Pusat Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 2014
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS BUDAYA DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENUMBUHKAN EKONOMI KREATIF (Studi Kasus di Enam Sentra Wisata di Jawa Barat) Laporan Penelitian Kelompok Mendapat Bantuan Dana dari BOPTN UIN SGD Bandung Tahun Anggaran 2014 Peneliti: Ketua: Endah Ratna Sonya, M.Si. Anggota: M. Taufiq Rahman, Ph.D. Anggota: Dr. Muhammad Zuldin, M.Si. Anggota: Kustana, M.Si. Pusat Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 2014 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan akan banyaknya potensi kreatif masyarakat yang harus digali secara optimal melalui pengembangan masyarakat berbasis budaya dan lingkungan hidup. Penelitian ini mengambil kasus di Saung Angklung Udjo Bandung, Kawasan Sentra Bunga Cihideung Lembang-Bandung Barat, Keraton Kasepuhan Cirebon, Sentra Golok Galonggong Tasikmalaya, Sentra Ikan Rancapanggung Cililin, dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Melalui berbagai aktivitas tersebut, masyarakat di sekitar kawasan tersebut semakin meningkat kehidupan ekonominya dan juga turut aktif menjaga kelestarian alam, lingkungan, dan budaya. Penelitian ini mengidentifikasi pengembangan potensi yang belum digarap secara optimal harus menjadi perhatian berbagai pihak untuk mengoptimalkan manfaat untuk masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dari enam lokasi penelitian dapat dirinci bahwa empat lokasi yaitu Saung Angklung Udjo, Wisata Bunga Cihideung, Sentra Golok Galonggong, dan Sentra Ikan Rancapanggung itu masuk dalam model pembangunan masyarakat lokal. Karakteristik utamanya adalah aktor utama yang merintis arena tersebut adalah berdasarkan inisiatif masyarakat lokal. Dalam terminologi pembangunan sosial, itu disebut sebagai pembangunan model bottom up. Sementara itu, Keraton Kasepuhan Cirebon dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak berada pada ranah perencanaan sosial. Model ini tidak lagi berbasiskan inisiatif lokal, tetapi dibangun atas perencanaan sosial yang dilakukan oleh berbagai kekuatan formal maupun informal. Keduanya menjalin sinergi yang harmonis dalam mendinamiskan peran sosial Keraton Kasepuhan Cirebon dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kata Kunci : Community Development, ekonomi kreatif, pembangunan berkelanjutan i DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 9 1.3. Rumusan Masalah ................................................................ 10 1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 11 1.5. Urgensi Penelitian ................................................................ 12 1.6. Kerangka Penelitian ............................................................. 12 1.7. Jadual Pelaksanaan .............................................................. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Masyarakat .................................................. 19 2.2. Model-model Pembangunan Masyarakat ........................... 26 2.3. Masyarakat dan Budaya ....................................................... 31 2.4. Lingkungan dan Pariwisata .................................................. 34 2.5. Ekonomi Kreatif .................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode ................................................................................. 49 3.2. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49 3.3. Teknik Analisis Data ............................................................. 49 3.4. Validitas dan Reliabilitas Data .............................................. 50 3.5. Obyek Penelitian .................................................................. 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemberdayaan Masyarakat di SAU ...................................... 62 4.2. Pemberdayaan Masyarakat di Wisata Bunga ...................... 69 4.3. Pemberdayaan Masyarakat di Keraton Kasepuhan ............. 74 4.4. Pemberdayaan Masyarakat di Sentra Golok Galonggong ... 80 4.5. Pemberdayaan Masyarakat di Sentra Ikan Rancapanggung 84 4.6. Pemberdayaan Masyarakat di TNGHS ................................. 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 98 5.2. Implikasi Kajian ..................................................................... 99 5.3. Saran ..................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ii KATA PENGANTAR Syukur sebesar-besarnya kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT. yang dengan izin-Nyalah penelitian ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini menampilkan bahwa masalah-masalah mendasar di dalam pengembangan masyarakat masih tetap ada dan belum sepenuhnya tertuntaskan. Masalah transformasi sosial yang menjadi fokus tema kajian ini belum betul-betul terlaksanakan, apalagi jika perkembangannya tidak dilakukan intervensi dari berbagai pihak. Dengan kajian ini kita dapat melihat bahwa pemikiran untuk organisasi masyarakat masih harus diraba-raba oleh umat manusia. Oleh karena itu, jawaban-jawaban dari para akademisi sangat perlu untuk diteruskan kepada masyarakat demi perkembangan yang lebih baik lagi. Demikianlah, maka semoga upaya pembandingan model-model pengembangan masyarakat ini menjadi salah satu pergulatan pemikiran manusia untuk perbaikan dirinya sendiri. Dan dari enam sentra budaya dan wisata yang dibahas di sini akan nampaklah bagaimana latar belakang budaya yang berbeda-beda mengajukan konsep untuk pemberdayaan masyarakat. Untuk kajian ini, yang pertama-tama mesti diberikan ucapan terima kasih adalah ditujukan kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN SGD Bandung, Dr. Sahya Angara, Drs., M.Si. atas izin dan dukungan yang diberikannya kepada kami untuk melakukan penelitian ini. Kami juga ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada Wakil Dekan Bidang Akademik, Ahmad Ali Nurdin, Ph.D.; Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian, Dr. H. Encup Supriatna, Drs., M.Si.; dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Hamzah Turmudi, M.Si.; yang telah memberikan petunjuk, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan kajian ini. Kemudian, kami pun mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Kepala Pusat Penelitian UIN SGD Bandung, Dr. Deden Effendi, M.Ag. atas bantuan moril dan materil sehingga penelitian ini dapat terselenggara. Terima kasih pun kami sampaikan kepada semua orang yang terlibat dalam urusan keuangan UIN SGD Bandung, karena penelitian ini didanai oleh DIPA-BOPTN UIN SGD Bandung Tahun Anggaran 2014. Akhir sekali, penghargaan untuk keluarga tersayang di rumah kami masing-masing yang dengan sabar telah memaklumi sibuknya waktu tersita oleh penelitian ini. Semoga jasa mereka mendapat balasan dari Allah SWT. Amien. Bandung, 20 Nopember 2014 Para Peneliti iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak Indonesia dipimpin rezim Orde Baru, Indonesia telah melakukan rekonstruksi di berbagai bidang yang mengarah pada “modernisasi” dengan slogannya yang dikedepankan “nation building” atau pembangunan nasional. Berpijak dari pembangunan di berbagai bidang melalui program PELITA (Pembangunan Lima Tahun)-nya, para pemimpin Orde Baru menghendaki terwujudnya “suatu masyarakat adil dan makmur”, meskipun pada dataran realitanya masih adanya jurang kesenjangan. Terlepas dari analisis tentang kesenjangan tersebut -- tekad untuk menangkap inspirasi tuntutan hati nurani rakyat – maka terwujudlah penyusunan program-program pembangunan. Perwujudan satu PELITA ke PELITA yang lain, hakikatnya dalam rangka untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia dan menjadikan Indonesia “tinggal landas” (Mustari & Rahman, 2010). Pembangunan yang sedang dilakukan selama pemerintahan Orde Baru, merupakan varian dari modernisasi, industrialisasi dan perubahan sosial. Sedangkan pembangunan, di dalamnya termasuk proses dinamis yang merupakan usaha ke arah tingkat kesejahteraan dan keadilan yang lebih baik. Tetapi, suatu pembangunan yang baik dan terarah pun dapat menciptakan problem-problem pembangunan yang lain. Pendekatan terhadap problematika pembangunan dan cara penyelesaiannya (problem solving), pada gilirannya melahirkan pemikiran strategi pembangunan. Di samping itu juga, pemerintahan Orde Baru dalam pembangunannya lebih menekankan pada pembangunan ekonomi dan pengembangan sosial. Penekanan yang demikian ini tidak sedikit pula mengalami hambatan-hambatan, seperti halnya masalah jumlah penduduk, pengelolaan sumber-sumber alam, pertumbuhan ekonomi dan pendanaan pembangunan, perkembangan ekonomi dan pemerataan, kelembagaan dan ekologi internasional. Pada dasarnya permasalahan tersebut menimbulkan berbagai arah dan kecenderungan dalam perubahannya (Tjokroamidjoyo, 1982: 59-60). Pada masa Orde Baru, “dualisme” pembangunan di Indonesia seperti yang disebut Boeke dalam bukunya Economics and Economic Policies of Dual Society (1953) masih tetap terjadi. Dalam teorinya, Boeke menyebutkan bahwa dualisme sosial