Dwiani S.: Proses Morfologis Verba Bahasa Waringin

K A N D A I

Volume 16 No. 1, Mei 2020 Halaman 111-12 4

SUBJEK PSIKOTIK DALAM CERPEN “KELUARGA M” KARYA BUDI DARMA (Psychotic Subjects in The Short Story “Keluarga M” by Budi Darma)

Galih Pangestu Jati Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Jalan Sosio Humaniora Bulaksumur, Sagan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa , Pos-el: [email protected] (Diterima: 4 Januari 2020; Direvisi: 20 Februari 2020; Disetujui: 21 April 2020)

Abstract This study aimed to explain the movement of the subject in a short story. In addition, this study also looked at the subjectivity of Budi Darma. The material object used in this study is the short story "Keluarga M" by Budi Darma, while the theory used is a theory about the subject and gaze developed by a post-marxist figure, Slavoj Žižek. The method used in this research is qualitative method. The results of this study showed that the subject in the short story "Keluarga M" by Budi Darma continues to experience movement. He constantly tried to get out of the symbolic and social dimensions and this effort was successful. The subject also had experienced lack and tried to reach the imaginary. As a result, the subject had experienced cynicism, which was conscious of doing the wrong thing, but still he did. Furthermore, at one time, the subject had entered in an empty moment and became a psychotic subject because it could be distance from the symbolic and social dimensions. However, the subject was only able to move there, he was unable to carry out any radical actions. The subject instead returns to the symbolic and social dimensions. Then, Budi Darma's subjectivity appeared from his failure to form a radical subject and only formed a psychotic subject. Keywords: subjectivity, Budi Darma, “Keluarga M” short story, psychotic subject

Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan pergerakan subjek dalam cerpen “Keluarga M”. Selain itu, penelitian ini juga melihat subjektivitas Budi Darma. Adapun objek material yang digunakan di dalam penelitian ini adalah cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma, sedangkan teori yang digunakan adalah teori mengenai subjek dan gaze atau tatapan yang dikembangkan oleh tokoh post-marxist, Slavoj Žižek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah subjek di dalam cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma terus mengalami pergerakan. Ia terus- menerus berusaha untuk keluar dari dimensi simbolik dan sosial dan usaha ini pun berhasil. Subjek pun sempat mengalami lack dan mencoba untuk meraih yang imajiner. Akibatnya, subjek sempat mengalami sinis, yakni sadar melakukan hal yang salah, tetapi tetap ia lakukan. Selanjutnya, pada satu saat, subjek sempat masuk dalam momen kosong dan menjadi subjek psikotik karena bisa berjarak terhadap dimensi simbolik dan sosial. Namun, subjek hanya mampu bergerak sampai di situ, ia tidak mampu melakukan tindakan radikal apa pun. Subjek malah kembali kepada dimensi simbolik dan sosial. Kemudian, subjektivitas Budi Darma tampak dari kegagalannya dalam membentuk subjek radikal dan hanya membentuk subjek psikotik. Kata-kata kunci: subjektivitas, Budi Darma, cerpen “Keluarga M”, subjek psikotik

©2020 Kandai, ISSN 2527-5968 (online), 1907-204X (print) http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index .php/kandai 111 This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0 license Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

DOI: 10.26499/jk.v16i1.1989 How to cite: Jati, G. P. (2020). Subjek psikotik dalam cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma. Kandai, 16(1), 111-124 (DOI: 10.26499/jk.v16i1.1989)

PENDAHULUAN mengawasi lapangan sampai ia mencurigai sepasang kakak beradik. Budi Darma memang dikenal Tokoh saya pun terus-menerus sebagai salah satu sastrawan produktif di mengintai sepasang kakak beradik itu. Indonesia. Selama hidupnya, ia sudah Sampai suatu hari, ia memergoki sang menulis banyak karya sastra. Tulisannya adik membawa paku ketika sedang telah tersebar di berbagai media massa mengintip jam yang ada di dalam mobil dan telah menerbitkan beberapa buku, tokoh saya. Tokoh saya pun geram dan seperti Olenka, Rafillus, Ny. Talis , dan tidak segan-segan untuk menunjuk lain-lain. Akan tetapi, awal kariernya mereka sebagai pelaku perusakan mobil sebagai sastrawan dimulai dari terbitnya yang ia cari. Ia pun menanyai identitas secara khusus keempat cerpennya, yakni kakak beradik itu dan menanyakan latar “Kritikus Adinan”, “Dua Laki-Laki”, belakang keluarganya. Dengan “Secarik Surat”, dan “Laki-Laki kemarahan yang memuncak, tokoh saya Setengah Umur” di majalah Horison No. pun mendatangi keluarga kakak beradik 4 April 1974 (Rampan, 1982, hlm. 296). tersebut dan mengadukan perbuatan Cerpennya yang berjudul “Kritikus yang dilakukan oleh anaknya. Namun, Adinan” pernah dibahas oleh Teeuw sayangnya respons kedua orang tua anak dalam bukunya Sastra Indonesia tersebut tidaklah sesuai dengan yang Modern II (1989). Menurutnya, diharapkan oleh tokoh saya. Kedua keganjilan yang dilukiskan di dalam orang tua itu masih membela kedua cerpen ini ditegaskan secara paradoksal anaknya dan berdalih bahwa selama ini dalam gaya penulisan yang khas (Teeuw, keduanya telah dididik secara baik. 1989, hlm. 200). Hal yang sama juga Respons ini pun membuat tokoh saya terlihat dalam cerpennya yang dibahas kalap dan menyimpan dendam terhadap dalam tulisan ini, “Keluarga M”. keluarga tersebut. Secara keseluruhan, cerpen ini Setelah peristiwa itu, tokoh saya bercerita mengenai tokoh saya yang pun terus-menerus terobsesi ingin hidup di sebuah apartemen di Amerika menghancurkan keluarga tersebut. Ia Serikat. Ia tinggal seorang diri di sebuah selalu ingin membuat keluarga itu apartemen yang padat penduduk. mengalami cacat seumur hidup. Ia pun Meskipun kondisinya demikian, tokoh melakukan berbagai cara untuk saya masih merasa tenang tinggal di menyakiti keluarga tersebut, terutama apartemen tersebut. Namun, kakak beradik yang ia tuduh menjadi ketenangannya itu berakhir sejak tokoh pelaku perusakan mobil mewahnya. Ia saya mendapati mobil mewahnya dibuat sengaja meminta pengelola apartemen lecet oleh orang yang tidak ia kenali. untuk menghadirkan gerai Coca Cola di Oleh karena berang, ia pun sempat apartemen tersebut supaya banyak botol melaporkan kepada manajemen yang pecah dan menyakiti adik kakak apartemen walau tentu saja hasilnya nihil tersebut walau hasilnya tentu saja nihil. karena sesuai peraturan, mobil penghuni Sampai pada suatu hari, ia mendapat menjadi tanggung jawab penghuni kabar bahwa keluarga tersebut sendiri. Tokoh saya pun memutuskan mengalami kecelakaan yang cukup untuk mencari tahu sendiri siapa parah. Akibat kecelakaan tersebut, satu pelakunya dengan sering-sering keluarga mengalami cacat permanen.

112 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

Namun, bukannya bahagia karena karakteristik yang dapat dikatakan keinginannya terkabul, tokoh saya malah radikal terhadap beberapa dimensi mengalami guncangan yang sangat simbolik yang dominan di sekelilingnya. mengerikan. Ia menjadi linglung dan Penelitian lainnya ialah “Fantasi menjauh dari yang simbolik. Ideologis dalam Novel The White Tiger Dari ringkasan cerita yang telah Karya Aravind Adiga: Perjumpaan dipaparkan tersebut dapat dilihat bahwa Subjek-Subjek Sastra melalui Prespektif Budi Darma dalam cerpen “Keluarga M” Slavoj Žižek” (Setiawan, 2016). Hasil menghadirkan tokohnya sebagai subjek dari penelitian itu ialah bahwa karya yang dinamis. Ia bergerak terus-menerus sastra sebagai suatu kritik justru untuk melakukan perlawanan terhadap memperlihatkan bagaimana fantasi yang simbolik, tetapi selalu gagal. ideologis hadir sebagai hasil dari sinisme Pergerakan subjek ini disebabkan oleh masyarakat di tengah kapitalisme adanya hasrat dan fantasinya. Meski kultural. Sinisme merupakan proses demikian, ketika objek hasratnya ideologis mengenai subjek yang menghilang, ia menjadi terguncang. tenggelam dalam tatanan simboliknya. Dalam keterguncangan tersebut, ia Selain itu, penelitian lainnya yang mengalami momen kosong. Ia menjadi berhubungan dengan subjektivitas Slavoj subjek yang psikotik, yakni subjek yang Žižek ialah penelitian yang membahas memiliki jarak terhadap yang simbolik. pergerakan subjek dalam cerpen Kemudian, tidak lama setelah itu, subjek “Matinya Seorang Penari Telanjang” pun kembali kepada tatanan simbolik. karya Seno Gumira Ajidarma (Zamzuri, Dari pemaparan tersebut, dalam tulisan 2018). Penelitian itu menunjukkan ini akan dibahas mengenai pergerakan bahwa subjek melakukan tindakan subjek dalam cerpen “Keluarga M” radikal dengan menjadi penari telanjang karya Budi Darma. Dengan demikian, (stripper ) yang secara akal sehat hal-hal yang dibahas meliputi pergulatan (common sense ) itu melawan dimensi subjek dengan yang simbolik sehingga ia simbolik atau sosial. Selanjutnya, subjek menjadi subjek yang psikotik. mengalami pelesapan ( lack ) dan Ada beberapa penelitian yang telah mengejar yang imajiner sehingga subjek dilakukan terkait dengan subjek dalam mengalami sinisme, yaitu tahu dengan karya sastra. Penelitian pertama berjudul hal yang salah, tetapi pura-pura tidak “Subjektivitas Pramoedya Ananta Toer tahu bahwa itu salah, dan kynicism , yaitu dalam Novel Perburuan : Kajian menolak simbolik kampungan melalui Psikoanalis Historis Slavoj Žižek” ironi dan sarkasme. Subjek pun pada (Akmal, 2015). Dalam penelitian ini, akhirnya tidak mampu melawan yang Akmal mencoba menguraikan simbolik. Apabila dilihat dari penelitian- subjektivitas Pramudya Ananta Toer penelitian sebelumnya, dapat dilihat dalam tindakannya menulis novel bahwa penelitian terhadap cerpen Perburuan . Menurutnya, tindakan ini “Keluarga M” karya Budi Darma belum dilakukan untuk membangun jarak dan pernah dilakukan. melepaskan diri dari yang simbolik. Dengan menggunakan konsep subjek LANDASAN TEORI Slavoj Žižek dan metode sudut pandang Tzvetan Todorov, hasil penelitian ini Dalam penelitian ini, teori yang menunjukkan bahwa subjektivitas Pram akan digunakan ialah teori mengenai ketika melakukan tindakan penulisan subjektivitas yang digagas oleh Slavoj novel Perburuan menunjukkan Žižek. Dalam konsep ini, (S. Žižek,

113 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

2008, hlm. 182) meminjam konsep tatanan simbolik (S. Žižek, 2008, hlm. psikoanalisis Lacan, yakni yang real , 186). Menurut Žižek (S. Žižek, 2008, yang simbolik, dan yang imajiner. hlm. 91), kondisi psikosis merupakan Secara sederhana, yang real diartikan kondisi yang dipahami sebagai keadaan sebagai tataran yang belum terbahasakan “di luar kewajaran”. Subjek yang berada atau tataran yang masih prasimbolik. pada kondisi ini merupakan subjek yang Sementara itu, yang simbolik diartikan ditolak, diambilalih, dikecualikan oleh sebagai struktur persepsi tentang realitas. alam semesta simbolik. Kemudian, yang imajiner merupakan Kemudian, dalam membahas ekses yang diakibatkan ketakmungkinan keterkaitan Žižek dengan karya sastra yang simbolik dalam menamai yang real akan digunakan teori gaze atau tatapan. (Robert, 2013, hlm. 60). Pada tataran ini Žižek (S. Žižek, 1996, hlm. 90) bisa dirunut melalui tahap cermin, yakni mengembangkan teori yang digagas oleh keterpisahan antara dirinya dan imaji Lacan mengenai gaze . Pada dasarnya, mengenai dirinya. Keterpisahan ini yang Lacan (S. Žižek, 1996, hlm. 90) mendorong subjek menjadi terbelah dan berpendapat bahwa gaze merupakan mencapai puncaknya dalam trauma yang objek. Gaze bukanlah sesuatu yang menyebabkan subjek bertindak radikal melihat subjek, tetapi sesuatu yang (Akmal, 2015, hlm. 15). dilihat oleh subjek. Ia menganalogikan Pada dasarnya, tindakan radikal gaze dengan film. Ketika menonon film, merupakan tindakan yang termasuk penonton tidak bisa menafikan bahwa ia kategori destruktif sebab tindakan melihat hal-hal yang tidak dilihat oleh radikal merupakan upaya penghancuran subjek yang ada di dalam film tersebut. terhadap yang simbolik. Hal-hal yang Oleh karena itu, subjek dapat telah terbahasakan, tertulis, tersejarahkan diterjemahkan sebagai sudut pandang, telah terperangkap dalam jaring-jaring bukan dari kacamata penonton, lebih simbolik (S. Žižek, 2008, hlm. 150). tepatnya sutradara—atau dalam ranah Tindakan radikal di sini berkenaan sastra adalah pengarang sebagai subjek. dengan momentum, bukan proses yang Apabila panggilan gaze dipenuhi oleh melibatkan rencana, tujuan, maksud, subjek, subjektivitas yang dihadirkan ke kesenjangan, dan lain sebagainya. dalam karya sastra akan menjadi Tindakan ini merupakan tindakan subjek subjektivitas simbolik, tetapi apabila yang ingin keluar dari eksterioritas yang panggilan gaze menjadi panggilan yang menghakiminya, baik itu dari apa yang otentik, subjektivitas akan hadir sebagai di baliknya maupun dari apa yang ada di yang real . luarnya. Dengan demikian, tindakan ini hadir dengan sendirinya sebagai suatu METODE PENELITIAN ledakan yang mengejutkan, kemuakan atas kepalsuan yang mengaburkan Metode penelitian adalah cara realitas. Tindakan radikal akan terjadi di untuk memperoleh pengetahuan luar kesadaran yang tanpa rencana dan mengenai objek tertentu dan karenanya tanpa tujuan (Setiawan, 2016, hlm. 56). harus sesuai dengan kodrat keberadaan Oleh karena itu, ketika subjek objek itu sebagaimana yang dinyatakan melakukan tindakan radikal, ia memiliki oleh teori (Faruk, 2012, hlm. 55). Dalam jarak dengan yang simbolik. Pada saat penelitian ini dilakukan dua tahapan seperti ini, kondisi subjek menjadi penelian, yakni pengumpulan data dan psikotik, yakni subjek yang analisis data. Adapun data yang mempertahankan semacam jarak dari dimaksud dalam penelitian ini adalah

114 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

satuan tekstual yang berhubungan ini dibahas pergerakan subjek dalam dengan teori subjektivitas perspektif cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma. Slavoj Žižek. Dengan demikian, hal-hal yang dibahas Data dapat dibedakan menjadi dua, meliputi pergulatan subjek dengan yang yakni data primer dan data sekunder. simbolik sehingga ia menjadi subjek Data primer terdiri dari frasa, kalimat, yang psikotik. dan paragraf yang didapat dari cerpen “Keluarga M” karya Budi Darma , yang PEMBAHASAN berhubungan dengan teori. Kemudian, data sekunder merupakan teks historis, Subjek psikotik dalam cerpen sosial, dan kultural yang mendukung, “Keluarga M” yang berhubungan dengan objek penelitian. Untuk melihat pergerakan subjek Metode dan teknik pengumpulan dalam cerpen “Keluarga M”, perlu data pada dasarnya adalah seperangkat dilakukan pembahasan mengenai cara atau teknik yang merupakan dimensi simbolik yang mengungkung perpanjangan dari indera manusia karena tokoh saya dalam cerpen tersebut. tujuannya ialah mengumpulkan fakta- Dimensi yang menjerat tokoh saya ialah fakta empirik yang terkait dengan dimensi sosial tempat tokoh saya tinggal. masalah penelitian (Faruk, 2012, hlm. Hal ini disebabkanbahwa sepanjang 25). Langkah pengumpulan data diawali cerita, latar tempat yang digunakan di dengan pembacaan berulang terhadap dalam cerpen ini ialah apartemen di objek material, yakni cerpen “Keluarga Indiana, Amerika Serikat. Tokoh saya M” karya Budi Darma. Kemudian digambarkan sebagai seorang laki-laki mengelompokkan data yang sesuai yang tinggal sendiri apartemennya. dengan landasan teori dan fokus Hidupnya sudah tergolong mapan dan penelitian. Selain dari cerpen, juga memiliki pekerjaan yang tetap. Meski dikumpulkan data yang berasal dari demikian, ia tinggal di antara para jurnal, buku-buku, dan kertas kerja tetangga apartemen yang semuanya lainnya yang berhubungan dengan sudah berkeluarga, seperti yang terlihat pengarang dan cerpen. pada kutipan berikut. Langkah selanjutnya ialah analisis data. Analisis data merupakan Sudah lama saya tinggal di gedung seperangkat cara atau teknik penelitian raksasa yang memuat dua ratus yang merupakan perpanjangan dari apartemen ini, dan mungkin sayalah pikiran manusia karena fungsinya bukan satu-satunya yang hidup sendirian untuk mengumpulkan data, melainkan tanpa anak dan istri. Selama ini, saya untuk mencari hubungan antardata yang tidak pernah terganggu. Meskipun tidak akan pernah dinyatakan sendiri saya tidak pernah mempunyai cita- oleh data yang bersangkutan (Faruk, cita untuk mempunyai anak, saya 2012, hlm. 25). tidak berkeberatan melihat anak-anak Dalam tahap ini, variabel-variabel menghabiskan waktunya di lapangan yang ditemukan dalam proses bermain di sebelah utara gedung. pengumpulan data akan dicari Lapangan ini dapat saya lihat dari hubungannya satu sama lain sehingga jendela apartemen saya di tingkat delapan (Darma, 2004, hlm. 55). menjadi satu kesatuan. Dari pemaparan latar belakang masalah yang sudah Kutipan yang menjadi pembuka diidentifikasi sebelumnya, dalam tulisan cerpen tersebut memperlihatkan dimensi

115 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

simbolik yang mengungkung tokoh saya, saya tinggal di lingkungan yang yakni masyarakat urban yang memiliki masyarakatnya masih cenderung keluarga. Mereka memiliki istri dan konservatif. Hal ini ditandai dengan para anak-anak. Oleh karena hal itu, penghuni apartemen yang hampir keperluan yang berkaitan dengan semuanya memiliki keluarga. Sementara keluarga dan anak-anak selalu itu, hal ini bertolak belakang dengan diutamakan daripada keperluan individu. tokoh saya. Tokoh saya memilih untuk Apabila dilihat lebih lanjut, cerpen tinggal sendiri, tanpa istri dan anak. ini berlatar waktu tahun 1970-an dan Keputusan ini tidak didasari atas berlatar tempat di Amerika Serikat. kepentingan atau ideologi tertentu, tetapi Tahun 1970-an merupakan tahun hanya melanggar konstruksi budaya pergeseran budaya di sana. Dekade ini yang berlaku di sekelilingnya. Ia pun merupakan perpanjangan dari menjadi subjek yang psikotik karena perjuangan para aktivis yang berjuang dapat berjarak dengan yang simbolik. sejak dekade sebelumnya. Adapun Tidak hanya berhenti di situ, ia pergeseran budaya yang terjadi sangat pun berupaya lepas dari jerat yang mencolok terlihat pada anak muda di simbolik lainnya. Seperti disepakati di sana. Berkaitan dengan seksualitas, pada masyarakat mana pun, ada semacam akhir dekade 1970-an, anak muda sudah aturan bahwa orang dewasa harus banyak yang meninggalkan seksualitas mengasuh dan mengalah terhadap anak- tradisional. Hubungan seks di luar nikah anak, bahkan mereka yang merasa dan pembebasan akan otoritas individu terganggu dengan anak-anak malah menjadi semangat yang ingin diusung. memilih untuk berpindah tempat tinggal Namun, walaupun pergeseran budaya seperti yang terlihat pada kutipan mulai terjadi, itu tidak berarti pandangan berikut. konservatis sudah bergeser begitu saja. Sebaliknya, masih ada pandangan- Kadang-kadang saya heran mengapa pandangan konservatif yang dipercaya banyak orang tidak kerasan tinggal di oleh sebagian besar masyarakat, sini. Ada yang mengeluh gedung ini termasuk dalam lingkungan tokoh saya jauh dari sekolah anak-anak mereka, tempat ia tinggal di sebuah apartemen ada yang menyatakan penyesalannya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari mengapa gedung ini dulu dibangun penghuni apartemen yang hampir dekat jalan raya federal, dengan semuanya berkeluarga. Di sini dapat demikian lalu lintas bising dan dilihat adanya upaya tokoh saya untuk membahayakan anak-anak, dan ada keluar dari jeratan yang simbolik. yang jengkel karena di sini terlalu Dalam perspektif Žižek, tindakan banyak anak, dan karena itu suasana untuk keluar dari yang simbolik (sosial) menjadi gaduh, ada juga yang dengan menanggalkan segala hal yang mengeluh karena anak-anak di sini melekat pada dirinya, semisal ideologi, nakal, sering berkelahi, dan moralitas, melanggar norma, dan merugikan anak mereka sendiri. membuang konsensus sosial dikatakan Bahwa gedung ini jauh dari tempat sebagai tindakan radikal. Kata lainnya, umum, toh semua yang tinggal di sini tindakan radikal dapat diartikan sebagai mempunyai mobil. Bahwa mereka ‘tindakan yang tidak tahu diri’ sebab repot karena anak mereka, kan semua ‘diri’ adalah konstruksi budaya ini akibat mereka mempunyai anak hegemonik (Arifin, 2016, hlm. 50). (Darma, 2004, hlm. 55–56) Seperti dijelaskan sebelumnya, tokoh

116 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

Tokoh saya merasa nyaman hidup Tokoh saya dalam kutipan ini sendiri di apartemen tersebut. Ia pun beberapa waktu lalu mendapati mobilnya merasa heran dengan para penghuni mengalami kecacatan yang disebabkan yang pergi dengan alasan jauh dari pusat oleh benda tajam. Kemudian, ia pun kota dan tidak nyaman dengan kehadiran menjadi was-was dan mencurigai anak-anak di sana. Hal ini pun beberapa anak yang berpotensi menjadi mengindikasikan bahwa anak-anak di penyebab kecacatan mobilnya tersebut. dalam lingkungan tokoh saya harus Tak lama setelah kejadian pertama, ia dispesialkan. Orang dewasa memilih mendapati lagi motornya mengalami untuk mengalah daripada menundukkan kecacatan. Saat mengetahui hal tersebut, anak-anak di sana. Konstruksi inilah ia pun langsung menyangkakan yang ingin dilawan oleh tokoh saya. pelakunya kepada dua anak-anak, yakni Ketika memiliki masalah dengan anak- dan Mark dan Martin. Meskipun mereka anak di sana, ia tidak mau mengalah. Ia anak-anak dan belum terbukti bersalah, malah ingin menghakimi anak-anak mereka nyatanya tetap mendapat tersebut ketika ia mempunyai masalah hardikan dari tokoh saya, bahkan tidak dengan mereka. hanya sekali, tetapi berkali-kali. Hal ini terlihat dalam kutipan lain berikut. ... Nah, pada saat saya akan membuka pintu mobil, barulah saya ketahui Ketika elevator macet, pada suatu bahwa mobil saya mengalami cacat sore menjelang jam lima saya turun baru, sama dengan dulu. Kurang ajar! melalui tangga darurat. Dan ketika Dan pada waktu saya berpaling ke saya mencapai tingkat tiga, saya sana ke sini, saya mendengar seorang mencium bau tidak enak. Setelah saya anak berteriak, “Jangan lari! Jangan mencapai tingkat dua, tahulah saya lari!” Saya bergegas menuju sumber apa sebabnya. Si adik sedang suara, dan tahulah saya bahwa si adik membongkok, wajahnya tampak lari dibuntuti oleh si abang yang kesakitan, dan celananya yang bobrok melarangnya lari. Dan ketika saya melembung bagian belakangnya. Dan mendekati si adik, tahulah saya si abang berusaha menenangkan si bahwa manusia kecil ini memegang adik. “Anjing buduk! Kamu berak, sebuah paku tua. Tentu dialah ya?” teriak saya. Ingin rasanya saya penjahatnya. Saya pegang dia, dan membawa parang, memotong kaki menangislah dia meronta-ronta. dan tangan mereka satu per satu, dan “Kamu anjing buduk mempunyai membuat mereka cacat seumur hidup. maksud jahat untuk merusak mobil Si abang mengaku terus terang bahwa saya, ya?! Heh, jawab!” seru saya si adik sakit perut dan terpaksa berak sambil mengguncang-guncangkan di situ sebelum sempat mencapai tubuh bajingan kecil itu. Ketika si kakus umum di lobby tingkat satu. abang berusaha melerai, saya tarik “Mengapa kamu tidak berak di rambutnya. Dia menjerit, matanya rumah, anjing buduk?” tanya saya berkaca-kaca. “Kamu berdua berang. Si abang menjelaskan bahwa bajingan, ya! Kamu berdua mau tadi mereka sudah akan masuk menghancurkan mobil saya, ya?! apartemen mereka, tapi orang tua Jawab, anjing buduk!” Si abang mereka belum juga datang, padahal menggeleng. Ketika saya tanyai, dia kunci yang biasanya diserahkan mengaku bernama Mark, dan adiknya kepada si abang terbawa mereka Martin (Darma, 2004, hlm. 59–60). (Darma, 2004, hlm. 63).

117 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

Ketika ia akan ke apartemennya simbolik walaupun dalam batas-batas menggunakan tangga darurat, ia tertentu. mendapati kedua anak yang disangka merusak mobilnya sedang berada di Upaya Pemenuhan Hasrat yang Lain sana. Si adik saat itu sedang berak di celana karena tidak tahan ingin segera Kemudian, di sisi lain, tokoh saya buang air besar. Hal ini ternyata sebagai subjek mengalami keterbelahan. membuat tokoh saya naik pitam. Ia lagi- Ia memang sudah memenuhi the other lagi menghardik kedua anak tersebut dengan menjadi subjek psikotik. Namun, hanya karena urusan sepele tersebut. di sisi lain ia memang harus tunduk Yang dilakukan oleh tokoh saya patuh terhadap apa yang diinginkan oleh memang tidak sesuai dengan the other . Hal inilah yang menyebabkan kesepakatan eksterioritas atau dimensi subjek menjadi lack . Pemenuhan hasrat sosial dan simbolik yang menaunginya. terhadap subjek tidak pernah selesai. Di Dalam dimensi simboliknya, perbuatan sini dapat dilihat adanya upaya tokoh kedua anak tersebut seharusnya bisa saya untuk memenuhi the other yang ditoleransi, seperti yang dilakukan oleh lain. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan tokoh lain dalam kutipan berikut. berikut.

Jerry kemudian pergi, dan sebelum Tentu saja, ketika saya bertemu menikung ke gang di hallway , dia dengan si abang dan si adik, saya berhenti, menoleh pada saya, lalu labrak si abang. Saya sesalkan benar berkata, “Mark bilang kamulah yang mengapa dia sampai hati mengadu meludah. Mbok jangan berbuat kepada Jerry. Atas labrakan ini si demikian. Masak ada anak berak abang tidak tampak gentar. Katanya, karena sakit perut saja, kamu dia memberi tahu Jerry karena Jerry meludahi lantai, meludahi tembok, menanyainya, dan karena orang dan meludahi pegangan tangga tuanya tidak pernah memberinya darurat. Itu kan perbuatan sengaja wewenang untuk berkata bohong. yang merugikan orang lain. Jangan Tanpa diberi tahu pun Jerry akan tahu begitu, ya, Bung?” (Darma, 2004, bahwa yang meludah itu saya, kata si hlm. 64–65) abang selanjutnya. Kali ini ingin rasanya saya membawa gunting, dan Tokoh saya marah besar ketika memotong lidah si abang, dan mengetahui bahwa yang membersihkan membuatnya cacat seumur hidup sisa berak itu adalah petugas kebersihan (Darma, 2004, hlm. 65). di apartemen. Ia memarahi petugas kebersihan yang bernama Jerry karena Kutipan di atas menunjukkan mau membersihkan berak. Namun, Jerry bahwa tokoh saya mengalami lack . Ia memberi respons yang di luar dugaan marah besar karena ketahuan melakukan tokoh saya. Ia malah menyayangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma sikap tokoh saya yang berlebihan ketika yang berlaku. Namun, ia tidak bisa menyikapi anak yang berak tersebut. Hal memenuhi hasrat kemarahan tersebut. ini menunjukkan bahwa tokoh saya Oleh karena itu, tokoh saya pun memang berjarak dari jerat dimensi menjadikan anak yang melaporkannya simbolik yang mengungkungnya selama sebagai objek hasrat kemarahannya. ini. Ia pun menjadi subjek yang psikotik Meski demikian, hal ini tidak karena mampu berjarak dengan yang menjadikan tokoh saya hasratnya terpenuhi. Oleh karena itu, ia pun

118 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

berupaya untuk keluar dari dimensi Hasrat kemarahannya pun malah simbolik yang lain untuk memenuhi semakin besar dan ia pun hasratnya tersebut. Ia ingin memotong membayangkan untuk menembaki lidah si abang yang telah melaporkan keluarga tersebut. Ia ingin menembaki perbuatannya dan menjadikan anak kaki dan tangan mereka, kemudian tersebut mengalami cacat seumur hidup. membuat mereka sekeluarga mengalami Tidak hanya sekali, upaya ini pun kecacatan seumur hidup. Selain itu, ia dilakukan oleh tokoh saya berkali-kali. ingin turun dengan membawa parang Pada kutipan yang lain, terlihat ia ingin menuju mereka. Kemudian, ia ingin membuat keluarga M mengalami menebas kaki dan tangan mereka sampai kecacatan dengan menembaki mereka putus hingga keluarga tersebut sekeluarga, seperti yang terlihat dalam mengalami kecacatan permanen. kutipan berikut. Keinginannya ini berkali-kali muncul dalam benak tokoh saya. Bahkan ia pun Semenjak saat itu, setiap saya melihat merencanakan strategi untuk mencelakai Mark dan Martin bermain-main, ingin keluarga tersebut. rasanya saya memiliki senapan, menembak kaki dan tangan mereka, Dan entah mengapa saya menjadi membuat mereka cacat selama- haus, kemudian jengkel karena lamanya. Dan kemudian saya ketahui, gedung sebesar ini, yang jauh dari bahwa setiap Sabtu dan Minggu sore tempat umum, tidak ada mesin pasti mereka bermain-main dengan penjual Coca Cola. Kemudian saya orang tua mereka. Mereka lari-lari, berjalan menuju jembatan. Nah, di main bandulan, merry go round, situlah saya melihat sebuah botol monkey bars, dan keluar masuk Coca Cola pecah. Andaikata, ya, lubang setumpukan tong bersama- andaikata saja si abang dan si adik sama. Saya sering melihat Marion terjatuh dan kepalanya termakan oleh menciumi anak-anaknya, dan Melvin pecahan botol, pikir saya. Pikiran menciumi Marion. Ingin rasanya saya mengenai botol ini menjadi subur menembaki kaki dan tangan mereka, ketika pada suatu hari saya membaca dan membuat mereka cacat seumur sebuah pengumuman bahwa RA akan hidup. Ingin juga rasanya saya turun pindah ke Lexington, Kentucky, dan membawa parang, dan membuat siapa yang berminat untuk menjadi putus semua kaki dan tangan mereka. RA hendaknya mengisi formulir yang Ingin, ingin sekali (Darma, 2004, tersedia di kantor. Dari semua hlm. 62). pelamar akan dipilih tiga orang calon oleh Pimpinan Badan Kerja Sama Tokoh saya menyangka kedua Apartemen Kota, dan siapa di antara anak Melvin dan Marion, yakni Mark tiga orang ini yang akan menjadi RA, dan Martin, telah merusak mobilnya. Hal terserah pada hasil pemilihan ini membuat tokoh saya marah besar. penghuni gedung (Darma, 2004, hlm. Namun, ketika ia melabrak keluarga 65–66). tersebut, tokoh saya menjadi semakin marah karena responsnya tidak sesuai Dalam kutipan di atas tampak dengan apa yang ia inginkan. Mereka tokoh saya yang berpikiran untuk sekeluarga masih berusaha membela diri mencelakai kedua anak Malvin dengan meskipun sudah dijadikan objek hasrat menggunakan botol Coca Cola. Ia kemarahan tokoh saya. berpikir bahwa apabila di gedung apartemen tersebut ada mesin penjual

119 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

Coca Cola, maka akan banyak orang sehingga menghambat perjalanan yang membelinya dan kemudian banyak mereka. pecahan botol yang berserakan di apartemen tersebut. Ia pun Kegagalan Menjadi Subjek Radikal membayangkan kedua anak tersebut yang terjatuh lalu kepalanya terkena Dari pemaparan sebelumnya, serpihan kaca botol. Hal ini membuat tampak bahwa tokoh saya menjadi tokoh saya berusaha untuk menyediakan psikotik dan pada tataran lain ia benar- mesin penjual Coca Cola di apartemen benar ingin lepas dari dimensi simbolik tersebut. Ia berniat mendekati untuk memenuhi hasrat agar mencapai manajemen apartemen yang baru dipilih kepenuhannya. Namun, hal ini ternyata dan me-lobby mesin Coca Cola tersebut. gagal. Meskipun ia telah menjadi subjek Tidak hanya itu, di lain yang psikotik, ia ternyata kembali kesempatan tokoh saya pun masih tunduk kepada yang simbolik, seperti berencana untuk mencelakai keluarga yang terlihat dalam kutipan berikut. tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Saya kesepian. Memang saya tidak mempunyai teman, dan memang saya Memang, cita-cita saya longsor. Tapi sering merasa kesepian, tapi tidak saya tahu keluarga Meek tidak akan pernah merasa sesepi ini. Sore itu tinggal di sini selama liburan saya melihat hampir empat puluh Thanksgiving. Mulai tanggal 21 mobil meninggalkan lapangan parkir, November tentu banyak orang dan menjelang malam sekitar lima bepergian ke luar kota, menginap, dan belas mobil amblas lagi. Mobil-mobil kembali tanggal 26 November. tersebut berdatangan kembali mulai Menjelang Melvin sekeluarga pergi, tanggal 25 malam, disambung tanggal saya harus memasukkan sedikit pasir 26 pagi, siang, dan malam. Pada ke tangki bensinnya, dan menusukkan tanggal 27 pagi sebelum jam kerja bannya dengan jarum kecil, yang sekitar dua ratus mobil sudah akan menggemboskan bannya dalam memenuhi lapangan parkir lagi. Dan waktu dua puluh empat jam. Tunggu ternyata mobil Melvin tidak ada. saja, Meek, tunggu. Memang, saya Tanggal 28. Tidak ada. Tanggal 29. menunggu saat yang baik. Menunggu, Tidak ada. Tanggal 30. Tidak ada menunggu, terus menunggu. Saya (Darma, 2004, hlm. 73). sudah tahu betul di mana mobil itu Dalam penjelasan sebelumnya, biasanya diparkir, dan saya tahu betul tampak bahwa tokoh saya menjadi tangkinya mudah dibuka dengan mata subjek yang psikotik karena mampu telanjang (Darma, 2004, hlm. 72). lepas dari jerat simbolik, yakni memilih Menjelang perayaan Thanksgiving, untuk tinggal sendiri di antara semua tokoh saya lagi-lagi berencana ingin para penghuni apartemen yang memiliki mencelakai keluarga Melvin melalui keluarga. Meski demikian, ternyata ia mobilnya. Ia berencana ingin gagal menjadi subjek yang psikotik dan memasukkan pasir ke dalam tangki akhirnya kembali kepada yang simbolik. bensinnya. Tidak hanya itu, ia berniat Ketika semua tetangga apartemennya menusukkan sebuah jarum kecil di ban melakukan liburan bersama keluarga dan mobilnya. Dengan upaya ini, tokoh saya bersenang-senang, ternyata ia merasa membayangkan mobil keluarga Melvin kesepian. Momen kesepian inilah yang akan mengalami kerusakan dan mogok

120 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

menunjukkan bahwa tokoh saya telah kutipan di atas, tampak subjek menjadi kembali pada jerat yang simbolik. linglung. Semua hal yang dilakukannya Tidak hanya itu, tokoh saya juga tampak “abnormal”. Ia mengalami mengalami keterjeratan kembali kepada psikosis dan menunjukkan yang simbolik ketika objek hasratnya kemurniannya sebagai subjek yang hilang dan ia mengalami rapuh, yang tidak berdaya untuk keluar keterguncangan, seperti yang dari tatanan simbolik. digambarkan dalam kutipan di bawah Ketika subjek bisa terlepas dari ini. tatanan simbolik tersebut, subjek pun menjadi radikal. Dalam posisi ini, subjek Saya tetap tidak mengerti bagaimana dapat melakukan apa yang disebut perasaan saya sendiri. Pada waktu tindakan radikal. Menurut Žižek (S. berjalan, seolah-olah saya merasa Žižek, 2008, hlm. 81), tindakan ini tidak menapak di atas lantai. Pada disebut sebagai substansi subjek, satu- waktu makan, kadang-kadang saya satunya titik yang memberikan lupa mengunyah, dan baru konsistensi kepada subjek. Dengan kata mengunyah setelah saya sadar lagi. lain, tindakan ini telah menghancurkan Dan setelah membaca sesuatu, saya ikatan terhadap yang simbolik. Namun, sering lupa apa yang telah saya baca. tindakan ini tidak bisa dilakukan oleh Sehabis nonton televisi, saya juga subjek. Meskipun ia telah menjadi tidak tahu apa yang habis saya tonton. subjek psikotik, ia tidak melakukan Dan pada waktu akan berangkat tidur, tindakan radikal. Momen kekosongan saya baru sadar bahwa kompor di yang ia rasakan malah membuatnya dapur belum saya matikan. Dan semakin larut dalam tatanan simbolik. setelah saya berangkat tidur lagi, saya ingat bahwa saya belum mematikan Di tingkat dua, saya melihat Mark radio, dan seterusnya (Darma, 2004, menggendong adiknya. Sangat capek hlm. 74). tampaknya. Berkali-kali Mark akan jatuh, tapi dia berusaha berjalan tegap Seperti dijelaskan sebelumnya, lagi. Dan Martin mendekap tubuh tokoh aku sangat membenci keluarga M. abangnya dengan tangan dan kaki Ia bahkan mengatur berbagai strategi kirinya, sedangkan tangan kanan dan untuk mencelakai keluarga tersebut agar kaki kanannya masih terbebat gips. mereka mengalami cacat seumur hidup. Kaku tampaknya. Seorang Namun, semua yang dilakukannya tidak menawarkan diri menggendong pernah berhasil karena tatanan simbolik Martn, tapi baik Mark maupun Martin yang mengungkungnya. Ia tidak pernah menolak. Lalu saya menawarkan diri bisa lepas dari yang simbolik. Ia tidak menggendong Martin. Mark bisa memenuhi hasratnya untuk menjawab, “Martin adalah adik saya. melakukan hal yang “tidak baik” Biarlah saya gendong terus dia selama tersebut. saya masih kuat.” (Darma, 2004, hlm. Namun, ada anomali di sana. 76) Ketika mendapati keluarga tersebut benar-benar cacat fisik karena Setelah mengalami kecelakaan, ia bukannya senang. keterguncangan akibat objek hasratnya Malahan ia mengalami keterguncangan telah hilang, ia pun kembali kepada yang karena objek hasratnya telah hilang. simbolik. Ia menjadi subjek yang rapuh Akibatnya, keadaan ini membawanya dan merasa iba terhadap keluarga Melvin pada momen kekosongan. Dalam yang mengalami kecacatan karena

121 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

kecelakaan mobil yang diderita oleh demikian lalu lintas bising dan mereka. Ia melakukan berbagai cara membahayakan anak-anak, dan ada untuk memudahkan kehidupan keluarga yang jengkel karena di sini terlalu tersebut, seperti membantu kedua anak banyak anak, dan karena itu suasana yang dibencinya ketika kebakaran di menjadi gaduh, ada juga yang apartemennya terjadi. mengeluh karena anak-anak di sini nakal, sering berkelahi, dan Budi Darma dan Tokoh Saya merugikan anak mereka sendiri. Bahwa gedung ini jauh dari tempat Dalam pandangan Žižek, sebuah umum, toh semua yang tinggal di sini karya sastra merupakan hasil dari gaze mempunyai mobil. Bahwa mereka atau sudut pandang yang diambil oleh repot karena anak mereka, kan semua pengarang. Karya sastra merupakan ini akibat mereka mempunyai anak media bagi pengarang untuk lepas dari (Darma, 2004, hlm. 55–56). yang simbolik. Namun, tentu saja tidak semua pengarang mampu melampaui Dalam kutipan di atas, tampak jerat simbolik. Apabila panggilan gaze Budi Darma mampu menjelaskan secara dipenuhi oleh subjek, subjektivitas yang detail suasana, lokasi, dan kebiasaan dihadirkan ke dalam karya sastra akan yang terjadi. Selain penjelasan yang menjadi subjektivitas simbolik, tetapi cukup detail, subjektivitas Budi darma apabila panggilan gaze menjadi juga tampak dalam penggunaan sapaan panggilan yang otentik, subjektivitas dalam cerpen ini, seperti yang terlihat berikut ini. akan hadir sebagai yang real . Dalam cerpen “Keluarga M”, terlihat upaya Saya berdiri di dekat tempat Budi Darma untuk menghadirkan subjek pembuangan sampah. “Kamu mau yang psikotik, yakni subjek yang semua makanan ini, Buyung?” tanya memiliki jarak dengan tatanan simbolik. saya lagi. Mereka mengangguk- Hal ini tidak bisa lepas dari upayanya angguk lagi. Ketika saya bertanya untuk melepaskan diri dari yang mana yang mereka lebih dahulu simbolik melalui sebuah karya sastra. serempak mereka menuding kue. Oleh karena itu, dalam cerpen ini Maka bungkus kue pun saya buka terdapat tindakan dari pengarang perlahan-lahan. Nampak mata mereka sehingga dapat dikatakan bahwa subjek berbinar gembira dan berkali-kali dalam cerpen ini mewakili Budi Darma. mereka menelan ludah (Darma, 2004, Meskipun cerpen ini menggunakan hlm. 68). latar tempat di Amerika Serikat, Budi Darma mampu mendeskripsikan secara Dalam kutipan di atas, dapat detail setiap suasana, lokasi, sistem dilihat bahwa tokoh saya menggunaan masyarakat di sana, dan lain sebagainya. sapaan Buyung dalam percakapannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut Tentu saja sapaan yang digunakan tidak ini. sesuai dengan latar tempat yang digunakan. Hal ini mengindikasikan Kadang-kadang saya heran mengapa adanya subjektivitas Budi Darma di banyak orang tidak kerasan tinggal di dalam cerpen ini. Dengan demikian, sini. Ada yang mengeluh gedung ini dapat dilihat adanya subjektivitas Budi jauh dari sekolah anak-anak mereka, Darma melalui tokoh saya dalam cerpen ada yang menyatakan penyelasannya ini. Budi Darma menghadirkan subjek mengapa gedung ini dulu dibangun yang psikotik di dalam cerpen ini dekat jalan raya federal, dengan

122 Galih, P.J.: Subjek Psikotik dalam Cerpen ‘Keluarga M’ ....

sebagai bentuk negosiasinya antara DAFTAR PUSTAKA dirinya dan yang simbolik. Negosiasi ini pun menghasilkan subjek yang psikotik, Akmal, R. (2015). Subjektivitas yakni subjek yang memiliki jarak dengan Pramudya Ananta Toer dalam yang simbolik. Novel Perburuan: Kajian Psikoanalisis Historis Slavoj Žižek. PENUTUP Jurnal Jentera , 4(1), 12–23. https://doi.org/https://doi.org/10.26 Dari pembahasan yang telah 499/jentera.v4i1.381 dilakukan tersebut dapat dilihat bahwa Arifin, M. Z. (2016). Labirin Sinisme subjek yang ada di dalam cerpen Para Absurdis: Sebuah Kritik “Keluarga M” telah melakukan tindakan Eksistensialisme dalam Sosiologi radikal untuk lepas dari jerat yang Sastra . : Negasi Kritika. simbolik. Ia menjadi pribadi yang lajang dan memilih untuk tinggal sendiri, serta Darma, B. (2004). Keluarga M. In menolak beberapa aturan yang ada. Orang-orang Bloomington (Edisi Namun, hal ini tidaklah tanpa kedua). : Metafor. konsekuensi. Subjek yang bisa terlepas Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra: dari yang simbolik menjadi yang Sebuah Penjelajahan Awal . psikotik dan mengalami keterasingan Yogyakarta: Pustaka Pelajar. dan kembali kepada yang simbolik. Dalam kondisi demikian, tokoh saya pun Rampan, K. L. (1982). Cerita Pendek mendapat desakan dari yang simbolik Indonesia Mutakhir . Yogyakarta: dan mengalami keterbelahan. Ia harus CV. Nur Cahaya. memenuhi the other , tetapi juga harus Robert, R. (2013). Subjek atau Mengapa menjadi seperti yang the other inginkan. Perempuan Tidak Eksis: Provokasi Akibatnya, tokoh ini pun terus-menerus Lacan tentang seksuasi dan berfantasi terhadap objek hasrat yang Tindakan Etis. In Y. A. Pareanon telah ditetapkannya. Sampai pada ketika (Ed.), Subyek yang Dikekang . objek hasratnya hilang, ia mengalami Jakarta: Komunitas Salihara dan semacam keterguncangan. Ketika Hivos. keluarga yang menjadi objek hasratnya mengalami kecelakaan, ia sampai pada Setiawan, R. (2016). Membaca Kritik momen kosong yang membawanya Slavoj Žižek: Sebuah Penjelajahan menjadi subjek yang benar-benar Awal Kritik Sastra Kontemporer . otentik. Namun, tidak lama kemudian, ia Surabaya: Negasi Kritika. kembali kepada yang simbolik. Dengan Teeuw, A. (1989). Sastra Indonesia melihat pergerakan subjek tersebut, Modern II . Jakarta: Pustaka Jaya. dapat dilihat bahwa ada keinginan Budi Zamzuri, A. (2018). Cerpen ‘Matinya Darma untuk menjadi subjek yang lepas Seorang Penari Telanjang’ Karya dari yang simbolik, tetapi akhirnya gagal Seno Gumira Ajidarma dalam dan lagi-lagi terjerat oleh jaring-jaring Perspektif Subjek Slavoj Žižek. yang simbolik. Jurnal Aksara , 30 (1).

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2

9255/aksara.v30i1.226.1-16

123 Kandai Vol. 16, No. 1, Mei 2020; 111-124

Žižek, S. (1996). I Hear You with My Žižek, S. (2008). The The Sublime Eyes: or, The Invisible Master. In Object of Ideology . London and R. S. dan S. Žižek (Ed.), Gaze and New York: Verso. Voice as Love Objects: Sic 1 . Durham and London: Duke University.

124