Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman Di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007 Dea Denta Tajwidi1, I. Wayan Pardi2 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Email: [email protected] ABSTRAK Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon Kabupaten Banyuwangi. Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang berkuasa pada tahun 1773-1783. Penelitian sejarah ini bertujuan: 1) untuk mengetahui sejarah awal pembangunan Masjid Agung Baiturahman. 2) Untuk mengetahui dinamika perkembangan pembangunan Masjid Agung Baiturahman Tahun 1773 - 2007. Jenis penelitian ini adalah historis atau metode sejarah. Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juli sampai 21 Agustus 2018 di Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan Observasi, Wawancara, Studi Dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah Masjid Agung Baiturrahman Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami‟ yang didirikan oleh Mas Alit, Tergolong masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdiri dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dimulai sejak 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna I, bupati pertama Banyuwangi untuk umat Islam Banyuwangi. sampai kini telah mengalami beberapa kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990, dan keempat: 2005. Kata Kunci : Masjid Agung Baiturrahman, Mas Alit, Banyuwangi ABSTRACT Baiturrahman Great Mosque is an icon of Banyuwangi Regency. The history of the establishment of the Great Mosque of Baiturrahman is inseparable from the history of the founding of Banyuwangi, because both have very strong ties, both founded by the last Blambangan Regent and the first Regent of Banyuwangi, Mas Alit. The name Mas Alit, the first regent, was Wiraguna I who was in power in 1773-1783. This historical study aims: 1) to find out the early history of the construction of the Great Mosque of Baiturahman. 2) To find out the dynamics of the development of the Grand Mosque of Baiturahman in 1773 - 2007. This type of research is historical or historical methods. This research was conducted on July 25 to August 21, 2018 at the Baiturahman Grand Mosque in Banyuwangi Regency. Data collection methods used Observation, Interviews, Study Documents. The results of this study are the Great Mosque of Baiturrahman Mosque which was previously called the Jami Mosque 'which was founded by 33 Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Mas Alit, classified as the oldest mosque in Banyuwangi Regency. The background and development of the Baiturrahman Banyuwangi Great Mosque began on December 7, 1773, based on data on waqf letters in the form of mosque architectural drawings from the Mas Alit family or Raden Tumenggung Wiraguna I, Banyuwangi's first regent for Banyuwangi Muslims. until now has undergone several renovations (development); first: 1844, second: 1971, third: 1990, and fourth: 2005. Keywords : Baiturrahman Grand Mosque, Mas Alit, Banyuwangi. PENDAHULUAN Penyebaran agama Islam di Jawa yakni Islam merupakan salah satu agama yang pada masa kekuasaan Mataram Islam, masuk dan berkembang di Indonesia. Agama Panembahan Senopati tahun 1588 berupaya Islam masuk di Indonesia dimulai dari daerah agar kekuasaannya diakui oleh raja-raja di Jawa pesisir pantai. Suatu kenyataan bahwa Timur, namun upaya tersebut hanya dapat kedatangan Islam di Indonesia dilakukan secara menundukkan di daerah Madiun. Kemudian damai tanpa ada kekerasan. Islam awal-mula pada tahun 1590, Raja Pasuruan yang namanya dibawa oleh para pedagang, dan kemudian tidak dikenal, setelah diIslamkan oleh Demak, dilanjutkan oleh para Ulama dan pengembara raja Pasuruan tersebut menaklukkan Sufi. Orang-orang yang terlibat dalam Blambangan pada tahun 1600 M. Dan Sultan penyebaran agama Islam kurang begitu Agung, pada tahun 1639 M telah berhasil menunjukkan sosok dirinya, mereka hanya menaklukkan Blambangan dengan sepenuhnya melakukan kegiatan dakwah dalam penyebaran Pigeaut, TH. G.TH (1985:240). agama Islam tanpa rasa pamrih. Islam sudah Kemudian pasca Kerajaan Blambangan datang di Indonesia sejak abad pertama hijriyah pada masa Raja Menak Dedali Putih ini atau abad ke -7 M, tetapi baru dianut oleh berkedudukan di Muncar atau dikenal dengan pedagang Timur Tengah di wilayah pelabuhan- masa pemerintahan Blambangan II. Saat pelabuhan Nusantara. Barulah Islam masuk Kerajaan Blambangan diserang penyakit yang secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan cukup mewabah atau pageblug, hingga putri politik abad ke -13 M dengan ditandai raja nan cantik-jelita yaitu Sekar Dadu juga berdirinya kerajaan Islam yakni Samudra Pasai terjangkit oleh penyakit itu. Melihat kondisi ini, Sunanto, M (2010:9). sang raja memanggil semua tabib terkenal di Babat Tanah Jawi dalam Soekmono daerah kekuasaan Blambangan untuk mengusir (1981:75) Ketika Islam mulai masuk ke tanah wabah penyakit di kerajaannya. Namun tak Jawa kerajaan Majapahit sudah mulai melemah, satupun tabib yang mampu mengusir wabah kemudian runtuh pada 1478 M. Islam mulai penyakit tersebut. Pageblug ini baru bisa tersebar dan masuk ke tanah Jawa yang dibawa disingkirkan oleh seorang ulama dari Samudra oleh para wali (wali songo). Penyebaran Islam Pasai (Sumatera), yang bernama Syech di penjuru tanah Jawa oleh para Wali seperti di Maulana Ishak. Pada umumnya pribumi wilayah Gresik, Cirebon, Lamongan, Jepara, Blambangan Menyebut Syech Maulana Ishak Tuban, dan Banyuwangi. Perkembangan Islam dengan sebutan Syech Wali Lanang. Karena di tanah Jawa tidak terlepas dari jasa para Wali jasa-jasa beliau, Raja Menak Dedali Putih songo. Mereka (wali songo) memiliki kelebihan menjadikannya sebagai menantu dengan dari masyarakat yang waktu itu masih memperistri putri Sekar Dalu. Perkawinan menganut agama lama. Mereka dipandang ulama besar dan putri Raja Blambangan ini sebagai orang-orang yang terdekat bahkan menurunkan seorang wali terkenal di tanah kekasih Allah, mereka diyakini memperoleh Jawa, yaitu Sunan Giri. karunia tenaga-tenaga gaib. Para wali itu Kehadiran Syech Maulana Ishak di mempunyai kekuatan batin yang sangat Blambangan merupakan awal penyebaran berlebih, berilmu sangat tinggi, sakti agama Islam yang waktu itu penduduk Widjisaksono (1995:17-18). Blambangan sebagian besar (mayoritas) 34 Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi beragama Hindu. Syech Wali Lanang adalah dipindahkan termasuk perpindahan ibuKota ke seorang perintis penyebaran agama Islam di Banyuwangi. tanah Blambangan, yang kemudian menjadi Pada zaman pemerintahan Banyuwangi Banyuwangi ini. Terdapat bukti – bukti dipegang Bupati Mas Alit, perkembangan peninggalan penyebaran agama Islam di agama Islam tidak dapat dibendung lagi, Banyuwangi antara lain : Makam-Makam apalagi waktu itu Mas Alit sendiri sebagai Bupati Banyuwangi, Masjid Agung Bupati Blambangan terakhir atau Banyuwangi Baiturrahman, Makam Datuk Malik Ibrahim, pertama yang berkedudukan di Benculuk sudah Makam Wali Hasan, Petilasan Syeh Siti Jenar, memeluk agama Islam. Dengan dan Makam Syech Maula Ishak. Dari sekian dipindahkannya Kota Kabupaten dari peninggalan Sejarah sebagai bukti masuk dan Ulupampang ke Banyuwangi. Dapat berkembangnya Islam Di Banyuwangi. Yang disimpulkan bahwa agama Islam sudah menjadi paling menarik untuk di kaji ialah peninggalan agama rakyat Blambangan sekaligus mewarnai Masjid Agung Baiturrahman di pusat Kota juga kehidupan pemerintahan masa itu. Kabupaten Banyuwangi. Sehingga masjid Agung Baiturrahman menjadi Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon bukti awal mula Kota Banyuwangi dan Kabupaten Banyuwangi. Masjid yang berkembangnya agama Islam di Banyuwangi. sebelumnya bernama Masjid Jami‟ Masjid kebanggaan masyarakat Banyuwangi ini Banyuwangi ini berdiri di saat Kota mulai berdiri sejak (7 Desember 1773) sampai Banyuwangi pertama kali dibangun. Sejarah kini telah mengalami beberapa kali renovasi berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya ketiga: 1990 & keempat: 2005 Katerina Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan (2016:4). yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati ini memiliki nilai-nilai sejarah dan keunikan- Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit keunikan tersendiri dibandingkan dengan yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang Masjid-Masjid yang ada di wilayah Indonesia. berkuasa pada tahun 1773-1783 Utomo, H. Perbedaannya Antara lain: Masjid Agung Slamet (Tanpa Tahun: 20). Sedangkan Nama Baiturrahman Adalah saksi sejarah berdirinya Wiraguna I juga terdapat di kerajaan Mataram Kabupaten banyuwangi, Masjid Agung Islam, yaitu salah seorang putra Raja Mataram Baiturrahman Memiliki Arsitektur yang bebeda yang merupakan saudara kandung Sultan dengan masjid