Kamus Bahasa Indonesia-Bali/Oleh I Made Denes, I Made Purwa, I Gede Nyeneng, I Made Suamdhi, Dan I Ketut Merta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kamus Bahasa Indonesia-Bali/Oleh I Made Denes, I Made Purwa, I Gede Nyeneng, I Made Suamdhi, Dan I Ketut Merta .. .,. .. TIDAK DIPE&DAGANGKAN UNTUK UMUM ANWS BAHASA INDONESIA-BALI A-K I Made Denes I Made Purwa I Gede Nyeneng I Made Suandhi I Ketut Merta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1997 ISBN 979 459 783 X Penyunting Naskah Drs. A. Gaffar Ruskhan, M.Hum. Pewajah Kulit Agnes Santi Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Sebagian atau seluruh isi buku mi dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat Drs. S.R.H. Sitanggang, M.A. (Pemimpin) Drs. Djamani (Sekretanis), Sartiman (Bendaharawan) Drs. Teguh Dewabrata, Drs. Sukasdi, Dede Supriadi, Tukiyar, Hartatik, dan Samijati (Staf) Katalog Dalam Terbitan (KDT) 499.213 499 261 1 KAM Kaxnus#ju k Kamus bahasa Indonesia-Bali/oleh I Made Denes, I Made Purwa, I Gede Nyeneng, I Made Suamdhi, dan I Ketut Merta. --Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997. xvi,452 him.; 21 cm ISBN 979 459 783 X 1. Bahasa Indonesia-Kamus-Bali 11 KEPALA PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAILASA Masalah bahasa dan sastra di Indonesia berkenaan dengan tiga masalah pokok, yaitu masalah bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Ketiga masalah pokok itu perlu digarap dengan sungguh- sungguh dan berencana dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa. Sehubungan dengan bahasa nasional, pembinaan bahasa ditujukan pada peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia dengan baik, sedangkan pengembangan bahasa pada pemenuhan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dan sebagai wahana pengungkap berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan perkembangan zaman. Upaya pencapaian tujuan itu, antara lain, dilakukan melalui penelitian bahasa dan sastra dalam berbagai aspek, baik aspek bahasa Indonesia, bahasa daerah maupun bahasa asing. Adapun pembinaan bahasa dilakukan melalui kegiatan pemasyarakatan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta penyebarluasan berbagai buku pedoman dan terbitan hasil penelitian. Hal mi berarti bahwa berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usaha pengembangan bahasa dilakukan di bawah koordinasi proyek yang tugas utamanya ialah melaksanakan penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, termasuk menerbitkan hasil penelitiannya. Sejak tahun 1974 penelitian bahasa dan sastra, baik Indonesia, daerah maupun asing ditangani oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang berkedudukan di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. In Pada tahun 1976 penanganan penelitian bahasa dan sastra telah diperluas ke sepuluh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang berkedudukan di (1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatera Barat, (3) Sumatera Selatan, (4) Jawa Barat, (5) Daerah Istimewa Yogyakarta, (6) Jawa Timur, (7) Kalimantan Selatan, (8) Sulawesi Utara, (9) Sulawesi Selatan, dan (10) Bali. Padatahun 1979 penanganan penelitian bahasa dan sastra diperluas lagi dengan dua Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra yang berkedudukan di (11) Sumatera Utara dan (12) Kalimantan Barat, dan tahun 1980 diperluas ke tiga propinsi, yaitu (13) Riau, (14) Sulawesi Tengah, dan (15) Maluku. Tiga tahun kemudian (1983), penanganan penelitian bahasa dan sastra diperluas lagi ke lima Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra yang berkedudukan di (16) Lampung, (17) Jawa Tengah, (18) Kalimantan Tengah, (19) Nusa Tenggara Timur, dan (20) Irian Jaya. Dengan demikian, ada 21 proyek penelitian bahasa dan sastra, termasuk proyek penelitian yang berkedudukan di DKI Jakarta. Tahun 1990/1991 pengelolaan proyek mi hanya terdapat di (1) DKI Jakarta, (2) Sumatera Barat, (3) Daerah Istimewa Yogyakarta, (4) Sulawesi Selatan, (5) Bali, dan (6) Kalimantan Selatan. Pada tahun anggaran 1992/1993 nama Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah diganti dengan Proyek Penelitian dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Pada tahun anggaran 1994/1995 nama proyek penelitian yang berkedudukan di Jakarta diganti menjadi Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat, sedangkan yang berkedudukan di daerah menjadi bagian proyek. Selain itu, ada satu bagian proyek pembinaan yang berkedudukan di Jakarta, yaitu Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta. Buku Kamus Bahasa Indonesia-Bali A--K mi merupakan salah satu hasil Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Bali tahun 1990/1991. Untuk itu, kami ingin menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para penyusun, yaitu (1) Sdr. I Made Denes, (2) Sdr. I Made Purwa, (3) Sdr. I Gede Nyeneng, (4) Sdr. I Made Suandhi, dan (5) Sdr. I Ketut Merta. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada para pengelola Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan lv Daerah Pusat Tahun 1996/1997, yaitu Drs. S.R.H. Sitanggang, M.A. (Pemimpin Proyek), Drs. Djamari (Sekretaris Proyek), Sdr. Sartiman (Bendaharawan Proyek), Drs. Teguh Dewabrata, Drs. Sukasdi, Sdr. Dede Supriadi, Sdr. Hartatik, Sdr. Tukiyar, serta Sdr. Samijati (Staf Proyek) yang telah berusaha, sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga hasil penelitian tersebut dapat disebarluaskan dalam bentuk terbitan buku mi. Pernyataan terima kasih juga kami sampaikan kepada Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum. yang telah melakukan penyuntingan dari segi bahasa. Jakarta. Februari 1997 Dr. Hasan Aiwi V UCAPAN TERINIA KASIFI Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya tugas penyusunan Kamus Indonesia-Bali abjad A- K dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal mi dapat terlaksana berkat adanya kerja sama yang baik antara anggota tim di satu pihak dan pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia di pihak lain. Penyusunan Kamus Indonesia-Bali ditangani oleh sebuah tim, yang susunan anggotanya terdiri atas Drs. I Made Denes sebagai ketua tim; Drs. I Ketut Darmalaksana dan Drs. I Made Purwa sebagai anggota, serta Made Suandhi dan I Ketut Suastiana sebagai pembantu. Disadari sepenuhnya bahwa naskah Kamus Indonesia-Bali masih mengandung kekurangan dan kelemahannya. Hal itu disebabkan, antara lain, oleh terbatasnya waktu yang tersedia, keterbatasan kemampuan pada tim, dan terbatas pula dana yang disediakan. Atas segala kekurangan itu dengan segala kerendahan hati, kami selalu terbuka menerima kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan Kamus Indonesia-Bali. Kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian Kamus Indonesia-Bali i, kami ucapkan terima kasih. Denpasar, Januari 1990 Ketua Tim PETUNJUK PEMAKAIAN Petunjuk pemakaian Kamus Indonesia-Bali pada umumnya mengacu pada petunjuk dalam Kamus Bahasa Indonesia (1983). Rinciannya ialah sebagai berikut. A. Ejaan 1. Ejaan yang dipergunakan dalarn Kamus Indonesia-Bali mi, terutama yang berkaitan dengan penulisan tema pokok dan contoh berupa frasa atau kalimat ialah ejaan bahasa Indonesia yang diatur dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1980). 2. Gugus konsonan awal kata-kata serapan yang berasal dari bahasa daerah dalam hal tertentu disisipi e di antara konsonan pertama dan konsonan kedua pada gugus konsonan awal itu. Contoh: krasan -+ kerasan crita 4 cerita trampil -, terainpil krupuk -, kerupuk 3. Gugus konsonan awal kata serapan asing dalam beberapa hal masih dipertahankan. vu Contoh: classic 4 kiasik critik 4 kritik structural -+ struktural graphology -+ grafologi 4. Penulisan deskripsi makna, baik tema pokok, sublema, maupun contoh berupa frasa atau kalimat, berdasarkan ejaan bahasa Bali dengan huruf Latin. a. Bunyi ucapan yang bersuara / / pada suku kata akhir terbuka ditulis dengan huruf a. Contoh: meja I mej / 4 meja gula / gul / 4 gula bapa / bap/ 4 bapa ada / ad3/ - ada b. Kata-kata bahasa Bali yang bersuara e ditulis dengan memberi tanda strip miring di atasnya. Contoh: rare 4 rar 'bay? base -* bas 'sirih' emed emed 'tank' kenken -+ kenke'n 'bagaimana' meme -9 mme 'ibu' B. Penyukuan Kata 1. Penyukuan kata dilakukan terhadap kata-kata yang berkedudukan sebagai lema pokok. Termasuk pula salah satu unsur gabungan kata atau kata ulang yang menjadi lema yang belum pernah diangkat sebagai lema pokok. Contoh: a. Kata Dasar ba.lik ne.ga.ra n b. Kata Ulang bo.Iak-ba.lik v La.bah-la-bah n c. Gabungan kata (perkecualian) tanggung jawab garis bawah ITSM 2. Penyukuan kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Penyukuan dilakukan di antara kedua huruf vokal di tengah kata. Contoh: bu.ah ,z ca.ir a ma.in v b. Apabila di tengah kata terdapat konsonan di antara dua vokal, penyukuan dilakukan sebelum konsonan. Contoh: ba.rang n a.kanp a.syik a c. Apabila di tengah kata terdapat dua buah konsonan yang berurutan kecuali gabungan konsonan, penyukuan dilakukan di antara dua konsonan itu. Contoh: som.bong a capiok v am.pun v d. Apabila di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih, penyukuan dilakukan di antara konsonan yang pertama. Contoh: in.stru.men n uLtra a bang.krut v cang.kul n e. Apabila suatu kata terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur lain. penyukuan dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut. Contoh: kilo + gram -, ki.lo.gram kilo + meter -4 ki.lo.me.ter bio + grafi -+ bi.o.gra.fi intro + speksi 4 in.tro.spek.si C. Bentuk Susunan Kamus Cara penyusunan kamus dwibahasa bersandar pada efisiensi bagi pemakai kamus untuk itu dapat diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut. x a. Aspek kemudahan bagi pemakai kamus. Kemudahan disini berarti bahwa kamus
Recommended publications
  • Ace-Bs2016taipei 7Th Asian Conference on Environment-Behaviour Studies National Taiwan University, Taipei, Taiwan, 09-10 April 2016
    Available Online at www.e-iph.co.uk AcE-Bs2016Taipei 7th Asian Conference on Environment-Behaviour Studies National Taiwan University, Taipei, Taiwan, 09-10 April 2016 The Modernization of Malay Food Ingredients: A qualitative investigation Mohd. Shazali Md. Sharif 1*, Norazmir Md. Nor2, Ahmad Esa Abdul Rahman1, Khairunnisa Mohamad Abdullah1 1 Faculty of Hotel and Tourism Management, Universiti Teknologi Mara, 42300 Puncak Alam, Selangor, Malaysia 2 Faculty of Health Science, Universiti Teknologi Mara, 42300 Puncak Alam, Selangor, Malaysia Abstract This paper attempts to provide and insight into the modernization of Malay food ingredients within Malay communities. Its approach is sociological, using qualitative method of interview and observation, inquiring into the usage of modern food ingredients in the preparation of Malay dishes. Focusing on a small group of consumers in Puncak Alam, Selangor, the findings indicate that the motivation behind choosing modern food ingredients is to save cooking preparation time while improving nutrient intakes. © 2016. The Authors. Published for AMER ABRA by e-International Publishing House, Ltd., UK. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/). Peer–review under responsibility of AMER (Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers), ABRA (Association of Behavioural Researchers on Asians) and cE-Bs (Centre for Environment-Behaviour Studies), Faculty of Architecture, Planning & Surveying, Universiti Teknologi MARA, Malaysia. Keywords: modernizations; traditional food; Malay food; food ingredients 1. Introduction Modernization is a universal phenomenon and closely associated with globalization and industrialization. It has influenced and altered every facet of human life from traditions, rituals, norms, and daily activities.
    [Show full text]
  • Food Menu Dapur 2019.09
    BREAKFAST MENU ALL DAY MENU ALL DAY MENU Served until 11am Main Course Dishes Comfort on a plate Continental Breakfast £7.50 Beef rendang £12.50 Soto Ayam Tanjung Puteri £10.50 A selection of bread, pastries and viennoiserie with a selection of jam and Slow cooked beef in a myriad of spices, infused with aromatics, Nasi Impit (compressed rice cubes) OR Bihun (rice vermicelli) in hearty, spiced spread. Unlimited amount of orange juice, tea & coffee enriched with creamy coconut milk and kerisik chicken broth served with shredded chicken, begedil, beansprouts, spring onion and fried shallots. Accompanied by fiery sambal kicap (soy sauce with chilli) on the side) Full Halal English Breakfast £10.90 Ayam Goreng Bawang Putih £9.00 Perfectly British, and HALAL. 2 rashers of turkey bacon, 2 sausages, a fried Chicken marinade in garlic and deep fried egg, 2 hash browns, beans, tomatoes and toasts. Bihun Sup Brisket £9.50 Bihun (rice vermicelli) soaked in beef broth laden with tender brisket slices, Seabass Tanjung Tualang £13.50 home made beef balls, garnished with choi sum, tofu pieces, fried shallot and Fried seabass doused in our homemade special sauce home made chilli oil. Sambal udang petai £11.50 Kari Laksa Majidee £10.50 Prawn sambal with stinky beans Mee/Bihun in our kari laksa broth served with puffed tofu, fishballs, chicken, ALL DAY MENU green beans, stuffed chilli and our home made chili sambal Broccoli Berlada [v] £6.50 Broccoli stir fried with garlic and chilli. Nasi Lemak Dapur £12.50 Starters Fluffy and creamy coconut rice infused with fragrant pandan leaves served with ayam goreng, beef rendang, sambal, boiled egg, cucumber slices, Beans and Taugeh goreng kicap [v] £6.50 fried peanuts and anchovies.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Melaka Asam Pedas) Country Malaysia
    Name Date of registration: Asam Pedas Melaka 31/03/2015 (Melaka Asam Pedas) Country Malaysia Source: MyIPO Main characteristics/features Geographical area Melaka Asam Pedas is a sauce-based dish that is a mix of sour and Melaka Asam Pedas is found throughout the state of Melaka, spicy flavours. Varieties of fish such as Sea catfish, Indian mackerel, which comprises three districts and four local authorities. Short mackerel and Long tail shad are the usual main ingredient of this dish, although chicken or beef may also be used. In Melaka’s rich cultural history, its port was once renowned as a stopping-off place for ships, particularly spice traders, which was one of the contributing factors to the creation of the recipe of Melaka Asam Pedas. Production/processing Link between product and territory The dish is prepared using dried chillies, shallots, garlic, ginger, Asam Pedas is one of the signature dishes of the state of Melaka. shrimp paste, lemongrass and galangal. The ingredients are Compared to versions of the dish from other states, Melaka Asam ground, pounded to a paste and then fried until a fragrant aroma is Pedas has a thicker sauce due to a more abundant use of spices released and the paste starts to dry. Tamarind juice is then added to such as cumin, black pepper, or fenugreek. The addition of the ingredients. The fish or chicken is subsequently added and the Kerisik, or toasted grated coconut, also contributes to make the mixture is brought to the boil, following which lemongrass, sauce thicker. Melaka Asam Pedas tends to have a stronger candlenut, tamarind or lime leaves are added.
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • The Globalization of Chinese Food ANTHROPOLOGY of ASIA SERIES Series Editor: Grant Evans, University Ofhong Kong
    The Globalization of Chinese Food ANTHROPOLOGY OF ASIA SERIES Series Editor: Grant Evans, University ofHong Kong Asia today is one ofthe most dynamic regions ofthe world. The previously predominant image of 'timeless peasants' has given way to the image of fast-paced business people, mass consumerism and high-rise urban conglomerations. Yet much discourse remains entrenched in the polarities of 'East vs. West', 'Tradition vs. Change'. This series hopes to provide a forum for anthropological studies which break with such polarities. It will publish titles dealing with cosmopolitanism, cultural identity, representa­ tions, arts and performance. The complexities of urban Asia, its elites, its political rituals, and its families will also be explored. Dangerous Blood, Refined Souls Death Rituals among the Chinese in Singapore Tong Chee Kiong Folk Art Potters ofJapan Beyond an Anthropology of Aesthetics Brian Moeran Hong Kong The Anthropology of a Chinese Metropolis Edited by Grant Evans and Maria Tam Anthropology and Colonialism in Asia and Oceania Jan van Bremen and Akitoshi Shimizu Japanese Bosses, Chinese Workers Power and Control in a Hong Kong Megastore WOng Heung wah The Legend ofthe Golden Boat Regulation, Trade and Traders in the Borderlands of Laos, Thailand, China and Burma Andrew walker Cultural Crisis and Social Memory Politics of the Past in the Thai World Edited by Shigeharu Tanabe and Charles R Keyes The Globalization of Chinese Food Edited by David Y. H. Wu and Sidney C. H. Cheung The Globalization of Chinese Food Edited by David Y. H. Wu and Sidney C. H. Cheung UNIVERSITY OF HAWAI'I PRESS HONOLULU Editorial Matter © 2002 David Y.
    [Show full text]
  • L'artillerie Légère Nousantarienne. a Propos De Six Canons Conservés Dans Des Collections Portugaises Pierre-Yves Manguin
    L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. Arts Asiatiques, École française d’Extrême-Orient, 1976, 32 (1), pp.233 - 268. 10.3406/arasi.1976.1103. halshs-02509117 HAL Id: halshs-02509117 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02509117 Submitted on 16 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Arts asiatiques L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin Citer ce document / Cite this document : Manguin Pierre-Yves. L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. In: Arts asiatiques, tome 32, 1976. pp. 233-268; doi : https://doi.org/10.3406/arasi.1976.1103 https://www.persee.fr/doc/arasi_0004-3958_1976_num_32_1_1103 Fichier pdf généré le 20/04/2018 L'ARTILLERIE LÉGÈRE NOUSANTARIEME A PROPOS DE SIX CANONS CONSERVÉS DANS DES COLLECTIONS PORTUGAISES > par Pierre-Yves MANGVIN Lors d'une visite à Macao en 1973, j'eus la surprise de découvrir dans une salle du Musée Luis de Gamôes un très beau spécimen de canon (pièce F).
    [Show full text]
  • Food Menu Dapur
    BREAKFAST LUNCH AND DINNER Served until 11am Starters Comfort on a Plate Keropok £3.00 Roti canai £5.00 Soto Ayam Tanjung Puteri £10.50 Prawn / Fish crackers 2 pieces of Malaysian flat bread served with dhal Nasi Impit (compressed rice cubes) OR Bihun (rice vermicelli) in hearty, spiced chicken broth served with shredded chicken, begedil, beansprouts, spring onion and fried shallots. Accompanied by fiery sambal kicap (soy sauce with Roti canai with dhal (v) £5.00 Satay £8.50 chilli) on the side) 2 pieces of Malaysian flat bread served with dhal Skewers of succulent chicken satay served with achar, rice cubes, cucumber & onion chunks served with peanut sauce Bihun Sup Brisket £9.50 Lontong Muo with chicken satay £7.50 Tahu Begedil £6.50 Bihun (rice vermicelli) soaked in beef broth laden with tender brisket slices, A regional favourite in Muar, a Royal town in the state of Johore. Rice cubes home made beef balls, garnished with choi sum, tofu pieces, fried shallot and immersed in a creamy coconut broth laden with vegetables, and served with Deep fried tofu stuffed with potato and minced chicken and served with home made chilli oil. sambal and peanut sauce. 3 skewers of chicken satay served on the side. our fiery sambal kicap [v] Vegetarian optional available [v] Vegetarian option available Kari Laksa Majidee £9.50 Sotong goreng tepung £7.50 Mee/Bihun in our kari laksa broth served with puffed tofu, fishballs, chicken, Kacang Pol Larkin £7.50 Squid coated in light batter, deep fried and served with our homemade chilli dip green beans, stuffed chilli and our home made chili sambal Slow cooked fava beans with spices, mince beef served with toasted pitta, topped with fried egg and a garnish of diced tomatoes, onions, chillies and coriander.
    [Show full text]
  • NL-ARMS O;Cer Education
    NL-ARMS Netherlands Annual Review of Military Studies 2003 O;cer Education The Road to Athens! Harry Kirkels Wim Klinkert René Moelker (eds.) The cover image of this edition of NL-ARMS is a photograph of a fragment of the uni- que ‘eye tiles’, discovered during a restoration of the Castle of Breda, the home of the RNLMA. They are thought to have constituted the entire floor space of the Grand North Gallery in the Palace of Henry III (1483-1538). They are attributed to the famous Antwerp artist Guido de Savino (?-1541). The eyes are believed to symbolize vigilance and just government. NL-Arms is published under the auspices of the Dean of the Royal Netherlands Military Academy (RNLMA (KMA)). For more information about NL-ARMS and/or additional copies contact the editors, or the Academy Research Centre of the RNLMA (KMA), at adress below: Royal Netherlands Military Academy (KMA) - Academy Research Centre P.O. Box 90.002 4800 PA Breda Phone: +31 76 527 3319 Fax: +31 76 527 3322 NL-ARMS 1997 The Bosnian Experience J.L.M. Soeters, J.H. Rovers [eds.] 1998 The Commander’s Responsibility in Difficult Circumstances A.L.W. Vogelaar, K.F. Muusse, J.H. Rovers [eds.] 1999 Information Operations J.M.J. Bosch, H.A.M. Luiijf, A.R. Mollema [eds.] 2000 Information in Context H.P.M. Jägers, H.F.M. Kirkels, M.V. Metselaar, G.C.A. Steenbakkers [eds.] 2001 Issued together with Volume 2000 2002 Civil-Military Cooperation: A Marriage of Reason M.T.I. Bollen, R.V.
    [Show full text]
  • LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
    LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah direktorat jenderal pemasaran pariwisata kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif KATA PENGANTAR Dalam rangka transparansi atas kepada masyarakat membantu perwujudan pencapaian visi dan misi yang telah good corporate governance. Sedangkan dari dilaksanakan, Direktorat Jenderal Pemasaran fungsi pemacu peningkatan kinerja, laporan ini Pariwisata sebagai pelaksana tugas Menteri membantu internal Direktorat Jenderal Pariwisata di bidang pemasaran membuat Pemasaran Pariwisata melaksanakan self laporan sebagai pertanggungjawaban tertulis assesment atas kinerjanya selama ini guna berupa LAKIP (Laporan Akuntabillitas Kinerja perbaikan di masa mendatang. Instansi Pemerintah). LAKIP Direktorat Visi Direktorat Jenderal Pemasaran Jenderal Pemasaran Pariwisata disusun Pariwisata untuk “Terwujudnya Pemasaran berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun Pariwisata Yang Efisien dan Efektif Untuk 1999 tentang Akuntabilitas Instansi Mendukung Citra Indonesia” harus mampu Pemerintah (AKIP) serta mengacu pada dipahami oleh seluruh pegawai di lingkungan pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Dalam visi tersebut terkandung makna bahwa Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 beban yang diemban merupakan tantangan Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan yang harus ditaklukan demi terwujudnya Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas profesionalisme, kredibilitas, tranparansi, dan Kinerja Instansi Pemerintah. akuntabilitas.
    [Show full text]
  • REPO-16033480687958244.Pdf
    1 EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI OLEH DR. A. A. GDE PUTRA PEMAYUN, M.Si UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR 2018 2 KATA PENGANTAR Industri pariwisata sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara. Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks. Quick Yielding Industry berarti cepat menghasilkan. Dengan pengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank. Dalam industri pariwisata di Bali berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tersebut, bertugas mengatur dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainability tourism). Kepariwisataan yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Permintaan dalam industri pariwisata yakni banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang.
    [Show full text]
  • Pengetahuan Seni Teater Bali
    PENGETAHUAN SENI TEATER BALI Penulis: Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd I Kadek Widnyana,SSP.,M.Si Ni Luh Armini. S.Pd Ni Nyoman Sukasih. S.Pd Dra Ni Nyoman Suci������, M.Pd PENGETAHUAN SENI TEATER BALI Penulis : Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd I Kadek Widnyana,SSP.,M.Si Ni Luh Armini. S.Pd Ni Nyoman Sukasih. S.Pd Dra Ni Nyoman Suci������, M.Pd Tata letak : SutaGiri Penerbit : PT. Empat Warna Komunikasi Jl. Pluto No. 2 Denpasar 80113 - Bali Telp. 62-361-232172, 263804, Fax. 62-361-233896 E-mail : [email protected] Cetakan Pertama : Mei 2011 xi + 188 hlm : 14.5 x 21 cm ISBN : 978-979-1108-41-6 Hak Cipta pada Penulis, Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang : Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Telah dikoreksi oleh Penyusun/Penulis, Isi diluar tanggungjawab Penerbit/Percetakan ii Pengetahuan Seni Teater Bali Kata Pengantar Om Swastiastu, Segenap puja dan puji dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir dan bathin kepada Tim Penyusun sehingga buku ini dapat tersusun dan terbit tepat pada waktunya. Buku ini diberi judul Pengetahuan Seni Teater, pada dasarnya disusun dan diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan para guru seni dan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang sedang mempelajari mata pelajaran seni budaya khususnya seni teater. Dari hasil diskusi antara dosen teater Institut Seni Indonesia Denpasar dengan guru-guru seni teater di Bali, disepekati untuk menyusun sebuah buku yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran seni tari. Tim Penyusun telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyajikan karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran buku ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan.
    [Show full text]