Meriam - Meriam Iuno Di Indonesia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Meriam - Meriam Iuno Di Indonesia MERIAM - MERIAM IUNO DI INDONESIA Depmemen Pendidibn du Kebucbiymn Direktorat Jendenl Kebudayun MUSEUM NASIONAL 198S TIMPENYUSUN Materi brOlur : Dra. Djani Abdul Karim. Dn. Antonius Buell Priadi. Dn. Ario Tedjo Utomo. Dra. Jntan Mlrdlana Napitu­ pulu. Srimukani BA. Penyunttna Dn. Sutrilllo. Di s a i n DadanaUdanayah. F o t o SantolO Utomo. Bultu lni diterbitbn oleh : Proyek Penpm­ henpn MuteUm Nuional, tahun anaaran 1984-1985. SAMBUTAN DIRBTUR JENDERAL ICEBUDAYAAN Pameran Meriam Kuno yang kini diadakan, sangat menarik bqi saya, terutama karena saya belwn pemah menyaksilran pameran khusus meriam. Sehu\iutnya barujuga saya sadari benar-benar, betapa meriam dapat memberi pelljelasan mengenai berbapi segi sejarab. Umumnya kita ketahui, bahwa sejarah memang penuh denpn peristiwa perang. Waiau demikian, seJtjata, terutama bentuknya sebapi alat perang, sering luput dari perhatian maupun perbitunpn sebagai sesuatu yang menentukan. Dewasa ini ramai diperm1salabkan seqjata nuklir. Namun dalam bal inipun alat yang membuat kekuatan nuklir itu efektif dan berbahlya, jarang dipertuJ\iukkan dan akibatnya kunJlg dipahami. Maka kini rasanya sangat menarik perhatian melihat bentuk dan jenis meriam kuno dari dekat. Teruta­ ma karena sertjata itulah yang digunakan terhadap bangsa kita dan sempat menplahkan ldta, sehinaa bangsa kita hidup beberapa abad dalam alam pellj�ahan. Hal itu segera pula memberi pmbaran, betapa ketimpanpn teknologi bisa merugikan pihalt yang Jemah. Dengan perkataan lain, panlerllll ini bisa membai kesadaran dan dorongan kepada kita untuk lebih meningkatkan pembangunan liwat pm1111111111 teknologi, tentu bukan untuk berperang agresif, melainkan supaya lebih mampu m�ukan bangsa dan meJliqa kelestarian hidupnya. Semop pameran ini berlwil me111111ph kita untuk bekerja lebih kens lagi supaya pembangunan kita bisa berlwil lebih cepat 1agi demi keJanasunpn hidup bangsa. Jakarta, I April 1985 DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN II - - Prof. Dr. Haryati Soebadio SAMBUTAN KEPALA MUSEUM NASIONAL Mer.am adalah salah satu jenis seitjata yang dibawa olell ,orang-orang Eropah untuk ikut berperan dalain kancah peperangan pada.abad-abad yang lalu dan membawa kesan pahit bagi bangsa dan bumi Indonesia. Sebagai artefak, benda tersebut memiliki nilai penting bagi pengembangan penelitian sejarah maupun sosial budayanya, karena sesudah perang usai, sebagai bangsa Indonesia telah menempatkan dan memberi arti tersendiri benda tersebut dalarn kehidupannya. Didorong oleh penelitian yang langka dilakukan terhadap meriam-merian) kuno yang pemah bicara dalam percaturan sejarah pertahanan bangsa Indonesia dalain melawan perkosaan hak-haknya, Museum Nasional mengetengahkan 37 buah dari jumlah 98 koleksi milik museum dalarn pameran "Meriam-meriam kuno di Indonesia". Pengamatan atas bentuk, fungsi, clan ungkapan yang disajikan dalam pameran ini, masih menuntut usaha penelusuran yang lebih teliti bagi pencukupan data, dan munculnya dialog antara masyarakat, khususnya para sejarawan dengan pameran ini, merupakan pencapaian sasaran yang sanpt diharapkan. Sebagai seniata modem yang dapat melukai korbannya dari jarak jauh, sejarah meriam telah banyak mengambil korban kerajaan-kerajaan di Indonesia pada abad-abad lalu dalam mempertaruhkan kebebasannya. Gambaran ini diharapkan mengajak kita untuk memahami art! perjuangan bagi kemerdekaan. Di sisi lain, masa damai telah memberikan keramahan kembali sikap bangsa Indonesia. Pada beberapa bagian hidup mereka, bentuk meriam yang semula diartikan sebagai alat pencabut nyawa, adat bangsa meitjelmakan benda tersebut meitjadi sarana bagi kesejahteraan kelangsungan hidup mereka. Maka lahirlah jenis-jenis meriam untuk keperluan pelbagai upacara, seperti Si Jagur, Nyai Setomi, Ki Amuk, dan lain sebagainya. Melalui pameran ini, kami sajikan meriam-meriam kuno yang diduga basil produkai kerajaan-kerajaan di Indonesia pada abad XVII - XVIII dan meriam-meriam buatan Eropah, basil penelitlan menurut fungsi dan bentuk, yang telah dikelompokkan melliadi: I) meriam kapal 2) meriam benteng 3) meriam artileri medan 4) meriam untuk upacara. · Jakarta, I April 1985 Teguh Asmar, M.A. 1 • KATA PENGANTAR Katalog ini disusun berkenaan dengan kegiatan pameran khusus meriam kuno koleksi Museum Nasional, dengan maksud agar dapat membantu memudahkan para pengwtjung memperoleh gambaran dan informasi tentang pameran yang disajikan. Selain ,itu, diharapkan pu� dapat memberi manfaat bagi para pengunjung dan masyarakat pada umum· nya untuk lebih mengenal meriam kuno sebagai peninggalan benda budaya masa lalu dan sekaligus sebapi salah satu sumber informasi sejarah, serta mendorong usaha penelitian, penyelamatan, dan pelestarian terhadap benda-benda tersebut. Terakhir, kami menyampaikan terima kasih kepada Museum Satria-Mandala, Kedutaan Besar Kemjaan Belanda, dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi informasi yang berharp dalam penyusunan naskah buku ini, Semoga buku sederhana ini dapat bermanfaat. Thn penyusun, ii DAFTAR ISi Halaman Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan .......•................................... Sambutan Kepala Museum Nasional . • . • . • . • • • . • . • • • . • • • • • . • . i Kata Pengantar . • • • • . • . • • • . • . • . • . • . • • . • • . • . ii Sedikit Tentang Meriam Kuno . • • . • . • . • . • • • . • . • . 5 A. Meriam Kapal . • . • . • . • • . • • . • • . • • • . • • • • . 9 B. Meriam Benteng • . • . • • . • • . • . • . • . • . • . 12 C. Meriam Artileri . • • . • . • • • . • • . • . • . • . • . 16 D. Meriam Indonesia . • • • . • • . • • • . • . • • . • . • • • . • . • . • . • • . 19 E. Meriam Upacara . • . • • . • • • . • • • • . • • • • • . • • • . • • • • . • • . • . 23 MERIAM TANGAN YANG DIGUNAICAN OLEH PASUKAN PERANG PADA ZAMAN PERTENGAHAN, abm 14 - 16. SEDIKrr TENTANG MERIAM KUNO Meriam adalah salah satu jenis senjata api yang terbuat dari besi dan perunggu dengan berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menembak jarak jauh. Dapat digunakan di kapa) laut, di benteng maupun di artileri medan. Dalam sejarah perkembangannya untuk pertama kali meriam digunakan oleh ,tentara kerajaan Inggris ketika berperang melawan Perancis, sehingga lnggris berhasil merebut daerah Crecy pada tahun 1436. Jenis meriam yang digunakan berukuran kecil terbuat dari besi yang diberi alas kayu. Ukurannya hampir sama dengan senapan biasa dan dapat dibawa dengan mudah, sehingga disebut "meriam tangan" atau senapan. Kenrudian, meriam mengalami perkembangan baik dalam bentuk, ukuran maupwi bahan sesuai dengan kemajuan tehnologi. Indonesia mulai mengenal meriam sejak abad 16 ketika bangsa Portugis datang ie Indonesia. Mereka rnelengkapi kapal dagangnya dengan seitjata meriam untuk melindungi diri dari se.angan musuh ataupun bajak laut, dan digunakan pula untuk menaklukkan dan merebut kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kemudian kapal dagang dari negara-negara Eropah lainnya seperti Spanyol, Belanda, Inggris, dan Perancis datang pula ke Indonesia yang juga dilengkapi dengan meriam-meriam. Keunggulan meriam sebagai seitjata andalan, mendorong beberapa kerajaan di Indonesia berusaha memiliki meriam. Diantaranya ada yang dengan cara membuat sendiri, ataupwi diperoleh dari basil rampasan perang maupun hadiah dari negara-negara sahabat. Menurut bentuknya meriam kuno dapat dibedakan meJtjadi 3 macam, yaitu: meriam bumbung, meriam coak, dan meriam lela (lihat bagan). Sedangkan menurut kegunaannya, meriam dapat dibedakan meJtjadi 3 macam pula, yaitu: meriam kapa), meriam benteng, dan meriam artileri/penyerangan benteng. Meriam kapal biasanya berlans pendek dan berukuran besar sehingga tidak banyak memakan tempat dan dapat menembak lebih jauh dan lebih tepat Meriam benteng berukuran paling besar dan berat dan biasanya ditempatkan di atas balok-balok yang dipAsang di setiap sudut benteng yang strategis atau di sepaJtjang pantai. Meriam artileri, umumnya berukuran sedang dan kecil. Untuk memudahkan pengangkutan meriam ini biasanya diletalrkan di atu roda penyangp sehingga mudah untuk dibawa. Salah satu cara untuk mengetahui identitu meriam dapat dilakukan dengan meneliti simbol, lambang, tulisan-tulisan, serta hiasan lainnya yang terdapat pada meriam. Beberapa koleksi Museum Nasional dapat menuJtjukkan identitu ini. Meriam-meril!m yang dibuat di Indonesia pada umumnya memiliki ciri-ciri tertentu pada ragam hiasnya, antara lain hiasan 1110metris, flora, fauna yang terdapat di Indonesia. ffiasan.biasan tersebut selain untuk memperindah meriam, biasanya mempwiyai arti tertentu sesuai dengan kepercayaan dan adat istiadat masyarakat Tidak jarang beberapa meriam dianggap sebagai benda keramat. Ii MERIAM-MERIAM KUNO PENINGGALAN KESULTANAN BANTEN, abad 17. MERIAM BERUKURAN BESAR DENGAN PELURUNY� D • GUNAKAN PADA � ACEH TAHUN 1874. 6 - c{(!t:4--;Jj----,----_-,_::�-:--:�·. �' a . • L� ... � .... .,. ....-- -- -- - --- • • c • • Foto: 10. Bagan Meriam Coak. Keterangan foto No. 10, 11, dan 12. a. - penutup pangkal. Foto: 11. b = ba,ta,,. pangkal. JIQan Meriam Bumbung. c = bagia1I tengah. d = bagian ujung. ti = l a r a s: I .. kq,ala. g • limpal penguat. U------ ----- h = bagian muka laras (kalibtlr). •c··- I ;____ ·-·-----fl--, �l I = l e h e r. • • • • • • I k = pen. l = pen penyambung. m = kuping (pegangan). 0 = huuan pangkal (bon,kolJ. p - leher hia&an pangkal. Fo to : 12. r - lu"""6 penyundut. Bo,,n Merlam Lela. Pn - penutup/tempat matu. Co• Cook. 7 Cm Centimeter DI Diameter luas Dp Diameter pangbl Du Diuneter IVUIII Im. lnventaril No. Nomor p : Pmvana 8 A. MER/AM KAPAL : 1. MER/AM BUMBUNG Perunggu: P. 154 cm; Dp. 25 cm; Dl. 7 cm; Du. 20 cm; No. Inv. 73.
Recommended publications
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • L'artillerie Légère Nousantarienne. a Propos De Six Canons Conservés Dans Des Collections Portugaises Pierre-Yves Manguin
    L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. Arts Asiatiques, École française d’Extrême-Orient, 1976, 32 (1), pp.233 - 268. 10.3406/arasi.1976.1103. halshs-02509117 HAL Id: halshs-02509117 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02509117 Submitted on 16 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Arts asiatiques L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin Citer ce document / Cite this document : Manguin Pierre-Yves. L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. In: Arts asiatiques, tome 32, 1976. pp. 233-268; doi : https://doi.org/10.3406/arasi.1976.1103 https://www.persee.fr/doc/arasi_0004-3958_1976_num_32_1_1103 Fichier pdf généré le 20/04/2018 L'ARTILLERIE LÉGÈRE NOUSANTARIEME A PROPOS DE SIX CANONS CONSERVÉS DANS DES COLLECTIONS PORTUGAISES > par Pierre-Yves MANGVIN Lors d'une visite à Macao en 1973, j'eus la surprise de découvrir dans une salle du Musée Luis de Gamôes un très beau spécimen de canon (pièce F).
    [Show full text]
  • Tatanegaram Adjapahit
    jS ^^U niversites Uidonesia Perpustakaan TATANEGARA MADJAPAHIT JAITU RISALAH SAPTA P A R W A BERISI 7 PARWA HASIL PENELITIAN KETATANEGARAAN INDONESIA TENTANG D A SA R DAN B E N T U K NEGARA NUSANTARA BERNAMA MADJAPAHIT, 1293 — 1525 A p. Prof. H. M UH AM M AD YAM IN KOUEKS! pp3F.M.B9£CtiftRI- S PARW A i n Jajasan Prapantjj DJAKARTA. fERPUSTAKAAN «4&ULTAS>SAST1A BA. { JAl.SASTtA j : / _ c? _ ^ Wo- ~T7 g /■ < ? -? £ PEMBAICTIAN Kepada Angkatan Mada Proklarnasi 1945 dan bagi keluhuran Universitas Padjadjaran didaluran Parahiangan, so gala Universilas ditanah-air Indonesia dan tcrutuma pula Uniiersitas Gadjah Mada jang didirikan didaerah pedalaman pada ketika Rakjat Indonesia sedang berdjuang dan ber tern pur nntuk memehhara negara kesatuan Republik Indonesia jang dibenluk alas dasar hnkiun Proklarnasi Kerncrdekaan Indonesia jang dirnaklurnkan pada 17 A gust us 1945 dikota Djakarta atas narna Rakjat, dengan rnerinlis djalan jang telah pernah dilernpuh oleh para pedjuang dan para pahlaivan Indo­ nesia sepandjang rnasa dengan segala kesetiuan hati dan ketangkasan tindakan untuk kebadjikan Nusa, Bangsa dan Negara jang didjun- djung tinggi dengan sernangat persatuan. Djakarta 1962, tahun pernbebasan Irian Barat. I S I N J A TATANEGARA MADJAPAHIT DALAM VII PARWA SELURUHNJA. TATANEGARA MADJAPAHIT a tan SAPTA-PARWA Isinja: P A R W A I BABAKAN I PENDAHULUAN BAGIAN I 1. Pembaklian 2. Pembhnbing BABAKAN II TINDJAUAN SEDJARAH BAGIAN II PASAL I PENELITIAN NEGARA MADJAPAHIT PASAL II NEGARA MADJAPAHIT DALAM ALAM-NURAM kE' SAICTIAN PASAL III SANDARAN SEDJARAH NEGARA MADJAPAHIT DALAM RANGICA SEDJARAH INDONESIA PASAL IV PENGARTIAN ISTILAII NEGARA MADJAPAHIT PASAL V SEDJARAH NEGARA MADJAPAHIT A.
    [Show full text]
  • Kajian Terhadap Gambaran Jenis Senjata Orang Melayu Dalam Manuskrip Tuhfat Al-Nafis
    BAB 1 PENGENALAN ______________________________________________________________________ 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian 1.1.1 Peperangan Dunia seringkali diancam dengan pergaduhan dan peperangan, sama ada peperangan antarabangsa, negara, agama, etnik, suku kaum, bahkan wujud juga peperangan yang berlaku antara anak-beranak dan kaum keluarga. Perang yang di maksudkan adalah satu pertempuran ataupun dalam erti kata lain merupakan perjuangan (jihad). Kenyataan ini turut di perakui oleh Sun Tzu dalam karyanya yang menyatakan bahawa peperangan itu adalah urusan negara yang penting untuk menentukan kelangsungan hidup atau kemusnahan sesebuah negara, maka setiap jenis peperangan itu perlu diselidiki terlebih dahulu matlamatnya.1 Di samping itu, perang juga sering dianggap oleh sekalian manusia bahawa ia merupakan satu perbalahan yang melibatkan penggunaan senjata sehingga mampu mengancam nyawa antara sesama umat manusia.2 Ini menunjukkan bahawa penggunaan senjata merupakan elemen penting dalam sebuah peperangan. Perang merupakan salah satu daripada kegiatan manusia kerana ia meliputi pelbagai sudut kehidupan. Peredaran zaman serta berkembangnya sesebuah tamadun telah menuntut seluruh daya upaya manusia untuk berjuang mempertahankan negara terutamanya dalam peperangan. Ini kerana pada masa kini perang merupakan satu 1 Saputra, Lyndon, (2002), Sun Tzu the Art of Warfare, Batam : Lucky Publisher, hlmn 8 2 Kamus Dewan Bahasa (Edisi Keempat), (2007), Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka , hlmn 1178 masalah yang sangat besar, rumit dalam sebuah
    [Show full text]
  • Use of Theses
    THESES SIS/LIBRARY TELEPHONE: +61 2 6125 4631 R.G. MENZIES LIBRARY BUILDING NO:2 FACSIMILE: +61 2 6125 4063 THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY EMAIL: [email protected] CANBERRA ACT 0200 AUSTRALIA USE OF THESES This copy is supplied for purposes of private study and research only. Passages from the thesis may not be copied or closely paraphrased without the written consent of the author. Topics in the Phonology and Morphosyntax of Balinese based on the dialect of Singaraja, North Bali Adrian Clynes A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy of the Australian National University December 1995 Except where otherwise indicated, this thesis is my own work In memory of my parents, Jean and Peter Clynes ' ' Acknowledgements This thesis has been a long time in the making, and owes much to many people. I therefore approach the writing of acknowledgements both with a feeling of pleasure, and one of concern, knowing that there will be names I should remember to thank and will forget. I thank first, and most of all, my wife, Ketut Maseni Widiastuti Clynes, of Banjar Peguyangan, Singaraja, Buleleng, Bali, and, latterly, also of Australia and Brunei. Without your support and faith in me Tut, I could never have started this, let alone brought it to a close. You supported me not only in my studies towards this PhD, but also (I blush to say) the MA which I had to get before I could go on to this. When times were hard, in a new, strange country, you went out and got jobs, to help us through.
    [Show full text]
  • Pengelasan Jenis-Jenis Meriam Tradisional Melayu Berasaskan Kepada Saiz Dan Reka Bentuk
    Jurnal Arkeologi Malaysia April 2021, Vol. 34, No.1, hlm. 59- 67 ISSN 0128-0732 e-ISSN 2590-4302 Diterbitkan oleh Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia PENGELASAN JENIS-JENIS MERIAM TRADISIONAL MELAYU BERASASKAN KEPADA SAIZ DAN REKA BENTUK (CLASSIFICATION ON TYPES OF TRADITIONAL MALAY CANNON BASED ON SIZE AND DESIGN) Mohd Hasanuddin Mohd Yusof & Zuliskandar Ramli Abstrak Setelah teknologi pembuatan dan penggunaan senjata api mengalir ke alam Melayu, masyarakat di alam Melayu terutamanya golongan pandai logam telah menghasilkan meriam-meriam tradisional dengan cara tersendiri berdasarkan kearifan tempatan. Dengan itu, saiz, reka bentuk dan motif meriam-meriam dihasilkan berdasarkan kepada unsur-unsur tempatan. Berdasarkan pemerhatian di lapangan, perbezaan saiz dan reka bentuk ini membawa kepada pengelasan jenis-jenis meriam tradisional Melayu. Dalam merekodkan dan menganalisis saiz dan reka bentuk meriam tradisional Melayu, pengkaji telah menggunakan kaedah penyelidikan kualitatif deskriptif. Dengan itu, terdapat beberapa jenis meriam tradisional Melayu yang telah dihasilkan oleh golongan ahli pembuat meriam di alam Melayu. Setiap jenis meriam ini ternyata memiliki fungsi yang berbeza di mana perbezaan saiz dan reka bentuk menjadi faktor utama kepada perbezaan fungsi setiap jenis meriam tradisional Melayu. Kata kunci: Jenis, meriam, tradisional, Melayu Abstract After manufacturing technology and the use of firearms flowing into the Malay world, the Malay community in the various group’s especially metal experts have produced traditional cannons in its own way based on local wisdom. Thus, the size, design, and motif of cannons are produced by local elements. Based on the observations in the field, the difference in size and design led to the types of traditional Malay cannon.
    [Show full text]
  • The Carronade Island Guns and Southeast Asian Gun Founding
    The Carronade Island Guns and Southeast Asian gun founding Jeremy Green Report—Department of Maritime Archaeology Western Australian Museum, No. 215 2006 Introduction Brunei MALAYSIA BORNEO SUMATRA Palembang Makassa Jakarta JAVA Napier Broome Bay AUSTRALIA Figure 1. Map showing the location of the sites discussed. In July 1916, during a visit by HMAS Encounter to Napier Broome Bay (Fig. 1). Map showing the location of the sites discussed;{ TC "Figure 1. Map showing the location of the sites discussed" \l 1 }, two small bronze guns were discovered by Commander C.W. Stevens RAN and Surgeon Lieutenant W. Roberts RAN on a small unnamed island. The two guns were found upright “approximately 25 paces from the water’s edge, we saw the two carronades protruding, through the sand 2/3rds of each being exposed so that they were easily lifted out. They were ... 6 feet apart and certainly had the appearance of leading marks ... a large number of the ship’s company landed and next day, shifted sand over practically the whole area for a considerable depth. The only other object found was a small portion of a brass bound chest. You can imagine the disappointment of the matelots who had visions of buried treasure” (letter from Surgeon Commander Roberts, 18 August 1933). The guns were subsequently presented to HMA Naval Dockyard, Garden Island, Sydney, by the finders. Since, at the time, these guns were erroneously thought to be carronades, the island on which they had been found was named Carronade Island. One of these guns (No.1) is at present on loan from the Royal Australian Navy to the Western Australian Museum and is on display at the Fremantle Maritime Museum, Fremantle, Western Australia.
    [Show full text]
  • S]A'ir Perang Mengkasar
    S]A'IR PERANG MENGKASAR SOMBAOPU FORT, MACASSAR (c. 1638). VERHANDELINGEN VAN HET KONINKLIJK INSTITUUT VOOR TAAL-, LAND- EN VOLKENKUNDE DEEL 40 SJA.'IB PEBA.NG MENGKA.SA.B (The Rhyrned Ch_n'ele ol ,he Maea.. ar War) ",. En'J" A.dn Et"'ed and 'ranalated BY C. SKINNER .. 's.G R A VEN H AG E - MAR TIN U SNIJ HOF F - 1 9 6 3 CONTENTS Foreword . VII Introduction The Sja'i; 1 Manuscripts (with 2 facsimiles) 47 Spelling of the Manuscripts . 52 System of romanisation adopted . 58 Explanation of symbols used . 60 Synopsis of the sja'ir . 61 Dates of the more important events . 63 Text and Translation 65 Notes . 222 Appendices 301 A. Words discussed in the Notes. 302 B. Index of proper names occurring in the Sja'ir . 303 C. A no te on maps . 306 D. Bibliography 307 E. Abbrevations used 315 PLATES I. Sombaopu Fort, Macassar (c. 1638) Frontispiece 11. Map of Macassar (1693) . End-paper FOREWORD The present work is based upon a thesis written for the Ph. D. examination of the University of London. As is usually,the case in such circumstances, the work 'stands on the shoulders' of many people, some living and some dead. Among the living, I have benefitted most from the help and encouragement, most freely given, of the following scholars (listed in purely alphabetical order): Professor A. A. Cense, Professor D. G. E. Hall, Dr. C. Hooykaas, Dr. J. Noorduyn, Professor R. RooIvink and Dr. P. Voorhoeve. In addition, it is pleasant to acknowledge the assistance given me by the Libr~an (Mr.
    [Show full text]
  • Meriam Cetbang Majapahit
    Jurnal Sejarah. Vol. 3(2), 2020: 89 – 100 © Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia Muhammad Averoes; DOI/ 10.26639/js.v3i2.285 ANTARA CERITA DAN SEJARAH: MERIAM CETBANG MAJAPAHIT Muhammad Averoes Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Email: [email protected] Abstract. This research was intended to trace the origin and the form of the Majapahit cetbang cannon. In many medias, cetbang is said to be a Majapahit weapon that was developed from Mongol gunpowder weapons obtained during the Mongol-Chinese attack on Java. The cetbang was described as a breech-loading swivel gun, but the Mongol-Chinese gunpowder weapon was very different from the breech-loading swivel gun. This paper investigated the cetbang cannon based on philological studies, its references in old Javanese language, and similar cannon from other parts of the world. Keywords: Cannon, cetbang, gunpowder, Majapahit, Mongol, China, old Javanese Pendahuluan Bubuk mesiu adalah salah satu penemuan yang penting dalam sejarah dunia. Karena sifatnya yang mudah terbakar dan menghasilkan panas dan gas yang tinggi, bubuk mesiu telah banyak digunakan sebagai propelan dalam senjata api, artileri, peroketan, dan kembang api, termasuk digunakan sebagai bahan peledak untuk bahan peledak dalam penggalian, penambangan, dan pembangunan jalan. Dalam pandangan lama peneliti Belanda, senjata bubuk mesiu (senjata api dan meriam) baru dapat ditemukan setelah abad ke-16 di Nusantara (Berg, 1927: 5). Penelitian lebih baru menunjukkan bahwa pernyataan ini salah. Di Nusantara, bubuk mesiu diperkirakan telah dikenal saat serangan Mongol ke Jawa pada tahun 1293 (Partington, 1999: 244-245). Buku Sejarah Dinasti Yuan (Yuan Shi) mencatat bahwa pasukan Mongol-Cina menggunakan senjata bernama pao atau p'au sebelum menyerang Daha (sekarang Kediri) (Groeneveld, 1876: 24).
    [Show full text]
  • A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia
    University of Pennsylvania ScholarlyCommons Theses (Historic Preservation) Graduate Program in Historic Preservation 1987 A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia Halwany Michrob University of Pennsylvania Follow this and additional works at: https://repository.upenn.edu/hp_theses Part of the Historic Preservation and Conservation Commons Michrob, Halwany, "A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia" (1987). Theses (Historic Preservation). 243. https://repository.upenn.edu/hp_theses/243 Copyright note: Penn School of Design permits distribution and display of this student work by University of Pennsylvania Libraries. Suggested Citation: Michrob, Halwany (1987). A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia. (Masters Thesis). University of Pennsylvania, Philadelphia, PA. This paper is posted at ScholarlyCommons. https://repository.upenn.edu/hp_theses/243 For more information, please contact [email protected]. A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia Disciplines Historic Preservation and Conservation Comments Copyright note: Penn School of Design permits distribution and display of this student work by University of Pennsylvania Libraries. Suggested Citation: Michrob, Halwany (1987). A Hypothetical Reconstruction of the Islamic City of Banten, Indonesia. (Masters Thesis). University of Pennsylvania, Philadelphia, PA. This thesis or dissertation is available at ScholarlyCommons: https://repository.upenn.edu/hp_theses/243 UNIVERSITY^ PENNSYLWNIA. LIBRARIES A HYPOTHETICAL RECONSTRUCTION OF THE ISLAMIC CITY OF BANT E N I N D O N E SI A Hal Many Michrob The Graduate Program in Historic Preservation Presented to the -faculties of the University o-f Pennsylvania in Partial Fulfillment o-f the Requirements far the Degree o-f MASTER OF SCIENCE 1987 John Keene, Pro-fessor, City Planning, Reader RNF ARTS AJfl/ as UNIVERSITY OF PENNSYLVANIA LIBRARIES ACKNOWLEDGEMENT I wish to express my gratitude to Prof.
    [Show full text]
  • English -Sulu - Malay Vocabulary
    1i W: ^%. ENGLISH -SULU - MALAY VOCABULARY. I i ENGLISH -SULU- MALAY VOCABULARY, \\ ITH USEFUL SENTENCES, TABLES, cS:c. IJV ANDSON COWIE, liDlTEU BV Wm. CLAEK COWIE (;ramal\tical introduction I!V THE EDITOR. LU-NDOX: Printed for the Editor by Theo. May, 138 Tanners Hill. S Copies can be obtained at the (>kfici:.s ok THE BRITISH NORTH BORNEO COMP.WV. 15 Leadenhall Street, EC. and at Sandakan 1893. (Ail lights reservedJ CCKA.tSUU^UM I CxvV PREFACE The whole of the Suh'i portion of this worlv is •original. It is the result of the labour of my late hrother Audson, who devoted much time to the study of several native dialects dui'ing the thirteen years he resided in the Island of 8ulu and various parts of Malaya. That he attained an unusual proficiency in the Sulu and Malay languages is well known, and his voluminous notes in my possession .are evidence of the careful iiivestigation which he l)estowed upon the Sulu l)ef(^re placing it against its English and Mala}' equivalents. All the in- accuracies and literary imperfections to be met with in these pages are attributable to my short- comings; however, as I did not undertake the editing of this volume from choice, but from a sense of duty, I trust to the indulgence of critics and those for whose benefit it is intended. The idiomatic Phrases and Sentences have been constructed to employ nearly every Sulil word in the vocabulary. 500978 PKEFACE. The Author's object in adding Malay, to what lie originally designed as a Siild work only, was to ac- celerate the further fusion of two dialects which have so much affinity and which will make the language of North Borneo the English of the farther East.
    [Show full text]