Perubahan Randai Sebagai Seni Teater Rakyat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perubahan Randai Sebagai Seni Teater Rakyat PERUBAHAN RANDAI SEBAGAI SENI TEATER RAKYAT MINANGKABAU DI KABUPATEN SOLOK SELATAN (1980-2007) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H SYAFRI MAHARDIANTO 130706010 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Puji Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan hidayah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam yang tidak pernah luput penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga penulis mendapatkan syafaatnya di yaumil akhirat kelak. Penulisan skripsi adalah salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mengkaji tentang kesenian tradisional yang ada di kabupaten Solok Selatan. Skripsi ini berjudul “Perubahan Randai Sebagai Seni Teater Rakyat Minangkabau di kabupaten Solok Selatan (1980 – 2007)”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dan bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini nantinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan khasanah pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua. Medan, September 2018 Penulis i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan selesai tanpa adanya bantuan, dorongan, pelayanan, serta semangat baik yang bersifat moril maupun materil yang diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta kepada Wakil Dekan beserta Staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya, USU. 2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku Ketua Progam Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU. Tidak lupa juga kepada Ibu Dra. Nina Karina, M.SP., selaku Sekretaris Progam Studi Ilmu Sejarah yang turut membantu dalam kelancaran penulisan ini. 3. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah sabar dalam membimbing, memotivasi, memberikan segala arahan dan waktu luang kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik (PA) yang dari awal semester sampai saat ini selalu memberi arahan dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama masa kuliah dan sampai saat ini. 5. Seluruh Bapak/ Ibu dosen yang telah menurunkan ilmunya kepada penulis, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, serta wawasan selama penulis ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menjadi mahasiswa baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Tidak lupa juga kepada Staf Administrasi Progam Studi Sejarah, bapak Ampera yang telah banyak membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa. 6. Kepada masyarakat Kabupaten Solok Selatan yang bersedia meluangkan waktunya dalam membantu penulis untuk mendapatkan informasi mengenai tulisan ini. 7. Teristimewa, kepada kedua orang tua dan keluarga besar saya yang paling berjasa dalam hidup saya, yang sangat saya sayangi, Ayahanda Gusnali dan Ibunda Yusmaidar. Skripsi dan gelar sarjana ini saya persembahkan untuk mereka, orang yang sangat luar biasa dalam hidup saya, orang yang selalu berusaha untuk melancarkan cita-cita saya. Karena dukungan mereka saya bisa sampai disini dan menyelesaikan sarjana saya. 8. Seluruh Keluarga Besar Ilmu Sejarah stambuk 2013. Kebersamaan yang telah dijalani selama perkuliahan tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih atas masukan dan kritikan yang selama ini kalian berikan dalam penulisan skripsi saya. 9. Teruntuk teman dan sahabat keluarga besar Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol Universitas Sumatera Utara (IMIB USU) teristimewa Stambuk 2013, kepada teman-teman keluarga besar Anak Rantau Solok Selatan,. Terimakasih atas kebersamaan yang luar biasa selama kita menjadi mahasiswa perantau. Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai kapanpun, aamiin. Untuk kelurga Harmonika 22. Terimakasih telah iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menjadi bagian dalam hidup saya, menjadi penyemangat disaat saya sedang berusaha menyelesaikan skripsi saya. Akhirnya untuk semua yang membantu baik yang secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini penulis ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmatnya bagi kita semua, dan semoga yang membantu dalam meyelesaikan skripsi ini juga menjadi amal ibadah di hadapan Allah SWT sehingga mereka akan mendapatkan imbalan darinya. Amin ya rabbal alamin. Medan, September 2018 Penulis Syafri Mahardianto NIM. 130706010 iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v ABSTRAK ........................................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 12 1.4 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 13 1.5 Metode Penelitian ........................................................................... 15 BAB II DESKRIPSI KABUPATEN SOLOK SELATAN ........................... 20 2.1 Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan ..................................... 25 2.2 Sosial Budaya ................................................................................. 33 BAB III KESENIAN RANDAI DI KABUPATEN SOLOK SELATAN TAHUN 1980 ............................................................................................... 39 3.1. Sejarah kesenian Randai .................................................................. 39 3.1.1. Para Pemain Randai .............................................................. 43 3.1.2. Alat Musik Dalam Kesenian Randai .................................... 45 3.1.3. Cerita Dalam Pertunjukan Randai ........................................ 50 3.2. Kesenian Randai di Kabupaten Solok Selatan tahun 2007 ................ 53 3.2.1. Masuknya Kesenian Randai ke Kabupaten Solok Selatan ... 53 3.2.2.Yang Memperkenalkan Randai di Kabupaten Solok Selatan 58 3.2.3. Struktur Penyajian Randai di Kabupaten Solok Selatan ...... 59 v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV RANDAI DI KABUPATEN SOLOK SELATAN TAHUN 2007 . 62 4.1. Upaya Yang Mempengaruhi Perubahan Randai di Kabupaten Solok Selatan ............................................................................................... 62 4.2. Perubahan Kesenian Randai di Kabupaten Solok Selatan ............... 67 4.2.1. Pakaian Randai di Kabupaten Solok Selatan .................... 69 4.2.2. memasukkan Kesenian Randai Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler ...................................................................... 70 4.2.3. Respon Masyarakat terhadap Kesenian Randai di Kabupaten Solok Selatan ..................................................... 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 75 5.1.Kesimpulan ......................................................................................... 75 5.2.Saran ................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Skirpsi ini meneliti tentang Perubahan Randai Sebagai Seni Teater Rakyat Minangkabau Di Kabupaten Solok Selatan Tahun 1980-2007. Randai adalah teater tradisional rakyat Minangkabau yang tumbuh, hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat di Nagari-Nagari dalam wilayah Minangkabau termasuk Randai hadir di kabupaten Solok Selatan. Randai di kabupaten Solok Selatan telah tumbuh dan berkembang sejak tahun 1980an yang dibawa oleh para perantau dari luar kabupaten Solok Selatan yang dominan berasal dari keNagarian Saning Bakar kabupaten Solok. Tepatnya Randai dibawa oleh para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan Randai dari daerahnya sehingga menarik minat masyarakat setempat untuk mempelajari kesenian tersebut. Adapun rumusan masalah skripsi ini adalah bagiamana asalu sul kesenian Randai di Solok Selatan tahun1980 dan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi terhadap kesenian Randai di kabupaten Solok Selatan tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal usul kesenian Randai di kabupaten Solok Selatan dan untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam kesenian Randai di kabupaten Solok Selatan. Penelitian skripsi ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interprestasi dan historiografi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada kesenian Randai meliputi berbagai aspek seperti para pemain, pakaian,
Recommended publications
  • Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok
    Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok Madoka Fukuoka Graduate School of Human Sciences, Osaka University, Japan [email protected] ABSTRACT This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia. In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on his use of costumes and masks, and analysing two significant works: Dwimuka Jepindo as an example of comedic cross-gender expression and Dewi Sarak Jodag as an example of serious cross-gender expression. The findings indicate three overall approaches to crossing gender boundaries: (1) surpassing femininity naturally expressed by female dancers; (2) mastering and presenting female characters by female impersonators and cross-gender dancers; and (3) breaking down the framework of gender itself. Keywords: Didik Nini Thowok, cross-gender, dance, Java, Indonesia © Penerbit Universiti Sains Malaysia, 2014 58 Wacana Seni Journal of Arts Discourse. Jil./Vol.13. 2014 INTRODUCTION This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia.1 In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on the human body's role and Didik's concept of cross-gender dance, which he has advocated since his intensive study of the subject in 2000. For the female impersonator dancer, the term "cross-gender" represents males who primarily perform female roles and explore the expression of stereotypical femininity. Through his artistic activity and unique approach, Didik has continued to express various types of femininity to deviate from stereotypical gender imagery.
    [Show full text]
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • The Rise up Art Tradition in the Popular Culture
    Journal of Education and Social Sciences, Vol. 5, issue 2, (October) ISSN 2289-1552 2016 THE RISE UP ART TRADITION IN THE POPULAR CULTURE Bani Sudardi Cultural Studies Department Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta [email protected] ABSTRACT This research is about folklore and its corrrelation with art tradition. This research has signification wit tradition, especially in Solo, Central Java, Indonesia. Folkore is a tradition, but in the line with the development of media. Folklore spread in the wider area outside its tradition.This study used a qualitative approach. Data is the form of art traditions in Java, especially around Surakarta. Which is the source of data are the kinds of traditions such as puppets, drama, songs, and so on. The data source is also in the form of electronic display on the TV, radio, movies, and CDs. Another source is the tradition of the artists themselves. Sampling determined by purposive sampling. Art tradition is part of folklore. Today, art tradition became popular culture and loss its tradition value. Art tradition has changed and reflected the change of the era. The change is a form of the changing identities and mass communication. It mean that the culture is instable and not in the closed system. The culture is in forming, dynamic, and continuously updating their self. So, the culture is not artifacts or symbol, but a process. This research tries to study the transformation of culture from folklore or art tradition to the popular culture. Art tradition grows in the certain society. But, today, it is transformed to TV’s performance.
    [Show full text]
  • Time Project Event Unite the Nations 3 May 2011
    Time Project Event 2011 May 3rd 2011 TIME PROJECT EVENT UNITE THE NATIONS 3 MAY 2011 Short instruction: 1) How many questions do I have to answer? There are 250 questions. Every Country has 25 questions. Every school HAS to answer 225 questions, which means you do not ANSWER THE 25 questions FROM YOUR OWN COUNTRY. For example: Russia: There are 25 questions about Russia. More than one school from Rusia contributed questions which means there may be some Russian questions some Russian students may not recognize (they came from the other school ). Schools from Russia do not answer the 25 questions about Russia regardless of who contributed the questions. You never answer the questions about YOUR OWN COUNTRY. 2) How do I find the answers? - Encyclopaedias, the Internet, the Library or other sources at school or in the community - Get in touch with other time participants to find answers to questions which are difficult for you. 3) Where and when do I send the answers? Questions have to answered on line at the ZOHO Challenge Site. https://challenge.zoho.com/unite_the_nations_2011 Test starts 00:00 GMT May 3rd 2011 - Deadline: 00:00 GMT/UTC 4 May 2011! Other questions?? Get in touch with Event Co-ordinator ! [email protected] phone: +01.519.452.8310 cellphone +01.519.200.5092 fax: +01.519.452. 8319 And now…the game! Time Project Event 2011 May 3rd 2011 ARTS Argentina 1) Who wrote the book "Martin Fierro"? a) Jose Hernandez b) Peschisolido miguel angel c) David vineyards d) Jorge Luis Borges 2) What is the typical dance of Argentina? a) quartet b) tango c) cumbia d) capoeira 3) Who was Carlos Gardel? a) a singer of cumbia b) a soccer player c) a singer of tango d) a former president 4) Who was Lola Mora? a) a model b) a sculptor c) an athlete d) a journalist 5) Which Argentine made and released the world's first animated feature film.
    [Show full text]
  • Gentarasa 2016 Showcases the Significance of Malay Culture Through Traditional Performances and Poetry in Celebration of Hari Raya Aidilfitri
    PEOPLE’S ASSOCIATION 9, King George’s Avenue Singapore 208581 Tel: (65) 6340 5430/5454/432/231 Fax: (65) 6348 5977 Website: www.pa.gov.sg 27 July 2016 GENTARASA 2016 SHOWCASES THE SIGNIFICANCE OF MALAY CULTURE THROUGH TRADITIONAL PERFORMANCES AND POETRY IN CELEBRATION OF HARI RAYA AIDILFITRI 18 Gentarasa performers who have excelled in both academic and cultural pursuits to receive Gentarasa Study Grant 2016 at Gala Show In conjunction with Hari Raya celebrations, Gentarasa 2016 will showcase the Malay community’s heritage, culture and customs through this cultural performance which will feature performers from all walks of life. The cast, comprising 85% local talents from the Community Centres/Clubs (CCs), includes a total of 150 artistes, both Malay and non-Malay performers coming together to promote understanding and appreciation of the Malay culture. This is one of the biggest cast participation in Gentarasa since 2002. William See is one of the 5 non-Malay performers who is very excited in performing dance on stage and will continue to support such programmes in the future. The youngest cast, Md Hasif Afiq Bin Md Ridwan, aged 6, will be involved in the martial arts performance. Md Hasif Afiq is from the Bukit Batok East CC Silat Interest Group and is his first Gentarasa performance. 2 The 100-minute flagship cultural concert by People’s Association (PA) Malay Activity Executive Committees Council (MESRA), entitled “Genggaman Jati, Menyulam Masa – Weaving Self through Time” – will perform to an anticipated 2,500 audience at the Kallang Theatre on Saturday, 30 July 2016 at 2.00pm (Matinee) and at 8.00pm (Gala Show).
    [Show full text]
  • The Concept of Self and the Other
    Tel Aviv University The Yolanda and David Katz Faculty of the Arts Department of Theatre Studies The Realm of the Other: Jesters, Gods, and Aliens in Shadowplay Thesis Submitted for the Degree of “Doctor of Philosophy” by Chu Fa Ching Ebert Submitted to the Senate of Tel Aviv University April 2004 This thesis was supervised by Prof. Jacob Raz TABLE OF CONTENTS TABLE OF ILLUSTRATIONS................................................................................................vi INTRODUCTION...................................................................................................................... 1 ACKNOWLEDGEMENTS ....................................................................................................... 7 I. THE CONCEPT OF SELF AND THE OTHER.................................................................... 10 Introduction ............................................................................................................................ 11 The Multiple Self .................................................................................................................... 12 Reversal Theory...................................................................................................................... 13 Contextual Theory ................................................................................................................. 14 Self in Cross‐Cultural Perspective ‐ The Concept of Jen................................................... 17 Self ..........................................................................................................................................
    [Show full text]
  • KAJIAN STRUKTUR PERTUNJUKAN LUDRUK TOBONG DI PONOROGO Oleh Abdul Fatah Jaelani [email protected] Dr. Autar Abdillah, S.Sn
    KAJIAN STRUKTUR PERTUNJUKAN LUDRUK TOBONG DI PONOROGO Oleh Abdul Fatah Jaelani [email protected] Dr. Autar Abdillah, S.Sn., M.Si Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya [email protected] ABSTRAK Ludruk tobong adalah salah satu pertunjukan ludruk yang dipertunjukkan di panggung tertutup. Penonton membeli tiket untuk menyaksikan. Ludruk tobong merupakan kerja seni pertunjukan mandiri dengan penghasilan yang didapatkan dari penjualan tiket. Kelompok ludruk tobong di Jawa Timur sangat minim, di Ponorogo terdapat 3 kelompok Ludruk yang masih melaksanakan tobongan, yakni Ludruk Suromenggolo, Irama Muda, dan Wahyu Budaya. Ludruk tobong di Ponorogo menampilkan pertunjukan dengan mengurangi esensi dagelan dan meniadakan lakon pada struktur pertunjukannya. Sebagai acara utama dalam pertunjukan ludruk tobong ini adalah monosuko, lagu-lagu yang di pesan oleh penonton dan dinyanyikan oleh para tandhak ludruk. Penelitian ini menggunakan struktur pertunjukan ludruk oleh Peacock, Konvensi ludruk oleh Lisbianto, Teater Kitchs dan tandhak oleh Supriyanto. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sumber data manusia dan non manusia. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi yang divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan cara reduksi data, interpretasi data, serta penarikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga ludruk tobong di Ponorogo melaksanakan tobongan dengan struktur pertunjukan tari remo, bedhayan, lawak, monosuko. Struktur pertunjukan tersebut didasari atas tuntutan pasar hiburan. Dengan demikian Ludruk Suromenggolo, Wahyu Budaya dan Irama Muda dengan sadar bahwa apa yang dipertunjukan adalah Ludruk Campursari. Ketiga ludruk ini tergolong sebagai Teater Kitchs yang menanggapi permintaan sebagai komoditi komersial untuk khalayak penontonnya.
    [Show full text]
  • Applying E-Commerce in the Marketing Information System As a Tool to Increase Ludruk Art Income Case Study at Irama Budaya Group, Surabaya
    Applying E-Commerce in the Marketing Information System as a Tool to Increase Ludruk Art Income Case Study at Irama Budaya Group, Surabaya Debby Ratna Daniel, Ivana Laksmono, Eko Warsiyanto Nugrahadi Faculty of Economics and Business, Universitas Airlanggay, Surabaya, Indonesia [email protected], [email protected], [email protected] Keywords: Budgeting, Comparability, E-Commerce, Ethnography, Income, Marketing Information System, Regional Minimum Wage Standard (UMR), Timing. Abstract: Ludruk, which comes from East Java province, is one of the non-agrarian art forms in Indonesia that still exists. Irama budaya is known as a famous Ludruk group that is still actively performing several live shows and has an official website, which can be easily accessed by all people. The current income of this group is obtained from the number of shows produced. Based on this, the amount of income received between March 2016 and May 2016 had increased by 40.63%. This escalation rate was not comparable with the regional minimum wage standard (UMR) of Surabaya city. This research used a qualitative approach with ethnography method to analyze the current marketing information system.d As the result, there were some weaknesses in this system due to the low amount of marketing media and the lack of product mix. Therefore, Irama Budaya need to design an e-commerce facility in the marketing information system to increase its amount of income, such as by giving extracurricular activities in national junior high school in order to expand the range of audiences and players, producing education materials about Ludruk through YouTube programs, etc.
    [Show full text]
  • Komodifikasi Tari Piring Minangkabau Di Sumatera Utara Indah Fikria
    Jurnal Antropologi Sumatera Vol. 16, No.2, Edisi Desember 2018, 59-74 1693-7317 (ISSN Cetak)| 2597-3878 (ISSN Online) Komodifikasi Tari Piring Minangkabau di Sumatera Utara Indah Fikria Aristy1, Ichwan Azhari2, Fikarwin Zuska3 1) Antropologi Sosial, Program Pasca Sarjana Unimed, Indonesia. 2) Antropologi Sosial, Program Pasca Sarjana Unimed, Indonesia. 3) Antropologi Sosial, Program Pasca Sarjana Unimed, Indonesia. Corresponding author: E-mail : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komodifikasi tari piring di Sumatera Utara. Tari piring merupakan salah satu kesenian yang berakar pada kebudayaan Minangkabau yang telah mengalami komodifikasi sebagai salah satu kesenian pertunjukan tari. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan teknik Wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komodifikasi tari piring terjadi akibat dua hal, yakni komodifikasi secara internal dan komodifikasi eksternal yang meliputi gerak tari piring, pakaian penari, musik pengiring pertunjukan tari piring hingga pada komodifikasi bentuk pertunjukan tari piring. Kesimpulannya komodifikasi tari piring dipengaruhi beberapa hal antara lain kebutuhan penari, permintaan atas pertunjukan dan penyesuaian penciptaan reka gerak tari. Kata Kunci : Komodifikasi, Budaya Minangkabau, Tari Piring Abstract This study aims to determine the process of commodification of plate dance in North Sumatra. Plate dance is one of the arts that has its roots in the Minangkabau culture which has undergone commodification as a dance performance. Using qualitative research methods by conducting interview and observation techniques. The results showed that the commodification of the plate dance occurred due to two things, namely internal commodification and external commodification which includes the movements of the plate dance, the dancer's clothes, the music to accompany the plate dance performance to the commodification of the plate dance performance.
    [Show full text]
  • Ludruk: Masihkah Ritus Modernisasi?
    Ludruk: Masihkah Ritus Modernisasi? Ludruk: Masihkah Ritus Modernisasi? Kathleen Azali1 Abstract Ludruk is a traditional folk-show drama from East Java, whose actors, producers and spectators generally come from the working class, with stories closely related to their daily life. In 1960s, when James L. Peacock did his extensive research, ludruk was at the peak of its “golden age”, which he regarded as “rites of modernization”. However, during the New Order era, ludruk lost its political, social and financial supports. Revival attempts thus far, amidst the boom of economic development and other forms of entertainment, have not been particularly successful. This paper attempts to sketch a historical background based mostly on literature reviews and field visits to ludruk shows to analyze its relevance in contemporary Surabaya. Keywords Ludruk, traditional folk drama, arek, Surabaya, performance. Latar Belakang Ludruk adalah seni pertunjukan (drama) tradisional khas Jawa Timur yang mengambil cerita kehidupan rakyat sehari-hari (wong cilik, abangan) seperti tukang becak, peronda, sopir, atau cerita perjuangan dan cerita-cerita lainnya. Pentas ludruk biasanya diselingi dengan lawakan dan diiringi musik gamelan. Ludruk tersebar di Surabaya dan Jawa Timur, mulai dari Banyuwangi di bagian paling timur, dan paling barat di Kediri. Pulau Madura juga memiliki pertunjukan yang disebut ludruk, meskipun menurut Peacock, ludruk Madura berbeda dengan ludruk Jawa2. Sementara dulu, pusat pertunjukan ludruk ada di Surabaya. “Surabaya memiliki rombongan-rombongan dan teater-teater ludruk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan kota lainnya. Identitas ludruk dengan kota Surabaya ditunjukkan dengan sering dikenakannya logo kota Surabaya, yaitu ikan hiu sura dan buaya, di pakaian para penari ludruk, dan di bagian atas panggung teater ludruk yang terbaru” (Peacock 2005 [1968]: 30).
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 463 Proceedings of the Eighth International Conference on Languages and Arts (ICLA-2019) Inventory, Identification, and Analysis of Randai Performing Arts Elements for the Development of Minangkabau Theatrical Dance Tulus Handra Kadir1 1 Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia, (email), [email protected] ABSTRACT This article describes the inventory, identification and analysis of elements of Randai performing art for the development of the Minangkabau theatrical dance based on Randai in the context of developing the Minangkabau performing arts. The development of contemporary performing arts, Randai and Minangkabau dance are not able to compete with modern performing arts. On the other hand, Randai has elements of performance that can be used in the development of theatrical dance, as a new form of Minangkabau performing art that combines elements of Randai and dance in Minangkabau. It is expected to be able to keep abreast of developments of contemporary performing arts. Development is based on research conducted qualitatively (the first phase of research) and experimentally (the second phase of research). Qualitative research was used to inventory and analyze data of Randai performance who were unable to compete in the realm of contemporary performing arts as well as inventory and analyze data, especially the elements of the performance that will be used in the development of the Minangkabau theatrical dance. Experimental research was used to create innovative dance that refers to the results of the first phase of research. This research uses an interdisciplinary approach (sociology /anthropology of dance and music, theater, choreography/dance composition, as well as the artistic performances).
    [Show full text]
  • Inventing the Performing Arts: Modernity and Tradition in Colonial Indonesia Matthew Isaac Cohen Honolulu: University of Hawai‘I Press, 2016
    254 Book Reviews Ileto, Reynaldo C. 2014. Nation and Empire in the Intellectual Biographies of Southeast Asian Scholars. Asian Studies 59(4): 9–17. Patajo-Legasto, Priscelina, ed. 2008. Philippine Studies: Have We Gone Beyond St. Louis? Diliman: University of the Philippines Press. Rafael, Vicente, ed. 1995. Discrepant Histories: Translocal Essays on Filipino Cultures. Manila: Anvil Publications. Tiongson, Jr., Antonio T.; Gutierrez, Edgardo V.; and Gutierrez, Ricardo V., eds. 2006. Positively No Filipinos Allowed: Building Communities and Discourse. Philadelphia: Temple University Press. Tolentino, Rolando B., ed. 2011. Vaginal Economy: Cinema and Sexuality in the Post-Marcos Post- Brocka Philippines. positions: east asia cultures critique 19(2) (fall): 229–256. Inventing the Performing Arts: Modernity and Tradition in Colonial Indonesia MATTHEW ISAAC COHEN Honolulu: University of Hawai‘i Press, 2016. In Inventing the Performing Arts: Modernity and Tradition in Colonial Indonesia, Matthew Isaac Cohen focuses on how “modernity” and “tradition” are woven together in shaping the practice of performing arts in Indonesia. Using E. J. Hobsbawm’s term “invented tradition,” this book uses a similar approach to Hobsbawm’s by questioning the difference between tradition and modernity and showing how both are interwoven and unavoidably connected rather than opposites. This book discusses the century-old process of invention of performing arts in Indonesia, in chronological order from the nineteenth to the twentieth century, depicting the many agencies and dynamics involved in the process. Starting with an advertisement of a family circus from Batavia, as well as postcards and images from museum collections of the nineteenth century, the author beautifully demonstrates the many agencies involved in the process of invention, including those from Europe, China, and Java, to show the complexity of the invention of performing arts in Indonesia.
    [Show full text]