PUTUSAN Nomor 71/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SALINAN PUTUSAN Nomor 71/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: Nama : Drs. Hi. Rusli Habibie, MAP Pekerjaan : Gubernur Gorontalo Periode 2012-2017 Alamat : Jalan Akper Nomor 1 RT/RW 001/003, Desa Moodu, Kecamatan Kota Timur, Provinsi Gorontalo Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 9 Agustus 2016, memberi kuasa kepada Heru Widodo, S.H., M.Hum., Novitriana Arozal, S.H., Supriyadi Adi, S.H., Meyke M. Camaru, S.H., Dhimas Pradana, S.H., dan Aan Sukirman, S.H., para Advokat pada kantor Heru Widodo Law Office (“HWL”) yang beralamat di Menteng Square Tower A Lantai 3 AO-12, Jalan Matraman Raya Kav. Nomor 30- E, Pegangsaan, Menteng, Jakarta, 10320, bertindak secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------------------------Pemohon; [1.2] Membaca permohonan Pemohon; Mendengar keterangan Pemohon; Mendengar keterangan Presiden; Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat; Mendengar dan membaca keterangan Pihak Terkait H. Indrawanto Hasan; Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] 2 Mendengar dan membaca keterangan Pihak Terkait Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dan Fanly Katily; Mendengar dan membaca keterangan Pihak Terkait Hana Hasanah Fadel dan Tonny S Junus; Mendengar dan membaca keterangan ahli Pemohon; Mendengar dan membaca keterangan ahli Pihak Terkait H. Indrawanto Hasan; Membaca keterangan ahli Pihak Terkait Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dan Fanly Katily; Mendengar dan membaca keterangan ahli Pihak Terkait Hana Hasanah Fadel dan Tonny S Junus; Memeriksa bukti-bukti surat/tertulis Pemohon; Memeriksa bukti-bukti surat/tertulis Pihak Terkait Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dan Fanly Katily; Membaca kesimpulan Pemohon; Pihak Terkait H. Indrawanto Hasan; Pihak Terkait Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dan Fanly Katily; dan Pihak Terkait Hana Hasanah Fadel dan Tonny S Junus; 2. DUDUK PERKARA [2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan bertanggal 10 Agustus 2016 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 10 Agustus 2016 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 137/PAN.MK/2016 dan telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal 1 September 2016 dengan Nomor 71/PUU-XIV/2016, yang telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 26 September 2016, pada pokoknya menguraikan hal-hal sebagai berikut: A. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1. Ketentuan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan: Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] 3 “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.” 2. Ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa, “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar...” 3. Ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” 4. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyatakan, bahwa “Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.” 5. Selanjutnya, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ...” 6. Bahwa oleh karena permohonan yang diajukan Pemohon adalah pengujian atas Pasal 7 ayat (2) huruf g, Pasal 163 ayat (7) dan (8), serta Pasal 164 ayat (7) dan (8) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (UU Pilkada) terhadap UUD 1945, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa, memutus dan mengadili permohonan ini. Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] 4 B. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON 1. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Gorontalo Periode 2012-2017 dan mempunyai kesempatan maju untuk satu kali periode lagi dalam jabatan yang sama dalam pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara serentak. 2. Bahwa pada tahun 2013, Pemohon dalam kedudukannya sebagai Gubernur Gorontalo pernah mengirimkan Surat Pemerintah Provinsi Gorontalo kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI, dengan tembusan kepada Presiden RI, Menteri Dalam Negeri, Panglima TNI, Kapolri, Panglima VII Wirabuana, Ketua Komisi III DPR RI dan Plt. Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, dengan Surat Dinas Nomor 200/KESBANGPOL/475/2013, tanggal 17 Juni 2013, yang isi suratnya pada pokoknya melaporkan situasi keamanan di wilayahnya, termasuk menyampaikan adanya kendala disharmoni hubungan dengan Pimpinan Polda Gorontalo pada saat itu. 3. Bahwa tindakan pengiriman surat tersebut dilakukan Pemohon dalam jabatannya sebagai Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 2 ayat (1) PP Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, juga dengan mendasarkan pada perintah Inpres Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013, bahkan langkah Pemohon tersebut diambil atas hasil konsultasi dan saran dari Kementerian Dalam Negeri RI. 4. Bahwa namun demikian, terhadap langkah pengiriman surat tersebut, meski dalam kedudukannya sebagai Gubernur dan juga selaku Ketua Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPINDA), Pemohon justru dibawa ke ranah pidana dengan dimintai pertanggungjawaban secara personal atas sangkaan melanggar Pasal 317 ayat (1) KUH Pidana yang ancaman hukumannya paling lama 4 (empat) tahun. 5. Bahwa terhadap kondisi yang menimbulkan ketidakharmonisan tersebut, Pemohon telah berupaya meminta maaf kepada Kapolda Gorontalo yang ditindaklanjuti dengan cara menyampaikan permintaan maaf secara Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] 5 terbuka melalui Media Cetak/Koran GORONTALO POST Edisi 19 Maret 2015, namun upaya tersebut tidak mampu menghentikan proses pidana. 6. Bahwa dalam persidangan di Pengadilan Negeri Gorontalo, Pemohon dituntut hukuman percobaan 8 (delapan) bulan, namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Pengadilan Negeri Gorontalo dengan Putusan Nomor 98/Pid.B/2015/PN.Gto tertanggal 16 Oktober 2015 menjatuhkan pemidanaan 8 (delapan) bulan pidana penjara. 7. Bahwa terhadap putusan pemidanaan a quo, baik Jaksa Penuntut Umum maupun Pemohon, keduanya mengajukan banding, yang hasilnya, dalam Putusan Pengadilan Tinggi Gorontalo Nomor 65/PID/2015/PT.Gto tertanggal 24 November 2015, Pemohon dihukum 5 (lima) bulan pidana penjara. 8. Bahwa terhadap putusan banding, Pemohon berupaya mencari keadilan dengan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, sebagaimana risalah Pernyataan Kasasi bertanggal 11 Desember 2015 dan Memori Kasasi bertanggal 21 Desember 2015, yang berdasarkan petikan Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI tanggal 21 Juli 2016 dengan perkara Nomor 348 K/PID/2016 yang disampaikan melalui Pengadilan