Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

ANALISIS JENIS DAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK CHOCOMIX DI CV GRIYA COKELAT NGLANGGERAN, DESA NGLANGGERAN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DIY

Chofifah Endar Nuraziz1, Titisari Juwitaningtyas2* Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan *Email: [email protected]

ABSTRAK Kualitas produk menjadi hal penting bagi suatu perusahaan karena berkaitan dengan kepuasan konsumen dan nama perusahaan tersebut. Proses produksi harus menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh suatu perusahaan. Maka dari itu dilakukanlah kegiatan pengawasan mutu sebagai upaya dalam mempertahankan mutu tidak ada produk yang cacat dan menyimpang dari standar yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan penyebab kecacatan pada produk Chocomix di CV Griya Cokelat Nglanggeran. Objek penelitian yang digunakan 5 varian Chocomix, yaitu Chocomix-original, Chocomix-classic, Chocomix-tawa, Chocomix-ffee, dan Chocomix-ice dengan metode analisis data menggunakan diagram pareto, diagram fishbone, dan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 jenis kecacatan yang terjadi pada produk Chocomix, yaitu kemasan jebol 79%, tidak ada stiker AKG 18%, dan netto tidak sesuai 3% dengan prioritas kecacatan yaitu jenis kemasan jebol. Kemudian faktor utama penyebab terjadinya kecacatan adalah faktor Methode, dengan permasalahan yang menjadi penyebabnya karena seluruh proses pengemasan masih dilakukan secara manual sehingga kemungkinan terjadinya cacat menjadi lebih besar. Kata Kunci: Analisis cacat produk; Chocomix; CV Griya Cokelat Nglanggeran

ABSTRACT Quality is important for a company because it is related to customer satisfaction and the name of the company. The production process must produce quality products in accordance with the standards set by a company. Therefore, quality control activities are carried out as an effort to maintain quality so that there are no defective products and deviate from the established standards. This study aims to determine the types and causes of defects in Chocomix products at CV Griya Cokelat Nglanggeran. The research object used was 5 Chocomix variants, namely Chocomix-original, Chocomix-classic, Chocomix-tawa, Chocomix-ffee, and Chocomix-ice with data analysis methods using Pareto diagrams, fishbone diagrams, and descriptive statistical methods. The results showed that there were 3 types of defects that occurred in Chocomix products, namely 79% broken packaging, no 18% AKG sticker, and 3% net non-compliance with the priority of defects, namely the type of broken packaging. Then the main factor causing defects is the method factor, with the problem being the cause because the entire packaging process is still done manually so that the possibility of defects is greater.

Keywords: Chocomix; CV Griya Chocolate Nganggeran; Product defect analysis

59

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

PENDAHULUAN rasa rempah, produk pangan lainnya, dan Kakao (Theobroma cocoa L.) dapat pula diolah menjadi produk kecantikan merupakan jenis tanaman asli hutan hujan seperti masker dan lulur. Dan dalam proses tropis Amerika Selatan dan telah lama pengolahannya, produsen selalu dibudidayakan di . Di Indonesia mengutamakan kualitas agar dapat terdapat 3 varietas kakao yang menghasilkan produk yang berkualitas dan dibudidayakan, yaitu Criollo, Forastero, dan tidak kalah dengan produk dari produsen luar Trinitario. Criollo merupakan jenis kakao negeri. mulia yang menghasilkan fine flavour cacao Kualitas produk berdasarkan dengan kulit berwarna merah lalu berubah pandangan konsumen merupakan sifat yang jingga ketika matang. Kualitas bijinya sangat dimiliki produk berkaitan dengan keandalan, baik tetapi pertumbuhannya sangat rentan ketahanan, manfaat, penampilan, kinerja, dan terhadap hama dan penyakit. Forastero kemudahan pemeliharaanya. Tetapi kualitas merupakan kakao lindak dengan kualitas biji produk berdasarkan pandangan produsen sedang yang memiliki kulit berwarna hijau yaitu produk yang berkualitas apabila produk dan kuning ketika matang serta lebih kuat tersebut telah sesuai dengan spesifikasi atau terhadap hama penyakit. Varietas terakhir, standar yang ditetapkan oleh perusahaan Trinitario merupakan hasil persilangan dari tanpa adanya cacat atau penyimpangan. kakao varietas Criollo dan Forastero (Badan Usaha perusahaan dalam mempertahankan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan menjaga kualitas produk ini dilakukan 2012). dengan pengawasan mutu (Setiawan H. , Biji kakao merupakan komoditas 2019). yang berperan dalam peningkatan devisa Pengawasan mutu menjadi hal negara. Indonesia menjadi salah satu negara penting yang harus dilakukan oleh pembudidaya kakao terluas ketiga dengan perusahaan dengan tujuan untuk menjamin jumlah produksi pertahun hampir mencapai mutu selama penerimaan bahan baku hingga 577 ribu ton. Produksi biji kakao dari tahun ke bagian produksi. Kegiatan ini dapat 2015 hingga tahun 2019 mengalami dilakukan terhadap semua aspek seperti peningkatan meskipun diiringi dengan bahan baku, proses produksi, maupun produk penurunan luas perkebunan kakao. Jumlah akhirnya. Pelaksanaannya dilakukan dengan produksi pada tahun 2015 mencapai 593.331 menyesuaikan produk dengan standar yang ton dan terus meningkat hingga mencapai ditetapkan kemudian semua 774.195 ton pada tahun 2019. Dari ke 33 penyimpangan/defect yang terjadi dianalisis provinsi di Indonesia, Provinsi Sulawesi menggunakan instrumen pengendalian mutu, tengah merupakan provinsi dengan areal yaitu 7 tools (fishbone diagram, check sheet, perkebunan kakao yang terluas dengan control chart, histogram, pareto chart, jumlah produksi diperkirakan mencapai scatter diagram) (Junais , 2010). 137,4 ribu ton atau 17,79% dari total Salah satu produsen lokal yang produksi Indonesia (Badan Pusat Statistik, memanfaatkan komoditas kakao adalah CV 2020). Griya Cokelat Nglanggeran yang merupakan Banyaknya jumlah produksi biji perusahaan pengolahan cokelat berbasis kakao ini tidak hanya dimanfaatkan oleh pemberdayaan masyarakat yang tumbuh di produsen dari luar negeri saja, tetapi Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul, produsen lokal pun turut memanfaatkan DIY. Beberapa produk yang dihasilkan, dengan memproduksi suatu produk olahan seperti cokelat, cokelat, cokelat berbahan dasar cokelat. Produknya tidak batang, almond cookies chocolate, keripik hanya berupa cokelat batang saja tetapi pisang cokelat, dan produk unggulannya ditambahkan dengan inovasi baru, contohnya minuman cokelat Chocomix. CV Griya seperti produk cokelat batang dengan varian Cokelat Nglanggeran dapat memproduksi

60

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252 hampir 2.000 sachet minuman cokelat Rancangan penelitian yang dilakukan Chocomix selama 1 bulan. Setiap proses di CV Griya Cokelat Nglanggeran ini terdiri produksinya, CV Griya Cokelat Nglanggeran dari beberapa tahap, antara lain: selalu mengutamakan kualitas produknya 1. Observasi lapangan, mengamati kegiatan terutama produk Chocomix dengan produksi hingga pengemasan yang ada di menetapkan standar produk, yaitu: CV Griya Cokelat Nglanggeran 1. Bubuk halus tidak ada gumpalan 2. Perumusan masalah, penulis 2. Tidak terkontaminasi fisik merumuskan permasalahan yang 3. Kemasan sachet rapat, tidak didapatkan dari hasil observasi bocor atau berlubang 3. Studi literatur, untuk mencari referensi 4. Terdapat label yang memuat dan dasar teori mengenai permasalahan semua informasi produk yag terjadi 5. Netto 25 gram persachet 4. Pengambilan data, dilakukan dengan cara Tetapi dalam pelaksanaan pengamatan dan partisipasi aktif selama produksinya, CV Griya Cokelat Nglanggeran kegiatan produksi berlangsung masih menggunakan metode manual 5. Analisis data, dilakukan dengan terutama pada proses pengemasan produk menggunakan diagram pareto untuk Chocomix. Hal ini dapat menyebabkan menganalisis kecacatan produk yang terjadinya penyimpangan produk pada terjadi, diagram fishbone untuk kemasan. Jika kemasan produk cacat, maka menganalisis penyebab terjadinya akan berpengaruh pada kualitas produk kecacatan, dan metode statistik deskriptif seperti bubuk minuman yang tengik dan untuk menganalisis data dengan cara masa simpan menjadi lebih pendek. mendeskripsikan data yang terkumpul Maka dari itu penelitian ini 6. Kesimpulan dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis mengenai jenis dan penyebab kecacatan HASIL DAN PEMBAHASAN produk Chocomix yang terjadi di CV Griya Penelitian ini dilakukan selama 1 Cokelat Nglanggeran dengan objek bulan di CV Griya Cokelat Nglanggeran. penelitian yaitu 5 varian Chocomix Pengambilan data untuk menganalisis jenis (Chocomix-original, Chocomix-classic, dan penyebab kecacatan produk Chocomix Chocomix-tawa, Chocomix-ffee, dan dilakukan dengan cara turut aktif dalam Chocomix-ice). Data-data yang didapatkan proses produksinya terutama pada proses kemudian dianalisis menggunakan diagram pengemasan. Selama 1 bulan penelitian, CV pareto untuk mengetahui jenis cacat Griya Cokelat Nglanggeran memproduksi produknya dan diagram fishbone untuk Chocomix selama 10 hari dengan 5 varian mengetahui faktor utama penyebab yang berbeda. Proses produksinya, bahan- kecacatan. bahan ditimbang sesuai dengan komposisi tiap varian kemudian setelah itu dicampur METODE PENELITIAN menggunakan mixer selama 1 jam hingga Penelitian ini dilakukan di CV Griya homogen. Setalah itu bubuk minuman Cokelat Nglanggeran yang berada di Dusun dihaluskan menggunakan blender selama 2,5 Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, menit dan diulang 3 kali. Bubuk Chocomix Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, yang halus selanjutnya dikemas dalam sachet Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu dengan berat 25 gram lalu direkatkan penelitian dilakukan selama 1 bulan, pada 8 menggunakan hand sealer dan dilengkapi Maret hingga 8 April 2021 sesuai dengan dengan label yang meliputi brand¸ kode P- jam kerja dari CV Griya Cokelat IRT, komposisi bahan, dan berat bersih Nglanggeran. (Netto) untuk sticker kemasan bagian depan dan stiker kemasan bagian belakang meliputi

61

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252 tabel AKG, logo halal MUI, dan label yang kerap terjadi yaitu ketika tahap expired date. Terakhir, Chocomix dikemas pengemasan produk. Di bawah ini ke dalam kemasan sekunder. merupakan tabel jenis kecacatan yang Selama proses produksi didapatkan terjadi: beberapa jenis kecacatan produk Chocomix

Tabel 1. Jenis Kecacatan yang Sering Terjadi No Jenis cacat Foto 1 Kemasan jebol

2 Netto tidak sesuai

3 Tidak ada label AKG

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan Tabel 1 terdapat 3 jenis Untuk kecacatan produk jenis kurangnya cacat yang sering terjadi yaitu kemasan berat per-sachet ditemukan ketika proses jebol, netto tidak sesuai, dan tidak ada label pelabelan juga. Karena ketika sachet berisi AKG. Untuk kecacatan jenis kemasan jebol bubuk digenggam akan terasa lebih ringan ini dapat diketahui ketika sachet ditepuk- dan berisi lebih sedikit jika dibanding tepuk. Jika ada bagian sealing yang jebol dengan sachet lain yang isinya jauh lebih atau bocor bubuk akan keluar dari kemasan padat dan berat. Dan ketika ditimbang ketika ditepuk. Kemudian cacat kurang stiker kembali, berat bubuk beserta sachetnya ini biasanya kurang pada stiker bagian menunjukkan berat yang kurang dari 25 belakang yang memuat tabel AKG sehingga gram. produk hanya memiliki stiker brand saja.

62

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

Tabel 2. Data Kecacatan Produk Chocomix di CV Griya Cokelat Nglanggeran per 10 Frekuensi Per Jenis Kecacatan (Sachet) Σ Persentase No Tanggal Kemasan Netto tidak Tidak Ada Σ Cacat Produksi Σ Cacat Jebol sesuai Label AKG

1 10-Mar-21 186 7 1 5 13 13% 2 12-Mar-21 119 7 1 0 8 8% 3 13-Mar-21 173 12 0 0 12 12% 4 15-Mar-21 160 12 1 0 13 13% 5 16-Mar-21 156 10 0 0 10 10% 6 18-Mar-21 181 0 0 0 0 0% 7 22-Mar-21 142 0 0 0 0 0% 8 30-Mar-21 179 9 0 0 9 9% 9 31-Mar-21 320 11 0 8 19 20% 10 08-Apr-21 327 9 0 4 13 13% Jumlah Kumulatif 1943 77 3 17 97 100%

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui Chocomix serta proporsi setiap jenis bahwa selama 10 hari produksi, CV Griya kecacatan. Cokelat Nglanggeran dapat memproduksi hingga 1943 sachet. Terlihat pula frekuensi Analisis Diagram Pareto dari setiap jenis cacat yang terjadi pada 5 Diagram ini bertujuan untuk varian produk Chocomix. Secara kumulatif, mengetahui jenis kecacatan apa yang lebih frekuensi cacat jenis kemasan jebol sebanyak banyak terjadi dan harus diprioritaskan untuk 77 sachet, netto tidak sesuai sebanyak 3 segera dilakukan tindakan perbaikan. sachet, dan tidak ada label AKG sebanyak Berdasarkan pada data Tabel 2, cacat produk 17 sachet dengan jumlah total kecacatan Chocomix yang terjadi selama 10 hari yang terjadi yaitu sebanyak 97 sachet. produksi dijumlahkan berdasarkan jenis Data kecacatan produk Chocomix kecacatannya kemudian diurutkan mulai dari yang telah didapatkan kemudian dianalisis yang paling tinggi frekuensinya hingga yang jenis kecacataannya untuk menentukan jenis paling rendah. Data yang sudah diurutkan cacat yang harus menjadi prioritas perbaikan frekuensinya, masing-masing dicari dan faktor penyebab terjadinya kecacatan persentase dan persentase kumulatifnya tersebut menggunakan diagram pareto dan seperti pada Tabel 3. Lalu kolom jenis cacat, diagram fishbone. Selain itu digunakan pula frekuensi, dan persentase kumulatif diagram pie untuk menganalisis proporsi diplotkan ke dalam diagram pareto seperti produk cacat dengan jumlah total produksi pada Gambar 1.

Tabel 3. Olah Data Diagram Pareto Jenis Cacat Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif Kemasan Jebol 77 79% 79% Tidak Ada Stiker AKG 17 18% 97% Berat Tidak Sesuai 3 3% 100% 97 100%

63

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

100%

80 80%

60 60%

40 40%

20 20%

0 0% Kemasan Jebol Tidak Ada Stiker AKG Berat Tidak Sesuai

Frekuensi Persentase Kumulatif

Gambar 1 Diagram Pareto Kecacatan Produk Chocomix per 10 hari

Berdasarkan analisis diagram pareto Analisis Diagram Pie di atas, dapat diketahui bahwa urutan jenis Diagram pie ini digunakan untuk cacat yang paling tinggi adalah cacat jenis menganalisis proporsi jumlah cacat produk kemasan jebol sebanyak 77 sachet, tidak ada dengan jumlah keseluruhan produk label AKG sebanyak 17 sachet, dan netto Chocomix selama 10 hari produksi. Diagram tidak sesuai sebanyak 3 sachet. Dari ketiga Pie ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar jenis cacat tersebut dapat diketahui bahwa 3. frekuensi cacat tertinggi ada pada kemasan jebol. Maka dari itu, cacat kemasan jebol 100% 95% harus menjadi prioritas utama yang harus segera dilakukan perbaikan. 80% Kemasan menjadi hal yang sangat 60% penting karena fungsi utamanya untuk 40% melindungi produk dari kontaminasi maupun 20% faktor lain yang dapat merusak produk. CV 5% Griya Cokelat Nglanggeran menggunakan 0% kemasan sachet berbahan alumunium foil Produk Cacat Produk Baik ukuran 8 cm x 9 cm dengan tujuan persentase 5% 95% melindungi bubuk minuman dari sinar Gambar 2 Diagram Batang Proporsi matahari, kelembapan udara, air dan Produksi Cacat Chocomix kontaminasi lain yang dapat merusak serta 100% 100 mempengaruhi kualitas bubuk Chocomix. 79% Tetapi jika kemasan sachet rusak, 80% 80 maka akan berpengaruh pada bubuk 60% 60 minuman seperti terjadinya penggumpalan 40% 40 atau bubuk menjadi tengik. Hal ini dapat 18% 20% 20 berpengaruh pada umur simpan Chocomix 3% yang semakin singkat dan akan rusak 0% 0 kualitasnya. Maka dari itu perlu dicari faktor Kemasan Tidak Ada Berat Tidak utama penyebab terjadinya kerusakan Jebol Stiker AKG Sesuai kemasan sachet tersebut untuk menentukan Frekuensi Persentase tindakan lebih lanjut dalam pengendalian kecacatan yang terjadi. Gambar 3 Diagram Batang Jenis Cacat Produk Chocomix

64

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

Selama 10 hari produksi, CV Griya pengendalian, akan mengakibatkan kerugian Cokelat Nglanggeran dapat memproduksi terutama pada biaya kemasan yang Chocomix sebanyak 1.943 sachet dengan meningkat. total produk cacat sebanyak 97 sachet. Sehingga seperti yang terlihat pada Gambar Analisis Diagram Fishbone 2, proporsi produk cacat yaitu sebesar 5% Setelah diketahui jenis cacat kemasan dari keseluruhan jumlah produksi. Kemudian jebol menjadi kecacatan yang perlu untuk proporsi setiap jenis cacat produk diprioritaskan untuk diberi tindakan dapat dilihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa perbaikan, maka selanjutnya dilakukan proporsi cacat terbesar yaitu jenis kemasan analisis faktor apa saja yang menjadi jebol 79%, kemudian yang kedua tidak ada penyebab terjadinya cacat jebol kemasan label AKG sebesar 18%, dan yang paling pada produk Chocomix di CV Griya Cokelat kecil adalah cacat netto tidak sesuai sebesar Nglanggeran. Identifikasi faktor penyebab 3%. kecacatan dilakukan dengan cara Jika dibandingkan dengan jumlah pengamatan selama proses produksi terutama keseluruhan produksi Chocomix, proporsi tahap pegemasan. Berikut ini merupakan produk cacat sangatlah sedikit dan kecil. analisis penyebab terjadinya kecacatan Tetapi jika kecacatan tersebut dibiarkan produk Chocomix: berlanjut tanpa adanya tindakan

Gambar 4 Diagram Fishbone Cacat Produk Chocomix

Dari diagram fishbone di atas dapat ini merupakan analisis penyebab kecacatan dilihat bahwa faktor penyebab terjadinya produk Chocomix di CV Griya Cokelat kecacatan berasal dari aspek Man, Methode, Nglanggeran: Material, Machine, dan Environment. 1. MAN Diagram ini tujuannya untuk menunjukkan a. Kurang konsentrasi, terjadi karena dampak atau akibat dari permasalahan yang karena banyaknya pekerjaan dan terjadi serta berbagai penyebabnya. Berikut semuanya dikerjakan secara manual

65

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

membuat pekerja menjadi kelelahan. c. Pengerjaan masih manual, hampir Selain itu pekerjaan yang monoton semua proses produksi Chocomix membuat pekerja menjadi jenuh. Hal dilakukan secara manual oleh pekerja ini dapat mengurangi konsentrasi sehingga kemungkinan terjadinya pekerja ketika beraktivitas. kecacatan produk menjadi lebih tinggi b. Kurang terampil, tidak semua pekerja karena kualitas pekerjaan bergantung paham dalam mengoperasikan alat pada kinerja pekerja pada saat itu. maupun proses pengolahan produk Alasan proses masih dilakukan secara karena semua pekerja telah memiliki manual karena sumber daya di CV jobdesk masing masing dan Griya Cokelat Nglanggeran masih bertanggung jawab pada satu produk. belum mencukupi apabila Jadi jika pekerja yang biasanya menggunakan mesin pengemas memegang produksi dodol membantu otomatis yang telah dimiliki yang produksi minuman Chocomix merupakan bantuan dari BI terkadang ada yang kurang terampil. Yogyakarta. c. Keteledoran pekerja, terjadi karena d. Kontaminasi fisik, dapat terjadi karena disebabkan kurangnya monitoring tidak adanya tahap pengayakan proses produksi. Salah satu akibatnya setelah tahap penghalusan yaitu terjadinya cacat netto tidak menggunakan blender. Penghalusan sesuai karena keteledoran pekerja bubuk menggunakan blender yang yang mengikutsertakan sisa dilakukan tanpa menutup blender penimbangan bubuk minuman yang karena harus sembari diaduk kurang dari 25 gram ke tahap memungikinkan terjadinya pengemasan sedangkan seharusnya kontaminasi fisik dari bahan asing. masuk ke toples tester. Misalnya seperti patahan spatula yang 2. METHOD terkena mata blender. a. Penempelan label kurang teliti, terjadi 3. MACHINE karena pekerja yang terlalu terburu- a. Alat kotor, hal merujuk pada alat buru ketika menempelkan stiker label hand sealer yang digunakan untuk untuk mempersingkat waktu merekatkan sachet Chocomix. jika pengerjaan. Pekerjaan yang masih bagian bantalan hand sealer kotor manual ini cukup melelahkan terlebih terkena bubuk minuman, hal ini akan jumlah produksi yang banyak menggangu proses sealing. Hasil sehingga pekerja menjadi kurang teliti rekatan sachet tidak akan sempurna dalam penempelan stiker label. sehingga akan ditemukan bagian b. Proses penimbangan, cacat yang yang masih berlubang atau rekatan terjadi karena proses penimbangan ini yang tidak kuat. Sehingga bagian adalah netto tidak sesuai disebabkan hand sealer harus sering dibersihkan karena jenis sendok yang digunakan ketika proses sealing berlangsung. tidak seusai. Jenis sendok b. Timer adjustify mudah terganti, menggunakan sendok makan yang bagian hand selaer yang digunakan terlalu sehingga ketika memasukkan untuk menentukan waktu sealing bubuk ke dalam sachet ada bubuk mudah berputar sehingga terkadang yang tumpah hal ini dapat mengurangi timer terganti dengan sedirinya ketika beratnya. Selain itu disebabkan pula bagian tersebut tidak sengaja karena pekerja kurang mengikuti tersenggol oleh pekerja. Hal ini instruksi kerja yang tetap berpengaruh pada hasil sealing memasukkan bubuk yang kurang dari sachet. Jika timer kurang, hasil 25 gram ke dalam sachet. rekatannya tidak akan kuat tetapi jika

66

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252

timernya terlalu lama, sachet akan tersebut sebaik mungkin. Sempitnya mengkerut dan terlihat tidak rapi. ruangan ini menjadikan pergerakan 4. MATERIAL pekerja menjadi terbatas dan kurang a. Perbedaan ketebalan kemasan sachet, nyaman dalam bekerja. terjadi karena adanya perbedaan pada Berdasarkan analisis faktor-faktor ketebalan sachet yang digunakan. tersebut dapat diketahui bahwa faktor utama Kemasan lama ketebalannya lebih penyebab kecacatan produk Chocomix yaitu tipis dibnding dengan kemasan pada aspek Method atau metode pengolahan sachet yang baru dan ketika proses yang digunakan. Terdapat beberapa sealing hanya dibutuhkan waktu penyebab yang mendasari faktor tersebut dan selama 4 detik saja, sedangkan untuk yang paling utama adalah karena semua kemasan baru membutuhkan waktu proses pengemasan masih dilakukan dengan selama 6 detik. Hal ini sedikit manual sehingga kemungkinan terjadinya bermasalah karena pekerja lebih kecacatan lebih tinggi. terbiasa menggunakan kemasan lama Saran perbaikan yang dapat sehingga ketika menggunakan dilakukan untuk mengatasi penyebab kemasan baru yang lebih tebal, set kecacatan produk Chocomix yang terjadi di timer masih menggunakan 4 sehingga CV Griya Cokelat Nglanggeran, antara lain: hasil sealing kurang kuat. 1. Tenaga kerja harus lebih mengikuti b. Kemasan kotor, hal ini terjadi karena instruksi kerja yang ada sehingga ketika proses pemasukan bubuk ke proses pengemasan dapat sesuai dalam sachet akan membuat standar permukaan kemasan, baik bagian luar 2. Menambahkan proses pengayakan maupun dalam, kotor terkena bubuk. bubuk minuman setelah tahap Hal ini akan mengganggu proses penghalusan bubuk untuk sealing karena nantinya kemasan menghindari kontaminasi fisik akan susah merekat. Sehingga 3. Menambah sumber daya listrik sebelum direkatkan, kemasan bagian sehingga dapat menggunakan alat dalam dan luar harus dibersihkan pengemas otomatis terlebih dahulu. 4. Pekerja lebih berhati-hati dan lebih 5. ENVIRONMENT teliti ketika sedang bekerja a. Ruangan panas, hal ini berhubungan 5. Meningkatkan monitoring dan ruangan produksi yang cukup sempit evaluasi proses produksi dan sangat tertutup. Ruangan produksi ini hanya memiliki 1 jendela KESIMPULAN kecil karena ruangan di desain untuk Berdasarkan hasil dan pembahasan ruangan ber AC. Tetapi selama dapat disimpulkan bahwa jenis kecacatan proses produksi berlangsung AC yang sering terjadi pada produk Chocomix sangat jarang dihidupkan untuk di CV Griya Cokelat Nglanggeran antara lain menghemat daya listrik karena jika kemasan jebol sebanyak 79%, kurangnya digunakan bersamaan dengan mixer, label AKG 18%, dan netto tidak sesuai listrik tidak kuat dan akan mati. sebanyak 3% dengan jenis kecacatan yang b. Ruangan sempit, ruang produksi CV menjadi prioritas adalah cacat jenis kemasan Griya Cokelat Nglanggeran memang jebol. Proporsi jumlah produk cacat yaitu tidak terlalu luas. Hanya terdiri dari 2 sebesar 5% dari total produksi sebanyak ruangan dilengkapi dengan meja 1.943 sachet per 10 hari. Kecacatan yang panjang tanpa sekat. Sehingga para terjadi tersebut penyebab utamanya karena pekerja harus berbagi tempat dan aspek Method atau metode pengemasan yang memanfaatkan ruangan sempit

67

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 3 No 2 Agustus 2021 P-ISSN: 2656-0623 E-ISSN: 2684-8252 semua prosesnya masih dilakukan secara manual.

DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, D. (2012). Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Jakarta: Badan Litbang Pertanian. Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Kakao Indonesia (Indonesian Cocoa Statisti 2019). Retrieved from https://www.bps.go.id/publication/20 20/12/02/2ac5a729f43e5f6b666e482 d/statistik-kakao-indonesia-2019.html Junais , I. (2010). Kajian Strategi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Produk Ebi Furay PT. Bogatama Marinusa. Unhas, Vol. 1, No. 1. Setiawan, H. (2019). Analisis Pengawasan Kualitas Produk dengan Menggunakan Statistical Processing Control (SPC) Rumah Warna Yogyakarta. Jurnal Manajemen, 1- 27.

68