LAKON SUMATRA UTARA, TINJAUAN SINTAKTIKA

NORTH SUMATRA BANGSAWAN LAKON, SYNTAKTIKA REVIEW

Suyadi Balai Bahasa Sumatra Utara Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7 Medan Estate [email protected]

Naskah diterima tanggal 22 Juni 2019 Naskah direvisi terakhir tanggal 6 Desember 2019

Abstract The performance of drama bangsawan not only carries social, economic, and political missions. The role of drama bangsawan is increasingly important and strategic in organizing the life of the nation, state, and society. In addition to playing a role to explore the cultural and artistic values that we have, royal drama can also play a role in encouraging the realization of complete human development, which also means not only teaching material/physical, but also very useful to order the mental and spiritual of every human being. This paper presents the syntactic aspects of the drama bangsawan in North Sumatra. The syntactic aspect which is part of Charles Morris's semiotic theory explores the nature and pattern of stories of aristocratic plays. This review succeeded in discovering the existence of the aristocratic theater in North Sumatra and its shape patterns. This folk theater originally took place among the aristocrats in the Serdang Sultanate and eventually became the property of most people. The aristocratic form or concept of the show was maintained even though it was no longer played at the Palace, as the palaces in the former North Sumatra Residency after the Social Revolution collapsed. This theater should be inherited as a non-fine cultural form belonging to North Sumatra. Keywords: drama bangsawan, syntactic aspects, history, channeling patterns

Abstrak Pergelaran drama bangsawan bukan saja membawa misi sosial, ekonomi, dan politik. Peranan drama bangsawan semakin penting dan strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Di samping berperan untuk menggali nilai-nilai seni budaya yang kita miliki, drama bangsawan juga dapat berperan mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya, yang berarti juga tidak hanya mengajar materi/fisik, akan tetapi juga sangat bermanfaat untuk menempah mental spiritual setiap insan. Tulisan ini mengemukakan aspek sintaktika dalam drama bangsawan di Sumatra Utara. Aspek sintaktika yang merupakan bagian dari teori semiotika Charles Morris ini mengetengahkan hakikat dan pola cerita lakon bangsawan. Tinjauan ini berhasil menemukan keberadaan teater bangsawan di Sumatra Utara beserta pola bentuknya. Teater rakyat ini semula terjadi di kalangan bangsawan di Kesultanan Serdang dan akhirnya menjadi milik rakyat kebanyakan. Bentuk atau konsep kebangsawanan pertunjukan dipertahankan walau tidak lagi dimainkan di Istana, seiring runtuhnya istana-istana di bekas Keresidenan Sumatra Utara pasca-Revolusi Sosial. Teater ini patut diwarisi sebagai bentuk budaya nonbenda milik Sumatra Utara. Kata kunci: drama bangsawan, aspek sintaktika, sejarah, pola pengaluran

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

PENDAHULUAN Patah Tumbuh Hilang Berganti, Tak Melayu Pergelaran seni teater merupakan satu Hilang di Bumi”. ajang bagi para seniman penggiat teater, untuk Petuah yang disampaikan Laksamana lebih termotivasi dalam berkarya serta Hang Tuah tersebut mengandung makna mengekspresikan kemampuan seni panggung teramat dalam, yang memiliki nilai-nilai luhur secara profesional. Pergelaran teater akan sebagai jati dirinya, yang dapat mengangkat dapat menggali berbagai nilai seni dan harkat dan martabat serta marwah nusa dan budaya, terutama dalam bidang seni pentas bangsa. Oleh karena itu, kita semua tradisional, yang pada akhirnya tentu akan berkewajiban untuk terus memperkaya memperkaya khasanah seni budaya khasanah budaya Nusantara, melalui berbagai Nusantara, sehingga budaya Nusantara akan kegiatan. Dengan demikian, budaya menjadi tuan di rumahnya sendiri. berkesenian tersebut tidak lekang dan tidak Selain itu, pergelaran seni teater hilang ditelan zaman. merupakan satu ajang bagi para seniman Untuk itu, melalui pergelaran teater penggiat teater, untuk lebih termotivasi dalam diharapkan dapat menjadi salah satu upaya berkarya serta mengekspresikan kemampuan dan langkah penting dan strategis, di dalam seni panggung secara profesional. Juga, upaya melestarikan budaya Nusantara. dimaksudkan agar para pelaku seni teater Kemudian generasi sekarang dan mendatang, dapat memiliki ruang yang bebas, sehingga dapat pula diharapkan sebagai estafet dan para penggiat seni teater dapat memberikan pewaris bagi kelangsungan dan kelestarian kritik, saran yang konstruktif, serta solusi bagi budaya Nusantara. Di era globalisasi ini, pelaksana pembangunan, yang tengah ketika budaya asing dalam bentuk dilaksanakan maupun yang akan berkesenian, yang sangat banyak corak dan dilaksanakan. Para pengambil kebijakan jenis keseniannya itu, sebut saja yang datang pembangunan pun diharapkan dapat dari luar (Eropa, Italy, Amerika, Jepang dan menerima masukan dari kritik dan saran yang Cina), tentu akan menjadi tantangan besar dan diberikan setiap pergelaran teater. mengancam mengintervensi budaya Dengan demikian akan terjadi Nusantara (berkesenian kita), sehingga keseimbangan dan keselarasan antara nilai- budaya Nusantara tersebut akan tenggelam nilai berkesenian serta keharmonisan dalam oleh budaya asing. kehidupan umat manusia. Berkaitan itu, para Apabila para pelaku seni dan budaya seniman, khususnya seni teater, diharapkan Nusantara tersebut senantiasa memiliki agar dapat selalu meningkatkan apresiasi dan kreativitas, dan mendorong apresiasi kreativitas seninya, terutama yang masyarakat, maka kondisi sebagaimana bersendikan nilai-nilai seni budaya Nusantara. tersebut di atas, tidak akan dapat terwujud dan Seni budaya Nusantara ini sebenarnya sangat terjadi. Di sinilah letak peranan para seniman, kaya terdapat di negeri ini sebagaimana budayawan, serta sastrawan Nusantara terlihat dari kesenian rakyat tradisional di tersebut. Para seniman dan budayawan kampung-kampung. diharapkan terus bekerja dan berkreativitas, Memperluas dan mendorong agar sehingga kesenian, termasuk seni teater, dapat masyarakat dapat mengembangkan Seni berkembang dan bernilai jual, sehingga benar- Budaya/Kesenian, termasuk seni teater dan benar dapat diminati oleh masyarakat, baik cerita rakyat, dengan memberikan inspirasi domestik maupun mancanegara. dan kegairahan kepada masyarakat untuk Namun tidak dapat pula kita mungkiri, membangun dunia berkesenian, adalah sesuai nilai-nilai dasar budaya Nusantara tersebut, filosofis yang disampaikan leluhur bangsa mengandung pula unsur keterbukaan. Budaya Melayu pada 500 tahun silam, yakni Nusantara sangat terbuka terhadap budaya apa Laksamana Hang Tuah, yang saja di muka bumi ini. Keterbukaan budaya mengungkapkan suatu petuah “Tuah Sakti Nusantara tersebut tercermin dalam fakta Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, sejarah, misalnya semasa Portugis berdagang

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 ke Malaka di Zaman Kesultanan Malaka dapat pendekatan di bidang seni teater di . diterima dengan baik. Tidak bisa dimungkiri bahwa semiotika Untuk itu, kita perlu mencermati nilai- dengan puluhan aliran yang ada memang nilai yang baik dan positif dapat diterima, bukan pendekatan yang baru. Akan tetapi ia yakni yang sesuai dengan budaya kita. Tentu belum lama dikenal oleh mereka yang tidak sampai menghilangkan ciri khas dan jati berkecimpung dalam bidang seni. diri berkesenian kita. Seperti menghidupkan Sebaliknya, peminat bahasa dan sastra seni Teater Bangsawan, drama klasik, drama semiotika telah mengenal sejak tahun 70-an. tradisional, atau Teater modern yang Minat terhadap semiotika nyaris tak pernah terkandung di dalamnya harus mencerminkan berhenti begitu Teeuw memerkenalkan budaya Nusantara. pemikiran semiotika bahasa dan sastra dari Berkaitan itu pula, penulis tertarik Rolland Barthes, Maria Kristeva, Ferdinan de melakukan kajian aspek sintaktika dalam Saussure, Terence Hawkes, Charles Sanders lakon bangsawan di Provinsi Sumatra Utara. Pierce dan lain-lain pada akhir 1970-an dan Bagaimanakah aspek sintaktika drama awal 1980-an. bangsawan di Sumatra Utara ini? Akhir-akhir ini buku-buku semiotika Penelitian ini memberi manfaat dalam dari Rolland Barthes banyak diterjemahkan ke pembinaan dan pelindungan kebudayaan dalam Bahasa Indonesia. Persoalannya, Indonesia dengan asumsi Teater Bangsawan semiotika yang kebanyakan dikenal menggunakan bahasa Indonesia dialek masyarakat adalah semiotika sastra. Padahal Melayu sehingga perlu dilindungi dan ranah yang dimasuki semiotika telah dilestarikan. Teater Bangsawan demikian luas dan tidak sesederhana definisi mencerminkan kebudayaan asli Indonesia di semiotika itu sendiri, yakni sebagai ilmu Sumatra Utara sehingga perlu dibina dan tentang tanda, sistem tanda, dan proses dilindungi supaya tidak punah. Teater penandaan. bangsawan ini adalah ikon Sumatra Utara, Definisi yang sederhana itu menjadi sebagaimana Makyong ikon Riau/Kepulauan kompleks ketika muncul tuntutan untuk Riau, Dulmuluk ikon Palembang, dan mendefinisikan apa yang disebut tanda. sebagainya. Sebagai suatu ikon, tentu saja Kesulitan membangun kesepakatan mengenai bentuk teater ini mewarisi adat dan budaya definisi tanda bisa mempersulit kesepakatan Melayu yang ada di Sumatra Utara. Melalui akan definisi semiotika. Ruang lingkup teater bangsawan ini kita bisa melihat semiotika demikian luas, ia tak dapat begitu perkembangan sosiologis masyarakat Melayu saja dipandang sebagai satu disiplin ilmu, dan Sumatra Utara. Generasi penerus Sumatra ia terlalu heterogen untuk direduksi ke suatu Utara perlu mengenali budaya asli daerahnya metode tertentu. sehingga bangga dan dapat mempertahankan Tidak berlebihan apabila Keir Elam identitas kulturnya pada masa-masa dalam ‘The Semiotics Theatre and Drama' mendatang. (1991) menyebut semiotika adalah suatu ilmu multidisipliner yang akurasi karakteristik- LANDASAN TEORI karakteristik metodologinya bervariasi dari Untuk membantu riset ini, penulis bidang satu ke bidang lain, namun semua itu menggunakan teori semiotik, mengingat dipersatukan oleh satu sasaran umum, yaitu masih minimnya teori-teori kajian di bidang pencapaian pemahaman yang lebih baik seni, khususnya teater. Selama ini teori-teori tentang ‘perilaku pengandung makna' kita pendekatan yang dipakai di bidang seni sendiri. apapun, termasuk seni rupa dan desain, hanya Setidaknya ada dua kemungkinan menggunakan pendekatan historis, faktor yang menyebabkan kesulitan itu antropologis, sosiologis, teks dan konteks. (Faruk, 1994). Pertama, objek semiotika, Melalui tinjauan semiotika, penulis berupa tanda, itu amat luas, terdiri satuan- berharap menambah kekayaan teori satuan realitas yang beraneka ragam, baik

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 bentuk, jenis, sifat maupun ruang lingkupnya. dari Pierce dan Saussure adalah tiadanya Kedua, karena keluasan itu, semiotika analisis struktur karya. Tidak bisa ditawar bersentuhan dengan banyak disiplin ilmu lain bahwa dalam analisis seni apapun seharusnya yang sudah mapan sehingga harus terus- dimulai dari analisis struktur baru dilanjutkan menerus mencoba menentukan batas-batas dengan analisis makna (semiotika). Ini dirinya, baik objeknya maupun cara kerjanya. berlaku tidak hanya untuk karya seni yang Hal tersebut juga bisa melahirkan mengandung tanda-tanda verbal tetapi juga disiplin berdiri sendiri. Misalnya, Winfried visual. Sebab bukankah setiap karya seni Noth yang menyusun Handbook of Semiotics memang terbangun unsur-unsur yang (1990) menyebut ada semiotika sastra, membentuk sebuah struktur. Makna setiap semiotika teater, semiotika matematika, unsur itu ditentukan oleh relasinya dengan semiotika arsitektur, semiotika agama, unsur lain. semiotika antropologi (kebudayaan), Adalah tidak tepat apabila dikatakan semiotika desain, semiotika seni lukis, semiotika hanya relevan untuk bidang kajian semiotika film (sinematografi), semiotika seni. Ia hanya dipakai sebagai pendekatan makanan, semiotika musik dll. untuk memaknai karya seni. Semiotika ibarat Masing-masing disiplin semiotika keping mata uang. Semiotika memiliki dua tersebut berkembang dalam aliran-aliran yang kegunaan sekaligus. Semiotika bermanfaat berbeda dan kompleks. Orang tidak bisa untuk kajian sekaligus penciptaan seni. Dalam menyebut semiotika dengan batasan yang bidang penciptaan seni, apabila seorang baku, kecuali mengatakan ‘semiotika menurut kreator memiliki kesadaran semiotika, maka versi dan aliran siapa'. Sekadar contoh, dalam simbol-simbol yang ia ciptakan niscaya semiotika teater ada versi Keir Alam, Tadeusz terhierarki dengan baik, tanda-tanda yang Kowzan, Erika Fischer Lichte, Elain Aston & diciptakan lebih komunikatif, dan pesan- George Savona dll yang masing-masing pesan simbolik yang disampaikan lebih dapat memiliki karakter dan kecenderungan yang dipertanggungjawabkan. berbeda-beda. Riset ini dilaksanakan dengan metode Seperti dituturkan Wifried Noth via kualitatif, dengan melihat fakta-fakta di Sahid (2008), semiotika telah merambah ke lapangan yang ada, kemudian fakta tersebut semua bidang seni seperti teater, musik, film, diuji dengan alat uji yaitu teori, dalam konteks tari, seni rupa dll. Persoalannya, tidak semua deskripsi artistik teater bangsawan yaitu akademisi seni tertarik mengaji teori-teori semiotika. Fakta tersebut dipilah sesuai tersebut untuk mengembangkan dunia dengan yang dibutuhkan menjadi data yang keilmuan bidang seni. Padahal karya seni dianalisis dan diujikan dengan alat uji teori. apapun sesungguhnya merupakan Dari banyaknya teori semiotika dalam sekumpulan utuh tentang tanda-tanda. Jadi, pengkajian sastra dan seni pertunjukan, tak ada karya seni tanpa tanda di dalamnya. penulis menggunakan tinjauan semiotik dan Ketika mereka mencoba mengkaji teori-teori pendukungnya dari Charles Morris. karya seni secara semiotika, maka yang Teori Morris ini mengetengahkan tiga aspek dirujuk selalu Pierce dengan struktur tanda penelitian, yaitu: 1) Aspek Sintaktika, yang triadik (ikon, indeks, simbol) dan berisikan deskripsi tentang teater Bangsawan Saussure dengan konsep tanda diadiknya, serta pengaluran dan alur dalam teater yakni penanda dan petanda. Padahal dari Bangsawa; 2) Aspek Semantika, berisikan konsep Pierce dan Saussure telah berkembang deskripsi tokoh, ruang, dan waktu; 3) Aspek ke berbagai ranah termasuk seni. Dalam Pragmatika, berisikan deskripsi teater berbagai bidang seni itu pun memiliki Bangsawan sebagai teks verbal dan perkembangannya sendiri yang berbeda satu nonverbal, teater Bangsawan sebagai teks sama lain. pertunjukan, teater Bangsawan sebagai Kesalahan yang terjadi dalam kajian pengujaran ganda, kesan makna ganda, dan semiotika terhadap seni kalau hanya bertolak sudut pandang dalam teater Bangsawan.

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

Phusi Indra Bangsawan di Penang, Malaysia. Dia lalu menyebar ke Semenanjung Malaysia dan Kesultanan Melayu di Sumatra Utara, Riau, dan Kalimantan. Namanya berbeda- beda. Di Pulau Natuna disebut mendu dan di Pulau Anambas disebut gobang. Pertunjukannya diiringi lagu-lagu dan tari ; lagu stambul dua serta stambul opera. Cerita yang dimainkan bermacam-macam, seperti Kisah 1001 Malam, cerita rakyat, dan hikayat Melayu, serta dongeng India dan Gambar 1: Satu Adegan Teater Bangsawam Cina. Teater Bangsawan ini mendapat PEMBAHASAN tempat di hati penonton terbesar di Sumatra 1. Tentang Teater Bangsawan Utara dan Malaysia. Meski gagal menembus Tidak banyak pakar di Indonesia yang penonton di Pulau Jawa, teater bangsawan mengupas masalah teater bangsawan. Buku- terus berkembang di Sumatra Utara dan buku teater yang terbit hanya sebagian kecil Malaysia. Bahkan untuk mempertahankan menyinggung teater bangsawan. Padahal, hidupnya sekarang, generasi penerus teater teater bangsawan ini merupakan pertunjukan bangsawan melakukan beragam penyesuaian. khusus yang ada di Sumatera Utara. Akulturasi budaya tidak terelakkan karena Ketiadaan referensi pendukung ataupun jarak tuntutan zaman. Teater bangsawan ini pun geografis para penulis buku – rata-rata mengalami penyesuaian bentuk dari semula penulisnya berasal dari pulau Jawa – mungkin berbentuk drama bangsawan ataupun opera mengakibatkan langkanya penulisan tentang bangsawan menjadi komedi bangsawan. teater bangsawan ini. Bahkan, Boen S. Komedi bangsawan inilah yang sepertinya Oemarjati yang menulis sejarah teater di ditiru oleh Humor, Indonesia melalui bukunya yang terkenal, Glamour, dan sebagainya. Bentuk Lakon dan Teater Indonesia, sama sekali tidak menyinggung teater bangsawan. 1) Pengertian Teater Bangsawan Padahal, teater bangsawan inilah yang jadi Sebagaimana namanya yakni “teater pijakan awal teater modern di Indonesia bangsawan”, teater bangsawan ini sengaja sebagaimana dikatakan Jacob Sumardjo: dimainkan oleh kalangan bangsawan ataupun “Dalam buku Boen S. Oemarjati pejabat istana. Ceritanya tentang seluk beluk dinyatakan bahwa teater tertua kita dan perjalanan orang-orang istana. dimulai oleh Komedi Stamboel pada Penontonnya tentunya juga kalangan tahun 1891. Kenyataan ini harus bangsawan dan istana. ditambah dengan keterangan bahwa Teater bangsawan yang dahulunya istilah “stamboel” sendiri baru muncul bernama bangsawan ataupun opera setelah adanya rombongan- bangsawan, menurut Umry dan kawan-kawan rombongan teater yang biasa disebut (1997), adalah suatu bentuk pertunjukan “bangsawan”. Dan asal usul teater ini sandiwara pada masa lalu yang khusus ternyata dari Penang, Malaysia.” dipentaskan di hadapan para raja, permaisuri, (Sumardjo, 1992: 102). dan keluarga kerajaan lainnya. Di samping itu, para penontonnya juga terdiri atas para Drama bangsawan mulanya bernama bangsawan yang khusus diundang oleh raja parsi, karena dibawa orang Parsi di untuk menonton pertunjukan tersebut. Itulah India ke Penang pada 1870-an. Drama ini makanya drama ini disebut dengan diperkenalkan oleh Abu Muhammad Adnan, “sandiwara bangsawan” ataupun opera yang berjuluk Mamak Phusi, dari Sanggar

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 bangsawan, drama bangsawan, dan teater selang waktu untuk menceritakan apa yang bangsawan (hlm. 1). akan terjadi pada adegan berikutnya. Jadi, Penamaan Bangsawan itu sendiri, semacam pengantar agar para penonton untuk pertama kalinya, konon diberikan oleh mengetahui apa yang akan disajikan adegan Abu Muhammad Adnan, yang sering disebut berikutnya. juga dengan Mamak Phusi, kepada Pemain (pelakon) seni pertunjukan ini perkumpulan yang didirikannya. Lengkapnya terdiri atas: Sri Panggung dan anak muda yang adalah Phusi Indra Bangsawan of Penang. merupakan tokoh utama, raja, seorang Jenis seni pertunjukan tradisional yang berupa khadam, dan beberapa peran pembantu raja, komedi stambul dengan cerita seputar menteri, hulubalang, inang-dayang, dan kehidupan istana ini juga dikenal dengan pengukuh lakon lainnya. Jadi, jumlahnya jika nama Wayang Bangsawan atau Indra ditambah dengan pemain musik kurang lebih Bangsawan. 20 sampai dengan 25 orang. Seni pertunjukan yang disebut sebagai Durasi pementasannya bergantung Bangsawan ini adalah kesenian yang pada cerita dan waktu yang tersedia. menggabungkan musik, lagu, tari, dan laga. Sedangkan waktu pementasannya pada Peralatan musik yang mengiringi malam hari. Pada mulanya seni pertunjukan pementasannya terdiri atas: biola, akordion, ini tampil dalam rangka mengisi acara-acara gendang, gong, harmonium, dan tambur. upacara lingkaran hidup individu (khitanan Sesuai dengan namanya, yaitu Bangsawan, dan perkawinan), hari-hari besar agama Islam, kostum yang digunakan adalah tata rias yang dan hari-hari nasional seperti peringatan hari menyerupai orang-orang di kalangan kemerdekaan Indonesia, serta peringatan- Bangsawan. Sedangkan, perlengkapan peringatan lainnya. Namun, dewasa ini hanya pendukungnya menyesuaikan dengan cerita terbatas pada hari kemerdekaan saja, itu pun yang ditampilkan, karena patokan yang tidak selalu. Dengan kata lain, bergantung khusus tidak ada. pada pemerintah daerah setempat, baik di Adapun urut-urutan pementasannya kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. adalah sebagai berikut: (1) pentas dibuka Berbeda dengan seni pertunjukan dengan lagu-lagu dan tarian pembuka yang modern, seni pertunjukan ini tidak mengisahkan cerita yang akan dimainkan. memerlukan sutradara, walaupun setiap group Sebagai catatan, setiap kelompok biasanya mempunyai seorang pemimpin. Satu hal yang mempunyai lagu pembuka tersendiri yang mesti ada (terbuat) adalah tempat para pemain sekaligus menjadi ciri khasnya; (2) peralihan berlaga (panggung). Panggung sebuah dari satu adegan ke adegan berikutnya diikuti pementasan yang disebut sebagai Bangsawan dengan pergantian layar; terkadang diselingi ini dilengkapi dengan layar berlapis yang dengan lagu atau nyanyian yang berisi ceritera disebut dengan layar stret. Layar-layar yang akan dimainkan pada adegan berikutnya; tersebut dibubuhi dengan lukisan istana, dan (3) pentas ditutup dengan lagu dan tarian taman, hutan (pemandangan alam) dan lain penutup. sebagainya. Maksudnya untuk Ketika seni pertunjukan ini sedang menggambarkan situasi dan kondisi tempat berlangsung, maka lagu-lagu yang atau latar sebuah dialog atau perseteruan mengiringinya, di samping lagu-lagu yang terjadi. Jadi, jika suatu peristiwa terjadi di sering dinyanyikan dalam joged atau tarian istana, maka layar yang ditampilkan adalah Zapin, adalah lagu-lagu Stambul Dua, yang berlukisan istana, dan seterusnya. Stambul Opera, dan Dendang Sayang. Ada beberapa istilah yang ditujukan Sedangkan, cerita yang dimainkan antara lain: kepada bentuk seni pertunjukan bangsawan 1001 Malam, Rakyat Melayu, Dongeng India ini, yaitu sandiwara, drama, tonil, opera, dan Cina, dan Hikayat Melayu. Setiap cerita komedi, dan teater. Penelitian ini sendiri terbagi dalam beberapa babak atau adegan. menggunakan istilah teater bangsawan. Istilah Dan, setiap adegan diselingi dengan sret atau teater penulis gunakan dalam penelitian ini

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 karena pertunjukan bangsawan memiliki melalui cerita yang hanya dimengerti oleh berbagai genre seni pertunjukan, yakni seni kaum pribumi saja, sementara sang penjajah drama, seni sastra, seni tari, seni musik, dan Jepang tidak. Kelompok "Sandiwara Maya", seni rupa. Ini sebagaimana didefinisikan yang didirikan tahun 1944 oleh Usmar Ismail Brockett tentang teater. Menurut Brockett via dan kawan-kawan, semakin mempopulerkan San (2018), yang dimaksud dengan teater penggunaan istilah "sandiwara". ialah suatu seni pertunjukan yang Demikianlah cerita awalnya, mengandung tiga aspek, yaitu materi Sandiwara menjadi nama yang sangat meng- pertunjukan (cerita, di sini berlaku seni Indonesia. Ia, meninggalkan nama keluarga sastra), pertunjukan itu sendiri (tokoh, musik, "", maupun nama keluarga "Stamboel" tari, nyanyian, tata rupa panggung, rias, dan dan "Bangsawan". Adapun saudara- busana serta lampu), dan orang yang saudaranya segaris keturunan masih hidup di menyaksikan pertunjukan itu (penonton). beberapa daerah. Sekadar menyebutkan, Karena itu, istilah teater bangsawan pertunjukan "Mendu", masih hidup di lebih komplet ketimbang istilah lainnya. beberapa wilayah kepulauan Riau, di Dalam artian, di dalamnya berarti terdapat antaranya di Natuna. Pertunjukan bentuk sandiwara, opera, tonil, ataupun "Bangsawan", hidup di beberapa daerah di komedi. Pada awalnya, teater bangsawan ini Deli Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan dinamakan “sandiwara”. Istilah sandiwara Barat, dan Malaysia. Sementara pertunjukan mulai diciptakan Mangkunegara VII. "Abdoel Muluk", berkembang di Jambi, Kemudian dipopulerkan lagi oleh Ki Hajar Palembang dan Bengkulu. Dewantara (seorang ningrat yang lain) dalam Meskipun pada awalnya istilah gerakan Taman Siswanya. Dia pula, yang sandiwara bangsawan banyak digunakan memopulerkan arti kata sandiwara, yaitu dalam pertunjukan khas tradisi Melayu ini, sebagai sebuah "pengajaran rahasia". namun hingga saat ini publik lebih umum Sandiwara, menurut cerita Ki Hajar, berasal menggunakan nama teater bangsawan. dari bahasa Jawa: sandhi yang berarti Bahkan, menurut Sumardjo (1992), teater perlambang, dan wara yang berarti bangsawan merupakan perintis kepada pengajaran. Dalam Sandiwara, pengaruh- pertunjukan teater modern di Indonesia. pengaruh tertib panggung yang diperkenalkan Namun, teater bangsawan tidak melibatkan "Toneel", pengaruh pertunjukan populer ala penggunaan naskah sebagaimana teater "Komedi Stamboel", berpadu dengan pakem- modern. Para pemain hanya perlu menguasai pakem pertunjukan "", yang jalan cerita sahaja (hlm. 102). Cerita telah duluan tumbuh sebagai tradisi kaum bangsawan merupakan satu pertunjukan ningrat-pribumi. drama tradisi masyarakat agraris suku Melayu Istilah sandiwara, kemudian mulai yang berkisar tentang kisah-kisah raja-raja biasa digunakan untuk membedakan yang melibatkan alam kayangan dan nyata, pertunjukan yang menggunakan cerita umpamanya “Jula Juli Bintang Tujuh”. pribumi, sebagai lawan kata "toneel" yang Teater bangsawan ini pun jadi petanda berkonotasi kolonial dan "Stamboel" yang sekaligus penanda budaya agraris mesolitik di menceritakan cerita Timur-Tengah. Salah satu kalangan bangsa Melayu. Ia jadi ikon kelompok yang mulai menggunakan kata ini kesenian tradisi masyarakat Semenanjung sebagai nama kelompoknya adalah Melayu. Kebudayaan istana-sentris jadi ciri "Sandiwara Wargo", yang berpentas dengan khas seni pertunjukan ini. Meskipun para menggunakan bahasa Jawa. Sandiwara, pelaku kebanyakan bukan berasal dari semakin populer di zaman Jepang, ketika kalangan bangsawan, namun mereka bisa kesempatan untuk berkesenian, apalagi untuk hidup di antara kaum bangsawan. tujuan mengajari orang banyak dipersempit. 2) Lokasi Teater Bangsawan Sandiwara, menjadi cara untuk Teater bangsawan mulai dikenal pada menyampaikan pesan-pesan kebangsaan, jagat kebudayaan Nusantara di Pulau Pinang

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

(Penang), Malaysia. Konon, kesenian yang “Bamanda” atau “Mamanda” (Kalimantan bernama Bangsawan ini pada masa lalu Selatan); “Bakda Muluk” atau Dul Muluk” bernama Wayang Parsi, karena dibawa oleh dan “Bangsawan”” (Sumatra Selatan); orang-orang dari Tanah Persia. Namun Sinlirik (Sulawesi Selatan); “Tonil Sambrah” menurut Ediruslan dan Hasan Junus (t.t) via (Betawi); dan sebagainya. Simatupang (2008), kedatangan rombongan Di Provinsi Bengkulu, teater seniman Wayang Parsi ke Pulau Penang bangsawan ini mulai berkembang di daerah (1870) bukanlah dari Persia (Iran), melainkan Padang Ulang Tanding (Kabupaten Lebong). dari orang-orang Majusi yang melarikan diri Persisnya tidak diketahui apakah ada ke India karena tidak mau di-Islam-kan. pengaruh dari “Bangsawan” Sumatra Selatan Keturunan orang-orang Majusi yang banyak atau “Komedi Bangsawan” Riau. bermukim di Mumbay inilah yang akhirnya Bagaimana di Provinsi Sumatra membawa Wayang Parsi ke Pulau Penang. Utara? Kamus Besar Bahasa Indonesia Dari Penang, Wayang Parsi kemudian (KBBI) terbitan Balai Pustaka Departemen menyebar ke seluruh semenanjung Malaysia, Pendidikan Nasional (2005) secara tegas dan juga ke kesultanan-kesultanan Melayu di menyebutkan lokasi teater bangsawan adalah Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan di Sumatra Utara (hlm. 993). Menurut kamus Kalimantan Barat. ini, teater atau sandiwara bangsawan adalah Di Kepulauan Riau, teater Bangsawan sandiwara tradisional di Sumatra Utara yang diperkirakan mulai masuk ke Penyengat tahun memainkan cerita raja-raja menurut 1906. Dari Pulau Penyengat, akhirnya improvisasi dan tanpa naskah. Sebagaimana menyebar pula ke berbagai daerah di wilayah diketahui, pada abad ke-17 daerah-daerah Kepulauan Riau. Walaupun demikian, pantai Sumatra Utara (dahulu bernama menurut catatan Gufron (2010), kesenian ini Sumatra Timur) dihuni oleh orang Melayu, tidak tumbuh subur di Penyengat, tetapi justru meskipun karena merupakan daerah di tempat lain, seperti Daik-Lingga dan Dabo- perdagangan maka kota-kota di pantai Singkep. Malahan, sekarang seolah-olah yang tersebut juga dihuni oleh orang Batak-Karo, “memilikinya” adalah kedua masyarakat Arab, dan Cina. Orang-orang Melayu yang tersebut. Indikator ini terlihat dari setiap kali tinggal di sepanjang pantai Sumatra Utara ada penampilan Bangsawan, terutama di mempunyai hubungan sosio-kultural dengan ibukota Provinsi (Tanjungpinang), kalau tidak orang Melayu di semenanjung Malaya. Bangsawan dari Dabo-Singkep, adalah dari Mereka memakai bahasa yang sama, memiliki Daik-Lingga. Oleh karena itu, setiap orang legenda yang sama, dan bahkan para jika mendengar kata Bangsawan, maka bangsawannya menjalin hubungan kerabat seringkali yang terbayang dalam benaknya dan perkawinan. adalah dari kedua daerah tersebut. Kesultanan Deli memiliki hubungan Penamaan Bangsawan itu sendiri, dengan orang-orang Melayu di Penang, untuk pertama kalinya, konon diberikan oleh Malaysia Utara. Pada akhir abad ke-19 Abu Muhammad Adnan, yang sering disebut dilaporkan bahwa lagu-lagu dan lakon dari juga dengan Mamak Phusi, kepada Wayang Parsi sangat digemari penduduk perkumpulan yang didirikannya. Lengkapnya Penang, termasuk para bangsawannya. adalah Phusi Indra Bangsawan of Penang. Bahkan mereka mengembangkan Wayang Jenis seni pertunjukan tradisional yang berupa Parsi menjadi sejenis teater Melayu, yang di komedi stambul dengan cerita seputar kemudian hari dikenal dengan nama kehidupan istana ini juga dikenal dengan Bangsawan (Yassin, 1975; Tan, 1993; nama Wayang Bangsawan atau Indra Brandon, 1997). Rupanya Bangsawan begitu Bangsawan. populer di Penang, sehingga pada masa itu Panggung Bangsawan ini juga bermunculan grup-grup Bangsawan yang menyebar ke berbagai wilayah dengan disponsori oleh hartawan maupun para sebutan – nama (istilah) yang berbeda seperti aristokrat Penang. Dapat diperkirakan

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 maraknya teater Bangsawan di Penang pada pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful pergantian abad ke-19 dan 20 tersebut Alamsyah di Kerajaan Serdang (1881-1946), memberikan pengaruhnya pada kesenian keberadaan teater bangsawan tetap dipelihara orang Melayu di daerah pantai Sumatra Utara. melalui grup bangsawan yang diberi Mustapha Kamal Yassin (1975) via nama ”Sri Indera Ratu”. Kelompok yang Simatupang (2010) mencatat bahwa pada didirikan pada tahun 1850 (Umry, 1997) ini, masa itu Sultan Deli pernah mengundang grup tidak saja terkenal di Deliserdang, tetapi juga Bangsawan dari Penang pimpinan Mamat populer sampai ke Medan dan sekitarnya Mashor untuk bermain di istana kesultanan, (hlm. 3). dekat pusat kota Medan. Kehadiran Umry (ibid) juga mencatat, pada tahun rombongan Mamat Mashor diikuti dengan 1890 berdiri pula sebuah teater bangsawan dibentuknya kelompok Indera Bangsawan yang bernama ”Kris Opera Bangsawan” di yang disponsori oleh keluarga Kesultanan Tanjungbalai. Kelompok ini dibina oleh Deli. Langkah ini diikuti oleh para bangsawan Tengku Usman, saudara kandung Sultan Melayu di Langkat dan Deliserdang (saat Asahan di Tanjungbalai. belum pemekaran dengan Serdangbedagai). Juga dicatat oleh Yassin mengenai kesuksesan 3) Sejarah Teater Bangsawan lawatan kelompok Bangsawan pimpinan Bai Kassim di beberapa kota besar di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Sementara itu, Tan Sooi Beng (ibid) mencatat terbentuknya kelompok Bangsawan bernama Pushi Indera Bangsawan pada tahun 1885, milik seorang Persia bernama Mamak Pushi yang tinggal di Penang. Tan juga menulis bahwa suatu ketika Mamak Pushi membawa rombongannya berpentas ke Batavia, dan akhirnya ia menjual rombongan Bangsawan miliknya kepada seorang Turki yang tinggal di kota itu. Dari sini, teater bangsawan di Batavia berubah menjadi Komedi Stambul, karena tidak berterima pada Gambar 2: Teater bangsawan tempoe doeloe masyarakat Jawa. Konon, cerita tentang keradaan teater Popularitas jenis teater Melayu bangsawan ini dimulai dengan kedatangan bernama Bangsawan ini di Indonesia mampu sebuah rombongan pertunjukan dari India di bertahan cukup lama. Di tahun 1940-an Penang di sekitar tahun 1870-an. Masyarakat lahirlah kelompok teater bernama Ratoe Asia setempat menyebutnya "Wayang Parsi". di Padang. Kelompok ini seringkali Nama kelompok teater ini aslinya adalah mementaskan lakon-lakon Bangsawan serta "Mendu". Setelah bertahun-tahun di Penang, menyajikan lagu dan musik Melayu. Salah rombongan ini lalu kembali ke India dan seorang biduanitanya adalah Hasnah Thahar. menjual segala perlengkapan pertunjukannya Di Sumatra Utara, teater bangsawan pada seorang bernama Mohammad Pushi. berkembang pesat di Tanah Deli baik di Muhammad Pushi inilah yang kemudian Medan maupun Deliserdang. Di Medan, teater mendirikan sebuah kelompok bernama bangsawan populer karena Kesultanan Deli "Indera Bangsawan" di sekitar 1885-an. Cik sering memanggil kelompok Pushi Indera Tot adalah nama pemain perempuan yang jadi Bangsawan asal Malaysia manggung di Deli. primadona dalam pertunjukan-pertunjukan Hal sama dilakukan Kesultanan Serdang di "Indera Bangsawan" ini. Kelompok ini, tidak Perbaungan (sekarang masuk wilayah saja membuat pertunjukan di Penang, tapi Kabupaten Serdangbedagai). Pada masa bahkan sampai ke Sumatra dan Batavia.

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

Sebutan Indera Bangsawan itu semudian Keberadaan bentuk teater bangsawan menjadi lebih populer disebut sebagai di Indonesia, khususnya di Sumatra Utara "Bangsawan" saja. sebagai tempat pertama bermula teater Di Batavia, kelompok ini kemudian bangsawan di Indonesia, mengalami menjual semua peralatan pertunjukannya pergeseran sejak sesudah proklamasi pada seorang saudagar Turki bernama Jafar. kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agusus Jafar inilah yang mendirikan rombongan baru 1945. Sejumlah pemain teater bangsawan satu yang disebut oleh penduduk Batavia sebagai per satu mendirikan kelompok teater modern "Stamboel", dari perkataan Istamboel, dengan tema perjuangan. Tontonannya tidak yaitunya ibukota negara Turki. Disebut lagi disaksikan kalangan istana atau seperti itu, karena cerita-cerita yang mereka bangsawan. Apalagi sejak peristiwa Revolusi mainkan banyak diambil dari cerita Timur- Sosial 1946, teater bangsawan nyaris Tengah. Kelompok ini, kemudian menjadi menemui kematian seiring ambruknya istana kelompok yang cukup populer dan punya kesultanan di Sumatra Utara pada umumnya. penonton sendiri di pulau Jawa. Setelah Konon, istana yang ditengarai pro-Belanda ini kelompok ini bubar, sebuah kelompok yang dibumihanguskan sejumlah laskar rakyat juga bernama "Stamboel" didirikan di sejak Indonesia merdeka, termasuk Istana Surabaya pada tahun 1891. Kelompok ini, Sultan Serdang di Perbaungan. kemudian menjadi pendorong terciptanya Pada tahun 1980-an, Kitab Ujana Giri kelompok-kelompok serupa, yang salah Patria yang menjadi embrio Sekolah satunya bernama "Komedi Opera Stamboel", Menengah Kerawitan (SMK) Patria di yang lebih dikenal oleh masyarakat Jawa, Tanjungmorawa, Deliserdang, coba sebagai "Komedi Stamboel". Pada saat yang melakukan penggalian kembali bentuk teater hampir bersamaan, terdapat sebuah kelompok bangsawan ini. Sekolah yang didirikan Jose Bangsawan kedua dari Johor Malaya, Rizal Firdaus itu sempat meretaskan beberapa bernama "Abdoel Muluk", yang membuat produk teater bangsawan. Munculnya pertunjukan di tanah Deli sampai ke pulau Panggung Bangsawan yang dipopulerkan Jawa. kembali oleh SMK Patria pimpinan Jose Rizal Meskipun teater bangsawan tidak Firdaus pada tahun 1980 hingga 1990-an ini mendapat tempat di pulau Jawa, seni tidak sekadar menambah deret panjang pertunjukan ini ternyata masih memiliki sejarah perkembangan teater rakyat di banyak penontonnya di Sumatra Utara dan Indonesia. Boleh jadi, atau bahkan lebih Malaysia. Bahkan Sumardjo (1992) tepatnya sebagai pertanda – upaya gerakan mencatat, di Malaysia bentuk teater ini terus revitalisasi budaya lokal – local wisdom hidup sampai tahun 1955. Dan banyaknya (kearifan budaya). Seperti yang dilakukan rombongan teater bangsawan selama oleh kelompok yang menamakan dirinya sejarahnya mencapai 90 buah lebih. Pada “Rejung Pasirah” di Sumatera Selatan; 1903, Kapitan Bacik di Kualalumpur Ketoprak Humor – Ketoprak Campursari – mendirikan teater bangsawan dengan Ludruk Glamour (di layar kaca), dan memasukkan unsur-unsur teater Barat. sejenisnya. Konon, hartawan Cina ini hanya menyediakan Upaya revitalisasi seni pertunjukan modal, sedang para pemainnya tetap anak teater bangsawan juga telah dilakukan oleh Melayu. Ia mendirikan dua kelompok teater masyarakat Melayu Serdangbedagai. bangsawan, yaitu Yap Chow Tong Opera dan Revitalisasi Budaya Melayu pada era 1990-an Yap Chou Chong Opera. Dua tahun ini tidak terelakkan. Muhammad Syafei berkeliling Malaysia, lalu bubar. Namun, Harahap, tokoh budayawan Serdangbedagai rombongan ini memberi arti penting bagi yang menjadi informan penelitian ini perkembangan teater bangsawan, yakni mengakui, pemahaman tentang alam budaya sebutan ”opera bangsawan” yang juga masuk Melayu sudah mulai mencair sejak adanya ke Indonesia (hlm. 104). revitalisasi tersebut. Identitas – jatidiri budaya

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

Melayu tidak lagi berdasarkan pada konvensi 2. Pengaluran dan Alur religius tertentu, tetapi sudah mengarah pada pluralistik kultural. Di tengah ancaman krisis kebudayaan, munculnya sandiwara Komedi Bangsawan merupakan sebuah langkah strategis dalam upaya penguatan jatidiri – identitas produk budaya lokal. Cerita-cerita lokal seperti Putri Gading Cempaka, Ratu Samban, Raja Lelo, Putri Serindang Bulan, Putri Kencana Bulan (Rainbow) dikemas dengan gaya komedi ternyata lebih menarik dari cerita pakemnya. Dan lebih menariknya lagi, karena didukung oleh para pemain yang memiliki Gambar 3: latar belakang pendidikan, pekerjaan, agama, Pertunjukan teater bangsawan di lapangan serta suku bangsa yang berbeda. Bahkan tak terbuka Kabupaten Serdangbedagai jarang menghadirkan bintang tamu dari kalangan elite – politisi, akademisi, maupun Pada awalmya, cerita bangsawan petinggi (pejabat) daerah. Oleh karenanya tak merupakan satu persembahan drama tradisi mengherankan, jika setiap ada pertunjukan yang berkisar tentang kisah-kisah raja-raja Komedi Bangsawan di Serdangbedagai yang melibatkan alam kayangan dan nyata, tempat pewaris teater bangsawan selalu umpamanya “Jula Juli Bintang Tujuh”. dipenuhi oleh penonton. Watak-watak dalam bangsawan biasanya Sayangnya, Komedi Bangsawan terdiri dari pahlawan, sultan, dan puteri yang hingga saat ini masih bergantung pada cantik, hamba, jin dan raksasa. sponsorship-nya. Belum juga menjadikan Babak dalam bangsawan tidak kurang sebagai andalan pekerjaan bagi para dari 20 dan mungkin lebih. Satu yang sangat senimannya. Dengan kata lain, bermain di menarik tentang bangsawan adalah unsur Komedi Bangsawan semata hiburan dan tambahan baik pada awal maupun di sela-sela menambah teman pergaulan. Namun pementasan bangsawan, misalnya kembang demikian, “added value”nya (nilai plusnya) api ataupun bunyian meriam. Ada juga berupa masih tetap dipertahankan, yaitu sebagai tari-tarian, nyanyian, dan lawakan. Ini sebuah gerakan kesadaran untuk lebih menjadikan pementasan bangsawan tidak mencintai produk budaya lokal. membosankan dan tidak hambar. Selingan Hal sama dilakukan pegiat teater tersebut juga berfungsi sebagai penukar babak Sumatra Utara, almarhum Dahri Uhum supaya para pemain dapat bersiap-siap Nasution alias Tuk Ai dan Burhan Syarif. memasuki babak berikutnya selain Melalui kelompok Lagak Deli dan Teater merupakan unsur hiburan kepada penonton. Dimensi, kedua orang ini mengembangkan Jika dirujuk dari bahan bacaan seni pertunjukan yang berakar pada teater ataupun cerita dari orang-orang lama, para bangsawan di Medan dan sekitarnya. penggiat teater bangsawan dahulu merupakan Kelompok yang dibina Dinas Komunikasi dan seorang yang sangat berkebolehan dalam Informatika Provinsi Sumatera Utara melalui pelbagai aspek. Mereka mampu berakting Media Tradisional tersebut melakukan dengan baik tanpa naskah, serta dapat revitalisasi teater bangsawan secara “campur menyanyikan sesuatu lagu dengan merdu sari” dengan kebudayaan di luar Melayu, sekali. Nyanyian ini berfungsi sebagai yakni Jawa, Batak, Karo, bahkan Tionghoa. pendukung perasaan berduka lara, gembira,

dan sebagainya, termasuk juga berpantun

selama pertunjukan. Para pemain biasanya

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 juga mahir menari saat pementasan seputar mitos-mitos Melayu seperti kisah berlangsung. Malin Kundang, putra durhaka yang menjadi Brandon sebagaimana dikutip batu karena berkhianat terhadap ibunya. Rahmah Bujang dalam Sumardjo (1992: 105) Kisah anak-anak terkenal lain yang mendeskripsikan ciri-ciri teater bangsawan menginspirasi jalan cerita Bangsawan antara sebagai berikut: lain Bawang Putih Bawang Merah dan Sang a) Cerita lakon terdiri dari banyak Nila Utama. Sang Nila Utama adalah karakter episode, sehingga cerita berjalan agak terkenal dari buku-buku sejarah lokal, lamban. terkenal atas penemuan singanya di pulau b) Unsur cerita pokok dibumbui dengan Temasek (nama asli Singapura sebelum unsur-unsur humor, farce, dan diganti oleh Sir Stamford Raffles). melodrama. Di Sumatra Utara, baik saat c) Cerita inti 40 persen terdiri atas pemerintahan Sultan Deli maupun Sultan hikayat-hikayat lama Melayu atau Serdang, cerita-cerita yang sering dibawa cerita-cerita lama setempat, Pushi Indera Bangsawan, banyak ditiru dan sedangkan 30 persen terdiri atas ikut dipentaskan oleh kelompok teater cerita-cerita sezaman yang terbetik bangsawan setempat. Antara lain, cerita Jula dari berita-berita surat kabar atau Juli Bintang Tiga, Siti Zubaidah, Gul Bakuali, roman yang populer, dan masing- dan sebagainya. Kisahnya masih di seputar masing sepuluh persen cerita diambil kawasan Persia (Timur Tengah), yakni dari Arab, Hindu serta Cina. dongeng 1001 malam. d) Penyajian cerita selalu mempunyai Dalam penelitian ini, penulis meneliti pola yang sama atau mirip. secara khusus cerita lokal sandiwara e) Setting cerita sebagian besar dari bangsawan dari daerah Serdangbedagai, yaitu lingkungan raja-raja atau bangsawan. berjudul ”Merambut Pipit (Tapi)”. Cerita ini f) Cerita selalu memiliki tujuan didaktis, dikarang Muhammad Syafei Harahap ketika mengajar, memberikan teladan kepada Serdangbedagai masih masuk dalam wilayah penontonnya. Kabupaten Deliserdang pada tahun 1995. g) Karakter-karakter yang disuguhkan Lakon ini pernah pula dimainkan di TVRI bersifat ”stock-type”, yakni harus Stasiun Medan pada tahun 1995 dan selalu ada tokoh anak muda sebagai diproduksi Kantor Departemen Pendidikan pahlawan, lalu tokoh pasangannya dan Kebudayaan (Kandepdikbud) Kabupaten seorang gadis yang menjadi Sri Deliserdang. Panggung, tokoh pelawak, dan tokoh Penulis melakukan penelitian secara penjahat atau antagonis berupa Jin bertahap kepada kelompok teater bangsawan Aprit. pimpinan Muhammad Syafei dari h) Permainan (akting) di panggung Serdangbedagai. Pertama, saat mereka tampil dilakukan secara improvisatoris pada Lomba Obrolan Pembangunan berdasarkan garis besar cerita yang Kelompok Informasi Masyarakat se-Sumatera telah diberitahukan sebelumnya oleh Utara yang dilaksanakan Dinas Komunikasi pimpinan bangsawan. dan Informatika (Kominfo) Sumatra Utara di i) Pertunjukan merupakan campuran gedung utama Taman Budaya Sumatra Utara dialog, nyanyian, dan tarian. Jalan Perintis Kemerdekaan 33 Medan, Senin Teater bangsawan merupakan suatu 8 Maret 2010. Kedua, saat penulis bersama- bentuk pertunjukan bangsa Melayu yang kini sama mengikuti workshop media tradisional dianggap langka di kawasan Asia. Seperti pertunjukan rakyat yang diadakan kebanyakan teater Barat, pertunjukan Kementerian Komunikasi dan Informatika Bangsawan sering menggambarkan kisah- (Kemkominfo) Republik Indonesia di Hotel kisah tentang cinta dan pengkhianatan. Jenis Dharma Deli Jalan Balai Kota Medan pada 11 paling tradisional dari Bangsawan adalah – 13 Maret 2010. Ketiga, saat penulis

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 bertandang ke studio Radio Pemerintah pertunjukannya. Raja memanggil Alang dan Daerah Kabupatan Serdangbedagai di Kantor menanyakan maksud dari lakon tersebut. Bupati Serdangbedagai dan kediaman Alang menceritakan semua peristiwa yang Muhammad Syafei di Desa Pantaicermin II, dialaminya sehingga tampil malam itu. Kecamatan Pantaicermin, Kabupaten mendengar penjelasan Alang, Baginda murka. Serdangbedagai, pada 18 Agustus 2010. Baginda Raja menghukum mereka yang Ada beberapa cerita yang disodorkan bersalah dan memberi hadiah kepada Alang kepada penulis untuk dijadikan obyek dan kawan-kawannya. penelitian, di antaranya ”Raja Cari Menurut Muhammad Syafei selaku Menantu”, ”Membeteh Labu”, ”Pasung pengarang cerita dan pimpinan sandiwara Keadilan”, ”Kail Kebijakan (Hadiah Raja)”, bangsawan Serdangbedagai, teater dan ”Merambut Pipit (Tapi)”. Cerita tersebut bangsawan kelompoknya kerap dimulai dan rata-rata telah dipentaskan di panggung diakhiri musik dan senandung Selendang maupun televisi dalam siaran budaya Delima. Biasanya, syairnya menceritakan tradisional. Sebagai sampel dalam penelitian sinopsis cerita pada awal pertunjukan dan ini, maka penulis secara khusus meneliti lakon ringkasan akhir kisah pada bagian epilog. bangsawan ”Merambut Pipit (Tapi)”. Pada lakon ”Merambut Pipit (Tapi)” ini, usai Lakon ”Merambut Pipit (Tapi)” prolog Selendang Delima, kisah dimulai di mengisahkan tentang kerajaan Pasir Putih balairung istana. Urutannya dideskripsikan yang akan mengadakan pertunjukan kesenian seperti di bawah ini. usai gotong royong membersihkan kampung. Adegan 1 : Raja dan segenap pembesar negeri Alang, pimpinan rombongan kesenian, sedang bermusyawarah untuk mengadakan disuruh Datok Penghulu menghadap ke istana syukuran hari jadi negeri Pasir Putih. Itulah untuk membicarakan hal-hal yang alur pembuka lakon ini. berhubungan dengan pertunjukan tersebut. Adegan 2 : Hulubalang dengan dikawal Jika dalam pertunjukan nanti Alang mendapat beberapa prajurit membacakan pengumuman. hadiah dari Raja, Datok Penghulu meminta Di sela pengumuman ini, Datok Penghulu upah tunjuk ¼ bagian dari hadiah yang akan menyuruh Amat untuk memanggil Alang ke diterima Alang nantinya. kediamannya. Sebelum bertemu Raja, Alang harus Adegan 3 : Alang dan kelompoknya sedang melewati pintu gerbang istana. Di sini, Alang mengadakan latihan berbalas pantun. Di sela- harus berurusan dengan pengawal pintu sela latihan, Amat datang menyampaikan gerbang. Pengawal pintu gerbang pesan Datok Penghulu. mengizinkan Alang masuk ke istana jika Adegan 4 : Datok Penghulu menyampaikan Alang memberi ¼ bagian pula untuknya. rencananya kepada istrinya, Minah. Usai itu, Ketika Alang hendak menghubungi bagian Alang dan Amat muncul. Niat Datok pertunjukan, Alang diminta ¼ bagian pula Penghulu untuk meminta kelompok Alang oleh Hulubalang yang mengurus pertunjukan. mengisi pertunjukan di istana tersampaikan, Kemudian Alang harus berurusan lagi dengan namun diiringi dengan bisikan. Datok Bendahara sebagai juru bayar. Datok Adegan 5 : Alam berjalan memasuki istana, Bendahara meminta bagiannya pula ¼ bagian tetapi ditahan pengawal pintu gerbang. dari hadiah Raja yang akan diterima Alang. Adegan diakhiri dengan bisikan pengawal Alang pun mengadakan pertunjukan kepada Alang. di istana, yang disaksikan oleh segenap Raja Adegan 6 : Pengawal mengantar Alang dan pembesar istana. Dalam penampilannya, menjumpai Hulubalang. Hulubalang pun Alang membawakan lakon yang berhubungan mengakhiri adegan dengan berbisik ke telinga dengan semua peristiwa yang dialaminya Alang. sebelum melaksanakan pertunjukan tersebut. Adegan 7 : Sekretaris Tok Bendahara, Melihat lakon itu, Baginda murka dan Zubaidah, sedang menghitung-hitung uang. menyuruh kelompok Alang menghentikan Tak lama kemudian Datok Bendahara

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 muncul. Adegan bujuk-rayu Datok Bendahara menghentikan pertunjukan di tengah jalan. kepada Zubaidah dipergoki Hulubalang dan Itulah kakon bangsawan yang dikemas secara Alang. Di sini, Datok Bendahara pun komedi ini oleh Muhammad Syafei dari mengakhiri adegan dengan berbisik ke telinga Serdangbedagai. Alang. Adegan 8 : Isah sedang melatih kawan- PENUTUP kawannya menari. Tak lama, Alang muncul, Cerita drama bangsawan umumnya tapi dengan wajah murung. Dari sini, memiliki tujuan didaktis, mengajar, berkembang ide mereka untuk membuat lakon memberikan teladan kepada penontonnya. khusus kepada Raja dalam pertunjukan nanti. Hal ini terbukti dari lakon “Merambut Pipit Adegan 9 : Malam pentas seni budaya (Tapi)” yang jadi obyek penelitian ini. dilangsungkan di dalam istana, dihadiri oleh Mengutip teori signifikasi dari semiotesi Baginda Raja dan keluarga serta seluruh Roland Barthes, tujuan cerita lakon ini pembesar istana. Alang cs membawakan berdasarkan pengarang adalah untuk lakon sendratari Putri Bungsu. Isinya tentang membangkitkan semangat nasionalisme dan tujuh bidadari yang turun ke bumi. Putri patriotisme di kerajaan Pasir Putih. Bungsu mengalami kehilangan selendang. Sedangkan menurut ahli mitos cerita itu dapat Lalu, seorang pemuda yang mencuri bermotif sindiran terhadap perilaku busuk selendang itu bersedia mengembalikan pejabat istana. Sementara masyarakat awam selendang asalkan menndapatkan ¼ bagian berpendapat, bahwa cerita itu dapat bertujuan dari selendang. Begitu seterusnya, hingga untuk menghibur dan membangkitkan nilai- sang putri tidak kebagian sama sekali nilai kultural Melayu terhadap generasi muda selendangnya itu. baginda pun menghentikan bangsa. adegan tersebut karena merasa ada yang tidak Dari aspek sintaktika ini diketahui beres pada pertunjukan tersebut. Itulah karakter-karakter tokoh yang disuguhkan kesempatan Alang menceritakan yang bersifat “stock-type”, yakni harus selalu ada sesungguhnya kepada Raja. Mengetahui itu, tokoh anak muda sebagai pahlawan, lalu Raja pun murka dan menghukum orang-orang tokoh pasangannya seorang gadis yang yang dipercayainya tersebut (Datok Penghulu, menjadi Sri Panggung, tokoh pelawak, dan Pengawal, Hulubalang, dan Datok Bendahara tokoh penjahat atau antagonis berupa Jin beserta Sekretarisnya). Aprit. Dalam penelitian ini, tidak ada tokoh Cerita pun ditutup kembali dengan Sri Panggung. Yang ada hanyalah tokoh anak musik Selendang Delima dan senandung dari muda diwakili sosok Alang. Karakter jahat syair yang meringkas kisah tersebut. atau antagonis dibawakan tokoh Tok Karena teater bangsawan ini terdiri Penghulu, Minah, Pengawal Gerbang, dari perpaduan cerita, nyanyian, dan tarian, Hulubalang, Tok Bendahara, Zubaidah, dan maka keunikan lakon ”Merambut Pipit Amat. Para tokoh antagonis ini malah (Tapi)” kelompok bangsawan terkesan seperti badut, yang dapat Serdangbedagai ini bisa terlihat dari peralihan menimbulkan kelucuan karena perilaku adegan yang terjadi. Musik, nyanyian, dan buruknya yang tidak segan-segan meminta tarian ini jadi perangkai adegan sehingga bagian dari pendapat orang lain. peralihan adegan terjadi secara alamiah. Ini, sesuai dengan perkembangan alur yang mengalir secara sederhana. Musik khusus yang jadi identitas peralihan adegan adalah musik yang diberi judul Ikan Kekek. Musik ini menjadi penanda peralihan adegan sekaligus petanda teater bangsawan lakon bangsawan ini secara keseluruhan. Termasuk ketika konflik mulai memuncak ketika Baginda Raja

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237

DAFTAR PUSTAKA Perjuangan Agraria. Jakarta: Sinar Ahmad, A. Kasim. (1977). Sebuah Harapan Pengantar tentang Teater Tradisional Riantiarno, N. (2003). Menyentuh Teater: di Indonesia. Majalah Budaya Jaya No. Tanya Jawab Seputar Teater Kita. 114 Tahun Kesepuluh-Nopember 1977 Jakarta: PT HM Sampoerna Tbk Al-Barry, M. Dahlan Yacub. (2001). Rosmawati R dkk. (1990). Struktur Sastra Kamus Sosiologi dan Antropologi. Lisan Melayu Serdang. Jakarta: Pusat Surabaya: Indah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Berger, Arthur Asa. (2000). Signs in Departemen Pendidikan dan Contemporary Culture: An Kebudayaan Introduction to Semiotics, terjemahan Sahid, Nur. Semiotika untuk Kajian dan M. Dwi Marianto, Sunarto Tanda-tanda Penciptaan Seni. Harian Kedaulatan dalam Kebudayaan Kontemporer. Rakyat, Bandung. edisi: Minggu, 10 Yogyakarta: Tiara Wacana Maret 2008 Collins, James T. (2005). Bahasa Melayu San, Suyadi. (2018). Semiotika Teater Bahasa Dunia: Sejarah Singkat. Bangsawan. Yogyakarta: Ombak Jakarta: Yayasan Obor Indonesia ...... (2006). Semiotika dalam Effendi, S. (2002). Pedoman Penyusunan Kritik Teater Indonesia. Jurnal Medan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Makna Edisi Nomor 3 Tahun 2006. Bahasa Departemen Pendidikan Medan: Balai Bahasa Medan Nasional Satoto, Soediro. (1994). Teater sebagai Endraswara, Soewardi. (2003). Metodologi Sistem Tanda dalam Seni Pertunjukan Penelitian Sastra: Epistemologi Model Indonesia. Jurnal Masyarakat Seni Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pertunjukan Indonesia. Jakarta: MSPI Pustaka Widyatama dan Gramedia Kafrawi, Hang. (2010). Akulturasi Teater Sumardjo, Jacob. (1992). Perkembangan Banagsawan. Sagang Online, 3 Mei Teater Modern dan Sastra Drama 2010 Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti Masinambow, E.K.M. dan Hidayat, Umry, Shafwan Hadi dkk. (1997). Diskripsi Rahayu. (2001). Semiotik: Mengkaji Teater Bangsawan. Medan: Proyek Tanda dalam Artifak. Jakarta: Balai Pembinaan Kesenian Kantor Wilayah Pustaka Departemen Pendidikan dan Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara Penelitian Kualitatif. Bandung: 1996/1997 Remadja Rosda Karya Waris, Anak. (2009). Sejarah Teater MPSS, Pudentia. (2007). Hakikat Bangsawan Melayu. resam- Kelisanan dalam Tradisi Melayu Mak melayu.com December 15, 2009 Yong. Jakarta: Fakultas Ilmu Zaimar, Okke K.S. (2008). Semiotik dan Pengetahuan Budaya Universitas Penerapannya dalam Karya Sastra. Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa Pelzer, Karl J. (1978). Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237