan Islam. Dalam Piagam Jakarta terdapat tujuh kata bersejarah yakni “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Masing- masing pihak mengajukan argumentasinya dalam panitia Sembilan, dan dicapailah kesepakatan piagam jakarta yang sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk- pemeluknya” kesepakatan ini dicapai dalam sidang tanggal 22 Juni 1945. Namun kesepakatan ini tidak diterima oleh semua pihak, karena ada menerima keberatan dari pihak Kristen dari Timur Indonesia. Mereka akan mengundurkan diri dari

10 A. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan Percaturan di Konstituante, (Jakarta: LP3ES, 1986), h.102 63

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang akan diproklamasikan, apabila tujuh kata dalam piagam jakarta tetap dipertahankan.

Sementara dalam pembukaan UUD 1945 yang dikenal sekarang, tujuh kata itu dihilangkan. Dengan rumusan sila pertama yang tercantum dalam alinea keempat Piagam Jakarta, terlihat adanya kompromi antara golongan Islam dan golongan Nasionalis.

Adanya perang ideologis yang terjadi antara dua kelompok ini. Kelompok Islam tetap berpegang pada prinsip awal mereka, sebab dengan rumusan sila yang baru, kelompok Islam merasa rumusan tersebut tidak cukup kuat untuk menempatkan Negara Islam. Diantara tokoh yang setuju dengan hal ini adalah KH , ia menegaskan bahwa Islam harus diterima sebagai agama Negara.

Sebaliknya golongan Nasionalis menolak usulan Wahid Hasyim, karena usulan tersebut akan menimbulakan sikap deskriminatif terhadap agama lain. Selain golongan Nasionalis, Agus Salim yang merupakan juru bicara golongan Islam juga tidak setuju dengan usulan Wahid Hasyim. Menurut Agus Salim sama artinya mematahkan kompromi yang telah dibuat oleh golongan Nasionalis dengan golongan Islam. Lebih lanjut Agus Salim. menyatakan bahwa penganut agama selain Islam dapat menjalankan agama sesuai dengan kepervayaan mereka dan tidak perlu merasa khawatir mayoritas Islam. Menurut Agus Salim masalah adat dan hukum Islam adalah masalah yang dapat diselesaikan. Melihat perdebatan itu, kemudian Soekarno sebagai pimpinan menyatakan bahwa kesepakatan ini sudah merupakan jalan tengah yang sudah di capai dengan susah payah, dan jangan lagi di utak-atik.11

Namun pada tanggal 18 Agustus 1945, tujuh kata itu dihapus dari konstitusi. Sebelum sidang PPKI, Hatta mengundang empat tokoh islam untuk meninjau kembali rumusan dalam piagam jakarta. Empat tokoh itu adalah Ki

11 Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim Di Negara Muslim Tinjauan Dari Perspektif Politik Islam Dan Relevansinya Dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), h. 176-178 64

Bagus Hadikusumo, KH.A Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan M.Hasan dari Sumatera.

Dari dialog dengan Hatta ini kemudian, tokoh-tokoh Islam tersebut menerima saran Hatta. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan mereka setuju dengan saran hatta, yaitu :

Pertama, Hatta adalah seorang tokoh yang memiliki moralitas dan kejujuran yang tak terbantahkan.

Kedua, kenyataan bahwa bangsa Indonesia berada pada masa kritis, dalam arti, bahwa kemerdekaan harus dipertahankan mati-matian.

Ketiga, setelah proklamasi kemerdekaan, perwakilan Islam berharap akan memperjuangkan kembali cita-cita mereka di lembaga konstitusional secara demokratis.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada awal kemerdekaan Indonesia, umat Islam mengalami kegagalan dalam memperjuangkan islam sebagai dasar negara. Meskipun pada awalnya syariat Islam menjadi acuan dalam kehidupan bernegara.12

12 Muhammad Iqbal dan Amin Husen Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: kencana, 2010), h. 290-294 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dipaparkan tentang Pemikiran H.Agus Salim tentang konsep kebangsaan dan kenegaraan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep Negara Islam menurut H. Agus Salim adalah Pan Islamisme itu hanya bersifat fiktif. Agus Salim menyebut bahwa Negara Islam tidak harus berbentuk khilafah tetapi juga bias pendekatan emosional sebagai factor pemersatu dunia Islam. 2. Konsep Kebangsaan menurut H Agus Salim adalah nasionalisme yang berlandaskan ke Tuhanan yang mana Nasionalisme itu harus di posisikan dalam konteks pengabdian kepada Allah SWT. Agus salim berbeda pandangan dengan Soekarno yang mengatakan bahwa Nasionalisme sebagai cinta tanah air semata. Agus salim tidak menolak Nasionalisme sebagai bentuk cinta tanah air, tetapi Agus Salim melihat perjuangan yang telah dilakukan bukan untuk fanatic cinta tanah air tetapi mencari ridho Allah SWT. Nasionalisme adalah modal perjuangan bangsa, karena dengan nasionalisme warga Negara dituntut untuk mengusir penjajah. Latar belekang pemikiran Haji Agus Salim dalam mencetuskan semangatatau ide mengenai nasionalisme tersebut sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya dan pengembaraannya ke-Makkah serta keadaan bangsa yang pada saat itu sangat memprihatinkan, karena keadaan bangsa pada saat itu ditindas dan dikeruk kekayaannya tanpa memperhatikan keadaan perekonomian masyarakat pada saat itu.

65

66

B. Saran

Dengan adanya penelitian skripsi ini, penulis merekomendasikan agar dapat meakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah agar mempublikasi karya-karya para tokoh Nasionalis Islam pada masa kemerdekaan dan Agus Salim salah satunya. 2. . Pemikiran Haji Agus Salim sebagai tokoh nasionalis Islam bisa menjadi pedoman bagi berbagai golongan karena pemikiran politik beliau sangat sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Bagi golongan nasionalis saat ini, harus mengingat bahwa nasionalis yang keterlaluan dapat jatuh kearah chauvinisme, dan bagi golongan Islam juga harus mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang menganut paham nasionalisme, agar tidak terjadi perpecahan di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, ST Rais. 10 Orang Terbesar Indonesia Sekarang. Jakarta : Mutiara, 1952 Aly Asgar,Devolusi Negara Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 Alyhara, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Politik Yogyakarta :Arruz Media, 2010 Bawazier.Tohir. Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekulerisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsat 2015 Benda, Harry.J. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980 Budiarjo, Miriam. Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 Djaelani, Anton Timur. Gerakan Sarekat Islam Kontribusinya Pada Nasionalisme Indonesia. Jakarta : LP3ES, 2017 Effendy, Bahtiar. Islam Dan Negara Transformasi Gagasan Dan Praktik Politik Islam Di Indonesia. Jakarta: Democracy Project, 2011 Encyclopedia Britannica. The University Of Chicago fauzi Muhammad, Islamis vs Sekuleris Pertarungan Ideologi di Indonesia, Semarang : Walisongo Press 2009 Iskandar, Salman. 55 Tokoh Muslim Indonesia Paling Berpengaruh. Solo: Tinta Medina, 2011 Iqbal, Muhammad dan Amin Husen Nasution. Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta : Kencana, 2010 Iqbal Muhammad, Fiqh Siyasah Dan Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2010 Jati, Yus Pramudia. Menjadi Merah Gerakan Sarekat Islam Semarang 1916-1920. Temanggung: Kendi, 2017 Kahin, George MT. Nasionalisme Dan Refolusi Indonesia. Depok : Komunitas Bambu, 2013 Koran Sindo edisi 23 November 2016 Kutojo, Sutrisno. Riwayat Hidup Dan Perjuangan Haji Agus Salim. Bandung: ANGKASA Bandung

67

68

Latif, Yudhi. Intelegensia Muslim Dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad 20. Jakarta: Democracy Project, 2012 LIPI. Nasionalisme Dan Ketahanan Budaya Di Indonesia Sebuah Tantangan, Jakarta: LIPI Press, 2011 Maarif, A Syafii. Islam Dan Masalah Kenegaraan Percaturan Di Konstituante. Jakarta : LP3ES, 1986 Maarif,A Syafii, Islam dan Cita-Cita dan Masalah Kenegaraan, Jakarta : LP3ES,1985 Maleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Iskadarya, 2000 Marbun, B.N.Kamus Politik. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2007 MS, Kaelan. Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta : Paradigma, 2016 Mukayat. Haji Agus Salim. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1985 Nasihin. Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924-1945, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 Niel, Robert Van. Munculnya Elite Modern Indonesia, Ter. Zahara Deliar Noer, Jakarta: Pustaka Jaya, 2005 Noer, Deliar. Gerakan Moderen Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES, 1980 Noer, Deliar. Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa. Bandung :Mizan, 2001 Peringatan, Panitia. Seratus Tahun Haji Agus Salim, Jakarta: PT Sinar Agape Press, 1984 Pranggodigdo,A.K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat, 1978 Reid, Anthony, Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka (Indonesia Dan Masa Lampaunya). Jakarta:Grafitty Press, 1983 Romli Lili, Islam Yes Partai Islam Yes Sejarah Perkembangan Partai Partai Islam Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006 Salam, Solichin. Haji Agus Salim: Hidup Dan Perjuangannya. Jakarta: Djajamurni, 1961 Salam, Solichin. Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional, Jakarta:Djajamurni, 1961

69

Salim, Hadji Agus. Pesan-Pesan Islam Rangkaian Kuliah Musim Semi 1953 di Cornell University Amerika Serikat, Jakarta: Mizan, 2011 Samsudin, Rapung. Fikih Demokrasi, Jakarta :Gozian Press, 2014 Sibuea, Hotma p, Ilmu Negara, Jakarta: Erlangga, 2014 Sirait, Midian. Paham Kebangsaan Indonesia.. Jakarta : PT Elsotamas Printindo,1997 Stoddart, L.Dunia Baru Islam Sudyo, Pergerakan Nasional Mencapai Dan Mempertahankan Kemerdekaan, Jakarta: Rhineka Cipta, 2002 Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. 1994 SS, Suradi. Grand Old Man Of The Republic Haji Agus Salim Dan Konflik Politik Sarekat Islam. Jakarta: Mata Padi Pressindo, 2014 Syarif, Mujar Ibnu. Presiden Non Muslim Di Negara Muslim Tinjauan Dari Perspektif Politik Islam Dan Relevansinya Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006 Syaukani, Ahmad. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam. Solo: Pustaka Setia, 1997 Tim ICEE UIN Jakarta. Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Uin Jakarta press 2004 Untung. S, Haji Agus Salim Dalam Tiga Zaman. Jakarta: PT Rosda Jaya Putra, 1987