SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUANKEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DIPT. SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2016
DISUSUN OLEH :
AQUINYO KLEMENS KELAN
01.12.000.362
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S- 1PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU ( STIKIM ) JAKARTA 2016
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUANKEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DIPT. SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2016
“Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”
DISUSUN OLEH:
AQUINYO KLEMENS KELAN
01.12.000.362
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S-1 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM) JAKARTA 2016 PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DIPT. SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2016
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta, Agustus 2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
Panitia Sidang Ujian Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
Jakarta, Agustus 2016
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Strata 1 (S-1) di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan tindakan plagiarisme terhadap karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
iii
RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : Aquinyo Klemens Kelan
Tempat, Tanggal Lahir : Maumere, 06 November 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Khatolik
NO. HP : 082312935426
Alamat : Desa Koting A, RT.009/RW.002, Kecamatan
Koting Maumere.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. TK Maria Pia Mastena Koting : 1999-2000
2. SD Inpres Koting : 2000-2006
3. SLTP Bina Wirawan Maumere : 2006-2009
4. SMAK Santo Gabriel Maumere : 2009-2012
5. S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Indonesia Maju : 2012-2016
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur serta limpah terima kasih penulis haturkan ke hadirat Yang
Maha Kuasa atas berkat dan rahmat perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Hubungan Antara Beban Kerja Dan
Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi
DiPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016”.
Untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. My Saviour, Jesus Christ, terima kasih untuk kebaikan dan kasih-Mu
selama ini. Tak pernah berkesudahan kasih setia-Mu padaku. Biarlah ini
menjadi persembahan yang berkenan kepada-Mu.
2. Bapa dan Mama tercinta dan tersayang, yang tak pernah berhenti
memberikan Doa, Kasih Sayang, Dukungan Baik Moril Maupun Materil,
kaka dan adik tersayang. Terima Kasih Untuk Semua Dukungan,
Pengorbanan dan Cinta Untuk Penulis.
3. Bapak Dr. dr. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju STIKIM.
4. Ibu Rindu, SKM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKIM.
5. Pembimbing materi/akademik, Ibu Ajeng Setianingsih, SKM, M.Kes yang
telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dan yang selalu
v
memberikan masukan, nasihat, dan dukungan. Terima kasih Ibu, atas
petunjuk yang diberikan pada saya.
6. Seluruh staf dan dosen program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.
7. Pimpinan HRD PT Sinar Sakti Jaya, Bapak Fredin SKM yang telah
memberikan penulis kesempatan dan waktu untuk magang, terimakasih
juga buat pimpinan perusahan yang telah mengijinkan penulis melakukan
magang dan penelitian di Perusahan.
8. Pembimbing Lapangan, Mas Muji Handonoatas semua saran, ilmu juga
waktu yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan magang dan
juga selama kegiatan penelitian dan mohon maaf atas kesalahan dan sikap
yang pernah saya buat.
9. Pak Herry, Ako Ahoy, Bapak Zidan dan semua karyawan pada proyek
Ducting Coal Mil PT Indocement Tunggal Prakarsa Plan 11, terima kasih
atas ilmu dan juga kerja samanya.
10. Terima kasih juga untuk team Safety Officer PT ITP yang sudah banyak
membagi ilmu tentang K3 di lokasi proyek Ducting Coal Mil.
11. Teman satu tempat magang Paul dan Jayandi yang selalu bersama-sama
dengan penulis dalam menyelesaikan magang dan menyusun skripsi ini.
Makasih friend untuk semangatnya…..!!
12. Terima kasih buat Sinyo Dhe-dhe, Robby dan Abi yang selalu
memberikan motifasi kepada penulis, selalu menemanin penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan rela begadang sampe pagi.
vi
13. Spesial buat Abang Badrun yang selalu direpotkan dalam menghitung
kuesionel penelitian dan selalu membantu penulis dalam mengolah data
dengan menggunakan SPPS.
14. Teman-teman seperjuangan SKM angkatan 2012.
15. Semua pihak yang membantu, memberikan semangat dan doa yang tidak
dapat disebutkan namanya satu per satu.
Dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulisberharap semua mereka mendapatkan balasan dari Tuhan dengan balasan yangberlipat ganda.
Akhir kata “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”,Penulis menyadaribahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulismengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan penulisankedepannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacaterutama di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Jakarta, Agustus 2016
Penulis
vii
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2016
Aquinyo Klemens Kelan, NPM : 01.12.000.362
Hubungan Antara Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi diPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 xx+82 halaman, 10 tabel, 6 lampiran
ABSTRAK Kelelahan merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Menurut World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan, gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat yang berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi diPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasinya adalah seluruh pekerja tetap di bagian produksi. Adapun sampel penelitian ini adalah 50 sampel sesuai kriteria yang ditetapkan. Instrumen dalam penelitian ini adalah pengukuran validitas dan reliabilitas dengan menggunakan kuisioner dan pengisian kuisioner mengenai kelelahan kerja, beban kerja, dan gangguan kebisingan.Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan α= 0,05. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja. Untuk faktor beban kerja diperoleh p-value = 0,006, dan faktor gangguankebisingan diperoleh p-value = 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi diPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016.
Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan. Daftar Bacaan : 41 (2004-2016)
viii
PUBLIC HEALTH SCIENCE LEVEL S1 OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY UndergraduatedThesis, August 2016
Aquinyo Klemens Kelan, NPM : 01.12.000.362
Relationship Between Workload and Fatigue Disturbance Noise By Work In Full Production Department at PT. Sinar Sakti Jaya Cullinan Bogor 2016 xx + 82 pages, 10 tables, 6 attachments
ABSTRACT Fatigue is a variety of state accompanied by a drop in work efficiency and durability. According to the World Health Organization (WHO) in the health model created until 2020 foresees, psychiatric disorders such as severe tiredness that leads to depression will be the number two killer disease after heart disease. This study aims to determine the relationship between workload and noise interference with fatigue on production workers at PT. Sinar Sakti Jaya Bogor Cullinan Year 2016. This type of research is quantitative descriptive cross sectional study design. The population is all permanent workers in production. The sample of this study is 50 samples according to defined criteria. Instruments in this study is the measurement validity and reliability by using questionnaires and filling a questionnaire on fatigue, workload, and noise interference. Data analysis was performed using univariate and bivariate using chi- square test with α = 0.05. The result showed that there is a relationship between workload and noise disturbance to fatigue. To work load factor was obtained p-value = 0.006, and the noise nuisance factor obtained p-value = 0.000. The conclusion from this study is there is a relationship between workload and noise interference with fatigue on production workers at PT. Sinar Sakti Jaya Cullinan Bogor 2016.
Keywords : Work Fatigue , Workload and Noise Disturbance . Reading List : 41 (2004-2016)
ix
DAFTAR ISI
Pernyataan Persetujuan ...... i Lembar Pengesahan ...... ii Surat Pernyataan...... iii Riwayat Hidup ...... iv Kata Pengantar ...... v Abstrak ...... viii Abstract ...... ix Daftar Isi...... x Daftar Tabel ...... xiv Daftar Lampiran ...... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 8 1.3 Pertanyaan Penelitian ...... 10 1.4 Tujuan Penelitian...... 10 1.4.1 Tujuan Umum ...... 10 1.4.2 Tujuan Khusus ...... 10 1.5 Manfaat Penelitian...... 11 1.5.1 Manfaat Teoritis ...... 11 1.5.2 Manfaat Metodologi ...... 11 1.5.3 Manfaat Praktis ...... 11 1.5.3.1 Manfaat Bagi STIKIM ...... 11 1.5.3.2 Manfaat Bagi Peneliti ...... 11 1.5.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan ...... 12 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...... 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...... 14 2.1 Kelelahan Kerja ...... 14 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja ...... 14
x
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja ...... 16 2.1.2.1 Faktor Individu ...... 16 2.1.2.2 Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja ...... 22 2.1.3 Faktor Pekerjaan ...... 25 2.1.4 Indikator Kelelahan Kerja ...... 27 2.1.5 Sintesa Kelelahan Kerja ...... 29 2.2 Beban Kerja ...... 29 2.2.1 Pengertian Beban Kerja ...... 29 2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ...... 31 2.2.3 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja ...... 32 2.2.4 Indikator Beban Kerja ...... 34 2.2.5 Sintesa Beban Kerja ...... 35 2.3 Gangguan Kebisingan ...... 35 2.3.1 Pengertian Gangguan Kebisingan ...... 35 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Kebisingan 37 2.3.3 Hubungan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja 39 2.3.4 Indikator Gangguan Kebisingan ...... 40 2.3.5 Sintesa Gangguan Kebisingan ...... 42 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ...... 43 3.1 Kerangka Teori ...... 43 3.2 Kerangka Konsep ...... 44 3.3 Kerangka Analisis ...... 44 3.4 Definisi Operasional ...... 45 3.5 Hipotesis ...... 47 BAB 4 METODE PENELITIAN ...... 48 4.1 Desain Penelitian ...... 48 4.2 Populasi dan Sample ...... 48 4.2.1 Populasi ...... 48 4.2.2 Sample ...... 49 4.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi ...... 49
xi
4.3.1 Kriteria Inklusi ...... 49 4.3.2 Kriteria Ekslusi ...... 49 4.4 Tempat dan Waktu Penelitian ...... 49 4.5 Pengumpulan Data ...... 50 4.6 Pengukuran Instrumen Penelitian...... 50 4.6.1 Uji Validitas ...... 50 4.6.2 Uji Reliabilitas ...... 52 4.7 Blue Print...... 53 4.8 Pengolahan Data ...... 53 4.9 Analisis Data ...... 55 4.10 Penyajian Data...... 56 BAB 5 PROFIL PT. SINAR SAKTI JAYA ...... 57 5.1. Profil Perusahan ...... 57 5.2. Alamat Perusahan ...... 58 5.3. Visi dan Misi ...... 58 5.4. Ruang Lingkup Bisinis ...... 59 5.5. Kebijakan Mutu ...... 59 5.6. Sasaran Mutu PT Sinar Sakti Jaya ...... 59 5.7. Rencana Mutu ...... 60 5.8. Target Dan Rencana Masing Masing Bagian ...... 60 5.9. Job Description ...... 60 5.10 Struktur Organisasi ...... 61 5.11 Program Kerja HSE ...... 61 5.12 Peraturan Perusahan ...... 63 5.12.1 Peraturan Jam Kerja dan Waktu Istirahat ...... 63 5.12.2 Tata Tertib Karyawan dan Subkontraktor ...... 63 5.12.3 Tata Tertib Karyawan Baru/ Keluar ...... 65 5.13 Job Description Safety PT Sinar Sakti Jaya ...... 67 BAB 6 HASIL PENELITIAN ...... 72 6.1 Analisis Univariat ...... 72 6.2 Analisis Bivariat ...... 73
xii
BAB 7 PEMBAHASAN ...... 76 7.1 Keterbatasan Penelitian ...... 76 7.2 Hubungan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 77 7.3 Hubungan Gangguan Kebisinganterhadap Kelelahan Kerja pada pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 78 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN...... 81 8.1 Kesimpulan...... 81 8.2 Saran ...... 81 8.2.1 Saran Untuk PT. Sinar Sakti Jaya ...... 81 8.2.2 Saran Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju ...... 82
DAFTAR PUSTAKA ...... LAMPIRAN ......
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...... 45 Tabel 4.1 Uji Validitas ...... 50 Tabel 4.2 Uji Reliabilitas ...... 51 Tabel 4.3 Blue Print Kuesioner ...... 53 Tabel 4.4 Coding Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan Gangguan Kebisingan...... 55 Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 73 Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 74 Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gangguan Kebisingandi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 74 Tabel 6.4 Hubungan Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di
PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 75
Tabel 6.5Hubungan Gangguan KebisinganDengan Kelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...... 76
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3 : Output Validitas & Realibitas Lampiran 4 : Output Univariat & Bivariat Lampiran 5 : Kuesioner Lampiran 6 : Dokumentasi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan sumber utamanya adalah
mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelelahan saraf, kelelahan
oleh lingkungan yang monoton dan kelelahan oleh lingkungan kronis terus
menerus sebagai faktor secara menetap (Suma’mur, 2009). Pendapat lain
mengatakan bahwa kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh
agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat (Tarwaka, 2010). Kelelahan kerja merupakan fenomena
yang sering dialami oleh tenaga kerja namun hal ini tidak bisa diabaikan
karena berkaitan dengan perlindungan kesehatan tenaga kerja. Bahkan dari
hasil penelitian disebutkan bahwa dari 80% human error, 50% nya
disebabkan oleh kelelahan kerja (Kemenkes,2011).
Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan atau kegiatan, sehingga meningkatkan kesalahan dalam
melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.
Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang
ditandai oleh sensasilelah, motivasi menurun, memperlambat waktu reaksi,
dan kesulitan dalam mengambil keputusan yang menyebabkan menurunnya
1
2
kinerja dan menambahnya tingkat kesalahan kerja. Sehingga dengan meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam dunia industri (Santoso, 2014).
Kelelahan kerja dapat berlangsung secara akut maupun kronik.
Kelelahan kerja yang terjadi secara akut akan hilang dengan istirahat cukup atau dengan menghilangkan gangguan-gangguannya. Sedangkan kelelahan yang berlangsung kronik maka akan sangat membahayakan kondisi pekerja dalam melaksanakan tugasnya karena daya tahan tubuhnya sudah menurun
(Soetomo, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan, gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat yang berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.
Miranti,dkk (2014) juga mengutarakan hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu perusahaan di Indonesia khususnya pada bagian produksi mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan mengalami gejala sakit di kepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan di bahu.
3
Pada survei di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.
Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan kronik (Hardi 2012). Data yang hampir sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris yang menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh lelah.
Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan menunjukkan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis,
3% karena faktor fisik dan 33% karena kedua faktor tersebut
(Setyawati,2013).
Menurut National Safety Transportation Safety Board di Australia melaporkan 5–10% seluruh kecelakaan, 20–30% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan 25- 30% ada hubungannya dengan kelelahan.
Berbagai negara melaporkan bahwa kelelahan merupakan suatu masalah untuk keselamatan. Demikian juga di New South Wales yang dilaporkan oleh Road and Traffic Authority memperkirakan faktor kelelahan yang memiliki kontribusi besar terjadinya kecelakaan fatal (Soames dan Dalziel,
2001 dalam Russeng, 2011).
Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi kinerja pekerja, misalnya kebisingan, tekanan panas, pencahayaan yang jelek dan vibrasi dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dalam bekerja (International Labour
Organization (ILO), 1983). Apabila bekerja dengan kondisi tidak nyaman lama kelamaan akan menimbulkan kelelahan (Setyawati, 2013).
4
Masalah lingkungan kerja seperti kebisingan di tempat kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan. Semua jenis industri yang besar maupun kecil menggunakan alat-alat modern untuk mengolah dan memproduksi barangnya sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi saat ini. Pemakaian mesin-mesin tersebut seringkali menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan kerja. Faktor kebisingan yang tidak terkendali dengan baik menyebabkan dampak auditorial yaitu berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran seperti menurunnya daya dengar tenaga kerja dan juga menimbulkan dampak non auditorial yang salah satunya berupa kelelahan tenaga kerja
(Suma’mur,2009).
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari dan 40 jam kerja/minggu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Irwan Harwanto (2011) di Depo Lokomotif PT. Kereta Api
Daerah Operasi IV Semarang bahwa ada 13% tenaga kerja yang mengalami kelelahan ringan, 69,6% kelelahan sedang dan 17,4% tenaga kerja mengalami kelelahan berat akibat paparan bising yang melebihi ambang batas yaitu range 85,8-90,6 dBA dan di Depo Kereta dengan range kebisingan 51,5-60,4 dBA ada 71,5% tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 19% kelelahan sedang dan 9,5% kelelahan berat (Hanifa, 2015).
5
Selain dari faktor fisik lingkungan kerja, Suma’mur (2009) memprediksi beberapa faktor utama yang signifikan terhadap kelelahan yang meliputi jenis kelamin, usia, status gizi, beban kerja, ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan serta waktu yang digunakan dalam bekerja.
Ketika beban kerja melebihi kapasitas yang dimiliki oleh tenaga kerja dan hal ini berlangsung terus menerus maka akan menimbulkan kejadian kelelahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan meningkatnya angka ketidakhadiran pekerja sehingga akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Faktor individu seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan kerja.
Berdasarkan penelitian di Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40 – 50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan kerja dibandingkan dengan pekerja yang berusia relatif muda (Hidayat, 2013).
Berdasarkan penelitian dari Wati dan Haryono (2011) tentang Hubungan
Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan Laundry di
Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, dijelaskan bahwa semakin besar tingkat beban kerja pada karyawan maka dapat meningkatkan resiko kelelahan kerja, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja karyawan laundry di Kelurahan Warungboto kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta.
Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Barat NO. 11 tahun 2006 menyatakan bahwa gangguan kebisingan pada 8 (delapan) lokasi
6
pemantauan yaitu : Kota Bandung Barat, Kota Subang, Kota Purwakarta,
Kota Karawang, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Indramayu dan Kota
Cirebon di wilayah provinsi Jawa Barat, terlihat masih berada dibawah Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan yang ditetapkan. Hasil ini sesuai dengan tujuan upaya pemantauan lingkungan yaitu mengetahui efektifitas pengelolaan lingkungan dalam mencegah, mengendalikan dan meminimalisir paparan kebisingan di lokasi kegiatan terhadap pekerja maupun masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
Dari beberapa faktor penyebab kelelahan kerja di atas menunjukkan bahwa kelelahan kerja merupakan salah satu sumber masalah bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja yang akan berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang dapat dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di PT. Sinar Sakti Jaya yang terletak di
Cileungsi Bogor. PT. Sinar Sakti Jaya adalah salah suatu pabrik yang bergerak di bidang Mechanical Engineering and Construction. Pekerjaan yang dikerjakan di PT. Sinar Sakti Jaya meliputi : Pekerjaan Machining,
Line Boring, Struktur Baja dan Erection, dan Rekayasa (fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas). Dalam melakukan pekerjaan tersebut menggunakan alat-alat atau mesin-mesin yang dapat menimbulkan efek kebisingan di lingkungan kerjayang melebihi nilai ambang batas normal
7
yaitu 85 dB dan menjadi salah satu faktor utama yang menganggu kenyamanan saat bekerja dan berada di lokasi pabrik tersebut.
PT. Sinar Sakti Jaya juga menerapkan standar tingkat kebisingan yang sudah ditetapkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-
51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja yaitu
85 dB untuk 8 jam kerja/hari dan 40 jam kerja/minggu.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 01 April sampai 30 April 2016 dengan jumlah responden sebanyak
30 orang pekerja di bagian Produksi PT.Sinar Sakti Jaya. Penulis mulai melakukan sebuah wawancara langsung kepada 30 orang pekerja tersebut, berupa pertanyaan-pertanyaan yang didalamnya berisi masalahhubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan terhadap kelelahan. Kemudian didapati 20 orang pekerja yang berpendapat bahwa beban kerja dan gangguan kebisingan bisa menyebabkan kelelahan. Dari 20 orang tersebut 8 orang mengatakan bahwa beban kerjanya sangat tinggi, 4 orang mengatakan bahwa beban kerjanya ringan atau sedang, 5 orang mengatakan bahwa gangguan kebisingannya sangat tinggi dan 3 orang mengatakan bahwa gangguan kebisingannya rendah atau sedang, karena rata-rata pekerjanya ada yang bekerja melebihi jam kerja normal atau over time dan juga dalam melakukan pekerjaannya mereka tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) seperti airplak sehingga bisa terpapar gangguan kebisingan.
Sedangkan 10 orang pekerja mengatakan bahwa beban kerja dan gangguan kebisingan tidak berdampak pada kelelahan karena mereka bekerja sesuai
8
dengan jam kerja normal dan dalam bekerja mereka juga menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti air plak.
Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul penelitian “Hubungan Antara Beban Kerja Dan Gangguan Kebisingan
Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan observasi pendahuluan diatas, pada
penelitian tanggal 01 April 2016 diketahui bahwa masalah yang terjadi di
PT. Sinar Sakti Jaya adalah munculnya kecelakaan kerja yang tidak sedikit
pada saat aktifitas pekerjaan di lingkungan perusahaan salah satunya yaitu
dibagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya, dimana tingkat kecelakaan yang
terjadi dari tingkat kecelakaan ringan sampai kecelakaan yang fatal, sangat
mungkin terjadi pada aktifitas pekerjaan di PT. Sinar Sakti Jaya. Data
kecelakaan kerja secara keseluruhan yang didapatkan dari perusahaan yaitu
pada tahun 2012 kecelakan yang terjadi sebanyak 44 orang, tahun 2013
sebanyak 29 orang, tahun 2014 sebanyak 1 orang, tahun 2015 sebanyak 8
orang dan data terbaru tahun 2016 jumlah kecelakaan sampai bulan februari
sebanyak 4 orang. Dari data tersebut diatas jenis kecelakaan yang banyak
terjadi adalah LTI FR Lost Time Injury Frecuency Rate (Cidera dengan
Hilangnya Waktu Kerja dengan tingkat Kekerapan), MTI Medical Tritment
Injury (Cidera dengan penanganan Medis), dan FAI First Aid Injury (Cidera
dengan Pertolongan Pertama).
9
Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan 30 orang pekerja bagian produksi di lokasi penelitian PT. Sinar Sakti Jaya.
Ditemukan 20 orang pekerja yang mengatakan beban kerja dan gangguan kebisingan bisa menyebabkan kelelahan kerja, dari 20 orang pekerja tersebut, 8 orang mengatakan bahwa beban kerjanya sangat tinggi, 4 orang mengatakan bahwa beban kerjanya ringan atau sedang, 5 orang mengatakan bahwa gangguan kebisingannya sangat tinggi dan 3 orang mengatakan bahwa gangguan kebisingannya rendah atau sedang, karena rata-rata pekerjanya ada yang bekerja melebihi jam kerja normal atau over time dan juga dalam melakukan pekerjaannya mereka tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti airplak sehingga bisa terpapar gangguan kebisingan. Sedangkan 10 orang pekerja mengatakan bahwa beban kerja dan gangguan kebisingan tidak berdampak pada kelelahan karena mereka bekerja sesuai dengan jam kerja normal dan dalam bekerja mereka juga menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti air plak.
Dari data angka kecelakaan kerja akibat kelelahan pada tahun 2012 sampai 2016 sebanyak 56 orang pekerja. Akibat dari kecelakaan kerja yaitu beban kerja yang berlebihan atau over time sehingga pekerja merasa lelah dalam melakukan pekerjaan sehingga kurangnya konsentrasi dalam melakukan pekerjaan. Gangguan kebisingan yang berlebihan juga dapat berpengaruh pada pekerja dalam melakukan komunikasi pada saat bekerja.
Akibat dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu kelelahan yang tidak disadari akan berakibat fatal menjadi kelelahan kronis yang
10
membahayakan si pekerja dan juga dapat merugikan perusahan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Akibat kecelakaan kerja juga berpengaruh
terhadap menurunnya produktifitas dan kinerja perusahaan, kehilangan
waktu bagi pekerja, menurunnya daya dengar pekerja karena kebisingan
yang berlebihan, dan kerugian finansial bagi perusahaan karena harus
mengeluarkan biaya untuk pengobatan pekerja yang mengalamin kecacatan
atau meninggal.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan
dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dan gangguan
kebisingan dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT.
Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahuigambaran beban kerja dan gangguan kebisingan
dengan kelelahan pada tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar
Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016.
2. Mengetahuihubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada
tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi
Bogor Tahun 2016.
11
3. Mengetahuihubungan antara gangguan kebisingan dengan
kelelahan pada tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini tidak menghasilkan teori baru, dan hanya menguji
serta membuktikan teori yang sudah ada.
1.5.2. Manfaat Metodologi
Dalam penelitian ini, tidak menghasilkan metode baru tetapi
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.
1.5.3. Manfaat Praktis
1.5.3.1. Manfaat Bagi STIKIM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan data, sebagaibahan tambahan kajian dan
memberikan informasi yang dapat digunakan sebagaibahan
pustaka guna pengembangan Ilmu Keselamatan dan
KesehatanKerja.
1.5.3.2. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat untuk peneliti adalah mengetahui hubungan
antara beban kerjadan gangguankebisingan dengan kelelahan
pada pekerja bagianproduksi di PT.Sinar Sakti Jaya Cileungsi
Bogor.
12
1.5.3.3. Manfaat Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pihak perusahaan tentang adanya hubungan antarabeban
kerja dan gangguankebisingan dengan kelelahan pada pekerja
bagian produksisehingga dapat dijadikan dasar pengendalian
dan perlindungan terhadap tenagakerja terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan hasil observasi pendahulau diatas ternyata beban kerja
dan gangguan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan yaitu 85 dB sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan juga
kecelakaan kerja, maka peneliti mengambil kesimpulan untuk mengangkat
judul tentang Hubungan Antara Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan
Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi di PT.Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016. Penulis mengangkat judul tersebut karena
mengingat pentingnya masalah beban kerja dan Gangguan kebisingan
dengan kelelahan bagi para pekerja. Kemudian ada dorongan dari pihak
perusahaan untuk mengangkat judul tersebut. Penelitian ini dilakukan oleh
Mahasiswa STIKIM Jakarta selama tanggal 01 April sampai 30 April 2016
di PT. Sinar Sakti Jaya, Cileungsi Bogor. Penelitian ini dilakukan kepada
pekerja bagian produksi di PT.Sinar Sakti Jaya, dengan jumlah responden
sebanyak 50 orang pekerja. Teknik pengumpulan data dengan melalui
wawancara menggunakan kuesioner (data primer) dan data sekunder
13
merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang telah ada di PT. Sinar Sakti Jaya seperti visi dan misi, struktur organisasi dan daftar jumlah pekerja.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitiankuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu dimana penelitianini, data variabel dependen dan variabel independen diambil dalam waktuyang sama.Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 18 dan disajikan dalam bentuk tabel (tabular) danbentuk teks (tekstular).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelelahan Kerja
2.1.1. Pengertian
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga
individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata
lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
kinerja yang berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung
pada kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan kondisi yang
menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang
semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh,
(Suma’mur, 2009).
Beberapa teori menurut para ahli mengenai definisi kelelahan
kerja, yaitu menurut :
a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh
mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang
dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang
dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.
b. Tarwaka (2010), kelelahan merupakan suatu bagian dari
mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh
14
15
terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih
apabila melakukan istirahat. c. Kelelahan kerja merupakan menurunnya proses efisiensi,
performa kerja,dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
(Wignjosoebroto,2003). d. Dari sudut neurofisiologi diungkapakan bahwa kelelahan
dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat
yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh
aktivitas berlawanan antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi
pada batang otak. (Setyawati, 2013). e. Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stress
psikososial yang dialami dalam satu periode waktu tertentu dan
kelelahan kerja itu cenderung menurunkan prestasi maupun
motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan
kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang
bebsifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan
adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan
motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. (Setyawati,2013). f. Kelelahan kerja adalah suatu fenomena yang kompleks yang
disebabkan oleh factor biologis pada proses kerja serta
dipengaruhi oleh factor internal maupun eksternal.
(Setyawati,2013).
16
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan kerja
adalah yang berhubungan dengan ergonomis atau sikap kerja seperti
pekerjaan yang berulang-ulang dan posisi yang tidak ergonomis.
Selain itu jam kerja yang tidak sesuai, penerangan yang tidak
memadai juga akan mengakibatkan perasaan lelah. (Suma’mur, 2009).
Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, akan tetapi ada faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kelelahan antara lain adalah :
2.1.2.1. Faktor Individu
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja seorang individu. Pemakaian energi per-jam pada
kondisi dari kerja otot untuk tiap orang itu berbeda, dan salah satunya
adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009) kerja otot memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori seseorang dan
salah satunya adalah kebutuhan akan metabolisme basal atau Basal
Metabolic Rate (BMR). Basal Metabolic Rate merupakan jumlah
energi yang digunakan untuk proses mengolah bahan makanan dan
oksigen menjadi energi untuk mempertahankan tubuh. Metabolisme
basal seorang anak akan berbeda dengan orang dewasa, karena anak-
anak akan membutuhkan energi lebih banyak pada masa
pertumbuhannya. Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan
17
mempengaruhi metabolisme basal dari individu tersebut. Semakin tua
individu tersebut maka metabolisme basal akan semakin menurun dan
individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan. (Mahan &
Stump,2012).
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009)
diperoleh sebanyak 61,5% pekerja yang berusia di atas 41 tahun
mengalami kelelahan. Dengan rincian 50% menyatakan sangat lelah
dan 11,5% menyatahan lelah. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Mentari (2012) juga memperlihatkan bahwa persentase individu
dengan usia di atas 45 tahun 57,6% lebih mudah mengalami kelelahan
daripada yang berusia di bawah 45 tahun. Pekerja yang berusia lanjut
akan merasa cepat lelah dan tidak mampu lagi untuk bekerja dengan
cepat. Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki usia
lebih muda akan sanggup melakukan pekerjaan berat dari pada yang
berusia tua.
2. Jenis Kelamin
Suatu identitas seseorang, laki-laki atau wanita. Pada tenaga
kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam
mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi
fisik maupun psikisnya. Hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan
wanita lebih besar dari pada laki-laki.
18
Jenis pekerjaan tentu, harus mempertimbangkan jenis kelamin,
seperti menyangkut pekerjaan yang membutuhkan kegiatan fisik baik
langsung atau tidak langsung (lingkungan), (Kusuma,2014).
3. Masa kerja
Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa
kerja. Masa kerja merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung
mulai pertama kali masuk kerja. Pengalaman kerja seseorang akan
mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama
seseorang bekerja dalam suatu perusahaan, maka selama itu perasaan
jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi tingkat kelelahan yang
dialaminya (Langgar, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010)
membuktikan bahwa masa kerja yang lebih lama akan mempengaruhi
kelelahan. Kelelahan kerja yang paling banyak dialami oleh pekerja
dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun sebesar 69,7%. Selain
itu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) kelelahan
banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 15 tahun
yaitu sebanyak 32 orang (69,6%).
4. Kondisi Kesehatan
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan
19
merupakan hal yang patut diutamakan terutama bagi para pekerja.
Karena apabila pekerja tersebut dalam kondisi sehat, maka mereka mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tempat mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila pekerja tersebut mengalami sakit, maka produktivitas kerja juga menurun. Manusia dan beban kerja tidak dapat dipisahkan, apabila salah satunya terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya kerja, kelelahan, gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian
(Suma’mur, 2009). Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari penyebab kelelahan kerja adalah kondisi kesehatan dari pekerja tersebut. Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang pekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit (Hasibuan, 2000 dan Mauludi, 2010).
Penyakit yang dialami oleh seorang pekerja mungkin saja berasal dari pekerjaannya tersebut dan berasal dari riwayat keturunan.
Untuk penyakit yang berasal dari riwayat keturunan memang tidak bisa dihindari seperti penyakit diabetes, jantung koroner, obesitas dan lain-lain. Namun penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya bisa dicegah. Penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya disebut denga penyakit akibat kerja. Penyakit ini muncul karena beberapa faktor risiko yaitu, kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang
20
digunakan, proses produksi, cara kerja, limbah serta hasil produksinya
(Buchari, 2009).
5. Status Gizi
Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka terutama
untuk menambah kalori ketika melakukan pekerjaan. Untuk pekerja
yang bekerja pada suhu tinggi, harus diperhatikan juga kebutuhan air
dan garam mereka sebagai pengganti cairan tubuh yang keluar akibat
proses penguapan (Suma’mur, 2009). Selain itu makanan juga
dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme, yaitu
mengubah bahan makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi yang
digunakan selama kerja fisik. Kerja fisik adalah kerja yang
membutuhkan energi fisik sebagai sumber tenaganya pada otot
manusia. Kerja fisik biasa dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja
otot. Kerja otot yang berat akan memerlukan konsumsi energi yang
besar. Salah satu kebutuhan utama penggerak otot adalah kebutuhan
oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk proses pembakaran zat
yang menghasilkan energi (Tarwaka, 2010).
Proses metabolisme tertinggi dan begitu cepat berada selama
periode pertumbuhan seorang anak, terutama pada tahun-tahun
pertama dan kedua kehidupan anak tersebut (1000 hari pertama
kehidupan). Dalam tubuh seorang bayi yang sedang tumbuh, dapat
menyimpan sebanyak 12% sampai 15% nilai energi yang berasal dari
21
makanan mereka untuk bentuk jaringan baru. Seiring berjalannya waktu seorang anak akan tumbuh dan menjadi lebih tua, maka kebutuhan kalori untuk pertumbuhannya juga berkurang menjadi sekitar 1% dari kebutuhan energi total (Mahan & Stump, 2012).
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli, status gizi biasanya diukur dengan penghitungan indeks massa tubuh
(IMT) dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan
(BB/TB2). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2003) batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel. Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) Indonesia
Laki-laki (kg/m2) Perempuan (kg/m2)
Kurus <17 <18 Normal 17-23 18-25 Kegemukan 23-27 25-27 Obesitas >27 >27 Sumber : Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2003
Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) dan
Langgar (2014) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja. Dalam penelitian tersebut dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang rendah akan mudah mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi yakni berupa kalori akan mempengaruhi kemampuan kerja, waktu untuk menyelesaikan pekerjaan akan semakin panjang. Penelitian lain milik Eraliesa (2009)
22
juga membuktikan bahwa status gizi mempengaruhi kelelahan kerja
dengan rincian, sebesar 26,9% pekerja dengan status gizi baik
mengalami kelelahan. Kemudian sebesar 38,5% kelelahan dialami
oleh pekerja dengan status gizi sedang, dan sisanya (34,6%) adalah
pekerja dengan status gizi kurang.
2.1.2.2. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja
a. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Penelitian
yang dilakukan di dalam dan di luar negeri menunjukkan bahwa
pada frekuensi 300-6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut
disebabkan oleh kebisingan. Pengurangan pendengaran diawali
dengan pergeseran ambang dengar sementara. Pada saat ini terjadi
kelelahan yang akan pulih kembali secara lambat, dan akan
semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan semakin
tinggi. (Budiono, 2008).
b. Getaran
Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang
sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan
akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Menambahnya
tonus otot-otot oleh karena getaran di bawah frekuensi 20 Hertz
(Hz) menjadi sebab kelelahan. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz
menyebabkan pengenduran otot. Getaran mekanis terdiri dari
campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan
23
tonus otot secara serta merta berefek melelahkan (Suma’mur,2009).
Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran
dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh
manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi
ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan
gangguan-gangguan antara lain mempengaruhi konsentrasi kerja,
mempercepat datangnya kelelahan, gangguan-gangguan pada
anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-otot dan lain-lain.
(Wignjosoebroto, 2003). c. Penerangan
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu
(Suma’mur,2009). Penerangan yang cukup dan diatur secara baik
akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja.
Penerangan yang tidak di desain dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Gejala
kelelahan penglihatan antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu akan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke obyek guna memperbesar ukuran benda,
24
sehingga akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi
penglihatan rangkap atau kabur (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). d. Iklim Kerja
Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah
nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Untuk ukuran suhu
nikmat bagi orang Indonesia adalah 24- 26 C (derajat celcius).
Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi
dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja
otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta
memudahkan untuk dirangsang (Suma’mur, 2009). e. Sikap Kerja
Sikap tubuh dalam bekerja adalah sikap yang ergonomi sehingga
dicapai efisiensi kerja dan produktivitas yang optimal dengan
memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila sikap tubuh salah
dalam melakukan pekerjaan maka akan mempengaruhi kelelahan
kerja (Suma’mur, 2009). f. Faktor Psikologis
Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga
mempunyai perasaan–perasaan, pemikiran–pemikiran, harapan–
harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula
pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,
motivasi, hadiah–hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,
upah dan lain–lain (Suma’mur,2009). Faktor psikologi memainkan
25
peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari
konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya
dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja. (Budiono,2008).
Masalah psikologis dan kesakitan–kesakitan lainnya amatlah
mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan
sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah
kejiwaan. (Budiono,2008).
2.1.3. Faktor Pekerjaan
a. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2010) dapat memberikan
beban tambahan kepada pekerja meliputi :
1. Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara, kelembaban udara,
radiasi, intensitas penerangan, dan kebisingan.
2. Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar, uap logam,
dan fume dalam udara.
3. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, serangga,
dan binatang pengganggu.
4. Lingkungan kerja psikologis, seperti hubungan antara pekerja, stres
kerja, pemilihan dan penempatan tenaga kerja.
Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan seperti konstruksi
bangunan, faktor lingkungan kerja yang paling diperhatikan adalah
faktor lingkungan fisik seperti pengukuran kebisingan dan suhu atau
cuaca kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi meliputi
26
debu, faktor lingkungan biologis seperti virus dan binatang
pengganggu, serta faktor lingkungan psikologis seperti stres kerja. b. Beban Kerja
Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan
yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu.
Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk
mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit
organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis
dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja
atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa
pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk
mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian
yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan
agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik
di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia
(Utomo, 2008 dalam Kurnia,2010).
Menurut Astrand dan Rodahl dalam Tarwaka (2010) bahwa
penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung.
Metode pengukuran langsung yaitu mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama
bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang
diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan
27
asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.
Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja. Sedangkan menurut
Christensen dalam Tarwaka (2010) bahwa kategori berat ringannya
beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan
denyut jantung.
2.1.4. Indikator Kelelahan Kerja
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler
dalam kutipan (Andriyani, 2010) antara lain :
1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih
buruk lagi dari pada pekerja yang masih “penuh semangat.
2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.
3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan
menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.
Menurut Suma’mur (2009) ada 30 gejala kelelahan yang
terbagi dalam 2 kategori yaitu :
1) Menunjukkan terjadinya kelelahan kegiatan. Perasaan berat
di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat,
sering menguap, merasa kacau pikiran, manjadi mengantuk,
marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam
gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring.
28
2) Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan
umum. Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di
punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara serak,
terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan, merasa kurang sehat.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja
29
memungkinkan faktor penting dalam sebabataupun akibat
(Suma’mur,2009).
2.1.5. Sintesa Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah kondisi yang timbul karena seseorang telah
melakukan suatu pekerja yang berlebihan tanpa memperhitungkan
waktu yang digunakan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
penurunan kinerja yang berakibat pada kesalahan kerja dan berujung
pada kecelakaan kerja.
2.2. Beban Kerja
2.2.1. Pengertian
Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang
sesuai dengan jenis pekerjaanya. (Suma’mur,2009).
Beban kerja merupakan kemampuan pada tubuh pekerja dalam
menerima suatu pekerjaan, beban kerja yang diterima harus sesuai
terhadap kemampuan fisik dan psikologis dari pekerja. Beban kerja
berupa beban kerja fisik seperti mengangkat sesuatu dan beban kerja
psikologis yang merupakan tingkat keahlian antar individu.
(Manuba,2008).
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
(Utomo,2008 dalam Kurnia,2010).
30
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing- masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang ada diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2010), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor- faktor yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.
31
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja dalam penelitian
Soleman (Jurnal Arika, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Faktor eksternal : Beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
seperti:
1. Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja,
tata ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan
kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan
tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
2. Organisasi Kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.
3. Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja ini dapat memberikan
beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan
lingkungan kerja psikologis.
2. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat
dari reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor,
meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status
gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis
(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan
sebagainya).
32
2.2.3. Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja
Beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kelelahan. Berat ringannya beban kerja yang diterima
oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan
berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas
pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek
waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara beban
kerja dengan kelelahan kerja yang dialami pekerja. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Wahyuni (2009) menunjukkan bahwa dari 15
pekerja yang beban kerja berlebih semuanya mengalami kelelahan
yaitu 36,8% mengalami kelelahan di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan 72,7% di RS.Stella Maris. Sedangkan dari 20
pekerja yang beban kerjanya tidak berlebih terdapat 63,2% mengalami
kelelahan kerja di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan 27,3% di
RS.Stella Maris.
Menurut Effendi (2009) bahwa pekerjaan akan menjadi sangat
menguras tenaga apabila pekerjaan tersebut tidak diimbangi dengan
waktu-waktu untuk beristirahat maka akan menyebabkan kelelahan
yang apabila berkelanjutan akan menyebabkan kelelahan kronik.
Kelelahan kerja sebaiknya dikurangi seminimal mungkin dengan cara,
pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
33
beban kerja, waktu kerja yang diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan, beban kerja yang tidak berlangsung lama serta pembebasan lingkungan kerja dari kebisingan, getaran dan iklim kerja yang panas.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan kelelahan kerja dikarenakan pada orang dengan kategori umur tua telah terjadi perubahan jaringan tubuh, semakin tua umur seseorang maka akan menyebabkan semakin berkurang kekuatan tubuh sehingga akan lebih cepat mengalami kelelahan kerja.
Berdasarkan teori umur menurut Wijaya dalam Tarwaka (2010) bahwa tua merupakan proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aldin (2010) yang mengatakan bahwa keluhan kelelahan terbesar dirasakan oleh semua pekerja dengan kelompok umur tua (≥ 30 tahun) dibandingkan dengan kelompok umur muda (< 30 tahun) setelah bekerja dalam sehari. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rian Puspitasari (2009) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan perasaan kelelahan karena perasaan lelah itu bersifat umum dan mudah menjangkiti siapa saja termasuk usia muda
(< 30 tahun) karena ini menyangkut fisik sehat atau tidaknya
34
seseorang, sistem kerja yang diterapkan serta durasi istirahat yang
dibutuhkan itu berbeda-beda.
2.2.4. Indikator Beban Kerja
1. Faktor eksternal :
a. Tugas-tugas yang bersifat fisik (sikap kerja)
b. Tugas-tugas yang bersifat mental (tanggung jawab,
kompleksitas pekerjaan, dan emosi pekerja).
c. Menurut Ghani (2003) terdapat aturan tentang batasan waktu
kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat, serta
kompensasi pelampauan dari ketentuan tersebut. Tertuang dalam
Keputusan Presiden (Kepres) No.3 tahun 1983 yang isinya
antara lain sebagai berikut :
1. Jam kerja 8 jam/hari dan 40 jam/minggu.
2. Jika bekerja 4 jam berturut-turut harus diberikan istirahat
sedikitnya setengah jam.
3. Waktu istirahat mingguan 2 hari (untuk 5 hari kerja) dan 1
hari (untuk 6 hari kerja).
4. Waktu istirahat tahunan adalah hari libur resmi, diberikan
kepada pekerja untuk merayakannya. Penetapan waktunya
ditentukan oleh pemerintah.
d. Kerja secara bergilir.
e. Pelimpahan tugas dan wewenang.
35
2. Faktor internal :
a. Faktor somatis : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, dan status gizi.
b. Faktor psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, dan keinginan.
(Tarwaka, 2010).
2.2.5. Sintesa Beban Kerja
Beban kerja adalah beban yang ditanggung oleh seseorang
dalam melakukan atau menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas-
tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2.3. Gangguan Kebisingan
2.3.1. Pengertian
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang
tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan
manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena
mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan,
maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai
kebisingan. Jadi kebisingan adalah bunyi atau suara yang
keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam
rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan
sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
36
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Terdapat 2 karakteristika utama yang menentukan kualitas suatu bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi bunyi atau suara antara 16-20.000 Hz. Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne)/cm² yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat dapat didengar telinga normal
(Suma’mur, 2009).
Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmenaker No.
51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi danatau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki
(WHO,1986).
Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).
Definisi lain adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan atau belajar) (Leslie L. Doelle, 2006).
37
Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja
yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan pendengaran
(audiotory) dan extra audiotory seperti stress kerja/psikologik,
hipertensi, kelelahan kerja dan perasaan tidak senang (annoyance).
(Tana, 2002)
Kebisingan didefinisikan sebagai segenap bunyi yang tidak
dikehendaki (any unwanted sound). Menurut Gabriel (1996) bising
adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam
(bicara, pidato) dan buatan manusia (bunyi mesin). Secara umum
bising adalah bunyi yang tidak diinginkan.
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Kebisingan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut
Suma’mur (2009) berpengaruh negatif antara lain sebagai berikut :
1. Gangguan Secara Umum
Didalam kehidupan sehari-hari kebisingan dapat mengganggu
konsentrasi dan menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak
fokus kepada masalah yang sedang dihadapi.
2. Gangguan Komunikasi
Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan telah
terjadi, apabila komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus
dijalankan dengan suara yang kekuatannya tinggi dan lebih nyata
lagi apabila dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan
komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan,
38
bahkan mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada
penggunaan tenaga kerja baru oleh karena timbulnya salah paham
atau pengertian.
3. Kriteria Kantor
Kebutuhan pembicaraan, baik langsung ataupun lewat telephone,
harus dipenuhi dan sangat penting artinya bagi berlangsungnya
aktivitas di kantor dan ruang sidang.
4. Efek Pada Pekerjaan
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang
sedang dilakukan seseorang memulai gangguan psikologis dan
gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja.
5. Reaksi Masyarakat
Pengaruhnya akan sangat besar, apabila kebisingan akibat suatu
proses produksi demikian luar-biasanya, sehingga masyarakat
sekitar perusahaan yang bersangkutan protes, agar kegiatan tersebut
dihentikan.
6. Efek Pada Pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya
bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar
dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja ditempat
bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan
pulih kembali. (Roestam, 2004 dalam Sari, 2010).
39
2.3.3. Hubungan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja
Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan
pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil
serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya
konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik, juga
dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya
kelelahan tenaga kerja. Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang
tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat
menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.
Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada
saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme,
bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan
(Suma’mur,2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan
Harwanto (2013) di PT. Indo Acidatama, Tbk yang berjudul pengaruh
gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang
sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0.000, artinya P ≤
0,001. Penelitian menggunakan metode Uji Statistik dengan Analisis
Regresi Linear Sederhana. Penelitian tentang kelelahan lainnya adalah
Robertus Iskandar S. R (2007) yang mengatakan bahwa ada pengaruh
gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang
signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0,002 (p < 0,05).
Penelitian ini menggunakan metode Uji Statistik dengan Independent
40
Sample Test. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gangguan
kebisingan yang dapat menyebabkan kelelahan kerja meningkat.
2.3.4. Indikator Gangguan Kebisingan
1. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis akibat kebisingan dapat berupa rasa
mudah kaget, menggangu konsentrasi, tidur, atau kenyamanan,
mudahtersinggung, kurang konsentrasi, dan cepat marah.
Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit
psikosomatik seperti gastristis,penyakit jantung koroner, dan lain-
lain.Bising umumnya dapat merusak telinga bagian tengah dan
bagiandalam yang kebanyakan merupakan sel-sel syaraf
pendengaran.Pemaparan kebisingan yang berulang dapat
mengakibatkan kerusakanpendengaran dan komunikasi. Stressor
akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang
antara lain dialiri stress adalah kelenjar hormon dan terjadilah
perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan
menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ target, seperti
meningkatnya hiperaktivitas sistem limbik, sistem saraf pusat
(SSP) yang terdiri dari dopaminergik, noradrenegik,
serotonergikneuron yang dikendalikan oleh Gamma Aminobutiric
Acid (GABA-ergik) neuron. Oleh karena itu dari kerusakan sel-sel
syaraf tersebut dapatmenyebabkan gangguan psikologis berupa rasa
41
tidak nyaman, kurangkonsentrasi, susah tidur, cepat marah,
kejengkelan, dan gangguan kerja (Yulianto, 2013).
Pada gangguan psikologis, menurut Yulianto (2013), manusia
menginterpretasikan bunyi yang ditangkapnya pada proses terakhir
pendengaran, bila terjadi kerusakan penerimaan dipusat
pendengaran dibagian otak oleh syaraf pendengaran, manusia
menginterpretasikan bunyi bising sebagai kondisi yang
mengancamnya. Bila ada tuntutan atau ancaman, pertama-tama
adalah reaksi alarm. Reaksi ini ditandai dengan adanya perubahan-
perubahan dalam tubuh, antara lain meningkatnya hormone
cortical, ketegangan meninggi, emosi bertambah dan sebagainya.
(Yulianto, 2013)
2. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi disebabkan karena adanya masking
effect (bunyi yang menutupi pendengaran) dari kebisingan dan
gangguan kejelasan suara. Gangguan komunikasi ini dapat
menyebabkan seseorang harus berbicara kuat-kuat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, bahkan untuk menyatakan
sesuatu terkadang diperlukan pengulangan hingga beberapa kali.
Berteriak secara terus-menerus dapat menyebabkan iritasi
tenggorokkan. Mencoba untuk memahami pembicaraan di
lingkungan yang bising memerlukan konsentrasi dan usaha
tambahan. Pesan atau instruksi dapat terjadi kesalahpahaman. Hal
42
ini dapat menyebabkan kebingungan dan frustasi. Gangguan
komunikasi ini juga dapat berpengaruh pada kinerja dan
keselamatan pekerja dan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
produktifitas kerja (Lestari, 2013).
2.3.5. Sintesa Gangguan Kebisingan
Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat produksi atau alat-alat kerja yang berada pada titik-titik tertentu
dapat menimbulkan suara-suara yang menganggu pendengaran.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Teori
Beban tambahan akibat lingkungan kerja :
a. Gangguan kebisingan b. Getaran mekanis c. Penerangan
d. Iklim kerja e. Sikap kerja f. Faktor psikologis
Faktor pekerjaan : KELELAHAN KERJA a. Lingkungan kerja b. Beban kerja
Faktor individu :
a. Usia b. Jenis kelamin c. Masa kerja/lama kerja d. Kondisi kesehatan e. Status gizi
Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Suma’mur. P. K, Jakarta: Sagung Seto, 2009
43
44
3.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubunganatau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainya, atau
variabel satu denganvariabel lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
BEBAN KERJA
KELELAHAN KERJA
GANGGUAN KEBISINGAN
3.3. Kerangka Analisis
Χ1 У
Χ2
Keterangan :
X1 : Beban Kerja
X2 : Gangguan Kebisingan
У : Kelelahan Kerja
45
3.4. Defenisi Operasional
Skala No. Variabel Definisi Konsep Devinisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur 1. Kelelahan Kelelahan adalah kondisiyang Kelelahan adalah kondisiyang Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi Ordinal Kerja timbul karena seseorang telah timbul karena pekerja telah pertanyaan jika nilai melakukan suatu pekerjaan yang melakukan suatu pekerja yang nomor 1-10 mean ≥ berlebihan tanpa berlebihan tanpa memperhitungkan 30,32 memperhitungkan waktu yang waktu yang digunakan sehingga bisa 2. Rendah jika nilai digunakan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya penurunan mean < mengakibatkan terjadinya kinerja yang berakibat pada 30,32 penurunan kinerja yang berakibat kesalahan kerja dan berujung pada pada kesalahan kerja dan kecelakaan kerja. berujung pada kecelakaan kerja. Indikator : 1. Kelelahan Kegiatan 2. Kelelahan Fisik 2. Beban Kerja Beban kerja adalah beban yang Beban kerja adalah beban yang Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi Ordinal ditanggung oleh seseorang dalam ditanggung oleh pekerja dalam pertanyaan jika nilai melakukan atau menyelesaikan melakukan atau menyelesaikan suatu nomor 11-20 mean ≥ suatu pekerjaan atau tugas-tugas pekerjaan atau tugas-tugas sesuai 34,52 sesuai dengan waktu yang telah dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Rendah jika nilai ditentukan. Indikator : mean < 34,52 1. Faktor Eksternal 2. Faktor Internal
46
3. Gangguan Semua suara yang tidak Semua suara yang tidak dikehendaki Kuesioner Kuesioner 1. Terganggu Ordinal Kebisingan dikehendaki yang bersumber dari yang bersumber dari alat-alat pertanyaan jika nilai alat-alat produksi atau alat-alat produksi atau alat-alat kerja yang nomor 21-30 mean ≥ kerja yang berada pada titik-titik berada pada titik-titik tertentu dapat 31,52 tertentu dapat menimbulkan menimbulkan suara-suara yang 2. Tidak terganggu suara-suara yang menganggu menganggu pendengaran pekerja. jika nilai pendengaran. Indikator : mean < 1. Gangguan Psikologis 31,52 2. Gangguan Komunikasi
47
3.5. Hipotesis
Ada hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan dengan
kelelahan pada pekerja di Bagian Produksi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi
Bogor Tahun 2016.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya menggunakan
metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010). Pada bagian metode penelitian ini akan
diuraikan mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian,
tempat dan waktu penelitian, pengumpulan data, alat pengumpulan data,
Pengukuran Instrumen Penelitian, dan pengolahan data.
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu dimana
penelitian ini, data variabel dependen dan variabel independen diambil
dalam waktu yang sama (Notoatmojo,2010). Desain ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan
dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pekerja tetap berjumlah 50 orang di bagian produksi
PT. Sinar Sakti Jaya tahun 2016.
48
49
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan objek yang di teliti dan di anggap mewakili
seluruh populasi (Notoadmojo, 2010). Sampel yang terlibat dalam
penelitian ini adalah perkerja tetap yang bekerja dibagaian produksi
PT. PT. Sinar Sakti Jaya sebanyak 50 orang dan menggunakan tehnik
pengambilan sampel secara tidak acak (non probality sampling).
Alasan mengambil non probaliti sampling karena jumlah populasi
yang akan diteliti tidak lebih dari 100 orang.
4.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
4.3.1 Kriteria Inklusi
1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja.
2. Bersedia menjadi responden.
3. Pekerja yang berada di tempat kerja ketika diberikan kuesioner.
4.3.2 Kriterian Ekslusi
1. Tidak bersedia menjadi responden.
2. Pekerja yang tidak berada di tempat kerja ketika diberikan
kuesioner.
3. Pekerja yang tidak mengalami kelelahan kerja.
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar
Sakti Jaya Cileungsi Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01
April sampai 30 April 2016.
50
4.5 Pengumpulan Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan penyebaran
kuesioner pada pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya Tahun
2016.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen,
catatan dan laporan dari perusahaan, serta data pendukung lainnya.
4.6 Pengukuran Instrumen Penelitian
Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yang penting
yaitu valid dan reliabel (Hidayat, 2009), maka analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
4.5.1 Uji Validitas
Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
validitas pertanyaan didalam kuesioner yang diisi oleh 25 responden
pada pekerja tetap di bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya. Untuk
jumlah responden 25 orang dengan nilai α (0.05) maka:
df=n-2
df=25-2=23
nilai rtabel untuk nilai df (23) adalah = 0.396 Hasil Validitas kuesioner
pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:
51
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel dalam kuesioner penelitian
No Variabel rtabel rhitung Keputusan Variabel Kelelahan Kerja 1 kelelahan kerja_1 0,655 Valid 2 kelelahan kerja _2 0,581 Valid 3 kelelahan kerja _3 0,935 Valid 4 kelelahan kerja _4 0,644 Valid 5 kelelahan kerja _5 0,715 Valid 0,396 6 kelelahan kerja _6 0,652 Valid 7 kelelahan kerja _7 0,935 Valid 8 kelelahan kerja _8 0,544 Valid 9 kelelahan kerja _9 0,757 Valid 10 kelelahan kerja _10 0,530 Valid Variabel Beban Kerja 1 beban kerja_1 0,503 Valid 2 beban kerja _2 0,530 Valid 3 beban kerja _3 0,615 Valid 4 beban kerja _4 0,848 Valid 5 beban kerja _5 0,757 Valid 0,396 6 beban kerja _6 0,618 Valid 7 beban kerja _7 0,530 Valid 8 beban kerja _8 0,530 Valid 9 beban kerja _9 0,558 Valid 10 beban kerja _10 0,757 Valid Variabel Gangguan Kebisingan 1 gangguan kebisingan _1 0,469 Valid 2 gangguan kebisingan _2 0,662 Valid 3 gangguan kebisingan _3 0,865 Valid 4 gangguan kebisingan _4 0,861 Valid 5 gangguan kebisingan _5 0,530 Valid 0.396 6 gangguan kebisingan _6 0,731 Valid 7 gangguan kebisingan _7 0,815 Valid 8 gangguan kebisingan _8 0,869 Valid 9 gangguan kebisingan _9 0,861 Valid 10 gangguan kebisingan _10 0,935 Valid Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016
52
Setelah dilakukan uji validitas diketahui bahwa seluruh
pertanyaan dinyatakan valid, karena rhitung > dari rtabel (0,396).
4.5.2 Uji Reliabilitas
Pertanyaan-pertanyaan yang ini sudah valid kemudian secara
bersama diukur reliabilitasnya. Nilai rtabel reliabilitas (0,396).
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas variabel dalam kuesioner penelitian
No Variabel rtabel rhitung Keputusan Variabel Kelelahan Kerja 1 kelelahan kerja_1 0,966 Reliabel 2 kelelahan kerja _2 0,966 Reliabel 3 kelelahan kerja _3 0,964 Reliabel 4 kelelahan kerja _4 0,966 Reliabel 5 kelelahan kerja _5 0,965 Reliabel 0.396 6 kelelahan kerja _6 0,966 Reliabel 7 kelelahan kerja _7 0,964 Reliabel 8 kelelahan kerja _8 0,967 Reliabel 9 kelelahan kerja _9 0,965 Reliabel 10 kelelahan kerja _10 0,966 Reliabel Variabel Beban Kerja 1 beban kerja_1 0,967 Reliabel 2 beban kerja _2 0,966 Reliabel 3 beban kerja _3 0,966 Reliabel 4 beban kerja _4 0,965 Reliabel 5 beban kerja _5 0,965 Reliabel 0.396 6 beban kerja _6 0,966 Reliabel 7 beban kerja _7 0,966 Reliabel 8 beban kerja _8 0,966 Reliabel 9 beban kerja _9 0,966 Reliabel 10 beban kerja _10 0,965 Reliabel Variabel Gangguan Kebisingan 1 gangguan kebisingan _1 0,967 Reliabel 2 gangguan kebisingan _2 0,966 Reliabel 0.396 3 gangguan kebisingan _3 0,964 Reliabel 4 gangguan kebisingan _4 0,964 Reliabel
53
5 gangguan kebisingan _5 0,966 Reliabel 6 gangguan kebisingan _6 0,965 Reliabel 7 gangguan kebisingan _7 0,965 Reliabel 8 gangguan kebisingan _8 0,964 Reliabel 9 gangguan kebisingan _9 0,964 Reliabel 10 gangguan kebisingan _10 0,964 Reliabel Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016
4.7 Blue Print
Tabel 4.3 Blue Print Kuesioner No. Variabel Indikator Butir Soal 1. Kelelahan Kerja 1. Pelemahan Kegiatan 1,2,3,4,5 2. Pelemahan Fisik 6,7,8,9,10 2. Beban kerja 1. Faktor Eksternal 1,2,3,4,5 2. Faktor Internal 6,7,8,9,10 3. Gangguan Kebisingan 3. Gangguan Psikologis 1,2,3,4,5 4. Gangguan Komunikasi 6,7,8,9,10
Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016
4.8 Pengolahan Data Pengolahan data ini adalah dari data yang terkumpul diolah dan
dianlisis dengan tahapan sebagai berikut :
A. Editing Data Kegiatan dilakukan dengan meneliti setiap data yang di dapat agar
data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali kepada
responden yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengecek kembali kelengkapan kuesioner satu persatu apakah
pertanyaan yang ada sudah dijawab/diisi.
54
B. Coding Data
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan data ke
komputer. Pemberian kode pada kuesioner dilakukan sebelum
dipindahkan ke komputer.
Tahap pertama proses Coding adalah memberi kode penomoran
pada kuisioner yang diisi oleh responden yang berisikan pertanyaan
tentang variabel kelelahan kerja, beban kerja, dan gangguan kebisingan.
Tahap kedua adalah pemberian nilai (coding) pada data hasil jawaban.
Dalam tahap ini dilakukan pemberian nilai (kode) pada data hasil
jawaban.
a. Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan Gangguan Kebisingan. Tabel 4.4 Coding Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan Gangguan Kebisingan. Pilihan Jawaban Nilai Nilai Pertanyaan pertanyaan Positif Negatif Sangat setuju 5 1 Setuju 4 2 Kurang setuju 3 3 Tidak setuju 2 4 Sangat Tidak Setuju 1 5 Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016
C. Processing Data Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga
sudah melewati proses pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memindahkan isi data dari kuesioner ke komputer berdasarkan
55
klasifikasinya untuk dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan
meng-entry data dari kuesioner ke komputer, data yang dimasukan harus
di compute untuk menjumlahkan nilai masing-masing variabel.
Dilanjutkan dengan mencari mean sebagai dasar acuan untuk
menentukan variabel kelelahan kerja, beban kerja dan gangguan
kebisingan. Selanjutnya dilakukan proses analisis univariat dan bivariat
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara beban kerja, dan
gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian
produksi PT. Sinar Sakti Jaya Tahun 2016. Pengolahan data dilakukan
dengan bantuan program perangkat lunak statistik.
D. Cleaning Data Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan
demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
4.9 Analisa Data Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat, dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak statistik.
1. Analisis Univariat
Untuk mendefinisikan masing-masing variabel, baik variabel
independen maupun variabel dependen dengan tabel distribusi frekuensi.
Analisis univariat dalam penelitian ini mencakup analisis dengan statistik
deskriptif pada beban kerja, gangguan kebisingan dan kelelahan kerja.
56
2. Analisis Bivariat
Yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara
beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan pada pekerja
bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi-square dengan derajat kepercayaan
(Confidence Interval) yang digunakan 95% dan 훼=0,05, dari uji tersebut
dapat diketahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, dengan pengambilan keputusan:
1. Bila p value <훼 (0,05), maka dikatakan Ho ditolak, berarti kedua
variabel secara statistik terdapat hubungan yang bermakna.
2. Bila p value >훼 (0,05), maka dikatakan Ho diterima, berarti kedua
variabel secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna.
4.10 Penyajian Data
Hasil dari analisis kuantitatif tersebut akan dibahas dan dianalisis
dengan arah berfikir rasional dan analitik, dengan mengacu pada kerangka
konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian dibandingkan dengan
teori dalam tinjauan pustaka dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya,
kemudian dibuatlah suatu kesimpulan serta saran yang membangun dan
sesuai dengan kondisi lapangan.
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Profil Perusahan
Bengkel sinar sakti berdiri pada tahun 1983 Citeureup-Bogor dengan
spesialsasi pekerjan mechine shop pada lokasi workshop I. Pada tahun 1991
berubah status menjadi perusahan Perseroan Komanditer bernama CV. Sinar
Sakti dengan spesialisasi pekerjaan dibidang mechanical engineering sesuai
dengan perkembangan bisnis. Pekerjaan dibidang construction mulai
digeluti tahun 1995 dengan spesialisasi pekerjaan fabrication stell/plate
pada lokasi workshop II.
Tahun 2006 atas persetujuhan seluruh pendiri Perseroan Komanditer
CV. Sinar Sakti disepakati meningkatkan status dari perusahan komanditer
menjadi Perseroan terbatas PT. Sinar Sakti Jaya berkedudukan di Bogor.
Tahun 2010 PT.sinar Sakti Jaya mulai mengembangkan bisnis
dibidang fabrication, pressure vessel dan construction dengan mendirikan
workshop III yang berlokasi di Klapanunggal.
Bentuk badan hukum perusahan adalah Perseroan Terbatas, Akta
pendiria Perseroan Terbatas PT. Sinar Sakti Jaya telah mendapatkan
pengesahan dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : W8-00052 HT. 01. 01- TH, 2006 pada tanggal 08 September 2006
dan juga perusahan telah mendapatkan persetujuan dari Mentri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No AHU-67824.AH.01.02
Tahun 2008 sebagaimana tercantum dalam surat persetujuhan akta
57
58
perubahan anggaran dasar perseroan dengan akta Nomor 5, Tangga 12
Agustus 2008, telah memenuhi syarat dan telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
5.2 Alamat Perusahan
PT. Sinar Sakti Jaya (workshop III) Kp. Tegal No 37 Desa Kembang
Kuning Klapa Nunggal -Bogor-16820-Jawa Barat-Indonesia
a. Phone : +62 21 824 808 40 (huting)
b. Fax : +62 21 824 808 40
c. Email : [email protected]@sinarsaktijaya.co.id
d. Website : www.sinarsaktijaya.co.id
e. Luas area : 50.000m
5.3 Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi perusahan jasa yang terkemuka dan terpercaya dalam bidang
jasa machining, construction dan engineering dengan standar kelas dunia.
“To be a prominent & reliable machining, construction and engineering
service corporation with world class standar”
2. Misi
Memberikan manfaat dan kesejaterahan terbaik bagi seluruh stakeholder
dan pemegang saham melalui kinerja, kualitas dan pelayanan yang
terbaik.
“Giving the best benefits and welfare all stakeholder and shareholders
through the excellent performance, quality and service”
59
5.4 Ruang Lingkup Bisinis
Ruang lingkup bisnis PT.Sinar Sakti Jaya workshop III adalah
mechanichal and construction project, dengan kapasitas 400tons/month,
yang meliputi :
1. Pekerjaan machining di workshop
2. Pekerjaan line boring di workshop dan di site
3. Pekerjaan struktur baja dan erection di site
4. Pekerjaan rekayasa (fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas)
5.5 Kebijakan Mutu
Pimpinan dan seluruh karyawan PT Sinar Sakti Jaya sepakat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
pelanggan:
1. Mutu produk yang konsisten
2. Harga yang bersaing
3. Tepat waktu dalam penyelesaian pekerjaan
Untuk merealisasikan kebijakan mutu tersebut, maka perusahan
berusahan menerapkan system manajemen mutu berstandar ISO 9001 : 2008
dan meningkatkan sumber daya yang ada secara berkesinambungan.
5.6 Sasaran Mutu PT Sinar Sakti Jaya
Sasaran mutu perusahan di tetapkan dalam kurun waktu5 (lima) tahun
dan dievaluasi minimal dalam periode 1 (satu) tahun sekali. Rencana mutu
perusahan sebagaimana tercantum rencana strategis perusahan (Corporate
Strategic Plan/CSP).
60
5.7 Rencana Mutu
Sasaran mutu perusahan di tetapkan dalam kurun waktu5 (lima) tahun
dan dievaluasi minimal dalam periode 1 (satu) tahun sekali. Rencana mutu
perusahan sebagaimana tercantum rencana strategis perusahan (Corporate
Strategic Plan/CSP).
5.8 Target Dan Rencana Masing Masing Bagian
Setiap kepala bagian/ pimpinan bagian terkait, berdasarkan
persetujuhan pimpinan perusahan menetapkan taret dan rencana mutu
minimal 1 (satu) tahun sekali berdasarkan hasil evaluasi sasaran mutu
perusahan dan pncapaiannya dievaluasi minial 6(enam) bulan sekali. Target
masing-masing dituangkan dalam bentuk Key Performance Indicator (KPI)
sebagaimana tercantum dalam Funsional Strategis Perusahan (FSP).
5.9 Job Description
Uraian tugas, wewenang, dan kualifikasi jabatan diuraikan dalam job
description.
61
5.10 Struktur Organisasi
5.11 Program Kerja HSE
a) Safety Induction
Safety Induction adalah perkenalan dan pengarahan tentang situasi
proyek, keadaan darurat, jalur evakuasi dan peraturan proyek kepada
pekerja baru, tamu dan kepada pekerja yang akan melakukan kegiatan
pekerjaan berisiko bahaya tinggi.
b) Safety Talk
Safety Talk adalah pengarahan singkat tentang keselamatandan
kondisi proyek kepada seluruh pekerja sebelum pekerjaan dimulai
dilakukan seminggu sekali setiap hari mulai dari jam 08.00-08.15 WIB.
62
c) Safety Patrol
SafetyPatrol adalah patroli rutin yang dilakukan setiap hari untuk
memonitor kegiatan pekerjaan di lapangan. d) Safety Inspection
Safety Inspection adalah inspeksi yang dilakukan seminggu dan
sebulan sekali untuk melihat konsistensi penerapan HSE, apakah telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. e) Safety Meeting
SafetyMeeting adalah meeting yang dilakukan untuk membahas
masalah yang mungkin terjadi selama pekerjaan berlangsung dan
mengambil tindakan pencegahannya, serta melaporkan
kasuskecelakaanyangterjadidanlangkah-
langkahperbaikannya.Safetymeeting dilakukan minimal seminggu sekali.
63
Alur pendaftaran subkontrak baru
5.12 Peraturan Perusahan
5.12.1 Peraturan Jam Kerja dan Waktu Istirahat
Jam kerja mulai dari 08.00 s/d 17.00 WIB (termasuk istirahat
1 jam). Waktu istirahat Senin s/d Kamis: 12.00 s/d 13.00 WIB
.Waktu istirahat hari Jumat: 11.45 s/d 13.00 WIB.
5.12.2 Tata Tertib Karyawan dan Subkontraktor
1. Seluruh karyawan dan subkontraktor wajib melakukan absesnsi
finger pada saat masuk dan pulang kerja. Bagi karyawan yang
tidak bias melakukan absesnsi finger wajib mengisi form tidak
bisa finger/scanning (FR.HR.01.08). pelanggaran atas ketentuan
64
ini, karyawan dianggap mangkir atau tidak diperbolehkan
memasuki area pabrik.
2. Karyawan dan subkontraktor yang terlambat atau pulang lebih
awal, wajib melakukan absensi finger. Jika ketentuan ini tidak
dilaksanakan, security berhak tidak memberikan izin untuk
memasuki atau keluar area pabrik dari status kehadiran dianggap
mangkir dan upah perhari tersebut tidak dibayarkan.
3. Karyawan yang akan keluar workshoppada jam kerja wajib
mengisi form izin (jika untuk kepentingan pribadi) atau form
dinas luar (jika untuk keperluan dinas) yang arus mendapat
persetujuhan dari atasan yang bersangkutandan diketahui oleh
HRD, kecuali untuk keperluan emergency (kecelakaan
kerja/sakit). Jika hal tersebut tidak dijalankan, security berhak
untuk melarang/tidak mengizinkan keluar area pabrik.
4. Seluruh karyawan wajib memakai peralatan safety diarea
produksi sesuai standar yang diberlakukan perusahan. Karyawan
dan subkontraktor yang tidak memakai peralatan safety, akan
dikenakan sangsi sesuai derajat pelanggaran.
5. Karyawan tidak diperkenankan membawah keluar pabrik alat-
alat kerja, material dan peralatan safety tanpa izin dari yang
berwewenang.
6. Karyawan tidak diperbolehkan/dilarang keras merokok/makan
diarea produksi pada jam kerja, kecuali pada jam istirahat atau
65
jam-jam break time/coffe break. Adapun breaktime/coffe break
karyawan produksi sebagai berikut :
a. Pagi hari 10.00-10.10
b. Soreh hari 15.00-15.10
7. Karyawan dan subkontraktor yang masuk kerja pada hari libur
wajib mengisi form lembur atau menyerahkan list karyawan
yang masuk kerja, ke bagian HRD se-hari sebelumnya. Dan
ditembuskan kepada security. Pelanggaran atas ketentuan ini
security tidak memperkenankan masuk kerja karyawan tersebut.
5.12.3 Tata Tertib Karyawan Baru/ Keluar
1. Karyawan baru yang belum melakukan absensi finger
diperlakukan sebagai tamu, dan harus melengkapi persyaratan
kelenkapan di HRD.
2. HRD wajib memberikan list karyawan masuk atau keluar setiap
ada perubahan data karyawan ke security.
3. Subkontraktor yang mempekerjakan pekerja baru, wajib
mengikuti prosedur penerimaan karyawan yang telah ditentukan
pleh PT. Sinar Sakti Jaya, yaitu wajib mengisi biodata,
melampirkan foto copy KTP yang masih berlaku, dan dokumen
pendukung lainnya, melakukan registrasi ke HRD, induksi
safety dan menaati peraturan tata tertib yang berlaku.
4. Bagi karyawan yang mengundurkan diri/dikeluarkan maka
karyawan tersebut wajib melakukan serah terima kerja ke atasan
66
yang bersangkutan dan menegmbalika peralatan kerja dan
peralatan safety yang dipinjamkan kebagian masing-masing.
Apabila karyawan subkontraktor keluar tanpa ada
pemberitahuan ke HRD sebelumnya dan tidak dipinjamkan
tersebut tersebut menjadi tanggung jawab mandor yang
bersangkutan dan diperhitungkan ganti ruginya yang akan
dipotong oleh finance.
5. Karyawan dari slah satu subkontraktor yang sudah keluar tidak
diperkenankan/diperbolehkan masuk ke subkontraktor lainnya
yang masih aktif di PT. Sinar Sakti Jaya kecuali ada
persetujuhan dari mandor sebelumnya.
67
5.13 Job Description Safety PT Sinar Sakti Jaya
HUBUNGAN KERJA
External Internal
Hubungan Frekuensi Hubungan Frekuensi
a. Sub a. Setiap hari Administrasi Kontraktor b. Bila Safety All Setiap Hari Persoalia Inspector b. Manajemen diperlukan Department
Tempatan c. Bila di
c. Jamsostek perlukan
d. Dinasker
IDENTITAS JABATAN
Nama Jabatan: Status: Kode Job Safety Inspector Tetap Description: Dibuat Oleh: Bagian/Departemen: SH.03.02 HRD Safety
Disetujui Oleh: Divisi: Grade:
Ka.Div. HRD & GA HRD & GA
68
Superior Langsung: Head Office:
Ka.Dept. GA HO & Cabang
TUJUAN JABATAN
a. Memonitoring Safety, Health & Environment (SHE) di project
b. Melakukan penanganan pertama terhadap kecelakaan kerja
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan Safety, Health & Environment (SHE)
WEWENANG JABATAN
- Inspeksi
- Menegur, memberikan sanksi terhadap karyawan yang melanggar SHE
STATISTIK JABATAN
Kewenangan Budget: Jumlah Bawahan Langsung -
- Jumlah Bawahan Tidak Langsung -
69
POSISI JABATAN
Ka.Div HRD & GA
Safety Officer
Safety Inspector
SPESIFIKASI JABATAN
Pendidikan Formal: Persyaratan Minimal:
SMA / SMK 1. Komunikasi verbal dan negoisasi yang baik
Pengalaman: 2. Memiliki jiwa assertive
Minimal 6 bulan 3. Kemampuan leadership
Sertifikasi / Pelatihan: 4. Mampu berbahasa Inggris minimal pasif
ISO 9001, 5S / 5R, SMK3 5. Mandiri, ulet, mampu bekerja di bawah tekanan
No Kompetensi: 6. Mampu mengoperasikan computer, minimal
MS.Windows
7. Mengenal dasar-dasar K3
70
HUBUNGAN KERJA
External Internal
Hubungan Frekuensi Hubungan Frekuensi a. Sub a. Setiap hari
Kontraktor b. Bila Safety Administrasi Inspector All Setiap Hari Persoalia b. Manajemen diperlukan Department Tempatan c. Bila di
c. Jamsostek perlukan
d. Dinasker
URAIAN PEKERJAAN
Ukuran No Jenis Pekerjaan Kontribusi Keberhasilan
1. Memonitoring safety di project Primer Rutin
Melakukan koordinasi dengan manajemen Intens dan tepat 2. Primer tempatan waktu
Melakukan pengurusan perizinan kerja ke 3. Primer Tepat waktu manajemen tempatan
4. Melakukan koordinasi dengan safety Primer Tepat waktu
71
Melakukan safety report minimal satu kali 5. Primer Tepat waktu seminggu
6. Melakukan absensi seluruh karyawan site Primer Tepat waktu
D isiapkan/Diajukan Diperiksa Disetujui Diketahui Prepared by Checked by Approved by Acknowledge by
N/A
( D i v i s i T e r k a i t ) ( Ka.Div. HRD&GA ) ( D i r e k t u r ) ( ) N/A Persetujuan/ Yes No Persetujuan/ Yes No Persetujuan/ Yes No Approval Approval Approval N/A Note: Note: Note:
BAB VI
HASIL PENELITIAN
6.1. Analisis Univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan
karakteristiksetiap variabel penelitian yang diteliti. Analisis ini dilakukan
terhadapsetiap variabel dari penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanyamenghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010).
6.1.1. Kelelahan Kerja
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 Frekuensi Persentase No. Kelelahan Kerja (N) (%) 1. Tinggi 30 60,0 2. Rendah 20 40,0 Total 50 100,0 Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.1,diketahui bahwa
responden yang mengalami kelelahan kerja sebanyak30 (60,0%), sedangkan
20 orang (40,0%) tidak mengalami kelelahan kerja.
72
73
6.1.2. Beban Kerja
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya di Cileungsi Bogor Tahun 2016 Frekuensi Persentase No. Beban Kerja (N) (%) 1. Tinggi 28 56,0 2. Rendah 22 44,0 Total 50 100,0 Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.2,diketahui bahwa
responden yang mengalami beban kerja sebanyak 28 (56,0%), sedangkan 22
orang (44,0%) tidak mengalami beban kerja.
6.1.3. Gangguan Kebisingan
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gangguan Kebisingan di PT. Sinar Sakti Jaya di Cileungsi Bogor Tahun 2016 Frekuensi Persentase No. Gangguan Kebisingan (N) (%) 1. Terganggu 28 56,0 2. Tidak Terganggu 22 44,0 Total 50 100,0 Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.3,diketahui bahwa
responden yang mengalami gangguan kebisingan sebanyak 28 (56,0%),
sedangkan 22 orang (44,0%) tidak mengalami gangguan kebisingan.
6.2. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan
antaravariabel independen dengan variabel dependen.
74
6.2.1. Hubungan Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti
Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Tabel 6.4 Hubungan Antara Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 Kelelahan Kerja Beban Kerja Tinggi Rendah Total P.Value OR N % N % N % Tinggi 22 44,0% 6 12,0% 28 56,0% Rendah 8 16,0% 14 28,0% 22 44,0% 0,006 6,417 Total 30 60,0% 20 40,0% 50 100,0% Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil analisishubungan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 22 (44,0%) orang
respondenyang menyatakanbeban kerja tinggimengalami kelelahan kerja
sedangkan14 (28,0%) orang responden lainnya yang menyatakanbeban kerja
rendah tidak mengalamikelelahan kerja.
Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value
= 0,006, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja
dengan kelelahan kerja.
Hasil analisis bivariat mendapatkan nilai OR 6,417 yang artinya
pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya yang memiliki beban
kerja tinggi berpeluang 6,417 atau 6kali mempunyai tingkat kelelahantinggi,
dibandingkan dengan pekerja yang memilikibeban kerja rendah.
75
6.2.2. Hubungan Gangguan KebisinganDengan Kelelahan Kerja di PT.
Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Tabel 6.5 Hubungan Antara Gangguan KebisinganDenganKelelahan Kerja di PT.Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 Kelelahan Kerja GangguanKebi Tinggi Rendah Total P.Value OR singan N % N % N % Terganggu 26 52,0% 2 4,0% 28 56,0% Tidak Terganggu 4 8,0% 18 36,0% 22 44,0% 0,000 58,500 Total 30 60,0% 20 40,0% 50 100,0% Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil analisishubungan antara gangguan kebisingan
dengan kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 26 (52,0%) orang
responden yang mengalamin gangguan kebisingan berartimengalamin
kelelahan kerja sedangkan 18 (36,0%) orang responden lainnya yang tidak
mengalamingangguan kebisingan berartitidak memiliki tingkatkelelahan
kerja.
Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value
= 0,000, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara gangguan
kebisingan dengan kelelahan kerja.
Hasil analisis bivariat mendapatkan nilai OR 58,500 yang artinya
pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya yang
mengalamingangguan kebisingan kurang baik berpeluang 58,500 atau
59kali mempunyai tingkat kelelahankerja tinggi, dibandingkan dengan
pekerja yang mengalamin gangguan kebisingan yang baik.
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian inimasih banyak memiliki
keterbatasan, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan hanya disatu divisi saja, dikarenakan sifat
dokumen yang sangat rahasia, sehingga peneliti dibatas untuk meneliti
divisi lain.
2. Penelitian ini dilakukan pada waktu dan situasi bekerja, sehingga dapat
mempengaruhi responden dalam pengisian kuesioner.
3. Pengambilan data dengan kuesioner bersifat subyektif, kebenaran data
sangat bergantung pada kejujuran responden, jika responden kurang jujur
maka kebenaran juga kurang akurat.
4. Kelemahan penggunaan kuesioner pada penelitian ini antara lain:
a. Waktu luang responden pada saat bekerja sangat kurang
yangmenyebabkan responden terburu-buru dalam pengisian
kueioner.
b. Bentuk pernyataan pada kuesioner harus dibuat
sesederhanamungkin agar responden dapat dengan mudah
memahami maksuddari pernyataan-pernyataan tersebut.
76
77
7.2. Hubungan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada pekerja
bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Berdasarkan hasil analisishubungan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat terdapat 22 (44,0%) orang
respondenyang menyatakanbeban kerja tinggimengalami kelelahan kerja
sedangkan14 (28,0%) orang responden lainnya yang menyatakanbeban kerja
rendah tidak mengalamikelelahan kerja.
Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value
= 0,006, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja
dengan kelelahan kerja.
Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai
dengan jenis pekerjaanya. (Suma’mur,2009).
Beban kerja merupakan kemampuan pada tubuh pekerja dalam
menerima suatu pekerjaan, beban kerja yang diterima harus sesuai terhadap
kemampuan fisik dan psikologis dari pekerja. Beban kerja berupa beban
kerja fisik seperti mengangkat sesuatu dan beban kerja psikologis yang
merupakan tingkat keahlian antar individu. (Manuba,2008).
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo,2008
dalam Kurnia,2010).
78
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat
didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan
pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra tahun 2015 yang
berjudul “Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri
Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015”. Hasil penelitian
analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-
value = 0,004 dengan α = 0,05. Jika Pvalue< 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda
Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015.
Menurut peneliti cara mengurangi beban kerja yang tinggi pada
pekerja dengan menyediakan tempat istirahat bagi pekerja apabila pekerja
mengalamin kelelahan pada saat bekerja dan mengatur jam kerja normal
atau sesuai dengan standar yaitu 8 jam/hari atau 40 jam/minggu, jika ada
pekerja yang melakuka lembur atau long shif diberikan tambahan waktu
maksimal 3-4 jam sehingga tidak menyebabkan beban kerja yang tinggi.
7.3. Hubungan Gangguan Kebisinganterhadap Kelelahan Kerja pada
pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun
2016
Berdasarkan hasil analisishubungan antara gangguan kebisingan
dengan kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 26 orang responden
79
yang mengalamingangguan kebisingan berartimengalamin kelelahan kerja sedangkan 18 orang responden lainnya yang tidak mengalamingangguan kebisingan berartitidak memiliki tingkatkelelahan kerja.
Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value
= 0,000, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara gangguankebisingan dengan kelelahan kerja.
Kebisingan menurut Kepmenaker No. 51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi danatau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.(Suma’mur,2009).
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO,1986).
Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).
Definisi lain adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan atau belajar) (Leslie L. Doelle, 2006).
Penelitian ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Suryani
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun
2010yang berjudul “Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Tenaga Kerja shift pagi di bagian Weaving II PT. Dan Liris Sukoharjo Tahun 2010 ”.
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi person
80
product moment antara kebisingan dengan kelelahan menunjukkan bahwa nilai p value adalah0,000 yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antarakebisingan dengan kelelahan.
Menurut peneliti cara untuk mengurangi kebisingan adalah perusahaan juga harus menyediakan alat pelindung diri yang aman dan nyaman dipakai oleh para pekerja sehingga kebisingan tidak akan mengganggu pekerjaan mereka, seperti ear plug dan earmuff. Pekerja juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri seperti ear plug atau earmuffselama proses bekerja di lingkungan atau area kerja yang memiliki tingkat kebisingan tinggi sehingga dampak kebisingan yang ditimbulkan dapat diminimalisisir.
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan
Antara Beban Kerja Dan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Pada
Pekerja Bagian Produksi DiPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun
2016, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara beban kerjadengankelelahan kerja pada pekerja
bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016
dengan p-value 0,006.
2. Ada hubungan antaragangguan kebisingan dengankelelahan kerja
pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor
tahun 2016 denganp-value0,000.
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan
gangguan kebisingan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016.
8.2. Saran
8.2.1 Saran Untuk PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor
1. Mengatur jam kerja normal atau sesuai dengan standar yaitu 8
jam/hari atau 40 jam/minggu, jika ada pekerja yang melakukan
lembur atau long shif diberikan tambahan waktu maksimal 3-4
jam dan jika pekerja yang melakukan lembur sudah melebihi
81
82
waktu lembur yang telah ditentukan maka pekerja tersebut
diberikan kompensasi waktu istirahat yang secukupnya sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga tidak menyebabkan
beban kerja yang tinggi.
2. Pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau earmuffselama
proses bekerja di lingkungan kerja yang memiliki gangguan
kebisingan yang melebihi nilai ambang batas normal sehingga
dapat mengurangin gangguan kebisingan pada pekerja.
8.2.2 Saran Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
1. Memperbanyak MOU dengan berbagai instansi untuk
memudahkan kerjasama pendidikan.
2. Memperbanyak buku-buku referensi tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3. Menyediakan lap K3 sehingga mahasiswa bisa mengetahui APD
(alat pelindung diri) seperti : full body harnes, ear plug, ear muff,
dan sebagainya.
4. Memudahkan mahasiswa dalam mengakses informasi mengenai
perkuliahan dimanapun dan kapanpun melalui internet.
Daftar Pustaka
Ambar, W. Roestam, 2004 dalam Sari 2010, Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_22.Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja.
Andriyani, 2010.Pengukuran Kelelahan Dengan Alat Reaction Timer dan Pengaruh Kelelahan Terhadap Produktivitas Pada Tenaga Kerja Bagian Penjahitan, Surakarta : Fakultas Teknik UMS, 2010.
Astrand, Rodahl, dkk, dalam Tarwaka. 2010, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press.
Astuti, Dwi Lestari. 2013. Hubungan Pajanan Kebisingan Dengan Efek Kesehatan Non-Auditory Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT. Tokai Dharma Indonesia Pada Tahun 2013. Jurnal : Universitas Indonesia.
Budiono, Sugeng, A.M. 2008. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan penerbit UNDIP.
Buchari, Alma. 2008, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta.
Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC, Penerbit Buku Kedokteran.
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Escott-Stump, S. & Mahan, L. K. (2012). Nutrition Diagnosis and Intervention. In: MAHAN, L. K. & ESCOTT-STUMP, S. (eds.) Krause's Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Missouri: Saunders Elsevier.
Eraliesa, F. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kejra Bongkar Muat di Pelabuhan Tapak Tuan Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Skripsi. FKM USU.
Gabriel, 1996.”Definisi dan Istilah tentang Kebisingan di Tempat Kerja”. http://www.indomedia.com/intisari/2000/januari/bising.htm. Diakses 01 Juni 2016.
Hidayat, Achmad Taufik. 2011. Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Pada Pekerja di PT. Primarindo Asia Infratucture,
Tbk. Tugas Akhir. Bandung : Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Bandung.
Hanifa, Tri Yuni Ulfa. 2006. Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Semarang.
Irwan, Harwanto, 2012.Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Masinis Dan Asisten Masinis, Dengan Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Sebagai Intervenning Variabel (Studi Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang).
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. http://www.indonesian- publichealth.com/2012/05/pengertian-dan-katagori- kebisingan.html.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Jenis-jenis kelelahan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan. Jakarta: Depkes PRESS.
Kusuma, Sunaryo, M.Pd. 2014. Ergonomi dan Keselamatan Kesehatan Kerja, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Langgar, D. P. 2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di Unggaran Tahun 2014. Jurnal FKM Dian Nuswantoro Semarang.
Leslie, L. Doelle. 2006. Akustik Lingkungan. Jakarta : Erlangga.
Manuaba. 2008. Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Miranti, dkk 2014. Hubungan Shift Kerja Dengan Tingkat Kelelahan Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi Dan Produksi (Ep) Kecamatan Balongan Kabupaten IndramayuTahun 2014.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip – prinsip Dasar Ilmi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rianeka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rianeka Cipta.
Nurhidayati, Puti. 2009. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Bagian Produksi PT. Tifico,Tbk
Tahun 2009. Skripsi, FKIK. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Robertus, Iskandar. S. R. 2007. “Pengaruh Paparan Kebisingan terhadap Tingkat Kelelahan di PT. Inka (Persero) Madiun”. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Russeng, Syamsiar. S. 2011. Kelelahan Kerja dan Kecelakaan Lalu lintas” . Ombak, Yogyakarta.
Santoso, Gempur. 2014. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Setyawati, Lientje. 2013. ”Kelelahan dan Permasalahannya”. http:/www.Cermin Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 01 Juni 2016.
Setyawati, K. M. L. 2013. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Amara Books.
Soetomo, 2011. Kelelahan (Fatigue) Dalam Penerbangan. Cermin Dunia Kedokteran.
Sritomo, Wignjosoebroto. 2003.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya: Guna Widya.
Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto.
Soleman, Aminah. (2011). Jurnal artikel Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan Recommended Weight Limit.
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : HARAPAN PRESS.
Tana, 2002. ”Pengertian Bising dan Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja”. http:/www. Cermin Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 01 Juni 2016.
Utomo. 2008 dalam Kurnia, Adil, 2010, Human Resource Management Development Program, September 2010, Amos Cozy Hotel, Jakarta.
Wati dan Haryono. 2011. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Wahyuni, A. 2009. Analisis Faktor yang berhubungan terhadap kelelahan Kerja Pegawai Instalasi CSDD / Loundry Rumah Sakit di Kota Makassar. Tesis UNHAS. Makassar.
Yusdarli, Hasibuan. 2010, Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr.Tengku Mansyur Tanjungbalai. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Yulianto, Ardian Risky. 2013. Faktor-Faktor yang Brhubungan Dengan Ganguan Non-Auditory Akibat Kebisingan Pada Musisi Rock.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 2, No. 1, 1-11.
Lampiran
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Case Processing Summary
N % Cases Valid 25 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 25 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items ,967 30
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
KL1 93,8400 443,973 ,655 ,966 KL2 93,7200 447,293 ,581 ,966 KL3 93,5200 433,343 ,935 ,964 KL4 93,1600 434,557 ,644 ,966 KL5 93,4800 435,427 ,715 ,965 KL6 93,1600 438,807 ,652 ,966 KL7 93,5200 433,343 ,935 ,964 KL8 93,0400 440,207 ,544 ,967 KL9 93,1600 439,973 ,757 ,965 KL10 92,6800 453,977 ,530 ,966 BK1 92,9200 450,327 ,503 ,967
BK2 92,6800 453,977 ,530 ,966 BK3 92,7600 445,773 ,615 ,966 BK4 93,3600 436,323 ,848 ,965 BK5 93,1600 439,973 ,757 ,965 BK6 92,9200 445,577 ,618 ,966 BK7 92,6800 453,977 ,530 ,966 BK8 92,6800 453,977 ,530 ,966 BK9 92,7600 451,440 ,558 ,966 BK10 93,1600 439,973 ,757 ,965 GK1 92,5600 453,673 ,469 ,967 GK2 93,0400 438,623 ,662 ,966 GK3 93,3200 434,893 ,865 ,964 GK4 93,4400 435,923 ,861 ,964 GK5 92,6800 453,977 ,530 ,966 GK6 93,3200 436,727 ,731 ,965 GK7 93,3600 437,657 ,815 ,965 GK8 93,4000 434,750 ,869 ,964 GK9 93,4400 435,923 ,861 ,964 GK10 93,5200 433,343 ,935 ,964
UNIVARIAT DAN BIVARIAT
Kelelahan_Kerja
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 30 60,0 60,0 60,0 Rendah 20 40,0 40,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Beban_Kerja
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tinggi 28 56,0 56,0 56,0 Rendah 22 44,0 44,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Gangguan_Kebisingan
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Terganggu 28 56,0 56,0 56,0 Tidak Terganggu 22 44,0 44,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
BIVARIAT BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Beban_Kerja * 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% Kelelahan_Kerja
Beban_Kerja * Kelelahan_Kerja Crosstabulation
Kelelahan_Kerja
Tinggi Rendah Total Beban_Kerja Tinggi Count 22 6 28 % of Total 44,0% 12,0% 56,0% Rendah Count 8 14 22 % of Total 16,0% 28,0% 44,0% Total Count 30 20 50 % of Total 60,0% 40,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square 9,145a 1 ,002 Continuity Correctionb 7,471 1 ,006 Likelihood Ratio 9,363 1 ,002 Fisher's Exact Test ,004 ,003 Linear-by-Linear 8,962 1 ,003 Association N of Valid Cases 50 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper Odds Ratio for Beban_Kerja 6,417 1,833 22,458 (Tinggi / Rendah) For cohort Kelelahan_Kerja 2,161 1,203 3,881 = Tinggi For cohort Kelelahan_Kerja ,337 ,155 ,732 = Rendah N of Valid Cases 50
BIVARIAT GANGGUAN KEBISINGAN DAN KELELAHAN KERJA
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Gangguan_Kebisingan * 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0% Kelelahan_Kerja
Gangguan_Kebisingan * Kelelahan_Kerja Crosstabulation
Kelelahan_Kerja
Tinggi Rendah Total Gangguan_Kebisingan Terganggu Count 26 2 28 % of Total 52,0% 4,0% 56,0% Tidak Count 4 18 22
Terganggu % of Total 8,0% 36,0% 44,0% Total Count 30 20 50 % of Total 60,0% 40,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square 28,626a 1 ,000 Continuity Correctionb 25,599 1 ,000 Likelihood Ratio 32,029 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear 28,053 1 ,000 Association N of Valid Cases 50 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper Odds Ratio for 58,500 9,664 354,126 Gangguan_Kebisingan (Terganggu / Tidak Terganggu) For cohort Kelelahan_Kerja 5,107 2,092 12,466 = Tinggi For cohort Kelelahan_Kerja ,087 ,023 ,337 = Rendah N of Valid Cases 50
KATA PENGANTAR
Terima kasih atas kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sekolah Tinggi Indonesia Maju (STIKIM) Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Anda mengenai perilaku dalam bekerja. Untuk itu, saya mengharapkan Anda menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini secara jujur dan lengkap, serta tidak melewatkan satu pertanyaanpun. Kuesioner ini bersifat rahasia dan jawaban Anda tidak akan mempengaruhi penilaian prestasi kerja Anda di tempat kerja. Kuisioner ini dimaksudkan hanya untuk penelitian.
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah pertanyaan berikut pada kolom yang telah disediakan.
2. Beri tanda cheklist (√ ) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda.
3. Kejujuran Anda sangat saya harapkan.
IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Pendidikan Terakhir : SD D III
SMP S1
SMA/SMK S2
Lama Kerja : < 3 bulan > 1 tahun
3 bulan – 1 tahun
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS), Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS), Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist pada kolom (STS).
KELELAHAN KERJA
No Pernyataan SS S KS TS STS A. Indikator Kelelahan Kegiatan 1. Pekerja sering istirahat karena pekerjaan menumpuk 2. Apabila pekerja melakukan pekerjaan yangbanyak maka pekerja cepat merasa lelah 3. Pekerja sering bertindak lamban dalam bekerja 4. Pekerja merasa pegal-pegal diseluruh badan karena pekerjaan 5. Pekerjaan yang monoton bisa menyebabkan pekerja cepat merasa ngantuk B. Indikator Kelelahan Fisik 6. Pekerja sering mengalami sakit kepala saat bekerja 7. Jam kerja yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan pekerja 8. Pekerja merasa haus setelah selesai bekerja 9. Pekerjasering mengalamin nyeri di punggung setelah selesai bekerja 10. Pekerjasering mengalamin sesak pada pernafasan setelah selesai bekerja
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS), Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS), Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist pada kolom (STS).
BEBAN KERJA
No Pernyataan SS S KS TS STS A. Faktor Eksternal 1. Pekerja akan merasa gugup bila menghadapi beban pekerjaan yang berat 2. Karena beban kerja yang berat, hal itu membuat pekerja banyak izin untuk tidak masuk kerja 3. Pekerja mudah cemas apabila pekerjaan yang dilakukan belum selesai 4. Dalam melakukan pekerjaan yang berat maka cendrung membuat berat badan pekerja menurun 5. Banyaknya beban pekerjaan yang dikerjakan membuat pekerja tidak dapat berpikir jernih B. Faktor Internal 6. Pekerjaan yang berat cendrung membuat pekerja mudah marah kepada rekan kerja 7. Pekerjasering merasa takut apabila melakukan kesalahan dalam bekerja 8. Pekerja sering tegang dikarenakan pekerjaanyang tidak kunjung selesai 9. Pekerja tidakmempunyai nafsu makan karena memikirkan pekerjaan yang banyak 10. Apabila pekerja melakukan pekerjaan yang banyak maka pekerja cepat merasa lelah
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS), Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS), Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist pada kolom (STS).
GANGGUAN KEBISINGAN
No Pernyataan SS S KS TS STS A. Gangguan Psikologis 1. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun 2. Pekerja cepat merasa marah bila bekerja di tempat yang gangguankebisingannya tinggi 3. Penggunaan APD (ear plug) dapat mempengaruhi pekerja dalam bekerja 4. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kegelisahan pada pekerja 5. Gangguan kebisingan yang tinggi dapat mengakibatkan stress pada pekerja B. Gangguan Komunikasi 6. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat mempengaruhi konsetrasi pekerja dalam melakukan pekerjaan 7. Suara kebisingan yang tinggi dapat mengganggu produktivitas pekerja 8. Pekerja merasa kesulitan dalam berkomunikasi jika bekerja diruangan yang gangguan kebisingan tinggi 9. Gangguan kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kesalah pahaman antara pekerja dan rekan kerjanya dalam bekerja 10. Pekerja dapat melakukan kesalahan dalam bekerja bila dipengaruhi oleh bising dengan tingkat tinggi
“Terima kasih atas kesediaan dan kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini”
LAMPIRAN
Induksi Safety oleh pihak Indocement
Briefing ( safety talk ) oleh Safety Indocement dan Safety SSJ
Inspeksi area kerja Ducting Coal Mill P-11 dan penempatan Mobil Crane
Ducting Coal Mill P – 11
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Aquinyo Klemens Kelan
Npm : 01.12.000.362
Pembimbing : Ajeng Setianingsih, SKM, M.Kes
Judul Skripsi : Hubungan Antara Beban Kerja dan GangguanKebisingan dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016.
Bulan: Mei Minggu ke: 4 Hari/tanggal: Kamis/26
Tahap kegiatan : Catatan pembimbing
Konsul Judul, Kerangka Teori dan ACC Judul dan Lanjut ke Bab I Kerangka Konsep Penelitian
Paraf pembimbing
Bulan:Juni Minggu ke:2 Hari/tanggal: Sabtu/11
Tahap kegiatan : Catatan pembimbing
Konsul BAB I Bab I perbaiki rumusan masalah dan ruang lingkup
Paraf pembimbing
Bulan: Juni Minggu ke: 3 Hari/tanggal: Rabu/15
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Revisi Bab I dan Bab II Bab I dan Bab II. Urutan Bab II mulai dari yang dependen ke independen
Paraf pembimbing
Bulan: Juni Minggu ke: 4 Hari/tanggal: Rabu/22
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Revisi Bab I, II dan III ACC Bab I Bab II dan Bab III tentukan Indikator dari masing-masing variabel
Paraf pembimbing
Bulan: Juni Minggu ke: 5 Hari/tanggal: Rabu/29
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Revisi Bab II dan Bab III Bab II tambahkan teori 1 variabel 15 halam. Bab III Hipotesis Kuesioner susun perindikator
Paraf pembimbing
Bulan: Juli Minggu ke:1 Hari/tanggal:Sabtu/02
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Revisi Bab II dan III serta ACC Bab II dan Bab III dan kuesioner penelitian Kuesioner Penelitian
Paraf pembimbing
Bulan: Agustus Minggu ke: 1 Hari/tanggal:Rabu/03
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Bab IV, V, VI, VII, dan ACC Bab IV dan Bab V. VIII Bab VI, VII dan VII perbaikin cara penulisan, spasi dan tambahkan penelitian.
Paraf pembimbing
Bulan: Agustus Minggu ke: 2 Hari/tanggal: Sabtu/13
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul Revisi Bab VI, VII, dan ACC Bab VI VIII Rapikan pembahasan dan kepustakaan min 2011
Paraf pembimbing
Bulan: Agustus Minggu ke: 3 Hari/tanggal: Selasa/16
Tahap kegiatan: Catatan pembimbing
Konsul semua dari Bab I sampai ACC semuanya, daftar sidang dan Bab VIII beserta Lampiran penentuan tanggal sidang
Paraf pembimbing