Lakon Bangsawan Sumatra Utara, Tinjauan Sintaktika
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAKON BANGSAWAN SUMATRA UTARA, TINJAUAN SINTAKTIKA NORTH SUMATRA BANGSAWAN LAKON, SYNTAKTIKA REVIEW Suyadi Balai Bahasa Sumatra Utara Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7 Medan Estate [email protected] Naskah diterima tanggal 22 Juni 2019 Naskah direvisi terakhir tanggal 6 Desember 2019 Abstract The performance of drama bangsawan not only carries social, economic, and political missions. The role of drama bangsawan is increasingly important and strategic in organizing the life of the nation, state, and society. In addition to playing a role to explore the cultural and artistic values that we have, royal drama can also play a role in encouraging the realization of complete human development, which also means not only teaching material/physical, but also very useful to order the mental and spiritual of every human being. This paper presents the syntactic aspects of the drama bangsawan in North Sumatra. The syntactic aspect which is part of Charles Morris's semiotic theory explores the nature and pattern of stories of aristocratic plays. This review succeeded in discovering the existence of the aristocratic theater in North Sumatra and its shape patterns. This folk theater originally took place among the aristocrats in the Serdang Sultanate and eventually became the property of most people. The aristocratic form or concept of the show was maintained even though it was no longer played at the Palace, as the palaces in the former North Sumatra Residency after the Social Revolution collapsed. This theater should be inherited as a non-fine cultural form belonging to North Sumatra. Keywords: drama bangsawan, syntactic aspects, history, channeling patterns Abstrak Pergelaran drama bangsawan bukan saja membawa misi sosial, ekonomi, dan politik. Peranan drama bangsawan semakin penting dan strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Di samping berperan untuk menggali nilai-nilai seni budaya yang kita miliki, drama bangsawan juga dapat berperan mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya, yang berarti juga tidak hanya mengajar materi/fisik, akan tetapi juga sangat bermanfaat untuk menempah mental spiritual setiap insan. Tulisan ini mengemukakan aspek sintaktika dalam drama bangsawan di Sumatra Utara. Aspek sintaktika yang merupakan bagian dari teori semiotika Charles Morris ini mengetengahkan hakikat dan pola cerita lakon bangsawan. Tinjauan ini berhasil menemukan keberadaan teater bangsawan di Sumatra Utara beserta pola bentuknya. Teater rakyat ini semula terjadi di kalangan bangsawan di Kesultanan Serdang dan akhirnya menjadi milik rakyat kebanyakan. Bentuk atau konsep kebangsawanan pertunjukan dipertahankan walau tidak lagi dimainkan di Istana, seiring runtuhnya istana-istana di bekas Keresidenan Sumatra Utara pasca-Revolusi Sosial. Teater ini patut diwarisi sebagai bentuk budaya nonbenda milik Sumatra Utara. Kata kunci: drama bangsawan, aspek sintaktika, sejarah, pola pengaluran MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 PENDAHULUAN Patah Tumbuh Hilang Berganti, Tak Melayu Pergelaran seni teater merupakan satu Hilang di Bumi”. ajang bagi para seniman penggiat teater, untuk Petuah yang disampaikan Laksamana lebih termotivasi dalam berkarya serta Hang Tuah tersebut mengandung makna mengekspresikan kemampuan seni panggung teramat dalam, yang memiliki nilai-nilai luhur secara profesional. Pergelaran teater akan sebagai jati dirinya, yang dapat mengangkat dapat menggali berbagai nilai seni dan harkat dan martabat serta marwah nusa dan budaya, terutama dalam bidang seni pentas bangsa. Oleh karena itu, kita semua tradisional, yang pada akhirnya tentu akan berkewajiban untuk terus memperkaya memperkaya khasanah seni budaya khasanah budaya Nusantara, melalui berbagai Nusantara, sehingga budaya Nusantara akan kegiatan. Dengan demikian, budaya menjadi tuan di rumahnya sendiri. berkesenian tersebut tidak lekang dan tidak Selain itu, pergelaran seni teater hilang ditelan zaman. merupakan satu ajang bagi para seniman Untuk itu, melalui pergelaran teater penggiat teater, untuk lebih termotivasi dalam diharapkan dapat menjadi salah satu upaya berkarya serta mengekspresikan kemampuan dan langkah penting dan strategis, di dalam seni panggung secara profesional. Juga, upaya melestarikan budaya Nusantara. dimaksudkan agar para pelaku seni teater Kemudian generasi sekarang dan mendatang, dapat memiliki ruang yang bebas, sehingga dapat pula diharapkan sebagai estafet dan para penggiat seni teater dapat memberikan pewaris bagi kelangsungan dan kelestarian kritik, saran yang konstruktif, serta solusi bagi budaya Nusantara. Di era globalisasi ini, pelaksana pembangunan, yang tengah ketika budaya asing dalam bentuk dilaksanakan maupun yang akan berkesenian, yang sangat banyak corak dan dilaksanakan. Para pengambil kebijakan jenis keseniannya itu, sebut saja yang datang pembangunan pun diharapkan dapat dari luar (Eropa, Italy, Amerika, Jepang dan menerima masukan dari kritik dan saran yang Cina), tentu akan menjadi tantangan besar dan diberikan setiap pergelaran teater. mengancam mengintervensi budaya Dengan demikian akan terjadi Nusantara (berkesenian kita), sehingga keseimbangan dan keselarasan antara nilai- budaya Nusantara tersebut akan tenggelam nilai berkesenian serta keharmonisan dalam oleh budaya asing. kehidupan umat manusia. Berkaitan itu, para Apabila para pelaku seni dan budaya seniman, khususnya seni teater, diharapkan Nusantara tersebut senantiasa memiliki agar dapat selalu meningkatkan apresiasi dan kreativitas, dan mendorong apresiasi kreativitas seninya, terutama yang masyarakat, maka kondisi sebagaimana bersendikan nilai-nilai seni budaya Nusantara. tersebut di atas, tidak akan dapat terwujud dan Seni budaya Nusantara ini sebenarnya sangat terjadi. Di sinilah letak peranan para seniman, kaya terdapat di negeri ini sebagaimana budayawan, serta sastrawan Nusantara terlihat dari kesenian rakyat tradisional di tersebut. Para seniman dan budayawan kampung-kampung. diharapkan terus bekerja dan berkreativitas, Memperluas dan mendorong agar sehingga kesenian, termasuk seni teater, dapat masyarakat dapat mengembangkan Seni berkembang dan bernilai jual, sehingga benar- Budaya/Kesenian, termasuk seni teater dan benar dapat diminati oleh masyarakat, baik cerita rakyat, dengan memberikan inspirasi domestik maupun mancanegara. dan kegairahan kepada masyarakat untuk Namun tidak dapat pula kita mungkiri, membangun dunia berkesenian, adalah sesuai nilai-nilai dasar budaya Nusantara tersebut, filosofis yang disampaikan leluhur bangsa mengandung pula unsur keterbukaan. Budaya Melayu pada 500 tahun silam, yakni Nusantara sangat terbuka terhadap budaya apa Laksamana Hang Tuah, yang saja di muka bumi ini. Keterbukaan budaya mengungkapkan suatu petuah “Tuah Sakti Nusantara tersebut tercermin dalam fakta Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, sejarah, misalnya semasa Portugis berdagang MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 180 - 194 Desember 2019 ISSN 1829-9237 ke Malaka di Zaman Kesultanan Malaka dapat pendekatan di bidang seni teater di Indonesia. diterima dengan baik. Tidak bisa dimungkiri bahwa semiotika Untuk itu, kita perlu mencermati nilai- dengan puluhan aliran yang ada memang nilai yang baik dan positif dapat diterima, bukan pendekatan yang baru. Akan tetapi ia yakni yang sesuai dengan budaya kita. Tentu belum lama dikenal oleh mereka yang tidak sampai menghilangkan ciri khas dan jati berkecimpung dalam bidang seni. diri berkesenian kita. Seperti menghidupkan Sebaliknya, peminat bahasa dan sastra seni Teater Bangsawan, drama klasik, drama semiotika telah mengenal sejak tahun 70-an. tradisional, atau Teater modern yang Minat terhadap semiotika nyaris tak pernah terkandung di dalamnya harus mencerminkan berhenti begitu Teeuw memerkenalkan budaya Nusantara. pemikiran semiotika bahasa dan sastra dari Berkaitan itu pula, penulis tertarik Rolland Barthes, Maria Kristeva, Ferdinan de melakukan kajian aspek sintaktika dalam Saussure, Terence Hawkes, Charles Sanders lakon bangsawan di Provinsi Sumatra Utara. Pierce dan lain-lain pada akhir 1970-an dan Bagaimanakah aspek sintaktika drama awal 1980-an. bangsawan di Sumatra Utara ini? Akhir-akhir ini buku-buku semiotika Penelitian ini memberi manfaat dalam dari Rolland Barthes banyak diterjemahkan ke pembinaan dan pelindungan kebudayaan dalam Bahasa Indonesia. Persoalannya, Indonesia dengan asumsi Teater Bangsawan semiotika yang kebanyakan dikenal menggunakan bahasa Indonesia dialek masyarakat adalah semiotika sastra. Padahal Melayu sehingga perlu dilindungi dan ranah yang dimasuki semiotika telah dilestarikan. Teater Bangsawan demikian luas dan tidak sesederhana definisi mencerminkan kebudayaan asli Indonesia di semiotika itu sendiri, yakni sebagai ilmu Sumatra Utara sehingga perlu dibina dan tentang tanda, sistem tanda, dan proses dilindungi supaya tidak punah. Teater penandaan. bangsawan ini adalah ikon Sumatra Utara, Definisi yang sederhana itu menjadi sebagaimana Makyong ikon Riau/Kepulauan kompleks ketika muncul tuntutan untuk Riau, Dulmuluk ikon Palembang, dan mendefinisikan apa yang disebut tanda. sebagainya. Sebagai suatu ikon, tentu saja Kesulitan membangun kesepakatan mengenai bentuk teater ini mewarisi adat dan budaya definisi tanda bisa mempersulit kesepakatan Melayu yang ada di Sumatra Utara. Melalui akan definisi semiotika. Ruang lingkup teater bangsawan ini kita bisa melihat semiotika demikian luas, ia tak dapat begitu perkembangan sosiologis masyarakat Melayu saja dipandang sebagai satu disiplin ilmu, dan Sumatra Utara. Generasi