EKSISTENSI PARTAI POLITIK OPOSISI DI : STUDI TERHADAP PARTAI OPOSISI PARTAI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS) PADA PILIHAN RAYA 2013

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Fareed Bahram 1110112000049

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

ABSTRAK

Skripsi ini mendeskripsikan salah satu partai politik oposisi di Malaysia, yaitu Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Partai tersebut adalah partai oposisi yang terbentuk dari pecahan partai penguasa, yaitu United Malays Nation Organization (UMNO). Lahirnya partai PAS disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya dengan munculnya semangat revivalisme Islam di antara sebagian anggota di tubuh partai UMNO sehingga terjadinya semangat untuk membangun negara berdemokrasi yang berazaskan Islam. Semangatnya dari sebagian anggota di tubuh partai UMNO inilah yang menjadi momentum untuk terbentuknya partai PAS.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data pada penelitan ini diambil dari beberapa sumber, yaitu dari buku- buku yang berkaitan dengan penelitian (library research), wawancara, dan beberapa dokumentasi penelitian. Dari hasil pengumpulan data tersebut, kemudian diproses dengan melakukan penyusunan dan pereduksian data, yang pada akhirnya akan ditarik menjadi kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, skripsi ini menjelaskan bahwa partai PAS adalah salah satu partai oposisi dari berbagai partai-partai oposisi lainnya di Malaysia yang tergabung dalam koalisi (PR). Partai PAS sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keislamannya sehingga ingin diterapkan pada pemerintahan. Ternyata hal tersebut belum tercapai karena partai UMNO yang berazaskan sekulerisme nasionalisme itu selalu menjabat kursi pemerintahan yang dikuasainya selama hampir kurang lebih 60 tahun yang lalu atau setelah masa kemerdekaannya negara Malaysia. Tetapi partai PAS tidak berhenti sampai disitu, justru partai PAS menjadi salah satu partai pesaing kuat terhadap partai UMNO, partai penguasa pada setiap ajang Pilihan Raya Umum Malaysia, khususnya pada Pilihan Raya parlementer atau kalau di Malaysia disebut dengan .

Kata Kunci: Partai Politik, Oposisi, PAS, UMNO, Pakatan Rakyat (PR)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur memang hanya pantas penulis panjatkan kepada Allah SWT. Hanya atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya skripsi ini mampu rampung di tengah-tengah rutinitas yang kadang- kadang malah kurang rutin.

Shalawat dan salam tidak henti-hentinya penulis hadiahkan kepada teladan manusia sepanjang zaman, sepanjang umur dunia, yakni Nabiyullah Muhammad

SAW. Beliaulah satu-satunya idola dan inspirasi lahir batin dalam hidup ini.

Semoga spirit pembebasan Muhammad terus menyala dari generasi ke generasi.

Semoga pula kita semua mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mnyelesaikan studi Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S. sos) pada Program Studi Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah Jakarta.

Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung dalam memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain berikut ini:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Jakarta..

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan FISIP UIN Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin, M. Si dan Ibu Suryani, M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu

Politik dan Sekretaris Prodi Ilmu Politik.

4. Bapak Dr. A. Bakir Ihsan, M. Si, beliau adalah lebih dari sekedar dosen

pembimbing. Beliau adalah suri tauladan akademik saya selama saya

menjalani perkuliahan dari pertama saya masuk sampai titik perjuangan

ii

terakhir ini. Pak Bakir adalah sosok yang sangan ramah dan sangat

berpengertian kepada mahasiswanya atau anak didik nya salah satunya

adalah saya ini sebagai penulis skripsi. Beliau sangat sabar, membimbing,

membantu dan memberikan inspirasi terhadap pekerjaan penelitian ini,

beliau sangat berjasa. Berkat jasanya beliau, Alhamdulillah penelitian

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih sebanyak-

banyaknya kepada beliau.

5. Segenap dosen dan civitas akademika FISIP UIN Jakarta yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu. Pengalaman berbagi dan menuntut ilmu di

FISIP telah menjadi hal yang istimewa dalam hidup penulis pribadi.

Semoga keberkahan, kesehatan, dan kesuksesan selalu menyertai guru-

guru kami semua.

6. Terimakasih kepada ibu saya, ibu Martinah Darani Mansur, yang telah

mencurahkan kasih sayang dan perjuangan serta perhatian kepada anaknya

tanpa batas sampai di usia ini. Ibu saya sangat berjasa dalam memberikan

dukungan dengan segala cara yang baik termasuk do’a di dalamnya.

7. Seluruh keluarga intiku yang tercinta, khususnya kakakku Fathiah Bahram

selaku kakak yang paling tua yang sangat berjasa dalam memberikan

dukungan, semangat dan inspirasi. Dan tidak lupa juga dengan abang-

abang saya bang Fikry Bahram, bang Fakhry Bahram, bang Fakhir

Bahram, dan bang Khalid M. Jarkasi yang juga berkat dukungan mereka

penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

8. Seluruh anggota keluarga dan saudara-saudaraku baik di Kalimantan

Selatan, Bogor maupun di Saudi Arabia khususnya di Mekkah dan Jeddah

iii

9. Kawan-kawan seperjuangan Ilmu Politik 2010 antara lain: Rizqi

Saeforrahman, Muhamad Abror, Maulana Ainul Asri, Ade Mulyawan,

Muhammad Hilman Faris, Rahmatullah Reinaldi, Rizky Ajoe Ilham,

Faisal Husein Oye, dan seluruh kawan-kawanku seangkatan yang mohon

maaf tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Tapi mereka inilah teman

seperjuangan saya yang sangat mendukung dan memberikan rasa sportif

untuk menyelesaikan tugas terakhir masa kuliah ini. Perjuangan kalian dan

dukungan untuk saya tak akan saya lupakan kawan-kawanku

seperjuangan.

10. Terimakasih kepada saudara Nurkholis Sofwan, saudara ini sangat berjasa

dalam membantu untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini. Jasa

dan dukungannya sangat saya hargai dan di apresiasikan. Segenap teman-

teman semasa SD, SMP, dan SMA yang masing-masing kita sekolah

bersama di sekolah-sekolah Indonesia di Riyadh dan Jeddah.

11. Seluruh teman-teman dan saudara-saudara saya yang pernah tinggal di

Saudi, mereka pun tidak luput dari dukungannya untuk saya khususnya

bang Helmi Dahlan dan Zakaria Zarqani, serta teman-teman yang lainnya

12. Terimakasih kepada bapak doktor Mohd Zuhdi bin Marzuki, selaku

direktur pusat penelitian di Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Beliau sangat

membantu untuk memberikan informasi-informasi PAS terhadap penulis

13. Terimakasih juga kepada bapak Ismad Shahril bin Che Mat, selaku asisten

sekretaris PAS negeri . Beliau juga sangat banyak membantu untuk

memberikan informasi-informasi PAS terhadap penulis.

iv

14. Segenap pimpinan dan para anggota Partai Islam Se-Malaysia (PAS) pada

tingkat nasional maupun negeri.

Dan masih banyak lagi mungkin yang tidak bisa saya sebutkan dalam ucapan terimakasih disini, yang jelas semua yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini, baik secara dukungan, bantuan, jasa, dan materil, saya sangat dan sangat mengucapkan terimakasih abnayakatas bantuannya. Semoga Allah S.W.T akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih di dunia dan akhirat

Akhir kata, kesempurnaan dan kebenaran hanya milik Allah S.W.T, kepada Allah yang maha kuasa lah kita mengembalikan segala persoalan.

Sebagaimana seperti manusia biasa, skripsi ini pasti ada banyak sekali kekurangan dan kesalahan baik tulisan maupun kerangkanya. Kritik dan saran sangat dibutuhkan di kemudian hari. Terimakasih banyak semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang, Amin.

Ciputat, 20 Juni 2017

Fareed Bahram Mukhtar

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... vi BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...... 1

B. Pertanyaan Penelitian ...... 7

C. Tujuan Penelitian ...... 8

D. Tinjauan Pustaka ...... 8

E. Metode Penelitian ...... 10

F. Sistematika Penulisan ...... 12

BAB II KERANGKA TEORI PARTAI POLITIK DAN OPOSISI A. Partai Politik ...... 14

B. Oposisi ...... 17

BAB III DINAMIKA POLITIK PARTAI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS) DI MALAYSIA A. Historisitas Partai Islam Se-Malaysia ...... 20

B. Perkembangan Politik PAS Pasca Kemerdekaan Malaysia ... 23

C. Struktur dan Aktifitas Partai Islam Se-Malaysia Periode 2011-

2013...... 27

D. Ideologi Politik Partai Islam Se-Malaysia ...... 30

E. Visi dan Misi Partai Islam Se-Malaysia ...... 36

F. Dinamika Politik Partai Islam Se-Malaysia ...... 38

vi

BAB IV KEKALAHAN PARTAI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS) PADA PILIHAN RAYA UMUM 2013 A. Situasi Politik Malaysia Pra-Pilihan Raya 2013 ...... 42

B. Strategi Pemenangan PAS pada Pilihan Raya 2013 ...... 46

C. PAS dan Pilihan Raya Umum 2013 ...... 52

D. Faktor-Faktor Kekalahan PAS pada Pilihan Raya 2013 ...... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 61

B. Saran ...... 62

DAFTAR PUSTAKA ...... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Malaysia adalah salah satu Negara di Asia Tenggara yang merupakan bekas jajahan Inggris yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 31

Agustus 1957. Pada dasarnya, Malaysia berbentuk monarki konstitusional federal terdiri atas 9 kesultanan atau yang disebut dengan negara bagian (diperintah oleh

Sultan) dan 4 negara bagian atau yang disebut juga dengan wilayah federasi

(diperintah oleh Yang Dipertuan Negeri atau Gubernur). Kesultanan di Malaysia adalah : , , , , , , Perak,

Perlis dan Trengganu. Negara bagian di Malaysia adalah : Malaka, Pulau ,

Sabah dan Serawak.1

Federasi Malaysia adalah sebuah monarki konstitusional. Kepala negara persekutuan Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong, biasa disebut Raja

Malaysia. Yang di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri- negeri Malaya, untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran. Empat pemimpin negeri lainnya, yang bergelar gubernur, tidak turut serta di dalam pemilihan.2

Raja mempunyai hak kekuasaan tertentu dalam menjalankan aktivitas negara dan fungsi administrasi di Malaysia. Salah satunya kekuasaan raja

Malaysia ialah hak baginda bertindak untuk melantik seorang menteri besar.

1 http://www.sejarah-negara.com/tentang-negara-malaysia/, diakses pada tanggal 25 November 2016 pukul 02.27. 2 http://www.informasiahli.com/2015/10/sistem-pemerintahan-malaysia.html, diakses pada tanggal 27 November2016 pukul 19.22 1

Menteri besar yang dilantik adalah ketua partai yang menang pada pemilihan umum Malaysia atau yang sering disebut dengan Pilihan Raya negeri. Tentu setelah dilantik harus dapat persetujuan pula dari Yang di-Pertuan Agong atau baginda raja Malaysia.3

Dalam negara persekutuan, setiap negara bagian mempunyai hak dan tanggung jawab tersendiri yang di luar kuasa pemerintah pusat. Seperti di

Malaysia, dari segi struktur administrasi pemerintahannya bisa disebutkan bahwa setiap negara bagian di Malaysia itu mempunyai konstitusi sendiri. Ia juga mempunyai badan perundangan negeri atau yang disebut dengan badan legislatif negara yang di Malaysia disebut dengan Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri (State

Executive Council).4

Sistem pemerintahan Malaysia bermodelkan sistem parlementer

Westminster, warisan Penguasa Kolonial Britania.5 Sistem demokrasi dengan cara

Westminster ini telah dilaksanakan di Malaysia sebagai asas dan landasan saja.

Beberapa aspek atau ciri tertentu telah di ubah dari Sistem Westminster yng asli dari Inggris mengingat Malaysia masih berpegang teguh dalam hal adat dan istiadat melayu yang kental sehingga beberapa aspek di ganti atau di rubah menyesuaikan dengan cara bernegara di Malaysia.

Sebagai contoh bisa disebutkan beberapa aspek perbedaan sistem pemerintahan Westminster yang tidak ada di Inggris tetapi berlaku di Malaysia

3 Abdullah Sanusi Ahmad, Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia (: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1980), h. 39-40 4 Ibid, h. 39 5 http://www.informasiahli.com/2015/10/sistem-pemerintahan-malaysia.html, diakses pada tanggal 27 November2016 pukul 21.00 2

sebagai berikut:6 pertama, Malaysia adalah negara berpersekutuan (Federal State), yaitu negara dimana membersekutukan tiga belas negara bagian, sedangkan

Inggris adalah negara tunggal (Unitary State). Kedua, Malaysia mempunyai undang-undang yang tidak sejalan dengan prinsip hukum yang berada di Inggris seperti hukum keselamatan dalam negeri (Internal Security Act) karena dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan bermasyarakat di Malaysia. Ketiga, dalam konstitusi negara Malaysia, tercatat hak-hak istimewa orang melayu dan bumiputera dalam hal keutamaan mengenai pelayanan pendidikan, kependudukan, dan lain-lainnya. Keempat, Malaysia memiliki buku khusus tentang konstitusi negara, lain halnya dengan Inggris yang mempunyai kumpulan konstitusi yang disetujui langsung oleh lembaga parlemennya.

Dalam konstitusi persekutuan di Malaysia juga tercatat beberapa hal-hal penting yang dilaksanakan oleh pemerintah federal sebagai bagian kekuasaannya.

Antara lain hal-hal tersebut yaitu tentang urusan pertanahan, pertanian dan perhutanan, serta hal-hal konstitusi lainnya.7

Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur persekutuan dan legislatur negeri. Parlemen bikameral terdiri atas Dewan Rendah atau Dewan Rakyat yang mirip dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) di Indonesia, dan dewan tinggi,

Senat atau mirip dengan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) di

Indonesia.8

6 Abdullah Sanusi Ahmad, Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1980), h. 26

7 Ibid, h. 23 8 http://www.informasiahli.com/2015/10/sistem-pemerintahan-malaysia.html, diakses pada tanggal 28 November 2016 pukul 03.32 3

Berbicara soal kekuasaan legislatif di Malaysia, pada tingkat pemerintahan persekutuan atau federal ada lembaga parlemen yang disebut dengan Dewan

Undangan Persekutuan (Federal Legislative Assembley) atau lebih dikenal juga dengan sebutan Dewan Rakyat.9 Dewan Rakyat dianggotakan sebanyak 222 anggota dan setiap anggota mewakili satu kawasan pilihan raya. Anggota-anggota tersebut dipilih atas dasar dukungan melalui pilihan raya yang diadakan setiap lima tahun. Partai yang memperoleh kursi mayoritas akan membentuk pemerintahan federal untuk menjalankan tugas negara Malaysia.10

Adapun pada tingkat pemerintahan negara, disitu ada badan legislatif juga yang di sebut dengan Dewan Negara atau Senat.11 Dewan Negara terdiri dari 70 orang anggota. Dewan Negara terbagi atas dua kategori, pertama 26 anggota yang dipilih oleh Dewan Undangan Negeri yang mewakili 13 negeri (setiap negeri diwakili oleh dua orang anggota). Kedua, 44 ahli yang dilantik oleh Seri Paduka

Baginda Yang di-Pertuan Agong raja Malaysia atas saranan Perdana Menteri, termasuk dua anggota dari Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, dan satu anggota masing-masing dari Wilayah Persekutuan dan .12

Jabatan itu akan dipegang selama satu periode (tiga tahun) dan bisa dilanjutkan lagi selama satu periode berikutnya, jabatan tersebut dilantik oleh

9 Abdullah Sanusi Ahmad, Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia. 1980), h. 23 10 http://www.parlimen.gov.my/maklumat-umum.html?uweb=dr&, diakses pada tanggal 28 November 2016 pukul 05.55 11 Abdullah Sanusi Ahmad, Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1980), h. 23-24 12 http://www.parlimen.gov.my/maklumat-umum.html?uweb=dn&, diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 23.13 4

tingkat federal atau pemilihan pada tingkat negara.13 Kedudukan Dewan Negara tidak berubah dengan pembubaran Parlimen. Anggota-anggota Dewan Negara dilantik atau dipilih dari kalangan mereka yang berkontribusi melayani masyarakat di negara bagiannya dengan baik atau telah mencapai keunggulan dalam profesi masing-masing dalam bidang perdagangan, industri, pertanian, aktivitas kebudayaan atau pelayanan sosial atau merupakan perwakilan kelompok ras minoritas ataupun mampu menjaga kepentingan orang-orang asli melayu.

Jadi secara umum, Malaysia adalah suatu negara di kawasan ASEAN dengan sistem kerajaan konstitusional, dimana raja mempunyai jabatan tertentu untuk di pimpinnya, sedangkan seorang perdana menteri lah yang mempunyai jabatan atau kekuasaan lebih kompleks karena perdana menteri adalah kepala pemerintahan di Malaysia dan di pilih langsung oleh rakyat. Sebagai perdana menteri, tugasnya bisa dikatakan cukup banyak karena seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegra di Malaysia di pegang olehnya.

Secara garis besar, di Malaysia terdapat dua koalisi besar, yaitu koalisi partai penguasa yang mendukung pemerintahan dan koalisi pembangkang atau oposisi. Koalisi pemerintahan diwakilkan oleh (BN), sedangkan koalisi oposisi diwakilkan oleh Pakatan Rakyat (PR). Ada 13 partai yang bergabung dalam koalisi BN, di antara partai-partai pendukung utama koalisi ini adalah United Malays National Organization (UMNO), Malaysian Chinese

Association (MCA), Malaysian Indian Congress (MIC), Malaysian People’s

Movement (Gerakan). Sementara anggota koalisi PR di antaranya adalah Parti

13 Ibid 5

Keadilan Rakyat (PKR), Parti Islam se-Malaysia (PAS) dan Democratic Action

Parti (DAP).14

Dalam konteks politik Malaysia, partai UMNO dan PAS dilihat masing- masing sebagai partai untuk memperjuangkan hak suara masyarakat melayu, tetapi dengan cara yang berbeda. Partai UMNO cendrung lebih mengangkat isu- isu nasionalisme, sedangkan partai pembangkang yaitu PAS lebih cendrung kepada nilai-nilai dasar keislaman melayu. Karena kalau kita melihat dari sisi ideologi dari masing-masing partai tersebut, kelihatan jelas arah pandangan politik tersebut dari setiap masing-masing partai.

Pada Pilihan Raya ke-12 yang terjadi pada tahun 2008, terjadi suatu hal yang menarik, dimana partai pembangkang atau oposisi PAS mendominasi suara di lima negara bagian, yaitu Pulau Penang, Kedah, Perak, Selangor, termasuk

Kuala Lumpur sendiri.15 Sedangkan koalisi penguasa Barisan Nasional (BN) yang didominasi oleh partai UMNO itu justru kehilangan 2/3 dari kursi parlemen ketika memenangkan 140 kursi dibandingkan 82 kursi oleh koalisi oposisi yang terdiri dari PKR, DAP dan PAS. Hal tersebut pertama kali terjadi sejak Pilihan Raya pada tahun 1969.

Jika kita melihat lagi pada Pilihan Raya ke-13 yang dilaksanakan pada tahun 2013 yang lalu, koalisi Barisan Nasional kembali mendapatkan kursi mayoritas di parlemen. Dengan jumlah persentase kehadiran pemilih yang cukup besar 84,5%, BN berhasil mendapatkan 133 kursi dan PR 69 kursi dari total 222

14 Nurdin, “Partai Islam se- Malaysia (PAS) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sebagai Partai Islam Pendukung Demokrasi PKS Pada Pemilu,” h. 249. 15 Amer, “Politik Etnik Malaysia: Analisis pasca Pilihan Raya Umum ke 12 mengenai sokongan bukan Melayu kepada UMNO dan PAS,” h. 20.

6

kursi parlemen yang diperebutkan. BN berhasil memperoleh suara mayoritas di parlemen dan merebut suara mayoritas di negara bagian Kedah pada pilihan raya sebelumnya pada tahun 2008 yang jatuh ke tangan partai oposisi PAS.16

Pada Pilihan Raya (PR) Malaysia periode 2008 dan 2013, terjadi begitu kuat perbandingan politik antara koalisi penguasa Barisan Nasional lewat partai terbesarnya UMNO dan koalisi oposisi Pakatan Rakyat lewat partai terbesarnya juga oleh PAS dalam memperoleh suara dan kursi di parlemennya atau yang disebut dengan Dewan Rakyat. Begitu besar terjadinya persaingan politik antara dua kubu tersebut demi memberikan kebijakan-kebijakan politik yang terbaik, mengingat Partai Islam Se-Malaysia sebagai partai oposisi mengalami pasang surut untuk mendapatkan dukungan masyarakat dalam partisipasi politiknya pada setiap periode Pilihan Raya Malaysia.

Berdasarkan dinamika dan permasalahan di atas, maka skripsi ini akan membahas tentang Eksistensi Partai Politik Oposisi Di Malaysia: Studi

Terhadap Partai Oposisi Partai Islam Se-Malaysia (PAS) pada Pilihan Raya

2013. Mengingat bahwa partai oposisi PAS masih tetap bertahan dan bereksistensi dalam setiap Pilihan Raya (PR) di Malaysia.

B. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan, penulis perlu membatasi penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang di atas.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

16 Nurdin, “Partai Se-Islam Malaysia (PAS) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sebagai Partai Islam Pendukung Demokrasi PKS Pada Pemilu,” h. 252. 7

1. Bagaimana strategi partai oposisi PAS untuk merebut suara di Dewan Rakyat

pada Pilihan Raya (PR) Malaysia 2013 tersebut?

2. Faktor-faktor apa saja yang membuat PAS gagal memenangkan pada Pilihan

Raya (PR) Malaysia 2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui strategi-strategi partai PAS untuk mengambil simpati

masyarakat Malaysia dalam dukungannya di Dewan Rakyat pada Pilihan

Raya (PR) Malaysia 2013.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat partai oposisi PAS tidak

bisa bertahan dan menguasai Dewan Rakyat.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk memperkuat basis studi tentang salah satu partai politik oposisi di

Malaysia, penulis telah melakukan beberapa pencarian pustaka penelitian sebelumnya untuk memberikan perbedaan perspektif penelitian ini. Penelitian tentang kebijakan salah satu partai politik oposisi di Malaysia telah dilakukan dengan segmen-segmen yang berbeda.

Pertama, skripsi Hazrin Bin Hazahar.17 Penelitian ini menjelaskan tentang

Islam Hadhari di mata Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Pandangan tersebut sangat penting bagi Partai Islam Se-Malaysia mengingat negara Malaysia adalah negara

17 Hazrin Bin Hazahar, “Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) Terhadap Islam Hadhari di Malaysia”, Program Studi Siyasah Syar’iyyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. 8

kerajaan dengan berbagai macam suku dan agama, sehingga partai PAS menjadikan konsep Islam Hadhari sebagai pelopor perubahan baru yang mampu memimpin masyarakat dan membawa perubahan yang progresif dan holistik terhadap pembinaan dan perubahan Islam yang modern.

Kedua, skripsi Erika Dwi Cahyanti.18 Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana persaingan kuat di wilayah politik antara partai UMNO yang merupakan partai berkuasa dan berbasis sekuler dan partai PAS yang merupakan partai oposisi tetapi lebih berbasis Islam, sehingga apa dampaknya persaingan politik antara dua partai besar di Malaysia tersebut pada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Malaysia.

Ketiga, jurnal Hamdan Daulay.19 Jurnal tersebut meneliti tentang fenomena politik yang dilakukan oleh partai UMNO dan partai PAS. UMNO pada awalnya dikenal sebagai partai sekuler yang didukung oleh elite partai yang berlatar belakang pendidikan Barat. Dalam perkembangan berikutnya, partai UMNO bergeser menjadi partai yang banyak membuat kebijakan politik yang cenderung menguntungkan etnis Melayu dan umat Islam. Sehingga partai PAS harus bekerja keras supaya tidak kehilangan kepercayaan dari rakyat Malaysia.

Kemudian keempat, jurnal Ahmad Ali Nurdin.20 Jurnal tersebut meneliti tentang dua partai berbasis Islam di masing-masing dua negara yaitu PAS di

18 Erika Dwi Cahyanti, “Persaingan Politik PAS (Partai Islam Se-Malaysia) Dengan UMNO (United Malays National Organization) di Malaysia: 1982-1999”, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014. 19 Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia”. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 47 No. 1, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. 20 Ahmad Ali Nurdin, “Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sebagai Partai Islam Pendukung Demokrasi PKS Pada Pemilu”. Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Vol. 5 No. 1, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2015. 9

Malaysia dan PKS di Indonesia, dimana peran dua partai tersebut sangat mempengaruhi di dunia politik dan demokrasi. Hal tersebut terjadi untuk menunjukkan bahwa partai yang berbasis Islam tidak saja mengangkat isu-isu

Islam pada masyarakat, melainkan partai-partai tersebut bisa mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan berpolitik pada setiap masing-masing negaranya.

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian di atas, maka penulis ingin memfokuskan pada penelitian dengan judul, “Eksistensi Partai Politik Oposisi Di

Malaysia: Studi Terhadap Partai Oposisi Partai Islam Se-Malaysia (PAS) pada

Pilihan Raya 2013”. Kajian ini berbeda dengan kajian pustaka dan penelitian sebelumnya, karena ingin fokus pada faktor-faktor dan strategi apa saja yang dilakukan oleh partai PAS selama dua periode Pilhan Raya di Malaysia untuk bersaing melawan partai penguasa dan menarik simpati masyarakat Malaysia untuk tetap mendukung partai tersebut beserta kebijakan-kebijakannya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara pemahaman dan mempertanyakan suatu objek secara mendalam. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang sebagaimana yang dirasakan orang-orang itu sendiri.21

21 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainya, (Bandung: Rosda, 2001), h. 156. 10

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didasarkan pada dua cara. Pertama, menghimpun berbagai data kepustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian, setelah itu dengan memilah dan menganalisisnya dalam suatu pembahasan. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan sumber data yang terbagi menjadi dua. Menurut

Moleong:22 sumber data terbagi antara primer dan sekunder. Moleong menjelaskan lebih lanjut bahwa dataprimer berasal dari wawancara dan dokumen- dokumen yang terkait dengan penelitian, wawancara yang dilakukan dengan narasumber tertentu yang berkaitan dan ahli dibidang permasalahan tersebut.

Pertama, penulis akan mengumpulkan data dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. Untuk mendapatkan sumber primer, penulis akan mencari dan menggunakan sumber-sumber tersebut melalui bacaan dari buku-buku, jurnal ilmiah, berita-berita online, literatur majalah, koran, report dari lembaga-lembaga terkait dan situs-situs internet yang valid.

Kedua, penulis mengumpulakn data melalui wawancara dengan beberapa narasumber dari PAS. Hasil daripada wawancara tersebut digunakan penulis untuk melengkapi dan memahami permasalahan mengenai Eksistensi Partai

Politik Oposisi Di Malaysia: Studi Terhadap Partai Islam Se-Malaysia (PAS)

Pada Pilihan 2013.

22 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 112-114. 11

3. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisa data dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Untuk menganalisa data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik kualitatif, yaitu analisis deskriptif kualitatif.23 Data-data yang diperoleh baik melalui dokumentasi, buku pustaka, serta dari hasil wawancara dianalisis melalui dua teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori partai politik dan oposisi.

Data analisis ini akan dibuat secara terstruktur dengan maksud untuk mudah ditelaah dan dipahami. Pada bagian akhir skripsi ini, sejumlah kesimpulan ditarik berdasarkan hasil analisis dan pembahasan atas data. Pokok-pokok kesimpulan ini merupakan temuan-temuan utama yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tersebut sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memverifikasi data selama penelitian ini berlangsung. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan langkah-langkah yang terkait dan dilakukan secara berkesinambungan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yang terinci sebagai berikut:

23 Burhan Bungin. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif, hlm. 83

12

BAB I membahas pendahuluan yang meliputi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang kajian teori sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan dalam skripsi ini. Didalamnya dijelaskan tentang salah satu partai politik dan juga merupakan partai oposisi yaitu partai

PAS. Di bab tersebut juga membahas sedikit tentang sejarah, ideologi, serta program-program partai PAS dalam Pilihan Raya di Malaysia.

BAB III membahas tentang strategi pemenangan partai PAS di 2013. Pada bab ini juga menganalisis sedikit tentang Pilihan Raya di Malaysia serta program dan strategi apa sajakah yang digunakan partai PAS untuk tetap bereksistensi di

PRU tersebut.

BAB IV membahas tentang perbandingan suara antara partai PAS dan partai UMNO sebagai partai pendukung pemerintah yang sering memenangkan setiap PR, meskipun begitu tetap terjadi persaingan suara yang begitu sengit sehingga partai PAS selalu dan tetap bereksistensi.

BAB V merupakan bab terakhir yang berisi tentang penutup, kesimpulan dan saran.

13

BAB II

KERANGKA TEORITIS PARTAI POLITIK DAN OPOSISI

Pada umumnya, dianggap bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan ke arah sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras, agama, atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primordial) dalam satu wadah yang sempit saja. Dianggap bahwa pola multi-partai lebih sesuai dengan pluralitas budaya dan politik daripada pola dwi-partai.1 Jika kita melihat situasi politik di Malaysia, berbagai macam suku, ras, dan agama bisa tersalur partisipasi politiknya lewat partai-partai yang ada di Malaysia.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melandaskan kerangka teoritis dalam mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data penelitian ini. Maka dari itu, peneliti akan menggunakan dua teori. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partai politik dan teori oposisi.

A. Partai Politik

Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada. Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang, meskipun juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda

1 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 418

14

dibandingkan dengan organisasi negara.2 Dan kemunculan partai politik pun bisa dikatakan baru ada di negara modern.

Partai politik menjadi instrumen demokrasi memiliki beragam fungsi dan bergerak di antara beragam isu. Bahkan secara faktual pun, partai politik bisa saja berubah dari segi bentuk yang ideologis menjadi partai massa, dari partai yang mengedepankan isu-isu spesifik ke isu-isu yang serba mencakup. Begitu pun sebaliknya, dimana perubahan tersebut memungkinkan karena adanya perubahan yang cenderung pada pemilih.3

Dengan demikian, eksistensi partai politik tidak bisa dilepaskan dari tiga aspek utama yang saling terkait. Pertama, motivasi dan landasan sikap partai.

Kedua, program kerja partai. Dan yang ketiga, implementasi program kerja partai.

Asas atau ideologi partai sebagai landasan sikap partai yang merupakan bagian penting dalam mendefinisikan dan memahami partai politik. Motivasi dan landasan tersebut menjadi akar dari program kerja dan proses implementasi program kerja partai.4

Secara historis, partai politik mengalami banyak perkembangan sesuai dengan visi dan misi yang dibawa oleh partai politik itu sendiri. Partai politik yang bergerak dengan corak dan warna ideologisnya yang khas dan ketat sering disebut sebagai partai ideologi, partai kader, atau partai asas. Dalam perkembangannya, partai politik mengalami peleburan (konvergensi) kategoris untuk mendapatkan

2 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) , hlm. 397 3 A. Bakir Ihsan, Ideologi Islam dan Partai Politik: Strategi PPP dalam Memasukkan Nilai-Nilai Islam ke dalam Rancangan UU di Era Reformasi (Ciputat: Orbit, 2016), h. 37-38 4 A. Bakir Ihsan, Ideologi Islam dan Partai Politik: Strategi PPP dalam Memasukkan Nilai-Nilai Islam ke dalam Rancangan UU di Era Reformasi (Ciputat: Orbit, 2016), h. 38

15

dukungan lebih luas dari pemilih. Konvergensi ini ternyata cukup ampuh untuk meraih dukungan yang lebih banyak dari bermacam-macam kelompok masyarakat. Konvergensi tersebut dengan tujuan mendapatkan dukungan lebih luas dari para pemilih ini dengan sendirinya memaksa partai politik untuk lebih inklusif.5 Dengan demikian, jika partai politik mendapat dukungan yang luas dan mampu memenangkan kontestasi politik, maka dapat membentuk pemerintahan baru serta melaksanakan program kerja partainya.

Menurut pemikir Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.6

Adapun tokoh pemikir lainnya, yaitu Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties, mengemukakan partai politik itu adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lainnya yang mempunyai pandangan yang berbeda.7

Jadi, partai politik bisa dikatakan sebagai wadah untuk partisipasi masyarakat untuk menyampaikan suaranya kepada pemerintahan, karena dengan

5 A. Bakir Ihsan, Ideologi Islam dan Partai Politik: Strategi PPP dalam Memasukkan Nilai-Nilai Islam ke dalam Rancangan UU di Era Reformasi (Ciputat: Orbit, 2016), h. 38-39 6 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 404 7 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 404

16

adanya partai politik masyarakat juga secara teoritis bisa melakukan aspirasi suaranya untuk kebijakan-kebijakan yang akan ditentukan oleh pemerintahan. Jika kita berbicara ruang lingkup politik di Malaysia, partai politik adalah sarana dan prasarana politik yang sangat penting, mengingat Malaysia juga memiliki kultur perbedaan suku, ras, dan agama sehingga dari setiap masing-masing kelompok tersebut dapat berpartisipasi politik secara adil, baik, dan benar.

Berbicara soal partai politik di Malaysia, khususnya PAS itu merupakan konsistensi partai politik oposisi yang sangat penting posisinya di setiap kontestasi politik di Malaysia. Konsistensi PAS untuk mengikuti aturan dan prosedur demokrasi bisa dilihat dari terus menerusnya partisipasi aktif dalam Pilihan Raya

Umum di Malaysia sejak berdirinya partai tersebut sampai PRU terakhir.

B. Oposisi

Adapun teori oposisi juga berkait dengan penelitian ini. Secara etimologis, oposisi berasal dari bahasa inggris opposition (opposites, oppnore dalam bahasa latin) yang berarti memperhadapkan, membantah, dan menyanggah.8 Sedangkan secara terminologi, oposisi adalah golongan atau partai yang menentang politik pemerintahan yang sedang berjalan.9

Menurut Robert A.Dahl, mengemukakan bahwa oposisi politik dalam negarademokrasi tidak bisa dihindarkan, bahkan menjadi tolok-ukur sehat atautidaknya negara demokrasi,dikarenakan pada dasarnya konflik tidak bisadihindarkan dalam urusan manusia. Selain itu juga setiap warga negaramemiliki hak inisiatif dan partisipasi dalam membangun pemerintahan

8 Loren Bagus, Kamus Filsafat,(Jakarta; Gramedia, 1996) h. 754 9 Jhon McGill dan Eddy Soetrisno, Kamus Politik, (Jakarta, Aribu Matra Mandiri, 1996)

17

yanglebih baik ke depannya. Namun perbedaan cara dan persepsi dalammemajukan pemerintahan akan sangat beragam dan menimbulkan gesekan.10

Hal tersebut terkait dengan sistem multi-partai di Malaysia, apalagi jika di hubungkan dengan sistem pemerintahan parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasan pada badan legislatif, sehingga peran badan eksekutif di coba untuk di lemahkan dan dibuat ragu-ragu. Hal demikian disebabkan karena tdak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintah sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain.11 Seperti yang terjadi di Malaysia, dimana partai penguasa sekaligus pemeran eksekutif UMNO berkoalisi dengan partai-partai lainnya. Denikian pula partai oposisi dan lawan kuatnya UMNO, PAS juga melakukan hal yang sama yaitu dengan berkoalisi dengan partai-partai lainnya untuk mendapatkan kekuatan politik.

Di sisi yang lain juga, partai-partai oposisi pun berkurang dalam memainkan peranan yang jelas karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Hal semacam ini menyebabkan sering terjadi siasat yang berubah-ubah menurut kegentingan situasi

10 Subhan Agung, “Partai Politik, Sistem Pemerintahan dan Oposisi Politik,” artikel diakses pada 10 Maret 2017 dari http://www.academia.edu/1589053/Partai_Politik_Sistem_Pemerintahan_dan_Oposisi_Politik 11 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 419

18

yang dihadapi partai masing-masing. Maka dari itu, sering kali partai-partai oposisi kurang handal untuk menyusun suatu program alternatif pemerintah.12

Teori tersebut sangat penting dalam penelitian ini, mengingat penulis akan membahas dinamika salah satu partai oposisi terbesar di Malaysia yang notabene pesaing kuat dengan partai penguasa. Mengingat partai oposisi PAS juga memiliki begitu cukup banyak pendukung sehingga partai tersebut tetap bereksistensi meskipun peta politik Malaysia bisa dikatakan dipegang oleh partai penguasa, namun dengan semangat strategi dan faktor yang mereka gunakan itu tidak membuat PAS berserah diri pada setiap Pilihan Raya Umum, dan partai tersebut selalu menunjukkan kehadirannya pada setiap aspek kehidupan berpolitik di

Malaysia.

12 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 419

19

BAB III DINAMIKA POLITIK PARTAI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS) DI MALAYSIA

A. Historisitas Partai Islam Se-Malaysia (PAS) di Malaysia

Malaysia adalah negara yang menganut sistem konstitusi-monarki, atau disebut raja berpelembagaan. Sebagaimana disebutkan dalam konstitusi bahwa pemimpin tertinggi adalah Raja Agong. Raja tidak hanya mengatur negara sesuai dengan nasehat Perdana Menteri, tetapi juga menjadi pelindung agama.1 Raja

Agong dipilih di antara para sultan Melayu2 oleh Dewan Penguasa yang beranggotakan para sultan itu sendiri. Posisi Raja Malaysia itu dipegang secara bergiliran oleh para sultan Melayu dalam satu periode selama lima tahun.

Malaysia sendiri merupakan sebuah federasi yang terdiri atas 13 negara bagian dan tiga wilayah federal. Dari negara bagian tersebut, sembilan diperintah oleh sultan-sultan Melayu, dan empat negara bagian lainnya seperti Melaka, ,

Sarawak, dan Pulau Penang diperintah oleh Yang Dipertuan Negeri. Yang

Dipertuan Negeri adalah suatu jabatan setingkat sultan tetapi tidak pernah menduduki sebagai jabatan Yang Dipertuan Agong karena jabatan tersebut bukanlah disebut raja. Yang Dipertuan Negeri ini diangkat langsung oleh Yang

Dipertuan Agong.3 Untuk menempati kursi kepemimpinan negara bagian tersebut,

1 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia: Hubungan Agama dan Negara yang Unik” dalam Millah Vol. X, No 2, (Februari 2011), h. 214 2 Kebijakan pemerintah kolonial Inggris terhadap kesultanan di Malaysia yaitu memberi hak prerogatif Sultan dalam urusan adat dan agama, sekaligus juga menyiapkan instrumen birokratik dan hukum untuk pemberlakuannya secara sistematis dan menyeluruh. Lihat: Robert W. Hefner (ed.), The Politics of Multiculturalism: Pluralism and Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia (Honolulu: University of Hawai’i Press, 2001), h. 16 3 Wan Azizah, “Perempuan dalam Politik: Refleksi dari Malaysia,” dalam Studi Kasus, h. 192

20

Malaysia telah memiliki partai-partai politik. Berdasarkan fakta sejarah, partai- partai politik di Malaysia telah ada sebelum negara tersebut merdeka. Menurut

R.H. Soltau, partai politik adalah sekelompok masyarakat yang terorganisir, bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih maupun bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum.4

Sejarah kemerdekaan Malaysia pada 1957 tidak dapat dilepaskan dari peran partai nasionalis-sekuler United Malays National Organization (UMNO) yang diketuai oleh Dato Onn bin Ja’far. Partai ini didirikan pada 11 Mei 1946 sebagai partai nasionalis terbesar di Malaysia.5 Partai ini juga menguasai kursi tertinggi pemerintahan sejak Malaysia merdeka hingga sekarang. Sedangkan organisasi politik yang juga berkembang kala itu adalah Hizbul Muslimin, yang diketuai oleh Ustadz Abu Bakar Al-Baqir. Tujuan Hizbul Muslimin berbeda dengan UMNO, organisasi ini bertujuan untuk menjadikan Malaysia sebagai sebuah negara Islam. Tidak lama setelah didirikan, Hizbul Muslimin kemudian dilarang oleh penjajahan Inggris pada 1948 karena dianggap membahayakan bagi mereka. Meski demikan, pada 1951 peran Hizbul Muslimin digantikan oleh partai politik yang berbasiskan ras Melayu Muslim yang juga bertujuan untuk mendirikan negara Islam. Partai ini dikenal dengan nama Partai Islam Se-

4 R.H. Soltau, An Introduction to Politics, (London : Longmans, Green & Co., 1961), h. 199 5 Erika Dwi Cahyanti, “Persaingan Politik PAS (Partai Islam Se-Malaysia) dengan UMNO (United Malays National Organization) di Malaysia 1982-1999”, (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. vi

21

Malaysia (PAS).6 Partai ini juga memiliki nama lain di dunia internasional, yaitu

Pan (PMIP).7

PAS dikenal sebagai penyeru berdirinya negara Islam setelah Hizbul

Muslimin dibekukan. Meski demikian, PAS menganggap bahwa demokrasi merupakan sistem yang sejalan dengan Islam dan bertujuan mendorong Muslim agar menerapkan tuntutan Islam, yaitu demokrasi, keadilan sosial, dan kemanusiaan. Atas dasar inilah, PAS ingin menentang UMNO (United Malay

National Organization) yang dianggap nasionalis-sekuler.8 Oleh karena itu, hampir seluruh kekuatan politik Melayu sebagaimana UMNO dan PAS terus bersaing untuk menampilkan diri sebagai yang paling saleh (holier-than-thou battle) guna mempertahankan legitimasi politisnya di mata kaum Melayu.9 Selain partai PAS, pada masa ini juga telah berdiri partai-partai yang berbasis ras seperti

Malays Chinesse Association (MCA), Malays Indian Congres (MIC), dan lain- lain.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa PAS memiliki sejarah panjang dalam perpolitikan di Malaysia. Dengan basis Islam yang melekat pada masyarakat Melayu, PAS percaya diri melawan partai UMNO yang telah menguasai kursi pemerintahan di Malaysia sejak kemerdekaannya. Demi

6 Lihat buku Malaysia Kita, (Selangor Darul Ehsan : International Law Book Services, 2004), h. 80. Lihat pula: Ibrahim Abu Bakar, “PAS and Its Islamic Fundamentalism in Malaysia” dalam Hamdard Islamicus, Vol. 33, No. 3-4 (2010), h. 153 7 Mohamad Abu Bakar, “Islam dan Nasionalisme pada Masyarakat Melayu Dewasa ini,” dalam Taufik Abdullah dan Sharon Siddique (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 1988), h. 166 8 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia: Hubungan Agama dan Negara yang Unik”, h. 214-215 9 Zainah Anwar, “Berebut Paling Saleh: Islam dan Politik di Malaysia”, dalam Ulil Abshar Abdalla (ed.), Islam dan Barat: Demokrasi dalam Masyarakat Islam (Jakarta: Friedrich- Naumann Stiftung (FNS) Indonesia dan Pusat Studi Islam Paramadina, 2002), h. 79-103

22

mewujudkan cita-cita politik dengan mengubah sistem hukum di Malaysia dengan syariat, PAS melakukan segala cara dan strategi politik untuk melawan UMNO pada setiap Pilihan Raya (PR) di Malaysia.

B. Perkembangan Politik PAS Pasca Kemerdekaan Malaysia

Pada 27 Juli 1955, Persekutuan Tanah Melayu (PTM)10 pertama kali melangsungkan Pilihan Raya (PR). Munculnya Parti Perikatan (Partai Perikatan) yang terdiri atas koalisi UMNO, MCA dan MIC menempatkan calon bagi kursi anggota dewan dari UMNO sebanyak 35 orang, MCA 15 orang dan MIC dua orang. Partai-partai lain yang mengikuti PRU ketika itu di antaranya adalah PAS,

Parti Buruh, dan Parti Progresif Rakyat (PPP). Pada PRU tersebut,

Parti Perikatan berhasil meraih 51 dari 52 kursi yang diperebutkan, sedangkan satu kursi sisanya diraih oleh PAS. Berdasarkan hasil PRU tersebut, dapat dikatakan bahwa Parti Perikatan mendominasi suara mayoritas di dewan, sehingga mereka dapat membentuk sebuah pemerintahan Persekutuan Tanah Melayu

(Malaysia) yang dipimpin oleh Tunku Abdul Rahman.11

Setelah Malaysia meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957 dari pemerintah kolonial Inggris, Parti Perikatan menyiapkan PRU yang pertama. PRU pertama yang akan dilangsungkan pada 1959, diawali dengan PRU kecil untuk memilih kepala pemerintahan daerah serta Dewan Undangan Negeri (DUN). Pada

PRU kecil kala itu, partai-partai yang ikut berkompetisi selain Parti Perikatan adalah PAS, , PPP, Parti Negara dan Malayan Party. Adapun

10 Persekutuan Tanah Melayu (PTM) adalah sebutan negara sebelum Malaysia merdeka. 11 Mohamed Rahmat, Barisan Nasional: “Balancing Communal Rights”, (Kuala Lumpur : 59iCons & Catalyst Media Sdn Bhd, 2001), h. 18

23

calon yang datang dari non-partai sejumlah 27 orang. Hasil keseluruhan pada

PRU kecil 1959 tersebut adalah Parti Perikatan hanya meraih 74 kursi (UMNO

52, MCA 19 dan MIC tiga kursi) dari 104 kursi di Dewan Rakyat. UMNO melalui

Parti Perikatan kehilangan kursi kepada PAS di wilayah basis ras Melayu dalam

PRU kecil di Kelantan dan Trengganu. Kemenangan PAS atas UMNO dikarenakan PAS mengedepankan bahwa kemerdekaan yang telah diraih di tahun

1957 kurang mengutamakan kedaulatan Melayu.12

Dalam PRU kecil pada 18 Agustus 1959 tersebut, partai-partai politik oposisi seperti PAS, Parti Negara, Barisan Sosialis dan PPP mampu meraih suara yang lebih baik dibandingkan PRU 1955. Di tahun itu, partai-partai politik oposisi mampu memainkan peranannya dalam mengkampanyekan kedudukan istimewa dari ras Melayu di Persekutuan Tanah Melayu (PTM), hal ini terutama digunakan sebagai kampanye dari PAS maupun Parti Negara. Di lain pihak, PPP dan Barisan

Sosialis khawatir jika kedudukan istimewa ras Melayu merupakan hal yang utama, maka ras Cina akan semakin dikesampingkan di PTM. Masalah kedudukan istimewa ras Melayu tersebut dimanfaatkan oleh PAS maupun Parti Negara dengan mengatakan bahwa UMNO telah memberikan terlampau banyak ruang bagi ras non-Melayu. PPP dan Barisan Sosialis sendiri menuduh MCA tidak dapat memperjuangkan kepentingan ras non-Melayu, khususnya ras Cina dengan

12 Jovan Prima Firmansyah, “Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan (1981-1988),” (Tesis S2 FIB Universitas Indonesia, 2009), h. 26

24

menyatakan bahwa kebijakan masalah diutamakannya kedudukan istimewa ras

Melayu hanyalah menguntungkan ras Melayu semata.13

Hal lain yang menguntungkan partai-partai politik oposisi, sebelum dimulainya PRU 1959 yaitu dikarenakan adanya masalah internal dalam Parti

Perikatan. MCA menginginkan agar pembagian jumlah kursi yang seharusnya dapat mereka raih ditingkatkan sesuai dengan argumen bahwa sebanyak 36 persen pemilih merupakan ras Cina. Dengan demikian, dari 104 kursi yang akan dipertandingkan, MCA berkeinginan untuk mendapat bagian sebanyak 40 kursi.

Peningkatan jumlah kursi bagi MCA untuk PRU 1959 tentunya berbeda dengan hasil yang mereka raih pada PRU sebelumnya, di mana MCA hanya memperoleh

15 dari 51 kursi yang mampu diraih oleh Parti Perikatan. Pada akhirnya kemudian disepakati bahwa pembagian kursi untuk MCA sebanyak 31 kursi.14

Sementara itu, di negara bagian Kelantan dan Trengganu, PAS dan Parti

Negara mendominasi perolehan kursi dibandingkan Parti Perikatan. Kedua partai politik tersebut berhasil mendominasi perolehan kursi dengan memfokuskan kampanyenya pada masalah kedudukan istimewa dari ras Melayu dan masalah keagamaan. Di negara bagian Kelantan, PAS berhasil meraih 28 dari 30 kursi yang diperebutkan, di mana sisanya diraih oleh Parti Perikatan. Sedangkan untuk negara bagian Trengganu, PAS berhasil meraih 13 dari 24 kursi yang dipertandingkan. Parti Perikatan sendiri hanya memperoleh tujuh kursi, dan di lain pihak Parti Negara meraih empat kursi. Dengan adanya hasil perolehan kursi yang

13 Jovan Prima Firmansyah, “Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988),” h. 27 14 Jovan Prima Firmansyah, “Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988),” h. 27

25

didominasi oleh PAS, mereka dapat menjalankan pemerintahan pada kedua negara bagian yang dikuasainya, sekaligus juga mengakhiri dominasi Parti

Perikatan pada kedua negara bagian tersebut.15

Menurut analisis Dhuroruddin Mashad, fragmentasi politik sebagaimana terjadi di Malaysia, setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni (1) perbedaan interpretasi nilai; (2) persaingan kepentingan; dan (3) kecenderungan dari pemaknaan kepentingan umum. Lahir dan berkembangnya gerakan politik

Islam di dunia Islam sebagaimana PAS di Malaysia, lebih disebabkan adanya kepentingan politik yang berbeda di kalangan umat Islam. Dalam setiap pemilunya, partai-partai ini tidak pernah memperoleh suara yang cukup signifikan. Meskipun menang, Mashad menegaskan bahwa hal ini sering menimbulkan konflik baru dengan partai Islam lainnnya. Semua partai Islam di dunia Islam itu mengambil bentuk gerakan yang fundamental dan radikal, karena masih ada yang menginginkan terbentuknya Negara Islam.16

Dengan demikian, perkembangan politik pasca kemerdekaan Malaysia merupakan persaingan awal PAS dengan UMNO yang cukup signifikan. PAS telah menguasai dua negara bagian yang sebelumnya dikuasai oleh UMNO.

Dengan meraih kemenangan di dua negara bagian tersebut, merupakan modal awal PAS menghadapi percaturan politik di Malaysia pada periode-periode selanjutnya. Strategi politik yang digunakan PAS pun selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.

15 Jovan Prima Firmansyah, “Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988),” h. 29 16 Sudarno Shobron, “Partai Islam Kontemporer: Dari Ideologis ke Pragmatis”, dalam Ishraqi, Vol. 10, No. 1, (Juni 2012), h. 10

26

C. Struktur dan Aktifitas Partai Islam Se-Malaysia Periode 2011-2013

Keberhasilan PAS pada setiap Pilihan Raya merupakan kerja keras

Presiden Partai bersama pengurus partai lainnya. Segala bentuk strategi yang digunakan setiap PRU selalu berubah mengikuti gaya kepemimpinan Presiden

Partai dan sistuasi politik yang sedang berlangsung. Kepemimpinan PAS Pusat pada periode 2011-2013 dipegang oleh Dato’ Seri Tuan Haji .

Adapun struktur organisasinya yaitu:

NAMA JABATAN

Tuan Guru Dato' Bentara Setia Hj Nik Abdul Aziz Mursyidul Am Nik Mat

Wakil Mursyidul Am Tuan Guru Dato’ Dr. Hj Haron Din

Presiden Dato' Seri Tuan Guru Hj Abdul Hadi Awang

Wakil Presiden Hj

Wakil Presiden I Dato’ Hj Husam Musa

Wakil Presiden II

Wakil Presiden III Dato' Hj

Ketua Dewan Ulama' Ustaz Dato' Ustaz Hj Harun Taib

Ketua Dewan Pemuda Ustaz Hj Nasrudin Hassan Tantawi

Ketua Dewan Muslimat Ustazah Hjh Nuridah Salleh

Sekretaris Jenderal Dato' Hj Mustafa Ali

Bendahara Dr Mohd Hatta Ramli

Ketua Penerangan Ustaz Tuan Man

27

Koordinator Pemilihan Dato' Hj Abdul Halim Abdul Rahman Umum

Dari tabel di atas, dapat dipahami bahwa PAS memiliki dua penasehat umum yaitu Tuan Guru Dato' Bentara Setia Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat sebagai ketua dan Tuan Guru Dato’ Dr. Haji Haron Din sebagai wakilnya. Kedua penasehat tersebut merupakan tokoh yang berperan penting dalam memberikan saran strategi politik PAS untuk menghadapi UMNO pada Pilihan Raya. Presiden

PAS, Dato’ Seri Tuan Haji Abdul Hadi Awang, memiliki empat Wakil Presiden, yaitu Haji Mohamad Sabu, Dato’ Haji Husam Musa, Salahuddin Ayub, dan Dato'

Haji Mahfuz Omar. Mereka senantiasa membantu mewakili Presiden PAS dalam kegiatan di internal maupun eksternal partai. Sementara itu, Ketua Dewan Ulama diisi oleh Ustaz Dato' Ustaz Haji Harun Taib, Ketua Dewan Pemuda diisi oleh

Ustaz Haji Nasrudin Hassan Tantawi, dan Ketua Dewan Muslimat dipegang oleh

Ustazah Hajah Nuridah Salleh. Jabatan Sekretaris Jenderal PAS dipercayakan kepada Dato' Haji Mustafa Ali dengan Bendahara Dr Mohamad Hatta Ramli.

Adapun Ketua Penerangan dijabat oleh Ustaz Tuan Ibrahim Tuan Man, dan

Koordinator Pemilihan Umum dijabat oleh Dato' Haji Abdul Halim Abdul

Rahman.

Untuk memperkuat posisi partai dalam perpolitikan Malaysia, PAS juga sering berkunjung ke Indonesia untuk bertukar pengalaman dengan salah satu partai di Indonesia, yaitu Partai Keadilam Sejahtera (PKS) pada akhir tahun 2013.

Partai ini sangat mendukung partai oposisi PAS di Malaysia. Kunjungan PAS

28

tersebut melibatkan Presiden PAS, Dato’ Seri Tuan Haji Abdul Hadi Awang, didampingi sejumlah pengurus partai, yaitu Syed Azman bin Syed Ahmad

Nawawi sebagai Pengerusi Antarabangsa PAS, Ahmad Samsuri bin Mokhtar sebagai Setiausaha Politik Presiden PAS, dan Mohamad Faiz bin Mohamad Nawi sebagai Setiausaha Antarabangsa PAS. Dalam pertemuan tersebut, kedua partai saling bertukar pengalaman mengenai koalisi yang dilakukan. Presiden PKS, Anis

Matta, mengakui bahwa ada kemiripan dalam pengalaman antara PKS dan PAS.17

Dewan Pemuda PAS juga pernah melakukan audiensi dengan KPU RI.

Dalam audiensi tersebut, PAS ingin mengetahui sistem dan proses penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Di samping itu, PAS juga ingin meminta pandangan KPU terhadap pemilu di Malaysia yang diselenggerakan tahun 2013.

Hal ini merupakan salah satu upaya PAS untuk menyusun strategi politik dalam menghadapai Pilihan Raya (PR) pada 2013. Salah satu delegasi PAS, Sany

Hamzan, menyatakan bahwa pada PRU di Malaysia masih sering terjadi kepincangan dalam pelaksanaanya, sementara rakyat Malaysia menuntut agar

PRU dilaksanakan dengan bersih.18

Dari penjelasan tersebut, para pengurus PAS selalu berupaya untuk mencari strategi dan menambah pengalaman dalam melakukan koalisi dengan partai lain. Koalisi memang merupakan salah satu faktor penting untuk menambah kekuatan politik melawan partai penguasa. Bahkan, koalisi juga memiliki banyak resiko, karena hal ini mempengaruhi jumlah suara yang akan diperoleh, bisa jadi bertambah atau malah turun. Semua itu tergantung stategi politik yang dijalankan

17 Diakses dari http://tribunnews.com/nasional/2013/12/20/presiden-pas-malaysia- kunjung-markas-pks.html pada 31 Mei 2017. 18 Lihat dalam “Suara KPU” Edisi November 2011, h. 8

29

PAS dalam menghadapi Pilihan Raya. Ideologi politik PAS yang berbasis Islam juga merupakan salah satu kunci utama untuk mendapatkan simpati masyarakat

Muslim di Malaysia.

D. Ideologi Politik Partai Islam Se-Malaysia

Islam di Malaysia menjadi satu-satunya sistem simbolik yang paling dominan dan belum ada sistem simbolik lain yang memiliki tingkat legitimasi politis setaraf dengan sistem simbolik Islam.19 Jika merujuk pada sejarah sebelum kemerdekaan, negeri-negeri di Semenanjung merupakan daerah-daerah yang mandiri yang dipimpin oleh Sultan. Untuk mengatur kehidupan masyarakat, hukum yang dijadikan pedoman adalah syari’ah. Namun, setelah negara ini merdeka, dasar-dasar negara pun mengalami perubahan, yaitu undang-undang sipil dan sistem pemerintahan buatan Inggris menjadi acuan utama, yang merupakan hasil dari komisi Reid. Meskipun aturan syari’ah tetap diberlakukan, namun hanya terbatas pada hukum pribadi dan keluarga. Dari sini, perdebatan tentang status Malaysia menyeruak ke permukaan. Gugatan penggiat politik PAS mewarnai percaturan politik, bahwa tanpa penerapan syariah secara utuh,

Malaysia tidak bisa dianggap sebagai negara Islam.20

Abdelwahab Effendy menyatakan bahwa negara Islam merupakan ide yang lahir atas respons terhadap perkembangan politik umat Muslim dalam

19 Manning Nash, “Islamic Resurgence in Malaysia and Indonesia”, dalam Martin E. Marty dan R. Scott Apleby, Fundamentalism Observed (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1991), h. 724 20 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia: Hubungan Agama dan Negara yang Unik” dalam Millah Vol. X, No 2, (Februari 2011), h. 214

30

menghadapi perubahan politik pasca runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani.21

Meski demikian, Ahmad Sahidah menegaskan bahwa negara Islam masih memiliki keanekaragaman pandangan. Karena menurut sebagian yang lain, negara

Islam dapat juga merupakan pengaruh dari lahirnya negara-bangsa yang sebelumnya muncul di Eropa sebagai antitesis terhadap sistem monarki. Oleh karena itu, hingga kini persoalan terkait negara Islam masih sering diperdebatkan, dan sebagian negara yang menyatakan diri sebagai Islam justru memantik kritik dari sarjana Muslim sendiri, seperti Abdul Raziq.22 Menurutnya, negara

Islam (khilafah) tidak mempunyai dasar, baik dalam al-Qur’an maupun al-

Hadits.23

Taqiyuddin al-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, menegaskan bahwa negara

Islam itu bukan mimpi. Dalam The Islamic State, bekas penggiat Ikhwanul

Muslimin ini secara retorik menyatakan bagaimana umat Islam bisa selamat dari hukuman Tuhan jika mereka tidak mendirikan sebuah negara yang menyiapkan kekuatan tentaranya, mempertahanan kawasannya, dan menerapkan aturah Allah.

Oleh karena itu, umat Muslim harus mendirikan sebuah negara Islam, karena

Islam tidak akan berpengaruh tanpa kekuasaan itu dan tanah Muslim tidak akan menjadi dar al-Islam tanpa diatur oleh peraturan yang diwahyukan oleh Allah.

Pandangan serupa juga ditegaskan oleh pemrakarsa ide negara Islam asal

Pakistan, Abul A’la al-Maududi, yang menyatakan bahwa agama tanpa kekuatan politik tidak mempunyai makna. Malah, menurut pendiri partai Jemaat Islami ini,

21 Abdelwahab Effendi, Who Needs An Islamic State (London: Malaysia Think Tank London, 2008), h. 82 22 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia..”, h. 216 23 Ali Abdul Raziq, Al-Islam wa Ushul al-Hukm: Bahtsun fi al-Khilafah wa al- Hukumah (Cairo: Mathba’ah Misr, 1925), h. 42.

31

aturan apa pun selain aturan Islam berasal dari setan. Perdamaian apa pun yang didasarkan pada kompromi dengan sistem setan adalah sebuah ilusi, sebuah tindakan tidak Islamik.24 Pernyataan Abul A’la al-Maududi tersebut menurut M.

Din Syamsudin merupakan paradigma simbiotik, yaitu bahwa agama dan negara berhubungan secara timbal balik dan bersifat komplementer. Agama memerlukan negara, karena dengan negara agama dapat berkembang, sebaliknya, negara memerlukan agama, karena dengan agama negara dapat tumbuh dalam bimbingan etika dan moral.25

Dari konsep negara Islam yang dinyatakan Taqiyuddin al-Nabhani dan

Abul A’la al-Maududi di atas, nampaknya PAS memiliki konsep yang sedikit berbeda. Hal ini mengingat bahwa PAS masih mengakui bahwa demokrasi adalah sistem yang sejalan dengan Islam, dan bertujuan mendorong Muslim agar menerapkan tuntutan Islam, yaitu demokrasi, keadilan sosial, dan kemanusiaan.26

PAS juga dalam garis perjuangannya tidak pernah membenarkan tindakan kebencian dan permusuhan kepada agama lain. Perjuangan politik PAS jelas dan tegas disebutkan adalah untuk menegakkan negara Islam yang berlandaskan al-

Qur’an dan Sunnah. Sedangkan soal perbedaan agama, mereka mengacu pada praktik politik yang ditunjukkan Nabi, yaitu dengan menghargai dan menghormati umat lain yang berbeda agama.27 Memang dalam rangka memperoleh dukungan

24 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia..”, h. 216-217 25 M. Dien Syamsuddin, “Usaha Pencarian Konsep Negara dalam Sejarah Pemikiran Politik Islam” dalam Abu Zahra (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 47 26 Ahmad Sahidah, “Islam dan Demokrasi di Malaysia..”, h. 214-215 27 Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia: Dari Wacana Syariat Islam hingga Konsep Islam Hadhari,” dalam Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 47, No. 1, (Juni 2013), h. 144

32

dan simpati masyarakat Muslim Melayu yang lebih besar, PAS sebagai partai oposisi yang berideologi Islam merperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam di

Malaysia. PAS pada awal perkembangannya dengan lantang meminta agar sistem syari’ah menggantikan sistem hukum di Malaysia yang berasas Inggris, sekaligus menuntut agar al-Qur’an dan Sunnah menggantikan konstitusi di negara tersebut.28

Bersamaan dengan kebangkitan Islam, warga Melayu Muslim di Malaysia menuntut agar pemerintah turut mendorong pelaksanaan ajaran Islam. Kesadaran

Islam yang meningkat ini begitu fenomenal dan berlangsung sepanjang tahun

1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.29 Menurut Sudarnoto, kebangkitan Islam ini dikenal dengan sebutan “dakwah songsang”.30 Adapun menurut Zainah Anwar, gerakan dakwah tersebut tidak monolitik. Gerakan ini memengaruhi tingkat iman, komitmen, dan gaya hidup yang telah membawa pada persaingan dan perpecahan di antara kelompok organisasi dakwah. Berbeda dengan PAS, Islam yang dikenalkan ABIM kepada rakyat Melayu dinilai lebih moderat. Mereka mengakui bahwa setiap manusia memiliki komitmen terhadap agama mereka yang berbeda-beda, sehingga ABIM tidak pernah menyeru untuk

28 Ahmad Ibrahim, Islam and The Constitution (Kuala Lumpur: Universiti Malaya Press, 1987), h. 66 29 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer: Jalan Terjal (Jakarta: EYD Indomedia, 2015), h. 42 30 Gerakan dakwah tersebut dengan cara mengajak atau menyeru masyarakat Melayu untuk menuju kepada jalan Allah, seperti mengikuti kegiatan-kegiatan Islam dan juga kegiatan- kegiatan khusus organisasi atau kelompok-kelompok Muslim, sebagaimana yang dipelopori oleh Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Darul Arqam, Jama’ah Tabligh, Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (Perkim) dan organisasi-organisasi Islam lainnya. Lihat: Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 58

33

membentuk negara Islam di Malaysia, ABIM hanya mengutamakan Islam yang lebih moderat dan progresif.31

Namun dalam persaingan politik melawan UMNO, PAS menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan demi mewujudkan konsep negara

Islamnya tersebut, yaitu dengan berkoalisi dengan kelompok atau partai Islam maupun non-Islam, baik ras melayu maupun bukan. Hal ini menurut Sudarno, ada tiga unsur yang saling terkait dalam ilmu politik, yaitu power (kekuasaan), interest (kepentingan), dan competetion (persaingan). Partai-partai Islam dan partai yang berbasis massa Islam tidak lepas dari kepentingan untuk meraih kekuasaan dengan cara bersaing dengan sesama partai Islam sendiri dan dengan partai non Islam. Persaingan untuk meraih kekuasaan kadang ditempuh dengan cara melakukan segala cara dan strategi, salah satunya tidak memegang teguh ideologi secara kaku. Ideologi dibutuhkan sebagai daya tarik untuk menarik massa, namun kadang ditinggalkan hanya karena kepentingan untuk meraih power. Partai Islam dapat bekerjasama dengan partai non-Islam dalam merebut kekuasaan, misalnya kursi bupati/ walikota, gubernur, dan presiden didasarkan pada kepentingan yang sama. Sebaliknya partai Islam tidak dapat bekerjasama dengan sesama partai Islam dikarenakan tidak memiliki kepentingan yang sama.32

Pada tahun 1970-an, terlihat bagaimana Islam dipolitisasi dan menjadi elemen penting dalam legitimasi politik di Malaysia dengan keaktifan ABIM

31 Zainah Anwar, Kebangkitan Islam di Malaysia, Penerjemah: Umm Hasannain (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 30 32 Sudarno Shobron, “Partai Islam Kontemporer..”, h. 1

34

(Angkatan Belia Islam Malaysia) dan PAS.33 ABIM sebagai organisasi pemuda

Islam yang non-partisan di Malaysia, secara politik mendukung partai oposisi

Islam PAS. ABIM menilai bahwa PAS adalah partai Islam yang harus diselamatkan dari perlakuan politik yang tidak adil oleh UMNO. Dalam rangka itu, ABIM kemudian merekrut sejumlah mahasiswa untuk kampanye memenangkan PAS pada pemilihan raya 1978 di Kelantan. Bahkan sejumlah tokoh ABIM, seperti Fadhil Noor (Wakil Ketua ABIM), Nakhai Ahmad, Syed

Ibrahim, Haji Abdul Hadi Awang (Pimpinan ABIM di Trengganu) masuk PAS dan menjadi pimpinan partai tersebut. Hal ini merupakan era awal ABIM mendukung secara terbuka kepada PAS yang menjadi salah satu ancaman bagi

UMNO. Manifestasi ideologis dan politis ini sesungguhnya diarahkan agar sebuah tatanan sosial baru bisa terwujud, di mana sistem pendidikan Islam, sistem ekonomi Islam, hukum Islam, dan akhirnya negara Islam dapat berjalan secara efektif.34

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ideologi politik PAS yaitu membentuk negara Islam. PAS merperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam di

Malaysia dengan mengganti sistem hukum di malaysia dengan hukum syari’ah, sekaligus menuntut agar al-Qur’an dan Sunnah menggantikan konstitusi di negara tersebut. Meski demikian, PAS tetap mengakui bahwa demokrasi adalah sistem yang sejalan dengan Islam, dan bertujuan mendorong Muslim agar menerapkan tuntutan Islam, yang meliputi demokrasi, keadilan sosial, dan kemanusiaan.

33 Muhmmad Amin bin Shaie, “Pandangan Dr. Mahathir Mohammad tentang Islam”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011), h. 43 34 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 28, 59-60

35

E. Visi dan Misi Partai Islam Se-Malaysia

Dari pemaparan terkait ideologi politik PAS di atas, tentunya PAS memiliki visi dan misi. PAS yang merupakan partai berbasis Islam tersebut berusaha merebut kekuasaan dari partai pemerintah di Malaysia, yaitu UMNO, untuk mewujudkan visinya. Berdasarkan laman resmi pada website PAS, mereka memiliki visi sebagai berikut:

1. Memperjuangkan terwujudnya sebuah masyarakat dan pemerintahan yang

melakasanakan nilai-nilai Islam dan hukum-hukumnya menuju keridhaan

Allah.

2. Mempertahankan kesucian Islam, kemerdekaan dan kedaulatan negara.

Adapun misi PAS di antaranya yaitu:

1. Menyeru umat manusia kepada syari'at Allah dan Sunnah Rasul-Nya

melalui dakwah secara lisan, tulisan dan amalan.

2. Memperjuangkan Islam sebagai aqidah dan syari'ah serta menjadikannya

sebagai panduan berpolitik dan bernegara serta memperkenalkan nilai-nilai

keislaman dalam usaha menegakkan keadilan dan kemajuan di seluruh

bidang, termasuk pemerintahan dan pentadbiran, ekonomi dan sosial serta

pelajaran dan pendidikan.

3. Memupuk dan memperkuat ukhuwah Islamiyah serta melestarikan

solidaritas di kalangan masyarakat untuk memelihara kehidupan politik

dan masyarakat yang sehat dan berkebajikan.

36

4. Mengajak dan mengerahkan jiwa dan raga agar orang-orang dapat

mengenali dan memahami serta memperjuangkan konsep dan pandangan

hidup Islam.

5. Melakukan rencana-rencana dan tindakan untuk memperbaiki susunan

serta institusi-institusi masyarakat, bentuk politik, keadilan ekonomi dan

negara, untuk membela kepentingan umat Islam dan seluruh rakyat..

6. Menyertai dan bekerjasama dengan badan-badan, persatuan-persatuan atau

lembaga-lembaga yang tidak berlawanan tujuannya dengan PAS, dan

lembaga yang benar-benar diterima dan tidak bertentangan dengan

undang-undang negara.

7. Mempertahankan Bahasa Malaysia sebagai bahasa resmi negara yang

tunggal dalam amalannya di samping berusaha mengembangkan bahasa al-

Qur'an (Arab).

8. Memperjuangkan wujudnya kebudayaan negara berasaskan nilai-nilai

yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.

9. Memperjuangkan hak dan kepentingan umat Islam di negara ini

(Malaysia) tanpa mengabaikan tanggungjawab melaksanakan keadilan

terhadap seluruh rakyat Malaysia dan tanggungjawab mewujudkan

keharmonian antar kelompok di negara ini.

10. Menyertai dan bekerjasama dengan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan

badan-badan lain yang sah untuk meningkatkan keamanan dan

menjalankan hak-hak asasi manusia serta menghapuskan segala macam

37

kezaliman, kepalsuan, penghambaan dan penindasan di kalangan umat

manusia.

11. Melakukan usaha dan tindakan apapun dalam batas-batas Perlembagaan

dan Undang-Undang negara untuk mencapai semua tujuan-tujuan internal

dan eksternal PAS.35

Dari visi dan misi di atas, dapat dipahami bahwa PAS memiliki tujuan yang jelas untuk menerapkan syariat Islam sebagai dasar hukum negara.

Berdakwah dengan menyeru umat Islam untuk menjalankan syariat agama dan bersatu untuk mewujudkan negara Islam di Malaysia. PAS menganggap bahwa negara dan agama adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga menegakkan negara Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap warga negara

Muslim. Untuk mewujudkan negara Islam, PAS juga membenarkan tentang adanya kerjasama atau koalisi antar partai atau lembaga yang tidak menyalahi undang-undang dan tentunya lembaga yang memiliki tujuan yang sama dengan

PAS untuk memperkokoh kekuatan politik mereka.

F. Dinamika Politik Partai Islam Se-Malaysia

Sejarah menunjukkan bahwa persaingan politik yang sengit antara UMNO dengan PAS telah terjadi sebelum kemerdekaan Malaysia. UMNO sebagai partai penguasa yang berbasis sekuler tergabung dalam koalisi Barisan Nasional (BN), sedangkan PAS merupakan partai kecil berbasis Islam yang berusaha meraih simpati masyarakat Melayu dan mengkalim hegemoni terhadap pemaknaan Islam.

Pada 1982, PAS sebagai partai oposisi mendapat dukungan dari kelompok

35 Diakses dari https://www.pas.org.my/info/parti/misi-dasar-seruan pada 24 Mei 2017.

38

revivalis Islam, seperti ABIM, Darul Arqam, dan Perkim dari kalangan masyarakat Melayu untuk menghadapi Mahathir Mohamad, sebagai presiden

UMNO dengan kebijakan Islamisasinya.36

Pada PRU 1986, PAS mengalami kemunduran yang signifikan. Hal ini diakibatkan dari pensejajaran PAS dengan partai-partai non melayu, di antaranya seperi CCC (Chinese Consultative Council).37 Selanjutnya pada PRU 1990, justru partai pemerintah UMNO yang bergantian mengalami kemunduran, karena masalah internal partai. Hal ini membuat partai oposisi PAS menjadi semakin menguat. Yusof Rawa selaku presiden PAS saat itu, berhasil mematahkan kebijakan Islamisasi Mahathir Mohamad. Ia menyatakan bahwa kebijakan

Islamisasi tersebut tidak lain hanyalah “Islam Kosmetik”, untuk menenangkan hati masyarakat melayu dan memperlemah usaha partai-partai Islam untuk mewujudkan masyarakat yang berdasar pada syariah Islam. Perselisihan ini terus berlanjut hingga PRU ke-10, yaitu pada 1999.38 Ada beberapa kajian yang telah dilakukan oleh peneliti Malaysia maupun non-Malaysia terhadap persoalan PRU.

Zakaria Haji Ahmad menyatakan bahwa demokrasi di Malaysia tidak ada, yang ada hanyalah “kuasi-demokrasi”. Dalam analisanya mengenai PRU ke 10 tahun

1999, setahun setelah Anwar Ibrahim dilengserkan, ia memberi catatan bahwa tidak semua orang Melayu akan memilih UMNO, mereka dapat memilih alternatif

36 Erika Dwi Cahyanti, “Persaingan Politik PAS (Partai Islam Se-Malaysia) dengan UMNO (United Malays National Organization) di Malaysia 1982-1999”, (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. vi 37 Alfutra Salam, “Pemilu dan Peta Kekuatan Malaysia” dalam Miriam Budiarjo (ed.), Jurnal Ilmu Politik, Volume 13, Nomor 2, (1993), h. 107 38 Zainah Anwar, Kebangkitan Islam di Malaysia, h. 108. Lihat pula: Erika Dwi Cahyanti, “Persaingan Politik PAS (Partai Islam Se-Malaysia) dengan UMNO (United Malays National Organization) di Malaysia 1982-1999”, h. vi.

39

partai lain di luar BN, misalnya Parti Islam se-Malaysia (PAS). Kenyataannya pada PRU 1999, perolehan suara PAS bertambah. Hal ini berarti identifikasi partai orang Melayu dapat berubah-ubah, tidak selalu harus diarahkan ke UMNO.39

Karena itu, Hussin Mutalib menyatakan bahwa salah satu kekuatan partai yang sangat berpengaruh di Malaysia adalah etnis Melayu.40

Hari Singh juga menyebutkan bahwa PRU 1999 adalah momentum penting kehidupan politik di Malaysia karena pada peristiwa itu beberapa partai di luar BN yaitu PAS, (DAP), Parti Rakyat Malaysia

(PRM) dan Parti Keadilan Nasional membuat koalisi bernama

(BA) dan membangun isu bersama dalam menghadapi BN. BA ini merupakan embrio munculnya dinamika oposisi di Malaysia yang belum pernah ada sebelumnya. Pada tahap awal, unsur-unsur dalam oposisi belum selaras karena masih ada perbedaan ideologi yang tajam yang diusung oleh masing-masing partai. PAS memperjuangkan Malaysia sebagai negara Islam yang berbenturan dengan DAP yang didominasi kaum China yang lebih menginginkan penghapusan politik yang berdasarkan ras/etnik dan agama.41 Perbedaan ideologi ini kemudian memudar ketika PAS memiliki keinginan untuk melawan UMNO dalam Barisan

Nasional (BN). PAS yang sejak awal hanya merupakan partai oposisi Islam kecil, kemudian dalam kiprah politiknya mampu menjadi lawan tangguh bagi UMNO yang merupakan partai terbesar pemerintah. Di sisi lain, UMNO juga memiliki

39 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, dalam Jurnal Spirit Publik, Vol. 10, No. 1, (April 2015), h. 36 40 Hussin Mutalib, Islam dan Etnisitas: Perspektif Politik Melayu, Penerjemah: A. E. Priyono dan Christiadi (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 228-230 41 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 36-37

40

sejarah politik yang menarik dan mengagumkan, karena dari partai inilah

Malaysia dapat terlepas dari jajahan Inggris dan satu-satunya partai yang sejak merdeka memegang kursi tertinggi di pemerintahan Malaysia.42

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa dinamika PAS dalam percaturan politik di Malaysia memerlukan kerja keras untuk melawan partai penguasa.

Pasang surutnya dukungan suara terhadap PAS tergantung pada strategi politik dan koalisi yang dilakukan PAS terhadap partai lain. Hal ini menujukkan bahwa dengan mengandalkan basis Islam dan etnis Melayu dinilai tidak cukup untuk melawan partai pemerintah. Perlu adanya strategi baru untuk melawan kebijakan- kebijakan Islamisasi pemerintah. Strategi ini merupakan PR besar bagi PAS yang pada PRU 2013 mengalami kekalahan secara signifikan. Pembahasan lebih dalam tentang kekalahan PAS pada PRU 2013 ini akan dipaparkan pada bab selanjutnya.

42 Erika Dwi Cahyanti, “Persaingan Politik PAS (Partai Islam Se-Malaysia) dengan UMNO (United Malays National Organization) di Malaysia 1982-1999”, h. vi

41

BAB IV KEKALAHAN PARTAI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS) PADA PILIHAN RAYA 2013

A. Situasi Politik Malaysia Pra-Pemilihan Raya 2013

Dalam perpolitikan di Malaysia, ras Melayu sebagai ras utama di Negara tersebut, hanya memiliki dua partai utama yang berdasarkan ras, yaitu UMNO dan

PAS. Sedangkan ras Cina yang merupakan ras kedua terbesar di Malaysia memiliki beberapa partai yang berdasarkan ras, seperti Malays Chinesse

Association (MCA), Gerakan maupun Democratic Action Party (DAP). Dapat dilihat bahwa kompetisi antara partai dari ras Cina lebih tinggi jika dibandingkan dengan kompetisi antara partai dari ras Melayu. Hal itu dikarenakan populasi mereka yang tidak sebesar ras Melayu, namun jumlah partai yang berusaha meraih pemilih dari ras Cina sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah partai dari ras Melayu.1

Dalam jangka waktu yang cukup lama sejak memperoleh kemerdekaan tahun 1957, sistem politik Malaysia dapat dikatakan tenang dan stabil. Meskipun

Pilihan Raya (PR) yaitu mekanisme pemilihan umum untuk memilih anggota parlemem federal dan negara bagian telah digelar setiap lima tahun sejak 1959, pemenang PR sudah dapat diramalkan yaitu partai United Malays National

Organization (UMNO) bersama koalisi 13 partai politik lainnya yang menamakan diri Barisan Nasional. Sepanjang sejarah PR di Malaysia, Barisan Nasional (BN) menguasai 2/3 kursi anggota parlemen sehingga mampu menjaga stabilitas

1Jovan Prima Firmansyah, “Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988),” (Tesis S2 FIB Universitas Indonesia, 2009), h. 35

42

pemerintahan dan sudah barang tentu mampu menjaga sirkulasi elit kepemimpinan sehingga tidak keluar dari kekuatan koalisi. Stabilitas pemerintahan merupakan syarat mutlak keberlangsungan sistem politik demokrasi parlementer warisan penjajah Inggris mengingat Malaysia mempunyai segregasi etnik yang tajam antara etnik Melayu, Cina dan India.2

Dalam menjaga stabiltas politiknya, UMNO dalam BN sebagai partai pemerintah menggunakan segala cara, termasuk mengontrol media massa.

Menurut catatan pemantau atau keyakinan partai-partai oposisi di Malaysia, menganggap bahwa BN melakukan kecurangan dengan mendominasi atau mengotrol media massa agar benar-benar menjadi alat politik mereka. Artinya, media massa tidak lagi netral. Hal ini menurut Sudarnoto lumrah terjadi di negara- negara berkembang, seperti Malaysia, Indonesia, dan lain sebagainya.3

Namun tanda-tanda instabilitas politik di Malaysia mulai terlihat pada

PRU ke 12 tahun 2008. Pada Pilihan Raya tersebut telah terjadi “tsunami politik”, di mana BN kehilangan kursi di parlemen federal dari 91% menjadi 63%.

Demikian pula di tingkat negara bagian. Pada Pilihan Raya ke 11 BN mampu mengontrol 11 parlemen negara bagian dari 12 negara bagian, maka pada PRU ke-

12 BN kehilangan kontrol atas 5 negara bagian.4 Data tersebut menujukkan bahwa partai oposisi di Malaysia semakin kuat. BN tidak lagi memegang 2/3 kursi parlemen, sehingga panggung politik tidak lagi monolitik di bawah kendali BN

2 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, dalamJurnalSpirit Publik, Vol. 10, No. 1, (April 2015), h. 32-33 3 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer: Jalan Terjal Anwar Ibrahim (Jakarta: EYD Indomedia, 2015), h. 37 4 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 33

43

sebagaimana periode-periode sebelumnya. Produk parlemen akan sangat tergantung pada tarik menarik antara kekuatan-kekuatan politik dan dinamika internal di parlemen. Dalam hal ini Sudarnoto mengungkapkan bahwa partai oposisi secara khusus harus mendorong terjadinya perubahan iklim politik di

Malaysia, karena mereka sudah memulai, paling tidak pada PRU 12, yaitu Maret

2008.5 Sementara kemelut di dalam tubuh UMNO, partai terbesar di BN, telah nampak sejak 1998 ketika Perdana Menteri Mahathir melengserkan Anwar

Ibrahim6 dari jabatannya, Timbalan Perdana Menteri. Untuk meyakinkan supaya

Anwar Ibrahim tidak dapat aktif lagi di dunia politik, maka disusun skenario bahwa Anwar telah melakukan sodomi, suatu tindakan yang sangat tercela di negara Islam dan dapat dihukum penjara.7

Selepas dari jeratan hukum, Anwar mendirikan partai yaitu Partai Keadilan dan menggandeng partai-partai di luar BN untuk menyusun Barisan Alternatif

(BA) yang di dalamnya termasuk PAS sebagai tandingan dari BN. Oposisi BA juga dikenal sebagai Pakatan Rakyat banyak disokong oleh berbagai LSM dan kaum professional. Kegiatan-kegiatan yang bersifat mengkritisi pemerintah mulai banyak dilakukan, terutama dengan apa yang dinamakan Gerakan Bersih yang secara khusus mencermati proses penyelenggaraan PRU. Gerakan Bersih menggelar aksi demonstrasi di tempat-tempat strategis di Kuala Lumpur. Gerakan

5 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 37-38 6 Anwar Ibrahim adalah pemimpin Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang karismatis, organisasi fundamentalis politis yang terpenting di negeri itu. Diangkatnya Angkatnya Anwar Ibrahim pada 1982 oleh Mahathir merupakan salah satu strategi UMNO dalam Barisan Nasional mengambil suara umat Islam. Pada periode ini banyak kebijakan politik yang menguntungkan umat Islam. Lihat: Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia: Dari Wacana Syariat Islam hingga Konsep Islam Hadhari,” dalam Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 47, No. 1, (Juni 2013), h. 146 7 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 43

44

Bersih Pertama tahun 2007 menuntut PRU yang jujur dan adil, penggunaan tinta celup yang berkualitas untuk menandai jari seusai memilih, menghapus pemilihan via pos bagi personil polisi dan militer, serta akses yang adil untuk semua partai ke media massa. Gerakan Bersih Kedua diselenggarakan tahun 2011 dengan tuntutan yang sama ditambah dengan tuntutan anti korupsi, minimum 21 hari untuk penyelenggaraan kampanye, serta anti penggunaan cara-cara politik kotor.

Selanjutnya, Gerakan Bersih Ketiga dilakukan tahun 2012 dengan tuntutan yang juga sama ditambah dengan adanya peninjau asing untuk penyelenggaraan PRU ke-13.8

Berdasarkan perkembangan dari kegiatan PRU sebelumnya, banyak diramalkan bahwa PRU ke-13 pada bulan Maret 2013 akan menjadi momentum pertarungan BN dengan BA atau Pakatan Rakyat. Yang masih menjadi pertanyaan besar adalah Jika BA atau Pakatan Rakyat menang, gaya pemerintahan seperti apakah yang akan diterapkan? Demikian pula siapkah BN yang telah memerintah sejak Malaysia berdiri akan menerima kekalahan? Bagaimanakah jika BN hanya menguasai kursi parlemen kurang dari 50%? Maka dengan demikian, PRU 13 bagi peneliti politik merupakan laboratorium bagus untuk menakar perkembangan politik di Malaysia maupun untuk bangsa-bangsa Melayu.9 Pertayaan-pertanyaan tersebut tergantung pada strategi politik yang digunakan PAS untuk memenangkan PRU 2013 dan perlawanan strategi dari partai penguasa UMNO.

8 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 33-34 9 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 35

45

B. Strategi Pemenangan PAS pada Pemilihan Raya 2013

Partai Politik Islam se-Malaysia (PAS) telah mengalami sejarah panjang dalam panggung politik Malaysia. PAS sejak awal berdirinya hingga kini telah mengalami beberapa kali pergeseran strategi politik. Sebelum Inggris memberi kemerdekaan kepada Malaysia pada 31 Agustus 1957, PAS justru sudah berdiri.

Pergeseran strategi politik terus dilakukan PAS seiring dengan dinamika politik yang ada.10

Sebagaimana lazimnya partai politik, PAS pun tidak bisa lepas dari praktik politik yang pragmatis. Idealisme yang mereka perjuangkan selama ini untuk mendirikan negara Islam dengan menjalankan syari’ah yang belandaskan al-

Qur’an dan sunnah, ternyata tidak konsisten. Dalam realitanya, PAS bisa menjalin kerja sama dengan partai lain yang jelas-jelas bukan partai Islam, seperti Partai

Keadilan Rakyat (PKR) dan Democratic Action Party (DAP). Koalisi ini diberi nama Pakatan Rakyat (PR) atau “Tahaluf Siyasi” yang berarti “persepahaman politik.” Menurut Ismad Shahril bin Che Mat, salah seorang anggota Penolong

Setiausaha PAS di negeri Perak, menyatakan bahwa Tahaluf Siyasi merupakan kerjasama harakah Islam (partai politik Islam) dengan kelompok atau organisasi lain yang tidak mengkhususkan Islam dalam perjuangannya. Kerjasama ini dibolehkan apabila memiliki satu tujuan untuk menghadapi musuh yang sama, bahkan dapat juga dilakukan kerjasama untuk menentang suatu ideologi partai

Islam.11

10 Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia..” h. 155 11 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017.

46

PAS bersama barisan oposisi dalam sejarah politik Malaysia memang belum pernah meraih kemenangan politik dalam PRU Malaysia. Namun demikian mereka juga mengalami pasang surut dukungan massa pemilih. Naik turunnya dukungan massa ini terkait dengan isu-isu kampanye yang disampaikan dan juga penilaian masyarakat terhadap UMNO/BN sebagai partai penguasa dalam menjalankan pemerintahan.12 Dalam memperkuat dukungan suara dari masyarakat

Muslim, UMNO menerapkan konsep “Islam Hadhari” di Malaysia. Konsep ini berpandangan bahwa Islam dan negara merupakan dua perkara yang berbeda.

Pengertian Negara secara modern diartikan sebagai sebuah institusi yang dihasilkan dari berbagai unsur, seperti rakyat, pemerintah, wilayah dan pengakuan. Adapun hubungan agama dan negara merupakan hubungan yang saling melengkapi. Dalam hal ini, Islam Hadhari yang diusung oleh UMNO menolak konsep Negara Teokrasi, di mana Islam dijadikan sebagai alat untuk mengesahkan suatu negara.13

Dalam perkembangan berikutnya seiring dengan arus modernisasi, PAS juga membuat strategi politik yang lebih modern dengan menjadikan partai ini sebagai partai terbuka dan konsep “Negara Kebajikan”. Konsep negara kebajikan yang dipopulerkan oleh PAS sebagai ganti konsep negara Islam juga banyak membantu dalam mengubah persepsi masyarakat kepada PAS. Menurut Ismad

Shahril bin Che Mat, “Negara Kebajikan” merupakan sebuah konsep negara yang mengutamakan kebajikan/kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagai agenda

12 Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia..” h. 157 13 Syarifuddin Muhammad, Manhaj Islam Hadhari: Konsep dan Metodologi (Kuala Lumpur: Konsortium Warisan Maju Bersatu Sdn Bhd & Prima Laswita Sdn Bhd, 2005), h. 241- 242

47

utama pembangunan Negara. Negara Kebajikan memang mementingkan pembangunan, tetapi lebih utamanya ialah kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu, konsep Negara Kebajikan yang diusung oleh PAS terdiri dari tiga (3) hal, yaitu (1) mengabdikan diri kepada Allah Swt, (2) ekonomi yang mencukupi, dan (3) keamanan dalam Negara dan luar Negara.14 Adapun juga menurut Mohd

Zuhdi, negara kebajikan adalah suatu konsep negara yang berazaskan walfare state, dimana konsep tersebut merujuk kepada Baldatun Thoyibah.15 Hal ini juga telah dijelaskan oleh Hadi Awang pada Muktamar Tahunan PAS tahun 2007, dengan menyebut bahwa pekerjaan yang lahir secara rausah adalah mustahil dapat mengatasi masalah rausah dan membina negara berkebajikan. Ia menandaskan bahwa apabila menghadapi masalah ekonomi, caranya ialah menaikkan cukai atau menaikkan harga barang.16

Strategi PAS pada PR 2013 lebih menekankan pada sisi hubungan PAS dengan kelompok luar partai. Di antaranya yaitu membina hubungan baik dengan berbagai NGO (Non Government Organization), meninjau dan melakukan pedekatan kepada para pemilih baru, melaksanakan urusan penerangan secara efisien, memperkuat SDM pilihan raya partai, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Adapun dari berbagai tinjauan pendapat dan kajian lapangan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa dukungan dari etnis cina terhadap PAS sangat tinggi, di samping etnis India, meskipun dukungan dari kalangan Melayu sendiri sedikit menurun. Atas dasar berbagai dukungan dari luar internal partai inilah

14 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017. 15 Hasil Wawancara dengan Mohd Zuhdi Bin Marzuki (Pengarah Pusat Penyelidikan PAS) pada Rabu, 14 Juni 2017 16Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia..” h. 158

48

PAS tetap yakin akan memenangkan PRU 2013 sebagaimana kemenangan pada

PRU 2008.17

Dalam Pilihan Raya 2013, PAS juga menuruti strategi yang di bawa oleh

Pakatan Rakyat (PR), yaitu berusaha menarik simpati pemilih non Melayu khususnya etnis Cina semaksimal mungkin , di samping mencoba memperoleh sejumlah persentase tertentu dari pemilih Melayu. Strategi ini ternyata keliru, ketika PR tidak mampu menumbangkan Barisan Nasional (BN) dalam Pilihan

Raya tersebut.18

Salah satu kejayaan PAS dalam Pilihan Raya ke 12 (Maret 2008), adalah keberhasilan mereka mendapat dukungan suara dari non-Muslim. Ini menunjukkan bahwa strategi politik PAS telah berubah menjadi partai terbuka dengan memberi kesempatan kepada kaum non-Muslim. PAS telah berjaya melakukan perubahan paradigma sekaligus memecah tembok pemisah yang ada selama ini antara Islam dengan non-Islam. Karena realita politiknya, PAS telah berhasil mendapat dukungan langsung dari pemilih non-Muslim pada Pilihan

Raya 2008. PAS juga telah membuka lembaran baru dalam strategi politiknya dengan menjadikan seorang calon PAS untuk anggota parlemen dari lajnah perpaduan nasional kaum India Johor yang bernama Kumutha yang beragama

Hindu. Pencalonan Kumutha ini membuktikan bahwa PAS telah memberi tempat kepada pendukung bukan Islam untuk ikut mewakili partai. Bahkan, dalam poster- poster yang disebarkan PAS di tengah masyarakat pada masa Pilihan Raya 2008,

17 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017. 18 Hasil Wawancara dengan Mohd Zuhdi Bin Marzuki (Pengarah Pusat Penyelidikan PAS) pada Rabu, 14 Juni 2017

49

telah muncul slogan-slogan yang berbunyi, “PAS for All”. Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa PAS adalah untuk semua, apa pun agamanya dan apa pun etnis dan budayanya bisa bergabung dengan PAS.19

Sebelum kemenangan PAS di Kelantan, PAS kelihatan gagal untuk meyakinkan rakyat bahwa kepemimpinan ulama adalah yang terbaik untuk mereka. Justru untuk meyakinkan anggotanya sendiri merupakan satu tantangan yang besar bagi PAS. Partai PAS juga terlihat masih mencari-cari arah yang sesuai untuk berhadapan dengan UMNO yang juga memiliki program Islamisasi.

Selain dengan seruan Islam, maka tidak ada isu yang bisa digunakan PAS untuk menyerang kekuatan UMNO/BN. Seandainya UMNO tidak dilanda perpecahan internal, maka sulit bagi PAS untuk menyaingi kekuatan politik partai penguasa ini dalam mempengaruhi dukungan suara rakyat.20 Dalam hal ini, PAS seakan lupa bahwa kekuatan etnis Melayu adalah salah satu modal utama mereka selain

Islam. Hussin Mutalib menyatakan bahwa salah satu kekuatan yang sangat berpengaruh di Malaysia adalah etnis Melayu. Hal ini terlihat pada saat

“Islamisasi” pemerintahan sejak 1980-an, tarikan etnis tetap mendominasi kerangka pikir elit yang menduduki posisi tinggi di pemerintahan, meskipun pemerintah sendiri secara resmi menunjukkan dukungannya terhadap Islam.21

Strategi politik PAS dalam menghadapi UMNO pada Pilihan Raya 2013 juga sering membawa isu Islam sejati, dengan klaim bahwa PAS merupakan partai politik yang memperjuangkan Islam sejati. Perjuangan politik Islam yang

19Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia..” h. 158 20Shaharuddin Badaruddin, Demokrasi dan Proses Politik di Malaysia, hlm. 23. 21 Hussin Mutalib, Islam dan Etnisitas: Perspektif Politik Melayu, Penerjemah: A.E. Priyono dan Christiadi (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 228-230

50

dilakukan PAS adalah untuk menjadikan Malaysia sebagai negara Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Sunnah. Perjuangan politik Islam PAS bukanlah sekadar permainan politik pragmatis yang mencari keuntungan sesaat, melainkan murni untuk menegakkan nilai-nilai Islam. Bahkan PAS sering menuduh UMNO sebagai partai yang menggunakan Islam sekadar legitimasi politik untuk mempengaruhi massa Melayu. Menurut Hamdan Daulay, kebijakan politik PAS terkait dengan penegakan nilai-nilai Islam tersebut dinilai oleh banyak pihak justru lebih banyak pada wacana dan permainan retorika. Dalam praktiknya, justru lebih konkret perjuangan yang dilakukan UMNO dalam mengaktualisasikan nilai- nilai Islam. UMNO memang tidak menyebut dirinya sebagai partai Islam, namun justru UMNO memiliki komitmen yang kuat dalam perjuangan politik Islam.22

Meski demikian, dari hasil wawancara kepada salah satu anggota Penolong

Setiausaha PAS di negeri Perak, yaitu Ismad Shahril bin Che Mat, ia menegaskan bahwa PAS tetap mengukuhkan konsep Negara Kebajikan dengan tema Perakite:

Rakyat Sepakat Perak Berkat. Di antara agendanya yaitu memperkokoh bidang penerangan, bidang kebajikan, dan mengukuhkan kerjasama dengan partai-partai lain dalam Pakatan Rakyat.23

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa upaya PAS untuk memenangkan Pilihan Raya 2013 menjadi semakin berat. Satu sisi ingin tetap menjadikan Malaysia sebagai Negara Kebajikan, di sisi lain PAS berbeda pandangan terkait agenda Islam dengan partai koalisinya, DAP. Bahkan, UMNO sebagai partai lawan tetap konsisten pada prinsip-prinsip Nasionalisme mereka, di

22 Hamdan Daulay, “Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia..” h. 164 23 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017.

51

samping juga mendukung umat Islam untuk menghadang strategi-strategi PAS dengan kampanye Islamnya tersebut.

C. PAS dan Pemilihan Raya 2013

Sebagaimana ciri khas negara-negara commonwealth, sistem demokrasi dan sistem pemilu di Malaysia berkiblat pada Inggris yakni sistem Westminster.

Sistem ini menerapkan demokrasi parlementer berbentuk kerajaan. Hanya bedanya, mengingat Malaysia adalah negara multi etnik di mana memiliki tiga etnik yang dominan yaitu Melayu, Cina dan India, demokrasinya bertumpu pada kekuatan etnik yang ada. Untuk menjaga stabilitas politik, sistem politiknya dirancang supaya dominasi etnik Melayu sebagai etnik pribumi tetap terjaga.

Dalam perkembangannya, dinamika politik, hubungan antar etnik serta populasi masing-masing etnik mengalami perkembangan.24

Pilihan Raya ke-13 di Malaysia adalah momentum yang signifikan dalam politik Malaysia. Pemilihan Raya (PR) 2013 adalah ujian untuk Barisan Nasional

(BN), partai koalisi terbesar dipimpin oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu

(UMNO), untuk memenangkan pemilu. Sejak tahun 1998, suara pemilih untuk

BN menurun, sedangkan suara untuk oposisi meningkat. Jika BN kehilangan kekuatannya dalam pemilihan ke-13, itu akan berdampak pada perubahan politik dalam negeri.25

Pada Pilihan Raya 2008, PAS menujukkan kekuatannya sehingga UMNO dalam Barisan Nasional kehilangan kontrol atas 5 negara bagian, yaitu Penang,

24 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 44-45 25 Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 31

52

Kedah, Kelantan, Perak dan Selangor. Meningkatnya kekuatan politik PAS merupakan kerja keras Anwar Ibrahim dalam membentuk Barisan Alternatif sebagai kelompok oposisi. Hal ini mengakibatkan posisi Abdullah Badawi sebagai

PM Malaysia menjadi goyah, sementara posisi Anwar Ibrahim dalam Barisan

Alternatif menjadi lebih diperhitungkan.26

Pada tanggal 5 Mei 2013 lalu, Malaysia mengumumkan hasil Pilihan Raya ke-13 untuk memperebutkan 222 kursi parlemen. Adapun calon anggota parlemen yang ikut dalam pemilihan tersebut sebanyak 578 orang calon perwakilan partai dan 79 calon dari kelompok independen. Menurut sistem politik Malaysia, diperlukan 122 kursi untuk membentuk pemerintahan. Pilihan Raya ini bertujuan untuk memilih anggota parlemen daerah dan pusat. Hasil Pilihan Raya untuk parlemen pusat selanjutnya akan menjadi dasar untuk menentukan koalisi pemerintahan Kerajaan Malaysia. Pilihan Raya ini sekaligus juga untuk menentukan koalisi mana saja yang berhak menyusun pemerintahan di 13 negara bagian.27

Humprey Wangke menyatakan bahwa pada Pilihan Raya kali ini terdapat tiga koalisi yang bertarung, yaitu Barisan Nasional, Pakatan Rakyat, dan kelompok independen. Barisan Nasional merupakan koalisi 13 partai dipimpin oleh Perdana Menteri , sedangkan Pakatan Rakyat yang merupakan koalisi 3 partai (PAS, PKR, dan DAP) dipimpin oleh pihak oposisi Anwar

Ibrahim dengan nama Pakatan Rakyat atau menurut PAS disebut sebagai Tahaluf

26 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 45 27Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” dalam Info Singkat, Vol. V, No.10/II/P3DI/Mei 2013, h. 5

53

Siyasi. Sementara kelompok independen tidak terlalu populer karena kalah pamor dengan dua koalisi lainnya yang bersaing ketat.28

Pilihan Raya/PR ke-13 Malaysia mencatat rekor. Sebanyak 12.992.661 juta pemilih terdaftar atau sekitar 80% menggunakan hak pilih. Jumlah ini lebih tinggi dari rekor 78,9% yang tercatat pada tahun 1964. Tidak sedikit warga yang kembali ke daerah asal, termasuk mereka yang berdinas di luar negeri, hanya untuk PR ke-13. Untuk itu, Suruhanjaya Pilihan Raya (Komisi Pemilihan Umum) menyediakan 8.425 tempat pemungutan suara dengan total 25.337 bilik pencoblosan. Jumlah penduduk Malaysia saat ini tercatat 28,9 juta jiwa.29

Pada PR 2013, kekuatan politik oposisi Pakatan Rakyat tetap terlihat kuat seperti pada PR ke-12 tahun 2008. Hasil PR 2013 menunjukkan bahwa Barisan

Nasional mengalami penurunan dalam raihan jumlah kursi di parlemen. Jika pada

PR ke-12 tahun 2008 Barisan Nasional meraih 140 kursi, adapun pada pemilihan tahun 2013 partai penguasa ini hanya memperoleh 133 kursi (51,39%).

Sebaliknya, Pakatan Rakyat memperoleh tambahan 7 kursi menjadi 82 kursi di parlemen dibandingkan dengan pemilu tahun 2008. Meski Barisan Nasional kehilangan 7 kursi di parlemen, namun mereka telah merebut kembali suara dua negara bagian, yaitu Kedah dan Perak.30 Penurunan jumlah kursi Barisan Nasional menjadi semakin mengejutkan karena meskipun memperoleh kursi parlemen terbanyak, tetapi Barisan Nasional kalah populer dibandingkan Pakatan Rakyat dalam jumlah perolehan suara. Dari 12.992.661 orang yang mengikuti pemilu,

28 Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” h. 5-6 29Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” h. 6 30 Sudarnoto Abdul Hakim, Pergumulan Politik Malaysia Kontemporer, h. 45, Lihat pula: Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” h. 6

54

Barisan Nasional memperoleh dukungan 5,22 juta suara (47,38%) sedangkan

Pakatan Rakyat memperoleh 5,489 juta suara (47,79%). Adapun sisa suara diraih oleh kelompok independen.31

Meskipun Pakatan Rakyat masih bertahan kuat, tetapi bagi PAS yang tergabung dalam kelompok oposisi tersebut justru mengalami penurunan dalam perolehan suara. PAS gagal mempertahankan beberapa kursinya di Negeri

Kelantan dan menderita kekalahan di Negeri Kedah yang telah dimenangkannya pada PRU yang lalu. Menurunnya capaian PAS ini tidak sejalan dengan keberhasilan koalisinya di Pakatan Rakyat. PAS hanya mendapatkan 21 Kursi atau paling sedikit dibanding PKR yang memenangi 29 Kursi dan DAP 38 kursi.

Capaian PAS yang kurang menggembirakan ini telah membuka mata para petinggi PAS. Di satu sisi, telah terjadi deislamisasi politik kelompok Melayu yang kembali memberikan dukungan yang besar kepada partai Nasionalis UMNO dan Partai Pluralis PKR. Sementara itu strategi pragmatis PAS yang bergabung dalam Pakatan Rakyat malah menurunkan perolehan suara dalam PRU ke-13 ini.32

Dari data-data tersebut, menunjukkan bahwa PAS telah mengalami kemunduran dan kegagalan dalam memperoleh suara dibandingkan PR sebelumya. PAS dinilai gagal mempertahankan kepercayaan rakyat untuk mendukung ras Melayu dan umat Islam. Hal ini tentu saja memiliki banyak faktor

31 Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” h. 6 32 Mohamad Izudin Ramli, “Pragmatisme Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam PRU 13,” diakses pada 24 Mei 2017 dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pragmatisme- partai-islam-se-malaysia-pas-dalam-pru-13.

55

yang menyebabkan PAS gagal dalam mempertahankan suara pada PR 2013 dan menduduki posisi suara terrendah dalam koalisi Pakatan Rakyat.

D. Faktor-Faktor Kekalahan PAS pada Pilihan Raya 2013

Studi secara mendalam dilakukan oleh Kamal (2011) yang memfokuskan tingkah laku memilih berdasarkan model Schumpeter. Ia meneliti mengapa

Barisan Nasional (BN) dapat selalu menang dalam PR, yaitu karena BN mampu mendistorsi informasi untuk kepentingannya. Memang sejauh ini media massa utama dikuasai oleh pemerintah.33

Kelompok oposisi Pakatan Rakyat mempunyai semangat tinggi untuk memenangi pemilu. Pakatan Rakyat yang dipimpin Anwar Ibrahim mengusung tema perubahan, sesuatu yang sangat wajar diperjuangkan mengingat Malaysia telah dikuasai Barisan Nasional sejak tahun 1957. Semangat perubahan dan keinginan merebut momentum bersejarah begitu kental terasa selama masa kampanye yang berlangsung selama 15 hari dari tanggal 20 April dan berakhir dengan pemilihan umum pada tanggal 5 Mei 1957. Isu perubahan telah menjadi kecenderungan dalam berbagai pemilu di dunia pada saat kelompok oposisi ingin memenangkan pemilu. Sejarah mencatat banyak pemimpin negara berkarakter yang membawa perubahan bagi negerinya, berani mengambil keputusan berisiko demi menyejahterakan rakyatnya. Evo Morales (Bolivia), Mahmoud

Ahmaddinejad (Iran), Hugo Chaves (Venezuela), atau Mikhael Gorbachev, merupakan contoh dari tokoh-tokoh pro-perubahan, walaupun pada akhirnya mereka harus menanggung sendiri risiko akibat perubahan yang mereka lakukan.

33Budiarjo dan Ign. Agung Satyawan, “Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa Malaysia di Indonesia dalam Pilihan Raya Malaysia Ke 13”, h. 36-37

56

Di dalam sejarahnya pula, perubahan seringkali harus dimulai dengan menghancurkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah kekuasaan lama. Risikonya adalah menghadapi benturan atau perlawanan, bahkan dihadang oleh pemegang kekuasaan yang tetap ingin mempertahankan status quo. Hal tersebut menunjukkan perubahan melibatkan ongkos atau konsekuensi yang tidak mudah diterima secara sosio kultural, sebab sangat mungkin kemajuan yang dijanjikan oleh demokrasi hanya berakhir pada hancurnya struktur kohesi sosial. Karena itu, tidak semua orang mau mendukung perubahan dalam arti sesungguhnya, terutama jika sudah menyangkut kekuasaan dan rasa aman. Anwar Ibrahim yang menjadi tokoh sentral kelompok oposisi Pakatan Rakyat yang mengusung tema perubahan, untuk yang kedua kalinya merasakan tidak mudahnya mengubah struktur masyarakat Malaysia yang sudah mapan dengan struktur kekuasaan yang sudah terbangun sejak 50 tahun terakhir ini. Keinginannya untuk memimpin Malaysia kembali gagal meskipun ia sendiri tetap akan menjadi anggota parlemen.

Masyarakat Malaysia belum siap sepenuhnya untuk melakukan perubahan.34

Menurut Mohamad Izudin Ramli, faktor-faktor yang menyebabkan PAS kalah dalam PRU 2013 ini adalah karena pada tahun 2008, setelah berhasil meningkatkan kemenangannya dalam Pemilu ke-12, PAS mengambil keputusan untuk bergabung dengan Partai Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar Ibrahim dan partai yang didukung oleh masayarakat Cina Democratic Action Party (DAP) dan membentuk partai gabungan yang diberi nama Pakatan Rakyat (PR) dan sekaligus membentuk sebuah koalisi partai oposisi yang besar. Dengan keputusan

34 Humprey Wangke, “Isu Rasial dalam Pemilihan Umum di Malaysia,” h. 7-8

57

ini PAS duduk bekerjasama dengan partai-partai yang secara ideologi sangat berbeda. Strategi PAS ini merupakan upaya agar PAS tetap terus memperkuat posisi politiknya dalam menghadapai UMNO dan menguasai pemerintahan di

Malaysia.35 Namun kenyataan berbeda, PAS justeru kalah dalam PRU 2013 karena beberapa faktor, yaitu: (1) PAS dituduh sebagai “kuda tunggangan” dan

“boneka” partai DAP dan kaum Cina, (2) Koalisi yang dibangun ketiga partai

(PAS, PKR dan DAP) tidak begitu memberi kelebihan kepada etnis Muslim

Melayu, dan (3) Kurangnya keyakinan akan koalisi yang dilakukan PAS dalam

Pakatan Rakyat betul-betul bermanfaat bagi umat Islam.36

Mohamad Izudin Ramli juga menegaskan bahwa sikap pragmatik ini telah mengundang berbagai kritik terhadap PAS. Kritik itu berasal dari lawan politik, utamanya UMNO. Salah satau kritikan yang utama adalah berubahnya agenda ideologis PAS dari membentuk negara Islam menjadi membentuk negara yang berkebajikan. Perubahan agenda ideologis ini menunjukkan melemahnya perjuangan ideologis PAS. Kritikan lain kepada PAS terkait dalam merespon perbedaan pendapat dengan DAP dalam pelaksanaan hukum hudud yang tidak disetujui DAP di mana PAS dianggap mengalah. Kegagalan dalam menjawab kritikan dalam menjelaskan dengan baik persoalan hudud kepada DAP khususnya, serta kepada rakyat secara umum mengesankan bahwa misi idologi Islam dalam

35 Mohamad Izudin Ramli, “Pragmatisme Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam PRU 13,” diakses pada 24 Mei 2017 dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pragmatisme- partai-islam-se-malaysia-pas-dalam-pru-13. 36 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017.

58

menerapkan hudud PAS tenggelam secara perlahan-lahan.37 Masalah internal koalisi partai ini disampaikan Ismad dengan menyatakan bahwa sikap DAP secara terang-terangan tidak menyetujui agenda Islam yang dibawa oleh PAS. Oleh karena itu, PAS benar-benar terpuruk setelah UMNO dan Barisan Nasional gagal ditangkis di tingkat daerah maupun nasional. Bahkan, karena dikhawatirkan PAS menjadi “budak suruhan” kaum Cina, maka kaum Melayu kurang memberikan dukungannya kepada PAS pada PRU 2013 tersebut.38

Mencairnya perjuangan ideologi PAS diperburuk dengan mencuatnya kasus skandal video seks yang melibatkan pemimpin partai sekutunya PKR yang memberi kritikan terhadap PAS. Pargmatisme PAS dan skandal tersebut menjadi pukulan yang telak bagi PAS yang dianggap telah luntur ideologinya antara lain karena mempertahankan sekutu politik yang tidak bermoral. Berbagai kejadian ini telah memperburuk image PAS sebagai partai Islam.39 Ditambah lagi, UMNO sebagai partai pemerintah menyuarakan bahwa PAS pada koalisi Pakatan Rakyat tidak akan membela kaum Melayu dan akan memberi perhatian lebih kepada kaum Cina.40 Dengan demikian, pantaslah PAS mendapatkan kegagalan pada

PRU 2013 tersebut. Namun tentunya, hal ini menjadi pelajaran berharga bagi PAS dalam mengatur strategi percaturan politik di Malaysia. Karena hal inilah yang

37 Mohamad Izudin Ramli, “Pragmatisme Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam PRU 13,” diakses pada 24 Mei 2017 dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pragmatisme- partai-islam-se-malaysia-pas-dalam-pru-13. 38 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017. 39 Mohamad Izudin Ramli, “Pragmatisme Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam PRU 13,” diakses pada 24 Mei 2017 dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pragmatisme- partai-islam-se-malaysia-pas-dalam-pru-13. 40 Hasil Wawancara dengan Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017.

59

dapat membantu PAS bangkit dari keterpurukan dan menyusun strategi baru untuk menghadapi PR selanjutnya.

60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis penulis pada bab sebelumnya, skripsi ini dapat penulis simpulkan sebagai berikut: Pertama, Strategi politik PAS untuk memenangkan PRU 2013 di antaranya yaitu: (1) Membentuk konsep “Negara

Kebajikan” yang mengutamakan kebajikan dan kesejahteraan rakyat sebagai agenda utama pembangunan Negara. (2) Menjalin kerjasama dengan partai politik yang memiliki satu tujuan dengan PAS seperti PKR dan DAP untuk mengalahkan musuh yang sama, yaitu UMNO dan Barisan Nasional. (3) Membina hubungan baik dengan berbagai NGO (Non Government Organization). (4) Meninjau dan menata urusan pendaftaran para pemilih baru. (5) Memperkuat SDM pilihan raya partai, dan (6) Mengutamakan kebajikan rakyat.

Kedua, adapun faktor-faktor kekalahan PAS pada PRU 2013 di antarnya yaitu: (1) PAS dituduh sebagai “kuda tunggangan”, “budak suruhan”, dan

“boneka” partai DAP dan kaum Cina, sehinga kaum Melayu kurang memberikan dukungannya kepada PAS pada PRU 2013. (2) Koalisi Pakatan Rakyat yang dibangun ketiga partai (PAS, PKR dan DAP) tidak begitu memberi kelebihan kepada etnis Muslim Melayu. (3) Kurangnya keyakinan akan koalisi yang dilakukan PAS dalam Pakatan Rakyat betul-betul bermanfaat bagi umat Islam. (4)

Perjuangan ideologi Islam PAS dengan konsep Negara Kebajikan dianggap tidak konsisten oleh partai lawan, UMNO. (5) Terdapat masalah internal dalam koalisi

Pakatan Rakyat, yaitu sikap DAP secara terang-terangan tidak menyetujui agenda

61

Islam yang dibawa oleh PAS. (6) Mencuatnya kasus skandal video seks yang

melibatkan pemimpin partai sekutunya PKR yang memberi kritikan terhadap

PAS. (7) UMNO sebagai partai pemerintah menyuarakan bahwa PAS pada koalisi

Pakatan Rakyat tidak akan membela kaum Melayu dan akan memberi perhatian lebih kepada kaum Cina.

B. Saran

Dari penelitian ini, ada beberapa catatan saran untuk penelitian terkait partai politik oposisi, khususnya di negara dimana memiliki banyak partai seperti di Malaysia. Pertama, untuk menelaah secara komprehensif terkait eksistensi partai politik dalam sistem yang demokratis. Paling tidak beragam aspek yang terkait dengan keberadaan partai politik baik secara internal maupun eksternal perlu dilihat sebagai faktor yang saling berkaitan dalam mempengaruhi kehadirannya partai politik.

Kedua, bagi pegiat partai politik yang berlandaskan Islam di Malaysia, seperti PAS, hendaknya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang dibangun dan menjaga toleransi antar bangsa, khsususnya di Malaysia yang terdiri dari berbagai agama dan tiga etins, yaitu Melayu, Tionghoa, dan India.

Dan ketiga, bagi masyarakat Malaysia, baik yang sedang studi di

Indonesia maupun di Malaysia sendiri, hendaknya tetap memberikan dukungan kepada partai yang diyakini dapat membawa perubahan yang lebih baik dan tetap berpartisipasi dalam perpolitikan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang berlaku di Malaysia.

62

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abdullah Sanusi, Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1980

Badaruddin, Shaharuddin, Demokrasi dan Proses Politik di Malaysia Kuala Lumpur; 2006

Bagus, Loren. Kamus Filsafat Jakarta; Gramedia, 1996

Budiharjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008

Daulay, Hamdan. Persaingan Strategi Politik UMNO dan PAS di Malaysia. 2015

Firmansyah, Jovan Prima. Konflik Elit Politik dalam UMNO Pada Masa Kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988)

Effendi, Abdelwahab. Who Needs An Islamic State London: Malaysia Think Tank London, 2008

Husada,Erlangga, dkk, Kajian Islam Kontemporer Jakarta UIN Jakarta Press, 2007

Ihsan, A. Bakir, Ideologi Islam dan Partai Politik: Strategi PPP dalam Memasukkan Nilai-Nilai Islam ke dalam Rancangan UU di Era Reformasi Ciputat: Orbit, 2016

Mutalib, Hussin. Islam dan Etnisitas: Perspektif Politik Melayu Jakarta: LP3ES, 1996

Muhammad, Syarifuddin. Manhaj Islam Hadhari: Konsep dan Metodologi (Kuala Lumpur: Konsortium Warisan Maju Bersatu Sdn Bhd & Prima Laswita Sdn Bhd, 2005

Nash, Manning, “Islamic Resurgence in Malaysia and Indonesia”, dalam Martin E. Marty dan R. Scott Apleby, Fundamentalism Observed Chicago and London: The University of Chicago Press, 1991

Rahmat, Muhammad. Barisan Nasional: “Balancing Communal Rights”, (Kuala Lumpur : 59iCons & Catalyst Media Sdn Bhd, 2001

Sahidah, Ahmad. Islam dan Demokrasi di Malaysia: Hubungan Agama dan Negara yang Unik dalam Millah Vol. X, No 2, Februari 2011

Sychev , Victor Feodorovich, Islam Indonesia di Mata Orientalis Rusia, Penerjemah: Wan Jamaludin Z (Jakarta: Litbang Depag RI, 2008

36

Syamsuddin, M. Dien Usaha Pencarian Konsep Negara dalam Sejarah Pemikiran Politik Islam dalam Abu Zahra (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia Bandung: Pustaka Hidayah, 1999

Shobron, Sudarno, "Partai Islam Kontemporer: Dari Ideologis ke Pragmatis”, dalam Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012

Internet :

“Maklumat Umum”. http://www.parlimen.gov.my/maklumat-umum.html?uweb=dr&, (diakses pada tanggal 28 November 2016)

“Sistem Pemerintahan Malaysia”. http://www.informasiahli.com/2015/10/sistem - pemerintahan-malaysia.html, (diakses pada tanggal 27 November 2016)

“Tentang Negara Malaysia”. http://www.sejarah-negara.com/tentang -negara-malaysia/, (diakses pada tanggal 25 November 2016)

“Partai Politik Sistem Pemerintahan dan Oposisi Politik”. http://www.academia.edu/1589053/Partai_Politik_Sistem_Pemerintahan_dan_Op osisi_Politik (diakses pada tanggal 31 Mei 2017)

“Presiden PAS Malaysia Kunjungi Markas PKS http://tribunnews.com/nasional/2013/12/20/presiden-pas-malaysia-kunjung- markas-pks.html, (diakses pada tanggal 31 Mei 2017)

Wawancara:

Ismad Shahril bin Che Mat (Anggota Penolong Setiausaha PAS di Negara Bagian Perak) pada Jum’at, 9 Juni 2017

Mohd Zuhdi Bin Marzuki (Pengarah Pusat Penyelidikan PAS) pada Rabu, 14 Juni 2017

36