Masjid Daar Al-Falah Cikoneng, Anyer-Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologis

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Masjid Daar Al-Falah Cikoneng, Anyer-Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologis Masjid Daar al-Falah Cikoneng, Anyer-Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologis Doni Wibowo1 dan Isman Pratama Nasution2 1. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Masjid Daar al-Falah Cikoneng memiliki latar belakang yang belum terungkap secara jelas. Masjid tersebut juga telah mengalami beberapa pemugaran yang menyebabkan adanya perubahan pada komponen-komponennya. Hal tersebut menjadi fokus peneliti untuk mengkaji bangunan masjid. Kajian tersebut ditinjau secara arsitektural dan ornamental. Tujuan kajian tersebut yaitu untuk menjelaskan bentuk masjid pada masa sekarang dan menguraikan perubahan-perubahan yang terjadi pada masjid tersebut. Metode yang dilakukan berupa analisis morfologi, perbandingan dan analogi sumber sejarah. Hasil yang didapat bahwa bentuk Masjid Daar al-Falah masih memiliki ciri-ciri masjid tradisional pulau Jawa yang dibuktikan dengan mendominasinya unsur-unsur lokal yang tercermin pada komponen-komponen masjid. Hasil dari analisis perbandingan yaitu masjid tersebut berdiri sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 dengan melihat kesamaan bentuk komponen dengan data pembanding. Kata kunci: masjid; Masjid Cikoneng; Cikoneng; Anyer; Banten Daar al-Falah Cikoneng Mosque in Anyer-Banten: Archaeologist’s Review Abstract The Daar Al-Falah Cikoneng mosque has a sophisticated background that yet to understand. It has undergone a several restoration which changes all of its components. Those things is becoming a focus of study to the mosque’s researchers. The study itself is reviewed in architectural and ornamental ways. The purpose of the study is to explain the shape of the mosque in the present time and analyze all of its changes. The method used are morphological analysis, comparison and analogy historical resource. The results are the shape of the Daar Al-Falah mosque still has a traditional charasteristic of Java island which proved by the domination of local feature in the mosque’s components, and by judging the similarities of the comparative data, the result from the comparison analysis stated that the mosque was establish from 16th to 18th century. Keywords: mosque; Cikoneng’s Mosque; Cikoneng; Anyer; Banten Pendahuluan Masjid merupakan bangunan suci tempat peribadatan orang yang menganut agama Islam. Masjid juga dapat diartikan sebagai bangunan sakral yang sangat penting dalam segala aktifitas seorang muslim mengingat bangunan tersebut tidak hanya digunakan sebagai tempat peribadatan, tetapi juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya para muslim dalam bersosialisasi dan juga sebagai tempat mencari ilmu (Wiryoprawiro, 1986:155). Masjid Daar Al-Falah Cikoneng..., Doni Wibowo, FIB UI, 2014 Dalam pengertian umum, masjid adalah sebidang tanah yang digunakan oleh umat Islam untuk melakukan ibadah kepada Tuhannya (Aboebakar, 1955: 3). Pengertian tersebut tidak bertentangan dengan konsep hukum Islam sendiri yang mengajarkan bahwa Allah SWT tidak mengharuskan umat-Nya beribadah di masjid. Dalam perkembangannya, pengertian masjid menjadi lebih spesifik, yaitu sebuah bangunan atau gedung atau lingkungan yang ditembok dan dipergunakan sebagai tempat salat (Haris, 2010: 280). Pada awalnya, masjid sangatlah sederhana seperti yang dibuat oleh Nabi Muhammad s.a.w. yang dinamakan Masjid Quba (622 M). Seiring berkembangnya ide dan gagasan manusia, bentuk masjid berkembang dari masa ke masa (Rochym, 1983). Walaupun bentuk bangunan masjid terus berkembang, tetapi tidak mengubah fungsi dari bangunan itu sendiri. Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, pembangunan masjid lebih ditekankan pada proses terbentuknya, bersendikan ritual, agama, atau kepercayaan daripada penekanan pada fisik bangunan seperti pada bangunan Eropa (Budiharjo, 1994: 15). Fungsi estetika bagi bangunan masjid adalah suatu seni bangunan yang secara antropologis termasuk ke dalam seni rupa sebagai kesenian yang dapat dinikmati oleh manusia dengan mata (Koentjaraningrat, 1986: 380). Dalam perkembangannya, bangunan masjid selalu mendapatkan tambahan-tambahan komponen diantaranya yaitu ragam hias. Ragam hias dapat mencerminkan perkembangan ide pendiri masjid. Ragam hias memiliki fungsi yaitu memberikan kesan khusus dan menentukan mutu dan nilai estetika dari bangunan tersebut (Rochym, 1983: 150). Ragam hias dapat berupa sulur daun, ikal-mursal, untaian bunga, medallion, motif meander, bunga teratai, dan sebagainya (Munandar, 1995: 2). Ornamen-ornamen yang menghiasi bagian dalam masjid tentu saja mendapatkan perhatian khusus, walaupun dalam ajaran agama Islam tidak terlalu diharuskan memakai hiasan-hiasan tersebut. Adanya hasil karya arsitektur karena kebutuhan untuk memenuhi hasrat manusia sebagai makhluk sosial (Maryono, 1982: 14). Masjid di Indonesia memiliki berbagai macam bentuk corak yang pada umumnya mendapatkan pengaruh unsur budaya lokal maupun asing. Banten menjadi salah satu daerah yang terkenal dengan ke-Islamannya pada masa Kesultanan Banten. Di Banten, terdapat masjid yang didirikan oleh masyarakat Lampung di wilayah Cikoneng. Masjid tersebut memiliki ciri khusus yaitu hiasan sieger yang menjadi ciri khas bagi masyarakat Lampung. Latar belakang Masjid Daar al-Falah yang belum terungkap sepenuhnya menjadikan bangunan tersebut perlu dikaji sejarah dan bentuk bangunannya. Masjid Daar Al-Falah Cikoneng..., Doni Wibowo, FIB UI, 2014 Permasalahan dan Tujuan Penelitian Fokus utama penelitian adalah pada bentuk Masjid Daar al-Falah Cikoneng yang ditinjau dari segi arkeologis. Hal tersebut ditujukan untuk mengetahui unsur budaya dominan pada masjid dan kronologi pembangunannya. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri unsur budaya yang dominan pada masjid dan latar belakang sejarah masjid yang hingga kini masih belum terungkap sepenuhnya. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data (Deetz, 1967: 8). Pada tahap pertama yaitu pengumpulan data dilakukan studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan referensi- referensi yang terkait dengan objek penelitian maupun sejarah lingkungan disekitar penelitian. Pada studi lapangan dilakukan pengamatan langsung Masjid Daar al-Falah Cikoneng di Banten. Pengamatan tersebut berupa perekaman data pada tiap komponen bangunan meliputi denah, pondasi, lantai, dinding, pintu, jendela, ventilasi, tiang, dan atap. Setelah itu dilakukan deskripsi singkat dan pengukuran pada tiap komponen tersebut. Pada studi lapangan dilakukan pula wawancara kepada tokoh masyarakat setempat. Tahap kedua yaitu pengolahan data dilakukan analisis arsitektur bangunan masjid dan ragam hiasnya meliputi bahan, konstruksi bangunan, tata ruang, identifikasi unsur budaya dan studi perbandingan pada tiap- tiap komponen yang memiliki informasi yang menunjang untuk dilakukannya penyimpulan tentang kronologi pembangunan masjid tersebut. Pada tahap terakhir yaitu penafsiran data dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kesimpulan berupa uraian mengenai unsur-unsur budaya yang terdapat pada bangunan dan kronologi pembangunan masjid Daar al-Falah Cikoneng. Sejarah Hubungan Banten dan Lampung Hubungan antara Banten dan Lampung dirintis oleh Fatahillah sejak awal berdirinya Kesultanan Banten. Menurut risalah yang berjudul “Sejarah Perjuangan Pahlawan Raden Intan” dikemukakan bahwa Fatahillah pernah datang sendiri ke Lampung dan kawin dengan puteri dari Minak Raja Jalan, Ratu dari Keratuan Pugung (sekarang termasuk wilayah kecamatan Jabung, Lampung Tengah). Dari perkawinan tersebut lahirlah seorang putera yang bernama Hurairi yang kelak menjadi pendiri Keratuan Dara Putih di Kuripan (Tim Penulis, 1977:43). Masjid Daar Al-Falah Cikoneng..., Doni Wibowo, FIB UI, 2014 Perkawinan tersebut merupakan perkawinan politis dalam rangka usaha memberikan pengaruh Banten terhadap Lampung untuk menentang Portugis. Lalu usaha penaklukan Lampung oleh Kesultanan Banten dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin. Bukti bahwa masuknya pengaruh Banten di Lampung terdapat pada isi Piagam Tembaga yang ditemukan dirumah kerabat Raden Intan di Kampung Kuripan. Piagam tersebut berisikan tentang perjanjian persahabatan antara Lampung dan Banten yang dibuat pada masa Sultan Hasanuddin dan Ratu Dara Putih yang kedua-duanya merupakan anak dari Fatahillah yang berlainan ibu. Selain dari piagam Kuripan yang berisi tentang perjanjian persahabatan, terdapat pula piagam yang menjelaskan mengenai kekuasan Banten terhadap Lampung. Piagam lainnya tersebut yaitu piagam Bojong (berangka tahun 1102 H/1691 M) yang ditulis dengan huruf Lampung dan memakai bahasa Jawa Banten dan Piagam Sukau (berangka tahun 1104 H/1695 M) yang ditulis dengan huruf Lampung dan memakai bahasa Jawa Banten. Kedua piagam tersebut berisikan tentang aturan-aturan dari Kesultanan Banten mengenai pengiriman lada. Ada pula piagam yang berisikan mengenai pengakuan Sultan Banten terhadap kedudukan para ketua adat Lampung sebagai pemimpin-pemimpin kerabat yaitu piagam dalung. Piagam ini ditulis dengan huruf Arab dan Lampung serta menggunakan bahasa Jawa Banten (Tim Penulis, 1977:50-54). Dari piagam-piagam yang telah disebutkan terlihat jelas hubungan antara Banten dan Lampung bersifat ekonomis. Lampung yang merupakan daerah penghasil lada terbesar saat itu menjadi andalan komoditas di kesultanan Banten. Untuk mengantisipasi kekurangan bahan dagangan rempah ini, maka dikeluarkan berbagai
Recommended publications
  • Pdf: Conference NU 27 Maart 2017
    1 Foreword On behalf of the board of the special branch of Nahdlatul Ulama for the Netherlands (PCI-NU Belanda), I am delighted to welcome all of you to our 1st Biennial International Conference on “Rethinking Indonesia’s ‘Islam Nusantara’: From Local Relevance to Global Significance”. To the best of my knowledge, it is the first ever conference on its topic that takes place outside Indonesia and involves speakers and participants from many different countries. Thus, I expect, that the conference will become a productive forum for academic discussions and debates on issues related to the concept of ‘Islam Nusantara’. One of the milestones of (the establishment of) PCI-NU (in) Belanda is to introduce the idea of Islam Nusantara to a broader public in Europe. There has been widespread assumption that oversimplify the idea of “Islam Nusantara” as a form of exceptionalism that belongs to one particular group of Muslims living in one particularly territorial boundary. We want to challenge such assumption. We understand that such an idea as Islam Nusantara is very complex and is subject of contestation. Thus, our stance is to view “Islam Nusantara” as a conceptual category that is constructed, instead of given. As we have stated elsewhere, “it has to be seen as a text that is open to challenges coming from a variety of models of Islam that are lived, practised and developed in the archipelagic regions (not only Indonesia, but also Malaysia, Singapore, South Thailand, Kampuchea, and the south Philippines), in which all of these models view each other for politically dialectic opportunities and influences”.
    [Show full text]
  • Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
    MANAJEMEN WISATA RELIGI MASJID SAKA TUNGGAL DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : HAMDI BISTHAMI NIM : 1423104012 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2019 MANAJEMEN WISATA RELIGI MASJID SAKA TUNGGAL DESA CIKAKAK, KECAMATAN WANGON, KABUPATEN BANYUMAS HAMDI BISTHAMI 1423104012 ABSTRAK Wisata Religi merupakan aktifitas yang menyenangkan bagi setiap insan, Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, merupakan destinasi wisata yang cocok untuk melepas penat. Masjid Saka Tunggal Cikakak merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia dan menjadi situs warisan leluhur yang harus di jaga, selain situs Masjid potensi alam yang masih asri, serta satwa monyet liar yang jinak menambah keindahan dan keunikan tersendiri untuk wisatawan. Kurang dalam satu tahun terahir jumlah wisatawan naik hingga 100% di banding tahun 2018 yang lalu, jumlah wisatawan dari mulai januari 2019 hingga September 2019 mencapai 12.323 pengunjung. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam mengenai Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Cikakak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fled research) dengan mengambil lokasi penelitian di Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Data dalam penelitian merupakan data kualitatif yang merupakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian di analisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tentang Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
    [Show full text]
  • Sejarah Masjid Saka Tunggal Cikakak
    BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam masuk ke Indonesia menurut Prof. Hamka pada abad 7 sampai abad 8 Masehi. Bukti bahwa Islam telah menyebarkan ajarannya pada abad 7 sampai abad 8 Hijriyah langsung dari Arab, terbuktinya jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat, sedangkan menurut (Snouck Hurgronje) berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad-13 Masehi. Dalam 2 (dua) pendapat tersebut, disimpulkan (Taufik Abdullah) bahwa Islam telah datang ke Indonesia pada abad 7 sampai abad 8 Masehi. Pada abad ke-13 Masehi Islam masuk secara besar-besaran dengan kekuatan politiknya, dibuktikan dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Bukti penyebaran Islam masuk ke Indonesia yaitu: 1. Makam Fatimah Binti Maimun tahun 475 Hijriyah (1082 Masehi) di Leran dengan penulisan tulisan Arab di batu nisannya. 2. Adanya makam Malik Al Saleh Raja Samudra Pasai di Aceh yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 Hijriah (1297 Masehi). 3. Ditemukannya batu nisan dengan tulisan-tulisan Arab yang bertarikh 822 Hijriah (1419 Masehi) ditemukan di Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini 1 Sejarah Masjid Saka Tunggal..., Savitri Meiniadi, FKIP UMP, 2016 merupakan tanda makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, yaitu saudagar Islam yang mengadakan kegiatan (Sunanto, 2007: 8-9) Perkembangan agama Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak lepas dari kiprah Wali Songo antara abad ke-15 dan ke-16 Masehi, tetapi, keberadaan Masjid Saka Tunggal di desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Islam sebenarnya berkembang jauh sebelum periode Sembilan wali tersebut.
    [Show full text]
  • MASJID: Bentuk Manifestasi Seni Dan Kebudayaan
    1 MASJID: Bentuk Manifestasi Seni dan Kebudayaan Aulia Fikriarini Muchlis Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana 50 Malang 65144. Telp. (0341) 551354 e-mail: [email protected] Abstract Cultural value can determine the characteristics of cultural environment in which those values believed. Hence, it is colored by the act of the society and the product of the culture. In this sense, human beings as the main actor of that existing culture. One of the visible products of the culture is its art (architecture) as the proof that best describes the situation of the culture. The architecture also influences the ups and downs of a civilization, and it is more meaningful creating the combination between human culture and the human’s obedience to the God which shows harmonious relationship among human, environment, and the creator. It, then, will emerge as an Islamic new civilization, and will bring the goodness for human beings. This paper describes a mosque as not only the symbol of syi’ar Islam for praying and i’tikaf, but something that has wider role. It is the creation of Islamic cultural value. It means that the mosque was born from the knowledge that is inspired from spiritual values, therefore, it reminds and guides human to come back to the God. Key words: mosque, culture, and art el-Harakah, Vol. 11, No.1, Tahun 2009 2 Aulia Fikriarini Muchlis Pendahuluan Manusia sebagai pelaku kehidupan di dunia ini, atau dalam al Quran disebut sebagai khalifah di muka bumi, merupakan makhluk yang memiliki akal budi, sehingga dia mutlak sebagai pelaku kebudayaan.
    [Show full text]
  • Volume 14 Nomor 2 2017 Approved: 21-08-2017
    ISSN 1829-9903 (Print) 2541-6944 (Online) Article History Submitted: 25-06-2017 Reviewed: 18-07-2017 Volume 14 Nomor 2 2017 Approved: 21-08-2017 Url Website: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/1212 Url DOI: https://doi.org/10.28918/jupe.v14i2.1212 Eko-Sufisme Islam Aboge Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas Mochammad Lathif Amin UniversitasGadjahMada Yogyakarta [email protected] Abstract: This research aims to explored environment ethic based of spirituality (eco-sufism) by explore cultural values of Islam Aboge Cikakak in effort of environment crisis. This research uses a qualitative approach. Data aggregation by observation methods, interview, and documentation, in relation to 1) the teaching, 2) tradition, 3) cultural values, 4) environment consciousness. The collected data then analyze with constant comparison. The research found that root of Islam Aboge’s culture is acculturation between Islam and Kejawen tradition was teached by Kiai Mustholih. That’s about Aboge (Alip Rebo Wage) Calender, Jaro Jab tradition, Muludan, and Saka Tunggal Mosque (the oldest mosque in Indonesia). Eco-sufism of Islam Aboge was conclude in life interpretation that ‘for God’, and have to ‘back to God’. Simbolic meaning of the name og year ini Aboge Calender (ada-ada tumandang gaer lelakon urip bola bali marang suwung), full and total comprehension of unity of being (God-man-nature), transformation of self, natas, nitis, and netes. Kata Kunci: islam aboge cikakak, eco-sufism, environment crisis Abstrak: Penelitian ini bertujuan menggali konsep etika lingkungan berbasis spiritual (eko-sufisme) dengan mengeksplorasi nilai-nilai budaya Islam Aboge Cikakak, dalam rangka menjawab krisis lingkungan.
    [Show full text]
  • Indonesian Cultural Orientation
    Bahasa Cultural Orientation January 2015 DLIFLC 1759 Lewis Rd. Bldg 614, Ste. 251 Technology DLIFLC Presidio of Monterey • Monterey, CA 93944 Integtration FAMiliarization 1 DEFENSE LANGUAGE INSTITUTE FOREIGN LANGUAGE CENTER 831.242.5119 (DSN-768) Division Bahasa Cultural Orientation: Contents Chapter 1: Profile 7 Introduction .................................................................................... 7 Geography ...................................................................................... 8 Area ............................................................................................... 8 Geographic Divisions ............................................................................. 8 Topographic Features ............................................................................. 9 Climate ............................................................................................ 9 Bodies of Water ............................................................................... 10 Oceans. ........................................................................................... 10 Rivers ............................................................................................. 11 Major Cities .................................................................................... 11 Jakarta (Jabodetabekjur) ........................................................................ 11 Surabaya ......................................................................................... 12 Bandung ........................................................................................
    [Show full text]
  • Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak Pada Masjid Saka Tunggal Banyumas
    Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1,C 145-150 https://doi.org/10.32315/sem.1.c145 Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak pada Masjid Saka Tunggal Banyumas Awaliyah Mudhaffarah Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Korespondensi: [email protected] Abstrak Masjid masjid kuno di Indonesia mempunyai konteks pembangunan yang beragam, dari konteks pendirian sebuah daerah administrasi seperti kebanyakan masjid yang didirikan Belanda hingga yang terkait dengan penyebaran islam. Masjid Saka Tunggal “Baitussalam” Cikakak, Banyumas adalah salah satu contoh masjid yang terkait dengan penyebaran islam. Keberadaanya berkaitan erat dengan perkembangan komunitas Islam Aboge di desa cikakak, dan eksistensinya menjadi sebuah bagian dari budaya komunitas itu sendiri. Terlepas dari statusnya sebagai satu dari empat masjid saka tunggal di Indonesia, masjid ini mempunyai keunikan dari segi konteks sosio kultural masyarakat di sekitarnya. Makalah ini akan membahas tentang keterkaitan antara elemen sosio kultural dari komunitas Iislam Aboge Cikakak dengan masjid saka tunggal Baitussalam. Kata-kunci : masjid, saka tunggal, Islam Aboge, Desa Cikakak Pendahuluan Saka Guru (soko guru dalah dialek lokal) adalah salah satu karakteristik utama dari masjid Jawa. Sistem struktur ini menggunakan tiang utama dari kayu yang menyangga atap dan biasanya terdiri dari empat buah tiang. Saka tunggal adalah bentuk variasi dari saka guru, dimana alih-alih empat hanya terdapat satu kolom penyangga yang menopang struktur atapnya. Di Indonesia sendiri terdapat empat buah masjid yang dikenal dengan struktur saka tunggalnya. Keempat masjid ini dibangun sekitar abad ke-15 hingga 19. Masjid-masjid tersebut terletak di Kota Banyumas, Kebumen, Cirebon, dan Yogyakarta.1 Keempat masjid tersebut memiliki konteks, bentukan saka tunggal serta periode pembangunan yang berbeda-beda.
    [Show full text]
  • Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Jawa Timur (1773 – 2019)
    SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI JAWA TIMUR (1773 – 2019) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh: Fatimatuz Zahro NIM. A92216072 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020 iii iv v ix ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Jawa Timur” yang bertujuan untuk mengkaji beberapa permasalahan 1) sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi 2) perkembangan arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi 3) makna yang terkandung pada hiasa Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan pendekatan kebudayaan. Pendekatan historis digunakan untuk mengkaji sejarah berdirinya dan berkembangnya Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Sedangkan pendekatan kebudayaan digunakan untuk mengungkap seni arsitektur yang ada di Masjid Agung baiturrahman. Adapun teori yang digunakan adalah teori tahapan pemikiran Ibn Khaldun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang memiliki beberapa tahapan, antara lain heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi berdiri pada tahun 1773. Didirikan oleh Mas Alit yang saat itu tengah menjabat sebagai Bupati terakhir Blambangan dan Bupati pertama Banyuwangi. 2) perkembangan arsitekturnya
    [Show full text]
  • Banyumas Regency Tourism Potential
    JURNAL AKUNTANSI, MANAJEMEN DAN EKONOMI Vol 22, No 1, pp 39-43. Published online in http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jame ISSN: 1410-9336 / E-ISSN: 2620-8482 Banyumas Regency Tourism Potential Khosy Zufat Annaaf1 1 Faculty of Education Vocational Program, Information System, Universitas Brawijaya Abstract In line with the government's program to develop creative industries in Indonesia until 2025. The tourism industry is expected to be one of the triggering industries for creative economic growth. This journal aims to provide an overview of the tourism industry and economic activities related to this industry in the Banyumas Regency. The data used in the form of hotel occupancy data, length of stay of tourists, and number of tourists taken from the Banyumas Regency BPS. The data is used to find out how big the impact of tourism is on the community. Banyumas Regency's tourism industry still relies on natural tourism. Some of the attractions that are in need of attention of local governments because of conditions that are not maintained, thus reducing the interest of visitors. Various tourism potentials are still being developed such as a culture that blends from Javanese culture and Sundanese culture and also a combination of natural tourism and cultural tourism can develop Creative industries, Nature tourism, BPS, and Industry Keywords INTRODUCTION expected to make a sizeable contribution to The tourism industry has become an PAD. important concern since President Joko The successful development of the tourism Widodo took office. This
    [Show full text]
  • Manajemen Wisata Religi : Studi Kasus Masjid Saka Tunggal Di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
    MANAJEMEN WISATA RELIGI : STUDI KASUS MASJID SAKA TUNGGAL DI DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS RELIGIOUS TOURISM MANAGEMENT: A CASE STUDY OF SAKA TUNGGAL MOSQUE IN CIKAKAK VILLAGE, WANGON DISTRICT, BANYUMAS DISTRICT SITI MU’ALIMAH 20180210058, [email protected] Abstract Public management is a major factor in the implementation of public policies. Public management is needed in the running of the organization. One form of implementation of public management is tourism management. The Saka Tunggal Mosque is one type of religious tourism which is a historical heritage site and is the oldest mosque with the preservation of customs and culture that still exists today. The purpose of this study was to determine how the management of religious tourism at the Saka Tunggal Mosque. This research is a field research (field research) with the research location in the religious tourism of the Saka Tunggal Mosque, Cikakak Village, Wangon District, Banyumas Regency. The data in this study are qualitative data which are primary data and secondary data. Data obtained from observations and interviews and then analyzed using a qualitative analysis method of case studies. The results of research from the religious tourism management of the Saka Tunggal Mosque in Cikakak Village have so far been good in management, seen from planning, organizing, actuating, and controlling. Keywords : Management, Religion Destination, Saka Tunggal Mosque Abstrak Manajemen publik merupakan faktor utama dalam implementasi kebijakan publik. Manajemen publik sangat dibutuhkan dalam jalannya organisasi. Salah satu bentuk implementasi dari manajemen publik adalah manajemen pariwisata. Masjid Saka Tunggal termasuk salah satu jenis wisata religi yang merupakan situs peninggalan bersejarah dan merupakan masjid tertua 1 dengan pelestarian adat dan budaya yang masih eksis sampai sekarang.
    [Show full text]
  • Kearifan Lokal Masjid Kayu Jao Di Sumatra Barat, Indonesia
    KEARIFAN LOKAL MASJID KAYU JAO DI SUMATRA BARAT, INDONESIA Bambang Setia Budi Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Makalah ini akan membahas, menganalisis, dan mendiskusikan kearifan lokal pada Masjid Kayu Jao di Sumatra Barat, Indonesia. Beberapa aspek yang menjadi fokus untuk dibahas dalam kaitannya dengan kearifan lokal di sini adalah setting, komposisi formal, materialitas, sistem konstruksi, sistem bukaan, dan ragam hiasnya. Sesuai dengan namanya Masjid Kayu Jao adalah masjid yang dikenal karena utamanya menggunakan material Kayu Jao, yang saat ini menjadi salah satu masjid tertua di Sumatra Barat yang dibangun pada sekitar akhir abad ke- 16. Kondisi fisiknya saat ini merupakan salah satu masjid tua yang masih paling terjaga keaslian arsitekturnya di Sumatra Barat khususnya maupun di Sumatra dan Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, menelaah dan mempelajari kondisi fisik arsitektur, keistimewaan, dan kaitannya dengan kearifan lokal ini menjadi penting untuk pembelajaran pada saat ini. Data diambil dari survey lapangan yang meliputi pengamatan secara langsung dan seksama, pengambilan gambar berupa foto/sketsa, pengukuran dan penggambaran ulang, wawancara dengan pengelola dan Imam masjid, dan kajian literatur. Analisis dilakukan secara deskriptif analitis pada aspek-aspek yang menjadi fokus kajian melalui foto, gambar dan sketsa. Dari analisis, didapat kesimpulan bahwa terdapat keunikan, kecermatan atau ketelitian dalam merancang bangunan masjid ini dari tata letak, pilihan material dan cara memperlakukannya, bukaan dan komposisi formalnya, yang menjadikan masjid ini sebagai bangunan yang sangat wajib untuk dilestarikan dan dijadikan contoh/rujukan untuk merancang bangunan secara cermat dan bijak khususnya di lingkungan budaya Minang dan iklim tropis lembab.
    [Show full text]
  • OVERVIEW of INDONESIAN ISLAMIC EDUCATION a Social, Historical and Political Perspective
    http://waikato.researchgateway.ac.nz/ Research Commons at the University of Waikato Copyright Statement: The digital copy of this thesis is protected by the Copyright Act 1994 (New Zealand). The thesis may be consulted by you, provided you comply with the provisions of the Act and the following conditions of use: Any use you make of these documents or images must be for research or private study purposes only, and you may not make them available to any other person. Authors control the copyright of their thesis. You will recognise the author’s right to be identified as the author of the thesis, and due acknowledgement will be made to the author where appropriate. You will obtain the author’s permission before publishing any material from the thesis. OVERVIEW OF INDONESIAN ISLAMIC EDUCATION A Social, Historical and Political Perspective A thesis Submitted in partial fulfillment of The requirement for the degree of Master of Philosophy at The School of Education The University of Waikato by Rusydy Zakaria The University of Waikato 2007 ABSTRACT The aim of this study is to examine how the historical genealogy of Islamic educational tradition, particularly the tradition of teaching and learning, has contributed to the development of Islamic education in Indonesia. By drawing together in an analytic way a historically based description of the social and political circumstances surrounding Indonesian Islamic education, the study discusses some significant issues concerning the religious base, knowledge base, structural form, and the pedagogical approach of Indonesian Islamic education, all of which are important to the development of a modern form of Islamic education.
    [Show full text]