PETUALANGAN UNJUNG DAN MBUI KUVONG

Naskah dan Dokumen XXXV

PETUALANGAN UNJUNG DAN MBUI KUVONG

Sastra lisan dan kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

dikumpulkan dan disunting oleh Nicolas Césard, Antonio Guerreiro dan Antonia Soriente

École française d’Extrême-Orient KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) , 2015 Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong: Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

dikumpulkan dan disunting oleh Nicolas Césard, Antonio Guerreiro dan Antonia Soriente

Hak penerbitan pada © École française d’Extrême-Orient

Hak cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved

Diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan École française d’Extrême-Orient

Perancang Sampul: Ade Pristie Wahyo Foto sampul depan: Pemandangan sungai di Ulu Tubu (Dominique Wirz, 2004) Ilustrasi sampul belakang: Motif tradisional di balai adat Respen Tubu (Foto A. Soriente, 2011)

Penata Letak: Diah Novitasari

Cetakan pertama, Desember 2015 382 hlm., 16 x 24 cm ISBN (): 978 979 91 0976 7 ISBN (Prancis): 978 2 85539 197 7 KPG: 59 15 01089

Alamat Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 lt. 3 Jln. Palmerah Barat No. 29-37, JKT 10270 Tlp. 536 50 110, 536 50 111 Email: [email protected]

Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Daftar Isi

Daftar Isi — 5

Kata Sambutan — 7 - Robert Sibarani, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Wilayah Utara — 7 - Amat Kirut, Ketua Adat Suku Punan, Desa Respen Tubu, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara — 8 - Abdon Nababan, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) — 9 - Dollop Mamung, Pejabat Sementara Ketua Lembaga Adat Punan Kalimantan Timur — 11

Prakata — 13 Antonio Guerreiro

Ucapan Terima Kasih — 17

Kata Pengantar — 21 Yang Lalu Yang Tak Lekang: Dongeng dan Mitos Suku Punan Tuvu’ dari Kalimantan Nicolas Césard dan Antonia Soriente

Catatan Tata Bahasa Bahasa Punan Tuvu’ — 47 Antonia Soriente

Cerita Rakyat Punan Tuvu’ (dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia) — 63 Antonia Soriente

1. Unjung Nyenginan / Unjung Mengembara — 64 / 65 Agat Kelit, Lawai Abo, Jalé Unyat

2. Unjung Nyalo / Unjung Nyalo — 96 / 97 Baya’ Amat

3. Mbui Otuh Kaci’ / Dongeng Otuh Kaci’ (Hantu Kaci’) — 110 / 111 Awang Kirut

4. Jalung Iket Unan Jalung Kemou / Jalung Iket dan Jalung Kemou — 114 / 115 Siran Yau 6 Daftar Isi

5. A’ mangun Cai / Kisah Siluman Ular — 126 / 127 Laing Kelit

6. Pu’un kun / Kisah Terjadinya Makanan — 130 / 131 Semion Ubang

7. Mbui Towé unan Beruk / Towé (Tonggeret) dan Beruk — 134 / 135 Siran Yau

8. Mbui Telau’ / Dongeng Kijang — 142 / 143 Amat Kirut

9. Mbui Kuvong / Mbui Kuvong — 150 / 151 Amat Kirut

Tanaman Obat Punan Tuvu’: Puli’ Punan Tuvu’ / Tanaman Obat Punan Tuvu’ — 166 / 167 Kasim Amat

Kamus Punan Tuvu’ - Indonesia — 187 Antonia Soriente

Pengantar Kamus Punan Tuvu’ - Indonesia — 189 Antonia Soriente

Daftar Penyumbang Cerita dan Informan Lain — 373

Para Penyunting — 375

Daftar Pustaka — 377 KATA SAMBUTAN

Robert Sibarani Guru Besar Universitas Sumatra Utara dan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Wilayah Sumatra Utara

Salah satu kekayaan budaya bangsa yang dimiliki ratusan etnik di Indonesia adalah cerita rakyat. Sebagai kekayaan budaya, cerita-cerita rakyat itu memiliki makna, nilai, dan kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini termasuk dalam membentuk karakter generasi muda dan membangun identitas bangsa. Namun, cerita-cerita rakyat sebagai kekayaan budaya itu lama-kelamaan dan satu per satu “menjauh” dari komunitas pemiliknya terutama dari generasi mudanya. Hampir semua etnik di Indonesia tidak lagi memiliki kebiasaan bercerita sebagai bagian dari kehidupan tradisi lisan seperti yang pernah terjadi pada zaman dahulu. Penyebabnya bukan hanya faktor eksternal yang “meminggirkan” tradisi bercerita itu dari kehidupan komunitasnya, melainkan juga faktor intenal dari komunitas itu sendiri yang kurang memberikan perhatian pada tradisi budayanya. Atas dasar itulah sangat diperlukan usaha inventarisasi cerita-cerita rakyat sebagai bahan revitalisasi atau pelestarian cerita-cerita rakyat di masa mendatang, sekaligus sebagai bahan bacaan generasi muda untuk mengetahui warisan budaya peninggalan leluhur mereka dan untuk memahami makna, nilai, dan kearifan lokal yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat itu. Nilai budaya dan kearifan lokal tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sebagian persoalan- persoalan yang dihadapi bangsa sekarang ini. Salah satu usaha revitalisasi atau pelestarian cerita rakyat adalah inventarisasi cerita rakyat Punan Tuvu’ dari Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimatan Utara yang dilakukan oleh Nicolas Césard, Antonio Guerreiro dan Antonia Soriente. Cerita-cerita rakyat dari etnik Punan Tuvu’ itu diterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sehingga isi ceritanya dapat dipahami pembaca meskipun tidak mengetahui bahasa daerah Punan Tuvu’. Setelah membaca terjemahan cerita- cerita rakyat Punan Tuvu’ dalam buku ini, saya juga mengetahui banyak nilai dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Buku ini perlu dibaca generasi muda etnik Punan Tuvu’ sebagai pe­ wa­ris warisan leluhur untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai hasil studi lapangan, buku ini juga perlu dibaca para mahasiswa yang menggeluti bidang tradisi lisan, sastra lisan, dan bahasa daerah sebagai bahan kajian akademis di perguruan tinggi. Khusus untuk kajian linguistik daerah, kumpulan cerita rakyat ini menarik untuk mengkaji karakteristik bahasa lisan dalam bahasa Punan Tuvu’. 8 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Pemerintah Daerah setempat juga diharapkan memberikan dukungan terhadap inventarisasi cerita-cerita rakyat seperti ini. Peran pemerintah setempat juga perlu mensosialisasikan dan menganjurkan para siswa membaca cerita-cerita rakyat ini dan menetapkannya sebagai bahan bacaan di sekolah-sekolah. Akhirnya, saya menyampaikan penghargaan atas terbitnya buku kumpulan cerita-cerita rakyat Punan Tuvu’ ini. Selamat membaca! Medan, 14 Mei 2014

Amat Kirut Ketua Adat Suku Punan, Desa Respen Tubu, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara

Saya menyambut gembira usaha yang ditempuh Nicolas Césard, Antonio Guerreiro dan Antonia Soriente untuk menyusun buku cerita rakyat Punan Tuvu’ lengkap dengan kamusnya. Dengan kunjungan Antonia Soriente ke kampung kami, Respen Tubu, selama beberapa bulan dalam tiga tahun terakhir ini membuat kami menyadari akan ancaman punahnya bahasa dan budaya kami. Berkat permintaannya, kami orang-orang tua di Respen, seperti saya sendiri, kakak saya Awang Kirut dan kawan-kawan lain seperti Kasim Amat, Siran Yau mencoba-coba mengingat kembali cerita, permainan, lagu dan hal lain yang berkaitan dengan budaya kami sendiri yang memang kaya dan beraneka ragam. Kami berharap buku ini dapat menjadi rangsangan pada masyarakat kami sendiri supaya lebih memperhatikan bahasa Punan Tuvu’ dan pada suku-suku lain di Kalimantan supaya tetap menjunjung tinggi nilai dan bahasanya sendiri sebagai ciri khas dari suku masing-masing. Cerita-cerita di buku ini banyak mengandung nilai dan pengetahuan lama yang mulai dilupakan, namun rasanya tetap menarik untuk disimak kembali. Kami bangga bahwa bahasa kami, melalui buku ini dapat, disimpan untuk generasi mendatang, bisa dikenal di dunia luar dan mungkin dipelajari orang lain. Harapan kami terutama adalah bahwa bahasa ini bisa dipakai oleh masyarakat Punan, khususnya kaum muda untuk belajar dan mahir dalam bahasa Punan Tuvu’ yang sudah mulai dilupakan. Ibu Antonia, yang bertekad besar ini, kami namai Unjung persis seperti salah satu tokoh besar dalam masyarakat Punan dan judul buku ini. Unjung ini melambangkan seorang wanita Punan yang dashyat, berani dan bercita-cita besar. Dia menunjukkan bahwa orang Punan bisa berjalan sendiri dan bisa mencari jalan kehidupan tanpa bantuan siapa pun. Kata Sambutan 9

Pembuatan buku ini memang bukan usaha kecil. Terpaksa Unjung mengunjungi desa kami berkali-kali dan kami banyak bertukar pengalaman, cerita, sambil menyusun dan memeriksa kamus yang juga menjadi bagian penting dari buku ini, beserta daftar tanaman obat. Dengan adanya Unjung di antara kami, kami mencari kawan-kawan yang masih mengingat cerita sampai ke Desa Bila’ Bekayuk untuk merekam Ketuya’ dari kakak kami, Bare Tangga, dan mencoba meyakinkan saudara-saudara kami di hulu akan pentingnya menanam rasa bangga terhadap suku sendiri kepada anak-cucu kita. Seringkali masa jenuh dihadapi dengan mainan seruling hidung dan main permainan kami “lipong”, dua kegiatan budaya yang sangat digemari Unjung. Selain mahir dalam bahasa Punan Tuvu’, akhirnya Unjung juga menjadi jago memainkan suling dan lipong! Sebagai ketua adat desa saya sangat berterima kasih atas penerbitan buku cerita Punan Tuvu’ karena ini merupakan sumbangan berharga masyarakat Punan di seluruh Kabupaten Malinau dan sekaligus bukti akan kekayaan budaya dan bahasa di Kalimantan dan di Indonesia.

Desa Respen Tubu, Januari 2015

Abdon Nababan Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Dalam kurun waktu enam belas tahun terakhir wacana tentang masyarakat adat, baik yang merujuk pada pengertian “indigenous peoples” di tingkat internasional maupun yang mengacu pada konsep “kesatuan masyarakat hukum adat” sebagai pemilik hak konstitusional menurut UUD Republik Indonesia 1945 berkembang sangat pesat dan produktif. Selama kurun waktu ini banyak perubahan kebijakan telah terjadi di tingkat nasional, juga dibarengi dengan munculnya revisi terhadap program-program pembangunan yang selama ini justru menimbulkan banyak masalah bagi Masyarakat Adat selama Jenderal Besar Soeharto berkuasa sebagai Presiden RI selama 32 tahun. Perkembangan positif ini memberikan tantangan baru untuk menemu- kenali secara faktual di lapangan: siapa Masyarakat Adat dan bagaimana mereka akan diakui secara nyata dalam hukum maupun dalam sistem administrasi pemerintahan di Indonesia? 10 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Khususnya bagi Masyarakat Adat yang secara akademik sejak masa awal kajian sosial terhadap mereka dikenal sebagai kaum nomad, berpindah-pindah, termasuk salah satu yang kita (sebagai orang luar) selama ini mengenal sebagai kelompok Orang Punan di . Dalam konteks itulah saya, pada kesempatan ini, menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para penulis dan penyunting buku ini sehingga bisa terbit sebagai sumber pengetahuan bagi saya dan para praktisi gerakan masyarakat adat lainnya, juga bagi pengambil kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan Orang Punan dan Masyarakat Adat pada umumnya. Ada dua elemen paling pokok dalam penentuan keberadaan suatu kesatuan masyarakat adat atau “indigenous peoples”, yaitu identitas budaya dan wilayah hidup bersama. Kedua elemen ini sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakat adat yang bersangkutan, akan menciptakan elemen-elemen pendukung lainnya seperti hukum dan kelembagaan adat, ekspresi budaya dan spiritualitas berupa ritus-ritus dan seremoni, dan pranata lainnya sesuai kebutuhan mereka. Sejarah identitas budaya dalam suatu wilayah tertentu merupakan basis klaim keberadaan masyarakat adat beserta hak-hak konstitusionalnya di Indonesia. Bahasa merupakan bagian paling penting dari elemen identitas budaya karena melalui bahasa inilah masyarakat adat menyatakan dirinya ada, eksis, menegaskan sejarahnya, menyampaikan pikirannya, aspirasinya dan kehendaknya atau cita-cita sosialnya secara kolektif. Hilangnya bahasa ini bukan hanya mengaburkan identitas budaya mereka, tetapi juga menghilangkan sejarah dan keterikatan mereka dengan leluhurnya yang pada akhirnya juga penghilangan basis klaim terhadap hak-hak mereka sebagai Masyarakat Adat. Dalam upaya sistematis untuk menegaskan kembali keberadaan Orang Punan di Borneo, secara khusus lagi mereka yang hidup di Sungai Tubu di Kalimantan Utara, sebagai pemangku hak asal-usul sebagai Masyarakat Adat, saya menyambut penerbitan buku ini dengan gembira. Sembilan kisah yang menjadi bagian dari buku Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong akan memberikan penguatan bagi perjuangan Orang Punan untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat adat/lokal lain di sekitarnya dan dari Pemerintah. Kisah-kisah ini, jika digunakan sebagai bahan pendidikan, akan mampu membangkitkan kebanggaan Orang Punan dengan sejarah mereka sendiri dan para pahlawan mereka sendiri. Kisah-kisah yang sama ini, juga akan berguna sebagai bahan pembelaan secara historis dan moral bagi pemulihan hak-hak Orang Punan di Sungai Tubu dan Malinau atas wilayah adatnya sebagai hak asal-usul yang selama hampir 40 tahun terakhir berantakan dan kacau-balau sebagai akibat masuknya beragam proyek pembangunan dan konservasi yang dipaksakan dari pusat-pusat kekuasaan di Jakarta dan Samarinda. Di samping bermanfaat untuk Orang Punan, penerbitan buku ini akan menjadi inspirasi dan sekaligus menyediakan contoh tentang metode kerja bagi Kata Sambutan 11 masyarakat adat lainnya dan para cendikiawan pendukungnya di Nusantara yang juga sedang berjuang menjaga identitas budaya mereka agar tidak kabur, apalagi sampai hilang ditelan jaman yang terus berubah. Semoga buku ini dapat menjadi penguat identitas budaya bagi Orang Punan, menjadi inspirasi bagi masyarakat adat lain, dan menjadi pemandu bagi para pengambil kebijakan di masa yang akan datang di Pulau Borneo dan di tempat lain.

Bogor, 5 Oktober 2015

Dollop Mamung Pejabat Sementara Ketua Lembaga Adat Punan Kalimantan Timur

Dengan senang hati kami terbitkan kembali Bah Ngguh Punan Tuvu’ – Kamus Bahasa Punan Tuvu’ dilengkapi kumpulan cerita rakyat Punan Tuvu’. Kamus bahasa daerah Punan Tuvu’ dan cerita rakyat ini merupakan kumpulan kosakata dan cerita yang berasal dari masyarakat Punan yang tersebar di 41 desa dan dua kabupaten yaitu Malinau dan Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara. Penulisan Kamus bahasa Punan Tuvu’ ini berawal dari penelitian dan pengumpulan data yaitu “Fonologi Bahasa Daerah Dayak Punan Tubu” yang disusun tahun 1981 untuk bahan skripsi kesarjanaan saya. Kepada semua pihak yang tak dapat disebut namanya satu per satu di sini, yang terlibat aktif memberikan kontribusi baik berupa kosakata, maupun makna kata dan cerita rakyat sehingga Kamus dan kumpulan cerita ini dapat diselesaikan dengan baik saya haturkan terima kasih setinggi-tingginya.

Bahasa Punan Tuvu’ dipakai di suatu daerah yang sangat luas dan penutur aslinya tersebar di 41 desa / dukuh di Sungai Tubu, Mentarang dan Malinau sebagaimana tertera di bawah ini: 12 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Sungai Tubu 17. Tang La’an (Krayan) 30. Liu’ Mahan 1. Long Pangin 18. Long Halanga 31. Pelancau 2. Mabung 19. Long Lepaga 32. Mirau 3. Long Benuang 20. Long Tebunyau 33. Long Lake 4. Long Payang 34. Long Jalan 5. Long Tarau Mentarang 35. Punan Metut 6. Bila’ Bekayuk 21. Sebenuang 36. Punan Rian 7. Long Rat 22. Semolon 37. Naha Kramu 8. Menabur Senido’ 23. Long Iman 38. Punan Bengalun 9. Menabur kecil 24. Birun 10. Menabur besar 25. Sebaing Sekatak 11. Rian Tubu 26. Bintuan 39. Punan Magong 12. Long Titi 40. Punan Semeriot 13. Long Lihi Malinau 14. Long Pada 27. Punan Setarap Kayan (Peso’) 15. Long Ranau 28. Punan Adiu 41. Punan Bayoh 16. Long Nyau 29. Punan Gong Solok

Penutur Punan Tuvu’ yang banyak pindah di Respen Tubu, Malinau, sejak tahun 1970 berasal dari Long Pangin, Mabung, Long Tarau, Long Agis, Long Payang, Long Lihi, Menabur Besar dan Menabur Kecil. Tapi ada pula yang sudah kembali ke desa asli dan membuat pos di tanah miliknya seperti di Long Agis, Long Pangin, Mabung, Long Tarau dan Long Titi.

Peluncuran buku cerita rakyat serta kamus Punan ini dipersembahkan kembali dan didistribusikan kepada masyarakat adat sebagai pewarisnya. Mudah- mudahan terbitnya buku ini dapat memberi manfaat sebagai upaya memperkokoh keabsahan penghormatan, pengakuan identitas terhadap hak atas tanah sumber daya alam warisan budaya leluhur yang sejatinya hak milik nenek moyang suku Punan.

Long Pangin, Agustus 2015 PRAKATA

Antonio Guerreiro

Pulau Kalimantan atau Borneo, yang terletak tepat di tengah-tengah Nusantara dan bentuknya yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit, merupakan pusat aneka ragam linguistik yang luar biasa dalam rumpun Bahasa Austronesia Barat (secara lebih persis cabangnya disebut “Malayo-Polinesia”). Keanekaragaman ini merupakan hasil dari perpindahan orang-orang yang datang dari berbagai arah menuju titik pertemuan di pulau besar ini. Kalau dihitung dengan teliti, terdapat lebih dari dua ratus bahasa yang terbagi dalam sepuluh kelompok besar, yang terbagi-bagi lagi dalam sub-kelompok. Peta linguistik Pulau Kalimantan ini tidak mengikuti batas administratif atau negara: Indonesia (lima Propinsi Kalimantan), Kerajaan (Negeri Sarawak dan Negeri Sabah), dan Kesultanan Brunei Darussalam. Menurut penelitian linguistik yang pernah dilakukan oleh pakar linguistik Borneo seperti Hudson, Blust, Collins dan Adelaar sejak tahun 1970-an, biasanya bahasa-bahasa Kalimantan dibedakan antara asli Kalimantan atau endo-Bornean (terdiri atas bahasa Dayak, Punan dan Melayu) dan bahasa-bahasa exo-Bornean yang penuturnya berasal dari luar pulau tapi sudah lama bermukim di Kalimantan (Bajau, Bugis, Jawa, dan Mandar). Bahasa-bahasa pedalaman Kalimantan yang umumnya disebut “bahasa Dayak”, pernah diteliti sejak abad ke-19, terutama bahasa Iban di daerah Kalimantan Barat dan Sarawak (sekitar 800.000 penutur), bahasa Ngaju di Kalimantan Tengah (sekitar 400.000 penutur) dan bahasa Kayan atau Busang di Kalimantan Barat, Timur dan Sarawak (sekitar 50.000 penutur), bahasa-bahasa Kenyah (sekitar 50.000 penutur). Salah satu ciri dari bahasa-bahasa besar itu fungsi juga sebagai bahasa perantara atau di daerah asal dan sekitarnya. Penutur dialek-dialek bahasa Melayu (Brunai, Sarawak, Banjar, , Berau, dan Bulungan) umumnya tinggal di daerah pantai terkecuali di Kalimantan Barat, di mana dialek Melayu Hulu dipakai sepanjang daerah aliran Sungai Kapuas. Menurut hasil penelitian Adelaar (1995 dan 2005), kemungkinan besar bahasa Melayu berasal dari daerah ini. Menurutnya, sekelompok bahasa Dayak di Kalimantan Barat, yang disebut “Malayic Dayak” oleh Hudson (1970), dan bahasa Melayu memiliki hubungan erat dalam kosakata dan fonologi, bukti bahwa mereka berasal dari sebuah dasar yang sama. Pulau Kalimantan memiliki banyak “bahasa kecil”, yang dituturkan oleh kelompok etnis yang jumlahnya berkisar di antara dua ratus sampai tiga ribu penutur. Dalam kategori ini terdapat misalnya bahasa dari suku Punan, Penan, Basap, Buket, Meratus, Lebbo’ dan juga beberapa bahasa Dayak lain (Guerreiro 2015). Kini bahasa-bahasa itu terancam punah karena pengaruh Bahasa Indonesia, 14 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris, melalui pendidikan formal (sekolah), media massa (radio, televisi dan internet), baik di daerah terpencil maupun perkotaan. Pengaruh lain datang dari bahasa Dayak lain. Sudah sepatutnya bahasa-bahasa kecil ini dijadikan obyek penelitian etno-linguistik secara intensif. Sampai sekarang sedikit sekali kamus (satu bahasa atau dwibahasa) dan kumpulan tata bahasa atau sastra lisan Kalimantan yang diterbitkan di Indonesia atau di luar negeri. Warisan linguistik Pulau Kalimantan yang mencakup sastra lisan (misalnya cerita rakyat, mitos, legenda, pepatah, lagu-lagu, syair dll.) yang kaya sekali sepantasnya mendapatkan perhatian tinggi supaya generasi mendatang dapat mempertahankan warisan budaya nenek moyangnya. Dalam masyarakat adat pedalaman Kalimantan umumnya orang-orang tua saja yang menguasai sastra lisan dan seni budaya yang lain. Pengunaan teknologi digital (video HD dan MP3 yang kemudian dipindahkan ke CD/DVD) dapat membantu perekaman data linguistik dan tradisi lisan sehingga bisa mencegah ancaman kepunahan terhadap bahasa-bahasa itu. Tetapi soal konservasi data-data dalam jangka panjang dan hardware-nya memang perlu dipikirkan lagi. Sementara ini, baru buku yang tetap bertahan lebih lama: tinggal dibacakan dan disimpan dengan baik, juga bisa dipinjam tanpa biaya apa pun. Usaha-usaha yang dimulai sejak tahun 1992 dalam rangka program Ford Foundation dan WWF Indonesia “Kebudayaan dan Pelestarian Lingkungan. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan” (Culture & Conservation - C&C). Seri terbitan dari Kalimantan Resource Center (KRC) pada masa itu sempat dikerjakan oleh Bernard Sellato, yang waktu itu menjabat wakil direktor C&C, dengan empat topik berbeda yaitu “Kamus”, “Sastra Lisan”, “Adat” dan “Sejarah”. Gagasan ini dilakukan di bawah kegiatan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Borneo (YPPB) yang didirikan tahun 1995 dalam rangka kerjasama dengan Borneo Research Council (BRC, Philips, Maine, USA) dan didukung oleh Ford Fondation Indonesia (Jakarta). Tahap pertama dari proyek ini adalah membentuk “Pusat Kebudayaan dan Alam Kalimantan” (PBAK), atau KRC, di Samarinda yang dijadikan sebagai pusat dokumentasi tentang Pulau Kalimantan. Program KRC ini dilaksanakan oleh Kayan Mentarang Conservation Project (KMCP), di bawah tanggungjawab WWF Indonesia di Kalimantan Utara. Daerah konservasi itu kemudian dijadikan Taman Nasional Kayan Mentarang (Kayan Mentarang National Park - KMNP). Setelah Bernard Sellato meninggalkan Indonesia tahun 1996, Cristina Eghenter menggantikannya sebagai Direktur Lapangan (Field Director) C&C dengan Pak Simon Devung, seorang antropolog dan dosen di Universitas Mulawarman, Samarinda (UMUL) yang menjadi direktor KRC. Hasil terbitan linguistik KRC adalah dua buah kamus dan dua kumpulan cerita rakyat: Kamus Bahasa Dayak Kenyah Bakung-Indonesia (1996) dan Kamus Punan Tufu’-Indonesia (1998a), Tekena’ Laking Kuyang ngan Lenjau (bahasa Kenyah Bakung, 1997) dan Tandhik Unjung Nyenginan (bahasa Punan Tuvu’, 1998b). Buku-buku tersebut dilengkapi dengan Bahasa Indonesia. Sayangnya pengedaran buku ini di Kalimantan atau di Pulau Jawa sangat terbatas. Prakata 15

Asal proyek buku Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong ini secara singkat bisa dijelaskan seperti ini. Tahun 2009 waktu mengkunjungi Kalimantan Timur, saya sempat bertemu dengan Dollop Mamung, pengarang Kamus Bahasa Punan Tufu’-Indonesia dan penyunting kisah Unjung Nyenginan yang diceritakan oleh Jalé Unyat dan Lawai Abo’ (terbitan KRC 1998a, 1998b). Dulu, Dollop Mamung pernah menyusun sebuah kamus yang masih ditulis dengan mesin tik (1994). Sewaktu berbincang dengan Dollop Mamung, ia menyebut bahwa dia masih sedang mengumpulkan data-data linguistik untuk memperbaiki kamusnya: entri-entri baru, kosakata (leksikografi) dan percontohan kata yang menjelaskan pengunaan bahasa. Ia bersedia mempersiapkan sebuah versi baru dari kamus yang juga dilengkapi dengan cerita rakyat Punan Tuvu’. Di dalam rumpun bahasa- bahasa Kalimantan, bahasa Punan Tuvu’ mempunyai banyak aspek yang khas. Bahkan dalam kebudayaan dan demografinya Punan Tuvu’ menonjol dibanding dengan masyarakat Punan lain. Lokasi geografis Punan Tuvu’ terletak di daerah Kabupaten Malinau sepanjang daerah aliran Sungai Tubu, dekat Sungai Bahau yang menjadi jalan poros antara Sarawak dan Propinsi Kalimantan Utara, lalu ke arah pantai daerah Sungai Sembakung dan Sebuku, memang istimewa. Dari segi ekologi linguistik, daerah bahasa Punan Tuvu’ terletak di samping daerah penutur kelompok bahasa Apau Duad (Lun Dayeh dll.), bahasa Kayanik (Kayan, Merap, Bahau), Kenyahik dan Murutik. Kekayaan kosakata bahasa Tuvu’ dan hubungannya dengan bahasa-bahasa tetangga, misalnya bahasa Kayan (Barth 1910, Southwell 1990) pantas digarisbawahi. Ada kemungkinan juga bahwa bahasa Tuvu’ merupakan lapisan tua dari bahasa-bahasa Punan dari daerah Kalimantan. Dari sisi lain, saya yakin bahwa peredaran luas terbitan baru Kamus Bahasa Tuvu’-Indonesia beserta cerita rakyatnya dapat memicu pelestarian bahasa dan sastra lisan terutama kepada generasi muda Punan Tuvu’. Mungkin pengaruhnya juga terbentang kepada bahasa tetangganya di daerah Kabupaten Malinau. Kamus Punan Tuvu’ dan teks tradisi lisan, yang sangat menarik dan kadang-kadang lucu, dapat juga menjadi alat perbandingan linguistik yang sangat penting karena jumlah kamus bahasa Dayak atau bahasa Punan yang asal dari daerah ini masih sangat kecil. Tahun berikutnya (2010), waktu berada di Jakarta saya tawarkan ide menerbitkan kembali Kamus Punan Tuvu’ yang diperbaiki oleh perwakilan kantor Lembaga Penelitian Prancis untuk Negara-Negara Timur Jauh (École française d’Extrême-Orient - EFEO) di Jakarta, yaitu Henri Chamber-Loir dan Daniel Perret. Proyek versi baru dari Kamus yang dilengkapi dengan kisah-kisah tradisi lisan memang sangat menarik sehingga pantas untuk menjadi koleksi terbitan EFEO yang bekerjasama dengan Gramedia (Kepustakaan Populer Gramedia). Jaringan toko buku Gramedia di Indonesia yang sangat luas dapat membantu penyebaran buku ini. Akhirnya kami menetapkan bahwa versi baru itu 16 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan akan dikerjakan dengan dua rekan yang pernah meneliti masyarakat adat Punan Tuvu’ dan bahasa dan tradisi di Kalimantan, yaitu Nicolas Césard dan Antonia Soriente. Selama tahap pertama proyek ini (2010–2013) Antonia Soriente dan Dollop Mamung mulai menyempurnakan naskah edisi pertama kamus (1998a). Di samping isinya diperluas, ejaan Kamus diubah dan notasi fonologis kata-kata bahasa Tuvu’ diperbaiki sesuai dengan morfologi bahasanya. Banyak entri baru dan contoh yang ditambahkan. Lalu usaha-usaha mengalir ke sastra lisan Punan Tuvu’: cerita rakyat dan legenda (mbui) yang dikumpul oleh Nicolas Césard dan Antonia Soriente, ditulis kembali bersama dengan teman-teman Punan di Respen Tubu. Di samping itu, kisah Unjung Nyenginan juga diperbaiki teksnya dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia. Bagian-bagian baru ditambahkan, seperti pendahuluan yang lengkap oleh Nicolas Césard dan Antonia Soriente, sebuah penjelasan ringkas tata bahasa dan morfologi, dan daftar tumbuhan-tumbuhan obat. Tahun 2015 ini, akhirnya naskah buku ini selesai digarap. Proses penyiapan naskah buku ini memang berlangsung cukup lama. Jadi saya berharap buku ini akan berguna untuk memperkenalkan kebudayaan Punan Tuvu’ ke khalayak yang lebih luas di Indonesia dan luar negeri. Mudah-mudahan buku ini membangkitkan juga proyek-proyek terbitan linguistik lainnya di Kalimantan agar kekayaan tradisi lisannya dapat dilestarikan.

IrASIA, Marseille, Agustus 2015 Ucapan Terima Kasih

Ada banyak sekali orang dan institusi yang membantu kami selama proses penyusunan buku ini. Pertama-tama kami ingin berterima kasih pada Dollop Mamung, tokoh masyarakat Punan Tubu (pendiri Yayasan Adat Punan) yang banyak bekerja untuk kaum Punan Tuvu’ sendiri dam Punan lain di Kalimantan. Dialah yang membuat kami mengenal bahasa dan budaya Punan sejak dia mulai menyusun Kamus Punan Tufu’-Indonesia (Mamung 1998a). Dalam buku ini Dollop menyumbangkan sebuah cerita berjudul Unjung Nyenginan (Mamung 1998b). Berkat semangat dan tekad untuk tetap melanjutkan usaha yang sudah ditempuh selama beberapa tahun, kami mendapatkan ide yang kemudian dikembangkan bersama masyarakat Punan sendiri melalui diskusi dengan beberapa ketua adat untuk memperbanyak jumlah cerita dan mengembangkan kamus serta sekaligus menerbitkan kembali kamus yang sudah disempurnakan dan mendistribusikannya lebih luas lagi. Selain Dollop, terdapat penyumbang cerita lainnya yaitu Awang Kirit, Amat Kirut, Agat Kelit, Lawai Abo, Jale Unyat, Semion Ubang, Siran Yau, Baya’ Amat, Laing Pangin dan Kasim Amat. Begitu pula dengan puluhan narasumber yang namanya tercatat di bagian akhir buku ini. Mereka semua rela duduk berjam-jam membantu kami di berbagai tempat, baik di Respen Tubu, di desa-desa di Sungai Tubu, dan di tempat lain seperti di Jakarta dan Kota Malinau yang secara kecil atau besar memberikan kontribusi dengan caranya masing-masing. Darip Abot, selaku kepala Desa Respen Tubu (yang dulu juga mendirikan Yayasan Adat Punan) yang mendukung kegiatan petranskripsian serta pemeriksaan cerita dan kamus di desanya. Ia turut menyumbang beberapa entri dalam kamus. Ada cerita menarik bagaimana ia menulis dengan bolpoin tiga dari cerita yang dimuat dalam buku ini dalam versi bahasa Punan Tuvu’ dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Tulisan tangan Pak Darip sangat berguna pada tahap awal kami harus metranskrip kembali hasil rekaman dan mengartikannya dalam bahasa Indonesia. Semoga semangat menulis cerita rakyat tetap dipertahankan dan diturunkan pada anak cucunya. Kami berterima kasih pada Awang Kirut yang selalu membuka rumahnya untuk menerima tamu dan menjadi sumber informasi tak terhingga. Selama beberapa kali kunjungan Antonia Soriente menginap di rumahnya dan akhirnya sangat dekat dengan keluarganya, khususnya anaknya Eris Awang dan istrinya Jeklin Johanis, banyak pengalaman yang bermakna. Eris juga bersedia membantu Antonia dengan mengedit kamus dan cerita. 18 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Begitu juga Miyus Awang dan istrinya Novinda, yang kemudian menye­ diakan tempatnya supaya pekerjaan penyusunan buku dapat dilaksanakan dengan tenang. Novinda tak pernah berhenti menyuguhkan segala santapan yang enak selama di Respen Tubu selain menyambut puluhan tamu yang datang menyaksikan proses pengeditan kamus dan menghadiri acara perekaman dan petranskripsian cerita. Mereka juga selalu siap menjawab pertanyaan tentang kata ini atau itu. Amat Kirut selain menjadi Kepala adat suku desa Respen Tubu, sebenarnya adalah salah satu penyumbang cerita dan seniman yang luar biasa. Dialah yang datang setiap hari ke tempat Antonia Soriente menginap untuk membaca, meralat dan memperbaiki naskah buku ini sambil menyenangkan suasana dengan permainan suling hidung yang menjadi keahliannya dan melagukan lantunan yang langka, serta mengajarkan bermain lipong, satu jenis mainan tradisional. Sampai hari ini hanya ia yang mampu memainkan alat musik ini dengan kesanggupan yang luar biasa dan berusaha meneruskannya pada orang-orang lain. Ia menjadi Bapak Angkat Antonia dan memberikan nama Punan kepada Antonia, Unjung karena menggangap bahwa nama ini melambangkan “perempuan paling dahsyat untuk orang-orang Punan, cantik, berani dan mandiri”. Kami harus berterima kasih juga kepada Kasim Amat, yang selain mem­ bantu kami dengan pengetahuannya yang luas tentang tanaman tradisional dan berbagai hal lain, menjadi teman yang lucu selama kami di Respen. Dia selalu siap dengan cerita menarik dan jenaka dan membuat suasana di teras kami duduk selalu menyenangkan. Kami berterima kasih kepada Siran Yau karena selalu bersedia membagi ceritanya dengan tekun dan lengkap. Dia mampu bercerita berjam-jam tanpa berhenti dan memberikan banyak informasi tentang adat istiadat dan cara penuturan yang ia pelajarinya dari ibu dan neneknya. Begitu juga Pak Bare Tangga di Desa Bila Bekayuk, salah satu orang yang masih bisa bercerita jenis sastra lisan yang langka yaitu Ketuya’. Semoga Pak Bare tetap bisa menurunkan pengetahuannya pada anak-anak muda seperti Hendrik Bilung yang sempat mencoba menulis dan menerjemahkan ceritanya. Sayangnya Ketuya’ yang sempat direkam dari Bare Tangga tidak sempat ditranskripsi dan diterjemahkan untuk dimuat di buku ini. Kami berterima kasih kepada Lukas Ibung yang selalu bersedia me­ nyumbang pengetahuan pada tambahan kosakata dalam Kamus melalui pesan singkat di telepon kepada Dollop. Juga kepada orang-orang lain yang suka datang secara sukarela di tempat kerja kami dan menyumbang secara insidentil beberapa hal seperti Irang Tangga, Dalum Matias, Toran Lawi’, Lungo Awa’, Gabriel Mita. Tak lupa, kami berterima kasih juga kepada Tomas Mita selaku ketua Lembaga Besar Adat Punan Kaltim yang memberikan semangat supaya buku ini cepat terbit dan bisa disebarluaskan di antara semua masyarakat Punan. Begitu juga dengan Dolvina Damus, anggota DPRD Malinau yang mendukung penerbitan ini sebagai suatu contoh pelestarian bahasa yang perlu Ucapan Terima Kasih 19 diikuti masyarakat lain di Malinau. Selain Bahasa Kenyah Lebu’ Kulit dan Òma Lóngh (Soriente 2006) masih banyak bahasa yang perlu dipelajari di daerah Malinau. Terima kasih kami juga kepada mereka yang membagi ceritanya dengan kami, tapi karena keterbatasan waktu dan tempat ceritanya tak dapat dimuat di buku ini. Di antaranya adalah Adai Tangga, Daud Iban, Libun Tingga, Markus Tangga dan Ucan Abi. Nicolas Césard, secara khusus, ingin berterima kasih yang tak terhingga kepada keluarga angkatnya di Respen Tubu, Ucan Abi (alm.), istrinya Terpina dan anak-anaknya, Toyep, Abdon, Dole, Toni, Atidyra, istrinya Dewi Oliviyana, yang telah membantu dan menyambut dia dengan gembira beberapa kali. Institusi yang membantu kami dengan beberapa cara memang cukup banyak. Pertama yang harus disebut adalah Yayasan Apo Kayan (Prancis) yang menyediakan dana awal mula supaya gagasan ini dapat diwujudkan. Kami berterima kasih pada Lembaga Penelitian Prancis untuk Negara-Negara Timur Jauh (École française d’Extrême-Orient - EFEO) Jakarta, khususnya Daniel Perret dan Ade Pristie Wahyo untuk mendukung usaha ini. Daniel Perret percaya betul atas pentingnya penerbitan buku-buku seperti ini yang ditulis dalam bahasa daerah dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia supaya dapat disediakan pada masyarakat luas dan dapat ditemukan dalam toko buku. Ade Pristie Wahyo sudah dengan tekun membaca naskah ini dan mengeditnya dengan tuntas. Walaupun usaha ini memakan waktu jauh lebih banyak daripada yang direncanakan, wakil dari EFEO ini tetap sabar menunggu sampai naskah disempurnakan. Terima kasih juga pada Diah Novitasari yang telah membantu membuat tata letak bukunya. Terima kasih pada penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) karena dukungan, dan usahanya untuk memperkenalkan bahasa daerah pada khalayak ramai dan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), terutama ketua Pudentia dan Robert Sibarani untuk membaca, mengedit dan mendiskusikan isi cerita dari buku ini. Terima kasih tentunya harus disampaikan juga kepada WWF Indonesia serta Cristina Eghenther dan Bernard Sellato yang mengijinkan kami mengambil bahan dari Kamus (Mamung 1998a) dan dari Cerita Rakyat Punan Tubu (Mamung 1998b) untuk diedit dan dikembangkan menjadi buku yang baru ini. Bernard Sellato juga banyak memberikan saran dan informasi penting untuk penyusunan buku ini. Terima kasih pada Institut penelitian Antropologi Max Planck (Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology) yang menyediakan tempat kerja sehingga Antonia Soriente dan informannya leluasa memeriksa naskah ini dan mendukung kegiatannya selama beberapa tahun. Institut Bahasa dan Budaya Asia dan Afrika dari Universitas Tokyo (Research Institute for and Cultures of Asia and Africa - Tokyo University of Foreign Studies - ILCAA TUFS) patut juga dihargai peranannya sebagai pendukung kegiatan dokumentasi bahasa di Indonesia melalui konferensi dan workshop di Indonesia dan di luar negeri. 20 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Begitu pula dengan Universitas Napoli “L’Orientale” yang mendukung kegiatan menyusun buku ini. Terima kasih juga harus disampaikan kepada Patrice Levang, Edmond Dounias dan tim penelitian Pusat Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research - CIFOR) dan Lembaga Penelitian untuk Pembangunan (Institut de Recherche pour le Développement - IRD) serta beberapa rekan dari bidang lain yang juga pernah menjawab beberapa pertanyaan kami seperti Rajindra Puri dan Miyako Koizumi. Kami berterima kasih juga pada dua mahasiswa dari Universitas Napoli “L’Orientale”, Italia, Alfonso Cesarano dan Dario De Falco, yang pernah membantu dalam memformat dan mengedit beberapa bagian dari buku ini. Alfonso membuat beberapa ilustrasi di dalamnya. Terima kasih kepada Rozikin yang juga membantu proses pembuatan beberapa ilustrasi lainnya. Ilustrasi itu sendiri semuanya berasal dari foto yang pernah diambil Antonia Soriente di Balai Adat di Respen Tubu. Terima kasih kami ucapkan juga kepada Dominique Wirz yang telah mengizinkan kami untuk menggunakan foto-fotonya sebagai sampul buku ini. Kami meminta maaf sedalam-dalamnya kalau ada nama-nama orang yang lupa kami sebutkan di sini. Kami juga yakin bahwa buku ini jauh dari sempurna dan setelah diterbitkan akan ditemukan kesalahan di sini sana. Tapi maklumlah ini usaha awal yang hendak dilanjutkan di kemudian hari oleh orang-orang Punan Tubu sendiri. Kata Pengantar

Yang Lalu Yang Tak Lekang: Dongeng dan Mitos Suku Punan Tuvu’ dari Kalimantan1

Nicolas Césard dan Antonia Soriente

Suku Punan, Kaum Nomad dari Kalimantan Masyarakat pemburu-pengumpul yang hidup menghuni hutan diidentifikasi sesuai dengan wilayah tempat mereka tinggal. Istilah “Punan” atau “Penan” merupakan nama suku (etnonim) yang paling sering digunakan oleh suku-suku menetap yang ada di Kalimantan (baik Dayak maupun Melayu). Umumnya, kata Punan dibedakan dengan istilah “Dayak”, istilah yang digunakan oleh para penduduk yang telah memeluk Islam di wilayah pesisir untuk menyebut kelompok para petani berpindah atau petani menetap. Berbeda dengan masyarakat Dayak, yang jumlah penduduknya besar, dan yang kebanyakan telah menjaga penamaan diri sendiri (endonim), kelompok-kelompok nomad secara sukarela mengambil nama Punan atau Penan. Seiring waktu dan dengan kecepatan yang semakin meningkat dalam dasawarsa terakhir ini, kelompok-kelompok nomad Kalimantan, sebagai­ mana masyarakat pemburu-pengumpul lainnya di dunia, mengalihkan secara bertahap gaya hidup mereka ke gaya hidup yang lebih menetap yang mengarah ke berbagai bentuk pertanian. Saat ini, mayoritas kaum nomad sudah bisa dikatakan menetap (atau semi-menetap), sehingga jumlah total pemburu-pengumpul nomad murni saat ini di Pulau Kalimantan kemungkinan besar tidak lebih dari beberapa ratus individu. Sekarang hampir semua orang Punan memakai isitlah “Dayak Punan”.

1 Bagian “ Kata Pengantar” ini diterjemahkan oleh Feybe I Mokoginta. 22 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Sementara itu, budaya serta bahasa kelompok dan subkelompok nomad di seluruh pulau sangat bervariasi antara satu dengan lainnya. Seiring waktu, beragam hubungan yang sering terjadi antara kaum nomad dengan berbagai kelompok Dayak yang telah menetap menyebabkan ragam bahasa dan budaya mereka menjadi sangat berbaur. Di saat yang sama, perpecahan hingga migrasi independen dari beberapa keluarga nomad yang memiliki hubungan kekerabatan namun tergabung pada kelompok-kelompok menetap yang berbeda yang berjauhan secara geografis, telah menciptakan perbedaan-perbedaan yang semakin mencolok di antara kelompok-kelompok nomad. Saat ini, sebagian besar masyarakat pemburu-pengumpul Kalimantan tersebar pada suatu kontinum yang terunut dari nomadisme hingga sedentarisme, dari gaya hidup sebagai perburu dan pengumpul hingga gaya hidup petani ladang, dari kesetaraan sosial hingga sistem stratifikasi sosial formal. Sejumlah istilah telah dan masih digunakan para etnis petani dari wilayah- wilayah yang berbeda untuk menyebut kaum nomad (Buket/Bukat, Basap/ Basep, Ut, dll.). Istilah-istilah ini membuktikan beberapa persepsi: keluarga nomad yang berdekatan tinggal lebih ke hulu, hidup di wilayah pegunungan yang terletak di pedalaman, tidak mempunyai tempat tinggal tetap, dan berpindah secara terus-menerus. Eksonim pertama, yang diberikan oleh suku Dayak yang hidup berdekatan, pada umumnya diikuti oleh sebuah nama kedua, kebanyakan sebuah toponim, yang membedakan kelompok dan subkelompok. Pada kasus nama Punan Tubu yang menjadi fokus di buku ini, atau sebagaimana mereka sendiri menamakan diri Punan Tuvu’, etnonim ini berarti orang “Punan dari Sungai Tubu”. Bertumpu pada data-data etnohistoris dan linguistik, Sellato dan Sercombe (2007) menawarkan sebuah klasifikasi sementara yang terdiri dari delapan kategori untuk seluruh Pulau Kalimantan yang salah satu kategorinya memasukkan suku Punan Tubu dan suku Punan Malinau.

Kontroversi Asal-Usul Kaum Nomad Kalimantan Seperti telah diutarakan, ada kecenderungan di antara para pemburu-pengumpul, khususnya pada abad terakhir, untuk beralih secara progresif dari cara hidup berpindah ke cara hidup menetap yang melibatkan penerapan sistem pertanian. Proses menetap kelompok-kelompok nomad ini merupakan suatu kecenderungan sejarah dalam kerangka waktu, sosial, ekonomi, dan politik tertentu. Di samping itu, kecenderungan ini tidak berarti bahwa kaum nomad beralih seutuhnya pada pertanian, terutama pertanian padi ladang, budidaya bahan pangan utama kelompok-kelompok lainnya yang telah menetap di Kalimantan. Sebagian besar dari kelompok-kelompok itu menyesuaikan strategi bahan pangan dengan situasi dan kesempatan yang tersedia bagi mereka, melakukan, secara bergiliran atau sekaligus, sejumlah aktivitas ekonomi, seperti perburuan, penangkapan ikan, pemetikan, hortikultura, pertukangan, pengumpulan dan/atau perdagangan hasil- hasil hutan. Kata Pengantar 23

Namun demikian, kecenderungan yang cukup anyar yang mengarah ke pertanian sederhana ini tidak memperhitungkan apa pun mengenai evolusi beberapa abad atau milenium yang terjadi sebelumnya. Perihal asal-usul para pemburu-pengumpul, beberapa teori mencoba untuk meninjau mereka sebagai sisa-sisa kebudayaan yang sedang dalam peralihan ke pertanian (Hose & MacDougall 1912, Urquhart 1959). Di samping itu, berdasarkan sifat-sifat yang bertentangan antara budaya dan pranata tatanan sosial kaum nomad dan kaum petani, terdapat teori-teori lain yang menyokong pendapat jika budaya pemburu dan pengumpul khas dari kaum nomad Kalimantan adalah murni orisinal dan tidak bertaut dengan budaya kelompok petani yang juga kenal beberapa ciri dari pemburu dan pengumpul (Heine-Geldern 1946, dan yang lebih baru lagi Nicolaisen 1976a, 1976b). Beberapa hipotesis baru mengenai beberapa migrasi individu penutur bahasa Austronesia di Kalimantan pada empat milenium silam (Bellwood 1985, 1997) mengemukakan pandangan jika orang-orang yang datang ke pulau besar itu telah membentuk kelompok-kelompok petani sebelum menyebar di pulau tersebut. Mengingat fenotipe para pemburu-pengumpul Kalimantan masa kini menyerupai fenotipe tetangga mereka yang menetap dan berbahasa Austronesia, hipotesis ini memandang kaum nomad sebagai keturunan jauh para petani pertama tersebut yang hidup menetap di dalam hutan dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang mengarah ke perburuan dan pengumpulan. Alasan- alasan dari perubahan semacam itu bisa jadi karena tuntutan politik – untuk menghindari peperangan dan menurunkan rasa tegang antar-kelompok, setelah terjadi pertikaian politik internal – dan/atau tuntutan ekonomi – khususnya pada eksploitasi sumber daya hutan untuk perdagangan. Walau begitu, hipotesis ini tidak meperhatikan sejumlah pertimbangan lain yang menekankan bahwa stok genetika, bahasa, dan budaya fisik para penduduk Kalimantan tidak mesti terkait (Sercombe & Sellato 2007). Memang ada kemungkinan bahwa sebelum ekspansi orang Austronesia, Pulau Kalimantan dihuni oleh kelompok-kelompok yang murni berbahasa non- Austronesia, yakni penutur bahasa Austroasia. Hal ini diperkuat oleh hipotesis bahwa beberapa dari kelompok nomad di Pulau Kalimantan, di antaranya Punan Tuvu’ ini, bersama dengan beberapa bahasa dari kelompok yang dinamai oleh Hudson Kelompok Rejang-Baram, memperlihatkan ciri leksikal dari suatu susbstratum lama yang mengkonfirmasi teori Hudson bahwa Kelompok Rejang- Baram berkerabat dengan Kelompok Land Dayak (yang sekarang dinamakan Bidayuh; lihat misalnya Sellato 1993). Substratum bahasa yang sementara waktu kami namakan Punan-Rejang-Baram-Bidayuh juga mengacu pada hubungan di luar Pulau Kalimantan, yaitu pada beberapa ciri sama yang terdapat dalam bahasa Aslian dari Semenanjung Malaysia, salah satu dari bahasa Austro-asiatik (lihat Adelaar 1995, Sellato 1993 dan Sellato & Soriente 2015). Kelompok-kelompok 24 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan pertama yang menghuni Pulau Kalimantan ini merupakan pemburu-pengumpul, sebagaimana yang dibuktikan secara khusus melalui data ekskavasi di gua-gua di Niah, dan kedatangan mereka mungkin didahului oleh para penutur awal bahasa Austronesia. Selain fakta-fakta tersebut, terdapat juga kemungkinan jika para imigran Austronesia lebih merupakan nelayan, pengumpul hasil hutan dan/atau hortikulturis daripada petani penuh waktu (Bellwood 1999). Sehingga, alih-alih menerima pendapat tentang kepunahan menyeluruh populasi non-Mongoloid atau Austro-Asia setelah kedatangan kelompok-kelompok Austronesia ke Kalimantan, Sellato mengusulkan suatu pemindahan bertahap dari bentuk-bentuk hortikultura terhadap wilayah pedalaman (Sellato 1993, 1994), yang mungkin diiringi dengan perkembangan kebiasaan baru dari pemburu dan pengumpul. Perpindahan bertahap ini barangkali membawa kelompok yang berbeda memilih situasi ekonomi yang berbeda, termasuk teknik pangan yang bervariasi, di antaranya budaya perburuan-pengumpulan yang baru, yang mungkin, baik dalam bentuk asli atau yang sudah dimodifikasi, masih bertahan hingga hari ini pada beberapa kelompok. Kemiripan budaya antara kelompok nomad Kalimantan telah sering diamati. Memang benar bahwa kelompok itu memiliki beberapa ciri khas yang sama: pertama-tama, kesamaan cara memenuhi kebutuhan pangan (terutama terfokus pada panen sagu), dan juga sebuah ideologi yang berlainan dengan ideologi para petani, yang terdapat pada banyak kelompok mantan nomad yang, baik sebagian maupun keseluruhan, telah menetap. Selain hal itu, ada juga teori yang menyatakan bahwa bahasa dari kebanyakan, jika bukan seluruhnya, kelompok nomad tampaknya kurang lebih bertalian (Hudson 1992, Sellato 1993); penelitian etnohistoris menunjuk ujung barat laut Pulau Kalimantan (saat ini Sarawak) sebagai daerah asal kelompok-kelompok nomad Kalimantan.

Tatanan Sosial dan Ciri-Ciri Lain Kaum Nomad Masyarakat pemburu-pengumpul Kalimantan, yang bergaya hidup nomad dan yang memiliki tatanan sosial tidak tetap, tampak terbuka, individualistis, pragmatis, oportunis, egalitaris, dan juga tidak mudah memeluk suatu keyakinan agama atau paham yang terstruktur (Sercombe & Sellato 2007). Individu di dalam kelompok memiliki kedudukan yang sama dan bebas menentukan pilihan yang dianggap terbaik. Bagi setiap keluarga, pilihan mengenai subkelompok diambil secara otonom. Hingga saat ini, para kepala keluarga terus mencari aktivitas ekonomi yang dianggap dapat meningkatkan kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok etnis, atau kelompok nomad, terdiri dari sejumlah subkelompok yang berbeda-beda. Meskipun subkelompok-subkelompok ini masih memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain melalui hubungan darah atau perkawinan dan seringkali juga hidup di wilayah yang sama. Umumnya kelompok ini tidak memiliki bentuk tatanan politik apa pun, boleh dikatakan mereka tetap terpisah Kata Pengantar 25 satu sama lain, kecuali saat terjadi perkawinan antarsubkelompok dan saat mereka mengadakan pertukaran atau perdagangan. Di bawah pimpinan tak resmi seorang sesepuh berpengalaman, laki-laki atau perempuan, subkelompok itu membentuk sebuah komunitas yang sedera­ jat, yang setiap anggotanya, setiap keluarganya berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan tetap bebas memisahkan diri dari kelompok itu dan bergabung dengan kelompok lain jika individu atau keluarga itu menginginkannya. Walaupun demikian, terpengaruh oleh para tetangga petani, subkelompok nomad itu dapat membangun bentuk kekuasaan herediter yang lebih formal (Langub 2004, Césard 2007, 2014, Brosius 2007) dan terkadang bahkan mengadopsi sebentuk stratifikasi sosial yang dapat dikatakan longgar. Setiap pondok di dalam sebuah pemukiman nomad dihuni oleh sepasang suami istri, anak-anak mereka yang masih kecil, dan terkadang seorang tua yang pasangannya sudah meninggal. Setelah berkawin, pasangan muda mendirikan pondok baru sebagai tempat tinggal. Ikatan perkawinan pada umumnya dilakukan antara keluarga-keluarga dalam satu subkelompok, dan subkelompok ini menemukan kesatuannya melalui berbagai pertalian kekerabatan para anggotanya. Akan tetapi, kekompakan sosial yang erat ini tidak dapat mencegah munculnya konflik dalam hal pilihan ekonomi. Sebagian besar berawal dari perselisihan intern atau tekanan dalam hal sumber bahan pangan di wilayah hunian. Sehingga subkelompok seringkali mengalami perpecahan, dan setiap kelompok baru mengambil jalan yang berbeda. Mengingat kegiatan utama subkelompok adalah untuk menjamin keter­ sediaan pangan, maka nomadisme merupakan cara yang paling menguntungkan­ untuk mencapai tujuan tersebut hingga belum lama ini. Begitu pula, disebabkan subkelompok itu harus senantiasa berada di dekat sumber makanan utama, pohon sagu, maka besarnya dan lokasinya hutan kecil pohon sagu menjadi salah satu faktor penentu frekuensi dan luas pergerakan subkelompok itu. Faktor-faktor lain, seperti perburuan kepala manusia (pengayauan), dapat juga mempengaruhi pergerakannya. Wilayah keluarga nomad ditentukan sesuai lingkungannya: daerah ini mencakup sebuah wilayah hutan tropis, umumnya hutan dataran rendah dan hutan dataran menengah yang menaungi sumber-sumber pokok. Namun, sebagian besar hutan di dataran rendah dikelola oleh kelompok petani, yang sistem pengolahan pertanian bakar ladang mengakibatkan munculnya sebuah hutan sekunder. Wilayah kaum nomad biasanya terdiri dari sebuah rangkaian pegunungan dengan bukit dan gunung tinggi atau yang ditandai oleh percabangan dua daerah aliran sungai atau lebih. Pada umumnya, kawasan ini terletak di seberang wilayah para tetangga menetap yang terdekat, wilayah tetangga ini berfungsi sebagai batas wilayah bagi kaum nomad. Batas ini seringkali tidak tetap, para petani menggeser batas tersebut saat mereka memperluas lahan pertanian mereka atau saat mereka membuka pemukiman sementara yang baru. 26 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Bagi kaum nomad Kalimantan, hutan, beserta kekayaan flora dan faunanya, adalah sumber penghidupan pokok tempat mereka bergantung secara permanen demi otonomi makanan mereka, khususnya konsumsi sagu. Menurut kelompok dan wilayah yang terkait, 100 hingga 200 spesies tanaman hutan dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, di antaranya akar-akaran yang dapat dimakan, daun-daunan, tanaman pakis, rebung, jamur, dan lebih dari 50 jenis buah- buahan (Puri 2001). Para nomad tidak memiliki hewan peliharaan kecuali anjing yang mulai dipelihara belum lama ini. Kaum tersebut dikenal sebagai pemburu yang handal, khususnya dalam kelihaian mereka menggunakan sumpit untuk menangkap sejumlah besar jenis hewan (monyet, tupai, dan burung). Meskipun demikian, binatang buruan kesukaan mereka tetaplah babi hutan (Sus barbatus), sumber protein dan lemak yang penting yang akhir-akhir ini mereka buru dengan ditemani oleh anjing dan dengan menggunakan lembing. Penangkapan ikan sejak dulu hingga sekarang jarang dilakukan. Seperti para pemburu-pengumpul lain di dunia, mereka yang berada di Kalimantan membagi barang milik mereka yang tidak tahan lama, umumnya makanan. Sebagian besar juga sependapat dengan pandangan bahwa bumi adalah sumber dari semua hal yang menjamin kebutuhan hidup mereka, dan bahwa semua yang ada secara alamiah dihuni oleh suatu kekuatan spiritual (Lee & Daly 1999). Namun demikian, ekspresi kehidupan ritual kaum nomad secara umum kurang. Dahulu, baik kelahiran, kematian, maupun perkawinan bukanlah merupakan peristiwa penting dan tak ada ritus peralihan apa pun yang dilakukan pada saat-saat tersebut (Nicolaisen 1976). Berlainan dengan kelompok petani, yang semua aktivitas penanaman padinya sangat dipenuhi oleh ritus, kaum nomad hanya memiliki sedikit pantangan, guna-guna, ramalan, atau upacara, yang terkait dengan produksi makanan, baik itu untuk ekstraksi sagu, perburuan, atau pengumpulan. Sejumlah kepercayaan dan ritus yang saat ini dapat diamati pada kaum nomad yang menetap atau semi-menetap merupakan hasil pinjaman dari tetangga yang menetap yaitu kaum petani. Hampir tiadanya ritus yang mencolok ini, serta kemungkinan adanya sebuah panteon khusus, mengedepankan perbedaan antara agama masyarakat nomad Kalimantan dengan sistem kepercayaan etnis petani.

Etnohistori Singkat Suku-Suku Punan Tuvu’ dan Punan Malinau Dari segi jumlah, suku Punan Tuvu’ dari Sungai Tubu dan dari Sungai Malinau merupakan kelompok paling besar di antara para mantan pemburu-pengumpul Kalimantan, tersebar di 41 desa / dukuh (lihat Peta 1) (3.500 hingga 4.000 orang menurut Kaskija 1998, Sitorus dkk. 2004). Hampir 40% penduduk nomad dari Kalimantan tinggal di wilayah tersebut, yang membentuk juga hampir setengah populasi pribumi non-Muslim (Dayak) provinsi itu (Kaskija 1988). Asal-usul suku Punan di Sungai Tubu dan Sungai Malinau bermacam-macam. Malah Kata Pengantar 27

Peta 1. Persebaran Desa Punan di Sungai Tubu dan Sungai Malinau 28 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan autonim sendiri, yaitu Punan Tuvu’, menunjukkan sesuai dengan pengakuan sendiri bahwa suku Punan Tuvu’ datang dari Sungai Tubu. Suku-suku Punan dari Tubu (termasuk Punan Malinau) tidak berasal dari sungai dengan nama yang sama, namun mungkin berasal dari Sungai Mentarang, dan sebelumnya datang dari daerah Sesayap di dekat pantai. Kemungkinan besar itu terjadi pada abad ke-18 saat migrasi suku Abai (Abai/ Berusu) ke arah hulu. Kelompok-kelompok ini barangkali hidup di Sungai Sembakung, menetap di hulu Sungai Sembuak, kemudian Sungai Plen, sebelum memasuki Sungai Mentarang dan Sungai Tubu, hingga akhirnya tiba di Sungai Malinau. Tahap-tahap perdagangan hasil hutan dan pergeseran perdagangan dari wilayah pesisir ke bagian hulu yang terjadi secara berturut-turut memainkan peranan penting dalam perubahan sosial dan politik di wilayah tersebut, terutama dalam hal persebaran kelompok nomad (Sellato 2002). Meskipun demikian, hipotesis ini tidak memperhatikan sejumlah pertimbangan lain, terutama bahwa secara genetika, bahasa, dan budaya nyata penduduk Kalimantan tidak mesti berhubungan. Pada tingkat kelompok lokal, keluarga-keluarga Punan seringkali men­ definisikan sejarah mereka secara kabur. Namun demikian, mayoritas keluarga dari Sungai Tubu memiliki ingatan yang sama tentang kehidupan mereka di hulu dan tentang wilayah mereka yang lama. Para pinisepuh dapat menceritakan siapa para leluhur pendiri kelompok, dan juga lokasi penyebaran lama yang memberikan suatu rasa keterikatan dalam sebuah kelompok yang sama kepada kelompok yang berbeda. Menurut sejumlah penelitian yang dilakukan belum lama ini, tampaknya keluarga-keluarga itu berpindah dari bagian hilir Mentarang hingga ke Sungai Pada dan Sungai Ranau (masa Ape) sebelum berangkat lagi menuju hilir Sungai Tubu (masa Nco Abon). Di antara daerah aliran Sungai Tubu dan Mentarang, pada sebuah dataran tinggi yang dinamakan ’ Unggit, keluarga-keluarga itu telah membentuk empat kelompok (masa Laing Tukuk Batu): Duru (“petir”) Bota’ Unggit, Duru Bota’ Langui, Duru Inda Pangin, dan Duru Nggun Liyum. Beberapa keluarga tinggal di Bota’ Unggit sebelum berpindah ke Sungai Mentarang, sementara yang lain menetap di Sungai Menabur, kemudian di Sungai Kalun. Artinya, keluarga-keluarga Punan bisa jadi telah mendiami Tubu bagian hulu untuk pertama kalinya sekitar tahun 1820, sebelum berpindah ke hulu Malinau sekitar tahun 1850 ketika sejumlah keluarga Punan menyusul perpindahan kaum Merap (Kaskija 2002), dan selanjutnya membentuk subkelompok Punan dari Malinau (saat ini Punan Metut, Pelancau, dan Lake). Berpisahnya kelompok-kelompok di Bota’ Unggit ke arah Mentarang dan Menabur, kemudian dari Menabur ke arah tengah dan hilir Tubu, atau bahkan ke arah Kalun, terjadi sekitar tahun 1900. Beberapa migrasi lama suku Punan dari Bahau telah tercatat di hulu Tubu, demikian juga dengan migrasi suku Beketan (Punan) yang datang dari Sarawak di bagian hulu Malinau. Mereka merupakan sebuah kelompok Punan yang asal-usulnya tidak jelas, kemungkinan besar Kata Pengantar 29 pernah tinggal di Sungai Malinau sebelum kedatangan suku Merap dan keluarga- keluarga Punan yang datang dari Sungai Tubu. Menurut sumber-sumber alamnya (pohon sagu, pohon buah-buahan, binatang buruan, dll.) dan tanah yang dapat diolah (sungai, ladang, dll.), setiap kelompok Punan berpindah secara teratur ke bagian dalam sebuah wilayah hutan yang sangat luas. Dahulu, batas-batas teritorial pada umumnya dibagi di antara keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan, dan sering terjadi, individu-individu dari dua kelompok yang bertetangga bertemu di ladang dan bercocok tanam secara gotong royong. Selama peperangan antarsuku, di bawah kepemimpinan yang dipercayakan kepada beberapa individu, dan terkadang kepada beberapa orang dekat dengan mereka, atau pimpinan perang, keluarga nomad bersekutu dengan subkelompok yang berdekatan dan tetangga yang telah menetap, suku Abai dan suku Merap. Kematian sejumlah pemimpin dan tamatnya riwayat pengayauan disertai juga dengan menghilangnya wewenang dalam kelompok lokal bisa menjadi pemicu keluarga berpisah kembali, beberapa di antara mereka pergi hidup di hutan; dan hal ini berlangsung hingga seseorang di dalam kelompok kembali ingin berkuasa atas yang lain. Hilangnya kekuasaan para pemimpin perang yang terakhir diiringi pula dengan perginya para keluarga akibat serangan penyakit, terutama epidemi cacar dan flu. Terpecahnya kelompok itu terlihat pada sejumlah besar dusun yang disensus oleh Sitsen, penilik pemerintah kolonial, pada kunjungan perdananya. Sepanjang tahun 1920-an, dengan bantuan pedagang Ahmad Mada’, Sitsen mencoba mengelompokkan keluarga-keluarga yang berada di hulu. Dengan perantaraan kelompok menetap, seperti orang Abai dan Merap, yang menampung produk-produk hutan yang dikumpulkan oleh suku Punan (Césard 2007), dan di bawah tekanan pemerintah kolonial, dan juga tekanan Kesultanan Tanjung Selor, subkelompok nomad turun dari perbukitan di pedalaman dan menetap di dekat sungai yang dapat ditelusuri dengan perahu. Maka, kampung-kampung campuran nomad-petani pun bermunculan. Apabila perpindahan perdana ini bagi pemerintah kolonial bertujuan untuk memastikan pengawasan penduduk yang lebih baik, khususnya demi menghindari pengayauan, kampung itu juga memiliki tujuan komersial. Keluarga nomad yang tinggal di sana mempraktikkan sistem hortikultura sebelum beralih pada perladangan sederhana. Keterlibatan keluarga nomad dalam pengumpulan produk hutan dengan cepat menjadi maksimal, dan demi memenuhi tujuan tersebut, semakin banyak kaum lelaki yang meninggalkan keluarga dan dukuhnya. Tertera pada sejumlah peta dan dokumen administratif sejak tahun 1930, nama-nama pertama desa di sana mengungkapkan penyatuan beberapa kelompok yang paling menonjol. Namun, tidak seperti Desa Abai dan Merap, sebagian besar pemukiman Punan masih sebatas pondok-pondok sederhana (lepou) yang dihuni secara tidak tetap. Selanjutnya, kelompok menetap (atau yang sedang dalam proses menetap) lainnya diakui secara resmi, khususnya saat mereka 30 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan menetap di daerah hilir. Walau mayoritas kelompok ini berjumlah antara 20 dan 30 keluarga, ada beberapa yang terdiri dari puluhan keluarga (Long Lihi) bahkan hingga empat puluhan atau lebih (misalnya jumlah keluarga di Long Agis mencapai angka dua ratus pada tahun 1940). Setelah penyatuan tersebut, sejumlah desa memiliki beberapa pemimpin (Menabur, Kalun, Rian) sedangkan yang paling kecil (misalnya kelompok dari Tubu Tengah) pada umumnya hanya mempunyai seorang pemimpin. Yang dulu merupakan pemimpin perang dan kemudian menjadi pemimpin kelompok ini, lama-kelamaan mereka diangkat sebagai atau digantikan secara resmi oleh seorang kepala desa. Sitsen mencatat kesulitan dalam memelihara, setelah disatukan, kelompok-kelompok ini agar tetap bersama. Saat ini pun, beberapa keluarga tidak muncul secara teratur selama beberapa minggu, bahkan beberapa bulan, baik per keluarga atau dalam jumlah banyak, untuk mencari buah-buahan dan binatang buruan. Selama perjalanan ini (masa muvut), keluarga itu menemukan kembali lokasi yang mereka kenal, perkemahan perburuan atau pengumpulan lama, terkadang dukuh yang telah ditelantarkan, lokasi yang umumnya dekat dari pangkalan utama mereka. Khusus di hulu, anak laki-laki muda, dan juga para kepala keluarga, sering juga meninggalkan desa mereka selama berbulan-bulan, terkadang bertahun-tahun, untuk bekerja di Malaysia Timur (terutama di Sarawak). Meskipun demikian, usainya perang antarsuku, dan terutama penanaman padi yang (hampir) setiap tahun yang menggantikan pengambilan pati sagu, telah mengurangi mobilitas keluarga-keluarga itu, terutama karena mereka sibuk di desa dan di ladang mereka. Beberapa keluarga memilih menjauhkan diri dari kelompok untuk sementara dengan pergi dan hidup di ladangnya sendiri (umoh) selama beberapa waktu dalam setahun. Belum lama ini, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, tak jarang keluarga di sebuah kampung sering mengabaikan rumah mereka setelah beberapa tahun ditinggali demi sebuah lokasi baru yang semuanya harus dibangun dari awal. Jadi, banyak orang dari kelompok menetap mengganti tempat tinggal mereka setiap empat atau lima tahun. Beberapa situasi ekstrim dapat juga memaksa keluarga itu untuk pindah: kasus paceklik dan kelangkaan bahan pangan, serta juga berbagai epidemi, atau bagi kelompok kecil, seperti di masa lalu, karena kematian kerabat dekat. Perpindahan desa secara besar- besaran di daerah Tubu bagian tengah ke Sembuak di dekat desa besar Malinau di awal tahun 1970-an menandai menetapnya keluarga-keluarga di desa untuk selamanya. Pembentukan program RESPEN (Resetelmen Penduduk) termasuk dalam program nasional pemerintah “pembinaan suku-suku terasing” yang luas (Guerreiro 2004). Program ini secara resmi bertujuan untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan serta memberikan pendidikan formal bagi semua warga, dan secara tidak resmi, demi memungkinkan pengawasan pemerintah. Kata Pengantar 31

Situasi Suku Punan dari Sungai Tubu Saat Ini Setelah proses adaptasi yang sulit di tanah yang baru, saat ini sebagian besar keluarga yang menetap di bagian hulu memiliki dan mengolah ladang dan kebun, beberapa menjual hasilnya di pasar yang ada di sekitar mereka. Jauhnya wilayah Tubu, proses menetap, dan pertanian permanen, mengurangi secara progresif frekuensi perjalanan pengumpulan di hulu. Pada awal tahun 2000-an, keluarga- keluarga yang tinggal di hulu masih tinggal di dukuh-dukuh kecil yang dihuni oleh enam keluarga untuk dukuh yang terkecil, dan lebih dari dua puluh keluarga untuk desa yang terbesar seperti di Long Pada dan Long Titi (Dounias & Levang 2006). Persebaran desa dan dukuh di Sungai Tubu bisa dilihat di Peta 2 di bawah. Tahun 2014, lima desa telah diakui secara resmi (terdiri dari kurang lebih 1.000 orang untuk kepadatan penduduk yang kurang dari satu orang per km²) (Sitorus dkk. 2004). Para penduduk menanam padi ladang (perladangan) dan meskipun bukan lagi nomad, mereka tetap melanjutkan kegiatan masuk hutan musiman untuk mencari hasil-hasil hutan. Sejak 1999, bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Malinau dengan Kota Malinau sebagai ibukota kabupaten (2003), penerapan undang-undang mengenai otonomi daerah menciptakan masalah kepemilikan tanah pada tanah yang sebelumnya dialokasikan untuk keluarga-keluarga Punan. Perluasan Kota Malinau yang tak jauh jaraknya menaikkan nilai tanah itu sebesar empat kali lipat, dan tanah itu dituntut (seringkali secara berlebihan) oleh para tetangga mereka, kaum Putuk (Lun Daye) dan Tidung yang dahulu sering mengunjungi tanah tersebut. Keluarga-keluarga itu menjual tanah mereka, misalnya kepada pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, namun, sebagian besar tanah itu diambil oleh penduduk biasa tanpa kompensasi. Menghadapi tantangan baru yang terkait dengan kepemilikan sumber alam ini, beberapa keluarga teringat akan bukit di daerah Tubu, desa mereka dan wilayah asal mereka, dan berniat untuk kembali ke sana. Sejak beberapa tahun yang lalu, harapan ini didorong oleh kehadiran perusahaan pengelola hutan yang ingin mengeksploitasi wilayah Punan dan oleh proyek pemerintah yang ingin membuat jalur jalan di dekat desa- desa di hulu. Untuk mengantisipasi pembangunan ini, sejak awal tahun 2000-an, keluarga yang tinggal di hilir telah mempertegas kehadiran mereka di hulu, baik dengan memasang batas pada wilayah mereka atau dengan mendirikan sejumlah pos. Pada tahun 2013, pembentukan Kecamatan Sungai Tubu yang telah lama dinantikan membawa sebentuk pengakuan kepada keluarga Punan dan lebih banyak sumber pendapatan bagi desa-desa di hulu. Sejak berdirinya kabupaten, kemudian kecamatan yang baru, dukuh-dukuh menerima bantuan pembangunan sekolah (tiga SD dan satu SMP di ibu kota kecamatan Long Pada), rumah, dan bantuan fisik pokok (puskesmas, bahan bangunan, panel surya untuk listrik, dll.). Namun, kemajuan ini masih dibatasi oleh jarak dengan Kota Malinau dan 32 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan transportasi melalui sungai. Sesungguhnya, akses menuju dukuh-dukuh di hulu tetap menjadi kendala utama. Meskipun Sungai Tubu dapat ditelusuri sepanjang tahun oleh perahu motor kecil, pelayaran tersebut berbahaya dan sulit untuk dilakukan. Sesudah Desa Long Pada, desa yang lebih ke hulu atau yang ada di sepanjang anak Sungai Tubu, misalnya Sungai Kalun, Rian, dan Menabur, seringkali hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.

Peta 2. Desa / dukuh dan wilayah kelompok Punan Tuvu’ di Sungai Tubu. Kata Pengantar 33

Pada pertengahan tahun 1920-an, penilik Sitsen mengusulkan untuk mendata kelompok yang berbeda (atau lebih tepatnya subkelompok) berdasarkan wilayah mereka. Sepanjang Sungai Tubu, dibedakan suku Punan dari Menabur, suku Punan Unggit [Djoenghit] yang juga ada di Mentarang, suku Punan Rian, tetangga dari suku Punan Kalun, suku Punan Tano’ Kenti [Tanah Kandi] di hulu Sungai Tubu (kemungkinan besar suku dari Ranau/Lemunjung), dan suku Punan Sebunyau [Seboenjau] (Pada). Ada lebih banyak nama desa saat ini yang tidak berubah sejak penamaan mereka dan cocok dengan lokasi yang lama dan, hanya pada beberapa nama saja, sesuai dengan penyatuan kelompok mereka sebelumnya. Dari satu keanggotaan di tingkat desa, saat ini kita dapat membedakan tiga kelompok geografis dengan pengaruh historis yang berumur kurang lebih satu abad yang beragam. Ketiganya sesuai dengan zona geografis daerah poros hulu-hilir, mulai dari dukuh di hulu Tubu dan anak sungainya hingga ke desa resetelmen (atau relokasi) di dekat Kota Malinau (Malinau Kota) di Sungai Sesayap. Kumpulan yang pertama terdiri dari kelompok Tubu hilir, yang saat ini menetap di Mentarang (Harapan Maju, dahulu disebut Paking) dan di dekat Malinau di Lubuk Manis. Kumpulan kedua terdiri dari kelompok yang berasal dari Tubu tengah, yang dulu dihubungkan dengan Abai Tebilun dan saat ini menetap di hilir (Respen Tubu, atau RESTU, dahulu bernama Respen Sembuak), demikian juga dengan kelompok-kelompok dari Kalun, Rian, dan Menabur, serta suku Punan yang menetap di Sungai Malinau yang datang belakangan dari Tubu Tengah (Bila’ Bekayuk, Punan Mirau, Punan Adiu). Kumpulan ketiga merupakan penggabungan dukuh-dukuh dari Tubu hulu (Long Pada, Long Nyau, Long Ranau).

Situasi Kebahasaan di Wilayah Masyarakat Bahasa Punan Tuvu’ Masyarakat bahasa Punan Tuvu’ dan variannya Punan Malinau dan Punan Mentarang tersebar dalam beberapa desa, baik di hulu Sungai Tubu, maupun di daerah lebih dekat dengan perkotaan seperti Desa Respen Tubu (RESTU). Sebagaimana dikatakan sebelumnya, jumlah penutur bahasa Punan Tuvu’ walaupun dengan berbagai perbedaan yang cukup mencolok dari satu dialek ke dialek lain, berkisar sekitar 4.000 orang. Tentunya situasi kebahasaan di daerah hulu, yaitu di Desa Long Ranau, Long Nyau, Long Pada, Rian Tubu, Long Titi atau Bila’ Bekayuk bisa sangat berbeda dengan situasi di Respen yang, karena kedekatannya dengan ibukota Kabupaten, lebih cenderung pada pemakaian bahasa campuran dan pengaruh bahasa dan budaya dari kehidupan kota dan dari bahasa dan suku yang lain. Berbeda dengan di desa-desa di hulu di mana bahasa Punan Tuvu’ dianggap lebih dikenal. Dari pengamatan langsung sebaliknya dapat dikatakan bahwa di Respen Tubu, kalau mereka bicara dengan sesama suku dan generasi, pemakaian bahasa Punan Tuvu’ hanya terjadi secara ekslusif di antara masyarakat yang berusia empat puluh tahun ke atas. Begitu kelompok 34 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan usia diturunkan maka pencampuran dan alih kode ke bahasa Indonesia sering sekali terjadi. Malah kalau diperhatikan dengan seksama anak-anak usia sekolah jarang memakai bahasa Punan Tuvu’ dalam interaksi di antara mereka dan juga dengan orang tuanya. Karena beberapa alasan terkait dengan adanya masyarakat multietnik di Respen Tubu dan di ibukota kabupaten dan kesadaran bahwa bahasa Indonesialah yang menjadi kunci kemajuan dan peradaban, maka ada kecenderungan dalam keluarga Punan di Respen untuk memakai bahasa Punan Tuvu’ secara terbatas saja. Lebih khusus lagi, orang tua tidak memakai bahasanya kalau bicara dengan anaknya dengan pertimbangan bahwa bahasa daerah menghalangi perkembangan sekolah anak-anak. Dengan demikian anak-anak Punan Tuvu’ makin terbatas jumlah pemakaian sehari-hari bahasa Punan Tuvu’. Padahal selain ini mereka tidak memiliki banyak sumber pembelajaran dalam bahasa Punan Tuvu’ karena bahasa ini tidak diajarkan dalam pelajaran Muatan Lokal di sekolah, tidak ada guru sekolah yang memakai bahasa ini sebagai bahasa pengantar dan bahasa Punan Tuvu’ ini juga tidak menjadi bahasa pengantar di gereja, serta tidak ada buku acuan yang bisa menjadi rujukan. Hanya dalam interaksi dengan nekek-nenek atau dalam pertemuan adat, bahasa ini dipakai secara lebih intensif. Situasi berbeda di Desa Bila’ Bekayuk di mana dimensi pedesaan dan kurangnya orang dari luar menyebabkan pemakaian bahasa Punan Tuvu’ lebih banyak. Tentunya, di Kecamatan Tubu dan di desa masyarakat Punan Tuvu’ yang lain kehidupan kota dan semuanya yang bersifat modern menjadi tujuan utama sehingga terasa adanya ancaman besar akan punahnya bahasa Punan Tuvu’. Ancaman ini bukanlah sesuatu yang dialami bahasa Punan Tuvu’ saja melainkan banyak sekali bahasa daerah di Indonesia yang bidang pemakaian dan jumlah penutur aktif makin menciut dan ternyata makin terdesak oleh bahasa Indonesia dan bahasa lain yang dianggap lebih bergengsi. Kalau ditambah bahwa bahasa ini hanya dipakai sebagai bahasa lisan dan sedikitnya bahan tertulis, maka terasa perlu adanya dokumentasi dan penyusunan buku dari bahasa daerah ini yang nantinya bisa menjadi pegangan untuk orang Punan Tuvu’ sendiri dan juga untuk orang-orang yang ingin mempelajari bahasa dan budaya dari salah satu suku di Indonesia. Buku ini hanya satu contoh kecil dari suatu usaha lebih besar untuk mendokumentasi bahasa ini, baik karena hanya menampilkan sebagian kecil dari bahasa Punan ini yaitu sejumlah cerita, maupun karena tidak mungkin menampilkan kompleksitas bahasa tersebut. Perlu ditekankan bahwa bahasa Punan Tuvu’ bukanlah sesuatu yang utuh, malah tidak boleh dikatakan bahwa ada suatu bahasa Punan Tuvu’ tapi ada juga istilah Punan Malinau dan Punan Mentarang. Memang bahasa Punan Tuvu’ memiliki beberapa variasi di antara daerah yang berbeda. Perbedaan yang paling mencolok yang disaksikan penutur sendiri adalah di tingkat pelafalan: pelafalan bahasa yang dipakai di bagian Tubu hilir memiliki pengucapan yang lebih lambat, sedangkan pelafalan dari Tubu tengah memiliki pengucapan yang Kata Pengantar 35 lebih cepat. Lain halnya di daerah Menabur dan Kalun di mana pelafalan dan pengucapan dianggap lebih “keras” dan tidak jauh berbeda dengan bahasa yang dipakai di Mentarang, sedangkan pelafalan bahasa di Tubu hilir dan Tebunyau, Lubuk Manis dan Harapan Maju, dianggap berbeda juga. Kekhasan ini dibarengi bermacam variasi dalam penggunaan bahasa dan kosakatanya, khususnya dalam perbendaharaan kisah (mbui) dan lagu (ngeledu). Kaum Punan dapat menggunakan kosakata yang lain dari dialek lokal untuk beberapa bidang, kisah dan lagu, seperti yang terdapat pada ritus-ritus pengobatan tertentu yang disebut wanglangit, dan syair-syair epik yang panjang yang dinyanyikan dalam bahasa ketuya’ dan dalam bahasa jalung, yang semua narator kontemporernya dari suku Punan semakin langka (Boedhihartono 2004). Walaupun hampir semua penutur bahasa Punan yang telah ditanyakan mengakui bahwa bahasa Punan Tuvu’ dapat dimengerti dan dipakai oleh semua orang tanpa kesulitan dari hulu sampai hilir Sungai Tubu dan Mentarang, namun perbedaan yang baru disebut di atas menandai adanya beberapa nama bahasa yang dipakai, yaitu, Punan Tuvu’, Punan Mentarang, Punan Malinau. Tentunya kompleksitas ini tidak mungkin dapat direpresentasikan di dalam buku ini, namun pantas dimaklumi bahwa kompleksitas ini memang ada dan perlu dipertahankan dengan cara masing-masing. Bahasa Punan Tuvu’ yang ditampilkan di sini adalah Punan Tuvu’ yang datanya kebanyakan diambil dari penutur yang tinggal di Respen Tubu, Malinau.

Dongeng dan Mitos Punan Tuvu’ dari Kelisanan ke Keberaksaraan: Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong Kesembilan kisah yang menjadi bagian dari buku Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong, dari nama dua tokoh yang diceritakan di sini, memberikan suatu ringkasan tentang kekayaan sastra lisan suku Punan Tuvu’. Seringkali penuh dengan kiasan, kisah-kisah yang disebut mbui ini tergolong dongeng, legenda, dan mitos yang melintasi suku Punan Tuvu’ yang diwariskan dari generasi ke generasi sejak dahulu kala. Cerita-cerita ini merupakan kisah yang dikenal dan yang telah didengar oleh sebagian besar keluarga-keluarga Punan, yang diceritakan oleh para sesepuh atau orang tua kepada anak atau cucu mereka. Kebiasaan ini memang mulai menurun, sehingga sekarang banyak anak tidak tahu cerita-cerita tersebut. Padahal kisah-kisah ini menjabarkan situasi-situasi yang biasa maupun yang luar biasa, membicarakan tokoh-tokoh atau tempat-tempat yang merupakan bagian dari kebudayaan Punan. Dengan adanya keprihatinan bahwa bahasa Punan Tuvu’ dan semua nilai yang terkandung dalam cerita rakyat ini suatu hari dapat menghilang, maka dimulailah usaha untuk mengumpulkan, merekam dan menulis kembali cerita-cerita tersebut sebagai usaha dokumentasi bahasa dan budaya sekaligus penyusunan sebuah buku. Tentunya usaha mengumpulkan sekian cerita rakyat Punan Tuvu’ bukanlah ringan terutama pada saat harus memilih cerita yang seyogyanya mewakili khazanah sastra lisan Punan Tuvu’ 36 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan dan mentranskripsikannya kembali dalam bentuk tulisan supaya masyarakat luas dapat mulai belajar kembali sumber pengetahuan dari nenek moyang. Dokumentasi ini dilakukan dalam berbagai tahap dan cara. Buku ini memuat sembilan cerita rakyat saja, mbui dalam bahasa Punan Tuvu’, yang telah direkam dalam berbagai kesempatan oleh orang-orang berbeda dan di tempat berbeda serta satu bagian lagi yang memuat tanaman obat yang dipakai dalam masyarakat Punan Tuvu’. Memang jumlah rekaman yang dibuat oleh kami jauh lebih banyak dan sementara waktu disimpan sebagai usaha mengarsipkan pengetahuan yang mungkin di kemudian hari bisa lenyap. Kebanyakan dari rekaman yang telah dibuat sampai saat ini berkisar tentang cerita dan dongeng rakyat karena beberapa pertimbangan. Cerita rakyat dianggap menyimpan pengetahuan masyarakat tentang diri sendiri, sejarahnya, kepercayaannya, nilai dan dunia di sekitarnya. Karena bersifat lisan, dalam masyarakat yang memang tidak punya dokumentasi tertulis apa pun, dianggap yang paling penting saat ada kecemasan bahwa bahasa daerah ini, sebagaimana terjadi di tempat lain di Indonesia dan di dunia, akan punah berikut semua pengetahuan, nilai, kearifan lokal yang dikandungnya. Di dalam arsip digital ini juga terdapat beberapa rekaman tentang percakapan sehari-hari di antara anggota masyarakat di Respen Tubu, tentang mainan tradisional seperti lipong atau lagu anak-anak, ada juga rekaman lagu tradisional seperti keledu’ dan ledun, ada contoh ketuya’ dan masih banyak lagi yang belum sempat ditranskripsi dan diterjemahkan (lihat Soriente 2013a). Tentunya buku ini tidak menampilkan semua cerita rakyat dari masyarakat Punan Tuvu’ tetapi hanya sebagian kecil yang sempat direkam, ditulis dan diterjemahkan oleh berbagai orang. Kami sadar bahwa sebuah dokumentasi bahasa mestinya melibatkan sebanyak-banyaknya jenis bahasa seperti percakapan, bahasa anak, permainan, puisi, lagu, peribahasa, bahasa yang dipakai dalam acara pengobatan, atau dalam upacara adat, tanpa melupakan bahwa ada juga variasi bahasa dari satu desa ke desa lain. Sebagian dari jenis bahasa yang baru disebut memang telah direkam, tapi sayangnya belum selesai ditranskripsi dan diterjemahkan. Tetap menjadi tujuan utama kami melanjutkan usaha ini supaya dokumentasi bahasa Punan Tuvu’ makin lengkap. Untuk memberikan suatu contoh dari bahasa yang lebih praktis, kami putuskan melengkapi cerita rakyat dengan daftar obat-obatan Punan Tuvu’ yang dipakai dalam masyarakat dan penggunaannya untuk mengobati beberapa penyakit. Sementara dalam pemilihan cerita yang ditampilkan di sini kami sebe­ narnya mengikuti beberapa pertimbangan. Pertama, keanekaragaman inti dari cerita tanpa mengabaikan bahwa salah satu cerita memang ditampilkan dalam dua versi berbeda. Misalnya kami memberikan dua versi dari satu cerita pokok, yaitu cerita tokoh Unjung dan petualangannya. Cerita Unjung Nyenginan yang diterjemahkan dengan judul “Unjung mengembara” sebenarnya merupakan cerita Kata Pengantar 37 yang pernah direkam tahun 1981 dan ditulis oleh Dollop Mamung untuk satu publikasi yang dikeluarkan tahun 1998 oleh WWF Indonesia (Mamung 1998a), sedangkan Unjung Nyalo pernah direkam pada tahun 2002 oleh Nicolas Césard di Ranau dan kemudian ditranskripsi dan diterjemahkan untuk buku ini. Selain cerita petualangan Unjung yang rupanya merupakan tokoh hebat yang dikenal di seluruh daerah, ada pula beberapa cerita lucu seperti Jalung Iket dan Jalung Kemou atau cerita tentang tokoh Mbui Kuvong yang merupakan cerita jenaka tentang seseorang yang walaupun kelihatan agak dungu sebenarnya melewati banyak petualangan luar biasa yang sulit dimengerti oleh manusia biasa seperti pengalamannya tinggal lima belas tahun di dalam air sungai. Cerita beberapa binatang juga merupakan bagian penting dari dongeng yang dikenal orang Punan Tuvu’, bukti bahwa binatang merupakan makluk yang sangat penting untuk kehidupan di alam dan keharmonian di antara mereka dan manusia dan menjadi kunci untuk hidup sejahtera. Kepercayaan orang Punan juga muncul dari beberapa cerita seperti cerita Hantu Kaci’ yang menakutkan manusia atau penjelmaan manusia menjadi ular atau dewa-dewa yang menjadi penghuni dari dunia langit. Cerita yang direkam dalam bentuk audio ditranskripsi dengan meng­ gunakan program ELAN yang merupakan program yang paling lengkap untuk menampilkan kompleksitas bahasa, baik fonetiknya maupun morfologinya langsung menyambung dengan audionya dan memberikan ruang untuk terjemahaan dan pencatatan lain. Tentunya pengalihan sebuah teks lisan ke teks tertulis mengharuskan bebe­ ra­pa perubahan supaya teks tertulis tidak dianggap mengulang-ulang dan tidak koheren. Namun di dalam pentranskripsian ini kami mencoba merepresentasikan secara cukup setia apa saja yang direkam dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia supaya dapat menampilkan struktur bahasa asal. Kalau memang terjemahan kadangkala terasa kaku dan seolah-olah berulang-ulang, hal ini memang disebabkan oleh keinginan menampilkan ciri khas dari bahasa lisan dan dari penutur yang menceritakan secara bebas suatu cerita lama yang didengar dan mungkin pernah diucapkan beberapa kali sebelumnya di dalam konteks yang berbeda dan mungkin dalam cara berbeda. Karena alasan tersebut kami memutuskan untuk mempertahankan cara bicara para penutur dengan sedikit saja tambahan yang ditandai dengan tanda kurung. Dalam sistem transkripsi, dipilih sistem yang paling dikenal masyarakat, yaitu bahasa Indonesia. Memang ada beberapa contoh di mana bahasa ditampilkan secara tertulis dan dari itu diambil contoh dengan menggunakan sistem yang paling ekonomis dan konsisten. Misalnya dalam edisi Kamus Punan-Indonesia (Mamung 1998a) dan cerita Unjung Nyenginan (Mamung 1998b) sebelumnya diputuskan menggunakan beberapa konvensi yang kami anggap memberatkan sistemnya, seperti aspirasi klaster /mbh/ /ndh/ dan /ngh/ atau vokal dengan tanda 38 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan diakritis untuk vokal sengau atau vokal panjang. Setelah memastikan data bahasa di lapangan kami merasa bahwa pemakaian aspirasi klaster tersebut tidaklah dianggap penting sehingga diabaikan, begitu juga dengan vokal panjang atau sengau. Di dalam cerita yang ditampilkan dan kamus yang mengikutinya, sistem tulisan yang dipakai hanya membedakan vokal /e/, e pepet, dari vokal terbuka /é/, sedangkan vokal panjang tidak dipakai sama sekali.

Dongeng yang Bernilai Legendaris Dongeng dan mitos yang dipaparkan di sini membentuk sebuah kumpulan di mana waktu memegang peranan penting. Sesungguhnya, simbol-simbol umum pada mitos dan pada banyak cerita Punan adalah waktu yang menempatkan kisah yang diceritakan sebagai wacana dasar. Secara lebih luas lagi, urutan waktu kisah dari seorang narator kepada narator yang lain berperan penting dalam proses penciptaan kisah itu dan tuturan yang disampaikan. Unsur-unsur sebuah kisah terdapat dalam kisah-kisah lain yang secara keseluruhan memiliki arti bagi kaum Punan. Begitu pula dalam proses pewarisannya, asal-usul setiap kisah terhapus, terlupakan dan menjadi sebuah kisah umum dan menjadi suri teladan, sebuah mitos. Jadi, waktu mutlak diperlukan dalam munculnya sebuah mitos, karena seperti juga perubahan cuaca buruk membentuk sebuah bentang alam dengan secara perlahan menyingkirkan bagian-bagian yang paling rapuh, pemikiran mitos menghilangkan unsur-unsur yang tidak kokoh, yang tidak penting demi menjaga hal yang paling pokok, sebuah kisah yang diperindah oleh penceritaannya dari masa ke masa. Tidak jarang sang narator menambahkan pada inti utama teks ini sejumlah unsur dan kerap memberikan, tergantung bakat dan kemampuan si pencerita, versi-versi yang sedikit berbeda dari cerita yang sama. Saat mitos menjadi cukup stabil dan tidak banyak berubah, kisah yang didongengkan dapat memperoleh variasi. Di antara kelompok Punan, sebuah kisah yang sama dapat menjadi sedikit berbeda tergantung naratornya, lokasi lembahnya, keluarganya, maupun desanya. Apabila beberapa kisah terlihat lokal, unsur-unsur kisah tersebut dapat ditemukan pada kelompok etnis lain di wilayah itu, bahkan di wilayah yang lebih jauh lagi. Masyarakat dapat pula menyesuaikan dongeng dan mitosnya ketika masyarakat itu sendiri dan lingkungan geografis, sosial, atau intelektualnya berubah. Para pendongeng kemudian memasukkan unsur yang baru ke dalam dongengnya. Akan tetapi, saat benturannya terlalu brutal, saat terputusnya menjadi terlalu dalam, mitos pun dapat menjadi sirna. Kelompok menolak mitos itu karena mereka anggap sebagai dusta atau cerita yang tidak berdasar, lalu kisah-kisah itu pun tak lagi diwariskan. Mitos itu kemudian bersembunyi di dalam gereja, tempat jejak-jejak agama terkini ditemukan di dalam masyarakat modern. Beberapa dongeng, yang belum sepenuhnya mitos, dapat juga dipinjam atau Kata Pengantar 39 disesuaikan oleh kelompok yang berdekatan, meskipun asal-usul ini terkadang tidak dapat diidentifikasi. Ini yang sangat mungkin terjadi pada kasus mitos mengenai asal-usul makanan (khususnya padi). Memang, keluarga-keluarga Punan mengkonsumsi sagu sebelum nasi, nasi dari padi baru mulai mereka tanam sejak mereka menetap di pedesaaan. Kita kembali ke mitos. Antropologi sastra membedakan dua dimensi utama dalam mitos, yang memunculkan dua pendekatan dalam menganalisa keduanya. Pendekatan pertama menekankan fungsi mitos untuk mengumpulkan sekelompok laki-laki dan perempuan di sekitar suatu tatanan dunia yang sama dan suatu konsep eksistensi yang sama (Malinowski 1948). Jadi, analisa tersebut berpegang pada bentuk-bentuk asli dari mitos dan pada evolusi, pada aneka transformasi dari bentuk-bentuk tersebut, hingga menyerupai sebentuk realitas. Pendekatan kedua mengakui sejumlah wacana yang terbelit di dalam mitos, dan juga sebuah arsitektur keseluruhan yang sama (Levi-Strauss berbicara tentang “aturan navigasi”, Lévi-Strauss 1964-1971) yang membuat mitos itu dapat dibandingkan satu dengan yang lain walaupun terdapat perbedaan geografis dan budaya. Pendekatan ini dapat menjadi pelengkap pendekatan pertama. Tak melulu sebuah kisah yang hanya melibatkan dua atau lebih tokoh, mitos membukakan kita jendela menuju dunia yang berbeda yang dapat bersifat geografis, astronomis, teknoekonomi, atau yang lain. Tanpa masuk ke dalam analisis dongeng dan mitos yang dibahas di sini, namun berangkat dari pengamatan sebelumnya, kami akan menunjukkan melalui kisah Punan bahwa, di satu sisi, tidak ada yang fiktif dalam kisah yang dibahas di sini dan juga di sisi lain, setiap kisah kerap kali merujuk kisah sekunder. Setelah memperlihatkan secara singkat ketentuan penuturan (waktu, lokasi narasi, identitas, bakat sang narator), ciri-ciri khas eksternalnya (dimensi cerita, posisi cerita dalam korpus), dan sifat khas internalnya (ritme, diakroni, aturan komposisi naratif), kami memasukkan unsur-unsur isi cerita bersejarah, hal-hal yang dapat kita pelajari mengenai budaya Punan, dan hubungan yang dipelihara oleh para mantan nomad dari Sungai Tubu dengan dunia fisik dan spiritual yang melingkupi mereka.

Konstruksi dan Penuturan Kisah Pada umumnya diceritakan saat malam hari, di dekat api unggun, kisah-kisah itu merujuk kepada suatu masa ketika keluarga-keluarga Punan hidup dalam hutan dan berpindah tempat secara teratur sesuai dengan sumber-sumber hutan yang ada. Kisah-kisah itu selalu diceritakan oleh kaum lelaki saat mereka berkumpul di bivak setelah seharian mencari hasil-hasil hutan di dalam rimba, atau di dalam pondok tempat mereka berteduh (lepou) setelah kembali dari ladang. Di desa, seringkali antara keluarga atau tetangga, fabel dan mitos didongengkan para sesepuh di hadapan anak-anak dan orang dewasa yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka bertutur tentang para pahlawan, manusia dan non- 40 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan manusia, warga desa biasa, para pejuang yang ditakuti, maupun pahlawan yang kikuk, yang terkadang mati dan hidup kembali (Jalung Iket yang sembuh setelah dibunuh oleh Duru/Petir). Kuvong, pahlawan gagah berani, namun agak bodoh, yang mengalami bermacam petualangan (atau kesialan), muncul dalam banyak kisah. Cerita lain yang lebih tua, mengungkapkan asal-usul makhluk hidup, benda, dan tempat, seperti mitos tentang asal-usul padi. Apabila terdapat banyak kisah pendek di antara kisah-kisah yang paling terkenal, dahulu, beberapa pendongeng sanggup menceritakan petualangan seorang pahlawan semalam suntuk. Satu hal yang selalu muncul dalam dongeng dan mitos adalah diletakkannya tempat yang seharusnya berada pada tingkatan dunia yang berbeda di level yang sama, dengan memunculkan tokoh-tokoh yang sangat beragam seperti manusia, dewa, binatang, dan tumbuhan, seringkali sambil menunjukkan tindakan- tindakan yang bertolak belakang dengan tatanan alam dan tatanan sosial. Begitu pula, seringkali mereka tidak menghiraukan waktu dan secara tak terduga, cerita diringkas langsung masuk ke hal yang pokok (misalnya, mereka melompati dari kisah kelahiran Unjung langsung ke Unjung yang sedang hamil). Jadi, terkadang, kisah-kisah itu sendirilah yang terlihat dibangun dengan suatu cara yang khas. Sebuah cerita dapat memiliki beberapa anak cerita yang sambung-menyambung begitu cerita sebelumnya berakhir. Fabel mengenai Si Kijang saat Si Beruk/ Kera mencari hewan yang bersalah dan menginterogasi hewan-hewan yang bertanggung jawab dengan sendirinya dibangun sebagai suatu reaksi berantai, Si Kera mencari sebab dari sebuah akibat yang tidak wajar. Bagi para pendengar, beragam tokoh dan tempat merujuk juga kepada cerita-cerita lain dan kepada situasi-situasi lain. Yang paling sering dalam dongeng dan mitos Punan adalah bahwa yang hampir tidak nyata tetap berpegang kepada yang nyata. Kedua dimensi bercampur dan para pendengar kesulitan untuk memandang remeh setiap kejadian baru atau perubahan situasi dalam cerita. Sifat khas kisah mendekatkan suku Punan pada visi dalam mimpi tempat di mana segala sesuatu bisa terjadi. Selain itu, suku Punan sering menafsirkan mimpi (tengayun) mereka untuk mencari petunjuk. Perhatian terhadap mimpi ini digambarkan oleh kisah Iket dan Kemou, para pahlawan yang menemukan cara mencapai rumah sang Petir dalam mimpi mereka. Apabila kisah-kisah itu dapat terlihat ajaib (atau aneh bagi orang non- Punan atau Dayak), situasi-situasi yang paling tidak semestinya atau mustahil selalulah jenaka. Hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan berbicara (contohnya pohon Peri yang menjadi lawan bicara Si Beruk, Macaca nemestrina) dan terlepas dari sifat mereka yang berbeda, mereka berbicara satu kepada yang lain dan saling bertanya. Ini adalah kasus Tuma yang walau berbadan kecil, sanggup membuat dirinya didengar oleh Kanji’ Anjan. Cerita-cerita dibumbui dengan episode nakal (alat kemaluan Jalung Kemou yang terpotong), bahkan adegan-adegan seksual. Beberapa adegan yang sangat kocak memperlihatkan berbagai detail Kata Pengantar 41 dan situasi kehidupan sehari-hari (Dewa Kaci’, Dewa pohon Ulin, Eusideroxylon zwageri, yang terpeleset kotoran anjing lalu jatuh). Deskripsi-deskripsi cerita yang realis, terkadang diulang-ulang, memanfaatkan kenyataan berbagai situasi dan membantu pendengar membayangkan adegan-adegannya. Ini adalah kasus Hantu-Dewa yang ditemui yang wujudnya terkadang menyeramkan dan dilukiskan secara terperinci (pertemuan Unjung dan Kanji’ Anjan), dan juga beberapa kejadian yang sangat menegangkan (anjing yang mengejar babi hutan), menyentuh (kesedihan Unjung yang harus meninggalkan desanya), bahkan juga panggilan-panggilan dalam kehidupan sehari-hari yang lebih “riuh” (seperti anak Nyamuk/Agas, Culicoides agas, yang mengganggu tidur hantu Kaci’, hantu pohon ulin yang diwujudkan sebagai suatu raksasa yang menakutkan, atau bunyi tonggeret di hutan yang terkadang memekakkan telinga dalam kisah Tonggeret/ Towé, Cicadidae). Jadi, para pendengar meminjam dalam kisah itu sekuens yang kurang lebih sinematografis yang jumlahnya melimpah, yang memberikan ide skenario tak terbatas kepada para pendengar termuda yang menggemari film spektakuler dan film seri fantastis!

Dari Realitas Hingga Mitos Ada hubungan kecocokan yang mendasar antara cerita dan realitas (dan sebaliknya). Selain konteks penuturan dan kesamaan ciri mereka, dongeng dan mitos yang disajikan di sini adalah cerita-cerita yang hidup yang membantu kaum Punan mengenali beragam unsur lingkungan mereka. Seperti yang ditekankan Brosius (1986), kisah kaum nomad berakar pada sebuah bentang alam. Dengan demikian, sejumlah cerita digolongkan menurut poros hulu/hilir dan menghasilkan asal-usul tempat-tempat yang legendaris sekaligus familiar (Uku Aji di Barat, bukit-bukit karang, air terjun, dll.). Kisah-kisah yang dikemas berturut-turut menggambarkan sebuah wilayah dengan desa, hutan, gunung, gua, serta sungainya. Cerita-cerita ini memberikan informasi perihal tatanan sosial, kehidupan berkeluarga, mengenai desa dan aneka aktivitasnya, seperti kegiatan mencuci pakaian di sungai, pembuatan atap dari dedaunan, atau pembuatan damak untuk sumpit (upit), atau pula pesta-pesta yang menutup acara-acara penting dalam kehidupan desa. Sejarawan menemukan juga informasi mengenai era masa lampau dalam kisah-kisah itu, seperti saat dukuh saling berkomunikasi melalui pukulan kentongan sebelum masuknya gong dari logam. Sejumlah besar cerita mengambil topik makhluk hutan dan hubungan mereka dengan manusia dan entitas yang lain seperti misalnya Jalung Iket dan Jalung Kemou merupakan dua manusia-binatang yang menyolakan hubunganya dengan Duru, Dewa Petir. Beberapa spesies hewan dan tumbuhan digambarkan sesuai ciri khas mereka sendiri. Deskripsi ini kaya akan informasi-informasi empiris tentang kebiasaan makhluk-makhluk tersebut, seperti bahan makanan atau tempat tinggal mereka. Konsekuensi berantai dalam dongeng Si Kijang mengacu kepada berbagai sifat 42 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan makhluk hidup (Musang yang tidur di atas cabang pohon, Babi Hutan yang menghancurkan segala yang dilaluinya, Anjing yang mirip dengan manusia). Kisah-kisah itu juga mewariskan suatu pemikiran ontologis, suatu konsepsi tentang alam semesta yang menempatkan setiap makhluk di sebuah dunia dengan takdir yang terhubung dengan makhluk lain. Hal ini dapat dilihat misalnya pada buah atau batang yang saat jatuh melukai orang yang ada di bawahnya, dan juga pada serangga seperti tonggeret yang lompatan dari pohon ke pohon memicu, dalam cerita, mekarnya bunga-bunga. Seringkali, di dalam cerita, wujud rupa dapat saling ditukar. Manusia mengambil wujud hewan (kisah seorang anak yang menjadi lipan dan perempuan yang menjadi ular). Bahkan pohon-pohon besar memiliki roh. Acap kali, roh-roh ini (roh jahat, harimau, ular, beruang, atau angin topan) memiliki maksud jahat dan, meskipun mudah untuk mengelabui mereka, lebih baik dihindari, seperti kisah si belia Unjung. Di balik para tokoh, kisah-kisah tertentu menceritakan riwayat segala hal melalui tuturan awal mereka. Dengan demikian, kisah-kisah tersebut memastikan suatu fungsi pedagogis. Kisah-kisah itu membawa juga sebentuk hierarki antara para makhluk yang setiap hewannya muncul sebagai wakil dari kelompoknya. Beruk adalah raja kera, namun dia didengar sebagai raja para hewan (lihat misalnya kisah Si Kijang, Muntjac muntjacus, dan juga kisah Si Tonggeret). Dalam hierarki ini, manusia memiliki status terpisah, dia adalah makhluk yang paling ditakuti dan tak seekor hewan pun, bahkan Si Beruk, berani menanyainya. Manusia sepertinya hanya menakuti roh Harimau (Kisah Tentang Asal-Usul Buah-Buahan) dan kemarahan Duru, Dewa Petir (Kisah Jalung Iket dan Jalung Kemou). Sedangkan mengenai anjing, penolong pemburu, hewan ini memiliki tempat yang kabur, lebih dekat dengan manusia daripada dengan hewan-hewan hutan (Kisah Tentang Asal-Usul Buah-Buahan). Beberapa kisah menceritakan juga asal-usul benda-benda dalam kehidupan sehari-hari seperti tikar dari rotan berukiran kalung (Kisah Siluman, judul sebenarnya ialah Kisah Siluman Ular), yang lain membahas gejala-gejala “alam”, seperti musim beberapa buah (, dll.), begitu juga dengan makanan kegemaran para hewan (Kisah Tentang Asal- Usul Buah-Buahan). Jika tidak membahas asal-usul, kisah-kisah itu mengingatkan akan sejumlah larangan dan hukuman yang akan diterima para pelanggar. Seperti yang terjadi pada perempuan-perempuan Punan saat memakan hewan tertentu selama kehamilan (kisah Unjung dan kulit harimau, perempuan itu menjadi ular setelah memakan lemak). Lebih luas lagi, dongeng dan mitos memberikan atau menekankan kembali aturan-aturan dalam masyarakat, seperti di sini, peran ayah dan ibu mertua dalam memilih istri (Duru, Dewa Petir terhadap para lelaki yang ingin mempersunting putrinya) dan praktik “menandai” persekutuan keluarga dengan memberikan sebuah benda kepada orang tua dari bayi yang akan lahir (kisah Si Unjung). Kata Pengantar 43

Kesimpulan Di balik mitos, dan dalam banyak situasi yang dipaparkan, cerita mengandung suatu pesan moral, suatu pengajaran yang bersifat kurang lebih gamblang. Seringkali, salah satu dari nilai moral kisah-kisah Punan adalah mencari tahu apa yang telah dilakukan dan yang barangkali perlu dilakukan dalam situasi tertentu. Sebuah dongeng atau mitos yang sama, selain dapat mengandung beberapa kisah, dapat pula menyimpan sejumlah pengajaran yang harus diartikan oleh para pendengar sesuai jalannya cerita. Sepak terjang Jalung Iket dan Jalung Kemou dapat dijadikan contoh karena kisah itu menceritakan dengan saksama sifat manusia dan perilakunya dalam masyarakat. Mitos memperlihatkan kepada kita para pahlawan yang tinggi hati dan impulsif yang menantang para dewa yang paling tangguh demi mengikuti intuisi mereka. Seperti yang diingatkan oleh Duru, Dewa Petir, dewa yang mahakuasa bagi suku Punan, yang menjadikan seseorang manusia dan membedakannya dari hewan adalah perilakunya, asal-usulnya, budayanya; dalam kisah, pilihan sang ayah mertua jatuh kepada Jalung Kemou, lelaki yang paling sopan dari kedua lelaki yang mencintai putrinya. Teks ini mengajarkan juga kepada kita bahwa seringkali mereka yang merasa paling kuat mendapatkan hukuman. Beberapa kisah mengedepankan pentingnya janji dan kesepakatan. Tonggeret/Towé berjanji kepada Berang-Berang/Dengon bahwa dia akan pergi dan dia tidak mau kembali meskipun Si Kera, yang telah bersumpah di hadapan teman-temannya bahwa dia tidak akan mengabaikan mereka, berkeras memintanya. Budi pekerti seringkali ditonjolkan begitu janji yang telah terucap dilanggar. Mengingkari janji atau melanggarnya dapat mengakibatkan konsekuensi yang tragis seperti yang diperlihatkan dalam kisah Si Unjung yang terpaksa meninggalkan desanya dan harus hidup di hutan yang penuh bahaya. Tema utama lain yang sering muncul dalam dongeng adalah kehormatan, yang diraih, kemudian hilang, lalu diraih kembali, seperti dalam kisah Si Unjung lagi, saat perempuan muda, yang dihina dan diusir, akhirnya menemukan kembali kehormatannya dan kembali kepada paman-pamannya dan desanya. Jadi, dongeng dan mitos Punan menceritakan kepada kita tentang sebuah masa ketika manusia, tumbuhan, dan hewan hidup erat berdekatan satu dengan yang lain, suatu masa yang tidak terlalu lampau ketika suku Punan yang masih mengembara mendiami hutan lebat di bagian hulu pulau sebelum kemudian tinggal di tepi sungai besar. Kisah-kisah itu menggambarkan dan terinspirasi dari kehidupan sehari-hari yang mulai ditinggalkan sedikit demi sedikit oleh para keluarga Punan dari Sungai Tubu dan Malinau karena mereka mulai menetap, kemudian hidup lebih ke bagian hilir dan menjauhi hutan serta isinya. Kisah- kisah itu juga mengingatkan akan masa lampau yang saat ini diidamkan oleh mereka yang pernah mengenalnya. Masa lampau yang aturannya ditaati, dan juga tempat para anggota kelompok bertemu di malam hari untuk berbagi kisah petualangan mereka dan petualangan para leluhur mereka. Kisah-kisah yang hingga saat ini diwariskan secara lisan hadir di antara sejumlah unsur yang paling 44 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan hidup dari sebuah budaya yang dibentuk oleh aneka pertemuan dengan pihak lain, tetangga manusia maupun bukan manusia. Kisah-kisah itu memperlihatkan sebuah pemikiran yang asli dan unik, budaya sebuah kelompok, suku Punan, dan juga kebudayaan suatu daerah. Namun, jika saat ini keluarga Punan dari Tubu dan Malinau masih mengetahui­ bebera­ ­pa puluh bahkan beberapa ratus mitos dan dongeng, seiring waktu, mereka semakin bimbang manakala orang-orang yang mewariskannya tutup usia. Cerita-cerita terlupakan dan perlahan-lahan sirna dari ingatan kolektif, dan ber­sama cerita-cerita itu, sirna pulalah satu bagian penting budaya Punan. Buku ini ditujukan terutama kepada generasi muda Punan, yang secara tradisional merupakan tujuan kisah-kisah tersebut, dan juga kepada mereka yang lebih tua yang mungkin mencoba mencari tahu kembali dengan membaca kisah itu dan dengan membandingkannya dengan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Buku ini tidak bermaksud untuk menggantikan budaya lisan, melainkan me­­nun­jukkan arti pentingnya dan memberikan beberapa unsur pengertian yang akan membantu pewarisannya. Secara lebih luas, dongeng dan mitos ini ditujukan kepada semua orang yang ter­ tarik dengan kebudayaan Punan. Dalam sebuah konteks regional saat posisi dan pentingnya ke­lom­pok Dayak akhirnya diakui secara budaya maupun politik, dan juga saat setiap kelompoknya mencoba makin menonjolkan perbedaan mereka daripada persamaan mereka, para penulis buku ini, dan semua pihak yang telah membantu mereka, menganggap penting untuk mencetak sekelumit susastra yang disebut sastra lisan kaum Punan, salah satu dari suku tertua di daerah Malinau, yang juga masih merupakan salah satu suku yang paling terabaikan. Akhir kata, dengan terbitnya buku Petualangan Unjung dan Mbui Kuvong ini kami berharap dokumentasi bahasa Punan Tuvu’ dapat tetap dilanjutkan oleh masyarakat sendiri dan dapat memicu usaha sejenis di daerah lain, baik di Kalimantan maupun di Indonesia secara luas. Di Kalimantan Utara secara khusus, kecuali dokumentasi bahasa Kenyah Lebu’ Kulit dan Òma Lóngh, (lihat Soriente 2006) terdapat bahasa dan budaya lain yang sama sekali tidak terdokumentasi dan terancam punah. Semoga generasi muda dapat melanjutkan tradisi menciptakan cerita baru untuk diwariskan ke generasi berikutnya dan merasa bangga atas bahasa daerah yang menjadi ciri utama dari masyarakat Kata Pengantar 45 adat sendiri. Mudah-mudahan bahasa Punan Tuvu’ dapat mulai dipakai secara tertulis di media baru seperti di internet dan diturunkan secara aktif dari ibu ke anaknya seperti dahulu kala. Dalam masyarakat modern menjadi dwibahasa atau multibahasa bukanlah satu halangan melainkan suatu kelebihan, suatu ciri khas dari masyarakat Indonesia yang .

Catatan Tata Bahasa Bahasa Punan Tuvu’1

Antonia Soriente

Latar Belakang Bahasa Punan Tuvu’ (juga disebut Punan Tubu2) adalah salah satu bahasa yang menjadi bagian Kelompok North-Sarawak, salah satu rumpun dari keluarga North Borneo sebagaimana diklasifikasi oleh beberapa pakar dan ditampilkan di (Lewis dkk. 2015). Walaupun secara fonologis dan leksikal bahasa Punan Tubu ini membagi berbagai kesamaan dengan beberapa varian Kayan, namun oleh karena bahasa tersebut tidak dapat dimengerti oleh orang Kayan atau orang dari rumpun Kayan-Kenyah lain, maka diputuskan untuk menggolongkan bahasa ini sebagai bahasa tersendiri di antara bahasa North Sarawak seperti dapat dilihat di gambar pohon bahasa berikut ini yang diambil dari Ethnologue (lihat Tabel 1). Bahasa Punan Tubu ini (dengan varian Punan Malinau dan Punan Mentarang) tidak serumpun dengan bahasa Punan lain seperti Punan Batu atau Penan, melainkan mempunyai beberapa persamaan dengan bahasa dalam kelompok Müller-Schwaner Punan. Bahasa Punan Merap yang dimasukkan dalam rumpun Rejang-Sajau sebenarnya adalah varian Punan Tubu yang dipakai dalam daerah pemakaian bahasa Merap, tapi bahasanya memang Punan Tubu dan semestinya tidak digolongkan sebagai anggota rumpun Rejang-Sajau.

1 Pencatatan data Bahasa Punan Tuvu’ (juga dikenal sebagai Bahasa Punan Tubu lihat misalnya Ethnologue 2015) mulai sejak tahun 2009 waktu saya berkesempatan mendatangkan Pak Dollop Mamung, seorang tokoh masyarakat Punan Tuvu’ ke Jakarta untuk merencanakan perbaikan kamus yang pernah beliau susun dan terbitkan tahun 1998 (Mamung 1998a). Data untuk penjelasan tatabahasa ini datang dari berbagai sumber: elisitasi dengan Pak Dollop dan beberapa tokoh masyarakat seperti Amat Kirut, Awang Kirut, Kasim Amat dan Eris Awang, di desa Respen Tubu, Malinau, Kalimantan Utara, berbagai teks yang dikumpulkan dan sebagian menjadi bagian dari buku ini dan observasi langsung selama beberapa kali saya ke lapangan, terutama di Desa Respen Tubu dan di desa Bila’ Bekayuk. Semua wawancara dan diskusi telah diadakan melalui bahasa Indonesia dan Bahasa Punan Tuvu’. 2 Oleh karena Ethnologue mengacu pada bahasa Punan Tuvu’ sebagai bahasa Punan Tubu, maka di bagian ini saya menggunakan juga istilah Punan Tubu walaupun di seluruh buku saya memakai etnonim Punan Tuvu’. 48 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Tabel 1. Klasifikasi bahasa North Borneo menurut Ethnologue

North Borneo (99) (1) Melanau-Kajang (11) Kajang (6) Beketan/Baketan (Indonesia [Kalimantan]) Kejaman Lahanan Sekapan Sihan Buket (Ukit) Melanau (5) (2) North Sarawakan (53) Berawan-Lower Baram (8) Berawan (3) Lower Baram (5) Kiput Bintulu (1) Dayic (18) Kelabitic Kelabit Lengilu Lun Bawang Putoh Sa’ban Tring Murutic Kayan-Kenyah (25) Kayanic (17) Kayan Proper (8) Bahau Kayan Mahakam Kayan Baram Kayan Busang Kayan River Kayan Kayan Mendalam Kayan Rejang Kayan Wahau Modang (2) Modang (Indonesia [Kalimantan]) Segai (Kalimantan) Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 49

Müller-Schwaner Punan (6) Aoheng (Indonesia [Kalimantan]) Hovongan (Indonesia [Kalimantan[) Kereho (Indonesia [Kalimantan]) Punan Aput (Indonesia [Kalimantan]) Punan Merah (Indonesia [Kalimantan]) Bukat (Indonesia [Kalimantan]) Murik Kayan (1) Kenyah (6): Kayanic Kenyah (3) Kenyah, Wahau Long Wat Sebop Upper Pujungan (2) Kenyah, Mainstream Uma Lung (Òma Lóngh) Penan (2) Penan, Eastern (Malaysia [Sarawak]) Penan, Western (Malaysia [Sarawak]) Punan Tubu (1) (Indonesia [Kalimantan]) (3) Rejang-Sajau (5) Basap-Lebbo’ (Indonesia [Kalimantan]) Burusu/Bulusu’ (Indonesia [Kalimantan]) Punan, Bah-Biau (Malaysia [Sarawak]) Punan Merap (Indonesia [Kalimantan]) Sajau Basap (Indonesia [Kalimantan]) Punan Sajau Punan Basap Punan Batu 2 (4) Sabahan (29) Dusunic Idahan Paitanic (5) Punan Batu 1 (Malaysia [Sarawak])

Tidak tertutup kemungkinan bahasa ini bisa digolongkon dengan rumpun Kayan. Yang pasti perlu disiasati apakah persamaan dengan bahasa Kayan merupakan turunan dari asal yang sama atau hasil pinjaman akibat dari hubungan sejarah dan budaya yang cukup lama. 50 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Bahasa Punan Tuvu’ di sini dianggap suatu kesatuan utuh walaupun dalam kenyataan banyak terdapat perbedaan kecil yang dianggap perbedaan wicara di antara kampung ke kampung. Selama proses dokumentasi bahasa diadakan, teks cerita rakyat yang juga menjadi bagian dari buku ini memang berasal dari berbagai tempat pemukinan orang Punan Tuvu’, sedangkan data elisitasi, karena alasan praktis kebanyakan dikumpulkan di Respen Tubu dan sebagian kecil di kampung Bila’ Bekayuk. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa catatan bahasa Punan Tuvu’ ini kebanyakan mengacu pada data yang dikumpulkan dan dicek kembali di kampung Respen Tubu dengan penutur asli yang menjadi konsultan bahasa sebagaimana tertera di bagian daftar informan. Catatan tata bahasa ini hanya satu deskripsi dasar tentang beberapa bagian dari sistem bahasa ini yaitu sistem fonem konsonan dan vokal, diftong, morfologi dan perubahan morfofonologis diikuti deskripsi sistem numeralia, deiktik, pronomina, sistem kekerabatan3.

Fonetik dan Fonologi Sistem fonem dalam bahasa Punan Tuvu’ dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini: Tabel 2. Sistem vokal bahasa Punan Tuvu’

depan tengah belakang tinggi i u tengah e ə o rendah a

Vokal pepet /ə/ dibedakan dari vokal /e/ terbuka secara konsisten sehingga dalam sistem tulisan [e] berbeda dari [é]. Vokal biasanya bersuara dan sengau kalau diawali konsonan sengau, kalau ada di posisis awal bisa diucapkan dengan onset glottal. /e/ dan /o/ kadangkala punya alofon /I/ dan /U/ terutama di depan konsonan velar. Vokal di posisi terakhir terbuka dapat diucapkan seperti vokal panjang. Vokal tengah /ə/ selalu muncul di tengah kata dan jarang di awal kata. Tekanan tidak jatuh di /ə/. Dalam bahasa ini terdapat juga sejumlah diftong yaitu, /ay/ /aw/ /uy/ /ew/ /ow/.

3 Deskripsi ini merupakan satu kajian yang awal tentang bahasa Punan Tuvu’ yang perlu didalami di lain tempat dan sama sekali tidak bisa dikatakan tata bahasa karena sintaksis tidak disinggung sama sekali. Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 51

Tabel 3. Konsonan bahasa Punan Tuvu’

labial dental palatal velar glottal Hambat tak bersuara p t c k ʔ bersuara b d j g Fricatif tak bersuara s bersuara β Nasal tak bersuara m n ɲ ŋ

Getaran r

Lateral l

Semivokal w y

Sistem transkripsi bahasa Punan Tuvu’ mengikuti sistem yang dikenal di kebanyakan bahasa di Indonesia yang mengikuti fonetiknya bahasa dan berdasarkan sistema bahasa Indonesia sehingga glotal stop /ʔ/ dicatat sebagai tanda petik di ujung kata [’], nasal palatal /ɲ/ ditandai dengan gugusan konsonan [ny] dan nasal velar /ŋ/ dengan gugusan konsonan [ng], dan frikatif bilabial bersuara /β/ dengan huruf /v/. Huruf [f] yang biasanya dipakai oleh penutur asli untuk menandakan frikatif labial tak bersuara, tidak dipakai di dalam buku ini karena bunyi /v/ dianggap lebih tepat untuk menulis bunyi frikatif ini yang biasanya muncul di awal kata seperti dalam kata velop “gelap”, atau di antara konsonan seperti dalam kata kelavat “labi-labi”. Konsonan glottal di awal kata /h/ seperti di kata hok “saya” diucapkan dengan cara tak bersuara. Bunyi hamzah atau glotal stop yang muncul di tengah atau akhir kata ditandai dengan lambang /’/ seperti dalam kata la’ung “sangat, sekali” atau laga’ “sejenis semut”. Klaster /mb/, /nd/, /ngg/ dan /nj/ dapat muncul dalam varian local dengan konsonan tak bersuara yaitu /mp/, /nt/, /ngk/ dan /nc/ dan kadangkala ada penutur yang mengucap klaster ini dengan aspirasi kecil. Namun oleh karena kami ingin membuat suatu sistem tulisan yang konsisten dan mudah dipakai, diputuskan untuk tidak memakai lagi gugusan konsonan /mbh/ /ndh/ dan /nggh/ karena aspirasi ini tidak dianggap membedakan fonem dan tidak perlu. Klaster lain seperti hambat diikuti getaran, lateral atau nasal biasanya ditulis dengan /e/ di tengah seperi peria’ “buah pare”, walaupun tetap bisa ditulis dengan klaster /pr/ seperti pria’ “buah pare”. 52 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Konsonan /c/ diucapkan secara bebas sebagai /s/ oleh beberapa orang sehingga kadangkala kata-kata dalam bahasa Indonesia pula diucapkan secara bebas dengan /c/ atau /s/ seperti culih atau sulih “belang”, atau cekula’ dan sekula’ “sekolah”. Tekanan biasanya jatuh di suku kata kedua dari akhir kalau suku kata ini tidak memiliki bunyi pepet /e/. Namun tekanan ini bisa juga jatuh di suku kata akhir kala kata ini disebut secara tersendiri atau dielisitasi.

Morfologi Secara morfologis Punan Tuvu’ memiliki sejumlah terbatas prefiks, dua contoh infiks dan tidak memiliki sufiks kecuali kata ganti orang untuk orang pertama, kedua dan ketiga bisa menjadi klitik atau sufiks pada kata benda kalau berfungsi sebagai adjektiva posesif atau pada kata kerja kalau berfungsi sebagai pronomina.

Prefiks Prefiks di dalam bahasa Punan Tuvu’ adalahm (e)-, N-, nye-, pe- ke- dan te-.

Prefiksme - biasanya membentuk kata kerja intransitif dan mempunyai alofon m- Prefiks ini bisa membentuk juga kata kerja transitif dari kata dasar bersuku kata satu seperti dalam contoh berikut ini:

memboh < mboh keluar me-lu’ < lu’ tinggal mekevoh < kevoh mati metekon < tekon mendaki menjat < njat menarik sesuatu me-ngo’ < ngo’ menunggu sesuatu me-cui < cui membersih sesuatu merok < rok menciumi sesuatu/seseorang.

Prefiks m(e)- biasanya dipakai untuk membentuk verba intransitif yang kata dasarnya memulai dengan vokal. Prefiks ini dipakai juga untuk membuat kalimat perintah dan untuk menandakan kegiatan yang dilakukan terus-menerus, atau menunjukkan suatu kebiasaan.

murah menyebarkan < urah sebar mavuk dalam keadaan mabuk < avuk mabuk matuk memasak < atuk masakan mulih pulang < ulih kembali mudop berlumpur < udop lumpur meling mempunyai kebiasaan menjadi rakus < ling rakus mudok siapkanlah makanan! < udok siapkan makanan untuk anak-anak Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 53

Prefiks N- (arkifonem yang memiliki beberapa alomorf berdasarkan perubahan morfofonologis yang melibatkan kata dasar yang bergabung dengannya) membentuk kata kerja transitif dan intransitif. Kalau kata dasar adalah verba, maka verba yang memiliki prefiks ini adalah transitif, kalau nomina dan adjektiva maka verbanya intransitif. Misalnya kalau kata dasar adalah nomina, verbanya yang diderivasikan melalui prefiks N- berarti “mempunyai benda yang dalam kata dasar”, kalau kata dasar adalah adjektiva, verba yang diturunkannya adalah kausatif. PrefiksN -, sebagaimana terjadi dalam bahasa Indonesia dan beberapa bahasa lain menyebabkan perubahan morfofonologis yang berbeda berdasarkan vokal atau konsonan awal yang juga disebut substitusi nasal. Prefiks ini memiliki alofonng , m, n, ny dan nge- seperti berikuti ini:

N > ng- di depan vokal ngoka berakar, mempunyai akar < oka akar ngipin memakai rok tradisional < ipin rok tradisional ngamung mempunyai harta < amung harta

N > m- (menggantikan p dan kadang-kadang b) di kata dasar yang mulai dengan p/b: mundu’ menjadi buntu < bundu’ buntu, tumpul, pendek marut menahan orang atau binatang sehingga tak bisa bergerak < parut terdiam di suatu tempat, tersangkut, tertahan

N > ng- (menggantikan k) di kata dasar yang mulai dengan k: ngavang memotong padi, memanen padi, menuai < kavang tuai, potong padi ngeringut main seruling yang biasanya ditiup dari hidung < keringut suling ngeti’ mengeringkan < keti’ mengering

N > n- (menggantikan t) di kata dasar yang mulai dengan t: nelén menelan < telén telan notok menetak < totok tetak nandik menceritakan < tandik cerita

N > ny- (menggantikan c atau s) di kata dasar yang mulai dengan c/s: nyapit menjepit < capit jepit nyenun memasang jerat < senun sejenis jerat

N > nge- di depan kata yang suku kata satu atau di kata dasar yang mulai dengan konsonan b, c, l, m, n, v, w. Sebenarnya prefiks ini bisa bervariasi dengan prefiks N- 54 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ngeba’ mempunyai bara < ba’ bara ngelowah mempunyai ruas < lowah ruas ngecerou memutihkan > cerou putih

Prefiksnye - berfungsi untuk menjadikan verba intransitif. Biasanya menunjukkan kegiatan yang sedang berlangsung dan kadangkala bervariasi secara bebas dalam artinya dengan verba dengan prefiks N-. Prefiks nye- muncul dengan semua konsonan dan memiliki alofon ny- di depan vokal:

nyelela’ pergi ke bawah, turun < lela’ di bawah nyiling meludah jauh-jauh < iling air ludah nyamung ada harta, mempunyai harta < amung harta nyekadit bertahan < kadit tahan

Prefiks pe- adalah prefiks polifungsi karena mempunyai fungsi: kausatif, benefaktif dan resiprokal/plural. Dengan fungsi kausatif, prefiks ini menjadikan verba, nomina atau adjektiva verba transitif atau kausatif. Prefikspe- mempunyai alofon p- di depan vokal dan pé- di depan kata yang bersuku kata satu.

pebala’ menyebabkan sesuatu menjadi tumpul < bala’ tumpul petangih menyebabkan orang menangis < tangih menangis petanom menyuruh seseorang menanam sesuatu < tanom menancap, tanam pabit memasang batu jala < abit batu jala péban membuat, memberikan gelang < ban gelang

Dengan fungsi resiprokal verba yang memiliki prefikspe - mengadakan hubungan timbal balik dan melibatkan dua atau lebih banyak orang yang melakukan tindakan.

petandik saling bercerita < tandik cerita petanom banyak orang menanam < tanom tanam

Prefiks ne- merupakan prefiks yang menandakan verba pasif hanya dengan verba yang kata dasarnya monosilabik. Kalau verba memulai dengan vokal, maka prefiks ini muncul dengan alomorf n-. Prefiks ini bisa dianggap sebagai alomorf dari infiks pasif -en-

nebi’ digendong < bi’ menggendong nema’ dibilang, diceritakan < ma’ bilang Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 55

Prefikske - mempunyai beberapa fungsi yang tampaknya agak berbeda satu sama lain dan bisa bergabung dengan beberapa kelas kata yaitu numeralia, pronomina, indefinit, kata kerja dan klas kata lain untuk menandakan maksud, topikalisasi dan penekanan. Ke- muncul dengan setiap konsonan dan memiliki alomorf k- di depan vokal. Dengan pronomina, prefikske - mempunyai fungsi menandakan topik pembicaraan dan memberikan tekanan pada pronomina tersebut. Dengan demikian semua pronomina bisa muncul dengan prefikske -. Satu fungsi lain yang dimiliki prefiks ke- adalah menunjukkan siapa yang mengatakan apa. Karena ini ke- ini bisa bergabung dengan pronomina atau kata benda atau kata orang apa pun seperti:

kerin dia bilang keUnjung kata Unjung kedoh kata mereka

Dengan numeralia prefikske - berfungsi menandakan numeralia bertingkat:

keji’ pertama keduoh kedua ketelu’ ketiga

Ke- bergabung juga dengan beberapa adverbia dan adjektiva membentuk beberapa derivasi seperti berikut ini:

kecét (< jét buruk) memburukkan, lebih buruk kecu’a (< cu’a sesuatu yang disodorkan, pemberian) menyodorkan kejan (< jan baik) memperbaiki kenah (< nah itu) seperti itu kenih (nih ini) seperti ini keréh (< réh itu) di situ kelou (< lou matahari) menjemur di matahari kumoh (< umoh ladang) ladang

Prefikste - walaupun tidak terlalu produktif mempunyai fungsi untuk menandakan pasif yang tidak sengaja, verba pasif yang menjadi adjektiva seperti:

telikét perlengkapan yang terikat di pinggang < likét perlengkapan temboh termasuk < mboh masuk teguyu’ terguncang < guyu’ goncang tekejung kejang secara tak sengaja < kejung kejang tekorop dalam keadaan rusak < korop rusak 56 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Gabungan Prefiks Tercatat beberapa kasus yang perlihatkan gabungan prefiks seperti pe-te, pe-te- ke-, pe-ke, ke-te-, seperti berikut ini:

petelilit < pe-te-lilit berlilitan petekejung < pe-te-ke-jung membuat seseorang berjongkok pekekat < pe-ke-kat membuat sesuatu/seseorang berdiri ketemboh < ke-te-mboh termasuk

Infiks Infiks -en- dipakai secara produktif dengan semua verba transitif yang bisa dijadikan pasif. Infiks -en- ini biasanya dimasukkan setelah konsonan pertama dari kata yang bersangkutan. Verba dengan infiks -en- biasanya memiliki arti bahwa sesuatu telah dilakukan. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, kalau kata dasar bersuku kata tunggal maka dipakai alomorf ne-, kalau bermula dengan vokal maka dipakai alomorf n-. Dengan demikaian ne- dan n- merupakan alomorf dari -en-

kenevoh dibunuh < kevoh mati cenikou dicuri < cikou curi benala’ dijadikan tumpul < bala’ tumpul nebup dikipasi < bup kipas népang dibawa < épang bawa

Infiks -em- tidak seproduktif -en- tadi, melainan infiks -em- ini muncul sebagai infiks yang telah beku dalam sejumlah kata. Bisa dikatakan bahwa -em- adalah alomorf dari prefiks me-. Biasanya -em- ini menunjukkan kata kerja transitif dan intransitif dan kebanyakan muncul dengan kata yang berawal dengan huruf [l] tapi ada beberapa contoh dengan huruf lain seperti [d] dan [k]:

lemakap (< lakap) melangkah lemilit (< lilit) memakai pisau atau parang sebagai mata tombak lemucun (< lucun) menggoyang-goyangkan sesuatu dengan kaki demirik (< dirik) menebas keman (< kan) makan

Sufiks/Klitik Sebagaimana telah dijelaskan, dalam bahasa Punan Tuvu’ tidak ada sufiks namun dalam beberapa kasus pronomina tunggal yang dapat berupa klitik -k, -m dan -n masing-masing untuk orang pertama, kedua dan ketiga dan yang melengket pada Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 57 bagian akhir dari kata-kata yang bersangkutan, baik kata benda maupun beberapa kata kerja seperti dalam contoh yang berikut ini:

lun tempat luk tempat saya lum tempat kamu

umoh ladang umak ladangku umam ladangmu uman ladang orang

metan mata metak mataku metam matamu

pén ambil pok saya ambil pom kau ambil

ayu’ milik saya ayam milik kamu ayén miliknya

kuén bilang kuok saya bilang kuom kamu bilang

Kata Ganti Orang/Pronomina Sistem pronomina yang ditampilkan dalam bahasa Punan Tuvu’, sebagaimana terjadi pada banyak bahasa Austronesia yang lain, mempunyai tiga set yang terutama berlaku untuk kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga tunggal (lihat Tabel 4). Pemakaian bentuk dari set I, II atau III tergantung posisi dalam kalimat. Biasanya bentuk dari set I atau pronomina bebas muncul sebagai pronomina atau posesif untuk kalimat yang mengikuti struktur SVO (subjek-verba-objek), set II dipakai dalam kalimat yang mengikuti struktur VSO atau dalam kalimat pasif kalau agen adalah pronomina (lihat Soriente 2013b). Set ketiga merupakan klitik yang teraglutinasi pada nomina untuk posesif dan untuk beberapa verba seperti dijelaskan di atas. 58 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Tabel 4. Pronomina

Set I Set II Set III saya hok ku -’ kamu kou nuh -m dia hén rin -n kami katou katou kami dua karo karo kita dua tou tou kita tiga tero tero kalian ketou ketou kalian dua kevo kevo mereka detou detou/doh mereka dua iro iro

Di sini pula ada perbedaan di antara bentuk inklusif dan eklusif untuk orang pertama jamak. Tapi yang menarik adalah adanya dual dan trial (tiga orang) yang selalu dipakai kalau mengacu pada dua orang atau tiga. Sebenarnya pronomina trial ini dipakai untuk mengacu pada kelompok terbatas orang. Semua pronomina bisa diawali prefiks/partikel pe-, ne-, ke- dengan fungsi pragmatik, untuk menekan pronomina atau untuk menandakan struktur informasi.

Deiktik Sistem deiksis dalam bahasa Punan Tuvu’ membedakan demostratif dalam empat bagian yaitu dekat inih “ini” dan jauh inah “itu” dan dua dimensi di antaranya irih “itu dekat” dan iréh “itu agak jauh”. Bentuk independen ini memiliki juga bentuk pendek yang biasanya menjadi klitik nih, rih, réh dan nah. Inih, inah dan iréh dapat juga bergabung dengan pertikel penekan ne- dan menjadi ninih, ninah dan niréh. Demonstratif ini menjadi dasar untuk adverbia tempat tanih “di sini”, tanah “di sana”, tarih “di situ” dan taréh “di situ agak jauh”, walaupun dalam teks bentuk tanah yang paling sering ditemukan. Adverbia lain juga terbentuk berdasarkan demonstratif nih dan nah: kenih “begini”, kenah “begitu”, jainih “seperti ini” dan jainah “seperti itu”, ja’ih “seperti ini” dan ja’ah “seperti itu”, adverbia temporal lou’ih “hari ini” dan lou’ah “hari itu”, bénih “sekarang”. Kalau bicara deiksis, tidak boleh lupakan bahwa unsur penting adalah menyinggung lingkungan tempat bahasa Punan, seperti bahasa daerah lain dipakai, karena topografi menjadi dasar untuk deksripsi deiksis. Kebanyakan suku di Kalimantan menempati tempat di daerah pedalaman biasannya di dekat Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 59 sungai yang dengan demikian menjadi patokan penting untuk deiksis. Memang sungai adalah rute komunikasi dan sumber air yang sangat penting. Karena itu sungailah menjadi titik acuan untuk orientasi dan dari posisi berdasarkan sungai deiksis arah berasal kata-kata penting yang menunjukkan orientasi. Alih-alih menandakan posisi berdasarkan posisi matahari atau dengan menggunakan kata arah seperti utara, selatan, timur, barat, posisi terhadap aliran sungai dan semua unsur alam yang berkaitan dengannya menjadi penting. Berikut sejumlah kata yang menandakan hubungan di antara posisi deiksis dan lingkungan:

ricu’ jalan, bergerak ke hilir, milir murik jalan, bergerak ke hulu, mudik decu’ hulu deva’, liva’ hilir méno jalan kaki ke hulu macah jalan kaki ke hilir ripa seberang dari sungai jujun pinggir sungai ridai daerah atas dari sungai, biasanya bukit lau’ daerah pedalam

Pusat deiktik adalah posisi di mana penutur sedang berada. Semua arah berasal dari posisi ini jadi bukan mutlak. Arah kanan (ta’uh) dan kiri (buléi) juga penting tapi selalu muncul berdampingan dengan aliran sungai seperti ta’uh murik “kanan mudik sungai”.

Kata Bilangan/Numeralia Sistem kata bilangan ini memiliki beberapa hal menarik yang berbeda dengan bahasa dekat dengan bahasa Punan Tuvu’ seperti Kayan dan Kenyah yaitu kata untuk nomor sembilan (lihat Tabel 5). Cara membuat kata bilangan dari 10 ke 20 dilakukan dengan cara justakposisi yaitu dengan menempatkan nomor dari satu ke sepuluh berdampingan dengan sepuluh (ji’ pulu’). Kata untuk seribu adalah malan. Dalam bahasa sehari-hari dan untuk menghitung hal yang banyak, seperti harga, dipakai bahasa Indonesia. Numeralia tingkat (pertama, kedua, ketiga) terbuat dengan menggunakan prefiks ke-, keji’ “pertama”, keduoh “kedua”, ketoluh “ketiga”. 60 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Tabel 5. Numeralia

1. ji’ 21. duoh pulu’ ji’ 2. duoh 22. duoh pulu’ duoh 3. toluh 23. duoh pulu’ toluh 4. pat 24. duoh pulu’ pat 5. limoh 25. duoh pulu’ limoh 6. nom 26. duoh pulu’ nom 7. tucu 27. duoh pulu’ tucu 8. yan 28. duoh pulu’ yan 9. julan 29. duoh pulu’ julan 10. ji’ pulu’ 30. toluh pulu’ 11. ji’ pulu’ ji’ 40. pat pulu’ 12. ji’ pulu’ duoh 50. limoh pulu’ 13. ji’ pulu’ toluh 60. nom pulu’ 14. ji’ pulu’ pat 70. tucuʔ pulu’ 15. ji’ pulu’ limoh 80. yan pulu’ 16. ji’ pulu’ nom 90. julan pulu’ 17. ji’ pulu’ tucu 100. ji’ ratus 18. ji’ pulu’ yan 200. duoh ratus 19. ji’ pulu’ julan 1000. ji malan 20. duoh pulu’ 2000. duoh malan

Klasifikator/Penggolong Klasifikator benda dalam bahasa Punan Tuvu’ paling umum adalah klasifikator untuk manusia, buah dan binatang, tetapi terdapat juga klasifikator lain yang mengacu pada bentuk barang dan biasanya mengikuti kata bilangan. Berikut daftar klasifikator benda: kungoh “badan” dipakai untuk orang atau binatang primata seperti beruk a’ “orang” dipakai untuk orang Catatan Tata Bahasa Punan Tuvu’ 61 ku’ung “biji besar” dipakai untuk buah besar atau sesuatu yang bulat batung “gulungan” dipakai untuk bentuk gulung bah “beras” dipakai untuk sesuatu yang bulat dan lonjong seperti butir beras atau telur, tapi bisa juga dipakai secara lebih luas untuk mengacu pada benda pada umumnya. wat “urat” dipakai untuk sesuatu yang halus seperti rambut, atau sesuatu yang tipis. bua’ “buah” dan biasanya dipakai sebagai penggolong pada jenis-jenis buah. luli “tanduk” dipakai untuk sesuatu yang berbentuk seperti tanduk kering “badan, sosok” dipakai untuk mengacu pada sesuatu yang berdiri, baik orang maupun benda. ukui “ekor” biasanya dipakai sebagai penggolong binatang.

Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan bahasa Punan Tuvu’ memperlihatkan beberapa hal menarik yang menyinggung hubungan sosial dalam masyarakat (lihat Tabel 6). Misalnya perlu diperhatikan hubungan timbal balik di antara cucu dan kakek/nenek yang disebut dengan cara yang sama adu’ dan adanya tiga kosakata berbeda untuk mengacu pada hubungan suami dan isteri dengan saudara suami/isteri. Kadang- kadang kata berbeda dipakai untuk mengacu pada orang yang masuk dalam sistem kekerabatan dan kata panggilan. Misalnya cara untuk mengacu ke istri lain dari cara untuk memanggil istri. 62 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Tabel 6. Sistem kekerabatan

nama panggilan nama acuan arti léi ténan suami oroh ténan istri mé’ man bapak iné’ inan ibu adu’ (léi, oroh) adu’ (léi/oroh) kakek/nenek uku uku kakek/nenek Punan Malinau adu’ luoi adu’ buyut akin/akik/akim akin paman ipun/ipuk/ipum ipun tante ikan iké’ kakak arin/arik/arim di’ adik ketuih arin di’ sepupu nak/kelovih nak anak adu’ jaon/jaok/jaom cucu nakin (nakok/ nakin kemenakan nakom) telèh telén/langu ipar (laki-lak dengan laki-laki) ipar (laki-laki dengan perempuan angu angu/langu dan perempuan dengan laki-laki) ipar (perempuan dengan perem- along along/langu puan) biras (hubungan di antara dua istri seruoi seruoi/uoi atau suami dari dua bersaudara kandung) uku uku (léi/oroh) mé’ mertua lelaki/perempuan riban (ribak, riban) nak menantu arom arom besan ipah ipah saudara CERITA RAKYAT

Antonia Soriente 1. UNJUNG NYENGINAN2

Agat Kelit Lawai Abo Jalé Unyat

1. Melu’ ne iro pada’ uron an tukung ngeran iro oroh inah Uku Uré. Iro piah- piah betai’ piah piro ngenak. Ngenak Uku Uré wo’ ji’ léi ngeran nak rin Lenjau Ningan, ngenak Uku Uré aji’ pa’ oroh ngeran rin Unjung.

2. An lo’uah iro kelovih hoh ayo’. Déh tenuh, oroh tenuh ne iro. An penggu betai’ Uku Uré inan Lenjau Ningan déh nyulih Unjung an inan Unjung lun rin oroh Lenjau Ningan wap.

3. “Uku Uré,” ke inan Lenjau Ningan an Unjung. “Hok inih rin téi nyulih nak nuh an betai’ nuh inih tat rin oroh nak nuh tou nggan nak tou wap. Kenuh perun tekop ma’ nuh pe rin pa’ an hok pa’?” ke inan Lenjau Ningan an Uku Uré.

4. “Ho’ ada’,” kedéh inan Unjung an inan Lenjau Ningan. “Nuh déh bok rin, tat rin perum jainah pe béh padai pe hok velo wo’ jan.”

5. Mutip ne perun iné’ iro. Inan Lenjau Ningan lengah ke inu’ jemit tanu’ sulih betai’ yu’ inan Unjung. Tekan inan Lenjau Ningan an inan Unjung, “tat sulih ine’ iro inih maling mangun wap kou bayan lalun nja’ lalun lagai an hok,” ke inan Lenjau Ningan an inan Unjung.

2 Cerita mbui ini diceritakan pada tahun 1981 oleh Agat Kelit di sebuah pondok ladang di Sungai Sebalu (sekitar Desa Sembuak yang kemudian menjadi Respen Tubu). Rekaman yang dibuat Dollop Mamung kemudian ditranskripsi dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Dollop Mamung sendiri dibantu oleh Lawai Abo, Jalé Unyat dan Simon Devung. Mbui ini pernah diterbitkan oleh WWF Indonesia pada tahun 1998 dengan judul Unjung Nyenginan (Mamung 1998b). Cerita Unjung Nyenginan ini diambil langsung dari versi terbitan WWF itu, karena memang tidak ada akses pada rekaman, dan diedit untuk melaraskannya dengan sistem tulisan dan entri di kamus ini. Tranksripsi dan terjemahan dibuat oleh Dollop Mamung dan Antonia Soriente dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut serta Eris Awang. 1. Unjung Mengembara

Agat Kelit Lawai Abo Jalé Unyat

1. Dahulu di suatu desa tinggallah dua orang perempuan di sebuah kampung. Salah satu dari mereka bernama Uku Uré. Mereka berdua bersamaan hamil. Mereka berdua melahirkan. Melahirkanlah Uku Uré. Satu perempuan melahirkan anak laki-laki, yang bernama Lenjau Ningan. Satu perempuan lagi melahirkan anak perempuan, namanya Unjung.

2. Di hari-hari berikutnya, mereka itu semakin besar, semakin meningkat remaja, semakin orang dewasa. Pada waktu masih hamil Uku Uré, ibunya Lenjau Ningan, pergi meminang Unjung pada ibundanya untuk menjadi calon istri Lenjau Ningan pada waktu akan datang.

3. Uku Uré, ibunya Lenjau Ningan berkata kepada ibu Unjung. “Saya datang meminang anak yang kau kandung ini. Kalau dia perempuan, kita jodohkan nanti dengan anak saya. Bagaimana pendapatmu, apakah kau setuju?” tanya ibunya Lenjau Ningan kepada ibunya Unjung.

4. “Ya kawan,” kata ibunya Unjung kepada ibunya Lenjau Ningan. “Mengapa tidak, kalau itu memang keinginanmu. Kalau memang itu isi hatimu, kalau begitu tak bisa saya tolak apa pun yang kau anggap baik.”

5. Begitulah keputusan hati mereka berdua. Ibunya Lenjau Ningan menyerahkan manik kuning sebagai tanda pinangan kepada Ibunya Unjung. Pesan ibunya Lenjau Ningan kepada ibunya Unjung, “Seandainya tanda pinangan saya ini tidak mereka berdua terima, dibatalkan di kemudian hari, kamu harus membayar denda kepada saya,” kata ibunya Lenjau Ningan kepada ibunya Unjung. 66 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

6. Doh téi dekin ne atok Uku Uré inan Lenjau Ningan lemok an lun inan Unjung. Nuh pe kuén inan Lenjau Ningan tat aring hén nyulih betai’, inan Unjung melu’ an luang kurip lou temén véi.

7. Ibi Uku Uré inan Lenjau Ningan an tukung hén oroh wo’ nu’ut karan anyén dekin hén pa’ nu’ut doh a’ wo’ jam rin.

8. Oroh tokan inah rin meliyu rin ngelaih an a’, jainah perin pa’ maling nyau héi lun rin mo’on unan lo’ih jét juk rin an a’.

9. Kelung ke Uku Uré tat doh a’ wo’ dekin hén, Unjung koh an luang hén betai’. Dengo Unjung wo’ betai’ inah koh ovi’ perin genenong inan Lenjau Ningan la’ung-la’ung. Déh pa’ tenin ngguh a’ an tukung pekatuh ngguh tat icit déh ayo’ kenuh kerin tu’uh unan célung.

10. Ovi’ toi, aji’ ne tenin ngenong tekering Uku Uré iné’ ngguh dengo ah toi. It nekejuk hén iné’ perun jét parun o’on wo’ nutung téi nutung leting hén. Uku Ure nevéi tat lait an Unjung.

11. “Inah ibi wo’ pena’ bén kuok,” ke barong Uku Uré. “Laba’ hén kuok, tukén hén cala’ ngenuang, bu’uk écuh wo’ pena’ hén tat uron,” ke oroh tokan hoh.

12. Téi nén tanji’-tanji’ an ocan levu’ lun Unjung. Kelung ne Unjung an ngguh o’on inan Lenjau Ningan, Unjung kucung nén, utok hén ujom menya’ an ngguh petekia’ piah tat va’oroh tokan inan Lenjau Ningan inah.

13. “Kavou kou bénih lun korip tukung inih uli’ jan ja’ rin uron,” ke barong Uku Uré tujok-tujok cangau petucu’ kungan oroh wo’ la’ung betai’ inah.

14. Benyou ke ngguh Uku Uré koli’ nyan levu’ hén, kunum-kunum ke ngguh hén rop-rop énuh koh ma’ rin taréh maling nah a’ kelung rin.

15. Ngomih tat unih noh Unjung. Mekevoh hén tekia’ iné’ Uku Uré inan Lenjau Ningan wo’ mecik inah. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 67

6. Sudah semakin dekatlah waktu rencana mereka. Uku Uré, ibunya Lenjau Ningan, pun datang berkunjung ke rumah ibunya Unjung. Sejak awal ibunya Lenjau Ningan melamar anak dalam kandungannya, ibunya Unjung bersikap biasa-biasa saja.

7. Memang Uku Uré, ibunya Lenjau Ningan, di desa itu disegani semua teman dekatnya dan juga ditakuti orang yang baru mengenalnya.

8. Perempuan tua itu biasa berbicara cepat pada setiap orang. Dia juga tidak peduli siapa pun bila marah, dan pembicaraannya kadang-kadang menjelek- jelekkan orang.

9. Kebetulan sekali Uku Uré mendapat kabar angin dari orang dekatnya bahwa Unjung sedang hamil. Berita Unjung yang hamil itu sebenarnya tidak pernah diteliti betul-betul oleh ibu Lenjau Ningan. Sedangkan kebiasaan di desa desas-desus kecil bisa menjadi hal besar, walaupun tidak jelas apakah betul atau bohong.

10. Tidaklah berbeda tabiat dan tingkah Uku Uré pada waktu mendengar berita itu. Dia hampir-hampir meloncat akibat luapan perasan yang membakar hatinya. Uku Uré pun meludahi Unjung dari jauh.

11. “Itu pasti perbuatan yang dilakukannya sendiri,” pikir Uku Uré dalam hatinya. “Dugaanku memang dia bersalah, melihat perilakunya selama ini,” kata perempuan tua itu.

12. Sesampai di tangga rumah Unjung dia berjalan ke sana-ke mari sambil marah. Unjung mendengarkan saja ibunya Lenjau Ningan marah, dan dia diam saja. Kepala Unjung tertunduk karena malu mendengar pembicaran yang memalukan yang keluar dari mulut perempuan tua itu.

13. “Keluar kau sekarang supaya keadan desa ini kembali baik seperti semula,” kata Uku Uré sambil menunjuk-nunjuk jari tangannya ke arah wanita muda yang lagi hamil itu.

14. Kemudian Uku Uré terdiam, lalu dia kembali ke rumahnya. Setelah itu entah kata-kata apa lagi yang diucapkannya, hanya dia sendiri yang tahu, karena di tempat itu tidak seorang pun yang mendengarkannya.

15. Sejak tadi Si Unjung merunduk terpaku. Dia sangat dipermalukan oleh Uku Uré, ibunya Lenjau Ningan, si pengoceh itu. 68 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

16. Uma’ rin Unjung ja’ keriman tari, ja’ ngom lenyuh tat perukan, menyou lenyuh hén ngeriman tat lirin Uku Uré, anyan bandang hén a’ wo’ ang ngom mangun nuh-nuh ja’ tenin vi’ pelulup Unjung.

17. Unjung nangih noh, nangih, nangih, nangih. Déh rin belum nén nangih lou’ah. Unjung kat tat puruk. Genong ke hén an taong doh malom ne rin lo’uah.

18. Piri’ ke hén an berat benyou ke hén meturui tat malom ah nui. Kekat ke Unjung tat a’up “velop hoh, ngenong hok an venga atih,” ke Unjung. Unjung i’ah ke tat liding noh genong ke hén velop lela ah toi.

19. “Maling lali’ a’up venga pa,” ke perun hén. “Nyapai pe hok déh lemikoh genong kehén nok lou’ah, kavou nok lou’ah,” ke perun Unjung tang hén lemikoh. Belum likoh piah iné’ Unjung an kalong wo’ épang rin kavou.

20. Perun hén jét pelulup rin maling jan unan luang leruh. Ji’ malom Unjung maling ngom mekiop metan hén. Perun rin kenerbuk pelulup rin anyau nyan langit.

21. Tang kungan hén déh mevat ang utung. Hén mendén kat tat lun turui hén malom inah ngenong nyan taong, lela pa’ hén ngenong idang a’up wo’ téi inah.

22. Déh réh Unjung kah muit tat tilung, déh meja’ ocan membé’ nyan tano’, déh metekon wat dérai an tukuk telun levu’ detou inah. Unjung metekon dérai, metekon, metekon, metekon tukuk ayo’, déh mbup-mbup lela tano’ hoh ovi’ rin melai venga la’ung. Kah ne Unjung kah, kah, kah ne ngenong abun pegau’ lela, jelimu ngetembam lela an aun da’un an aun uru’ kah ne hén linak an lunang ayo’ hoh dih. Lemok hén an ridai, hén kelung ngguh a’ ata urin hén.

23. “Povéi tou aloh Unjung, povéi tou,” ke ngguh rin. Genong ke Unjung téi noh Lenjau Ningan ngelekan tat urin hén. “Muruk tou lulung ureh,” kerin an Unjung pa’. Puruk ke iro tanah. Unjung kucung ne hén tat unih.

24. “Unjung,” ke léi hén noh, “nuh téi lun kou jét andang la’ung ja’ah, ma’pe kou kuok beh an hok,” ke Lenjau Ningan aring ma’. “Nyapai to kou ik déh ano’ Unjung?” ke nak Uku Uré wo’ mecik inah. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 69

16. Andaikan dia seorang dewi, ingin rasanya Unjung menghilang dari hadapan Uku Uré. Tetapi sebagai manusia biasa Unjung tak dapat berbuat seperti yang sedang dilamunkannya itu.

17. Unjung kemudian menangis, menangis, dan menangis. Hanya menangis saja yang sanggup dia lakukan. Kemudian Unjung mulai sadar. Dia lalu bangun, dan hari pun sudah menjelang malam.

18. Malam itu dia berbaring di atas tikar dan tertidur. Pagi-pagi sekali Unjung terbangun dan bilang: “Sungguh gelap, saya ingin melihat terang dulu.” Unjung menengok ke luar dari celah-celah dinding dan terlihat hari masih gelap.

19. “Pasti tidak lama lagi pagi akan tiba,” kata Unjung dalam hati. “Ke mana pun saya akan pergi, sebaiknya saya mulai berkemas-kemas untuk meninggalkan desa ini,” kata Unjung sambil mulai mengemasi barang-barangnya. Kemasan barang Unjung semua sudah masuk dalam gendongan bawaannya.

20. Hatinya galau, pikirannya kacau, dan perasannya luluh lantak. Selama itu Unjung tak mampu memejamkan mata. Batinnya hanyut, pikirannya menerawang ke segala penjuru langit.

21. Sementara badannya bergolek tak berdaya. Dia memaksa diri bangun dari tempat tidurnya dan melihat ke luar, cahaya matahari pagi di luar sudah mulai terlihat, tanda pagi telah tiba.

22. Lalu, Unjung keluar dari kamar tidurnya, melangkah menuruni tangga rumah ke tanah terus berjalan menuju perbukitan yang tampak di kejauhan dari depan rumahnya. Unjung mendaki punggung bukit di bagian darat rumah, mendaki, dan terus mendaki, tak ada satu orang pun yang melihat dia pergi di pagi-pagi subuh itu. Namun sesampai di atas dia mendengar suara seorang sedang mengikuti jalannya dari belakang.

23. “Tunggu dulu sebentar di situ, Unjung,” pinta lelaki itu. Unjung mulai merasa iba dan dengan berat hati menengok ke arah belakang. Dia melihat Lenjau Ningan terus membuntutinya dari arah belakang. “Mari kita duduk dulu di sini, Unjung,” ajak Lenjau Ningan. Mereka berdua pun lalu duduk di situ. Unjung tetap diam tak mau berbicara sejak tadi.

24. “Unjung,” kata calon suaminya, “ada apa gerangan sehingga kau pergi dengan amat terburu-buru begini, paling tidak kamu semestinya memberitahukan saya dulu,” kata Lenjau Ningan memulai pembicaran. “Ke mana tujuan perjalananmu?” kata anak Uku Ure si wanita ceriwis itu. 70 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

25. Ukop ne hén. “Dui Unjung, mai’ la’ung nok an kou,” ke Lenjau Ningan. “Inih tano’ lait, tano’ aru. Pai téi kou an Otuh, an Vi’at, an Cai, an Bowang, an Paih, an Kucéh, takén rin pa’ an la’ui an pembik nuh ja’inih,” ke Lenjau Ningan me’ kulap yu’ Unjung nui.

26. Ne Unjung nari déh nyi’uh; “Om ovi’ pok jam la’ung nyapai bulan andang, ku’ inih déh ano’. Hok ne ngenong andang ku’ pa’,” ke Unjung. “Juk toh kenuh pe wat palan jét, urip ku’ ine’ Belalik.”

27. “Ho’ béh padai pe hok uli’ neva hok uli’ jan tat jo wo’ penena’ ku’ tubit lun rin ngom ngékét kecét lun hok ja’a’ jan,” ke Unjung.

28. “Iné’ inah rin Unjung oroh tokan. Ne hén ja’ doh anyén hén wo’ aji’, doh yu’ doh jan inih a’ jét a’ mecik an karan aih. Kou rop jam tenin korip Mé’ tat uron uréh, jainah ne Mén pa’,” ke Lenjau Ningan an Unjung.

29. Dung Lenjau Ningan petekan an Unjung toi hén kecu’a ke lulun tacom yu’ Unjung noh. “Inih pom gelam nuh an otuh iwo, an kuin tat lunang,” ke doh léi an Unjung nui.

30. “Tém ngelawin unan pevenyou tacom inih, lu’ nuh an lun wo’ jan” ke Lenjau Ningan petetok rin an Unjung. Unjung pén ke tacom noh. “Hok inih rin pa, ovi’ pe hok melu’ unan iné’ an tukung inih. Tou piah petengan tanih,” ke Lenjau Ningan. “Ho’ kah nok,” ke Unjung.

31. “Ja’inah noh padai-padai kou nugum urip nuh,” ke Lenjau Ningan, dung hén marun tukuk tano’ telun an livou tukung wo’ lengah Unjung ano’ hon.

32. Unjung kah metekon dérai, metekon, metekon tukuk ayo’inah, cleh mbup- mbup lela tano’ hoh ovi’ rin melai venga la’ung. Vlén kah, kah, kah ne hén ngenong abun pe gau’lela. Urun uru’, da’un, jelimu ngetembam lela an bayang an ipin Unjung wo’ kah linak an lunang ayo’ hoh dih. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 71

25. Unjung tetap menundukkan kepala. “Oh... Unjung, saya khawatir akan dirimu,” kata Lenjau Ningan. “Daerah sana angker, tanahnya luas. Apa kau tak takut roh jahat, harimau, ular, beruang, angin topan, hantu monyet sementara dirimu tidak kuat berjalan begini,” kata Lenjau Ningan mencoba mengingatkan Unjung.

26. Unjung pun kemudian menjawab. “Saya sendiri kurang tahu akan pergi ke mana saya sekarang. Perjalanan inilah yang kelak akan menentukan tujuan saya,” kata Unjung. “Apa boleh buat, ini sudah nasib buruk saya dari Yang Mahakuasa.”

27. “Ya, saya tidak bisa pulih begitu saja dari hal-hal yang dianggap buruk yang pernah kita lakukan bersama,” kata Unjung.

28. “Ibuku sudah tua. Semua orang di desa ini sudah tahu tabiatnya. Dia dianggap jahat, lancang, dan banyak lagi yang dituduhkan terhadap ibuku. Kau sendiri tahu tabiatnya seperti itu bukan?” kata Lenjau Ningan kepada Unjung.

29. Sambil Lenjau Ningan menasihati Unjung dia menyodorkan bungkusan racun sumpit untuk Unjung. “Ini ambillah sebagai bekalmu untuk mengusir roh jahat atau kuntilanak yang mungkin kau temui di hutan,” ucap pria itu kepada Unjung.

30. “Jangan sampai kau lupa dan menghilangkan racun sumpitan ini, simpan baik-baik,” kata Lenjau Ningan berpesan kepada Unjung. Unjung pun menyimpan racun sumpitan itu. “Saya juga tidak akan lama bersama ibu di desa ini. Sementara kita berpisah di sini saja,” kata Lenjau Ningan kepada kekasihnya itu. “Ya, saya akan berangkat,” kata Unjung.

31. “Pandai-pandailah kau menjaga dirimu,” kata Lenjau Ningan sambil menuruni punggung bukit dari atas, ditinggalkanlah Unjung pergi.

32. Unjung mengayunkan langkahnya menaiki bukit besar itu, tanah masih kelihatan remang-remang karena belum pagi benar. Dia terus berjalan, dia melihat ke kiri, ke kanan, dan embun masih menyelimuti sekitar kawasan yang ditujunya. Rerumputan berdaun rimbun yang dipenuhi air embun membasahi tubuh Unjung dan juga bagian depan baju dan roknya. 72 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

33. “Kebih a’ up i’ih melarom ketu-ketu,” ke Unjung. Maling lali’ andang Unjung kah rin déh lait. Metekon noh Unjung an tukuk vou an tano’ aru ah. Nén metekon, metekon, metekon mekéi an bota’ hoh hén peléréi bota’ melang noh. Kah, kah, kah maling nun maling ngejo’ot dung nuan aru nuan ayo’ kenarun lou unih.

34. Déh belua’ ne lo’uah marun nén an tano’ nekeling hoh, genong ke hén téi tat liva’ duh congcokut ne kelak Kanji’ Anjan hoh ne bu téi metekon mai hén dih.

35. Kanji’ Anjan inah koh kucéh Ucak pe ngeran rin, Irang Lenggang pa’ ngeran rin aji’. Kelak kungan rin vou ayo’. Duh bulun la’ung lah nit rin. Utok rin ja’ utok a’, jawéirin jawéi beruk, kucu’ rin ja’ kucu’ a’, nyipén rin ja’ nyipén beruk pa’.

36. “Otuh,” ke perun Unjung, “hok menyo’-menyo’ an aih ngudi’ idih, jét jétalah kinan rim kevoh ano’,” ke hén. Jelik-jelik ke jela’ rin muwo tat tang va’ otuh hoh. Unjung bavat ikoh ne hén ngenong Irang Lenggang ah tanah.

37. Dorén oih unih nén nekering tanah. Dekin ne otuh an oroh betai’ hoh. “Ah, ah, ah,” kerin mong. “Dui kou ah Unjung,” ke barong rin pa’. Kucung ne Unjung tat tekering hén tanah.

38. “Tat uron nok nyong kou inih ne tou pekerjam lou’ ah Unjung,” ke kucéh ucak hoh celemén an Unjung. “Deli noh tou,” ubé’ Unjung kerin menden oroh hoh. Ik-ik ne otuh hoh menggah an Unjung lun rin ubé’ hén. “Kelung nuh ngguh ku” ke Unjung an Irang Lenggang. “Linak-linak lulung beh énuh wo’ nyik nuh an hok,” ke Unjung nganyuk otuh bulun inah.

39. “Nyapai pe tou déh ano’, dorom lun inih kudék, lunggung, jémong. Jainah kou déh la’ kayuh rah pepiah déh la’ tuto pelanyo, lun pube wo’ jan,” ke oroh betai’ hoh. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 73

33. “Udara pagi ini terasa dingin sekali,” gumam Unjung. Tak terasa perjalanannya telah jauh. Unjung berjalan menaiki punggung tanah yang luas dan panjang itu. Dia naik, naik, naik dan tiba di rimba lebat. Dia berjalan, berjalan, berjalan terus tanpa beristirahat menyusuri jalan panjang dan luas itu sepanjang hari.

34. Ketika ia menuruni lereng punggung bukit ke arah bawah, dia menoleh dan melihat Kanji’ Anjan datang dengan menggunakan tongkat naik menuju ke arahnya.

35. Kanji’ Anjan ini menurut cerita dari mulut ke mulut adalah nama salah satu makhluk penunggu rimba yang nama lainnya adalah Irang Lenggang. Tubuhnya tinggi besar. Kulit tubuhnya berbulu lebat. Kepalanya seperti kepala manusia, mukanya seperti muka beruk, lengannya seperti lengan beruk, dan giginya juga seperti taring beruk.

36. “Pasti hantu,” pikir Unjung, “saya harus waspada, jika tidak, saya pasti mati dimakan makhluk aneh ini,” katanya dalam hati. Lidahnya dan mulutnya menjulur keluar. Unjung sangat ketakutan melihat Irang Lenggang tiba-tiba sudah berada di dekatnya.

37. Dan tempat berdirinya ditatap oleh makhluk rimba itu. Kian lama makhluk itu kian mendekati wanita hamil itu. Makhluk itu tertawa, “ah, ah, ah,” katanya. “Oh oh, kaukah itu Unjung? Kebetulan sekali,” katanya. Unjung diam saja di tempat berdirinya.

38. “Tenanglah, jangan terburu-buru dengan apa yang kau inginkan dariku,” kata Unjung pura-pura merayu si makhluk berbulu itu. “Sudah lama saya mencari kamu, baru sekarang kita bisa bertemu,” kata makhluk rimba itu dengan penuh berahi menatap Unjung. “Ayolah,” katanya membujuk Unjung untuk bermesraan dengannya. Makhluk itu kemudian mencoba memegang Unjung dan mendekapnya. “Dengarlah dulu perkataanku,” kata Unjung kepada Irang Lenggang.

39. “Kita kan belum akan pergi ke mana-mana, kau tahu tempat ini lumpur berlekak-lekuk, kotor, kurang bagus untuk tempat kita bermesraan. Jadi pergilah dulu mencari anak-anak kayu yang lurus-lurus dan tidak ada buku-bukunya untuk alas tempat kita bersantai,” kata perempuan hamil itu membujuk. 74 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

40. “Ho’ tanah Unjung nih kou mengo’ li’an ku’ uli’,” ke Tun Tano’ hoh. “Déh ne kou ém u’ut hok nyapai-nyapai hok ruyah lou’ah,” ke Unjung célung Otuh jét hoh.

41. Kejuk ke Kanji’ Anjan déh nyong kayuh rah pepiah tuto pelanyo nyan lunang ayo’ hoh. Lou’ih Unjung lacét-lacét ngakup tumoh tat tanah. “Ne reh tumoh nih ne kou cidah otuh iréh uli’ “héh,” ke Unjung. Ma’ kerin: “Pai kou Unjung?” “Hoi?” ke kou. “Pai kou Unjung?” “Hoi? ke kou an rin,” ke déh hén petekan an tumoh. “Ho’,” ke doh tumoh. Unjung okuh ketumoh an aun betang nah. Unjung déh kavou kevoh u’ut.

42. Kayuh rah pepiah tuto pelanyo wo’ nema’ Unjung nényang Irang Lenggang uli’ ne ah maling bukun maling beli ne ah. Kayuh inah aloh kevéi rin déh la’ tat lunang nényang rin uli’ nyan Unjung.

43. “Liwai inih ngo’ nuh hok lou’ah,” ke perun rin ma’ an Unjung dung otuh hoh déh telekan moya oroh betai’ hoh. Ma’ unih ne otuh an Unjung. “Pai kou Unjung,” kerin. “Hoi,” ketumoh. “Pai kou Unjung,” ke otuh. “Hoi,” ketumoh. “Pai kou Unjung,” kerin uli’ an lun Unjung nekering tanah unih. Unjung maling mana tanah lo’uah. “Aduh, Unjung kavou?” “Hiiih kanam kanan nyipok,” ke Irang Lenggang mong pémboh tumoh an luang va’ rin, ne otuh déh ngelekan Unjung noh.

44. Marun Unjung déh unih, déh hén ridai’ kelung kén “kooo” kengguh léi hoh téi marun tat ridai’. “Hii,” kerin niva panyan aun rin uli’. Mana noh kungan a’ hoh doh kelak léi belua’ urip rin. Pokéh pédon unan lading, petelikét unan ugén aru nya’it ah toi. Genong kerin ajo’ rin Unjung ah. Léi pebi’ unan kalong tegan, bi’ nak a’uh ah, unan bi’ berat. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 75

40. “Baiklah kalau begitu Unjung, tunggulah saya kembali,” kata makhluk penunggu rimba itu. “Pergilah secepatnya, tak usah khawatir saya akan ke mana-mana, saya sekarang sudah lelah,” rayu Unjung membohongi makhluk rimba jahat itu.

41. Kanji’ Anjan pun pergi mencari anak-anak kayu lurus yang tidak berbuku- buku di hutan sekitar situ. Sementara itu Unjung cepat-cepat menangkap seekor tuma yang kebetulan sedang merayap di tanah di dekatnya. “Kau Tuma, tinggallah di sini menunggu hantu itu kembali,” kata Unjung. Apabila ia memanggil, “Mana kau Unjung?” “Apa...? Jawablah begitu,” “Mana kau Unjung?” “Apa..? jawablah begitu,” demikian pesan Unjung kepada tuma. “Baiklah,” kata Si Tuma. Unjung lalu meletakkan tuma itu di atas batang kayu. Unjung pun lalu lari sambil ketakutan.

42. Anak-anak kayu lurus bulat pesanan Unjung yang tak sedikit pun mempunyai bonggolan atau buku-buku dibawa Irang Lenggang pulang. Kayu-kayu tersebut dengan mudah dia dapatkan di dalam hutan dan kini dibawanya pulang untuk Unjung.

43. “Kali ini rasain kau, Unjung,” katanya dalam hati, sambil mengayunkan langkah kakinya menuju ke arah perempuan hamil yang dikiranya sedang menunggu itu. Makhluk itu pun berseru pada Unjung, “Mana kau Unjung,” katanya. “Apa...?” jawab Si Tuma. “Mana kau Unjung?” katanya lagi. “Apa..?” sahut tuma. “Mana kau Unjung,” kata makhluk itu pula sesampai di tempat Unjung tadinya menunggu. “Apa...?” jawab tuma dari atas batang kayu kepada makhluk itu. Unjung ternyata sudah tidak ada lagi di situ. “Ah, Unjung lari?” “Hiih..., rasakan sedapnya gigitan gigiku,” kata Irang Lenggang geram sambil memasukkan Tuma sialan itu ke dalam mulutnya, lalu makhluk itu pun bergegas mengejar Unjung.

44. Baru saja Unjung menaiki tebing di hadapannya, dia mendengar suara seseorang lelaki datang turun dari arah atas. “Hii...,” seru lelaki itu memanggil anjingnya. Tampaklah kemudian tubuh lelaki itu yang umurnya baru setengah baya. Di tangannya ada tombak, parang panjang tajam terikat mantap di pinggangnya. Lelaki itu sebenarnya sudah melihat Unjung. Laki- laki itu menggendong gendongan yang biasa dibawa meramu sagu, ada anak anjing di dalam gendongannya, dan juga ada tikar. 76 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

45. Écot-écot ne lungan Unjung téi mai Uku Pindang léi inah u’ut Kanji’ Anjan. “Bok nuh kou Unjung,” keléi wo’ jan perun hoh. “Nuh mena’ kou telekan ja’ah,” kerin. “Ovi’ pap hok kenelekan otuh bulun, rin ik ngevoh hok,” ke Unjung. “Idah nuh yu’ yé’ rin tanih mon. Inih bayangku’ ipinku’ kadang nuh,” ke Unjung. “Kah kou lacét ténah,” ke Uku Pindang an Unjung. “Ho’,” ke Unjung dung hén kavou otuh Irang Lenggang hoh tanah. Uku Pindang njang ke karan amung Unjung an hén, lou’ih hén nekering idah keotuh hoh.

46. Irang Lenggang téi mai. “Nuh lun kou kavou hok Unjung?” kerin. “Nyapai kou déh tanih kavou lou’ah,” keotuh hoh téi melongo’ nyik mujot Unjung.

47. “Hei,” ke Uku Pindang, “Unjung hok kuwom?” ke Uku Pindang dung muah ipin bayang wo’ iné’ Unjung unih hoh. “Genong nuh oroh hok kuwom, unéi hok inih a’ léi ngerak Uku Pindang, hoh... hooo,” ke Uku Pindang.

48. “Tevéi,” keotuh hoh hei kou tari kerin an Uku Pindang. “Kou ik nyong wo’ jét yam,” kerin téi menggah mirék Uku Pindang. Uku Pindang, kecukat- kecukat ke lading an berung otuh hén, uruk-uruk ke Kanji’ Anjan mendén, ne kucéh an lading ik dekin menggah Uku Pindang. Hén tam-tam ke lading pa’ nyunggun, tekia’ Irang Lenggang nekukup mekevoh lo’uah. Duh da’ la’ung ne rin. Muit da’ téi tat kelekan bikéh van ayo’ otuh iné’ urung lading popot ah. Ngeliah ne butung oih bulun ah lou’ah.

49. Kah Unjung unih déh rin. Lebi ne lo’uah. Déh ingit-ingit ne lou. Déh mbah- mbah ne rin. “Pai téi hok lolom ano’ an lun jét ih,” keperun Unjung. “Aji’ ne ngenong tano’ tanih awo’ vi’ otuh, vi’ cai, bowang, vi’at,” kehén ma’ menging-menging. Kelung ke Unjung, Betekuk tat luang nou tanah, “duh nah ngguh oroh owa,” ngenong ke Unjung, Betekuk dui Unjung ah nui. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 77

45. Sambil menarik napas Unjung berlari mendekati lelaki itu yang ternyata adalah Uku Pindang, karena takut terkejar oleh Kanji’ Anjan. “Ada apa denganmu lari terbirit-birit begitu Unjung?” kata lelaki yang baik hati itu. “Tolong, saya dalam keadaan bahaya dikejar makhluk berbulu lebat, ia ingin memperkosa saya,” kata Unjung. “Tolong hadang dia di sini dulu. Ini bajuku pakai sebagai samaran,” kata Unjung pada Uku Pindang. “Kalau begitu cepat kau lari,” kata Uku Pindang pada Unjung. “Ya,” kata Unjung sambil berlari menjauhi tempat itu karena dia takut sekali pada Si Irang Lenggang. Uku Pindang memakai baju Unjung, kemudian dia berdiri santai menunggu makhluk itu.

46. Irang Lenggang datang mendekat. “Mengapa kau lari menghindari saya Unjung?” katanya. “Sekarang kau mau pergi ke mana lagi,” desak makhluk itu sambil mendekap ingin memperkosa Si Unjung.

47. “Hei,” kata Uku Pindang. “Kau kira saya ini Unjung?” seru Uku Pindang sambil melepaskan baju Unjung yang dipakainya itu. “Kau lihatlah apakah aku ini wanita, aku ini laki-laki, namaku Uku Pindang, hoh... hooo,” ejek Uku Pindang.

48. “Bedebah kau!,” kata makhluk itu sambil meludah pada Uku Pindang. “Kau cuma mencari masalah buatmu,” katanya sambil menerkam tubuh Uku Pindang. Uku Pindang balik membalasnya dengan mengayunkan tombak ke dada makhluk itu. Makhluk itu semakin maju mendekati laki-laki itu, Uku Pindang pun bertubi-tubi menombaknya kuat-kuat sehingga Irang Lenggang tertelungkup mati. Banyak sekali darahnya keluar. Dari luka makhluk itu darah masih mengalir terus akibat terkena ujung tombak yang cukup besar. Terkapar lunglailah bangkai makhluk berbulu lebat itu.

49. Sejak tadi Si Unjung berjalan terus. Hari makin sore. Semakin sore hari semakin sepi suasananya. Lalu hari pun mulai gelap. “Di manakah saya akan menginap nanti di daerah yang tanahnya kotor begini,” pikir Unjung. “Lain sekali suasana di daerah ini, barangkali ada hantunya, atau binatang buas seperti ular, beruang atau harimau,” katanya dengan suara agak nyaring. Terdengarlah di telinga Unjung Betekuk siluman penunggu pohon Nou: “Aduh ada di situ suara seorang wanita di luar” dan terlihatlah oleh Unjung Betekuk, Si Unjung datang menghampiri. 78 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

50. “Dui kou ah unih ada’,” ke Betekuk an akai hén. “Hok Unjung,” keoroh betai’ hoh. “Lacét kou memboh nyanih ada’ otuh an owa inah,” kerin. “Inih rin malom,” kedéh Unjung Betekuk. “Tukén otuh mekiap ne wo’ kekenih,” kerin pa’. Ano’ rin déh Unjung memboh lou’ah.

51. Ne iro petabé. “Hok Unjung Betekuk,” kén oroh wo’ jan perun mekowa hoh ma’ an akai hoh. Belum ne iro petabé’ Unjung Betekuk arung ke akai hén an kun noh.

52. “Tat hok ngom jam tandik tat Unjung,” ke Unjung Betekuk wo’ jan perun. “Nuh awi kelu’ ai déh a’ ngom meja’ wang tano’ ba’ inih. Énuh mena’ kou kah nya’inih rop-rop. Unan kou pembik la’ui pa’ an andang aru an tano’ lait jainih,” ke déh Unjung Betekuk ma’ an akai hén inah.

53. “Ho’ ada’ tu’uh wo’ ma’ nuh hoh. Énuh pe ulim ku’ an andang kiap ku’ ada’,” ke Unjung. “Hok mena’ jo béh hok penekavou Uku Uré tat tukung. Hok betai’ inih iné’ nak hén Lenjau Ningan, ovi’ rin jam wo’ ja’ inah,” ke Unjung nyenginan ah nui.

54. “Kou inih kah nyapai,” ke Betekuk. “Om huh hok inih déh nyapai ano’ ovi’ pehok jam ibi ku’ nya’ai-nya’ai,” ke Unjung. Ne iro tandik kenarun malom hoh. Iro belum pekuwa pejerait. Tup karan la’ih tenandik iro tat malom hoh.

55. Dui déh rin lou’ah nyelut malom déh benyou ke ngguh Unjung Betekuk meturui tat pirih hén. Unjung pén ke puli’ turui tat ajat hén noh hén tutung ke puli’ turui noh hén ovu kerin an urung Betekuk.

56. “Kou puli’ turui inih rin keman Betekuk inih koh lun hén maling kat lemok lou tovun noh,” ke Unjung. Puli’ belum novu Unjung an oroh keriman, hoh, déh rin lalok mangun berat mangun tau ne rin lo’uah nui. Belum hén mevop urung anyén keriman bén hoh Unjung lepok ke amung, vin hén pémboh, kerin, an luang ajat wo’ nényang hén véi. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 79

50. “Oh kaukah itu?” sapa Unjung Betekuk kepada tamunya. “Saya Unjung,” jawab perempuan hamil itu. “Cepatlah kau masuk ke kemari, banyak roh halus di luar sana,” katanya. “Ini sudah malam,” desak Unjung Betekuk. “Pada saat-saat begini banyak roh halus lewat,” katanya. Kemudian dipersilahkannya Unjung masuk ke dalam rumahnya.

51. Mereka berdua lalu bersalaman. “Saya Unjung Betekuk,” kata wanita yang ramah dan baik hati itu. Sesudah berkenalan dengan tamunya Unjung Betekuk mempersilahkan Unjung memakan makanan yang sudah tersedia.

52. “Kalau boleh saya tahu bagaimana ceritamu Unjung?” pinta Unjung Betekuk yang baik hati itu. “Sejak dulu belum ada orang yang lewat daerah ini. Apa yang menyebabkan kau berjalan seorang diri. Sementara kau dalam keadan hamil, dan juga capek dalam perjalanan jauh seperti ini,” kata Unjung Betekuk pada tamunya itu.

53. “Ya sahabatku, benar apa yang kau katakan itu, apa lagi yang harus saya sembunyikan dalam jalan perjalananku,” kata Unjung. “Saya berbuat salah, lalu saya diusir Uku Uré dari kampung. Saya hamil ini, dibuat anaknya, Lenjau Ningan, tidak mau tau dia akan hal itu,” kata Unjung yang pergi mengembara.

54. “Kamu itu berjalan ke mana?” kata Betekuk. “Belum tahu saya ini pergi ke mana nanti, tidaklah saya tahu arah-arah jalan saya ini,” kata Unjung. Mereka berdua bercerita sepanjang malam itu. Mereka berganti-gantian cerita, semua cerita mereka berdua ceritakan sepanjang malam juga.

55. Pergilah hari, mulai larut malam dan suara Unjung Betekuk mulai hilang dan dia jatuh tidur sambil berbaring. Unjung mengambil obat tidur dari dalam keranjang anjat, dia membakar obat tidur itu, lalu dia meniupkannya ke hidung Unjung Betekuk.

56. “Kau Betekuk, makan obat tidur ini supaya tidak bangun sampai hari besok juga,” kata Unjung. Obat sudah ditiupkan Unjung kepada perempuan siluman itu, lalu dia tidur nyenyak, jadi berat badannya, jadi di lantai sampai hari yang dijanjikannya. Dia meniupkan lagi asap ke hidung teman silumannya. Pergilah Unjung mengkemasi barang-barang, pakaiannya dia masukkan ke dalam anjat yang dibawanya itu. 80 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

57. Unjung kah, kah, metekon tukuk, marun tukuk, peleréi bota’ wo’ aru lun melang rop nui. Déh déh rin lou’ah Unjung kéi kén an bota’ hén peleréi pa’ noh kenarun putung lou aru ah nui. Unjung déh lemok an bulan tungop bota’ hoh. Mana noh an tepa’ hén tukuk batuh bela’ an tepa’ ripa’. “E... bok hok téi wo’ jét tat aun batuh idéh,” ke perun Unjung. Kejo’ot kén takén nah. Genong kehén jan-jan an Tukuk Batuh hoh, cebut ke kungan Unjung koli’ nyan urih.

58. “Hiii,” kén. Tukuk Batuh inah pe rin an bulan nuan andang hén wo’ déh kah ano’. Lemakap nén linak-linak déh dekin batuh hah. Genong, ke Unjung ridai duh upun-upun ne iro léi-oroh Vi’at hoh ma’up tat ungun luvang batuh hoh. Beré ke Unjung, nyebut koli’ nyan urin, u’ut oih Vi’at. Gemi’ ke iro Vi’at an Unjung, gemi’ ke Unjung an otuh hoh pa’.

59. “Dui, adu’ kenuh lun nyipom la’ung punyuh jan ja’ah,” ke iro Vi’at an hén. “Javo’ yu’ karo ja’ nyipom tari adu’,” kerin menyik an Unjung. “Kenuh kou adu’ ngom kou mena’ nyipen karo punyuh ja’ yam inah,” kerin mendén an Unjung. Gemi’ ke Unjung, “inah ngom pena’ ku’ adu’ liu’ déh perun kevo,” kehén. Déh Unjung dekin oih ngita’ hoh. “Ho’ adu’ tu’uh karo tekop nyipén punyuh tat adu’ tekop mena’ rin ja’ nyipom inah,” kerin.

60. “Déh noh,” ke Unjung petekan an iro oih hoh lulung. “Adu’ kenih rin, ngom hok mena’ nyipén kevo wo’ punyuh jan tat rin ang memanou. Memanou inah rin aih wo’ ngom ang kelekan kevo. An lou hok pémboh puli’ an nyak nyipen kevo adu’ ovi’ kevo ma’ rin peroh unan rin da’ nyelu hok belum muli’ nyipén kevo ano’. Tat adu’ ma’ peroh unan kevo povang ine’ da’ nyipén kevo wo’ pena’ ku’ inih maling ngom mangun ja’ tenin nyipok,” ke Unjung an Vi’at tukuk inah. “Hoh adu’ pena’ nuh ne nyipén karo, karan wo’ tenekan nuh kelekan karo piah kerin. Ho’ adu’ ngo’ kevo hok mena’ rin tenah,” ke Unjung an rin. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 81

57. Unjung berjalan, berjalan, mendaki gunung, turun gunung menelusuri daratan yang panjang hampir tak berbatas, pergi dia sepanjang hari itu. Unjung naik, naik pematang lagi sampai puncak. Dia menelusuri lagi sepanjang hari itu. Unjung pergi sampai ke ujung tebing dataran itu. Kelihatan di depannya gunung batu bersih, di depan seberangnya. “E... kena aku, datang yang jahat dari atas batu itu,” kata Unjung dalam hati. Terdiam dia di sekitar itu, dia melihat dengan baik-baik Gunung Batu itu, mundurlah badan Unjung kembali ke belakang.

58. “Wah,” katanya. Gunung Batu itu berada di ujung jalan perjalanannya yang dilaluinya nanti. Melangkahlah dia perlahan-lahan pergi mendekati batu itu. Unjung melihat ke atas pematang, ternyata di situ ada terbengong dua ekor harimau satu jantan dan satu betina duduk di depan gua batu itu. Unjung mundur ke belakang karena kedua harimau itu tersenyum padanya. Unjung pun membalas senyum dari kedua makhluk itu.

59. “Wah, bagaimana gigimu bisa hitam bagus sekali seperti itu?” tanya Harimau kepada Unjung. “Sayang, untuk kami berdua, gigi kami tidak sebagus gigimu,” kata keduanya kepada Unjung. “Bisakah kau buatkan gigi kami menjadi hitam seperti gigimu itu?” pinta mereka kepada Unjung. Unjung tersenyum, “Mengapa tidak, asalkan Anda berdua memang menghendakinya,” jawabnya. Unjung maju mendekati kedua binatang buas itu. “Ya, betul kami berdua mau dibuatkan seperti gigimu itu,” seru mereka.

60. “Ayolah,” kata Unjung memesan duluan kepada Harimau itu. “Begini saja, bisa saya membuatkan gigi kalian yang hitam bagus seperti punya saya ini asal kalian berdua tidak melanggar pantangannya. Pantangan ini mau tidak mau harus diikuti kalian berdua. Pada saat saya memasukkan obat ke gusi sebagaimana kalian pesankan jangan kalian berdua katakan sakit ya, atau mengeluh berdarah sampai saya selesai pengobatan gigi kalian berdua. Anda tidak boleh mengaduh sakit atau berteriak apabila terjadi perdarahan akibat perbuatan saya ini; kalau tidak, gigi kalian tidak akan jadi seperti gigi saya,” kata Unjung kepada Harimau gunung itu. “Ya, kau buatlah gigi kami berdua seperti yang kau bilang, kami berdua ikuti ya.” “Tunggu kalian berdua saya buat kalau begitu,” kata Unjung kepada kedua Harimau. 82 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

61. Lacét-lacét Unjung la’ tacom upit tat luang kalong hén. Unjung pén ke lung, hén pén ke tacom lo’ih déh rin hén likan ke tacom la’et noh mangun. Hén liruh ke langa’ tacom an pui noh. Déh rin nyelu langa’ aing bok darang pui hoh.

62. “Téi atih adu’,” ke Unjung an wo’ léi hoh. “Tenga’ap nuh va’ nuh adu’,” ke Unjung. Rin tenga’ap ke va’ rin noh, Unjung ketebak ke langa’ an nyak nyipén wo’ léi povang peroh. “Énuh ma’ ku’ unéi en kevo mengguh kok unéi,” ke Unjung an rin. Belum ne yu’ ah pa’.

63. “Téi pa’ atih adu’,” ke Unjung an wo’ oroh. Rin téi an dekin Unjung cak ke langa’ tacom an nyak nyipén ah pa’ povang. “E... e... em mengguh adu’ memenou rin ano’ ke hok unéi,” ke Unjung pa’. Belum ne iro necak Unjung: “E... mukih hok tanih mon bok otuh ih hok ano’,” ke perun Unjung. Kejuk ke Unjung mukih tat timan iro Vi’at hoh. Unih ba’ idéh an ungun luvang hoh nah kayuh abun. Unjung nekejuk pa’ déh an da’an kayuh abun wo’ inah.

64. “Duuh,” kén ma’ an kayuh abun, “jainah kou kayuh abun inih mbo-mbo kou kayo’ abun ango nenggén an ro kou.” Ke kat ke kayuh abun déh ngayap an lou. Déh rin tenaling ne iro toi. Nowang ne iro lou’ah. Teguyu’ ne tano’ tukuk hoh. It motop kayuh, it tebi’ batuh tano’ iné’ rin tecun iro taling kevoh.

65. Perun u’ut Unjung déh ayo’, pu’un kayuh abun lun Unjung nyekadit ngeliru’ inah megelu’. Unjung ngeloron nah an pu’un da’an kayuh abun. Maling lali’ benyou ke ngguh towang iro Vi’at inah kenelung Unjung. “Duh, tukén kevo mekevoh na’ah kuok béh,” keperun Unjung. “Ovi’ téi kevo la’ung menyén kuok béh,” kehén ma’an perun hén. “Wo’ keman kevo inah rin tacom. Héi véi wo’ kinan tacom irih mekevoh,” keperun Unjung ma’ pa’.

66. “Bok nuh téi rin ngguh kevoh lou’ah, ibi rin morip ngakan,” ke perun Unjung. “Jainah kou kayuh abun inih, iba-iba kou kayo’ abun bela nganap tana,” ke Unjung an kayuh abun. Kayuh abun sebut kerin membé nganap an tano’. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 83

61. Cepat-cepat Unjung mengambil racun sumpit dari dalam gendongannya. Unjung mengambil lung, sejenis keladi hutan, dia mengambil racun sumpit, diperas lalu dicampurnya dengan racun sumpit dan diaduknya sehingga menjadi racun berbisa. Dia mengoleskan racun tadi pada anak sumpit, kemudian dipanaskannya di api sampai racun anak sumpit mengeras karena suhu apinya.

62. “Mari ke sini Kau,” kata Unjung kepada yang jantan itu. “Buka lebar mulutmu,” kata Unjung. Dia membuka mulutnya lebar juga, Unjung menusukkan anak sumpit beracun ke gusi yang jantan yang berteriak kesakitan. “Apa yang saya katakan tadi. Jangan kalian berdua ribut, saya katakan tadi,” kata Unjung kepadanya. Selesailah giliran dia lagi.

63. “Mari ke sinilah Kau,” kata Unjung kepada yang betina. Ia datang mendekat, Unjung menusukkan anak sumpit beracun di gusinya itu lagi, berteriak kesakitan. “E... e... jangan ribut Kau, bisa-bisa pantangannya terlanggar nanti,” kata Unjung lagi. Selesai mereka berdua ditusukkan racun ke gusi mereka oleh Unjung, melompatlah Unjung menghindar dari hadapan dua Harimau itu. Tadi di sebelah sana di permukaan lubang itu ada kayu abun, Unjung pun meloncat ke dahan kayu abun yang itu.

64. “Duuh...,” katanya kepada kayu abun, “kalau begitu kau kayu abun, tinggi- tinggi ke langit ke dekat awan-awan dan matahari.” Maka kayu abun pun naik tinggi mendekati langit. Kedua harimau itu mulai gelisah. Mengaum dua Harimau itu sehingga tanah di sekitar gunung batu itu terguncang-guncang. Mau rebah kayu-kayu, mau terbelah batu-batu tanah dibuat amukan mereka berdua yang gelisah sekarat itu.

65. Perasaan takut Unjung semakin menjadi besar, apalagi pokok pohon kayu abun tempat dia berlindung pun hampir patah. Unjung memegang erat dahan pokok kayu abun tempat dia berlindung.Tidak lama lagi suara aum kedua Harimau itu tak terdengar lagi. “Oh, pasti kalian berdua mati di situ,” kata Unjung dalam hatinya. “Tak mungkin kalian berdua bisa bertahan,” katanya lagi dalam hati. “Yang tertelan oleh kalian berdua itu adalah racun sumpit. Siapa pun yang terkena racun itu pasti mati,” kata hati Unjung bicara lagi.

66. “Kenapa tadi suara mereka mati itu, apakah kelakuannya berpura-pura mati?” pikir Unjung dalam hati. “Kalau begitu, kau kayu abun ini, perlahan- lahanlah turun sampai ke permukan tanah,” kata unjung pada kayu abun. Kayu abun pun turun perlahan-lahan sampai di permukan tanah. 84 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

67. Mbé’ ke Unjung linak-linak tat pu’un kayuh abun déh an tano’, nén kerekin ke iro Vi’at inah. “Pai téi rin déh?” kén. Genong kén duh ngeliah ne butung iro Vi’at hoh an ungun luvang batuh tanah. “Kok néi,” kehén an perun hén. “Ja’ah téi kevo la’ung,” mendah kén. Mekevoh ne rin duoh-duoh an ungun luvang hoh.

68. Ovi’ pe Unjung melai murék nit Vi’at hah kelung kén “kooo, ngaeeek, hiii,” ke ngguh léi hoh téi tat ridai an hén wo’ nekering ngenong butung Vi’at hoh. Ano’ rih lemok noh léi ayo’ kungoh hoh an lun Unjung nekering.

69. Dui, ajo’ pa’ah Uku Mbi. “Tapai kou téi,” ke Unjung an Uku Mbi. “Hok téi taréh ne i’ih, ovi’ hok vi’ lun vi’ tukung ja’ tenin doh a’ hok kah jainih i’ih,” ke Uku Mbi an Unjung.

70. “Énuh ah Unjung?” ke Uku Mbi. “Ovi’ a’ah, ovi’ nuh-nuh,” ke Unjung. “Uki’ mekevoh leloh véi i’ih,” ke Unjung nyemoh rin. “Dui Vi’at mekevoh, iné’ nuh ah,” ke Uku Mbi an Unjung pa’.

71. “Ne rin Uku Mbi, kelenit nuh ne nit uki’ inih yu’ yé’,” ke déh Unjung menyik an Uku Mbi. “Hok ovi’ ngom ngelenit nit Vi’at inih meru kena’ unan rin pa’ hok a’ oroh pa’,” ke déh Unjung.

72. “Tat kou ang ngom Unjung, cundu hok perin tari. Kom pe kom wo’ ngom ngevoh oih wo’ meru ja’ inih bok rin an kom meru,” ke Uku Mbi. “Nyeliou rin ja’ah penyu nuh yu’ tou inih, ovi’ hok vi’ tolang ngelenit rin,” ke déh Unjung an Uku Mbi.

73. Mok Uku Mbi rak ugén tat telikét hén noh. Rin nga’ menga’, menga’, ja’inah pén yun hén. Dui belum nga’ iné’ doh léi. Tekering ke Uku Mbi noh, “Pai kou Duru ayo’, pai kou Otuh wo’ nugum wo’ peporip wo’ mai’ an hok Uku Mbi inih. Duoh liwai hok inih leruh tat peka’ lalou, réh hok menot déh an lapan tano’. An luang barah hok duoh luman ke lali’ ku’ an luang barah uli’ tat luang tano’ uli’ pok muit. Hok Uku Mbi inih rin ovi’ hok inih ngom mekevoh leloh, meru kou wo’ oih lunang, leloh véi.” Uku Mbi nebara an Uku Pata, Uku Belalin hén. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 85

67. Turunlah Unjung pelan-pelan dari pokok kayu abun pergi ke tanah. Ia mendekati tempat kedua Harimau itu berada. “Di manakah mereka kedua Harimau itu sekarang?” katanya. Lalu, terlihatlah olehnya kedua Harimau itu tertelentang di dalam gua batu itu. “Apa kataku,” pikir Unjung dalam hatinya. “Betul-betul kalian berdua tak akan bertahan,” katanya pada kedua bangkai Harimau itu. Kedua-duanya sudah mati di dalam lubang gua itu.

68. Sebelum Unjung sempat menguliti Harimau itu, dia mendengar suara seorang lelaki yang bilang “kooo, ngaéék, hiii” [memanggil anjingnya] dari arah atas tempat dia berada dengan kedua bangkai Harimau itu. Tak lama kemudian tibalah seorang lelaki berbadan besar di tempat Unjung berdiri.

69. Oh, yang datang itu ternyata Uku Mbi. “Dari mana kau datang Uku Mbi?” tanya Unjung padanya. “Saya cuma berjalan-jalan, saya tidak betah tinggal di desa seperti orang lain,” jawab Uku Mbi kepada Unjung.

70. “Apa itu Unjung?” tanya Uku Mbi. “Tidak ada apa-apa,” jawab Unjung. “Ini tupai mati,” kata Unjung merendahkan dirinya. “Oh! Harimau mati, mengapa mereka mati?” kata Uku Mbi lagi.

71. “Kalau begitu Uku Mbi, tolong kuliti Harimau ini untuk saya,” kata Unjung memohon kepada Uku Mbi. “Saya tidak bisa menguliti binatang ini, lagi pula memang pantang seorang wanita menguliti Harimau,” desak Unjung.

72. “Kalau kau tidak bisa apa lagi saya. Kau mampu membunuh kedua binatang besar ini mengapa tidak bisa mengulitinya?” jawab Uku Mbi. “Bukan begitu, tolong kulitilah untuk kita berdua, saya sudah tidak kuat lagi, sudah capek sekali,” bujuk Unjung kepada Uku Mbi.

73. Barulah Uku Mbi mencabut mandau dari sarung mandau yang terlilit di pinggangnya. Ia mengasah mandaunya, mengasah, dan terus mengasah. Dia juga mengasah pisaunya. Setelah selesai mengasah, Uku Mbi berdiri lalu berdoa, katanya, “Oh Duru Dewa Agung Halilintar, oh Dewa Pencipta Kehidupan, mohon pertolongan bagiku, telah dua kali aku terjatuh dari pohon kayu banggeris sampai terbenam di dalam tanah. Di dalam ulak air dua tahun aku bisa bertahan, terbenam di dalam tanah pun aku bisa selamat. Aku Uku Mbi mohon jangan sampai sakit karena melanggar pantangan terhadap kedua binatang hutan ini.” Uku Mbi meminta keselamatan dari Uku Pata, Dewa Pelindung dan Uku Belalin, Dewa Pencipta. 86 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

74. Hén burék ke auk Vi’at an yun hén noh. Da’ rin, tolang rin, nit rin, ta’in rin nelowah unan penevuit Uku Mbi piah ah toi. Lun rin penena’ igét angat, igét karan lowah betang Vi’at hoh an tajuk da’un pou. Iro lemikoh nit noh da’ ta’in, tolang, ain, an luang kalong. Belum likoh iné’ Unjung, coh kén kah déh tat luvang tukuk batuh nui. Iro petengan tat lun tanah noh.

75. “An pai téi hok déh ano’?” keperun Unjung. Nén kah, kah, kah, kenarun belua’ lebi hoh. Metekon hén, marun hén. Duh déh Unjung an tenggah wo’ layuk lau’ hoh, genong ke Unjung nah noh tabau aru tabau ayo’ noh tabau punyuh. Lebi ne lou luo’ah. Déh lé’an tugi, ingit-ingit ne lebi lou’ah nui.

76. “Inih ne lun wo’ jan laba’,” ke perun hén. Lou’ih rin hén pén ke toluh bah bua’ jarau tat lunang noh rim bauk ke keji’ ku’ung an luang tabau noh, maling lali’ ngelujai noh kelovih léi tat luang ungéi tabau, ngeran rim Laing Iting Ilan. Unjung bauk ke keruén bua’ jarau an luang tabau hoh maling lali’ ngelujai kelovih léi tat luang ungéi tabau, ngeran rim Tekuk Talah. Unjung ketelun ke bauk ke bua’ jarau an luang ungéi tabau noh, maling lali’ ngelujai ne kelovih muit ngeran rin Urong Petenong.

77. Unjung celemén ikoh hén ngenong bandang detou kelovih léi tenuh hoh detou jan, kungan detou ayo’-ayo’ jan orip la’ung téi muit tat tabau ah toi. Lou’ih déh rin lou’ah Unjung urah ke ain Vi’at, wang luang, tolang unan da’ rin an tabau wo’ raka unan aru inah tupuh rin tabau inah uli’ mangun tukung ayo’ wo’ beringguh. Ya’ nyeregan mangun ne kelak tukung ayo’ tukung beringuh ah. Mangun ne levu’ detou Unjung detou nak hén lou’ah toi.

78. Memboh ne detou nak Unjung an levu’ aru unan ledang inah dau. Unjung certing pémak ke nit Vi’at an aun tau detou noh, an tiding unan an luang tilung detou nak hén, lou’ih rin Unjung kelevet icing hén an tau tekia’ nit Vi’at mangun beluh unan liding, unan tau hoh pelih jan la’ung.

79. Malom hoh detou meturui noh. Déh rin dekin a’up, lean ngguh you nera’u, lean uting tat luang beliyung. Membe ne you an tano’ tengguh ne a’ kat lou’ah. Kekat keUnjung lou’ah. Unih rin detou Laing Iting Ilan, Tekuk Talah unan Uron Petenong lulung ne detou parih hoh kat turui. Doh, ne ngenong tukung jan la’ung detou belihah an kecan ngenong rin. Ngeran tukung wo’ penena’ Unjung inah Kayan Lo Juman. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 87

74. Setelah itu dia mulai membuka kulit perut Harimau itu dengan pisau. Darah, tulang, kulit, usus, daging dibungkus terpisah masing-masing bagiannya dalam daun palem. Kemudian mereka memasukkan bungkusan-bungkusan kulit, darah, usus, tulang, daging ke dalam gendongan mereka. Setelah barang-barang bawaan mereka siap, lalu Unjung pamit berangkat. Mereka pun berpisah di tempat itu.

75. “Ke mana nanti aku akan pergi?” pikir Unjung. Dia berjalan, berjalan, berjalan terus sepanjang sore itu. Dia mendaki gunung, menuruni lembah. Sampailah Unjung di daratan yang cukup luas, dan di situ Unjung melihat ada sebuah danau yang sangat panjang dan luas yang airnya berwarna hitam. Hari pun mendekati senja. Jangkrik-jangkrik berbunyi, dan tak lama malam pun akan tiba. Matahari mulai tenggelam di sebelah barat.

76. “Di sini tempat yang cukup baik,” pikirnya. Dia mengambil tiga biji buah pinang jarau, sebiji dia jatuhkan ke dalam danau. Tidak lama keluar seorang anak laki-laki dari dalam danau, namanya Laing Iting Ilan. Untuk kedua kali Unjung menjatuhkan sebiji lagi buah jarau ke dalam danau, tidak lama keluar seorang anak laki-laki namanya Tekuk Talah. Unjung untuk ketiga kalinya menjatuhkan sebiji buah jarau ke dalam danau, tidak lama keluar seorang anak laki-laki lagi bernama Urong Petenong.

77. Unjung senang sekali melihat penampilan anak-anak remaja yang gagah serta berbadan sehat yang berasal dari dalam danau besar itu. Kemudian, Unjung melemparkan daging, isi perut, tulang, dan darah harimau yang dibawanya ke dalam danau panjang dan luas itu, maka danau itu berubah menjadi sebuah desa besar dan ramai. Berdiri pulalah sebuah rumah untuk Unjung serta ketiga anak-anak itu.

78. Kemudian Unjung dan anak-anak itu masuk ke dalam rumah panjang dan luas milik mereka. Unjung lalu menggelarkan kulit Harimau di atas lantai dan menempelkan sisanya di dinding kamar mereka, setelah itu diputarnya cincin pusakanya dan menyatulah kulit Harimau itu menjadi lantai dan dinding kamar tidur yang indah sekali.

79. Pada malam itu mereka tidur. Waktu menjelang pagi, ayam mulai berkokok, babi di kandang mulai ribut. Tidak lama ayam-ayam pun turun ke tanah, orang-orang mulai bangun pagi. Unjung pun sudah bangun. Anak-anak itu Laing Iting Ilan, Tekuk Talah, dan Urong Petenong sudah lebih dahulu bangun dari tidur. Melihat pemandangan desa yang luar biasa indahnya itu mereka takjub. Nama desa yang dibangun Unjung itu diberi nama Kayan Lo Juman. 88 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

80. Déh lou’ah tubu ayo’ padai mu’ unan rim tekop ngelekan tucuh Unjung an levu’. Ne réh nak ke déh Unjung an Laing Iting Ilan, Unjung tubit ngenak tucu’ lou wo’ uron nak inah penengeran hén Lawé Ningan.

81. “Laing Iting Ilan, nyanih kou,” ke Unjung, ano’ rim coh ke kelovih mai Mén. “Nah énuh ah Inan?” kerin. “Jainah kou nak ém déh menyut an aun betang an ungei iréh moman bilang arim ano’,” ke Unjung petetat. “Ho’ dorok iné’,” ke déh nyi’uh inan hén hoh.

82. Ngeran rin nak keriman, Laing Iting Ilan dorén hén kuwén lo’in inan hén inah. Lou’ih Laing coh kéndéh ngenuh menyut nyan tenon ungéi Kayan. Lemok Laing Iting Ilan an betang lun detou menyut hoh. “Tevo’ koh kou bilang Lawé inih omanku’ an ungéi inih. Ma’ kou an Lenjau Ningan hok inih bilang Lawé nak Unjung Nyenginan. Hok inih téi perengo lo’ih yam tat oroh nuh Unjung, ricu’ an ungéi inih tukung, detou ke kou,” ke tetat Laing. “Lacet kou déh koh ke kou,” ke ngguh iné’ Laing. “Ho’ jan,” noh ke kumut inah. Ne Laing ke bilang noh.

83. Moman ne kumut deva’, moman, moman, moman, tindik ke bilang an tenon Lenjau Ningan. iget lou Lenjau déh lekah. Tat pu’un a’up lemok mbah- mbah nén uli’ nyan levu’. Kungan Lenjau Ningan déh lo’uah menyou kecat cogéng. Hén maling vi’ perun keman jan, unan bo’. Hén ruyah iget lou nyong linjung Nyenginan, igét tukung a’an layuk tano’ an Lo ungei Kayan maling pelok unan Unjung toi.

84. An Tatung i’ih Lenjau cui perun hén lekah umoh igét a’up nyelu lebi, ja’inah pena’ hén igét lou. Bok nuh rin takén lou’ah Lenjau Ningan pelacih melau’, awi uron ovi’ hén la’ung ja’ah melau’. Alik-alik Lenjau Ningan uli’ membé’ tat umoh nyerai déh mom nyan ungéi toi. Mbé’ ke Mén an betang lun doh mom hoh, genong kén téi oih moman tat ricu’ nebu téi nyan betang lun hén mom hoh. Nindik ne bilang nak Unjung an timan Lenjau Ningan. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 89

80. Tidak lama anak-anak Unjung tumbuh kian besar. Anak-anak itu sangat rajin dan sudah pandai membantu Unjung di rumah. Unjung memperlakukan Laing Itin Ilan dan saudara-saudaranya sebagai anak sendiri. Dan dari kandungannya, Unjung tujuh hari yang lalu telah melahirkan pula seorang anak laki-laki yang diberinya nama Lawé Ningan.

81. “Laing Iting Ilan ke sini kau sebentar,” kata Unjung, dan anak itu pun segera datang menghadapnya. “Ada apa, Bu?” tanya Laing. “Ingat anakku, jangan kalian mencuci pakaian di atas batang di sungai itu, takut selimut adikmu hanyut,” pesan Unjung. “Ya Bu, saya tahu,” jawab Laing Iting Ilan kepada ibunya.

82. Sebagai anak Dewata, Laing Iting Ilan tahu persis maksud dari larangan ibunya. Diam-diam Laing Iting pergi membawa pakaian Lawé Ningan ke Sungai Kayan. Laing Iting Ilan pun sampai di tepian, tempat mereka biasa mencuci. Ia lalu berkata pada selimut Lawé, “Kau selimut saya hanyutkan ke ilir sungai ini, ke Desa Lenjau Ningan,” katakan pada Lenjau Ningan. “Saya ini selimut Lawé anak Unjung Nyenginan. Saya kemari membawa pesan dari istri Anda, Unjung, desa kami di ulu sungai ini. Segeralah Anda pergi ke sana, begitu katamu padanya,” pesan Laing. “Baiklah,” jawab selimut itu. Lalu Laing pun menghanyutkan selimut tersebut.

83. Selimut itu pun hanyut milir, milir, milir, lalu merapat ke arah tepian ladang Lenjau Ningan. Tiap hari Lenjau biasanya selalu berangkat bekerja ke ladang. Dari pagi sampai malam baru dia pulang ke rumah. Badan Lenjau Ningan makin hari makin kurus. Dia tak selera makan dan minum. Dia keletihan, dan setiap hari dia mencari Si Unjung yang pergi memgembara, tetapi tiap orang desa di daerah kuala Sungai Kayan tidak ada yang pernah bertemu dengan Si Unjung.

84. Biasanya Lenjau selalu bekerja di ladang dari pagi sampai sore, begitulah memang kebiasannya setiap hari. Mengapa kebetulan hari itu Lenjau Ningan gelisah dan merasa kepanasan, kebiasan yang tidak pernah dia alami. Merasa gerah Lenjau Ningan meninggalkan ladang, lalu turun ke sungai untuk mandi. Dia turun ke tepian tempat mereka biasa mandi, dan dia melihat ada benda hanyut dari ulu terus menuju ke tepian di mana dia mandi. Singgahlah selimut anak Unjung itu di depan Lenjau Ningan. 90 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

85. “Héi kou inih?” kehén. “Hok inih bilang Lawé nak Unjung Nyenginan,” ke hén. “Unjung muit nak ngeran rin Lawé Ningan. Hok inih bilang Lawé nak Unjung Nyenginan inah. Hok inih téi perengo lo’ih yam tat oroh nuh Unjung, ricu’ an ungéi inih tukung katou,” ke bilang inah an Lenjau Ningan.

86. “Tat kou pelulup lela Unjung Nyenginan, an Lawé Ningan benih pana’ kou déh rin pinah. Tat kou déh genong nuh tukung ayo’ ba’ ta’uh murik rin ninah, lun kai,” ke kumut. Belum kumut ma’ benyou kerin tat timan Lenjau Ningan.

87. Belum ne Lenjau Ningan mom lou’ah, tekering kén pelulup an Unjung Nyenginan. Lenjau Ningan luang piroh-piroh bulan inih hén nyong Unjung an lun an tukung layuk Lo Kayan. Lenjau maling pelok oroh wo’ lun mai’ inah.

88. Énuh bok rin Lenjau ang celemén an perun hén. Hén la’ dengo Unjung morip lela bénih. Gerup kéndéh nyong detou Unjung ja’ tenin kulap iné’ bilang kumut an hén. Murik ungéi Lo Kayan, murik, murik, murik, ne déh lemok ne hén an lirin tukung ayo’ ba’ ta’uh murik murik.

89. “Tukung detou laba’ inih,” ke perun Lenjau. Hén nindik an tenén hoh. Ne Lenjau Ningan mekei déh an tukung. Doooh, jét ukan ka’en kayo’ tukung ah. Kecan tukung ah ovi’ rin ngom nema’. “Wo’ a’ai levu’ detou Unjung huh?” ke perun hén. Kah, kah, kah, kah, genong ke hén tat tepa’ tekering hén tui nyeregan kelak levu’ jan hoh.

90. “Levu’ detou ne wo’ i’ih laba’,” ke perun Lenjau. Coh kén déh mekei levu’ noh. Memboh nén muruk an aping jungat. Hén ngenong, luang levu’ detou jan la’ung, nén ngenong nit Vi’at wo’ berat detou an min an liding, meru toh ngenong ah nui.

91. Lun inan Laing Iting Ilan ang ngeawan an hén, padai hén navun ibi wo’ pena’ hén jan nén pura’-pura’ u’ut kavou pa’ memboh ti lung an lok Lenjau Ningan. Lun Unjung inan hén ang jam Lenjau Ningan wo’ téi an tukung detou inah nei iné’ tenayang perun Laing Iting rop-rop lawin hén pelulup ayo’ an Unjung. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 91

85. “Selimut siapa kau ini,” katanya. “Saya ini selimut Lawé Ningan anak Unjung Nyenginan,” jawabnya. “Unjung telah melahirkan anak namanya Lawé Ningan. Saya ini selimut Lawé anak Unjung Nyenginan. Saya kemari membawa pesan untuk Anda dari istri Anda Unjung Nyenginan, desa kami di ulu sungai ini,” kata selimut itu pada Lenjau Ningan.

86. “Kalau Anda masih sayang dengan Unjung Nyenginan, juga pada Lawé Ningan, segeralah Anda pergi ke sana. Kalau Anda ke sana, lihat desa besar di sebelah kanan mudik, itulah desanya.” Selesai berkata demikian, selimut itu tiba-tiba menghilang dari hadapan Lenjau Ningan.

87. Setelah Lenjau Ningan selesai mandi dan merasa segar kembali, dia berdiri sejenak mengenang Unjung Nyenginan. Lenjau Ningan sudah beberapa bulan mencari Unjung di tiap desa di kawasan kuala Kayan. Lenjau tak kunjung bertemu dengan wanita yang dia cintainya itu.

88. Betapa gembira hati Lenjau Ningan pada saat itu. Dia telah mendapatkan berita bahwa Unjung kini masih hidup. Lalu, dia pun pergi berangkat mencari Unjung mengikuti petunjuk yang diberikan selimut tadi padanya. Dia mudik Sungai Kayan, mudik, mudik, mudik. Lalu, tibalah dia di tepian sebuah desa besar di sebelah kanan mudik.

89. “Ini mungkin desa mereka,” kata Lenjau dalam hatinya. Dia pun singgah di tepian. Kemudian, Lenjau Ningan naik ke desa. Wah, luar biasa besar desa tersebut. Keindahan desanya tak terkirakan. “Yang mana kiranya rumah Unjung ya?” pikir Lenjau dalam hatinya. Dia melangkah pelan-pelan, dia melihat di hadapannya ada sebuah rumah yang sangat indah.

90. “Rumah mereka yang ini barangkali,” kata Lenjau dalam hatinya. Lalu naiklah dia ke dalam rumah itu dan duduk di sudut dekat pintu. Dia melihat isi rumah yang sangat indah, di situ ada tikar dari kulit Harimau, dindingnya pun dari kulit Harimau. Dia mulai merasa agak segan dan kagum melihat hiasan rumah itu.

91. Agar ibunya tidak mencurigai dia, Laing Iting Ilan yang pandai menutupi apa yang telah dia perbuat, lari ke kamar pura-pura takut pada Lenjau Ningan. Supaya Unjung ibunya tak tahu Lenjau Ningan datang di desa mereka karena rancangan Laing Iting, tetapi betul-betul karena kerinduan hatinya sendiri pada Unjung. 92 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

92. Nah ne Laing Iting Tekuk Talah, Urong Petenong, Lawé, detou kelovih mu’ut kavou nyan tilung. Laing wo’ ikoh tat detou pa’ u’ut kavou nyan tilung. A’ akai detou muruk rop- rop an aping jungat ja’ tenin auh upong. Tekajing, Unjung ngenong an andang Lenjau Ningan wo’ lemok lun detou ja’ tenin aih nema’. Panyan nak Unjung kavou memboh nyan tilung.

93. Detou kelovih u’ut an a’ léi wo’ kecat cogéng, bulah tengit lemok mekéi an levu’ detou, mu’ut nyan tilung ovi’ detou ngami a’ akai detou inah. Téi ne Unjung mai Lenjau. “Muruk tanih kou,” ke Unjung an Lenjau Ningan. “Kou nuh muruk an jungat?” Kucung ne Lenjau, nén kat tat puruk hén an aping jungat téi muruk an luang min ayo’.

94. “Duh Unjung, tanih ke déh lun ketou,” ke Lenjau Ningan. “Tup tano’ tup tukung iné’ nenyong ku’ tenaring tou petengan,” ke déh Ningan tandik an Unjung. “Ovi’ hok muki kou ja’ih pa’ kou mekevoh ne rin kuok,” ke déh Lenjau Ningan jerait an oroh wo’ jan hoh. “Ho’ jainih ne urip toh a’ wo’ necui, toh a’ wo’ ne lo doh a’ wo’ jan wo’ teri’,” ke Unjung.

95. “Pai ketou déh nak, nyanih ketou, énuh u’ut ketou unih?” ke Unjung. “Ovi’ inih a’ akai tero,” ke Unjung ma’ an detou nak hén. “Nak,” ke Unjung, “inih man ketou, hén Lenjau Ningan. Ovi’ wo’ nya’ wo’ u’ut ketou an hén pa’.” Petemerauh ne detou kelovih téi dekin an inan detou.

96. “Tera’ kenuh pekecét man ketou, tera’ kenuh bini’ man ketou, ngeran rin man ketou pa’ terimoh ketou ne hén uli’ an pui an avuh tero,” ke déh Unjung petekan ma’ an detou kelovih nak hén nui. Duh petemerik doh tabé’ kucu’ Lenjau Ningan, detou kelovih la’ man detou uli’ wo’ jan ne toi.

97. Déh lali’ ne belum inah detou melu’ muruk. “Jainah kou Lawé,” ke déh Unjung. “Inga’ nuh detou akim tat Lo Juman. Uron ne katou ang pekerejam. Inga’ nuh téi detou akim nyanih, pema’ ketou petandik jan. Tuvung nuh detou akim Bilung Lo Juman, Jaro Nuan,” ke Unjung an Lawé. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 93

92. Maka Laing Iting Ilan, Tekuk Talah, Urong Petenong, Lawé, mereka berempat semua pura-pura lari ketakutan ke kamar. Laing yang sudah agak dewasa di antara mereka juga ikut lari masuk ke kamar. Tamu mereka sendirian di sudut pintu rumah seperti seekor anjing kurus kedinginan. Terkejut sekali Unjung melihat sosok kurus Lenjau Ningan yang datang ke rumah mereka, seperti diberitahukan oleh anak-anak kepadanya. Pantas saja anak-anak Unjung semua lari ketakutan masuk ke kamar.

93. Anak-anak itu rupanya takut melihat laki-laki yang kurus kering itu, mukanya pucat pasi dan tiba-tiba saja masuk ke rumah mereka, mereka lari ke kamar tidak mengiraukan lagi tamu itu. Unjung datang mendekati Lenjau, “Duduklah di sini,” kata Unjung pada Lenjau Ningan. “Mengapa kau dari tadi duduk di sudut pintu itu?” Bangkitlah Lenjau, dia bergeser dari tempat duduknya di sudut pintu masuk ke tengah ruang tamu yang luas itu.

94. “Oh Unjung, rupanya kalian ada di sini,” kata Lenjau Ningan. “Seluruh daerah dan kawasan sudah kujelajahi sejak kita berpisah dulu itu,” kata Lenjau Ningan bercerita pada Unjung. “Saya tak mengira keadaanmu begini, saya pikir kau pasti sudah mati,” lanjut Lenjau Ningan pada wanita yang cantik itu. “Ya, beginilah rupanya nasib manusia yang terbuang oleh ulah sesama yang merasa diri mereka lebih baik,” kata Unjung.

95. “Di mana kalian anak-anakku, kemarilah kalian, siapa yang kalian takuti ini? Orang ini sebenarnya bukan tamu kita,” tegas Unjung kepada anak-anaknya. “Anak-anakku,” lanjut Unjung, “ini ayah kalian. Dia Lenjau Ningan. Tidak perlu enggan atau takut padanya,” kata Unjung memperingatkan anak- anaknya. Maka mereka pun datang semua mendekati ibu mereka.

96. “Walau ayah kalian jelek, dia tetap ayah kalian; walau ayah kalian miskin, dia tetap ayah kalian, dan karena dia ayah kalian, kalian harus menerima kehadiran beliau dalam keluarga di rumah ini,” kata Unjung menasihati anak-anaknya. Anak-anak itu pun satu persatu maju bersalaman tangan dengan Lenjau Ningan, mereka menyambut gembira kedatangan Lenjau Ningan ayah mereka yang baik itu.

97. Setelah cukup lama mereka duduk-duduk, “Sekarang kau Lawé,” kata Unjung. “Undanglah keluarga pamanmu dari Lo Juman. Sudah lama kalian tidak berjumpa. Undanglah mereka kemari, agar kalian bisa bercerita-cerita. Pukul tambur untuk memberitahu pamanmu Bilung Lo Juman, Jaro Nuan,” kata Unjung kepada Lawé. 94 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

98. Lawé kerendaung ke tuvung déh nyan Lo Juman noh. “Hok Lawé Ningan tat Lo Juman. An nih katou iné’ katou mé’ katou iké’, téi nyanih ketou akin Bilung Lo Juman, Jaro Nuan. An pai kevo inih bénih,” ke déh Lawé toi. Doh nyi’uh ne Bilung Lo Juman, Jaro Nuan tat Lo Juman. “Téi pelok katou nyan kevo lou baléi,” ke tuvung akin Lawe Ningan.

99. Ano’ rin lemok ne detou Bilung Lo Juman Jaro Nuan an tukung Unjung Nyenginan nui. Téi ne detou Bilung Lo Juman, Jaro Nuan pelok Lawé, Unjung, Lenjau Ningan unan Laing Iting Ilan, Tekuk Talah, Urong Petenong. Detou petabé noh. Unjung tucuh ke detou muruk an min noh. Maling lali’ téi jurut pa’ cigup, téi ne kun rop-rop an timan akai hoh. Belum detou nyepa’, keman. Detou irau, detou pun nah ang celemén.

100. Jainah ne tupuh tandik rin. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 95

98. Lawé pun memukul tambur ke arah hulu Lo Juman. “Saya Lawé Ningan dari Desa Lo Juman. Di sini kami sekeluarga ibu, ayah dan kakak-kakak, kami mengundang Paman Bilung Lo Juman, Jaro Nuan sekeluarga ke mari. Bagaimana keadaan kalian semua sekarang?” tanya Lawé dalam pesannya kepada mereka dengan irama tamburnya. Tidak lama kemudian Bilung Lo Juman, Jaro Nuan memberikan jawaban dari Lo Juman. “Kami pasti akan datang menemui kalian hari berikut,” begitu jawaban irama tambur dari pamannya kepada Lawé Ningan.

99. Tidak lama kemudian Bilung Lo Juman, Jaro Nuan dan rombongan tiba di Desa Unjung Nyenginan. Bilung Lo Juman, Jaro Nuan dan rombongan pergi menemui Lawé, Unjung, Lenjau Ningan, Laing Iting Ilan, Tekuk Talah, dan Urong Petenong. Mereka berjabat tangan. Unjung mempersilakan tamunya duduk di kamar tamu. Tidak lama kemudian disuguhkan rokok, sirih, makanan dan minuman kepada para tamu itu. Sesudah mereka merokok, memakan sirih, mereka pun makan dan minum bersama. Mereka berpesta sambil bercerita tentang keadaan kehidupan mereka masing-masing dengan penuh kegembiraan.

100. Beginilah ceritanya. 2. Unjung Nyalo3

Baya’ Amat

1. Hok desa Long Ranau, ngerak Baya’ Hok tandik mbui wo’ ma’, wo’ doh man doh uku kai uron. Rin Unjung.

2. Déh ne doh, doh déh nugan, déh... déh déh kévi’ doh, rin déh piah nedoh nugan. Wo’ melu’ rin Lenjau Ningan, wo’ melu’ rin Unjung. Hén déh an luang bucih iné’ doh ovi’ melai pepuit hén.

3. Atok léi hén inah rin Bilung, Bilung Lo Juman, Atok léi hén inah. ovi’ déh iro melai ku’ung, Hén melu’ noh, “énuh déh penena’ ku’ rop-rop? déh nok kelou paréi ne mon’,” ke Unjung.

4. Unjung ne déh noh, hén lou ne paréi an balih ne noh nah. Ano’ réh, njit ke Lenjau Ningan, téi ngejungo tat levu’ ji’ iréh. “Héi?” kéhén.

5. “Héi a’ wo’ melu’ unih, wo’ ngelou paréi, nah genong ne wo’ iréh béh réh? Luban Necan téi, tat Tawah Ilan,” ne kén, “a’ a’ai pepawé’ paré’ jaran,” ne kén, “hén caup ke téi.”

6. Yah pelok niro Unjung lou’ah. It doli’ Unjung memboh bucih, ovi’ ngom! Njuk kehén utok kén ngelembai pe ukut hén, njuk hén ukut hén ngelembai pe utok hén. Yah iro caup ke iro déh an parung, ne lou’ah tanah iro ti’ ti’ puvé’, ti’ ne nah lou’ah!

7. Déh tat lebi réh-réh uli’ ne doh lou’ah. Doh ke dorén doh inan iro, iro mena’ vi’ jainah lou’ah. Ma’ déh inan Lenjau Ningan inah, “Ovi’ ne hok ngami kou,” kenah uron, “ovi’ nih,” kén an nak hén.

8. “Nah ngo’ ku’ an tilau jilo kou inah, kuok uron néi kén, ah ja’ ku’ an tilau baya’ ke kou kuok uron néi.”

3 Mbui ini direkam oleh Nicolas Césard di Long Ranau pada 11 Januari 2002 dari Baya’ Amat. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut, Kasim Amat dan Siran Yau. 2. Unjung Nyalo

Baya’ Amat

1. Saya dari Desa Long Ranau, namaku Baya’. Saya bercerita dongeng yang diceritakan nenek moyang kami dulu. Cerita Unjung.

2. Pergilah mereka, pergi menugal, pergi... pergi... pergi mereka semua, mereka semua pergi menugal. Yang tinggal di kampung hanya Lenjau Ningan. Yang tinggal di sana juga hanya Unjung. Dia sebenarnya ada di dalam tempayan, karena mereka belum mengeluarkan dia.

3. Lelaki yang dijanjikan buat dia adalah Bilung Lo Juman, dia adalah calon suaminya. Mereka dua belum sempat berpacaran. Dia yang tinggal sendiri: “Kenapa saya ditinggal sendirian? Pergi saya jemur padi dulu,” kata Unjung.

4. Lalu Unjung pergi, pergi dia jemur padi di panggung di luar. Tidak lama lagi Lenjau Ningan muncul, datang tiba-tiba dari rumah yang satu. “Itu siapa?” katanya.

5. “Siapa orang yang berada di sana tadi, yang menjemur padi itu yang kulihat di sana? Pasti dia keluar dari tempat persembunyian [Luban Necan/Tawah Ilan],” dia bilang. “Siapa yang mengeluarkan dia? Dia cepat datang.”

6. Lalu bertemulah Unjung dengan laki-laki itu. Unjung mau kembali ke dalam tempayan, tapi tidak berhasil! Lalu kalau dia menjulurkan kepalanya, kakinya menggelantung, sedangkan kalau dia menjulurkan kakinya, kepalanya menggantung. Lalu mereka dua pergi ke loteng hari itu, di sana mereka dua melakukan itu terus, bersetubuh terus.

7. Mereka pergi dari pagi hingga sore hari, lalu mereka pulang. Waktu itu mereka dilihat oleh ibunya Lenjau sedang bersetubuh. Lalu ibu Lenjau Ningan berkata: “Saya tidak menduga kau seperti begitu dulu, ini berlainan dari itu,” katanya pada anaknya.

8. “Aku tunggu kau di tempat naga bertelur itu [tilau jilo], saya pikir,” katanya itu, “kira-kira di tempat harimau dulu [tilau baya’].” 98 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

9. “Nuh te lun ah kenah! pe maling po’on lou’ah.” Doh kevurup-kevurup ke wo’ ne lou’ah, Unjung ne lou’ah oroh idih wo’ mo’on oroh wo’ inan léi noh.

10. “Tanah iro péti’ lou’ah ti’ lou’ah! Déh jét nak ku’ ano’ nan,” kehén, “Wo’ vi’ nak oroh noh, iro déh ti’ lou’ah yah?” Jét ne perun Unjung lou’ah, déh belum ah, déh rin tanah doh pekelaih rin, déh péma’, déh péma’, déh péma’ rin.

11. “Jainah rin,” ke Unjung, “Jan hok kah,” kehén, “Ovi’ pén dorén doh déh kah.” Ano’ déh rin, péma’- éma’ ne doh lou’ah. “Tubit doh kah jainah rin ke doh,” an rin, ke doh an léi wo’ vi’ rin lulung, Bilung noh.

12. “Kelekan nuh déh oroh nuh, oroh nuh hoh” kedoh an hén. Hén déh noh, ényang batuh , ényang kih tacom, déh hén. An belua’ tano’ réh déh, nén ngabi rin réh lou’ah.

13. Tanah hén ti’ ma’ an rin, hén meturui unan rin, ovi’ pé oroh yo’ miri’ unan hén. Dorén hé ne rin betai’ pe lou’ah, “ano’ réh,” jainah rin Unjung kén. “Tat kou kah rin jan-jan kou kah” kén, “inih rin tugum nuh inih’ kén,” juk ke batuh riau ne nyan rin.

14. “Tacom inih réh vi’ oih wo’ otuh wo’ keman toh, an bota’ inah’.” Inih réh njuk an rin ninih, “Tat rin ngenong kou, tat rin téi nyan kou,” kén an rin an réh. Hén yén doli’ noh.

15. Njit kén wo’ téi kepoh hén ah, Lenjau Ningan. Iro hén it tunan oroh noh, ovi’ oroh ne yo’ pelok inah an rin. Ti’ ti’ ti’ ti’ hén ba’ lela’, oroh ne ba’ aun an berat kenah ne iro nyelu lou iréh.

16. “Jainah rin Lenjau Ningan, ma’ inam uron néi, ngo ku an telu jilo hén inih, ja’ ku an tilung baya’ hén inih,” ke inam ne uron ne néi, “Ne kou déh,” kén an rin. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 99

9. “Begitulah mereka! Pasti mereka dua tidak bertengkar.” Ibunya Bilung Lo Juman jalan ke sana-ke mari sambil menggerakkan tangannya, karena dia marah kepada Unjung hari itu.

10. “Nah begitulah mereka dua melakukan itu terus! Makin dipersalahkan anakku nanti kalau dia punya anak dari perempuan itu ya kan?” katanya, “kan mereka dua melakukan itu terus hari itu.” Lalu sakit hati Unjung pada saat itu, habis itu mereka pergi berbicara, berbicara, berbicara.

11. “Kalau begitu,” kata Unjung, “bagus kalau saya jalan” katanya. Tidak juga dia dilihat siapa-siapa waktu dia jalan. Setelah dia pergi, orang-orang berbicara satu sama lain hari itu: “Tapi mereka dua telah pergi bersama” kata orang-orang pada Bilung, pada laki-laki yang duluan dijanjikan sebagai calon suami Unjung.

12. “Ikutilah perempuanmu itu” kata orang-orang pada dia. Pergilah Bilung Lo Juman bawa batu jimat, bawa sedikit racun sumpit terus pergilah dia. Di tengah perjalanan di situ Bilung Lo Juman jumpai Unjung hari itu.

13. Di sana dia bicara pada Unjung, dia tidur dengannya tapi perempuan itu tidak mau baring dengan Bilung Lo Juman. Diketahui oleh Bilung Lo Juman kalau Unjung telah bunting juga hari itu, “nanti saja” begitulah berkata Unjung. Bilung Lo Juman bilang: “kalau kau mau jalan, jalan saja. Kamu jaga diri baik-baik,” katanya sambil memberi batu jimat kepadanya.

14. “Racun ini banyak berguna melawan roh jahat di dataran tinggi di sana.” Inilah dia beri ke Unjung. “Kalau dia [roh jahat] lihat kamu, kalau dia mendekati kamu, kasih ke dia,” kata Bilung Lo Juman kepada Unjung di sana. Lalu Bilung Lo Juman pulanglah.

15. Muncullah Lenjau Ningan pada saat Bilung Lo Juman pergi. Dia mau menggoda perempuan itu tapi awal-awal dia tidak mau ketemu. Tapi akhirnya mau juga: mereka terus-menerus bermain di sana: dia di bawah, perempuan di atas tikar. Begitulah mereka berduaan sampai pagi di sana.

16. “Begini Lenjau Ningan, sebagaimana mamamu bilang dulu aku tunggu di tempat Naga ini kira-kira di tempat harimau,” kata ibumu tadi: “pergilah saja kau!,” katanya pada dia. 100 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

17. Doh mbét kehén ah. Déh néi noh! Hén yén déh ne lou’ah, peléréi bota’, nah peléréi peléréi peléréi peléréi. Pelok ukan kuli, ji’ aun bota’, nah kuli na sidah nah.

18. Ik-ik it téi ngenong it téi keman hén, gemi’ kén ngenong rin, “Kun auh!” aji’ ngenong Unjung, “ovi’ rin kecan, nyelu va’, nyelu nyipén hén jan héi,” kedoh.

19. “Nuh lun mena’ rin jan an nih, katou an rin aih,” na kedoh, “Jainah nah membé’ ketou, tegayoh ketou lemok, tat pu’un tunggo ketou,” kén. La’ da’un malung ne doh nen kih-kih kih tacom ne yu’ doh, pigét detou inah.

20. “Ketou mena’ re réh, juk ketou povéi-ovéi, ketou mé’ rin an va’, ketou heh” kehén.

21. Povéi doh mé’ réh an ma’ doh, kun a’uh! Piah butung nuh, ne detou kuli iné’ mekevoh, iné’ tacom noh. “Doh héi pé nubu, héi pé manit ayé’ noh,” kén.

22. Njit ke Uku wo’, Uku Apéh ke doh. “An réh véi kou Uku, ano’ réh peviang bange’, belulu’ ube’ tou, belum réh,” kén, “Doh nuh lum ma’,” kenah Unjung. “Wo’ la’ tekuan, wo’ la’ pecakuh kun iru’ nuh inah uron néi. Hok inih ke léi tokan, nah ah véi juk nuh yé’?”

23. “Hmm nyah ilang lan lepedit véi juk nuh yé’. Nyah ilang Peta’ lun mena’ langa’,” ke rin. Hmm menya’ hén iné’ ah ano’, rin belum ah rin tubu kayén jan-jan ne lou’ah, hén likoh ke rin. Hén caup kén peléréi bota’ noh, hén “Déh, déh, déh, déh, déh, déh, déh, déh an bota’, pai Alu’ réh,” kerin.

24. Cerongon nah ne mbun viat, nah cidah ei, ei, ei, ei doh it téi keman hén, gemi kén. A’ ngejo’ot mbun viat ngenong hén, pu’ung jan lan-lan. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 101

17. Memang Unjung dibuang oleh mereka, lalu dia pergilah hari itu, terus- menerus menyusuri dataran tinggi, jalan, jalan, jalan. Ketemu banyak macan, wah satu daerah dataran tinggi penuh macan yang jaga di sana.

18. Mau mereka mendekati dia untuk memakannya, tersenyumlah Unjung waktu menatap mereka. “Luar biasalah cantiknya Unjung”, katanya mereka melihat Unjung. “Tiada lebih cantik sampai mulut, sampai giginya cantik,” kata mereka.

19. “Apa yang membuat Si Cantik di sini? Suka kami padanya,” kata harimau. “Kalau begitu turunlah kalian,” kata Unjung. “Datanglah berebutan kalian datang dari pohon kayu tungop,” katanya. Unjung ambil daun malung lalu ia mengikis-ngikis racun sumpit untuk dibagi-bagi di antara macan itu.

20. “Buatlah seperti saya ini, kasih daun ini pada mulut kalian,” katanya.

21. Maka mereka membagi-bagikan daunnya dari mulut ke mulut dan, sumpah demi anjing, langsung dua macan itu menjadi seperti mayat, mereka mati sebab racunnya. “Siapa yang memasukkan darah dalam bambu, siapa yang menguliti punya aku?” katanya.

22. Muncullah Uku, Uku Akeh namanya. “Datanglah ke mari kau Uku, tak lama kemudian, nanti kita berdua bagi-bagi daun sirih dari ujung ke ujung.” “Kenapa kau?” tanya Unjung, “Ada yang dapat burung enggang, ada yang dapat burung pecakuh sebagai makanan berpesta. Saya ini, seorang laki tua, apa saja yang mau dikasih?”

23. “Parangmu yang di pinggang kamu kasih, parang itu supaya saya buat anak sumpit,” katanya. Hmmm malu dia karena itu, lalu dia mempersiapkan bekal dan makanan darah dalam bambu dengan baik. Dia mengemas barang langsung pergi. Dia menyusuri gunung: “Pergi, pergi, pergi, pergi, pergi, pergi, pergi sampai ke puncak gunung di hulu Alu’ itu,” katanya.

24. Serentak berbaris berkumpul semua harimau, jaga-jaga ei, ei, ei, ei, ei mereka menerkam dia. Tersenyumlah Unjung dan menurut orang, berhenti semua harimau kagum melihat dia, memang betul-betul cantik sekali. 102 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

25. “Hmm nuh lum jan Unjung?”. “Hok inih luk jan ne ketunai Bilung.” “Pangan Balé inih,” kén, Bilung Lo Juman ini nih kén “an kih tacom nah.” “Ho’ pena’ nuh ne katou.”

26. Doh petemenggit, la’ da’un anih ayu’ doh noh. Povéi-ovéi ketou, mena’ réh an va’ ketou héh kén! Biyau doh uli’, unih pedoh méti’ rin an va’ doh.

27. Pu’ung tenekejuk hén, an peka’ kayuh, inah nah, ceraik ilun viat an bulan ipin hén, yah berik! “Vou-vou kou kayuh abun inih,” kén, “mpo-mpo kou kayuh abun, ango inih,” kén. Vou-vou pe kayuh ne yén.

28. “Ei... ém téi vou-vou, dorén Bilung Lo Juman hok ano’” kén. “Liba-liba ke kayuh abun Bela,” ne kén pa’, liba-liba pe kayuh.

29. Yah mekevoh nuh wo’ ne lou’ah, mekevoh detou viat nah lou’ah, “Héi déh pe rin lou’ah. A’ mamit réh a’, nubu’ da’ ayé’ nah,” kén.

30. Njit ke laki a’ téi tanah Telenggang nah, “Hhhh jainah réh, pena’ nuh ayé’ nih? Kevo nah” petelekan an Unjung Telenggang noh!

31. “Ano’ réh pe mi’ang bangé’ be luluk ubé tou ano’.” “O… o… oh ah pena’ tou lulung, ne rih” ke Telenggang “ovi’! Javo’ lah jan, javo’ ivuk aru ku’, inih an tano’ leloh, mena’lagah pe kou, ano’ ne pe rin?” kén.

32. “Ano’ réh rih réh ti’ jét-jét lekah,” réh kenah kubat, réh kenah noh. Ti’-ti’ ti’ puméh-uméh ne da’ noh banit, jét-jét juk rih kenah, rin juk rin, ano’ rin, belum ne ah ti’ ne tou kén “ovi’ déh la’lagah ke kou yu’ tou,” ke Unjung an nén pa’!

33. “Iréh rah, wo’ penepiah na éh an lirin latah iréh,” kén. “Iréh bunyo peketimbo an lirin tabo réh,” kén. Inih ovi’ idéh, inih ovi’ idéh, inih ovi’ idéh ne réh.

34. Nyelu rin déh la’it ledun inah nen déh kah. Metekon-metekon,éh hén an ulun ti’ang ne réh lou’ah. Telenggang kén “genong nuh inih béh,” kén. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 103

25. “Hmmm bagaimana kamu bisa begitu cantik Unjung?” “Saya ini cantik karena dikasih ketunai [campuran batu dengan daun malung yang dioleskan ke gigi supaya jadi cantik/hitam] oleh Bilung.” “Pangan Balih ini,” kata Bilung Lo Juman, “kikislah racun itu.” “Ya, kau buat untuk kami ini,” kata Harimau.

26. Mereka masing-masing berebutan ambil daun ini untuk mereka. “Itu satu sama lain kalian buatlah pada mulut kalian ya,” katanya dan demikian mereka membuat pada mulut mereka.

27. Dia terloncat di ujung kayu itu, “,” ada bunyi sobek. Ternyata kuku Harimau sempat kena ujung roknya dan robek. “Tinggi-tinggi kau kayu ini,” katanya, “naik-naik kau kayu abun di awang-awang,” katanya. Jadilah tinggi-tinggi kayunya untuk dia.

28. “Hei jangan tinggi-tinggi begini nanti dilihat Bilung Lo Juman, rendah- rendah kayu Abun Bela,” katanya. Lalu jadilah rendah-rendah kayunya.

29. Yah matilah mereka Harimau pada hari itu. “Siapa lagi datang hari ini?” katanya sambil orang-orang menguliti dan mengisi darah dalam bambu itu.

30. Muncullah Telenggang, orang besar di situ, “Jadi bagaimana kita bisa berduaan di sini?” [dia ingin bermesraan dengan Unjung]. Telenggang mengejar Unjung itu.

31. “Nanti kita berduaan di sana,” kata Unjung. “Oo seperti yang kita buat duluan di sana,” kata Telenggang itu. “Sayangnya badanku lemah, rambutku panjang, dan hanya ada tanah kosong. Bangunlah panggung dari kayu bulat untuk kita nanti,” katanya.

32. Lalu dia buat pekerjaan jelek-jelek. Dia kerja tak karuan dan darahnya berhamburan di sana-sini, begitulah dia lakukan pekerjaan. Habis itu Telenggang bilang: “Ayo kita dua main!” Tapi Unjung membalas: “Jangan! Pergilah kau ambil kayu bulat untuk kita.”

33. “Ambil kayu rah yang sama ukurannya; pergilah ke pinggir danau sana” katanya Unjung, “di sana ada kayu bunyo berjejer” katanya. “Jangan sembarangan... yang gini iya, yang gitu tidak, yang gitu iya, yang gitu tidak.”

34. Sementara dia pergi jauh Unjung pergi mendaki-daki ke puncak Lereng. Telenggang bilang “Lihatlah ini,” katanya. 104 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

35. Hén u’i’-u’i’ ki nah yu’ réh, tevéi luang metam wo’ nyelalang tapong bowang ah “mekevoh ivu’ lou kou Unjung” kén, nekejuk déh uli’. Ngeperak leruh unan kayuh noh unan deh iro ne pa’.

36. Pu’ung ti’ teninggan nah metekon lan-lan mekéi ne hén, pu’ung hén kelekan lan-lan ke réh déh, déh jét ne Unjung lou’ah, “jainah réh,” kén an Uku Pindang! “Pindé-indé”, ke Uku Pindang, “ti’-ti’ ne menjat hiwé nah nih héh,” kehén.

37. Ceraé-ceraé ceraé ne Uku Pindang, ne téi mejat wéi, nenah pe lou’ah. “Lalau déh pe Lenggang, nah rin nih-nih,” kén hén jik kén ke kevoloh ke ah yu’ rin lou’ah kun auh, petemanyam bela ji’ layuk tana, hmm... moman berat aru’, moman mai lo’o iné’ telang pa’ Telenggang nah. Ne Nyalo, ne Unjung déh kah ne lou’ah.

38. Déh, déh, déh, déh, déh, déh, déh déh an bota’, iréh pe lok lepou a’ nah. Ajo’ ke rin Unjung ne pa’ ah, “Unjung Kelepiu’,” ke doh an rih. Ngenong rin an hén, “auh pu’ung a’ pembik a’ betai’, bun nén pu’ung bun jét. Jainah réh ada’ ovi’ hok ngom bun doh a’, hok inih rin a’ maléi rop-rop pohok.”

39. “Léit-léit nekou tat hok, ne rin,” kén an rin, iné’ hok pinih péi garin, ke Nyalo. Hén meturui jét-jét ne unan rin, meturui jét-jét, meturui jét-jét, kat tat a’up ne jét kah tanah déh, déh, déh, déh, déh, déh, déh an bota’ nah réh lou’ah hén lemok nah ne lou’ah, but ke icing ne lou’ah, hén ta’ang ke lou’ah an tano’ lou’ah, jainah’ levu’ “a’ héi déh pé wo’ hok mena’ ku’ mena’ ungéi ku’,” kén.

40. Hén pén ke janéi aih wo’ ti’ keman paréi toh néi, janéi pitau néi na’ang kurén, ré ba’ wo’ ré pé pui, ba’ luang rin, nekeling pé rin ngerekop pe rin. Déh belum ah, déh tat a’up nah hén pén ké’ janéi wo’ ji’ neh.

41. Uku Ita na’ang kurén ah yu’ rin ja’an, an ma’ réh déh an lou polou hén lou’ah. “Jainah rin uku, nih ne kou hén ém u’ut, ém neriang, tat aih mengguh tat aih metenggung ba’ irih,” kén an rin, “ho’,” ke rin ne kou an luang levu’ tero inih. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 105

35. Unjung menungging di sana dan tiba-tiba meludah dalam matanya. Telenggang, yang bertangan seperti beruang mencoba menghadang. “Matilah kau, pendek hari kau Unjung,” katanya Telenggang meloncat kembali terhadap dia, tapi jatuh lagi dia dengan kayu, kayu kecil.

36. Betul-betul Lenggang mencoba mengejar Unjung. Naiklah dia, betul-betul dia mengejar di atas sana. Makin capek lalu Unjung hari itu. “Inilah ceritanya,” katakan Unjung kepada Uku Pindang. Sempoyonganlah pelan-pelan Si Uku Pindang sambil menarik rotan, “Memang ada dia di sini,” katanya.

37. Serek-serek... serek Uku Pindang datang menarik rotan pada hari itu. “Jadi sedang datang? Lenggang ada di sini?” katanya dia sambil goyangkan pinggul remas untuk dia, sumpah demi anjing ada suara tangisan di dataran sana. Hmm hanyut tikar sagu, hanyut ke kuala akibat air mani Lenggang. Lalu Unjung Nyalo, pergi hari itu.

38. Pergi, pergi, pergi, pergi pergi ke puncak gunung. Di sana, di sebuah pondok bertemu dengan seseorang yang rupanya juga bernama Unjung, “Unjung Kelepiu,” kata orang. Dia bilang sambil melihatnya, “Sumpah anjing, betul hamil tua, bau juga, bau busuk,” katanya Unjung Kelepiu. “Walaupun dia saudara [sesama nama Unjung] tapi saya tidak tahan dengan bau orang lain. Saya ini biasa hidup sendiri-sendiri.”

39. “Jauh-jauhlah kamu dari saya,” bilang pada Unjung Kelepiu, “Karena saya juga sendirian ini,” kata Nyalo. Dia tidur yang tidak nyenyak dengan dia, dan karena itu dia bangun pagi-pagi, tidak bagus jalan di sana pergi, pergi, pergi, pergi, pergi, pergi pergi ke puncak pada hari itu lalu dia sampai pada hari itu dan mencabut cincin. Terus dia pasang cincin itu di tanah jadi rumah: “Siapakah saya ini? Saya ini yang membuat air matang?” katanya.

40. Ambillah dia burung yang sering makan padi itu, burung pipit, lalu pasang periuk di sana, di sebelah apinya, di dalamnya ia miring, ia rebah, ia rebah, terbalik. Sudah orang pergi dari pagi itu, lalu dia ambil burung yang satunya.

41. Uku Ita pasang periuk itu dengan baik. Nantilah sampai istirahat pada hari itu. Kalau begitu “Uku di sinilah kamu jangan takut, jangan resah kalau ada yang berbunyi, kalau ada yang ribut di sekitar sini,” katanya pada dia, “Lalu kamu tinggal dalam rumah kita ini.” 106 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

42. Ano’ réh, hén pén ke umpang da’ viat, ne umpang da’ wo’ ne lou’ah. Da’ kuli ne hén caup kén déh. Hén mena’ lagah lunjung ne nah lou’ah. Hén wo’ noh hén muruk noh, belum ah hén pén ke da’ nah, hén njé ke rin an tano’, ne hén péh ke réh.

43. Ngeru’ut leloh ne da’. Juk kén ngeran rin ungéi Juman, pu’ung ang mangun. Juk hén ngeran rin Lulo Lio, ovi’ rin yo’ bangun. Juk hén Tanyit Anggo ovi’ rin yo’ bangun. Yah hén belum perun tanda cek hén uben an aun lagah ne lou’ah.

44. Njit ke oroh tokan, “héh téi kou inih Unjung téi nyeri kou, téi nyenginan kou, téi kavou énuh lum mena tukung kom réh?”

45. “Aji’ pe ngeran rin, juk nuh,” ké a’ an hén. “Ngeran ungéi inah juk nuh rin, ungéi Gali, réh juk nuh. Ungéi Gali Telé Ulung rin njuk nuh, ungéi Nyiru’ Kaput Lung ungéi aman toh.” Hmm puan anggung rin, juk nuh ke réh an hén kat keput hén uli’ tanah lou’ah ah hén but ugén lou’ah hén tembap ke rin an tano’ ne hén njé ke da’ vi’at nenah lou’ah kun auh mencuak ungéi, “kuau,” hui hén nah kuau hui hén. “Kuau,” hui hén nabuh ngelekan ungéi doh, petepungo mbun doh, kelovih nah yu’ aun batuh noh.

46. Mbun doh nah ano’ rin hén pejapén, kévi’ detou nak hén nah-nah detou Anyun Apan nah-nah doh. Eéh nuh wo’ ba’ livou néi Anyun Tabun ne noh, mbun doh nggo ne doh wo’ véi ngeran rin an kai-kai Urong Kelepenong ano’ rih hén doli’ noh. “Jainah rin nak! uli’ ba’ levu’ ketou héh, én ketou baléi pe kah,” kén an doh, “ho’,” kedoh.

47. Ano’ rin hén yén koli’ noh, detou péma’ inan tero inah réh pembik “aih betai’ tero inih rih tero morip jét iné’ hén inih, ai tero ngom morip unan hén. Jainah rin tat ketou ngom morip unan hén rin, déh ne ketou hok rih kah, nok yé’ kén ah yén,” hén ke Tabun ne rin.

48. “Doli’ morip an livou réh ne hok yé’ iréh an langit. Tat rin kenuh ne kou béh urip nuh wo’ ba’ tano’ inih béh jét ké inga’ nuh pohok.” Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 107

42. Setelah itu dia ambil mangkok darah Harimau, darah dari macannya, lalu dia pergi ke sana dan membuat panggung kayu bulat lurus di situ. Pada saat itu dia duduk, lalu dia ambil darah, dia menuangkannya ke tanah, lalu dia menyemburkan ke sana.

43. Mengental saja darahnya. Dia kasih namanya Sungai Juman tapi betul-betul tidak jadi. Dia kasih nama Lulo Lio, tidak jadi juga. Dia beri nama Tanjit Anggo, tidak mau jadi juga. Wah dia sudah habis akalnya. Dia terbaring terlentang di atas panggung pondok hari itu.

44. Muncullah perempuan tua datang: “Kau ini Unjung kemari datang untuk menetap atau mau menyendiri? Kau lari kemari. Kenapa kau tidak membuat kampung kamu di tempat asalmu di sana?”

45. “Kasihlah nama lain,” kata orangnya padanya. “Kau beri nama pada sungai itu, kamu kasih nama Sungai Gali, Sungai Gali yang punya pancuran kau beri namanya, sungai adalah batas kita. Kau berikannya.” Bangunlah segera dia dan kembali ke sana, dia cabut mandau itu, dan lalu menusuknya di tanah. Lalu dia tuangkan darah harimau yang dibunuh hari itu, dan gila, air sungai muncratlah. “Wah,” dia berteriak-teriak kegirangan, “Wah,” dia mengikuti alur sungai. Mereka anak-anak berkumpul dan duduk-duduk di atas batu itu.

46. Semua mereka ada di situ, lalu dia menghitung semua anak-anaknya yang ada di situ. Mereka semuanya ada di sana: Anyun Apan ada eh, di atas itu ada Anyun Tabun, semuanya mereka bersantai, di antara mereka ada yang bernama Urong Kelepenong. Lalu dia pulang dan bilang kepada anak-anak itu: “Pulanglah ke rumah ya. Jangan berpisah-pisah kalian berjalan.” “Iya,” kata mereka.

47. Setelah itu dia sendiri pulang juga. Mereka anak-anak berbicara satu sama lain “Ibu kita di sana itu hamil berat, hidup kita susah karena dia. Bagaimana mungkin kita bisa hidup dengannya? Kalau kamu bisa hidup dengan dia, pergilah kamu. Saya ini jalan sendiri,” katanya Tabun pada Anyun Apan itu.

48. “Pulanglah kau hidup kembali di atas sanalah, aku diri sendiri di langit, mau tidak mau kau hidup di atas tanah. Kalau hidupmu jelek kau panggil aku sajalah,” katanya Anyun Apan. 108 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

49. “Jainah pok ba’ langit iréh,” kén an Anyun Apan noh. “Ho’,” keréh. Detou déh noh, doli’ lemok an levu’ iréh. Hén japén ke bangi’ aih, “Nyapai hén ah? Wah kah nén yén néi. Ovi’ hén yén melu’, katou inih wo’ uli’ téi nih inih,” ké Anyun Apan.

50. Ano’ rin, detou melu’ nah noh! “Hmm auh lali’ téi mengenak hén lou’ah. Oih nak kawa hén hoh péti’ lan-lan auh mekevoh inan tero ano’,” ke Anyun Apan noh genong tero ne rin morip inan tero menyou réh ovi’ pe tero morip kén.

51. Yah ngelejai téi ne nak ah, tat bulan cangau, tat bulan ivuk hén lou’ah. Wo’ ngeran rin juk doh! Nuh déh megelu’ pi’ néi Lawé.

52. Ngeran rin juk doh, nak iro wo’ ne nah nak kawa iro. Jalung Ningan iro irih noh. Iro Unjung noh.

53. Tat tuman nah ne réh juk ku’ kuén toh. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 109

49. “Kalau begitu aku juga di langit sana,” katanya Tabun pada Anyun Apan itu. “Iya,” katanya lalu mereka pergilah pulang sampai di rumah sana. Sambil dia hitung daun sirihnya, dia berkata: “Ke mana dia itu, wah dia sudah jalan sendiri.” “Tidak mau tinggal bersama kami ini yang kembali sekarang ini,” kata Anyun Apan.

50. Lalu mereka tinggal di situ. “Hmm masih lama dia melahirkan anaknya, anak yang tak punya bapak itu? Dia betul-betul berbuat banyak hal. Siapa tahu mati ibu ini nanti,” katanya Anyun Apan itu. “Kita lihat, apakah dia bisa hidup nanti, ibu ini hidup atau tidak,” katanya.

51. Ya... akhirnya anaknya lahir sehat dari ujung jari ke ujung rambutnya hari itu. Nama yang dikasih oleh mereka apa ya? Lawé.

52. Iya, itu namanya yang diberikan mereka pada anak mereka berdua itu yang lahir di luar nikah itu, yaitu Lenjau Ningan dan Unjung.

53. Sampai di sinilah batas cerita yang kuberikan ini. 3. Mbui Otuh Kaci’4

Awang Kirut

1. Hok ma’ mbui. Mbui wo’ ma’ ku’ mbui Otuh Kaci’.

2. Otuh Kaci’ inih nenah kévi’ a’ an lirin tukung an lun tukung, kévi’ a’ an lirin tukung an lun tukung tenenah Otuh Kaci’. Jainah kevi’ detou tukung menyou tenah iné’ Otuh Kaci’, kenevoh Otuh Kaci’.

3. Nah, menyou nedoh wang tukung. Jainah detou wo’ lelo’ pat kungoh, detou kelovih jaba’ ninah aring-aring urip detou: ji’ rin Ta’ih, ji’ rin Telipan, ji’ rin Telu you, ji’ rin Nyamuk. Inah ngeran detou, inah wo’ lelo’ inah. Nah jainah detou menangih ngenong tukung detou menyou... menyou a’... ingit-ingit, malang vi’ a’ lelo’.

4. Jainah detou nyong ibi detou déh ngevoh Otuh Kaci’ inah. Detou mban kedetou déh. Mok Ta’ih inih wo’ lakin detou inih, ngulap a, kedetou, “kou Telu you an avuh, kou, kou Telipan an ungun ukun, kou… kou Nyamuk memboh an luang kelambu an luang levu’, kou ah,” ke Ta’ih.

5. “Hok ano’ an ulun ocan, hok,” ke Ta’ih. Nah, jainah rin, nah belum pitoh-itoh detou, cidah jaba’ rin iné’ hén. Nyamuk déh memboh, memboh hén an déh luang kelambu iréh. La’ i’it ne léi tokan bup an luang kelambu iréh. Nyovi’... Nyamuk lemacup nyelu hén uli’, nyelu hén uli’ muit, muruk déh an owa, déh réh an min an réh hén bup nyou pa’. Lemacup Nyamuk lavit-lavit an lah hén an jawéi hén, nyelu réh hén déh mena’ pui, déh an tano’.

6. Nah pepui hén an tano’ unih, jah tenin ibi hén ne ah tat uron, a… hén déh mena’ pui ah lun tugun rin téi kaut téi mai luang levu’ inih. Nyovi’, pe Nyamuk kavou ti’ lelan Nyamuk. “Héi,” kén “nyapai hok déh?” kén. Hén mban kén déh nyan luang atang, ne nyan luang atang iréh, icit ne pui lelo’, it peta’ lan réh, lali’, belum belua’ malom, gerin.

4 Cerita mbui ini direkam pada 21 April 2003 oleh Nicolas Césard dari Awang Kirut di Respen Tubu. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut dan Kasim Amat. 3. Dongeng Otuh Kaci’ (Hantu Kaci’)

Awang Kirut

1. Saya berkisah cerita dongeng. Yang saya ceritakan ialah cerita Otuh Kaci’ [Hantu Kaci’].

2. Otuh Kaci’ ini memusnahkan semua makhluk di sekitar kampung, semua orang di sekitar kampung dimatikan oleh Otuh Kaci’. Jadi, semua mereka yang di kampung hilang karena dibunuh Otuh Kaci’.

3. Nah, hilanglah warga kampung. Yang sisa hanya empat makhluk, kecil- kecil semuanya, muda-muda mereka: yang satu adalah kotoran Tahi, yang satunya Kelabang, yang satunya lagi Telur Ayam, dan yang lainnya Agas. Itulah nama mereka, itulah yang sisa itu. Nah, jadi mereka menangis melihat kampung mereka telah musnah, sudah sepi; hilang semua orang, sunyi sepi tidak ada sisa makhluk lain.

4. Jadi, mereka mencari cara untuk membunuh Otuh Kaci’ itu. Pergilah mereka, pergilah. Lalu, Tahi itu yang menjadi kepala mereka, ia menasehati mereka. “Eh kau Telur Ayam di abu kau; kau Kelabang di tepi tabung kau; kau Agas masuk ke dalam kelambu yang di dalam rumah kau ya,” kata Tahi itu.

5. “Saya nanti di tangga bagian atas,” kata Tahi itu. Nah, jadi mereka sudah bersiap-siap, mereka berjaga-jaga semua. Agas ke kelambu, jadi pergilah dia ke dalam kelambu itu. Laki-laki tua itu mengambil kipas untuk mengipas Agas di dalam kelambu itu. Tidak ada gunanya, malah Agas bertambah banyak sehingga dia keluar dari kelambu. Akhirnya dia keluar, pergi duduk di beranda, pergi ke teras itu dia mengipas, tetapi tidak berhasil juga. Agas makin lengket-lengket di badannya, di wajahnya, akhirnya dia pergi membuat api, pergi dia ke bawah.

6. Lalu, membuat apilah dia di tanah itu, seperti yang biasa dia lakukan dari dulu. Hmm…, dia pergilah menyalakan api supaya asapnya masuk ke dalam rumah itu. Tidak pergi juga Agas itu, dia terus diganggu Agas itu. “Hei...,” katanya, “Ke mana saya harus pergi?” katanya. Dia pergi, ceritanya, pergi ke dalam tungku dapur; pergi ke dalam tungku dapur itu pun sedikit saja api yang sisa, mau padam rupanya karena sudah lama, larut malam mungkin. 112 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

7. Mok kén ukop kenih noh, nyovu pui kenih, “tar-tar,” ke Telu you ne peletup tat luang avuh nyan metan hén, “hui” kévi’ avuh uli’ an luang metan pecekarom. Hén cengoyo’, déh kerih nyan ungun ukun rih, hén menggah an ungun ukun, menjé’ kucu’, hén ba’ih kenih it la’ ungéi inah.

8. Telipan nggap-nggap kiné’ rin déh, “grougou,” ke ukun leruh tat ukut kucu’ hén, “ngrup-ngrup” kehén déh membé’ nyan méi luang ungéi, déh cera’up an luang ungéi. “Tar-tar,” kehén déh nyan Ta’ih, “par” leruh déh réh, déh mekevoh, déh an betang kaci’ pa’ inah.

9. Mekevoh hén déh nah lou’ah. Nah uli’ ne detou petékung lou’ah.

10. Ka’én rin lou’ah. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 113

7. Lalu dia menunduk beginilah meniup api itu, begini…, “tar-tar,” bunyi Telur Ayam meletus dari dalam debu ke mata dia, “hui,” semua debu masuk kembali ke dalam matanya yang berkedip-kedip. Dia sempoyongan pergi ke sana ke mari, pergilah dia ke tepi tabung, dia memegang di ujung tabung, tangannya seperti menuang ke bagian sini begini, mau ambil air itu.

8. Kelabang menggigitnya membuat dia pergi. “Bam,” bunyi tabung jatuh dari tangan ke kakinya. Dia melangkah untuk pergi turun ke arah sungai, pergi untuk mencuci muka ke dalam sungai. “Prak!” dia pergi ke arah Tahi di tangga itu. “Prak!” jatuhlah dia ke arah sana, jatuh dan matilah di batang kayu ulin di pinggir sungai.

9. Matilah dia pada hari itu. Lalu, kembali semua mereka berkampung di situ seperti dulu.

10. Selesailah cerita pada hari itu. 4. JALUNG IKÉT UNAN JALUNG KEMOU5

Siran Yau

1. Melu’ niro, melu’ iro Jalung Ikét, iro Jalung Kemou an lun.

2. Jainah réh iro melu’ an lela’ an tano’. Iro miri’ genong ke iro méi langit lou’ah. “Duh! nah oroh!” Genong iro oroh tenuh. Jainah réh Jalung Ikét inah ma’, “anyén,” ke hén, “genong nuh ayu’ tou iréh béh,” kehén an Jalung Kemou. Jainah réh genong ke Jalung Kemou, “Duh nah oroh!” kehén.

3. “Ba’ai nuan tou déh la’ rin iréh anyén?” kehén. Ba’ai nuan tou méi rin iréh an langit tou an lela’ tou, an tano’. Jainah déh réh ledun hén wo’ ngenong inah, bi’ah réh dorén hén keto’ ne tenin oroh inah. Dayut hén nekukup, tun-tun belatung hén necak bang hén, jainah réh Jalung hén menyik mai’ an anyén hén, iro but ke rin uli’.

4. Jainah déh iro nyong nuan lun iro déh la’ oroh inah. Lalu hén ji’ unan nupih Jalung Kemou. Jainah déh réh kedéh otuh an nupin hén: “Kevo mena’ langa’. Jainah réh langa’ pena’ ketou ji’ tubong. Mok kevo ano’, ketou upit ke réh an langgan Duru iréh, kevo keguyo keréh mangun ocan jangin,” kerin.

5. Na déh réh ma’ déh iro: “Jainah inah rin anyén pena’ tou,” ke iro. Iro mban ke iro déh, iro pén ke jema mena’ langa’, belum iro mena’ langa’, iro mena’ balau. Ma’ Jalung Kemou: “héi wo’ lakin téi yu’ tou inih?” kehén an Jalung Ikét. “Hok!” ke Jalung Ikét.

6. “Jainah réh upit nuh ke hén.” Ti’ ke Jalung Ikét mupit nyou vi’ nerin lemok langit. Ti’ kehén mupit, nyovi’ rin yu’ lemok langit.

5 Cerita mbui ini direkam pada 8 Oktober 2002 oleh Nicolas Césard dari Siran Yau di Respen Tubu. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut, Kasim Amat dan Siran Yau. 4. JALUNG IKET DAN JALUNG KEMOU

Siran Yau

1. Pada suatu masa, hiduplah dua orang di bumi, bernama Jalung Iket [sejenis Kukang] dan Jalung Kemou [sejenis Cicak].

2. Mereka tinggal di bumi. Suatu hari mereka berbaring menatap langit. “Aduh, lihat di sana ada perempuan!” Mereka melihat di langit ada seorang gadis. Jalung Iket bilang, “Kawan, lihatlah perempuan itu?” Lalu, Jalung Kemou menoleh ke atas. “Aduh ada gadis,” katanya.

3. “Lewat jalan mana kita berdua bisa pergi untuk mendapatkan dia?” tanyanya. “Lewat jalan ini, kita berdua yang di bumi ini bisa pergi ke dia yang ada di langit.” Jadi, selama dia melihat ke arah itu, rupanya dia terlihat betul-betul bentuk perempuan itu. Lalu, dia telungkup, eh…, pahanya ditikam kemaluan sendiri [padahal perempuan itu tidak ada]. Kemudian, Jalung Kemou minta tolong pada temannya, mereka berdua cabut kemaluannya kembali.

4. Mereka berusaha mencari jalan untuk mendapatkan perempuan itu. Lalu muncul mimpi pada Jalung Kemou. Jadi bilang hantu pada Jalung Kemou di mimpi itu: “Kalian buat anak sumpit. Lalu, setelah membuat anak sumpit itu kalian, buatlah satu tubong/kalibung. Lalu kalian nanti, sumpitlah ke sana, ke rangka rumah Duru, Dewa Petir di langit, kalian goyang itu dengan anak sumpit yang bersusunan sampai dia menjadi tangga kuningan,” dia bilang.

5. Lalu mereka bilang, “Kalau begitu, ayo kita buat!” kata mereka. Pergilah mereka mengambil dahan aren [jema] untuk membuat kepala anak sumpit. Setelah selesai membuat anak sumpit, mereka membuat kepala anak sumpit [balau]. Jalung Kemou bertanya pada Jalung Iket: “Di antara kita, siapa yang jago menyumpit?” “Aku!” jawab Jalung Iket.

6. “Kalau begitu, kau sumpit ke atas!” Jalung Iket menyumpit tinggi-tinggi tapi tidak sampai ke langit. Sekali lagi, dia menyumpit, tetap tidak sampai ke langit. 116 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

7. “Jainah réh hok,” ke Jalung Kemou. Co deréh Jalung Kemou, mok hén upit kerin bok langgan Duru. Tanah hén mupit balau rin inah pi’ut-i’ut nyelu rin uli’ mbé’ an tano’, lemok rin uli’ an tano’ ine’ Jalung Kemou. Hén keguyo keréh, keguyo hén, mangun ocan jangin.”

8. Jadi deréh, iro ngélé’ ke ocan inah noh, ngélé’ devou lemok an langit. Lemok iro an langit réh buka, ne pintu Duru inah iro mboh noh. Ma’ déh Duru, “kevo réh adu’ én kevo nengaét memboh, andang kevo, memboh kiap kevo inah réh tu’uh dorok. Tapi ovi’ kevo lemok mekéi an aun tau, an luang levu’ lulung.”

9. “Kevo, an owa kevo lulung, kevo ang min kevo lulung. Jainah réh, inih puruk ketou lulung ke déh réh.” Lemok réh, réh u’a ke unih ugén hah nah an balih. Iro ne Jalung Ikét puruk ke hén déh nah noh. Keci’ Duru meri Jalung Ikét nih, nelembit hén an balih, nyovi’ hén cidah réh. Penggu keruwoh pah meri hén jainah pehén. “Hei kou inih réh lela an luang wo’ kevoh kou inih kedoh an hén,” kedoh an Jalung Ikét.

10. “Jainah réh adu’ kou ne déh” kedoh an Jalung Kemou. “Hé ovi petéi toh wo’ jét, doh ne wo’ jan. Ovi’ toh petutu’ téi toh, adu’, ovi’ téi toh unan perun toh, ovi’ toh unan andang toh, unan téi ik nyong, ik nyevang wo’ jan. Hok ducu’, hok layu hén véi i’ih,” ke Kemou.

11. “Ei jainah ovi’ kou kenah, ngeran toh wo’ léi inih wo’ kah, unun telikét ugén, unan doh upit toh inih réh toh kin léi ne ngeran ah kunih,” ne Duru. Jalung Kemou juk ke hén déh an aun baliyu hah noh. Duru beri kehén, kun auh! piah mena’ batuh, piah mena’ repih. Hén keci’ liwai déh, ngeruwén réh nah hén cidah réh.

12. Belum ah, iro belum noh. Doh mé’ kun yu’ iro noh, iro keman. Doh pémak berat noh. “Jainah réh anyén déh nekou méi oroh,” ke Jalung Kemou an Jalung Ikét. “Unjung ngeran nak Duru ah,” ke Jalung Ikét. Doh pémak noh. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 117

7. “Sekarang giliranku,” kata Jalung Kemou. Dia mulai menyumpit dan kena kerangka pondok Duru. Kemudian, dia menyumpit lagi, dan kepala sumpit [dari gabus] sambung-menyambung hingga menjuntai turun ke tanah. Jalung Kemou yang membuat itu, lalu menggoyang sambungan sumpit sampai dia berubah menjadi tangga kuningan.

8. Melalui tangga itu naiklah mereka berdua, naiklah hingga ke langit. Begitu sampai, mereka membuka pintu dan masuk. Akan tetapi, Duru berkata, “Kalian jangan dulu masuk, saya sudah melihat betul apa maksud perjalanan kalian. Jangan masuk dulu di atas lantai, jangan dulu masuk ke dalam rumah.”

9. “Kalian di luar dulu, jangan kalian di ruang tamu dulu. Duduklah dulu!” katanya. Lalu, dia tancapkan parang dalam posisi berdiri di panggung. Jalung Iket dan Kemou duduk di sana. Kemudian, Duru meledakkan petirnya, Jalung Iket menghindar dengan memiringkan tubuhnya ke panggung, tidak jatuh, dia bertahan di situ saja. Untuk kedua kalinya Duru meledakkan petirnya sama juga seperti yang tadi. “Hei kamu ini masih dalam percobaan,” kata Duru kepada dia, kepada Jalung Iket.

10. “Sekarang, ini giliran kamu,” katanya ke Jalung Kemou. “Hei, jangan mencoba saya, saya ini orang yang jelek, dia tadi yang bagus. Saya ini tidak menyangka akan terjadi seperti itu tadi, saya datang bukan dengan hati seperti yang kamu pikirkan, saya tidak datang dengan tujuan buruk, dengan alasan mencari yang buruk, saya mau mencari yang baik. Saya ikut dia sajalah,” kata Jalung Kemou.

11. “Ei... jangan kau begitu, namanya kita laki-laki yang berjalan dengan ikatan mandau di pinggang, dengan sumpit, kita ini namanya laki-laki,” kata Duru. Jalung Kemou segera pergi ke atas panggung di bagian sudut. Duru meledakkan petirnya. Sumpah, kerasnya seperti batu, sama seperti batu tebing. Sekali, dua kali tetap juga dia bertahan di sana.

12. Lalu, selesailah ujian itu. Mereka dikasih makan, mereka berdua makan. Mereka menggelar tikar. “Kalau begitu, teman, pergilah kau ke perempuan itu,” kata Jalung Kemou ke Jalung Iket. “Unjung nama anak Dewa Petir itu,” kata Jalung Iket. Mereka menggelar tikar lagi. 118 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

13. Mban ke hén déh noh, hén déh unan oroh hah noh. Iro Unjung ku’ung noh. Tun-tun Duru ah njit ketéi tat belua’ malom ah. “Aduh,” kehén. “Kevo téi kecepenggu ih an tat jét tevukuh, jét atok, an dengo ngayau. Dengo bunggan, wo’ téi la’ hok, wo’ tei keman hok.”

14. “Héi déh pe wo’ ami ku’, héi déh pe wo’ ina ku’, kungan ketou ribak, kevo nak ku’, inih ma’ ku’, wo’ téi tat luang ku’, wo téi tat bang ku’. Jainah néh idah ketou rin tovun héh an tukuk ridai, an aun levu’ ku’,” inah.

15. “Lun wo’ hok ma’ rin inih bénih. Rin inah nyuap tukén laba’-laba’ tovun, tei hén inah, lun kevo cidah réh adu’, nah! Héi vi’ ugén yu’ kevo, héi nelikét ugén, ugén lali, héi unan lading madang yu’ kevo?”

16. “Hok,” ke Jalung Ikét. “Hok unan ugén lali, hok unan lading madang,” ke Jalung Ikét. “Kou Kemou?”

17. “Hii, ovi’ kuén ketou an hok yé’, owo’ celayu la’ kun, celayu ngenong a’ pehok ngevoh, ngayou, ngevoh bunggan, toh kah ducu’ toh, toh kah matén toh,” ke Jalung Kemou. “Déh jainah ne hok tari, ah, véi rin adu’. Nyong utun lading nuh kou yé’, nyong utun ugén ubi’ oroh nuh kou yé’ ah yé’ ngom gelam ku’, ah yé’ ngom doh. Meru hok don ugén wo’ unan ivuk ano’, meru hok don lading jan,” kedéh Jalung Kemou yén.

18. Doh juk ke ugén, doh juk ke lading yu’ Jalung Ikét. Doh juk ke lading wo’ ja’ uli’ tat liang noh yu’ Kemou, juk ke ugén utun yén ah.

19. Iro meturui malom ah, kat unan aup. “Jainah réh déh ne tou.” Iro mban ke iro déh metekon noh, metekon déh an tano’, an tukuk aih ma’ Duru, lemok iro déh réh an bota’, an unjut iréh. “Tapai tou Jalung Ikét?” Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 119

13. Lalu, dia pergi berkumpul dengan perempuan itu. Ya, dia dan Unjung tidur bersama. Tiba-tiba Dewa petir muncul di tengah malam itu. “Aduh,” kata dia. “Kalian datang kebetulan ini pada saat yang kurang baik karena ada berita perang, berita kelompok pembunuh yang mau menyerang saya, mau membunuh saya.”

14. “Siapa lagi yang bisa saya andalkan? Siapa lagi yang saya percayai kalau bukan kamu menantu saya? Kamu adalah anakku, saya bilang anak kandung sendiri terlahir dariku. Jadi kamu jagalah di sini besok, ya, di atas gunung sana, di atas rumahku!” pintanya.

15. “Saya beritahu sekarang, ya. Pagi-pagi besok adalah saatnya datang musuhku, kalian berjaga-jaga semuanya. Di antara kalian berdua siapa yang punya parang? Siapa yang, punya ikatan mandau, mandau pantang? Siapa yang punya tombak besar?”

16. “Saya!” jawab Jalung Iket. “Saya punya mandau pantang dan tombak besar,” kata Jalung Iket. “Kau Kemou?”

17. “Aih,” jawabnya. “Kalian jangan harap sesuatu yang pas untuk dipakai dariku, pas untuk dilihat orang, atau membunuh, berperang, melawan rombongan musuh. Aku hanya mengantar kalian saja, aku hanya tukang bawa gendongan wabah,” kata Jalung Kemou. “Tapi aku tetap akan pergi. Wahai. Tolong carikan aku tombak buntung, carikan pula parang buntung yang biasa dipakai ibu-ibu, itu yang akan kubawa. Akan sakit saya nanti jika yang kupegang parang berukir, akan sakit saya jika yang kupegang tombak bagus,” kata Jalung Kemou lagi.

18. Mereka lalu memberikan mandau dan tombak yang bagus pada Jalung Iket. Sementara untuk Jalung Kemou mereka memberikan sebuah tombak buruk yang seperti keluar dari kuburan dan sebuah mandau buntung.

19. Malam itu mereka berdua tidur dan bangun pagi-pagi sekali. “Ayolah kita berdua pergi!” Mereka berdua kemudian pergi menaiki gunung itu, mendaki di atas tanah terjal, menuju puncak seperti yang dikatakan Dewa Petir. Setelah beberapa lama sampailah mereka berdua di atas pematang, di puncak tertinggi. “Di mana kita berdua sembunyi, Jalung Iket?” 120 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

20. “Eeeeei tat peka’ kayuh tou.” “Nyovi’ an pu’un kayuh tou, selingén lalit tou,” ke Kemou. “Nyou, pejong tou tat peka’ kayuh tou,” ke Jalung Ikét. Jalung Ikét juk ke hén yen déh tat peka’ kayuh.

21. Co deréh Jalung Kemou yén melu’ tat tano’, tat pu’un kayuh, tat lalit. Melu’- melu’ iro aloh kelung iro tebu aih téi tat ketop bota’ ah, piah tenggung paih, ja’ piah tenggung tului, tenggung aih nah ik lemeka’ tukuk, ik lemuba tano’ téi an aun iro.

22. Hén genong Ikét. “Toi, u … uk …. uk.” Irik-irik hén. “Ovi’ inah ano’ kuok. Awo’ karo mekéi vou, awo’ karo nila’ idih ah ano’.” “Aji’ ngenong anyok wo’ ma’ hén lakin, ma’ hén jan idih nin,” ke Kemou. . 23. Juk-juk kiné’ hén téi. Genong ke Duru, “dooooh,” ajo réh uku iro ah noh ngotuh iro. Genong ke Duru iné’ hén, irik-irik ngenong Ikét an peka’ kayuh. Doh “gecai’-gecai’,” ke meri Ikét an peka’ kayuh. Tekia’ ugén lali “praaak,” ke nyan luang tambang réh. Menyou nah lading ganyun, menyou nah Jalung Ikét. “Pai ngguh Jalung Ikét déh?” ke Kemou. Menyou nah ngguh hén, kevo bulan inah uréh ke hén.

24. Genong “pai téi déh Kemou ah déh?” ke Duru. Genong ke Kemou. Nah ne Kemou an lalit. Hén “gecai’-gecai’,” meri Kemou petenggah pu’un kayuh. Kemou juk-juk ke lading litén niné’ hén an Duru, “kun auh,” putong. “Cerup-rup-rup,” ke Duru iné’ hén déh nyan nang ti’ang. Hén mban ke hén déh ngenong, “du u uh” ma’ “kou ih adu, kiak ih ngayou, kiak ih bunggan, ma’ kou mekevoh, ma’ kou upuh la’ung ih iné ku’.”

25. “Ma’ hok déh unan ugén lali, ma’ hok déh unan ganyun ah, lelo’ déh kau iné ku’,” ke Kemou. Mok Kemou jat ke lading uli’ tat Duru. Hén tepap ke van lading, malit tenggap. Mok Duru ju ke Kemou nah doli’ an aun tukuk. “Cevang tou Ikét héh?” Nah iro nyevang Ikét. Menyou nah Ikét. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 121

20. “Eeeei… bagaimana kalau kita berdua di atas dahan kayu?” “Bukan di pokok kayu, bersembunyi di akar-akar kita berdua,” kata Kemou. “Tidak!” jawab Jalung Iket. “Saya mengintai dari atas dahan kayu saja!” Pergilah Jalung Iket memanjat dahan kayu.

21. Sementara Jalung Kemou sembunyi di bawah, di pokok kayu, di banir. Setelah menunggu beberapa saat, terdengar oleh mereka suara bersiung seperti badai datang dari arah gunung, seperti suara angin ribut, seperti suara seekor naga, suara itu seperti hendak membongkar gunung dan mengguncang tanah tempat mereka berdiri.

22. Musuh itu melihat Jalung Iket. “Uuuuk... uk... uk.” Jalung Iket gemetar ketakutan. Dia bilang: “Tidak bisa itu nanti. Sepertinya kami akan naik ke atas [mati], sepertinya kami nanti akan ditelannya,” “Gawat, ternyata temanku sudah lain sekarang. Padahal tadi dia mengaku pemimpin yang bagus gayanya,” bisik Jalung Kemou.

23. Lalu datanglah Dewa Petir. Dia memandang mereka, “aduuuuh,” rupanya mertua mereka sendiri yang menakut-nakuti waktu mereka memandang dia. Akibatnya, gemetarlah Jalung Iket di atas dahan kayu. “Cah”, bunyi Dewa Petir menyambar Jalung Iket yang bertengger di atas dahan kayu. Langsung parang sakti, prak!” jatuh ke dalam jurang tebing itu. Tidak ada lagi tombak sakti dan tidak ada lagi Jalung Iket. “Mana suara Jalung Iket?” kata Kemou. Tidak ada suaranya, akhirnya dia mati.

24. Duru melihat [ke sana ke mari], “Di mana Kemou tadi?” bisik Duru. Kemou ada di atas banir. “Cah!”, berbunyi sambil meledakkan petir ke arah Kemou yang bertahan di pokok kayu. Kemou menghantamkan tombak berkarat itu pada Duru, “sumpah anjing,” [tombak] tertancap. “Cep cep cep”, terdengar suara berguling-guling. Duru jatuh ke bawah lereng di sana. Lalu, Kemou pergi melihat, “aduh rupanya kamu ini, aduh, saya kira musuh, saya kira rombongan penjahat, “mati kau, kaulah akhirnya yang saya habisi.”

25. “Kalau aku pergi bersenjata parang pantang, kalau tadi aku pakai tombak sakti, mungkin kau lolos, kau selamat dari tanganku,” kata Kemou. Dia tarik kembali tombak dari tubuh Duru. Dia tepuk lukanya, langsung tertutup rapat. Lalu Dewa Petir itu diantar Kemou kembali ke atas gunung. “Kita cari Iket ya?” Lalu mereka berdua mencari Iket. Tidak ada Iket. 122 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

26. Nah iro la’ ugen hén tat luang tambang, mai’ iro la’ lading tat luang ambing. Déh menyou Ikét. Téi doh uli’ ano’ uli’ méi levu’, doh negenong “duuuh,” nah ne Ikét uli’, lerak riu, luwi toi. Uli an bulan langgan Duru.

27. Belanit léu, belanit kehén rin lun kucuh hén belebék, rin lun ukui hén bela’. Hén mekevoh beneri Duru, tangan hén it la’ oroh, tangan hén it la’ oroh, tangan hén it la’ Unjung. Jadi’ deréh nyou mai Ikét jadi’ la’ oroh doh juk keréh yu’ Jalung Kemou. “Kou réh adu’ kou nyovi’ oroh kou, ne vi’ kevian. Jadi Jalung Ikét inih tat naring hén téi, hén puvé,” hén ma’ ja’ih. “Hok leloh, nyovi’ hok jam hén a’, nyovi’ hok jam hén keto’, awo’ balop, awo’ lingai aih ah. Ovi’ awo’ néh ngelungoh, ovi’ néh ngemah.”

28. “Aji’ netoh wo’ vi’ pu’un, aji’ netoh wo’ vi’ ira’, vi’ tuka’, aih memang vi’ lalit, vi’ pakat piah-piah toh jainah te ngenong toh a’ ngekungoh. Hén ih de réh awo’ ngenong aih an balop, awo’ ngenong an lingai aih ih. Ovi’ hén a’ hén yén téi kenih irih uron,” kedéh Duru an Jalung Ikét.

29. Co déh doh juk ke oroh yu’ Jalung Kemou nah. Jalung Kemou meturui unan oroh noh. Meturui malom ah, kat unan a’up tovun. “Jainah ne nak, koli’ kevo oroh nuh ne membé tano’ méi lela’. Hén aih wang, hén aih telaram inih pa’, nyou vi’ pe hén masih hak masih yu’ kai. Jadi’ déh réh épang nuh koli’ ne oroh, épang nuh koli kevian doli’ membe’, doli’ méi tano’, énuh ngeran, yam, akan, énuh ngeram, yam kun réh, kun kevo ninah. Korip kevo ninah ovi’ pe hén ila’ mé’ néh piah yu’ toh ja’ temén korip hén unan kai, man kai tokan hén inih. Inah déh urip inah déh lo’ik, inah déh perun. Tat kevo ik melu’ an langit, an levou inih réh tat perun kevo nerin.”

30. “Na, tat kau ik koli’ an tano’ an ungéi nuh réh, ine’ kou ngelekan ngeran tokan, ngeran man kou nugum ngeran tukung, ngeran lun. Koli’ membé’, koli’ mapah ne kevo’ pa’. Koli’ méi lela’, méi tano’,” kedéh Duru an Jalung Kemou. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 123

26. Mereka kemudian mengambil parang Jalung Iket dari dalam jurang, pergi mengambil tombak dari dalam serabut akar. Tubuh Jalung Iket tidak ada. Namun ketika kembali ke rumah, mereka melihat ada Jalung Iket di sana. Terbakar habis, hangus. Kembali dia ke atas ujung gelagar rumah Duru.

27. Seluruh tubuhnya terbakar, gosong sehingga tangannya terkupas, ekornya jadi botak karena hangus. Dia mati disambar Duru, akibat ingin mendapatkan perempuan, akibat menginginkan Unjung. Karena Jalung Iket gagal, Dewa Petir memberikan perempuan itu pada Jalung Kemou. “Kaulah, kau tidak memiliki perempuan, kau berhak mendapatkan istri. Jalung Iket ini dari awal dia datang ke sini, dia main-main saja,” katanya. “Kalau begini saya kecewa, saya tidak tahu dia manusia, saya tidak kenal dia jelas, seperti bayangan, seperti bayangan orang lain. Dia tidak bisa bernafas, dia tidak ada bentuk badannya.”

28. “Lain halnya kita yang mempunyai asal, mempunyai bahasa, punya akar, memang ada akar, kita melihat banyak hal yang sama dengan orang yang mempunyai badan seperti kita. Dia ini adalah seperti bayangan sesuatu, pantulan binatang. Dia bukan orang yang datang sebelumnya,” kata Duru mengenai Jalung Iket.

29. Lalu, dia menyerahkan gadis itu kepada Jalung Kemou. Malam itu Jalung Kemou tidur dengan gadis itu. Tidur dengan dia, pagi besoknya mereka berdua bangun. “Wahai, pulanglah kamu dengan istrimu ke bumi, ke bawah. Dia sudah menjadi bagian dari dirimu, bukan milik kami lagi. Bawalah gadis ini pulang. Kau membawa seorang istri pulang, turun ke bawah, pulang ke tanah, dia milik kamu, apa namanya, menjadi makanan pokok kamu. Apa yang menjadi makanan kamu di sana, kamu berdua makanlah, kehidupan kamu, tidaklah seperti hidup kami, bukan seperti kehidupan dia sebelumnya dengan kami, orang tuanya sampai dia besar. Begitulah kehidupan kami, bahasa dan isi hati kami. Kalau kalian berdua ingin tinggal di langit, di rumah ini, silakan kalau memang sesuai dengan isi hati kalian berdua.”

30. “Nah kalau kau pulang ke tanah, ke sungaimu sendiri, ingat pesan orang tua, jagalah nama baik nama orang tua, kampung dan tempat tinggal. Turunlah ke bawah dan pulanglah kalian berdua, pulanglah ke bawah, ke bumi,” kata Duru kepada Jalung Kemou. 124 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

31. Mok iro mban ke iro uli’ membé’ noh, uli iro membé’ an tano’. An lela’ Jalung Kemou yén, ovi’ hén vi’ a’, ovi’ hén vi’ ipah. Jadi’ mangun a’ ne hén uli’, mangun a’, mangun negelungoh. Belum nehén tat oih tat ngeran oih layau. Hén uli’ mangun a’ mangun ngelungoh ne ah lou’ah, ja’ tenin a’, ja’ tenin doh anyén hén .

32. Jainah réh déh iro, iro melu’ noh an tukung iro an tano’ inah. Inah déh tandik mbui Jalung. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 125

31. Segera mereka berdua pergi turun ke bawah, kembali mereka ke bumi. Di bumi Jalung Kemou hidup sendiri, tak punya keluarga dan tak punya saudara. Ia lalu menjelma menjadi manusia, menjadi manusia yang bernafas. Ia berasal dari binatang liar. Hari itu dia menjadi manusia, manusia yang bernafas, seperti teman-temannya.

32. Akhir cerita, mereka berdua hidup di sebuah kampung, di tanah mereka. Itulah kisah seorang Jalung Kemou. 5. A’ MANGUN CAI6

Laing Kelit

1. Melu’ niro léi Punan, oroh ji’, léi ji’. Léi re réh a’ nyupit inah a’ keman ka’ an luang lunang inah.

2. “Jainah réh kah nengop tou,” ke iro. Co ke iro déh murik iro déh déh iro ricu’. Nah lun lepou lun iro déh.

3. Iro melu’. “Nah noh déh la’ lelap mena’ lepou hok mon,” kehén. Mban kehén déh mena’ kau ke kai an réh. “Déh la’ pou kou,” kehén an oroh hén. Mban ke oroh hén déh la’ pou inah.

4. “Belum nekau?” ine’ hén wo’ léi. “Kup kup”, kengguh a’ inah. “Énuh pena’ hén unih?” kehén inah. “Nevong bovong?” Mengo’ menyou. “Kah nekou ke ka nyupit bon hén mena’ réh, melu’ nih,” kehén.

5. Mok hén co kehén kah nyupit uli’ hén an nah. Ovi’ iro melai vi’ nak, aring betai’ iro. Co deréh hén pén ke bavui deréh.

6. Hén ri kerin uli’ ano’ co deréh uli’ hén an lepou. King lepou nyovi’ a’ nah wang réh. “Nyapai a’ déh tanih unih?” kehén. “Pai kou?” kehén.

7. “Uuuk-uk-uk-uk”, tat lela’ lagah reréh. Genong kehén nah nehén, genong kehén mangun nukui hén unan pa’an hén. Utok hén lela utok a’.

8. “Ei… énuh tat pena’ hén unih?” kehén. “Nuh bok kou mangun kenih?”

9. “Hok inih unéi pén utok rin unih, hok totok kerin hok pén kenyak réh, hok cup keréh an pui. Hok kun keréh inih.”

6 Cerita mbui ini direkam pada 3 Oktober 2002 oleh Nicolas Césard dari Laing Kelit di Respen Tubu. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut dan Kasim Amat. 5. KISAH SILUMAN ULAR

Laing Kelit

1. Pada suatu masa, hiduplah seorang Punan dan istrinya yang tinggal di suatu kampung. Si Suami gemar berburu dan memakan daging binatang hutan.

2. “Sekarang kita pergi ke hutan,” kata mereka. Pergilah mereka ke hulu, tempat mereka akan membuat sebuah pondok.

3. Mereka berdua menetap di sana. “Nah saya pergi saja mengambil bahan untuk pondok,” kata Si Suami. Setelah itu, mulailah dia membuat kerangka pondok. “Ambilkan daun silat untuk atap,” suruhnya kepada sang istri. Segeralah istrinya pergi mengambil daun silat.

4. “Sudah kamu ambil?” tanyanya. “Kup Kup”, terdengar suara aneh. “Apa yang dia lakukan?” gerutu Si Suami. “Ah, mungkin dia pergi menebang pisang hutan,” pikirnya. Ditunggunya, tapi tetap tidak muncul. “Sebaiknya aku pergi menyumpit aja. Biar dia saja yang menyelesaikan [pondok]. Toh dia ada di sini,” katanya [pada diri sendiri].

5. Lalu, dia pergi menyumpit dan kembali. Mereka berdua belum memiliki anak, namun Si Istri sedang hamil. Dia kemudian kembali ke pondok dengan membawa seekor babi.

6. Babi itu digendongnya sampai ke pondok. Tapi, sekali lagi dia melihat pondoknya masih kosong, tidak ada orang. “Ke mana orangnya tadi?” dia tanya. “Kamu di mana?” dia panggil.

7. “Uuuk-uk-uk-uk”. Ada suara yang berasal dari bawah lantai. Lalu, dia melihatnya, ternyata dari ekor hingga paha istrinya sudah berubah wujud menjadi ular. Hanya kepalanya saja yang masih kepala manusia.

8. “Apa yang telah dia lakukan tadi?” pikirnya. “Kenapa kamu jadi begini?” tanyanya.

9. “Saya tadi menemukan seekor ular, kepalanya saya potong, lemaknya saya ambil dan saya bakar di api. Lalu saya makan.” 128 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

10. “Inah lanuh rin niné’ ku’ an jungat inah,” kehén. “Hok hum kerin inah lela lanuh rin an jungat inah,” kehén. Nuhum ku’. Turui velop ah velop hén uli’ kat hén tovun. “Nyapai kou? Kenih nekou melu’. Jainah hok perengo ku’ koli’ doh ipah nuh,” kehén.

11. Mban kehén koli’ perengo doh ipah hén lemok koli’ réh dekin peréh gerin nah doh uli’ ano’. Nah nehén mangun tup nehén lou’ah, mangun nyelu utok hén neréh utok cai ah.

12. “Énuh lun kou mena’ ibi nuh kenah?” kehén. “Wok otuh an kou jainah kou. Kah nekou jan rop-rop,” kehén. “Ke kai inih an urip kai kou iné’ otuh ni hén gerin,” kehén.

13. Jainah déh réh doh pémak ke berat kalung kekai doh pémak rin yén. Rin déh nit cai penganen inah néi wo’ kalung. Nyelu bénih. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 129

10. “Itu bekas lemaknya saya oles di pintu. Saya membungkusnya untuk dimakan dan lemaknya masih berbekas di pintu tadi,” katanya. “Dibungkus tadi.” Malam itu Si Suami tidur. Gelap sekali. Esoknya dia terbangun. “Ke mana kau istriku? Ah kau di sini rupanya. Kalau begitu tunggulah, aku akan memberitahukan ke semua keluargamu bahwa kamu sudah pulang,” kata sang suami kepada istrinya.

11. Segera Si Suami pergi memberitahukan ke semua keluarganya bahwa mungkin sebentar lagi istrinya kembali. Saat dia kembali, seluruh wujud istrinya sudah berubah sampai kepalanya juga menjelma menjadi kepala ular.

12. “Kenapa kau berbuat seperti itu?” tanya suaminya. “Mungkin sengaja hantu membuatmu begitu. Sekarang pergilah kamu, sebaiknya kita hidup sendiri-sendiri. Seumur hidup kami akan mengingat bahwa hantulah yang membuatmu begini [menjadi siluman ular],” kata sang suami.

13. Sejak saat itu, mereka mulai membuat sendiri tikar bermotif ular karena tikar itu adalah jelmaan kulit ular sawa [Itu masih mereka lakukan] hingga sekarang.

6. Pu’un Kun7

Semion Ubang

1. Nah doh Punan nih uron, aring doh ngelunung mangun a’. Detou toluh kungan detou pipah, detou parin duoh wo’ léi ji’... ji’ wo’ oroh ji’ wo’ léi detou malang vi’ kun.

2. Detou ovi’ detou melai vi’ umoh, ovi’ detou padai jam kun hén. Jainah detou mekevoh iné’ kocop, lulung detou meturui, Meturui nupih kevéi wo’... wo’ ikoh, njit ke oroh tokan téi, oroh tokan a’ bungguk, “éh ém téi adu’, hok u’ut an kou. tat kou kenah ténah adu’ hok koli’ mon.”

3. “Eh ém koli’ mon adu’ énuh ma’ nuh wo’ tandik nuh?” “Ho’-ho’ inih téi adu’, hok téi ma’ an ketou, hok inih méi it ketou, ketou mekevoh iné’ kocop, iné’ urip jét, hok ma’ an ketou, lun ketou mena’ vi’ urip, lun ketou vi’... vi’ kun.”

4. “Ne réh, kou réh mena’ umoh kou, mena’ lida kou, demirik kou. Kou belum kou demirik, kou tevong, belum kou tevong, kou tetu, kou belum kou tetu, kou tutung, ke tutung umam inah, kou ényang ke arim wo’ uyung, wo’ upuh inah, arim oroh wo’ upuh inah.”

5. “Kou ényang ke rin, an belua’ umoh, kou ketop ke inah, jadi’ urah da’ hén inah, kou urah ke rin an aun tano’ inah,” ke déh nupin detou pipah inah an malom inah.

6. Kat unan a’up, ke kat ke detou uli’ kat, “o… o… nupik ah unih nah, keoroh nyou rin” kén. “Kevo melu’ nih.” Hén déh demirik noh, belum hén demirik, hén nevong, belum hén nevong, hén netu, belum hén netu réh, hén mengo’ ta’un.

7 Cerita mbui ini direkam pada 10 Januari 2002 oleh Nicolas Césard dari Semion Ubang di Long Ranau. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut, Kasim Amat dan Eris Awang. 6. Kisah Terjadinya Makanan

Semion Ubang

1. Dahulu kala ada orang Punan di sini, pada saat mulai ada kejadian menjadi manusia. Ada tiga orang bersaudara, mereka beradik dua yang laki, yang satu perempuan. Mereka tidak punya makan.

2. Mereka belum punya ladang. Mereka tidak tahu [cara membuat] makanan. Jadi mereka hampir mati, akibat lapar. Mereka tidur. Sambil tidur mimpi saja anak yang pertama, muncul seorang perempuan tua datang, perempuan tua itu bungkuk: “Eh jangan kemari nenek! saya takut dengan kamu.” [Bilang si anak itu.] “Kalau kamu begitu, saya pulang dulu,” kata orang tua itu.

3. “Wah, jangan pulang dulu nenek, apa yang mau diceritakan kamu?” “Ya ya ini nenek datang, saya datang bicara dengan kalian. Saya ini kasihan kalian mati akibat lapar, akibat hidup jelek. Saya bicara dengan kalian supaya kalian dapat membuat banyak makanan.”

4. “Jadi di sana kalian membuat ladang, membuat kebun. Kalian menebas, setelah itu, kalian menebang, kemudian kalian potong dahan dan akhirnya kalian membakar, ya membakar ladang itu. Setelah itu kau bawa adik yang bayi, yang bungsu itu, adikmu perempuan yang bungsu itu.”

5. “Kau bawa dia di tengah ladang, kau potong dia, jadi percikkan darahnya dia di situ, kau semburkan darahnya di atas tanah,” begitulah bunyinya mimpi mereka di malam itu.

6. Bangun pagi, bangunlah Si Kakak itu “Oooh mimpi itu tadi, perempuan itu tidak ada,” katanya, “Kamu tunggu disini.” Dia pergi menebas... Sesudah dia menebas dia menebang, sesudah dia menebang dia potong dahan, sesudah dia potong dahan dia menunggu kemarau. 132 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

7. Belum déh ak ayén, hén tutung kinah, belum hén nutung, hén uli’ ne hén ngenong arin hén inah. Mai’ hén an arin nah hén nah. Déh mocop pe detou tanah, nangih, hén pelulup arin hén, velo mé’ arin hén, ang padai kenuh, ne déh an ketelun lou réh. Hén ényang kearin déh an belua’ umoh noh, hén ketop kearin hén, an unjung tungun noh.

8. Jainah da’ rin, déh hén pén kerin, déh hén urah ke da’, belum hén murah da’, hén koli’ noh. Kat unan a’up tovun, ne hén ngenong noh, luang uman hén, wéh... tikup doh paréi netun, genong tovuh doh, tubu doh karan kun, wo’ an lela’ langit inih tubu piah, karan bua’, karan énuh mangun piah ne rin. Wah morip detou lou’ah. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 133

7. Setelah dia kering dia pergi membakar, setelah dia bakar dia pulang lihat adik dia itu. Kasihan dia pada adik, lapar juga mereka sana, menangislah dia, pikir adiknya, tidak rela melihat adiknya, apa boleh buat, pergilah pada hari ketiga. Dia bawa adik di tengah ladang... dia potong adiknya di ujung tunggul.

8. Jadi darahnya dia ambil, pergilah dia menghambur darahnya; setelah menghambur darah dia kembali. Bangun dengan subuh besoknya, wah... dia lihat dalam ladangnya lebat padi tumbuh makmur, lihat tebu, tumbuh semua makanan di bawah langit ini, tumbuh semua, semua buah semua apa saja jadi semua. Wah… hiduplah mereka hari itu. 7. Mbui Towé unan Beruk8

Siran Yau

1. Melu’ Dengon. Lalau Dengon ngepuyu’ ledun Towé mengguh. Towé mengguh hén nowé tat peka’ kayuh lo’op. Hén mena’ bua’, mena’ lavun kuén a’.

2. Bok énuh Dengon jét perun, hén merengon. Hén kelung ngguh Towé inih an hén ngenak, ngepuyu’. Lalau hén cumba’ ke Towé, nyelu Towé kavou.

3. Towé ma’ “Enuh ngeran wang wo’ pena’ ku’, enuh ngeran wang lekah ku’ inih wap, ém Dengon inah keman rin, ém Dengon inah méi rin,” ke déh Towé.

4. “Kou ovi’ kou morip an tano’, ovi’ kou morip an wo’ nyopuh. Kou kavou ne kou pa’, kah ne kou pa’, tat lun inih, tat tano’ inih.”

5. “Hok réh iné’ lun kou wo’ jét perun, nah hok kavou, kah ne hok lun kou maling yu’ jét perun pa’,” ke déh Towé.

6. Kah ne hén koli’ méi Uku Ajih. Nah Towé koli’ an Uku Ajih, mena’ bua’ ne hén doli’ réh nowé ne hén doli’ réh. Jainah réh bua’ pena’ hén ayo’, bua’ pena’ hén mekepan.

7. Jainah déh réh karan doh Beruk, ka’én doh Beruk, doh Bavui, Payou, Pelanok, Uki’, Janéi mekevoh kinan kocop ne doh kelali’ hén koli’ méi Uku Ajih. Ma’ déh Beruk, “Tero petékung tero lulung, pepan tero lulung, lun tero kelung korip tero, lun ngenong, nyenguan ibi tero, pa’ lun tero nyong uro’ tero, lun tero nyong kun tero,” ke déh Beruk.

8 Mbui ini direkam oleh Nicolas Césard di Respen Tubu pada 9 Oktober 2002 dari Siran Yau. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Dollop Mamung dengan kerja sama Amat Kirut, Siran Yau dan Eris Awang. 7. Towe (TOnggeret) dan Beruk

Siran Yau

1. Suatu ketika, hiduplah Dengon, Si Berang-Berang. Pada saat dia melahirkan, Towé, Si Tonggeret berbunyi nyaring sekali. Towé setiap hari ribut dari ujung kayu meranti. Dia berfungsi membuat buah, membuat pohon berbunga sehingga mendatangkan musim buah, kata orang.

2. Akibatnya, Dengon sakit hati, dia nantinya bisa jadi tuli. Dia mendengar suara Towé ini ketika dia melahirkan, pada masa bersalin. Lalu, dia menyumpahi Towé sehingga Towe keluar dari daerahnya.

3. Towé bilang “Kan ada hasil yang saya buat, ada hasil kerja saya ini pada waktu mendatang, jangan kau memakannya ya Dengon, jangan kau pergi ke sana, Dengon,” kata Towé.

4. “Kamu juga jangan hidup di atas tanah, jangan kau hidup di daerah yang kering. Kau keluar saja dari tempat ini, dari tanah ini,” kata Dengon.

5. “Karena saya tidak mau membuat kamu sakit hati, minggatlah saya. Jalanlah saya supaya kau tidak sakit hati,” kata Towé.

6. Pergilah dia pulang ke Uku Ajih [Dewa Perlindungan Binatang]. Jadi, Towé pulang ke tempat Uku Ajih membuat buah di sana. Dibuatnya buah yang besar, buah yang tebal-tebal.

7. Jadi, semua binatang: Be­ ruk, Monyet, Babi, Kijang, Pelan­duk, Tupai, dan Bu­ rung menderita kelapar­­ an selama dia pergi ke Uku Ajih. Beruk berkata, “Kita berkumpul dulu, kita bermusyawarah dulu supaya kita mendengar kehidupan masing-masing, supaya ki­ ta me­lihat kehidupan ini. Kita berunding dulu supaya kita bisa mencari nafkah, mencari makanan,” kata Beruk. 136 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

8. Jainah déh réh téi ne ketou nak buah hén petékung, doh Kuyat, doh Beruk, doh Uki’, doh Janéi, doh Écéu, doh Telau’, doh Bavui nah lemok detou téi an lun detou. Hén ma’: “ngeran wo’ kun detou noh?” Jainah kou Écéu keman da’un kou, jainah kou Janéi keman opung kou, jainah kou Bavui muro’ tano’ kou. Jainah kou Telau’, Payou keman da’un kou. Jainah hok Beruk rin gerin keman oro’ kelenggu hok, keman oro’ tibak, keman oro’ ipung hok, utung lun tero pévit tero véi réh.

9. “Lemok tero uli’ la’ korip tero, ja’ uron, ja’ kelu’ pa’,” ke déh Beruk. Jainah déh detou ledun ah, kelung ne detou an tang, an belua’ detou nah dengo urip jan, nah dengo urip mangun wo’ iné’ Towe doli’ an tukung liva’, an tukung lo’o, ja’ wo’ an Uku Ajih, an Uku Kaya.

10. Jainah nekai Vanyih an réh ajo’ keto’ ne’ah. Ma’ déh doh Bavui, doh Payou, ei... déh katou keman rin, katou déh méi rin kelung dengo korip, dengo kun.

11. Ma’ Beruk, “éi... én ketou déh, hok wo’ tokan tero inih déh nok, hok wo’ man, hok wo’ tokan inih déh hok rin lun ketou ngenong bulan, ketou uli’ ngenong wang réh” coh déh Beruk. Mban ke hén déh, lemok hén déh an Uku Ajih, Uku Kaya.

12. Duuh, ajo’ tu’uh bua’ ayo’, ajo’ tu’uh bua’ mekepan. Jainah déh hén lemok déh réh, “mé’ ne doh kun, mé’ nedoh bua’, mé’ nedoh ubak.” “Oh! Nyovi’ hok téi tat ubak pi’ih, nyovi’ hok téi nyong korip, nyovi’ hok téi nyong urip pi’ih rop-rop.”

13. “Tera’ ketou mé’ kun, tera’ ketou mé’ ubak peréh yé’ nyovi’ jan peruk keman rin tat nak ku’, nyovi’ jan keman rin tat oroh ku’ an kevi’ detou nak ku’ detou anyok réh-réh kinan kocop, kinan la’o ne doh nitak Towe. Ah véi wo’ tok ku’ téi inih hok téi kelung perun kelung luang, ja’ temén Towe wo’ kinan cumba’, kinan atét, énuh lun hén ma’ réh katou piah, ja’ Dengon rin a’ rop kungoh, a’ rop kering ah. Hok Beruk réh a’ kungoh a’ kungoh rop.” Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 137

8. Kalalu begitu, “Kalian anak buah berkumpullah dulu.” Monyet, Tupai, Burung, Kijang, Pelanduk, dan Babi sampailah mereka di tempat. Dia menyebut nama-nama yang mereka makan. “Jadi kamu Monyet, makan daun kau! Kau Burung, makan ulat kau! Kalau begitu, kau Babi, mencungkil tanah kau! Kalau begitu Kijang, makan daun kau! Kalau begitu saya, kata Monyet, mau tidak mau makan umbut lengkuas hutan saya, makan umbut pisang hutan, makan umbut rotan saya, pas untuk kita menyambung hidup kita sajalah.”

9. “Sampai kita kembali menjalani kehidupan kita seperti dulu, seperti masa lampau,” kata Beruk. Jadi, mereka sementara waktu itu mendengarkan bahwa di tengah-tengah mereka ada berita baik; ada berita bahwa kehidupan menjadi diberkati karena Towé pulang ke kampung hilir, di kampung muara seperti yang di Uku Ajih, di Uku Kaya.

10. Eeeh, datanglah lebah di sana, maka Babi dan Kijang bicara, “Eei… ikut kami memakannya, kami jalan ke situ, mendengar berita kehidupan, berita makanan.”

11. Berkatalah Beruk, “Eeei, jangan kamu jalan. Saya yang tualah pergi melihat, saya yang pemimpin, saya yang tua. Pergilah dia melihat pada akhirnya. Kalian melihat hasil terakhir, kalian kembali melihat hasilnya.” Kemudian segeralah Beruk pergi, sampailah dia di Uku Ajih, Uku Kaya.

12. Duuh… rupanya betul ada buah besar-besar, rupanya buah berlimpah. Jadi, dia sampailah di sana. “Kasilah mereka makan, kasihlah mereka buah, kasihlah mereka segala hidangan.” “Oh! Saya datang, bukan untuk mendapat hidangan ini; tidak… saya datang mencari kehidupan; saya datang, bukan mencari hidup untuk diri sendiri.”

13. “Biarlah kalian kasih makan, biarlah kalian kasih hidangan, bagaimana mungkin sebanyak ini untuk saya. Perasaan saya tidak enak kalau saya memakan bagian dari anak saya, tidak bagus saya makan bagian dari istri saya, dan bagian dari semua anakku. Mereka teman saya di sana terserang lapar, dimakan paceklik karena mereka ditinggal Towé. Itu saja yang saya lihat, saya datang ke sini, saya datang mendengar isi hati, melihat bagaimana Towé yang dimakan sumpah, dimakan janji, kenapa yah dia yang bilang, tapi kami semuanya yang kena. Dengon itu seorang diri, dia berdiri sendiri juga. Saya Beruk, seorang diri dengan badan sendiri juga.” 138 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

14. “Hok téi mena’ urip inih, hok téi mena’ ukum inih, biau a’ kinan atét, kinan cumba’ an tang atét an tang cumba’ iro patét wo’ kecét ibi pena’ iro’ jainah déh réh rin andang, rin kiap.” “Ovi’ hok a’ téi keman, ovi’ hok a’ téi nyong kun’,” ke déh Beruk.

15. “Ei ... ovi’ kou ma’ ah,” ke déh Towé, “kou ma’ kou uli’ la’, uli’ nyulang hok peréh geréh ja’ temén hok, tekanim beruk... kou pelulup a’, kou pelulup ipah. Jainah réh péh ayo’ rasa réh an peruk, jét pelulup réh.”

16. Dengon réh koli’ mémbé’ méi ungéi ne hén yén, hok réh uli’ an lun Uku Ajih, uli’ an lun Uku Kaya ne hok. Nyovi’ hok an ngeran tano’, ngeran ungéi karo uron. Hok kekoli’, hok téi kekoli’ ei... kinan jerait, kinan tandik pa’ geréh doh anyok doh a’ aji’.

17. Téi déh réh tat ketou ik keman wang ku’, tat ketou ik keman bulan lekah ku’ réh, rin ninih wo’ iné’ ku uli’ an tukung Uku Ajih, Uku Kaya’ ke déh Towé.

18. Héi ... nyapai upuh, jainah réh cikou ku’ telu Towé. Mok Beruk pén ke telu Towé noh. Jainah déh réh mok Beruk épang ke ku’ung belenyu’ ji’ lemok hén uli’ an tukung, an tano’ detou wo’ lun detou kinan kocop, kinan la’o. Hén minga’ noh pa’ detou pipah detou pa’a’, doh Beruk, doh Kuyat, Payou, Bavui, Uki’, Janéi, nyelu doh aluh jét irih ninga’ hén.

19. Belum detou uli’ keman bua’ wo’ iné’ hén, detou bocék réh nengeran ah, detou vu’ut tapén, detou vu’ut kevoh ne ah.

20. Jainah déh réh lemok detou belum bocék bua’ belenyu’ inah, nehén pilou telu Towé wo’ népang hén uli’ an kucu’, an cangau hén. ‘Jainah déh réh inih newang ku’ wo’ ila’ ku’ tat Towé. Ovi’ Towé ngom uli’ an tano’ an ungéi pa’ ngelekan hén a’ kinan cumba’, kinan atét. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 139

14. “Saya datang memperbaiki kehidupan ini; saya datang menyelesaikan perkara ini. Saya prihatin kalau orang dimakan sumpah, dimakan sumpah perjanjian di antara mereka berdua yang saling menyumpah. Mereka yang tidak bagus sikapnya” Begitulah dia kata sambil berjalan melangkah, “Saya datang ke sini bukan untuk makan, saya datang bukan untuk mencari makanan,” kata Beruk.

15. “Eeei, jangan engkau bilang demikian,” kata Towé. “Engkau bilang kau pulang mau menjemput saya. Sepertinya, begitu kasihan engkau Beruk, engkau pikirkan orang lain, engkau pikirkan saudara. Besar keyakinan di hatiku bahwa tidak enak memikirnya semua itu.”

16. Dengon pulang, dia turunlah ke dalam sungai. “Saya kembali ke tempat Uku Ajih, kembali ke tempat Uku Kaya. Saya tidak mempunyai nama tanah lagi [saya bukan orang kampung itu lagi]; saya bukan warga sungai kami berdua lagi. Seandainya saya kembali pulang, eeei… saya akan dimakan cerita, dimakan kisah teman saya dan orang lain.”

17. Kemudian, “kalau kalian mau memakan hasil saya, kalau kamu mau memakan hasil akhir pekerjaanku, memang itu sudah saya bawa pulang ke kampung Uku Ajih, Uku Kaya,” kata Towé.

18. “Eeei… bagaimana penyelesaiannya,” kata Beruk. “Kalau begitu saya curi telor Towé.” Lalu, Beruk mengambil telur Towe itu. Lalu, Beruk membawa biji nangka belenyu’ kembali pulang ke kampung di kawasan mereka yang menderita kelaparan karena dimakan paceklik. Dia memanggil lagi mereka bersaudara, Monyet, Kera, Rusa, Babi, Tupai, Burung dan lain-lain semua mereka termasuk Biawak hutan yang sulit dipanggil.

19. Sesudah mereka pulang, mereka memakan buah yang dia kasih. Mereka mencicipi sedikit saja, apa namanya, mereka takut kualat kepada binatang buas, mereka takut juga mati.

20. Lalu, setelah mencicipi buah belenyu’, dia memperlihatkan telur Towé yang dia bawa pulang di tangan, di jarinya. “Nah, inilah hasilku yang aku ambil dari Towé. Towé tidak mau pulang ke tanahnya, ke sungainya mengikuti saya karena sumpah, karena perjanjian.” 140 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

21. Jainah déh réh inih cenikou ku’ tat hén, inih ila’ ku’ tat hén telu hén. Jainah déh réh tugum tero, tinak tero nyelu réh mangun, nyelu réh tokan’ kedéh Beruk. Co deréh, Beruk hén tugum keréh. Lekang réh inah iné’ hén tat luvang bukun kayuh, tat lela’ luang palan, tat lela’ luang kucu’ hén. Jainah deréh iné’ hén mangun iné’ hén tokan, pén cerbing hén réh koli’ membe’, koli’ réh doli’ ba’ aun kelenggu.

22. Doli’ ba’ aun uru’ wo’ ivu’, metik ilat réh doli’ nah, menggop réh koli’ an peka’ réh ngelavun ne doh kelenggu.

23. Nekebun réh uli’ tanah, uli’ kat uli’ nekejuk réh uli’ méi peka’ doh bua’ lepau’, bua’ ipung, mangun neva ah iréh pa’, mangun nebua’ ah iréh pa’. Koli’ nekebun réh koli’ vou réh doli’ méi peka’ lo’op, koli’ méi peka’ leman, mangun piah ne ka’én bua’, mangun piah ne ka’én lavun, uli mangun bua’, uli’ mangun ku’ung.

24. Jainah déh réh melu’ detou lou’ah, tano’ detou lun detou réh, ja’ temén rin uron, ja’ temén rin kelu’ neréh uli’, uli’ jan, uli’ an korip wo’ mangun bua’ réh ja’ temén umbung rin uron ne rin, ja’ temén betuan rin uron ne rin, ja’ tenin wo’ pena’ Towé uron.

25. Jainah déh detou ma’ morip ne tero lou’ah, mangun ne tero lou’ah, inah ne lun hok ngekién, inah ah luk ngetemén rin néi, hok koli’ nyong urip ah néi nah, hok koli’ nyong ibi ah néi nah, nyelu tero uli’ jam bulan rin, tero jam utuh rin, rin lun bua’ lun rin uli’ kevua’, rin ah kun wo’ uli’ an tero, wo’ uli’ an tano’, an ungéi tero kedéh Beruk, an detou Kuyat, detou Écéu.

26. Rin déh lun detou jainah deréh dorén detou ngeku’ung dorén detou réh ngebah niné’ detou keman detou ta’ nyelu ru, tat ru réh nyelu ta’ réh inah lun detou péta’ réh.

27. Ari pe réh wang lekah detou lemok réh a’ morip detou ja’ temén. Jainah ovi’ nah kuén detou pa’ lou’ah detou morip niné’ Beruk. Jainah Beruk wo’ lakin piah oih. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 141

21. “Lalu, ini saya curi dari dia, ini saya ambil dari dia, telur dia. Lalu kita pelihara, terus kita pelihara sampai jadi, sampai dia tua,” kata Beruk. Maka Beruk memelihara telur itu. Menetas telur itu, di lubang buku kayu, dari bawah telapak tangan, dari bawah telapak tangan dia. Lalu, jadilah dia sampai dia tua, dia kasih terbang dari atas turun ke tanah, kembali rendah dia sebelah atas lengkuas hutan.

22. Naik ke atas rumput yang rendah, menyentuh sayap, kembali lagi, hinggap ke ujung kayu, berbungalah semua buah di situ, juga lengkuas hutan.

23. Naik lagi, turun lagi, dari situ kembali meloncat tinggi sampai ke ujung pohon asam, pohon buah rotan. Jadilah semuanya berbunga juga; jadilah segala berbuah di situ juga. Naik ke atas dia kembali tinggi di atas pohon meranti, kembali ke atas pohon leman, jadilah semua buah-buahan, jadilah semua berbunga, kembali berbuah, kembali menjadi biji.

24. Lalu, mereka mendiami pada saat itu tanah tempat mereka seperti dahulu, dalam keadaan seperti dahulu kala dia kembali, kembali bagus. Kembali di kehidupan yang ada buah, seperti tangkai penuh buah yang dulu, seperti tandan buah yang penuh sekali, seperti biasa yang dibuat Towé dulu.

25. Jadi, mereka berkata, “hiduplah kita seperti hari itu, jadilah kita seperti masa itu. Itulah usaha saya lakukan setengah mati, itulah makanya saya memaksa pulang untuk mencari sumber kehidupan. Saya pulang mencari caranya sampai kita kembali melihat hasilnya, melihat penyelesaiannya supaya buah kembali berbuah, supaya makanan kembali ada di atas tanah, di atas sungai kita,” kata Beruk kepada para Monyet, para Lutung.

26. Seperti itulah tempat mereka, lalu mereka melihat pohon berbiji, melihat berbuah untuk menjadi makanan mereka. Dimakan merekalah dari yang mentah sampai yang kurang bagus, dari yang jelek sampai yang mentah, dari yang kecil sampai yang masih mentah. Begitulah mereka sama-sama memakan yang mentah.

27. Oleh karena itu merupakan hasil usaha mereka. Setelah buah-buahan masak, hiduplah mereka seperti semula. Jadi tidak ada yang mereka ceritakan lagi. Mereka hidup berkat Beruk. Jadi Beruklah yang menjadi pemimpin segala binatang. 8. MBUI TELAU’9

Amat Kirut

1. Melu’ nedoh Telau’… melu’ nedoh melu’ nedoh.

2. Meturui doh. Kat doh unan a’up, doh wo’ aji’ inah kah lekah ne doh, doh Uku Uré, doh Urai, doh Bua’ doh, doh kah lekah.

3. Jadi, Telau’ véi wo’ melu’ lou, Telau’ véi wo’ melu’ lou. Téi ngelou anit… “Nah paréi tero inih lou nuh réh ano’,” ke Uku Uré an Telau’. Nah déh Telau’, Telau’ juk kehén déh noh, déh membé’ hén pén ke berat wéi tat luang levu’ detou.

4. Hén épang ke berat véi déh membé’ an balih, hén pémak ke berat an aun balih noh, belum hén pémak berat hén pén ke nawi’, hén njé kerin an aun berat, hén kelikai keréh jan-jan an aun berat.

5. Nah kering mujan tat lirin balih tanih, ano’ réh cerbing ke aih téi taréh mengop téi an peka’ mujan, ukop nehén ngelikai paréi, ukop… ukop… ukop nehén.

6. Ano’ réh tun-tun “perak” ke aih téi leruh téi taréh an aun penuk hén piah kenevat beci, piah kenevat baji déh an aun penuk hén nyelu penuk Telau’ inih réh megelu’ petengan déh néi réh déh maling nah pelok tolang penuk hén.

7. A jo’ réh ta’in Kuku ta’in Kuku téi leruh tat peka’ mujan téi an penuk hén, “hui… hui… hui…” kehén nangih, ‘hui… hui hui mekevoh nehok, mekevoh nehok’ ke Telau’.

8. “Berbet… bet… bet… bet…”, ke Beruk lakin téi tanah! “Énuh bok kou dih? Énuh bok kou dih? Énuh bok kou dih?” “Hok necou Kuku.” “Necou hén an énuh?” “Om… om énuh ta’in hén yén pu’ung kenevat beci, lun rin kenevat amar, kenevat baji ja’ah, lun tolang penuk ku tepujai iné’ ta’in Kuku’,” kehén ke Telau’. 9 Cerita mbui ini direkam pada 27 Agustus 2011 oleh Antonia Soriente dari Amat Kirut di Respen Tubu. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Eris Awang dengan kerja sama Amat Kirut, Awang Kirut dan Kasim Amat. 8. DONGENG KIJANG

Amat Kirut

1. Pada suatu hari ada Kijang, tinggallah dia dengan makhluk lain.

2. Tidur mereka. Bangun mereka pada pagi hari. Mereka yang berjalan, yang pergi bekerja adalah Uku Ure, Urai, Bua’. Mereka pergi bekerja.

3. Jadi Kijang saja yang tinggal pada hari itu, Kijang saja yang ada pada hari itu. Terbitlah hari panas… “Eeei… ada ini padi kita, kamu jemur nanti,” kata Uku Ure kepada Kijang. Lalu Kijang segera berjalan dan turun, dia mengambil tikar rotan dari dalam rumah mereka.

4. Dia bawalah tikar rotan ke bawah di atas panggung jemuran; dia menggelar tikar di atas panggung. Sesudah dia membuka tikar, dia ambillah padi, dia tuang di atas tikar, dan dia hamburkan dengan hati-hati di atas tikar.

5. Ada pohon kates di samping panggung itu. Tidak lama kemudian, terbanglah sesuatu datang dari sana dan hinggap di atas pohon kates, menunduk dia sambil meratakan padi, tunduk… tunduk… tunduklah dia.

6. Tidak lama kemudian, “Prak” tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari atas terkena punggung dia, seperti beratnya besi, seperti beratnya kapak, di atas punggung dia, sampai bagian belakang Kijang itu patah terpisah, tidak bertemu tulang belakang dia.

7. Rupannya tahi Tekukur, tahi Tekukur jatuh dari atas pohon kates ke atas punggungnya, “hui… hui… hui,” menangislah Kijang. “Matilah aku,” kata Kijang.

8. “Berbet-bet,” ada suara Raja Beruk datang dari situ. “Apamu yang kena adik?” tanya Raja Beruk. “Aku diberakin Tekukur.” “Diberakin dia dengan apa?” “Tidak tahu, tidak tahu kenapa tahinya seberat besi, seolah-olah dia seperti berat palu, seberat baja, sepertinya tulang belakangku terpisah akibat tahi Tekukur,” kata dia. 144 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

9. “Pai hén déh tih! Pai Kuku hah?” “Réh réh,” petucu’ Kuku, an peka’ kayuh. “Uli kou uli,” ke Beruk, “téi nyanih kou Kuku.” Téi ne Kuku.

10. “Kuku, énuh lun kou inih mecou, lun tolang penuk Telau’ inih pang-plang kadéh ine’ ta’im, lun ta’im mevat la’ung, lun ta’im pu’ung peroh nya’it la’ung?” kehén an Kuku.

11. “Ovi’… ovi’… inah wok ku, ovi’ inah wok ku,” kekuku. “Inah réh néi hok beletung inah néi, hok mocop inah néi, hok nyerik inah néi ine,” hok keman bua’ Peri. Hok bau beletung réh hok nyerik, hok mocop, inah néi. Nyovi’ hok jam tekan rin muit tat lutuk ku’,” kehén ke Kuku an Beruk lakin.

12. “Pai Peri tih?” “Iréh réh. Téi kou Peri… téi kou Peri… téi Peri,” ke Beruk pa’. “Kou yam nuh ata’-ata’ ngevua’ an inou ih, énuh lun kou yam, ata’- ata’ ngelavun kou yam ata’-ata’ kevua’, kou yam ata’-ata’ ak pengguh inou, penggu penatang ih?” ke Beruk.

13. “Doh kevua’ réh Towé wo’ nowé réh, kakap wo’ ngakap réh, nah nedoh ngelavun. Kou yam mena’ nuh ih! Lun kou yam kevua’ an penatang lun kou yam kevua’ an inou ih,” ke Beruk an Peri.

14. “Oi… Beruk, hok menyik maaf, hok menyik ampun, ovi’ réh wok ku, ovi’ réh wo’ ku hok kevua’ néi. Hok ngelavun ni, lun hok kevua’ inih rin, lun hok mena’ bua’ inih, wo’ mena’ inih réh, Ula laga’ wo’ ngalang da’ak inih” kehén.

15. “Ula laga’ wo’ ngalang da’ak rin lun hok téi ngelavun, rin lun hok téi ngevua’ rin lun hok ak, lun hok bok kinan Kuku inih. Ma’ Ula laga’ ang téi ba’ inih rin, nyovi’ pehok ngevua’, ma’ rin ang ngalang da’ak inih, hén inih téi ngalang da’ak inih inah lun hok téi ngevua’,” ke Peri.

16. Belum perun Beruk ine’ pekara’ ah. “Pai Ula laga’ pai? Ma’ ketou méi hok iréh Ula laga’ réh, téi kou Ula laga’ téi,” ke Beruk an Ula laga’. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 145

9. “Ke mana dia pergi? Ke mana Tekukur itu?” “Itu… itu,” menunjuklah Tekukur di atas kayu. “Kembali kau, kembali,” kata Raja Beruk, “datang ke sini kau Tekukur.” Segera Tekukur datang.

10. “Tekukur, kenapa kau ini berak, tempat tulang punggung Kijang ini terpatah- patah semua karena tahimu, kenapa tahimu berat sekali, kenapa tahimu sangat sakit dan tajam sekali?” tanya dia kepada Tekukur.

11. “Tidak, tidak sengaja aku,” kata Tekukur. “Itu tadi saya kekenyangan, saya lapar sebelumnya, saya menceret karena saya makan buah Peri10. Saya kekenyangan sehingga saya menceret. Saya lapar tadi. Tidak saya rasakan keluar dari pantatku,” kata Tekukur kepada Raja Beruk.

12. “Mana Peri… itu?” “Di sana, sana, datang kau Peri, datang kau Peri, datang Peri, Peri,” kata Raja Beruk lagi. “Kau kenapa berbuah pada musim tak ada buah, pada musim kemarau ini, kenapa kau berbuah bukan pada musimnya, kau berbuah masak bukan pada waktu musimnya? Ini kan musim paceklik,” kata Raja Beruk.

13. “Mereka berbuah karena Tonggerek berbunyi, burung Kakap bersuara, karena itu mereka berbunga. Kamulah yang menyebabkan mereka berbuah di musim paceklik, karena kamu semua berbuah di musim ini,” kata Raja Beruk pada Peri.

14. “Oi… Raja Beruk saya minta maaf, saya minta ampun, itu tidak kusengaja, menyebabkan semua berbuah ini tadi. Saya menyebabkan berbunga sehingga berbuah ini, membuat buah ini, sebenarnya yang membuat ini semua adalah semut laga yang berjalan di atas dahanku ini,” kata dia.

15. “Adalah Semut yang berjalan di atas dahanku sehingga saya berbuah, sehingga saya menjadi masak, sehingga saya dimakan Tekukuruk ini. Kalau Semut tidak datang ke sini saya tidak berbuah, kalau dia tidak jalan di atas dahanku, dia ini jalan di atas dahanku, saya tidak berbuah,” kata Peri.

16. Habis akal pikiran Raja Beruk dibuat perkara itu. “Mana Semut, mana? Kasih tau... kamu datang ke saya, kau Semut datanglah ke saya, kau Semut ke sinilah,” kata Raja Beruk kepada Semut.

10 Buah peri adalah buah kecil-kecil yang melengket pada dahan pohon atau batang pohon; buahnya sebesar biji kacang hijau, warnanya merah kalau masak dan menjadi makanan para hewan di hutan. 146 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

17. “Téi ne Ula laga’, Ula laga’,” kehén ujok-ujok jainih an metan Ula laga’. “Énuh ke ilam nuan? Ba’ idéh kou, ba’ peka’ kayuh idéh kou keréh kou. Énuh lun kou ngeti’in ngalang da’an Peri inih lun Peri kevua’ inih?” ke Beruk kenih an Ula laga’. “Kou inih toi mena’ ibi nuh jét kenih pu’un tun tangan lun tolang penuk Telau’ megelu’,” keberuk kenih.

18. “Ho’ pu’un lun hok déh ngalang déh ba’ inah réh ngalang da’an Peri inah réh,” ke Ula’ laga’. “Ovi’ inah wok ku’, hok wo’ déh ba’ inah inah réh néi, hok kavou inah, hok cocoro’ inah, kavou tat malom inah néi, é’ é’ é’ hok kavou, hok kah inah néi tat malom, kavou… é’ é’ Bekikih neka’ la ku’, Bekikih neka’ lepou ku’, Bekikih neka’ levu’ ku’ inah lun hok ba’ inah néi,” ke Ula laga’ an Beruk.

19. “Inah lun hok kavou ba’ inah néi ngalang da’an hén, kavou la ku’ inah néi la ku teneka’ Bekikih. Pai Bekikih iréh-iréh,” inga’ Bekikih. Téi Bekikih. “Bekikih énuh wo’ keloréh nuh déh tat lepou Ula laga’, énuh wo’ nyong nuh déh tat lun Ula laga’ wo’ lun hén ah yén téi bavat lun hén téi kavou. Inah lun pu’un Peri iréh ngevua’ hoh Bekikih.”

20. “Éi…..éi….éi…inah réh néi ovi’ réh atan ku’, ovi’ réh wok ku’ nyapai déh pehok déh, nyou hok jam andang ku’, nyou hok jam monan ku’ déh. Kayuk inah néi, kayuk wo’ luk inah, rin mokat inah néi nuro’ Bavui cukat panggung déh kayuh wo’ luk iné’ Bavui rin déh hok wo’ kah inah néi déh ba’ inah. Tu’uh nehok, déh nehok ba’ lepou ba’ lun hén,” ke Bekikih.

21. “Pai Bavui iréh? Bavui iréh, téi!” “Bavui!” inga’ Bavui. “Bavui, énuh lun kou nyuro’ kayuh pu’un wo’ lun Bekikih meturui, wo’ lun Bekikih melu’, wo’ lun hén déh nyelerap déh ba’ lepou, ba’ lun Ula laga’, lun hén ah yén kavou déh ngalang da’an Peri, lun hén ah yén kevua’, lun Telau’ déh megelu’ penuk déh réh utuh réh ano’,” ke Beruk.

22. “Inah réh ovi’ pinah wok ku’, ovi’ pinah atan ku’ néi inah réh. Néi hok ngeleka inah-inah, hok bungpunjé, hok bungpunjat inah-inah, mekevoh iné’ lungak ivu’, hok iné’ ilun ku’ lu, hok na’in Auh, kenelekan Auh, ji’ bulan Auh nga’in hok ka’én iluk réh lu piah inih. Hok leruh tat o’ung, hok leruh tat telekecang, hok peluvéi an betang, hok nyekayau, kavou. Auh inah déh, inah néi. Hok miri’, hok ngeleka, hok peroh inah néi, ovi’ inah wok ku’, ovi’ inah atan ku, Beruk,” ke Bavui an Beruk. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 147

17. “Datanglah Semut, datanglah Semut,” Beruk berbicara sambil menunjuk- nunjuk begini pada mata Semut. “Apa tidak ada jalan lain, jalan lain? Sebelah sana kau sebelah dahan kayu itu kau, ke sana kau, kenapa kau memaksa melewati dahan Peri ini sehingga Peri ini berbuah?” kata Raja Beruk kepada Semut. “Kau ini berbuat kurang baik begini, pokok kejadian masalah sehingga tulang punggung Kijang patah,” kata Raja Beruk begitu.

18. “Ya… pada awal kejadiannya, saya pergi berjalan melewati dahan lewat situ, berjalan di atas dahan Peri itu,” kata Semut. “Tidak sengaja saya, saya yang lewat dari situ tadi, saya yang lari itu, saya yang jalan sembrono itu, saya yang lari waktu malam itu tadi, lari karena Kukang membongkar sarangku, Kukang membongkar pondokku, Kukang membongkar rumahku, itulah alasanku lewat situ,” kata Semut kepada Raja Beruk.

19. “Itulah alasan aku lari lewat situ tadi, jalan di atas dahannya, lari, sarangku itu tadi, sarangku dibongkar Kukang.” “Mana Kukang itu-itu?” dipanggil Kukang. Kukang segera datang. “Kukang, apa yang kamu cari-cari dari rumah Semut, apa yang kau cari di situ dari Semut sehingga dia itu datang ketakutan, sehingga dia itu datang berlari, itulah awal kejadian Peri itu berbuah, ya, Kukang?”

20. “Ei… e… e… itu tadi tidak sengaja saya, tidaklah sengaja pergi ke mana- mana. Ke mana pun saya pergi, tidak saya tau perjalanan saya, tidak saya tau arah saya berjalan. Kayu itu tadi adalah yang tempat itu tumbang tadi dicungkil Babi, tumbang pohon kayu tempat saya tinggal dicungkil Babi. Itulah sebabnya saya berjalan itu tadi, sekitar itu, betullah saya berjalan, saya lewat pondok jalur tempat dia,” kata Kukang.

21. “Mana Babi itu? Datang Babi.” “Babi... ,” dipanggil Babi. “Kenapa kau menggusur kayu, pokok kayu tempat Kukang tidur, tempat Kukang tinggal, sehingga dia menyasar lewat pondok tempat semut, sehingga dia itu lari pergi berjalan di atas dahan Peri, sehingga dia itu berbuah, sehingga Kijang patah bagian belakang pada akhirnya,” kata Raja Beruk.

22. “Itu bukan saya sengaja, tidak sengaja saya itu tadi. Itu tadi saya gelisah terguling-guling itu tadi, saya melompat-lompat, saya melompat-lompat itu tadi. Hampir mati dibuat napas saya pendek. Dibuatnya kuku saya rontok. Saya digonggong Anjing, dikejar Anjing, satu bulan Anjing menggonggong saya, semua kuku saya itu rontok semua ini. Saya jatuh dari tebing, saya jatuh dari daerah terjal, saya terguling di atas batang, saya lari ketakutan tergesa- gesa. Anjing itu pergi tadi. Saya berbaring, saya tercompang-camping, saya sakit tadi itu, itu tidak sengaja, Beruk,” kata Babi kepada Raja Beruk. 148 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

23. “Pai Auh iréh? Auh!” inga’ ke Auh. “Téi Auh! Kou Auh, nak kou ka’én ih it betu’én it mena’ cala’, it mena’ cala’, it mena’ jo. Kou inih énuh lun kou inih tunan Bavui inih, lun kou ngelekan nga’in Bavui inih, nong nuh tukung, nong nuh lun Bekikih inah cukat panggung, mokat déh keréh rin, lun Bekikih kavou rin, lun Peri ngevua’, rin lun penuk Telau’ megelu’ iné’ ta’in Kuku, tat kou inih-inih.”

24. “Éh… ovi’ pekara ketou an hok pa’,” ke Auh. “Ovi’ ma’ ketou an hok wo’ lun hok inih ngelekan Bavui inah, nga’in Bavui, tenucuh ipuk inih. Inih ipuk hok ka’én luang tubong, ka’én luang levu’, ka’én luang kawah lela’ langit, luang… ipuk hén it keman Bavui, hén it keman ka’ inah-inah néi. Ma’ ketou an ipuk inih!” neréh ke Auh. Cop tanah neberuk, nyou neréh tebah pelok ipun Auh.

25. Ka’én réh noh... inih mbui kai Punan. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 149

23. “Mana Anjing? Anjing!” dipanggil Anjing. Datang anjingnya. “Kau Anjing, sekecil begini kau ini, masa bisa membuat masalah, mau buat kesalahan, kau ini! Kenapa kau menganggu Bini, sehingga kau kejar gonggong Babi ini, kamu lihat kampung, kamu lihat tempat Kukang itu rebah tergusur, rebah ke sana itu sehingga Kukang lari, sehingga Peri berbuah, sehingga punggung Kijang patah akibat tahi Tekukur, karena kau semua ini.”

24. “Eh… eh… tidak ada lagi perkara kalian dengan saya,” kata Anjing. “Tidak ada lagi yang kami katakan, alasan saya mengejar Babi itu, menggonggong Babi itu karena disuruh majikan saya ini, ini majikan saya sebesar bilik padi, sebesar rumah, sebesar tempat di atas bumi di bawah langit, perut majikan saya mau makan Babi, dia makan daging itu tadi, kamu kasih tahu kepada majikan saya.” Terdiamlah di situ Raja Beruk, tidak berani lagi dia menghadap majikan Anjing.

25. Habislah ceritanya... sekianlah cerita dongeng kami orang Punan. 9. Mbui Kuvong11

Amat Kirut

1. Hok inih ngeranku Amat Kirut, hok inih a’ Punan Tuvu’. Hok ma’ mbui.

2. Melu’ nuh Mbui Kuvong. Melu’ nuh Kuvong.

3. Jadi hén la’ oroh, ipah oroh inan Mbui Tu’ih: ngeran réh Unyu’.

4. Jadi iro Unyu’ iro Mbui Kuvong inah, iro inah peténoh. Tubit teniran doh. Nah, jadi iro melu’ ngeran.

5. Iro peténoh, iro ku’ung leloh. Ovi’ niro melai pujot, ovi’ niro melai mena’ anak.

6. Ne nih rén niro melu’, niro melu’ niro ji’ luman, duoh luman, toluh luman; iro maling nah Mbui Kuvong melai jam ténoh oroh hén. Maling melai jam ténoh.

7. Déh-déh Mbui Kuvong déh lo’ah, Mbui Kuvong kah nyupit déh. Nyupit ngenong kéhén petelilit uki’ ah rin pepoya, réh pujot pekelilit an kayuh inih déh wo’ uli’, uli’ wo’ déva’ nyelela’ uki’ ne pujot; ngenong ne réh pujot. La’ung nah bok, la’ung nah bang uki’ hén déh an ténoh oroh ah lun untuk oroh ah.

8. Jadi Mbui Kuvong pelulup: “Oh... Kenah kedéh doh pujot! Ja’inah mon koli’! Hok koli’!” kéhén, ke Mbui Kuvong. Hén co kéhén uli’ nah, uli’, uli’, uli’, uli’ lemok kén uli’ an lepou; hén an lun hén.

9. Lu upit, lu telo’, lu ugén. “Unyu’ Unyu’ nyanih kou!” “Énuh-énuh nih?” “Téi kou ém mengguh! Tou pujot!” kéhén an Unyu’.

11 Cerita mbui ini direkam oleh Antonia Soriente di Respen Tubu pada 2 September 2013 dari Amat Kirut. Transkripsi dan terjemahan dibuat oleh Antonia Soriente dan Amat Kirut dengan kerja sama Awang Kirut dan Kasim Amat. 9. Mbui Kuvong

Amat Kirut

1. Nama saya Amat Kirut, orang Punan Tubu. Saya akan mendongeng.

2. Dahulu kala ada seseorang bernama Mbui Kuvong.

3. Ia kawin dengan Unyu’, adik perempuan Ibu Mbui Tu’ih.

4. Unyu’ dan Mbui Kuvong itu dikawinkan. Mereka berdua hidup bersama. Yah kira-kira begitulah kita sebut keadaan mereka.

5. Mereka berdua tinggal bersama sebagai suami istri. Tapi di antara mereka berdua tidak terjadi apa-apa, belum bersetubuh sama sekali dan memiliki anak.

6. Mereka berdua hidup bersama, satu tahun, dua tahun, tiga tahun tapi belum pernah berhubungan badan sama sekali. Mbui Kuvong belum tahu bagaimana kawin dengan istrinya.

7. Suatu hari Mbui Kuvong berangkat menyumpit. Pada saat itu, ia melihat dua ekor tupai berkejaran, berlarian di batang kayu, naik ke atas, turun ke bawah. Ia melihat keduanya kawin. Ia memperhatikan betul, keduanya melilit satu sama lain, naik ke atas lagi, turun ke bawah, berkejaran lagi dan kawin. Ia melihat kemaluan si jantan masuk ke dalam kemaluan tupai betina.

8. Mbui Kuvong kemudian berpikir, “Oh... begitulah orang bersetubuh! Kalau begitu sekarang saya pulang dulu,” katanya. Lalu ia berjalan pulang kembali menuju ke rumah tempat tinggalnya.

9. Sesampainya di rumah ia menyimpan sumpit, tabung tempat anak sumpit dan parangnya. Ia memanggil, “Unyu’, ke sini Kau!” “Ada apa ini?” tanya Unyu’. “Ke sini Kau! Ayuk kita bersetubuh!” 152 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

10. Téi Unyu’ nggap buling Unyu’, penggap buling iro, ne iro teka liding iné ne teka. Tau iréh teneka’ iné iro buling. Hén tekénga Unyu’ umuh pia’-pia’ iréh, kéi kehén an aun Unyu’. Hén ujot an Unyu’.

11. Mih la’ung nah nekelok, la’ung metan Mbui Kuvong, ja’inah metan Unyu’ ne kéhén nujot. Tat inah déh réh iro Mbui Kuvong iro pujot! Lan-lan luman, aru karun luman mejat, maling nuan Unyu’! Kah lekah maling nuan Unyu’ matuk, maling nuan Unyu’ mena’ kun, maling nuan Unyu’ lekah la’ da’un ubi’, la’ kayuh, la’ do’un; nyovi ne nuan déh jét ne Unyu’ nekocop, nyovi réh kuén Mbui Kuvong pujot tuh lan-lan, lan-lan, lan-lan, lan-lan, maling nuan iro meturui.

12. Iro inah Mbui Kuvong rin déh réh Unyu’ nih lo’ah, menyou la’ui, ne menyou lilai inih. Inih Mbui Kuvong durui réh hén déh mocop, déh jét pa’ ja’inah rin mon keperun Unyu’: “Épang ku kah karo inih? Kah pépit dépa dedéh!” “Kenuh ne nuan hok cui inih? Kenuh ne nuan hén ih belum tat ujot ih?” keperun Unyu’. “Tou kah déh pai? Tou kah nyapai?” Ke Mbui Kuvong: “Ovi’ kah detou. Ém ih metong! Ém ih ma’ lekah!”

13. Nah ja’it déh tat luang ungéi pépit ripa Kayan iréh, ja’it iro déh. Unyu’ pén ke batuh, hén lekén keréh kenih tengah ulun tén hén tanih; iré kah. Unyu’ lulung, Mbui Kuvong ba’ penuk hén ba’ uri’, déh-déh iro an belua’ livou lalom Kayan iréh, hén leruh-leruh ke batuh nebung déh nyan livou ungéi.

14. “Hei!” téi ke Mbui Kuvong. “Tu’uh tén! Hoh néi ne yam tén kelekan nuh!” “Perak-perak”, “ketembaun-tembaun” kehén déh menot kah.

15. Déh-déh karap jo, karap jo kelekan hén an tang batuh. Batuh iréh tén leruh véi kah déh, mengarap nyong tén anjut an kelop- kelop mom doh hén. Kah hén ledang meja’ inih, ne penuk kelop. “Oh... inih ne réh inih-inih ne tén Unyu’!” Kelop-kelop ju a’an muli’ teloh tat luang ungéi, njuk déh vou. “Pai ke déh Unyu’? Hoi ini réh inih nepom hén!” Ah pén kerin noh kelop an ah! Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 153

10. Begitu Unyu’ datang, Mbui Kuvong memegang dan mulai menyetubuhinya dengan ganas sampai lantai dan dindingnya ambrol. Bahkan lantainya hancur berantakan karena mereka bergulingan ke sana ke mari. Mereka berdua telanjang bulat. Mbui Kuvong naik di atas badan Unyu’ dan menyetubuhinya.

11. Enak betul, Mbui Kuvong merem dengan nikmat, begitu juga merem matanya Unyu’ yang disetubuhinya. Sejak itu mereka berdua terus bersetubuh tanpa henti. Betul-betul sepanjang tahun, dan tak ada hal lain lagi yang dilakukan Unyu’. Tak ada waktu lagi bagi Unyu’ itu untuk memasak dan menanak nasi. Bahkan, Unyu’ tak bisa bekerja lagi, tak bisa ambil daun ubi maupun mengambil kayunya; tak sempat Unyu’ merasa sakit atau lapar. Mbui Kuvong tak mengenal waktu lagi, terus saja bersetubuh, tanpa tidur sama sekali.

12. Begitulah keadaan Mbui Kuvong dan Unyu’. Mbui Kuvong seperti tak kenal rasa capai dan lelah. Bahkan rasa lapar seperti tidak ia rasakan. Sementara Unyu’ menderita dan hatinya semakin sakit. “Mau ke mana kita berdua ini?” tanya Unyu. “Menyeberanglah! Ayo, kita menyeberang!” “Bagaimana caranya saya hentikan semua ini? Bagaimana caranya ia tidak terus-terusan bersetubuh?” bisik Unyu’ kepada dirinya sendiri. Unyu’ bertanya lagi, “Ke mana kita? Mau ke mana kita berdua ini?” “Jangan tanya! Jangan banyak bicara! Lakukanlah!” katanya Mbui Kuvong itu.

13. Di tengah Sungai Kayan ada jembatan yang biasa digunakan untuk menye­ berang. Lalu Unyu’ mengambil batu dan dikempit di tengah-tengah kelaminnya. Mereka terus berjalan, Unyu’ di depan dan Mbui Kuvong di belakangnya. Sampai di tengah-tengah jembatan, di tempat Sungai Kayan tenang, lalu dijatuhkan Unyu’ batu itu ke dalam sungai.

14. “Heiii!” teriak Mbui Kuvong. “Itu kan kemaluanmu! Aku kejar itumu!” “Perak-perak”, “tembaung-tembaung”, terdengar bunyi sesuatu yang menye­ lam. Mbui Kuvong kemudian turun ke sungai untuk menyelam.

15. Ia mulai meraba sana sini, mengejar batu yang jatuh cepat dari kemaluan Unyu’. Mbui Kuvong terus mencari [batu yang dikiranya] kemaluan Unyu’ itu di antara kura-kura yang sedang mandi. Bagian belakang kura- kura itu selebar meja. “Oh ini seperti kemaluan Unyu’!” Lalu kura-kura itu diangkatnya dari tengah sungai, didorong ke atas, dipikul, dan dibawa pulang. “Di mana kau, Unyu’? Nih, yang dicemplungkan tadi!” Lalu diambil kura-kura dan diberikan ke Unyu’. 154 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

16. “Hei! Inih lanan, lanan inih pom! Déh pén menot nyong-nyong kelop!” kéhén. Pén kelop nih kah uli’ pa’ juk mai Unyu’: “Lu’ nuh lanan Unyu’.” Déh-déh ne déh lo’ah kenah nah batuh ung an luang ungéi iréh peketip unan recip ah an réh. Hén déh ngarap nyong tén Unyu’.

17. Inih deréh, hén déh nyélok inah deréh an tang ketip batuh wo’ deréh. Nggang hén ih nah unan takin, nah takin, nah takin bekurung ngeran rin juk doh. Nggang-nggang kah ke takin bekurung kelenan ngat an luvang batuh, an tang rin ketip batuh; ti’ ke hén mejat menyou, ti’ ke hén mejat pih, hén tapong ne uliì nih ovih; menyou belelék nehén, menyou ne ka’én, ain hén menyou, ain bokup menyou, hén ain tapong hén, menyou belelék inéh batuh. Tinggal tolang, tapong ngenong melu’ nah péti’.

18. Kah ne doh bacou déh ba’ inah: “Kou mena’ nuh héi inih? Oh hei inih? Oh hei ngeram?” “Mbui Kuvong nuh pena’ tanih hok nih inih? Hok kelenan nih, hok parut an nih kenetip batuh inih nih, inih nih.” “Kou inih tukén nuh kou muit tukén nuh kou nih koli’?. “Hei!” kén, “ruéi-ruéi pinih mubéh!” kén, “hén ma’ takin bekurung.” “Déran toh tat nuh rin ih? Paca’ tenuh rin ih mubai?” kéhén. Téi bowai, téi jelau, téi karan doh kelavang ma’ an hén, ja’inah ne lou’in nén nyi’uh doh, hén ma’ rin ang melai paca’ rin ang, melai taruh.

19. Belum ah hén melu’ neréh, melu’ noh, ji’ puluh limoh luman hén an luang livou ungéi inah, téi ne ungéi hari lou jét. Ucan batuh téi ne paih meroh, téi ne pambat, hén idah ke tang berung kenih noh terunga’-terunga’ an luang ungéi iréh. Téi ne panggung nyuran, téi te ricuh doh, ma’ panggung nyuran nah réh doh, ma’ kayuh ayo inah anggung wo’ ayo, anggung tah, anggung lalou téi réh; ntang-ntang kinah déh an tang berung hén iné’ ungéi, tekia’ ne ngguh takin, “Krak!”

20. Keréh taruh bi’ang cebak kehén. Uli’ muit noh lo’ah toi an luang ji’ puluh limoh luman. “Kenorip toh a’ inah?” Uli’ nén muit, moman mekéi an betang, moman noh, moman, moman, moman, moman, ji’ puluh limoh luman kelali’ hén moman tou. Ungéi nah pa’ ah aru njuh-njuh.

21. Moman, moman, moman déh livah réh. “Civit, civit, civit,” kengguh janéi hén. Déh ba’-ba’ lirin nén koli’ népang wat ungéi. “Eh! Nyivit hok kuén janéi nah koh!” kehén. Nah ke bavuh aih déh tanah, bavuh kayuh, bavuh laran. Hén civit-civit. Kedéh nyivit bavuh kayuh. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 155

16. “Hei! Ini kursi, kau ambil kursi ini, kau! Pergilah. Kau menyelam cari-cari kura-kura!” kata kata Unyu’ pada Mbui Kuvong. Ia menangkap kura-kura itu terus pulang dan memberikannya kepada Unyu’. “Simpanlah kau kursi ini Unyu!” Lalu dia pergi lagi ke sungai dan dilihatnya ada batu besar di dalam air. Ia merapati dinding batu itu dan meraba-raba untuk mencari kemaluan Unyu’.

17. Ia masukkan tangannya di lubang-lubang di sela-sela batu. Ia memiliki gelang besar ditangannya, “takin bekurung.” Gelang itu nyangkut di sela- sela lubang batu itu. Ia berusaha menarik tangannya tapi gagal. Ia tarik lagi dan tarik lagi. Semua kulit tangannya terkelupas. Sebagian dagingnya pun ikut terkelupas. Lama-lama tinggal tulangnya saja, semua daging tangannya habis.

18. Kemudian ada ikan lewat di sampingnya dan bertanya, “Kamu mau ke mana? Siapa namamu?” “Namaku Mbui Kuvong. Sedang apa saya di sini? Saya terpaksa tinggal dan bertahan di sini, tanganku nyangkut di lubang batu ini.” “Lalu kapan tanganmu itu lepas keluar? Kapan kamu pulang?” “Heh! Tidak mudah ini. Aku keluar kalau gelang ini lapuk [jabuk], hancur jadi abu. Kita tidak tahu kapan bisa lapuk, kapan bisa hancur.” Kemudian datang buaya, naga, dan labi-labi ikut bertanya. Mbui Kuvong menjawab pada semuanya bahwa masih lama untuk bisa lapuk.

19. Jadilah tinggal di dalam air dengan tangan dalam lubang lima belas tahun lamanya sampai satu hari datang banjir. Hujan yang sangat lebat disertai angin ribut menyebabkan banjir dan banyak batang kayu hanyut. Ia menyiapkan dadanya agar batang kayu menabraknya. Lalu datang batang-batang kayu yang besar-besar, mulai akar sampai pucuk kayu, yang hanyut dari hulu. Ada juga yang lebih besar lagi seperti batang ulin dan mangaris. Lalu ada satu yang datang menghantam dada Mbui Kuvong dan pada saat yang sama terdengar suara gelangnya yang pecah, “Krak!”

20. Gelang itu hancur, “krak!” bunyi pecah akibat hantaman kayu tadi, keluarlah tangannya dari celah batu itu yang terjadi selama 15 tahun. “Bisakah manusia hidup seperti di dalam air?” pikirnya. Kemudian ia hanyut ikut batang pohon itu. Ia hanyut selama lima belas tahun juga. Sungai apa ini kok orang bisa hanyut sampai 15 tahun juga, panjang betul!

21. Hanyut, hanyut terus sampai akhirnya ia tiba di hilir dan terdengar olehnya suara burung, “cicit-cicit”. Sambil ia terbawa arus sungai dia bilang: “He! Ternyata ada bunyi burung di ranting kayu di sana. Dia yang berbunyi “cicit- cicit”, seru Mbui Kuvong. Adalah ranting kayu yang berbunyi seperti burung. 156 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

22. Kadit kén ah, nah moman ne betang ne réh déva, hén koli’ ngenuan da’an kayuh inah. Hén koli’ muwo membéh tano’. Uguk-uguk bulah palan, bulah jawéi, hén mekevoh iné’ darom. Ruai pén melu’ lou’ah luang ne ungéi iréh, ji’ puluh limoh luman. Mekéi noh, menyou nén jam, hén nyapai-nyapai déh ih. Keréh pén a’ai déva a’ai décu nah hén, nén ngenong nah novo’ tanah.

23. Déh hén déh nah, nah ne betang lo’op. Hén mekevoh hén iné’ darom; bulah mucum, bulah jawéi, uguk-uguk, irik-irik terok hén. Hén juk kehén muruk an aun betang: nyovi pekanan hén jan, ja’inah réh “Miri’ hok mon!” kéhén. Hén piri’ kehén. Hén meturui miri’.

24. Kat tenah noh, kat “krak!” kengguh aih ma’ “krak!”. Dui iné’ nyekadit kelak upa’ lo’op an penuk hén. Hén tekukup kéhén pa’. Nekukup, nekukup, nekukup hén. Ano’ hén kat hén ano’ “krak!” kengguh réh pa’. Nah ngenong nyekadit upa’ lo’op ba’ auk hén. Hén tekeling kehén ba’ tau’ pa’ melu’ hén toi ka hén, ja’inah pupa’ ah ma’ juk kén bah buléi. Melu’, melu’, melu’, melu’ hén bah buléi kat kenuli’ “krak!”

25. Keréh pa’ ngenong upa’-upa’ doh! Ja’ temén puét ulén néi nehén an luang rin lo’ah, puét ulén an luang upa’ lo’op belum ne ah hén co hén koli’ noh. Koli’ ne lo’ah énuh peketu’ah bi’ upa’ inah, kah déh nyekadit an la’ an nit kén ja’ah. Koli’, koli’, koli’, koli’ ne nenoh keréh, nah déh nak iro wo’ ngeran Ilah Kiyan kuén doh nah uyung neréh. Nah ngenong ke kelovih ah uli’ nah a’, uli’ taréh uli’ ba’ ja’it inah pa rin déh réh ah, “Uli’ mé’ ke kelovih ah.”

26. “Hei! Man tat nuh inah?” ke Unyu’. “Ano’ réh ma’ koli’ mé’, mé’ uli’, mé’ iné” kehén, “Man tat nuh pa? Mam menyou mekevoh uron iréh” kehén pa an noh. Téi dekin nehén lo’ah ngenong kehén, memang léi hén nenah ah Mbui Kuvong. Ah tui iné’ sengga-ngga kenih nehén uli’ unan upa’ kayuh ah taréh: “Hei! Unyu’ inih hok uli’! Hok uli’ unan épang kayuh pui nuh inih” kéhén. “Pom nekayuh pui kenuh tenin ah? Kenuh hok la’ ah?” ke Unyu’. “Oh... Ticih nuh réh!” Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 157

22. Ia bertahan pada ujung kayu dan ikut hanyut dengan batang kayu yang membawanya ke hilir. Ia kemudian turun dari atas dahan pohon ke tanah. Dia gemetar, seluruh tubuhnya pucat, mulai dari telapak kaki, telapak tangan sampai mukanya sepucat mayat karena kedinginan akibat lamanya berada dalam air. Tidak gampang tinggal dalam air selama 15 tahun. Setelah naik di pinggir sungai itu, ia melihat ke sana ke mari tapi tidak tahu ke mana arah pulang. Ia melihat ke hulu, melihat ke hilir. Tetap ia tidak tahu arah. Lalu ia melihat sebatang kayu tergolek rebah.

23. Pergi dia mendekatinya. Ternyata batang kayu meranti. Ia menggigil kedinginan, hampir mati kedinginan. Bibirnya pucat, mukanya pucat pasi, lehernya gemetar, seluruh badan gemetar. Ia kemudian duduk di atas batang meranti itu, rasanya kurang enak badannya, lalu dia berbaring. “Sebaiknya aku berbaring dulu,” pikirnya. Ia membaringkan tubuhnya. Ia tertidur untuk beberapa lama.

24. Saat bangun, ada suara, “krak!” “Ternyata kulit kayu meranti itu menempel di punggungnya. Kemudian ia berbalik dan telungkup di batang kayu meranti itu untuk berjemur. Bolak-balik dia telungkup dan ketika ia bangun terdengar lagi suara “krak!” “Sekarang bagian depan tubuhnya tertempel kulit kayu meranti. Kemudian dia tiduran miring ke kanan di atas kayu itu, ketika bangun begitu juga. Kulit kayu meranti itu lengket di tubuhnya. Ia berputar ke kiri dan berbaring. Diam ia beberapa lama di atas kayu itu, lalu bangun dan kulit kayu itu nempel juga di tubuhnya di bagian kiri. “Krak!” bunyinya lagi.

25. Ia lihat seluruh tubuhnya terbungkus kulit kayu meranti seperti ulat kepompong dalam sarangnya. Lalu ia pulang. Kita heran kenapa ia kuat pulang dengan menggendong seluruh kulit kayu yang membungkus seluruh tubuhnya. Ia terus pulang, pulang, pulang sampai ke tempat istrinya. Mereka berdua memiliki anak yang masih kecil bernama Ilah Kiyan. Anak itu melihat seseorang yang datang menyusuri jembatan dan berseru “Hore ayahku pulang!”

26. Unyu’ bertanya, “Ayahmu yang mana itu?” Anak itu berkata, “Ibu, dia bilang, ayah sudah pulang!” “Ayahmu yang mana? Ayahmu khan sudah hilang, sudah lama meninggal.” Lalu Unyu’ melihat dari dekat, ternyata benar lelaki yang datang itu Mbui Kuvong. Aduh, bentuk apa suaminya, tak karuan terbungkus kulit kayu yang panjang dan tebal. “Hei Unyu’ aku sudah pulang! Ini aku bawa kayu bakar untukmu,” kata Mbui Kuvong. “Bagaimana saya bisa mengambilnya dari tubuhmu?” tanya Unyu’. “Oh, belahlah!” jawab Mbui Kuvong. 158 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

27. Pén kapak hén kelak, kapak ayo’ ka’én lé’ép temeruh ninah. Kapak tanah déh hén Unyu’ ‘caiyu’ nicih upa’ lo’op inah uli’ tat penuk uli’ tat lah hén, ji’ luman inah ne Unyu’ ah nicih iréh, nah réh tenah nah réh. Ngelekah tat penuk, Mbui Kuvong nah uli’ nehén, lemok nehén, jan nehén uli’ tat ah.

28. Iro melu’, iro melu’, nah melu’, melu’. “Ja’inah réh mena’ umoh nok mon!” kéhén. Hén déh demirik, belum dirik umoh iné’ hén, hén nevong, belum tevong hén mepong, belum pong hén mengo’ tutung, mengo’ to’un déh réh lo’ah to’un neréh. “Ih lou’ih nehok nutung, la’ét lou’ah, ngo’ belua’ lou tukén lou tekerong, hok inih nutung. Karan ketou nak nuh Unyu’ ém ketou kah éh! Ketou ano’ tutung!” kéhén. “Ho!” kedoh. Doh melu’ co.

29. Ano’ réh tekerong an belua’ langit ne lou’ah, déh ne Mbui Kuvong nutung, pén pitik, pén tudan, pén karun, pén cih, co Mbui Kuvong déh an umoh. Umoh inah ayo’ inah, ledang umoh inah, ji’ haok ungéi ninah kadéh. Ungéi wo’ ka’én Metarang inih tat lo’o lemok pai héi, iah ila’ umoh pia’ inih. Hén pén pitik inah; hén juk kinah an karun ah, hén pena’ an ke kitiyu keréh nah, hén ovu keréh kelat, hén nabét ke tudan, hén abét kerin an tudan rin ilu’ ah; hén pén kecih-cih belevan, hén abét keréh nah abét nah hén njuk kén, déh tutung kumoh déh hén-hén ba’ nang.

30. Méno déh-déh nehén koli’ ba’ lirin iréh, déh nehén réh. “Cerup-rup rup-rup rup-rup” kah hén téi taréh téi nyang luang pui kenih kepuk! Hén déh an luang pui ngenong kén mekevoh nah aih inah. Ngenong kén “Iiiih!” kén. “Mekevoh nih Unyu’!” kén, “Hei! luang metan Unyu’ koh. Hok ma’ ang néi hén ketou kah tutung ketou kehok unéi. Énuh pu’un lun hén kah? Mekevoh néhén lou’ah, nan tutung nehén lou’ah nan.” Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 159

27. Unyu’ mengambil kapak besar, sebesar bahu badak. Mulailah dia membelah kulit kayu itu, “caiyu”, berbunyi kapak itu membentur tubuh Mbui Kuvong. Ia membelah lagi kulit kayu meranti dari punggung Mbui Kuvong. Setahun lamanya Unyu’ kerja membelah kulit kayu dari punggung itu sampai semuanya terlepas dari tubuh Mbui Kuvong. Selamatlah Mbui Kuvong dan dia kembali hidup seperti sedia kala.

28. Jadi mereka hidup bersama lagi. Suatu hari Mbui Kuvong berkata, “Saya mau buat ladang aja sekarang.” Ia kemudian pergi menebas. Setelah itu mulai menebang pohon dan memotong-motong dahannya. Dikumpulkannya dahan-dahan itu untuk dibakar ia menunggu waktu untuk membakar, menunggu kemarau. Saat musim kemarau datang ia berkata, “Inilah saatnya untuk membakar, sudah panas. Tunggu tengah hari, persis matahari di tengah nanti saya akan membakar”. “Kamu dan anak kita jangan jalan ke mana- mana, nanti kalian berdua bisa terbakar,” kata Mbui Kuvong pada Unyu’. “Iya!” jawab mereka. Tinggallah mereka berdua di rumah.

29. Saat matahari benar-benar tepat di tengah, pergi Mbui Kuvong membakar ladang, dia mengambil korek dari bambu, damar, kulit durian kering dan belahan kayu [bahan obor] dan kemudian dia lempar ke ladang. Pergilah ia ke ladang. Ladang itu besar sekali, sebesar hamparan sungai. Sungai yang besar ini, Sungai Mentarang dari kuala sampai ke hulu, itu sebesar ladang itu. Kemudian menyalakan korek bambunya dan membakar obor yang terbuat dari kayu kering dan menggoyangnya. Ia meniup-niup api itu supaya menyala. Diambilnya damar dan dibakarnya. Dengan damar itu mulailah ia membakar ladang di bagian bawah.

30. Ia berjalan sambil membakar sampai ke ujung dan kembali lagi dari sisi lain dengan tetap membakar ladang. Kemudian terdengar olehnya suara, “cerup- rup rup-rup rup-rup”, suara makhluk hidup masuk ke api. Ia lalu pergi di tengah api untuk melihat apakah ada yang mati terbakar di situ. “Aduh, Unyu’ mati!” serunya. Minta ampun Unyu’. “Aku kan sudah larang kamu jalan keluar, nanti terbakar kamu. Inilah yang kubilang tadi. Kenapa juga kau jalan? Matilah kau sekarang Unyu’!” Mbui Kuvong berkata lagi. “Matilah sudah Si Unyu’. Terbakarlah sudah Si Unyu’.” 160 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

31. Kehén hén co kén, nyovi’ nén pelulup inih pui inih lela’ an betang, lela’ an tungun iné’, hén kacip déh mai oroh oh mekevoh kuén. Hén nah, hén co, kén déh, hén ngga, hén bi’ inan. Kelung tangih Mbui Kuvong uli’ taréh nirau: “Hén bok énuh ah?” Ngenong kéhén. Pébi’ nén unan nenong telau’ hén Unyu’ juk hén. Hén sekulim luang tilung, hén pékop tilung co.

32. Kén uli’ noh hén pén. Pepiri’ kat telau’ inih an luang an aun tau noh, hén pén kah cenati’, hén ah mok, hén pén ke ceninoi ah noh, cenati’ ma’ doh inah, ceninoi inah ma’ doh; jaman inah rin nén doh celindang bénih. Rin nedoh, pelikot rin nedoh. Buro’ wo’ jan bénih inah ma’ doh ceninoi. Ma’ cenatih mok hén péput keréh an hén.

33. “Kou mekevoh inih Unyu’! Inih ne pawam inih, ne pemai nuh iné’ ku’ néi hén! Ém jét tun! Ém ngotuh! Ém jét an katou! Nak ku’ hok mon déh mena’ tebening nuh!” kéhén.

34. Pén kapak kiam, pén pikung co, hén déh mena’ tebening. Lu’ tevong kayuh tepuyong, hén ludung kinah, hén pena’ keréh tebening, hén ju’ kenah uli’ an lela’ levu’ an ah. Déh hén, lom mumit kéhén, uli’ mena’ réh cuik uli’, mena’ réh jan ledun, hén déh mena’ tebening inih muit ne Unyu’. Uli’ tat tilung, uli’ Unyu’. Hén i’ah keréh buro’ cenatih unih ah wo’ penéput hén unih telau’ unih mok hén. Hén yén pén ke telau’ nyuh keréh; hén tanok keréh, hén keman réh, ne Mbui Kuvong ujom an lela’ réh.

35. Jadi hén déh rin ti’ Mbui Kuvong mena’ tebening an lela’ keman Unyu’ an livou: “Kenuh netenin oh ma’ inah an hén bénih?” ke Unyu’, mok hén pepetih telang réh déh an penuk hén petih-petih. “Hei! Ém meram Unyu’! Ém jét tun! Ovi’ tebening inih belum inih ano’ Unyu’! Kou jan-jan tun nuh!” kehén an rin pa.

36. Hén ti’-ti’, ti’-ti’ mena’ tebening an lela’ ano’ réh, dedéh pih nih juk Unyu’ tat livou ba’ tang tau hén. Leruh hén pa telang réh, leruh hén pa inau telang réh déh an hén: “Énuh-énuh nih?” ke Mbui Kuvong, “Énuh nih-nih?” ngenong hén nah aih pulut-pulut dingot-dingot ja’ inau. Hén cila keréh, “Mih jan. Hei!” kén. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 161

31. Pergilah dia, tidak peduli lagi pada api dan batang kayu yang terbakar. Ia ingin secepatnya melihat istrinya yang mati terbakar itu. Ia pergi ke sana, dia pegang. Diangkat dan dipikulnya bangkai yang terbakar itu. Ia menangis sepanjang jalan. Tangisannya nyaring sekali. Sementara itu Unyu’ yang ternyata masih hidup di rumahnya mendengar tangis Mbui Kuvong berkata, “Ada apa dia sekarang?” saat melihat suaminya menggendong bangkai kijang. Lalu dia masuk ke kamar dan menguncinya.

32. Mbui Kuvong kemudian naik ke rumahnya dan membaringkan bangkai kijang itu di lantai. Ia mengambil kain cenati dan kain ceninoi yakni kain sarung, belikat yang paling berharga. Yang sekarang disebut kain , kain selendang, kain belikat, pokoknya kain yang paling bagus untuk dijadikan kain kafan. Bangkai itu ditutupinya dengan kain itu.

33. [Dalam pandangannya bangkai binatang itu adalah mayat istrinya] “Kau mati Unyu’. Ini pemberian untuk kamu, ini barang-barang dari saya untuk dikuburkan. Jangan mendapat roh jahat, jangan menakutkan orang, jangan jahat pada kami, Unyu’. Unyu’ aku pergi sekarang membuat petimu.”

34. Ia mengambil kapak dan bikung lalu pergi membuat peti. Ia menebang kayu terap hutan [tepuyong], dia potong-potong untuk membuat peti. Dia bawa pulang bahan-bahan untuk dikerjakan di bawah rumahnya. Kembali ia membersihkan itu, membuatnya lebih tipis, menghiasinya dan membuatnya jadi bagus. Sementara Mbui Kuvong bekerja membuat peti, Unyu’ keluar dari kamarnya dan membuka kain kafan, kain cenatih itu yang dipakai untuk membungkus kijang tadi. Ia ambil bangkai kijang itu, dibedah perutnya, direbus dan dimasak. Mbui Kuvong tetap bekerja di bagian bawah rumah.

35. Sementara Mbui Kuvong bekerja membuat peti di bawah, Unyu’ memakan kijang di bagian atas rumah panggung itu. “Bagaimana caranya saya memberitahu Mbui Kuvong ya?” pikir Unyu’. Lalu ia meneteskan air masakannya itu dari atas rumah ke punggung Mbui Kuvong yang ada di bawah rumah. “Heh Unyu’, jangan kau busuk! Jangankan roh kau jahat. Jangan sampai petimu ini tidak selesai kubuat. Berbaik-baiklah rohmu padaku!” kata Mbui Kuvong.

36. Mbui Kuvong tetap bekerja di bawah membuat peti dan Unyu’ tetap makan di atas. Unyu’ teteskan lagi air masakannya, air sagu. “Eh apa ini?” tanya Mbui Kuvong. Mbui Kuvong melihat di tubuhya ada tetesan lendir dan lengket seperti sagu. Ia jilat dan berseru, “Hei, enak betul!” 162 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

37. “Gita’ nih-nih aih jan unih?” hén juk-juk kén uli’ lengah pikung, lengah kiam iné’ hén, uli’ ngélé’ mekéi uli’ livou ngenong telenjéng Unyu’ iné’ unih menyou mahu. Hén ngenong nyerukéh noh: “Unyu’ hén keman tevéi luang metam ko’!” ke Mbui Kuvong, “Kuok kunéi kou inah unéi kou mekevoh!” kéhén an Unyu’. Ma’ déh Unyu’ an hén: “Tevéi luang metam kou mengiyan kou jam kun kou, jam ka jam aih kou?” kehén. “Ah nyou kou jam inih kun mih, nyou kou jam inih telau’ aih kun kai, aih mih aih.

38. Jan an Mbui Kuvong keman. Kun auh inih! Maling ji’ sebelik hén, inau telang ja’inah telau’ ah kinan ke ngeruat Mbui Kuvong. “Tat rin ja’inah rin tén Unyu’, hok déh nyong telau’ kou melu’ nih wo’ pena’ nuh hén, hok kah nutung telau’ hok inih mih laun nih, nan jan laung nih nan!” ke Mbui Kuvong. “Oh déh nekou!” kén.

39. Idih hén pitik, pén tudan, pén karun, pén ugén, telikét kam déh ba’ umoh, nyong-nyong, nyong-nyong telau’ an umoh. Menyou mahu hén, kah nyan lunang pelok nehén telau’ genong” kehén, “Nan telau’ oh rin réh!” kéhén. Déh hén déh, lemok déh an timan telau’ inih but pitik, hén mitik, hén mé’ rin an karun, hén novu ke karun kenih an urung telau’ gerup. Telau’ kavou pa kelekan, kelekan, kelekan, celogan hén telau’ deréh ano’. Pena’ hén ja’inah peréh mitik pehén, mena’ pui an karun pén, ovuh hén kedéh an urun telau’.

40. Tanah déh iro telau’ nah petelekan ji’ luman inah hén iréh telekan an lunang tup pai Metarang, tup pai Tuvu’, tup pai Belinau, pulong koli’ an ungéi Kayan, petelilit an haok lalem Kayan iréh. Nelengé leloh ne Mbui Kuvong mekevoh iné’ la’ui, mekevoh iné’ ruyah kun auh irih hén ah. Lun hén ang pén kebulun lun, hén ang pén ke tén, réh lutuk telau’ liou pila’ ang lo’ah.

41. Inah an déh jerait Mbui Kuvong wo’ lun doh ma’ hén. Mbui Kuvong inah ja’inah kibi aih ah réh, ja’inah peluh neréh. Menurut hén ja’ hén ma’ hén ang jam uki’ pujot, maling nah nén mujot Unyu’.

42. Inah noh tandik Mbui Kuvong wo’ dorok, wo’ nema’ mé’ nema’ aduh koh noh. Ka’én lo’ik noh. Cerita Rakyat Punan Tuvu’ 163

37. “Hei ini mungkin yang baik.” Kemudian dia letakkan bikung dan kampaknya, ia menaiki tangga rumahnya cepat-cepat untuk melihat Unyu’ berbaring. Eh, sudah tidak ada, lenyap. Ia kaget melihat Unyu’ sedang duduk enak dan makan. “Hei, gila, bukan main kau. Kupikir yang tadi mati itu kau,” kata Mbui Kuvong pada Unyu’. “Hei, gila kau! Memang kau tahu apa? Mana kamu tahu makanan, mana kamu tahu daging, mana kamu tahu apa saja?” seru Unyu’ pada suaminya. “Kamu tidak tahu makanan enak, kamu tidak tahu ini kijang? Bisa dimakan? Makanan yang paling enak?” tanya Unyu’ lagi.

38. Lalu Mbui Kuvong ikut makan. Gila, tak sampai satu sendok pun tinggal, semua sagu dan kijang itu dimakan habis oleh Mbui Kuvong. Mbui Kuvong kemudian berkata: “Kalau betul seenak ini Unyu’, aku akan pergi cari kijang itu lagi. Kau tinggallah di rumah saja. Saya jalan ini. Nanti dibakar kijang itu, lezat betul ini!” “Sana pergilah kau!” kata Unyu’.

39. Ia pergi mengambil korek api, damar, obor yang terbuat dari kulit durian, dan parang diikat di pinggang. Lalu ia loncat dari atas rumah dan pergi ke ladang untuk mencari kijang itu. Ia mencari-cari terus tapi tidak berhasil, tidak ada. Lalu dia masuk hutan. Di sana ia lihat kijang, temukan binatang itu. “Oh itu dia!” Ia kemudian mendekati kijang itu dari depan, ia cabut korek apinya, ia nyalakannya pada obor yang terbuat dari kulit durian yang kering dan ditiupnya ke hidung binatang itu. Kijang itu lari. Mbui Kuvong mengejarnya sampai dapat. Lalu ia bakar lagi kulit durian itu dan tiupnya ke hidung binatang itu.

40. Sepanjang satu tahun ia berkejaran dengan kijang itu. Mereka berdua berkejaran sampai hulu Sungai Mentarang, hulu Sungai Tubu, hulu Sungai Malinau, sampai menyeberang gunung dan sampai ke Sungai Kayan, di semua hamparan Sungai Kayan. Akhirnya Mbui Kuvong capek, hampir mati dan gagal menangkap kijang itu. Sialan dia tidak berhasil mengambil bulu, pantat dan tubuh kijang itu.

41. Demikianlah kisah Mbui Kuvong sebagaimana diceritakan orang-orang. Begitulah gaya seorang Mbui Kuvong yang bodoh. Kalau bukannya dia melihat tupai kawin, dia tidak akan bisa bersetubuh dengan istrinya Unyu’.

42. Demikianlah kisah Mbui Kuvong yang saya tahu, sebagaimana diceritakan bapak dan nenek saya. Sampai di sinilah akhir ceritanya.

Tanaman Obat Punan Tuvu’

Secara tradisional orang Punan menggunakan tanaman hutan untuk beberapa keperluan, baik sebagai makanan, maupun sebagai obat. Sebagai obat beberapa tanaman merupakan tanaman khas dari daerah Kalimantan, sedangkan beberapa yang lain merupakan tanaman lebih umum yang sebenarnya dipakai juga oleh orang-orang lain di daerah lain di luar Kalimantan. Tanaman tersebut bisa ditemukan di hutan atau ditanam di kebun atau di dekat rumah. Nama obat yang ditampilkan di buku ini tidak bisa dianggap lengkap tapi hanya merupakan contoh kecil dari tanaman obat yang paling sering dipakai dalam masyarakat Punan Tuvu’ di Respen Tubu, sebagaimana dikumpulkan oleh Bapak Kasim Amat, yang punya niat besar terhadap tumbuhan dan taxonomi tanaman endemik dan non-endemik. Bapak Kasim ini memang pernah membantu penyusunan buku yang dibuat oleh Rajindra K. Puri (2001), seorang antropolog yang mendaftarkan secara rinci nama dan fungsi dari ratusan tanaman dan binatang yang ditemukan di Kalimantan Timur dan Utara beserta nama-nama dalam bahasa daerah. Memang Bapak Kasim pernah mengeluarkan sebuah buku kecil yang berjudul Puli Punan Tubu di tahun 2007, tapi buku tersebut hanya diproduksi dalam jumlah kecil dan bersirkulasi di kalangan tersebut dan sesuai dengan pengakuan penulis sendiri, masih mengandung beberapa kesalahan. Karena alasan ini, maka daftar tanaman obat yang terkandung di buku yang ditulis oleh Kasim Amat (2007), disalin kembali, ditambah nama ilmiah dalam bahasa , diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan dijadikan bagian dari buku ini. Sebagian dari jenis tanaman tidak ada contohnya, sehingga kami tidak bisa identifikasi dengan pasti jenis tanaman dan menulis nama Latinnya. Suatu daftar lebih lengkap dan disertai gambar yang bagus bisa didapati dari buku Bulungan Ethnobiology Handbook (Puri 2001) walaupun tanpa rincian dosis dan pemakaiannya. 10. PULI’ PUNAN TUVU’12

Kasim Amat 1. Asam Jawa (Tamarindus indica) Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An kabun lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ benulu Tenin doh mena’: Ba’ rin pén toh. Toh bung kerin ba’, toh pén keluang ba’ rin. Toh utum kerin inah, toh juk kerin an luang pui. Toh pén kerin uli’, toh tambéh kerin an benulu inah, ji’ surung ji’ lou. 2. Bawang Luva’ (Eleutherine americana)

Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ toh mérok, TBC, kanker, nuta’ da’ Tenin doh mena’: Toh but pakat unan utok kerin, toh uvi’ kerin jan-jan. Toh tano’ kerin. Ungéi rin bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau. 3. Bawang Mengan (Allium cepa) Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ van Tenin doh mena’: Utok bawang unan gula rin pén toh. Toh lamun kerin. Toh tupo’ kerin povéi-povéi. Inah wo’ tambéh toh an van. Duoh surung ji’ lou. 4. Bawing Tuvuh (Cymbopogon nardus) Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An kabun Énuh guna rin: Puli’ gelu’ unan teli’u Tenin doh mena’: Kering bawing tuvuh unan nak yo’ unan umau kun rin pén toh. Toh pelamun kerin toh, toh tanok kerin unan umau kun. Umau inah wo’ hu toh an gelu’ inah. Toluh surung ji’ lou.

12 Data dari tanaman obat Punan Tuvu’ ini disalin kembali dari tulisan Kasim Amat, diedit, disesuaikan dengan versi baru buku ini dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Antonia Soriente bekerja sama dengan Kasim Amat dan Amat Kirut. Nicolas Césard menambahkan nama Latin. 10. TANAMAN OBAT PUNAN TUVU’

Kasim Amat

1. Asam Jawa (Tamarindus indica)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di kebun, di pinggir rumah Gunanya: Obat untuk luka bengkak, koreng tangan, dan kaki Cara membuatnya: Ambil bijinya, belah dan ambil isinya. Bungkuslah, terus bakar ke dalam api. Ambil kembali, tempel di luka yang bengkak. Sekali sehari.

2. Bawang Luva’ (Eleutherine americana)

Bentuknya: Rumput Tempat: Di kebun, di pinggir rumah Gunanya: Obat batuk, TBC, kanker, muntah darah Cara membuatnya: Cabut akarnya dengan umbinya, kemudian cuci bersih. Rebus airnya, terus minumlah tiga kali sehari sampai sembuh.

3. Bawang Merah (Allium cepa)

Bentuknya: Rumput Tempat: Di kebun, di pinggir rumah Gunanya: Obat luka Cara membuatnya: Ambil umbi bawang dan gula, lalu campur. Tumbuk bersama- sama dan tempelkan pada luka dua kali sehari.

4. Serai (Cymbopogon nardus)

Bentuknya: Rumput Tempat: Di kebun Gunanya: Obat patah dan keseleo Cara membuatnya: Ambil batang serai, anak ayam dan minyak goreng. Campurlah, lalu goreng dengan minyak goreng. Minyak itulah yang diurutkan pada tempat yang patah tiga kali sehari. 168 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

5. Bayo (Pterospermum javanicum)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An balah Énuh guna rin: Puli’ betung Tenin doh mena’: Upa’ rin pén toh. Toh tetuk kerin inah wo’ pén toh. Inah wo’ juk toh an betung. Lun rin lacét pu’ lun lana rin muit piah.

6. Benuang (Duabanga moluccana)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an, an balah tokan Énuh guna rin: Puli’ kinan cai Tenin doh mena’: Upa’ kayuh benuang pén toh. Toh tetuk kerin upa’ inah. Toh tambéh kerin an van kép cai inah. Igét toluh pulu’ menit ganti toh perin. Nyelu toh uli’ tengau.

7. Jambu Batuh (Psidium guajava) Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ peroh luang Tenin doh mena’: Da’un rin pén toh. Toh tanok kerin, ungéi rin wo’ bo’ toh. Ngom petoh keman da’un rin ta’-ta’. Toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

8. Jarak (Ricinus communis)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lirin luvu’ Énuh guna rin: Puli’ peroh nyipén Tenin doh mena’: Pulut inah wo’ pén. Toh juk pulut rin an luvang nyipén toh wo’ peroh, duoh surung ji’ lou.

9. Jema (Arenga undulatifolia)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an, an balah, lirin leruk Énuh guna rin: Puli’ kinan cai Tenin doh mena’: Bua’ rin pén toh. Toh totok bua’ inah. Pulut/ungéi rin wo’ lut toh an van wo’ kinan cai. Ji’ jam duoh surung toh melut rin an van inah. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 169

5. Bayur (Pterospermum javanicum)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di bekas ladang Gunanya: Obat bisul Cara membuatnya: Ambil kulitnya dan tumbuk. Itulah yang kita taruh ke bisul yang bengkak supaya cepat pecah sehingga nanahnya keluar semua.

6. Benuang (Duabanga moluccana)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan besar, di bekas ladang lama Gunanya: Obat gigitan ular Cara membuatnya: Ambil kulit kayu benuang. Tumbuk kulit kayu itu, lalu tempelkan di luka yang digigit ular setiap 30 menit sekali, lalu ganti lagi sampai sembuh.

7. Jambu Batu (Psidium guajava)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di kebun, di pinggir rumah Gunanya: Obat sakit perut Cara membuatnya: Ambil daunnya. Rebus dengan air dan minumlah. Boleh juga makan daun mentah-mentah tiga kali sehari sampai sembuh.

8. Jarak (Ricinus communis)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir rumah Gunanya: Obat sakit gigi Cara membuatnya: Ambil getahnya, lalu taruh itu di lubang gigi yang sakit dua kali sehari.

9. Aren (Arenga undulatifolia)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan besar, di bekas ladang, di pinggir anak sungai Gunanya: Obat gigitan ular Cara membuatnya: Ambil buahnya, lalu potonglah buah itu. Oles getah dan airnya pada luka gigitan ular. Oleskan getah dan airnya satu jam dua kali. 170 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

10. Kayuh Mesot (Scorodocarpus borneensis)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an ayo’, an tukuk an lau’ Énuh guna rin: Puli’ kuong unan van Tenin doh mena’: Lo’ rin pén toh. Toh an tang upa’ rin. Toh juk kerin an kuong unan rin van. Ji’ lou duoh, toluh surung toh mena’ rin an kuong inah ji’ lou. Ledun toh muli’ inih nyo vi’ toh méh rin bok udap.

11. Kayuh Pedan (Parashorea sp.)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an ayo’, an tutuk Énuh guna rin: Puli’ kinan cai kelimut Tenin doh mena’: Upa’ kayuh pedan pén toh. Toh tetuk kerin upa’ pedan inah. Toh tambéh kerin an van kép cai kelimut inah. Igét toluh pulu’ menit ganti toh perin. Nyelu toh uli’ tengau.

12. Kayuh Puli’ ling

Kenuh tenin rin: Kayuh icit Lun rin: An lunang tu’an Énuh guna rin: Puli’ ling (mena’ nak toh tekop keman) Tenin doh mena’: Kun toh bua’ rin. Tanok toh, ungéi rin bo’ toh, duoh-teloh surung ji’ lou.

13. Kecama’ (Senna alata)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lirin ungéi ayo’ Énuh guna rin: Puli’ kurap, Puli’ litak, puli’ ikih Tenin doh mena’: Da’un wo’ tokan unan rin wo’ jan. Toh tupo’ kerin, toh pelamun kerin unan apuh rin ngam. Toh pelamun kerin unan umau kun. Inah wo’ juk toh puli’ kurap. Duoh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ jan. Inih puli’ lah toh véi rin, nyou toh bo’ rin! Tanaman Obat Punan Tuvu’ 171

10. Kayu Bawang-Bawang (Scorodocarpus borneensis)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan besar, di gunung, di dataran Gunanya: Obat koreng dengan luka Cara membuatnya: Ambil tepung yang ada di antara lapisan kulit kayu. Taruhlah itu pada koreng luka dua atau tiga kali sehari. Selama lukanya diobati jangan basahinya.

11. Meranti Urat Mata (Parashorea sp.)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan besar, di gunung Gunanya: Obat gigitan ular sendok atau kobra Cara membuatnya: Ambil urat mata, lalu hancurkan kulit kayunya. Kemudian, tempelkan itu pada luka gigitan ular sendok itu. Gantilah setiap tiga puluh menit sampai sembuh.

12. Kayu Puli’ Ling (merangsang makan)

Bentuknya: Pohon kecil Tempat: Di hutan besar Gunanya: Obat perangsang makan untuk anak Cara membuatnya: Makan buahnya. Rebus airnya dan minum dua atau tiga kali sehari.

13. Kecama (Senna alata)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir sungai besar Gunanya: Obat kurap, panau, dan kudis Cara membuatnya: Ambil daun-daun yang tua dan bagus. Lalu, tumbuklah, dan campur dengan kapur sirih secukupnya. Terus, campur dengan minyak goreng. Itulah yang harus digunakan sebagai obat kurap dua kali sehari sampai sembuh. Ini obat untuk badan saja, jangan diminum. 172 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

14. Kelisoi

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lirin ungéi ayo’ Énuh guna rin: Puli’ peroh ta’ih, Puli’ van uron, van kelu’ an luang toh (infeksi) Tenin doh mena’: Upa’ rin pén toh. Toh tetuk kerin unan toh tano’ kerin. Ungéi rin bo’ toh. Toluh liwai ji’ tanga’ gelas ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

15. Kemantuyan

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An balah Énuh guna rin: Puli’ peroh luang, nuta’ mecoh Tenin doh mena’: Kering pén toh. Toh tano’ kerin. Bua’ rin pa’ pén, toh tupo’ kerin. Telang rin bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

16. Kecaliu (Eurycoma longifolia)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an, an balah tokan Énuh guna rin: Puli’ peroh bolét unan belangéi Tenin doh mena’: Toh but pakat kesaliu. Toh uvi’ kerin jan-jan. Toh kekét kerin toh juk kerin an ungéi melau’. Ungéi rin wo’ bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

17. Kecu’ang (Fibraurea chloroleuca)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An lunang tu’an tukuk Énuh guna rin: Puli’ mah Tenin doh mena’: Kering oka rin pén toh. Uvi’ jan-jan. Toh tanok kerin. Ungéi rin toh bo’, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

18. Ketapi

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An kabun Énuh guna rin: Puli’ cing Tenin doh mena’: Upa’ rin pén toh. Toh tetuk kerin, toh pekenyén rin. Ji’ tanga’ gelas ungéi rin bo’ toh, duoh toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 173

14. Kelisoi

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir sungai besar Gunanya: Obat berak darah disentri, Obat luka lama, luka dalam (infeksi) Cara membuatnya: Ambil kulitnya. Tumbuklah dan rebus. Minum setengah gelas airnya tiga kali sehari sampai sembuh.

15. Kemantuyan

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di bekas ladang Gunanya: Obat sakit dalam, muntah berak Cara membuatnya: Ambil kulit batangnya, lalu rebus. Ambil buahnya juga, lalu tumbuk dan campur dengan rebusan batangnya. Minumlah airnya tiga kali sehari sampai sembuh.

16. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir hutan besar, di bekas ladang lama Gunanya: Obat sakit ginjal Cara membuatnya: Cabut pasak bumi dan akarnya, lalu cuci sebaik-baiknya. Lalu, kikis dan masukkanlah ke dalam air panas. Minum airnya tiga kali sehari sampai sembuh.

17. Akar Kuning (Fibraurea chloroleuca)

Bentuknya: Akar Tempat: Di hutan dan di gunung Gunanya: Obat maag Cara membuatnya: Ambil batang akarnya dan cuci bersih. Rebus dan kemudian minum airnya tiga kali sehari. Sampai sembuh.

18. Ketapi

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di kebun Gunanya: Obat kencing manis Cara membuatnya: Ambil kulitnya dan menumbuknya. Terus direndamnya dalam air. Ini diminum setengah gelas dua atau tiga kali sehari sampai sembuh. 174 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

19. Kevoan (Cinnamomum javanicum)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an tukuk Énuh guna rin: Puli’ teli’u Tenin doh mena’: Pakat rin pén toh. Toh tanok kerin, ungéi rin bo’ toh igét lou. Toluh surung ji’ lou. Unan rin hu’ toh an wo’ teli’u. Nyelu toh uli’ tengau.

20. Labén Mutai (Citrus sp.)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An balah, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ nemboh kebih Tenin doh mena’: Ungéi labén unan bawang mengan rin pén toh. Bawang mengan cup toh. Toh pén laben ungéi rin unan bawang inah wo’ lut toh an lah toh. Toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

21. Legutung (Alstonia pneumatophora)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an, an balah, an panggah. Énuh guna rin: Puli’ kenakap Tenin doh mena’: Pulut rin pén toh. Wo’ lut doh, an kuong kenakap inah. Ji’ surung ji’ lou. Énuh guna rin: Puli’ peroh ta’ih Tenin doh mena’: Pulut rin pén toh. Toh bo’ kerin, toluh surung ji’ lou.

22. Lengot (Lansium domesticum)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An balah, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ kelajét Tenin doh mena’: Upa’ rin pén toh. Toh uvi’ kerin jan-jan. Toh tanok kerin. Ungéi rin ji’ gelas toh tulat kerin mangun pat tulat. Inah wo’ bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau. Énuh guna rin: Puli’ arip Tenin doh mena’: Upa’ lengot rin pén toh. Toh uvi’ kerin jan-jan. Toh tanok kerin. Ungéi rin ji’ gelas toh tulat kerin mangun pat tulat. Inah wo’ bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 175

19. Kayu Lawang (Cinnamomum javanicum)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan rimba, di gunung Gunanya: Obat keseleo Cara membuatnya: Ambil akarnya dan rebuslah. Airnya diminum setiap hari tiga kali sehari dan digosok di tempat keseleo sampai sembuh.

20. Limau (Citrus sp.)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di bekas ladang, di pinggir pondok Gunanya: Obat masuk angin Cara membuatnya: Ambil air limau dan bawang merah, lalu bakar bawang merah dulu. Ambil air limau dan gosoklah pada tubuh tiga kali sehari sampai sembuh.

21. Legutung (Alstonia pneumatophora)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di hutan rimba, di pinggir bekas ladang, di -rawa Gunanya: Obat penyakit kulit Cara membuatnya: Ambillah getahnya, lalau oleslah pada koreng sekali sehari. Gunanya: Obat sakit perut Cara membuatnya: Ambil getahnya, lalau minumlah tiga kali sehari.

22. Langsat (Lansium domesticum)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di bekas ladang, di pinggir pondok Gunanya: Obat demam Cara membuatnya: Ambil kulitnya, dicuci sebaik-baiknya, lalu direbus. Bagilah isi satu gelas dalam empat bagian dan minumlah satu bagian tiga kali sehari sampai sembuh. Gunanya: Obat sakit limpa Cara membuatnya: Ambil kulitnya, dicuci sebaik-baiknya, lalu direbus. Bagilah isi satu gelas dalam empat bagian dan minumlah satu bagian tiga kali sehari sampai sembuh. 176 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

23. Lecua’ Bah

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An lunang tu’an, an balah tokan Énuh guna rin: Puli’ lun doh lali’ tenuh Tenin doh mena’: Da’un oka rin pén toh. Da’un unan kering rin toh tupo’. Belum tupo’ toh juk kerin an luang bungan. Ungéi seniom inah wo’ pom toh, igét bulan muit. Ji’ surung ji’ bulan.

24. Lia’ (Zingiber officinale)

Kenuh tenin rin: Uru’ wo’ tuvu’ toh néi Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ doh mengenak Tenin doh mena’: Utok lia’ unan ji’ yo’ rin pén toh. Toh uvi’ utok lia’ inah jan-jan. Toh totok you, toh but bulun rin jan-jan. Inah wo’ tanok toh unan lia’. Ungéi rin wo’ bo’ toh. Ledun ji’ minggu belum toh ngepuyu’, toh bo’ ji’ gelas ungéi puli’ toluh surung ji’ lou.

25. Lung Bulah (Homalomena cordata)

Kenuh tenin rin: Uru’ vi’ da’un rin payung beliling Lun rin: An lunang tu’an ayo’ Énuh guna rin: Puli’ van Tenin doh mena’: Kerin pén toh. Toh kékét kerin, toh utum kerin an da’un. Toh doro’ kerin an pui. Belum inah toh pén kerin uli’, toh juk kerin an van. Igét lou duoh surung ji’ lou.

26. Mengkudu (Morinda citrifolia)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lirin levu’, rin tuvu’ toh Énuh guna rin: Puli’ pémbé da’ toh Tenin doh mena’: Bua’ wo’ ak pén toh. Bua’ inah wo’ kun toh unan yoh. Ji’ ku’ung kun tou keji’ surung luang ji’ lou. Én toh keman rin vi’ la’ung. Énuh guna rin: Puli’ a’ meliai Tenin doh mena’: Da’un rin pén toh. Da’un inih wo’ liuh toh. An tolang-tolang toh wo’ peroh, duoh surung ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 177

23. Lecua’ Bah

Bentuknya: Akar Tempat: Di pinggir hutan besar, di bekas ladang lama Gunanya: Obat awet muda Cara membuatnya: Ambil daun akarnya, dan tumbuklah. Setelah ditumbuk, masukkan ke dalam ember. Mandilah dengan air dingin pada waktu bulan baru. Sekali sebulan.

24. Lia’ (Zingiber officinale)

Bentuknya: Rumput yang kita tanam Tempat: Di kebun, di pinggir pondok Gunanya: Obat melahirkan Cara membuatnya: Ambil jahe dan satu ayam. Cuci jahe sebaik-baiknya. Potong ayam kampung dan cabut bulunya dengan baik. Lalu, rebuskan dengan jahe. Airnya diminum. Minum segelas obatnya selama seminggu pada masa nifas tiga kali sehari.

25. Keladi Hutan (Homalomena cordata)

Bentuknya: Tanaman daun lebar yang melingkar Tempat: Di pinggir hutan besar Gunanya: Obat luka Cara membuatnya: Ambil tanamannya, kikislah, lalu masukkan ke dalam daun untuk dimasak dengan api. Setelah itu, taruh obatnya pada lukanya dua kali sehari.

26. Mengkudu (Morinda citrifolia)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir pondok Gunanya: Obat menurunkan tekanan darah Cara membuatnya: Ambil buahnya yang matang, dan makanlah dengan garam. Makan satu biji sekali sehari. Jangan dimakan terlalu banyak. Gunanya: Obat rematik Cara membuatnya: Ambil daunnya dan panaskan di atas api. Lalu daunnya digosokkan di atas tulang yang sakit. Dua kali sehari sampai sembuh. 178 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

27. Nungu (Ficus glomerata)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lirin ungéi ayo’ Énuh guna rin: Puli’ nuta’ da’, Puli’ peroh ta’ih Tenin doh mena’: Pulut rin pén toh tat a’up. Pulut bo’ doh (ji’ tanga’ gelas) unan telu you ji’. Telang utok vanyih pat uluk toluh surung ji’ lou. Bo’ toh lemok toh tengau.

28. Oka Belang (Merremia peltata)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An balah Énuh guna rin: Puli’ kinan tevaya bulun, cevut lulut, cevut uong Tenin doh mena’: Pulut rin pén toh. Toh lut kerin an van wo’ nekép tevaya unan cevut-cevut inah. Ji’ jam duoh surung toh melut rin an van inah.

29. Oro’ Powa’ (Calamus sp.)

Kenuh tenin rin: Wéi Lun rin: An lunang tu’an, tukuk ti’ang Énuh guna rin: Puli’ pémbé da’ toh Tenin doh mena’: Oro’ rin pén toh. Toh cup kerin ak-ak. Ji’ oro’ keji’ toh keman rin. Ji’ lou toluh surung ji’ oro’ rin kun toh.

30. Pa’an (Areca catechu)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ nuta’ mecou Tenin doh mena’: Toluh ku’ung bua’ pa’an wo’ uyung pén toh. Toh tanok kerin unan bangi’ ji’ da’un. Ungéi rin wo’ bo’ toh, duoh-toluh surung toh bo’ rin ji’ lou. Nyelu toh uli’ tengau.

31. Pertok (Vigna unguiculata)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An lida, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ unguh Tenin doh mena’: Da’un rin wo’ tupo’ toh. Toh copik kerin, ungéi rin wo’ juk toh an luang tuning wo’ unguh. Duoh-toluh surung ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 179

27. Pohon Ara (Ficus glomerata)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di pinggir sungai besar Gunanya: Penyakit muntah darah Cara membuatnya: Ambil getahnya pada pagi hari dan minum setengah atau segelas obat itu dengan satu telur ayam. Ambil empat sendok madu dan minum obat itu tiga kali sehari sampai sembuh.

28. Akar Belang (Merremia peltata)

Bentuknya: Akar Tempat: Di bekas ladang Gunanya: Obat gigitan laba-laba berbulu, penyengat beracun, lebah bertanduk Cara membuatnya: Ambil getahnya dan oleskan itu pada gigitan laba-laba dan penyengat. Mengoles itu pada lukanya sejam dua kali.

29. Umbut Powa’ (Calamus sp.)

Bentuknya: Rotan Tempat: Di hutan besar, lereng gunung Gunanya: Obat menurunkan tekanan darah Cara membuatnya: Ambil umbutnya dan bakarlah sampai masak. Makan satu umbut tiga kali sehari.

30. Pohon Pinang (Areca catechu)

Bentuknya: Pohon kayu Tempat: Di kebun, di pinggir jekau (lahan bekas ladang) Gunanya: Obat muntah berak Cara membuatnya: Ambil tiga buah pinang yang muda dan rebuslah dengan satu daun sirih. Ambil airnya dan minum dua atau tiga kali sehari sampai sembuh.

31. Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Bentuknya: Akar Tempat: Di kebun, di pinggir jekau Gunanya: Obat untuk nanah dalam telinga Cara membuatnya: Tumbuk daunnya dan peraslah. Teteskan cairannya pada telinga yang bernanah dua atau tiga kali sehari sampai sembuh. 180 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

32. Pilung (Ochanostachys amentacea)

Kenuh tenin rin: Pu’un kayuh Lun rin: An lunang tu’an Énuh guna rin: Puli’ tacom Tenin doh mena’: Upa’ kayuh rin pén toh. Toh pekenyén kerin an ungéi melau. Inah wo’ bo’ toh toluh surung ji’ tanga’ ji’ lou. Nyelu toh uli’ jan.

33. Puli’ Lunuk (Ficus xylophylla)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An peka’ kayuh piri, an lirin ungéi ayo’ Énuh guna rin: Puli’ jalu’, lun doh ang ngenak Tenin doh mena’: Da’un rin pén toh vi’-vi’. Rin tanok toh. Ungéi rin bo’ toh toluh surung ji’ minggu, kelali’ toluh lemok pat minggu. Belum inah toh genong ketenin toh ledun duoh bulan. Nyovi toh betai’ an luang duoh bulan inah, belum netoh bo’ rin.

34. Puli’ Mutip Wat

Kenuh tenin rin: Uru’ ngoka Lun rin: An balah, an lirin levu’, an lirin nuan Énuh guna rin: Puli’ doh mengenak Tenin doh mena’: Toh tanok kerin ungéi rin pom toh. Inih pom toh igét lou. Nyelu toh uli’ tengau. Duoh surung ji’ lou.

35. Puli’ Otuh (Eryngium foetidum)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An lunang tu’an, an lirin ungéi leruk, an ucak Énuh guna rin: Puli’ kinan cai Tenin doh mena’: Upa’ unan oka rin toh pén kerin. Toh bauk kerin an ungéi melau’ kelali’ toluh pulu’ menit. Inah wo’ bo’ toh luang ji’ jam, bo’ toh perin uli’. Nyelu rin uli’ jan. Ngom perin kun toh gonya’- gonya’. Mah rin juk toh an van nekép cai inah.

36. Puli’ Peroh Utok (Kalanchoe pinnata)

Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An lirin levu’, rin tuvu’ toh Énuh guna rin: Puli’ peroh utok, wo’ betung pa’ Tenin doh mena’: Limoh da’un rin pén toh. Toh tupo’ ke da’un rin. Inah wo’ tambéh an wo’ peroh, wo’ betung, wo’ melau’, duoh-toluh surung luang ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 181

32. Pilung (Ochanostachys amentacea)

Bentuknya: Pohon kayu besar Tempat: Di hutan besar Gunanya: Obat keracunan Cara membuatnya: Ambil kulit kayunya dan rendamkan dalam air panas. Lalu, minumlah tiga kali setengah gelas sehari sampai sembuh.

33. Obat Mandul (supaya tidak beranak) (Ficus xylophylla)

Bentuknya: Akar Tempat: Di ujung kayu piri, di pinggir sungai besar Gunanya: Obat mandul supaya tidak beranak Cara membuatnya: Ambil banyak daun-daunnya, terus merebusnya. Minumlah airnya tiga kali seminggu selama tiga atau empat minggu. Setelah itu lihat keadaan selama dua bulan. Kalau tidak hamil selama dua bulan, berhenti minum lagi obatnya.

34. Obat Melahirkan (Obat Urat Putus)

Bentuknya: Tanaman berakar Tempat: Di bekas ladang, di pinggir pondok, di pinggir jalan Gunanya: Obat melahirkan Cara membuatnya: Masukkan dalam air dan rebus. Mandilah setiap hari dua kali sehari sampai sembuh.

35. Obat Anti-Bisa (Eryngium foetidum)

Bentuknya: Akar Tempat: Di hutan besar, di pinggir anak sungai kecil, di belukar Gunanya: Obat gigitan ular Cara membuatnya: Ambil kulit kayunya dan akarnya dan rendamlah dalam air panas selama tiga puluh menit. Lalu, minum setiap satu jam sampai sembuh. Bisa juga dikunyah dan ditaruh pada luka gigitan ularnya.

36. Obat Sakit Kepala, Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) Bentuknya: Tanaman Tempat: Di pinggir pondok Gunanya: Obat sakit kepala dan bengkak Cara membuatnya: Ambil lima daun, lalu ditumbuk. Kemudian, tempelkan pada bagian yang sakit, yang bengkak atau yang panas dua atau tiga kali sehari sampai sembuh. 182 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

37. Puli’ Senivon

Kenuh tenin rin: Kayuh icit Lun rin: An balah Énuh guna rin: Puli’ senivon (wo’ getu’-getu’ tat rin kelovih icit) Tenin doh mena’: Kering betang rin pén toh. Toh tutung kerin. Toh lut kerin, an lah kelovih wo’ miram/getu’ inah senivon. Lali’ rin nyovi’ toh keman bacou cikéi ledun toh muli’ rin!

38. Sup Dayak (Eryngium foetidum)

Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An kabun, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ pémbé da’ toh Tenin doh mena’: Da’un rin ji’ (duoh) pu an luang gelas unan ungéi melu’ kelali’ toluh pulu menit. Belum rin doh bo’ kerin duoh surung ji’ lou nyelu da’ vou uli’ iva’.

39. Tibak (Musa acuminata)

Kenuh tenin rin: Kayuh piah kering puti’ Lun rin: An balah uvah Énuh guna rin: Puli’ van uvah Tenin doh mena’: Ketop toh ulin rin. Pulut ulin rin pén toh. Toh juk ke pulut inah an van, ji’ surung ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan. Ledun toh muli’ pulut inah, nyovi’ van inah bo’ ungéi!

40. Tumbuk Bulan

Kenuh tenin rin: Uru’ (piah pakuh) Lun rin: An balah, an lau’, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ peroh nyipén Tenin doh mena’: Da’un rin pén toh. Toh liuh kerin an pui. Toh ke koloh kerin inah wo’ juk toh an luvang nyipén wo’ peroh. toluh surung ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 183

37. Obat Senivon

Bentuknya: Pohon kecil Tempat: Di bekas ladang Gunanya: Obat pingsan anak-anak kecil Cara membuatnya: Ambil batangnya dan bakarlah. Lalu, abu itu digosokkan kepada anak-anak yang pingsan atau sakit. Jangan makan ikan baung selama pengobatannya!

38. Sup Dayak (Eryngium foetidum)

Bentuknya: Tanaman Tempat: Di kebun, di pinggir pondok Gunanya: Obat menurunkan tekanan darah Cara membuatnya: Masukkan dua daun tanamannya dalam air minum selama tiga puluh menit, lalu minumlah dua kali sehari sampai tekanan darah yang tinggi jadi rendah.

39. Pisang Hutan (Musa acuminata)

Bentuknya: Pohon seperti batang pisang Tempat: Di bekas ladang baru Gunanya: Obat luka baru Cara membuatnya: Tunas dipotong. Lalu getahnya diambil dan dioleskan pada lukanya sekali sehari sampai sembuh. Selama pengobatannya jangan dibasahi!

40. Tumbuk Bulan

Bentuknya: Tanaman (sama dengan pakis) Tempat: Di bekas ladang, di dataran, di pinggir jekau atau lahan bekas garapan Gunanya: Obat sakit gigi Cara membuatnya: Ambil daunnya dan panaskanlah dengan api. Remaslah dengan tangan dan taruh itu pada lubang gigi yang sakit tiga kali sehari sampai sembuh. 184 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

41. Ubi’ Oka (Ipomoea batatas)

Kenuh tenin rin: Oka Lun rin: An lida, an lirin levu’ Énuh guna rin: Puli’ unguh Tenin doh mena’: Da’un rin wo’ tupo’ toh. Toh copik kerin, ungéi rin wo juk toh an luang tuning wo’ unguh. Duoh-toluh surung ji’ lou. Nyelu rin uli’ jan.

42. Uru’ Belanda Lunang (Pseuderanthemum sp.)

Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An lunang tu’an Énuh guna rin: Puli’ mecing mih, sepilis, uri’, batu maring Tenin doh mena’: Utok/umbi unan pakat rin pén toh. Toh uvi’ kerin jan-jan. Toh tanok kerin. Ungéi rin wo’ bo’ toh, toluh surung ji’ lou. Igét lou toh bo’ rin. Nyelu toh uli’ jan.

43. Uru’ Seniom (Gendarussa vulgaris)

Kenuh tenin rin: Uru’ Lun rin: An lirin nuan ayo’ Énuh guna rin: Puli’ kanker Tenin doh mena’: Da’un rin pén toh, toluh lu’ap. Toh pén apuh inah wo’ lut toh an aun rin. Uput/dingot rin pén toh wo’ lut toh an peroh inah, an betung kanker inah. Duoh surung ji’ lou, lemok rin uli’ jan.

44. Uru’ Umpung (Blumea balsamifera)

Kenuh tenin rin: Kayuh icit Lun rin: An balah Énuh guna rin: Puli’ doh mengenak Tenin doh mena’: Rin inih ngom pelamun toh unan uru’ piang tutung unan puli’ mutip wat. Pelamun inih tanok toh. Ungéi rin pom toh ngepuyu’ duoh surung ji’ lou igét-igét lou. Nyelu toh uli’ tengau. Tanaman Obat Punan Tuvu’ 185

41. Ubi jalar (Ipomea batatas)

Bentuknya: Akar Tempat: Di kebun, di pinggir pondok Gunanya: Obat cairan telinga Cara membuatnya: Tumbuk daunnya, peraslah daun dan teteskan pada telinga yang bernanah dua atau tiga kali sehari sampai sembuh.

42. Rumput Belanda Lunang (Pseuderanthemum sp.)

Bentuknya: Rumput Tempat: Di hutan besar Gunanya: Obat kencing manis, sifilis, penyakit alat kelamin, batu kencing Cara membuatnya: Ambil umbi dan akar serabutnya, lalu cuci sebaik-baiknya dan merebus. Minumlah tiga kali sehari setiap hari sampai sembuh.

43. Gandarusa (Gendarussa vulgaris)

Bentuknya: Tanaman Tempat: Di pinggir jalan besar Gunanya: Obat kanker Cara membuatnya: Ambil daunnya tiga lembar. Ambil kapur sirih dan oles-oles di atas daunnya. Kasih lendir itu pada bengkak kankernya dua kali sehari sampai sembuh.

44. Tanaman Sembung (Blumea balsamifera)

Bentuknya: Pohon kayu kecil Tempat: Di bekas ladang Gunanya: Obat melahirkan Cara membuatnya: Bisa dicampurkan dengan rumput buah payang bakar yang mengobati urat terpotong. Rebuslah campuran itu dan pakai setiap hari untuk mandi selama masa nifas dua kali sehari sampai sembuh.

KAMUS Punan Tuvu’ – Indonesia

Antonia Soriente

berdasarkan Kamus Punan Indonesia: Bah Ngguh Punan Tufu’ yang disusun Dollop Mamung

dilengkapi, direvisi dan diedit oleh Antonia Soriente bekerja sama dengan Nicolas Césard, Antonio Guerreiro Dollop Mamung, Awang Kirut, Amat Kirut, Kasim Amat, Eris Awang

Pengantar Kamus Punan Tuvu’- Indonesia

Antonia Soriente

Kamus ini memuat lebih dari tiga ribu entri bahasa Punan Tuvu’ yang dikum­ pulkan selama beberapa tahun berdasarkan beberapa sumber. Yang pertama adalah Kamus Punan Indonesia: Bah Ngguh Punan Tufu’ yang disusun Dollop Mamung (1998a) diikuti kemudian penambahan sekian banyak entri yang dilakukan selama beberapa bulan melalui kunjungan di kampung orang Punan di Respen Tubu, Malinau. Kamus ini juga memuat kata-kata yang ditemukan di dalam cerita yang menjadi bagian buku ini dan cukup banyak istilah budaya khusus yang telah dikumpulkan oleh Nicolas Césard (2009) selama penyusunan tesis doktoralnya. Selain menyatakan ucapan terima kasih kepada pekerjaan yang dilakukan Dollop Mamung yang juga mendukung usaha ini untuk memperbaiki dan melengkapi kamusnya dengan keterlibatan langsung dan tidak langsung, penyusunan kamus ini tidak mungkin bisa dilakukan tanpa bantuan orang-orang Punan yang menemani saya di lapangan selama berbagai kunjungan di Respen Tubu di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Orang-orang ini tidak bisa disebut satu per satu tapi patut mendapat banyak ucapan terima kasih. Tentunya kamus ini tidak bisa dianggap sempurna atau lengkap, tetapi merupakan usaha awal untuk bisa dikembangkan dan dilengkapi di kemudian hari. Semua entri yang ada di kamus pertama (Mamung 1998a) diperiksa satu per satu, diperbaiki dan ditambahkan dengan definisi atau kata-kata baru. Perlu diketahui bahwa semua pekerjaan ini dilakukan di Respen Tubu sehingga bisa dikatakan bahwa semua entri sebenarnya berasal dari bahasa Punan Tuvu’ yang dipakai di Respen Tubu. Kadangkala diberikan juga contoh dari dialek Punan Tuvu’ dari daerah lain dan kalau hal ini terjadi maka diberikan penjelasan dalam kurung seperti dalam contoh: telpit (Punan Mentarang) > terpit “melompat, meloncat” atau tuéi (Punan Desa Lubak Manis, Long Titi) “datang, kemari, ke sini” > téi “datang”. Di dalamanya ditemukan juga beberapa istilah dari bahasa Ketuya’, suatu jenis bahasa sastra yang sayangnya, hanya dikenal segelintir orang tua saja. Kami sadar bahwa bahasa Punan Tuvu’ bukanlah sesuatu yang utuh mengingat besarnya daerah penyebaran penutur sepanjang Sungai Malinau, Sungai Menabur, Sungai Mentarang. Mohon dimaklumi bahwa walaupun kamus ini dinamakan Kamus Bahasa Punan Tuvu’ sebenarnya mengacu pada data yang kebanyakannya dikumpulkan di Respen Tubu, Malinau. Ini hanya disebabkan 190 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan keterbatasan waktu dan biaya. Semoga kamus ini tetap bisa menjadi pegangan untuk orang Punan yang tinggal di hulu Sungai Tubu dan anak sungai lainnya meskipun ada beberapa kekurangan.

Sistem Transkripsi Sistem transkripsi bahasa Punan Tuvu’ mengikuti sistem yang diikuti pada kebanyakan bahasa di Indonesia yaitu sesuai dengan fonetiknya bahasanya. Oleh karena sumber yang menjadi asas kamus ini memang berbeda, diputuskan untuk mengikuti suatu sistem yang konsisten dan mudah diikuti. Misalnya dibanding kamus sebelumnya (Mamung, 1998a) tidak dipakai lagi gugusan konsonan /mbh/ /ndh/ dan /ngkh/ karena tidak dianggap membedakan fonem dan tidak perlu. Begitu juga dengan vokal yang tidak dibedakan seperti dalam kamus sebelumnya kalau ucapannya panjang atau pendek atau sengau. Sebagaimana dijelaskan dalam bagian tata bahasa di bagian awal buku ini, terdapat enam vokal, a e é i o u. Vokal pepet /e/ dibedakan dari vokal /é/ terbuka secara konsisten. Di antara konsonan, terdapat 18 konsonan: b c d g h j ‘ k l m n p r s t v w y. Bunyi /f/ tidak dipakai di dalam buku ini karena bunyi /v/ dianggap lebih tepat untuk menulis bunyi frikatif labial tak bersuara yang biasanya muncul di awal kata seperti velop “gelap,” atau di antara konsonan seperti dalam kata kelavat “labi-labi”. Bunyi hamzah atau glotal stop yang muncul di tengah atau akhir kata ditandai dengan lambang /’/ seperti dalam kata la’ung “sangat, sekali” atau laga’ “sejenis semut”.

Terdapat beberapa gugusan konsonan seperti /mb/ /ng/ /nd/ dan seringkali gugusan ini bisa muncul dalam varian /mp/ /ngk/ /nt/. Konsonan /c/ diucapkan secara bebas sebagai /s/ oleh beberapa orang sehingga kadangkala kata-kata dalam bahasa Indonesia pula diucapkan secara bebas dengan /c/ atau /s/ seperti culih atau sulih “belang,” atau cekula’ dan sekula’ “sekolah”. Begitu juga ada beberapa varian di antara dialek di satu kampung dengan dialek di kampung lain. Misalnya kata ripa “di seberang” diucapkan sebagai lipa di Punan Mentarang, atau abo-abo “ragu-ragu” dikenal sebagai ébo-ébo di Menabur. Beberapa varian seperti ini memang dimasukkan dalam kamus, tapi ini hanya sebagian kecil dari banyaknya perbedaan yang ada di antara dialek Punan Tubu di Kabupaten Malinau. Perbedaan ini meliputi kosakata, ucapan dan lagu sehingga hampir setiap desa mempunyai dialek khas masing-masing, tapi semua masyarakat Punan bisa berkomunikasi tanpa masalah satu sama lain. Yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa keanekaragaman bahasa di antara kampung orang Punan tidak mungkin bisa ditampilkan di buku ini. Nama tanaman dan binatang yang bisa diidentifikasi dengan taxonomi ilmiah diikuti istilah dalam bahasa Latin di dalam tanda kurung seperti dalam contoh Kamus Punan Tuvu’ 191 aluh “biawak”; aluh vung “biawak leher kasar” (Varanus rudicollis). Nama Latin yang dicatat dalam buku ini diambil semua dari buku Bulungan Ethnobiology handbook oleh Puri (2001). Kalau salah satu nama tumbuhan atau binatang tidak dicantumkan nama Latinnya adalah karena tidak ditemukan di buku yang tersedia. Sebagaimana telah dijelaskan, sebagian besar entri dari kamus ini diambil dari kamus yang dibuat Dollop Mamung (1998a) yang menjadi cikal bakal pekerjaan ini. Entri kamus itu diperiksa satu-satu dengan informan lokal dan ditambah dengan entri dan definisi baru selama pekerjaan lapangan diadakan. Contoh- contoh kata dan kalimat yang dianggap menarik untuk dipakai, tetap dihadirkan di kamus ini. Setiap entri mempunyai deskripsi dasar dan kalau ada kasus homonimi maka dipakai angka dari 1 sampai 4 untuk membedakan arti dari kata yang tulisannya sama, seperti dalam contoh berikut ini:

iné’ 1 memberi; iné’ ku’ saya beri. 2. ibuku (< inan). 3 karena, sebab; hén kevoh iné’ piram dia mati karena sakit. 4 oleh; bavui necak iné’ mé’ babi ditikam oleh bapakku.

Kalau suatu entri harus mengacu pada sesuatu yang lain dalam kamus, maka diikuti oleh kurung dengan kata acuan. Misalnya serbéh (cerbéh) “, cabe” berarti bahwa kata serbéh bisa muncul juga sebagai cerbéh. Dalam beberapa kasus entri diikuti tanda < yang berarti “berasal dari”. Ini disebabkan karena kata asal tidak mudah diprediksi atau sama sekali tidak ada dalam bahasa seperti dalam contoh:

kecét (< jét) yang jelek, yang buruk menjelek-jelekkan. kerekin (< dekin) mendekati.

Tanda kurung dipakai juga untuk memberikan penjelasan tentang asal dari kata tersebut, misalnya kalau kata ini adalah pinjaman dari bahasa Indonesia (BI) atau Melayu (BM) misalnya:

ceduan (BM) celana, seluar gembon (BI) gambar

Konvensi yang dipakai di sini adalah bahwa entri dan turunannya ditulis dalam huruf tebal sedangkan kalau ada contoh kalimat dalam bahasa Punan Tuvu’, maka dipakai huruf miring. Entri yang ditampilkan di kamus ini mengikuti urutan abjad dalam kata dasar yang kemudian diukuti kata turunan seperti dalam contoh kevoh “mati” berikut ini: 192 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

kevoh mati, kematian; nah kevoh, nah korip ada kematian, ada kehidupan. ngevoh membunuh; mati. mekevoh mati; hén iréh mekevoh ninéh a’ dia itu mati karena orang. kenevoh dibunuh. pekevoh menyebabkan mati, saling membunuh, menunggu orang yang sakit sampai dia mati. pekenevoh saling membunuh.

Sebagaimana dijelaskan dalam bagian tata bahasa, Punan Tuvu’ memiliki sejumlah terbatas prefiks, dua contoh infiks dan kata ganti orang untuk orang pertama, kedua dan ketiga tunggal yang bisa menjadi klitik atau sufiks.

Awalan yang perlu diperhatikan di dalam bahasa atau teks untuk bisa mencari kata dasar dalam kamus adalah sebagai berikut ini: pe- di depan semua konsonan dan p- di depan vokal: pebala’ menyebabkan sesuatu menjadi tumpul < bala’ tumpul; pabit memasang batu jala < abit batu jala. pé- di depan kata yang satu suku kata péban membuat, memberikan gelang < ban gelang. m- menggantikan p dan b di awal kata atau di depan vokal: mundu’ menjadi buntu < bundu’ buntu, tumpul, pendek; marut menahan orang atau binatang sehingga tak bisa bergerak < parut terdiam di satu tempat, tersangkut, tertahan; mavuk dalam keadaan mabuk < avuk mabuk. me- di depan konsonan: mekop menutup < kop tutup ng- menggantikan k di awal kata atau di depan vokal: ngavang memotong padi, memanen padi, menuai < kavang tuai, potong padi; ngoka berakar, mempunyai akar < oka akar; ngipin memakai rok tradisional < ipin rok tradisional. n- menggantilan t di awal kata atau di depan vokal: nelén menelan < telén telan. natuh dijerat < atuh jerat. ny- menggantikan s atau c: nyapit menjepit < capit jepit. nyenun memasang jerat < senun sejenis jerat. Kamus Punan Tuvu’ 193 nye- di depan konsonan dan ny- di depan vokal: nyelela’ pergi ke bawah, turun < lela’ di bawah. nyiling meludah jauh-jauh < iling ail ludah. ne- (pasif) di depan kata yang bersuku kata satu: nebi’ digendong < bi’ menggendong. nge- di depan kata yang suku kata satu atau yang berawal dengan l, r: ngeba’ mempunyai bara < ba’ bara. ngelowah mempunyai ruas < lowah ruas.

-en- infiks yang dipakai untuk kata kerja pasif; infiks ini biasanya dimasukkan setelah konsonan pertama dari kata yang bersangkutan. kenevoh dibunuh < kevoh mati, cenikou dicuri < cikou curi.

-em- infiks yang dipakai untuk kata kerja aktif; infiks ini biasanya dimasukkan setelah konsonan pertama dari kata yang bersangkutan: lemeka’ melepaskan < leka’ lepas lemakap melangkahi < lakap langkah. ke- di depan semua konsonan dan k- di depan vokal: kelou menjemur di matahari < ke-lou matahari, kedoh < ke-doh kata mereka, keduoh < ke-duoh kedua kumoh < k-umoh ladang te- (jarang) di depan vokal atau konsonan: telikét perlengkapan yang terikat di pinggang < likét perlengkapan.

Sebagaimana telah dijelaskan, dalam bahasa Punan Tuvu’ tidak ada sufiks, namun dalam beberapa kasus pronomina tunggal dapat berupa klitik -k, -m dan -n masing- masing untuk orang pertama kedua dan ketiga yang melengket pada bagian akhir dari kata-kata yang bersangkutan, baik kata benda maupun beberapa kata kerja seperti dalam contoh yang berikut ini:

lun tempat luk tempat saya lum tempat kamu 194 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

umoh ladang umak ladangku umam ladangmu uman ladang orang

metan mata metak mataku metam matamu

pén ambil pok saya ambil pom kau ambil

ayu’ milik saya ayam milik kamu ayén miliknya

kuén bilang kuok saya bilang kuom kamu bilang

Perlu dicatat bahwa ada beberapa contoh yang masuk sebagai kata jadian baik karena kata dasar tidak ada, atau karena kata dasar tidak mudah diprediksi. Juga perlu ditekankan bahwa ada entri yang hanya ditampilkan sebagai kata dasar saja tanpa kata turunan bukan karena kata turunan tersebut tidak ada melainkan karena keterbatasan waktu tidak memungkinkan memeriksa kembali kata baru yang pada setiap saat masuk dalam kamus.

Karena beberapa pertimbangan diputuskan untuk tidak memakai klas kata. Kamus Punan Tuvu’ 195

A a’ orang, manusia; a’ tokan téi nyanih orang tua itu ke mari; a’ inah ma’ kevo memboh suruhlah tamu itu masuk. pa’a’ banyak orang, satu sama lain. a’ai yang mana; a’ai wo’ pok yang mana yang mesti kuambil. nya’ai sedang ke mana. pai menaruh sesuatu di mana saja, memberikan yang mana saja. a’an pikul. nya’an memikul. pa’an menyuruh memikul. a’i-a’i agak, sedang; kelovih a’i-a’i anak tidak besar, tidak kecil. a’in suara gonggong anjing. nga’in menggonggong. na’in digonggong. pa’in saling menggongong. a’ing jantan untuk ayam dan burung. a’iyu rambutan kabung (Nephelium cuspidatum), sejenis pohon rambutan di dataran rendah dan bukit-bukit yang buahnya dimakan dan daunnya dipakai sebagai pewarna hitam pada rotan. a’up pagi; lou a’up pagi hari. nga’aup ada pagi harinya, menginap karena jauh malam. pa’aup menunggu sampai pagi, membiarkan sesuatu menunggu sampai pagi. abai suku Abai. aban nama panggilan untuk seorang suami yang beristri dua dan satunya meninggal; ényang ketou aban inah keman ajaklah duda itu makan. abang 1. menebang; abang rin an kiam pu’un kayuh inah dia memotong pohon kayu itu besar-besar dengan kapak; 2. mengerjakan secara berkeliling. mabang 1. menebang untuk memperbesar jalan; mabang katou nuan inih kami memperbesar jalan ini. nabang 1. dipotong besar-besar, diperluas. 2. dikerjakan dengan cara berkeliling. ngabang 1. sedang memotong besar-besar, sedang memperluas. pabang 1. sama-sama memotong besar-besar, menyuruh memotong besar- besar, sama-sama memperluas, menyuruh memperluas. 2. mengerjakan dengan cara berkeliling sehingga jangkauan hasil pekerjan bisa lebih besar. abat sejenis ubi jalar yang tumbuh di hutan, ketela rambat; hén la’ abat dia mengambil ketela rambat. abau 1. anting-anting lama; abau inih yu’ yam anting-anting ini untukmu. 2. sebutan untuk laki-laki Punan. nyabau 1. ada anting-antingnya. pabau 1. memasang anting-anting, menyuruh memasang anting-anting. 2. sama-sama mempunyai sebutan abau, menyuruh memanggil abau abét menyalakan, menghidupkan. ngabét menyalakan sesuatu. nabét dinyalakan. abih bekerja secara gotong royong; uman detou abih katou kami mengerjakan ladang mereka secara gotong royong. mabih mengerjakan sesuatu secara gotong royong. nabih sudah dikerjakan gotong royong. pabih sama-sama mengerjakan sesuatu secara gotong royong, menyuruh mengerjakan sesuatu secara gotong royong. 196 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan abing-abing berjalan ke sana-ke mari kebingungan; rin abing-abing iné’ lekah vi’ dia berjalan ke sana-ke mari kebingungan karena banyak pekerjaan. pabing- abing sama-sama berjalan ke sana-ke mari kebingungan, menyebabkan seseorang berjalan ke sana-ke mari kebingungan. abit batu jala; inah abit katou itu batu jala kami. nabit dipasang batu jala. nyabit sedang memasang batu jala. pabit sama-sama memasang batu jala, menyuruh memasang batu jala, menggunakan batu jala. abo-abo 1. (ébo-ébo) ragu-ragu. 2. sia-sia; kou abo-abo téi engkau sia-sia saja datang. pabo-abo 1. saling meragukan. 2. sama-sama melakukan sesuatu secara sia-sia, menyebabkan seseorang melakukan sesuatu secara sia-sia. nabo-abo 1. diragukan; kevo duoh téi nabo-abo diragukan bahwa mereka dua datang. abok kehabisan makanan; inih abok urip an katou kini masa kelaparan menimpa kami. abong (ébong) (bahasa Punan Sungai Malinau) memasukkan; abong rin kumut tou luang ajat dia memasukkan selimut kita ke dalam anjat; ugén inih abong iné’ yu’ karo ibu memasukkan parang ini untuk kami berdua. mabong memasukkan. nabong dimasukkan; ngabong memasukkan. nyabong sedang memasukkan. pabong sama-sama memasukkan, menyuruh memasukkan. abong tambahan; abong kayuh tambahan kayu. nabong ditambahkan. petabong menambah, mendapat tambahan. abot habis; abot kun makanan habis. nabot dihabiskan. ngabot menghabiskan. pabot saling menghabiskan, menyuruh menghabiskan. abu’ mengoles pupur. mabu’ mengoles pupur di muka. ngabu’ sedang mengoleskan. nabu’ dioleskan; oh nuh lun hén nyabu’ anyen hén kenah? kenapa dia mengoleskan temannya dengan pupur? abuh sagu campur daging; karo keman abuh kami makan sagu campur daging. nabuh dijadikan sagu campur. nyabuh sedang mencampurkan ubi kayu dengan sagu. pabuh sama-sama membuat sagu campur, menyuruh membuat nasi campur. abun 1. awan; abun iréh kah awan itu bergerak. 2. rabun; metan rin abun matanya rabun. 3. bual; hén inah abun an hok orang itu membual dengan saya. 4. sejenis pohon kayu mitologis. pabun 2. sama-sama membuat mata rabun, menyebabkan mata sampai rabun. 3. sama-sama berbual. abung buah meritam (Nephelium ramboutan-ake), sejenis pohon rambutan; bua’ abung buah meritam. mabung makan buah meritam. aca’ 1. lapuk; aca’ kayuh kayu lapuk. 2. tak berguna; aca’ a’ orang yang tak berguna. paca’ hampir hancur. pepaca’ sama-sama membiarkan sesuatu menjadi lapuk, menyuruh membiarkan sampai lapuk. Kamus Punan Tuvu’ 197 acah 1. belahan, garis tanah; acah buro’ potongan kain. 2. alur; ayo’ la’ung acah nuan inah besar sekali alur jalan itu. nacah 1. dipotong. 2. diikuti alurnya. ngacah 1. memotong. 2. mempunyai alur. pacah 1. sama-sama memotong, menyuruh memotong. 2. membuat alur, menyuruh membuat alur. acang insang; inih acang bacou ini insang ikan. nacang dikeluarkan insangnya. ngacang mempunyai insang. pacang mengeluarkan insang, menyuruh mengeluarkan insang. acét cepat; acét kou uli’ cepatlah kau pulang. pacét mempercepat, menyuruh mempercepat. aci’ lutung merah (Presbytis rubicunda), sejenis kera dengan rambut merah; hok nyupit aci’ saya menyumpit lutung merah. acih bunyi bersin; acih hén menging la’ung bunyi bersinnya nyaring sekali. nacih sudah dikeluarkan bersin; nacih nuh rin unih? sudah kau bersin tadi? acoh terus-menerus. acoh-acoh jalan terus-menerus, terburu-buru; rin acoh-acoh lekah dia bekerja terburu-buru; kelovih inah acoh-acoh mom anak itu berulang kali mandi. pacoh-acoh sama-sama berjalan terus-menerus, berlomba, saling mendahului. acot kurus; hén acot iné’ piram dia kurus karena sakit. pacot menjadi kurus, menyebabkan seseorang menjadi kurus. acu’ bangku pendek. acut 1. anak binatang; acut auh anak anjing. 2. orang atau binatang yang pertumbuhan kerdil; acut oroh wanita kerdil. ada’ 1. bayang-bayang; ada’ nuh mana an liding bayang-bayangmu kelihatan di dinding. 2. teman senama; rin ada’ ku’ dia teman senama saya. nada’ 1. ditutupi bayang-bayang. 2. dipanggil dengan sapaan ada’ oleh teman senama. ngada’ 1. mempunyai bayang-bayang. 2. menyapa teman senama. nyada’ 1. ada bayang- bayangnya. 2. sedang menyapa teman senama. pada’ 1. sama-sama mempunyai bayang-bayang, menimbulkan bayang-bayang. 2. sama-sama memanggil teman senama, menyuruh memanggil dengan sapaan ada’ (teman senama). adah nama laki-laki Punan, Lawing Adah. adai 1. pandai; adai la’ung hén ma’ pandai sekali dia bicara. 2. alasan untuk menghindar dari urusan; inah adai rin véi itu hanya alasannya untuk menghindar. nadai 1. dilatih sampai pandai. 2. dibuat alasan untuk menghindar dari urusan. ngadai 1. melatih supaya pandai. 2. membuat alasan untuk menghindar dari urusan. padai 1. sama-sama menjadi pandai, menyebabkan seseorang menjadi pandai. 2. sama-sama membuat alasan untuk menghindar dari urusan; mencari alasan untuk menghindar dari urusan. adat (BI) adat, kebiasaan; adat tiyu’ oroh tu’a an Punan adat adat memberi mas kawin masih kuat di kalangan orang Punan. nadat dikenakan denda adat. ngadat menghadapi masalah adat. padat menjalankan atau mengurus adat untuk dua orang yang mempunyai masalah. 198 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan adéh ayo; adéh, énuh ma’ ku’ unéi? ayo apa kataku padamu tadi? adin alasan; adin nuh velo kah alasan kau saja tak mau jalan. madin membuat alasan, buat akal; hén madin unan hok dia membuat alasan dengan saya. padin/ pédin membuat alasan, mencari alasan, saling mencari alasan. adoh (BI) aduh; adoh peroh ukutku’ aduh sakit kakiku. padoh mengaduh, sama- sama mengaduh. adu’ 1. nenek. 2. cucu, nama panggilan nenek terhadap cucu dan panggilan cucu terhadap nenek; adu’ bang kakek, adu’ téng nenek perempuan. nadu’ dipanggil nenek. ngadu’ memanggil nenek. nyadu’ ada neneknya. padu’ sama-sama memanggil nenek, saling panggil nenek dengan cucu. adui (BI) aduhai; adui jan la’ung oroh tenuh Punan irih aduhai cantik sekali gadis Punan itu. aduk (BI) aduh; aduk peroh la’ung bukun luwou ku’ aduh sakit tempurung lututku. aéh bunyi orang menangisi yang meninggal; aéh katou kevoh iné’ kami menangisi kematian ibu. naéh ditangisi. ngaéh menangisi. nyaéh sedang menangisi. paéh sama-sama menangisi, menyuruh menangisi. aék jeritan anjing kesakitan; menging la’ung aék auh inah nyaring sekali jeritan anjing itu. na’aék dipukul atau diganggu anjingnya sampai menjerit kesakitan. nga’aék bersiul memanggil anjingnya untuk berburu. pa’aék sama-sama menjerit-jerit anjingnya, memukul atau mengganggu anjingnya sampai menjerit kesakitan. agai bergerak; rin agai bénih dia bergerak sekarang. nagai digerakkan. nyagai sedang bergerak. pagai sama-sama bergerak, menggerakkan, menyuruh menggerakkan. agat (arkaik) nama panggilan untuk pria yang kedua orang tuanya telah meninggal; ngeran rin iné’ doh Punan Agat menurut adat Punan, namanya dipanggil ‘Agat’. agum menahan sesuatu di dalam mulut; bua’ lemati inah agum rin dia menahan buah rambutan itu. magum menahan di mulut. nagum ditahan di mulut. nyagum sedang menahan sesuatu di mulut. pagum saling menahan sesuatu di mulut. agung gong; inih agung pikun ini gong agung besar; agung betung alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang mengeluarkan bunyi seperti gong tapi lebih halus. nagung dipakai gongnya, ditabuh gongnya. nagung huh réh unih? kamu yang pakai gong tadi? nyagung ada gongnya. pagung sama-sama mempunyai gong, memberikan gong, menabuh gong, menggunakan gong. ah kata seru untuk memberi sesuatu untuk diambil; ah yam ke hok itu untukmu kataku. aho kawin. nyaho pihak laki laki yang pindah ke rumah perempuan kalau mau nikah. paho kawin secara tradisional. ai mana; hai rin mana dia, téi tat ai kou? dari mana kamu? (untuk menyapa orang), ai hapeku’ mana hapeku? pai di mana; nya’ai nyapai kou déh? ke mana kau pergi? Kamus Punan Tuvu’ 199 aih 1. tidak (penolakan); aih, ovi’ hok yo’ keman bénih tidak, saya tidak mau makan sekarang. 2. binatang; iro la’ aih lalung an lunang mereka mendapat seekor binatang jantan di hutan. 3. sesuatu; aih wo’ jan sesuatu yang baik. ain daging; ain payou daging rusa. na’ain diambil dagingnya; pa’an payou na’ain detou paha rusa diambil dagingnya oleh mereka. ngea’in mempunyai daging. nyea’in sedang memotong daging. pa’ain mengambil daging, menyuruh memberikan daging, mengiris daging, menyuruh mengiris daging, saling mengiris daging. aing keras; kayuh aing kayu keras. na’aing dibuat keras, diperkeras. ngea’ing mengeras. pa’ing sama-sama membuat keras, menyuruh membuat keras, memperkeras, menyuruh memperkeras, menyebabkan keras. aja’ mengolok; kelovih inah aja’ rin dia mengolok anak-anak itu. maja’ mengolok; ém maja’ hok jangan mengolok saya. naja’ diolok-olok. paja’ sama-sama mengolok, saling mengolok-olok, menyuruh mengolok-olok. ajat anjat (sejenis wadah dari anyaman rotan); ajat kalung anjat bermotif ukiran. ngajat mempunyai anjat. pajat menyuruh mengendong anjat, membuat, memberi anjat untuk orang lain. ajau belum masak betul (buah); bua’ devai tero ajau buah devai kita belum masak betul. ajén cepat. majén berbuat cepat. aji’ lain, berbeda, asing; tukung aji’ desa lain, a’ aji’ orang asing, lain, nupin kelovih inah aji’ la’ung mimpi anak itu aneh sekali. paji’ membuat lain, membuat berbeda-beda, menyuruh membuat lain, menyuruh membuat berbeda. Ajih nama dewa; Uku Ajih dewa Uku Ajih (yang melindungi binatang). ajo’ padahal, rupanya; duoh rin kuok ajo’ rin ji’ saya kira ada dua, padahal hanya satu. ajong cara berjalan bertandang. majong bertandang; majong lebi bertandang pada sore hari. ngajong pergi bertandang. pajong sama-sama pergi bertandang, menyuruh pergi bertandang. ak 1. masak, matang; puti’ inah tubit ak pisang itu sudah masak. 2. kering, tersengat panas; kumu tinih ak iné’ lou selimut ini kering karena panas matahari, umoh ak ladang kering siap untuk dibakar, penukku’ ak iné’ lou punggung saya tersengat oleh panas matahari. ne’ak (na’ak) 1. dimasak. 2. dikeringkan, disengat panas matahari. nge’ak 1. menjadi masak. nye’ak sedang menjadi masak. pe’ak (pé’ak) sama-sama masak, membiarkan sampai masak. 2. mengeringkan, menyuruh mengeringkan. aka-aka dalam posisi dengan kaki dan tangan terbuka; puruk rin aka-aka dia duduk dengan kaki dan tangan terbuka. akai tamu; déh akai nyan Malaysia merantau ke Malaysia, akai ka’ minta dibagi- bagi babi, oroh tenuh jan inah akai ku’ gadis cantik itu tamu saya. ngakai pergi bertamu kepada; hok ngakai doh saya pergi bertamu pada mereka. nyakai sedang bertamu. nakai dikunjungi tamu. pakai saling bertamu, menyuruh bertamu. 200 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan akan akal; inah akan detou véi itu hanya akal mereka. nakan diakali. ngakan mempunyai akal. nyakan ada akalnya. pakan sama-sama mempunyai akal, mengakali, menyuruh supaya berakal banyak. akang (akang-akang) mengangkang, terbuka; ukut aré’ inah akang-akang kaki bayi itu mengangkang. nyakang dalam keadaan mengangkang, terbuka. pakang mengangkangkan, membukakan, menyuruh mengangkang, menyuruh membukakan. nakang dibuka kakinya untuk menjadi posisi mengangkang. aki sejenis manik kuno dari nenek moyang. naki dipakai, dipasang manik dari nenek moyang. nyaki ada manik nenek moyang. paki saling memakai manik dari nenek moyang. akik paman saya. nyakik punya paman. akim pamanmu; hok maling jam akim inah saya tidak kenal pamanmu itu. akin 1. paman; akin ku’ maling ngom téi nyanih paman saya tak bisa datang ke sini, akin detou uyung lela paman mereka masih muda, akin tokan detou an levu’ paman tua kami ada di rumah, akin kelevin kai miram paman muda kami sakit. 2. takar; akin nuh bah inah an muk kamu takar beras itu dengan mok (bekas kaleng susu). nakin 1. dipanggil paman. 2. ditakar. ngakin 1. memanggil paman; hén ngakin hok dia memanggil saya paman. nyakin 1. ada pamannya; kou nyakin hén iréh? kamu berhubungan paman dengan dia? kamu panggil dia paman? pakin 1. saling memanggil paman. 2. membuat takaran dari bekas kaleng susu. akit rakit; akit bulu’ rakit dari bambu. nakit dijadikan rakit. nyakit ada rakitnya. pakit membuat rakit, menyuruh membuat rakit, mendayung rakit, menyuruh mendayung rakit. alah ragi terbuat dari beras, tape; alah bah tape dari beras, rin alah iné’ oroh dia kalah oleh wanita. nalah dibuat ragi. ngalah membuat ragi. nyalah ada raginya. palah membuat ragi, menyuruh membuat ragi, memberikan ragi, menyuruh memberikan ragi sama mengalahkan. alai guguran buah yang masih muda; alai docou inah vi’ la’ung guguran buah durian itu banyak sekali. nalai digugurkan selagi buahnya masih muda. ngalai menggugurkan buah selagi buahnya masih muda. nyalai ada guguran buahnya yang masih muda. palai sama-sama menggugurkan buah selagi buahnya masih muda, mengambil guguran buah yang masih muda, memakan guguran buah yang masih muda. alak-alak menggelepar; bacou alak-alak kinan tuvoh ikan menggelapar kena tuba; rin alak-alak u’ut otuh dia gemetaran karena takut akan hantu. ngalak- alak menggelepar. nyalak-alak sedang menggelepar. palak-alak membuat menggelepar, menyebabkan menggelepar, sama-sama menggelepar. alan rintangan; nah alan an nuan ada rintangan di tengah jalan. nalan dijadikan rintangan. nyalan ada rintangannya. palan merintangi, menyuruh merintangi, menyebabkan ada rintangan, saling memberi rintangan. alap lampam (Barbodes balleroides), sejenis ikan mas; alap vi’ tolang rin ikan Kamus Punan Tuvu’ 201

lampam banyak tulangnya. nyalap ada ikan lampamnya. alau panggilan seorang perempuan yang dua orangtuanya meninggal. aléi terbiasa; maléi menjadi terbiasa; detou menya’-menya’ unan detou u’ut, bénih detou maléi mereka malu-malu dan takut dulu, sekarang sudah terbiasa. paléi saling membiasakan diri dengan yang lain. naléi dibiasakan; nak inah naléi ku’ anak itu dibiasakan saya. kaléi kebiasaan. alén tutup; alén rin luvang labau dia menutup lobang tikus. nalén ditutupi. ngalén menutupi. nyalén sedang menutup. palén sama-sama menutup, menyuruh menutup, sama-sama tertutup. alik-alik bolak-balik seperti gelisah; kelovih alik-alik ik ngelekan anak-anak gelisah mau ikut. nalik-alik dibuat gelisah. ngalik-alik mengalami kegelisahan. palik- alik membuat gelisah, menyebabkan gelisah. aling bagian yang tajam dari pisau; aling yuh mata pisau. naling digoresi oleh bagian tajam dari pisau. ngaling mempunyai bagian yang tajam (mata, untuk pisau dll.). nyaling ada bagian yang tajamnya (mata, untuk pisau dll). paling membuat bagian tajam (mata) pisau dll, menggunakan bagian yang tajam dari pisau dll, mengasah bagian-bagian yang tajam dari pisau dll. alit menambal, menghindari sesuatu keluar; alit detou luvang liding mereka menambal lobang dinding itu. nalit ditutup, ditambal. ngalit menutupi, mendempul (perahu). nyalit sedang menutupi. palit sama-sama menutup, menyuruh menutupi, sama-sama tertutup. aloh sebentar; detou meturui aloh mereka tidur sebentar. paloh sama-sama melakukan sesuatu sebentar, menyuruh melakukan sesuatu sebentar, menyebabkan sesuatu berlangsung sebentar saja; ém paloh rin la’ung jangan melakukan sesuatu sebentar saja. kaloh sebentar. along hubungan ipar di antara dua perempuan. alu’ alu; alu’ inih kawi alu ini bengkok. nalu’ dipakai sebagai alu, dipakai alunya. ngalu’ mempunyai alu. nyalu’ ada banyak alunya. palu’ membuat alu, memberikan alu, membuat alu, memakai alu. aluh biawak; aluh vung biawak leher kasar (Varanus rudicollis), sejenis biawak yang tinggal di daratan; aluh bovong biawak besar (dari pohon pisang hutan). maluh pergi mencari biawak. ngaluh mempunyai biawak; tano’ inih ngaluh tanah ini banyak biawak. nyaluh pergi mencari biawak; déh nyaluh tou duoh mari kita pergi cari biawak. paluh sama-sama mencari biawak, menyuruh mencari biawak. am tenggiling (Manis javanica); am buku’ tenggiling kecil. nga’am mempunyai tenggiling; tano’ iréh nga’am rin? tanah itu banyak tenggiling? nya’am ada tenggilingnya. pa’am sama-sama mencari tenggiling, menyuruh mencari tenggiling. ama 1. timah, belerang; ama cekuit timah biasanya dipakai untuk kail. 2. sejenis kadal. 3. sejenis semut rayap. ngama ada, punya timah. nyama sudah ada timah. pama saling memberikan timah pada sesuatu, nama diberikan timah. 202 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan aman 1. sebutan orang Punan untuk orang Islam atau Melayu dan orang asing pada umumnya; hén iréh ma’ hak a’ aman dia bilang saya orang asing. 2. batas. ngaman 2. membatasi; ungéi iréh ngaman tukung kai sungai itu membatasi kampung kami. naman 2. dibatasi; lun tero inih naman a’ iréh tempat kita ini dibatasi orang itu. nyaman 2. sedang dibatasi. paman 2. saling membatasi. ambé’ bersalaman; katou ambé’ kami bersalaman. pambé’ sama-sama bersalaman, menyuruh bersalaman. ambih muram; jawéi adu’ ambih la’ung wajah nenek muram sekali. nyambih dalam keadaan muram. pambih bermuram wajah, menyebabkan muram wajah. ambing serabut akar; inih ambing kayuh inah ini serabut akar kayu itu. ngambing mempunyai serabut akar kayu; iréh ngambing pohon itu sudah ada serabut. nyambing ada banyak serabut akarnya (serabut mulai tumbuh). ambit 1. sempat, sampai, selamat; nyou ne rin ambit keman déh noh ia tak sempat makan lalu pergilah. nyambit sempat, sampai, tiba, selamat; nyambit tero aloh sempat kita nanti (kita harap-harap mendapatkan sesuatu). nambit dibuat sehingga tak sempat; inah nambit ku’ itulah sempat diambil saya. ambo makanan sekedarnya; inih ambo yam ini makanan sekadarnya untuk Anda. ngambo mempunyai makanan sekedarnya. pambo menyuguhkan makanan sekedarnya, menyuruh menyuguhkan makanan sekedarnya. ami andalan, harapan; kou ami katou kau andalan kami. nami diandalkan. ngami mengandalkan. pami saling mengandalkan, sama-sama mengandalkan, menyuruh mengandalkan. ami-ami mengharapkan. ngami mengharapkan. pami saling mengharapkan sesuatu. amu dendeng; amu telau’ dendeng kijang. namu dibuat dendeng. ngamu mempunyai dendeng ngamu ka’ tou duoh mari kita buat dendeng. nyamu sedang membuat dendeng; nyamu kou inih? sedang buat dendeng kau? pamu membuat dendeng, menyuruh membuat dendeng, memberikan dendeng, menyuruh memberikan dendeng, memakan dendeng. amung harta; vi’ amung detou banyak harta mereka. namung disimpan sebagai harta; vi’ la’ung namung a’ iréh banyak sekali disimpan harta orang itu. ngamung mempunyai harta. nyamung ada hartanya. pamung sama-sama punya harta, memberikan harta, menggunakan harta. an 1. di; hok an nih saya di sini. 2. pada; hok mé’ kué an hén saya beri kue pada dia. 3. antara; nah ja’it an Respen unan Pulau Sapi ada jembatan antara Respen dan Pulau Sapi. 4. nama sejenis kayu; katou la’ da’un an mengambil daun kayu an. anan 1. sebab; énuh anan kevo nyanih? apa sebab Anda berdua kemari? 2. tempat duduk kecil. andang perjalanan; lali’ la’ung andang karo lama sekali perjalanan kami. nandang diikuti perlajanannya, ditempuh perjalanannya. pandang saling menempuh perjalanan. Kamus Punan Tuvu’ 203 andat menyusun balok secara bersandar; andat tou balih iréh kita susun lantai itu. nandat disusun secara melintang; nandat nuh aruk unih? kamu susun kah perahu tadi? nyandat ada kayu (balok) yang dipasang melintang; nyandat itu’ levu’ inih nyandat atap rumah ini ada kayu yang bersusun melintang. pandat menyusun kayu secara melintang. andu dukun, belian, orang pintar mengobati dengan bantuan roh atau hantu yang dipanggil dan merasuki tubuhnya. ngandu pergi ke dukun. ang 1. tulang selangka. 2. tidak; hok unih ang keman saya tadi tidak makan; ang melai belum. 3. apa boleh buat, mau atau tidak mau; ang padai kenuh? apa boleh buat? angan 1. tungku; angan icit tungku kecil. 2. musang galing (Paguma larvata); bulun angan bulu musang galing. nangan dipasang tungkunya, diberi tungku. ngangan mempunyai tungku. nyangan ada tungkunya. pangan 1. membuat tungku, menyuruh membuat tungku, mencari bahan tungku, menyuruh mencari bahan tungku, menggunakan tungku. angat cabang; angat kayuh cabang kayu. nangat dibuat cabang. nyangat ada banyak cabangnya. pangat mempunyai cabang, sama-sama bercabang. angén gila; a’ angén orang gila. nangén dibuat gila. nyangén dalam keadaan gila. pangén/pevangén sama-sama menjadi gila, membuat seseorang gila, menyebabkan gila. anggang gumpalan tanah sarang serangga. nyanggang ada banyak gumpalan tanah sarang serangga. panggang mencari gumpalan tanah sarang serangga, mengguling gumpalan tanah sarang serangga (untuk meminta hujan turun), menggunakan gumpalan tanah sarang serangga. anggin sejenis kecoa; anggin lepou sejenis kecoa yang hidup di dalam rumah. nanggin dihuni oleh kecoa. panggin mencari kecoa, menyuruh mencari kecoa, membunuh kecoa, menyuruh membunuh kecoa. anggit-anggit bersemangat; detou anggit-anggit kah mereka bersemangat untuk berangkat. panggit-anggit memberi semangat, menyebabkan seseorang bersemangat, menyuruh bersemangat. anggop serba bisa, mandiri; anggop morip hidup mandiri. panggop melakukan sesuatu secara mandiri, sama-sama mandiri, menyebabkan seseorang mampu mandiri. anggu’ 1. kue sagu; anggu’ bah nawi’ kue beras. nganggu’ membuat kue. nanggu’ dibuat kue. nyanggu’ sedang membuat kue di dalam kuali. panggu’ sama-sama membuat kue, menyuruh membuat kue. anggung akar pohon yang tumbang. nganggung mempunyai akar pohon yang tumbang. nyanggung ada akar pohonnya yang tumbang. panggung merebah sendiri sampai akar keluar; panggung nyurang pohon kayu besar yang hanyut dibawa banjir besar. anggung-anggung bengkak; betin rin anggung-anggung iné’ tuku betisnya bengkak karena bisul. 204 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan ango (bahasa Ketuya’) awang-awang. angou ranting kayu; angou bua’ ranting rambutan. nyangou ada banyak rantingnya. ngangou beranting banyak. pangou mencari ranting kayu untuk kayu api, menyuruh mencari ranting kayu untuk kayu api, menggunakan ranting kayu untuk kayu api. angu hubungan ipar di antara dua wanita, atau laki-laki dan perempuan, (hubungan ipar di antara dua laki adalah teléh). nangu dipanggil ipar (wanita). nyangu ada iparnya (wanita). pangu sama-sama mempunyai ipar, memanggil seseorang dengan sebagai ipar. ani’ suka, ingin, cinta; hok ani’ oroh inah saya suka dengan wanita itu. nani’ disukai. ngani’ menyukai (selalu); ém mena’ hok ngani’ an oroh iréh jangan kau buat saya menyukai perempuan itu. nyani’ sedang menyukai. pani’ membujuk supaya seseorang suka, menarik perhatian, membuat supaya seseorang suka. anih alas; inih da’un anih ini daun untuk alas. nganih membuat alas, beralaskan; nganih nuh bavui inah? kau buat alas babi itu? nyanih ada alasnya. nanih dibuat alas. panih membuat alas, mencari alas, menggunakan alas. aning tetesan; aning nyak tetesan lemak. nganing menetes. nyaning ada tetesnya. naning diteteskan. paning meneteskan, membuat menetes, mengeringkan, menyebabkan sesuatu menetes. aning-laning berkaca-kaca; metan aning-aning mata berkaca-kaca. paning-aning sama-sama mata-mata berkaca-kaca (karena mendengar berita sedih). anit pedas; cerbéh anit lombok pedas. nganit merasa pedas. nyanit terasa pedas. nanit terasa pedas; va’ ku nanit cerbéh mulut saya terasa pedas cabe. panit sama- sama merasa pedas, membuat sesuatu menjadi pedas, menyebabkan sesuatu terasa pedas. anjau jari manis. anjit pada awal; anjit bulan katou lekah an lunang pada awal bulan kami bekerja di hutan. anjut bertemu secara tiba-tiba, tanpa disangka; anjut ke hok an butung uki’ saya tiba-tiba bertemu bangkai tupai, anjut ke hok an iro saya tiba-tiba bertemu mereka. menanjut menemukan; an butung uki saya tiba-tiba menemukan bangkai tupai. panjut sama-sama menemukan secara tiba-tiba, menyebabkan seseorang menemukan sesuatu secara tiba-tiba. nanjut ditemukan secara tak sengaja; nanjut hok an uki ditemukan secara tiba-tiba tupai itu. ano’ nanti; kah tou ano’ an lunang inah kita nanti berjalan di hutan itu. anuh apa; anuh ma’ nuh? apa yang Anda katakan? nyanuh ke mana; déh nyanuh kou? Anda pergi ke mana? anyan 1. akan tetapi. 2. tali perahu; anyan aruk tali perahu. anyau sesat jalan, pergi ke sana ke mari tidak tahu jalan pulang; auh anyau anjing sesat. nanyau dibuat sesat. nganyau menyesatkan. panyau membuat sesat; ém déh panyau auh jangan buat anjing sesat. Kamus Punan Tuvu’ 205 anyén teman; anyén ku’ teman saya. nanyén dijadikan teman. nganyén mempunyai teman. nyanyén ada banyak temannya. panyén sama-sama mempunyai teman, menjadikan teman, mencari teman. anyok (< anyén hok) teman saya. anyuk menghibur orang yang perasaannya kurang baik; anyuk nuh kelovih inah hiburlah anak-anak itu. nanyuk dihibur. nganyuk menghibur. menganyuk menghibur. panyuk sama-sama menghibur, menyuruh menghibur, mengadakan hiburan. anyum miskin. anyum-anyum serba kekurangan; morip anyum-anyum hidup serba kekurangan. panyum-anyum menyebabkan hidup serba kekurangan. anyun wilayah; jét nekejan anyun ungéi inah toi? bukan main bagusnya pemandangan wilayah di sungai itu kan? ao’ bunyi yang dikeluarkan untuk memanggil orang. na’ao’ dipanggil dengan bunyi ao’. nga’ao’ memanggil dengan bunyi ao’. pa’ao’ sama-sama memanggil, menyuruh memanggil dengan bunyi ao’. apan alas; apan lo’ alas sagu. mapan berbuat alas. napan diberi alas; levu’ inih napan nuh unih rumah ini dibuatkan alas oleh kamu. ngapan beralas. nyapan ada alasnya. papan sama-sama membuat alas. apang bekerja membuat jalur berkeliling sehingga jangkauan hasil pekerjan bisa lebih besar. mapang mengerjakan ladang dengan cara berkeliling. napang dikerjakan. papang bekas merintis orang. apéh sejenis ikan pelian. api nama sejenis burung kecil yang dadanya merah. 2. nama laki-laki Punan. aping pinggiran atap; aping levu’ pinggiran atap rumah. maping mempunyai pinggiran. naping dibuatkan pinggiran atap. ngaping mempunyai pinggiran atap. apit 1. kembar; apit puti’ pisang kembar. 2. istri muda. napit 1. dibuat kembar. 2. dijadikan istri muda. ngapit 1. menjadi kembar. 2. mempunyai istri muda. nyapit 1. dalam keadaan kembar. 2. ada istri mudanya. papit 1. sama-sama menjadi kembar, menyebabkan kembar. 2. menjadikan seseorang sebagai istri muda. apon jenis kail. nyapon ada kailnya. ngapon mempunyai banyak kail. apuh 1. kapur sirih; kambu’ apuh tempat kapur sirih. 2. hancur jadi debu; batuh inih mangun apuh batu ini sudah hancur jadi debu. mapuh menghancur menjadi debu; levu’ iréh tutung mapuh iné’ pui rumah itu terbakur habis menjadi debu. 2. membuat kapur sirih (dari siput atau kerang yang dibakar). napuh diolesi kapur sirih. ngapuh mempunyai kapur sirih. nyapuh 1. ada banyak kapur sirihnya. 2. dalam keadaan hancur. papuh 1. memberikan kapur sirih, menyuruh memberikan kapur sirih. 2. sama-sama menghancurkan, menyebabkan hancur, sama-sama hancur. apuk kaldu, kuah; telang apuk air kuah, kaldu. napuk diberi kaldu, dicelupkan 206 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ke kaldu. ngapuk mempunyai kaldu, mencelup ke dalam saus. nyapuk ada banyak kaldunya. papuk memberikan kaldu, menyuruh memberikan kaldu, menggunakan kaldu. apun pinggir sungai atau pantai; jat aruk an apun menarik perahu ke pinggir sungai. ngapun mempunyai tempat pinggir sungai. nyapun ada pantai, pinggir sungai. papun membawa atau menarik perahu ke pinggir sungai, menyuruh menarik perahu ke pinggir sungai. apung-apung timbul batang; kayuh moman apung-apung batang kayu hanyut timbul. aput ombak jeram; aput ayo’ ombak jeram besar. maput berombak. nyaput ada ombak jeramnya. aput-aput berbicara dengan menunjuk-nunjuk tangan (kalau marah); rin aput-aput an timak dia berbicara sambil mengacung-acungkan tangan di depan saya. arap-arap sembarang; arap-arap lo’ih bicara sembarang. arau 1. sisa padi yang belum dipotong atau hampa buah; icit bua’ arau lemati sedikit sisa buah rambutan, umoh iréh vi’ arau paréi ladang ini banyak sisa padi (yang tidak diambil) narau diambil sisanya. ngarau mempunyai sisa. nyarau ada banyak sisanya. 2. arau jenis lagu tradisional yang menggunakan bahasa tertentu yang tidak banyak dikenal orang orang biasa dan dinyanyikan sewaktu orang minum-minum atau dalam keadaan tidak sadar. 3. arau cempaka hutan halus (Elmerrillia mollis), kayunya dipakai untuk membuat perahu. aré’ bayi, adik; aré’ muit uvah bayi baru lahir, aré’ turui an levu’ adik tidur di rumah. nyaré’ ada bayinya. paré’ sama-sama mempunyai bayi; tou duoh pia paré’ kita dua punya bayi. ari karena; hén an levu’ ari hén miram dia di rumah karena sakit. ari’ sejenis kayu; pu’un ari’ pohon kayu ari’. arih adik. arik (arih-k) adik saya; ji’ kungoh arik satu orang adik saya, hén arik tat ba’ iné’ dia adik saya sebelah dari ibu nyarik memanggil adik, hén inah nyarik hok dia memanggil saya adik. parik saling memanggil adik. arim (arih-m) adikmu; pai arim téi wo’ ma’ nuh maléh mana adikmu kemari kamu bilang kemarin. arin (arih-n) adik; rin arin ku’ dia adik saya, arin detou adik mereka, arin detou tat urih téi adik mereka datang belakangan. narin dipanggil adik. ngarin mempunyai adik beradik dengan; hok ngarin hén saya adik dengan dia. nyarin punya adik. parin hubungan kakak adik. aring mulai; aring matuk mulai memasak. naring dimulai. paring permulaan, membuat mulai; inih paring nuan dém memboh inilah awal jalan masuk, inah paring hok lekah itu yang membuat saya mulai bekerja. arip limpa; peroh arip penyakit limpa. arom besan; arom katou besan kami. narom dipanggil besan, dijadikan besan. Kamus Punan Tuvu’ 207

ngarom mempunyai besan. nyarom ada besannya. parom sama-sama memanggil besan, menyuruh memanggil besan. aru panjang; tuning aru telinga panjang. ngaru memanjang, sudah panjang; ivuk inah ngaru rambutnya sudah panjang. paru sama-sama memperpanjang, menyuruh memperpanjang. aru’ tikar untuk peras sagu; aru’ lo’ ledang tikar sagu lebar. naru’ diambil tikar sagu. ngaru’ mempunyai tikar sagu. nyaru’ ada tikar sagunya. paru’ memberikan tikar sagu, menyuruh memberikan tikar sagu, sama-sama tikar sagu. aruk perahu, kapal. arun 1. kotoran asap, jelaga; vi’ arun an atang banyak jelaga di dapur. 2. nama sejenis kayu; pu’un arun pohon kayu arun. ngarun 1. mempunyai kotoran jelaga. 2. mempunyai kayu arun. nyarun 1. ada kotoran asapnya. 2. ada kayu arunnya. parun 1. membuat kotoran asap, menyebabkan ada kotoran asapnya. 2. sama-sama mempunyai kayu arun, mengambil kayu arun, menggunakan kayu arun. arung 1. mempersilahkan. ngarung mempersilahkan; hok narung memboh saya dipersilahkan masuk. 2. pemberian; la’ arung a’ menerima sesuatu pemberian. narung dibuat pemberian. nyarung ada pemberiannya. asam Jawa (BI) asam Jawa, (Tamarindus indica) salah satu tumbuhan yang dipakai sebagai obat dalam masyarakat Punan Tubu. ata’-ata’ bukan pada waktunya, memaksa keadaan. atah susunan; atah pu’un susunan silsilah. matah menyusan; hok matah pu’un tero saya menyusun keturunan kita. natah disusun. ngatah menyusun, patah sama- sama menyusun, menyuruh menyusunkan. atan 1. strat, halaman; atan tukung strat kampung. 2. sengaja; atan detou ang téi nyanih sengaja mereka tidak datang kemarin. atang dapur; atang levu’ dapur rumah. ngatang mempunyai dapur. nyatang ada dapurnya. patang membuat dapur, menyuruh membuat dapur, memakai dapur. atén sejenis bakul rotan besar untuk membawa gabah dan padi. atét sumpah. matét menyumpah. patét saling menyumpah. natét disumpah. atih dulu; kah atih ano’ katou ngelekang jalanlah dulu nanti kami menyusul. atih- atih mencoba-coba; kou atih-atih kun kau coba-coba makanan. atok janji, keputusan, persetujuan; atok buvut janji untuk pergi berburu. matok membuat janji, mengambil keputusan; tubit kou matok rin maléh? sudahkah kau buat keputusan kemarin? natok diputuskan, dijanjikan. patok saling memutuskan; tubit detou patok lekah mena’ umoh unih? sudahkah mereka sepakat tentang pekerjaan ladang tadi? atop daun pintu; da’un atop daun penutup. matop menutup pintu. natop ditutup pintunya. ngatop pintu tertutup. nyatop pergi menutup. patop sama-sama menutup, menyuruh menutup. atuh jerat; atuh pelanuk jerat kancil. natuh dijerat. nyatuh menjerat; hok déh nyatuh 208 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

pelanuk saya pergi menjerat pelanduk. patuh sama-sama menjerat, memasang jerat, menyuruh memasangkan jerat. atuk masakan. matuk memasak. natuk dimasak. patuk membuat masakan. auh 1. anjing (Canis familiaris); auh cerou anjing putih. 2. sumpah; auh keman hok sumpah anjing makan saya. nga’auh 1. mempunyai anjing. 2. melayangkan sumpah. nya’auh ada banyak anjingnya. na’auh sialan; na’auh ucan malé auh hujan kemarin, sialan; pa’auh 1. sama-sama mempunyai anjing, memelihara anjing. 2. sama-sama menyumpah. auk bagian tubuh manusia dan binatang dari bawah ulu hati sampai ke kelamin (tidak termasuk tulang rusuk) yang dibuka untuk mengambil isi perut. aun atas. avang tengkawang (Shorea macrophylla); bua’ avang buah tengkawang. avat mencari; avat rin luh wo’ menyou unih dia mencari jarum yang hilang. navat dicari. ngavat mencari. nyavat sedang mencari. pavat sama-sama mencari, menyuruh mencari. avuh 1. abu, debu; avuh atang abu dapur. 2. (ungkapan) tidak memiliki apa-apa; katou morip avuh kami hidup tidak memiliki apa-apa. navuh dikotori dengan debu. ngavuh mempunyai abu. nyavuh ada abunya. pavuh sama-sama mempunyai abu, berdebu, mengotori dengan debu. avuk mabuk; avuk rin menyou mabuknya hilang. mavuk mabuk, keracunan; rin mavuk kulat ja’ui dia mabuk karena makan jamur beracun. navuk dibuat mabuk. ngavuk membuat mabuk. nyavuk dalam keadaan mabuk. pavuk sama-sama membuat mabuk, menyebabkan seseorang mabuk. avut penyakit kerumut; inih tengalan avut sekarang musim penyakit kerumut. ngavut berkerumut; kelovih iréh ngavut anak itu berkerumut. navut dijangkiti kerumut. awi sebab; nuh awi uron katou ovi’ téi nyanih apa sebab sejak dulu kami tidak ke mari. nawi disebabkan. ngawi mempunyai sebab. nyawi ada banyak sebabnya. pawi sama-sama menyebabkan sesuatu, membuat adanya sebab. awi’ nasib; jan awi’ nasib baik. ngawi’ mempunyai nasib. nyawi’ ada nasibnya. nawi’ diberi nasib. pawi’ mencari nasib, menyebabkan ada nasibnya. awo’ 1. seperti; awo’ bacou kah seperti ikan berenang, awo’ kawai ku menurut dugaan saya. 2. padahal. 3. yang. awo’-awo’ 1. samar-samar, mengira-ngira. 2. ragu-ragu; perun awo’-awo’ hati ragu-ragu. 3. ramalan. nawo’-awo’ 1. dibuat samar-samar. pawo’-awo’ 1. sama- sama membuat samar-samar, menyuruh membuat samar-samar. 3. sama-sama membuat ramalan. awong bingung; auh inih awong-awong anjing ini bingung. pawong-awong sama- sama sesat, sama-sama menyesatkan, menyebabkan seseorang sesat. aya 1. susunan; aya tau levu’ susunan lantai rumah. 2. tumpukan; aya buro’ tumpukan kain. Kamus Punan Tuvu’ 209 aya’-aya’ berhati-hati; aya’-aya’ an nuan berhati-hati di jalan. paya’-paya’ sama- sama berhati-hati, membuat berhati-hati, menyuruh berhati-hati, menyebabkan berhati-hati. ayam (ayu’-m) milik atau kepunyaanmu. ayan bawa. ayé’ (ayu’-k) milik atau kepunyaanku. ayén (ayu’-n) milik dia. ayo’ besar; ayo’ utok besar kepala. nayo’ dibesarkan. ngayo’ menjadi besar. payo’ sama-sama menjadi besar, membuat besar, menyebabkan sesuatu menjadi besar. ayu’ milik, kepunyaan; ayu’ rin miliknya. ayu’ detou milik mereka.

B ba’ 1. bara; ba’ pui bara api. 2. sebelah; ba’ ih sebelah sini. meba’ membuat bara api. neba’ dibuat bara. ngeba’ mempunyai bara. nyeba’ ada baranya. péba’ sama- sama mengumpul bara, membuat bara, menyuruh mengumpul bara, menyuruh membuat bara. ba’i’ belukar; ba’i’ uron belukar lama. ngeba’i’ menggarap belukar untuk ladang. nyeba’i’ ada belukarnya. peba’i’ menyuruh menggarap belukar untuk ladang, saling membantu untuk menggarap belukar. ba’ung (bo’ung) sejenis ikan buntal; ba’ung tabau ikan buntal yang hidup di danau. ngeba’ung mempunyai jenis ikan buntal. nyeba’ung ada banyak ikan buntalnya. peba’ung mencari ikan buntal, memakai ikan buntal sebagai umpan kail. baca (BI) membaca. baca’ membuat jampi-jampi; baca’ oroh membuat jampi-jampi untuk perempuan supaya dia terima lamaran laki, baca’-baca’ jampi-jampi. maca’ membuat jampi-jampi. benaca’ dibaca, dibacakan jampi-jampi. bacou ikan; bacou ayo’ ikan besar. ngebacou mempunyai ikan. pebacou memberikan ikan, mencari ikan, memelihara ikan. bagu apa boleh buat; bagu po kou ang leloh apa boleh buat kamu tidak dapat bagian. bah 1. beras; bah ubok beras ketan. 2. biji, buah (klasifikator); toluh bah telu tiga biji telur, duoh bah a’ dua orang, bah bua’ biji buah, bah ngguh Punan susunan kata-kata bahasa Punan, bah a’ véi badan seorang saja. ngebah 1. mempunyai beras. 2. mempunyai biji. nyebah 1. ada berasnya. 2. ada biji buah. pébah 1. memberikan beras, mengisi dengan beras, menuangkan beras, menyuruh memberikan beras. 2. memberikan biji (buah) pada seseorang, mengeluarkan biji (buah), menggunakan biji (buah). bai gantungan; bai bayang gantungan baju. nebai digantungkan. nyebai menggantungkan gantungannya, membuat gantungan, memasang gantungan, 210 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

menyangkutkan sesuatu di atas gantungan. pébai membuat gantungan, memasang gantungan, menyangkutkan sesuatu di atas atau menyuruh menggantungkan sesuatu di atas gantungan. baji (BI) baji, kampak. bakah sangkar; bakah you sangkar ayam. ngebakah mempunyai sangkar. pebakah mengurung dalam sangkar, membuat sangkar, memasukkan ke dalam sangkar, menyuruh memberikan sangkar. penebakah dikurung dalam sangkar. bakih teman setia; oroh bakih teman wanita. benakih dijadikan teman. nyebakih ada banyak temannya. pebakih berteman, mencari teman, menyuruh berteman. bakung kembar siam atau kembar untuk buah atau bagian tubuh; bakung toluh kembar tiga. mebakung berkembar. ngebakung mempunyai kembaran. bakur alas, bakul. bala hutan bekas ladang. bala’ tumpul; ugén bala’ parang tumpul. mebala’ membuat tumpul. ngebala’ mempunyai benda tumpul. nyebala’ dalam keadaan tumpul. pebala’ membuat tumpul, menyebabkan sesuatu tumpul, memakai sesuatu sampai tumpul. pembala’ ditumpulkan. benala’ dijadikan tumpul; ugén benala’ ku’ parang ditumpulkan saya. balah bekas ladang, jekau atau lahan bekas garapan; balah kelu’ bekas ladang tua. mebalah saya membiarkan ladang menjadi jekau. ngebalah mempunyai bekas ladang. nyebalah sedang menjadi jekau. pebalah memberikan batas bekas ladang yang sudah tua untuk digarap orang lain, menggarap bekas ladang tua, menyuruh memberikan batas bekas ladang tua untuk digarap orang lain. benalah dijadikan; jekau umak benalah detou ladangku dijadikan jekau orang lain. balan punggung, bagian yang tebal dari mata pisau, mandau atau kapak; balan yuh punggung atau bagian yang tebal dari pisau. ngebalan mempunyai punggung atau bagian yang tebal untuk pisau; yuh ngebalan pisau ada punggung atau bagian yang tebal. pebalan memukul dengan punggung atau bagian yang tebal dari pisau, menggunakan punggung atau bagian yang tebal dari pisau, menyebabkan punggung pisau menjadi tebal. benalan ditebalkan bagian atas dari pisau. balau gabus anak sumpit; balau langa’ upit katou gabus anak sumpit kami. mebalau membuat anak sumpit. ngebalau mempunyai gabus anak sumpit; langgah inih ngebalau anak supit ini punya gabus. pebalau meraut gabus anak sumpit, memasang gabus anak sumpit. benalau dipasang gabus pada anak sumpit. langa’inih benalau nuh. Anak sumpit ini dipasang gabusnya oleh kamu. Kamus Punan Tuvu’ 211 baléi sebagian, lain; baléi tat rin sebagian dari itu, lain dari yang lain. balét tempat duduk di atas pohon kayu untuk menjaga binatang buruan lewat. balih panggung, tempat jemuran; balih nawi’ tempat jemuran padi. ngebalih mempunyai tempat jemuran padi. pebalih membuat tempat jemuran padi, memakai tempat jemuran padi, menyuruh menggunakan tempat jemuran padi. benalih dibuat tempat jemuran padi; berat benalih nuh kamu buat tikar jemuran padi, tikar dijadikan tempat jemuran oleh kamu. baliyu sudut panggung. balon (BI) balon. balop bayangan; balop a’ bayangan orang. mebalop menampakkan bayangan; nyovi’ rin mebalop dia tidak menampakkan bayangan. ngebalop ada bayangan. pebalop membuat bayangan, melihat bayangan, memperlihatkan bayangan, saling buat bayangan. benalop dikasih bayangan. balot keranjang kecil; balot ilu’ keranjang damar. ngebalot mempunyai keranjang. nyebalot ada keranjangnya. pebalot memberikan keranjang, membuat keranjang, menganyam keranjang, menyuruh memberikan keranjang, menggunakan keranjang. benalot dijadikan keranjang; benalot nuh rin unih! dijadikan keranjang olehmu tadi! baluh (balum, balun) janda; baluh tenuh janda muda. ngebaluh menjanda (di rumah). pebaluh menjodohkan seseorang dengan janda, memelihara janda, menyuruh seseorang mengawini janda. benaluh ditinggal janda; ine’ benaluh léi hén kah ibuku ditinggal janda oleh suaminya pergi. balum (baluh-m) janda kamu. balun 1. bungkusan; balun da’un bungkusan daun. 2. balun (baluh-n) janda orang. mebalun 1. membungkus. pebalun 1. memberikan bungkusan, membuat bungkusan, menyuruh memberikan bungkusan, menggunakan bungkusan. benalun 1. dibungkus; bua’ nebalun ku’ buah dibungkus oleh saya. bam 1. jatuh; rin bam dia jatuh. 2. air terjun tidak terlalu tinggi. nebam dijatuhkan. ngebam menjatuhkan. nyebam sedang jatuh. pébam menjatuhkan, membuat jatuh, nyuruh menjatuhkan. ban gelang; ban leku gelang besi. meban pakai gelang. neban diberi gelang, digelangi. ngeban mempunyai gelang. nyeban ada gelangnya. péban membuat gelang, memberikan gelang, memasukkan gelang, memasang gelang, menyuruh memasukkan gelang, saling memakai gelang. banat alas; banat aruk alas perahu. mebanat membuat alas. ngebanat mempunyai alas. nyebanat ada alasnya. pebanat sama-sama membuat alas, memberikan alas, memakai alas. benanat dijadikan alas; buluh benanat nuh bambu dijadikan alas. bandang sosok, bentuk tubuh; bandang a’ sosok tubuh manusia. ngebandang mempunyai sosok tubuh. banéi kalung; banéi inu’ kalung manik. mebanéi memakai kalung. ngebanéi 212 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

memakai kalung manik. nyevanéi memasang sendiri kalung manik. pebanéi suruh pasaang kalung manik, membuat kalung manik, menyuruh memasang kalung manik, saling memakai kalung manik. bang 1. tabung; bang bulu’ tabung bambu. 2. penis, kemaluan lelaki; bang léi inah ayo’ la’ung kemaluan lelaki itu besar sekali, bang labau alat kelamin tikus (ungkapan yang dipakai untuk mengacu pada orang yang ikut-ikut tanpa ada urusan dengan sesuatu, misalnya anak kecil yang ikut atau mengintip-intip orang pacaran). ngebang memiliki kemaluan lelaki. pébang saling memegang kemaluan, memperlihatkan kemaluan lelaki. bangah basi; kun bangah nasi basi. mebangah menjadi basi; mebangah kun membasi di dapur. nebangah dibuat basi, dibiarkan basi. ngebangah membuat basi. bangan benangan (Castanopsis argentea), sejenis kayu yang tumbuh di bukit. bangé (bahasa Ketuya’) daun. bangi’ sirih (Piper betel); da’un bangi’ daun sirih, bangi’ tano’ sirih hutan, bangi’ jemit sirih kuning. ngebangi’ mempunyai sirih. pebangi’ memberikan sirih, makan sirih, mencari sirih, menggunakan sirih. benangi’ sudah dibuat campuran sirih. bangun rangka, postur tubuh; bangun levu’ kerangka rumah. banit berhamburan. banyih sombong, berani (penggal kepala). mebanyih berlaga sombong. ngebanyih selalu sombong. nyebanyi tetap berani, tidak mundur. pebanyih membuat sombong. benanyih dianggap sombong. banyin 1. martil; banyin melat martil besi. 2. meriam; banyin icit meriam kecil. mebanyin membelah dengan martil. pebanyin 1. memberikan martil, membuat martil, memakai martil. 2. memberikan meriam, memakai meriam. benanyin dipukul dengan martil, ditembak dengan mesiu. bara menyumpah, memarahi bara nuh hén kamu memarahi dia. mara menyumpah, memarahi. tebara bersumpah besar. tenebara disumpah, dimarahi. benara dimarahi. pebara menyumpahi, menyuruh sumpah, bersama-sama, saling menyumpah. barah dasar sungai; barah livou dasar sungai yang dalam (lubuk). ngebarah mempunyai dasar sungai. pebarah sama-sama pergi ke dasar sungai. barang (barong) apabila; barang pe hok ngom tenong apabila saya bisa betul. barap 1. tidak tentu tempat tinggalnya sehingga pindah dari rumah ke rumah. 2. sesat; hén kah barap dia berjalan tanpa mempunyai jurusan tepat. pebarap 1. membuat seseorang hidup tidak menentu tempat tinggalnya, menyebabkan seseorang hidup tidak menentu tempat tinggal. 2. membuat sesat, menyebabkan tersesat. barok jamur kuping; barok mengun jamur kuping yang masih lembut. ngebarok mempunyai jamur kuping. Kamus Punan Tuvu’ 213 barong kalau; barong pe’ketou la’ui, hok pa’ la’ui kalau kalian sendiri saja yang letih, saya juga letih, barong katou nyanih, nah katou déh néi kalau kami ke sini, baru kami pergi. bat gelagar; bat levu’ gelagar rumah. mebat membuat gelagar. nebat sudah dijadikan gelagar. ngebat mempunyai gelagar. nyebat ada gelagarnya. pébat membuat gelagar, memasang gelagar, menggunakan gelagar. bata’ bongkahan; bata’ yoh bongkahan garam. ngebata’ mempunyai bongkahan. nyebata’ ada bongkahannya. pebata’ membuat bongkah, menggunakan bongkahan, membentuk bongkahan. bati’ patah; kayuh bati’ kayu patah. mati’ mematahkan. ngebati’ menjadi patah. pebati’ menyuruh mematahkan, menyebabkan patah, saling mematah. batik tato. matik membuat tato. batuh batu; batuh yang batu putih. ngebatuh membatu. nyebatuh ada banyak batunya. pebatuh memberikan batu, menyuruh memberikan batu, menyusun batu, membawa batu, mencari batu, menggunakan batu. batung klasifikator untuk sesuatu yang gulung; pat batung ubuh empat gulung daun silat. bau kenyang, kekenyangan; hok bau la’ung saya kenyang sekali. nebau dijadikan kenyang. ngebau menjadi kenyang. nyebau dalam keadaan kenyang. pébau mengenyangkan, menyuruh makan sampai kenyang. bauk jatuh ke dalam air sehingga mengeluarkan bunyi, rendam; bauk batuh batu jatuh ke dalam air sehingga mengeluarkan bunyi. nebauk dijatuhkan ke dalam air sehingga menimbulkan bunyi. ngebauk menjatuhkan sesuatu ke dalam air sehingga menimbulkan bunyi. nyebauk jatuh sendiri dalam air. pebauk sama- sama menjatuhkan sesuatu ke dalam air sehingga menimbulkan bunyi, menyuruh menjatuhkan sesuatu ke dalam air. bauk-bauk berendam di dalam air; payou bauk-bauk rusa berendam di dalam air. nebauk-bauk direndam di dalam air. ngebauk-bauk merendam sesuatu di dalam air. nyebauk-bauk sedang berendam di dalam air. pebauk-bauk merendam sesuatu di dalam air, menyebabkan sesuatu berendam di dalam air, menyuruh merendam sesuatu di dalam air. bavat takut; bavat la’ung takut sekali. ngebavat menakuti. nyebavat dalam keadaan takut, ketakutan. pebavat menakut-nakuti, menyebabkan takut, sama- sama menakuti. bavuh ranting pohon. bavui babi hutan, babi janggut (Sus barbatus); bavui ayo’ babi besar. ngebavui mempunyai babi. nyebavui ada banyak babinya. pebavui memberikan babi, mencari babi, meniru suara babi, menggunakan daging babi. baw orang Mbau, Merap; hén a’ Baw dia orang Merap. bawang (BI) bawang; bawang luva’ nama salah satu obat tradisional (Eleutherine americana), bawang mengan bawang merah (Allium cepa). bawé perempuan; bawé jan la’ung perempuan paling cantik. bawih tengkorak kepala; dulu kepala manusia yang dipenggal lalu digantung di 214 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ujung tiang (pulang dari ngayou) waktu upacara adat. bawing serai wangi, bawing tuvuh serai (Cymbopogon nardus), sejenis kemangi; bun bawing bayang oroh baju perempuan itu bau kemangi perhiasan pengharum tubuh wanita. ngebawing memakai harum kemangi. nyebawing menggunakan harum untuk diri sendiri. pebawing memberikan harum kemangi, menyuruh memberikan kemangi, memakai kemangi, menyuruh memakai kemangi. baya’ (istilah bahasa Ketuya’) harimau. bayang baju. pebayang (pevayang) membuat seseorang berbaju. bayo nama sejenis pohon tinggi yang biasanya dipakai untuk membuat alat musik kecapi’ (Pterospermum javanicum). bécéh sudah robek, terbelah. beceréng meluncur. beneceréng diluncurkan. beci 1. percik; beci ungéi percik air. 2. besi. ngebeci 1. memercik. pebeci 1. membuat percikan, memerciki, menyuruh memerciki. teveci 1. terhambur keluar. nebeci 1. memercikkan. tenebeci 1. disemprot. peneveci 1. saling menyemprot. beci’ sejenis katak; beci’ iluh katak pohon (Rhacophorus reinwardti), beci’ ayo’ katak besar. ngebeci’ pergi mencari katak. béh lah, juga; ho’ béh iyalah. bekaro bekantan kahau, kera Belanda (Nasalis larvatus); nak bekaro anak bekantan. pebekaro berburu bekantan, menguliti bekantan. bekendit buncit; bekendit betukoh perut buncit. mebekendit berjalan dengan beban berat sehingga perut membuncit. ngebekendit menjadi buncit. nyebekendit dalam keadaan buncit. pebekendit sama-sama menjadi buncit, membuat buncit. beketan penyamun; ada’ beketan bayangan penyamun. bekikih kukang (Nycticebus coucang); bekikih dero kukang dahan. bekulu’ musang; bekulu’ jotik musang kecil. bekurung salah satu gelang besar yang dipasang di lengan atas terbuat dari kayu ulin; takin bekurung gelang bekurung. bela’ bersih, botak, gundul; utok bela’ kepala gundul. ngebela’ membersih, menjadikan gundul. pebela’ sama-sama menjadi bersih, gundul, menyebabkan gundul, menggunduli. belalé’ tana guntur yang sampai ke tanah; ngguh belalé’ bunyi guntur. belalin 1. rejeki. 2. nama dewa Punan dahulu kala yang memelihara manusia. belanda (BI) Belanda; uru’ belanda lunang sejenis tanaman yang buahnya lengket- lengket dan dipakai sebagai obat (Pseuderanthemum tidak lengkap) bélang 1. kadal sisir kasar (Mabuya rudis), sejenis kadal kecil; bélang tano’ kadal tanah. 2. nama sejenis semut yang besar; ula’ bélang semut besar. ngebélang 1. mencari kadal. pebélang 1. sama-sama mempunyai kadal, mencari kadal, menggunakan kadal sebagai umpan. benélang 1. kadal dipakai sebagai umpan. belang nama sejenis akar yang merambat di kebun atau di bekas ladang; oka belang akar merayap, obat untuk gigitan laba-laba (Merremia peltata). Kamus Punan Tuvu’ 215 belangéi bagian bawah dari punggung. belara’ sejenis burung; kecang belara’ tangkar ongklet (Platyphilus galericulatus). belaré’ guntur; ucan belaré’ hujan yang disertai guntur. belaro’ 1. tabung; belaro’ balau upit tabung tempat anak sumpit. 2. sejenis bunga bangkai; belaro’ tu’an jenis bunga bangkai hutan. ngebelaro’ 1. mempunyai tabung. 2. mempunyai bunga bangkai. pebelaro’ membuat tabung, memberikan tabung, menggunakan tabung. belat anak sumpit berujung logam. mebelat membuat anak sumpit. ngebelat mempunyai anak sumpit berujung logam. pebelat membuat anak sumpit berujung logam, memberikan anak sumpit berujung logam, menggunakan anak sumpit berujung logam. belatik ranjau pegas; belatik bulu’ ranjau pegas dengan mata ranjau dari bambu. ngebelatik melepas ranjau pegas. mebelatik selalu berper, main pegas. pebelatik saling melepas ranjau pegas. belatung paha; belatung lemu’ paha mulus kalung. ngebelatung mempunyai paha. belau kedipan; belau metan mata berkedip. ngebelau mengedipkan. nyebalau sedang berkedip. pebelau mengedip-ngedipkan mata, menyuruh mengedip- ngedipkan mata. belaung nama bulan purnama (masa bagus untuk menugal). belayan lampu kaleng; belayan kerita’ lampu kaleng minyak tanah. ngebelayan memiliki lampu kaleng. pebelayan memberikan lampu kaleng. beléh hambar; beléh yoh hambar garam. ngebeléh menjadi hambar. pebeléh menjadikan hambar, membuat sesuatu menjadi hambar, sama-sama terasa hambar. belelék terkupas. belelong sebelah, di bagian hulu; belelong ta’uh ricu’ ungéi sebelah kanan hulu sungai. béléng-béléng tidak waras; lakap rin béléng-béléng jalannya tidak lurus, sempoyongan. pebéléng-béléng menyuruh berjalan sempoyongan. belenga’ sejenis penyengat; vi’ belenga’ banyak penyengat. belengiyu sempidan Kalimantan (Lophura bulweri), sejenis ayam hutan. belengo’un pergelangan kaki dan tangan. belenyéng melotot; metan rin belenyéng matanya melotot. ngebelenyéng melototi (orang); ém ngebelenyén hén jangan melototi dia. pebelenyét memelototi seseorang, sama-sama melotot. belenyét lemas; ngenong detou belenyét mereka kelihatan lemas. ngebelenyét membuat lemas. pebelenyét menyebabkan menjadi lemas. belenyu’ sejenis mangga besar. beletik menjentik; hok beletik tuning rin saya menjentik telinganya. ngebeletik membuat agar bisa menjentik. nyebeletik sedang menjentik. pebeletik sama- sama menjentik, menjentik-jentik. 216 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan beletung kekenyangan sehingga mencret. belevan sejenis pohon kayu besar. beli kunat bekas luka; beli tapong bekas luka di tangan. ngebeli mempunyai bekas luka. pebeli menyebabkan adanya bekas luka. belihah heran. mebelihah sering mengherankan. ngebelihah mengherankan. nyebelihah menjadi heran. nebelihah dijadikan heran. pebelihah menyebabkan jadi heran, saling mengherankan. belik kaleng. belikot belikat. belikung 1. lumbung; belikung nawi’ lumbung padi. 2. kandang; belikung auh kandang anjing. ngebelikung 1. membuat lumbung, kandang anjing. beliling melingkar. belimbing belimbing manis, pohon belimbing (Averrhoa carambola). Belinau nama Sungai Malinau. beling 1. sejenis bambu; bulu’ beling pohon bambu. 2. sejenis tupai; beling nekejuk tupai melompat 3. tidak berselera. ngebeling 1. mempunyai bambu beling. 2. mempunyai tupai. pebeling 1. mencari bambu beling, menggunakan bambu beling. 2. mencari tupai, memelihara tupai, memberikan tupai. belirang semut api; mbu belirang sarang semut api. ngebelirang mempunyai semut api. nyebelirang ada banyak semut apinya. beliung kandang. belocon sakit karena tidak cocok dengan lingkungan baru; rin belocon tano’ inih dia sakit karena tidak cocok dengan daerah ini. ngebelocon jatuh sakit karena tidak cocok dengan lingkungan. pebelocon menyebabkan seseorang sakit karena tidak cocok dengan lingkungan. belua’ tengah; belua’ nuan tengah jalan, belua’ malom tengah malam. mebelua’ berada di tengah. benelua’ dibelah di tengah. ngebelua’ menengahi (untuk selesaikan perkara). pebelua’ membagi dua persis di tengah-tengah. belucén muak; hok belucén saya muak. pebelucén menyebabkan muak, sama-sama merasa muak. beluh 1. lurus, tanpa bentuk; utang beluh tongkat lurus. 2. polos; buro’ beluh kain polos. ngebeluh menjadi lurus. pebeluh 1. meluruskan, menyuruh meluruskan, sama-sama lurus, membiarkan lurus. 2. sama-sama polos, membiarkan polos. beluluk (bahasa Ketuya) ujung. belulung kandang binatang. belum sudah, selesai, tuntas; hok belum turui saya sudah tidur. pebelum/pevelum mengerjakan sampai tuntas, membiarkan sampai selesai atau menunggu sampai selesai, penyelesaian; nyou tero melai keman pebelum tero lekah inih mon kita belum bisa makan kalau belum menyelesaikan pekerjaan ini. belung belimbing hutan; ak belung belimbing hutan masak. ngebelung berbentuk belimbing hutan. nyebelung buah belimbing sudah tua tapi belum masak. Kamus Punan Tuvu’ 217

pebelung mencari belimbing hutan, makan belimbing hutan, memberi belimbing hutan. bén 1. ibu jari; man bén ibu jari, bén bowang ibu jari beruang. 2. menyumpahi dengan melemparkan makanan; bén ku’ detou saya menyumpahi mereka dengan melemparkan makanan. nebén 1. ditaruh di ibu jari. 2. disumpahi dengan melemparkan makanan. ngebén 1. mempunyai ibu jari. 2. mengucapkan sumpah dengan melemparkan makanan. nyebén 1. ada ibu jarinya. 2. sedang menyumpahi dengan melemparkan makanan. pébén 1. menaruh sesuatu di ibu jari, saling menuap. 2. saling menyumpahi dengan melemparkan makanan. benaliu (benaliyu) orang bisu-tuli, orang gila; a’ benaliu orang yang bisu-tuli. penevaliu menyebabkan bisu-tuli. benangah dijadikan basi, terbasi. pebangah membuat basi, membiarkan basi. bengang sempit bayang; inih bengang an hok baju ini sempit dengan saya. bengayi 1. suhu udara sedang; lunang bengayi suhu udara di hutan sedang. 2. kawasan tanah yang sudah dikelola. bengén penat; penuk ku’ bengén punggung saya terasa penat. ngebengén merasa penat. nyebengén dalam keadaan penat. pebengén membuat penat, menimbulkan rasa penat. beni bibit; beni nyuh bibit kelapa. ngebeni mempunyai bibit, menjadi bibit. nyebeni ada bibitnya. pebeni menyimpan bibit, membagi bibit. bénih sekarang; tou kah bénih bon iro melu’ kita jalan sekarang, biar mereka tinggal. bening melempar; bening batuh melempar batu. pebening (

gatal. peberang menyebabkan seseorang terkena gatal, membiarkan seseorang terkena gatal, saling terkena gatal. peneberang mengoleskan bambu di badan sendiri sehingga gatal. berat tikar; berat layah tikar polos. meberat membuat tikar. ngeberat memiliki tikar. nyeberat ada tikarnya. peberat membuat tikar, memberikan tikar, menghamparkan tikar. berawah terang, tanpa halangan, loss, kosong; levu’ berawah rumah yang kelihatan terang. ngeberawah terangnya meluas. peberawah membuat sesuatu menjadi terang, membuka sesuatu agar terlihat terang. berayau jalan-jalan terus tanpa ada hasil apa-apa pun. beré kaget; hok beré saya kaget. meberé (ngeberé) menjadi kaget. nyeberé dalam keadaan kaget. neberé dikagetkan. peberé mengageti. berecing menceret; kelovih inah berecing anak itu menceret. ngeberecing membuat menceret. peberecing menjangkitkan penyakit menceret, membawa seseorang yang menceret ke jamban. berédét meluncur dari pohon atau dari tiang dengan memeluknya; bowang berédét beruang meluncur dari pohon. ngeberédét sedang meluncur dari pohon. peberédét menyebabkan orang atau binatang meluncur ke bawah dari pohon. berédi lari kencang dari satu tempat; berédi uki’ muwo tupai turun dari pohon dan langsung loncat. ngeberédi sedang lari kencang. berenat 1. kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus), sejenis burung enggang; berenat mengan burung enggang merah. 2. menebar berenat berat menghampar tikar; berenat kejala’ menebar jala. ngeberenat 1. mempunyai burung enggang. 2. menebarkan. peberenat menghamparkan, menyuruh menghamparkan, menebarkan, menyuruh menebarkan.

berét rintik-rintik; ucan berét hujan rintik-rintik. ngeberét turun berintik-rintik (hujan). peberét rintik-rintik (hujan) berkepanjangan. beri belah. meri membelah. ngeberi membelah. beneri dibelah; kayuh inih beneri bowang kayu ini terbelah oleh beruang. peberi membelah-belah, menyuruh membelah, sama-sama membelah. berik robek; daun inih berik daun ini robek. ngeberik merobek. peberik merobek atau membuat robekan. nyeberik ada robekan atau ada bekas robekan. Kamus Punan Tuvu’ 219 beringuh bising, ramai; tukung beringuh desa yang bising. ngeberinguh membuat bising. peberinguh membisingkan, membuat bising, menyebabkan bising. berinut pelan; kah kou berinut-berinut kau jalan pelan-pelan. berit serpihan atau belahan yang kecil seperti lidi; berit kayuh serpihan kayu. meberit (ngeberit) membuat serpihan atau belahan kecil seperti kalau kita menguliti atau memotong bagian kecil kayu. nyeberit ada serpihan-serpihannya. peberit menyuruh membuat serpihan-serpihan, menggunakan serpihan-serpihan, sama- sama membuat serpihan. berlanjat sejenis permaian dengan tali. peberlanjat mengadakan permainan tali. beru’ (teberu’) gemetar. beruan nasib atau untung; jan beruan nasib baik. beruin gulungan; beruin cigup gulungan rokok. meberuin (ngeberuin) membuat gulungan. ngeberuin mempunyai gulungan. nyeberuin ada gulungannya. peberuin membuat gulungan, membagi gulungan, menyuruh membagi gulungan. beruk beruk (Macaca nemestrina), sejenis kera; beruk keman bua’ beruk makan buah. ngeberuk mempunyai beruk, melahirkan beruk. nyeberuk pergi ke hutan dan memakai bahasa beruk (untuk mendatangkan babi). berung dada; berung you dada ayam. ngeberung mempunyai dada. nyeberung menampakkan dada. beta’ belahan; beta’ batuh belahan batu. ngebeta’ membelah sesuatu jadi dua. pebeta’ sama-sama membelah, membagi menjadi belahan, menyuruh membelah. betai’ hamil. pevetai’ membuat hamil. betaliu ginjal; betaliu a’ ginjal manusia, batu betaliu batu ginjal. ngebetaliu mempunyai ginjal. betamén pintu. betang (BI) 1. batang; betang kayuh batang kayu. 2. badan; betang a’ badan manusia. ngebetang 1. mempunyai batang. 2. berdiam di satu tempat (seperti batang). pebetang 1. membawa batang, membagikan batang. 2. memperlihatkan badan, sama-sama memperlihatkan badan. betekok lidah kecil di kerongkongan. betih betis. betiting kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata), sejenis kayu kapur. betolih medang (Prunus arborea), sejenis pohon dataran rendah dan bukit. betot sejenis perangkap dari bambu; betot labau perangkap tikus dari bambu. betu’én sanggup. betuan pohon yang buahnya lebat sekali. betukan perut besar. betukoh (betukan) perut dalam, lambung; betukoh payou usus besar rusa. ngebetukoh mempunyai perut besar, busung. pebetukoh menyebabkan perut orang atau binatang besar. pebetukoh-tukoh beberapa orang mempunyai sama- sama perut besar. 220 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan betun padi yang bersih tanpa hampa. betung 1. bengkak, bisul; betung betih bengkak kaki. 2. bambu betung; bulu’ betung pohon bambu betung. mebetung membuat bengkak. ngebetung 1. membengkak. 2. mempunyai bambu betung. pebetung 1. menimbulkan bengkak, mengobati bengkak. betut nyeri; van betut lukanya terasa nyeri. pebetut menimbulkan rasa nyeri, menyebabkan nyeri. bi lap pantat; bi kertot lap dari kertas. nebi dilap, dibuat lap. ngebi melap. nyebi sedang membersih pantat. pébi memberikan lap, menyuruh memberikan lap, menggunakan lap. bi’ menggendong; bi’ kayuh menggendong kayu. nebi’ digendong. pébi’ sama-sama menggendong, menyuruh menggendong. bi’ang setengah, separoh; ji’ bi’ang docou separoh durian. mi’ang membelah. bi’ip meringis, mau nangis, tidak jadi; mucun bi’ip mulut meringis. ngebi’ip meringis. nyebi’ip dalam keadaan tidak senang sehingga meringis. pebi’ip membuat seseorang meringis, sama-sama meringis. bi’ot barang yang diberikan oleh seorang bapak pada anak perempuan pada saat dia kawin (seperti mas kawin); me’ bi’ot yu’ man oroh pemberian barang mas kawin untuk orang tua pihak perempuan; bi’ot oroh mas kawin untuk pihak wanita. mebi’ot menyerahkan mas kawin dari pihak perempuan (dari bapak ke anaknya). ngebi’ot menyerahkan barang dari bapak ke anak. pebi’ot saling memberi barang kepada anak perempuan (kalau dua orang menjalin hubungan perkawinan). biau prihatin. bibik (BI) bebek. bicéh robek; buro’ bicéh kain robek. pebicéh sama-sama merobek, menyuruh merobek. bikéh (bekéh) besar (sobekan kain yang membesar), longgar (untuk gendongan). mebikéh membesar. ngebikéh membesar. benikéh dibuat besar. pebikéh memaksa membesarkan. bikin kerang. bilah peti mayat pada upacara pemakaman kedua; bilah adu’ bang peti mayat nenek laki. bilai sial karena melanggar tabu; bilai bayang oroh sial karena melanggar tabu memegang pakaian perempuan. pebilai membuat sial, mendatangkan sial, menyebabkan sial. bilak belahan; bilak kayuh belahan kayu. ngebilak memotong kayu. pebilak menyuruh membelah. bilang 1. kain gendongan anak yang ditaruh di tubuh. 2. tertancap; ukut ku’ lengan dui kaki saya tercancap duri. mebilang selalu pakai kain gendongan. ngebilang membawa gendongan dalam kain. pebilang memberi gendongan, mencari gendongan, menggunakan gendongan. Kamus Punan Tuvu’ 221 bilin pinggir; bilin tau’ pinggir papan. ngebilin mempunyai pinggiran. pebilin membuat pinggiran. bilit anyaman untuk mengikat keranjang atau kandang; bilit bulu’ anyaman bambu, bilit kawat lilitan kawat. pebilit membuat anyaman untuk mengunci keranjang, melilitkan, menyuruh melilitkan. bilun terengilu. bilung 1. pejantan dari burung pecakuh. 2. nama laki-laki Punan; Bilung lo Juman Bilung berasal-usul dari Sungai Juman. bin otot; wat bin bokup otot lengan. ngebin berotot. pébin mengeluarkan otot, memperlihatkan otot. bindi’ menhantam kaki dengan kaki; bindi’ bola menyepak bola. pebindi’ saling menghantam kaki, sama-sama menyepak, menyuruh menyepak. bing 1. kain lepas. 2. memanggil angin. bing mengangkat dan memasang gendongan. nebing diangkat dan dipasang gendongan. ngebing mengangkat dan memasangkan gendongan. nyebing sedang mengangkat dan memasang gendongan. pébing sama-sama mengangkat dan memasangkan gendongan, menyuruh mengangkat dan memasangkan gendongan. bini’ miskin; baluh bini’ janda miskin. pebini’ membuat miskin, menyebabkan miskin. bio’ pertanda menurut kepercayaan adat lama; bio’ jét pertanda jelek, bio’ jan pertanda baik. ngebio’ mempunyai pertanda bio’. birai pohon keplar (Sallaca affinis), sejenis salak hutan. biring 1. menebar jala; biring kejala’ ayo’ menebar jala besar. 2. mengangkat dan memasang gendongan; detou biring ajat mereka mengangkat dan mengendong anjat. 3. nama orang Punan. pebiring 1. sama-sama menebarkan jala, menyuruh menebarkan jala. 2. sama-sama mengangkat dan memasang gendongan, menyuruh mengangkat dan memasang gendongan. birong bingung; rin birong la’ung dia bingung sekali. bit batu jala; bit kejala’ batu jala yang terpasang pada jala. nebit dipasangkan batu jala, dibuat menjadi batu jala. ngebit mempunyai batu jala. nyebit ada batu jalanya. pébit membuat batu jala, memberikan batu jala, menggunakan batu jala. biti bambu muda; bulu’ biti bambu yang tipis, lei tenuh betun biti pemuda yang baru tumbuh. biyau khawatir; katou biyau la’ung kami khawatir sekali. pebiyau mengkhawatirkan, membuat khawatir, sama-sama merasa khawatir. biyou salak hutan; inah biyou bukot itu salak hutan kecil. ngebiyou mempunyai salak hutan. bo’ (mbo’) minum; bo’ ungéi minum air. nebo’ diminum. ngebo’ meminumkan. pébo’ mempersilahkan minum, menyuruh anak-anak atau orang yang sedang sakit minum. 222 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan bocék menyentuh makanan sebagai syarat dan basa-basi bila tidak sempat atau tidak ingin memakan makanan yang tersedia atau disuguhkan; bocék icit lulung sentuhlah sedikit dulu sebagai syarat/basa-basi. pebocék sama-sama menyentuh hidangan sebagai syarat/basa-basi, menyuruh seseorang untuk menyentuh hidangan sebagai syarat/basa-basi. boh partikel yang dipakai di ujung ujaran yang diucapkan perempuan terhadap perempuan atau di antara suami dan istri; pén nuh ungéi yé’ boh ambilkan air untuk saya (diucapkan suami atau istri), nyanih kou boh ke sini kamu lah (sapaan untuk wanita). boi sejenis ubi akar; karo keman boi kami berdua makan umbi ubi akar. bojou bulat lonjong; kayuh bojou kayu bulat. ngebojou mempunyai bentuk bulat. pebojou membuat bentuknya menjadi bulat, menyebabkan bentuknya bulat. bok kena; auh iréh kevoh bok kayuh mokat anjing itu mati kena tumbang, bavui iréh kevoh bok tenembak a’ babi itu mati ditembak orang. nébok pas kena sasaran; kou nyupit unih, nébok nuh janéi inah? kamu menyumpit tadi, kena pada sasaran burung itu? pébok saling mengenakkan pada sasaran. bokup lengan dari bahu ke siku. bola (BI) bola. bolét pinggang; bolét keting pinggang ramping. ngebolét mempunyai pinggang. bon 1. buat, bentuk. 2. biar; bon déh biarkan saja. nebon dibuat, dibentuk. ngebon membuat, membentuk. pébon menyuruh membuat, saling membuat. bong pukul gong. bonoi perahu yang sarat barang sehingga tidak bisa laju dan rendah; aruk bonoi perahu rendah. bonong meludah; bonong aru berkali-kali meludah. pebonong saling meludah, sama-sama meludah, menyuruh meludah. boréh-boréh serampangan; boréh-boréh véi serampangan saja. peboréh- boréh membuat sesuatu secara serampangan, membiarkan serampangan, memperlihatkan sifat serampangan. bot nama perempuan. bota’ dataran tinggi; bota’ ayo’ dataran tinggi besar. bovong 1. sejenis pisang hutan; nak bovong pisang hutan muda. 2. sejenis burung enggang. 3. sejenis ular sawa; cai bovong ular bovong. bowai buaya (Crocodylus porosus); nak bowai anak buaya. ngebowai mempunyai buaya. bowang beruang madu (Ursus malayanus); bowang punyuh beruang hitam. bu 1. bubuk; bu kayuh bubuk kayu. Kamus Punan Tuvu’ 223

2. binatang pengerat seperti rayap. ngebu 1. mengebor; hén ngebu upit dia mengebor sumpit. 2. rayap memakan kayu. nebu 1. dibor. bu’ jatuh tergelincir; hok buh saya jatuh. pébu jatuhkan; hok pébu saya jatuhkan. nebu’ dijatuhkan. bu’ang pondok lapuk; bu’ang lepou pondok lapuk. nebu’ang dijadikan lapuk. ngebu’ang melapuk, menjadi lapuk. pebu’ang menyebabkan lapuk, saling membuat lapuk. bu’uk bergaya. ngebu’uk berperilaku bergaya. nyebu’uk memancing supaya lebih bergaya. pebu’uk membujuk agak menjadi bergaya. bu’ung 1. manik besar. 2. ujung anjat, mulut; bu’ung kelacou manik kuno (terbuat dari buah kelacou). ngebu’ung menarik tali untuk menutup ujung anjat. pebu’ung memasang manik, memakai manik, membagi manik. bua’ buah. ngebua’ (ngevua’) berbuah. pebua’ merangsang supaya berbuah. buat perilaku; buat jo salah tingkah. pebuat saling bertukar pikiran. buau pindah, hijrah; detou buau mereka pindah. benuau dipindahkan. pebuau memindahkan, sama-sama pindah. buca besar sekali sampai mengherankan; dui, buca la’ung kayuh inah waduh, besar sekali kayu itu. bucih sejenis tempayan kuno; bucih kelu’ tempayan lama. bucou biawak ikan (Varanus dumerilii), sejenis biawak di daratan; bucou kopuh biawak kecil. bucu lebih baik; bucu pe hok keman lulung lebih baik saya makan dulu. buh mengaduk; tu’a’-tu’a’ buh rin kuat-kuat mengaduknya. mebuh mengaduk. pébuh mengaduk sesuatu dengan sesuatu yang lain; hok pébuh bah jelai saya mengaduk biji beras campur biji jagung. buki 1. daging tumbuh; buki betin daging tumbuh di bagian paha. 2. bonggol pada kayu; kayuh buki kayu yang ada bonggolnya. mebuki (ngebuki) membesar. pebuki-buki tambah banyak yang timbul di kayu atau di tubuh juga. bukin tangguh, kuat; a’ bukin orang yang tangguh. ngebukin menjadi tangguh. pebukin membuat tangguh, menyebabkan tangguh. bukong 1. sejenis tanaman atau manusia kerdil, yang tidak bisa tumbuh. mebukong tumbuh kecil. 2. tukik tikus (Sasia abnormis), sejenis burung pertanda baik atau buruk (amen dalam Kenyah Lepu’ Tau); ngguh bukong bunyi burung pemberi pertanda. bukot kecil dan pendek; ubi’ bukot umbi yang kecil dan pendek. buku buku kaki, buku Likun buku kaki Likun. buku’ 1. tempat alat-alat sirih; buku’ kambu apuh tempat sirih. 2. (BI) buku. bukun ruas bambu. ngebukun mempunyai buku-buku. bukung lobang genangan air; bukung tano’ lobang genangan air di tanah. ngebukung mempunyai lobang genangan air. bukut kerdil; a’ bukut orang kerdil. 224 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan bulah 1. pucat; jawéi nuh bulah mukanya keliahatan pucat. 2. warna abu-abu. bulan 1. ujung; bulan utang ujung tongkat. 2. bulan; bulan turong bulan purnama (waktu purnama), bulan-bulan cawa’ an oroh aji’ akibatnya ia selingkuh dengan perempuan lain. buléi kiri, bagian kiri; kucu buléi tangan bagian kiri. ngebuléi pergi ke kiri. buling 1. bergulat; buling ungéi bergulat di air. 2. penyakit mabuk durian; buling bowang (berguling dengan beruang) penyakit mabuk durian. ngebuling 1. melawan bergulat. pebuling 1. mengajak bergulat, melawan bergulat. bulong garis hitam di tengah-tengah putih; bulun auh betou bulong bulu anjing mereka berbelang putih. bulu’ bambu; bulu’ betung bambu betung (Dendrocalamus asper), bulu’ pering bambu lemang (Schizostachyum brachycladum); bulu’ la’ung (Schizostachyum latifolium), sejenis bambu yang halus; bulu’ meling bambu suling. ngebulu’ mempunyai bambu. pebulu’ mengisi beras atau daging atau air dalam bambu. buluk (bulun-k) bulu saya. bulum (bulun-m) bulu kamu bulun bulu; bulun you bulu ayam. ngebulun mempunyai bulu. pebulun menghias sesuatu dengan bulu binatang. bun bau; bun umau bau minyak rambut. penebun dibaui. ngebun memberi bau untuk mencegah binatang masuk di ladang. pébun-pébun ajakan untuk membagi rokok, uang, makanan. bundot tahan, punya ilmu kebal; bundot nit bowang maling pelepan tat yuh tahan kulit beruang tidak tembus pisau. bundu’ buntu, tumpul, pendek; nuan bundu’ jalan buntu. mundu’ menjadi buntu. ngebundu’ menjadi buntu. mebundu’ membuat jadi buntu, jalan buntu. benundu’ dibuat buntu. pebundu’ membuat buntu, sama-sama menjadi buntu. bundui wabah penyakit; tengalan bundui musim wabah penyakit. bung 1. belahan; bung utok belahan kepala. mebung (mung) 1. membelah. 2. bukan. nebung dibelah. ngebung membelah. ngemung luka manusia atau pohon yang mulai menutup kembali. pébung (< pémung) menyuruh membelah, sama-sama membelah, membantu membelah. bungah keringat; bungah seniom keringat dingin. pebungah sama-sama berkeringat. bungan 1. palungan, wadah; bungan ayo’ palungan besar, bak yang dibuat dari kayu. 2. buah pohon kinangan (sejenis palem). ngebungan 2. mempunyai buah kinangan. nyebungan 2. ada banyak buah kinangan. pebungan 1. membuat palungan, menggunakan palungan. 2. mengambil buah kinangan, membagi buah kinangan. bungap menganga; bungap va’ menganga mulut. mebungap terbuka. ngebungap mengangakan mulut. pebungap sama-sama mengangakan mulut, memaksa membuka sesuatu. bungéi sejenis burung; bungéi tano’ inah ji’ lelo’ burung tanah itu hanya sisa satu. Kamus Punan Tuvu’ 225 bungén rasa badan tidak enak; bungén la’ung tidak merasa enak sama sekali. ngebungén membuat badan merasa tidak enak. bunggan rombongan musuh. ngebunggan ada rombongan musuh. pebunggan membagi menjadi rombongan, membentuk rombongan musuh (siap untuk menyerang). bungguk (BI) bungkuk. bungpunjé (bungpunja) meloncat atau melompat-lompat di tempat. bunguh polos tanpa alat apa-apa; bunguh véi polos saja tanpa apa-apa. pebunguh membuat polos tanpa apa-apa, membiarkan polos tanpa apa-apa. bunjuk menunjukkan bibir; mucun hén bunjuk mulutnya menjulur ke depan (dipakai juga untuk menunjukkan sesuatu). buno manggis (Garcinia mangostana); bua’ buno buah manggis. bunong (ca’ai) katak pohon perak (Polypedates macrotis), sejenis katak kecil yang tinggal di pohon. bunu pembengkakan alat kelamin perempuan kalau mau kawin; bunu beruk pembengkakan beruk. ngebunu mempunyai pembengkakan di bagian kelamin. bunu’ musuh; bunu’ uron musuh lama. ngebunu’ memusuhi. nyevunu’ bermusuh dengan. pevunu’ bermusuhan, saling memusuhi, berperang. benunu’ dimusuhi. bunyi’ malu; tenin nak inah bunyi’ kebiasaan anak itu malu. bunyo sejenis pohon kayu. bunyun orgasme tanpa sengaja. ngebunyun mendapat orgasme tanpa sengaja (dalam mimpi). buok gelisah; buok ayo’ gelisah sekali. pebuok membuat gelisah, membiarkan gelisah, menyebabkan bosan. bup mengipas; bup pui mengipas api. mebup kipaslah. nebup dikipasi. ngebup mengipas. pébup saling mengipas, menyuruh mengipas. burak tuak; alah burak ragi tuak. burék belah, iris; burék da’un irisan daun. murék membelah. peburék membuat irisan, mengiris, menyuruh mengiris, sama-sama mengiris. buro keruh; buro la’ung keruh sekali. neburo dibuat menjadi keruh. ngeburo mengerukan. peburo membuat keruh, menyuruh buat keruh. buro’ kain. burok buih; burok va’ buih mulut. nyeburok ada buihnya. burun tumpukan; burun bua’ tumpukan buah. ngeburun menumpuk. peburun saling menumpuk. burut penyakit hernia; burut ayo’ hernia yang sudah membesar. ngeburut menderita penyakit hernia. peburut mengobati penyakit hernia, mengoperasi hernia. but-but 1. burung bubut; but-but balah burung bubut yang tinggal di belukar. 2. mencabut; but keci’ sekali mencabut. nebut-but 1. diberi tanda oleh burung bubut atau dipanggil oleh burung bubut. 2. dicabut. butit alap nama mata bulan yang seperti perut ikan salap (tidak boleh menugal). 226 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan butung 1. mayat, bangkai; butung a’ mayat manusia. 2. sejenis ular; butung patong sejenis ular sawa. buui memanggil dari jauh; buui menging memanggil dari jauh dengan suara nyaring. buvo’ (Kayan) bentuknya bundar buvu’ tebukan; van buvu’ bekas tebukan. muvu’ mebuvu’ menebuk. pebuvu’ menebuki, membuat tebukan, menyuruh membuat tebukan, sama-sama menebuk. buvuh bubu; buvuh urang bubu untuk menangkap udang. ngebuvuh memasang bubu. buvut (muvut) rombongan, kelompok dua keluarga atau lebih; buvut bacou rombongan ikan. muvut pergi ke hutan dengan rombongan, masuk hutan untuk mencari nafkah. ngebuvut mempunyai rombongan. pebuvut berjalan berombongan. buyau jeruk nipis, jeruk perut (Citrus hystrix); bua’ buyau buah jeruk nipis. pebuyau membagikan buah jeruk, menyuruh membagikan buah jeruk, menggunakan buah jeruk. buyu’ duda; buyu’ tokan duda tua. buyung wadah seperti bakul kecil; buyung cigup wadah rokok. ngebuyung mempunyai wadah.

C ca lantai; ca bulu’ lantai bambu. neca dibuat menjadi lantai. ngeca mempunyai lantai, membuat lantai. péca memasang lantai bergotong-royong, membagi bahan lantai. ca’ai (bunong) katak pohon perak (Polypedates macrotis), sejenis katak kecil yang tinggal di pohon. ca’ih jijik; ca’ih la’ung jijik sekali. ngeca’ih membuat jijik. peca’ih sama-sama menjijikkan, membuat seorang merasa jijik. cena’ih dijijikkan. cabui ramai karena orang-orang dapat babi dan makan bersama. pecabui pesta besar; pecabui kun pesta besar dengan makan-makan, mengadakan pesta besar. cah mengusir (binatang); cah nuh you wo’ keman paréi iréh usir ayam yang makan padi itu! necah diusir. ngecah mengusir. pécah sama-sama mengusir, menyuruh mengusir. cai 1. ular; cai bongih ular darah (Python curtus), sejenis ular sawa pendek; cai penganén ular sawa (Python reticulatus), cai baluh ular wagler (Tropidolaemus wagleri), sejenis ular berbisa, cai lawing ular cabe besar (Maticora bivirgata), sejenis ular berbisa. 2. ngecai siap-siap untuk buat api dan masak selama perjalanan di hutan. 2. pécai sama-sama mebereskan tempat untuk buat api. Kamus Punan Tuvu’ 227 caiyu bunyi sesuatu yang terbentur seperti kapak. cak tikam, menikam; cak yuh menikam dengan pisau. mecak menikam. necak ditikam. ngecak menikam. pécak sama-sama menikam. cakai (sakai) sebutan untuk orang Melayu (Islam). cakat larangan; cakat wo’ keduoh liwai ini larangan yang kedua kalinya. ngecakat melarang. cenakat dilarang. pecakat membuat larangan, sama-sama melarang. cakip dagu yang agak menonjol, mucun cakip mulut dengan dagu yang agak menonjol. ngecakip mempunyai dagu yang agak menonjol. pecakip kelihatan dagunya agak menonjol. cakop keadaan dilanda air semuanya. cala’ salah; cala’ nuan salah jalan. mecala’ sering membuat salah. pecala’ saling menyalahkan. calu terselip; calu an vin terselip di antara barang. ngecalu membuat terselip. pecalu sama-sama terselip. calu’ perzinahan; inah calu’ itu perzinahan. pecalu’ menzinahi, sama-sama berzinah. calup tutup tabung dari bambu; calup amu tabung bambu tempat dendeng. ngecalup menutup tabung dengan bambu. pecalup membuat tutup tambung dari bambu, memberi tutup tabung bambu. camok cat, pewarna; camok liding cat dinding. pecamok kasih warna. camu’ haid; oroh camu’ perempuan haid. ngecamu’ mengalami haid. can 1. garis-garis lekukan pada buah; can docou garis-garis lekuk pada buah (misalnya buah durian). 2. kambuh. ngecan mempunyai garis lekukan. canén musim hujan; canén luman inih musim hujan tahun ini. cang membentak; cang ngguh suara membentak. necang dibentak. mecang membentak pada orang; hok mecang kou saya membentak kau. pécang saling membentak. cangau jari; cangau iking jari kelingking. cangdui anak yang belajar berjalan sehingga dia jalan satu dua langkah dan duduk lagi; aring nak cangdui mulai anak berjalan. canggan baskom; canggan icit baskom kecil. pecanggan menggunakan baskom. canggin (BI) cangkir; cangkir cerou cangkir putih, kou bo’ unan canggin kamu minum dengan cangkir. ngecanggin mempunyai cangkir. pecanggin menggunakan cangkir. cangkul (BI) cangkul. canik pengembalian separuh dari nilai barang pemberian adat; canik belanai pengembalian separuh dari nilai pemberian adat. nyanik memberi barang pemberian adat, untuk mendapatkan pengembalian dari pihak lain. pecanik mengembalikan separuh dari nilai barang pemberian adat, mendapatkan pengembalian separuh dari nilai barang pemberian adat. caning daya pendengar (telinga) baik. mecaning kelung pendengaran bagus. capa’ mengunyah; capa’ tovuh mengunyah tebu. cenapa’ dikunyah. nyapa’ mengunyah. pecapa’ sama-sama mengunyah, berkali-kali mengunyah. 228 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan capi’ (sapi) (BI) sapi; inan capi’ induk sapi. ngecapi’ mempunyai sapi peliharan. pecapi’ membagi sapi atau daging sapi. capit jepitan; capit kun jepitan untuk menjepit makanan. cenapit dijepit pakai jepitan. nyapit menjepit. pecapit membagi dengan jepitan, memakai jepitan, sama-sama menjepit makanan. capo alat bantu untuk menyeberang sungai berupa rotan; wéi capo tali rotan yang dipasang untuk alat bantu menyeberangi sungai. pecapo memasang atau menggunakan alat bantu untuk menyeberangi sungai bersama. capuktelang capung (Cordulegastridae); kelovih nadap capuktelang anak-anak menangkap capung. catai menunggu binatang buruan; catai bavui menunggu datangnya babi hutan yang akan diburu. nyatai pergi berburu dengan menunggu binatang buruan. pecatai sama-sama menunggu binatang buruan. caup 1. kata bantuan (partikel) yang menunjukkan sesuatu yang terjadi serentak; caup kén déh keman lalu ia pergi makan. 2. cepat. cawa’ mata keranjang, selingkuh, seleweng; oroh cawa’ perempuan mata keranjang, selingkuh menyeleweng; bulan cawa’ oroh aji’ akibat dia tidur dengan perempuan lain. cebak bunyi sesuatu yang terlepas dari tempat yang sempit. cebauk suara bunyi air kalau katak terjun ke dalam sungai. cebeli’ (BI) menyembelih; cebeli’ you menyembelih ayam. nyebeli’ menyembelih. pecebeli’ sama-sama menyembelih. cebila saudara angkat; cebila oroh saudara perempuan. nyebila mengikat tali persaudaran, menjadi saudara. pecebila saling menerima ikatan persaudaran, menganggap saudara antara satu dengan yang lain. cebut mundur. nyebut mundur sendiri. pecebut saling mundur. ceduan (BM) celana, seluar. cegoro bahasa orang Abai; ngguh cegoro sebutan Punan untuk bahasa Dayak Abai. cegoyo’ mengaduk tepung sagu untuk membuat makan; inau cegoyo’ unan uluk mengaduk dengan sendok. nyegoyo’ mengaduk. céi berteriak; ngguh céi suara berteriak. necéi diteriaki. pécéi sama-sama berteriak. cekakéi dekat; cekakéi véi dekat saja. nyekakéi mendekati. pecekakéi berdekatan. cekala’ sejenis lengkuas hutan. cekarom berkedip; metan cekarom mata berkedip. pecekarom-karom berkedip- kedipan. cekayau mengambil semua tanpa membagi-bagi. mecekayau mempunyai kebiasaan mengambil semuanya untuk diri-sendiri. nyekayau mengambil semuanya untuk diri sendiri. pecekayau saling mengambil untuk diri sendiri. cekéwék kelitik. nyekéwék menggelikitik; nyekéwék lela’ pi’ menggelitik di bawah ketiak. cenekéwék dikelitik. pecekéwék saling menggelitik, menyuruh menggelitik. Kamus Punan Tuvu’ 229 cekuit pancing; cekuit dui pancingan duri. cekula’ (sekula’) (BI) sekolah. cela’o’ memanggil seseorang dengan keras, memanggilkan seseorang dengan keras. pecela’o’ sama-sama memanggil dengan keras. celalang memotong jalan duluan untuk merebut sesuatu. nyelalang memotong tujuan. celayu cocok, pas. celembih membawa di atas bahu tanpa gendongan. nyelembih membawa di atas bahu. celemén ceria, gembira; celemén la’ung ceria sekali. nyelemén menceriakan. pecelemén sama-sama ceria, saling menceriakan. celerap nyigau, tersesat. nyelerap berjalan menyigau. cenelerap disesatkan. pecelerap menyebabkan orang menyigau. celéring kalajengking. celetak bunyi tsk untuk menunjukkan kehebatan atau keheranan. nyeletak mengeluarkan bunyi tsk; mucun nak nyeletak mulut anak mengeluarkan bunyi tsk. celevong meniup di botol. nyelevong meniup dalam botol, memanggil binatang dengan meniup daun. pecelevong saling memanggil binatang dengan meniup daun. celi’ ngeceli’ menusuk-nusuk orang sehingga menimbulkan rasa geli. meceli’ merasa jijik, geli. celiau meleset, meluncur, melorot. nyeliau terpeleset. peceliau-liau melorot terus- menerus. celibuh berbaur; celibuh tang a’ berbaur di tengah-tengah kerumunan orang. celindang (BI) selendang. celogan sampai, mencapai satu sasaran. celu jatuh, masuk dalam celah lobang tidak sengaja. cenelu dijatuhkan dalam celah lobang. célung (sélung) berbohong; célung aru selalu berbohong. nyélung berbohong mengenai sesuatu. pecélung sama-sama bohong, saling berbohong. celungoh ngambek; celungoh peluh gambek terus-menerus. celut (selut) surut. nyelut surut; ungéi dé h nyelut sungai makin surut (kering). cemambong kumbang; ilat cemambong inah putun sayap kumbang itu putus. cemang usang; berat cemang tikar usang. cemboh terperosok dalam lobang; ukut cemboh an luvang tano’ kaki terperosok di lubang tanah. kecemboh jatuh dalam lobang tak sengaja. ceming ambar. meceming dalam keadaan ambar, kurang manis atau kurang asin; telang apuk ceming kuahnya kurang asin, hampa. ngeceming berasa kurang manis atau kurang asin, menjadi hampa. peceming membuat kurang manis atau kurang asin, membuat hampa. 230 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan cenatih nama kain yang dipakai dulu untuk membungkus mayat. cengoyo’ sempoyongan; cengoyo’ belum mavuk ndu sempoyongan habis minuman keras. ceninoi sejenis kain yang dipakai dulu untuk membungkus mayat. cenun jerat; cenun labau jerat tikus. nyenun menjerat. pecenun memasang jerat. cepenggu kebetulan bertemu. ceperuh baik hati, suka memberi. nyeperuh memberi sayang, seperti terima kasih. cepik mencicipi; cepik kun mencicip makanan. nyepik mencicipi makanan sebagai basa-basi, karena tidak sempat makan. cepu’on besi. nyepu’on menjadi besi. cera’up cuci muka. nyera’up mencuci muka. ceraé bunyi daun jatuh; kelung da’un cerae’ mendengar bunyi daun. cerai (BI) serai; pu’un cerai pokok serai. ceraik bunyi; oih ceraik bunyi sesuatu ceraik. cerana’ ramalan; cerana’ la’ung ramalan kuat. nyerana’ meramal. pecerana’ sama-sama meramal. cerawai (serawai) serupa (seperti anak kembar). nyerawai menyerupai. cerbéh lombok, cabe; cerbéh ulom cabe rawit. nyerbéh melomboki. pecerebéh sama-sama makan lombok. cerebing terbang. nyerebing terbang. pecerbing menerbangkan. ceregan sosok, bentuk. nyeregan berdiri, berbentuk. ceréh sejenis buah keramuh. cerengi’ 1. mencari bau dengan memanjangkan hidung (binatang); auh cerengi’ bun anjing mencium bau. 2. tidak berselera. nyerengi’ 1. mencium bau (binatang). 2. tidak berselera. pecerengi’ 1. sama-sama mencium, bercium-ciuman (binatang). 2. sama-sama tidak suka. cerengo’ berharap, menantikan sesuatu. nyerengo’ bengong. pecerengo’ sama- sama menantikan sesuatu. cerengong gerakan telinga; tuning cerengong telinga bergerak. nyerengong menggerak-gerakkan telinga. pecerengong telinga berdiri dalam keadaan terjaga. cereting meluruskan tali atau rotan. nyereting meluruskan tali dari ujung ke ujung. cerongon berbaris. cerou putih; cerou lah kulit putih. ngecerou memutihkan. pecerou membuat putih, kelihatan putih. cerunit bibir mengulung ke atas; mucun cerunit bibir moncong. nyerunit kelihatan moncong (bentuk bibirnya). pecerunit memoncongkan bibir. cerup bunyi orang atau binatang jalan ke sana ke mari tidak bisa keluar dari kurungan. cerutuh (nyerutuh) meremehkan. Kamus Punan Tuvu’ 231 cét . mecét mengikat. necét diikat. ceverat merinding; ceverat bulun nit bulu kulit merinding. peceverat sama-sama merinding, menyebabkan bulu merinding. cevut sengat. nyevut menyengat. cenevut disengat. cevutung sendiri; cevutung keman makan sendiri, tidak mengajak-ngajak orang. nyevutung melakukan sesuatu sendiri, mengambil sesuatu hanya untuk diri sendiri. pecevutung sama-sama melakukan sesuatu sendiri, sama-sama mengambil sesuatu hanya untuk diri sendiri. ci pengikut, teman (untuk binatang). ci’mu’ basah kuyup; hok ci’mu’ bok ucan saya basah kuyup kena hujan. ci’uh jawab. meci’uh menjawab panjang, membalas keterlaluan, tak berhenti- berhenti. cibun minuman keras dari madu. cidah jaga. cigi’ susur atau sugi. nyigi’ menyusur. ngecigi’ mempunyai susur di mulutnya. pecigi’ memberi susur, saling memberi susur. cigup (sigup) tembakau, rokok; cigup limbing tembakau lempeng. nyigup mengisap rokok tembakau. pecigup memberi tembakau, saling memberi rokok. cih belahan kayu atau bambu yang dijadikan obor untuk membakar. mecih memakai obor. necih dibelah kecil-kecil. pécih membuat obor untuk orang lain. cik memencet kutu atau tuma dengan sesuatu (supaya mati); cik ilun memencet kutu atau tuma dengan kuku. mecik memencet, menjepit; mecik tumoh auh ini pencet kutu anjing ini. necik dipencet. ngecik memencet. pécik sama-sama memencet dipencet pakai kuku tangan. cikéi baung (Hemibagrus wyckii), sejenis ikan sungai besar; bacou cikéi ikan baung. nyikéi mencari ikan baung. cikét sakit lambung karena lama tidak makan; nalou cikét mengobati sakit lambung. cikou mencuri; cikou you curi ayam. nyikou mencuri. cenikou dicuri. pecikou selalu mencuri. cila’ menjilat; cila’ mucun menjilat bibir. nyila’ menjilat. cenila’ sudah dijilat. pecila’ sama-sama menjilat, saling menjilati, menyuruh menjilat. cilap kilat. ciling pelangi; nuan ciling pelangi. cim 1. suara bersin; cim a’ suara bersin seseorang. 2. tulang hidung; cimku’ ayo’ tulang hidungku besar. mecim 1. bersin; mecim nehén iné’ bun jét dia bersin karena kena bau menyengat. ngecim 1. bersin. necim 1. kena bersin. pécim 1. membuat bersin, sama-sama bersin, dibuat bersin. 2. mengambil tulang hidung (binatang), memberi tulang hidung binatang kepada anjing atau kucing untuk dimakan. cimu’ menghabiskan semua makan yang ada, menyapu bersih makanan; cimu’ kurén menghabiskan isi periuk. nyimu’ menghabiskan apa yang ada, memungut apa 232 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

yang bisa dipakai; déh nehén kah nyimu’ unu an lirin nuan dia pergi memungut apa yang bisa dipakai di sampah pada di pinggir jalan (seperti pemulung). pecimu’ sama-sama menghabiskan. cinduk tonjok; cinduk unan kucu’ dengan tangan. pecinduk saling menonjok. cing 1. kencing; cing labau kencing tikus. 2. tabung dari bambu untuk anak sumpit; cing langa’ tabung bambu untuk menyimpan anak sumpit. mecing kencing. necing 1. dikencingi. 2. dibuat menjadi tabung anak sumpit. ngecing 1. mengencingi. 2. mempunyai tabung. pécing 1. mengencingkan, mengantar seseorang pergi kencing. 2. membuat tabung anak sumpit. cing-cing besar sampai mau meledak (seperti perut yang kekenyangan atau balon). pecing-cing membuat tubuh sampai mau meledak. cinggin sirip ikan. cip bunyi mulut kalau menyedot sesuatu yang berlubang; cip tu’a’ menyedot dengan keras. necip disedot. ngecip menyedot. pécip sama-sama menyedot, menyedotkan, saling berciuman. cipé’ tendang bola. nyipé’ menendang bola. pecipé’ sama-sama menendang, menyuruh menendang bola. cirit ceret; cirit ayo’ ceret besar. nyirit menggunakan ceret. pecirit memberi ceret, membagi ceret. ciruh dekat api. nyiruh berdiri atau duduk di depan api untuk mendapat kehangatan. peciruh sering-sering duduk dekat api. cit-cit hemat, sedikit-sedikit; cit-cit la’ung hemat sekali. pecit-cit berhemat, sama- sama hemat. civit 1. menyentuh dengan ujung jari. 2. bunyi burung. nyivit 1. menyentuh sesuatu dengan ujung jari, mengambil sesuatu terburu-buru atau terjadi dadakan. 2. mengeluarkan bunyi; janéi nyivit burung berbunyi. 2. pecivit selalu memegang sesuatu sambil jalan, sama-sama menyentuh ujung jari. co 1. jera. 2. lalu; co deréh… lalu... meco 1. membuat jera. neco 1. dibuat jera. péco 1. membuat jera, sama-sama jera. co’ melarang; co’ keman melarang makan. meco’ melarang orang. neco’ dilarang, terlarang. péco’ sama-sama melarang, membuat larangan. cobon kunang-kunang; berkunang-kunang; cobon ayo’ kunang-kunang besar; cobon ilo’ mata berkunang-kunang. ngecobon merasa berkunang-kunang. cocoro’ jalan sembrono, sempoyongan. cogéng kerempeng. ngecogéng tampaknya kerempeng. coh lempar. mecoh melempar. necoh dilempar. pécoh sama-sama lempar, menyuruh melempar. cok 1. buta. 2. sejenis ular sawa; metan cok mata buta. necok dibuat buta. pécok membuat seseorang menjadi buta, sama-sama buta. colét ganggu; nyolét mengganggu; em nyolét a’ lekah jangan mengganggu orang kerja. Kamus Punan Tuvu’ 233 com 1. terjun. 2. nama sejenis lintah air yang cepat masuk dalam tubuh; ilom com lintah air. mecom 1. terjun. necom 2. kemasukan duri atau lintah. congcokut jalan menggunakan tongkat atau dengan tangan di depan; léi tokan inah téi congcokut orang tua itu ke mari menggunakan tongkat. pécongcokut sama- sama menggunakan tongkat untuk berjalan. conoh cemburu. menyonoh menjadi cemburu. nyonoh cemburu. cenonoh dicemburui. peconoh saling cemburui. cop 1. pinset; cop bulun metan pinset untuk mencabut bulu mata. 2. tiba-tiba diam; cop ke kelovih anak-anak diam. ngecop 1. mencabut bulu dengan pinset. necop 1. dijepit dengan pinset. 2. didiamkan. pécop 1. sama-sama memakai pinset. 2. membuat seseorang menjadi diam. copik memeras, remas, pijit. corot cabut alis atau rambut dahi perempuan untuk membuat lebih cantik. nyorot mencabut alis. cou berak. mecou (memecou) berak; nuta’ mecou muntah berak. necou (nenecou) diberaki. pemecou suruh berak. cowih sebutan umum untuk suku Dayak lain. cowit nama sejenis keriang; lé’an cowit bunyi keriang. nyowit ada bunyi keriangnya, ada banyak keriang. pecowit saling memperdengarkan bunyi keriang. cu’ cucu; cu’ bang cucu laki-laki. ngecu’ mempunyai cucu. pécu’ sama-sama memanggil di antara nenek dan cucu. cu’a (kecu’a) menyodorkan. cua’ keturunan; cua’ ku’ keturunan saya. ngecua’ mempunyai keturunan. pécua’ menganggap atau menyebut sebagai keturunan, sama-sama mempunyai keturunan. cuak tumpah keluar; ungéi cuak air muncrat. ngecuak membuat air tumpah. cugép menggigit; cugép payou gigitan kijang. nyugép menggigit. pecugép sama- sama menggigit. cui 1. buang; cui tuno buang kotoran. 2. cerai. mecui 1. membuang. 2. bercerai. necui 1. dibuang. 2. dicerai. ngecui 1. membuang. pécui 1. sama-sama meminta membuang. 2. sama-sama minta cerai cuik tipis; bayang cuik baju tipis. mecuik menipis. nyuik menipiskan. cenuik dibuat tipis. pecuik menyebabkan menjadi tipis. cuit pingsut; cuit iking pingsut dengan jari kelingking. nyuit beradu pingsut. pecuit saling mengadu pingsut. cukat 1. mencungkil. 2. roboh; cukat panggung roboh dengan seluruh akar. ngecukat tumbang terbalik, menumbangkan atau menombak. pecukat dibuat tumbang. cukou sejenis tupai; cukou bau jenis tupai kecil. pecukou memburu tupai. 234 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan culang menjemput; culang aloh menjemput sebentar. nyulang menjemputi. peculang sama-sama menjemput. culau sejenis gelang terbuat dari bahan keras seperti tulang, batu atau kulit kerang; culau cerou gelang putih. ngeculau mempunyai gelang. nyulau memakai gelang. peculau memasangi gelang, memberi gelang. culék bekas, goresan, korengan; culék penuk goresan pada punggung. nyulék menggores. peculék saling menggores. culih (sulih) 1. berbelang; bulun culih bulu berbelang. 2. tanda pinangan untuk bayi yang masih dalam kandungan. nyulih 1. memberi belang. 2. memberi tanda pinangan. 3. menghias muka. cenulih 2. diberikan tanda pinangan. peculih 1. sama-sama membuat belang. 2. sama-sama memberikan tanda pinangan. culong hitam dari bara api; culong liding dinding hitam. neculong dibuat menjadi hitam. nyulong menghitamkan. peculong sama-sama memberi warna hitam, saling menggosok arang dengan arang hitam pada wajah waktu acara perpisahan. cumba’ sumpah. cumot (cubot) pendek (tidak sampai); kayuh cumot kayu pendek. nyumot menjadi pendek. pecumot membuat pendek, menyebabkan pendek. cundu tidak bisa dilakukan, tak ada kemampuan. cunggih keluar sedikit (dari permukaan air) muncul. nyunggih muncul sedikit sehingga kelihatan. pecunggih banyak kelihatan ujungnya. cup membakar; cup bacou membakar ikan. mecup membakar. necup dibakar. pécup sama-sama membakar. cupak terkelupas; kayuh cupak kayu terkelupas. pecupak mengelupasi, menyebabkan terkelupas. cupit menggunakan sumpit, menyumpit. nyupit menyumpit. cenupit disumpit; inih kelekan nupit a’ ini bekas disumpit orang. cenupit disumpit. pecupit saling menyumpit. curat (BI) surat. curo’ moncong babi yang mencungkil tanah. nyuro’ mencungkil. curou menggigit; curou tu’a’ menggigit kuat-kuat. nyurou menggigiti. pecurou sama-sama menggigit, menyuruh menggigit. curuk 1. mendorong; curuk deva’ mendorong ke bawah. 2. jaring untuk menangkap ikan. ngecuruk 1. mendorong. nyuruk 2. memancing ikan. pecuruk mendorong bersama, saling terdorong, menyebabkan dorongan. cuvit (BI) cubitan; kelekan cuvit bekas cubitan. nyuvit mencubit. pecuvit saling bercubitan, sama-sama mencubit. cuvong bolongan; cuvong itu’ bolongan atap. nyuvong membolongi. cenuvong dibolongi. pecuvong menyebabkan bolong, sama-sama membolongi. Kamus Punan Tuvu’ 235

D da’ darah; da’ mengan darah merah. neda’ dibuat berdarah. ngeda’ berdarah. péda’ menyebabkan perdarahan, sama-sama mengeluarkan darah. da’an dahan; da’an kayuh darah kayu. ngeda’an mulai bercabang. nyeda’an ada banyak dahannya. peda’an dahan bertindis-tindis, membuat berdahan, sama- sama berdahan. da’un daun; da’un tibak daun pisang hutan. ngeda’un mempunyai daun. nyeda’un mulai tumbuh jadi daun. peda’un memakai daun, memberi daun. dai-dai 1. pandai-pandai; dai-dai rop pandai-pandai hidup sendiri. 2. berbaring menikmati angin. pedai-dai bergeser, mengubah tempat. dak memukul; dak berung memukul dada. nedak dipukul. ngedak memukul. pédak sama-sama memukul. dang-dang sedang-sedang; dang-dang tu’a’ kubat sedang-sedang kuat kerja. dapit organ dalam, limpa kecil, pankreas. darang panas; darang pui panas api. ngedarang bersuhu panas. pedarang menjemur pakaian di samping api untuk dikeringkan, memanasi, sama-sama memanaskan. darom kedinginan; darom malom malam dingin. medarom sedang kedinginan. melarom kedinginan gemetar. pedarom mendinginkan, sama-sama mendinginkan. dayak (BI) dayak; a’ dayak orang Dayak. dayut lalu, terus. décu’ (berjalan) ke hulu; detou décu’ mereka (berjalan) ke hulu. dedéh jalan terus, pergi terus, terus, lagi-lagi. déh 1. berangkat, pergi; déh uvah baru berangkat, déh netero muruk ayo kita duduk, déh ne tero kenih mari kita istirahat begini saja. 2. lalu, kemudian. 3. makin; nak ku déh ayo’ déh ngetun anak saya makin besar makin nakal. pedéh sama-sama berangkat, menyuruh berangkat. déi aduh; déi vi’ la’ung aduh banyak sekali. dék korek api orang dulu yang besi yang gesek dengan batu; dék ku’ korek api saya. nedék dibuat api dengan besi dan batu. ngedék membuat api dengan korek besi. nyedék sedang membuat api dengan besi. pédék sama-sama membuat api dengan besi. dekin dekat; dekin ungéi dekat sungai. ngedekin (ngerekin) mendekati. nedekin didekati. pedekin saling mendekat, membuat berdekatan. delevo laron, serangga yang biasanya keluar menjelang hujan. demirik (< dirik) menebas; demirik umoh menebas ladang. dengo berita, kabar; dengo layu’ berita wabah penyakit, énuh dengo nuh? apa kabar? 236 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ngedengo memberitakan. pedengo (perengo) sama-sama memberitakan. dengon sero ambrang, berang-berang (Aonyx cinerea); dengon cilik berang-berang kecil. ngedengon mempunyai berang-berang. pedengon sama-sama berburu berang-berang. dépa ke seberang; rin dépa dia ke seberang. pedépa sama-sama ke seberang. dérai ke darat; dérai piah ke atas semua. pedérai sama-sama pergi ke darat. déran ungkapan yang dipakai untuk mengatakan tidak tahu; énuh déran? mana saya tahu? énuh deram mana kau tahu? énuh derak mana saya tahu? derengang pulusan cuk-putih (Mustela nupides), sejenis tupai tanah. dero pohon kayu kecil-kecil; tevong dero icit-icit iréh pergi kamu tebang pohon kayu kecil-kecil itu. detou mereka; detou uli’ mereka datang. déva’ ke hilir milir; hok déva’ saya ke hilir, saya milir. pedéva’ sama-sama ke hilir, milir. devai buah devai (biji sebesar zaitun besar hitam), seperti buah keramuh. dévou ke atas; metekon dévou naik ke atas. medévou mengarah ke atas, sedang ke atas. pedévou sama-sama menaikkan sesuatu ke atas. dih adik; rin dih adiknya. pédih kakak-beradik. dingot lendir. dirik tebasan; dirik nuh uru’ kau tebas rumput!; dirik lida tebasan kebun. demirik menebas. medirik menebas; tero medirik umoh kita menebas ladang. denirik sudah ditebas; lida inah denirik katou kebun itu ditebas kami. pedirik sama- sama menebas, suruh menebas; pedirik nuh hén inah toi! suruh dia menebas di situ! diring dinding pondok terbuat dari daun. pediring sama-sama membuat dinding pondok. docou durian (Durio zibethinus), buah durian yang isinya putih. doh mereka; ne doh lemok an pun kai mereka datang menghadiri pesta kami. dok napas; mejat dok menarik napas saja. nedok dibantu pernapasannya. ngedok bernapas. pédok membantu pernapasan, sama-sama bernapasan. doli’ 1. lepas; bacou doli’ tat kucu’ku’ ikan lepas dari tangan saya. 2. pulang; tat nuh ketou doli’ nak? kapan kamu pulang anak? don pegang; don kucu’. medon memegang, memegang tangan. nedon dipegang. ngedon memegang. pédon saling berpegangan. dorén kelihatan; hok dorén a’ saya dilihat orang, ditemukan kembali oleh orang. medorén orang yang selalu melihat, menemukan sesuatu. ngedorén menemukan kembali; hén inah ngedorén auh unih dia itu melihat (menemukan kembali) anjing tadi. denorén dilihat kembali; denorén nuh auh nih? kaulah yang menemukan kembali anjing ini? pedorén sama-sama melihat. doro’ memasak, memanggang di atas api. dorok (

E

é’ih kutu binatang (misalnya kutu babi); é’ih ayo’ kutu binatang besar. né’ih dihinggapi kutu binatang. ngé’ih mempunyai kutu binatang. nyé’ih mencari kutu binatangnya. pé’ih membuang kutu binatang. ébéu ujung akar, ujung rotan, ujung sabuk, atau ujung tali yang menggelantung; oka aru ujung akar menggelantung panjang. nébéu digoyang-goyang ujungnya, kena angin. ngébéu ujung yang bergelantungan, bergantung. pébéu bergelantungan, sama-sama menggelantung. ébo-ébo (abo-abo) ragu-ragu (dialek Punan Tubu di Paking, Menabur). ébong (abong) memasukkan, mengisi; ébong ungéi memasukkan air. mébong memasukkan. nébong dimasukkan; ungéi nébong ku’ an luang bucih air dimasukkan ke dalam tempayan. pébong sama-sama memasukkan, menyuruh memasukkan. écai sejenis kedondong hutan. 238 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

écéh robekan; écéh nit robekan kulit. nécéh dirobekkan. pécéh sama-sama merobek. écék sejenis rotan; dui écék duri rotan. écéu lutung banggat (Presbytis hosei) sejenis lutung; écéu cerou lutung berbulu putih. pécéu berburu lutung. écot gerakan napas; écot ivu’ gerakan napas yang pendek-pendek. nécot ditarik napasnya. ngécot menarik napas. pécot sama-sama menarik napas, menyuruh menarik napas. écuh rayuan; écuh leloh rayuan semata (rayuan gombal). nécuh dirayu; digombali. ngécuh merayu. pécuh sama-sama merayu. éh 1. membuang; éh unuh membuang sampah. 2. kedengaran. 3. eh (kata seruan). 4. mengejan. né’éh 1. dibuang. 2. dikejang. ngé’éh 1. membuang. 2. mengejan. nyé’éh 1. terbuang. 2. sedang mengejan. pé’éh 1. sama-sama membuang, menyuruh membuang. 2. sama-sama mengejan, menyuruh mengejan. éjéng-éjéng lari di atas ujung kaki karena terkejut; éjéng-éjéng kat ngelajét terkejut bangun karena demam. néjéng-éjéng dikejut-kejutkan. ngéjéng-éjéng mengejut-ngejut. péjéng-éjéng menyebabkan orang lari di ujung kaki. éjét-éjét bergetar, menggigil; éjét-éjét u’ut bergetar karena takut. néjét-éjét dibuat bergetar. ngéjét menggetarkan. péjét-éjét sama-sama bergetar. ékah 1. cakar; ékah you cakar ayam. 2. lari; la’ui ékah lari lambat. nékah 1. dicakar. 2. diusir lari. ngékah 1. mencakar. 2. berjalan. 3. menggeser. nyékah 1. mencakari. 2. mengadakan perjalanan. 3. menggeser sampah dari tempat. pékah 1. sama-sama mencakar. 2. menjalankan. ékat 1. bangunan; ékat lepou bangunan pondok. 2. bangun dari tidur; rin ékat tat turui dia bangun dari tidur. nékat 1. dibuat menjadi bangunan. 2. dibangunkan. ngékat 1. membangun. 2. membangunkan. pékat 1. sama-sama membangun. 2. sama-sama membangunkan orang tidur. éléu bohong; éléu la’ung bohong sekali. néléu dibohongi. ngéléu membohongi. nyéléu berbohong. péléu sama-sama membohongi. élon pulang kosong, tidak membawa apa-apa; téi kucu’ élon datang dengan tidak membawa apa-apa. élung (célung) bohong; ngguh élung cerita bohong. nélung dibohongi. ngélung membual. nyélung membohongi. pélung saling membohongi. ém jangan; ém déh jangan pergi, ém jainah jangan begitu, ém nuh kah jangan kamu jalan. émbét goyangan; émbét ukui auh goyangan ekor anjing. némbét digoyang- goyangkan. ngémbét menggoyang-goyangkan. nyémbét bergoyang. én jangan (untuk orang yang tidak ada di depan mata). énéng-énéng gembung; énéng-énéng betukan kelovih inah gembung perut anak itu. pénéng-énéng semua gembung. éning-éning menggeleng-geleng; éning-éning utok menggeleng-geleng kepala. péning-éning sama-sama menggeleng-gelengkan kepala. Kamus Punan Tuvu’ 239

énjot bernapas panjang (seperti setelah lari); énjot ivu’ bernapas pendek. nénjot dibuat bernapas. ngénjot menarik napas. pénjot sama-sama menarik napas. énuh apa; énuh pena’ apa yang dibuat (ngapain), énuh dengo? apa kabar? nénuh dibuat apa. ényang bawa; ényang amung barang bawaan. nényang dibawa. ngényang membawa. pényang sama-sama membawa. épang bawa; épang amung barang bawaan. népang dibawa. ngépang membawa. pépang sama-sama membawa. épit penyeberangan; épit ungéi penyeberangan sungai. mépit menyeberangkan. népit diseberangkan. pépit sama-sama menyeberangkan. éput selimut; éput buro’ selimut kain. néput dijadikan selimut, diselimuti. nyéput menyelimuti. péput memberikan selimut, menyelimuti. érang gantungan; érang kumut gantungan selimut. nérang digantungi. nyérang tergantung. pérang sama-sama menggantungkan, menyuruh menggantung. érok batuk dahak, érok lu’ batuk tenggorokan. mérok batuk untuk mengeluarkan dahak. nyérok ada batuknya. pérok/pepérok sama-sama batuk. ketérok keselek. és (BI) és. éténg gaya jalan senang; éténg linak gaya jalannya lamban. ngéténg menggaya- gaya. éti’-éti’ mencoba-coba, berusaha; éti’-éti’ da’an kayuh iné’ wat ungéi berputar-putar dahan kayu itu kena arus sungai. péti’-éti’ coba-coba melihat. étih dulu; néi étih mau lewat dulu, permisi. étok denyut; étok lungoh denyut napas. pétok-étok sama-sama berdenyut. étok-étok bernapas dengan napas pendek, bersesak. éwét menggerakkan ekor atau kaki kanan-kiri; ukui bacou évét-évét ekor ikan mengepak-ngepak. ngéwét mengepak-ngepak. péwét-éwét sama-sama berkepak.­

G ga’ mendingan; ga’ pok dé h mom lulung mending saya pergi mandi dulu. gaca’ lapuk; kayuh gaca’ kayu lapuk. gadung sejenis akar; ubi gadung ubi akar dari hutan. gak sejenis pohon kayu; bua’ gak buah kayu gak. ganyun tombak sakti (dalam sastra lisan, kata arkaik); lading ganyun tombak besar yang dipakai waktu perang. garén 1. menggaruk; garén utok mengaruk kepala. 2. gatal; garén pi’ gatal tangan. pegarén 1. sama-sama menggaruk, saling garuk-menggaruk. 2. menyebabkan gatal. garin (gerin) mungkin; mangun garin mungkin jadi. 240 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan gatung ikatan; gatung kayuh ikatan kayu. ngatung mengikat (menjadikan satu ikat). pegatung sama-sama mengikat, menyuruh mengikat. gau’ berkeliaran; nak gau’ an owa anak-anak berkeliaran di luar. pegau’ sama-sama berkeliaran, menyebabkan, menyuruh berkeliaran. gayop melambai; gayop rin dia melambai. ngegayop melambai. nyegayop selalu melambai. pegayop sama-sama melambai, saling melambai. gecai’ suara ledakan atau kayu yang patah. ngecai’ mematahkan kayu sehingga mengeluarkan bunyi. genecai’ diledakkan; rin genecai’ ku’ itu diledakkan saya. gelam alat pegangan kalau jalan jauh, bekal; gelam mengauh alat berburu. ngelam mempunyai alat. pegelam membagi alat-alat. genelam dipakai. gelas (BI) gelas. gelu’ 1. patah; tolang gelu’ tulang patah. 2. dendam. megelu’ dalam kondisi patah. negelu’ dipatahkan. ngegelu’ (ngelu’) mematahkan. pegelu’ menyebabkan patah, sama-sama mematahkan. gelu’ pecuk sejenis serangga; gelu’ pecuk menyemu sejenis serangga berwarna hijau. gembon (BI) gambar; gembon a’ gambar manusia. ngembon menggambar. genembon digambarkan. pegembon sama-sama membuat gambar manusia, menyuruh membuat gambar manusia. gemi’ senyuman; gemi’ jan senyuman manis. ngegemi’ (ngemi’) bersenyum dengan. nyegemi’ sedang tersenyum. pegemi’ saling tersenyum, menyuruh seorang tersenyum. genong (< nong) melihat; genong inah lihat itu. ngegenong (ngenong) melihat. genenong dilihat. pegenong sama-sama melihat, saling melihat. pekegenong memperlihatkan. gépi’ terpulas; gépi’ tapong terpulas tangan. ngépi’ menjadi terpulas. nyépi’ menjadi terpulas. pegépi’ menyebabkan terpulas, sama-sama terpulas. geram berangkat langsung; geram ke iro berangkatlah mereka. pegeram memberangkatkan, sama-sama berangkat. gerap bunyi langkah; ngguh gerap ukut bunyi langkah kaki. ngerap mengeluarkan bunyi langkah. pegerap sama-sama memperdengarkan bunyi langkah. geréh mungkin. geréja’ (BI) gereja. gerin mungkin; hok tovun ngerin molou saya besok mungkin libur. negerin (ngerin) dimungkinkan. pegerin sama-sama ada kemungkinannya, sama-sama memungkinkan. gerup langkah yang kencang terus; nah gerup-gerup ngguh ukut a’ kah ada bunyi langkah kaki orang berjalan. gésék (BI) gesek kayu di hutan. getu’ 1. pingsan. 2. nama orang. megetu’ punya kebiasaan pingsan. ging-ging suara wir-wir; ging-ging lebi suara wir-wir senja. peging-ging sama- sama mendengarkan suara wir-wir. Kamus Punan Tuvu’ 241 gita 1. makan yang mentah. 2. mungkin. ngita’ 1. makan mentah-mentah. mengita’ 1. selalu makan mentah-mentah. pegita’ 1. dibuat makan mentah-mentah. giwang permainan terbuat dari bambu yang putar-putar; uvé’ giwang main mainan bambu. pegiwang membuat permainan bambu, sama-sama bermain. goca’ mengunyah dan mengeluarkan bunyi; goca’ tu’a’ menggigit kuat-kuat. pegoca’ menyuruh menunyah. gok 1. mencampuri urusan; gok ngguh a’ mencampuri urusan orang lain. 2. bunyi kayu terpukul; gok an kayuh bunyi kayu terpukul. negok 1. dicampuri urusan. 2. dipukuli. megok 1. mencampuri urusan. 2. memukuli. pégok 1. saling mencampuri urusan. 2. saling memukuli. gomét melambai; gomét anyok memanggil temanku. ngegomet melambai. nyegomet menyapa orang dengan memegang. pegomet saling melambai. gonya’ mengunyah. gou bunyi kayu terpukul; ngguh gou ayo’ bunyi kayu terpukul keras. negou dipukul sehinggga berbunyi. ngegou memukul kayu. pegou sama-sama memukul kayu. grougou bunyi sesuatu yang terjatuh; ngguh kayuh grougou bunyi kayu jatuh. guci’ gerakan; guci’ kucu’ gerakan tangan. meguci’ menggerakkan. neguci’ digerakkan. ngeguci’ menggerakkan. teguci’ bergerak. peguci’ sama-sama menggerakkan, menyebabkan sesuatu bergerak. guk bunyi kayu terpukul; guk beruk bunyi kayu terpukul oleh beruk. neguk dipukul sehingga berbunyi. ngeguk memukul sehingga berbunyi. nyeguk berbunyi. peguk sama-sama memukul kayu sehingga berbunyi. gula’ (BI) gula. guru’ (BI) guru. gutuh kutu kepala. ngutuh mencari kutu. pegutuh orang ramai-ramai mencari kutu di kepala satu sama lain. gutun lung pohon besar, sejenis meranti yang menghasilkan buah kecil punya daun yang melengket di atas. guyo goyangan; guyo da’un goyangan daun. keguyo menggoyang-goyangan. teguyo bergerak; teguyo tano’ gempa bumi. neguyo digoyang. ngeguyo menggoyang. peguyo sama-sama bergoyang, saling menggoyang. guyu’ (guyo) goncangan; guyu’ tano’ goncangan tanah. neguyu’ digoncang. ngeguyu’ mengoncang. peguyu’ sama-sama menggoncang, saling menggoncangi.

H ha 1. aduh; ha anit la’ung aduh pedas sekali. 2. bekas orang lewat. 3. potongan- potongan kayu yang di pinggir sungai (biasanya kayu ini dikumpul karena bagus untuk dijadikan kayu bakar) péha 2. sama-masa membuat jalan, membuka jalan untuk lewat. 242 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan ha’ suara yang dikeluarkan sambil menghentak kaki atau tangan; ha’ ukut menghentakkan kaki. haéng gasing; haéng tekalét gasing yang pakai tangan, haéng ilut gasing yang pakai tali. mahaéng main gasing. pahaéng sama-sama bermain gasing, menyuruh bermain gasing, membiarkan gasing. hah itu (jauh sekali); ovi’ hok meturui malom hah saya tidak tidur malam itu. hai alang-alang (Imperata cylindrica), sejenis rumput tinggi yang tumbuh di bekas ladang. hait 1. kata seru untuk menyuruh orang untuk cepat pergi. 2. suara gerakan kilat. hak (BI) 1. hak. mehak berhak. ngehak mempunyai hak atas sesuatu. péhak saling mengaduh. 2. alat untuk merapatkan anyaman. nyehak merapatkan anyaman rotan. ngehak merapatkan, mengeratkan anyaman yang masih bersela-sela.3. bunyi burung. nyehak sedang memadatkan anyaman. péhak bersama-sama memadatkan anyaman. ham bunyi yang dikeluarkan kalau makan sesuatu yang pahit atau asam. han tumbuh (untuk jamur yang masih kecil); han kulat jamur mulai bertumbuh. ngehan jamur baru tumbuh. hang 1. batas; hang tano’ batas tahan. 2. melempar; hang batu’ melempar batu. mahang 1. buat batas. 2. melempar. nahang 1. dibatasi. 2. dilempari. nyahan 1. terbatasi. 2. sedang melempar. péhan 1. sama-sama membuat batas. 2. sama- sama melempar. haok hamparan sungai, alur sungai. hap menahan; hap mocop menahan lapar. mahap menahan napas. nahap ditahan. ngahap menahan. nyahap tertahan, dalam keadaan menahan. pahap sama- sama menahan, berlomba menahan. hapé (BI) telepon genggam, hape. harai aduhai; harai iné’ aduhai ibu. paharai saling mengucapkan kata aduhai. hat sejenis anyaman (pada pegangan parang, di kayu); hat telo anyaman di tempat anak sumpit, hat kambu jenis anyaman pada hulu parang. nahat dibuat jadi anyaman. ngahat menganyam. nyahat membuat anyaman. pahat sama-sama menganyam. hati hati. haun menyusun kayu untuk dibakar. haung 1. meraung; ngguh haung auh suara anjing meraung. 2. bunyi getaran sayap lalat waktu terbang. ngahaung 1. meraung. 2. lalat terbang. pahaung saling meraung, sama-sama meraung. haup melahap; haup ain melahap potongan daging. nahaup dilahap. ngahaup mengunyah makanan. nyahaup menahan makanan di mulut. pahaup sama- sama melahap, menyuruh melahap. héh ya; povei tou héh sama-sama kita ya. Kamus Punan Tuvu’ 243 héi siapa; héi melu’ siapa tinggal. hén (nehén, pehén, kehén) dia; hén irih itu dia. hih 1. aduh; hih melarom aduh dingin. 2. siput sungai (Cipangopaludina sp.), sejenis siput kecil. 3. bunyi panggilan. pihih 1. sama-sama mengaduh. 2. sama- sama memanggil. hik 1. mengisap; hik cigup mengisap rokok. 2. sisir orang Punan terbuat dari bambu untuk mengambil kutu. mehik menyisir. nihik 1. disap. 2. disisir. ngihik mengisap menyisir. nyihik 1. sedang mengisap. 2. menyisir rambut sendiri. pihik 1. sama-sama mengisap. 2. saling menyisir. hikan abang; hikan oroh kakak perempuan. hin asli, tidak tercampur; hin Punan Punan asli. pihin sama-sama membuat sesuatu menjadi asli. ho’ ya; ho’ béh ya sajalah. noho’ diyakan. moho’ mengiyakan. nyoho’ sedang mengiyakan. poho’ sama-sama mengiyakan. hoh partikel yang dipakai untuk menekankan makna kalimat; hoh ovi’ hok kelung? apa saya tidak mendengar?, hoh ano’ hok déh nantilah saya ke sana, ano’ tero nutung umoh noh nanti aja deh kita bakar ladang. hoi kata seruan. hok 1. arus; hok ungéi arus sungai. 2. saya; hok déh saya pergi. nohok 1. dibuat arus. pohok 1. sama-sama mempunyai arus. hop menyiram buah dengan air panas supaya cepat masak; hop keramuh menyiram buah keramuh dengan air panas sebelum dimakan. nohop disiram dengan air panas. ngohop menyiram dengan air panas. nyohop sedang menyiram sesuatu dengan air panas. pohop sama-sama menyiram buah dengan air panas. hu lap, gosok; hu tau lap lantai. muhu menggosok. nuhu dilap, digosok. hui bunyi yang dikeluarkan untuk memanggil dengan suara nyaring; hui rin dia memanggil dengan suara nyaring. nuhui dipanggil dengan suara nyaring. nguhui memanggil dengan suara nyaring. nyuhui 1. sedang memanggil dengan suara nyaring. 2. menangis. puhui sama-sama memanggil dengan suara nyaring. hum lemang, sagu yang dibungkus; bulu’ hum lemang bambu. muhum membuat lemang. nuhum dijadikan lemang, dibungkus. nyuhum sedang membuat lemangnya. puhum sama-sama membuat lemang. hun 1. ulekan; hun cerbéh ulekan cabe. 2. cocok. nuhun diulek. nguhun mengulek. puhun sama-sama mengulek. hung lancar; hung andang perjalanan lancar. nyuhung berjalan lancar, tidak ada halangan. puhung sama-sama memperlancar, suruh membuat jalan lancar, berlomba untuk jalan. hut karung; hut belanda’ karung goni. nuhut; dijadikan karung. nguhut mempunyai karung. nyuhut membuat karungnya. puhut membagi-bagi karung. 244 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

I i’ah 1. buka; i’ah nuh bukalah. 2. yang itu. ni’ah 1. dibuka. nyi’ah 1. membuka. pi’ah membukakan, sama-sama membuka. i’ét rapat (untuk anyaman); nyam i’ét anyaman rapat. mi’ét merapat, rapat betul. ni’ét dirapatkan. ngi’ét merapatkan. nyi’ét dalam keadaan rapat. pi’ét sama- sama merapatkan. i’ih (

napas. ngirok mengeluarkan sedakan napas. nyirok sedang tersedak napas. pirok menyebabkan napas tersedak, sama-sama napasnya tersedak. irop resam (Dicranopteris linearis), sejenis pakis. it mau; aloh tou duo it kah sebentar lagi kita dua mau jalan. hok it keman bacou lou inih saya mau makan ikan hari ini; bavui inah it kevoh/kenevoh tero babi hutan itu mau dibunuh kita. itak tertinggal; amung itak barang yang tertinggal. nitak ditinggalkan. mitak sengaja meninggalkan. nyitak tertinggal. pitak saling meninggalkan. itih tetes. pitih cair, menetes. pepitih mencair, membuat sesuatu menetes. itik sejenis tumbuhan yang daunnya dipakai untuk atap atau bungkusan. ngitik mengambil daun itik. iting ujung dahan; iting kayuh ujung dahan kayu. niting diletakkan sampai di ujung dahan. ngiting pergi ke ujung dahan. piting bersama-sama mencapai ujung dahan. itiyu obor; pui itiyu api obor. nitiyu dibuat obor. ngitiyu membawa obor dan digerakkan kanan-kiri untuk menerangkan jalan. pitiyu sama-sama membawa obor, membuat api obor untuk menerangkan jalan. itoh siap; itoh kah siap berangkat. pitoh sama-sama bersiap-siap jalan. itu’ atap; itu’ da’un atap daun. nitu’ dijadikan atap. ngitu’ membuat atap daun. nyitu’ memasang atapnya. pitu’ sama-sama memasang atap. itut potongan; itut bulu’ potongan bambu. nitut dipotongi. pitut sama-sama memotong. iva’ rendah; kayuh iva’ kayu rendah. ngiva’ membuat rendah, merendahkan. piva’ sama-sama merendahkan. ivah (ivan) jejak. ivan (ivah) jejak; ivan ukut a’ jejak orang. ngivan mempunyai jejak. nyivan ada jejak. pivan sama-sama mempunyai jejak. ivéi cawat; ivéi buro’ ngandit kain cawat merah. nivéi dibuat atau dijadikan cawat. ngivéi mempunyai cawat. nyivéi memakai cawatnya. pivéi memasang cawat. ivou sejenis rambutan; bua’ ivou buah rambutan ivou. ivu 1. tangkai; ivu cekuit tangkai kail. 2. pengikut; rin ivu ku dia pengikut saya. nivu 1. dijadikan tangkai. 2. dijadikan pengikut. ngivu mengikat tangkai. nyivu 1. ada tangkainya. 2. ada pengikutnya. pivu sama-sama menggunakan tangkai. ivu’ pendek; ji ivu’ tiang pendek. mivu’ jadi pendek. ngivu’ memendekkan. pivu’ sama-sama memendekkan. ivuk rambut; ivuk oroh iréh aru rambut perempuan itu panjang. ngivuk mulai tumbuh rambut. nyivuk ada rambutnya. iwau/iwo sejenis binatang kecil seperti tupai. iya’ penyakit; iya’ metan penyakit mata. niya’ dijangkiti penyakit. ngiya’ terjangkit wabah penyakit. piya’ menjangkitkan penyakit. iyah 1. ulat (larva); iyah oih ulat binatang. 2. lama menunggu. niyah 1. dihinggapi Kamus Punan Tuvu’ 251

ulat. 2. dibiarkan lama menunggu. ngiyah 1. mempunyai ulat. 2. menunggu lama. piyah 1. sama-sama membuang ulat. 2. sama-sama menunggu lama. iyu’ (yu’) untuk; iyu’ detou untuk mereka. iyui sederhana, tidak kuat, tidak lemah (seperti anak yang baru belajar berjalan); morip iyui hidup serba sederhana. piyui-iyui sama-sama merasa hidup serba sederhana, menyebabkan hidup serba sederhana. J ja’ 1. seperti, mirip, kira-kira; ja’ otuh seperti hantu, ja’ tenin kou kah ja’ tenin auh upong kau jalan seperti anjing berkurap. 2. menginjak. meja’ 2. menginjak. neja’ 2. dinjak. péja’ 2. sama-sama menginjak. ja’ah seperti itu. ja’an dagu; ja’an ku’ peroh dagu saya sakit. ngeja’an 1. mempunyai dagu yang meruncing. peja’an membuka dagu babi. ja’ap sejenis jamur; kulat ja’ab jamur ja’ab. ja’ih seperti ini. ja’ip menonjol dagu; ja’ip la’ung menonjol sekali dagunya. ngeja’ip mempunyai dagu menonjol (seperti orang tua yang giginya ompong). peja’ip sama sama mempunyai dagu menonjol. ja’it jembatan; ja’it wéi jembatan rotan. ngeja’it mempunyai jalan. peja’it 1. membuat jembatan, sama-sama menggunakan jembatan. 2. permainan kata; toh peja’a peja’it permainan kata yang sambung menyambung. ja’up berjabat tangan, memberi selamat; ja’up luman uvah selamat tahun baru. ngeja’up mengucapkan selamat. peja’up saling mengucapkan selamat, berjabat tangan. jaba’ semua; ényang jaba’ bawa semua. jabun botol; jabun lun wot botol tempat obat. jainah seperti itu, begitu, maka; jainah jan seperti itu baik. jainih seperti ini, begini. jakah larangan; tano’ jakah tanah larangan, tanah adat. ngejakah melarang tanah adat. pejakah sama-sama melarang tanah adat. jakan minuman keras, ciu. jalai ramping (manusia), halus (rotan); jalai bandang badan ramping. pejalai merampingkan, menghaluskan. jalu’ mandul; oroh jalu’ wanita mandul. pejalu’ membuat mandul. sama-sama membuat mandul. jalung jenis nyanyian lama yang hanya dimengerti beberapa orang saja. 252 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan jam 1. tahu, mengenal; hok jam a’ Kenyah saya kenal orang Kenyah, ovi’ hok jam saya tidak tahu. 2. melihat; hén jam hok dia melihat saya. 3. (BI) jam. péjam/ pepéjam 2. membuat dia melihat, sama-sama memperlihatkan. jambu jambu; jambu batuh jambu batu, nama pohon yang daunnya dipakai sebagai obat tradisional (Psidium guajava). jamuh sejenis tupai besar (Tupaiidae); jamuh ayo’ bulun ukui tupai besar berbulu ekor lebat. pejamuh sama-sama memburu tupai besar. jan bagus; jan ibi bagus tingkah. ngejan membuat bagus. péjan sama-sama membuat bagus; kejan (kecan) (< ke jan) paling cantik, sebaiknya; kou turui kecan rin bénih kamu tidur sebaiknya sekarang. mengejan mendamaikan dua belah pihak yang berselisih. pekejan memperbaiki pekejan perun mendamaikan hati. janan sejenis rotan; pu’un janan pohon rotan janan. pejanan sama-sama membagi rotan janan. janéi burung; janéi pa’ang burung hantu. japén hitung; japén karan lu’ap hitung jumlah uang. ngejapén menghitung sesuatu. jenapén sudah dihitung. pejapén saling menghitung. nyapén menghitung. jarak nama sejenis pohon (Ricinus communis) yang getahnya dipakai sebagai obat sakit gigi. jaran 1. sejenis ikan. 2. sejenis padi. jarau sejenis pohon pinang yang daunnya halus dan buahnya kecil. jari’ sejenis tempayan kecil. jat tarik; jat tu’a’ tarik kuat-kuat. mejat menarik. nejat ditarik. péjat sama-sama menarik. jauh cucu; jaun lait cucu jauh. ngejaun mempunyai cucu. jauk cucuku. jauk keruén cucu dua kali. jaum cucumu. jaun cucu. javo’ sayang; javo’ la’ung sayang sekali. ngejavo’ menyayangkan, menyayangi orang. pejavo’ sama-sama menyayangkan, saling menyayangi. jawa busung; jawa a’ tokan busung orang tua; perilaku orang yang duluan membuat baik pada orang dan kemudian menjadi baik lagi. jawéi muka; mengan jawéi merah muka. jawin/jemawin 1. terlalu banyak; jawin wong banyak uang. 2. tersinggung; jawin lo’ih, iro jemawin piah-piah saling tersinggung dengan omongan orang. jayung limbuh sungai yang tenang. jéi bunyi orang yang berteriak marah. nejéi diteriaki dengan marah. mejéi mengeluarkan berteriak dengan marah. pejéi saling berteriak marah. jeka penyakit kepala yang menyebabkan pembengkakan di kepala; ngejeka menderita penyakit jeka. jela sejenis pohon dataran rendah, kayunya ringan; jela kapa’ laban (Vitex pinnata). jela’ lidah; utin jela’ anak lidah. ngejela’ mengeluarkan lidah. Kamus Punan Tuvu’ 253 jelai jagung; camu’ jelai rambut jagung. ngejelai menyuruh ambil jagung. pejelai dua orang membuat, atau memanen jagung, jelau naga di dalam air yang sangat ditakuti; an va’ jelau di mulut naga. ngejelau mempunyai naga, kena hantu jelau. pejelau sama-sama mempunyai naga, menghalau naga. jelé’ék kelewatan kenyang sehingga ingin muntah; jéle’ék la’ung mual sekali. pejelé’ék menyebabkan mual (karena kelewatan makan). jeléh cacing; jeléh alu’ cacing besar (seperti alu). pejeléh sama-sama mencari cacing, menggunakan cacing untuk umpan pancing. jeléwan mual; jeléwan ka’ mual karena kebanyakan (makan) daging. pejeléwan membuat mual. jelik menjulur lidah untuk mengolok orang; jelik jela’ menjulurkan lidah. nejelik diolok-olokkan dengan menjulurkan lidah. ngejelik menjulurkan lidah panjang- panjang. pejelik sama-sama menjulurkan lidah. jelimét cekatan; jelimét la’ung cekatan sekali. ngejelimét bertindak cekatan. jelimu embun/uap air; udap bok jelimu basah kena embun/uap air. jelo melangkah dengan pelan-pelan; jelo detou mereka melangkah dengan pelan- pelan. ngejelo melangkah dengan pelan-pelan. pejelo sama-sama melangkah dengan pelan-pelan. jelok mengantuk; jelok kerin dia mengantuk, mau tidur. ngejelok merasa mengantuk. pejelok sama-sama mengantuk, membuat mengantuk. jema (bia’) aren gelora (Arenga undulatifolia), sejenis pohon sagu; lo’ jema sagu jema. ngejema mengerjakan pohon jema untuk membuat sagu. jemi’ jerami; jemi’ paréi jerami padi. ngejemi’ menghancurkan tangkai padi untuk dijadikan jerami. pejemi’ sama-sama membuang jerami. jemit kuning; ceduan jemit celana kuning. ngejemit menguning. pejemit membuat warna kuning. jemong kotor; jemong tau lantai kotor. ngejemong merasa geli melihat kotor. pejemong menyebabkan orang merasa geli melihat kotor. jemu’ heran; jemu’ lan-lan heran sekali. ngejemu’ mengherankan. pejemu’ sama- sama mengherankan. jengan sejenis kayu; pu’un jengan pohon jengan. jenguk berliur, ngiler; jenguk ik keman ngiler melihat makanan. mejenguk merasa selalu ngiler. ngejenguk merasa ngiler. pejenguk membuat ngiler. jepot 1. berdenyut; jepot wat nadi berdenyut. 2. menghilang, karena sudah pergi; jepot ke rin dia menghilang. ngejepot 1. merasa berdenyut. 2. menghilang. pejepot 1. menyebabkan berdenyut. 2. sama-sama menghilang. jepu sepuh; ungéi jepu ugén air sepuh parang. pejepu menjadi sepuh. jerait kisah, cerita. menjerait selalu bercerita. ngejerait bercerita. jenerait diceritakan. pejerait saling bercerita. jerung kobra; cai jerung ular kobra. pejerung mengusir ular kobra. 254 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan jét jahat, buruk; jét ikoh paling jahat. ngejét berbuat jahat. péjét menyuruh berbuat kejahatan, sama-sama jahat. ji tiang; ji levu’ tiang rumah. ngeji sedang menanjak tiang. péji sama-sama memasang tiang, mendirikan tiang. ji’ satu; ji’ bah satu biji. keji’ pertama. péji’ satu demi satu, sama-sama satu. jik bersenggama (membuat gerakan turun naik bersenggama); jik tu’a’ bersenggama kuat. nejik dicumbu ngejik bersenggama. péjik bercumbu-cumbu, menyebabkan bercumbu. jikut semak-semak; jikut otu semak-semak lebat. ngejikut mempunyai semak- semak. pejikut membiarkan menjadi semak-semak, sama-sama membersihkan semak-semak. jilo (istilah bahasa Ketuya’) naga. jilu’ jahit. jenilu’ dijahit. jimu’ heran; ém jimu’ lulung jangan heran dulu. jimut-jimut; rintik-rintik; ucan jimut-jimut hujan rintik-rintik. jo salah, keliru; jo pena’ nuh salah, keliru perbuatanmu. ngejo mengelirukan. nejo’ dipersalahkan. péjo/pepejo sama-sama salah, keliru, membuat salah, keliru. jojok kepepet (terdesak); urip jojok hidup dalam keadaan kepepet. jok menekan; jok linak menekan perlahan. nejok ditekan. ngejok menekan. péjok saling menekan. jolop cara pembuktian masalah seperti perselingkuhan, pencurian, dengan cara menyelam (dua orang yang tertuduh disuruh menyelam: yang benar akan lama di dalam air, yang salah akan cepat timbul ke permukaan); péndah jolop lomba menyelam pejolop; sama-sama menyelam, menyuruh menyelam. ju mengangkat; ju dévou mengangkat ke atas. neju diangkat. ngeju mengangkat. péju sama-sama mengangkat. jujun bagian tanah yang agak tinggi di pinggir sungai. ngejujun mempunyai bagian tanah yang agak tinggi di pinggir sungai. juk 1. kasih, beri; juk nuh yuh yu’ beri pisau buat saya. 2. nama laki-laki Kenyah; Juk Laing ngeran a’ tokan inah Juk Laing nama orang tua itu. njuk memberi. pénjuk saling kasih, saling beri. nenjuk diberi. juk-juk cepat-cepat. julan 1. sembilan; julan kungoh sembilan orang. 2. harta, barang yang disimpan. mejulan 2. mempunyai harta. juma’ depan. ngejuma’ menghadap ke depan. pekejuma’ berhadapan. juman kuala, muara. jungai muncul; jungai bacou ikan muncul. ngejungai bermunculan, berdatangan. pejungai 1. sama-sama muncul, datang. jungat pintu; jungat akai pintu tamu. ngejungat membuat pintu. pejungat memakai pintu, berada di pintu. Kamus Punan Tuvu’ 255 junggo gendongan berat; junggo uli’ gendongan yang dibawa pulang. ngejunggo menggendong. pejunggo menyuruh menggendong, sama-sama menggendong. jungo pulang dengan kelelahan. ngejungo tiba-tiba datang ke mari, muncul. mejungo sering muncul. jenungo didatangkan. pejungo saling bermunculan. jurut tempat menyimpan rokok terbuat dari daun silat. jut menggoyang; jut betang menggoyang batang pohon. nejut digoyang. mejut menggoyang. péjut menyuruh bergoyang, sama-sama menggoyang.

K ka 1. gagak; janéi ka burung gagak. 2. partikel yang dipakai di ujung kalimat; péka memburu burung gagak. ka’ daging makan; ka’ oih daging binatang. nyeka’ ada banyak dagingnya. péka’ membagi daging. ka’a’ ragu-ragu; ka’a’ la’ung ragu-ragu sekali. nyeka’a’ dalam keadaan ragu. peka’a’ menyebabkan keraguan. ka’ang pohon cempedak (Artocarpus integer). ka’én 1. habis; ka’én ami habis harapan. 2. besar; ka’én perun besar hati. 3. semua. nyeka’én ada yang habis. peka’én menghabiskan. ka’i tanah adat yang sakral, yang dilarang. ka’in suara gonggong anjing. nga’in menggongong. meka’in selalu menggongong. kena’in dikejar sambil digonggongkan. peka’in suruh/melatih anjing menggongong. ka’it nekat. kabi menyusul; hok kabi ke detou saya menyusul mereka. nyekabi sedang menyusul. kenabi disusul. pekabi menemui orang yang disusul. kabok 1. buta; metan kabok mata buta. 2. tanah yang berlubang-lubang. pekabok 1. membuat buta, menyebabkan kebutaan. 2. menyebabkan tanah berlubang- lubang. kabu’ membuat sirih untuk dimakan, mengoles kapur di daun sirih sebelum dimakan. ngabu’ membuat sirih. kabun (BI) kebun yang sudah ditanam. kabup mengepak-ngepak; ilat kabup sayap mengepak-ngepak. ngekabup mengepak-ngepakan. nyekabup sedang mengepak-mengepak. pekabup menyebabkan mengepak-ngepak. kacai gorengan; kacai ubi’ gorengan ubi. ngacai menggoreng. kacang pertok. kaci’ ulin, kayu belian (Eusideroxylon zwageri); kayu kaci’ kayu ulin; otuh kaci’ hantu kaci’ dalam dongeng Punan. ngaci’ membelah kayu ulin. 256 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kacip terburu-buru, cepat-cepat; kacip kah jalan terburu-buru. pekacip menyebabkan seseorang terburu-buru. kadang pakaian; kadang uvah pakaian baru. mekadang memakai baju bagus baru. nyekadang sedang berpakaian. kenadang dipakaikan. pekadang memberikan pakaian, memasangkan pakaian. kadéh ke sana; tou duoh kadéh kita berdua ke sana. kadit bertahan, singgah di suatu tempat. nyekadit bertahan. kaék proses injak padi yang dipanen untuk melepaskan padi dari tangkai. ngaék menginjak padi supaya butirnya lepas dari tangkainya dan siap untuk dijemur; ngaék nawi’ menginjak padi untuk melepaskan butirnya dari tangkainya. kah berangkat, berjalan; kah uli’ berangkat pulang. pékah menyuruh berangkat, menjalankan, mengajar berjalan; hok pékah aruk. saya menjalankan perahu. kahap ambruk, pincang; lepou kahap pondok ambruk. nyekahap dalam keadaan ambruk. pekahap menyebabkan ambruk. kahip penuh; kahip litip kepenuhan; kahip litip undan perahu penuh muatan. nyekahip dalam keadaan penuh. pekahip membuat penuh. kahut alat meraut rotan supaya ukuran rotan untuk dianyam sama besarnya. ngahut meraut rotan. kenahut diraut. kai kami; kai ripa ungéi kami berada di seberang sungai; kai lemok an lum kami sampai di rumahmu. nekai kami. pekai kami. kaitan (keitan) binturung (Arctictis binturong). kajang tikar dari daun nipah. nyekajang memakai tikar dari daun nipah. pekajang memberi tikar dari daun nipah. kajat terlambat, ketinggalan. kaji’ lain; kaji’ ah lain itu. nekaji’ dibuat lain. pekaji’ membuat berlainan. kajing kaget; kajing u’ut kaget takut. tekajing terkejut. nekajing dibuat terkejut. pekajing menyebabkan terkejut. kak ketulangan, tersangkut di tenggorokan; kak tolang bacou ketulangan tulang ikan. nekak dibuat ketulangan. pékak menyebabkan ketulangan. kakap 1. penyakit herpes; bok kakap terjangkit kakap. 2. sejenis burung. pekakap 1. menjangkiti penyakit herpes. kakét kaku; kakét kah kaku jalannya. nyakét dalam keadaan kaku. pekakét membuat kaku. kakup tangkap, menggenggam; kakup tu’a’ kuat mengenggam. ngakup menangkap. pekakup menangkap sesuatu untuk orang lain, saling menggenggam. kenakup ditangkap untuk memberi. kala’ (puwang) kecombrang (Etlingera elatior). kalan akibat; kalan perun ivu’ akibat pikiran (pendek) kacau. kalang titian; kalang bulu’ titian dari bambu. pekalang menyuruh meniti titian, sama-sama meniti. kaléi 1. kebiasaan; kaléi a’ kebiasan orang. 2. belajar. ngaléi 1. membiasakan. 2. Kamus Punan Tuvu’ 257

belajar. kenaléi 1. dibiasakan. 2. dipelajari, dibelajarkan. pekaléi 1. membiasakan. 2. mempelajari. kalih gali. ngalih menggali; ngalih tano’ menggali tanah. mengalih menggali; kou mengalih lovang inah kamu menggali lubang itu. kenalih digali; kenalih nuh rin? sudah kau gali ini? pekalih menyuruh menggali. kaling mendekap; kaling nak mendekap anak. ngaling mendekap. ngekaling mendekap erat-erat. nyekaling sedang mendekap. pekaling saling berdekap- dekapan. kekaling mendekap; kekaling tu’a’-tu’a’ mendekap kuat-kuat. kaloh sebentar; kaloh véi sebentar saja. kalong alat gendong, bakul; kalong kop alat gendong besar yang ada tutupnya. ngalong membuat bakul. nyekalong ada alat gendongannya. pekalong memberikan alat gendong. kaluh sejenis ikan; bacou kaluh ténoh ikan kaluh betina. nyekaluh pergi mencari ikan kaluhnya. pekaluh menangkap ikan kaluh, membagikan ikan kaluh. kalung ukiran; kalung berat ukiran tikar. ngalung mengukir, melukis. pekalung sama-sama mengukir, suruh mengukir. kalut berbelang, bercorak-corak; auh kalut anjing berbelang. nyekalut ada warna belangnya, berbelang-belang. pekalut membuat belang-belang. kam-kam tidak jelas tujuan, sembarangan; kah kam-kam jalan tidak jelas tujuan. kamang merangkak; kelovih inah kamang koh anak itu merangkak saja. ngamang merangkak. nyekamang sedang merangkak. pekamang melatih merangkak. kambing (BI) kambing (Capra hircus). kambit dapat, sempat bertemu dengan orang yang dicari atau disusul; katou kambit an rin kami sempat bertemu dengan dia. ngambit mendapat. pekambit menyuruh mendapat sesuatu atau sempat bertemu dengan orang yang dicari atau disusul. kambu’ tempat kapur sirih; kambu’ apuh adu’ tempat kapur sirih nenek. pekambu’ memberikan tempat kapur sirih. kamén terpaksa karena tidak berhasil mendapat sesuatu; kamén keman terpaksa makan. pekamén memaksa, sama-sama terpaksa. kamit dayung; kamit nyan lirin ungéi berdayung ke tepi sungai. ngamit berdayung. nyekamit sedang mendayung. pekamit banyak orang mendayung bersamaan. kan kasih makan, suap; kan nuh nak tou kasih makan anak kita. mekan kasih makan; déh hok mekan uting saya pergi kasih makan babi. kinan dimakan. nekan diberi makan. pékan sama-sama diberi makan, menyuruh diberi makan; suruh menyuap, kasih makan. kana’ merasa; kana’ mih merasa manisnya. mekana’ selalu mau merasakan sesuatu. ngana’ mencoba, merasakan. nyekana’ sedang merasa; hok it nyekana’ inih saya ingin mencoba ini. kenana’ sudah dicoba; kenana’ nuh kue irih unih? sudakau coba kue itu tadi? pekana’ merasakan, menyuruh merasai. kanak (< kana’-k) rasa saya. 258 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kanam (< kana’-m) rasa kamu. kanan 1. bekas; kanan a’ demirik bekas orang menebas. 2. (< kana’-n) rasa; kanan piram merasa sakit. kanén mengidam, ingin sekali makan sesuatu; jét kanén masa mengidam untuk perempuan hamil. nyekanén sedang mengidam. kang 1. kepiting (Potamidae); nak kang anak kepiting. tuyu’ kang kepiting. 2. usus besar; kang payou usus besar rusa, kandungan bumi seperti minyak, besi, timah ta’in kang tai bumi. kang payou usus besar rusa. 3. tongkat untuk angkat atap; kang u’ap tongkat penopang daun jendela. 4. tanggung, ragu, setengah-setengah membuat sesuatu; kang lela masih tanggung, ragu. nekang dipakai tongkat penopang daun jendela, membuka daun jendela; nyekang; 2. ada usus besarnya. 3. ada tongkatnya. pékang. 2. membersihkan usus besar. 3. membuka jendela dengan tongkat penopang. kangkung (BI) kangkung (Ipomea aquatica). kanji’ jin, roh, hantu; Kanji’ Anjan sejenis jin berbadan besar. ngekanji’ bergerak seperti hantu besar. kanjing (BI) 1. peniti; kanjing ayo’ peniti besar. 2. kancing. kenanjing/nekanjing dijadikan peniti. pekanjing memasang peniti, memberikan peniti. kanyih menangkap ikan dengan menggunakan akar tuba; detou kanyih deva’ mereka pergi menangkap ikan dengan tuba ke arah hilir. pekanyih sama-sama pergi menangkap ikan dengan menggunakan tuba, menyuruh pergi cari ikan dengan tuba. kanyop masuk ke dalam, terperosok; kanyop ukut an nait kaki terperosok lumpur. pekanyop menyebabkan terperosok. kapa’ laban; jela kapa’ (Vitex pinnata). kapak (BI) kampak; pungun kapak tangkai kampak. nyekapak sedang memakai kampaknya. pekapak memakai kampak, memberikan kampak. kapan (BI) kapal; kapan nyerbing kapal terbang. pekapan sama-sama naik kapal. kapét kelat, ambar; kapét puti’ kelat seperti rasa pisang mentah. kapi 1. pincang; kapi pa’an kaki pincang. 2. serba kekurangan, dalam keadaan serba kekurangan. pekapi 1. menyebabkan pincang. 2. menyebabkan keadaan serba kekurangan, merasakan keadaan serba kekurangan. kapih 1. bulus, bidawang, labi-labi; kapih danou jenis bulus besar. 2. sebutan kias untuk wanita. ngapih sedang menyapa seseorang dengan sebutan kapih. pekapih 1. menangkap bulus, memberikan bulus. 2. sama-sama menyapa seseorang dengan sebutan kapih. kapin pasangan, istri kedua, istri muda; oroh kapin. 2. penyakit kapin, yang menyebabkan orang menjadi kurus-kering dan tuli akibat dari mengambil istri kedua; kinan kapin kena imbas dari punya istri dua, menjadi tuli (ungkapan yang dipakai kalau orang tidak mendengar omongan orang lain). ngapin mempunyai istri dua. pekapin, hubungan di antara dua istri yang suaminya satu. Kamus Punan Tuvu’ 259 kapuh (apuh) mengapuri; kapuh bangi’ mengapuri sirih. pekapuh sama-sama- mengapuri, memberikan kapur. kaput mengikat; kaput ji ikat tiang. ngaput mengikat, pekaput menyuruh mengikat, sama-sama mengikat. kara’ kumbang rusa (Lucanus sp.), sejenis kumbang besar bertanduk. karan jumlah, semua; vi’ karan bua’ banyak jumlah buah-buahan. pekaran sama- sama menjumlahkan. karat mengiris; karat cigup mengiris daun rokok. pekarat menyuruh mengiris, sama-sama mengiris. karét kayu karet, kayu getah (Hevea brasiliensis). karo kami dua orang; karo duoh meturui an umo’ kami dua tidur di pondok ladang. karun 1. bahan untuk membuat api terbuat dari kulit durian yang kering (alat membuat korek jaman dulu). 2. sepanjang; karun repa’ sepanjang depa. kenarun sepanjang. pekarun memperpanjang. kat bangun; kat a’up bangun pagi. nékat dibangunkan. ngékat membangunkan. pékat menyuruh bangun, membuat seseorang bangun. kata 1. antah: kata nawi’ antah padi. 2. nama satu jenis padi. nyekata 1. ada antahnya. pekata 1. membuang antah. katan membersihkan; katan levu’ membersihkan rumah. ngatan membersihkan (sesuatu). pekatan membuat bersih, sama-sama membersihkan sesuatu. katih kiriman; katih ka’ kiriman daging. pekatih mengirimkan. kating 1. sipit; kating metan mata sipit. nyekating bermata sipit. pekating menyebabkan mata sipit. katip 1. jepitan. 2. kalajengking; katip bé’éu sejenis kalajengking (Buthidae). ngatip menjepit. kenapit dijepit. katou kami; katou keman kun unan lanyih kami makan nasi dengan lemak babi. katuh kirim; katuh bua’ abung kiriman buah maritam. ngatuh mengirim sesuatu. katuh-kenatuh kiriman; pekatuh suruh mengirim. kau kerangka pondok. kauh kemasan barang bawaan; kalong kauh keranjang berisi kemasan barang bawaan. nekauh dikemas untuk dibawa. nyekauh mengemas barang bawaannya. pekauh mengemasi barang bawaan. kauk-kauk; suara riak air; kauk-kauk ungéi suara riak air sungai. ngekauk-kauk membuat suara riak di air. nyekauk ada suara riak airnya. pekauk sama-sama memperdengarkan suara riak air. kaup menyala; arung pui inah kaup unggun api itu menyala. pekaup menyuruh menyalakan. kaut bernyala besar, api besar; pui an atang kaut api di dapur bernyala. pekaut menyuruh membuat sesuatu bernyala. kavai meraih; kavai wang meraih hasil. pekavai sama-sama meraih. kavang tuai, potong padi, panen. ngavang menuai; ngavang paréi menuai padi, memanen; kenavang dituai. pekavang menyuruh menuai sama-sama menuai. 260 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kavat mencari sesuatu meraba-raba; kavat luh menyou mencari jarum hilang berulang-ulang. pekavat menyuruh seseorang mencari sesuatu berulang-ulang. kavou lari, kabur; kavou lait lari jauh; kavou iné’ pambat lari karena banjir. nyekavou sedang lari. kenavou dilarikan. pekavou menyebabkan seseorang / sesuatu lari. kawa haram, perbuatan gelap seperti perselingkuhan; nak kawa anak haram. pekawa melakukan perbuatan haram. kawa’ 1. kopi (Coffea robusta) bo’ kawa’ minum kopi. 2. kuali. nyekawa’ 1. mengkopi. pekawa’ 1. menyajikan kopi, minum kopi ramai-ramai. kawah (lekawah) semua permukaan bumi di bawah langit. kawai mencurigai; kawai a’ mencurigai orang. ngawai mencurigai sesuatu atau seseorang. nyekawai ada rasa curiga. pekawai saling mencurigai, mencurigakan. kawang antara, sela di antara dua bagian; kawang levu’ antara rumah. nyekawang ada selanya. pekawang membuat antara/sela; menempatkan sesuatu di antara. kawi 1. bengkok; utang kawi tongkat bengkok. 2. salah. pekawi 1. membuat bengkok; membengkokkan. 2. menyalahi, membuat kesalahan. kawin mengetahui; kawin wo’ jan mengetahui hal yang baik. pekawin sama-sama mengetahui, memberi tahu. kawong lubang mata kosong, buta karena tinggal lubang mata tanpa bijinya; kawong metan buta mata. nyekawong dalam keadaan buta. pekawong membuat buta, menyebabkan kebutaan. kayan 1. perlahan; kah kayan jalan perlahan. 2. nama Sungai Kayan. pekayan 1. membuat sesuatu terjadi perlahan-lahan. kayu manis kayu manis (Cinnamomum burmanni). kayu’ gulungan; kayu’ buro’ gulungan kain. kenayu’ digulung. pekayu’ menggulung, membuat gulungan-gulungan. kayuh kayu; kayuh malom kayu hitam. pekayuh memberikan kayu, mencari kayu. ke 1. partikel yang muncul di depan kata benda dan nama orang untuk menunjukkan orang, binatang atau benda yang mengatakan sesuatu ke oroh kata perempuan, ke Unjung Unjung bilang. 2. si, sang; ke akai inah téi tat Bulungan si tamu itu datang dari Bulungan. ke- 1. awalan yang dipakai di depan angka untuk kata bilangan tingkat; keji’ pertama, lou keji’ hari pertama, kelimoh kelima. 2. awalan yang di depan kata ganti orang untuk menunjukkan orang, binatang atau benda yang mengatakan sesuatu; kehén dia bilang, kerin dia bilang. 3. awalan yang di depan kata kerja untuk menandakan suatu kejadian yang akan terjadi dalam waktu dekat; kedéh hén dia akan pergi. kebai dayung; kebai ivu’ dayung pendek. ngebai berdayung. mekebai cepat-cepat mendayung. pekebai memberikan dayung, sama-sama berdayung. kenebai dijalangkan dengan dayung. kebalun sejenis kayu; rin nekering an aun tungun kebalun dia berdiri di atas tunggul kayu kebalun. Kamus Punan Tuvu’ 261 kebih angin; kebih ta’un angin waktu kemarau. nyekebih ada banyak angin. mekebih berangin. pekebih mencari angin. kébok buta sampai kempis biji mata; mai’ rin kébok kasihan sekali dia buta. pekébok membuat buta, menyebabkan kebutaan. kebula’ potong rata; kebula’ utok ocan meratakan ujung tangga. ngebula’ meratakan. pekebula’ menyuruh meratakan. kecama’ sejenis pohon kecil yang tumbuh di bekas ladang (Senna alata). kecan (< jan) sebaiknya, paling cantik. pekecan mendamaikan, saling berbuat baik. kecang sejenis burung; kecang belara’­ tangkar ongklet (Platyphilus galericulatus), seje­nis burung pertanda baik atau jelek menurut adat lama (amen). kecapi’ alat musik berdawai empat (mirip sampeh orang Kenyah). kecat kurus; a’ kecat orang kurus. ngecat mengurus. pekecat mem­ buat kurus, menguruskan. kecemi’ kumis; kecemi’ rin aru kumisnya panjang. ngecemi’ mempunyai kumis. pekecemi’ membiarkan kumis tumbuh lebat. kecengau benalu. kecepenggu (penggu) kebetulan. kecét (< jét) yang jelek, yang buruk menjelek-jelekkan; kecét a’ menjelek-jelekkan orang. pekecét saling menjelek-jelekkan. keci’ (< ji’) pertama. kecou boros; kun kecou boros dengan makanan. ngekecou mempunyai sifat boros. pekecou memboroskan. kecu’a (cu’a) menyodorkan; kecu’a tero véi kita menyodorkan saja. pekecu’a saling menyodorkan. kecu’ang sejenis akar. kecukat (pecukat) menombak. kecukat-kecukat tiba-tiba. kedan sejenis bakul kecil tempat menyimpan bibit padi dan beras kederop memungut sembarangan. ngederop memungut sembarang. ngederop nait memungut pasir. kéh (mekéh) melepas. kehén (hén) 1. dia. 2. dia bilang. kéi naik; mekéi naik; mekéi noh nyanih naiklah ke sini. nekéi dinaiki. pékéi menaikkan, mempersilahkan naik. 262 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan keitan (kaitan) binturung; keitan ibu sejenis binturung (Arctictis binturong). kejala’ jala. ngejala’ pergi mencari ikan dengan jala. kejan (< jan) sebaiknya. nekejan cantiknya. kejo’ot berhenti; kah kejo’ot berhenti jalan. ngejo’ot berhenti. kejuk loncat; tua’ kejuk kelovih inah kuat loncat anak itu. nekejuk meloncat. kenejuk diloncatkan. petekejuk sama-sama meloncat, berlomba meloncat- loncat, disuruh meloncat. kejung kejang. petekejung sama-sama kejang; bang petekejung waktu bersamaan penis mereka berdiri kejang. keka’ sejenis kutu; keka’ ulok kutu kecil di atas dedak padi. ngekeka’ mempunyai kutu. pekeka’ menyebabkan ada kutu, membuang kutu. kékah geser barang. ngékah menggeser barang. kenékah sudah selesai digeserkan. pekékah menyuruh menggeser sesuatu. kéké/kékéh mengangkangkan kaki; muruk kéké duduk dengan mengangkangkan kaki. pekéké/penekékéh mengangkang-ngangkangkan kaki. kekenah bilang seperti itu. kekenih (< kenih) bilang seperti ini. kékét 1. kikis, membersihkan kotoran dari badan dengan kayu atau pisau. 2. habis. ngékét membersihkan. mengéket membersihkan. kenéket dibersihkan. kekién usaha keras, paksa. ngekién berusaha keras, memaksa. pekekién berulang- ulang memaksa. kela’ isi buah tipis; bua’ ka’ang inah kela’ buah cempedak itu kurang berisi. kela’ih (la’ih) omongan; ngguh kela’ih suara omongan; pekela’ih sama-sama membuat omongan, berbicara. menyuruh supaya ada omongan. kelaci’ buka; ngelaci’ membuka; ngelaci’ buro’ membuka kain. kenelaci’ dibuka. pekelaci’ suruh membuka. kelacou sejenis manik kuno yang biasa dipakai perempuan waktu hamil, terbuat dari buah akar; bah kelacou biji-biji manik kuno. pekelacou membagi manik kuno, menggunakan manik kuno. kelajét demam panas dingin yang menyebabkan orang kejang. ngelajét menderita demam malaria. kelak sangat, paling; kelak ayo’ sangat besar. kelakat alas kuali yang dibuat dari rotan; labung kelakat topi terbuat dari rotan. kelalai pokok gambir di hutan. kelambu 1. apung. 2. (BI) kelambu; buro’ kelambu kain kelambu. ngelambu 1. sedang terapung. 2. sedang pakai kelambu. pekelambu 1. sama-sama terapung, membuat sesuatu terapung. 2. sama-sama memasang kelambu, memberikan kelambu. kelanyai mengolok; ngguh kelanyai bicara mengolok-olok. pekelanyai saling mengolok-olok. Kamus Punan Tuvu’ 263 kelapit penyakit; tuman tengala’ kelapit akhir dari musim penyakit. kelaruh menyesal; kelaruh aloh menyesal sedikit. ngelaruh menyesali. pekelaruh sama-sama menyesal. kelat nyala. pekelat menyala, menyebabkan sesuatu menyala; pekelat pui menyalakan api. kelau sejenis bakul kecil tempat menyimpan padi atau beras. kelau’ panas. ngelau’ memanas. kenelau’ dipanaskan, kepanasan kalau makan atau minum sesuatu yang terlalu panas. kelavang labi-labi batu (Dogania subplana); kelavang ténoh labi-labi betina. kelavét uwa’-uwa’, owa kelawat (Hylobates muelleri). ngelavét mempunyai uwa’- uwa’. pekelavét meniru suara uwa’-uwa’. kelawin ketinggalan, lupa; kelawin vin ketinggalan barang; kelawin ényang ugén lupa bawa mandau. pekelawin menyebabkan sampai tertinggal; sama-sama lupa, menyebabkan lupa. kelayan jangan, hati-hati kelayan kevo ani’ inah jangan kau inginkan hal itu; kelayan kou neluk an ngguh rin hati-hati, jangan-jangan; kelayan kou miram jangan-jangan kamu sakit, jangan tergoda omongannya. kelayu (< layu) menyesuaikan; kelayu uvé’ véi ah menyesuaikan permainan itu saja. pekelayu sama-sama penyesuaian, hanya penyesuaian saja. kelebin memilah. ngelebin memulas. telebin terpulas. kelebui timbul. ngelebui timbul ke permukaan. kelecau banteng (Bos javanicus). keleciau banteng; keleciau lau’ nyatung ungéi banteng besar berenang menyeberangi sungai. keledu’ nyanyian, jenis lagu tradisional menceritakan kehidupan masa lalu; keledu’ andu nyanyian untuk upacara belian. ngeledu’ menyanyi. pekeledu’ menyanyi, membuat nyanyian. kelejai timbul; kelejai kayuh lorop tat ungéi kayu timbul tenggelam di sungai. ngelejai muncul timbul. kelekan 1. ikut. 2. bekas; ngenong nuh iréh kelekan bavui nyuro’ lihat itu bekas babi mencungkil. ngelekan 1. mengikuti, mengejar; nak ku ngelekan hok barong hok déh lekah anak saya ikut saya kalau berangkat kerja. kenelekan 1. diikuti, dikejar; kelekan bavui nyuro’ kenelekan katou déh bekas babi mencungkil diikuti kami. mekelekan 1. orang yang suka ikut-ikut terus. pekelekan suruh kejar, saling kejar-kejaran. kelelop memasukkan ke dalam. ngelelop melipatkan. telelop termasuk. ketelelop termasuk ke dalam secara tak sengaja; ukutku ketelelop an luvang kaki saya masuk ke dalam lobang secara tak sengaja. kelembai gelantung; bayang inih kelembai an rangan baju ini gelantung di gantungan. ngelembai menggelantung. 264 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kelembit perisai. kelen kayu arang (Diospyros borneensis), sejenis pohon dataran rendah dan bukit. kelenan tersumbat, tersangkut (tidak bisa jalan); sumbu’ kelenan sumbu tersumbat. ngelenan menyumbat. pekelenan membuat sumbatan. kelendi sejenis alat musik tradisional (gerdak) terbuat dari labu air dan bambu; kelendi bulu’ alat musik kelendi dari bambu. ngelendi memainkan alat musik kelendi. pekelendi saling memperdengarkan lagu dengan alat musik kelendi. kelengaong buah asam; pu’un kelengaong pohon buah terong asam. kelenggu sejenis lengkuas hutan. kelenit menguliti binatang. ngelenit menguliti. nekelenit dikuliti. kelesiau (kelecau) banteng (Bos javanicus). keleti membuang kulit luar dari rotan. ngeleti membuang kulit luar dari rotan. kelevét putar. mekelevét selalu berputar. ngelevét berputar. nyelevét memutarkan. kenelevét diputarkan. pekelevét saling memutarkan. kelevu’ang sejenis ular; cai kelevu’ang keman you katou ular kelevu’ang memakan ayam kami. keliah tersebar, berbaring terlentang sehingga tampak jelas. ngeliah terkapar, terbuka, terlentang jelas. keneliah dibuat terlentang. pekeliah menyuruh buat terlentang, terkapar. keliciu usus halus; keliciu pelanuk mih keman usus halus pelanduk enak dimakan. kelién sayur, lauk. kelikai menghamburkan beras untuk dikeringkan di atas tikar. ngelikai menghambur; ngelikai nawi’ luang berat ayo’ menghamburkan padi di atas tikar besar (untuk dikeringkan). kenelikai dihamburkan. kelimah kangkala (Litsea garciae), sejenis pohon dataran rendah. kelimut ular tedung; cai kelimut (Ophiophagus hannah), sejenis ular sangat berbisa. kelio’ pacar; oroh kelio’ perempuan pacaran. ngelio’ mempunyai pacar. pekelio’ sama-sama pacaran, menyuruh pacaran. kelisoi sejenis pohon besar yang tumbuh di pinggir sungai; kulit kayunya dipakai sebagai obat disentri, bunga putih bisa dimakan. kelit musibah yang terjadi sebagai ulah manusia terhadap binatang; bok kelit kena dampak buruk dari perilaku kurang bagus terhadap binatang (monyet, ayam, kucing dan lain-lain). kelitung ambeien, wasir. Kamus Punan Tuvu’ 265 kelo’in (< lo’ih) omongan. ngelo’in berbicara. kelolou membuai, menyanyi-nyanyi untuk menidurkan anak; kelolou kelovih lagu nina bobo anak-anak. pekelolou membuai-buai. kelongo’ mendekap. ngelongo’ memeluk. kelop kura-kura coklat (Cyclemys dentata), sejenis kura-kura di sungai dan di tanah; kelop unyan kura-kura punggung datar (Notochelys platynota), sejenis kura-kura di tanah. keloréh cari-cari di sini-sana, membongkar. ngeloréh membongkar. keneloréh dibongkar. pekeloréh saling membongkar. keloron pegang erat-erat pada suatu tempat. ngeloron memegang suatu tempat secara erat-erat. kelovih anak-anak; kelovih uyung anak-anak kecil. pekelovih mengajar anak-anak berbicara, meniru anak-anak, berbuat seperti anak-anak. kelu’ antik, lama, dahulu; melat kelu’ barang antik; an adu’ kelu’ zaman nenek dahulu. keluit putar sampai bengkok; keluit nuh tua’ putar kuat sampai bengkok. kelulau pegangan untuk kampak. kelulau pira’ kiam pegangan kampak. kelulung kulit binatang yang sudah dikupas; kelulung payou kulit rusa yang sudah terkelupas dari daging. kelunén terbengkelan, tersangkut-sangkut di leher. kelung mendengar; tuning ovi’ kelung telinga tidak mendengar. ngelung mendengar. ngekelung mendengarkan. kenelung didengarkan. pekelung saling mendengarkan. keluru’ kumpulan; keluru’ kelovih kumpulan anak-anak. ngeluru’ mengumpulkan. pekeluru’ berkumpul. keman (< kan) makan; keman a’up makan pagi. pekeman sama-sama makan. kemantuyan pohon yang tumbuh di bekas ladang yang buahnya dijadikan obat. kembung menyumpah karena sakit hati; kou auh kinan ru, kinan kembung sialan kamu anjing, mati kau (disumpah). kemou sejenis cicak besar. kemugi kunyit (Curcuma domestica), kelemugi kunyit; tuvuh kelemugi an lida karo tanaman kunyit di kebun kami. kén (< ke-hén) 1. dia. 2. katanya, dia bilang; kén an hok katanya padaku. 3. kemenakan; kén detou kemenakan mereka. 4. lantai; kén liding lantai dinding. nekén 3. dipanggil kemenakan. nyekén bertingkat. pékén memanggil seseorang sebagai kemenakan; membuat tingkat, sama-sama memanggil keponakan. kena’ cacat akibat dari melanggar syarat-syarat orang hamil; biasanya kalau perempuan hamil suaminya sebaiknya tidak bekerja seperti pegang mesin berat, tidak menjatuhkan pokok yang menyangkut pada pohon lain; tidak boleh mengganggu beruang; nak inah kena’ bowang anak itu bisu (cacat beruang) mungkin karena waktu masih dalam rahim bapaknya makan atau mengganggu beruang. 266 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kenah seperti itu; kenah ke kou seperti itu katamu. kenakap penyakit kulit, koreng-koreng pecah. kenan terperangkap; labau kenan tikus terperangkap. pekenan memasang perangkap. kenarun sepanjang. kendat dataran tinggi. kendi 1. surga; kendi rano alam surgawi. 2. tabung dari buah labu. nyekendi 1. pergi ke surga. pekendi 1. menyuruh pergi ke surga. kendih 1. tidak ada; kendih lu’ap tou tidak ada uang kita dua. 2. sejenis burung; janéi kendih burung kendih. 3. manggis hutan (Garcinia lateriflora). kénggan tersangkut; kénggan tolang bacou tersangkut tulang ikan di kerongkongan. keni’ sejak lama; keni’ pe hén déh nyenginan sejak lama dia pergi merantau. kénjét merengangkan gendongan karena berat; kénjét ajat merengangkan gendongan anjat. ngénjét ngekénjét meregankan gendongan karena kurang nyaman. kénenjét diregangkan gendongan. pekénjét meregang-regangkan gendongan. kenjut menggenjot; kenjut tu’a’ menggenjot kuat-kuat. ngekenjut menggenjot. sedang menggenjot. pekenjut suruh menggenjot. kenuh 1. bagaimana. 2. ditinggal; kenuh iro hok ditinggali saya. ngenuh meninggalkan; bagaimana; kenuh kanan rin bagaimana rasanya; kenuh perum? bagaimana pikiranmu? kenyat bekas biji cempedak atau terap, cetakan. kenyau mengaum; kenyau vi’at harimau mengaum. pekenyau sama-sama mengaum, menyebabkan mengaum. kenyén tenggelam; aruk kenyén perahu tenggelam. pekenyén menenggelamkan, membiarkan tenggelam. kenyik terasa tertusuk; kenyik kanan dui terasa tertusuk duri. ngekenyik menusuk- nusuk. pekenyik menyebabkan rasa tertusuk-tusuk. kényuh sejenis kayu; pu’un kayuh kényuh pohon kayu kényuh. kép gigitan; ula kép gigitan semut. mekép menggigit. nekép digigit. pékép menggigit-gigit, saling menggigit. kepéi bungkus; kepéi kun nasi bungkus daun. ngepéi membungkus. pekepéi suruh bungkus, bungkus untuk orang lain. kenepéi dibungkus; kun kenepéi nuh nasi dibungkus kamu. kepoh pada saat, sambil, sementara. kepugo’ ambil umbut dan dipotong di tempat. ngepugo’ mengambil umbut dan dipotong di tempat. keput kepulan; keput avuh kepulan debu; menghambur; keput telekan menghambur lari. ngekeput menghamburkan. pekeput mengepul-ngepul; menghambur- hamburkan, membuat sesuatu atau seseorang menghambur (keluar atau pergi). kepuyu’ masa nifas, masa penyembuhan setelah melahirkan. ngepuyu’ berada dalam masa nifas. Kamus Punan Tuvu’ 267 kera’ firasat;kera’ lulung firasat awal. nyekera’ ada firasat. pekera’ memberi firasat. kera’ sialan; kera’ lulung sialan awal. keracam makan sembrono; ém keracam unan piram nuh inih jangan makan sembrono dengan penyakitmu ini. nge(ke)racam mempunyai kebiasan makan sembrono. keramuh kerut, keramuh berparuh (Dacryodes rostrata), sejenis buah di hutan; bua’ keramuh buah keramuh. keramun merasa; keramun menya’ merasa malu. pekeramun merasakan, sama- sama merasa. keran tali; keran vanyih tali untuk memanjat madu. pekeran memasangkan tali, mengikat dengan tali, menggunakan tali. kerang sejenis tupai; mavuk kerang mabuk karena memakan tupai. pekerang memburu tupai kerang. kerani bertanding minum; kerani burak bertanding minum tuak. ngerani minum tanpa berhenti. pekerani mengadakan pertandingan minum, menyuruh bertanding minum. kerapét guna-guna; kerapét pui jenis guna-guna yang paling manjur. ngerapét membuat guna-guna nge(ke)rapét mengguna-gunai. kenerapét diguna-guna. pekerapét sama-sama menggunakan guna-guna. kerat kurang; kerat kun kurang makanan. pekerat menyebabkan kekurangan, sama-sama kekurangan. keratang penyakit alat kelamin yang cukup serius sampai menyebabkan alat kelamin lelaki bisa putus. keraut mencakar; keraut unan ilun mencakar pakai kuku. ngeraut mencakar; keneraut dicakar. pekeraut sama-sama mencakar, menyuruh mencakar pakai kuku. kerawang keranjang terbuat dari rotan; kerawang bua’ keranjang buah. pekerawang membuat keranjang, menggunakan keranjang, memberikan keranjang. kerawing bintang kecil. pekerawing menunjuk bintang-bintang di langit. kerayah menggaruk; kerayah unan ilun rin menggaruk memakai kukunya. ngerayah menggaruk. pekerayah sama-sama menggaruk dengan kuku, menyuruh menggaruk. kerbau (BI) kerbau. kerbuk mengaduk, mengacau; kerbuk telang mengaduk bubur; kerbuk nuan jan karo mengacau hubungan baik kami. nge(ke)rbuk mengadukkan; mengacaukan. pekerebuk mengaduk-aduk, sama-sama mengaduk; mengacau-ngacaukan, sama-sama mengacau. kenerbuk diaduk, dikacaukan. keréh ke sana! kerék mengeruk; kerék ungéi mengeruk sungai. ngekerék mengeruki. pekerék mengeruk-ngeruk, sama-sama mengeruk. kerekin (< dekin) mendekati. ngerekin mendekati. 268 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kerekop terbalik; duoh aruk tubit paca’ inah lun katou kerekop dua buah perahu sudah jabuk sehingga kita terbalik. ngerekop membuat terbalik. kerendaung memukul. ngerendaung memukul gong. kerenga’ sejenis tanaman obat. ngerenga’ menggunakan tanaman kerenga’ sebagai obat. pekerenga’ mengoleskan tanaman kerenga’ kepada orang lain. kerengon tuli; kanan kerengon karena tuli. pekerengon menyebabkan tuli. kerenyit memancarkan cahaya; kerenyit idang bulan memancarkan cahaya bulan. pekerenyit-renyit memancar-mancarkan cahaya, menyoroti sesuatu dengan pancaran cahaya. keriai teriakan yang dilontarkan kalau mabuk ramai-ramai seperti di pesta perkawinan atau pada saat upacara kematian kedua menulang, yaitu pada saat tulang dimasukkan dalam tempayan. ngeriai menyanyi dan meneriakkan bunyi tertentu dalam keadaan mabuk. keridat mengoles makanan dengan jari; keridat lanyih mengoles lemak dengan jari. nge(ke)ridat mengolesi. pekeridat mengoles-oles. keriman dewa; keriman dau dewa matahari. ngeriman menjadi dewa. pekeriman sama-sama menjelma sebagai dewa. keneriman dijadikan dewa; keneriman nuh rin unih? sudah dijadikan dewa? kerin (< ken rin) dia bilang, katanya. kering sosok, tubuh, pohon; kering a’ sosok tubuh manusia, kering lemati pohon rambutan. ngekering mempunyai sosok, tubuh, berdiri tegap. nekering diberdirikan. pekering menampakkan sosok. keringén terdengar sesuatu yang jelas, kedengaran; keringén icit terdengar sedikit. pekeringén sama-sama mendengarkan, sama-sama terdengar. keringo mendengar sesuatu yang tak jelas; hok keringo dengo tat a’up unih saya mendengar berita tadi pagi. ngeringo mendengar sesuatu yang tak jelas. keringut seruling yang biasanya ditiup dari hidung; keringut bulu’ seruling bambu. negeringut main suling dengan hidung. pekeringut menyuruh meniup seruling, membuat seruling. kerit berbintik-bintik; kerit betih betis berbintik-bintik. ngekerit mempunyai bintik-bintik. nyekerit ada banyak bintik-bintiknya. pekerit menyebabkan bintik-bintik. kerita’ 1. minyak tanah; belayan kerita’ kaleng minyak tanah. 2. pejabat pemerintah atau pendeta; tuan kerita’ pendeta. kerjam ketemu. ngerjam menemui. pekerjam bertemu. kenerjam dipertemukan. kérok (< érok) batuk; ngguh kérok suara batuk. pekérok sama-sama batuk, menyebabkan batuk. kerok mendengkur; kerok turui tidur mendengkur. ngekerok (ngerok) mendengkur. pekerok mendengkur-dengkur, sama-sama mendengkur. kerokut bekas cakaran. ngerokut mencakar dengan kaki atau tangan, mengambil. kerong model cukuran rambut; kerong kot model cukuran rambut dengan poni yang rata pendek dan membiarkan panjang di belakang. Kamus Punan Tuvu’ 269 kerowon ngantuk karena begadang; kerowon malom begadang semalam suntuk. ngerowon begadang satu malam. pekerowon menyebabkan seseorang begadang. kertot (BI) kertas. keru’ing bengkok karena kering, sesuatu yang menjadi keras sarena kekeringan; keru’ing upa’ kulit kering. pekeru’ing mengeringkan, sama-sama kering. keruat makan nasi tanpa lauk atau makan lauk tanpa nasi; keruat ka’ makan daging tanpa nasi. nge(ke)ruat mempunyai kebiasaan makan nasi tanpa lauk atau makan lauk tanpa nasi. pekeruat memberi makan nasi kepada seseorang tanpa lauk atau memberikan makan lauk tanpa nasi. kerucék meremas; kerucék lo’ meremas tepung sagu menjadi adonan. nge(ke) rucék meremas. pekerucék meremas-remas, sama-sama meremas. kerudop tak berdaya; kerudop la’ung tak berdaya sama sekali. pekerudop sama- sama tak berdaya, menunjukkan ketidakberdayaan. keruén (keduoh) kedua, kedua kali; keru’en hén tei kedua kali dia datang. keruit bengkokan; keruit yuh bengkokan pisau. nge(ke)ruit membengkok. pekeruit membuat bengkok, membengkokkan. kerumot memungut bahan untuk dijual kembali. ngerumot memungut bahan untuk dijadikan hasil yang baik, bekerja sebagai pemulung. mekerumot rajin memungut barang. pekerumot suruh mencari bahan bekas sebagai sumber kehidupan. kenerumot dipungut. kerungu’ bodoh; kelovih kerungu’ anak bodoh. pekerungu’ sama-sama bodoh, membuat bodoh, menyebabkan kebodohan. keruong tua; keruong jema pohon sagu yang sudah tua sehingga mati. keruwoh (< ke duoh) kedua. kesaliu (kecaliu) pohon pasak bumi (Eurycoma longifolia). kesama gelenggang (Senna alata). két tanda untuk tiang rumah atau balok. nekét diberikan tanda pékét membuat tanda di balok. ketakop menoreh batang kayu; ketakop ocan menoreh batang kayu untuk dijadikan tangga. kenetakop ditoreh. kétan sejenis musang; kétan bowang sejenis musang hitam besar. pekétan memburu musang kétan, memberikan daging musang kétan. ketapi sejenis pohon buah dari luar yang asam, bulat dan merah; kulit kayu dari pokoknya dipakai sebagai obat kencing (susah kencing). ketat lapangan tempat binatang berteduh atau tinggal; ketat owéi lapangan tempat burung merak berteduh atau tinggal. nge(ke)tat membuat lapangan tempat berteduh atau tinggal. keté’on cegukan; ngguh keté’on suara cegukan. peketé’on menyebabkan kecegukan. ketebak masukkan, di antara sela-sela, menghantam. ngetebak memasukkan, menghantam. 270 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan ketekén tongkat untuk bertanggar di perahu. ketekén tongkat yang dipakai untuk menolak perahu di air deras. ngetekén bertanggar di perahu. keteluk asyik; keteluk kah-kah asyik berjalan-jalan. ketelun ketiga; ketelun liwai ketiga kali. keterang 1. meluncur; keterang kayuh molu kayu meluncur bergulingan. 2. lemah jantung; hok keterang saya lemah jantung. peketerang 1. meluncurkan, menyebabkan sesuatu meluncur. 2. menyebabkan lemah jantung, merasa lemah jantung. keti’ mengering; ungéi keti’ sungai mengering. ngeti’ mengeringkan. ngeketi’ sudah mengering. nyeketi’ dalam keadaan sudah mengering. peketi’ mengeringkan, sama-sama menyuruh mengeringkan. ketik menjelentik; ketik tuning; menjelentik telinga. nge(ke)tik menjelentik. peketik saling menjelentik. ketimang kayu di hutan yang dipercaya dapat mengusir roh dan hantu yang jahat pada saat dibakar. ketinon (BK) ketinun (Cucumis sativus). ketip jepitan; ketip bulu’ jepitan dari bambu. ngetip menjepit. kenetip tersangkut. peketip saling menjepit, menjepit-jepit, menggunakan jepit. ketipai getah untuk melekatkan hulu parang dan mandau ke matanya. ngetipai memakai getah untuk mengelem sesuatu. ketipai mpou nyatoh (Palaquium quercifolium), sejenis pohon getah dataran rendah. keto’ 1. jitu; keto’ ngenong melihat dengan jitu. 2. betul-betul ada, nyata peketo’ 1. melakukan sesuatu dengan jitu. 2. memperhatikan sesuatu dengan betul-betul. keto’ot bengong, berdiri diam. keto’ot silau; keto’ot metan silau mata. peketo’ot menyilaukan, menyebabkan silau. ketoluh ketiga. ketop potongan; ketop kayuh potongan kayu. nge(ke)top memotong (pendek- pendek). kenetop dipotong. peketop sama-sama memotong, membagikan potongan-potongan, suruh memotong. ketou kalian; jan ketou kah bénih; kalian sebaiknya berangkat sekarang. ketu’ung makan sendiri; ketu’ung kun makan sendiri. ketuh terus; koli’ ketuh terus pulang. peketuh meneruskan, membiarkan terus. ketuih sepupu. peketuih bersepupu. ketuk hemat untuk memberikan kepada yang paling disayangi. ngetuk memberikan sesuatu kepada orang yang disayangi. ketukung sejenis akar seperti lengkuas atau kecombrang yang daunnya dimakan. ketun 1. kerak; ketun kun kerak nasi. 2. kenakalan; ketun kelovih kenakalan anak. ngeketun mempunyai sifat nakal, bandel. peketun menyebabkan nakal, sama- sama berbuat nakal. Kamus Punan Tuvu’ 271 ketunai campuran batu dengan daun malung yang dioleskan ke gigi supaya jadi cantik/hitam. ketunggén buntu, mentok; ketunggén an nuan jét mentok di jalan tidak baik. ketunot teliti; ketunot menyam teliti menganyam. ngetunot mempunyai sifat teliti. peketunot memperlihatkan ketelitian, sama-sama teliti. ketuya’ jenis cerita dan lagu tradisional menceritakan tentang kehidupan raja- raja zaman dahulu. ngguh ketuya’ ragam bahasa yang penuh kiasan yang tidak dipakai dalam bahasa sehari-hari. ngetuya’ mencerita sesuatu dalam bahasa Ketuya’. keva’ai arah bagian hilir sungai; keva’ai ungéi arah bagian hilir sungai. kevat (mevat) paling berat. kenevat kena beratnya. kevi’ (vi’) banyak. kevian istri atau suami orang; kevian héi? suami siapa? istri siapa? ngevian sudah punya suami atau istri. kevo kalian berdua; kevo la’ui laba’? kalian dua capek mungkin? kevoan pohon medang wangi (Cinnamomum javanicum). kevoh kematian; nah kevoh, nah korip ada kematian, ada kehidupan. ngevoh membunuh; mati. mekevoh mati; hén iréh mekevoh ninéh a’ dia itu mati karena dia. kenevoh dibunuh. pekevoh menyebabkan mati, saling membunuh, menunggu orang yang sakit sampai dia mati. pekenevoh saling membunuh. kevua usir. kévun esok; kévun lou ji’ tou pelok an bota’ esok hari nanti kita bertemu di puncak gunung. kevurup menggerak tangan (atau sayap) untuk menjatuhkan kotoran atau air; kevurup ilat janéi detou mengepak sayap burung mereka. kéwék menggelitik; kéwék kucu’ menggelitik tangan. ngekéwék menggelitiki. pekéwék sama-sama menggelitiki, menggelitik-gelitik. kéwét gerakan tidak lurus seperti ikan; kéwét tu’ing bacou an ungéi gerakan ekor ikan dalam air. ngekéwét bergerak-gerak ke sana ke mari. nyekéwét sedang bergerak-gerak. pekéwét menggerak-gerakkan. kéwok lekukan; kéwok tano’ lekukan tanah. nyekéwok tanah yang turun bekas galian. kéyuh (koyuh) orang utan. pekéyuh/pekoyuh mencari orang utan, menirukan suara orang utan. ki (aki) nenek moyang; rin ki kai Punan Tuvu’ dia adalah nenek moyang kami orang Punan Tubu. ki’a’ malu; ki’a’ ma’ malu bertanya. pekia’ memalukan, membuat malu. ki’an akibat; ki’an cikou akibat mencuri. peki’an mengakibatkan. kiam kampak; kiam melat baji besi baja; kiam tavi’ kampak tumpul. ngekiam bekerja memakai kampak. pekiam memberikan kampak, menyuruh memberikan kampak. 272 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan kiap perjalanan; kiap karo lali’ perjalanan kami lama. mekiap berjalan. ngekiap menjalani. pekiap menyuruh menjalani, sama-sama menjalani. kiba’ gendongan bayi; kiba’ kayuh gendongan bayi dari kayu. nyekiba’ mempunyai gendongan bayinya. kibé melengkung, miring; kibé ulat jahitan melengkung. ngekibé melengkungkan. nyekibé dalam keadaan melengkung. pekibé menyebabkan sesuatu menjadi melengkung. kibi’ bibir mencong, nama mata bulan (tidak boleh menugal). kibit terlilit; oka kibit akar terlilit. ngekibit berlilit. pekibit melilit-lilit, menyebabkan terlilit. kih cukuran; kih uvah cukuran baru. nekih dicukur. nyekih sedang mencukuri orang. pékih saling mencukur. kikih mencungkil. kikin (BI) kikir. kilan kutilang; janéi kilan sejenis burung kutilang (Copsychus stricklandii). kilut sejenis kura-kura hutan; kilut lunang kura-kura hutan. ngekilut mempunyai kura-kura. kin (akin) nama panggilan untuk paman, om. kinan dimakan; kinan uci’ dimakan oleh kucing. kiné’ akibat, oleh. king 1. kosong; king luang perut kosong. 2. kulit; king bua’ kulit buah. neking 1. dikosongkan. 2. dikuliti. péking menyuruh mengosongkan, saling mengosongkan.­ kiong tiong emas (Gracula religiosa), sejenis burung tiong. kiop 1. pejam mata pelan-pelan. 2. padam. mekiop 1. memejam mata. ngekiop 1. memejam mata seperti sedang marah. nyekiop 1. memejam mata karena marah terhadap seseorang; hén nyekiop hén dia memejam mata karena marah dengan dia. nekiop 1. mata dipejam; nekiop hén iréh nekiop hok énuh lun hén nekiop jainah unih? kenapa dia tadi marah (dengan memejamkan matanya)? pekiop 2. membuat padam. kiou burung malam; ngguh kiou bunyi burung malam. kiput berotot; a’ kiput orang yang berotot. ngekiput mempunyai otot. nyekiput ada ototnya. pekiput sama-sama berotot, mengeluarkan otot-otot. kirip gerakan tubuh binatang waktu mengeringkan badan; kirip auh gerakan tubuh anjing waktu mengeringkan badan. ngekirip menggerakkan tubuh agar kering. pekirip sama-sama menggerakkan tubuh agar kering. kiro’ ani-ani; kiro’ paréi ani-ani yang dipakai untuk menuai padi. ngekiro’ memotong padi. pekiro’ memberikan ani-ani, menggunakan ani-ani, dua orang bekerja menggunakan ani-ani. kit mengeluarkan (nasi dari periuk); kit nuh kun keluarkan makanan! nekit dikeluarkan. nyekit mengeluarkan nyekit nuh kun? sudah kamu ambil nasi? pékit membiarkan keluar, menyuruh mengeluarkan untuk dibagi. Kamus Punan Tuvu’ 273 kitiyu goyang-goyang obor api untuk membakar sesuatu. ngitiyu menggoyang- goyang api untuk membakar sesuatu. kitiyu menggoyangkan puntung kayu supaya api di ujung membesar kembali; rong pui kitiyu nuh rin goyang puntung api. ngitiyu membuat api besar. nyekitiyu menerangi sesuatu dengan api yang sedang membesar. pekitiyu sama-sama menerangi, membuat terang. kiut gelap; malom kiut malam gelap. nekiut dibuat gelap. ngekiut menjadi gelap. nyekiut dalam keadaan gelap. pekiut menyebabkan gelap. kiyam (kiam) kampak. Kiyan nama orang Punan, anak Mbui Kuvong. kiyap (kiap) perjalanan. kiyop (kiop) pejam mata. kiyut (kiut) gelap. ko’ suara onomatopeik untuk memanggil anjing; ko’ auh memanggil anjing. neko’ dipanggil neko’ nuh auh kamu panggil anjing. nyeko’ ada suara orang sedang memanggil anjing. péko’ memanggil-manggil (dibuat dua orang atau lebih). kocop kelaparan; luman kocop musim lapar. koh partikel yang dipakai di ujung kalimat untuk menunjukkan bahwa kebenaran peryataan berasal dari kedengaran; kéhén koh dia bilang, kedengaran bahwa, hén inah mekevoh an Malinau kuén hén koh dia bilang bahwa kedengaran kalau dia meninggal di Malinau. kohok (< ke hok) saya bilang. kok 1. menggigit buah; kok bua’ menggigit buah; mekok kok bua’ lemati saya menggigit buah rambutan. 2. saya (< ke-hok). nekok 1. digigit; nekok nuh rin! gigitlah dia! (digigit oleh kamu). nyekok 1. sedang menggigit-gigit. pékok 1. menggigit-gigit, sama-sama menggigit, menyuruh menggigit. kokoi teriakan/lagu meriah untuk mengangkat semangat. koli’ pulang (kalau jauh dari tempatnya); koli’ aloh pulang sebentar. nyekoli’ sedang berada di tempatnya. pekoli’ memulangkan, berkali-kali pulang. koloh meremas sesuatu dalam tangan. kom 1. kamu (ke-m, bentuk halus-jarang dipakai). 2. kaum; kom oroh kaum wanita. komih tanda takut pada manusia dan binatang, manusia yang jalan menunduk dan anjing yang telinganya dan ekornya turun ke bawah. ngomih 1. diam-diam seperti terpaku di satu tempat. 2. takut sambil lari. kong tertawa; ngguh kong suara tertawa. nekong ditertawai. pékong menertawakan, sama-sama tertawa. kongou jakun; tolang kongou tulang jakun. ngekongou mempunyai jakun. pekongou membagi, memberikan tulang jakun binatang. kop 1. bakul kecil terbuat dari rotan atau bambu. 2. tutup. mekop menutup. pékop menutupkan pékop nuh tebang nah tutuplah pintu itu penékop ditutup. kop 1. kulit; kop bua’ kulit buah. 2. daun pintu; kop jungat daun pintu rumah. nekop 274 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

1. dikuliti. 2. dipasang daun pintu. pékop 1. menguliti. 2. menutup daun pintu, memasang daun pintu. korip kurip (< orip/urip) kehidupan; korip jan kehidupan yang baik. pekorip sama- sama hidup, sama-sama menghidupkan. korop pesok, rusak; kurén korop periuk pesok. tekorop sudah dalam keadaan pesok. pekorop menyebabkan pesok, sama-sama pesok. kota (BI) kota. kotun pelan-pelan; kotun kah berjalan pelan-pelan. pekotun membuat sesuatu pelan-pelan, memperlambat. kou engkau; kou rop nyanih tovun engkau sendiri yang harus datang besok. kovat 1. jenis burung hantu; ngguh kovat suara burung hantu. 2. suara pekikan (orang menyerang); kovat ngayou pekikan perang. ngovat mengeluarkan suara pekikan misalnya dalam upacara untuk menandai kalau upacara sudah selesai. pekovat sama-sama membuat suara pekikan seperti mau menyerang. kowa terbiasa. mekowa membiasakan. nekowa dibiasakan. ngekowa menjadi terbiasa. pekowa saling membiasakan. kowit piring; kowit batuh piring batu. nyekowit memakai piringnya. pekowit memberikan piring. kowok 1. lekukan; kowok tano’ lekukan tanah. 2. (kuwok) waktu; kowok urip jan waktu hidup enak. ngekowok mempunyai lekukan. nyekowok ada lekukannya. pekowok membuat melekuk-lekuk. koyuh (kéyuh) mawas, orang utan (Pongo pygmaeus). ku’ang nama orang; Ku’ang nyu’a Ku’ang yang memasang bambu tajam. (ungkapan yang dipakai untuk orang yang terlambat membuat sesuatu seperti Ku’ang yang memasang senjatanya setelah musuhnya telah pulang). ku’ap sisik. ku’ou 1. longgar, kendor talih inih ku’ou tali ini longgar; ku’ou cét ikatan kendor. 2. pasrah; hén aring ku’ou perun dia mulai pasrah hati; peku’ou 1. mengendorkan, sama-sama kendor. ku’ung 1. biji untuk buah besar dan bulat (klasifikator); ku’ung nyuh biji kelapa, ku’ung piang biji buah payang. 2. kumpul bersama; belum pelulung iro ku’ung sesudah kawin mereka dua berkumpul bersama. 3. nama bulan. ngu’ung 2. berkumpul bersama (laki-laki dengan perempuan). kenu’ung 2. dikumpulkan. peku’ung 2. menyuruh berkumpul (perempuan disuruh berkumpul dengan lelaki yang dibawa ke rumah). kua pinjam. ngua meminjam. kenua dipinjam, pinjaman. kuam sariawan; mucun kelovih irih bok kuam mulut anak itu kena sariawan. kuau pekikan waktu pengadaan upacara adat; belalin ngguh kuau meriah suara pekikan. pekuau meneriakkan suara pekikan. kubat kerja dalam rumah, bukan pekerjaan berat. kubau 1. bintang yang besar. 2. cantik, ganteng luar biasa. Kamus Punan Tuvu’ 275 kuca’ (< uca’) usaha; kuca’ kayuh lelah usaha kayu gaharu. nguca’ berusaha; hok nguca’ lelah saya berusaha mencari gaharu. pekuca’ berusaha, mengusahakan sesuatu beramai-ramai. kucéh jenis hantu besar berbulu, berkuku panjang; kucéh lunang jenis hantu hutan. ngekucéh mengganggu sebagai hantu. pekucéh sama-sama meniru hantu, menyebabkan ada hantu. kuco’ mengusir binatang liar (yang mengganggu ladang); oih kuco’ binatang liar. nguco’ mengusir binatang liar dengan berbagai kegiatan seperti buat api atau berteriak-teriak. pekuco’ mengusir binatang liar bersama-sama. kucu’ tangan, jari; kucu’ ta’uh tangan kanan; kucu’ ben ibu jari. ngekucu’ mempunyai tangan. pekucu’ menggunakan tangan, saling berpegang tangan. kucung diam; ém kucung-kucung ma’noh jangan diam, bicaralah. kuda’ kuda. kudék lumpur; tano’ kudék rawa. kudung pantangan; bua’ kudung tat kinan buah pantang kalau di makan. kué (BI) kue; kué ka’ang kue cempedak. kuén 1 arti; nuh kuén ngguh iro apa arti pembicaran mereka? 2. bilang, berkata; kuok (kuwok) saya bilang, kuom kamu bilang; kuén hén dia bilang; kuén Unjung kata Unjung; kuén toh kata kita. kuin hantu jahat yang ada di hutan, kuntilanak; ngguh kuin suara kuntilanak. nekuin diganggu hantu. ngekuin menyerupai kuntilanak, menjadi kuntilanak. pekuin meniru kuntilanak. kuini (BI) kuweni (Mangifera odorata), sejenis pohon buah mangga. kujau paku benar (Diplazium esculentum), pakis hijau yang dipakai sebagai makanan. kuju’ bangau; janéi kuju’ burung bangau. kuk (< kun hok) makananku; tenah kuk habis makanan saya. kuku burung tekukur (Spilopelia chinensis). kulan ujung penis yang tidak tertutup kulit. ngekulan mempunyai ujung penis yang tidak tertutup kulit. kulap ajar; nasehat; hok kelung kulap nuh saya dengar nasehat kamu. ngulap menasehati; hok ngulap kou saya menasehati kamu. kenulap diajarkan; hok kenulap keringut iké’ saya diajarkan suling oleh kakakku. pekulap saling memberi nasehat; iro lakin detou inah pekulap mé’ wo’ jan. dua kepala kampung saling memberi nasehat yang baik. kulat jamur. kuli macan; kuli bovong, kuli avo macan dahan (Pardofelis nebulosa); kuli jotik kucing batu (Pardofelis marmorata), sejenis kucing hutan kecil; kuli ukih kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis). nguli beranting gigi macan di atas telinga. ngekuli 276 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

memasang gigi macan di atas telinga. nyekuli sudah ada gigi macan di telinga. pekuli memburu macan, memakai kulit atau gigi macan. kulu’ gundul; kulu’ utok gundul kepala. pekulu’ saling mengunduli, sama-sama gundul. kulung yatim piatu; kulung uning yatim piatu. ngekulung menjadi yatim. pekulung memelihara yatim. kulup bubungan; kulup levu’ bubungan rumah. ngulup membuat bubungan. nekulup dibuat bubungan. pekulup membuat bubungan, memasang bubungan. kumbo isi buah yang tidak terlalu padat, setengah kosong; bua’ kumbo isi buah ini kurang; hén ngela’ih kumbo dia bicara omong kosong. pekumbo sama-sama kosong. kumbou sombong; kumbou oroh tokan sombong orang tua perempuan. kumit-kumit mulut yang bergerak-gerak, tidak ada suara keluar, komat-kamit; mucun kumit-kumit mulut komat-kamit. kumuh pergi kosong tanpa bawa apa dan tanpa pamit. ngumuh tidak pamit; muit ngumuh keluar tidak pamit. kumut 1. selimut; kumut ku’ selimut saya. 2. sejenis kayu yang kulitnya untuk bahan selimut atau pakaian. ngekumut 1. memakai selimut di badan. nyekumut nyekumut kou pakai selimut kamu! pekumut memberi selimut, membuat selimut. kumut pohon sukun (Artocarpus altilis). kun 1. nasi, makanan; kun umah makanan berlimpah; kun you makanan ayam. kun auh! umpatan untuk menegaskan sesuatu; tat hok célung kun auh hok! saya tidak berbohong, demi anjing! (kalau saya berbohong saya dimakan anjing!) 2. kencur (Kaemferia galanga); da’un kun daun kencur. nekun 1. dibuat makanan. 2. dipakai sebagai kencur obat. pékun 1. memberi makanan. 2. menggunakan obat dari kencur. kunae, bangko’ punai lengguak (Treron curvirostra), sejenis burung punai. kunding 1 penyamun. 2. alat gunting. ngunding 2. memotong. kenuding 2. dicukur, dipotong. kundit sejenis camar; janéi kundit sejenis burung camar. kuné 1. burung puyut. 2. langsung mati di tempat. kungak badanku; kungak ji’ badanku sendiri (satu). kungan badan; kungan kecat badan kurus. kungoh badan, orang, makhluk, sendiri; kungak kungoh; badanku sendiri tidak bawa apa-apa; kah kungoh berangkat tidak membawa sesuatu. pekungoh sama- sama tidak membawa sesuatu, menyebabkan tidak membawa sesuatu, menyuruh tidak membawa sesuatu. kunum-kunum (unum-unum) suara seseorang yang terdengar kurang jelas. kunyih (BI) kunyit; pu’un kunyih batang kunyit. Kamus Punan Tuvu’ 277 kunyoh usus pelanduk yang dimasak dan dimakan. kuo sarang ketupat; nyam kuo anyaman sarang ketupat. ngekuo membuat ketupat. pekuo menyuruh membuat sarang ketupat, membagi sarang ketupat. kuok (< kuén hok) kata saya; kuok an kou kata saya padamu. kuom katamu; anuh kuom unei? apa katamu tadi? kuong borok, koreng besar; kuong ayo’ borok besar. nekuong dijangkiti penyakit borok. ngekuong menderita borok. pekuong menjangkitkan penyakit borok. kup 1. mengumpulkan sisa-sisa bakaran ladang; kup kayuh mengumpulkan sisa-sisa bakaran kayu di ladang. 2. bungkusan bunga pohon palem seperti kelapa atau aren; kup nyuh bungkusan buah kelapa. 3. kosong (untuk buah yang tidak punya isi); oih (aih) kup a’ orang yang tidak punya pikiran. mekup membersih ladang. ngekup 1. mengumpulkan sisa-sisa bakaran di ladang. pékup 1. mengumpul- ngumpulkan sisa-sisa bakaran, bergotong-royong membersikan ladang. kup tekuan nama sejenis buah dari akar di hutan yang berbentuk bundar tapi kosong, tidak bisa dimakan. kup-kup 1. kembung perutnya. 2. bunyi onomatopeik yang mengacu pada ayam yang mengekap sayapnya; you inih kup-kup an bakah ayam ini selalu ada dalam kurungannya. 3. sejenis kayu yang berlobang. kura’ 1. ayam sabung. 2. hampir; kura’ mekevoh hampir mati. pekura’ 2. membuat sesuatu hampir-hampir terjadi. kurap penyakit kulit; kurap mepun sejenis penyakit kurap akut. kurap-kerup penyakit kurap yang gawat; ngekurap menderita penyakit kurap. pekurap menyebabkan penyakit kurap, menjangkitkan penyakit kurap. kurén periuk; kurén melat periuk dari besi. kurik kata saya; kurik an detou unih kata saya pada mereka tadi; kurik jainah rin kurik seperti itu kataku. kuvong kosong; kuvong ang vi’ perun kosong tidak ada hati (kesadaran); kuvong- kumbo kosong. 2. gelar untuk orang agak bodoh dan lugu seperti dalam cerita Mbui Kuvong. nguvong mengosongkan. kenuvong dikosongkan. kuvung, kuvung buli kubung (Cinocephalus variegatus); bajing loncat, tupai terbang. kuvung mena’ bang bajing kubung membuat alat kelamin, ungkapan yang dipakai untuk orang yang terlambat untuk membuat sesuatu. kuwok (kuok) saya bilang. kuyang sejenis burung; janéi kuyang burung kuyang. pekuyang berburu burung kuyang. kuyat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis); kuyat bulu’ jenis kera yang hidup di bambu. kuyu memedulikan; én kuyu rin jangan memperdulikan dia. nyekuyu sedang memedulikan. pekuyu sama-sama memedulikan. 278 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

L la sarang; la janéi sarang burung. mela bersarang. ngela ada di dalam sarang. nyela berada di sarangnya. péla membuat sarang, menggunakan sarang, sama-sama bersarang. la’ mendapat, mengambil; la’ wong mendapat uang. péla’ sama-sama mendapat, menyuruh supaya seseorang mendapatkan sesuatu. la’a bekas lahan pondok; la’a uron bekas lahan pondok lama. ngela’a membuat pondok di bekas bekas lahan pondok; hén déh ngela’a an nah inah ano’ kuok dia pergi membuat pondok di bekas lahan saya nanti, saya bilang. pela’a sama-sama menggunakan bekas lahan pondok. la’ah 1. lilin; la’ah vanyih lilin dari madu. 2. lagi. ngela’ah 1. membuat lilin. pela’ah 1. memberi lilin, menggunakan lilin, saling memberi lilin. la’ak (nga’ang) katak gemuk warna coklat (Kaloula baleata), sejenis katak besar yang berbunyi keras. la’at lepas; la’at don lepas pegangan. ngela’at melepas pegangan. nela’at dilepas. pekela’at sama-sama melepas, menyuruh melepas pegangan. la’ét 1. keras (kuat pengaruhnya), mempan enak (untuk makanan); la’ét tacom ipuh beracun keras, la’ét keman nya’ enak makan lemak. 2. tertarik, ingin ketemu terus dengan orang. pela’ét 2. suruh menjadi tertarik, ingin bertemu dengan orang. la’ih (lo’ih) kata-kata; la’ih vi’ banyak kata-kata. ngela’ih mengirim kata, beritahukan. pekela’ih saling berbicara. pela’ih mengeluarkan kata-kata, berbicara, sama-sama mengatakan, menyuruh menyampaikan kata-kata. la’it keinginan keras; la’it aji’ keinginan keras sekali. ngela’it mempunyai keinginan keras. la’o masa paceklik, masa sulit karena kemarau sehingga makanan kurang. ngela’o mengemis mencari makan. pela’o menyebabkan kelaparan. la’ui capek; la’ui kah capek berjalan. nela’ui dibuat capek. ngela’ui merasa capek. nyela’ui sudah dalam keadaan capek. pela’ui membuat capek, sama-sama capek. la’ung benar, sempurna, sekali; ayo’ la’ung besar sekali. laba’ mungkin; hok uli’ laba’ ano’ saya pulang mungkin nanti. pelaba’ sangat mungkin. labat mendahului, memotong jalan; ngom labat bisa mendahului. melabat memotong jalan. nelabat didahului. nyelabat antisipasi. pelabat dahulu- mendahului. labau tikus; labau té’an tikus belukar (Rattus tiomanicus), sejenis tikus yang tinggal di hutan dan dekat perkebunan orang; labau levu tikus rumah (Rattus rattus); Kamus Punan Tuvu’ 279

labau ténoh tikus betina. pelabau sama-sama menangkap tikus, mengusir tikus. labén jeruk besar yang asam, jeruk (Citrus maxima); bua’ labén buah jeruk besar; labén mutai sejenis jeruk. pelabén menggunakan jeruk besar, memberikan buah jeruk besar untuk dicampur ke makanan lain. labu (BI) labu; labu lemoh labu kendir (Cucurbita moschata); nah toluh labu’ lemoh tero ada tiga buah labu kendir kita. labung topi; labung tering topi berhias. nelabung dipakaikan topi. ngelabung memakai topi, bertopi. nyelabung sedang memakai topi. pelabung memasang topi, menggunakan topi, memberi topi. lacét cepat; lacét keman cepat makan. ngelacét mempercepat. pelacét sama-sama mempercepat, sama-sama cepat, mempercepat. lacoh mandi beberapa kali karena kepanasan akibat terlalu banyak makan daging; lacoh kelau’ mandi beberapa kali karena kepanasan makanan. pelacoh menyebabkan panas sekali karena terlalu banyak makan. lacup 1. tambah; lacup kelau tambah panas. 2. daging setengah masak. lemacup hok uni néh lemacup mi saya tadi menambah mi. nelacup ditambah; nelacup nuh kah inah! tambalah kau daging itu! pelacup menyuruh menambah sesuatu. lading (BI) tombak; lading madang tombak besar. ngelading membuat tombak. nyelading sudah ada tombaknya. pelading memberikan tombak, membuat tombak; menggunakan tombak. laga’ sejenis semut; ula laga’ semut laga’. lagah lantai; lagah kayuh lantai kayu bulat. nelagah dijadikan lantai, dipasang lantai. nyelagah sudah ada lantainya. pelagah memasang lantai, memberikan bahan lantai. lagai gagal; uli’ lagai gagal pulang. pelagai menyebabkan gagal, sama-sama gagal. lagak (< lagah) lantai saya. lagam (< lagah) lantai kamu. lagan (< lagah) lantai dia. lah badan; tuno lah kotor badan; kou uli’ lah-lah na’a lou’ah kamu kembali sehat- sehat. ngelah mempunyai badan bagus. lahih tanpa hasil; nguca’ lahih berusaha tanpa hasil. ngelahih melakukan sesuatu tanpa hasil. pelahih menyebabkan seseorang melakukan sesuatu tanpa hasil. laik mengisap; laik cigup mengisap rokok. ngelaik mengisap dengan rasa nikmat. nyelaik sedang mengisap rokok. nelaik diisap. pelaik-laik mengisap-isap, sama-sama mengisap rokok. lait jauh. lak gugur; bua’ lak buah gugur. ngelak mulai gugur, mulai jatuh; docou inah ngelak durian itu mulai jatuh. pélak menggugurkan, menyebabakan buah jatuh dengan menggoyangkan pohon, menyebabkan satu buah yang diambil mentah diperma dan dijadikan matang. lakap langkah; lakap aru langkah panjang. lemakap melangkah. melakap melangkahi. nelakap dilangkahi. pelakap melangkahi, melewati. 280 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan lakin 1. jantan untuk binatang primata; lakin beruk beruk jantan. 2. lelaki besar, pejabat, petinggi; lakin adat pejabat adat; lakin a’ ketua kelompok orang. ngelakin menjadi ketua kelompok. pelakin mengangkat menjadi pejabat, mengakui seseorang sebagai pejabat. lakun ombak; lakun ungéi ombak sungai. ngelakun mempunyai ombak. pelakun menyebabkan ombak-ombak. lala (léla) masih ada; lala morip masih ada hidup. lalai piring; lalai kun piring nasi. lalam (lalom) dalam; lalam Tuvu’ dalam daerah Tubu. lalan pengaruh panas; laran pui pengaruh panas api. lalang sejenis ikan kecil. lalau 1. ingin sekali memiliki; lalau ku’ oroh tenuh jan ireh saya ingin memiliki gadis cantik itu. 2. pesta adat lalau; melaksanakan upacara pesta adat lalau dengan acara puncak mendirikan tiang; lemalau oroh sama-sama membuat pesta perempuan pinangan; nekebun kayuh lalau menancap tiang penyanggah kayu lalau. melalau memberikan tanda pada pohon di hutan yang ingin dimiliki. pelalau membuat upacara adat lalau. sama-sama menyuruh membuat upacara adat lalau. lali pantangan, larangan, tabu; lali ayo’ tabu besar. melali/lemali mematuhi pantangan; detou lemali paréi uvah mereka mematuhi larangan makan padi baru. nelali dijadikan tabu, dianggap tabu. ngelali mempunyai tabu, mentabukan. pelali memberikan pantangan. lali’ lama; lali’ melu’ lama menunggu; mom lali’ rin lama mandinya. kelali’ selama; kelali’ kou melu’ réh, doh wang tukung mekevoh iné’ kocop selama kamu tinggal di sana, orang kampung mati karena kelaparan. ngelali’ berlama-lama. nyelali’ sedang berlama-lama. pelali’ membuat lama, membiarkan lama; ém pelali déh héh jangan buat pergi lama. lalin nasib; lalin jét nasib buruk. pelalin memberikan nasib, memberi tanda nasib baik atau buruk. lalit pohon banir. lalok nyenyak; lalok turui nyenyak tidur. ngelalok merasa nyenyak. pelalok menyenyakkan, sama-sama merasa nyenyak. lalom dalam; lalom luvang dalamnya lubang, lalom perun dalam hati. ngelalom mempunyai bagian dalam. nyelalom ada bagian dalamnya. pelalom memperdalam, sama-sama dalam. lalou mangaris (Koompassia excelsa). lalun upah, denda. lalung 1. jantan; owéi lalung burung merak jantan, lalung pecakuh jantan burung enggang. 2. jago, pintar, rajin; kelovih inih lalung lekah anak ini jago bekerja, aktif; rin lalung atok katou dia pantas mengatur kami. lambak longgar. Kamus Punan Tuvu’ 281 lambih lambat; arin kemaléh néi ngalung surat, hén lambih la’ung-la’ung adik kemarin menulis surat tapi lama sekali dia menulisnya. lampin sejenis tanaman yang dipakai sebagai obat, dukong anak, meniran (Phyllantbus urinaria). lampu (BI) lampu. lamun campur. pelamun mencampurkan. lamut (bahasa Punan Malinau) tape, ragi; lamut tat lo’ bah ragi dari tepung beras. lan 1. betul lan-lan atok betul-betul berjanji. 2. sejenis ikan; detou cup lan mereka memanggang ikan lan. 3. menelan; kelovih inah lan bah bua’ lemati anak itu menelan biji rambutan. 4. asah; batuh lan batu asah. nelan 1. dibetulkan. 2. ditangkapkan ikan lan. 3. ditelan. ngelan 4. mengasah parang. pélan 1. sama- sama membetulkan, menyuruh melakukan sesuatu secara betul 2. memberikan ikan lan, menangkap ikan lan. 3. menyuruh menelan, sama-sama menelan. lana nanah; lana tuku nanah bisul. ngelana mempunyai nanah, bernanah. lanak ari-ari; lanak a’ ari-ari manusia. lanan bangku; lanan kayuh kayu bangku. ngelanan duduk di bangku. nyelanan duduklah. pelanan memberikan bangku, menggunakan bangku, membuat bangku. landang tengkorak; landang temeru tengkorak badak. ngelandang sudah ada tengkoraknya. pelandang menyimpan tengkorak, menggunakan tengkorak untuk upacara tertentu. landu sempidan biru (Lophura ignita), sejenis ayam hutan (manuk lung). langa’ (langan) anak sumpit; langa’ tacom anak sumpit beracun. ngelanga’ membuat anak sumpit. nyelanga’ ada sumpitnya. pelanga’ memasukkan anak sumpit ke dalam lobang sumpit atau dalam sarungnya. langan 1. bekerja pada pihak laki-laki untuk mengimbangi pemberian barang- barang mas kawin; langan umoh bekerja di ladang pihak laki-laki. 2. anak sumpitnya. lemangan/menangan 1. pergi kerja untuk pihak laki. nelangan 1. dikerjakan untuk mengimbangi pemberian barang-barang mas kawin. pelangan 1. menyuruh mengerjakan sesuatu untuk mengimbangi pemberian barang- barang mas kawin. langgan gelegar; langgan tau gelegar lantai. nelanggan dijadikan gelegar. ngelanggan memasang gelagar secara tidak rata sehingga ada yang tinggi rendah. pelanggan suruh memasang gelegar. langit langit; langit menyemu langit biru; langit mékop langit amblas; tat niuh kou mena’ ini wap, tat langit mékop? kapan kamu kerja ini, tunggu langit amblas? (peribahasa). langu panggilan untuk semua ipar, baik laki maupun perempuan. langung jantan untuk mengacu pada kijang dan rusa. lanjan sampai penat (karena sering pergi-pergi); lanjan kah sampai penat berjalan. ngelanjan sering jadi penat karena selalu jalan. 282 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan lanuh bekas minyak yang melengket. lanyih lemak babi; umou lanyih minyak babi. lanyut damar yang diproduksi oleh serangga meraung (sejenis lalat). ngelanyut membuat damar. pelanyut menggunakan damar untuk mendempul perahu atau yang lain. lapan lapisan, susunan; lapan tano’ lapisan tanah. pelapan bersusun-susun. lara sebentar lagi; lara pe detou lemok an tukung ini sebentar lagi mereka akan tiba di desa ini. laran tunas buah; laran bua’ tunas buah. ngelaran sedang keluar tunasnya. larong ikan patin (Pangasius niewenhuisi); menyou bacou larong tidak ada ikan patin. ngelarong mencari ikan patin. lata lama tidak ingat; lata an atok wo’ uron lama tidak ingat janji yang dulu. latah (bahasa Ketuya’) danau. latung antara; an latung sementara. latung sela besar di antara dua benda; latung lowah buluh ruang di antara dua ruas bambu. ngelatung/lematung melewati, meloncat. lau lurus; kayuh lau kayu lurus. penelau diluruskan. pelau membuat datar, lurus. lau’ dataran; tano’ lau’ tanah datar. ngelau’ mempunyai dataran. pélau’ menjadikan tanah pélau’ tano’ menjadikan tanah datar. laut terlepas; laut tat peka’ kayuh terlepas dari bagian atas kayu. lavak kantung napas; lavak bacou kantung napas pada ikan. nyelavak ada kantung napasnya. pelavak mengeluarkan kantung napas. lavi’ ujung atas dari tanah; lavi’ tano’ ujung pegunungan tanah. ngelavi’ mencapai puncak. pelavi’ mencapai bagian ujung, menyatu bagian ujungnya. lavit sarang; lavit vanyih sarang madu. lavit-lavit sarang melengket-lengket ke atas. lavo’ kecewa. pelavo’ kecewa; hok pelavo’ an kou saya kecewa dengan kamu. lavun kembang, bunga; lavun kayuh kembang kayu. ngelavun berbunga. lawai 1. benang; lawai ulat benang jahit. 2. nama lelaki Punan; Lawai Mbi. pelawai memberikan benang, menggunakan benang. lawan nama perempuan Punan; Baluh Lawan seorang perempuan janda dari Lawan. lawin 1. isi waktu luang; nuh lawin kou ang téi? apa pekerjaan kamu di sini? 2. rindu. laya’ ikut, sesuai; tunduk laya’ perun sesuai dengan perasan, mengikuti; hén laya’ lo’ih man hén dia mengikuti bicara bapaknya. petelaya’ sama-sama mengikuti, menyuruh mengikuti, menyebabkan mengikuti. layah warna krem; buluh layah bambu kering berwarna krem. nelayah dijadikan berwarna krem, dikeringkan sehingga warna hijau berubah menjadi krem. ngelayah berubah menjadi berwarna krem. pelayah membuat sesuatu menjadi berwarna krem, sama-sama berwarna krem. layan selop atap; layan aru selop atap panjang. nelayan dipasangkan selop atap. ngelayan mempunyai selop atap. pelayan memasang selop atap, memberi selop atap. Kamus Punan Tuvu’ 283 layok (layuk) satuan kawasan tertentu. layu sesuai, kesenangan ikut, ikut-ikutan; layu perun sesuai dengan hati. ngelayu bersenang dengan, menyesuaikan diri dengan, mengikut. layu’ wabah; layu’ piram wabah penyakit. layuk (layok) satuan kawasan tertentu; tang layuk bagian pertengahan dari satuan kawasan tertentu. ngelayuk memanjang di satu kawasan tertentu. pelayuk menentukan satuan-satuan kawasan tertentu. lé’an 1. bunyi; lé’an ngguh kelavét bunyi suara uwa-uwa. 2. karena; lé’an rin tekop padai karena ia rajin, ia pintar. lé’ép bahu; tolang lé’ép tulang bahu. ngelé’ép mempunyai bahu. pelé’ép menaruh sesuatu di atas bahu, bahu-membahu. lé’ih (la’ih) kata. léan bunyi dari binatang atau serangga seperti babi, jangkrik, belalang dan yang lain. lebo meloncat; lebo betang meloncat batang. melebo meloncat. pelebo meloncati. lebutu sejenis buah hutan seperti abung tapi tak berduri. lecua’ sejenis akar kecil yang daunnya dipakai sebagai obat; lecua’ bah obat awet muda. ledang lebar. ngeledang membentang lebar; tano’ ngeledang tanah daratan. ledat memar; ledat penuk memar belakang. ngeledat meratakan sesuatu. peledat menyebabkan memar. ledun 1. sementara, selama; ledun hok kah nyan pacon, matuk kou melu’ lou sementara saya jalan ke pasar, kamu tinggal masak. 2. bunyi, lagu; jan ledun keledu’ iréh bagus lirik lagu nyanyian itu. legén bantal. legowa serambi di pondok di ladang. legutung sejenis pohon besar. léh-léh membiarkan; ém léh-léh jangan membiarkan. peléh-léh biarkan saja! léi laki-laki, jantan (untuk anjing dan binatang kecil seperti tupai, tikus, tenggiling); léi tokan laki-laki tua. neléi diambil sebagai laki (suami). ngeléi bersuami. péléi mencarikan laki-laki (suami) untuk seseorang. léi-léi sombong karena membanggakan diri sebagai laki-laki; tenin rin léi-léi kebiasaannya selalu membanggakan diri sebagai laki-laki. neléi-léi dibanggakan sebagai laki- laki. ngeléi-léi membanggakan diri sebagai laki-laki. peléi-léi sama-sama membanggakan diri sebagai laki-laki. lék 1. ujung penis; lék rin ivu’ ujung penisnya pendek. 2. mati; lék leruh mati karena jatuh. nelék disentuh ujung penis. ngelék memasukkan ujung penis. nyelék mengeluarkan ujung penisnya. pélék mengeluarkan ujung penis satu sama lain. lék-lék membengkak licin; urung betung rin lék-lék puncak bisulnya membengkak licin. nelék-lék dibuat bengkak licin. ngelék-lék menjadi bengkak licin. nyelék sedang membengkak licin. pélék-lék menyebabkan sesuatu menjadi bengkak licin. 284 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan leka (lekun) bekas tempat binatang bergerak sekarat yang terlihat di tanah atau di rerumputan; leka pelanuk tenaling bok belatik bekas tempat pelanduk sekarat kena belantik. neleka dibuat bekas oleh binatang yang sedang sekarat. ngeleka bergerak gelisah di satu tempat (seperti kalau sedang sekarat misalnya) sehingga tempatnya menjadi berantakan, berhamburan sekarat. peleka sama-sama membuat tempat bekas sekarat di tanah atau di rerumputan. leka’ lepas; tau leka’ papan lepas. lemeka’ melepaskan. neleka’ dilepaskan. ngeleka’ melepaskan. nyeleka’ dalam keadaan lepas. peleka’ menyebabkan sesuatu terlepas, sama-sama lepas. leka’ut gelang tangan laki-laki yang terbuat dari rotan atau sejenis akar yang diraut dan dianyam. lekah bekerja. melekah bekerja untuk. ngelekah mengerjakan sesuatu. nelekah dikerjakan. pelekah kasih bekerja, suruh bekerja sama-sama. lekang pecah, menetas; telu lekang telur mulai pecah pada waktu menetas. nelekang dipecahkan. ngelekang memecah, menjadi pecah. pelekang sama-sama pecah, menyebabkan pecah. lekawah (kawah) semua permukaan bumi di bawah langit. leké gaya, tampilan. lekén sisip. lekeran mahang damar (Macaranga triloba). lekiwé memutar; lekiwé kungan memutarkan badan. nyelekiwé sedang memutar. pelekiwé sama-sama berputar, menyuruh seseorang berputar. lekoi daun penyedap rasa yang dipakai untuk memasak. lekuah lengkuas (Alpinia galanga). lekukut motif Punan berbentuk S besar yang ditemukan pada anyaman, ukiran dan gambar. lekun tempat; kelekan lekun payou; bekas tempat tidur rusa. léla (lala) masih ada. lela masih; hok turui lela an ketou tuéi saya masih tidur waktu kalian datang. lela’ di bawah; kelovih puvé’ an lela’ tilung anak bermain di bawah kamar, méi lela’ ke bawah. nyelela’ pergi ke bawah. lelah gaharu tanduk (Aquilaria beccariana), sejenis pohon gaharu dataran rendah dan bukit. lelah tengon gaharu (Aquilaria malaccensis), pohon gaharu. lelan betul-betul; lekah lelan kerja betul-betul, pelelan betul-betul. lelap atap; na’ang lelap lepou memasang atap pondok. nelelap dipasangkan atap. pelelap sama-sama memasang atap pondok. lélét memasukkan anak sumpit; lélét langa’ memasukkan anak sumpit. melélét memasukkan anak sumpit dalam sumpitan. pelélét menyuruh memasukkan, membiarkan masuk. lelih pohon sarai (Caryota mitis), sejenis palem; map lelih meramu sagu lelih. nelelih diambil sagu dari pohon lelih. ngelelih mengerjakan batang palem untuk dijadikan sagu. pelelih mengambil sagu dari pohon lelih. Kamus Punan Tuvu’ 285 lelo’ sisa; lelo’ wong sisa uang. nelelo’ disisakan. ngelelo’ menghasilkan sisa. pelelo’ menyisakan, memberikan sisa. leloh kosong, tanpa arti. lelum utuh, tidak diganggu; puti’ lelum ila’ pisang utuh (belum dipetik). lemakap (< lakap) melangkah. leman 1. tidak terasa sakit, sembuh; leman vak luka tidak terasa sakit. 2. sejenis kayu keras, seperti meranti merah; leman vou kayuh leman tinggi. peleman 1. membuat merasa tidak sakit (misalnya obat), menyebabkan tidak terasa sakit, menyembuhkan. 2. mencari kayu leman, menggunakan kayu leman. lemati rambutan (Nephelium lappaceum); bua’ lemati ak inih pom bak bi’ang an levu’ detou buah rambutan yang ini diambil dari belakang rumah mereka. lembong jantan untuk babi. lemeka’ (< leka’) melepaskan. lemelap (< lemap) menganyam, membuat atap; lemelap da’un menganyam atap daun. nelelap dianyam, dibuat atapnya. melelap mengerjakan anyaman untuk membuat atap. pelelap suruh menganyam daun untuk membuat atap. lemilip (melilip) jaga-menjaga sesuatu supaya tidak diganggu. lemilit (< lilit) memakai pisau atau parang sebagai mata tombak; iné’ karo maling ényang lading, hok lemilip yoh karena kami tidak membawa tombak, saya memakai pisau sebagai mata tombak. leminung sejenis rambutan (seperti koyak); bua’ leminung an lepu’un kai ovi’ melai ak buah rambutan di kebun kami belum masak. lemiruh (< liruh) mengolah (mengoles) racun anak sumpit; lemiruh tacom mengolah racun anak sumpit dari getah pohon ipuh. lemiuh (< liuh) memanaskan daun (sebagai terapi). lemoh sejenis labu; bua’ lemoh buah labu. pelemoh menanam labu, menggunakan labu sebagai wadah. lemok sampai; lemok lou ih sampai hari ini. pelemok antar seseorang supaya dia sampai. lemucun (< lucun) menggoyang-goyangkan dengan kaki; detou lemucun da’an bua lun bua nah leruh mereka menggoyang-goyangkan dahan buah supaya buah jatuh. lemukau (

peleruh-leruh saling menjatuhkan. peleruh menjatuhkan banyak; hok wo’ peleruh ka’ang inah tat peka’ rin, saya menjatuhkan banyak buah cempedak dari pohon. leruk anak sungai kecil. leting paru-paru. letoh ragu. meletoh menjadi ragu. neletoh diragukan. letoh–letoh ragu-ragu; léi tenuh inah letoh-letoh ngelaih laki-laki bujang itu ragu-ragu berbicara. letup mata orang melotot. levu’ rumah; levu’ icit rumah kecil. melevu’ membuat rumah. nelevu’ dijadikan rumah. ngelevu’ tinggal dalam rumah. nyelevu’ ada rumahnya. pelevu’ membuat rumah, menyediakan rumah, sama-sama tinggal di rumah, serumah. li’ing bakul untuk bibit padi. lia’ jahe (Zingiber officinale); lia’ mengan, lia’ pui temu hitam (Curcuma aeruginosa). liai penyakit rematik. meliai menderita penyakit rematik. liau terpeleset; ukut liau kaki terpeleset. meliau membuat terpeleset secara sengaja. nyeliau sedang terpeleset sendiri. peceliau menyebabkan terpeleset, sama-sama terpeleset. libun nama orang Punan. libut keliling; libut levu’ keliling rumah. ngelibut mengelilingi. nelibut dikelilingi. pelibut berkeliling. lida kebun; lida ubi’ kebun singkong. nelida dijadikan kebun. ngelida berkebun. pelida sama-sama berkebun. lidai (ridai) (Punan Mentarang) darat. lidau sejenis buah keramuh (buah yang tumbuh di hutan). liding dinding; liding upa’ dinding kulit. neliding dibuat dinding. ngeliding mempunyai dinding. peliding membuat, memasang dinding. ligan alat terbuat dari kayu untuk mengulek racun anak sumpit. peligan mengulek racun anak sumpit. lihit nama bulan sabit. likai ratakan padi di atas tikar. ngelikai meratakan padi di atas tikar untuk dijemur. likan aduk. lemikan mengaduk. nelikan diaduk. lemikoh (melikoh < likoh) mengemas. likoh mengemas; likoh ubat mengemas barang-barang. melikoh (lemikoh) mengemas. nelikoh dikemasi. pelikoh mengemas-kemas, sama-sama berkemas. likou alis. nyelikou ada alisnya. likun nama laki-laki Punan yang salah satu orang tuanya meninggal pada saat dia dalam rantauan. lilai lemah; lilai tolang lemah tulang. melilai berada dalam keadaan lemah. nelilai dibuat lemah. ngelilai menjadi lemah. pelilai menyebabkan lemah. lilik bekas jalan binatang. lilip jaga; lilip nuh tukung tero jagalah kampung kita. 288 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan lilit 1. melilit; lilit wéi melilit rotan. 2. memakai pisau atau parang sebagai mata tombak; lilit nuh utang lading pasanglah mata pisau pada tongkat. nelilit 1. dililitkan. 2. dipasang mata pisau; nelilit nuh réh unih? sudah kau membuat mata pisau tadi? ngelilit 1. berlilit. pelilit 1. sama-sama melilitkan. 2. sama sama dua orang memasang mata pisau pada tongkat. pebelilit 1. membuat lilitan, melilitkan, menyuruh melilitkan. petelilit berlilitan. lima gayung, alat untuk membuang air. lemima mengeluarkan air dengan tangan, menimba air. melima menyiram dengan tangan. limau ayo’ ku’ung sejenis jeruk bali yang rasanya manis. limbab menganggu; nak wo’ ngetun tekop rin limab anak yang nakal suka menganggu. limbu 1. ditutup rumput-rumput. 2. mengganggu. limoh lima; cangau limoh jari lima. ngelimoh menjadi lima. kelimoh yang kelima. pelimoh membuat sesuatu menjadi lima, membagi lima. limong sejenis ular; canca limong kavou sejenis ular sanca lari. limu embun limu nekepit an daun embun nempel di daun. melimu menutup dengan kabut. ngelimu berembun. linat pelan-pelan; keman linak makan pelan-pelan. ngelinat melakukan sesuatu dengan pelan-pelan. pelinat sama-sama melakukan sesuatu dengan pelan-pelan, menyebabkan seseorang melakukan sesuatu dengan pelan-pelan. lindut berada di satu tempat. lindut-lindut jalan mutar-mutar di muka; kelovih lindut-lindut an timan ku’ anak- anak jalan mutar-mutar di depan saya. ling 1. bersih, enak (untuk makanan) kun detou ling makanan mereka bersih. 2. rakus; a’ ling keman orang rakus makan dibuat doyan makan. meling punya kebiasaan menjadi rakus. péling sama-sama rakus, menyebabkan seseorang rakus. pepeling memaksa orang menjadi rakus. linga’ tulang tekuk. lingah bagian sungai yang dangkal berbatu, andras; mejat aruk an lingah menarik perahu di atas bagian sungai yang dangkal berbatu. melingah menjemur, meletakkan sesuatu di andras. ngelingah mempunyai bagian sungai yang dangkal berbatu. pelingah ramai-ramai menggunakan bagian sungai yang dangkal berbatu. linggong seutas rotan atau akar dipasang melingkar di muara sungai adalah suatu pertanda baik atau buruk menurut kepercayaan adat-istiadat nenek moyang dahulu. lion ; lion utok pusing kepala. nelion dibuat pusing. ngelion dalam keadaan pusing. pelion menyebabkan pusing. liou tidak perlu; liou a’ah tidak perlu apa-apa. lipa (

lipong ngenong nuh saya membuat sulap kamu lihat. 2. nama jenis permainan tradisional terbuat dari kayu, tali dan biji buah devai yang dimainkan dengan tangan. lira’ heran; em lira’ lipong otuh jangan heran melihat hantu. lirah hampir; déh lirah hampir pergi. melirah membuat sesuatu hampir menjadi. pelirah menyebabkan hampir menjadi atau hampir terjadi sesuatu. lirin tepi; lirin leruk tepi sungai kecil. ngelirin menelusuri tepi. pelirin membawa ke tepi, sama-sama ke tepi. liru’ berlindung; liru’ an pu’un kayuh berlindung di bawah pohon kayu. ngeliru’ berlindung. liruh pasang racun pada kepala anak sumpit dengan cara mendekatinya pada api; liruh nuh langa inih pasanglah racun pada kepala anak sumpit. lemiruh memasang racun pada kepala anak sumpit. neliruh dipasang racun untuk anak sumpitnya. peliruh sama-sama mengolah racun anak sumpit. lirung pusaran air sungai; lirung ungéi meroh pusaran air sungai deras. ngelirung ada pusaran; an lun inih ungéi ngelirung di tempat ini sungai ada pusaran. lit hina. melit menghina. nelit kena kejadian seperti hujan batu atau gempa bumi (kelit). litah haus (karena lama tidak minum); nak litah it muh anak haus mau menyusui. litak panau, panu, penyakit kulit yang disebabkan jamur; kalung litak belang-belang panau. melitak menderita panau. ngelitak mempunyai penyakit panau. pelitak menjangkitkan penyakit panau, menyebabkan penyakit panu. litén berkarat; lading litén tombak berkarat. ngelitén berkarat. pelitén menyebabkan karat. litip penuh sampai batas. liu pengganti, tukar; liu inu’ pengganti kalung. meliu mengganti. nyeliu memberi gantinya barang yang hilang. neliu diganti. péliu mengganti, memberikan ganti, tukar menukar barang. liu’ 1. kalau; liu’ pe kou téi ne hok koli’ kalau kau datang, baru saya akan pulang. 2. terserah. liuh daun yang dipanaskan untuk mengobati luka, kompres; liuh ang buro’ dikompres dengan kain hangat. lemiuh kasih panas di badan; liuh luang memanaskan perut, memberi kompres di badan. neliuh dipanaskan. ngeliuh memanaskan. peliuh sama-sama memanaskan. liuk pinggir; liuk tilung pinggir kamar. ngeliuk mempunyai pinggir. nyeliuk ada pinggirnya. peliuk meminggirkan, sama-sama ke pinggir. liva’ hilir; aruk tat liva’ perahu dari hilir. meliva’ jauh-jauh di hilir. ngeliva’ menuju ke hilir. neliva’ ditempatkan di hilir. peliva’ sama-sama menuju ke hilir, memindahkan sesuatu ke hilir. livou 1. atas; an livou tano’ di atas tanah. 2. lubuk, limbung; livou lalom lubuk yang dalam. melivou 1. menuju ke atas. ngelivou 2. mempunyai lubuk. pelivou 1. menaikkan ke atas. 2. menenggelamkan sesuatu ke dalam lubuk. 290 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan liwai 1. kali, putaran; liwai aji’ lain kali. 2. jenis pakis paku liwai pakis hutan berwarna merah. peliwai 1. menyebabkan berkali-kali, menyuruh berkali-kali, mondar-mandir. liyang tempat tulang orang yang meninggal yang dibuatkan upacara yang kedua. meliyang membangung kuburan. neliyang dibuat upacara kedua, orang-orang ramai membuat kuburan. liyu’ pulau di sungai. liyum sejenis buah salak hutan. lo’ sagu, tepung sagu. lo’ ubi’ sagu ubi, singkong, tepung singkong. melo’ buat sagu banyak. nelo’ dibuat jadi sagu, tepung. ngelo’ ada banyak sagu dalam batang kinangan. lo’ih (la’ih) pembicaraan, kata-kata, omongan. ngelo’ih berbicara. nelo’ih dibicarakan. pekelo’ih berbicara bohong. lo’ik (< lo’ih) omongan saya. lo’im (< lo’ih) omongan kamu. lo’in (< lo’ih) omongannya, bicara, kata-kata dia; lo’in kevo omongan mereka. lo’o muara; lo’o ungéi muara sungai. melo’o bermuara. ngelo’o mempunyai muara. pelo’o sama-sama bertemu di muara sungai misalnya. lo’op kayu meranti (Shorea spp.). logan berhenti setelah lama dikejar; auh logan a’ing bavui anjing berhenti gonggong babi. nyelogan mau berhenti, hampir berhenti. loi sejenis ular sawa; loi oih menyo’ jenis ular loi, binatang liar. lojou tampak sekilas; lojou ba’ idéh tampak sekilas di sana. pelojou sama-sama menampakkan diri sekilas, menyebabkan seseorang atau seekor binatang hanya menampakkan diri sekilas. lok waktu sampai. lokap, lukap enggang klihingan (Anorrhinus galerinus), sejenis burung enggang. lolom; bermalam; iro dé h lolom nyan lunang mereka bermalam di hutan. melolom sering bermalam di luar. pelolom sama-sama bermalam. long 1. terisi air pasang; ungéi long sungai terisi air banjir. 2. membendung; long lo’o ungéi membendung muara sungai. nelong; 1. diisi air pasang. 2. dibendung. ngelong 1. mengisi air pasang. 2. membendung sungai. nyelong 1. membuat terisi air pasang. 2. membendung. pélong 1. menyebabkan terisi air pasang. 2. sama-sama membendung, menggunakan bendungan. lonjot melorot. lop 1. gelap; lop lou gelap hari. 2. sumbatan lubang tikus. 3. sejenis bambu; buluh lop bambu lop. loréi nama sejenis akar yang besar sekali, oka loréi. lorong bara; lorong pui bara api. nyelorong sedang membuat bara api. ngelorong api padam dan tinggal bara saja. pelorong menyuruh membuatkan bara api. lou hari, matahari; metan lou matahari; lou’ah hari itu; lou’ih hari ini; lou ji’ lusa; Kamus Punan Tuvu’ 291

loucai hari setelah lusa; lou muit hari terbit; lou memboh hari terbenam; lou mon kemarin dulu; katou la’ lou detou kami saling bantu kerja secara bergilir dengan mereka. kelou/ngelou menjemur di matahari. melou panas, memanas; melou la’un lou inih hari panas hari ini. nelou dijemur. pélou menyuruh menjemur. lowa potong jalan; nuan lowa jalan potong (untuk mengindari sesuatu). pelowa memotong jalan. lowa’ sarang; lowa’ vanyih sarang madu. lowah ruas; lowah tovuh ruas tebu, lowah tapong ruas tangan. melowah membagi- bagi ruas. ngelowah mempunyai ruas. nelowah dibagi-bagi ruasnya, memotong dan membagi ruas. lu rontok. melu mulai rontok. ngelu rontok. nelu dirontokkan. pélu kasih rontok; tero pélu bua’ lemati kita merontokkan buah rambutan. lu’ 1. simpan. 2. leher. nelu’ 1. disimpan. pélu’ 1. kasih simpan. lu’ai keladi (Colocasia esculenta). lu’ap lembar; lu’ap da’un lembar daun. melu’ap membuka lembaran. nelu’ap dibuat lembaran. ngelu’ap membuka lembaran. pelu’ap memberikan lembaran- lembaran, sama-sama menggunakan lembaran-lembaran. lua sendok; lua kun sendok nasi. nelua disendoki. ngelua menyendok. pelua memberikan sendok, sama-sama menyendok. lua’ menunggu; lali’ lua’ lama menunggu. melua’ menunggu (sesuatu, seseorang). nelua’ ditunggu. pelua’ sama-sama menunggu, membiarkan seseorang menunggu. luan tali; luan vanyih tali untuk memanjat madu. meluan mengulur tali. ngeluan mengulur tali. peluan memberikan tali, memasangkan tali. luang (uang) dalam, isi (sesuatu yang ada di dalam). ngeluang mempunyai sesuatu yang di dalam. luba 1. kepala anak sumpit. 2. tolak, dorong. lemuba menolak, mendorong. neluba didorong. peluba orang banyak mendorong. Luban Necan (bahasa Ketuya’) nama satu tempat yang tidak dikenal. lubin kena hukuman. lubung pondok ngelubung membuat pondok. lucit muncul dari lubang; lucit labau tat luvang tano’ tikus muncul dari lubang tanah. melucit suka muncul dari lubang. ngelucit muncul. pelucit sama-sama muncul, menyebabkan sesuatu muncul dari lubang. pelucit-ucit muncul banyak-banyak. lucun menggoyang-goyangkan dengan kaki (untuk perintah); lucun nuh rin bua’ leminung goyangkan buah rambutan. ludung potongan-potongan; ludung bulu’ potongan-potongan bambu. neludung dibuat menjadi potongan-potongan. ngeludung momotong potongan. peludung membagi menjadi potongan-potongan, sama-sama memotong. luéh 1. longsor; tano’ luéh tanah runtuh. 2. lepas dan terhambur; vin an ajat mutip luéh barang dalam anjat lepas dan terhambur. peluéh 1. sama-sama longsor. 2. menyebabkan lepas dan terhambur, sama-sama lepas dan terhambur. 292 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan lugok, lugom bondol rawa (Lonchura ), sejenis burung bondol. luh 1. kebal, tidak tembus oleh barang tajam; nit a’ inah luh kulit orang itu kebal. 2. hangat-hangat; atuk luh masakan hangat-hangat. 3. jarum, peniti; ji’ metan luh satu biji peniti. péluh 1. sama-sama kebal, tidak tembus oleh barang tajam, 2. menyuruh membuat masakan hangat-hangat, 3. memasukkan benang di jarum. luhan kebiasaan; luhan korip rin kebiasaan hidupnya. meluhan mempunyai kebiasaan. peluhan membiasakan, kebiasaan. lujai tiba-tiba muncul. melujai suka bermuncul. ngelujai muncul. pelujai memunculkan. pelujai-lujai berturut-turut muncul. luk (< lun) 1. tempatku; levu’ luk rumah tempakku. 2. menipu; tu’a’ luk kuat menipu. 3. supaya, karena saya. meluk 2. suka menipu. nyeluk 2. menipu (orang). neluk 2. ditipu. péluk 2. menyuruh menipu. lukau 1. pukul-pukul. 2. habis (punah); a’ tat tukung inih mekevoh lukau orang dari kampung ini punah. nelukau dipukul-pukul. pelukau beberapa orang memukul- mukul, mengeroyok. luking sisa dari sesuatu yang tak berguna (misalnya kulit kacang, kulit binatang yang tak dipakai); a’ luking manusia tak berguna. ngeluking memisahkan yang tak berguna (misalnya membuang kulit kacang). luko percuma, tidak dapat hasil apa pun. lukuh nai beras atau ketan masak dalam bambu, seperti lemang; biasanya dimakan pada saat orang menugal atau pesta panen. luli tanduk; luli tekuan tanduk burung enggang. ngeluli bertanduk. lulu air mata; lulu metan air mata. lulu’ cari jejak; lulu’ nuh ivan bavui inah. ikutilah jejak babi itu. nelulu’ dicari jejaknya; nelulu’ rin ivan bavui inah? sudahkah diikuti bekas babi itu? pelulu’ sama-sama (dua orang atau lebih) mencari jejak. lulun gulungan; lulun beruin gulungan batang rokok. nelulun dibuat gulungan. kenelulun tergulung, terbawa (oleh air). ngelulun menggulung. nyelulun sedang menggulung. pelulun sama-sama menggulung, memberikan gulungan. lulung duluan, dulu; lulung kah jalan duluan; muvi’ kucuk hok lulung nah hok keman cuci tangan dulu baru makan. ngelulung mendahului. nelulung didahului. pelulung orang bersama-sama duluan. lulut nama sejenis penyengat yang mengandung racun; sevut lulut penyengat. lum (< lun) 1. di tempatmu. 2. agar/sebab kamu. luman tahun; luman korip tahun beruntung. ngeluman menetap bertahun-tahun. peluman membuat bertahun-tahun, membiarkan betah bertahun-tahun. lumbam (lumbom) memar; utok lumbam memar kepala. melumbam menjadi memar. pelumbam menyebabkan memar, sama-sama memar. lumit habis (punah); a’ tat tukung inih mekevoh lumit orang dari kampung ini punah. lumit-pelumit/pelumit beberapa hal mengalami kepunahan; tukung Respen tukung Malinau seberang tukung Tanjung Limo lumit-pelumit piah Kamus Punan Tuvu’ 293

Kampung Respen, Kampung Malinau Seberang, Kampung Tanjung Limo punah semua. lumok hancur; lumok tolang hancur tulang. melumok menghancur. nelumok dihancurkan. ngelumok menghancurkan. pelumok menghancur-hancurkan, menyebabkan hancur, membiarkan hancur. lumuh kosong uli’ lumuh pulang kosong. lumut lumut; lumut mekepan lumut tebal. melumut melumuti. nelumut ditumbuhi lumut. ngelumut berlumut. pelumut menumbuhkan lumut, sama-sama berlumut, jangkit-menjangkit lumut. lun 1. supaya; lun rin jan supaya dia baik; hok bo’ puli’ lun hok lacét tengau saya minum obat supaya cepat sembuh. 2. tempat; lun bacou tempat ikan; lun detou tempat mereka. 3. tumpul; yuh lun pisau tumpul. nelun 2. dijadikan tempat. 3. dibuat tumpul. ngelun 2. mempunyai tempat. 3. menumpulkan. pélun 2. menempatkan, memberikan tempat pada seseorang. 3. sama-sama menumpulkan, sama-sama tumpul. lunak mudah dibelah; kayuh lunak kayu yang mudah dibelah. melunak membelah. ngelunak mempunyai sifat mudah dibelah. pelunak sama-sama mempunyai sifat mudah dibelah, menyebabkan mudah dibelah. lunang hutan rimba. lunau pesta panen; kun lunau makanan untuk pesta panen. melunau membuat pesta panen. nelunau dibuat pesta panen. pelunau sama-sama mengadakan pesta panen. lundu penyakit beri-beri. pelemundu-mundu banyak kena penyakit beri-beri. lung 1. lesung; lung ayo’ lun nupok paréi lesung besar tempat menumbuk padi. 2. sejenis keladi hutan; lung bulah kelemoyang (Homalomena cordata), sejenis keladi hutan yang rasanya pahit. lungak napasku. lungam napasmu. lungan napas; lungan ivu’ napas pendek. ngelungan mempunyai napas. pelungan menarik napas, memberikan bantuan pernapasan. lunggang tiba-tiba jatuh karena tidak bersandar atau bersandar di tempat yang salah; hok lunggang it meturui saya jatuh karena ngantuk. lemunggang menolak, mendorong. lenunggang didorong, ditolak. pelunggang saling mendorong, banyak orang mendorongkan, menyuruh mendorong. lunggung ganjal, tidak rata; nuan lunggung jalan naik-turun; kayuh lunggung kayu ganjal. melunggung ada yang ganjal. nelunggung diganjal. ngelunggung mempunyai ganjalan. pelunggung membuat ganjalan, menyuruh membuat ganjalan, membiarkan ganjalan. lungoh (lungan) napas; lungoh ivu’ napas pendek. melungoh masih bernapas. ngelungoh bernapas. pelungoh membuat bernapas, menarik napas, sama-sama bernapas. 294 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan lungop rebah; lungop tat tekering rebah dari berdiri. nelungop dipukul supaya rebah. lunik sudah penuh dengan muatan, tumpah; lunik aruk perahu sudah kepenuhan muatan; ungéi lunik tat tong air tumpah dari tong. melunik mengurangi muatan supaya tidak penuh. lemunik sudah penuh sekali muatan. nelunik dikurangi muatan. ngelunik mempunyai muatan kelewatan. pelunik sama-sama memuat, memaksa muatan. lunjung lurus; kayuh lunjung aru ji kayu lurus panjang untuk tiang. lunuk sejenis ara daun lebar (Ficus xylophylla), beringin; kayuh lunuk pohon beringin. pelunuk menggunakan kayu beringin, membiarkan kayu beringin tumbuh. lunyan 1. mekar; lavun docou lunyan kembang durian mekar. 2. menjolok kayu dalam lubang untuk mengganggu binatang yang di dalamnya. ngelunyan 1. mulai mekar 2. mengganggu binatang dengan kayu. pelunyan sama-sama mulai mekar, menyebabkan mekar. lunyih mulai muncul. luou lutut; luou iro manét lutut mereka kesemutan. lup bungkus; hén unan lup lun a’ ang jam dia membungkus seluruh badan supaya orang tidak kenal. lup curat sampul surat. lupuh gagal; hok lupuh tat kavang saya gagal panen padi. lurap kulit; lurap cai kelunit kulit ular dikuliti. lurin 1. kulit terkelupas jatuh tidak berguna. 2. manusia tidak berguna, tidak berdaya. 3. sekeping (untuk kulit kayu); lurin upa’ sekeping kulit kayu. ngelurin mengupas kulit. luruh sejenis sayuran (ubi jalar) da’un luruh daun sayuran luruh hijau. ngeluruh membuat sayuran luruh. peluruh memberikan sayuran luruh, menggunakan sayuran luruh. lut 1. musnah; oih lut binatang yang sudah musnah. 2. perangkap; oih lut perangkap binatang. 3. oles. melut mengoles. ngelut memusnahkan. 2. memasang perangkap. nelut 1. dimusnahkan. 2. dibuat perangkap. 3. dioles. pélut 2. sama- sama memasang perangkap, menggunakan perangkap. 3. saling mengoles, menyuruh mengoles. lutang 1. rakit; lutang an wéi rakit terbuat dari rotan. 2. nama jenis musang kalung lutang nama jenis musang. lutop kumpulan daun, ranting dan sebagainya yang tertumpuk di pinggir sungai setelah air pasang atau banjir; vi’ lutop tanih banyak kumpulan daun, ranting dan sebagainya yang tertumpuk di pinggir sungai setelah air pasang atau banjir. ngelutop sedang tertumpuk di pinggir sungai setelah banjir. melutop ada timbunan daun. nelutop ditimbuni kumpulan daun, ranting. pelutop menyebabkan ada banyak kumpulan daun, ranting dan sebagainya yang tertumpuk di pinggir sungai setelah air pasang atau banjir. Kamus Punan Tuvu’ 295 lutuk pantat; lutuk kurén pantat belanga. nelutuk diberi pantat. ngelutuk mempunyai pantat. pelutuk memberi pantat, memperlihatkan pantat, membersihkan pantat, mengejek seseorang dengan menggoyang-goyangkan pantat. lutung 1. sejenis kayu; kecapi’ lutung kecapi dari sejenis kayu lutung. 2. sejenis kera kecil dengan mata besar. luva’ sejenis daun palem. luvang lubang; luvang batuh, gua. ngelubang ada lubang, membuat lubang. neluvang dibaut lubang. peluvang suruh buat lubang. luvéi terguling; luvéi betang ayo’ iné’ traktor terguling batang besar oleh traktor. meluvéi berguling. ngeluvéi sedang mengguling. nyeluvéi mengguling- guling; tou ano’ déh nyeluvéi betang kita dua nanti pergi mengguling-guling batang. neluvéi digulingkan. peluvéi menyebabkan sesuatu berguling, saling menggulingkan. luwi kena air panas; luwi ungéi melau’ kena air panas.

M ma’ 1. berbicara; ma’ aloh berbicara sebentar. 2. kalau; ma’ bavui ang téi bai inih nyovi’ rin mekevoh kalau babi tidak lewat sini, tidaklah dia bisa mati. nema’ dibicarakan, dikasih tahu. péma’ sama-sama berbicara. mabap bisu; a’ mabap orang bisu. nyabab dalam keadaan bisu. pabap sama-sama bisu, menyebabkan bisu. pabap-pabap tidak berhasil menyebutkan sesuatu karena bisu. maca’ 1. subuh; maca’ a’up tovun kou kat subuh besok kamu bangun. 2. membaca, berdoa (baca doa). macé’ memperkosa; iro macé’ oroh baluh tokan mereka memperkosa perempuan janda tua pemacé’ memperkosa, menyuruh memperkosa. macéi membuat arak; macéi bua’ torai membuat arak dari buah kapul. pemacéi sama-sama membuat arak, menyuruh membuat arak. maéh emas (bahasa Merap). mah 1. badan; mah a’ badan manusia. 2. ampas; mah tovu’ ampas tebu. 3. maag, penyakit ulu hati. nemah dikeluarkan ampas, ampas disalin. mengemah berbentuk badan manusia (misalnya janin). ngemah berisi. nyemah memindahkan sesuatu (isinya) dari satu tempat ke tempat lain. pémah memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. mahau tidak ada; mahau pui tidak ada api. ngemahau; membuat tidak ada sama sekali. mahu lenyap, sudah tidak ada. mai pergi bersama; kou déh mai hén pergilah bersama dia. mai’ rasa kasihan, cinta; mai’ rin miram kasihan dia sakit. nemai’ dikasihani. 296 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ngemai’ mengasihani seseorang, sama-sama mengasihani, rasa kasihan satu sama lain, menyebabkan seseorang menaruh belas kasihan. mak 1. alas; mak penuk alas baring. 2. berlimpah; mak bua’ buah-buahan berlimpah. nemak 1. dialasi. 2. dikurangi bahan berlimpahan. ngemak 1. memasang alas. nyemak ada alasnya. pémak 1. memberi alas, menggunakan alas, menggelar alas. makin (BI) makin. malang tidak; malang keman ji’ lou tidak makan sehari; hok malang melai mom saya belum mandi. malat memukul dengan kepalan tangan; malat kucu’ meninju dengan kepalan tangan. memalat memukul sesuatu. palat sama-sama memukul, menyuruh memukul. maléh kemarin; katou kah maléh kami berangkat kemarin. kemaléh kemarin. mali’ sejenis katak pohon (Rhacophorus nigropalmatus); mali’ ténoh katak betina. malih (malit) tertutup kembali. malih rapat sehingga tidak bocor; itu’ malih atap yang terpasang rapat sehingga tidak bocor. pemalih merapatkan, memasang rapat-rapat. maling 1. tidak; maling muit tidak keluar, penuh; maling nah hok meturui ji’ malom saya tidak tidur satu malam. 2. sejenis rotan; bua’ wéi maling buah rotan maling. malit (malih) tertutup kembali; tubit malit luvang totung inah lubang landak itu sudah tertutup kembali. pemalit menutup kembali, menyebabkan tertutup kembali. malom malam; malom tovun malam besok. pemalom bermalam, kemalaman. mamat ampas; mamat ubi’ ampas singkong. ngemamat mempunyai ampas. pemamat sama-sama ada ampasnya, menggunakan ampas (misalnya untuk makanan binatang). man 1. bapak; man ayo’ bapak yang terhormat. neman dipanggil bapak. 2. jari kalau diikuti namanya; man unju’ jari telunjuk, man ura jari manis. ngeman 1. mempunyai bapak. nyeman 1. memanggil bapak, ada bapaknya. péman 1. sama-sama memanggil bapak. mana terlihat, kelihatan. pana menyebabkan kelihatan. memana memamerkan; énuh lun kou memana wong unih? kenapa kau memperlihatkan uang tadi? mepana terus-terusan kasih kelihatan. manak panggilan kepada seseorang yang memelihara anak kita; inih manak ku’ ini orang yang memelihara anak saya. ngemanak mempunyai seseorang yang memelihara anaknya. nyemanak ada orang yang memelihara anaknya. pemanak memanggil seseorang yang memelihara anaknya kita. manan arah. manéi jantan untuk ular. manét kesemutan. mang bau pahit (sayuran atau rebung); mang tuvu’ bulu’ bau pahit rebung bambu. Kamus Punan Tuvu’ 297

ngemang mempunyai bau pahit. pémang membiarkan ada bau pahitnya, dimasak kurang sehingga masih pahit. mangga (mangka) pohon nangka (Artocarpus heterophyllus). mangun menjadi; mangun levu’ menjadi rumah. nyemangun sudah jadi. pemangun sama-sama membuat sampai jadi, sama-sama jadi. manou 1. pantangan. 2. jenis pohon di hutan, pohon adau. memanou pantang; memanou la’ung berpantang besar. manu 1. sebal; manu ngguh sebal terhadap omongan. 2. keras, kebal. ngemanu 1. menjadi sebal. 2. menjadi keras, kebal. pemanu 1. menyebabkan sebal, sama- sama sebal. 2. membuat keras, kebal sama-sama keras. manuk lung sejenis ayam hutan (landu). map memukul sagu; map vulung memukul sagu vulung. nemap dipukul bahan sagunya. pémap banyak memukul sagu, suruh memukul sagu. mapah terbang turun; nyau mapah burung elang terbang turun. pemapah menyuruh terbang turun, sama-sama terbang turun. marin batu ginjal; batuh marin batu kencing. marun berjalan turun, arah ke sungai; marun tukuk berjalan turun gunung. narun dijalani turun. parun banyak turun. pemarun menyebabkan turun. parun sama- sama berjalan turun. mat emas. matan sepanjang; matan lou sepanjang hari. matét menyumpah. patét saling menyumpah. natét disumpah. mau’ terlepas; mau’ pena’un ugén terlepas mata parang. nemau’ dilepas. ngemau’ melepaskan. pémau’ membiarkan lepas, sama-sama lepas. mayan bayar. mbah-mbah remang-remang, mau jadi gelap; lou déh mbah-mbah malam hari makin gelap; mbah-mbah remang, belum terang atau sudah mau malam. mban lalu; mban ke hén déh nyan ungéi lalu dia pergi ke sungai. mbat sambil, ambil sesuatu sambil lewat; mbat nuh uli’ ayé’ inah! bawa pulang milik saya itu sambil jalan! membat melanggar/menyentuh benda sambil jalan. nyembat mengambil sesuatu sambil jalan. nembat dibawa sesuatu sambil jalan. pémbat mengambil banyak barang sambil jalan. mbé’ turun; mbé’ tat ocan turun dari tangga. membé’ menurun. nembé’ diturunkan. pembé’/ pémbé’ menurunkan, sama-sama menurunkan, menyuruh menurunkan. mbét buang. membét membuang sesuatu. nembét dibuang. pémbét menyuruh membuang. mbo-mbo tinggi-tinggi; kayuh ayo’ mbo-mbo kayu tinggi besar (bahasa Ketuya’). mboh masuk; mboh noh masuklah. memboh langsung masuk. nemboh dimasuki. pémboh sama-sama memasukkan, menyebabkan masuk. ketemboh termasuk tak sengaja; hok ketemboh an luvang saya termasuk dalam lobang. 298 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan mbu warna biru; mbu mucun bibir biru (kalau kedinginan). mbuh meniup; mbuh tu’a’ meniup kuat-kuat. nembuh ditiup, masuk angin. ngembuh meniup. nyembuh sedang meniup. pémbuh sama-sama meniup, saling meniup. mbui cerita dongeng, kisah, riwayat; mbui Uku Mbi cerita, riwayat Uku Mbi, Mbui Kovong seri cerita orang lugu dan bodoh. nembui diriwayatkan. ngembui 1. bercerita. 2. bertanya-tanya tentang hasil orang kembali dari berburu. pémbui menceritakan cerita, menyuruh cerita. mbun berkumpul; mbun a’ pabih orang berkumpul gotong royong. mbup-mbup remang-remang, antara gelap dan terang seperti subuh atau maghrib. mé’ 1. memberi; mé’ cigup memberi rokok. 2. bapak, ayah. nemé’ diberikan. ngemé’ memberikan. pémé’ saling memberi. mecéh ceplas-ceplos; ngelaih mecéh berbicara ceplas-ceplos. pécéh sama-sama ceplas-ceplos. mecik 1. cepat tersinggung dan langsung mengomel; mecik an ngguh cepat tersinggung oleh perkatan seseorang. pemecik menyebabkan gampang tersinggung. 2. (< cik) memencet. mega membelah dan meraut rotan. megah jelarang krem (Ratufa affinis), sejenis tupai besar; ukui megah aru mana an tang da’un kayuh ekor tupai besar kelihatan panjang di sela-sela daun pohon kayu. méi arah, terhadap; méi bota’ arah ke gunung; méi lela’ ke bawah. neméi diberi arah. péméi sama-sama menuju arah tertentu, bertemu, menyebabkan seseorang atau sesuatu menuju ke arah tertentu. méi’ (mai’) kasihan; a’ bini’ méi’ orang miskin kasihan. méja (BI) meja. mekan ungén memberi makan pada roh padi (dilambangkan belalang); nama upacara panen. mekéh (kéh); melepas. nekéh dilepas. pékéh sama-sama memaksa lepas. mekepan tebal; mekepan mucun bibir tebal. pekepan mempertebal, sama-sama tebal. mékop 1. rebah, roboh. 2. berkunang-kunang; mékop ilo’ mata berkunang-kunang. pemékop 1. sama-sama roboh, menyebabkan roboh. 2. sama-sama berkunang- kunang, menyebabkan pandangan mata berkunang-kunang. mekot sepakat; mekot karan a’ sepakat untuk semua orang. pe(pe)kot melakukan sepakat, sama-sama bersepakat. mekung sejenis burung hantu; ilat mekung ledang sayap burung hantu lebar. melah menghaburkan darah binatang untuk mengusir roh jahat, dalam upacara dulu. melai belum; ovi’ melai ak bua’ inah buah itu belum matang lagi. nyemelai dalam keadaan belum terlaksana, tertunda, belum lagi. pemelai sama-sama membuat sesuatu belum terlaksana, sama-sama menunda. Kamus Punan Tuvu’ 299 melan sejenis buah rambutan hutan. melang 1. berhawa dingin; tano’ melang daerah berhawa dingin. 2. kawasan tanah yang belum dikelola. melarom kedinginan; hok melarom saya kedinginan. pemelarom menyebabkan kedinginan, membiarkan sampai dingin. melat 1. besi; melat aing besi keras. 2. harta benda; detou vi’ melat mereka mempunyai banyak harta benda. ngemelat mempunyai harta benda. melau’ panas; ungéi melau’ air panas. pemelau’ memanasi, menyebabkan panas. mélela’ (< méi lela’) ke bawah. meling 1. sejenis bambu; bulu’ meling bambu meling. 2. rakus. pemeling 2. menjadikan orang atau binatang rakus. melu senang, gembira sekali. melu’ (pelu’) 1. tinggal; melu’ aloh tinggal sebentar 2. kata pembuka untuk memulai suatu cerita mbui dahulu kala. memelu’ membiarkan tinggal. pepelu’ dikasih tinggal. pemelu’ menyuruh tinggal. memenya sial. mena’ yoh kapok kau! (umpatan); mena’ yoh kou, ovi’ kou ngetun ke hok unéi kapok kau, sudah kukatakan jangan nakal! mendah tahan terhadap segala sesuatu. mengan merah; buro’ mengan kain merah. pemengan membuat merah. menging nyaring; menging ngeledu’ nyaring beryanyi. ngemenging menyaringkan. pemenging membuat suara atau berbunyi nyaring. mengiyan ungkapan yang dipakai untuk menyatakan keraguan, mana kau tahu; mengiyan kou jam mana kamu tahu. mengkudu (bengkudu), (BI) sejenis pohon berbuah tumbuh di kebun (Morinda citrifolia). méno (< péno) berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai; lali’ katou méno lama kami berdua berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai. pepéno sama-sama berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai, menyuruh seseorang berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai. meno’ot turun rintik-rintik; ucan meno’ot hujan rintik-rintik. menou pantang. memenou ada pantangan; memenou la’ung berpantang besar. menenou dijadikan pantang. pemenou menyebabkan pantang. menya’ malu. memenya’ menjadi malu. pemenya’ membuat malu, mempermalukan. menyemu warna biru atau hijau. menyo waspada karena takut. menyo’ liar. meram busuk. meran 1. mendadak; meran kuné mati mendadak. 2. panggilan untuk orang yang tiga atau lebih anaknya meninggal. pemeran menyebabkan seseuatu terjadi mendadak. 300 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan meraung serangga seperti lalat yang memproduksi sejenis damar, dan madu. meri petir. meroh deras; ungéi meroh air deras. pemeroh menyebabkan arus deras. meru sakit-sakit karena kualat. pemeru membuat orang sakit-sakit. merudu lambat. meruéi cepat, mudah melahirkan. mesot nama sejenis pohon kayu yang mirip meranti (Scorodocarpus borneensis). metan mata; metan payou mata rusa. ngemetan mempunyai mata. metan-metan suruh lihat terus siapa saja yang lewat. Metarang nama Sungai Mentarang. metu’ arwah, orang yang sudah meninggal. metui sejenis burung enggang (Aceros corrugatus); du’an metui anak burung metui yang masih dalam sarang. ngemetui mempunyai burung metui. mevat berat; mevat bi’ gendongan berat. memevat memberat. menevat diberatkan. pemevat memberatkan, menyebabkan berat. mevok 1. menghancurkan; mevok batuh menghancurkan batu. 2. mengata-ngatai; ukuh rin igét lou mevok riban rin mertuanya mengatai-ngatai dia setiap hari. pévok 1. sama-sama menghancurkan, menyuruh menghancurkan. 2. sama-sama mengatai-ngatai. mevop buat api dalam lobang. mevut mencabut; tungun mevut mencabut tunggul. pemevut sama-sama mencabut. mi-mi (ami-ami) berharap; nak mi an man anak selalu berharap pada bapak. mi’i’ cengeng; mi’i’ menangih menangis cengeng. mih manis; mih vanyih manis madu. ngemih memberi rasa manis. pémih membuat manis. milu’ bosan; maling milu’ an kun tidak bosan dengan makanan. min 1. ruangan polos di rumah, ruangan tamu; min levu’ ruangan polos di tengah rumah. 2. berburu (sambil pergi ke ladang atau pergi ke hutan). ngemin 1. mempunyai ruangan polos. 2. pergi berburu. pémin menyuruh pergi berburu bersama, sama-sama berburu. minga’ tidak mau tidur, terjaga terus. miram sakit; miram ngelajét sakit demam. pemiram menyakitkan, menyebabkan sakit. mo’ tuangkan air pada sagu sehingga tepungnya terkumpul; mo’ lo’ mengumpulkan sagu. ngemo’ membuat sagu. pémo’ sama-sama membuat sagu, menyuruh membuat sagu. mocop lapar. pemocop menyebabkan lapar; ém pomocop arin jangan membuat lapar adik. moh rendah hati; moh an a’ rendah hati terhadap orang. nyemoh merendahkan diri terhadap orang. pémoh menyebabkan seseorang rendah hati, sama-sama rendah hati. Kamus Punan Tuvu’ 301 mok lalu; mok rin kah lalu ia berangkat. mokat rebah. memokat merebahkan. pokat merebahkan. ngemokat sedang merebah. pemokat menyebabkan rebah, merebahkan, saling merebahkan. nokat direbahkan, pepokat kayu besar dua orang merebahkan. mom 1. rasa masam; bua’ mom buah asam; mom lepau’ rasa masam buah lepau’. 2. mandi; detou mom an tabau mereka mandi di danau. ngemom 1. mempunyai rasa masam. 2. memandikan. pémom 1. membuat rasa masam, menyebabkan masam. 2. sama-sama memandikan, menyuruh mandi. moman hanyut. mon dahulu; aji’ ne mon, aji’ ne bénih lain dahulu, lain sekarang; kah nok mon saya pergi dulu. pémon menceritakan yang dahulu satu sama lain. monan arah. mong tertawa; mong la’ung tertawa terbahak-bahak. ngemong menertawakan. pémong menyebabkan seseorang tertawa, sama-sama tertawa. monou singa (dalam cerita lama); lakin monou seekor singa jantan, raja singa. mop (mohop) menyirami buah keramuh; mop keramuh menyirami buah keramuh; pémop sama-sama menyirami, menyuruh menyirami dengan campuran buah keramuh atau buah pesan. mowa’ kalong kapauk (Pteropus vampyrus); mowa’ nyerbing kalong terbang. mpo’ tinggi (bahasa Ketuya’). mu’ menyuruh; mu’ keman menyuruh makan. nemu’ disuruh. ngemu’ menyuruh. pému’ sama-sama menyuruh. mua’ sayang akan; hok mua’ kou saya sayang akan kamu. ngemua’ menyayangi. benua’ disayangi. pemua’ sama-sama menyayangi, menyebabkan rasa sayang. muah melepas. memuah melepaskan. nuah dilepaskan. pemuah suruh lepas. mubai jabuk, hancur. mubé (mubai) jabuk, hancur, rusak. mucuk bibirku. mucum bibir kamu. mucun bibir; mucun kuong bibir pecah karena sariawan. memucun bentuk bibir orang yang maju ke depan. ngemucun memanjangkan bibir ke depan seperti kalau menunjuk. pemucun memerahi bibir, mengobati bibir. mugon lambat gerak; iro mugon ngenuang kulap wo’ jan mereka berdua sulit ikuti nasihat yang baik, a’ inah mugon orang itu lambat gerak. muh (puh) menyusui; muh otah menyusui dengan asi. nemuh disusui. memuh suka menyusu, menyusu terus; nak inah memuh anak itu suka menyusu terus. pémuh sama-sama menyusui, menyuruh menyusui. pépuh menyusu; inan hén pépu nak hén ibu itu menyusu anaknya. muit (puit) keluar, terbit; muit ba’ ih keluar dari sebelah sini. ngemuit mengeluarkan. nyemuit sedang mengeluarkan. penuit dikeluarkan. penevuit dikeluarkan. pepuit menyebabkan keluar. pemuit sama-sama mengeluarkan. 302 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan mujan pepaya, kates (Carica papaya); bua’ mujan buah pepaya, ak bua’ mujan buah pepaya matang. ngemujan memetik pepaya, makan papaya bersama. muki harap, nantikan, mengira; hok muki malom inih ano’ ucan saya berharap nanti malam hujan; nyovi’ hok muki hén mekevoh saya tidak menyangka dia mati. puki saling harap-mengharap. pepuki menjadikan orang saling harap-mengharap. mulun bertengger; janéi mulun burung bertengger. pepulun membiarkan burung bertengger (untuk ditangkap). mung-mung semua; mung-mung detou mereka semua. pemung-mung 1. menyuruh mengambil semua, sama-sama mengambil semua. munin musang; munin talih jenis musang kecil. pemunin memburu musang, mencari musang. murik mudik; murik ungéi mudik sungai. pepurik sama-sama mudik ke hulu. mut menjatuhkan dan membelah buah durian dan buah berduri; mut docou menjatuhkan buah durian. pémut sama-sama menjatuhkan durian. mutai sejenis jeruk limau; labén mutai sejenis jeruk limau. muvut (buvut) 1. cari nafkah atau sagu di hutan. 2. pergi hiburan ke hutan dengan keluarga, 2. muvut mung-mung semua pergi ke hutan, ke ladang. pemuvut (pebuvut) rombongan pergi ke hutan. muyuk (bahasa lama) jatuh karena injaknya kurang aman; muyuk tat ocan jatuh dari tangga.

N na(h) nah, kata seruan tegur; na inah ma’ ku’ an kou unéi, uli rin peroh an kou? nah, itulah yang kukatakan padamu tadi, akibatnya kau sakit kan? nah 1. ada; nah a’ ada orang. 2. (< ne ah) itu. nait pasir; nait punyuh pasir hitam. ngenait mempunyai pasir. penait memberikan pasir, menggunakan pasir. nak anak; nak auh anak anjing. nenak dijadikan anak. mengenak melahirkan, mempunyai anak. ngenak mempunyai anak, beranak. pénak membantu orang yang melahirkan. nakén keponakan; nakén oroh keponakan perempuan, nakén léi keponakan laki-laki. ngenakén mempunyai keponakan. nyenakén memanggil sebagai keponakan. penakén sama-sama memanggil keponakan. nan pelengkap kalimat, partikel pragmatik. nang bagian bawah dari ladang atau kebun. naun kabut; bénih tengalan naun sekarang musim kabut. nawi’ padi yang sudah lepas dari tangkai, sudah dijemur sehingga kering dan siap ditumbuk (kalau masih di tangkai disebut paréi). Kamus Punan Tuvu’ 303 ndang-ndang tegak; ira nuh ndang-ndang lau nekering coba kamu berdiri tegak lurus. ndat-ndat 1. siap; detou ndat-ndat kah mereka siap-siap untuk berangkat. 2. menarik-narik; bacou ndat-ndat an cekuit ikan menarik-narik pancing. ngendat- ndat 1. mempersiapkan diri. 2. tarik-menarik (ikan). péndat-ndat 1. sama-sama siap, menyuruh siap. 2. sama-sama menarik-narik, seperti tarik tambang. ndén paksa. mendén memaksa, mendesak, mendorong. péndén bersesak-sesak, bersempit-sempit. ngendén memaksakan; ém ngendén rin jangan memaksa itu. péndén-néndén memaksa-maksa. memaksa. nendén dipaksa. ndih sandar; ndih kayuh an tungun menyandarkan kayu di tunggul. nendih disandarkan. ngendih bersandar. nyendih sedang bersandar. péndih sama-sama bersandar, bertindis-tindis. ndit-ndit bulat-bulat, montok; puti’ ndit-ndit buah pisang bentuknya bulat-bulat. nendit-ndit dibuat bentuknya bulau-bulat. ngendit-ndit berbentuk bulat, bentuknya membulat. péndit-ndit membuat sesuatu berbentuk bulat (seperti main dengan balon yang sudah kempes dan dibuat kembali jadi bulat). ndom saat malam gelap tidak ada sinar bulan; malom inih bulan ndom malam ini tidak ada bulan, tidak ada sinar bulan. nendom dijadikan gelap. ngendom menjadi gelap. péndom menyebabkan malam gelap. ndu minuman tuak (yang biasanya diminum dengan bambu dari tempayan); belanai ndu tempayan tuak, minum minuman keras; ndu burak minum tuak. nendu dibuat menjadi minuman tuak, diminum. péndu memberikan minuman tuak, menyuruh minum, sama-sama minum. ndu’ 1. pasang; ungéi ndu’ air pasang. 2. santai; kou ini morip jan ndu’ la’ung engkau ini hidup terlalu santai. mendu’ sedang pasang. ngendu’ 1. sedang pasang. péndu’ menyebabkan pasang. ndun istirahat di jalan; duoh ndun hok nun dua kali saya istirahat. ne lalu, kemudian; partikel yang terutama dipakai dengan kata ganti orang; ne detou keman noh lalu mereka makan lah. ne- prefiks yang biasa ditemukan di depan kata ganti orang dan beberapa kata lain; berfungsi sebagai penekan; nehok saya, nekou kamu. né’ah itulah. nebu menuju. nebu-nebu tiba-tiba. necan (< Luban Necan) nama tempat di dalam bahasa Ketuya’. necom tambah parah kalau sakit, kambuh, kumat (biasanya kalau makan ketan dalam keadaan sakit mag atau selesma). nedoh (doh) mereka. nehén (hén) dia. nehok (hok) saya. néi (< unéi ) tadi. 304 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan nék mati; bavui inah nék babi itu mati. nenék dibuat mati. ngenék mematikan. nyenék dalam keadaan mati. penék sama-sama mati, menyebabkan mati. nekai (kai) kami. nekela apung; kayuh nekela an aun ungéi kayu timbul di atas sungai. neketou (ketou) kalian. nekou (kou) kamu; déh nekou pergilah. nelela’ mengalah; ovi’ wo’ nelela’ tat iro tidak ada yang mau mengalah dari mereka. nelengé’ kepala dalam posisi miring kalau capek seperti leher tak kuat lagi menyangganya. nelongo’ tinggal satu orang atau barang saja yang ada. nemobo terbentang; nemobo ngenong hok ungéi tampak terbentang luas kawasan hutan dan sungai yang indah. nén (nehén) dia; malom inih nén kah, tovun nén uli’ malam ini dia pergi, besok dia kembali. nengaét cepat; nengaét kelung ngguh a’ cepat mendengar perkatan orang. penengaét membuat cepat. nét-nét sejenis keriang, serangga yang biasanya menandai kedatangan waktu; nét- nét lebi keriang senja. ngenét-nét mendengar suara keriang. penét-nét sama- sama mendengarkan suara keriang. netun mendadak, tiba-tiba. nga’ asa, mengasa. menga’ mengasah; nga’ lading mengasah tombak. nenga’ diasah. pénga’ sama-sama mengasah, menyuruh mengasah. nga’ang (la’ak) katak gemuk coklat (Kaloula baleata), sejenis katak besar yang berbunyi keras. nga’ap nganga. menga’ap membuka lebar. tenga’ap terbuka lebar. nenga’ap tertidur dengan mulut dalam keadaan lebar. penga’ap menyuruh mebuka lebar. ngai berhawa sedang; lunang ngai hutan berhawa sedang. ngakan akal. ngam cukup, pas. nganan tinggal (bahasa halus). nganap merayap, jalan rendah di atas permukan tanah. ngat sangkut. ngau kucing peliharan (Felis catus). ngayap melayang di atas langit. ngayou pergi menyerang, membunuh, memenggal kepala. mengayou pergi menyerang. pengayou saling membunuh. ngecaéh pergi bertamu pada tetangga. ngelalai menggigit-gigit makanan. ngélé’ memanjat. ngelembam bengkak. ngelevong menyesal. Kamus Punan Tuvu’ 305 ngelih tertutup rapat, rapat. ngelin buntu; ngelin nuan lemok an tukung tidak ada jalan keluar tembus di kampung. ngelinang (< inang-inang) berbaring tanpa alas. ngelunung membentuk pundar. ngenawan mencurigai. ngenuang berjalan, berperilaku. ngenuh meninggalkan seseorang tanpa pamit. ngepakat; mempunyai akar serabut. nyepakat mulai ada akarnya. pepakat sama-sama berakar, mencabut akar. ngerak (< ngeran) namaku; ngerak Uku Mbi Utan namaku Uku Mbi Utan. ngeran nama; ngeran dengo nama yang terkenal. pengeran memberi nama, menggunakan nama. nengeran dinamakan. penengeran diberi nama. ngeratung mengeras; bua’ ngeratung kinan ulet buah mengeras dimakan ulat. ngeréh memaki. ngerekin (dekin) mendekatkan. ngerekot menangkap; ngerekot bacou menangkap ikan. pekerekot banyak orang mencoba menangkap ikan. ngero 1. makan banyak; ngero kun makan banyak nasi. 2. membakar kayu dari ujung ke ujung sampai habis. ngeruat makan tanpa nasi. ngetembam memukul tanah di depan api untuk memaksa binatang di lubang keluar, memukul sesuatu seperti drum. ngevua’ (< bua’) berbuah. nggah 1. bagian sungai yang dangkal berbatu-batu, giram; nggah meroh giram deras. 2. pegang; nggah tou jan-jan talih dipegang oleh kita dua baik-baik tali. menggah pegang. memenggah memegang. nyemenggah 2. berpegang erat. nenggah 2. dipegang. pénggah 2. saling memegang. nggan nasib, jodoh; menggan meramal. nenggan sudah nasib, sudah tertunjuk. pénggan mencari nasib, berjanji. nggang menyangkut. tenggang tersangkut. menenggang dalam keadaan tersangkut. nenggang langsung menyangkut, bertahan di satu tempat. nggap tangkap. menggap menangkap. nenggap ditangkap. pénggap suruh menangkap. nggap-nggap menggigit-gigit seperti lipan atau anjing kalau lapar. ngguh bunyi, suara; ngguh duru bunyi guntur; katuh ngguh kevoh pengiriman berita duka. mengguh bersuara. nengguh disuarakan. péngguh mengeluarkan bunyi atau suara, menyuruh membuat bunyi atau mengeluarkan suara, memberitakan. nggun pegunungan; a’ nggun udo orang dari pegunungan; nggun bota’ vou puncak gunung tinggi. pénggun berasal dari pegunungan, mendiami daerah pegunungan. nggut geser; nggut-nggut geser; lun puruk ketou kelovih nggut-nggut icit tempat duduk kamu anak-anak geser sedikit. menggut menggeserkan. nyenggut bergeser. pénggut menyuruh memindahkan. 306 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan ngi’ah tiba-tiba. ngilin pantang; ngilin ayo’ pantang besar. nging bunyi suara nyaring. menging nyaring; menging ngeledu’ nyaring bernyanyi. ngemenging mempunyai suara nyaring. pemenging membuat suara atau berbunyi nyaring. nginut halus; inu’ nginut manik halus. penginut membuat halus, sama-sama halus. ngo’ 1. sarang semut dari tanah; anggang ngo’ an lunang sarang semut di hutan. 2. menunggu; ngo’ detou ngo’ nuh lali’ engkau lama menunggu. mengo’ 2. menunggu. péngo’ 1. membuat sarang semut, membuang sarang semut. 2. sama- sama menunggu, menyuruh menunggu. ngoi panggilan untuk anak laki-laki yang orang tuanya sudah meninggal. ngok 1. tenggorokan. 2. bunyi babi. ngom 1. bisa; ngom la’ méh bisa mendapat emas. 2. cukup; ngom na’ a’ cukup sajalah itu. péngom 1. mengusahakan agar bisa, menyebabkan bisa. 2. membuat cukup, sama-sama mencukupi. ngonjot keluar tanpa permisi; iro ngonjot maling ma’ a’ an levu’ mereka keluar tanpa permisi pada orang di rumah. monjot orang jalan tanpa permisi. ngudi’ aneh, berubah-ubah. pekudi’ mengubah sesuatu. nguh malas; tu’a’ kanan nguh nak ih malas benar anak ini. pénguh menyebabkan malas, sama-sama malas. ngunung bagaimana pun; tera ngunung Unjung téi karan re pia’ mangun biar bagaimana pun Unjung datang dia tetap saja dapat hasil. ngut sejenis belalang; telu ngut telur belalang ngut. ni belum muncul; énuh lun Kasim inih an téi ni? kenapa Kasim ini belum muncul? nih (< inih) ini. ninih (ne-inih) ini. nio-nio sejenis serangga seperti riang-riang. nip terselip; uluk nip an ingén sendok terselip di keranjang. nihip dibuat terselip. pihip menaruh sesuatu di dalam. niréh (ne-iréh) itu. niro mereka dua. nit kulit; nit ruyung kulit gajah. ngenit mempunyai kulit. nyenit ada kulitnya. pénit menguliti, memakai kulit. niyu’ (tiyu’) jualan, jual dan beli; hok niyu’ da’un kelién saya jualan sayur-sayuran; hok niyu’ you saya membeli ayam. meniyu’ membeli. teniyu’ dibeli; you nih teniyu’ an pacon ayam ini dibeli di pasar. petiyu’ menjual, banyak orang berjualan. petiyu’-niyu’ jual-beli. njang pakai. menjang memakai. nenjang dipakai. penjang suruh pakai, saling pakaikan. Kamus Punan Tuvu’ 307 njé tuang, menuang. menjé menuang. njelamét cepat, cekatan. menjelamét paling cekatan; detou menjelamét menggah bacou mereka cekatan menangkap ikan. nji satu, tunggal, hanya satu; nak nji anak tunggal. njit muncul. ngenjit sekali muncul. nenjit dimunculkan; rin téi ngenjit hok té tat luvang tiba-tiba muncul dari lubang menuju ke saya. njuh-njuh semakin, terlalu; njuh-njuh tebah semakin berani. nenjuh dibuat jalan terus, diteruskan. penjuh menyuruh supaya maju terus. njut-njut tanah yang tidak padat (banyak akar-akar); njut-njut kanan ukut meja’ tano’ gambut inah lembut terasa kaki menginjak di atas tanah gambut itu. noh partikel yang biasanya ada di ujung kalimat dan menunjukkan bahwa sesuatu telah terjadi, partikel yang mirip ‘lah’ dalam bahasa Indonesia; leruh noh dah jatuh lah, kah noh jalanlah; déh noh pergilah. nok (< ne hok) saya. nokoh lemah, tidak semangat; ruai tolang iro nokoh tat lali’ kah lait cepat tulangnya lemah kalau lama berjalan jauh. nom enam; nom bulan enam bulan. pénom menghitung enam-enam. pénom-nom berenam-enam. nong 1. menambal; belum ne hok nong lubung saya sudah menambal daun atap rumah. 2. lihat (genong) nong nuh déh béh kamu pergi lihatlah. menong 1. menambal. nenong 1. ditambal. nonyé sepanjang hari, dari pagi sampai sore; ucan leruh nonyé nyelu lebi hujan turun sepanjang hari; hok nonyé ngela’ih karan lo’ih saya bicara semua hal dari pagi sampai sore. nop selaput ginjal; nop pelanuk cuik; selaput ginjal pelanduk tipis. pénop mengambil selaput ginjal binatang. not selam. menot menyelam; hok not ungéi menyelam sungai. pénot, pepénot sama-sama menyelam, menyuruh menyelam. nou sejenis pohon palem, mirip nyivung; da’un nou daun palem nou; pénou mencari palem nou, memakai palem nou. nowét keriang; lé’an nowét keriang berbunyi. penowét memperdengarkan bunyi keriang. ntu’ pasang. nu menumbuk untuk menghaluskan; nu bah menumbuk beras. nenu dihaluskan dengan menumbuk. pénu sama-sama menumbuk beras, menyuruh menumbuk. nu’ untuk apa? lun kou nu’? untuk kau buat apakah? nenu’ untuk apa, kenapa (dalam arti jangan); nenu’ kou déh kenapa kau pergi? (jangan pergi). nuan jalan; nuan ayo’ jalan umum. penuan membuat jalan, menggunakan jalan. nubé (nuvé) dipermainkan. nuh 1. kamu; nyan nuh aruk tou jaga perahu kita. 2. apa (énuh). 308 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan nui juga, partikel yang muncul di ujung kalimat, kata seruan; ém jainah an hok nui jangan kamu begitu dengan saya lah. nukoh pasrah; lacét nukoh an oih cepat pasrah terhadap sesuatu. num mana? tat num peroh? bagian mana kamu sakit? numi anak pertama. nun beristirahat; nun aloh ketou! beristirahatlah kalian sebentar! pénun sama-sama beristirahat, mengajak beristirahat, menyuruh beristirahat. nunang undang, melamar. nungu pohon ara (Ficus glomerata). nunot memungut sisa-sisa barang orang lain. nut melubangi supaya menembus; nut cepu’on melubangi dengan besi. netut dibuat lubang. petut sama-sama melubangi besi, (mengebor besi). nuwo (nuwou) menderita sakit karena melanggar pantangan tertentu. penuwo menyebabkan sakit karena melanggar pantangan tertentu, sama-sama menderita sakit karena melanggar pantangan tertentu. nuyung kawasan pertigaan muara anak sungai; nuyung ta’uh kawasan pertigaan muara anak sungai sebelah kanan. penuyung sama-sama menuju ke arah kawasan pertigaan muara anak sungai, pertemuan banyak sungai. nya campur, ikut-ikutan; em nya lo’ih a’ jangan campur pembicaran orang. menya ikut-ikut bicara. pénya sama-sama mengganggu, menyebabkan terganggu. nya’ malu. menya’ punya sifat malu. pemenya’ pemalu, buat malu. nya’a’ (< a’) ada sepupu, ada saudara. nya’ai (nyapai) ke mana; déh nya’ai kou? kamu pergi ke mana? nya’inah (< nyan inah) ke sana. nya’inih (< nyan inih) ke sini. nya’iréh (< nyan iréh) ke situ. nya’it tajam; ngguh léi inah ja’it an tuning ku’ bicara laki itu tajam di telinga saya. ngenya’it mengasah, membuat tajam. menya’it mengasah untuk menjadi tajam, runcing. nenya’it ditajamkan. penya’it menyuruh membuat tajam. nyah 1. (bahasa Ketuya’) itu. 2. hanya. nyak 1. lemak; nyak bacou lemak ikan. 2. menuntun; nyak kelovih kah menuntun anak berjalan. menyak 1. berminyak. nenyak 2. dituntun. ngenyak 1. mempunyai lemak. 2. menuntun. pényak 1. menyebabkan berlemak, memberikan lemak kepada seseorang. 2. banyak orang jalan menuntun. nyamuh kulit kayu yang biasa digunakan untuk bahan pakaian. nyamuk nyamuk, agas. nyan 1. menjaga; nyan lida menjaga kebun; nyan nuh aruk tou jaga perahu kita. 2. menuju, ke, kepada; hok kah nyan Samarinda saya menuju Samarinda, hok mé buku nyan Amat saya berikan buku kepada Amat. pényan 1. sama-sama menjaga, menyuruh menjaga. nyangé 1. datang tiba-tiba. 2. mati; hok nyangé kendi saya mati (masuk sorga). Kamus Punan Tuvu’ 309

penyangé suruh datang, mendatangkan. nyanih ke sini; nanyih ketou ke sini kamu. nyap biasanya; ja’inah rin nyap biasanya seperti itu. nyapai ke mana, ke mana saja. nyatong sejenis damar. menyatong membuat dempul perahu. penyatong mencari damar, menggunakan damar, memberikan damar. nyau 1. elang (Haliastur indus); janéi nyau; burung elang. 2. buah mata kucing (Dimocarpus longan); pu’un bua’ nyau pohon buah mata kucing. 3. peduli; ovi’ tou nyau rin jangan mempedulikan dia. nenyau dipedulikan. nyawat tak sampai; lou inih nyawat detou an tukung hari ini mereka tak sampai di kampung. penyawat disengaja tidak sampai; lou inih penyawat detou lemok an tukung hari ini disengaja mereka tidak sampai di kampung. nyelamuh (nyeramuh) meremehkan orang. nyeliou bukan begitu. nyelu sampai; rin lekah nyelu luman wap ia bekerja sampai tahun akan datang, hok nyelu jam toluh saya sampai jam tiga. nyemuh menutup rata dengan daun atau kertas; nyemuh bulu’ unan da’un menutupi bambu dengan daun. nyén tahan. menyén bertahan. nenyén ditahan. pényén saling tahan. nyenginan pergi sendiri, merantau, mengembara. nyepinda mengalah. nyerai’ jalan terus, langsung tanpa berhenti. nyeramuh (nyelamuh) meremehkan orang. nyerbing terbang; vanyih-vanyih ah doh nyerbing, lebah-lebah itu terbang. nyerukéh duduk secara bebas dengan kaki terbuka. nyi’uh (< ci’uh) menjawab. pi’uh-i’uh jawab-menjawab, sahut-menyahut. nyik minta. menyik meminta. memenyik suka minta-minta. nenyik diminta. pepényik penggemis, orang yang minta-minta, saling meminta-minta. nyipén gigi; nyipén nga’am gigi geraham; nyipén uting puli’ kucéh gigi babi peliharaan penangkal hantu kuceh (menurut kepercayaan lama, gigi babi bisa merupakan penangkal roh jahat, biasanya selalu dibawa kalau pergi berburu). ngenyipén mempunyai gigi. penyipén memasang gigi (emas atau gigi palsu). nyiru’ seperti. nyivung nibung (Oncosperma horridum, Oncosperma sp.), sejenis palem; oro’ nyivung umbut nibung. penyivung mencari pohon atau umbut nibung, memberikan umbut nibung. nyong 1. rindu, merindukan; nyong buju’ merindukan pacar, keledu’ nyong lagu kerinduan. 2. mencari; rin nyong yoh dia mencari garam; nyong menyou a’uh mencari anjing tidak ada. menyong 2. mencari. pényong 1. sama-sama merindukan, menyebabkan rindu. 2. sama-sama mencari, menyuruh mencari. nenyong 1. dirindukan. 2. dicari. 310 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan nyopuh kering; tano’ nyopuh tanah kering. penyopuh mengeringkan, menyebabkan kering. pecopuh kasih kering. nyou tidak ada; nyou detou nih tidak ada mereka di sini. menyou menghilang, tidak ada. nenyou ditiadakan. pepenyou sama-sama meniadakan, menyebabkan tidak ada sesuatu. nyu’a memasang alat yang runcing untuk mengantisipasi serangan musuh atau mendapat binatang. nyu’o muak, bosan, jenuh; nyu’o mengo’ bosan, muak menunggu. menyu’o membosankan. nyuan 1. sejenis lebah; utok nyuan madu lebah nyuan. 2. kalau, bila; nyuan ke hok lemok kah ne tou kalau/bila saya datang kita berangkat. nyuap waktu subuh. nyuh pohon kelapa (Cocos nucifera); bua’ nyuh buah kelapa. nenyuh diberi kelapa. ngenyuh mempunyai kelapa. pényuh memberikan kelapa, memakai kelapa. nyun sisir; nyun ivuk sisir rambut. menyun meluruskan, merapikan rambut dan lain-lain. nenyun disisir rambut. nyung dorong; teban nyung nuh tu’a pintu kamu dorong kuat-kuat. nyurang terbalik (hanya untuk pohon yang tumbang utuh dan semua akar keluar). nyut cuci. menyut menyuci. nenyut dicuci. pényut suruh cuci, saling cuci, banyak yang mencuci di satu tempat. nyut-nyut berdenyut; betung ukut ku’ nyut-nyut bengkak di kaki saya berdenyut. pényut-nyut menyebabkan berdenyut-denyut. nyuwong hitam pekat; punyuh nyuwong hitam pekat.

O o’on marah; ayo’ o’on kelio’ nuh, ngenong rin nyonoh marah sekali pacarmu, rupanya dia cemburu. mo’on menjadi marah. no’on dimarahi. po’on sama-sama marah, saling memarahi, menyebabkan marah, berkelahi, bertengkar. pepo’on menyebabkan marah satu sama lain. o’ung tebing, air terjun; ungéi o’ung air terjun. ocan tangga; metan ocan mata tangga. pocan membuat tangga, memasang tangga, menggunakan tangga. océh-océh terburu-buru; kah océh-océh berangkat terburu-buru. pocéh-océh membuat sesuatu terburu-buru, menyebabkan terburu-buru. océt semak belukar; tano’ océt dui daerah semak belukar berduri. nocét ditumbuhi semak belukar. ngocét mempunyai semak belukar. pocét sama-sama bersemak belukar, menyebabkan adanya semak belukar. ocihhoi bersin; a’ inah ocihhoi orang itu bersin. nocihhoi dipaksa bersin, untuk Kamus Punan Tuvu’ 311

menghilangkan rasa gatal di hidung dibersinkan. ngocihhoi mengeluarkan bersin. pocihhoi sama-sama bersin, menyebabkan bersin. ocou usil; rin cou an karan oih dia usil terhadap apa saja. nocou diganggu. ngocou mengganggu. pocou sama-sama berbuat usil, menyebabkan seseorang berbuat usil. oh (BI) 1. oh kata seru; oh téi noh o dia kemari. 2. kata seruan yang dipakai kalau lempar sesuatu; oh detou kertot inih mereka membuang kertas ini. neoh 2. dibuang; neoh ku uron léi inah dibuang dulu laki itu. nye’oh sedang membuang. oih 1. (aih) binatang, hewan pada umumnya. 2. (aih) sesuatu. 3. nama yang dipakai untuk mengacu pada lutung karena dulu dipermainkan sehingga sekarang jarang dipakai nama écéu. oka akar; pu’un oka pangkal akar, ubi’ oka ubi jalar, oka puli tuno sabun orang Punan jaman dulu. noka dililit akar. ngoka mempunyai akar. poka membantu berakar. okat 1. sejenis ular sawa; cai okat ular okat. 2. rebah; okat tungun tunggul rebah. nokat 1. diburu ular okat. 2. direbahkan. nyokat 1. ada banyak ular okat. 2. dalam keadaan rebah. pokat 2. sama-sama merebahkan, menyebabkan rebah. okoh-okoh (okong-okong) bertahan di palem atau di tiang dengan kaki dan tangan menahan. okong-okong (okoh-okoh) bertahan di palem. okot-okot kekar; léi Punan inah okot-okot la’ung lelaki Punan itu kekar sekali. okuh simpan di tempat yang tak diketahui orang. mokuh menyimpan. nokuh disimpan. pokuh suruh menyimpan. okut penopang; a’ tokan ngutang okut orang tua memakai tongkat penopang. nokut dijadikan penopang. ngokut mengambil sesuatu dengan tangan, cangkul atau sendok nasi. nyokut manancap tongkat di tanah. pokut menggendong barang berat sambil jalan dengan tongkat. olap pingsan; olap iné’ ku’ung palat pingsan oleh pukulan telak. molap menjadi pingsan. nolap dibuat pingsan. polap, pepolap sama-sama pingsan, menyebabkan pingsan. oloh meremas. oloh-oloh bergerak cepat-cepat seperti kekejangan, bisa karena sakit atau karena senang. olong-olong bengong; hok olong-olong ngenong detou po’on saya bengong melihat mereka berkelahi. nolong-olong dibuat bengong. ngolong-olong menjadi bengong. nyolong-olong sedang bengong, diam-diam. polong-olong sama- sama bengong, menyebabkan bengong. olot sama-sama merubungi. olot-olot merubung; kelovih olot-olot an man rin uli’ nyawah anak-anak merubung ayahnya yang baru pulang berburu. olou libur; lou inih lou olou hari ini hari libur. ngolou berlibur. polou sama-sama 312 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

berlibur, menyuruh libur. om tidak tahu; om a’ai wo’ jan tidak tahu mana yang baik. oman hanyut; oman aruk hanyut perahu. moman sedang hanyut. noman dihanyutkan. poman sama-sama menghanyutkan, menyebabkan hanyut, sama- sama hanyut. ondong-ondong melamun; ém nuh ondong-ondong jangan melamun. ong nama sejenis tembakau; sigup ong tembakau ditanam sendiri. onjok doyan; onjok keman doyan makan; hén wo’ onjok an kun dia paling doyan pada makanan. onjot bergantung; ajat ayo’ onjot an liding keranjang besar itu bergantung di dinding. ngonjot jalan pelan-pelan. ponjot sama-sama bergantung, membiarkan sesuatu bergantung. onyung mendorong sedikit-sedikit untuk menaruh di satu tempat (misalnya beras yang ditumbuk). op bersendawa; ém op an lirin akai jangan bersendawa di depan tetamu. no’op dikeluarkan sendawanya. po’op sama-sama bersendawa, menyebabkan bersendawa. opai nama buah hutan berbentuk bulat berwarna coklat seperti sawo. opap tersesat; a’ kévi’ opap lunang orang sering tersesat di hutan. nopap disesatkan. popap sama-sama tersesat, menyebabkan tersesat. opik meremas; opik ucu’ meremas tangan. nopik diremas. nyopik sedang meremas. popik sama-sama meremas, menyuruh meremas. opit sejenis akar lilit yang buahnya dimakan; pulut opit pena’ pulut janéi getah akar opit dibuat untuk getah penangkap burung. ngopit mengambil buah akar opit. opou (pou, poi) palas biru (Licuala valida), da’un opou daun biru, sejenis palem yang daunnya dipakai untuk atap, topi dan beberapa alat rumah tangga. nepou dipakai daunnya untuk membuat atap. ngepou pergi mengambil daun biru. nyepou menjahit daun untuk membuat atap. pépou menyusun daun untuk menutup sesuatu, sama-sama menggunakan daun. opung ulat; opung bulun ular bulu. ngopung ada ulat. popung membuang ulat, menyebabkan ada banyak ulat. orék-orék melantur; ngela’ih orék-orék berbicara melantur. porék-orék sama- sama melantur, menyebabkan pembicaraan melantur. orip (urip) hidup. oro’ umbut; oro’ nyuh umbut kelapa; oro’ powa’ umbut dari rotan powa’ (Calamus sp.). ngoro’ mempunyai umbut. oroh perempuan, betina untuk babi piaraan, orang, anjing, tupai; oroh tokan perempuan tua; oroh lalau perempuan pinangan. noroh dijadikan perempuan (istri). ngoroh mempunyai perempuan (istri). nyoroh ada perempuannya (istrinya). poroh sama-sama mempunyai perempuan (istri), mencarikan perempuan untuk dijadikan istri. oroh-oroh membanggakan diri sebagai Kamus Punan Tuvu’ 313

perempuan; tenin rin oroh-oroh kebiasaannya selalu membanggakan diri sebagai perempuan. poroh-oroh sama-sama membanggakan diri sebagai perempuan, menyebabkan seseorang membanggakan diri sebagai perempuan. orong-orong bersinar, mengkilat; metan lou orong-orong matahari bersinar. orot-orot berdiam diri untuk mencari kesempatan terbaik; muruk orot-orot duduk berdiam diri. porot-orot sama-sama duduk berdiam diri, menyuruh duduk berdiam diri. orut mengiris; orut oro’ pa’an mengiris umbut pinang. norut diiris. ngorut mengiris. nyorut sedang mengiris. porut sama-sama mengiris, menyuruh mengiris. otah 1. payudara; otah ayo’ payudara besar. 2. nasib; otah jan nasib baik. ngotah 1. mulai tumbuh payudara. nyotah 1. ada payudaranya. potah 1. membuat payudara supaya kelihatan perempuan. otép sejenis roh halus yang biasa mengganggu anak-anak; bok otép kena pengaruh roh halus. oting (oting-oting) bentangan tali; detou mecét oting ji mereka memasang bentangan tali di tiang. noting dibentangkan tali. nyoting menarik bentangan tali. poting sama-sama tarik tali, tarik tambang. otuh 1. hantu; otuh ita’ hantu pemakan mayat; otuh lepu’un hantu penunggu bekas kampung. 2. nama sejenis obat anti-bisa; puli’ otuh sejenis akar yang dipakai sebagai obat untuk melawan gigitan ular berbisa. ngotuh menakutkan. potuh meniru-niru hantu, menghantu-hantui, berhantu. notuh ditakutkan. oua (owa) serambi, tempat di luar rumah; oua ledang beranda luas. noua ditempatkan di beranda. ngoua mempunyai beranda. poua membuat beranda, menyiapkan beranda, menggunakan beranda. ovang suara orang sakit. movang sedang kesakitan. novang dibuat sakit. povang berteriak kesakitan. ovéi bersama. povéi-povéi bersama-sama. ovét jerat; ovét ukut jerat kaki. novét dijerat. nyovét ada jerat. povét memasang jerat. ovi’ tidak; ovi’ yo’ tidak mau; ovi’ hok melai mom saya belum mandi; ovi’ hok meturui saya tidak tidur. nyovi’ tidak ada. povi’ tidak ada sama sekali. ovo’ kayu yang tumbang; ovo’ kayuh kayu tumbang. novo’ dibuat tumbang. ngovo’ ada kayu tumbang sehingga jalan tertutup. povo’ menyebabkan kayu tumbang. ovu meniup; rin ovu dia meniup api. novu ditiup. ngovu meniupi. nyovu meniup panjang. povu sama-sama meniup, menyuruh meniup. ovung sarung; ovung ugén sarung parang. novung dijadikan sarung. ngovung mempunyai sarung. povung membuat sarung, memberikan sarung, menggunakan sarung. owa (oua) serambi, tempat di luar rumah. owa tuang sampai tumpah; owa nuh ungéi nah buanglah air itu. mowa menuang sampai tumpah. nowa dituangkan. powa sama-sama menuang, menyuruh menuang sampai tumpah. 314 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan owa’ 1. lembah; owa’ tano’ tanah lembah. 2. ujung sungai. ngowa’ memulai (untuk sungai) tempat mata air. nyowa’ tempat paling hulu sungai. powa’ tempat pertemuan ujung sungai. owang 1. udara, cakrawala. 2. nama untuk orang yang tinggal sendiri setelah kematian bapak dan ibu dan semua saudara. owéi kuau raja (Argusianus argus), sejenis burung merak; janéi owéi burung kuau. nowéi dijadikan burung kawau (kuau?). ngowéi mempunyai burung kuau. powéi memburu kuau. owih tali; owih kalong tali gendongan. nowih dipasangkan tali. ngowih mempunyai tali. powih memasangkan tali, menggunakan tali. owo’ sesuatu. oyot-oyot tergantung; bilang oyot-oyot ayunan tergelantung. noyot-oyot digantungkan. ngoyot mempunyai gantungan. poyot-oyot menggantungkan, membuat gantungan, sama-sama tergantung.

P pa air mani; pa bacou air mani ikan. nepa dikeluarkan air maninya. ngepa mempunyai air mani. nyepa ada air maninya. pépa sama-sama mengeluarkan air mani, menyebabkan keluar air mani. pa’ 1. kapur sirih; pa’ sirih ku. 2. sejenis ikan pa’, paha’ (Lobocheilos sp.). 3. lagi. 4. penyuapan. 5. tahi mata; pa’ metan tahi mata. mepa’ 1. membuang ludah sirih. 4. menyuap anak. nepa’ 2. ditangkap ikan. 4. disuap. ngepa’ 2. menangkap ikan. nyepa’ 1. makan kapur sirihnya. 4. menyuapkan. pépa’ 1. memberikan kapur sirih, menggunakan sirih. 2. menangkap ikan. 4. menyuruh menyuap anak. pa’a (< a’ ) saudara satu kampung (satu orang). pa’an 1. pohon pinang, pinang sirih (Areca catechu); bua’ pa’an buah pinang. 2. paha kaki; pa’an aru kaki panjang. ngepa’an 1. makan pinang. 2. mempunyai kaki. nyepa’an 1. makan pinangnya dicampur sirih. 2. ada kakinya. pepa’an 1. mencari pinang, memberikan pinang, banyak makan pinang. 2. saling menyentuh dengan kaki. pa’ang burung hantu; tutup pa’ang paruh burung hantu. ngepa’ang mencari burung hantu. pepa’ang memburu burung hantu, memelihara burung hantu. pa’it pahit; kanan jela’ ku’ pa’it rasa lidah saya pahit. ngepa’it menjadi pahit. pena’it dipahitkan. pepa’it menyebabkan sesuatu pahit. pacah jalan ke hilir. macah berjalan ke hilir menyusur tepi kanan kiri sungai; duoh lou iro macah dua hari kami berjalan ke hilir menyusuri tepi kanan kiri sungai. memacah turun ke hilir. penacah jalan ditelusuri ke hilir. pepacah sama-sama berjalan ke hilir menyusur tepi kanan kiri sungai, menyuruh seseorang berjalan ke hilir menyusur tepi kanan kiri sungai. Kamus Punan Tuvu’ 315 pacon (BI) pasar; pacon malom pasar malam. pah 1. sapu; pah tau sapu lantai. 2. sejenis kayu; da’an pah; dahan kayu pah. 3. semua; menyou pah, hilang semua. nepah 1. disapu. 2. diambil kayu pah. 3. diambil semua, dipakai semua. ngepah 1. sedang menyapu. 2. mengikat kayu pah menjadi satu ikat kayu pah. 3. mengambil semua. pépah 1. sama-sama menyapu, menyuruh menyapu. 2. mengambil, memberikan kayu pah. 3. sama- sama mengambil semua, memberikan semua. paha’ berlawanan; iro paha’, iro pekelaih paha’ mereka berlawanan, mereka bertanding berbicara. pai 1. mana; pai rin di mana ia. 2. hulu sungai; pai ungéi hulu sungai. paidéh 1. tinggal diam cekuit paidéh tat maléh kail pancing dipasang di sungai sejak kemarin; iro paidéh an levu’ maling vi’ lekah mereka berdua diam di rumah tak punya pekerjaan apa-apa. paih 1. hujan diselingi angin ribut dan halilintar; paih meroh hujan deras diselingi angin ribut dan halilintar. 2. sejenis buah rambai; keman bua’ paih makan buah paih. ngepaih 2. memakan buah paih. pepaih 2. mencari, memberikan, memakan buah paih, menggunakan buah paih untuk membuat arak. pakat akar serabut; pakat kayuh akar serabut kayu. pakén buah lai (Durio kutejensis), buah durian yang isinya kuning. paku (BI) paku. pakuh pakis; pakuh bela pakis besar. ngepakuh mencari pakis. pala’ mengambil air; pala’ ungéi mengambil air di sungai. pepala’ sama-sama mengambil air, menyuruh mengambil air. palan telapak; palan kucu’ telapak tangan; wat palan garis nasib. ngepalan 1. mempunyai telapak. pepalan membuka telapak, menyodorkan telapak. palang titian; kayuh palang kayu titian. ngepalang mempunyai titian. pepalang membuat titian, menggunakan titian. palat menampar; palat kukum menampar dengan kepalan tangan. pepalat saling menampar, menyuruh menampar. paluh amar, alat penumbuk sagu yang berfungsi seperti cangkul; pom nyanih paluh nuh bawa ke sini alat penumbuk sagumu. ngepaluh sedang menumbuk-numbuk sagu. penaluh ditumbukkan. pepaluh banyak orang kerja dengan alat penumbuk sagu, menggunakan alat penumbuk sagu. pambat banjir; pambat netun banjir tiba-tiba, hok bok pambat netun saya kebanjiran. ungéi pambat sungai banjir. ngepambat mulai membanjir. pepambat semua sungai banjir, menyebabkan banjir. pan 1. air asin; pan payou air asin yang biasa diminum oleh rusa. 2. para-para. 3. jenis penyakit gila (dari hantu Pan). 4. dekat. 5. nama hantu Pan. nepan 1. diminum air asinnya. 2. ditaruh di atas para-para. 3. dijangkiti penyakit gila. 4. didekati. ngepan 1. menunggu di tempat air asin. 2. mempunyai para-para. 3. terjangkit penyakit gila. nyepan 1. menunggu kedatangan binatang di dekat 316 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

air asin. 2. ada para-paranya. 3. sedang menderita penyakit gila. 4. mendekati. pépan 1. menggunakan air asin. 2. membuat para-para, menggunakan para-para. 3. menderita penyakit gila, menyebabkan penyakit gila. 4. membuat menjadi dekat. pan-plang suara terpatah-patah. pang kesumba (Bixa orellana). pangga-angga tidak teratur pada ujung. pangga’ sejenis koreng. panggah rawa-rawa. panggén kamar seperti loteng di lumbung; panggén levu loteng di lumbung. nyepanggén ada kamarnya. pepanggén membuat kamar, menyiapkan kamar. panggung 1. pincang karena kakinya bengkak, berbisul. 2. roboh; cukat panggung dengan seluruh akar; panggung nyurang pohon kayu besar yang hanyut dibawa banjir besar. pangin sejenis mangga, asem payang (Mangifera pajang); pangin inih mih mangga pangin ini manis. ngepangin mencari mangga pangin. panyan semua. panyén berteman semua. pap membantu; pap jan membantu dengan baik. nepap 1. dibantu. 2. menepuk dengan gembira. ngepap membantu. pépap sama-sama membantu, menyuruh membantu. paran belah tengah (untuk rambut); paran ivuk rambut belah tengah. ngeparan mempunyai rambut belah tengah. parang biawak air (Varanus salvator), sejenis biawak besar yang tinggal dalam air; parang aru biawak besar. peparang memburu biawak, memotong biawak. paréi padi (Oryza sativa) yang masih di tangkai (kalau sudah lepas dari tangkai disebut nawi’); paréi uru’ padi yang besar bulirnya. nyeparéi ada banyak padinya. peparéi memberikan padi, memakai padi. parén petinggi, raja; unjung a’ parén Unjung keturunan orang bangsawan, raja. ngeparén hidup seperti raja tanpa kerja, hanya siap untuk berperang. pari’ 1. sejenis akar beracun untuk membunuh ikan; vi’ pari’ an ungéi leruk banyak akar racun pari’ di pinggir anak sungai. 2. mengata-ngatai; detou wo’ pari’ kou mereka yang mengata-ngatai kamu. mari’ 2. mengata-ngatai orang. ngepari’ 1. mengambil akar beracun. 2. mengata-ngatai seseorang. pepari’ 1. orang banyak membunuh ikan dengan racun pari’, menggunakan racun pari’. 2. sama-sama mengata-ngatai, menyuruh mengata-ngatai. parih kakak beradik. paru nasi keras. maru masak nasi kering atau daging lembek. penaru daging dimasak lembek; kun penaru ku’ nasi ini dimasak kering oleh saya, ka ini penaru’ ku lun rin menggun daging ini dimasak lembek. parun turun; parun ti’ang turun ke jurang. peparun menurunkan, menyuruh turun. Kamus Punan Tuvu’ 317 parung loteng; parung levu’ loteng rumah. ngeparung mempunyai loteng. nyeparung membuat lotengnya. peparung banyak orang membuat loteng, menyiapkan loteng, menggunakan loteng. parut terdiam di satu tempat, tersangkut, tertahan di satu tempat, tidak bisa bergerak. marut menahan orang atau binatang sehingga tak bisa bergerak. penarut ditahan di satu tempat tanpa bisa bergerak. pat empat; pat bah empat biji. ngepat mencapai empat jumlahnya. pépat sama- sama berempat, menjadikan empat. pata 1. hilang; nak a’ unéi pata anak orang tadi hilang. 2. Uku Pata dewa utama dalam masyarakat Punan. patau alat pancing tradisional yang terbuat dari duri pohon; biasanya dilengkapi pelampung terbuat dari kayu yang mudah timbul. matau pergi memancing dengan duri. paton sawah, cara menanam padi di tanah lembab dan berair. pau belalang; pau kalap belalang besar. ngepau mempunyai belalang. nyepau mengusir belalangnya. pepau mengusir belalang, memakan belalang, menggunakan belalang untuk umpan pancing. paun 1. kumpulan kayu bekas ladang yang dijadikan unggun; paun pui api unggun. 2. alat raut gabus anak sumpit. nepaun 1. dibuat unggun. 2. dipakai alat raut gabus anak sumpitnya. ngepaun 1. mengumpulkan kayu untuk buat unggun. 2. meraut gabus anak sumpit. nyepaun ada unggunnya. pepaun 1. banyak orang membuat unggun, menyalakan unggun. pawa’, pawan perlengkapan yang dibawa ke kuburan seperti sumpit, parang, korek. Menurut tradisi atau keyakinan adat nenek-moyang dahulu, dengan diberi barang perlengkapan pawa’ pawan berupa tombak atau mandau bagi arwah yang mati, rohnya akan menang dalam pertempuran melawan maut dan masuk surga. pepawa’ menyerahkan barang perlengkapan berupa tombak atau mandau sebagai barang pawan kepada arwah mati. pawam barang pemberian yang diberikan untuk orang mati yang dimasukkan dalam peti mati. pawé’ (bahasa Ketuya’) memisah-misahkan padi supaya kena matahari kalau dijemur. payah sebutan Punan untuk orang Kenyah; Payah Long Lat orang Kenyah Long Lat. payou rusa (Cervus unicolor); payou langgung rusa jantan besar. ngepayou pergi cari rusa. payung 1. lebar. 2. (BI) payung. pe partikel penekan. peba’ang 1. terbengkalai; levu’ peba’ang rumah terbengkalai. 2. terbuka; bayang peba’ang baju terbuka. peca’an alas sagu; aru’ peca’an tikar alas sagu. mepeca’an membuat alas sagu. 318 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

ngepeca’an mempunyai alas sagu. nyepeca’an ada alas sagunya. pepeca’an memberi alas sagu, memasangkan alas sagu, menggunakan alas sagu. pecakan makan banyak. pecakuh rangkong gading (Rhinoplax vigil), sejenis burung enggang yang mempunyai tanduk keras; a’ing pecakuh burung enggang jantan. pecan gelang yang dipasang di atas betis; pecan iman gelang dari anyaman rotan atau kuningan yang dipakai di kaki. ngepecan mempunyai gelang. pepecan memberikan gelang, memasangkan gelang, menggunakan gelang. peceliau (< liau) menyebabkan terpeleset, sama-sama terpeleset. pecemerik dikerumuni. pecepenggu (< penggu) pada saat yang sama. pecit pijat. pedan nama sejenis kayu seperti meranti, (Parashorea sp.). péh mengeluarkan sesuatu dari mulut; péh iling mengeluarkan ludah; péh nuh rin keluarkanlah itu. mepéh mengeluarkan dari mulut. nepéh dikeluarkan sesuatu dari mulut; nepéh nuh rin buanglah itu. ngepéh mengeluarkan sesuatu dari mulut. nyepéh sedang mengeluarkan sesuatu dari mulut. pépéh mengeluarkan sesuatu dari mulut berkali-kali, menyuruh mengeluarkan sesuatu dari mulut. peja’a lompat dari batu ke batu, atau dahan ke dahan sepertinya menghitung, mendaftar semua seri dari binatang ke tumbuh-tumbuhan; toh peja’a peja’it sejenis permainan kata. pejaluh musim babi kawin, berjalan berombongan, musim kawin manusia (banyak menikah dalam waktu yang sama). pejong mengintai. mejong mengintai. pepejong saling mengintai. penejong diintai; hok penejong a’ saya diintai orang. peka’ bagian pohon yang beranting dan daun; peka’ kayuh bagian kayu. ngepeka’ mempunyai bagian dahan, pohonnya sudah besar. pekara’ perkara, urusan, kasus. pekerejam (< jam) saling kenal-mengenal, tahu sama tahu. peketimbo berjejer. pekévun lusa. pela memotong binatang korban untuk upacara adat. mela menghaburkan darah binatang atau mengoles di badan manusia untuk membuang sial. pela’an sungai kecil tempat mengambil air minum; lun pela’an lait an tukuk sungai kecil tempat mengambil air minum jauh di atas gunung. ngepela’an mencari sungai kecil tempat mengambil air minum. nyepela’an ambil air dari sungai kecil. pelabau sejenis tangga yang diikat di pokok besar supaya bisa dinaiki. pelacih bergelisah; pelacih iné’ kelau’ bergelisah karena kepanasan. pelah 1. marang, terap (Artocarpus odoratissimus), sejenis pohon terap; bah pelah biji buah pelah. 2. mengobati penyakit dengan upacara magis. pepelah 1. mencari Kamus Punan Tuvu’ 319

buah pelah, membagi buah pelah, makan buah pelah. 2. sama-sama mengobati penyakit dengan upacara magis, sama-sama berobat dengan menggunakan upacara magis dengan mengoles badan dengan darah ayam untuk membuang pantang dan penyakit. pelalang merebut. pelan 1. ruas dalam tangkai buah; pelan ka’ang ruas dalam tangkai buah cempedak. 2. tumit. ngepelan mempunyai ruas dalam tangkai buah. nyepelan punya tumit. pelanuk pelanduk; pelanuk itik (Tragulus javanicus). pelanuk tu’an pelanduk napu (Tragulus napu), sejenis pelanduk besar. pepelanuk memburu pelanduk, memberikan daging pelanduk, makan daging pelanduk. pelanyo lurus ke atas; tuto pelanyo bulat lurus tidak berbuku-buku; kayuh tuto pelanyo kayu bulat lurus tidak berbuku-buku. pelavo’ kecewa; hok pelavo’ saya kecewa. pelecemi’ jenggot besar di sekitar muka seperti dimiliki beberapa binatang. peléréi berjalan di tanah dataran; peléréi bota’ berjalan di tanah dataran tinggi. peletup meledak. pelevua’ hampir penuh, setengah; pelevua’ kurén hampir penuh periuk. pepelevua’ mengisi sampai hampir penuh, menyuruh mengisi sesuatu sampai hampir penuh. pelih rata; piah pelih sama rata. pepelih membuat sama rata, menyuruh membuat sama rata, membiarkan rata. pelikot kain pelikat yang dipakai orang Tidung dan orang Melayu. pelinga’ bersusah payah; pelinga’ lekah kerja dengan bersusah payah. ngepelinga’ mengusahakan sesuatu dengan bersusah payah. mepelinga’ menyusahkan. pepelinga’ sama-sama mengusahakan sesuatu dengan bersusah payah, menyuruh mengusahakan sesuatu dengan bersusah payah. pelit meraut. melit meraut rotan. pelita (BI) pelita. peloh tembus. meloh menghindar. kepeloh tertembus tak sengaja. pelok bertemu. mepelok sering bertemu. penelok ditemukan. pepelok sama-sama sampai tujuan, saling bertemu. pelom pohon asem kumbang (Mangifera quadrifida). pelop kegelapan. pelu’ tinggal; pelu’ nuh polpen inah tanah kau tinggalkan bolpen di situ. melu’ tinggal, mendiami; kai a’ Punan uron melu’ an Tuvu’ kami orang Punan dulu tinggal di Sungai Tubu; melu’ aloh tinggal sebentar. memelu’ meninggalkan. penelu’ dititipkan. pemelu’ menyuruh tinggal. peluh selalu; katou meron pelok, detou kah peluh kami sulit bertemu, mereka selalu pergi. pelulung perkawinan; doh an levu’ iré pelulung adat Punan an Unjung unan Lenjau Ningan lou inih orang-orang di rumah itu mengadakan perkawinan adat Punan untuk Unjung dan Lenjau Ningan hari ini. 320 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan pelulup berpikir. pemai barang pemberian yang diberikan pada orang yang mati di dalam peti dan akan dikuburkan bersamanya. pembik 1. repot 2. hamil; oroh inah pembik la’ung iné’ betai’ wanita itu repot sekali karena sedang mengandung. pén ambil; pén pah melat tat levu’ ku’ ambilkan semua barang dari rumah saya; lading inah pén detou tombak itu diambil oleh mereka; icit pén detou sedikit mereka mengambil. pépén sama-sama mengambil, menyuruh mengambil. pena’ buat; pena’ upit membuat sumpitan. mena’ membuat. penena’ dibuat. pepena’ sama-sama membuat, menyuruh membuat. pena’un tangkai; rin mena’ pena’un kiam yu’ yam dia membuat tangkai kampak untuk kamu. penatang masa paceklik, tak ada panen. penevuit (< muit) dikasih keluar, dikeluarkan. pengai’ arak, minuman keras, burak; karo ngom ndu ji’ belanai pengai’ kami bisa minum satu tempayan arak. pepengai’ membuat arak untuk tamu. penganén ular sawa; cai penganén ular sawa. pengging selalu; nangih pengging selalu menangis. penggu waktu. pecepenggu pada saat yang sama. kecepenggu kebetulan. péno jalan ke hulu. méno berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai; lali’ katou méno lama kami berdua berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai. pepéno sama-sama berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai, menyuruh seseorang berjalan ke hulu menyusur tepi kanan kiri sungai. penou mengikuti jalur. menou mengikuti jalur. penenou diikuti jalurnya. pepenou saling mengikuti jalur. penu’ penuh; hut bah penu’ karung beras penuh. memenu’ memenuhi. penenu’ dipenuhi. pepenu’ sama-sama memenuhi, membuat penuh. penuk punggung; penuk a’ punggung manusia, penuk kai punggung kami. penum (< penuk-m) punggung kamu; ngepenuk membelakangi. penenuk dibelakangi. pepenuk sama-sama membelakangi. penya jenis alat perangkap; penya pelanuk batang perangkap pelanduk. ngepenya mempunyai alat perangkap. pepenya memasang alat perangkap, membuat alat perangkap, menggunakan alat perangkap. penyu membelah. menyu membelah. penyuan alas daun yang menjadi tempat memotong babi atau binatang lain di hutan. pepuk timpa sesuatu. mepuk menimpa. penepuk ditimpa/tertimpa kayu. perabun ilmu, barang halus; perabun lunang ilmu tentang hutan alam; a’ Punan vi’ perabun lunang orang Punan punya ilmu tentang hutan. perak bunyi sesuatu yang jatuh; nuh wo’ perak unéi? apa yang jatuh tadi? pereba becek. peréh berhambur, terpisah, tidak menyatu. Kamus Punan Tuvu’ 321 peréngat mulai bersinarnya matahari pagi; katou kah lulung tat lou peréngat kami berangkat sebelum mulai bersinarnya matahari pagi. perengo (pedengo) memberitakan. peri buah kecil-kecil yang melengket pada dahan pohon atau batang pohon; buahnya sebesar biji kacang hijau dan warnanya merah kalau masak; menjadi makanan para hewan di hutan (Ficus benjamina); bua’ peri lilit akar yang melilit di batang pohon; peri lunuk buah yang tumbuh pada pohon yang buahnya berbuah di ujung daun. peria’ (peria’) sayur pare. perin (pe-rin) dia. permisi’ (BI) minta permisi kalau melintasi orang sambil menundukkan tubuh; permisi’ hok kah ba’in Kin permisi saya lewat sini, Om. peroh sakit; peroh luang sakit perut. ngeperoh menyakiti. peneroh disakiti. peperoh menyebabkan sakit. perong (BI) perang. merong menghabiskan kampung atau orang. peperong berperang. pertok kacang panjang (Vigna unguiculata). peruai sama-sama gampang, menyebabkan sesuatu dikerjakan dengan gampang. peruk (< perun-k) hati saya. perukan tempat kedudukan; perukanku’ an nih tempat kedudukanku di sini. perum (< perun-m) hatimu. perun 1. empedu; perun payou empedu rusa. 2. hati, pikiran; perun peluluk menggunakan pikiran, jét perun orang jahat, a’ jan perun orang baik hati, perok perun sakit hati, menyou perun lupa, tidak memperhatikan, jahat. ngeperun 2. mempunyai hati, mempunyai pikiran. nyeperun 2. ada hatinya, ada pikirannya. peperun 2. sama-sama memikirkan, menyebabkan seseorang berpikir. peta petai, petai cina (Leucaena leucocephala); peta lunang petai hutan (Parka speciosa); ngepeta pergi mengambil petai. pepeta memberikan petai, makan petai. Peta’ (bahasa Ketuya’) nama tempat. peta’ padam; pui peta’ api padam. meta’ memadamkan. peneta’ dipadamkan, pepeta’ menyuruh memadamkan. petaru’ makan banyak sampai anjing bosan makan sisanya; petaru’ bua’ makan buah sampai bosan. peté’ terus-terang; ma’ peté’ véi kou an rin bicaralah terus-terang padanya. memeté’ bersifat terus-terang. pepeté’ sama-sama berterus-terang, menyuruh berterus- terang. petemerauh serentak; petemerauh kavou lari serentak. petih menetes. péwot-éwot sesak napas. pi’ lengan (semua); pi’ bayang lengan baju. ngepi’ mempunyai lengan. nyepi’ ada lengannya. pépi’ membuat lengan (patung), menjahit lengan (baju). 322 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan pi’ih (< pe i’íh) yang ini. piah sama; piah ayo’ sama besar. ngepiah menyamakan. nyepiah dalam keadaan sama. pepiah melihat atau menguji kesamaan, menyebabkan sama. penepiah dibuat ukurannya sama. piang payang (Pangium edule); bua’ piang buah payang. pidang nama sejenis daun. pikung (BI) bikung, alat dari besi yang dipakai untuk membuat peti mati dan menggali lubang. pili’ memilih; pili’ ku’ wo’ jan saya memilih yang baik. mili’ memilih. penili’ dipilih. pepili’ sama-sama memilih, menyuruh memilih. pilik pelipis; tolang pilik tulang pelipis. pepilik memperlihatkan tulang pelipis, menggunakan tulang pelipis binatang. piling sejenis tumbuhan hutan yang batangnya mirip batang lengkuas; bua’ piling mom icit buah piling rasanya agak asam. ngepiling mencari tumbuhan piling. pepiling mencari buah atau umbut piling, memberikan buah atau umbut piling, makan buah atau umbut piling. pilung sejenis kayu hutan yang batangnya biasa dipakai untuk tiang rumah (Ochanostachys amentacea); betang pilung batang kayu pilung. ngepilung mencari buah pilung sebagai umpan tikus. pepilung mencari atau memberi kayu atau buah pilung. pimba’ berbeda; pimba’ lo’ih berbeda pendapat. pepimba’ sama-sama membedakan; membuat perbedan, menyebabkan berbeda. pina 1. harap; pina aru selalu harap. 2. sangat, amat; pina lali’ paling lama. pepina sama-sama berharap-harap. ping 1. sekam, 2. hampa; ping nawi’ sekam padi. ngeping membuang sekam. péping membuat burak dalam tempayan dengan ampas ubi. pinggén (BI) piring (terbuat dari kayu); pinggén batuh piring porselin. ngepinggén mempunyai piring. pepinggén membagikan piring, menggunakan piring. pinjéh sumbing; va’ pinjéh mulut sumbing. pipa berseberangan; iro pipa mereka berseberangan. pira’ tangkai; pira’ paluh tangkai palu untuk menumbuk sagu. ngepira’ sudah ada tangkai (di kampak); kiam ngepira’ kampak bertangkai. pepira’ membuat tangkai, memberikan tangkai, menggunakan tangkai. piram sakit; piram kelajét sakit demam. mepiram sakit terus. pepiram merawat orang sakit. piri sejenis kayu yang batangnya keras, tumbuh di pinggir sungai (Dipterocarpus oblongifolius), buahnya kecil bisa dimakan; betang kayuh piri batang kayu piri. piri’ baring. miri’ berbaring; miri’ turui berbaring tidur. mepiri’ orang yang sering- sering baring. peniri’ dibaringkan. pepiri’ membaringkan. piroh berapa; piroh rogo rin? berapa harganya? pepiroh beberapa saja (banyak atau sedikit). Kamus Punan Tuvu’ 323 pitau pipit; janéi pitau burung pipit. ngepitau pergi buru pipit. pepitau mengusir pipit, sama-sama mempunyai burung pipit. pitik korek api yang terbuat dari bambu yang digesek dengan batu. pitik bulu’ korek dari bambu. pitoh siap; pitoh kah siap berangkat. pitoh-itoh siap siaga. pepitoh sama-sama menyiapkan, menyuruh siap. piu’-iu’ sahut-menyahut dalam bentuk cerita seperti sahut-menyahut dalam pantun. po jangin belalang (Ariophantidae). poi (pou) palas biru (Licuala valida). pok 1. (< pén hok) saya ambil. 2. (< pa’ hok ) saya juga. pokéh siap siaga. ngepokéh dalam posisi siap siaga (menunggu serangan). cepokéh mempersiapkan diri untuk menyerang. penokéh disiapkan. pepokéh saling menyiapkan sesuatu. pokot pikat (lalat besar yang mencuri darah) (Musca domestica); pokot payou pikat yang agak besar. ngepokot membunuh pikat. pom (< pén-m) kau ambil, diambil kamu. pom mandi. mom mandi. nepom dimandikan. pépom menyuruh mandi. pomok-omok dalam keadaan mendesak, gelandangan; urip pomok-omok hidup dalam keadaan mendesak. pong 1. memotong; pong da’an kayuh umoh memotong dahan kayu di ladang. 2. mengumpulkan; pong vin mengumpulkan barang-barang; nepong 1. dipotong. 2. dikumpulkan. mepong 1. memotong. 2. mengumpulkan barang. pépong 1. sama-sama memotong, menyuruh memotong. 2. sama-sama mengumpulkan, menyuruh mengumpulkan. popot sejenis tombak tradisional; lading popot tombak popot. pou (opou), palas biru (Licuala valida). poung kelempayan (Anthocephalus chinensis), sejenis pohon dataran rendah. powa’ sejenis rotan yang umbutnya dipakai sebagai obat tekanan darah tinggi. poya kejar. moya mengejar; moya oih lunang mengejar binatang hutan. mepoya selalu mengejar. penoya dikejar; auh penoya bavui anjing dikejar babi. pepoya saling berkejaran. pré’éh 1. sejenis kodok yang badannya pendek; pré’éh sulih kodok pre’éh yang berbelang. 2. kata-kata sumpah yang biasa dikeluarkan bila seseorang sedang jengkel. pria’ (peria’) pare. prian tali gendongan; prian kalong adu’ tubit mutip tali gendongan keranjang nenek sudah putus. pro’ sejenis kelelawar; pro’ beruk jenis kelelawar besar. ngepro’ mencari kelelawar. pu jantung pisang; pu’ puti’ kelop jantung pisang emas. nepu diambil jantung pisangnya. ngepu mencari jantung pisang. nyepu jantung pisangnya mulai 324 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

tumbuh. pépu mencari jantung pisang, memberikan jantung pisang, memasak jantung pisang. pu’ 1. menyimpan di hutan atau di ladang; pu’ bua’ menyimpan buah. 2. pecah; telu you inah pu’ telur ayam itu pecah. mepu’ 1. meninggalkan sesuatu. 2. memecahkan telur. nepu’ 1. disimpan. 2. dipecahkan. pépu’ 1. sama-sama menyimpan, menyuruh menyimpan. 2. sama-sama memecahkan, menyuruh memecahkan. pu’uh pepu’uh mencari berulang-ulang, menyuruh mencari berulang-ulang. pu’un 1. pokok, pohon; pu’un kayuh pokok kayu. 2. asal-usul, keturunan; ketu a’ asal-usul manusia. 3. awal; pu’un buau mulai pindah. ngepu’un 1. pergi mengambil pokok. nyepu’un 1. ada pokoknya, mulai pertama. pepu’un 1. memotong pada pokok, menyuruh memotong pokok. 2. menelusuri asal-usul. 3. sama-sama mengawali. pu’ung 1. sengaja; pu’ung nyikou sengaja mencuri. 2. paling; pu’ung jan paling baik. ngepu’ung 1. melakukan sesuatu dengan sengaja secara tiba-tiba. nyepu’ung 1. dalam keadaan disengaja; pu’ung-pu’ung melakukan sesuatu dengan sengaja berkali-kali. pua’ sejenis anjing hutan; vi’ auh pua’ banyak anjing hutan. ngepua’ pergi memburu anjing hutan. puan batas; puan anggung batasan besar berupa tikar pohon yang tumbang di sungai. puca’ makanan yang dimasak selama perjalanan. muca’ memasak selama perjalanan. pucung menyatukan ujung, mengencangkan; talih pucung menyatukan dengan tali. puét pusar; puét a’ pusar manusia; umbung puét pusar yang muncul keluar. ngepuét mempunyai pusar. nyepuét ada pusarnya. puét ulén sejenis ulat yang terbungkus dengan kayu kecil. pugo’ 1. sejenis musang, musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus); bulun pugo’ ivu’ bulu musang pendek. ngepugo’ mencari musang 2. ambil umbut dan dipotong di tempat. puh mengisap susu dari payudara. muh menyusu. pépuh menyusui. pui api; mena’ pui membuat api. nepui dibuat api. ngepui membuat api. pépui sama-sama membuat api, menggunakan api, memberikan api. puit di luar, keluar muit keluar. penuit dikeluarkan. penevuit dipaksa keluar. pujai selisih; tolang auh pujai tulang anjing keseleo. tepujai terselisih, keseleo. puji (BI) puji, pujian. pujong mendatangi dan menunggu di tempat sampai orang atau binatang keluar. mujong menunggu di tempat; mujong anyen menunggu di tempat teman. penujong ditunggui. pemujong banyak orang mengepung orang atau binatang keluar. Kamus Punan Tuvu’ 325 pukat (BI) pukat. puki saling harap-mengharap. pepuki menjadikan orang saling harap-mengharap. pulah mengibas kotoran dari bagian tubuh; hok pulah penuk rin saya mengibas kotoran dari punggungnya. kepulah mengibas kotoran dari tubuh. nepulah dikibasi kotoran dari bagian tubuh. ngepulah mengibasi kotoran dari bagian tubuh. pepulah sama-sama mengibasi kotoran dari bagian tubuh. pulang putar balik; uli’ pulang pulang kembali. puli’ obat; puli’ van obat luka. nepuli’ diobati. muli’ mengobati. pepuli’ banyak orang mengobati, menyuruh mengobati. pulong menyeberang lewat gunung. pulu’ puluh; ji’ puluh sepuluh. puluh 1. sengon batai (Albizia chinensis), sejenis pohon kayu yang kulitnya biasa dimakan tupai; kayuh puluh ayo’ vou pohon kayu puluh tinggi besar. 2. berbaris; puluh-uluh berbaris-baris. pepuluh-uluh sama-sama membentuk baris, menyuruh berbaris. pulut getah; pulut pangin getah pohon pangin. nepulut dibuat getah. ngepulut bergetah. pepulut membuat getah, memberikan getah, menggunakan getah. puméh-uméh tak karuan, tak rapi. pun pesta, ramai; pun tolang pesta adat penguburan kedua. nepun dipestakan. mepun membersih daerah untuk bangun rumah baru. pépun sama-sama mengadakan pesta, menyuruh membuat pesta. Punan nama suku Punan. pung 1. strategis karena dilalui orang banyak; nuan pung an tano’ jan jalan strategis di tanah yang baik. 2. bunyi; lerun rin dé h pung bunyi kejatuhan sesuatu benda jatuh. punyuh hitam; abun punyuh awan hitam. ngepunyuh membuat menjadi warna hitam. nyepunyuh menjadi hitam. pepunyuh membuat warna hitam, menyuruh menghitamkan sesuatu. pupu keluarga; pupu kai keluarga kami. purik mudik. murik berjalan ke hulu, mudik; murik ungéi mudik sungai. pepurik membawa ke hulu. puru’ delta, pulau; puru’ kelak ayo’ an Malinau delta paling besar di Malinau. puruk duduk; lun puruk tempat duduk. muruk duduk. penuruk diduduki. pepuruk mempersilahkan duduk, suruh duduk. put menutupi; kumut put rin selimut menutupi dia. neput diselimuti. ngeput memakai selimut. nyeput sedang berselimut. péput sama-sama memakai selimut, memberi selimut. puti’ pisang, pisang ambon (Musa paradisiaca); bua’ puti’ buah pisang. ngeputi’ mengambil buah pisang. peputi’ mencari pisang, memberikan pisang, menggunakan pisang. puting 1. pentil; puting otah pentil payudara. 2. pangkal; puting yuh pangkal 326 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

pisau. ngeputing 1. mempunyai pentil. 2. mempunyai pangkal. peputing 1. memberikan pentil, mengisap pentil. 2. membuat bagian pangkal, memegang bagian pangkal. putuk 1. memotong; putuk ivu’-ivu’ memotong pendek-pendek dalam irisan, potongan; putuk ain irisan, potongan daging. 2. salah satu suku Dayak asli Kalimantan, Lun Daye; a’ Putuk orang Lun Daye. putung sepanjang. puwang (kala’) kecombrang (Etlingera elatior). puwo turun. muwo turun ke bawah dari pohon.

R ra’ 1. membiarkan, biar; detou ra’ rin koli’ mereka membiarkan dia pulang. 2. sejenis pohon pandan hutan (Pandanus sp.), doun ra’ daun pandan hutan. nera’ 1. dibiarkan. ngera’ mengambil daun pandan hutan. péra’ sama-sama membiarkan. 2. sama-sama mempunyai daun pandan hutan, menggunakan daun pandan hutan. ragan rawa-rawa. rah reng kayu bulat; rah itu’ levu’ reng kayu bulat untuk kasau atap rumah. ngerah mengambil reng kayu bulat dan membuang kulitnya. pérah memasang reng kayu bulat, memberikan reng kayu bulat. rak bunyi potong; rak unan ugén memotong dengan parang. nerak dipotong, dibuka dan mengeluarkan bunyi rak. ngerak berbunyi rak sambil memotong. raka luas, lebar. meraka melebar. ngeraka membuat lebar. ram busuk. meram membusuk. ran terus; lekah ran bekerja terus. péran sama-sama membuat terus. rap jamur ; rap betang jamur batang. rapi bubur; tanok rapi masakan bubur. nerapi dibuat bubur. ngerapi memasak bubur. ratung keras sekali. ngeratung mengeras kram. ngeratung mengeras, mengalami kram. rawi sial; rawi la’ung sial sekali. perawi membuat sial menyebabkan sial, sama- sama sial. réh (iréh) itu (di sana); an réh lun jan di sana tempat yang baik. rén di sana situ. rengon tuli. merengon menjadi tuli. repih sejenis batu gunung yang licin; aing repih sekeras batu gunung. ngerepih mempunyai batu gunung. perepih berjalan menyusuri tumpukan batu gunung. ri menggendong. ngeri mem, menggendong. neri digendong. Kamus Punan Tuvu’ 327 ri’ 1. menampi; ri’ nawi’ menampi padi. 2. pilih; ovi’ kau ila’ ri’ kai kami ambil kamu tidak dipilih. nyeri’ menampi. neri’ 1. ditampi. 2. dipilih. péri’ menyuruh menampi, membiarkan menampi. riang keturunan, asal-usul; anak lei inah riang ku’ anak laki-laki itu keturunan saya; detou Punan magang riang Punan Tuvu’ mereka Punan Magang itu asal- usulnya dari Punan Tubu. neriang dijadikan keturunan. ngeriang mempunyai keturunan. periang sama-sama mempunyai keturunan. ribak (< riban) menantu saya; ribak uli’ ényang ungéi menantu saya pulang bawa air. ribam (< riban) menantumu; nah ribam lei ada menantumu laki-laki. riban menantu; riban oroh menantu perempuan. riban detou menantu mereka; riban detou nyan lunang menantu mereka ke hutan. ngeriban mempunyai menantu. nyeriban sudah ada menantunya. ribu ribu; ji’ ribu seribu. ricu’ hulu; an ricu’ di hulu. pericu’ sama-sama menuju ke hulu, membawa ke hulu. ridai (lidai) arah atas bukit, darat; an ridai tukuk di bagian-bagian arah atas bukit. peridai sama-sama berada di bagian-bagian arah atas bukit, menaruh sesuatu, di bagian arah atas bukit. rih (irih) itu. rik 1. sobekan; rik buro’ sobekan kain. 2. cairan kotoran yang keluar pada waktu seseorang mencret. merik merobek. nerik 1. disobek. 2. dikeluarkan cairan kotorannya (dicahar). nyerik 1. sobek. 2. mencret. périk 1. sama-sama menyobek, menyebabkan sesuatu sobek. 2. sama-sama mencret, menyebabkan seseorang mencret. rin dia; rin inah unih ila’ bua’ dia itu tadi ambil buah. ripa (lipa) seberang; an ripa di seberang. ngeripa berada di seberang. peripa berseberangan, menyeberangkan. ripén 1. budak; a’ ripén orang yang dijadikan budak. 2. raja padi (padi yang bertangkai besar dan buku-bukunya berdekatan). neripén 1. dijadikan budak. 2. diambil raja padinya. ngeripén 1. mempunyai budak. 2. mempunyai raja padi. peripén 1. menjadikan budak, sama-sama menjadi budak. 2. mengambil raja padi (disisipkan di dinding lumbung sebagai penghormatan, dan pemanggil rejeki bagi pemiliknya), sama-sama memperlakukan bulir padi tertentu sebagai raja padi (karena bentuknya yang khas). riyu sejenis manggis hutan. ro’ok busuk; butung parang inah ro’ok bangkai biawak bau busuk. rogo (BI) harga mahal; rogo ubi’ la’ung harga singkong mahal sekali; nyovi’ rogo murah. nerogo dihargai. ngerogo mahal harganya. perogo menaikkan harga, sama-sama memberi harga. rok cium. merok menciumi; merok nak menciumi anak. nerok dicium. ngerok mengorok. pérok berciuman, menyuruh mencium. 328 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan rong arang; rong pui arang api. nerong dipakai arang. ngerong mempunyai arang sehingga api tidak jadi. pérong memberikan arang, membuatkan arang. rongon sinar; rongon pui sinar api. rop sendiri; rin rop ia sendiri. ngerop menyendiri. penérop diasingkan. pérop membuat sendiri. pepérop menyendiri, menyuruh agar sendiri-sendiri. ru 1. wabah penyakit binatang dan tanaman; ru auh wabah penyakit anjing. 2. buah dan tanaman yang tidak berhasil menjadi bagus karena kena ulat atau koreng. ngeru 1. menderita wabah penyakit. 2. ada buah yang tidak baik. péru menyumpah anjing supaya dia kena wabah, menyebabkan wabah penyakit. pepéru menyuruh orang supaya menyumpah anjing. ru’ burung bubut; janéi ru’ ulét lutuk burung bubut berulat. nyeru’ pergi mencari burung bubut. péru’ sama-sama memburu burung bubut, sama-sama memberikan burung bubut. ruai (rué, ruwé) gampang; ruai bok gampang kena. ngeruai mengerjakan dengan gampang. rucok (BI) rusak; lubung rucok rumah rusak. nerucok dirusak. ngerucok merusak. perucok sama-sama merusak, menyuruh merusak. rué (ruwé) gampang. rugi’ (BI) rugi. rumu kencing atau berak sembarangan. runguh muara; runguh ungéi muara sungai; runguh wat tano’ muara punggung tanah. rut mengisap; rut cigup mengisap rokok. nerut diisap. ngerut mengisap. nyerut sedang mengisap. pérut sama-sama mengisap bersama, menyuruh mengisap. ruti’ (BI) roti, kue kering. ruwé gampang. ruyah capek; ruyah lekah capek bekerja. ngeruyah membuat capek. peruyah sama-sama capek, menyebabkan capek. ruyuh goyang-goyang; kanan njut andat ruyuh-ruyuh terasa getaran di jambatan bergoyang-goyang. ruyung gajah; oih ruyung binatang gajah. ngeruyung mempunyai gajah. peruyung memperkenalkan gajah, menelusuri jejak kaki gajah.

S sabun (BI) sabun. sadik sejenis rambutan hutan. sadip gila babi; kelovih inih bok sadip anak ini kena penyakit gila babi. sago’ sejenis kue terbuat dari sagu (gorengan); sago’ lo’ kue dari sagu. nyago’ sedang Kamus Punan Tuvu’ 329

membuat kue sago’. pesago’ memberikan kue sago’, menyuruh membuat kue sago’. sakai sebutan, sapaan bagi suku Melayu atau mereka yang beragama Islam. salak pohon salak (Salacca zalacca), pohon salak yang dibudidayakan. salju (BI) salju. salu terselip dalam barang bawaan orang lain; amung salu barang terselip. nyalu sedang terselip. pesalu sama-sama terselip, menyebabkan terselip. salup tabung bambu; salup amu tabung bambu untuk menyimpan daging yang diasinkan. nyalup memasukkan barang dalam tabung bambunya. pesalup membuat tabung bambu, memberikan tabung bambu berisi daging yang diasinkan. saming tidak berisi; bua’ paréi saming buah padi tidak berisi. sapi’ (capi’) (BI) sapi ternak (Bos taurus). satung renang. nyatung berenang. pesatung menyuruh berenang. sawah (BI) sawah. sayum sejenis ayam hutan; ngéu sayum suara ayam hutan. sebelik menyentuh bibir dengan lidah untuk menyatakan sesuatu enak sekali. sebut mundur. nyebut memundur. seduan (ceduan) (BM) celana yang sampai dibawah lutut. sekadit lengket. nyekadit melengket. sekelet keruh. sekula’ (cekula’) (BI) sekolah. selangap (BK) serampang (tombak ikan); ivun metan selangap ujung mata serampang. peselangap memberikan serampang, sama-sama memakai serampang. selapang (BI) senapan, senjata. nyelapang berburu dengan senjata. seléring lipas; seléring mengan lipas merah. peseléring membuang lipas. selevong bertiup di lobang untuk mengeluarkan bunyi. nyelevong membunyikan sesuatu dengan meniup dalam lobang (misalnya botol). seliat sejenis musang; seliat bok ovét musang seliat kena jerat. peseliat menangkap musang seliat, memberikan daging musang seliat. selibit tidak selesai-selesai, bertele-tele. nyelibit menghambat sesuatu sehingga sesuatu tidak selesai. senelibit terhalang, tersendat sehingga pekerjaan tak selesai. selingén tersembunyi. seluhui teriakan yang dilontarkan untuk memanggil orang yang jauh dengan rasa sayang dan kerinduan. nyeluhui memanggil orang dengan rasa sayang dan kerinduan. selungoh ngambek. nyelungoh mengambek. selut (celut) surut. semambong kumbang; luvang semambong an tungun kayuh lubang sarang kumbang di tunggul kayu. 330 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan sembayang (BI) sembayang; déh tero sembayang keman mari kita sembayang makan. sengalai sejenis ular sungai. sengga-ngga ujung barang yang tidak rata seperti kayu, rotan, ujung sapu lidi; sengga-ngga bulan wéi ujung rotan ini tidak rata. senginan bulat, utuh, tak ada kerusakan. senguan rundingan bersama. nyenguan berunding. senivon nama sejenis pohon kecil yang daunnya dipakai sebagai obat pingsan. senun sejenis jerat; senun labau jerat tikus. nyenun sedang memasang jerat. pesenun memasang jerat, memberikan jerat, menyuruh membuat jerat. sepilis (BI) sifilis. serana’ perkiraan, prediksi. nyerana’ memperkirakan. menyerana’ suka memperkirakan. seraung lebar. nyeraung melebar; levu’ inih kelak nyeraung rumah ini sangat melebar. serawai seperti, mirip. nyerawai/pecerawai mirip; jawéi rin nyerawai/pecerawai jawéi man rin mukanya mirip muka ayahnya. serayan sejenis umbi yang berbentuk seperti sarang semut. serbéh (cerbéh) lombok, cabe; serbéh ulom cabe rawit (Capsicum annuum); serbéh ngunung cabe burung (Capsicum frutescens). serengi’ nyengir. nyerengi’ nyengir. peserengi’-rengi’ nyengir-nyengir. serungi’ nyengir. serungi’-rungi’ menggerakkan hidung untuk mencium sesuatu. nyerungi’ nyengir; urung auh inah nyerungi’ hidung anjing itu nyengir. seruoi (uoi) biras, hubungan di antara dua istri atau suami dari dua saudara kandung, panggilan untuk dua orang yang kawin dengan dua orang kakak-beradik; rin seruoi ku’ dia biras saya. neruoi dipanggil ruoi. nyeruoi ada biras. peseruoi sama-sama memanggil ruoi, berhubungan biras; iro peseruoi mereka biras, terikat hubungan karena menikah dua saudara. setok ikat kepala dari kain atau rotan; setok inu ikat kepala dari manik. nyetok memakai ikat kepala. sevut (cevut) sengat. sigup tembakau; sigup laung, sigup ong tembakau ditanam sendiri (Nicotiana tabacum). nyigup merokok. silin tangisan untuk meminta sesuatu; ngguh silin tarén a’ suara tangisan orang. nyilin menangis meminta sesuatu; tat unih ne rin nyilin ngetarén igam it ngelekan ikan nyan kota sejak tadi dia menangis karena mau ikut kakaknya ke kota. pesilin membuat menangis, menyuruh menangis. singét sejenis lebah; cévut singét disengat lebah. pesingét mempunyai lebah, membakar sarang lebah, mengusir lebah. sinso (BI) censo untuk potong kayu. sinui tangis; ngguh sinui suara tangis. nyinui menangis. pesinui menyuruh Kamus Punan Tuvu’ 331

menangis, membuat menangis. sowit sejenis keriang yang menandakan sore. sulih tanda pinangan. sulot roh yang masuk, merasuk. nyulot roh merasuki orang. senulot kerasukan. sulu menghindari; lali’ sulu nuh tat rin lama kamu menghindari darinya. sumbu’ (BI) sumbu. sup nama sejenis tanaman yang daunnya dipakai sebagai obat; sup dayak tanaman yang dipakai untuk menurunkan tekanan darah atau mengobati gigitan ular (Eryngium foetidun). supit (upit) sumpitan. nyupit menyumpit. surung 1. kali; duoh surung hok téi nyanih saya datang ke sini dua kali. 2. kena sial akibat pelarangan pantangan tidak boleh menegur orang yang sedang mengerjakan sesuatu (seperti pergi ke ladang atau pergi berburu).

T ta’ 1. mentah; ka’ ta’ daging mentah. 2. sadar; katou belum ta’ kami sudah sadar. 3. ke; ta’nyanih kou ke sini kamu; ta’ kadéh kou ke sana kamu. 4. sejenis burung, burung cica-daun besar (Chloropsis sonnerati) neta’ 1. dibuat mentah. 2. disadarkan. ngeta’ 1. membiarkan mentah. 2. menyadarkan. péta’ 1. sama- sama membiarkan mentah, menyuruh membiarkan mentah. ta’ang pasang; ta’ang angan pasang tungku. na’ang memasang. peta’ang sama- sama memasang, menyuruh memasang, membiarkan memasang. ta’ih kotoran, tahi; ta’ih oih kotoran binatang; peroh ta’ih sakit berak darah. neta’ih dikenai kotoran. ngeta’ih mempunyai kotoran. peta’ih sama-sama mempunyai kotoran, membuang kotoran. ta’in 1. usus; ta’in kang payou usus besar rusa. 2. akibat; ketou wo’ jo hok bok ta’in rin kalian yang salah, saya kena akibatnya. neta’in 1. diambil ususnya. 2. dikenai akibat. ngeta’in 1. mempunyai usus. 2. mempunyai akibat. ta’uh kanan. tabah obat; tabah ukén obat batuk. nabah mengobati. petabah mengobati, menyuruh mengobati. tabau danau; tabau punyuh danau berair hitam. nabau direndam di danau. petabau merendam sesuatu di danau, menyuruh merendam sesuatu di danau. tabé’ berjabat tangan; detou tabé’ mereka berjabat tangan. nabé’ dijabat tangannya. petabé’ sama-sama berjabat tangan, menyuruh berjabat tangan. tabin mendapat bagian; detou tabin kun mereka mendapat bagian makanan. nabin diberi bagian. petabin sama-sama mendapat bagian, memberikan bagian. tabo (tabau) danau. 332 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tabuh hilir. nabuh berjalan kaki ke hilir. tacom 1. pohon upas (Antiaris toxicaria). 2. racun upas. tadi’ jenis lilin; tadi’ vanyih jenis lilin madu. petadi’; membuat jenis lilin; mendapat jenis lilin; memberikan jenis lilin; menggunakan jenis lilin; menyimpan jenis lilin. tadom sejenis kayu; betang tadom punyuh batang pohon tadom berwarna hitam. tah isi kayu; tah kayuh kaci’ isi kayu ulin. ngetah mempunyai isi keras. pétah sama-sama mempunyai isi yang keras, menggunakan isi keras. takang bunglon kecil, juga dikenal dengan nama vuon la’ung. takau terlepas; takau tat kucu’ terlepas dari tangan. petakau membuat terlepas, menyebabkan terlepas. takén tempat persisnya. takin sejenis gelang terbuat dari kayu mangaris yang dipakai di lengan laki-laki. takung sumur atau tempat genangan air; takung ungéi sumur yang dibuat pada aliran sungai kecil untuk bisa menampung air lebih banyak. ngetakung air mengenang. nakung tanah digali supaya genangan air menjadi dalam. petakung membuat sumur atau tempat genangan air, menggunakan sumur atau tempat genangan air. taling gelisah; taling miram ngelajét gelisah karena sakit demam; taling kevoh gelisah karena hampir-hampir meninggal. tenaling dibuat gelisah. petaling membuat gelisah, menyebabkan gelisah. tam bunyi benturan tombak, atau benturan. taman sampai; taman nih hang tano’ karo sampai di sini batas tanah kita. tamat sampai, tembus. tamban lung sejenis pohon kayu di hutan yang kulitnya dipakai sebagai obat. tambéh tempel. tambu tambal. taméh membalut; taméh van membalut luka. naméh dibalut. petaméh membuat balutan, menyuruh membalut. tamong tanda pinangan; amung tamong barang tanda pinangan. namong diberi sebagai tanda pinangan. petamong memberi tanda pinangan, menyuruh mengantar tanda pinangan. tanah di sana. tandik cerita, riwayat. nandik menceritakan. metandik punya kebiasaan cerita. ngetandik sedang bercerita. tenandik diceritakan. petandik saling bercerita. tang 1. antara, perantara, jarak; an tang sementara; tang arom huntam hubungan di antara dua keluarga yang ada ikatan perkawinan. 2. mengena pada suatu sasaran, hantam. 3. nama hantu; Uku Lakin Tang nama hantu penunggu tanah dengan badan besar dan tinggi. ntang 2. menghantam. tanga’ setengah; tanga’ lou setengah hari, tanga’ kop setengah bakul. Kamus Punan Tuvu’ 333 tangan 1. akibat; tangan ling akibat rakus. 2. tangkai daun; tangan cigup tangkai daun tembakau. 3. batang; tangan ubi’ batang singkong. ngetangan; 1. mempunyai akibat. 2. mempunyai tangkai daun, mempunyai akibat. nyetangan 2. mulai ada tangkai daunnya. 3. ada batangnya. tenangan diakibatkan. petangan 1. membawa akibat, sama-sama mempunyai akibat. 2. sama-sama mempunyai tangkai daun, membuang tangkai daun. 3. sama-sama memberikan batang (singkong) menggunakan batang (singkong). tangih tangis. nangih menangis. metangih sering menangis, menangis terus. tenangih ditangisi. petangih kasih menangis, banyak orang pergi menangis. tanih di sini. tanji’-tanji’ berjalan dengan emosi tinggi sambil mengentakkan kaki di lantai. tanjin mati tiba-tiba akibat kecelakaan. tanjuk alat untuk tanam sesuatu. nanjuk menanam sesuatu dengan kayu. nanjuk serong (selingkuh); nanjuk an oroh a’ serong (selingkuh) pada istri orang. tano’ tanah; tano’ adu’ tanah nenek moyang; tano’ adat tanah adat, tanah hak masyarakat adat; tano’ bengayi tanah atau wilayah yang terdapat sampai lima kilometer dari pinggir sungai; tano’ melang tanah yang terdapat jauh dari pinggir sungai, biasanya di darat atau di pegunungan. nano’ mengotori dengan tanah. ngetano’ bekerja dengan tanah. tanok masak. nanok memasak. tenanok dimasak. petanok menyuruh memasak, menyuruh membuat masakan. tanom 1. tancap; tanom ji tancap tiang. 2. kuburan; tanom kelu’ kuburan lama. nanom 1. menanam, menancap; nanom tua’ menancap kuat-kuat. 2. mengubur; nanom a’ mengubur manusia. tenanom 1. ditancap. 2. dikuburkan. petanom 1. sama-sama menancap, disuruh menancap. 2. sama-sama mengubur sesuatu, disuruh mengubur sesuatu. tanu’ tanda yang diberikan pada pohon di hutan, sebagai batas atau sebagai penunjuk jalan. nanu’ membuat tanda. tenanu’ ditandai. tanung 1. pesan yang dilagukan untuk orang yang meninggal oleh sanak keluarga yang masih hidup; inah ngguh tangih man mé’ tanung an nak rin wo’ kevoh itu suara tangis pesan seorang ayah yang dilagukan untuk anaknya yang meninggal. 2. perlengkapan yang diberikan untuk orang yang meninggal; dék inah tat kévi’ tanung wo’ iné’ yu’ a’ kevoh korek api itu merupakan salah satu dari perlengkapan yang diberikan untuk orang yang meninggal. 3. maki; ovi’ kevo mena’ tanung ja’ah jangan kalian mengeluarkan caci maki seperti itu. ngetanung 1. memberi pesan kepada orang yang meninggal. 2. memberikan perlengkapan untuk orang yang meninggal. 3. mencaci maki. petanung 1. sama-sama memberi pesan kepada orang yang meninggal. 2. sama-sama memberikan perlengkapan untuk orang yang meninggal. 3. sama-sama mencaci maki. tanyah tidak puas; tanyah kelung tandik wo’ jan an perun tidak puas mendengar cerita yang menarik di hati. 334 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan taong di luar. tap tampi; tap nuh paréi tampilah padi. metap menampi. pétap menyuruh menampi. netap ditampi; netap nuh paréi unih? sudah ditampikah padi tadi? tapah turun dari terbang. tapai 1. di mana; tapai iro? di mana mereka? 2. mengeruk; tapai telé mengeruk pancuran air. tenapai 2. dibuat supaya air mengalir. petapai 2. sama-sama mengeruk, menyuruh mengeruk. tapan alat tampi. tapén kualat, takut kena bencana, kutukan. tapong lengan (dari siku ke tangan); gelu’ tapong patah lengan. ngetapong mempunyai lengan. petapong mengacungkan lengan, memberikan lengan (untuk diobati dsb.). taréh di sana. tarén tangisan. ketarén minta sesuatu sambil menangis. ngetarén meminta sesuatu dengan menangis memaksa. tari 1. tempat mulai; tanih tari kalung berat inih di sini tempat mulai menganyam motif pada tikar ini. 2. sebenarnya; hok inih mocop tari, ovi’ katou vi’ kun sebenarnya kami ini lapar, tapi kami tidak punya makanan. ngetari menentukan tempat mulai. tenari dimulai. petari sama-sama menentukan tempat mulai, menyuruh seseorang menentukan tempat mulai. tarih di situ; tarih venga di situ terang. ngetarih meletakkan di situ. petarih sama- sama meletakkan di situ, menyuruh meletakkan di situ. tarik (BI) tari. narik menari. menarik menari. petarik membuat orang lain menari. taruh hancur; taruh tolang hancur tulang. naruh menghancurkan. tenaruh dihancurkan. petaruh menghancurkan, menyuruh menghancurkan. tat 1. bagian; juk tat rin berikan bagiannya. 2. dari. 3. kalau. netat 1. diberi bagian. pétat membagikan, menyuruh membagi. tata’ nama sejenis pohon kayu yang berduri yang dipercayai bisa menangkal roh jahat. tatok membuat tato. tenatok tertusuk sesuatu. tau lantai; tau upa’ lantai dari kulit kayu. netau dibuat lantai. ngetau mempunyai lantai. pétau membuat lantai, menyuruh membuat lantai. tavai gelagar; kayuh tavai kayu gelagar. petavai membuat gelagar, memasang gelagar. tavau merumput. navau mencabut rumput. tavun tutup. navun menutupi. tenavun ditutupi. Tawah Ilan (bahasa Ketuya’) nama satu tempat yang tidak dikenal. tawan jampi-jampi, mantra. nawan membuat jampi-jampi dengan cara meniup untuk mengobati yang sakit. tenawan dibuat jampi-jampi, diobati. petawan saling buat jampi-jampi. tayau memasukkan bibit padi dalam lobang tugal. nayau memasukkan bibit padi dalam lobang tugal. tenayau dimasukkan bibit padi. Kamus Punan Tuvu’ 335 tayuk daun silat yang dibentuk untuk menjadi wadah, tempat menyimpan makanan atau yang lain-lain. té’an sejenis binatang landak; té’an ténoh landak betina. tebah berani; tebah otuh berani terhadap hantu. tenebah diberanikan. ngetebah mempunyai keberanian, memberanikan diri. petebah sama-sama berani, menyebabkan berani. tebak tancap. nebak menancap. tenebak ditancap. petebak banyak orang menancap. tebara (< bara) bersumpah besar. tebenggang nama mata bulan yang seperti ujung burung enggang. tebening peti mayat; tebening belum penena’ peti mayat sudah selesai dibuat. teberu’ berdetak; teberu’ lepu’oh jantung berdetak. tebi’ terlepas jatuh; batuh tebi’ tat tikup tukuk batu-batu terlepas jatuh dari lereng gunung. nebi’ melepaskan jatuh, membiarkan lepas jatuh. tenebi’ dibiarkan lepas. petebi’ melepaskan jatuh, menyebabkan sesuatu terlepas jatuh, membagi sedikit. tebiluk sejenis ulat di batang dalam air. tebu bunyi bersiung seperti lebah terbang. tebucu terlanjur; iro tebucu lemok, nyovi’ nah a’ kasihan mereka sudah datang, tidak ada orang. tecéh menimpas langsung. necéh membelah, menimpas langsung. tecun daya berat; tecun kayuh motop daya berat kayu rebah. tenecun tertimpah; hok tenecun ovo’ kayuh saya tertimpah kayu. tegan alat-alat untuk meramu sagu; kalong tegan tempat mengendong alat-alat untuk meramu sagu. petegan memberikan alat-alat untuk meramu sagu, menyuruh memberikan alat-alat untuk meramu sagu. tegayoh berebutan. tegelang lewat umur; jema tegelang pohon aren yang sudah lewat umur dan tidak ada sagu atau niranya lagi. petegelang menyebabkan sesuatu sampai lewat umur, sama-sama sudah lewat umur. teguyo gempa, bergerak; tano’ teguyo gempa bumi. teguyu’ terguncang. neguyu’ digoyangkan. ngeguyu’ menggoyangkan. téi 1. datang; iro téi mereka datang. 2. hati; peroh téi ku’ perih hatiku. netéi 1. didatangi. 2. diambil hatinya (binatang). ngetéi 1. mendatangi. 2. hati membesar. pétéi 1. sama-sama mendatangi, menyuruh datang. 2. menyebabkan perih hati, sama-sama perih hati. teka’ membongkar; teka’ liding membongkar dinding. meteka’ selalu membongkar. neka’ membongkar. teneka’ dibongkar habis. peteka’ sama-sama membongkar, menyuruh membongkar. tekacong jenis kayu hutan ; bénih déh ilam ne kayuh tekacong sekarang makin berkurang jenis kayu tekacong. 336 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tekajing terkejut. tekalet mempening (Quercus argentata), sejenis kayu dataran rendah sampai ke gunung. tekalih pelatuk pangkas (Blythipicus rubiginosus), sejenis burung pelatuk yang memberi pertanda menurut kepercayan adat lama (amen); tekalih ta’uh pertanda yang diberikan oleh burung tekalih dengan terbang dari arah kiri ke kanan; bisa berarti pertanda baik, bisa juga pertanda buruk tergantung dari kecepatan terbang dan suara yang dikeluarkannya pada waktu melintasi kita. petekalih meminta pertanda baik atau buruk dari burung tekalih. tekan 1. pesan; tekan ngguh pesan lisan. 2. sebelum; tekan hok kah kou tubit nih sebelum saya berangkat kamu sudah harus berada di sini. tenekan 1. dipesan. petekan 1. memberikan pesan (seperti orang yang akan mati), menyuruh seseorang untuk menyampaikan pesan, berpesan. tekanim kasihan; tekanim lemok levu kasihan kamu sudah sampai ke kampung. tekaup berlutut. nekaup berlutut. petekaup menyebabkan berlutut. tekawang sejenis tawon; la tekawang sarang tawon. petekawang sama-sama mempunyai tawon, mengusir tawon. tekebun dalam posisi berdiri. nekebun berdiri. petekebun menancapkan tiang sampai berdiri. tekecang terjal, jurang; an aun Tuvu’ vi’ la’ung tano’ tekecang di hulu Sungai Tubu banyak terdapat tanah terjal. tekecét kaget, terkejut. nekecét mengaketkan. tenekecét dikagetkan (orang). tekejuk loncat. nekejuk meloncat. tenekejuk diloncati. tekélap sejenis bunglon; nit tekélap bulah warna bunglon tekélap pucat. petekélap sama-sama mempunyai bunglon tekélap, memperlihatkan bunglon kepada seseorang. tekeling sisi miring dari suatu benda; tekeling aruk sisi miring dinding perahu. nekeling memiringkan. tenekeling dimiringkan. petekeling menyuruh memiringkan, sama-sama miring. tekelok mata tertutup, merem. nekelok menutup mata; nekelok metan menutup mata, membuat mata merem seperti kalau keenakan membuat sesuatu. tekén 1. bunuh diri; a’ tekén orang bunuh diri. 2. usaha keras. ngetekén 1. membunuh diri. 2. berusaha keras. 3. bertanggar di perahu. peketekén 1. menyebabkan seseorang bunuh diri. 2. sama-sama berusaha keras, menyuruh supaya berusaha keras. 3. suruh bertanggar. tekénga telentang; tekénga auh anjing telentang. nekénga menjadi telentang. tenekénga diteletangkan. petekénga sama-sama telentang, menyebabkan telentang, menyuruh telentang. tekenjék topi berbulu untuk menari. tekerék 1. bunyi kayu yang mau rebah; tekerék pu’un lunuk bunyi pohon beringin yang mau rebah. 2. sudah menjelang ajal; urip a’ tokan inah tekerék umur orang Kamus Punan Tuvu’ 337

tua itu sudah menjelang ajal. nekerék 1. menebang sampai mengeluarkan bunyi pertanda mau rebah. petekerék 1. sama-sama mengeluarkan bunyi pertanda mau rebah. 2. sama-sama menjelang ajal, menyebabkan seseorang sampai menjelang ajal. tekering berdiri. nekering berdiri. petekering memberdirikan, membuat berdiri. tekerong 1. waktu tengah hari; detou uli’ tekerong mereka pulang pada waktu tengah hari. 2. setengah tua; hok meluh nih lemok tekerong urip saya tinggal di sini sampai usia tua. petekerong 1. sama-sama menjelang tengah hari, menunggu sampai tengah hari. 2. sama-sama menjalani sesuatu sampai setengah tua. tekia’ 1. malu karena sifat yang tidak baik di depan orang. 2. lalu. tenekia’ 1. dipermalukan. petekia’ 1. membuat malu. tekon mendaki; tekon ti’ang mendaki lereng. metekon mendaki. tenekon didaki. peketekon banyak orang mendaki, menyuruh mendaki. tekong tekuk babi. tekop 1. rajin; tekop lekah rajin bekerja. 2. mau, cinta; hok tekop kah saya mau pergi; hok tekop an oroh inah saya cinta perempuan itu. ngetekop 1. mempunyai sifat rajin. 2. mempunyai kemauan. peketekop 1. sama-sama rajin, menyuruh supaya rajin. tenekop 2. disukai, dicintai. tekorok siput; tekorok oté siput besar. petekorok mencari siput. tekot gantungan; tekot bayang gantungan baju. ngetekot menggantungkan. tenekot digantung. peketekot sama-sama menggantungkan, menyuruh menggantungkan. tekuan 1. enggang, rangkong papan (Buceros rhinoceros), sejenis burung enggang; bulun tekuan bulu burung enggang. ngetekuan mencari burung enggang. 2. tekuan hah pekaka emas (Pelarcopsis capensis), sejenis burung pekaka. tekukup telungkup. metekukup mau telungkup terus. nekukup menjadi telungkup. petekukup menyebabkan telungkup. tekulah membalik; tekulah bulan berbalik arah. tenekulah dijadikan berbalik; nekulah berbalas. petekulah membalikkan, saling balas membalas. tekulou memangkas duri-duri dari durian; tekulou nuh bua’ docou inah pangkaslah durian itu; tekulou tungén buah durian tungen yang durinya sudah dibuang. nekulou memangkas duri dari buah durian. tekulung menggendong sesuatu di atas tengkuk. nekulung menggendong di atas tengkuk. tenekulung digendong di atas tengkuk. tékung kumpulan. nékung mengumpulkan. tenékung sudah tersusun. petékung berkumpul, membuat berkumpul. telakai ikan belut. telang air, kuah atau semua jenis makanan yang berupa cairan; telang Keriman, telang Arau air suci (dalam cerita). telangan janai otak udang (Buchanania sessifolia). telaram pemberian atau sesuatu yang dibagi. telau’ kijang (Muntiacus muntjak); telau’ belik kijang kuning (Muntiacus atherodes), 338 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

sejenis kijang kecil. netelau’ diburu kijang. ngetelau’ mengerjakan kijang (kalau sudah diburu). petelau’ sama sama memburu kijang, memakan daging kijang, memberikan daging kijang. telé pancuran air. telecan sejenis burung pemberi pertanda menurut kepercayan adat lama; telecan buléi pertanda yang diberikan oleh burung telecan dengan terbang dari arah kanan ke kiri; bisa berarti pertanda baik, bisa juga pertanda buruk; tergantung dari kecepatan terbang dan suara yang dikeluarkannya pada waktu melintasi kita. petelecan meminta pertanda baik atau buruk dari burung telecan. telegan sejenis jangkrik. teléh hubungan ipar di antara dua laki-laki, dipakai juga sebagai kata sapaan; déh tero nyan umoh teléh ayo pergi kita dua ke ladang. telekan berlari; telekan ikoh berlari kencang. nelekan menyusul dari belakang. tenelekan dikejar. petelekan berkejaran, menyuruh berlari, menyebabkan seseorang berlari, melatih berlari. telekecang daerah yang terjal. telembin 1. pendamping; rin telembin ku’ ia pendamping saya. 2. sisi sebelah; telembin teban sisi sebelah daun pintu. nelembin 1. mendampingi. 2. meletakkan di sisi sebelah. petelembin 1. mendampingi, sama-sama menjadi pendamping. 2. meletakkan di sisi sebelah, menyuruh meletakkan sesuatu di sisi sebelah. telembit dalam posisi tubuh miring. nelembit memiringkan tubuhnya. petelembit membuat posisi miring (untuk menghindari sesuatu). telén 1. menelan; telén bah bua’ menelan biji buah. 2. bangkai binatang yang ditelan ular; inih tolang telén penganén ini tulang bangkai binatang yang ditelan ular sawa. 3. akibat, imbas; hok bok telén rin saya kena akibatnya. nelén 1. menelan. 2. sudah ada di dalam perut ular. petelén 1. sama-sama menelan, menyuruh menelan. 2. merebut binatang yang mau ditelan ular, menyebabkan binatang menjadi bangkai yang ditelan ular. 3. membiarkan terkena akibat sesuatu. telenan tali; telenan ceduan tali celana. telenjéng berbaring lurus, telentang. telepin tambahan; telepin ku mena’ umoh tambahan saya adalah buat ladang. teleto tupai terbang bajing loncat; hok u’ut ngguh teleto saya takut mendengar suara tupai terbang. televang kupu gajah (Attacus atlas), sejenis kupu-kupu besar. televaya (tevaya, teluvaya) laba-laba (Lycosida). televocou tutur kata kasar, tidak senonoh; televocou lo’in tutur bahasa tidak senonoh. petelevocou sama-sama bertutur kata kasar, menyuruh bertutur kata kasar, menyebabkan bertutur kata kasar. teli’ap kecoa. teli’u keseleo. telikét (likét) perlengkapan jalan bisa berupa apa saja yang diperlukan; hok kah Kamus Punan Tuvu’ 339

an lunang telikét ugén, hok kah an kota telikét hapé saya jalan di hutan bawa perlengkapan parang, saya jalan di kota bawa hape. metelikét selalu bawa perlengkapan. nelikét mempersiapkan sesuatu; hok nelikét yuh inih saya mempersiapkan pisau. ngetelikét sedang membawa perlengkapan. tenelikét dilengkapi, dipersiapkan. petelikét saling mempersiapkan diri dengan perlengkapan. telilih pangkas rambut; telilih nuh ivu’ ku pangkaslah rambutku! nelilih memangkas, memotong. telipan kelabang; telipan mbu’ kelabang hijau. petelipan mencari kelabang untuk umpan pancing, menggunakan kelabang sebagai umpan pancing. telo’ tabung anak sumpit. ngetelo’ mempunyai tabung anak sumpit. petelo’ memberi tabung anak sumpit, menggunakan tabung anak sumpit. teloh langsung lurus. keteloh terlanjur tertelan. telop tabung bambu tempat racun anak sumpit; pom telop nuh bawa tabung bambu tempat racun anak sumpitmu. tenelop dibuat tabung bambu tempat anak sumpitnya; tenelop nuh rin buatlah tabung bambunya. ngetelop mempunyai tabung bambu tempat racun anak sumpit. nyetelop ada tabung bambu anak sumpitnya. petelop memberikan tabung bambu anak sumpit, menggunakan tabung bambu anak sumpit. telpit (Punan Mentarang) (terpit) melompat, meloncat. telu 1. telur. 2. buah zakat. nelu mengeram telur. ngetelu bertelur. petelu menyuruh bertelur. teluh 1. menipu; teluh aru sering menipu. 2. sejenis ikan kecil. teneluh 1. ditipu. 2. ditangkap ikan teluhnya. peteluh 1. sama-sama menipu, menyebabkan seseorang menipu. 2. sama-sama menangkap ikan teluh, menyuruh menangkap ikan teluh. telun 1. tali; telun seduan tali celana. 2. bentangan; telun tano’ bentangan tanah. 3. hubungan, sambungan; telun ipah tero dekin hubungan kerabat kita masih dekat. tenelun 1. dikat dengan tali. 2. terbentang; dihubungkan. ngetelun 1. mempunyai tali. 2. membentang. 3. menghubungkan. nyetelun ada talinya; ada bentangannya. 3. ada hubungannya. petelun 1. sama-sama mengikat dengan tali, menyuruh mengikat dengan tali. 2. sama-sama membentang, menyuruh menapaki bentangan; sama-sama mempunyai hubungan, menyebabkan ada hubungan. telungat destar, sorban; buro’ telungat kain destar serban. nelungat memakai destarnya. petelungat memakaikan destar, memberikan destar. teluvaya (televaya) laba-laba (Lycosida). temah kayu tulang (Memecylon paniculatum), sejenis pohon yang tumbuh di atas bukit. temai bersih; temai lelo’ bersih tidak ada sisa. nemai membersihkan. tenemai dibersihkan. nyetemai dalam keadaan bersih. petemai membersihkan, menyuruh membersihkan. 340 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tembap tusuk. tembin sesajen yang dipersembahkan untuk mendapatkan kesehatan dan panen yang bagus. pu’un tembin pohon sesajen yang dibuat sebelum memulai menugal. temén 1. mirip, seperti, bergaya. 2. keadaan. ngetemén 2. berusaha keras, memaksa keadaan. temerik berjalan ke sana ke mari. petemerik banyak orang jalan ke sana ke mari mengikuti kesibukan masing-masing. temeru badak (Dicerorhinus sumatrensis). tén 1. bagian bawah pisau atau parang yang tidak tajam; tén ugén bagian bawah parang. 2. alat kelamin wanita; bangi’ inih juk wot uvi’ tén sirih ini dipakai untuk obat pencuci alat kelamin wanita. netén 2. diperlihatkan alat kelamin wanita. pétén 2. menghina atau memaki seseorang dengan menyebutkan nama alat kelamin wanita. ténah kata bantu yang muncul di ujung kalimat untuk menandai akhir kalimat, lah, saja, juga; ja’ah ténah seperti itulah, meturui detou ténah tidur kita dua saja, kah hok a’up-a’up tat umoh ténah saya berangkat saja pagi-pagi dari ladang. ténan suami atau istri, pasangan; ténan arin oroh suami dari adik perempuan. ngeténan mempunyai suami atau istri. tenénan dijodohkan menjadi suami atau istri. peténan mengambil suami atau istri, menyuruh bersuami atau beristri, dua orang bersuami-istri. tenayang terbawa, terikut, kehendak; tenayang perun kehendak hati; kevoh rin tenayang pena’ nuh kematiannya akibat perbuatan kamu. tenayung pakaian adat orang dahulu; tenayung nit kuli pakaian adat yang terbuat dari kulit macan. tenén pelabuhan, tempat persinggahan perahu. tenga’u pohon terap (Artocarpus elasticus). tengala’, tengalan musim; tengala’ ta’un musim kemarau. tengan 1. menyendiri karena terpisah dari rombongan; énuh tengan iro? apa sebab kamu berpisah dari mereka? tengan detou rombongan mereka. 2. tidak menjawab orang lain, diam di tempat. tengan-tengan diam seperti batu, tidak menjawab pertanyaan orang. nengan 1. berpisah membuat rombongan. petengan 1. memisahkan; sama-sama berpisah, menjadi rombongan. berpisah rombongan, orang berjalan berpisah-pisah bercerai. tengau pulih, sembuh dari sakit. tengayun 1. pimpinan; tengayun lekah pimpinan kerja. 2. penyangga untuk rumah, tiang penyangga rumah atau bambu/pohon yang mau merebah atau yang tidak berdiri tegap. nengayun 1. memimpin 2. membuat tiang penyangga. tenengayun 1. dipimpin 2. disangga. petengayun 1. memimpin. 2. memberikan sandaran pada barang yang tidak bisa berdiri sendiri; petengayun nuh kerin lemati inah kasih sandaran pada pohon rambutan itu (supaya lurus). tenggaran sebutan untuk suku Dayak Tinggalan; a’ Tenggaran melu’ an Lumbis orang Tinggalan yang berdiam di daerah Lumbis. Kamus Punan Tuvu’ 341 tenggayu laut. tenggén mentok. metenggén selalu mentok; ungéi bak wésé metenggén air di bak WC selalu mentok. nenggén menjadi mentok, tidak ada jalan. tenenggén dijadikan mentok. petenggén menyebabkan mentok. tenggih 1. pantangan; kun tenggih makanan pantangan. 2. serindit Melayu (Loriculus galgulus), sejenis burung beo. nenggih 1. menjadi pantangan. petenggih 1. membuat pantangan, menyuruh berpantang. tengging serampang (sejenis tombak dengan ujungnya berbentuk kail); tengging ilu’ serampang (tombak) untuk mengecek apakah ada damar terpendam dalam tanah atau tidak. nengging memakai serampangnya (tombaknya). petengging memakai serampang (tombak), menyuruh memakai serampang (tombak). tengguh 1. goyah, terusik. 2. mengenang; maling tengguh ungéi pambat íh banjir ini tidak kunjung surut. tenggung deru (suara keras); tenggung jawi’ deru angin. petenggung membuat menderu, menyebabkan terdengar suara menderu. tengit pucat di daerah bibir. tengoh ikan belian (Tor tambra), sejenis ikan; bacou tengoh ikan tengoh. ngetengoh ikan membesar. petengoh banyak orang menangkap ikan tengoh, membagikan ikan tengoh. tengop 1. bermalam di hutan untuk mencari nafkah, berburu dan mencari sayur; tengop peluh berburu terus; nengop 1. bermalam di hutan untuk mencari nafkah 2. termasuk buah zakarnya karena jatuh nengop telu ku masuk buah zakar saya. petengop 1. bersama-sama pergi mencari nafkah di hutan, menyuruh berburu. 342 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tenguk 1. menelan; tenguk bah bua’ lemati menelan biji buah rambutan. 2. makan tanpa lauk; tenguk kun makan nasi tanpa lauk. nenguk 1. menelan. 2. makan tanpa lauk. tenenguk ditelan. petenguk 1. berlomba menelan, menyuruh menelan. 2. membiarkan seseorang makan tanpa lauk, menyuruh seseorang makan tanpa lauk. tenguyun bekerja bergiliran, misalnya kalau menugal satu hari di ladang seseorang besoknya ke ladang anggota yang ikut sebelumnya. tenin kebiasan, bentuk, sifat, cara; kenuh tenin rin? bagaimana kebiasannya? jan tenin rin baik keadaannya. ketenin perubahan. ngetenin mempunyai kebiasaan. petenin membiasakan, sama-sama mempunyai kebiasaan. tening bening, jernih. tenjék menancapkan; tenjék kayuh menancapkan kayu. nenjék menancapkan. nge(te)njék menancapkan sesuatu ke dalam. ketenjék terpaku, terduduk di satu tempat, tidak bisa bergerak. tenenjék ditancap. petenjék sama-sama menancapkan, menyuruh menancapkan. ténoh betina, perempuan, istri (juga binatang seperti ayam, rusa, sapi, tenggiling); you ténoh ayam betina. ngeténoh mempunyai betina, mempunyai perempuan, mempunyai istri. tenénoh dikawinkan. peténoh mengambil yang betina, mengambil perempuan, mengawinkan. tenong 1. tepat, betul, benar; tenong lo’im tepat katamu. 2. labi-labi; mu’ung tenong anak labi-labi. metenong betul-betul benar. ngetenong 1. membenarkan. 2. anak labi mulai membesar. petenong sama-sama melakukan sesuatu dengan tepat, menyuruh melakukan sesuatu dengan tepat. tenuh bujang; kelovih tenuh anak bujang. ngetenuh membujang. nyetenuh mulai membujang. petenuh sama-sama membujang, membiarkan membujang. tenyok berlubang-lubang, tidak merata; tano’ tenyok tanah berlubang-lubang. nyetenyok dalam keadaan ada lubangnya. petenyok membuat lubang, sama- sama berlubang. tepa’ di depan. petepa’ berhadapan. tepalan kayu keras yang dipakai sebagai talenan untuk potong benda yang keras. tepalong anting-anting dari taring binatang yang dipakai pada lobang telinga bagian atas; a’ tokan inah unan tepalong kuli orang tua itu memakai anting- anting dari taring macan. nepalong memasang anting-anting taring. petepalong memasangkan anting-anting taring, menyuruh memasang anting-anting taring. tepap tepuk. nepap menepuk. tenepap ditepuk. tepeluh tombak; tepeluh tu’a’ tombak kuat-kuat. nepeluh menombak. tenepeluh ditombak. petepeluh saling menombak, menyuruh menombak. tepilan sarung pisau; tepilan yun katou sarung pisau kami. nepilan menempel seperti sarung pisau; hen inah nepilan an man peluh dia menempel pada ayahnya terus. petepilan memberikan sarung pisau, menggunakan sarung pisau. tepilih (tevilih) walet sarang putih (Collocalia fuciphaga). Kamus Punan Tuvu’ 343 tepok tikungan. nepok tidak ada jalan, jalan sudah buntu. tenepok tersandung. petepok saling hantam karena tak ada jalan. ketepok tersandung, sudah buntu, tak ada jalan lagi. tepuyang barang yang dipakai untuk meminta supaya ujan turun, biasanya kayu atau rumput, minta ujan turun; tepuyang nuh rin ano’ doakan supaya nanti hujan. nepuyang meminta supaya hujan turun. tepuyong pohon kayu besar sejenis terap hutan. tera’ biar; tera’ rin ja’ah biarlah begitu. nera’ membiarkan. ngetera’ membiarkan. tenera’ dibiarkan sesuatu berlangsung. tera’u bunyi ayam berkokok. nera’u berkokok. terana’ maksud, makna; terana’ hok maksud saya. terawi seraung; mena’ terawi membuat seraung. nerawi memakai seraung, topi caping. tenerawi dipasang seraung di kepala. peterawi memasangkan seraung pada orang. terék tergores; terék utok goresan kepala. nerék membuat goresan. ngeterék mempunyai bekas gores. nyerék ada bekas gores. peterék sama-sama menggores, membuat goresan. terengo’ mengharapkan; terengo’ nak mengharapkan anak. nerengo’ mengharapkan. menerengo’ sangat mengharapkan. peterengo’-rengo’ sama- sama mengharapkan, saling melihat-lihat dan mengharapkan. teri’ 1. cengeng; teri’ kelovih inah anak itu cengeng. 2. jelas; teri’ po rin inah jelas itu dia. peteri’ membuat orang cengeng. tering sejenis topi dari rotan yang dihiasi bulu, manik dan hiasan lain; labung tering topi berhias yang dipakai untuk upacara. terip raut; terip kayuh meraut kayu. nerip meraut menerip meraut. tenerip sudah diraut. peterip sama-sama meraut, menyuruh meraut. tero kita bertiga (kelompok terbatas 3. tiga orang atau lebih); tero lekah an umam tovun kita bekerja di ladangmu besok pagi. terok leher belakang, tengkuk; terok payou leher rusa. nerok memasang sesuatu di leher, memotong di bagian leher. ngeterok mempunyai leher panjang. nyeterok ada lehernya. peterok memasang di leher, memotong bagian leher. terong terong; terong kelengaong terong pipit (Solanum melongena). teroyong gantungan; teroyong batuh gantungan batu. neroyong bergantung. teneroyong digantungkan; batuh inah teneroyong ku’ batu itu digantungkan saya. peteroyong menggantungkan, menyuruh menggantungkan. terpit melompat; terpit kavou melompat lari. nerpit melompati. tenerpit dilompati. peterpit sama-sama melompat, menyuruh melompat. teru jatuh, datang dalam jumlah banyak secara serentak; teru bua’ nyuh buah kelapa jatuh banyak secara serentak (karena angin misalnya), teru kebih deru angin. neru menjatuhkan sesuatu dalam jumlah banyak, misalnya menggoyangkan pohon sehingga buah jatuh dalam jumlah banyak secara serentak, menjatuhkan 344 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

terus-menerus, menerbangkan sesuatu karena angin meniup keras. peteru sama- sama menjatuhkan, menyuruh menjatuhkan. teneru dijatuhkan; bua’ hén teneru hén buah itu dijatuhkan dia. terucut tumpah (untuk barang, bukan air); terucut nawi’ padi tumpah. nerucut menumpahkan. tenerucut ditumpahkan. peterucut menumpahkan, menyuruh menumpahkan, menyebabkan tertumpah. keterucut terjatuh; hok keterucut saya terjatuh (sambil coba memanjat pohon) kejatuhan sesuatu, hok keterucut unan ocan saya terjatuh karena tangga tidak stabil. teruéh buka; teruéh nuh u’uk bukalah bungkusan. neruéh membuka. teneruéh dibuka. peteruéh sama-sama membuka, menyuruh membuka, menyebabkan terbuka. terukuk nyamuk (Anopheles sp.); terukuk ayo’ nyamuk besar. peterukuk mengusir nyamuk, membunuh nyamuk. terunga’ posisi dengan kepala menjulur; utok terunga’ kepala yang menjulur. nerunga’ melihat dengan kepala menjulur. peterunga’ sama-sama menjulurkan kepala, menyebabkan binatang atau orang menjulurkan kepala. terut isap. nerut mengisap. tenerut terisap. nyerut mengisap. keterut isaplah! tetak menghilang karena tersesat; detou tetak mereka tersesat, menghilangkan jejak. petetak berjauhan sehingga kehilangan jejak satu sama lain. tetat pesan; tetat wo’ jan pesan yang baik. netan berpesan, menasehati. petetat memberikan nasehat, sama-sama menasehati, menyuruh menasehati. tetu potong dahan. netu memotong dahan. tenetu dipotong; tenetu nuh inah unih dipotong kamu ini tadi? da’an tenetu nuh inah ano’ dahan itu dipotong kamu nanti? petetu suruh memotong. tetuk tumbuk untuk melunakkan sesuatu, mengulek; tetuk serbéh, lia’ mengulek , jahe. netuk menumbuk. tenetuk ditumbuk. petetuk berantam satu- sama lain. teva menyembuh orang yang sakit, dilakukan dukun dengan cara meniup. neva, meneva mengobati. teneva diobati oleh dukun. tevaya nama sejenis laba-laba; tevaya bulun laba-laba berbulu. tevéi sumpah marah sambil meludah; tevéi mo’on meludah sambil marah. tevéi kou, énuh lun nyikou? bedebah kau, kenapa kau mencuri? nevéi/menevéi menyumpah marah dengan meludah; énuh ne kou nevéi hén unih? kenapa kau menyumpah dia tadi? metevéi selalu meludah untuk menyumpah orang. tenevéi disumpahi. petevéi sama-sama meludah. tevela’ buah durian yang isinya merah (Durio sp.). tevilih (tepilih) walet sarang putih (Collocalia fuciphaga), sejenis burung walet. tevilut sebutan/panggilan untuk anak suku Dayak Abai; tukung tevilut kampung suku Dayak Abai. tevirik sejenis buah rambutan hutan. tevo’ menyumpah sambil meludah, biasanya diucapkan kalau buat mantra-mantra; Kamus Punan Tuvu’ 345

tevo’ pia’ betang beceréng katou lemok nang umoh tevo’ seperti batang meluncur kita akan sampai ke bawah ladang (diucapkan sebelum mulai menugal di ujung atas ladang). tevong tebang. nevong menevong menebang; hok déh nevong pu’un saya pergi menebang pohon; hok it menevong kayuh saya mau menebang kayu; hok it nevong kayuh saya akan menebang kayu. tenevong ditebang. petevong suruh tebang. tevukuh 1. sistem penaggalan orang Punan dengan seutas rotan yang dilengkapi simpul (biasanya dibuat untuk menandakan janji dengan orang, untuk menentukan hari nikah dan lain-lain: satu simpul menandakan satu hari; simpul dibuka hari demi hari sampai yang terakhir menandakan hari janji); limoh bah tevukuh lima buah simpul; top tevukuh menandakan simpul yang terakhir. 2. ajal; lemok tevukuh rin sampai ajalnya, top tevukuh sudah ketemu ajalnya (sudah waktu meninggal). nevukuh 1. membuat simpul untuk menentukan janji. petevukuh 1. membuat simpul, menggunakan simpul, menyuruh membuat simpul untuk menentukan janji. tevungan jenis rotan besar; oro’ tevungan umbut rotan tevungan. nevungan mengambil batang atau umbut rotan. petevungan memberikan batang atau umbut rotan, menggunakan batang atau umbut rotan. téwan karet; oka téwan akar karet. ti’ 1. giat, masih, tetap, terus; ti’ keman giat makan, makan terus. 2. belahan- belahan kecil kayu, bambu seperti yang biasa digunakan untuk tusuk gigi. 3. melakukan, membuat; ti’ noh cara halus untuk menolak ajakan, keman tero! ti noh ayo makan! tidak, terima kasih. neti’ 1. dimulai. 2. dibuat belahan-belahan kecil. 3. dibuat, dilakukan. méti’ membuat, memulai. péti’ 1. sama-sama mulai, menyuruh mulai. 2. sama-sama membuat belahan-belahan kecil, menyuruh membuat belahan-belahan kecil. ti’ang lereng, terjal; ti’ang tukuk lereng gunung. ti’in paksa. meti’in memaksa. ngeti’in memaksa betul-betul. peti’in saling memaksa. tibak sejenis pisang hutan (Musa acuminata); nit tibak kulit pisang hutan. petibak mengambil pisang hutan, menggunakan serat atau daun pisang hutan. tici’ memukul, njitak, tempeleng; tici’ linak pukul pelan; tici’ keci’ memukul satu kali. nici’ memukul. tenici’ dipukul. petici’ berpukulan, menyuruh memukul. ticih kepingan; ticih kayuh kepingan kayu. nicih membelah kayu. ticit pijantung kecil (Arachnothera longirostra), sejenis burung pemberi pertanda buruk atau baik (amen); ngguh ticit suara burung ticit. ngeticit burung ticit berbunyi. tigang 1. rusuk; tolang tigang tulang rusuk. 2. sisi sebelah. nigang 1. memotong di bagian rusuk. ngetigang 1. mempunyai rusuk. tenigang dipotong rusuk-satu- satu. petigang memotong tusuk satu-satu untuk dibagi-bagi. 346 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tih 1. partikel sih, deh. 2. panggilan antara suami-istri atau di antara dua perempuan yang hubungan dekat. tik 1. sentuh. 2. penyebaran, pecahan; tik tero Punan inih nak, nah an Dulau, nah an Bengalun, nah an Tuvu’ penyebaran kita orang Punan ada di Dulau, ada di Bengalun, ada di Tubu. metik menyentuh. netik disentuh. pepétik saling bersentuhan. tikup tebing; tikup batuh tebing batu. ngetikup mempunyai tebing. petikup membuat tebing, bertebing-tebing, menyebabkan terdapat banyak tebing. tilang lintah; tilang lalih jenis lintah besar berbelang. nilang membuang lintahnya. ngetilang mempunyai lintah, membuang lintah dari badan. petilang menyuruh membuang lintah. tilau (istilah bahasa Ketuya’) saran, tempat binatang. tilik perselingkuhan; ukum tilik hukum adat mengenai perselingkuhan. nilik berselingkuh. tenilik dihukumi karena perselingkuhan. petilik mengurus masalah perselingkuhan, menyuruh mengurus masalah perselingkuhan. tilung 1. kamar; tilung kop kamar yang berkunci 2. nama laki-laki Punan. nilung 1. membuat kamarnya. 2. dipanggil nama tilung. petilung menyiapkan kamar, menggunakan kamar. timan hadapan, depan; timan levu’ hadapan rumah. petiman meletakkan sesuatu di hadapan, saling berhadapan, menyuruh berhadapan. timbang jurang; tano’ timbang tanah berjurang. nimbang jalan mengikuti lereng. petimbang menyebabkan adanya jurang. tinak mengasuh. ninak mengasuh. teninak diasuh, dipelihara. petinak menyuruh mengasuh. tindau survei lahan untuk membuat ladang, menebas untuk melihat tanah atau lahan yang subur. nindau mencari tanah yang subur. tindik tambak dengan perahu. nindik sampai, singgah. metindik selalu singgah. tenindik disinggahi. petindik saling singgah, suruh singgah. tindung penutup kepala berwarna putih yang dipakai orang yang sedang berkabung (dulu pada zaman mengayau biasanya dipakai sampai anggota keluarga orang yang meninggal mendapatkan kepala musuh); cetok tindung ikat kepala. nindung sedang berkabung. ting 1. tetes; ting ungéi tetes air. 2. kaki bukit; lemok ting sampai kaki bukit. 3. senar; ting kecapi’ senar kecapi. meting 3. mengikat sesuatu pada ujungnya supaya kencang. ngeting 3. mengencangkan tali atau senar. péting 1. meneteskan, membuat sesuatu menetes sehingga menjadi kering (misalnya daging, baju). 3. memasang senar, tali, menyuruh memasang senar, menggunakan senar. tip 1. bangkawan; tip itu’ bangkawan atap. 2. sisip. 3. menitip. netip 1. disisipi. 2. dibuat bangkawan. 3. dititip. metip 2. menyisipi sesuatu. 3. menitip sesuatu (untuk dikirim). nyetip 2. dalam keadaan menyisip, tersisip. pétip 1. membuat bangkawan; menggunakan bangkawan; menyimpan bangkawan; menyuruh Kamus Punan Tuvu’ 347

membuat bangkawan. 2. menyisipi; mendapat sisipan; memberikan sisipan; memperlihatkan sisipan; membiarkan sampai tersisip. 3. suruh menitip . tipung kumpul; tipung melat adu’ yé’ kumpul semua harta nenek hak saya. nipung mengumpul semua. metipung selalu mengumpulkan barang. nyetipung sedang berkumpul semua. tenipung dikumpulkan, sudah terkumpul di satu tempat. petipung berkumpul, menyuruh mengumpulkan semua. tira’ 1. peribahasa; tira’ lo’ih ungkapan peribahasa. 2. ukur. nira’ 1. mengatakan peribahasa. 2. mengukur. petira’ 1. menyuruh mengungkapkan dengan peribahasa, berlomba membuat peribahasa. 2. suruh mengukur. tiran 1. nikah. 2. mungkin; nuh tiran hok ang mekéi an tukuk inah? apakah mungkin saya tidak sampai mendaki gunung itu? niran 1. menikah. teniran 1. diantar kawin; iro teniran mereka nikah (diantar kawin). petiran 1. menikahkan, menyuruh menikah. tirau ratapan pada waktu ada orang meninggal; tirau ayo’ ratapan orang banyak. nirau menangis orang dengan meratapi. tenirau diratapi. petirau meratapi, menyuruh meratap, beberapa orang meratapi orang yang meninggal. tit kentut; tit rin menging kentutnya nyaring. netit dikentuti. ngetit mengentut. nyetit ada bunyi kentutnya. pétit sama-sama mengentut, menyuruh mengentut, menyebabkan mengentut. tiva suara memanggil anjing dan binatang peliharaan. metiva selalu memanggil binatang piaraan. meniva memanggil. niva memanggil anjing. petiva saling memanggil binatang piaraan. tiwai sendok dari buah labu; tiwai telang sendok bubur. niwai menyendoki. ngetiwai membuat sendok. nyetiwai menggunakan sendoknya. petiwai memberikan sendok, menggunakan sendok, menyuruh menyendok. tiyu’ 1. mas kawin yang diberikan pihak lelaki kepada pihak perempuan, diserahkan orangtua ke orangtua; tiyu’ oroh mas kawin untuk pihak perempuan. 2. harga; tiyu’ labu’ harga buah labu. 3. membeli. tiyu’ nuh rin kau beli itu. niyu’ membeli. teniyu’ dibeli. petiyu’ 1. memberikan mas kawin, menyuruh menyerahkan mas kawin. 3. menjual; petiyu’ tano’ menjual tanah. to’ot betul; kou to’ot tat hok kamu betul dari saya. ngeto’ot membetulkan. to’un kemarau; to’un aru kemarau panjang. ngeto’un mengharapkan musim kemarau. nyeto’un sedang musim kemarau. peto’un menyebabkan kemarau, sama-sama dalam keadaan kemarau. todok 1. kabu-kabu (serbuk dari kulit batang pohon aren yang menggumpal mirip kapas); todok pui kabu-kabu untuk menyalakan api. 2. suara induk ayam memanggil anaknya. ngetodok 1. mempunyai serbuk untuk buat api (kabu-kabu). petodok 1. memberikan kabu-kabu untuk menyumbat darah, menggunakan kabu-kabu, pergi cari todok. togom (tugum) memelihara, jaga. toh (ketoh netoh) kita; toh unan detou lela dekin pa’a’ kita dengan mereka masih 348 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

sepupu dekat. toi partikel yang biasanya dipakai oleh kaum lelaki kalau bicara dengan lelaki lain; ém toi jangan lah; kou déh nyan umoh lou inih toi? kamu ke ladang hari ini? tok menengok melihat, memeriksa; tok nuh ukung beruk an lirin umo’ kau menengok perangkap beruk di pinggir ladang. metok menengok. nok pergi melihat, menenguk. ngetok menengok. netok pétok sama-sama menengok, menyuruh menengok. pétok-étok saling menjenguk. tokan tua; kevian tokan istri/suami tua. ngetokan menua, menjadi tua. petokan menjadi tua, menuakan, menyebabkan tua. tokorok sejenis siput di hutan. tolang tulang; tolang belatung tulang paha. nolang/menolang upacara kematian kedua di mana tulang dipindahkan dari tempat kuburan pertama dan ditaruh di tempayan. tenolang orang kedua. yang mati yang diberikan upacara kematian. petolang menyimpan tulang dalam peti, memberikan tulang, menggunakan tulang. toluh tiga; toluh wat wéi tiga utas rotan. toluh-toluh tiga-tiga; katou kah toluh-toluh kami berjalan bertiga; héi an levu? tero toluh siapa yang di rumah? kita bertiga. petoluh menjadi tiga, membagi menjadi tiga. tong 1. bertanya; tong jan bertanya baik-baik. 2. menyisip; tong da’un itu’ menyisip daun atap. 3. drum; tong leloh drum kosong. netong 1. ditanya. 2. disisipkan. 3. dipakai drumnya. ngetong 1. menanyakan. 2. menyisipkan. 3. mempunyai drum. metong bertanya. nyetong 1. sedang bertanya. 2. sedang menyisipkan. 3. ada drumnya. pétong 1. sama-sama menanyakan, menyuruh bertanya. 2. sama- sama menyisipkan, menyuruh menyisipkan. 3. memberikan drum, menggunakan drum. tongut bunyi deru tongut o’ung deru air terjun. top pas. tot-tot memandang terus. totok menetak; totok kayuh menetak kayu. notok menetak. tenotok dipotong. petotok sama-sama menetak, menyuruh menetak, berlawanan bertindas. totung landak raya (Hystrix brachyura); totung hi jenis landak besar. ngetotung membuat api dalam lobang landak sehingga dia bisa keluar dan ditangkap. petotung memburu landak, menggunakan bulu, daging atau batu landak. tou (netou, petou, ketou) kita berdua (kata ganti orang ganda); tou keman lulung, netou kah kita berdua makan dulu, baru berangkat; mom tou lulung, nah petou kah kita mandi dulu, baru kita dua jalan. tovuh tebu (Saccharum officinarum); bukun tovuh ruas tebu. ngetovuh mengambil tebu untuk dimakan. petovuh memberikan tebu; menggunakan tebu. tovun besok; tovun detou la’ ilu’ besok mereka mengambil damar. petovun menunggu sampai besok. towang suara. towé sejenis tonggeret, net-net yang tinggal di pohon yang menandakan kedatangan Kamus Punan Tuvu’ 349

musim buah dengan bunyinya, riang-riang, uir-uir (Cicadidae sp); towé unyang (Tacua speciosa), net-net hitam. tu’ah kuat. ketu’ah kekuatan. peketu’ah membuat seseorang jadi kuat. tu’an hutan rimba. tu’ing ekor ayam atau burung; tu’ing tekuan ekor burung enggang; tu’in kapan ekor kapal terbang. ngetu’ing mempunyai ekor. nyetu’ing ada ekornya. petu’ing memberikan ekor, memasang ekor. tu’uh benar. metu’uh betul-betul benar. tenu’uh dibenarkan; tenu’uh nuh rin unih? apakah sudah dibenarkan kamu tadi? petu’uh membenarkan, saling membenarkan. tu’uk (< tu’uh) benar apa yang saya bilang. tu’um (< tu’uh) benar apa yang kau bilang. tu’un (< tu’uh) benar apa yang dibilangnya. tua lega; lungan rin uli’ tua nafasnya kembali lega. ngetua melegakan, mempunyai perasan lega. petua sama-sama merasa lega, menyebabkan lega. tuan longsor; tano’ tuan tanah longsor. tuban rumpun tumbuhan jenis anggrek, epivit; tuban ancam rumpun tumbuhan epivit besar. petuban membuang rumpun tumbuhan epivit, menyuruh membuang rumpun tumbuhan epivit. tubit pernah; tubit nyatung an tabau pernah berenang di danau. petubit menyelesaikan. tubong wadah dari kulit kayu berbentuk drum. petubong mengisi wadah dengan barang tertentu seperti beras misalnya. tubu 1. tiang; tubu levu’ tiang rumah. 2. tumbuh; laran rin tubit tubu tunasnya mulai tumbuh. 3. memasukkan; tubu bah ubok an bulu’ memasukkan beras ketan ke dalam bambu. nubu 2. menumbuh lurus. ngetubu 1. memasang tiang. 2. menumbuhkan. 3. memasukkan. nyetubu 1. ada tiangnya. 2. sedang tumbuh. 3. sedang memasukkan. penubu batang yang tumbuh di tengah; penubu ungéi batang sungai yang di tengah. petubu 1. sama-sama memasang tiang, menyuruh memasang tiang. 2. sama-sama tumbuh, menyebabkan tumbuh, semai. 3. sama- sama memasukkan, menyuruh memasukkan. tubu’ melubangi; tubu’ nang bulu’ melubangi ruas bambu. nubu’ melubangi. tenubu’ dilubangi. petubu’ sama-sama melubangi, menyuruh melubangi. tubuk (< tubu) saya tumbuh. petubuk saya biarkan tumbuh. tubum (< tubu) kamu tumbuh. tubun tumbuh sendiri tanpa ditanam, tunas; tubun kayuh tunas kayu mulai tumbuh. petuvun membiarkan bertunas, tumbuh sendiri. tucu’ 1. tunjuk; tucu’ cangau tunjuk dengan jari. 2. tujuh; tucu’ malan tujuh ribu. metucu’ suka nunjuk-nunjuk. nucu’ menunjuk. tenucu’ ditunjuk. petucu’ 1. menunjukkan, menyuruh menunjukkan; menyentuh sesuatu dengan penunjuk. 2. menjadi tujuh, memberikan tujuh. 350 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tucuh suruh. nucuh menyuruh. metucuh suka menyuruh. tenucuh disuruh. petucuh saling suruh. tucuk (BI) tusuk. nucuk menusuk. tudan sejenis damar yang diolah dan dibungkus untuk menjadi obor untuk menyalakan sesuatu atau untuk menjadi titik cahaya; tudan kayuh damar kayu. nudan mengambil damar, mengerjakan damar. ngetudan mempunyai damar; kayuh ngetudan kayu berdamar. nyetudan menggunakan damarnya. petudan suruh mengerjakan damar. tudun 1. tambahan untuk mas kawin; melat tudun barang tambahan untuk mas kawin. 2. benda yang diletakkan di atas benda lain. 3. lari ke arah orang sampai mau menabrak; payou ayo’ tudun auh katou rusa besar tabrak anjing kami. nudun 1. menambah mas kawin dengan barang lain. 2. lari ke arah berlawanan sehingga mau menabrak petudun 1. memberikan tambahan untuk mas kawin, menyuruh memberikan tambahan untuk mas kawin. 2. menyusun benda yang satu di atas benda yang lain, menyuruh meletakkan benda yang satu di atas benda yang lain, menyebabkan benda yang satu terletak di atas benda yang lain. tuéi (Punan Desa Lubak Manis, Long Titi) datang, ke mari, ke sini; lacét tuéi cepat ke mari. petuéi menyuruh ke mari, sama-sama ke mari. tugan tugal. nugan menugal. tenugan ditugal. tugéu patuk; cai tugéu tumbin ular patuk tumit. nugéu mematuk. tenugéu dipatuk. petugéu sama-sama mematuk. tugi sejenis uir-uir, keriang menanda jam enam sore; lé’an tugi bunyi uir-uir. petugi uir-uir sahut-menyahut mengeluarkan suaranya. tugih tersentuh. nugih menyentuh. tenugih disentuh. petugih saling ganggu- mengganggu. tugou gigi atas; mana tugou kelihatan gigi atas. nugou tongos, gigi atas menonjol, mengambil gigi atas, menghantam orang pada gigi atas. ngetugou mempunyai gigi atas yang menonjol, tongos. nyetugou ada gigi atas yang menonjol. petugou menggunakan gigi atas, memperlihatkan gigi atas. tugum (togom) memelihara, jaga; tugum jan-jan memelihara baik-baik. nugum memelihara; metugum suka memelihara barang. ngetugum mengumpulkan barang untuk dipelihara. tenugum dipelihara. petugum sama-sama berkumpul dengan cara baik-baik berteman, saling memelihara, menyuruh memelihara. tugun asap; tugun pui asap api. nugun membuat asap. ngetugun berasap. nyetugun sudah ada banyak asapnya. tenugun dikasih asap, diasapi. petugun menyebabkan ada asap untuk melarikan lalat atau nyamuk. tuh 1. cucukan; kayuh tuh ka’ kayu cucukan sate. 2. bagian; tuh yé’ bagian untuk saya. nuh menusuk. metuh menusuk terus. netuh 1. dicucuk. nyetuh 2. ada bagiannya, dibagi-bagi. pétuh 1. memberikan cucukan, membuat. 2. membagikan, bagi-membagi. tuhan (BI) Tuhan. tui aduhai (tanda seru, kaget, heran); tui ayo’ rin aduhai besarnya. pétui sama-sama Kamus Punan Tuvu’ 351

mengucapkan aduhai. tujok tunjuk kalau marah. nujok menunjuk sampai kena muka. tenujok ditunjuk. petujok saling menunjuk. tukang (BI) tukang. tukén 1. ukur, batas; tukén an kayuh ukur dengan kayu. 2. waktu; tukén rin ne kou uli’ sudah waktunya kamu pulang. 3. batuk; menging tukén rin nyaring batuknya. nukén 1. mengukur, membatasi. 2. menyumpah orang; hok nukén kou saya nyumpah kamu. 3. membatuk. petukén 1. suruh mengukur. 2. saling menyumpah. 3. mengeluarkan batuk, menyuruh mengeluarkan batuk, menyebabkan batuk. penukén saling menyumpah. tukoh tidak semangat, malas; tat kou tukoh lekah inih maling mangun kalau kau tidak semangat, pekerjaan ini tidak akan selesai. nukoh mengalami kurang semangat. tukoh menyebabkan kurang semangat, membuat kurang semangat. petukoh-tukoh orang berbuat makin malas. tuku bisul. tukuk gunung; tukuk vou gunung tinggi. nukut menggunung. netukuk dijadikan gunung. ngetukuk berbukit-bukit. nyetukuk ada gunungnya. petukuk menjadikan gunung. tukung 1. kampung; tukung lun lalam Tuvu’ kampung asal di Sungai Tubu; ngetukung mempunyai kampung, berkampung. tula 1. berkunjung; tula nuh katou berkunjunglah kami. 2. tampak; iro tula tat lait mereka tampak dari jauh. tulat bagian. nulat membagi. tenulat dibagi. petulat menyuruh membagi, membagikan. tului suara besar seperti gemuruh, seperti naga besar yang jalan. tulung 1. bagian mata yang dekat hidung. 2. pelindung dari ranting dan daun- daunan yang dibuat waktu menunggu binatang buruan lewat; detou mena’ tulung tat da’un tibak mereka membuat pelindung dari daun pisang hutan. 3. berkelahi; tulung igét lou berkelahi setiap hari; 4. (BI) tolong. nulung 2. membuat pelindung. 3. berkelahi. petulung 2. membuat pelindung, menggunakan pelindung. 3. berkelahi sama-sama berkelahi, membawa seseorang berkelahi, menyuruh berkelahi. tumat pantangan, pamali; tumat la’ung pantangan besar (kalau dilanggar terjadi sial). petumat membuat pamali. tumbak anak atau buah pertama yang lahir; tumbak puti’ pisang pertama. tumbin tumit; tumbin ukut tumit kaki. ngetumbin mempunyai tumit yang keluar. petumbin berjalan di atas tumit (kalau sakit). tumbuk nama sejenis pakis; tumbuk bulan nama salah satu jenis pakis yang dipakai sebagai obat supaya badan sehat. tumi anak pertama yang lahir. tumoh kutu. menumoh mencari kutu di kain. numoh membuang kutu (dari 352 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

selimut atau dari tempat lain). petumoh banyak orang mencari kutu, menyuruh membuang kutu. tumot pendek; tumot wéi rotan pendek. numot memendek. ngetumot memendekkan. metumot semuanya pendek. nyetumot sudah pendek. petumot memendekkan sesuatu, sama-sama pendek, menunjukkan sifat pendek. tumu’ kayu damar daging (Agathis borneensis). tun 1. roh; tun a’ roh manusia. 2. kalau; tun ke hok la’ ka’ kalau saya dapat daging. 3. tiba-tiba. mengetun 1. banyak suara roh mengganggu. netun 1. diganggu oleh roh. 3. tiba-tiba pambat netun banjir tiba-tiba (bukan karena hujan). ngetun 1. mempunyai roh. pétun 1. memanggil roh, menyuruh memanggil roh, banyak roh jahat berkumpul. tunan mengganggu; tunan a’ mengganggu orang. nunan mengganggu. tenunan diganggu. petunan menyuruh menganggu, menyebabkan terganggu. tundum kayu unggun; tundum tou nyekelat kayu unggun kita menyala. nundum menyalakan kayu unggunnya. ngetundum memakai kayu besar untuk buat api. nyetundum sudah ada kayu unggunnya. petundum memberikan kayu unggun, mencari kayu unggun, menyuruh mencari kayu unggun. tung sejenis alat musik tiup, rinding; dak nuh tung pukul alat musik rinding. nyetung main alat musik rinding. pétung memberikan, memainkan alat musik rinding. tungén kerantungan, sejenis durian (Durio oxleyanus). tunggo kayu tungo. tungiyu mancung, menjulur urung tungiyu hidung mancung; nyipén tungiyu gigi ke depan, merongos. tungun tunggul; tungun kayuh lo’op tunggul kayuh meranti. tuning telinga; tuning rin kavo telinga lebar. nuning memasang telinga, mendengarkan. ngetuning mempunyai telinga. nyetuning ada telinga yang terlalu menonjol. petuning memperlihatkan telinga, memasang sesuatu di telinga, melubangi telinga, memasang telinga (mendengar baik-baik). tuno kotor; tuno lah nuh kotor badanmu. nuno mengotorkan sesuatu dengan kotoran. netuno dikotori. ngetuno menjadi kotor petuno mengotori, menyebabkan kotor. tunu’ kuyup; udap tunu’ basah kuyup. tunyung bayam merah (Celosa cristata). tuok (tuwok) sejenis burung hantu; ngguh tuok suara burung hantu. ngetuok mempunyai burung hantu. nyetuok ada burung hantunya. petuok mendengar suara burung hantu, meniru suara burung hantu. tup 1. mencicipi tup ucau kun mencicipi butir nasi. 2. berkeliling; kah tup tano’ berjalan berkeliling daerah. nup 2. pergi melihat secara berkeliling. nyetup mengambil sesuatu sedikit-dikit. netup 1. dirasakan garamnya. pétup 1. memberikan makanan untuk dimakan sedikit-sedikit, menyuruh mencicipi makanan seadanya. 2. melakukan sesuatu dengan cara berkeliling, sama-sama berkeliling, menyuruh berkeliling. Kamus Punan Tuvu’ 353 tupi’ (BI) topi. tupih mimpi; tupih tat turui mimpi waktu tidur. nupih memimpi. metupih selalu bermimpi. ketupih mimpi apa yang dilakukan dalam kehidupan, migau. tenupih dimimpikan. tuping tupai beling. tupo’ menumbuk; tupo’ nawi’ menumbuk padi. nupo’ menumbuk. tenupo’ ditumbuk. petupo’ sama-sama menumbuk, menyuruh menumbuk. tupuh selesai, habis. nupuh menghabiskan. ketupuh terakhir. petupuh penyelesaian, menyelesaikan. turan adat, aturan; turan uron adat lama. peturan menyelesaikan perkara adat, menyuruh menyelesaikan perkara adat. turih saudara angkat; rin turih ku’ dia saudara angkatku. nurih mengangkat saudara. tenurih diangkat untuk menyelesaikan perselisihan. peturih sama- sama mengangkat saudara, menyuruh mengangkat saudara. turing sejenis ikan sungai; hok nyekuit turing saya sedang memancing ikan turing. ngeturing mencari ikan turing. peturing sama-sama mencari, menangkap ikan turing. turong purnama; bulan turong bulan purnama ngeturong menjadi purnama. peturong menunggu sampai purnama, memanfaatkan saat purnama. turu’ bocor. tenuru’ air bocoran dikumpulkan. peturu’ membiarkan air turun. turui tidur; aring turui mulai tidur. meturui tidur nyenyak. tenurui dibiarkan, ditinggalkan. peturui menidurkan, menyuruh menidurkan. tut 1. lubang; tut teban lubang pintu. 2. potongan. nut 1. menusuk sesuatu dari sisi ke sisi, tembus. netut 1. dilubangi. 2. dipotong. pétut 1. membuat lubang, berlubang, menyebabkan berlubang. 2. memberikan potongan, menyuruh memotong, menyebabkan terpotong-potong. tuto pelanyo bulat lurus tidak berbuku-buku; kayuh tuto pelanyo kayu bulat lurus tidak berbuku-buku. tutok tegas, betul. nutok menegaskan, meluruskan. petutok menegaskan. tenutok ditegaskan, diperjelaskan. tutu’ sangka. petutu’ menyangka. tutung membakar, terbakar, bakar ladang; tutung levu’ iné’ ta’un rumah terbakar karena kemarau. nutung membakar sesuatu hok it menutung umoh saya mau membakar ladang. menutung pergi membakar. metutung selalu membakar. tenutung dibakar. petutung saling membakar, suruh membakar; hok petutung hén an umak saya menyuruh dia membakar ladangku. tutup 1. paruh; tutup janéi paruh burung. 2. penutup; tutup tilung penutup kamar. petutup 1. menyabungkan paruh (burung, ayam dsb), menyuruh beradu paruh (ayam, burung dsb). tutup-tutup mematuk-matuk. tuvang garangan cerpelai (Herpestes brachyurus), sejenis garangan; nit tuvang kulit anjing hutan. petuvang memburu anjing hutan, memakan daging anjing hutan, memberikan daging anjing hutan. 354 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan tuvoh akar tuba yang dipakai sebagai racun ikan (Derris elliptica); tuvoh bacou tuba ikan. nuvoh menuba. ngetuvoh mengerjakan tuba. petuvoh ramai-rami pergi menuba, menggunakan tuba, memberikan tuba. tuvu’ nama Sungai Tubu (salah satu cabang anak sungai bersama Sungai Mentarang yang mengalir di Sungai Sesayap), nama suku Punan Tuvu’. 2. rebung; tuvu’ betung rebung bambu. tuvuh (tuvuk, tuvum, tuvun) tanaman; tuvuh lu’ai tanaman keladi. nuvuh menanam. tenuvuh ditanam. petuvuh sama-sama menanam, menyuruh menanam. tuvuk (< tuvuh-k) tanaman saya. tuvum (< tuvuh-m) tanamanmu. tuvun (< tuvuh-n) tanaman. tuvung beduk; dak tuvung pemukul beduk. nuvung memanggil orang dengan memukul beduk. petuvung membunyikan beduk, menyuruh membunyikan beduk. tuwin umpil; kayuh tuwin kayu umpil. nuwin diumpil. petuwin sama-sama mengumpil, menyuruh mengumpil, membiarkan mengumpil. tuwok (tuok) sejenis burung hantu. tuyang teman akrab. nuyang menemani, mengikuti; kelovih oroh nuyang inan rin kah nyapai véi anak perempuan itu mengikuti ibunya jalan ke mana saja. tenuyang ditemani. petuyang berteman. tuyu’ kepiting kecil.

U u’a ancaman, misalnya paku dengan ujung berdiri, atau parang dengan mata pisaunya berdiri, atau bambu yang bisa melukai orang. nyu’a berada dalam posisi bahaya. pu’a membuat sesuatu menjadi ancaman, memasang parang dengan mata pisau berdiri. u’i’ menungging; lutuk u’i’ menunggingkan pantat. u’ing lingga (alat merumput); u’ing icit lingga kecil. nu’ing digunakan lingganya. ngu’ing menggunakan lingga. pu’ing memberikan lingga, menyuruh memberikan lingga, menggunakan lingga. u’uk bungkusan. mu’uk membungkus. nu’uk dibungkus. pu’uk menyuruh membungkus. u’ut takut; u’ut otuh takut hantu. mu’ut takut betul-betul sehingga dia mundur dan sembunyi. ngu’ut menjadi takut. nyu’ut dalam keadaan takut. nu’ut ditakuti. pu’ut menakutkan, sama-sama takut, menyuruh menakuti, menyebabkan takut. kenu’ut ketakutan. Kamus Punan Tuvu’ 355 uang (< luang) 1. dalam. 2. (wang) suku; orang. ubah coba. nubah mencoba. pubah suruh mencoba. ubai jenis motif anyaman; ubai ingén motif anyaman bakul. nubai dibuat motif anyamannya. ngubai mempunyai motif anyaman. nyubai sedang membuat motif anyamannya. pubai sama-sama mempunyai motif anyaman, menyuruh membuat motif anyaman, meniru motif anyaman. ubak jamuan; lun ubak tempat jamuan. nubak dijamu. ngubak menjamu. nyubak mengantar makan di depan orang. pubak menyuruh menjamu. ubat 1. barang; vi’ ubat banyak barang. 2. (BI) obat; ubat van obat luka. ngubat 1. mempunyai barang. 2. mempunyai obat. pubat 1. membagi barang, sama-sama mempunyai barang, menyuruh mencari barang. 2. memberikan obat, menyuruh mengobati. ubau 1. penuh ubau unan ungéi penuh dengan air. 2. banyak ubau ukan rin banyak timbunan kayu. nubau 1. dibuat penuh. 2. diperbanyak. ngubau 1. menjadi penuh sekali. nyubau 1. dalam keadaan penuh. pubau 1. mengisi sampai penuh, sama-sama penuh. 2. sama-sama banyak, membuat sesuatu menjadi banyak, menyuruh memperbanyak. ubé (bahasa Ketuya’) sirih. ubét jentik-jentik; ubét nginut jentik-jentik kecil. ngubét membuang jentik-jentik. nyubét ada banyak jentik-jentiknya. pubét membuang jentik-jentik, menyuruh membuang jentik-jentik. ubét-ubét bergerak-gerak kekejangan seperti orang epilepsi. ubi’ singkong; da’un ubi’ daun singkong. ubi’ oka ubi jalar (Ipomea batatas). nubi’ diambil atau dimakan singkongnya. ngubi’ memakai singkong dengan membuang kulit. pubi’ mengambil singkong, memberikan singkong, memakan singkong, menggunakan singkong. ubok ketan; paréi ubok padi ketan. nubok diambil ketannya, dimakan ketannya, dipakai ketannya. ngubok memasak dan makan ketan. pubok memberikan ketan, makan ketan, memakai ketan. ubong 1. dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungan; ubong levu’ dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungan rumah. 2. mengepung; ubong you kavou mengepung ayam lari. nubong 1. dipasang dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungan. 2. dikepung. ngubong 1. mempunyai dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungan. 2. mengepung. nyubong 1. membuat dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungannya. 2. sedang mengepung. pubong 1. memasang dinding bagian atas yang berbentuk segi tiga di bawah ujung bubungan. 2. sama-sama mengepung, menyuruh mengepung. ubot buntung; tu’ing you ubot ekor ayam buntung. nubot dibuntungi. ngubot 356 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

memotong ekor sehingga jadi buntung. nyubot memendekkan. pubot membuntungi, sama-sama buntung. ubuh rumbai-rumbai dari daun pou yang digantung di atas makam bersama tengkorak manusia (warisan masa perang) pada waktu upacara buang nahas; ubuh uvah tenekot rumbai-rumbai yang baru digantung. nubuh dibuat rumbai- rumbai. ngubuh pergi membawa rumbai-rumbai ke kuburan. pubuh membuat rumbai-rumbai, memberikan rumbai-rumbai, menyuruh mencari kelengkapan rumbai-rumbai, menggunakan rumbai-rumbai. ubui tumpukan; ubui kayuh tumpukan kayu. nubui ditumpuk. ngubui menumpuk. nyubui sudah tertumpuk menjadi satu kumpulan. pubui membuat tumpukan, menyuruh menumpuk. ubuk tua sekali; a’ ubuk orang tua. nubuk dibiarkan tua. ngubuk menjadi tua, lewat dari tua. pubuk membiarkan sampai tua, sama-sama tua, semua tua. ubung jenis damar; ubung kayuh damar kayu. nubung diambil damarnya, dinyalakan damarnya untuk lampu. ngubung menggunakan damar. nyubung ada banyak damarnya. pubung memberikan damar, menyalakan damar, menggunakan damar. ubung-ubung kembung; betukoh ubung perut kembung. ubut-ubut banyak; a’ ubut-ubut an pacon orang banyak di pasar. uca’ (kuca’) berusaha cari gaharu. ucak belukar; ucak ovo’ belukar yang terjadi karena ada kayu-kayu yang rebah. nucak dijadikan belukar. ngucak menebang kayu supaya menjadi belukar. pucak menyebabkan adanya belukar, melewati belukar, semua belukar. ucan hujan; ucan meno’ot hujan rintik-rintik. nucan dikenai hujan. ngucan sering turun hujan. pucan membuat hujan, menyebabkan hujan, menggunakan air hujan, berhujan-hujan. ucang tas dari daun pou; jurut ucang tas tempat sirih. nucang dibuat tas. ngucang memakai daun untuk dijadikan tas. pucang membuat tas, memberikan tas, menggunakan tas. ucau butir beras dan nasi; ucau kun, ucau bah butir nasi, butir beras. uci’ (BI) (ngau) kucing piara (Felis catus); uci’ punyuh kucing hitam. nguci’ mempunyai kucing. puci’ memelihara kucing, memanggil kucing. uco’ liar; bacou uco’ ikan liar. nuco’ dibuat liar. nguco’ sering-sering membuat liar. puco’ membuat liar, menyebabkan liar. ucok 1. kurang baik; bua’ ucok buah yang kurang baik. 2. lemah mental. nucok 1. dibuang yang kurang baik. 2. dibuat lemah mental. ngucok 1. mengambil buah yang kurang baik. 2. menjadi lemah mental. pucok 1. menyebabkan kurang baik, sama-sama kurang baik. 2. menyebabkan lemah mental; sama-sama lemah mental. ucong tua, tidak produktif lagi; pulung ucong pohon sagu tua. nucong diambil biarpun tua, dibiarkan tua. ngucong menjadi tua. pucong mengambil yang tua, sama-sama tua, menyuruh mengambil yang tua-tua. Kamus Punan Tuvu’ 357 ucop kotor karena kena benda yang melengket, basah seperti lumpur, air, minyak, darah; ucop udop kotor karena kena lumpur; kucu’ detou ucop lenya tangan mereka kotor kena minyak. nucop dilumuri benda melengket seperti minyak. ngucop memasukkan tangan ke dalam minyak, melumuri tangan dengan minyak atau yang lain-lain. pucop mencuci tangan dari lumuran minyak, membantu membersihkan dari kotoran yang melengket, sama-sama memasukkan tangan ke dalam minyak. ucou 1. sejenis pisang hutan; la’ oro’ ucou; mengambil umbut pisang hutan. 2. nama perempuan Punan; baluh Ucou janda Ucou. ucuk pucuk ujung; ucuk da’un mujan pucuk daun pepaya; ucuk rin jét akhirnya, ujungnya jelek. mucuk meruncingkan sesuatu. nucuk diambil pucuknya. ngucuk membentuk ujungnya. pucuk berujung runcing, menjadikan sesuatu jadi runcing. udap basah bayang udap baju basah. mudap membasahkan; ém mudap bayang jangan membasahkan baju. nudap dibasahi. ngudap membasahi (misalnya dengan melempar air pada orang). pudap membuat basah, menyebabkan basah, saling membasahkan. udo’ menghantukkan kepala. mudo’ hantukkan kepala! nudo’ dihantukkan. ngudo’ menekan kepala ke depan, misalnya anjing atau sapi. pudo’ saling menghantukkan kepala, menyuruh menghantukkan kepala. udok menyiapkan makanan untuk dikasih kepada anak-anak; udok kelovih menyiapkan makanan untuk anak. mudok mempersiapkanlah! nudok disiapkan makanan untuk anak. ngudok mempersiapkan makan anak; hok ngudok kelovih saya mempersiapkan makanan anak. nyudok mencampur beberapa makanan untuk dijadikan makanan anak atau babi. pudok menyuruh mempersiapkan makanan. udong 1. potong; udong bulu’ potongan bambu. 2. puntung; udong beruin rokok. mudong 1. memotong pendek-pendek. nudong 1. dipotong. ngudong 1. memotong sesuatu. nyudong 1. sudah dalam bentuk potong-potong. pudong 1. sudah putus. udop lumpur; ukutku bok udop kaki saya kena lumpur. mudop berlumpur. nudop dikenai lumpur. ngudop melumpuri; hok ngudop ukut ku saya kena lumpur di kaki. nyudop ada banyak lumpurnya, dalam keadaan kena lumpur. pudop sengaja memasukkan kaki dalam lumpur, menyebabkan berlumpur. uduk 1. menyusun puntung api untuk dinyalakan. 2. ujung; uduk yuh ujung pisau yang tajam. muduk 1. menyusun puntung api. 2. meruncingkan ujung pisau. nguduk 1. menyusun puntung api sedemikian rupa bertemu dan gampang menyala. 2. runcing, tajam. puduk 1. sama-sama menyusun kayu api, menyuruh menyusun kayu api. 2. membiarkan berujung tajam, menyebabkan berujung tajam. 358 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan udun ikan gabus; ain udun daging ikan gabus. pudun pergi cari ikan gabus, menangkap ikan gabus, menyuruh menangkap ikan gabus. ugén parang; ugén putun parang buntung; ugén ubi’ jenis parang yang tidak tajam yang dipakai untuk menggali singkong. nugén diberi parang. ngugén mempunyai parang. nyugén ada parangnya. pugén memberikan parang, membuat parang, menggunakan parang. ugip bibir bawah. ngugip menonjolkan bibir bawah ke luar. ugo bujang tua, renta; léi ugo laki-laki bujang tua. mugo hidup sebagai bujang tua. nugo dijadikan bujang tua. nyugo umurnya sudah tua. pugo sama-sama bujang tua, menyebabkan seseorang menjadi bujang tua, membiarkan sampai menjadi bujang tua. ugon 1. lambat lahir; kelovih mengan iro ugon la’ung muit bayi mereka lambat sekali lahirnya. 2. nama orang Punan. mugon terlambat datang, dipanggil- panggil tidak datang-datang. uguk gemetar. uhat pusaran. uih menolak orang dengan siku, menyikut; uih a’ kah menyikut orang lewat. nuih tergeser karena kena siku orang. nguih menggeser, mendorong sesuatu atau seseorang. péuih saling dorong atau orang banyak mendorong sesuatu. uin (wuin) tusuk konde; uin ivuk tusuk konde rambut. nuin dipakai tusuk konde; nguin memakai tusuk konde. nyuin tusuk konde tetap di kepala. puin memasang tusuk konde, memberikan tusuk konde. ujau runcing; bulu’ ujau bambu runcing. mujau runcingkanlah, meruncingkan! nujau sudah diruncingkan. ngujau meruncing. pujau meruncingi, membuat runcing, sama-sama runcing, menggunakan sesuatu yang runcing. ujok-ujok menunjuk-nunjuk; cangau rin ujok-ujok jari tangannya menunjuk- nunjuk. nujok-ujok ditunjuk-tunjuk. ngujok-ujok menunjuk-nunjuk. pujok- ujok saling menunjuk-nunjuk, menyuruh menunjuk-menunjuk, menancap banyak-banyak dalam tanah. ujom tunduk. mujom menundukkan kepala, misalnya kalau minum. ngujom menekan kepala orang ke bawah kalau marah. pujom saling menekan kepala ke bawah. nujom ditekan kepalanya ke bawah. ujot bersetubuh; ujot oroh bersetubuh dengan istri. mujot bersetubuh dengan orang. nujot disetubuhi. pujot melakukan persetubuhan, mengajak bersetubuh. ujou (BI) warna hijau. uka’ 1. sejenis penyakit binatang; butung bavui uka’ bangkai babi yang mati terserang penyakit. 2. nama laki-laki Punan, Uka’ Singgin. ukan 1. takaran; ukan bah takaran beras, bah ukan nuh an muk beras ditakar dengan mok. 2. jumlah, semua, banyak, timbunan; ukan kayuh pui timbunan kayu api; ukan bacou jumlah ikan. mukan menakar. nukan 1. ditakar. 2. ditimbun. nyukan 1. ada takarannya. pukan 1. sama-sama menakar, menyuruh menakar, Kamus Punan Tuvu’ 359

menggunakan takaran. 2. sama-sama menjumlah, menyuruh menjumlah. ukén 1. batuk; hok ukén saya batuk. 2. ingus, dahak; ukén rin muit ingusnya keluar. 3. dampak perempuan hamil di luar nikah. nukén 1. dibatukkan. 2. dibuang ingusnya, dahak. ngukén 1. mengeluarkan batuk. 2. mempunyai ingus. nyukén meludah-ludah mengeluarkan dahak. pukén 1. sama-sama batuk, menyebabkan batuk. 2. sama-sama beringus, menyuruh mengeluarkan ingus, menyebabkan beringus. 3. semua orang kena imbas dari perempuan hamil tanpa suami. uki’ 1. tupai; uki’ tom sejenis tupai besar. 2. panggilan untuk anak laki-laki. nuki’ 1. ditangkap tupainya. nguki’ 1. ada banyak tupai. puki’ 1. memburu tupai, memberikan tupai, memelihara tupai. ukih geser, pindah. mukih menggeserkan, berpindah. ngukih sedang bergeser. nukih digeserkan. pukih menyebabkan geser, memindahkan. pemukih mengangkat sesuatu dari tempatnya. ukop menunduk; kah ukop berjalan menunduk. nukop ditundukkan badannya. nyukop berjalan menunduk karena sedang membawa gendongan berat. pukop menundukkan badan, sama-sama tunduk, menyuruh menundukkan badan. ukot 1. kerdil; karan rin ukot semuanya kerdil. 2. nama orang. nukot dibuat kerdil. ngukot menjadi kerdil. pukot sama-sama kerdil, membuat kerdil, membiarkan kerdil, menyebabkan kerdil. uku 1. nenek moyang, nenek (bahasa Punan Tubu Sungai Malinau). 2. dewa; Uku Mbi Dewa Uku Mbi, Uku Ajih dewa Uku Ajih (yang melindungi binatang), Uku Pata, dewa Uku Pata. 3. mertua; uku oroh mertua perempuan. nuku dipanggil mertua. nguku mempunyai mertua. nyuku ada mertuanya. puku hubungan di antara dua mertua, sama-sama memanggil mertua. ukui ekor; ukui kelop ekor kura-kura. nukui dibuat ekornya. ngukui mempunyai ekor. nyukui ada ekornya. pukui memberikan ekor, mengekor pada seseorang, membuat ekor, menggunakan ekor, memperlihatkan ekor. ukum (BI) hukum; ukum adat hukum adat. nukum dihukum. pukum sama-sama menimbang seseorang tentang hukum, menyuruh menghukum. ukun calung (tempat air), tabung bambu; ukun bulu’ calung dari bambu, potongan bambu untuk membawa air. nukun dipakai calungnya. ngukun mempunyai calung. nyukun sudah ada calungnya. pukun memberikan calung, membuat calung, menggunakan calung. ukung perangkap; ukung oih perangkap binatang. nukung dipasang perangkap. ngukung mempunyai, memasang perangkap. pukung membuat perangkap, memasang perangkap, menggunakan perangkap, menyuruh membuat perangkap. ukut kaki bagian bawah; ukut bowang kaki beruang. ukut-ukut melihat orang dari jauh, hanya kelihatan kakinya. nukut dipasangkan kaki, diinjak dengan kaki. ngukut mempunyai kaki. nyukut ada kakinya. pukut memasangkan kaki, memberikan kaki, menggunakan kaki, membuat kaki, memperlihatkan kaki. ula semut; ula momo’ semut kecil ula bélang semut biasa (Formicidae). mula membuang semut dari badan. nula didatangi semut. ngula mempunyai 360 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

semut. nyula membongkar sarang semut sehingga banyak semut keluar. pula mendatangkan semut, membunuh semut. ngepula membuang semut dari badan. ula’ sebutan untuk laki-laki yang salah satu dari orang tuanya sudah meninggal; ula’ Likun Likun yatim (yang salah satu dari orang tua sudah meninggal). ulah bungkusan; ulah cigup bungkusan tembakau. nulah dibungkusi. ngulah mempunyai bungkus. nyulah ada bungkusnya. pulah sama-sama membungkus, memberi bungkusan, menyuruh membungkus. ulai keledang (Artocarpus lanceifolius), sejenis pohon terap yang isi buahnya merah; bua’ ulai buah keledang yang isinya merah. nulai diambil buah terapnya. ngulai mempunyai pohon atau buah terap. nyulai ada banyak pohon atau buah terapnya. pulai memberikan buah terap, menyuruh memberikan buah terap, menggunakan buah terap. ulak kue terbuat dari durian; ulak ducou kue durian. ulang pengganti dari setengah harga dari mas kawin; ulang amung barang pengganti mas kawin. nulang diberi pengganti dari mas kawin. ngulang memberikan barang sebagai pengganti mas kawin. nyulang ada mas kawinnya. pulang tukar menukar mas kawin dengan barang. ulat menjahit; ulat bayang menjahit baju. nulat dijahit. nyulat menjahit. pulat sama-sama menjahit, menyuruh menjahit. uléi membalas; uléi gelu’ membalas dendam (dibilang tentang anjing yang pernah dipatahkan kakinya). nuléi dibalas. nyuléi sedang membalas. puléi saling membalas, menyuruh membalas, membiarkan seseorang membalas. ulét ulat; ulét bulun ulat bulu. nulét dibuang ulatnya. ngulét membuang ulat bulu. pulét sama-sama membuang ulat, menyuruh membuang ulet bulu. uli’ pulang (kalau ada di tempat asal); kembali; uli’ nyanih pulang ke sini kembali; uli’ urip hidup kembali. nuli’ dipulangkan. puli’ sama-sama pulang, memulangkan, menyebabkan pulang, memanggil pulang, membiarkan pulang. puli’-uli’ ulang mengulang. ulik-ulik warna merah; bulun you ulik-ulik bulu ayam yang berwarna merah. nulik- nulik dihiasi dengan warna merah. nyulik-ulik dalam keadaan merah betul. pulik-ulik menjadi makin merah seperti api yang menyala. ulim sembunyi; ulim lait-lait sembunyi jauh-jauh. mulim menyembunyikan. sekulim bersembunyi sendiri. pesekulim bersembunyi. nulim disembunyikan. pulim menyuruh menyembunyikan. pepulim menyembunyikan sesuatu satu sama lain. ulin anakan, tunas dari berbagai tanaman seperti pisang, tebu, bambu. uling picu perangkap; uling ukung beruk picu perangkap beruk. nuling dipasang picu perangkapnya. puling memasang picu perangkap. uloh-uloh cepat-cepat, kencang; detou uloh-uloh lekah mereka bekerja cepat-cepat. ulok dedak; ulok nawi’ dedak padi. nulok diambil dedaknya. ngulok membuat dedak. nyulok ada banyak dedaknya. pulok hancur betul, menyuruh membuat dedak. Kamus Punan Tuvu’ 361 ulom 1. sejenis buah kecil juga dikenal sebagai terong pipit (Solanum torvum); keman ulom makan buah terong pipit. 2. sejenis ikan air tawar. ngulom 1. mencari buah. 2. mempunyai ikan ulom. pulom menyuruh memasak sesuatu dengan ulom, menambah ulom ke dalam makanan. uluh mencucuk, menyusun; uluh inu’ an talih mencucuk manik-manik dengan benang; nuluh dicucuk, disusun. nguluh menyusun keturunan. nyuluh mencucuk, menyusun. puluh menyuruh mencucuk. puluh-uluh bersusun- susun. ului kulit ular; ului penganén kulit ular sawa. nului ditinggalkan kulitnya. ngului melepaskan kulit. nyului keluar dari kulit. uluk sendok, menyendok; uluk detou kun mereka menyendok nasi. nuluk dipakai sendoknya. nyuluk mengambil makanan dengan sendok, menyendok. puluk memberikan sendok, menggunakan sendok, menyuruh menyendok. ulun bagian atas (dari ladang, kebun, telinga); ulun umoh bagian atas ladang. ngulun mempunyai telinga yang bagian atas berlubang. nyulun mengerjakan ladang sampai batas atas. ulung 1. pelihara; ulung uki’ pelihara tupai, bajing. 2. bagian ladang yang belum selesai ditebang. 3. ternak. uma’ seumpamanya. umah berlimpah; kun umah makanan berlimpah. numah dibuat berlimpah. ngumah menjadi berlimpah. nyumah pemborosan, mubazir, dalam keadaan berlimpah. pumah membuat berlimpah, menyebabkan berlimpah, sama-sama berlimpah. umak (umoh-k) ladang saya. umam (umoh-m) ladang kamu. uman (umoh-n) ladangnya. umat bekas luka atau koreng; umat jawéi bekas luka atau koreng di wajah. numat dibuat bekas luka. ngumat mempunyai bekas luka. nyumat membuat bekas luka atau koreng. pumat membuat bekas luka, menyebabkan ada bekas luka, memperlihatkan bekas luka. umau minyak; umau kerita’ minyak tanah, umau lanyih minyak babi. umbang sejenis gelas terbuat dari bambu. umbén mati melahirkan anak; hén kevoh umbén nak dia mati melahirkan anak. umbung 1. tangkai ranting pohon yang penuh buah yang sudah masak. 2. nama sejenis pohon, sembung uru’ umbung pohon kecil yang dipakai sebagai obat perempuan yang baru melahirkan. 3. pusar yang muncul keluar umbung puét pusar yang muncul keluar. umbut menggulum; ovi’ hok umbut kun pa’ an va’ saya tidak menggulum makanan lagi di mulut. umi’ nyaris, hampir; da’an kayuh inah umi’ leruh dahan kayu itu nyaris jatuh. nyumi’ dalam keadaan nyaris terjadi; ém nyumi’ rin, leruh rin ano’ jangan terlalu dekat di pinggir, akan terjatuh. pumi’ menyebabkan nyaris terjadi, sama- sama nyaris terjadi. 362 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan umoh (umak, umam, uman) ladang; dirik umoh menebas ladang. numoh dibuat ladang. ngumoh mempunyai ladang. nyumoh ada ladangnya. pumoh membuat ladang, menyuruh membuat ladang, menggunakan ladang. umpang (bahasa Ketuya’) mangkok. umuh telanjang; umuh berung telanjang dada. numuh ditelanjangi. ngumuh melewat tanpa minta permisi. nyumuh dalam keadaan telanjang. pumuh menelanjangkan, menyebabkan telanjang. umui tidak bertumbuh dengan baik, tumbuh sedikit dan langsung mati (untuk tanaman); ucuk ubi’ inih umui pucuk singkong ini tidak bisa tumbuh. numui dibuat sehingga tidak bisa tumbuh. pumui beberapa tanaman tidak bisa bertumbuh dengan baik. unai daun yang dipakai untuk menuang air atau yang lain-lain; unai an bulu’ menuang ke dalam bambu. nunai dituang dengan daun. ngunai menuang air dengan menggunakan daun. nyunai menuang. punai menuangkan semua air dengan menggunakan daun. unan dengan, dan; hok lekah unan iro an umoh saya bekerja dengan mereka di ladang. undan muatan; undan aruk muatan perahu. mundan bongkar muat. nundan dimuat. ngundan bermuatan. pundan memuat, sama-sama memuat, menyuruh memuatkan. undung (BI) untung. unéi tadi (dari pagi sampai malam); unéi nah a’ nyong ketou tadi ada orang mencari kalian. ung sejenis batu besar dalam sungai. ungéi (BK) 1. sungai; wat ungéi arus sungai. 2. air; ungéi bo’ air minum, ungéi uli’ langit mékop air bah dan langit jatuh, (menandakan hari kiamat) nungéi 1. dialirkan sungai. 2. dituangkan air. nyungéi 1. ada sungai di satu daerah. 2. ada airnya di dalam (seperti bambu). pungéi 1. membuat sungai mengalir, sama- sama mempunyai aliran sungai. 2. menuangkan air, menggunakan air. ungén sejenis belalang padi (yang dipercayai bisa membawa rejeki); ungén paréi belalang sembah (Mantis sp.); lakin ungén paréi raja belalang padi (jenis belalang padi yang besar). nungén dipelihara belalang padinya. nyungén buat upacara padi pada raja belalang supaya panen bagus. pungén menyembah pada raja belalang, kasih makan pada dia; memberikan pada belalang padi, menggunakan belalang padi. ungga mengusir; ungga you mengusir ayam. mungga mengusir. nungga diusir. nyungga berbuat sedemikian rupa sehingga mengusir musuh (misalnya teriak- teriak di ladang untuk mengusir monyet). pungga bertolak-tolak, menyuruh mengusir. unggét keriting; ivuk unggét rambut keriting. nunggét dikeritingi. nyunggét dalam keadaan keriting. punggét membuat keriting, menyuruh membuat keriting, sama-sama keriting membiarkan keriting. Kamus Punan Tuvu’ 363 unggu’ jerami; paréi unggu jerami padi. unggun tiang untuk menahan; unggun kayuh mokat menahan kayu yang mau rebah. munggun bertahan. nunggun ditongkat untuk ditahan. nyunggun menahan supaya dia kuat berdiri. punggun sama-sama menahan, menyuruh menahankan. unggut ongkos; unggut kah ongkos perjalanan. nunggut diongkosi. nyunggut ada ongkosnya, ada bekal. punggut memberikan ongkos, menyuruh memberikan ongkos, menggunakan ongkos. ungin (ungén) belalang. ungo-ungo bersantai; lali’ ungo lama bersantai. nungo orang lama duduk di satu tempat. pungo beberapa orang duduk bersantai, menyuruh bersantai. petepungo banyak orang yang bersantai pada saat yang sama. unguh cairan telinga; unguh tuning kotoran telinga, puli’ unguh obat mengobati telinga yang bernanah. nunguh sudah ada kotorannya. punguh membuang kotoran, menyuruh membuang kotoran, mempunyai kotoran. ungun tepi; ungun luvang tepi lubang. nyungun sudah ada bagian depan. ungun-ungun berdiam diri; rin ungun-ungun dia berdiam diri. nungun-ungun dibuat berdiam diri. pungun-ungun membuat seseorang berdiam diri, menyebabkan seseorang berdiam diri, menyuruh seseorang berdiam diri, sama- sama berdiam diri. unih tadi (agak dekat-dari siang sampai malam). unik muntah, tumpah karena kepenuhan; tun igam avuk unik rin muit karena mabuk ia keluarkan muntah. unin sebutan orang Punan untuk sesama suku Punan untuk menghina; detou inah Unin mereka itu sesama kita orang Punan (orang Unin tidak mengerti apa-apa, tidak punya pengalaman). unju’ jari telunjuk. unjun jatuh; unjun tat da’an kayuh jatuh dari dahan kayu. unjung 1. keturunan. 2. nama perempuan Punan. unjut puncak; unjut tukuk puncak gunung. unok isi buah yang tebal. ngunok berdaging tebal; docou inah ngunok durian itu tebal isinya. untung harapan. unuh sampah; unuh levu’ sampah rumah tangga. nunuh dibuang sampahnya. ngunuh membuang sampah sembarangan. punuh membuang sampah beramai- ramai menyuruh membuang sampah. unum-unum (kunum-kunum) suara seseorang yang terdengar kurang jelas. punum-unum sama-sama mengeluarkan suara yang terdengar kurang jelas. unyai masakan daun singkong yang tidak punya campuran; kelién unyai sayur rebus. nunyai dimasak hanya dengan direbus (khusus daun ubi). ngunyai membuat masakan daun singkong. punyai memberikan masakan singkong rebus saja, membuat masakan rebus, memakan masakan rebus. 364 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan unyan sejenis kura-kura besar. ngunyan mencari kura-kura. punyan memberikan kura-kura, mencari kura-kura, menggunakan kura-kura. unyét remah (sisa) beras bercampur dedak. nunyét diambil remah beras bercampur dedaknya. ngunyét mencampurkan remah beras dengan dedak. punyét memberikan remah beras campur dedak, memakai remah beras bercampur dedak. unyoh berminyak, kotor; mucun unyoh bibir berminyak. nunyoh dibuat berminyak. ngunyoh menjadi berminyak. punyoh sama-sama berminyak, menyebabkan berminyak, menyuruh menggosok sesuatu dengan minyak. unyung 1. sebutan untuk kedua orang tua bila anak pertama mereka sudah meninggal; unyung Lawing Si Lawing yang anak pertamanya sudah meninggal. 2. sejenis ular; unyung punyuh ular hitam. uoi sapaan untuk suami atau istri dari kakak atau adik ipar; rin uoi detou dia suami kakak ipar mereka. neuoi 1. disapa dengan sapaan uoi. 2. dijawab apa. nguoi 1. teriak memanggil uoi. nyuoi berada dalam keadaan biras; kou inah nyuoi hén irih kamu beriras dengan dia itu? puoi saling memanggil uoi (karena beriras). uong (wong) 1. tanduk; uong telau’ tanduk kijang, uong payou tanduk rusa yang biasa dipakai sebagai motif orang Punan. 2. sejenis lebah berbisa cevut uong, sengatan lebah uong. nuong 1. dipakai tanduknya. nguong 1. mempunyai tanduk. péuong 1. memberikan tanduk, menggunakan tanduk. upa’ kulit kayu; upa’ avang kulit kayu tengkawang. nupa’ dikuliti. ngupa’ membuka kulit. nyupa’ ada kulit kayu. pupa’ menguliti, memberikan kulit, menggunakan kulit. upau sejenis burung; janéi upau mengan burung upau berwarna merah. ngupau pergi memburu burung upau. pupau menangkap burung upau, memberikan burung upau, menggunakan burung upau. upét umpan; upét bacou umpan ikan. nupét dikasih umpan. ngupét membuat umpan. pupét memasang umpan, memberikan umpan, menggunakan umpan. upit (supit) sumpit, sumpitan; upit kelu’ sumpitan lama (lebih pendek dari sekarang yang bisa mencapai 2,3 m. Sumpitan dulu panjangnya hanya satu meter) upit lemelai sumpitan dari kayu lemelai; uki’ upit ku’ saya menyumpit tupai. mupit pergi menyumpit. nupit dibuat sumpitan, disumpit. nyupit menyumpit. pupit memberikan sumpitan, menyuruh menyumpit. upong sejenis kurap; upong pangga’ sejenis kurap yang sulit disembuhkan. upuh bungsu, terakhir; nak upuh anak bungsu; upuh detou keman terakhir mereka makan. mupuh menghabiskan. pupuh terakhir. upun-upun bengong, tak bergerak. uput 1. buih; uput va’ buih mulut. 2. puntung; uput beruin puntung rokok. 3. punah. uput iné’ layu’ punah karena wabah. 4. tumpul. nuput 1. dikeluarkan buihnya. 2. puntung dibuat pendek. 3. dipunahkan. nguput 1. mempunyai buih. 2. berganti- ganti puntung. 3. menjadi punah. puput 1. mengeluarkan buih, menyebabkan Kamus Punan Tuvu’ 365

berbuih; 3. membuat punah, menyebabkan punah. ura jari tengah. urah 1. menghambur; urah nawi’ menghambur padi. 2. tersebar; urah an ledang tano’ tersebar di setiap daerah. murah menghambur, berhamburan. ngurah menghamburkan, menyebarkan. nyurah sedang menghamburkan, dalam keadaan tersebar. nurah dihamburkan, disebarkan. purah berhamburan. urang (BK) udang (Machrobrachium sp.); urang umbu’ jenis udang besar. nurang ditangkap udangnya. ngurang mempunyai udang. nyurang pergi mencari udangnya. purang menangkap udang, memberikan udang, menyuruh mencari udang, menggunakan udang. uréh dulu; keman tou uréh, nah tou mom ano’ kita makan dulu baru kita mandi nanti. uri’ penyakit alat kelamin perempuan, radang kandung kemih. urin, urih bagian belakang, kemudi; urin aruk bagian belakang perahu. nurin ditaruh di bagian belakang. ngurin berada di belakang. nyurin ada di bagian belakang. purin menyuruh seseorang untuk menempati bagian belakang, mengendalikan dari bagian belakang. urip/orip hidup; urip pe’ok-ok hidup serba sengsara; murip hidup; nurip dihidupi; ngurip mempunyai kehidupan. kenorip kehidupan, dijalankan hidup. purip memberikan kehidupan, membuat hidup, memelihara supaya hidup. peporip menghidupkan kembali. uro-uro redup; metan uro-uro mata redup. puro-uro membuat redup, menyebabkan redup, meredup-redup. uro’ 1. mencungkil-cungkil dengan moncong, mencari makanan (terutama binatang); tano’ uro’ bavui babi mencungkil-cungkil tanah dengan moncongnya. 2. makanan. nuro’ dicungkil-cungkil dengan moncong. nguro’ mencungkil- cungkil dengan moncong. nyuro’ sedang mencungkil-cungkil dengan moncong. puro’ sama-sama mencungkil dengan moncong, memaksa binatang mencungkil- cungkil sesuatu dengan moncongnya. uron dahulu; tat uron lemok bénih sejak dahulu sampai sekarang ini. uru tanda; kayuh uru kayu untuk tanda. nuru ditandai. nguru mempunyai tanda. nyuru memberikan tanda sebagai penanda (biasanya di pohon). puru menandai, membuat tanda, menyuruh membuat tanda, menggunakan tanda. uru’ 1. rumput, tanaman; kenyom uru’ membersihkan rumput; uru’ seniom/uru’ ntuh gandarusa (Gendarussa vulgaris); uru’ ucan nanas (Ananas comosus); uru’ umbung sembung (Blumea basalmifera). 2. racun akibat guna-guna orang; a’ vi’ uru’ orang punya ilmu hitam. nuru’ 1. dirumputi. 2. dibunuh secara diam- diam oleh guna-guna orang. nyuru’ 2. membunuh orang dengan cara meracuni dengan guna-guna. puru’ saling membunuh dengan cara guna-guna. uruk-uruk lari, mau kabur. urung 1. hidung urung ayo’ hidung besar. 2. ujung; urung lading ujung tombak; 366 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

nurung dicium dengan hidung. ngurung mencium dengan hidung. nyurung ada hidungnya. purung membuat hidung (patung dsb.), sama-sama mempunyai hidung, menggunakan hidung. uta’ muntah; uta’ jét kanén muntah karena hamil atau mengidam. nuta’ muntah; dimuntahi. kelovi’ nuta’-nuta anak muntah-muntah; nuta’ mecou penyakit muntaber. puta’ membuat muntah, menyebabkan muntah, menyuruh muntah. utang 1. tongkat; utang bulu’ tongkat bambu. 2. (BI) hutang; utang Miyus an hok saya punya hutang dengan Miyus; Miyus vi’ utang an hok Miyus berhutang dengan saya. nutang 1. diambil tongkatnya. 2. dibebani utang hok nutang an Miyus saya ada hutang dengan Miyus. ngutang 1. memakai tongkat. 2. berhutang. nyutang ada tongkatnya. putang 1. memberikan tongkat, membuat tongkat, menggunakan tongkat, menyuruh membuat tongkat. 2. meminjamkan. utin buntut; utin ivuk buntut gelungan rambut. nutin dibuat buntut. ngutin mempunyai buntut. nyutin ada buntutnya. putin membuat buntut, menyuruh membuat buntut, menggunakan buntut. uting babi ternak (Sus domesticus); uting ténoh babi peliharan yang betina. nuting digunakan babi peliharannya. nguting mempunyai babi peliharan. nyuting; ada banyak babi peliharannya. puting memberikan babi peliharan, menyuruh memberikan babi peliharan, menggunakan babi peliharan. utip putus, potongan; utip nuh tali aruk putuslah tali perahu itu. mutip dalam keadaan terputus, terpotong, memutus, memutuskan; tali inah mutip tali itu terputus; hok memutip tali inah saya mau memotong tali itu. putip saling memotong, saling memutus. nutip diputus; talin aruk nutip hén tali perahu diputus oleh dia. ketutip kehabisan; hok ketutip gula’ saya kehabisan gula. utok 1. kepala; utok adat tukung kepala adat kampung, luang utok otak, utok bowang kepala beruang, utok bulan nama mata bulan kalau sudah hampir purnama. 2. sari; telang utok vanyih air sari madu. utong palang kecil yang dipasang melintang pada lubang kulit bawah ujung penis laki-laki untuk menambah rangsangan dan kenikmatan bagi pasangannya pada waktu mereka bersetubuh; utong tolang palang dari tulang. nutong dipasangkan palang. ngutong mempunyai palang. nyutong ada palang. putong memasang palang, membuat palang, menggunakan palang. utop campur ramuan; utop tacom mencampur ramuan racun sumpitan. mutop mencampur satu dengan yang lain. nutop dicampur ramuan. ngutop mencampur bahan ramuan. putop membuat campuran semua bahan ramuan, menggunakan campuran bahan ramuan, sama-sama mempunyai campuran ramuan. utuh potong; utuh tangan da’un memotong tangkai daun. nutuh dipotong. ngutuh memotong. nyutuh sedang memotong. putuh sama-sama memotong, memotong-motong, menyuruh memotong. utum pepes, sesuatu yang dimasukkan dalam daun dan dimasak. utun puntung, potongan; utun melat puntung besi. nutun dibuat puntung. ngutun Kamus Punan Tuvu’ 367

mempunyai puntung. nyutun ada puntungnya. putun mempunyai puntung, membuat puntung, menggunakan puntung. utung 1. sejenis akar tuba; pu’un utung pohon kayu tuba. 2. mangkok; limoh utung lima mangkok. 3. ujung, umbai; utung ivéi umbai cawat; 4. padanan (yang cocok untuk), pas; kou véi utung rin kau saja padanannya. nutung 1. dipakai tubanya. 2. dipakai mangkoknya. 3. dibuat umbai; 4. dianggap sebagai padanan. nyutung 1. ada tubanya. 2. ada mangkoknya. 3. ada umbainya; 4. ada padanannya. putung 1. mencari tuba, memberikan tuba, menggunakan tuba. 2. membuat mangkok, memberikan mangkok, menggunakan mangkok. 3. memasang umbai, memberikan umbai, memakai umbai, mempunyai umbai. 4. menganggap sebagai padanan, mengatur atau menyiapkan padanan, mencari padanan. utung ramin (Gonystylus macrophyllus), sejenis pohon dataran rendah. utut menutupi hidung; utut an kumut menutupi hidung dengan selimut. nutut ditutupi hidungnya. ngutut menutupi hidung. nyutut sedang menutupi hidung. putut menutupi hidung, menyuruh menutupi hidung, sama-sama menutup hidung. uva serbuk; uva kayuh serbuk kayu. nuva dibuat serbuk. nguva mempunyai serbuk. nyuva ada banyak serbuknya. puva sama-sama membuat serbuk, menggunakan serbuk. uvah baru; bayang uvah baju baru. nuvah dibarui. nguvah membarui. nyuvah dalam keadaan baru. puvah sama-sama baru, memberikan yang baru, menyuruh memberikan yang baru, membuat baru, menyebab sesuatu baru, memakai yang serba baru. uvan uban; uvan utok uban kepala; uvan uvo’ rambut putih semua (tanda orang sudah tua). nuvan ditumbuhi uban. nguvan mempunyai uban. nyuvan ada banyak ubannya. puvan sama-sama beruban, menyebabkan uban, membiarkan beruban, membuang uban. uvang 1. bagian dari kayu atau rotan yang terbuang waktu dipotong atau diraut; uvang wéi bagian rotan yang terbuang waktu diraut. 2. menyebar; uvang a’ Punan an pai-pai orang Punan menyebar di mana-mana. nguvang 1. mempunyai bagian yang terbuang waktu dipotong atau diraut. 2. menyebar. nyuvang 1. ada bagian yang terbuang waktu dipotong atau diraut. 2. tersebar. puvang 1. sama-sama mempunyai bagian yang terbuang waktu dipotong atau diraut, mengumpulkan bagian yang terbuang waktu dipotong atau diraut. 2. menyebabkan tersebar, sama-sama menyebar. uvé’ 1. kawin; iro uvé’ mereka kawin. 2. permainan; uvé’ kelovih permainan anak- anak. nuvé’ 1. dikawini, dipaksa kawin, disetubuhi. 2. (nubé) dipermainkan. nguvé’ 1. mengawini. 2. mempunyai permainan. nyuvé’ 1. sedang melaksanakan perkawinan, sedang kawin, sedang bersetubuh. 2. sedang bermain. puvé’ 1. melaksanakan perkawinan, bersetubuh, menyuruh kawin. 2. sama-sama permainan, membuat permainan, menyuruh bermain-main. 368 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan uvi’ mencuci; uvi’ lalai mencuci piring. nuvi’ dicuci. nguvi’ mencuci. nyuvi’ sedang menyuci. puvi’ sama-sama mencuci, menyuruh mencuci. uvo sejenis pohon hutan; uvo bulah jambu (Syzygium sp.). uvo’ rambut semua putih tanda bahwa orang sudah tua; a’ uvo’-uvo’ bulun utok hén orang tua, dengan rambut semua putih. nguvo’ menjadi putih semua. nyuvo’ sudah dalam keadaan tua. uvu membujuk; uvu kelovih membujuk anak. 2. hiburan; uvu wo’ jan ngenong hiburan yang baik ditonton. nuvu dibujuk 2. dihibur. nguvu 1. membujuk. 2. menghibur. nyuvu sedang membujuk. puvu sama-sama membujuk, menyuruh membujuk, menghibur. uvuk-uvuk berdiam; uvuk-uvuk janéi an da’an burung berdiam di atas dahan. nuvuk didiami. nguvuk mendiami. nyuvuk sedang mendiami. puvuk sama- sama berdiam, membiarkan berdiam. uvung wabah, penyakit; tengalan uvung musim wabah. nuvung dijangkiti wabah. nguvung mempunyai wabah penyakit. puvung merawat seseorang yang kena wabah penyakit, menyebabkan wabah penyakit, menyuruh mengobati seseorang yang kena wabah penyakit. uwih (uih) menyikut. uyung muda, anak kecil; kelovih uyung muh bayi menyusui. uyut bakul; uyut wéi kalung bakul anyaman rotan.

V va bunga; va bua’ bunga buah. ngeva mempunyai bunga. nyeva sedang berbunga. neva dijadikan bunga. péva sama-sama berbunga. va’ mulut; va’ ayo’ mulut besar. ngeva’ mempunyai mulut. nyeva’ bermulut, ada mulutnya. péva’ sama-sama mempunyai mulut. va’it sejenis buah seperti rambutan tapi tak berduri. valiyu (valiu) 1. gelisah; valiyu perun hati gelisah. 2. jadi-jadian, menjelma; valiyu cai ular jadi-jadian. ngevaliyu 1. merasa gelisah. 2. menjelma. nyevaliyu 1. sedang gelisah. 2. berbentuk jadi-jadian. pevaliyu 1. menyebabkan gelisah. 2. membuat menjadi jadi-jadian. benaliyu dijadikan gelisah. van luka; van da’ luka berdarah. nevan dilukai. ngevan melukai. nyevan terluka. pévan menyebabkan luka. vangén gila; vangén otuh gila sekali. pevangén membuat gila. vanyih madu, lebah madu (Apis dorsata); lalou vanyih pohon tempat madu. ngevanyih mempunyai madu. pevanyih membagi madu, mencari madu. véi 1. cepat; véi kah jalan cepat. 2. saja; bon véi biar saja. pevéi menyuruh cepat. velo malas, tidak mau; velo la’ung malas sekali. ngevelo merasa malas, bermalas- Kamus Punan Tuvu’ 369

malasan. pevelo membuat malas. velop 1. gelap; lou velop hari gelap. 2. seram. nelop 1. dibuat gelap. 2. dibuat seram; ngevelop 1. membuat gelap. 2. membuat seram. nyevelop 1. dalam keadaan gelap. 2. dalam keadaan menyeramkan. pevelop 1. menggelapi, menyebabkan gelap. 2. menyeramkan. venga terang. vét ikat pinggang; vét buro’ ikat pinggang dari kain. nevét dipasangi ikat pinggang. ngevét mempunyai ikat pinggang. nyevét berikat pinggang, ada ikat pinggangnya. pevét memasangkan ikat pinggang. vi’ 1. banyak; vi’ bacou banyak ikan. 2. punya. pévi’ 1. sama-sama memperbanyak. vi’at harimau mitologis; vi’at tukuk harimau gunung. ngevi’at mempunyai harimau. nyevi’at ada harimau. pevi’at menunjukkan harimau kepada seseorang. vilé miring. milé miring; tano’ milé tanah miring. nevilé (nilé) dimiringkan. pevilé memiringkan. vin barang; vin ayo’ barang banyak. ngevin mempunyai barang. nyevin ada banyak barangnya. pévin membagi barang. vit gantungan; vit bayang gantungan baju. nevit digantungkan. ngevit mengantungkan. nyevit tergantung. pévit sama-sama menggantungkan. vok-vok 1. empuk; legén vok-vok bantal empuk. 2. kental; nyak vok-vok minyak yang kental. vong sejenis bambu tipis; louwah vong ruas bambu tipis. ngevong mempunyai bambu tipis. nyevong ada banyak bambu tipisnya. pévong menggunakan, membagi bambu tipis. vop asap; vop pui asap api yang dikasih masuk ke lubang binatang. mevop membuat api di depan lobang. ngevop terkena asap api. nevop dibuat api. nyevop ada banyak asapnya, berasap. pévop mengasapi, saling buat api. vou tinggi; vou kungam tinggi badanmu. pévou mempertinggi, sama-sama meninggikan. vu’ut takut; vu’ut kevoh takut mati. nevu’ut ditakuti. ngevu’ut menakutkan. nyevu’ut menakutkan untuk memperingatkan orang supaya jangan melakukan sesuatu. cenevu’ut diperingatkan. pevu’ut sama-sama takut, saling menakut- nakuti. kenevu’ut ketakutan, tidak berani. vuan bunglon kecil; vuan la’ui sejenis bunglon yang tidak terlalu lincah; vuan nyun bunglon bersisir pendek (Gonocephalus doriae). vuh 1. meniup; vuh nuh engkau meniup. nevuh ditiup. ngevuh meniup. nyevuh tertiup. pévuh sama-sama meniup. 2. pohon aren (Arenga brevipes). vulung (hulung) pohon bertam (Eugeissona utilis), salah satu jenis pohon sagu; pu’un vulung batang pohon sagu. ngevulung mempunyai pohon sagu. nyevulung ada banyak pohon sagunya. pevulung membagi pohon sagu, memelihara pohon sagu. vung kumbang sagu (Rhynchophorus ferrugineus); vung kovang kumbang sagu 370 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

yang jantan. ngevung mempunyai kumbang sagu. nyevung ada kumbang sagunya. pévung mencari kumbang sagu. vut mencabut; vut uru’ mencabut rumput. nevut dicabut. ngevut mencabut. nyevut tercabut. pévut sama-sama mencabut.

W wang (uang) 1. orang yang penduduk asli di satu daerah, suku; wang Tuvu’ orang dari Sungai Tubu, wang langit belian dan hantu (orang dari langit). 2. hasil; wang tano’ hasil bumi. 3. isi; wang luang isi perut. ngewang 1. mempunyai orang. 2. mempunyai hasil. 3. mempunyai isi. péwang 1. sama-sama mempunyai orang, memperkenalkan orang. 2. menghasilkan, memperlihatkan hasil, memberikan hasil, menggunakan hasil. 3. mengisi, sama-sama mempunyai isi, memperlihatkan isi, memberikan isi, menggunakan isi. wap lain kali, nanti kapan-kapan (tak ada kepastian); wap véi lain kali saja. péwap menunda sampai lain kali, menyuruh menunda sampai lain kali. wat 1. urat; wat ukut urat kaki. 2. arus. 3. punggung bukit. ngewat 1. mempunyai urat. 2. mempunyai arus. 3. mempunyai punggung bukit. péwat 1. melemaskan urat-urat yang tegang, memperlihatkan urat, menggunakan urat. 2. melewati arus, membuat arus, menggunakan arus. 3. mendaki punggung bukit, sama-sama mempunyai punggung bukit, menunjuk punggung bukit. wéi rotan; wéi ogoh rotan sega (Calamus caesius). ngewéi mempunyai rotan. nyuwéi dijadikan rotan. ngewéi mempunyai rotan. péwéi mencari rotan, memberikan rotan, menanam rotan, menggunakan rotan. pewéi sama-sama membuat anyaman rotan. wék-wék bunyi, suara babi. win 1. tusuk konde untuk laki-laki. 2. sanksi. newin 1. dibuat tusuk konde. 2. dijadikan sanksi. ngewin 1. mempunyai tusuk konde. 2. mempunyai sanksi. nyewin 1. ada tusuk kondenya. 2. ada sanksinya. péwin 1. memasang tusuk konde, memberikan tusuk konde, menggunakan tusuk konde. 2. memberikan sanksi, menyuruh memberikan sanksi. wit sejenis burung kecil; wit api sejenis burung kecil yang berbulu merah. ngewit mempunyai burung wit. nyewit ada burung witnya. péwit menangkap burung wit, memberikan burung wit, menyuruh memberikan burung wit. wo’ yang; a’ai wo’ jan an kou? yang mana yang baik menurut pendapatmu? wok 1. mengobati penyakit dengan mantra. 2. sengaja; wok detou kah mereka sengaja berjalan. newok 1. diobati dengan mantra. 2. disengaja. ngewok 1. mengobati dengan mantra. 2. melakukan sesuatu dengan sengaja. nyuwok sedang mengobati dengan mantra. nyewok dalam keadaan sengaja. péwok 1. Kamus Punan Tuvu’ 371

sama-sama mengobati dengan mantra, menyuruh mengobati dengan mantra. 2. berbuat sengaja, menyuruh seseorang berbuat sengaja. wom 1. pipi; wom oroh tenuh inah mengan pipi gadis itu merah. 2. mengulum; wom sigi’ mengulum sugi (susur). newom 1. dicium pipinya. 2. dikulum. ngewom 1. mempunyai pipi. 2. mengulum. nyewom 1. ada pipinya. 2. sedang mengulum. péwom 1. sama-sama mencium pipi, menyuruh mencium pipi, sama-sama mempunyai pipi. 2. mengulum-ngulum, sama-sama mengulum, menyuruh mengulum. wong (uong) 1. tanduk; wong telau’ tanduk kijang. 2. sejenis lebah berbisa; cevut wong sengatan lebah wong. 3. (BI) uang; lu’ap wong lembar uang. newong 1. dipakai tanduknya. 2. disengat lebah wong. 3. ditukarkan uang. ngewong 1. mempunyai tanduk. 2. mempunyai lebah wong. 3. mempunyai uang. nyewong 1. ada tanduk. 2. ada lebah wong. 3. ada banyak uang. péwong 1. memberikan tanduk, menyuruh memberikan tanduk, menggunakan tanduk. 2. mencari lebah wong, menyuruh mencari lebah wong, membakar sarang lebah. 3. memberikan uang, menyuruh memberikan uang, menggunakan uang. wop mengusap; wop jawéi mengusap wajah. nuwop diusap. ngewop mengusapi. nyuwop mengusap-usap sesuatu. péwop menyuruh mengusap-usap. wot (BI) obat, mengobati; wot tu’a’ obat kuat, rin wot detou dia mengobati mereka. nuwot diobati. nguwot mengobati, berobat; hok kah nguwot saya pergi berobat.

Y ya’ penyakit mata; ya’ metan penyakit mata. yah 1. telur lalat; yah uvah telur lalat yang baru. 2. lama; yah mengoh lama menunggu. 3. aduhai; yah peroh la’ung kanan rin aduhai sakit sekali rasanya. neyah 1. ditetasi telur lalat. ngeyah 1. mempunyai telur lalat. 2. menjadi lama. 3. mengeluh aduhai. péyah 1. mengeluarkan telur lalat, sama-sama mempunyai telur. 2. menunggu lama, menyuruh menunggu lama, sama-sama menunggu lama. 3. sama-sama mengeluh aduhai, menyebabkan mengeluh aduhai. yam untuk kamu, milik kamu; inah buku’ yam itu buku untuk kamu; yu’ yam milik kamu. yan delapan; yan kungoh delapan orang. péyan menambah delapan. yang sejenis batu putih; yang cerou sejenis batu putih yang biasa digunakan untuk menyalakan api. ngeyang mengambil dan mengerjakan batu putih. péyang menggesek batu putih dengan batu putih untuk menyalakan api. yang-yang melek, terjaga terus; lali’ yang-yang lama melek. péyang yang menyebabkan melek. yé’ untuk saya (< yu’); inih ye’ ini untuk saya. 372 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan yéi 1. panggang; yéi ka’ panggang daging; memanggang; yéi detou ka’ mereka memanggang daging. 2. daging panggang yang diletakkan di atas para-para. meyéi memasang api untuk memanggang. neyéi dipanggang. péyéi membuat panggangan bersama, menyuruh memanggang. yén (< yu’) untuk, buat dia, milik dia; inih yu’ yén ini untuk dia, milik dia. yo-yo yel-yel yang diucapkan secara massal (dulu kalau pulang mengayau). ngeyo- yo mengucapkan yel-yel yo-yo. péyo-yo sama-sama mengucapkan yel-yel yo- yo, mengajak mengucapkan yel-yel yo-yo. yoh garam; bata’ yoh garam briket. neyoh digarami. ngeyoh menggarami. péyoh mengarami, memberikan garam, menyuruh memberikan garam, menggunakan garam. penéyoh dikasih garam; peneyou nuh rin? sudah kau garami? you ayam kampung (Gallus sp.); you a’ing ayam jantan; you ténoh ayam betina. ngeyou mempunyai ayam. péyou memberikan ayam, memelihara ayam, menyuruh memberikan ayam, menyuruh memelihara ayam. yu’ untuk; yu’ a’ inih untuk orang ini. yuh (yun) pisau; tepilan yuh sarung pisau. neyuh dipakai pisaunya. ngeyuh membuat pisau. péyuh memberikan pisau, menyuruh memberikan pisau, menggunakan pisau. yum pisau kamu yum unih bala’. pisaumu tumpul. yun pisau. Daftar penyumbang cerita dan informan lain

Usia Nama Tempat Asal Tempat tinggal (2015) Respen Tubu 1 Awang Kirut (l) 70 Mabung (Malinau) 2 Amat Kirut (l) 65 Mabung Respen

3 Kasim Amat (l) 67 Menabur Besar Respen

4 Siran Yau (l) 51 Long Tarau Respen

5 Agat Kelit (l) meninggal Long Agis Respen

6 Laing Kelit (l) 71 Long Agis Respen

7 Semion Ubang (l) 61 Long Pangin Respen

8 Baya’ Amat (l) 71 Long Ranau Long Ranau

9 Lawai Abo (l) 66 Long Agis Respen Respen Tubu/ 10 Dollop Mamung (l) 57 Long Pangin Samarinda 11 Darif Abot (l) 56 Menabur kecil Respen Novinda Permia 12 42 Long Pangin Respen Lawai (p) 13 Miyus Awang (l) 43 Mabung Respen

14 Eris Awang (l) 30 Mabung Respen

15 Lukas Ibung (l) 65 Sebenuang Lubuk Manis

Para Penyunting

Nicolas Césard adalah seorang ahli antropologi sosial dan mitra peneliti di Pusat Penelitian Asia Tenggara (CASE) (CNRS-EHESS) dan di Laboratorium Eko- antropologi dan Etnobiologi (CNRS/MNHN) di Museum Nasional untuk Sejarah Alam, Paris, Prancis. Beliau telah melaksanakan penelitian etnografis dan etno- sejarah sejak tahun 2000. Disertasinya, yang diselesaikan tahun 2009, berkenaan dengan proses adaptasi selama satu abad sistem subsistensi orang Punan Tuvu’ yang berubah pada strategi komersial, sehingga mereka menjalankan kehidupan sedentaris dan mengadopsi tatanan sosial yang baru. Selama beberapa kali kunjungan di daerah Respen Tubu dan desa-desa di daerah hulu Sungai Tubu tahun 2000-2009, beliau merekam beberapa cerita yang dinukil dalam buku ini. Setelah satu tahun di Jepang di Universitas Kyoto (di ASAFAS), saat ini beliau dan keluarganya tinggal di Paris, namun tetap rajin berkunjung ke Indonesia.

Antonio Guerreiro adalah seorang antropolog, etno-linguist dan anggota Lembaga Penelitian tentang Asia (IrAsia) (CNRS-Aix Marseille Université, UMR 7306, Maison Asie-Pacifique), Marseille, Prancis. Beliau juga menjadi anggota ICOM-France. Beliau pakar kawasan Kalimantan/Borneo dan dunia Austronesia Barat umumnya. Disertasinya yang telah dipertahankan di EHESS (Paris) (1985) berfokus pada pola permukiman dan arsitektur traditional masyarakat Modang di daerah Kalimantan Tengah. Sesudahnya beliau melakukan studi lapangan di Sarawak tentang masyarakat Orang Ulu di daerah Belaga, sambil meneliti koleksi etnografi di Sarawak Museum di Kuching. Lalu sebagai visiting scholar di Universitas Tokyo (Tôdai) tahun 1990-an, beliau pernah meneliti upacara- upacara tentang padi dan kosmologi di bagian selatan Kepulauan Ryûkûs (Yaeyama). Beliau telah menulis sejumlah karangan dan buku tentang kebudayaan dunia Melayu/Indonesia (adat dll.) sejak tahun 1980-an. Selama memberi kuliah dan berceramah tentang penelitian antropologi, kebudayaan materiil dan etnografi Borneo, ia juga menjadi konsultan untuk beberapa proyek museografi di Prancis dan di Indonesia, serta menjadi kurator/ko-kurator pameran dan proyek seni-budaya lain (film dokumenter). Sejak tahun 2010, beliau ikut serta dalam program kerjasama Prancis-Indonesia (Mission archéologique française à Bornéo, MAFBO) yang pusatnya di Propinsi Kalimantan Timur, khususnya untuk meneliti bahasa (dialek) dan tradisi lisan masyarakat Basap/Lebbo’ di Kutim dan Berau untuk membandingkannya dengan suku tetangganya (Kayan, Kenyah, Wehèa, Mengaè, Pnaan, Punan) di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. 376 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Antonia Soriente adalah seorang pakar linguistik, berkebangsaan Italia. Beliau mulai meneliti bahasa daerah di Kalimantan pada tahun 1993 saat menyusun tesis S2 di Universitas Indonesia. Minatnya dilanjutkan waktu menyusun tesis doktoralnya di Universitas Kebangsaan Malaysia dan selama menjadi peneliti senior di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jakarta. Beliau mendalami studi tentang bahasa Kenyah dan Punan, terutama di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dokumentasi dan pelestarian bahasa daerah yang terancam punah menjadi topik utama dalam penelitiannya seperti diwujudkan dalam buku Mencalény dan Usung Bayung Marang yang merupakan satu contoh dokumentasi bahasa Kenyah Òma Lóngh dan Lebu’ Kulit. Bahasa Punan Tuvu’ dipelajarinya selama beberapa kali kunjungan di Respen Tubu dan Bila’ Bekayuk. Saat ini, Antonia menjadi dosen bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Napoli “L’Orientale”, Italia, dan tetap mengunjungi Indonesia dan Kalimantan untuk mengadakan bengkel tentang dokumentasi bahasa bersama dengan Institut Bahasa dan Budaya Asia dan Africa dari Universitas Tokyo (Tokyo University of Foreign studies-ILCAA TUFS). Daftar Pustaka

Adelaar, A. K. 1995 “Borneo as a Cross-Roads for Comparative Austronesian Linguistics”, dalam P. Bellwood, J.J. Fox, & D. Tryon (ed.), The Austronesians: Historical and Comparative Perspectives. Canberra: Australian National University, Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, hlm. 75-95. 2005 “The Austronesian and : A historical perspective” dalam A.K. Adelaar & N.P. Himmelmann (ed.), The of Asia and Madagascar, New York: Routledge, hlm. 1-42.

Barth, J.P.J. 1910 Boesangsch-Nederlandsch Woordenboek. Batavia: Landsdrukkerij.

Bellwood, P. 1985 Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago. Sydney: Academic Press; Edisi revisi. 1997. Honolulu: University of Hawai’i Press. 1999 “Archaeology”, dalam R.B. Lee & R. Daly (ed.), The Cambridge Encyclopedia of Hunters and Gatherers. Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 284-288.

Blust, R. 2006 “Whence the ?”, dalam James T. Collins & Awang Sariyan (ed.), Borneo and the homeland of the Malays: Four essays. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hlm. 64-88.

Boedhihartono, A.K. 2004 Dilemme à Malinau, Borneo: Étre ou ne pas être un chasseur-cueilleur Punan. Disertasi S3, Universitas Paris 7, Paris, Prancis.

Brosius, J.P. 1986 “River, Forest and Mountain: The Penan Gang Landscape”, Sarawak Museum Journal 36(57): 173–184. 2007 “Prior Transcripts, Divergent Paths: Resistance and Acquiescence to Logging in Sarawak, East Malaysia”, dalam P.G. Sercombe & B. Sellato (ed.), Beyond the Green Myth: Borneo’s Hunter-Gatherers in the Twenty-First Century. Copenhagen: Nordic Institute of Asian Studies, hlm. 289-333. 378 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Césard, N. 2007 “A Sociohistorical Transition: Trade in Forest Products and Bride-Price among the Punan Tubu of Eastern Kalimantan”, Anthropos, 102(2): 455-477 [tersedia online]. 2009 Des objets en partage. Produits forestiers, prestations matrimoniales et transformations sociales chez les Punan Tubu, Kalimantan-Est, Indonésie. Thèse de doctorat en anthropologie sociale, EHESS-Paris. 2014 “Heirlooms and Marriage Payments. Transmission and Circulation of Prestige Jars in Borneo”, Indonesia and the Malay World, 42(122): 62-87. [tersedia online]

Collins, J. T. 2006 “Homelands and the homeland of Malay”, dalam James T. Collins & Awang Sariyan (ed.), Borneo and the Homeland of the Malays: Four Essays. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hlm. 1-44.

Dounias, E., Levang P. 2006 “Wilayah Adat Tubu”, dalam L. Topp & C. Eghenter (ed.), Kayan Mentarang National Park: In the Heart of Borneo”. WWF Denmark, hlm 89-102.

Guerreiro, A. 2004 “A Rejoinder to Herwig Zahorka’s ‘Basap Cave Dwellers in Mangkalihat’ and some Additional Notes on the Basap and Resettlement in ”, Borneo Research Bulletin, 32: 75-102. 2015 “The Lebbo’ and culture : A window on Borneo ancient past” in I Wayan Arka dkk. (ed.), Language Documentation and Cultural Practices in the Austronesian World. Papers from the 12-ICAL, Volume 4. Canberra: Pacific Linguistics A-PL 019/SAL005, hlm 149-177.

Hose, C. & W. McDougall 1912 The Pagan Tribes of Borneo: A Description of their Physical, Moral and Intellectual Condition with some Discussion of their Ethnic Relations. London: Macmillan. 2 jilid.

Hudson, A.B. 1970 “A Note on Selako: Malayic Dayak and Land Dayak Languages in Western Borneo”, Sarawak Museum Journal, jil. XVIII (nos. 36-37): 301-318. 1992 [1978] “Linguistic Relations Among Bornean Peoples with Special Reference to Sarawak: An Interim Report,” dalam Peter W. Martin (ed.), Shifting Patterns of Language Use in Borneo. Papers from Second Biennial International Conference, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Williamsburg: Daftar Pustaka 379

Borneo Research Council (Borneo Research Council Proceedings Series 3), hlm. 1-40.

Kaskija, L. 1998 “The Punan of Borneo: Cultural Fluidity & Persistency in a Forest People”, dalam A. Hornborg & M. Kurkiala (ed.), Voices of the Land: Identity and Ecology in the Margins. Lund: Lund University Press, Lund Studies in Human Ecology, jil. 1: 321–360. 2002 Claiming the Forest. Punan Local Histories and Recent Developments in Bulungan, East Kalimantan. Bogor: CIFOR. [tersedia online] 2012 Images of a Forest People: Punan Malinau - Identity, Sociality, and Encapsulation in Borneo. Uppsala: Uppsala Studies in Cultural Anthropology No. 52. [tersedia online]

Langub, J. 2004 “Leadership among the Penan of Belaga District in Sarawak, Malaysian Borneo”, dalam A. R. Walker (ed.), Leadership, Justice and Politics at the Grassroots. Singapore: Contributions to Southeast Asian Ethnography n°12, hlm. 187-217.

Lee, R.B. & R. Daly. 1999 “Introduction: Foragers and Others”, dalam R.B. Lee & R. Daly (ed.), The Cambridge Encyclopedia of Hunters and Gatherers. Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 1-19.

Levi-Strauss, C. 1964-1971 Mythologiques. Paris: Plon.

Lewis, M. P., G. F. Simons, and C. D. Fennig (ed.). 2015 Ethnologue: Languages of the World, Eighteenth edition. Dallas, Texas: SIL International. [tersedia online: http://www.ethnologue.com]

Malinowski, B. 1948 “Myth in Primitive Psychology”, Magic, Science and Religion and Others Essays. Glencoe, Illinois: The Free Press, hlm.176-184.

Mamung, D. 1998a Kamus Punan Indonesia: Bah ngguh Punan Tufu’ Kamus Bahasa Punan Tubu. Samarinda: Seri Penerbitan Kalimantan Resource Centre (KRC), Pusat Kebudayaan dan Alam Kalimantan, WWF Indonesia Proyek Kayan Mentarang. 380 Sastra Lisan dan Kamus Punan Tuvu’ dari Kalimantan

Mamung, D. (ed.) 1998b Tandhik Unjung Nyenginan. Hikayat Unjung Diusir. Cerita Rakyat Punan Tubu oleh Jalé Unyat, Lawai Abo’. Samarinda: Seri Penerbitan Kalimantan Resource Centre (KRC), Pusat Kebudayaan dan Alam Kalimantan, WWF Indonesia Proyek Kayan Mentarang.

Morgan, S. 1996 Kamus Kenyah Lepo’ Bakung-Bahasa Indonesia. Samarinda: Seri Penerbitan Kalimantan Resource Centre (KRC), Pusat Kebudayaan dan Alam Kalimantan, WWF.

Nicolaisen, J. 1976a “The Penan of Sarawak: Further Notes on the Neo-Evolutionary Concept of Hunters”, Folk, 18: 205-236; 1976b “The Penan of the Seventh Division of Sarawak: Past, Present and Future”, Sarawak Museum Journal, 24 (45): 35-61.

Upa, P. D., P. Hanye & G. Upa 1997 Tekena’ Laking Kuyang ngan Lenjau. Kisah Orang-Hutan dan Harimau. Cerita rakyat Kenyah Leppo’ Bakung. Samarinda: Seri Penerbitan Kalimantan Resource Centre (KRC), Pusat Kebudayaan dan Alam Kalimantan, WWF.

Puri, R.K. 2001 Bulungan Ethnobiology Handbook. Bogor: CIFOR.

Sellato, B. & A. Soriente 2015 “The languages and peoples of the Müller Mountains. A contribution to the study of the origins of Borneo’s nomads and their languages”, Wacana 16/2: 339-354.

Sellato, B. & P. G. Sercombe 2007 “Introduction. Borneo, Hunter-Gatherers, and Change”, dalam B. Sellato & P. G. Sercombe (ed.), Beyond the Green Myth. Borneo’s Hunter-Gatherers in the Twenty-first Century. Copenhagen: Press, hlm. 1-61.

Sellato, B. 1993 “The Punan question and the reconstruction of Borneo’s culture history”, dalam V.H. Sutlive, Jr. (ed.), Change and Development in Borneo. Williamsburg, VA: Borneo Research Council, hlm. 47-82. Daftar Pustaka 381

1994 Nomads of the Borneo Rainforest. The Economics, Politics, and Ideology of Settling Down. Trans. Stephanie H. Morgan. Honolulu: University of Press. 2002 Forest, Ressources and People in Bulungan. Elements for a History of Settlement, Trade and Social Dynamics in Borneo, 1880-2000. Bogor: CIFOR. [tersedia online]

Sitorus, S., P. Levang, E. Dounias, D. Mamung & D. Abot. 2004 Potret Punan Kalimantan Timur. Bogor: CIFOR [tersedia online]

Sitsen, J. 1932 Memorie van overgave van de onderafdeeling Tidoengse Landen. Den Haag: Algemeen Rijksarchief.

Soriente, A. 2006 Mencalèny & Usung Bayung Marang. A collection of Kenyah stories in the Òma Lóngh and Lebu’ Kulit languages. Jakarta: Atma Jaya University Press. 2013a “Endangered oral literature genres in Punan Tubu’ (East Kalimantan)”, Proceedings of the International workshop on ‘Special genres’ in and around Indonesia. Research Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa. Tokyo University of Foreign Studies. 2013b “Undergoer Voice in Borneo: Penan, Punan, Kenyah and Kayan languages” dalam NUSA: Linguistic studies of languages in and around Indonesia vol 54. Voice variation in Austronesian : 175-203.

Southwell, C.H. 1990 A Kayan English Dictionary. Kuching: Sarawak Literary Society. (Edisi kedua)

Urquhart, I.A.N. 1959 “Nomadic Punans and Pennans”, dalam T. Harrisson (ed.), The Peoples of Sarawak. Kuching: Sarawak Museum, hlm. 73-83.

Voeks, R.A. & P.G. Sercombe. 2000 “The scope of hunter-gatherer ethnomedicine”, Social Science and Medicine, 51: 671-690.