Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007

Dea Denta Tajwidi1, I. Wayan Pardi2 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Email: [email protected]

ABSTRAK Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon Kabupaten Banyuwangi. Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang berkuasa pada tahun 1773-1783. Penelitian sejarah ini bertujuan: 1) untuk mengetahui sejarah awal pembangunan Masjid Agung Baiturahman. 2) Untuk mengetahui dinamika perkembangan pembangunan Masjid Agung Baiturahman Tahun 1773 - 2007. Jenis penelitian ini adalah historis atau metode sejarah. Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juli sampai 21 Agustus 2018 di Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan Observasi, Wawancara, Studi Dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah Masjid Agung Baiturrahman Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami‟ yang didirikan oleh Mas Alit, Tergolong masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdiri dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dimulai sejak 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna I, bupati pertama Banyuwangi untuk umat Banyuwangi. sampai kini telah mengalami beberapa kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990, dan keempat: 2005. Kata Kunci : Masjid Agung Baiturrahman, Mas Alit, Banyuwangi ABSTRACT Baiturrahman Great Mosque is an icon of Banyuwangi Regency. The history of the establishment of the Great Mosque of Baiturrahman is inseparable from the history of the founding of Banyuwangi, because both have very strong ties, both founded by the last Blambangan Regent and the first Regent of Banyuwangi, Mas Alit. The name Mas Alit, the first regent, was Wiraguna I who was in power in 1773-1783. This historical study aims: 1) to find out the early history of the construction of the Great Mosque of Baiturahman. 2) To find out the dynamics of the development of the Grand Mosque of Baiturahman in 1773 - 2007. This type of research is historical or historical methods. This research was conducted on July 25 to August 21, 2018 at the Baiturahman Grand Mosque in Banyuwangi Regency. Data collection methods used Observation, Interviews, Study Documents. The results of this study are the Great Mosque of Baiturrahman Mosque which was previously called the Jami Mosque 'which was founded by

33

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Mas Alit, classified as the oldest mosque in Banyuwangi Regency. The background and development of the Baiturrahman Banyuwangi Great Mosque began on December 7, 1773, based on data on waqf letters in the form of mosque architectural drawings from the Mas Alit family or Raden Tumenggung Wiraguna I, Banyuwangi's first regent for Banyuwangi Muslims. until now has undergone several renovations (development); first: 1844, second: 1971, third: 1990, and fourth: 2005.

Keywords : Baiturrahman Grand Mosque, Mas Alit, Banyuwangi.

PENDAHULUAN Penyebaran agama Islam di Jawa yakni Islam merupakan salah satu agama yang pada masa kekuasaan Mataram Islam, masuk dan berkembang di . Agama Panembahan Senopati tahun 1588 berupaya Islam masuk di Indonesia dimulai dari daerah agar kekuasaannya diakui oleh raja-raja di Jawa pesisir pantai. Suatu kenyataan bahwa Timur, namun upaya tersebut hanya dapat kedatangan Islam di Indonesia dilakukan secara menundukkan di daerah Madiun. Kemudian damai tanpa ada kekerasan. Islam awal-mula pada tahun 1590, Raja Pasuruan yang namanya dibawa oleh para pedagang, dan kemudian tidak dikenal, setelah diIslamkan oleh Demak, dilanjutkan oleh para Ulama dan pengembara raja Pasuruan tersebut menaklukkan Sufi. Orang-orang yang terlibat dalam Blambangan pada tahun 1600 M. Dan Sultan penyebaran agama Islam kurang begitu Agung, pada tahun 1639 M telah berhasil menunjukkan sosok dirinya, mereka hanya menaklukkan Blambangan dengan sepenuhnya melakukan kegiatan dakwah dalam penyebaran Pigeaut, TH. G.TH (1985:240). agama Islam tanpa rasa pamrih. Islam sudah Kemudian pasca Kerajaan Blambangan datang di Indonesia sejak abad pertama hijriyah pada masa Raja Menak Dedali Putih ini atau abad ke -7 M, tetapi baru dianut oleh berkedudukan di Muncar atau dikenal dengan pedagang Timur Tengah di wilayah pelabuhan- masa pemerintahan Blambangan II. Saat pelabuhan Nusantara. Barulah Islam masuk Kerajaan Blambangan diserang penyakit yang secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan cukup mewabah atau pageblug, hingga putri politik abad ke -13 M dengan ditandai raja nan cantik-jelita yaitu Sekar Dadu juga berdirinya kerajaan Islam yakni Samudra Pasai terjangkit oleh penyakit itu. Melihat kondisi ini, Sunanto, M (2010:9). sang raja memanggil semua tabib terkenal di Babat Tanah Jawi dalam Soekmono daerah kekuasaan Blambangan untuk mengusir (1981:75) Ketika Islam mulai masuk ke tanah wabah penyakit di kerajaannya. Namun tak Jawa kerajaan Majapahit sudah mulai melemah, satupun tabib yang mampu mengusir wabah kemudian runtuh pada 1478 M. Islam mulai penyakit tersebut. Pageblug ini baru bisa tersebar dan masuk ke tanah Jawa yang dibawa disingkirkan oleh seorang ulama dari Samudra oleh para wali (wali songo). Penyebaran Islam Pasai (Sumatera), yang bernama Syech di penjuru tanah Jawa oleh para Wali seperti di Maulana Ishak. Pada umumnya pribumi wilayah Gresik, Cirebon, Lamongan, Jepara, Blambangan Menyebut Syech Maulana Ishak Tuban, dan Banyuwangi. Perkembangan Islam dengan sebutan Syech Wali Lanang. Karena di tanah Jawa tidak terlepas dari jasa para Wali jasa-jasa beliau, Raja Menak Dedali Putih songo. Mereka (wali songo) memiliki kelebihan menjadikannya sebagai menantu dengan dari masyarakat yang waktu itu masih memperistri putri Sekar Dalu. Perkawinan menganut agama lama. Mereka dipandang ulama besar dan putri Raja Blambangan ini sebagai orang-orang yang terdekat bahkan menurunkan seorang wali terkenal di tanah kekasih Allah, mereka diyakini memperoleh Jawa, yaitu . karunia tenaga-tenaga gaib. Para wali itu Kehadiran Syech Maulana Ishak di mempunyai kekuatan batin yang sangat Blambangan merupakan awal penyebaran berlebih, berilmu sangat tinggi, sakti agama Islam yang waktu itu penduduk Widjisaksono (1995:17-18). Blambangan sebagian besar (mayoritas)

34

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

beragama Hindu. Syech Wali Lanang adalah dipindahkan termasuk perpindahan ibuKota ke seorang perintis penyebaran agama Islam di Banyuwangi. tanah Blambangan, yang kemudian menjadi Pada zaman pemerintahan Banyuwangi Banyuwangi ini. Terdapat bukti – bukti dipegang Bupati Mas Alit, perkembangan peninggalan penyebaran agama Islam di agama Islam tidak dapat dibendung lagi, Banyuwangi antara lain : Makam-Makam apalagi waktu itu Mas Alit sendiri sebagai Bupati Banyuwangi, Masjid Agung Bupati Blambangan terakhir atau Banyuwangi Baiturrahman, Makam Datuk Malik Ibrahim, pertama yang berkedudukan di Benculuk sudah Makam Wali Hasan, Petilasan Syeh Siti Jenar, memeluk agama Islam. Dengan dan Makam Syech Maula Ishak. Dari sekian dipindahkannya Kota Kabupaten dari peninggalan Sejarah sebagai bukti masuk dan Ulupampang ke Banyuwangi. Dapat berkembangnya Islam Di Banyuwangi. Yang disimpulkan bahwa agama Islam sudah menjadi paling menarik untuk di kaji ialah peninggalan agama rakyat Blambangan sekaligus mewarnai Masjid Agung Baiturrahman di pusat Kota juga kehidupan pemerintahan masa itu. Kabupaten Banyuwangi. Sehingga masjid Agung Baiturrahman menjadi Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon bukti awal mula Kota Banyuwangi dan Kabupaten Banyuwangi. Masjid yang berkembangnya agama Islam di Banyuwangi. sebelumnya bernama Masjid Jami‟ Masjid kebanggaan masyarakat Banyuwangi ini Banyuwangi ini berdiri di saat Kota mulai berdiri sejak (7 Desember 1773) sampai Banyuwangi pertama kali dibangun. Sejarah kini telah mengalami beberapa kali renovasi berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya ketiga: 1990 & keempat: 2005 Katerina Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan (2016:4). yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati ini memiliki nilai-nilai sejarah dan keunikan- Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit keunikan tersendiri dibandingkan dengan yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang Masjid-Masjid yang ada di wilayah Indonesia. berkuasa pada tahun 1773-1783 Utomo, H. Perbedaannya Antara lain: Masjid Agung Slamet (Tanpa Tahun: 20). Sedangkan Nama Baiturrahman Adalah saksi sejarah berdirinya Wiraguna I juga terdapat di kerajaan Mataram Kabupaten banyuwangi, Masjid Agung Islam, yaitu salah seorang putra Raja Mataram Baiturrahman Memiliki Arsitektur yang bebeda yang merupakan saudara kandung Sultan dengan masjid lainnya, seperti: kubah masjid, Amangkurat I yang pernah melakukan dan corak bangunan. sehingga adanya pemberontakan terhadap istana pada tahun perbedaan antara Masjid Agung Baiturrahman 1674 Kartodirjo, S (1987:160). dengan Masjid-Masjid yang lainya, membuat Ketika itu Mas Alit sang Bupati penelitian ini menjadi menarik untuk Banyuwangi pertama secara resmi melakukan dilaksanakan. pemindahan ibu Kota dengan ditandai Masjid Agung Baiturrahman merupakan keberangkatannya dari Ulupampang (nama salah satu dari ratusan bahkan ribuan sekarang ini Benculuk) menuju istana peninggalan sejarah Islam di Jawa, sehingga Banyuwangi. Perpindahan ibuKota yang cukup hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sering terjadi itu, ada hubungannya dengan salah satu sumber belajar sejarah. Sumber sistem kepercayaan yang berlaku umum. belajar adalah segala sesuatu yang ada di IbuKota dan sering juga diartikan kerajaan sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara sebagai keseluruhan, dianggap suci dan fungsional dapat digunakan untuk membantu keramat. Malapetaka perang yang optimalisasi hasil belajar. mengakibatkan pertumpahan darah serta wabah Berdasarkan latar belakang di atas, penyakit adalah aib besar yang dianggap penelitian berjudul Dinamika Perkembangan menodai kesucian istana dan ibuKota. Ini Sejarah Masjid Agung Baiturrahman di Kota dianggap akan menimbulkan malapetaka Banyuwangi Tahun 1773 – 2007. Sehingga hal berrantai secara siklus. Untuk memutuskan ini suatu langkah penting untuk segera perputaran siklus malapetaka itulah, ibuKota dilakukannya penelitian, hal ini dikarenakan Masjid Agung Baiturrahman memiliki peranan

35

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

penting dalam perspektif sejarah peninggalan mengevaluasi, serta menjelaskan dan bangunan dan berkembangnya umat Islam di mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan Banyuwangi. fakta dan menarik kesimpulan secara tepat Tujuan Khusus penelitian ini adalah 1) Nasir, M (2003:48). Adapun langkah-langkah Untuk mengetahui sejarah awal pembangunan yang harus ditempuh dalam penelitian meliputi: Masjid Agung Baiturrahman Kota Banyuwangi. 2) Untuk mengetahui dinamika a. Heuristik perkembangan pembangunan Masjid Agung Heuristik merupakan sebuah usaha untuk Baiturrahman Kota Banyuwangi Tahun 1773 - mencari sumber-sumber yang berhubungan 2007. dengan masalah penelitian. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak METODE PENELITIAN langsung menceritakan kepada kita tentang 1. Waktu dan Lokasi Penelitian sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada Lokasi peneliti berada di Kota masa lalu (past actuality) Sjamsuddin, H Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi (2007:95). Pada langkah ini peneliti Jawa Timur. Pemilihan Kota Banyuwangi mengunjungi perpustakaan, toko buku, dan sebagai tempat penelitian didasari oleh 4 Browsing internet. Untuk mengumpulkan alasan. 1) Masjid Agung Baiturrahman sumber-sumber data peneliti melakukan memiliki nilai historis yang sangat penting bagi beberapa tahapan yaitu : masyarakat maupun Pemerintah Banyuwangi. 1) Metode Observasi 2) Masjid Agung Baiturrahman bisa Observasi adalah suatu pengamatan yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. khusus serta pencatatan yang sistematis 3) ditinjau dari letak Masjid Agung ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah Baiturrahman bedara di pusat Kota di dalam rangka penelitian, dengan maksud Banyuwangi. 4) ditinjau dari jumlah untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam narasumber mayoritas warga Kota Banyuwangi pemecahan persoalan yang dihadapi Asyari, S, yang berada di sekitaran Masjid Agung I (1981:82). Pada penelitian ini adapun yang Baiturrahman di Kota Banyuwangi. Waktu akan peneliti observasi adalah lingkungan fisik, penelitian yang digunakan ini direncakan mulai arsitektur bangunan, sumber-sumber informan, dari disetujui judul skripsi yaitu pada bulan dan budaya masyarakat sekitar, untuk Maret 2018 sampai dengan selesainya mengamati dan mengumpulkan data sejarah penulisan bulan Juli 2018. Masjid Agung Baiturrahman. 2. Metode Penelitian 2) Metode Wawancara Penelitian ini mengguanakan metode Interview (wawancara) yaitu percakapan penelitian historis atau metode sejarah, yaitu dengan maksud tertentu atau proses tanya merupakan suatu usaha untuk memberikan Jawab secara langsung dengan informan yang interpretasi dari bagian trend yang naik turun dilakukan secara mendalam guna mendapatkan dari status keadaan di masa yang lampau untuk informasi data selengkap-lengkapnya. memperoleh suatu generalisasi yang berguna Wawancara tersebut dilakukan oleh dua belah untuk memahami kenyataan sejarah, pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang membandingkan dengan keadaan sekarang dan memberi pertanyaan-pertanyaan, dan yang dapat meramalkan keadaan yang akan datang diwawancari yang memberikan Jawaban atas Nasir, M (2003:48). pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti. Metode historis merupakan sekumpulan Dalam wawancara ini peneliti akan prinsip dan aturan yang sistematis dimaksudkan mewawancarai pihak-pihak terkait yaitu : untuk memberikan bantuan secara efektif Pengurus Masjid Agung Baiturrahman Iwan dalam usaha mengumpulkan bahan bagi Aziz Siswanto, Sejarawan Hasnan sejarah, menilai secara kritis dan kemudian Singodimayan, dan Masyarakat sekitar Masjid menyajikan suatu sintesa daripada hasil- Agung Baiturrahman. hasilnya Notosusanto, N (1984:10). 3) Studi Dokumen Tujuan penelitian sejarah adalah Studi dokumen adalah salah satu teknik membuat rekonstruksi masa lampau secara pengumpulan data dengan menghimpun dan obyektif dan sistematis dengan mengumpulkan, menganalisis dokumen-dokumen, baik

36

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

dokumen tertulis maupun dokumen elektronik adalah melalui kajian pustaka yang lebih maupun non-elektronik Sugiyono (2009:240). difokuskan pada masalah sumber seperti Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dokumen, arsip, dan lain sebagainya yang data berupa data seperti koran, majalah, surat menyangkut masalah penelitian. kabar, media elektronik dan arsip-arsip Masjid c. Interpretasi Agung Baiturrahman. Interpretasi sejarah sering juga disebut b. Kritik dengan analisis sejarah. Pada tahap ini peneliti Kritik atau analisis adalah suatu metode melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta untuk melakukan penilaian terhadap sumber sejarah yang diperoleh dari sumber sejarah. yang digunakan dalam penelitian sejarah. Kritik Tahapan ini dilakukan dengan mengolah sumber dimaksudkan untuk menentukan beberapa fakta yang telah dikritisi dan merujuk kredibilitas dari jejak sejarah Widja, I, G kepada beberapa referensi pendukung peristiwa (1988:42). Pada tahap ini dilakukan kritik tersebut Abdurahman. dkk (2012:73). Setelah intern dan kritik ekstern terhadap data yang melalui proses yang selektif, maka fakta-fakta telah berhasil dihimpun. tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai 1) Kritik intern yaitu kritik yang menilai kerangka dasar penyusunan skripsi ini. Analisis sumber dilihat dari isinya apakah relevan dan interpretasi terhadap data yang terkumpul dengan permasalahan yang ada dan dapat dengan cara pengelompokan data yaitu dengan dipercaya keberadaannya. Cara melakukan menganalisis fakta mana yang bisa langsung kritik intern yaitu: kita gunakan atau didukung dengan fakta a) Melakukan cross check data antar sumber lainnya, yang kemudian merangkai data yang yang berhasil dikumpulkan. relevan dengan kajian dan dapat dipercaya b) Melihat asal sumber, siapa yang menulis kebenarannya, Pada tahap ini sumber fakta atau mengarang apakah wartawan, ahli dan yang telah disusun berdasarkan sumber yang pengamat, praktisi, dosen, pelaku teruji dihubungkan antara yang satu dengan peristiwa atau institusi pemerintah dan yang lainnya dengan menggunakan eksplanasi swasta. Dengan memperhatikan hal itu dan interpretasi. maka dapat disimpulkan apakah sumber Sehingga fakta tersebut terangkai tersebut dapat diyakini kebenarannya atau saling berhubungan dan menjadi plot atau alur tidak. cerita yang logis berupa Dinamika c) Melihat kandungan data dari masing-masing Perkembangan Sejarah Masjid Agung sumber, apakah sumber yang diperoleh Baiturrahman Di Kota Banyuwangi Tahun datanya relevan dengan permasalahan atau 1773 – 2007. Untuk melakukan Interpretasi tidak. langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: d) Menyeleksi sumber-sumber yang 1) Interpretasi eksternal diperlukan sesuai dengan pokok bahasan Sintesis eksternal ini adalah menganalisis atau subpokok bahasan yang ditetapkan. dan mengelompokkan fakta menurut e) Memperhatikan apakah sumber tersebut kepentingannya masing-masing. hasil penelitian, pengamatan atau 2) Interpretasi internal observasi, laporan perjalanan ataukah Langkah selanjutnya pada sintesis adalah tulisan pelaku. Penggunaan kritik intern sintesis internal. Sintesis internal pada dasarnya dan ekstern tidak dapat dipisahkan karena ialah menemukan hubungan-hubungan dalam keduanya saling berhubungan, sehingga setiap fakta yang telah disusun pada sistem harus bertahap yaitu kritik ekstern dulu eksternal, sehingga setiap fakta terangkai secara baru kritik intern. logis dan objektif. 2) Kritik ekstern yaitu kritik yang menilai d. Historiografi apakah sumber yang didapat benar benar Menurut Sjamsuddin, H (2007:156) merupakan sumber dikehendaki. Dilihat dari Historiografi atau penelitian sejarah, bentuknya sumber itu apakah asli atau turunan, merupakan tahap akhir dalam penelitian selain itu berusaha menJawab pertanyaan sejarah. Dalam tahap ini, peneliti menyajikan tentang keotentikan sumber yang digunakan keseluruhan isi skripsi dalam uraian dengan Notosusanto, N (1894:39). Pada umumnya bahasa yang sederhana dan sesuai dengan sumber data terpenting dari penelitian ini kaidah penulisan. Keberartian seluruh fakta

37

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

yang dijaring melalui metode kritik baru dapat Blambangan. Dia keturunan dari sebuah dipahami hubungannya satu sama lain setelah keluarga terhormat yang tidak pernah semuanya ditulis dalam suatu keutuhan beraliansi dengan . Ayahnya adalah historiografi. mantan kepala mantri Pangeran Pati, atau Susunan dalam penulisan pangeran adipati Danuningrat, raja Historiografi dalam penelitian ini, yaitu : terakhir Blambangan yang di bunuh oleh 1. Sejarah awal pembangunan Masjid Agung orang Bali di Seseh. Ketika berusia enam Baiturrahman. tahun, dia dibawa ke madura oleh 2. Dinamika perkembangan pembangunan Panembahan Madura, Cakradiningrat, Masjid Agung Baiturrahman. yang menikahi saudari tiri Mas Alit, Raden Ayu Diningrat, saudara kandung HASIL DAN PEMBAHASAN Danuningrat. Residen Schophoff 1. Sejarah Awal Pembangunan Masjid menjamin bahwa pencalonan Mas Alit Agung Baiturrahman. akan didukung oleh seluruh Mantri dan Masjid Agung Baiturrahman kepala desa di Blambangan. merupakan ikon Kabupaten Banyuwangi. Sang Residen menulis: Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami‟ saya mengundang seluruh Mantri Banyuwangi ini berdiri di saat Kota dan Lurah, dan memperkenalkan Mas Banyuwangi pertama kali dibangun atau Alit kepada mereka sebagai bupati baru. pergantian pemindahan kekuasaan dari Secara resmi mereka menunjukan Blambangan ke Banyuwangi. Masjid Agung perasaan puas dan bahagia atas yang menjadi kebanggaan masyarakat dipecatnya Jaksanagara. Mereka juga Banyuwangi ini sejak berdiri (7 Desember sama sekali tidak menunjukan keraguan 1773) sampai kini telah mengalami beberapa bahwa terpilihnya Mas Alit akan disukai kali renovasi (pembangunan) pertama: 1844, mereka karena ayahnya dan seluruh kedua: 1971, ketiga: 1990 dan keempat: 2005 keluarganya sangat di hormat oleh Yayasan Masjid Agung Baiturrahman (2012). rakyat Blambangan. Sumber di atas diperjelas diungkapkan oleh Gezaghebber Luzac sangat narasumber “Hasnan 88 Tahun” Masjid Agung mendukung pencalonan ini, dan Baiturrahman ini yang dulunya masjid jami‟ berupaya meyakinkan gubernur Van Der didirikan pada tahun 1773 dan sampai saat ini Burgh bahwa Mas Alit merupakan figur telah mengalami empat kali renovasi. yang tepat untuk menjadi Bupati baru Bahwasanya hal ini di tandai dengan mulainya Blambangan. didirikan hingga dilakukan renovasi pada Ia menulis: masjid bersejarah ini, tentunya, telah membawa Mas Alit...... sosoknya yang sangat perubahan yang sangat signifikan, khususnya biasa dan wajahnya yang sangat coklat bagi jama‟ah Masjid Agung Baiturrahman juga sekilas tidak meninggalkan kesan masyarakat (muslim) Banyuwangi yang apapun di benak saya. Akan tetapi, saya semakin hari semakin Betah di dalam masjid melihatnya sebagai orang yang sangat sekaligus lebih khusyuk saat menjalani ibadah rajin, cerdas, dan patuh. Saya menduga di Masjdi Agung Baiturahman. dia masih berusia sekitar tujuh belas Sejarah berdirinya Masjid Jami‟ tidak atau delapan belas tahun. Disisi lain dia bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya bertubuh tegap dan berpelakuan baik” Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan Margana, S (2012:203-204). yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Atas saran dan usulan beberapa Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati pembesar pemerintahan calon Adipati itu Banyuwangi pertama Mas Alit. sebaiknya berasal dari bangSAWan tinggi Mas Alit dinominasikan sebagai Blambangan saja. Hal ini dikarenakan Mas Alit calon Bupati Blambangan oleh Residen berada di luar daerah ini. Karena calon itu Schophoff pada Januari 1773. Sang tentunya belum terpengaruhi oleh para pejuang Residen berdalih bahwa Mas Alit dan gerilyawan Utomo, A, S (1987:97). merupakan kandidat paling tepat untuk Mengangkat Mas Alit berarti memberikan tahta menjadi Bupati baru karena putra asli Blambangan kepada keturunan selir dinasti

38

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Tawangalun, yang sejak lama berusaha merebut keseluruhan Masyarakat Blambangan Kala itu, tahta melalu pemberontakan. Pengangkatan dianggap suci dan keramat. Jika tidak Mas Alit sebagai regen oleh VOC merupakan dilakukannya perpindahan maka akan terjadi kebijakan bernuansa politis untuk mengakhiri malapetaka perang yang mengakibatkan perlawanan pengikut Pangeran Pakis yang pertumpahan darah serta wabah penyakit masih kuat di pedalaman, maupun sekutunya adalah aib besar yang dianggap menodai yaitu pedagang yang berpangkalan di Nusa kesucian istana dan ibuKota. Masalah tersebut Barung Baca “Copie a copie aparte mossive...” dianggap akan menimbulkan malapetaka , ARA, VOC 3389, op.cit., halaman 115-116; berrantai secara siklus. Untuk memutuskan “Secrete missive van den heer Van den perputaran siklus malapetaka itulah, akhirnya Burg...”, ibid., halaman 1-23. dalam Sudjana, ibuKota dipindahkan termasuk perpindahan M, I, 2001:85). ibuKota dari Ulupampang ke Banyuwangi. Pada awal Januari 1774, atas kebijakan Selain itu, rupanya ada tuntutan situasi politis dari VOC residen Schophoff, dilakukannya yang sedang berkembang, yang mengharuskan penjemputan Mas Alit yang masih berada di Mas Alit memindahkan ibuKota ke madura. Pada hari Rabu, 26 Januari 1774, Mas Banyuwangi Direktorat Jendral Bimbingan Alit beserta pengikutnya memasuki Selat Bali masyarakat Islam(2018). dan menuju pantai timur Blambangan. (https://bimasIslam.kemenag.go.id/post/berita/ Rombongan tiba di Ulupampang, tempat masjid-agung-baiturrahman-merupakan-masjid- kedudukan residen Schophoff pada hari senin, monumental-di-banyuwangi.diakses pada 31 Januari 1774 jam 19.00. Pada waktu itulah tanggal 20 juli 2018). Mas Alit bersama pembantunya mengucap Pemaparan serupa juga dijelaskan sumpah setia kepada VOC, sedangkan akte oleh narasumber “Hasnan 88 Tahun” pengangkatan baru ditanda tangani hari sabtu 5 pemindahan ibuKota dari Ulupampang ke Februari 1774. Dianggkatnya Mas Alit menjadi Banyuwangi hal ini memiliki alasan yang regen dengan memakai gelar Raden dimana sering terjadi pertumpahan darah Tumenggung Wiraguna I J.C van Wikkerman, kemudian sering terjangkitnya wabah penyakit loc.cit.,”Daghregister...”, ARA, VOC 3389, dan juga hal tersebut memiliki tujuan politis op.cit., halaman 131-142; “Memorie tot pihak VOC maupun Bupati Mas Alit. naricht...” ARA, VOC 3766, op.cit., halaman Tuntutan situasi politis yang 131. dalam Sudjana, M, I (2001:88). Kebijakan dimadsud Mas Alit yaitu: adanya Motif politis dari VOC, dengan di angkatnya Mas Alit yang dilakukan oleh VOC dengan menjadi regen dengan demikian tidak memindahkan pusat pemerintahan yakni tiga dilakukan di Banyuwangi akan tetapi dilakukan tujuan diantaranya. 1) para pejabat atau di Ulupampang di tempat kediaman residen. penguasa VOC akan terbebas dari perasaan Pada 20 November 1774, sore hari, trauma terhadap ganasnya epedemi penyakit Residen Schophoff, Bupati Wiraguna I, dan dan kematian. 2) perasaan, adat, budaya, orang Seluruh pejabat Belanda dan pribumi Blambangan terhargai dengan dipakainya nama meninggalkan Ulupampang dan secara resmi legendaris yang terhormat di Blambangan yaitu bertempat tinggal di benteng dan rumah baru di nama “Banyuwangi” sekaligus akan mampu Banyuwangi. Dengan demikian, Mas Alit sang menjinakan rasa permusuhan orang Bupati Banyuwangi pertama secara resmi Belambangan terhadap personal VOC dan melakukan pemindahan ibu Kota dengan aparat Pendukungnya. 3) pemutusan hubungan ditandai keberangkatannya dari Ulupampang budaya, agama, politik dan militer antara orang menuju istana Banyuwangi VOC 3445, Salinan Blambangan dan Bali dapat terkontrol dengan surat Residen Hendrik Schophoff Banyuwangi efektif dan efisien. Dengan demikian cita-cita kepada Gezaghebber Pieter Luzac , 26 VOC menguasai Blambangan sangat berhasil November 1774, folio 206. Dalam Margana, S Samsubur (2011:379). (2012:209). Mas Alit yang sudah berkedudukan di Perpindahan ibuKota yang sering Banyuwangi. Pembangunan yang berada di terjadi ini, ada hubungannya dengan sistem Kabupaten belum terselesaikan. Untuk kepercayaan masyarakat Blambangan pada saat merampungkan pembangunan Kabupaten itu. IbuKota sering diartikan Kerajaan sebagai Banyuwangi, VOC terus berusaha untuk

39

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

mendatangkan tenaga kerja agar pembangunan gerakan di bawah tanah Bupati cepat terselesaikan. Sampai tahun 1776 Banyuwangi dapat tercium Kompeni pembangunan Kota banyuwangi belum Belanda. Bahwa hal tersebut sudah di terselesaikan. sehingga menyebabkan panen laporankan kepada Gubernur Jendral di padi sering gagal dikarenakan di fokuskan Batavia.Gubernur Jendral berpendapat untuk pembangunan. Regen meminta kepada agar tidak mengeruhkan situasi di residen agar penyerahan wajib beras sesuai Blambangan, Kompeni harus bertindak kontrak dihapuskan. Permintaan tersebut di dengan bijaksana dan secara halus. setujui oleh VOC dan kemudian membebaskan Dengan demikian Tumenggung regen dari penyerahan wajib beras Sudjana, M, Wiraguna I dapat disingkirkan dari I (2001:90-91). kedudukannya untuk mengatasi Permintaan dari Mas Alit oleh VOC di banyaknya pemasalah dan amcaman izinkan untuk membangun pendapa terhadap Kompeni Belanda Utomo, A, S Kabupatennya atas ongkos dari VOC. pada (1987:85). suatu jarak yang cukup jauh (dari Bateng Catatan dokumen C. Lekkerkerker, Utrecht), namun masih dalam jangkauan jarak Loc.cit. dalam Sudjana, M, I (2001:92) tembak meriam Samsubur (2011:379). mengatakan bahwa kemudian Gubernur Jendral Pembangunan tata letak pendapa dengan pusat di batavia mengundang Mas Alit ke Semarang, Kabupaten Banyuwangi kala itu, Mas Alit sehingga Mas Alit menerima undangan yang menggunakan “Falsafah Porowali” yakni: ada diberikan dan kemudian melakukan perjalanan 4 tata letak bangunan di Kabupaten. Mas Alit dengan berlayar melewati pantai utara pulau adalah muslim yang taat, dibuktikan dengan Jawa untuk menghadap sang Gubernur. Pada penataan arsitektur Kota Banyuwangi yang waktu itu perahunya telah diserang oleh sarat akan filosofi Islamnya, Pendapa Sabha pedagang Bugis dan sampai di tepi pantai Swagatha Blambangan, Penjara/Mapolres, antara Lasem dan Tuban akhirnya regen Masjid Jami‟, dan serta Pasar Banyuwangi, dari terbunuh di tempat tersebut. sini sirkulasi perekonomian berjalan lancar Pemaparan lebih diperjelas oleh Hasil Wawancara “Hasnan 88 Tahun”. Oetomo, A, S (1987:106-107) dalam Pendapat serupa di perjelas oleh narasumber bukunya, Pada tahun 1782. Mas Alit “Iwan 48 Tahun” pembangunan yang dilakukan menerima undangan dari Gubernur oleh Mas Alit mengacu pada Falsafah Poro Jendral. Yang tujuannya agar Bupati Waliullah yang biasanya tata letak Hadir musyawarah kerja pemerintahan pembanganunan ini ada 4 bangunan, tempat yang di selenggarakan di Semarang. Pemerintahan, tempat Ibadah (Masjid), pasar Sebenarnya undangan itu hanya siasat dan pos keamanan (Penjara) tersebut. Kompeni untuk segera menyingkirkan Berselangnya waktu, cita-cita Mas Alit Tumenggung Wiraguna I dari telah menjadi kenyataan. Setelah Banyuwangi. Hal itu terbukti dalam berkedudukan di Banyuwangi. Sudah perjalanan beliau ke Semarang, didekat bukan sedikit bantuan Mas Alit kepada Tuban kapal yang ditumpanginya putra-putra Blambangan dalam bersama para pendamping Bupati perjuangan melawan Kompeni Belanda. terbunuh Oleh kawanan Bajak Laut Disisi lain Mas Alit telah berhasil tersebut. Demikian pula tumenggung mengadakan kerjasama dengan Bali Wiraguna I tidak luput dari renggutan dalam menghadapi pengaruh dan maut setelah mengadakan perlawanan tindakan kompeni. Selama pemerintahan untuk mempertahankan hidup. Raden Wiraguna I yaitu pada tahun Bajak Laut pembunuh Bupati 1773- 1782, kerugian kompeni cukup Banyuwangi bersama para pengawalnya besar baik berupa material maupun bukan semata-semata hanya merampah korban jiwa serdadu- serdadunya. Hal harta-benda. Mereka merupakan orang- itu terbukti dengan meningkatnya orang bayaran yang disewa oleh kehancuran Kompeni Belanda akibat Kompeni untuk menutupi jejak dalam dukungannya terhadap gerakan para usaha menyingkirkan tumenggung gerilyawan.Sangat disayangkan, bahwa Wiraguna I dari Banyuwangi. Mas Alit

40

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Bupati Banyuwangi pertama telah gugur dan sebagai kesatria dalam menunaikan Gambar 4.1 Sejarah Awal Pembangunan tugas. Jenasah Bupati Banyuwangi, Masjid Agung Baiturrahman. dimakamkan di Sedayu pada tahun 1782. Sumber: Koleksi Foto Yayasan Masjid Agung Demikian perjuangan beliau untuk Baiturrahman. daerah Blambangan terakhir sekaligus Bupati Pertama Banyuwangi yang Masjid Agung Baiturrahman yang sepatutnya di catat dengan tinta emas dulunya bernama Masjid Jami‟, merupakan pada lembaran sejarah perjuangan Masjid yang monumental dan memiliki Bangsa Indonesia, kususnya daerah pengaruh besar dengan penyebaran agama Blambangan dalam melawan Kompeni. Islam di Banyuwangi. Masjid Jami‟ tergolong Kabupaten Banyuwangi pada masa masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi, pemerintahan Tumengung Wiraguna I, Adanya pembangunan Masjid ini tidak lepas akhirnya mulai berkembang menjadi pusat dari sistem yang dipakai dalam Pembangunan kegiatan seperti ekonomi, politik, dan budaya. tata Kota yang mayoritas umat muslim. Terbukti, diakui atau tidak mau tidak mau, Ramisyah, op, cit, hlm. 70-80 dalam begitulah fakta sejarah yang sempat mengukir Hasan, A (2013:97) mengatakan bahwa kebesaran Kabupaten Banyuwangi, hal tersebut pembangunan yang digunakan mengacu pada sejatinya sebuah kebijakan-kebijakan yang teori falsafah Sunan Kalijaga dalam cerdas, kemuliaan hati, bertanggung Jawab pembangunan Kota yakni adanya bangunan seorang pemimpin yakni Mas Alit. Terbukti, Istana (Kantor Bupati), Alun-Alun, satu atau dengan adanya usulan tentang penyerahan dua lebih ada pohon beringin, dan Masjid. wajib kepada VOC yang berupa pajak innatura, Bentuk tataruang pembangunan Kota yang akhirnya dihapus, terkait dengan krisis ekonomi mayoritas masyarakat Muslim dapat dilihat dari akibat konflik berkepanjangan yang terjadi di beberapa peta berikut ini : Blambangan Buku Belajar Online, https://anzdoc.com/sejarah-masjid-agung- baiturrahman-banyuwangi.html. di akses (tanggal 23 juli 2018). Hasil Wawancara “Iwan, 48 Tahuun” mengatakan Masjid pertama ini semula bernama Masjid Jami‟ yang didirikan secara sederhana yang hanya dibatasi kayu seadanya kemudian dibentuk lebih indah oleh Bupati Raden Tumenggung Wiraguna I (Mas Alit). berdirinya masjid menyebabkan begitu Gambar 4.7 Peta Tata Ruang pesatnya perkembangan agama Islam di Sumber: Suryanto, dkk. (2015) Banyuwangi. Tujuan dari pembangunan masjid ini sebagai tempat untuk melakukan shalat lima waktu dan shalat jum‟at berjama‟ah kala itu. Sebab belum ada sama sekali Masjid yang dapat digunakan untuk shalat berjamaah di wilayah Kota Banyuwangi.

Gambar 4.8 Peta Tata Ruang Kota Cilegon Sumber: Kartodirdjo, S (1984)

41

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

pembangunan masjid, dari pihak Departemen Agama Banyuwangi yang diberikan pada tahun 1950, dengan dinyatakan pembangunnan Masjid jatuh pada hari Selasa, 7 Desember 1773, hal ini mengacu pada kewenangan pemindahan Kota kabupaten dari Ulupampang (Benculuk) ke Banyuwangi, hal ini didasarkan pada surat wakaf dari keluarga besar Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna I, bupati pertama Banyuwangi untuk umat Islam Banyuwangi Yayasan Masjid Agung Baiturrahman (2012).

Gambar 4.9 Peta Tata Ruang Kota Banyuwangi Sumber: Yayasan Masjid Agung Baiturahman

Dilihat dari ketiga gambar peta struktur tatanan bangunan Kota memiliki kesamaan. Dalam lingkup wilayah tersebut terdapat bangunan Kantor Bupati, Penjara, Masjid dan Pasar. Jika dikaitkan dengan Pembangunan yang dilakukan di Kota Banyuwangi pada peta ketiga sangatlah sesuai dengan teori di atas, dan gambar yang lainnya. Lebih diperjelas terkait pembangunan Gambar 4.10 Duplikasi denah Surat Wakaf struktur tatanan Kota Banyuwangi dan Masjid Jami‟ Kabupaten Banyuwangi penetapan pembangunan di Kabupaten Sumber: Duplikasi Arsip Yayasan Masjid Banyuwangi, berdasarkan pada beberapa Agung Baiturrahman sumber berupa hasil wawancara, “Hasnan (88 Tahun)” mengungkapkan Masjid Agung Disimpulkan bahwa awal mula Baiturrahman dibangun tepat dengan Berdirinya Masjid Jami‟ secara langsung dipindahkannya Kota ke Banyuwangi yakni bertepatan dengan pembangunan di Kota pada tahun 1773 pembangunan tata letak Kota Banyuwangi, sehingga pembangunan yang yang dilakukan Mas Alit menggunakan jatuh pada hari Selasa, 7 Desember 1773, Falsafah Porowali yakni adanya, Pendapa ditandai dengan perpindahan ibu Kota dari Sabha Swagatha Ulupampang ke Banyuwangi. hal ini Blambangan,Penjara/Mapolres,Masjid Jami‟, berdasarkan teori dan analisis pada peta tata dan serta Pasar Banyuwangi. letak pembangunan Kota serta surat wakaf Hal serupa juga di ungkapkan oleh keluarga Raden Wiraguna I (Mas Alit), dan di “Iwan Aziz (48 Tahun)” mengatakan bahwa perjelas pada hasil Wawancara Pembangunan Masjid Agung Baiturrahman didirikan tahun bangunan Kota yang dilakukan oleh Mas Alit 1773 sesuai dengan pemindahan Kota, dalam mengacu pada Falsafah Para Wali yakni: pembangunannya pembangunan yang membangun Pendapa Sabha Swagatha dilakukan oleh Mas Alit mengacu pada Blambangan, Penjara/Mapolres, Masjid Jami‟, Falsafah Poro Waliullah yang dimana biasanya dan Pasar Banyuwangi. Tidak lain tujuan dari tata letak pembanganunan ini ada 4 bangunan, Mas Alit membangunan Masjid Jami‟ adalah tempat Pemerintahan, tempat Ibadah (Masjid), untuk tempat beribadah dan menunaikan shalat pasar dan pos keamanan (Penjara). secara tidak berjamaah yang kala itu belum ada Masjid di langsung dibangunnya Masjid yang bertujuan wilayah Kota Banyuwangi. untuk tempat beribadah. hal ini lebih di perjelas oleh pihak 2. Dinamika Perkembangan Pembangunan Yayasan Masjid Agung Baiturahman yang Masjid Agung Baiturrahman Tahun 1773 menerima berupa salinan denah surat wakaf – 2007.

42

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Seiring perubahan zaman Masjid peninggalan dari sang Kakek, yang bertujuan Jami‟ telah mengalami perubahan. Hal ini membesarkan Masjid Jami‟. tentunya renovasi yang dilakukan bertujuan Pada Saat itu Bupati Raden Adipati untuk mengembangkan dan melestarikan Wiryodanu Adiningrat memerintahkan peninggalan dari Bupati pertama Banyuwangi, Patihnya, Raden Pringgokusumo yang dibantu Pasca zaman pemerintahan Banyuwangi yang oleh Hakim Bagus Achmad bin Ngabsi untuk waktu itu dipegang Bupati Mas Alit, seiring segera membangun Masjid Jami‟ yang telah pergantian waktu, akhirnya perkembangan diwakafkan untuk masyarakat Banyuwangi. agama Islam di Banyuwangi tidak dapat akan tetapi pada saat itu, Sebelum selesainya dibendung lagi. pembangunan Raden Adipati Wiryodanu Tilas jejak sejarahnya, dengan Adiningrat telah meninggal dunia. Atas amanat dipindahkannya Kota Kabupaten dari yang diberikan, akhirnya pembenahan fisik Ulupampang ke Banyuwangi. Bahwasannya bangunan sedikit demi sedikit terus dilakukan pada saat itu agama Islam sudah menjadi oleh Raden Pringgokusumo Hadiningrat yang agama rakyat Blambangan. Sekaligus pada tahun 1867-1881 selama 14 tahun. mewarnai juga kehidupan masyarakat dan Kekosongan Bupati Banyuwangi kala itu, pemerintahan kala itu. Dilihat dari awal- membuat Raden Pringgokusumo menggantikan mulanya pendirian masjid yang begitu erat saudaranya menjadi Bupati Banyuwangi ke-5 kaitannya dengan sejarah Banyuwangi, Hasil Wawancara “Hasnan 88 Tahun”. Sehingga dibangunnya Masjid Jami‟ yang Dokumen catatan Yayasan Masjid Menjadi bukti awal mula berdirinya kabupaten Agung Baiturrahman (2012) Setelah kurun dan berkembangnya agama Islam di waktu 71 tahun, demi mengikuti perkembangan Banyuwangi. Hingga sampai saat ini Masjid zaman, Masjid Jami‟ akhirnya baru bisa Jami‟ telah mengalami beberapa kali renovasi dibangun secara permanen, yakni pada tanggal (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, 18 Sya‟ban 1260 Hijriyah/1844. Tujuan ketiga: 1990 & keempat: 2005 Katerina pembangunan yang dilakukan pada saat itu (2016:4). Hal ini juga diungkapkan pada Hasil untuk memperbesar ukuran dan mematenkan Wawancara “Alif 37 Tahun” mengatakan Masjid Jami‟. Bentuk bangunan Masjid yang Masjid ini di renovasi secara besar besaran cenderung masih kuno pada saat itu, lebih sebanyak empat kali. pertama: 1844, kedua: menonjolkan bentuk arsitektur Jawa yang 1971, ketiga: 1990 & keempat: 2005. Melihat berbentuk seperti „Joglo‟. Hal tersebut sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman, berjutuan untuk menonjolkan nilai-nilai budaya mulai dari bentuk yang sangat sederhana kearifan lokal masyarakat Banyuwangi. sampai bentuk yang hampir sempurna seperti sekarang ini, banyak sekali peningkatan dan pengembangan; mulai dari segi fisik, fungsi, dan bentuk bangunan. a. Awal Renovasi Pertama Masjid Agung Baiturrahman Masjid Jami‟ ini mulai dibangun pertama kali secara permanen oleh Bupati Raden Adipati Wiryodanu Adiningrat selaku Bupati Banyuwangi ke-4 yang memerintah Banyuwangi selama 35 tahun (1832-1867), sekaligus cucu dari Mas Alit Utomo, A, S (1987:109). Pemaparan Serupa dari Hasil Gambar 4.11 Renovasi Pertama Masjid Agung Wawancara “Riyadi 50 Tahun” Masjid Jami‟ Baiturrahman ini mulai direnovasi secara permanen pertama Sumber: Koleksi Foto Yayasan Masjid Agung kali oleh Bupati Raden Adipati Wiryodanu Baiturrahman Adiningrat, sekaligus cucu dari Mas Alit. Raden Adipati Wiryodanu Adiningrat, b. Renovasi Kedua Masjid Agung meneruskan dan mewujudkan cita-cita Baiturrahman

43

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Peralihan kepemimpinan tahun 1881- arsitektur gaya timur (Turki, Arab, dsb), akan 1966, yakni mengalami pergantian tampuk tetapi dari segi bentuk bangunan masih kepemimpinan Bupati sebanyak 14 kali. condong bentuk lokal masyarakat Jawa. 3) Nama-nama Bupati dan masa Fungsi Masjid tidak hanya mengacu kepada kepemimpinannya antara lain: ke-6 Raden kepentingan kegiatan ibadah saja, akan tetapi Tumenggung Aryo Sugondo 1881- 1889, kala itu sudah mulai berkembang, difungsikan ke-7 Raden Tumenggung Astro Kusumo sebagai tempat belajar dan perpustakaan baca. 1888-1889, ke-8 Raden Tumenggung Terselesaikannya renovasi Masjid Surenggono 1989-1905, ke-9 Raden Jami‟ ini tentunya tidak lepas dari peranan Tumenggung Kusumonegoro 1905-1910, Pemerintah Daerah (Pemda) Banyuwangi, ke-10 Raden Tumenggung Notodiningrat tokoh-tokoh agama dan masyarakat sekitar, 1910-1920, ke-11 Raden Ahmad Noto Adi Sebenarnya yang awal mulanya kepanitiaan Suryo 1920-1930, ke-12 Raden Murtajab renovasi masjid Jami‟ ini dipegang oleh pihak 1930-1935, ke-13 Raden Ahmad Prastika Takmir Masjid Jami‟, namun ternyata dalam 1935-1942, ke-14 Raden OeSMKn perjalanannya tidak semulus seperti yang Soemodinoto 1942-1947, ke-15 Raden direncanakan. Akhirnya dengan berbagai Ahmad Kusumo Negoro 1947-1949, ke-16 pertimbangan diserahkan kepada Pemerintah Raden Moch. Sachrawisetio Abiwinoto Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk 1949-1949, ke-17 Sukarbi 1949-1950, ke-18 menangani pemugaran pada Masjid tersebut Raden OeSMKn Soemodinoto 1950-1955, Yayasan Masjid Agung Baiturrahman (2012). ke-19 Soegito Noto Soegito 1955-1965, dan Dengan demikian Bupati ke-20 Soewarso Kanapi 1965-1966 memerintahkan Sekretaris Daerah (Sekda) Padepokan Mas Say Laros, htpps://kanal3. Banyuwangi agar segera menyelesaikan wordpress.com/2016/03/04/para-bupati- pembangunan Masjid Kabupaten dikarenakan bupati-banyu wangi-dari-masa-ke-masa/. saat itu banyaknya jamaah, sehingga dapat diakses (tanggal 23 juli 2018). menampung semua jamaah untuk melakukan Hasil Wawancara “Hasnan 88 Tahun” ibadah Hasil Wawancara “Iwan 48 Tahun”. mengatakan bahwa Berselangnya waktu yang Disisilainya Masjid Agung Baiturrahman cukup lama, akhirnya Masjid Jami‟ merupakan aset bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali direnovasi oleh Bupati Banyuwangi dengan nilai-nilai sejarahnya. Jika ke-21 Djoko Supaat Slamet. Pembangunan dilihat dari fungsinya bahwa masjid ini sangat yang dilakukan pada tahun itu nama Masjid di perlukan untuk kepentingan masyarakat luas. Jami‟ akhirnya berganti menjadi Masjid Agung Baiturrahman. Pemugaran yang dilakukan Masjid Jami‟ ini selesai dalam kurun waktu kurang lebih selama 2 tahun yang dimulai tanggal 28 Maret 1969 sampai dengan tanggal 8 Maret 1971. Peresmian Masjid Agung Baiturrahman ini dilakukan oleh Bupati Djoko Supaat Slamet dan Menteri dalam Negeri Amir Machmud tanggal 12 April 1971. Pemaparan Serupa Hasil Wawancara “Riyadi 50 Tahun” Masjid Jami‟ Banyuwangi kembali direnovasi oleh Bupati ke-21 Djoko Supaat Slamet. Pembangunan yang di lakukan pada tahun itu Gambar 4.12 Renovasi Kedua Masjid Agung nama Masjid Jami‟ akhirnya berganti menjadi Baiturrahman Masjid Agung Baiturrahman. Sumber: Koleksi Foto Yayasan Masjid Agung Perenovasian Masjid Jami‟ Menjadi Baiturrahman Masjid Agung Baiturrahman, dengan melakukan berbagai perubahan yaitu di antara c. Renovasi Ketiga Masjid Agung lainnya : 1) ukuran Masjid yang pastinya lebih Baiturrahman besar di karenakan jamaah lebih banyak, 2) Masa kepemimpinan bupati ke-22 bentuk Masjid yakni kubah masjid lebih mirip Soesilo Suharto yang menjabat selama 1978-

44

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

1993 tidak ada dilakukannya perenovasian yang dilakukan. Akhirnya pada masa kepemimpinan Bupati S. Djoko Wasito adalah Bupati Banyuwangi ke-23 memerintah Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun, periode (1983-1988), Renovasi kembali dilakukan yang ketigakalinya pada tahun 1986. Akan tetapi perenovasian Masjid Agung Baiturrahman tidak terselesaikan, disebabkan karena Masa kepemimpinannya telah usai. Yayasan Masjid Agung Baiturrahman (2012) Kemudian pemugaran masjid Agung Gambar 4.13 Renovasi Ketiga Masjid Agung Baiturrahman di teruskan oleh Harwin Wasisto, Baiturrahman Menjabat sebagai Bupati Banyuwangi ke-24. Sumber: Koleksi Foto Yayasan Masjid Agung Pemugaran Masjid yang dilakukan yakni Baiturrahman melakukan renovasi pada bentuk atapnya ini membutuhkan waktu yang cukup panjang yakni d. Renovasi Keempat Masjid Agung selama empat tahun, Hal ini disebabkan oleh Baiturrahman berbagai kondisi pada waktu itu, yang sedang Masa kepemimipinan T. Purnomo mengalami perpindahan (prosesi) tampuk Sidik yang menjabat sebagai bupati ke-25 kepemimpinan Kabupaten Banyuwangi. selama 1991-2000, dalam tampuk Perenovasian yang semula berbentuk kubah kepemimpinannya yang singkat belum ada wilayah timur yang mengacu pada (Turki, renovasi yang diberikan kepada bangunan Arab dan sekitarnya), akhirnya dibongkar Masjid Agung Baiturrahman. Kemudian kembali menjadi bentuk belumnya yakni rencana Pembangunan dan Pengembangan berbentuk “joglo” tujuanya untuk menonjolkan Masjid Agung Baiturrahman kembali ciri khas bentuk kearifan lokal masyarakat direncanakan sejak setahun yang lalu, tepatnya Osing pada saat itu Hasil Wawancara “Hasnan September 2004, namun baru terealisasikan 88 Tahun”. Selain itu juga pelebaran masjid tanggal 9 September 2005. pada hari Ahad, 12 dilakukan pada saat itu, yang dulunya ada Juni 2005 oleh Bupati Ir. H. Samsul Hadi kantor agama disebelah utara akhirnya di Bupati Banyuwangi ke-26. Ditandai dengan pindahkan untuk melebarkan masjid, dimulainya dibangun (peletakan batu pertama) sedangkan arah selatanya dulu adalah Bioskop pada hari Jum‟at, 9 September 2005 oleh Ketua di beli untuk dijadikan Aula, dan penambahan Umum Panitia Pembangunan & Pengembangan yang lainya seperti pagar. Masjid Agung Baiturrahman yaitu, H. ASMK‟i Renovasi Masjid Agung Hadi, SH., MM Yayasan Masjid Agung Baiturrahman, Akhirnya terselesaikan dan Baiturrahman (2012). dilakukannya Peresmian pada tanggal 7 Maret Pemaparan Hasil Wawancara 1990 oleh Bupati Banyuwangi Harwin Wasisto. “Hasnan 88 Tahun” eksekutif dan legislatif Sayangnya tampuk kepemimpinan Bupati pemerintahan Kabupaten Banyuwangi, Harwin Wasisto ini hanya memerintah bersama-sama ingin mewarisi kearifan Bupati Kabupaten Banyuwangi selama 3 tahun (1988- Banyuwangi pertama Mas Alit ketika 1991) Pemaparan dari Hasil Wawancara “Iwan membangun Kota Banyuwangi, diawali dengan Aziz 48 Tahun”. membangun tempat ibadah baca Masjid (Perpustakaan) yang kala itu sangat sederhana. Perkembangan Masjid Kabupaten mau tidak mau memang tidak pernah lepas dari peranan umaro sekaligus ulama .

45

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

harmonisasi hayati bisa terjaga sekaligus terpelihara dengan baik. Ornamen Gajah Oling ini juga menghiasi deretan jendela tertutup (kaca grafir) di bawah kubah sayap selatan, kubah tengah, kubah sayap utara, tak ketinggalan juga kaca grafir dengan motif Gajah Oling ini menghiasi krawangan besi hollow yang mengitari semua ruangan masjid dari empat penjuru Hasil Wawancara dengan “Iwan 48 Tahun”. Gambar 4.14 Renovasi Keempat Masjid Agung

Baiturrahman Sumber: Foto Milik Pribadi (Dokumentasi Tanggal 02 Agustus 2018)

Pemuggaran(Renovasi) Masjid yang dilakukan Inilah harapan yang selama pembangunan Masjid Agung Baiturrahman berlangsung sampai hari ini terus di jadikan pegangan, kebanggaan dan rasa ikut memiliki masjid. Perenovasian yang dilakukan tentunya tidak lepas dari unsur nilai kearifan lokal masyarakat Banyuwangi. untuk itu, ornamen MAB juga mewakili Banyuwangi, sebab MAB Gambar 4.15 Kaca Grafir & Warna Hollow adalah satu-satunya masjid level kabupaten Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Yayasan Masjid Agung Baiturrahman (2012). Sumber: Foto Milik Pribadi (Dokumentasi Perpaduan antara kebudayaan Islam dan Tanggal 05 Agustus 2018) kebudayaan Banyuwangi mendominasi hiasan bangunan (arsitektur) Masjid Agung Baiturrahman, karena Masjid Agung Baiturrahman adalah simbol kemegahan dan keberhasilan pembangunan Kabupaten/Kota Banyuwangi. Ada dua hal yang kami persembahkan untuk jama'ah Baiturrahman khususnya dan masyarakat Banyuwangi umumnya yang layak diapresiasi. Pertama ornamen Masjid kental dengan nuansa daerah (lokal), di antaranya Gambar 4.16 Krawangan Masjid Agung motif mimbar Masjid yang secara keseluruhan Baiturrahman Banyuwangi bernuansa asli Banyuwangi dengan motif Sumber: Foto Milik Pribadi (Dokumentasi ukiran Gajah Oling. melambangkan sebuah Tanggal 05 Agustus 2018) kekuatan yang tumbuh dari dalam hati dan jiwa masyarakat Banyuwangi di mana maknanya (Kedua) motif bintang sembilan yang berkaitan erat dengan karakter masyarakat secara keseluruhan juga menghiasi semua pintu Banyuwangi yang religius dengan penyebutan dan jendela krawangan kayu jati bersanding “gajah eling”, artinya eling (mengingat) dengan ukiran motif Gajah Oling, di samping Kemahabesaran Allah SWT adalah dasar dari itu bintang sembilan juga menghiasi kaca grafir perjalanan hidup masyarakat Banyuwangi. krawangan besi hollow bersanding dengan Makna filosofis Gajah Oling berarti kaligrafi dan motif Gajah Oling juga tak mengingat Allah SWT, menjalankan segala ketinggalan berjejer di list gypsum, variasi perintah-Nya juga melaksanakan Sunnah kolom atas, menjadi hiasan lampu-lampu Rasulullah Muhammad SAW adalah jalan bundar ruangan dalam masjid. (Bintang) terbaik dalam menjalani kehidupan ini agar sembilan ini memiliki makna yang sangat

46

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

dalam, dalam kitab Kifayatul At-Qiya karangan Melihat sejarah berdirinya Masjid Agung Sayyid Abi Bakar, ada sembilan kiat Sufi Baiturrahman, mulai dari bentuk yang sangat sebagai jati diri menuju Mahabbatullah; 1. sederhana sampai bentuk yang hampir Taubat, 2. Qana'ah, 3. Zuhud, 4. sempurna seperti sekarang ini, banyak sekali Mempelajari Syari'at, 5. Memelihara Sunnah, 6. peningkatan dan pengembangan; mulai dari Tawakkal, 7. Ikhlas, 8. Uzlah (Menyendiri segi fisik, fungsi, dan bentuk bangunan. untuk Ibadah), 9. Memelihara Waktu Hasil Wawancara “Iwan 48 Tahun”. Pemaparan dari Hasil Wawancara “Hasnan 88 Tahun” Sesuai catatan Sejarah 2. Saran wali-wali di tanah Jawa, ada sembilan wali Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat (sunan) yang menyebarkan agama Islam di diberikan saran sebagai berikut : tanah Jawa; 1. Sunan Gresik (Syech Maulana a. Kepada para peneliti selanjutnya hendaknya Malik Ibrahim), 2. Sunan Ampel (Raden menindak lanjuti hasil penelitian ini dengan Rachmat), 3. Sunan Giri (Raden Paku), 4. menemukan sumber-sumber sejarah yang Sunan Bonang, 5. Sunan Drajad (Raden lain, bertujuan untuk lebih memperkaya Qosim), 6. Sunan Kudus (Ja'far Shoddiq), 7. sumber. Dikarenakan minimnya sumber- Sunan Kalijaga (Raden Mas Said), 8. Sunan sumber sejarah terkait sejarah Masjid Agung Muria (Raden Umar Said), 9. Sunan Gunung Baiturrahman. Jati (Syarif Hidayatullah). Secara garis besar, b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan bintang sembilan merupakan cahaya ulama untuk menambah wawasan sejarah Masjid yang merepresentasikan akhlaq yang telah Agung Baiturrahman, hal ini sangat diajarkan para ulama sebagai dasar pijakan berkaitan erat dengan sejarah Blambangan umat. atau Banyuwangi. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan kajian akademis maupun non akademis. c. Agar dapat dijadikan pertimbangan pemerintah untuk melestarikan dan meningkatkan Aset daerah bahwa, pentingnya Masjid Agung Baiturrahman sebagai peninggalan sejarah Kabupaten Gambar 4.17 Kaca Grafir Warna Hollow dan Banyuwangi. Pintu Krawang Masjid Agung Baiturrahman d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai Banyuwangi sumber Belajar sejarah lokal. Untuk Sumber: Koleksi Foto Milik Pribadi menambahkan wawasan tentang sejarah (Dokumentasi Tanggal (05 Agustus 2018) yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA 1. Kesimpulan Masjid kebanggaan masyarakat Abdurahman, dkk. 2012. Dasar – Dasar Banyuwangi ini mulai berdiri sejak (7 Metode Statistika Untuk Penelitia . Desember 1773), yang awal-mulanya bernama Bandung: CV. Pustaka Setia. Masjid Jami‟. Sejarah berdirinya Masjid Agung Asyari. S, I. 1981. Metodologi Penelitian Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah Sosial: Suatu Petunjuk Ringkas. berdirinya Banyuwangi, karena keduanya Surabaya: Usaha Nasional. memiliki ikatan yang sangat kuat, sama-sama Buku Belajar Online, didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir https://anzdoc.com/sejarah-masjid- sekaligus Bupati Banyuwangi pertama Mas Alit agung-baiturrahman- (Raden Wiraguna I). banyuwangi.html. di akses (tanggal 23 Sampai kini, telah mengalami beberapa juli 2018). kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990, dan keempat: 2005.

47

Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi

Buku Belajar Online http://tome- Parang Magetan Tahun 1997 – 2013. pires.arjuna.web.id/id3/24352325/Ma Skripsi (Tidak Diterbitkan). sjid-Agung-Baiturrahman- Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Banyuwangi_71965_tome-pires- Sunan Kalijaga. arjuna.html. di akses (tanggal 23 Juli 2018). Samsubur. 2011. Sejarah Kerajaan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Blambangan. Surabaya: Paramita. Islam. 2018. Masjid Agung Baiturrahman Merupakan Masjid Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Monumental di Banyuwangi. Yogyakarta: Ombak. (https://bimasIslam.kemenag.go.id/po st/berita/masjid-agung-baiturrahman- Soekmono. 1981. Pengantar Sejarah merupakan-masjid-monumental-di- Kebudayaan Indonesia 3. banyuwangi. di akses pada tanggal 20 Yogyakarta: Kansius. juli 2018). Graaf, H.J De. 1987. Runtuhnya Islam Sudjana, M, I. 2001. Nagari Tawon Madu Mataram. : Pustaka Utama Sejarah Politik Blambangan Abad Grafiti. XVIII. Kuta-Bali: Larasan~Sejarah. Hasan, A. 2013. Konsep Seni Sunan Kalijaga. Semarang: Institut Agama Islam Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Negeri Walisongo Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Ihrami, T.O. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Alfabeta Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sunanto, M. 2010. Sejarah Peradaban Islam Di Katerina. 2016. “Masjid Agung Baiturrahman”. Indonesia. Jakarta: RaJawali Pers. Rubrik Journey Of Heart Majalah NOOR. Vol XIII. Halaman 4. Suryanto, dkk. 2015. Aspek Budaya dalam Kartodirdjo, S. 1984. Pemberontakan Petani Keistimewaan Tata Ruang Kota 1888. Jakarta: PT Dunia Yogyakarta.Dalam Jurnal Pustaka Jaya. Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. Margana, S. 2012. Ujung Timur Jawa 26, No. 3, Hal. 230-252. Perebutan Hegemoni Blambangan. Surabaya: Pustaka Ifada. Utomo, H. Slamet, Tanpa tahun. Tingkahe Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Wong Blambangan Ring Dongeng, Ghalia Indonesia. Legenda Lan sejarah Banyuwangi. Notosusanto, N. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Inti Widja, I. G. 1988. Pengatar Ilmu Sejarah: Indayu. Sejarah Dalam Persepektif Oetomo, S, A. 1987. Kisah Perjuangan Pendidikan. Semarang: Satya Menegakkan Kerajaan Blambangan. Wacana. Surabaya: Sinar Wijaya. Padepokan Mas Say Laros, Widjisaksono. 1995. MengIslamkan Tanah htpps://kanal3.wordpress.com/2016/0 Jawa. Bandung: Mizan. 3/04/para-bupati-bupati-banyuwangi- dari-masa-ke-masa/. Di akses (tanggal Yayasan Masjid Agung Baiturrahman. 2012. 23 juli 2018). Profil Masjid Agung Baiturrahman Pigeaut, TH. G.TH. 1985. Kerajaan-Kerajaan Banyuwangi. Banyuwangi: YMAB. Islam di Jawa. Jakarta: Grafiti Press. Pokja. 2005. Islam dalam Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Riyadi, M, S, A. 2014. Perkembangan Masjid AT Taqwa Godekan Tamanarum

48