Makna Simbolis Pada Ragam Hias Masjid Mantingan Di Jepara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Makna Simbolis Pada Ragam Hias Masjid Mantingan Di Jepara MAKNA SIMBOLIS PADA RAGAM HIAS MASJID MANTINGAN DI JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi S-1 Desain Interior Jurusan Desain OLEH Eko Roy Ardian Putra NIM. 06150121 PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2018 i PENGESAHAN TUGAS AKHIR SKRIPSI MAKNA SIMBOLIS PADA RAGAM HIAS MASJID MANTINGAN DI JEPARA Oleh Eko Roy Ardian Putra NIM. 06150121 Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada tanggal 24 Januari 2018 Tim Penguji Ketua Penguji : Joko Budiwiyanto, S.Sn, M.A ………………………. Pembimbing : Agung Purnomo, S.Sn,. M.Sn ………………………. Penguji Bidang : Indarto, S.Sn., M.Sn ………………………. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) pada Institut Seni Indonesia Surakarta Surakarta, 24 Januari 2018 Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Joko Budiwiyanto,. S.Sn,. M. A NIP. 197207082003121001 ii PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eko Roy Ardian Putra NIM : 06150121 menyatakan bahwa laporan Skripsi berjudul: MAKNA SIMBOLIS PADA RAGAM HIAS MASJID MANTINGAN DI JEPARA adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan atau plagiasi dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari, terbukti sebagai hasil jiplakan atau plagiasi, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, saya menyetujui laporan Skripsi ini dipublikasikan secara online dan cetak oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan tetap memperhatikan etika penulisan karya ilmiah untuk keperluan akademis. Demikian, surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Surakarta, 24 Januari 2018 Yang menyatakan, Eko Roy Ardian Putra NIM. 06150121 iii ABSTRAK Sejarah abad pertengahan pada abad ke 16 masehi masih menyisakan berbagai peninggalan berupa artefak maupun dalam bentuk bangunan yang memiliki nilai historikal yang luar biasa. Sebagai mana dengan perkembangan sejarah yang mengedepankan nilai budaya dalam balutan agama tentunya banyak hal menarik yang dapat dikaji lebih dalam terutama dari sisi desain interior. Masjid Mantingan merupakan salah satu saksi sejarah yang masih berdiri kokoh sampai sekarang banyak sekali ragam hias yang dipakai dalam interior masjid. Penelitian ini fokus terhadap makna simbolis dalam ragam hias yang dipakai dalam bangunan. Adapun wilayah penelitian ini terdapat di desa Mantingan Kabupaten Jepara. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis menggunakan model interaktif. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah terdapat ragam hias yang diklasifikasikan masuk dalam struktur bangunan yakni struktur ruang, struktur fungsi, dan struktur kekal, dalam ketiga struktur terdapat persamaan pola hias yakni mengadopsi pola pola yang disusun secara berjajar baik secara diagonal maupun secara vertikal dan horisontal sehingga didapatkan kesamaan struktur bentuk dari bentuk bidang hias yang terdiri dari bidang segitiga, segiempat dan lingkaran. Makna simbolik ragam hias masjid mantingan terdapat pada konsep implementasi ragam hias dalam struktur pola yang mengadopsi kosmologi Jawa. Perpaduan makrokosmos dan mikrokosmos dalam budaya Jawa Islam. Dalam konteks interior memadukan struktur fungsi akan memberikan kesan yang megah, kuat serta kokoh dalam balutan tradisi dengan memanfaatkan unsur ragam hias klasik dengan penyesuaian pengguna dapat menambah kesan pengguna atau dapat membentuk kepribadian pemilik dalam hal ini adalah masyarakat islam. Kata Kunci: Interior, Simbol, Makna, Masjid Mantingan iv KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat keselamatan serta kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan akhir TA Skripsi dengan judul Makna Simbolis Pada Ragam Hias Masjid Mantingan Di Jepara. Ucapan terima kasih penulis juga haturkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moril sehingga mampu memberikan support yang luar biasa terhadap penulisan karya tugas akhir skripsi. Penelitian ini diangkat sebagai bentuk kajian terhadap simbolisasi berbalut interior yang terdapat pada bangunan abad pertengahan dari komponen serta strukturnya sehingga penulis berharap dapat memberikan pengayaan ilmu pengetahuan dalam dunia desain interior. Ucapan terima kasih terkhusus kepada: 1. Agung Purnomo, S.Sn., M.Sn, selaku dosen Pembimbing TA, yang senantiasa meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan, masukan dan dukungan yang mampu memotivasi penulis sehingga bisa lebih baik lagi. 2. Ahmad Fajar Ariyanto, S.Sn,. M.Sn selaku Pembimbing Akademik dan Kaprodi Desain Interior yang telah memberikan semua arahan. 3. Joko Budiwiyanto, S.Sn, M.A, selaku dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain atas perhatian dan semua fasilitas selama penulis menyelesaikan studi. 4. Seluruh Dosen Prodi Interior, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menyelesaikan studi di ISI Surakarta. v 5. Dewan penguji ujian skripsi, yang selalu memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis. 6. Budayawan dan Juru Kuncen Masjid Mantingan Jepara yang telah memberikan informasi dan masukan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga besar penulis, ayah dan bunda serta istri dan anak-anakku yang telah sabar dalam memberikan dukungan. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Lepas dari kesempurnaan isi laporan tentunya masih banyak kekurangan sehingga penulis merasa perlu diberikan banyak masukan serta saran sehingga kedepan dapat lebih baik lagi terutama dalam hal penulisan laporan tugas akhir skripsi. Jepara, 24 Januari 2018 Penulis vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iii ABSTRAK .............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................ v DAFTAR ISI ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix DAFTAR BAGAN ................................................................................. x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 5 F. Kerangka Konseptual ............................................................ 8 G. Metode Penelitian .................................................................. 10 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 10 2. Subjek penelitian ............................................................... 11 3. Lokasi Penelitian ............................................................... 12 4. Sumber Data ..................................................................... 12 5. Pengumpulan Data ............................................................ 13 6. Analisis Data ..................................................................... 15 vii H. Sistematika Penulisan ........................................................... 17 I. Jadwal Penelitian ................................................................... 18 BAB. II. LANDASAN TEORI / SIMBOLISME A. Makna Simbolis ..................................................................... 19 B. Ragam Hias ........................................................................... 20 C. Masjid ................................................................................... 21 BAB III. UNSUR RAGAM HIAS MASJID MANTINGAN A. Sejarah Masjid Mantingan Jepara .......................................... 24 B. Ragam Hias Masjid Mantingan .............................................. 28 1. Unsur Hias ........................................................................ 28 2. Struktur Interior ................................................................ 53 BAB IV . MAKNA SIMBOLISME RAGAM HIAS MASJID MANTINGAN A. Struktur Visual ...................................................................... 59 B. Makna Visual ........................................................................ 68 1. Interior Tauhid .................................................................. 70 2. Ekspresi Visual ................................................................. 72 BAB. V. PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 73 B. Saran ................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76 GLOSARIUM ....................................................................................... 78 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka pikir ....................................................................... 9 Gambar 2. Komponen analisis data model interaktif ................................ 16 Gambar 3. Masjid Mantingan abad ke 16 ................................................. 24 Gambar 4. Masjid
Recommended publications
  • Pdf: Conference NU 27 Maart 2017
    1 Foreword On behalf of the board of the special branch of Nahdlatul Ulama for the Netherlands (PCI-NU Belanda), I am delighted to welcome all of you to our 1st Biennial International Conference on “Rethinking Indonesia’s ‘Islam Nusantara’: From Local Relevance to Global Significance”. To the best of my knowledge, it is the first ever conference on its topic that takes place outside Indonesia and involves speakers and participants from many different countries. Thus, I expect, that the conference will become a productive forum for academic discussions and debates on issues related to the concept of ‘Islam Nusantara’. One of the milestones of (the establishment of) PCI-NU (in) Belanda is to introduce the idea of Islam Nusantara to a broader public in Europe. There has been widespread assumption that oversimplify the idea of “Islam Nusantara” as a form of exceptionalism that belongs to one particular group of Muslims living in one particularly territorial boundary. We want to challenge such assumption. We understand that such an idea as Islam Nusantara is very complex and is subject of contestation. Thus, our stance is to view “Islam Nusantara” as a conceptual category that is constructed, instead of given. As we have stated elsewhere, “it has to be seen as a text that is open to challenges coming from a variety of models of Islam that are lived, practised and developed in the archipelagic regions (not only Indonesia, but also Malaysia, Singapore, South Thailand, Kampuchea, and the south Philippines), in which all of these models view each other for politically dialectic opportunities and influences”.
    [Show full text]
  • Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
    MANAJEMEN WISATA RELIGI MASJID SAKA TUNGGAL DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : HAMDI BISTHAMI NIM : 1423104012 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2019 MANAJEMEN WISATA RELIGI MASJID SAKA TUNGGAL DESA CIKAKAK, KECAMATAN WANGON, KABUPATEN BANYUMAS HAMDI BISTHAMI 1423104012 ABSTRAK Wisata Religi merupakan aktifitas yang menyenangkan bagi setiap insan, Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, merupakan destinasi wisata yang cocok untuk melepas penat. Masjid Saka Tunggal Cikakak merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia dan menjadi situs warisan leluhur yang harus di jaga, selain situs Masjid potensi alam yang masih asri, serta satwa monyet liar yang jinak menambah keindahan dan keunikan tersendiri untuk wisatawan. Kurang dalam satu tahun terahir jumlah wisatawan naik hingga 100% di banding tahun 2018 yang lalu, jumlah wisatawan dari mulai januari 2019 hingga September 2019 mencapai 12.323 pengunjung. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam mengenai Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Cikakak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fled research) dengan mengambil lokasi penelitian di Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Data dalam penelitian merupakan data kualitatif yang merupakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian di analisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tentang Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
    [Show full text]
  • Sejarah Masjid Saka Tunggal Cikakak
    BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam masuk ke Indonesia menurut Prof. Hamka pada abad 7 sampai abad 8 Masehi. Bukti bahwa Islam telah menyebarkan ajarannya pada abad 7 sampai abad 8 Hijriyah langsung dari Arab, terbuktinya jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat, sedangkan menurut (Snouck Hurgronje) berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad-13 Masehi. Dalam 2 (dua) pendapat tersebut, disimpulkan (Taufik Abdullah) bahwa Islam telah datang ke Indonesia pada abad 7 sampai abad 8 Masehi. Pada abad ke-13 Masehi Islam masuk secara besar-besaran dengan kekuatan politiknya, dibuktikan dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Bukti penyebaran Islam masuk ke Indonesia yaitu: 1. Makam Fatimah Binti Maimun tahun 475 Hijriyah (1082 Masehi) di Leran dengan penulisan tulisan Arab di batu nisannya. 2. Adanya makam Malik Al Saleh Raja Samudra Pasai di Aceh yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 Hijriah (1297 Masehi). 3. Ditemukannya batu nisan dengan tulisan-tulisan Arab yang bertarikh 822 Hijriah (1419 Masehi) ditemukan di Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini 1 Sejarah Masjid Saka Tunggal..., Savitri Meiniadi, FKIP UMP, 2016 merupakan tanda makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, yaitu saudagar Islam yang mengadakan kegiatan (Sunanto, 2007: 8-9) Perkembangan agama Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak lepas dari kiprah Wali Songo antara abad ke-15 dan ke-16 Masehi, tetapi, keberadaan Masjid Saka Tunggal di desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Islam sebenarnya berkembang jauh sebelum periode Sembilan wali tersebut.
    [Show full text]
  • Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman Di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007
    Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007 Dea Denta Tajwidi1, I. Wayan Pardi2 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Email: [email protected] ABSTRAK Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon Kabupaten Banyuwangi. Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang berkuasa pada tahun 1773-1783. Penelitian sejarah ini bertujuan: 1) untuk mengetahui sejarah awal pembangunan Masjid Agung Baiturahman. 2) Untuk mengetahui dinamika perkembangan pembangunan Masjid Agung Baiturahman Tahun 1773 - 2007. Jenis penelitian ini adalah historis atau metode sejarah. Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juli sampai 21 Agustus 2018 di Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan Observasi, Wawancara, Studi Dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah Masjid Agung Baiturrahman Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami‟ yang didirikan oleh Mas Alit, Tergolong masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdiri dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dimulai sejak 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna I, bupati pertama Banyuwangi untuk umat Islam Banyuwangi. sampai kini telah mengalami beberapa kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990, dan keempat: 2005.
    [Show full text]
  • MASJID: Bentuk Manifestasi Seni Dan Kebudayaan
    1 MASJID: Bentuk Manifestasi Seni dan Kebudayaan Aulia Fikriarini Muchlis Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana 50 Malang 65144. Telp. (0341) 551354 e-mail: [email protected] Abstract Cultural value can determine the characteristics of cultural environment in which those values believed. Hence, it is colored by the act of the society and the product of the culture. In this sense, human beings as the main actor of that existing culture. One of the visible products of the culture is its art (architecture) as the proof that best describes the situation of the culture. The architecture also influences the ups and downs of a civilization, and it is more meaningful creating the combination between human culture and the human’s obedience to the God which shows harmonious relationship among human, environment, and the creator. It, then, will emerge as an Islamic new civilization, and will bring the goodness for human beings. This paper describes a mosque as not only the symbol of syi’ar Islam for praying and i’tikaf, but something that has wider role. It is the creation of Islamic cultural value. It means that the mosque was born from the knowledge that is inspired from spiritual values, therefore, it reminds and guides human to come back to the God. Key words: mosque, culture, and art el-Harakah, Vol. 11, No.1, Tahun 2009 2 Aulia Fikriarini Muchlis Pendahuluan Manusia sebagai pelaku kehidupan di dunia ini, atau dalam al Quran disebut sebagai khalifah di muka bumi, merupakan makhluk yang memiliki akal budi, sehingga dia mutlak sebagai pelaku kebudayaan.
    [Show full text]
  • Volume 14 Nomor 2 2017 Approved: 21-08-2017
    ISSN 1829-9903 (Print) 2541-6944 (Online) Article History Submitted: 25-06-2017 Reviewed: 18-07-2017 Volume 14 Nomor 2 2017 Approved: 21-08-2017 Url Website: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/1212 Url DOI: https://doi.org/10.28918/jupe.v14i2.1212 Eko-Sufisme Islam Aboge Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas Mochammad Lathif Amin UniversitasGadjahMada Yogyakarta [email protected] Abstract: This research aims to explored environment ethic based of spirituality (eco-sufism) by explore cultural values of Islam Aboge Cikakak in effort of environment crisis. This research uses a qualitative approach. Data aggregation by observation methods, interview, and documentation, in relation to 1) the teaching, 2) tradition, 3) cultural values, 4) environment consciousness. The collected data then analyze with constant comparison. The research found that root of Islam Aboge’s culture is acculturation between Islam and Kejawen tradition was teached by Kiai Mustholih. That’s about Aboge (Alip Rebo Wage) Calender, Jaro Jab tradition, Muludan, and Saka Tunggal Mosque (the oldest mosque in Indonesia). Eco-sufism of Islam Aboge was conclude in life interpretation that ‘for God’, and have to ‘back to God’. Simbolic meaning of the name og year ini Aboge Calender (ada-ada tumandang gaer lelakon urip bola bali marang suwung), full and total comprehension of unity of being (God-man-nature), transformation of self, natas, nitis, and netes. Kata Kunci: islam aboge cikakak, eco-sufism, environment crisis Abstrak: Penelitian ini bertujuan menggali konsep etika lingkungan berbasis spiritual (eko-sufisme) dengan mengeksplorasi nilai-nilai budaya Islam Aboge Cikakak, dalam rangka menjawab krisis lingkungan.
    [Show full text]
  • Indonesian Cultural Orientation
    Bahasa Cultural Orientation January 2015 DLIFLC 1759 Lewis Rd. Bldg 614, Ste. 251 Technology DLIFLC Presidio of Monterey • Monterey, CA 93944 Integtration FAMiliarization 1 DEFENSE LANGUAGE INSTITUTE FOREIGN LANGUAGE CENTER 831.242.5119 (DSN-768) Division Bahasa Cultural Orientation: Contents Chapter 1: Profile 7 Introduction .................................................................................... 7 Geography ...................................................................................... 8 Area ............................................................................................... 8 Geographic Divisions ............................................................................. 8 Topographic Features ............................................................................. 9 Climate ............................................................................................ 9 Bodies of Water ............................................................................... 10 Oceans. ........................................................................................... 10 Rivers ............................................................................................. 11 Major Cities .................................................................................... 11 Jakarta (Jabodetabekjur) ........................................................................ 11 Surabaya ......................................................................................... 12 Bandung ........................................................................................
    [Show full text]
  • Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak Pada Masjid Saka Tunggal Banyumas
    Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1,C 145-150 https://doi.org/10.32315/sem.1.c145 Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak pada Masjid Saka Tunggal Banyumas Awaliyah Mudhaffarah Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Korespondensi: [email protected] Abstrak Masjid masjid kuno di Indonesia mempunyai konteks pembangunan yang beragam, dari konteks pendirian sebuah daerah administrasi seperti kebanyakan masjid yang didirikan Belanda hingga yang terkait dengan penyebaran islam. Masjid Saka Tunggal “Baitussalam” Cikakak, Banyumas adalah salah satu contoh masjid yang terkait dengan penyebaran islam. Keberadaanya berkaitan erat dengan perkembangan komunitas Islam Aboge di desa cikakak, dan eksistensinya menjadi sebuah bagian dari budaya komunitas itu sendiri. Terlepas dari statusnya sebagai satu dari empat masjid saka tunggal di Indonesia, masjid ini mempunyai keunikan dari segi konteks sosio kultural masyarakat di sekitarnya. Makalah ini akan membahas tentang keterkaitan antara elemen sosio kultural dari komunitas Iislam Aboge Cikakak dengan masjid saka tunggal Baitussalam. Kata-kunci : masjid, saka tunggal, Islam Aboge, Desa Cikakak Pendahuluan Saka Guru (soko guru dalah dialek lokal) adalah salah satu karakteristik utama dari masjid Jawa. Sistem struktur ini menggunakan tiang utama dari kayu yang menyangga atap dan biasanya terdiri dari empat buah tiang. Saka tunggal adalah bentuk variasi dari saka guru, dimana alih-alih empat hanya terdapat satu kolom penyangga yang menopang struktur atapnya. Di Indonesia sendiri terdapat empat buah masjid yang dikenal dengan struktur saka tunggalnya. Keempat masjid ini dibangun sekitar abad ke-15 hingga 19. Masjid-masjid tersebut terletak di Kota Banyumas, Kebumen, Cirebon, dan Yogyakarta.1 Keempat masjid tersebut memiliki konteks, bentukan saka tunggal serta periode pembangunan yang berbeda-beda.
    [Show full text]
  • Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Jawa Timur (1773 – 2019)
    SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI JAWA TIMUR (1773 – 2019) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh: Fatimatuz Zahro NIM. A92216072 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020 iii iv v ix ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Jawa Timur” yang bertujuan untuk mengkaji beberapa permasalahan 1) sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi 2) perkembangan arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi 3) makna yang terkandung pada hiasa Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan pendekatan kebudayaan. Pendekatan historis digunakan untuk mengkaji sejarah berdirinya dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Sedangkan pendekatan kebudayaan digunakan untuk mengungkap seni arsitektur yang ada di Masjid Agung baiturrahman. Adapun teori yang digunakan adalah teori tahapan pemikiran Ibn Khaldun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang memiliki beberapa tahapan, antara lain heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi berdiri pada tahun 1773. Didirikan oleh Mas Alit yang saat itu tengah menjabat sebagai Bupati terakhir Blambangan dan Bupati pertama Banyuwangi. 2) perkembangan arsitekturnya
    [Show full text]
  • Paper Title (Use Style: Paper Title)
    Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri: Tinjauan Seni Bangunan, Ragam Hias, dan Makna Simbolik MASJID AINUL YAQIN SUNAN GIRI: Tinjauan Seni Bangunan, Ragam Hias, dan Makna Simbolik Rizal Wahyu Bagas Pradana S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Dra. Siti Mutmainah, M.Pd. Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seni bangunan, ragam hias, dan makna simbolik yang terdapat di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi data dan informan review. Hasil penelitian menunjukkan seni bangunan di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri terdiri dari gapura, serambi, ruang utama, pawestren, ruang sholat peziarah, tempat wudhu, tempat istirahat, kamar mandi, Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA), kantor sekretariat, museum mini, dan perpustakaan. Sedangkan ragam hias yang terdapat di masjid ini antara lain: motif geometris, lung-lungan, sulur, patran, padma, tlacapan, saton, kebenan, wajikan, garuda, kala, sorotan, praba, banyu tetes, tepi awan, hiranyagarba, surya majapahit, dan mustaka. Secara umum fungsi utama seni bangunan di masjid ini yaitu sebagai kelengkapan sebuah masjid. Sedangkan ragam hias di masjid ini berfungsi untuk memperindah bangunan masjid. Akan tetapi, beberapa seni bangunan dan ragam hias di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri memiliki makna simbolik di dalamnya. Makna simbolik tersebut diambil dari unsur-unsur seni bangunan dan ragam hias Hindu-Budha. Kemudian unsur-unsur tersebut diolah kembali dengan cara mengubah atau mengembangkan bentuknya, disesuaikan dengan pedoman dalam Agama Islam yang tidak diperbolehkan menampilkan penggambaran makhluk hidup.
    [Show full text]
  • Banyumas Regency Tourism Potential
    JURNAL AKUNTANSI, MANAJEMEN DAN EKONOMI Vol 22, No 1, pp 39-43. Published online in http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jame ISSN: 1410-9336 / E-ISSN: 2620-8482 Banyumas Regency Tourism Potential Khosy Zufat Annaaf1 1 Faculty of Education Vocational Program, Information System, Universitas Brawijaya Abstract In line with the government's program to develop creative industries in Indonesia until 2025. The tourism industry is expected to be one of the triggering industries for creative economic growth. This journal aims to provide an overview of the tourism industry and economic activities related to this industry in the Banyumas Regency. The data used in the form of hotel occupancy data, length of stay of tourists, and number of tourists taken from the Banyumas Regency BPS. The data is used to find out how big the impact of tourism is on the community. Banyumas Regency's tourism industry still relies on natural tourism. Some of the attractions that are in need of attention of local governments because of conditions that are not maintained, thus reducing the interest of visitors. Various tourism potentials are still being developed such as a culture that blends from Javanese culture and Sundanese culture and also a combination of natural tourism and cultural tourism can develop Creative industries, Nature tourism, BPS, and Industry Keywords INTRODUCTION expected to make a sizeable contribution to The tourism industry has become an PAD. important concern since President Joko The successful development of the tourism Widodo took office. This
    [Show full text]
  • KAJIAN UTAMA ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA Ada Banyak Pertanyaan Tentang Islam Nusan
    MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 KAJIAN UTAMA ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA Ahmad Baso Intelektual Muda NU Email: [email protected] Ada banyak pertanyaan tentang berpakaian (fashion). Wacana Islam Islam Nusantara belakangan ini. Namun Nusantara lebih mendalam dari yang sedikit sekali yang bisa memberi jawaban dibayangkan itu: ia adalah kerja-kerja memuaskan. Artikel sederhana ini intelektual pada hakekatnya, punya visi berupaya memperjelas beberapa keraguan epistemologis yang tajam, juga fungsi dan kesalah-pahaman terkait wacana kesejarahan aktual dalam kenyataan intelektual ini. Misalnya ada yang kehidupan umat manusia kontemporer. mengatakan bahwa Islam Nusantara itu Warisan impresif dan mengesankan anti Ara atau hanya berupa Islam ― b‖ ― dari agama Islam sejak beberapa abad di loka pada hakikatnya, dan bukan Islam l‖ Asia Tenggara, terutama di Indonesia universal. Ada malah yang menyebut akibat khususnya, sangat berguna dalam gagal-paham itu bahwa Islam Nusantara memetakan ranah teoritis dan ideologis hanya proyek lain Nahdlatul Ulama (NU) kajian Islam Nusantara ini. Dalam ranah ini dan para kiai yang ingin mengambil Islam Nusantara muncul, diolah pertama keuntungan politik di era kepresidenan Joko kali dan diartikulasikan sebagai ―Din Arab Widodo kini! Jawi‖, dalam sebutan Sunan Giri dari Dengan memperhatikan beberapa Gresik abad 15, sebagaimana disebut kenyataan, termasuk arti penting wacana dalam teks Serat Surya Raja tahun Jawa intelektual Islam Nusantara, tulisan ini 1700 atau 1774 dari Kraton Jogjakarta. Sejak berupaya melacak kembali tradisi Wali itu kajian Islam Nusantara berfungsi sebagai Songo di abad-abad 15 hingga 16 hingga ke wacana kritis, didefinisikan sebagai jaringan ulama Jawi di negeri Arabia abad ―epistemologi Jawi‖. Yakni sebagai satu 19 dan awal abad 20, yang mengangkat tema metode untuk meneliti, menginvestigasi Islam rahmatan lil alamin.
    [Show full text]