KAJIAN UTAMA ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA Ada Banyak Pertanyaan Tentang Islam Nusan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

KAJIAN UTAMA ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA Ada Banyak Pertanyaan Tentang Islam Nusan MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 KAJIAN UTAMA ISLAM NUSANTARA: DARI PERSPEKTIF ISLAM AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA Ahmad Baso Intelektual Muda NU Email: [email protected] Ada banyak pertanyaan tentang berpakaian (fashion). Wacana Islam Islam Nusantara belakangan ini. Namun Nusantara lebih mendalam dari yang sedikit sekali yang bisa memberi jawaban dibayangkan itu: ia adalah kerja-kerja memuaskan. Artikel sederhana ini intelektual pada hakekatnya, punya visi berupaya memperjelas beberapa keraguan epistemologis yang tajam, juga fungsi dan kesalah-pahaman terkait wacana kesejarahan aktual dalam kenyataan intelektual ini. Misalnya ada yang kehidupan umat manusia kontemporer. mengatakan bahwa Islam Nusantara itu Warisan impresif dan mengesankan anti Ara atau hanya berupa Islam ― b‖ ― dari agama Islam sejak beberapa abad di loka pada hakikatnya, dan bukan Islam l‖ Asia Tenggara, terutama di Indonesia universal. Ada malah yang menyebut akibat khususnya, sangat berguna dalam gagal-paham itu bahwa Islam Nusantara memetakan ranah teoritis dan ideologis hanya proyek lain Nahdlatul Ulama (NU) kajian Islam Nusantara ini. Dalam ranah ini dan para kiai yang ingin mengambil Islam Nusantara muncul, diolah pertama keuntungan politik di era kepresidenan Joko kali dan diartikulasikan sebagai ―Din Arab Widodo kini! Jawi‖, dalam sebutan Sunan Giri dari Dengan memperhatikan beberapa Gresik abad 15, sebagaimana disebut kenyataan, termasuk arti penting wacana dalam teks Serat Surya Raja tahun Jawa intelektual Islam Nusantara, tulisan ini 1700 atau 1774 dari Kraton Jogjakarta. Sejak berupaya melacak kembali tradisi Wali itu kajian Islam Nusantara berfungsi sebagai Songo di abad-abad 15 hingga 16 hingga ke wacana kritis, didefinisikan sebagai jaringan ulama Jawi di negeri Arabia abad ―epistemologi Jawi‖. Yakni sebagai satu 19 dan awal abad 20, yang mengangkat tema metode untuk meneliti, menginvestigasi Islam rahmatan lil alamin. Sebagai proyek serta menonjolkan pengalaman-pengalaman intelektual, yang punya concerns terdalam komunitas-komunitas Nusantara (perhatian) langsung yang kontemporer dan sebagai ―satu badan, satu jiwa‖, satu ke- kekinian, tapi punya juga kepekaan Nusantara-an atau al-Jawi. kesejarahan dengan masa lalu, Islam Benar, Nusantara hingga kini Nusantara sebetulnya bukanlah satu latihan menjadi korban kajian-kajian Islam intelektual yang ikut mode atau gaya- (Islamic studies) maupun kajian-kajian gayaan, yang bisa timbul tenggelam dalam ilmu-ilmu sosial, sebagaimana yang waktu cepat, seperti musim mode berkembang di Eropa dan Amerika pasca 1 Ahmad Baso perang. Kajian-kajian ini mengangkangi Pada poin ini, kita perlu memahami sejarah Nusantara, mendegradasi dan bahwa untuk bisa mengenal Islam menurunkan derajatnya pada level Nusantara dengan baik kita perlu kebudayaan eksotik bak benda museum. mempertimbangkan segenap gambaran Peradabannya dianggap lokal, parokial, tentang Islam sebagaimana yang diracik mistis, tradisionalis, atau chauvinistic. secara epistemologis maupun yang Kajian-kajian itu juga menempatkan tema ke- diamalkan secara ideologis kultural oleh Nusantara-an sebagai sesuatu yang bukan kaum Muslim Indonesia dalam beberapa ―universal ―, malah hanya sebatas pemuasan generasi. Karena itu dalam konteks ini, eksotisasi budaya untuk pariwisata atau— tidaklah bermanfaat berbagai diskusi dalam bahasa eufemisme kini —― kearifan tentang Islam Nusantara, tanpa lokal‖! mengintegrasikan totalitas kenusantaraan dalam segenap aspek budaya, ekonomi, Untuk itu Islam Nusantara atau epistemologi Jawi menampilkan dirinya sosial dan politik itu. dalam konteks kekinian sebagai keterputusan epistemologis dengan nalar hegemonik Eurosentrisme, semisal klaim universalisme itu. Pada saat yang sama ia juga membawa satu perspektif kritis ke- Nusantara-an untuk membaca seluas mungkin teks-teks budaya historis, secara efektif memperluas batas-batas intelektual melihat totalitas peradaban tersebut, lalu menyaksikan ada sesuatu yang bolong dalam satu ranah keilmuan baru ke dalam disiplin bangunan peradaban itu, hingga mengancam ―Islamic Studies” atau pun studi-studi ilmu ambruknya peradaban tersebut. Maka spirit Islam seperti itulah yang dibutuhkan masyarakat Eropa, sosial kontemporer. Cara ini diharapkan bisa bukan Islam yang menghakimi, bukan pula Islam menjadi satu lompatan lebih maju dalam yang teriak tiap hari ―syariat adalah solusi‖ atau mengangkat Islam sebagai rahmatan ―khilafah adalah jalan keluar‖. Mohamed El Bachiri dalam bukunya itu lilalamin. Ini agar studi-studi Islam mampu menerjemahkan krisis peradaban Barat nyambung dengan persoalan-persoalan itu dan kebutuhan untuk mengatasinya kemanusiaan, terutama di negeri-negeri berdasarkan pengalaman dialog keislamannya yang berkarakter rahmatan lil-alamin dengan kultur Arab dan di Eropa yang kini dilanda krisis keagamaan Eropa. Beberapa aspek pemikiran keagamaan dan konflik-konflik berdasar keagamaan kultural Eropa dihadirkan kembali agama dan ideologi-ideologi sektarian.1 dalam konteks kemunculan Islam di benua Eropa, hingga terasa Islam itu hadir bukan sebagai tamu, tapi sebagai kawan sendiri yang muncul dari dalam diri untuk memperbaiki persoalan-persoalan 1 Larisnya buku penulis Maroko, Mohamed El kemanusiaan bersama. Bachiri, Een Jihad van Liefde (Amsterdam, 2017), Islam Nusantara sebetulnya bisa juga tampil hingga di warung-warung kopi, terminal, stasiun dalam cara yang sama. Kultur guyub, kompolan, dan bandara di negeri Belanda dan sekitarnya suka berkumpul sambil makan-makan, atau halal belakangan ini, menunjukkan pentingnya Islam bihalal bagi masyarakat yang didera kultur nafsi- kembali hadir di dunia Barat. Tapi Islam hadir nafsi atau individualisme akut hingga lupa bukan sebagai benda mati seperti obyek museum dunia sosial yang kemudian direbut oleh yang mengundang decak kagum para peneliti. kelompok kanan ekstrim yang menggunakan Bukan pula Islam yang disimbolkan ―imigran‖ logika kemurnian ras dan kebanggaan warna kulit. atau ―teroris‖. Tapi Islam yang terkait rapat Tinggal bagaimana itu dikampanyekan dalam dengan realitas masyarakat Barat, yang berdialog bentuk buku dalam bahasa-bahasa Eropa, seperti dengan puncak-puncak peradaban Barat, yang buku populer Mohamed El Bachiri itu. 2 MIMIKRI : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018 Islam Nusantara: Memahami Baso; 2015; jilid 1, bab 1.) Di sini saya mau Pertemuan ISLAM dan NUSANTARA angkat argumennya dari kitab Alfiyah lagi, dalam Perspektif Kitab Alfiyah Ibnu Malik seperti disebar kini oleh para kiai untuk Dalam diskusi tentang kaidah mengangkat wacana keislaman kita kini yang bahasa Arab, kitab Alfiyah sering dijadikan berkarakter. Relasi itu perlu dibaca dari bab rujukan. Tapi sering pula kitab ini dirujuk idlafah atau hubungan relasional. Islam oleh para kiai kita untuk membahas Nusantara adalah hubungan mudlaf masalah- masalah yang dialami orang- (subyek relasional) dan mudlaf ilaihi orang Indonesia. Salah satunya adalah (obyek relasional), seperti dalam ungkapan perkara pentingnya suara dan subyektifitas ―mobil kantor‖, ―coto Makassar‖. ―kekitaan‖ kita diperdengarkan sebelum Dalam bab idlafah, Ibnu Malik mengutip suara orang lain. Nah, menyatakan: ―Watstsani jrur wanwi min pentingnya subyektifitas kenusantaraan ini aw fi ... wallam‖ (Ibn Malik al-Andalusi; diperoleh dari basis argumen kitab Alfiyah hal. 26.) (pada bagian kedua, yakni pada berikut dalam pembahasan tentang dlamir mudlaf ilaihi, di-jar atau dikasrahkan, dan atau kata ganti orang: ―Wa fikhtiyarin la niatkan di antara mudlaf dan mudlaf ilaihi yajiu‟l munfashilu, idza taatta an yajial itu ada makna min [dari], fi [di, di dalam] muttashilu‖ (al-Andalusi. TT:6), (dalam atau lam, li [untuk, ke]‖. Dari kerangka situasi normal, bukan darurat, dlamir yang makna-makna idlafah ini, Islam Nusantara muttashil [connected] lebih diutamakan bisa menghimpun berbagai makna relasi daripada dlamir munfashil [disconnected]). dalam mudhaf-mudlaf ilaihi. Jadinya, relasi Artinya, dalam menjawab tantangan pengertian ―Islam Nusantara‖ itu bisa dirinci persoalan-persoalan kita sehari-hari, kalau sebagai berikut: dimungkinkan suara subyektifitas kita yang Pertama, li [untuk, ke]: Islam li connected dengan kedirian kita itu tampil, Nusantara, Islam untuk dan ke Nusantara. maka hal itu dulu yang kita utamakan Yakni kehadiran ajaran agama Islam daripada yang disconnected dengan kita. Ahlussunnah Waljemaah (Aswaja) yang Salah satu faktor yang membuat kita dianut mayoritas umat Islam Indonesia. connected atau tersambung dengan Islam itu Dengan berbagai instrumen sanad dan silsilah adalah faktor kenusantaraan, karena kita yang menghubungkan para ulama dan kitab- lahir, hidup dan mati pun di sana. Itulah kitab Nusantara ke para ulama di negeri Arab yang dilakukan ulama-ulama kita, yang hingga ke para tabiin dan sahabat Rasulullah memperlihatkan identitas kenusantaraan SAW., umat Islam Nusantara menganut salah mereka hadir dalam wacana keilmuan Islam satu dari 4 mazhab fiqih, 2 mazhab kalam global, seperti sebutan al-Jawi: Syekh teologis dan 2 mazhab ilmu tasawuf. Abdurrauf as-Singkili al-Jawi, Syekh Yusuf Kedua, fi [di, di dalam]: Islam fi al-Makassari al-Jawi, Syekh Nawawi al- Nusantara, Islam di Nusantara. Yakni Bantani, dan seterusnya. Lalu, dari wacana pengalaman historis umat Islam di muttashil atau koneksi Islam dan Indonesia, termasuk refleksi tekstual kenusantaraan kita itulah muncullah istilah normatif dan historis umat Islam dunia Islam Nusantara. Ini adalah sebuah relasi tentang Islam yang diamalkan dan yang baru. Ini sudah saya bahas panjang lebar diajarkan ulama kita di Tanah Air. dalam
Recommended publications
  • Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman Di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007
    Jurnal Santhet, Volume 2 Nomor 1, (April) 2018 e-ISSN: 2541-6130, P-ISSN 2541-2523, PP 33-48 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Dinamika Perkembangan Sejarah Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi Tahun 1773 – 2007 Dea Denta Tajwidi1, I. Wayan Pardi2 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Email: [email protected] ABSTRAK Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon Kabupaten Banyuwangi. Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat, sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati Banyuwangi pertama Mas Alit. Nama Mas Alit yakni Bupati pertama adalah Wiraguna I yang berkuasa pada tahun 1773-1783. Penelitian sejarah ini bertujuan: 1) untuk mengetahui sejarah awal pembangunan Masjid Agung Baiturahman. 2) Untuk mengetahui dinamika perkembangan pembangunan Masjid Agung Baiturahman Tahun 1773 - 2007. Jenis penelitian ini adalah historis atau metode sejarah. Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juli sampai 21 Agustus 2018 di Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan Observasi, Wawancara, Studi Dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah Masjid Agung Baiturrahman Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami‟ yang didirikan oleh Mas Alit, Tergolong masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdiri dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dimulai sejak 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Mas Alit atau Raden Tumenggung Wiraguna I, bupati pertama Banyuwangi untuk umat Islam Banyuwangi. sampai kini telah mengalami beberapa kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990, dan keempat: 2005.
    [Show full text]
  • Paper Title (Use Style: Paper Title)
    Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri: Tinjauan Seni Bangunan, Ragam Hias, dan Makna Simbolik MASJID AINUL YAQIN SUNAN GIRI: Tinjauan Seni Bangunan, Ragam Hias, dan Makna Simbolik Rizal Wahyu Bagas Pradana S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Dra. Siti Mutmainah, M.Pd. Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seni bangunan, ragam hias, dan makna simbolik yang terdapat di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi data dan informan review. Hasil penelitian menunjukkan seni bangunan di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri terdiri dari gapura, serambi, ruang utama, pawestren, ruang sholat peziarah, tempat wudhu, tempat istirahat, kamar mandi, Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA), kantor sekretariat, museum mini, dan perpustakaan. Sedangkan ragam hias yang terdapat di masjid ini antara lain: motif geometris, lung-lungan, sulur, patran, padma, tlacapan, saton, kebenan, wajikan, garuda, kala, sorotan, praba, banyu tetes, tepi awan, hiranyagarba, surya majapahit, dan mustaka. Secara umum fungsi utama seni bangunan di masjid ini yaitu sebagai kelengkapan sebuah masjid. Sedangkan ragam hias di masjid ini berfungsi untuk memperindah bangunan masjid. Akan tetapi, beberapa seni bangunan dan ragam hias di Masjid Ainul Yaqin Sunan Giri memiliki makna simbolik di dalamnya. Makna simbolik tersebut diambil dari unsur-unsur seni bangunan dan ragam hias Hindu-Budha. Kemudian unsur-unsur tersebut diolah kembali dengan cara mengubah atau mengembangkan bentuknya, disesuaikan dengan pedoman dalam Agama Islam yang tidak diperbolehkan menampilkan penggambaran makhluk hidup.
    [Show full text]
  • ABSTRAK UU No. 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan, Arsip Adalah
    IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRAK UU No. 43 tahun 2009 tentang kearsipan, arsip adalah rekaman atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi masyarakat, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masjid Sunan Sendang Duwur mempunya rangkaian yang sangat panjang, harus membicarakan tokoh yang mendirikan. Masjid Sunan Sendang Duwur berdiri pada tahun 1561 Masehi yang didirikan oleh Raden Nur Rahmad atau biasa disebut Sunan Sendang. Masjid Sendang Duwur ini tidak kemudian dibangun langsung di Sendang duwur, tetapi ada legenda yang menceritakan bahwa masjid Sendang duwur ini berasal dari Mantingan Jawa Tengah. Ada momen-momen tertentu dimana Masjid Sunan Sendang duwur sangat ramai didatangi pengunjung yaitu pada saat acara Haul Akbar. Haul Akbar dilaksanakan tiap tanggal 15 sa’ban atau juga 5 hari sebelum hari raya idul fitri, yang kedua yaitu pada saat 10 hari setelah hari raya idul fitri akan diakan acara ketupat. Pada malam 1 suro banyak pengunjung yang datang untuk mencari ilmu kanuragan dan ada juga wiridan 10 suro. Masjid ini juga kerap disebut dengan masjid Tiban, karena dari cerita tersebut masjid ini seperti benar-benar muncul begitu saja dalam satu malam. Masjid Sendang Duwur juga menjadi salah satu masjid Wali yang masih terawat dengan baik dan difungsikan sampai saat ini selain Masjid
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Jika Dilihat Dari Perkataanya Berasal Dari Bahasa Arab, Diambil Dari Kata “Sajada
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masjid jika dilihat dari perkataanya berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata “Sajada, yasjudu, sajadan”. Kata sajada artinya besujud, patuh, taat, serta tunduk dengan hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukkan suatu tempat.1 Kata sajada kemudian dirubah menjadi “masjidun” artinya tempat sujud. Tempat sujud di sini berarti tempat orang bersembahyang menurut peraturan Islam. Sesuai dengan pendirian, bahwa Allah itu ada di mana saja, tidak terikat kepada suatu tempat, maka untuk menyembahNya manusia dapat melakukan sholat di mana- mana. Memang menurut hadis masjid itu adalah setiap jengkal tanah di atas permukaan bumi ini.2 Masjid merupakan salah satu institusi keagamaan terbesar dalam komunitas muslim Indonesia. Keberadaan masjid sudah hampir tersebar di seluruh pelosok tanah air. Yang dibawah oleh para wali sembilan ketika berdakwah menyebarkan agama Islam mulai dari pelosok tanah Jawa, Madura serta kawasan Indonesia bagian Timur dan tengah.3 Ketika Islam mulai masuk ke tanah Jawa, kerajaan Hindu terbesar di Jawa Timur, yakni kerajaan Majapahit sudah mulai melemah, kemudian runtuh pada abad XV. Setelah Islam mulai tersebar dan masuk ke tanah Jawa yang di bawa oleh para wali diantaranya Maulana Malik Ibrahim seorang ulama’ besar yang 1 Zein Muhammad Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986), 155. 2 Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 (yogyakarta: Kansius, 1981), 75. 3 Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, 4. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 menetap di Gresik, kemudian ulama’-ulama’ besar lainnya yang juga mendapat julukan sunan, yaitu sunan Bonang di Tuban, Sunan Drajat, di Lamongan, Sunan Kudus di Jepara, Sunan Kalijaga dan Sunan Muria di Jawa Tengah dan Sunan Gunung Jati di Cirebon juga di Jawa Tengah.
    [Show full text]
  • Download (4Mb)
    The Influence of Traditional Javanese Culture on the Ornamental Application in Sunan Giri Mosque, East Java Sriti Mayang Sari Department of Interior Design, Faculty of Art and Design Petra Christian University, Surabaya, Indonesia Abstract - Sunan Giri Mosque established in 1399 on the hill of Kedaton Sidomukti was moved to Bukit Giri, Gresik, East Java in 1544. The Mosque has its historic struggle of Sunan Giri, one of Wali Songo (the nine Islamic Saints), in spreading the values of Islam in Java in the form of a special building and ornaments. Ornaments in Java grew and developed very well at that time and was mostly influenced by Javanese traditions and cultures holding the religious and mystical philosophy of life. The forms of religious, symbolic performance of Javanese people were greatly based on : first, the influence of the myth era which was also called the era of the original Javanese culture; second, the influence of the era of the Hindus-Javanese culture; and the third, the influence of the myth culture in the era of Hindu-Java and Java-Islam. The three influences above are difficult to separate in the life of Javanese people because they are performed successively and have been fused in the forms of Javanese traditions and cultures. The way of life is always connected with God or mystical and magical things with special honor to the spirit of the ancestors and the invisible power and that is why the symbols of unity, power and sublimity are strongly implemented in traditions of Javanese people. The results of the study indicated that the application of certain ornaments in the interior of the old Sunan Giri mosque in Gresik, East Java, was greatly influenced by the symbolic and religious performance of Javanese people in the era of Hindu-Java – the era of pre Islam.
    [Show full text]
  • Ornamen Masjid Sunan Ampel, Sunan Giri, Dan Sunan Sendang
    Vol. 6, No. 1, Juni 2021, ISSN 2527 – 2853 Ornamen Masjid Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Sendang Budiono1, Nanik Rachmaniyah2, Aria Weny Anggraita 3 123 Departemen Desain Interior, FDKBD, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya [email protected] ABSTRAK Bangunan yang dinilai mampu mewakili keberhasilan penerapan prinsip arsitektur Islam adalah Masjid. Karakteristik arsitektur masjid secara rinci dapat dilihat melalui morfologi, teknologi, dan artikulasi desainnya. Morfologi masjid meliputi organisasi spatial serta bentuk atap, aspek teknologi meliputi struktur, konstruksi, dan material bangunannya. Sedangkan karakteristik artikulasi desain lebih ditekankan pada bahasa dekoratif dan keteraturan desainnya. Analisis tentang morfologi, teknologi dan artikulasi desain dari arsitektur masjid yang terjadi saat ini perlu dilakukan guna memperoleh temuan terkait pengaruh dari budaya lokal atau non-lokal, serta terkait ciri-ciri yang bisa dikatagorikan sebagai arsitektur Islam/Islami. Penelitian ini hanya membatasi pada kajian karakteristik artikulasi dari ornamen masjid. Masjid yang dipilih untuk diteliti ornamennya adalah masjid Wali di Jawa Timur yaitu masjid Sunan Ampel di Surabaya, masjid Sunan Giri di Gresik, dan masjid Sendang Duwur di Lamongan. Masjid Wali dipilih karena dianggap mewakili prototip masjid awal atau tradisional di Indonesia. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : Pertama, mendeskripsikan dan memetakan karakteristik visual dari salah satu elemen masjid yang menjadi salah satu warisan budaya yaitu ornamen masjid Wali. Kedua, menemukenali prinsip artikulasi desain pada masjid Wali sebagai salah satu wujud penerapan kaidah arsitektur/desain Islam pada era Wali di Indonesia. Setelah ditetapkan state of the art penelitian, masalah penelitian serta kajian teori yang mendukung, maka penelitian ini dilakukan dengan kegiatan: pengumpulan data lapangan dengan observasi dan wawancara, pembuatan visualisasi berupa gambar dua dimensi dari ornamen yang terpilih, analisis bentuk dan interpretasi makna ornamen, serta kesimpulan.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    K. van Dijk P. Nas Dakwah and indigenous culture; The dissemination of Islam In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Globalization, localization and Indonesia 154 (1998), no: 2, Leiden, 218-235 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/30/2021 10:57:58AM via free access KEES VAN DIJK Dakwah and Indigenous Culture The Dissemination of Islam Indonesian youth, Vice-President General Try Sutrisno pointed out to his audience when he opened the national congress of the Islamic youth organization Ansor in September 1995, must live up to their own national culture and history. Should they fail in this, their lives could be thrown into chaos by the fast flow of information and the attractions offered by a global lifestyle.1 His speech was just one of many such admonishments that could be read in Indonesian newspapers or watched on TV in recent years. Sometimes actions speak louder than words. Recently a crusade was launched to ban foreign words from public display - lettering on signboards, buildings and the like - resulting in incomprehensible notices in which certain words were covered over by white paint or a white sheet. Warnings against harmful and pervasive cultural and political influ- ences from abroad have become even more frequent of late as the ominous year 2000 draws closer. Sometimes the West is mentioned as the source of such evils; on other occasions it is merely implied. To Muslims in a non- western country it is obvious that it is the West, and in particular the United States, that is meant.2 The people who draw attention to the disruptive effects of globalization are more often than not members of the elite, which, when all is said and done, is partly a military elite.
    [Show full text]
  • Respon Masyarakat Desa Gambiran Terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran
    RESPON MASYARAKAT DESA GAMBIRAN TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITURRAHIM GAMBIRAN TESIS Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Hukum Oleh : MUHAMMAD ICHWAN ANSHORI 1400028013 PRODI S2 ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jl. Prof Hamka Semarang 50185 Tlp. 7601291 Fax. 7624691 PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama lengkap : Muhammad Ichwan Anshori NIM : 1400028013 Judul Penelitian : Respon Masyarakat Desa Gambiran terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran Program Studi : Ilmu Falak menyatakan bahwa tesis yang berjudul: RESPON MASYARAKAT DESA GAMBIRAN TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITURRAHIM GAMBIRAN secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 1 Januari 2018 Pembuat Pernyataan, materai tempel Rp. 6.000,00 Muhammad Ichwan Anshori NIM: 1400028013 [ KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jl. Prof Hamka Semarang 50185, Telp. 7601291 Fax. 7624691 PENGESAHAN TESIS Tesis yang ditulis oleh: Nama lengkap : Muhammad Ichwan Anshori NIM : 1400028013 Judul Penelitian : Respon Masyarakat Desa Gambiran terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran telah dilakukan revisi sesuai saran dalam Sidang Ujian Tesis pada tanggal 13 Juli 2018 dan layak dijadikan syarat memperoleh Gelar Magister dalam bidang Studi Islam Disahkan oleh: Nama lengkap & Jabatan tanggal Tanda tangan Prof. Dr. Muslich Shabir, MA. Ketua Majelis Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI Sekretaris Dr. H. Nur Khoirin, M.Ag Penguji 1 Dr. H. Agus Nurhadi, MA. Penguji 2 Dr. H. Abu Rokhmad, M. Ag. Penguji 2 ABSTRAK Urgensi menghadap arah kiblat dalam shalat menuntut bagi umat muslim untuk memperhatikan arah kiblat masjid-masjid atau mushola dalam rangka kesempurnaan ibadah.
    [Show full text]
  • The Struggle of the Shi'is in Indonesia
    The Struggle of the Shi‘is in Indonesia The Struggle of the Shi‘is in Indonesia by Zulkifli Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Author: Zulkifli. Title: The struggle of the Shi’is in Indonesia / Zulkifli. ISBN: 9781925021295 (paperback) 9781925021301 (ebook) Subjects: Shiites--Indonesia. Shīʻah--Relations--Sunnites. Sunnites--Relations--Shīʻah. Shīʻah--Indonesia--History. Minorities--Indonesia--History. Dewey Number: 297.8042 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design and layout by ANU E Press Printed by Griffin Press This edition © 2013 ANU E Press Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development. For many of the authors in this series, English is a second language and their texts reflect an appropriate fluency.
    [Show full text]
  • Awal Mula Dan Perkembangannya Sampai Masa Kerajaan
    Dr. CHAIRIL FAIF PASANI, M.Si. & Drs. RUSDI EFFENDI, M.Pd. Awal Mula dan Perkembangannya Sampai Masa Kerajaan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT LINTASAN SEJARAH MARITIM KALIMANTAN SELATAN (AWAL MULA DAN PERKEMBANGANNYA SAMPAI MASA KERAJAAN) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumukan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau menyebarkan suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hal terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Gambar Sampul Depan: Peta Rute dan Penemuan Penjelajah Portugis Abad ke 15 dan 16 (Atas) (Sumber: Loja do Museu de Marinha-Portugal) Lukisan Kapal Jung Jawa: Kapal Besar Nusantara (Bawah) (Sumber: Akhiyari Hananto, GoodNews Form-Indonesia) Gambar Sampul Dalam: Pemandangan Pasar Terapun Banjarmasin Perkiraan Abad ke 20 (Sumber: Collectie Tropenmuseum, Amsterdam-Belanda) Sambutan: Dr.
    [Show full text]
  • Mixing of Traditional and Modern Forms in Architecture of Sunan Ampel Mosque, East Java, Indonesia
    International Journal of Built Environment and Scientific Research Volume 01 Number 02 | December 2017 e-issn: 2580-2607 | p-issn: 2581-1347 | Pg. 53- 60 Mixing of Traditional and Modern Forms in Architecture of Sunan Ampel Mosque, East Java, Indonesia Ashadi Associate Professor, Department of Architecture, Universitas Muhammadiyah Jakarta Email address: [email protected] ABSTRACT The architectural form of Sunan Ampel mosque was alleged that there was mixing of traditional and modern forms. Traditional forms were shown by local forms, while its modern forms were shown by non local forms. This study aimed to understand mixing of traditional and modern forms in architecture of Sunan Ampel mosque. The method used in this study was descriptive, analytical, and interpretive, based on empirical evidence. The steps of analysis and interpretation were as follows. The first step, was opening architectural forms consisting of under cover, side cover, and top cover. The second step, was comparing the architectural forms of Sunan Ampel mosque with the reference of architectural forms. The third step, was analyzing and interpreting that comparing. The results of this study concluded that mixing occurred in architectural form of Sunan Ampel mosque showed domination of traditional forms to modern forms. This study was expected to contribute knowledge about mixing of traditional and modern forms in architecture of mosques in Indonesia, and could position it in global context. © 2017 IJBESR. All rights reserved Keywords: mixing, architectural forms, traditional, modern, domination 1. Introduction spirit of openness and willingness to accept other cultural influences or non local culture. Globalization issues began to bloom around Globalization had change the perspective in the 1990s, because of the economic boom that the architectural planning and designing of swept the world.
    [Show full text]
  • Inventory of the Oriental Manuscripts of the Library of the University of Leiden
    INVENTORIES OF COLLECTIONS OF ORIENTAL MANUSCRIPTS INVENTORY OF THE ORIENTAL MANUSCRIPTS OF THE LIBRARY OF THE UNIVERSITY OF LEIDEN VOLUME 11 MANUSCRIPTS OR. 10.001 – OR. 11.000 REGISTERED IN LEIDEN UNIVERSITY LIBRARY IN THE PERIOD BETWEEN 1949 AND DECEMBER 1964 -UPDATE 2 SEPTEMBER 2015- COMPILED BY JAN JUST WITKAM PROFESSOR EMERITUS OF PALEOGRAPHY AND CODICOLOGY OF THE ISLAMIC WORLD IN LEIDEN UNIVERSITY INTERPRES LEGATI WARNERIANI EMERITUS TER LUGT PRESS LEIDEN 2015 © Copyright by Jan Just Witkam & Ter Lugt Press, Leiden, The Netherlands, 2006, 2007, 2015. The form and contents of the present inventory are protected by Dutch and international copyright law and database legislation. All use other than within the framework of the law is forbidden and liable to prosecution. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, translated, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without prior written permission of the author and the publisher. First electronic publication: 19 November 2006. Update: 31 July 2007. Latest update: 2 September 2015 Copyright by Jan Just Witkam & Ter Lugt P ress, Leiden, The Netherlands, 2006, 2007, 2015 PREFACE TO THE 2015 EDITION For reasons that are not entirely clear to me anymore, volume 11 of my Inventories of the Oriental manuscripts in the library of Leiden University was never published before. Yet is has been largely ready ever since I updated the text in July 2007. Working on other volumes, I more or less by accident found out that I had never uploaded it to my website.
    [Show full text]