JURNAL ARSITE TUR DAN PERKOTAAN

oridor K ISSN 2086 – 910X

PENANGGUNG JAWAB Prof. Bustami Syam, Dr. Ir., MSME

PEMIMPIN REDAKSI Dwira Nirfalini Aulia, Ir., M.Sc, Dr

KETUA DEWAN REDAKSI Beny O,Y Marpaung, ST, MT, PhD

DEWAN EDITOR Salmina W. Ginting, ST, MT

Wahyuni Zahrah, ST, MS

R. Lisa Suryani, ST, MT

PENYUNTING AHLI A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, PhD Prof. Abdul Ghani Salleh, B.Ec, M.Sc, PhD Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, PhD

PELAKSANA TEKNIS, DESAIN DAN TATA LETAK Hajar Suwantoro, ST, MT

SEKRETARIAT/SECRETARIAT Shanty Silitonga, ST, MT Novi Yanthi

ALAMAT PENERBIT/EDITORIAL CORRESPONDENCE Program Studi Magister Teknik Arsitektur Gedung J7 Fakultas Teknik Jalan Perpustakaan Kampus USU Universitas Sumatera Utara Medan 20155 Telp/Fax. 061-8219525 E-mail: [email protected]; [email protected] Website: http://mta.usu.ac.id

DITERBITKAN OLEH/PRINTED BY Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara Medan

JURN AAALLL AAARSITEKTUR DAN PERKOTAAN

Koridor Volume 03 Nomor 01, Januari 2012 ISSN 2086 – 910X

DAFTAR ISI

ISU-ISU PENTING DALAM PENGAWASAN PROYEK KONSTRUKSI 1-9 DARI PERSPEKTIF PENGAWAS PROYEK A. Marisa

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR 10-19 Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan Sejahtera Kecamatan Utara Kota Tanjungbalai Mirzal, Julaihi Wahid, Dwira Nirfalini Aulia

MODEL KONSEPTUAL PEMULIHAN 20-27 PEMUKIMAN BERKELANJUTAN Nelson Siahaan

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG 28-39 Basaria Talarosha

SEJARAH DAN CITRA KAWASAN ( PLACE IDENTITY ) 40-48 STUDI KASUS : JL. BRIGJEN.KATAMSO, JL.PEMUDA, JL.A.YANI DAN LAPANGAN MERDEKA MEDAN Nurlisa Ginting, Shanty Silitonga

EVALUASI KESTABILAN LERENG PADA LOKASI RUMAH BANTUAN 49-64 GEMPA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Novrial

SEKOLAH MODE MEDAN 65-69 Tema: Arsitektur Metafora Julaiha Hasibuan

PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR SEI SIKAMBING 70-76 Tema: Green Architecture Hari Hajarudin Siregar

Jurnal Arsitektur “ Koridor ” adalah jurnal ilmiah dalam bidang arsitektur serta ilmu-ilmu terapannya dalam bidang-bidang: perancangan arsitektur, perancangan tapak dan lingkungan, perkotaan dan permukiman, teknologi bangunan ,serta teori dan kritik arsitektur.

Bagi penulis yang berminat memasukkan tulisan dalam jurnal ini harap merujuk pada ketentuan dan format penulisan pada bagian dalam sampul belakang.

Jurnal Arsitektur “ Koridor ” diterbitkan oleh Program Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan frekuensi penerbitan dua kali (nomor) untuk setiap tahun (volume).

Ide maupun opini yang tertuang dalam tulisan yang dimuat di jurnal ini merupakan murni berasal dari penulis, dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan, kebijakan, maupun keyakinan dari anggota Dewan Redaksi, penyunting maupun Program Magister Teknik Arsitektur USU sebagai institusi penerbit.

Jurnal ini dapat dilihat secara online di alamat : http://isjd.pdii.lipi.go.id/ Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 03 no. 01, JAN 2012 : 10-19

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari Dan Kelurahan Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai Mirzal, Julaihi Wahid, Dwira Nirfalini Aulia Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara

Abstract. An area which is close to the river usually has special atraction to housing development, especially housing for fisherman; they need to be close to the river since they live on fishing. Tanjung Balai has two big rivers – The Asahan Rivers and the Silau Rivers which split the town. There are many settlements along the Waterfronts of the . The aim of the reseach who the know the pattern of waterfront settlements, the process of the settlement development, and the causing factors of the decelopment of the river-bank settlemnets. The conditions of the settlement is very alarming since the infrastructures are very limited and do not meet the standart. The housing density is high and the quality of the houses is bad. Some of the houses are even located on the river. The location of the research was aling the waterfronts of the Asahan River and the Silau River by dividing the target area into two groups: the pattern of linear or grid settlement and the cluster and irregular or organic pattern of the river settlement. Each pattern would be analyzed in its morphology, typology, condition/description of the target area, and condition of the infrastructures at the target area. The type of the data which were analyzed was the primary and secondary data. The technique of collecting the data was by using observation method, questionnaires, and interview. The result of the research showed that the pattern of the settlements comprised single houses built on stilts (on the rivers), single houses (on the land), story houses (on the land), and houses built on stilts (some part of them are on the river, and some others are on the land and on the river). In Kuala Silau Bestari village, the process of the settlement development followed the morphology toward the river with the settlement pattern toward the middle of the river in the farm of pyramid. In Sejahtera village, the process of the settlemet pattern followed the selari morphology where the settlement pattern was formed and developed through the topography og the waterfronts. Kuala Silo Bestari constitutes the intersection of two rivers (the Silo River and the Asahan River); this condition causes the river bed to become larger so that the settlement growth tends to be directed toward the river. Some factors which cause the people to build their houses on the waterfronts are as follows: the easiness to obtain land facility, light facility, piped water facility, close kinship among the people in one village, and work facility as fishermen.

Keywords: Morphology, Waterfronts .

1. PENDAHULUAN memfungsikan kota pantai menjadi pusat-pusat perdagangan melalui jalur transportasi laut. Kawasan tepi pantai adalah termasuk Fasilitas hunian merupakan kebutuhan kawasan tepi air, seperti halnya kawasan tepi yang sangat mendasar terhadap kesejahteraan sungai/laut dan kawasan tepi danau. Namun sosial dan ekonomi penduduk, sedangkan kawasan tepi sungai memiliki beberapa perumahan merupakan indikator dari kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan kemampuan suatu pemerintah dalam memenuhi aksessibilitas yang lebih strategis. Apabila salah satu kebutuhan pokok penduduknya ditinjau dari sejarah kelautan, bangsa Indonesia (Budihardjo, E. dan Sudanti H, 1993). Akibat sudah sejak berabad-abad yang lalu dikenal adanya bangunan pada bantaran-bantaran sungai dengan kehidupan baharinya, dengan ini, maka kegiatan aktifitas manusia penghuni bangunan tersebut tidak terelakkan menjadi 10

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR MIRZAL Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan JULAIHI WAHID Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota DWIRA NIRFALINI AULIA Tanjungbalai

perusak tata guna lahan dan sungai, seperti Berdasarkan uraian diatas maka tujuan semrawutnya tata letak perumahan,sampah- Kajian Morfologi Pemukiman Tepi Air sungai sampah yang dibuang ke badan sungai yang Asahan adalah mengakibatkan kedalaman terganggu, terjadi a. Untuk mengetahui pola pemukiman tepi air pendangkalan sungai dan erosi, alur sungai b. Untuk mengetahui proses pertumbuhan menjadi berubah sehingga keruntuhan tebing pemukiman tepi air terjadi dan manfaat sungai sebagai sumber air c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab bersih dan sumber ikan bagi manusia menjadi pertumbuhan pemukiman tepi air hilang (Firdaus, 2000). Bantaran sungai sangat memungkinkan untuk dilakukan penataan ruang dan dengan 2. METODOLOGI PENELITIAN memperhatikan fungsi sebagai penyangga ekologi, sosial dan ekonomi sebab Pengumpulan data diambil dari data primer perkembangan ekonomi dapat diasosiasikan dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan masalah lingkungan yang muncul pada yang dilakukan dengan cara observasi, angket bantaran sungai itu sendiri. Beberapa masalah kuisioner dan wawancara. Analisis data primer tersebut berhubungan dengan urbanisasi, dan data skunder yang didapat dari lapangan perubahan yang cepat dalam menggunakan akan diolah dengan metode analisa lahan sehingga terjadi pengurangan ruang perbandingan. Ada dua pola pengelompokkan terbuka hijau, juga ketidak seimbangan suplai daerah penelitian yaitu membandingkan kedua air, banjir, erosi tanah, sedimentasi sungai dan kelurahan daerah penelitian. Karena dengan lain-lain (Al Mamun et al ,1999) . pengamatan sementara kedua kelurahan tersebut Salah satu kota tepi air adalah Kota sangat berbeda pola pemukimannya walaupun Tanjungbalai, yang merupakan salah satu kota sama-sama berada di tepi Sungai Asahan. yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara yang Masing-masing pola ini akan dibandingkan satu memiliki sungai besar yaitu Sungai Asahan dan dan lainnya terhadap kondisi morfologi, Sungai Silau, sungai ini membelah Kota tipologi, kondisi/gambaran di lapangan dan Tanjungbalai. Secara spesifik Sungai Asahan kondisi prasarana di lokasi penelitian. tersebut bermuara ke Selat Malaka, sebab Kota Tanjungbalai berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di sepanjang pinggiran/tepi Sungai 3. TINJAUAN PUSTAKA Asahan berdirilah pemukiman-pemukiman penduduk. Bentuk dari pemukiman-pemukiman 3.1 Pemukiman Tepi Air ini bermacam-macam, seperti halnya mengikuti tepian sungai dan ada juga membesar ke badan Pemukiman adalah produk budaya juga sungai. Pemukiman ini sudah ada sejak tahun ruang tempat manusia berbudaya itu sendiri, 1950 sampai sekarang. yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan 1.1 Rumusan penelitian berkembangnya kebudayaan. Pemukiman akan dengan sendirinya berkembang secara Berdasarkan hal diatas dapat dirinci berkelanjutan selama kehidupan manusia permasalahan yang ada di lokasi penelitian yaitu berkembang. Pemukiman tepi sungai adalah bagaimana pola permukiman, proses pemukiman organis/spontan meskipun pada pertumbuhan dan factor-faktor penyebab akhirnya secara spasial pemukiman tersebut pertumbuhan pemukiman tepi air di Sungai memunculkan pembentuk lingkungannya sendiri Asahan Tanjungbalai untuk kedua lokasi (Budiharjo E., 1998). penelitian. Menurut Suprijanto I (2003) secara garis besar karakteristik umum permukiman tepi 1.2 Tujuan penelitian sungai antara lain: a. Karena belum adanya panduan penataan permukiman yang baku, kawasan

11

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 03 no. 01, JAN 2012 : 10-19

permukiman di atas air cenderung rapat dan terus berkembang menjadi kota cosmopolitan kumuh. dan terkenal di dunia. b. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi tradisional konvensional seperti rumah-rumah kayu dengan struktur sederhana. 3.3 Klasifikasi Kawasan Sekitar Aliran c. Karakteristik penduduk tergolong ekonomi Sungai lemah terbelakang, dengan pendidikan yang relatif terbatas sehingga pengetahuan akan Kegiatan yang dikembangkan pada suatu perumahan sehat cenderung masih kurang. kawasan sekitar aliran sungai sangat tergantung d. Dampak dari kondisi diatas terjadi pada potensi yang ada pada kawasan atau area kecenderungan akan berbagai kebiasaan yang dikembangkan. Berdasarkan aktifitas- tidak sadar lingkungan seperti: sifat aktifitas yang dikembangkan didalamnya, mengotori dan mencemari sumber-sumber kawasan sekitar aliran sungai sapat air, mencemari lingkungan yang dikategorikan sebagai serikut (Breen & Rigby, berpengaruh terhadap air permukaan, dan 1994 dalam Saptorini): memungkinkan penyebaran penyakit a. Cultural, mewadahi aktifitas budaya, melalui pembuangan air limbah, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Terbatasnya teknologi terapan untuk b. Enviromental, Pengembangan kawasan tepi penanganan masalah-masalah di atas seperti sungai yang bertumpu pada usaha system pembuangan air limbah, sampah peningkatan kualitas yang mengalami pengelolaan air bersih. degradasi, mamanfaatkan potensi dari keaslian lingkungan yang tumbuh secara 3.2 Peranan Sungai Perkotaan alami c. Historical , Pada umumnya dikembangkan Peranan Sungai dapat dibagi dalam 2 (dua) sebagai upaya konservasi dan restorasi bagian yaitu berperan sebagai daerah belakang bangunan sejarah yang berada di tepi maupun sungai sebagai daerah muka. Sebagai sungai. badan akhir pembuangan limbah termasuk d. Mixed-Use, Penerapan konsep mixed-use sampah penduduk (limbah padat), mandi, cuci. merupakan salah satu upaya untuk Hal ini menunjukkan sungai berperan sebagai menyatukan berbagai kepentingan yang daearah belakang. Sedangkan peranan sungai pada umumnya menjadi dilemma dalam sebagai daerah muka dimana sungai merupakan mengembangkan kawasan tepi sungai elemen tata ruang baik estetika maupun fisik. perkotaan. Hal ini banyak ditemui di luar negeri seperti e. Recreational, pengembangan kawasan tepi Venesia (Italia). Meskipun sungai berperan sungai dengan fungsi aktifitas rekreasi sebagai tempat pembuangan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dibantaran sungai banyak 3.4 Tipologi Bangunan dimanfaatkan untuk pemukiman, berjualan, tarnsportasi sehingga mempunyai nilai yang Purwito (2002) mengemukakan konstruksi lebih bangunan rumah pemukiman tepi air umumnya Peranan sungai sebagai daerah muka menggunakan konstruksi kayu dengan tipe memberikan nilai tambah yang besar karena rumah panggung untuk rumah yang didirikan di selain secara estetika sungai enak dlihat atau darat maupun di tepi sungai. Rumah yang dipandang, juga mendorong masyarakat untuk didirikan di tepian sungai bentuknya sangat tetap memperlakukan sungai sebagai tempat sederhana (empat persegi panjang) dengan tipe pembuangan melainkan sebagai sesuatu yang atap pelana begitu pula tata ruang (denah) harus dijaga kebersihannya. Dengan rumahnya. Dari segi kenyamanan sebetulnya memanfaatkan sungai manusia dapat berpindah- cukup baik karena semua rumah dilengkapi pindah, mendapatkan pemukiman baru mereka dengan cukup bukaan (jendela/pintu) hanya unuk selanjutnya menetap dan berkembang untuk kawasan pemukiman padat seperti yang menjadi pemukiman yang lebih ramai, menjadi terletak di muara Sungai Kuin dengan Sungai desa, lalu berkembang menjadi kota, bahkan Barito karena kerapatan bangunannya tinggi maka jendela rumah yang satu dengan yang lain

12

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR MIRZAL Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan JULAIHI WAHID Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota DWIRA NIRFALINI AULIA Tanjungbalai

kadang-kadang saling berhadapan dan cahaya 3.5 Morfologi Pemukiman Tepi Sungai matahari kurang. Purwito, (2002) menjelaskan Tinjauan terhadap morfologi kota beberapa tipe rumah yang terdapat di lokasi (pemukiman) ditekankan pada bentuk fisik dari adalah sebagai berikut: lingkungan kota/pemukiman. Secara fisik yang a. Rumah tipe tunggal tidak bertingkat dan antara lain tercermin dari pada sistem jalan-jalan bertingkat yang ada, blok-blok bangunan baik didaerah b. Rumah tipe tunggal tidak bertingkat hunian ataupun bukan perdagangan/industri dan c. Rumah di tepian sungai juga bangunan-bangunan individual (Herbert,

1973 dalam Saptorini). Bila dikaji lebih dalam lagi, tiap pemukiman Dari hasil teori-teori dan penelitian yang tepi sungai mempunyai tingkat kompleksitas telah dibuat terdahulu, maka terdapat pola-pola permasalahan yang beragam. Hal ini atau bentuk dari pemukiman yang ada ditepi dipengaruhi oleh ragam komunitas yang sungai disebabkan oleh perkembangan menempati tiap pemukiman sehingga solusi penduduk yang mendiaminya. Pola dan bentuk untuk menangani tiap pemukiman akan berbeda pemukiman tepi sungai ini juga dipengaruhi pula. Di samping itu, kondisi sosial- budaya oleh bentuk geografi dan pola bentuknya dapat sekitar ikut mempengaruhi suatu pemukiman diklasifikasikan (Hassan, 2001) adalah tersebut. Kawasan pemukiman tepian sungai morfologi arah daratan, morfologi arah ke air, memiliki tipologi fenomenal yang berbeda morfologi selari, morfologi atas air, morfologi dengan pemukiman pada umumnya. Tipologi muka muara dan morfologi gabungan. yang menggejala tersebut ditunjukkan melalui kondisi sosial yang terkait dengan aspek hubungan sosial, pendidikan dan mata 4. HASIL DAN PEMBAHASAN pencaharian masyarakatnya.

4.1 Kelurahan Kuala Silo Bestari Secara tipologi pemukiman menurut

Departemen Kimpraswil, 2002, pemukiman tepi Informasi mengenai responden yang sungai terbagi dua: dianalisa dalam penelitian ini mencakup kajian 1. Tipe pertama terletak di luar garis sempadan mengenai beberapa aspek. Seperti jenis kelamin, sungai baik yang bertanggul maupun tidak kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat 2. Tipe kedua, secara historis di area badan pengeluaran dan lain-lain. Karekteristik sungai bagian tepi sampai dengan tepi responden ini diambil guna mendukung analisa sungai karena menempatkan sungai sebagai yang akan dibahas selanjutnya. Diharapkan hasil sarana transportasi vital. Tipe bangunan: analisa ini dapat mewakili kondisi pada lokasi rakit panggung dan bidang lantai langsung penelitian berhubungan dengan tanah Dari 100 quisioner yang disebarkan di Arsitektural bangunan dibuat dengan kaidah lokasi penelitian terdapat 89 % adalah laki-laki tradisional maupun modern, sesuai dengan dan 11 % wanita dengan kelompok umur yang latar belakang budaya dan suku/etnis bervariatif. Kelompok umur yaitu, lebih kecil masing-masing. dari 30 tahun sebanyak 5%, 30 – 40 tahun a. Tipologi bangunan menggunakan sebanyak 26%, 40 – 50 tahun sebanyak 47 % struktur dan konstruksi sederhana, dan lebih besar dari 50 tahun sebanyak 22 %. tradisional dan konvensional, yang Tingkat pendidikan responden yaitu didapat kurang memperhitungkan pengaruh bahwa pendidikan responden sangat minim angin. dengan jumlah 77% responden hanya b. Sering terjadi kebakaran karena berpendidikan sampai tingkat SD. Responden kelalaian, penggunaan bahan/peralatan yang sarjana terdapat 2% yaitu responden yang berbahaya, mudah terbakar dan belum berada pada daratan di pinggir Sungai Asahan. tersedianya sarana dan pedoman Ttingkat pengeluaran sebesar Rp. 300.000 – Rp. penanggulangan kebakaran khususnya 500.000,- per bulannya. sangat mendominasi perumahan diatas air (Suprijanto, 2002) yaitu sebesar 73 % dari jumlah responden Dan

13

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 03 no. 01, JAN 2012 : 10-19

hanya 2% responden yang mempunyai pemukiman yang mengundang untuk diolah, pengeluaran > Rp. 1 juta. penghuni mempresentasikannya sebagi ruang Komunitas masyarakat miskin yang yang bisa difungsikan. kebanyakan tinggal di bantaran sungai adalah Fenomena serupa yang terjadi di kawasan seperti nelayan dan buruh yang menghuni pemukiman tepian Sungai Asahan telah kampung-kampung di pinggiran Sungai Asahan. dijabarkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan Hasil data penelitian menunjukkan bahwa 91 % bahwa secara psikologis, setiap orang yang pekerjaan penduduk yang tinggal di pemukiman memiliki keterbatasan diri untuk mendapatkan tepi Sungai Asahan adalah nelayan yang diinginkan, secara spontan akan Faktor yang menjadi alasan keberadaan mengekspansi area yang dianggap bebas. pemukiman tepi sungai adalah faktor harga Sehingga tidaklah heran, hampir sebagian besar tanah yang cukup murah, selain saat itu lahan pemukiman tepi sungai memiliki kesamaan untuk pemukiman sebelumnya ramai komunitas, problematika, perekonomian hingga diperjualbelikan untuk kepentingan pemukiman sosial budaya. yang bersifat lebih permanen. Pemukiman tepi Tipe rumah di area badan sungai dari bagian Sungai Asahan mulai padat semenjak tahun tepi sampai dengan tepi sungai karena 1958 dan berkembang pesat sampai sekarang menempatkan sungai sebagai sarana transportasi (2010). Walaupun status kepemilikan lahan vital. Tipe bangunan umumnya rumah panggung tidak jelas dan sangat berbahaya bagi penduduk dan bidang lantai langsung berhubungan dengan yang tinggal di lokasi tersebut. tanah maupun sungai. Rumah panggung terdapat Dikaitkan antara pekerjaan dengan lokasi mulai dari garis sempadan sampai ada yang tempat bermukim merupakan suatu hal yang mencapai 50 meter ke arah badan Sungai tidak bisa dipisahkan. Dilihat dari hasil Asahan. penelitian data lapangan bahwa faktor dominan Sungai Asahan masih digunakan sebagai yang menjadi alasan untuk tetap bermukim di sarana transportasi antar pulau di Kota lokasi tersebut adalah karena harga lokasi Tanjungbalai, juga dimanfaatkan sebagai tempat tersebut murah dibanding dengan di tempat mencari nafkah (nelayan). Secara arsitektur, lain. Faktor lain yang dominan adalah bahwa bangunan pada pemukiman di tepi sungai lokasi tepi Sungai Asahan sangat dekat dengan dibedakan atas bangunan di atas tanah, pekerjaan pemukim yaitu sebagai nelayan. bangunan panggung di darat, bangunan panggung di atas air dan bangunan rakit di atas 94% 90% 97% air. Rumah panggung kayu merupakan dominasi 84% secara arsitektur bangunan tepi sungai khususnya di Kelurahan Kuala Silo Bestari. Ini dapat dilihat dari hasil analisa lapangan yaitu 85 % merupakan rumah panggung kayu Rumah

15% panggung kayu umumnya terdapat pada badan sungai Asahan. Untuk permanen (2%) dan rumah semi permanen (6%) umumnya terdapat

Dekat dengan lokasi Dekat dengan Harga murah Mudah Tidak punya pilihan pada lokasi di dalam garis sempadan Sungai pekerjaan keluarga kepemilikannya Asahan (di tanah) Gambar 1 Karakteristik Responden Menurut Kondisi rumah tepi sungai yang ada di Alasan Bermukim dalam garis sempadan biasanya terdapat didarat Sumber: Analisis, 2011 atau sebagian di darat (8 %) dan sebagian di atas air (5%). Ada juga rumah panggung yang Pengalaman pemukiman tepi Sungai terdapat didarat. Dari hasil wawancara bahwa Asahan menunjukkan bahwa disebabkan oleh apabila terjadi air pasang sungai muka air akan kesesakan ruang personal akibat keterbatasan bias memasuki rumah. Sehingga untuk ruang dalam mereka telah menimbulkan tingkah menghindari genangan dibuatlah rumah laku sosial yang bersifat agresif, sehingga panggung. Sedangkan di area badan sungai penghuni cenderung mengembangkan preferensi umumnya terdapat diatas air. Dari hasil perilaku dan mengembangkan rancangan kuisioner terdapat 85 % responden mempunyai arsitektural. Dipicu pula oleh status lahan yang rumah diatas air (rumah panggung). independen dan letak lahan yang berada sekitar

14

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR MIRZAL Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan JULAIHI WAHID Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota DWIRA NIRFALINI AULIA Tanjungbalai

Secara spesifik tipologi pemukiman tepi air dapat dibedakan menurut letak lokasinya. Letak lokasi tersebut adalah dalam garis sempadan Sumber: Analisa, 2011 sungai dan di area badan sungai (di luar garis sempadan). Untuk itu analisanya adalah Rumah panggung kayu tunggal banyak membandingkan kondisi pemukiman pada terdapat pada area badan sungai. Bentuknya kedua daerah tersebut (tabel 1). sangat sederhana, serta pembagian ruang yang seadanya. Rumah ini umumnya hanya terdiri Tabel 1. Analisa tipologi pemukiman tepi sungai dari satu kamar tidur (untuk kepala keluarga) menurut lokasinya di Kelurahan dan ruang yang tanpa sekat serta multifungsi Kuala Silo Bestari sebagai ruamg tamu, ruang tv dan dapur. Rumah-rumah ini berbentuk tunggal karena satu dinding dengan dinding yang lain tidak bertemu hanya terpisah ± 30 – 50 cm saja (Gambar 5.25 dan 5.26). Konstruksi dan pondasi rumah sangat sederhana. Pondasi hanya berupa kayu-kayu

khususnya yang diatas badan sungai. Untuk daratan ada yang sudah memakai pondasi umpak dan ada yang dimodifikasi dengan Sumber: Analisa, 2011 pondasi kayu. Hassan, (2001), pola dan bentuk Rumah tepi sungai baik yang di dalam pemukiman tepi sungai dipengaruhi oleh bentuk badan sungai umumnya merupakan rumah geografi dari sungai tersebut. Beberapa panggung tunggal (417 unit). Umumnya rumah morfologi yang diungkapnya akan dianalisa ini tidak bertingkat dan berkelompok serta terhadap morfologi pemukiman Kelurahan bergandengan. Kerapatan bangunan sangat Kuala Silo Bestari Kota Tanjungbalai. Pola tinggi sehingga batas rumah tidak jelas. Dinding pemukiman di lokasi ini terdiri dari dua pola rumah langsung berbatasan dengan jalan (titian yaitu pola linier dan pola cluster. Untuk kayu). Secara rinci tipe-tipe rumah diatas membedakannya dapat dilihat dalam tabel 3. diklasifikasikan menurut bentuk rumahnya. Rumah panggung kayu tunggal (tidak Tabel 3 Analisa morfologi pemukiman tepi bertingkat) pada batas garis sempadan sungai sungai menurut pola/bentuknya mendominasi bentuk rumah ini (41 unit). Rumah ini berbentuk panggung kayu karena tempatnya berada didaratan. Rumah-rumah ini dibuat panggung untuk menghindari air pasang sungai.

Tabel 2 Analisa tipologi pemukiman tepi sungai menurut bentuknya Sumber: Analisa, 2011

4.2 Kelurahan Sejahtera

Kuisioner yang disebarkan di lokasi penelitian sebanyak 100 responden. Dari data terdapat 91 % adalah laki-laki dan 9 % wanita dengan kelompok umur yang bervariatif. Kelompok umur yaitu, lebih kecil dari 30 tahun sebanyak 4%, 30 – 40 tahun sebanyak 15%, 40 – 50 tahun sebanyak 55 tahun dan lebih besar dari 50 tahun sebanyak 26 %. Diharapkan

15

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 03 no. 01, JAN 2012 : 10-19

dengan kelompok umur yang variatif ini dapat Kedekatan dengan keluarga yang menjadi mewakili hasil kajian yang diteliti. faktor dominan bermukim di Kelurahan Tingkat pendidikan responden di kelurahan Sejahtera. Karena lokasi tersebut merupakan ini sudah lebih baik dibandingkan dengan tanah yang kepemilikan tanahnya berasal dari Kelurahan Kuala Silo Bestari. Hal ini ditandai warisan maupun turun temurun (88%). Kondisi dengan jumlah sebanyak 46% responden sosial budaya yang menjadi bagian kehidupan berpendidikan sampai tingkat SMP. Responden dari komunitas yang homogen memiliki yang sarjana terdapat 5% dan tamat SLTA hubungan timbal balik antara satu sama lain sebanyak 19 %. Pendidikan yang lebih baik ini dalam membentuk perilaku lingkungan diiringi oleh tingkat pendapatan yang tinggi. (environment behaviour) masyarakat yang ada Secara empiris daerah bantaran sungai di di dalamnya. kota senantiasa digunakan terutama oleh Kekentalan dan kekerabatan komunitas, masyarakat miskin kota sebagai tempat tinggal. persepsi, aspirasi dan harapan penghuni Umumnya tingkat pendapatan sangat rendah merupakan bentuk konsekuensi lain dari atau dengan kata lain cenderung miskin. Tetapi keterbatasan mereka sebagai masyarakat kelas dari hasil penyebaran quisioner ternyata bawah yang menempati pemukiman spontanitas. pengeluaran yang ada didominasi dengan Seluruh responden yang diteliti adalah muslim, tingkat pengeluaran Rp. 500.000 – Rp. oleh sebab itu hasil quisioner yang disebarkan 1.000.000,- per bulannya (tingkat pengeluaran bahwa seluruh responden (100%) selalu rutin sedang) yaitu sebesar 61 % dari jumlah mengikuti kegiatan kampung yaitu responden. Hasil quisioner juga menunjukkan pengajian/wirit untuk yang muslim. Sementara bahwa hanya 4 % penduduk yang tingkat itu karena kekerabatan sangat erat (dekat dengan pengeluarannya rendah ( < Rp. 300.000,-). keluarga) kegiatan gotong royong rutin Walaupun Kelurahan Sejahtera tepat dilaksanakan (75%). berada di tepi Sungai Silau, tetapi pekerjaan Pemukiman tepi Sungai Silau masih berada penghuninya tidak didominasi sebagai nelayan. dalam satu kecamatan dengan Kelurahan Kuala Hasil quisioner menunjukkan bahwa hanya 20 Silo Bestari yaitu Kecamatan Tanjungbalai. % responden yang bekerja sebagai nelayan. Pemukiman ini mulai tumbuh di tahun 1950-an Pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai dan hanya dihuni oleh segelintir orang yang pedagang sebanyak 52% dan juga sebagai mayoritas perantau dari daerah di Tanjungbalai pegawai (pegawai swasta maupun Pegawai dan Asahan. Dengan adanya hibah, sewa Negeri Sipil) sebanyak 21%. maupun pembelian melalui cicilan dari Sultan Salah satu yang menjadi alasan keberadaan Asahan menyebabkan penduduk mempunyai pemukiman tepi sungai adalah faktor harga kepemilikan tanah yang jelas (legal). Apalagi tanah yang cukup murah, selain saat itu lahan sejak tahun 1960-an pemerintah sudah untuk pemukiman sebelumnya ramai diperjual mengeluarkan surat keterangan kepemilikan belikan untuk kepentingan pemukiman yang lahan. Akibat hal tersebut membuat penduduk bersifat lebih permanen. Pemukiman tepi Sungai cenderung lebih baik konstruksi bangunan juga Silau Kelurahan Sejahtera mulai padat semenjak fasilitas sarana dan prasarananya. tahun 1950-an dan berkembang pesat sampai Kelurahan Sejahtera tepat berada dibibir sekarang (2011). Di Kelurahan Sejahtera ini Sungai Silau, yang dibatasi oleh tanggul status kepemilikan tanah sangat jelas. Hampir sepanjang pemukimannya. Garis sempadan pada semua responden mempunyai surat kepemilikan Sungai Silau di kelurahan ini merupakan tanahnya. tanggul. Tipe rumah di dalam garis sempadan Dikaitkan antara pekerjaan dengan lokasi umumnya sudah permanen (batu) maupun semi tempat bermukim merupakan suatu hal yang permanen (setengah batu). Tipe rumah berasal tidak bisa dipisahkan. Hasil quisioner yang dari kayu umumnya menempati lokasi yang menunjukkan pekerjaan responden sebagai tepat dibibir tanggul maupun diatas tanggul. nelayan hanya 20 %, sehingga hal ini bukan Fasilitas umum yang di lokasi penelitian ini menjadi alasan utama untuk bermukim dilokasi sudah cukup baik. Seperti adanya sarana air tersebut (47 %). Sedangkan yang menjadi alasan bersih (dari PDAM setempat), adanya sarana tetap bermukim di lokasi tersebut adalah karena penerangan (dari PLN), adanya sarana telepon kedekatan dengan keluarga (95 %) dan (dari Telkom). Fasilitas sosial sudah tersedia kemudahan kepemilikannya (91%). juga seperti adanya sekolah (SD Negeri), adanya

16

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR MIRZAL Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan JULAIHI WAHID Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota DWIRA NIRFALINI AULIA Tanjungbalai

Puskesmas dan adanya sarana peribadatan unit rumah). Secara rinci juga diklasifikasi tipe (mesjid). Sumber air bersih yang berasal dari rumah yang terdapat di lokasi seperti rumah PDAM hanya digunakan untuk memasak dan air tunggal tidak bertingkat (346 unit) dan rumah minum. Sedangkan untuk MCK (mandi cuci panggung tunggal (243 unit) yang berada dalam kakus) masih menggunakan Sungai Silau. garis sempadan sungai. Sesuai dengan teori Sarana tempat pembuangan sampah sudah yang ada dalam tinjauan pustaka bahwa ada, walaupun sebagian masyarakat masih umumnya tipe bangunan ini didirikan di daratan membuang sampah ke dalam badan sungai. dengan batas rumah/lahan dan jalan cukup jelas. Adanya pengambilan sampah secara berkala ke Sedangkan beberapa rumah dijadikan tempat lokasi pemukiamn membuat lokasi lahan usaha seperti pengupasan/pengeringan pemukimannya bersih dan nyaman buah pinang. Tipe rumah, tingkat kerapatan dan Rumah permanen merupakan hasil rumah sebagai usaha. penelitian yang mendominasi secara arsitektur Secara rinci tipe-tipe rumah diatas bangunan tepi sungai di Kelurahan Sejahtera. Ini diklasifikasikan menurut bentuk rumahnya. dapat dilihat dari hasil analisa lapangan yaitu 40 Rumah panggung kayu tunggal (tidak % merupakan merupakan rumah yang permanen bertingkat) pada batas garis sempadan sungai (batu). Rumah panggung kayu (27%) umumnya mendominasi bentuk rumah ini (162 unit). terdapat dibadan sungai Silau. Rumah ini berbentuk panggung kayu karena Kondisi rumah tepi sungai yang ada di tempatnya berada didaratan. Rumah-rumah ini dalam garis sempadan biasanya terdapat didarat dibuat panggung untuk menghindari air pasang (67%, ), sebagian di darat/sebagian di atas air sungai. (23%) dan diatas air (10%), tetapi ada juga rumah panggung yang terdapat didarat. Dari Tabel 5 Analisa tipologi pemukiman tepi sungai hasil wawancara bahwa apabila terjadi air menurut bentuknya pasang sungai muka air akan biasa memasuki rumah. Sehingga untuk menghindari genangan dibuatlah rumah panggung. Secara spesifik tipologi pemukiman tepi air dapat dibedakan menurut letak lokasinya. Letak lokasi tersebut adalah dalam garis sempadan sungai dan di area badan sungai (diluar garis sempadan). Tetapi kerena Kelurahan Sejahtera sudah mengalami penanggulan sehingga lokasi pemukiman hanya berada didalam garis Sumber: Analisa, 2011 sempadan Sungai Silau. Untuk di area badan sungai hanya sedikit saja terdapat rumah. Rumah tunggal semi permanen/batu banyak terdapat pada area dalam garis Tabel 4 Analisa tipologi pemukiman tepi sungai sempadan sungai. Bentuknya sangat sederhana, menurut lokasinya di Kelurahan Sejahtera yaitu hanya 1 meter yang berupa batu serta pembagian ruang sudah terpisah. Rumah-rumah yang berada di dalam garis sempadan sungai kelurahan ini pembagian ruangnya sudah cukup

baik yaitu adanya 2 atau lebih kamar tidur, adanya ruang tamu dan adanya dapur. Pondasinya sudah berupa pondasi setempat khususnya yang di daratan.

Sumber: Analisa, 2011 5. KESIMPULAN Dari tabel diatas nampak bahwa tipe Lokasi penelitian adalah di Kelurahan rumah yang terdapat di dalam garis sempadan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan Sejahtera sungai yang mendominasi tipe rumah ini (656 Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota

17

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 03 no. 01, JAN 2012 : 10-19

Tanjungbalai. Hasil quisioner dan data lapangan di dapat kesimpulan kajian morfologi pemukiman serta hasil analisa yaitu sebagai DAFTAR PUSTAKA berikut: Al Mamun, A; Amir Hashim, M.K. a. Pola pertumbuhan Paudyal.G.N (1999), A Modelling Study Kelurahan Kuala Silo Bestari pola for the Sustainable Management of the pemukimannya mengikuti morfologi Langat River . In: Rivers, Towards kearah air dimana pola pemukimannya Sustainable Development. Proceeding Of mengarah ke tengah sungai, pemukiman the National Conference on Rivers.14-17 didirikan diatas air sungai, rumah October 1999.Penang Malaysia berbentuk panggung, dasar sungai Budihardjo, E dan Sudanti H (1993), Kota biasanya tidak terlalu dalam, tinggi Bewawasan Lingkungan, Penerbit bangunan rumah-rumah umumnya Alumni, Bandung antara 2,5 m sampai dengan 5 meter Badan Pusat Statistik (2008), Kota Tanjungbalai untuk menghindari air pasang surut, Dalam Angka pola pemukiman ini berbentuk piramid. Departemen Kimpraswil Peraturan Daerah b. Proses pertumbuhan Propinsi Tingkat I Sumatera Utara Nomor Kelurahan Kuala Silo Bestari bahwa 5 Tahun 1995 Tentang Garis Sempadan proses pertumbuhan pemukimannya Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah berawal dari tepi sungai kemudian Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai berkembang mengarah ketengah sungai Dhenov, (2008), Pemukiman Masyarakat dengan tipologi pemukiman meliputi: Berpenghasilan Rendah Di Indonesia , rumah panggung tunggal (diatas badan http://dhenov.blogspot.com, download 16 Sungai Asahan), rumah tunggal (di Januari, 2008 darat), rmah bertingkat (di darat) dan Firdaus, A. (2000), Revetments.Dalam: Laporan ruah panggung bertingkat (diatas badan Mengenai Pengendalian Sungai. sungai Asahan maupun sebagian di Proceeding Seminar Pengembangan darat dan diatas badan sungai). Sumberdaya Air ., Bandung c. Penyebab pertumbuhan pemukiman Hassan, S., A., H., K., K., A (2001), Corak Kelurahan Kuala Silo Bestari Perumahan Tradisional Berkepadatan merupakan daerah pertemuan dua Tinggi, Perkampungan di Sepanjang sungai (Sungai Silo dan Sungai Pantai Barat Semenanjung Asahan), hal ini menyebabkan badan Malaysia, Universitas Sains Malaysia sungai lebih luas dan tingkat Keppres Nomor 32 tahun 1990, Tentang sedimentasi yang tinggi, mengakibatkan Pengelolaan Kawasan Lindung pendangkalan dasar sungai, sehingga Kompas, 1995, Asal Muasal Nama Kota mengakibatkan pertumbuhan Tanjung Balai, Gramedia, pemukiman cenderung menuju badan Lynch K., dan Carr S (1971), Open Space: sungai. Faktor lain adalah adanya Freedom and Control, The Smithsonian kemudahan kepemilikan lahan, sarana Institution, London penerangan dan sarana air bersih, Maryono, A (2003), Penanggulangan Banjir Adanya kekerabatan yang erat antara Dengan Konsep Eko-Hydraulik , dalam satu kelurahan serta kedekatan disampaikan Pada Lokakarya Dan dengan pekerjaan warga sebagai Penyebaran Informasi Kegiatan RLPS di nelayan. Tingkat Propinsi oleh BP DAS Wampu Sei Ular Dan Fakultas Pertanian USU. 23 Secara umum faktor lain yang Desember 2003, Medan mempengaruhi pertumbuhan pemukiman tepi Nazir Mohammad (1996), Metode air/sungai adalah karena sulit dan mahalnya Penelitian .,Ghalia Indonesia, Jakarta harga lahan di daerah pusat kota. Kawasan Panudju, B (1999). Pengadaan Perumahan Kota penelitian menjadi tempat kawasan alternatif Dengan Peran Serta Masyarakat pemukiman kota bagi kaum urbanis. Berpenghasilan Rendah. Penerbit Alumni.Bandung

18

KAJIAN MORFOLOGI PEMUKIMAN TEPI AIR MIRZAL Studi Kasus: Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan JULAIHI WAHID Sejahtera Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota DWIRA NIRFALINI AULIA Tanjungbalai

Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1991 Yudohusodo S dkk (1991), Rumah untuk Tentang Sungai Seluruh Rakyat , Unit Percetakan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 Bharakerta, Jakarta Tentang Rencana Tata Ruang Nasional Purwito (2002), Perumahan Pinggir Sungai di Banjarmasin Akibat Perilaku Pasang Surut Sungai Barito, download www.google.com, 13 Desember 2007

Rapoport, A (1969), House Form And Cultural Prentice Hall, Eaglewood Cliffs, New York Riduwan (2008), Metode dan Teknik Menyusun Tesis , Alfabeta Bandung

Saptorini H (2004), Studi Tipologi dan Morfologi Karakter Permukiman Tepian Sungai , Jurnal Teknisi Vol. 34 No. 1 April 2004, hal 32 - 39 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan-Universitas Kristen Petra Sinulingga B (1999), Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal , Pustaka Sinar Harapan Jakarta Supriyanto, I (2003), Kerentanan Kawasan Tepi Air Terhadap Kenaikan Permukaan laut, Kasus Tepi Air Kota Surabaya, Jurnal Dimensi Arsitektur Juli 2003 Vol 31/ No 1 Hal 35 – 42. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan- Universitas Kristen Petra Supriyanto, I (2003), Karakteristik Spesifik, Permasalahan dan Potensi Pengembangan Kawasan Kota Tepi Air/Pantai (Coastal City) Di Indonesia, Proceeding Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota Dan Perumahan Di Indonesia Dan Lingkungan Global Undang-undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Untermann R, Small R (1986), Perencanaan Tapak untuk Perumahan , Penerbit Intermatra, Bandung www.wikipedia.com (2011) Foto Udara kota Tanjungbalai Tahun 1930 , download 15 Mei 2011 www.worldatlas.com, (2010) Peta Sumatera Utara , download 30 Januari 2010 Yunus, H. S (2000)., Struktur Tata Ruang Kota , Pustaka Pelajar, Jakarta

19