MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

KAJIAN UTAMA

ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA

Ahmad Baso

Intelektual Muda NU Email: [email protected]

Ada banyak pertanyaan tentang berpakaian (fashion). Wacana Islam Islam Nusantara belakangan ini. Namun Nusantara lebih mendalam dari yang sedikit sekali yang bisa memberi jawaban dibayangkan itu: ia adalah kerja-kerja memuaskan. Artikel sederhana ini intelektual pada hakekatnya, punya visi berupaya memperjelas beberapa keraguan epistemologis yang tajam, juga fungsi dan kesalah-pahaman terkait wacana kesejarahan aktual dalam kenyataan intelektual ini. Misalnya ada yang kehidupan umat manusia kontemporer. mengatakan bahwa Islam Nusantara itu Warisan impresif dan mengesankan anti Ara atau hanya berupa Islam ― b‖ ― dari agama Islam sejak beberapa abad di loka pada hakikatnya, dan bukan Islam l‖ Asia Tenggara, terutama di Indonesia universal. Ada malah yang menyebut akibat khususnya, sangat berguna dalam gagal-paham itu bahwa Islam Nusantara memetakan ranah teoritis dan ideologis hanya proyek lain Nahdlatul Ulama (NU) kajian Islam Nusantara ini. Dalam ranah ini dan para kiai yang ingin mengambil Islam Nusantara muncul, diolah pertama keuntungan politik di era kepresidenan Joko kali dan diartikulasikan sebagai ―Din Arab Widodo kini! Jawi‖, dalam sebutan dari Dengan memperhatikan beberapa Gresik abad 15, sebagaimana disebut kenyataan, termasuk arti penting wacana dalam teks Serat Surya Raja tahun Jawa intelektual Islam Nusantara, tulisan ini 1700 atau 1774 dari Kraton Jogjakarta. Sejak berupaya melacak kembali tradisi Wali itu kajian Islam Nusantara berfungsi sebagai Songo di abad-abad 15 hingga 16 hingga ke wacana kritis, didefinisikan sebagai jaringan ulama Jawi di negeri Arabia abad ―epistemologi Jawi‖. Yakni sebagai satu 19 dan awal abad 20, yang mengangkat tema metode untuk meneliti, menginvestigasi Islam rahmatan lil alamin. Sebagai proyek serta menonjolkan pengalaman-pengalaman intelektual, yang punya concerns terdalam komunitas-komunitas Nusantara (perhatian) langsung yang kontemporer dan sebagai ―satu badan, satu jiwa‖, satu ke- kekinian, tapi punya juga kepekaan Nusantara-an atau al-Jawi. kesejarahan dengan masa lalu, Islam Benar, Nusantara hingga kini Nusantara sebetulnya bukanlah satu latihan menjadi korban kajian-kajian Islam intelektual yang ikut mode atau gaya- (Islamic studies) maupun kajian-kajian gayaan, yang bisa timbul tenggelam dalam ilmu-ilmu sosial, sebagaimana yang waktu cepat, seperti musim mode berkembang di Eropa dan Amerika pasca

1

Ahmad Baso perang. Kajian-kajian ini mengangkangi Pada poin ini, kita perlu memahami sejarah Nusantara, mendegradasi dan bahwa untuk bisa mengenal Islam menurunkan derajatnya pada level Nusantara dengan baik kita perlu kebudayaan eksotik bak benda museum. mempertimbangkan segenap gambaran Peradabannya dianggap lokal, parokial, tentang Islam sebagaimana yang diracik mistis, tradisionalis, atau chauvinistic. secara epistemologis maupun yang Kajian-kajian itu juga menempatkan tema ke- diamalkan secara ideologis kultural oleh Nusantara-an sebagai sesuatu yang bukan kaum Muslim Indonesia dalam beberapa ―universal ―, malah hanya sebatas pemuasan generasi. Karena itu dalam konteks ini, eksotisasi budaya untuk pariwisata atau— tidaklah bermanfaat berbagai diskusi dalam bahasa eufemisme kini —― kearifan tentang Islam Nusantara, tanpa lokal‖! mengintegrasikan totalitas kenusantaraan dalam segenap aspek budaya, ekonomi, Untuk itu Islam Nusantara atau epistemologi Jawi menampilkan dirinya sosial dan politik itu. dalam konteks kekinian sebagai keterputusan epistemologis dengan nalar hegemonik Eurosentrisme, semisal klaim universalisme itu. Pada saat yang sama ia juga membawa satu perspektif kritis ke- Nusantara-an untuk membaca seluas mungkin teks-teks budaya historis, secara efektif memperluas batas-batas intelektual melihat totalitas peradaban tersebut, lalu menyaksikan ada sesuatu yang bolong dalam satu ranah keilmuan baru ke dalam disiplin bangunan peradaban itu, hingga mengancam ―Islamic Studies” atau pun studi-studi ilmu ambruknya peradaban tersebut. Maka spirit Islam seperti itulah yang dibutuhkan masyarakat Eropa, sosial kontemporer. Cara ini diharapkan bisa bukan Islam yang menghakimi, bukan pula Islam menjadi satu lompatan lebih maju dalam yang teriak tiap hari ―syariat adalah solusi‖ atau mengangkat Islam sebagai rahmatan ―khilafah adalah jalan keluar‖. Mohamed El Bachiri dalam bukunya itu lilalamin. Ini agar studi-studi Islam mampu menerjemahkan krisis peradaban Barat nyambung dengan persoalan-persoalan itu dan kebutuhan untuk mengatasinya kemanusiaan, terutama di negeri-negeri berdasarkan pengalaman dialog keislamannya yang berkarakter rahmatan lil-alamin dengan kultur Arab dan di Eropa yang kini dilanda krisis keagamaan Eropa. Beberapa aspek pemikiran keagamaan dan konflik-konflik berdasar keagamaan kultural Eropa dihadirkan kembali agama dan ideologi-ideologi sektarian.1 dalam konteks kemunculan Islam di benua Eropa, hingga terasa Islam itu hadir bukan sebagai tamu, tapi sebagai kawan sendiri yang muncul dari dalam diri untuk memperbaiki persoalan-persoalan 1 Larisnya buku penulis Maroko, Mohamed El kemanusiaan bersama. Bachiri, Een Jihad van Liefde (Amsterdam, 2017), Islam Nusantara sebetulnya bisa juga tampil hingga di warung-warung kopi, terminal, stasiun dalam cara yang sama. Kultur guyub, kompolan, dan bandara di negeri Belanda dan sekitarnya suka berkumpul sambil makan-makan, atau halal belakangan ini, menunjukkan pentingnya Islam bihalal bagi masyarakat yang didera kultur nafsi- kembali hadir di dunia Barat. Tapi Islam hadir nafsi atau individualisme akut hingga lupa bukan sebagai benda mati seperti obyek museum dunia sosial yang kemudian direbut oleh yang mengundang decak kagum para peneliti. kelompok kanan ekstrim yang menggunakan Bukan pula Islam yang disimbolkan ―imigran‖ logika kemurnian ras dan kebanggaan warna kulit. atau ―teroris‖. Tapi Islam yang terkait rapat Tinggal bagaimana itu dikampanyekan dalam dengan realitas masyarakat Barat, yang berdialog bentuk buku dalam bahasa-bahasa Eropa, seperti dengan puncak-puncak peradaban Barat, yang buku populer Mohamed El Bachiri itu. 2

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

Islam Nusantara: Memahami Baso; 2015; jilid 1, bab 1.) Di sini saya mau Pertemuan ISLAM dan NUSANTARA angkat argumennya dari kitab Alfiyah lagi, dalam Perspektif Kitab Alfiyah Ibnu Malik seperti disebar kini oleh para kiai untuk Dalam diskusi tentang kaidah mengangkat wacana keislaman kita kini yang bahasa Arab, kitab Alfiyah sering dijadikan berkarakter. Relasi itu perlu dibaca dari bab rujukan. Tapi sering pula kitab ini dirujuk idlafah atau hubungan relasional. Islam oleh para kiai kita untuk membahas Nusantara adalah hubungan mudlaf masalah- masalah yang dialami orang- (subyek relasional) dan mudlaf ilaihi orang Indonesia. Salah satunya adalah (obyek relasional), seperti dalam ungkapan perkara pentingnya suara dan subyektifitas ―mobil kantor‖, ―coto Makassar‖. ―kekitaan‖ kita diperdengarkan sebelum Dalam bab idlafah, Ibnu Malik mengutip suara orang lain. Nah, menyatakan: ―Watstsani jrur wanwi min pentingnya subyektifitas kenusantaraan ini aw fi ... wallam‖ (Ibn Malik al-Andalusi; diperoleh dari basis argumen kitab Alfiyah hal. 26.) (pada bagian kedua, yakni pada berikut dalam pembahasan tentang dlamir mudlaf ilaihi, di-jar atau dikasrahkan, dan atau kata ganti orang: ―Wa fikhtiyarin la niatkan di antara mudlaf dan mudlaf ilaihi yajiu‟l munfashilu, idza taatta an yajial itu ada makna min [dari], fi [di, di dalam] muttashilu‖ (al-Andalusi. TT:6), (dalam atau lam, li [untuk, ke]‖. Dari kerangka situasi normal, bukan darurat, dlamir yang makna-makna idlafah ini, Islam Nusantara muttashil [connected] lebih diutamakan bisa menghimpun berbagai makna relasi daripada dlamir munfashil [disconnected]). dalam mudhaf-mudlaf ilaihi. Jadinya, relasi Artinya, dalam menjawab tantangan pengertian ―Islam Nusantara‖ itu bisa dirinci persoalan-persoalan kita sehari-hari, kalau sebagai berikut: dimungkinkan suara subyektifitas kita yang Pertama, li [untuk, ke]: Islam li connected dengan kedirian kita itu tampil, Nusantara, Islam untuk dan ke Nusantara. maka hal itu dulu yang kita utamakan Yakni kehadiran ajaran agama Islam daripada yang disconnected dengan kita. Ahlussunnah Waljemaah (Aswaja) yang Salah satu faktor yang membuat kita dianut mayoritas umat Islam Indonesia. connected atau tersambung dengan Islam itu Dengan berbagai instrumen sanad dan silsilah adalah faktor kenusantaraan, karena kita yang menghubungkan para ulama dan kitab- lahir, hidup dan mati pun di sana. Itulah kitab Nusantara ke para ulama di negeri Arab yang dilakukan ulama-ulama kita, yang hingga ke para tabiin dan sahabat Rasulullah memperlihatkan identitas kenusantaraan SAW., umat Islam Nusantara menganut salah mereka hadir dalam wacana keilmuan Islam satu dari 4 mazhab fiqih, 2 mazhab kalam global, seperti sebutan al-Jawi: Syekh teologis dan 2 mazhab ilmu tasawuf. Abdurrauf as-Singkili al-Jawi, Syekh Yusuf Kedua, fi [di, di dalam]: Islam fi al-Makassari al-Jawi, Syekh Nawawi al- Nusantara, Islam di Nusantara. Yakni Bantani, dan seterusnya. Lalu, dari wacana pengalaman historis umat Islam di muttashil atau koneksi Islam dan Indonesia, termasuk refleksi tekstual kenusantaraan kita itulah muncullah istilah normatif dan historis umat Islam dunia Islam Nusantara. Ini adalah sebuah relasi tentang Islam yang diamalkan dan yang baru. Ini sudah saya bahas panjang lebar diajarkan ulama kita di Tanah Air. dalam buku Islam Nusantara jilid 1.(Ahmad

3

Ahmad Baso

Pengalaman itu mencakup sejarah Islam Aswaja dari Arab tapi diwarnai pengislaman Nusantara, kesultanan dan dengan karakter Jawi atau ke-Nusantara-an, raja-raja, pesantren dan jaringannya, dunia dari cara memahami dan mengamalkan literasi umat Islam dalam 14 aksara Islam dari sudut pandang kita sebagai Nusantara, perjuangan umat Islam melawan orang-orang Nusantara yang kaya alam dan penjajahan bangsa asing, hingga kontribusi peradaban (Ahmad Baso; 2015, bab 1). umat Islam bagi pergerakan kebangsaan Dengan singkat bisa disimpulkan, dan pembentukan Negara Kesatuan Islam Nusantara adalah cara bermazhab Republik Indonesia, hingga perumusan secara qauli dan manhaji dalam ber- Pancasila dan konstitusi 1945. istinbath tentang Islam dari dalil-dalilnya Ketiga, min [dari]: Islam min yang disesuaikan dengan teritori, wilayah, Nusantara, Islam dari Nusantara. Yaitu kondisi alam, dan cara pengamalannya himpunan qawl-qawl (pandangan, suara, penduduk kita. Dalam bahasa Arab: refleksi pemikiran, kitab-kitab) para ulama ma‟rifatul ulama al-indunisiyyin bil-ahkam Nusantara, ma'rifat dan ijtihad mereka asy- syar‟iyyah al-amaliyah al-muktasabah tentang Islam Ahlussunah Waljemaah, min adillatiha at-tafshiliyyah al- sekaligus memberikan patokan normatif mustanbathah min ardli Nusantara (Jawi). dan historis dalam mengamalkan Islam Makna Islam Nusantara dalam arti rahmatan lil alamin yang , termasuk ide-ide min ini, bisa diperoleh dari argumen Imam mereka tentang ajaran keagamaan yang asy-Syafi‘i. Tokoh ulama besar pendiri relevan bagi bangsa-bangsa di dunia, Mazhab asy-Syafi‘i ini menandaskan dalam berdasarkan pengalaman terbaik yang kitabnya yang terkenal, al-Umm, tentang dimiliki bangsa kita. Kehadiran ulama- ilmu-ilmu yang dimiliki masing-masing ulama kita sebagai guru dan master di bangsa dan negeri dalam menafsirkan dan jantung kota suci umat Islam, di Mekah mengamalkan Islam: ‗Ma min biladil- dan Madinah, hingga di Kairo, Yaman muslimina baladun illa wa-fihi 'ilmun qad dan Istanbul, bersamaan dengan publikasi shara ahluhu ila 'ttiba'i qauli rajulin min karya-karya mereka di sana dalam berbagai ahlihi fi aktsari aqawilihi‘. Dan ilmu bahasa Nusantara, itu semua adalah bagian kenusantaraan atau Jawi inilah yang dari Islam min Nusantara, bagian dari dipelajari ulama luar hingga datang ke globalisasi Islam Nusantara. Poin ini akan negeri kita belajar Islam, seperti disebut dibahas di bawah. dalam Babad Tanah Jawi: Dari sini bisa dipahami alasan Wontên drêwis saking tanah ing Atas Angin mengapa muncul istilah Din Arab Jawi , angajawi, anama Sèh Raidin, adêdunung seperti disebut dalam Serat Surya Raja, wontên ing Ngampèl Dênta, lami-lami dari abad ke-18, yang sekarang menjadi kesah alêlampah malih, sarêng pêjah pusaka Kraton . Istilah ini dipun pêtak wontên ing Pamalang.‖ (Babad identik dengan sebutan Islam Nusantara. Tanah Jawi;29-30). karena kata Jawi mencakup arti Nusantara. Kalau Din Arab berarti agama Islam (Diceritakan ada seorang darwis [seorang substansi Aswaja, lalu Jawi sebagai buah ahli tasawuf atau peniti jalan kesufian] dari pengamalan, subyektifitas dan suara ke- negeri Arab-Persia datang ke Nusantara, Nusantara-an, maka Din Arab Jawi adalah bernama Syekh Raidin [Syekh Raisuddin?],

4

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 menuntut ilmu dan mondok di Ampel hilang itu ditemukan dalam naskah kedua Denta []. Setelah itu beliau (Raffles Malay 67 RAS). mengembara di Tanah Jawa, hingga Isi teks Hikayat Pasai dimulai dari akhirnya wafat di Pemalang [Jawa Tengah perintah junjungan kita Rasulullah Nabi kini].) Muhammad SAW. Perintah itu ditujukan

kepada para sahabatnya untuk Asal-mula Konstruksi Islam Nusantara: mengislamkan satu tempat bernama Kajian Tekstual dan Kesejarahan Samudra, atau, persisnya, Samutra, dengan Proyek keilmuan membangun ta. Pengislaman itu akan terjadi pada Islam Nusantara sebagai obyek kajian saatnya nanti yang terjadi usai wafatnya ilmiah yang dipelajari dan diajarkan ke beliau. dunia, dimulai dari menulis Islam pada level ilmiah-rasional, pada level tadwin, Sekali peristiwa pada zaman Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu- yakni pada level pembakuan dan alaihiwasallam tatkala lagi hayat hadirat pengumpulan bahan- bahan dokumentasi keilmuan ke dalam dunia tulis-menulis. Itu yang mulia itu. Maka bersabda ia pada sahabat bagindah di Mekah.2 Demikian terjadi ketika Pasai di abad 12-13 sabda bagindah: bahwa ada sepeninggalku mulai muncul sebagai pelaku tadwin itu.

Sebelum itu, tidak ada yang bisa dipegangi wafat itu ada sebuah negeri di Bawah Angin. Samudra namanya. Apabila ada tentang kegiatan pengislaman di kepulauan didengar khabar negeri itu maka kamu Indonesia dan sekitarnya. Ia masih kabur, lebih berbasis tradisi lisan, dan belum suruh sebuah kapal membawah perkakas alat kerajaan dan kamu bawah ia orang dikenal adanya bukti-bukti peradaban, dalam negeri.( Hikayat Raja-raja Pasai seperti aksara ataupun tulisan. Nah baru di Pasai-lah kita bisa berbicara tentang proses (BL Or 14350), 52v) Islamisasi secara ilmiah, sebuah tradisi Apa arti penting perintah profetik ―alim‖ (learned), karena sudah terbentuk itu? Perintah Rasulullah SAW. untuk satu bukti peradaban unggulan, yakni menyebarkan Islam ke segenap penjuru adanya aksara dan bukti kegiatan tulis- dunia, ya itu sudah banyak dimaklumi. menulis. Salah satu bukti itu yang sampai Para sahabat beliau sudah kepada kita hingga kini adalah teks Hikayat menjalankannya, hingga ke negeri Raja-raja Pasai dari abad 14. Andalusia (Spanyol) di belahan barat hingga ke daratan Cina di timur. Tapi Di dunia ini hanya ada dua naskah penyebutan satu tempat di Nusantara kita Hikayat Raja-raja Pasai yang tersisa kini: bernama Samudra dalam konteks perintah naskah British Library (BL Or 14350) yang disalin di Semarang tahun 1797 dan naskah 2 Kemungkinan pernyataan ini disampaikan usai Royal Asiatic Society (RAS Raffles Malay peristiwa Fathu Makkah tahun 11 H. Seperti halnya 67) di London yang disalin pada 1815. negeri Cina sudah dikenal oleh Rasulullah SAW., sudah semestinya pula negeri-negeri di antara Arab- Keduanya berbahasa Melayu aksara jawi. Persia dan Cina sudah diketahui beliau melalui cerita Naskah pertama terdiri dari dua potongan para pedagang Arab yang lalu-lalang di antara naskah: Hikayat Raja Handik dan Hikayat negeri-negeri itu. Lihat O.W. Wolters, Early Indonesian Commerce: a Study of the Origins of Raja Pasai. Yang terakhir ini tidak lengkap, Śrīvijaya (Cornell University Press, 1967), tentang terpotong di bagian akhir. Potongan yang jaringan pelayaran orang Arab dari masa pra Islam di Asia Tenggara. 5

Ahmad Baso

Nabi, itu yang menarik perhatian kita. halaman f. 17v naskah Ceritera Asal Perintah Rasulullah SAW. di atas jelas Bangsa Jin dan Segala Dewa- dewa (LOr tidak kita temukan secara tekstual dalam 6727) disebut: ―Maka barangsiapa literatur hadis-hadis atau atsar yang sampai kemudian daripada ini yang turun di ke kita. Tapi masuk akal secara historis, Bawah Angin, jangan sekali-sekali dalam arti ma‘qul atau reasonable bagi dipermudahkan, ada sebuah Gunung pengalaman orang-orang Arab masa itu Seumawe namanya di Negeri Pasai, dalam interaksinya dengan orang-orang itulah negeri Ace sudah diislamkan Allah kepulauan Nusantara. Nah itu yang mau subhanahu wata‟ala mendirikan agama disampaikan isi teks Hikayat Raja-raja Pasai sebenar-benarnya.‖ ini. Kedua teks di atas mengungkapkan Dua abad kemudian, muncul teks dirinya sebagai saksi atas periode sejarah Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala baru yang sedang berlangsung saat itu. Dewa-dewa memperkuat isi teks Pasai itu. Negeri-negeri Nusantara mulai Naskah Melayu ini berasal dari Bima, mendapatkan perhatian dunia. Produk, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, disalin manusia, hingga ide dari Nusantara dilirik sekitar tahun 1850-an dari teks lama. Ini orang. Perhatian akan posisi penting satu korpus dengan teks yang sama di Nusantara itu dilegitimasi melalui Perpustakaan Berlin kode Schoemann V3. perintah Rasulullah SAW. Momennya pas Naskah ini kemudian diberikan oleh H. tertuju pada proses Islamisasi. Artinya, Holtz, seorang pegawai Belanda di Bima) ketika terjadi perubahan besar-besaran kepada G.J. Grashuis, yang sedang meneliti dalam peradaban umat manusia, yang tata bahasa Melayu. Koleksi Grashuis itu diinisiasi proses Islamisasi, poin mendasar kemudian masuk ke Perpustakaan Leiden yang diangkat masyarakat kita adalah ini: pada tahun 1935. Naskah berukuran ka mi sudah menganut agama Islam, dan 17 x 21,5 cm ini terdiri dari 27 lembar folio. posisi kami jelas di sana. Posisi itu mulai Teksnya sendiri mencakup 51 halaman t er bangun sejak awal Rasulullah SAW. (f. 1v-f. 26v) (Penjelasan singkat tentang mengenal negeri-negeri di Nusantara ini. naskah ini terdapat dalam Henri Chambert- Benarkah Rasulullah SAW. sudah Kerajaan Bima dalam Sastra dan Loir, kenal Nusantara kita? Jangan diragukan, Sejarah (: EFEO dan KPG, 2004), cet. junjungan kita dan orang-orang Arab masa 2, 25, 27). itu sudah mengenal dunia di belahan Naskah ini berisi cerita asal timur hingga ke Cina. Sebelum keturunan raja-raja di Bima, yang berasal kedatangan agama Islam, para pedagang dari bangsa jin, kemudian menurunkan Arab sudah lalu-lalang di antara negeri- manusia calon raja, hingga lahir raja-raja negeri dari India ke Cina. Mereka Bima di Sumbawa, Nusa Tenggara. Asal- mengenal produk-produk unggulan negeri usul bangsa jin itu ditelusuri hingga ke Sumatera, seperti kapur barus (camphor) negeri Aceh, tempat awal masuknya Islam atau kafur dalam bahasa orang Arab. di Nusantara. Bahkan tokohnya itu, Nama kafur sendiri disebut dalam al- Darmawangsa, diceritakan sudah bisa Quran. Jadi tidak masuk akal kitab suci membaca al-Quran hingga khatam sebelum umat Islam itu memberikan info soal satu datang muballigh pertama ke Aceh. Pada barang penting tanpa dikenal dan belum

6

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 menjadi familiar di kalangan orang Arab termasuk jinnya, sudah masuk Islam, sendiri. Termasuk tempat asal barang ini bahkan khatam kitab suci al-Quran— dihasilkan (al-Attas; Hal. 2-3). sebelum para muballigh dari Arab Tempat-tempat lainnya di Nusantara berdatangan ke negeri kita! Dengan kata lain, lokalitas ke- dan sekitarnya juga sudah mereka kenal, Nusantara-an diintegrasikan dengan kosmopolitanisme pernah disinggahi atau didengar dari pelaut- pelaut yang hilir-mudik di perairan Islam, di jantungnya Islam sendiri di Samudra Hindia. Seperti direkam para Mekah, bahkan di kala Rasulullah SAW. pelaut dan penulis Arab. Menurut catatan masih hidup! Ini jelas sebuah racikan pelaut Cina dari tahun 607 M, yakni era budaya yang cerdas dan olahan Dinasti Tang, di masa Rasulullah SAW. pengetahuan yang otentik. Dan itu punya masih hidup, pemukiman orang Arab sudah misi dan tujuannya sendiri. muncul di pantai barat Sumatera. (W.P. Ini tidak seperti periode-periode Groeneveldt;1880;14, 100-1) sebelumnya dimana proses Islamisasi Benar, Islam sudah hadir di berlangsung melalui kontak dagang antara Nusantara dari masa-masa awal, mungkin orang-orang Arab-Persia dan Nusantara sepanjang India dan China sejak masa kekhalifahan Usman bin dalam rute Affan. Terbukti terjalinnya hubungan dari masa awal Islam hingga abad 11 M. Fase awal diplomatik dengan Kerajaan Cina di masa Islamisasi dari sekitar abad 8 khalifah ketiga umat Isam itu. Artinya, hingga masa Sriwijaya abad 11 M tidak dampak bagi masyarakat pribumi kontak-kontak budaya, agama maupun membawa dagang antara umat Islam generasi awal secara politik maupun kultural. Para dengan penduduk Nusantara terjadi, pedagang dan pelaut Arab-Persia yang minimal di daerah-daerah yang dilalui menyebarkan agama Islam di kepulauan utusan Khalifah Usman itu ke perairan Nusantara tidak memberi perhatian pada Cina. Tidak dipungkiri adanya orang upaya menguasai atau merebut pos-pos strategis, seperti pelabuhan, untuk bisa Indonesia yang sudah memeluk agama membawa perubahan secara efektif. Kita yang baru yang dibawa orang Arab itu. Tapi, ambil satu contoh kasus terkenal yang kedua teks hikayat ini merujuk pada satu diceritakan oleh Buzurg, penulis Persia dari fase baru yang lebih kreatif dalam Ajaibu-l-Hindi perjalanan Islamisasi di Nusantara. Fase abad 10 M, dalam bukunya, (Keajaiban India). Seorang pedagang Arab baru ini ditandai dari pelibatan unsur bernama Ishaq hendak berdagang hingga ―pribumi‖ Nusantara dalam proses ke negeri-negeri timur terjauh. Ketika tiba pengislaman itu. Unsur ―pribumi‖? di pelabuhan Sarirah atau Sarboza – Coba perhatikan kedua teks di atas. sebutan orang Arab-Persia untuk wilayah Hikayat Pasai mengangkat nama Semutra Kerajaan Sriwijaya (Lihat Rokchil dan ―negeri Bawah Angin‖ sudah disebut ... Notes on Marcopolo ... Tibbett .....) – ia Rasulullah SAW. Nama Merah Silu, diminta oleh penguasa pelabuhan untuk seperti disinggung nanti, muncul untuk membayar 20.000 dinar emas. Ini sebagai memperjelas posis kepribumian itu. jaminan untuk berlayar dengan aman ke Sementara Ceritera Asal Bangsa Jin malah China. Tapi Ishaq menolak membayar melangkah lebih jauh: manusia Indonesia, hingga dibunuh pada malam harinya.

7

Ahmad Baso

Kapalnya pun dengan seluruh barang muatannya dirampas. Dan tidak ada satu pun junks, and they killed the Javanese lords and tindakan balasan orang Arab-Persia made themselves lords; and in this way they terhadap perilaku ketidakadilan ini (Lihat made themselves masters of the sea coast and took over trade and power in . These lord Buzurg bin Syahriyar, Ajaibu-l-Hindi, 107- pates are not Javanese of long standing in the 13; Wonders, 62-6.). Beberapa lama country, but they are descended from Chinese, from Parsees and Kling, and from the nations we have kemudian, sejak awal abad 15, para Wali already mentioned". Lihat Armando Cortesao, Suma Songo mulai berpikir untuk menguasai Oriental of Tome Pires jalur-jalur perdagangan dan ekonomi. Itu (Hakluyt, 1944), vol. 2, 182). (Kini saya akan menceriterakan para adipati [bukan dimulai dari menguasai pelabuhan, kapal patih] Muslim yang ada di pesisir, posisi mereka dan para syahbandar. Dua pelabuhan sangat kuat di Jawa, menguasai perdagangan, utama Majapahit, Tuban dan Gresik, karena mereka adalah penguasa kapal besar dan penguasa wilayah beserta penduduknya. Pada masa dikuasai. Kader-kader mereka dipasang itu, ketika orang-orang kafir masih mendominasi untuk menduduki posisi strategis di kedua daerah pesisir utara Jawa, sejumlah pedagang biasa kota penting itu. Patih Samboja atau Koja datang kemari. Mereka berkebangsaan Persia, Arab, Gujarat, Benggala, Melayu dan bangsa Maksum, suami Nyai Gede Pinatih (ibu lainnya. Di antara mereka ada orang Moor angkat Kanjeng Sunan Giri), menguasai [Muslim]. Mereka mulai berdagang di negeri itu, pelabuhan Gresik sebagai syahbandar. dan menjadi kaya. Mereka demikian berhasil, hingga bisa membangun mesjid. Para ulama Sementara Arya Teja atau Tumenggung [mullah] datang dari negeri seberang. Mereka Wilatikta (ayah mertua Kanjeng Sunan hidup berkembang maju dan bertambah banyak. Anak-anak mereka, yang Muslim ini, sudah Ampel) untuk pelabuhan Tuban. Kedua menjadi Jawa [ajawi, angajawi] dan kaya raya, pelabuhan ini melapangkan jalan bagi fase mereka sudah tinggal di sana selama sekitar tujuh baru Islamisasi ke seluruh Indonesia, puluh tahun. 3 Di beberapa tempat, para penguasa Jawa yang hingga ke level global kafir itu sudah memeluk agama Islam. Kemudian, para ulama dan pedagang itu mengambil-alih penguasaan daerah-daerah pesisir tersebut. Yang 3 lain membentengi tempat-tempat dimana mereka Coba perhatikan strategi kaderisasi tinggal. Mereka mengangkat orang-orang Tumenggung Wilatikta ini dalam laporan Tome sebangsa mereka sendiri, yang berlayar dalam Pires yang menulis dari perairan Jawa tahun 1520- kapal-kapal mereka. Mereka membunuh para an: penguasa Jawa, dan mengangkat diri mereka ―Now I will begin to tell of the Mohammedan sebagai penguasa baru di pesisir, menguasai dan pates who are on the sea coast, who are powerful mengambil-alih perdagangan dan kuasa politik in Java and have all the trade because they are the di Jawa. Para adipati ini bukanlah orang-orang lords of the junks and people. At the time when Jawa yang turun- temurun di negeri itu. Mereka there were heathens along the sea coast of Java, berasal dari keturunan Cina, Persia, dan India, juga many merchants used to come, Parsees, Arabs, dari bangsa-bangsa lainnya yang saya sebut di Gujaratees, Bengalees, Malays and other atas). nationalities, there being many Moors among Lihat juga H.J. de Graaf & Th. G. Th. Pigeaud, them. They began to trade in the country and to Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th grow rich. They succeeded in way of making centuries: The Malay Annals of Semarang and mosques, and mollahs came from outside, so that Cerbon (Monash papers on Southeast Asia, 1984), they came in such growing numbers that the sons hal. 15-6, 58, 158; dan, Brandes, Pararaton (Ken of these said Moors were already Javanese and Arok) of het Boek der Koningen van Tumapěl en rich, for they had been in these parts for about van Majapahit: Uitgegeven en toegelicht (VBG seventy years. In some places the heathen vol. 49) (Batavia: Albrecht; 's Hage: Nijhoff, 1896), Javanese lords themselves turned Mohammedan, p. 184. and these mollahs and the merchant Moors took Tentang Nyai Gede Pinatih, lihat teks Hikayat possession of these places. Others had a way of Raden Paku dalam Antoine Cabaton, ―Raden Paku, fortifying the places where they lived, and they Sunan de Giri (Legende Musulmane Javanaise): Texte took people of their own who sailed in their Malais, Traduction Française et Notes‖. Revue de 8

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

Fase baru itu bermula dari sekitar Dengan kata lain, suara dan aspirasi ke- 4 abad 9-10 M. Yaitu masa ketika trayek Nusantara-an mulai mendapat tempat baru itu bertolak dari Semutra yang strategis dalam wacana keislaman yang didirikan Merah Silu, hingga menjadi otentik. Orang- orang Nusantara bukanlah terkenal sampai ke kota suci Mekah, dan manusia pasif yang bisa menerima apa masuk ke dalam nujuman dan perintah Nabi saja dari luar tanpa pengolahan dan Muhammad SAW. Untuk melaksanakan adaptasi. perintah pengislaman tersebut, sebuah Lihat saja teknik jenius teks Hikayat Syarif utusan dari Mekah dikirim. Utusan Pasai ini meracik posisi Semutra sebagai itu dikomandoi oleh Syekh Ismail. obyek nujuman Rasulullah SAW. tentang Sebelum tiba di Semutra, singgah dulu ke Nusantara di masa akan datang. Dari sana Mangiri untuk menjemput Raja kemudian dimunculkan sebutan ―Daru-s- Muhammad. Setelah Semutra dan Pasai, Salam‖. Sebutan terakhir ini menandai saat tetangga Semutra,5 masuk Islam, keduanya itu posisi strategis Semutra Pasai sebagai pun kemudian disebut dalam teks Hikayat ―an emerging important center of Islam‖, Pasai Daru-s-Salam sebagai . pusat penting Islam yang sedang menanjak, Teks ini menunjukkan dua hal secara keagamaan, kultural dan intelektual, sekaligus: pertama, inilah untuk pertama sejak abad 13. Kalau dunia ke-Nusantara- kalinya wilayah Nusantara diangkat sebagai an kita begitu mudah diakses orang-orang bagian dari pusat Islam. Ia bukanlah Arab dan bangsa Muslim lainnya di abad sesuatu yang marjinal atau pinggiran, 12-13, maka seketika itu pula lama- dalam proses Islamisasi antara abad 11- kelamaan Semutra Pasai sebagai Darul 12. Kalau disebut bagian dari pusat Islam, Islam akan tertarik dengan sendirinya ke itu berarti bagian dari otoritas keislaman itu jantung peradaban Islam di Mekah, Baghdad sendiri, bukan sesuatu yang menyimpang. maupun Kairo. Berikut saya akan bahas posisi l‟Histoire des Religions, vol. 54, 1906, hal. 395-7. strategis Nusantara kita secara intelektual 4 Menurut perhitungan al-Attas dalam Historical epistemologis.

Fact, raja pertama Samutra Pasai yang masuk Islam adalah Sultan Muhammad, sang faqir yang disebut Arafa Nafsa : Konstruksi dalam Hikayat Pasai. Penyebutan beliau sebagai “Man hu” keturunan Sayidina Abu Bakar ashi-Shiddiq oleh Epistemologis Islam Nusantara teks hikayat adalah untuk memberi legitimasi bagi Sementara putranya yang muda yang dibawa dari Ada pepatah populer dalam doktrin Mangiri adalah penerusnya. Dengan demikian, sufi Islam: ―Man arafa nafsahu faqad Sultan Malik ash-Shalih (wafat 696 H/1296) arafa rabbahu‖ (Barangsiapa tahu dirinya bukanlah raja Muslim pertama kerajaan itu. Referensi al-Attas adalah kajian sejarah oleh Habib benar-benar mengenal Tuhannya dengan Sayid Alawi bin Tahir bin Abdullah al-Haddad al- lebih baik). Arti dari ―nafsa‖ (diri) Hadlrami yang berjudul al-Madkhal ila Tarikhi-l- kemudian di alam semesta epistemologis Islam bi-sy-Syarqi-l-Aqsha (Jeddah: Alam al- Ma‘rifah, 1985). Nusantara umumnya didefinisikan sebagai 5 Semutra dan Pasai kemudian disebut sebagai satu ―subyektifitas keNusantaraan‖. Maka, kesatuan. Syekh Abdurra‘uf Singkel (wafat 1693) terjemahan kenusantaraan atas doktrin sufi misalnya menerjemahkan ungkapan ―bi lisani-l- Jawiyati-s-Samatraiyati‖ dengan ―dengan bahasa itu menyatakan sebagai berikut: Jawi yang dibangsakan kepada bahasa Pase‖. Lihat ―Barangsiapa tahu diri keNusantaraannya kitab beliau, Mir‟atu-t-Thullab (naskah British Library Or. 16035). maka ia benar-benar akan mengenal 9

Ahmad Baso

Tuhannya dengan lebih baik." Itulah yang niatnya untuk pergi belajar ke dipelajari Sunan Bonang dan Sunan Giri Mekah, Syekh Maulana Ishaq dari gurunya, Syekh Maulana Ishaq dari meminta tidak perlu ke sana, Malaka. Jika kita memiliki suara, sebaiknya mereka berdua kembali persepsi, atau kecerdasan untuk mengenal ke kampung halaman masing- Tuhan, maka subjektivitas kita harus masing. Karena sudah begitu alim, menjadi yang pertama dalam mempelajari maka mereka dianugerahi sisir dan Islam dan pengetahuannya. Itulah mengapa jubah. Sunan Giri diberi gelar Prabu Sunan Bonang dan Sunan Giri Satmata, sementara Sunan Bonang diperintahkan untuk kembali ke Jawa untuk dengan gelar Prabu Nyakrakusuma. menyelidiki dan mempertajam pengetahuan Lalu keduanya kembali ke Ampel mereka tentang subjektivitas Nusantaran, Denta berguru lagi.) seperti dituturkan teks Babad Tanah Jawi: Kisah hidup ini benar-benar Lare kalih wau nuntên sumêja ngaos menandakan bagaimana Wali Songo dhatêng Mêkah, lajêng sami mangkat, memberi kita pelajaran untuk mengakui kèndêl wontên ing Malaka, kêpanggih sumber daya intelektual kenusantaraan kalih Walilanang, sarta dipun guroni, kita dan kemudian membangunkan mereka antawis sataun laminipun, lajêng untuk mengembangkan lebih lanjut gudang badhe andumugèkakên kaniyatanipun pengetahuan kita sebaik mungkin. Syekh ngaos dhatêng Mêkah. Maulana Ishaq, putra Syekh Jumadil Kubro Nanging Sèh Walilanang botên yang makamnya ada di Tosora, Wajo, angrêmbagi, dipun purih mantuka Selatan, pertama-tama dhatêng ing nagarinipun piyambak, mengingatkan dua tokoh Wali Songo itu sarta sami dipun iring jungkat, kalih akan hakikat dirinya sebagai manusia rasukan jubah, Santri Giri dipun juluki Prabu Sètmata, Santri Bonang dipun Nusantara, orang Jawi: siapa mereka? apa jêjuluki Prabu Nyakrakusuma, anuntên yang ada di dalam pikiran mereka? apa sami mantuk dhatêng ing Ngampèl ekspresi batin mereka, imajinasi, persepsi Dênta malih.6 dan inteligensi mereka? Subyektivitas

inilah yang dicari Sunan Bonang ketika ia (Diceritakan bahwa Sunan Bonang kembali ke Ampel, kemudian menjadi ahli dan Sunan Giri akan berangkat dalam tasawuf atau pengetahuan mistik nyantri ke Mekah. mereka singgah Islam mazhab Imam al-Ghazali—meskipun dulu di Malaka, dipanggil oleh tidak mendapatkan dasar pembelajarannya Syekh Walilanang [Syekh Maulana di pusat studi Islam di Mekah. Ishaq, ayahanda Sunan Giri], Basis epistemologis pembentuk sekaligus keduanya berguru selama subjektivitas 7 ini juga diekspresikan oleh setahun. Ketika mereka mengungkap

7 6 Babad Tanah Djawi in proza: Javaansche Apa yang dimaksud subyektifitas itu? Berikut Geschiedenis Loopende tot het Jaar 1647 der penjelasan Prof. Naquib al-Attas, ahli kajian Javaansche Jaartelling met Aanteekeningen van J. J. sejarah dan peradaban Melayu: ―By „subjective‟ I Meinsma ('s Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1874), mean not the popular understanding of the word. vol. 1, p. 29-30. Dalam buku Moh. Erfan, Sedjarah The human soul is creative, by means of Kehidupan Sunan Giri (Gresik, 1959), Sunan Giri perception, imagination, and intelligence it disebut sempat menunaikan ibadah haji usai participates in the „creation‟ and interpretation of mendirikan pesantren di Giri. the worlds of sense and sensible experience, of 10

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 seorang penyair besar Melayu, Hamzah Hamzah Fansuri dikenal sebagai Fansuri, dengan menyelidiki hakikat diri seorang mistikus dan penyair kreatif yang kita: ―kenali dirimu hai anak alim‖. hebat. Pikiran briliannya membawanya ke Potongan syair dari penyair mistis Aceh mana pun ia pergi menemukan abad ke-16 ini menegaskan perihal pengetahuan esoterik dari berbagai aliran "menemukan diri sendiri" itu lebih konkrit pemikiran mistis di setiap negara Muslim. sebagai berikut: Tetapi pencariannya akan Kebenaran Kenal dirimu hai anak alim Supaya engkau Utama akhirnya membawanya ke nentiasa salim Dengan dirimu yogya kau qa‟im sarangnya di Nusantara, satu ―Baitul Itulah hakikat shalat dan shaim Ma'mur‖ yang terdiri dari kapur barus yang dibuat dari pohon Fansur atau Barus di Dirimu itu bernama khalil pantai barat Aceh. Ini adalah contoh yang Tiada bercerai dengan Rabbun Jalil sangat penting untuk menemukan diri sendiri: kembali ke asal-usulnya (irji'i ila Jika dapat ma‟na dirimu akan dalil Tiada ashliki), untuk mendapatkan dukungan berguna madzhab dan sabil untuk berdiri di atas kakinya sendiri, dan

kemudian menarik keluar yang terbaik Kullu man alaiha fanin, ayat min Rabbihi yang dia miliki untuk membuat dunia ini Menyatakan ma‟na irji‟i ila ashliki Akan insan yang beroleh tawfiqihi Supaya lebih baik. Itulah mengapa Hamzah Fansuri karam di dalam sirru sirrihi mengesankan dunia dengan puisi-puisinya yang melimpah. Karena ekspresi- ekspresi Situlah wujud sekalian fanun sufistiknya ditarik keluar dari sumber- Tanggallah engkau daripada mal wa-l banun sumber tanahnya sendiri, sementara pada Engkaulah ashiq terlalu junun saat yang sama ia memberdayakan Inna lillahi wa inna ilahi raji‟un kekayaan ajaran-ajaran Islam untuk dunia yang telah ia pelajari dari warga negara Hamzah gharib unggas Quddusi Akan sesama Nusantara. Jadi salah arah dan rumahnya Baitul M muri Kursinya sekalian a‟ kehilangan fokus kalau seseorang kapuri membahas puisinya di daerah sebatas Minal asyjari di negeri Fansuri… Kenali dirimu hai anak dagang Jadikan markab kontroversi pro-kontra paham Wujudiyah. tempat berulang Kemudi tinggal jangan kau Sebenarnya titik krusial untuk mencapai goyang Supaya dapat hampir kau pulang kebenaran utama bagi Hamzah Fansuri adalah kesatuannya dengan Tuhannya di (Dikutip dalam G.W.J. Drewes & F. Brakel satu sisi dan kesatuannya dengan asal (ed.), The Poems of Hamzah Fansuri, 72-4, keNusantaraannya di sisi lain. 112-3.) Itulah alasan mengapa Sunan Bonang dan Sunan Giri harus kembali ke Jawa untuk menemukan Kebenaran images, and of intelligible forms. „Subjective‟ here Tertinggi. Masalahnya bagi mereka pada is something not opposed to what is objective, but complementary to it.‖ tingkat epistemologis adalah bagaimana Syed Muhammad Naquib al-Attas, in his membangun visi tentang realitas keJawian Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the berdasarkan fondasi ontologis dari Worldview of Islam (Kuala Lumpur: UTM Press, keesaan Tuhan dan kesatuan 2014), hal. 3. 11

Ahmad Baso kenusantaraan dalam satu tubuh dan satu ―angajawi‖. Di atas sudah saya kutip dari jiwa. Titik tolaknya adalah membangun teks Babad Tanah Jawi cerita seorang sebuah badan pengetahuan (body of darwis, seorang ahli tasawuf atau peniti knowledge) yang didasarkan pada dua jalan kesufian, berasal dari kata Persia, dari sumber pengetahuan, jiwa (nafs) dan akal negeri Arab-Persia yang datang ke (aql), yang mampu menyelidiki sifat Nusantara, menuntut ilmu dan mondok di peradaban Nusantara dan manusia- Ampel Denta, ke ayahanda Sunan Bonang, manusianya. Konsep dua sumber Sunan Ampel]. Setelah itu beliau pengetahuan ini sejalan dengan dasar mengembara di Tanah Jawa, hingga ontologis Nusantara yang terdiri dari dua akhirnya wafat di Pemalang, Jawa Tengah dunia, ―kang nyata‖ (faktual dan fisik) dan kini. Keseluruhan proses menuntut ilmu ke ―kang samar‖ (tersembunyi dan spiritual), Nusantara itu disebut ―angajawi‖, ber- seperti yang diisyaratkan Babad Giyanti.8 Nusantara atau me-Nusantara. Yang pertama dimaksudkan untuk Tema serupa juga muncul dalam melihat dan menyelidiki hal-hal yang naskah kropak Babad Sasak. Naskah (eksperimental, hissi, tajribi), sensual lontar ini berkode K. 15/P koleksi Pusat aqli, burhani rasional ( ), dan hal-hal yang Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi waqi'i telah terjadi ( ), sementara yang di Denpasar. Naskah beraksara Bali kedua adalah untuk menangkap sifat bahasa Jawa bercampur kata-kata bahasa spiritual (supernatural), untuk menyelidiki Bali ini terdiri dari 307 lampir atau lembar manusia psikis (nafsi, bathini) dan hal-hal bolak-balik, milik Gusti Putu Djelantik yang tidak terlihat (gaib) atau hal-hal yang Singaraja.9 Isinya berbicara tentang sejarah belum terjadi (prediksi masa depan). (Soal Nabi Adam hingga raja-raja Lombok, juga ini sudah saya bahas dalam Ahmad Baso, tentang pengislaman negeri bawah Angin The Intellectual Origins of Islam Nusantara hingga ke Bali, Lombok dan Sumbawa. (Pustaka Afid, 2017) Perhatian tertuju pada peran Sunan Giri

“Angajawi”: Globalisasi Islam min ke-2, Sunan Giri Dalem, dan putranya, Nusantara, Islam dari Nusantara Sunan Giri Prapen. Pada lempir atau lembaran 137a disebut para penyebar Islam Di dalam mathba‟ah dimasukkan dia Supaya berhamburan seluruh dunia 9 --- Syair Perjalanan Sultan Lingga Gusti Putu Jelantik atau Anak Agung Putu Jelantik (wafat 1944) merupakan generasi ke-6 dari pendiri (1894). kerajaan Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti (1599-1680) dan raja ke-7 Kerajaan Buleleng. Beliau memerintah pada waktu Buleleng baru dijajah Kompeni Belanda. Dia juga yang membangun Puri Di sini saya akan berbicara tentang Agung/Puri Gede di kota Singaraja pada 1920-an. globalisasi Islam Nusantara, ―Islam min Dia memerintah dari tahun 1929-1944. Pada tahun 1929, I Gusti Putu Djlantik, putra I Gusti Ngurah Nusantara‖, dari instrumen konseptual Ketut Djelantik (diasingkan karena menentang kekuasaan Belanda di Bali), diangkat Pemerintah

8 Belanda menjadi bupati Buleleng, kemudian pada ―Nyênyunari niskara sèsining bumi; kang nyata lan tahun 1938 diangkat menjadi Raja Buleleng. Anak kang samar‖ ([Ide Jawi] memancar di atas bumi Agung Putu Djlantik bersama dengan Belanda seperti matahari, menerangi semua yang ada di mendirikan Perpustakaan Lontar Gedung Kirtya di dunia, baik yang nyata dan fisik maupun yang bagian depan halaman puri pada Juni 1928. Lihat tersembunyi dan spiritual [ghaib]). Yosodipuro I, https://www.wikitree.com/wiki/Jelantik-1 (diakses 7 Babad Giyanti, jilid 1, hal. 1. Juli 2018). 12

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 ke Nusantara itu ―pan punika, wiwitane Mekkah dan Madinah), terus dibawa oleh wang ajawi, milane gami Slam‖ (inilah para pedagang, para pencari pengetahuan generasi pertama yang menjadi Jawi yang dan peziarah tempat-tempat suci di menyebarkan dan mengajarkan agama Arabia.10 Islam) Argumen angajawi ini sangat Apa artinya kata angajawi atau ajawi berbeda dengan posisi Azyumardi Azra, itu? ―Ajawi” atau “angajawi‖ bisa berarti Michael Laffan, P.G. Riddel dan Eric datang ke Jawa atau menjadi Jawa. Jawi di Tagliocozzo 11—untuk menyebut beberapa sini bisa juga berarti menjadi Nusantara, nama penulis baru- baru ini—yang ber-Nusantara. Yang terakhir ini lebih mengajukan gagasan ―jaringan ulama‖ pas, seperti dijelaskan di atas. Makna ajawi dimana transmisi pengetahuan Islam (atau atau ngajawi ini menunjukkan bahwa apa yang disebut ―renewalisme dan proses awal kedatangan agama Islam di reformisme‖) mengalir secara sepihak dari Nusantara atau proses terbentuknya wacana para ulama al-Haramain kepada pelajar keilmu-keagamaan Islam Nusantara itu Indonesia mereka. Di tangan mereka, baru muncul ketika ada proses angajawi, identitas keJawian tampil subjek yang pasif, yaitu transformasi kesejatian seseorang tidak kreatif, dan terpinggirkan, serta tidak menyatu atau menjadi bagian dari ke- memiliki kehendak bebas dan keberanian Nusantara-an ini. Dengan kata lain, 10 terbentuknya tradisi-tradisi berperadaban Misalnya kiprah seorang ulama Bogor yang menjadi guru di Masjidil Haram. Yaitu Syekh Islam Nusantara dimulai dari proses Mukhtar Atharid al-Bughuri (wafat 1930). Disebut transformasi para Waliyullah penyebar dalam buku biografi ulama abad 14 H berjudul Islam ini ber- ―ajawi”. Natsru al- Jawahir wa-d-Durar fi Ulama al-Qarn ar-Rabi Asyar, bahwa Syaikh Mukhtar Atharid al- Nah, tema angajawi ini Bughuri (asal Bogor) dilantik dan dikukuhkan oleh para ulama Makah sebagai pengajar (mudarris), memperkaya diskusi kita tentang makna ahli hadits (muhaddits), dan bahkan guru besar ―Islam min Nusantara‖, seperti dibahas di (syaikh) di Masjidil Haram di Makah. Beliau mengajar atas, yakni soal pergerakan ide-ide dan kelas para pelajar senior dan ulama-ulama dari berbagai penjuru dunia. Santri-santrinya berjumlah pengetahuan dari Nusantara ke dunia luar. sekitar 400 orang. Mengajar usai Shalat Maghrib dan Persisnya, pergerakan pengetahuan dan ide- Shalat Isya. Sementara di rumahnya mengajar di pagi hari ilmu nahwu dan sharaf. Demikian pula sesudah ide dalam lingkup dunia Islam, dengan Shalat Ashar mengajar Kitab Ihya Ulumuddin. Juga mengamati peran guru-ulama Nusantara mengajar ilmu falak. Pada setiap malam Jumat dan murid- murid mereka dari berbagai beliau menggelar acara kendurenan yang dihadiri banyak orang. Dimulai dengan zikir bersama dan bangsa. Dari peran mereka ini kita bisa doa bersama, lalu ditutup dengan makan-makan tahu dinamika arus dan aliran berita, bersama. Lihat Dr. Yusuf al-Mar‘atsli, Natsru al- informasi dan pengetahuan bergerak di Jawahir wa-d-Durar fi Ulama al-Qarn ar-Rabi Asyar (Beirut, 2013), hal. 1475-6. sekitar Samudera Hindia, dari Nusantara 11 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah ke dunia Islam. Sejak awal abad 17 para dan Kepulauan Nusantara Abad ke XVII dan XVIII (Jakarta: Kencana-Prenada, 2013); Michael F. Laffan, guru dan ulama Indonesia dan murid- Islamic Nationhood and Colonial Indonesia: The murid mereka dari banyak negara, Umma below the Winds (London: Routledge, 2003); menggerakkan lalu-lintas berita, informasi, Peter G. Riddell, Islam and the Malay-Indonesian World: Transmission and Responses (Honolulu: dan pengetahuan yang mengalir di University of Hawai‘i Press, 2001); Eric Tagliocozzo, sepanjang rute Samudra Hindia dari Southeast Asia and the Middle East: Islam, Nusantara ke Tanah Suci (al-Haramain, Movement, and the Longue Durée (Stanford, Calif.: Stanford University Press, 2009) 13

Ahmad Baso yang kuat untuk membentuk makna religius dan intelektual antara dunia globalisasi Islam kepada umat manusia. Nusantara dan Muslim Timur Tengah, tetapi juga perkembangan kontemporer ide- Sebaliknya, dalam konsep ide Jawi di dunia Muslim. angajawi ini, identitas Jawi menyajikan Islam sebagai komponen aktif kehidupan Artinya, angajawi menandakan beragama bangsa Indonesia, memberi jaringan yang rumit dari kapal-kapal pengaruh yang kuat dalam pikiran, Nusantara yang menyalurkan aliran perasaan dan aspirasi masyarakat, kehidupan yang memeriahkan seluruh sementara pada saat yang sama Aswaja penduduk Muslim, sementara detak merupakan salah satu contoh terbaik elan jantung intelektual kita memberikan irama vital agama dalam mendemonstrasikan pada aliran ini selaras dengan dinamika kedinamisan dan potensi peradaban ―tubuh‖ dunia Muslim itu. Dengan cara Indonesia, memberi mereka kekuatan dan yang sama, Jawi membawa orang-orang ketahanan untuk membangun dunia secara dan ide-ide, lalu mendistribusikannya ke lebih baru dalam kebebasan, martabat dan seluruh bagian dunia dan menanamkan keamanan. Ini misalnya yang ditegaskan kehidupan ke dalamnya. Menjadi ―Jawi‖ satu naskah Bugis, Lontarak Sukku‟na berarti mengartikulasikan hubungan antara Wajo: ―Napedeq marowana agamae ri identitas manusia, yang berfungsi sebagai Wajo, mencengtoni tunutedongna to Wajo jendela atau perangkat untuk pencerahan, (Semakin berkembang agama Islam di membiarkan interior Nusantara dipenuhi Wajo, berkembang pula kejayaan orang- cahaya dan memberi mereka informasi dan orang Wajo). (Dikutip dari Husnul Fahimah ide-ide di luar Nusantara tentang apa yang Ilyas, ―Lontaraq Suqkuna Wajo: Telaah terjadi di dalam dan di luar juga. Ini jelas Ulang Awal Islamisasi di Wajo‖. Tesis MA, menandakan sebuah pengetahuan bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 (tidak yang akan diakui oleh para peserta dari diterbitkan), 188.). negara dan bangsa manapun sebagai bagian dari budaya manusiawi global. Jadi, konsep angajawi berfungsi sebagai kerangka strategis untuk Di sini saya akan mempelajari transmisi ide dan pengetahuan mengilustrasikan garis-garis besar atau yang berasal dari ulama "ahlu-l-Jawi" untuk lapisan-lapisan tradisi intelektual yang sesama Muslim, di dunia Arab khususnya memperkuat cita-cita inti angajawi ini: dan segenap umat manusia. Kutipan dari Pertama-tama, angajawi melibatkan Babad Tanah Jawi di atas tentang cerita penggunaan bahasa Jawi (yakni bahasa seorang darwis yang angajawi di Ampel Melayu sebagai bahasa kosmopolitanisme Denta menunjukkan posisi strategis yang Nusantara) oleh orang-orang non-Jawi dimiliki pesantren Kanjeng Sunan Ampel seolah- olah itu adalah bahasa kedua itu sebagai pusat pembelajaran dan studi mereka. Bahasa Jawi terdiri atas sebagian Islam di Nusantara abad ke-15 yang besar bahasa Melayu bersama dengan menarik banyak orang, bahkan dari negara- kata-kata pinjaman terpadu dari Arab- negara Arab-Persia, untuk belajar di sana. Persia dan beragam bahasa Nusantara. Ini satu contoh tradisi intelektual di Salah seorang sarjana Belanda awal abad kalangan umat Islam yang membantu ke-18, G.H. Werndly, menunjukkan posisi menerangi tidak hanya sifat hubungan ―bahasa jawi‖ atau ―bahasa bawah angin

14

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

(Nusantara)‖ yang telah digunakan dalam Jawi dalam koleksi biografi ulama sufi abad perdagangan dunia selama masa ke-15 di Yaman, dalam bukunya, pemerintahan kesultanan Malaka pada abad Thabaqatu-l- Khawwash: (Kutipan dari ke-15. Bahasa itu disebut sebagai salah satu manuskrip bertarikh 1070 H dari King ―bahasa dunia yang berbudaya, seperti Saud University Riyadh, halaman 214r. bahasa Latin di Eropa‖. (G.H. Werndly: Edisi cetak: Ahmad asy-Syarji az-Zabidi, 1736. hal. xxxvii.) Francois Valentijn, Thabaqatu-l-Khawwash: Ahlu-sh-Shidq wa- penulis Belanda ternama lainnya dari abad l-Ikhlas (Beirut: ad-Dâr ai- Yamaniyya, ke-18, juga memberi penghormatan pada 1987), 341.) fakta yang sama ini ketika dia menulis Abu Abdullah Mas'ud ibn Abdullah [with sekitar tahun 1725 bahwa bahasa Melayu red ink] al-Jawi bil-jim wa aksril waw, dapat dipahami dari Persia sampai ke kana-l madzkur syaikhan kabiran Filipina. (F. Valentijn:1724-1726, 310.). msyhuran bi madinah Adn wa nawahiha, wahuwa min kibari ashhabi Keakraban dengan bahasa Jawi di asy- syekh wal-faqih ahli Uwajah. wa kalangan umat Islam dari berbagai bangsa kana lahu shahbuhu minal faqih al- itu jelas membawa popularitas dunia kabir Ismail al-Hadlrami wantafa'a bil Nusantara itu ke jantung dunia Islam, jami wa syamilathu barakatu anfasihim karena negeri itu ―akan menghasilkan wa kana shahibu khuluqin wa tarbiyatin banyak Waliyullah‖, seperti dikabarkan intafa'a bihi jama'atun minal akabiri teks Hikayat Raja-raja Pasai seperti kasysyekh Abdullah ibn As'ad al-Yafi'i. dikutip di atas. Ramalan Rasulullah SAW. wa ghairihi. Wadzakarahu Syekh al- dalam teks Melayu itu adalah sebuah potret Yafi'i fi tarikhihi wa atsna alaihi alami tentang peta pergerakan ide-ide katsiran. Wa qala fi haqqihi: Syaikhuna kenusantaraan dan sirkulasinya di sekitar al-madzkur al-wali al-masyhur, dzul- anfas ash-shadiqah wal-karamat al- pusat-pusat peradaban yang membentang khariqah wal-mawahib as-saniyyah wal- dari negeri Arab hingga ke timur, India maqamat al-jaliyyah. ke Cina. Hikayat Pasai juga sudah mengenal dunia kosmopolitan Mangiri di Abu Abdullah Mas‘ud bin India tengah abad 10-11 dimana jaringan Muhammad al-Jawi, ditulis dengan global kaum Alawiyyin dominan (Soal ini jim and kasr huruf waw, pernah akan dibahas dalam Ahmad Baso, Jaringan dikenal sebagai seorang syekh yang Ulama-Wali Songo: Islam Nusantara jilid 3 hebat dan terkenal di kota Aden [di (akan terbit). Yaman] dan daerah sekitarnya. Dia Keakraban dengan dunia Jawi itu adalah salah satu sahabat dekat mengantarkan ide kenusantaraan hadir seorang syekh dan ahli hukum dari dalam berbagai diskusi keagamaan dan Uwaja [juga di Yaman]. Dia adalah kebudayaan di berbagai negeri dunia seorang kolega dari ahli hukum Islam. Itu ditandai dari identifikasi dengan besar Ismâ'îl al-Hadramï, yang identitas Jawi, termasuk ide dan diuntungkan semua dan yang serban budayanya. Hubungan ini disebut identitas adalah berkah bagi jiwa mereka. Dia nisbah (hubungan relasional). Shihabuddin [al-Jawi itu] adalah seorang ahli Ahmad asy-Syarji az-Zabidi (wafat sekitar watak dan pengasuhan, yang 1487), misalnya, menyebut satu nisbah darinya banyak sekali orang-orang

15

Ahmad Baso

hebat diuntungkan, termasuk Syekh Penulis biografi Syekh Abu Abdullah Abdullah bin As'ad al-Yafï'ī dan Mas'ud, dari al-Yafi‘i hingga Ahmad az- lainnya. Syekh al-Yafi'i Zabidi, adalah salah satu dari orang-orang menyebutkan beliau dalam sejarahnya semacam itu yang menjadikan guru sufi itu dan sangat memujinya, dengan dapat dikenal di sepanjang zaman. mengatakan bahwa dia mengakui Konsekuensinya, pada lapisan bahwa syekh [al-Jawi] tersebut berikut dari angajawi ini, adalah al-Jawi adalah seorang waliyullah yang sebagai aliran pemikiran yang khas. Ini terkenal, punya nafas kebenaran dan ditandai dari adanya ungkapan "ibarah karamah, serta talenta yang luhur dan Jawi" (pemikiran keNusantaraan) yang pembawaaan yang mulia. diberikan oleh penulis Arab. Misalnya, Syekh Abu Abdullah Mas'ud bin dalam naskah LOr 5691 (17)/Ms KBG 101 Abdullah al-Jawi juga disebut oleh Syekh / PNRI, tahun 1186 H., hal. 183-90, Yusuf an- Nabhani, seorang ulama Suriah berisi penjelasan tentang kalimat tauhid abad kesembilan belas, dalam bukunya La ilaha illallah. Penulis teks, yang terkenal, Jami 'Karamati-l-Awliya; Abdusysyakur Ali as-Sami ', mungkin oleh Hamka dalam bukunya, Tasawuf, murid Syekh Ibrahim al-Kurani (w. 1690, Perkembangan dan Pemurniannya (1976), salah satu ulama jaringan al-Haramain abad dan oleh Hawash Abdullah dalam ketujuh belas yang terkenal), menulis bukunya Perkembangan Ilmu Tasawuf ―ziyadatan min ibarat al-mutaqaddimin min dan Tokoh-tokohnya di Nusantara (1980). ahli-l-Jawi‖ (sebagai suplemen dari Tapi, tetap saja, tidak ada bukti lebih pemikiran generasi awal penulis Jawi). lanjut mengenai identitas ulama al-Jawi (Petrus Voorhoeve:1980 461- 2) Pada ini. Tetapi mengingat nisbah atau masa berikutnya, salah satu penulis besar sebutannya, ia memiliki setidaknya Arab abad kedua puluh, Abbas Mahmud beberapa hubungan dengan identitas Jawi al- Aqqad (w. 1964), dalam bukunya, al- atau angajawi ini. Mar'ah fi-l-Quran (1960), merujuk pada Kontribusi signifikan dari ulama penulis terkenal, Syekh Nawawi al- identifikasi keJawian dari para ulama ini Banteni al-Jawi (w. 1897), dalam tafsirnya, Marah Labid (at-Tafsir al-Munir), dan terletak pada peran mereka sebagai "konektor", yaitu orang-orang dengan menyapa beliau ―asy-Syekh al-Jawi‖. (Abbas Mahmud al-Aqqad: 2013, 125). Pada tingkat kompetensi khusus untuk membawa dunia bersama-sama dan berkumpul, sambil ini, "ibarah Jawi" juga termasuk promosi "kitab Jawi", yaitu buku-buku yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Jawi. Mereka membantu menyebarluaskan digunakan dalam studi agama yang ditulis gagasan Jawi atau sepotong ide atau berita oleh para ulama Jawi dalam bahasa Arab yang terkait Jawi. Karena mereka memiliki maupun bahasa-bahasa Nusantara. Promosi lingkaran yang luas tentang kenalan dan tersebut termasuk penetrasi yang dicapai murid seperti Syekh Abu Abdullah Mas'ud melalui perbanyakan teks di media cetak. di atas. Pentingnya posisi mereka itu Buku-buku tersebut terdiri dari kompendia hukum, panduan untuk doa dan ditandai dari fungsi mereka dalam mengenal ritual, panduan populer untuk dogma dan dan menghimpun lebih dari sekadar jumlah orang yang mereka kenal selama hayatnya. pilar-pilar Islam, teks untuk penggunaan

16

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 devosional, instruksi dalam pembacaan Ada lagi satu lapisan epistemik Alquran, literatur Islam populer tentang angajawi yang diperluas dari yang tema heroik dan romantis juga. sebelumnya: yakni menjadi satu dalam Produktivitas cetak buku-buku Jawi belum 'ilm, dalam jaringan pengetahuan Islam, pernah terjadi sebelumnya. Pada dekade yaitu dalam hubungan guru Jawi dan terakhir abad kesembilan belas, Alquran murid-murid mereka dalam satu lingkaran litograf, intisari hukum, tafsir dan jaringan intelektual. Sajarah Rante- sejenisnya dalam bahasa Melayu, Jawa dan rante dan versi Melayunya, Hikajat bahasa Nusantara lainnya sduah dicetak di Hasanuddin, dari sekitar abad ke-17 bersaksi Bombay (kini Mumbai, India), Singapura, untuk posisi itu. Karena pesantren Sunan Mekkah, Kairo dan Istanbul. Beberapa buku Ampel seperti disebutkan di atas menjadi Melayu-Jawa oleh Syekh Abdushshamad al- populer, Nabi Muhammad SAW. hadir Palimbani (w. 1832), Syekh Arsyad al- dalam mimpi Syekh Nurullah (saat itu Banjari (w. 1812), dan Syekh Muhammad Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Saleh Darat Semarang (w. 1903) dalam Songo terkenal) untuk mengembara ke studi Islam, untuk beberapa nama, dicetak Nusantara, dan menuntut ilmu ke Pasai dan di Bombay, Kairo dan Singapura. Buku- di Jawa, di Ampel (Hikajat Hasanoeddin buku dan kitab ini bergerak antara dunia (ed. Jan Edel) (Meppel: B. Ten Brink, 1938), Arab dan seluruh Nusantara dengan kapal 141): layar pedagang atau haji musiman, dan Isun Nabi Muhammad lan sira anak putu melewati jaringan informal yang nisun, lungaa sira ing Desa Pase, ana menghubungkan para guru Muslim dan ingkana sawiji saking umat isun, arane pusat pembelajaran global. Karya-karya Datu Bahrul, lan angembil sira saking seperti itu membawa efek penyebaran ide- ilmune, darapon wuwuh ing sira, lan ide kenusantaraan begitu cepat akibat saking Pase sira maringa Jawa, ingkana revolusi percetakan sangat fenomenal. Hal ana umat isun, minangka rowang ing sira ini mendorong umat Islam dari berbagai anyalini agama kalawan agama Islam, negara menuju pemahaman Islam Indonesia ingkana sira mukima. yang lebih baik tentang syariat dan ajaran ―Maka pada suatu malam [di Kairo] Islam lainnya. (Lihat katalog buku-buku dan hamba pun [Syekh Nurullah, Sunan kitab Jawi yang dicetak di Kairo pada 1929 Gunung Jati] bermimpi bertemu oleh penerbit Mushthafa al- Babi al-Halabi kepada Rasulullah [shallallahualaihi- dari tahun 1880an, Fihrist Kutub Daru wasallam], serta dipegangnya kepala Ihyai-l Kutub al-Arabiyah (Kairo, 1929). hamba, maka hambapun bertanya Untuk yang dicetak di India dan kepadanya: ―Siapakah tuan ini?‖Maka Sungapura, lihat Ian Proudfoot, ―A kata Nabi: ―Ya aku ini Nabi Nineteenth Century Malay Bookseller‘s Muhammad, Rasulullah. Karena Catalogue‖. Kekal Abadi, vol 6, no. 4, engkau ini anak cucuku jua, dan Desember 1987, hal. 1-11; dan, ―Malay pergilah engkau di negeri Pase Books printed in Bombay: A Report on [Pasai], karena di sanalah ada seorang Sources for Historical Bibliography‖. Kekal umatku bernama Datu‘ Bahrul, dan Abadi, vol. 13, no. 3, September 1994, bergurulah engkau kepadanya, 1-20.) supaya bertambah-tambah kiranya ilmu kamu. Dan dari Pase engkau

17

Ahmad Baso

melintas pergi ke tanah Jawa dan di seseorang harus datang ke Malaka, sanalah ada lagi seorang umatku [di kemudian ke Pasai. Dari Pasai itulah kitab Ampel] yang akan menjadi kawanmu tersebut bisa dipahami dan diterjemahkan menyalin [memindahkan] pada dengan baik. Kisah ini menunjukkan adanya agama orang di Jawa itu kepada pengakuan dari ulama-ulama Timur agama Islam, di sanalah engkau Tengah terhadap keilmuan ulama mukimkan ...‖ Nusantara tentang bagaimana cara mereka Dalam Sejarah Melayu dikisahkan mengaji kitab-kitab berbahasa Arab. Sejak itu para ulama kita menjadi guru-guru bahwa dulu ada seorang ulama dari Timur 13 Tengah yang mengarang kitab tasawuf hebat di Mekah. berjudul ad-Durru-l-Manzhum (konon itu Penutup: Kesatuan KeIslaman dan Ke disebut karya mistik-tasawuf Imam al- Nusantaraan 12 Ghazali). Namun untuk memahaminya, Dari sini dapat simpulkan bahwa kesatuan keIslaman dan kenusantaraan 12 Kitab ad-Durru-l-Manzhum sudah dikenal di (disingkat Islam Nusantara) adalah hasil lingkungan ulama Islam Nusantara. Ada satu konstruksi dua lapis para ulama kita. naskahnya tersimpan dalam Perpustakaan Nasional Pertama, ada pengakuan akan jasa para RI (PNRI) di Jakarta, dengan kode A. 855, dengan judul ad- Durru-l-Manzhum fi Bayani-s-Sirri-l- keluarga ahlul bait keturunan Rasulullah Maktum. Teks dalam bentuk qashidah ini mengandung isi ―tahqiq ma‟na mabahitsi-l-af‟al, isinya tentang berbagai ilmu klenik seperti sihir mabahitsi-sh-shifat, al-wujud wa asrarihi wa ma dan jampi-jampi. Padahal naskah yang ada di yata‟allaqu bihi‖ (membahas masalah-masalah PNRI Jakarta adalah naskah yang berbicara af‘al, sifat, soal Wujud dan rahasianya). Teks tentang sifat- sifat dan af‘al Allah subhanahu dari Palembang abad 18 ini diberi terjemahan wataala, seperti yang disebut juga dalam Sejarah antar baris dalam bahasa Melayu aksara Jawi. Lihat Melayu. Ph. S. van Ronkel, Supplement to the Catalogue of Kitab ini juga dikenal dengan nama ―Khatamu-l- the Arabic manuscripts preserved in the Museum Ghazali‖, cincin al-Ghazali atau penutup kitab- of the Batavia Society of Arts and Sciences kitab al- Ghazali. Kemudian disyarah oleh ath- (Batavia: Albrecht, 1913), hal. 494-5; dan, G.W.J. Thulaithili dengan judul Mustawjibatu-l-Mahamid Drewes, Directions for Travellers on the Mystic fi Syarhi Khatami Abi Hamid. Penilaian Haji Path: Zakariyya al-Anshari„s Kitab Fath al- Khalifah ini tidak dibahas oleh Badawi dalam Rahman and its Indonesian Adaptations (The Muallafatu-l-Ghazali. Hague: Martinus Nijhoff, 1977), hal. 204. 13 Sejarah Melayu, hal. 168-9. Disebutkan dalam Sementara Abdurrahman Badawi meragukan Sajarah Melayu, seorang ulama Mekah mengarang identitas kitab ini sebagai karya Imam al-Ghazali. satu kitab ilmu tasawuf berjudul ad-Durrul- Lihat Abdurrahman Badawi, Muallafatu-l- Manzhum tentang Dzat, Sifat dan Af‘al Allah Ghazali (Kuwait: Wakalah al-Mathbu‘ah, 1977), subhanahu wata‘ala, namun teks Sejarah Melayu cet. 2, hal. 361. Sedangkan Haji Khalifah sendiri, tidak menjelaskan apa isi kitab yang ditulis-kembali di lain pihak, dalam kitabnya yang terkenal, Kasyfu- oleh Syekh Abu Ishak (dari murid-murid Imam al- zh-Zunun, menyebut itu karya al-Ghazali. Lihat Ghazali). Maulana Abu Bakar, murid sang syekh, Kasyfu-zh-Zunun (Beirut: Daru Ihya at-Turats al- disuruh ke Malaka untuk mengajarkannya kepada Arabi, t.t.), jilid 1, hal. 735. Sultan Mansur Syah. ―Dan kitab Durrul Manzhum Beberapa penilaian Badawi soal kitab-kitab al- disuruh baginda arak lalu ke balairung. ... maka oleh Ghazali ini kerap meleset. Seperti soal kitab Sultan masalah itu [dalam kitab] disuruh artikan ke Ma‟ariju-l- Quds diragukan oleh Badawi sebagai Pasai pada machdum [guru] Patakan, maka oleh karya al-Ghazali. Sementara Sulaiman Dunya, machdum Patakan Durrul Manzhum itu diartikannya. koleganya di Kairo, Mesir, dalam bukunya, al- Telah sudah maka dihantarkannya kembali ke Haqiqah fi Nazhri-l-Ghazali, menganggap teks Malaka; maka terlalu suka cita Sultan Mansur Syah esoteris (bathini) tentang ilmu tasawuf itu melihat Durrul Manzhum itu sudah bermakna; maka merupakan karya al-Ghazali. Selain itu, Badawi makna Durrul Manzhum itu ditunjukkan baginda menghubungkan isi ad-Durru-l-Manzhum ini pada maulana Abu Bakar serta dipujinya tuan Patakan dengan isi naskah serupa di tempat lain yang itu.‖ 18

MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

SAW., terutama para ulama sayid atau Apa isi rahasia dapur mereka itu? Ya, keturunan Sayidina al-Husain bin Abi keislaman, kenusantaraan, perpaduan dua Thalib dalam pengislaman Nusantara. jenius itu, seperti saya tulis dalam buku Kedua, ada juga pengakuan bahwa kita juga Islam Nusantara, jilid 1. Kreatifitas bisa bersuara dan berkontribusi positif kebahasaan dan kesastraan orang Jawi bagi proses pengislaman itu, dengan adalah begitu tinggi. Keragaman bahasa, mengangkat suara- suara ―kekitaan‖ kita. ekspresi budaya dan cara berkomunikasi Di satu sisi ada pengakuan bahwa serta strategi berinteraksi satu sama lain, keberislaman orang Nusantara adalah demikian kaya dan kompleks. Kata al- berkat jasa para ulama Wali Songo Attas kekayaan bahasa Nusantara itu keturunan Rasulullah SAW., namun di sisi seperti bahasa Melayu sebanding dengan lain, mereka juga bernegosiasi bagaimana kekayaan bahasa Arab. Bahasa Arab suara-suara kenusantaraan kita juga seperti halnya bahasa Nusantara, adalah terangkat. Strategi dua lapis itu kemudian sebuah bahasa jenius yang dijadikan dituangkan dalam teks-teks Islam kendaraan oleh Alquran untuk Nusantara untuk menggambarkan kesatuan menyampaikan pesan-pesan Ketuhanan dan keislaman dan kenusantaraan itu. Prof. peradaban untuk umat manusia.37 Nah Syed Muhammad Naquib al-Attas dari demikian pula perpaduan keislaman dan Malaysia beberapa puluh tahun lalu kenusantaraan itu. (Perpaduan keislaman menulis dalam bukunya, Islam dalam dan kenusantaraan itu sudah saya jelaskan Sejarah dan Kebudayaan Melayu (1972): dalam Islam Nusantara, jilid 1; lebih ―Sesungguhnya merupakan kewajiban jika lengkap lagi dalam Islam Nusantara, jilid 2 ciri-ciri asal-usul Islam di sini [di (akan terbit).) Perpaduan itu ditandaskan Nusantara] dicari dari bahan-bahan dan misalnya oleh Sultan Manshur Syah, raja kenyataan-kenyataan ‗dalam‘, dan tulisan Malaka 1459- 1477, dalam suratnya kepada serta bahasa dan kesusasteraan yang benar- Raja Ryukyu (Okinawa, Japan) tertanggal 1 benar merupakan ciri-ciri yang sah bagi September 1468: memutuskan perkara ini [soal kesatuan We have learned that to master the blue keislaman dan kenusantaraan kita].‖ (Syed oceans people must engage in Muhammad Naquib al-Attas, Islam dalam commerce and trade if their countries Sejarah dan Kebudayaan Melayu (Bandung: are barren. ... All the lands within the Mizan, 1990 [1972]), cet. 4, 53) seas are united in one body, and all the Ini adalah pernyataan sederhana living things are being nurtured in love. namun tegas. Anda mau tahu isi kepala Life has never been so affluent in 14 orang Indonesia kok bisa bersatu? Mau tahu preceding generations as it is today. rahasia dapur mereka hingga suka berjejaring di antara pulau-pulau, 14 Atsushi Kobata & Mitsugo Matsuda, Ryukyuan berkumpul dan berhimpun dari satu daerah Relations with Korea and South Sea Countries di Aceh hingga ke wilayah perairan Maluku (Kyoto, 1969), hal. 111. Sayangnya, surat Raja Malaka ini naskah aslinya sudah hilang. Yang dan Papua? Ya, bacalah naskah-naskah tersimpan dalam arsip peninggalan Kerajaan Ryukyu mereka yang diolah dari kerja-kerja (di Okinawa, Jepang, kini) dan di arsip Cina di Beijing adalah versi terjemahan dalam bahasa Cina kebahasaan dan kreatifitas kesastraan lama atas surat berbahasa Melayu itu. Ungkapan mereka. Lalu, Anda pun akan bertanya lagi: serupa muncul dalam Babad Cerbon (naskah Br 75/PNRI): ―seger maning manah iki‖ 19

Ahmad Baso

(Kami belajar dan memahami Fundamental Elements of the bahwa untuk menguasai lautan luas Worldview of Islam (Kuala Lumpur: ini orang-orang harus aktif UTM Press, 2014). berdagang (atau terlibat dalam , Islam dalam Sejarah dan perdagangan), kalau negeri mereka Kebudayaan Melayu (Bandung: serba kekurangan atau mandul. Mizan, 1990 [1972]).Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama: Timur Semua tanah di lautan ini (atau Tengah dan Kepulauan Nusantara Nusantara) disatukan dalam satu Abad ke XVII dan XVIII(Jakarta: wujud, satu badan; segenap umat Kencana-Prenada, 2013). manusia di dalamnya terpelihara Babad Giyanti anggitanipun Radèn Ngabèi dalam cinta . Hidup itu tidak pernah Yasadipura I ing Surakarta (Batawi sebegitu makmur dalam generasi- Sèntrêm: Bale Pustaka, 1937-1939), generasi sebelumnya seperti hari ini.) 21 vols. Ya, benar, kesatuan badan dan jiwa, Babad Lombok (ed. Lalu Wacana) (Jakarta: kesatuan badan kenusantaraan dan jiwa Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah keislaman. ―The unity of body politic or Departemen Pendidikan dan the body of the nation which is later to be Kebudayaan, 1979). called „wawasan ke-Nusantara-an‟ and „the Babad Tanah Djawi in proza: Javaansche nation‟s personality and character‟‖, Geschiedenis Loopende tot het Jaar demikian yang saya tulis dalam The 1647 der Javaansche Jaartelling met Intellectual Origins of Islam Nusantara Aanteekeningen van J. J. Meinsma ('s (2017), mengomentari surat Raja Malaka di Gravenhage: Martinus Nijhoff, atas. Dari paham kesatuan itulah kita bisa 1874), 2 vols. jernih berbicara Islam Nusantara. Naquib El Bachiri, Mohamed, Een Jihad van Liefde al- Attas sudah mengungkap rahasia (Amsterdam, 2017). kesatuan keNusantaran dalam wacana Islam Baso, Ahmad, Islam Nusantara: Ijtihad Nusantara kini: ―Sebab Islamlah yang Jenius dan Ijma Ulama Indonesia menyempurnakan paham kepribadian (Tangerang Selatan: Pustaka Afid, sendiri, paham kebangsaan terhadap 2015). masyarakat Melayu-Indonesia‖. (Naquib al- , The Intellectual Origins of Islam Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Nusantara (Pustaka Afid, 2017). Melayu, hal. 80 huruf miring dari teks asli) – Bozorg fils de Chahriya r de Ra mhormoz: *** texte arabe, publie d'apre s le manuscrit de M. Schefer, collationne DAFTAR PUSTAKA sur le manuscrit de Constantinople

(ed. P.A. van der Lith; traduction al-Andalusi, Muhammad bin Abdillah bin franc aise L. Marcel Devic) (Leiden: Malik, Matn al-Alfiyah (Beirut: Brill, 1883-1886). Maktabah asy-Sya‘biyah, t.t.). al- Brandes, J.L.A. (editor), Babad Tjerbon: Attas, Syed Muhammad Naquib, Uitvoerige inhoudsopgave en noten Historical Fact and Fiction (Kuala (VBG vol. 59) (Batavia: Albrecht & Lumpur: Penerbit UTM, 2011). Co., 1911). , Prolegomena to the Metaphysics Buzurg ibn Sahriyar, The Book of the of Islam: An Exposition of the Wonders of India: Mainland, Sea,

20