RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA PRODUKSI MENGGUNAKAN INDIKATOR HALAL (STUDI KASUS PADA BANANA KITCHENS)
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
LATIFA PUTRI RADIANSYAH NIM : 170403019
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2021
No. Dok.: FM-GKM-S1TI-FT-6-06-07; Tgl. Efektif : 09 Juli 2018; Rev : 01; Halaman : 1 dari 1
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI No. Dok. : FM-GKM-S1TI-FT-6- F A K U L T A S T E K N I K 06-11 Edisi : 0 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rev : 01 Tgl Efektif : 09 Juli 2018 SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS AKHIR Halaman : 1 dari 1
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS AKHIR No. : 926/ UN5.2.1.4.1.4/KRK/2021
Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan : - Evaluasi hasil seminar DRAFT Tugas Akhir - Pemeriksaan Terhadap Perbaikan DRAFT Tugas Akhir terhadap mahasiswa : Nama : Latifa Putri Radiansyah N I M : 170403019 Tempat dan tanggal lahir : Medan, 27 April 2000 Judul Tugas Akhir : Rancangan Pengukuran Kinerja Produksi Menggunakan Indikator Halal (Studi Kasus pada Banana Kitchens)
Menetapkan ketentuan – ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi : Dapat menerima perbaikan Tugas Akhir Departemen Teknik Industri dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana/ Ujian Kolokium yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU
Medan, Juli 2021 Tim Pembanding
Pembanding I, Pembanding II,
Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, IPM Ir. Khawarita Siregar, MT Tanggal, 12 Juli 2021 Tanggal, 13 Juli 2021
Pembimbing, Ketua
Ir. Dini Wahyuni, MT Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, IPM
FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Almamater No.1 Kampus USU – Tel. 8213251, Fax. 8213251 M E D A N 2 0 1 5 5
“KEPUTUSAN SIDANG SARJANA LENGKAP” No. : 34/ UN5.2.1.4.1.4/KRK/2021 Pada hari ini Sidang Sarjana Lengkap Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara di Medan setelah mendengar, memperhatikan dan memperhitungkan hasil-hasil yang dicapai selama berlangsungnya Sidang Sarjana Lengkap Teknik Industri terhadap :
Nama : Latifa Putri Radiansyah N I M : 170403019 Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 27 April 2000 Judul Tugas Sarjana : Rancangan Pengukuran Kinerja Produksi Menggunakan Indikator Halal (Studi Kasus pada Banana Kitchens)
Pembimbing I : Ir. Dini Wahyuni, MT Pembimbing II : ----
Memutuskan dan menetapkan nama yang tersebut diatas dinyatakan : a. L U L U S, dengan hasil : Cukup: C / C+ Baik: B / B+ Sangat Baik: A
Membuat Perbaikan Tanpa Perbaikan Suplemen
Yang bersangkutan dinyatakan sebagai Sarjana dalam bidang Teknik Industri, bila perbaikan (kalau ada) sudah selesai, maka Ijazah Sarjana Teknik akan dikeluarkan oleh Universitas Sumatera Utara bersama Fakultas Teknik USU, dan Transkrip Akademik selama mengikuti kuliah dan praktikum pada Fakultas Teknik akan dikeluarkan oleh Departemen Teknik Industri. b. T I D A K L U L U S, dengan hasil : Kurang Yang bersangkutan diwajibkan...... untuk dapat mengikuti sidang sarjana yang Kedua/Ketiga Medan, 21 Juli 2021 PANITIA UJIAN SARJANA LENGKAP DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK USU Panitera, Koordinator Pelaksana Sidang,
Buchari, ST, M. Kes Ir. Nurhayati, M.T Penguji I, Penguji II Penguji III,
Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, IPM Ir. Khawarita Siregar, MT Ir. Dini Wahyuni, MT
Mengetahui / Menyaksikan Ketua, Sekretaris,
Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, IPM Buchari, ST, M. Kes
No. Dok : FM-GKM-S1TI-FT-6-06-14 Rev : 01 Tgl. Efektif :09 Juli2018 Halaman : 1 dari 1 PERNYATAAN ORISINALITAS
Judul : RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA PRODUKSI
MENGGUNAKAN INDIKATOR HALAL (STUDI KASUS PADA BANANA
KITCHENS)
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2021
LATIFA PUTRI RADIANSYAH
NIM. 170403019 ABSTRAK
Berlakunya Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU-JPH) mengharuskan produsen yang menyatakan produknya sebagai produk halal wajib mencantumkan sertifikasi halal. Banana Kitchens merupakan usaha yang memproduksi pisang lumer cokelat yang menyatakan bahwa produk yang dihasilkannya halal namun tidak terdapat sertifikat Halal MUI pada produk yang dijual. Selain itu, pengukuran kinerja juga penting dilakukan dikarenakan kinerja merupakan taraf keberhasilan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Usaha Banana Kitchens belum pernah melakukan pengukuran kinerja, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) berlandaskan kriteria halal sebagai solusi perbaikan. Hasil dari perancangan pengukuran kinerja usaha ini adalah 18 indikator yang dibagi ke dalam lima proses utama bisnis, yaitu Plan, Source, Deliver, Make, dan Return. Scoring system menggunakan proses normalisasi dan dilanjutkan dengan analisis Traffic Light System untuk mengevaluasi pencapaian kinerja melalui tiga warna (merah, kuning, dan hijau). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kinerja pada Banana Kitchens sebesar 63,22 yang termasuk dalam kategori average. Beberapa indikator kinerja yang berada di zona merah berdasarkan traffic light system yaitu: 1) Sertifikat Halal MUI, 2) Kesiapan Sertifikasi Halal, 3) Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo Halal pada Bahan, 4) Ketersediaan Supplier, 5) Label Tanggal Kedaluwarsa, 6) Cara Kerja Karyawan, dan 7) Persentase Keluhan Konsumen. Indikator yang masih memiliki nilai kinerja yang rendah harus segera diperbaiki sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Solusi yang diusulkan adalah segera melakukan pendaftaran untuk Sertifikasi Halal MUI, menyiapkan dokumen untuk sertifikasi halal serta mengikuti pelatihan terkait Sistem Jaminan Halal, melakukan pemeriksaan logo Halal MUI pada bahan, menambah supplier alternatif yang kualitasnya sama dengan supplier utama dengan tetap mempehatikan kehalalannya, mencamtumkan tanggal expired ataupun tanggal produksi pada produk yang dijual, membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) pembuatan pisang lumer cokelat, dan senantiasa mengingatkan karyawan agar lebih fokus dan teliti dalam bekerja untuk meminimalisir keluhan dari konsumen.
Kata kunci: Analytical Hierachy Process, Pengukuran Kinerja, Supply Chain Operation Reference, Traffic Light System
ABSTRACT
The enactment of the Halal Product Guarantee Act (UU-JPH) requires that producers who declare their products as halal products must include halal certification. Banana Kitchens is a business that produces chocolate melted bananas which state that the products they produce are halal but there is no Halal MUI certificate on the products they sell. In addition, performance measurement is also important because performance is the level of success of the company in achieving company goals. The Banana Kitchens business has never carried out performance measurements, so this study aims to measure performance using the Supply Chain Operation Reference (SCOR) and Analytical Hierarchy Process (AHP) methods based on halal criteria as an improvement solution. The results of this business performance measurement design are 18 indicators which are divided into five main business processes, namely Plan, Source, Deliver, Make, and Return. The scoring system uses a normalization process and continues with Traffic Light System analysis to evaluate performance achievements through three colors (red, yellow, and green). The results showed that the performance value at Banana Kitchens was 63,22 which was included in the average category. Several performance indicators that are in the red zone based on the traffic light system are: 1) Halal MUI Certificate, 2) Halal Certification Readiness, 3) Certification Inspection and Halal Logo on Materials, 4) Supplier Availability, 5) Expiration Date Label, 6) Method Employee Work, and 7) Percentage of Consumer Complaints. Indicators that still have low performance values must be improved immediately so that they can improve company performance. The proposed solution is to immediately register for the Halal MUI Certification, prepare documents for halal certification and take part in training related to the Halal Assurance System, inspect the Halal MUI logo on materials, add alternative suppliers whose quality is the same as the main supplier while still paying attention to halalness, including the expiration date. or the date of production on the products sold, making Standard Operating Procedures (SOP) for making chocolate melted bananas, and constantly reminding employees to be more focused and thorough in their work to minimize complaints from consumers.
Keywords: Analytical Hierachy Process, Performance Measurement, Supply Chain Operation Reference, Traffic Light System
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu persyaratan yang diajukan kepada
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri). Adapun Tugas
Sarjana ini berjudul “Rancangan Pengukuran Kinerja Produksi
Menggunakan Indikator Halal (Studi Kasus pada Banana Kitchens)”.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga diperlukan perbaikan lebih lanjut. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan tugas sarjana ini berguna bagi kita semua.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS
MEDAN, JUNI 2021 LATIFA PUTRI RADIANSYAH UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik. Penulisan Tugas Sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, atas doa, nasihat, bimbingan dan dukungan moril
dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis untuk tetap
semangat dalam perkuliahan dan penulisan Tugas Sarjana ini.
2. Ibu Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, MT, IPM selaku Ketua Departemen
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara serta Dosen
Pembanding I penulis yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Buchari, ST, M.Kes selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Bapak Ir. Aulia Ishak, MT,
Ph.D. selaku koordinator Tugas Sarjana yang telah memberikan arahan dalam
penentuan topik Tugas Sarjana.
5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
kesediaan baik waktu maupun ilmu, nasihat, saran, semangat dan masukan
yang membangun untuk penulis agar penulis dapat menyelesaikan penulisan
Tugas Sarjana. 6. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Kepala Laboratorium Pengukuran dan
Statistik serta Dosen Pembanding II penulis yang telah memberikan arahan
dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana
ini.
7. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang
menjadi bekal penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Medan, Juni 2021
Latifa Putri Radiansyah
viii DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ...... i
LEMBAR PENGESAHAN ...... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iii
ABSTRAK ...... iv
ABSTRACT ...... v
KATA PENGANTAR ...... vi
UCAPAN TERIMA KASIH...... viii
DAFTAR ISI ...... xi
DAFTAR TABEL ...... xv
DAFTAR GAMBAR ...... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii
I PENDAHULUAN ...... I-1
1.1. Latar Belakang ...... I-1
1.2. Rumusan Masalah ...... I-5
1.3. Tujuan Penelitian ...... I-6
1.4. Manfaat Penelitian ...... I-6
1.5. Batasan dan Asumsi ...... I-7
1.6. Sistematika Penulisan Laporan ...... I-7
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
II LANDASAN TEORI ...... II-1
2.1. Supply Chain Management ...... II-1
2.2. Halal Supply Chain Management ...... II-2
2.3. Produk Halal...... II-4
2.4. Kriteria Makanan Halal ...... II-4
2.5. Pengukuran Kinerja ...... II-5
2.6. Manajemen Risiko ...... II-7
2.7. Supply Chain Operation Reference (SCOR)...... II-7
2.8. Key Performance Indicator (KPI) ...... II-8
2.9. Normalisasi Snorm De Boer...... II-10
2.10. Analytical Hierarchy Process (AHP)...... II-10
2.11. Traffic Light System ...... II-12
2.12. Sistem Jaminan Halal (SJH)...... II-12
2.13. Penelitian Terkait Kinerja Usaha ...... II-16
2.14. Kerangka teoritis ...... II-18
III METODE PENELITIAN ...... III-1
3.1. Jenis Penelitian ...... III-1
3.2. Objek Penelitian ...... III-1
3.3. Kerangka Berpikir Penelitian ...... III-2
x
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.4. Variabel Penelitian ...... III-2
3.5. Metode Pengumpulan Data ...... III-5
3.6. Metode Pengolahan Data ...... III-7
3.7. Metode Analisis dan Pembahasan ...... III-8
IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...... IV-1
4.1. Deskripsi Umum Perusahaan ...... IV-1
4.1.1. Bahan yang Digunakan ...... IV-1
4.1.1.1. Bahan Baku ...... IV-2
4.1.1.2. Bahan Penolong ...... IV-3
4.1.1.3. Bahan Tambahan ...... IV-4
4.1.2. Proses Produksi...... IV-6
4.2. Aktivitas Supply Chain Usaha Banana Kitchens ...... IV-9
4.3. Pengukuran Kinerja Banana Kitchens ...... IV-11
4.4. Perancangan Key Performance Indicator ...... IV-12
4.5. Perhitungan Pembobotan Snorm De Boer ...... IV-16
4.6. Pengolahan Data Analytical Hierarchy Process (AHP) ...... IV-16
4.6.1. Pembobotan Level 1 (Proses) ...... IV-17
xi
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...... V-1
5.1. Analisis Hasil Perhitungan Kinerja Usaha ...... V-1
5.2. Analisis Proses Plan ...... V-2
5.3. Analisis Proses Source ...... V-2
5.4. Analisis Proses Make ...... V-3
5.5. Analisis Proses Deliver ...... V-3
5.6. Analisis Proses Return ...... V-3
VI KESIMPULAN DAN SARAN ...... VI-1
6.1. Kesimpulan ...... VI-1
6.2. Saran ...... VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Cakupan Supply Chain Management ...... II-2
2.2. Perbedaan Antara Rantai Pasok Konvensioal dengan Rantai
Pasok Halal ...... II-3
2.3. Standar Nilai Kinerja Rantai Pasok ...... II-7
4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Proses ...... IV-17
4.2. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Proses ...... IV-17
4.3. Hasil Normalisasi Antar Proses ...... IV-18
4.4. Hasil Perhitungan Eugen Vector Antar Proses ...... IV-18
4.5. Perhitungan Kinerja Akhir Usaha Banana Kitchens ...... IV-20
5.1. Pengelompokan KPI Banana Kitchens Menggunakan Traffic
Light System ...... V-1
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Kerangka Teoritis ...... II-18
3.1. Kerangka Berpikir Penelitian ...... III-2
4.1. Aliran Kegiatan Supply Chain pada Usaha Banana Kitchens ..... IV-9
4.2. Value Chain Banana Kitchens ...... IV-10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Tabel Random Index (RI) dan Concistency Ratio (CR) ...... L-1
2. Formulir Permohonan Tugas Sarjana...... L-2
3. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ...... L-3
4. Surat Keputusan Tugas Sarjana ...... L-4
5. Lembar Asistensi Laporan Tugas Sarjana...... L-5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kinerja adalah salah satu faktor krusial dalam perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dalam dunia industri. Kinerja adalah taraf keberhasilan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. (Misra
Hartati, dkk, 2017). Sehingga setiap industri dituntut untuk bisa terus meningkatkan kinerjanya untuk memenangkan persaingan (Ariani dan Abdul,
2017). Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan suatu kinerja perusahaan diawali dengan mengukur nilai kinerja, sehingga dapat dimengerti sampai sejauh mana tingkatan kinerja perusahaan selama ini (Asep Ridwan, dkk, 2017).
Pengukuran kinerja atau performansi sangat krusial dilakukan oleh manajemen rantai pasok. Peningkatan kinerja, kerjasama yang efektif antara pemasok dan konsumen dalam melancarkan rantai pasok merupakan proses yang interaktif (Nofan dan Evi, 2013). Perusahaan dalam melakukan pengukuran kinerja manajemen rantai pasok melibatkan beberapa bagian rantai pasok seperti pemasok dan konsumen. Pada sejumlah negara maju kunci tingkat kinerja dari perusahaan ialah kemampuan perusahaan dapat bekerja sama dengan para mitra bisnisnya (Sumiati, 2012).
Berdasarkan data dari Global Religious Futures, jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 87,2 persen dari total penduduk Indonesia. Seorang muslim harus memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsinya halal karena I-1
I-2
mengkonsumsi makanan dan minuman halal adalah wajib hukumnya untuk setiap muslim. Halal merupakan sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat untuk dilakukan, digunakan, atau diusahakan karena telah terurai tali atau ikatan yang mencegahnya atau unsur yang membahayakannya (Muchtar, 2016).
Sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi konsumen dari produk yang tidak halal, pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU-JPH). Tujuan dari UU-
JPH adalah untuk menjamin setiap pemeluk agama beribadah dan menjalankan ajaran agamanya, memberikan pelindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat sesuai dengan asas pelindungan, keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan transparansi, efektivitas dan efisiensi, serta profesionalitas. Selain itu, penyelenggaraan sistem produk halal bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk, serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal. Berlakunya UU-JPH yang disahkan DPR pada 24 September 2014 mengharuskan produsen yang menyatakan produknya sebagai produk halal wajib mencantumkan sertifikasi halal. Dalam hal ini, Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menyatakan bahwa sertifikasi bukan lagi urusan sukarela (voluntary) melainkan merupakan kewajiban
(mandatory). (Asep dan Mustolih, 2015).
Menyediakan pangan halal dan aman adalah bisnis yang sangat prospektif, karena dengan label (sertifikasi) halal dapat mengundang pelanggan loyal yang I-3
bukan saja diminati oleh muslim tetapi juga masyarakat non-muslim. Sebaliknya bagi produsen yang tidak memberikan keterangan halal yang memasarkan produknya di negara seperti Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim, produknya kurang diminati sehingga merugikan pelaku usaha sendiri (Warto dan
Samsuri, 2020). Menyediakan pangan halal dan aman adalah bisnis yang sangat prospektif, karena dengan label (sertifikasi) halal dapat mengundang pelanggan loyal yang bukan saja diminati oleh muslim tetapi juga masyarakat non muslim.
Sebaliknya bagi produsen yang tidak memberikan keterangan halal yang memasarkan produknya di negara seperti Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim, produknya kurang diminati sehingga merugikan pelaku usaha sendiri.
(Asep dan Mustolih, 2015).
Untuk memastikan kehalalan produk akhir yang siap dikonsumsi maka setiap mata rantai dalam rantai pasok halal wajib menerapkan sistem jaminan halal dimana terdapat 11 kriteria yang harus ada pada sistem jaminan halal yaitu:
1) Kebijakan halal, 2) Tim manajemen halal, 3) Pelatihan dan Edukasi, 4) Bahan,
5) Produk, 6) Fasilitas produksi, 7) Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis, 8)
Kemampuan Telusur, 9) Penanganan Produk Yang Tidak Memenuhi Kriteria, 10)
Audit Internal, dan 11) Kaji Ulang Manajemen. Setiap usaha yang menghasilkan produk halal perlu mengukur kinerja manajemen usaha mereka dengan memperhatikan kriteria halal dari mulai hulu hingga hilir proses produksi. Salah satu upaya untuk menaikkan kinerja adalah dengan mengevaluasi capaian kinerja sehingga dapat diketahui pada tahap proses mana yang mengalami masalah.
I-4
Penelitian terkait kinerja dengan menggunakan metode Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) telah banyak dilakukan, diantaranya Misra Hartati, dkk (2017) tentang Pengukuran
Kinerja Rantai Pasok UKM Kalamai Uni War. Pada penelitian tersebut terdapat
26 indikator yang sesuai dengan keadaan perusahaan dan diperoleh nilai kinerja sebesar 68,68 dengan kategori average (sedang). Penelitian yang dilakukan oleh
Anggit Dwi, dkk (2019) mengenai Kinerja Manajemen Rantai Pasok Keripik
Kentang di Industri Kecil Kota Batu menyimpulkan bahwa terdapat 24 indikator yang sesuai dengan dengan keadaan perusahaan dan diperoleh nilai kinerja sebesar 89,23 dengan kategori good (baik). Penelitian yang dilakukan oleh
Agustini dan Asep (2018) mengenai Pengukuran Kinerja Rantai Pasok CV. Vio
Burger menyimpulkan bahwa terdapat 26 indikator yang sesuai dengan keadaan perusahaan dan diperoleh nilai kinerja terendah sebesar 65,97 pada bulan oktober dengan kategori average.
Adapun penelitian terkait kinerja dengan metode Supply Chain Operation
Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan indikator halal yakni penelitian yang dilakukan oleh Elisa Kusrini, dkk (2018).
Pada penelitian tersebut, terdapat 22 KPI yang teridentifikasi dimana 14 diantaranya ialah indikator halal. Beberapa indikator kehalalan tersebut adalah pemeriksaaan sertifikasi dan logo halal pada produk, tidak adanya transaksi riba, produk tidak tercampur produk non-halal, dan kebersihan alat transportasi.
Diperoleh nilai kinerja sebesar 91,4 dengan kategori excellent (sangat baik).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Harwati dan Yunita (2019). Pada penelitian I-5
tersebut, terdapat 18 KPI yang teridentifikasi dimana 2 diantaranya ialah indikator halal. Beberapa indikator kehalalan tersebut adalah sertifikasi halal dsn penyediaan bahan baku halal. Diperoleh nilai kinerja sebesar 77 dengan kategori good (baik).
Penelitian ini dilakukan di Banana Kitchens yang memproduksi pisang lumer cokelat. Pemilik usaha menyatakan pisang lumer cokelat yang dihasilkannya halal tetapi usaha ini belum pernah melakukan sertifikasi Halal
MUI sehingga tidak adanya logo Halal MUI pada produk yang dijual. Usaha ini belum pernah melakukan pengukuran kinerja, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja pada usaha Banana Kitchens dengan menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analytical
Hierarchy Process (AHP) berlandaskan kriteria halal sebagai solusi perbaikan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai kinerja pada usaha Banana Kitchens dengan model
Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang berlandaskan kriteria
halal?
2. Apa saja usulan perbaikan untuk meningkatkan kinerja pada usaha Banana
Kitchens yang berlandaskan kriteria halal?
I-6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian Tugas Sarjana ini adalah mengetahui nilai kinerja usaha Banana Kitchens dengan menggunakan pendekatan Supply Chain
Operations Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) serta memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan kinerja manajemen usaha
Banana Kitchens.
Tujuan khusus dari penelitian Tugas Sarjana ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Key Performance Indicator (KPI)
2. Menghitung pembobotan Snorm De Boer
3. Menghitung pembobotan Analytical Hierarchy Process (AHP)
4. Menghitung keseluruhan nilai akhir kinerja usaha
5. Menganalisis masing-masing indikator dengan Traffic Light System
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam
mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam perkuliahan.
2. Dapat memberikan solusi bagi usaha dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dengan menggunakan Pendekatan Supply Chain Operations
Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process
I-7
1.5. Batasan dan Asumsi
Batasan dalam penelitian Tugas Sarjana ini adalah :
1. Penelitian ini tidak menampilkan data keuangan perusahaan.
2. Pengukuran kinerja menggunakan metode Supply Chain Operations
Reference (SCOR) dan pembobotan indikator kinerja dilakukan dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
3. Usulan perbaikan tidak sampai tahap implementasi di perusahaan.
Asumsi dalam penelitian Tugas Sarjana ini adalah :
1. Kegiatan di dalam perusahaan tidak mengalami perubahan selama
penelitian.
2. Jumlah tenaga kerja dan fasilitas produksi tidak berubah selama penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam
BAB I hingga BAB VI. Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan
laporan.
BAB II Landasan Teori menyajikan dasar teori dan metode yang
digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Adapun
teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah supply chain I-8
management, halal supply chain management, produk halal,
metode SCOR dalam pengukuran kinerja perusahaan, Analytical
Hierarchy Process (AHP), dan sistem jaminan halal.
BAB III Metode Penelitian mengemukakan tentang urutan langkah-langkah
dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar
tentang metode yang digunakan. Metode penelitian yang
digunakan dalam Tugas Sarjana ini adalah Jenis Penelitian, Objek
Penelitian, Kerangka Berpikir Penelitian, Variabel Penelitian,
Metode Pengumpulan Data, Metode Pengolahan Data, dan Metode
Analisis dan Pembahasan.
BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data yang
dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan
permasalahan penelitian.
BAB V Analisis dan Pembahasan diuraikan analisis terhadap hasil dari
pengolahan data dan diskusi terhadap pemecahan masalah dalam
penelitian.
BAB VI Kesimpulan dan Saran menguraikan kesimpulan yang diperoleh
dari diskusi pemecahan masalah, serta saran-saran yang bermanfaat
bagi usaha dan pengembangan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Supply Chain Management
Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Istilah SCM (Supply Chain Management) pertama kali dikemukakan oleh
Oliver & Weber pada tahun 1982. Kalau Supply Chain adalah jaringan fisiknya, yaitu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Jadi SCM adalah integrasi beberapa kunci proses bisnis dari end user hingga para pemasok yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang menjadi nilai tambah untuk para pelanggan dan stakeholder..
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream), contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik.
Setelah produk selesai diproduksi, akan dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua, adalah aliran uang dan
II-1 II-2
sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga, adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. (Pujawan, 2005)
Apabila mengacu kepada sebuah perusahaan manufaktur, maka kegiatan- kegiatan utama yang masuk kedalam klasifikasi SCM dapat dilihat pada Tabel
3.1.
Tabel 2.1. Cakupan Supply Chain Management
Bagian Cakupan Kegiatan Pengembangan Melakukan riset pasar, merancang produk baru, Produk melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.
Pengadaan Memilih supplier mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.
Perencanaan Demand Planning, peramalan permintaan, perencanaan dan Pengendalian kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.
Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman dan memonitor service level pada tiap pusat distribusi. Sumber: Pujawan dan Mahendrawati (2005)
2.2. Halal Supply Chain Management
Halal Supply Chain Management merupakan proses penanganan produk- produk halal dari supplier sampai pada pembeli, dimana melibatkan pihak-pihak yang berbeda, tempat yang berbeda, dan dalam waktu bersamaan juga melibatkan penanganan produk nonhalal dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen baik konsumen produk halal dan non-halal. (Zulfakar et al., 2014) II-3
Menurut Halal Industry Development Corporation (HDC), rantai pasok halal mencakup segala sesuatu mulai dari pengadaan dan persiapan bahan halal asli hingga pembuatan dan pengiriman produk akhir ke pelanggan. Ini termasuk pemisahan bahan halal atau produk jadi dari produk non-halal, seperti produk terkait alkohol atau babi, di seluruh rantai. Langkah-langkah serupa perlu diadopsi di bidang lain dari proses logistik, seperti mengangkut hewan yang diberi makan halal untuk rumah potong hewan atau saat pengiriman daging halal beku di kontainer tertutup. (Siti Sarah, 2011)
Perbedaan antara rantai pasok konvensioal dengan rantai pasok halal dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perbedaan Antara Rantai Pasok Konvensioal dengan Rantai Pasok Halal Rantai Pasok Elemen Rantai Pasok Halal Konvensional Proses mengelola pengadaan, pergerakan, Berfungsi merencanakan, penyimpanan dan menerapkan dan penanganan bahan, mengendalikan aliran bagian ternak dan yang efisien, efektif dan persediaan, makanan dan penyimpanan barang, jasa Definisi non-makanan setengah dan informasi terkait jadi, informasi terkait antara titik asal dan titik serta dokumentasi konsumsi untuk melalui organisasi dan memenuhi kebutuhan rantai pasok sesuai pelanggan dengan prinsip-prinsip umum syariah islam. Memastikan produk Meminimalkan biaya, sesuai dengan integritas Tujuan memaksimalkan laba halal sampai pada konsumen akhir
II-4
Tabel 2.2. Perbedaan Antara Rantai Pasok Konvensioal Dengan Rantai Pasok Halal (Lanjutan) Rantai Pasok Elemen Rantai Pasok Halal Konvensional Kemungkinan tanpa Pemisahan produk Halal Kebutuhan Pemisahan pemisahan di antara dengan produk non-Halal berbagai produk Sumber: Siti Sarah, dkk. (2011)
2.3. Produk Halal
Produk halal adalah produk yang sesuai Syariah berarti tidak melibatkan penggunaan substansi haram atau dilarang dalam penggunaan bahan baku, penggunaan (Nurbaiti, 2019).
Secara bahasa kata halal berarti terbuka. Sedangkan secara istilah, menurut al-Jurjani berarti setiap sesuatu yang tidak dikenakan sanksi penggunaannya atau sesuatu perbuatan yang dibebaskan syariat untuk dilakukan kemudian dalam penjelasan Imam Syaukani dinyatakan sebagai halal karena telah terurainya simpul tali atau ikatan larangan yang mencegah. Dalam ensiklopedi hukum Islam definisi halal adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang boleh dikerjakan menurut syara’
(Muhammad Syarif, 2020).
2.4. Kriteria Makanan Halal
Kriteria makan halal dalam syariat Islam ialah: (1) tidak mengandung babi dan bahan berasal dari babi; (2) tidak memabukkan atau bukan khamr maupun produk turunannya; (3) bahan yang berasal dari hewan harus berasal dari hewan yang halal serta disembelih sesuai syariat Islam; (4) tidak termasuk dalam II-5
kategori najis seperti bangkai, darah, kotoran dan lain-lain; dan (5) semua tempat penyimpanan, penjualan, pengolahan, pengelolaan dan alat transportasi untuk produk halal tidak boleh digunakan untuk babi atau barang tidak halal. Jika pernah digunakan untuk babi atau tidak halal lainnya dan kemudian akan digunakan untuk produk halal, maka terlebih dahulu harus dibersihkan sesuai dengan cara yang diatur menurut syari’at Islam. Penggunaan fasilitas produksi untuk produk halal dan tidak halal secara bergantian tidak diperbolehkan.
Jenis-jenis makanan yang halal berdasarkan nash Al-Qur’an maupun hadits ialah: (1) semua makanan yang baik, tidak kotor dan menjijikkan; (2) semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya; (3) semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan kesehatan jasmani dan tidak merusak akal, moral dan akidah; dan (4) hewan yang hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar (Muhammad Syarif, 2020).
2.5. Pengukuran Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisai dalam periode tertentu.
Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai proses pengkuantifikasian efisiensi dan efektivitas dari tindakan yang lalu. Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah parameter yang digunakan untuk mengkuantifikasi II-6
efisiensi dan/atau efektivitas dari tindakan yang lalu. Metrik kinerja adalah definisi dari cakupan, isi dan bagian-bagian komponen dari sebuah ukuran kinerja yang berbasis luas (Awan Febrianto, 2016).
Mulyadi dan Setiawan dalam Gloria Grace (2014) menyatakan pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan personilnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu mekanisme yang mempengaruhi kemungkinan bahwa organisasi tersebut akan mengimplementasikan strateginya dengan berhasil
Pengukuran kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di masa mendatang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses bisnis perusahaan. Gambaran mengenai kinerja perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya. Sedangkan informasi nonfinansial merupakan faktor kunci untuk menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan (Bonifatius, dkk. 2014).
II-7
Volby dalam David, dkk. (2018) menjelaskan bahwa standar nilai kinerja rantai pasok dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel 2.3. Standar Nilai Kinerja Rantai Pasok
Monitoring System Performance Indicator 0-40 Poor 40-50 Marginal 50-70 Average 70-90 Good 90-100 Excellent Sumber : David, dkk (2018)
2.6. Manajemen Risiko
Manajemen Risiko merupakan suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.
Pada tahap identifikasi risiko, pihak manajemen melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami oleh perusahaan, termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat dan melakukan observasi terhadap potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat. (Fahmi, 2010)
2.7. Supply Chain Operation Reference (SCOR)
Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah bahasa rantai suplai yang dapat digunakan dalam berbagai konteks untuk merancang, mendeskripsikan, mengonfigurasi dan mengonfigurasi ulang berbagai jenis II-8
aktivitas komersial/bisnis. Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) disahkan oleh Supply Chain Council (SCC). SCC yang terbentuk pada tahun
1996, adalah asosiasi non-profit internasional dan independen dengan keanggotaan yang terbuka bagi semua perusahaan atau organisasi. Asosiasi ini berfokus pada riset, aplikasi serta upaya memajukan kecanggihan sistem dan praktik manajemen rantai suplai. (Paul,2014)
Penerapan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dalam batas- batas tertentu cukup fleksibel dan dapat disesuaikan untuk meningkatkan produktivitas demi memenuhi kebutuhan konsumen. SCOR mencakup setidaknya empat bidang: (1) interaksi antara seluruh penyuplai dan konsumen, mulai dari penerimaan pesanan hingga pembayaran tagihan, (2) seluruh transaksi material fisik, dari pihak penyuplai hingga konsumen pihak pelanggan, termasuk peralatan, bahan-bahan pendukung, suku cadang, produk curah (bulk), perangkat lunak, dan lain-lain, (3) seluruh transaksi pasar, dari pemahaman akan permintaan agregat hingga pemenuhan setiap pesanan, dan (4) proses pengembalian.
SCOR terstruktur ke dalam enam proses manajemen berbeda: Plan,
Source, Make, Deliver, Return, dan Enable dari supplier-supplier penyuplai hingga konsumen/pihak pelanggan. Pendekatan dalam membangun SCOR terdiri atas Proses, Praktik, Kinerja, dan Keterampilan Orang/SDM.
2.8. Key Performance Indicator (KPI)
Key performance indicator (KPI) adalah suatu tolok ukur yang biasa digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja dan membandingkan antara II-9
kinerja satu dengan lainnya, sehingga dengan melakukan pengukuran KPI, diharapkan dapat mengetahui kemampuan kinerja perusahaan dalam mencapai target yang ditetapkan dan juga diharapkan dapat memberikan evaluasi serta perbaikan kinerja. (Dhaniya, Tri Wigati.dkk, 2017)
Key Performance Indicator (KPI) merupakan alat bantu atau instrument manajemen agar suatu kegiatan atau proses dapat diikuti, dikendalikan (bila menyimpang, dapat dikenali untuk dikoreksi), dan dipastikan untuk mewujudkan kinerja yang dikehendaki. Salah satu cara agar mencapai indikator yang baik dalam penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan metode KPI. KPI membandingkan apa yang telah dibuat dengan apa yang telah ditetapkan.
Implementasi yang berhasil akan tergantung pada pelaksanaan strategi pemeliharaan yang baik sesuai dengan apa yang telah ditetapkan (Putri dan Usmu,
2018).
KPI harus dipilih secara cermat untuk mencerminkan indikator kinerja yang penting bagi organisasi sesuai dengan strategi perusahaan dan faktor kunci kesuksesan organisasi. Penetapan KPI dan sasaran yang akan dicapai tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi harus dipilih dan ditentukan menggunakan metode yang tepat dan sistematis. Memilih KPI dan menetapkan sasaran KPI secara tepat akan dapat mengarahkan organisasi pada identifikasi potensi perbaikan atau peningkatan kinerja sehingga KPI sering sekali diasosiasikan dengan inisiatif yang terkait peningkatan kinerja (Putri dan Usmu, 2018).
II-10
2.9. Normalisasi Snorm De Boer
Normalisasi memegang peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran kinerja, setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran yang berbeda-beda pula (Herlinda Padilah, dkk, 2016).
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm De Boer, yaitu sebagai berikut:
- min Snorm (skor) = x 100 (Kategori larger is better) ma - min
ma - Snorm (skor) = x 100 (Kategori lower is better) ma - min
Keterangan :
SI = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smin = Nilai kinerja terburuk dari indikator kinerja
Smax = Nilai kinerja terbaik dari indikator kinerja
2.10. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an. AHP merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison) dari masing-masing kriteria.
Proses matematis pada AHP secara umum adalah menentukan preferensi pada setiap tingkat hierarki. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu permasalahan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi suatu bagian-bagian dan tertata dalam sebuah hierarki. Tingkat kepentingan suatu II-11
variabel diberi nilai numerik, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang mempunyai prioritas tinggi dan berperan dalam mempengaruhi hasil sistem tersebut.
Metode AHP merupakan sebuah hirarki fungsional dengan input utama berupa persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki.
Tahapan matematis yang digunakan untuk membuat keputusan berdasarkan AHP, sebagai berikut :
1. Mengembangkan matriks perbandingan berpasangan untuk setiap alternatif
keputusan berdasarkan kriteria.
2. Sintesis; menjumlahkan nilai pada setiap kolom pada matriks perbandingan
berpasangan, membagi nilai tiap kolom dalam matriks perbandingan
berpasangan dengan jumlah kolom yang bersangkutan (matriks normalisasi),
menghitung nilai rata-rata setiap baris pada matriks normalisasi (vektor
preferensi), dan menggabungkan vektor preferensi untuk setiap kriteria
menjadi matriks preferensi setiap alternatif berdasarkan setiap kriteria.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria.
4. Menghitung matriks normalisasi untuk kriteria.
5. Menghitung vektor preferensi dari kriteria.
6. Menghitung skor keseluruhan untuk setiap alternatif keputusan dengan
mengalikan vektor preferensi kriteria dengan alternatif berdasarkan setiap
kriteria. II-12
7. Merangking alternatif keputusan berdasarkan langkah sebelumnya. (Lis Utari,
2016)
2.11. Traffic Light System
Traffic Light System berfungsi sebagai penanda apakah indikator kinerja memerlukan perbaikan atau tidak (Matondang & Fachri, 2019). Menurut Nurmita dalam Dyah & Naniek (2015) menyebutkan bahwa:
1. Warna merah menandakan skor dari KPI tidak mencapai target atau di bawah
target, maka perlu diadakan perbaikan. Batas skor : KPI < 60.
2. Warna kuning memberikan indikasi bahwa skor yang dicapai perlu
ditingkatkan. Batas skor : 60 ≤ KPI ≤ 80.
3. Warna hijau menandakan bahwa skor yang dicapai telah sesuai dengan target
yang diinginkan perusahaan. Batas skor : KPI > 80.
2.12. Sistem Jaminan Halal (SJH)
Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah suatu sistem manajemen yang disusun, diterapkan dan dipelihara oleh perusahaan pemegang sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal.
II-13
Sesuai dengan ketentuan LPPOM MUI, terdapat 11 kriteria Sistem
Jaminan Halal (SJH) yang harus dipenuhi sebagai persyaratan sertifikasi halal adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Halal
Kebijakan halal adalah komitmen tertulis untuk pihak perusahaan
menghasilkan produk halal secara konsisten. Kebijakan halal harus ditetapkan
dan didiseminasikan kepada pihak yang berkepentingan.
2. Tim Manajemen Halal
Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan, implementasi, evaluasi dan perbaikan sistem jaminan
halal di perusahaan. Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen
halal dengan disertai bukti tertulis. Tanggung jawab tim manajemen halal harus
diuraikan dengan jelas. Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya
yang diperlukan oleh tim manajemen halal.
3. Pelatihan dan Edukasi
Pelatihan adalah kegiatan peningkatan pengetahuan (knowledge), ketrampilan
(skill) dan sikap (attitude) untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan.
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan.
Pelatihan eksternal harus diikuti setidaknya sekali dalam dua tahun. Pelatihan
internal harus dilaksanakan setidaknya setahun sekali. Hasil pelatihan internal
harus dievaluasi untuk memastikan kompetensi peserta pelatihan.
II-14
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak boleh
berasal dari bahan haram atau najis. Bahan tidak boleh berasal dan
mengandung bahan dari:
a. Babi dan turunannya
b. Minuman beralkohol (khamar)
c. Turunan khamar
d. Darah
e. Bangkai
f. Bagian dari tubuh manusia
5. Fasilitas Produksi
a. Industri pengolahan: (i) semua pabrik baik milik sendiri maupun disewa
menghasilkan produk yang didaftarkan; (ii) Produk bersifat bebas bahan
babi dan turunannya
b. Restoran/Katering/Dapur: (i) Dapur hanya dikhususkan untuk produksi halal
dan harus didaftakan; (ii) Fasilitas dan peralatan penyajian hanya
dikhususkan untuk menyajikan produk halal; (iii) Alat transportasi hanya
untuk mengangkut daging dan produk olahan yang halal
c. Rumah potong hewan (RPH): (i) Fasilitas RPH hanya dikhususkan untuk
produksi daging hewan halal; (ii) Lokasi RPH harus terpisah secara nyata
dari RPH/peternakan babi; (iii) Jika proses deboning dilakukan di luar RPH
tersebut, maka harus dipastikan karkas hanya berasal dari RPH halal; (iv)
Alat penyembelih harus memenuhi persyaratan. II-15
6. Produk
Karakteristik/ profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan bau
atau rasa yang mengarah kepada produk haram. Merk/nama produk yang
didaftarkan untuk disertifikasi tidak boleh menggunakan nama yang mengarah
pada sesuatu yang diharamkan atau yang tidak sesuai dengan syariah Islam.
7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan aktivitas
kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat mempengaruhi status
kehalalan produk. Aktivitas kritis dapat mencakup penggunaan bahan baru
untuk produk yang sudah disertifikasi, pembelian bahan, formulasi dan
pengembangan produk, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian
fasilitas produksi, penyimpanan bahan dan produk, transportasi bahan dan
produk.
8. Kemampuan Telusur (Traceability)
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin kemampuan
telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang disetujui LPPOM
MUI dan diproduksi di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria halal.
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani produk yang
tidak memenuhi kriteria halal, yaitu tidak dijual ke konsumen yang
mempersyaratkan produk halal dan jika produk terlanjur dijual maka harus
ditarik kembali.
II-16
10.Audit Internal
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan
Sistem Jaminan Halal (SJH). Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan
sekali dan Jika ditemukan tidak terpenuhinya kriteria dalam audit internal,
maka perusahaan harus mengidentifikasi akar penyebabnya dan melakukan
perbaikan.
11.Kaji Ulang Manajemen
Perusahaan harus melakukan kaji ulang tentang pelaksanaan proses produksi
halal di perusahaannya. Kaji ulang manajemen dilakukan minimal satu kali
dalam satu tahun.
2.13. Penelitian Terkait Kinerja Usaha
Penelitian yang membahas kinerja dengan menggunakan metode SCOR berbasis AHP antara lain penelitian yang dilakukan oleh Misra Hartati, dkk (2017) mengenai Analisis Pengukuran Kinerja Aliran Supply Chain di PT. Asia
Forestama Raya. Pada penelitian tersebut, dari 25 indikator yang diidentifikasi terdapat 5 indikator yang memiliki bobot terendah antara lain perencanaan, kebutuhan bahan baku, jangka waktu mengidentifikasi produk baru, kehandalan supplier dalam pengiriman bahan baku, ketanggapan memproduksi pesanan konsumen yang bervariasi, kinerja karyawan, fleksibilitas pengiriman terhadap peningkatan permintaan, dan penanganan dari komplain yang diajukan konsumen.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Anggit, dkk (2019) mengenai Kinerja
Manajemen Rantai Pasok Keripik Kentang di Industri Kecil Kota Batu. Pada II-17
penelitian tersebut, disimpulkan bahwa dari 24 indikator yang diidentifikasi terdapat 7 indikator yang memiliki nilai rendah yaitu pertemuan dengan pelanggan, jangka waktu penjadwalan produksi, cash to cash cycle time, kecacatan bahan baku, lead time bahan baku, persediaan harian, dan ketanggapan memproduksi pesanan konsumen yang bervariasi sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Penelitian yang dilakukan oleh Agustini dan Asep (2018) mengenai
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok CV. Vio Burger disimpulkan bahwa dari 26 indikator yang diidentifikasi terdapat 11 indikator yang berada di zona merah yang berarti diperlukan perbaikan antara lain Plan Employee Reliability (PER),
Source Employee Reliability (SER), Supplier Delivery Lead Time (SDLT),
Product Failure in Weighing Process (PFWP), Product Failure in Mixing
Process (PFMP), Product Failure in Pressing Process (PFPP), Product Failure in Fermentation Process (PFFP), Weighing Production Time (WPT), Mixing
Production Time (MPT), Pressing Production Time (PPT), Fermentation
Production Time (FPT), dan Baking Production Time (BPT).
Beberapa artikel menggunakan indikator halal dalam metode SCOR antara lain penelitian yang dilakukan oleh Harwati dan Yunita (2020) mengenai
Pengukuran Performansi dengan Kriteria Halal. Pada Pada penelitian tersebut, dari 18 indikator yang diidentifikasi terdapat 4 indikator yang masih memiliki nilai yang rendah antara lain sertifikasi halal, pelabelan harga, pelabelan tanggal kedaluwarsa, dan tingkat keluhan pelanggan sehingga perusahaan perlu melakukan perbaikan terhadap indikator-indikator tersebut. Penelitian lainnya dilakukan oleh Elisa Kusrini, dkk (2018) mengenai Pengukuran Kinerja pada II-18
Usaha Retail. Pada Pada penelitian tersebut, dari 22 indikator yang diidentifikasi terdapat 2 indikator yang memiliki nilai yang rendah yaitu ketersediaan supplier dan akurasi inventaris sehingga perlu diperbaiki.
2.14. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir yang bertujuan untuk melaksanakan suatu penelitian. Dari referensi-referensi diatas, diperoleh gambaran kerangka teoritis yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Aktivitas Rantai Pasok Berdasarkan Model SCOR yaitu: Plan, Source, Make Deliver dan Return
Key Performance Nilai Kinerja Indikator (KPI) Perusahaan
Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan Tujuannya, penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang tujuannya untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta fakta dan sifat sifat suatu objek atau populasi dengan tujuan untuk mencari pemecahan atas masalah yang ada dalam objek tersebut. Penelitian deskriptif juga sering disebut dengan penelitian survei karena data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi langsung dengan didukung penggunaan kuesioner (Sukaria Sinulingga, 2015).
Berdasarkan Pengukuran dan Analisis Data, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang bertujuan menggambarkan fenomena atau gejala sosial secara kuantitatif atau menganalisis bagaimana fenomena atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat (Sudaryono,
2017).
3.2. Objek Penelitian
Objek yang diamati adalah aktivitas mulai dari hulu hingga hilir pada usaha Banana Kitchens.
III-1
III-2
3.3. Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir merupakan jalur pemikiran yang dirancang berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Klaim Produksi Halal Tanpa Sertifikasi Halal KPI Banana Kitchens dengan SCOR Ukuran Kinerja Indikator Halal AHP Berbasis Halal Penelitian Terkait Kinerja Supply Chain Menggunakan Indikator Halal
Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Penelitian
3.4. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu: KPI yang diperoleh dari referensi-referensi penelitian sebelumnya. Dari penelitian: Misra Hartati, dkk (2017) diambil 4 indikator dengan definisi operasional sebagai berikut:
1. Ketanggapan Memproduksi Pesanan Konsumen Bervariasi: representasi
ketanggapan suatu usaha dalam melayani permintaan pesanan konsumen yang
bervariasi
2. Penanganan Kerusakan Mesin Produksi: penanganan dari pihak usaha dalam
mengatasi mesin produksi yang rusak. III-3
3. Cara Kerja Karyawan: Representasi cara kerja karyawan dalam memperhatikan
kehalalan suatu produk.
4. Penanganan dari Komplain yang Diajukan Konsumen: representasi
penanganan oleh pihak usaha terhadap komplain yang diajukan oleh kansumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Elisa Kusrini, dkk (2018) diambil 7 indikator dengan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo Halal pada Bahan: aktivitas pemeriksaan
sertifikat dan logo Halal MUI pada bahan yang dibeli dari supplier.
2. Bahan Tidak Tercampur dengan Produk Non-Halal: bahan yang tidak
tercampur/terkontaminasi dengan produk non halal (haram).
3. Lead Time Pemesanan Bahan: lamanya waktu dimulai dari dilakukannya
pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan
dan diterima di tempat penyimpanan.
4. Ketersediaan Supplier Cadangan: representasi supplier cadangan jika bahan
produksi mulai habis dan supplier yang ada kesulitan untuk memenuhi.
5. Kebersihan Alat Transportasi: persentase kebersihan alat transportasi yang
digunakan dala mengirim produk yang akan dijual kepada konsumen.
6. Persentase Keluhan Konsumen: Persentase keluhan konsumen terhadap pisang
lumer cokelat yang dikonsumsinya.
7. Persentase Produk Cacat yang Dikembalikan ke Perusahaan: persentase produk
yang dikembalikan oleh konsumen kepada pihak usaha karena terdapat cacat
pada produk. III-4
Penelitian yang dilakukan oleh Harwati, dkk (2020) diambil 5 indikator dengan definisi operasional sebagai berikut:
1. Sertifikat Halal MUI: representasi produk yang dijual memiliki sertifikat halal
MUI.
2. Bahan Halal: representasi bahan dari pemasok berlabel halal MUI atau positive
list.
3. Ketepatan Pembayaran Ke Supplier: persentase ketepatan waktu pembayaran
dari suatu usaha kepada supplier.
4. Label Tanggal Kedaluwarsa: pencantuman label tanggal kedaluwarsa pada
kemasan produk yang dijual.
5. Akurasi Pengiriman: representasi kecepatan perusahaan dalam mengirim
produk kepada konsumen dengan tepat waktu.
Serta penambahan KPI sebanyak 2 yaitu:
1. Kesiapan Sertifikasi Halal: representasi kesiapan pemilik usaha dalam rangka
sertifikasi Halal MUI pada produk.
2. Persentase Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Halal: persentase produk
yang tidak memenuhi kriteria halal seperti terkontaminasi kotoran atau najis.
Sehingga, KPI yang sesuai dengan kondisi Banana Kitchens pada penelitian ini berjumlah 18 indikator.
III-5
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi merupakan pengambilan data yang dilakukan dengan mengamati
langsung objek penelitian. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana kondisi usaha seperti kondisi lingkungan disekitar
proses produksi, kondisi fasilitas produksi, kondisi tempat penyimpanan
produk yang dijual, kondisi tempat pencucian alat fasilitas masak, kondisi
alat transportasi pengiriman barang serta permasalahan yang mungkin dapat
mempengaruhi risiko kehalalan produk yang dijual di lapangan. Variabel
yang digunakan pada observasi ini ialah Bahan Halal, Pemeriksaan
Sertifikasi dan Logo Halal pada Bahan, Ketepatan Pembayaran Ke Supplier,
Lead Time Pemesanan Bahan, Label Tanggal Kedaluwarsa, Cara Kerja
Karyawan, Ketanggapan Memproduksi Pesanan Konsumen yang Bervariasi,
Penanganan Kerusakan Mesin Produksi, Kebersihan Alat Transportasi,
Akurasi Pengiriman, Persentase Keluhan Konsumen, Persentase Produk
Cacat yang Dikembalikan ke Perusahaan, dan Penanganan dari Komplain
yang Diajukan Konsumen.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan yang sudah disiapkan kepada pemilik usaha. Informasi yang
didapatkan dari wawancara terkait sejarah perusahaan, proses produksi, dan
aktivitas dari mulai mendapatkan bahan baku dari supplier hingga III-6
pengiriman produk ke konsumen. Variabel yang digunakan pada wawancara
ini ialah Sertifikat Halal MUI, Kesiapan Sertifikasi Halal, dan Ketersediaan
Supplier Cadangan.
3. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
membandingkan indikator atau faktor mana yang paling penting melalui
perhitungan pembobotan pada setiap indikator kinerja dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada ahli. Teknik sampling yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah purposive sampling dimana responden yang
dipilih adalah orang yang dianggap ahli dalam proses rantai pasok pada usaha
Banana Kitchens yaitu Pemilik Usaha (Owner). Variabel yang digunakan pada
kuesioner ini ialah Sertifikat Halal MUI, Bahan Halal, Pemeriksaan Sertifikasi
dan Logo Halal pada Bahan, Bahan Tidak Tercampur dengan Produk Non-Halal,
Ketepatan Pembayaran Ke Supplier, Label Tanggal Kedaluwarsa, Cara Kerja
Karyawan, Persentase Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Halal, Persentase
Keluhan Konsumen, dan Persentase Produk Cacat yang Dikembalikan Ke
Perusahaan.
4. Studi Literatur
Studi literatur didapatkan dari artikel di jurnal, dan data sekunder lainnya
yang relevan dengan masalah penelitian yang sedang dibahas.
III-7
3.6. Metode Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dalam pengukuran kinerja Banana Kitchens dengan menggunakan pendekatan SCOR (Supply Chain Operations Reference) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut:
1. Penentuan Key Performance Indicators (KPI)
Penentuan Key Performance Indicators (KPI) dilakukan dengan
mempertimbangkan referensi-referensi penelitian sebelumnya kemudian
disesuaikan dengan keadaan usaha.
2. Perhitungan pembobotan Snorm De Boer
Hasil perhitungan metrik mempunyai skala yang berbeda. Agar skala ukuran
menjadi sama perlu dilakukan penyeragaman skala dengan normalisasi.
Menghitung performa dan nilai normalisasi menggunakan Proses
Normalisasi (Snorm De boer) untuk mendapatkan skor pada masing-masing
KPI.
3. Pembobotan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pembobotan Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan dengan
membandingkan antara kriteria dengan kriteria dan subkriteria dengan
subkriteria. Menghitung pembobotan pada setiap indikator kinerja berguna
untuk membandingkan indikator atau faktor mana yang paling penting
dengan cara menyebarkan kuesioner kepada ahli yaitu pemilik usaha
(owner).
III-8
4. Perhitungan Keseluruhan Nilai Akhir Kinerja Usaha
Nilai akhir didapatkan dari perkalian hasil normalisasi (skor) KPI dan hasil
pembobotan AHP (bobot). Melalui nilai akhir, dapat ditentukan indikator
kinerja usaha Banana Kitchens tergolong baik atau buruk serta mengetahui
metrik yang paling baik serta buruk.
3.7. Metode Analisis dan Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data, dilakukan analisis terhadap nilai akhir kinerja usaha. Analisis dilakukan dengan metode Traffic Light System, dengan cara mengidentifikasi skor normalisasi pada masing-masing indikator dengan memberikan warna merah, kuning dan hijau. Selanjutnya, dianalisis indikator- indikator berwarna merah pada setiap proses. Kemudian, dianalisis potensi halal risk pada pihak supplier, proses produksi, pencucian fasilitas, penyimpanan bahan dan produk, hingga proses pengeriman serta dilanjutkan dengan analisis keterkaitan 11 kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) pada usaha Banana Kitchens.
Sehingga, dari analisis-analisis tersebut didapatkan usulan perbaikan untuk meningkatkan indikator kinerja perusahaan.
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Deskripsi Umum Perusahaan
Banana Kitchens bergerak di bidang produksi frozen ataupun dried food.
Makanan yang diproduksi beraneka ragam diantaranya pisang lumer cokelat, pisang bakar cokelat keju, kebab pisang cokelat, kebab pisang cokelat mozarella, pisang cokelat mozarella, fishroll, tempura, dan tahu balek. Makanan yang paling iconic dari usaha ini ialah pisang lumer cokelat.
Tenaga kerja di Banana Kitchens berjumlah 4 orang dengan 1 orang owner, 2 orang karyawan pada bagian produksi dan 1 orang kurir. Owner bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan serta mengatur pembelian bahan dan penjualan produk, karyawan produksi bertugas untuk memproduksi makanan yang dijual, membersihkan outlet, dan melayani customer yang datang ke outlet, serta kurir bertugas untuk membeli bahan baku dan mengantarkan pesanan kepada customer maupun reseller.
4.1.1. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan untuk membuat pisang lumer cokelat terdiri atas bahan baku, bahan penolong dan juga bahan tambahan.
IV-2
4.1.1.1.Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam membuat produk.
Bahan baku memiliki persentase terbesar dalam komposisi produk jadi. Bahan baku yang digunakan pada proses produksi ialah sebagai berikut:
1. Pisang Lilin
Pisang lilin digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan pisang
lumer cokelat. Pisang lilin diperoleh dari Pasar Tradisional Setiabudi.
2. Kulit Lumpia
Kulit lumpia berfungsi untuk membungkus isian pisang dan cokelat lumer.
Merk : MAYA Kulit Lumpia
Nama Produsen : -
Nomor Sertifikat Halal : -
3. Cokelat Batang
Cokelat batang digunakan sebagai bahan utama pembuatan cokelat lumer
dengan cara dilelehkan.
Merk : Colatta Dark Compound Chocolate
Nama Produsen : PT Gandum Mas Kencana
Nomor Sertifikat Halal : 00250052711109
Expired Date : 29-10-2021
4. Margarin
Margarin digunakan sebagai bahan pelengkap pembuatan cokelat lumer.
Merk : Blue Band Master Margarin
Nama Produsen : PT. Upfield Manufacturing Indonesia IV-3
Nomor Sertifikat Halal : 00080094050219
Expired Date : 06-01-2023
5. Krimer Kental Manis
Krimer kental manis digunakan sebagai bahan pelengkap pembuatan
cokelat lumer.
Merk : Indomilk
Nama Produsen : PT. INDOLAKTO
Nomor Sertifikat Halal : 00040009041098
Expired Date : 19-03-2022
4.1.1.2.Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, agar proses dapat berjalan dengan baik. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi pisang lumer cokelat ialah sebagai berikut:
1. Tepung Terigu
Tepung terigu digunakan sebagai bahan pembuatan lem perekat kulit
lumpia.
Merk : Armada
Nama Produsen : PT. AGRI FIRST INDONESIA
Nomor Sertifikat Halal : 09220004280612
Expired Date : 20-07-2022
2. Air
Air digunakan sebagai bahan pembuatan lem perekat kulit lumpia. IV-4
Merk : AQUA Galon
Nama Produsen : PT. Tirta Investama
Nomor Sertifikat Halal : 00120016900801
Expired Date : 08-09-2022
3. Minyak Goreng
Minyak goreng digunakan utuk menggoreng pisang lumer cokelat.
Merk : Sinolin
Nama Produsen : PT. SINTONG ABADI
Nomor Sertifikat Halal : 09080005340214
Expired Date : 05-10-2022
4.1.1.3.Bahan Tambahan
Bahan Tambahan merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan pisang lumer cokelat ialah sebagai betikut:
1. Glaze
Glaze digunakan sebagai topping pada pisang lumer cokelat. Varian rasa
dari cokelat glaze ini antara lain tiramisu, taro, greentea, blueberry, dan
strawberry.
Merk : Colatta Glaze
Nama Produsen : PT. Gandum Mas Kencana
Nomor Sertifikat Halal : 00210032531204
Expired Date : 29-10-2021 IV-5
2. Meises
Meises digunakan sebagai topping pada pisang lumer cokelat.
Merk : Golden Bar
Nama Produsen : PT. INTI COCOA INTERNATIONAL
Nomor Sertifikat Halal :09110010300918
(Dalam Proses Perpanjangan Sertifikat Halal)
3. Keju
Keju digunakan sebagai topping pada pisang lumer cokelat.
Merk : WINCheez
Nama Produsen : PT. Bangun Rasaguna Lestari
Nomor Sertifikat Halal : 01031113931114
Expired Date : 15-09-2022
4. Susu Bubuk
Susu bubuk digunakan sebagai topping pada pisang lumer cokelat.
Merk : MILO
Nama Produsen : PT. NESTLE INDONESIA
Nomor Sertifikat Halal : 00040043710307
Expired Date : 02-03-2023
IV-6
4.1.2. Proses Produksi
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan pada proses pembuatan pisang lumer cokelat:
1. Pembuatan Cokelat Lumer:
a. Proses Penyiapan Cokelat Batang
Cokelat batang dipotong menjadi beberapa bagian. Kemudian, diletakkan
kedalam mangkok aluminium.
b. Proses Steam Cokelat Batang
Air dimasak di panci sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan.
Kemudian, mangkok aluminium yang telah berisi cokelat batang
diletakkan ke atas panci. Selanjutnya cokelat batang diaduk hingga
mencair. Lelehan cokelat batang dicampur dengan margarin kemudian
diaduk hingga tercampur rata. Setelah tercampur rata, ditambahkan
krimer kental manis dan diaduk lagi hingga warna cokelatnya mengkilap.
2. Pembuatan Lem Perekat Kulit Lumpia:
a. Proses Pencampuran Bahan
Tepung terigu dituang kedalam panci. Kemudian, tepung terigu
dilarutkan dengan air dan diaduk hingga merata.
b. Proses Memasak Lem Perekat
Panci yang berisi larutan tepung terigu diletakkan diatas kompor yang
menyala. Kemudian, diaduk diatas api sedang hingga larutan tepung
terigu tersebut menjadi mengental dan warnanya bening.
IV-7
3. Pembuatan Pisang Lumer Cokelat:
a. Proses Penyiapan Bahan
Pisang dipotong menjadi bagian kecil-kecil. Kemudian, pisang yang
sudah dipotong diletakkan kedalam mangkok aluminum. Setelah itu,
kulit lumpia disiapkan sebanyak dua lembar untuk satu pieces pisang
lumer cokelat dimana satu lembar kulit lumpia tersebut digunting
setengah bagiannya. Hal ini berguna agar kulit lumpia tetap kokoh.
b. Proses Pencampuran Bahan
Pisang yang telah dipotong kecil-kecil diletakkan diatas bagian tengah
kulit lumpia dan ditambahkan cokelat lumer menggunakan piping bag
diatas pisang tersebut.
c. Proses Melipat Kulit Lumpia
Setelah diisi dengan pisang dan cokelat lumer, kulit lumpia dilipat
dengan rapat agar saat digoreng tidak bocor. Kemudian, lem perekat kulit
lumpia dioleskan pada lipatan akhir. Hal ini dilakukan berulang kali
sampai kulit lumpia habis.
d. Proses Penggorengan Pisang Lumer Cokelat
Kuali berisi minyak diletakkan diatas kompor yang menyala. Setelah itu,
adonan pisang lumer cokelat digoreng diatas minyak yang sudah panas
hingga warnanya menjadi kecokelatan (matang).
IV-8
e. Proses Penyaringan
Setelah matang, pisang lumer cokelat diletakkan ke wadah yang berisi
saringan dengan menggunakan pencapit makanan. Kemudian, ditunggu
hingga minyak dari pisang cokelat lumer tersebut hilang. f. Finishing
Pisang lumer cokelat yang sudah digoreng sebanyak 10 pieces diletakkan
kedalam box packaging. Setelah itu, tambahkan topping berupa glaze,
susu bubuk, meises, dan parutan keju diatas pisang lumer cokelat. Untuk
penyajian dalam bentuk frozen food, adonan pisang lumer cokelat yang
belum digoreng diletakkan kedalam satu kemasan plastik mika sebanyak
10 pieces kemudian direkatkan dengan menggunakan stapler. Setelah
direkatkan, kemasan plastik mika yang berisikan adonan pisang lumer
cokelat tersebut diletakkan kedalam freezer box.
IV-9
4.2. Aktivitas Supply Chain Usaha Banana Kitchens
Aliran kegiatan usaha Banana Kitchens dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Hulu Hilir
Banana Kitchens Toko Ayong MB
Pasar Tradisional Pembuatan Pisang Setia Budi Lumer Cokelat Retailer Konsumen (Manufacture)
Swalayan Maju Bersama
Finansial Pembayaran Material Material : Bahan baku, komponen, produk jadi Informasi Kapasitas, status pengiriman, quotation, informasi teknis,repair
Gambar 4.1. Aliran Kegiatan Supply Chain pada Usaha Banana Kitchens
Value chain (rantai nilai) usaha Banana Kitchens dapat dilihat pada
Gambar 4.2. IV-10
Upstream Midstream Downstream
Supplier:
Toko Ayong MB -Margarin -Glaze Proses Produksi -Meises Proses Pembuatan Cokelat Lumer a. Proses Penyiapan Cokelat Batang Pasar Tradisional Setia b. Proses Steam Cokelat Batang Budi -Pisang Proses Pembuatan Lem Perekat Kulit Lumpia -Kulit Lumpia Produk: -Tepung Tapioka a. Proses Pencampuran Bahan b. Proses Memasak Lem Perekat Pisang Lumer Cokelat Swalayan Maju Bersama Proses Pembuatan Pisang Lumer Cokelat -Cokelat Batang a. Proses Penyiapan Bahan -Krimer Kental Manis b. Proses Pencampuran Bahan -Minyak Goreng c. Proses Melipat Kulit Lumpia -Keju d. Proses Penggorengan Pisang Lumer -Susu Bubuk Cokelat e. Proses Penyaringan
Gambar 4.2. Value Chain Banana Kitchens
Berikut ini penjelasan dari aktivitas value chain Banana Kitchens:
1. Banana Kitchens mendapatkan bahan baku, bahan penolong serta bahan
tambahan dari Toko Ayong MB, Pasar Tradisional Setia Budi, dan Swalayan
Maju Bersama.
2. Banana Kitchens berproduksi pada hari Senin-Sabtu. Lama waktu produksi
sekitar ±8 jam, dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB.
Aktivitas manufaktur pada Usaha Banana Kitchens yaitu mencakup kegiatan
pembuatan cokelat lumer, pembuatan lem perekat kulit lumpia, pembuatan
pisang lumer cokelat serta proses pengemasan.
IV-11
3. Banana Kitchens memiliki outlet untuk menjual produknya. Banana Kitchens
juga memiliki reseller-reseller untuk menjual kembali produk makanannya.
Selain disekitar Kota Medan, Banana Kitchens juga memasarkan produknya
keluar kota yaitu Kota Binjai, Tebing Tinggi, Bagan Batu, Aek Nabara,
Tigabinanga, Padang Sidempuan, hingga Kota Padang Sumatera Barat.
4.3. Pengukuran Kinerja Banana Kitchens
Pengukuran kinerja Banana Kitchens menggunakan pendekatan metode
SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang meliputi 5 proses inti yaitu:
Plan, Source, Make, Deliver, Dan Return dengan menggunakan indikator halal.
Berikut ini uraian dari 5 proses inti tersebut:
1. Plan
Kegiatan plan meliputi perencanaan produksi pisang lumer cokelat yang
mencakup kegiatan penaksiran kebutuhan distribusi, perencanaan persediaan
bahan baku, perencanaan produksi, serta perencanaan kapasitas.
2. Source
Kegiatan ini meliputi proses pengadaan bahan dalam produksi pisang lumer
cokelat dalam memenuhi permintaan konsumen. Kegiatan ini mencakup:
penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima, memeriksa dan melakukan
transaksi kepada dari supplier, memilih supplier, dan sebagainya.
3. Make
Kegiatan ini meliputi proses mentransformasi bahan mentah menjadi produk
pisang lumer cokelat. Kegiatan ini meliputi penjadwalan produksi, melakukan IV-12
kegiatan produksi, mengelola barang setengah jadi (work-in-process), dan
sebagainya.
4. Deliver
Kegiatan deliver merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap
barang. Aktivitas ini mencakup kegiatan pemasaran pisang lumer cokelat
kepada konsumen mulai dari proses penanganan pesanan, pengantaran pisang
lumer cokelat, dan transaksi dengan pihak konsumen.
5. Return
Kegiatan ini merupakan proses pengembalian atau menerima pengembalian
produk. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian.
4.4. Perancangan Key Performance Indicator
Perancangan Key Performance Indicator (KPI) dilakukan dengan mempertimbangkan referensi-referensi penelitian sebelumnya. Berikut merupakan
18 indikator yang telah dilakukan validasi kepada pemilik usaha:
1. Sertifikat Halal MUI
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses plan karena
berkaitan dengan keandalan pihak usaha dalam membuktikan komitmen
menghasilkan produk halal.
2. Bahan Halal
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses plan karena
berkaitan dengan keandalan perusahaan dalam menyediakan bahan halal. IV-13
3. Kesiapan Sertifikasi Halal
KPI ini masuk kategori indikator atribut responsiveness pada proses plan
karena berkaitan dengan seberapa siap pihak usaha dalam mengurus sertifikat
halal pada produk yang dijual.
4. Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo Halal pada Bahan
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses source karena
berkaitan kemampuan/keandalan pihak usaha dalam memeriksa logo halal
MUI pada bahan yang digunakan dalam proses produksi
5. Bahan Tidak Tercampur Dengan Produk Non-Halal
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses source karena
berkaitan dengan keandalan pihak usaha dalam memastikan tidak adanya
produk non-halal disekitar outlet.
6. Ketepatan Pembayaran ke Supplier
KPI ini masuk kategori indikator atribut responsiveness pada proses source
karena berkaitan dengan seberapa cepat pihak ushaha merespon pembayaran
kepada supplier.
7. Lead Time Pemesanan Bahan
KPI ini masuk kategori indikator atribut responsiveness pada proses source
karena berhubungan dengan seberapa cepat supplier dalam mengantar bahan
kepada pihak usaha.
IV-14
8. Ketersediaan Supplier Cadangan
KPI ini masuk kategori indikator atribut agility pada proses source karena
berkaitan dengan bagaimana pihak usaha merespon perubahan pasar dalam
mempertahankan keunggulan kompetitif.
9. Label Tanggal Kedaluwarsa
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses make karena
berkaitan dengan keandalan pihak usaha dalam menjaga kualitas makanan
yang dijual.
10.Cara Kerja Karyawan
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses make karena
berkaitan dengan keandalan karyawan usaha dalam bekerja sesuai dengan
kaidah islam.
11.Persentase Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Halal
KPI ini masuk kategori indikator atribut agility pada proses make karena
berkaitan dengan keandalan pihak usaha dalam menangani produk yang tidak
memenuhi kriteria halal.
12.Ketanggapan Memproduksi Pesanan Konsumen Yang Bervariasi
KPI ini masuk kategori indikator atribut agility pada proses make karena
berkaitan dengan bagaimana pihak usaha merespon kemauan konsumen yang
beragam.
IV-15
13.Penanganan Kerusakan Mesin Produksi
KPI ini masuk kategori indikator atribut asset pada proses make karena
berkaitan dengan seberapa tanggap pihak usaha dalam memelihara aset yang
dimiliki.
14.Kebersihan Alat Transportasi
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses deliver karena
berkaitan dengan keandalan pihak usaha dalam menjaga kebersihan alat
transportasi yang dipakai.
15.Akurasi Pengiriman
KPI ini masuk kategori indikator atribut responsiveness pada proses deliver
karena berkaitan dengan seberapa cepat pihak usaha dalam mengirim produk
yang dijual kepada konsumen.
16.Persentase Keluhan Konsumen
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses return karena
berkaitan dengan kemampuan pihak usaha dalam memproduksi produk
ataupun memberikan pelayanan kepada konsumen.
17.Persentase Produk Cacat yang Dikembalikan oleh Konsumen
KPI ini masuk kategori indikator atribut reliability pada proses return karena
berkaitan keandalan pihak usaha dalam memproduksi suatu produk.
18.Penanganan dari Komplain yang Diajukan Konsumen
KPI ini masuk kategori indikator atribut responsiveness pada proses return
karena berkaitan dengan seberapa cepat respon pihak usaha dalam menangani
komplain yang diajukan oleh konsumen. IV-16
4.5. Perhitungan Pembobotan Snorm De Boer
Berikut ini merupakan perhitungan pembobotan Snorm De Boer untuk masing-masing Key Performance Indicators (KPI):
1. Sertifikat Halal MUI
KPI ini digunakan untuk mengukur apakah pisang lumer cokelat yang dijual
sudah mendapatkan sertifikat halal MUI atau belum. Berdasarkan pengamatan
langsung, pisang lumer cokelat pada usaha Banana Kitchens belum memiliki
sertifikat halal MUI sehingga nilai KPI ini adalah 0
2. Bahan Halal
KPI ini digunakan untuk mengetahui persentase bahan-bahan yang memiliki
logo Halal MUI yang digunakan dalam membuat produk. Bahan yang
dimaksud berupa bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.
Berdasarkan pengamatan langsung dari 12 bahan yang digunakan dalam
pembuatan pisang lumer cokelat, terdapat 1 bahan yang tidak memiliki logo
halal. Bahan yang belum memiliki logo halal MUI yaitu kulit lumpia. Sehingga
normalisasi snorm de boer adalah (kategori larger is better):
- i - Snorm = x 100 = x 100 = 91,7 - i -
4.6. Pengolahan Data Analytical Hierarchy Process (AHP)
Langkah selanjutnya adalah melakukan pembobotan AHP dari mulai pembobotan antar Level 1 (Proses), Level 2 (Atribut) dan Level 3 (Kriteria).
Pengisian kuisioner AHP dilakukan oleh expert yaitu pemilik usaha Banana
Kitchens. IV-17
4.6.1. Pembobotan Level 1 (Proses)
Perhitungan bobot pada Level 1 (Proses) yaitu dengan cara melakukan perbandingan berpasangan antara satu proses dengan proses lainnya. Pada level ini, proses yang dibandingkan yaitu Plan, Source, Make, Deliver, dan Return.
Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Menyusun matriks perbandingan berpasangan antar proses yang dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Proses
No. Proses Plan Source Make Deliver Return 1. Plan 1 4 4 5 6 2. Source 1/4 1 1 6 6 3. Make 1/4 1 1 3 3 4. Deliver 1/5 1/6 1/3 1 1 5. Return 1/6 1/6 1/3 1 1 Sumber : PengolahanData
b. Melakukan pembobotan proses pada matriks perbandingan berpasangan,
contohnya : proses source : plan = 1/4 = 0,25. Hasil perhitungan pembobotan
antar proses dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Proses
No. Proses Plan Source Make Deliver Return 1. Plan 1 4 4 5 6 2. Source 0,25 1 1 6 6 3. Make 0,25 1 1 3 3 4. Deliver 0,20 0,17 0,33 1 1 5. Return 0,17 0,17 0,33 1 1 Total 1,87 6,33 6,67 16 17 Sumber : Pengolahan Data
IV-18
c. Melakukan normalisasi antar proses pada matriks perbandingan berpasangan.
Contoh : proses plan : plan = = 0,54. Hasil normalisasi antar proses dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Normalisasi Antar Proses
No. Proses Plan Source Make Deliver Return 1. Plan 0,54 0,63 0,60 0,31 0,35 2. Source 0,13 0,16 0,15 0,38 0,35 3. Make 0,13 0,16 0,15 0,19 0,18 4. Deliver 0,11 0,03 0,05 0,06 0,06 5. Return 0,09 0,03 0,05 0,06 0,06 Total 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Sumber : Pengolahan Data
d. Perhitungan nilai Eugen Vector, contoh : untuk proses plan:
1) Perhitungan total weight matrix = 0,54 + 0,63 + 0,60 + 0,31 + 0,35 = 2,43
2) Perhitungan eugen vector = = 0,49, hasil perhitungan eugen vector dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Eugen Vector Antar Proses
No. Proses Total Weight Matrix Eugen Vector 1. Plan 2,43 0,49 2. Source 1,17 0,23 3. Make 0,81 0,16 4. Deliver 0,30 0,06 5. Return 0,29 0,06 Total 5,00 1,00 Sumber : Pengolahan Data
IV-19
e. Perhitu g λ ks
λ ks diperoleh dari jumlah perkalian antara eugen vector dengan total
pembobotan masing-masing proses. Perhitungan λ maks adalah sebagai berikut:
λ ks = (( ,49 ,87) + ( , 3 6,33) + ( , 6 6,67) + ( , 6 6,00) +
(0,06 x 17,00) = 5,42 f. Perhitungan CI (Consistency Index)
C = (λ ks – n) / (n-1) , dimana n = ordo matriks = 5
CI = 0,42/4 = 0,10 g. Perhitungan CR (Consistency Ratio)
CR = CI/RI, RI = Random Index, dimana untuk n = 5, RI = 1,12
CR = 0,10/1,12 = 0,09 = 9 %, sehingga nilai CR ≤ 10% maka data yang
digunakan telah konsisten dan hasil perhitungan dinyatakan benar (Lis Utari,
2016).
IV-20
Tabel 4.5. Perhitungan Kinerja Akhir Usaha Banana Kitchens Proses Bobot Bobot Key Performance Bobot Bobot SNORM x Kinerja No Atribut SNORM Bisnis Level 1 Level 2 Indicators Level 3 Akhir Bobot Akhir Sertifikat Halal MUI 0,33 0 0,12 0 Reliability 0,75 Bahan Halal 0,67 91,7 0,25 22,93 1. Plan 0,49 Kesiapan Sertifikasi Responsiveness 0,25 1 0 0,12 0 Halal Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo 0,14 0 0,02 0 Halal pada Bahan Bahan Tidak Reliability 0,63 Tercampur Dengan 0,52 100 0,08 8,00 Produk Non-Halal 2. Source 0,23 Ketepatan Pembayaran ke 0,33 100 0,05 5,00 63,22 Supplier Responsiveness 0,26 Lead Time 1 86,9 0,06 5,21 Ketersediaan Agility 0,11 1 20 0,03 0,60 Supplier Cadangan Label Tanggal 0,10 0 0,01 0 Kedaluwarsa Cara Kerja 0,43 40 0,03 1,20 Karyawan Make 0,16 Reliability 0,47 4. Persentase Produk yang Tidak 0,47 67 0,04 2,68 Memenuhi Kriteria Halal IV-21
Tabel 4.45. Perhitungan Kinerja Akhir Usaha Banana Kitchens (Lanjutan) Bobot Proses Bobot Key Performance Bobot Bobot SNORM x Kinerja No Level Atribut SNORM Bisnis Level 2 Level 3 Akhir Bobot Akhir 1 Indicators Ketanggapan Memproduksi Agility 0,08 1 80 0,01 0,80 Pesanan Konsumen 4. Make 0,16 yang Bervariasi Penanganan Asset 0,44 Kerusakan Mesin 1 100 0,07 7,00 Produksi Kebersihan Alat Reliability 0,17 1 100 0,01 1,00 5. Deliver 0,06 Transportasi Responsiveness 0,83 Akurasi Pengiriman 1 80 0,05 4,00 63,22 Persentase Keluhan 0,5 40 0,02 0,80 Konsumen Persentase Produk Reliability 0,67 Cacat yang 0,5 100 0,02 2,00 6. Return 0,06 Dikembalikan ke Perusahaan Penanganan dari Responsiveness 0,33 Komplain yang 1 100 0,02 2,00 Diajukan Konsumen Sumber : Pengolahan Data
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai kinerja dari Usaha Banana Kitchens adalah sebesar 63,22 dimana kategori tersebut termasuk kategori rata-rata (Average). BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Hasil Perhitungan Kinerja Usaha
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja dengan metode SCOR dan AHP maka didapatkan nilai kinerja usaha Banana Kitchens sebesar 63,22 yaitu berada pada kategori Average. Setelah itu, dilakukan pengelompokan KPI pada usaha Banana
Kitchens dengan menggunakan Traffic Light System. Pengelompokan KPI Banana
Kitchens berdasarkan Traffic light system dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Pengelompokan KPI Banana Kitchens Menggunakan Traffic Light System No Key Performance Indicator (KPI) Skor SNORM 1. Sertifikat Halal MUI 0 2. Bahan Halal 91,7 3. Kesiapan Sertifikasi Halal 0 Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo Halal pada 4. 0 Bahan Bahan Tidak Tercampur dengan Produk Non 5. 100 Halal 6. Ketepatan Pembayaran ke Supplier 100 7. Lead Time Pemesanan Bahan 86,9 8. Ketersediaan Supplier Cadangan 20 9. Label Tanggal Kedaluwarsa 0 10. Cara Kerja Karyawan 40 Persentase Bahan yang Tidak Memenuhi 11. 67 Kriteria Halal Ketanggapan Memproduksi Pesanan 12. 80 Konsumen yang Bervariasi 13. Penanganan Kerusakan Mesin Produksi 100 14. Kebersihan Alat Transportasi 100
V-1 V-2
Tabel 5.1. Pengelompokan KPI Banana Kitchens Menggunakan Traffic Light System (Lanjutan) No Key Performance Indicator (KPI) Skor SNORM 15. Akurasi Pengiriman 80 16. Persentase Keluhan Konsumen 40 Persentase Produk Cacat yang Dikembalikan 17. 100 ke Perusahaan Penanganan dari Komplain yang Diajukan 18. 100 Konsumen Sumber : Pengolahan Data
5.2. Analisis Proses Plan
Terdapat 2 KPI (Key Performance Indicators) pada proses plan yang memiliki kategori bewarna merah (membutuhkan perbaikan) yaitu Sertifikat Halal
MUI dan Kesiapan Sertifikasi Halal. KPI Sertifikat Halal MUI memiliki skor = 0 disebabkan oleh produk pada usaha Banana Kitchens ini belum mendapatkan sertifikat halal MUI. Perusahaan mengklaim produknya halal tetapi belum pernah mengajukan sertifikasi halal. KPI Kesiapan Sertifikasi Halal memiliki skor = 0, hal ini terjadi karena pihak usaha belum pernah mempersiapkan untuk mengajukan sertifikasi Halal MUI seperti mengikuti pelatihan, menyiapkan dokumen sertifikasi halal, dan lain-lain.
5.3. Analisis Proses Source
Terdapat 2 KPI (Key Performance Indicators) pada proses source yang memiliki kategori bewarna merah (membutuhkan perbaikan) yaitu Pemeriksaan
Sertifikasi dan Logo Halal Pada Bahan serta Ketersediaan Supplier Cadangan.
KPI Pemeriksaan Sertifikasi dan Logo Halal pada Bahan memiliki skor = 0, hal ini terjadi karena pihak usaha tidak pernah memeriksa bahan tersebut sudah V-3
memiliki logo Halal MUI atau belum. KPI Ketersediaan Supplier Cadangan memiliki skor = 20, hal ini terjadi karena pihak usaha hanya memiliki 1 supplier cadangan jikalau supplier utama mengalami kehabisan bahan.
5.4. Analisis Proses Make
Terdapat 2 KPI (Key Performance Indicators) pada proses make yang memiliki kategori bewarna merah (membutuhkan perbaikan) yaitu Label Tanggal
Kedaluwarsa dan Cara Kerja Karyawan. KPI Label Tanggal Kedaluwarsa memiliki skor = 0, hal ini terjadi karena tidak ada terdapat tanggal kedaluwarsa/expired ataupun tanggal produksi pada kemasan packaging dalam bentuk frozen food ataupun dried food.
5.5. Analisis Proses Deliver
Kedua indikator pada proses deliver yaitu Kebersihan Alat Transportasi dan Akurasi Pengiriman memiliki warna hijau dengan masing-masing skor sebesar 100 dan 80 yang artinya kedua indikator tersebut memuaskan dan telah mencapai target perusahaan.
5.6. Analisis Proses Return
Terdapat 1 KPI (Key Performance Indicators) pada proses return yang memiliki kategori bewarna merah (membutuhkan perbaikan) yaitu Persentase
Keluhan Konsumen.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kinerja usaha Banana Kitchens dengan menggunakan indikator halal, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian, diperoleh 18 indikator yang sesuai dengan kondisi usaha
Banana Kitchens dimana indikator-indikator tersebut diambil 16 indikator
dari referensi terdahulu dan penambahan 2 indikator halal.
2. Dari hasil pembobotan Snorm De Boer, diperoleh 7 indikator yang skor
normalisasinya dibawah 60 (tidak mencapai target perusahaan) yaitu
Sertifikat Halal MUI, Kesiapan Sertifikasi Halal, Pemeriksaan Sertifikasi dan
Logo Halal pada Bahan, Ketersediaan Supplier Cadangan, Label Tanggal
Kedaluwarsa, Cara Kerja Karyawan, dan Persentase Keluhan Konsumen.
3. Dari hasil pengukuran dengan metode SCOR diperoleh kinerja akhir usaha
Banana Kitchens sebesar 63,22 yang mengindikasikan kinerja usaha berada
dalam kategori average.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk usaha Banana Kitchens adalah:
1. Sebaiknya pengukuran kinerja dapat dilakukan secara berkala sehingga dapat
diketahui indikator mana yang memerlukan perbaikan.
VI-1 DAFTAR PUSTAKA
Agustini Nurhandayani dan Asep Mohammad Noor. 2018. Pengukuran Kinerja
Rantai Pasok CV. Vio Burger Dengan Menggunakan Model Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dan Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 23 No. 3
Ahmad, Nofan, dan Evi Yuliawati. 2013. Pengukuran dan Perbaikan Kinerja
Supply Chain di PT. XYZ. Jurnal Teknologi Volume 6.
Ali, Muchtar. 2016. Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan
Tanggung Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal. AHKAM : Jurnal
Ilmu Syariah.
Ariani, Millatul Ulya, Abdul Azis Jakfar. 2017. Penentuan Dan Pembobotan Key
Performance Indicator (KPI) Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Produksi Keju Mozarella di CV . Brawijaya Dairy Industry. Agrointek 11.
Asep Syarifuddin dan Mustolih Siradj. 2015. Sertifikasi Halal dan Sertifikasi Non
Halal Pada Produk Pangan Industri. Ahkam: Vol. XV No. 2.
Awan Febrianto. 2016. Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode
Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Koperasi Simpan
Pinjam (Ksp) Lohjinawe Rembang).
Bahrudin, Siti Sarah Mohd, Mohd Iskandar Illyas, dan Mohamad Ishak Desa.
2011. Tracking and Tracing Technology for Halal Product Integrity over the
Supply Chain. Proceedings of the 2011 International Conference on
Electrical Engineering and Informatics, ICEEI. DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Bonifatius Darmasto, Kamaliahm dan Restu Agusti. 2014. Analisis Pengukuran
Kinerja Perusahaan Dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Pada PT Xl
Axiata Tbk ± Jakarta). Jurnal SOROT.
Chotimah, Purwanggono, dan Susanty. 2017. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Menggunakan Metode SCOR dan AHP Pada Unit Pengantongan Pupuk
Urea PT . Dwimatama Multikarsa Semarang. E-journal UNDIP.
Gloria Grace Sengkey. 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja
Dan Sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Karyawan Di PT.Bank Sulut
Cabang Amurang. Jurnal EMBA
Hartati, Misra Hartati. 2017. Analisis Pengukuran Kinerja Aliran Supply Chain Di
PT. Asia Forestama Raya Dengan Metode Supply Chain Operation
Reference (SCOR). Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian Dan Karya
Ilmiah Dalam Bidang Teknik Industri.
Harwati dan A.N. Yunita Pettalolo. 2019. Halal Criteria in Supply Chain
Operations Reference (SCOR) for Performance Measurement: A Case Study.
IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering
Herlinda Padilah, Yulison Herry, dan Agung Wahana. 2016. Model Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) Untuk
Sistem Pengukuran Kinerja Supply Chain Management. Jurnal Rekayasa
Sistem & Industri (JRSI). Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Semarang DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Hidayatuloh, Syarif, dan Nabila Noor Qisthani. 2020. Pengukuran Kinerja Rantai
Pasok Industri Batik Tipe MTO Menggunakan SCOR 12.0 dan AHP. Jurnal
Rekayasa Sistem & Industri (JRSI).
Kusrini, Elisa, Qurtubi Qurtubi, dan Nafiatul Husna Fathoni. 2018. Design
Performance Measurement Model for Retail Services Using Halal Supply
Chain Operation Reference (SCOR): A Case Study in a Retail in Indonesia.
Journal of Advanced Management Science.
Liputra, David Try, Santoso Santoso, dan Nadya Ariella Susanto. 2018.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Dengan Model Supply Chain Operations
Reference (SCOR) dan Metode Perbandingan Berpasangan. Jurnal Rekayasa
Sistem Industri.
Lubis, Putri Iglina, dan Ismu Kusumanto. 2018. Penilaian Kinerja Karyawan
Menggunakan Metode Key Performance Indicators (KPI) ( Studi Kasus : CV.
Bunda Bakery Pekanbaru). Jurnal Sains, Teknologi dan Industri.
Muhammad Syarif. 2020. Sertifikasi dan Labelisasi Halal pada Makanan Dalam
Perspektif Hukum Islam (Perspektif Ayat Ahkam). Jurnal Pemikiran Hukum
dan Hukum Islam
Nazarudin Matondang, dan Fachri Rizky Sitompul. 2019. Measurement and
Proposed Improved Supply Chain Performance Approach with PDCA Frame
Work. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering.
DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Nurbaiti. 2019. Perkembangan Minat Masyarakat Pada Produk Halal Dan Label
Halal di Indonesia: Google Trends Analysis. Seminar Nasional Cendekiawan
ke 5.
Paul, John. 2014. Transformasi Rantai Suplai dengan Model SCOR. Jakarta:
PPM.
Prasetya, Anggit, Dwi Retnoningsih, dan Djoko Koestiono. 2019. Kinerja
Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Keripik Kentang Di
Industri Kecil Kota Batu. Habitat.
Pujawan, I Nyoman ER. Mahendrawati. 2010. Supply Chain Management
(Terbitan Kedua). Surabaya: Gunawidya.
Putri, Dyah Aisyah, dan Naniek Utami Handayani. 2015. Pengukuran Kinerja
Karyawan PT. Pertamina (Persero) Tbbm Semarang Group Dengan
Pendekatan Human Resources Scorecard. Jurnal Teknik Industri.
Ridwan, Asep, Kulsum, dan Siti Murni. 2017. Pengukuran Kinerja Supply Chain
Dengan Pendekatan Lean Six Sigma Supply Chain Management (Studi
Kasus Di PT ALX Logistics). Journal Industrial Servicess.
Sinulingga, Sukaria. 2015. Metode Penelitian Edisi 3. Medan: USU Press
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Mix Method
Edisi Kedua. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Sumiati. 2012. Pengukuran Performansi Supply Chain Perusahaan Dengan
Pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) Di PT Madura
Guano Industri (Kamal-Madura). UPN Veteran Jawa Timur.
Utari, Lis. 2016. Penentuan Toko Buku Gramedia Ter Favorit Pilihan Mahasiswa
Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Jurnal
STIKB.
Wahyuniardi, Rizki, Moh. Syarwani, dan Ryan Anggani. 2017. Pengukuran
Kinerja Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation
References (SCOR). Jurnal Ilmiah Teknik Industri.
Warto dan Samsuri. 2020. Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis Produk
Halal di Indonesia. Journal of Islamic Economics and Banking.
Zulfakar, Mohd Hafiz, Marhani Mohamed Anuar, dan Mohamed Syazwan Ab
Talib. 2014. Conceptual Framework on Halal Food Supply Chain Integrity
Enhancement. Procedia - Social and Behavioral Sciences.
LAMPIRAN TABEL RANDOM INDEX (RI) DAN CONCISTENCY RATIO (CR)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Consistency Ratio (CR) CR ≤ 0,1 Konsisten 0,1< CR ≤ 0,15 Agak Konsisten CR > 0,15 Tidak Konsisten
Sumber: Utari, Lis. 2016. Penentuan Toko Buku Gramedia Ter Favorit Pilihan Mahasiswa Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process ). Jurnal STIKB.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SUMATERA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI ERA Jalan Almamater Kampus USU Medan 20155 Telepon. (061) 8213251 Fak. (061) 8213250 Website: http//www.usu.id Emall: [email protected] SURAT -KEPUTUSAN Nomor. 260/UN5.2.1.4.1.4/TPM/2021 Tenfang Tugas Akhir Mahasiswa Mempcrhatikan 1. Kemajuan Studi Mahasiswa: N a m a Latifa Putri Radiansyah NIM :170403019 Telah menyclesaikan scbagian besar tugas - tugas mata kuliah pada kurikulum Departemen Teknik Industri FT USU Medan, kecuali Tugas Akhir. 2. Surat persctujuan dari Dosea Pembimbing tertanggal. 20 Maret 2021, dapat menyetujui mahasiswa pada butir- I untuk melaksanakan Tugas Akhir Mahasiswa. 3. Telah tersedianya sarana melakukan tugas terhadap mahasiswa pada butir I berdasarkan persetujuan dari Dosen Pembimbing mahasiswa. Menimbang :Bahwa perlu menetapkan dan mengangkat pembimbing untuk mahasiswa pada butir -1 dalam menyelesaikan Tugas Akhir MEMUTUSKAN Menetapkan 1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa: N a m a Latifa Putri Radianysah NIM :170403019 untuk menyelesaikan Tugas Akhirmya. 2. Merekomendasikan mahasiswa pada butir - I melaksanakan Tugas Sarjana dengan Topik: "Kinerja Manufaktur Halal" 3. Sebagai dosen pembimbing untuk mahasiswa pada butir - I adalah sebagai berikut -Pembimbing 1 :Ir. Dini Wahyuni, MT - Pembimbing 2- 4. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal 20 Maret 2021 s/d 20 September 2021 5. Bilamana dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya
Medan, 23 Maret 2021
PENIDIKA,
eTA SHMA
rerMeliyTryana Sebiring.ST.MT, IPM 97HU5031997022001. Tembusan 1. Dekan FT USU 2. Ketua Dept. T.Industri FT USU 3. Dosen Ybs 4. Mahasiswa Ybs 5. Arsip No. Dok. : FM-GKM-S1TI-FT-6-06- BERITA ACARA 03 Rev : 01 PROPOSAL TUGAS SARJANA Tgl Efektif : 09 Juli 2018 Halaman : 1 dari 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS : TEKNIK PROGRAM : REGULER (S1) DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI
NAMA MAHASISWA : LATIFA PUTRI RADIANSYAH NIM : 170403019
JUDUL : PENGUKURAN KINERJA MANUFAKTUR DENGAN INDIKATOR HALAL
DOSEN PEMBIMBING : Ir. DINI WAHYUNI, MT
MATERI NO. TANGGAL PARAF KETERANGAN BIMBINGAN Buat rancangan Karena tentang kinerja halal 1. 24/03/2021 penelitian. Apa yang amati halal risk di tiap melatarbelakangi, apa faktor produksi tujuan, metode Amati proses 2. 29/03/2021 produksi secara Jangan lupa nantinya untuk lengkap. Olahan Amati penerapan sistem data bisa manual jaminan halal di perusahaan atau gunakan software
Pada proposal cukup topik Lengkapi identitasmu pada 3. 12/04/2021 penelitian saja dulu yang halaman pengesahan dituliskan Tetap cermati hubungan 13/04/2021 dalam rantai pasok, Bila tidak mungkin 4. bagaimana sosialisasi halal menyeluruh, cukup 2 atau 3 dilakukan chain. Potensi risiko dapat pada 14/04/2021 Acc proposal bahan, fasilitas, orang, 5. maupun lingkungan. Amati detail
MEDAN, 14 APRIL 2021 PEMBIMBING,
(Ir. DINI WAHYUNI, MT)